QALAM PERDANA 2009

Page 1

Infaq: Rp. 13.0000,-

Cover OK.indd 1

3/2/2009 3:13:50 PM


Bismillâhirrahmânirrahîm. Assalâmu’alaikum wr, wb. Alhamdulillah, berkat doa dan dukungan dari pembaca yang budiman, citacita kami menerbitkan majalah nasional kini terwujud. Berbeda dari penerbitan umumnya, majalah ini hadir untuk memenuhi kebutuhan umat akan pengetahuan irfani, informasi yang mencerahkan dan menyucikan jiwa sejalan dengan petunjuk Ilahi. Qalam sesungguhnya telah terbit sejak 30 tahun silam sebagai majalah santri. Kini kami menformatnya ulang mulai dari visi, misi, isi hingga penampilannya, sebagaimana dapat dibaca di lembar-lembar berikut. Tapi nama Qalam kami pertahankan, sebab ia sarat makna spiritual, memuat sumpah Allah SWT dalam alQur`an: wal-Qalam, demi Pena! Dikelola secara profesional, Majalah Qalam hadir ke hadapan pembaca dengan tekad menggebu memberikan bacaan alternatif bagi umat di tengah arus informasi yang mengalir dahsyat tapi justeru membodohkan. Kami berupaya mengolah setiap informasi yang kami sajikan di majalah ini agar senantiasa dapat menyucikan jiwa, tazkiyatun-nafs. Meski memilih pendekatan psikologis terhadap setiap persoalan yang dikupas, kami tak harus terjebak pada teori-teori psikologi modern yang menyesatkan. Namun dengan sajian demikian, boleh dibilang, Qalam hadir sebagai satu-satunya majalah psikologi Islam yang kian disadari keperluan dan kepentingannya bagi umat. Begitulah, agar majalah ini memiliki ciri menonjol dari media lainnya, maka dipilih sebutan Qalam sebagai “majalah tazkiyatun-nafs,” dengan isi yang lebih mengedepankan kajian psikologi keislaman. Tujuannya, membangunkan jiwa pembaca, menghidupkan dan menyucikannya, melalui paparan keislaman yang sarat informasi, pengetahuan dan motivasi. Kami memilah isi majalah ke dalam tujuh rubrik utama: agama, pendidikan, keluarga, anak, remaja, sosial-politik dan bisnis. Masing-masing rubrik memuat artikel-artikel berformat feature, opini dan berita, sehingga dapat menyeimbangkan aspek keilmiahan dengan informasi terkini yang patut diketahui pembaca. Lebih dari itu, berangkat dari semangat syiar pendidikan Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, di majalah ini kami sisipkan pula suplemen khusus karya jurnalistik dan ilmiah santri. Dengan memuat karya-karya pilihan dari mereka, kami ingin memberi ruang bagi mereka untuk berkreasi sejalan dengan jiwa kebebasan yang selalu kami tanamkan pada mereka. Sekali lagi, alhamdulillâh, berkat dukungan banyak pihak, proses penerbitan Qalam manajemen baru edisi perdana ini terbilang cepat. Untuk itu kami menghaturkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah rela berlelah membantu materi, ide dan waktu, sejak dari perumusan konsep hingga pencetakan dan distribusinya yang menjangkau beragam pembaca di Tanah Air. Agar amanah besar ini dapat kami jalankan dengan baik, kepada para pembaca yang budiman, kami sangat mengharapkan teguran, kritik dan saran membangun demi pengembangan positif majalah ini dari sisi ideal maupun finansialnya. Semoga Allah SWT membalasnya dengan ganjaran berlipat ganda. Jazâkumullâh ahsanal-jazâ`.

QALAM

|iftitah

Wassalaâmu’alaikum wr wb.

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

|1


Majalah

QALAM

Daftarisi

Majalah Taskiyatun-Nafs

Pengarah: KH. Idris Jauhari, KH. Maktum Djauhari, Prof. Dr. Roem Rowi, Prof. Dr. Achmad Mubarok MA, D. Zawawi Imron Pemimpin Umum/Penanggungjawab: Ahmad Taufiq Abdurrahman Manajemen: Shofiyah Tidjani Tim Editor: Abdurrahman As’ad Ahmadie Thaha Amir Faishol Fath Anwar Wahdi Arif Firmansyah Dharifi Zumar Fathurroji Hasan Basri Alcaf Idris Thaha Jamal D. Rahman M. Ghozi Mubarok Moh. Hamzah Arsa

Nazlah Hidayati Novie Chamelia Saibansyah Dardani Samson Rahman Sofyan Badrie Suadi Sa’ad Tata Septayuda Yessi HM. Basyaruddin Yayah Hidayah Zubaidi Roqib Zubairi Hasan

Kontributor: Abdurrahman Tsani Agus Romli Ahmad Zamhari Hasan Ainurrahman Asmu’i Ghufron Hasan

Hasan Sanjuri Islahuddin Iwan Kuswandi Muhtadi Saiful Bahri

2|

4

Lima Hal yang Harus Dihindari

Agama 6

Gelisah Karena Kurang Ibadah

9

Doa Sebagai Obat

10 Ibadah Penenang Jiwa

Tim Produksi: Ali Ibnu Anwar, Ilyas Thaha (Desain) Ahmad Gabriel, Hudan (Foto) Ipunk Saiful Bahri (Percetakan) Tim Usaha: A. Hidayat M.S Ahmad Subeki Ahmadi Slamet Fiddien Zainul Ishaq

Tausiyah

12 Koreksi Mental Umat Lewat Fatwa 14 Ladang Pelatihan Motifasi

Kontak: Alamat: Jl. Pancoran Barat IX no. 3 Pancoran, Jakarta Selatan 12780 Indonesia Telepon: 021-27480800 Faksimili: 021-7480899 E-mail: qalam@al-amien.ac.id, majalahqalam@yahoo.com Website: www.majalahqalam.com Rekening: BNI Senayan Norek: 0139277238 a/n: SHOFIYAH

Sosial Politik Menyambut Kelahiran Sang Purnama 15 Pilihan Waktu Tepat Berkampanye 18

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

Gaya Debat Kandidat 19 Sugesti Sembuh Ala Ponari 21 Ironi Geng Perempuan 23


25 55

Pendidikan

Remaja Gunung Es Aborsi 58

28 Kuat Mengingat dengan Mind Map

Taswif Menunda Kesuksesan 61

30 Pentingnya Konseling Psikologi Islam 31 Ragam Jalur Masuk Perguruan Tinggi

Keluarga

Bisnis

34 Selingkuh Keluarga Runtuh

Waspadai ‘Windows Shopping’ 63

37 Bahagia Bersama Suami Shalih

Jiwa Interpreneur 66

39 Stop KDRT

Awas Shopaholic 67 Plus Minus MLM 69

Anak 43 Agar Tidak Minder 45 Membuat Si Kecil Gemar Baca 46 ‘Labeling’ pada Anak 48 Istiqamah Mendidik Anak 49 Derita Anak Palestina 51 Multiple Inteligen

52 QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

|3


Tausiyah

Lima Hal yang Harus Dihindari KH Muhammad Idris Jauhari Pimpinan Pontren Al-Amien Prenduan

Dari Anas bin Malik r.a. berkata: Setiap Rasululullah SAW. selesai melakukan shalat jama’ah bersama kami, beliau selalu menghadap kami dan tidak sekalipun meninggalkan doa ini:

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari segala “perbuatan yang menghinakan” aku. Dan aku berlindung kepada-Mu dari segala “kawan yang menyakitkan” aku. Dan aku berlindung kepada-Mu dari segala “angan-angan yang melalaikan” aku. Dan aku berlindung kepada-Mu dari segala “kefakiran yang menyebabkan aku lupa”. Dan aku berlindung kepada-Mu dari segala “kekayaan yang menjerumuskan” aku.” (HR Al-Bazzar dalam kitab Mujma’ az-Zawaid Karya Haitsami)

Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang mengajar kita bagaimana seharusnya kita berdzikir dan berdoa kepada Allah SWT. Ada kalanya disebutkan dalam bentuk dzikir dan doa yang diucapkan oleh para nabi, rasul dan sholihin terdahulu, ketika menghadapi situasi-situasi tertentu. Ada juga doa dan dzikir yang bersifat umum, kemudian dijelaskan oleh Rasulullah saw fadhilah doa tersebut. Demikian juga dalam hadits, banyak sekali disebutkan, bahwa Rasulullah saw seringkali mengajarkan kepada para sahabat r.a. doa dan dzikir untuk diamalkan pada situasisituasi tertentu, atau untuk diamalkan secara umum, seperti doa di atas. Dalam hadits tersebut, ada lima hal yang seharusnya kita mohon kepada Allah SWT. agar kita terhindar darinya. Tentu saja pada saat yang sama, kita harus berusaha sekuat tenaga untuk selalu menghindarinya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu: Perbuatan yang Menghinakan Perbuatan yang menghinakan adalah perbuatan yang menyebabkan pelakunya “hina dan tercela” di mata Allah dan di mata manusia. Biasanya perbuatan ini disebut “fahisyah atau fawahisy” (perbuatan keji) yang tergolong “kabair” (dosa-dosa besar). Perbuatan ini selalu menimbulkan kerugian kepada orang lain serta meninggalkan dampak-dampak sosial yang sangat negatif dan berbahaya,

