al-islam.my.id
Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H
Manifestasi Hijrah
Sepanjang Tahun
2014
my Identity
Mari Melihat Alam
Ghaib
Achmad Noe’man: Maestro Arsitektur Masjid
Do’a Do’a agar Diberi Keteguhan Hati
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). ” (QS. Ali-Imran: 8)
Redaksi
Daftar Isi 5 | Bahasan Utama: Hijrah: Risalah Perubahan untuk Peradaban 12 | Bahasan Utama: Manifestasi Hijrah Sepanjang Tahun 16 | Tasawuf: Menyadari Posisi Kemakhlukan Kita 19 | Akhlak: Tepati Janjimu 24 | Saintek: Mari Melihat “Alam” Ghaib 28 | Puisi: Seribu Masjid Satu Jumlahnya 30 | Profil: Achmad Noe’man: Maestro Arsitektur Masjid yang Rendah Hati 35 | Rumah Peduli: Semoga Tuhan Membahagiakan Semuanya 38 | Hikmah: Berlemah Lembut dalam Segala Urusan
Al-ISLAM my Identity Awak Media Penasehat: Nashir Budiman, Johansyah Pemimpin Usaha : M. Fuad Soffa Pemimpin Redaksi : Dijan Soebromo Dewan Redaksi: Heru Prabowo, Suharjono Harjodiwirjo Redaktur Pelaksana: Tri Boedi Hermawan, Nilna Iqbal, Reno Andryono Keuangan: Ahmad Hamdani, Syahrial Muharam. Dukungan Teknologi: Fathansyah, Zamakshari Sidiq Alamat Redaksi: Rumah Alumni, Salman ITB, Jalan Ganesha No.7, Bandung Alamat Email: redaksi@al-Islam.my.id Twitter: @alislammyid | Google+ & YouTube Channel: alislam.my.id@gmail.com Website: www.al-islam.my.id
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014
3
Al-ISLAM my Identity
Pengantar
Assalamu’alaikum Warahmatullahi wa-Barakatuh.
Sahabat Al-Islam yang mulia, Rasa Syukur semoga senantiasa kita panjatkan ke Hadlirat Allah SWT yang memberikan kita kebajikan paripurna dalam menyelenggarakan berbagai aktivitas hidup hari ini. Salah satu wujud syukur kita adalah anugerah iman yang tetap tertanam dalam jiwa dan menjadi suluh untuk melanjutkan amaliah yang produktif pada penggalan waktu ke depan. Al-Islam kali ini membawakan topik mengenai hijrah yang bertalian dengan semangat serta momentum pergantian penanggalan hijriah di Bulan Muharram tahun 1436 H. Serangkaian artikel menarik dapat disimak baik opini yang terkait topik utama, yakni semangat hijrah untuk bermuhasabah bagi diri, komunitas dan bangsa menghadapi sejumlah tantangan ke depan. Ada topik mengenai tasauf, akhlak, saintek dan profil Arsitek Pejuang, Ir. Ahmad Noe’man yang dijuluki Arsitek Seribu Masjid. Selain sajian itu, sebagai rehat kami sajikan produk sastra yaitu beberapa kuplet puisi dari Sastrawan Emha Ainun Nadjib.
Sahabat Al-Islam, Simak sajian kami edisi ini sebagai bagian dari renungan perjalanan ibadah yang kita semoga dapat kita maknai dengan mantap, suatu ikrar untuk melanjutkan amaliah yang produktif dalam perjalanan kehidupan di Tahun Baru Hijriah, 1436 ini. Redaksi tak lupa menyampaikan Selamat Tahun Baru Hijriah, semoga kita mendapatkan semangat dan harapan baru di awal tahun ini.
Salam,
Redaksi.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
4
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014
Bahasan Utama
Foto: @Saiful Nizal
Rasulullah SAW melaksanakan hijrah untuk membangun peradaban unggul. Kilas balik proses Hijrah Nabi untuk introspeksi dan transformasi dalam perjalanan membangun kembali peradaban berbasis nilai keutamaan.
P
ada tahun 638 M, khalifah Umar ibnu Khattab memutuskan peristiwa hijrah sebagai awal penanggalan Islam. Langkah ini merupakan keputusan yang strategis untuk menandai dibukanya aras baru, kesadaran baru, yang melandasi berbagai kemajuan umat di segala bidang kehidupan. Bayangkan betapa kuatnya Umar sebagai pemimpin yang terpilih saat itu. Ada beberapa tonggak simbolis penting bagi Umar untuk memilih suatu upaya serius transformasi umat yang dipelopori
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014
5
komunitas muslim yang kokoh. Ada tonggak penting lain yang bisa dijadikan acuan: Tanggal kelahiran Rasulullah, ataukan saat diangkatnya Muhammad sebagai Rasul yang ditandai wahyu pertama dalam Al-Quran, ataukah peristiwa Isra’ Mi’raj di mana kewajiban shalat diundangkan. Atau mungkin pada saat panji Islam berkibar saat Fathu Makkah, penaklukan kota Makkah, sebagai hari dimulainya peradaban baru Islam.
Hanya 8 tahun sejak tonggak peristiwa hijrah itu, Rasulullah SAW dan puluhan ribu pasukan-nya kembali ke Makkah sebagai Sang Penakluk dengan membawa kekuatan tak tertandingi dalam revolusi kebajikan yang kemudian digelar sesudahnya. Seantero jazirah dan melintasi benua.
Dari Madinah, perlawanan demi perlawanan dapat digalang dengan baik. Dimulai dengan Bukan itu semua. Umar yang agung bersatunya kaum muslimin pendatang memutuskan: Hijrahnya Rasulullah SAW dan para (muhajirin) dan kaum muslimin setempat sahabat dari Makkah ke Yastrib (Madinah), yang (anshar), puluhan pertarungan akhirnya terjadi pada tahun 622 atau setelah 13 tahun Nabi dimenangkan kaum muslimin yang selalu SAW menyampaikan risalah di Makkah. Inilah dihalangi untuk menegakkan kebajikan. Dari tonggak histori. Titik awal yang akan dijadikan Badar, Uhud, Khandaq, Khaibar, setidaknya ada acuan bagi pembangunan peradaban madani 56 kali perang yang dijalani kaum muslimin sejak yang kelak dikenang sejarah sebagai kesuksesan dimulainya hijrah Nabi hingga Fathu Makkah. paling monumental dalam sejarah peradaban Perjalanan kemenangan itu menelan banyak manusia. pengorbanan namun tonggak-tonggak sejarah peradaban baru berhasil ditancapkan dengan Menyimak tarikh Nabi, suasana batiniah hijrah kokoh. Nabi dan sahabat memang luar biasa. Di tengah kepungan penindasan, intimidasi, penolakan, boikot pada awal pembangunan peradaban Islam Kilas Balik Hijrah Nabi yang dikomandoi Rasulullah, betapa penatnya Awal mula penanggalan Islam itulah yang sering suasana lahir batin yang dirasakan umat Islam dijadikan momentum bagi umat Islam untuk saat itu. Bahwa hidup mulia yang diperkenalkan Islam, sebagai ajaran Allah dan Rasul-Nya, menjadi penghalang bagi keberlangsungan kehidupan jahiliyah kota besar seperti Makkah. Semua musuh Islam bersekutu untuk menghentikan ajaran mulia ini dan sekaligus membumihanguskan sekitar 100 orang sahabat yang telah mengangkat sumpah. ‘’Bersaksi bahwa hanya Allah yang Satu dan Muhammad adalah utusan-Nya!’’.
Maka tiada cara lain bagi Rasulullah SAW dan para sahabat kecuali memilih lokasi baru untuk mengurai benang kusut perjuangan kebajikan. Lalu dipilihlah Madinah, kota ramah yang paling memberikan sambutan atas kenabian dan dakwah Rasul di saat awal dakwah Islam. Peristiwa fenomenal ini pun berbuah manis.
Foto: @Jeff Trigger
Penyayang”, (TQS. Al-Baqarah [2]:218); “Orangorang yang beriman, berhijrah dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi (dalam pandangan) Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan” [QS. At-Taubah [9]:20].
Foto: @Green Boy
mereguk kembali semangat perubahan sebagaimana Rasul ajarkan. Hijrah, berasal dari kata ‘hajaru’, memiliki makna meninggalkan, memutuskan, menjauhkan dri dan berpindah tempat. Setidaknya Rasulullah bersama para sahabat, dalam peristiwa hijrah yang fenomenal itu, memang sengaja melakukan perpindahan posisi, dari Makkah ke Madinah. Upaya hijrah ini jelas tujuannya. Yakni mempertahankan akidah Islam yang tengah diusung Nabi dalam dakwah permulaan Islam sebagai risalah yang diperintahkan Allah. Secara umum ini mengandung arti harfiyah ‘’hijrah makaniyah’’, yaitu hijrah berpindah posisi yang bermaksud menyiasati tekanan yang luar biasa mengancam dari kaum Quraisy yang ingkar yang dipelopori penguasa Makkah saat itu. Tentu saja Rasulullah SAW dan para sahabat melaksanakan perjalanan hijrah yang berat ini dengan ikhlas karena dilandasi perintah Allah. Seperti disebutkan dalam beberapa ayat AlQur’an, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Walaupun konsekuensinya berat, karena banyak hal tercerabut secara serta merta. Semua dipindahkan, melewati gurun pasir dan cuaca yang sangat tidak bersahabat, meninggalkan keluarga, harta dan rumah, pekerjaan – seruan hijrah dijalani dengan sikap sami’na wa atha’na (kami dengar dan kami patuhi). “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui,” (TQS. At-Taubah [9]:41). Seruan dan perintah hijrah pun dilaksanakan oleh Nabi dan sahabat, kecuali 7 orang – yang enggan dan mendapatkan kritik pedas dari Allah dalam Al-Qur’an. (lihat QS. AlNisa [4]:97). Tekad Rasulullah SAW rupanya bukanlah tanpa perhitungan yang matang. Sebelum melaksanakan hijrah ke Madinah beberapa persiapan dilakukan walaupun dalam keadaan ringkas dan darurat. Pertama, Nabi menyiapkan masyarakat di lokasi tujuan hijrah, Madinah dan dilaksanakan ketika beberapa orang Madinah datang ke Makkah untuk menyatakan keislaman kepada Nabi SAW. Nabi selanjutnya memerintahkan para sahabat di Madinah untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi kedatangan saudara seiman dari Makkah ke kota mereka.
Kedua, Nabi melakukan pentahapan pemberangkatan dalam hijrah. Seluruh sahabat diminta berhijrah secara sembunyi-sembunyi namun nabi menjadi orang terakhir yang melaksanakan hijrah. Mengetahui Pemimpinnya masih di Makkah, maka para sahabat tidak mengalami gangguan yang berarti dari kaum
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014
7
Quraisy.
Bermuara di Masjid
Ketiga, Bersiasat untuk mengelabuhi lawan karena ancaman terhadap jiwa yang luar biasa. Rasul menyiapkan rute perjalanan menuju ke selatan terlebih dahulu dari Makkah sebelum ke arah Madinah, yang berposisi di Utara Makkah. Ini termasuk menyiapkan logistik dan tempat persembunyian (gua Tsur). Taktik yang berhasil karena mampu menyamarkan perjalanan dan menyiapkan suplai logistik tanpa kendala berarti.
Rangkaian peristiwa berikutnya adalah membangun peradaban dari masjid. Tampak jelas dalam perjalanan hijrah ini bagaimana Nabi memulai segala aktivitas melalui pusat peradaban: masjid. Setibanya di Quba – kota kecil di tenggara Madinah – Rasulullah SAW bersama penduduk setempat membangun masjid. Ini juga dilakukan ketika Nabi dan Abu Bakar tiba di pinggir kota Yasthrib, turun perintah shalat Jumat
Keempat, Nabi SAW memilih Ali – anak seorang tokoh Quraisy terpandang, yang juga saudara sepupu Nabi untuk menyamarkan posisi dengan diminta menempati tempat tidur beliau. Ancaman pembunuhan itu urung manakala mereka menemukan Ali, dan bukannya Rasulullah SAW. Kelima, Nabi memilih sahabat yang paling dipercaya, yaitu Abu Bakar AshShidiq RA, yang menyertai langsung perjalanan Nabi SAW yang demikian berat dengan jarak tempuh sejauh 500 kilometer (karena rute yang diambil berputar-melingkar dan berkelok-kelok, sementara jarak Makah-Madinah 420 km). Kepercayaan ini tidak sia-sia dan Rasul selamat berhijrah dan disambut dengan suka cita di Madinah Al Munawarrah. Pentahapan perjalanan ini menjadi satu kias bagi kita semua bahwa Nabi memiliki perhitungan yang ditail dan cermat sebagai sebuah perencanaan hijrah yang bersejarah itu walaupun kita semua tahu bahwa tanpa Perkenan Allah dan Lindungan-Nya kepada Kekasih-Nya tentu semua upaya hijrah tersebut mengalami kendala yang berarti. Allah berkenan memberikan contoh bagi kita semua dalam perjalanan hijrah Nabi yang fenomenal itu.
8
Foto: @Ramin Rahmani Nejad
dan beliau menunaikannya di tempat itu. Belakangan di tempat itu didirikan sebuah masjid yang diberi nama Masjid Jumat. Sampai di Madinah, pertama kali yang dibangun adalah masjid – yang kemudian diberi nama Masjid
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H
November 2014
Nabawi.
peradaban kota berbasis masjid. Pusat kota dan pusat perdagangan serta pemukiman kemudian Dari masjid inilah Rasul SAW melakukan revolusi berkembang di seputaran masjid. Perkembangan peradaban yang dibangun di atas landasan yang pesat dari kota Madinah ini tentunya keilahian. Tampak bahwa masjid bukan saja menjadi landasan yang kuat bagi berfungsi sebagai pusat ibadah mahdhah bertumbuhsuburnya syiar Islam bagi mukimin dan (khususnya shalat). Namun masjid dijadikan pusat pendatang yang ada. peradaban membangun umat dalam berbagai sendi kehidupan. Masjid dijadikan lokus Bertolak dari mencermati keadaan sosial pendidikan dan pengajaran keagamaan, kemasyarakatan di jazirah ini, Nabi mengambil mengatur ekonomi, mengatur pemerintahan, langkah strategis pertama yakni menyatukan kekuatan Islam dari pendatang dan pemukim (Muhajirin dan Anshar) yang berpotensi membawa perpecahan sekaligus kekuatan. Rasul membuat terminologi ‘persaudaraan baru’ dengan mengusung misi Islam bahwa persaudaraan Islam bukan berdasar atas nasab, tapi keimanan seseorang. “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara...”, (TQS. Al-Hujurat [49]:10). Upaya strategis ini dipuji Allah dan direkam dalam salah satu ayat AlQur’an,“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Foto: @Ramin Rahmani Nejad itulah orang orang yang beruntung”, (TQS. pengadilan berbagai Al-Hasyr [59]:9) perkara yang muncul di masyarakat, tempat Terjalinnya persaudaraan dalam bingkai agama, berbagai pertemuan dan musyawarah, dan antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar, sebagainya. menyebabkan kondisi umat semakin kokoh dan Masjid Nabawi, sebagaimana yang kita dapat lihat kondusif dalam menjalankan aktivitas saat ini, adalah lambang dari berkembangnya
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014
9
kemasyarakatan. Semua sendi kehidupan tumbuh. Perdagangan dan pertanian berkembang dengan baik. Umat Islam pun dapat menyaingi sistem ekonomi yang selama ini dikuasai kaum Yahudi. Salah seorang pelaku ekonomi yang berhasil menjadi konglomerat, dari kaum Muhajirin adalah Abdurrahman bin 'Auf. Saudagar yang dikenal sangat dermawan. Selanjutnya, membuat perjanjian dengan masyarakat multi etnik dan agama. Pembangunan membutuhkan kestabilan keamanan. Sulit membangun jika kondisi tidak aman dan damai. Karena itu Rasulullah SAW dan para sahabat (Muhajirin dan Anshar) menggagas piagam perjanjian. Perjanjian ini mengikat seluruh penduduk Madinah, yang terdiri atas multi etnik dan multi penganut agama. Piagam Madinah (shahifatul madinah) yang ditulis pada tahun 622 M, ialah sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi Muhammad SAW, mewakili kaum muslimin, merupakan suatu perjanjian formal dengan semua suku dan kaum penting di Madinah. Piagam Madinah merupakan konstitusi yang mengikat seluruh penduduk Madinah.
Piagam tersebut menetapkan sejumlah hak dan kewajiban bagi kaum Muslim, kaum Yahudi, dan komunitas atau etnis lain di Madinah - termasuk untuk menjalankan perintah agamanya tanpa mendapat gangguan apapun. Piagam Madinah Foto: @Yoko Payuma menyatukan semua penduduk Yasthrib/ pengkhianatan itulah Rasulullah SAW Madinah menjadi suatu kesatuan komunitas atau ummah, yang dapat hidup berdampingan memerangi kaum Yahudi dan mengusir mereka dari Madinah. Walaupun berlaku dalam tempo secara produktif. yang singkat, Piagam Madinah merupakan Hambatan dan gangguan selalu saja muncul salah satu tonggak penting dalam penetapan dalam masyarakat yang tertata. Kaum Yahudi azas bernegara dan bermasyarakat yang mengkhianati piagam tersebut. Mereka malah dikembangkan dari nilai-nilai Islam yang damai. bersekutu dengan kaum Quraisy untuk memerangi Nabi SAW dan umat Islam, dengan cara menyerang dari dalam. Karena Khatimah
10
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H
November 2014
Hijrah Nabi sebagai sebuah fakta sejarah memberikan penegasan penting yang dapat disimak segenap umat Islam masa kini dalam menggagas sebuah peradaban baru yang bermartabat. Perjalanan hijrah bukan saja merupakan perpindahan sekelompok manusia yang mencari selamat, namun lebih dari itu peristiwa hijrah memberikan teladan bagi terbangunnya suatu masyarakat berkeadilan yang tumbuh dalam lingkungan yang terjaga secara nilai. Hal itu terjalin semata karena terbangunnya sosok kepemimpinan efekif, amanah, cerdas dan mampu menjadi teladan bagi masyarakat yang diperjuangkannya. Beberapa pokok pikiran yang dapat dijadikan pelajaran penting dalam menapaktilasi hijrah Rasulullah SAW dan menerapkan dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat kita antara lain: Pertama, setiap sendi kebajikan yang telah diundangkan Allah SWT dan Rasul-Nya hendaknya disikapi dengan taat, sami’na wa atha’na. Dalam berbagai kesempatan dan sejarah telah dibuktikan bahwa dengan taat kepada hukum dan ketentuan Allah yang merupakan nilai utama (virtue) keberhasilan akan dapat diraih. Berkaca dari semangat hijrah yang didengungkan Sahabat Umar, Islam dan muslimin mengalami kemajuan pesat dan syiar peradabannya melintasi berbagai benua dan dikenang sebagai dasar peradaban paripurna yang menyumbangkan kecerlangan peradaban modern hingga kini. Kedua, Hijrah Nabi haruslah dimaknai sebagai sebuah perubahan semesta yang dapat digagas, direncanakan dan diimplementasikan umat dalam kondisi kekinian. Umat yang meredup harus kembali pada sendi-sendi dasar sikap yang dicontohkan Rasulullah SAW. Kita berhijrah untuk meraih semua kondisi lebih baik dari semua baik hijrah dalam makna i’tiqadiyah (keyakinan/iman), ruhiyah (ruh/hati), fikriyah (pemikiran), dan bila perlu, hijrah makaniyah (tempat, lokasi yang lebih
baik, sebagaimana hijrah Nabi SAW). Ketiga, Pada intinya semua bentuk perubahan itu diharapkan membawa pembaharuan nilai dari yang minus menuju sesuatu yang hakiki dan bermanfaat. Ini antara lain diisyaratkan dalam hadits Rasul SAW. “.... Orang yang berhijrah itu adalah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang Allah”. (HR. Bukhari). “Apabila engkau meninggalkan perbuatan aniaya, baik yang nyata maupun yang tersembunyi, lalu mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka engkau orang yang berhijrah”. (HR. Ahmad dan Bazzar). Semangat hijrah, sebagaimana yang telah disimak dalam berbagai penggalan kisah Rasulullah merupakan salah satu bagian penting dan bahkan terpenting dalam proses pengabdian kita kepada Allah SWT. Proses itu bukan berdiri sendiri dan sempit, namun memiliki arti strategis dan luas. Hijrah bagi kita secara personal dapat berarti memulangkan kembali nilai-nilai utama dalam kehidupan yang sudah digerus oleh berbagai keburukan. Dalam konteks berbangsa, hijrah memiliki arti strategis yakni mengangkat harkat masyarakat dalam sebuah bangunan peradaban yang tertata nilai dan keutamaannya. Ini dicerminkan oleh tatanan yang dipikirkan dan direncanakan dengan baik serta dilaksanakan dengan konsisten dan disiplin. Hijrah memberikan insentif kedamaian dengan menyarankan bersatunya kekuatan untuk membangun sebuah bangsa bermartabat, bebas dari penindasan, korupsi, kebodohan, ketamakan dan berbagai wajah bopeng sejarah dari bangsa yang dikutuksumpahi Allah. Dan, untuk semua itu hanyalah teladan dari segenap pemimpin umat, dan ikhtiar keras bersamalah yang akan menjadikan seluruh ‘ impian hijrah’ bermakna. Keteladanan dan karya bersama yang manfaat itu akan mengubah ‘fatamorgana hijrah’ .. menjadi hasil nyata dan dapat dinikmati semua.. Sebuah bangunan,tatanan masyarakat madani, yang penuh rahmat dan barakah Ilahi. InsyaAllah. JS
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014
11
Bahasan Utama
Foto: @Pixel Mama
Subhanallah, Mahasuci Allah yang mengatur semesta sebaik-baiknya. Demikian pula dalam perjalanan transformasi hidup kita di sepanjang tahun. Dimulai dengan awal tahun hijrah yang memesankan perubahan, Allah sudah menyiapkan skenario kebajikan untuk kita sepanjang tahun yang terencana.
