Al-Islam Edisi 1 Tahun II, Dzulhijjah 1435H - Oktober 2014

Page 1

al-islam.my.id

Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H

 Emha: Haji

Peristiwa Agama dan Peristiwa Budaya

2014

my Identity

 Hikmah: Rumah

Sudah Tak Ada

 Profil: Prof. Dr. Ir.

Zuhal, MSc. EE: Memadukan Iptek dan Imtak


Do’a Do’a Menghadapi Berbagai Masalah Hidup

“Cukuplah bagiku Allah (yang menolong dan memeliharaku), tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, kepada-Nya aku berserah diri, dan Dia lah yang mempunyai 'Arasy yang agung. ” (QS. At-Taubah: 129)

Dari Abu Darda’ ra Rasulullah saw bersabda : ”Barangsiapa pada waktu pagi hari dan sore hari membaca َ‫ش ْالعَظِ ِيم‬ َ ِ ‫علَ ْي َِه ت َ​َو َك ْلتهَ َوه َ​َهو َربَ ْالعَ ْر‬ َ َ ِ‫ل إِلَ َهَ إ‬ َ َ ‫اّلله‬ َ​َ ‫ي‬ َ​َ ِ‫َح ْسب‬ َ ‫ل ه َ​َهو‬ sebanyak 7 kali, maka Allah swt akan menyelesaikan seluruh permasalahan yang menyusahkannya(ya’ni baik urusan dunia maupun akhirat). Sama saja dia mengucapkan kalimat tersebut dengan sungguh-sungguh ataupun tanpa ada kesungguhan”.(HR.Abu Daud)

2

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H



Oktober 2014


Redaksi

Daftar Isi 5 | Bahasan Utama: Berkurban: Modal Penting Membangun Peradaban 10 | Bahasan Utama: Haji: Peristiwa Agama dan Peristiwa Budaya 15 | Akhlak: Memperbaiki dengan Cara yang Baik 19 | Akhlak: Berkhidmat Kepada Orang Tua, Saat Kita Sudah Dewasa 24 | Tasawuf: Resep Beroleh Anugerah Kebaikan 27 | Opini: Bersahabat Dengan Al-Qur’an 31 | Saintek: Muslim Yang Berdayasaing

36 | Profil: Prof. Dr. Ir. Zuhal, MSc. EE: Memadukan Iptek dan Imtak 41 | Catatan Hikmah: Rumah Sudah Tak Ada

Al-ISLAM my Identity Awak Media Penasehat: Nashir Budiman, Johansyah Pemimpin Usaha : M. Fuad Soffa Pemimpin Redaksi : Dijan Soebromo Dewan Redaksi: Heru Prabowo, Suharjono Harjodiwirjo Redaktur Pelaksana: Tri Boedi Hermawan, Nilna Iqbal, Reno Andryono Keuangan: Ahmad Hamdani, Syahrial Muharam. Dukungan Teknologi: Fathansyah, Zamakshari Sidiq Alamat Redaksi: Rumah Alumni, Salman ITB, Jalan Ganesha No.7, Bandung Alamat Email: redaksi@al-Islam.my.id Twitter: @alislammyid | Google+ & YouTube Channel: alislam.my.id@gmail.com Website: www.al-islam.my.id



al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H  Oktober 2014

3


Al-ISLAM my Identity

Pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi wa-Barakatuh.

Sahabat Al-Islam yang mulia, Kita bersyukur bahwa pada pekan ini banyak di antara kita tengah bersiaga untuk menunaikan satu rangkaian ibadah penting di bulan Zulhijjah. Satu rangkaian penting yang ditunggu umat itu adalah Ibadah Haji bagi mereka yang mampu, sebagai pelengkap pelaksanaan rukun Islam bagi muslimin. Di Tanah Air dan di berbagai penjuru dunia, satu ibadah ‘besar’ lainnya juga tengah menunggu. Sebuah perayaan pangan, atau pesta daging, yang kita kenal dengan Iedul Qurban. Rangkaian perayaan hari Raya Iedul Adha (Iedul Kurban) dan Hari Tasyrik di tanggal 10, 11, 12 dan 13 Zulhijjah di mana kita melakukan pemotongan daging hewan kurban. Pada kedua ibadah penting itu, kami semua menghaturkan selamat bagi Anda yang hendak menunaikannya. InsyaAllah apa yang kita niatkan mengenang peristiwa penting dalam sejarah tauhid -- kenabian Ibrahim-Ismail, dapat kita tunaikan dengan baik. Semoga sekalian sahabat yang menunaikan ibadah Haji memperoleh haji mambrur dan bagi yang menunaikan ibadah kurban, semoga segala niat tulus kita dibalasi Allah dengan Ridha dan Perkenan-Nya.

Sahabat Al-Islam, edisi e-mag kali ini sangat istimewa dengan mengangkat tema seputar Kurban dan Ibadah Haji. Yang menjadikan istimewa pula, karena media ini merupakan lanjutan gagasan kita yang kini sudah memasuki tahun kedua. Inilah media kita edisi I pada tahun kedua, yang menyajikan lebih banyak materi yang dapat Anda simak. Selamat menikmati sajian kami dan kami haturkan Selamat Hari Raya Iedul Adha, semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya untuk kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb., Al-Islam

4

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H



Oktober 2014


Bahasan Utama

Foto: @AZ Imaging

Oleh: Mikrajuddin Abdullah Pernahkah kita merenungkan tentang makna Iedul Adha? Apakah makna iedul adha telah dipahami dengan baik oleh hati kita? Telahkah jiwa kita menyadari bahwa di balik pelaksanaan iedul adha ada perintah berkurban untuk sesama? Telahkah kita menyadari betapa luar biasanya implikasi pelaksanaan kurban bagi hidup kita, baik di dunia maupun di akhirat?



al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H  Oktober 2014

5


A

tau justru kondisi sebaliknya yang terjadi. Setelah shalat hari raya kita jalani, dan berkurban kita lakukan, kita kembali ke keadaan dan tingkah laku semula, tanpa sedikit pun terjadi perubahan yang mencerminkan pesan-pesan fundamental iedul adha. Tidak ada perubahan signifikan dalam hidup kita ke arah lebih baik. Bahkan tingkah laku kita justru kian jauh dari pesan iedul adha maupun pesan ibadah kurban itu sendiri. Ibadah kurban dalam perayaan Iedul Adha merupakan bentuk manifestasi penyerahan diri sepenuhnya hanya kepada Allah SWT. Karena itu, hendaknya kita melakukannya dengan totalitas dan penuh makna. Hal ini akan berdampak mengubah peri laku kita sehingga mencerminkan pesan-pesan Iedul Adha yang hakiki. Upaya ini juga bisa digunakan untuk menghisab (menghitung-hitung), seberapa ikhlaskah kurban yang telah kita lakukan selama ini. Karena berbagai kesibukan dan rutinitas, kadang manusia lupa merenungi siapa dirinya, apa yang sudah dia lakukan dan peroleh, bagaimana menggunakan yang dia peroleh itu, dan sebagainya. Seolah-olah hati nurani kita tumpul. Iedul Adha, merupakan momentum terbaik untuk merenungi semua itu, sehingga kita meyakini betul, bahwa apa-apa yang kita dapat dan kita pergunakan telah sesuai dengan perintah Allah SWT. Momentum Iedul adha harus menyadarkan nurani kita untuk berkurban. Jangan sekali-kali kita meremehkan sikap pengorbanan. Berbagai perubahan besar dalam peradaban manusia lahir dari pengorbanan satu atau beberapa orang. Pengorbanan dan perjuangan Rasulullah SAW dan para sahabat telah mengubah bangsa Arab jahiliyah menjadi bangsa yang dirahmati Allah SWT dalam waktu yang sangat singkat, yaitu hanya sekitar 23 tahun. Islam menyebar ke seluruh Indonesia berkat

6

pengorbanan para wali dan penyebar Islam di masa lalu. Kita bisa hidup nyaman di negara merdeka ini adalah buah pengorbanan para pahlawan pendahulu kita. Andaikata pengorbanan itu tidak ada, mungkin hingga saat ini kita masih hidup dalam penjajahan bangsa lain. Kalaupun merdeka, pastilah kemerdekaan itu adalah hadiah dari penjajah. Jika ini yang terjadi, maka kebanggaan sebagai bangsa yang merdeka akan berkurang, karena kemerdekaan kita rupanya didapat dari belas kasihan penjajah.

Foto: @Andreas Fina

Perhatikanlah, terkadang, ketika kita melihat orang-orang sukses, secara terburu-buru kita menilai betapa senangnya hidup orang itu. Seolah-olah semua keinginan bisa dipenuhi dengan mudah, semudah membalikkan telapak tangan. Namun, sesungguhnya, kita lupa bahwa mereka yang sukses telah melewati sebagian besar waktu hidupnya di masa lalu dengan berbagai pengorbanan besar, pengorbanan yang tidak bisa dilakukan oleh semua orang. Memang, tidak ada kesuksesan tanpa pengorbanan. Tokoh-tokoh besar yang “menorehkan” jejak langkahnya dengan tinta emas dalam sejarah dunia adalah orang-orang yang mengisi sebagian besar waktu hidupnya dengan pengorbanan yang luar biasa. Pengorbanan Nabi Ibrahim AS telah

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H



Oktober 2014


mengubah wajah dunia. "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu memberikan (mengorbankan) apa yang kamu cintai." (QS. Ali Imran [3]: 92) Meraih kesuksesan tanpa pengorbanan berarti melanggar sunnatullah, hukum Allah, yang pasti dan tetap. Keinginan untuk sukses tanpa upaya sering menggiring manusia melakukan tindakan tercela. Perilaku korupsi yang merongrong negeri ini adalah contoh nyata tingkah laku manusia yang ingin meraih kesuksesan besar di bidang materi tanpa usaha dan pengorbanan yang berarti. Mereka memanfaatkan posisi dan jabatan atau memanipulasi data keuangan untuk mendapatkan sesuatu yang bukan menjadi haknya. Korupsi adalah tindakan yang secara konsisten menghancurkan umat dan bangsa ini. Dan kita sangat prihatin karena perilaku korupsi ini terjadi di mana-mana, di banyak tempat, dan dilakukan oleh berbagai kalangan. Dampak negatif yang ditimbulkan perilaku korupsi ini pun demikian dahsyat. Kita semua merasakan semua dampak itu. Andaikan dalam diri setiap muslim tertanam jiwa pengorbanan yang tulus, niscaya bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar dan terbaik di muka bumi ini. Memang pengorbanan yang kita lakukan tidak dapat dibandingkan dengan pengorbanan para nabi terdahulu. Tetapi kalau pengorbanan tersebut dilakukan oleh ratusan juta penduduk, dan dilakukan dengan ikhlas hanya untuk mencari ridla Allah SWT, maka hasil yang diperoleh pun insya Allah menjadi tak terbayangkan dampak positifnya. Namun, kadang kita sangat sulit berkorban dengan harta yang kita miliki, meskipun harta tersebut kadang diperoleh dengan mudah. Kita kadang tidak merasa rugi ketika harta yang kita peroleh itu digunakan untuk kebutuhan mewah; piknik ke luar negeri, menikmati berbagai hiburan mahal, membeli barang-barang mewah, dan santapan lezat. Sebaliknya, kita kadang



merasa sangat rugi jika harta tersebut digunakan untuk kegiatan di jalan Allah SWT, meskipun dalam jumlah yang sedikit. Mari kita renungkan sepenggal kisah Nabi Ibrahim AS agar dapat memetik pelajaran bernilai di dalamnya. Hingga usia senja Nabi Ibrahim belum dikarunia anak oleh Allah SWT, tetapi doa tiada putus tetap disampaikan ke hadirat Allah Sang Khalik: ”Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh “ (QS. Ash Shaffat [37]: 100) Allah mengabulkan doa Nabi Ibrahim AS. Allah menganugerahinya seorang anak, yang kemudian diberi nama Ismail, pada saat usia Nabi Ibrahim sudah lanjut. ”Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar“. (QS. Ash Shaffat [37]: 101). Begitu anak – yang sekian lama dinantikan dan didambakan – lahir, Allah meminta Nabi Ibrahim agar mengorbankan kerinduannya pada sang anak dengan mengasingkan anak dan isterinya ke Mekkah. Ketika itu Mekkah berupa lembah yang sangat sunyi, gersang dan hampir tanpa sumber penghidupan. Dan ketika Nabi Ibrahim kembali bertemu Hajar dan Ismail yang sudah remaja, Allah pun memerintahkan Ibrarim untuk mengorbankan anak kesayangannya itu. ”Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash Shaffat [37]: 102). Mari kita bayangkan dan renungkan. Anak yang “diperoleh” dengan susah payah dan didapat pada sisa-sisa hidup – yaitu di hari tuanya – Ibrahim, diperintahkan oleh Allah SWT untuk diasingkan. Dan ketika Ismail sudah besar, Allah

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H  Oktober 2014

7


pun kembali memerintahkan agar anaknya dikorbankan. Subhanallahu, Allahu Akbar.

