Hukum Pareto: Formula 80/20 yang dapat diterapkan dalam seluruh sendi kehidupan
Prinsip Pareto (bahasa Inggris:The Pareto principle) (juga dikenal sebagai aturan 80-20) menyatakan bahwa untuk banyak kejadian, sekitar 80% daripada efeknya disebabkan oleh 20% dari penyebabnya. Sebagai ilustrasi, bahwa 80% dari kesuksesan yang telah atau akan Anda peroleh merupakan hasil dari 20% usaha Anda selama ini. Artinya adalah hanya ada 20% dari tindakan dan pemikiran dalam hidup kita yang harus lebih dimaksimalkan untuk mendapatkan 80% keberhasilan. Ada 20% dari waktu dalam hidup kita yang harus lebih dimaksimalkan, karena dari 20% waktu itulah tersembunyi 80% kesuksesan dalam hidup kita. Secara sederhana, Hukum Pareto mengajak kita untuk lebih mempertajam intuisi dan mencari 20% usaha tersebut. Bayangkan efektifitas waktu, tenaga, fikiran yang bisa kita peroleh jika kita berhasil menemukan 20% sebab tersebut. Kemudian kita bisa memaksimalkannya untuk mencapai 80% kesuksesan dalam hidup kita.
HUKUM PARETO: FORMULA 80/20 YANG DAPAT DITERAPKAN DALAM SELURUH SENDI KEHIDUPAN Sebelum membahas lebih jauh tentang apa dan bagaimana penerapan Hukum Pareto, akan lebih afdol jika kita mengetahui sejarah terciptanya formula 80/20. Hukum Pareto atau yang dikenal juga dengan beberapa istilah berbeda yakni the 80–20 rule (hukum 80/20), The Law of The Vital Few atau The Principle of Factor Sparsity, merupakan sebuah pemikiran dari seorang konsultan manajemen bernama Joseph M. Juran. Di sinilah yang sering kali banyak disalah artikan, dalam beberapa sumber saya menemukan bahwa Hukum Pareto dicetuskan oleh seorang ekonom berkebangsaan Italia, Vilfredo Pareto. Prinsip Pareto (bahasa Inggris:The Pareto principle) (juga dikenal sebagai aturan 80-20[1]) menyatakan bahwa untuk banyak kejadian, sekitar 80% daripada efeknya disebabkan oleh 20% dari penyebabnya. Dalam implementasinya, prinsip 80/20 ini dapat diterapkan untuk hampir semua hal: 80% dari keluhan pelanggan muncul dari 20% dari produk atau jasa. 80% dari keterlambatan jadwal timbul dari 20% dari kemungkinan penyebab penundaan. 20% dari produk atau jasa mencapai 80% dari keuntungan. 20% dari cacat sistem menyebabkan 80% masalah. Inilah yang menjadi ruh dari Hukum Pareto yakni ada sebuah hubungan matematis dimana 80% reaksi sebenarnya dihasilkan hanya dari 20% aksi yang dilakukan. Beberapa waktu berselang, Joseph M. Juran merangkumnya menjadi Hukum Pareto yang lebih bersifat universal. Dirinya sangat yakin bahwa konsep 80/20 tersebut bisa diterapkan dalam seluruh sendi kehidupan manusia, mulai sosial, budaya, ekonomi dan lain-lain. 1. Hukum Pareto Sebagai Sebuah Nilai Hidup Setiap manusia di dunia hidup dalam satu kesatuan dan membentuk sistem kehidupan yang terus berjalan. Sebagian mengambil peran sebagai atasan dan sebagian lain tentu ada yang menjadi bawahan. Sebagian akhirnya mendapatkan kesuksesan, namun lebih banyak lagi yang masih merangkak dari kegagalan. Formula khusus yang diungkapkan Vilfredo Pareto, bahwa manusia sebenarnya hidup dalam sebuah perbandingan 80/20. Sebagai contoh sederhananya, percayakah Anda bahwa sebenarnya kita hanya perlu memaksimalkan 20% usaha kita untuk mencapai 80% kesuksesan dalam hidup kita? Mungkin sebagian orang akan menolak pemikiran ini, namun ternyata Pareto dengan fakta temuannya berhasil membuka mata jutaan orang tentang besarnya manfaat memahami prinsip 80/20 tersebut. Secara sederhana, Hukum Pareto
