TABLOID KABAR FILM EDISI 41

Page 1


DARI REDAKSI

TAKE 2 EDISI 41 / TH V / JANUARI 2013

P TRET

EDITORIAL

Banjir pasti berlalu

Film ‘Jangan Biarkan Mereka Lapar’

Berkenalan dengan Dirjen EKSB. (Foto: Dudut Suhendra Putra)

TAHUN 2013 baru dimulai. Dunia perfilman Indonesia langsung tersenyum dengan catatan prestasi dua film Habibie dan Ainun (mendapat 3,5 Juta penonton) dan 5 Cm (sekitar 2,2 Juta penonton). Yang lebih menggembirakan, kedua film 'besar' ini sukses membetot penonton, meskipun tanpa menyajikan bumbu seks vulgar, klenik, dan horor yang konyol. Sambutanatas meledaknya jumlah penonton itu sangat heroik sebab, sejak empat tahun ke belakang sangat sulit membayangkan film nasional bisa mencapai angka seperti itu, meskipun film Indonesia pernah mencapai lebih dari penontonsekarang. Apalagi ada suara-suara pesimis di belakang sana tentang akan matinya film Indonesia di tahun yang mengusung angka keramat '13'. Tetapi juga tidak perlu buruburu mencap perfilman Indonesia akan subur selamanya setelah ini. Musim masih terus berganti. Seperti juga banjir yang melanda Jakarta hingga Istana, tidak akan selamanya. Banjir pasti berlalu. Banyak hal yang menjadi pekerjaan rumah bersama antara pembuat film, pemerintah sebagai regulator, dan penonton sebagai konsumen. Ketiganya perlu bersinergi saling mengisi, saling mengingatkan. Usai perhalatan FFI 2012 di Yogyakarta yang memakan anggaran Rp16,2 Miliar, Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya memberi klarifikasi. "Tidak benar anggaran FFI 2012 kemarin sebesar Rp16,2 Miliar. Yang benar Rp4,5 Miliar," kata Prof Dr HM Ahman Sya pejabat baru Dirjen EKSB saat ditemui di ruang kerjanya yang baru. Sang profesor juga mengungkapkan beberapa hal terkait agenda kerjanya di tahun 2013 ini. Sumber masalah perfilman tidak berdiri sendiri, namun komunikasi adalah sebuah jalan singkat mengatasinya. Kami hadir untuk menjadi media komunikasi antarlembaga dan masyarakat perfilman. Memasuki tahun ke-5 Tabloid Kabar Film akan terus melayani. Salam Teguh Imam Suryadi ikuti di Twitter: @teguhimamsurya

(foto: Buku Poster Film Indonesia/KF)

FILM Indonesia ‘Jangan Biarkan Mereka Lapar’ diproduseri Chris Pattikawa pada tahun 1974. Sutradara Arifin C. Noer menggarap film yang dibintangi Enteng Tanamal, Broery Marantika, Rano Karno, Rina Hasyim, Pitrajaya Burnama, Rachmat Hidayat, Didu, Jenny Rahman, Jean Pattikawa, Ruth Pelupessy dan lain-lain. Pada Festival Film Indonesia 1976, film ini meraih penghargaan Piala Citra untuk Tata Artistik Terbaik (Ruslan Bakri).

Alia Fathiyah buka toko tas online

SEBAGAIMANA perempuan pada umumnya, Alia Fathiyah adalah penggemar model tas berbagai model. Ingat ya, model bukan merek. “Soal tas merek terkenal, gak terlalu penting kalau sudah terlihat bagus dan layak pakai,” ungkap Aal, sapaan wartawati yang menekuni jasa penjualan tas impor secara online saat berkunjung ke markas Kabar Film pekan lalu. Sempat bekerja lama di media cetak Rakyat Merdeka dan kini di tempo.co, Aal sempat membuat event organizer tapi mandeg. “Kayaknya, jualan tas online lebih savety dan tidak ganggu aktivitas peliputan,” katanya lagi. Menggunakan nama ‘toko’ Online shop Alsyabags, Aal memulai bisnisnya sejak Agustus 2012. Toko tas yang dijual secara online ini menjual tas-tas fashion import bagi wanita yang diambil dari Korea, Cina, Taiwan, Bangkok dan Hongkong.

“Dari tas, seorang wanita bisa dilihat tingkatan sosial, pergaulan dan selera.Tren Model tas tidak pernah habis, bahkan sekarang ini tas vintage sedang digemari, terutama tas postman dan dokter,” ujarnya. Seorang wanita tidak akan lepas dari tas untuk melakukan aktivitasnya. Pertimbangan itulah Alsyabags dibuat untuk mewujudkan kebutuhan wanita. Sebagai jurnalis, dia sangat memahami peran media sosial untuk meloloskan usahanya. “Lewat online, kita bisa menjangkau pembeli dari belahan dunia manapun. Atas dasar kepercayaan satu sama lain, bisnis online bisa berkembang dengan sasaran yang beragam,” lanjut ibu dua anak ini. Hingga saat ini, pelanggan Alsyabags sudah menjangkau hingga Pontianak, Ambon, Cirebon, Bandung, Yogyakarta dan daerah lainnya. Menurut Aal, tokonya mencoba memberikan pelayanan yang terbaik bagi

pelanggan dengan beberapa program sale yang sedang dijalaniseperti Grand Opening, Sale Natal dan Tahun Baru, Sale Valentine hingga membeli barang dengan harga tertentu berhadiah dompet. “Ini untuk pelayanan yang terbaik buat pengunjung took alsyabags,” jelasnya. Kesibukannya yang relative padat di kantor tertolong dengan bisnis secara online ini. “Setiap hari diusahakan mengecek facebok,” imbuhnya. Dia menyebut beberapa alamat toko yang bisa diakses di internet seperti di facebook.com/alsyabags dan blog www.alsyabags.wordpress.com. Dia juga meng-update di Twitter @alsyacomm. Semua ini diusahakan agar Alsyabags bisa dikenal masyarakat luas. Rencana ke depan, Alsyabags akan mencoba offline, artinya customer bisa melihat langsung toko secara fisik di kawasan Serpong. Te r ka i t dengan pengembangan usahanya itu, Aal juga mencoba untuk menjual tas produk lokal sehingga pelanggan banyak mendapatkan pilihan tas, bahkan juga menerima pesanan tas branded dengan kualitas KW1 hingga premium. (kf1)

Diterbitkan pertamakali di Jakarta tanggal 12 Mei 2009 oleh Komunitas Pekerja Perfilman Jakarta Kode ISSN 2086-0358 Pendiri/ Penanggungjawab Teguh Imam Suryadi Redaktur Pelaksana Didang Pradjasasmita Redaksi Bobby Batara Jufry Bulian Ababil (Medan), Desain: Rizwana Rachman Distribusi: Dede, Jamilan Penasihat Hukum Drs H Kamsul Hasan SH MH Penasihat Ahli Herman Wijaya Alamat Redaksi/ Iklan/ Sirkulasi Sekretariat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya Seksi Film dan Kebudayaan, Lantai IV Gedung Pusat Perfilman H Usmar Ismail, Jalan HR Rasuna Said Kavling No C-22 Kuningan, Jakarta Selatan. Tlp: 021-97924704 - 0818404013. Rekening BANK BCA No Rekening: 5730257874 a/n Teguh Imam Suryadi Email kabar.film@yahoo.com Facebook Kabar Film Grup Website www.kabarfilm.com

ISTILAH KATA IMAX : Format film besar, sekitar sepuluh kali ukuran film konvensional (35mm) dan tiga kali lebih besar dari standar film70mm. Film IMAX disyuting dan diproyeksikan dengan 15 perforation/70mm gaunge film (15/ 70), yakni format film terbesar yang ada, yang mampu menghasilkan gambar super tajam meskipun diproyeksikan pada layar raksasa (seringkali berbentuk kubah). Format ini ditemukan sejak 1969 namun baru terealisir pada 1990-an. Film-film IMAX sebagian besar berupa dokumenter. Namun, kini IMAX berkembang pemakaiannya untuk film hiburan pada umumnya. ** POST PRODUCTION : Pekerjaan yang dilakukan sesudah proses pengambilan gambar selesai dilakukan, meliputi editing dan efek visual. EXTRA : Orang yang dipekerjakan sebagai pemain latar tanpa dialog, misalnya sebagai salah seorang yang berlalu-lalang atau dalam kerumunan di jalan. Pemain extra biasanya direkrtut dari mana saja asal bersedia.

DATA PENONTON FILM INDONESIA s/d 22 JANUARI 2013 1. Habibie dan Ainun 2. 5 Cm 3. Dead Mine 4. Demi Ucok 5. Gending Sriwijaya 6. 3 Playboy Galau

3,5 Juta 2,5 Juta 131.408 55.901 28.974 18.025

* dari berbagai sumber


CASTING

Kamidia Radisti MEMPELAJARI SAHAM

Para pemain film “Sang Pialang”.

(Foto: Dudut Suhendra Putra)

PERTAMAKALI main film di bursa dan menjadi kredit analis sebuah bank adalah pengalaman bagi Kamidia Radisti. Dia bermain di film Sang Pialang, sebuah film tentang liku-liku pialang dengan drama percintaan. “Saya awam sekali awalnya, tapi sahabat saya banyak yang pialang. Saya juga mengikuti workshop apa itu saham. Yang ternyata sama seperti perdagangan lainnya, tapi tidak dengan barang langsung ini lebih menggunakan sesuatu yang imajinatif. Dan permainan imajinatif dengan risiko yang tinggi,” kata Kamidia di Jakarta, Selasa (15/1/2013). Dia sengaja mengikuti workshop sebelum syuting, karena harus mendapatkan feel dari para sahabatnya, agar emosinya masuk ketika ada konflik di antara para sahabatnya. Film dengan tema lumayan

baru ini, pun lebih banyak mengedukasi bagaimana seorang pialang bekerja di bursa. Tentu ada sisi drama, persahabatan, dan cinta segitiga. Bagi Kamidia sendiri, dia jadi banyak lebih tahu tentang pasar saham. “Sudah ada jurusan sekolah untuk sang pialang. Jadi tau lebih banyak tentang pilihan profesi, dan itu bisa kita mulai pilih sedini mungkin. Tidak hanya menjadi insiyur, dokter dan lainnya yang sudah umum,” sambung artis yang sedang hamil ini. Berperan sebagai seorang wanita karir, Kamidia pun diwajibkan untuk mengenakan sepatu hak tinggi (high heels) dimana alas kaki jenis itu sangat beresiko bagi kesehatan janin. Namun sebagai seorang wanita yang bertanggung jawab profesional, dia mengakalinya dengan kewaspadaan lebih.

“Awal syuting baru beberapa minggu aku sudah hamil. Emang belum terlalu kelihatan karena masa kandungan aku baru sekitar 2 minggu. Karena aku hamilnya nggak rewel yang aku lanjutin kerja.” ucap Kamidia “Alhamdulillah syutingnya tetap lancar, Meskipun hamil muda itu agak rentan tapi aku mewaspadainya dengan banyak minum vitamin dan menggunakan high heels hanya saat syuting. Sisanya aku nyeker aja. Meskipun demikian, film ini penuh tantangan buat aku” tambahnya. (kf)

EDISI 41 / TH V / JANUARI 2013

Nicholas Saputra perankan tuna rungu

Nicholas Saputra.

