Mengenal Metode dan Teknik Mengajar Dosen Masa Kini Ketua Tim Kerja Studi.Kajian. Riset LSP3I
“Pendidikan untuk Kehidupan�
-Yusrin Ahmad Tosepu
Pengantar Pada artikel ini, sebelum membahas metode dan teknik mengajar dosen masa kini, akan Diwali sajian pengantar bagaimana peranan komptensi dan profesionalisme dosen terhadap proses pembelajaran yang bertujuan untuk mendeskripsikan peranan profesionalisme dosen dalam kaitannya dengan proses pembelajaran di perguruan tinggi dalam upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran agar dihasilkan lulusan yang berkualitas pula. Di era pendidikan 4.0 ini, PT menghadapi tantangan yang besar. Untuk itu, diperlukan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran dalam rangka menghasilkan lulusan yang bermutu. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di PT, dituntut adanya peningkatan kompetensi dan profesionalisme dosen. Profesionalisme mengisyaratkan empat kompetensi yang harus dimiliki dosen, khususnya kompetensi dosen yang terkait dengan tugas utamanya sebagai pengajar sekaligus pendidik, yaitu kompetensi bidang studi, kompetensi pemahaman tentang peserta didik, kompetensi pembelajaran yang mendidik, dan kompetensi pengembangan kepribadian dan keprofesionalan. Dosen dengan kewenangan utama mengajar berhadapan langsung dengan para peserta didik dalam arena proses belajar-mengajar. Di arena inilah dosen berinteraksi dengan para peserta didik. Dalam interaksi edukatif ini, diharapkan para peserta didik mengalami proses belajar dan memperoleh hasil belajar sebagaimana yang diharapkan.
Dosen yang tugas utamanya dalam bidang pengajaran dituntut memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi bidang studi, kompetensi pemahaman tentang peserta didik, kompetensi penguasaan pembelajaran yang mendidik, dan kompetensi pengembangan kepribadian dan keprofesionalan. Salah satu kompetensi penguasaan pembelajaran yang mendidik yang perlu dimiliki dosen dalam rangka penciptaan kondisi yang kondusif bagi proses pembelajaran mahasiswa adalah kompetensi penguasaan metodologi dan teknik pengajaran. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran di perguruan tinggi diperlukan adanya perubahan orientasi pada: pengajaran menjadi pembelajaran; mahasiswa pasif menjadi pembelajar aktif; berpusat pada kemampuan (faculty) ke berpusat pada pembelajar; pembelajaran solitari (solitary learning) ke pembelajaran interaktif, dan koperatif; pembelajaran di kelas menjadi pembelajaran di masyarakat. Arah perubahan ini jelas menuju pada model pembelajaran yang dilandasi oleh prinsip-prinsip atau teori-teori pembelajaran modern, seperti pembelajaran koperatif (cooperative learning), pembelajaran siswa aktif (student active learning), dan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning). Dosen melaksanakan tiga jenis kegiatan, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdiaan kepada masyarakat. Bidang utama kegiatan dosen adalah melaksanakan pendidikan dan pengajaran. Namun demikian, kegiatan penelitian dan pengabdiaan masyarakat juga wajib dilaksanakan oleh seorang dosen. Kedua kegiatan ini akan sangat menunjang kegiatan
