1 minute read

Gambar 2 Syarh Umm al-barahin, manuskrip, sekitar abad kesembilan belas

Next Article
Catatan

Catatan

pasti punya alasan tertentu bagi keraguannya. Meskipun Undang-undang Melaka mendudukkan “hukum Tuhan” sebagai yang lebih tinggi ketimbang adat setempat, mereka kerap lebih menyukai yang terakhir.9

Gambar 2. Syarh Umm al-barahin, manuskrip, sekitar abad kesembilan belas. (Koleksi penulis.)

Advertisement

Sulalat al-Salatin tidak banyak bicara tentang kekhasan hukum ataupun teks-teks yang digunakan di kesultanan. Isinya hanya memuat beberapa pertanyaan ke Pasai mengenai keabadian pahala dan hukuman Tuhan serta permintaan khusus untuk menjelaskan sebuah naskah yang dibawa ke Malaka oleh “Mawlana Abu Bakr”. Pertanyaan tersebut tampaknya terkait dengan perdebatan yang sedang terjadi mengenai pandangan mistikus Andalusia Ibn

This article is from: