PUBLICATION
P A P E R S news V O L U M E
I I
I S S U E
1 3
2 0 1 8
A P R I L
Dosen Kekinian : Digital dan Produktifitas Menghadapi revolusi industri 4.0, peran dosen dalam perguruan tinggi sangat penting dan strategis. Di era digitalisasi, seorang dosen harus mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi. untuk menghasilkan lulusan yang memiliki daya saing tinggi dan siap berkompetisi dibutuhkan dosen yang memiliki kompetensi inti keilmuan (core competence) yang kuat, mempunyai soft skill, critical thinking, kreatif, komunikatif dan mampu berkolaborasi dengan baik dengan mahasiswa. Dosen dituntut untuk berinovasi agar bisa meningkatkan produktifitasnya sebagai pengajar dan pendidik. Dosen harus bisa menyesuaikan diri dengan menghadirkan berbagai pembelajaran berbasis teknologi. Dosen bisa menghadirkam pembelajaran berbasis aplikasi, game atau visual lainnya. Tidak hanya tulisan tetapi juga dialihkan ke konten digital. Pola pembelajaran harus mampu mengikuti perkembangan teknologi sehingga mampu menghasilkan lulusan berdaya saing tinggi. Dosen juga berperan menebar passion dan menginspirasi mahasiswa serta menjadi teman bagi mahasiswa, teladan dan berkarakter. Tend Mahasiswa jaman now cenderung menyukai pembelajaran visual yang menarik dan menyenangkan. Dosen dapat menggunakan pembelajaran dengan video dalam penyampaian materi yang berat, agar mahasiswa semakin tertarik dan antusias untuk mengikuti proses belajar. Dosen juga dituntut mengikuti program kompetensi inti yang sesuai dengan kebutuhan revolusi industri 4.0. Salah satu kuncinya adalah inovasi. Kompetensi Digital dan Produktivitas Kampus di Era digital adalah salah satu kajian menarik kekinian. Bagaimana sebuah kompetensi digital ditumbuhkan dalam lingkungan akademik perguruan tinggi sehingga menjadi sebuah strategi dan langkah-langkah strategis guna peningkatan proses pendidikan yang dilakukan. Apa permasalahan dalam pemanfaatan teknologi digital mahasiswa, dosen,
dan tenaga kependidikan dalam proses mendapatkan informasi, mengevaluasi informasi, menciptakan dan meyebarkan knowledge baru memberikan gambaran kompetensi yang dibutuhkan guna keluar dari permasalahan yang ada.
Pemanfaatan, penggunaan dan kompetensi digital mejadi solusi dan strategi dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada pada perguruan tinggi khususnya dalam menghadapi era pendidikan modern. Kompetensi Knowledge Assembly, Etika Komputer, Internet Searching, Content Evaluation, Knowledge Assembly, Manajement Data, Security Computer, Backup Data, Hypertextual Navigation, dan Maintenance Computer merupakan sebuah keharusan yang menjadi penting terhadap operasinal pendidikan. Mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan diharapakkan mencapai dan memiliki kompetensi digital untuk keluar dari permasalahan yang ada, lebih lanjut akan memberikan kontribusi besar terhadap tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Impelemntasi kompetensi digital membutuhkan langkah-langkah strategis dan perencanaan yang baik sehinga dapat terwujud dan memberikan kontribus maksimal terhadap pening-
katan pendidikan di era modern. Model, strategi, dan pendekatan pembelajaran salah satu bentuk strategi impelemtasi kompetensi digital pada mahasiswa. Sedangkan untuk dosen dan tenaga kependidikan, langkah strategis implementasi kompetensi digital dapat dilakukan melalui seminar, pelatihan, Focus Group Discussion (FGD), dan berbgai kegiatan knowledge sharing. Fasilitas e-learning yang berkembang sekarang ini dapat dimanfaatkan oleh dosen maupun mahasiswa. Dosen dapat mengirim bahan perkuliahan, melaksanakan kuis, menyampaikan informasi seputar perkuliahan hingga membuat forum diskusi yang membahas suatu hal. Begitu pula halnya dengan mahasiswa, mereka dapat mengunduh bahan perkuliahan yang diberikan dosen, mencari tahu informasi perkuliahan, ikut aktif dalam forum diskusi dan sebagainya. Teknologi digital membuat dunia pendidikan tinggi menjadi semakin produktif. Saat ini teknologi digital sudah mencakup semua sisi kehidupan. Digital dengn segala perangkat teknologinya dapat membantu dalam komunikasi dan pembelajaran. Era digital menjadi saluran ekspresi manusia yang tak terbatas dan menyentuh banyak sisi, hal ini tentunya dapat menjadi suatu hal yang positif (sekaligus benih kejahatan yang mengerikan).
