5 minute read

Memandang ke Belakang

Memandang ke Belakang

100 Tahun Merintis Divisi Afrika

Menyinari Benua dengan Kebenaran Terkini

Divisi Samudera Afrika-India Selatan (SID) merayakan peringatan hari jadi ke-100 di tahun 2020. Artikel ini meninjau beberapa aspek pekerjaan Advent di divisi ini sejak pembentukannya—Editor.

Pekabaran Advent Hari Ketujuh menjangkau Afrika Selatan tahun 1871 ketika pencari mineral, William Hunt tiba di Kimberley pada ekpedisi berburu berlian. Tiga tahun sebelumnya, Hunt, warga asli Nevada, Amerika Serikat, telah menghadiri serial pertemuan penginjilan yang dipimpin oleh J.N. Loughborough di Healdsburg, California. Hunt menerima kebenaran alkitabiah yang disampaikan dan bergabung dengan orang-orang percaya Advent, berjanji pada Loughborough bahwa ia akan membagikan pekabaran Injil kapan pun ia mengadakan perjalanan.

Menepati janjinya, Hunt menaruh majalah Signs of the Times di tangan J.H.G. Wilson, seorang pengkhotbah Metodis setempat, yang bersama dengan istrinya, menerima iman Advent Hari Ketujuh. Sebuah surat dari Wilson, diterbitkan pada tanggal 6 Juni 1878 terbitan Review and Herald, melaporkan bahwa beberapa orang telah menjadi percaya penuh terhadap kebenaran yang diajarkan Advent.

Upaya bersaksi Hunt kepada George Van Druten dan Pieter Wessel, yang secara mandiri mulai memelihara Sabat, membawa misionaris C.L.Boyd dan D.A. Robinson tiba di Kimberley pada bulan Juli 1887.

Jemaat mereka yang pertama, berlokasi di Beaconsfield, terdiri dari 26 anggota. Jemaat lain segera mengikut di Cape Town di tahun 1899, dan segera setelahnya, Konferens Afrika Selatan diorganisasi oleh A.T. Robinson, yang menjadi ketua pertamanya.

Di Cape Town gereja mendirikan Claremont Union College, Panti Asuhan Plunstead, Claremont Sanitarium, dan sebuah perusahaan percetakan kecil, sebelum membentuk Uni Konferens Afrika Selatan pada tahun 1902.

Konferens uni itu melebarkan jangkauannya baik di Afrika Selatan maupun di negara-negara utara yang kini dikenal sebagai Malawi dan Zambia, menggunakan Misi Solusi di Bulawayo, Zimbabwe, sebagai pusat. Pertumbuhan gereja ini di Afrika Selatan menyiapkan jalan bagi pendirian organisasi divisi.

William H. Branson

PEMBENTUKAN DIVISI

Ketika Elmer E. Andross, seorang wakil ketua General Conference, mengunjungi Afrika Selatan di bulan Juli 1919, Uni Konferens Afrika Selatan mengajukan suatu permintaan kepada General Conference untuk mempertimbangkan kemungkinan membentuk ladang Afrika menjadi satu divisi. General Conference menyetujui permintaan itu dan memutuskannya pada tanggal 16 Oktober 1919, untuk membentuk Divisi Afrika.

William H. Branson ditunjuk wakil ketua General Conference memimpin Divisi Afrika. Branson dan keluarganya tiba di Afrika Selatan di bulan Agustus 1920 untuk mengemban tugas-tugasnya. Kantor-kantor divisi berlokasi di Claremont, Cape Town, dan keanggotaan gereja di seluruh tiga uni itu tetap di angka 2.705.

Branson dan para pemimpin gereja lain mengunjungi pemerintah dan departmen pemerintahan untuk memperkenalkan prinsip-prinsip dan pemikiran denominasi, dan memperoleh pengakuan sah dan melindungi Gereja Advent di wilayah itu.

METODE-METODE PERTUMBUHAN

Pada tahun 1901 William H. Anderson, salah satu misionaris pionir di Afrika, menyatakan, “Semua masyarakat misionaris yang bekerja di Afrika setuju bahwa cara terbaik untuk menjangkau warga setempat adalah melalui sekolah-sekolah.” Gereja mendirikan sekolah-sekolah untuk orang muda Advent, tetapi anak-anak dari semua latar belakang agama diajak untuk bergabung.

Adolf Chitauro

Pada tahun 1946 H.A. Morrison, seorang pendidik dan tata usaha Advent, mengatakan, “Divisi Afrika Selatan telah menjadi pionir dalam mendirikan sekolah-sekolah dan melaluinya menobatkan orang untuk Allah. Hasilnya, sekolah-sekolah ini banyak murid dan telah bertumbuh dengan cepat.” Kini ada tujuh universitas yang dikelola gereja, tambah beberapa perguruan tinggi dan sekolah di seluruh wilayah.