penduduk muslim terbesar di dunia ini, yaitu 240 juta jiwa, bangsa ini menjadi rujukan umat muslim lainnya di dunia. Dan bukan mustahil bangsa ini Jika menggunakan logika manusia, maka kita menjadi bangsa paling unggul di muka bumi. berkesimpulan: betapa tidak adilnya Allah. Betapa ”Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan Allah tidak mengasihi hamba-Nya dengan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan memberikan cobaan yang bertubi-tubi, sangat sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja berat dan sulit diterima akal sehat. Hanya yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah keimanan yang kuat dan berkualitas tinggi yang mengetahuinya.” (QS. Ali Imran [3]:92). sanggup menerima semua itu. Tapi harus kita ingat, sifat rela berkorban harus Ibrahim AS pun berhasil melewati cobaan demi muncul dari kesadaran diri masing-masing, bukan cobaan itu dengan baik. Dan sejarah mencatat karena imbauan atau perintah dan paksaan bahwa peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim AS seseorang atau atasan. Artinya, harus dilakukan dan keluarganya yang luar biasa ini merupakan dengan ikhlas. Perbuatan yang dilandasi awal lahirnya orang-orang besar, para nabi, yang kesadaran diri dan ikhlas akan mengalir dengan sangat berpengaruh bagi umat manusia. Dan Nabi spontan dalam kondisi apa pun. Perbuatan yang Ibrahim AS menjadi bapak para nabi besar itu. dilandasi kesadaran dan keikhlasan tidak ”Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) mengharapkan apresiasi atau penghargaan orang di kalangan orang-orang yang datang lain. Dia bisa lahir dalam kondisi terang maupun kemudian.“ (QS. Ash Shaffat [37]:108) tersembunyi, lapang maupun sempit, tanpa Kita pun diminta Allah SWT untuk berkorban. mengenal batas ruang dan waktu serta kondisi. Tetapi pengorban yang diminta tidak sebesar Sifat kikir, apalagi bakhil, harus dikikis bersih dari pengorbanan Nabi Ibrahim dan para nabi lainnya. dalam diri kita. “Takutlah terhadap kezaliman, Kita hanya diminta untuk menyisihkan sebagian karena kezaliman menyebabkan kegelapan di hari kecil saja yang kita miliki, bukan semuanya. Kiamat. Dan takutlah terhadap kekikiran, karena Dalam suasana Iedul Adha ini Allah SWT meminta kekikiran telah membinasakan orang-orang kita untuk menyembelih hewan kurban. sebelum kalian, serta menjadikan mereka saling Permintaan itu tidak akan membuat kita jatuh bunuh dan melakukan hal yang dilarang” (HR. miskin atau hidup kita menjadi sengsara. Allah Muslim). memerintahkan ini agar kita menjadi manusia yang semakin bertakwa kepada-Nya. Sungguh Perhatikan pula firman Allah SWT berikut, “Dan Allah Maha Kasih kepada hamba-hamba-Nya. adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup (tidak memerlukan pertolongan "Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali Allah), serta mendustakan (pahala) yang terbaik, tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. menuju kesukaran (kesengsaraan). Dan hartanya Demikianlah Allah Telah menundukkannya untuk tidak bermanfaat baginya apabila ia telah kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap binasa” (QS. Al-Lail [92]:8-11). “Dan siapa yang hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar dipelihara dirinya dari kekikiran, maka mereka gembira kepada orang-orang yang berbuat itulah orang-orang yang beruntung” (QS. Al Hasyr baik." (QS. Al Hajj [22]:37) [59]:9) Kalau kita bangsa Indonesia menyadari begitu Bagi para pemuda, mahasiswa dan pelajar, pentingnya berkurban, maka dengan jumlah hendaklah kalian ingat bahwa nasib bangsa dan

8

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H



Oktober 2014


meraih cita-cita besar itu bak menapaki jalan yang mendaki – sulit, penuh onak dan duri, serta jurang di kiri dan kanannya. Yang jelas, untuk membangun dan membenahi Indonesia dibutuhkan para pemimpin yang memiliki idealisme tinggi, yang siap berkorban untuk kemajuan bangsa dan negaranya. Itulah kalian, wahai pemuda.

umat ini di masa datang ada di tangan kalian. Dalam kurun waktu 20-30 tahun mendatang, kalianlah yang akan memimpin bangsa dan umat ini. Jaya atau hancur leburnya bangsa ini di masa datang akan sangat bergantung pada kalian. Dan bagaimana keadaan serta perilaku kalian di masa depan sangat bergantung pada apa yang kalian lakukan masa kini. Fakta sejarah dengan jelas membeberkan bahwa orang-orang hebat adalah mereka yang telah melewati masa lalu hidupnya dengan berbagai pengorbanan yang tak terperikan. Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar untuk umat dan bangsa ini di masa datang, maka sejarah hidup kalian sekarang dan selanjutnya harus diwarnai dengan semangat berkorban, serta memiliki kepedulian terhadap sesama dan lingkungan kalian. Belajar dan bekerja giat dengan mengorbankan sebagian hiburan duniawi, yang berlimpah dan sangat memesona nafsu, saat ini atau mengorbankan sebagian waktu tidur kalian untuk menempa diri adalah sebagian pengorbanan yang kalian lakukan untuk menjadi orang besar di masa datang.

Makin besar cita-cita yang ingin diraih maka makin besar pula tantangan yang akan menghadang. Tetapi tetaplah berjalan lurus ke depan dan kuatkan tekad, niscaya keberhasilan akan menanti di depan. “Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad (akan sesuatu yang baik), maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal” (QS. Ali Imran [3]:159). ”Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf [12]:87). Tidak ada gunung yang tinggi bagi seekor rajawali perkasa. Sebagai orang tua, kita hendaknya memberikan dan memfasilitasi proses pembelajaran kepada anak-anak kita dalam hal berkurban ini. Mereka sebaiknya sudah melihat peristiwa penyembelihan hewan kurban sejak usia dini. Itulah mengapa kebijakan larangan menyembelih hewan kurban di sekolah tidak sejalan dengan proses pembelajaran ini. Kita prihatin dan menolak setiap kebijakan yang kontra produktif dengan upaya pembelajaran yang konstruktif bagi anak-anak bangsa, penerus estafeta kepemimpinan masa depan. Mudah-mudahan Iedul Adha kali ini menjadi awal kebangkitan semangat berkorban bagi kita dalam rangka mewujudkan kejayaan bangsa. Bangsa ini akan menjadi pemimpin dan menjadi bangsa terbaik di muka bumi jika perintah Allah SWT dijalankan secara paripurna.

Sadarilah, kalian adalah pemimpin masa depan. Sadarilah bahwa nasib bangsa dan umat ini di masa depan ada dalam genggaman kalian. Kalianlah yang akan menentukan ke mana bangsa Penulis: Prof. DR. Mikrajuddin Abdullah, Guru dan umat ini akan dibawa. Tidak ada perjalanan mulus untuk meraih cita-cita besar, karena untuk Besar ITB.



al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H  Oktober 2014

9


Bahasan Utama

Foto: @Arabian Lens

Oleh Emha Ainun Nadjib Ini adalah tulisan tentang haji dari seorang yang belum pernah naik haji, bahkan belum pernah sekedar mendapat oleh-oleh air zamzam. Oleh karenanya, penulis memohon maaf atas kelemahan mendasar dari tulisan ini.

Haji Beneran dan Rasa Haji

T 10

araf saya masih semacam Haji Bawakaraeng. Gunung Bawakaraeng ada di Sulawesi. Pada musim haji, sejumlah orang Islam mendatanginya dan melakukan sejumlah ritus seolaholah mereka sedang benar-benar menjalankan ibadah haji. Tentu saja secara ‘syar’i, yuridis formal’, mereka tak bisa dianggap telah berhaji. Tapi

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H



Oktober 2014


sekurang-kurangnya mereka memperoleh kemungkinan ekonomi untuk sungguh-sungguh berangkat ke Tanah Suci yang asli. Alhamdulillah, Islam punya kecenderungan besar untuk memudahkan pemelukpemeluknya. Kalau tak sanggup berdiri dalam menjalankan shalat, boleh duduk. Kalau tak bisa duduk, silahkan berbaring. Begitu juga haji. Sementara ini ‘pangkat’ saya barulah penggembira, ikut bahagia ada fenomena peribadatan bernama haji. Ikut senang banyak orang berbahagia naik haji. Ikut bergembira dan menginternalisasikan — secara ‘platonis’ — ideide, gagasan, metode, tarikan, modus, serta pengembaraan rohaniah yang sedemikian total mewahidkan tiga dimensi esensial kehidupan manusia: kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Haji adalah — atau kita sebut: semestinya — puncak totalitas penyatuan antara tiga dimensi itu, yang diperjuangkan oleh kehidupan manusia. Haji lebih dari sekedar efek dari kesanggupan ekonomi seseorang untuk berangkat ke Arab Saudi: juga lebih dari sekedar ‘romantisme pengembaraan kultural’. Bukan aksesori keperluan politik, status dan kebanggaan sosial. Adapun saya, tergolong di antara ratusan juta ummat Islam yang belum atau tidak pernah naik haji, sehingga hanya bisa ‘menabuh beduk’ dari kejauhan: Betapa benar muatan inisiatif-Mu ya Allah. Betapa baik kandungan anjuran-Mu, ya Allah. Labbaika allahumma labbaik! Nyanyian cinta, lagu-lagu rindu, yang dilantunkan oleh jutaan hamba-Mu di tanah suci pada hari-hari haji, ditampung oleh ribuan malaikat dan diangkut ke langit, diserahkan kepada-Mu dengan deraian air mata syukur. Adapun Engkau abaikan kami-kami yang belum atau tidak sanggup berangkat ke rumah-Mu? Padahal rasa rindu kami terlebih-lebih dari



berlipat-lipat karena jarak ketidakmampuan kami. Padahal kalau saudara-saudara kami di tanah suci-Mu meneriakkan nama-Mu, kami memekikkannya. Di dalam kejauhan jarak ini tangis kami adalah hujan sunyi yang hanya Engkau belaka yang sanggup mendengarkannya. Jadi bolehlah kiranya dari rumah melarat di kampung kami sendiri, kami mendendangkan lagu Labbaika allahumma labbaik! Labbaika allhumma labbaik! Labbaika la syarika laka labbaik!

Haji Dan ‘Tarian’ Sunnatullah Haji adalah sebuah kemewahan ekonomi, bagi kita yang bertempat tinggal jauh dari Tanah Suci. Tatkala para penempuh haji berpakaian ihram, mereka ‘melompat’ naik ke taraf transendensi budaya: menanggalkan status sosial, kedudukan, tingkat-tingkat jabatan dan profesi. Metode itu membawa manusia kembali ke kefitrian, ke otentisitas dan kesejatian dirinya. Pada pengalaman berhaji, mungkin seseorang menjadi mengerti bahwa jati diri bukanlah to be pada tataran-tataran sosial-budaya, sebab itu semua hanyalah cara atau jalan menjadi seseorang, sesuatu atau ‘aku’ yang lebih sejati, lebih kualitatif, atau lebih berorientasi ke universalitas nilai ‘Aku primer’ manusia bukan ‘aku pedagang’, ‘aku partai’, ‘aku status sosial’: sebab puncak dari semua jenis ‘aku’ tersebut pada akhirnya adalah aku manusia. Di dalam Islam, ‘aku manusia’ meningkatkan dirinya menjadi aku ‘Abdullah’ atau ‘aku hamba Allah’ kemudian ‘aku khalifatullah’ atau ‘aku wakil Allah’, kemudian meningkat atau lebih meng-inti lagi. Ketika mereka berputar mengelilingi Ka’bah, yang mereka lakukan seolah-olah adalah tarian sunnatullah: gerakan pada inti atom atau sel, atau koreografi bintang-bintang, planet dan

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H  Oktober 2014

11


satelit; yang pada perspektif kesadaran lokal manusia hal itu menciptakan ikhtilafillaili wannahar, pergantian siang dan malam.

sublimasi, kristalisasi dan universalisasi dan esensialisasi diri.

Haji dan Esensialisasi Diri Dan tatkala para hamba Allah itu bersujud, yang mereka sembah bukanlah Ka’bah, melainkan merupakan simbolisasi ahad dan wahid. Ahad itu satu-Nya Allah, dan wahid itu penyatuan semua kuantitas indidividu manusia dan keummatan manusia, serta semua sistem kualitas nilai dirinya, pada satu mata air, yang menjadi sumber dan sekaligus muara segala sistem eksistensi. Proses penegakan ‘ahad’ dan penempuhan ‘wahid’ itu disebut tauhid. Proses penyatuan. Menyatukan diri dengan Allah. Proses penyatuan diri dengan Allah itu ditempuh melalui metode trans-dimensi: status sosial, kedudukan budaya, bahkan pada akhirnya unsur biologis manusia harus ditanggalkan, karena ia bersifat sangat relatif dan temporer. “Barangsiapa mendambakan kesatuan denganKu, hendaklah ia berbuat baik….”, dalam pergaulan sehari-hari, melalui lembaga, partai, birokrasi dan apapun, meski dalam bentuk yang seolah-olah ‘non-agama’. Artinya, pertemuan dengan Allah tidak dalam keadaan biologis dan budayawi, melainkan ketika kita telah menjadi cahaya rohani, yakni telah menjadi inti perbuatan baik itu sendiri. Ibadah shalat, puasa dan haji, juga landasan syahadat — kesadaran dan ikrar eksistensi manusia — adalah juga metode pengatmosfiran diri menuju kesadaran ‘ahad’ dan keberadaan ‘wahid’. Namun peristiwa haji adalah kemewahan, adalah puncak dari segala kemungkinan semacam itu. Dengan itu semua saya membayangkan bahwa menjalankan ibadah haji adalah kesempatan ‘mencicipi’ peristiwa pencintaan langsung dengan Allah, melalui sejumlah tahapan

12

Bermilyar-milyar kekasih Allah adalah penari-penari dan Allah adalah pusat tarian agung di mana Ia berkata — “Kalian kekasihku, semua kalian kekasihku, mendekatlah, mendekatlah kemari, berkerumunlah di seputarku. Akan kutaburi wajah kalian dengan cahaya sehingga seluruh keberadaan kalian akan bergelimang cahayaku. Dan nanti akan kubukakan wajahku, agar kalian melihat betapa indahnya Aku….” Dengan demikian mestinya haji adalah produk dari proses kualifikasi diri seeorang Foto: @Raeid Allehyani muslim yang ditempuh melalui rutinitas intens peribadatan-peribadatan yang lain, seperti shalat, zakat, puasa, dan — tentu saja — pada mulanya ikrar syahadatain. Syahadat memfokuskan diafragma idealisme hidup. Shalat mencahayai kejernihan obyektivitas akal, keseimbangan mental, ketulusan hati dan ketenteraman jiwa. Zakat melatih kesadaran bahwa “susu kambing harus diperah untuk anak-anaknya atau makhluk lain”, karena dalam harta yang kita miliki terdapat milik orang lain. Puasa membuat manusia jadi pendekar kehidupan. Dan haji adalah madu dari

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H



Oktober 2014


semuanya.

orang lain, bagi masyarakat, bangsa dan negara?

