2 minute read
Tanya Jawab Alkitab
T T
J J
Tanya Jawab Alkitab
Simson: Kehidupan dan Kematian yang Aneh?
Apakah Simson melakukan tindakan bunuh diri?
Anda mengajukan pertanyaan penting tentang saat-saat terakhir kehidupan Simson, suatu permasalahan yang juga relevan dengan kita. Karakterisasi Simson dalam Hakim-Hakim 13–16 itu rumit. Pengkajian kehidupannya oleh mereka yang membaca kisahnya tidaklah menyenangkan. Perilakunya cenderung berupa akibat dari kegagalan-kegagalan, akibat dari menyenangkan diri. Namun Perjanjian Baru menempatkan dia di tengah para pahlawan iman dalam Perjanjian Lama (Ibrani 11: 32). Ia berada di tengah mereka yang “dari lemah dijadikan kuat” (ayat 34). Di sana disebut Simson, yang biasanya kita gambarkan sebagai seorang yang kuat menjadi lemah.
1.DARI HARAPAN-HARAPAN TINGGI KEPADA KEKECEWAAN:
Kisahnya dimulai dengan sebuah dialog antara seorang wanita dan seorang malaikat yang mengumumkan kelahiran seorang anak yang akan menjadi seorang nazir Allah seumur hidup (HakimHakim 13: 2–7; bandingkan Bilangan 6: 1–12). Melalui dia Tuhan akan mulai mengalahkan bangsa Filistin. Instruksi-instruksi diberikan tentang bagaimana membesarkan anak itu—misalnya, tidak minum anggur, tidak memotong rambutnya. Ini pastilah anak istimewa yang melaluinya Allah akan melakukan keajaiban-keajaiban! Meskipun Simson secara fisik menjadi kuat, ia secara rohani dan moral lemah. Dikendalikan oleh sisi emosi dari kepribadiannya, ia membuat keputusan-keputusan dan bertindak hampir seluruhnya terlepas dari Allah. Namun tidak semuanya buruk. Salah satu kualitas Simson yang menutupi kekurangan ialah, meskipun berteman dengan orang-orang Filistin, ia tidak pernah menyembah berhala. Dalam hal ini ia selalu setia kepada Tuhan. Lagi pula, meskipun dengan sifatnya yang bebas, Tuhan menggunakan masalahnya dengan bangsa Filistin untuk secara konstan mengalahkan mereka. Seorang bisa membayangkan apa yang Tuhan bisa capai melalui Simson kalau saja ia setia kepada-Nya.
2. DARI KEKUATAN KEPADA KELEMAHAN
Kisah Simson mencapai puncak kemunduran ketika ia melanggar elemen terakhir dari sumpahnya sebagai seorang Nazir—memotong rambutnya. Pada saat itu Roh Tuhan tidak bisa menggunakannya, dan ia menjadi lemah secara fisik. Ia menjadi korban musuh-musuhnya, yang dibutakan, dipenjarakan, dan diperlakukan layaknya budak. Bangsa Filistin menganggap pengalaman Simson menjadi kekalahan Simson sekaligus Allahnya. Penjara adalah tempat untuk merenungkan kualitas hidupnya dan kegagalannya kepada bangsa Israel, keluarganya, dan Allahnya. Simson siap untuk kesempatan lain dalam hidup.
3. DARI KELEMAHAN KEPADA KEKUATAN
Tragedi-tragedi diubahkan oleh Tuhan menjadi kemenangan-kemenangan. Bangsa Filistin berkumpul untuk merayakan kemenangan allah mereka Dagon, atas Simson dan Allahnya (Hakim-Hakim 16: 23, 24). Raja-Raja dari lima kerajaan Filistin hadir, dengan khalayak ramai sekitar 3.000 orang. Mereka memutuskan untuk mengundang Simson untuk menghibur mereka—untuk menyombongkan pencapaian-pencapaian mereka. Ia ditempatkan di antara dua tiang yang menopang bangunan itu, bersandar seolah sedang lelah dan lemah. Kemudian Simson berdoa, meminta Tuhan menguatkan dia untuk melakukan apa yang seharusnya ia telah lakukan; untuk menimpakan kekalahan besar bagi bangsa Filistin (ayat 30; bandingkan Hakim-Hakim 13: 5). Ini adalah doa komitmen total kepada Tuhan. Ia sedang menyerahkan hidupnya kepada Allah, mengekspresikan kesediaannya untuk mati dalam pelayanan-Nya. Ia ingin terbukti benar—suatu permintaan yang barangkali dinodai oleh kecintaan diri—tetapi ia juga ingin Allah terbukti benar dengan memperlihatkan kekuatan-Nya atas Dagon. Ia mati sebagai seorang prajurit di medan perang konflik kosmik. Akhir hidup bagi Simson merupakan momen penyerahan total kepada Tuhan dalam perbuatan beriman.
Angel Manuel Rodríguez pensiun setelah karir melayani sebagai seorang pendeta, profesor, dan ahli teologia.