Menggagas Perguruan Tinggi Alternatif Berbasis Entrepreneurship dan Ekonomi Kreatif

Page 1

PENDAHULUAN Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade ini secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia. Namun, dengan kira-kira dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja, adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja yang tiap tahunnya terus bertambah; pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya tindakan yang cepat. Negara ini juga memiliki populasi penduduk yang muda karena sekitar setengah dari total penduduk Indonesia berumur di bawah 30 tahun. Jika kedua faktor tersebut digabungkan, indikasinya Indonesia adalah negara yang memiliki kekuatan tenaga kerja yang besar, yang akan berkembang menjadi lebih besar lagi ke depan, maka menekankan pentingnya penciptaan lapangan kerja dalam perekonomian terbesar di Asia Tenggara. Lulusan perguruan tinggi Indonesia sedang mengalami dilema, sebab gelar ijazah pendidikan tinggi yang mereka raih tak lagi jadi jaminan mudah untuk mendapat pekerjaan. Kesulitan mereka terserap dunia kerja semakin bertambah berat, karena mereka juga bersaing dengan tenaga kerja asing dari negara-negara ASEAN sebagai dampak berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Sulitnya lulusan universitas lokal memperoleh pekerjaan sudah terlihat dari angka pengangguran terdidik Indonesia yang meningkat setiap tahun. Bulan Maret 2018 lalu, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi mencatat sekitar 8,8% dari total 7 juta pengangguran di Indonesia adalah sarjana. Kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan mengingat persaingan untuk mendapatkan pekerjaan akan semakin ketat. Selain bersaingan dengan mesin berbasis teknologi canggih,


sekitar 630.000 sarjana pengangguran tersebut juga harus beradu kompetensi dan keahlian tertentu dengan pekerja asing yang datang dari terbukanya pasar bebas. Jumlah sarjana yang lulus setiap tahun tak sebanding dengan serapan tenaga kerja. Lapangan kerja yang terbatas membuat persaingan semakin ketat. Kita telah memasuki era revolusi industri 4.0, yaitu era disrupsi teknologi, era berbasis cyber physical system. Ini merupakan tantangan baru yang dihadapi oleh negara-negara di dunia untuk mempersiapkan SDM-nya. Kesulitannya sarjana menembus dunia kerja karena relevansi antara mutu perguruan tinggi dan kebutuhan dunia industri masih rendah. Kemenristekdikti mendata, tahun lalu, jumlah tenaga kerja lulusan perguruan tinggi hanya sebesar 17,5%. Persentase tersebut jauh lebih kecil ketimbang tenaga kerja lulusan SMK/SMA yang mencapai 82%, sedangkan lulusan SD mencapai 60%. Pemetaan serapan tenaga kerja tersebut hampir tak akan berubah setidaknya dalam kurun 5 tahun ke depan. Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemenristekdikti, Ali Ghufron Mukti, mengatakan bahwa saat ini lulusan perguruan tinggi turut menyumbang pengangguran yang menjadi beban negara. Ia menjelaskan, relevansi lulusan perguruan tinggi terhadap kebutuhan tenaga kerja menjadi faktor penting dalam upaya mencegah sarjana menganggur. Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia mencatat, angka pengangguran untuk tingkat pendidikan menengah ke atas (sarjana) cukup tinggi. Selain itu jumlah kompetensi tenaga kerja berusia produktif sebesar 131,5 juta orang, dengan 79 juta orang atau kurang lebih 60 persen berpendidikan hanya di tingkat SMP. Dalam satu tahun lulusan sarjana secara nasional mencapai 750 ribu - 800 ribu orang. Disis lain banyak lulusan perguruan tinggi masih menganggur atau dalam kasus lainnya, banyak lulusan pendidikan tinggi bekerja tidak sesuai dengan kualifikasinya selama menempuh pendidikan.Banyak perguruan tinggi mencetak banyak sarjana, tapi tidak match dengan kebutuhan lapangan kerjanya. Fenomena yang umum terjadi yakni banyak lulusan umum perguruan tinggi yang menyeberang ke sektor lain, lantaran minimnya lapangan kerja di bidangnya masing-masing. Di sisi lain, banyak pula sektor yang membutuhkan tenaga kerja tapi sepi pelamar lantaran kurangnya kualifikasi keterampilan yang dibutuhkan. Perusahaan, pasti membutuhkan tenaga kerja yang qualified.


