187

Page 1

www.bulaksumurugm.com

EDISI 187

Selasa, 5 April 2011

Akses Masuk Gelanggang Mahasiswa Dialihkan Rencana pembangunan di lingkungan Gelanggang Mahasiswa berdampak pada penutupan akses dari sisi barat. Foto : Zaki/Bul

Terhitung sejak Senin (21/3) lalu, akses masuk Gelanggang Mahasiswa dialihkan. Pengalihan ini ditujukan untuk kendaraan yang akan masuk melalui pintu barat dekat Food Court Plaza Campus. Area yang sering dijadikan tempat parkir itu kini ditutup. Pengalihan akses ini merupakan bagian dari rencana jangka panjang perbaikan dan pembangunan Gelanggang Mahasiswa. Gelanggang berbenah Seiring dengan pembangunan infrastruktur yang sedang marak di lingkungan UGM, Gelanggang Mahasiswa turut berbenah. Mulai dari pengangkatan manajer gelanggang, penambahan karyawan, hingga perbaikan beberapa fasilitas. Berbagai pembangunan tersebut bertujuan untuk menata kembali gelanggang. Menurut Drs Haryanto MSi, Direktur Kemahasiswaan, saat ini gelanggang hanya dijadikan sebagai sekretariat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan tempat berkumpul. Padahal, seharusnya gelanggang dapat menjadi tempat pembelajaran mahasiswa di luar pendidikan formal. Rencana penataan pusat kegiatan mahasiswa ini meliputi pembuatan kanopi yang menghubungkan kafetaria Koperasi “Kopma UGM” dengan gelanggang. Selain itu, akan diadakan perbaikan tempat wudu, pembangunan taman, dan pengalihan akses masuk gelanggang dari arah barat. Dari beberapa rencana tersebut, penutupan akses masuk

Fokus Publikasi Dini...

gelanggang dari arah barat merupakan kebijakan yang menimbulkan pro dan kontra. Mahasiswa yang biasa beraktivitas di gelanggang merasa tak nyaman dengan pengalihan akses masuk ini. Beberapa UKM merasa sosialisasi yang dilakukan pihak universitas kurang. Pembangunan ini sebenarnya direncanakan pada 2010, sehingga sosialisasi dilakukan pada tahun yang sama. Namun, beberapa kendala menyebabkan proses pembangunan baru bisa dilakukan pada 2011. Padahal, pada tahun ini terjadi pergantian kepengurusan UKM. Tak adanya sosialisasi ulang juga menimbulkan kesalahpahaman. Ada pula yang mengaitkan pengalihan akses masuk ini dengan kebijakan Kartu Identitas Kendaraan (KIK). Aksi penolakan Pihak-pihak yang kontra dengan penutupan dan pengalihan akses masuk ini telah beberapa kali melakukan aksi penolakan. Aksi dilakukan dengan membuat spanduk penolakan, menyita bahan material untuk pembangunan, dan melakukan diplomasi secara frontal ke Direktorat Pengelolaan dan Pemeliharaan Aset (DPPA). “Aksi ini dilakukan bukan semata-mata untuk merusak citra UGM. Namun, hal ini dilakukan sebagai wujud rasa cinta kami terhadap kampus,” tegas Lutfi Hamzah Husin (JPP '08), presiden BEM KM. Pihak rektorat sendiri mengatakan bahwa pengalihan tersebut bukan untuk

Kampusiana Super Code 2011...

meniadakan akses masuk melalui pintu barat, melainkan menutup tempat parkir. Penutupan tempat parkir dilakukan guna menata kembali area barat gelanggang yang dirasa tak tepat penggunaannya saat ini. “Segala sesuatu ada tempatnya, tempat itu (area barat gelanggang,-Red) bukan tempat parkir seharusnya,” jelas Haryanto. Demi mencapai titik temu terkait masalah ini, telah dilakukan beberapa kali pertemuan antara pihak UKM, BEM KM, dan rektorat. Mahasiswa berharap rektorat mempertimbangkan aspirasi mahasiswa dalam menentukan suatu kebijakan. “Kami sangat berharap rektorat bisa mendengarkan kami. Libatkanlah pihakpihak yang berdinamika di situ, berkegiatan di situ (gelanggang mahasiswa,-Red),” tutur Atina (Sastra Prancis '07), ketua Forum Komunikasi (Forkom) UKM. Hingga kini, pertemuan terakhir untuk membahas masalah ini diadakan pada Kamis (31/3) di Ruang Sidang 3 Gelanggang Mahasiswa. Dalam pertemuan tersebut, pihak rektorat diwakili oleh Direktur Kemahasiswaan. Kesepakatan sementara, pembangunan akan tetap dilaksanakan dan mahasiswa masih diperbolehkan parkir di tempat semula selama masa transisi. Namun, hasil kesepakatan ini masih menunggu persetujuan dari rektor. Indah, Vina

Celetuk Keberadaan GMC...


DARI KANDANG

B21 Foto: Eka/Bul

Profesionalisme Komunitas Seminggu telah berlalu sejak pelantikan awak SKM UGM Bulaksumur yang baru. Euforia dan semangat pelantikan masih terasa hingga kini. Awak magang yang sudah resmi menjadi awak tetap makin sering mengunjungi rumah kami di perumahan dosen Bulaksumur B21. Tak hanya rapat, menulis, atau mengerjakan tugas-tugas lain. Kami juga berdiskusi, belajar, dan berkomunitas. Memang kebersamaan di Desa Kebangsaan begitu banyak meninggalkan memori pada setiap awak. Komitmen, janji, dan semangat untuk terus berjuang bersama menjadi langkah yang baik untuk terus maju. Para awak akan selalu berusaha meningkatkan profesionalisme mereka sebagai anggota sebuah pers mahasiswa. Kualitas produk kami yang akan berbicara mengenai hasil profesionalitas tersebut. Setelah pelantikan dilaksanakan, keakraban sesama awak SKM UGM Bulaksumur pun semakin terasa. Rasa canggung yang dialami pada awal perkenalan pun semakin menghilang. Inilah yang kami harapkan. Sebuah kedekatan dan rasa kekeluargaan antarawak. Kami juga berharap semoga keakraban itu tak lantas membuat para awak lupa akan tugas utama mereka. Kami tetap akan membuat produkproduk yang terbaik untuk Anda, para pembaca. Namun, kami harus pamit sejenak dari hadapan Anda. Ujian Tengah Semester harus kami lalui pula sebagai tanggung jawab menjadi mahasiswa. Selama Ujian Tengah Semester, Bulaksumur Pos akan vakum sejenak untuk menyapa Anda. Kami harap ujian ini tak menurunkan semangat para awak untuk menyajikan berita khas UGM untuk Anda. Terakhir, inilah Bulaksumur Pos yang kami persembahkan sebelum para awak fokus menghadapi ujian. Selamat membaca produk kami, dan selamat menjalani Ujian Tengah Semester. Penjaga Kandang

2

I 187

TAJUK Menjadi Mahasiswa Beretika Seorang pelajar kerap kali merasa dirinya superior tatkala menjadi mahasiswa. Gelar 'maha' ini menjadi penanda peralihan proses belajar yang selama ini terkukung dengan aturan yang ketat. Kelonggaran sistem belajar di perguruan tinggi sekilas memberikan kebebasan seluas-luasnya pada mahasiswa. Tak ada lagi upacara tiap hari Senin, jadwal piket, senam pagi, atau seragam yang terus sama bertahun-tahun. Ini menjadi sebuah kenyamanan tersendiri tatkala menyandang status sebagai seorang mahasiswa. Itulah sekilas pandangan umum tentang 'enaknya jadi mahasiswa'. Namun ternyata gelar 'maha' ini menuntut konsekuensi lebih besar daripada saat menjadi seorang pelajar yang penurut. Kebebasan yang diberikan pihak perguruan tinggi tetap mempunyai batasan yang harus ditaati. Kode etik disusun tak sematamata sebagai tata tertib kaku seperti yang terjadi semasa di sekolah dasar dan menengah. Namun justru dipilihnya sebutan kode etik adalah untuk membentuk mahasiswa yang beretika dan bertanggung jawab. Sayangnya, kode etik mudah diabaikan dan dianggap sekadar formalitas oleh mahasiswa. Kode etik dibuat tidak untuk sekadar menjadi peraturan, tapi untuk mendidik mahasiswa menjadi lebih dewasa dan berkualitas. Pihak penyusun kode etik pun diharapkan dapat menyusun kode etik yang paling tepat dan efektif. Saat seseorang sudah menjadi mahasiswa, saat itulah ia berada dalam hierarki tertinggi pembelajar. Jadi, mampukah kita beretika? Karena kalau tidak, itu sama saja mempermalukan diri kita sendiri. Tim Redaksi

