www.bulaksumur-online.com
EDISI 184
Selasa, 15 Maret 2011
Dana Bidik Misi Terlambat Cair
Foto : Ardian/Bul
Di tahun perdana penyelenggaraannya, program beasiswa Bidik Misi sempat mengalami keterlambatan pencairan dana. Beasiswa Bidik Misi merupakan program Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan Nasional sejak 2010. Pada tahun pertama pelaksanaan, beasiswa ini ditawarkan kepada 104 perguruan tinggi. Beasiswa Bidik Misi ini bertujuan memberikan bantuan bagi 20 ribu mahasiswa berpotensi akademik yang kurang mampu secara ekonomi. Dana terlambat Beasiswa yang berjangka waktu empat tahun ini memberikan pembebasan biaya SPMA, BOP, dan SPP kepada mahasiswa penerima. Selain itu, mahasiswa akan mendapat bantuan biaya hidup sebesar Rp 600.000 per bulan. Melanjutkan periode perdananya pada 2010, program ini kemudian dilanjutkan pada 2011 di 117 perguruan tinggi penyelenggara. Dana Bidik Misi sendiri dijadwalkan turun setiap dua bulan sekali. Pada periode September-Desember tahun lalu, dana turun tepat waktu, yaitu di akhir bulan Desember. Namun, dana beasiswa periode Januari-Februari yang seharusnya cair pada akhir Februari belum mengalami keterlambatan hingga awal Maret. Untuk sebagian mahasiswa yang masih menjadi tanggungan orang tua, keterlambatan ini tak terlalu menjadi masalah. Namun, tetap saja banyak mahasiswa penerima beasiswa tersebut merasa resah. Terutama bagi mahasiswa
Fokus Minat Mahasiswa...
yang menggantungkan biaya hidup dari dana beasiswa ini. Salah satunya yakni Azzram (Hukum '10). Selain mengandalkan beasiswa, ia memilih bekerja paruh waktu dengan menjadi operator warnet untuk mendapat penghasilan tambahan. “Ya mau gimana lagi, saya mesti cari pendapatan lain,” keluhnya. Menanggapi keterlambatan dana beasiswa ini, mahasiswa sudah berusaha mencari kepastian. Sebagian mahasiswa penerima beasiswa Bidik Misi mengaku telah menanyakan perihal keterlambatan ini ke Subdirektorat Kesejahteraan Mahasiswa. Seperti yang diungkapkan Nunus ( Kedokteran Hewan '10). “Udah tanya ke Dirmawa (Direktorat Kemahasiwaan,-Red) bagian beasiswa tapi katanya masih proses,” ujarnya. Sikap kooperatif Pihak universitas tak menampik keterlambatan turunnya dana beasiswa ini. Menurut Idawati Qodaryatun, Kepala Subdirektorat Kesejahteraan Mahasiswa, hal ini wajar mengingat beasiswa Bidik Misi ini baru pertama diluncurkan. “Memang pencairan dana beasiswa Bidik Misi untuk UGM mengalami keterlambatan dua bulan kemarin, tapi hal ini bukan atas kemauan universitas,” ungkapnya. Menurut Ida, keterlambatan ini juga disebabkan kurangnya sikap kooperatif mahasiswa saat diminta
Bijog Kudapan Kecil...
mengumpulkan persyaratan administratif. Seperti Kartu Hasil Studi (KHS) asli yang disertai stempel fakultas dan tanda tangan Dosen Pembimbing Akademik (DPA) masing-masing. Pengumpulan KHS ini untuk mempermudah pendataan mahasiswa yang aktif dan nonaktif sehingga memperjelas alokasi dana. Pendataan ini juga bertujuan untuk transparansi dan memperlancar proses pencairan dana. Selain pendataan yang tepat, upaya transparansi juga dilakukan universitas dengan memanggil perwakilan fakultas. “Kami menghindari adanya salah transfer dana ke mahasiswa yang tidak berhak karena beralih status menjadi nonaktif. Apabila sampai terjadi kesalahan alokasi dana maka pihak universitas yang harus mengganti,” tambahnya. Apabila pendataan sudah terlaksana, barulah pihak universitas dapat menyerahkan ke bank untuk proses transfer ke rekening masingmasing mahasiswa. Oleh karenanya, mahasiswa diminta untuk lebih bersabar. Saat ini, universitas sedang mengolah berbagai ketentuan lain berkaitan dengan beasiswa bidik misi. Antara lain ketentuan batas minimal IP dan IPK yang harus dipenuhi mahasiswa. Selanjutnya, pihak universitas akan segera menginformasikan hal ini kepada mahasiswa penerima beasiswa Bidik Misi. Adit, Emma
Kampusiana Tim Bimasakti...
DARI KANDANG
B21
Belajar dari Rutinitas Mungkin tidak terhitung lagi sudah berapa kali kami menunjukkan KIK saat melalui portal menuju markas kami di Bulaksumur B21. Repot memang, ketika harus mengeluarkan kartu tersebut dari saku, maupun saat harus menunggu antrian kendaraan di pintu keluar kampus. Namun kerepotan tersebut sudah menjadi hal biasa karena dilakukan setiap hari. Seperti halnya mengerjakan Bulaksumur Pos, rutinitas mengerjakan edisi mingguan sudah menjadi kewajiban awak SKM UGM Bulaksumur. Kewajiban ini mengharuskan awak terbiasa dengan rapat penentuan tema, reportase, deadline, revisi, sampai tahap produksi. Kebiasaan tersebut bukan semata-mata hal yang monoton, melainkan sebuah tahapan dari proses pembelajaran. Layaknya bayi yang belajar berbicara, pastinya dimulai dengan pengucapan sepatah kata yang singkat. Lalu mulai mengucapkannya berulang-ulang, diteruskan dengan kosakata baru yang didengarnya sehari-hari. Ketika dewasa ia bisa merangkai kalimat indah dari kata-kata yang biasa diucapkan. Begitulah awak magang SKM UGM Bulaksumur berproses layaknya bayi baru mengenal dunia. Kesemuanya adalah tahapan dalam proses pencapaian mereka menjadi awak tetap SKM UGM Bulaksumur. Awak-awak magang terus bersemangat menjalani rutinitas. Terlihat dari ramai dan antusiasnya mereka dalam melaksanakan tugas. Antusiasme itu juga membuat kami semakin bersemangat berproses bersama wajah-wajah baru ini. Wajah-wajah yang membuat SKM UGM Bulaksumur semakin berwarna, dan memberi variasi dalam rutinitas. Untuk seluruh pembaca, selamat membaca, selamat menikmati hasil proses dari rutinitas kami!