Metode perintisan lainnya yang digunakan adalah pekerjaan misionaris medis. Ellen White menulis: “Pekerjaan misionaris medis harus dianggap sebagai pekerjaan perintis. Harus menjadi cara meruntuhkan prasangka. Sebagai tangan kanan, ini harus membuka pintu-pintu bagi pekabaran injil.” Sejalan dengan nasihat ini, enam rumah sakit dan beberapa klinik dibuka di wilayah-wilayah berbeda antara tahun 1920 dan 1940. Meskipun dua rumah sakit kemudian tutup, yang lain masih beroperasi hingga hari ini.

Orang-orang Advent mula-mula juga menggunakan penyebarluasan literatur untuk menambah ajarannya. Pada tahun 1875 Ellen White menasihatkan, “Allah telah memberitahukan keuntungan-keuntungan cetakan kepada umat-Nya, yang bila digabungkan dengan cara lain, akan berhasil dalam menyebarluaskan pengetahuan kebenaran. Traktat-traktat, makalah, dan buku-buku, sesuai kebutuhan, harus disebarluaskan di semua kota dan desa di negeri.”

Pengabar Injil pribumi mula-mula yang sukses di divisi ini adalah Richard Moko di Afrika Selatan, David Kalaka dari Basutoland (kini Lesotho), dan Jim Mayinza dari Rhodesia Selatan (kini

Kantor SID kini di Pretoria, Afrika Selatan

“Gereja mendirikan sekolah-sekolah bagi orang muda Advent, tetapi anak-anak dari semua latar belakang keagamaan diajak bergabung.”

Isaac Chiyokoma Pemandangan dari atas Universitas Rusanga di Zambia.

Zimbabwe). Persediaan literatur ditingkatkan dengan pendirian rumah-rumah percetakan daerah.

PERAN SERTA DIVISI

SID telah membuat beberapa sumbangsih kepada gereja dunia, termasuk mengatur sistem departemen gereja pada tahun 1892, yang diadopsi oleh General Conference pada tahun 1901, dan merintis Pastors’ Kids Association (Pakia), yang kini ditemukan di divisi-divisi lain.

Motif penggerak para pionir dan para penerusnya adalah untuk menyelesaikan penyebarluasan Injil dan melihat Yesus datang (Matius 24: 14). Pengorbanan mereka disaksikan oleh makam-makam yang ditemukan di stasiun-stasiun misi semacam Solusi di Zimbabwe.

Kini, lebih dari 100 tahun kemudian, para pemimpin divisi melanjutkan jejak langkah mereka, menekankan pengorbanan hidup sebagai cara hidup, meninggikan kebebasan, kesehatan holistik, dan pengharapan di dalam Yesus, dan memulihkan gambar Allah dalam diri manusia.

1 C.L.Boyd, “South Africa,” Review and Herald, 8 Nov, 1887, hlm. 699. 2 L. Francois Swanepoel, “The Origin and Early History of the Seventh-day Adventist Church in South Africa, 1886–1920” (M.A. thesis, University of South Africa, 1972), hlm. 150. 3 Dalam tahun-tahun sesudahnya, Divisi Afrika mengalami beberapa penyelarasan wilayah dan perubahan nama dan Divisi Afrika Timur (1983–2003), sampai Divisi Samudera Afrika-India Selatan (2003–sekarang). 4 Pada tahun-tahun terakhir kantor-kantornya pindah ke Harare, Zimbabwe, dan pada tahun 2007 kembali ke Pretoria, Afrika Selatan. 5 Charles L.Thompson, “A History of the Growth and Development of the Seventh-Day Adventist Church in Southern Africa, 1920–1960” (1977), hlm. 2–3 6 William H. Anderson, On the Trail of Livingstone (Mountain View, Calif.: Pacific Press Pub.Assn., 1919), hlm. 143; Tahun 1913 C.P. Crager, “Saya merindukan hari di masa yang akan datang ketika kita bisa memliki sekolah-sekolah gereja di seluruh Afrika Selatan dan sekolah-sekolah kita memiliki sekumpulan siswa yang dilatih untuk ke lapangan.” Lihat C.P. Crager, “The Convention Paper on Educational Work,” South African Missionary, 24 Februari 1913, hlm. 2. 7 H.A. Morrison, “Department of Education,” Advent Review and Sabbath Herald, 10 Juni 1946, hlm. 96. 8 Ellen G. White, Ellen G. White 1888 Materials (Washington, D.C.: Ellen G. White Estate, 1987), vol. 4, hlm. 1738. 9 Ellen G. White, Life Sketches (Mountain View, Calif.: Pacific Press Pub. Assn., 1915), hlm. 217. 10 Such as Sentinel Publishing Company in South Africa (1916), Malamulo Publishing House (1926), Madagascar Publishing House (1930), Casa Publicadora Angolana (1937), dan Zambia Adventist Press (1989).

Passmore Hachalinga, D.Th.,

D.Min., melayani sebagai direktur Ellen G. White Research and Heritage Centre di Helderberg College, dekat Cape Town, Afrika

Selatan.

This article is from: