AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022
1
BAHARA SURAT KEPUTUSAN (SK) REKTOR No. 1098/UIR/KPTS/2022 ISSN: 0853-8883
Palagan
Pelindung: Rektor Universitas Islam Riau
Dewan Pertimbangan: Zainul Ikhwan, S.P, Prof. DR. Detri Karya, S.E., M.A, Yosi Rita, M. Sabarudi, S.T, Efrizal, Ir. T. Iskandar Johan, M.Si, Ir. Fakhrunnas Ma Jabbar, M.I.Kom, Wira Atma Hajri, SH, MH, Ida Rifda S.P., M.Si
AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022
Salam Pers, Salam Kebenaran!
Pandemi
“Jika kemampuan itu sudah meningkat, maka SDM yang ada bisa menyamai kualitas universitas yang ada di dunia. Dengan itu tercapai pula Visi Misi UIR Unggul menjadi World Class University,” ungkap Hasan Basri.
Feature 25-27
Pemimpin Redaksi: Rahmat Amin Siregar Perwajahan: Akhmat Kusairi
2
Tengah
Menilai Kelayakan Capaian UIR Unggul se Asia Tenggara
Pimpinan Umum: Gerin Rio Pranata Sekertaris Umum: Salmah Siregar
Penerbit: Media Mahasiswa AKLaMASI Universitas Islam Riau. Alamat: Jl Kaharuddin Nasution No 113 Kampus Darussalam Marpoyan No Pekanbaru-Riau 28284. Gedung Sekretariat Kegiatan Mahasiswa Lt. 3 Hp: 085274304441 / 081364790345 Email: aklamasiuir@gmail.com Website: www.aklamasi.id Facebook: Pembaca Aklamasi Twitter / Instagram: @aklamasiuir Percetakan: (isi diluar tanggung jawab percetakan).
di
Assalamualaikum Wr. Wb
Laporan Khusus 11-14
Dewan Redaksi: Muhtarom, S.Sos, Julisman, S.Pd, Desi Sommalia Gustina, S.H, M.H, Abdul Hamid Nasution S.PdI, Puput Jumantirawan, Agung S.T, Barry Eko Lesmana, Yosa Sastrama Putra, Wahid Irawan
Pemimpin Usaha: Arif Widyanytiko Manager Keuangan: Rizka Yani Iklan dan Sirkulasi: Seluruh Pengurus dan Kru Magang
UKM
Laporan Utama 6-10
“Dema divakumkan,” Riko menirukan sepenggal ucapan Rosyadi yang memutuskan kevakuman itu.Keputusan sepihak ini tidak memiliki bentuk legalitas yang sah. Tidak ada SK yang dibuat untuk mengosongkan Riko dan jajarannya dari tampu kepemimpinan di Dema UIR.
Penasehat: Wakil Rektor III Universitas Islam Riau
Direktur Aklamasi Publisher: Dicky Wahyudi Reporter: Seluruh Pengurus dan Kru Magang
DARI REDAKSI
Hikayat Boat People Terusir dari Rumah Imbas Perang Saudara “Sudah nasib saya untuk menjaga tempat ini,” ucap Abu lirih.
Desain Sampul Akhmat Kusairi Cut Azzura Jaska Ludiana Mubarikah Surayya Layouter Akhmat Kusairi
Bahara -2 Dari Redaksi -3 Editorial - 4 Cawan - 5 Laput - 6 Lapsus - 11 Komik - 15 English Flash - 16 Eulogi - 18 Fotografi - 20 Perjalanan - 22 Feature - 25 Cerpen - 28 Opini- 34 Tokoh - 38 Emper Langit - 39
Ia acap kali mengenang kejadian tersebut dan selalu teringat dengan tragedi yang melatarbelakangi datangnya Boat People ke Pulau Galang. “Orang selalu berfikir, perang itu enak. Gila itu! Mana ada perang yang enak, banyak manusia mati karenanya,” tutup Abu.
Eulogi 18-19
Memorabilia yang Gugur karena Pandemi Tertuang emosional yang berbekas. Sosok pemimpin yang dicintai rekan kerjanya. Ia lahir di Pekanbaru pada 20 Maret 1980. Ibarat pepatah, duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Istilah ini agaknya tepat untuk mendeskripsikan sosok Zulias Mardinata. “Dia menganggap kami satu tim, semuanya dirangkul. Dia tidak pernah menunjukkan dirinya pimpinan,” ungkap Kanti.
Bangkit Menambah Dekade
Alhamdulillah. Ada rasa syukur terhatur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga setumpuk pekerjaan rumah berangsur diselesaikan pengurus AKLaMASI. Majalah Edisi 19 adalah komitmen untuk tetap berkarya dan kritis memantau kekuasaan. Sehingga majalah yang menyoroti kampus di masa pandemi ini sampai ke tangan pembaca. Pembaca, AKLaMASI mengucapkan terima kasih telah didukung dari masa-masa sulit yang hampir seluruh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) alami. Ibarat digebuk oleh pagebluk. Rumah AKLaMASI seperti kehilangan punggawanya. Hanya mengatas namakan pandemi, membuat para pengurus periode 2019-2021 tak merampungkan tugasnya. Lambannya adaptasi ditengah pandemi pada periode sebelumnya, Keredaksian AKLaMASI (kini) anggap sebagai noda hitam dalam perjalanan hampir tiga dekade. Tiadanya kaderisasi, produk, kreativitas, dan pikiran-pikiran yang lahir dari rumah AKLaMASI itu memutus tradisi. Hingga dilakukannya Musyawarah Redaksi pada Agustus 2021. Terpilihlah Gerin Rio Pranata (Pemimpin Umum), Rahmat Amin Siregar (Pemimpin Redaksi), dan Arif Widyantiko (Pemimpin Usaha) sebagai punggawa yang melestarikan budaya di rumah AKLaMASI. Nama-nama lain yang berjuang bersama, Salma Siregar (Sekertaris Umum), Rizka Yani (AKLaMASI Institut), Dicky Wahyudi (AKLaMASI Publisher), dan Akhmat Kusairi (Perwajahan). Komitmen kami, berkarya dan berpikir kritis dalam menambah umur rumah ini. Pada edisi kali ini kami menyoroti dampak yang masih terasa pada seba-
Diklat Jurnalistik Tingkat Dasar XXIII Media Mahasiswa AKLaMASI Universitas Islam Riau
gian UKM di tingkat universitas. Dewan Mahasiswa (Dema) hingga kini kosong kantornya. Tertinggal sebuah papan tulis dengan catatan proker tahun 2020 disana. Sedangkan Mahkamah Konstitusi Mahasiswa (MKM) tak pernah lagi menangani perkara Pemilihan Raya Mahasiswa (Pemira), kaderisasi dan fungsi MKM bahkan mandek sejak 2019. Begitu pula Pramuka UIR, sekitar 70 persen anggotanya berkurang. AKLaMASI menelusuri para pengurus ketiga UKM itu sejak April lalu. Sehingga jerih payah tersebut kami rangkum dalam Laporan Utama (Laput) di majalah edisi 19 ini. Ada yang berbeda pada Laporan Khusus (Lapsus), kami mengulas ketercapaian pada indikator “Visi Menjadi Universitas Islam Riau yang unggul dan terkemuka di Asia Tenggara tahun 2020”. Wartawan kami menemui para inisiator cita-cita ini yang dicetuskan sejak 22 tahun yang lalu. Seorang wartawan AKLaMASI berkunjung ke Kamp Vietnam di Provinsi Kepulauan Riau yang merupakan
efek dari perang saudara. Pandemi membawa duka bagi banyak orang. Begitu pula UIR yang kehilangan sejumlah dosen dan karyawan. Tujuh orang berpulang karena Covid-19. Ada cerita menarik dan inspiratif dari mereka yang telah mengabdi berdekade di kampus Darussalam. Kami rangkum dalam rubrik terbaru, Eulogi. Selain laporan baku tersebut, pembaca setia AKLaMASI juga dapat menikmati liputan-liputan informatif dan menarik lainnya pada majalah edisi 19 ini. Tidak mengurangi rasa hormat, kami juga menerima kritik dan saran pembaca terhadap Redaksi AKLaMASI, dengan mengirimkan email yang tertera pada halaman Bahara dan kunjungi situs aklamasi. id untuk beca berita-berita kami yang tidak kami cetak. Atau subcribe YouTube AKLaMASI TV untuk video menarik lainnya. Sampai jumpa di edisi berikutnya. Berpikir Merdeka, Bersuara Merdeka! Redaksi
Redaksi terima foto juga tulisan berupa surat pembaca, opini, cerpen, puisi, esai, rilis berita, atau liputan juga kritikan dan saran untuk AKlaMASI dari pembaca. Kirimkan ke kantor Redaksi atau lewati email aklamasiuir@gmail.com. Redaksi berhak menyunting selama tidak mengubah maksud tulisan. Tulisan yang masuk jadi hak milik redaksi.
AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022
3
CAWAN
EDITORIAL
Saling Tunggu Membenahi Organisasi Mahasiswa
T
elah berlalu dua tahun lebih sejak Rektor Universitas Islam Riau (UIR) Prof. Dr. Syafrinaldi SH., MCL, mengeluarkan Surat Edaran (SE) terkait kewaspadaan dini menyikapi pandemi Covid-19. Tertanggal 16 Maret 2020 perkuliahan tatap muka digantikan dengan metode dalam jaringan (daring). Kala itu, penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) memang menghentikan aktivitas Unit Kegiatan Kemahasiswaan (UKM) di UIR. Terseok-seok akibat pandemi masih dirasakan oleh Dewan Mahasiswa (Dema), Mahkamah Konstitusi Mahasiswa (MKM), dan Pramuka. Ketiganya punya benang merah masalah, kaderisasi yang mandek. Pramuka yang kehilangan lebih dari setengah anggotanya terus melaksanakan kegitan secara daring, kata Tarlin yang merupakan Ketua sejak 2019 lalu. MKM sejak dilantik pada akhir tahun 2019 juga tak pernah menampakkan kinerjanya.
Evi Yanti, Ketua MKM 2017-2018 mengungkapkan ada “Pimpinan kampus yang kurang mendukung,” menyebabkan lembaga yudikatif mahasiswa ini tak berjalan sebagaimana fungsinya. Begitu pula ketika tapuk kepemimpinan sampai pada Anju Eko Prasetiyo Capah. Polemik ketiadaan Dema hingga kini
tampaknya dibiarkan begitu saja. Pertemuan Wakil Rektor III, Dr. Admiral, S.H, M.H dengan Gubernur Mahasiswa se-lingkungan UIR bagai rapat yang tak membuahkan hasil. Padahal dari sembilan hasil audiensi yang dilakukan pada Rabu, 16 Februari 2022 itu ada pembahasan khusus vakumnya Dema UIR. Lebih lagi, sejak Februari 2021 (vakumnya Dema) tidak ada yang mengawasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Padahal harusnya Dema memantau kinerja BEM, agar tidak seenaknya saja dalam bekerja. Dalam Peraturan Rektor UIR Nomor 10/PR/UIR/2019 tentang Organisasi Kemahasiswaan diatur keanggotaan Dema universitas, memang menyebutkan anggota Dema UIR harus meliputi perwakilan dari pengurus Dema dan UKM di tingkat fakultas. Wacana lamban Admiral dan para Wakil Dekan III untuk mengadakan rapat koordinasi harusnya menjadi titik balik gerakan membenahi Organisasi Mahasiswa (Ormawa) oleh mahasiswa itu sendiri, apalagi Indonesia dalam proses transisi menuju endemi. (Redaksi)
Lampu Merah Kekerasan Seksual Oleh: Salma Siregar
B
eredarnya sebuah video pengakuan salah satu mahasiswa Universitas Riau (UNRI) berinisial LM melalui akun Instagram pada tanggal 27 November 2021. Ini menambah angka kasus kekerasan seksual yang terjadi, bahkan kalangan Mahasiswa. Video pengakuan LM yang menceritakan kejadian yang dialaminya ketika bimbingan proposal skripsi di ruangan Syafri Harto. LM menceritakan apa yang diperbuat SH mengatakan kata-kata tidak menyenangkan seperti “I love you” hingga perbuatan SH yang menggenggam badan lalu mencium pipi dan kening saat LM hendak pamit. Kelakuan SH sangatlah tidak terpuji ketika dilihat dari profesinya untuk membimbing Mahasiswa menyelesaikan tugas akhir. Kasus ini telah melalui proses persidangan di Pengadilan Negeri Pekanbaru. Hakim menyatakan SH tidak terbukti salah karena tidak ada saksi di kasus itu yang dapat membuktikan terjadi kekerasan seksual.
Pelecehan seksual juga terjadi di kalangan Jurnalis. Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan LBH Pers mengeluarkan siaran pers terkait kasus dugaan pelecehan dan kekerasan seksual di kalangan wartawan. Pelecehan seksual yang dialami berupa dugaan pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap reporter perempuan di kantor Geotimes. AJI Jakarta dan LBH Pers mendampingi wartawan yang diduga menjadi korban kasus pelecehan dan kekerasan seksual tersebut. Selanjutnya, kedua lembaga itu mendampingi korban dan mendatangi kantor Geotimes di Menteng, Jakarta Pusat. Pelecehan seksual seringkali terjadi antara atasan dan bawahan yang mana kasus pelecehan seksual yang terjadi di kantor Geotimes merupakan relasi kuasa dan saksi mata yang menghambat proses pengadilan. Mengutip dari akun YouTube AKLaMASI TV berjudul “Stop Catcalling” banyak kasus pelecehan seksual yang terjadi di mahasiswa. Pelecehan ini juga merupakan pelecehan seksual yang bersifat verbal. Pelecehan seksual yang sering terjadi dikenal sebagai catcalling maupun street harassment. Pelecehan verbal berupa siulan, panggilan cantik, adek bahkan panggilan sayang yang dilakukan pelaku laki-laki kepada perempuan yang tidak saling mengenal. Relasi kuasa ialah pengetahuan yang dipahami segelintir masyarakat yang membawa pembentukan pengetahuan terbarukan. Wacana catcalling yang dibungkus dengan kata candaan yang marak di lingkungan publik khususnya tempat kerja, membuat perempuan sebagai pihak lain merasa dirugikan terutama di ranah masyarakat patriarkis. Catcalling seringkali dianggap hal sepele oleh kalangan laki-laki yang tidak mengerti efek dari apa yang mereka lakuk a n .
4
AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022
Candaan menjadi pengetahuan yang diwacanakan untuk menerima perbincangan dan Tindakan yang bermuatan seksual, bagaimana pelaku melakukan manipulatif atas korbannya melalui candaan yang diciptakan. “Candaan seksual” menjadi materi yang dijadikan biasa hadir dalam pergaulan. Kemarahan dalam candaan harus dikendalikan, karena dalam kemarahan itu justru akan bisa terjadi kerusakan keakraban. Karena itu, secara sosial kemudian dibangun bahwa perempuan tidak boleh marah dalam candaan seksual yang dijadikan sebagai bumbu pergaulan itu. “Bercanda” menjadi kebenaran yang dibangun secara berkelanjutan dalam interaksi bermuatan seksual. Pelecehan seksual adalah bentuk tindakan kejahatan dan kesopanan yang dibahas pada Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tindakan yang menimbulkan kesengsaraan atau tindakan baik secara fisik, psikis, penelantaran dan segala tindak yang menimbulkan perampasan hak. Pelecehan seksual segala yang berkaitan dengan seksual yang disengaja atau tidak disengaja. Tindakan seksual yang dilakukan dengan paksaan seperti meminta berhubungan badan dengan paksaan dan dengan cara yang tidak lazim oleh pelaku atas korban. Dan kemudian menimbulkan ketidaknyamanan pada korban. Berdasarkan Catatan Tahunan Komnas Perempuan tahun 2021 pelecehan seksual di ranah publik berada pada angka 181 kasus. Dari khasus-khasus itu, perempuan menjadi pihak yang paling banyak menjadi korban. Banyak kasus pelecehan seksual yang tidak terselesaikan dikarenakan kurangnya saksi mata, relasi kuasa, supremasi hukum yang kuat dan kurangnya rasa keberanian untuk mengadu apa yang dialami oleh korban. Lembaga Peradilan harus menjadi tempat yang memberikan keadilan bagi penyintas. Keputusan yang diberikan kepada SH memberikan kepuasan dan kegembiraan. Catcalling yang dianggap biasa dan putusan hakim untuk SH adalah lampu merah penanganan kasus kekerasan seksual.
AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022
5
LAPORAN UTAMA
iburkan perkuliahan tatap muka dan menggantikannya dengan metode dalam jaringan (daring). Keputusan itu tertuang melalui Surat Edaran (SE) terkait kewaspadaan dini menyikapi pandemi Covid-19. Satu per satu mahasiswa mangkir dari aktivitas pembelajaran di kampus dan perantau kembali ke kampung halaman. Hal ini membuat jalanan di dalam universitas yang dijuluki Kampus Darussalam ini mulai sepi, tidak ada lagi aktivitas mahasiswa—baik pembelajaran di kelas hingga kegiatan-kegiatan yang ditaja oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Dampak ini juga berimbas pada keaktifan UKM tingkat universitas di UIR, Pramuka. Pembatasan kegiatan yang menimbulkan kerumunan membuat Pramuka mengalihkan segala aktivitas luar ruangannya menjadi daring. “Pramuka sendiri basic-nya kegiatan outdoor, secara tidak langsung otomatis terdampak. Mulai dari jadwal latihan yang biasanya dilaksanakan hari Kamis ditiadakan, perkemahan, bahkan kegiatan di lapangan sendiri juga ditiadakan,” ungkap Tarlin Ket-
Palagan UKM di Tengah Pandemi Oleh: Rahmat Amin Siregar
D
i Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, 02 Maret 2020. Presiden Joko Widodo mengkonfirmasi kasus pertama positif Coronavirus Disease (Covid-19) di Indonesia. 6
AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022
Hal ini berujung pada keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim yang mengeluarkan Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan Coronavirus Disease (Covid-19) pada Satuan
Pendidikan tepat pada 9 Maret 2020. Hingga hari itu, ada 19 kasus positif Covid-19 di Indonesia. Hanya seminggu berselang, Rektor Universitas Islam Riau (UIR) Prof. Dr. Syafrinaldi SH., MCL, mel-
ua UKM Pramuka. Kegiatan yang disinggung Tarlin tadi berbentuk seminar, pelatihan, dan sosialisasi. Seperti Gladian Pimpinan Satuan Kwartir Cabang (Kwarcab) Kota Pekanbaru di Kecamatan Bukit Raya pada 9 September 2021. Selain itu, dari pengakuannya, Pramuka juga melakukan audiensi dan silaturahmi ke perguruan tinggi yang memiliki Pramuka. Tarlin dipilih menjadi Ketua Pramuka dan disahkan dengan keluarnya Surat Keputusan (SK) Rektor UIR Nomor 632/UIR/KPTS/2019 tentang Pengurus UKM Pramuka UIR Periode 2019-2020 yang sah berlaku mulai 17 September 2019. Sedangkan terbitnya Keputusan Kwarcab Gerakan Pramuka Kota Pekanbaru Nomor 13 Tahun 2019 tentang Pengesahan Nomor Gugus Depan Kota Pekanbaru 07-087 dan 07-088 Pangkalan Universitas Islam Riau lebih dulu disahkan sejak 30 April 2019. “Pramuka bukan lagi disebut sebagai UKM melainkan Unit Kegiatan Khusus (UKK), ....kita merasa jika musyawarah diajukan dan mengajukan SK yang baru itu akan sia-sia.
Tampak Sekretariat UKM Pramuka UIR yang Tutup
Karena untuk proker sendiri tidak ada di masa pandemi,” alasan Tarlin tentang kegiatan daring Pramuka selama ini. Dua tahun pandemi berlangsung, keanggotaan Pramuka berkurang drastis hingga 70 persen. “Dari anggota yang berjumlah 200 orang, sudah banyak wisuda. Sekarang hanya tersisa 60-an orang saja yang tidak ada pengenalan dan open recruitment,” Tarlin menutur salah satu dampak pandemi. Di lantai 2 Gedung Sekertariat UKM, pintu Pramuka tidak pernah terbuka dan tidak tampak tanda-tanda kegiatannya. Sejawatnya, yang berkantor satu lantai seperti Korps Sukarela Palang Merah Indonesia Unit 03 UIR (KSR PMI) dan Organisasi Beasiswa Bidik Misi (Orbisi), lebih sering terlihat beraktivitas. Poster open recruitment yang pada 2019 lalu juga masih tertempel, walau mulai terkelupas.
Sebelum Pandemi, Yudikatif Mahasiswa Sudah ‘Mati’ Masalah kaderisasi ini tidak hanya terjadi di Pramuka. Mahkamah Konstitusi Mahasiswa (MKM), bisa dikatakan lebih parah. Sekretariat lembaga yang mengadili konflik pemilu ini tidak pernah ada yang menyambangi. Hanya sebuah lemari dan onggokan sertifikat tidak bertuan disana, letaknya di lantai tiga Gedung Sekretariat UKM. MKM tercatat menangani konflik Pemilihan Raya Mahasiswa (Pemira) pada tahun 2016. Terdapat perselisihan pemilihan Gubernur Mahasiswa di Fakultas Ekonomi. Kasus tersebut sempat disidangkan tiga kali. “Pada saat itu, ketika MKM ingin menyidangkan yang terakhir untuk pembacaan keputusan, ingin meminjam ruangan, tapi tidak dikasih. Sementara kalau tidak ada ruangan tidak bisa melakukan sidang,” kata Evi Yanti yang pernah menjabat sebagai Ketua pada tahun 2017-2018 dan 2018-2019 sebagai Panitera. Evi mengatakan hal itu terjadi karena ada pro dan kontra. Terlebih kata Evi, “Pimpinan kampus juga kurang mendukung, yang menyebabkan prosAKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022
7
es berjalannya MKM sulit berjalan sesuai dengan fungsinya.” Tampuk kepemimpinan lembaga yudikatif di mahasiswa berganti, AKLaMASI menelusuri Anju Eko Prasetiyo Capah, mahasiswa Fakultas Hukum yang kini telah menamatkan studinya. SK yang dikeluarkan Rektor Nomor 818/UIR/KPTS/2019 tentang Pengurus Mahkamah Konstitusi Mahasiswa UIR juga memutuskan M. Pandu Putra Hartami sebagai Wakil Ketua Umum. Sedangkan Hakim Anggota ada tujuh orang dengan dua Panitera untuk periode 2019-2020. SK Rektor tersebut ditandatangani Syafrinaldi pada 5 Desember 2019. Anju mengaku setelah dikeluarkan SK, MKM juga tidak ada kegiatan yang dilakukan. “Belum menangani kasus apapun, sebab saya dipilih langsung dari Dema (Dewan Mahasiswa) untuk bersedia menjadi ketua MK,” di masa ini pula MKM vakum dan tak ada lagi regenerasi, Anju bercerita kepada AKLaMASI melalui sambungan tele-
Kondisi Sekretariat MK
8
AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022
pon karena tak menetap lagi di Pekanbaru.
Pemira dan Vakumnya Legislatif Mahasiswa Hal ini juga dirasakan oleh Dema. Sebelumnya, Dema yang diketuai M. Riko Saputra dilantik pada 21 Desember 2019 silam. Dema UIR penerima SK kepengurusan untuk menahkodai badan legislatif mahasiswa itu untuk periode 2019-2020. Lima mahasiswa dari 9 fakultas di UIR diambil untuk menjadi delegasi dan menjabat di Dema tingkat universitas. “Jumlahnya ada 35 orang, di luar badan legislasi, badan musyawarah, dan kesekretariatan. Itu di open recruitment kedua,” terang Riko. Dalam pelaksanaan kegiatannya, Dema sudah melakukan berbegai rapat seperti, Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Dema UIR untuk setahun mendatang, rekam jejak pendapat, dan sosialisasi Daulah Mahasiswa (Dauma) di bebera-
pa fakultas telah terlaksana. Terutama pada rekam jejak pendapat yang dilaksanakan Dema UIR, Riko mengaku telah mengumpulkan aspirasi yang datangnya dari mahasiswa. Ditujukan untuk fakultas dan tingkat universitas. Dema juga turut memperjuangkan pemotongan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP). “Cuma untuk menjalankannya baru beberapa bulan, masuklah pandemi. Belum sampai satu semester. Ketika itu, belum dapat gambaran Ormawa (Organisasi Mahasiswa) bergerak (di pandemi). Ya online, substansinya pun gak dapat,” ujar Riko. Dari sinilah Dema juga mulai tersangkut dalam efek pandemi. Dampak signifikan yang diterima Dema UIR adalah masalah Pemira di tingkat universitas. Dimana perlu adanya peraturan yang mengakomodir Pemira di masa pandemi. Selaku badan yang bergerak dalam pembuatan peraturan tersebut, Dema diberi waktu tambahan oleh Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama kala itu, Ir. Rosyadi, M.Si untuk menyelesaikan pembentukan panitia Pemira. Secara pribadi, Rosyadi meminta pembentukan panitia Pemira setidaknya rampung hingga Februari 2021. “SK habis tahun 2021, namun dikasih perpanjangan. WR 3 minta Pemira dan berbicara perubahan yang drastis ketika pandemi, seperti regulasi (Pemira). Sedangkan kita belum tau nih, masih mencari, meraba-raba (regulasi),” tutur Riko yang mengungkapkan pembahasan itu baru sampai pada badan legislatif Dema UIR. Lebih lagi, beberapa pengurus Dema UIR, kata Riko, telah ada yang menamatkan pendidikannya. Selama proses merancang regulasi Pemira, Riko hendak mengumpulkan Gubernur Mahasiswa se-lingkungan UIR. Dalam tahap ini pula, Riko sempat menemui Rosyadi di ruangannya bersama anggota Dema lainnya. “Dema divakumkan,” Riko menirukan sepenggal ucapan Rosyadi yang memutuskan kevakuman itu. Keputusan sepihak ini tidak memiliki bentuk legalitas yang sah. Tidak
ada SK yang dibuat untuk mengosongkan Riko dan jajarannya dari tampuk kepemimpinan di Dema UIR. “Kalau mikir pendek, kenapa harus gerak (mempersiapkan pemira) lagi. Sudah begitu katanya (Rosyadi). Kawan-kawan sudah patah semangat,” ucapnya. Divakumkannya Dema UIR bukan tanpa alasan. Riko mengungkapkan, Rosyadi berpatok pada fakta bahwa telah diberikan perpanjangan waktu pembentukan panitia pemira, namun tak kunjung usai. “Kita waktu pandemi, mengumpulkan kawan-kawan fakultas itu gak segampang sekarang. Ada yang lagi di kampung, tidak banyak yang stay disini,” tutur Riko saat AKLaMASI wawancarai pada Rabu, 20 April 2022 di Pekanbaru. Riko menyayangkan tindakan ini. Walaupun dia mengapresiasi langkah cepat Rektorat yang menginginkan ada regenerasi kepemimpinan di kalangan mahasiswa. “Kita ada organisasi mahasiswa, yudikatif, eksekutif, legislatif. Tapi ketika mau berjalan (Dema bekerja mempersiapkan pemira), malah di sekat. Disayangkan sebenarnya, padahal hal ini menjadi wadah belajar kita,” kata Riko.
yang semuanya dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud Ristek. Namun, mahasiswa yang kembali ke kampung halaman juga turut menyumbang ketiadaan kegiatan UKM di awal pandemi. Belum beradaptasi pada teknologi yang mengharuskan komunikasi secara daring nampaknya menyulitkan kegiatan kemahasiswaan. “Saya sering betul mengintervensi, ’Ni, kalian mau habis (masa jabatan),
kalian bentuk panita (Pemira), apa yang perlu, ajukan surat ke saya,’ waktu itu Dema sampai bulan Desember, habis, dah cut!” konfirmasi Rosyadi akan kevakuman Dema UIR. Rosyadi mengungkapkan, yang menjadi alasan diambilnya keputusan tersebut karena ketidakmampuan anggota Dema untuk menyiapkan pemira di tingkat universitas. Ada alasan-alasan yang selaras seperti Riko katakan, “Beberapa pengurus sudah pulang kampung, bahkan tamat,” se-
Oponen Vakumnya Dema
Selepas tanggungjawab sebagai WR III, Rosyadi kembali ke Fakultas Pertanian. Mengajar dan melaksanakan pengabdian ke masyarakat. Menjelang tengah hari, Jum’at, 20 Mei 2022 ia masih menerima mahasiswa bimbingan di ruangannya. Ditunjuk sebagai WR III pada Agustus 2017, sekitar empat tahun membantu di bidang kemahasiswaan, alumni dan kerjasama hingga 31 Juli 2021. Hantaman pandemi terjadi di masa kepemimpinan Rosyadi, “Efektifnya (kegiatan) mahasiswa keluar sampai 2019 akhir, hitunghitung dua tahun setengah.” Sejak dikeluarkannya SE Rektor UIR pada Maret 2020 tersebut, kegiatan berubah ke metode daring. Seperti Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM), Program Hibah Bina Desa (PHBD), dan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres),
Infografis: Danu Harry Pratama
Pengolah Data: Rahmat Amin Siregar
AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022
9
Wawancara dengan Ir. Rosyadi WR 3 UIR Periode 2017-2021
dangkan Rosyadi, “Yang aktif itu ndak semua, hanya satu-dua orang aja.... ‘sekarang kalian berapa orang yang ada? Ada lima, enam? Udah itu aja yang kerja’” ujar Rosyadi ketika bertemu dengan pihak Dema. Tenggat yang diberikan Rosyadi kepada Dema UIR juga menjadi alasan terkuatnya, “Lah dikasih waktu, masa ndak bisa. Artinya apa? Tak mampu, iya kan?” kini intonasi bicara Rosyadi menegas. Sebelumnya, Rosyadi telah memberikan saran kepada pihak Dema. “Sudah saya kasih tau, kumpulkan dan tunjuk tokoh-tokoh (mahasiswa) di fakultas. Lah dikasih perpanjangan, ndak selesai-selesai, macem mana pula nak dipakai lagi dia, orang protes. Dia kan ndak sah lagi, sampai kapan mau diperpanjang lagi,” tutur Rosyadi yang menjelaskan alasan buntut dari kebijakannya. SK Kepengurusan Dema UIR, menurut pengakuan Rosyadi telah habis. AKLaMASI menyurati Rektor untuk meminta dokumen tersebut, hingga tulisan ini terbit SK Dema UIR tak ditemukan. Baik di Biro Administrasi Umum dan Personalia (BAUP), Kearsipan, Bagian Hukum dan Etika (BHE), dan Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK).