C
oba simak sejenak perjalanan kita menemukan diri di bulan Muharram, mengawali tahun penanggalan Islam. Maknanya sebegaimana kita tahu, ada suatu peralihan waktu dalam penanggalan komariah di mana usai bulan Dzulhijjah dan musim haji, kita menjumpai semangat baru bulan Muharram. Perhatikan Allah menempatkan bulan Ramadhan sebagai bulan kesembilan dan Dzulhijjah bulan kedua belas. Keduanya, di dalam siklus tahunan kehidupan umat Islam, memberikan arti khusus bagi guidance ibadah kaum mukminin. Dalam Ramadhan, kita digembleng dengan kewajiban shaum
12
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H
November 2014
selama sebulan penuh, sementara di akhir penanggalan Hijriah ditutup dengan bulan Haji dan anjuran berkurban di bulan Dzulhijjah. Selama menjelang bulan istimewa Ramadhan, kita tentu ingat, semua orang datang dengan penuh harap agar bisa dijumpakan lagi dengan Ramadhan yang istimewa. Semenjak bulan Rajab kita melantunkan doa tuntunan Nabi, “Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Syaban, dan sampaikan usia kami ke bulan Ramadhan”. Harap-harap cemas, andai kita tak mampu atau diijinkan-Nya sekali lagi meraih kemulian Ramadhan. Lalu kita jelang bulan mulia itu. Ramadhan, tempat seluruh semesta bersimpuh untuk menatap Allah dengan jenak. Setiap detiknya pahala, setiap gerak-gerik kita selama bulan mulia diganjar dengan pahala lipat ganda. Gemblengan yang keras kepada fisik yang lemas tatkala puasa, ditingkahi shalat malam dan taddarus yang syahdu, menjadi makanan bagi jiwa. Ramadhan, dengan segenap kesungguhan ibadah kita di dalamnya, akan melahirkan manusia takwa – puncak penghargaan bagi insan beriman, sesuai TQS Al-Baqarah [2]:183. Manusia takwa yang sukses dalam celupan madrasah Ramadhan memiliki ciri yang elok. Kegembiraan dan kebersihan menjadikannya nikmat karena taat. Perilaku mulianya berbuah manis: keikhlasannya, kesabarannya, kejujuran dan disiplinnya meningkat. Kecenderungannya merawat silaturahim dan kepedulian pada yang kurang -- caring to others, meningkat pesat. Ramadhan usai, maka bulan Syawwal menjelang. Kualitas manusia takwa yang telah mengalami gemblengan selama Ramadhan kini mengawali fase transformasi – sebagaimana ulat menjadi kupu-kupu dan mengawali langkah kembali ke kehidupan ‘normal’ yang penuh dengan berbagai persoalan, dengan bekal mantap. Kita tahu, Syawwal memiliki makna
peningkatan, serba meningkat. Kualitas yang potent ini diharapkan mencukupi untuk menyambut tantangan paska ramadhan dalam menjejaki hari ke depan usai Ramadhan. Selanjutnya, pribadi takwa yang kini mantap dengan kekayaan batin ini mengalami celupan lebih lanjut. Setelah menunaikan ibadah haji dan atau berkurban, pada bulan Dzulhijjah. Balasan haji yang mabrur adalah surga. Sementara kurban merupakan manifestasi ketaatan dan rasa syukur. “Sungguh, Kami telah memberimu nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah shakat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah”, (TQS. AlKautsar [108]:1-2). Berkurban, hakikatnya merupakan manifestasi kesiapan seorang muslim untuk senantiasa mampu untuk mengendalikan sifat hayawaniyahnya. Sifat-sifat buruk yang membawa petaka, namun menjadi satu dengan ‘diri’ seorang muslim harus sanggup “disembelih”-nya. Dalam kurban juga mengandung makna sosial yang dalam. Di samping perwujudan ketaatan, kurban juga diberi makna khusus oleh Nabi sebagai seruan untuk mengurbankan sesuatu yang paling dicintai. Karena itulah, Nabi SAW sampai menekankan dengan ‘ancaman’ bagi mereka yang mampu, namun enggan berkurban. Bagi mereka ini, Nabi meminta jangan mendekati tempat shalat beliau, dalam arti bukanlah golongan yang diharapkan dekat dengan Rasulullah SAW. Simbol dari kecaman yang keras. Dan, Ketika matahari di akhir Dzulhijjah tenggelam, maka satu rangkaian perjalanan hidup muslim sepanjang tahun dalam penanggalan Islam berakhir. Bulan baru, yang sering diartikan dengan semangat baru, telah hadir sebagai pembuka tahun. Para ulama sering sekali memesankan kita untuk membaca doa di awal dan akhir tahun sebagaimana Rasul ajarkan. Pada akhir tahun kita memintakan
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014
13
segenap ampunan dan permohonan maaf dan di awal tahun kita panjatkan doa kebekahan dan keberuntungan dalam hidup. Muharram menjelang, dan inilah bulan baru di dalam siklus tahunan berikutnya yang akan membawa kita menuju rentang pengabdian baru dalam segmen kehidupan kita berikutnya.
tengok pula berbagai kekurangan dan kesalahan diri yang telah kita lakukan tanpa disadari. Menjelang doa penutup hari yang indah sebagaimana dituntunkan, ‘’Ya Allah, dengan senantiasa kusebut asma-Mu, kupasrahkan hidup dan matiku di tangan-Mu’’. Kita menjelang hari
Muhasabah Begitulah gambaran ringkas siklus tahunan yang kita jalani. Pada penghujung tahun dan awal tahun baru, sejenak kita bisa renungkan perjalanan sepanjang tahun yang ke belakang untuk dilakukan segenap koreksi. Ke depan kita harapkan berbagai kebaikan dan peningkatan dapat dilaksanakan. Inilah sebuah tonggak bagi upaya muhasabah (menilai diri sendiri) yang dapat kita lakukan untuk mencanangkan sebuah aktivitas sepanjang tahun. Muhasabah itu perlu dilakukan, agar manusia takwa– yang telah melampaui serangkaian ujian dan gemblengan hidup, mampu untuk terus-menerus memperbaiki dirinya. Dan tentu, dengan demikian diharapkan kita mampu merawat semangat hijrah secara berkesinambungan. Dan inilah karakter khas muslim yang diharapkan Rasul, adaptif dalam perubahan. Secara praktik, kita pun bisa merawat perubahan yang dinamis ini dalam siklus yang berjenjang. Setiap waktu kita bisa melaksanakan assessment terhadap diri atau muhasabah itu. Siklus tahunan dapat kita cacah menjadi bulanan dan pula bisa kita cacah menjadi mingguan ataupun harian. Rasul SAW selalu mengingatkan kita untuk mengerjakan aktivitas muhasabah harian ini sebagai proses transformasi berkala yang ajek. Menjelang tidur, beliau berpesan agar kita mampu untuk melakukan semacam evaluasi. Kita tengok sejenak, apakah aktivitas harian kita dipenuhi berbagai hal yang sarat kebajikan dan pengabdian kepada Allah SWT. Seraya kita
14
Foto: @Raeid Allehyani
baru esok yang semoga Allah ijinkan kita untuk memperbaiki kualitas hari agar supaya tidak dikelompokkan sebagai ‘manusia yang merugi’, yang menyia-nyiakan kesempatan hidup yang diberikan Allah pada kita.
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H
November 2014
Sikap mukmin yang senantiasa siap menilai kelemahan maupun kesalahan diri ini penting dan sekaligus mencerminkan sikap ketawadhuan, kerendahhatian kita di hadapan Allah dan sesama muslim. Hal ini menjadi penting manakala kita melaksanakan aktivitas keseharian yang banyak
Bila sikap demikian terpelihara dengan baik, maka kualitas muslim dan komunitasnya akan menjadi contoh yang mampu diteladani segenap komunitas lainnya yang hidup berdampingan secara damai. Pada gilirannya, kita sebagai bagian dari komunitas bangsa ini akan mampu menggalang sikap mental yang kokoh dalam dimensi ketaatan dan sosial secara bersamaan. Inilah sendi-sendi kehidupan yang kita rasakan kini sudah mulai pudar di antara kita sendiri dan juga antara kita sebagai komponen bangsa. Kualitas unggul manusia mukmin yang dicerminkan oleh sifat taat, ikhlas, shabar, jujur, disiplin, peduli, hemat dan senantiasa mampu dan mau memperbaiki diri dan kinerjanya – sudah mulai tampak kedodoran. Saat ini PR besar sebagai sebuah bangsa mengemuka. Di banyak sudut dan kesempatan kita menyaksikan para pemimpin dan manusia pilihan, gagal merawat anugerah kemanusiaan yang telah tersandang pada dirinya. Jangan heran bila sering kini kita menemukan sosok yang berada di depan dan diharapkan menjadi teladan, malahan menjadi biang segala kerusakan. Tanpa disadari, mereka sebetulnya telah gagal melakukan muhasabah untuk mengokohkan kualitas diri. Yang lahir bukan kebajikan, namun sebaliknya yang akan merusak diri pribadi dan sendi-sendi kemasyarakatan.
Foto: @Sawsan Mohammed
berhubungan dengan orang banyak. Kita pun menjadi pusat transformasi menuju komunitas yang sehat dan produktif dengan senantiasa menjunjung sikap yang mulia karena selfassessment (muhasabah) yang berhasil tadi.
Momentum Hijriah ini harus menjadi cambuk bagi kita semua untuk berubah dan mengubah keadaan. Karena itulah hakikatnya hidup sebagaimana yang dicitakan Al Islam, yang telah disampaikan risalah dan contohnya amat jelas oleh Rasulullah SAW. Kini, saatnya kita berubah dan bertekad memperbaiki segala sesuatu dengan memulainya dari ‘diri’ kita sendiri. Kita kuatkan diri, keluarga, lingkungan, komunitas dan bangsa mayoritas muslim ini agar keberkahan Allah selanjutnya yang akan menghampiri kita. Bukan sebaliknya! Ayo siap berhijrah! Mulai dari diri, mulai dari yang kecil, mulai hari ini juga! JS
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014
15
Tasawuf
Foto: @Muktasyaf Annamir
S
uatu sore yang indah Guru Bijak Bestari (GB) sedang bercengkerama dengan murid-muridnya di selasar masjid. Usai melaksanakan shalat fardhu Ashar, mereka memperbincangkan berbagai hal yang terkadang menjadi sumber kegundahan murid-murid santri (S). Tampaknya, seorang murid yang sejak lama diam benar-benar memusingkan suatu hal dan mulai unjuk bicara. S : ”Guru, kenapa kita ini sebagai manusia begitu mudahnya tersinggung. Orang suka menyindir kita negatif, lalu kita naik pitam. Ini pembawaan kita sendiri ataukah memang ada yang tidak beres dalam hubungan antar kita hingga mudah tersulut api permusuhan?”, tanya santri muda nan polos. Dengan cerdas Guru Bijak Bestari menimpali pertanyaan dengan kalimat retoris GB : ”Lho, memangnya siapa kita wahai Anakku? Kok, dikatakan bodoh saja tersinggung. Memangnya siapa kita? Baru dituduh mirip penjahat saja sudah mencak-mencak. Memangnya siapa kita? dibilang miskin saja kok kebakaran jenggot. Memangnya kita siapa? Baru dikatakan amalnya kurang ikhlas kok cemberut?” Santri yang lain malah menimpali. S : ”Nah Lo! Siapa kita? Jadi, siapa kita ya Guru? Manusia ‘kan kita?”. GB : ”Ya, anak-anakku semuanya yang semoga dirahmati Allah. Coba, mari kita sadar dan menyadari status dan posisi kita saat ini. Apakah kita makhluk yang paling kuat?”
16
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H
November 2014
Serempak santri menjawab, ”Bukan !! Banyak binatang yang lebih kuat dari pada kita, Guru!” GB : ”Lalu, apakah kita makhluk yang paling setia?” S : ”Bukan Guru !! Menurut saya bukan, sebab kita kalah setia dengan para malaikat!”. GB : “Nah, apakah kita ini makhluk yang paling sombong?”
S : “Untungnya bukan Guru. Saya tahu, Iblis-lah yang lebih sombong dari pada kita..” GB : ”Lalu apa dong keistimewaan kita sebagai makhluk? Wong kita hanya makhluk yang adanya karena Dia adakan.” Para santri bengong, “Jadi, harus bagaimana Guru?”. GB : ”Wahai anak-anakku, mari kita belajar dari Allah dan Rasul-Nya. Coba simak satu ayat AlQur’an penting tentang ini, ‘Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. (QS. At-Tiin [95]:4-6)”. ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS.Adz-Dzaariyat[51]:56)” Lalu dari salah sebuah hadits dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya Allah Yang Mahamulia dan Mahabesar berfirman,’Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku telah mengumumkan perang kepadanya. Hamba-Ku tidak mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku sukai dari pada sesuatu yang Aku fardhukan atasnya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan sunnat-sunnat sampai Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya maka Aku menjadi pendengaran yang (dia gunakan)
untuk mendengar, penglihatan yang (dia gunakan) untuk melihat, tangan yang (dia gunakan) untuk menampar dan kaki yang untuk berjalan olehnya. Jika ia memohon kepada-Ku, niscaya Aku benar- benar memberinya. Jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, niscaya Aku benar-benar melindunginya. Dan Aku tidak bimbang terhadap sesuatu yang ia lakukan seperti kebimbangan-Ku terhadap jiwa hamba-Ku yang beriman yang mana ia tidak senang mati, sedang Aku tidak senang berbuat buruk terhadapnya”. (Hadits ditakhrij oleh Imam Bukhari). Santri diam, ”Lalu bagaimana selanjutnya, Guru?” GB : ”Allah mengingatkan, ’Sesungguhnya orangorang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk (khoirul bariyyah). Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selamalamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya’.(QS. Al-Bayyinah[98]:7-8)” Dan …’’Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS.AlHujuurat[49]:13)” GB : ”Jadi anak-anakku. Ternyata…” S serempak : ”Ya Guru...”. GB : ”Kita ini sungguh merupakan makhluk istimewa di Mata Allah. Tapi jika kita bisa memenuhi syarat-syaratnya”. S : ”MasyaAllah Guru, bagaimana dan apa syaratnya Guru?!”. GB : ”Ya. Pertama kita harus Beriman. Kemudian beramal shalih tanpa mengenal lelah. Ketiga, mengabdi kepada Allah, baik dengan yang Dia wajibkan, terutama dengan yang nafilah/sunnah
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014
17
hanya bisa beriman, ternyata kalau Dia meng-iman-kan kita. Kita hanya mampu beramalshalih, kalau Dia mengizinkannya. Kita hanya boleh dan dapat mengabdi kepada Allah, jika dan hanya jika Dia Mau kita mengabdi kepada-Nya”. ”Kita hanya mampu ridha, kalau keridhaan itu Dia lintaskan di qalbu kita dan kita hanya bisa takwa, kalau Dia anugrahkan ketakwaan itu kepada kita tanpa semua itu, kita adalah bukan apaapa. Kita juga.. bukan siapasiapa”. S : ”MasyaAllah, benar sekali apa yang Guru sampaikan. Semoga kita semua dikaruniai kekuatan untuk bisa menjalankan kebagusan hidup seperti itu ya Guru.”
Foto: @Benjamin van der Spek
GB : ”Betul anak-anakku. Kita hanyalah makhluk-Nya, dan kita harus menyadari sepenuhnya tiada daya dan kekuatan kecuali dari-Nya. Laa haula wa laa quwwata (tiada daya dan tiada kekuatan). Illa billahi Al-’Aliyyul Adhim (kecuali dari Ilahi Al’Aliyyul Adhim/ Dia Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung).”
pula. Kemudian kita diminta Allah untuk ridha kepada Allah agar Dia pun ridha kepada kita. Dan, kemudian secara keseluruhan kita juga harus menjadi manusia taat. Takwa sepenuhnya kepada Allah Ta’ala”.
Para santri dan Guru Bijak selanjutnya berhenti sejenak karena mendengar kumandang Adzan Maghrib saat malam segera menjelang. Mereka dipenuhi semangat menyala di ufuk hari dengan siraman ruhani dari Guru Bijak yang senantiasa GB : ”Ini juga masih ada tapinya.. Lho”. bersedia menjawab aneka kegundahan anak-anak muda yang cerdas dan shalih itu. Matahari sore S : ”Loh, ada tapinya apa lagi Guru?!”. memendarkan cahaya merah, semerah harapan GB : ”Kita ini, harus sadar posisi kemakhlukan kita. dalam dada para santri di selasar masjid yang elok Tanpa-Nya kita bukan apa-apa. Anakku, kita ini di punggung bukit itu. TBH
18
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H
November 2014
Akhlak
Betapa pentingnya janji, sehingga agama kita mengaturnya dengan teliti. Perhatikanlah, persoalan janji memang sangat krusial dalam aspek kehidupan bermuamalah dan umumnya bermasyarakat.
C
oba ingat, apakah pernah Anda dikhianati seseorang karena janjinya? Bagaimana rasanya? Bukan saja rasa sakit, sedikit atau banyak luka ini juga berkonsekuensi langsung pada kepercayaan kita pada pihak yang berjanji. Terlebih, jika yang berjanji itu adalah orang yang sangat kita hormati atau kita percayai, ketidaktepatan atau pengingkaran atas janji menyebabkan hilangnya
Foto: @Ekmera
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014
19
kepercayaan kita atasnya. Banyak orang suka berjanji, namun mudah diingkari. Tahukan Anda resikonya, jika Anda ‘enteng janji’ seraya mudah mengingkarinya. Perhatikn bila kita mengikrarkan janji kemudian kita berulangkali mengingkarinya bisa jadi kita tidak akan pernah dipercaya lagi seumur hidup. Ini seperti kata pepatah, ‘’Sekali lancung ke ujian, seumur hidup tak akan dipercaya’’.
Ridha dan kita dianugerahi-Nya rahmat. “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul (Muhammad), agar kamu diberi rahmat”, (TQS. Ali Imran [3]:132). Al-Qur’an, antara lain melalui QS. Al-Baqarah [2]:40 dan QS. Ali Imran [3]:81, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan memenuhi janji kepada Allah, hakikatnya adalah beribadah dan mengabdi hanya kepada-Nya. Sedangkan memenuhi janji kepada rasul adalah mengikuti sunah, perjalanan, sirah, dan konsep kehidupan
Janji-janji Kita Kini marilah kita melihat diri sendiri. Sebagai hamba Allah dan seorang muslim kita terikat janji kepada Allah SWT dan Nabi SAW yang harus ditunaikan. Setiap hari kita berulang kali berjanji: “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah (mengabdi) dan hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan” (TQS. Al-Fatihah [1]:5). Janji ini kita ucapkan minimal 17 kali dalam sehari, dalam shalat. Juga, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam” (TQS. Al-Anam [6]:162), yang kita ucapkan dalam doa iftitah setiap awal menunaikan shalat. Janji dalam hidup ini kita laksanakan, sebagai persaksian kita, ungkapan tanggungjawab manusia kepada Allah, Rabb kita. “’Bukankah Aku ini Tuhanmu?’ kata Allah. Mereka menjawab, ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi’” (TQS. Al-Araf [7]:172). Dan, hidup kita pun telah kita ikatkan pada janji dalam rangka mengabdi kepada Allah. Karena, “Tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah (mengabdi) kepada-Ku”, (TQS. Adz-Dzariyat [51]:56). Selanjutnya, bentuk tanggungjawab atas persaksian bahwa Muhammad SAW adalah Rasulullah, dalam syahadatain, kita ungkapkan dengan menjalani berbagai sunnah Rasul dalam keseharian. Semata, ketaatan kita menunaikan kewajiban dan sunah itu tentunya agar Allah
20
Foto: @Abidin M Faiz Nur
yang beliau contohkan. Hal itu harus bermuara pada sikap hidup kita dalam keseharian. Sebagai makhluk sosial, kita akan terbiasa dan berurusan dengan janji. Perhatikan, kita tentu sering berurusan dengan janji kepada pasangan, anak-anak, orangtua, tetangga, bawahan, konstituen. Para pejabat publik, kandidat (anggota DPR/DPRD, presiden, gubernur, bupati/walikota, ketua organisasi)
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H
November 2014
biasa mengucapkan janji ketika berkampanye untuk menarik simpati calon pemilihnya. Nah, semua itu harus diperhatikan dan ditepati.
janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (janji-janji) itu sesudah (kalian) meneguhkannya….”, (TQS. An-Nahl [16]:91). “Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti (akan) dimintai Hukum Berjanji pertanggungjawabannya,” (TQS. Al-Isra Hukum berjanji adalah boleh (jaiz) atau disebut [17]:34). juga dengan mubah. Tetapi hukum menepati Demikian pula tentang keutamaan orang yang atau memenuhinya adalah wajib. Melanggar menepati janji dan keburukan yang atau ingkar janji adalah haram dan berdosa. mengingkarinya. Menepati janji adalah bagian Melanggar janji terhadap siapapun (meskipun dari iman, sebuah kebajikan dan akhlak mulia (lihat TQS. Al-Baqarah [2]:177). “... Hanya orang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian,” (TQS. Ar-Rad [13]:19-20). Sementara itu, dalam sabdanya Rasulullah SAW menyatakan: “Tanda -tanda (orang) munafik ada tiga: apabila berbicara dusta, apabila berjanji mengingkari, dan apabila dipercaya khianat,” (SHR. Bukhari dan Muslim). Dalam SHR Muslim terdapat tambahan, “walau ia berpuasa, shalat, dan mengaku sebagai muslim”.
terhadap non muslim dan anak kecil) tidak dibenarkan agama Islam.
Banyak nash (Al-Quran dan hadits) menyebutkan tentang perintah atau kewajiban memenuhi janji, “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu......”, (TQS. Al -Maidah [5]:1). “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan
Dengan demikian, sesungguhnya menepati janji adalah sebuah tolok ukur, yang dengannya dapat diketahui dan dibedakan orang yang mulia dari yang rendah, dan orang yang baik dari yang buruk. Barangsiapa yang tidak menjaga perjanjiannya maka tidak ada agama baginya. Tidak diragukan lagi, menepati janji selain tanda dari keistiqamahan, ia juga merupakan tiang dari kepercayaan seseorang. Kalau tepat janji tidak ada, maka bisa dipastikan istiqamah dan kepercayaan juga tidak ada. Para nabi yang mulia adalah orang yang teguh dan memegang erat janjinya. Demikian pula shalafush shalih. “Dan Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji,” (TQS. An-Najm [53]:37). Demikian pula Nabi Ismail AS: “Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014
21
janjinya”, (TQS. Maryam [19]:54). Nabi Muhammad SAW sudah tentu karena sejak sebelum menerima risalah kenabian, beliau sudah mendapat gelar Al Amin, orang terpercaya. Sebuah gelar yang belum pernah dianugerahkan kepada manusia lain – baik sebelum beliau lahir maupun sesudahnya.