Salah satu pangkal yang seringkali disebut sebagai penyebab terjadinya masalah tersebut diatas adalah rendahnya kualitas pendidikan dan terlebih yang sering disorot adalah kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. Berdasarkan data yang dirilis Pusat Data dan Informasi Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), di Indonesia saat ini terdapat 4536 perguruan tinggi dengan berbagai macam bentuk mulai dari universitas, institut hingga akademi dan memiliki 25023 Program Studi. Dengan banyaknya perguruan tingggi serta program studi tersebut amat disayangkan belum mampu menyeselesaikan berbagai macam permasalahan yang ada di Indonesia, karena manajemen perguruan tinggi yang semakin terfokus pada masalah capaian reputasi berbasis administrasi dan nihil substansi keilmuan di sana sini. Hal tersebutlah yang menjadi penyebab para lulusan perguruan tinggi gamang untuk bisa berkiprah di masyarakat maupun dunia kerja setelah lulus dari dari perguruan tinggi. Mempertimbangkan berbagai hal tersebut, menurut hemat penulis perlu dipikirkan model pendidikan tinggi alternatif. Salah satu alternatifnya adalah perguruan tinggi berbasis entrepreneurship dan ekonomi kreatif. Pemerintah mengharapkan ekonomi kreatif sebagai salah satu diantara tulang punggung ekonomi nasional. Beberapa hal yang dapat dipahami sebagai pertimbangan kebijakan tersebut adalah: Pertama, ekonomi kreatif telah menunjukkan potensi signifikan terhadap penciptaan dan penyerapan tenaga kerja serta pertumbuhan ekonomi. Kedua, Indonesia memiliki potensi ekonomi kreatif yang memberikan kontribusi ekonomi dan dampak sosial. Ketiga, Ekonomi kreatif dapat meningkatkan citra dan identitas suatu bangsa dalam kerangka Nation Branding. Citra adalah kesan dan persepsi yang diterima oleh seseorang ketika melihat mendengar dan merasakan sesuatu tentang Indonesia. Citra dapat dibangun melalui peningkatan ekspor produk kreatif Indonesia, menandakan kreativitas bangsaIndonesia semakin diperhitungkan. Terkait dengan hal tersebut, maka saya menawarkan gagasan pendirian perguruan tinggi alternatif berbasis kewirausahaan dan ekonomi kreatif sebagai lembaga pendidikan tinggi yang secara khusus mendidik dan mengkader generasi muda untuk menghasilkan SDM unggul yang siap membangun dan mengembangkan ekonomi dan industry kreatif di tanah air


PEMBAHASAN A. Entrepreneurship dan Ekonomi Kreatif adalah Pilar Perekonomian Masa Depan Seiring peningkatan penguasaan IPTEK, sumber daya perlu diselaraskan dengan tuntutan dunia terhadap karya kreatif. Industri kreatif berbasis ide, kreativitas dan pengetahuan, yang bila semakin dieksploitasi atau dieksplorasi maka tidak akan pernah habis, bahkan akan semakin hebat dan akurat. Oleh karena itu, industri kreatif merupakan sumber daya terbarukan untuk menciptakan ekonomi kreatif. Dapat diwujudkan melalui wirausaha, usaha dan produk kreatif yang mengandalkan kemampuan (skill), pengetahuan (knowledge) serta sikap dan perilaku (attitude). Kreatifitas memang sangatlah penting dan diperlukan bagi orang yang memiliki jiwa kewirausahaan. Kreatifitas itu jugalah yang menjadi dasar fenomena munculnya konsep Ekonomi Kreatif yang sekarang ini juga marak disosialisasikan, bersamaan dengan pendidikan kewirausahaan pada masyarakat indonesia. Di Indonesia saat ini di pendidikan tentang kewirausahaan sangat gencar diberikan kepada masyarakat sejak dini dengan harapan kewirausahaan tersebut dapat berakar kuat dalam diri masyarakat Indonesia sehingga memunculkan banyak wirausahawan yang menciptakan banyak lapangan pekerjaan. Kondisi yang sering terjadi adalah anak-anak Indonesia setelah tamat sekolah, yang terbersit dipikirannya adalah bekerja. Melihat kondisi Indonesia saat ini, dengan ketersediaan lapangan kerja yang tidak sebanding dengan jumlah tenaga kerja, pola pikir seperti itu tidak tepat. Mengapa? Karena pola pikir seperti itu tidak memacu kreatifitas dalam diri. Kecenderungan untuk hanya meniru lah yang akan timbul. Sesungguhnya, keterampilan untuk mencipta sesuatu ide dan gagasan barulah yang sangat diperlukan. “Entrepreneur is someone who has a vision for something and a want to create” -Anonymous Entrepreneurship dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam menciptakan peluang ekonomis dari sebuah ide usaha baik skala kecil maupun skala besar. Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave, proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk „‟locus of control‟‟, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembangan menjadi wirausahawan yang besar. Seorang wirausaha berperan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal seorang wirausaha berperan dalam mengurangi tingkat kebergantungan terhadap orang lain, meningkatkan kepercayaan diri, serta meningkatkan daya beli pelakunya. Secara eksternal, seorang wirausaha berperan dalam menyediakan lapangan kerja bagi para pencari kerja. Dengan terserapnya tenaga kerja oleh kesempatan kerja yang disediakan oleh seorang wirausaha, tingkat pengangguran secara nasional menjadi berkurang. Menurunnya tingkat pengangguran berdampak terhadap naiknya pendapatan perkapita dan daya beli masyarakat, serta tumbuhnya perekonomian secara nasional. Selain itu, berdampak pula terhadap menurunnya tingkat kriminalitas yang biasanya ditimbulkan oleh karena tingginya pengangguran.


Seorang yang mengaplikasikan konsep dari kewirausahaan yaitu bekerja dengan independen dan menciptakan lapangan kerja sendiri dengan menjalankan usahanya berdasarkan idenya sendiri,dan menggunakan sumber daya yang tersedia secara kreatif dan inovatif. Kewirausahaan tidak mutlak dimiliki oleh wirausaha dalam dunia bisnis saja. Kenyataannya, sifat kewirausahaan juga banyak dimiliki karyawan, baik swasta ataupun pemerintah. Sifat kewirausahaan, itu sendiri muncul ketika seseorang berani mengembangkan ide-idenya dengan usaha-usaha tertentu. Apakah Ekonomi Kreatif itu? Ekonomi Kreatif adalah sebuah konsep yang menempatkan kreativitas dan pengetahuan sebagai aset utama dalam menggerakkan ekonomi. Ekonomi Kreatif menjadi era ekonomi baru dimana informasi, pengetahuan dan kreativitas menjadi faktor produksi utama bagi negara. Kebanyakan orang paham mengenai definisi ekonomi sehingga menganggap keduanya sama. Padahal antara ekonomi kreatif dengan ekonomi itu berbeda. Ekonomi kreatif gabungan dari ekonomi dan kreatif. Makna ekonomi merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari salah satu aktivitas manusia yang berhubungan erat dengan masalah produksi, distribusi serta konsumsi terhadap sebuah jasa atau barang. Sedangkan kreatif adalah kemampuan untuk memberi suatu gagasan baru dalam pemecahan masalah. Sehingga Ekonomi kreatif adalah suatu kegiatan ekonomi di mana input dan output adalah gagasan atau dalam satu kalimat yang singkat, esensi dari kreativitas adalah gagasan. Dan sebaiknya konsep kewirausahaan maupun konsep ekonomi kreatif terdapat unsur benang merah yang sama yakni terdapat konsep kreativitas, ide atau gagasan serta konsep inovasi. Ini juga sebagai dampak dari struktur perekonomian dunia yang mengalami percepatan transformasi teknologi seiring dengan perubahan pola produksi dan konsumsi. Selain ekonomi kreatif, yang sering salah didefinisikan oleh kebanyakan orang adalah pengertian industri kreatif. Mereka berpikir Pengertian industri kreatif sama dengan industri. Industri kreatif adalah industri yang mengandalkan ketrampilan, talenta dan kreativitas yang berpotensi dalam meningkatkan kesejahteraan. Departemen Perdagangan RI mengatakan bahwa definisi dari industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan ketrampilan, kreativitas dan bakat individu dalam menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan. Industri ini biasanya akan berfokus untuk memberdayakan daya cipta dan daya kreasi suatu individu. B. Siapa yang mengelola Industri Kreatif di Indonesia? Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya dan alam berlimpah sebagai inspirasi dalam pengembangan ekonomi kreatif. Kunci utama tercapainya ekonomi kreatif terletak pada kualitas sumber daya manusia, tak terlepas juga dari berbagai faktor pendukung yaitu dengan keberadaan industri kreatif yang menjadi pengejawantahannya. Indonesia perlu melakukan lompatan dari perekonomian yang sebelumnya mengandalkan sumberdaya alam dan pertanian, industri, teknologi informasi menjadi perekonomian yang digerakkan oleh industri kreatif. Kewirausahaan dan ekonomi Kreatif akan mendorong inovasi yang menciptakan nilai tambah lebih tinggi. Kontribusi ekonomi kreatif pada perekonomian nasional semakin nyata. Nilai tambah yang dihasilkan ekonomi kreatif juga mengalami peningkatan setiap tahun. Pertumbuhan sektor ekonomi kreatif sekitar 5,76 %. Artinya berada di atas pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih, pertambangan dan penggalian, pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, jasa-jasa dan industri pengolahan. Dari semula tak begitu dilirik, kini ekonomi kreatif semakin menunjukkan taring. Dari tahun ke tahun, kontribusinya terhadap perekonomian nasional semakin terlihat. Tahun 2017 saja, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mencatat, sumbangan industri kreatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2017 mencapai Rp 1.009 triliun.


Ini artinya, ada tambahan sekitar Rp 70 triliun sampai Rp 80 triliun dari PDB industri ini pada 2016, yang tercatat Rp 922 triliun. Adapun di 2015, sumbangannya mencapai Rp 852 triliun. Sementara kontribusinya hingga akhir 2018 bakal lebih dari Rp 1.000 triliun. Dalam menghadapi tantangan yang semakin berat ke depan, Indonesia perlu memperkuat kemampuan industri kreatif untuk bersaing dengan produk-produk ekonomi kreatif impor. Mulai dari SDM sampai Keterkaitan dengan sektor-sektor lain baik ke belakang, dengan pemasok maupun keterkaitan ke depan yang menyerap subsektor ekonomi kreatif perlu diperkuat.

Industri kreatif di Indonesia tergolong masih baru. Dulu industri ekonomi kreatif masuk ke dalam kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif. Kemudian ekonomi kreatif dihapuskan dari kementerian pariwisata dan digantikan dengan BEKRAF. BEKRAF adalah kependekan dari Badan Ekonomi Kreatif, sebuah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang Bertanggungjawab di bidang ekonomi kreatif dengan enam belas subsektor industri kreatif. Badan ini terbentuk sejak 20 Januari 2015 melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Badan Ekonomi Kreatif. BEKRAF sendiri memiliki visi untuk membangun Indonesia menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia dalam ekonomi kreatif pada tahun 2030 nanti. Untuk mencapai visi tersebut maka BEKRAF merancang enam misi besar yakni: 1. 2. 3. 4.