PAGE
2
Dosen Kekinian : Digital dan Produktifitas Di Internet setiap menit nya ratusan juta orang membuat konten yang tak terhitung banyaknya, dalam hal ini tentu dapat menjadi keuntungan bagi semua orang. Jika ingin mencoba belajar coding, tinggal mengunjungi codecademy.com, code.org ataupun w3schools.com untuk belajar berbagai macam bahasa pemrograman. Jika tertarik melihat bagaimana perkuliahan di luar negeri, maka tinggal mengunjungi coursera.com, edx.org, ocw.mit.com, dan lainnya. Jika ingin memesan tiket pesawat, maka cukup mengunjungi traveloka.com untuk issued tiket dan perlihatkan ke petugas bandara. Jika ingin melepas rindu dengan saudara yang berada diluar kota, saya dapat memanfaatkan layanan video call (misalnya dari line, skype, dsb). Jika ingin menanyakan suatu hal, apapun itu halnya, saya tinggal mengunjungi quora.com disana kita dapat menanyakan segala hal yang ingin kita tanyakan yang akan di jawab oleh para pakar di bidang nya. Di Era digital ini, hampir segala aktifitas dan kegiatan di segala bidang kehidupan tidak terlepas dari digital. Tentu jika di lihat dari sisi positifnya, hal
P
A
P E
R
S
NEWS
ini membuat penggunannya menjadi lebih produktif. Harus di ketahui pula era digital dengan teknologi internet yang masif ibarat pisau bermata dua. Dua buah sisi yang positif dan negatif. Disisi satu mampu memberikan manfaat dan kenyamanan, disisi lainnya memberikan efek negatif, seperti penipuan online, kampanye hitam, situs kelompok pembenci, dan ruang obrolan teroris, dsb. ERA DIGITAL : Ciptakan Kelas Lebih Luas, kreatif, Dinamis dan Mandiri Era digital yang terus berkembang pesat memberikan manfaat banyak bagi kehidupan. Manfaat itu antara lain sarana pembelajaran yang lebih mudah, serta akses informasi perkuliahan juga lebih cepat. Mahasiswa tidak harus bergantung sepenuhnya pada dosen sebagai pemberi materi. Mahasiswa bisa secara aktif pula mencari sumber informasi atau materi kuliah melalui teknologi digital. Mahasiswa menjadi lebih banyak menyerap informasi dan berbagai pengetahuan. Sehingga wawasan dan pemahaman terhadap bidang ilmu yang ditekuni bisa semakin baik. Dengan Kecanggihan teknologi digital mendorong mahasiswa jadi lebih kreatif
mendapatkan informasi dan kreatif mengembangkan informasi. Teknologi digital juga mempermudah proses pembelajaran. Penggunaan teknologi jarak jauh audio video menawarkan beragam kesempatan dan kemudahan bagi dosen maupun mahasiswa untuk menembus batas bagi penggunaan kelas yang lebih luas dan mandiri. Teknologi ini dimanfaatkan pula untuk mengadakan pelatihan secara online. Beberapa perguruan tinggi giat mengembangkan pembelajaran e-learning, artinya peluang belajar bisa lebih mudah lagi. Kemudahan teknologi berimplikasi mendorong kualitas SDM. Dalam kondisi inilah mahasiswa harus jeli dan pandai mengelola informasi tersebut. Sehingga pesatnya teknologi informasi menjadi selaras dengan harapan bersama. Pemanfaatan teknologi informasi, model perkuliahan dibuat lebih dinamis. Tak lagi sekadar dosen mengajar, sementara mahasiswa mendengarkan. Sumber informasi bisa diperoleh dengan mudah lewat teknologi. Karena itu, kuliah satu arah sudah tak popular lagi. Model kuliah satu arah mulai ditinggalkan, karena model pembelajaran semacam itu tak mendorong mahasiswanya untuk berlaku aktif.
VOLUME
II
ISSUE
13
PAGE
Dosen Kekinian : Digital dan Produktifitas Beberapa kampus di Indonesia sudah mulai menerapkan model kuliah yang aktif dan dinamis. Materi perkuliahan sudah diberikan via email, dosen dalam kelas hanya bersikap sebagai mentor. Walaupun, model perkuliahan multi media bebrasis ICT belum diterapkan sepenuhnya di kampus di Indoensia. Karena ada peraturan dan kurikulum nasional yang harus ditaati. Selain pembelajaran jarak jauh, ada diskusi antar grup yang memungkinkan dosen dan mahasiswa saling berkomunikasi secara bertatap muka langsung sehingga ikatan emosional antar mereka tetap terjalin. Selain itu, dosen juga bisa memberikan pemahaman materi yang lebih dalam dan komprehensif jika ada mahasiswa yang belum paham benar dengan penyampaian materi secara online. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di era digital sekarang ini, kampus di Indonesia diharapkan dapat menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi asing dalam pengembangan sumber daya manusia. Seperti pertukaran dosen, mahasiswa hingga pemberian ijazah dual degree, di barenggi pula pelatihan dan seminar perihal pembelajaran berbasis ICT. Hal Ini merupakan bagian dari peningkatan kualitas pembelajaran di perguruan tinggi di Tanah Air.