Madu bukan makanan bukan minuman: di antara keduanya. Haji pun adalah titik sublim dari seluruh proses peribadatan dan tradisi baik manusia. Maka apakah haji seseorang mabrur atau tidak, jawaban pastinya ada di tangan Allah, karena dia yang punya otoritas tunggal untuk menerima atau menolak.

‘Menjadi madu’ itu punya kemanfaatan sosial, produktif dan kreatif bagi kemaslahatan umum. Dalam hal ini saya tidak bersedia ‘ngrasani’ tentang kualitas madu haji-haji kita. Kaum haji adalah tingkat manusia yang semestinya paling pandai bercermin diri.

Tapi gejala kemabruran haji seseorang, bayangannya, pantulannya, barangkali bisa dijumpai pada output sosial seorang haji. Pertanyaan itu sederhana: apakah sesudah haji, ia adalah madu bagi tetangga-tetangganya, bagi



Haji dan Kesusahan Tetapi dengan perspektif itu kita masing-masing bisa kembali mengevaluasi. Misalnya seberapa jauh atau seberapa dalam pengalaman haji

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H  Oktober 2014

13


seorang merupakan peristiwa agama. Dan seberapa jauh ia ‘hanya’ merupakan peristiwa sosial.

haji, ambillah hikmahnya, karena di Tanah Suci nanti akan ada kesulitan yang lebih besar dan serius….”

Kalau seorang ‘gugup’ menaruh gelar haji di depan namanya, ia semata-mata kasus sosial, bukan kasus agama. Apalagi kalau berhaji diinstrumentalisasikan untuk kepentingan politik pribadi, untuk aksesoris kultural, atau untuk menambah ‘peci’ reputasi.

Kita yang naik haji dengan fasilitas mewah, tentu identitas dan ragam pengalaman batin kita akan kalah dengan dibanding nenek moyang kita yang berhaji berbulan-bulan dengan kapal. ‘Penderitaan’ dalam perjalanan haji secara psikologis bisa merupakan ‘asset’ dari kualitas penghayatan ibadah haji, meskipun agama tidak menganjurkan agar Anda hidup untuk mencari penderitaan.

Tetapi saya tidak tahu apakah kalau penderitaan para jamaah haji itu ‘disengaja’ oleh berbagai keputusan birokrasi resmi perjalanan haji — dari standar harganya yang makin tidak meringankan hingga jenis-jenis korupsi kecil-kecilan dan yang besar yang lain — akan membuat para birokrat kita memperoleh pahala. Hanya karena tindakan mereka bisa memungkinkan intensifikasi penghayatan kehajian para jamaah.

Haji dan Kiai Kadar peristiwa haji sebagai pengalaman agama dan pengalaman sosial biasa, mungkin bisa kita cari indikatornya juga dari makna sosiologi haji dengan kiai. Ada ratusan ribu haji dan kita bisa ‘melupakannya’, sementara ada tidak banyak kiai namun kita tak bisa melupakannya. Secara kultural kiai lebih ‘berwibawa’ dan lebih menjanjikan kualitas hidup dibanding haji. Padahal haji adalah produk agama, sementara kiai adalah produk masyarakat. Kalau seseorang disebut haji, itu hanya menginformasikan bahwa ia pernah melakukan ibadah haji ke Tanah Suci. Tapi kalau seseorang disebut kiai, ada berbagai dimensi yang dikandungnya: kesalehan, kepandaian, kealiman, kepribadian, dan mungkin juga kepemimpinan atau kapasitas-kapasitas fungsi dan reputasi sosial tertentu, yang mungkin sama sekali tak terasosiasikan ketika seseorang disebut haji. Kenapa secara sosiologis haji ‘kalah wibawa’ dibanding kiai? Kenapa syarat dan konvensi keulamaan seseorang lebih diwakili idiom kiai dibanding haji? Kalau disebut H. Bur, tak begitu terdengar di telinga. Tapi kalau ditambah menjadi KH. Bur, baru orang mendongak. Kenapa? Mungkin karena pada umumnya pengalaman haji berposisi diskontinyu dan mungkin irrelevan dengan tahapan-tahapan peningkatan kualitas kepribadian seseorang melalui proses Islamisasi diri dalam kehidupan nyata. Mungkin.

Emha Ainun Nadjib, nama lain dari Tetapi saya memang pernah mendengar isi pidato Muhammad Ainun Nadjib, budayawan dan birokrat haji: “Kalau saudara-saudara mengalami sastrawan. Tulisan diterbitkan atas ijin manajemen MHA. kesusahan-kesusahan selama proses akan naik

14

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H



Oktober 2014


Akhlak

Foto: @Zuraisham

M

asih ingat Florence Sihombing (FS)? Ya, mahasiswi program magister notariat Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta yang marah-marah ketika mengisi BBM sepeda motornya di SPBU - dan tidak dilayani petugas karena menyerobot antrian panjang, lalu kemarahannya itu dilanjutkan dengan menuliskannya di media sosial. Sikap FS tersebut sontak mendapat reaksi keras dari masyarakat kota Yogya. Bahkan, ada yang meminta agar FS segera angkat kaki dari kota gudeg, tempatnya menimba ilmu. Sementara itu di Bandung, seseorang yang mengaku sebagai Kemal Septi (di akun twitternya) dengan nada yang hampir sama berkomentar miring tentang kota Bandung, masyarakatnya dan walikotanya. Kata-katanya kasar dan tidak senonoh. Ridwan Kamil, sang Walikota, karena kesal dan tersinggung kemudian melaporkan Kemal – diduga mahasiswa salah satu PTN Kota Kembang – ke Polisi. Apa yang bisa kita simak dari peristiwa ini? Mungkin, maksud FS dan Kemal baik. Yakni memberi masukan, agar kondisi lingkungan yang ada bisa diperbaiki dengan ungkapannya di media sosial. Namun cara yang diambilnya tidak tepat. Apalagi, seorang intelektual menggunakan kata-kata kasar dan kurang pantas. Alih-alih memperbaiki keadaan, justru reaksi negatiflah yang bermunculan.



al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H  Oktober 2014

15


Begitulah respon orang terhadap sikap kita. Reaksi yang kita tuai akan baik atau positif manakala apa yang kita ungkapkan baik ataupun positif. Hal sebaliknya akan terjadi. Jelas, hal demikian merupakan ’hukum’ inter-aksi pergaulan sesama manusia dalam masyarakat. Sikap dan respon orang maupun masyarakat merupakan cermin dari sikap kita kepada lingkungan. Dalam berdakwah atau menyampaikan kebenaran pun demikian. Artinya, mendakwahkan ajaran Islam dan mengajak orang lain untuk berbuat kebaikan tetap harus ditempuh dengan cara yang baik pula. Sampaikan pada ‘sikon’ yang baik, lemah lembut, sopan dan patut, sesuai dengan akhlakul karimah. Tidak berarti, bahwa dalih menyampaikan ajaran agama yang wajib bagi seorang muslim lalu memudahkan ia menggunakan ungkapan atau cara yang kasar dan kurang pantas. Berdakwah, menyampaikan amar makruf nahyi munkar, memang ada kalanya butuh sikap tegas. Namun sikap tegas bukan berarti kasar. Coba tengok apa yang dilakukan junjungan dan teladan kita Rasulullah SAW. Ketika berdakwah, Rasulullah SAW dikenal tegas dalam memberangus kemunkaran, akan tetapi tak jarang pada situasi kondisi tertentu disampaikan dengan cara lemah lembut.

wanita Yahudi, yang sudah tua dan buta, dengan lemah lembut walau si wanita ini selalu memaki dan meludahi beliau setiap bertemu. Rasulullah tidak membalas dengan kata-kata dan sikap kasar. Nabi akhir zaman ini alih-alih membalas makian dengan makian pula, malah justru beliau dengan lemah lembut dan telaten melayani dan menyuapi wanita tunawisma ini. Bahkan Abu Bakar sekali pun tidak bisa menyamai kelembutan Rasulullah dalam hal ini. Sepeninggal beliau, Abu Bakar berusaha mengikuti jejak Rasul yang dicintainya dengan mencoba melayani wanita tua nan buta itu sebaik -baiknya. Namun baru saja memulai aksinya, sontak wanita Yahudi itu menghardik Abu Bakar. ‘’Hei siapakah engkau ini?”, seru wanita itu ketika Abu Bakar menyuapkan makanan ke mulutnya. Abu Bakar: “Ya, aku adalah orang yang biasa melayani dan menyuapimu setiap hari”. Wanita tua itu pun sontak menampik penjelasan Abu Bakar, karena menurutnya, orang yang biasa menyuapinya adalah orang yang lemah lembut, sementara yang ada di hadapannya sekarang

Ketegasan diperlukan agar umat tidak ragu, sementara cara lemah lembut diperlukan, agar umat tidak lari menjauh. “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik” (QS. An-Nahl [16]:125). “... Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu....” (QS. Ali Imran [3]:159). Rasulullah SAW selalu bersikap lemah lembut, meski pun obyek dakwahnya jelas-jelas memusuhi. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Nabi SAW memperlakukan seorang

16

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H



Oktober 2014


lebih kasar. Abu Bakar pun mengaku, bahwa ia memang bukan orang yang biasa menyuapinya, karena sahabat itu (Rasulullah SAW) kini sudah pergi meninggalkan kita. Tahu bahwa orang yang menyuapinya adalah Muhammad, lelaki agung yang selalu dicacimaki saat menyuapi dengan lembut saban hari itu, sang wanita memekik, menyesali perbuatannya. Dan tanpa pikir panjang, ia pun bersaksi mengucapkan syahadatain dan menyatakan masuk Islam.

Namun apa yang disampaikan Rasulullah, justru beliau berkenan memaafkannya. Rasul menyebut masyarakat Thaif belum memahami ajarannya, maka wajar dan harus dimaklumi. Hingga akhirnya, suatu ketika kita tahu, masyarakat Thaif menjadi salah satu pengusung panji-panji Islam yang kuat.

Sikap Rasulullah SAW kepada sahabatsahabatnya, tentu saja, merupakan teladan kelemahlembutan sepanjang masa. Itulah Contoh sikap Rasulullah SAW yang demikian mengapa, para sahabat yang merupakan ‘’umat pemaaf, lemah lembut dan penyayang, tidak terbaik’’, begitu patuh, rela menyerahkan jiwahanya itu. Pada awal kenabian, saat beliau ditolak raga untuk membela Nabi Penyayang, yang masyarakat Mekkah, beliau mencoba beralih ke sangat dicintai itu. Kecintaan para sahabat Thaif dengan harapan masyarakat Thaif terhadap beliau sebagaimana dilukiskan dalam membuka pintu bagi dakwah yang beliau emban. tarikh, melebihi cinta mereka kepada orang tua, Dugaan Nabi keliru. Beliau justru disambut anak-anak, dan kerabat mereka sendiri. masyarakat Thaif dengan cacian dan lemparan Sebagai umat Nabi yang santun ini, kita pun kotoran serta batu, hingga beliau terluka. sudah selayaknya bersikap meneladani apa yang MasyaAllah. Malaikat Jibril pun menawari kekasih beliau lakukan dalam keseharian itu. Secara Allah SWT itu untuk menghukum masyarakat historis, kita menyaksikan, panji-panji Islam Thaif dengan menimpakan bukit di atas mereka dikibarkan hingga meluas ke negeri-negeri jauh sebagai imbalan atas kekasaran pada Rasul. karena praktik keadaban yang ma’ruf, bijak, santun dan lemah lembut. Inilah rupanya sumber simpati manusia pada Islam dan merupakan salah satu kunci mengapa Islam berkembang pesat sampai saat ini.

Adapun soal ketegasan bukanlah bertentangan dengan sikap santun dan lembut. Sikap tegas diperlukan dalam menyampaikan kebenaran, namun tentu tetap harus disampaikan dengan adab yang baik serta ungkapan yang lemah lembut. Kita harus mendemonstrasikan ketegasan tanpa kompromi misalnya dalam hal menolak sikap syirik, perbuatan batil dan dzalim. Karena pesan Allah jelas, “Janganlah engkau mencampur-adukkan yang hak (benar) dengan yang batil (salah), dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran itu sedangkan engkau mengetahui” (QS. Al-Baqarah, 2:42), dan kita tidak boleh mundur walau sejengkal pun dalam membela sikap tersebut.



al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H  Oktober 2014

17


Rasulullah adalah uswah/teladan terbaik kita (QS. Al-Ahzab [33]:21); beliau memiliki budi perkerti yang agung (QS. Al-Qalam [68]:4) dan Rasulullah SAW diutus untuk menjadi rahmat seluruh alam/ rahmatan lil ‘alamin (QS. Al-Anbiya [21]:107). Sebagai muslim yang terikat kuat dalam ikrar sebagai ummat Muhammd, tentunya kita memiliki kewajiban yang jelas sesuai tuntunan

kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar“ (QS. Al-Fath [48]:29). Sempurna. Adakah ajaran, sistem atau isme yang lebih baik dari pada Islam? Yang dapat dipedomani dengan tuntunan dan praktik yang demikian terang dan jelas. Oleh karena itu benarlah ungkapan yang menyatakan Islam itu tinggi dan mulia. Tidak ada ajaran atau sistem lain yang bisa menandingi ketinggian dan kemuliaan ajaran Islam. “Al-Islam ya’lu walaa yu’la ‘alaihi”. Islam itu tinggi dan tidak ada yang kuasa menandinginya.