Menyatukan seluruh aset dan potensi kreatif Indonesia untuk mencapai ekonomi kreatif yang mandiri. Menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri kreatif. Mendorong Inovasi di bidang kreatif yang memiliki nilai tambah dan daya saing di dunia internasional. Membuka wawasan dan apresiasi masyarakat terhadap segala aspek yang berhubungan dengan ekonomi kreatif. 5. Membangun kesadaran dan apresiasi terhadap hak kekayaan intelektual termasuk perlindungan hukum terhadap hak cipta. 6. Merancang dan melaksanakan strategi yang spesifik untuk menempatkan Indonesia dalam peta ekonomi kreatif dunia.


Mengutip dari situs resmi Badan Ekonomi Kreatif, ada 16 subsektor industri kreatif. Adapun ke 16 subsektor industri kreatif yaitu Aplikasi dan Pengembangan Permainan, Arsitektur, Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, Desain Produk, Fashion. Film, Animasi dan Video; Fotografi, Kriya, Kuliner, Musik, Penerbitan, Periklanan, Seni Pertunjukan, Seni Rupa, Televisi dan Radio. 1. Aplikasi dan Pengembangan Permainan Aplikasi dan developer game memang menjadi sasaran pertama dalam subsektor ekonomi kreatif. Melihat beberapa tahun belakangan ini penetrasi pemanfaatan mobile phone di Indonesia yang terus meningkat. Hal ini tentunya tak bisa terlepas dari peran aplikasi yang berada dalam hand phone tersebut. Sehingga tak heran jika pengguna game memang cukup besar di tanah air. Meski begitu subsektor ekonomi kreatif ini ternyata menghadapi berbagai tantangan. Di antaranya adalah keterbatasan dalam sumber daya manusia (SDM) baik secara kuantitas maupun kualitas. Apalagi dengan sedikitnya minat investor pada industri ini. Dan belum adanya kebijakan proteksi yang memihak pada kepentingan developer domestik. Kondisi inilah yang menyebabkan subsektor aplikasi dan pengembangan permainan belum bisa maksimal. Melihat hal tersebut maka Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) mengelola subsektor aplikasi dan pengembangan permainan dengan lebih serius. BEKRAF menggunakan beberapa trik diantarasnya adalah dengan menginisiasi munculnya lebih banyak inkubator pengembang aplikasi dan permainan, memasukkan unsur-unsur aplikasi dan permainan ke dalam dunia pendidikan dan melindungi para pengembang lokal dan membantu merek dalam mempromosikan karya-karya mereka. 2. Subsektor Industri Kreatif Arsitektur Dengan tingkat keberagaman budaya Indonesia yang berbeda sehingga peran arsitektur di Indonesia sangatlah penting. Karena arsitektur lokal dan daerah menunjukkan karakter Bangsa Indonesia yang memang memiliki keanekaragaman budaya. Sementara dalam hal pembangunan arsitektur juga memiliki peran dalam merancang dasar pembangunan sebuah kota apalagi melihat potensinya yang sangat besar. Sehingga Bekraf pun memasukkan arsitektur sebagai salah satu subsektor yang memang layak untuk dikelola secara lebih serius. Namun subsektor sendiri menghadapi berbagai macam tantangan salah satunya kurangnya arsitek di Indonesia. Jumlah Arsitek Indonesia sendiri menurut data anggota ikatan Arsitek Indonesia (IAI) hanya 15 ribu itu sangat kurang dibandingkan dengan penduduk Indonesia yang kini mencapai Rp250 juta orang. Tak hanya itu untuk subsektor ekonomi kreatif yang satu ini memiliki tantangan lainnya yakni para pengembang besar lebih banyak menggunakan jasa arsitek asing dibandingkan dengan lokal. Namun, pembangunan sarana dan prasarana Indonesia masih sangat membutuhkan peran arsitek. Karena arsitektur memang menjadi bagian penting dari pengembangan industri nasional yang telah bergeser dari raw-based economy menjadi knowledge-based economy. Para arsitek pun kini mulai memunculkan inovasi produk arsitektur yang menyiratkan karakter budaya dan kearifan lokal. 3. Subsektor Industri Kreatif Desain Interior Selain arsitektur desain interior pun menjadi subsektor yang menjadi pusat perhatian badan ekonomi kreatif. Karena beberapa tahun belakangan ini desain interior di Indonesia memang memiliki kemajuan yang sangat berarti. Begitu pun dengan masyarakat yang mulai mengapresiasi ruangan secara lebih baik.