10 AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022
Titik Terang, Semester Depan? 23 April 2021, Syafrinaldi kembali memenangi laga pemilihan Rektor UIR. Ia pun mengganti jajaran wakil rektor yang akan membantunya. Syafrinaldi pun mengganti Rosyadi. Mantan Dekan Fakultas Hukum UIR, Dr. Admiral, S.H, M.H terpilih sebagai pengganti Rosyadi untuk menjalankan mandat sebagai WR III Di awal menjabat, Admiral melakukan pendataan ulang kondisi organisasi dan lembaga kemahasiswaan di UIR. “Di tahun 2021, arahnya (pandemi) sudah semakin melandai, sehingga keluar edaran Pak Rektor tentang pengaktifan kembali sekertariat organisasi mahasiswa,” ungkap Adrimal yang dilantik pada 02 Agustus 2021. Kegiatan kemahasiswaan sudah mulai bergulir. Namun, Dema dan MKM UIR yang tak punya kepengurusan baru belum juga dibentuk. “Tidak mungkin WR III yang mendesak dibentuknya Dema. Saya tidak ingin ikut campur terlalu jauh. Kalau bisa, dosen pun tidak ikut terlalu jauh soal organisasi kemahasiswaan,” ujar Admiral. Ada jalan tengah yang diberikan Admiral. Saran itu berupa dibentuknya organisasi-organisasi kemahasiswaan
di tingkat fakultas, “Karena maksud Dema ditingkat universitas adalah representasi dari fakultas,” tambahnya menyoal pemilihan wakil-wakil dari fakultas untuk Dema UIR. Bukan tanpa alasan, dalam Peraturat Rektor UIR Nomor 10/PR/UIR/2019 tentang Organisasi Kemahasiswaan diatur keanggotaan Dema universitas. pada Pasal 18 menyebutkan anggota Dema UIR meliputi perwakilan dari pengurus Dema dan UKM di tingkat fakultas. Dimana ayat (2) merinci pemilihan satu orang perwakilan itu melalui sidang khusus dengan mekanisme musyawarah-mufakat, dengan persetujuan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, dan Alumni. “Semua ini mau disampaikan pada rapat koordinasi bidang kemahasiswaan yang memang berlum terlaksana. Kalau bisa sebelum berakhir semester ini (genap 2021/2022), kita sudah mengundang pihak-pihak terkait kemahasiswaan, seperti WD III dan ketua keorganisasian,” ungkap Admiral sebagai upayanya membenahi kondisi ini. Dengan dicanangkannya rapat koordinasi ini, “Setidak-tidaknya, semester depan (ganjil 2022/2023), itu organisasi kemahasiswaan tingkat fakultas dan universitas sudah bisa membentuk Dema,” kata Admiral sehingga bisa dilakukan pemilihan Dema UIR yang sesuai dengan aturan. Lebih lagi, persoalan kemahasiswaan seperti MKM, Adrimal mengatakan tidak ingin adanya tekanan dari WR III sebagai otoritas yang bertanggungjawab. Karena ia memandang persoalan ini adalah kepentingan mahasiswa. “Tinggal dilanjutkan saja, ruang dan sarana sudah diberikan. Tugasnya WR III hanya mendorong, ya sudah silahkanlah bentuk dan teruskan regenerasinya,” tutupnya. Tim liputan Laporan Utama (Tuni Dariyanti)
LAPORAN KHUSUS
Menilai Kelayakan Capaian UIR Unggul se-Asia Tenggara Oleh: Arif Widyantiko
V
isi Misi Universitas Islam Riau (UIR) Unggul dan Terkemuka di Asia Tenggara pertama kali digagas tahun 2000 pada masa kepemimpinan Prof. Dr. Ir. Tengku Dahril, M.Sc. Cakupan Unggul SeAsia Tenggara bermula dari cita-cita Malaysia yang Excellent Unggul
2020. Hal ini juga sejalan dengan visi Provinsi Riau menjadi Tanah Melayu Unggul ditahun yang sama. Pada mulanya, penyusunan Visi Misi UIR Unggul 2020 dibentuk untuk memfokuskan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pembenahan dan peningkatan SDM
dosen UIR mengalami perubahan, dari semulanya berpendidikan formal setingkat S2 (Magister) menjadi S3 (Doktor). Hal ini merujuk kepada Surat Edaran (SE) yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022 11
Peta Jalan Visi dan Misi UIR Bila ditelisik secara menyeluruh, ada enam indikator guna mencapai UIR Unggul Terkemuka Se-Asia Tenggara: Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, Pengabdian Masyarakat, Dakwah Islamiyah, Kelembagaan, dan Kerjasama. Pada bidang Pendidikan dan Pengajaran bertujuan menghasilkan lulusan yang berdaya saing, berkarakter dan berakhlak mulia sesuai dengan tuntunan masyarakat lokal, nasional dan internasional. Selanjutnya dalam bidang Penelitian, agar menghasilkan inovasi sebagai landasan pengembangan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) untuk mendukung pembangunan daerah, nasional dan internasional. Sementara itu, terkait Pengabdian kepada Masyarakat, guna menghasilkan kegiatan yang mendorong potensi SDM dan Sumber Daya Alam (SDA) dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan. Bidang Dakwah Islamiyah bertujuan menghasilkan masyarakat kampus yang madani berlandaskan nilai-nilai keislaman. Terakhir, pada indikator kerjasama bertujuan meningkatan kualitas pendidikan, penelitian, pengabdian kepada mas12 AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022
yarakat dan dakwah islamiyah serta memperkuat daya saing UIR di Asia Tenggara melalui kerjasama. Keenam indikator ini juga terdapat pada Rencana Strategis (Renstra) UIR tahun 2017-2021.
Ketercapaian Cita-cita 2020 Kini dua tahun Visi UIR Unggul telah berlalu, berdasarkan versi Kemendikbud (Kementerian Pendidikan Kebudayaan) tahun 2020 UIR berada pada klaster empat dengan peringkat 213. Kemudian meningkat di tahun 2021 di klaster tiga dengan peringkat 123 Nasional. Sementara itu, berdasarkan versi Top Unirank pada tahun 2021 UIR mengalami peningkatan, menduduki peringkat 120 dari sebelumnya peringkat 169 pada tingkat Universitas Islam Dunia. Renstra UIR digunakan sebagai upaya dalam menilai hasil pencapaian Visi Misi. Dasar pembuatan Renstra berdasarkan pada hasil kerja setiap empat tahun sekali. Sehingga setiap peralihan tapuk kepemimpinan, rektor terpilih wajib membuat sesuai dengan base line yang telah ditetapkan. AKLaMASI mewawancarai Rektor UIR, Prof. Dr. Syafrinaldi, SH., MCL, yang menduduki tampuk kepemimpinan sejak tahun 2017. Ia bercerita, saat awal menjabat, jumlah tenaga pengajar yang bergelar Doktor berjumlah 86 orang. Kini ada 173 orang. “Terkait Program Studi dahulu hanya empat yang berakreditasi A. Saat ini total sudah 10 Program Studi terakreditasi A. Begitu pula dengan peningkatan terhadap jumlah Guru Besar,” paparnya. Namun bila melihat dari adanya perubahan sembilan kriteria yang ditetapkan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) terkait perubahan akreditasi yang awalnya A, B dan C menjadi Unggul, Baik Sekali dan Baik. Hingga kini UIR belum memiliki satupun akreditasi Unggul di tingkat nasional. Syafrinaldi juga katakan capaian dalam segi kerjasama, UIR telah menjalin kerja sama dengan berbagai negara Asia bahkan merambah ke benua Eropa.
Lebih lanjut, terbaru UIR juga telah menjalin kerja sama dalam program pertukaran mahasiswa yang dibiayai oleh Pemerintah Jerman melalui lembaga DAAD atau Dinas Pertukaran Akademis Jerman. Lembaga DAAD merupakan lembaga yang memberikan beasiswa kepada warga dunia yang ingin kuliah di Jerman. Pada tahun 2019 sebanyak 74 dosen UIR berhasil mendapatkan hibah penelitian dan pengabdian masyarakat dari Ditjen Dikti. Capaian tersebut naik lebih dari 100 persen dibandingkan tahun 2018, dimana UIR hanya mampu menempatkan 38 dosen bidang penelitian dan tidak ada sama sekali di pengabdian kepada masyarakat. Kata Syafrinaldi, dengan adanya pencapaian dan beberapa kerjasama yang telah terjalin tersebut sebagai poin-poin dalam mewujudkan UIR berkelas dunia.
Pandangan Civitas Akademika Jajak pendapat dilakukan Tim Laporan Evaluasi Pencapaian Visi Misi UIR Unggul Terkemuka Se-Asia Tenggara 2020 kepada 431 responden yang terdiri dari dosen, mahasiswa, pimpinan fakultas atau prodi, pimpinan lembaga/unit, tenaga kependidikan/karyawan/pegawai. Dari jumlah itu total 59 persen responden, menyatakan Visi Misi UIR “Menjadi Universitas Islam yang unggul dan terkemuka di Asia tenggara tahun 2020” telah tercapai. Selebihnya 41 persen menyatakan cita-cita UIR itu belum tercapai. Adapun civitas akademika yang menjawab telah tercapai rata-rata beralasan terjadi perkembangan yang signifikan, khususnya kegiatan internasional maupun prestasi internasional. Selain itu sebagian mahasiswa UIR tidak hanya dari lokal. Namun juga berasal dari Thailand atau Malaysia. Kemudian berdasarkan kondisi akreditasi A, fasilitas kondisi gedung yang baik serta banyak dosen yang telah bergelar S3 menjadi alasan responden menilai keberhasilan UIR. Sementara itu, berbeda dengan yang menjawab belum tercapai, mereka mengungkapkan tidak ada
Pengolah Data: Rahmat Amin Siregar
dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) dalam peningkatan kualitas pengajar di seluruh Indonesia. Prof. Dr. Hasan Basri Jumin, M.Sc sebagai tim yang terlibat pada penyusunan, mengatakan indikator interpersonal SDM di UIR menjadi faktor utama mencapai tujuan Unggul di tahun 2020. “Jika kemampuan itu sudah meningkat, maka SDM yang ada bisa menyamai kualitas universitas yang ada di dunia. Dengan itu tercapai pula Visi Misi UIR Unggul menjadi World Class University,” ungkapnya. Lebih dari itu, kata Hasan Basri, hasil karya juga penelitian UIR yang dapat bermanfaat dan dirujuk dunia internasional, menjadi maksud cita-cita kampus yang berkelas dunia. Serta iman dan taqwa sebagai dasar untuk mencapainya.
indikator yang jelas mengenai unggul di Asia Tenggara dan akreditasi kampus UIR yang belum A atau unggul. Selain itu jumlah prodi yang mendapatkan akreditasi A masih rendah sekitar 23 persen. UIR juga belum dikenal luas di Asia Tenggara dan banyak masyarakat luas yang berpikir UIR bukanlah Perguruan Tinggi swasta yang bagus dan masih dijadikan sebagai tempat pelarian. Sehingga perlu adanya pembenahan dari berbagai aspek, ini adalah jawaban dari responden civitas akademika yang menyatakan cita-cita UIR Unggul 2020 belum tercapai. Data Laporan Evaluasi Capaian Visi Misi UIR Tahun 2020 menunjukan, dalam bidang (SDM), jumlah guru besar UIR pada tahun 2020 mengalami peningkatan sebanyak 12 orang. Namun, target itu tidak tercapai sesuai dengan yang sudah ditetapkan, yakni 30 orang harus bergelar Profesor. Dalam jumlah penelitian yang dilakukan dosen UIR pada 2017 sebanyak 203, namun mengalami penurunan pada 2018 dengan jumlah 184 judul. Berikutnya mengalami peningkatan klaster yang semula Binaan berubah menjadi klaster utama dengan
jumlah penelitian 309 selanjutnya di tahun 2020 terjadi peningkatan sebanyak 352 jumlah penelitian. Kemudian terkait jumlah publikasi ilmiah pada jurnal atau Prosiding Internasional tercatat 85 publikasi terealisasi pada tahun 2017, peningkatan terjadi di tahun 2018 sejumlah 200 publikasi, berikutnya tercatat 365 publikasi di tahun 2019 dan terakhir tahun 2020 menelurkan 152 buah publikasi internasional. Apabila dilihat secara komprehensif dalam Bidang Akademik terdiri dari tiga kategori yaitu penelitian, konferensi atau pemakalah dan pengabdian masyarakat. Untuk Penelitian pada 2020, UIR menargetkan sembilan indikator dan terlaksana sebanyak empat . Sedangkan untuk Konferensi atau Pemakalah target berjumlah dua indikator namun dalam realisasinya nihil dari target yang ditetapkan. Berikutnya dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat UIR menargetkan enam indikator namun tidak tercapai satupun sesuai yang dicanangkan. Dalam bidang Kerjasama, terdapat dua indikator penilaian tercapainya UIR Unggul 2020. Adapun dua indikator tersebut yaitu, MoU (Memorandum of Understanding) di dalam negeri dan luar negeri. Hal ini guna
meningkat jumlah kerjasama dengan perguruan tinggi baik di dalam maupun luar negeri, dunia usaha, dan instansi pemerintahan. Untuk MoU yang dilakukan di dalam negeri pada tahun 2020, UIR menargetkan 20 kerjasama di semua bidang dan terlaksana sebanyak 21 kali. Sedangkan MoU di luar negeri, UIR menargetkan 27 kerjasama dan hanya terealisasi lima saja. Berdasarkan Laporan Hasil Evaluasi Visi Misi UIR Unggul 2020 dalam mencapai visi, misi dan tujuan UIR, kinerja seluruh komponen dalam struktur organisasi UIR didasarkan pada minimal target yang telah ditentukan oleh universitas.
Apakah UIR Telah Unggul ? Menyikapi Visi Misi UIR Unggul Se-Asia Tenggara 2020, Guru Besar Teknik Sipil Universitas Islam Riau (UIR) Prof. Dr. Ir. Sugeng Wiyono, MMT memberikan tanggapannya di bidang akademik, terutama dalam bidang kurikulum. Menurut Sugeng, UIR harus menyelaraskan kurikulum pembelajaran sesuai dengan kebutuhan lapangan pekerjaan. Terlebih, mahasiswa perlu dikenalkan dengan kegiatan di bidang akademis dan kompetensi. Untuk AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022 13
pihak universitas mampu mengenalkan mahasiswanya dengan dunia kerja. Selain itu penting juga mengetahui alumni UIR yang terserap di dunia kerja,” ujar Sugeng. Menurutnya, dalam melakukan kerja sama penting bagi kedua instansi untuk menerima keuntungan. “Jika perusahaan melakukan CSR (Corporate Social Responsibility) ke UIR, kita juga harus memberikan feedback pada perusahaan tersebut,” tutupnya. Begitu pula Hasan Basri mengatakan, dengan diadakannya pertukaran mahasiswa dengan universitas mitra, akan meningkatkan relasi dan menambah pengalaman juga kualitas para mahasiswa. Namun, hal tersebut masih jadi problem karena keterbatasan kemampuan bahasa asing yang dimiliki mahasiswa UIR. “SDM UIR harus meningkatkan kebahasaan agar terjadi komunikasi yang kondusif, mempelajari bahasa internasional, terutama bahasa
Inggris,” kata Hasan Basri. Universitas harus membentuk SDM yang berkualitas karena pendidikan hakikatnya mematangkan kemampuan intelektual dan emosional. Peningkatan kualitas akan sejalan dengan karya-karya yang dihasilkan. “Kita harus focus pada SDM buka akreditasi. Akreditasi di internasional itu bermacam-macam. Ada yang benar ada yang tidak, cari uang saja, kita sudah dapat akreditasi internasional tetapi harus lihat apa lembaganya. Kalau tidak, kita hanya jadi objek yang diipermainkan. Dimintanya uang kita, dibuat-buatnya (akreditas) saja, itu perlu diingat. Tetapi akreditasi yang benar di Indonesia itu ada BANPT, itu yang perlu diperbaiki,” tutur Hasan Basri.
mendapat sanksi alpa studi oleh pihak fakultas masing masing,perlunya ada keringanan untuk biaya kuliah ini walau tidak banyak penurunan nya saya yakin itu sudah cukup membantu mahasiswa agar tenang belajar tanpa terlalu memikirkan biaya kuliah.
1962 bertepatan dengan 23 Zulkaidah 1382 H, dibawah Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Riau. Universitas Islam Riau, salah satu kampus bergengsi yang ada di Provinsi Riau. Namun menurut saya secara pribadi, ada beberapa kekurangan di kampus bergensi ini. Salah satunya yaitu terkait manajemen lahan parkir mahasiswa. Dengan kondisi yang ada, saya merasa akan lebih baik jika UIR memakai sistem parkir central, seperti beberapa kampus besar di pulau jawa, disediakannya satu tempat tersendiri untuk lahan parkir mahasiswa, sehingga di masing-masing fakultas tidak berserakan kendaraan-kendaraan yang menurut saya lumayan mengganggu pemandangan. Kemudian juga saya berharap agar civitas akademika UIR mengoptimalkan pengamaman di UIR, demi kenyamanan proses pembalajaran mahasiswa. Karena di lapangan banyak ditemui mahasiswa yang kehilangan helm dikendaraan yang terparkir di masing-masih fakultas. Tentunya itu memberikan kerugian bagi mahasiswa.
