SIHH 2019 Sepuluh rilisan terbaik | LEARNING TO LOVE Cara bijak mengapreasiasi jam tangan | JEAN-CLAUDE BIVER Bincang horologi nan inspiratif
I N DO N E S I A M A R E T 2019 - ME I 2019
MARET 2019 - MEI 2019 RP. 85.000
WWW.CROWNWATCHBLOG.ID
Omega Constellation Manhattan
EDITOR-IN-CHIEF SHANNON HARTONO shannon@crownwatchblog.id
CHIEF EDITOR - DIGITAL RONALD HUTAGALUNG ronald.hutagalung@crownwatchblog.id
HIGHEND MEDIA
BUSINESS DEVELOPMENT AMELIA WIDHARATNA amelia.widharatna@crownwatchblog.id
DISTRIBUTIONS & CIRCULATIONS MANAGER ADHIKA WICAKSANA adhika.wicaksana@crownwatchblog.id
MANAGING DIRECTOR HRISTO SIMEONOV hristo.simeonov@highend.media
PRODUCTION MANAGER ERIKA TANIA DESSYANDRA erika.tania@crownwatchblog.id
SALES & MARKETING EXECUTIVE NABILLA RAMADILA nabilla.ramadila@crownwatchblog.id
EDITOR ARVADA HARADIRAN arvada.haradiran@crownwatchblog.id
GRAPHIC DESIGNER ERICK WIBOWO erick.wibowo@crownwatchblog.id
Diterbitkan oleh PT Indah Gemilang Internasional Centennial Tower lantai 28, Jalan Gatot Subroto Kav. 24-25 Jakarta 12930
CHAIRMAN & CEO DAVID LEPPAN
PUBLISHER CONNIE YEUNG connie.yeung@highend.media VP, BUSINESS DEVELOPMENT ALAN TAN alan.tan@highend.media EDITOR-IN-CHIEF ALVIN WONG alvin.wong@highend.media ONLINE EDITOR MELISSA KONG melissa.kong@highend.media ART DIRECTOR DENNIS GOH dennis.goh@highend.media
Dicetak oleh PT Printindo Utama info@printindo.net CROWN INDONESIA is a proud member of TIME International Group and published under license from HIGHEND MEDIA PTE LTD, Singapore. No parts of this magazine are to be reproduced without the permission of TIME INTERNATIONAL and HIGHEND MEDIA PTE LTD. All rights reserved.
Published by HighEnd PTE LTD 133 AMOY STREET #03/04-01 FAR EAST SQUARE SINGAPORE 049962
K O N T R I B U T O R
Givania Diwiya Citta, Writer
Murenk, Photographer
Triska Agusti Putri, Stylist
Charmian Leong, Writer
Berangkat dari passion terhadap dunia literatur, Givania mengejar salah satu mimpinya untuk menjadi penulis melalui karier profesional sebagai jurnalis. Ia mengawali ekspedisinya dengan bekerja di beberapa majalah high-end lifestyle sejak tahun 2014 dan menarasikan berbagai cerita tentang kultur, seni, hingga travel. Kini ia masih meneruskan perjalanan menulisnya di industri media, sambil mengisi waktu luang sebagai vokalis di band indienya.
Selepas menyelesaikan studinya di Kelas Pagi Batch V, Murenk bergabung sebagai salah satu fotografer di Third Eye Space. Pria yang sangat passionate memotret makanan dan minuman ini tak hanya berkarya untuk keperluan komersial saja, tetapi juga senantiasa mengeskplorasi berbagai hal indah lainnya untuk difoto berdasarkan intuisinya.
Memiliki latar belakang pendidikan di bidang desain mode, Triska sempat bekerja di salah satu majalah mode dan gaya hidup pria terkemuka sekaligus ikut serta dalam membangun sebuah label mode online di Indonesia. Kini, ia melanjutkan babak baru dalam hidupnya dengan mengeksplorasi dunia styling dan desain mode, sembari mengejar hasratnya akan budaya Prancis.
Setelah tujuh tahun bekerja penuh sebagai karyawan kantoran, Charmian memilih untuk menjadi pekerja lepas dan terpana dengan aspek waktu berbeda: ia kini menguasai waktunya sendiri. Bila sedang tidak menulis dengan martini di genggaman, ia akan bermain video games dan tidur siang dalam sekejap.
VISION / SELF-PORTRAIT
EMANUEL BITTON Regional Sales Director dari Armin Strom membeberkan keunikan brand jam tangan independen yang bermarkas di Biel, Swiss. yang terlihat maupun tertutup sekalipun. Mirror atau black polishing, matte atau satin finish, hingga perlage atau snailing. Founder Armin Strom percaya bahwa jika kita bisa mendekorasi hingga 100 persen, mengapa berhenti di 75 persen? Inilah karakter Armin Strom yang sesungguhnya dan saya sangat bangga akan hal itu.