ERA DIGITAL : Dosen Menjadi menjadi produsen ilmu pengeProdusen Pengetahuan tahuan. Jika tidak, maka pengajar tidak akan mampu Menyimak pendapat ahli Borrie Mor- menterjemahkan pola pembelaries yang mengatakan ada 4 pola jaran bermedia. pembelajaran. Perlu diketahui, dalam proses Pertama, pola pembelajaran tradi- pembelajaran, ada fungsi sional. Pengajar (guru/dosen) masih penyesuaian atau adaptif. Pemmenjadi aktor utama, tokoh yang belajaran peserta didik harus dianggap paling penting dalam pem- disiapkan untuk bisa mebelajaran. Pembelajaran masih ber- nyesuaikan dengan perkempusat kepada pengajar (Teacher bangana zaman. Dii era digital Centered Learning). Dalam ini, peserta didik sudah memiliki mengajar pengajar tidak dibantu gawai atau gadget tentunya apapun. Pola pembelajaran tradi- mereka sering menggunakan sional II. Pengajar dan alat bantu. alat tersebut. Jika pengajar tidak Pada pembelajaran ini, pengajar mampu mengikuti perkemsudah memakai alat bantu, namun bangan teknologi tersebut maka tetap pengajar masih aktor utama tentunya pembelajaran yang dalam mengajar. disampaikan kurang diminati. Tetapi, jika pengajar mampu Pola pengajar dan Media. Pembelamenjadi produsen ilmu pengejaran ini, pengajar sudah tahuan dan peserta didik bisa menggunakan media untuk memanfaatkan melalui gadget mengajar. Sumber ilmu yang diberimaka tentunya pembelajaran kan tidak hanya dari dirinya tapi bisa tersebut lebih menarik. diambil dari sumber-sumber lain. Seperti dari televisi, media massa, Marilah kita sebagai pendidik internet dan lainnya. Di sini pengajar untuk selalu update ilmu pengetidak lagi menjadi aktor utama. Teta- tahuan dan keterampilan (multi pi, pembelajaran sudah bergeser skill). Saatnyalah kita menjadi paradigmanya dari TCL. Menjadi produsen di era digital sehingga Student Centered Learning (SCL). generasi muda kita merasa bahPeserta didik juga aktif untuk men- wa pengajar kita selalu mau cari sumber ilmu dari lainnya. belajar. Di era Digilat kekinian, pengajar (guru dan dosen) bisa memanfaatkan segala sumber ilmu untuk belajar. Belajar juga bisa dilakukan tanpa harus tatap muka. Pola Pembelajaran Bermedia adalah pola yang cocok dan relevan di zaman ini. Untuk mengaplikasikan pola pembelajaran Bermedia pengajar (guru dan dosen) harus mampu
Bagi mahasiswa juga harus mampu beradaptasi dengan teknologi. Jika selama ini belum menjadi produsen ilmu pengetahuan. Saatnya paradigma pemikiran diubah, Manfaatkan kecanggihan teknologi untuk mencari ilmu dan rezeki. Semoga Bermanfaat ! Salam Pendidikan Tinggi Indonesia
“ Pendidik diharapkan bisa mencapai tujuan yang tidak bisa dicapai dengan alat seadanaya. Keajaiban itu ada saat mereka menyelesaikan tugas yang tidak mungkin.�
3
PUBLICATION
P A P E R S news V O L U M E
I I
I S S U E
1 3
2 0 1 8
A P R I L
Kampus di Era Digital : Persaingan dan Tantangan Era digitalisasi telah menuntut setiap perguruan tinggi di manapun, termasuk di Indonesia, agar mampu mempersiapkan diri mengantisipasi munculnya berbagai perguruan tinggi asing dengan model “cyber class”. Teknologi digital dan komunikasi yang tumbuh berkembang dengan akselerasi tinggi, dapat memunculkan bentuk-bentuk pendidikan tinggi baru dengan teknik proses pembelajaran melalui internet (dikenal dengan istilah Virtual University).
baru, masyarakat baru. Cara berbisnis akan berubah, tata cara pemerintahan harus disesuaikan termasuk tata cara pengelolaan Perguruan Tinggi, dan setiap individu akan bisa meningkatkan potensi dirinya. Era yang membuka harapan baru yang luas, tetapi juga ancaman baru menghadang. Sisi gelap
Adanya kecenderungan perubahan yang begitu cepat tersebut, selayaknya segera diantisipasi oleh setiap perguruan tinggi di Indonesia, dengan melakukan langkah-langkah pembenahan yang strategis menuju Perguruan Tinggi yang entrepreneurship dengan semangat bersaing yang dijiwai oleh ruh Tri Darma PT. Diperlukan suatu pola manajemen yang sanggup menggalang segenap potensi internal dan eksternal untuk mencapai tujuan kampus sebagai “Centre of Excellen”. Era Globalisasi adalah masa dimana dunia berada dalam fenomena pasar bebas dunia, dan terjadi aliran bebas dari modal, teknologi, orang dan barang serta informasi. Suka atau tidak suka, mau tidak mau, globalisasi akan terus berlangsung. Tidak ada aturan apapun dari negara manapun yang dapat mencegah globalisasi (Thurow, 1996). Transmisi informasi dengan kecepatan elektromagnetik telah memperlancar terjadinya globalisasi serta meningkatkan intensitas kompetisi (Lodge, 1995). Kompetisi bernilai positif bagi pemainnya hanya bila ia dapat memenangkannya, setidak-tidaknya harus dapat bertahan agar tidak sampai terpental dari permainan tersebut. Tidak mengikuti kompetisi globalisasi berarti keterpurukan, mungkin bahkan sampai pada kesirnaan dan non eksistensi (Besari, 2001). Jadi satu-satunya pilihan adalah ikut kompetisi serta berusaha untuk tetap bertahan dalam permainan tersebut sampai jauh dimasa datang. Kaku (1997) menyatakan bahwa perkembangan sains dan teknologi dalam abad XXI ini akan merupakan sinergi dari Revolusi Quantum, Revolusi Bio-molekuler dan Revolusi Komputer, yang akan memungkinkan manusia menjadi pengatur kinerja (choreographer) dari bahan (matter), kehidupan (life) dan kecerdasan (intelligence). Dalam jangka pendek, suatu jenis baru negara unggulan akan muncul, yakni -the virtual state -, negara yang akan sangat berpengaruh di dunia, tetapi tidak berbentuk negara super power tradisional, namun lebih mirip Singapura atau Hongkong. Suatu negara kecil, dengan militer sedikit, langka sumberdaya alam, pertanian atau manufaktur, namun sangat kuat dalam memainkan keterampilan manajerial, finansial dan kreatifitas dalam mengontrol aset diberbagai penjuru dunia. Mereka akan menjadi negara “kepala” -head nations- yang mencipta produk dan mengendalikan jasa. Sedang yang lain hanya akan menjadi negara “tubuh” -body nations- yang memproduksi barang-barang bekerjasama dengan negara kepala atau virtual states tadi (Roserance, 1999). Dan kini, kita sudah berada dalam fajar era baru dimana puncak -puncak kecerdasan manusia dipelosok-pelosok bumi saling tersambungkan berkat teknologi digital: -The Age of Networked Intelligence-. Era digital yang melahirkan ekonomi baru, politik