(Foto: Ist)

AKTOR Nicholas Saputra yang menjadi pria tuna rungu dalam film Tidak Bicara Cinta karya Mouly Surya mengaku banyak belajar, sehingga tidak mengalami kesulitan. “Saya banyak eksplor di sekolah tuna rungu, belajar sign language (bahasa isyarat), mendalami lebih mendalam itu yang perlu diterapin, pemahaman nggak bisa mendengar itu seperti apa dan nggak bisa bersuara,” ujarnya di Kemang, Jakarta Selatan, Selasa (15/1). Nico pun serius belajar dan berinteraksi dengan muridmurid di sebuah sekolah SLB di Jakarta. “Saya interaksi, nongkrongin di sekolah mereka, 6-7 kali ke sana selama sejam. Ikut kelas sekitar 1-2 jam,” terangnya. Nico akhirnya sukses memerankan tokoh sebagai Edo, yang lebih banyak menggunakan bahasa isyarat. “Tidak sulit, karena nggak banyak dialog yang membutuhkan bahasa isyarat. Jadi nggak terlalu sulit,” jelasnya. (kf)

Bunga Citra Lestari sebagai Ainun Habibie

Kamidia Radisti. (Foto: Dudut Suhendra Putra)

Vino G Bastian jurkam anti Aids FILM Mika besutan sutradara Lasja Soetanto merupakan film kampanye penanggulangan Aids di sekolahsekolah, namun karena dianggap dapat menjadi kampanye secara nasional maka mendpat izin untuk tayang di bioskop. Aktor Vino G Bastian memerankan pendeta penderita Aids yang memiliki kedekatan dengan dengan perempuan penderita scoliosis. “Tahun-tahun sebelumnya penderita Aids banyak dari kalangan ibu rumahtangga, tapi memasuki tahun 2013 penyebaran Aids kembali ke kalangan remaja. Inilah salah satu yang ikut menyemangati saya main di film Mika,” kata Vino Cinema XXI, Kemang Village, Selasa (15/1/2013) Menurutnya, orang yang tekena aids bukan cuma ke- Vino G Bastian. (Foto: Ist) tika pakai narkoba saja, tapi bisa ke anak, teman dan orang lain yang terkena imbasn- yang tepat untuk menyalurkan ya meskipun tidak melakukan kepeduliannya tersebut,” ujar pekontak seks bebas atau narkoba. meran Mika di film tersebut. “Pas “Film ini bisa menjadi wadah di tawarin film ini, saya merasa

TAKE 3

kapan lagi bisa sama-sama peduli tentang Aids lewat film yang diadaptasi dari true story,” ujar Vino. Film Mika mengisahkan tentang kisah asmara dua anak remaja yang samasama mengidap penyakit serius. Keduanya saling bertukar semangat agar bisa terus menikmati hidup tanpa merasa beda dengan remaja yang lain. Bagi suami dari Marsha Timothy ini, film Mika bukanlah sekedar layar lebar biasa. Lewat film yang diadaptasi dari novel laris karangan Indi bertajuk ‘Waktu Aku Sama Mika’ tersebut, Vino berharap bisa memutus rantai penyebaran virus HIV. “Buat saya, Mika bukanlah sosok, tapi jiwa yang bisa di teruskan ke orang lain. Jadi misi ini nggak terputus perjuangannya. Mika adalah Aids fighter,” ucap Vino. Film yang turut dibintangi oleh Velove Vexia, Izhur Muchtar, Dona Harun dan Boy William ini dijadwalkan tayang di Cinema 21 pada tanggal 17 Januari 2013. (kf)

FILM laris Habibie dan Ainun karya sutradara Faozan Rizal menceritakan tentang percintaan mantan Presiden Republik Indonesia BJ Habibie dengan istri almarhumah Ainun Habibie berhasil menyedot perhatian publik. Film yang sempat membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terharu dan menangis kala menonton film ini, diperankan aktor Reza Rahardian, Bunga Citra Lestari, Tio Pakusadewo, Ratna Riantiarno, Mike Luccock, Vita Mariana. Syuting film ini diambil di 4 lokasi yakni Jogyakarta, Bandung, Jakarta dan Jerman. Dimana menjadi kisah perjalanan panjang sosok seorang Habibie dan Ainun menjalani kisah cinta sejatinya. Bunga Citra Lestri menjawab wartawan dalam memerankan tokoh Ainun, BCL hanya berbekal bertanya langsung kepada Habibie selaku tokoh asli, tentang bagaimana cara dan tingkah laku kebiasaan semasa mendampingi Habibie dan kerabat dekatnya. “Secara adaptasi sendiri hanya membutuhkan waktu dua minggu, mengenal dan menghafal karakter seorang Ainun selaku istri bapak Habibie, dan pada akhirnya proses dialog punberjalan sesuai dengan cerita,” ungkapnya. BCL menambahkan, untuk semua proses pembuatan film ini tanpa ada rekaman atau gambar-gambar video pak Habibie. “Yang jelas dari peranan yang kami bawakan, adalah kebanggan membawakan romantisme sosok seorang mantan Presiden RI dan menambah rasa nasionalisme semakin kuat yang diwujudkan Bunga Citra Lestari. dalam sebuah cinta se(Foto: Ist) jati,” katanya. (kf2)


TELEVISI & PH

TAKE 4 EDISI 41 / TH V / JANUARI 2013

Adegan ciuman bibir di 11 Stasiun TV KOMISI Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat memberi peringatan pada 11 stasiun televisi (ANTV, Global TV, Indosiar, Metro TV, PT Cipta TPI, RCTI, SCTV, Trans TV, Trans 7, TV One, dan TVRI) terkait banyak temuan pelanggaran terhadap P3 dan SPS KPI tahun 2012 mengenai pelarangan adegan seksual. Demikian ditegaskan KPI Pusat dalam surat peringatan yang ditandatangani Ketua KPI Pusat, Mochamad Riyanto, Jumat, 11 Januari 2013. Pelanggaran yang dimaksud adalah banyaknya program di berbagai televisi yang menampilkan adegan ciuman bibir (dalam film, sinetron, pemberitaan, film animasi anak, iklan, promo program, video klip, dan lain-lain). Terhadap masalah ini, KPI sudah banyak mengeluarkan surat sanksi administratif terkait pelanggaran tersebut. Nina Mutmainnah, Komisioner merangkap Koordinator bidang Isi Siaran KPI Pusat mengatakan, pihaknya mengingatkan bahwa ketentuan tentang pelarangan adegan seksual telah diatur dalam P3 dan SPS KPI khususnya P3 Pasal 16 dan SPS Pasal 18 huruf g dan k. “Melalui surat ini, KPI meminta kepada semua stasiun TV agar segera melakukan evaluasi dan melakukan sensor internal yang lebih ketat pada semua program untuk menjamin tidak terjadinya pelanggaran serupa,” kata Nina. KPI Pusat akan terus melakukan pemantauan dan bila ditemukan pelanggaran terhadap P3 dan SPS KPI 2012, akan diberikan sanksi administratif. Selain itu, KPI Pusat meminta semua stasiun televisi agar menjadikan P3 dan SPS KPI tahun 2012 sebagai acuan utama dalam menayangkan sebuah program siaran. (kf)

AXN Segera Tayangkan Serial ‘Hannibal‘ SUKSES di layar lebar kisah si pembunuh kanibal Dr. Hannibal Lecter segera hadir ke layar kaca dalam serial ‘Hannibal‘ yang akan ditayangkan AXN tahun 2013 ini. Diadaptasi dari novel berseri terkenal karya Thomas Harris (Red Dragon, Silence of the Lambs, Hannibal, Hannibal Rising), serial yang sedang digarap di Toronto, Ontario, Kanada, ini diperkuat pemeran Mads Mikkelsen, aktor watak asal Denmark yang wajahnya dikenal lewat film Casino Royale dan Clash of the Titans, serta Hugh Dancy, aktor asal Inggris dan suami dari aktris Claire Danes. Serial ‘Hannibal‘ merupakan prekuel dari kisah Dr. Hannibal Lecter, penonton diajak menyelami kehidupan dan awal mula kekejian psikiater forensik Dr. Hannibal Lecter serta hubungan dan perseteruannya dengan agen FBI Will Graham (diperankan Hugh Dancy). Agen FBI Will Graham sendiri bersama atasannya agen Jack Crawford (diperankan Laurence Fishburne) tidak menyadari bahwa Dr. Hannibal Lector yang direkrutnya sebagai agen FBI bidang psikiatris forensik adalah pembunuh kanibal yang dicaricari. Namun, ada yang menarik dalam film ini yakni aktor kawakan Laurence Fishbure bermain dengan sang istri Gina Tores sebagai pasangan suami istri Jack and Bella Crawford. Brian Fuller selaku penulis naskah dan produser eksekutif serial ini menjadikan film yang diadaptasi dari tokoh Dr. Hannibal Lecter dari novel berseri dan film Silence of the Lambs, Red Dragon, Hannibal dan Hannibal Rising, ini makin menarik. Melalui tangan Brian, serial Hannibal ini akan disajikan prekuel dari kisah kekejian Dr. Hannibal Lecter dan awal mula perburuan FBI terhadap sang pembunuh kanibal ini. (kf)

HUT Indosiar Ke-18 Semangat Baru 18 tahun Indosiar. Jika sebuah siklus kehidupan, Indosiar adalah anak muda yang ekspresif, berani dan percaya diri. Seperti kata Steve Jobs (Tokoh Inovatif dan pendiri Apple Inc.) kepada anakanak muda seluruh dunia, “Stay Foolish, stay hungry”. Jangan pernah merasa puas, selalu mencoba sesuatu yang baru. Makna itulah yang kini menginspirasi Indosiar. Indosiar 2013 menjadi Indosiar Baru! Menurut Deputi Direktur Produksi Indosiar, Indra Yudhistira, di tahun 2013 wajah Indosiar tampil baru dengan design dekoratif Indonesia dan eksploratif warna lebih kaya. Secara keseluruhan wajah baru Indosiar akan tampil lebih fresh dan modern, tetapi dengan sentuhan Indonesia, sejalan dengan positioning Indosiar yang akan fokus di Female dan keluarga. “Indosiar new look juga dapat dinikmati melalui program acara yang semakin menarik, menghibur dan inspiratif. Di tahun 2013 layar kaca Indosiar bakal diwarnai program-program in house mulai dari talent search, variety show, talkshow, comedy, Kuis dan Games show hingga series drama keluarga. (kf)

(Foto: Dudut Suhendra Putra)

AJANG penghargaan musik bergengsi “Dahsyatnya Awards” kembali digelar RCTI. Berbagai aspek musik akan dikompetisikan dalam ajang ini dan tentunya keterlibatan pemirsa dalam memberikan voting SMS adalah hal yang paling menentukan, selain adanya pilihan juri dan pihak RCTI untuk beberapa kategori. Endah Hari Utari, Programming & Production Director RCTI, mengatakan Dahsyatnya Awards 2013 akan menampilkan kategori nominasi yang lebih dahsyat dan berbeda dari tahun sebelumnya. Tahun ini akan menampilkan 20 kategori terdiri dari 14 kategori akan dipilih pemirsa RCTI melalui SMS, 3 kategori dipilih RCTI, dan 3 kategori dipilih oleh dewan juri. “Dahsyatnya Awards 2013 ada 20 kategori, terdiri dari 14 kategori akan dipilih pemirsa melalui SMS, 3 kategori dipilih RCTI yaitu Moment Terdahsyat, Bintang Tamu Terdahsyat, dan Artis Paling

Rajin Tampil Terdahsyat, serta 3 kategori pilihan dewan juri yakni Klip Terdahsyat, Model Klip Terdahsyat dan Sutradara Terdahsyat,” ujar Endah Hari Utari yang akrab disapa mbak Uut kepada LICOM pada press conference Dahsyatnya Awards 2013 di Café Rolling Stone, Jakarta, Rabu (16/ 1/2013). Dewan juri yang terlibat, kata mbak Uut, adalah tokoh-tokoh yang berkompeten di bidangnya yakni Dimas Djay, Timur Angin, John Fair Kaune, Denny Sakrie dan Andre Saputra. “Tahun ini Dahsyatnya Awards menyuguhkan 2 kategori baru yaitu Penyanyi Dangdut Terdahsyat yang dipilih langsung pemirsa melalui SMS, dan Moment Terdahsyat yang dipilih tim RCTI. Kedua kategori baru ini merupakan bentuk bahwa program Dahsyat juga memberikan apresiasi untuk jenis musik dangdut dan momentmoment penting yang terjadi se-

panjang tahun,” jelas mbak Uut. Untuk 14 kategori yang dipilih melalui SMS, pemirsa dapat berpartisipasi mengirimkan SMS ke 6288 dengan kode DA (Kode Nominasi) kirim 6288 dengan tarif Rp 2.200 per SMS. Untuk acaranya sendiri pada malam penganugerahan Dahsyatnya Awards 2013 yang akan digelar di Hall D2, JIExpo Kemayoran pada Senin 21 Januari 2013 mulai pukul 20.30 akan menampilkan artis top ibukota antara lain NOAH, WALI, Setia Band, CherryBelle, Coboy Junior, Ayu Ting Ting, SMASH, Cakra Khan, JKT 48, Afghan, Geisha, Syahrini dan artis lainnya. Mengangkat tema “Wujudkan Kedahsyatan Cintamu” pada acara tersebut, seluruh sahabat Dahsyat dapat mewujudkan cinta mereka dengan memilih nominasi dari setiap kategori yang dikompetisikan yang tercermin lewat drama musikal. “Yang menarik pada hari itu, para artis Dahsyat akan melakukan konvoi dan show di 4 titik terminal bus yakni Kampung Rambutan, Lebak Bulus, Kali Deres dan Pulo Gadung menggunakan truck container yang didesign khusus yang akan berakhir di Kemayoran, Jakarta,” ungkapnya. (kf)

