Majalah edisi 10

Page 1

Majalah Edisi 10 - MARET 2016/ Th.23

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016


BAHARA

SURAT KEPUTUSAN (SK) REKTOR No. 365/TAHUN 1993 ISSN: 0853-8883

Laporan Utama 6-8

Pelindung: Rektor Universitas Islam Riau Penasehat: Wakil Rektor III Univ. Islam Riau Dewan Pertimbangan: Drs Supriyadi MPd, Zainul Ikhwan SP, M Badri SP MSi, M Sabarudi ST, Wahyu Awaludin SH, Sobirin Zaini SPi, Ali Sukri, Husnu Abadi MHum, Dewan Redaksi: Muhtarom S Sos, Julisman S.Pd, Edi Efendi S Sos, Desi Sommalia Gustina SH MH Pemimpin Umum : Wahid Irawan Sekretaris Umum : Cut Intan Puspita Sari (Non-Aktif) Pemimpin Redaksi : Tahnia Dwi Sari (Non-Aktif) Redaktur Pelaksana Majalah : Raja Ulil Albaab (Non-Aktif) Redaktur Online Rifal Fauzi Redaktur : Dede Mutiara Yaste Perwajahan : Dede Mutiara Yaste Fotografer: Raja Ulil Albaab (Non-Aktif) Reporter: Seluruh Pengurus dan Kru Magang Pemimpin Usaha : Rifal Fauzi Manajer Keuangan : Dede Mutiara Yaste Iklan dan Sirkulasi : Seluruh Pengurus dan Kru Magang Penerbit: Media Mahasiswa AKLaMASI Universitas Islam Riau. Alamat: Jl Kaharuddin Nasution No 113 Kampus Darussalam Marpoyan PekanbaruRiau 28284. Gedung Sekretariat Kegiatan Mahasiswa Lt.3 HP: 081266804556 Email: aklamasiuir@gmail.com Website: www.aklamasi.net Facebook: Aklamasi Uir Twitter: @aklamasiuir Percetakan: (Isi di luar tanggung jawab percetakan). Redaksi merima tulisan berupa surat pembaca, opini, cerpen, puisi, esai, rilis berita, atau liputan juga kritikan dan saran untuk AKLaMASI dari pembaca. Kirimkan ke kantor redaksi atau lewat email: aklamasiuir@gmail.com. Redaksi berhak menyunting selama tidak mengubah maksud tulisan. Tulisan yang masuk jadi hak milik redaksi.

2

AKLaMASI - EDISI - MARET 2016 AKLaMASI - EDISI 10 -10MARET 2016

HABIS TOLERASNI

TIADA AMPUN Hampir beberapa jam mereka negosiasi, Nurman sepakati untuk tampung aspirasi mahasiswa FKIP tersebut. Menurut Nurman, persoalan mahasiswa ini macammacam, ada yang belum bisa bayar—ada juga yang ingin baru membayar hari ini. ”Kan ga bisa bayar, karena sistem sudah kami tutup,” katanya

Desain Sampul:

Rifal Fauzi

Laporan Khusus 23-25

perkembangan internet

Tata Letak isi:

Dede Mutiara Yaste

Cawan-5 Laput-6 Wacana-17

di indonesia

Hadirnya warnet, juga kerap dipandang sebagai tempat seperti pornografi, software bajakan berserakan. Tak jarang, aksi sweeping dilakukan. Sweeping warnet sudah sejak lama dilakukan pemerintah. Kebanyakan kejadian sweeping WARNET terjadi di tahun 2005 pada saat ke pemimpinan SBYJK, dan Sofyan Djalil sebagai Menteri Komunikasi dan Informasi.

Hulu Balang-18 Opini-20 Perjalanan-22 English Flash- 27 Feature- 28 Fokus-30 Munawwarah- 32 Emper Langit-34 Laporan Khusus- 36 Pemuncak- 40 Resensi- 42 Sastra- 44 Kolom Alumni- 46 Senggang- 47

Perjalanan 16-17

SeHAMA, Belajar Hak Asasi Juga Toleransi “Kalau HAM di Indonesia sudah baik, dan negera sudah memenuhi hak-hak masyarakatnya, bisa saja SeHAMA tidak ada lagi,” begitu kata Puri Kencana Putri—Kepala Sekolah SeHAMA dan juga pekerja di KontraS sebagai Koordinator Riset.


DARI REDAKSI FOTO BERSAMA: Peserta Pelatihan Keterampilan Jurnalistik Tingkat Nasional (PKJTLN) Surat Kabar Kampus (SKK) Ganto Universitas Negeri Padang (UNP) pada 8- 13 November 2015 di Padang, Sumatera Barat bersama Sastrawan Nasional, Seno Gumira Ajidharma. (8/11). (Doc. SKK Ganto)

PROFESIONAL ITU,

SULIT

Assalamualaikum wr, wb.. Salam Pers. Salam kebenaran.

A

lhamdulillah, rasa syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, atas kuasa-Nya kita diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap aktivitas. Jika pembaca bertanya pada Kru AKLaMASI berapa kali majalah terbit? Jawaban mereka adalah dua bulan sekali. Betul, majalah ini seharusnya terbit pada November lalu, namun sebagai mahasiswa yang baru belajar menjadi penulis profesional itu terasa sedikit sulit. Kesulitan tersebut terbukti ketika deadline tiba. Mungkin, semua itu disebabkan karena pemimpin redaksi telah wisuda sejak Oktober lalu—setelah edisi ini selesai diproyeksikan. Tanpa seorang pemimpin, para penulis semakin santai untuk mengerjakan tulisannya, bahkan sama sekali

tak mengerjakan. Untuk mengisi kekosongan tersebut, pengurus berinisiatif untuk menunjuk salah satu dari pengurus keredaksian untuk merangkap jabatan sebagai pelaksana tugas (Plt). Setelah laksanakan rapat singkat keredaksian, akhirnya Dede Mutiara Yaste bersedia untuk mengisinya. Walaupun redaksi tengah lengang, namun AKLaMASI tetap aktif untuk meningkatkan Sumber Daya Manusianya (SDM). November lalu, dua orang pengurus dikirim untuk ikuti Pelatihan Keterampilan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PKJTLN) yang diadakan oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Surat Kabar Kampus Ganto di Universitas Negeri Padang di Bukittinggi.

Dengan diikutsertakan dua delegasi tersebut, semoga kemampuan mereka dalam menulis makin meningkat. Tidak hanya itu, salah satu kru yang kami kirim, mendapat penghargaan peserta terbaik dalam pelatihan tersebut. Oh ya, berhubung masa tenggang website aklamasi.co telah habis, maka pengurus kembali menganktifkannya dengan nama aklamasi. net sejak Desember lalu. Di edisi kali ini, redaksi menyajikan beberapa rubrik yang mungkin sudah tidak asing lagi bagi pembaca setia. Karena hampir tiap edisi, rubriknya sama dan belum ada penambahan ataupun pengurangan. Ide sampul majalah kami diambil dari gambaran kasus yang diangkat pada rubrik laporan utama. Kali ini kami mengangkat isu mengenai penerapan sistem Sikad (Sistem Informasi Komunikasi Akademik) di Universitas Islam Riau. Pada laporan khusus, kami mengangkat masalah perkembangan internet. Tidak hanya itu, juga ada rubrik fotografi mengenai pembangunan di UIR. Ada banyak rubrik yang pembaca bisa nikmati. Semoga pembaca senang dengan kehadiran majalah kami. Berharap pembaca bisa lebih kritis dari pada kami yang menulis. Kami juga menerima kritik dan sarannya. Pintu AKLaMASI selalu terbuka untuk para pembaca yang ingin berdiskusi. Mungkin sekian saja, mohon maaf atas keterlambatan terbitan kami. □Red. Wassalamualaikum wr, wb..

KARTUN

“WELCOME 2016” Karya: Sustriyanto Manual Sketching on HVS 2016

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

3


EDITORIAL

TEROBOSAN BARU SIKAD UIR

A

wal 2016 ini, sudah memasuki semester genap. Mahasiswa Universitas Islam Riau (UIR) harus melunasi kewajibannya—SPP dasar dan SKS—yang jatuh tempo pada 29 Febuari nanti. Kewajiban tersebut serentak diterapkan untuk seluruh fakultas di UIR. Pola pembayaran tersebut berbeda, tak seperti sebelumnya. Pertama kali diberlakukan sejak 2015 lalu—di awal semester ganjil. Di mana seluruh mahasiswa harus lunasi kewajiban pada waktu yang ditentukan. Alhasil, banyak mahasiswa kaget tentang pembayaran yang terlalu cepat. Saat deadline tiba, barulah mahasiswa berbondong-bondong datang ke bank di UIR, sehingga antrian panjang dan membludak. Hal ini terjadi karena banyak mahasiswa beralasan tidak punya uang saat sebelum deadline, ada yang tidak tahu sistem pembayaran telah terjadwal. Bahkan, ada sebagian mahasiswa beranggapan pembayaran yang dijadwalkan, masih bisa ditoleransi seperti sebelumnya. Mereka masih berpikiran, bahwa sebelum Ujian Tengah Semester (UTS) atau sebelum Ujian Akhir Semester(UAS), pembayaran SPP dasar dan SKS baru akan dilunasi. Soal bayar-membayar seperti ini, UIR memang belum teratur. Biasanya mahasiswa hanya tunggu instruksi dari pihak fakultas masing-masing kapan pembayaran tersebut harus dilunasi. Namun, semenjak kemunculan Sistem Akademik UIR yang disingkat dengan Sikad, aturanaturan administrasi mahasiswa mulai ditertibkan. Layanan pengisian KRS ini dilakukan melalui website sikad.uir.ac.id. Di website tersebut layanan adminitrasi mahasiswa bisa dilakukan: mulai dari pengisian KRS, rekap nilai semester, Kartu Hasil Studi (KHS) serta layanan lainnya. Setiap mahasiswa sudah memiliki identitas (Id) masing-masing, dengan username dan password yang masih default. Layanan ini semuanya terintregritas, maksudnya tersambung secara sistem. Misalnya, mahasiswa ingin mengisi KRS di sikad.uir.ac.id, dia baru bisa menggunakan layanan ini ketika sudah membayar uang SPP dasar.

4

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

Dengan layanan yang dikaitkan online seperti ini, sistem yang dulunya manual seperti mengisi KRS tiga lembaran di fakultas dihilangkan. Kemudian cap lunas KRS serta kartu Her-Registrasi tak ada lagi. Sebelum sikad.uir.ac.id, ada sistem lain namanya registrasi.uir.ac.id. Kegiatan sistem semi online tersebut hanya bisa dilakukan dilingkungan kampus saja dan masih mengisi KRS manual serta meminta cap lunas dari BAAK. Namun, dengan berlakunya Sikad UIR, tidak membuat kebiasan mahasiswa hilang. Lihat saja ketika UIR mengeluarkan informasi mengenai pembayaran SPP dasar semester ganjil 2015 lalu. Awalnya paling lambat 25 Agustus, lalu diundur hingga September, lalu di undur lagi. Bahkan menjelang awal UTS Oktober lalu di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), ada ratusan mahasiswanya yang bermasalah, karena nama mereka tidak ada dalam absensi. Keadaan seperti itu membuat mereka berbondong-bondong mendatangi ruangan Wakil Rektor (WR) Bidang Akademik untuk meminta bantuan, agar mereka bisa ujian. Keadaan seperti itu, terjadi karena tidak adanya sosialisasi yang jelas dari pihak uni-

versitas. Informasi disampaikan hanya melalui pengumuman-pengumuman, tidak adanya penyuluhan serta diskusi atau secara langsung kepada mahasiswa. Padahal Sikad merupakan trobosan yang sangat baik yang dilakukan UIR. Walau pun dinilai terlalu lambat dalam penerapannya. Contoh saja Universitas Islam Negeri Sultas Syarif Kasim (UIN Suska) dan Universitas Riau (UR), mereka sudah melaksanakan sistem akademik berbasis online sejak lama. Namun, UIR baru benar-benar menerapkan sistem online ini pada pertengahan 2015 lalu. Namun, biarpun terlambat UIR sudah mulai melangkah jauh kedepan—untuk sistem akademik yang lebih baik. Di Sikad, semua perihal terkait akademik di PT, baik itu data kemahasiswaan, dosen dan lainnya, masuk ke Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti) melalui Dirjen Pendidikan Tinggi. Adapun PDDikti ini berperan sebagai sumber informasi, yang disebutkan pada pasal 56 ayat 2 UU No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Bermanfaat bagi lembaga akreditasi: untuk melakukan akreditasi program studi (Prodi) dan perguruan tinggi (PT), Kemudian pemerintah: untuk melakukan pengaturan, perencanaan, pengawasan, pemantauan, evaluasi serta pembinaan serta koordinasi prodi dan PT. Artinya, data kemahasiswaan seluruh PT baik negeri maupun swasta di Indonesia, sudah masuk kedalam PDDikti. Misalnya jika sebuah PT ingin mengeluarkan nomor ijasah mahasiswanya, maka nomor tersebut telah terdaftar di Dikti melalui data yang diambil dari PDDikti. Namun karena sistem tersebut baru, banyak mahasiswa yang tak paham. Apalagi mahasiswa sudah terbiasa dengan cara lama. Apalagi, UIR ketika membuat kebijakan baru—untuk pembayaran—masih saja menerima toleransi, sehingga membuat mahasiswa belum kapok untuk memakai cara lama dalam pembayaran. “Masih ada toleransi kok,” begitu kira-kira tanggapan mahasiswa UIR. Harusnya, mulai hari ini UIR sudah harus adakan sosialisasi secara rutin—untuk memperkenalkan Sikad kepada mahasiswa, agar kejadian di awal 2015 lalu tak terjadi lagi.


CAWAN

Memperserius Humor Oleh: Rifal Fauzi Redaktur Online AKLaMASI

“”

Jika hidupmu terasa rumit, sedih dan putus asa, terkadang Tuhan memberi sesuatu yang lucu. ~Mario Teguh~

S

aya ingin menguji pernyataan tersebut lewat beberapa peristiwa yang mungkin kita alami. Pernah tidak suatu hari kawan telat mengerjakan tugas, dosennya killer mirip Pak Cik Hitler pula. Dalam kondisi panik lalu tiba-tiba ada SMS dari ketua kelas, “kita tak masuk, Pak Cik Hitler ke luar kota.” Bahagia sekali tentunya. Kejadian lain, saat senyawa HCl (Asam Chlorida) mulai menggerus dinding lambung, terjadilah rasa lapar. Padahal saat itu akhir bulan. Duit di dompet sudah kandas. Ternyata ada kejadian di luar dugaan sewaktu mencuci pakaian. Saat periksa celana Jeans ada selembar Rp 50.000,- terselip di kantong. Senang bukan? Pastinya. Tapi logikanya itukan uang kita, uang bulanan yang terselip kenapa mesti senang? Peristiwa lain, terjadi pada teman saya. Setelah tamat SMA, Ia ingin lanjut pendidikan di sekolah pelayaran atas rekomendasi bapaknya. Ia pun susah payah mempersiapkan diri hadapi tes wawancara agar dapat diterima. Ia menghafal semua pelajaran, begadang tiap malam, beli buku Tiga Serampai Sukses Wawancara. Di saat wawancara jantungnya berdegub kencang. Cemas, takut tak lulus. ”Kamu anaknya bapak anu ya?” tanya pewawancara. “iya pak, itu bapak saya,”. “Wah, beliau teman saya sewaktu kuliah. Gimana kabar bapakmu sekarang?” tanya si pewawancara ramah. Wawancara pun selesai dengan tanya jawab mengenai bapak dan keluarganya. Dia pun lulus dengan mulus. Mungkin ada banyak kejadian lain, setidaknya ketiga peristiwa tersebut membenarkan perkataan Mario Teguh yang saya nukil dari Youtube.

Manusia Nomor Satu—Nabi Muhammad SAW—menurut Michael Hart juga suka humor. Tapi, kualitas dan kuantitas humornya berbeda dengan umatnya. Sebuah kelucuan menjadi satu hal yang disukai manusia. Tak peduli manusia dari benua mana pun. Perkembangan seni melawak yang hidup di masyarakat mendorong munculnya standar kelucuan berdasarkan tingkat sosialnya. Hal tersebut mengakibatkan humor dikemas dalam bentuk komersil dan dijual oleh media massa. Pada kenyataannya media sering membuat humor sarkastis. Pak de Indro—living legend humor of Indonesia—mengatakan, membuat materi humor diperlukan sebuah keseriusan, bukan asal jadi saja. “Membuat komedi itu seperti membuat sebuah skripsi.” Katanya. Menurutnya, Stand Up Comedy (SUC) merupakan salah satu humor yang dibuat secara serius di Indonesia. SUC dimulai tahun 2011 dari sebuah cafe dengan Roman Prapana, Pandji dan Radith sebagi penggeraknya. Seorang comic sebutan untuk komedian SUC, berasal dari mahasiswa, aktivis atau mereka yang sering berada di dunia akademis. Sehingga menghasilkan sebuah humor yang penuh kritikan selain menghina fisik lawan main. Pak de Indro menjelaskan lebih lanjut, jika comic tidak serius dalam membuat skripsinya (humor), maka skripsi itu akan di revisi karena garing. Soal keseriusan menggarap humor bukan hanya menjadi standar bagi Indro. Komedian beda generasi juga menekankan hal tersebut. Misalnya yang dilakukan Raditya Dika dalam menggarap materi humornya, Ia sangat hati-hati. Ia meluangkan waktu untuk membaca berulang joke-jokenya untuk menghasilkan karya yang mendekati sempurna. Ketua SUC Indonesia 2015, Andy Wijaya yang biasa dipanggil Awwe, mengatakan sebelum tampil comic harus melakukan open mic—proses latihan seorang comicus untuk mematangkan konsepnya di depan comicus lain, nantinya mereka akan berdiskusi lagi mengenai joke yang dibuat. “Comicus yang langsung tampil dan tidak pernah open mic, seperti orang yang langsung bertarung tanpa berlatih,” kata Awwe. Bagitulah harusnya sebuah humor

diciptakan. Ada proses ketat untuk mengontrol kualitas agar humor dapat meningkatkan harapan hidup. Saya menekankan urgensi humor bukan hanya sebagai produk komersil televisi semata, tapi juga penting bagi kesehatan. Kalau kita tonton film “Patch Adams” yang diperankan oleh Robin Wiliam, kita akan melihat kenyataan tersebut. Bahwa tertawa bisa meningkatkan pengeluaran hormon catecholamine dan endorphine di mana dapat meningkatkan kandungan oksigen di darah dan menenangkan arteri, naikkan detak jantung dan tingkatkan tekanan darah dengan efek yang positif pada cardiovaskular. Hal itu ternyata baik untuk respon kekebalan tubuh. Prakteknya di Indonesia, komersialisasi humor hanya peduli meraih rating tinggi tanpa memperhatikan kualitas. Lebih ekstrime-nya lagi, saya berpikir acara-acara humor yang disajikan media tidak akan menambah kepintaran seseorang. Menurut M Arief Budiman dalam bukunya Tuhan Sang Penggoda, di negeri ini orang miskin memberi harta pada orang kaya, orang bodoh memberi nafkah pada orang pintar dan perusahaan kecil memperkaya perusahaan raksasa. Ia mencontohkan, masyarakat Indonesia menghabiskan waktu untuk nonton sinetron dan acara yang tidak berkualitas, rata-rata sekitar satu-dua jam per hari. Iklan yang tayang mungkin lebih 30 sesi. Tarif 30 detiknya sekitar Rp 5-15 juta tergantung rating-nya. Siapa yang dirugikan? Di tahun 2015, begitu semangatnya media mengejar rating. mulai menjual kelucuan seorang anak yang selalu berkata “wak wau” dan “jonggol” hingga booming. Akibatnya banyak anak-anak jika ditanya orangtuanya dalam konteks serius mereka menjawab dengan “wak wau” atau “jonggol”. Emangnya kita rela membiarkan generasi bangsa menjadi jonggol ? Sedikit sekali komedian di negeri kita mengkritik masalah politik, sosial, budaya. Menurut saya mereka lebih tertarik mengkritik mata juling lawan mainnya. Serta tinggi dan besar badan lawan main perempuannya. Untungnya kita tidak pernah mendengar konferensi dunia mengenai humor, jika ada siapa komedian dari Indonesia yang berhak kita kirim? So, mengikuti tagline kompas lets make laugh. No-no, lets make serious laugh. AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

5


LAPORAN UTAMA

H

Foto: Ade Kurniawan Siregar

ABIS TOLERANSI, TIADA AMPUN

Oleh Yosa Satrama Putra

6

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016


Okky Syah Putra, Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) angkatan 2009, juga tampak terburu-buru hari itu. Ia menuju kantor Informasi dan Teknologi (IT) yang baru di samping Klinik UIRA— untuk tanya kode pembayaran uang kuliah via ATM bersama. “Sekarang sudah bisa bayar di Bank apa saja kok, yang penting tahu kode pembayarannya Sa,” kata Okky padaku siang itu yang menghampirinya. Okky, Wini dan Rozi harus tergesa-gesa lakukan pembayaran, karena hari itu adalah deadline pembayaran SPP dasar dari pengumuman yang mereka dapat. Bukan hanya mereka saja yang baru melunasi kewajiban, banyak mahasiswa lainnya juga baru melunasinya—karena hari itu terakhir. Membludaknya mahasiswa UIR lakukan pembayaran uang SPP dasar pada bulan September tersebut karena UIR sudah merubah sistem lama akademik menjadi Sikad (Sistem Informasi Akademik) yang bisa di akses di sikad.uir.ac.id.

