IRASAH D MEDP Newsletter Juli 2009
BLOCKGRANT
AKHIRNYA AKAN DICAIRKAN DIRASAH
1
DA F T A R I S I
DIRASAH MEDP Newsletter
Alamat: Lantai 8 Blok C 808 Gedung Departemen Agama Jl. Lapangan Banteng Barat no. 3-4 Jakarta Dewan Redaksi: Bahrul Hayat, PhD, Dr. Mohammad Ali, Dr. Affandi Mochtar Pemimpin Umum: Drs. H. Firdaus, M.Pd Pemimpin Redaksi: Dr. Rohmat Mulyana, M.Pd Wakil Pemred: Aceng Abdul Aziz, M.Pd Staf Redaksi: Abdul Rouf, Bekti Indramaji, Ety Herawati, Fifi Mutia, Nina Hasanah, Muhibuddin Konsultan Produksi: PT. Madah Arbata Design: Ahmad Gabriel Website: medp.depag.go.id
4 SALAM REDAKSI
PROGRAM
3
20 MEDP Selenggarakan Seleksi Kualifikasi 22 Tim ADB Pantau Kegiatan Madrasah 24 Tunjangan Profesi Guru Sudah Ditandangani 25 Drs. Firdaus M.Pd: Madrasah Masih Perlu Perhatian 26 Menag: Didikkan Agama Sejak Usia Dini 27 Madrasah Tak Kalah Bagus
Ukuran Keberhasilan
LAPORAN UTAMA 4
Gunakan Blockgrant Sesuai Prosedur 7 Blockgrant Disiapkan Seksama 9 TA Siapkan Pemantauan 11 Madrasah Siap Sukseskan MEDP PENGALAMAN 12 Madrasah Jadi Sadar Akan Asetnya PROFIL 14 MI DDI Cambalagi: Bertahan dalam Persaingan 16 MTs Wahid Hasyim Jember: Tersedia Hotspot Internet 18 MANU Limpung: Berlian di Tengah Lumpur
12
APA SIAPA 28 Mereka yang di Belakang MEDP PERSPEKTIF 31 Chris Batchelor: Perlu Komunikasi Intensif antara Daerah dan Pusat 32 Abdul Rouf: Gunakan Blockgrant Sesuai Kesepakatan LENSA 35 Foto-foto Kegiatan MEDP
22
2
18
Juli 2009
31
SAL AM RE DAKSI
Ukuran Keberhasilan
P
embaca, edisi ketiga buletin Dirasah kali ini memuat laporan panjang tentang blockgrant dan seluk-beluknya. Kami antara lain memotret segenap persiapan yang telah dilakukan, oleh pelaksana di tingkat pusat maupun daerahdaerah, menyangkut pengelolaan dana hibah yang dikucurkan melalui program MEDP. Alhamdulillah, semuanya berjalan sesuai harapan. Pihak madrasah pun sudah memperoleh informasi mengenai kepastian jumlah dana yang akan mereka terima. Memang masih ada yang mempertanyakan soal perbedaan antara jumlah dana yang disetujui dengan yang direncanakan semula oleh mereka melalui MDP. Bahkan, karena salah paham, ada yang mengira sebagian dana dipotong dikarenakan perbedaan jumlah tadi. Hal-hal seperti itu, syukurlah, telah dijelaskan setuntas-tuntasnya. Kami tegaskan, tak sepeser pun dana hibah blockgrant yang halal dipotong. Bahkan untuk diselewengkan dari MDP, pun tak boleh sama sekali. Kita tahu, program MEDP ditujukan untuk mendukung upaya
pemerintah dalam rangka meningkatkan pendidikan madrasah sehingga dapat memenuhi standar nasional pendidikan. Untuk itu, seluruh komponen madrasah harus ditingkatkan, yang mencakup peningkatan profesionalisme guru, sumberdaya, fasilitas, efisiensi, tata kelola, pengelolaan, dan keberlanjutan madrasah sasaran. Kita ingin mutu lulusan madrasah meningkat sehingga dapat memiliki kesetaraan dengan lulusan sekolah umum untuk memasuki perguruan tinggi dan lapangan pekerjaan. Kita juga ingin meningkatkan akreditasi dengan cara membantu madrasah memenuhi standar pendidikan di jenjang pendidikan dasar (MI dan MTs) dan menengah (MA). Ini dapat terlihat dari peningkatan jenjang akreditasi madrasah di Badan Akreditasi Nasional. Itulah sebagian ukuran keberhasilan yang ingin kita capai melalui program MEDP. Keberhasilan-keberhasilan tersebut tentunya menuntut kerja keras dari kita semua, selain terus berdoa dan bertawal kepada Allah SWT. Dr. Rohmat Mulyana, M.Pd. Manajer Proyek MEDP
DIRASAH
3
LA P O RA N UT A M A
Gunakan Blockgrant Sesuai Prosedur Begitu blockgrant diterima, hendaknya dana itu dipergunakan, kemudian dilaporkan dengan cermat sesuai standar dan prosedur yang telah ditetapkan. Ini agar program MEDP bisa berjalan dengan baik.
B
antuan dana dengan nama blockgrant yang menjadi program inti Madrasah Education Development Project (MEDP) telah benar-benar siap dicairkan. Jumlah dana blockgrant masing-masing madrasah juga telah ditentukan. Kini semua madrasah sedang bersiap-siap menerima bantuan yang diyakini bisa memberikan kontribusi besar bagi pengembangan madrasah. Blockgrant akan langsung dikucurkan oleh pihak MEDP ke setiap rekening madrasah. Sehingga dengan begitu dana yang diterima madrasah tetap utuh dan dapat langsung dipergunakan untuk kepentingan pengembangan madrasah menurut rencana yang telah diusulkan. Semua pengunaan blockgrant sejak diterima hingga pelaporannya harus dilaksanakan sesuai prosedur. Dana bantuan tersebut bersumber dari dana pinjaman (loan) Asian Development Bank (ADB) sebesar 350.000 dollar. Sementara dana dari APBN merupakan dana pendam4
Juli 2009
ping. Untuk itu, pengelola MEDP telah memilih 500 madrasah, terdiri dari MI (206), MTs (236), dan MA (58)] , yang tersebar di 27 kabupaten di tiga provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Pihak CPMU, Unit Pengelolaan Proyek tingkat Pusat (Central Project Management Unit) menginginkan, begitu blockgrant diterima, hendaknya dana itu dipergunakan, kemudian dilaporkan dengan cermat sesuai standar yang telah ditetapkan. Diharapkan dengan demikian program MEDP bisa berjalan dengan baik. Untuk menunjang hal itu, pada tanggal 27-30 Juni lalu, pihak CPMU memberikan pembekalan tambahan tentang berbagai hal seputar blockgrant. Kegiatan ini dibagi ke dalam dua kali pelaksanan. Pertama, pada 27-28 Juni, kegiatan diadakan di Surabaya diikuti oleh semua fasilitator yang berada di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Ini dilanjutkan dengan kegiatan di Semarang pada 2930 Juni yang diikuti semua fasilitator se-Jawa Tengah.
L AP O RAN UTAMA
Bangunan madrasah yang sedang dalam tahap pembangunan Sekretaris CPMU Abdul Rouf menjelaskan bahwa program yang akan didanai blockgrant dimulai sejak tahun ini hingga 2012. Khusus untuk program peningkatan mutu dengan biayai dari blockgrant, cakupannya meliputi empat hal, yaitu peningkatan profesionalisme guru, peningkatan fasilitas pembelajaran, efisiensi kinerja internal, penguatan tata kelola manajemen dan kelanjutan madrasah. Ada empat komponen yang harus dipenuhi pihak madrasah. Empat komponen dalam blockgrant itu adalah sebagai berikut: Pertama, peningkatan profesionalisme guru. Kedua, peningkatan fasilitas pembelajaran atau sumber belajar dan materi pembelajaran. Ketiga, peningkatan efisiensi kinerja internal.