Penerbit: SKM Bulaksumur. Pelindung: Prof Dr Soedjarwadi M Eng, Drs Haryanto M Si. Pembina: Drs Ana Nadhya Abrar MES. Pemimpin Umum: Beryl Girsang Sekretaris Umum:Syefi Nuraeni F. Pemimpin Redaksi: Rifki Amelia Fadlina. Sekretaris Redaksi:Febriani. Editor: Lutfia K. Redaktur Pelaksana: Anindita I, Annisa IT, Amanatia J, Aghnia RS, Dwi AP, M Izuddin, Noor RW, Novrita H, Ontin F, Primastuti MW, Risa L, Salsabila S, Sarah K, Shinta DJ, Siti Alifah FD, Tifani WS, Yogi A, Yurianti D. Reporter: Adinda RK, Ahmad SPU, Dewi AN, Emma AM, Franciscus ASM, Indah P, Kalikautsar, Khairunnisa, Laila N, Mestika EA, Muhammad FA, Pipit N, Pipit S, Putri EJ, Resti P, Rheza RU, Sekar L, Tri P, Vinalia EW, Winny WM, Yusuf AW. Manajer Iklan dan Promosi:Diah Sri Utari. Sekretaris Iklan dan Promosi: Gina DP. Staf Iklan dan Promosi: Aprilianto S, Berta MS, Budi L, Galih R, Yanuar M, Cicilia LG, F Yogi, Febrianti R, Helmi A, Indy F, Mumpuni GL, Rizka K, Rio HP, S Ardhi R, Tina TH, Yuli NS, Agung A, Anggrata A, Daimas, Dewinta P, Dyta WEP, Faiz IP, Firsty, Gaiety S, Hanum SN, Hardita L, Irsa NP, Lukluk S, Oki PS, Rendi R, Ridha A, Rizky Y, Ulya A, Yong WA. Kepala Litbang: Sidiq Hari Madya. Sekretaris Litbang: Rizkiya AM. Staf Litbang: Aziz S, Dwi A, Junaedi G , Rizal Y, Erik BS, Satria Aji I, Erwinton S, M.Kevin J, Isnaini R, Rahmi SF, Robertus SP, Shabrina HP, Tyas NA, Wandi DS. Kepala Produksi: Remo Adhy Pradhana. Sekretaris Produksi: Arrina M. Korsubdiv Fotografer: Rizky A. Anggota: Anditya EF, Hale AW, Imam S, Qholib GHS, Ardian ABS, Ahmad FR, Novandar DPA, Zakiah I. Korsubdiv Lay-Outer: Dian K. Anggota: Addina F, Ahmad W, Pandu Wira MS, Yoana WK. Damar PW, Ferdi A, Fitri CSH, M. Rohmani, Nisa TL. Korsubdiv Ilustrator: Bayu A. Anggota: Arsoluhur, Ardista K, Fikri RK, Irma S, Ivandhara W, Malika M. Korsubdiv Webdesain: Ali Iqbal. Anggota: Chilmi N, Danastri RN, Geni S. Alamat Redaksi, Iklan dan Promosi: Bulaksumur B-21 Yogyakarta 55281. Telp: 085743365952. E-mail: bulaksumur_mail@yahoo.com. Homepage: http://www.bulaksumurugm.com. Rekening Bank: Bank Danamon Cabang Kusumanegara Yogyakarta 3518201938 a.n. Diah Sri Utari.


CELETUK

Keberadaan GMC di Tengah Mahasiswa UGM

Gama Medical Center (GMC) merupakan fasilitas kesehatan untuk semua mahasiswa UGM. Ketika sakit, semua mahasiswa UGM dapat berobat ke GMC tanpa biaya sepeser pun. Atau bisa juga mahasiswa UGM berobat ke rumah sakit yang menjalin kerjasama dengan GMC sehingga memperoleh pengurangan biaya. Selain itu, masih banyak fasilitas yang tersedia di GMC antara lain fitness center, yoga, dan lain-lain. Kartu GMC menjadi syarat utama mendapatkan fasilitas-fasilitas tersebut. Bagi sebagian mahasiswa, kehadiran GMC sangat menguntungkan. Banyak mahasiswa terutama yang berasal dari luar Yogyakarta memilih berobat ke GMC ketika sakit. Ada pula yang memilih GMC sebagai tempat latihan fitness ataupun yoga. Sayangnya, sebagian mahasiswa belum memanfaatkan fasilitas tersebut. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Kurangnya informasi lengkap mengenai GMC menjadi salah satu faktor utama. Masih banyak mahasiswa yang belum tahu lokasi GMC apalagi setelah pindah ke lokasi baru. Banyak pula yang belum tahu ada fasilitas apa saja di