Sufyan RA mengikat perjanjian gencatan senjata dengan bangsa Romawi. Sebelum habis masa perjanjiannya tersebut Muawiyah ingin menyerang Romawi. ‘Amr bin ‘Ash, seorang sahabat Nabi SAW mengingatkan: “Aku mendengar Rasulullah bersabda,“Barangsiapa antara ia dengan suatu kaum ada perjanjian maka tidak halal baginya untuk melepas ikatannya sampai berlalu masanya atau mengembalikan perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur.” Akhirnya Mu’awiyah menarik diri beserta pasukannya. (Lihat Syu’abul Iman no. 4049-4050 dan AshShahihah 5/472 hadits no. 2357).
Demikianlah akhlak para nabi dan shalafush shalih dalam memegang teguh janji walau perjanjian itu dilakukan dengan orang musyrik/ Pada tahun keenam Hijriah, terjadi perjanjian kafir sekali pun. Ini tentu saja buah dari antara kaum muslimin (yang diwakili Rasulullah keimanan yang sepenuhnya memperhatikan SAW) dengan kaum musyrik dan kafir Quraisy – bahwa Allah SWT adalah Zat yang Maha disebut perjanjian Hudaibiyah. Secara logika, Menepati Janji, “Sesungguhnya Allah tidak perjanjian itu sangat merugikan umat Islam, menyalahi janji”, (TQS. Ali Imran [3]:9). namun Rasulullah bersikeras memenuhi janji yang sudah disepakati. Banyak sahabat mempertanyakan, namun Abu Bakar yang tetap Para Pengingkar Janji yakin dengan pendirian Rasulullah -- ketika Dalam perjalanan sejarah Islam kita banyak sahabat mulai pudar kepercayaannya menyaksikan banyak sekali kisah para karena keuntungan sesaat. Rasulullah SAW pun ‘pelanggar janji’ khususnya kaum Yahudi yang tetap berpegang teguh - tidak mau selalu melanggar perjanjian (termasuk mengingkarinya sedikit pun - pada isi perjanjian perjanjian dengan Allah), sehingga kita yang “merugikan” umat Islam itu. Kelak, sejarah mengenal karakter mereka yang memang tidak mencatat, taat janji ini bukannya merugikan, bisa dipercaya. justru menguntungkan Rasulullah SAW dan Sejarah mencatat bahwa kaum Yahudi Madinah umat Islam, sehingga kemudian terjadilah (Bani Quraizhah, Bani An-Nadhir, dan Bani peristiwa penaklukan kota Makkah / Fathul Qainuqa’) yang berkhianat pada perjanjian yang Mekkah yang sangat fenomenal itu. sudah disepakati dengan kaum muslimin Dalam tarikh, pernah disebut Muawiyah bin Abi (Rasulullah SAW) berujung pada kerugian
22
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H
November 2014
mereka sendiri. Mereka kemudian ada yang dibunuh, diusir, dan ditawan karena prilaku pelanggaran janji. Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya juga menegaskan tentang perilaku kaum Yahudi ini. Khianat terhadap janji, rupanya telah lama dibangun bangsa ini sejak sebelum awal sejarah Islam. Ini menurut AlQur’an sudah merupakan karakter mereka.
mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.” (TQS. At-Taubah [9]:4)
Allah memperingatkan keras mengenai pelanggar janji ini, “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami mengutuk mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu”, (TQS. Al-Maidah [5]:13).
Saat ini kita tentu prihatin, melihat sebagian warga bangsa banyak yang mengobral janji, walau ia tahu akan sulit memenuhinya.. Sementara, sebagai makhluk mulia, kita diingatkan agar tidak mengikuti langkah syaitan yang gemar menebar berjanji namun “Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka selalu mengingkari. Dengan nash yang jelas itu berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali tentu kita tahu, memenuhi janji juga berarti (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan memuliakan diri kita. manusia. Mereka mendapat murka dari Allah dan (selalu) diliputi kesengsaraan. ...”, (TQS. Ali Nah, kaum muslimin tanpa kecuali, Yuk.. tepati Imran [3]:112). janji. Apalagi Anda yang memegang kendali orang banyak, para wakil rakyat, presiden dan “Sesungguhnya orang-orang yang memperjual pejabat publik. Ingatlah, diri kalian sudah belikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka mengutarakan janji saat kampanye. Itu semua dengan harga murah, mereka itu tidak adalah ukuran kehormatan diri Anda. Penuhi memperoleh bagian di akhirat, Allah tidak akan Janjimu atas amanah kepemimpinan yang menyapa mereka, tidak akan memperhatikan tengah kau tunaikan. Tunaikan janji, agar tunai mereka pada hari kiamat, dan tidak akan ganjaran yang ‘dijanjikan Allah’, hidup mulia di menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang dunia dan akhirat. JS pedih”, (TQS. Ali Imran [3]:77). “Sesungguhnya makhluk yang paling buruk di sisi Allah ialah mereka yang tidak beriman. (Yaitu) orang-orang yang terikat perjanjian dengan kamu, kemudian setiap kali berjanji mereka mengkhianati janjinya sedang mereka tidak takut (kepada Allah),” (TQS. AlAnfal [8]: 55-56). Islam mengajarkan agar tetap teguh memegang janji dan perjanjian, walau pun perjanjian itu dilakukan dengan ‘musuh-musuh Islam’. “Kecuali orangorang musyrikin yang kamu telah Foto: @sometimes in your life
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014
23
Saintek
Foto: @Jesse Summers
Para ilmuwan semakin yakin, detail paling halus dalam kosmos memang diliputi kekaburan. Seolah ada tirai pembatas antara pengetahuan manusia dengan hakikat semesta. Ilmu pengetahuan semakin terbukti tak sanggup menembus dunia di balik batas itu. Bukan apa-apa, memang begitulah cara alam memperlihatkan dirinya pada manusia!
D
alam konsep ilmu pengetahuan modern dewasa ini, alam semesta dengan segala isinya tersusun dari materi dan energi. Materi (benda) tersusun pula atas partikel-partikel halus yang lazim disebut atom. Sedangkan atom, dapat pula kita bagi atas sebuah inti atom bersama sejumlah elektron pada jarak yang relatif jauh.
Sebetulnya terminologi atom, proton, dan sebagainya, semua hanyalah “model”. Artinya, nama-nama itu dikaitkan dengan suatu gejala tertentu, sedemikian rupa sehingga dengan model itu para ilmuwan akan lebih mudah bekerja. Sebab itu. “model” atom bisa bermacam-macam sesuai penemunya. Dalam sejarah fisika, dikenallah model-model atom mulai dari Dalton, Thomson, Rutherford, Niels Bohr, dan sebagainya. Jadi, pernahkah para ilmuwan melihat elektron? Gelombang? Cahaya? Jawabannya adalah: tidak pernah! Ia bahkan tidak akan pernah tahu apa persisnya semua itu.
24
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H
November 2014
Thomson misalnya, sekalipun dikatakan sebagai penemu elektron, ia sebetulnya tidak pernah tahu seperti apa elektron itu. Yang ia lakukan hanyalah membuat eksperimen. Lalu ia perhatikan gejala-gejala atau sifat-sifat hasil eksperimennya. Dari sana disusunlah konsep, dan ternyata konsepnya itu bisa menerangkan gejala tersebut. Apabila kemudian hari, konsep tersebut ternyata gagal, yang salah bukan gejalanya. Namun, konsep itulah yang perlu disempurnakan! Untuk menjejaki pikiran para ahli, baiklah, mari kita coba-coba melakukan eksperimen khayal. Istilahnya “gedunken experiment” alias eksperimen dalam pikiran. Tujuan eksperimen kita adalah hendak melihat elektron. Mari kita anggap kita mempunyai semua peralatan yang dibutuhkan. Kita perkirakan ada sebuah mikroskop elektron yang luar biasa. Daya urainya kita anggap sanggup menembus “kabut atomik”. Ditunjang lagi dengan daya pembesaran mencapai 100 bilyun kali! Memang dengan perbesaran begitu, secara teoritis dapat diramalkan elektron akan terlihat oleh mata. Akan tetapi, apa yang terjadi? Ternyata tak semudah apa yang dibayangkan. Masalahnya begini. Dalam kehidupan sehari-hari biasanya kita bisa melihat karena pertolongan cahaya visual (kasat mata). Cahaya ini mempunyai panjang gelombang antara 3800 angstrom sampai 7500 angstrom; dimana 1 angstrom = 10 -8 cm. Padahal, kita tahu elektron jauh lebih kecil dari itu. Diameternya sepertiga milyar milimeter. Tentu akibatnya dalam percobaan kita ini, elektronnya malah akan “tertutupi”. Apa akal? Terpaksa kita cari cahaya lain. Tapi panjang gelombangnya mesti yang lebih pendek dari diameter (garis tengah) elektron. Namun resikonya, kita terpaksa melihat bukan dengan mata. Sebab mata hanya mampu bekerja pada
rentang gelombang optis (cahaya tampak). Baiklah kita gunakan saja alat detektor supercanggih, berfungsi laksana “mata”. Ternyata kesulitan tetap saja tak teratasi. Kalau kita pakai sinar-X, panjang gelombangnya masih sedikit besar ketimbang elektron. Akhirnya elektron tak akan kelihatan juga.Terpaksa kita ganti dengan sinar lain.
Akhirnya satu-satunya pilihan cuma sinar gamma. Sinar itu dipancarkan oleh radium hingga sering disebut sinar radium. Sinar ini memiliki frekuensi yang sangat tinggi. Itu berarti energinya pun sangat tinggi. Namun, apa yang terjadi ketika alat detektor kita corongkan ke lensa supermikroskop? Bentuk apakah yang terlihat jauh di kedalaman sana? Tidak! Kita tak menemukan apa-apa! Koq bisa? Bukankah tadi elektron masih ada? Kenapa tibatiba bisa lenyap tanpa jejak begitu saja? Apa yang telah terjadi? Ya, sewaktu sinar gamma datang menghampiri elektron, ternyata elektron malah tidak sanggup memantulkan sinar itu kembali ke mata detektor. Ia tak sanggup menahan hantaman sinar gamma berenergi sangat tinggi itu. Elektron malah terhambur, terpental entah ke mana. Kecepatan gerak elektron jadi luar biasa. Tentu saja, detektor tak akan sanggup mencari “di mana dia”!
Batas Pengetahuan Persisnya elektron, tak berposisi sama sekali. Usaha untuk menemukan elektron saja sama artinya dengan menendangnya ke luar lapangan pengamatan. Usaha menemukan tempatnya, baik dilakukan secara eksperimen atau cuma dikhayalkan saja, sama persis dengan memberinya kecepatan serta arah yang tidak dapat diketahui. Mustahil bisa ditentukan kedudukannya dalam ruang-waktu.
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014
25
Dilematika yang ditimbulkan oleh sebutir elektron pada indera manusia ini, langsung ditangani oleh ahli fisika kuantum, Werner Heisenberg, pemenang hadiah Nobel tahun 1932. Ia mengumumkan apa yang disebutnya asas ketidakpastian. Menurut asas ini, mustahil mempertautkan pada indera manusia semua sifat diskriptif sehari-hari dalam dunia “ghaib” subatomik. Bahkan sampai waktu kapan pun!
mengukur proses alam secara tepat pada waktu yang bersamaan. Batas itu bukan disebabkan keterbatasan alat-alat pengamatan kita. Bukan pula akibat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kita. Tetapi, memang, begitulah cara alam “memperlihatkan” dirinya pada manusia”
Makhluk Ghaib Adakah? Memang, kini dikenal elektron punya deskriptif Dalam zaman serba “wah” ini masih banyak tertentu, seperti spin, massa, muatan, dan orang yang tidak percaya pada adanya makhluk sebagainya. Tapi semua itu tak lain hanyalah pendefinisian sifat gejala alam, Foto: @Phill Tesplan ketimbang betul-betul observasi langsung. Kita tak mungkin memungut sebiji atom lalu kita lakukan percobaan, kita ukur, dan sebagainya! Percobaan hanya mungkin dilakukan dalam jumlah yang banyak. Semisal satu gram unsur yang terdiri dari berbilyunbilyun atom. Akibatnya hasil perhitungan hanyalah “kira-kira”. Pendekatan statistik, sebab ia hanya merupakan kesimpulan rata -rata dari sejumlah besar angka-angka. Jika ilmu pengetahuan coba-coba melakukan eksperimen pada suatu satuan dasar, seperti halnya menyelidiki satu atom, apalagi satu elektron. Maka ia akan berhadapan dengan suatu kemustahilan yang mutlak! Banyak ilmuwan merasa azas ketidakpastian Heisenberg adalah sifat hakiki alam semesta. Mereka yakin, detail paling halus dalam kosmos sering diliputi kekaburan. Ia tak kan pernah dapat diterangkan atau diatasi oleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tak kan sanggup mengenal hakekat segala sesuatu. Seolah Heisenberg berkata, “Ada batas, yakni di luar batas itu kita mustahil bisa
-makhluk ghaib seumpama malaikat, iblis, jin, dan sebagainya. Bahkan eksistensi Allah pun tak diakuinya.
yang “ghaib”. Einstein sendiri menyadari, setiap besaran-besaran fisik yang kita ukur senantiasa akan tersandung di bawah kerelatifan.
Kalau ditanya pada mereka apa sebabnya? Mereka akan menjawab mana buktinya? Seolah dengan pongah ia berkata, “sesuatu yang ada pasti ada buktinya”. Tanpa ia sadari bahwa tak semua “yang ada” dapat dibuktikan keberadaannya! Sebab memang ada batas – seperti kata Heisenberg juga.
Broglie pun akhirnya melontarkan gagasan dualisme zarah-gelombang. Tiada cara buat mengenal keghaiban, tiada cara mengukur yang hakekat, tiada cara buat mengamati kemutlakan!
Tak ada cara bagi ilmu pengetahuan mengenal
Apa daya? Ya betul, satu-satunya cara mengenal hakekat, untuk mengenal yang mutlak, mengenal alam ghaib.. hanyalah terbukanya hijab, tersingkapnya batas. Dan, itu hanya mungkin jika Allah sendiri yang mengizinkannya. Allah sendiri yang akan memperkenalkan adanya malaikat, adanya makhluk ghaib, alam ghaib, dan sebagainya . Yang bisa kita lakukan sebagai konsekuensi keyakinan kita kepada Allah SWT adalah kita percaya saja, kita imani saja! Jangan tanya bukti, sebab ia di luar wilayah bukti. Bukti hanya mungkin diterapkan di alam fisis, alam syahadah. Itu pun hanya terbatas, dibatasi oleh alam itu sendiri. “Dia Allah, yang mengetahui yang ghaib. Dia tidak akan memperlihatkan kepada seorang pun hal yang ghaib itu. Kecuali pada utusan yang diridhai-Nya…” (TQS. Al Jinn [72]: 26-27). Allah juga mengisyaratkan bahwa kita bisa saja berkeinginan mengetahui segala yang ghaib, namun pada sebagian besar fenomena ghaib, kita hanya diberikan kuasa terbatas.. Wamaa uutitum minal ilmi illa qaliila’’. ‘’ Itu termasuk urusan Tuhanku. Dan tidaklah kamu diberikan pengetahuan, melainkan sedikit’’. (TQS. Al Isra’ [17]:85). Maha Benar Allah dengan segala Hukumnya! NI
Puisi
Foto: @Firdaus Uman
Masjid itu dua macamnya Satu ruh, lainnya badan Satu di atas tanah berdiri Lainnya bersemayam di hati
Tak boleh hilang salah satunya
Kalau ruh ditindas, masjid hanya batu Kalau badan tak didirikan, masjid hanya hantu Masing-masing kepada Tuhan tak bisa bertamu
28
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H
November 2014
Masjid selalu dua macamnya
Hadir engkau semua menyodorkan kawruh
Satu terbuat dari bata dan logam Lainnya tak terperi
Seribu masjid tumbuh dalam sejarah
Karena sejati
Bergetar menyatu sejumlah Allah Digenggamnya dunia tidak dengan kekuasaan
Masjid batu bata
Melainkan dengan hikmah kepemimpinan
Berdiri di mana-mana
Allah itu mustahil kalah
Masjid sejati tak menentu tempat tinggalnya
Sebab kehidupan senantiasa lapar nubuwwah
Timbul tenggelam antara ada dan tiada
Kepada berjuta Abu Jahl yang menghadang langkah
Mungkin di hati kita Di dalam jiwa, di pusat sukma
Muadzin kita selalu mengumandangkan Hayya ‘Alal Falah!
Membisikkan nama Allah Ta’ala Kita diajari mengenali-Nya
1987, Emha Ainun Nadjib Foto: @Hasan Abu Rasyid
Di dalam masjid batu bata Kita melangkah, kemudian bersujud Perlahan-lahan memasuki masjid sunyi jiwa Beriktikaf, di jagat tanpa bentuk tanpa warna
Tubuh kita bertakbir Ruh mengagumi-Nya tanpa suara
Ruh bersembahyang tanpa gerak Menjerit dengan mulut sunyi
Seribu masjid dibangun Seribu lainnya didirikan Pesan Allah dijunjung di ubun-ubun Tagihan masa depan kita cicilkan
Seribu orang mendirikan satu masjid badan Satu orang membangun seribu masjid ruh Ketika peradaban menyerah kepada kebuntuan
Profil
Foto: @Gareth Wray1
Di sentra keramaian Kota Kembang Bandung, persis di depan Kampus Teknik Tertua, Institut Teknologi Bandung (ITB), berdiri bangunan unik berbentuk kubikal. Nyaris tidak teramati, bila tanpa melihat menara yang menjulang. Ya, bangunan fenomenal itu adalah masjid Salman ITB. Masjid tidak berkubah dan tidak bertiang di dalamnya itu adalah masjid kampus pertama yang dibangun di Indonesia. Di balik uniknya masjid pusat dakwah di lingkungan kampus itu berdiri sosok pejuang yang tenang dan penuh kharisma, Ir. Achmad Noe’man. Perancang dan penggagas arsitektur Masjid Salman dan ‘ribuan masjid’ lainnya yang unik dan bervisi. Para aktivis dakwah kampus di Indonesia tentu mengenal sosok ini. Ia berkiprah dalam dunia dawah – utamanya – melalui bidang arsitektur. Ratusan karya desain dan arsitektur masjid lahir dari tangan beliau, hingga banyak kalangan menjulukinya, “Arsitek Seribu Masjid”. Arsitektur adalah Ijtihad
M 30
enekuni dunia Arsitektur, menurut Ir. Achmad Noe’man adalah karunia yang diberikan Allah di lingkungan keluarga pejuang. Itulah pengakuannya saat ditemui Al-Islam.my.id di ruang
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H
November 2014
berarsitektur asri di kawasan Jalan Ganesha, Bandung. Beliau, yang lahir di Garut pada tanggal 10 Oktober 1926, menuturkan, minatnya terhadap arsitektur terilhami oleh ayahnya yang selalu menggambar sendiri masjid dan madrasah yang akan dibangun. Ayahnya, H. Muhammad Djamhari adalah salah seorang tokoh dan pendiri Muhammadiyah di Garut. Setiap kali Muhammadiyah akan membangun masjid, madrasah dan kantor, ayahnya selalu menggambarnya sendiri. “Saya waktu itu, selalu ikut melihat ayah dan ikut serta walaupun masih anak-anak”, kenangnya. Selepas belajar di HIS (Hollandsch Inlandsche School/setingkat SD) dan MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderweijs/setingkat SMP) Garut, lalu meneruskan ke SMA Muhammadiyah di Yogyakarta bersama kakaknya (Prof. Ahmad Sadali), Noe’man kemudian menyalurkan minatnya dengan kuliah di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (sekarang Institut Teknologi Bandung/ITB). Tapi saat itu, 1948, di FTUI Bandung belum dibuka jurusan arsitektur. No’eman kemudian masuk jurusan Teknik Sipil/ Bangunan. Saat TNI meminta mahasiswa FTUI ini bergabung di militer, pada 1949, sehubungan dengan keperluan TNI terhadap tentara yang bisa berbahasa Belanda, No’eman pun kemudian bergabung di CPM (Corps Polisi Militer). Sebagai CPM (sekarang POM TNI), dengan pangkat Letnan Dua, Noe’man sempat menjadi asisten Jend. AH Nasution. “Itu tidak lama”, tambahnya. Tepat pada 1952, saat FTUI membuka jurusan arsitektur, segera saja Noe’man mengundurkan diri dari dinas kemiliteran dan masuk pada jurusan arsitektur.
Semasa kuliah, sejak 1948, bersama kakaknya Prof. Ahmad Sadali—maestro kaligrafi Islami, mantan Dekan Fakultas Seni Rupa ITB, wafat 1987— yang kala itu kuliah di tempat yang sama, Noe’man sering mendiskusikan pentingnya ada masjid di lingkungan kampus. Noe’man dan kakaknya waktu itu betul-betul merasa kesulitan
menjalankan shalat wajib, khususnya shalat Jum’at di lingkungan kampus. Saat itu masjid terdekat dari kampus Fakultas Teknik UI di Bandung (sebelum berganti nama menjadi ITB) adalah Masjid Raya Cipaganti. Itulah masjid yang biasa dituju Noe’man untuk menunaikan shalat Jum’at. “Untuk mencapai masjid yang jaraknya cukup jauh itu, kami harus berjalan kaki dan lebih dulu meminta izin dosen-dosen yang kebanyakan orang Belanda. Ini yang sering cukup merepotkan”, tuturnya. Selepas kuliah, 1958, rencana itu kemudian dicoba diwujudkan. Menjadi perjuangan tersendiri pada awal berdirinya masjid fenomenal ini. Selain tanahnya dikuasai Barisan Tani Indonesia (organisasi underbouw PKI). Tim yang terdiri dari dosen dan mahasiswa ITB pun akhirnya dibentuk. Prof. T.M. Soelaiman menjadi ketuanya. Walau belum jelas dimana masjid akan dibangun — karena belum dapat izin dan belum jelas juga sumber dananya — Noe’man kemudian ditunjuk sebagai arsiteknya. Setelah selesai, panitia mengajukan ke pihak rektorat ITB. Rupanya, Rektor ITB dan Walikota Bandung menolak ide ini. Akal diputar dan tim kemudian memutuskan untuk menemui Bung Karno, Presiden RI yang lulusan ITB ketika itu. Diyakini, bahwa “hanya” Presiden lah yang bisa mencairkan dan meluluskan ide itu. Setelah berdiskusi alot, Soekarno kemudian menyetujui rencana pembangunan masjid tersebut. Soekarno juga yang memberi nama “Salman”, karena terilhami oleh seorang arsitek perang Khandak di zaman Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah, Soekarno pun bersedia menjadi pelindung masjid Salman. Sebagai bukti dukungannya, Presiden membubuhkan tanda tangannya pada gambar masjid yang dibuat Noe’man. “Setelah ditandatangani Seokarno, maka segera saja Rektor menyetujuinya. Demikian juga dengan Walikota Bandung. Dari sana dimulailah pembangunan Masjid Salman,” tutur Noe’man.
