HOAX, UJARAN KEBENCIAN, dan SARA : Penyakit Sosial Media yang Mengancam WargaNet Hoax menjadi hobi baru segelintir Orang di Indonesia. Berita bohong tidak jelas sumbernya sudah jadi makanan nikmat di media sosial. Hoax menjadi ancaman nyata dalam kehidupan social dan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia adalah negara yang memiliki beragam budaya dan adat istiadat yang mengedepankan etika. Hoax akan menjadi ancaman nyata di negeri tercinta ini. Timbulnya undang-undang ITE merupakan bukti kalau Hoax sangat berkembang biak di Media Sosial. Social media lagi disorot karena perannya dalam mempengaruhi opini public. Fb, twitter sebagai sosmed terbesar, sudah dijadikan sebagai kanal utama dalam penyebaran hoax, ujaran kebencian dan sara dan juga orang2 yang ingin mempengaruhi politik. Sosial media punya pengaruh yang signifikan, dan gak terbantahkan kalau sosial media dan google berkuasa sebagai wadah menampung opini, dan juga mempengaruhinya. Yang jadi pertanyaannya adalah, kenapa banyak yang rela dipengaruhi sama opini orang yang gak tau siapa? Berita hoax, dsb yang ngerusak pikiran bahkan mengamcam stabilitas politik dan keutuhan bangsa. Like, comment, share, retweet, dll. Adalah mata uang yang membuat kita tergantung. Sampai2 beberapa pakar, ahli, akademisi, pengamat media sosial mengatakan kalau sosmed itu ibarat monster. Facebook dan Twitter yang berada di puncak sosmed, adalah yang paling merusak.
Mengapa hoax, ujaran kebencian dan sara dipilih adalah karena hal itu bertentangan dengan harapan masyarakat. Kecenderungan orang menyebarluaskan hoax karena beritanya yang sensasional dan menarik perhatian netizen. Warganet di himbau untuk #MelawanHoax, jangan mudah percaya hoax 'berita bohong', yang tidak sesuai fakta yang disebarkan di media sosial yang sengaja dihembuskan oleh orang yang tidak bertanggungjawab untuk memperkeruh suasana. Beredarnya berita hoax, ujaran kebencian, dan SARA sudah sangat meresahkan. Social media begitu cepat pengaruh dalam menyebarkan berita HOAX dan terasa sangat sulit untuk dikontrol. Sekarang ini, berita hoax gampang sekali disebarluaskan dan menjangkiti pola pikir warganet. Sekali klik, satu berita hoax bisa dijangkau ribuan bahkan jutaan pasang mata. Sekali dicopy-paste, orang-orang dari berbagai penjuru dunia menyantap berita hoax tersebut, beredarnya hoax saat ini sudah sangat meresahkan bagi kehidupan bermasyarakat. Hoax saat ini termasuk salah satu penyakit sosial media. Hoax yang beredar sangat meresahkan karena mengandung unsur kebencian, permusuhan, berita bohong yang berpotensi memecah belah keutuhan bangsa Warganet harus berhati-hati dengan motif penyebar hoax yang sengaja mengadu domba. Berbagai motif dibalik hoax pun beraneka ragam ada motif bisnis, politik, mencari popularitas bahkan motif untuk mengadu domba masyarakat. Sosial media Sebuah inovasi dengan tujuan menghubungkan orang di internet adalah hal yang bagus, dengan adanya Hoax, dsb, menjadi ancaman nyata yang dapat merusak sendi kehidupan social masyarakat di segala aspek kehidupan. Waspadalah !!!
Butuh Kecerdasan dalam Bermedia Sosial Keberadaan dunia maya menciptakan bentuk komunikasi dan informasi yang khas yang saat ini dikenal dengan istilah Social Media. Kamus Miriam Webster versi on line mendefinisikan Social Media sebagai, “Bentuk komunikasi secara elektronik (seperti website untuk jejaring sosial dan microblogging) di mana pengguna menciptakan komunitas online untuk berbagi informasi, ide, pesan pribadi, dan konten lainnya (seperti video)� (https://www.merriam-webster.com/dictionary/social%20media). Jika dalam dunia nyata ditemui berbagai masalah-masalah sosial yang bisa disebut dengan penyakit social, demikian pula di dunia maya yang dikenal dengan penyakit social media atau kejahatan dunia maya (cybercrime). Berbagai bentuk kejahatan dunia maya antara lain, cyber pornography (pornografi dunia maya), cyber bullying (pelecehan dunia maya), cyber blackmail (pemerasan dunia maya), cyber deception (penipuan dunia maya), cyber fake news (berita palsu dunia maya) atau lebih dikenal dengan istilah hoax. Akhir akhir ini hoax, ujaran kebencian, dana SARA, menjadi sebuah fenomena sosial media kekinian yang meresahkan dan menakutkan sehingga berpotensi bukan hanya menciptakan penyesatan informasi melainkan juga berpotensi menimbulkan konflik sosial. Realitas kekinian adanya berbagai penyakit sosial di dunia maya yaitu cybercrime yang salah satu bentuk terbarunya adalah cyber fake news dan berita hoax maka diperlukan sebuah perilaku kritis dalam ber-media sosial. Khususnya di kalangan warganet yang kerap berinteraksi dengan media sosial.
Terkait maraknya informasi hoax menjadi persoalan tersendiri di saat masyarakat terutama pengguna medsos, masyarakat kini tidak hanya menjadi konsumen dari informasi, tetapi justru bisa menjadi produsen informasi itu sendiri. Mudahnya masyarakat untuk mengklik, lantas mengshare secara tidak sadar orang bisa menyebarkan informasi ke ribuan orang. Jika tidak hati-hati justru informasi hoax yang akan tersebar. Oleh karena itu, warganet harus bijak dalam menggunakan social media, bisa menjadi agen literasi media dengan menyosialisasikan bagaimana memilahmilah informasi mana yang baik dan bermanfaat. Pemanfaatan sosial media sebenarnya tergantung bagaimana individu-individu itu sendiri dalam memanfaatkannya di dalam kehidupan mereka. Yang patut menjadi perhatian adalah bagaimana efek dari penggunaan sosial media tersebut oleh individu-individu seringkali sudah melenceng jauh dari manfaat sosial media itu sendiri yang sejatinya sangat berguna untuk hal yang positif seperti menjalin tali silahturahmi dan sebagainya. Hari ini kita dapat melihat banyak sekali pihak-pihak yang memanfaatkan sosial media untuk sarana melancarkan aksi-aksi propaganda, fitnah, bahkan yang bertujuan memecah belah banyak disebar luaskan melalui sosial media. Tentu hal ini menuntut kebijaksanaan masing-masing individu dalam menggunakan sosial media. Oleh karenanya, masyarakat pada umumnya dan warganet khususnya, tidak terus menerus berada dalam kondisi illiterate society, maka perlu diupayakan tumbuhnya kesadaran kritis dalam menggunakan media sosial khususnya dalam menggali dan menyebarluaskan berita dan informasi. Masyarakat Indonesia sangat diharapkan untuk lebih cerdas dalam bermedia sosial.