Armin Strom dikenal dengan skeleton movement dan teknologi Resonance, tetapi hanya sedikit yang mengetahui bahwa kami juga merupakan fully integrated watch manufacturer. Itu berarti keseluruhan operasi kami terintegrasi secara vertikal maupun horizontal: kami memiliki divisi spesialis untuk pembuatan case, dial, dan in-house movement. Inilah mengapa kami mampu memenuhi sebuah order bespoke dalam waktu tiga bulan, meskipun terbilang berskala kecil. Kami adalah high-end brand pertama yang memopulerkan tren personalisasi melalui online platform. Sekarang Anda bisa mengunjungi situs kami dan merancang jam tangan Armin
Strom Anda sendiri melalui sistem ‘configurator’ kami. Pilihlah movement, jarum jam, wheel, dan lain sebagainya yang Anda inginkan, kemudian para artisan kami akan merakitnya untuk Anda di Swiss. Saya tidak percaya yang namanya ‘online’ atau ‘offline’. Saya hanya percaya kepada multi-channel. Saya punya istilah ‘ROPO’: Research Online, Purchase Offline. Inilah mengapa kami harus eksis tidak hanya di situs web namun juga di media sosial, forum-forum, dan blog jam tangan online. Salah satu hallmark Armin Strom yang terpenting adalah 360-degree finishing. Kami mendekorasi semua komponen yang ada di jam tangan, baik
20
Tantangan terbesar bagi kami adalah menjaga keseimbangan antara jumlah produksi dengan eksklusivitas brand Armin Strom. Tentunya kami ingin menjual lebih banyak jam tangan, namun Anda juga harus tahu bahwa ada banyak orang yang meminta kami untuk tidak memproduksi terlalu banyak dan menjadi terlalu besar. Bagi mereka, eksklusivitas jam tangan sangat penting dan kami pun harus menghormati pandangan mereka ini. Asia Tenggara dan Indonesia menjadi pasar penting bagi kami di tiga tahun terakhir ini. Armin Strom bukan brand jam tangan yang dikenal secara komersial; pembeli kami terbatas di lingkungan kolektor atau mereka yang sangat passionate mengenai jam tangan. Walaupun begitu, wilayah ini menunjukkan potensi yang begitu besar. Ini bisa dilihat dari kedatangan saya ke Indonesia hari ini. Saya rasa waktunya sudah tepat untuk memperkenalkan brand ini di Indonesia melalui The Time Place.
GIANCARLO MANTUANO Vice President of Sales HYT tentang arti menjadi sebuah brand milenial
Saya pikir kami tidak akan pernah menjadi mainstream, mengingat teknologi dan brand DNA kami. Namun itu bukan berarti kami menjauhi kolaborasi dengan established brand lainnya di pasar. Saya tidak bisa membeberkan nama maupun detail apapun mengenai kolaborasi dengan brand-brand ini, namun beberapa produk yang ada di pasar saat ini sudah menampilkan hasil dari kolaborasi tersebut dan kami cukup puas dengan hasilnya. Di masa mendatang, kami akan terus melanjutkan strategi ini.
Saya bergabung dengan HYT sekitar dua tahun lalu. Saya terpikat dengan peluang serta keunikan posisi yang ditawarkan di perusahaan ini. HYT itu sendiri merupakan brand yang tergolong masih baru di dunia jam tangan — terdapat begitu banyak hal baru dan tantangan yang harus dihadapi, dipecahkan, diciptakan, dan ditemukan. Kami tidak punya buku manual yang menjelaskan cara menjalankan bisnis ini. Bagi saya, ini merupakan sebuah peluang langka yang tidak boleh dilewatkan. HYT memiliki daya tarik dan storytelling tersendiri. Pekerjaan saya dibuat mudah
karena terdapat begitu banyak cerita di balik brand HYT, mulai dari aspek Penelitian dan Pengembangan, teknologi, hingga filosofi bisnis kami yang selalu berkiblat ke masa depan atau berpandangan avant-garde. Saya tidak terlalu khawatir dengan ‘ancaman’ smartwatches. Saya tidak memungkiri fakta bahwa smartwatch memiliki angka produksi yang lebih besar dibanding keseluruhan industri jam tangan Swiss saat ini, namun saya pikir kami memiliki basis pembeli dan pangsa pasar tersendiri yang tidak akan memilih smartwatch ketimbang jam tangan HYT. 21
Orang sering tidak tahu bahwa kami adalah brand millennial. Ya, kami semua di HYT merupakan pekerja milenial! Kami juga merupakan satu-satunya brand independen yang digital native, jadi gaya komunikasi terhadap klien kami juga sudah berbeda dari awalnya. Berkomunikasi dengan kaum milenial dengan gaya dan teknologi yang mereka sukai merupakan hal yang sudah biasa dan alami bagi kami. Indonesia adalah sebuah negara yang sangat besar. Saya lihat pasarnya memang memiliki tingkat kejenuhan cukup tinggi dengan begitu banyak pilihan brand jam tangan, namun saya juga melihat bahwa konsumen di sini masih ‘haus’ untuk hal-hal yang baru dan unik. Partner kami di Indonesia, TIME International, menjadi mitra yang berharga bagi kami dan kami juga berencana akan meningkatkan dukungan kami terhadap mitra-mitra lokal serta pelanggan di sini.