mengajak kita untuk lebih mempertajam intuisi dan mencari 20% usaha tersebut. Bayangkan efektifitas waktu, tenaga, fikiran yang bisa kita peroleh jika kita berhasil menemukan 20% sebab tersebut. Kemudian kita bisa memaksimalkannya untuk mencapai 80% kesuksesan dalam hidup kita. Sebenarnya jika telisik lebih dalam lagi masih banyak fakta menarik yang mendukung konsep 80/20 ini. Dan sebagai manusia, kita boleh percaya atau boleh juga tidak tentang adanya konsep 80/20 tersebut. Namun yang pasti, jika kita bisa memahami “keajaiban” konsep 80/20, sebenarnya kita bisa lebih memaksimalkan diri, memaksimalkan potensi tenaga dan waktu yang kita miliki. Prinsip Pareto dikembangkan ke dalam banyak bahasa, namun intinya tetap sama, yaitu daya ungkit prioritas. Jika kita pandai memprioritaskan aktivitas kita, maka akan mendapat lebih banyak produktivitas dengan jumlah waktu yang lebih sedikit. Dalam prinsip Pareto, bahwa 20% aktivitas prioritas tinggi menghasilkan 80% produktivitas, bahkan dengan waktu yang sangat singkat. Inilah penghematan yang luar biasa besar, baik dari sisi waktu maupun biaya. Dalam bidang pendidikan, khusunya aktivitas pembelajaran harus fokus pada proses, bukan hanya hasil akhir semata. Mengapa harus proses lebih diprioritaskan ? Karena dengan cara ini, akan menentukan kualitas hasil pendidikan. Proses pembelajaran merupakan sebuah strategi berjangka panjang yang menentukan berhasil atau gagalnya praktek pendidikan. Memang hasil penting, namun jauh lebih penting bagaimana proses pendidikan yang dilaksanakan dapat menghasilkan luaran yang unggul dan berdaya saing dan itu di tentukan dari prosesnya. Proses tidak akan pernah menghianati hasil, demikian kata orang bijak. Fokus utama pada Praktek Pendidikan ada pada proses sebagai investasi membangun sistem pendidikan yang berkualitas. Inilah inti dari Hukum pareto atau leverage, bagaimana memusatkan perhatian pada 20% itu untuk mendapatkan 80% hasil. Prinsip Pareto mengajarkan kepada kita bagaimana memilih prioritas aktivitas yang memiliki potensi besar, 20% aktivitas menghasilkan 80% produktivitas. 2. Diagram Pareto; Pengertian, Prinsip, Implemementasi Diagram Pareto adalah suatu grafik batang (nilai/jumlah asal) yang dipadukan dengan diagram garis (jumlah kumulatif %) yang terdiri dari berbagai faktor yang behubungan dengan suatu variabel yang disusun menurut besarnya dampak faktor tersebut. Prinsip Pareto ini kemudian terkenal dengan prinsip 80/20: 20 % dari masalah memiliki 80 % dari dampak dan hanya 20 % dari masalah yang ada adalah penting. Selebihnya adalah masalah yang mudah. Artinya dari semua masalah yang ada, hanya sedikit yang sering terjadi sedangkan yang lainnya jarang terjadi. Bahkan kemudian dari sudut pandang kualitas, professor J. M. Juran (Ahli Mutu) mengadopsi ide Pareto ini, sebagai “asumsi Juran” yang diperkenalkan sebagai instrumen untuk mengklasifikasi masalah kualitas. Seperti hanya 20% dari masalah yang diidentifikasi menyebabkan 80% dari kerusakan/kesalahan/kecacatan. Pun demikian, bahwa sebagian besar hasil dalam situasi apa pun ditentukan oleh sejumlah kecil penyebab. contoh adalah dengan fokus pada 20% aktifitas, akan memperoleh 80% keuntungan. Dalam konteks lainnya, gambaran prinsip 80/20 yang terdiri dari dua kelompok data terkait (biasanya sebab dan akibat, atau input dan output) juga bisa diinterpretasikan sebagai :
80 % dari output yang dihasilkan oleh 20 % dari masukan 80 % dari hasil berasal dari 20 % dari usaha 80 % dari aktivitas akan membutuhkan 20 % dari sumber daya 80 % dari kesulitan dalam mencapai sesuatu terletak pada 20 % dari tantangan 80 % dari masalah datang dari 20 % penyebab 80 % dari keberhasilan pendidikan berasal dari 20 % dari berbagai kegiatan pendidikan 20 % dari penggunaan energi di rumah tangga akan menawarkan 80% dari potensi penghematan energi”