Film Thailand ‘3 AM’ tayang di Indonesia FILM horor Thailand berjudul 3 AM berdurasi 96 menit hanya beredar di Blitz Megaplex di seluruh Indonesia mulai tanggal 30 Januari 2013. Diformat dalam tiga dimensi, film 3 AM terdiri dari tiga cerita mengerikan. Hantu, setan dan roh-roh pendendam semua keluar gentayangan pada jam 3 pagi, waktu paling menakutkan menjelang subuh. Sutradara ternama Patchanon Thammajira, Kirati Nakintanon dan Isara Nadee menghadirkan film mengerikan ini dengan para pemain Apinya Sakuljaroensuk, Focus Jeerakul, Vivid Bavornkiratikajorn, Thanawat Prasitthisomporn, Nayapak Bhumisak, Iirah Wimonchailerk (Tony), Kanklao Duaysianklao (Grace), Peter Knight, Shahkrit Yamnarm, Ray Macdonald, Prachakorn Piyasakulkaew, Toeyhom Kanyarin. Cerita pertama berjudul The

Wig, mengisahkan tentang rambut palsu atau Wig yang mencari korban jiwa. Dikisahkan terdapat sebuah toko wig penuh dengan kepala boneka tak bernyawa, namun ada sesuatu yang ternyata boneka itu tidak benar-benar mati. Mint dan May adalah dua kakak beradik dari keluarga pembuat wig, keduanya sangat tidak akur. Mereka terpaksa menjaga bersama karena orang tua mereka pergi luar kota. Ketika May dengan tidak sengaja membeli rambut bekas orang meninggal, mimpi buruk mereka pun menjadi kenyataan. Kisah kedua berjudul The Corpse Bride, tentang rumah tua yang mempunyai sejarah gelap, dua mayat berbaring damai, berdampingan. Tos ditugaskan untuk merawat Mike dan Cherry, sepasang kekasih yang tewas dalam kecelakaan sebelum pernikahan mereka. Orang tua mereka memu-

tuskan untuk menjaga mayat mereka, karena mereka saling mencintai satu sama lain dan orang tua mereka masih memperlakukan mereka seolah-olah mereka masih hidup. Karena Tos menghabiskan seluruh waktunya dengan mayatmayat tersebut, ia pun jatuh cinta dengan Cherry yang cantik tapi sudah tak bernyawa. Sedangkan cerita ketiga berjudul Overtime. Dikisahkan, saat tengah malam, kantor kosong bisa menjadi seperti kuburan, hal-hal aneh terjadi. Karan dan Tee adalah pemilik dari sebuah perusahaan yang berkantor di gedung dikabarkan berhantu. Keduanya tidak takut, dan sangat suka menjahili staf mereka yang bekerja larut malam. Namun lambat laun, orang-orang jahil ini tidak lagi yakin jika hal-hal aneh yang terjadi di kantor adalah permainan mereka atau mahluk lain. (kf)


TAKE 5

ZOOM SATU lagi produksi film Indonesia terbaru yang mengusung tema “Komedi Petualangan Anak Indonesia” bertajuk “Tiga Sekawan” produksi Global Pictures [PT. Global Media Perkasa]. Film garapan sutradara Ivan Alvameiz ini menampilkan talenta lama dan baru – di mana bertumpu pada tiga aktor muda berpotensi yaitu, Rizky Black (Serial OVJ anak), Stephani Husen (Aktris Pendatang baru), dan Dandy Rainaldy (sering terlibat di sinetron dan film televisi). Selain ketiga aktor dan aktris muda tersebut, film ini juga didukung oleh aktris dan aktor berpengalaman, diantaranya Dede Yusuf (Wakil Gubernur Jawa Barat), Rizki Hanggono (Ungu Violet dan Jomblo), Virnie Ismail (bintang Extravaganza), Monica Oemardi (Surat Untuk Bidadari dan Syahadat Cinta), dan Tieke Priatnakusumah (Penyiar radio/ bintang tayangan Extravaganza). “Film ini memiliki kekhasan dalam bertutur, baik dari sisi kreatif penciptaan karyanya, maupun pada aspek di luar karya. Film ini menjadi semacam pernyataan sosial. Menjadi landasan kebutuhan yang kuat di tengah langkanya tontonan untuk anak. Kami ingin memberikan akses seluas-luasnya untuk anak-anak menonton film, yang diharapkan akan menginspirasi mereka,” terang Produser Global Pictures, Ferry Noerdin La-

EDISI 41 / TH V / JANUARI 2013

Operation Wedding Genre Produksi Produser Pemain

Sutradara

Salah satu adegan yang diperankan Dede Yusuf di film “Tiga Sekawan”. (Foto: Ist)

Dede Yusuf ‘bobodoran’ bersama “Tiga Sekawan” wadue, kepada para wartawan, dalam Jumpa Pers, sebelum nonton bareng film “Tiga Sekawan” di Bioskop XXI Plaza Senayan Jakarta, Minggu (20/01). Industri perfilman Indonesia, kata Ferry, memang cukup gencar menghasilkan karya-karya terbaiknya. Namun menurutnya, film kategori tontonan untuk anak, secara kuantitas maupun kualitas jumlahnya masih minim. Sineas Indonesia, lanjut Ferry, seyogyanya memiliki keberpihakan kepada anak-anak Indonesia. Keberpihakan tersebut salah satunya da-

pat diwujudkan dalam bentuk edukasi positif dan kreatif melalui film. “Film dapat menjadi media ekspresi, alat untuk bercerita. Film memiliki kekuatan influence bagi para penontonnya. Itu sebabnya melalui film ini kita harapkan anakanak akan mendapat esensi makna yang kami sampaikan melalui estetika-etika sederhana, dan semanusiawi mungkin. Sehingga setelah menonton mereka akan membawa pulang pesan sebagai sesuatu yang patut dicontoh, dan terhibur,” ujar Ferry. (kf/tis)

Film Nike Ardila berbiaya Rp25 Miliar

Selamatan produksi Film “Nike, Seberkas Sinar”. (Foto: Dudut Suhendra Putra)

HARI lahir Nike Ardila pada 27 Desember kemarin dijadikan rumah produksi Bintang Sinema Indonesia momentum membuat film tentang artis yang meninggal akibat kecelakaan itu. Film yang mengangkat kisah Nike sejak kecil hingga terkenal sebagai penyanyi itu menghabis-

kan dana Rp25 miliar. Pasalnya, proses produksi melalu audisi ke beberapa daerah. “Totalnya sampai Rp25 miliar. Rp15 miliar untuk audisi di 10 kota dan tiga negara. Jadi memang tidak sedikit biayanya,” ujar produser filmnya, Doddy Suhendar, di Jakarta.

Cerita di Balik Gending Sriwijaya AWAL tahun 2013, sineas Hanung Bramantyo kembali melansir film barunya. Judulnya Gending Sriwijaya. Investornya berasal dari Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan, sama seperti film Pengejar Angin. Para aktor yang memperkuat film ini cukup ternama. Mereka antara lain ada Slamet Rahardjo, Agus Kuncoro, Jajang C Noor, Mathias Muchus, Sahrul Gunawan, Rifnu Wikana, hingga Julia Perez. Hanung mengaku karyanya ini dibuat melalui proses lelang. “Ini lelang murni. Standar saja, ada banyak perusahaan yang ikut. Syarat-syaratnya bukan urusan saya. Pokoknya PT Putaar Productions yang menang,” tuturnya di

FX Platinum, Sabtu (5/1) lalu. Berbekal Surat Perintah Kerja (SPK) itu lantas dana dikucurkan. Sejak awal tahun 2012 silam Hanung bekerja secara individu. Jadi bukan dengan bendera Dapur Film seperti yang dilakukannya tatkala menggarap Perahu Kertas. “Ini film sosialisasi tentang Sumatera Selatan. Dengan harapan kelak orang akan melihat propinsi ini lebih baik,” demikian katanya. F ilm garapan sebelumnya dirasa kurang mulus lantaran terlalu hard sell. Maka dia mengusulkan sebuah film epic tentang kedatuan pasca runtuhnya Sriwijaya. Kemudian dipadu dengan atraksi silat.

Windy (Yuki Kato) putri bontot favorit Laksamana Laut Kardi (Bucek). Windi paling kuat menahan nafas di dalam air, dan selalu lebih unggul dari 3 kakaki perempuannya Vera (Dahlia Poland), Lira (Kimberley Ryder) dan Tara (Sylvia Fully R), yang kesemuanya dididik gaya militer oleh Kardi sendirian. Kardi menutupi keberadaan istrinya dari Windi, Tara, si sulung selalu cemburu dan marah pada Windi, berulangkali mencoba untuk “membuang” Windi. Menyadari ini, Kardi memutuskan untuk berhenti dari karirnya agar waktunya penuh untuk membesarkan 4 putrinya. Sepuluh tahun telah berlalu, tetapi cara Kardi memperlakukan anaknya masih sama. Di kampus Windi ber temu kembali cinta monyetnya, Rendi (Adipati Dolken) yang mengajaknya kencan. Windi minta ijin ayahnya. Saat Rendi datang menjemput, ternyata Tara, Lira dan Vera siap ikut bersama Kardi. Walau demikian, cinta tetap bersemi di hati Rendi dan Wendi, sehingga Kardi merasa perlu menteror Rendi. Bagaimana Windi harus menyelamatkan pernikahan kakak-kakaknya dengan kekasihnya, sekaligus menyelematkan pernikaannya dengan Rendi?*

*Beredar di seluruh bioskop mulai tanggal 21 Februari 2013

Air Terjun Pengantin Phuket Jenis Film Produksi Produser Pemain Sutradara

Selain akan melibatkan artis pendatang baru hasil audisi, film ini juga akan melibatkan artis senior. Namun, Doddy masih belum mau membocorkan siapa bintang yang terlibat di film ini. “Artis dan aktor seniornya kita belum bisa bocorkan. Yang pasti ada anggota keluarga yang terlibat dalam film ini,” elaknya. Untuk lokasi syuting akan lebih banyak mengambil tempat di Ciamis. Keluarga Nike juga sudah memberi izin terkait pembuatan film ini. Fans Nike yang masih banyak hingga saat ini juga mendukung penuh film ini. “Kita mendapat izin dan suratnya dari pihak keluarga. Memang sebelumnya ada sejumlah rumah produksi sulit mendapat izin keluarga. Kita mengangkat film Nike ini karena banyaknya penggemar yang hampir 65.000, tidak sedikit mereka ingin kisa Nike diangkat dalam film,” jelasnya. (kf)

(Foto: Ist)

“Ini adalah film martial art-nya Indonesia,” ucapnya dengan nada antusias. Setelah menggarap biopic Sukarno, Hanung punya rencana untuk membuat film silat yang lain. “Rencananya saya akan membuat Jaka Sembung,” selorohnya lagi. (bob)

: Thriller : MAXIMA PICTURES & DREAMSCAPE PICTURES : Ody Mulya Hidayat : Tamara Blezynski, Laras Monca, Darius Sinathrya, Kimberly Ryder, Stelphan William, Uni Putri : Rizal Mantovani

Setelah mengalami musibah yang telah merenggut nyawa tunangannya di Pulau Pengantin, Tiara (Tamara Blezynski) memutuskan untuk menenangkan diri di pantai Phuket, Thailand. Membuka sebuah bar kecil bersama sahabatnya Lea (Laras Monca), Tiara menyempatkan diri mendalami Thai Boxing sebagai bentuk pelampiasan dendam dan traumanya di masa lampau. Hingga suatu hari sahabat semasa kuliahnya, Alan (Darius Sinathrya) yang masih menyimpan rasa pada Tiara, datang menjenguk dan berniat mengajak Tiara pulang ke Indonesia. Alan datang bersama keponakannya Maureen (Kimberly Ryder), Kenny (Stephan William) dan Aida (Una Putri) Film ini menampilkan keindahan pulau Phuket, yang diselingi ketegangan dan penuh action!

