Pendidikan Tinggi Kekinian Harus Kolaborasi Ilmu Pengetahuan Multidisiplin dan Interdisipliner YUSRIN AHMAD TOSEPU
Multi disiplin adalah pendekatan yang bersifat integrative (terpadu) merupakan pendekatan suatu konsep dari suatu cabang ilmu atau tema yang bahannya di organisasi dari berbagai cabang ilmu sosial secara terpadu. Sedangkan pendekatan Interdisipliner adalah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan atau tepat guna secara terpadu. Di era kekinian, Semua masalah yang dihadapi manusia, tidak bisa dipecahkan hanya dengan satu disiplin ilmu. Pemecahan harus multidisiplin yang hanya bisa dilakukan lewat kolaborasi. Masyarakat mengalami perubahan sosial yang cepat, progresif, dan kerap kali memperlihatkan gejala desintegratif. Perubahan sosial yang cepat itu meliputi berbagai bidang kehidupan, dan merupakan masalah bagi semua institusi sosial, seperti: industri, perekonomian, pemerintahan, perkumpulan-perkumpulan, dan pendidikan. Selain itu perkembangan teknologi dan peradaban dunia yang pesat berbanding lurus dengan kerumitan masalah yang ditimbulkannya. Masalah yang dihadapi dunia saat ini adalah masalah global yang memerlukan penanganan yang berbeda dengan yang telah dilakukan sebelumnya. Masalah yang dihadapi dunia saat ini merupakan masalah yang bersifat multi sektoral dan memiliki kaitan satu sama lain. Masalah yang kompleks tersebut tidak lagi dapat diatasi hanya dengan menggunakan satu disiplin atau pendekatan saja, tapi penggabungan berbagai disiplin ilmu. Masalah paling penting yang dihadapi manusia di era globalisasi ini adalah masalah kompleksitas yang dicirikan dengan ketidak menentuan, multiperspektif dan proses saling keterkaitan antara satu sama lain. Sebagaimana yang dianjurkan oleh UNESCO, perlu berperan serta secara aktif dalam mencari solusi yang terbaik dalam menghadapi masalah global yang ada saat ini. Kita perlu mencari pendekatan baru yang lebih baik untuk mengatasi masalah global yang bersifat multi sektoral. Ada empat isu utama tentang masalah-masalah yang kerap dibahas dan memerlukan pendekatan multisektoral yaitu: 1) Agresi manusia; 2) Distribusi sumberdaya secara harmonis; 3) Perkembangan pandangan dunia yang bersifat antroposentrik; dan 4) Realisasi potensi dan pemberdayaan manusia melalui pendidikan. Oleh karena itu mengetahui dan memahami seluk beluk tersebut, dunia pendidikan sangat dianjurkan untuk menerapkan pendidikan Kolaborasi Multidisiplin dan interdisiplin guna mendapatkan pengetahuan yang menunjang perkembangan ilmu dan aplikasinya dalam kehidupan baik sebagai mahluk individu maupun sebagai mahluk sosial. Memahami konsep Multidisiplin dan interdisiplin merupakan dalam upaya memahami dan memecahkan masalah kompleks dan urgensi pendidikan sebagai ilmu. Pendidikan tinggi di era rebolusi indusrtri 4.0 harus sangat kuat dalam kolaborasi multidisiplin. Harus berbasis sains terapan dan teknologi untuk meraih kemajuan yang lebih besar. Sebelum memasuki pembahasan kolaborasi ilmu multidisipliner dan interdisiplin maka sangat perlu mengetahui tingkatan-tingakatan kajian ilmu. Meeth (1978) mengilustrasikan kajian ilmu seperti dikutip oleh Nordahl dan Serafin (2005) mengilustrasikan perbedaan antara intradisiplinaritas, cross-disiplinaritas, multidisiplinaritas, interdisiplinaritas dan transdisiplinaritas. INTRADISIPLIN yaitu studi yang hanya terdiri dari satu disiplin. CROSS-DISIPLIN yaitu suatu studi dimana satu disiplin dipandang dari beberapa sudut pandang disiplin lain.
