The Roots of Wooble

Page 1




The Roots of Wobble ISBN: 978-623-7489-32-0 Penulis

The, Jemima Deka Jenaya

Editor

Brian Alvin Hananto, S.Sn., M.Ds.

Desain Sampul dan Tata Letak The, Jemima Deka Jenaya

Penanggung Jawab

Dr. Martin Luqman Katopo, S.T., M.T.

Penerbit

Penerbit Fakultas Desain Universitas Pelita Harapan

Alamat Penerbit

Jln. M.H. Thamrin Boulevard 1100 Lippo Village - Tangerang Banten 15811 Telp: +62-21-5460901 Fax: +62-21-54609010 sod.uph@uph.edu Cetakan pertama, November 2020

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.


The, Jemima Deka Jenaya


Sambutan Dekan Dr. Martin Luqman Katoppo, S.T., M.T. Selamat datang di dunia imajinasi dan eksplorasi mahasiswa/i Desain Komunikasi Visual di Studio Utama 3 peminatan Desain Grafis! Buku yang sedang berada dalam genggaman anda dan sebentar lagi anda baca adalah buku ekplorasi tugas desain visual identitas (branding) dan kemasan (pacakaging) mahasiswa/i MK. Studio Utama 3 peminatan Desain Grafis, Desain Komunikasi Visual, School of Design (SoD), Universitas Pelita Harapan (UPH) dari berbagai macam produk makanan. Yang menarik adalah bahwa tugas ini adalah hasil kolaboratif antara mahasiswa/i Program Studi Desain Komunikasi Visual, SoD, UPH dan mahasiswa/i Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Sains dan Teknologi (FaST), UPH pada semester yang sama dengan MK. yang dijalankan di Prodi masing-masing. Kolaborasi ini digagas dan dijalankan sejak 3 tahun terakhir oleh kedua Prodi atas inisasi kreatif Koordinator MK. Studio Utama 3, Brian Alvin Hananto, S.Sn., M.Ds. Keunikan kolaborasi adalah bagaimana satu disiplin ilmu dapat memperkuat disiplin ilmu yang lain. Anda akan dapat melihat hal tersebut dalam buku ini, karena mahasiswa/i Prodi Teknologi Pangan benar-benar memproduksi makanan/minuman dengan bereksplorasi bahan-bahan makanan alami khas Indonesia dan mahasiswa/i Prodi Desain Komunikasi Visual harus mempelajari sifat dan karakter dari makanan yang akan dibuatkan identitas dan kemasannya. Luaran akhir adalah berupa pameran dan display produk nyata dari produk makanan dengan identitas dan kemasan yang semua terdesain. Buku yang anda pegang ini mengeksplorasi desain visual identitas dan kemasan produk makanan yang dikembangkan dari susu jagung serta tepung jali: Wobble.

ii

The Roots of Wobble


Program Studi Desain Komunikasi Visual, SoD, Universitas Pelita Harapan memiliki key values: menghadirkan ’Design as storytelling/ designer as storyteller with holistic narratives that position design as stewardships’ dan mendidik seorang untuk menjadi ‘Designer as culture shaper through mass media visual communication’. Buku ini secara jelas menunjukkan key values tersebut, saat bagaimana desain berperan membentuk narasi identitas yang ingin ditumbuhkan dari suatu Produk. Selain itu yang perlu juga digaris bawahi adalah semangat kolaborasi, lintas disiplin keilmuan yang telah dilakukan – ini sejalan dengan apa yang saat ini menjadi arah kebijaksanaan pendidikan tinggi di Indonesia yang mensyaratkan para mahasiswa/i-nya belajar lintas disiplin sebagai refleksi sesungguhnya situasi kerja yang tak pernah terbatas disiplin ilmu. Akhir kata saya ucapkan selamat membaca dan teruslah bangun semangat ber-kolaborasi! Only by His Grace, Dr. Martin L. Katoppo, S.T., M.T. Pejabat Dekan Fakultas Desain (School of Design) – Universitas Pelita Harapan Karawaci, Tangerang, Banten, Jawa Barat www.uph.edu

The Roots of Wobble iii


Sambutan Kepala Program Studi Alfiansyah Zulkarnain, S.Sn., M.Ds. Perancangan label desain kemasan harus memenuhi tiga aspek, yaitu aspek informatif, aspek persuasif dan aspek estetis. Sebuah label desain kemasan yang informatif mengandung komunikasi visual akan fungsi, rasa, keunggulan, mood, brand value, dan bahkan inovasi dari produk itu sendiri. Untuk dapat menghasilkan informasi yang tepat, kemampuan seorang desainer untuk benar-benar memahami, bahkan menguasai, produk dan brand dari produk tersebut menjadi hal yang ditantang. Sedangkan sebuah label desain kemasan yang persuasif harus mampu menarik perhatian target audiens yang dituju. Tidak hanya membuat mata menoleh sejenak saja, namun desain yang menarik dan unik akan menghasilkan impresi yang kuat di benak audiens untuk terus diingat. Riset akan aspek demogra s dan psikogra s dari audiens secara mendalam akan membantu mengarahkan strategi visual yang mampu dipahami dan disukai oleh audiens yang dituju. Terakhir, aspek estetis sebuah perancangan visual label kemasan memberikan nilai seni pada produk industri. Penguasaan teori, sejarah, dan praktek seni rupa yang diaplikasikan ke dalam produk industri kiranya akan memberikan nilai tambah bagi produk kemasan tersebut. Aspek-aspek tersebut menjadi bagian dalam proses mendesain label kemasan yang dibuat oleh Jemima dalam buku ini. Proses perancangan yang hadir dalam buku ini merupakan komitmen dari mahasiswa Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Pelita Harapan untuk memenuhi ketiga aspek tersebut, demi hasil akhir desain yang baik. Buku The Roots of Wobble merupakan luaran hasil dari Mata Kuliah Studio Utama 3 Desain Grafis pada tahun akademik yang mana mengajarkan tentang keilmuan desain dalam merancang label kemasan suatu produk industri. Capaian pembelajaran yang dituju adalah untuk menghasilkan mahasiswa DKV UPH yang mampu menghasilkan desain label kemasan dan menjabarkan proses perancangannya berdasarkan analisa studi kasus dan data yang disediakan.

iv The Roots of Wobble


Untuk melengkapi kompetensi mahasiswa melalui studi kasus dan data yang riil dan valid, Prodi DKV UPH bekerjasama dengan Prodi Teknologi Pangan UPH dalam sebuah bentuk kerjasama yang dapat saling mendukung pembelajaran para mahasiswanya. Mahasiswa Teknologi Pangan menghasilkan produk makanan inovatif, dan mahasiswa DKV merancang desain kemasan untuk produk tersebut. Dengan demikian Jemima tidak hanya mendapatkan ilmu tentang merancang desain kemasan saja, namun juga memiliki pengalaman mengerjakan proyek desain yang nyata dan bersifat kolaboratif antar disiplin ilmu. Karya desain ini sudah dipamerkan ke publik dan industri dalam Event Food Explore 12 yang diadakan di Lippo Mal Puri pada tanggal 30 Oktober 2019 sampai dengan 3 November 2019. Buku ini menjadi artefak pencapaian mahasiswa dan juga Prodi DKV UPH dalam menghasilkan karya desain melalui pendidikan holistik dan interdisiplin. Semoga Buku The Roots of Wobble dapat juga menjadi informasi, persuasi, dan inspirasi akan desain label kemasan bagi yang membacanya. Tuhan Memberkati. Karawaci, 3 Februari 2020 Alfiansyah Zulkarnain, S.Sn., M.Ds. Ketua Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Pelita Harapan