IDENTITY
60
GENEVA DAYS 2019 Konglomerat luxury goods asal Prancis, LVMH, merilis koleksi timepiece teranyar dari empat brand jam tangan andalannya Arvada Haradiran
S
etiap Januari — paling tidak hingga tahun ini karena mulai tahun depan SIHH dan Baselworld menyelaraskan penyelenggaraannya secara beruntun dalam bulan April — Jenewa menjadi tuan rumah bagi puluhan ribu retailer, brand, kolektor, dan para jurnalis horologi yang datang dari berbagai belahan dunia. Kehadiran mereka tentu saja untuk menyaksikan peluncuran kreasi-kreasi jam tangan terbaru di SIHH yang merupakan salah satu ajang tahunan paling dinanti-nanti oleh industri ini. Periode penyelenggaraan yang lebih awal dibandingkan pameran jam besar lainnya menjadi salah satu keunggulan SIHH yang kemudian memunculkan fenomena menarik, di mana beberapa brand jam tangan yang tidak berpartisipasi dalam SIHH turut mengadakan pameran mini bagi rilisan teranyarnya secara terpisah dan independen pada periode yang sama di Swiss. Hal ini tentunya sah-sah saja, sebagaimana bisa jadi tak semua brand memiliki strategi pemasaran yang
61
sejalan dengan konsep yang ditawarkan oleh SIHH atau sebagian dari mereka bahkan merupakan partisipan Baselworld namun tentunya tak mau melewatkan momentum awal tahun untuk dapat merilis lebih dulu beberapa koleksi terpilihnya — biasa kita kenal dengan sebutan koleksi pre-Baselworld. Tengok saja LVMH yang menyelenggarakan pameran bertajuk Geneva Days untuk empat brand jam tangan di bawah naungannya: Bvlgari, Hublot, TAG Heuer, dan Zenith. Meski keempatnya akan berpartisipasi di Baselworld 2019, tak berarti koleksi yang dirilis dalam Geneva Days kalah menarik. Pada penyelenggaraan yang ke-3 dari Geneva Days ini, keempat brand tersebut menyajikan sederet timepiece super unik dengan teknologi, material, dan estetika yang kembali mengukuhkan kepiawaian mereka sebagai produsen jam tangan Swiss berkualitas superior. Berikut adalah kurasi kami untuk rilisan dari Bvlgari, Hublot, TAG Heuer, dan Zenith yang paling menonjol di Geneva Days 2019.
IDENTITY
BVLGARI
Octo Finissimo TB Carbon 103072 Argumen terkuat dari Bulgari sebagai haute horlogerie brand serius bisa diesensikan melalui jam tangan ini. Terdapat 827 komponen yang keseluruhannya dibuat dengan tangan, kemudian dipadukan dan dikalibrasi ke dalam sebuah case bermaterialkan karbon CTP dengan bobot hanya 48 gram. Tidak hanya itu, Octo Finissimo TB Carbon sekaligus menjadi jam tangan tourbillon tertipis (1.95 mm) di dunia dengan movement Calibre BVL 288 ultra-thin flying tourbillon yang dapat Anda lihat melalui caseback transparannya. Terbatas hanya 50 buah.
GĂŠrald Genta 50th Anniversary Watch Watch aficionados akan fasih menceritakan bagaimana Bvlgari mengakuisisi GĂŠrald Genta di tahun 2000, sebuah brand yang mulanya didirikan pada 1969 oleh desainer dan watch master jenius bernama sama. Kini, pada tahun 2019 Bulgari memperingati 50 tahun craftsmanship sang maestro yang legasinya masih begitu melekat dalam jiwa para watchmaker dari brand yang kini bermarkas di Le Sentier, Swiss, ini melalui GĂŠrald Genta 50th Anniversary Watch. Jam ini dilengkapi oleh movement Calibre Bi-retro BVL 300 otomatis dengan mekanisme jumping hours, case Arena dengan bentuk bundarnya yang khas, serta logo orisinal GĂŠrald Genta di dial.
Serpenti Spiga 103060 Bvlgari merilis hasil eksplorasi terbarunya untuk jam tangan Serpenti yang identik dengan bentuk dial hingga strap yang menyerupai ular. Tahun ini, kombinasi menawan dari material rose gold 18 karat dan keramik menjadi daya tarik utama yang disuguhkan melalui Serpenti Spiga. Menariknya, Bvlgari perlu memproses material keramik dengan metallized treatment untuk mendapatkan warna cokelat mengilap yang sempurna. Perhatian terhadap detail juga ditunjukkan Bvlgari melalui bezel berhiaskan berlian dan crown yang menampilkan cabochon-cut ceramic.