Keempat, penguatan tata kelola manajemen dan kelanjutan madrasah ke depan. Jika salah satu dari keempat komponen tersebut tidak ada, tentu saja pengajuan blockgrant dari pihak madrasah tidak akan disetujui. Misalnya, komponen pertama, kegiatan peningkatan mutu madrasah, yang meliputi: Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), pelatihan guru, serta peningkatan kualitas inovasi pembelajaran. Selanjutnya, komponen kedua masalah sarana dan prasarana, yang meliputi pembangunan, renovasi dan rehab. Pembangunan berbentuk fisik mencakup pembangunan laboratorium IPA, laboratorium komputer, laboratorium bahasa, perpustakaan, DIRASAH
5
LA P O R A N UT A M A ruang kelas dan ruang klinik sekolah. Selain itu, ada pula yang berbentuk furniture, perangkat atau alat peraga serta isi dari laboratorium tersebut. Adapun komponen ketiga menyangkut ketenagaan. Misalnya, ada sejumlah guru tetap atau pengganti di beberapa madrasah yang berasal dari lulusan Program D2 dan D3. Maka, melalui program blcokgrant ini, guru-guru tadi, baik guru pengganti maupun guru tetap, diikutkan kuliah di Program S1. Sementara komponen keempat, menyangkut remedial dan transisi. “Keempat komponen inilah yang menjadi tolak ukur kita dalam memberikan blockgrant,” Abdul Rouf menjelaskan. Rouf yakin semua madrasah dapat menggunakan blockgrant sesuai petunjuk yang telah ditetapkan. Namun jika ada madrasah yang tidak melakukannya sesuai prosedur yang ada, pihaknya dan Departemen Agama akan mengkaji ulang bantuan yang telah diberikan apakah akan dilanjutkan atau tidak. Selain itu akan ada sanksi yang akan dibebankan kepada madrasah. “Kita akan beri sanksi sesuai prosedur yang berlaku,” tegasnya. Sementara itu, konsultan senior MEDP Dr. Wahidin M.Pd menambahkan, blockgrant merupakan program pokok dari MEDP. Dana bantuan itu akan menjadi penggerak bagi pengembangan madrasah. Blockgrant yang berupa dana hibah ini akan dipergukan sesuai dengan
6
Juli 2009
anggaran yang telah disetujui MEDP. Sebagai dana hibah, setiap madrasah tidak perlu mengembalikan dana yang telah diberikan. Namun demikian, dana itu harus dipergunakan sebagaimana yang telah ditentukan, sesuai dengan kebutuhan madrasah yang telah disetujui MEDP. Sebagaimana diketahui, sebelum ini setiap madrasah diminta mengajukan anggaran yang tertuang dalam Madrasah Development Project (MDP). Dari MDP itulah CPMU menentukan program apa yang layak disetuji dalam blockgrant. “Blockgrant merupakan inti dari MEDP. Semua madarasah akan mendapatkan dana sesuai dengan persetujuan MEDP yang dipertimbangkan dari MDP,” jelas Wahidin. Wahidin juga menambahkan bahwa setiap penggunaan dana dari blockgrant harus sesuai dengan petunjuk dan standar yang ada dalam MEDP. Ini untuk memastikan bahwa pengunaan blockgrant tidak dilakukan asal-asalan oleh pihak madrasah. Pihak MEDP memang telah mempersiapkan ahli yang berkompeten di bidangnya. Dia mencontohkan untuk pengerjaan fisik, MEDP mempunyai tenaga ahli yang dikordinir oleh Salam Hodoyono. “Kita inginkan semua sisi program yang dibiayai blockgrant baik berupa peningkatan mutu maupun fisik serta pengadaan bisa sesuai dengan apa yang diharapkan,” tambah Wahidin.
L AP O RAN UTAMA
Blockgrant Disiapkan Seksama
Kegiatan belajar yang berlangsung pada sebuah madrasah
P
engelola MEDP benar-benar berusaha menyiapkan segala sesuatunya agar pengucuran dana hibah alias blockgrant kepada madrasah benar-benar berlangsung mulus dan tak bermasalah. Untuk itu, selama empat hari dilangsungkan rapat koordinasi (rakor) dan sosialisasi blockgrand MEDP di dua tempat terpisah, yakni di Surabaya Jawa Timur dan di Semarang Jawa Tengah. Di Surabaya, acara rakor dan sosialisasi blockgrand MEDP ber-
langsung selama dua hari, SabtuMinggu, 27-28 Juni 2009. Acara ini dihadiri oleh PCU, DCU, CPMU, dan tim fasilitator dari seluruh Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Sementara acara serupa di Semarang berlangsung dua hari juga, pada Senin-Selasa 29-30 Juni 2009 dihadiri tim fasilitator dari seluruh Jawa Tengah. Rohmat Mulyana, Ketua Unit Pengelolaan Proyek di tingkat Pusat (CPMU) MEDP, dalam sambutannya menuturkan, acara rakor
DIRASAH
7
LA P O RA N UT A MA dan sosialisasi blockgrant sangat penting untuk menyiapkan segala sesuatu tentang blockgrant. Kesiapan itu diperlukan karena akan memberikan pengaruh pada laporan kerja program MEDP yang akan dilakukan oleh pihak madrasah. “Sosialisasi blockgrant ini mutlak membutuhkan perhatian dan kepedulian yang tinggi dari seluruh peserta sebab akan menjadi pertanggung jawaban pihak madrasah kepada pihak pemberi bantuan,” tutur Rohmat. Dia mengatakan, pedoman laporan blockgrant sudah dibuat sedetail mungkin. Oleh karena itu, ia mengharapkan agar tim fasilitator dapat mensosialisasikannya sebaik mungkin ke tingkat bawah sehingga kelak tidak terjadi kesalahan dalam pelaporan blockgrant MEDP nantinya. Menurut Joko Surono selaku ketua panitia, selain utamanya untuk sosialisasi blockgrant MEDP, acara tersebut diselenggarakan dengan maksud untuk meningkatkan kinerja PCU, DCU, CPMU, dan Tim Fasilitator. Sementara itu, Surabaya dipilih sebagai tempat rakor dikarenakan anggota PCU, DCU, CPMU, dan Tim Fasilitator Jawa Timur lebih banyak jumlahnya dibandingkan tim dari Sulawesi Selatan. Materi Acara di kedua tempat terpisah tersebut diisi oleh tujuh pembicara, yaitu Abd Rouf, Dr Wahidin M.Pd, 8
Juli 2009
Olga Suyatmo, Musjaffa’ F, SE, Salam Hudoyono, Widiatmojo dan Dony Ad’ham, SE. Para pembicara membahas dengan topik berbeda tentang sosialisasi blockgrant dan program-program nonfisik MEDP, seperti program peningkatan mutu madrasah dan lain-lain Pembahan yang tak pentingnya adalah menyangkut mekanisme dan alur laporan keuangan blockgrant, yang penting sekali diketahui oleh seluruh pemangku MEDP. Dalam acara itu juga dijelaskan secara rinci mengenai mekanisme pengadaan barang, dilengkapi exercise case study, serta penjelasan mekanisme pengadaan konstruksi yang diharapkan dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Dalam Acara Rakor dan sosialisasi blockgrant MEDP tersebut, para peserta tidak hanya mendengarkan paparan dari para pembicara saja, tetapi mereka juga harus bersikap aktif dan interaktif. Selain itu pada sesi akhir diadakan forum diskusi tentang program kerja dan sinkronisasi MDP-Madrasah. Dari sini diharapkan para peserta mensosialisasikan masalah-masalah yang menyangkut blockgrant kepada setiap pihak madrasah sasaran. Karena itulah, para pembicara dan trainer berupaya menyediakan bimbingan yang intensif kepada peserta agar nantinya mereka dapat menyusun laporan blockgrant secara baik sesuai dengan pedoman buku yang sudah dibuat.
L AP O RAN UTAMA
TA Siapkan Pemantauan Begitu blockgrant turun, kita turun ke lapangan untuk memonitor aktivitas blockgrant itu supaya sesuai dengan koridor dari ADB
B
erbagai bentuk persiapan diadakan demi menunjang suksesnya program peningkatan kualitas mutu madrasah, terutama berkaitan dengan pengucuran dana hibah atau blockgrant. Diantaranya adalah diselenggarakannya workshop Technical Assistance Independent (TA) dalam melakukan monitoring, pemantauan dan evaluasi atas blockgrant serta kegiatan terkait. “Kami mempersiapkan untuk merekrut calon tim monitoring untuk melaksanakan monitoring. Begitu blockgrant turun, kita tu-
run ke lapangan untuk memonitor aktivitas blockgrant itu supaya sesuai dengan koridor yang ditetapkan ADB,” kata Dr Turdja’i, Team Leader Technical Assistance (TA) Independent Monitoring & Evaluation (IME) Madrasah Education Development Project (MEDP), di sela-sela Workshop Technical Assistance Independent Monitoring dan Evaluasi dengan CPMU ADB loan No. 2294-INO (SF) pada Rabu, (7/7) di Hotel Treva Internasional Jakarta Menurut Turdja’i, kegiatan tersebut dilakukan sebagai langkah koordinasi. “Sampai sejauh mana CPMU, PAC menjalankan programprogramnya. Sehingga kita bisa mengetahui dan mensikronkan dengan program kita,” katanya. DIRASAH
9
LA P O RA N UT A MA Diakui Turdja’i, meeting secara formal seperti ini baru pertama dilakukan. Dalam pertemuan tersebut Turdja’i menjelaskan tugas-tugas yang diemban TA IME. “Ini agar teman-teman di CPMU dan konsultannya serta fasilitator di lapangan paham dengan tugas kami. Dengan memaham tugas kami, bukan berarti kami mencari kesalahan, tapi sama-sama kita melihat program ini berjalan sesuai dengan aturannya,” katanya. Selain itu ia juga melaporkan apa yang sudah dilakukan TA IME. Hal lain yang disampaikan Turdja’i menyangkut agenda dan rencana program ke depan yang harus dibangun bersama CPMU dan konsultan serta tim fasilitator di berbagai daerah. Saat ditanyakan lebih lanjut mengenai program jangka pendek TA IME, Turdja’i menjelaskan soal persiapan merekrut calon tim monitor untuk melaksanakan monitoring blockgrant. “Begitu blockgrant turun, kita turun ke lapangan untuk memonitor aktivitas blockgrant itu supaya sesuai dengan koridor yang ditetapkan ADB,” katanya. Lebih jauh Turdja’i bertutut pihaknya belum melakukan monitoring karena blockgrant belum turun. “Bagaimana kita mau melihat penggunaan dana itu sesuai atau tidak, blockgrantnya belum bergulir,” katanya. Walaupun demikian, pihaknya, menurut Turdja’i, telah melaksanakan kegiatan independen monitor10
Juli 2009
ing, secara eksternal. Selain itu melaksanakan proyek benefit iniasial impact. Proyek ini terdiri dari tiga studi evaluasi, yaitu disland study, pada awal projek, yang ditambah dengan dua studi pendukung; studi sikap orangtua terhadap madrasah dan studi tentang achivement test, tes untuk siswa. Sementara itu, Dr Wahidin M.Pd, Deputi Project Manager MEDP, menyatakan Workshop Technical Assistance Independent Monitoring dan Evaluasi dengan CPMU dimaksudkan sebagai upaya menyamakan persepsi. “Menyamakan pemahaman, apa yang seharusnya, setiap orang itu melakukan apa,” tandas ayah dari Naurah Fitriani dan Intan Hanifah Muthmainah ini. Tegasnya, apa yang seharusnya CPMU lakukan, apa yang seharusnya PAC lakukan dan apa yang seharusnya IME kerjakan. “Pihak IME mengukur apa yang seharusnya diukur dan kita mengerjakan apa yang seharusnya kita kerjakan berdasarkan dokumen yang ada. Bukan untuk menyalahkan siapa-siapa,” tandas guru SMAN Majalengka pada 1986-1990. Turdja’i dan Wahidin sepakat workshop semacam ini akan efektif dan berhasil bila semua orang bekerja sesuai dengan tugas masingmasing dan mengukur dengan apa yang mesti diukur. Keduanya juga mensinyalir bahwa pertemuan kali ini yang pertama kali diadakan, selanjutnya akan dilaksanakan secara periodik di masa mendatang. Minimal satu tahun dua kali.