sana. Bahkan informasi kecil seperti kartu GMC yang diperbarui tiap semester pun, tak semua mahasiswa mengetahuinya. Memang informasi mengenai GMC sebenarnya sudah diberikan kepada mahasiswa baru. Namun, mungkin kurang ada perhatian dari pihak mahasiswa sendiri mengenai hal ini. Pelayanan dari GMC yang kurang menyenangkan juga menjadi salah satu faktornya. Beberapa mahasiswa yang pernah berobat di GMC merasa bahwa dokter GMC seperti 'peramal'. Biasanya cukup dengan mendengarkan keluhan, dokter GMC sudah bisa mendiagnosis penyakit dan menentukan obatnya. Hal ini sering menimbulkan keraguan dan ketidakpercayaan para pasien. Sebenarnya bisa saja para dokter tersebut memang berpengalaman sehingga bisa mendiagnosis penyakit hanya dari gejalanya saja. Namun tetap saja hal tersebut menimbulkan keraguan, apakah diagnosisnya akurat atau tidak. Mengenai informasi yang dirasa kurang, hal ini seharusnya menjadi kesadaran mahasiswa. Siapa pun yang ingin ke GMC entah untuk latihan fitness, yoga, ataupun menggunakan fasilitas GMC lainnya harus mengetahui informasi mengenai GMC. Jika informasi yang didapat dirasa kurang, tak ada salahnya untuk bertanya lebih lanjut baik kepada mahasiswa yang mengetahui ataupun pihak fakultas. Pengalaman yang kurang menyenangkan pun bukan suatu halangan. Tak semua orang memiliki tipe yang sama, demikian halnya para dokter. Cara dokter memeriksa dan mendiagnosis pasiennya tentu

saja berbeda. Memang, setiap orang hanya cocok diperiksa dengan cara-cara tertentu. Ada yang merasa lebih nyaman ketika diperiksa secara menyeluruh. Namun ada pula yang merasa lebih efisien bila dokter yang memeriksanya sudah mengetahui penyakitnya hanya dengan melihat gejalanya saja. Ini memang pilihan masing-masing orang. Akan lebih baik bila kita mengetahui dokter mana yang paling sesuai untuk kita. Jika memang tak ada dokter yang sesuai untuk kita di GMC, masih ada rumah sakit. Tentu saja dengan pertimbangan rumah sakit yang menjalin kerjasama dengan GMC. Kita dapat memperoleh pengurangan biaya di rumah sakit tertentu. Kembali lagi, hal ini merupakan pilihan kita masingmasing. Sebagai mahasiswa UGM yang mendapat fasilitas dari GMC, tentu akan sangat sia-sia jika fasilitas tersebut tidak kita gunakan. Dukungan dan peran serta mahasiswa UGM sebagai sasaran utama GMC sangat dibutuhkan untuk perkembangan GMC kedepannya. Robertus Sonny Prakoso Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik UGM 2010

SKM UGM BULAKSUMUR menerima tulisan berupa opini seputar mahasiswa atau kehidupan kampus. Kirimkan tulisan anda ke alamat email litbangbulaksumur@gmail.com atau kirimkan ke sekretariat kami di kompleks perumahan dosen UGM Jl. Kembang Merak Bulaksumur B21, Yogyakarta 55281. Panjang tulisan 500-600 kata. Editor berhak menambah atau mengurangi tulisan tanpa mengubah substansi.

3


FOKUS FOKUS

Mengatur Tata Perilaku Mahasiswa Melalui Kode Etik Kode Etik Mahasiswa UGM diharapkan menjadi tahap baru untuk mewujudkan mahasiswa yang tertib dan terarah.