Penjaga Kandang
2
I 184
Foto : Remo/Bul
TAJUK Mengenal Dunia Melalui Kata Dunia beruntung mempunyai kata. Dengan adanya kata, komunikasi dapat tercipta. Kata dan bahasa menjadi keanekaragaman dalam bercerita. Tak hanya itu, bahasa juga merupakan identitas bangsa. Pemahaman akan keanekaragaman bahasa dapat menciptakan persahabatan, kerjasama, dan terbukanya pandangan terhadap dunia. Sesederhana itu, semua tercipta karena kata dan bahasa. Melalui bahasa, benturan era globalisasi tak menjadi penghalang. Kini, tuntutan menguasai bahasa asing sudah menjadi hal yang lumrah. Bahasa Inggris menjadi perhatian utama untuk dipelajari. Tak jarang kita melihat anak TK dengan fasih mengucapkan angka maupun warna dalam bahasa internasional ini. Seakan semua merasa wajib menguasai bahasa Inggris, di samping bahasa ibunya sendiri. Lancar berbicara dengan bahasa Inggris tentu banyak manfaatnya. Namun, keinginan kita menguasai bahasa tersebut terkadang membuat kita lupa akan banyaknya bahasa asing yang lain. Padahal, seorang dosen pernah berkata, “kalian belum dikatakan hebat ketika hanya lancar berbahasa Inggris. Di luar sana, sudah banyak orang yang juga pandai berbahasa Inggris, hal itu sudah tidak lagi istimewa. Akan lebih istimewa ketika kalian juga menguasai bahasa asing selain bahasa Inggris.� Sebuah kutipan yang menarik, mengingatkan kita akan beragamnya bangsa di dunia ini. Lebih banyak hal menarik yang akan kita temui dengan mengenal bahasa lebih banyak lagi. Mengenal bahasa asing membuat mata kita lebih terbuka, lisan lebih berkata, dan tangan kita menjabat erat dunia. Jadi, mari mulai lihat sisi dunia yang sama sekali asing bagi kita. Putar langkah kakimu dan masuklah ke dunia baru lewat cara yang sederhana. Kenali rangkaian kata dan berbagai bahasa agar kita lebih paham tentang beragamnya kehidupan di dunia. Tim Redaksi
Penerbit: SKM Bulaksumur. Pelindung: Prof Dr Soedjarwadi M Eng, Drs Haryanto M Si. Pembina: Drs Ana Nadhya Abrar MES. Pemimpin Umum: Beryl Girsang Sekretaris Umum: Syefi Nuraeni F. Pemimpin Redaksi: Rifki Amelia Fadlina. Sekretaris Redaksi:Febriani. Editor: Lutfia K. RedakturPelaksana: Anindita I, Annisa IT, Amanatia J, Aghnia RS, Dwi AP, M Izuddin, Noor RW, Novrita H, Ontin F, Primastuti MW, Rara A, Risa L, Salsabila S, Sarah K, Shinta DJ, Siti Alifah FD, Tifani WS, Tanti K, Yogi A, Yurianti D Manajer Iklan dan Promosi:Diah Sri Utari. Sekretaris Iklan dan Promosi: Gina DP. Staf Iklan dan Promosi: Ajeng P, Aprilianto S, Berta MS, Budi L, Galih R, M. Alfi, Yanuar M, Cicilia LG, F Yogi, Febrianti R, Helmi A, Indy F, Mumpuni GL, Rizka K, Rio HP, S Ardhi R, Tina TH, Yuli NS, Kepala Litbang: Sidiq Hari Madya. Sekretaris Litbang: Rizkiya AM. Staf Litbang: Aziz S, Dwi A, Junaedi G , M Shidiq, Rizal Y, Evie P, Erik BS, Satria Aji I, Safitri AP . Kepala Produksi: Remo Adhy Pradhana. Sekretaris Produksi: Arrina M. Korsubdiv Fotografer: Rizky A. Anggota: Aditya EF, Azizah LA, Hale AW, Imam S, Qholib GHS. Korsubdiv Lay-Outer: Dian K. Anggota: Addina F, Ahmad W, Pandu Wira MS, Yoana WK. Korsubdiv Ilustrator: Bayu A. Anggota: Arsoluhur. Korsubdiv Webdesain: Ali Iqbal. Anggota: Dio FA Magang: Adinda RK, Ahmad SPU, Dewi AN, Emma AM, Franciscus ASM, Indah P, Kalikautsar, Khairunnisa, Laila N, Mestika EA, Muhammad FA, Nadhila A, Pipit N, Pipit S, Putri EJ, Resti P, Rheza RU, Sekar L, Tjioe LN, Tri P, Vinalia EW, Winny WM, Yusuf AW, A. Bekti, Agung A, Anggrata A, Bunga A, Daimas, Dewinta P, Dyta WEP, Faiz IP, Firsty, Galety S, Hanum SN, Hardita L, Irsa NP, Lukluk S, M. Taufiq R, Nendisi A, Oki PS, Pardika D, Rendi R, Ridha A, Rizky Y, Ulya A, Winda A, Yong WA, Erwinto S, M.Kevin J, Isnaini R, Rahmi SF, Robertus SP, Shabrina HP, Tyas NA, Wandi DS, Ardian ABS, Ahmad FR, Novandar DPA, Zakiah I, Ardista K, C. Bamby, Fikri RK, Irma S, Ivandhara W, Malika M, Chilmi N, Danastri RN, Geni S, Damar PW, Ferdi A, Fitri CSH, M. Rohmani, Nisa TL. Alamat Redaksi, Iklan dan Promosi: Bulaksumur B-21 Yogyakarta 55281. Telp: 085743365952. E-mail: bulaksumur_mail@yahoo.com. Homepage: http://www.bulaksumurugm.com. Rekening Bank: Bank Danamon Cabang Kusumanegara Yogyakarta 3518201938 a.n. Diah Sri Utari.