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014
31
Dalam pertemuan itu, Presiden Soekarno bertanya, mengapa Masjid Salman tidak berkubah. Waktu itu Noe’man menjawab dengan logika Soekarno, bahwa dalam Islam yang penting adalah “api”-nya. Asalkan itu masjid maka sah-sah saja walaupun tidak berkubah. ‘’Prinsip saya ketika itu adalah membangun masjid itu ijtihad, yakni melakukan terobosan berdasarkan ilmu, tanpa imitasi dan meniru-niru. Kalaupun salah, ijtihad itu ‘kan tetap dapat pahala satu,” tutur Noe’man menjelaskan. Ijtihad Noe’man itu disetujui oleh Soekarno dan seluruh panitia, sehingga jadilah Masjid Salman, satu masjid yang berdiri megah tanpa kubah yang kita saksikan hingga saat ini. Masjid Salman mulai digunakan untuk shalat Jum’at pada Mei 1972. Masjid tanpa kubah inilah yang kemudian banyak dikaji dan didiskusikan, sebagai sebuah fenomena arsitektur yang unik. Satu bangunan tropis mengilhami rancangan Noe’man. Dengan ketinggian yang diperhitungkan dan rangka dinding kayu jati di ketiga sisinya yang didominasi kaca, menjadikan suasana dalam masjid terang dan sejuk sepanjang hari. Saat malam menjelang lampunya yang temaram – karena berada dalam kolom kayu menambah nuansa khusuk bagi siapa saja yang berdiri untuk shalat di masjid berlantai kayu itu. Bukan saja menjadi fenomena arsitektur, kita ketahui bahwa sebagai masjid kampus yang aktif, Salman juga menjadi barometer aktivitas masjid hampir di seluruh negeri dengan semangat kader aktivisnya yang memiliki ghirah dan inovasi di berbagai kegiatan kepemudaan dan kampus, yang berbasis masjid. Noe’man mengakui bahwa setiap gerak langkah kita sudah semestinya bermuara pada komitmen nilai Islami yang tertanam. Demikian pula di dunia keilmuan. Ketika membangun masjid, Noe’man mengingatkan kita perlu berijtihad dengan nash Al-Qur’an dan hadits sebagai
32
landasan filosofis. Pertama, janganlah kita meniru buta, taklid – mengikuti sesuatu tanpa ilmu – sebagaimana firman Allah SWT dalam AlBaqarah ayat 170. Kedua, efisien. Jangan ada pemborosan karena ‘boros’ temannya setan, sebagaimana maksud surat Al-Isra ayat 27. Ketiga, mempertimbangkan barisan (shaf) shalat berjamaah yang seharusnya lurus dan rapat. Maka meminimalisir ‘tiang’ adalah salah satu solusinya. ‘’Yang pasti, ketika membangun Salman, sebetulnya, memang faktor terbatasnya dana menjadi salah satu pertimbangan’’, tambahnya. Namun, hal ini dapat dibenarkan, karena tentu tidak elok membangun masjid penuh dengan kemubaziran, ‘’Dana yang lebih bisa dipergunakan untuk kebutuhan pendukung aktivitas masjid ke depan’’, sergahnya. Untuk para pengkritik mengapa masjid tanpa kubah, Noeman punya jawaban tersendiri, Pendiri Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) itu sebetulnya tidak anti kubah. “Selama secara struktur kubah tersebut jelas fungsinya dan bukan sekedar ornamen yang seringkali lebih boros karena membutuhkan lebih banyak bahan. Ini pertimbangannya. Bukan wajib dan tidak anti”, demikian Noe’man. Buktinya, ada beberapa rancangan masjid yang dikerjakan Noe’man yang mengadopsi keberadaan kubah, namun dengan filosofi yang tetap fungsional.
Sosok pejuang dalam Dakwah Karakter Noe’man dalam menjalankan perintah agama – memang terbangun sejak dini di lingkungan keluarga. Terbangunnya iman dan aqidah yang mantap itu sudah terlihat saat ia belia. Pada akhir masa pendudukan Jepang ia dikenal sebagai murid yang tegas dan berani. Utamanya ketika ia suatu saat menolak perintah seikere. Penghormatan menghadap ke arah Jepang dengan cara seperti orang rukuk ketika shalat. ‘’Karena itu perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, saya diajarkan itu oleh
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H
November 2014
orangtua saya. Manusia harus beribadah hanya kepada Allah SWT, maka saya menolak ketika itu’’, kenangnya. Di pertemuan penting saat masih di bangku SMA itu hanya Noe’man yang menolak seikere. Penolakannya itu menyebabkan tentara Jepang murka lalu memerintahkan Direktur SMA agar mengeluarkan Noe’man dari sekolah. Namun Noe’man toh terus pada pendiriannya hingga ia mampu beraktivitas hingga lulus Arsitektur ITB pada 1958. Saat ini, melalui Birano – sebuah biro arsitektur profesional, Achmad Noe’man meneruskan ‘perjuangan dakwah’-nya. Bersama putranya yang telah digembleng dengan nilai-nilai akidah yang kokoh kini telah ratusan desain masjid dan bangunan bernuansa arsitektur Islam didesainnya. Yang menarik untuk dicontoh adalah, untuk karya-karyanya itu Noe’man tidak selalu menerima imbalan dalam bentuk uang. Ia tidak menjadikan profesinya untuk menumpuk harta, walau kesempatan itu terbuka lebar. Noe’man pun tak segan menolak permintaan mendesain masjid yang tidak sesuai dengan prinsipnya. Karena ia melihat setiap jengkal ikhtiar adalah ibadah yang tidak boleh sia-sia.
Foto: @Redaksi al-islam.my.id
Darah dakwah mengalir dalam diri Noe’man. Dan karena kecenderungannya pada musik Jazz yang diwariskan oleh keluarga pedagang batik ini, Noe’man kemudian mendirikan KLCBS, stasiun radio FM stereo pertama di Bandung, 1978. KLCBS – yang mengudara secara resmi sejak 1982 itu - dikelola Nazar, anak kedua Noe’man dan menyiarkan berbagai konten dakwah Islam dengan balutan genre musik Jazz.
Dengan prinsip bahwa segala aktivitas sebagai ibadah kepada Allah SWT, Noe’man – di usia senjanya – tetap aktif di berbagai organisasi profesi, ormas Islam dan juga aktivitas nirlaba. Ia Prinsip pendidikan Islam dalam keluarga tercatat menjadi anggota Majelis/Dewan ditekankan suami R. Adeetje Koerniasih binti Kehormatan IAI, anggota Penasihat Persatuan Nata Permanaini. Noe’man dikaruniai empat Sarjana Arsitektur Indonesia, anggota Dewan anak (Irfan, Nazar, Fauzan dan Ilma), dan delapan Kehormatan INKINDO, anggota Dewan cucu. Sebagaimana penuturan putra Noe’man Pembina Yayasan Unisba, anggota Majelis yang menjadi penerus ayahnya, Fauzan, ia Pembina Masjid Salman ITB, anggota Dewan merasakan betul buah pendidikan ayahnya pada Kurator Bayt Al-Qur'an dan Museum Istiqlal TMII pembangunan karakter keberpihakannya. Ia Jakarta, dan anggota Dewan Pembina Dompet contohkan, bahwa Noe’man tidak ragu dan Dhuafa, Bandung. gamang mengirim anak ketiganya itu ke Amerika Di usianya yang ke-88 kini, Pak Noe’man – begitu untuk belajar Arsitektur pada usia 15 tahun. dia biasa disapa — masih tampak sehat. Ia secara “Walau masih sangat muda, jauh dari orang tua rutin menjalankan olah raga jalan kaki. Saat dan berada di negeri yang serba boleh, saya tidak ditanya, sudah berapa banyak masjid yang pernah keluar dari koridor yang diajarkan agama. diarsitekinya, ia mengaku tidak pernah Ini semua akhirnya saya syukuri”, papar Fauzan menghitungnya. Ia ingat masjid-masjid yang Noe’man.
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014
33
besar saja, seperti Masjid Salman ITB, Masjid Amir Hamzah di Taman Ismail Marzuki, Masjid At-Tin Jakarta, Masjid Islamic Center Jakarta, Al
memenuhi undangan, rapat maupun walimahan baik siapa pun yang mengundangnya. Kerabat dan alumni aktivis Masjid Salman sering terharu
Foto: @Redaksi al-islam.my.id
Markaz di Makassar, Masjid Soeharto di Bosnia dan Masjid Syekh Yusuf di Cape Town, Afrika Selatan. Noe’man bukanlah arsitek biasa. Dia sosok seorang pejuang Muslim yang tetap konsisten dalam berdakwah. Masyarakat menghargai langkah dan kiprahnya melalui berbagai penghargaan yang diterimanya antara lain dari Dewan Masjid Indonesia Award, Anugerah Dharma Bakti Satya dari PII, Anugerah Budaya Kota Bandung, MUI Kota Bandung Award, Satya Lencana Kebudayaan dari Kemendikbud.