Universitas saat ini tengah menyusun langkah baru untuk mengarahkan kepribadian mahasiswa. Hasil penyusunan tersebut akan dikenal dengan Kode Etik Mahasiswa UGM. Kode etik ini berisi penjelasan hak dan kewajiban mahasiswa. Selain itu, kode etik juga menjelaskan hubungan antara mahasiswa dengan universitas, dosen, karyawan dan antarmahasiswa. Proses penyusunan Proses pembuatan Kode Etik Mahasiswa UGM ini memakan waktu yang cukup lama. Tim khusus penyusun kode etik telah dibentuk sejak 2008. Pembentukan tim perancang kode etik melalui proses yang cukup panjang dan beberapa kali mengalami perombakan. Saat ini tim tersebut terdiri dari para wakil dekan kemahasiswaan dari masing-masing fakultas. Pada awalnya, para wakil dekan ini hanya dimintai masukan dan pendapat mengenai rancangan yang sudah disusun oleh tim sebelumnya. Namun, Drs Haryanto MSi selaku Direktur Kemahasiswaan kemudian memutuskan untuk memasukkan para wakil dekan ini ke dalam tim penyusun. Hingga kini kode etik masih dalam tahap penyusunan dan revisi. “Sudah dua kali rancangan tersebut dibahas, tetapi masih perlu disempurnakan lagi, dari pasal demi pasal termasuk tata bahasa Indonesianya,” papar Sunarto SSos MM, Sekretaris Direktorat Kemahasiswaan. Selanjutnya, rancangan Kode Etik Mahasiswa UGM akan diajukan ke Majelis Guru Besar (MGB) dan Senat Akademik sebagai penentu kebijakan. Rancangan ini juga perlu mendapat pengesahan dari

4

I 187

Majelis Wali Amanat (MWA) selaku Dewan Kehormatan Kode Etik Mahasiswa UGM beserta rektor. WMA berperan sebagai badan tertinggi yang diketuai oleh Amien Rais. Di dalam MWA terdapat perwakilan dari dosen, pegawai, mahasiswa, tokoh masyarakat, dan pemerintah. Menurut Sunarto, setelah

menjadi payung resmi untuk mengatur kode etik yang kini tengah disusun. Kode Etik Mahasiswa UGM akan berlaku untuk seluruh mahasiswa. Saat ini, memang dari masing-masing jurusan telah ada ketentuan yang berlaku untuk mengatur mahasiswa. Peraturan tersebut ada yang sudah tertulis ataupun sebatas lisan. Oleh karenanya, perlu kerjasama antara universitas, fakultas, maupun jurusan agar kode etik yang disusun tak bertentangan satu sama lain. “Kalau masing-masing fakultas membuat kode etik sendiri, ditakutkan terjadi ketidakseragaman. Namun bila ada payungnya yaitu SK rektor, semuanya akan jelas,” terang Sunarto. Sosialisasi dengan para mahasiswa akan dilakukan sebelum kode etik disahkan. Hal ini untuk menghindari perselisihan dengan mahasiswa. “Sangat diperlukan sosialisasi dan seharusnya diadakan. Bul / a Ich Diusahakan kode etik ini Ilus : tidak membatasi ruang gerak mahasiswa dalam beraspirasi,” tegas Sunarto. pengesahan, kode etik ini masih bisa Dalam sosialisasi tersebut, direvisi kembali sesuai dengan situasi dan mahasiswa akan mempelajari rancangan kondisi. Namun, hingga kini belum ada kode etik terlebih dahulu. Dengan kepastian kapan rancangan Kode Etik begitu, akan terlihat bagian mana yang Mahasiswa UGM selesai disusun dan tidak cocok antara keinginan universitas disahkan. “Harapannya sebelum dan mahasiswa. Mahasiswa juga dapat mahasiswa baru (angkatan 2011,-Red) menyampaikan kritik maupun saran masuk, rancangan tersebut sudah jadi kepada pihak perancang kode etik. dan kemudian akan segera disosialisasikan kepada mahasiswa baru Adinda, Kautsar maupun mahasiswa lama,” ujar Sunarto. Penyeragaman Selain rancangan kode etik yang belum selesai, Surat Keputusan (SK) rektor terkait kode etik ini pun belum diturunkan. Nantinya, SK ini akan


FOKUS FOKUS

Publikasi Dini Rancangan Kode Etik Mahasiswa Meski belum disahkan, rancangan Kode Etik Mahasiswa UGM telah dipublikasikan di beberapa situs.