CELETUK
Jalan Tol A la UGM, Merugikan Pedagang (Juga)
UGM kini berbeda. Beberapa pintu kampus masuk kini memiliki penjaga yang memberikan karcis masuk. Di pintu keluar ada penjaga yang khusus menarik retribusi karcis tersebut. Mirip dengan jalan tol. Khusus kendaraan yang memiliki akses spesial berupa kartu khusus, boleh melewat secara gratis. Akhirnya, setelah sekian lama masa percobaan, sosialisasi, dan perencanaan kini dijalankanlah sistem portal masuk UGM dengan prasyarat yang ditentukan. Bisa bayar retribusi atau menunjukan kartu identitas kendaraan (KIK). Reaksi beragam diperlihatkan warga UGM. Awalnya, mahasiswa menolak keras dengan berdemo terhadap rencana KIK tersebut karena membuat UGM semakin komersil. Namun kini mahasiswa yang menolak kebijakan KIK untuk memperjuangkan masyarakat di UGM nyaris tak terlihat. Pihak UGM beralibi, sistem KIK dirancang untuk mengurangi tingkat kepadatan kendaraan di UGM dan mengurangi tingkat polusi udara di UGM. Atau demi lingkungan kampus yang lebih terjaga. Namun, apakah alibi tersebut sejalan dengan efek positif yang ditimbulkan untuk masyarakat di sekitar UGM? Tanah UGM yang notabene adalah hibah dari Sultan tentu harus dijaga dan digunakan untuk kebermanfaatan masyarakat umum. Kini, apakah dengan digulirkannya KIK, masyarakat umum khususnya masyarakat UGM sudah mencicipi manfaatnya? Aliran dana dari KIK pun tentu belum transparan. Acap kali ada seorang mahasiswa yang tidak mendapat karcis masuk atau free entry dengan menggunakan KTM (yang katanya untuk beberapa saat masih boleh) namun ketika di portal keluar masih dikenakan disinsentif.
Alangkah bijak dan adilnya bila aliran dana KIK transparan. Perlu juga adanya jaminan atau asuransi untuk pengguna kendaraan yang membayar retribusi untuk masuk portal UGM dan yang menggunakan KIK. Apalagi mahasiswa juga membayar untuk pembuatan KIK. Bisa juga dengan adanya perpanjangan KIK untuk asuransi kendaraan dan keselamatan pengendaranya, seperti perpanjangan GMC untuk asuransi kesehatan mahasiswa. Bukan hanya sekedar menambah aliran dana untuk UGM yang tidak transparan. Sementara pengguna KIK serta pengendara yang membayar retribusi tidak mendapat keuntungan apa-apa. Rupanya bukan hanya mahasiswa yang menolak keras adanya KIK. Pedagang di foodcourt dan daerah sekitar UGM pun merasakan kerugian yang sama. Menurut data dari berbagai sumber, setelah adanya portal, penghasilan mereka menurun hingga 50 persen. Selain faktor menu yang terlalu homogen, ada terlalu banyak penjual dibanding pembeli, serta prasarana belum memadai. Bahkan kini, sistem portal masuk dari arah jalan menuju Kopma akan dibuka lagi yang pastinya akan semakin mencekik para pedagang tersebut. Maka, tidak ada pilihan lain selain mengubah sistem portal dan KIK menjadi lebih transparan dan menguntungkan bukan hanya untuk pihak UGM tapi masyarakat di UGM, seperti mahasiswa, dan pedagang tentunya.
JL. KALIURANG KM 4,5 (TIMUR MM UGM) YOGYAKARTA TELP. 0274-520929 0810225393600
6
I 176
Mochammad Kevin Julianto Fakultas Pertanian Litbang SKM UGM Bulaksumur
3
FOKUS
Menilik Pentingnya Penguasaan Bahasa Asing Tak hanya bahasa Inggris, bahasa asing lain pun bisa menjadi pilihan menarik untuk dipelajari. Bahasa merupakan senjata paling ampuh dalam komunikasi verbal. Jumlah bahasa asing begitu banyak, sebanding dengan jumlah bangsa di dunia ini. Bahkan, bagi kebanyakan mahasiswa, mempelajari bahasa asing telah menjadi kebutuhan sehari-hari.
