2 minute read

Gambar 3.8 Membuat pupuk kompos dari sampah organik

Anak-anak bersahutan menjawab. Ada yang menyampaikan plastik, kertas, daun bungkus tempe, plastik bekas jajanan, sisa racikan sayur, kulit bawang, dsb. Jawaban anak-anak menunjukkan bahwa belum ada pemilahan sampah di rumah.

Pak Damar : Wah, sampah di rumah belum ada yang dipilah ya. Pernahkah kalia perhatikan, dalam sehari ada berapa kantong plastik sampah yang dihasilkan di rumahmu? Bayu : Tiap malam, tugasku membantu ayah membawa kantong yang penuh sampah ke depan pagar. Biar diambil tukang sampah. Biasanya ada dua kantong yang penuh sampah Ida : Kalau di rumahku, 1 kantong sampah yang besar. Kan di rumah ada enam orang. Ada ayah, ibu, dua orang kakak dan mbak. Jadi, sampahnya banyak.

Advertisement

Selain Bayu dan Ida, sebagian besar anak menjawab tidak tahu karena mereka tidak pernah memperhatikan. Pak Damar juga mengajak anak untuk berdiskusi tentang sampah yang ada di lingkungannya. Pak Damar : Seperti apa kebersihan lingkungan tempat tinggalmu? Andi : Di jalan depan rumahku itu banyak pohon. Ada pohon palem yang besar juga. Jadi kalau pagi banyak daun kering. Bayu : Sering ada bekas bungkus jajanan di depan rumah, Pak. Marta : Kalau habis hujan, di depan rumah jadi banyak sampah. Kata bapakku, itu sampahnya terbawa air hujan. Pak Damar : Ada yang sampahnya daun-daun kering, ada yang bekas jajanan. Di tempat Marta malahan dapat kiriman sampah kalau hujan. Menurut kalian, mengapa dapat terjadi seperti itu? Bayu : Kayaknya karena tidak ada tempat sampah di luar pagar rumah. Ida : Tapi kan tetap saja nggak boleh buang sampah sembarangan begitu. Aku diajari ibuku, kalau habis makan jajanan, bungkusnya disimpan dulu sampai ketemu tempat sampah. Andi : Kalau sampahnya dari daun kering yang pada jatuh bagaimana? Kan juga harus dibersihkan. Bayu : “Iya…...dibersihkan, lalu dimasukkan di tempat sampah yang ada di luar pagar.” Pak Damar : Berarti, ada sampah yang dari daun-daun, ada sampah dari bekas kemasan. Coba sekarang kalian lihat isi tempat sampah sekolah. Kita lihat ada sampah apa saja? O, iya, apa yang harus kamu lakukan sebelum membongkar sampah?

28 Buku Panduan Guru Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila untuk Satuan PAUD

Andi : Pakai sarung tangan, Pak. Bayu : Pakai masker juga biar nggak bau. Anak-anak memakai sarung tangan dan masker kemudian membongkar sampah yang ada di tempat sampah.

Pak Damar meminta anak-anak untuk mengamati sampah dan mencoba untuk mengelompokkan sesuai dengan jenisnya. Ida : Ini yang sampah daun dan kulit pisang jadi satu kan, Pak? Pak Damar : Ya, betul. Andi : Serutan pensil dikelompokkan di mana, Pak ? Marta : Serutan pensil jadi satu sama kertas kah, Pak? Pak Damar : Coba kalian amati, pensil dibuat dari apa ya? Coba dipegang dan diteliti. Anak-anak berebut untuk mengambil pensil dan mulai meneliti pensil. Bayu : Kayaknya kayu ya, Pak? Marta : Masa kayu keras kayak gini? Tiba-tiba Andi mengambil serutan pensil dan meremasnya lalu berseru, “Ini kayu, kok!” Pak Damar : Kalau memang itu kayu, serutannya mau dikelompokkan ke mana? Andi : Jadi satu dengan sampah daun aja. Marta : Berarti jadi satu sama stik es krim juga, ya?

Pak Damar kemudian menjelaskan bahwa sampah daun, kayu, dan kulit buah itu dikelompokkan dalam sampah alam/organik. Pak Damar menunjukkan 5 tempat sampah yang telah disiapkan dengan warna berbeda untuk menampung sampah yang dipilah, kemudian menjelaskan peruntukan masing-masing tempat sampah tersebut.

Organik Plastik Sampah B3 Kertas Residu

Warna hijau untuk sampah organik (alam). Warna kuning untuk sampah plastik. Warna merah untuk sampah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Warna biru untuk sampah kertas. Warna abu-abu untuk sampah residu.

BAB 3 Rancangan Projek Pelajar Pancasila

29

This article is from: