PUBLICATION
P A P E R S news V O L U M E
I I
I S S U E
1 3
2 0 1 8
A P R I L
Karier Dosen : Sebuah Pandangan dan Perjalanan Karir merupakan kebutuhan yang harus terus ditumbuhkan dalam diri seseorang, sehingga mampu mendorong kemauan kerjanya. Pengembangan karir harus dilakukan melalui penumbuhan kebutuhan karir, menciptakan kondisi dan kesempatan pengembangan karir serta melakukan penyesuaian antara keduanya melalui kerja, karya dan prestasi. Karier merupakan bagian dari perjalanan dan tujuan hidup. Setiap orang berhak dan berkewajiban untuk sukses mencapai karier yang baik, itulah obsesi. Angapan yang sudah mapan dan nyata sering kita jumpai dalam kehidupan masyarakat, bahwa seseorang akan berhasil atau sukses dalam kariernya bilamana seseorang tersebut sudah menjadi atau menempati posisi strategis pada suatu instansi, baik di pemerintahan maupun di swasta. Dengan persepsi semacam ini seseorang mendapat pengakuan dan merasa dihargai, dihormati baik di lingkungan kerja, di keluarga maupun di masyaraka. Menjadi suatu kebanggaan tersendiri. Setiap bidang pekerjaan tentu memiliki suka duka tersendiri. Pengalaman 15 tahun menjalani pekerjaan sebagai Dosen, bangga sekaligus rasa bahagia yang mendalam menjadi tenaga pendidik. Terima kasih tulus dari mahasiswa atas ilmu atau keberadaan saya di dunia kampus menjadi pengalaman paling berkesan yang dirasakan selama bergelut di dunia pendidikan tinggi.
Tidak pernah terpikirkan sejak bangku sekolah dulu menjadi seorang dosen merupakan profesi yang penuh
dengan keberkahan. Tidak pernah juga membayangkan sebelumnya profesi dosen inilah yang juga membentuk kepribadian dan kebahagiaan yang saya rasakan saat ini. Mata hati dan raga semakin terpana ketika menjalani profesi ini dengan suka cita dan kerja keras yang nyata. Terlalu sempit rasanya menilai sebuah profesi dari aspek penghasilan semata, penghasilan materi itu sifatnya abstrak dan relatif dimanapun kita bekerja. Tidak ada tolak ukur pasti bahwa nominal gaji besar akan jaminan kebahagiaan hakiki seseorang. Pernah suatu hari seorang senior berkata, “berjuang dengan sungguh2 dan memaknai pekerjaan sebagai dosen dengan sebaik-baiknya tidak akan membuat kita miskin”. Makna “miskin” disini tentunya tidak melulu tentang uang (penghasilan) semata,
saya percaya semakin banyak kita berbagi dan berdedikasi dengan keikhlasan maka berkah duniapun akan setia hadir mencukupkan kebutuhan duniawi. Saya merasakan itu. Setelah hampir 15 tahun saya jalani profesi menjadi dosen, pada akhirnya saya bisa memaknai apa yang dimaksud dengan orang tua saya mengenai arti sebenarbenarnya dari yang dimaksud “tidak miskin”. Benar sekali adanya, profesi dosen membuat kita akan “kaya” akan banyak hal. Mapan dalam penghasilan hanyalah sebagian kecil dari berkah mulia lainnya. Selain faktor penghasilan, adanya kenaikan derajat dan status sosial sebagai dosen (You’ll get first level of respect by being a lecturer) tanpa harus diminta. Punya banyak relasi dan koneksi dengan berbagai macam stakeholder seperti pemerintah dan swasta dari dalam ataupun luar negeri. Bisa kenal dan menjalin silahturahmi tanpa batas dengan puluhan ribu mahasiswa/i yang pernah mendapat siraman Ilmu dari kita sebagai dosen. Mendapat kesempatan berkarya dalam pemenuhan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat secara berkala sangat mendewasakan diri sebagai dosen yang harus terus bertumbuh dan berpikiran terbuka.
V O L U M E
I I
I S S U E
PAGE
1 3
2
2 0 1 8
Karier Dosen : Sebuah Pandangan dan Perjalanan Setiap bidang pekerjaa ada suka dan duka. Saya sering menerapkan akademisi berbasis life skill. Saya senang setiap mengajar dan membimbing mendapatkan sebuah ungkapan yang tulus atas perbuatan yang saya lakukan. Beberapa kali mendapatkan pesan ingkat dari mahasiswa yang mengatakan senang melihat saya bersemangat dan tetap tersenyum. Sementara dosen yang lain berwajah galak. Hal-hal itu yang tidak akan mungkin saya lupakan, sekaligus membuat saya tetap semangat berbagi ilmu. Dosen yang mulia, tidak pelit dan perhitungan dalam berbagi Ilmu. Ia tidak memperlakukan ilmu selayaknya barang yang dapat dijual belikan, melainkan menjadikan ilmu sebagai ladang ibadah dan kontribusi nyata sebagai pendidik yang berintegritas. Banyak orang punya perspektif sempit mengenai profesi dosen, banyak juga dosen yang menganggap profesi ini sebagai profesi numpang lewat, bahkan untuk “keren-kerenan” semata. Padahal melalui profesi ini bisa hadir segudang kesempatan dikehidupan kita. Sebut saja menjadi ada kesempatan untuk menjadi pembicara, juri pemilihan kontes, ikut workship/pelatihan gratis, bepergian/melancong
P
A
A P R I L
P E
R
S
NEWS
keluar negeri, jaringan pertemanan yang semakin luas, kesempatan untuk mengenal banyak karakter manusia sebagai ajang pembelajaran, bertindak sebagai edupreneur, bahagia batin dan lahir karena banyaknya energi positif disekelilingnya dan masih banyak kesempatan baik lainnya. Menjadi dosen tidak hanya bicara kuantitas (jabatan, peringkat, background lulusan dan penguasaan ilmu) semata tapi lebih mengedepankan faktor kualitas. Dosen yang amanah akan mengajar dengan persiapan yang baik, tidak hanya mengandalkan materi yang sudah usang apalagi tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Perlu dipahami dengan perubahan karakter mahasiswa yang sesuai zaman dan generasinya, dosen harus lebih mendepankan pendekatan studentcentered learning. Karakter serba instan dan cepat memungkinkan mahasiswa “made in google” yang bisa lebih informatif dari dosennya perihal informasi dan berbagai hal. Tapi jangan sampai dosen “ketinggalan zaman” hanya karena malas serta enggan untuk “upgrade diri”. Mempersiapkan diri secara opti-
mal berarti menghargai profesi yang dijalani dan menghargai para mahasiswa/i yang kelak akan menjadi individu sukses kelak. Ingatan mahasiswa akan dosennya akan dikenal sepanjang hidupnya, pastikan rekam jejak menjadi seorang dosen dapat menjadi “kenangan indah” , bukan malah menjadi “mimpi buruk” bagi mereka. Mereka seakan tidak sadar bahwa seberapa besar pengaruh mereka terhadap kehidupan mahasiswa/i yang dididiknya. Dosen yang tadinya dilihat sebagai teladan (role model) akan dicap gagal atau bahkan mendapat predikat “dosen abal-abal” kalau tidak berhasil dalam memberikan inspirasi dan transformasi diri anak didiknya. Mendidik yang baik sepantasnya perlu dibarengi dengan hati nurani, tidak hanya mendewakan kompetensi duniawi. Perlu disadari juga bahwa tanggung jawab moral seorang dosen sebagai pendidik ada diranah Ilahi bukan hanya memberi pencerahan teknis mahasiwa/ inya. Sehingga perlu direnungkan, Ilmu yang disampaikan dengan hati nurani dan disertai cara penyampaian yang baik akan menjadi kebaikan mulia yang berlipat dampaknya bagi diri seorang dosen.
V O L U M E
I I
I S S U E
1 3
2 0 1 8
A P R I L
Karier Dosen : Sebuah Pandangan dan Perjalanan Sementara Ilmu dengan penyampaian seadanya hanya akan menghasilkan mahasiswa/i robot dengan karakteristik “referal thinker“, pola pikir dan intelegensia yang berbasis pada teks referensi yang sudah ada, tidak ada ruang “improvement” disana. Ruang berpikir, daya kreativitas dan imajinasi otak kanan akan kerdil karena stimulus yang diberikan oleh dosen tidak maksimal. Ujung2nya yang disalahkan adalah mahasiswa/i, padahal “response” berbanding lurus dengan “stimulus” yang diberikan. Banyak dosen yang khilaf dengan menganggap dirinya sebagai “dewa” yang memperlakukan mahasiswa/i sesuai kehendak dirinya, mereka terperangkap dalam situasi power syndrome, sense of intellectual arrogance dan google syndrome (merasa paling mengetahui banyak hal). Semoga kita dijauhkan dari karakter dosen dan pendidik yang arogan seperti ini. Punya banyak “haters” ketimbang “lovers” akan mengurangi kadar kebahagiaan dalam mengajar. Jean Piaget mengungkapkan, “Tujuan utama pendidikan adalah menciptakan manusia yang bisa melakukan hal baru, tidak sekedar mengulang apa yang telah dilakukan generasi sebelumnya . Manusia yang kreatif, memiliki daya cipta, memiliki hasrat keingintahuan.” Pendidikan yang sempurna lahir dari proses perubahan yang diselami dengan pendekatan “Intellectual Humility“. Mahasiswa/i yang ada dihadapan dosen sudah sepantasnya diperlakukan sebagai “subjek” perubahan, bukan “objek perubahan”. Dengan memahami sudut pandang ini maka proses transfer ilmu perlu dilakukan dengan cara, gaya dan daya yang memanusiakan mahasiswa/mahasiswinya. Salah satu contoh yang paling sederhana adalah dengan penggunaan bahasa penyampaian bahan ajar yang muP
A
P E
R
S
NEWS
dah dimengerti. Pemberian contoh bahan ajar yang dekat dengan dunia mereka dan serta situasi masa kini. Banyak dosen yang lupa bahwa mahasiswa/i hadir kedalam kelas dengan tingkat kematangan (ilmu, emosi, pengetahuan dan kemampuan) yang berbeda. Pendekatan “grassroot” perlu dikedepankan agar bahan ajar yang diberikan mudah dipahami dan bermanfaat bagi kedua belah pihak. Dosen yang baik, harus sehat jasmani (fisik) dan rohani (mental). Salah satu ujian terberat sebagai dosen ialah “Classroom Management“, ini erat sekali dengan kecerdasan emosi (EQ) seorang dosen. Pintar, cerdas, dan punya latar belakang edukasi yang mumpuni tidak cukup membantu kita menjadi “dosen sukses” didalam kelas. Perlu adanya kemampuan khusus dalam hal penguasaan serta pengelolaan emosi dalam menguasai mahasiswa/i sebagai penghuni kelas. Terpancing emosi dan mengumbar kemarahan didalam kelas akan menjadi “boomerang” tersendiri bagi dosen. Versi dosen teladan menurut saya adalah ketika ada dosen yang mampu berdamai dengan hati dan dirinya sehingga tidak sirna termakan sifat egoisme diri. Mahasiswa/i adalah pengamat (observer) terbaik didalam kelas, just make sure we can gain their heart & attention with an elegant way. Dosen perlu mahir untuk menciptakan suasana yang terbuka, santai tetapi tetap tegas dan serius. Seperti layaknya seorang “Conductor” yang memimpin suatu pertunjukan. Our class is our own stage & it’s belong to us as a lecturer… to share, to educate, to en-
tertain and to inspire, our best results shown by the students with their “standing applause”. Dalam berkarir sebagai dosen, cepat atau lambat karir ditentukan oleh produktivitas, kemampuan dan determinasi masing-masing individu. Semakin rajin memproduksi karya ilmiah dan diterbitkan kedalam jurnal akreditasi, semakin pesat kemajuan karir seorang dosen. Setiap “track record” dosen ada nilai ekonomi dan reputasinya, sehingga perlu dijaga dan dijalani dengan komitmen yang tinggi. Dosen teladan selayaknya harus punya panggilan untuk lebih melayani tugas Tridharma perguruan tinggi yang kuat, penuh komitmen dan disiplin. Dunia Kampus itu dinamikanya tinggi. Menghadapi ratusan bahkan ribuan orang usianya 1923 tahun. Ada pemahaman yang belum sama. Ibarat ayah ibu yang memiliki anak yang banyak, ada beberapa yang tidak bisa diberi pemahaman. Itu yang menjadi pekerjaan rumah bagi saya. Apa pun profesi yang dijalani, setiap orang harus memberikan kemampuan terbaiknya. Kita harus fokus terhadap setiap tujuan yang ingin diraih. Di mana dan sampai kapan pun harus memberikan yang terbaik. Tetap semangat bekerja dan berkarya untuk kemajuan pendidikan tinggi Indonesia