era digital yang berwujud potensi kesenjangan sosial, pelanggaran hak pribadi, hak cipta, pengangguran, dampak terhadap keluarga, nilai moral akan muncul (Tapscott, 1996). Sekalipun sebuah modernisasi ditandai dengan kecepatan arus informasi, globalisasi dan ekonomi digital tidak akan pernah dapat dilepaskan oleh pengaruh besar teknologi. Keampuhan teknologi itu kemudian mendulang sukses mengintegrasi tradisi perdagangan yang bersifat abstraksi, berubah ke dalam bentuk yang lebih sempurna, universal dan spasio-temporal (mampu menembus ruang dan waktu). Inovasi tidak lagi terbatas pada sektor teknologi tinggi, namun lebih jauh saat ini telah menjadi fenomena-global yang mempengaruhi semua sektor kehidupan. Era-baru globalisasi yang ter-afirmasi dalam “aliran-data” dan informasi yang menghasilkan lonjakan perubahan yang massif. Bagaimana sebuah informasi mampu menggerakkan segala bidang kehidupan. Hanya dengan teknologi, maka berbagai persoalan networking (jaringan) mampu menciptakan “kuantum computer”, direverse menjadi platform digital global yang dapat kembali dipergunakan pada proses belajarmengajar, mencari pekerjaan, tetapi lebih jauh dalam membangun koneksitas e-commerce lintas batas, sehingga menciptakan pasar tenaga kerja yang lebih global. Teknologi adalah proses-control sehingga Informasi bisa ditransmisikan di seluruh dunia dalam sekejap mata, namun bisa menjadi gangguan. Teknologi mampu menggabungkan, mengkonversi atau menyajikan informasi dalam berbagai bentuk, dapat dieksplorasi sekaligus dimanipulasi, dan lebih jauh dapat “disengajakan”
untuk membentuk persepsi, memanipulasi pikiran, dan mengarahkan perilaku untuk mendapatkan reaksi yang diinginkan. Implikasi bagi Perguruan Tinggi ? Berbagai lembaga pendidikan tinggi menganggap persaingan di era global dan ekonomi digital ini merupakan tantangan yang harus diraih dan dijadikan sebuah peluang untuk mendukung pengembangan dan kemajuan pendidikan tinggi Indonesia. Tidak banyak perguruan tinggi yang siap menghadapi kondisi ini, hanya PT yang didukung dengan infrastruktur yang memadai, system yang efisien dan efektif dan pengendalian manajemen yang baik memungkinkan untuk bersaing dan memenangkan persaingan ini. Karena itu PT harus melakukan evaluasi desain dan merencanakan ulang system yang selama ini telah berjalan untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan ekonomi global dan persaingan digital saat ini. Perguruan tinggi Indonesia harus mempersiapkan diri menghadapi perubahan era digital disruption yakni era keterkejutan dengan teknologi digital. Kesiapan kampus dalam hal ini sumber daya manusia (SDM) dan teknologi, harus pula didukung oleh regulasi pemerintah. Perguruan Tinggi harus menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Perguruan tinggi di Indonesia tidak hanya terfokus pada formalitas seperti akreditasi atau sekadar mengejar angka sertifikasi dosen saja. Namun hal yang lebih utama adalah membangun budaya akademik. Persaingan dalam dunia pendidikan dengan masuknya perguruan tinggi asing ke Indonesia sehingga perguruan tinggi di Indonesia harus bersiap. Dengan masuknya perguruan tinggi asing, maka perguruan tinggi Indonesia juga harus bisa bekerja sama dalam berbagai bidang. Di era digital, pendidikan tinggi tidak bisa hanya membahas persoalan yang dihadapi lingkup Indonesia saja, melainkan secara global sehingga penting bagi perguruan tinggi untuk bisa bersaing. Keunggulan sebuah perguruan tinggi tidak hanya dinilai dari jumlah gedung, fasilitas atau jumlah dosen dan mahasiswa yang dimiliki. Hal utama adalah dapat menghasilkan SDM yang memiliki kompetensi dan berdaya saing tinggi di tingkat nasional maupun global.
PAGE
5
Kampus di Era Digital : Persaingan dan Tantangan Selain itu juga dapat menghasilkan dan mengaplikasikan iptek bagi masyarakat. Perguruan tinggi dituntut untuk dalam memproduksi SDM terdidik yang berkualitas, terampil, dinamis, dan menjadi learner yang mampu belajar, serta mengejar hal-hal baru. Bahkan menjadi garda terdepan dalam menghadapi perkembangan zaman. Di era digital dikenal istilah era disrupsi yaitu evolusi atau perubahan masyarakat bergeser dari aktivitas yang awalnya dilakukan di dunia nyata, ke dunia maya atau digitalisasi. Fenomena ini berkembang pada perubahan pola dunia bisnis. Era ini, menuntut lembaga pendidikan tinggi untuk dapat menciptakan iptek yang inovatif, adaptif, kompetitif sebagai konsep utama daya saing dan pembangunan bangsa di era industri 4.0. World Economic Forum (WEF), menyebut Revolusi Industri 4.0 adalah revolusi berbasis Cyber Physical System yang secara garis besar merupakan gabungan tiga domain yaitu digital, fisik, dan biologi. Ini ditandai dengan munculnya fungsi-fungsi kecerdasan buatan (artificial intelligence) dalam teknologi industri yang semakin pintar menyaingi manusia, eranya mobile super computing, intelligent robot, self-driving cars, neuro-technological brain enhancements, bahkan genetic editing (manipulasi gen)," papar Nasir. Pendidikan tinggi harus makin dipacu dengan berbasis teknologi sehingga perguruan tinggi dapat memberikan dampak responsif terhadap perkembangan revolusi industri 4.0. Para pengelola perguruan tinggi dituntut mengikuti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi jika tidak ingin tergulung oleh era digital disruption. Perkembangan teknologi digital sangat cepat sehingga tidak terhindarkan lagi untuk diterapkan di segala bidang. Selain Sistem informasi, kompetensi dan produktivias para dosen harus terus ditingkatkan. Program studi harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan zaman. Era Digital akan mengubah bentuk pendidikan Melalui internet, buku-buku dan informasi langka bisa diakses oleh jutaan manusia. Lokasi belajar sudah menembus dinding-dinding kelas.