The Roots of Wobble v


Sambutan Dosen Pengampu Brian Alvin Hananto, S.Sn., M.Ds. Studio Utama 3 merupakan matakuliah studio terakhir yang perlu diambil mahasiswa-mahasiswa dalam program studi Desain Komunikasi Visual di Universitas Pelita Harapan. Matakuliah ini dipandang sebagai ujung tombak dari matakuliah yang sifatnya eksploratif terhadap keilmuan peminatan desain yang dipilih mahasiswa/i. Hal ini yang menyebabkan matakuliah Studio Utama 3 memiliki tuntutan lebih dibandingkan matakuliah perancangan lainnya. Dalam matakuliah Studio Utama 3 peminatan Desain Grafis, mahasiswa/i diminta untuk menggagas solusi desain grafis dari permasalahan-permasalahan desain yang dihadirkan. Solusi desain yang efektif mampu mempengaruhi atau mengubah perilaku seseorang (Landa, 2011, p. 2). Persepsi atau penilaian seseorang terhadap sebuah produk, jasa atau perusahaan dapat ‘dibentuk’ dengan adanya komunikasi yang koheren dan juga konsisten. Dalam desain grafis, komunikasi tersebut dicapai dengan adanya representasi dari produk, jasa atau perusahaan tersebut dalam bentuk tanda-tanda visual yang koheren dan konsisten. Jika pada Studio Utama 2 para mahasiswa/i diajar untuk membuat sebuah representasi visual melalui desain logo dan identitas visual; pada Studio Utama 3, mahasiswa/i diajak untuk belajar mengimplementasikan desain tersebut secara menyeluruh pada brand touchpoints yang menjadi perpanjangan dari identitas sebuah brand (Wheeler, 2009, p. 3). Dengan adanya repetisi dan juga konsistensi dari elemen-elemen visual, maka identitas visual sebuah brand dapat dibangun. Program branding kerap diawali dengan perancangan sebuah logo, yang kemudian dikembangkan menjadi elemen-elemen identitas visual yang kemudian diimplementasikan dengan lebih partikular kepada berbagai medium (Hananto, 2019, p. 31). Hal ini mungkin menjadi suatu hal yang lumrah bagi desainer yang sudah terjun dalam rutinitas desain, namun gagasan tersebut mungkin sulit dipahami bagi mahasiswa/i yang sedang dalam studi.

vi

The Roots of Wobble


Pembelajaran desain memerlukan sebuah fondasi yang dapat distrukturkan dan juga dikomunikasikan (Heskett, 2002, pp. 47–48). Guna mengajarkan pemahaman desain tersebut kepada mahasiswa/i dalam matakuliah ini, Studio Utama 3 memiliki sebuah metodologi desain yang dapat dipraktekkan oleh mahasiswa/i dalam rangka membuat solusi desain grafis itu sendiri. Metodologi desain yang dipraktekkan mahasiswa/i dalam Studio Utama 3 didokumentasikan secara personal dalam report book. Dokumentasi dari metodologi desain inilah yang akhirnya dikembangkan dan juga dikemas kembali dalam bentuk yang lebih proposional dan fungsional. Buku ini adalah sebuah rekaman dari solusi desain yang telah digagas dalam perkuliahan Studio Utama 3. Selain itu, buku ini juga diharapkan mampu memberikan perspektif dari proses perancangan yang dapat dijadikan referensi dalam studi mendatang.

The Roots of Wobble vii


viii

The Roots of Wobble


Kata Pengantar Oleh The, Jemima Deka Jenaya Pada matakuliah Studio Utama 3, jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Pelita Harapan berkolaborasi dengan jurusan Teknologi Pangan untuk menjalankan acara tahunan yaitu Food Explore. Wobble merupakan sebuah produk bubble tea yang turut dikembangkan oleh Michael Djurianto dan Stefanie Novelia, serta merupakan salah satu produk yang turut ikut serta untuk dipamerkan di acara tersebut. Saya mendapat kesempatan untuk melakukan pembentukan identitas visual bagi Wobble, mulai dari proses pengenalan akan produk itu sendiri, perancangan logo, elemen-elemen visual, kemasan, display booth, hingga program promosi. Setiap pengambilan keputusan dalam proses perancangan proyek ini dilaksanakan dengan penuh pertimbangan, juga disertai dengan bimbingan dosen-dosen pada setiap sesi asistensi. Berikut ini akan dibahas secara detil proses pembentukan identitas visual dari Wobble. Semoga buku ini dapat menjadi sumber informasi dan inspirasi bagi para pembaca. Selamat membaca, stay inspired!

The Roots of Wobble

ix



t i e r e Wh . . n a g all be


s t n e t n o C Table of Kata Sambutan ii-vii Kata Pengantar ix Daftar Isi

12

The Product 14 About Wobble 15 The Ingredients 15

Creative Brief 16 Product Detail 17 Plus and Minus 18 Market View Points

19

Brand Reputation

20

Packaging 21 Visual Parameter Approach

21

Visual Identity 22 Matrix

23

First Alternative 24 Second Alternative 28 Logo Overview

32

Packaging Overview 33 Final Design 34


Packaging Design 40 Concept 41 Retail Packaging 41 Primary Packaging 41 Secondary Packaging

43

Food Stall Packaging

44

Simplified Packaging 45 Point of Purchase Display

46

Seasonal Design 48 Design Concept Food Stall Packaging Paperbag Poster Design

49 50 51 51

Booth Design 52 UTS Display 53 Food Explore Exhibition Booth 54 UAS Display 55

Promotional Design 56 Consumer’s Journey 57 Concept: Wobble Quest

58

Why It Works 59 Digital Touchpoints 59 Application Design 60 Instagram Feed, Story, Ad

61

Digital Poster 63

Daftar Pustaka 64 Photos 66 Thank You 68


t c u d o r P e h T


About Wobble Wobble adalah sebuah inovasi produk minuman bubble tea yang dibuat dengan bahan-bahan alami lokal yang tentu lebih menyehatkan, dimana teh susu Wobble diramu dari campuran daun melati, daun tin, dan susu jagung. Substitusi susu jagung pada teh susu dimaksudkan untuk menggantikan peran susu sapi yang mengandung laktosa (Nasution, 2017), sehingga Wobble layak dikonsumsi oleh penderita intoleransi laktosa. Sedangkan topping bubblenya sendiri dibuat dari tepung jali, tepung tapioka, sari wortel, dan madu. Fortifikasi tepung jali pada bubble dimaksudkan untuk menambahkan nutrisi yang menjadikannya kaya akan protein, serat, mineral, dan antioksidan.