Prinsip Pareto adalah model yang sangat berguna atau teori dengan aplikasi tak berbatas. Bukan hanya dibidang manajemen, pendidikan, namun juga pada pelayanan kesehatan, studi sosial dan demografi, semua jenis analisis distribusi, ekonomi bisnis, perencanaan dan evaluasi, dan juga untuk pekerjaan dan bidang kehidupan lainnya. Misalnya, penghematan energi rumah tangga dapat menjadi dramatis dan mudah jika mampu mengidentifikasi 20% dari penggunaan listrik yang memiliki potensi penghematan sebesar 80%. atau mengidentifikasi 20% yang dikeluhkan oleh pasien dan keluarganya kalau di rumah sakit. Atau bila mampu mengidentifikasi motedo dan pola pengajaran yang sering dipergunakan, maka metode tersebut dibuatkan pola yang efektif yang menyesuaikan karakteristik peserta didik dan mudah diaplikasikan. Dan masih banyak contoh lain yang bisa diasumsikan. Meskipun dikenal dengan prinsip 80/20, namun Prinsip pareto tidak harus dengan perbandingan 80:20 untuk setiap situasi. Karena Angka 80-20 belum tentu cocok untuk setiap masalah. Misalnya, insinyur perangkat lunak menggunakan aturan 90-10 yang menyatakan bahwa 90% dari kode komputer menyumbang 10% dari waktu pengembangan, dan sisanya 10% menyumbang 90% dari waktu pengembangan. Apakah rasio 95/5, 90/10, 80/20 atau 75/25, pengalaman menunjukkan perbedaan-perbedaan persentase tertentu mencirikan berbagai pengalaman, penelitian termasuk studi dari berbagai masalah di setiap bidangnya. Jadi, Prinsip Pareto tidak harus diaplikasikan 80:20 sehingga menjadi pas 100%. Dua angka perbandingan bisa lebih atau kurang dari 100. Misalnya hasil optimal sebesar 99% dari 15% 15% faktor-faktor penentu, atau di mana 75% dari hasil berasal dari 5% dari faktor. Atau 99 :22 (yang menggambarkan bahwa konsentrasi lebih besar daripada 80:20 dan karena signifikansi pada „top-endâ€&#x;) atau 05:50 (yaitu, hanya 5% manfaat yang berasal dari 50% input). Penggunaan prinsip 80/20 yang telah menjadi standar dan terkenal karena : 1) 80:20 korelasi yang pertama yang ditemukan dan dipublikasikan, 2) 80:20 tetap rasio paling mencolok dan sering terjadi, 3) Sejak penemuannya, 80:20 merupakan rasio yang selalu digunakan sebagai nama dan ilustrasi dasar teori Pareto. Diagram Pareto dipergunakan saat: Menganalisis data tentang frekuensi masalah atau penyebab dalam suatu proses, Ingin fokus pada masalah/penyebab yang paling signifikan dari sekian banyak masalah/penyebab, Menganalisis faktor penyebab/masalah yang luas dengan melihat hal khusus dari penyebab/masalah tersebut, Mengkomunikasikan data dengan pihak lain. Dengan menggunakan diagram Pareto maka: Dapat memilah masalah utama/besar menjadi bagian yang lebih kecil sehingga dapat fokus pada upaya perbaikannya. Mengidentifikasidan mengurutkan menurut prioritas atau faktor yang paling signifikan. Memungkinkan pemanfaatan yang lebih baik sumber daya yang terbatas Langkah-langkah Penyusunan Diagram Pareto Untuk membangun sebuah Diagram Pareto, maka harus dimulai dengan kepemilikan data yang telah dikumpulkan dan dikelompokkan. Langkah-langkah selengkapnya sebagai berikut: a. Pengumpulan data Mengidentifikasi topik/kejadian/masalah dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap hal tersebut (kategori) yang akan diteliti (misalnya, jenis kesalahan yang ditemukan selama kegiatan berlangsung). Tentukan cara pengukuran yang tepat. Pengukuran umum adalah frekuensi, kuantitas, biaya dan waktu. Tentukan berapa lama cakupan diagram pareto: Satu siklus kerja? b. Olah data Hasil pengumpulan/pengukuran data diberikan/diisikan pada masing-masing kategori. Urutkan (sort) data
yang dimiliki dari yang frekuensi tertinggi hingga terendah. Hitung jumlah total hasil pengukuran keseluruhan kategori. Hitunga persentase tiap kategori. Hitung jumlah kumulatif persentase kategori. Atur diagram sesuai kelayakan informasi grafis c. Tindak lanjut Analisis/Interpretasikan dan komunikasikan hasil tersebut. Lakukan upaya perbaikan sesuai prioritas d. Evaluasi hasilnya dengan langkah-langkah tersebut diatas untuk perbandingan pasca intervensi Prinsip Pareto menjadi salah satu prinsip untuk meningkatkan produktifitas sebuah usaha atau kegiatan, namun sangat aplikatif dalam kehidupan disegala bidang kehidupan. a. Bekerja Cerdas Jika ingin meraih sukses dalam dunia kerja, tentu kita ingin menjadi bagian dari orang yang melakukan 20% usaha dan memberi hasil 80%. Kuncinya disini adalah bekerja cerdas, bukan hanya bekerja keras. Bukan berarti bahwa bekerja keras tidak penting, sangat penting, namun dengan bekerja pintar atau cerdik maka kerja keras akan memberikan hasil yang maksimal. Prinsip Pareto mengajarkan kita untuk fokus pada 20 persen pekerjaan kita, karena hal itu akan berdampak pada 80 persen hasil akhir yang diharapkan. Artinya dengan upaya minimal namun membuahkan hasil maksimal. Didalamnya tetap ada bagian dimana kita dituntut untuk bekerja keras dalam mengejar target, namun dengan fokus pada hal-hal yang terpenting. b. Fokus pada hal terpenting dan menjadi pekerjaan utama Salah satu yang krusial dalam menerapkan prinsip 80/20 ini adalah menentukan apa yang menjadi hal terpenting dan menjadi pekerjaan utama. Tidak semua hal penting harus menjadi prioritas, kita harus bisa memilah mana yang menjadi pekerjaan utama dan terpenting sehingga harus diprioritaskan. Buatlah daftar pekerjaan penting itu dan urutkan berdasarkan prioritasnya. Jika Anda bisa menyelesaikan pekerjaan utama yang menjadi tanggung jawab, maka bisa dipastikan 80% hasil sudah dalam perjalanan. Lalu sisa pekerjaannya bagaimana? Anda bisa meminta bantuan atau mendelegasikannya. c. Managemen waktu Jika kita memiliki waktu yang terbatas, tentu tidak akan membuang-buang waktu untuk hal-hal yang kurang penting atau kurang produktif. Jika kita bisa mengatur waktu untuk mengerjakan hal-hal utama dan penting terlebih dahulu, hal tersebut akan membuat lebih produktif dan efesien. Kita tidak bisa mengartikan secara harfiah bahwa 20% usaha akan menghasilkan 80% hasil, namun hal ini adalah prinsip untuk menyadarkan bahwa hal-hal yang terpenting dan utama akan menghasilkan hasil yang terbesar, mungkin saja hal-hal utama itu 25% atau 30% dan menghasilkan bukan hanya 80% tetapi 90% atau 95% hasil. Untuk itu fokus pada hal-hal utama tersebut sangat penting dalam mencapai kesuksesan berkarir, karena hal ini merupakan kunci produktifitas. Hari ini, cobalah dengan membuat langkah pertama untuk menerapakan Prinsip Pareto ini, kenalilah hal-hal utama dan prioritas dalam pekerjaan kita. Lalu fokus untuk menyelesaikan pekerjaan itu dan lihatlah hasil akhirnya. 3. Sukses dengan Formula Pareto Mungkin tidak harus persis persentasinya untuk penggambaran seberapa banyak hal diperoleh dari suatu hal lain yang lebih sedikit. Contohnya, 80 persen profit atau laba didapatkan dari 20 persen pelanggan terbesar. Dan 80 persen penjualan dihasilkan dari 20 persen jenis produk, atau 80 % penjualan dibukukan oleh 20 % top sales persons.