*Beredar di seluruh bioskop mulai tanggal 31 Januari 2013

3 Playboy Galau Jenis Film Produksi Produser Pemain Sutradara

Adegan Gending Sriwijaya.

: drama remaja : PT. Starvision Plus : Chand Parwez Servia, Fiaz Servia : Yuki Kato, Adipati Dolken, Bucek, Nino Fernandez, Kimberly Ryder, Sylvia Full R, Christ Laurent, Junior Liem, Dahlia Poland, Jor P Project, Ingrid Widjanarko : Monty Tiwa

: drama/comedy : TOBALI PUTRA PRODUCTION & STUDIO SEMBILAN : Ravi Pridhnani, Dede Ferdinand : Okan Cornelius, Ricky Perdana, Aditya Rino, Febrianie Ferdzilla. : Dede Ferdinand

Ini adalah kisah tentang tiga pemuda Metropolis dalam sebuah petualangan komedi romantik. Doni, Juan & Alex adalah pemuda-pemuda yang sudah beristeri tapi mereka tetap tidak bisa menghilangkan sifatsifat Playboy mereka. Mereka selalu melakukan petualangan dengan gadis-gadis sexy yang ditemui mereka.Meskipun mereka sering dicurigai dan kepergok isteri-isteri mereka tapi mereka selalu berkelit dengan macam-macam alasan dan akal2 bulus mereka, hingga lolos dari kecurigaan isteriisteri mereka. Pada suatu hari mereka bertemu dengan Lola, seorang gadis sexy simpanan Bos mafia bernama Romli. Merekapun mendekati Lola dan dengan segala macam cara konyol mereka, merayu Lola. Berhasilkah Mona, Intan & Bella menyelamatkan suami-suami mereka? Atau malah mereka yang menjadi korban Bos Romli yang kejam!!

*Beredar di seluruh bioskop mulai tanggal 10 Januari 2013


PROFILM

TAKE 6 EDISI 41 / TH V / JANUARI 2013

Hanung dan Wulan Guritno

semangati pembuat film di Wakatobi KENDATI dipadati kesibukan, sineas Hanung Bramantyo dan Wulan Guritno tetap meluangkan waktu memompa semangat para pembuat film di daerah. Hal ini dilakukan oleh keduanya ketika menjadi juri Festival Film Dokumenter (FFD) Wakatobi, Sabtu, 22 Desember 2012 di Jakarta. Bertempat di Plaza FX Senayan Jakarta, sebanyak 10 Judul film peserta dalam rangka HUT ke-9 Kabupaten Wakatobi di Sulawesi Tenggara tersebut diamati dan dinilai bersama juri lainnya, Pemimpin Redaksi Tabloid Kabar Film yang juga Ketua PWI Jaya Seksi Film dan Budaya

Teguh Imam Suryadi. “Potret keindahan alam Wakatobi tidak perlu diperdebatkan lagi karena memang sudah bagus dari sononya. Tapi secara teknis, perlu lebih dimatangkan lagi,” kata sutradara film Cinta Tapi Beda, dan Gending Sriwijaya, Hanung Bramantyo mengomentari keseluruhan karya film peserta FFD Wakatobi. Menurut Hanung yang telah beberapa kali ke Wakatobi. Ia punya kesan tersendiri, untuk kedatangannya berikutnya. Pasalnya, seminggu setelah kunjungan ke sekian kali itu Hanung dan Zazkia Adya Mecca pun menikah. “Di sana ada ayunan

DEWAN Juri Festival Film Dokumenter Wakatobi 2012 Wulan Guritno, Hanung Bratamantyo dan Teguh Imam Suryadi menyerahkan hasil penjurian kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Wakatobi La Ode Ali Wardana, Sabtu (22/12/12) di Plaza FX Senayan, Jakarta. (foto: ibnu)

Lukman Sardi prihatinkan upah kru film AKTOR film Lukman Sardi miris melihat penghasilan karyawan (kru) film dan televisi, yang jauh dari standar UMP (Upah Minimum Provinsi). “Saya miris dan bingung waktu mendapat jawaban dari kru stasiun televisi, bahwa penghasilannya jauh dibawah Lukman Sardi. (Foto: Dudut Suhendra Putra) UMR (atau UMP),” kata Lukman ditemui kabarfilm.com di kawasan Industri Pulogadung, Jakarta, Selasa (11/12/12). Menurut aktor pemeran Kyai Ahmad Dahlam di film Sang Pencerah itu, pekerja film termasuk artis adalah juga buruh. Namun, ada tingkatan keahlian di bidang masing-masing. “Seharusnya penghasilan pekerja film itu bisa ditingkatkan. Karena mereka bekerja berdasarkan skill, bahkan terkadang harus melalui sekolah yang cukup panjang dan bayarnya tidak murah,” kata Lukman, yang saat ini menjalani syuting film Kisah 3 Titik tentang buruh perempuan. Terkait dengan UMP di industri film dan televisi, Lukman mengatakan, sebenarnya di Indonesia ada organisasi yang bisa menaungi persoalan pekerja film, seperti KFT (organisasi Karyawan Film dan Televisi). “Kita punya KFT, yang proyeksinya adalah meningkatkan kesejahteraan karyawan di bidang film dan televisi. Tapi, KFT kan kurang jalan,” ungkapnya. Diakui oleh Lukman, nasib pekerja perfilman perlu peran pemerintah untuk mengatur ketentuan penghasilannya. Dalam hal ini, perlu ada undang-undang yang jelas. “Kita memang perlu peran peran pemerintah untuk mengatur penghasilan pekerja film dan televisi. Sebab undang-undang sekarang kan masih bias,” jelasnya. (tis/kf)

PERWAKILAN pemenang Festival Film Dokumenter Wakatobi 2012 usai menerima hadiah dan penghargaan secara simbolis oleh Bupati Wakatobi Ir Hugua dan Wakil H Arthawi langsung berfoto bersama pejabat setempat dan Dewan Juri yang diwakili Teguh Imam Suryadi di panggung Lapangan Merdeka, Wakatobi, Senin (31/12/2012). (foto: wawan)

yang punya cerita mitos, kalau orang pacaran di situ akan panjang jodoh. Ya, itu mitosnya,” ungkap Hanung. Sementara itu artis yang juga produser film Dilema, Wulan Guritno mengaku belum pernah ke Wakatobi namun sering mendengar cerita indahnya pantai di sana. “Saya belum pernah ke Wakatobi, dan setelah melihat beberapa film dokumenter peserta ini rasanya saya harus ke sana juga,” kata Wulan. Dikatakannya, film peserta FFD Wakatobi pada umumnya berhasil menangkap ide cerita, yakni bertema tentang kehidupan masyarakat Bajo dan alam di Wakatobi serta tentang sosok Bupati Wakatobi. “Saya setuju dengan Hanung, secara teknis penggarapan memang perlu dimatang-

kan. Tetapi, untuk ukuran daerah yang jauh dari hiruk-pikuk kota, saya membayangkan sulit mendapatkan perlengkapan dan studio editing di sana. Jadi itu sudah cukup bagus, dan potensi mereka harus didukung,” katanya. Pada kesempatan penjurian hadir sebagai saksi, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Wakatobi, La Ode Ali Wardana SPd. MSi. Menurut La Ode, hasil penjurian akan diumumkan pada saat malam pergantian tahun 2012-2013 di Wakatobi. “Festival dimaksudkan untuk memberi dorongan kepada pelajar tingkat SMA dan masyarakat umum untuk berkreasi dalam pembuatan film dokumenter,” ujar Ali Wardana, seraya menyebut kegiatan pertamakalinya ini

akan diadakan lagi tahun depan. Juri memilih empat judul film dokumenter pemenang, yang masing-masing meraih hadiah berupa trophy, piagam dan uang sebesar Rp 12 Juta (Juara I), Rp 8 Juta (Juara II), Rp 6 Juta (Juara III), dan Rp 4 Juta (Penghargaan Khusus). Keempat film tersebut adalah Juara I Kisah Petani Rumput Laut Juara II Lautku Rumahku Juara III Sampela Punya Cerita dan Peraih Penghargaan Khusus Indah, Seindah Karangnya. Pembacaan nama para pemenang Festival Film Dokumenter Wakatobi 2012 dan penyerahan hadiah dilaksanakan di Lapangan Merdeka Wakatobi, bersamaan dengan perayaan HUT ke-9 Kabupaten Wakatobi dan Malam pergantian tahun baru 31 Desember 2012. (kf)

TVRI genjot acara inspiratif tahun 2013

Direktur Utama LPP TVRI, Farhat Syukri. (Foto: Dudut Suhendra Putra)

LEMBAGA Penyiaran Publik (LPP) TVRI bertekad untuk melahirkan lebih banyak lagi acara-acara inspiratif di masa mendatang. Acara tersebut diharapkan bisa memberi semangat serta turut mencerdaskan kehidupan berbangsa. ‘’Tahun depan kami menginginkan TVRI bisa kembali ke hati pemirsa. Salah satunya dengan cara mengembangkan acara inspiratif serta perubahan kemasan menjadi kondisi kekinian,’’ kata Direktur Utama LPP TVRI, Farhat Syukri, kepada wartawan di Jakar-

ta, Selasa (18/12/12). Farhat mengungkapkan sejauh ini sejumlah motivator nasional telah menghiasi program inspiratif di TVRI. Diantaranya ada Rhenald Kasali, Tung Desem, dan Ary Ginanjar. ‘’Rencananya tahun depan ada lagi tambahan dari Andri Wongso. Mereka kita hadirkan di prime time setiap pekannya,’’ katanya. Walau berupaya menghadirkan program berkualitas namun Farhat mengaku kemasan TVRI yang ada sekarang masih terkesan

‘jadul’. Untuk itulah, ia berharap kesan itu secara bertahap hendak dikikisnya. Lantas sebagai langkah untuk bisa mengikis kesan ‘jadul’ tersebut, Farhat mengaku pihaknya membutuhkan suntikan dana Rp1,6 triliun. Dana tersebut dibutuhkan untuk memaksimalkan jangkauan siaran sehingga bisa dinikmati masyarakat. Selama ini, kata dia, anggaran per tahun yang dikucurkan ke TVRI masih berkisar Rp800-an miliar. ‘’Dana Rp1,6 T itu kita butuhkan untuk memperbaiki jangkauan dan juga perbaikan studio sehingga bisa sama dengan televisi swasta nasional,’’ ujarnya. Kerjasama Malaysia Farhat juga mengatakan saat ini pihaknya tengah menggagas untuk melakukan kerjasama dengan pihak Malaysia. Kerjasama tersebut, kata dia, diharapkan bisa menjadi ruang untuk memecahkan segala kebuntuan yang terjadi diantara kedua negara. ‘’Kita ingin kerjasama dengan RTM Malaysia. Mungkin nantinya bisa menghidupkan lagi Titian Muhibah tiga bulan sekali. Kan ini bisa jadi upaya untuk bisa meredam ketegangan diantara kedua negara ini,’’ ujarnya. (kf1)


TAKE 7

KULINER MINUM kopi atau ngopi bisa dilakukan kapan pun sesuai kepentingan. Bagi warga Jakarta dan juga masyarakat kota umumnya, ngopi telah menjadi bagian gaya hidup. Dan penyuka minuman seduhan ini kian dimanjakan dengan hadirnya kedai kopi yang menawarkan aneka pilihan aroma dan suasana. Salah satu kedai kopi terbaru adalah Coffee Breath Cafe, yang berlokasi di The Broadway Kemang Building, Jl Benda No 46 F Kavling C, Cilandak Timur, Jakarta Selatan. Di sini Anda dapat menikmati aneka pilihan kopi lokal berkualitas, dalam dalam suasana yang homy. Kafe ini didirikan oleh Dian Kusuma dan Lita Juswandani, dua wanita yang mengaku pecinta kopi