KOMIK
Tim Liputan Laporan Khusus (Gerin Rio Pranata dan Hikmal Akbar Said Al Hudri)
Komik Oleh: Cut Azzura Jaska, Ludi Mubarikah Surayya
dibidang akademis ia mengenalkan istilah knowledge, sedangkan di bidang kompetensi dikenal dengan istilah know-how atau praktek dari ilmu akademis mahasiswa tersebut. “Kita (UIR) perlu memperkenalkan istilah ini kepada mahasiswa. Untuk knowledge, mahasiswa harus dibekali dengan ilmu akademis sebanyak 20 persen, sedangkan untuk praktek atau know-how 80 persen. Jika UIR hanya tenggelam dalam knowledge saja, akan sulit untuk berkompetisi,” imbuhnya. Lebih lanjut, mantan Wakil Rektor IV bidang Kerja Sama UIR ini juga menyoroti pelaksanaan MoU. Seperti yang diketahui, UIR tidak hanya melakukan kerjasama dengan universitas yang terdapat di Indonesia maupun di luar negeri, namun juga melakukan dengan berbagai sector industri, khususnya di Riau. “Untuk bidang kerja sama di UIR sendiri belum merata. Pemerataan kerjasama ini bisa terlaksana ketika
SURAT PEMBACA
E-Gate UIR Rusak Keluhan saya pada UIR ada pada sistem keamanannya. Tahun lalu palang pintu di gerbang keluar kampus UIR yang dibuka dengan cara menscan KTM UIR, sekarang sudah tidak menggunakan scan KTM lagi dan gerbang keluar di dekat gor panahan dan di dekat gedung pasca sarjana saya tidak pernah melihat ada yang menjaga nya untuk mengecek KTM atau STNK yang keluar dari UIR. Sebab jika tidak dilakukan pengecekan takutnya ada kehilangan motor. Saya harap UIR dapat memperbaiki palang pintu ini dan juga diharapkan ada seorang yang menjaga di palang pintu masing masing gerbang. Terima kasih, wassalamu’alaikum. Pengirim: Nurul Fu’ad Program Studi Kriminologi
Biaya Kuliah Pihak Universitas perlu adanya di kaji kembali tentang biaya kuliah ini,tambah lagi biaya kuliah semakin naik walau tidak signifikan, hal ini juga yang memicu mahasiswa kebanyakan tidak mampu membayar sehingga 14 AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022
Pengirim: Indra Lesmana Program Studi Ilmu Pemerintahan
Pelayanan Administratif FIKOM Lambat Pada sisi pelayanan terkadang masih terkesan lambat serta pada bagian informasi terdapat hal-hal yang kurang jelas seperti pengurusan administratif yang tidak menjelaskan syarat secara keseluruhan. Pengirim: Yoga A.S Fakultas Ilmu Komunikasi
Manajemen Lahan Parkir yang Buruk Universitas Islam Riau (UIR) adalah perguruan tinggi tertua di Provinsi Riau berdiri pada tanggal 4 September
Pengirim: Lili Amelia Program Studi Ekonomi Syariah
AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022 15
ENGLISH FLASH
Postgraduate UIR Open Master of Management Oleh: Ludiana Mubarikah Surayya
P
ostgraduate of the Islamic University of Riau (UIR) launched the Master of Management Study Program after the submission of the Decree of the Minister of Education, Culture, Research and Technology regarding operational permits on Monday (4/04) by the Chancellor of UIR, Prof. Dr. H Syafrinaldi, SH., M.C.L to the UIR Postgraduate Director, Prof. Dr. Yusri Munaf, SH., M. Hum. Previously, the submission of operational permits for the Management Study Program from the Director of Higher Education to the Chancellor of UIR through the Institute for Higher Education Services (LLDIKTI) took place in West Sumatra, Padang in March. It has been approved by the Ministry of Education and Culture through the Director-General of Higher Education. “The issuance of the operating permit is because the basic requirements have been met, from the teaching staff to the supporting infrastructure. So this is the initial basis for us to give the authority the right to accept new students in the Master of Management at the start of the postgraduate program,” explained Yusri Munaf. This Master of Management study program is the eighth postgraduate study program at UIR, as well as the 16 AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022
first master’s program of the Faculty of Economics and Business. Management is fully determined to be under the Postgraduate, with teaching staff totaling six lecturers who are transferred from the Faculty of Economics and Business of UIR. Dr. Raja Ria Yusnita after receiving the decree of her appointment as Head of the Master of Management study program, immediately took care of the administration and completeness of data related to the fulfillment of new student admission requirements. The first batch of new student admissions has been opened from April 5 to May 13, 2022. “Based on the recapitulation of the first batch of new Master of Management students, there are 12 students who have registered. We target 30 people for one class. So the second wave will be opened in June,” said Ria. The requirements for admitting new students for the Master of Management include photocopies of legalized diplomas, leges transcripts of grades, certificates of good behavior, color photographs, and letters of recommendation. The class that will be opened by the Master of Management study pro-
gram is a regular class with a breakdown of costs ranging from 8.5 million rupiahs to 9.5 million rupiahs for a package. The subject presented is sharia risk management. In the course of the Master of Management study program, there is a special material in the first and second semesters, focusing on proposals or submitting titles in the third semester, then in the fourth-semester students can take the thesis exam. A large number of interests from the strata-1 alumni of the UIR Management Study Program was also the reason for the opening of the study program. The Chairperson of the UIR Master of Management Study Program hopes that this program can continue to grow and have many enthusiasts so that the Postgraduate of the Islamic University of Riau can be useful to the general public. “I hope that the Master of Management study program will continue to develop and have many enthusiasts, while we prepare human resources from lecturers, then from facilities and infrastructure, so that we can absorb what the community needs. Especially for students from the Faculty of Economics, Management study program,” said Ria.
AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022 17
Desain: Danu Harry Pratama
EULOGI
Memorabilia yang Gugur karena Pandemi Tujuh orang dosen dan karyawan UIR yang berpulang akibat terjangkit Covid-19. Mereka telah mengabdi dan berdedikasi begitu lama. Ada kisah dan inspirasi di pengabdian hingga akhir hayatnya.
Oleh: Fani Ramadhani
T
ujuh orang dosen dan karyawan UIR yang berpulang akibat terjangkit Covid-19. Mereka telah mengabdi dan berdedikasi begitu lama. Ada kisah dan inspirasi di pengabdian hingga akhir hayatnya. Dalam dua tahun terakhir, dunia ibarat dalam dekapan pandemi. World Health Organization (WHO) hingga 9 Juni 2022 mencatat ada 6,302,982 orang yang meninggal dunia akibat Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Secara global kasus positif yang ter18 AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022
konfirmasi ada 531,550,610. Dampak pandemi bagai bola salju yang terus bergulung. Banyak yang kehilangan pekerjaan, bahkan orangorang terkasih. Universitas Islam Riau (UIR) tercatat sebagai salah satu perguruan tinggi yang kehilangan sumber daya manusianya akibat Covid-19. Sosok-sosok ini telah mengabdi lama, bahkan lebih berdekade. Ir. Salman, M.Si, dosen Fakultas Pertanian menjadi civitas akademika UIR pertama yang berpulang akibat covid-19. Kemudian ada Suyadi, SE., M.Si., dosen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis (FEB). Dan dari fakultas yang sama, Hariswanto, S.E., M.Si berpulang pada 20 April 2021. Salah seorang staf Fakultas Hukum bernama Saheruddin juga mangkat akibat Covid-19 pada 17 Agustus 2021. Lalu ada Tri Wahyuni Utamai, S.E., seorang staf di Biro Sistem Informasi dan Komputasi (Simfokom). Duka juga menyelimuti Fakultas Ilmu Komunikasi, sang dekan Dr. Abdul Aziz., S.Sos., M.Si juga berpulang karena Covid-19. Data ini AKLaMASI konfirmasi dari
Klinik Pratama YLPI Riau. Dari sejumlah dosen dan karyawan ini, ada kisah-kisah inspiratif selama masa pengabdian mereka di UIR. Salah satunya, Zulias Mardinata, ZA., STP., M.P. Pada tahun 2010, pria yang kerap disapa Nata ini mulai bekerja sebagai pegawai tetap di Perpustakaan Pusat UIR. Tamat dari S1 di Universitas Gadjah Mada, lalu melanjutkan studi Magister di Pascasarjana UIR di tahun 2008. Nata sempat bekerja di PT Riau Sakti United Plantations bagian Produksi Kelapa Parut sebelum bergabung di kampus Darussalam. “Semua dijadikan kawan. Dia orang baik,” Kanti Fisdian mulai menyeka air matanya, bercerita sosok Nata yang akhir pengabdiannya dihabiskan di Perpustakaan Pusat UIR. Almarhum berpulang di Rumah Sakit Syafira Pekanbaru, 28 Agustus 2021 di usia 41 tahun. Setelah terjadi komplikasi penyakit yang memang dideritanya, dan kemudian terkonfirmasi positif Covid-19. Tertuang emosional yang berbekas. Sosok pemimpin yang dicintai rekan kerjanya. Ia lahir di Pekanbaru pada 20 Maret 1980. Ibarat pepatah, duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Istilah ini agaknya tepat untuk mendeskripsikan sosok Zulias M ardinata. “Dia menganggap kami satu tim, semuanya dirangkul. Dia tidak pernah menunjukkan dirinya pimpinan,” ungkap Kanti. Ada ketertarikan Nata terhadap dunia Informasi dan Teknologi (IT), setelah ditelisik pendidikan formalnya tak satupun yang menjurus. Nata memang suka membaca dan banyak belajar hal baru. Itu juga yang membuatnya cukup fasih dalam bahasa pemrograman. Bahkan ia sempat menulis buku berisi ilmu IT yang berjudul Mengolah Data Penelitian Menggunakan Program SAS yang diterbitkan tahun 2013. Di masa pengabdiannya di UIR, ia menyempatkan diri untuk melanjutkan Doktoral di Universitas Putra Malaysia pada 2017 hingga 2020. Keinginan melanjutkan pendidikan
ini memang karena Nata adalah orang yang suka menggali pengetahuan-pengetahuan baru. Dan di tahun kelulusannya itu, Nata diangkat menjadi Kepala Perpustakaan Pusat UIR. Di dalam keluarga, Nata dikenal sosok pekerja keras. Meskipun interaksi dengan sang istri tidak terlalu intensif karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing, namun Nata sangat peduli. “Bapak orangnya pendiam. Lebih suka banyak bekerja daripada bicara,” Melisa, istri Nata berkisah tentang pernikahan mereka yang telah lebih 10 tahun. Kepergian Nata tidak hanya menjadi pukulan terberat untuk keluarga tetapi juga nestapa bagi orang-orang yang pernah dipimpinnya. “Sudah berapa kali ganti kepala pustaka, sampai kepala pustaka yang sekarang, beliau orang yang berbeda,” jelas Kanti.
Seperempat Abad Mengabdi Selain Nata, Suyadi yang merupakan dosen Program Studi (Prodi) Manajemen FEB UIR sekaligus Ketua Lembaga Dakwah Islam Kampus (LDIK), tutup usia pada 5 Oktober 2020 saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad setelah dinyatakan positif Covid-19. Suyadi wafat di usianya yang ke 50 tahun setelah hampir seperempat abad mengabdi untuk UIR. Tak hanya berdedikasi untuk UIR, tetapi juga mengabdi untuk masyarakat. Ia juga sering memberikan pembinaan dan penyuluhan terhadap pengembangan Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes. “Dulu sebelum pandemi, beliau sering melakukan penyuluhan ke desa-desa. Paling sering itu di Selat Panjang, karena itu kampung beliau,” ucap Azmansyah, S.E., M.Econ, rekan sesama dosen Suyadi di UIR. Sejak tahun 1995, Suyadi mulai mengajar di UIR. Ia dikenal sebagai sosok idealis dalam masalah disiplin dan cenderung terstruktur dalam menyelesaikan pekerjaan. “Beliau orang yang mudah dia-
jak bekerja sama, senang memberikan bantuan dan ide,” kenang Azmansyah yang juga mahasiswa Suyadi di tahun 2001. Selain itu, ia selalu menjaga hubungan baik dalam lingkungan masyarakat, selalu menjenguk orang sakit, memenuhi undangan dan jika ada tetangga yang meninggal dunia, Suyadi selalu rajin ikut fardhu kifayah. “Bapak berjiwa sosial tinggi.” Jelas Lisa Nazar, istri Suyadi. Ayah dari tiga orang putri ini sangat mengedepankan kedisiplinan dan halhal yang lugas dalam keluarga. Suyadi membekalkan ilmu agama yang kuat kepada putri-putrinya dan selalu memberikan nasihat kepada keluarga untuk tidak meninggalkan shalat juga membaca al-Qur’an. Bahkan empat bulan terakhir sebelum berpulang, Suyadi selalu mengatakan hal yang sama. “’Bisa jadi Dila (anak kedua) yang dipanggil Allah duluan, atau ayah yang dipanggil Allah duluan.’” Cerita Lisa, mengulang ucapan Suyadi kepada anak-anaknya. Kepergian Suyadi sangat meninggalkan awan kelabu bagi keluarga, serta kehilangan yang melekat dalam sanubari rekan-rekannya. “Tentu kepergiannya ini membuat kami semua merasa kehilangan. Baik sebagai teman, sahabat, maupun sebagai orang yang berjasa dan berkontribusi dalam memajukan UIR,” pukas Azmansyah. Baik Nata dan Suyadi, maupun civitas akademika UIR yang juga berpulang karena pandemi, yang membawa duka mendalam bagi UIR karena harus kehilangan para pengajar dan staf-staf yang berdedikasi tinggi. Menengadah tangan melafalkan doa untuk mereka yang berpulang dan harus gugur akibat bencana dunia yang tak terduga. Tim Liputan Eulogi (Danu Harry Pratama)
AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022 19
FOTOGRAFI
Meski Tak Punya Jabatan, Kontribusinya Sangat Dirasakan
M
emiliki luas tanah mencapai 65 Hektar membuat UIR harus maksimal dalam menjaga kebersihan. Kebersihan merupakan salah satu hak bagi mahasiswa dalam belajar. Kampus yang setiap harinya pembaca lihat bersih tidak lepas dari peran orang-orang yang kadang kita lupa akan kehadirannya Siapa mereka? Petugas kebersihan UIR menjadi gardan terdepan untuk mejaga lingkungan tetap asri. Mereka mulai bekerja sejak pagi hari, bah20 AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022
kan sebelum civitas akademika UIR beraktivitas. Mulai memastikan dedaunan pohon hingga sampah sudah tak berserakan lagi. Terlihat biasa-biasa saja, namun pekerjaan meraka sangat berperan nyata bagi masyarakat UIR. Tak punya jabatan yang tinggi, namun kontribusi nya langsung bisa dirasakan. Ada nya peran petugas ini juga sekaligus pengingat bagi kita bahwa kebersihan secara umum juga tanggungjawab bersama. Narasi oleh Rizka Yani dan Foto Danu Harry Pratama
AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022 21
PERJALANAN
Dua Kisah dari Huta Siallagan Oleh: Rizka Yani
22 AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022
Foto: Koleksi Pribadi
S
i Gale-Gale merupakan salah satu maskot ikonik yang terdapat di Kampung Siallagan, Desa Ambarita, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir. Berkunjung ke Kabupaten Samosir bukan tanpa alasan. Awalnya kami pergi untuk mengikuti Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PJTLN) yang ditaja oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Dinamika yang dimulai sejak 1 Desember 2021. Pelatihan ini mengusung tema “Jurnalisme Loka”. Setelah mengikuti pelatihan selama empat hari, agenda yang ditunggu-tunggu peserta sudah menemui harinya, fieldtrip. Perjalanan kali ini membawa kami ke Huta Siallagan. Dalam bahasa Batak huta berarti kampung. Fieldtrip yang diikuti 18 peserta dari berbagai provinsi ini mulanya berangkat dari Kabupaten Deli Serdang ke Kabupaten Samosir. Kami bertolak dari asrama tempat pelatihan PJTLN menggunakan bus pariwisata sekitar pukul 00.43 WIB (5/12). Sekitar 152 kilometer jarak yang harus ditempuh. Selama diperjalanan, alunan lagu silih berganti. Namun lagu Mardua Holong, milik Omega Trio membuat seisi bus bernyanyi. “Sae ma ito, sae ma sudeeee, sae ma holan ahu nagabe korbanmu,” begitulah penggalan lirik yang dinyanyikan para peserta. “Kakak-kakak dan Abang-abang kita sudah dekat, sebentar lagi kita bakal sampai ke Danau Toba,” teriak Karmila salah satu panitia yang berdiri di bagian depan bus. Kini bus tidak berjalan laju, kecepatannya mulai turun, memasuki arus jalan satu arah yang dilalui kendaraan. Rumah-rumah panggung yang terbuat dari kayu dan berwarna coklat menghiasi pandangan kami dari dalam bus.