pendidikan dan pengajaran yang lebih baik. Salah satu kompetensi yang berkaitan dengan tugas utama dosen, yaitu menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Kompetensi dosen terdiri atas empat rumpun, yaitu penguasaan bidang studi, pemahaman peserta didik, penguasaan pembelajaran yang mendidik, dan pengembangan kepribadian dan keprofesionalan. Kompetensi bidang studi mencakup dua hal, yaitu penguasaan disiplin ilmu dan penguasaan kurikuler. Penguasaan disiplin ilmu berkaitan dengan substansi dan metodologi keilmuaan. Penguasaan kurikuler berhubungan dengan pemilihan, penataan, pengemasan, dan representasi materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Kompetensi pemahaman tentang peserta didik diperlukan dalam memberikan layanan pendidikan yang berorientasi kepada peserta didik. Sebagai seorang pendidik, dosen harus memahami kondisi awal mahasiswa dan kondisi akhir yang ditargetkan. Kondisi siswa yang dimaksudkan di sini adalah dapat berupa pengetahuan dan keterampilan. Untuk mengetahui kedua kondisi ini, dosen dituntut memiliki penguasaan terhadap prinsip-prinsip pengukuran dan evaluasi (kompetensi evaluasi). Di samping itu, dosen juga harus memahami adanya perbedaan individu di antara para peserta didik. Perbedaan individu ini antara lain meliputi perbedaan intelektual, emosional, spiritual, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan gaya belajar. Pada dasarnya, setiap mahasiswa merupakan individu yang unik yang menuntut adanya pelayanan yang berbeda. Penguasaan pembelajaran yang mendidik diperlukan agar pengajar dapat mengelola pembelajaran yang bersifat mendidik dan berorientasi pada peserta didik. Kompetensi ini tercermin, baik dalam merencanakan, melaksanakan, serta mengevaluasi. Dalam merancang pembelajaran, sedikitnya ada empat hal yang perlu diperhatikan, yaitu tujuan (sasaran), peserta didik, metode dan kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Pembelajaran yang mendidik tidak hanya berurusan dengan mentransfer ilmu ke dalam otak mahasiswa, tetapi juga berurusan dengan pembinaan sikap dan
mental dalam rangka menjadikan mahasiswa sebagai manusia yang lebih dewasa dan lebih manusiawi. Dalam pembelajaran yang mendidik, pilar pendidikan yang dicanangkan UNESCO sudah semestinya tercermin dalam prose belajar-mengajar yang dilaksanakan dosen. Keempat pilar pendidikan tersebut adalah learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. Pilar pertama berkenaan dengan bagaimana peserta didik memahami dan menghayati suatu pengetahuan yang diperolehnya melalui interaksi dengan lingkungannya. Pilar kedua berkenaan dengan pemberdayaan peserta didik agar mampu berbuat (mengerjakan sesuatu) untuk memperkaya pengalaman belajarnya. Jadi, di sini berlaku prinsip learning by doing. Pilar ketiga berkaitan dengan proses pembentukan manusia terdidik yang mandiri dan yang percaya diri. Pilar keempat berkenaan dengan pembentukan kepribadian yang paham akan kemajemukan dan sikap yang positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup. Dengan demikian, akan tercipta suasana kehidupan yang rukun dan damai. Kompetensi pengembangan kepribadian dan keprofesionalan mencerminkan kemampuan profesional dosen untuk dapat mengetahui, mengukur, dan mengembang-mutakhirkan kemampuannya secara mandiri. Dalam hal ini, dosen senantiasa dituntut untuk mengikuti perkembangan keilmuan, baik yang berkenaan dengan bidang studi (subject matter) maupun yang berkenaan dengan pedagogik (pedagogical content knowledge). Kedua bidang ilmu sangat dibutuhkan oleh dosen yang memiliki tugas utama mengajar. Seorang dosen harus berprakarsa dan bertanggung jawab menjajagi berbagai cara perolehan informasi untuk mengembangmutakhirkan kemampuan secara mandiri. Untuk keperluan tersebut, dapat dilakukan, misalnya, melalui kerja sama dengan sejawat dan masyarakat, dunia usaha dan industri. Sebagai profesional yang berkepribadian, seorang dosen dalam melaksanakan tugasnya selalu berorientasi pada kemaslahatan mahasiswa. Jadi, orientasinya pada pemenuhan kebutuhan mahasiswa yang bertanggung jawab dan manusiawi.