Namun sayang, ketinggian dan kemuliaan Islam itu kini, seringkali tercoreng oleh sikap dan perilaku sebagian umat yang tidak memahami sepenuhnya ajaran sikap dan perilaku dengan mencontoh apa yang Islam dengan baik. Lalu praktik berdakwah beliau lakukan dalam keseharian. “Muhammad itu ataupun bermuamalahnya pun dapat dikatakan adalah utusan/rasul Allah. Orang-orang yang begitu keras, mengundang kemarahan, bersamanya bersikap keras (tegas) terhadap orangmeniadakan simpati dan kelemahlembutan. kafir tetapi berkasihsayang dengan sesama mereka. Sekarang, jika itu terjadi pada diri kita, siapa pun Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari kita, tampaknya jangan ragu dan malu untuk karunia Allah dan keridhaan-Nya. Pada wajah belajar lagi soal Islam - ajaran agung yang penuh mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dengan praktik kelemahlembutan ini, dengan sebaik-baiknya. Lalu marilah kita memulai dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang kembali babak baru yang tercerahkan, diungkapkan) dalam injil. Yaitu seperti benih yang mengamalkan kembali ajaran agung Rasul yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus di pengasih, seraya mempraktekkan adab dan keutamaannya dalam dakwah. Itulah, kewajiban atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati setiap muslim yang harus ditunaikan, sampai ajal para penanamnya karena Allah hendak menjemput. Insya Allah. JS menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang mukmin). Allah menjanjikan

18

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H



Oktober 2014


Akhlak

Foto: @PheCkaboO

“Dan Tuhanmu telah menetapkan, supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. ” (QS Al-Isra’ [17]: 23)

S

alah satu dampak yang cukup memprihatinkan, banyak orang yang kini kian tak punya waktu untuk berkhidmat dan melayani orang tuanya. Tak sedikit pula orang tua, yang akhirnya menjadi penghuni panti jompo. Sakit dan sedih mereka tertumpah bukan lagi pada anaknya, tapi pada para perawat yang tak memiliki relasi apapun dengannya kecuali alasan profesional.

Situasi lain, karena kesibukan atau berbagai keterbatasan lainnya, ada yang lalu meminta orang tua pasangan muda untuk mengasuh anak-anaknya. Lama-kelamaan dengan berjalannya waktu, tanpa



al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H  Oktober 2014

19


sadar, tiba-tiba sang ibu telah merasa menjadi “pembantu” di rumah anaknya sendiri. Tak sedikit yang kemudian merasa “sakit hati”, dimarahi anaknya lantaran sebuah keteledoran kecil yang ia lakukan laiknya pembantu yang bekerja di rumah. Subhanallah. Padahal Allah SWT telah memperingatkan kita: Jika salah seorang di antara keduanya atau keduaduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan … ” (QS Al-Isra’ [17]: 23 -24) Kalau kita telaah lebih dalam, kepada siapa sebenarnya ayat ini ditujukan? Apakah kepada anak-anak kita saja? Ataukah sebenarnya justru kepada KITA, orang-orang dewasa! Foto: @azham-shah

Ada banyak sekali ayat Al-Qur’an berisi titah ketetapan Allah untuk berbuat baik kepada orang tua. Di antaranya: Q.S Al-Israa’ [17]:23, An Nisaa [4]: 36, Al-Baqarah [2]:83, Al- ‘Ankabut [29]:8, Luqman [31]:14, dan Al-An’am [6]:151. Namun dalam praktiknya kita, orang-orang dewasa, banyak yang lupa atau bahkan ada yang menganggapnya remeh saja. Berkhidmat (berbuat baik, melayani) kepada orang tua saat kita dewasa, memang tidaklah mudah. Karena ketika orang tua membutuhkan uluran bantuan kita, umumnya di saat yang sama kita juga sedang berada pada usia-usia produktif, sedang bergelut dengan persoalan hidup kita sendiri. Bagi yang sudah menikah, sibuk dengan urusan rumah tangga dan anak-anaknya, dan bagi yang belum menikah sibuk dengan karirnya masing-masing. Panggilan untuk berkhidmat pada orang tua biasanya datang pada saat usia mereka makin

20

renta. Terlihat tubuhnya semakin ringkih, mulai bertambah jenis penyakitnya. Sebab itu mereka butuh untuk dilayani: diantar untuk berobat, dikunjungi, dihibur, serta dipenuhi kebutuhankebutuhan fisiknya, makanan, obat-obatannya. Saat semua kondisi itu berbenturan dengan waktu kita beraktivitas, hal itulah yang menyebabkan kita dihadapkan pada situasi sulit harus memilih. Satu sisi kita dituntut harus berkorban, pada lainnya kita juga dituntut rela kehilangan berbagai hal penting yang mungkin lebih menyenangkan bagi kita.

Makna Birrul Waalidain Makna kata "Birrul Waalidain" sesungguhnya lebih dari sekadar berbuat baik kepada kedua orang tua. Birrul waalidain memiliki makna mendalam, suatu nilai tambah yang semakin melejitkan makna ‘kebaikan’ dan

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H



Oktober 2014


merepresentasikan wujud dari ‘bakti’ atau sebuah pengkhidmatan kita pada orangtua.

bahkan meskipun mereka kafir. "Kalau mereka berupaya mengajakmu berbuat kemusyrikan yang jelas-jelas tidak ada pengetahuanmu tentang hal itu, jangan turuti; NAMUN perlakukanlah keduanya secara baik di dunia ini." (QS. Luqman [31]: 15)

Imam An-Nawawi menjelaskan, "Arti birrul waalidain yaitu berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang dapat membuat mereka bergembira, serta berbuat baik kepada 3. Berbakti kepada orang tua tergolong teman-teman mereka." sebagai JIHAD. Al-Imam Adz-Dzahabi menambahkan bahwa Abdullah bin Amru bin 'Ash meriwayatkan birrul waalidain atau bakti kepada orang tua, bahwa ada seorang lelaki meminta ijin berjihad hanya dapat direalisasikan dengan memenuhi kepada Rasulullah SAW. Beliau bertanya, tiga bentuk kewajiban: Pertama, menaati "Apakah kedua orang tuamu masih hidup?" segala perintah orang tua, kecuali dalam Lelaki itu menjawab, "Masih". Beliau kemudian maksiat; kedua, menjaga amanah harta yang bersabda, "Kalau begitu, berjihadlah dengan dititipkan orang tua atau diberikan oleh orang berbuat baik terhadap keduanya." (HR. Bukhari tua; dan ketiga membantu atau menolong dan Muslim) orang tua bila mereka membutuhkan. 4. Taat kepada orang tua adalah salah satu Bila salah satu dari ketiga kriteria itu penyebab masuk Surga. terabaikan, niscaya seseorang belum layak Rasulullah SAW pernah bersabda, "Orang tua disebut telah berbakti kepada orang tuanya. adalah 'pintu pertengahan' menuju Surga. Bila engkau mau, silakan engkau pelihara. Bila Keutamaan Birrul Waalidain tidak mau, silakan untuk tidak memedulikannya." (Diriwayatkan oleh AtAda banyak sekali bukti, bahwa berbakti Tirmidzi) kepada orang tua adalah ajaran utama dalam Islam. Di antara tumpukan bukti tersebut 5. Keridhaan Allah, berada di balik keridhaan adalah: orang tua. 1. Allah "menggandengkan" antara perintah "Keridhaan Allah bergantung pada keridhaan untuk beribadah kepada-Nya, dengan perintah kedua orang tua. Kemurkaan Allah, berbuat baik kepada orang tua. bergantung pada kemurkaan kedua orang tua." (HR. At-Tirmidzi) Bahkan Allah SWT menyebut kewajiban bakti atau pengkhidmatan itu sebagai “ketetapan”, 6. Berbakti kepada orang tua, membantu bukan sekadar “perintah”. "Allah telah menolak musibah. MENETAPKAN agar kalian tidak beribadah Hal itu dapat dipahami melalui kisah “tiga melainkan kepada-Nya; dan hendaklah kalian orang” yang terkurung dalam sebuah gua. BERBAKTI kepada kedua orang tua." (QS. AlMasing-masing berdoa kepada Allah dengan Israa [17]: 23) menyebutkan satu amalan yang dianggapnya 2. Allah memerintahkan setiap muslim untuk terbaik dalam hidupnya, agar menjadi wasilah ‘tetap’ berbuat baik kepada orang tuanya, (sarana) terkabulnya doa. Salah seorang



al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H  Oktober 2014

21


diantara mereka bertiga, mengisahkan tentang salah satu perbuatan baiknya terhadap kedua orang tuanya, yang akhirnya, menyebabkan pintu gua terkuak. Batu yang menutupi pintunya bergeser, sehingga mereka bisa keluar dari gua tersebut. (Hadits diriwayatkan oleh AlBukhari dan Muslim)

doa seorang musafir dan doa orang yang terzhalimi." 9. Harta anak adalah milik orang tuanya.

Saat ada seorang anak mengadu kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah! Ayahku telah merampas hartaku." Rasulullah bersabda, "Engkau dan juga hartamu, kesemuanya adalah 7. Berbakti kepada orang tua dapat memperluas milik ayahmu." (HR. Abu Dawud dan Ibnu rezki. Majah, dinyatakan shahih oleh Al-Albani) Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang 10. Durhaka kepada orang tua, termasuk dosa ingin rezkinya diperluas, dan agar usianya besar yang terbesar. diperpanjang (dipenuhi berkah), hendaknya ia Durhaka kepada orang tua memiliki dampak menjaga tali silaturahim." ( HR. Bukhari dan dan akibat yang luar biasa dalam kehidupan di Muslim) dunia, saat sakratul maut, di alam Barzakh, dan Berbakti kepada kedua orang tua adalah bentuk di akhirat. aplikasi silaturahim yang paling afdhal yang bisa Dari Abu Bakrah diriwayatkan bahwa Rasulullah dilakukan seorang muslim, karena keduanya SAW bersabda, "Maukah kalian kuberitahukan adalah orang terdekat dengan kehidupannya. dosa besar yang terbesar?" Para Sahabat 8. Doa orang tua selalu lebih mustajab. menjawab, "Tentu mau, wahai Rasulullah". Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim Beliau bersabda, "Berbuat syirik kepada Allah, disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, dan durhaka terhadap orang tua." (HR. Bukhari "Ada tiga bentuk doa yang amat mustajab, tidak dan Muslim) diragukan lagi: doa orang tua untuk anaknya, Foto: @Tojiph Ridho

22

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H



Oktober 2014


Bahkan Setelah Meninggal Berbakti kepada orang tua, ternyata bukan hanya ketika mereka masih hidup saja, namun terus berlanjut sesudah mereka wafat. Pada suatu hari seorang pria datang menemui Rasulullah SAW dan berkata: “Wahai Rasulullah, kedua orang tuaku sudah wafat. Dahulu aku berbakti dan sayang pada keduanya. Aku selalu mengurus keduanya. Apakah aku punya kewajiban berbakti kepada keduanya sesudah mereka wafat?” Maka Rasulullah SAW berkata kepadanya, “Ya, dengan mendoakannya, memohonkan ampunan baginya, melaksanakan janjinya, memuliakan teman-temannya dan menyambung tali silaturrahim yang tidaklah disambung kecuali dengannya.” (Hadits diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad)

“Sesungguhnya ibuku meninggal dunia secara mendadak. Saya menduga, jika ia bisa bicara, ia akan bersedekah. Apakah ia bisa mendapatkan pahala jika saya bersedekah untuknya?” Beliau (Rasulullah) menjawab, “Ya.” (HR. Bukhari) Ibnu Abbas memberitakan kepada kami bahwa Sa’ad bin Ubadah RA sedang tidak ada di tempat ketika ibunya meninggal. Ia berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya ibuku wafat, sedang saya tidak di sana. Apakah sesuatu berguna untuknya, jika kusedekahkan untuknya?” Beliau menjawab, “Ya.” Ia berkata, “Sesungguhnya saya persaksikan kepadamu bahwa kebunku Al Mikhraf menjadi sedekah untuk ibuku.” (HR. Bukhari) Seseorang berkata kepada Nabi, “Sesungguhnya ayahku meninggal dunia dan tidak berwasiat, apakah sedekahku bisa menebus (kesalahan) nya?” Beliau menjawab, “Ya” (HR. Muslim)

Salah satu cara berbakti kepada orang tua yang Demikianlah. Sungguh besar perkara perhatian telah wafat selain dengan doa adalah melalui kepada orang tua yang diajarkan Rasulullah sedekah atas nama orang tua. kepada kita semua umat Islam, sehingga Seorang laki-laki berkata kepada Nabi SAW, demikian detilnya tuntunan yang digariskan baik dalam Al-Qur’an maupun Hadits Nabi SAW.

Semoga Allah SWT melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua, mengilhamkan pada hati kita perasaan kasih sayang terhadap orang tua, sehingga kita mampu berkhidmat pada mereka dengan sebaik-baiknya. Jangan pernah lupa.. Ingatkanlah pada diri dan pasangan hidup kita mengenai hal penting ini. Ajak pasangan untuk berkhidmat pada orang tua kita. Dan tentu saja, beri kesempatan kepada pasangan hidup kita, untuk berkhidmat pada orang tuanya, baik dengan harta, tenaga, maupun waktunya.  NI (dari berbagai sumber)



al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H  Oktober 2014

23


Tasawuf

Foto: @Guy Cohen

H

ari yang cerlang dimulai dari shalat subuh berjamaah. Suatu hari ketika Guru Bijakbestari (GB) meneruskan acara sesudah dzikir pagi dengan aktivitas berolah raga. Ketika sedang berjalan-jalan pagi mengitari rumah-rumah penduduk di tengah kabut pagi yang segar, tiba-tiba Abdullah (SA) salah seorang santri yang sudah agak berumur mengajukan pertanyaan.