Rem yang pakem itu membuat bus berhenti di Pelabuhan Penyeberangan Ajibata. Pelabuhan ini merupakan akses dari Danau Toba dan ke Pulau Samosir. Tak jauh dari Pelabuhan Ajibata terdapat dermaga pelayaran tradisional yang melayani kapal-kapal kayu milik warga sekitar. Dalam kurun waktu satu jam, kapal mendekati dermaga yang terbuat dari tembok semen (Dermaga Kabupaten Samosir). Terlihat gapura bertuliskan “Selamat Datang di Samosir Kabupaten Pariwisata”. Sesampainya ditempat itu, pria yang menggunakan sortopi menghampiri kami. “Maaf saya sedikit telat, karena kebetulan tadi ada acara adat, selamat datang saya ucapkan kepada adik-adik semua di Samosir. Saya akan memandu dan memperkenal beberapa budaya kepada kalian semua,” ujar Markito, pria yang menggunakan sortopi itu. Markito membawa kami ke Huta Siallagan. Menurutnya, Siallagan diambil dari nama Raja Siallagan, pendiri kampung tersebut. Ketika memasuki kampung itu terdapat, tembok setinggi dua meter di kiri dan kanan pintu masuk kampung. Selain itu di dalamnya banyak terdapat Rumah Bo-
lon, rumah adat Suku Batak. Disinilah perkenalan kami dengan Si Gale-Gale. Patung ini memiliki anggota badan bersendi yang dipasang di atas podium beroda. Tidak hanya sebagai maskot, patung kayu itu juga menyimpan hikayat. “Dulu ada seorang raja di Huta Samosir memiliki seorang anak laki-laki, suatu hari ia memerintahkan anaknya yang bernama Manggale untuk berperang melawan musuh dan memperebutkan daerahnya, namun sayangnya si Manggale tewas di medan perang,” jelas Markito. Patung Si Gale-Gale dibuat oleh tukang pahat terbaik di Samosir. “Meninggalnya Si Gale-Gale di medan perang cukup membuat raja terpukul hingga jatuh sakit, raja sakit berbulan-bulan, hal ini membuat penasehat kerajaan memanggil tukang pahat terbaik di Samosir untuk membuatkan sebuah patung kayu yang mirip dengan anak raja.” “Setelah patung tersebut jadi, dilakukan sebuah upacara pemanggilan arwah Manggale dan dimasukkan ke dalam patung tersebut, patung dibawak ke hadapan raja, patung itu dapat menari-nari dengan sendirinya. Hal tersebut cukup menghibur
raja dan membuat keadaannya membaik,” tambahnya. Setelah berkenalan dengan Si GaleGale, Markito mengajak kami manortor—menari Tor-Tor (tarian suku Batak). “Sebelumnya silahkan adikadik mengambil selendang yang sudah disediakan di samping kiri saya, untuk pelengkap menari bersama.” Kami manortor bersama Si GaleGale dan diiringi musik khas Batak. “Eaaaa, ehaaa,” ucap peserta laki-laki kompak. Rasanya seperti menjadi orang Batak sesungguhnya, sangat indah sekali mengenal budaya dan merasakan langsung tarian ini. Setelah sekitar 20 menit menari bersama, musik perlahan berhenti. “Baik, untuk menutup tarian kita mari sama-sama kita mengucapkan kata ‘horas-horas’ secara bersama-sama,” ucap Markito. “Horas—Horas,” teriak seluruh panitia dan peserta serentak. Perjalanan belum berakhir, hikayat pun masih bergulir. Setelah manortor, Markito mengenalkan kisah Batu Parsidangan di Huta Siallagan. Lokasinya tak jauh dari tempat kami manortor, Batu Persidangan berada di depan rumah raja dan tepat berada dibawah pohon Hariara, sebuah pohon yang dikeramatkan oleh suku Batak. Kami dipersilahkan duduk disebuah kursi batu bertingkat yang sudah diberi atap. Dihadap kami sekitar empat meter, ada beberapa kursi yang melingkar dan di tengahnya ada meja yang terbuat
dari batu, menurut Markito batu itu sudah berusia ratusan tahun. “Adik-adik dulunya tempat ini dipergunakan untuk mengadili para pelaku kejahatan,” jelasnya. Tindakan kejahatan yang dilakukan beragam seperti, mencuri hingga membunuh. Pelaku akan diadili sesuai dengan perbuatannya, jika kejahatan ringan, pelaku diberi hukuman pansung. Namun, kejahatan yang tergolong berat diberikan hukuman pancung atau potong kepala. “Disini saya akan mempraktekkan proses pengadilan nya berupa hukuman pancung, ada yang mau membantu saya untuk mempraktekkannya?” tanya Markito. Tak satupun yang mempersilahkan diri, hanya ada sautan saling menyuruh satu sama lain. “Nando pak, Nando (peserta asal Padang) ajaa,” teriak Rahman peserta asal Aceh. Dengan sedikit paksaan Nando mendekati tempat itu dan bersedia membantu Markito. Mata Nando ditutup dengan Ulos, seolah mempraktikkan proses hukuman pancung. “Pelaku yang akan dipancung, matanya akan ditutup dengan kain ulos dan diberikan makanan yang enak namun sudah diberi ramuan untuk mematikan ilmu hitam yang ada di tubuh pelaku, sebelum proses pemancungan, pelaku juga akan diperiksa apakah memiliki jimat di tubuhnya,” ujar Markito sembari
Peserta diajak menari Manortor bersama si Gale-Gale Peserta diajak menari Manortor bersama si Gale-Gale
menggeledah tubuh Nando. Ia terlihat malu-malu dan tertawa geli ketika tubuhnya digeledah. Nando kemudian diminta tidur di Batu Persidangan. Pelaku kejahatan akan dipukul menggunakan Tongkat Tunggal Panaluan, tongkat magis dari kayu dengan ukiran kepala manusia dan binatang. “Seluruh tubuh pelaku akan disayat-sayat sampai mengeluarkan darah, jika sudah mengeluarkan darah, maka akan disirami dengan air asam sampai pelaku merasakan sakit yang luar biasa,” jelas Markito. “Setelah kepala yang sudah terpisah dengan badan akan diletakkan di meja berbentuk bulat dan badannya diletakkan di meja berbentuk persegi,” tambahnya. Selain itu, badan pelaku akan dibuang ke Danau Toba dan warga dilarang beraktivitas di Danau. Selain itu, lalu kepala pelaku akan diletakkan didepan gerbang Huta Siallagan. “Kepala pelaku yang diletakkan di gerbang Huta Siallagan bertujuan sebagai peringatan untuk siapapun agar tidak melakukan perbuatan yang sama,” tuturnya. Lebih lanjut, jantung dan hati pelaku kejahatan akan diambil dan dimakan oleh raja agar menambah kekuatan sang raja. Saat ini, hukuman itu tidak berlaku lagi dan sudah berakhir ratusan tahun lalu. Setelah mengenalkan Si GaleGale, manortor, dan menceritakan kisah Batu Persidangan, Markito mangkir dari tugasnya. “Saya minta maaf tidak bisa menemani adik-adik berkeliling di Huta Siallagan lagi karena ini hari Minggu, ada acara di gereja,” ucapnya pamit dan melambaikan tangannya. Mangkirnya Markito, berhenti pula hikayat-hikayat tentang Huta Siallagan yang disampaikannya. “Kak bang, kami beri waktu sekitar 15 menit untuk berfoto-foto setelah itu kita akan segera kembali ke kapal lagi,” ucap Anita Peserta menyebar di beberapa bagian, ada yang memilih duduk diam dan berteduh di tengah terik matahari. Ada pula yang berfoto di depan rumah raja, Batu Persidangan, dan Si Gale-Gale. AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022 23
Foto: Koleksi Pribadi
FEATURE
Hikayat Boat People: Terusir dari Rumah, Imbas Perang Saudara Oleh: Gerin Rio Pranata “Orang selalu berfikir, perang itu enak. Gila itu! Mana ada perang yang enak, banyak manusia mati karenanya.” .......................................... otor Suzuki Crystal milik pegawai United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) masih terpajang di depan museum kamp Vietnam. Tidak hanya itu, sisa peninggalan seperti perkakas, alat masak, sepeda, hingga identitas pengungsi masih disimpan dengan rapi di dalam gedung yang memiliki pagar motif Kekarangan. Kamp Vietnam menjadi tempat untuk menampung orang-orang yang melarikan diri imbas dari perang saudara di negara yang dijuluki Negeri Naga Biru tersebut. Tempat itu diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 1 Januari 1980. Namun, pengungsi Vietnam sudah mengarungi ganasnya ombak laut sejak 1975. Sebelum menetap di Pulau Galang pada 1979, para pengungsi sudah menyebrangi lautan dan transit di Ma-
M
24 AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022
laysia, Thailand, dan Filipina. Selain itu mereka juga menetap di pulau-pulau kecil yang terdapat di Kepulauan Riau. Mulai dari Pulau Natuna, Anambas, Jemaja Letung, dan Kuku. “Sebelum Pulau Galang diresmikan menjadi tempat penampungan, pulau-pulau tersebut adalah kamp pertama bagi pengungsi Vietnam,” ujar Said Adnan, pria yang sudah bekerja di Pulau Galang sejak 1988. Pengungsi Vietnam kerap dijuluki dengan sebutan Boat People. Sebutan itu diucapkan oleh masyarakat Natuna ketika kedatangan mereka untuk pertama kalinya. “Istilah Boat People digunakan oleh masyarakat Natuna sebelum mengetahui identitas warga Vietnam yang berbondong-bondong datang ke Natuna dan menggunakan kapal kayu,” ujar Sumardi, seorang pramuwisata museum Kamp Vietnam.
Kronologis Datangnya Boat People
Apa yang dilakukan oleh pengungsi Vietnam hingga mendapa-
tkan julukan tersebut bukan tanpa alasan, jatuhnya ibukota Vietnam Selatan, Saigon yang terafiliasi dengan Amerika Serikat ke tangan tentara komunis Vietnam Utara menjadi sebab utamanya. Tentara Vietnam Utara yang ingin menguasai Vietnam Selatan mulai menginvasi daerah tersebut pada awal tahun 1975. Imbas perang dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat ini akhirnya membawa ratusan ribu jiwa penduduk Vietnam mencari suaka politik. Mereka yang melarikan diri dari negaranya dan mencari suaka politik ke negara-negara Asean tidak hanya terdiri dari kalangan masyarakat sipil saja. “Mereka ada yang bekerja sebagai dokter, pejabat pemerintahan, polisi, hingga para akademisi,” ujar Said. Para pengungsi yang tidak ingin menjadi korban kebengisan saudaranya sendiri memilih pergi dari negerinya. Para pengungsi mulai meninggalkan Vietnam pada 1975 menggunakan kapal-kapal kayu. Tidak sedikit AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022 25
FEATURE pula kapal-kapal itu penuh sesak, kelebihan daya tampung. Abu Nawas Tanawolo, Pria 49 tahun yang bekerja di Direktorat Pengamanan (Ditpam) pada naungan Badan Pengusahaan (BP) Batam telah berbaur dengan pengungsi sejak usia 7 tahun dan fasih berbahasa Vietnam. Ia acap kali mendapatkan kisah-kisah dari para pengungsi selama mengapung di lautan. “Mereka hanya menggunakan kapal kayu, kapal yang seharusnya menampung 100 orang, kadang diisi 150 orang. Jarak kapal dengan air hanya sejengkal saja,” ujarnya. Alam tidak bisa ditebak, barangkali istilah itu menjadi gambaran pengungsi selama terkatung-katung di lautan. Mulai dari badai, ombak yang besar, hingga persediaan makanan yang tidak memadai. “Kasian mereka,” suara Abu parau ketika mengisahkan hal ini. “Wanitanya diperkosa, ditembak, hingga dibocorkan kapalnya oleh para perompak,” lanjut Abu sembari menundukkan kepalanya. Cara bertahan hidup para pengungsi dengan singgah ke pulau-pulau yang mereka jumpai. 22 Mei 1975 untuk pertama kalinya para pengungsi sampai di Natuna berjumlah 75 orang. “Ketika mereka sampai, langsung dibocorkan tuh kapalnya,” kata Abu. Hal tersebut dilakukan para pengungsi agar tidak diusir oleh warga yang mendiami pulau tersebut.
Alasan Dipilihnya Pulau Galang
Para pengungsi datang silih berganti di setiap waktunya. Perahu-perahu mulai mendarat di berbagai Kabupaten di Kepulauan Riau. Laksamana Pertama Kunto Wibisono, Panglima Daerah Angkatan Laut (Pangdaeral) Kepulauan Riau ditunjuk Presiden Soeharto untuk mencari pulau sebagai tempat menampung para pengungsi dari Vietnam tersebut. Saat itu pula Kunto Wibisono ditunjuk sebagai Ketua Panitia Penanggulangan Pengungsi Vietnam (P3V). Pada 1979, Pulau Galang—pada saat itu masih tergabung dengan Kota Tanjungpinang—dipilih sebagai tempat untuk melanjutkan kehidupan Pengungsi Vietnam. Pulau Galang dipilih berdasarkan berbagai kriteria; mudah untuk menyalurkan pengungsi ke negara ketiga, cukup luas untuk mendirikan 26 AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022
penampungan pengungsi minimal 10.000 jiwa, terisolasi, serta mudah diakses untuk kelancaran pembangunan dan dukungan logistik bagi pengungsi. Abu menjelaskan, alasan Pulau Galang dipilih karena jauh dari pusat Kota Batam. “Namanya manusia ya, ada saja akalnya. Kalau kamp pengungsi ini diletakkan di pusat kota, ada saja yang kabur. Memang penjagaan disini sangat ketat, pandai kita menjaga, pandai pula mereka kabur,” kata Abu. Kini Pulau Galang menjadi salah satu Kecamatan di Kota Batam dan membutuhkan waktu tempuh 1 jam 9 menit dengan jarak 57,6 km dari pusat Kota Batam. Selain itu perlu melewati lima jembatan yang menghubungi Pulau Batam, Rempang, dan Galang (Barelang).
Boat People dan Kehidupan di Darat
Di Kawasan kamp yang terbagi empat zona itu, tidak hanya terdapat barak, juga dilengkapi dengan fasilitas umum ada rumah sakit, sekolah, pasar, kedai kopi, dan gudang logistik. Adapula lapangan olahraga, pos pengamanan, bioskop, serta gedung video. Fasilitas ini dibangun oleh pemerintah Indonesia bersama UNHCR. Para pengungsi juga memiliki kehidupan layaknya masyarakat umum. Selain diberikan penghidupan seperti makan, tempat tinggal, dan tempat ibadah, mereka juga diwajibkan untuk belajar, khususnya bahasa. Tujuan belajar bahasa dilakukan untuk seleksi para pengungsi ke negara bagian ketiga. Adapun negara bagian ketiga yang dituju oleh para pengungsi yaitu, Amerika Serikat, Kanada, Perancis, Jerman, Inggris, Italia, Australia, Argentina, hingga Brazil. Para pengungsi wajib mengikuti kelas setiap harinya yang dipandu oleh pegawai atau sukarelawan dari UNHCR. “Proses belajar ini berlangsung setiap harinya, jika mereka sudah fasih mereka bisa diberangkatkan ke negara bagian ketiga. Namun, hal ini dilakukan secara bertahap sebab, negara-negara tersebut memiliki kuota setiap keberangkatan,” ucap Abu. Selain belajar bahasa, para pengungsi juga berniaga, bekerja se-
Pagoda atau Hanzi yang digunakan oleh pengungsi Vietnam yang beragama Buddha
bagai tenaga medis, dan montir. Tidak sedikit pula para pengungsi yang bekerja di Pusat Koperasi Angkatan Laut (Puskopal). Setiap pengungsi diberikan uang saku setiap harinya oleh UNHCR. “Pengungsi yang berdagang mendapatkan modal dari keluarganya yang sudah diberangkatkan ke negara bagian ketiga dan sudah hidup berkecukupan disana,” ujar Abu. Para pengungsi tidak hanya hidup di dalam kamp saja, untuk memenuhi kebutuhannya, mereka kerap belanja ke Tanjung Pinang, namun dengan pengawalan ketat P3V atau TNI AL. Di dalam tempat tersebut juga terdapat penjara atau tahanan sementara bagi pengungsi yang melanggar aturan hukum. Abu menjelaskan, kasus besar yang pernah terjadi adalah pembunuhan, dan pengungsi akan dikenakan kurungan selama enam bulan. Selain itu ada kasus-kasus seperti perkelahian dan pencurian. “Ada juga yang dipenjara karena maling ayam,” ujarnya. Kasus-kasus tersebut divonis oleh para petugas P3V, hingga militer. Ketika berkunjung ke Kamp Vietnam, pengunjung akan disuguhkan dengan berbagai macam rumah ibadah di dalamnya. Mulai dari gereja, pagoda, klenteng, hingga mushola. Hal ini menandai kehidupan beragama yang kental di dalamnya.