ANTRI: Mahasiswa UIR tengah menunggu panggilan Teller Bank Mandiri Syariah untuk bayar uang kuliah, Kamis (3/3).

W

ini Fatra, Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Islam Riau (UIR) angkatan 2010, tengah duduk di gazebo—di depan Bank Unisritama. Siang itu ia sendirian, ingin lunasi uang kuliah yang jatuh tempo hari itu. Namun niat tersebut ia urungkan, karena antrian yang membludak. Membludaknya antrian tidak hanya terjadi di Unisritama, tapi juga di Bank Syariah Mandiri (BSM) di kampus UIR. Tak lama menjelang, Rozi teman Wini muncul. Ia tampak le-

lah dan wajahnya berkeringat—ia lagi buru-buru. Wini panggil Rozi. Rozi juga ingin bayar uang kuliah tapi tak bisa—karena penuh. Rozi ingin bayar uang kuliah semesternya di Bank Unistritama di daerah Kubang. Wini turut diajak ke sana. “Di sana juga antri,” kata Wini. Pembayaran uang semester ganjil tahun ajaran 2015-2016 harus dibayar tanggal 16 September. Karena berdasarkan spanduk pengumuman dari pihak UIR, tanggal tersebut telah diundur. Awalnya UIR telah umumkan pembayaran paling lambat tanggal 25 Agustus 2015.

Menurut Nurman, selaku Wakil Rektor Bidang Akademik, Sikad sudah dilaksanakan di semester awal tahun 2015. Sikad ini juga intruksi dari pihak Dikti untuk mengganti sistem lama. Dari sistem layar biru menjadi feeder. Setiap mahasiswa mulai angkatan 2010 hingga 2015 sudah memiliki id masing-masing di sikad. uir.ac.id. Dalam situs tersebut mahasiswa bisa melihat seluruh informasi akademik, seperti tanggal pembayaran uang kuliah, mengisi KRS, melihat KHS dan lainnya. Informasi pembayaran uang kuliah di dapat dari situs sikad.uir. ac.id , namun mahasiswa banyak membayar pada saat hari akhir deadline pembayaran. Diinstruksikan pada saat itu hanya harus membayar uang SPP dasar saja, untuk uang SKS dibayar setalah menginputkan data KRS di situs Sikad. Jadi, setelah mahasiswa membayar SPP dasar, secara otomoatis fitur pengisian KRS sudah bisa diisi. Di tahun 2015 semester ganjil, KRS mahasiswa tak lagi memakai KRS manual yang diambil di fakultas masing-masing. Tapi bisa dicetak sendiri melalui sikad.uir.ac.id dan AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

7


LAPORAN UTAMA setelah itu baru ditanda tangani oleh pembimbing akademis masing-masing.

NEGOSIASI Siang itu, sebagian mahasiswa mengeluhkan karena deadline pembayaran uang SPP mendadak. Bank-bank yang biasa melayani pembayaran di kampus sangat padat. Di hari yang sama, sejumlah pengurus Badan Eksekuti Mahasiswa (BEM) UIR menuju ruang Nurman. Salah satu yang hadir ialah Andika Sakai—Menteri Dalam Negeri. Andika dan anggota BEM lainnya bernegosiasi dengan Nurman untuk memperpanjang pembayaran uang SPP dasar. Karena dilihat, pada hari itu mahasiswa membludak—mengantri panjang untuk membayar.

lan lainnya menghadap Nurman, mereka minta agar bisa ujian hari itu. Pasalnya puluhan orang yang memadati lantai empat dan tiga gedung rektorat tersebut tidak dapat ujian. Nama mereka tak muncul di daftar ujian—karena mereka juga belum membayar uang SPP dasar. Masih banyak mahasiswa FKIP belum bayar SPP dasar walaupun sudah mulai ujian mid pada 19 Oktober. Dari keterangan Hendri— Mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia, dia mencoba meminta kepada Wakil Rektor Bidang Akademik dan Keuangan—agar bisa ujian dan membayar uang kuliah.

Namun karena desakan mahasiswa tersebut, Nurman berikan toleransi pembayaran hingga 16 September.

TAK TERDAFTAR DI ABSEN UJIAN Senin pagi, puluhan mahasiswa FKIP berseragam putih hitam dan berkebaya memadati ruang Nurman. Ada yang duduk-duduk berkelompok dan juga ada yang menunggu sampai lantai tiga. Puluhan mahasiswa FKIP ini sedang menunggu kepastian negosiasi. Hendri dan beberapa perwaki-

8

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

Hendri mengatakan, dari kebanyakan mahasiswa ada yang tidak bisa bayar karena belum ada uang. Dia sendiri tahu pembayaran paling lambat tiga hari lalu. Namun memang baru bisa bayar hari ini. “Uangnya baru hari ini adanya,” kata Hendri. Hendri dan lainnya cemas saat itu, karena takut dianggap alpa studi, karena nama mereka tidak terdaftar di absen ujian. Karena dari keterangan Nurman, bahwa mahasiswa yang tidak melunasi pembayaran SPP dasar, maka dianggap alpa studi satu semester tersebut. Setelah negosiasi tersebut, dari pemaparan Hendri. Mereka bisa ujian susulan, tapi dengan syarat sudah membayar uang SPP dasar yang dinegosiasi kepada WR I.

Alasan mereka minta perpanjangan, kata Nurman, karena ada sebagian mahasiswa yang tak bisa membayar. ”Alasan mereka karena harga sawit turun, kabut asap dan lainnya,” kata Nurman.

“Sebenarnya untuk waktu pembayaran uang kuliah, entri KRS dan KHS, kapan ujian sudah ditetapkan dalam kalender akademik yang sudah disusun setiap tahun dan ditanda tangani Rektor. Jadi mengenai pepanjangan pembayaran uang kuliah hanya toleransi saja, tapi itu juga ada batasnya. Jikalau sudah deadline, ya sistem akan tutup. Kemarin itu sebenarnya sudah melanggar ketetapan kalender akademik dan proses yang sudah dibuat oleh Dikti,” alasan Nurman.

nya yang tak bisa ujian. Hendri diminta untuk mendata nama-nama yang ingin membayar uang kuliah hari itu dan yang belum bisa bayar.

Foto: Rifal Fauzi

Awalnya Hendri diusir dari lokal, karena namanya tak ada di daftar absen. Ada beberapa temanya yang satu lokal mengalami hal yang sama. Bukan mereka saja, ternyata banyak mahasiswa FKIP bernasib sama. Hendri lalu kumpulkan teman-teman yang senasib dengannya, lalu mereka menghadap ke WR I untuk bernegosiasi. Hampir beberapa jam mereka negosiasi, Nurman sepakati untuk tampung aspirasi mahasiswa FKIP tersebut. Menurut Nurman, persoalan mahasiswa ini macam-macam, ada yang belum bisa bayar—ada juga yang ingin baru membayar hari ini. ”Kan ga bisa bayar, karena sistem sudah kami tutup,” katanya. Namun, Nurman meminta kepada Hendri yang ditunjuk untuk mempertanggungjawabkan dan mengoordinir semua teman-teman-

Walaupun begitu, masih banyak mahasiswa UIR yang belum membayar secara tepat waktu sesuai yang dijadwalkan pihak universitas. Biasanya mahasiswa akan membayar kewajiban menjelang mid. Pembayaran bisa dilakukan dengan mencicil, pertama bayar uang SPP dasar setelah itu baru uang SKS. Sistem ini sudah terintregrasi dengan Dikti, dan pihak kampus akan berikan laporan pada Dikti daftar-daftar nama mahasiswanya yang aktif secara berskala. UIR mencoba sistem ini pertama kali di awal semester ganjil 2015. Selama itu ada tiga kali tenggang waktu yang diberikan. Saya coba konfirmasi kepada pihak Bank Syariah Mandiri yang ada di Kampus UIR, pada tanggal 19 Oktober tersebut, sistem pembayaran masih bisa dilakukan belum ada penutupan sistem untuk Sikad. Karena dari pihak UIR telah mengumumkan untuk pembayaran SPP dasar paling lambat 16 Oktober. Setelah itu tidak ada akses lagi bagi mahasiswa untuk membayar apapun. Penguman penundaan pembayaran tersebut terus diumumkan di halaman utama sikad.uir.ac.id.


BAYAR LAMBAT, TAK SELAMAT

BERKUMPUL: Mahasiswa FKIP yang tidak bisa ikuti ujian, tengah aksi di depan Gedung Rektorat UIR.

Foto: Yosa Satrama Putra

Foto: Yosa Satrama Putra AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 20162016 AKLaMASI - EDISI 10 - MARET

99


LAPORAN UTAMA

S

uasana ruang tata usaha Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan (FKIP) ditumpuki mahasiswa untuk melakukan scan KRS pada siang itu. Seorang petugas yang menjadi operator scan untuk KRS sibuk sekali men-scan satu-persatu kertas KRS mereka. Bukan hanya untuk scan saja, sang operator pun dicacari pertanyaan-pertanyaan. Seperti namanya tidak keluar di absen, KRS tidak ada cap lunasnya—padahal sudah bayar. Seharusnya si operator pada hari itu, tidak ada tugas lagi untuk men-scan KRS. Karena pada saat itu, ujian tengah semester (UTS) di FKIP sudah berlangsung. Tapi, lagi-lagi si operator tersebut kembali diminta untuk menscan KRS. Banyak mahasiswa FKIP belum membayar uang SPP dasar, sehingga mereka saat itu kalang kabut mengurus pembayaran—agar boleh ikut ujian. FKIP, fakultas yang pertama melakukan UTS di awal semester ganjil tahun 2015. Apalagi semester ganjil tersebut sudah pakai sistem baru dari UIR—Sikad. Banyak mahasiswa FKIP yang kaget dengan sistem baru tersebut, akibatnya puluhan mahasiswa ada yang tidak bisa ujian. (Baca : Habis Toleransi Tiada Ampun)

BERALIH KE SIKAD Mengenai Sikad, sistem tersebut sudah dimulai sejak 2014 lalu, tapi baru diterapkan pada 2015. Semua angkatan sudah dapat mengakses Sikad kecuali angkatan 2009 ke bawah. Sebelum Sikad, sudah ada sistem online sejak 2010 lalu, tapi sistemnya masih LAN (Local Area Network)— hanya bisa diakses di lingkungan kampus UIR saja dengan nama registrasi.uir.ac.id. Prosesnya, setiap mahasiswa sudah memiliki id masing-masing

10

tinggal log in saja. Setiap ingin melakukan pembayaran uang SPP ataupun SKS, registrasi.uir.ac.id baru akan diakses mahasiswa. Guna meng-input SKS—berapa jumlah mata kuliah yang akan diambil. Biarpun sudah input, SKS tetap saja harus diisi di KRS manual yang diperoleh dari fakultas sebanyak tiga lembar (putih, kuning dan biru). Setelah diisi dengan lengkap, barulah KRS tersebut diverifikasi ulang oleh Pembimbing Akademis (PA) dengan cara ditanda tangani. Kemudian barulah masuk ke tahap pembayaran SPP dasar dan meminta cap di Biro Keuangan UIR. Untuk pembayaran, setiap fakultas punya jadwal masingmasing. Misalnya di Fakultas Teknik, pembayaran SPP dasar dan SKS harus sudah dilakukan sebelum menjelang UTS. Metode itu lalu berubah, ketika masuk di semester ganjil tahun ajaran 2015-2016. UIR luncurkan sistem baru—Sitem Informasi Akademik disebut dengan Sikad. Proses ini lebih instan dan bisa diakses di mana saja. Pengisian KRS sudah bisa dilakukan setelah membayar uang SPP dasar. Otomatis akun mahasiswa di sikad.uir. ac.id untuk fitur pengisian KRS sudah bisa di isi oleh mahasiswa yang bersangkutan. Untuk pembayaran uang kuliah, UIR sudah berkerjasama dengan beberapa bank umum lainnya yang stay di lingkungan kampus, seperti Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega. Mahasiswa UIR bisa membayar di bank-bank tersebut. Sikad dibuat karena harus mengacu ke program Pendidikan Tinggi (Dikti), tentang data kemahasiswaan. Awalnya program data kemahasiswaan ini disebut layar biru. Lalu berubah nama menjadi Feeder. Program Feeder merupakan sistem untuk Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti).

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016 Infografis by Dede Mutiara Yaste


Kerena adanya sistem baru—Sikad, metode pembayaran pun tak bisa seperti dulu lagi. Sekarang mahasiswa UIR harus membayar uang SPP dasar dengan jadwal yang telah ditentukan dan berlaku serentak untuk seluruh fakultas. Dari buku petunjuk aplikasi PDDikti melalui Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Feeder adalah sistem yang dibuat oleh Dikti, merupakan aplikasi yang digunakan untuk mengelola data mahasiswa dan perkuliahan masing-masing perguruan tinggi (PT). Di mana aplikasi ini dikelola sendiri oleh masing-masing PT. Sedangkan PDDikti sendiri merupakan kumpulan data penyelenggaraan pendidikan tinggi seluruh PT yang terintregasi secara nasional. Di mana PDDikti menjadi salah satu instrumen pelaksanaan penjaminan mutu. Saat ini, UIR sudah mulai malaporkan data-data mahasiswanya yang aktif terbaru ke Dikti melalui program Sikad yang telah dirancangnya. Menurut Nurman, selaku Wakil Rektor Bidang Akademik, UIR sudah mulai memperbaharui data kemahasiswaan dari tahun 2014 lalu. “Kita sekarang sudah melakukan pelaporan untuk tahun 2014 periode I dan sudah valid. Sekarang menyiapkan untuk pelaporan 2014 periode II. Jika segala sesuatunya sudah dilaporkan ke sini, data tidak bisa diganggu lagi,� kata Nurman. Karena data kemahasiswaan yang sudah tersistem seperti itu, sekarang UIR berlakukan pembayaran secara teratur atau terjadwal. Nurman menganggap toleransi-toleransi yang diberikan pada saat kemarin itu sanggat mengganggu pendataan yang mesti divalid-kan. Hendra Gunawan, Kepala Informasi Teknologi (IT)— orang paling bertanggung jawab untuk

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

11


LAPORAN UTAMA sistem sikad.uir.ac.id. Ia dipercaya pihak kampus untuk membangun sistem tersebut. Hendra beserta stafnya berkantor di ruang sebelah klinik UIRA. Di ruangan itu pula mahasiswa menyelesaikan permasalahan terkait sistem sikad.uir. ac.id. Mahasiswa biasa sebut tempat itu ruang IT. Hendra menjelaskan, sebelum beralih ke sistem Feeder, progam data kemahasiswaan bernama layar biru. Laporannya harus diekspor dan di-impor dengan format .csf, kemudian data tersebut dikirim ke Dikti. Lalu, Dikti ubah program tersebut ke Feeder. Sistem baru—Feeder tidak lagi harus meng-impor atau ekspor data dari masing-masing PT yang bersangkutan, tapi sudah menggunakan web service. ”Web service tidak lagi dengan sistem by sistem, namun sudah langsung tersinkronisasi langsung ke Dikti pusat,” jelas Hendra. “Saat ini, setiap kampus sudah diberi username untuk program Feeder. Kalau kita tidak melaporkan data kemahasiswaan UIR yang terbaru, maka Dikti menganggap data yang lama adalah valid. Data yang terbaru tidak akan masuk ke Dikti, karena tidak dilaporkan,” terangnya. Terkait sistem sikad.uir.ac.id yang baru diterapkan semester ganjil 2015 lalu, dia lah paling sibuk. Ia harus bertanggung jawab atas sistem tersebut. Seperti yang terjadi terkait toleransi pembayaran lalu, ia katakan, seharusnya tidak ada toleransi untuk pembayaran yang dijadwalkan, karena itu terkait dengan sistem yang terjadwal. “Terkait permasalahan perpanjangan pembayaran, itu tergantung dari kebijakan kampus bukan sistem. Itu diluar sistem. Harusnya itu tetap ada dukungan dari kebijakan terhadap sistem yang dibangun,” sarannya. Sebenarnya tanggal 20 September, harus sudah ada rekap data mahasiswa yang aktif, dan baru bisa disinkronkan ke data Dikti

12

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

melalui program Feeder tersebut. Karena aturannya sebelum memasuki UTS data-data kemahsiswaan sudah harus dimasukan ke Dikti. Persoalan keterlambatan pembayaran yang terjadi, sebenarnya membuat kacau sistem. Karena ini soal sistem yang telah dirancang dan terjadwal. Karena data mahasiswa UIR yang akan disinkronisasikan ke Dikti itu juga terkait rekap nilai mahasiswa keseluruhannya. Pada tahun 2014, UIR sudah melaporkan data dan rekap nilai mahasiswa selama tiga kali ke Dikti. Pengumpulan data itu masih diambil dari data yang lama. Yaitu dari data yang diambil dari pelaporan Biro Administrasi Informasi dan Teknologi (BAIT) di registrasi.uir.ac.id, kemudian data manual yang ada di fakultas serta di Biro Administrasi Akademis Kemahasiswaan (BAAK). Namun saat itu data yang diambil dengan cara tersebut tidak valid, karena ada data yang dilaporkan dan ada yang tidak. “Dulu ada dua kali KRS yang harus dientri (di BAIT dan KRS manual), kadang yang online-nya dilaporkan tapi manual tidak. Kadang kita nggak tahu, ternyata tidak semua mahasiswa yang melaporkan ke BAIT (online), dan itu jadi permasalahannya sekarang, karena ada perbedaan nilai. Data itu yang kita coba perbaiki, supaya transkip nilai itu diakui oleh Dikiti,” kata Hendra. Saat ini data dan transkip nilai mahasiswa hampir semuanya sudah tersinkron, namun di semester ganjil ini lebih lengkap. Karena semester lalu pembayarannya sudah dilakukan setelah mid semester. Hendra menyarankan ke depannya—sebelum UTS mahasiswa sudah harus membayar uang SPP dasar dan SKS. “Sebelum UTS kemarin, pengumpulan data sudah harus siap di sinkronkan. Namum pada saat waktu sinkronisasi ada data susulan, itu masalah yang paling besar,” tegas Hendra.

Hendra mencotohkan kasus, seandainya ada mahasiswa yang tidak bisa membayar tepat waktu, padahal dua hari lagi data sudah harus disinkronkan dan dilaporkan. Mahasiswa harus segera melapor, karena itu bukan laporan biasa. Laporan tersebut tersinkron tidak dengan sistem by sistem lagi, tapi sudah data by data. Karena keterlambatan pembayaran yang dilakukan mahasiswa tersebut, mahasiswa langsung melaporkannya kepada Wakil Rektor I dan II, dan berkoordinasi dengan orang bagian IT, dan pihak rektorat akan mencari penyelesaianya. Seadainya pembayaran kembali dibuka pihak rektorat akan melaporkan kembali ke Dikti. “Itupun kalau rektorat mau, melapor dan mengurus data itu ke Dikti. Biasanya susah lagi untuk mengurus data susulan tersebut. Pilihannya pasti mahasiswa ini dikorbankan (Alpa Studi),” kata Hendra. karena menurut Hendra, semester ini sudah banyak mahasiswa yang dikorbankan atau dialpa studikan—karena tidak membayar tepat waktu. “Di FKIP, banyak mahasiswa yang harus dikorbankan,” ujarnya. Sebab data yang perlu disinkron dan dilaporkan itu besar. Hendra kirakan, kalau setiap semester satu mahasiswa rata-rata ambil enam mata kuliah, lalu dikalikan dengan 24 ribu mahasiswa UIR saat ini. “Data sebanyak itu yang harus disinkronkan dan dilaporkan. Semua itu dilakukan setiap semester,” tuturnya. Saat ini, Hendra beserta timnya terus memperbaharui sistem di sikad.uir.ac.id. Menurutnya, ada satu lagi kekurangan di Sikad— yaitu mahasiswa harus meminta tanda tangan Pembimbing Akademis (PA) untuk verifikasi KRS yang telah dientri. Hendra inginkan itu tidak ada lagi, harusnya PA sudah bisa memantau secara online mahasiswa bimbingannya.


GAGAP

SISTEM BARU Oleh Laras Olivia

AKLaMASI AKLaMASI- -EDISI EDISI10 10- -MARET MARET2016 2016

13


LAPORAN UTAMA SATRIA

Jurusan Menajemen 2014

“”

Saat ini pola kuliah baru, kami harus mencari kelas dan dosen. Untuk mata kuliah tertentu bisa saja kami tidak dapat kelas jika terlambat isi KRS.

S

eptember 2015, sudah masuk semester ganjil. Mahasiswa Universitas Islam Riau (UIR) sudah mulai beraktifitas di lingkungan kampus. Beberapa fakultas telah memulai aktivitas belajar mengajarnya, termasuk juga Fakultas Ekonomi (Fekon). Banyak mahasiswa Fekon tengah sibuk mengurus urusan masing-masing, mereka bertebaran di segala sisi dan ruang. Ada yang duduk, berdiri dan berjalan. Salah satunya Satria—Jurusan Menajemen semester empat. Siang itu ia tengah mencari kelas, pasalnya Fekon sudah punya sistem baru untuk proses perkuliahan. Ia dan mahasiswa lainnya, sekarang harus rebutan dan mencari kelas untuk setiap mata kuliah yang dipilih. Sejak pengisian KRS yang online melalui sikad.uir.ac.id, Fekon coba terapkan sistem baru untuk perkuliahan. Karena baru diterapkan, masih banyak mahasiswa yang belum tahu info mengenai kebijakan baru tersebut. Seperti halnya Agusrial— mahasiswa Akuntansi semester empat. Saat itu, dia tak dapat kelas untuk mata kuliah Akuntansi Menengah II dan Akuntansi Perbankan Syariah. Sebab ia lambat bayar uang SPP dasar dan telat mengisi KRS. Akhirnya, dia kalah cepat dengan mahasiswa lainnya— yang sama-sama mengambil dua matakuliah tersebut.

14

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

Agusrial baru tahu kalau saat itu uang SPP sudah harus dibayar di awal perkuliahan. Lantas, Agusrial segera membayar SPP dasar nya, untung saja dia belum lewat batas pembayaran. Ia segera setor uang itu, seminggu sebelum jatuh tempo. Ia baru tahu dari teman-temannya, kalau SPP harus dibayar dulu dan setelah itu segera isi KRS untuk memilih mata kuliah. Sudah lambat membayar, Agusrial juga harus dihadapi dengan situs sikad.uir.ac.id yang selalu traffic jam saat ia coba akses. Karena tidak mendapat jatah dua mata kuliah tersebut, Agusrial segera lapor ke pada ketua Prodinya, Yusra. Dia diminta memberikan NPM dan password akun sikadnya, supaya Yusra bisa memasukan nama Agusrial untuk mata kuliah yang dia ikuti. Mulai semeter ganjil lalu, Fekon sudah memulai pola perkuliahan yang diambil secara online, dan ini masih diterapkan sampai sekarang. Prosedur tersebut juga berbarengan dengan akses Sikad (Sistem Informasi Akademis) UIR. Prosedurnya, mahasiswa terlebih dahulu harus membayar uang kuliah SPP dasar, kemudian mengisi KRS dengan cara memilih kelas untuk jadwal mata kuliah dan dosen yang diinginkan. Beberapa mahasiswa merasa mendapat kemudahan dengan sistem baru itu, namun

ada pula merasa kesulitan. Hingga saat ini yang terlihat adalah simpang siur di kalangan mahasiswa Fekon, karena sistem yang tak berjalan sesuai dengan semestinya. Tentu saja menyebabkan mahasiswa terkendala dalam proses belajar, sebab terjadi penumpukan mahasiswa dalam satu kelas atau bahkan ada yang belum terisi. Hal tersebut bisa terjadi disebabkan dengan diterapkannya pola kuliah online tersebut, mahasiswa dapat memilih kelas serta dosen yang mereka inginkan saat pengisian KRS. Jika banyak mahasiswa memilih dosen yang sama untuk satu mata kuliah, maka kelas tersebut tidak akan cukup menampung. Sebab, jumlah mahasiswa dalam setiap kelasnya sudah dibatasi yaitu hanya 50 orang per kelas. Namun, hal itu tidak sejalan dengan jumlah mahasiswa dan tak sebanding dengan ketersediaan kapasitas lokal. Jika sudah begitu, tergantung kebijakan dosen yang banyak diminati oleh mahasiswa. Apakah akan menambah kelas mengajar atau mahasiswanya pindah ke kelas lain. Tapi menurut Drs. M. Nur, MM—Dosen tetap Fekon, ia menilai bahwasanya tidak ada kendala mengajar dalam penerapan sistem baru tersebut. “Semua sudah diatur sesuai prosedur, mahasiswa bisa masuk kelas dan dosen bisa mengajar apabila jumlah mahasiswa tidak melebihi kapasitas.” Kata M. Nur saat dijumpai di ruangannya.


SPANDUK pengumuman dariDekan Fekon untuk mahasiswanya mengenai syarat dan registrasi yang harus dilaksanakan sebelum perkuliahan semester genap dimulai. Foto: Ade Kurniawan Siregar

M. Nur juga menunjukkan beberapa lembar Kartu Rencana Studi (KRS) mahasiswa angkatan 2012. Terlihat KRS Dodi Sastra, mahasiswa manajemen. Di sana tertera ada beberapa kelas berbeda yang harus ia ikuti untuk berbagai mata kuliah. Namun Taufik Akbar—Mahasiswa Akuntansi semester tujuh, mengkritisi, bahwa menggunakan sistem online atau manual sama saja. Dengan sistem online, mahasiswa bisa lebih leluasa memilih kelas dan dosen sesuai kemauan. Tapi menurutnya, karena sudah leluasa seperti itu, beberapa mahasiswa tak mendapatkan absen di kelas, walaupun di situs sikad.uir.ac.id masih bisa diisi. “Sebaiknya, pihak fakultas secepatnya membena-

hi sistem ini agar tidak berlarut-larut dan perkuliahan bisa berjalan normal kembali seperti semester sebelumnya,” tambah Taufik.

HARUS TERTIB Firdaus A. Rahman SE Msi AK—Wakil Dekan I Fekon— menyatakan, bahwasanya sebelum menggunakan sistem online, kelas masing-masing mahasiswa masih ditetapkan fakultas. Tapi, adanya karena adanya berbagai kendala dari mahasiswa—yang tidak bisa membagi waktu dengan jadwal yang sudah disesuaikan. Seperti mahasiswa yang bekerja atau aktifitas lainnya di luar kampus. Oleh karena itu, sistem online diterapkan

pada awal perkuliahan semester tiga ke atas. Firdaus menjelaskan, pemilihan kelas secara online ini bertujuan agar mahasiswa bisa leluasa mengatur jadwal perkuliahan mereka. Untuk itu, mereka harus mendaftar dan masuk pada awal dimulainya perkuliahan. “Sistem online ini bersifat terbuka, di mana, mahasiswa yang masuk pada awal perkuliahan—walau belum bayar SPP dan nge-ntry, namanya akan terdaftar dalam absensi kelas yang mereka pilih. Namun, bagi yang telah bayar SPP dan nge-ntry—tapi tidak masuk di awal perkuliahan, maka nama mereka tidak akan ada di daftar absen di kelas yang mereka pilih. Itu juga karena kapasitas AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

15


LAPORAN UTAMA per kelas hanya 50 mahasiswa dan mereka yang tak terdaftar di absen tersebut, itulah faktor penyebabnya,” terang Firdaus. Yang juga menjadi kasus, tambahnya, yaitu ketika ada anggota kelas yang belum melakukan pendaftaran secara online dan masuk dari awal perkuliahan, namun namanya tak terdaftar di absen online. Kemudian ada mahasiswa yang sudah mendaftar secara online dan walaupun dari awal belum masuk kelas, maka namanya tetap muncul di absen online tersebut. “Mahasiswa yang belum melakukan pendaftaran online tadi, ketika hendak mendaftar, ternyata absennya sudah penuh,” ungkapnya. Ini yang menjadi masalah, mereka yang sudah jalani proses kuliah di kelas tersebut, ketika akan melakukan registrasi online, ternyata tidak bisa lagi memilih kelas di Sikad. Otomatis namanya tidak ada di absensi ujian. “Dekan sudah menyampaikan hal ini pada Wakil Rektor (WR) I, dan disepakati bahwa yang masuk ke kelas itu adalah mahasiswa yang namanya ada di absen kelas pada awal perkuliahan. Bagi mahasiswa yang tidak masuk pada awal perkuliahan, tapi sudah registrasi secara online, maka akan di pindah ke kelas lain,” jelasnya. Firdaus juga jelaskan, mengapa dipilih mahasiswa yang masuk pada awal perkuliahan? Karena menurutnya, untuk mendaftar secara online harus membayar dulu, sedangkan ada mahasiswa yang belum bisa bayar pada awal perkuliahan. Ditambah lagi kebiasaan mahasiswa yang senang membayar uang kuliah saat jatuh tempo.

16

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

Firdaus sangat mendukung sistem baru tersebut, menurutnya itu lebih efektif dan efisien dalam menjalankan perkuliahan. Juga karena laporan-laporan yang diberikan ke pangkalan data Dikti juga sudah online semua. “Mahasiswa Fekon, sudah diberi tahu lewat pengumuman, bahwa kelas hanya dapat menampung 50 orang. Jika tetap memaksakan masuk dan ingin belajar dengan dosen yang dipilih, ya tidak bisa. Sedangkan kelas sudah banyak disediakan, tapi mahasiswa tentu saja memilih dosen yang kuliahnya jarang, namun nilai mereka bisa aman dan gampang didapat,” lanjutnya. Ia menyatakan, hal tersebut tidak bisa dipungkiri karena itu fakta. Kelas seperti itulah yang banyak peminatnya. “Jadi, sistem ini juga dirancang untuk hal-hal seperti itu. Kelas paralel ini, dosennya tidak hanya satu. Setiap dosen sudah ada jatah mengajar di kelas yang ditetapkan. Dengan sistem ini, mahasiswa tidak terdaftar namanya di absen kelas, bisa terdistribusi ke kelas lain, karena jika tidak mereka akan alpa studi,” katanya. Ia menyarankan, agar mahasiswa tidak memaksakan kehendaknya dan harus kritis. Baginya, mahasiswa yang serius, bisa dilihat pada awal perkuliahan dimulai—sudah masuk kelas. “Tentu kami lebih metolerir mahasiswa yang masuk di awal kuliah, tapi belum registrasi online. Dari pada mereka yang bayar di awal, tapi masuk belakangan. Kesepakatan tersebut dipilih agar tidak ada yang namanya kapitalisme dalam sistem perkuliahan. Karena kami tidak ingin hanya uang yang

berbicara,”tuturnya. Mengapa terjadi seperti itu? Ia terangkan bahwa, karena sistem yang masih dalam proses pengembangan—peralihan sistem manual ke online. Pada awal penerapan, menurutnya wajar saja ada kendala dan hambatan, itulah yang mesti diatasi. Karena bukan suatu masalah yang kemudian membuat peralihan tersebut berhenti. Seperti mahasiswa yang belum terbiasa dengan diberlakukannya sistem online atau bahkan petugasnya yang tidak siap. Selain itu—lanjutnya—jika ingin maju, sistem tersebut harus tetap dijalankan. Kesalahan dan kekurangan yang terjadi, harus terus diperbaiki. Itu dinamakan tahap pengembangan sistem dan setiap itu akan mempengaruhi perilaku. “Yang sebelumnya perilaku mahasiswa melakukan pembayaran saat jatuh tempo, dengan sistem ini, memaksa mereka agar disiplin. Secara tidak langsung, sistem ini memaksa mahasiswa untuk lebih tertib dalam administrasi perkuliahan.” tambahnya. Ia memandang, tidak ada yang dirugikan dalam sistem tersebut. Mengenai keluhan mahasiswa terhadap penerapan sistem online, ia menilai, bahwasannya itu berdasarkan apa yang mereka alami menurut perspektif masingmasing. Ia memandang, jika dilihat dari aspek manajemen dan kemanfaatan, maka sistem tersebut sangat menguntungkan dan perlu didukung. “Jika mahasiswa mengalami permasalahan biaya, bisa konsultasi ke rektorat melalui Wakil Rektor II. Tentu saja akan diberi solusi, karena masalah keuangan terpusat ke UIR bukan fakultas.” Tutupnya.


WACANA

TERAPKAN PELAJARAN

BAHASA INGGRIS Hingga Semester Akhir Oleh Dede Mutiara Yaste

B

ahasa Inggris bukanlah ilmu yang sekedar diketahui saja, tapi wajib untuk dikuasai. Jika hanya mendapat porsi empat Satuan Kredit Semester (SKS) selama di bangku perkuliahan, mahasiswa bisa apa? Jika tidak memiliki kemampuan berbahasa inggris dari awal dengan baik, maka jawabannya jelas: mahasiswa tidak akan mampu berbahasa inggris dengan fasih.

BERLAKUNYA MEA

Sebenarnya, pembelajaran bahasa inggris di perguruan tinggi—empat SKS— mengundang pertanyaan mendasar. Apakah pengadaan mata kuliah bahasa inggris tersebut hanya sebagai formalitas kurikulum belaka? Jika Universitas Islam Riau (UIR) memiliki konsep yang sama, maka harapan untuk unggul dan terkemuka di Asia Tenggara pada 2020 harus dipertimbangkan lagi.

Berhubung MEA berada di kancah Internasional—ASEAN, maka salah satu skil yang wajib dimiliki ialah fasih berbahasa inggris. Tak bisa dipungkiri, bahwasannya bahasa inggris ialah bahasa internasional dan mau tak mau harus dikuasai.

Perguruan tinggi atau universitas merupakan wadah akhir dunia pendidikan. Di mana, setiap perguruan tinggi—termasuk UIR—mungkin menginginkan para alumninya laris di dunia kerja—di kacah nasional maupun internasional. Namun, keinginan tersebut tidak semata keinginan kampus, tapi juga dari individu mahasiswanya. Untuk itu, setiap universitas harus turut mendukung keinginan tersebut dengan menyediakan sarana prasarana yang mendukung mahasiswa untuk terus mengasah kemampuan berbahasanya. Nah, di edisi kali ini. Redaksi AKLaMASI ingin mengajukan wacana atau saran untuk dunia akademisi UIR. Mengenai penerapan mata kuliah Bahasa Inggris hingga semester akhir. Karena selama ini, penerapan mata kuliah Bahasa Inggris tersebut hanya sebagai pengantar yang diporsikan dua SKS di semester pertama dan kedua. Jika setelah di semester akhir—saat membuat abstract—para mahasiswa akan kebingungan untuk merangkai bahasa inggris dengan baik dan benar.

Masyarakat Ekonomi ASEAN atau disingkat MEA, telah resmi diberlakukan di Indonesia sejak 31 Desember 2015 lalu. Itu artinya, tingkat persaingan untuk berkarir maupun berkarya semakin tinggi. Jika mahasiswa tak mampu bersaing—tidak memiliki skil atau karya kreatif, maka siap-siap untuk jadi pengangguran sejati setelah menyelesaikan studi.

Dekan Fakultas Hukum—Admiral, mengatakan sangat setuju dengan diadakannya mata kuliah Bahasa Inggris hingga semester akhir. Menurutnya bahasa inggris sekarang ini, tidak hanya untuk style saja, tapi sangat berguna untuk hadapi MEA. Kemampuan dasar berbahasa inggris mencakup empat bagian, yaitu membaca (reading), mendengar (listening), menulis (writing), dan berbicara (speaking). Di mana keempat ini merupakan kemampuan psikomotorik (keterampilan) yang harus selalu diasah agar semakin bagus. Maka seharusnya pembelajaran bahasa inggris tersebut dijadikan mata kuliah wajib dan diadakan hingga semester akhir perkuliahan. Tidak hanya itu, dengan diadakannya mata kuliah bahasa inggris ini hingga semester akhir, tentunya dengan materi yang bertingkat. Mungkin dengan begitu, kemampuan mahasiswa berbahasa inggris akan terasah—meningkat, bahkan fasih. Dengan begitu, mungkin para alumnus UIR akan mampu bersaing dan mendapatkan posisi yang bergengsi di dunia kerja. Bahkan sebelum jadi alumnus, mungkin mahasiswa UIR akan lebih banyak men-

dapatkan kesempatan untuk pertukaran mahasiswa (Student Exchange) ke perguruan tinggi di luar negeri. Artinya, dengan begitu UIR akan terpadang menjadi salah satu kampus yang mampu mencetak orang-orang yang berprestasi dan menjadi kampus swasta bergengsi di kancah Internasional. Namun, Dekan Fakultas Ekonomi—Firdaus Abdul Rahman, menyatakan tidak sepakat dengan pengadaan mata kuliah Bahasa Inggris hingga semester akhir. Menurutnya, dari TK (Taman Kanakkanak) hingga masuk kuliah, belajar bahasa inggris tak akan pandai kalau tidak diaplikasikan. “Tergantung mahasiswa mau apa tidak, kalau cuma belajar tanpa dipraktekan—ya begitu begitu saja. Lebih baik mahasiswa itu kursus sendiri, kalau mau ingin belajar bahasa inggris. Atau bisa tinggal dikalangan orang berbahasa inggris untuk menguasai cara bicaranya.” Ujarnya. Tak hanya itu, ungkapan sepakat juga dinyatakan Dekan Fakultas Pertanian—Ir. U P Ismail. Menurutnya, mungkin tidak hanya bahasa inggris yang harus diadakan, tapi juga bahasa Thailand, Malaysia dan semua bahasa yang umum di Asia. Menurutnya, mungkin ada beberapa kendala dalam segi tenaga pengajar. “Karena jika tenaga pengajar nya orang Indonesia, mungkin ilmunya yang diajarkannya terbatas dan sekedar pengantar saja. Juga, sosialisasi manfaat belajar bahasa asing ke mahasiswa itu sangat penting, agar mereka mempelajarinya dengan serius. Tapi, kalau masalah dana, saya rasa UIR masih sanggup.” Ungkapnya. Dekan Fakultas Agama Islam (FAI)— Mawardi ahmad mengungkapkan, di FAI pernah ada lembaga bahasa (pada 90-an) dan harus dilewati mahasiswa. Namun, sekarang sepertinya hanya jadi momok. “Mungkin bisa saja kalau ada kebijakan Bahasa Inggris diadakan hingga semester akhir, dan disosialisasikan ke mahasiswa. Tapi kalau ini memang mau diterapkan, maka harus dikelola sedemikian rupa. Semua komponen fakultas pasti akan mendukung.” Katanya. Nah, beragam tanggapan dari beberapa pimpinan fakultas yang AKLaMASI terima dari wawancara—mengenai pengadaan mata kuliah Bahasa Inggris hingga semester akhir—mungkin sebagai langkah awal untuk menuju UIR unggul 2020. Selain pembangunan yang gencar-gencarnya dilakukan, mungkin meningkatkan kemampuan atau skil mahasiswa dalam berbahasa inggris akan sangat membantu dan mendukung visi UIR tersebut. (Rega Al-susar) AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016 AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

17 17


HULU BALANG

Designer: Dede Mutiara Yaste

18

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016


AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

19


OPINI

RIAU, ASAP

DAN SENGSARA Oleh T. Edy Sabli

(Surat Ar Ruum, ayat 41).