4|

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


seperti zina, minuman keras, main judi, bergunjing (ghibah), mencuri, merampok, dll. atau yang biasa kita kenal sekarang dengan prostitusi, pornografi, pornoaksi, pelecehan seksual, melakukan kebohongan publik (buhtan), korupsi, kolusi dan nepotisme, memprovokasi, black campaign (fitnah), dll. Kawan yang Menyakitkan Menyakitkan bisa saja terjadi secara fisik, seperti memukul, mencederai, atau mencuri hak milik kita. Tapi bisa juga menyangkut harga diri dan kehormatan diri kita, seperti berkhianat, menohok dari belakang, menyebarkan buhtan atau fitnah, dll. Kalau semua itu dilakukan oleh “musuh” kita, tentu saja hal yang wajar, karena dia memang musuh kita, tapi kalau ini dilakukan oleh “kawan” yang selama ini menjadi patner kita dalam suka dan duka, menjadi mitra kita dalam berbagai usaha dan bidang kehidupan, tentu saja ini sangat menyakitkan. Angan-angan yang Melalaikan Setiap manusia normal pasti memiliki keinginan, obsesi atau ambisi. Ini adalah wajar dan manusiawi. Tetapi begitu obsesi atau ambisi tersebut muncul dari dorongan hawa nafsu yang tidak

terkendali, maka ia akan menjadi masalah serius yang sangat berbahaya. Inilah boleh jadi yang dimaksud “melalaikan” dalam hadits ini. Sering kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana seseorang atau kelompok memiliki ambisi yang tak terkendali untuk kaya, berkuasa, menang, atau untuk meraih dukungan massa, umpamanya, karena ambisi yang tidak terkendali, sampai-sampai dia menghalalkan segala cara untuk mencapai ambisinya tersebut. Kemiskinan Menyebabkan Lupa Kemiskinan yang menyebabkan lupa adalah kemiskinan yang menyebabkan kita “serba tergantung” kepada orang atau makhluk yang lain, baik dalam bidang ekonomi, keamanan, kesehatan, budaya, pendidikan, dll. Ketergantungan (interdependensi) inilah yang sangat berbahaya dalam kehidupan pribadi atau kelompok. Bahkan ada ulama yang berpendapat bahwa ketergantungan kepada makhluk adalah “awal dari syirik”, karena seseorang yang sangat tergantung kepada makhluk, pada hakikatnnya dia telah menafikan—atau paling tidak menyekutukan—Sang Khaliq, Allah swt. yang Mahakaya dan Berkuasa. Na’udzu billah min dzalik.

Kekayaan yang Menjerumuskan Pada hakikatnya, kekayaan— sama dengan kemiskinan— adalah salah satu bentuk “ujian” dari Allah swt. kepada hambahamba-Nya. Kalau si pemilik kekayaan lulus dalam ujian ini, maka dengan kekayaannya tersebut, dia akan lebih dekat kepada Allah, Sang Pemberi Kekayaan. Tetapi, apabila tidak lulus, maka dengan kekayaannya tersebut, dia justru akan semakin jauh dari Allah. Hal yang terakhir ini terjadi, karena dua sebab. Pertama, bisa karena proses pengumpulannya memang menyimpang atau tidak sesuai dengan syara’, atau, kedua bisa juga karena sifat tama’ dan kikir yang berlebihan yang melekat dalam dirinya. Inilah barangkali yang dimaksudkan dengan “menjerumuskan’ dalam hadits ini. Padahal kelak di akhirat, orang yang memiliki kekayaan akan ditanya oleh Allah, darimana dan bagaimana dia memperoleh kekayaan tersebut dan untuk apa saja dia menafkahkannya. Demikianlah lima hal yang seharusnya kita mohon kepada Allah agar tidak sampai menimpa diri kita, karena kelima hal tersebut sungguh sangat berbahaya dan membahayakan bagi kehidupan kita, baik secara pribadi, dalam keluarga ataupun dalam berbangsa dan bermasyarakat. Tetapi doa tersebut harus sesuai dan sejalan dengan usaha yang kita lakukan. Tidak boleh berseberangan apagi bertentangan. Bagaimana doa kita akan dikabulkan (ijabah), jika kita tidak berusaha sesuai dengan apa yang kita minta (istijabah)? Memang antara ijabah dan istijabah terdapat benang halus yang saling melengkapi. Mari kita renungkan kemudian amalkan.