“Ketika datang mereka ada yang tidak beragama. Bahkan ada salah satu pengungsi ketika melihat temannya masuk ke pagoda ia ikut, melihat temannya ke gereja ia ikut, dan melihat orang lain ke mushola ia juga ikut,” ingat Abu sembari terheran mengenang kejadian itu. Kehidupan di dalam kamp tersebut tidak bebas dan terbuka selama 24 jam. Selain itu, penduduk setempat tidak sembarangan masuk ke dalamnya. Namun Abu memiliki keluluasan kerena ibunya bekerja sebagai juru masak di tempat tersebut. Abu kecil juga kerap bekerja sebagai tukang pikul barang-barang sitaan pengungsi Vietnam yang tidak bisa membayar hutang kepada koperasi. “Petugas sering melakukan sidak ke barak-barak pengungsian, jika ada masyarakat luar yang masih berada di dalam lingkungan kamp jam dua belas malam akan disuruh pulang. Tapi saya tidak. Saya disuruh bantu-bantu mereka (para pengungsi),” ujarnya. Seiring berjalannya waktu, kamp ini semakin sepi akibat banyaknya para pengungsi yang berangkat ke negara ketiga. Abdul Tarmidi, pria yang pernah bertugas mengangkut para pengungsi dari Pulau Natuna ini mengatakan, “Pengungsi disini mencapai angka 250.000 jiwa.” Para pengungsi berada di kamp tersebut hingga 1996. Dimana pe-
merintah Indonesia beserta UNHCR memulangkan 5.000 pengungsi kembali ke Vietnam di tahun yang sama. Namun langkah pemulangan ini juga banyak tidak disepakati oleh para pengungsi. “Mereka sampai unjuk rasa disini kepada pemerintah Indonesia, karena tidak ingin dipulangkan,” ujar Abdul. Menurut Abdul, faktor para pengungsi harus dipulangkan ke negara asalnya yaitu, minimnya keinginan untuk belajar bahasa dari negara bagian ketiga tersebut. Para pengungsi yang telah pergi dan memiliki kehidupan di negara bagian ketiga ataupun yang dipulangkan ke Vietnam acap kali melakukan reuni di Pulau Galang. Selain sebagai wisata masa lalu, tidak sedikit pula dari mereka yang merasakan Pulau Galang sebagai rumah pertama mereka.
“Walaupun mereka lahir di Vietnam, mereka menganggap Indonesia, khususnya Pulau Galang, sebagai kampung halaman mereka. Dibandingkan Vietnam, mereka memilih Indonesia sebagai negara pertamanya,” ujar Abu meniru ucapan para pengungsi ketika reuni di Pulau Galang. Terdapat beberapa alasan lainnya yang melatarbelakangi para pengungsi reuni ke Pulau Galang. Seperti Ziarah ke makam keluarganya, melihat barakbarak pengungsian, hingga silaturahmi ke penduduk setempat. Kini Pulau Galang sudah berubah menjadi objek wisata sejarah dan kemanusiaan. Kelas-kelas yang digunakan untuk belajar bahasa sudah dialihfungsikan sebagai museum, beberapa barak sudah direnovasi dan digunakan sebagai Rumah Sakit Covid-19, dan kapal-kapal kayu para pengungsi sudah dibawa ke darat dan direstorasi sebagai monumen keberadaan Boat People di Pulau Galang. Abu sempat tidur di barak pengungsian sendirian setelah para pengungsi berangkat dari tempat tersebut. Kini Abu hanya bisa mengingat kejadian masa lalunya, menjadi penjaga kawasan tersebut, dan menjadi pramuwisata untuk para pengunjung yang datang. “Sudah nasib saya untuk menjaga tempat ini,” ucap Abu lirih. Ia acap kali mengenang kejadian tersebut dan selalu teringat dengan tragedi yang melatarbelakangi datangnya Boat People ke Pulau Galang. “Orang selalu berfikir, perang itu enak. Gila itu! Mana ada perang yang enak, banyak manusia mati karenanya,” tutup Abu.
Lukisan pengungsi Vietnam yang menggambarkan kedatangannya di Pulau Galang
AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022 27
Ilustrasi: Cut Azzura Jaska
CERPEN
Sukidin Melawan Semua Orang Oleh: Rahmat Amin Siregar
A
gak kejam memang. Sukidin berkomentar akan banyak hal. Beberapa mendapat respon yang kejam dan tak kalah ketus juga. “Siapa yang tertimpa tangga?” kata salah seorang di tengah keramaian. “Lah, salah sendiri tangga kok dibuat dari kayu. Kan sakit,” Sukidin malahmmenyambar. Perdebatan selama ini tak pernah punya episode akhir, berlanjut, dan berlanjut lagi. Bagai perdebatan jelang pemilu akbar yang selalu meributkan hal yang tak penting. Muncul akibat hal yang tak lebih penting. Selalu berulang, dan berulang lagi. Dia lahir di kisaran 2000-an. Dari beberapa kisah tertutur, memang, Sukidin mengalami kemalangan di masa kanak-kanak. Seperti kisah-kisah yang dibenarkan para orang tua, anak sakit di waktu kecil akan berefek hingga usia dewasanya. Itu premis satu. Sukidin pernah bercerita, dia kehilangan kesadaran, katanya, baru ingat memori ketika usia lima tahun, sejak umur kelahiran itu, hanya selang dan oksigen yang terkurung diingatnya. Ini tak banyak memberi kejelasan, dan beberapa meragukannya. Ada memang studi yang menyatakan anak telah mampu mengembangkan memori sejak usia dua tahun. Hal-hal menarik bila terjadi, anak usia dua hingga tiga tahun sudah dapat membentuk kenangan. “Aneh koe, Cuk! Memang kita gak ingat apa-apa di umur itu,” timpal yang lainnya. Timpalan sejawat-sekamarnya itu sep-
28 AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022
erti membenarkan, iya, banyak yang tak mengingat kejadian waktu kecil. Tapi riset telah membuktikan, pernyataan Sukidin benar. Mungkin itu adalah hal menarik dan membekas pada memorinya. Suara-suara keras dan agak ke tenggorokan itu selalu melayang di ruang udara. Dia selalu masuk dalam pembicaraan. Khas, bisa ditandai. Meributkan segala hal yang memancing amarah orang kepadanya. “Hahahah. Invasi Rusia,” Sukidin panjang lebar menjelaskan, tapi tak ada satupun mendengarkannya. Beberapa kali dia tertangkap membaca artikel panjang, di CNN. Suka membaca, agak luas pengetahuannya akan hal yang umum. Malah terkadang agak sembarang menyambung. Asumsinya liar, kadang malah mendasar pada feeling saja. “Hahaha, iya, Sosialis itu pandangan ekonomi, tapi,” kali ini Sukidin mengkonsep bagaimana sebuah pena bisa jadi milik bersama. Tapi yang Sukidin bicarakan ada manfaatnya. Dia memancing beberapa perdebatan yang panjang, melibatkan orang-orang yang berbeda pandangan. Tapi tetap, Sukidin melawan. Beberapa orang menyadari itu, “Kamu itu berpengetahuan luas, sebenarnya,…” lanjut panjang di surat kecil pada malam panjang. Sudikin dibawa perjalanan hidup menuju ruang mencitakan kemerdekaan bagi semua pikiran. Dia pernah berjalan di pulau seberang. Bisa saja sulit disana. Pengalaman pribadi pernah diungkapkan Sukidin. Timbul premis kedua kenapa dia melawan semua orang. Pola asuh dan karakteristik sang pen-
gasuh membetuk kepribadiannya kini. Tak bicara benar atau salah. Beberapa ilmuwan ilmu kejahatan malah mengatakan anak-anak dengan makanan sehat, berigizi, dan tak pernah mendapat prilaku kasar dari orang tua, malah justru menjadi penjahat kelas kakap yang mengisi busungnya dengan hak dari orang-orang miskin. Itu sedikit tentang ilmu yang mengulik kejahatan. Sedangkan teori kepribadian yang diungkapkan seorang psikoanalis yang selalu menyangkutkan dengan seks. Siapa lagi kalau bukan, Sigmund Freud. Masa kecil merupakan keemasan. Dimana Sukidin dewasan adalah gambaran masa kecilnya. Semua yang terjadi dimasa mendatang adalah pengulangan dari masa lalu, bahkan jika Sukidin mengalami gangguan kejiawaan, adalah akibat perkelahian antara Id dan Superego. Dalam wilayah berpikir manusia, Freud bilang ada tiga model struktural. Satu, Id. Adalah kepribadian asli yang dibawa sejak lahir yang operasinya pada daerah tidak sadar. Serta membuat orang bergerak berdasarkan pleasure principle. Prinsip realitas kemudian muncul membedakan apa objek tepat. Ego, memutuskan rencana memuaskan kebutuhan dan menguji rencana berhasil tidaknya. Alias Ego bekerja memuaskan Id. Tiga, Superego. Biasa disebut layak moral, etik pada kepribadian. Di tahap ini, perlawanan terhadap Id menggunakan prinsip idealistik. Juga batasan membedakan yang baik dan buruk. Dia mungkin dominan pada salah satu bagian ini. Psikoanalisis: “ketidaksadaran” individu punya peran utama dalam diri seseorang. Menafikkan perjalanan hidup, kisah, dan laluan dia adalah bodoh. Seolah tak peduli, persetan, lihat saja omongan Sukidin. Kejam lagi ketus. Balas pula dengan ketus lagi kejam. Secara teoritis, itu bisa dibilang penyakit. Harus disembuhkan. Bukan dengan yang sembarang, atau Sukidn diminta semua orang untuk belajar lagi, menghargai perasaan orang lain. Toh, lainnya juga punya perjalan hidup, kisah, dan laluan. Menafikkan itu lebih bodoh lagi. “Makan tak habis, tapi badan kok gemuk,” pernyataan Sukidin menyikap duka yang lainnya. Sulit memahami ketidaksadaran dia yang mendasar sehingga berkata demikian. “Tak pernah terpikir menjadi semenyebalkan Sukidin~” kata yang lain sambil bernyanyi menyinggungnya. Bicara soal sosial, berhubungan baik dengan orang lain, tak menyakiti. Bernyanyilah yang merdu. Tapi Sukidin terus melawan semua orang. Desain: Akhmat Kusairi
Desain: Akhmat Kusairi
AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022 29
Oleh: Erlina Julia Putri
A
lam adalah bagian dari hidup Ari. Ia sangat mencintai alam di sekitarnya. Setiap hari ia menghabiskan waktu di sekitar lingkungan rumah. Ari hanya tinggal bersama nenek dan kakeknya. Kedua orangtuanya telah meninggal sejak ia berumur dua tahun. Kini Ari berusia 13 tahun. Namun, Ari tidak dapat bersekolah karena tidak mempunyai biaya. Ia bahkan rela berkorban untuk menghabiskan tenaganya dengan mengangkat kayu demi menabung agar dapat bersekolah nantinya. “Ari, nenek mau bertanya kepada Ari”, tanya nenek. “Iya nek kenapa?”, jawab Ari. “Ari ingin bersekolah?” “Sangat nek,” “Maafkan nenek dan kakek, karena nenek dan kakek tidak dapat memenuhi keinginan Ari. Nenek kalau begitu bekerja ya agar dapat membantu Ari.” “Jangan nek, kakek dan nenek tidak boleh bekerja, nenek dan kakek juga sudah sering sakit, biar Ari yang cari 30 AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022
NAPAS uang untuk sekolah Ari yah.” Ari tidak ingin melihat orang yang ia sayangi kesusahan karena dirinya. Ia begitu kuat dan sabar. Hingga suatu ketika, ia berjalan-jalan mengelilingi hutan di sekitar rumahnya dengan berjalan kaki. Ari sangat menikmati keindahan alam yang ia lihat. Hewan yang begitu banyak ia sapa dengan ramah. Bahkan alam pun menyapa kedatangannya dengan hangat. Kicauan burung yang mendadak ramai, dedaunan yang menari-nari bersama angin, dan hewan-hewan yang tampak senang melihatnya. Lalu ia berhenti sejenak di bawah pohon yang besar. Ia menuliskan namanya di ranting pohon itu. Kemudian dengan lantang dan keras ia berteriak. “Wahai alam, tetaplah seperti ini, entah sampai kapan aku dapat bersekolah. Ya aku tidak sekolah, namun aku tahu bagaimana pentingnya kalian untuk manusia!”, teriak Ari. Setelah Ari mengelilingi hutan yang tidak jauh dari rumahnya, ia langsung bergegas pulang. Ia melihat kakek dan neneknya sedang duduk
bersama di ruang tamu. “Assalamualaikum nek, kek!”, sapa Ari. “Waalaikumsalam nak, Ari sudah pulang, dari mana Ri?”, tanya nenek. “Dari hutan nek, oiya nek Ari ingin sesuatu boleh nek? Ari ingin selamanya tinggal di sini. Ari merasa nyaman. Ari menyukai alam. Ari ingin menjaganya. Ari juga tidak ingin jika seseorang merusak hutan ini. Ari ingin menjaga dan melestarikannya”, ungkap Ari. Ari sangat mencintai alam di sekelilingnya. Sampai suatu ketika, saat malam hari, ia terbangun dari tidurnya. Ia mendengar suara ramai yang berasal dari luar rumahnya. Ari langsung bergegas keluar. Ia melihat begitu banyak orang yang membawa banyak air. Ari bingung untuk apa air sebanyak itu. Hingga pada akhirnya menyadari hutan yang sangat ia cintai telah terbakar sebagian. Ia menangis, ia bingung hingga tidak bisa berbuat apa-apa. “Nenek, bagaimana hewan-hewan
di sana? Kasian mereka nek.” “Sabar ya nak, apinya sepertinya tidak terlalu besar, berdoa saja yah.” “Aku ingin ikut memadamkan apinya nek” “Ariiiiiii! Jangan! Bahaya nak!” Ari tidak memperdulikan perintah dari neneknya. Ia tetap memaksa agar dapat memadamkan api yang telah banyak melahap pohon di hutan itu. Ari memadamkan api dengan begitu semangat. Namun, dibalik itu ia menangis begitu keras. Ia menyesal mengapa dapat tertidur saat hutan yang ia sayangi terbakar pada akhirnya. Harusnya ia tidak tidur agar tidak melihat kejadian yang sangat menyedihkan seperti itu. Pada akhirnya Ari merasakan tetesan air yang membasahi pipinya. Ternyata itu ada tetesan hujan. Ari sangat bersyukur karena dengan begitu api akan padam segera. Setelah menunggu beberapa jam, api tidak tampak lagi. Para warga juga segera pulang ke rumah masing-masing. Namun, berbeda dengan Ari yang tetap duduk di luar sambil menatap hutan yang kini sudah berbeda sebelumnya. Ia ingin melihat hutan tersebut sembuh dan kembali lagi agar hewan-hewan di sana dapat kembali merasakan ketenangan di rumahnya. “Ari, ayo masuk nak!”, perintah nenek. “Tidak nek, Ari mau di sini saja, Ari takut hutannya terbakar lagi, Ari ingin menangkap orang yang telah membakar hutan ini nek”, jawab Ari. “Iya Ri nenek tahu kamu marah, tapi ini sudah larut malam nak sudah jam 11 malam. Besok Ari boleh cari siapa yang sudah membakar hutan ini yah.” “Baik nek.” Matahari tampak cerah menyapa bumi, sehingga cahaya matahari tersebut masuk lewat jendela kamar. Ari langsung terbangun dan segera bergegas keluar rumah. Ia selalu khawatir dengan hutan yang sudah ia anggap bagian paling penting dalam hidupnya. “Nenek Ari pergi dulu ya.” “Iya, hati-hati nak.” Ari bertekad untuk melihat hutan yang telah terbakar itu. Ia ingin mengetahui penyebab kebakaran hutan.