K

abut asap sudah jadi musim baru di Riau. Kenapa? Ya sebagai mana kita ketahui, bahwa asap akibat pembakaran hutan serta lahan ini terus berulang tiap tahunnya. Terlepas dari kesengajaan dibakar atau terbakarnya hutan serta lahan gambut, faktanya asap kini meyengsarakan masyarakat Riau. Yang juga jadi pertanyaan kita adalah, apakah bencana asap ini akan terjadi sepanjang masa? Sudah lebih 18 tahun peristiwa Karhutla (kebakaran hutan dan lahan) ini terjadi, namun belum ada tanda-tanda kalau persoalannya akan tuntas. Bahkan semakin parah. Akar permasalahan sebenarnya adalah keserakahan manusia. Sebab, sumber daya alam (SDA) yang disediakan sang Pencipta sudah cukup untuk memenuhi segala kebutuhan umat. Tapi tidak akan cukup bagi mereka yang serakah. Bencana asap adalah hasil dari kegiatan perambahan hutan, illegal loging, dan alih fungsi lahan. Terutama di kawasan tanah gambut yang semakin tidak terkendali. Banyak dampak dari bencana kabut asap, tidak sebatas materi saja, tapi juga mengancam kesehatan. Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan pada Tahun 2015 ini, kerugian akibat kabut asap mencapai 23 triliun rupiah. Aktivitas perekonomian dan pendidikan kini melumpuh. Tak terkecuali masalah kesehatan, ada delapan masalah yang mengancam warga Riau. Pertama, kabut asap menyebabkan iritasi dan alergi pada mata, hidung, dan tenggorokan. Kedua, kabut asap dapat memperburuk asma dan penyakit paru. Ketiga, kemampuan kerja berkurang karena orang mudah lelah dan mengalami kesulitan bernafas. Keempat, bagi orang berusia lanjut, anak-anak serta wanita hamil akan lebih

20 10

AKLaMASI AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

Foto: Istimewa

“Telah nampak kerusakan di darat dan laut yang disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya merasakan sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar),” Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau rentan mendapat gangguan kesehatan. Kelima, paru dan saluran pernafasan lebih mudah terinfeksi. Keenam, berbagai penyakit kronik dapat semakin memburuk. Ketujuh, bahan polutan akan mencemari air dan makanan yang tidak terlindungi. Dan kedelapan, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) lebih mudah terjadi, karena ketidakseimbangan daya tahan tubuh, pola bakteri, atau virus, dan buruknya lingkungan. Asap yang dihasilkan dari karhutla ini menghasilkan gas CO2, CO, SO2 dan senyawa Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH). Serta partikel yang berukuran sangat halus. Zat tersebut akan masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan, kemudian akan menyebabkan gangguan kesehatan karena bersifat radikal bebas dan karsinogenik. Karena itu, asap harus dibasmi dari bumi lancang kuning ini secara terstruktur, sistematis dan masif. Bukan hanya sekedar memadamkan api. Apa yang bisa kita lakukan? Seperti pepatah Tiongkok kuno mengatakan; “lebih baik menyalakan sebatang lilin, dari pada hanya meratapi kegelapan”.

Lahan Basah Melawan Asap

Luas perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau secara nasional menempati posisi teratas di Indonesia, yaitu seluas 2,3 juta hektar atau 25% dari total luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia. (Antaranews.com., 2014). Luas Provinsi Riau sekitar 8,9 juta hektar, sementara yang diizinkan pemerintah pusat maupun daerah untuk perkebunan sawit, hutan tanaman industri dan pertambangan hanya sekitar 6,8 juta hektar. Artinya, lebih dari 70% lahan yang ada di Riau sudah dibawah izin. Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan (LHK) akan menyelidiki keberadaan 276 izin perusahaan perkebunan yang lahannya terbakar saat ini. Paling kacau, kebun-kebun yang terbakar saat ini sebagian izinnya dikeluarkan oleh bupati tanpa kajian. Termasuk yang ada di Riau. “Saat ini ada sebanyak 276 keberadaan izin perusahaan yang sedang kami selidiki. Sebanyak 147 bahkan berada pada lahan perkebunan yang memiliki Hak Guna Usaha”, ungkap Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya saat mengunjungi Riau (Tribun Pekanbaru, Minggu (20/9/2015). Salah satu upaya kongkrit yang harus dilakukan untuk mencegah kebakaran lahan dan hutan di masa datang adalah selamatkan lahan basah dan perluas daerah tangkapan air. Ekosistem lahan basah yang penting itu diantaranya adalah kawasan rawa. Dalam konteks ekologi, ekosistem rawa mempunyai peranan sebagai wilayah penyangga (buffer zone) lingkungan. Secara hidrologis, ekosistem rawa selain sebagai daerah tampungan air, juga penyeimbang sistem tata air wilayah (control water system). Ekosistem rawa merupakan kawasan penyerap dan penyimpan air (aquafer) selama musim hujan dan pada saat kemarau perlahan melepas air simpanannya. Karena itu, hentikan izin membuka lahan basah dan alih fungsi lahan mulai sekarang! Bila perlu, lahan basah yang terbukti sengaja dibakar, tidak diizinkan lagi untuk dijadikan perkebunan, tanaman industri, pertambangan, atau pembangunan lainnya. Tapi wajib dihutankan kembali sebagai daerah tangkapan air. Karena hanya air lah yang bisa melawan api. Kembali lah ke jalan yang benar. Wallahualam.


Asap

Membunuh Rakyat Riau

Foto: Istimewa

Oleh Pirka Maulana

Presiden Mahasiswa UIR

P

embakaran hutan dan lahan (Karhutla), merupakan masalah besar yang hingga saat ini solusinya belum ditemukan. Hal ini sudah belasan tahun terjadi, khususnya di Wilayah Sumatera dan Kalimantan. Khususnya asap yang menyelimuti Provinsi Riau, kini sudah berulang tahun ke-18. Artinnya masyarakat Riau sudah 18 tahun hidup dengan udara yang jauh dari kata sehat. Menurut saya, selaku koordinator pusat BEM se-Riau. Kasus ini seharusnya menjadi perhatian khusus dari pemerintah pusat maupun daerah. Karena dampak yang diakibatkan sangat luas dan menyentuh beberapa aspek. diantaranya aspek lingkungan, sosial, ekonomi dan kesehatan. Bahkan dampak tersebut tidak hanya dirasakan masyarakat Riau saja, tapi juga turut dirasakan oleh negara-negara tetangga khususnya regional Asia Tenggara. Indonesia merupakan negara dengan predikat hutan terluas ketiga di dunia setelah Brazil dan Zaire. National Interegency Fire Center menuliskan sejak 1997 hingga 2014, kebakaran telah menghanguskan lebih dari 165.000 hektar hutan di beberapa provinsi. Di antaranya Riau, Jambi, Sumatera Selatan dan Kalimantan. Kebakaran hutan dan lahan gambut menjadi fokus utama ke-

bakaran hutan saat ini, mengingat dampak asap dan emisi karbon (sisa pembakaran) yang dihasilkan. Hutan-hutan yang dimiliki Indonesia lama-kelamaan mengalami ancaman kebakaran saat bersentuhan dengan aktivitas industri. Terganggunya kesehatan terutama pada saluran pernapasan, adalah dampak yang tengah dialami

Ilustrator: Dede Mutiara Yaste

masyarakat Riau saat ini. Selama bencana kabut asap terjadi, pada 11 September 2015 Dinas Kesehatan Provinsi Riau mencatat sudah 46.386 korban terinfeksi ISPA. Untuk kadar polusi udara, partikulat udara setiap jamnya rata-rata di atas 300 padahal toleransi untuk

udara yang bersih di bawah 150. Selain itu, menurut saya kerugian asap ini juga mencakup beberapa hal. Mulai dari turunnya sumber daya hutan, biaya pemadaman kebakaran, kerusakan perkebunan serta pertanian dan penurunan kualitas udara. Belum lagi dihitung kerusakan akibat ekosistem, satwa liar, keselamatan lalu lintas, penerbangan dan pelayaran. Saya juga menekankan, bahwa permasalahan ini sudah termasuk pada jenis kejahatan manusia. Karena masyarakat Riau yang terkena paparan asap berpotensi terkena kanker paru-paru pada 15 hingga 20 tahun ke depan. Begitu juga dengan ibu hamil yang berpotensi melahirkan anak menderita down syndrome atau sering dikenal dengan tunagrahita (kelainan pada pembelahan sel tubuh karena tidak normalnya kromosom). Asap tidak saja menganggu kesehatan manusia, tapi juga merambah ke sektor-sektor yang bahkan tidak terfikirkan. Seperti sistem transportasi, harga pangan merangkak naik, kehidupan hewan-hewan terganggu. Hebatnya lagi, dampak ini juga turut dirasakan negara-negara tetangga. Sungguh sangat disayangkan dan memalukan jika kita dikatakan hanya mampu mengkespor asap ke luar negeri. AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

21


PERJALANAN

Doc. KontraS

Sekolah ham

bersama Kontras Oleh Yosa Satrama Putra

P

esawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 921 mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta akhir Juli lalu. Jam di Gadget Samsung yang saya genggam dari tadi, sudah menunjukan pukul 16.00 WIB. Keluar dari terminal B1, saya bergegas mencari Bus Damri. Dengan harga tiket 40 ribu, bus langsung menuju stasiun Gambir selama 45 menit—tepatnya berada di Jakarta Pusat, dekat Monas. Sampai di Gambir, ada pesan masuk di gadget saya. “Naik ojek, langsung saja ke Gouthehaus di Jalan Sam Ratulangi,” begitu bunyi pesannya. Turun dari bus, tampak abang ojek sedang menanti pelanggan. Saya datangi dan tanya tanya ongkos.”40 ribu aja ke Gauthehaus,” katanya. Tampa berpikir panjang saya naik, yang penting sampai di tujuan. Belakangan saya baru

22

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

tahu kalau pakai Go-Jek murah, hanya 15 ribu saja. Sampai di Gouthehaus saya mencari ruangan pembukaan SeHAMA dengan menyandang carieer consina seberat 45 liter. Jumpa ruangannya , seorang panitia menyuruh saya masuk untuk ikut acara diskusi terbuka dengan Kartka Jahja. Kartika adalah penyanyi indie yang ada di Jakarta, dia banyak mengikuti aktifitas pergerakan, biasanya bernyanyi dalam acara kampanyekampanye pergerakan. Ia berpandangan bahwa seorang musisi dalam kampanye pergerakan bukan sebagai pengisi saja, tapi harus ikut serta didalamnya, “Maksudnya kita (musisi) itu harus ada di dalam pergerakan, bukan hanya sekedar peramai acara,” katanya. Sekolah Hak Asasi Manusia untuk

Mahasiswa (SeHAMA) adalah program khusus Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) yang belajar mengenai HAM sekaligus mengenalkan kepada anak-anak muda tentang HAM, mengenal isu HAM, pelanggaran HAM, hak ekosob, hak sipol dan lainnya.SeHAMA sudah dimulai sejak 2009. Pesertanya adalah mahasiswamahasiswa yang masih aktif kuliah. Ada 31 mahasiswa ikut serta dalam SeHAMA ini. Semua berasal dari berbagai kampus dan provinsi. Ada dari Aceh, Sumbar, Riau, Banten, Jakarta, Yogyakarta, Makasar dan Papua. Saat itu, adalah tahun ketujuh untuk SeHAMA. “Kalau HAM di Indonesia sudah baik, dan negera sudah memenuhi hak-hak masyarakatnya, bisa saja Sehama tidak ada lagi,” begitu kata Puri


dinding untuk kampanye HAM, seperti selogan. ”Kami akan terus ada, dan berlipat ganda,”tertulis di tembok luar kantor tersebut.

hitam juga nongkrong di KontraS. Fatia perintahkan semua peserta SeHAMA naik ke Metromini begitu juga orang tua itu juga ikut bersama kami.

Selain itu, terdapat lukisan yang terpajang di sudut ruangan berukuran 3x2 meter. Lukisan itu gambarkan ulang foto yang diambil oleh Eddie Adams pada perang Vietnam dengan Amerika yang berjudul “Eksekusi”.

Dari Jalan Borobudur, bus menuju ke daerah Jakarta Pusat, tepatnya ke depan Kantor Istana Negara. Di depan istana, sudah berkerumun orang berpakaian serba hitam sambil mengembakan payung, ada tulisan di payung itu—”Tuntaskan kasus 65”.

Tapi diplesetkan, prajurit yang megang pistol diganti dengan bulu ayam mengelitik telinga korbannya. Nuansa lukisan itu dibuat hitam putih dan ada gelembung yang diwarnai pink. Di situ dituliskan Lets Love Human. Lucu gambarnya.

Foto bersama: Kelompok peserta presentasi observasi terbaik dapatkan hadiah dari panitia Se-HAMA, Selasa (18/08/2015).

Kencana Putri, sebagai kepala sekolah Sehama Tahun ini dan juga pekerja di Kontras sebagai koordinator riset Puri dibantu oleh rekan-rekan Kontras lainnya, seperti Fatia—wakil kepala sekolah, Ninis dan Talha.Mereka inilah yang mengurus peserta SeHAMA selama tiga pekan. Kerjanya seperti mengatur peserta agar tepat waktu masuk kelas, memoderatori diskusi, siapkan makanan, dan kerjaan lainnya. Pokoknya mereka yang paling repot di SeHAMA. Fatia dan Talha adalah alumnus SeHAMA tahun keenam, satu tahun sebelum angkatan saya. Mereka saat ini bekerja di KontraS. Tapi Talha masih magang, karena masih kuliah di Universitas Padjajaran, Bandung. Sedangkan Nisrina—akrab dipanggil Ninis, telah bekerja tetap di KontraS. Mereka bertiga masih sangat muda di Kontras. KELAS PENGENALAN HAM Hari kedua Agustus, Jalan Borobudur, kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Tempat Kantor Kontras bertengger, sebuah rumah yang mereka sewa jadikan kantor. Rumah dan pagarnya bercat putih, kecuali gerbangnya—di cat hitam. Di KontraS banyak lukisan

Minggu adalah hari pertama kami peserta SeHAMA belajar tentang HAM. Di ruang tengah kantor KontraS pembelajaran diberikan. Kursi-kursi lipat diletakan di setiap pinggir dinding, hingga membuat ruangan itu seperti kelas yang dibagi dua. Ada sofa hitam di depan untuk pembicara. Materi yang diberikan ditunjukan untuk pemula-pemula yang akan belajar HAM dan lebih condong belajar dunia hukum. Cocok untuk mahasiswa hukum, contoh materinya seperti pengantar prinsip-prinsip dasar HAM, konsep kebebasan beragama dan berkeyakinan, hak peradilan transisi, anti hukuman mati, anti penyiksaan, hak atas tanah sebagai keadilan sosial, pengenalan kebijakan luar negeri HAM, serta perbudakan modern dan pengungsi. Rata-rata peserta berasal dari keilmuan sosial, politik dan hukum. Bagi saya—berlatar belakang ilmu teknik, agak kikuk sedikit dengan materi-materi seperti itu, tapi lambat laun mulai bisa dipahami. Kadang ada beberapa materi yang harus dipraktekan. Seperti materi dari Chrisbiantoro—Pengacara KontraS. Materinya tentang kekerasan terhadap HAM. Dia mengambil kasus Sape Bima, di mana dia juga pernah membuat laporan tentang itu. IKUT KAMISAN Kamis di minggu pertama Agustus. Pukul 16.00 WIB. Metromini yang disewa sudah parkir di depan KontraS. Semua peserta yang sejak pagi sudah memakai pakaian berwarna hitam akan bergerak untuk ikut aksi Kamisan. Di luar kantor ada beberapa oranglanjut usia mengenakan baju bewarna

Dari kejahuan saya melihat Sumarsih, tengah di wawancarai oleh media menggunakan video kamera. Sumarsih mengenakan rok hitam selutut dan baju kaos, serta mengembangkan payung—semua serba hitam. Rambutnya sudah memutih, Sumarsih menjadi ikon untuk Kamisan tersebut. Dia menuntut negara terutama Presiden Jokowi, untuk menuntutaskan kasus Mei ‘98, yang mengakibatkan terbunuhnya Wawan anak Sumarsih di kampus Admajaya di Semengi. Ini adalah pertama kali saya dan beberapa teman lainya ikut kamisan. Kami ikut berpartisiasi Kamisan menggunakan payung hitam dan atribut tulisan yang telah kami buat sebelumnnya, berdiri di depan istana. Aksi ini adalah aksi diam saja. Setelah aksi diam, ada namanya refleksi. Peserta Kamisan membuat lingkaran, kemudian ada yang berorasi, menyampaikan unek-uneknya tentang pelanggaran HAM. Mereka punya jargon. Kalau seorang orator mengatakan, “korban!” “Jangan diam,”balas peserta. “Jangan diam!” “Lawan.” “Jokowi!” “Hapus Impunitas.” MEREKA MERASA TERTINDAS Belajar SeHAMA beberapa minggu membuat kami sesama peserta seperti keluarga. Kami ditempatkan di sebuah wisma milik KontraS. Peserta laki-laki tidur di lantai dua, sebuah ruangan yang belum selesai dibangun— belum di skat. Tidur di atas kasur yang sudah disediakan panitia. Sedangkan peserta perempuan tidur di lantai satu. Aktifitas kami dari pagi hingga sore belajar HAM di kelas. Malamnya nonton dan diskusi. Setelah kelas selesai, biasanya sekitar pukul 10 malam— baru pulang ke wisma. Kami tak langsung istirahat, ada tugas menuliskan AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

23


PERJALANAN apa yang telah kami pelajari seharian. Semua tulisan itu kami posting di ceritasehama7.tumblr.com Ada yang mengerjakan, ada juga yang berdiskusi hingga dini hari. Keakraban terjalin di sana, biarpun kami semua saling berbeda. Beda pandangan politik, ras, suku bahkan kepercayaan, tapi kami saling menghargai. Saya kenal seseorang yang cukup jadi perhatian di kelas SeHAMA, namanya Ricky Kooh, kulitnya berwarna gelap, rambutnya keriting, kami memanggilnya Pace Ricky. Dia datang dari Papua, kuliah di Universitas Cendrawasih (Uncen). Satusatunya peserta yang jauh dari bagian timur Indonesia. Ricky selalu punya unek-unek tentang Papua. Dia selalu menjadi sorotan bagi pemateri, karena Papua adalah wilayah konflik pelanggaran paling berat di Indonesia. Ricky masih muda, tapi dia punya keinginan melepaskan belenggu-belenggu kekerasan terhadap warga Papua oleh pemerintah. Katanya setelah ikut SeHAMA ini, Ricky mau aktif di Kontras Papua, ingin

24

AKLaMASI -- EDISI 2016 AKLaMASI EDISI 10 10 -- JANUARI MARET 2016

berjuang memberikan keadilan HAM di tanah kelahirannya. Selain Ricky, saya juga kenal dengan Irvan. Dia kuliah di kampus Al-Azhar Jakarta. Dia jurusan Sastra Inggris. Anaknya lucu, suka menggigit pipet ke mana-mana. Katanya Ikut SeHAMA karena ingin belajar tentang HAM. Juga, mau bekerja di UNHCR. ”Mencari link juga,” begitu katanya padaku. Irvan seorang yang menganut AhMadiyah. Dia banyak cerita pada saya bagaimana dia marah ketika banyak persepsi yang jelek terhadap kepercayaannya. “Aku suka kesal dengan orang yang mengatakan kami sesat. Padahal di Amerika, Muslim Ahmadiyah disebut Islam paling toleran di sana,” katanya. Sebagai seorang Ahmadiyah dia juga mendapat perlakuan deskriminasi di tempatnya, dilarang sholat berjamaah bersama. Ketika kami obeservasi di lapangan dia sengaja izin ke daerah Lenteng Agung untuk sholat Jumat, karena di sana ada masjid Ahmadiyah. Irvan dan Ricky punya harapan, ketika mereka belajar tentang HAM,

mereka bisa membekali diri mengatahui hak-hak mereka sebagai warga negara. Hak mereka untuk mendapat hidup layak, beragama dan lainnya. Mereka harus tahu itu. TURUN LAPANGAN DAN OBSERVASI Tiket Line Comuter untuk empat orang sudah dibeli Chandra Linsa menuju Depok. Hari ke-13, peserta dipisah beberapa kelompok dengan tujuan yang berbeda. Peserta SeHAMA akan observasi ke tempat pelanggaran HAM. Kelompok kami, Aku, Irvan, Rizal dan Muthia mendapat bagian di perkumpulan eks tahanan yang dituduh Partai Komunis Indonesia (PKI). Dengan bekal uang yang sudah diberikan panitia dan nomor telepon genggam narasumeber, kami menuju kampus almamater kuning tersebut. Chandra Linsa selain menjadi pembimbing ia juga jadi tour guide kami karena kebetulan ia Mahasiswa UI. Dua orang tua menghampiri kami yang berada di pintu keluar Fakultas Teknik UI. “Ini nama tempatnya Kukusan Teknik atau Kutek,” kata Kus-


nandar mengawali perjumpaan kami.

sedih,” katanya.

Kusnandar dan Salam adalah narasumber kami untuk bahan observasi. Kusnandar yang paling tua, dia tinggal di daerah Lenteng. Ke UI dia harus naik line comuter, disambung dengan Bikun (Bis Kuning).”Kalau ada, kalau ga ada—ya jalan kaki,” kata Salam menimpali.

Kusnandar menjadi tahanan setelah pasca 65, awalnya dia seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan seorang lulusan sarjana muda. Ketika pasca 65 semua orang yang terkait PKI ditangkap dan dihabisi tanpa pengadilan. Termasuk dia, tentara mencurigai Kusnandar karena dalam riwayat hidup Kusnandar dia pernah menjadi partisipan organisasi PKI.

Salam tinggal di Kutek. Dia punya kos-kosan dan warnet sendiri, serta usaha alat tulis kantornya yang saling berdekatan. Mereka adalah eks-tahanan politik (ekstapol) yang dituduh PKI pasca kejadian 65.