P
A
P E
R
S
NEWS
Dengan akses terbuka ke dunia informasi, murid bisa melampaui guru yang masih terpaku pada pola belajar masa lampau. Teknologi baru telah mengubah peran dosen menjadi motivator dan fasilitator bagi mahasiswanya, tidak lagi menjadi pengulang fakta. Objek ilmu pengetahuan bisa diperoleh dengan menjelajahi situs di cyberspace. Mahasiswa ketika berada dimana saja bisa mengikuti kuliah secara interaktip dari seseorang guru besar tersohor tentang topik yang aktual. Mahasiswa juga bisa memutar ulang kuliah-kuliah yang terlewat, diwaktu luangnya. Ujian bisa dilakukan sewaktu-waktu. Kurikulum bisa lebih responsip kepada kebutuhan dan minat mahasiswa. Juga bisa diubah sesuaikan kepada kebutuhan dunia usaha yang senantiasa berubah cepat. Dan pesertanya adalah mahasiswa murni maupun pegawai dan pekerja yang tersebar diberbagai tempat terpisah. Di Indonesia pun bisa diamati, bahwa disaat ambruknya sektor riil akibat krisis moneter, justru amino belajar di berbagai universitas dan akademi malahan meningkat. Walhasil era digital membuka peluang yang luas bagi sektor pendidikan, namun juga ancaman bagi institusi yang berlambat -lambat menyesuaikan diri. Universitas tradisional memang tidak akan lenyap, tetapi mereka pasti harus mengubah diri untuk bisa bertahan. Universitas dengan metode tatap-muka tidak lagi memonopoli sektor pendidikan tinggi. Dia harus memberi tempat kepada sistem pendidikan tinggi alternatip melalui internet, yang akan semakin banyak peminatnya. Agar dapat bersaing, perguruan tinggi harus mampu menciptakan inovasi dalam tata kelolah kampus yang berorientasi pada: Kesadaran mutu : Perbaikan mutu yang berkelanjutan dari para lulusan, dosen, system pembelajaran, penelitian, pengabdian masyarakat. Kesadaran kepuasan konsumen : Mahasiswa, dosen dan seluruh civitas akademika, masyarakat pengguna, pemerintah, dunia usaha dan industry.
Kesadaran kompetisi : Kiat-kiat wirausaha harus dielaborasi untuk mengefektifkan aset manusia dan material yang ada dalam rangka memperluas pasar dengan “menjual� produk pendidikan baru, merangsang proyek penelitian yang relevan dengan kebutuhan konsumen, memacu kerjasama baru baik lokal, nasional dan internasional, merangkul investor dan donatur baru. Sasaran meliputi : Mahasiswa : Meningkatkan kualitas mahasiswa Sumber Daya Manusia : Kualitas dosen Akademik : Pemanfaatan teknologi Informasi, relevansi kurikulum terhadap dunia usaha dan industry. Sarana dan Prasarana : Peningkatan perangkat dan prasarana fisik dengan optimalisasi pemanfaatan, kreatifitas dan memakai metoda baru dan teknologi baru Pelayanan : Meningkatkan kualitas pelayanan dengan sistem peralatan elektronik. Penggalangan Sumber Dana dan Kerjasama : Peningkatan anggaran dan pendapatan dengan menggali sumber dana baru selain dari mahasiswa yang selama ini jadi sumber pemasukkan utama. Membangun Core business baru Penumbuhan Jiwa Kewirausahaan : Kalangan dosen dan mahasiswa Organisasi : Pembenahan organisasi diarahkan pada pencapaian tujuan dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki seoptimal mungkin SIMPULAN Tidak ada kata terlambat untuk melakukan perubahan, dan perubahan itu sendiri merupakan sesuatu yang sifatnya dinamis. Setiap “perubahan� dipandang sebagai suatu peluang baru. Semoga! Salam Pendidikan Tinggi Indonesia
PUBLICATION
P A P E R S news V O L U M E
I I
I S S U E
1 3
2 0 1 8
A P R I L
Millennials, Berkarya di Era Digital Menurut data dari APJII, dari total penduduk Indonesia saat ini yang sudah mencapai angka 262 juta jiwa, terdapat 132,7 juta jiwa diantaranya menggunakan internet aktif setiap hari. Dapat dibayangkan betapa banyaknya potensi yang dimiliki penduduk Indonesia. Angka pengguna internet aktif bisa diartikan sebagai potensi Indonesia untuk menjadi konsumen atau menjadi produsen serta tuan rumah di negeri sendiri. Mayoritas pengguna internet aktif di dominasi oleh generasi generasi millennial. Salah satu ciri khas generasi milenial (kelahiran 1986-2000) adalah kelekatan mereka dengan dunia digital. Mengutip rilis survei Hootsuite We Are Social (www.wearesocial.com) bulan Januari 2018, jumlah pengguna aktif social media di Indonesia adalah 130 juta orang, 49% dari total populasi Indonesia sebanyak 265,4 juta orang. Angka ini meningkat sebanyak 23% (24 juta orang) dibandingkan data bulan Januari 2017. Satu hal yang menarik dari survei tersebut adalah populasi generasi milenial memimpin dalam hal pengguna aktif social media dengan prosentase mendekati 65%. Jadi tidaklah mengherankan kalau fenomena ini digarap habis-habisan secara bisnis. Para Produsen computer dan smartphone berlomba-lomba menciptakan produk yang memanjakan kaum millennial baik secara fitur maupun harga. Tempattempat wisata juga tidak mau kalah dengan dengan menyediakan spot foto yang „wahâ€&#x;. Wifi gratis bertebaran di mana-mana. Termasuk di dalamnya tempat makan, mal, dan aneka public area didesain untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan generasi ini. Generasi millennial yang doyan dengan dunia gadget dapat menjadi pahlawan di era digital tidak hanya untuk lingkungan disekitar, tapi juga untuk Indonesia yang lebih baik. Cukup dengan gadget yang di miliki, kamu millennial bisa bisa menjadi seorang pahlawan. Pertanyaan..., Dengan cara bagaimana millennials dapat menjadi generasi bermanfaat untuk masyarakat dan lingkungan? Lebih spesifik bagaimana generasi Y memanfaatkan potensi yang ada di sekitarnya untuk sesuatu yang lebih baik?