Logikanya memang segala hal berjalan dengan perhitungan 50:50, seberapa besar hasil tergantung dari seberapa besar usaha. Semakin banyak usahanya, semakin banyak pula hasilnya. Tapi kenyataannya, kita bisa lihat di dalam kehidupan pribadi kita sendiri contohnya; 80 persen kebahagiaan kita didapat dari hanya 20 persen dari kesemua aktivitas yang kita lakukan. Terkait dengan keseharian, bisa jadi 20% aktivitas prioritas tinggi menghasilkan 80% produktivitas. Silahkan berargumen setuju atau tidak, namun dalam temuan saya dilapangan pendapat ini ada benarnya juga. Banyak terjadi kondisi dimana rencana/harapan tidak sesuai dengan realitas, bisa jadi karena kita terjebak pada 80% aktivitas dengan prioritas rendah, dalam artian kurang produktif. Mungkin ada baiknya kita evaluasi kembali rencana hidup kita, pekerjaan kita, keseharian kita. Sudahkah kita menemukan 20% pareto dalam kehidupan? Atau kita masih terjebak dalam kehidupan mainstream. Yang mungkin membuat kita lambat progress dalam bekerja atau untuk tujuan hidup jangka panjang. Kalau kita merasa hidup kita kurang menarik, kurang termotivasi, bisa jadi tujuan hidup kita kurang greget. Atau malah belum ada tujuan sama sekali? Menemukan 20% dalam kehidupan pareto seperti menemukan akselerasi baru. Mungkin adakalanya kita tidak fokus saat bekerja. Dengan menerapkan 20% pareto tersebut, akan meminimalisir waktu, tenaga, dan pikiran kita. Sehingga aktivitas bisa lebih produktif. Menurut opini saya, pareto dalam kehidupan bisa dimulai dengan beberapa hal yang mudah: 1. Temukan 20% aktivitas yang bikin 80% kerjaan optimal 2. Temukan 20% penggunaan waktu yang membuat 80% hemat waktu 3. Temukan 20% sumber kebahagiaan yang menyebabkan 80% hidup anda selalu bersemangat Seorang dosen bisa meningkatkan prestasinya dengan memusatkan perhatian pada 20-30 persen kegiatan yang paling produktif. Serta melakukan proses yang paling krusial, seperti meneliti atau menulis. Lalu meningkatkan kemampuan tersebut dengan training dan membaca buku, dsb, sehingga menjadi pakar di bidang keilmuannya. Prinsip 80-20 ini memberikan suatu pemikiran yang berguna bagi efektivitas dan efisiensi penggunaan waktu serta sumber daya lainnya. Dengan berfokus pada 20 persen area yang benar-benar produktif, kita bisa membuat suatu peningkatan yang signifikan. Agar Efektif serta efisien. Efektivitas dan efisiensi ini juga bisa dicapai dengan suatu inovasi yang membuat 20 persen upaya yang dikerjakan bisa menghasilkan 80 % dari total kinerja. Revolusi dalam produktivitas dimulai dari pemikiran yang kreatif. Dosen harus banyak ide untuk mendapatkan 20 % ide brilian yang akan membawa hasil yang luar biasa. Dengan cara merencanakan, mengelola, melaksanakan, mengevaluasi suatu tujuan dengan tepat dan berdaya guna. Secara efektif dan efisien; Hal ini dilakukan dengan mengutamakan tugas-tugas yang terpenting dan mendelegasikan yang lainnya. Manajemen pribadi yang baik bisa dilakukan dengan mengelola diri secara optimal. Memanfaatkan waktu dan sumber daya lainnya dengan produktif. Stop membuang-buang waktu melakukan hal-hal yang tidak terlalu berdampak besar. Konsentrasikan diri untuk melakukan hal-hal yang paling bernilai dan bermakna besar. Sukses dengan memanfaatkan aturan 80/20 berarti memperdalam fokus dengan menciptakan skala prioritas berdasarkan besarnya dampak aktivitasnya. Kesuksesan akan didapat dengan berfokus pada pelaksanaan beberapa kegiatan yang paling utama. Jadi, kuncinya adalah; mengidentifikasi 20 persen yang menghasilkan 80 persen. Dan mempraktekkan prinsip 80% 20% tersebut. Dalam manajemen khususnya manajemen waktu, prinsip Pareto adalah hal yang sangat membantu. Diterjemahkan ke dalam manajemen waktu, arti prinsip Pareto adalah: dalam 20 persen dari waktu yang tersedia (untuk melaksanakan kegiatan), Anda sudah berhasil merampungkan 80 persen tugas tersebut. Dan memerlukan 80 persen dari waktu Anda, untuk mencapai 20 persen sisa tugas yang belum terselesaikan (membuatnya menjadi 100 persen perfek, menyempurnakannya). Kegiatan yang saya maksud di sini, kegiatan yang menjadi tugas pokok dosen yang dimiliki dalam profesinya.