“Lah pimpinannya mana? pimpinannya lolos waktu itu namanya Raut dia blesteran Jawa-cina-Indonesia,” ingat Salam. “Saya orang yang termasuk vokal, malam itu saya sudah disiksa, dipukuli , ditempelengi sama mereka,” kata Salam. “Militer menanyakan bahwa Salam pernah dilatih di mana?” “Ya saya jawab pernah dilatih namanya Pandu (Pramuka).”

“Saya waktu itu bukan anggota PKI namun hanya seorang partisipan, tapi tidak pernah terlibat sekalipun dalam kegiatan partai itu,” kata Kus.

Sebenarnya masih banyak lagi ekstapol di Depok, tapi sudah pada tua.”Sudah ada yang sakit-sakitan, juga ada yang sudah seperti anakanak (sepuh), jadi ga bisa jumpa lagi,” kata Salam.

“ Tidak pernah kamu dilatih sama tentara? Kamu akui saja kamu antekantek PKI ya.”

Penuduhan dia sebagai anggota PKI harus dia terima—dipenjara bertahuntahun hingga dia dibebaskan. “Saya ditangkap waktu itu masih sebagai PNS, dan tidak ada surat pemecatan sampai datang dari tempat saya bekerja, dan saya tidak pernah menerima gaji semenjak itu, padahal saya masih pegawai, status sampai hari ini,” kata Kus.

Perjumpaan kami dengan ekstapol ini membuat banyak cerita yang mereka sampaikan kepada kami.. Biarpun Kusnandar sudah tua, tapi dia paling semangat bercerita. Kusnandar bilang, kejadian tahun 65 tidak mau disingkat dengan sebutan G30SPKI. ”Bilang saja kejadian 65, karena itu membuat kami

“PKI itu siapa? kalau IPPI saya akui, IPPI punya anggaran dasar Pak, IPPI berdiri juga ada aktenya Pak.” Menjadi ekstapol kejadian 65 membuat Kusnandar dan Salam berteman. Mereka saling kenal ketika ikut Kamisan. Sampai hari ini mereka terus ikut dalam kegiatan Kamisan di depan istana. Salam dan Kusnandar pun sering diwawancarai tentang kejadian 65.

Sedangkan Salam, pada saat sekolah di tingkat SMA harus ditahan oleh militer, karena dia dituduh sebagai ketua Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI), di mana IPPI juga dicurigai sebagai organisasi basis PKI waktu itu. Salam Aktif di organisasi sejak SMP, pada tahun 1963, Salam terpilih sebagai Sekretaris IPPI.

Salam dan Kusnandar sadar menjadi ekstapol tentunya menjadi citra buruk bagai kalanganya tinggal. “Untung saja sekarang sudah E-KTP jadi udah ga ada tulisan tapolnya lagi,” kata Kus. Pernah menjadi tahanan membuat Salam dan Kusnandar tahu tentang politik. Bahkan mereka cerita juga dengan kami tentang bagaimana kondisi politik orde baru dan orde lama. Mereka juga tahu tentang politik Soeharto, politik kudeta merangkaknya serta tentang Supersemar.

Pasca kejadian 30 September 1965, Salam dan teman-teman sekolahnya tidak boleh pulang, angota IPPI dikumpulkan termasuk GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia). Mereka di-screnning. “Kalau anak-anak IPNU bebas, kalau anak IPPI pisah, pisah kelompok. Anak GMNI pisah. Kalau tidak salah anggota saya (gabungan dari beberapa SMA)— 42 siswa yang diwawancarai, kalau anak GMNI lima, IPPI 10 orang yang dilepas, tinggal 32,” katanya.

Kusnandar dan Salam sudah semakin tua, tapi mereka tetap ingin keadilan tentang nasib mereka dulu. Mereka berharap, etikat baik Jokowi ingin meminta maaf kepada ekstapol PKI itu segera terwujud. Peradilan tribunal kasus 65 di Belanda nanti, mereka sangat menunggu untuk keadilan— bagi yang pernah dirugikan akibat pelanggaran HAM berat yang terjadi pada peristiwa 65.

Salam dan teman-temannya pertama kali diinapkan di kejaksaan Brebes. Malamnya itu dipojokan, mereka ditanya apa betul Salam itu pimpinan IPPI.

AKSI: Peserta SeHAMA, Panitia, dan Korban pelanggaran HAM tengah lakukan aksi Kamisan di depan istina Presiden Republik Indonesia, Kamis (6/8/2015).

Doc. KontraS

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

25


OPINI

PROPAGANDA

LGBT Oleh Henky Fernando

L

esbian, Gay, Bisex, dan Trans Gender (LGBT) merupakan suatu fenomena yang akhirakhir ini eksis dalam berbagai media sosial. Banyak dari mereka (Pelaku LGBT) sudah mulai berani mengekspos tindakannya. Ketika kelompok ini sudah terang-terangan megekspos seperti itu, bahkan mempropaganda di media sosial. tentu ini akan menjadi suatu masalah yang sangat kompleks bagi masyarakat Indonesia, yang mana masyarakat Indonesia itu sendiri mempunyai nilai-nilai budaya dan agama. Arus globalisasi sangat berperan penting dalam penyebaran nilai universal yang mewakili modernitas dan tatangan dunia baru. Meleburnya batas-batas wilayah, arus bebas komunikasi yang menandai globalisasi membuat transfer nilai dan identitas internasional sangat mudah masuk ke Indonesia. LGBT pun tidak luput menjadi identitas yang masuk ke Indonesia sebagai sesuatu yang harus diperjuangkan. Adanya nilai-nilai demokrasi yang mengusung HAM, membuat para Aktifis LGBT semakin terpacu semangatnya untuk memperjuangkan hak dan menujukkan identitas mereka dengan mendirikan berbagai organisasi. Hal ini bisa dilihat dari berdirinya Gaya Nusantara sebagai organisasi gay di Indonesia. Hingga akhirnya, kaum LGBT mulai berani menunjukkan identitas mereka dengan membuat situs-situs di media sosial yang berisi dukungan dan berbagai pembahasan mengenai LGBT. Masuknya nilai-nilai universal, demokratisasi dan HAM yang semula terkandung di bawah rezim orde baru, membuat kaum LGBT yang sebelumnya dipinggirkan dalam pergaulan sosial, namun kini mendapat ruang untuk menyuarakan aspirasi mereka. Keterbukaan itu tidak hanya memberi

26

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

ruang, masuknya nilai-nilai universal yang mampu membangun Indonesia lebih baik. Tidak sedikit nilai-nilai tersebut justru tidak sesuai dengan nilai atau norma baik agama maupun sosial yang berlaku di Indonesia. bahkan lebih ekstrem lagi nilai universal tersebut mampu menggerus budaya dan kearifan lokal. Bukankah tindakan yang kurang bijak ketika kita menjunjung tinggi nilai HAM demi mendapatkan tempat di dalam dunia modern dengan mengorbankan moral masyarakat. Apalagi agenda LGBT sebagai cerminan dari nilai HAM. Jadi, dalam menanggapi isu LGBT yang tengah marak diperbincangkan di dunia saat ini, Indonesia perlu mengkaji ulang nilai kebebasan tersebut apakah sejalan dengan nilai dan norma yang ada pada masyarakat Indonesia. Teori ketegangan (strain theory) dikemukakan oleh Robert K. Merton, Tidak ada manusia yang dilahirkan dengan gen pencuri, perampok ataupun gay. Manusia lahir dalam keadaan suci. Kondisi sosial lah yang membentuk karakter mereka.

Individu-individu tidak dapat menemukan kedudukan mereka dalam masyarakat. Mereka juga tidak dapat menemukan aturan-aturan jelas yang membantu mengarahkan mereka. Kondisi yang berubah itu mengarah pada ketidakpuasan, konflik, dan perilaku menyimpang. Berdasarkan dari teori Anomie tersebut, apakah norma-norma yang ada dalam masyarakat kita sudah mulai bergeser atau runtuh akibat dari arus globalisi dan transfer nilai dari budaya lain? Namun, walaupun secara umum masyarakat Indonesia menilai LGBT merupakan tindakan yang tidak bermoral, hal tersebut tak bisa dijadikan alasan untuk lakukan tindakan diskriminasi terhadap mereka. Yang perlu di perhatikan jangan sampai kelompok LGBT mempropaganda masyarakat Indonesia, agar bisa mengakui dan melegalkan perilaku menyimpang tersebut. Pemerintah harus bisa memandang masalah ini dengan bijak dan sesuai dengan nilainilai yang dianut oleh bangsa kita.

Berdasarkan teori tersebut bahwa LGBT merupakan kelainan yang dihasilkan dari kondisi lingkungan yang memengaruhi psikologi pelakunya. Emile Durkheim, sosiolog dari Prancis, memperkenalkan tentang teori Anomie. Ia menggunakan konsep Anomi untuk mendeskripsikan kondisi tanpa norma yang terjadi dalam masyarakat. Anomi berarti runtuhnya norma mengenai bagaimana masyarakat seharusnya bersikap terhadap yang lain. Masyarakat tidak tahu apa yang bisa diharapkan dari orang lain. Kondisi itu, menurut Durkheim, akan melahirkan perilaku menyimpang. Anomie mengacu pada hancurnya norma-norma sosial ketika norma tidak lagi mengontrol tindakan anggota masyarakat.

Mahasiswa Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Riau Email : henky.harahap@gmail.com


ENGLISH FLASH

Bookdrop placed in front of UIR official veranda launching on October,17, 2015 right on the day which UIR’s new website launched. (Taken by: Dede Mutiara Yaste)

UIR’S LIBRARY HAVE A BOOKDROP By Sofiah

S

ince 17th of October 2015, Islamic University of Riau (UIR) had launched a bookdrop which use to make an easy administration in returning books in UIR’s Library. It looks like a big box which has technology that works in it. We can find it near the terrace of rector office. “Mr Rector was practicing how to use it to all of the audiences when it launched, and it worked well,” expressed Mahyulis as The Head of UIR’s Library. Besides, there is also server that works for borrowing and returning books near the library. There are simple customs and manners of borrowing books through server. It offers us two versions. First, the barcode book is scanned on Student Library Card with available tool, after that press the borrowing button on server and book

is finally borrowed. Second, for the unbar code books, such as old books, whether it can be used or not, it will be stored first. Yet, if the students still need those books it will not be stored. If the old books always being borrowed, we can still borrow it through the server. The way is, scan the library card, and then we will see the title, author of that book, barcode and book label on the display. A year ago, there was no clue to use bookdrop, such as the way to return book, whereas for this year, the clue can be seen and usage can be applied. “Why it cannot be accessed, because the signal is not strong enough, so thats why we put the announcement—it cannot be used for temporary,” added Mahyulis. But now, it can be accessed.

Mahyulis also said that he met a student returned the thesis through bookdrop a few days ago, then He went upstairs and said bookdrop could not accept it, “A few moments later, we know that it is not the book he returned but the thesis. The thesis cannot be returned through bookdrop, only books,” told Mahyulis. The Students who borrow books in library, they cannot return it through bookdrop. In the program has been officially scanned the visitors of library and the ones returning the books. “Later in this program, we can know how many people enter the library. Even it gives us the details the students per faculty and major. Example, in psychology there are two students, math ten students,” closed Mahyulis. (Translated: Rifal Fauzi, Widya Septyati)

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

27


FEATURE mahal tersebut, karena menurutnya teknisi yang ahli mengopreknya terbilang langka.

Mesin Ketik, Telah Menjadi Antik

Biasanya ia meminta tolong sama kenalannya untuk perbaiki, tapi karena orang tersebut pindah, ia jadi selalu gonta-ganti teknisi. “Kadang juga panggil teknisi itu datang ke rumah, untuk perbaikinya,” jelasnya.

Oleh Ardian Pratama

Langkanya Teknisi Mesin Ketik

“Bisa dibilang saya ini orang langka,” kata Marin Arif sembari nyengir di ruang dosen FAI ketika ditemui Senin, akhir November tahun lalu.

Siang itu, Sembari menunggu pelanggan datang, ia ditemani secangkir kopi dan musik dangdut kesukaanya. “Bengkel saya memang sudah sepi beberapa tahun ini,” kata Amri (60) di kios kecil miliknya di Pasar Bawah.

M

Ia adalah seorang teknisi mesin ketik yang mulai merintis bengkelnya sejak 1987. Ia menerima segala macam barang untuk diperbaiki, salah satunya mesin ketik. Dulu ia dibantu oleh seorang temannya, namun kini telah meninggal. Sekarang Amri dibantu anak rekannya tersebut.

Marin akui, bahwa ia tak paham mengoperasikan komputer. Walaupun sempat belajar dan bertanya pada praktisinya, namun ia tetap saja tidak bisa. Selain rumit, ia mengalami kesulit an untuk mengingat cara-cara pengoperasian komputer. “Itulah kelemahan saya, walaupun begitu saya tetap punya keinginan untuk pelajarinya,” ungkapnya. Jangankan komputer—tambahnya, untuk mengoperasikan handphone (Hp) saja ia merasa kalang kabut. Ia ceritakan pernah diajari cucunya cara gunakan Hp, namun hingga saat ini, ia hanya bisa terima sms dan telepon saja. “Saya jadi malu,” katanya sambil tertawa. Marin merasa tak mudah beradaptasi dan mengubah kebiasaan lamanya—menulis dengan mesin ketik, karena baginya hal tersebut telah mendarah daging. Selain seorang dosen, ia juga berkegiatan sebagai penceramah. Menurutnya hingga saat ini, mesin ketik masih berkontribusi dalam karirnya. Bahan-bahan ceramah, kuliah dan soal ujian untuk mahasiswa, masih ia garap dengan mesin ketik miliknya. Marin juga ungkapkan, banyak orang yang ia kenal bilang hal tersebut ialah ciri khasnya. Namun, kadang ada juga mahasiswa yang mengejek soal yang ditulisnya

28

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

dengan mesin ketik tersebut. “Pak, soalnya sudah kadaluarsa,” ulangnya terbahak-bahak. Baginya, menggunakan mesin ketik sangatlah mudah dibandingkan komputer. “Sulitnya itu hanya untuk mengingat proses dan caranya saja, kalau mesin ketik kan bisa digunakan disegala kondisi dan bisa dibawa ke mana-mana,” tuturnya.

Bisa dikatakan jasanya jarang digunakan pelanggan di era elektronik ini untuk perbaikan mesin ketik. “Kadang masih ada juga yang minta tolong perbaiki mesin ketik, tapi biasanya orang dari daerah dan perkantoran sekitar sini saja,” ungkapnya.

Selain itu, ia mengaku kadang ada saat-saat yang menjengkelkan menulis dengan mesin ketiknya. Di mana ia ia harus mengetik ulang semua tulisannya, saat ada kesalahan. Namun, ia sangat menikmati proses tersebut hingga sekarang.

Amri mengakui bahwa bengkelnya mulai sepi pelanggan itu sejak masuk 2000-an, di mana saat itu komputer sudah banyak beredar di pasaran. “Mulai saat itu hanya sedikit pelanggan yang datang untuk perbaikimesin ketik ke sini,” tuturnya.

“Tapi saya bangga akan kelangkaan seperti itu,” tawanya lepas. Ia juga sangat menikmati menulis di malam hari, karena menurutnya, pikirannya lebih tenang dan jernih saat malam hari. Ia juga ceritakan, bahwa istrinya terpaksa pindah ranjang, saat ia mengetik. “Suaranya kan berisik saat mengetik, sehingga ganggu tidurnya. Jadi kalau ngetik tidurnya pisah,” ungkapnya tergelak.

Sambil bercerita, ia tatapi mesin ketik yang dipajangnya. Tampak seolah kembali ingatkannya—masa mesin ketik masih berjaya. “Kalau dulu masih banyak yang minta perbaiki, sekarang ya sudah jarang,” lagi-lagi ia mengenang. Untuk menguasai teknis perbaikan

Tak hanya berkontribusi untuk karirnya, ia mengaku sering diminta orang untuk menulis surat warisan dan hibah yang hilang. Awalnya memang tak ada niat, tapi karena ia punyai mesin ketik dan banyak yang minta tolong, ia pun mengerjakannya. Alhasil, mesin ketik berkontribusi lagi padanya. Tak selalu mujur, kadang mesin ketiknya tidak bisa digunakan—rusak. Tak jarang ia harus keluarkan biaya lebih untuk sekedar memperbaiki mesin ketiknya. Ia memaklumi biaya

Foto: Ardian Pratama

arin Arif (69)—Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Riau (UIR), merupakan dari segelintir orang yang masih menggunakan mesin ketik hingga saat ini.


SPACE IKLAN mesin ketik, ia mengaku tak perlu latihan khusus. Alat khusus pun ia tak perlu. Keahlian tersebut didapatnya karena keseringan membongkar mesin ketik, lama-lama ia pun mulai mengerti. “Awalnya tak ada niat buka reparasi mesin ketik, karena udah ada ilmunya, ya coba-coba saja,” katanya. Dulu, di masa mesin ketik masih berjaya, jasa perbaikannya hanya berkisar 60 ribu saja. Namun, karena sekarang sudah jarang dan kebutuhan mulai serba mahal, Amri pun mulai menaikan tarifnya. yakni kisaran 100 hingga 150 ribu sekali service. Amri ceritakan, bahwasannya untuk Pasar Bawah sendiri, teknisi mesin ketik sudah sangat jarang dijumpai. Apalagi, untuk sekarang mesin ketik telah digantikan oleh komputer dan elekronik sejenisnya. Mengenai prosesi teknik perawatan mesin ketik, Amri jelaskan, bahwa pertama kali harus lakukan pembongkaran mesin terlebih di awal, kemudian, baru bersihkan kotoran dan masuk ke tahap pengecekan kerusakan hingga pemasangan serat karbon. Sungguh, rumit. Melihat pajangan beberapa koleksi mesin ketik miliknya, tak jarang ada kolektor yang mampir ke gerainya. “Kadang ada yang nyariin mesin ketik, kebetulan saya punya banyak mesin ketik bekas di sini. Harganya bervariasi, mulai dari 300 hingga 500 ribu.” Ujarnya fokus pandangi koleksi mesin ketiknya.

MENGETIK Marin Arif tengah menuliskan bahan kuliahnya dengan mesin ketik di ruangannya—Fakultas Agama Islam.