L AP O RAN UTAMA
Madrasah Siap Sukseskan MEDP
L
ayaknya sebuah mobil, madrasah tinggal menunggu bensin untuk menjalankan program yang diamanahkan dalam Madrasah Education Development Project (MEDP). Itu perumpamaan yang disampaikan Lutfi Thofani, fasilitator MEDP yang menangani empat madrasah di Kabupaten Rembang Jawa Tengah. Menurut Lutfi semua madrasah yang menjadi tanggung jawabnya sudah siap untuk melaksanakan berbagai program yang telah mereka rencanakan untuk peningkatan mutu madrasah. “Pada prinsipnya kami sudah siap menjalankan program,” jelas Lutfi yang membawahkan di antaranya Madrasah Ibtidayah Swasta (MIS) Al-Manar Menoro Sedan dan MIS Hidayatul Mubtadiin Lodan Wetan Sedan, Rembang Jateng. Saat ini, katanya, semua perangkat yang menjadi komponen penting pelaksaan teknis program MEDP sudah dipersiapkan. Dia mencontohkan Komite Pelaksana dan Pengadaan Sarana dan Prasarana Madrasah (KPPSDM) sudah siap untuk bertugas. KPPSDM terdiri dari komponen madrasah dan masyarakat. Namun kepala madrasah tidak masuk dalam struktur KPPSDM agar bisa lebih berkonsentrasi ke bidang pendidikan. Sedangkan KPPSDM berkosentrasi pada proyek pengembangan se-
bagaimana yang diamanahkan dalam MEDP. Dari segi kemampuan teknis di lapangan, Lutfi yakin kapasitas KPPSDM mampu melaksanakan proyek dengan baik sesuai dengan pedoman, aturan dan standar yang ditetapkan dalam MEDP. Sehingga, menurutnya, semua anggota KPPSDM sudah tidak lagi membutuhkan pelatihan tambahan. “Kemampuan KPPSD di tiap madrasah sudah cukup untuk menjalankan program,” tambahnya. Namun yang dikhawatirkannya, semangat anggota KPPSDM akan kendur jika dana blockgrant yang telah disetujui CPMU tidak kunjung turun. Dia mengibaratkan KPPSDM dengan mobil yang lama dibiarkan, maka akan mudah rusak sendiri. Karena itu dia berharap dana dapat segera turun. Hal serupa juga disampaikan oleh Alimul Muniroh, fasilitator yang bertugas di Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Semua madrasah dan fasilitator sudah siap menjalankan program yang telah dicanangkan. Apalagi beberapa waktu lalu semua fasilitator telah mendapatkan bimbingan tambahan yang cukup komprehenship dari CPMU. Oleh karenanya Alimul berharap bahwa blockgrant akan cepat dicairkan ke madrasah-madrasah yang memerlukannya. DIRASAH
11
P EN G A L A M A N
Shofar Abdullah, fasilitator MEDP di Kabupaten Tegal
Madrasah Jadi Sadar akan Asetnya Pengalaman konon guru paling baik. Kisah fasilitator MEDP berikut ini memberi kita gambaran kondisi madrasah saat ini dan program MEDP dijalankan.
S
hofar Abdullah bertugas sebagai fasilitator MEDP di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Optimisme akan keberhasilan MEDP dan prospek madrasah, sepertinya merupakan modal utama baginya dalam menuntaskan pekerjaan menemani para pengelola madrasah-madrasah yang didampinginya. Berikut ini petikan wawancara dengannya: Apa sebetulnya hal menarik yang Bapak temukan selama menjalankan tugas sebagai fasilitator MEDP? 12
Juli 2009
Yang paling menarik bagi saya adalah hubungan antara madrasah dengan masyarakat yang sangat unik, dan itu merupakan aset utama bagi perkembangan madrasah ke depan. Bisa dijelaskan apa maksudnya? Saya temukan di lapangan, bagaimana masyarakat seringkali memandang bahwa madrasah merupakan representasi kepentingan umat. Itu membuat masyarakat punya rasa kepemilikan yang kuat terhadap madrasah. Mereka cenderung punya perasaan ikut bertanggung jawab untuk memajukan madrasah. Itu misalnya ditunjukkan dengan partisipasi melalui kontribusi pendanaan. Lalu apa makna MEDP (Madrasah Education Development Project) dalam
P EN GALAMAN konteks ini? Menurut saya, melalui sentuhan Madrasah Education Development Project, madrasah bisa mengalami percepatan dalam hal meraih kemajuan. Bagaimana sebetulnya gambaran keadaan madrasah-madrasah di Kabupeten Tegal dibandingkan dengan sekolah? Kita bisa temukan banyak madrasah, baik jenjang ibtidaiyah, tsanawiyah maupun aliyah yang lebih diminati oleh masyarakat dibandingkan sekolah. Ini adalah sebuah keadaan yang nyata, sehingga sebetulnya mitos bahwa madrasah tertinggal dibandingkan sekolah umum, tak selamanya benar. Mengapa hal ini bisa terjadi? Kembali pada persepsi masyarakat sendiri. Mereka lebih meminati madrasah karena melihat kini madrasah telah diakui setara dengan sekolah. Kemudian, masyarakat bisa melihat bahwa selain di madrasah ada kurikulum seperti di sekolah, madrasah memiliki nilai tambah berupa pelajaran agama yang lebih intensif. Di luar sisi positif seperti itu, adakah kendala yang Bapak hadapi di lapangan? Sebetulnya saya tak mendapatkan kendala yang berarti. Hanya saya melihat, bahwa memang seringkali madrasah belum menyadari peluang dan aset yang mereka miliki. Namun justru, di sinilah peran MEDP. Melalui MEDP madrasah bisa dibuat aware, sadar, akan peluang dan aset itu. Dan itu, secara praktis, dimulai dari sentuhan terhadap manajemen madrasah.