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

Prenduan, 22 Pebruari 2009

|5


Agama

Feature Artikel Berita

www.dakwatuna.com

Gelisah Karena Kurang Ibadah

Amir Faishol Fath Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Dirosah Islamiyah

Semakin banyak harta, justru semakin membuat seseorang gelisah?

6|

S

etiap manusia menginginkan ketenangan jiwa. Berbagai cara mereka lakukan. Ada yang berusaha meraihnya dengan menumpuk-numpuk harta. Tapi setelah harta menumpuk, ternyata ketenangan itu tak kunjung datang. Malah sebaliknya, uang yang disimpan ternyata membuatnya serba khawatir. Khawatir banknya bangkrut, atau dirampok, dan lain sebagainya. Hasil penelitian ilmiah membuktikan, bahwa penyakit yang justru sering dialami masyarakat yang hidup di negara-negara kaya adalah depresi dan kegelisahan. Ed. Diener, psikolog dari University of Illionis, pernah meneliti seratus orang Amerika Serikat terkaya. Ditemukan, mereka sebagian besar menderita secara kejiwaan. Kegelisahan selalu menjadi ancaman setiap saat. Ada juga sebagian orang berusaha meraih ketenangan jiwa di balik karir atau jabatan yang gemilang. Kerja keras pun mereka lakukan dengan segala cara. Karena mereka yakin, bila sukses tercapai, mareka akan dipuja-puja dan banyak dikenal orang dan akan banyak kawan. Dalam persepsi mereka, popularitas, karir atau jabatan adalah suatu keniscayaan untuk membuatnya bahagia. Tapi kenyataan tak semudah yang mereka bayangkan. Dr. Paul Pearsall dalam penelitiannya bertahun-tahun menemukan, banyak orang justru menderita setelah mereka sukses. Dalam sebuah karyanya, cerpenis Sapardi Joko Damono, pernah melukiskan wajah sebuah rumah tangga modern yang bisa dikatakan sukses secara karir. Ia menuliskan: Seorang suami berkata, �Saya melihat rumah tangga saya bisa dikatakan sukses secara ekonomi. Saya seorang pegawai negeri. Istri saya pengusaha. Ia sangat sibuk, sampai tak sempat memperhatikan saya. Akhirnya saya selalu tersinggung. Lalu saya pendam keinginan untuk membunuhnya. Biar ia mati di tangan saya, dan saya dijatuhi hukuman mati pula.� Lain lagi, ada sebagian orang berusaha menghabiskan waktu

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


hudan/qalam

di balik rumah-rumah megah atau vila-vila yang indah, untuk meraih ketenangan jiwa. Rutinitas mereka berpindah-pindah dari satu negeri ke negeri lain, mencari pantaipantai yang mempesona. Di sana mereka lepaskan kegelisahan sambil memandang luasnya lautan dan langit yang tak bertepi. Tapi, ternyata usaha ini juga tak mampu menyelesaikan masalah. Banyak orang yang tak bisa bertahan lama dalam kehidupan yang monoton seperti itu. Mereka ingin mencari tantangan. Sementara suasana yang mapan cenderung hanya memberikan rasa istirahat sejenak, setelah itu jenuh datang kembali. Pernah saya tawarkan kepada beberapa orang yang biasa merasakan hiruk pikuk kota Jakarta. Siapa yang mau digaji secara cukup, kerjanya hanya makan dan tidur di villa megah di kawasan Puncak? Semua menjawab, “Tidak mau!” Ini menunjukkan, bahwa secara fitrah manusia mudah merasa jenuh dan bosan bila tak mempunyai aktivitas. Sebuah kasus pernah terjadi seorang lelaki baya yang hampir pensiun. Dan ini bisa juga menimpa Anda yang mempunyai persepsi serupa. Lelaki itu berkata, “Setelah aku pensiun nanti, aku mau istirahat. Pagi-pagi aku bangun, minum kopi, baca koran, nonton TV dan lain sebagainya. Siang hari aku istirahat. Sore hari aku nonton TV lagi sambil tidur-tiduran, lalu istirahat.” Bayangan itu ia ciptakan sebagai kompensasi rasa lelahnya yang selama ini telah bekerja setiap hari, dari pagi hingga sore. Namun setelah pensiun, ternyata ia malah sering jenuh dengan suasana yang monoton. Ia merasa harus segera mencari kegiatan lain. Terbukti, di masyarakat kita, kini tak sedikit para pensiunan yang bekerja lagi, mengisi hari tua mereka. Ini menunjukkan, manusia selalu membayangkan ingin mendapatkan ketenangan hakiki. Tapi