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016 Desain Iklan: Dede Mutiara Yaste

25 29


FOKUS

Oleh Rifal Fauzi

Ilustrator: Laras Olivia

S

etiap menjelang wisuda, setiap fakultas di Universitas Islam Riau (UIR) selalu adakan yudisium untuk para calon wisudawannya. Ada yang mengadakannya dengan cara menyewa ruang di hotel-hotel, tapi ada juga yang laksanakan di aula fakultas sendiri. Salah satunya, Fakultas Hukum. Tiap tahun, fakultas tersebut selalu adakan kegiatan yudisium untuk para calon wisudawannya dengan menyewa ball room hotel. Acara yudisium tersebut didanai oleh masing-masing para calon wisudawan. Di mana, tiap calon wisudawan tersebut akan patungan untuk menyewanya. Tidak hanya itu, acara tersebut juga dipanitiai oleh mereka. Tiap tahunnya, keg-

30

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

iatan tersebut selalu diminta para calon wisudawan dan kini sudah jadi tradisi. Namun menurut Dr H Syafrinaldi SH, M C L—Dekan Fakultas Hukum mengatakan, Yudisium pernah diadakan satu kali di aula fakultas, namun beberapa mahasiswa merasa tidak nyaman dan kembali diselenggarakan di hotel. Fakultas Ekonomi (Fekon) pun juga miliki tradisi yang sama dengan Fakultas Hukum. Pada 28 Januari 2016 kemarin, Fekon laksanakan yudisium untuk para calon wisudawannya di Hotel Mutiara Merdeka. Ahmad Fauzi—angkatan 2010, salah satu calon wisudawan Fekon yang mengikuti yudisium. Ia menga-

takan, total calon wisudawan yang ikuti yudisium sekitar 200 lebih. Setiap wisudawan membayar Rp 350.000,-. “Iuran Rp 350.000,- untuk fasilitas tempat, konsumsi dan hiburan,� jelas Fauzi. Fekon miliki beberapa alasan untuk laksanakan tradisi tersebut. Pertama, calon wisudawan yang tiap angkatannya ramai. Sehingga kapasitas aula fakultas tidak bisa menampung. Alasan kedua, Fekon punya relasi dengan salah satu hotel, sehingga bisa menghemat biaya. Meski begitu, pihak Fekon masih berharap yudisium bisa dilaksanakan di dalam kampus. Tapi menurut


Firdaus A. Raman—Dekan Fekon mengatakan, tempat pelaksanaan yudisium bukanlah hal yang menjadi permasalahan. “Inikan momen mahasiswa juga, karena hanya sekali mereka rasakan di masa kuliah sarjana,” katanya. Lain hal dengan Fakultas Teknik. Tiap tahunnya, yudisium untuk para calon wisudawan dilaksanakan dengan cara manfaatkan aula fakultas yang sudah ada. H Abdul Kudus Zaini ST. MT—Dekan Fakultas Teknik katakan, pada 2004 lalu, yudisium dilaksanakan di hotel—pertama kali. Setelah itu, banyak mahasiswa yang tidak bersedia, karena biayanya terbilang cukup mahal. “Semua tergantung mahasiswa, mau adakan yudisium di hotel atau di kampus,” kata Kudus. Namun, Kudus lebih mendukung yudisium tersebut dilakukan di fakultas dibandingkan di hotel. Alasannya, karena aula fakultas yang bisa dimanfaatkan.Menurutnya, banyaknya peserta yudisium bukanlah penentu tempat acara tersebut dilaksanakan. ANTARA TRADISI

MEMBERATKAN

DAN

Nofransharis—mahasiswa Fakultas Teknik Informatika angkatan 2008. Ia mengkritik yudisium yang dilaksanakan di luar kampus. Ia tidak sepakat dengan diadakannya yudisium di hotel, sebab hal itu memberatkan baginya. “Kami (Prodi Teknik Informatika) hari itu tidak melaksanakan yudisium karena banyak kawan-kawan tidak setuju. Menurut saya itu bukanlah satu keharusan bagi colon wisudawan.” Katanya. Sama halnya dengan Hukum dan Fekon, Fakultas Psikologi juga adakan yudisium di luar kampus 2016—Hotel Pangeran dengan total peserta 29 wisudawan. Salah satu calon wisudawannya—Muhammad Bukhori angkatan 2009 mengatakan tidak keberatan

mengikuti yudisium dengan iuran Rp 300.000 di Hotel Pangeran. “Hal itu sudah tradisi fakultas kami, jadi kalau tidak ikut ada yang kurang. Karena cuma sekali diadakan—saat mau wisuda saja,” kata Bukhori. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Syafrizal—satu fakultas dengan Bukhori. Syafrizal mengatakan, jika semua mahasiswa Fakultas Psikologi ditanya, apakah setuju atau tidak laksanakan yudisium di hotel, semuanya pasti menjawab setuju. Karena menurutnya, harga yang ditetapkan tersebut sudah cukup terjangkau. “Dengan dana segitu, kami boleh membawa dua pendamping dan mendapat medali.” tambahnya. RUH MAHASISWA ITU DI KAMPUS “Tempat mahasiswa menimba ilmu dan wisuda itu di Kampus UIR. Alangkah baiknya yudisium juga di kampus—agar ketemu ruhnya. Kalau di hotel nanti tidak ketemu,” ungkap Al Sukri—Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Komunikasi UIR (28/1). Selain itu, Sukri juga menyatakan, setiap fakultas sudah ada aula representative untuk laksanakan yudisium. “Bagi yang banyak pesertanya, ada aula Pascasarjana dan Aula Fakultas Hukum yang bisa menampung 300 orang. Juga bisa di Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) yang bisa menampung ribuan orang,” terangnya. Terkait yudisium di hotel, Menurut Sukri, sebenarnya tergantung izin dari setiap fakultas dan secara aturan tidak ada pertentangan. Biasanya mahasiswa sendiri yang memilih tempat yang mereka inginkan. Jika melakukan yudisium di hotel, kemungkinan mahasiswa mempunyai kemampuan untuk membiayainya. Asumsinya di hotel bisa memberi pelayanan yang lebih baik. “Misalnya, di kampus mungkin untuk bayar Chatering itu lebih mahal. Masalah ekonomi mahasiswa tidak sama. Itu merupakan kesepa-

katan dari pada mahasiswanya, mau di fakultas atau di hotel. Jika jumlah mahasiswanya itu banyak otomatis mereka bisa menghemat biaya untuk yudisium di hotel. Tapi akan jadi mahal jika jumlah mahasiswanya sedikit. Maka seharusnya fakultas bisa menimbang-nimbang mana yang lebih efektif,” tambahnya. Al sukri berharap, yudisium bisa dilakukan di dalam kampus. Karena itu lebih membanggakan, daripada ditempat lain. Menurutnya, yang penting bukan masalah makanan dan tempat, namun makna dari yudisium tersebut. Di mana saat itulah calon wisudawan akan dikukuhkan sehingga resmi menyandang gelar sarjana dan nilainya diumumkan. Mengenai yudisium Fikom, ia jelaskan selama ini dilaksanakan di fakultas—ketika jumlah mahasiswa sedikit, tapi lebih sering di luar. “Terakhir kemarin di Hotel Swiss Berlin dengan jumlah 21 orang. Namun, mereka juga disarankan agar memikirkan kondisi keuangan,” katanya. Ia juga terangkan, jika mahasiswa tak mampu, jangan dipaksakan—cukup laksanakan di fakultas. Dekan Fikom juga berikan instruksi padanya, agar yudisium depan dilaksanakan di fakultas. Karena itu merupakan suatu perubahan yg baik. Beda halnya dengan Fikom, Fakultas Agama Islam (FAI) yang selama ini adakan yudisium di aula fakultasnya. “Di aula fakultas dengan acara yang sederhana namun berkesan. Rasulullah saja dapatkan gelar kenabiannya di dalam gua, bukan di hotel,” ujar M Yusuf Ahmad— Dekan FAI. Ia mengatakan, jika mahasiswa punya keinginan dan sepakat untuk mengadakannya di hotel, maka pihak fakultas akan pertimbangkannya. “Selama ini Mahasiswa FAI belum ada yang pernah adakan yudisium di luar kampus.” Tutupnya. (Laras Olivia, Sofiah)

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

31


MUNAWWARAH

Dakwah

BIL QOLAM Oleh Dr Hj Daharmi Astuti Lc M.Ag

D

letin dan sebagainya. Karena melalui tulisan, dakwah bil qolam sering diidentikan dengan dakwah bil kitabah (dakwah melalui tulisan). Perbedaannya untuk yang pertama menunjukan subjek, senjata, atau alat. Adapun yang kedua menunjukkan kepada objek, hasil atau produk gagasan.

Urgensi Dakwah Bil Qolam Berdakwah—mengajak manusia ke jalan Allah SWT merupakan tugas mulia. Tugas ini harus dilaksanakan dengan baik, sebagai manifestasi dari karya seseorang. Sebuah karya atau sejarah, baru bisa jadi sebuah cerita bagi generasi berikutnya apabila ditulis dalam ukiran tinta.

akwah merupakan satu wahana untuk menyampaikan kebenaran, ilmu pengetahuan, informasi, amar ma’ruf dan nahi munkar di tengah masyarakat. Misi dakwah untuk berikan pencerahan dan mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju terang-benderang dengan cahaya Islam yang bersumber dari AlQuran dan Hadist.

ketika terpikirkan bahwa sesuatu baru menjadi lebih bermakna apabila dituangkan dalam goresan tinta. Berangkat dari keinginan untuk berkarya, maka tulisan ini bermaksud untuk menggambarkan bagaimana penting dan maknanya dakwah melalui tulisan.

Tugas dakwah diemban oleh para Rasul dan Nabi. Akan tetapi, setelah kenabian berakhir, maka tugas tersebut dilanjutkan oleh para ulama dan aktivis dakwah seperti para daiyah dan muballighah.

Dalam Islam dakwah memiliki beberapa cara antara lain: bil lisan, bil qolam dan bil haal. Ketiganya memiliki fungsi, metode dan sasaran masingmasing. Akan tetapi, tulisan ini akan difokuskan untuk membahas mengenai dakwah bil qolam.

Lantas pertanyaannya kemudian, mengapa seseorang menulis? Jawabannya pasti tidaklah seragam. Plato mengatakan bahwasanya pikiran manusia terekam di ujung pena mereka. RA Kartini dalam surat kepada kawankawannya, menyatakan bahwa menulis adalah proses bekerja untuk keabadian.

Dakwah bil qolam berasal dari dua suku kata. dakwah, artinya ajakan sedangkan qolam artinya pena atau tulisan. Secara terminologi dakwah adalah menyampaikan seruan Islam, mengajak dan memanggil umat manusia agar menerima serta mempercayai keyakinan dan pandangan hidup Islam. Sebagaimana firman Allah Swt :

Ignas Kleden percaya bahwa menulis merupakan tata cara untuk mengumumkan dan menyuarakan pendapat dari penulisnya. Oleh karena itu menulis adalah sebuah tahapan ilmu pengetahuan yang sangat penting. Saking pentingnya, hal itu menjadi nama salah satu surat dalam Al—Quran yaitu Surat Al-Qolam.

“Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk,” Qs. An-Nahl : 125.

Seiring dengan itu sangat disayangkan, sebagaimana menurut Asep Nurdin, realitas mengatakan bahwa ulama kita saat ini sedikit yang bergelut dalam dunia dakwah bil qolam. Kebanyakan dari mereka hanya piawai berdakwah dengan cara billisan seperti, ceramah, tabligh, dan khutbah.

Sebagaimana firman Allah SWT: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung,” QS. Ali Imran: 104. Kewajiban berdakwah dibebankan kepada seluruh kaum muslim. Kewajiban dilakukan dengan berbagai cara dan metode, seperti melalui perkataan, perbuatan sebagai contoh keteladanan. Berdakwah juga tidak sebatas ucapan tapi juga melalui berbagai sarana, baik itu lewat goresan tinta maupun dakwah dengan media cetak dan elektronik. Sehingga untuk melakukan hal terse harus dilewati melalui beberapa fase yaitu reading; writing; transleting; memorizing dan transforming. Berkarya dalam tulisan susah-susah gampang. Terkadang terasa enggan, namun suatu waktu terasa ingin. Enggan karena merasa tak punya waktu, terlalu sibuk dengan kegiatan, dan tak punya ide. Terkadang keinginan menulis datang

32

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

Makna Dakwah Bil Qolam

Kata qolam merujuk kepada firman Allah Swt surat al-Qolam ayat 1: “Nun, perhatikanlah Al-qolam dan apa yang dituliskannya.”. Qolam dalam ayat tersebut diterjemahkan sebagai pena (sebuah alat untuk menulis). Jadi, dakwah bil qolam dakwah dengan menggunakan pena, atau tulisan melalui buku, artikel, bu-

Namun, tidak piawai menuangkannya dalam sebuah bentuk tulisan terlebih lagi berusaha untuk mempublikasikannya dalam media massa. Padahal, kalau melihat sejarah peradaban Islam, banyak ulama salafi yang mengabadikan dan menyebarluaskan pandanganpandangan ke-Islamannya melalui tulisan. Mereka telah melahirkan sejumlah “kitab kuning” yang sampai saat ini


masih digunakan sebagai buku teks kaum santri di pondok pesantren dan rujukan di berbagai perpustakaan.

Kekuatan Dakwah Bil Qolam Pentingnya dakwah bil qolam ini harus disadari oleh Umat Islam hari ini, terlebih lagi khususnya bagi insan akademik. Karena seorang akademisi harus memiliki minimal dua kompetensi seperti beretorika dan menulis dalam karya. Media cetak dan melektronik menuntut kita untuk cerdas, tanggap responsif terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, beberapa hal yang dapat menjadi kiat dalam berkarya: Pertama, Tumbuh kembangkan ide dan gagasan setiap saat dan dimana saja. Berusaha mencari ide dan inspirasi yang bernas merupakan prasyarat bagi seseorang untuk berkarya. Terkadang karya yang besar dimulai dari hal-hal yang kecil. Kesadaran dan perhatian terhadap lingkungan sekitar dapat memberi inspirasi dan gagasan dalam menuangkan cipta. Kedua, Memperbaharui semangat dan motivasi. Agama selalu menuntun kita untuk beramal dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Motivasi dan semangat harus terus dibangun dengan tulus ikhlas. Keyakinan bahwa bila ingin meraih puncak harus dipicu dengan ketekunan dan kegigihan. Maka semangat untuk melakukan bahwa seribu langkah harus dimulai dengan satu langkah. Spirit inilah yang akan menggiring kita untuk berkarya. Ketiga, konsistensi dan kontinuinitas dalam berkarya. Terkadang penyakit bosan dan jenuh sering menghantui sang penulis. Godaan ini harus ditepis dengan sikap istiqomah (konsistensi) dan istimrar (continue) dalam berkarya. Kreatifitas dan inovasi akan membuat seseorang mampu untuk menghadapi ujian. Peningkatan mutu dan kualitas penulisan perlu

menjadi perhatian. Konsistensi dalam berkarya harus terus dibangun dengan cahaya kebenaran. Keempat, memperkaya referensi dan penggunaan media. Menulis tanpa referensi bacaan akan terasa kering. Maka membaca adalah prasyarat seseorang untuk mampu menulis. Maka perintah Allah SWT yang pertama bagi kita adalah banyak membaca, karena membaca adalah jendela ilmu pengetahuan. Dengan memperkaya referensi dan penggunaan teknologi informasi dewasa ini ilmu akan terasa lebih bermakna. Kelima, jadikan karya sebagai amal jariyah. Kita memahami bahwa ilmu yang hanya disimpan dalam memori akal—tanpa menulisnya, akan berakhir setelah kematian sang pemilik ilmu tersebut.

DOSEN Fakultas Agama Islam UNIVERSITAS ISLAM RIAU

Tapi jika ilmu itu dituangkan dalam bentuk karya tulis, meskipun pemiliknya sudah tiada, ilmu itu akan tetap bermanfaat dan menjadi amal jariyah bagi pemiliknya. Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa dakwah bil qolam adalah tanggung jawab bersama, terutama bagi insan akademik. Dakwah bil qolam dapat kita lakukan sebagai prestasi dan dedikasi. Dakwah bil qolam dapat menjadi pengabdian dan manifestasi dari karya kita yang dapat dikenang sepanjang hayat. Semangat dan tradisi para ulama yang senantiasa, mentransformasikan ilmu mereka kepada generasi harus kita tumbuh kembangkan. Karena dari karya tersebutlah kita dapat mengubah dunia. Baik buruknya negeri dan generasi tergantung kepada apa yang kita wariskan kepada mereka. Melalui tulisan ini marilah kita hidupkan “budaya menulis, budaya berkarya� sehingga kita dapat memberikan kontribusi pemikiran untuk kemajuan dunia di masa yang akan datang. Wallahu a’lam bisshawaab. AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016 AKLaMASI - EDISI 10 -MARET 2016

33


EMPER LANGIT

Foto: Istimewa

TERUS BERINOVASI Ade Ciptakan Aplikasi Oleh Rifal Fauzi

“”

Saya lebih suka mencipta, dari pada me-hacker. (ADE RIDHO)

34

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

I

dimulai dengan keinginan masa kecilnya untuk menjadi seorang penemu seperti Thomas Alva Edison dan Albert Einstein .

Bersama komunitasnya–Circlebit Lab, Ade begitu ia dipanggil—telah membuat tujuh program aplikasi untuk platform web dan mobile. Keinginan untuk menciptakan program tersebut

Namun, Ade berdalih ke dunia IT sebab jarang belajar fisika ataupun kimia. “Saya bingung belajar Fisika, kenapa harus menghitung kecepatan buah kelapa yang jatuh dari pohonnya,” ujarnya.

a merupakan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau angkatan 2013, yang begitu maniak dalam bidang Information and Technology (IT).


Sebelum mulai membuat komunitasnya, Ade pernah bekerja di PT Sumatera Data—dengan membuat aplikasi sistem pendaftaran online Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Namun, aplikasi tersebut banyak ditolak oleh sekolah di Perawang—salah satu daerah di Provinsi Riau. Lalu Ade pun membuat program School SMS (Sort Message Service). Program tersebut berfungsi untuk mengetahui siswa yang bolos. “Jika ada siswa yang tidak hadir, maka namanya akan terkirim ke handphone orang tua siswa tersebut,” jelasnya. Pada tahun 2014, Ade pun terpaksa berhenti bekerja di perusahaan tersebut. Sebab induk perusahaannya terjaring kasus korupsi. Bersama dengan karyawan lain— yang juga terkena Pemberhentian Hak Kerja (PHK), Ade membuat program lagi yaitu Buku Tamu Online. Buku Tamu Online ini berhasil ia ciptakan. Ada dua perusahaan yang pernah memakai programnya tersebut, seperti Rinol dan XLAsiata. Pada tahun itu juga, Ia dan temannya—Rahmat, Bayu, Imran dan Fajar—membuat komunitas yang diberi nama Circlebit Lab. Bersama komunitas inilah Ade membuat tujuh aplikasi program, seperti: Mini Raft, Kamus Indonesia-Jepang offline, Mblo Chat, Tukang Kayu, Ngepo, Puzzle 48 dan Tebak Kata. Ketujuh program tersebut Ade kembangkan bersama temannya

saat waktu kosong. Namun, sekarang Ade tengah fokus mengembangkan Mblo Chat. ”Saya inginnya tahun 2016 nanti, agar program Mblo Chat ini memiliki satu juta user,” harapnya. Mblo Chat adalah aplikasi untuk perangkat android yang digunakan untuk membantu para remaja yang belum memiliki kekasih (jomblo) untuk menemukan kekasihnya. “Aplikasi ini mudah digunakan, karena tidak perlu registrasi, daftar maupun tambah kontak, hal yang perlu kita lakukan hanyalah men-download aplikasi ini di aplikasi Store. Dengan ukuran file 2,9 MB (Mega Byte), aplikasi ini cukup ringan untuk gadget,” terangnya. Saat ini, Ade mengungkapkan bahwa Mblo Chat sudah di download oleh ribuan orang di App Store dan mendapatkan rating di atas empat bintang. Artinya, banyak orang suka dengan aplikasi tersebut. “Kalo secara jumlah Alhamdulillah meningkat, total download saat ini 9000-an, tapi tercatat di playstore masih 5000. Karena hitungannya by range: 1000-5000, 5000-10.000—dan seterusnya,” jelas Ade. Mengenai penghasilan yang didapat dari aplikasi yang dibuat Circlebit Lab Ade mengatakan meskipun sudah didownload oleh lebih dari 9.000 orang namun Ade mengaku ia tidak dapat uang sebab aplikasi itu gratis. “Penghasilan hanya didapat dari iklan yang tayang dari chat, misalnya ada orang sedang nge-

chat dengan aplikasi Mblo Chat lalu iklan muncul disitu kami mendapatkan uang,” jelas Ade. Ade menjelaskan lagi bahwasanya besar kecilnya iklan tergantung wilayah nya, jika di Amerika, Kanada dan Eropa jumlah iklan yang tayang bisa puluhan dan belasan dollar per 1000 tayang namun jika di Indonesia biaya iklannya adalah $0,2.-. Ade juga mengatakan, aplikasi Mblo Chat tersebut masih baru. Sebab ia mengerjakannya pada liburan lebaran tahun 2014 lalu. “Sudah lima bulanan lah aplikasi ini dirancang,” tuturnya. Mahasiswa pengagum Steve Jobs ini juga mengatakan, bisnis di IT merupakan unpredictable business (tidak bisa diprediksi). Kadang naik juga bisa turun. Hal ini ia contohkan dengan kejadian yang ia alami pada 2014 lalu. Mengenai persaingan aplikasi, Ade mengatakan bahwa ketika game Angry Bird booming, dengan mudah tergantikan oleh Flappy Bird. Tak lama setelah itu, Flappy Bird pun mulai hilang. Artinya persaingan aplikasi tersebut lebih cenderung pada aspek kemudahan akses dan keunikannya. Sekarang Ade dan temannya, tengah menggarap sebuah proyek aplikasi. Namun, ia tidak ingin menjelaskan detail jenis aplikasi apa yang digarapnya tersebut. “Karena masih kita kerjakan, jadi nggak bisa banyak kita infokan dulu. Yang jelas jenisnya sosial media. Cuma, bukan sosial media pertemanan seperti Facebook dan lainnya.”