SA: Guru, adakah resep untuk memperoleh kebaikan yang Rasulullah SAW ajarkan kepada kita? GB: Ada wahai Pak Abdullah. Suatu nasihat yang jika kita mengerti dan kita amalkan secara istiqamah akan menjadikan kita memperoleh kebaikan di dunia maupun di kehidupan setelah kematian kita nanti. SA: Apakah nasihat itu wahai Guru? GB: Dalam kitab Mukhtarul Ahadits, Sayid Ahmad Al-Hasyimi menulis, ada hadits yang, diriwayatkan oleh sahabat Abu Dzar RA, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: "Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba-Nya, maka Dia membukakan baginya kunci-qalb/hatinya, dan Dia menjadikan di dalamnya keyakinan dan kejujuran. Dia menjadikan qalbnya selalu menyadari apa yang ia tempuh, dan Dia menjadikan qalbnya salim/selamat, lisannya

24

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H



Oktober 2014


shiddiq/jujur, akhlaknya lurus, dan Dia menjadikan telinganya berpendengaran tajam dan matanya berpenglihatan-batin (bashiratan)." (Hadits Riwayat Asy-Syeikh) Jadi, bisa kita uraikan di sini bahwa untuk memperoleh kebaikan dari Allah SWT, sebaiknya kita: Pertama, Berbuat yang Allah ridhai sehingga Dia Ta'ala menghendaki kebaikan-Nya bagi kita. Kedua, Berjuang membuka kunci-qalb-nya, dalam arti tidak mengerjakan hal-hal yang menjadi penyakit qalb seperti sombong, iri dengki, dan lain sebagainya. Ketiga, Beribadah dengan keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan kita yang memiliki anugerah sesuai asma-Nya, ArRahman dan Ar-Rahim. Keempat, Selalu berkata jujur. Kelima, Berusaha berkesadaran bahwa hidup ini sebetulnya sedang menempuh suatu perjalanan yang berujung kembali kepada Allah. Keenam, Berjuang untuk menjaga keselamatan qalb-nya. Ketujuh, Selalu berakhlak lurus dan mulia.

TM: Guru, untuk mengamalkan nasihat itu sepertinya memerlukan ketekunan ya? GB: Betul sekali anakku. Dalam hidup ini, segala amal perbuatan yang baik memerlukan ketekunan dan kesabaran dalam melaksanakannya, maka beranilah mencoba dan mencoba terus, hingga suatu saat kelak usahamu mampu selaras dengan apa yang Allah kehendaki atasnya. SA: Saya belum mengerti apakah mata yang ber -bashirah itu, Guru? GB: Pertanyaan yang bagus Pak Abdullah. Istilah bashirah dalam Al-Qur’an di antaranya disebutkan dalam surah Al-Qiyamah [75]:14, "Balil insanu 'ala nafsihi bashiratan (Dan bagi manusia pada diri/jiwanya ada bashirah/matabatin)".

Mata bashirah itu adalah suatu kemampuan yang Allah berikan kepada setiap hamba yang Dia ridhai untuk menyaksikan ayat-ayat-Nya, baik ayat itu berada di alam lahiriah maupun sesuatu yang berada di alam yang tak kasat mata. Alam yang saya sebut terakhir itu seperti isi pikiran, isi hati, malaikat, jin, jiwa-jiwa yang berada di alam barzakh, dan lain sebagainya.

Kedelapan, Menghindari dari mendengarkan obrolan-obrolan yang tidak baik.

Semua kemampuan bashirah itu Allah berikan agar hamba-hamba-Nya terkasih semakin yakin terhadap-Nya.

Kesembilan, Menghindarkan mata dari penglihatan-penglihatan yang bisa mengotori qalb.

TM: Apakah semua kemampuan yang tidak masuk logika seperti yang nampak mirip bashirah itu selalu berasal dari keridhaan Allah?

Nah, Pak Abdullah, jika sejak saat ini dirimu dan para santri lainnya tengah berjuang mengamalkannya, maka atas ijin Allah, insya Allah kebaikan dunia akhirat akan kalian peroleh.

GB: Tidak anakku. Ada yang berasal dari iblis atau jin yang kafir. Yang membedakan adalah dampaknya terhadap manusia yang memiliki kemampuan tidak logis tersebut.

SA: Alhamdulillah.. Tiba-tiba, salah seorang teman Pak Abdullah yang berusia tiga puluhan tahun bertanya,



Kemampuan yang Allah ridhai, seperti bashirah itu selalu mengakibatkan meningkatnya keimanan dan ketakwaan. Sedangkan kemampuan yang berasal dari iblis serta jin kafir

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H  Oktober 2014

25


mengakibatkan kesombongan, kerakusan dan perilaku-perilaku jahat lainnya kepada pemiliknya. Ini memang perkara yang penting untuk kita ketahui dan waspadai. SA dkk: MasyaAllah Guru.. Berat terasa

istiqamah pada hari-hari mendatang. GB: Insya Allah wahai kalian semua. Tiada daya pada kita selain Allah Taala yang Menguatkannya. Laa haula wa laa quwwata illa billahil 'Aliyyil 'Adhiim. Sekarang marilah kita mengerjakan tugas kita masing-masing dengan sepenuh hati dan istiqamah, agar Allah senantiasa meridhai kita. Demikianlah, dengan dada yang menggelora penuh semangat Lillahi Ta'ala mereka segera

Foto: @Kilian Schonberger

pengetahuan tersebut, namun kami senantiasa berusaha memahami semua penjelasan dan nasihat dari Guru. Terima kasih Guru atas semua penjelasan dan nasihatnya. Kami mohon doa Guru agar kami mampu mengerti dan mengamalkannya secara

26

berpencar menuju kediamannya masingmasing dan bersemangat menyambut pagi yang penuh hikmah bersama Sang Guru. Matahari memerah, lalu memancarkan cahaya benderang, mengundang segenap makhlukNya memulai aktivitas pagi dengan gembira.  TBH

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H



Oktober 2014


Opini

Foto: @Monz

Pernahkah Anda mencoba menerawang gagasan dari fenomena keindonesiaan kita yang unik, ”Mengapa di Indonesia, dengan penduduk mayoritas beragama Islam, banyak terjadi tindak pidana korupsi, kejahatan sadistis, perilaku menyimpang, atau pun prilaku buruk lainnya seperti mudahnya tersulut emosi yang berujung kehilangan nyawa hanya karena persoalan sepele?”

S

ebagian orang akhirnya berkesimpulan bahwa – seolah-olah – tidak ada kaitan antara iman dan ibadah mahdhah dengan prilaku sehari-hari kita. Nilai-nilai shalat, zakat, shaum dan haji seakan-akan ditinggalkan di rumah ketika berdagang, bekerja, sekolah, berkendaraan di jalan raya, dan lain sebagainya. Seorang kawan, berpangkat perwira menengah, mempertanyakan, “Lalu siapa yang salah, kalau begitu?”



al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H  Oktober 2014

27


Muhammad ‘Abduh (1849-1905), ulama besar Mesir - setelah beliau berkunjung ke Perancis – berkata, ”Di Perancis aku melihat orang-orang muslim tetapi bukan Islam, di Mesir aku melihat Islam tetapi bukan orang-orang muslim”. Maksud tulisan ini bukan mencari jawaban atas pertanyaan “siapa yang salah” tetapi lebih ingin mengupas jawaban atas pertanyaan “mengapa demikian”. Karena upaya untuk menjawab pertanyaan kedua, adalah sebuah proses dan upaya muhasabah (menilai diri) sebagai pribadi dan umat. Lalu kita berupaya mencari solusi terhadap permasalahan yang ada. Kita berharap bahwa kehidupan masa depan kita – yang mungkin akan dinikmati oleh anak-cucu kita – lebih baik.

yang sangat monumental dalam sejarah sosial sebuah bangsa. Bisa dikatakan demikian karena salah satu faktor terpenting dalam proses transformasi sosial yang fenomenal ini adalah proses pengajaran AlQur’an kepada ummat dengan baik dan benar. Al -Qur’an menjadi rujukan utama dan pertama dalam kehidupan. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa para shahabat Nabi zaman permulaan Islam adalah ahlul Qur’an. Sementara, akhlak Rasulullah SAW, seperti dikatakan dalam hadits shahih yang berasal dari Siti Aisyah, adalah Al-Qur’an, sehingga Nabi SAW adalah AlQur’an berjalan, the living Qur’an. Karena itulah, jika kita menginginkan kebaikan dan kemajuan bagi bangsa, ummat Islam Indonesia, maka jawaban yang seharusnya tersisa adalah bagaimana caranya agar Al-Qur’an mampu kita ajarkan terus-menerus tanpa mengenal lelah dan jenuh kepada umat – khususnya anak-anak dan generasi muda. Sehingga kelak, suatu saat nanti, firman-firman Allah SWT inilah yang akan menghiasi pribadi dan masyarakat dan menjadi acuan dalam memecahkan berbagai persoalan kehidupan yang mereka hadapi, baik persoalan pribadi, masyarakat maupun bangsa.

Stimulus bagi Ahlul Qur’an Jika kita memperhatikan sejarah Rasulullah SAW (shirah Nabawiyah) dengan seksama, kita dapati fakta bahwa beliau dalam waktu yang sangat singkat – hanya sekitar 23 tahun – berhasil mengubah bangsa Arab yang berkarakter “asyaddu kufran wa nifaqan” – yang sangat hebat sifat kufur dan munafiknya (QS. At-Taubah [9]:97) menjadi suatu bangsa yang digambarkan sebagai “kuntum khaira ummatin ukhrijat linnasi” – kalian adalah ummat terbaik (QS. Ali Imran [3]:110), ditandai dengan terbentuknya masyarakat madani. Tentu, inilah sebuah capaian

28

Allah SWT dan Rasulullah SAW memberikan banyak janji pahala yang menggiurkan dan tak ternilai sebagai stimulus bagi mereka yang mau belajar dan berinteraksi dengan Al-Qur’an. Janji pahala dan keutamaan bagi Ahlul Qur’an itu, antara lain:

Pertama, Pahala membaca Al-Qur’an dihitung per huruf, “Siapa saja yang membaca satu huruf Al-Qur’an, baginya satu kebaikan. Satu kebaikan akan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa AlifLamMim itu satu huruf,

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H



Oktober 2014


namun Alif adalah satu huruf, Lam satu huruf, dan Ketujuh, di akhirat kelak, ahlul Qur’an akan Mim satu huruf”. (HR Turmudzi dengan sanad mendapat syafaat (pertolongan) dari sahabatnya, hadits hasan sahih). Al-Qur’an. Rasulullah SAW menyatakan: “Bacalah Al-Quran, karena sesungguhnya ia akan datang Kedua, ahlul Qur’an diangkat menjadi “keluarga” pada Hari Kiamat sebagai syafaat bagi orangAllah SWT sebagaimana penjelasan Rasulullah orang yang menjadi sahabatnya” (HR Bukhari). SAW berikut ini, “Sesungguhnya di antara manusia terdapat keluarga Allah SWT”. Kedelapan, Al-Qur’an akan menjadi pembela bagi Ditanyakan, “Siapakah mereka itu, ya manusia saat menghadapi Pengadilan Allah SWT Rasulullah?”. Rasulullah SAW menjawab, ”Mereka kelak, “Dari Nawwas bin Sam’an RA, ia berkata, adalah ahl Al-Qur’an. Mereka keluarga Allah dan “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, orang-orang pilihannya”. (HR Ahmad). “Pada hari Kiamat, didatangkan Al-Qur’an dan ahlinya, yaitu mereka yang dulu mengamalkannya Ketiga, Allah SWT menyandingkan derajat ahlul di dunia. Surat Al-Baqarah dan Ali Imran pun maju Qur’an dengan para Malaikat dan Nabi yang telah mendampingi dan membelanya” . (HR Muslim). diberi wahyu. “Orang yang mahir berinteraksi dengan Al-Qur’an akan bersama para Malaikat yang mulia dan taat, sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata dan merasa sulit, ia mendapatkan dua pahala.” (HR. Muslim). Keempat, ahlul Qur’an adalah orang yang paling berhak menjadi imam shalat, sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah SAW, “Orang yang paling berhak menjadi imam adalah orang yang paling banyak interaksinya dengan AlQur’an”.