bayangan ketenangan itu seringkali lebih berupa kesenangan duniawi. Akibatnya, hampir setiap kesenangan yang mereka bayangkan tak sesuai dengan harapan mereka. Sementara, ada sebagian orang berusaha meraih ketenangan jiwa dengan cara menyibukkan diri. Bila sedikit ada waktu kosong selepas kerja rutin di kantor, ia segera mencari kegiatan lain. Entah main golf, futsal, atau lainnya. Tapi ini juga tak selamanya menjadi solusi. Sebab, dengan terus bekerja, seseorang telah menjadikan tubuhnya sama dengan mesin. Lama kelamaan ia akan melemah dan loyo. Karena itu, banyak sekali kasus bunuh diri terjadi di Jepang, dengan alasan ketercekaman jiwa. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, angka bunuh diri di Jepang setiap tahun mencapai sedikitnya 30.000 jiwa. Bahkan, karena terlalu banyaknya kasus bunuh diri yang dilakukan manusia modern, di banyak situs internet, bisa kita temukan ada yang mengajarkan cara melakukan bunuh diri dengan cepat.

nya dengan sederhana. Yang perlu diingat, jiwa kita ini ada yang menciptakannya. Maka tak mungkin kita isi jiwa kita seenak nafsu. Kita harus belajar kepada Sang Pencipta. Upaya apapun untuk mengisi jiwa, jika tak sejalan dengan tuntunan Sang Pencipta, manusia pasti akan menderita. Dalam urusan sederhana saja, sebut misalnya, kita membeli mobil. Kita tentunya butuh buku panduan (guidebook) cara menjalankan kendaraan itu dengan baik. Sangat tidak mungkin jika buku panduan itu kita ambil dari pabrik mobil berbeda. Begitu pula dengan jiwa. Sangat tak mungkin kita memberi kebutuhan jiwa kita seenak hati. Untuk itu, Allah SWT Sang Pencipta telah menurunkan buku bimbingan, yaitu al-Qur`an. Tak cukup dengan Kitab itu, Allah utus pula seorang Rasul atau Nabi sebagai instruktur dan panutan bagaimana seharunya melaksanakan kandungan buku suci tersebut. Itulah makna ayat dalam surah ’Abasa [80] ayat 20, ”Kemudian Dia memudahkan jalannya.” Para ulama tafsir menilai, maksud ”mempermuKebutuhan Jiwa dah jalan” adalah bahwa Allah tak Dari gambaran ringkas di atas, hanya menyediakan segala kebutersimpulkan bahwa untuk mengu- tuhan fisik manusia. Baik berupa rus jiwa, kita tak bisa melakukan- air, udara, maupun makanan, tapi

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

|7


Agama

Feature Artikel Berita

Dzikrullah Tak mungkin manusia menipu jiwanya. Silahkan cari cara-cara untuk menghindar dari kebutuhan jiwa yang hakiki. Pasti, jiwa akan meronta-ronta. Jiwa tak membutuhkan apa-apa, selain ibadah. Dan inti setiap ibadah adalah dzikrullah. Karenanya, ketika menjelaskan

8|

rahasia shalat, Allah berfirman, ”Sesungguhnya Aku ini adalah Allah. Tiada Tuhan (yang haq) selain Aku. Maka sembahlah Aku, dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Qs. Thâha [20]: 14) Mengapa shalat disyariatkan untuk mengingat Allah? Imam Ibn Asyur dalam tafsirnya menjawab, sebab dengan shalat seseorang akan menyadari hakikat kehambaannya di depan Sang Pencipta. Kesadaran semacam ini, dalam istilah hadits Nabi SAW disebut sebagai ihsân. ”Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan melihat-Nya. Bila tak melihat-Nya,

hagiaan tak akan dicapai. Itulah rahasia mengapa dalam surah al-Mâ’ûn [107] ayat 4 Allah berfirman, ”Maka celakalah orangorang yang shalat. Yaitu orang yang lalai dalam shalatnya.” Dari sini terjawab, mengapa banyak orang shalat tapi masih saja berbuat maksiat. Itu karena shalatnya baru fisik, sementara jiwanya kosong. Jelas, jiwa membutuhkan ibadah. Dan hakikat ibadah adalah dzikrullâh. Bila seorang muslim menegakkan ibadah dengan sungguh-sungguh, penuh penjiwaan, dan khusyu’, maka ia akan mencapai ketenangan. Inilah makna ayat,

sadari bahwa Dia melihatmu.” Dalam surah al-Mu`minûn [23] ayat 2, disebutkan ciri seorang mukmin hakiki. Di antaranya, menegakkan shalat dengan khusyu’. Terlihat, shalat bukan semata dikerjakan oleh fisik, tapi harus juga melibatkan jiwa, agar khusyu’. Ibn Taimiah dalam Majmu’ alFatâwa menjelaskan, tanpa khusyu’, shalat akan kehilangan kualitasnya. Karena itu, Ibn Taimiah menilai, khusyu’ merupakan syarat diterimanya shalat. Alasannya, Allah telah menjelaskan bahwa untuk mencapai kebahagiaan, seorang mukmin harus mengerjakan shalat dengan khusyu’. Artinya, bila shalatnya tidak khusyu’, maka keba-

”Ingatlah, bahwa hanya dengan dzikrullah hati akan tenang.” (Qs. ar-Ra’d [13]: 28) Dalam surah Thâha [20] ayat 124, Allah berfirman, ”Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” Jelaslah sudah, betapa dzikrullâh merupakah jalan satu-satunya menuju ketenangan jiwa. Bila ketenangan dicapai, maka ia akan terjaga dari dosa-dosa. Inilah makna firman Allah, ”Sesungguhnya shalat pasti mencegah dari perbuatan keji dan munkar.” Wallâhu a’lam bishshawâb.|Q

hudan/qalam

lebih dari itu, Allah telah sediakan kebutuhan jiwa mereka. Diutusnya para Nabi dan Rasul adalah untuk mengajarkan cara memberi makan kepada jiwa. Sebab, kebutuhan jiwa tak bisa dibuat sesuka hati. Kebutuhan jiwa harus diperoleh secara talaqqî dari Sang Pencipta. Maka, tak ada pilihan bagi manusia mengisi kebutuhan jiwanya, kecuali harus ikut apa kata Sang Pencita secara harfiah. Jangan diubah-ubah, ditambah-tambahi, atau dikurangi. Nabi SAW menegaskan, ”Barangsiapa melakukan hal yang baru dalam urusan agama (ibadah) dan tak mempunyai dasar hukum, maka ia ditolak.” (HR. Bukhari Muslim) Begitulah tegasnya Islam dalam urusan menjaga jiwa. Sebab, jiwa adalah inti manusia. Dan manusia hanya menjadi rangka mati tanpa jiwa. Karena itu, mengurus jiwa harus dilakukan sungguh-sungguh dan serius. Lebih dari itu, lakukan langkah-langkah efektif dengan mengikuti tuntunan Allah. Perlu diingat, makanan jiwa bukanlah materi. Sebab jiwa bersifat spiritual, dan ia butuh makanan yang spiritual pula. Untuk mendapatkan hakikat spiritual, manusia tak bisa mereka-reka dengan otaknya yang sangat terbatas dan serba relatif. Tapi harus kembali kepada Sang Pencipta Yang Maha Benar. Mereka-reka kebutuhan jiwa, akan membuat manusia terjebak dalam kelelehan tanpa akhir. Akibatnya, ia akan putus asa. Itulah sebab utama mengapa manusia modern banyak yang melakukan bunuh diri.

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


Agama

Feature Artikel Berita

Doa Sebagai Obat Prof Dadang Hawari Dosen Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi UI, Penulis Buku

M

atthews (1996) dari Universitas Georgetown, Amerika Serikat melaporkan, dalam pertemuan tahunan The American Association for the Advancement of Science (1996) tercuat ide bahwa mungkin suatu saat kelak, tugas para dokter bukan lagi hanya menuliskan resep obat, tapi juga menuliskan doa dan dzikir pada kertas resep sebagai pelengkap. Sebab, dari 212 studi yang telah dilakukan oleh para ahli sebelumnya, ditemukan 75% responden menyatakan bahwa komitmen agama (berdoa dan berdzikir) berpengaruh positif pada kesehatan pasien. Hanya 7% yang berkesimpulan tidak. Selanjutnya dikemukakan, manfaat terapi keagamaan ini sangat baik, terutama bagi penderita NAZA (narkotika, alkohol, zat adiktif), depresi, kanker, hipertensi, (tekanan darah tinggi), dan penyakit jantung. Survei yang dilakukan Majalah Time, CNN, dan USA Weekend (1996), menyingkap lebih dari 70% pasien percaya bahwa keimanan terhadap Tuhan, doa dan dzikir dapat membantu mempercept proses penyembuhan penyakit. Sementara