The Ingredients Teh susu Wobble diramu dari campuran daun melati, daun tin, dan susu jagung. Daun melati adalah salah satu obat herbal yang paling dikenal di wilayah Mediterania dan telah banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisonal selama berabad-abad (Candra, 2012). Daun Tin atau Ara juga mengandung antioksidan yang tinggi untuk mencegah penyakit kanker (Pujiono, 2017). Susu jagung diperoleh dengan cara penggilingan biji jagung yang telah direbus dalam air (Sudarwati, 2012). Topping bubblenya sendiri dibuat dari tepung jali, tepung tapioka, sari wortel, dan madu. Tepung tapioka tidak mengandung gluten sehingga aman untuk dikonsumsi penderita celiac disease atau intoleransi gluten. Namun, tepung tapioka memiliki nilai gizi yang rendah dan mengandung sangat sedikit protein (Veratamala, 2017). Selain itu, ditambahkan sari wortel yang kaya akan vitamin A dan kalsium sebagai pewarna alami (Kusumaningrum, 2017), serta menggunakan madu sebagai pemanis alaminya. Madu telah dikenal sejak dahulu memiliki banyak kandungan nutrisi yang tinggi, dan memang digunakan sebagai pengganti gula karena mengandung vitamin B, yang tidak ada dalam kandungan gula putih dan gula merah (Kusumaningrum, 2018).

The Roots of Wobble 15


f e i r B e v i t a e Cr


Product Detail Definition

Wobble adalah teh susu jagung dengan tambahan topping bubble yang dianjurkan untuk dikonsumsi dalam keadaan dingin. Daya tahan Wobble adalah 2-3 jam pada suhu ruangan setelah disajikan.

Physical Product

1. Harga jual: Rp 15.000 (pada saat Food Explore 2019) 2. Perkiraan porsi jual: 12 Oz 3. Warna produk: Kuning

Product Selling

Wobble akan dijual pada acara bazaar Food Explore 2019. Wobble sendiri kurang berpotensi untuk dijual secara retail di supermarket atau mini market, namun sangat memungkinkan untuk dijual dan dikonsumsi langsung pada counter atau booth.

Key Consumer Benefit

Produk minuman bubble tea sehat dengan rasa yang enak dan cocok untuk dikonsumsi pada saat berkumpul dengan teman-teman. Selain itu Wobble juga merupakan produk yang terjangkau dan praktis.

Brand Potential

1. Merupakan produk minuman yang sedang populer di kalangan anak muda 2. Mengandung bahan dasar alami lokal 3. Berpotensi untuk memiliki varian rasa dan topping

The Roots of Wobble 17


Plus and Minus Product Advantages

1. Inovasi unik (bubble tea dengan bahan-bahan yang alami) 2. Bahan dasar dari tanaman pangan lokal 3. Menggunakan pewarna alami 4. Tidak menggunakan bahan pengawet 5. Tidak menggunakan bahan konsentrat 6. Aman dikonsumsi oleh penderita intoleransi laktosa 7. Memiliki lebih banyak nutrisi dan serat dari produk lain 8. Kaya akan mineral, antioksidan, dan protein 9. Minuman bergengsi dan populer

Product Disadvantages

1. Produk harus dikonsumsi secara cepat (tidak tahan lama). 2. Keraguan konsumen akan citarasa susu dan gula yang hilang di bubble tea pada umumnya.

18

The Roots of Wobble


Market View Points Target Market a. Geographic

: Perkotaan, Indonesia

b. Demographic : Remaja Perempuan, usia 17-25 c. Sociographic

: Menyukai hal yang baru dan unik, sedang mulai memedulikan kesehatan

d. Psychographic : Mengikuti trend e. Behavioral

: Hangout, berkumpul dengan teman sambil menikmati makanan/minuman

Competitor

Brand luar negeri di Indonesia: KOI, Kokumi, Chatime, Gulu-Gulu

Product Purchasing on Market

Wobble merupakan jenis produk minuman yang merupakan sebuah kebutuhan konsisten manusia, sehingga dapat dibeli secara berulang dan terus-menerus.

Consumers Responses

Sebagian besar calon konsumen yang telah mencicipi Wobble berpendapat bahwa rasa teh susu jagung unik dan enak, namun tekstur yang dimiliki oleh topping bubblenya cukup sulit untuk dikonsumsi.

The Roots of Wobble 19


Brand Reputation Brand Objective

Produk minuman populer yang mengandung bahan-bahan alami lokal yang lebih sehat dan yang bersahabat, karena aman untuk dikonsumsi oleh vegetarian, vegan, dan penderita intoleransi laktosa.

Advertising and Publication

1. Sosial media yang kerap digunakan oleh kalangan anak muda 2. Lingkup komunikasi kalangan anak muda yang besar sehingga dapat dipromosikan dari mulut ke mulut

Goals

1. Memperkenalkan produk minuman bubble tea dengan inovasi baru melalui bahan-bahan dasar yang lebih sehat 2. Memberikan identitas dan karakteristik yang unik pada produk 3. Mempertahankan kualitas branding dengan konsisten 4. Menjadikan produk baru yang menjadi idola masyarakat dan mampu bersaing dengan kompetitornya

Challanges

1. Memperkenalkan produk baru dengan bahan yang tidak biasa 2. Membuat kemasan yang praktis dan memberi keringanan dari segi ekonomi

20

The Roots of Wobble


Packaging Wobble termasuk ke dalam kategori produk minuman yang penyajiannya dingin. Karena produk ini terdapat topping di dalamnya, maka bahan kemasan juga harus mampu memperlihatkannya. Sesuai dengan target market yang adalah kalangan anak muda, visual yang ditampilkan harus menarik, memberi kesan youthful, praktis dan ekonomis. Namun juga harus menyertakan unsur konten lokal karena bahan-bahan dasarnya adalah alami lokal.

Visual Parameter Approach

The Roots of Wobble 21


y t i t n e d I l a u Vis


Matrix Untuk mempermudah menentukan beberapa kata kunci yang tepat sebagai dasar pertimbangan brand identity, brand personality dan visual identity brand, dilakukan brainstorming dengan metode matrix. Dari keempat alternatif ini, dipersempit lagi menjadi dua buah alternatif dengan konsep yang matang. Hal ini meliputi pertimbangan mengenai logo dan elemen visual bagi brand.

Matriks morfologi.

The Roots of Wobble 23


First Alternative Wobble terbuat dari bahan-bahan dasar lokal alami yang sedari dulu telah digunakan untuk meramu obat tradisonal. Melalui konsep desain pada alternatif pertama ini, Wobble ingin memperlihatkan bahwasannya bahan-bahan dasar tradisional ini mampu membuat produk minuman terpopuler pada masa kini yang lebih menyehatkan. Oleh karena itu, konsep yang diusung adalah bertemakan “Back To Your Roots�, yang berarti kembali lagi ke awal. Konsep ini juga terinspirasi dari kembalinya kesan retro, vintage, oldies di masa sekarang ini yang sering terlihat pada busana, musik, fotografi, film, dll.

Sketsa logo alternatif 1.

24

The Roots of Wobble


Logo Mulai dari penggunaan tipografi dan warnanya, logo Wobble pada alternatif pertama ini tentunya terinspirasi dari logo-logo produk makanan dan minuman tradisional. Pemberian efek bayangan juga mendukung gaya retro yang ingin diraih. Teks logo dan tagline memiliki tekstur yang memberikan kesan raw dan autentik untuk mendukung dan memperlihatkan sifat bahan-bahan dasar yang digunakan.

Digitalisasi awal logo alternatif 1.

The Roots of Wobble 25


Color Palette Dominan warna yang akan digunakan adalah warna primer agar tetap terkesan bold, namun tetap cerah agar brand juga tetap terlihat youthful.