Kode Etik Mahasiswa UGM saat ini masih berada dalam tahap penyusunan. Namun, beberapa situs seperti situs resmi UGM dan Fakultas Geografi telah mempublikasikan rancangan kode etik ini. Basuki SIP, Kepala Subdivisi Administrasi dan Pengembangan Kemahasiswaan, menegaskan bahwa rancangan yang ada di situs tersebut belum sempurna. Rancangan tersebut masih harus melewati banyak tahapan. “Draft (rancangan,-Red) tersebut sudah lama dipublikasi sejak 12 Juni 2007. Rencananya link-nya akan di-remove dari situs terkait,” jelas Basuki. Sementara ini, rancangan Kode Etik Mahasiswa UGM tersebut berisi 10 pasal. Peraturan pelengkap Rancangan kode etik mahasiswa masih harus menempuh jalan panjang untuk bisa disahkan. Menginjak tahun keempat pembentukan tim khusus perancang kode etik, peraturan ini belum selesai juga. Perubahan dalam rancangan kode etik masih terus dilakukan, baik dari segi isi maupun teknis penulisan. Kode etik yang dibuat pihak universitas ini menambah daftar peraturan bagi mahasiswa UGM. “Kode etik itu dibuat untuk mengatur tingkah laku yang tidak diatur secara spesifik di peraturan yang ada,” terang M Fajrul Falaakh SH MA MSc, staf pengajar Fakultas Hukum menjelaskan peranan kode etik secara umum. Kode etik diperlukan untuk mendukung peraturan lain yang telah ada. Oleh karenanya, kode etik berisi ketentuan yang belum

dituliskan di peraturan terdahulu. Fajrul mengungkapkan, adanya kode etik tak akan menimbulkan dualisme hukum atau pembebanan yang berlebih pada mahasiswa. Ia menambahkan, setidaknya ada empat hal penting mengenai Kode Etik Mahasiswa UGM. Pertama, Kode Etik

a/Bul

Ilus : Irm

Mahasiswa adalah perincian dari peraturan yang telah ada. Kedua, Kode Etik Mahasiswa itu berintegrasi dengan peraturan yang telah ada. Ketiga, adanya pengesahan dari pihak universitas. Keempat, subyek yang diatur, yaitu mahasiswa, diberi kesempatan untuk menyampaikan aspirasinya dalam pembuatan kode etik ini. Apabila keempat ketentuan tersebut berhasil dipenuhi, maka Kode Etik Mahasiswa UGM akan menjadi produk universitas yang saling melengkapi peraturan lain. Isi kode etik pun tak akan merugikan pihak-pihak yang bersangkutan.

Tanggapan mahasiswa Rancangan Kode Etik Mahasiswa UGM yang telah dipublikasikan mendapat berbagai tanggapan dari mahasiswa. Sebagian mahasiswa merasa kode etik tersebut wajar untuk menjaga ketertiban di kalangan mahasiswa dan hubungan dengan civitas akademika lainnya. “Kode etik itu sifatnya wajib buat mengatur setiap elemen civitas UGM,” ucap Roy (Sastra Jepang '09). Menurutnya, sebagian besar pasal di rancangan kode etik itu sudah bagus dan bisa diterapkan oleh semua mahasiswa.

Namun, beberapa mahasiswa berpendapat adanya kode etik akan menambah beban dalam studi dan berorganisasi. “Kode etik itu sifatnya perlu nggak perlu, tergantung isi dan implementasinya nanti gimana,” ungkap Gibran (Hukum '09). Kode etik diharapkan tak menghambat aktivitas mahasiswa. Hal senada juga dilontarkan Reza ( Hukum '08), Menteri Kajian Strategi BEM KM UGM. “Mahasiswa harus jeli dan kritis membaca kode etik itu. Kalau ada konten yang tidak sesuai maka mahasiswa masih dimungkinkan mengajukan draft tandingan,” tutur Reza. Aditya

5


PEOPLE INSIDE

Mahasiswa Pertama, Berkarya Hingga Usia Senja Tak hanya menjadi saksi berbagai dinamika universitas, Hardjoso juga menyumbangkan banyak ide untuk kemajuan kampus ini.