MULTIDISIPLIN yaitu studi dimana antara satu disiplin dan disiplin lain disejajarkan (juxtaposistion of disciplines), dimana masing-masing disiplin menawarkan sudut pandangnya masing-masing tapi tidak ada upaya untuk memadukannya secara integratif. Multidisiplinaritas adalah pendekatan dimana dua atau lebih disiplin digunakan tapi tidak ada kerjasama antara satu disiplin dengan disiplin yang lain. Sebagai contoh, dalam suatu institusi katakanlah bidang/divisi teknologi informasi. Disitu terdapat ahli teknologi informasi, ahli teknologi pendidikan, ahli ekonomi. Tapi, dalam memahami dan memecahkan masalah kantornya, mereka menganalisis masalah sendiri-sendiri berdasarkan perspektif keilmuannya masing- masing, digabungkan jadi satu tanpa ada integrasi satu sama lain. Nampaknya, hal ini merupakan contoh fakta nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga setiap permasalahan kompleks tidak dapat dipecahkan secara komprehensif. Sedangkan pluradisiplinaritas adalah suatu pendekatan dimana telah terjadi kerjasama antar disiplin tapi tanpa koordinasi. Sebagai contoh, dalam memecahkan masalah pasca bencana alam misalnya, telah terjadi kerjasama lintas disiplin, ada ahli kesehatan, ahli ekonomi, ahli psikologi, ahli pendidikan bersama-sama melakukan upaya tapi tanpa koordinasi yang jelas mengacu pada satu tujuan yang jelas. Interdisciplinaritas adalah pendekatan yang merupakan satu level diatas pluradisiplinaritas, yaitu proses memahami dan memecahkan permasalahan kompleks dari satu level konsep dibawah ke level konsep yang lebih tinggi. INTERDISIPLIN yaitu upaya mengintegrasikan berbagai sudut pandang untuk memecahkan masalah tertentu. Bedanya dengan transdisiplin, upaya integrasi berbagai sudut pandang tersebut, didalam transdisiplin terjadi sejak awal ketika suatu masalah didefinisikan untuk dipecahkan. Dalam studi transdisiplin, dimulai dari masalah dan secara bersama-sama menggunakan berbabagai disiplin lain berupaya memecahkan masalah tersebut. Sementara interdisplin dimulai dari disiplin, setelah itu mengembangkan permasalahan seputar disiplin tersebut. Perbedaan ini sangat tipis dan masih jadi perdebatan. Selain itu Interdisipliner (interdisciplinary) juga merupakan interaksi intensif antar satu atau lebih disiplin, baik yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui program-program pengajaran dan penelitian, dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis. TRANSDISIPLINARITAS adalah proses menjawab sesuatu permasalahan kompleks tentang apa yang harus kita lakukan untuk apa yang ingin kita lakukan terhadap apa yang dapat kita lakukan menggunakan berbagai apa yang telah ada (disiplin ilmu yang ada saat ini. Transdisipliner (transdisciplinarity) juga merupakan upaya mengembangkan sebuah teori atau aksioma baru dengan membangun kaitan dan keterhubungan antar berbagai disiplin. Transdisiplinaritas berupaya bagaimana melakukan apa yang ingin kita lakukan terhadap apa yang dapat kita lakukan menggunakan berbagai disiplin ilmu yang ada. Jika kita balik, dapat pula kita rumuskan konsep transdisiplinaritas dengan kata lain bahwa, “Dengan memanfaatkan beberapa hal yang ada (beberapa disiplin ilmu), kita dapat melakukan apa yang ingin kita lakukan sebagaimana seharusnya kita melakukannya.