Kini penggunaan jasa desainer interior untuk merancang estetika interior hunian, hotel dan perkantoran pun semakin meningkat. Menunjukkan bahwa potensi ekonomi dari industri desain interior memang sangat menjanjikan. Hal tersebut bisa menjadi momentum positif bagi subsektor desain interior yang sebaiknya jangan disia-siakan. Diiringi dengan bermunculan sekolah, konsultan, perusahaan dan asosiasi desain interior yang menunjukkan adanya semangat dari subsektor ini untuk berkembang di pasar nasional bahkan internasional. Selain itu desain interior dengan karakter yang autentik Indonesia tentunya bisa dikembangkan untuk menunjukkan identitas bangsa. Melihat hal tersebut maka BEKRAF menjadikannya sebagai subsektor yang penting yang harus dilindungi terhadap para pelaku kreatif desain interior di pasar domestik. Adanya sertifikasi untuk menciptakan standar dan perlindungan hak cipta. Selain itu BEKRAF juga akan menginisiasi promosi desain interior melalui berbagai program, salah satunya dengan mengadakan event pameran berskala internasional secara rutin. Subsektor desain interior dengan segala potensinya tentu bisa bersaing secara domestik ataupun global. 4. Subsektor Desain Komunikasi Visual Desain komunikasi visual, sangat memiliki peran yang penting dalam mendukung pertumbuhan bisnis pengusaha swasta, pemilik merek dan bahkan kelancaran program-program pemerintah. Pasar-pasar domestik sangat menjanjikan terutama dengan semakin banyaknya praktisi desain komunikasi lokal yang lebih memahami situasi pasar, pengetahuan dan nilai-nilai lokal. Potensinya sendiri harus ditingkatkan agar kesadaran pasar tentang pentingnya desain. Karena hasil karya desain grafis sering dinilai dengan harga yang kurang layak. Padahal para desain grafis tersebut membutuhkan proses yang panjang dalam bekerja untuk memikirkan filosofinya juga bukan sekedar desain saja. Mengolah desain pun harus memiliki makna dan menghasilkan produk yang utuh. 5. Periklanan atau Advertising Subsektor yang sat ini memiliki daya sebar yang paling tinggi Melihat banyak pemilik barang dan jasa yang ingin memasarkan produk mereka lewat media. Hingga kini iklan masih menjadi media yang paling efektif dan efisien untuk mempublikasikan produk dan jasa. Pertumbuh belanja iklan nasional di Indonesia pun cukup tinggi per tahunnya bisa mencapai 5-7%. Apalagi iklan sendiri memiliki daya tarik untuk memikat orang menjadi konsumen. Sehingga membentuk pola konsumsi, pola berpikir, dan pola hidup masyarakat. Sehingga BEKRAF pun menyediakan fasilitas terkait dengan penguatan SDM lokal, mengatur kebijakan pembatasan investasi asing di industri iklan Indonesia, memperkuat otoritas dewan periklanan Indonesia dan pembatasan penayangan iklan adaptasi dari regional atau global. 6. Subsektor Seni Pertunjukan Seni pertunjukkan juga masuk ke dalam subsektor Industri kreatif karena Indonesia memang memiliki kekayaan dan keanekaragaman seni dan tradisi pertunjukkan seperti wayang, teater, tari dan lain sebagainya. Jumlah seni pertunjukan baik tradisi maupun kontemporer yang selama ini dikreasikan, dikembangkan dan dipromosikan telah mendapatkan apresiasi dunia internasional. Bekraf sendiri mendukung perkembangan ini. BEKRAF telah menyediakan regulasi, pembangunan untuk tempat pertunjukkan, fasilitasi pembentukan performing artboard atau council untuk memetakan platform dan menjaga standar seni pertunjukkan, festival-festival pertunjukan seni dan lain sebagainya.


