3 minute read
Gambar 3.47 Anak membaca buku pop up
Raka : Kan bisa ditumpuk menjadi menara, terus dilemparnya bisa pakai sandal atau bola. Bu Lina : Bagaimana dengan teman-teman yang lain? Apakah kita akan mencoba main ganepo menggunakan kaleng? Berto : Mainnya yang pakai ranting berarti besok pagi? Bu Lina : Iya, boleh seperti itu, apabila yang lain juga setuju. Anak-anak akhirnya sepakat mencoba main ganepo menggunakan kaleng dengan alat pelemparnya bola karet.
Ketika permainan sudah berjalan dua putaran, Bu Lina mengajak anak-anak untuk berbincangbincang.
Advertisement
Bu Lina : Bagaimana rasanya main ganepo menggunakan kaleng? Caca : Gampang sekali, Bu, nyusun menaranya. Syakil : Menurutku malah terlalu gampang... tantangannya kurang. Bu Lina : Mengapa kalian berpendapat seperti itu? Dina : Kaleng-kaleng itu gampang sekali ditumpuknya. Sekali coba pasti langsung jadi. Beda kalau pakai pecahan pot atau sandal. Raka : Kalengnya juga besar, jadi gampang dilempar pakai bola. Bu Lina : Apa yang bisa kalian lakukan supaya ganepo yang pakai kaleng menjadi lebih menantang? Berto : Apa, ya? Bu Lina : Mungkin dengan mengubah aturan mainnya? Caca : Apa jaraknya yang lebih jauh? Tadi kan 10 langkah, diubah jadi 15 langkah. Biar lebih susah melempar menaranya. Bu Lina : Ide yang bagus, Ca. Ada lagi yang punya ide berbeda? Syakil : Yang jaga berhitungnya sampai 15. Bu Lina : Mengapa yang jaga harus tambah banyak menghitungnya? Syakil : Nyusun kalengnya, kan gampang banget, jadi yang jaga harus menghitung lebih lama supaya pemain lain tidak terburu-buru mencari tempat sembunyi.
Gambar 3.42 Tumpukan kaleng untuk bermain ganepo Sumber foto: KB Little Star Kids Activity Centre Salatiga (2021)
102 Buku Panduan Guru Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila untuk Satuan PAUD
Bu Lina : Oh...begitu. Raka : Kita coba dulu, ya, Bu? Bu Lina : Masih ada waktu, kok. Silakan main lagi.
Anak-anak bermain lagi dengan menggunakan aturan main baru, yaitu jarak lempar 15 langkah dan penjaga menghitung sampai 15. Sebelum anak-anak pulang, seperti biasa, Bu Lina mengajak anak-anak untuk mengevaluasi permainannya. Bu Lina : Setelah ada perubahan aturan main, apakah menjadi lebih menantang? Caca : Jadi lebih susah, sih melemparnya, karena jaraknya jauh Syakil : Iya, betul, aku tadi beberapa kali meleset. Raka : Besok pagi kita masih main ganepo, kan, Bu? Berto : Tadi kita belum jadi mencoba yang pakai ranting. Bu Lina : Iya, kalian betul. Besok pagi, kita mencoba main ganepo pakai ranting.
Kegiatan Hari Kelima: Bermain Ganepo dengan Ranting
Setelah mencoba bermain ganepo menggunakan batu kecil, pecahan genting dan pecahan pot, sandal, serta kaleng biskuit, hari ini anak-anak akan menggunakan ranting kecil.
Bu Lina : Apakah hari ini kalian siap mencoba main ganepo pakai ranting? Serempak anak-anak menjawab: “Iyaa!” Bu Lina : Apakah aturan mainnya ada yang akan diubah? Kemarin saat main pakai kaleng, jaraknya diubah menjadi 15 langkah, lalu penjaganya menghitung sampai ke-15. Caca : Pakai aturan main yang lama saja. Anak-anak bersahutan menyatakan persetujuannya. Syakil : Kita main saja dulu, nanti baru tahu ada yang harus diubah atau tidak.
Anak-anak mulai mencoba menyusun ranting kering menjadi bentuk piramid. Mereka mengalami kesulitan karena panjang ranting kering tidak sama. Ranting yang disusun beberapa kali roboh. Anak-anak nampak mencoba beberapa posisi ranting supaya bisa menyusunnya menjadi bentuk piramid. Tiba-tiba Syakil memiliki ide untuk mengganjal ranting menggunakan pecahan pot.
BAB 3 Rancangan Projek Pelajar Pancasila
103
Gambar 3.43 Anak menyusun piramida dari ranting
Sumber foto: KB Little Star Kids Activity Centre Salatiga (2021)
Melihat hal tersebut, Bu Lina menanyakan, “Mengapa rantingnya harus diganjal bagian bawahnya?” Berto : Kalau tidak diganjal, rantingnya roboh terus, Bu. Raka : Soalnya, panjang rantingnya tidak sama. Bu Lina : Berarti, ranting tidak sama panjangnya sehingga harus diganjal supaya bisa disusun menjadi piramid? Apakah dengan cara mengganjal seperti itu, nanti ganepo mainnya bisa lancar?
Anak-anak tampak merenung berpikir. Sejenak kemudian, Berto menjawab, ”Ya, nggak enak, Bu, mainnya. Sudah susah banget pasangnya, pakai diganjel, terus nanti masih harus disusun ulang.” Bu Lina : Adakah cara lain yang bisa kalian lakukan untuk memecahkan masalah ini? Syakil : Aku tahu, Bu. Kita mainnya pindah di halaman saja... Bu Lina : Mengapa mesti pindah ke halaman? Syakil : Kalau di sini (maksudnya semen), kan keras, kalau di halaman ada tanahnya. Nanti, rantingnya sedikit ditancapkan ke tanah. Raka : Ayo dicoba … Pasangnya di halaman saja.
Anak-anak pun memindahkan ranting keringnya ke halaman. Ternyata, memang lebih mudah untuk menyusun piramid ranting di atas tanah. Walaupun demikian, mereka masih tetap harus mengganjal salah satu ranting dengan pecahan pot karena menurut mereka ranting tersebut kurang panjang. Satu per satu anak mencoba menegakkan ranting untuk membuat piramid.
104 Buku Panduan Guru Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila untuk Satuan PAUD