EDISI 41 / TH V / JANUARI 2013

Foto-foto: Dudut Suhendra Putra

Ngopi di Coffee Breath seperti di rumah sendiri

dan kuliner Indonesia. “Kami berdua kebetulan pecinta kopi dan kuliner. Karena itu ketika ide mendirikan kopi ini terbersit kami bertekad tak sekedar bikin kafe kopi yang asal, tetapi menyajikan kopi Indonesia yang berkualitas yang tak kalah dengan brand dari luar negeri,” ungkap Dian dan Lita. Di Coffee Breathe tersedia aneka sajian kopi premium Indonesia seperti Java Raung, Lintong, Toraja, Wamena, dan juga kopi Luwak. Sajian kopi ini tidak kalah dengan

kedai kopi impor ternama, karena ditangani dengan baik bahkan mesin pembuat kopi espresso dan cappuccino berwarna merah khusus didatangkan dari Amerika. Kedua wanita cantik ini mengaku ide untuk mendirikan kafe ini memakan waktu setahun, setelah mereka bertemu dalam komunitas Emotional Healing Indonesia. Nama Coffee Breath itu juga berangkat dari kegiatan Dian dan Lita di sana. Menurut Dian, filosofi menarik nafas terkait dalam pe-

RUANG TAMU SEBENARNYA judul di atas merupakan adaptasi dari film lawas Senyum di Pagi Bulan Desember. Sebuah film produksi tahun 70-an garapan sutradara Wim Umboh. Ini hanya sebuah deskripsi betapa menggairahkannya blantika film tanah air di ujung tahun 2012 lalu. Betapa tidak, tahun 2011 sempat muncul pesimisme di kalangan produser film. Pasalnya, film terlaris pada tahun itu hanya berkisar di angka 700 ribuan penonton. Film garapan wajah baru Harris Nizam itu masih jauh dari angka psikologis 1 juta penonton. Tak ayal, banyak kalangan yang tadinya sudah siap-siap untuk produksi malah menunda, seraya menanti keadaan bakal membaik. Kini penantian itu berakhir sudah. Mo-

ngendalian emosi, dan dari sanalah nama kafe ini diambil. “Menarik nafas itu dapat mempengaruhi sepersekian detik otak kita dalam mengambil keputusan. Filosofi ini yang kami ambil untuk menjadi nama kafe ini, dengan harapan orang yang datang ke tempat ini dapat menarik nafas sejenak dari rutinitas dan menjadi tenang, rileks, dan santai untuk memulai aktivitas berikutnya,” jelasnya. Dengan konsep itu maka penataan Coffee Breath juga dibuat

senyaman mungkin. Suasana homy diwujudkan lewat interior kafe yang memadukan warna wine dan dan hijau pastel dengan penataan seperti ruang keluarga yang berisi foto-foto, scrap book yang berisi quote-quote menginspirasi namun dalam balutan katakata yang tidak serius serta bukubuku. Penataan ini memberi kesan rumahan yang hangat. Suasana menyenangkan membuat pengunjung merasa betah untuk berlama-lama di sini. Bangunan dua lantai itu dibagi dua konsep. Lantai bawah disiapkan bagi pelanggan yang come and go, atau sekadar dudukduduk santai menikmati seduhan kopi. Sedangkan lantai dua akan disiapkan untuk menampung pelanggan datang dalam jumlah besar atau komunitas dan membutuh tempat untuk berinteraksi leb-

ih lama dalam suasana yang santai, dan tidak terlalu kaku. Selain kopi, kafe ini juga menyediakan F&B ala internasional. Ada pasta carbonara, sandwich serta aneka pastry. Selain itu juga yang patut dicoba adalah smoothies ala Coffee Breath yakni Lady M dengan rasa peach, Na n No dengan rasa lime, dan ½ Breath dengan rasa stoberi. Yang membedakan dengan smoothies lain, menu minuman ini diberi campuran yogurt dan aloevera yang memberi sensasi rasa yang unik. Coffee Breath Café sudah mulai dibuka pada 29 Desember 2012. Dan selama bulan Januari 2013 dapatkan diskon 50% dengan memfollow @coffeebreathID. Dian dan Lita berharap Coffee Breath Café akan memenuhi harapan para pecinta kopi di Jakarta sekitarnya. (kf1)

Senyum di Pagi Bulan Januari mentum itu terjadi pada Desember tahun 2012. Dua film nasional mendadak menjadi primadona para pecinta film nasional. Film tersebut, masing-masing 5 cm (karya sutradara Rizal Mantovani) dan Habibie Ainun (Faozan Rizal) ternyata ditunggu oleh pecinta film nasional. Dalam tempo kurang dari sebulan, masing-masing bisa menembus angka 2 juta penonton. Fenomena ini tentu saja bukan tanpa persiapan matang. Rumah produksi di balik film tersebut tentu saja sudah punya formula sendiri bagaimana meramu elemen-elemen yang sekiranya potensial dari produknya. Memang bagaimana caranya? Tengok saja 5 cm. Dia merupakan adaptasi dari sebuah novel laris yang mengalami cetak ulang sampai 25 kali misalnya. Jangan sepelekan potensi pecinta buku, karena merekalah calon penonton potensial yang siap melihat versi lain dari apa yang mereka baca. Ditambah dengan bintang-bintang yang cantik dan ganteng, klop sudah. Calon penonton yang umumnya usia remaja memang

sedang butuh idola. Dan kebetulan rumah produksi Soraya Intercine Film mampu menyediakannya. Bagaimana dengan Habibie Ainun? Produser Manoj Punjabi cukup jeli untuk menyodorkan balada cinta yang manis dari BJ Habibie. Nama besar mantan presiden RI tahun 1998-1999 ini menjadi garansi untuk menarik perhatian calon penonton. Tak perduli dari kalangan usia manapun. Di sini kelincahan produser dalam memilih ide cerita patut diacungi jempol. Jangan tanya soal skema produksi, film ini sudah lulus di bawah supervisi seorang Hanung Bramantyo. Tentu saja fenomena ini semoga tidak berhenti hanya sampai di sini. Perlahanlahan, film dengan kualitas terjaga mulai banyak hadir di bioskop. Pekan pertama misalnya, ada Demi Ucok yang digadanggadang sebagai film terbaik versi majalah Tempo tahun 2012. Dengan semangat indie, film ini tidak lantas menjadi film kacangan. Bahkan di FFI 2012 yang berlangsung di Yogyakarta kemarin, film ini

meraih Piala Citra untuk Pemeran Pembantu Terbaik. Filmnya sendiri lucunya minta ampun. Lantas, bersamaan dengan film Demi Ucok juga ada Deadmine. Sebuah film laga yang dibuat di Batam. Desain produksinya terbilang rapi untuk sebuah film bergenre laga. Rupanya mereka mencoba masuk di pasar yang pernah dimasuki The Raid. Lumayan bikin penasaran. Disusul dengan film silat garapan Hanung Bramantyo, Gending Sriwijaya. Proyek yang dibiayai pemerintah propinsi Sumatra Selatan ini mencoba muncul sebagai representasi kawasan tersebut. Ternyata menarik. Para aktornya cukup cakap dalam menuturkan bahasa Palembang. Ya, inilah yang namanya kearifan lokal itu. Di masa mendatang tentunya lebih banyak lagi film karya anak bangsa yang diproduksi dengan serius. Beberapa film biopic dari tokoh nasional sudah disiapkan. Dan senyum ini tentu saja masih akan tersungging di bibir. (Bobby Batara)


COVER STORY

TAKE 8 EDISI 41 / TH V / JANUARI 2013

Foto: Dok.Pribadi

DUKUNGAN wajah fotogenik serta talenta yang dimiliki Gabriel Simatupang (10) menjadi berkah bagi anak ketiga pasangan Muara Karta Simatupang dan Larasati. Sejak usia 3 tahun, bocah berambut ‘kribo’ ini sudah dilirik sejumlah rumah produksi. Sempat mendapat peran di sinetron Gabriel kemudian ‘memilih’ berhenti dari dunia akting. “Aku takut sama bedak,” kata Gabriel tentang alasannya mundur dari kegiatan akting empat tahun lalu. Meskipun tidak menerima job main sinetron, kegiatannya sebagai bintang iklan tetap dilanjutkan. “Aku nggak suka kalau sering dimake-up, nanti takut jadi perempuan,” ungkap Gabriel. “Kata kakak-kakaku, kalau terlalu sering dimake-up bisajadi bencong,” lanjjutnya, mengingatkan

‘pesan’ sang kakaknya tersebut. Tentu saja sikap berontak Gabriel untuk berhenti akting waktu itu menjadi perhatian orangtuanya, terutama sang ibu, Larasati. Wanita solo berprofesi kriminolog itu mengatakan, Gabriel ketakutan jadi perempuan itu lantaran ditakut-takuti oleh kedua kakaknya. “Kakak dan ayahnya tak setuju Gabriel masuk dunia entertainment. Jadi, mereka ngasih informasi yang salah. Tapi saya ikuti kemauan Gabriel untuk berhenti ketika itu,” kata Larasati, menemani obrolan dengan tabloid Kabar Film di Starbuck, Cilandak Town Square, Rabu (16/1/2013). Kini setelah berusia 10 tahun, Gabriel semakin memahami dunia seni peran, dan profesinya. Dia tidak khawatir lagi dengan Foto: Dok.Pribadi


TAKE 9

COVER STORY KOMUNITAS

laki,” kata fans berat club sepakbola Manchaster United ini. Namun, secara berbisik, sang ibu mengatakan, “Dia pilih olahraga supaya kesannya macho,” seloroh sang ibu. Mengawali karir sebagai bintang iklan, siswa kelas 5 di sebuah sekolah internasional kawasan Cilandak ini punya sejumlah aktifitas yang cukup padat. Mulai dari sekolah akademis sampai sekolah sepakbola dan berkuda. Wajahnya kerap terpampang di baliho besar iklan produk mie,

Foto: Dudut Suhendra Putra

masalah make-up artis, yang menjadi kewajaran sebelum syuting dimulai. “Ayahku bilang kalau jadi artis bisa dapat duit sendiri. Jadi sekarang aku berani dimake-up,” ungkap penyuka olahraga berkuda dan sepakbola ini. Soal pilihan kedua olahraga itu, menurut Gabriel karena sangat menantang. “Asyik naik kuda dan olahraga, soalnya aku kan laki-

juga merek susu. Juga di beberapa sampul majalah anak-anak. Soal prestasi, Gabriel punya beberapa catatan antaranya menjuarai beladiri Tae Kwondo kelas sabuk kuning, kontes foto, dan fashion show. Sebagai putra dari orangtua berdarah batak (ayah), Gabriel pun mengikuti marga sang ayah yang berprofesi sebagai pengacara itu. Kalau pun saat ini Gabriel menyandang marga Simatupang, hal itu dianggap belum ‘resmi’. Dan untuk meresmikannya

EDISI 41 / TH V / JANUARI 2013

dalam waktu dekat orangtuanya akan menggelar prosesi adat ‘Mangadati’ atau pemberian marga bagi Gabriel dan kedua kakaknya. Acara ini akan dihadiri seluruh marga Simatupang yang ada di Jakarta dan sekitarnya. Kembalinya Gabriel ke dunia entertetainment tidak lepas dari peran kedua orangtuanya yang sangat mendukung. “Karena dia sudah bisa diajak diskusi, saya beri pemahaman soal bagaimana mendapatkan duit sendiri dengan jadi artis. Tapi, saya katakan hal itu untuk motivasi supaya dia mau memanfaatkan talent yang dimil-

ikinya,” kata Muara Karta. Disipilin sebagai laki-laki sepertinya sudah ditanamkan kepada Gabriel oleh sang ayah. “Kalau dia nakal selain narkoba, masih bisa saya maklumi dan bisa diperbaiki. Saya sangat khawatir jika anak-anak lari ke narkoba, mereka akan rusak jiwa dan raga,” ungkap Muara Karta. Muara Karta pun memberi kesempatan pada Gabriel untuk menjadi anak-anak pada umumnya. Bahkan untuk menonton club sepakbola MU hingga larut malam pun mendapat izin. “Tentu saya kontrol terus. Dan dia harus konsekuen sekolah walau mengantuk,” jelas Muara Karta. (kf)

BIODATA Nama: Gabriel Simatupang Tempat Tanggal Lahir: Jakarta 25 Mei 2002 Kulit: Kuning Rambut: Keriting Orangtua: Muara Karta SH MM (ayah) dan DR (Cdt) RA Larasati Spd Msi

Foto: Dok.Pribadi

Foto: Dudut Suhendra Putra

Pengalaman tampil di media: 1. Juni, 2004 2. September 2005 3. November 2005 4. Maret 2007 5. April 2007 6. 2007 7. 2007 8. 2007 9. Juli 2007 10. Agustus 2007 11. September 2007 12. September 2007 13. Maret 2009 14. Maret—April 2008 15. 14 April 2008 16. April 2008 17. 14 Oktober 2008 18. Juli —Agustus 2009