4
I 184
st
ra
si
:A
di
s/
Bu
l
Kesadaran mahasiswa Sebenarnya, banyak mahasiswa yang telah menyadari pentingnya menguasai bahasa asing. Salah satunya Bagas (Sastra Jepang '09) “Belajar bahasa asing itu penting, tidak
Ilu
Bahasa bisnis Tak berlebihan jika bahasa Inggris disebut bahasa internasional. Berbagai sektor bisnis menuntut orang-orang yang berkecimpung di dalamnya untuk menguasai bahasa ini. Begitu pula dengan ranah akademis. Bahasa Inggris menjadi syarat wajib bagi penerima beasiswa luar negeri. Oleh karenanya, bahasa Inggris seakan menjadi alat paling ampuh untuk menyatukan berbagai perbedaan. Namun, belajar bahasa asing lain juga tak membuat kita merugi. Bahkan, kini bahasa Mandarin telah banyak disebut-sebut sebagai bahasa perdagangan. Sektor perdagangan Cina yang merambah ke seluruh penjuru dunia menjadi alasan pentingnya menguasai bahasa ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahasa asing lainnya pun tak kalah penting dibandingkan dengan bahasa Inggris. Selain masalah bisnis, menguasai bahasa asing adalah salah satu cara untuk mengenal peradaban suatu bangsa. Menurut Sandya Rani Yunita SS, staf pengajar Sastra Perancis, mempelajari bahasa asing akan membuka wawasan kita terhadap budaya negara lain. “Bahasa asing membantu kita mengetahui kultur negara tersebut. Akhirnya akan membuat kita mampu memposisikan diri saat berkomunikasi dengan mereka,” tuturnya. Selain itu, ia berpendapat orang yang menguasai bahasa asing selain Inggris akan lebih mudah mencari pekerjaan. Zulfa Purnamawati SS M Hum, staf pengajar Sastra Asia Barat mengungkapkan, saat ini penggunaan bahasa asing tak pada lingkup formal saja. Banyak lapangan pekerjaan informal yang memerlukan penggunaan bahasa asing. Antara lain ketika seseorang ingin menjadi penerjemah, pemandu wisata, editor, dan lain
sebagainya. Berbagai peluang inilah yang menjadi alasan lain mengapa seseorang tertarik untuk memelajari bahasa asing.
men utup kemungkinan suatu saat nanti keberadaan bahasa Inggris dapat tergeser oleh bahasa asing lainnya,” tukasnya. Bagas menambahkan, bahasa asing selain Inggris juga berperan penting dalam perekonomian dunia. Misalnya bekerjasama dengan orang Jepang akan lebih mudah jika kita menguasai bahasa tersebut. Efek jangka panjangnya akan memicu perkembangan industri di Indonesia. Saat ini cukup banyak mahasiswa yang mulai mendalami bahasa asing selain Inggris. Banyak alasan mengapa mahasiswa tertarik belajar bahasa asing.
Seperti Aji (Sastra Perancis '09) yang memelajari bahasa Perancis karena terinspirasi orang lain yang menguasai bahasa serupa. Hal ini membuktikan perhatian mahasiswa untuk memelajari bahasa asing sudah cukup terbuka. Sayangnya masih banyak kendala yang muncul berkaitan dengan pembelajaran bahasa asing. Sandya bertutur, di Indonesia, sarana untuk belajar bahasa asing masih sangat sedikit. “Kurangnya referensi bukubuku bahasa asing di Indonesia menjadi kendala tersendiri bagi mahasiswa dan masyarakat yang ingin memperdalam bahasa asing,” ungkapnya. Padahal, penguasaan bahasa asing dapat menjadi langkah awal untuk menuju persaingan internasional, baik dalam lingkup UGM maupun Indonesia. Hal ini diamini oleh Zulfa. “Semakin banyak pemuda yang tertarik belajar bahasa asing selain bahasa Inggris akan membuka peluang Indonesia untuk diakui di dunia internasional,” tutup Zulfa. Pipit, Vina
FOKUS
Minat Mahasiswa Terkendala Fasilitas Pusat studi menjadi rujukan mahasiswa yang ingin belajar bahasa asing. Namun, fasilitas yang tersedia belum maksimal. National Geographic edisi Maret 2011 merilis laporan bahwa dari 7 miliar orang yang ada di bumi, ternyata hanya 5% yang menggunakan bahasa Inggris sebagai sarana komunikasinya. Penyumbang terbesar adalah bahasa Mandarin (13%) dan bahasa Spanyol (5%), 67% sisanya adalah bahasa lain. Informasi tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa Inggris saja tidak cukup untuk dapat bersaing di dunia internasional. Perkembangan globalisasi membuat kemampuan berbahasa asing lain selain Inggris menjadi nilai tambah. Banyak peminat Di UGM sendiri, minat mahasiswa terhadap bahasa asing difasilitasi oleh berbagai pusat studi. Ada beberapa alasan mendasar yang dipertimbangkan pusat studi untuk membuka kursus bahasa asing. Dr Novi Siti Kussuji Indrastuti M Hum, Ketua Pusat Studi Korea, menuturkan dalam beberapa tahun terakhir minat mahasiswa untuk belajar bahasa Korea meningkat. Oleh karenanya, pihaknya membuka kursus bahasa tersebut. Motivasi mahasiswa mengikuti kursus bahasa asing pun bermacammacam. Mega Dini (Komunikasi '10) awalnya tertarik mengikuti kursus bahasa Korea karena mendengarkan lagu-lagu Korea. “Selain ingin mengetahui artinya, saya juga ingin dapat berbicara langsung,” ungkapnya. Alasan lainnya yaitu karena mahasiswa tertarik mengenal kebudayaan negara lain. Banyaknya program beasiswa dari negara lain juga menjadi alasan mahasiswa memelajari bahasa asing. “Bahasa adalah pintu utama yang harus
dilewati ketika kita ingin mengetahui kebudayaan suatu negara,” ujar Novi. Pengetahuan akan kebudayaan masyarakat negara tujuan juga tak kalah penting ketika memutuskan untuk belajar ke luar negeri. Untuk memfasilitasi hal ini, alumni UGM yang pernah belajar di luar negeri kerap melakukan reuni sekaligus berbagi