Pengalaman saya, pada awalnya madrasah memang kurang perhatian terhadap inisiasi perbaikan pada pola manajemen madrasah. Namun, melalui pendekatan dan komunikasi yang intensif, hal ini bisa diatasi. Bagaimana dengan tanggapan para kyai terhadap MEDP? Oh bagus! Di madrasah-madrasah yang saya dampingi, para kyai siap dan berkomitmen untuk mendukung dan mengawal upaya pembaharuan di madrasah. Menurut Bapak, apakah ide-ide yang ditawarkan dalam KTSP seperti penerapan KTSP, PTK dan semacamnya, bisa diterima oleh madrasah? Tentu saja bisa. Namun, di samping diperkenalkan melalui pelatihan atau workshop, sebaiknya lebih jauh ide-ide itu dibahas melalui KKM, KKG dan MGMP. Melalui media-media inilah ide-ide tersebut bisa lebih dikembangkan. Apakah Bapak optimis dengan keberhasilan MEDP? Ya, saya optimis. Apalagi MEDP punya sebuah terobosan, yaitu melibatkan seluruh komponen, termasuk para guru. Dengan pendekatan itu, berbagai stakeholders di madrasah yang saya dampingi bisa punya kesamaan persepsi terhadap MEDP, sehingga berbagai agenda perbaikan madrasah mendapatkan dukungan seluruh stakeholders. Oke Pak Shofar, pertanyaan terakhir, apa harapan Bapak ke depan? Saya berharap program seperti ini tidak hanya menyentuh madrasah sampling, tapi bisa menyeluruh. DIRASAH
13
PROFIL
MI DDI Cambalagi
Bertahan dalam Persaingan
Dana blockgrant akan digunakan untuk peningkatan profesionalisme guru dengan melakukan pelatihan mata pelajaran, penguasaan bahasa Inggris dan komputer
S
ungguh tak mudah bagi Madrasah Ibtidaiyah Darul Da’wah Al-Irsyad (MI DDI) Cambalagi untuk bertahan. Karena selain harus bersaing dengan sekolah umum yang jumlahnya tak sedikit, di Cambalagi juga terdapat 19 Madrasah Ibtidaiyah. Untuk itulah berbagai usaha dilakukan, khususnya melalui 14
Juli 2009
diskusi-diskusi dengan sejumlah pihak untuk mencari solusi. Menurut H.M. Takdir, SPd, Kepala Sekolah, secara fisik saja MI DDI tertinggal. Saat ini pihaknya hanya memiliki tiga ruang kelas. “Kami sangat ingin melakukan perbaikan terutama pada pengembangan bangunan,� katanya. Syukurlah, melalui program MEDP, keinginan itu akan segera bisa terwujud. Takdir mengakui, pihaknya merasa sangat terbantu oleh program MEDP untuk pembangunan kelas-kelas tambahan. Selain itu,
PROF I L sesuai dengan MDP yang sudah dibuat, dana blockgrant akan digunakannya untuk peningkatan profesionalisme guru dengan cara melakukan pelatihan mata pelajaran, penguasaan bahasa Inggris dan komputer. Dari program MEDP, MI DDI Cambalagi mendapatkan dana Rp 426.715.343 juta. Hibah tersebut selain akan digunakan untuk peningkatan profesionalisme guru dan pembuatan ruangan kelas, juga untuk penambahan alat peraga pendidikan dan pembelajaran, penyediaan buku, penambahan media pembelajaran, serta untuk pembangunan perpustakaan. Madrasah Ibtidaiyah Darul Da’wah Al-Irsyad (MI DDI) Cambalagi berdiri sejak 1994 di bawah naungan Yayasan DDI yang diketuai oleh Drs. M. Rusydi Madjid. Yayasan DDI mengelola tak hanya MI, tetapi juga sekolah-sekolah Raudlotul Athfal (RA), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). MI DDI saat ini memiliki kurang lebih 100 siswa yang mestinya tertampung dalam enam kelas. Tercatat ada sebelas guru yang mengajar di sana. Di antaranya ada tiga guru mata pelajaran, dan dua orang guru lainnya sedang menyelesaikan tugas akhirnya. Kurikulum yang digunakan di sana telah disusun dalam bentuk KTSP. Muatan lokalnya bahasa daerah, baca-tulis al-Qur’an dan perikanan. Tapi dikarenakan anak-
anak didiknya kurang berminat pada muatan lokal perikanan, maka mulai tahun ajaran ini pelajaran perikanan ditiadakan. Padahal, menurut Takdir, muatan lokal ini sangat bagus karena MI DDI berdiri di sekitar pesisir pantai. Untuk ekstrakulikuler, di MI DDI terdapat qosidah dan Pramuka. Dua tahun belakangan mutu kelulusan MI DDI meningkat. Bahkan pada tahun ajaran 2008/2009 MI DDI mampu meluluskan siswanya seratus persen, di antaranya sebanyak 98 persen melanjutkan ke MTs DDI. Pihak Depag Maros sudah tiga tahun belakangan mengizinkan MI DDI menyelenggarakan ujian sendiri. Madrasah yang memiliki visi menjadikan peserta didik beriman dan bertakwa kepada Allah, berwawasan luas ilmu pengetahuan dan berteknologi, itu juga sudah sering menjadi juara di bidang keagamaan walaupun masih di tinggat kecamatan. Tetapi hal ini dilakukan untuk melatih mental anak-anak agar lebih bisa percaya diri. Madrasah yang beralamatkan di Cambalagi Tumpakgiring, Kecamatan Bontowa, Kabupaten Maros ini, memiliki tekad untuk memperbaiki diri agar mampu menciptakan generasi penerus bangsa yang mampu bersaing dalam segala bidang sesuai dengan visi dan misi yang mereka miliki. (nana) DIRASAH
15
PROFIL
MTS Wahid Hasyim Jember
Tersedia Hotspot Internet
Prioritas utama adalah melengkapi laboratorium komputer, dengan menambah jumlah unit komputer serta memasang hotspot
M
adrasah yang satu ini termasuk sekolah cukup tua di wilayah Jawa Timur. Madrasah Tsanawiyah Wahid Hasyim, begitu namanya, didirikan pada Juli 1977, berada di bawah naungan Yayasan Abdullah Wahid Hasyim, sebuah yayasan yang dikelola para alumni sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) yang telah bubar pada 1957. Satu ciri khas dimiliki Madrasah Wahid Hasyim. Untuk siswa kelas tiga, MTs Wahid Hasyim memiliki 16
Juli 2009
program khusus, yaitu setiap satu minggu sekali semua siswa kelas tiga diwajibkan mengadakan acara kunjungan silaturahim ke rumah salah seorang siswa. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan interaksi siswa dengan masyarakat. Saat ini, siswa MTs Wahid Hasyim yang beralamat di Jalan Puger No 20 Balung, Jember, Jatim, itu berjumlah 333 orang -- sementara pada tahun ajaran lalu siswanya cuma 130 orang. Peningkatan jumlah itu terjadi berkat kemajuan-kemajuan yang dicapai madrasah yang kini dipimpin Imron Rosidi. Di awal berdirinya, madrasah hanya memiliki tiga lokal kelas. Dua
PROF I L tahun kemudian berkembang jadi enam kelas. Dan kini, madrasah yang berdiri di atas tanah seluas 1.900 meter itu telah memiliki sembilan lokal kelas. Untuk pengembangan lahan yang ada, pihak yayasan sudah membeli sebidang tanah seluas 2.000 meter yang jaraknya kurang lebih 1 km dari madrasah yang sekarang dengan dana murni dari sumbangan alumni dan para donatur. “Bukan dari dana MEDP,� kata Imron Rosadi Dalam program MEDP kali ini, MTs Wahid Hasyim diharapkan memperoleh dana sekitar Rp 846 juta yang akan digunakan sesuai rencana yang sudah dirancang dalam MDP. Dana akan digunakan untuk program peningkatan mutu mutu guru, siswa, KTSP, selain untuk meningkatkan sarana prasarana berupa buku-buku, perbaikan gedung, dan perpustakaan. Tapi prioritas utama adalah melengkapi laboratorium komputer, dengan menambah jumlah unit komputer serta memasang hotspot yang akan memudahkan akses Internet melalui jalur nirkabel. Pengelola madrasah sangat menyadari begitu pentingnya teknologi informasi dalam pembelajaran. Untuk itu, pihak madrasah akan mengadakan pelatihan IT untuk guru supaya mereka tak lagi gagap teknologi alias gaptek ketika mengajar. Madrasah tersebut memiliki
40 orang guru, empat orang di antaranya lulus sertifikasi pada 2007. Ada 13 guru lagi yang saat ini akan mengikuti uji sertifikasi 2008/2009. Di MTs Wahid Hasyim, tinggal dua orang guru yang masih berijazah SMA. Keduanya didorong mengikuti program kualifikasi yang akan dilakukan di UNESA atau Universitas Negeri Malang. Pada tahun ajaran kemarin 2008/2009 MTs Wahid Hasyim meluluskan 100% siswanya. Dan kesemua lulusannya dapat diterima di sekolah unggulan seperti di SMA N 1 Balung, Sekolah Unggulan Genggong, MAN 1 Balung, dan SMKN Balung. Ini merupakan sebuah keistimewaan karena MTs Wahid Hasyim mampu bersaing dengan siswasiswa dari sekolah dan madrasah lain, ini merupakan kebanggaan menurut Bapak Supratman selaku Waka Kurikulum. Madrasah Wahid Hasyim yang memiliki visi/misi menciptakan insan berakhlakul karimah dan berilmu pengetahuan dan teknologi ala ahli sunnah waljamaah itu memiliki banyak prestasi walaupun masih di tingkat kabupaten. Ia pernah menjadi juara Porseni se-Balung, Olimpiade MTK, juara lari dan catur. Ekstrakulikuler yang ada di madrasah adalah program komputerisasi dan pelatihan Bahasa Inggris yang diadakan atas hasil kerjasama dengan lembaga pendidikan bahasa Inggris yang ada di Pare. (nana) DIRASAH