Foto: Ijat/Bul

Meski usianya tak lagi muda, ia masih semangat untuk berkarya. Berbagai pengalaman kerja dan prinsip yang kuat semakin menambah semangatnya untuk terus melangkah. Ia juga menjadi saksi berbagai kejadian di awal kelahiran kampus ini. Ialah Prof Ir Hardjoso Prodjopangarso, mahasiswa pertama UGM. Pensiun dini Sebelum masuk UGM, pada 1944 Hardjoso tercatat sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik (STT) Yogyakarta. STT sendiri merupakan cikal bakal Fakultas Teknik universitas ini. Ketika UGM resmi berdiri pada 1949, ia langsung mendaftar di Jurusan Teknik Sipil. Oleh karenanya, Hardjoso memiliki NIM yang cukup unik, FT 1. Hardjoso memilih Jurusan Teknik Sipil dengan tujuan untuk mengabdi kepada masyarakat. “Saya ingin melayani masyarakat, maka dari itu masuk Sipil. Teknik yang mengurusi bangunan melayani masyarakat seperti pembangunan jalan, jembatan, dan pelabuhan,” ungkap Hardjoso. Selepas dari UGM, Hardjoso sempat mengecap pengalaman sebagai staf pengajar di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1955. Karirnya di UGM dimulai pada 1958 sebagai staf pengajar Fakultas Teknik. Gelar guru besar

6

I 187

akhirnya diraih Hardjoso pada 1967. Kemapanan sebagai staf pengajar tak membuat Hardjoso berhenti di satu titik. Pada 1980, ia memutuskan untuk pensiun dini dari statusnya sebagai staf pengajar. Tak ada yang menyangka ia akan mengambil keputusan tersebut. Tak sedikit pertentangan yang harus ia hadapi ketika memutuskan untuk berhenti. “Yang setuju hanya rektor pada waktu itu, Sukadji. Itu (pensiun dini,Red) adalah hak asasi Pak Hardjoso,” terangnya menirukan perkataan rektor kala itu. Keinginan Hardjoso untuk pensiun dini sudah bulat. Ia memiliki tujuan tersendiri dengan keputusannya tersebut. “Saya keluar supaya saya bisa lebih membantu UGM,” jelasnya. Perkataan itu benar-benar ia buktikan dalam setiap lembaran catatan perjalanan karirnya. Terus mengabdi Dalam perjalanan karirnya, Hardjoso mempunyai prinsip bahwa setiap suku bangsa memiliki teknologi tradisional warisan nenek moyang. Prinsip tersebut selalu ia gunakan dalam setiap bidang keilmuannya. Di antaranya dengan menjadi salah satu perwakilan UGM pada Wisdom 2010 lalu. Ia telah membuktikan bahwa teknologi dapat dikaitkan kedudukannya dengan kearifan lokal untuk menciptakan nilai luhur. “Bagian akademis yang minta saya untuk mewakili. Bukti bahwa maksud saya minta keluar (pensiun dini,-Red) untuk lebih bisa membantu,” ungkapnya. Prinsip yang terus ia yakini juga membuat Hardjoso meraih berbagai prestasi. Di antaranya yaitu Satya Lencana Pembangunan 1974. Selain itu,

ada pula penghargaan di bidang ilmu dan teknologi dari Presiden Soeharto pada 1977. Prinsip kearifan lokal ini juga digunakan oleh UGM sebagai salah satu garis besar akademik. Meski tak lagi menjadi staf pengajar UGM, Hardjoso terbukti menepati janjinya untuk tetap membantu almamaternya. Saat ini, ia masih bekerja di kantor Proyek Perencanaan Pembukaan Persawahan Pasang Surut (P4S) UGM. Di usianya yang menginjak 88 tahun, ia tetap aktif bekerja meski harus diantar jemput setiap harinya. Saat ini Hardjoso tinggal bersama istri, dua anak, dan dua cucunya di Jalan Yos Sudarso Nomor 23, Yogyakarta. Sebagai alumni yang banyak mengalami dinamika UGM, ia mengurai banyak harapan untuk almamaternya. Salah satunya, ia berharap konsep kearifan lokal yang diusungnya tetap diterapkan di universitas ini. Nisa, Resti