Salah satu hal penting yang perlu dipelajari dan dilakukan dalam menambah professional kita sebagai dosen adalah dengan melatih diri untuk menentukan prioritas. Untuk menentukan prioritas, kita dapat menggunakan prinsip Pareto. Secara sederhana, prinsip Pareto dapat dijelaskan sebagai berikut, bahwa "20 persen dari seluruh daftar prioritas kita akan memberi hasil 80% dari total target kita apabila kita memfokuskan penggunaan sumber daya yang ada (= waktu, tenaga, metode, alat) pada hal-hal yang terdapat di 20% prioritas utama dari seluruh prioritas kita tersebut". Bagaimana mengapikasikannya dalam Kegiatan Pendidikan ? Manusia, benda-benda, waktu, keahlian, atau semua alat produksi telah memiliki aturan alamiah yang berkaitan antara hasil dan aktivitas dengan jumlah perbandingan mulai dari 80/20 atau 70/30. Contoh: Karena dosen memberi pencerahan ilmu dan pengetahuan, rumus tersebut lalu diterapkan ke dalam pengembangan pribadi. Ternyata para pakar di bidangnya masing-masing menemukan sesuatu yang kira-kira sama dengan temuan Pareto. Artinya jika bicara hasil, ketepatan proses, dan kualitas maka hal-hal tersebut erat hubungannya dengan how well atau how good are you doing, bukan how often dan how long. Semua tahu akan pentingnya waktu. Waktu adalah satu-satunya aset yang tak bisa diganti dengan apapun Contoh sederhana adalah, Kegiatan pendidikan di kampus, tidak bisa dipungkiri 80% keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran diakibatkan kerja keras dosen (20%). Namun 20% usaha seperti apa yang dilakukan untuk menghasilkan 80% kesuksesan tersebut; Tentu saja 20% usaha yang yang lakukan disini adalah usaha yang efektif dan efisien, bukan bukan usaha yang malas-malasan, usaha yang minim, dll. Contoh Penerapan Prinsip Pareto : 1. Waktu : 20% dari waktu kita, apabila kita gunakan dengan baik, akan memberi hasil 80% dari tujuan yang kita harapkan. 2. Hubungan Antar Personal : 20% dari orang-orang yang kita kenal, merupakan orang-orang yang "dekat" dengan kita, dan mereka menghabiskan 80% dari total seluruh waktu kita. 3. Pendidikan: 20% dari seluruh kegiatan yang kita hasilkan dapat memberikan 80% dari total kesusksesan yang kita harapkan. 4. Pembelajaran: 20% dari kegiatan pembelajaran akan mempengaruhi atas 80% tingkat perkembangan belajar peserta didik. Penting sekali untuk dipahami, Maju mundurnya praktek pendidikan dimulai dari dosen. Mereka adalah barisan terdepan dalan mengajar dan mendidik. Mereka harus berani melakukan perubahan, berani berinovasi, berani menjadi contoh bagi yang lain. Sampai terbentuk sebuah Kesadaran akan perubahan. Hukum Pareto tentang yang sedikit ini, menandaskan ada sedikit orang yang mampu menjalankan perannya dengan efektif. Sebaliknya, terlalu banyak orang yang tidak melaksanakan tanggung jawabnya. Dengan baik, keberhasilan dari praktek pendidikan menjadi tanggung jawab utama dosen sebagai pengajar dan pendidik, sehingga setiap dosen dituntut dapat memberikan kontribusi sebanyak 80% kemajuan pendidikan. Dengan kata lain hasil praktek pendidikan yang diperoleh ditentukan sejauhmana dosen bisa bekerja secara cerdas. Contoh: Untuk mentransfer pengetahuan dan nilai pada peserta didik harus berpikir efektif dan efisien dalam arti ketepatan strategi yang tidak berlebihan. Artinya temukan 20% dari strategi yang bisa merebut 80% daya tarik peserta didik dengan memberi 80% pembelajaran yang „mendidikâ€&#x;. Disinilah pentingnya memahmi rumus pareto menerapkan cara belajar cerdas. Tanyakan pada dosen tentang metode pengajaran – pembelajaran yang paling disukai peserta didik. Bisa jadi secara rata-rata dari semua metode pembelajaran yang ada, hanya 20% dari metode tersebut yang paling tepat. Dan 20% dari metode yang tepat tersebut pasti juga menjadi sumber inspirasi dan semangat peserta didik yang menyumbangkan 80% keberhasilan pendidikan dan pembelajaran tersebut.