7. Film, Animasi dan Video Melihat perfilman Indonesia yang sangat berkembang terlebih para rumah produksi yang berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas perfilman, Maka BEKRAF pun menjadikan Film, animasi dan video menjadi salah subsektor yang harus diperhatikan. Misalnya dengan mengeluarkan peraturan untuk melindungi hak karya intelektual di Industri Film untuk membuka akses investasi dan permodalan serta membuka akses lebih lebar kepada para penonton. 8. Subsektor Industri Kreatif Fotografi Perkembangan fotografi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya kecanggihan teknologi. Dunia fotografi pun kini tak lagi dunia mahal, karena banyak gadget yang harganya standar namun memiliki lensa kamera yang berkualitas tinggi. Meski begitu perlindungi terhadap hak cipta fotografi ternyata belum tercipta. Sehingga BEKRAF ingin memfokuskannya ke sana ditambah lagi belum adanya pengarsipan terhadap karya-karya fotografi. Maka BEKRAF pun tergerak untuk memfasilitasi perlindungan HKI terhadap karya-karya fotografi. 9. Subsektor kuliner (Usaha Makanan Kreatif) Meski sedikit aneh, namun subsektor industri kreatif yang satu ini masuk ke dalam perhatian BEKRAF. Terlebih dengan kontribusinya yang lebih tinggi dibandingkan dengan subsektor kuliner lainnya, yakni 30 persen dari total pendapatan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Meski begitu subsektor industri kreatif ini nyata memiliki kesulitan dalam pengurusan izin hingga pendampingan hukum dalam proses pendirian usaha. Sehingga BEKRAF menjadikannya sebagai subsektor yang harus didampingi dengan menyediakan fasilitas seperti pelatihan bisnis, akses permodalan, pendampingan pendirian usaha hingga mempromosikan kuliner Indonesia yang memang sangat beraneka ragam ini baik di pasar dalam maupun luar negeri. 10. Subsektor Kriya Subsektor ini pun menjadi tanggung jawab BEKRAF untuk mengelolanya dengan menyediakan fasilitas yang mumpuni. Selain itu Bekraf juga memfasilitasi kerja sama antara desainer, UKM, manufaktur sehingga terbentuklah kolaborasi antara pelaku subsektor. Promosi produk-produk kriya di dalam dan luar negeri serta membukakan akses permodalan yang menjadi program-program utama BEKRAF untuk subsektor kriya ini. 11. Subsektor Fashion Perkembangan fashion yang cepat sekali berubah. Namun sayangnya orang Indonesia tidak menghargai fashion lokal sendiri, mereka lebih memilih impor. Padahal para desainer Indonesia kualitas tidak kalah bersaing. Sehingga BEKRAF bertugas untuk mensinergikan antara industri hulu ke hilir mulai dari pabrik tekstil/ garmen, perancang busana hingga marketing agar fashion lokal tidak menjadi anak tiri di bangsa sendiri. BEKRAF sendiri pun akan mendorong masyarakat untuk menggunakan fashion dalam negeri. 12. Subsektor Seni Rupa Seni rupa Indonesia kini menjadi pusat perhatian dunia. Apalagi Indonesia sendiri memiliki potensi yang besar secara kualitas, kuantitas, pelaku kreatif, produktivitas dan potensi pasar yang tinggi. Seni rupa Indonesia juga sudah memiliki koneksi yang banyak baik itu di dalam maupun di luar negeri. Bisa terlihat dari banyaknya festival seni rupa yang diadakan secara rutin dan reputasinya telah diakui secara internasional.


Dengan potensi yang besar itulah BEKRAF pun membuat seni rupa menjadi subsektor industri kreatif yang menjadi prioritasnya. BEKRAF akan memberikan fasilitas berupa pembangunan ruang seni dan budaya, fasilitasi forum dan ajang seni rupa yang bertaraf internasional. 13. Subsektor Industri Kreatif Musik Dibandingkan dengan bidang lainnya musik merupakan subsektor industri kreatif yang banyak disukai orang. Dari berbagai kalangan. Namun sayangnya beberapa tahun belakangan ini indust musi menurun kualitasnya akibat pembajakan. Sehingga Bekraf menyediakan fasilitas untuk para pelaku industri musik berupa perlindungan Hak Kekayaan Intelektual sehingga bisa mengurangi pembajakan, menginisiasi terbentuknya inkubator-inkubtator musik, membuka akses permodalan untuk industri musi, membangun ekosistem bisnis musik yang sehat dan program lainnya. 14. Desain Produk Tak dipungkiri desain menjadi hal yang penting dalam sebuah produk. Tentunya untuk menarik konsumen. Sehingga BEKRAF pun mendampingi para pelaku subsektor ini dalam mengelola industri hulu ke hilir, bekerjasama dengan berbagai asosiasi untuk meningkatkan penggunaan desain produk lokal Indonesia dan mendirikan pusat desain sebagai hubungan lintas subsektor. Dan jangka panjangnya untuk subsektor ekonomi kreatof ini perlu dibuatnya Undang-undang atau peraturan yang menetapkan supa setiap retail dan mall bisa menjual minimal 20-30% produkproduk lokal. 15. Subsektor Penerbitan Meski saat industri digital telah banyak mengeruk industri penerbitan. Bukan berarti industri sektor penerbitan tidak menjadi fokus utama BEKRAF. Justru BEKRAF turut mengelola industri ini dengan menyediakan berbagai fasilitas seperti membuka akses di pasar domsetik dan global. Fasilitasi perpajakan yang bisa meringankan industri penerbitan. 16. Subsektor Televisi dan Radio Subsektor yang satu ini meski ada yang mengatakan bahwa sudah ketinggalan zaman karena tergerus oleh media sosial. Nyatanya televisi dan radi masih memiliki peranan yang sangat besar dalam penyebaran informasi. RadioDi tengah arus informasi digital yang kian masif, televisi dan radio masih menunjukkan eksistensinya. Peranan kedua industri ini pun cukup besar dengan nilai mencapai 3,17% dari Produk Domestik Bruto (PDB) . Dari sisi ketenagakerjaan, industri televisi dan radio menduduki peringkat ke-6 terbesar dalam kontribusi terhadap total tenaga kerja industri kreatif di Indonesia. Karena kepemilikan televisi dan radio kini sudah merata hampir setiap lapisan memilikinya. Namun sayangnya tidak diimbangi dengan kualitas program televisi. Para produsen hanya mengejar rating yang tinggi sehingga tak mampu memproduksi program-program yang berkualitas. Sehingga BEKRAF pun memilki tanggung jawab untuk menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh subsektor ini. Mulai dari mendukung SDM yang berkualitas dengan segala kekreativitasan sehingga bisa membuat tayangan televisi yang berkualitas lagi.