Ilustrasi : Icha/Bul
pengalaman dengan mahasiswa. Meski jarang melakukan promosi, kelas-kelas kursus bahasa asing yang disediakan selalu terisi. Seperti yang dialami Pusat Studi Korea misalnya. Promosi berupa brosur, spanduk, bazar, dan festival mampu menarik mahasiswa mengikuti kursus. Eko Sulistyorini SPd,
Koordinator Pelaksana Kegiatan di Pusat Studi Jerman turut mengakui hal tersebut. “Setiap bulannya kelas-kelas di tempat kami selalu terisi paling tidak 1-5 kelas. Jumlah tersebut selalu bervariasi karena kami juga harus menyesuaikan dengan jadwal pengajar dan kapasitas ruang kelas,” tuturnya. Minim infrastruktur Sayangnya, minat mahasiswa untuk belajar bahasa asing yang cenderung meningkat sering terkendala fasilitas. Hal ini menyebabkab tak semua mahasiswa yang tertarik dapat mendaftar menjadi peserta. Seperti yang diungkapkan Irfan D Prijambada PhD, kepala Pusat Studi Jepang. Kondisi ruangan yang kurang memadai membuat pihaknya membatasi jumlah siswa yang bisa mengikuti kursus. Hal ini juga dibenarkan oleh Putri, salah satu peserta kursus. “Infrastrukturnya memang kurang memadai. Saya tidak terlalu mempermasalahkannya, yang penting ada manfaat yang bisa didapat dari kursus di sini.” Tak ingin memberikan pelayanan yang buruk, pihak Pusat Studi Jepang telah berencana untuk memperbaiki kondisi infrastruktur. Renovasi dilakukan karena Pusat Studi Jepang tidak ingin peserta kursus kecewa padahal sudah membayar untuk belajar. Perbaikan diagendakan akan terlaksana dalam beberapa bulan ke depan mengingat akan ada bantuan dari Jepang untuk universitas. “Dana sebenarnya sudah ada, hanya saja pihak kami belum mengajukan permintaan anggaran pada pihak universitas. Toh juga pusat studi ini milik universitas,” tutup Irfan. Anzu, Sandy
5
BICARA dJOGJA
Kudapan Mungil Khas Kotagede Nama unik dan rasa yang khas membuat si mungil ini tetap menjadi pilihan hingga kini. Bentuknya yang kecil, pipih, dan lonjong membuat makanan ini tepat dijadikan kudapan. Warna hijau kecoklatan yang menarik membuat orang penasaran untuk mencoba. Dalam satu gigitan, rasa manis gula jawa bercampur dengan tepung ketan sangat mungkin membuat ketagihan. Itulah kipo, makanan mungil yang mampu memanjakan lidah dengan bahan-bahan yang sederhana. Turun temurun Tak ada yang tahu secara pasti dari mana nama “kipo” muncul. Konon, sebutan kipo berasal dari pertanyaan dalam bahasa Jawa “iki opo?” yang artinya “ini apa?” Logat campuran JogjaSolo yang kental di masyarakat Kotagede membuat pertanyaan tersebut terdengar seperti kipo. Lambat laun makanan yang belum diketahui namanya ini menjadi akrab disebut kipo. Makanan ini merupakan warisan turun temurun dari Mbah Mangun Irono sebagai generasi pertama. Pada awalnya, kipo dipandang sebelah mata. Pada 1986, Paijem Djito Suhardjo, generasi kedua pembuat kipo, berhasil mendapatkan Juara Harapan I Pameran dan Perlombaan Makanan Tepung Ketan. Lomba tersebut diadakan pada 1986 oleh Dinas Pariwisata dan Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Sejak itulah kipo kembali dilirik masyarakat. Pembuatan kipo sendiri tak terlalu rumit. Tepung ketan yang telah dicampur dengan santan dipakai sebagai adonan untuk melapisi enten-enten. Entenenten terbuat dari campuran gula jawa dan parutan kelapa muda. Tak lupa, adonan pelapis enten-enten diberi pewarna alami dari daun suji untuk menghasilkan warna hijau. Setelah itu, adonan tinggal dibentuk sebesar ukuran jempol orang dewasa untuk diisi entenenten. Kipo yang telah dibentuk kemudian dibakar di atas wajan tanah liat beralaskan daun pisang sampai aroma harum tercium. Dalam proses ini, kipo dibolak-balik tiga kali agar setiap sisinya
6
I 184
Foto : Novan/Bul
yang bulat menjadi pipih dan matang dengan sempurna. Setelah proses pembakaran selesai kipo dapat langsung disajikan atau ditaruh dalam kemasan. Makin berkembang Saat ini, kipo dapat dengan mudah ditemui di pasar tradisional sekitar Kotagede. Dari sekian banyak pedagang kipo, usaha Bu Djito menjadi salah satu yang cukup mapan. “Walaupun ada pasang surutnya, ada pelanggan maupun tidak, kami tetap membuat kipo,” ungkap Sodikun, pengelola usaha kipo Bu Djito. Meski banyak penjual kipo di Kotagede, pengelola usaha kipo Bu Djito tak merasa berkeberatan. “Untuk penjualan kami merasa sama seperti yang dulu, tidak ada rebutan. Kami memiliki pangsa pasar sendiri. Kan semuanya udah diatur sama yang kuasa,” tutur Sodikun. Seakan tak takut dengan arus modernisasi, eksistensi kipo justru kian terbukti. Kini, kipo tak hanya dinikmati oleh masyarakat Kotagede dan sekitarnya. Beberapa wilayah di luar kota juga tertarik dengan si mungil ini. Bahkan, kudapan khas Kotagede ini
sering dipesan oleh masyarakat luar Yogyakarta untuk acara khusus. “Biasanya untuk melayani pemesanan dari luar kota atau luar pulau dilakukan beberapa hari sebelumnya. Kami tidak menjual untuk dijual kembali, kami menjual hanya untuk konsumsi pelanggan secara langsung. Baik untuk hidangan pesta, hidangan arisan, untuk tamu pemerintah dan lain-lain,” tutup Sodikun. Tak perlu keluar banyak uang untuk menikmati kipo. Satu kemasan plastik yang berisi lima biji kipo bisa diperoleh dengan harga sekitar Rp 1.000,00. Namun, kipo harus cepat disantap karena kudapan ini hanya bisa bertahan 24 jam setelah proses matangnya.