Caranya gampang; lihat, dan ambil peluang yang ada lingkungan sekitarmu, untuk di publish agar dapat menghasilkan efek atau nilai tambah bagi lingkungan sekitar.
1. Bahasa Inggris Bahasa Inggris sangat penting untuk jenjang karir, terlebih saat ini banyak peralatan atau alat pendukung pekerjaan yang pengoperasiannya menggunakan bahasa Inggris. 2. Menulis Artikel Keterampilan menulis dan membuat blog. Menguasai keterampilan ini, bisa mendapatkan penghasilan tambahan secara instan.
1.
Bantu publikasikan tempat wisata di kotamu
Seberapa sering kamu mengunggah story dan posting di media sosial saat kamu berkunjung ke tempat wisata di setiap akhir pekan? Sadar atau tidak setiap kamu mengunggah story atau posting di sosial media dengan menyertakan lokasi kamu berada dan menunjukkan keseruan bermain disana, hal semudah ini ternyata membantu tempat wisata tersebut makin dikenal orang banyak. Apalagi kalau kamu juga memiliki passion menulis di blog atau bahkan kamu sudah punya website dan domain milik sendiri. Blog pribadi bisa di manfaatkan untuk membantu publikasi tempat wisata di kotamu dengan menulis review atau ulasan yang membuat pembaca website tertarik untuk datang ke tempat wisata tersebut. 2. Bantu UMKM untuk Bisa Go-Digital Kegiatan ini dapat membantu kamu belajar berwirausaha dan berbisnis sekaligus memajukan UMKM di Indonesia. Hal yang patut di ketahui dan miliki kaum Millennials adalah keahlian plus keterampilan yang sifatnya wajib di era digital. Berikut ini lima keterampilan yang wajib kamu miliki di era digital saat ini.
3. Tahu SEO Keterampilan menulis juga harus dibarengi dengan kemampuan search engine optimization (SEO). Dengan keahlian ini kamu bisa mengembangkan blog atau website agar mendapatkan kunjungan (trafik) besar yang berasal dari mesin pencari. 4. Bahasa Pemrograman Belajar coding atau bahasa pemrograman tak sesulit yang kamu bayangkan. Keterampilan ini sangat diperlukan untuk menunjang pekerjaan di era digital. 5. Edit Gambar dan Video Kemampuan untuk menggunakan software pengolah gambar seperti Photoshop dan pengolah video seperti Adobe Premiere juga akan menjadikan kamu lebih unggul dari yang lain. Di era teknologi ini millennials dituntut menciptakan sesuatu yang kreatif sekaligus dituntut serba cepat, kreatif, dan inovatif. Maka dari itu kaum millennials membutuhkan sejumlah keahlian (skill) jika ingin memenangkan persaingan dan mempunyai nilai tambah yang besar dalam dunia kerja dan bisnis.
PUBLICATION
P A P E R S news V O L U M E
I I
I S S U E
1 3
2 0 1 8
A P R I L
Karier Dosen : Sebuah Pandangan dan Perjalanan Karir merupakan kebutuhan yang harus terus ditumbuhkan dalam diri seseorang, sehingga mampu mendorong kemauan kerjanya. Pengembangan karir harus dilakukan melalui penumbuhan kebutuhan karir, menciptakan kondisi dan kesempatan pengembangan karir serta melakukan penyesuaian antara keduanya melalui kerja, karya dan prestasi. Karier merupakan bagian dari perjalanan dan tujuan hidup. Setiap orang berhak dan berkewajiban untuk sukses mencapai karier yang baik, itulah obsesi. Angapan yang sudah mapan dan nyata sering kita jumpai dalam kehidupan masyarakat, bahwa seseorang akan berhasil atau sukses dalam kariernya bilamana seseorang tersebut sudah menjadi atau menempati posisi strategis pada suatu instansi, baik di pemerintahan maupun di swasta. Dengan persepsi semacam ini seseorang mendapat pengakuan dan merasa dihargai, dihormati baik di lingkungan kerja, di keluarga maupun di masyaraka. Menjadi suatu kebanggaan tersendiri. Setiap bidang pekerjaan tentu memiliki suka duka tersendiri. Pengalaman 15 tahun menjalani pekerjaan sebagai Dosen, bangga sekaligus rasa bahagia yang mendalam menjadi tenaga pendidik. Terima kasih tulus dari mahasiswa atas ilmu atau keberadaan saya di dunia kampus menjadi pengalaman paling berkesan yang dirasakan selama bergelut di dunia pendidikan tinggi.