#ee5732

#f6bc53

#20a9ac

#f79182

R: 238 G: 87 B: 50

R: 246 G: 188 B: 83

R: 32 G: 169 B: 172

R: 247 G: 145 B: 130

C: 1% M: 81% Y: 89% K: 0%

C: 2% M: 28% Y: 78% K: 0%

C: 76% M: 11% Y: 35% K: 0%

C: 0% M: 53% Y: 42% K: 0%

Typography Typeface yang digunakan pada logo adalah Eudora. Typeface ini memiliki tekstur yang mampu memberikan kesan raw dan autentik. Sedangkan pada tagline menggunakan typeface The Ocean Song yang italic dan juga memiliki tekstur.

hellO there, I am eUDOra Hello There, I am The Ocean Song 26

The Roots of Wobble


Illustration & Shape Sama seperti pada logo, kesan autentik mampu diperlihatkan melalui ilustrasi yang juga memiliki tekstur. Pewarnaan yang tidak merata pada setiap ilustrasi memperlihatkan kesan raw yang ingin dicapai. Ilustrasi tangan ini dibuat secara digital pada program Photoshop. Bentuk-bentuk yang akan diperoleh dan ditampilkan sebagai elemen visual Wobble akan bersifat rustic, organik dan memiliki tekstur.

Digitalisasi awal ilustrasi alternatif 1.

Photography Kesan autentik dapat dibangun melalui jenis fotografi ini. Dimana produk selalu memperlihatkan bahan-bahan dasar yang digunakan untuk membuatnya. Foto akan diambil dengan memanfaatkan natural lighting dan setelah nantinya dimodifikasi, foto akan lebih mengarah ke warm tone.

Referensi style fotografi alternatif 1. Sumber: https://www.thekitchenmccabe.com/2018/03/04/ golden-glow-juice/

The Roots of Wobble 27


Second Alternative Diversity dan Freedom merupakan dua kata kunci utama yang menjadi dasar konsep desain pada alternatif kedua ini. Melalui konsep ini, Wobble berusaha untuk memperlihatkan bermacam-macam sifat anak muda: sederhana, selalu bergerak, bebas berekspresi, penuh semangat dan keceriaan. Kata kunci diversity sendiri juga mengarah pada keberagaman konsumen Wobble, khususnya bagi vegetarian, vegan, dan penderita intoleransi laktosa. Dalam artian, produk Wobble ini sangat bersahabat dengan beragam jenis konsumen.

Sketsa logo alternatif 2.

28

The Roots of Wobble


Logo Logo yang ditampilkan melalui konsep ini adalah kedinamisan yang ada di dalamnya, memperlihatkan unsur fun dan youthful namun tetap sederhana. Pada huruf “O� ditambahkan sedikit aksen dibawahnya yang kemudian dapat diartikan sebagai seorang individu yang tidak teridentitas, merepresentasikan bahwa Wobble dapat dikonsumsi oleh semua orang tanpa terkecuali dan apapun identitasnya. Logo dapat disajikan dengan beragam warna sesuai dengan palet warna pada konsep ini.

Digitalisasi awal logo alternatif 2.

The Roots of Wobble 29


Color Palette Dominan warna yang digunakan adalah warna-warna yang cerah dan merepresentasikan semangat anak muda yang dapat memperkuat konsep ini. Namun beberapa warna juga merepresentasikan kesan organik dan earthly sesuai dengan sifat brand melalui bahan-bahan dasarnya.

#f4237f

#f5982b

#f8df32

#5cb667

R: 244 G: 35 B: 127

R: 245 G: 152 B: 43

R: 248 G: 223 B: 50

R: 92 G: 182 B: 103

C: 0% M: 95% Y: 16% K: 0%

C: 1% M: 47% Y: 94% K: 0%

C: 5% M: 7% Y: 91% K: 0%

C: 66% M: 3% Y: 80% K: 0%

Typography Typeface yang digunakan memiliki bentuk yang sederhana agar tetap dapat menyeimbangi kesan fun itu sendiri. Untuk logo menggunakan typeface Sugo Pro. Pada tagline menggunakan Open Sans. Kedua typeface ini memiliki keterbacaan yang baik sehingga mudah dibaca dan dikenali.

Hello There, I’m Sugo Pro Hello There, I’m Open Sans 30

The Roots of Wobble


Illustration & Shape Terdapat inovasi pada ilustrasi, yaitu dengan memanfaatkan typeface yang digunakan untuk kemudian dijadikan ilustrasinya. Hal ini juga dilakukan

agar konsistensi visual tetap terjaga. Oleh sebab itu, bentuk-bentuk yang akan menjadi elemen visual Wobble akan berupa garis atau outline.

Digitalisasi awal ilustrasi alternatif 2.

Photography Karena target market adalah kalangan anak muda, fotografi akan memberikan kesan unik dan fun. Hal itu dapat diraih dengan memperlihatkan foto produk yang sederhana, kemudian memanfaatkan properti atau ilustrasi vector untuk memperlengkapinya sebagai dekorasi.

Referensi style fotografi alternatif 2. Sumber: https://www.davideluciano.com/drinks

The Roots of Wobble 31


Logo Overview

Logo alternatif 1.

Logo alternatif 2.

32

The Roots of Wobble


Packaging Overview

Overview kemasan kedua alternatif.

The Roots of Wobble 33


Final Design Seperti yang telah dijelaskan pada alternatif pertama, “Return To Your Roots� merupakan sebuah konsep yang akan diusung oleh brand Wobble. Sebuah konsep yang membuktikan bahwa produk minuman modern dari luar negeri yang sedang populer saat ini mampu dicapai dan dibuat dengan bahan-bahan lokal alami. Konsep ini juga terinspirasi dari kembalinya kesan retro atau vintage ke dalam berbagai aspek (fashion, musik, fotografi, otomotif, dll.) di zaman sekarang ini. Dengan konsep ini serta target pasar Wobble berusia 18-23 tahun, maka ditarik 3 kata kunci yang akan menjadi pedoman pada keseluruhan desain yakni, fun, vintage, dan back to roots/ alami.

Referensi visual logo Sumber: Google Image

34

The Roots of Wobble


Logo Logo akan menampilkan karakteristik dari konsep yang telah diusung. Wobble menggunakan jenis logo Wordmark, yakni logo berbasis font yang berfokus pada nama bisnisnya saja (Morr, 2019). Logo Wobble terinspirasi dari beberapa logo produk makanan dan minuman zaman dahulu yang kerap menggunakan efek bayangan dan memiliki ketebalan yang cukup di belakang teks, serta menggunakan huruf kapital. Penambahan curve pada terminal huruf ‘W’ dan ‘L’ bertujuan untuk menghadirkan kesan organik atau natural dan tidak kaku. Jenis typeface yang digunakan pada logo adalah sans-serif Eudora. Warna kuning dan oranye pada logo merepresentasikan warna beberapa bahan dasar pada produk seperti jagung, madu, dan wortel. Kedua warna ini juga merepresentasikan keceriaan yang menggambarkan karakteristik anak muda serta mendukung kata kunci fun. Wobble memiliki sebuah tagline yaitu “Your Humble Bubble” yang akan selalu ada bersama logo di bagian bawah.

Digitalisasi logo final.