17
PROFIL
MANU Limpung
Berlian di Tengah Lumpur
MANU Limpung didirikan sebagai benteng untuk membentuk remaja modern yang tidak meninggalkan nilai-nilai kehidupan Islami
B
ila Anda menaiki mobil dan melewati Alas Roban, di wilayah Kabupaten Batang bagian timur, boleh jadi Anda akan dengan mudah menemukan madrasah yang satu ini. Anda pun tak akan sulit mencarinya. Apalagi, Madrasah Aliyah NU (MANU) Limpung ini dikenal dan ditunjuk sebagai madrasah 18
Juli 2009
pembina bagi madrasah-madrasah aliyah swasta di wilayah Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Yang menarik, jarak antara MANU Limpung dengan tempat lokalisasi prostitusi besar di Kabupaten Batang tidak lebih dari 1 km. Karena itu, layaklah MANU Limpung disebut sebagai “Berlian di tengah lumpur.� Para pendiri madrasah ini sepertinya memang punya maksud untuk menyalakan sebuah sinar terang di kawasan yang terancam oleh kegelapan. MANU Limpung saat ini
PROF I L didukung oleh 40 guru muda, dua diantaranya berstatus PNS. Mereka sepakat untuk selalu berusaha mensejajarkan diri dengan sekolah negeri di Kabupaten Batang. Didukung para guru yang berkualitas dan berdedikasi, para siswa MANU Limpung mampu melewati Ujian Nasional dari tahun 2006 hingga 2008. Selain berprestasi di bidang akademis, MANU Limpung juga memiliki berbagai prestasi nonakademis, seperti Juara I Bola Volly Putri Popda Kabupaten Batang Tahun 2006, Juara II Bola Volly Putra Popda Kabupaten Batang Tahun 2006, Juara I MTQ Pelajar Tingkat Kabupaten Tahun 2006, Juara I Pencak Silat Putra Popda Kabupaten Batang Tahun 2008, Juara I Karate Putri Popda Kabupaten Batang Tahun 2008 dan masih banyak prestasi lainnya. Keberadaan madrasah itu berawal dari keinginan beberapa tokoh NU di Kecamatan Limpung untuk memajukan pendidikan di wilayah tersebut. Dengan dibidani oleh KH. Sya’ir (almarhum) yang pada waktu itu menjabat sebagai Rois Syuriyah MWC NU Limpung, maka Madrasah Aliyah NU itu pun lahir di Desa Banyuputih Kecamatan Limpung, pada 1985. Kyai Sya’ir kini dikenal sebagai pioner pendidikan Islam modern di Kecamatan Limpung. Madrasah Aliyah NU Limpung mempunyai visi “terwujudnya manusia yang bertaqwa, cerdas,
terampil dan berakhlakul karimah.” Visi tersebut mencerminkan bahwa MANU Limpung bertekad untuk turut andil dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Keinginan itu tercermin dalam semangat keseimbangan antara ilmu-ilmu agama dalam kerangka membentuk sikap, perilaku dasar manusia terdidik yang dilingkupi dengan kecerdasan dan keterampilan yang mampu menjawab tantangan zaman. Dengan kata lain, MANU Limpung didirikan sebagai benteng terakhir untuk membentuk remaja/manusia modern yang tidak meninggalkan nilai-nilai kehidupan Islami. Pada tahun 2005, berdasarkan hasil akreditasi madrasah yang dilakukan oleh Dewan Akreditasi Madrasah Provinsi Jawa Tengah maka Madrasah Aliyah NU Limpung dinyatakan sebagai madrasah Terakreditasi A (Sangat Baik) dengan Piagam Akreditasi Madrasah Aliyah Nomor Kw.11.4/4/ PP.03.2/625.25.03/2005.
“Konsekuensi onsekuensi logisnya, MANU Limpung ditunjuk sebagai Madrasah Pembina bagi Madrasah Aliyah Swasta di wilayah Kabupaten Batang.”
DIRASAH
19
P R O G RA M
MEDP Selenggarakan Seleksi Kualifikasi
B
ertempat di Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Jawa Tengah di Kota Semarang, pada tanggal 15 Juni 2009, MEDP menyelenggarakan seleksi bagi guru-guru madrasah calon penerima beasiswa peningkatan kualifikasi S1. Di samping di Semarang, saat yang sama, ujian seleksi beasiswa kualifikasi juga diselenggarakan di Surabaya, Jawa Timur. Di Surabaya, ujian dilaksanakan selama 2 jam dari jam 10 sampai pukul 12.00. Materi yang diujikan antara lain matematika, bahasa inggris, bahasa indonesia. Pengumuman kualifikasi diumumkan pada tanggal 22 juni 2009. Hasilnya dapat langsung dilihat di www.depag.co.id Seleksi kualifikasi di Surabaya diikuti oleh kurang lebih 100 20
Juli 2009
guru dari seluruh madrasah yang mendapatkan MEDP. Padahal kuota yang disediakan berjumlah 500 orang. Menurut Hanun Asrohah selaku tim penasehat proyek MEDP Jawa Timur, kurangnya minat guru madarasah disebabkan oleh guru madrasah sudah banyak yang melanjutkan pendidikannya sendiri. Sementara di Semarang, seleksi diikuti oleh 106 peserta, berasal dari Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Batang, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Rembang, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Wonosobo. Kabupaten Wonosobo mengirimkan peserta terbanyak, 20 peserta. Sementara peserta paling sedikit dari Kabupaten Rembang, hanya 2 orang.
PROGRAM Peningkatan kualifikasi guru madrasah memang menjadi salah satu program MEDP. Melalui progam ini, guru-guru madrasah pengampu mata pelajaran UN yang baru menuntaskan jenjang D2 dan D3, diberi beasiswa untuk kuliah di perguruan tinggi terpilih hingga meraih gelar sarjana. Untuk guru-guru madrasah di Jawa Tengah, mereka bisa memilih untuk kuliah di UIN Yogyakarta, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Semarang, IAIN Walisongo Semarang dan UIN Bandung. Universitas yang menjadi tujuan di Jatim adalah Universitas Negeri Malang, UIN Malang, IAIN Surabaya, Universitas Negeri Surabaya. MEDP menyedikan beasiswa penuh, meliputi pembelian buku, biaya hidup dan biaya pendidikan. Pembiayaan ini diberikan kepada universitas, lalu universitas yang memberikan pembiayaan kepada mahasiswa untuk pembelian buku dan biaya hidup. Sayangnya, peserta yang mendaftar masih jauh dari kuota yang tersedia. Dari kuota yang mencapai 900 orang penerima beasiswa, saat ini secara total, yang mendaftar untuk ikut seleksi baru sekitar 300 orang. Ada beberapa penyebab, salah satunya adalah banyak guru madrasah yang terlanjur mendaftar kuliah di perguruan tinggi pilihan mereka sendiri, dengan harapan bisa diberi beasiswa oleh MEDP. Padahal skema seperti itu
tidak ada. Namun, sisi positifnya, para peserta yang mengikuti seleksi ini terbilang sangat bersemangat. Tak ada satu pun peserta yang datang terlambat. Mereka pun tampak tekun mengerjakan soal-soal seleksi yang disusun oleh perguruan tinggi pilihan masing-masing peserta. Menurut A Fatnoni Rodli selaku TPD MEDP Jatim, kurangnya minat juga disebabkan karena diharuskannya ada izin dari suami, komitmen dalam menempuh studi yang harus selesai selama 4 semester, dan terakhir adalah keharusan mau kembali ke sekolah asal. Dan yang paling sulit adalah mendapatkan izin dari kepala sekolah. Tak sedikit kepala sekolah merasa keberatan dikarenakan harus mencari guru pengganti. Nurasik, M.Ag, Kepala Seksi Supervisi dan Evaluasi Bidang Mapenda Kanwil Departemen Agama Jawa Tengah yang bertanggung jawab terhadap kegiatan seleksi ini menjelaskan, bahwa seleksi telah dilakukan secara bertingkat. Mulai dari tingkat DCU hingga PCU dan CPMU. Data peserta seleksi yang telah direkapitulasi oleh PCU, disampaikan kepada CPMU. Ia menegaskan bahwa seleksi ini berjalan dengan sangat baik, dan tingkat kerahasiaan soal sangat terjamin, karena soal dibuat oleh perguruan tinggi di mana peserta beasiswa akan belajar, dikoordinasi oleh CPMU. Hasil ujian seleksi pun langsung dibawa kembali oleh petugas CPMU. DIRASAH
21
P R O G RA M
Tim ADB Pantau Kesiapan Madrasah
Tahun ini proyek MEDP memiliki sasaran 500 madrasah di tiga provinsi di Indonesia dengan sebaran kuota di 27 kabupaten
T
im Asian Development Bank (ADB) pada Juni lalu melakukan kunjungan kerja ke sejumlah madrasah binaan MEDP di Jawa Timur. Kunjungan ini dilakukan untuk melihat seberapa besar kesiapan pihak madrasah dalam menerima pencairan dana hibah (blockgrant) yang telah disiapkan sebesar 350 ribu dolar. Salah satu anggota tim fasili22
Juli 2009