Kesembilan, Al-Qur’an mengangkat kedudukan dan derajat sahabatnya di Surga, “Dari Abdullah Kelima, ahlul Qur’an selalu mendapat bin ‘Amr bin ‘Ash RA, dari Nabi SAW bahwa beliau ketenangan, rahmat, naungan Malaikat, dan bersabda, “Dikatakan kepada sahabat Al-Qur’an, namanya disebut-sebut oleh Allah SWT. “Tidaklah ‘Bacalah dan naiklah dan nikmatilah seperti suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah halnya kamu menikmati bacaan Al-Qur’an-mu di lalu di antara mereka membaca kitab Allah dan dunia! Sesungguhnya kedudukanmu ada di akhir mempelajarinya kecuali turun kepada mereka ayat yang kamu baca.” (HR Abu Dawud dan ketenangan yang diliputi rahmat, dikelilingi Turmudzi). Malaikat, dan Allah SWT menyebut nama mereka Kesepuluh, orang tua yang berhasil mendidik di sisi makhluk yang ada di dekat-Nya” . (HR anaknya dengan Al-Qur’an akan diangkat Muslim). derajatnya. “Siapa saja yang belajar Al-Quran dan Keenam, ahlul Qur’an adalah orang yang mengamalkannya, pada hari Kiamat Allah SWT mendapat kebaikan dari Allah SWT dan menjadi akan memberikan kepada kedua orangtuanya orang terbaik. “Sebaik-baik kalian adalah orang mahkota yang bercahaya dan cahayanya lebih yang mempelajari Al-Qur’an dan indah daripada cahaya matahari. Kedua orangtua mengajarkannya”. (HR Bukhari). itu berkata,’mengapa kami diberi (mahkota) ini?’



al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H  Oktober 2014

29


dijawablah, “Itu karena anakmu telah mempelajari siapapun yang mengaku dirinya muslim – sangat Al-Qur’an” (HR Abu Dawud, Ahmad dan Ibnu penting. Karena setidaknya, dengan bacaan AlHakim). Qur’an kita yang baik dan benar, akan meningkatkan kualitas ibadah mahdhah, khususnya shalat kita. Membangun Fondasi untuk Berinteraksi dengan Agar kualitas dan intensitas ini makin meningkat, Al-Qur’an setelah seseorang mampu membaca Al-Qur’an Perhatikan, dedemikian besar pahala yang dengan baik dan benar, hendaknya ia lanjutkan dijanjikan Allah SWT dan Rasul-Nya kepada ahlul interaksi dengan Al-Qur’an melalui aktivitas Qur’an. Dan begitu tingginya derajat mereka tilawah yang rutin (dianjurkan 1 juz per hari – yang selalu berinterkasi dengan Al-Qur’an di sekarang ini misalnya, ada komuninitas ODOJ, hadapan Allah SWT dan makhluk-Nya. one day one juz); lalu dianjurkan pula menghafalkannya (tahfidz). Sebaiknya jangan Namun, kita harus memahami dengan baik apa makna dan arti “berinteraksi dengan Al-Qur’an”. berhenti sampai di situ. Kebiasaan baik tersebut Syekh Sayyid Quthb menjelaskan makna tersebut hendaknya diikuti dengan aktivitas membaca arti dalam tafsir Fi-Zhilalil Quran (Di Bawah Naungan dan memahami makna ayat demi ayat Al-Qur’an Al-Qur’an), bahwa berinteraksi dengan Al-Qur’an (tadarus dan tadabbur). Hal ini mungkin bisa dilatih dengan satu juz dalam sebulan, lalu dicoba adalah seseorang yang memiliki hubungan erat dengan Al-Qur’an yang disertai kesiapan dengan untuk mengamalkannya dalam kehidupan seharihari, setahap demi setahap, secara konsisten. berbagai aktivitas: rajin membacanya; rajin mengkaji isi dan ilmu-ilmunya; hidup dalam suatu kondisi di mana aktivitas, upaya, sikap, perhatian, dan pertarungan sebagaimana kondisi dimana pertama-kali Al-Qur’an diturunkan; hidup bersama Al-Qur’an dengan sepenuh hati dan berkeinginan untuk beraktivitas melawan tradisi jahiliyah yang pada saat ini meliputi seluruh sendi kehidupan ummat manusia; membangun nilainilai Al-Qur’an di dalam dirinya, masyarakatnya dan seluruh ummat manusia; siap menghadapi dan memberantas pola hidup dan pemikiran jahiliyah dan segala tradisinya dalam realita kehidupan.

Imam Nawawi menyebutkan ada empat kewajiban kita sebagai seorang muslim terhadap Al-Quran, yaitu mengimani, membaca, mendarusi/mentadaburi, serta mengamalkannya.

Dengan sikap seperti itu terhadap Al-Qur’an, seorang muslim sesungguhnya tengah berproses dan bertransformasi menuju peningkatan kualitas hidupnya. Dengan pembiasaan yang konsisten, suatu saat nanti insya Allah nilai-nilai Al-Qur’an akan terinternalisasi dalam dirinya. Dan, pada jangka panjang aktivitas mengamalkan nilai-nilai Al-Qur’an kemudian bisa menjadi habit (kebiasaan). Jika itu terjadi, pada tahap berikutnya Merujuk pada pemikiran Sayyid Quthb di atas, akan terbangun dalam diri seorang muslim maka jelas bahwa membaca (tilawah) Al-Qur’an karakter akhlaknya. Kita semua bermohon agar merupakan titik masuk (entry point) untuk akhlak kita, dengan demikian mampu menyerupai berinteraksi dengan Al-Qur’an. Karena, sebagai akhlak Nabi SAW, sang suri teladan - yaitu akhlak seorang muslim, tidak mungkin kita bisa Al-Qur’an. Betapa indahnya bila hal itu bisa kita berinteraksi dengan Al-Qur’an tanpa diawali raih. Dan semogalah kita mendapatkan dengan ‘bisa’ membacanya – dengan kemampuan kemudahan dari Allah untuk pencapaian tertinggi membaca serendah apapun kadarnya. Dengan sebagai ahlul Qur’an. Yuk, kita bersahabat dengan demikian, belajar membaca Al-Qur’an – bagi Qur’an dari sekarang!  JS (dari berbagai sumber)

30

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H



Oktober 2014


Saintek

Foto: @Gareth Wray1

Oleh: Freddy P. Zen Sungguh beruntung kaum muslimin ini. Selain diberikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup (QS. Al-Baqarah [2]:2) dan mukjizat yang tidak tertandingi (QS. Al-Baqarah [2]:23-24), kita juga mendapat karunia sumber daya alam yang melimpah -- dengan wilayah geografis luas membentang serta demografi penduduk yang beragam. Tampak betul, bahwa Allah SWT menghendaki umat Islam menjadi umat terbaik, umat pertengahan yang menjadi teladan dan saksi bagi perjalanan peradaban kemanusiaan.

T

etapi bila melihat sejarah bangsa-bangsa, kita tahu bahwa transformasi suatu bangsa maju lebih banyak ditentukan oleh kualitas, kuantitas, dan produktivitas sumber daya manusia yang ditunjang kesejahteraan mumpuni. Kondisi umat Islam saat ini, khususnya Indonesia, menunjukkan bahwa anugerah Allah SWT tersebut belum disyukuri sebagaimana mestinya, yaitu mengelola dan memanfaatkan potensi dengan amanah.



al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H  Oktober 2014

31


Jika ingin berubah dan maju, maka perubahan dan kemajuan tersebut haruslah diperjuangkan dengan kesungguhan hati. Karena sesungguhnya, “Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS. ar-Raad [13]:11). Perhatikan, kita sebagai bangsa memiliki berbagai keunggulan bahan tambang dan komoditi pertanian, perkebunan dan kehutanan yang diekspor. Namun nilai-tambahnya rendah, karena pengolahan yang belum memadai. Nilai tambah justru dinikmati orang atau negara lain. Karena itu, percepatan penguasaan teknologi dan peningkatan kualitas SDM, khususnya SDM dalam bidang teknologi, menjadi keniscayaan. Ini akan menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk peningkatan daya saing kita. Penguasaan teknologi dan peningkatan kualitas SDM ini hendaknya pula difokuskan pada jenis industri yang akan dipilih untuk dikembangkan. Kebijakan pemerintah melarang ekspor bahan mentah tambang mulai tahun 2015 dan kebijakan pemenuhan kebutuhan alutsista dari produksi dalam negeri, misalnya, adalah satu contoh yang dapat dijadikan model untuk penguasaan teknologi dan penyiapan SDM ke depan. Bila tidak, seluruh nilai tambah akan terus dinikmati negara lain dan sudah barang tentu merugikan daya saing kita. Dalam upaya itu, kapasitas pendidikan SDM kita haruslah menjadi salah satu hal yang patut mendapat perhatian. Saat ini, SDM di Indonesia masih jauh tertinggal, bahkan jika dibandingkan dengan negara yang terkait dalam kerjasama ekonomi dan pembangunan (OECD), misalnya. Jumlah SDM dengan pendidikan menengahtinggi di Indonesia kurang dari 30% (menengah 22,4%, tinggi 7,2%) dari populasinya. Tingkat pendidikan SDM di negara-negara OECD lain menunjukan bahwa SDM dengan tingkat pendidikan menengah dan tinggi lebih dari 70%

32

dari total SDM berpendidikan. Malaysia termasuk negara dengan tingkat pendidikan seperti itu. Dalam hal memproduksi tenaga terdidik tingkat sarjana, kita tertinggal jauh dari Malaysia, Thailand, Korea, Brazil, bahkan Vietnam. Kualitas dan kuantitas SDM yang diukur dari kapasitas pendidikannya masih menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi kita untuk menyiapkan manusia unggul yang mampu bersaing di tingkat internasional.

Muslim yang Berhasil Kaum muslimin harus menjadi aktor utama dalam menunaikan amanah Allah SWT dalam mengelola dan memakmurkan bumi yang telah disediakan tersebut. Kita meyakini betul bahwa pengelolaan kekayaan bangsa di tangan orangorang yang shalih akan berhasil guna dan berdaya guna untuk kebaikan manusia keseluruhan, karena memang kepada merekalah bumi ini diwariskan (QS. Al-Anbiya [21]:105) Kehadiran seorang muslim di tengah-tengah masyarakat Indonesia maupun dunia harus melahirkan berbagai kebaikan; memberikan solusi terhadap permasalahan yang berkembang; mendorong terjadinya perubahan dan lahirnya banyak kebaikan. Bukan saja dia produktif dalam kebaikan, tetapi juga mendorong produktivitas kebaikan di tengahtengah masyarakatnya semakin meningkat, sesuai dengan gambaran secara menyeluruh profil orang sukses (QS. al-Hajj [22]:77). Ayat ini merupakan perintah untuk membangun hablumminallah (hubungan vertikal dengan Allah) yang kokoh melalui ruku, sujud dan ibadah lainnya. Perintah itu diikuti dengan: waf’alul khairaat (perbuatlah kebaikan), yaitu agar kita mampu memproduksi, melahirkan banyak kebaikan, sehingga la’allakum tuflihun, yaitu agar kalian menjadi orang-orang yang berhasil. Tentu saja, kita maklum bahwa ilmu

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H



Oktober 2014


pengetahuan bukan satu-satunya dasar bagi kemajuan suatu bangsa. Namun, agar menjadi bangsa yang maju selalu dituntut usaha serius dan benar-benar kongkrit menuju terciptanya kondisi sosial-budaya yang memberi peluang bagi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi itu. Sangat penting kita memiliki model pendidikan integratif yang memadukan pengetahuan yang bersumber dari wahyu yang tertuang dalam kitab-Nya (revealed knowledge) dan sumber pengetahuan yang terhampar di alam semesta (acquired knowledge). Dalam Al-Qur’an dikemukakan bahwa kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat, serta kesejahteraan lahir dan batin hanya mungkin tercapai dengan memahami kehendak Allah, yang dimanifestasikan dalam hukumhukum mengenai sifat manusia dan sains. Serta, aplikasi yang tepat dari hukum-hukum tersebut melalui aktivitas etis, sosial dan teknologi. Sifat ketaatan kepada Allah dengan menindas misi asal penciptaan manusia dan mengabaikan sunnatullah (hukum-hukum Allah yang ada dalam penciptaan-Nya) akan menciptakan sebuah kultur yang mengutamakan kesalehan individu, tetapi terbelakang di bidang peradaban. Ini pada akhirnya akan menciptakan manusiamanusia termarjinalkan. Demikian pula, usaha sepihak manusia untuk memahami dan menerapkan hukum-hukum buatan manusia melalui kemajuan sains dan teknologi. Tanpa dilandasi ketaatan kepada Allah, ia akan menciptakan sebuah kultur materialistis, yang akan mengembangbiakkan konflik - dengan dirinya sendiri dan dengan masyarakat etis. Agar manusia tidak terjerembab ke dalam salah satu sisi ekstrem di atas maka mutlak diperlukan sistem etika dalam penggalian, pemanfaatan, dan pengendalian iptek. Perlu ditumbuhkembangkan kesadaran teknologis yang berperspektif agamis. Memang, pemanfaatan iptek dalam eksplorasi sumber



daya alam yang mengabaikan nilai dan etika dapat mendorong tercapainya keuntungan jangka pendek. Namun, ini akan mewariskan dampak kerusakan jangka panjang. Di sinilah penting, memperkenalkan sistem pendidikan yang mampu mengantarkan manusia muslim kepada kecakapan dan keahlian teknis, yang memiliki sebuah hubungan organik dengan sistem etika kokoh. Hal ini akan mendudukkan iptek pada aras yang tidak bertentangan dengan syariah. Secara teoritis dapat dibenarkan bahwa pada tahap industrialisasi awal, kebutuhan teknologi dapat diperoleh di pasar internasional, tetapi pada tahap lanjutan tentu saja hal itu tidak dapat dilakukan. Pada tahap awal bangsa sedang berkembang dapat mengembangkan keunggulan komparatif berupa upah buruh dan harga input murah sebagai daya saing. Sementara teknologi yang dibutuhkan cukup matured technology, yang tentu saja dapat diakses dari pasar global. Pada tahap lanjutan, untuk mempertahankan daya saing, maka keunggulan komparatif harus dilengkapi dengan keunggulan kompetitif berupa teknologi yang lebih maju. Untuk ini, penguatan kualitas SDM yang menguasai iptek dan institusinya menjadi suatu keharusan. Pada titik di mana kita dapat menguasai teknologi dan kokoh institusi, akan menguatkan pula struktur industri dan perekonomian. Upaya ini akan mampu memberikan kontribusi kepada peradaban muslim secara keseluruhan. Untuk mengokohkan institusi, harus dilakukan pendidikan yang bertujuan membentuk SDM berkualitas, secara moral dan intelektual. Ia memahami benar bahwa Islam adalah asal-usul sains dan peradaban, dan mampu menganalisis kebutuhan sosial masyarakat muslim sendiri. Melalui kesiapan SDM unggul inilah selanjutnya dirancang teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat muslim demi mencapai