Pembahasan 1. Proses Belajar-Mengajar Salah satu aspek utama penentu kualitas lembaga pendidikan adalah proses belajar-mengajar. Peningkatan atau optimalisasi proses belajar-mengajar dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas lulusan yang sesuai dengan standar mutu regional dan internasional. Untuk mendukung tujuan tersebut, juga diperlukan adanya peningkatan suasana akademis yang kondusif dalam proses pembelajaran. Di samping itu, perlunya kebijakan peningkatan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran di perguruan tinggi dalam upaya penyelesaian studi tepat waktu bagi mahasiswa tanpa mengurangi mutu lulusan. Kebijakan ini mendukung pandangan bahwa proses belajar-mengajar merupakan salah satu komponen dalam sistem pengajaran yang sangat penting. Dalam sistem pendidikan, proses belajar-mengajar dipandang sebagai variabel sentral yang berkontribusi langsung terhadap pencapaian hasil belajar (product variable). Sistem pendidikan/pengajaran terdiri atas empat kelompok variabel, yaitu presage variables (karakteristik dosen dan siswa), context variables (misalnya ukuran kelas, pola pengelompokan kelas, keadaan fisik kelas), process variables (situasi belajarmengajar, interaksi belajar-mengajar, metode pengajaran), dan product variables (kemampuan/keterampilan, pencapaian hasil belajar). Beberapa factor yang berpengaruh dalam proses belajarmengajar, yaitu: Variabel proses dipengaruhi oleh variabel karakteristik dosen dan pesert didik dan variabel konteks. Varibel proses berhubungan langsung dengan variabel hasil. Proses belajar merupakan faktor yang secara langsung berhubungan dengan hasil belajar. Sedangkan proses belajar itu sendiri dipengaruhi secara langsung oleh dosen dan peserta didik. Dosen dipengaruhi secara
langsung oleh tiga faktor, yaitu materi dan sistem sajian bahan, sistem administrasi, dan sistem evaluasi. Sistem administrasi itu sendiri dipengaruhi oleh sistem kurikulum. Faktor peserta didik dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu latar belakang kognitif, latar belakang afektif, latar belakang sosial ekonomi, materi dan sistem sajian bahan, serta lingkungan. Proses belajar ini secara langsung mempengaruhi hasil belajar, yang dapat mencakup aspek kognitif, afektif, dan kemampuan. Kemampuan yang dimaksudkan di sini adalah kemampuan psikomotorik. Proses belajar dapat dilihat dari tingginya tingkat partisipasi pelajar dalam mengikuti kegiatan belajarmengajar, dan dari peran dosen untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi proses belajar. Keterlibatan peserta didik dalam proses belajar-mengajar tidak terbatas pada keterlibatan mental saja, tetapi juga keterlibatan fisik dan emosional. 2. Metode dan Teknik Pengajaran Indikator kualitas proses belajar-mengajar ditunjukkan oleh adanya keterlibatan atau partisipasi aktif peserta didik, baik secara fisik, mental, maupun emosional. Keterlibatan ini sudah tentu masih dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Untuk dapat menciptakan kondisi belajar yang demikian, seorang pengajar dituntut menguasai berbagai metode dan teknik pengajaran. Metode dan teknik pengajaran dapat dibatasi sebagai praktek-praktek dan prosedur yang digunakan pengajar di dalam proses belajarmengajar. Suatu metode dan teknik harus dilandasi oleh asumsiasumsi dasar tentang hakikat yang diajarkan dan hakikat belajar. Dengan kata lain, suatu metode dan teknik memiliki landasan yang lazim disebut pendekatan (approach). Perlu disadari bahwa setiap metode dan teknik pengajaran memiliki kekuatan dan sekaligus kelemahan.