Indah, Kautsar
ENSIKLOPEDIA
Menunjukkan Eksistensi dengan Sepeda Fixie Tak hanya berfungsi sebagai alat transportasi, kini sepeda juga digunakan sebagai penunjang gaya hidup. Sejak abad ke-18, sepeda telah menjadi alat transportasi di Eropa. Setelah kendaraan bermotor hadir, sepeda mulai ditinggalkan para peminatnya. Seiring dengan banyaknya kampanye untuk lebih mencintai lingkungan, kini sepeda pun kembali diminati. Alat transportasi tradisional ini hadir kembali dengan berbagai inovasi. Di Yogyakarta sendiri, sepeda semakin diminati dengan adanya program Sego Segawe (Sepeda Kanggo Sekolah lan Nyambut Gawe) oleh pemerintah daerah. Berbagai jenis sepeda pun mewarnai tiap sudut kota Yogyakarta. Dari sekian banyak jenis sepeda, fixie merupakan salah satu yang cukup menarik perhatian. Banyak keunikan Sepeda fixie memang memiliki keunikan tersendiri. Kata fixie berasal dari fixed gear yang berarti memiliki gear belakang tetap. Hal ini menyebabkan pengendara fixie bisa mengayuh ban ke arah belakang. Itulah letak keunikan fixie disamping tak adanya rem. Oleh karenanya, kekuatan kaki pengendara sangat dibutuhkan untuk menahan pedal yang selalu berputar ke depan. Fixie memiliki ban yang tipis, fungsinya untuk memberikan kesan ringan ketika pengendara mengayuhnya. Bagian stang yang dibuat tegak lurus juga menjadi keunikan fixie lainnya. Aneka warna yang tersedia menambah kesan enerjik dan bersemangat pada sepeda ini. Tak ada yang tahu secara pasti kapan sepeda fixie ditemukan. Beberapa sumber menyebutkan fixie berasal dari New York, Amerika Serikat. Di New York, sepeda ini digunakan oleh pengantar pos, koran, atau majalah. Kondisi kota
New York yang sangat padat menjadi alasan sepeda ini digunakan sebagai alternatif. Tujuannya agar tak terlambat bekerja dan proses pengiriman menjadi tepat waktu. Sepeda fixie juga dikenal di Eropa. Klub-klub sepeda menggunakan fixie dengan rasio gear yang relatif rendah untuk pelatihan selama musim dingin. Tujuannya agar dapat mengembangkan gaya mengayuh para pembalap.
ul
/B
si
ra
st
a ez :R
Ilu
Meskipun pada 1960-an peminat fixie mulai menurun, tapi secara perlahan dunia semakin mengenal sepeda ini. Sepeda fixie laris di pasaran bukan tanpa alasan. Dengan berat tak lebih dari 11 kg, sepeda ini memiliki desain yang unik dan minimalis.
inginkan sesuai dengan anggaran. Sepeda fixie rakitan akan menghabiskan dana sekitar Rp 1,5 juta. Sedangkan untuk fixie bermerek dapat diperoleh dengan harga sekitar Rp 4 juta. Bahkan belum lama ini telah dipasarkan Aurumania Gold Bike Crystal Editions dengan harga hampir mencapai Rp 1 miliar. Fixie jenis ini berharga mahal karena berlapis emas 24 karat dan dihiasi sekitar 600 butir kristal Swarovski. Pada bagian handle grips dan sadelnya dilapisi kulit premium yang dijahit tangan. Sebenarnya, beberapa jenis sepeda biasa pun dapat dimodifikasi menjadi fixie. Bila ingin melakukan modifikasi seperti ini, sebaiknya menggunakan sepeda yang memiliki penyanggah roda belakang. Kini, fixie cukup populer digunakan di sudut-sudut kota Yogyakarta. Siapa sangka, sepeda yang dulunya membantu para pengantar pos kini juga menjadi gaya hidup masyarakat, khususnya mahasiswa. Eksistensi sepeda ini semakin terlihat dengan adanya komunitas fixie seperti Cycle Banditos dan Fixie Kaskus. Namun, fixie tetap menjalankan peran utamanya sebagai alat transportasi yang ramah lingkungan dan bebas polusi. Jadi, tertarik melestarikan lingkungan dan tetap gaya? Sepeda fixie bisa jadi salah satu pilihan. Dewi, Nisa
Merakit sendiri Umumnya, para pengendara fixie merakit sendiri sepeda yang mereka
7
PARAMETER
Tingkat Kesejahteraan Pedagang Kaki Lima di UGM Kesejahteraan adalah suatu keadaan di mana seseorang merasa hidupnya makmur dan bahagia. Hal itu acapkali dikaitkan dengan taraf hidup atau pendapatan manusia. Namun kesejahteraan menurut masing-masing orang bersifat relatif atau subjektif. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa tingkat kesejahteraan dipengaruhi oleh standar Upah Munimum Regional (UMR) dan sebagian lain mengatakan tidak hanya itu. Menurut Peraturan Gubernur DIY Nomor 10/KEP/2008 tentang Pembentukan Dewan Pengupahan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
UMR Tahun 2011 untuk kota Yogyakarta adalah sebanyak Rp 808.000,00 per bulan. Tentu saja, orang yang penghasilanya kurang dari standar tersebut dikatakan belum atau tidak sejahtera. Realitasnya, tentu saja upah atau pendapatan yang diterima tiap orang berbeda-beda tergantung beberapa faktor salah satunya pekerjaan. Pegawai negeri dengan pedagang belum tentu sama pendapatannya. Kadang lebih besar gaji pegawai negeri, tapi bisa jadi keuntungan yang diperoleh pedagang jauh melebihi gaji bulanan pegawai. Pendapatan pedagang pun berbedabeda. Tidak melulu sedikit tapi tidak selalu banyak pula.