The Roots of Wobble 35


Color Palette Warna utama yang digunakan pada brand Wobble meliputi 3: Humble Red, Humble Green, dan Humble Yellow. Warna Humble Red dan Humble Yellow merupakan dua warna yang digunakan pada logo Wobble, sedangkan warna Humble Green digunakan pada tagline. Warna Jasmine akan digunakan sebagai warna background untuk memberikan kekontrasan bagi teks dan ilustrasi yang ada.

36

#f4237f

#f5982b

#f8df32

#fff0e5

R: 238 G: 87 B: 50

R: 18 G: 137 B: 125

R: 246 G: 188 B: 83

R: 255 G: 240 B: 229

C: 1% M: 81% Y: 89% K: 0%

C: 84% M: 26% Y: 56% K: 6%

C: 2% M: 28% Y: 78% K: 0%

C: 0% M: 5% Y: 8% K: 0%

#f4237f

#f5982b

#f8df32

#f8ac9d

R: 228 G: 186 B: 215

R: 108 G: 90 B: 124

R: 225 G: 119 B: 38

R: 248 G: 172 B: 157

C: 8% M: 31% Y: 0% K: 0%

C: 64% M: 69% Y: 30% K: 10%

C: 8% M: 64% Y: 100% K: 1%

C: 0% M: 39% Y: 31% K: 0%

The Roots of Wobble


Typography Logo Wobble menggunakan typeface Eudora dan pada tagline menggunakan typeface The Ocean Song. Kedua font ini memiliki tekstur pada setiap hurufnya untuk merepresentasikan kesan autentik, raw, dan alami. The Ocean Song juga akan diaplikasikan di penamaan varian dan kalimat-kalimat alternatif. DIN Condensed Bold digunakan untuk menjadi body text pada brand Wobble. Kemiringan logo dan tagline sebesar 11°, untuk memberikan kedinamisan.

The Roots of Wobble 37


Illustration & Shape Gaya ilustrasi Wobble juga disesuaikan dengan konsep agar tetap memberikan kesan alami dan tradisional dari Wobble. Ilustrasi tangan yang divisualisasikan secara manual menggunakan drawing pen lalu dimodifikasi dan disempurnakan lagi menggunakan program Photoshop, kemudian digabungkan dengan elemen bingkai yang mendukung kata kunci vintage. Bingkai ini memiliki arti bilah (papan, rotan) yang dipasang di sekeliling suatu benda supaya kuat. Ilustrasi ini memang ditujukan untuk memperlihatkan hal itu, melestarikan apa yang ada hingga bertahan selamanya. Kedua ilustrasi ini mampu mendukung kuat konsep yang ada pada brand. Ilustrasi dan bentuk-bentuk yang akan dicapai melalui konsep ini adalah untuk memberi kesan earthly, organik, raw, rustic, dan autentik. Kedua jenis ilustrasi ini akan senantiasa diaplikasikan di setiap kemasan Wobble. Pada kemasan retail, ilustrasi akan diaplikasikan di belakang nama varian dengan pengaturan opacity sebesar 50%, selain itu ilustrasi juga akan disusun sebagai petunjuk bahan-bahan dasar yang digunakan pada setiap varian.

Ilustrasi final.

38

The Roots of Wobble


Applied on Packaging

Dokumentasi display UTS.

The Roots of Wobble 39


g n i g a k Pac n g i s e D


Design Concept Kemasan digunakan untuk membungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi dan membedakan sebuah produk di pasar (Klimchuk dan Krasovec, 2006:33). Selain itu, sekarang kemasan produk menjadi faktor yang cukup penting sebagai alat pemasaran (Rangkuti 2010:132). Beberapa faktor yang dipertimbangkan pada saat menentukan kemasan untuk Wobble adalah kepraktisan, fleksibelitas, dan tentunya biaya yang akan dikeluarkan. Rangkaian kemasan yang dibutuhkan oleh Wobble meliputi: kemasan retail (primary dan secondary), food stall, dan simplified.

Retail Packaging Kemasan retail ditujukan untuk pendistribusian produk ke supermarket. Kemasan retail yang digunakan adalah botol plastik Kale sebagai kemasan primer dan slide-down box untuk kemasan sekundernya.

a.) Primary Packaging

Kemasan primer merupakan kemasan yang memiliki kontak langsung dengan produk dan melindunginya (Saxon, 2017). Dipilih sebagai kemasan primer, botol plastik Kale tergolong dalam material PET (Polythylene Therepthalate). Botol plastik ini bersifat ringan namun kokoh karena memiliki ketebalan yang cukup. Produk Wobble akan selalu disajikan dalam keadaan dingin, sehingga material PET sangat mendukung kemasan primer ini karena PET tidak tahan panas (Winata, 2012). Selain itu, sifat material PET yang jernih sangat digemari oleh pedagang maupun pembeli, karena mampu menonjolkan warna-warni produk yang dikemasnya, khususnya karena Wobble juga memiliki topping bubble di dalamnya. Botol Wobble berbentuk persegi, diameter mulut botol sebesar 3,5 cm, tinggi botol sebesar 19 cm. Tersedia dalam 3 varian rasa, desain kemasan primer Wobble ini dibedakan melalui warna dan ilustrasi pada stiker yang ditempelkan pada botol, menyesuaikan dengan bahan dasar yang digunakan per varian. Adapun elemen tambahan pada kemasan

The Roots of Wobble 41


adalah kertas yang diikat pada botol berisi informasi mengenai komposisi produk serta stiker pada tutup botol yang bertuliskan “Chug Me� sebagai bentuk interaksi pada konsumen dan pengingat bahwa Wobble hanya bertahan selama 2-3 jam dalam suhu ruangan, sehingga harus segera untuk dihabiskan.

Kemasan primer Wobble (3 varian).

42

The Roots of Wobble


a.) Secondary Packaging

Kemasan sekunder adalah kemasan yang berfungsi untuk melindungi dan menjadi display untuk kemasan primer (Saxon, 2017). Cluster pack dirancang untuk dapat mengemas sebanyak 2-4 botol dengan maksimal berat sebesar 2 liter. Kemasan sekunder Wobble berbahan karton yang mampu mengangkut 3 botol sekaligus. Keunggulan lainyang terdapat pada kemasan ini adalah sifatnya yang mudah didaur ulang.

Kemasan sekunder Wobble.

The Roots of Wobble 43


Food Stall Packaging Natur produk Wobble adalah produk minuman cepat saji, dalam artian Wobble diracik dan kemudian dikonsumsi secara langsung di tempat. Oleh karena itu, kemasan food stall Wobble ditujukan untuk kebutuhan penjualan produk pada kios-kios. Dalam hal ini, faktor yang dipertimbangkan adalah harga yang ekonomis serta kepraktisan kemasan itu sendiri. Sama seperti kemasan primernya, lagi-lagi untuk menonjolkan warna dan topping produk Wobble menggunakan cup plastik dengan material PET. Cup Wobble berdiameter 9 cm di bagian atas dan 6 cm di bagian bawah, tinggi cup sebesar 10 cm. Dari beberapa alternatif label kemasan yang ada, sablon pada cup plastik menjadi teknik yang banyak diminati oleh para pengusaha minuman zaman sekarang. Agar menjadi daya tarik dan berbeda, Wobble tetap mempertahankan kekayaan warna pada logo dan ilustrasi di setiap kemasannya, sehingga Wobble memanfaatkan teknik sablon lebih dari 3 warna pada cup plastik. Sama dengan kemasan primer, kemasan food stall Wobble tetap memanfaatkan Seal atau tutup plastik pada cup dengan bertuliskan “Take a Sip of Me� sebagai petunjuk letak sedotan ditancapkan. Sedotan yang digunakan adalah sedotan yang motif dan warnanya sesuai dengan identitas visual Wobble, dan berdiameter 6mm.