Tidak ada metode yang super yang bisa digunakan dalam berbagai situasi dan kondisi proses belajar-mengajar. Oleh karena itu, pemakaian metode dan teknik harus harus selektif. Kesalahan memilih metode dan teknik akan berakibat fatal bagi keberlangsungan proses belajarmengajar. Pemilihan metode dan teknik pengajaran perlu dipertimbangkan secara matang. Hal-hal yang diperhatikan dalam pemilihan metode adalah tujuan, karakteristik peserta didik, kemampuan pengajar, sifat bahan pelajaran, situasi kelas, kelengkapan fasilitas, kelebihan dan kelemahan metode dan teknik tersebut. Pada intinya, pemilihan metode dan teknik itu hendaklah didasarkan pada usaha agar proses belajar-mengajar berlangsung secara efektif dan efisien. Metode yang dipilih harus diyakini dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi proses belajar peserta didik. Dari penjelasan diatas, seorang dosen di tuntut untuk menguasai dengan baik metode dan teknik pengajaran agar dalam melaksanakan kegiatan pengajaran dapat melakukan pembaharuan di setiap harinya. Pembaharuan tersebut tak hanya berdasarkan instrument dalam pengajaran, namun dituntut untuk cerdas pula mengkomparasikan instrument pengajaran dengan wawasan yang dimilikinya. Bagi dosen yang memang memiliki passion dalam dunia mengajar, tentu akan cerdik untuk selalu mencari metode dan teknik terbaik yang bisa di aplikasikan kepada para peserta didiknya yang berbeda di setiap harinya. Berikut teknik mengajar dosen masa kini yang dapat di terapkan kepada para peserta didik dalam teknik pembelajaran di kelas. a. Honesty Dosen wajib menanamkan sikap berani untuk menyatakan ketidaktahuan pada para peserta didiknya. Dengan menanamkan sikap berani dalam menyatakan ketidaktahuan, maka para peserta didiknya secara tidak langsung diajarkan untuk berani mengakui kesalahan yang telah di perbuatnya. Namun perlu diingat, pemberian
apresiasi tersebut haruslah di lakukan dengan cara yang tepat, karena hal tersebut juga berdampak pada matinya kreativitas siswa untuk mengmbil resiko setiap apa yang dilakukan. Jangan membiarkan peserta didik menjawab tanpa diberikan apresiasi yang baik, walaupun siswa tersebut menjawab pertanyaan yang diajukan tersebut salah. Karena mereka yang telah berani menjawab pertanyaan, berarti memiliki value lebih dibandingkan rekan-rekannya yang lain yang tidak berani menjawab. Memberikan komentar bijak dan baik pun menjadi salah satu apresiasi yang sangat berguna bagi peserta didik itu sendiri, ataupun peserta didik yang lainnya. b. Question & Answer Method Dikala suasana kelas lagi bete, kaku, ngebosenin atau suasana yang kurang bersemangat, salah satu teknik yang dapat dilakukan dosen untuk mencairkan suasana namun tetap apik adalah mengajukan pertanyaan. Pertanyaan dapat dilakukan dengan cara yang tak biasa, sehingga menarik perhatian peserta didik. Cara bertanya seperti dengan mengungkapkan fenomena terupdate yang dikomparasikan dengan pembelajaran adalah metode ampuh yang dapat diterapkan. Teknik bertanya ini berguna untuk menarik perhatian peserta didik dan membuatnya bergairah untuk menerima informasi selanjutnya. Jangan biasakan tetap menerabas membaca buku teks, padahal peserta didik di belakang sudah tergeletak kepalanya di atas meja, karena mendengarkan khotbah ilmu monoton yang anda peragakan. c. Focus & Point Basis Terkadang metode pembelajaran yang menerapkan slide dalam menjelaskan materi, tujuan awalnya adalah untuk membantu peserta didik untuk memahami apa yang di khotbahkan. Namun yang terjadi saat ini, media power point yang di berikan dosen justru malah menjadi buku teks di dinding. Banyak dari dosen yang mencampurkan banyak sekali tulisan, yang sebenarnya bisa di baca sendiri oleh para peserta didiknya. Yang lebih anehnya, sebagian dosen
mejelaskan materi juga membaca buku. Lantas buat apa power point tersebut? Menggunakan power point cobalah fokus terhadap inti dari point yang ada, dengan mengkomparasikan beberapa video singkat atau musik, karena hal tersebut sangat bermanfaat untuk membangkitkan gairah peserta didik yang tengah bosan mendengarkan materi dari pagi hingga sore.
bagi para dosen, atau bahkan dosen segaligus melek tekhnologi, atau jika tidak bisa mintalah bantuan pada rekan anda yang sedikit paham pada tekhnologi untuk menyiapkan materi. g. Body Language
Mempersilahkan peserta didik menjawab pertanyaan yang dilontarkan peserta didik tersebut untuk membantunya mengasah pola pikir. Selain membantu mengasah pola pikir peserta didik, metode ini juga berguna untuk mendidik peserta didik untuk ikut serta memberikan solusi dari sebuah masalah yang ia ajukan. Fungsi dosen adalah sebagai penuntun dan pembimbing jika jawaban dari apa yang ia ajukan sendiri tidak tepat.