Dari 16 sub sektor yang masuk ke dalam ekonomi kreatif, baru 3 yang dirasakan perkembangannya dengan cukup berarti di negara ini. 3 subsektor tersebut adalah kuliner, fashion dan kerajinan. Jadi, peluang besar masih sangat terbuka untuk menjadi bagian dari Perkembangan ekonomi kreatif Indonesia. Inilah tantangan perguruan tinggi yang ada sekarang ini untuk merespon peluang tersebut dengan mempersiapkan SDM untuk dapat berkiprah di bidang ekonomi kreatif. Disinilah pentingan sektor pendidikan mengembangkan kurikulum berbasis industri kreatif. Kemerinristekdikti, Bekraf, perguruan tinggi, dan seluruh pemangku kepentingan mendorong institusi pendidikan untuk menyelenggarakan mata pelajaran mengenai industri kreatif guna dapat mengakomodir pengembangan industri kreatif. Pasalnya, pendidikan ekonomi kreatif dapat menjadi pendorong terbentuknya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berkembangnya pendidikan termasuk industri kreatif akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan banyaknya perubahan yang terjadi di segala bidang, kita tidak boleh tutup mata melihat peluang dan harus mau terlibat di bisnis kreatif yang ada. Perguruan tinggi alternative berbasis intrepreneurship dan ekonomi kreatif sebagai salah satu solusi menghadapi tantangan dan meraih peluang yang ada. C. Rancangan Perguruan Tinggi Alternatif Berbasis berbasis Entrepreneurship dan Ekonomi Kreatif Sektor ekonomi kreatif merupakan akselator pertumbuhan ekonomi kreatif Indonesia. Namun harus disadari, upaya untuk menggerakkan sektor ekonomi kreatif memerlukan berbagai faktor pendukung salah satu sektor pendidikan yang konsen mendukung kemajuan sektor ini dan industri kreatif yang menjadi pengejawantahannya. Berbagai subsektor dalam industri kreatif berpotensi untuk dikembangkan. Ekonomi kreatif ini diyakini dapat menjawab tantangan permasalahan ekonomi seperti relatif rendahnya pertumbuhan ekonomi, masih tingginya pengangguran, tingginya tingkat kemiskinan, dan rendahnya daya saing industri di Indonesia. Selain permasalah tersebut, ekonomi kreatif juga diharapkan dapat menjawab tantangan seperti isu global warming, pemanfaatan energi yang terbarukan dan lain sebainya menuju pola industri ramah lingkungan serta penciptaan nilai tambah produk dan jasa yang berasal dari intelektualitas sumber daya insani yang dimiliki oleh Indonesia, dimana intelektualitas sumber daya insani merupakan sumber daya yang terbarukan. Ekonomi kreatif akan mampu menjawab tantangan negeri ini baik dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang dalam berbagai aspek. Untuk bisa mencapai hal tersebut harus ada usaha memperkenalkan ekonomi kreatif di kalangan pelajar dan mahasiswa sejak dini. Dengan pendidikan sejak dini, akan menciptakan potensi pengembangan industri kreatif dimasa kini dan masa mendatang. Salah satu alternatinya adalah dengan mendirikan perguruan tinggi berbasis kewirausahaan dan ekonomi kreatif sebagai tempat mendidik dan mengkader generasi muda menjadi wirausaha pelaku industri kreatif. Dari merekalah diharapkan mampu mendorong tumbuhnya pelaku ekonomi kreatif lainnya yang dapat mendukung ekonomi regional dan nasional. Serta diharapkan mampu mendorong tumbuhnya industri lain yang terkait, seperti peningkatan investasi, pengembangan usaha kecil, pendapatan devisa negara, dan lainnya. Mengingat besarnya peluang usaha dan bisnis di sektor ekonomi kreatif. Dari 16 sub sektor yang masuk ke dalam ekonomi kreatif, baru 3 subsektor yang dirasakan perkembangannya dengan cukup berarti di negara ini. Hal tersebut tantangan dan sekaligus peluang besar sektor pendidikan untuk mendidik dan menyiapkan SDM untuk menjadi bagian dari Perkembangan ekonomi kreatif Indonesia. Sehingga perlunya pendidikan alternatif yang menjadikan kewirausahaan dan ekonomi kreatif sebagai orientasi utamanya.