Kemasan food stall Wobble.

44

The Roots of Wobble


Simplified Packaging Kemasan simplified atau yang disederhanakan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan serta memudahkan produksi masal Wobble dan tentunya hanya memerlukan modal yang sedikit. Kemasan simplified Wobble menggunakan cup plastik beserta lid cup polos dengan material PET. Sama seperti kemasan food stall, cup Wobble berdiameter 9 cm di bagian atas dan 6 cm di bagian bawah, tinggi cup sebesar 10 cm. Logo yang tercantum pada cup plastik menggunakan stiker sebagai labelnya dan sedotan yang digunakan adalah sedotan berwarna merah yang berdiameter 6mm, sehingga harga tetap ekonomis. Walaupun terkesan sederhana, sistem dari elemen visual tetap terjaga baik sintaksisnya. Kemasan ini memiliki harga produksi yang murah, total harga produksi sebesar Rp. 2.181,- per cupnya, termasuk dengan sedotan.

Kemasan food stall Wobble.

The Roots of Wobble 45


Point of Purchase Display Point of Purchase (POP) adalah salah satu strategi komunikasi dan teknik marketing yang mampu meningkatkan ketertarikan konsumen untuk membeli sebuah produk. POP menampilkan produk di suatu etalase atau tempat yang strategis di sebuah toko, umumnya di bagian kasir, untuk menarik perhatian konsumen untuk membeli langsung serta mengingatkannya akan keunggulan produk tersebut. (Waters, 2019). Pada zaman sekarang, konsumen dihadapkan dengan banyaknya pilihan brand. Oleh karena itu, pertimbangan desain tampilan yang menarik pada POP tidak dapat diremehkan. Karena hal ini akan menjadi daya tarik yang mampu mempengaruhi niat para konsumen untuk membeli produk tersebut (Arno Group, 2019).

Point of Purchase display Wobble.

Wobble memperhatikan tampilan POP yang akan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan penjualan produk retailnya. Konsep tampilan POP dari Wobble turut mengikuti konsep brand itu sendiri, yakni “Return To Your Roots�. 46

The Roots of Wobble


Oleh karena itu, desain tampilan POP Wobble terinspirasi dari bentuk gerobak sayur. Masyarakat Indonesia memiliki banyak alternatif tempat untuk berbelanja, namun kini mereka lebih memfavoritkan berbelanja di gerobak sayur (Purwanto, 2012). Menurut Executive Director Consumer Research and Shopper Practice Lead Nielsen Indonesia, Karmelia Nurdjalim menjelaskan bawa frekuensi kunjungan konsumen ke pasar basah dan gerobak sayur kini kian meningkat karena dianggap sebagai tempat yang paling nyaman untuk berbelanja. Gerobak Wobble ini menghadirkan kesan ramah, sederhana, autentik, dan tradisional. Tentu dari bentuknya juga sudah tidak asing lagi bagi kebanyakan orang karena telah digunakan untuk kegiatan jual beli bahan-bahan dasar masak-memasak sejak dahulu. Seperti fungsinya, yaitu untuk membawa sayuran dan buah-buahan, gerobak Wobble ini berfungsi untuk membawa kemasan retailnya dan mampu menampung sebanyak 6 botol di dalamnya. Penyusunan ideal kemasan pada POP ini adalah 2 botol per varian rasa. POP dapat dibuat dari beragam material, gerobak Wobble dibuat dengan menggunakan corrugated board yang cukup kokoh untuk membawa sejumlah produk di dalamnya. Dimensi POP ini adalah sebesar 45 cm x 25 cm x 28 cm, beserta dengan produk di dalamnya. Agar terlihat lebih menyerupai gerobak sayur, pada POP ini ditambahkan tekstur kayu di bagian pelapisnya, namun warna pada gerobak Wobble tetap menyesuaikan dengan palet warnanya agar selaras dengan produk yang dibawanya dan keseluruhan desainnya. Kalimat interaktif yang ada pada desain tampilan POP ini adalah “Grow Back to Your Roots� yang merupakan sebuah pengingat bahwa semua bahan dasar yang digunakan adalah lokal dan alami yang menyehatkan, serta “Take Me Away� untuk mengajak para konsumen mengambil dan membeli produk Wobble. Pada bagian samping kanan dan samping kiri gerobak terdapat teks yang menjadi informasi bagi konsumen mengenai keunggulan produk Wobble. Secara keseluruhan, tampilan POP Wobble diharapkan dapat menjadi daya tarik tersendiri terhadap audiens yang melihatnya dan menjadi sebuah karya yang efektif dan efisien dalam kegiatan promosi produknya.

The Roots of Wobble 47


n g i s e D l a n o s Sea


Valentine’s Day Concept Valentine’s Day identik dengan cupid dan bunga mawar, oleh karena itu dalam memeriahkan perayaan Valentine’s Day, Wobble mengusung sebuah tema yang berjudulkan “A Cupid’s Tale”. Tema ini terinspirasi dari dongeng Cupid & Psyche, yang menceritakan tentang rasa cinta yang dimiliki oleh Psyche yang adalah manusia, sehingga ia rela meminum Ambrosia (the drink of immortality) yang diberikan oleh Dewa Zeus, demi menjadi seorang dewa sama seperti Cupid. Wobble mengeluarkan dua varian rasa baru yaitu Rose Milk Tea dan Rose Chai Latte yang disini dapat merepresentasikan Ambrosia itu sendiri. Dengan mawar yang menjadi ikon keduanya, juga merepresentasikan simbol Valentine’s Day lainnya.

Illustration

Digitalisasi ilustrasi seasonal.

Typeface

Hi, It’s Larson ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ abcdefghijklmnopqrstuvwxyz 1234567890 The Roots of Wobble 49


Food Stall Packaging Kemasan Food Stall Wobble tetap mempertahankan ilustrasi frames dan bahan-bahan dasar yang adalah identitas visualnya. Namun, dominan warna pada kemasan adalah warna merah dan merah muda. Warna Humble Yellow pada logo akan tetap dipertahankan, serta akan menjadi aksen warna pada kemasan, sedangkan warna Humble Green pada tagline dan kemasan pada sebelumnya akan dihilangkan. Adanya penambahan ilustrasi Wobble yang merupakan cupid dan bunga mawar bertujuan untuk memunculkan ilustrasi baru yang mendukung tema Valentine’s Day.

Kemasan food stall seasonal.

50

The Roots of Wobble


Paperbag Paper bag Wobble mampu mengangkut dua Food Stall Cup yang juga mendukung promosi buy one get one dari Wobble. Food Stall Cup akan diletakkan pada cup holder yang fungsinya mampu menahan produk dengan kuat

Paperbag seasonal.

Poster Design Poster ini bertujuan untuk mempromosikan kedua varian rasa baru edisi Valentine’s Day. Poster ini berukuran 40 cm x 55 cm dan akan dipasang pada signage papan kayu. Ilustrasi frame digunakan sebagai border pada poster. Pada edisi ini Wobble juga menggunakan typeface baru.