62
HUBLOT Spirit of Big Bang Yellow Sapphire 42mm Untuk memberikan palet warna kuning secerah matahari, Hublot menginfus bahan tembaga dengan aluminium oksida yang menghasilkan sebuah material transparan namun tahan gores. Spirit of Big Bang Yellow Sapphire juga dijanjikan setangguh berlian (9 pada skala Mohs, dibandingkan 10 untuk berlian) dan seenteng titanium yang tercatat hanya membebani 107 gram di pergelangan tangan. Tersedia hanya 100 buah di seluruh dunia, jam ini memiliki self-winding chronograph movement dari calibre Zenith El Primero yang legendaris dan telah diskeletonisasi ala Hublot.
Classic Fusion Chronograph Orlinksi Red Ceramic Model ‘gila’ yang wajib diliput tahun ini mencakup Hublot Classic Fusion Chronograph Orlinksi Red Ceramic, sebuah kreasi distingtif yang menampilkan karya seni Richard Orlinski, seniman Pop-Art kontemporer tersohor dari Prancis yang telah menjalin kolaborasi dengan Hublot sejak 2017, dalam balutan keramik berwarna merah cerah yang terkenal sangat sulit untuk didapatkan melalui material tersebut. Haute horlogerie ini tampil gagah dengan case berdiameter 45 mm, bezel berbentuk dodekagon, dan self-winding skeleton chronograph movement HUB1155 yang bisa dikagumi melalui sapphire case back.
Big Bang Paraíba Untuk salah satu iterasi Big Bang tahun ini, Hublot menampilkan batu mulia terlangka dan tereksotis, yaitu Paraíba Tourmaline, sebuah batu berharga yang memiliki rasio 1 dibanding 10.000 berlian yang ditambang di dunia. Untuk pertama kalinya, sebuah brand jam tangan berani memadukan batu super eksotis ini ke kreasinya dalam gemerlap pirus yang spektakuler. Hadir dalam format baguette-cut, model ini tersedia dalam empat opsi dengan jumlah Paraíba Tourmalines yang bervariasi.
63
IDENTITY
TAG HEUER Carrera Calibre Heuer 02T Tourbillon Nanograph Dengan dirilisnya Carrera Calibre Heuer 02T Tourbillon Nanograph, TAG Heuer seolah ingin kembali menegaskan statusnya sebagai avant-garde watchmaker terkemuka. Jam tangan ini menjadi yang pertama di dunia yang menampilkan carbon-composite hairspring pada movement. Teknologi ini menggunakan material dari komposit karbon canggih yang terbuat dari gas yang dipadatkan, sebagai pengganti material silikon. Keunggulan hairspring berkomposit karbon ini, menurut CEO dari TAG Heuer Institute Guy SĂŠmon ialah sifatnya yang anti magnetis, lebih ringan, lebih tahan lama dibanding material silikon, dan lebih resisten terhadap efek gravitasi dan benturan.
64
Selain carbon-composite hairspring, in-house movement Heuer 02T pada versi terbaru Carrera ini juga dilengkapi keseimbangan frekuensi mencapai 28.800 getaran per jam, sentuhan warna Superluminova pada balance wheel, dan power reserve hingga 65 jam. Sebagai pemegang paten dan hak cipta untuk memproduksi carbon composite hairspring secara eksklusif, TAG Heuer membanggakannya sebagai sebuah inovasi in-house termutakhir yang didesain dan diproduksi 100 persen di lokakaryanya di La Chauxde-Fonds.
ZENITH
Zenith Defy Classic Two-Tone Jam tangan ini menjadi versi twotone (kombinasi rose gold 18 karat dengan brushed titanium) pertama bagi koleksi Defy yang sangat populer dengan model-model berdiameter 41 mm. Tahan air hingga kedalaman 100 meter, Defy Classic Two-Tone juga tidak hanya unggul sebagai companion piece, namun juga sebagai penunjuk waktu presisi nan fungsional ala Zenith berkat movement Calibre Elite 670 otomatis yang berdetak pada frekuensi 4 Hz dan menawarkan power reserve 50 jam.
Pilot Collection Di 2019, brand berkiblat chronometer ini menyuntikkan dua model baru dari koleksi Pilot, yaitu Pilot Type 20 Extra Special Blue dan Pilot Type 20 Ton Up Black, dua model yang memancarkan nuansa retro dan sporty pada saat yang sama. Pilot Type 20 Extra Special Blue menampilkan bronze case yang dipadukan harmonis dengan dial berwarna biru dan tali jam nubuck berpalet sama, sementara Pilot Type 20 Ton Up Black menonjolkan case dari aged stainless steel, matte black dial, dan tali jam black oily nubuck leather yang mewakili tampilan ‘Ton-Up Boys’, komunitas biker ala CafĂŠ Racer.
50 Years of El Primero Anniversary Set Set yang dibuat untuk memperingati setengah abad eksistensi movement El Primero yang legendaris ini menampilkan tiga jam tangan. Pertama adalah jam tangan reissue dari model orisinalnya, El Primero A386 rilisan tahun 1969. Kedua, model Chronomaster 2.0 yang dalam set ini adalah perwujudan kontemporer dari leluhurnya yang paling awal, dan yang ketiga adalah Defy El Primero 21 Chronograph jelas dimaksudkan untuk menjadi simbol bagi masa depan Zenith. Sesuai dengan namanya, Defy El Primero 21 juga menampilkan chronograph movement berpresisi super tinggi, yaitu 360.000 vibrasi per jam atau 50 Hz, atau sepuluh kali lebih tinggi dari model pendahulunya.