lebih dari 64% menyatakan agar para dokter hendaknya juga memberikan terapi keagamaan (terapi psikoreligius), antara lain dalam bentuk doa dan berdzikir. Penelitian ini mengungkap kebutuhan para pasien kepada terapi keagamaan, selain terapi obat-obatan dan tindakan medis. R. Snyderman dalam Religius Approach in the Medical Treathment (1996) mengungkap penelitannya tentang hubungan komitmen agama dan ilmu pengetahuan (terapi medis) untuk mendukung temuan-temuan sebelumnya. Kesimpulan yang didapatnya, terapi medis tanpa disertai doa dan dzikir tidaklah lengkap. Sebaliknya pula, doa dan dzikir tanpa disertai terapi medis, juga tidak efektif. Christy (1998) dalam penelitian berjudul Prayer as Medicine, mendukung kesimpulan penelitian pendahulunya (Snyderman) dan menyatakan bahwa doa dan dzikir juga merupakan “obat”, selain obat dalam pengertian medis. Ia menyimpulkan, “medicine” (obat) yang diberikan kepada penderita mengandung dua arti. Yaitu “prayer” (doa) dan “drugs” (obat/pil). Drugs yang dimaksud di sini adalah medicine dan bukan NAZA. Dari hasil-hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa komitmen agama berhubungan dengan manfaat bidang klinik (religius commitment is associated with clinical benefit). Dan pendapat Snyderman (1996) benar adanya, bahwa terapi

medis saja tanpa disertai doa dan dzikir tidaklah lengkap. Sedangkan doa dan dzikir tanpa disertai terapi medis juga tak akan efektif. Dalam ajaran agama Islam, seseorang yang sedang menderita penyakit fisik maupun psikis (kejiwaan), diwajibkan untuk berusaha berobat kepada ahlinya (dokter/psikiater), disertai dengan berdoa dan berdzikir (HR. Muslim, Ahmad, dan at-Tirmidzi). Sebagai ilustrasi, dalam sebuah hadits disebutkan, suatu hari Rasulullah SAW kedatangan seorang sahabat yang mengadu bahwa anaknya sakit dan tak kunjung sembuh. Padahal ia sudah banyak shalat, berdoa, berdzikir dan berpuasa, agar anaknya lekas sembuh. Nabi bertanya kepada Sahabat itu, apakah anaknya sudah dibawa ke tabib (dokter). “Belum,” jawab Sahabat itu. Kemudian Nabi menasehati agar segera mengobati anaknya itu kepada ahlinya (tabib/dokter), disertai dengan doa dan dzikir. Tak lama setelah berobat, anak itu sembuh. Dapat ditarik kesimpulan, terapi secara ilmu pengetahuan (medis) dan terapi keagamaan (doa dan dzikir) hendaknya dilakukan bersama-sama. Karena, Allah dan RasulNya memang telah memerintahkan demikian. “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon pada-Ku.” (Qs. al-Baqarah [2]: 186) “Rasulullah selalu berdzikir kepada Allah sepanjang waktu.” (HR Aisyah RA). |Q

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

|9


Agama

flickr.com

Feature Artikel Berita

Ibadah, termasuk membaca dan mendengarkan alQur`an, bukan sekedar ritual. Orang yang melaksanakannya akan meraih ketenangan jiwa.

Ibadah Penenang Jiwa

R

ahman, begitu kawan-kawan menyebutnya. Lelaki pintar dan cerdas kelahiran 1974 itu, mengabdi sebagai dosen di sebuah Perguruan Tinggi Islam di Yogyakarta. Kini, ia sedang mempersiapkan studi program S3. Perjalanan hidupnya seperti begitu mulus. Bersama istri dan seorang anak, ia hidup nyaman di sebuah komplek perumahan. Melihat pola kehidupan Rahman yang begitu mulus, seorang karibnya, sebut saja GM, berkomentar, ”Semua itu berkah dari keistiqamahan Rahman membaca al-Qur`an.” GM mengisahkan, walau Rahman termasuk aktivis kampus yang cukup sibuk, namun kebiasaan membaca al-Qur`an terus ia lakoni tanpa beban. Bahkan seperti menjadi hobi kesehariannya. Tak peduli kala sibuk maupun senggang. Menurut GM, kebiasaan membaca al-Qur`an bukan lantaran embel-embel ”santri” yang melekat pada diri Rahman. Tapi sudah ”mendaging” menjadi sikap dan kebiasaan. ”Inilah berkah al-Qur`an,” tegas GM sekali lagi. Menurut Syaikh Ibrahim ibn Isma’il, dalam kitab

10 |

Ta’lîm al-Muta’allim, terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang kuat ingatan atau hapalan. Di antaranya, menyedikitkan makan, membiasakan ibadah shalat malam, dan membaca al-Qur`an sambil melihat mushaf. Selanjutnya, penulis kitab yang mengupas tata krama mencari ilmu itu mengutarakan, ”Tak ada lagi bacaan yang dapat meningkatkan daya ingat dan memberi ketenangan jiwa kepada seseorang, kecuali membaca al-Qur`an. Dan beribadah, seperti membaca al-Qur`an dan semacamnya, akan menjadikan jiwa manusia tidak gelisah.”

