3. Topik pembelajaran yang berangkat dari minat anak, kontekstual, dan tidak memisahkan anak dari identitas budayanya Dalam tulisannya, Ki Hadjar Dewantara menekankan bagaimana dekatnya minat anak dengan alam dan masyarakatnya (Dewantara, 1977: 287). Hubungan kedekatan dengan alam dan masyarakatnya ini perlu untuk dijaga supaya anak tidak kehilangan jati dirinya. Hal ini juga yang dicita-citakan dalam profil pelajar Pancasila, yaitu terbentuknya pelajar Indonesia yang memiliki karakter berkebinekaan global, namun tetap tidak kehilangan identitas atau jati dirinya. Contoh lebih jelas tentang bahasan ini juga dapat dilihat di Bab 1 pada bagian prinsip-prinsip pembelajaran. Selain penekanan pada konteks masyarakat yang mendukung pembentukan jati diri anak, alam menjadi hal penting lain yang disoroti oleh Ki Hadjar Dewantara. Kedekatan anak dengan alam juga dipandang penting terutama dalam dunia sekarang. Dalam beberapa dekade terakhir ini, interaksi anak dengan alam dirasa semakin minimal sehingga dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan dan tumbuh kembang anak (Cordiano et al., 2019; Departement of Conservation, 2011; North American Association for Environmental Education et al., 2017). Inilah yang mendasari munculnya pendekatan berbasis alam. Dalam penjelasan sederhana, pendekatan pembelajaran berbasis alam adalah pembelajaran yang memfasilitasi terjadinya interaksi antara anak usia dini (usia 0-8 tahun) dengan alam (Larimore, 2016; Samara Early Learning, 2021). Pendekatan ini meyakini bahwa interaksi dengan alam akan mendukung semua area perkembangan anak secara optimal. Satu hal yang menarik dari pendekatan berbasis alam adalah selain mendukung penguatan CP jati diri pada anak, pendekatan berbasis alam memiliki potensi penguatan CP nilai agama dan budi pekerti. Pendekatan ini memiliki potensi untuk meningkatkan kepekaan rohani dan kepekaan rasa anak terhadap alam. Dapat dikatakan bahwa pendekatan pembelajaran berbasis alam memiliki tujuan ganda: mengoptimalkan perkembangan anak, sekaligus memastikan terjaganya kelestarian alam. Alam tidak hanya dipandang sebagai alat untuk melayani ketercapaian perkembangan anak, tetapi dipandang sebagai rekan yang setara. Alam dipandang sebagai sesama ciptaan Tuhan, sehingga perlu dijaga dan dilestarikan. Anak belajar kode etik tentang pelestarian lingkungan alam dan sebagai bonusnya adalah perkembangan anak di semua area juga akan teroptimalkan. 4. Pelibatan orangtua dan masyarakat sebagai mitra Dalam tulisannya, Ki Hadjar menyebutkan adanya sistem trisentra. Beliau menga takan bahwa dalam hidup anak-anak, ada tiga sentra penting yang menjadi pusat pendidikan mereka, yaitu sekolah (satuan PAUD), keluarga, dan masyarakat. Satuan PAUD sebagai titik pusat dari persatuan ketiganya memegang peran sebagai jembatan keterhubungan antara keluarga dan masyarakat. Nilai filosofis ini masih terkait erat dengan poin sebelumnya. Pelibatan orangtua dan masyarakat sebagai Bab 3 Pengalaman Belajar yang Bermakna Bagi Anak Usia Dini
57