Ada banyak metode pembelajaran; Cobalah untuk membuat statistik dari metode tersebut untuk mendapatkan informasi mengenai metode yang efektif dan efisien dalam meningkatkan semangat belajar peserta didik. Bisa jadi, 80% dari peserta didik akan menunjuk kepada satu atau dua metode pembelajaran yang apabila dibandingkan dari semua aktifitas pembelajaran yang ada. Begitu juga pada pemberian tugas pada mahasiswa. Seringkali kita mendapati tugas yang dikerjakan mahasiswa hanya sedikit (sekitar 20%) dari jumlah mahasiswa yang ada yang memberikan kontribusi pengetahuan dan keilmuan di dalam bahasan materi tugas tersebut. Namun demikian, kembali lagi bahwa teori pareto ini tidak bisa begitu saja diartikan secara harfiah. Misalnya, 80% kegiatan belajar hanya dilakukan oleh 20% mahasiswa. Kalau kita yakini secara membabi buta, teori ini akan menimbulkan gangguan pada dinamika praktek pendidikan yang ada. Perlu digunakan alat ukur yang lebih pas untuk mengetahuinya secara utuh. Penerapan teori Pareto lebih baik digunakan sebagai upaya efisiensi saja. Misalnya di dalam banyak metode pembelajaran. Contohnya ketika kita membuat daftar sepuluh aktifitas pembelajaran yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, maka kita hanya memakai dua yang terpenting dari sepuluh daftar aktifitas tersebut. Jika semuanya digunakan maka dosen tidak akan dapat mengetahui metode yang lebih pas atau sesuai dengan karakteristik peserta didik jaman now. Di dalam aktifitas kegiatan pengajaran dan pembelajaran, 80% keberhasilan dosen membelajarkan peserta didik, ditentukan oleh 20% efektifitas dan efisiensi dari metode pengajaran yang digunakan. Tugas dosen adalah, fokuskan waktu dan usaha untuk lebih meningkatkan metode pengajaran yang digunakan. Keuntungan dengan menerapkan hukum pareto dalam aktifitas Pembelajaran: 1. Pembelajaran lebih tertarget. 20% efektifitas dan efisiensi dari metode pengajaran yang digunakan adalah FOKUS UTAMA. Mungkin selama ini masih peserta didik yang kurang semangat mengikuti kegiatan pembelajaran; Bacalah reaksi dari peserta didik anda. Follow up lebih intensif agar peserta didik benar-benar tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran. 2. Menghemat waktu dan tenaga. Jangan habiskan waktu dan tenaga dengan mencoba semua metode pembelajaran secara membabi buta dan tak tentu arah. Sekali lagi, bacalah reaksi dari peserta didik. Bila terlihat ada gejala kurang bergairah dengan cara dan metode yang digunakan, segera antisipasi dengan mencoba metode yang lain dan jangan memaksakan cara dan metode yang membuat mereka tidak nyaman belajar. Kerena mereka hanya akan membuang-buang waktu dan tenaga tanpa hasil. Hanya dosen yang berpikir terbuka yang dapat menerima perubahan untuk sukses. 3. Meminimalisir dari penolakan. Dengan melakukan metode dan cara pembelajaran peserta didik yang tertarget, berarti meminimalisir dosen dari penolakan. Karena peserta didik mengikuti perkuliahan bukan sekedar mendapatkan pengetahuan tapi juga senang dan bahagian mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain menghemat waktu dan tenaga, kegiatan pengajaran lebih tertarget dan dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja pendidikan. Berdasarkan Prinsip Pareto ini, bisa kita simpulkan bahwa dari metode pengajaran yang harus kita kerjakan, ada 2 metode yang nilainya lima bahkan sepuluh kali lipat atau lebih dibandingkan 8 metode yang lain. Pada 20 persen metode terpenting itulah, kita harus memusatkan tenaga dan pikiran kita. Bukan pada 80 persen yang tidak penting.