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H  Oktober 2014

33


cita-cita kesejahteraan yang mampu bersaing dengan bangsa lainnya. Terbentuknya SDM yang berkualitas dan terbukanya kesempatan dalam pemerataan merupakan langkah terbaik dalam menjamin agar setiap manusia muslim berbuat sesuai dengan potensi dirinya. Al-Qur’an mengisyaratkan pentingnya tanggung jawab keilmuan terhadap karya atau amal yang dilakukan, sebagaimana termaktub dalam QS. Al -Isra [17]:84). Dalam sebuah hadits bahkan ditegaskan akibat dan implikasi buruk suatu pekerjaan yang tidak dilakukan secara profesional: “Jika satu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggu saja kehancurannya”. (HR. Bukhari, dari Abu Hurairah)

Dua Agenda Untuk menyiapkan muslim berdaya saing itu, paling tidak diperlukan dua agenda praktis yang dapat dijadikan landasan ke depan. Pertama, membekali ilmuwan muslim dengan pola tindak dan kepribadian Islami dalam berkarya. Kedua, di dunia pendidikan dirumuskan satu kurikulum pendidikan holistik yang mampu menjawab keanekaragaman persoalan kaum muslimin. Dalam tataran praktis, umat islam juga perlu memihaki rencana aksi yang lengkap. Perlu, integrasi iptek dengan industri yang diwujudkan melalui pengembangan industri strategis berdampak luas bagi kepentingan masyarakat luas. Integrasi ini dilanjutkan dengan pengembangan kompetensi dasar iptek nasional berbasis keunggulan komparatif dan kompetitif. Pengembangan tekno-struktur yang mantap, pengembangan etika dan budaya iptek yang ramah lingkungan, serta pengembangan mekanisme koordinasi antara komponen terkait. Pendidikan terpadu ini akan menyelaraskan

34

Foto: @Arabian Lens

pertumbuhan kebudayaan Islam dan perkembangan dunia modern. Hal ini dapat memberikan pembenaran historis-sosiologis terhadap usaha penyegaran kembali kultur Islam yang kokoh berbasis sains sebagaimana diwariskan para pendahulu kejayaan Islam masa lalu. Selanjutnya, negara sudah semestinya memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada SDM muslim terdidik untuk mengelola negeri ini ke depan. Dengan SDM kokoh berkarakter islami itu, diharapkan akan terbentuk kultur produktif yang dapat memberikan kontribusi positif bagi pembangunan peradaban Islam kontemporer yang cemerlang. Terhindar dari nafsu eksploitatif dan konsumtif, yang terbukti menimbulkan kerusakan di mana-mana. Peradaban indah dan kokoh yang terbangun inilah yang akan menjadi kendaraan penghantar tersebarnya nilai-nilai Islam secara luas dan merata. Saat ini, membentuk SDM unggul kaum muslimin tengah menghadapi tantangan berat. Setiap saat kita dihadapkan pada sajian informasi media massa yang terus memberi gambaran negatif. Kelangkaan kebutuhan pokok masyarakat, naiknya harga bahan pokok karena permainan pasar, perilaku sex bebas pelajar dan mahasiswa, kekerasan, perkosaan, perampokan

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H



Oktober 2014


menggunakan senjata api, dan lainnya. Gambaran kondisi kompleks seperti ini tentu kurang kondusif dalam menciptakan iklim positif memperbaiki kualitas dan kuantitas SDM kita.

ajaran Islam yang mulia. Sementara umat Islam tertipu oleh paradigma berpikir yang diajukan oleh para pemikir yang membenci Islam. Akibatnya muncul pertentangan antara kemajuan dan ajaran islam. Jika ingin dunia Pertanyaannya, mengapa semakin maju dan tinggalkan agama, dan jika ingin agama meningkatnya pendidikan, kasus-kasus amoral tinggalkan dunia. Begitu juga halnya dengan makin mengemuka? Salah siapa dan mengapa ilmu. Jika ilmunya maju, maka agama semua ini terjadi. Salahkah pemerintah, ditinggalkan, jika ingin agama maka ilmunya pendidik, para ulama, atau kita semua - yang tak ketinggalan. Di zaman modern ini paradoks peduli? keilmuan ini terus dipamerkan oleh mereka yang tidak senang atas kemajuan Islam dan muslimin. Namun, bagi kita umat Islam, bukti sejarah yang Solusi dan Tantangan Islam dipelopori tokoh-tokoh keilmuan muslim di Islam adalah agama yang sempurna. Ajarannya berbagai bidang telah menjadi pendorong tidak terbatas pada tuntunan agar kita sukses di keyakinan kita bahwa akhirnya kebenaran akhirat, tetapi juga petunjuk untuk sukses di hakiki, Al-Qur’an, akan tetap terjaga. Dan inilah dunia. Islam bukanlah agama ritual yang hanya yang menjadi sumber inspirasi kemajuan sains mengatur ibadah mahdhah individu semata, teknologi bagi umat Islam saat ini dan nanti. tetapi mengatur pula masyarakat. Dalam ajaran Bagi kaum muslimin, terutama para generasi yang komprehensif sesungguhnya Islam telah muda, teruslah bekerja dan belajar. Janganlah memberikan solusi persoalan kompleks dalam berhenti mencoba dan berharap untuk membina kemajuan di masyarakat. menemukan kebenaran yang telah difirmankan Perhatikanlah sepercik cahaya dalam sejarah Allah SWT melalui Al-Qur’an dan semua ayat cerlang kejayaan Islam. Ketika ajaran Islam kauniyah yang tersebar di alam semesta. Kita diterapkan konsisten, iptek yang bermuara harus berusaha sekuat mungkin untuk inovasi berkembang pesat - utamanya karena menjadikan peningkatan kapasitas manusia orang berilmu memiliki kedudukan yang tinggi muslim dan Iptek sebagai arus utama dalam dan dihormati dalam masyarakat. Secara pengembangan pembangunan mendatang. otomatis, kesejahteraan masyarakat pun Iptek, haruslah menjadi perhatian penting meningkat. ummat Islam ke depan. Sehingga landasan Saat ini, sesungguhnya ada sesuatu yang hilang kokoh manusia dan iptek ini akan menjadi ujung tombak kontribusi umat dalam memajukan dari masyarakat Islam. Kita tahu, di beberapa belahan dunia, hegemoni anti-Islam mengusung peradaban dan kesejahteraan manusia. Bila kita menjadi kekuatan sentral ini, bukan saja kita ide sistematis dan negatif terhadap kemajuan mampu dihargai di mata bangsa-bangsa. yang dicapai umat muslim. Ini akan secara Namun, kita dapat memastikan bahwa umat langsung mempengaruhi sikap umum orang muslim adalah teladan yang mampu memegang terhadap Islam yakni Islamophobia. Takut amanah Allah dengan benar dan kuat. terhadap Islam dan umat Islam. Mereka, antara lain, menyebarkan virus ketidakpercayaan dan ketakutan terhadap pengemban dakwah Islam untuk menyuarakan



Penulis: Prof. DR. Freddy P. Zen, adalah Guru Besar ITB, saat ini juga menjabat sebagai Deputi Menristek RI.

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H  Oktober 2014

35


Profil

Z

uhal. Demikian pemilik nama Muhammad Zuhal Abdul Qadir itu lebih suka disebut. Cukup singkat. Tetapi cita-cita, ide, kiprah, pengabdian dan dedikasinya tidak sesingkat itu. Bagaikan Saturnus - nama planet bercincin dan kedua terbesar di sistem Tata Surya - Zuhal memiliki seabreg ide, kiprah, dan pengabdian bagi bangsa ini. Zuhal memang nama planet Saturnus dalam bahasa Arab.

Pria kelahiran Cirebon 5 Mei 1941 itu telah menorehkan jejak dan prestasi di dunia akademis, bisnis dan pemerintahan. Jarang sekali yang bisa meraih kesuksesan di ketiga bidang berbeda itu. “Alhamdulillah, saya termasuk orang yang beruntung bisa berkarir di dunia akademisi, bisnis dan pemerintahan,” ungkap Zuhal kepada Al-Islam. Terlahir dari pasangan Abdul Qadir Hassan dan Zuraidah, Zuhal mendapat pendidikan agama yang baik. Darah pendidik dan intelektual mengalir dari ayahnya, yang menjadi pengasuh pesantren Persis Bangil – sepeninggal A. Hassan, ulama besar, tokoh Persatuan Islam, pendiri pondok pesantren Persis Bangil, sahabat dan guru agama Presiden Soekarno – dan ahli ilmu hadits dan fiqh. Sementara dunia bisnis diwarisi dari ibunya yang berasal dari Pariaman, Sumatra Barat. Berbekal pengalaman di ranah yang sangat strategis tersebut Zuhal telah menulis tiga buku penting yang menurutnya adalah persembahan untuk bangsa. Pertama, “Kekuatan Daya Saing Indonesia: Mempersiapkan Masyarakat Berbasis Pengetahuan“ (2008); kedua, “Knowledge and Innovation:

36

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H



Oktober 2014


Platform Kekuatan Daya Saing” (2010) dan ketiga, Dakwah Islamiyah Indonesia dan tentu saja di “Gelombang Ekonomi Inovasi: Kesiapan Indonesia beberapa organisasi profesi lainnya. Berselancar di Era Ekonomi Baru” (2013). Layak diapresiasi karena buku visioner ini terbit dengan sejumlah gagasan brilian, sarat data dan pandangan strategis pembangunan Indonesia. Menurut Zuhal, kemajuan bangsa Indonesia tidak mungkin hanya bertumpu pada keunggulan komparatif semata, yakni mengandalkan sumber daya alam. Ia melihat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai anak bangsalah, atau yang sering diistilahkan keunggulan kompetitif, yang niscaya membawa bangsa ini sukses ke depan. Oleh sebab itu demi mengejar keunggulan bersaing masa depan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia musti dibenahi sejak kini. Pandangan ini melihat manusia Indonesia adalah human capital. Maka ia haruslah menjadi tenaha terdidik unggul sebagai bahan bakar pembangunan sistem ekonomi berbasis inovasi. Menurut Zuhal, penyiapan human capital unggul ini harus dipelopori oleh kaum cerdik pandai muslim Indonesia. Oleh karena itu ia merintiis kiprah di berbagai fora internasional seperti saat ia memangku jabatan sebagai sekjen The International Islamic Forum for Science, Technology, and Human Resource Development (IIFTIHAR) lembaga yang didirikan oleh enam institusi Islam seperti ICMI, Islamic Development Bank, Liga Moslem, Lembaga Mukjizat Quran dan Sunnah, Rabithah Alam Al-Islamy, serta International Institute for Islamic Thought. Lembaga yang diketuai BJ Habibie ini memiliki perhatian pada pengembangan dan peningkatan penguasaan sains, teknologi, dan sumber daya umat Islam. Zuhal rupanya juga terus mensosialisasikan ide pemberdayaan muslim pintar ini ketika ia aktif di organisasi ICMI, pula pada saat ia menjadi anggota Dewan Riset Nasional, ikut mengembangkan The Habibie Center, di Dewan



Lulusan Cumlaude Sejak tamat SMA tahun 1960 Zuhal muda lalu melanjutkan studinya ke ITB. “Saya memang sangat bercita-cita kuliah di ITB,” tuturnya. Di ITB, Zuhal menghabiskan waktu setahun, karena ia diundang melanjutkan studi dengan beasiswa Pemerintah Jepang di Tokyo Denki Daigaku, Jurusan Teknik Elektro dan menyelesaikan S1-nya 1966. Pada 1970, ia melanjutkan pendidikan masternya di Universty of New South Wales, Sydney, Australia. Lalu dilanjutkan dengan pendidikan master lainnya di bidang enjineering (MSc. E.E) di University of Southern California, Los Angeles pada 1977 dengan predikat cum laude. Adapun program S3-nya ia selesaikan di UI dan University of Tokyo pada 21 Desember 1985, pula diselesaikan dengan predikat sangat istimewa, cum laude.

Karir sebagai akademisi dimulai pada tahun 1966 sebagai pengajar di ITB. Pada tahun 1995 Zuhal dikukuhkan sebagai Guru Besar tetap Fakultas Teknik UI, dalam bidang teknik tenaga listrik. Ia menjadi profesor ke-10 yang dinobatkan FT UI -yang pada awalnya masih menjadi satu dengan ITB. Itulah puncak kariernya sebagai akademisi. Ketika itu ia menyampaikan pidato yang kemudian disebut Zopplan (Zuhal Optimum Planning).

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H  Oktober 2014

37


Zopplan terkait dengan upaya Zuhal untuk mencari solusi mengoptimalisasi hasil dengan cara meminimalkan biaya investasi, memaksimalkan sumber daya non minyak sekaligus meminimumkan dampak lingkungan. Aplikasi Zopplan ini rupanya sangat mendunia dan dipakai World Bank untuk melakukan studi tentang kebijakan penetapan harga energi.

menolak segala bentuk praktik KKN. Selepas memimpin PLN, rupanya ia ditunjuk presiden untuk posisi Dirjen Listrik dan Pengembangan Energi Baru. Prestasi penting yang diraih Zuhal antara lain mampu menurunkan harga listrik dari 8 sen $/kWh menjadi 5,74 sen $/ kWh.

Menjadi Mentrinya Habibie

Menjadi Dirut PLN Setelah merintis karir sebagai pengajar, saatnya Zuhal meraih puncak karir yang lain di bidangnya yakni di pemerintahan. Ia tahun 1992 diminta Pemerintah untuk mengawal PLN sebagai Direktur Utama. ‘’Sangat berat karena saya ditunjuk saat Indonesia mengalami krisis listrik.. Presiden memerintahkan Mentamben Ginanjar Kartasasmita, untuk mencari pengganti Dirut PLN dengan tugas berat: mengatasi krisis listrik.’’, sergahnya. Ginanjar rupanya teringat Zuhal yang sedang populer karena temuannya, Zopplan yang akhirnya mengantarnya memenuhi permintaan pemerintah menjadi dirut Perusahaan Listrik pelat merah itu.