Ia merasa menyesal karena tidak bisa menjaga hutan tersebut. “Wahai hutan! Kenapa kalian seperti ini? siapa yang membakar kalian?” Ia menangis dengan keras di tengah hutan. Namun, ia mendengar ada suara di balik salah satu pohon yang ada di dekatnya. Ari berusaha mencari tahu dari mana asal suara itu. Ia mendengar lebih keras dan akhirnya melihat ada dua orang laki-laki dewasa yang sedang bercengkrama. “Haduh gagal kita lagi, kalau begini tanah ini tidak bisa kita kuasai,” ucap salah satu lelaki itu. “Sudahlah, besok kita bakar lagi sampai habis.” Setelah mendengar perbincangan dua orang lelaki tersebut, Ari sangat marah. Ia langsung menemui kedua lelaki itu dan berbicara kepada mereka dengan lantang. Walaupun Ari masih kecil, tetapi ia tidak merasa takut. Ia merasa bahwa inilah yang harus dilakukan agar hutan yang sangat ia cintai tidak punah karena orang-orang serakah. “Cukup pak! Tidakkah bapak malu pada hutan ini? Lihatlah pak, bapak bernafas dengan baik karena pohon-pohon ini. Saya bukanlah orang yang berpendidikan pak. Saya tidak sekolah. Namun, saya tahu berbagai hal tentang alam dan seisinya. Saya berusaha agar mendapatkan ilmu tentang alam melalui teman saya yang sekolah karena saya sangat mencintai alam. Sedangkan bapak? Sepertinya bapak punya segalanya namun mengapa bapak masih belum cukup? Juga ilmu yang bapak dapat selama sekolah mengapa bapak sia siakan untuk hal yang sangat memalukan?” “Eh anak kecil diam kamu,” “Justru karena saya masih kecil saya seharusnya bisa belajar dari orang yang lebih dewasa dari saya dan memberikan contoh yang baik, bukan malah seperti ini pak.” “Diam!” “Bapak keduanya ikut ke kantor kepala desa. Ayo pak!”, perintah Ari. “Tidak, ayo kabur,” ucap kedua lelaki itu. “Tolonggggggggg”, teriak Ari. “Hei berhenti kalian!” teriak para warga. “Tangkap mereka pak!” teriak
CERPEN
Ari. Setelah kedua lelaki tersebut tertangkap, Ari sangat senang karena dengan begitu hutan itu tidak akan merasakan penderitaan lagi karena ulah manusia yang serakah. Namun, Ari belum menemukan apa penyebab mereka membakar hutan itu. Ia sangat penasaran dan langsung bergegas menuju ke kantor kepala desa agar bertanya langsung kepada pelaku tersebut. “Pak, boleh Ari bertanya? Mengapa bapak membakar hutan sahabat Ari?” Tanya Ari. “Maaf nak, bapak hanya ingin membuat tempat pabrik makanan di hutan itu. Jadi bapak terlebih dahulu membakarnya lalu akan membeli lahannya dari penduduk setempat,” jawab salah satu pelaku itu. Mendengar jawaban itu, Ari terdiam dan sedih. Bagaimana mungkin jika karena haus uang mereka rela menghilangkan tempat tinggal hewan-hewan yang tidak bersalah. Ari sangat marah, ia tidak akan memberi kesempatan kepada siapapun lagi yang dapat membakar hutan sembarangan. Semenjak itu, Ari bertekad ingin masuk Perguruan Tinggi Jurusan Hukum. Hal itu dikarenakan agar seseorang tidak akan berani lagi membakar hutan, karena sanksi yang diberikan akan sangat besar. Lalu ia ingin melestarikan hutan dan menanam pohon di lingkungan. Hal tersebut membuat Ari menjadi semakin giat bekerja untuk membiayai sekolahnya hingga jenjang perguruan tinggi. Pada akhirnya Ari berhasil menggapai impiannya dengan menjadi sarjana hukum.
Foto: Koleksi Pribadi
Ilustrasi: Cut Azzura Jaska
CERPEN
Erlina Julia Putri, Lahir di Riau pada tanggal 28 Juli 1999. Saat ini sedang menempuh pendidikan S1 program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Islam Riau. Selain aktif dalam kegiatan perkuliahan, kegiatan seperti mendalami dunia menulis juga dilakukan sejak berumur 15 tahun.
AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022 31
RESENSI
RESENSI
Merekam Papua dalam Tabuhan Tifa
D
alam hiruk pikuk gigs Folk, pria berbaju merah membawa alat musik berbentuk tabung, penuh dengan ukiran bercorak Indonesia Timur, dan dimainkan dengan cara ditabuh. Tifa. Pria itu datang dari Indonesia bagian timur, Papua. Ia menyanyikan lagu yang menceritakan kehidupannya di tanah Papua. Siapa yang menyangka pria itu membawakan lagu yang membuat para audience terpana dengan penampilannya. Lirik lagu yang ia bawakan tak lepas dari kehidupan represif aparat di Negeri Cendrawasih, namun d ibawakan dengan alunan musik Reggae ala Bob Marley. Ia menceritakan rumahnya yang hancur, keluarganya yang terbunuh, dan tanahnya yang kaya akan emas, kini bersimbah darah akibat represifitas aparat. Setiap penonton menikmati alunan permainan lagunya dalam hikmat. Begitupun Oscar Lolang yang terpana dengan setiap cerita yang dituangkan pria tersebut dalam lirik lagunya. Gambaran lirik, perawakan pria berbaju merah, dan detail-detail dalam suasana itu yang membuat Oscar menulis lagu Eastern Man yang rilis pada 2016 lalu. Lirik itu tertuang dalam verse 1 lagu ini. “Man in the red shirt, Comes from far land in the east, He has the brightest smile, And a saddest stare, He has the bleakest secrets to share, In a way that everyone would care.” Dalam ranah musik Folk mainstream, jarang sekali penyanyi yang membawakan gambaran peristiwa di Papua. Teguh Wicaksono, mantan kontributor Rolling Stone Magazine menuliskan pernyataannya di kanal Youtube Sound From The Corner (SFTC) 18 Desember 2017 yang lalu, “Oscar memilih untuk bersabda mengenai Papua ketimbang kopi dan senja.” Oscar mencantumkan lagu Eastern Man di dalam album Drowning in a Shallow Water. Selain peristiwa di gigs Folk, ia melihat jarak antara Papua dan daerah lainnya di Indonesia. “Waktu itu aku ke trigger karena ngerasa kami yang dari Jawa 32 AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022
Oleh: Gerin Rio Pranata
Lagu: Eastern Man Album: Drowning in a Shallow Water Penyanyi: Oscar Lolang Tahun Rilis: 2017
melihat Papua banyak stereotipnya gitu. Sampai akhirnya aku ngerasa menemukan perspektif lain dari teman-teman Papua,” ujarnya dalam kanal djarumcoklat.com. Dalam lagu ini Oscar juga menyoroti represifitas yang dilakukan aparat—TNI dan Polri—kepada masayarakat Papua. “There goes a song from an Eastern Man, With his Tifa and a mouth like flower, There goes a song comes from deep within, His feeling ‘bout his murdered family, By a loyal army,” bunyi reff Eastern Man. Berbicara Papua dan aparat erat kaitannya dengan kekerasan HAM (Hak Asasi Manusia). Hal ini sudah terjadi sejak periode 2000-an awal. Jatuhnya Orde Baru (Orba) dan massive-nya pergerakan rakyat yang menginisiasi gerakan papua merdeka, Organisasi Papua Merdeka (OPM). Adapun rangkaian peristiwa yang tercatat dalam peristiwa tersebut yaitu, Peristiwa Abepura Berdarah (7 Desember 2000), Kasus Uncen Berdarah (16 Maret 2000), penangkapan 300 peserta kongres rakyat Papua (Oktober 2011), hingga penangkapan terhadap aktivis HAM pada aksi peringatan Hari Trikora (19 Desember 2016). Tidak sedikit pula dari setiap rangkaian aksi tersebut disambut dengan bedil senjata dan terbunuhnya aktivis pro kemerdekaan Papua bahkan warga sipil. Lebih lanjut, dari rentetan ke-
jadian tersebut juga syarat akan pembungkaman kebebasan pers. Direktur Amnesty Internasional Indonesia, Usman Hamid dalam laporan voaindonesia.com memaparkan sejak 2018-2021, ada 95 warga sipil di Papua menjadi korban pembunuhan di luar hukum. 94 diantara korban tersebut merupakan warga asli Papua dan satu orang lagi bukan warga asli Papua. Dalam kasus tersebut operasi keamananan militer menimbulkan 37 korban, aparat kepolisian 17 orang, operasi gabungan TNI-Polri sebanyak 39 orang, sedangkan petugas penjara mengakibatkan dua orang korban. Selain TNI dan Polri, aktor non negara seperti, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM), juga turut menjadi pelaku. Sebagian besar kasus pembunuhan di luar hukum berlangsung di luar konteks non-politik. Banyak yang terjadi saat aparat keamanan berusaha untuk menangani protes damai, gangguan publik, atau menangkap tersangka. Pembunuhan di luar hukum terhadap warga sipil terekam jelas dalam catatan lirik yang diubah Oscar dengan lirik Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia dengan dialek Papua. “Sa pu mama mati karena tentara, Sa pu rumah hancur karena tentara, Sa su lama marah deng pemerintah, Dong su buat Papua menjadi merah.” Oscar Lolang tidak menjadi satu-satunya penyanyi yang menyuarakan isu sosial dan politik, namun Oscar berhasil menjadi pembeda di skena musik Folk mainstream. Ia menuliskan diksi-diksi lugas dalam lirik lagunya. Oscar berhasil merekam peristiwa itu dengan jelas di setiap liriknya tanpa keruwetan makna, kemuraman akan perasaan cinta, hingga pleidoi kopi dan senja. “He mentions soils of gold, Now shattered by blood,” begitulah pria berbaju merah itu menggambarkan tanah lahirnya yang kaya akan mineral—emas—kini mencekam dan penuh pertumpahan darah.
Kemelut Pandemi dan Kepanikan Masyarakat Global
Oleh: Dicky Wahyudi
H
ampir dua tahun lebih lamanya dunia dihinggapi Pandemi Corona VirusDisease-19 (Covid-19). Nyatanya, jauh sebelum Covid-19 muncul, jagat perfilman pernah membuat karya tentang wabah penyakit yang menjangkiti dunia. Film Contagion karya dari Steven Soderbergh bercerita tentang penyakit misterius yang pertama kali muncul di China, kemudian menyebar dengan sangat cepat ke seluruh dunia. Film ini dibintangi oleh Marion Cotillard, Bryan Cranston, Matt Damon, Laurence Fishburne, Jude Law, Gwyneth Paltrow, Kate Winslet, dan Jennifer Ehle. Sesuai dengan judulnya Contagion ,apabila diterjemahkan bebas dalam bahasa indonesia berarti “penularan”. Kasus pertama dari film ini bermula ketika seorang perempuan bernama Beth Emhoff (Gwyneth Paltrow) pergi ke Hongkong untuk urusan bisnis. Selama perjalanannya di Hongkong, Ia banyak berinteraksi dengan orang-orang. Sejak kepulangannya dari Hongkong, Beth terkena flu berat. Hingga pada suatu pagi tiba-tiba tergeletak di dalam rumahnya. Akan tetapi, Beth tidak segera memeriksakan kesehatannya ke Rumah Sakit karena mengira bahwa penyakit tersebut akan sembuh dengan sendirinya. Namun, ternyata perkiraan Beth keliru. Sebab, penyakit yang ber-
sumber dari sebuah virus itu kemudian bertambah parah, menyebabkan peradangan otak dan gangguan pernafasan yang serius, hingga akhirnya merenggut nyawanya dalam waktu singkat. Kejadian ini menjadi awal mula penyebaran virus. Tidak hanya Beth Emhof, salah satu anaknya pun juga turut menjadi korban dari virus tersebut akibat menjalin kontak fisik dengan Beth (ibunya). Kematian ibu dan anak ini akhirnya mengundang tanda tanya berbagai kalangan. Selain itu kronologis meninggalnya putra Beth juga disebabkan karena terkena penyakit yang serupa. Hingga dugaan yang muncul ialah bahwa anak tersebut tertular virus yang dibawa oleh ibunya. Sejatinya misteri kematian ibu dan anak ini merupakan cikal bakal munculnya wabah virus yang menyerang dunia. Sebab, tak lama kemudian kasus-kasus serupa lainnya ditemukan di Tiongkok, Jepang dan Inggris. Film berdurasi 1 jam 46 menit ini juga menggambarkan situasi kepanikan yang melanda masyarakat dunia. Pengambilan gambar dari film ini sangat memperlihatkan bagaimana suasana yang sebenarnya, ketegangan dari para tenaga medis hingga kesedihan
karna di tinggal oleh keluarga. Namun alur film tahun 2011 ini cukup membingungkan, di awal film penonton akan mengira bahwa film in, adalah film yang menceritakan tentang dunia jurnalistik. Dan menuju pertengahan, penonton baru sadar bahwa film ini menceritakan virus baru yang berasal dari Hongkong. Uniknya, Fenomena yang terjadi di dalam film ini memiliki kesamaan dengan kondisi masyarakat yang kini tengah khawatir oleh teror bahaya virus Covid-19. Kemiripan itu bisa dilihat dari gejala penyakit yang ditimbulkan seperti batuk, flu dan demam. Akibat dari penyakit yang disebabkan oleh Virus “Meningoencephalitis Virus One” (MEV-1) mempunyai gejala yang serupa dengan Virus Corona. Hanya bedanya, Virus MEV-1 sepenuhnya fiktif sebab, sebelum film ini diproduksi, telah dilakukan riset yang mendalam tentang sejumlah kasus penyebaran virus yang pernah terjadi sebelumnya. Sehingga cerita film tersebut memiliki pondasi yang kokoh. Kemiripan lainnya ialah soal penanganan wabah MEV-1, dilakukan oleh Center for Disease Control (CDC), sebuah lembaga kesehatan di bawah naungan pemerintah Amerika Serikat. Bersama dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO), tim peneliti dari lembaga ini bekerja keras untuk menemukan vaksin sesegera mungkin. Terlepas dari kesamaannya, film Contagion memberikan pelajaran berharga dalam menyikapi sebuah wabah penyakit yang melanda masyarakat. Selain itu film ini dapat menjadi bahan edukasi dalam melakukan mitigasi dalam menghadapi wabah penyakit. AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022 33
Ilustrasi: Ludiana Mubarikah Surayya
Umum dengan salah satu alasan bahwa tidak cukup kuatnya bukti.