tator Syaifuddin S.Ag, M.Pd, yang mendampingi acara kunjungan tim ADB tersebut di MAS Al Huda Wajak dan MIS Al Hasib Pakis Malang menjelaskan, sesungguhnya pihak madrasah sudah siap menerima kucuran dana hibah. Selama ini pihak madrasah sudah membuat MDP sebaik mungkin dan sudah melakukan beberapa kali revisi setiap kali tim ADB berkunjung. Pengakuan serupa diungkap pimpinan kedua madrasah tersebut. Mereka mengakui sudah mempersiapkan diri jika dana dari ADB ini cair, karena persiapan
PROGRAM sudah dilakukan satu tahun belakangan ini. Khusus di Kabupaten Malang, terdapat 33 madrasah yang menunggu pencairan dana hibah alias blockgrant dari MEDP. Salah satu hal yang menjadi permasalahan ketika tim ADB berkunjung adalah ketidaktahuan pihak madrasah mengenai alasan “pemotongan dana� yang akan dicairkan. Yang mereka ketahui, kebanyakan dana yang akan dicairkan konon tidak akan sesuai dengan MDP yang mereka buat. Mengenai hal tersebut, Ketua Unit Pengelolaan Proyek di tingkat Pusat (CPMU) MEDP, Rohmat Mulyana menjelaskan bahwa pemotongan tersebut sebenarnya tidak ada. Yang terjadi adalah penyesuaian harga dikarenakan ketika madrasah membuat MDP, mereka tidak menyesuaikan komponen anggaran biaya dengan harga pasar sehingga membuat angka di MDP sebesar mungkin. Kasi Majelis Pendidikan Agama (Mapenda) Depag Kabupaten Malang, Drs Abdul Rahman M.Pd, mengatakan, meskipun blockgrant
(
dari MEDP belum terealisasi, berbagai kegiatan sosialisasi dan fasilitasi persiapan terus dilakukan oleh fasilitator MEDP. Dikatakan, pelaksanaan program ini memang terlambat. Meski demikian, pihaknya tidak bisa berbuat banyak karena keputusan pelaksanaan menjadi wewenang pelaksana MEDP sendiri di tingkat pemerintah pusat. Tercatat, tahun ini proyek MEDP memiliki sasaran 500 madrasah di tiga provinsi di Indonesia dengan sebaran kuota terhadap madrasah di 27 kabupaten. Program MEDP diharapkan mampu menghasilkan peningkatan status akreditasi dan persentase kelulusan baik secara kuantitas maupun kualitas. Nantinya, selama pelaksanaan proyek MEDP, madrasah-madrasah penerima bantuan akan mendapatkan pencairan dana langsung ke rekening mereka. Selama pelaksanaan, setiap madrasah harus melaporkan realisasi penggunaan keuangan, kemajuan proyek, dan pembangunan fisik yang telah dilakukan. (nana)
“Program MEDP diharapkan mampu menghasilkan peningkatan status akreditasi dan persentase kelulusan baik secara kuantitas maupun kualitas.� DIRASAH
)
23
P R O G RA M
Tunjangan Profesi Guru Sudah Ditandatangani
K
abar baik buat para guru madrasah maupun guru sekolah umum. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah memastikan bahwa Peraturan Pemerintah (PP) Tentang Tunjangan Profesi untuk guru sudah ditandatangani. Dengan demikian, gaji yang akan diterima para guru mencapai Rp 3 jutaan lebih. “Peraturan tersebut sudah ditandatangani, kini tinggal dilaksanakan dan dijalankan,” ujarnya ketika memberikan sambutan pada acara peresmian gedung IKIP PGRI Semarang, Selasa (9/6). Hal itu berarti, tunjangan profesi bagi para guru akan segera terealisasi. Pernyataan Presiden tentang penadatanganan PP tentang tunjangan profesi itu dilakukan sambil berpantun. Pantun pertama yang dibawakan Presiden SBY, yakni “bunga selasih dari Weleri, terima kasih PGRI”. Selanjutnya, presiden kembali membawakan pantuan, “dari bukit salawah berkunjung ke kintamani, Peraturan Pemerintah tentang tunjangan profesi sudah ditandatangani”. Ratusan guru yang hadir bertepuk tangan menyambut pantun yang dibawakan Presiden RI tersebut. Di tempat yang sama, 24
Juli 2009
Menteri Pendidikan Nasional RI Bambang Sudibyo menegaskan bahwa PP nomor 41 tahun 2009 Tentang Tunjangan Profesi Guru memang sudah ditandatangani. “Penandatanganan baru saja dilakukan, kemarin,” ujarnya. Rektor IKIP PGRI Sulistiyo menyambut gembira atas penandatanganan PP tersebut, karena kesejahteraan guru dan dosen meningkat. Ia memastikan, dengan tambahan tunjangan itu, gaji yang akan diterima para guru dan dosen mencapai Rp 3 jutaan lebih, karena gaji pokok yang diterima mencapai dua kali lipatnya.
PROGRAM
Drs Firdaus M.Pd: Madrasah Masih Perlu Perhatian
K
endati dalam UU Sisdiknas kedudukan madrasah sudah setara dengan lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Depdiknas, Direktur Pendidikan Madrasah Departemen Agama Drs. Firdaus M.Pd mengakui masih banyak madrasah memerlukan “perhatian.” Dari segi prasana maupun tenaga pendidiknya, masih ada madrasah yang berada di pinggir kota dan pedesaan yang perlu diberi “perhatian”. Namun demikian, menurut Firdaus, dilihat dari segi standarnya, telah banyak madrasah yang kualitasnya tak kalah dengan lembaga pendidikan di bawah Depdiknas. Hal itu terjadi karena, menurut dia, madrasah telah mengacu kepada standar yang ditetapkan Badan Nasional Standar Pendidikan(BNSP). Ketentuan ini
berlaku sejak diterapkannya UU Sisdiknas pada 2003. Meski begitu, masih ada madrasah -- baik tingkat ibtidaiyah, tsanawiyah maupun aliyah -- perlu ditingkatkan tenaga pendidik dan sarana bangunannya guna mengurangi atau bahkan menghapuskan ketertinggalan selama ini. Ia mengakui pihaknya kini sedang menata sejumlah madrasah agar kualitas anak didiknya tak tertinggal jauh dengan sejumlah sekolah dibawah Depdiknas. Karena itu, sesuai dengan amanat UU Sisdiknas, para tenaga pendidiknya pun ditingkatkan dengan mengacu kepada standar yang ditetapkan Badan Nasional Standar Pendidikan. Ia menjalaskan, madrasah adalah lembaga pendidikan becirikan agama. Dalam perjalanannya memang harus diakui banyak berstatus swasta. Kendati demikian jangan memandang lembaga tersebut dengan “sebelah mata”. Lembaga ini punya nilai “plus” jika dibanding pendidikan lainnya, kata dia. Nilai “plus” yang dimaksud, kata dia, adalah selain ciri agama yang melekat pada lembaga itu. Soal kualitas, belakangan ini banyak orang memberi acungan jempol. DIRASAH
25
P R O G RA M
Menag: Didikkan Agama Sejak Usia Dini
M
enteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni menekankan pentingnya pendidikan agama pada usia dini, khususnya melalui pendidikan di madrasah. Dengan demikian, di masa datang anak memperoleh pengetahuan mendalam tentang agama dan mampu menghayati dalam tata pergaulan di masyarakat yang majemuk. “Saya sudah instruksikan semua Dirjen Bimbingan Agama Islam, Hindu, Buddha, Kristen dan Katolik untuk menggalakkan pendidikan agama usia dini,” kata Maftuh di hadapan jajaran Kanwil Depag Propinsi Kepri di Tanjungpinang, awal Juni 2009. Ikut mendampingi menteri Gubernur Kepri, Ismet Abdullah dan Kakanwil Depag setempat. Sebelumnya, Menang menyampaikan kata perpisahan sebagai menteri karena dalam beberapa bulan lagi Kabinet Indonesia Bersatu akan segera berakhir menyusul pergantian kepemimpinan nasional melalui Pilpres 2009. Karena itu ia meminta maaf bila selama memimpin Depag ia mempunyai kesalahan. Menag pun melanjutkan, jika pendidikan agama usia dini dikembangkan, ia yakin akan melahirkan umat yang menghayati tata 26
Juli 2009
pergaulan masyarakat majemuk. Kerukunan umat pun menjadi kuat. “Saya tidak yakin, jika seseorang memperoleh pemahaman agama dengan benar akan melahirkan fanatisme,” katanya. Upaya penciptaan kerukunan antarumat agama perlu dibangun sejak usia dini. Tidak ada agama yang mengajarkan umatnya berlaku negatif, kata Menag, setiap agama mengharapkan kedamaian. “Melalui pendidikan agama sejak dini pula, anak didik akan terhindar dari pengaruh negatif seperti narkoba,” ucapnya. Terkait program pendidikan yang dilaksanakan sekarang ini, menurut Menag, awalnya pendidikan kurang dapat perhatian serius. Terlebih sebanyak 92 persen pendidikan di bawah Depag berstatus swasta dan 8 persen negeri. Sejak adanya UU Sisdiknas, arah kebijakan pendidikan di bawah Depag semakin fokus. Terlebih Depdiknas kini menjadi mitra yang baik dalam memajukan pendidikan bagi seluruh anak bangsa. Ia mengatakan, kendati pendidikan di bawah Depag lebih banyak swasta, namun lembaga pendidikan tersebut telah memberi kontribusi dan andil yang besar bagi kemajuan bangsa Indonesia.