Ilu
str
8
I 184
asi
: Iv
an
/B
ul
PKL di UGM Selama ini dapat kita lihat bahwa di daerah kampus UGM terdapat banyak Padagang Kaki Lima (PKL). Berbagai macam barang dagangan, lokasi berjualan, dan nominal pendapatan mereka tidak sama. Oleh karena itu, tim litbang SKM UGM Bulaksumur ingin mengetahui tingkat kesejahteraan dari para PKL tersebut. Survei telah dilakukan dengan menggunakan metode disproportionate stratified random sampling, dengan 80 PKL sebagai responden. Kategori PKL ditentukan berdasarkan lokasi berjualan yang dipusatkan pada empat titik, yaitu di Jl Dr Sardjito, Foodcourt Plaza Campus, Sunday Morning (Sunmor), dan Masjid Kampus UGM. Hasilnya, tingkat kebahagiaan PKL menunjukan bahwa 87% pedagang di Masjid Kampus UGM merasa bahagia berjualan di lokasi tersebut. Persentase tersebut menjadi yang tertinggi di antara PKL di tiga tempat lain. Kemudian 84% pedagang di Jl Dr Sardjito merasa bahagia berdagang di lokasi tersebut. Sedangkan di daerah Sunmor dan
PARAMETER
Foodcourt, 63% dan 47% PKL merasa bahagia berdagang di lokasi tersebut. Hal yang mempengaruhi tingkat kebahagiaan pedagang antara lain banyak atau sedikitnya pembeli, serta nyaman atau tidaknya lokasi tersebut untuk meneruskan usaha. Berdasarkan tingkat kepuasan terhadap pendapatan, persentase tertinggi diperoleh para PKL di Jl Dr Sardjito yaitu 64%. Di lokasi itu pula salah satu penjual memperoleh penghasilan bersih tertinggi yaitu Rp 200.000,00 per hari. Di Sunmor hanya sekitar 47% PKL yang merasa puas dengan pendapatannya. Kemudian terdapat 63% PKL di Masjid Kampus UGM merasa puas dan hanya 43% untuk PKL di Foodcourt. Pendapatan terendah dari seluruh sampel yang diambil adalah seorang PKL yang berdagang bakso dan es campur di Jl Dr Sardjito. Padahal PKL tersebut telah berdagang sejak 31 tahun lalu di tempat yang sama. Namun pendapatannya hanya Rp 20.000,00 per hari. Tingkat kesejahteraan Tingkat kesejahteraan PKL bersifat subjektif, tergantung penilaian PKL itu sendiri tentang kesejahteraan. Belum tentu dengan penghasilan melimpah mereka merasa sejahtera. Begitu pun sebaliknya. Dari 18 sampel di Jl Dr Sardjito, 65% PKL merasa hidupnya sejahtera. Di Masjid Kampus UGM, 62% PKL merasa sejahtera. Sedangkan pedagang di Sunmor dan di Foodcourt yang merasa hidupnya sejahtera masingmasing 53% dan 42%. Tingkat
kesejahteraan tersebut tidak selalu dipengaruhi oleh banyaknya jumlah pendapatan yang diperoleh. Di Foodcourt, beberapa pedagang merasa pendapatannya belum mencukupi, dan kesejahteraannya masih kurang. Hal ini disebabkan adanya kebijakan pihak rektorat yang menaikkan pajak bagi pedagang di lokasi tersebut serta kebijakan portal. Lokasi berdagang cukup mempengaruhi kepuasan terhadap pendapatan PKL di UGM. Pasalnya di Jl Dr Sardjito lokasinya lebih ramai dikunjungi. PKL di Sunmor, meski pengunjungnya juga banyak, tingkat kepuasan terhadap pendapatannya masih rendah. Bisa jadi karena jenis barang dagangan yang diperjualbelikan masih banyak kemiripan atau bahkan sama antara pedagang yang satu dengan lainnya. Selain itu, kebijakan portal juga mempengaruhi rendahnya kepuasan PKL di Sunmor terutama yang berjualan di daerah sekitar Fakultas Perikanan atau Sunmor bagian timur. Kesimpulannya, rata-rata tingkat kesejahteraan PKL di UGM masih terbilang rendah. Bahkan PKL di Foodcourt lebih dari 50% merasa tidak sejahtera hidupnya. PKL di Jl Dr Sardjito mendapat persentase tertinggi berdasarkan tingkat kesejahteraan serta kepuasan terhadap pendapatan per harinya, meskipun hanya 62% dan 64%. Sedangkan PKL di Masjid Kampus UGM mendapat urutan pertama berdasarkan tingkat kebahagiaan berdagang di lokasi. PKL di Sunmor terbilang rendah baik dari
kebahagiaan berdagang di lokasi, kepuasan terhadap pendapatan, maupun kesejahteraan. Semoga UGM menyadari kondisi PKL yang berada di wilayahnya sehingga berbagai kebijakan yang dapat mempengaruhi PKL di UGM selalu dipertimbangkan dengan seksama. Tyas, Wandi
Indeks Sumber: litbang SKM UGM Bulaksumur Metode penelitian: survei Populasi: seluruh pedagang kaki lima di 4 titik (Foodcourt Plaza Campus, Jl Dr Sardjito, Masjid Kampus UGM, Sunmor) Sampel: 80 Teknik pengambilan sampel : disproportionate stratified random sampling
AAH! MURAA ABIS
emyutri
100 24 Jam
Fotokopi cuma
Full AC
Murah
SEGERA HUBUNGI!!! sendowo barat SD Percobaan
0817 6308588 (tyo PD 05)
9
Flash
Menunggu Dilelang