Good Housekeeping Magazine Parents Guide Magazine Parents Guide Magazine Anakku Magazine XENIA VVT-1—Kompas Newspaper Benetton Model—Ayahbunda Magazine Ace Hardware Tabloid Mandiri Bank—Brochure, Banner Parents Guide Magazine Parenting Magazine Cover—Anakku Magazine Cover— Golden Child Magazine Ayahbunda Magazine Ibu & Anak Magazine Pontianak Square Newspaper Anakku Magazine Nakita Tabloid TABE Magazine

Iklan • 2006 • 2007 • 2007 • 2007 • April 2007 • Juni 2007

Matahari Department Store Mandiri Bank Bonetto Milk Milk Juice XENIA VVT-1 Indomie

Sinetron • 2008 • 2008

Pelangi Buah Hati by ANTV Namaku Mohawk


ON THE SPOT

TAKE 10 EDISI 41 / TH V / JANUARI 2013


BEHIND THE SCENE KETUA Umum organisasi Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI), Aa Gatot Brajamusti melakukan perubahan struktur kabinetnya. Terhitung tanggal 12 Desember 2012, sejumlah nama baru menggantikan nama-nama lain. “Perubahan ini dilakukan untuk memperbaiki kinerja organisasi,” kata Aa Gatot kepada Tabloid Kabar Film, Sabtu (19/1/2013). Perubahan struktur pengurus PARFI sendiri dituangkan dalam lembar surat keputusan (SK) Ketua Umum PARFI bernomor 01/FORMATUR/TAP/XII/ 2012 yang ditandatangani oleh Aa Gatot Brajamusti. Berikut ini adalah susunan pengurus baru PARFI masa bakti 2011-2016: H Aa Gatot Brajamusti [Ketua Umum], Eddie Riwanto, Amd [Ketua Bidang Organisasi], Derry Drajat, Amd [Ketua Bidang Pendidikan], Dede Adiktia Jaya (Aditya Gumay) [Ketua Bidang Usaha], H Muhammad Susilo Wibowo, ST (Ustad HM Guntur Bumi) [Ketua Bidang Sosial], Budi Moealam [Ketua Bidang Humas], HA Rahman Yacob SSn, MSn, M.Ikom [Sekretaris Jendral], RA Ade Puspa Jayayanti Amd [Wkl Sekjen], Firman Nurjaya [Wkl Sekjen], Hevizon Yulis [Wkl Sekjen], Ellen Sukmawati SH MKn [Bendahara Umum], Sandra Naholo Amd [Wkl Bendahara], dan Linda Kartika Dewi [Wkl Bendahara]. Aa Gatot yang baru disibukkan menjadi relawan penanggulangan bencana alam longsor di kawasan Cisarua, Puncak, Jawa Barat mengatakan ke depannya PARFI akan semakin solid dalam menata program.

“Tahun ini saya baru selesai mengurus hal-hal non-teknis organisasi lainnya, seperti kasus gugatan di pengadilan, yang Alhamdulillah semua selesai dengan kemenangan di pihak saya. Mudah-mudahan ke depan organisasi ini bisa memulihkan citranya sebagai organisasi tukang ribut,” kata pemilik PT Gatot Brajamusti Film ini dengan nada sumringah. Diakuinya, mengurus PARFI bukanlah perkara mudah. Dinamika dan intrik organisasi insan film tertua di Indonesia ini sangat keras. “Saya pernah katakan di awal kongres, kesedian saya menjadi Ketua PARFI bukan atas kehendak pribadi, tapi desakan anggota parfi saat itu. Sehingga hal itu saya anggap sebagai amanah yang harus saya jalankan sampai tuntas,” ujarnya. Sementara itu, terkait dengan kabar perseteruan internal di tubuh PARFI, dengan tegas Aa Gatot mengatakan

hal itu tidak akan menghalangi untuk terus berbenah. “Kepengurusan yang sebelumnya, itu belum punya kekuatan ikatan formal, karena belum diperkuat dengan SK pengangkatan,” ujar Aa Gatot yang sedang mempersiapkan produksi film terbarunya berjudul Sayap Kecil Garuda. Mengenai kabar adanya desakan agar dirinya mundur karena dinilai tiak mampu memimpin organisasi, Aa Gatot mengatakan sudah mendengar hal itu. Namun dia menyarankan kepada siapapun yang ingin mengambil posisinya sebagai Ketua PARFI dipersilakan dengan cara damai. “Nggak usahlah repot mengadakan KLB, itu akan menghabiskan uang. Kalau ada yang mau (jadi Ketua PARFI) saya kasih. Tapi dia harus benar-benar ingin mengurus PARFI dengan tulus,” jelasnya. (kf1)

TAKE 11 EDISI 41 / TH V / JANUARI 2013

Aa Gatot Brajamusti. (Foto Dudut Suhendra Putra)

‘Tiga Titik’ drama perjuangan perempuan buruh MARAKNYA film drama dengan stereotype yang sama menjadi penanda perlunya dibuat film dengan kemasan lebih ‘seksi’, dan hal itu yang dibuat oleh produser yang juga aktris Lola Amaria. Ditemui di lokasi syuting film terbarunya berjudul Tiga Titik, Lola yang sempat menyutradarai film Minggu Pagi Di Victoria Park mengatakan, kali ini tema yang diusungnya adalah soal perempuan. “Ini sebenanya sama seperti film sebelumnya, cuma ini tentang perempuan. Kebetulan saja lebih spesifik tentang perempuan buruh pabrik. Belum lama ini banyak demo-demo upah, sulit bayar uang karyawan dan lain-lain. Nah, kita yang menjadi bagian dari pekerja juga melihat itu sebagai landasan cerita,” kata Lola di lokasi syuting, kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur, pada pertengahan Desember 2012 lalu. Secara sekilas dia menggambarkan, film Tiga Titik dibuat berdasarkan potongan-potongan peristiwa di dunia nyata. “Ini tentang kehidupan para pekerja. Ada buruh, ada pemilik warung, pegawai kantoran dan lainya. Mereka berjuang untuk di bidang masing-masing. Nah, ada tiga tokoh perempuan di sana yang samasama bernama Titik. Makanya,

Para pemeran Tiga Titik dari kiri Supraba, Ririn Ekawati, dan Lola Amalia di lokasi syuting kawasan industri Pulogadung. (Foto: Dudut Suhendra Putra)

judulnya Tiga Titik,” jelasnya. Ongkos produksi film ini ditanggung bersama Lola dengan rumah produksi Cinemasphere, yang selama ini dikenal aktif memproduksi film iklan. Para pemeran Tiga Titik antaranya Ririn Ekawati, Supraba WS Rendra, dan Lola Amaria. “Untuk film ini, aku beri kesempatan orang lain yang menyutradarai, biar aku lebih fokus sebagai pemain,” katanya lagi. Film dengan tema pekerja ini

menurut Lola cukup seksi dibandingkan kisah drama yang terlalu biasa dan banyak diproduksi. “Tema ini menarik dan seksi, karena tidak dimaksudkan untuk mecari solusi atau menggerakkan buruh. Film ini hanya memotret dan mengalir dengan masalah masing-masing perempuan,” kata Lola yang sebelumnya memproduksi omnibus film Jakarta Hati. Jika menyebut pekerja perempuan dalam film, maka yang ter-

ingat adalah sosok Marsinah yang pernah diblow-up media lalu dibuat filmnya. Untuk film ‘Tiga Titik’ justru kepentingannya lebih mewakili banyak orang. “Kalau Marsinah besar karena Media, tapi Tiga Titik mewakili banyak orang. Ini memang tidak kita sadari sebagai pekerja. Apakah ini film side stream? Coba lihat di media kan banyak kasus sama, padahal ada kasus yang menarik dan besar bisa menjadi sejarah bangsa pada sepuluh atau 15 tahun nanti,” jelasnya. Artinya, menurut Lola, jika film ini dibuat maka pada beberapa tahu ke depan, akan menjadi ‘catatan sejarah’, dimana pada tahun 2012 kondisi buruh seperti ini. Hal yang sama dilakukannya dalam produksi film Minggu Pagi Di Victoria Park, dimana orang akan melihat sejarah tenaga kerja Indonesia yang ada di Hongkong, yang mungkin sepuluh tahun ke depan mereka sudah tidak di sana. Mungkin ke Amerika. Semangat produksi film ini disamakan dengan semangat filmfilm garapan sutradara yang dikaguminya seperti Syuman Djaya untuk film misalnya Doel Anak Modern, Si Mamat, atau Usmar Ismail di film Lewat Djam Malam. “Kita kan jadi bisa belajar dari

film-film itu tentang Indonesia pada masa lalu pada saat sekarang ini. Taruhlah ini investasi yang berguna bagi banyak orang lain di masa datang dan aku sendiri yang rancang mulai dari cerita, milih sutradara dan lain-lain,” jelasnya. Syuting film ‘Tiga Titik’ sendiri dilaksanakan selama 20 hari di beberapa sentra pabrik seperti di Citerep, Pulogadung, dan Cikarang. Salah seorang pemain, Inggrid Widjanarko mengatakan, film ini memang cukup high ideal and low budget dibanding film-film yang ada. Namun demikian, dia bekerja secara standar profesonal mengikuti ritme produksi yang memang berstandar film. “Saya senang bisa bergabung di tim yang cukup idealis ini,” kata Inge, begitu dia disapa yang dalam film ini memerankan sosok pemilik warung. Walaupun bertutur soal kehidupan kaum perempuan buruh, menurut Lola, filmnya ini tidak menyentuh instansi terkait seperti Depnaker dan sebagainya. “Film ini hanya memvisualkan kondisi buruh di Jakarta. Bukan membela buruh dan tenaga kerja, atau memihak pemerintah. Kita hanya melihat sisi manusianya,” ujar Lola, yang menargetkan film ini diputar di bioskop bersamaan dengan perayaan Hari Buruh nanti. (kf)


ON THE SPOT

TAKE 12 EDISI 41 / TH V / JANUARI 2013


AGENDA

TAKE 13 EDISI 41 / TH V / JANUARI 2013

Pergelaran Kolosal & Spektakuler

“KEN DEDES WANITA DI BALIK TAHTA KESENIAN tradisi yang menyimpan nilai estetik nan luhur — terlebih yang telah terpuruk langka — patut digali, direkonstruksi, direvitalisasi dan dibanggakan di tengah lingkungan komunitasnya serta dalam publik lebih luas. “Era baru semestinya tak melumpuhkan karakter bangsa. Termasuk semangat memperkuat karakter masyarakat melalui kesenian tradisi. Semangat ini pula yang coba kami tawarkan melalui seni pertunjukan yang sebentar lagi akan kami gelar,” papar Eny Sulistyowati SPd, SE dalam percakapan usai latihan di Sanggar Swargaloka, di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Sabtu (12/01). Melalui kibaran Tri Ardhika Production bekerjasama dengan

Swargalola Art and Culture Foundation, Eny Sulistyowati SPd, SE, akan mementaskan opera sejarah bertajuk “Ken Dedes Wanita di Balik Tahta.” Pertunjukan akan berlangsung di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Sabtu 2 Februari 2013 pukul 20.00 WIB mendatang. Pementasan ini, terang Eny, melibatkan tak kurang dari 150 seniman tradisi dari Surakarta, Yogyakarta, Semarang dan Jakarta. Didukung oleh para bintang panggung dari Alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Yogyakarta, diantaranya; Ali Marsudi (Pu Purwo), Agus Prasetyo (Ken Arok), Irwan Riyadi (Loh Gawe), Siti Maryuni (Nyai Gede Mirah) dan Achmad Dipoyono (Tunggul Ametung). Disamping juga akan diperkuat oleh penari dan penyanyi bersuara emas

Dewi Sulastri, yang akan berperan sebagai Nyi Purwo, dan bertindak sebagai Sutradara. “Opera sejarah “Ken Dedes Wanita di Balik Tahta” menampilkan pembaharuan gerak tari, musik, teater, rias busana, tata cahaya, dan tata panggung, yang dipadukan dengan seni multi media. Sehingga diharapkan dapat menyajikan sebuah totonan klasik, kolosal dan spektakuler,” papar Eny, yang dalam pertujukan ini berperan sebagai Ken Dedes, serta bertindak sebagai Eksekutif Produser. Master musik dunia, Dedek Wahyudi, komposer yang sudah melalang-buana ke berbagai negara dengan karyanya, juga turut mendukung pergelaran ini. “Dedek akan lebih mengeksplor