PROGRAM
Madrasah tak Kalah Bagus
S
elama ini masih banyak orang menilai sekolah seperti SD/SMP/SMA/SMA adalah segala-galanya. Adapun madrasah mereka pandang dengan sebelah mata. “Anggapan itu salah besar. Dari segi kualitas, madrasah sekarang tak kalah bagus dari sekolah biasa,” ujar PW Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Jawa Tengah, Drs Mulyani M Noor M.Pd. Dia mengemukakan banyak satuan pendidikan di madrasah mampu bersaing di tingkat nasional dan internasional. Banyak lulusan madrasah menjadi tokoh nasional dan internasional. Hampir semua tenaga pendidik di madrasah sudah memenuhi syarat kualifikasi akademik. “Bahkan banyak yang lulusan S2. Departemen Agama sudah mulai serius mewujudkan tuntutan delapan standar minimal pendidikan, terutama komponen prasarana-sarana seperti laboratorium bahasa, IPA, dan komputer,” kata dia. Madrasah di berbagai tingkatan dari madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (MTs), sampai madrasah aliyah (MA) sebagai satuan pendidikan, kata dia, juga menjamin kualitas peserta didik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
“Dalam aspek kognitif, madrasah berani menjamin peserta didik lebih menguasai materi pelajaran umum dibandingkan dengan peserta didik di sekolah. Asal, peserta didik serius belajar,” tuturnya. Dalam aspek afektif dan psikomotorik, ujar dia, madrasah lebih unggul daripada sekolah biasa. Sebab, pembentukan perilaku di madrasah sangat menonjol. Peserta didik punya pemahaman dan pengamalan yang baik atas masalah agama. “Bukan omong kosong jika saya katakan madrasah berpeluang dan digandrungi masyarakat. Terbukti, banyak SMP di Jawa Timur gulung tikar, sementara di sebelahnya berdiri megah MTs,” kata dia. Dia menuturkan di Wedung, Demak, ada beberapa SD hanya mendapatkan lima peserta didik. Adapun MI di sebelah sekolah itu berkembang pesat dan diminati banyak orang. Dia mengakui upaya menjadikan madrasah diminati masyarakat tak lepas dari kesungguhan pengelola satuan pendidikan. Guru sebagai pendidik harus pedagogis, profesional, berkepribadian, bersosial, dan pelopor perubahan ke arah lebih baik. “Jadi, tak ada alasan bagi calon peserta didik menghindari masuk madrasah, bahkan seharusnya bangga.” DIRASAH
27
AP A SI A P A
Mereka yang Berada
di Belakang MEDP
Dr HA Fathonirodli, Teacher Professional Development Specialist
Madrasah Butuh Manajemen Sistem 28
Juli 2009
M
elalui program Madrasah Education Development Project (MEDP), madrasah bisa membangun citra dirinya. Pencitraan madrasah, menurut Dr HA Fathonirodli, Teacher Professional Development Specialist, harus mengandung beberapa komponen; yaitu selain menyelenggarakan pendidikan formal, di dalamnya ada pendidikan non formal, seperti kegiatan kursus, pendidikan lifeskill. Selain itu, imbuh alumnus IKIP Surabaya ini, terdapat pula pendidikan informal, yang ditandai dengan kehadiran sosok pengasuh. “Inilah ciri khas yang membedakan madrasah dengan sekolah pada umumnya,”tegas Cak Toni, sapaan akrab Dr HA Fathonirodli. Fathoni mulai aktif di MEDP sejak tahun 2009. Ia bertekad mencurahkan segala pengalamannya, khususnya di bidang pendidikan, untuk turut urun-rembuk mengembangkan kualitas dan mutu madrasah pada MEDP ini. Bapak dua anak ini menegarai, bahkan mengakui, bahwa madrasah selama masih mengandalkan manajemen kharisma. “Harus diakui, tidak sedikit madrasah yang hanya mengandalkan kharisma seseorang. Tatkala orang tersebut meninggal, habis pula lembaga pendidikannya,”kata wakil ketua PP LP Maarif NU ini. Kharisma masih diperlukan namun
APA SI APA perlu ditunjang dengan manajemen yang strategis. Oleh sebab itu, menurutnya, MEDP menawarkan nilai tambah. “Manajemen sistem,”tegasnya singkat nan padat. Apakah kharisma tidak diperlukan lagi? “Kharisma masih diperlukan namun perlu ditunjang dengan manajemen sistem,”tandas menantu KH Hasyim Latif, pendiri YPM Sepanjang ini. Bila madrasah mengimplementasikan program MEDP, dirinya menjamin, bila sekolah swasta dia adalah pilihan pertama sebelum siswa-siswi masuk ke sekolah negeri. Kalau madrasah negeri, dia adalah pilihan pertama sebelum masuk SMP dan SMA. Bahkan katanya, di masa mendatang, tidak asing lagi, bila alumnus madrasah menguasai perguruan tinggi seperti ITB, ITS, UI serta IPB. “Jadi mari kita tingkatkan civitas akademika,”kata pria yang sudah berkeliling dunia termasuk Moskwa ini. Di Moskwa ini, ia menemukan karya Ibn Sina, The Conon of Madicine, yang ditulis tangan berbahasa arab. Pesan tersirat yang diperolehnya bahwa pemikir Islam adalah pelopor keilmuan. Sebelum aktif di MEDP, Cak Toni, seorang dosen di IKIP Surabaya pada kurun waktu 19862008. Selain itu, Cak Toni juga menjabat sebagai staf ahli Komisi X DPR RI kurun waktu 2004-2008. (Sofyan)
DIRASAH
29
AP A SI A P A
Salam Hudoyono,
Procurement Specialist MEDP
Ingin Kualitas Guru dan Anak Didik Berkembang
S
ebagai procurement specialist (ahli pengadaan), Salam Hudoyono menangani semua proses pengadaan barang di MEDP. Selain itu, ia aktif memberikan petunjuk bagi pelaku pendidikan di madrasah. Misalnya, menyusun rencana pengadaan, dokumen lelang, membuat formasi untuk panitia, menyiapkan kontrak dan lain semacamnya. Intinya, menangani tugas-tugas yang berkaitan dengan proyek MEDP. Program MEDP ini, menurut Salam Hudoyono, cukup bagus. Apalagi bantuan yang diberikan MEDP langsung menyentuh kebutuhan madrasah. Salah satu program MEDP adalah membangun/merehabilitasi sekolah. Selain itu ada proyek pembelian buku, peralatan pembelajaran untuk bidang matapelajarn IPA, biologi dan lain sebagainya. Salam Hudoyono memulai masa pendidikan dari SD di Ngawi, Jawa Timur, 1984. Kemudian Hudoyono kecil melanjutkan studinya di SMP Ngawi, 1987. Lalu, 30
Juli 2009
pada 1990 di SMA Ngawi. Jenjang Pendidikan Tinggi diselesaikannya di Teknik Informatika, Universitas Budi Luhur, Jakarta. Pria kelahiran 11 Mei 1972 di Desa Ketanggung, Kecamatan Sini, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur ini sudah cukup lama bergelut di bidang procurement. “Saya 15 tahun lebih berkecimpung di bidang ini,� kata ayah dari dua orang putri ini. Ia pernah menangani procurement untuk Proyek Bank Dunia di BKKBN selama 1992-2004. Pada awal 2005 hingga 2007, ia menangani proyek ADB di Departemen Kesehatan. Pernah pula, selama 6 bulan, Salam Hudoyono bertugas di Aceh Darussalam, masuk tim section leader proyek Bank Dunia di bawah join venture sebuah perusahaan Australia dengan perusahaan dalam negeri. Salam Hudoyono, yang mulai menangani proyek MEDP sejak Agustus 2008, berharap agar melalui proyek ini, madrasah dapat memanfaatkan program MEDP, sehingga bisa mengembangkan kualitas guru dan anak didiknya.