65
IDENTITY
MASTERFUL MAESTRO Jean-Claude Biver, sang maestro yang begitu berjasa menyelamatkan industri jam tangan Swiss saat Quartz Crisis di era ‘70-an, akhirnya memutuskan untuk mengambil kursi penumpang setelah berkecimpung selama lebih dari empat dekade di dunia horologi. Arvada Haradiran
J
menjadi President Watches Division LVMH Group yang mengelola Hublot, TAG Heuer, dan Zenith. Namun pada September 2018, dunia jam tangan Swiss digegerkan dengan pengumuman dari LVMH bahwa JeanClaude Biver, setelah lebih dari 40 tahun, mengundurkan diri dari jabatan seniornya di perusahaan tersebut.
ean-Claude Biver adalah sebuah nama yang sering disandingkan dengan namanama besar lainnya yang merupakan figur ikonis dalam sejarah perkembangan industri. Bila dunia show business memiliki P. T. Barnum dan dunia teknologi boleh membanggakan Steve Jobs, dunia jam tangan Swiss positif memanggil Jean-Claude Biver sebagai pahlawannya.
Apakah ini awal dari berakhirnya sebuah era Jean-Claude Biver? “No!” jawabnya dengan lantang ketika kami menemuinya secara langsung di Singapura, pada Desember lalu. Simak wawancara CROWN Indonesia dengan sang legenda jam tangan Swiss mengenai perannya sekarang di LVMH, jam tangan favoritnya, dan inspirasinya untuk terus berkarya di usia lanjut.
Pria kelahiran 1949 ini sudah aktif di industri jam tangan sejak tahun 1975 ketika ia memutuskan untuk pindah ke Vallée de Joux di Jura, Swiss, yang terkenal akan barisan pegunungan nan indah. Pada awalnya, ia berusaha untuk menjadi peternak (hingga sekarang, Jean-Claude Biver terkenal sebagai pembuat keju Swiss yang kompeten dan sering menghadiahi mitra kerja dengan keju buatannya sendiri), namun takdir berkata lain. Pada tahun itu juga ia bertemu dengan Georges Golay, Chairman Audemars Piguet, yang memberikan pekerjaan pertama JeanClaude Biver di industri jam tangan Swiss.
Tumben Anda tiba-tiba mengunjungi Singapura yang jauh dari rumah Anda, kurang dari seminggu dari libur natal. Ada apa gerangan? Tidak ada apa-apa. Saya hanya rindu dengan Singapura dan dengan kalian semua, sahabat-sahabat terbaik saya. Saya memiliki sejarah yang panjang di sini dan kesuksesan saya bersama Hublot bisa ditelusuri kembali ke wilayah ini.
Sejak saat itu, tangan dinginnya telah berhasil membangun dan mengembangkan Blancpain dan Omega. Pada tahun 2014, ia ditunjuk
82
83
IDENTITY
Hanya itu alasannya? Sebenarnya juga, saya tidak sadar bahwa ini sudah dekat dengan natal dan akhir tahun. Saya memang sangat menyukai travelling dan saya tidak tahan tinggal diam terlalu lama. Saya harus selalu bergerak. Namun kali ini, saya ke sini 100 persen untuk leisure bukan untuk berbisnis. Inilah mengapa saya mengundang kalian semua untuk bertemu dengan saya. Mohon maaf jika ini terlalu mendadak, tetapi saya sangat senang Anda semua bisa berada di sini bersama saya. Dari mana Anda mendapatkan inspirasi untuk bisa terus bergerak seperti ini? Kalau saya boleh terus terang, ini semua bersumber dari kecintaan saya yang mutlak terhadap jam tangan. Jika saya tidak memiliki extreme passion terhadap jam tangan, sudah lama saya akan berhenti total. Namun Anda tidak bisa resign dari passion Anda. Anda bisa berhenti dari pekerjaan Anda, tetapi Anda tidak bisa berhenti dari apa yang Anda cintai. Passion adalah cinta dan cinta itu seumur hidup. Saya tidak bisa berhenti mencintai jam tangan. Anda diketahui baru saja mengundurkan diri sebagai senior eksekutif di LVMH Group. Apa yang akan terjadi sekarang? Secara eksternal, saya masih melakukan pekerjaan dan memegang peran yang sama bagi perusahaan ini, yaitu menjadi muka dan suara dari brand-brand di bawah tanggung jawab saya. Namun secara internal saya tidak lagi memegang peran eksekutif, fungsi tersebut kini dipegang oleh masing-masing CEO brand. Mereka yang akan bertanggung jawab penuh untuk operasional masing-masing brand.
Hublot Big Bang Chronograph Tourbillon All Black
Apa yang memotivasi Anda untuk mengambil keputusan ini? Motivasi saya tetap sama: kecintaan mendalam untuk jam tangan. Jadi passion saya tidak pernah berubah, namun pengaplikasiannya kini telah berubah. Jika dulu saya fokus kepada melakukan, membuat, menciptakan, dan mengelola, kini saya fokus ke pembinaan, pembelajaran, berbagi ilmu, dan mengajar. Dulu, saya berada di kursi pengemudi. Sekarang, saya duduk di kursi penumpang dan mengawasi dan mengajari generasi di bawah saya untuk menjadi pengemudi penerus di perusahaan.
telah membantu orang lain untuk berkembang. Saya juga ingin dikenang sebagai orang yang dipenuhi oleh cinta kasih karena untuk menghormati sesama saya, kolega-kolega saya, merupakan aksi cinta kasih. Berbagi kesuksesan dengan anak buah saya merupakan aksi cinta kasih. Memaafkan anggota tim yang salah juga merupakan aksi cinta kasih.
Bagaimana Anda ingin dikenang oleh dunia jam tangan? Saya ingin dikenang sebagai orang yang bersih dan jujur, memiliki etika kerja yang hebat, dan yang
Apa kenangan terindah dan terburuk selama di karir Anda? Pengalaman saya yang terindah adalah ketika saya pertama kali menginjakkan kaki di outlet
84
Audemars Piguet di Le Brassus pada tahun 1975. Itulah momen saya pertama kali memulai kerja di Audemars Piguet dan masuk ke dalam dunia jam tangan untuk seterusnya. Bagi saya, momen tersebut tak akan pernah bisa terlupakan karena seseorang telah memberi saya kesempatan dan membuka pintunya bagi saya. Saya akan selalu mengingat Georges Golay, chairman Audemars Piguet pada saat itu. Momen terburuk adalah ketika saya menjual Blancpain, brand yang saya kembangkan bersama partner saya, Jacques Piguet dari tahun ‘80-an. Pada hari itu, saya menjadi seorang jutawan, namun saya merasa perih di dalam hati. Pikiran saya adalah saya telah melepaskan tim saya, orang-orang di balik bertumbuhnya brand Blancpain yang telah saya bina dengan susah payah dari awal mula. Saya telah menjual mereka. Tentunya orang-orang berkata bahwa saya tidak benar-benar menjual atau melepaskan mereka, bahkan sebaliknya, saya telah menjamin masa depan mereka, namun bagi saya hal tersebut tetaplah merupakan memori tragis di dalam hidup saya. Apa pandangan Anda mengenai ancaman smartwatch terhadap industri jam tangan Swiss? Apakah menurut Anda hal ini bisa memicu fenomena menyerupai Quartz Crisis? Saya rasa pandangan tersebut terlalu berlebihan. Saya bukan menyatakan smartwatches sama sekali tidak mengancam industri jam tangan Swiss, namun jujur saya malah berterima kasih terhadap Apple yang telah menjual sekitar 30 juta jam tangan. Mengapa? Karena nantinya, akan lebih mudah bagi kami untuk menjual jam tangan kepada seseorang yang telah terbiasa mengenakan jam tangan ketimbang seseorang yang belum pernah sama sekali. Boleh saja hari ini mereka ‘latihan’ mengenakan Apple Watch, tetapi besok ketika mereka ingin membeli jam tangan mewah, kami bisa mendekati mereka dengan lebih mudah. Anda juga merupakan salah satu pelopor di perusahaan yang pertama kali membuat dan merilis koleksi smartwatches? Ya, TAG Heuer menjadi brand pertama kami yang menawarkan koleksi smartwatches (seri TAG Heuer Connected Modular). Sebuah tren yang menarik mengenai smartwatches kami adalah pembelinya terdiri dari kelompok usia 35 hingga 45 tahun. Jadi, di sini terlihat bahwa sebenarnya pembeli utama smartwatches bukan berasal dari segmen milenial.