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016 AKLaMASI - EDISI 10 -MARET 2016

31 35


LAPORAN KHUSUS

PERKEMBANGAN INTERNET

DIINDONESIA Oleh Wahid Irawan

M

ARK ZUCKERBERG DATANG MENEMUI Presiden Joko Widodo pada 13 Oktober 2014 lalu. Kedatangannya ke Indonesia, ingin membuat kerjasama agar internet bisa membuat semua orang terhubung. Benarkah selama ini kita belum melakukan hal yang dimaksudkan Mark? Sehingga ia jauh-jauh datang menemui Joko Widodo hanya untuk membuat internet murah dan bisa dinikmati semua orang? Menanggapi hal tersebut, Onno W Purbo berikan kritikannya di media massa. Saat ditanyakan kembali persoalan kritikannya terhadap kedatangan Mark, ketika ia berkunjung ke Universitas Islam Riau pada Sabtu, 18 Oktober 2015 lalu, Onno mengatakan, bahwa internet.org itu bagus. Dalam arti, dia berusaha menyakinkan pimpinan negara bahwa internet harus murah dan ada di mana-mana. Semua orang bisa mengaksesnya. “Pertanyaannya, apakah kita tahu, internet di Indonesia ada di mana? Teknologinya tahu nggak supaya internet murah ada di manamana? ” ujarnya. Menurut Onno, dari zaman dulu, orang berusaha supaya internet itu murah. Seperti pergi ke warung internet (Warnet). “Dari dulu sudah ada warnet kan? Terus pernah dengar Wajan Bolik tadi? pernah dengar rt/rw net? Itu karya siapa? Semua itu karya bangsa Indonesia. Pertanyaannya, karya ini bisa bikin Internet murah nggak? Warnet, Wajan Bolik, rt/rw net, bisa nggak bikin internet murah? Ya bisa. Ca-

36

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

ranya satu langganan dibagi sama banyak user. Jadi murah, rt/rw net juga sama. Jadi sebetulnya sej ak zaman dulu kala kita sudah bikin itu. Pertanyaannya emang pemerintah peduli. Nggak peduli kan,” tuturnya. MUNCULNYA SITUS INTERNET DUA dekade Tim Berners-Lee menulis kode untuk World Wide Web. Kita lebih mengenal dengan sebutan web, yang bekerja sebagai sistem dokumen hypertext yang bisa diakses melalui internet. Pada 1990, Tim Berners-Lee membangun web menyimpan “hypertext halaman” yang bisa dilihat oleh “browser”. Hiperteks adalah cikal bakal web. Web dapat berisi teks, gambar, video, dan multimedia, penghubungnya menggunakan hyperlink. Perannya sangat besar dalam mengembangkan standar web, dan mempopulerkan penggunaan internet. Tapi, web tidak identik dengan internet, karena web—aplikasi yang dibangun dan dijalankan oleh internet. Tim Berners-Lee adalah penemu web kelahiran Inggris 1955. Ia sudah merancang World Wide Web sejak bekerja pada CERN, Laboratorium Fisika Partikel di Jenewa, Swiss. Sejak Oktober 1990 ia mulai bekerja dan program World Wide Web tersedia kali pertama dalam CERN bulan Desember, dan internet musim panas 1991.

http://info.cern.ch dan dimasukkan online pertama kali pada 6 Agustus 1991.

Web pertama yang dirancang Tim Berners-Lee beralamat di

Yaitu ARPANET, bagian dari projek ARPA (United States Department


Infografis: Dede Mautiara Yaste

of Defense Advanced Research Projects Agency) yang mengawali pembentukan internet pada 1969. Menurut pencarian di laman cyberlearning.web.id/wiki/index. php/Internet#mw-head soal ke-

munculan internet, pada 1 Januari 1983, ARPANET menukar protokol rangkaian pusatnya dari NCP ke TCP/IP. Yang merupakan awal internet yang kita kenal hari ini. Sekitar 1990-an internet telah

berkembang dan menyambungkan kebanyakan pengguna jaringan komputer yang ada. Secara etimologi, internet—kependekan dari interconnected-networking—bisa dibilang rangkaian komputer yang AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

37


LAPORAN KHUSUS terhubung di dalam beberapa rangkaian. Rangkaian internet yang terbesar disebut internet (dengan ‘I’ besar). Cara menghubungkan rangkaian kaedahnya dinamakan internetworking. Internet dijaga oleh perjanjian multilateral dan spesifikasi teknikal (protokol yang menerangkan tentang perpindahan data antar rangkaian). Hal ini dibentuk berdasarkan Internet Engineering Task Force (IETF). Badan ini mengeluarkan dokumen RFC (Request for Comments), yang sebagian dari RFC dijadikan standar internet oleh Badan Arsitektur Internet. INTERNET DI INDONESIA PADA 1990-an internet di Indonesia bermula. Tapi, internet di Indonesia lebih sebagai wadah perkumpulan, dengan semangat kerjasama, kekeluargaan dan gotong royong atau istilahnya paguyuban network. Berbeda dengan perkembangan internet sekarang, yang lebih mengarah ke komersial dan invidual di aktivitasnya. Nama-nama seperti M. Samik Ibrahim, Robby Soebiakto, dan Onno W. Purbo punya kontribusi besar terhadap awal pembangunan internet di Indonesia pada 1992 hingga 1994. Perkembangan internet di Indonesia bisa dilacak di beberapa artikel di media massa, seperti Kompas, maupun majalah elektronik yang diampu Himpunan Mahasiswa Elektro ITB pada 1989. Aktivitas awal internet di Indonesia banyak bermula dari kegiatan amatir radio pada 1986. Bermodal pesawat Transceiver HF SSB Kenwood TS430 dan komputer Apple II, belasan anak muda ITB termasuk Onno W. Purbo berguru pada pakar senior amatir radio di Indonesia seperti Robby Soebiakto. Robby Soebiakto meyakinkan Onno W Purbo, bahwa masa depan teknologi jaringan komputer akan beralih pada protokol TCP/ IP. TCP/IP inilah nantinya basis untuk pembuatan web. Dari

38

kegiatan

amatir

radio

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

inilah, akhirnya terbentuk mailing list. Mahasiswa Indonesia di luar negeri pada 1990-an membangun tempat diskusi di Internet yang disebut mailing list. Salah satu yang pertama indonesians@janus dan berkeley.edu komunitas diskusi di dunia maya. Internet Service Provider atau ISP Indonesia kali pertama ialah Ipteknet http://www.iptek.net.id yang beroperasi awal 1994. Menurut keterangan cyberlearning.web: id yang banyak mengulas soal sejarah internet Indonesia yang ditulis Onno W. Purbo. Dijelaskan pada 1994-an mulai beroperasi PT. Indointernet http://www.indo.net.id atau IndoNet yang dipimpin paruh waktu oleh Sanjaya. IndoNet merupakan ISP komersial pertama Indonesia yang awalnya memanfaatkan lisensi PT. Lintas Arta. Awalnya sejak 1988, perusahaan Inggris CIX menawarkan jasa email dan newsgroup juga akses http dan FTP. Tapi masih sangat mahal, harus mengakses pakai modem 1200 bps dan saluran telepon internasional, karena itu begitu mahal. 1989 Compurse dari AS juga menawarkan email dan newsgroup HTTP/FTP. Pengguna Compuserve masih memakai modem yang dihubungkan dengan Gateway Infonet di Jakarta. Masih mahal memang, tapi lebih murah dari CIX. Makin berkembangnya internet, muncul perusahaan jasa internet, webhosting. Operasi di luar Indonesia, Regex/ Webindonesia maupun dalam negeri Cakraweb, Indoglobal. Mereka berkiprah dalam bisnis search engine. Perkembangan internet yang cepat, membuat perhatian Onno W. Purbo terhadap internet begitu dinamis. Dulu ia lama berkecimpung dalam dunia radio komunitas, kini Onno W. Purbo melihat hal yang lain. “Hari ini yang seru bukan radio. Tapi tv di internet. Contoh yang paling sederhana dan sering kita tonton namanya Youtube. Pernah kepikir nggak kita bikin Youtube sendiri. Kita siaran aja di internet.”

Foto: Ade Kurniawan Siregar

Ia menjelaskan soal tv internet, yang menurutnya bisa dibuat dengan modal sederhana. Cukup smartphone android untuk melakukan siaran. Dengan menginstal software os broadcaster maupun arodcamp. Ia menyebut nama Handri Johandri, yang disebutnya berpikiran ‘gila’ karena menganjurkan membuat tv di internet. “Terus koordinasi sama Handri Johandri, ‘minta dong akun buat streaming,’ udah dikasih. Kita bisa streaming, kita bisa bikin tv di internet. Kalau kayak tv MNC dan sebagainya, modalnya miliaran, puluhan miliar mungkin buat bikin studio tv. Ini modalnya handphone. Harganya berapa? Sejuta dua juta udah bisa bikin tv,” katanya. Alasannya sederhana, “...ratarata udah nontonnya ke arah internet semua. Tv biasa udah mulai nggak di tonton. Tapi kalau kita nontonkan rugi ya—kita cuma jadi pemirsa aja, dengan teknologi


INTERNET: Mahasiswa UIR tengah menikmati fasilitas Wifi di gedung BAIT, Selasa (2/3/2016)

yang ada kita bisa jadi tv nya kan— mending bikin tv sekalian. Ngapain kita nonton doang kan.” KEHADIRAN WARNET WARNET hadir di antara para aktivis internet Indonesia pada 1997-1998. Bentuk warnet sebuah kios yang memiliki banyak komputer disewakan untuk akses internet. BoNet yang terletak di Café Botanicus tengah Kebun Raya Bogor disebut sebagai warnet pertama yang berdiri pada 1 Juli 1995. Tahun selanjutnya, warnet tambah pemain seperti Wasantara dari PT. Pos Indonesia. Hadirnya warnet, juga kerap dipandang sebagai tempat seperti pornografi, software bajakan berserakan. Tak jarang, aksi sweeping dilakukan. Sweeping warnet sudah sejak lama dilakukan pemerintah. Kebanyakan kejadian sweeping Warnet terjadi di 2005 pada saat ke pemimpinan SBY-JK, dan Sofyan

Djalil sebagai Menteri Komunikasi dan Informasi. “Itu di-sweeping sama Menkominfo. Dia mbilin barangnya sama Menkominfo. Kejadian di Purwakarta, lagi di-sweeping. Pada nge-tweet ke saya. Saya tweet lagi ke menterinya. ‘Ini gimana ni anakanak di-sweeping’. Menterinya bilang, itu bukan bagian saya. Saya nggak tanggung jawab bagian itu. Langsung angkat tangan. Padahal yang nye-weeping anak buahnya.” kata Onno W. Purbo. KONDISI INTERNET UIR MULA pengadaan internet di Universitas Islam Riau (UIR), saat ditanya—Abdul Syukur—Kepala Biro Akademis (BAIT) UIR mengatakan untuk kepastian tahun berdirinya, ia tidak tahu kapannya. Karena baru menempati posisinya sejak 1 September 2015. Memantau aktivitas penggu-

naan internet di UIR, ia mengungkapkan bahwa, pengguna paling banyak dalam pantauannya yaitu di gedung rektorat—untuk streaming. Abdul mengenal IT sejak 2003. Ia mengaku dari daerah dan tergolong gagap teknologi (Gaptek). Pada 2005, ia magang (KP) dan mengenal internet. Baru bisa buat email. Mengenai fasilitas internet di lingkungan kampus, ia ungkapkan bahwa sembilan fakultas yang ada di UIR, ditambah satu sekolah dan Pascasarjana—sudah memiliki jaringan. “Jaringan internet di UIR sudah tersebar di seluruh fakultas, tapi belum maksimal. Hari ini pihak BAIT gunakan pihak luar—outsourcing. Gedung Pascasarjana merupakan satu-satunya gedung yang jarigannya bisa dipertahankan. Kalau saya ke fakultas, ada yang bagus dan ada yang tidak.”

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

39


DATA PEMUNCAK PARA PEMUNCAK WISUDAWAN TINGKAT MAGISTER, FAKULTAS DAN UNIVERSITAS PADA WISUDA KE-68 DAN PASCA SARJANA KE-31 UNIVERSITAS ISLAM RIAU 30 JANUARI 2016 I. TINGKAT UNIVERSITAS PEMUNCAK UNIVERSITAS (PASCASARJANA) Nama: ANDRI JAYA PUTRA Tempat/ Tgl. Lahir: Pekanbaru, 17 Desember 1982 NPM: 1331120001 Program Studi: Teknik Sipil IPK: 3,76 Predikat Kelulusan: Dengan Pujian Nama Orangtua: Basri

PEMUNCAK UNIVERSITAS (SARJANA) Nama: ANDIKA YULIANTO Tempat/ Tgl. Lahir: Ponorogo, 31 Juli 1989 NPM: 122410083 Program Studi: Pendidikan Agama Islam IPK: 3,89 Predikat Kelulusan: Dengan Pujian Nama Orangtua: Djoko Supeno

II. TINGKAT FAKULTAS (S.1) FAKULTAS HUKUM Nama: NURUL HIDAYAT Tempat/ Tgl. Lahir: Pariaman, 20 April 1981 NPM: 111010403 Program Studi: Ilmu Hukum IPK: 3,49 Predikat Kelulusan: Sangat Memuaskan Nama Orangtua: Syafruddin Ajung

FAKULTAS AGAMA ISLAM Nama: ANDIKA YULIANTO Tempat/ Tgl. Lahir: Ponorogo, 31 Juli 1989 NPM: 122410083 Program Studi: Pendidikan Agama Islam IPK: 3,89 Predikat Kelulusan: Dengan Pujian Nama Orangtua: Djoko Supeno

FAKULTAS TEKNIK Nama: ANDRO TOROSELA Tempat/ Tgl. Lahir: Pekanbaru, 20 Juli 1993 NPM: 113210001 Program Studi: Teknik Perminyakan IPK: 3,89 Predikat Kelulusan: Sangat Memuaskan Nama Orangtua: Swirta Hermansyah, S.H

FAKULTAS PERTANIAN Nama: DESSY MAYARIZA Tempat/ Tgl. Lahir: Pulau Kijang, 2 desember 1993 NPM: 114110003 Program Studi: Agroteknologi IPK: 3,89 Predikat Kelulusan: Dengan Pujian Nama Orangtua: Drs. Zaiunuddin

40

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

FAKULTAS EKONOMI Nama:WINDRA ADMIRZA R Tempat/ Tgl. Lahir: Bengkalis, 6 Maret 1992 NPM: 105210488 Program Studi: Manajemen IPK: 3,80 Predikat Kelulusan: Dengan Pujian Nama Orangtua: Ahmad FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Nama: RAMADHAN Tempat/ Tgl. Lahir: Air Molek, 3 Maret 1993 NPM: 116710488 Program Studi: Pendidikan Sendratasik IPK: 3,86 Predikat Kelulusan: Dengan Pujian Nama Orangtua: Anwar FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK Nama: ARI PERDANA Tempat/ Tgl. Lahir: Pontianak, 12 Desember 1992 NPM: 117310095 Program Studi: Ilmu Pemerintahan IPK: 3,73 Predikat Kelulusan: Dengan Pujian Nama Orang Tua: Suwiji FAKULTAS PSIKOLOGI Nama: NUR’AINI Tempat/ Tgl. Lahir: Bangun Raya Sari, 6 Juli 1993 NPM: 118110061 Program Studi: Psikologi IPK: 3,36 Predikat Kelulusan: Sangat Memuaskan Nama Orangtua: Lasiwan FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI Nama: INDAH PUSPITA SARI Tempat/ Tgl. Lahir: Binjai, 17 Maret 1994 NPM: 119110109 Program Studi: Ilmu Komunikasi IPK: 3,87 Predikat Kelulusan: Dengan Pujian Nama Orangtua: Supendi


PROFIL PEMUNCAK

Andika Si Pemuncak UIR Kantongi IPK 3,89 Oleh Sustriyanto

Foto: Ade Kurniawan Siregar

D

engan mengantongi IPK 3,89, ia dinobatkan sebagai pemuncak universitas pada wisuda periode pertama di tahun 2016. Di balik prestasinya di bidang akademik, siapa sangka ia memiliki latar belakang yang menarik. Sabtu sore sekitar pukul 15.00, dua Reporter AKLaMASi—Sustriyanto dan Ade Kurniawan—menjumpai Andika Yulianto—Pemuncak universitas asal Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam (FAI) di kediamannya—Kubang. Saat kedatangan, dengan baju training hijau dengan sedikit baret kuning, ia terlihat habis bekerja. Dengan sopan, ia mempersilahkan duduk. Tahu maksud dan tujuan kami, tak lama Andika mulai mengenang awal mula ia menginjakkan kaki di Pekanbaru—delapan tahun silam. Tahun 2008, saat ia putuskan merantau dari daerah kelahirannya—Ponorogo ke Pekanbaru, guna cari kerja. Niat Andika putuskan bekerja, sempat dilarang ayahnya—karena inginkan Andika kuliah, bukan bekerja. Awalnya, tak ada niat Andika kuliah. Ia ingin bekerja—bantu kedua Orangtua dan biaya pendidikan adik-adiknya. Ya, ia adalah si sulung dari tiga bersaudara. “Selama bekerja di Riau, saya sanggup biayai adik-adik dan sekarang, adik nomor dua sudah lulus SMA,” ungkap pemuda kelahiran 31 Juli 1989 tersebut.

Di salah satu perusahaan mobil ternama, adalah tempat pertama ia bekerja saat datang ke Pekanbaru—sebagai teknisi. Ia tamatan SMK—jurusan Elektronical Industry. Menjadi seorang perantauan, ia tinggal di salah satu mesjid di Panam—Al Mujahiddin. “Saat itu saya diizinkan tinggal di sana, dekat Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska). Mungkin karena saya lulusan pesantren juga,” katanya. Dengan logat jawanya yang khas, ia lanjut bercerita. Tahun 2011, kontrak kerjanya di perusahaan tersebut habis. Ia beralih menjadi sopir pribadi seorang ibu yang berprofesi dokter. Setiap hari ia bertugas mengantar dokter tersebut bekerja di beberapa rumah sakit besar di Pekanbaru. Lambat laun, keinginannya untuk kuliah muncul. Ia meminta saran dan izin kepada dokter tersebut—sebagai orang dekatnya di Pekanbaru. “Saat itu buk dokter bilang, kalau ingin kuliah harus serius, kalau hanya untuk mengejar gelar lebih baik tidak usah,” terangnya. Andika juga mengatakan, banyak saran dan syarat yang diberi ibu dokter kepadanya sebelum kuliah. Seperti target yang harus di capai, kapan wisuda dan lainnya. Andika mengatakan, bahwa target-target tersebut ia tempel di dinding kamarnya, sebagai pemacu motivasi. ”Di kamar itu, saya banyak tempelkan beberapa target selama kuliah. Seperti IP dan target selesai kuliah tahun 2015 pun saya tempel. Alhamdulillah tercapai,” ungkapnya.

Tahun 2012. Andika diterima di Universitas Islam Riau dengan jurusan Pendidikan Agama Islam—Fakultas Agama Islam. Andika memilih kelas sore. Walaupun dilakukan sambil bekerja, bukan berarti Andika tak fokus. Ia bahkan diamanahkan jadi ketua di kelas yang beranggotakan 16 orang itu. Urusan belajar pun Andika tidak main-main. Ia mengatakan, akan tetap masuk meskipun terlambat karena bekerja. “Dosen pun terbiasa dengan keterlambatan saya masuk kelas. Mereka mengerti kalau saya bekerja, jadi tetap diizinkan masuk,” tutur Andika lebih lanjut. Di sela-sela mengantar bu dokter bekerja, Pemuncak universitas ini sempatkan untuk belajar dan membaca. Ia mempunyai ide cerdik dengan membuat tempat buku di bagasi belakang mobil, karena sebagai seorang sopir sekaligus mahasiswa ia sadar tak cukup waktu jika hanya membaca sepulang bekerja. “Mobil buk dokter itu lumayan besar. Di bagasi belakang itu, saya jadikan tempat untuk bukubuku yang akan saya baca,” terangnya. Dalam menyelesaikan kuliah, Andika mengangkat judul Implementasi Penilaian Otentik Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMAN 08 Pekanbaru di skripsinya. Harapannya kedepan, ia ingin dapat apresiasi dari kampus. “Saya berharap mendapat apresiasi dari kampus untuk melanjutkan S2 di UIN Sunan Kalijaga.” Tutup Andika. AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

41


RESENSI

Arti Sebuah

Perjuangan Oleh: Ade Kurniawan Siregar

Judul : Everest Sutradara : Baltasar Kormakur Rilis : 18 September 2015 Durasi : 150 Menit Genre : Adventure, Drama, Thriller

F

ilm yang disutradarai oleh Baltasar Kormakur ini diadaptasi dari sebuah buku berjudul “Into Thin Air : A Personal Account of the Mt. Everest Disaster� yang diangkat dari sebuah kisah nyata sehingga menimbulkan efek yang terkesan natural. Buku serta film everest menceritakan tentang sebuah petualangan, persaudaraan dan Cinta, yang didedikasikan untuk para pendaki yang tewas dalam kisah yang terjadi pada tahun 1996. Rob hall yang diperankan oleh Jason Clarke merupakan pemimpin tim ekspedisi gunung Everest yang berasal dari New Zealand. Tekad Rob yang sudah semakin bulat untuk mendaki gunung everest membuatnya harus meninggalkan istrinya yang saat itu sedang mengandung, namun Rob yakin

42

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

atas kekuatan cinta mereka berdua ia akan kembali dengan selamat dan dapat melihat anaknya terlahir ke dunia.

gan yang harus mereka hadapi tidaklah mudah, banyak rintangan dan permasalahan yang harus dilalui.