P ER SPE KTI F
Chris Batchelor,
Pembina Profesi Guru
Perlu Komunikasi Intensif Antara Daerah dan Pusat
C
hris, sapaan akrabnya, pada Maret 2009 baru aktif di Madrasah Education Development Project (MEDP). Ia bertugas menjadi seorang pembina profesi guru. “Tugas saya adalah ngasih saran kepada CPMU dalam bidang meningkatkan mutu cara belajar-mengajar di madrasah,”terang Chris yang belajar pencak silat dan cara memasak ala Indonesia di Salatiga. Berkaitan dengan hal itu, katanya, terdapat tiga komponen. Pertama, ada beberapa guru yang belum memiliki jenjang pendidikan S1. Untuk itu, disediakan sebuah program penyetaraan baik itu Program D2, D3 dan S1. Kedua, menyangkut sertifikasi guru. Ini diperuntukan bagi guru yang telah memiliki ijazah program S1. Atau bagi mereka yang belum memiliki sertifikat guru, maka MEDP menyediakan program sertifikasi guru. Ketiga, short courses, yaitu subject content up grading dan metodologi. Terdapat ketidaknyambungan, misalnya ada seorang guru
madrasah yang walaupun bisa mengajar matematika tetapi tamatan bidang studi agama. Tepatnya bukan ilmu matematika. “MEDP menyediakan program agar mereka memiliki kualifikasi di bidang keilmuan matematika,”tandas Chris. Selain itu, di dalamnya, ada pula program metodologi mengajar yang benar. Alumnus Program S2 Monas University ini telah melakukan perjalanan dan survei mengenai madrasah di berbagai daerah, seperti Lamongan, Jombang, Wonosobo, Maros (Sulsel). Hasilnya? “Antara daerah dan pusat memerlukan komunikasi yang intensif agar program peningkatan mutu dan kualitas madrasah bisa berjalan lancar,”tegas Chris. Sebagai pembina profesi guru di MEDP, Chris berharap ia bisa menghasilkan sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia, khususnya madrasah. “Kalau tidak kedatangan saya ke sini hanya sia-sia. Yang penting bagi saya, MEDP dapat membantu madrasah,” tegas pria yang datang ke Indonesia sejak 1957. DIRASAH
31
P ER SP EK T I F
Abdul Rouf, Sekretaris Proyek MEDP
Gunakan Blockgrant Sesuai Kesepakatan
B
lockgrant merupakan realisasi konkret yang diberikan pada sejumlah madrasah. “Blockgrant merupakan satu bentuk stimulan bagi upaya peningkatan kualitas madrasah,� tandas Abdul Rouf, Sekretaris Proyek MEDP, kepada buletin Dirasah, beberapa waktu lalu, di Jakarta. Program ini merupakan upaya untuk menunjang peningkatan mutu dan kualitas madrasah. Berikut petikan wawancaranya: Bisa dijelaskan program blockgrant itu? Pemberian blockgrant ini rencananya akan dimulai pada 2009 hingga 2012. Tapi efektifnya 2011. Sebanyak 500 madrasah di tiga propinsi, yaitu Sulawesi, Jawa Tengah dan Jawa Timur, akan menerima blockgrant ini. Jumlah atau nilai blockgrant itu berbeda-beda pada masing-masing madrasah. Perbedaannya ditentukan sesuai dengan dokumen Madrasah Development Plan (MDP) yang telah dibuat. Apa kriteria khusus atau standar yang digunakan? 32 32
Juli Juli 2009 2009
kutsertakan Madrasah yang diik diikutsertakan pada MEDP ini adalah madrasah yang berpotensi maju. Jelasnya, bukan madrasah yang sudah maju namun memiliki potensi untuk maju Dokumen MDP tadi diajukan oleh pihak madrasah? Ya. Madrasah itu mengajukan MDP, rencana pengembangan madrasah, dari tahun 2009 hingga 2012. Setelah madrasah mengajukan MDP, yang berupa usulan program dan anggarannya, kemudian disetujui oleh Kandepag, dalam hal ini DCU dan propinsi, selanjutnya diusulkan ke pusat. Setelah itu, MDP dilihat, apakah usulan pihak madrasah dikaji ulang soal bagian mana yang dibiayai oleh program blockgrant dan mana yang dibiayai oleh masyarakat. Apa saja komponen yang harus dipenuhi oleh pihak madrasah dalam mengajukan blockgrant ini? Ada empat komponen yang harus dipenuhi pihak madrasah. Empat komponen dalam blockgrant itu adalah sebagai berikut: Pertama, peningkatan profesionalisme guru. Kedua, peningkatan fasilitas pem-
P E RPE KTI F belajaran atau sumber belajar dan materi pembelajaran. Ketiga, peningkatan efisiensi kinerja internal. Keempat, penguatan tata kelola manajemen dan kelanjutan madrasah. Bagaimana salah satu dari keempat komponen tersebut tidak ada? Tentu saja, kalau begitu, pengajuan blockgrant pihak madrasah tidak kita setujui. Misalnya, komponen pertama, kegiatan peningkatan mutu madrasah. Hal ini meliputi: pertama Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Kedua, pelatihan guru. Ketiga, peningkatan kualitas inovasi pembelajaran. Selanjutnya, masalah sarana dan prasarana, yaitu meliputi pembangunan, renovasi dan rehab. Pembangunan itu mencakup apa saja? Pembangunan yang berbentuk fisik, seperti pembangunan laboratorium IPA, laboratorium komputer, laboratorium bahasa, perpustakaan, ruang kelas dan ruang klinik sekolah. Selain itu, ada pula yang berbentuk furniture, perangkat atau alat peraga serta isi dari laboratorium tersebut. Komponen ketiga itu menyangkut ketenagaan. Misalnya, guru pengganti. Kita punya program S1. Karena ada beberapa madrasah yang guru-gurunya dari Program D 2 dan D 3. Kemudian, melalui program ini, guru-gurunya, baik guru pengganti dan guru tetapnya, kita ikutkan program S1. Sementara komponen keempat, menyangkut remedial dan transisi. Keempat komponen inilah yang menjadi tolak ukur kita dalam
memberikan blockgrant. Umumnya, blockgrant itu digunakan untuk apa saja oleh madrasah? Masing-masing madrasah tidak sama permintaannya. Sesuai dengan kebutuhan madrasah masing-masing. Karena program ini bukan dari atas tapi dari bawah, yaitu sesuai dengan kebutuhan madrasah yang bersangkutan. Menurut rekapitulasi yang kita buat, umumnya madrasah menggunakan dana blockgrant ini sebagai upaya peningkatan mutu dari sarana dan prasarana. Jelasnya, di aspek bangunan beserta isinya, seperti laboratorium. Tetapi ada juga madrasah yang tidak membutuhkan laboratorium IPA karena sudah punya laboratorium. Ada yang dipergunakan untuk membuat laboratorium bahasa atau laboratorim komputer. Kalau program peningkatan guru, kegiatan apa yang biasanya dilaksanakan oleh madrasah? Yang sering mereka ajukan adalah soal KKG dan MGMP. Atau pelatihan-pelatihan guru dalam rangka meningkatkan kualitas guru, meningkatkan pemahaman terhadap materi ajar. Itu yang biasanya diajukan. Lalu, ketika dana blockgrant ini sudah dicairkan pada madrasah, siapa yang mengelola dana tersebut? Apakah mereka, pihak madrasah sendiri? Di dalam petunjuknya dikatakan bahwa seluruh dana bantuan ke madrasah itu lewat rekening madrasah yang bersangkutan. Jadi, madrasah itu sendiri yang akan mengelola banDIRASAH DIRASAH
33 33
P ER SP EK T I F tuan. Baik berupa fisik dan nonfisik. Tentu hal itu selama tidak keluar dari ketentuan atau petunjuk teknis kita. Apa harapan Anda mengenai program blockgrant ini? Jangan sampai madrasah menggunakan dana blockgrant ini di luar konteks yang telah disepakati. Bagaimana kontrolnya? Setelah pihak madrasah menerima dana blockgrant, dana sudah ditransfer ke rekening madrasah, dan madrasah menggunakannya sesuai dengan Madrasah Development Plannya, kontrolnya melalui tim monitoring. Dari pihak kita juga ada yang mengontrol. Sebab pihak madrasah diwajibkan membuat laporan pertanggungjawabannya. Masalah ini pun sudah tertera dalam akad awal sebagai syarat penerimaan blockgrant, yaitu jikalau madrasah itu tidak menggunakannya maka
harus dikembalikan lagi pada negara. Misalnya, dapat bantuan seratus juta, tetapi hanya digunakan hanya sembilan puluh juta, maka sepuluh juta harus dikembalikan pada negara. Kalau laporan pertanggungjawabannya tidak sesuai, apakah ada sanksinya? Ya. Kalau misalnya laporannya tidak sesuai, kita lihat dulu. Apakah kita akan teruskan bantuan ke madrasah tersebut apa tidak. Kita pasti akan kasih sanksi-sanksi kepada madrasah. Kita tunjuk ulang misalnya. Jelasnya, kita akan beri sanksi sesuai dengan prosedur yang berlaku. Apa target MEDP ini? Paling tidak, pada 2012, sudah 80 hingga 90 persen madrasah sasaran MEDP bisa berstandar internasional.
Biodata
Abdul Rouf
A
bdul Rouf, nama lengkapnya. Rouf, sapaan akrab pria kelahiran 21 September 1976, Rembang, Jawa Tengah, aktif di MEDP sejak Pebruari 2007. Namun pada 2009, suami Hastuti ini dipercaya untuk mengemban amanah sebagai Sekretaris Proyek MEDP. Rouf menyelesaikan program S1 di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Wali Songo Semarang, Jawa Tengah.
34 34
Juli Juli 2009 2009
LE NSA Dirjen Pendidikan Islam Mohammad Ali mengadakan Kick of Meeting dengan ADB yang diwakili Wolfgang Kubitzki Portfolio Management Specialist dan Direktur Agama dan Pendidikan Bappenas Taufik Hanafi membahas progress report MEDP, di Depag.
Workshop dan Koordinasi antar Bagian Pengurus Pusat MEDP di Hotel Treva
Training of Trainer Pembekalan Pelaksanaan Sertifikasi Guru PAI Tahun 2009 di Medan
DIRASAH DIRASAH
35 35
Program MEDP untuk Madrasah yang Lebih Baik!
Departemen Agama RI
36
Departemen Agama RI Berperan Menuntaskan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun melalui Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Pondok Pesantren Salafiyah Ula dan Wustho, serta Program Paket A dan B di Pesantren
Juli 2009