Tidak pernah terpikirkan sejak bangku sekolah dulu menjadi seorang dosen merupakan profesi yang penuh dengan keberkahan. Tidak pernah
juga membayangkan sebelumnya profesi dosen inilah yang juga membentuk kepribadian dan kebahagiaan yang saya rasakan saat ini. Mata hati dan raga semakin terpana ketika menjalani profesi ini dengan suka cita dan kerja keras yang nyata. Terlalu sempit rasanya menilai sebuah profesi dari aspek penghasilan semata, penghasilan materi itu sifatnya abstrak dan relatif dimanapun kita bekerja. Tidak ada tolak ukur pasti bahwa nominal gaji besar akan jaminan kebahagiaan hakiki seseorang. Pernah suatu hari seorang senior berkata, “berjuang dengan sungguh2 dan memaknai pekerjaan sebagai dosen dengan sebaik-baiknya tidak akan membuat kita miskin”. Makna “miskin” disini tentunya tidak melulu tentang uang (penghasilan) semata, saya percaya semakin banyak kita berbagi dan berdedikasi dengan keikhlasan maka berkah duniapun
akan setia hadir mencukupkan kebutuhan duniawi. Saya merasakan itu. Setelah hampir 15 tahun saya jalani profesi menjadi dosen, pada akhirnya saya bisa memaknai apa yang dimaksud dengan orang tua saya mengenai arti sebenarbenarnya dari yang dimaksud “tidak miskin”. Benar sekali adanya, profesi dosen membuat kita akan “kaya” akan banyak hal. Mapan dalam penghasilan hanyalah sebagian kecil dari berkah mulia lainnya. Selain faktor penghasilan, adanya kenaikan derajat dan status sosial sebagai dosen (You’ll get first level of respect by being a lecturer) tanpa harus diminta. Punya banyak relasi dan koneksi dengan berbagai macam stakeholder seperti pemerintah dan swasta dari dalam ataupun luar negeri. Bisa kenal dan menjalin silahturahmi tanpa batas dengan puluhan ribu mahasiswa/i yang pernah mendapat siraman Ilmu dari kita sebagai dosen. Mendapat kesempatan berkarya dalam pemenuhan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat secara berkala sangat mendewasakan diri sebagai dosen yang harus terus bertumbuh dan berpikiran terbuka. Setiap bidang pekerjaa ada suka dan duka. Saya sering menerapkan akademisi berbasis life skill.
PAGE
Karier Dosen : Sebuah Pandangan dan Perjalanan
8
Saya senang setiap mengajar dan membimbing mendapatkan sebuah ungkapan yang tulus atas perbuatan yang saya lakukan. Beberapa kali mendapatkan pesan ingkat dari mahasiswa yang mengatakan senang melihat saya bersemangat dan tetap tersenyum. Sementara dosen yang lain berwajah galak. Hal-hal itu yang tidak akan mungkin saya lupakan, sekaligus membuat saya tetap semangat berbagi ilmu. Dosen yang mulia, tidak pelit dan perhitungan dalam berbagi Ilmu. Ia tidak memperlakukan ilmu selayaknya barang yang dapat dijual belikan, melainkan menjadikan ilmu sebagai ladang ibadah dan kontribusi nyata sebagai pendidik yang berintegritas. Banyak orang punya perspektif sempit mengenai profesi dosen, banyak juga dosen yang menganggap profesi ini sebagai profesi numpang lewat, bahkan untuk “keren-kerenan” semata. Padahal melalui profesi ini bisa hadir segudang kesempatan dikehidupan kita. Sebut saja menjadi ada kesempatan untuk menjadi pembicara, juri pemilihan kontes, ikut workship/ pelatihan gratis, bepergian/
P
A
P E
R
S
NEWS
melancong keluar negeri, jaringan pertemanan yang semakin luas, kesempatan untuk mengenal banyak karakter manusia sebagai ajang pembelajaran, bertindak sebagai edupreneur, bahagia batin dan lahir karena banyaknya energi positif disekelilingnya dan masih banyak kesempatan baik lainnya. Menjadi dosen tidak hanya bicara kuantitas (jabatan, peringkat, background lulusan dan penguasaan ilmu) semata tapi lebih mengedepankan faktor kualitas. Dosen yang amanah akan mengajar dengan persiapan yang baik, tidak hanya mengandalkan materi yang sudah usang apalagi tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Perlu dipahami dengan perubahan karakter mahasiswa yang sesuai zaman dan generasinya, dosen harus lebih mendepankan pendekatan studentcentered learning. Karakter serba instan dan cepat memungkinkan mahasiswa “made in google” yang bisa lebih informatif dari dosennya perihal informasi dan berbagai hal. Tapi jangan sampai dosen “ketinggalan zaman” hanya karena malas serta enggan untuk “upgrade diri”. Mempersiapkan diri
secara optimal berarti menghargai profesi yang dijalani dan menghargai para mahasiswa/i yang kelak akan menjadi individu sukses kelak. Ingatan mahasiswa akan dosennya akan dikenal sepanjang hidupnya, pastikan rekam jejak menjadi seorang dosen dapat menjadi “kenangan indah” , bukan malah menjadi “mimpi buruk” bagi mereka. Mereka seakan tidak sadar bahwa seberapa besar pengaruh mereka terhadap kehidupan mahasiswa/i yang dididiknya. Dosen yang tadinya dilihat sebagai teladan (role model) akan dicap gagal atau bahkan mendapat predikat “dosen abal-abal” kalau tidak berhasil dalam memberikan inspirasi dan transformasi diri anak didiknya. Mendidik yang baik sepantasnya perlu dibarengi dengan hati nurani, tidak hanya mendewakan kompetensi duniawi. Perlu disadari juga bahwa tanggung jawab moral seorang dosen sebagai pendidik ada diranah Ilahi bukan hanya memberi pencerahan teknis mahasiwa/inya. Sehingga perlu direnungkan, Ilmu yang disampaikan dengan hati nurani dan disertai cara penyampaian yang baik akan menjadi kebaikan mulia yang berlipat dampaknya bagi diri seorang dosen.