Gendhis Trihatmojo budayakan wayang CUCU Presiden Soeharto, Gendhis Trihatmojo punya cerita tentang keikutsertaannya dalam pentas ke5 wayang orang bertajuk ‘Srikandi Ngedan’ di Gedung Kesenian, Kamis, 29 November 2012. “Kesertaan saya ini yang ke-4 kali,” ucap Gendhis, yang mengaku sudah sejak SD senang menari. Dia bercerita, macam-macam tarian yang dipelajari. Sejak dua tahun lalu intens belajar tari Jawa, dan menjadi bagian tim wayang orang baru sekitar setahun lalu. “Tapi aku masih proses belajar dan terus belajar karena ingin mendalami dunia perwayangan. Aku ingin anak-anak juga

Gendhis Trihatmojo

mencintai budaya, makanya nantinya mudah-mudahan bisa mengajari mereka,” lanjutnya. Sebagai penari dalam pentas wayang orang, Gendhis mengaku sempat tidak percaya diri, demam panggung, tapi akhirnya terbiasa. “Saya sering ajak anak saya agar dia

bisa melihat mamanya menari dan dia ketularan jadi suka,” kata Gendhis, yang punya jadwal latihan seminggu 3 kali, dan sekali latihan 3 jam. Tentu saja, keluarga sangat mendukung aktifitas Gendhis yang berasal dari keluarga Jawa. Kesukaan menekuni tari Jawa ini juga terpengaruh dari almarhumah Eyang Putri yang sangat mencintai budaya Indonesia. Satu hal yang masih menyulitkan Gendhis dalam pentas adalah dialog. “Makanya belum dapat banyak dialog, paling nembangnembang dulu, apalagi bahasa di wayang kan lebih ke bahasa kromo inggil,” ujarnya. (kf/tis)

Kepala Sinematek dinonaktifkan

H Berthy Ibrahim Lindia

TERHITUNG tanggal 9 November 2012, Kepala Sinematek Indonesia (SI) H Berthy Ibrahim Lindia diberhentikan dari tugas dan jabatannya. Kini, pusat dokumentasi dan arsip perfilman Indonesia itu dikepalai sementara oleh Robin Simanjuntak, yang seharihari menjabat sekretaris di Yayasan Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail selaku pengelola Sinematek Indonesia. Hal tersebut tertuang dalam surat penghentian Berthy Ibrahim tertanggal 4 Desember 2012 yang ditandatangani Ketua YPHUI H Djonny Syafruddin SH yang dikirim ke redaksi kabarfilm.com. Disebutkan, berdasarkan SK Badan Pengurus YPPHUI Nomor: 008/SK/BP-YPPHUI/XI/2012 secara resmi menonaktifkan H Berthy Ibrahim Lindia sebagai Kepala Divisi Sinematek Indonesia YPPHUI. Menurut H Djonny Syafruddin SH, penonaktifan Berthy Ibra-

him didasarkan beberapa hal menyangkut manajemen administrasi SI yang dinilai melanggar peraturan yayasan. “Kami menilai kinerja Pak Berthy sudah melanggar aturan yayasan. Diantaranya terkait dengan restorasi film ‘Lewat Djam Malam’ serta kegiatan SI dengan pihak lain yang membawa 29 judul film tanpa melaporkan ke yayasan,” kata H Djonny Syafruddin kepada kabarfilm.com beberapa waktu lalu. Sementara itu, Berthy Ibrahim yang dikonfirmasi mengenai penonaktifannya tersebut mengatakan, persoalannya lebih karena adanya perbedaan pendapat. “Antara saya dan YPHUI beda pendapat soal pola manajemen Sinematek,” kata Berthy, ditemui di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Rabu (19/12/12). Menurut Berthy, dia menjalankan Sinematek berdasarkan peraturan yang dijalankan organisasi Sinematek se-dunia. “Saya jalankan manajemen Sinematek berdasarkan buku putih International Federation of Film Archives (FIAF). Tapi, Sinematek Indonesia berpedoman pada AD dan ART Yayasan PPHUI. Jadi tidak klop-nya di situ,” kata Berthy Ibrahim, yang juga Ketua Organisasi Karyawan Film dan Televisi (KFT). Di dunia internasional ada 189 asosiasi yang khusus menangani

masalah pengelolaan Sinematek. “Dari 189 itu, saya mengenal 186nya yang semuanya menggunakan panduan buku putih untuk mengelola Sinematek,” jelas Berthy, yang pernah meraih Piala Citra FFI 2004 sebagai Pengarah Artistik Terbaik untuk film Marsinah: Cry Justice. Diakuinya, ada 29 judul film yang akan diproses digital dengan anggaran yang semula disetujui Rp1,6 Miliar kemudian menjadi sekitar Rp3 Miliar. “Proyek itu masih dalam proses, dan saya keburu dinonaktifkan,” katanya. Mengenai film Lewat Djam Malam, Berthy mengatakan sudah mendapatkan persetujuan dari pemilik filmnya, yakni Irwan Usmar Ismail ketika akan direstorasi. “Kalau saya dianggap tidak melaporkan kegiatan, itu karena memang belum saatnya melapor. Di akhir tahun, barulah saya akan buat laporannya. Tapi sudah dapat SK pemecatan duluan,” katanya. Dia juga menyebutkan, hasil dari pemutaran film Lewat Djam Malam baik di Blitzmegaplex maupun Studio 21 Cineplex semuanya sudah diterima kepada pihak pemilik film. “Dari bioskop Blitzmegaplex dapat Rp7 juta, dari 21 Cineplex sekitar Rp40-an juta. Semua sudah diterima Pak Irwan,” ungkap Berthy. (kf1)

Inul Daratista berlatih menari. (Foto: Eddi Karsito)

musikalisasinya. Seperti penggabungan beberapa unsur musik etnik, klasik dan modern. Digarap lebih kolosal dengan perkusi dan sentuhan orchestrasi yang kental. Perpaduan musik gesek, gamelan dan instrumen musik-musik mod-

ern. Selain itu, tidak hanya para seniman tradisi yang kami libatkan di sini, melainkan juga ada pekerja seni lainnya, diantaranya penyanyi Inul Daratista yang memerankan tokoh Ken Dara,” terang Eny. (kf/rel)


TAKE 14

DIA DUNIA perfilman nasional dan masyarakat tersentak ketika pemerintah mengucurkan anggaran untuk kegiatan Festival Film Indonesia (FFI) tahun 2012 sebesar Rp16,2 Miliar. Pelaksanaan FFI yang berpuncak di Museum Vredeburg Yogyakarta pada 8 Desember lalu, itu pun menebar isu tak sedap. Pelaksanaan dinilai tidak signifikan dengan besarnya biaya. Bagaimana peta anggaran itu sebenarnya? Untuk itu kami wawancarai Prof Dr HM Ashyan Sya, pejabat baru Dirjen Ekonomi Berbasis Seni Budaya (EKSB) di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif — menggantikan Drs Ukus Kuswara MM yang naik jabatan menjadi Sekjen Kemenparekraf. Berikut ini petikannya: Mengapa posisi direktur film kosong beberapa hari sebelum FFI? Sebenarnya tidak kosong, karena direktur Pak Syamsul itu di promosikan jadi staf ahli menteri. Setelah Pak Syamsul dipindahjabatan ada Plt Pak Mumus Muslim Sekr Dirjen EKSB. Jadi jabatan itu tidak kosong dan program tetap jalan. Saat penyusunan program misalnya sudah mempersiapkan banyak langkah. Jadi tidak ada stagnasi. Apa saja program Direktorat EKSB tahun 2013? Terkait dengan program 2013, ini penting dan mengapa harus film? Karena film punya konten sangat dalam dan isi yang sangat dahsyat, mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat mulai dari ekonomi, politik, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan. Dan kalau orang menonton film, dengan mudah dia terpengaruh oleh film itu. Hal ini berbeda dengan tulisan. Film itu audiovi-

EDISI 41 / TH V / JANUARI 2013

Prof Dr HM Ahyan Sya, Dirjen EKSB Kemenparekraf

Tak benar anggaran 16,2 M untuk FFI sual dan punya pengaruh sangat dahsyat. Makanya kenapa Amerika menjadikan film sebagai media promosi negaranya di seluruh dunia. Karena itu kami ingin menjadikan film sebagai program unggulan. Tentu bukan hanya film, tapi ini menjadi salah satunya. Keunggulan itu tentu dari sisi kuantitas, meningkatkan produksi film. Tahun 2011 ada 82 judul film, tahun 2012 ada 96 judul, dan tahun 2013 kita targetkan ada 100 film minimal.

Kedua secara kualitas lebih meningkat. Caranya dengan membangun sinergitas insan film, pemerintah dan masyarakat. Ini Negara demokrasi tidak bisa mengandalkan sebuah kualitas pada satu pihak saja. Ini dunia yang transparan, egaliter. Pemerintah memiliki fungsi memberi fasilitasi, orang film yang memberi parameter standar kualitas, masyarakat sebagai pengguna atau penikmat. Tentu di dalamnya ada dunia usaha, dunia industry. Jika semuanya bersinergi dengan baik maka akan terjadi peningkatan secara kualitas dan kuantitas tadi. Intinya, tahun 2013 bidang perfilman harus lebih meningkat. Lebih spesifik seperti apa karena ini bukan wacana baru? Ciri-cirinya sudah terlihat dengan adanya peningkatan jumlah produksi film, peningkatan jumlah penonton film. Kita lihat penonton dua film nasional meledak seperti film Habibie dan Ainun yang dalam 3 minggu disaksikan 3 juta penonton. Ini kan luar biasa. Bagaimana film yang lain bisa mengikuti jejak film tersebut. Artinya ada sesuatu yang harus dilakukan oleh produk film yang dibuat oleh kita sendiri. Sebab kita tidak kehilangan penonton kalau memang yang disajikan adalah film yang dibutuhkan masyarakat.

BIODATA Nama NIP Tempat/Tgl. Lahir Pekerjaan

: : : :

Prof. Dr. H.M. Ahman Sya 195806121983031004 Ciamis, 12 Juni 1958 1. Guru Besar /Dosen PNS Kopertis IV dpk. Di UNSIL sejak 1982 2. Rektor Universitas BSI Bandung 3. Ketua Program Doktor (S3) Kajian Budaya Pengelolaan Pendidikan dan Guru Besar Luar Biasa Fak. Ilmu Budaya (FIB) UNPAD : Pembina Utama/IV E/ Guru Besar : lulus 1971 lulus 1974