Anomali Perlindungan Perempuan dan Putusan Bebas Kasus Dugaan Kekerasan Seksual Pada Perguruan Tinggi di Riau Oleh: July Warti, S.H., M.H
P
elecehan seksual dan kekerasan seksual adalah topik klasik yang tidak pernah selesai dibicarakan, dan belakang ini kembali menghangat. Hal ini tidak lain dikarenakan banyaknya bermunculan kasus yang terjadi di Indonesia. Bahkan yang ironinya adalah kasus kekerasan seksual tersebut banyak terjadi di lembaga pendidikan. Masih hangat di ingatan kita terkait kasus pencabulan dan pemerkosaan yang berakibat hamilnya beberapa santriwati di sebuah pondok pesantren, yang hingga kini kasusnya masih bergulir. Perdebatan bentuk hukumannya pun mulai terjadi, ada yang pro memberikan hukuman mati dan ada pula yang kontra memberikan hukuman mati. Selain terjadi kekerasan seksual di lembaga pendidikan seperti di pondok pesantren, kekerasan seksual juga sering terjadi di Perguruan Tinggi. Sebagaimana data dari Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) sepanjang tahun 2015-2020 aduan kasus kekerasan seksual mencapai 34 AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022
27% dan Perguruan Tinggi menempati urutan ketiga sebagai tempat sering terjadinya kekerasan seksual seperti hasil survey Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) tahun 2019. Lembaga pendidikan yang harusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk menempuh pendidikan berubah menjadi tempat yang menakutkan dikarenakan banyaknya ancaman terjadinya kekerasan seksual. Faktor utama penyebab terjadinya adalah dikarenakan ketimpangan gender dan relasi kuasa. Banyak problematika yang muncul terkait kekerasan seksual ini, pertama, mulai dari kesulitan korban untuk mengungkap kasus kekerasan seksual dikarenakan adanya ancaman pencemaran nama baik; kedua, terkait alat bukti yang secara legal normatif dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHAP) disebutkan harus minimal dua alat bukti sedangkan dalam kasus kekerasan seksual lazimnya terjadi dalam ruang tertutup yang ada hanya korban dan tersangka; ketiga, korban kerap menjadi pihak yang
disalahkan seperti teori kriminologi Victim Blaming Theory yakni korbanlah yang menstimulus pelaku untuk melakukan kejahatan; keempat, korban kerap mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan saat pemeriksaaan dan bahkan cenderung intimidasi senada dengan yang disampaikan oleh Komisioner Komnas Perempuan; dan problematika lainnya. Salah satu kasus yang terjadi baru-baru ini di Riau adalah adanya dugaan kekerasan seksual yang dilakukan oleh oknum dosen kepada mahasiswa disalah satu universitas negeri. Kronologi singkatnya adalah yang mana mahasiswi tersebut mendapat perlakuan yang mengarah kepada kekerasan seksual ketika melakukan proses bimbingan. Kasus ini pun pada akhirnya menempatkan dosen sebagai tersangka dan kasus berhasil bergulir ke Pengadilan. Namun, pada beberapa waktu lalu Pengadilan Negeri Pekanbaru memutus perkara tersebut dengan membebaskan terdakwa dari tuntutan. Terdakwa tidak terbukti memenuhi perbuatan pidana yang didakwa oleh Jaksa Penuntut
Seperti yang telah saya sampaikan di atas, bahwa memang salah satu problematika dalam penanganan kasus kekerasan seksual adalah dari segi alat bukti yang minim, mengingat bahwa biasanya kekerasan seksual terjadi di dalam ruang tertutup yang mana hanya ada pelaku dan korban. Hal ini berakibat tentu tidak ada saksi lain selain mereka berdua. Selain itu, jika kasus kekerasan seksual mengarah kepada bentuk pemerkosaan tentu bisa didukung dengan alat bukti lain seperti hasil Visum Et Repertum. Lalu bagaimana dengan dengan kasus kekerasan seksual yang berupa pencabulan dan pelecehan secara lisan? Apakah kasus demikian akan selalu berakhir dengan putusan hakim yang serupa? Dengan kasus yang benar-benar nyata terjadi kepada korban? Tentu ini akan mencederai perlindungan mereka para korban ataupun penyintas yang mayoritas adalah perempuan. Ini pula yang membuat para korban suka enggan mengungkap kasus kekerasan seksual yang mereka alami. Mereka tidak punya cukup bukti meskipun itu nyata-nyata terjadi pada mereka dan mereka underestimate terkait perlindungan yang akan mereka dapatkan nantinya. KUHAP memang menyebutkan bahwa harus sekurang-kurangnya minimal dua alat bukti untuk memperoleh keyakinan hakim bahwa terdakwa bersalah, selain itu pada Pasal 185 disebutkan keterangan satu saksi tidak cukup membuktikan. Ini lah yang membuat banyak kasus serupa tidak dapat dibuktikan. Namun dalam penjabaran ayat selanjutnya disebutkan bahwa ketentuan terkait keterangan satu orang saksi tersebut dikecualikan jika disertai dengan alat bukti sah lainnya. Artinya keterangan seorang saksi sah-sah saja diterima jika disertai dengan alat bukti sah lainnya. Terkait alat bukti inipun juga telah dijabarkan dengan lebih baik dalam Undang-undang Tindak Pidana Ke-
kerasan Seksual No 12 Tahun 2022, tujuannya tidak lain untuk menghindari kesalahpahaman terkait alat bukti dalam kasus kekerasan seksual yang berakibat sulitnya pengungkapan kasus kekerasan seksual. Alat bukti dalam Undang-undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual adalah alat bukti sebagaimana yang disebut dalam KUHAP; alat bukti berupa informasi dan/atau dokumen elektronik; barang bukti yang digunakan untuk melakukan kejahatan atau sebagai hasil kejahatan tersebut atau barang yang berhubungan dengan kejahatan tersebut; hasil pemeriksaan saksi atau korban pada tahap penyidikan melalui rekaman elektronik; alat bukti surat berupa surat keterangan psikolog klinis/psikiater/dokter spesialis kedokteran jiwa, rekam medis, hasil pemeriksaan forensik dan hasil pemeriksaan rekening bank. Kemudian, terkait keterangan satu saksi atau korban disebutkan lagi bahwa keterangan saksi atau korban cukup membuktikan terdakwa bersalah jika disertai satu alat bukti lain. Lebih lanjut dijabarkan jika keterangan saksi hanya dapat diperoleh dari korban, maka keterangan yang tidak dilakukan di bawah sumpah kekuatan pembuktiannya dapat didukung dengan keterangan yang diperoleh dari orang yang dapat memberikan keterangan yang berhubungan dengan kejahatan meskipun ia tidak dengar, melihat dan alami sendiri. Sehingga jika aparat penegak hukum yang menangani kasus kekerasan seksual memahami konteks alat bukti yang dimaksud oleh Undang-Undang tersebut, harusnya tidak ada lagi kasus yang terdakwa berakhir putus bebas dengan alasan tidak cukupnya bukti. Terutama kasus yang terjadi di salah satu perguruan tinggi negeri di Riau tersebut. Sehingga langkah yang harusnya dilakukan selanjutnya adalah Jaksa mengajukan upaya hukum kembali (Kasasi) dengan memperbaiki penjabaran dakwaan yang ada dengan berdasar kepada alat bukti seperti yang
telah dibahas di atas, melakukan perbaikan pembuktian dan hakim juga harus dapat melihat kepada pemahaman alat bukti yang termaksud dalam Undang-undang tersebut. Kemudian, untuk pihak kampus sendiri dapat mengambil kebijakan terhadap oknum dosen tersebut dengan berdasar kepada Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomor 30 Tahun 2021. Lahirnya Undang-undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual UU No 12 Tahun 2022 dan Permendikbud Nomor 30 Tahun 2021 menjadi payung hukum yang kuat untuk penanganan kasus kekerasan seksual yang terjadi di Perguruan TInggi, maka dari itu sudah seharusnya segala kasus kekerasan seksual yang ada menerapkan regulasi tersebut sehingga kasus kekerasan seksual di Perguruan Tinggi dapat tertangani dengan baik dan kasus semakin berkurang serta para pihak mendapatkan keadilan sebagaimana mestinya seperti yang diamanatkan oleh Undang-undang Dasar 1945.
Foto: Koleksi Pribadi
OPINI
Lahir di Pekanbaru, 18 Juli 1992. Dosen Fakultas Hukum UIR dan salah satu penulis di Dialektika Hukum Sang Puan serta Dinamika Hukum Pidana Kontemporer.
AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022 35
TOKOH
Maestro Campursari dari Solo Oleh: Akhmat Kusairi
D
ari beragam warna musik yang ada, Indonesia sendiri punya budaya musik yang berkembang, seperti Keroncong dan Dangdut. Selain itu ada genre musik campursari yang tak asing ditelinga penikmatnya.
Didi Prasetyo atau yang lebih dikenal Didi Kempot, lahir pada 31 Desember 1966 di Solo. Ia adalah anak seniman tradisional Ranto Edi Gudel atau Mbah Ranto dan ibunya Umiyati Siti Nurjanah seorang penyanyi tradisional di Ngawi.
Campursari bermula pada istilah campuran atau crossover dari beberapa musik kontemporer Indonesia. Genre ini pertama kali dipopulerkan oleh Manthous sekitar akhir dekade 1980-an dengan memasukkan instrument keyboard ke dalam orkestrasi gamelan melalui kelompok gamelan Maju Lancar. Kemudian berkembang unsur –unsur baru seperti langgam Jawa “Keroncong’’.
Perjalanan Didi Kempot berawal ketika menjadi seniman jalanan pada tahun 1984-1986 di Kota Solo. Setahun kemudian Didi memutuskan untuk mengadu nasib ke Jakarta. Sembari mengamen di daerah Slipi, Palmerah, Cakung, dan Senen, ia bersama rekannya menitipkan kaset rekaman ke beberapa studio musik. Sempat beberapa kali gagal, hingga lagunya berhasil memikat perhatian label Musica Studio’s, Cidro yang mengisahkan patah hati.
Ilustrasi: Akhmat Kusairi
Sekitar tahun 2000-an dikenal jenis campursari baru yakni campuran gamelan dan keroncong. Misalnya Kena Goda yang dipopulerkan oleh Nurhana. Sedangkan Didi Kempot hadir dengan campuran gamelan dan dangdut di musiknya.
36 AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022
Rilisnya lagu pertama itu memang kurang mendapat perhatian masyarakat di tahun 1989 pada 23 Juni 1995 lagunya yang berjudul Stasiun Balapan diputar dimana-mana dan dikenal luas semua kalangan. Dari hasil karya-karya ciptaannya, Didi Kempot berhasil menyabet berbagai penghargaan: Penyanyi Terbaik, Anugerah Musik Indonesia (2001) Lagu Dangdut Etnik Terbaik, Anugerah Dangdut TPI (2002) Karya Produksi Tradisional Terbaik, dan Anugerah Musik Indonesia (2003)
Karya Produksi Lagu Berbahasa Daerah Terbaik. Ada juga Anugerah Musik Indonesia (2010) Solo, Duo/Grup Dangdut Berbahasa Daerah, Anugerah Musik Award (2013) Penghargaan Khusus Maestro Campursari, dan Indonesian Dangdut Award (2019). Pertengahan 2019, Didi Kempot mendapat sorotan di kalangan anak muda karena lagunya. Sebut saja lagu Pamer Bojo, Cidro, Suket Teki, Layang Kangen, Sewu Kuto, lagulagu ciptaanya mengisahkan tentang cinta, kesedihan dan patah hati. Dari situlah awal mula ia dijuluki sebagai The Godfather of Broken Heart, Bapak Loro Ati Nasional, dan Bapak Patah Hati Indonesia. Hanya setahun menjelang, Didi Kempot harus dilarikan ke Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo karena kondisi tak sadarkan diri. Dan dinyatakan meninggal pada pukul 07.45 WIB karena henti jantung atau sudden cardiac arrest. Ia menghembuskan nafas terakhirnya pada usia ke 53 tahun. Sebelum meninggal, sempat diadakan Konser Amal dari rumah yang disiarkan Kompas TV dan live streaming melalui kanal YouTube. Tembang Stasiun Balapan membuka konser yang bertujuan mengumpulkan dana untuk membantu masyarakat terdampak pandemi itu. Hanya berselang 3,5 jam terkumpul dana sebesar Rp 5,3 miliar dari 30.230 orang donatur. Kebermanfaatan untuk khalayak ini nampaknya memang dipegang teguh oleh maestro campursari ini, Didi Kempot punya prinsip hidup yang hendaknya bisa memberi manfaat bagi orang lain dan lingkungan sekitar. AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022 37
EMPER LANGIT
Tak Perlu Kepercayaan Orang Lain Untuk Bermimpi Oleh: Lady Guslove
“Ada rasa senang bercampur bangga saat menerima kabar kelulusan beasiswa IISMA,” cerita Yuni yang kini duduk di semester enam. Ia antusias menceritakan detik-detik pengumuman beasiswa IISMA. Anak pertama dari dua bersaudara ini lulusan dari Pesantren Al-Munawwarah yang terletak di jalan Harapan Raya, Kota Pekanbaru. Yuni belajar empat course di kampus yang dianggap menjadi salah satu universitas riset paling terkemuka di Amerika Serikat; Family and Society, Effect of Mass Communication, Urban Politik, dan Issue in Global Study. Baginya, ini semacam tantangan pribadi. Bisa belajar mengatur waktu dan beradaptasi dengan budaya yang baru. Dari sekian course itu, hubungan keluarga dan masyarakat bagi Yuni adalah yang berkesan semasa ia berkuliah di Michigan State University. Course Fami-
38 AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022
Foto: Koleksi Pribadi
L
ulus melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN) di UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, namun ia tak mendapat izin orang tuanya, lantaran jarak yang jauh. Mau tak mau UIR jadi alternative. Kajian tingkah laku manusia akhirnya diambil. Siapa sangka kegagalan itu berujung pada perjalanan nan jauh ke Negeri Paman Sam, melalui IISMA. IISMA sendiri merupakan singkatan dari Indonesian International Student Mobility Award, dari total 970 mahasiswa yang lulus beasiswa ini, hanya lima dari Riau. Wahyuni Syafitri yang kerap dipanggil Yuni menjadi satu-satunya mahasiswa UIR lulus IISMA tahun 2020. Yuni bersiap, ia bakal terbang jauh ke salah satu negara bagian Amerika Serikat, Michigan. Jaraknya sekitar 15.467 km dari Kota Pekanbaru. Ini merupakan pengalaman pertama Yuni untuk belajar di kampus ternama dunia. Michigan State University menjadi tempat belajar satu semester.
ly and Society yang mengkaji perkembangan dalam keluarga dan jenis-jenis keluarga di Amerika Serikat, semakin membuat Yuni tertarik. Utamanya di bidang psikologi klinis juga sosial karena pengetahuan baru yang didapat. Anak sulung yang harus merasakan perceraian sejak kelas 3 Sekolah Dasar ini, tau betul jika ilmu psikologi sangat penting. Bukan hanya fisik, tetapi kesehatan mental juga perlu diperhatikan, terutama di ruang keluarga. “Salah satu lingkungan paling brutal secara fisik maupun psikis bagi perempuan dan anak-anak adalah rumah,” ungkap Yuni. Lahir 16 Maret 2002. Kini ia gigih menekuni pendidikan sambil berorganisasi di Mahasiswa Pecinta Alam dan Lingkungan Hidup (Mapedalhi) dan merupakan asisten di Lembaga Psikologi Terapan (LPT) Fakultas Psikologi. Kegiatan yang pernah ia jalankan saat menjadi asisten LPT adalah skoring, administrasi tes dan beberapa lainnya. Sedangkan di Mapedalhi Mappsy, Yuni mendapatkan Latihan dan Pendidikan Dasar, Search and Rescue, hingga terlibat dalam penyuluhan sampah di Panti Asuhan Al- Hasanah, Buluh Cina, Kabupaten Kampar. Yuni terbilang mahasiswi yang berprestasi dengan pencapaiannya di Pondok Pesantren. Mengikuti lomba baca
Kitab Kuning dan menjuarai beberapa pertandingan tingkat provinsi hingga nasional. Bukan hanya mahir dalam berbahasa Arab, kemampuan berbahasa Inggris dipelajarinya secara otodidak. Tak hanya itu, Yuni juga aktif di kelas, sehingga salah satu dosen yang mengajar bisa menilai bahwa ia anak yang pintar dan cepat memahami pelajaran saat didalam kelas. “Kebetulan ketika di kelas, Wahyuni anak yang aktif, dan pintar. Ia juga mampu menjelaskan kesimpulan dari materi yang dijelaskan. Sehingga, ibu rekomendasikan namanya ke WD 3, dan proses IISMA,” jelas Juarni Siregar selaku Kaprodi Ilmu Psikologi. Ada harapan untuk mahasiswa UIR mengikuti jejak Yuni lulus di IISMA. “Kalo Ibu maunya, Wahyuni bisa menjadi inspirasi untuk adik-adiknya, walaupun sudah sampai di negara lain, bagai ilmu padi, semakin tinggi semakin merunduk,” harap Juliarni. Ada pesan yang selalu dipegang Yuni, dalam keraguan banyak orang, “Ya cuek aja. Mending fokus sama diri sendiri, lagian makin tinggi pohonnya, semakin kuat pula angin yang datang. At least we’re trying to be better for ourselves,” ucap Yuni. Tim Liputan Emper Langit (M. Hafiz Hasibuan)
AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022 39
40 AKLaMASI- Edisi 19 - Juni 2022