Karier Dosen : Sebuah Pandangan dan Perjalanan Sementara Ilmu dengan penyampaian seadanya hanya akan menghasilkan mahasiswa/i robot dengan karakteristik “referal thinker“, pola pikir dan intelegensia yang berbasis pada teks referensi yang sudah ada, tidak ada ruang “improvement” disana. Ruang berpikir, daya kreativitas dan imajinasi otak kanan akan kerdil karena stimulus yang diberikan oleh dosen tidak maksimal. Ujung2nya yang disalahkan adalah mahasiswa/i, padahal “response” berbanding lurus dengan “stimulus” yang diberikan. Banyak dosen yang khilaf dengan menganggap dirinya sebagai “dewa” yang memperlakukan mahasiswa/i sesuai kehendak dirinya, mereka terperangkap dalam situasi power syndrome, sense of intellectual arrogance dan google syndrome (merasa paling mengetahui banyak hal). Semoga kita dijauhkan dari karakter dosen dan pendidik yang arogan seperti ini. Punya banyak “haters” ketimbang “lovers” akan mengurangi kadar kebahagiaan dalam mengajar. Jean Piaget mengungkapkan, “Tujuan utama pendidikan adalah menciptakan manusia yang bisa melakukan hal baru, tidak sekedar mengulang apa yang telah dilakukan generasi sebelumnya . Manusia yang kreatif, memiliki daya cipta, memiliki hasrat keingintahuan.” Pendidikan yang sempurna lahir dari proses perubahan yang diselami dengan pendekatan “Intellectual Humility“. Mahasiswa/i yang ada dihadapan dosen sudah sepantasnya diperlakukan sebagai “subjek” perubahan, bukan “objek perubahan”. Dengan memahami sudut pandang ini maka proses transfer ilmu perlu dilakukan dengan cara, gaya dan daya yang memanusiakan mahasiswa/mahasiswinya. Salah satu contoh yang paling sederhana adalah dengan penggunaan bahasa penyampaian bahan ajar yang muP
A
P E
R
S
NEWS
dah dimengerti. Pemberian contoh bahan ajar yang dekat dengan dunia mereka dan serta situasi masa kini. Banyak dosen yang lupa bahwa mahasiswa/i hadir kedalam kelas dengan tingkat kematangan (ilmu, emosi, pengetahuan dan kemampuan) yang berbeda. Pendekatan “grassroot” perlu dikedepankan agar bahan ajar yang diberikan mudah dipahami dan bermanfaat bagi kedua belah pihak. Dosen yang baik, harus sehat jasmani (fisik) dan rohani (mental). Salah satu ujian terberat sebagai dosen ialah “Classroom Management“, ini erat sekali dengan kecerdasan emosi (EQ) seorang dosen. Pintar, cerdas, dan punya latar belakang edukasi yang mumpuni tidak cukup membantu kita menjadi “dosen sukses” didalam kelas. Perlu adanya kemampuan khusus dalam hal penguasaan serta pengelolaan emosi dalam menguasai mahasiswa/i sebagai penghuni kelas. Terpancing emosi dan mengumbar kemarahan didalam kelas akan menjadi “boomerang” tersendiri bagi dosen. Versi dosen teladan menurut saya adalah ketika ada dosen yang mampu berdamai dengan hati dan dirinya sehingga tidak sirna termakan sifat egoisme diri. Mahasiswa/i adalah pengamat (observer) terbaik didalam kelas, just make sure we can gain their heart & attention with an elegant way. Dosen perlu mahir untuk menciptakan suasana yang terbuka, santai tetapi tetap tegas dan serius. Seperti layaknya seorang “Conductor” yang memimpin suatu pertunjukan. Our class is our own stage & it’s belong to us as a lecturer… to share, to educate, to en-
tertain and to inspire, our best results shown by the students with their “standing applause”. Dalam berkarir sebagai dosen, cepat atau lambat karir ditentukan oleh produktivitas, kemampuan dan determinasi masing-masing individu. Semakin rajin memproduksi karya ilmiah dan diterbitkan kedalam jurnal akreditasi, semakin pesat kemajuan karir seorang dosen. Setiap “track record” dosen ada nilai ekonomi dan reputasinya, sehingga perlu dijaga dan dijalani dengan komitmen yang tinggi. Dosen teladan selayaknya harus punya panggilan untuk lebih melayani tugas Tridharma perguruan tinggi yang kuat, penuh komitmen dan disiplin. Dunia Kampus itu dinamikanya tinggi. Menghadapi ratusan bahkan ribuan orang usianya 1923 tahun. Ada pemahaman yang belum sama. Ibarat ayah ibu yang memiliki anak yang banyak, ada beberapa yang tidak bisa diberi pemahaman. Itu yang menjadi pekerjaan rumah bagi saya. Apa pun profesi yang dijalani, setiap orang harus memberikan kemampuan terbaiknya. Kita harus fokus terhadap setiap tujuan yang ingin diraih. Di mana dan sampai kapan pun harus memberikan yang terbaik. Sukses selalu buat Dosen Indoensia. Tetap semangat bekerja dan berkarya untuk kemajuan pendidikan tinggi Indonesia