Pangkat/Golongan Pendidikan 1. SD di Ciamis 2. SMP di Ciamis 3. Pesantren Sindangsari Ciamis 1974 4. SMA di Kuningan 5. Drs/S-1 Geografi IKIP Bandung 6. M.Pd./S-2 PLS IKIP Bandung 7. M.Sc. (aanvulen)/S-2, Dept. of Geography, Faculty of Sciences, University of Gent, Belgium 8. Doctor of Science (DR.Sc)/S-3 Dept. of Geography, Faculty of Sciences, University of Gent, Belgium, 9. Lulusan Terbaik LEMHANAS (Suspim PTSI) 1999

lulus 1977 lulus 1982 lulus 1988 lulus 1992 lulus 1996

Pengalaman Jabatan dan Aktivitas Organisasi : 1. Wkl. Sekr. Prog. Pengalaman Lapangan FKIP UNSIL 1982-1984 2. Anggota dan aktivis Paguyuban Pasundan Cabang Tasikmalaya 1982-sekarang 3. Ketua Jurusan Geografi Univ. Siliwangi dan Wk. Pemb. Dekan III FKIP Univ. Siliwangi 1984-1985 4. S-2 di IKIP Bandung 1985-1988 5. Ket. Bid. Lingkungan Hidup Lemb. Penelit. Univ. Siliwangi 1989-1991 6. Sekretaris Rektor Univ. Siliwangi 1991-1992 7. S-2 (aanvulen) dan S-3 di University of Gent, Belgium 1992-1996 8. Pembantu Rektor IV Bid. Kerjasama Univ. Siliwangi 1996-1998 9. Pembantu Rektor III Bid. Kemahasiswaan Univ. Siliwangi 1998-2001 10. Anggota Senat Guru Besar UNSIL 2003-sekarang 11. Ketua Jurusan IPS dan Ka. Prog. Studi Pend. Geografi FKIP UNSIL 2001-2006 12. Staf Pengajar Prog. Pasca Sarjana UNSIL 1997-sekarang 13. Staf Pengajar Program Pasca Sarjana Univ. Negeri Jakarta 1997-2000 14. Anggota Pokja Geografi Lemhanas 1999-2004 15. Ketua Paguyuban Pasundan Cabang Kab. Tasikmalaya 2005-2010, 2010-2015 16. Sekjen ARSSI (Asosiasi Radio Siaran Swasta Indonesia) pusat 2000-2005 17. Ketua Umum ARSSI (Asosiasi Radio Siaran Swasta Indonesia) pusat 2010-2014 18. Anggota GIS Asia-Pasific 1997-sekarang 19. Ketua Forum Rektor Jabar Timur 1999-sekarang 20. Anggota tim penilai buku pelajaran geografi SMU Kemendiknas s.d sekarang 21. Ketua Pengurus Besar Paguyuban Pasundan Bidang Kerjasama 2005-2010 22. Wakil Ketua Bale Atikan Pasundan (BAP) PB Paguyuban Pasundan bidang kerjasana, kemahasiswaan dan kesiswaan 2005-2006 23. Ketua Dewan Pengawas Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan 2010-2014 24. Wakil Ketua Yayasan Pendidikan Tinggi Pasundan 2006-2010 25. Staf Pengajar Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Jawa Barat 1999-sekarang 26. Rektor Universitas ARS Internasional Bandung 2006-2010 27. Koordinator Program Doktor (S-3), Kajian Budaya Pengelolaan Pendidikan, Fakultas Ilmu Budaya UNPAD 2010-sekarang 28. Guru Besar Luar Biasa, Program Kajian Budaya, Fakultas Ilmu Budaya UNPAD 2010-sekarang 29. Anggota Dewan Kurator Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung 2006-sekarang 30. Rektor Universitas Bina Sarana Informatika (BSI) Bandung 2010-2013 Karya Ilmiah dan Buku : 1. Tingkat Kemakmuran Masyarakat Desa (1982) 2. Resistensi Program KB dan Usaha-usaha PLS dalam Menanganinya (1988) 3. The Ten Thousand Hills of Tasikmalaya (1992) 4. Geographical Study of the Agricultural Land Use of Tasikmalaya (West Java, Indonesia) Based Upon Field Work and Remote Sensing Techniques (Belgium, 1996) 5. Masyarakat Kampung Naga Tasikmalaya (2004) 6. Bukit Sepuluh Ribu Tasikmalaya (2004) 7. Pesantren dan Pemberdayaan Masyarakat (2004) 8. Panjalu, Latar Belakang Historis dan Rencana Pengembangannya Sebagai Objek Wisata Komersial (2005) 9. Geowisata Kabupaten Kuningan (2005) 10. Dari Madrasah ke Pendopo, Otobiografi Bupati Tasikmalaya (2005) 11. Geowisata Kabupaten Tasikmalaya (2005) 12. Geowisata Priangan Timur (2005) 13. Sejarah Kampung Naga Tasikmalaya (2008) 14. Pembelajaran Peta (2010) 15. Pendidikan Berbasis Budaya (2011) 16. Pengantar Geografi (2011) 17. Geologi Pariwisata (2011) 18. Geografi Perilaku (2012)

Pendekatan pemerintah sendiri untuk merangkul masyarakat seperti apa? Strateginya melalui komunikasi. Dan ini, harus berangkat dari persepsi yang mengakui keunggulan atau kelebihan masing-ma-

sing. Tidak ada manusia yang lebih dari yang lainnya. Karena setiap generasi punya keunggulan masing-masing. Okelah misalnya ada perbedaan cara pandang, cara melangkah dan strategi dalam pengembangan perfilman antara


TAKE 15

DIA

Foto-foto: Dudut Suhendra Putra

kelompok muda dan senior itu saya anggap wajar saja. Namun yang terpenting bagaimana membangun komunikasi antara pemerintah dengan insan perfilman tanpa mendiskreditkan satu dengan yang lainnya. Kelompok senior kan punya pengalaman yang bisa diambil oleh yang muda. Karena pengalaman adalah guru yang paling baik. Tak mungkin umur atau pengalaman diringkas. Orang yang lebih senior tentu punya pengalaman dan nilai tambah dari sisi waktu dan lainnya yang relatif lebih. Tapi tidak berarti inovasi-inovasi akan muncul jika tidak ada anak-anak muda. Nah, imbangannya seperti itu. Jadi, sinergitas inilah yang penting. Tapi komunikasi ini bisa terkendala karena ketiadaan juklan UU Perfilman? Memang itu benar. Kami di awal tahun ini kasmi sudah menentukan program mulai ‘menerjemahkan’ UU itu dalam ke rancangan-rancangan peraturan pemerintah, rancangan-rancangan keputusan menteri sebagai input bagi penyusanan yang nanti akan, kan soal peraturan pemerintah akan disusun oleh Sekneg. Dalam waktu dekat kami akan sampaikan rancangan-rancangan itu, setelah itu sosialisasikan rancangan itu ke masyarakat sebelum diusulkan ibu menteri ke level lebih tinggi. Kapan tenggat waktunya? Kalau bicara soal deadline, paling tidak pada tahun anggaran ini kita harus sudah menyelesaikan rancangan itu. Karena kinerja pemerintah dibatasi oleh waktu dan tahun anggaran. Kita tidak bisa membuat program tanpa guidline tahun anggaran yang berjalan. Soal jaringan bioskop yang kurang dan upaya mendorong peningkatan produksi film? Kalau soal lama tidaknya film ditayangkan di bioskop itu bukan

menjadi kewenangan pemerintah, tapi menjadi kesepakatan industrinya. Sudah masuk ke dunia bisnis, dan pemerintah tidak boleh masuk mengintervensi aturanaturan yang disepakati di level usaha bioskop. Kalau pembagian tugas antara pengelola bioskop dengan produser, itu yang akan masuk dalam rancangan peraturan pemerintah sebagai turunan UU Perfilman. Saya tidak mendahului itu, karena ini masih dalam proses. Agenda lainnya? Partisipasi perfilman di dalam negeri, Asean dan luar negeri, ada aktifitas unggulan seperti menindaklanjuti gerakan aku cinta film Indonesia, menindaklanjuti festival-festival film, kerjasama dengan pihak yang terkait dengan perfilman di dalam dan luar negeri, promosi lokasi-lokasi syuting untuk konsumen internasional. Untuk pembuat film lokal, lokasi syuting sudah tidak perlu dipromosikan? Oh perlu. Ketika Laskar Pelangi mengambil syuting di Belitung, orang terperangah. Orang tahunya, Belitung wilayah gersang bekas galian tambang timah. Begiti ditayangkan di Laskar Pelangi orang berbondong datang. Inilah pentingnya perfilman sebagai media publikasi dan komunikasi yang menggairahkan masyarakat yang menjadi inspirasi bagi tumbuhnya ekonomi kreatif. Selanjutnya? Peningkatan apresiasi film, melalui pembentukan forum-forum komunikasi perfilman, pembentukan semacam pendukungan pembentukan Badan Perfilman Indonesia. BPI ini kedudukannya independen, tapi pemerintah punya kewenangan untuk memfasilitasi pembentukannya. Ayo dong bentuk BPI, sehingga badan ini akan menjadi efektif efisien dan produktif, dari oleh dan untuk kita.

EDISI 41 / TH V / JANUARI 2013

“

Yang benar biaya penyelenggaraan FFI yang di Yogya hanya 4,5. Yang 16,2 itu biaya yang bersumber dari APBN dan APBNP untuk festival Film Vidia yang di Jakarta, penjurian, dan operasionalisasi dan lain-lain yang totalnya 16,2. Lalu dikembalikan ke Negara Rp1,5 M. Karena tidak terpakai dan programnya tidak relevan, daripada salah dikembalikan ke Negara. Dari 16,2 itu yang terpakai hanya 10,2 M setelah dipotong pajak dan lainnya. Kalau ada yang menyebut biaya FFI 2012 sebesar Rp16,2 Miliar itu salah.

Bentuk fasilitasinya seperti apa? Bisa dalam kegiatan FDG (Focus Discussion Group) untuk melakukan kajian-kajian, mengundang ahli, bagaimana mengapa dan apa yang harus dilakukan dan sebagainya. Bisa juga fasilitasi dalam bentuk pendanaan. Ada dana untuk itu, maksudnya untuk mengantarkan agar bisa segera terwujud. Apa bedanya BPI dengan Badan Pertimbangan Perfilman Nasional? Bedanya, kalau BPI diinisiasi pemerintah bersama insan perfilman membentuk suatu badan. BPI

adalah amanat dari UU Perfilman. Pembentukan BPI alot apa masalahnya? Sebenarnya kita maklum karena banyak kepala dan banyak pendapat. Tapi kan lebih baik lambat daripada tidak sama sekali. Dari sinilah gerak komunikasi dilakukan secara cantik dan tepat, agar tidak ada yang merasa didiskreditkan dan diberikan fasilitasi berlebihan. Kita fair-fair saja. Bapak bisa jelaskan bagaimana soal kisruh dana FFI 2012? Yang benar biaya penyelenggaraan FFI yang di Yogya hanya 4,5. Yang 16,2 itu biaya yang bersumber dari APBN dan APBNP untuk festival Film Vidia yang di Jakarta, penjurian, dan operasionalisasi dan lain-lain yang totalnya 16,2. Lalu dikembalikan ke Negara sebesar Rp1,5 M. Karena tidak terpakai dan programnya tidak relevan, daripada salah dikembalikan ke Negara. Dari 16,2 itu yang terpakai hanya 10,2 M setelah dipotong pajak dan lainnya. Kalau ada yang menyebut biaya FFI 2012 sebesar Rp16,2 Miliar itu salah. Jarak tempat pelaksanaan juga mempengaruhi anggaran. Kenapa dilaksanakan di Yogyakarta? Karena Yogya adalah kota sejarah perjuangan. Jadi melibatkan orang daerah itu memiliki misi kebangsaan menumbuhkan kesadaran cinta film nasional, cinta tanah air. Memang dampaknya akan ke aspek yang lain. Soal kekurangan pasti ada. Apa kekurangan dari FFI 2012 menurut catatan Bapak? Yaa kurang koordinasi antara Panpel dengan pihak EO, serta minim komunikasi dengan pemerintah daerah. Saya kaget ketika Pak Sultan Hamengkubuwono mengkritik pedas di depan Menteri ketika di Yogya. Ya okelah, kita pertimbangkan kritik seorang Raja. Sebenarnya kami tidak tabu jika ada langkah-langkah untuk melakukan penyempurnaan. Kare-

na yang menentukan bukan kami, melainkan adalah orangorang film. Kami hanya ingin berperan dalam membangun komunikasi. Bukan berarti kalau ada perbedaan pendapat itu sebagai konflik. Mengapa film menjadi fokus program EKSB dibanding musik, dan lainnya? Karena film suatu program memiliki tingkat keseksian paling tinggi. Bahkan presiden pun bicara soal film termasuk Pak SBY bahkan Obama juga berkomentar soal film. Dana itu seperti tidak signifikan kemasannya dibanding FFI di tahun sebelumnya? Karena saya baru di sini 4 Desember, dan FFI di Yogya tanggal 8 Desember. Tapi saya mencari tahu, berapa sih anggaran FFI tahun lalu, katanya 5 M. Ok, jadi anggaran FFI 2012 itu turun menjadi 4,5. Kalau dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya, kan terkait dengan kurs rupiah atas dolar. Jadi, perimbangannya begitu. Jadi, kami menggunakan anggaran secara professional, proporsional dan bertanggungjawab. Tidak mengadaada kegiatan. Semua sudah disetujui DPR, Kemenkeu dan komisi anggaran. Khusus FFI hanya 4,5 bukan 16,2. Sinergi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan? Kami sudah mendapat tugas dari Menteri untuk melakukan komunikasi yang intens. Jika ada program-program yang mirip-mirip atau sama, kita melaksanakan secara terorganisasi dengan baik pendukungannya juga bersamasama, sehingga goalnya bisa lebih berbobot dan lebih terasa oleh masyarakat. (tis)



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.