ketika menyambut kedatangan Pak Noe’man yang tampak ikhlas memenuhi undangan di usia senjanya. “Itu kewajiban muslim terhadap muslim. Memenuhi undangan itu harus bila diundang. Sebetulnya sederhana saja”, jelasnya dengan rendah hati. Sikap pejuang yang istiqamah, zuhud dan rendah hati.. nampaknya, tetap tergores, menghiasi garis wajah Maestro Arsitektur Islam Indonesia, yang senantiasa tampak bening dan bersih di usia senjanya. JS
Yang patut menjadi teladan generasi muda muslim adalah kebersahajaannya. Noe’man – jika dalam keadaan sehat – selalu datang
34
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H
November 2014
Rumah Peduli
Foto: @Dedy Rahmat
Oleh: Jonih Rahmat
R
umah ini adalah rumah bagi anak-anak yatim dan fakir miskin. Kami keluarga memahami dan mensyukuri hal itu. Gembira mereka adalah bahagia kami. Duka mereka adalah juga luka kami. Dendang mereka adalah nyanyi kami. Tangis mereka adalah air mata kami. Walau diliputi kemampuan yang serba terbatas, namun berkat bantuan sedekah dari orang-orang baik hati, alhamdulillah, hingga saat ini, anak-anak masih bisa menempuh pendidikan dan beraktivitas aneka rupa. Pada hari raya Kurban tahun ini, kami tak lupa megucapkan syukur yang semestinya dari para dermawan yang turut serta meramaikan rumah kami. Hari Pesta Daging itu menggembirakan kami semuanya. Kepada sekalian dermawan dan rekan-rekan; atas partisipasinya membeli dan menitipkan hewan kurbannya kepada kami –dari lubuk hati yang paling dalam- kami sampaikan terima kasih tak
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014
35
terhingga. Semoga Tuhan yang Mahakasih dan Mahasayang menyayangi sekalian Anda beserta Keluarga semuanya. Hari istimewa ini memang luar biasa. Jika pada hari-hari lain anak-anak bersantap dengan menu minimalis, yang penting nasi bisa masuk ke dalam perut. Pada hari-hari kurban –seperti halnya pada bulan Ramadhan, laiknya orangorang berada- mereka bisa menikmati santapan lezat dengan lauk serba daging. Dari tiga ratus enam puluh lima hari, inilah harihari paling sibuk bagi kami. Karena rezeki yang datang, biasanya melebihi dari yang kami butuhkan. Makanan itu lantas menjadikan kami ingat kepada warga kekurangan lainnya. Anakanak kemudian mendistribusikannya kepada orang-orang miskin seputar rumah kami. Pada bulan Ramadhan, anak-anak mengirimkan sembako ke rumah-rumah dan kampungkampung di mana teman-teman mereka -sesama anak yatim dan duafa, yang tidak tinggal bersama kami berada. Sejak selesai shalat Tarawih hingga menjelang waktu Sahur, dengan mobil kijang tua bak terbuka dan sepeda motor, mereka bagikan bahan makanan yang berasal dari para dermawan. Menjelang hari raya Kurban, anak-anak telah mendata orang-orang fakir dan miskin, untuk mendapatkan daging itu. Tidak sedikit di antara penerima kurban ini, betul-betul memang makan daging hanya setahun sekali. Pada hari “H”, selepas shalat Idul Adha, ratusan orang miskin berdatangan ke tempat kami. Hampir semuanya membawa pisau dan golok. Mereka akan gunakan itu senjata tajam untuk merecah daging hewan kurban yang telah disembelih. Kecuali penitip kurban mau melakukannya sendiri, penyembelihan hewan, seluruhnya dilakukan oleh anak-anak kami. Saat pelaksanaan, di depan eksekutor diletakkan selembar kertas bertulisan, atas nama siapa hewan tersebut dikurbankan.
36
Tetangga dekat dan jauh, yang semuanya orangorang tidak berpunya, senang manakala hari Idul Adha menjelang. Mereka berpartisipasi mengurus hewan kurban yang dititipkan kepada kami untuk dibagikan. Pagi-pagi, begitu masuk pekarangan –karena akan memerlukan energi yang banyak sepanjang hari, semua hadirin dipersilakan makan pagi yang sudah disiapkan anak-anak dan ibu dapur. Nama para peserta didaftar dan dikelompokkan. Untuk satu kambing cukup diurus oleh dua-tiga orang, sedangkan sapi oleh sepuluh orang. Saya berikan pengarahan hal tata cara dan etika memotong binatang kurban, serta tata terbit
Foto: @Uda Dennie
mengurus daging hewan. Tengah hari, mereka disuguhi makan siang dengan sate dan gule. Dan, sore, setelah pekerjaan selesai, mereka yang ikut membantu mengurus daging kurban ini, mendapatkan tiga sampai lima bungkus daging tergantung jumlah daging dan banyaknya yang berpartisipasi, ditambah uang minyak goreng Rp 25.000/orang. Tahun lalu, pengeluaran untuk membeli plastik, pembuatan tenda ukuran 10 x 20 m, sarapan, makan siang, dan uang minyak goreng adalah sebesar delapan belas juta rupiah. Karena kondisi
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November
finansial yang sedang repot, dalam penyelenggaraan kurban tahun ini, pengeluaran ditekan. Kalau pada tahun lalu para tetangga yang membantu memotong-motong, merecah, dan membungkus daging kurban berjumlah sekitar dua ratus orang, tahun ini, yang datang jauh lebih banyak. Sebanyak tiga ratus dua orang yang terdaftar. Di luar itu, orang terus berdatangan.
Beberapa bulan menjelang hari raya haji, pernah terbetik, tahun ini kami berencana untuk tidak menyelenggarakan pemotogan hewan kurban. Akan tetapi, terpikirkan kembali, betapa kedua golongan –yakni anak-anak yatim dan fakir miskin, akan merasa begitu kehilangan. Mereka akan berduka, tidak lagi mendapatkan daging, yang datang setahun sekali, dengan cuma-cuma.
Ketimbang mencari keuntungan finansial, penyediaan hewan kurban di Ar-Rahmah, rumah Hari Ahad itu, saat makan siang tiba, saya sempat kami, terasa lebih membahagiakan bagi banyak panik. Kendati jumlah nasi dan daging yang orang. Para fakir miskin, baik mereka yang setiap disuguhkan sudah ditambah menjadi satu tahun mendapatkan kiriman daging kurban setengah kali dibanding tahun lalu: nasi habis! maupun bapak-bapak yang setiap Idul Adha Antrean masih panjang. Puluhan pekerja itu datang ke tempat kami, membantu mengurus kelaparan. Saya perintahkan anak-anak daging tersebut, semua turut bahagia. Dan, tentu agar bapak-bapak yang belum kebagian saja bagi segenap dermawan, tunai sudah nasi, dibagi daging dulu saja. Sementara kewajiban dan menjadi jalan membahagiakan Zeni, salah seorang alumni, dengan mereka. Sekali lagi, terima kasih untuk semuanya. sepeda motor, berangkat ke warung Semoga yang Mahakuasa, kelak, membahagiakan membeli nasi. Tidak lama, sate pun ibu ibu, bapak, serta teman-teman semuanya. ludes. Untung gule dan sayur lodeh masih tersedia. Semoga Allah menerima kurban ini. Semoga Dia memberikan balasan atas hewan yang ibu, bapak, Sambil menunggu suplai nasi dari dan teman-teman kurbankan -- dengan rezeki warung datang, saya merogoh saku dan yang lebih banyak dan berkah. Bersamaan dengan memberikan sejumlah uang kepada dipotongnya hewan kurban itu dan memancarkan anak-anak untuk segera menambah air darah dari leher hewan, semoga berguguran dosakemasan dan membeli kue apa saja, dosa sekalian dermawan, juga para al-marhum/ah sebagai ganjal perut-perut yang lapar. yang sudah mendahului kita. Sampainya daging Saya sendiri lari ke dapur, menyiapkan kurban kepada anak-anak yatim dan fakir miskin, makanan cara kilat. Ada untungnya juga, dulu, semoga diiringi dengan sampai dan diterimanya hidup di daerah pinggiran dan orangtua berasal amal-amal saleh para dermawan semuanya dari desa. Sejak kecil saya terlatih, bagaimana beserta Keluarga–baik yg masih mendapat nikmat menanak nasi dengan cepat dan tepat. Makananhidup, maupun yang sudah kembali ke hadirat makanan kiriman dari para tetangga (menjelang Yang Mahakuasa. hari-hari Idul Adha dan Idul Fitri –kadang juga hari -hari biasa, ada saja para tetangga dekat dan jauh, Gembiranya orang-orang tidak berpunya dalam berdatangan mengirim makanan) -yang ada di mendapat rezeki berupa daging kambing atau kulkas, saya keluarkan dan dibagikan kepada sapi, semoga menjadi kegembiraan kita semua orang-orang lelah dan lapar. Alhamdulillah, beserta keluarga besar di yaumil akhir, nanti. antrean panjang itu menjadi berkurang. Tidak Aamiin. lama kemudian, puluhan nasi bungkus pun Salam. JR datang.
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014
37
Hikmah
Foto: @Ted Gore
Sahabat yang mulia, di tengah sibuknya kita terhadap berbagai urusan, akhlak yang kita bangun dalam bersikap dan bertindak hendaklah senantiasa kita pehatikan. Rasulullah SAW berpesan dalam berbagai kesempatan, hendaknya kita memiliki sikap utama yang 38
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H
November 2014
mengutamakan kelemahlembutan, ketimbang berekspresi sebaliknya, reaksioner, penuh kemarahan, tidak sabar dan berakibat fatal terhadap lingkungan.
S
ikap yang penuh pertimbangan dan kelemahlembutan itu banyak dipuji Allah sebagai hiasan utama kaum muslimin yang sejatinya menyukai hal yang tidak berlebihan terhadap sesuatu, bahkan terhadap kebaikan yang dia kerjakan sekalipun. Allah SWT Berfirman, '' Dan orang-orang yang apabila menafkahkan hartanya, mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir, tetapi berada di tengah-tengah antara yang demikian.. Mereka kekal dalam Surga.. surga itu adalah sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman''. ( TQS. Al Furqan [25]:67-76). Sabda Nabi melalui Aisyah, RA. misalnya menyebut, ‘’ Rasulullah SAW bersabda ‘ Sifat lemah lembut tidak melekat pada sesuatu, melainkan ia akan menjadi hiasan untuknya. Dan tidak pula sifat itu akan dicabut, melainkan akan merusaknya’’. (HR. Muslim).
Rasulullah mengenai hal ini menyampaikan tambahan catatan, sabda Beliau, ’’ Allah SWT akan memberi orang yang yang lemah lembut sesuatu yang tidak diberikan kepada orang yang kasar. Apabila Allah mencintai seorang hamba.. maka Dia akan memberikan difat lemahlembut..’’ (HR. Ath-Tabrani). Kemudian Ibnu Mas’ud mencatat penegasan penting lainnya mengenai ini, dengan meriwayatkan sabda Rasulullah SAW, ‘’Maukah kalian aku beritahu orang-orang yang tidak akan disentuh api neraka atau orang-orang yang tidak akan masuk neraka? Mereka adalah orang yang tidak mempersulit, berlemah-lembut, dan mudah bergaul’’. (HR. Ibnu Hibban. Semoga kita semua mendapatkan anugerah Allah dengan diberikannya sikap lemah lembut yang tertanam di dada, sekalipun kian hari urusan dan kegentingan kita mendera. Ishadu bi anna muslimun. Tunjukkanlah pribadi seorang muslim merupakan pribadi agung. Ia tercermin dari perilaku yang didemonstrasikannya, baik di saat longgar ataupun genting. Sifat lemah lembut, ternyata menjadi kunci kemaslahatan kita dalam beramaliah. Marilah kita mengedepankan sikap santun dan kelemahlembutan, sebagaimana Rasulullah ajarkan.
Abu Ad-Darda’ meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda,’’ Siapa yang diberi sifat lemah lembut, sesungguhnya dia telah diberi jatah kebaikan; siapa DS. Sumber: ‘’Hidup Penuh Pahala’’, Imam adyang tidak diberi sifat itu, sungguh jatah Dimyathi. kebaikannya tidak diberikan’’ (HR. At-Tarmizi). Aisyah selanjutnya meriwayatkan,’’ Rasulullah bersabda,’Allah Maha Lemahlembut. Dia mencintai sifat lemah lembut dalam segala hal’’. (HR. Bukhari -Muslim). Dalam riwayat Imam Muslim, disebutkan mengenai hal ini. ‘’Allah Maha Lemahlembut yang mencintai sifat lemah-lembut. Allah akan memberikan kepada orang yang berlemahlembut sesuatu yang tidak Dia berikan kepada orang yang sangar dan kasar, serta sesuatu yang tidak diberikan kecuali kepada orang yang lemahlembut’’.
al-Islam.my.id | Edisi 2 Tahun II Muharram 1436 H November 2014
39
Segenap Awak Redaksi Al-Islam mengucapkan
SELAMAT TAHUN BARU 1 MUHARRAM 1436 H
Al-ISLAM my Identity