� Ilmu Multidisiplin dan Interdisipliner, Jawaban dari Kompleksitas Problem Global Perkembangan keilmuan seiring dengan ragam permasalahan sosial menciptakan studi multidisiplin. Ironisnya, keberadaan studi dengan kekhasan ragam keilmuan ini masih dipandang sebelah mata. Pendidikan tidak hanya terbatas untuk mendapatkan gelar, tapi juga mengaplikasikan ilmu ke dalam berbagai subyek keilmuan, sebagai problem solving, mampu merespon problem sosial dan memberikan informasi solusi yang tepat pada masyarakat. Ilmu-ilmu multidisipliner termasuk dalam kategori keilmuan yang sempurna untuk menghadapi segala kompleksitas masalah global saat ini. Pendidikan Tinggi Kekinian Harus Kolaborasi Ilmu Pengetahuan Multidisiplin dan Interdisipliner Hal. 2
Selain bersifat fleksibel, studi multidisiplin mampu menjangkau hampir seluruh subyek pengetahuan. Sehingga, kesempatan untuk mendapatkan solusi dari beragam permasalahan sosial lebih efektif. Secara spesifik, pendekatan multidisiplin bisa diterapkan di Indonesia ke dalam permasalahan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan edukasi. Urgensi studi multidisiplin dalam pembangunan sangat dibutuhkan untuk mengakselerasi pembangunan negara. Kolaborasi Ilmu merupakan keharusan dalam Pendidikan di Era revolusi Industri 4.0, dimana perkembangan pesat saat ini, maka disiplin menjadi semakin kompleks. Ada banyak disiplin yang berbeda-beda tetapi mungkin memiliki titik-awal dan tujuan yang sama, dan mungkin hanya berbeda dalam cara masing-masing memandang persoalan (subject matter) yang sama. Di dalam masyarakat, sebuah disiplin akademik biasanya membentuk organisasi profesional yang menerbitkan jurnal ilmiah, mengadakan konferensi, atau memberi penghargaan kepada ilmuwan atau peneliti yang dianggap mumpuni. Selain memiliki organisasi, sebuah disiplin juga biasanya memiliki “bahasa khusus� untuk memperlancar komunikasi ilmiah antar ilmuwan, strategi kebenaran (truth strategies) yang mempertegas perbedaan satu disiplin dari yang lainnnya., dan organisasi pengetahuan. Sebuah disiplin lahir dan tumbuh dengan berbagai cara, misalnya: 1. Pecahan dari disiplin yang sudah ada. 2. Berada di pinggiran dari sebuah disiplin, dan tidak lagi menjadi pusat perhatian disiplin itu, lalu memisahkan diri menjadi disiplin khusus. 3. Gabungan dari berbagai disiplin karena ada kesamaan, bisa berbentuk disiplin baru atau interdisciplinary. 4. Kebutuhan untuk mengatasi persoalan penting yang khas. Alasan Perlunya Melakukan kolaborasi ilmu multidisipliner dan Interdisiplin yang berbeda atau antar ilmu yang berbeda. Dengan alasan sebagai berikut: 1. Dengan menjembatani disiplin ilmu yang terfragmentasi, interdisipliner bisa berperan dalam membela kebebasan akademik. 2. Kreativitas membutuhkan pengetahuan interdisipliner. Proses penemuan kerapkali mencakup tindakan menggabungkan ide yang sebelumnya tampak tidak berkaitan. Pemikiran yang kreatif kerap menghasilkan ide yang tidak lazim tapi membuahkan permutasi yang produktif. Aspek yang digabungkan bisa berasal dari satu disiplin, atau berasal dari permutasi ide dari dua atau lebih disiplin. 3. Pendatang baru seringkali memberikan kontribusi yang penting pada bidangnya yang baru Observasi pendatang baru dapat membuka mata atas hal-hal yang baru. Misalnya di bidang antropologi, pendatang baru bisa melihat aspek aspek budaya yang kasat mata bagi penduduk asli. Para pendatang pun lebih cermat untuk tidak mengabaikan anomali. 4. Penganut disiplin ilmu tertentu seringkali melakukan kesalahan yang hanya bisa terdeteksi oleh orang yang memahami dua atau lebih disiplin ilmu Pengamatan lintas disiplin berguna karena jurang antar disiplin ilmu terlalu luas. Sehingga tidak jarang ilmuwan mengambil kesimpulan yang bertabrakan dengan kesimpulan di disiplin ilmu lain akibat generalisasi atau tidak peka pada disiplin ilmu lain tersebut. 5. Banyak sekali topik-topik riset yang jatuh di persimpangan beragam disiplin ilmu. Ruscio berargumen bahwa disiplin ilmu pada prakteknya tidak memiliki batas yang jelas selayaknya harapan para teoretisi disiplin ilmu tersebut.Serta peneliti disipliner tampak mampu mengisi celah kosong yang produktif sehingga area abu-abu ilmu pengetahuan bisa diisi. 6. Banyak permasalahan intelektual, sosial dan praktikal memerlukan pendekatan interdisipliner. Coba bayangkan sejarah pembangunan suatu negara. Beberapa tahun dan ribuan buku akan membawa kita pada kesimpulan, kebanyakan penulis gagal memahami secara keseluruhan karena terpaku pada satu disiplin ilmu saja. Kita harus ingat permasalahan yang muncul belum tentu datang dalam batasan satu disiplin ilmu saja. Misalnya reduksi polusi, ini bukan sekedar persoalan teknologi yang lebih baik saja, tetapi berkaitan dengan psikologi industri, efisiensi ekonomi, budaya pola hidup masyarakat, kebijakan politik, dan sebagainya. Seorang negarawan bisa melakukan kesalahan karena tidak memahami aspek teknis, sosial atau alamiah dari suatu kebijakan: sangat berbahaya memiliki dua atau lebih budaya yang Pendidikan Tinggi Kekinian Harus Kolaborasi Ilmu Pengetahuan Multidisiplin dan Interdisipliner Hal. 3
7.
8.
9.
10.
11.
tidak berkomunikasi, ilmuwan bisa memberikan saran yang buruk dan pengambil keputusan tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Sejarah membuktikan bahayanya rekomendasi kebijakan yang terlalu sempit oleh mereka yang memiliki pengetahuan yang luas atau sebaliknya. Dalam dunia spesialisasi, seorang berpendidikan tinggi bisa tidak menyadari dimensi sosial dan moral dari tindakannya. Kompartementalisasi, selain rendahnya pendidikan adalah musuh besar yang hanya bisa ditaklukkan oleh pendidikan yang menyeluruh. Pengetahuan dan riset interdisipliner berguna akan mengingatkan kita akan idealnya kesatuan badan ilmu pengetahuan. Tentu saja sekarang ini mustakhil untuk menguasai semua disiplin ilmu sekaligus. Tapi bila kita keliru mengartikan pengetahuan disiplin dengan kebajikan; jika kita lupa seberapa banyak kita tidak tahu; jika kita lupa seberapa besar kita tidak bisa tahu; jika kita tidak menginginkan, setidaknya sebagai prinsip, idealitas kesatuan badan ilmu pengetahuan; kita akan kehilangan sesuatu yang penting. Interdisiplineritas membantu kita mengingat hal ini, bahwa komponen komponen pengetahuan manusia merupakan pecahan dari keseluruhan bangunan pengetahuan. Pelaksana praktek interdisipliner menikmati fleksibilitas yang lebih besar dalam risetnya. Kebanyakan bidang ilmu mengalami kemajuan yang pesat, diikuti dengan periode stagnasi. Pada saat saat ini dalam konteks pribadi, ilmuwan yang berani pindah ke disiplin ilmu yang baru akan menikmati fleksibilitas dan kebebasan baru dalam karir mereka, sebuah imbalan personal untuk kesediaan melintasi batas disiplin ilmu. Ketimbang terpaku pada satu disiplin ilmu yang sempit, penganut interdisipliner sering merasakan sensasi intelektual yang mirip dengan penjelajahan di lahan yang baru. Pada titik tertentu, imbal balik dari proses input tertentu mengecil secara progresif. Butuh berjam jam untuk belajar catur, dan tahunan untuk menjadi ahli. Hal serupa terjadi dalam dunia pembelajaran. Misalnya seorang ahli anatomi serangga dalam rangka menjadi ahli bisa jadi tidak pernah membaca Tolstoy atau tidak pernah mendengar Vivaldi akibat alokasi waktu yang ketat. Hidup ini telalu singkat untuk menjadi ahli dalam banyak bidang sekaligus. Agar menjadi ahli dalam bidangnya mereka berakhir hanya mengeksplorasi satu minat saja. Interdisiplineritas, kontras dengannya, selamanya memperlakukan diri mereka dengan intelektualitas yang setara dengan menjelajahi daerah eksotik. Pelaksana ilmu Interdisipliner bisa menjembatani jurang komunikasi dalam akademi modern, karenanya membantu memobilisasi sumberdaya intelektual yang besar dalam membangun rasionalitas yang lebih besar.
Perguruan tinggi modern hanya memiliki efektifitas yang sedang sebagai agen perubahan sosial. Kenyataannya dunia akademik menikmati kesuksesan yang minim dalam memobilisasi sumberdaya intelektualnya untuk memperbaiki masyarakat. Alasannya cukup jelas: fragmentasi disiplin ilmu membuat akademik pasif dihadapan dunia yang sewenang-wenang. Dalam komunitas dengan bahasa yang berlainan diperlukan komunikasi yang efektif untuk menggabungkan kekuatannya. Interdisiplineritas, dengan mengingatkan kita pada ideal kesatuan badan pengetahuan, dengan menguasai dua atau lebih bahasa akademik, bisa berkontribusi pada integrasi budaya akademik. Di dalam dunia akademik saat ini ditandai dengan keberadaan disiplin ilmu yang saling terpisah. Integrasi oleh karenanya merupakan kata kunci yang diperlukan untuk saling meningkatkan pemahaman. Pendekatan dengan memanfaatkan disiplin tunggal tidak dapat memberikan kontribusi yang optimal terhadap upaya- upaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah yang bersifat global dan menjadi semakin rumit. Praktek Pendidikan kita sekarang ini yang model pendekatan hanya memperhatikan satu disiplin ilmu, tanpa menghubungkan denan struktur ilmu lain. Jadi pengembangan materi berdasarkan ciri dan karakteristik dari bidang studi bersangkutan. Sementara Ilmu pengetahuan adalah suatu proses sosial yang mengalami diseminasi secara global maupun lokal melalui berbagai bentuk dan tempat, maka di masa yang akan datang akan terjadi rekonfigurasi ilmu pengetahuan. Pendidikan Tinggi Kekinian Harus Kolaborasi Ilmu Pengetahuan Multidisiplin dan Interdisipliner Hal. 4
Dilain sisi, dalam memecahkan masalah yang terjadi di ara sekarang ini jika hanya menggunakan intradisiplin, kita akan berhadapan dengan berbagai kelemahan yang muncul dimana kita hanya memahami disiplin ilmu itu saja tanpa memahami disiplin ilmu lain yang dapat dimanfaatkan untuk melengkapi disiplin ilmu yang kita pahami. Karakter studi-studi multidisipliner adalah komprehensif, holistik, sangat terbuka pada perkembangan terakhir dari teori dan metodologi ilmu-ilmu lain, dan besar kemungkinan melahirkan hibrida ilmu-ilmu baru. Sangat disayangkan jika sikap pemerintah yang seakan-akan masih melihat tingkat studi multidisiplin di bawah keilmuan monodisiplin. Akibatnya, beberapa peraturan di sektor penelitian maupun pendidikan tidak mendukung praktisi maupun peneliti multidisipliner agar lebih berkembang. Sehingga banyak para dosen, akademisi, peneliti, dosen yang berkecimpung di berbagai bidang multidisiplin menemui kendala di birokrasi pengajaran maupun penelitian. Sebagaia contoh, ada beberapa program pendidikan di beberapa perguruan tinggi dengan studi multidisiplin dihapus dengan alasan tak ada jenjang S1-nya karena pohon ilmunya dipertanyakan. Anggapan klasik tentang pohon ilmu yang dituntut pada penekun studi multidisiplin, dinilainya, tidak lagi relevan. Masalah kekinian harus dijawab dengan teori dan metodologi baru yang tak dapat ditampung dalam ilmu-ilmu monodisiplin. Maka untuk itu, pemerintah harus membuat kebijakan guna mengakomodasi dibukanya studi dengan ilmu-ilmu multidisiplin. Pengembangan ilmu pengetahuan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Tugas baru keilmuan saat ini adalah demi untuk meraih peradaban dan masyarakat baru yang lebih sejahtera, damai dan harmonis. Ilmu pengetahuan baru yang inovatif, kreatif dan transformative. Salah satu contoh kasus penerapan Ilmu Multidisiplin dan Interdisipliner dalam pemecahan masalah kemiskinan . Masalah kemiskinan, merupakan tema â€?pekaâ€? untuk dibicarakan, tetapi juga dianggap masalah sementara yang akan terpecahkan dengan adanya pembangunan ekonomi. Para pakar ilmu sosial mempunyai perhatian besar terhadap rumusan kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan ekonomi nasional (makro) yang apabila berhasil akan dapat mengeyahkan kemiskinan dengan sendirinya. Yang perlu adalah pendekatan interdisipliner untuk mengadakan penelitian, yang kemudian menyusun rekomendasi terpadu untuk mengatasinya. ďƒœ Interdisipliner Pada umumnya, kemiskinan disebabkan oleh struktur ekonomi, maka terlebih dahulu kita perlu memahami inti pokok dari “strukturâ€? yakni realisasi hubungan antara subjek dan objek, dan antara subjek-subjek komponen yang merupakan bagian dari suatu sistem. Permasalahan struktur yang penting dalam hal ini adalah pola relasi. Ini mencakup masalah kondisi dan posisi komponen (subjek) dari struktur yang bersangkutan dalam keseluruhan tata susunan atau sistem dan fungsi dari subjek atau komponen tersebut dalam keseluruhan fungsi dan sistem. Karena itu perlu adanya pembangunan ekonomi untuk mengendalikan hal tersebut. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses evolusi. Demikian selanjutnya, dalam pembangunan ekonomi,berusaha memunculkan beberapa pola pandangan untuk upaya mengatasi dan mengendalikan fenomena kemiskinan yang merupakan “tema pekaâ€? dan masalah sentral. Beberapa pola pandangan ini mencoba mengatasi kelemahan dari teori-teori yang telah ada sebelumnya. Pertama, pendekatan ekologi, misalnya saja, ialah mempercepat pembangunan, juga disertai kebijaksanaan tegas dalam memelihara sumber-alam untuk generasi yang akan datang. Kedua, teori sumber dayayang mendorong intensivitas modal yang dimilki. Dalam teori ini, meningkatkan mutu sumber daya manusia dipandang sebagai kunci pembangunan yang menjamin kemajuan ekonomi dan kesetabilan sosial, misalnya saja konsep pengembangan usaha wiraswasta. Pendidikan Tinggi Kekinian Harus Kolaborasi Ilmu Pengetahuan Multidisiplin dan Interdisipliner Hal. 5
Ketiga,mulai dari yang paling dibutuhkan. Pendekatan ini berusaha mengatasi kecenderungan “yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin,” jadi perlu mendahulukan mereka yang paling membutuhkan pertolongan. Pembangunan tidak dimulai dari barang tetapi mulai dari manusia yakni dengan pendidikan,organisasi, dan disiplinnya yang tinggi. Keempat,pemerataan dan pertumbuhan. Strategi ini tidak hanya melihat variabel ekonomi, tetapi mencakup variabel politik, sosial dan kultural. Keenam, mencukupi kebutuhan yang orientasinya selain pemenuhan kebutuhan pokok sanadang, pangan, dan papan , tetapi juga pemenuhan kebut uhan lainnya. Konsep kebutuhan dasar harus ditempatkan dalam keseluruhan pembangunan sosial ekonomi suatu bangsa (Deklarasi ILO:1976). Kelima, mengurangi ketergantungan yang orientasinya “kedalam” sebagai pengganti strategi yang berorientasi “keluar”, dan impor dalam pembangunannya.Mengurangi ketergantungan terhadap negara lain, hal ini untuk upaya membebaskan diri dari dominansi negara asing. Kemiskinan sebagai akibat pola relasi segala bidang sosial, politik, kultur, dan bersama-sama bidang ekonomi. Semuanya merupakan subsistem kemasyarakatan, termasuk didalamnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka untuk mengendalikan segala akibat dari kaitan srtuktural ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemiskinan tersebut perlu dilakukan pengendalian dengan asas moral , etika, serta ajaran agama, sehingga untuk mengetahui apa yang harus dan apa yang jangan dilakukan, dengan counter play sejati yang bersifat normatif dan transenden, yaitu Tuhan. B. Multidisipliner Kemiskinan adalah masalah yang tidak ada habisnya dibahas dari generasi ke generasi. Apalagi pascakrisis moneter dan ekonomi yang meningkatkan jumlah penduduk miskin di Indonesia secara cukup drastis. Membahas masalah kemiskinan secara multidimensi, yang merupakan cara pandang yang digunakan dalam pendekatan pembangunan sosial, yaitu melihat permasalahan dari dimensi mikro, mezzo maupun makro. Strategi tersebut juga meliputi strategi untuk memperbaiki kondisi yang ada melalui perubahan yang dilakukan pada dimensi makro, mezzo dan mikro, seperti telah diuraikan sebelumnya. Pendekatan Interdisipliner adalah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan atau tepat guna secara terpadu. Misal dalam pemecahan masalahannya di bidang ekonomi dengan interdisipliner hanya dengan satu ilmu saja yang serumpun. Dari sudut ekonomi mikro di antaranya : dalam lingkup kecil “Rumah tangga” yang tidak sedikit para rumah tangga mengalami permasalahan ekonomi khususnya pada masalah kemiskinan, yang cara pemecahan masalahnya dengan salah satunya mencari pekerjaan yang menjanjikan, bekerja keras, tidak putus asa, tidak boros dalam artian tidak besar pasak dari pada tiang : besar pengeluaran dari pada pendapatan. Dari sudut ekonomi makro diantaranya : dalam lingkup luas “Pemerintah” yang pernah pemerintah mengeluarkan kebijakan menaikan BBM (bahan bakar minyak), tariff dasar listrik, pajak, dan lain sebagainya dengan tujuan tertentu, tetapi bagi para masyarakat kebijakan tersebut tidak lah sesuai dengan kemampuan masyarakat, khusunya masyarakat awam/kecil. Sehingga kemiskinan pun semakin merajalela. Pemecahan masalahnya dengan pemerintah harus bisa melihat kebawah (masyarakat kecil), dan sejahterakan masyarakat. Dari sudut ilmu ekonomi, Ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang bagaimana langkahnya sumber-sumber dimanfaatkan untuk memenuhi keinginan-keinginan manusia yang tidak terbatas. banyaknya “kemiskinan” khususnya di Negara kita Indonesia, yang sulit untuk dipecahkan, karena kemiskinan itu semakin berkembangnya negara semakin banyak kemiskinan. Dan juga di Indonesia semakin banyak penduduk dan semakin banyak tingkat kelahiran di setiap tahunnya,sehingga terjadi kepadatan penduduk di Indonesia, masalahnya semakin banyak Pendidikan Tinggi Kekinian Harus Kolaborasi Ilmu Pengetahuan Multidisiplin dan Interdisipliner Hal. 6