Selain Rob sebagai tokoh utama, dalam film Everest ini juga menampilkan pendaki professional yaitu seperti Scott Fischer (Jake Gyllenhaal), Guy Cotter (Sam Worthington), Andy Harris (Martin Henderson), Yasuko Namba (Naoko Mori), Beck Weathers (Josh Brolin), Doug Hansen (John Hawkes), Anatoli Boukreev (Ingvar Eggert Sigurdsson) dan Jon Krakauer sebagai sang penulis buku dalam film ini diperankan oleh Michael Kelly.

Beberapa dari mereka terkendala masalah pada kesehatan yang disebabkan oleh suhu yang semakin menurun dan menyebabkan Hypotemnia atau mereka juga sudah termakan oleh usia. Permasalah klimaks dari film ini adalah terjadinya badai setelah beberapa saat mereka mencapai puncak gunung Everest, disini persaudaraan mereka semakin erat dengan saling melindungi satu sama lain dari bahayanya badai.

Petualangan mereka berawal dari satu tujuan yang sama untuk mencapai puncak tertinggi di dunia, pesaudaraan mulai terjalin diantara mereka setelah mereka disatukan dalam sebuah tim. Namun perjuan-

Setelah badai menerjang, tim Rob Hall sudah saling berpencar. Dengan terus berkomunikasi dengan posko utama ia mengetahui bahwa banyak dari kawannya sudah tiada. Rob sendiri terjebak


dalam salju bersama Guy Cotter, yang sebelumnya Rob membantu Doug Hansen karena kehabisan oksigen. Namun tidak beberapa lama Guy Cotter tidak bisa bertahan, Rob harus melihat kawannya menghembuskan nafas terakhir. Rob akhirnya bertahan sendiri dan terus berusaha untuk dapat menggerakkan badannya yang tertimpa salju yang semakin menebal. Keadaan semakin menegangkan saat tim penyelamat ingin menolong Rob dan pada saat itu kembali terjadi badai yang semakin dahsyat, keadaan ini membuat tim penyelamat terpaksa harus kembali ke posko dan gagal menolong Rob yang semakin kritis. Saat Rob sudah mulai putus asa, tim penyelamat yang berada di posko menyambungkan komu-

nikasi Rob dengan istrinya melalui telefon satelit. Ia mendapatkan kekuatan baru untuk kembali bertahan, namun Rob merasa dirinya memang sudah tidak mampu lagi, ia berpesan kepada istrinya untuk menjaga anak mereka dengan kasih sayang dan memberinya nama Sarah. Setelah semalaman bertahan tanpa tabung oksigen dan keadaan suhu yang semakin parah akhirnya Rob menghembuskan nafas terakhir. Film ini sangat menarik, apalagi bagi para pecinta film petualangan. Hal ini karena film ini memadukan biografi, adventure, dan juga berasal dari kisah nyata, seolah kita diajak dalam petualangan bersama Rob dan kelompoknya. Penonton juga ikut merasakan ketegangan demi ketegangan yang terjadi.

Awal dari film ini yang memperkenalkan satu persatu latar belakang tokoh sehingga mungkin akan membuat penonton merasa bosan, Namun secara keseluruhan film Everest ini terlihat sangat mampu dalam memberikan gambaran terjadinya sebuah tragedi maut di gunung tersebut. Sang sutradara juga tak terlalu memaksakan para pemain supaya dapat melakukan acting yang terlalu emosional namun dapat membawa emosi penonton dengan cerita yang unhappy ending. Banyaknya kejadian alam, sampai keindahan panorama alam yang real ada di gunung Everest pun disajikan, bahkan usai para pendaki mencapai sisi puncak gunung, penonton akan terbawa suasana dan seakan merasa ikut mendaki pada film ini. AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016 2016 AKLaMASI

43


SASTRA

Cerita-cerita Eduardo Galeano KRONIK KOTA HAVANA rang tuanya kabur ke utara. Pada masa-masa itu, dirinya dan revolusi sama-sama masih bayi. Seperempat abad sesudahnya, Nelson Valdes melanglang dari Los Angeles ke Havana untuk menyambangi kampung halamannya. Setiap siang, Nelson naik bus kota Guagua 68 dari depan hotel, untuk pergi membaca buku-buku tentang Kuba. Ia habiskan sore di Perpustakaan Jose Marti sampai malam tiba. Suatu siang, Guagua 68 mengerem keras-keras di persimpangan. Terlontar teriakan-teriakan protes atas sentakan mendadak itu, sampai para penumpang melihat mengapa supir mengerem: seorang perempuan yang sungguh aduhai baru saja menyeberang jalan. “Maafkan saya, tuan-tuan,” kata supir Guagua 68, dan ia pun keluar. Seluruh penumpang bertepuk tangan dan mendoakannya berhasil. Si sopir berjalan santai tanpa terburu nafsu, dan para penumpang melihatnya mendekati si bahenol yang kini berdiri di pojokan, bersandar di tembok, menjilati es krim. Dari Guagua 68, para penumpang mengikuti kian kemari gerak lidah mungil menjilati es krim itu seraya si supir terus bicara dan mengajak bicara tanpa ada hasilnya, sampai sekonyong-konyong perempuan itu tertawa dan memandang ke arahnya. Si supir memberikan isyarat jempol dan semua penumpang bertempik sorak, riuh rendah. Tapi ketika si sopir masuk ke kedai es krim, para penumpang mulai resah. Dan ketika ia keluar sebentar kemudian dengan es krim di masing-masing tan-

O

C

- EDISI 10 - MARET 2016 38 AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016 44AKLaMASI

gan, panik pun melanda. Mereka sembunyikan klakson. Ada yang menekannya sepenuh jiwa raga sampai bunyinya seperti alarm maling atau sirene kebakaran; tapi si sopir seperti tuli, ia cuek dan menempel pada si aduhai. Lantas dari barisan belakang Guagua 68, majulah seorang ibu dengan perawakan mirip peluru meriam dan raut muka penuh wibawa. Tanpa babi-bu ia duduk di kursi supir dan menginjak kopling. Guagua 68 melanjutkan rute, berhenti di tempat-tempat pemberhentian biasanya. sampai si ibu itu tiba di tujuannya dan ia pun turun. Penumpang lain ganti mengambil tempatnya untuk rentang tertentu, berhenti di setiap halte dan lantas penumpang lainnya lagi, dan lainnya lagi, begitu terus sampai Guagua 68 tiba di penghabisan . Nelson Valdes yang paling akhir turun. Ia lupa sama sekali soal perpustakaan. KRONIK KOTA RIO Tengah malam di Rio de Janeiro, Patung Kristus Penebus mengamati lanskap kota dari atas Bukit Corcov ado. Sosoknya bercahaya, sementara tangannya merentang, menebarkan kasih. Keturunan para budak, yang keleleran di jalan, numpang tidur saban hari di bawah naungan tangan-Nya. Seorang wanita tanpa alas kali berjalan gontai mendekati patung raksasa itu. Dia mendongak ke bagian wajah Kristus Penebus yang jauh di atas sana, berpendaran cahaya. Wanita itu berucap lirih. “Dia tidak bisa berada di sini lamalama. Aku dengar mereka mau membawanya pergi.” “Jangan khawatir,” sahut perempuan tunawisma lain di sebelahnya. “Kalaupun Dia pergi, nanti akan kembali.” Terlalu banyak manusia dibunuh polisi di kota ini. Lebih banyak lagi yang

mampus dihajar ekonomi. Tetabuhan pesta dan suara tembakan bergema, bersahut-sahutan di kota yang berkalang kekerasan. Tapi ada alasan tambur dimainkan lebih sering dibanding alat musik lainnya. Setiap dentuman memberi penghiburan dari rasa benci dan dendam kesumat. Ini cara warga memanggil tuhan-tuhan nenek moyang, yang dulu mukim di Afrika. Sebab, Kristus yang sendirian memang tidak bisa diandalkan. KRONIK KOTA BUENOS AIRES Pertengahan 1984, aku melawat ke River Plate. Saat itu tepat 11 tahun setelah aku tak lagi menginjakkan kaki di Montevideo; delapan tahun dari terakhir kali bermukim di Buenos Aires. Aku minggat dari Montevideo karena tak sudi menjadi tahanan. Sedangkan alasan enyah dari Buenos Aires, lantaran aku masih ingin hidup. Pada 1984, rezim dictator militer Argentina sudah tumbang, walaupun masih terserak jejak darah dan kenistaan yang sulit dihapus di banyak tempat. Di tahun itu pula, rezim dictator Uruguay tinggal sejangkal lagi dilengserkan. Aku tiba di Buenos Aires tanpa mengabari rekan-rekan seperjuangan. Aku ingin reuni dengan mereka terjadi spontan. Hari-hari pertama di kota ini, sobat wartawan televisi asal Belanda memintaku melayani wawancara di depan pintu yang dulunya tempat tinggalku ketika mukim di Buenos Aires. Wartawan itu menanyakan kabar lukisan yang biasanya digantung di dinding rumah. Sebuah lukisan Pelabuhan Montevideo. Kapal-kapal di gambar itu semuanya sedang merapat, tak ada yang mengangkat sauh. Aku membayangkan lukisan ini bercerita tentang pelabuhan yang hanya menyambut kedatangan, tanpa ada seorang pun mengucap perpisahan. Aku menjawab pertanyaan-pertanyaan si wartawan itu sambil memperhatikan titik merah dari kameranya.


Untuk Sahabat Puisi Karya: Bekti Pratama

Sahabat,

tangan untuk menegakkanku.

ada sejuta kata ingin ku ucap,

Ketika mereka tak menghargaiku, engaku selalu menghargaiku.

berjuta cerita ingin ku bagi, berjuta hal ingin ku utarakan, Kukatakan padanya, setelah kabur, tak jelas lagi di mana lukisan tersebut berada. Pun demikian nasib pelukisnya, sobatku sejak masih di Uruguay dulu, Emilio Casablanca. Julukannya si keling. Aku kehilangan lukisan itu dan segala kenangan tentang Emilio, di sela-sela kabut yang mengiri pelarian. Kabur dari masa penuh terror dan kesepian. Di tengah wawancara, aku menyadari sekelebat bayang-bayang berlalu di belakang kamera dan titik merahnya itu. Bayangan ini lalu diam menunggu di pojokan. Selepas proses rekaman berakhir, aku melongok ke arah bayangan tadi. Aku melihat wajahnya. Wajah yang sangat kuhafal. Di kota yang disesaki 13 juta jiwa, entah bagaimana aku bisa bertemu Emilio si keling, tepat saat wawancara itu, di tempat yang dulu pernah kusebut rumah. Mungkin ini yang dinamakan takdir. Kami saling berpelukan tak terkendali. Emilio lantas bercerita, dua minggu sebelum aku tiba di Argentina, dia mulai bermimpi. Intinya aku akan pulang. Tiap malam dia mengimpikan hal yang sama. Dia tidak percaya bahwa rangkaian mimpi tadi sebuah pertanda. Pada malam sesudah reuni tanpa sengaja tersebut, Emilio menelepon hotel tempatku menginap. Dia ingin aku meyakinkannya, bahwa dia tak sedang bermimpi, apalagi berhalusinasi.

*Eduardo Galeano penulis Uruguay, dicekal rezim diktator Amerika Latin karena melawan. Galeano mengatakan kerja kepenulisannya berkutat dengan persoalan melawan amnesia sejarah. Diambil dari buku Matinya Burung-burung (mokamedia, 2015) alih bahasa Ronny Agustinus. Kronik kota Rio dan kronik kota Buenos Aires diambil dari erratique.wordpress.com alih bahasa Ardyan M. Erlangga.

Sahabat Ketika tawa menghiasi cerita kita, engkau ada di sampingku. Ketika senyum terbingkai indah di akhir kata, engkau ada di sampingku. Ketika cerita ini berujung senyuman, engkau ada di sampingku. Sahabat, sekian lama waktu kita lalui, berbagai cerita yang kita alami, berbagai canda dan tawa telah dirasakan, berbagai curhatan tersimpan indah di dalam memori. Sahabat, detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, kebersamaan terjalin baik.

Ketika mereka pergi tinggalkanku, engkau tetap disampingku. Ketika aku ingin mencari mereka yang ingin dengarkan curhatku, engkau selalu ada dan sempatkan waktumu. Ketika rasa putus asa menyertaiku, engkau dekap tubuh ini dan semangatiku. Sahabat, meski terkadang aku meninggalkanmu, namun engkau selalu menungguku untuk kembali. Meski terkadang mulut ini menyakitimu, namun telingamu berusaha untuk tak mendengarkannya. Meski terkadang aku mementingkan orang lain, namun engkau tetap mendekatiku. Meski terkadang rasa egois ini memisahakan kita, namun engkau berusaha untuk tetap mengerti. Sahabat,

Sahabat, ketika mulut tak bermoral merendahkanku, engkau puji aku dengan ketinggian hati. Ketika mereka menyakitiku, engkau lindungi aku. Ketika air mata ini menetes, engkau usap air mataku dengan tanganmu Ketika aku terjatuh dan tak dapat bangkit, engkau ulurkan

apakah kau tak bosan melihat, mendekat, mendengar dan mengingatkanku? Sahabat, hanya jutaan kata teimakasih yang bisa kuberi. Terimakasih atas semua cerita, senyum dan tawa ini. Semoga tuhan membalasnya. Untukmu sahabat..

Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi angkatan 2015, Universitas Islam Riau (UIR). Karya penulis lainnya bisa di lihat di Website: Coretanofficial.blogspot.com

AKLaMASI AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016 2016

45


KOLOM ALUMNI

I HWAL SARJANA

ABAL-ABAL Oleh M Badri

D

Foto: Istimewa

unia pendidikan baru-baru ini dicemari oleh peristiwa wisuda abal-abal di Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten. Alhasil, prosesi sakral itu harus terhenti di tengah jalan, digerebek Kemenristek Dikti. Calon ‘wisudawan’ gigit jari, bukan ijazah justru malu yang didapat. Kabar buruk itu melengkapi santernya pemberitaan kampus abal-abal produsen ijazah palsu. Menanggapi maraknya kejahatan dunia akademis, Kemenristek Dikti kemudian menonaktifkan sejumlah perguruan tinggi. Hingga September 2015 jumlahnya mencapai 243 kampus di seluruh Indonesia. Tapi tidak semua kampus yang dinonaktifkan, statusnya abal-abal. Sebagian adalah kampus berizin yang lakukan pelanggaran. Duh! Umumnya, pelanggaran yang dilakukan masalah laporan akademis, nisbah dosen/ mahasiswa, pelanggaran peraturan perundang-undangan, kelas jauh tanpa izin, perguruan tinggi/program studi tanpa izin, penyelenggaraan kelas Sabtu-Minggu, jumlah mahasiswa over kuota, ijazah/ gelar palsu, dan sebagainya (detik.com, 01/10/2015). Kampus penyelenggara wisuda abalabal, akan lahirkan sarjana abal-abal pula.

Mantan Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi AKLaMASI. Bergiat sebagai dosen, penulis, dan praktisi media.

46

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

Jalan pintas memperoleh ijazah tanpa kuliah. Tanpa proses SPMB (kadang) bikin deg-degan, tanpa orientasi mahasiswa baru (kadang) menakutkan, tanpa mengikuti perkuliahan (kadang) menjemukan, tanpa ujian semester (kadang) menguras pikiran, tanpa membuat karya ilmiah (kadang) melelahkan, dan tanpa melewati ujian skripsi yang (kadang) buat jantungan. Semua pasti sepakat jalan pintas memperoleh gelar adalah perbuatan tercela. Namun entitas sarjana abal-abal, sebenarnya tidak hanya terjadi di kampus abalabal. Ada juga di kampus legal, bahkan kampus tersohor. Mereka ini, segelintir mahasiswa yang proses perkuliahannya tercemar praktik cela. Mengikuti model jalan pintas mirip laku sarjana abal-abal. Sarjana seperti ini jumlahnya tidak banyak, tapi merupakan fenomena gunung es. Orientasi mereka masuk perguruan tinggi bukan menuntut ilmu. Demi gelar belaka. Padahal perguruan tinggi lumbung pengetahuan, bukan pabrik gelar. Banyak hal yang bisa diperoleh di kampus. Selain pengetahuan akademis, kita bisa mengembangkan softskill (non akademis). Karena itu ada empat tipe lulusan perguruan tinggi: Pertama, sarjana yang miliki prestasi akademis sekaligus non akademis. Tipe ini menggambarkan mahasiswa yang daftar nilainya bertebaran huruf A. Mereka juga aktif berorganisasi di kampus dan menempati posisi-posisi penting. Kualitasnya sebagai sarjana tidak diragukan. Kedua, sarjana yang memiliki prestasi akademis. Tipe ini merujuk pada mahasiswa yang sepanjang waktunya dihabiskan di bangku kuliah, mengerjakan tugastugas, praktikum, agar cepat lulus. Mereka tidak sempat mengikuti kegiatan kampus, bahkan menganggap organisasi sebagai pengganggu studi. Biasanya mereka lulus kurang dari empat tahun, tapi kelabakan mencari pekerjaan (kecuali orangtuanya pejabat/ pengusaha). Ketiga, sarjana yang memiliki prestasi non-akademis. Tipe ini menggambarkan mahasiswa yang waktunya banyak digunakan untuk kegiatan kemahasiswaan

dan pengembangan softskill. Lama studi biasanya di atas empat tahun. Prestasi akademisnya tidak terlalu menonjol, tapi memiliki banyak pengalaman dan jejaring luas di luar kampus. Begitu lulus (bahkan sebelum lulus) mereka tidak sulit mencari kerja atau berwirausaha. Jejaring adalah modal sosial mereka. Keempat, sarjana yang tidak memiliki prestasi akademis dan non-akademis. Mereka golongan mahasiswa yang tidak memiliki visi saat masuk perguruan tinggi. Tipikal pemalas kuliah sekaligus alergi berorganisasi. Aktivitasnya sebatas rumah, kampus dan tempat kongko. Tipe terakhir inilah yang berpotensi menjadi ‘sarjana abal-abal’. Nah, untuk mengidentifikasi sarjana abal-abal bukan perkara mudah. Tapi berdasarkan pengamatan subjektif penulis, setidaknya ada tiga ciri-ciri golongan ini: Pertama, disorientasi studi. Mereka mengabaikan proses perkuliahan dan tutup mata atas keberadaan kampus sebagai lumbung pengetahuan. Sering bolos bukan karena sibuk berorganisasi atau melakukan aktivitas pengembangan diri. Tapi karena malas dan menghabiskan waktu sia-sia di tempat kongko, karaoke, nonton, atau tidur di kost. Hadir di kelas pun hanya sebagai pengganggu. Kedua, tukang copas (copy paste). Mereka melakukan cara instan dan praktik curang setiap diberi tugas. Meng-copas karya orang lalu akui sebagai tulisan sendiri. Malas ke perpustakaan untuk membaca literatur. Biasanya mengambil bahan di blog-blog. Kadang juga meng-copas tugas teman sendiri. Sehingga kemampuan analisisnya jadi lemah. Ketiga, skripsi dibuatkan joki. Karena kebiasaan pertama dan kedua, mereka akan linglung ketika membuat skripsi. Akhirnya jalan pintas pun ditempuh. Membayar orang lain alias joki untuk membuat skripsi. Herannya, praktik cela perusak tatanan akademis ini ada di mana-mana. Apalagi, perguruan tinggi kesulitan mendeteksi tugas akhir mahasiswa yang menggunakan joki (Kompas, 29/05/2015). Bila ketiga hal itu dilakukan mahasiswa dan dia lulus kuliah, maka setaralah derajatnya dengan sarjana dari kampus abalabal tadi. Bedanya, dia lulusan kampus legal, bahkan kampus tersohor, baik negeri maupun swasta. Kenapa pantas disebut abal-abal? Mereka tidak mengikuti kuliah dengan semestinya dan tidak pernah membuat karya ilmiah (copas dan dibuatkan joki). Ah, saya berharap sarjana abal-abal ini tidak ada yang lahir dari UIR. Semoga!


SENGGANG

TEBAK GAMBAR

Lingkari enam perbedaannya, kemudian scan/ foto, lalu upload ke Instagram, twitter, dan Facebook dengan keterangan “Tebak Gambar Majalah AKLaMASI UIR Edisi 10”, juga sertakan Hashtage #aklamasiuir. Ada hadiah menarik untuk tiga orang pemenang pertama. **Syarat Pemenang: 1. Mahasiswa UIR 2. Follow dan add akun Instagram, Twitter, dan Facebook AKLaMASI

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016

47


Ilustrasi: Yosa Satrama Putra

AKLaMASI - EDISI 10 - MARET 2016


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.