Bagaimana mengapikasikannya? Pertama dosen pastinya mempunyai banyak mengetahui metode pembelajaran, dari Prinsip Pareto, bahwa 20% metode dan cara yang digunakan, menyumbang 80% peningkatan hasil pembelajaran. Sedangkan 80% metode dan cara menyumbangkan 20% peningkatan hasil pembelajaran. Bagaimana cara meningkatkan hasil pembelajaran? Olah data hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan, urutkan metode pengajaran yang banyak memberikan dampak paling besar sampai dengan yang paling kecil (bisa berdasarkan nilah akhir yang dihasilkan peserta didik maupun pengamatan langsung di kelas saat kegiatan perkuliahan). Kemudian ambil 20% dari metode pengajaran dari teratas bandingkan dengan hasil nilai akhir yang diperoleh mahasiswa maupun dari pengamatan langsung di kelas. Setelah diketahui metode apa saja yang 20% teratas, yang dapat meningkatkan hasil pembelajaran tersebut. Kemudian dari metode tersebut, berikan pendekatan yang lebih efektif agar peserta didik anturis mengikuti kegiatan perkuliahan dan senang belajar, Dengan semangat belajar yang tinggi, peserta didik akan terus menerus mencari informasi pengetahuan lebih banyak lagi yang bisa meningkatkan prestasi belajar mereka. Untuk lebih jelasnya lagi, mari kita ambil contoh penerapan prinsip Pareto dalam kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah yang perlu diambil adalah : 1. Susunlah atau tetapkan tujuan pembelajaran yang termasuk metode dan pola pembelajaran yang mampu memberikan semangat dan antusiasme peserta didik belajar. Untuk mencapai hasil dan tujuan yang ditetapkan (= 20% dari tujuan dan metode pembelajaran). Sebutlah bahwa tujuan dan metode pembelajaran tersebut masuk yang "utama. 2. Gunakan 80% dari waktu untuk berinteraksi membangun kedekatan pada perta didik, serta mengajar, mendidik; memberikan tugas, melatih tanggung-jawab peserta didik. 3. Gunakan 80% sumber daya (alat, metode, sarana, failitas) untuk meningkatkan dan mengembangkan pembelajaran dalam mencapai hasil yang ditetapkan. 4. Lakukanlah proses pemberdayaan peserta didik untuk melaksanakan aktivitas pembelajaran yang memberi dampak bagi tercapainya minimal 80% hasil dari total target pembelajaran yang diharapkan. 5. Cari metode dan pola pembelajaran yang lain untuk menyempurnakan hasil pembelajaran. Dengan kata lain menambahkan metode lainnya yang dapat diandalkan sebanyak 20% dari total masing-masing metode pembelajaran yang ada. Ini adalah konsep "multiplikasi" atau pelipat-gandaan". Pertanyaan selanjutnya yang mungkin timbul adalah, bagaimana menentukan tujuan dan metode pembelajaran yang yang akan masuk kategori "utama". Untuk menjawabnya, cobalah tuliskan tujuan dan metode pembelajaran yang anda ketahui serta pelajari karakteristik peserta didik jaman now yang berhubungan dengan cara dan metode belajar mereka. Sejauh apa kira-kira dampak yang ditimbulkannya ? Kalau model itu berdampak besar dan sesuai dengan karakteristik peserta didik, maka masukkanlah model tersebut ke dalam kategori "utama" Anda. Kalau tujuan dan model pembelajaran telah ditentukan, selanjutnya menentukan skala prioritas untuk kegiatan pembelajaran; menyangkut kegiatan proses belajar mengajar (Materi/bahan pelajaran, penyajiannya, pemberian tugas, dsb) Pembagian skala prioritas, yaitu: 1. Sangat Penting & Sangat Mendesak : Segera laksanakan dan selesaikan terlebih dahulu aktifitas bersifat seperti ini.
2. Sangat Penting & Kurang Mendesak : Tetapkan batas waktu untuk penyelesaiannya dan usahakan untuk mengerjakan aktifitas ini dalam rutinitas sehari-hari. 3. Kurang Penting & Sangat Mendesak : Temukanlah cara yang cepat dan efisien untuk mengerjakannya tanpa banyak melibatkan waktu. Apabila mungkin, delegasikanlah itu kepada seorang asisten yang mampu melakukannya. 4. Kurang Penting & Kurang Mendesak : Umumnya ini adalah tugas yang berulang dan cukup menyita waktu, seperti contohnya membuat laporan dan lain sebagainya. Kerjakan dalam waktu setengah jam sampai satu jam yang disisihkan setiap beberapa hari sekali agar tidak menganggu pekerjaan utama. Cobalah mulai mengevaluasi kegiatan pembelajaran, pelajarilah dengan seksama berdasarkan skala prioritas tersebut di atas. Sebagai penutup; Di masa kini, bekerja keras saja tidaklah bijaksana, dan bekerja dengan cerdas saja juga belum cukup untuk menciptakan perubahan positif yang berdampak luas bagi pekerjaan kita maupun organisasi. Yang dibutuhkan saat ini adalah bekerja dengan cerdas dan bersedia atau berinisiatif melakukan tindakan "extramile". Yaitu melakukan tindakan melebihi dari uraian pekerjaan; tugas dan tanggung-jawab kita yang dinyatakan dan disampaikan secara formal dalam suatu organisasi.