KAMPUSIANA

Menarik Perhatian dengan Menggambar Kembali UGM Dalam rangka mengembangkan minat mahasiswa dalam bidang kewirausahaan, Departemen Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) mengadakan perlombaan ide bisnis. Perlombaan ini mengusung tema “Go Green”. Lomba bertajuk Super Code Green Enterpreneurship 2011 “Implementasikan Bisnismu!” ini mengajak para mahasiswa untuk mengembangkan ide-ide bisnisnya menjadi nyata. Perlombaan terbuka untuk mahasiswa tingkat S1 di wilayah Yogyakarta. Untuk mengikuti Super Code 2011, peserta yang telah membentuk tim harus mengirimkan proposal rencana bisnis mereka. Panitia mengharuskan tim ini terbentuk dari universitas yang sama karena akan membawa nama almamater masing-masing. Sesuai dengan tema yang diusung, proposal yang diajukan harus memuat usaha ramah lingkungan. “Sekarang ini sudah zamannya global warming, banyak

banget sampah. Jadi sebisa mungkin kita harus memperbaiki lingkungan. Jika bukan kita, siapa lagi,” ungkap Yowan ( Teknik Industri '09), panitia Super Code 2011. Proposal-proposal yang telah dibuat peserta akan diseleksi hingga terpilih lima yang terbaik. Kelima proposal tersebut akan diberi dana untuk mewujudkan ide bisnis yang telah dirancang. Di tahap ini, kriteria penilaian di antaranya orisinalitas proposal, keikutsertaan ide bisnis di perlombaan lain, kreativitas, dan tingkat kemungkinan realisasi. Selanjutnya, akan diadakan penilaian terhadap bisnis tersebut selama satu setengah bulan. Puncaknya, pada 27 Mei, kelima tim terpilih yang telah menjalankan bisnis tersebut akan mempresentasikan usaha mereka untuk menentukan juara pertama. “Selain

Foto: Novan/Bul

dana untuk merealisasikan ide mereka, kami juga akan memberikan hadiah berupa uang tunai bagi juara pertama, kedua, dan ketiga. Hadiah uang tunai ini terpisah dari biaya yang akan diberikan bagi perealisasian ide mereka,” tutup Yowan. Sekar

Super Code 2011, Wirausaha Peduli Lingkungan lingkungan kampus sebagai tempat belajar dengan segala fenomena yang ada saat ini. Selain pameran lukisan, acara ini juga dimeriahkan dengan talkshow yang dilaksanakan pada Rabu (30/3). Talkshow mengundang dua narasumber, Danang Catur yang membahas pengembangan komunitas, dan Kurnia Harta Winata tentang Foto: Rizki/Bul pengalamannya sebagai komikus. Sebagai suatu pameran seni, acara ini Dalam rangka pengenalan cukup menyedot partisipasi mahasiswa komunitas, Kelompok Menggambar untuk mengirimkan lukisannya. “Niatnya Minggu Sore (KMMS) mengadakan sebenarnya sih, cuma di lingkungan pameran bersama dengan tema intern mahasiswa UGM, tapi karena ada “Menggambar Kembali UGM”. Acara juga mahasiswa luar UGM yang ingin, ya dibuka oleh Herlambang, penggiat UKM monggo,” jelas Saiful (Komunikasi '06), Seni Rupa, pada Selasa (29/3) lalu. panitia acara tersebut. Mahasiswa dari Pameran berlangsung selama seminggu luar UGM yang mengikuti pameran ini sampai Minggu (3/4). Pameran ini adalah mahasiswa dari UNY dan dilaksanakan di ruang sidang Gelanggang Universitas Atmajaya. Mahasiswa. Tujuannya untuk mengetahui Lukisan-lukisan yang dipajang pandangan mahasiswa UGM tentang

terdiri dari berbagai macam tema seperti akademik, pembangunan, kebijakan, dan lainnya. Dari sekian lukisan, tema yang lebih banyak diambil adalah seputar kebijakan UGM, yaitu Kartu Identitas Kendaraan (KIK). Harapannya, acara ini menarik lebih banyak lagi mahasiswa yang berkarya dalam bidang seni rupa dan bersamasama merangkul para seniman. Pameran ini cukup menyedot perhatian banyak mahasiswa. Perhatian tersebut diwujudkan dalam berbagai pendapat. “Sebagian besar dari pameran ini bertema KIK, sedangkan KIK itu pro dan kontra. Jadi menurutku KIK itu tidak bisa menggambarkan UGM secara keseluruhan,” papar Wahyu (Gizi Kesehatan '10), salah satu pengunjung pameran tersebut. Ita

7


12

I 176


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.