Dengan memanfaatkan body language yang tepat dan ekspresif sangat bermanfaat dalam memahamkan peserta didik terhadap materi yang disampaikan. Dengan menggunakan body language yang pas dan tepat bahkan sedikit atraktif, memudahkan peserta didik dalam mengembangkan imajinasinya terhadap apa yang dijelasakan oleh dosen di depan. Selain itu dengan memanfaatkan body language, berfungsi dalam menarik perhatian para peserta didik. Menggunakan gerakangerakan tubuh supaya penyampaian lebih jelas, menarik perhatian peserta didik serta mudah untuk diingat.
e. Reasoning & Argumentation
h. Teaching Motivating
Menjabarkan alasan dari suatu materi yang dianggap sulit agar peserta didik semakin paham. Dengan menerapkan langkah ini, akan membuat peserta didik paham secara menyeluruh dari materi yang disampaikan oleh dosen di depan kelas. Penting sekali untuk menggunakan reasoning argumentation dalam menjelaskan materimateri sulit, karena apabila materi sulit tak di jabarkan secara mendalam dengan berbagai alasan dan argumentasi valid di lapangan, membuat peserta didik menganggap anda omong besar yang hanya anda ketahui sendiri.
Model ini merupakan model yang dikembangkan oleh jhon M. Keller, dari Florida State University pada tahun 1983-1987. Model ini pun memiliki empat strategi pokok di dalamnya untuk memotivasi pembelajaran yaitu; Attention yang berkaitan dengan pemeliharaan terhadap minat, keingintahuan, dan juga perhatian.
d. Self Reflection
f. Picture & Group Technology Di jaman modern yang serba digital saat ini, tentu pembelajaran yang masih menggunakan cara kuno, hanya sekedar khotbah satu arah akan sangat mubadzir tenaga, bagi dosen itu sendiri. Mungkin niat kebaikan tanpa tulus ikhlas ingin mencerdaskan anak bangsa melalui khotbah satu arah tersebut tidaklah salah, namun penting untuk memahami karakter peserta didik yang mengikuti perkembangan zaman. Mengajar menggunakan bantuan media gambar atau tulisan merupakan salah satu ikhtiar seorang dosen berinovasi dalam pembelajaran. Maka sangat dianjurkan
i. Analogy & Case Study Mengajar dengan memberikan contoh studi kasus berdasarkan hal-hal yang ada di sekitar. Dengan melakukan analogi dan study kasus secara tepat, peserta didik akan mudah untuk membayangkan kegunaan materi yang disampaikan dalam kehidupan sehari-hari. Hindari penggunaan analogy ataupun case study yang asing bagi peserta didik. Karena hal itu malah justru semakin membingungkan para peserta didik menerima materi. j. Story Telling Mengajar dengan cara seperti orang bercerita sehingga peserta didik tertarik dan mudah memahami. Dengan cara ini anda memiliki keungulan untuk menarik interest para peserta didik. Dengan alur cerita yang cerdik dan apik bahkan secara tidak langsung anda dapat menghipnotis
para siswa agar mereka antusias memperhatikan setiap materi yang anda ucapkan. k. Discussion & Feedback Dengan melakukan diskusi akan sangat membantu dalam melibatkan peserta didik yang selama ini kurang aktif ketika di dalam kelas. Selain itu di tengah diskusi yang dilakukan para peserta didik, berilah feedback hasil dari diskusi mereka. Memberikan jawaban dengan membuat contoh yang mudah dipahami oleh peserta didik, juga salah satu dari feedback yang dapat dilakukan. l. Scanning & Levelling Memahami bahwasanya setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda, sehingga setiap peserta didik tidak dapat di berikan metode yang sama. Oleh sebab itu cobalah cara mengajar dengan memahami dan menyesuaikan dengan tingkat kecerdasan para peserta didik. m. Applied Learning Menggunakan metode praktek yang dicontohkan oleh dosen dan kemudian dilakukan sendiri oleh peserta didik. Cara ini adalah pengapliasian yang mampu untuk mempertahankan informasi yang telah di berikan pada peserta didik dalam memorinya. n. Active Interaction Mengajar sembari aktif berinteraksi dengan peserta didik, seperti melakukan kontak mata, mengatur nada bicara, dan lain-lain. Dengan begitu kedekatan dan ikatan emosional antara peserta didik dan dosen juga akan terjalin dengan baik. Penutup Metode dan teknik pengajaran merupakan salah satu aspek penting dalam penciptaan kondisi yang kondusif bagi proses belajar para peserta didik. Oleh karena itu, dosen yang profesional harus memiliki kompetensi metodologi yang merupakan salah satu kompetensi pembelajaran yang mendidik. Oleh karena itu dosen harus senantiasa meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya, di samping itu,
kompetensi metodologi dosen juga perlu ditingkatkan untuk mendukung salah satu kompetensi pembelajaran yang mendidik.