Poster seasonal.

The Roots of Wobble 51


n g i s e D h t o o B


UTS Display Display UTS dilaksanakan pada Hari Selasa tanggal 7 Oktober 2019. Untuk display perdana ini, Wobble menampilkan keseluruhan kemasan mulai dari kemasan retail, kemasan food stall, serta kemasan simplified beserta rincian biayanya. Konsep display Wobble adalah untuk memberi kesan natural dan tradisionalnya, sehingga memanfaatkan beragam properti pendukung seperti alas rumput, karung goni, keranjang, dsb.

Dokumentasi display booth UTS di Students Lounge.

The Roots of Wobble 53


Food Explore Exhibition Booth Pameran Food Explore 2019 diselenggarakan pada tanggal 2 dan 3 November di Lippo Mall Puri. Ukuran booth atau meja yang digunakan berdimensi 1 m x 0.8 m x 0.75 m, serta menggunakan panel berukuran 2 m x 1 m untuk poster. Pada booth ini, Wobble menampilkan beragam kemasan: primer, sekunder, food stall, dan simplified, serta Point of Purchase Display dan poster infografik berukuran A1. Melalui booth ini, Wobble berusaha untuk menampilkan dirinya sebagai brand yang alami dan tradisional. Sehingga pada booth ini alas rumput akan digunakan sebagai alas bagi setiap benda yang akan diletakkan di atasnya, serta beberapa keranjang dan nampan kayu untuk meletakkan tester dan kemasan.

Dokumentasi display booth acara Food Explore di Lippo Mal Puri.

54

The Roots of Wobble


UAS Display Display UAS dilaksanakan pada Hari Selasa tanggal 3 Desember 2019. Untuk display kali ini, Wobble menampilkan keseluruhan kemasan mulai dari kemasan retail hingga kemasan food stall, serta item seasonalnya yang bertemakan Valentine’s Day. Beberapa item seasonal yang akan muncul pada display meliputi poster varian rasa baru, kemasan food stall, paper bag, serta seragam karyawan atau penjaga gerai.

Dokumentasi display booth acara Food Explore di Lippo Mal Puri.

The Roots of Wobble 55


l a n o i t o Prom Design


Consumer’s Journey Target Audience Perempuan Berusia 18-23 tahun Mahasiswa Status sosial menengah ke atas Berdomisili di wilayah perkotaan

Personal Lifestyle Aktivitas : Kuliah Mengerjakan tugas di cafe Jalan-jalan di mall Nongkrong/ berkumpul bersama teman-teman Berolahraga (jika ada temannya) Online shopping Menonton film Mengunjungi event/ bazaar Ketertarikan : Kuliner (khususnya cafe/ restoran baru) Fashion Hal-hal yang estetik Lokasi yang instagrammable Berita-berita up to date Gaya hidup sehat Social Media: Instagram Twitter Youtube

The Roots of Wobble 57


User Journey Lydia adalah seorang remaja putri yang tinggal di daerah Jakarta Selatan sedang menjalani kuliah di semester ke-5. Lydia sangat tertarik untuk mencoba hal-hal yang baru dan tidak ingin tertinggal trend. Sehingga ia sering bepergian ke mall, mencoba cafe/ restoran yang baru dan instagrammable bersama teman-temannya. Lydia cukup up to date di media sosial seperti Instagram dan YouTube. Ia juga mengikuti akun-akun food blogger, beauty blogger, travel blogger, selebgram, model-model dari luar negeri, dll. Saat ingin mengerjakan tugas, ia akan mengajak teman-temannya untuk pergi dan mengerjakan tugas bersama di sebuah cafĂŠ atau tempat makan yang nyaman. Pada akhir pekan, ia bersama teman-temannya pergi mengunjungi event/ bazaar yang sedang diselenggarakan. Selain itu, Lydia juga tertarik pada dunia fashion, musik, dan perfilman. Ia sedang tertarik dengan healthy lifestyle namun belum terlalu rutin berolahraga, sehingga ia melakukannya saat ada teman yang mengajak atau dilakukan secara mandiri di rumah (melalui aplikasi atau video di youtube). Aktifitas: 06.00 - 12.00 Bangun tidur, mandi, sarapan, bersiap untuk kuliah 12.00 - 13.00 Makan siang bersama teman-teman 13.00 - 16.00 Melanjutkan kuliah/ mengerjakan tugas bersama teman-teman 16.00 - 18.00 Nongkrong di cafe sambil mengerjakan tugas 18.00 - 19.00 Pulang, makan malam 19.00 - 22.00 Melanjutkan tugas, menonton film, bermain media sosial 22.00 - 06.00 Beristirahat

Concept: Wobble Quest Head of Digital Marketing PT. KawanLama Retail Tbk, Pungkas Riandika berkata “Salah satu perilaku masyarakat Indonesia dalam berbelanja di bidang culinary (F&B) adalah menjadikan aktivitas itu sebagai rekreasi. Menikmati makanan dan minuman di suatu lokasi yang berbeda adalah bagian dari rekreasi.� Hal ini tentunya sangat relevan dengan habit atau kebiasaan orang di zaman ini, khususnya bagi kalangan anak muda. 58

The Roots of Wobble


Selain itu, hal ini juga sangat mendukung program yang dilaksanakan oleh Wobble yaitu bernama Wobble Quest. Program ini merupakan sebuah rangkaian misi yang harus diselesaikan oleh konsumen yang meliputi kegiatan transaksi produk Wobble pada sebuah gerai atau lokasi tertentu dan membagikan pengalaman itu ke media sosial.

How? Dengan menyediakan sebuah aplikasi bernama Wobble Quest yang isinya terdiri dari rute yang menunjukkan lokasi misi-misi Wobble yang diselenggarakan di setiap bulannya, lalu sebuah foto album yang di dalamnya adalah koleksi foto yang diambil setelah suatu misi telah diselesaikan, kemudian yang terakhir adalah rewards dimana pengguna aplikasi dapat memperoleh poin di setiap misi yang telah terselesaikan.

Why It Works Meningkatkan awareness akan Wobble Meningkatkan hype para konsumen terhadap Bubble Tea sehat Menjadi sebuah Unique Selling Point yang berbeda

Digital Touchpoint Untuk menciptakan awareness terhadap Wobble Quest, maka dibutuhkan beberapa media untuk mencantumkan advertisementnya. Beberapa media yang akan digunakan adalah Instagram ad dan poster digital yang ada pada gerai Wobble.

The Roots of Wobble 59


Application Design Aplikasi Wobble Quest terdiri dari rute yang menunjukkan lokasi misimisi Wobble yang diselenggarakan di setiap bulannya, sebuah foto album yang berisi koleksi foto yang diambil setelah suatu misi telah diselesaikan, rewards dimana pengguna aplikasi dapat memperoleh poin di setiap misi yang telah terselesaikan.

Mockup aplikasi Wobble Quest.

60

The Roots of Wobble


Instagram Feed, Story, Ad Karena target market Wobble lebih mengarah ke kalangan anak muda, maka keseluruhan feed instagram, khususnya konten harus dibuat menarik. Dengan menggunakan palet warna Wobble, instagram feed akan terlihat menarik dan colorful. Postingan perdana Wobble dimulai dengan visual yang memperlihatkan ilustrasi-ilustrasi sehingga audiens akan mendapat awareness pertama mengenai identitas visualnya. Kemudian dilanjutkan dengan informasi mengenai varian rasa Wobble, promosi, game, dan informasi tentang acara-acara yang akan diselenggarakan.

Instagram Feed

Feed instagram Wobble.

The Roots of Wobble 61


Instagram Feed: Seasonal

Feed instagram seasonal.

Instagram Story

Story instagram Wobble.

62

The Roots of Wobble


Instagram Ad Audiens akan langsung diarahkan ke website yang kemudian mengharuskannya untuk mengunduh aplikasi Wobble Quest. nstagram Ad dapat berupa Instagram Story dan Post.

Instagram Ad feed.

Instagram Ad story.

Digital Poster Pada gerai Wobble akan ditampilkan poster yang mempromosikan atau memberi hint program Wobble Quest.

Poster digital pada gerai.

The Roots of Wobble 63


a k a t s u P Daftar Candra, Asep. “Khasiat Melati Sebagai Obat”. 2012 https://nasional.kompas.com/ read/2012/02/06/1443335/Khasiat.Bunga.Melati.sebagai.Obat Diakses pada 11 Oktober 2019 Empowered by Color. Color Meanings in Business. https://www.empower-yourselfwith-color- psychology.com/color-meanings-in-business.html. (Diakses pada 10 Oktober 2019) Husna, Ayu. “5 Bahaya Minuman Bubble Tea Bagi Kesehtan Tubuh”. 2019. https:// www.msn.com/id-id/berita/nasional/5-bahaya-minuman-bubble-tea-bagikesehatan-tubuh/ar- AACBJZ7. Diakses pada 11 Oktober 2019 kompasiana.com. Vintage dan Retro Masa Kini. 8 April 2016. https://www. kompasiana.com/callcia/57077ab06023bd61077ec9be/vintage-dan-retro-modernmasa- kini?page=all (Diakses pada 9 Oktober 2019) Kusumaningrum, Febrianti. “10 Alasan Kenapa Kamu Harus Minum Jus Wortel Setiap Selesai Makan”. 2017. https://www.merdeka.com/sehat/10-alasan-kenapakamu-harus-minum-jus-wortel- setiap-selesai-makan.html. Diakses pada 12 Oktober 2019 Kusumaningrum, Febrianti. “Ganti Konsumsi Gula Putih Dengan 5 Pemanis Alami Yang Lebih Sehat ini”. 2018. https://www.merdeka.com/sehat/ganti-konsumsigula-putih-dengan-5-pemanis- alami-yang-lebih-sehat-ini.html. Diakses pada 12 Oktober 2019 Landa, R. (2011). Graphic Design Solutions (4th ed.). Boston: Wadsworth Cengage Learning. Nasution, Fitriyani. “Perbedaan Kualitas Susu Sapi dan Susu Kedelai”. 2017. https:// www.columbiaasia.com/indonesia/health-articles/perbedaan-kualitas-susu-sapidan-susu- kedelai. Diakses pada 11 Oktober 2019 Nichols, Daisy. “Bubble Tea Is Really Bad for You”. The Daily Meal. 2017. https:// www.thedailymeal.com/cook/bubble-tea-really-bad-you Diakses pada 3 Oktober 2019

64

The Roots of Wobble


Pujiono. “Kandungan dan Manfaat Kesehatan Buah Tin”. 2017. https://www.befren. com/lifestyle/health/kandungan-dan-manfaat-kesehatan-buah-tin/ Diakses pada 11 Oktober 2019 Saxon Packaging. 2017. “Di erence between primary, secondary and tertiary packaging.” July 2, 2017. http://www.saxonpackaging.co.uk/ di erence-betweenprimary-secondary-tertiary-packaging/. Setiawan, Samhis. 2019. “Pengertian Poster – Tujuan, Ciri, Jenis, Membuat, Bahan, Prinsip, Contohnya.” gurupendidikan.comAugust 11, 2019. https:// www. gurupendidikan.co.id/pengertian-poster/. Sudarwati, Sri. “Pengolahan Susu Jagung”. 2012 http://kaltim.litbang.pertanian. go.id/ind/index.php option=com_content&view=article&id=208&Itemid=59. Diakses pada 11 Oktober 2019 Turbologo.com. Top Tips and Inspirations for Retro and Vintage Logo Design. November 28, 2018. https://turbologo.com/articles/vintage-logo/. (Diakses pada 9 Oktober 2019) Veratamala, Arinda. “Apakah Tepung Tapioka Lebih Sehat dari Tepung Terigu?”. 2017. https://hellosehat.com/hidup-sehat/nutrisi/manfaat-tepung-tapioka-dankekurangannya/. Diakses pada 12 Oktober 2019 Wheeler, A. (2009). Designing Brand Identity (3rd Editio). New Jersey: John Wile & Sons.

The Roots of Wobble 65




u o y k n Tha Terima kasih kepada Tuhan Yesus atas kesempatan, penyertaan dan hikmat yang diberikan kepada saya untuk dapat menyelesaikan proyek ini, serta tak lupa keluarga yang selalu mendoakan dan mendukung saya. Bapak Dr. Martin Luqman Katoppo, S.T., M.T. selaku Dekan Fakultas Desain, Bapak Alfiansyah Zulkarnain, S.Sn., M.Ds. selaku Kepala Program Studi Desain Komunikasi Visual, dan Bapak Brian Alvin Hananto, S.Sn., M.Ds. selaku Dosen Pengampu Matakuliah. Bapak Brian, Bapak Siswanto, Bapak Ade, Bapak Christo, Ibu Rerry, Ci Caca, dan Ci Helen selaku tim dosen matakuliah Studio Utama 3. Ibu Lucia Crysanthy Soedirga, M.Sc., dan Ibu Intan Cidarbulan Matita, Ph.D selaku dosen Food Technology UPH. Segenap panitia Food Explore 2019 dan teman-teman Food Technology UPH atas kerjasamanya, khususnya untuk Michael Djurianto dan Stefanie Novelia selaku peramu Wobble yang enak sekali rasanya. Terima kasih atas kepercayaan kalian berdua kepada saya, senang dapat mengenal dan bekerjasama dengan kalian dalam kesempatan ini. Segenap pejuang DKV terutama teman-teman peminatan Desain Grafis 2017 atas dukungan serta kebersamaannya, kita akan terus ingat segala jerih payah ini yang pastinya juga ngangenin, yuk mari terus berkarya!


Tentang Penulis

Jemima Deka Lahir di Semarang pada 7 April 1999, Jemima adalah seorang desainer grafis pemula yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Pelita Harapan, jurusan Desain Komunikasi Visual. Mengambil konsentrasi Desain Grafis, Jemima berharap agar dapat terus menciptakan karya desain yang mampu memberi dampak baik bagi masyarakat dan juga agar dapat menginspirasi teman-teman yang memiliki kerinduan yang sama untuk terus berkarya di dalam bidang ini. Sejak kecil hingga sekarang Jemima sangat gemar dan menekuni bidang seni dan desain. Jemima juga terus aktif menerima pekerjaan freelance atau bisnis-bisnis kecil pribadinya. Namun Jemima tetap bertercita-cita untuk dapat terus belajar dan bekerja di dalam bidang kreatif ini dan hopefully dapat mendirikan sebuah studio desainnya sendiri.




r e v e r o f ..a g n i h t f o kind


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.