Anyway, saya percaya kepada potensi smartwatches karena smartwatches merupakan alat komunikasi, perpanjangan dari fungsi jam tangan itu sendiri. Bagi saya, smartwatches is the future. Apa tantangan terbesar bagi industri jam tangan Swiss di masa depan? Tantangan terbesarnya adalah memahami dan menggaet pembeli milenial. Anda harus mengerti bahwa generasi ini memiliki cara pikir, pola konsumsi, dan kebiasaan yang sama sekali berbeda dari generasi sebelumnya. Di Eropa, contohnya, mereka sudah terbiasa berbagi — kendaraan, musik, dan bahkan jam tangan. Mereka sudah terbiasa menyewa jam tangan! Bagaimana Anda akan membujuk dan menjual jam tangan kepada mereka? Anak-anak yang lahir di tahun 2000-an akan menjadi pembeli ketika mereka berumur 35 tahun. Jika kita bisa beradaptasi dan berkembang bersama mereka, kita akan mampu bertahan. Namun hal itu sudah harus dipersiapkan dari sekarang. Apakah ini juga berlaku bagi pembeli wanita? Sangat berlaku! Dulu, jarang ada wanita yang memakai Hublot karena jam tangan tersebut dianggap terlalu maskulin. Begitu juga halnya dengan mobil seperti Ferrari. Namun sekarang, saya melihat wanita-wanita muda ini mulai melakukannya. Generasi ini, mereka sengaja memakai jam tangan Hublot justru karena jam tangan ini tidak terlihat seperti jam tangan yang didesain untuk wanita. Mereka seolah mengatakan, ‘kami sejajar’. Mereka tak lagi bergantung kepada pria untuk membelikan apa yang mereka inginkan. Saat ini, sekitar 31 persen klien Hublot terdiri dari pembeli wanita. Mereka biasanya berkarakter super independen dan beberapa merupakan clientele istimewa, namun saya tidak bisa membocorkannya di sini. Apa jam tangan favorit Anda? Jam tangan yang saya kenakan pada saat ini, Hublot Big Bang Chronograph Tourbillon All Black. Saya tidak pernah berhenti mengenakannya sejak memakainya di pergelangan tangan saya untuk pertama kalinya pada tahun 2005; setiap hari dan pada setiap kesempatan. Ini adalah jam tangan keberuntungan saya, satu-satunya prototipe yang dibuat khusus bagi saya. Jam tangan ini merupakan prototipe pertama yang menjadi template bagi koleksi-koleksi berikutnya dan yang menjadi inspirasi bagi Hublot itu sendiri, jadi Anda bisa bayangkan bagaimana jam tangan ini sangat dekat di hati saya.
85
IDENTITY
86
THE ART OF CRAFT Sehari mendalami dunia horologi tingkat tinggi ala A. Lange & Söhne Arvada Haradiran
P
rodusen jam tangan mewah dari Saxony, Jerman, A. Lange Söhne bersama The Time Place mengadakan Connoisseur’s Akademie Double Assembly pada 22 November 2018 di Rumah Heritage Jakarta. Kelas tutorial ini bertujuan untuk memberikan sedikit pengalaman dan pengetahuan mengenai pembuatan jam tangan ala Saxonia yang tersohor akan kerumitan komplikasinya dan obsesi detail ala Jerman yang jarang diketahui oleh khalayak umum. Connoisseur’s Akademie Double Assembly mengambil tempat di sebuah ruang dalam rumah bergaya kolonial yang sarat dengan sejarah, sangat cocok dengan karakter manufacture dari Glashütte, sebuah kota kecil di Jerman yang mampu bertransformasi menjadi sentra pembuatan jam tangan prestisius pasca Perang Dunia II.
HISTORICAL LEGACY Menurut Robert Hoffmann, kepala departemen Zeitwerk di A. Lange & Söhne sekaligus guru kami untuk masterclass pada hari itu, hanya terdapat sekitar 3.000 penghuni tetap di kota Glashütte. Pada siang hari, populasi kota membengkak menjadi 6.000 orang karena dibanjiri oleh para pekerja horologi. A. Lange & Söhne itu sendiri merupakan perusahaan jam tangan tertua di Glashütte yang menjadi rumah bagi 11 brand jam tangan lainnya. Sejarah Glashütte sebagai sentra jam tangan Jerman dimulai pada 1845 ketika Kementerian Dalam Negeri Kerajaan Saxon menyetujui proposal Lange dan memberikan suntikan dana sebesar 5.580 thaler untuk membiayai pusat pelatihan. Di lokasi itu, ia mengajar, membuat, dan menyempurnakan teknik dan teknologi horologi. Moritz Grossman, Julius Assmann, dan Adolf Schneider ikut membuka lokakarya mereka masing-masing dan mereka, bersama dengan F. A. Lange, kini dikenang sebagai ’the four fathers of Glashütte watchmaking’.
87
IDENTITY
A. LANGE SӦHNE DIKENAL SEBAGAI KREATOR DI BALIK DERETAN JAM TANGAN YANG MEWAKILI DENGAN BAIK KONSEP DEUTSCHE GRÜNDLICHKEIT: MELAMPAUI KUALIFIKASI, EFISIEN, DAN TAK LEKANG OLEH WAKTU
88
Robert menginstruksikan kami untuk menggunakan kertas ampelas khusus yang telah disediakan untuk memoles gold chaton hingga sempurna. Ampelas yang digunakan terdiri dari tiga tipe: halus, medium, dan kasar. Menggunakan sepotong kayu untuk menjepit gold chaton supaya bisa digosok ke permukaan ampelas, kami memulai pekerjaan memoles di ampelas bertipe kasar. Saya pun sibuk menggosok-gosok gold chaton dari urutan ampelas terkasar hingga terhalus selama beberapa menit. Cukup merasa puas dengan usaha saya, saya mengintipnya kembali melalui lup. Bukannya mulus, permukaan ring kini malah kian dihiasi banyak baret. Ternyata pekerjaan memoles itu sendiri tak semudah yang saya bayangkan.
Perang Dunia II yang mendera Glashütte pun tak menghentikan Lange untuk tetap berkarya. Berbagai teknik dan langgam pembuatan jam tangan ala Glashütte justru muncul dan berkembang dengan pesat. Inilah masa-masa di mana semangat para watchmakers Glashütte benar-benar diuji dan bersinar. Karena mereka tidak lagi bisa mengandalkan pemasok dari luar, para watchmakers mulai mendesain dan memproduksi komponen jam tangan untuk digunakan sendiri. Hari ini banyak brand jam tangan yang menggunakan istilah ‘in-house’ untuk menambahkan nilai pemasarannya, namun bagi industri jam tangan Glashütte, istilah tersebut hanyalah merupakan sebuah keharusan untuk bertahan hidup. Seiring dengan peristiwa reunifikasi Jerman pada 1990, perusahaan yang dirintis oleh visioner watchmaking basis Jerman ini kembali bergeliat. Diinisiasi oleh Walter Lange, cicit dari Ferdinand Adolph Lange, dan Günter Blümlein, seorang eksekutif jam tangan, bendera A. Lange & Söhne sebagai sebuah brand Saxony kembali berkibar. Pada saat yang sama, ia juga membuka kembali operasinya di Glashütte. Akhirnya pada 1994, A. Lange & Söhne sukses merilis koleksinya yang pertama sejak ia dihidupkan kembali dari mati surinya.
“Anda harus menggunakan sentuhan khusus untuk bisa memoles komponen jam tangan dengan sempurna,” kata Robert, “pekerjaan finishing itu ibarat melukis.” Brand dari Saxony ini memang terkenal untuk kreasikreasi super sublim dan presisi, seperti koleksi 1815 dan Zeitwerk — model-model yang menggambarkan dengan baik konsep ‘Deutsche gründlichkeit’: melampaui kualifikasi, efisien, dan tak lekang waktu. Robert sendiri mengonfirmasi bahwa manufacture ini memang terobsesi dengan finishing dan dekorasi yang superlatif. “Hampir semua komponen jam tangan, baik yang terlihat dan bahkan yang tidak, mendapatkan treatment tersendiri. Inilah salah satu trademark kami yang sudah sangat dikenal oleh kolektor kami,” jelas Robert.
CLASS IN SESSION Kembali ke kelas kami pada hari itu bersama Robert, ia menjelaskan bahwa tugas kami sebagai watchmaker ‘dadakan’ yang terbatas waktu adalah sekadar menanggalkan dua dari 18 sekrup biru yang terdapat di balance wheel movement, mencabut dua gold chaton berbentuk cincin dari rumahnya dan memolesnya hingga sempurna, kemudian menyekrupnya kembali ke dalam assembly. “Di A. Lange & Söhne, kami menggunakan teknik double assembly dalam proses perakitan semua jam tangan kami,” kata Robert, “dan yang akan kita lakukan hari ini adalah melakukan first assembly. First assembly merupakan tahap pertama yang masih terlihat kasar dan dasar, namun sangat krusial untuk memastikan semuanya akan berjalan mulus untuk 5, 10, dan 100 tahun ke depannya.”
Pada akhir kelas, saya telah sukses menghilangkan satu dari dua sekrup yang sempat digarap (saya tidak sendiri dalam hal ini, by the way), tidak berhasil memoles gold chaton menjadi mulus mengilap, dan harus dibantu oleh Robert tidak kurang dari empat kali hingga akhirnya ia bersedia menerima hasil pekerjaan dan mengizinkan saya untuk menyekrupnya kembali ke balance wheel. Ternyata inilah pelajaran yang ingin disampaikan oleh Robert kepada kami semua pada hari itu: pekerjaan finishing tidak semudah yang terlihat. Kesempatan yang diberikan kepada kami untuk mencicipi pekerjaan keseharian para watchmaker ini sontak membuka mata kami mengenai tingkat keahlian (dan kesabaran) yang dibutuhkan untuk dapat menjadi sukses sebagai seorang artisan Glashütte. Inilah realitas para pahlawan di belakang layar renaisans German watchmaking yang sesungguhnya: berkutat dengan hal yang sama, menghabiskan waktu berjam-jam, sendirian, dan dalam posisi yang sama, dari bulan ke bulan, dan tahun ke tahun. ‘There are no shortcuts’, seperti kata Robert.
Robert menjelaskan bahwa kami harus berhati-hati dalam menanggalkan dan memasang sekrup, serta gold chaton yang terbuat dari emas murni ini dikarenakan ukurannya yang sangat mikro dan rentan tergores. Berukuran hanya 1 mm, kami harus mengenakan lup khusus hanya untuk bisa melihatnya dengan jelas. Benar saja, belum apa-apa saya sudah sukses menggores bagian atas sekrup. “A. Lange & Söhne terobsesi dengan kesempurnaan,” tutur Robert. Berdasarkan pernyataan tersebut, sekrup yang tergores tadi tentunya sudah tidak bisa digunakan lagi dan harus dibuang bila terjadi pada proses watchmaking sesungguhnya. Setelah bersusah payah menanggalkan kedua sekrup tersebut, tiba saatnya kami harus memoles permukaan gold chaton hingga mulus sebelum memasangkannya kembali.
89