Meski ia agak terkejut ketika berhenti menjadi dirjen, sehari sesudahnya Zuhal dipanggil Menristek/Kepala BPPT BJ Habibie. Zuhal diminta menempati posisi Wakil Ketua BPPT dan mulai berdinas pada Agustus 1997.

Berat karena Indonesia saat itu mengalami kekurangan tenaga listrik sekitar 4.000 mW. Zuhal berhasil mengatasi krisis listrik itu hanya dalam 18 bulan. Zuhal berhasil mengubah PLN dari sebuah perum yang terseok-seok menjadi korporasi profesional yang maju. Untuk pertama kali dalam sejarah, akhirnya PLN menjadi perusahaan terbuka yang menawarkan obligasi. Sudah menjadi tuntutan zaman, Zuhal rupanya menjadi motor pergerakan profesionalitas PLN. Dengan kepememimpinan profesional, jujur dan tegas, Ia membangun pemahaman keuangan dan ekonomi mikro di lingkungan perusahaan listrik plat merah itu untuk keluar dari krisis. Setiap calon pejabat yang akan menduduki jabatan penting harus mengikuti training selama tiga bulan yang diasuh oleh para ekonom UI. Ia pun

38

Setelah Soeharto lengser sebagai presiden Mei 1998, menyusul gelombang demo rakyat pro reformasi, BJ Habibie kemudian menjadi Presiden RI ketiga. Habibie mengangkat Zuhal sebagai Menristek/Kepala BPPT, dan dilantik pada 23 Mei 1998 di Istana Negara. Ketika menjadi Menristek, Zuhal menekankan

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H



Oktober 2014


pentingnya menjaga peran riset teknologi di tengah kondisi bangsa yang tengah krisis. “Saya lebih mengembangkan teknologi tepat guna,” tegasnya. Zuhal mengembangkan dan memperkenalkan “teknologi yang merakyat”. Ia, antara lain, memperkenalkan biotek untuk pertanian, perikanan, dan obat-obatan dalam negeri. Ia juga mengembangkan penerapan remote sensing untuk membantu para nelayan yang melaut. Zuhal pun memperkenalkan e-commerce bagi para perajin di Sidoarjo dan Jepara. Zuhal berupaya meningkatkan produksi pangan yang manfaatnya sangat dirasakan rakyat. Agar kebijakannya bisa berjalan dengan baik, Zuhal pun turun langsung ke tengah-tengah masyarakat untuk menyosialisasikan teknologi tepat guna. Ia pun mendorong lahirnya sekolahsekolah unggulan yang memadukan iptek dan imtak. Bekerja sama dengan Menteri Koperasi dan Menteri Keuangan, Zuhal membantu para santri agar bisa membudidayakan sayuran, buahbuahan, perikanan dan lainnya. Tujuannya agar para santri bisa menjadi manusia yang unggul, menguasai agama, tapi juga melek teknologi.

al-Azhar memang sudah menyelenggarakan pendidikan dasar dan menengah dengan kualitas yang baik. Uniknya, ketika ditunjuk sebagai rektor, tahun 2000, Zuhal hanya dibekali SK. Sarana fisik berupa kampus belum ada. “Saya memulainya dari nol”, katanya. Selain merekrut staf yang berkualitas dan mau berjihad di dunia pendidikan, yang memahami visi dan misi yang dicanangkan, Zuhal juga menggandeng beberapa tokoh terkemuka. Tercatat tokoh-tokoh seperti Try Soestrisno, Jusuf Kalla, Sutiyoso, Robby Johan, Arifin Panigoro, Rahmat Gobel dan lainnya, turut membantu mewujudkan visi besar Zuhal. Zuhal juga mengundang beberapa tokoh profesional dan bisnis untuk memadukan sisi teoritis dengan praktis di universitas rintisannya ini. Zuhal sadar, visi menjadikan SDM muslim terbaik harus digembleng melalui universitas bervisi. UAI bagi Zuhal adalah wahana yang harus diniatkan menjadi yang terbaik setidaknya di Indonesia dan Asia yang akan melahirkan cendekiawan muslim yang kuat baik secara keilmuan maupun keislaman. Dalam pandangan ke depan, Zuhal menggagas konsep yang inovatif untuk UAI yang diarahkan sebagai “Enterprising University”, yang bercirikan keunggulan pendidikan, kewirausahaan dan keberadilan (excellent education; enterpreneurship dan equity). Visi yang sangat kuat untuk menghasilkan SDM muslim yang andal ke depan.

Zuhal melakukan revitalisasi di tubuh BPPT dan Dewan Riset Nasional. Ia membentuk Dewan Riset daerah untuk menghadapi era otonomi daerah. Ia juga melahirkan paket-paket Kredit Teknologi Tepat Guna bagi usaha kecil dan menengah. Dalam masa jabatannya yang singkat, hanya 19 bulan, sebagai Menristek/Kepala BPPT Sejumlah penghargaan dari pemerintah, profesi Zuhal mewujudkan 13 Kawasan Ekonomi Terpadu maupun universitas dalam dan luar negeri (KAPET) di kawasan timur Indonesia. menjadi catatan profesionalitas dan dedikasi Zuhal. Empat penghargaan tertinggi hingga Bintang maha Putera diterima Zuhal dari Kembali ke Dunia Pendidikan dan Pengabdian Pemerintah RI. Kemudian ia menerima beberapa Masyarakat penghargaana antara lain The Order of the Rising Selepas Menristek/Kepala BPPT, Zuhal kembali ke Sun, Gold and Silver Star (Pemerintah Jepang, 2008), Life Time Achievement Award (PII, 2009); kampus. YPI Al-Azhar Jakarta memintanya jadi Rektor Universitas al-Azhar Indonesia. Selama ini Doctor Honoris Causa dari Tokyo Denki



al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H  Oktober 2014

39


University, Japan (2011). Di masa senjanya, suami setia Syahlina Latif ini masih tetap energik dan terus mengabdikan dirinya bagi kemajuan bangsa. Ayah panutan dari Lavi Rizki, Kosi Kausar dan Alvin Mardi itu kini tetap bersemangat ketika berbicara soal pendidikan, sains dan teknolgi serta inovasi. “Saya hanya mau melahirkan hal-hal yang kongkret. Sehingga, saya bisa meninggalkan sesuatu yang bermanfaat bagi bangsa,” tutur Ketua Komite Inovasi Nasional. Dalam hal inovasi ini Zuhal mengingatkan, ‘’Selama ini bukannya tidak ada inovasi, tetapi kita tidak punya sistem terpadu yang bisa mensinergikan kegiatan inovasi, antara pihak akademisi (perguruan tinggi), industri atau bisnis, dan pemerintah," kata Zuhal. Sampai dengan usia kini, visi, semangat kerja keras dan profesionalisme serta ketulusan, yang terpancar dari semangat keberagamaan aktivis dan salah satu perintis Masjid Salman ITB ini masih tergambar jelas. Semoga sosok teladan ini dapat terus menularkan dan mewariskan semangat berprestasi bagi generasi muda muslim. Agar mampu menatap tegak dan bersaing penuh semangat menghadapi pusaran tantangan dunia di masa depan.  JS.

40

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H



Oktober 2014


Catatan Hikmah

Foto: @Stefan Hemmen

R

atusan, bahkan hingga ribuan kendaraan memenuhi area parkir kompleks pesantren Daar el Qolam, Gintung, Jayanti, Tangerang, Banten. Pesantren yang didirikan 46 tahun lalu itu dihuni oleh sekitar 6000 santri. Para orangtua, dari berbagai kota, datang menjemput anaknya

Andry, santri kelas enam, sebagaimana teman-teman lainnya, selesai ujian sementer, sudah bersiapsiap meninggalkan pesantren menuju rumahnya di kabupaten Merak. Ketika para orangtua ikut sibuk membantu memasukkan barang-barang milik anak mereka, dari kamar ke dalam mobil, Andry tidak ada yang menemani. Ayah dan ibunya tidak datang. Ia harus kembali ke rumahnya sendirian. Dengan bus dan ojek, anak itu pulang kampung. Ia rindu ayah, ibu, kakak, dan adiknya. Dia juga ingin melepas lelah sehabis enam bulan, sejak awal pagi hingga malam, belajar dan belajar di Daar El Qolam. Kumulatif, hingga saat itu, dia telah tidak tinggal di rumahnya selama enam tahun. “Udara bebas” akan segera dia hirup.



al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H  Oktober 2014

41


Di pesantren semua santri, tidur – dalam satu kamar – berbanyakan. Jika tiba waktu makan, untuk menikmati hidangan mereka mesti antri. Apabila hendak mandi, harus gantian. Padahal, waktunya sangat terbatas. Jika telat kembali ke kelas atau ke masjid, ustadz atau kakak kelas mereka yang bertugas sebagai petugas sekuriti, siap memberikan sanksi. Oleh sebab itu, semua aktivitas harus dilakukan dengan cepat, tidak bisa sambil berleha-leha seperti di rumah sendiri, saat bersama orangtua. Waktu yang dinanti-nantikan datang; saat libur tiba. Para santri akan menikmati suasana sangat beda. Mereka bisa bangun pas azan berkumandang saja. Tiba waktu makan, tinggal ambil di dapur. Mau membersihkan badan, tak usah menunggu teman keluar dari kamar mandi. Waktu libur, mereka "manfaatkan" sebaikbailnya untuk istirahat dan berkangen-kangenan dengan keluarga. Andry tiba di depan rumah. Tak ada adiknya yang biasa bermain di halaman. Tidak terlihat kakaknya yang suka menyiram bunga. Tak tampak jemuran pakaian yang ia kenal. Ia mengucap salam sambil membuka pintu. Seorang wanita tak dia kenal menyambutnya. "Mau ketemu siapa, ya?" "Mau ke ibu dan bapak saya. Ini rumah orangtua saya. Saya baru pulang dari pesantren." "Rumah ini sudah dijual kepada kami." Di pintu rumah, anak itu tertegun. Rasa rindu yang menggebu, marah – mengapa rumah dijual tanpa memberi tahu lebih dahulu, dan rasa duka – karena pasti orangtua dia sedang dalam kondisi keuangannya yang sulit, sehingga rumah harus dilepas; berkecamuk di qalbu. Rasa lelah di badan dan sedih di hati memenuhi dirinya. Ia meneteskan air mata. Kabar itu sampai ke telinga santri lainnya, setelah di muka kelas ia diminta gurunya melunasi uang SPP yang sudah tiga bulan nunggak. SPP itu

42

harus segera dilunasi karena minggu depan semua santri akan mengikuti ujian akhir. Sebelum memasuki kelas untuk ujian, semua kewajiban keuangan mesti diselesaikan lebih dahulu. Santri itu menyampaikan bahwa jangankan untuk bayar iuran bulanan, rumah pun sudah tak ada, dan untuk makan keluarga juga tidak mudah. Dua hari menjelang ujian, Andry kaget. Ia mendapati catatan di bagian administrasi sekolah menunjukan semua kewajiban finansialnya terhadap pesantren sudah ada yang melunasi. “Pak, ada yang mau ketemu“, pada hari wisuda, Isal, anak kami menunjuk ke sebuah keluarga yang duduk menanti kedatangan kami. Suami-istri dengan tiga anaknya menatap kami. “Kami, ayah dan ibu Andry. Ini adiknya, masih di SMP; dan itu kakaknya. Dia kuliah di UIN Serang, tapi dengan biaya mencari sendiri”, seorang Bapak berperawakan kecil, berpeci, dan berpakaian sederhana mengenalkan anggota keluarganya. “Kami ingin menyampaikan terima kasih yang tak terhingga atas kebaikannya. Si Andry bilang, SPP-nya dibayarin Isal. Sudah sekian bulan kami tak mampu membayar iuran sekolah. Kami ditipu orang, sehingga harus menjual rumah. Kalau diceritakan, terlalu panjang, Pak”, dengan nada duka orangtua ini bercerita. “Untuk makan saja tidak mudah, Pak. Hari ini, untuk datang ke sini, kami memaksakan diri”, ia

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H



Oktober 2014


berkata lirih. Mendengar derita yang menimpa keluarga itu, mata saya membasah. “Doakan saja, kami sehat dan banyak rezeki. Jika nanti ada hal yang darurat, tak usah segan untuk hubungi kami!” saya menyerahkan kartu nama yang ada nomor telepon dan alamat kediaman kami di situ. Pesantren Daar El Qolam, Gintung, Tangerang, 1 Mei 2014. Salam, Jr Jr, adalah inisial penulis Jonih Rahmat. Seorang eksekutif yang sibuk, namun hatinya terpaut pada dunia orang-orang terluka dan ingin mengajak kita semua menjadi pribadi peduli yang mampu



menghibur, menyejukkan di tengah kaum yang membutuhkan pertolongan. Jr menyebut kekayaan terbesar kita adalah hidup miskin bersama si miskin. Dan karenanya ia membina keluarga kecil nan tenteram bersama anak-anak dari keluarga ‘binaan’-nya di Ciomas, Bogor. Jr menulis beberapa buku best seller yang sangat menyentuh antara lain, ‘’Malaikat Cinta’’ dan ‘’Buku Tentang Kebaikan’’. Ia telah berjanji mewakafkan dirinya menjadi pendekar kata, yang akan mengingatkan kita semua pada ribuan cerita yang tercecer di tengah hidup yang penuh dengan hikmah Karunia Allah ini. Tulisan Jr, selanjutnya akan mengunjungi Anda berkala di Al Islam, media tercinta kita ini, dalam Rubrik Catatan Hikmah Keluarga Jr.

al-Islam.my.id | Edisi 1 Tahun II  Dzulhijjah 1435 H  Oktober 2014

43


Segenap Awak Redaksi Al-Islam mengucapkan

SELAMAT IDUL ADHA 1435 H

Al-ISLAM my Identity


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.