Sekilas tumpukan kayu yang terletak di Lembah UGM, depan Fakultas Hukum ini, hanyalah kayu-kayu bekas yang tak terpakai. Kayu-kayu dan ranting yang sudah kering ini didapat dari pohon-pohon yang tumbang di lingkungan kampus UGM. Kayu-kayu ini memang sengaja ditumpuk di sana untuk sementara waktu. Rencananya kayukayu ini akan dikelola oleh DPPA yang kemudian akan dilelang ke masyarakat umum. Nantinya kayu-kayu tersebut dapat diolah lebih lanjut agar lebih bermanfaat. Teks dan foto: Zaki/Bul
10
I 184
KAMPUSIANA Training Softskill, Bantu Mahasiswa Bersiap ke Dunia Kerja berpartisipasi dalam kegiatan ini. ”Acara ini merupakan program kerja yang telah direncanakan sejak November 2010. Acara ini melibatkan beberapa sponsor seperti PT Medco E&P Indonesia, PT Astra Honda Motor, Cerebrovit Excel dan lembaga kursus EF,” terang Helmi (Teknik Industri '09), ketua panitia. Pada hari pertama, seminar diisi oleh Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri Yogyakarta. Dua pembicara Foto: Aldi/Bul lainnya yaitu Senior Manager of HRD PT Medco E&P Indonesia, dan Director Departemen PSDM Teknik Industri External Relations Communications & mengadakan Training Softskill 2011 Contribution PT HM Sampoerna. bertema “Steps and Asssesment to Ketiganya berbagi tips sukses menuju Success” pada 11-12 Maret 2011 lalu. dunia karir terutama pada proses awal Kegiatan ini merupakan rangkaian kerja. Seperti seminar pada umumnya, seminar seputar langkah-langkah menju diadakan sesi tanya jawab oleh para dunia profesional kerja. Acara yang peserta setelah seminar. Antusiasme yang digelar di Gedung Kantor Pusat Fakultas tinggi ditunjukkan dengan banyaknya Teknik (KPFT) ini dihadiri sebanyak 150 pertanyaan yang diajukan. Pada hari peserta. Ada tiga pembicara yang kedua, peserta diwajibkan menggunakan
busana formal sebagai bagian dari simulasi wawancara kerja yang ditangani Yuli Fajar Prasetyo dan tim Fakultas Psikologi. Rangkaian acara berlangsung dengan sukses. Terbukti dari ketepatan waktu pelaksanaan dan fasilitas yang disediakan oleh pihak panitia. Mulai dari seminar kit hingga doorprize dari pihak sponsor. Para peserta pun tampak puas dengan hasil pelatihan dari seminar ini. “Kebetulan saya baru lulus kuliah, dengan adanya training softskill, simulasi wawancara dan tips-tips ini, saya bisa nambah ilmu untuk memasuki dunia kerja. Saya harap kedepannya, acara ini bisa diadakan rutin setiap tiga bulan sekali oleh pihak panitia,” ujar Rahma, salah satu peserta. Winny
Tim Bimasakti Melaju di Kompetisi Mobil Formula The 9th Student Formula Society of Automotive Engineers (SAE) Competition of Japan 2011 merupakan lomba ajang kreasi mahasiswa dalam menciptakan dan merancang sebuah mobil formula. Lomba ini akan berlangsung awal September 2011 di Shizuoka, Jepang. Diikuti oleh 75 tim dari seluruh dunia, untuk pertama kalinya UGM dipercaya mewakili Indonesia. Untuk mempersiapkan lomba tersebut, UGM melalui Jurusan Teknik Mesin dan Industri (JTMI) menyeleksi mahasiswa untuk mengikuti kompetisi ini. Sebanyak 16 mahasiswa terpilih mengikuti lomba ini dan tergabung dalam tim Bimasakti. Tim Bimasakti akan berkompetisi membuat kendaraan formula bermesin 600 cc. Mobil Bimasakti ini didesain sebagai mobil 4 stroke engine Formula Type. Mobil dirancang dengan dimensi panjang total 2,4 meter, lebar 1,1 meter dengan tinggi 1,05 meter dan wheel base 1,55 meter. Mobil Bimasakti
menggunakan bahan rangka baja di atas 0,1% C dan bahan body fiber glass 4-6 mm. Keunggulan mobil ini terletak pada desain, daya tahan, dan segi ekonomisnya. “Kita membuat mobil formula ini dengan mempertimbangkan biaya. Jadi, high technology tapi low cost,” ujar Azhari (Teknik Mesin '09), salah satu anggota tim. Biaya yang dibutuhkan dalam proses pembuatan mobil Bimasakti diperoleh dari jurusan dan beberapa sponsor. Pihak universitas sendiri belum mengeluarkan dana untuk lomba ini. Hal ini menjadi salah satu kendala dalam pembuatan mobil. “Selama ini sih kendalanya masih kesulitan mencari dana, karena ini kan baru lomba pertama kali. Kalau dana dari pihak rektorat sendiri masih diusahakan,” ujar Ajid (Teknik Mesin '09), ketua tim. Tim Bimasakti berharap mereka
Foto: Rizki/Bul
dapat meraih penghargaan The Best Rookie Award atau pendatang baru terbaik. Selain itu, mereka berharap di Indonesia ada lomba sejenis yang dapat diikuti oleh berbagai universitas di Indonesia. Laila
11
bulaksumurugm.com cara mudah melihat kampus kita @skmugmbul
SKM UGM Bulaksumurl