Setiap subsektor yang masuk ke dalam ekonomi kreatif memiliki potensi dan karakter uniknya masing-masing, oleh karena dalam merancang desain pendidikan tinggi alternatif berbasis kewirausahaan dan ekonomi kreatif mempertimbangkan hal tersebut, sehingga secara kelembagaan kewirausahaan dan ekonomi kreatif diposisikan seperti program studi, sehingga semua education process fokus dan terpusat pada program studi untuk pengembangan kewirausahaan dan ekonomi kreatif. Sebagai Pendidikan alternatif, tentu hal yang harus atau perlu ada pun tentu tidak serumit dengan pendidikan formal, proses perkuliahan akan dilaksanakan seperti penggunakan sistem blok, filosofi dari sistem blok ini adalah “apa yang dikatakan, langsung dikerjakan/dipraktekkan�, maksudnya adalah sistem ini harus tuntas dari mulai pembelajaran teori hingga dipraktekan secara tuntas. Sistem blok tidak mengenal teori saja tetapi teori tersebut harus diaplikasikan dalam praktik di lapangan. Model evaluasi dilakukan secara langsung ketika proses pembelajaran atau lebih diikenal istilah autentic assessment. Tenaga pendidik atau mentor dalam perkuliahan direkrut berdasarkan keahlian yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan para peserta perkuliahan, syarat utama sebagai tenaga pendidik dalam perkuliahan haruslah orang yang ahli dalam pekerjaannya atau bidangnya, misalnya pemilik bengkel, pelukis, seniman, petani, pedagang, tukang cat atau keahlian lainnya, dan tidak terdapat syarat wajib telah menempuh jenjang pendidikan tertentu. Apabila di program studi belum tersedia tenaga pendidik yang dibutuhkan bisa dilakukan perekrutan relawan yang bersedia untuk mengajar sesuai dengan target pembelajaran yang telah ditetap. Sebagai penciri bahwa perguruan tinggi alternatif berbasis kewirausahaan dan ekonomi kreatif memenuhi kualifikasi jenjang pendidikan tinggi, maka harus dipastikan bahwa dalam menentukan capaian pembelajaran telah sesuai minimal dengan level 6 kerangka kualifikasi nasional indonesia (KKNI). Kurikulum pendidikan dan pelatihannya dirancang khusus untuk mengarahkan peserta didik menjadi insan yang kreatif dan inovatif, misalnya melakukan penelitian yang dapat menumbuhkan berbagai ide. Program kewirausahaan, yaitu Program Wirausaha Muda, dan Inkubator Bisnis. Dengan menciptakan akses pertukaran informasi dan pengetahuan antar peserta didik dengan pelaku ekonomi dan industry kreatif. Kegiatan pelatihan formal dan informal berkesinambungan. Memfasilitasi pengembangan jejaring dan mendorong kerja sama insan kreatif di dalam dan luar negeri. Substansi inti program pendidikannya adalah sebagai berikut: 1. Metodologi: Penerapan metodologi pendidikan yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan, namun pendidikan menyeluruh pada kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis. Sistem PBM langsung menyentuh ke implementasinya dan diimplementasikan langsung. 2. Kurikulum: Kurikulum yang mendorong penciptaan hasil didik yang mampu menjawab kebutuhan SDM sektor ekonomi kreatif (mengembangkan model link and match); 3. Kualitas: Kualitas dosen, kelengkapan sarana dan fasilitas pendidikan, pengelolaan dan layanan pendidikan Sasaran dan tujuannya : 1. Pendidikan kewirausahaan dan ekonomi kreatif menjadi salah satu cara menyiapkan generasi muda yang nantinya diharapkan menjadi penggerak ekonomi kreatif bangsa. Dengan adanya perguruan tinggi alternatif akan dapat menghasilkan lulusan yang memiliki modal dan kemampuan dalam mengembangkan ekonomi kreatif. 2. Pendidikan kewirausahaan dan ekonomi Kreatif merupakan suatu alternatif fokus menyiapkan sumberdaya manusia dalam mengembangkan ekonomi kreatif di berbagai subsektor ekonomi kreatif. Sebagai tolak ukurnya


adalah pembangunan bidang pendidikan diarahkan demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang didukung keselarasan antara ketersediaan tenaga terdidik dengan kemampuan untuk menciptakan lapangan kerja atau kewirausahaan dan menjawab tantangan kebutuhan tenaga kerja di berbagai subsektor ekonomi kreatif. Dan akhirnya gagasan pendirian perguruan tinggi alternatif berbasis kewirausahaan dan ekonomi kreatif merupakan tawaran solutif untuk membantu menggerakkan sektor ekonomi kreatif di negeri yang kita cintai ini melalui pendidikan tinggi alternatif yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan idustri dan mempersiapkan generasi bangsa berkiprah di kancah nasional dan internasional. Saya dan kita semua berharap di masa yang akan datang, bangsa ini bukan lagi penonton, bukan sebagai bangsa yang konsumtif, akan tetapi kita adalah bangsa yang produktif dengan kemampuan dan sumber daya insani yang kreatif dan inovatif di tambah dengan perpaduan kekayaan alam dan budaya. Semoga bermanfaat bagi kita semuanya.


Referensi https://edukasi.kompas.com/read/2016/04/23/17424071/Kenapa.Lulusan.Perguruan.Tinggi.Makin.Susah.Mendapat.Pekerjaan. https://feksi.wordpress.com/2010/10/24/keterkaitan-antara-kewirausahaan-dan-ekonomi-kreatif/ https://id.wikipedia.org/wiki/Kewirausahaan http://www.bekraf.go.id http://www.Elshinta.com https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/10/25/indonesia-mewujudkan-ekonomi-kreatif https://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/pengangguran/item255? http://www.kabarindonesia.com// https://nasional.kontan.co.id/news/bekraf-harapkan-ada-kurikulum-ekonomi-kreatif http://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2018/03/26/630000-orang-sarjana-masih-menganggur-421873


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.