warga Negara Indonesia semakin berkurang sumber daya alamnya sehingga menjadi tidak seimbang,antara kebutuhan dan manusiannya. Dari sudut ilmu psikologi, Ilmu psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku-perilaku manusia. Contohnya seperti penggunaan uangnya secara boros, menghambur-hamburkan uang, tidak sesuai dengan keperluan, itupun menjadi salah satu faktor ekonomi yang dapat menimbulkan kemiskinan, cara memecahkan masalahnya yaitu dengan Rasional, Hemat, jangan boros, mengguanakan uang seperlunya. Dari sudut ILmu politik, Ilmu politik adalah cara untuk mencari dan mempertahankan kekuasaannya, dalam permasalahan ekonominya, pemerintah tidak jarang membangun kantor baru, membangun bangunan yang tidak begitu di perlukan dalam artian maka pemerintah telah berlaku tidak rasional, menghambur-hamburkan uang rakyat, sehingga itulah salah satu faktor dari ilmu politik yang dapat menimbulkan masalah kemiskinan, solusinya yaitu dengan merubah perilaku pemerintah yang tadinya berlaku konsumtif menjadi rasional/hemat. Dari sudut Ilmu sosiologi, Ilmu sosiologi adalah mempelajari perilaku manusia dalam kelompok-kelompok yang dapat dilihat dari bagaimana cara berinteraksi. Masalah ekonominya seperti dalam pendidikan, tidak sedikit orang yang memprioritaskan pendidikan, khususnya bagi masyarakat awam, yang lebih mementingkan bekerja di bandingkan belajar samapi tingkat tinggi, karena salah satu faktornya yaitu tidak mampu dalam hal financial, cara pemecahannya yaitu seharusnya lebih mengutamakan pendidikan untuk masa depan. Tetapi apabila ingin menyeimbangkan antara bekerja dengan belajar,boleh untuk bekerja dahulu untuk membiayai pendidikannya,lalu memprioritaskan pendidikannya. Penutup Masalah-masalah yang dihadapi dunia saat ini merupakan masalah yang bersifat multi sektoral dan memiliki kaitan satu sama lain. Masalah yang kompleks tersebut tidak lagi dapat diatasi hanya dengan menggunakan satu disiplin atau pendekatan saja, tapi terkadang penggabungan berbagai disiplin ilmu. Semua permasalahan yang dihadapi manusia tidak dapat dipahami dan dipecahkan dengan hanya menggunakan satu sudut pandang atau lebih singkatnya dengan tidak hanya menggunakan satu disiplin. Faktanya, semua permasalahan dan teknologi sebagai penerapan ilmu untuk kebutuhan praktis manusia merupakan sinergi antar berbagai disiplin. Pendekatan multidisipline dan Interdisipline merupakan upaya mengintegrasikan berbagai sudut pandang untuk memecahkan masalah tertentu. Sedangkan intadisiplin merupakan pendekatan yang hanya memperhatikan satu disiplin ilmu, tanpa menghubungkan dengan struktur ilmu lain. Hakikatnya kolaborasi ilmu merupakan salah satu kebutuhan pendidikan kekinian, karena masalah kompleks di era kekinian tidak hanya dikaji oleh satu ilmu (intradisiplin), tetapi juga oleh ilmu-ilmu lainnya (interdisiplin).
Pendidikan Tinggi Kekinian Harus Kolaborasi Ilmu Pengetahuan Multidisiplin dan Interdisipliner Hal. 7