Pendorong Ketenangan Pernyataan Syaikh Ibrahim di atas kasat menyatakan pesan, bahwa ibadah, seperti membaca alQur`an, sangat kuat memperpengaruhi daya ingat atau tingkat kecerdasan seseorang. Juga, menimbulkan pengaruh terhadap kesehatan jiwa. Ini membenarkan hasil riset Dr. al-Qadhi, peneliti di Pusat Klinik Florida Amerika Serikat (AS), yang membuktikan bahwa hanya dengan mendengarkan bacaan

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


ayat-ayat al-Qur`an, seorang Muslim, baik yang mampu berbahasa Arab ataupun tidak, dapat merasakan besarnya perubahan fisiologis. Pengaruh umum yang dirasakan objek-objek penelitiannya yang seluruhnya pendengar bacaan ayat-ayat al-Qur`an, ditemukan penurunan depresi dan kesedihan. Mereka juga kian merasakan ketenangan jiwa, dan terjauhi dari berbagai penyakit. Penelitian al-Qadhi ditunjang peralatan canggih untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot dan kulit terhadap aliran listrik. Dari uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan al-Qur`an berpengaruh hingga 97%, dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit. Penelitian lain memperkuat temuan ini. Dalam sebuah laporan penelitian yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada 1984, disebutkan, al-Qur`an terbukti mampu mendatangkan ketenangan hingga 97%, bagi pendengarnya. Diperkuat lagi oleh penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Ia meneliti lima orang sukarelawan, terdiri dari tiga pria dan dua perempuan yang benar-benar tidak mengerti bahasa Arab, untuk diperdengarkannya bacaan al-Qur`an. Setelah 210 kali tes dalam dua sesi memperdengarkan bacaan tartil al-Qur`an dan suara orang membaca bahasa Arab yang bukan dari al-Qur`an, disimpulkan sampai 65% responden mendapatkan ketenangan batin ketika mendengarkan bacaan al-Qur`an. Dan hanya 35% yang merasa tenang ketika mendengarkan bacaan bahasa Arab non al-Qur`an. Menurut Dr. Nurhayati, psikolog asal Malaysia, seperti diungkapkan dalam Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam di Malaysia, pengaruh ini nyata. Terlebih jika bacaan al-Qur`an diperdengarkan

kepada bayi. Menurut penelitian Nurhayati, bayi berusia 48 jam yang diperdengarkan ayat-ayat al-Qur`an cenderung menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih tenang. Selain menjadi ibadah karena membacanya, bacaan al-Qur`an juga berpengaruh besar bagi kehidupan jasmani dan rohani pendengarnya. Bagi Nurhayati, jika mendengarkan musik klasik dapat mempengaruhi kecerdasan intelektual (IQ) dan emosi (EQ), bacaan al-Qur`an justru berlipat. Ia mampu mempengaruhi IQ dan EQ, dan SQ (kecerdasan spiritual) sekaligus. Diakui oleh para pakar saat ini, kesuksesan seseorang akan

semakin tinggi jika ditunjang sinergi tiga kecerdasan itu (IQ, EQ dan SQ). Maha Benar Allah yang telah berfirman, ”Dan apabila dibacakan al-Qur`an, simaklah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (Qs. al-A’râf [7]: 204) ”Dan Kami telah turunkan dari al-Qur`an suatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan al-Qur`an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian.” (Qs. al-Isrâ` [17]: 82) ”Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allahlah hati menjadi tentram.” (Qs. ar-Ra’d [13]: 28). |Q [SOFYAN BADRIE]

Psikologi Ibadah Ibadah, termasuk membaca dan mendengarkan al-Qur`an dalam Islam ditempatkan kegiatan sinergis terkait alam akhirat dan kehidupan sehari-hari umat Islam. Prof Dr Komaruddin Hidayat, dalam buku Psikologi Ibadah menerangkan, rangkaian ibadah merupakan kurikulum suci yang sengaja dirancang Allah untuk memelihara kesucian dan keagungan rohani manusia. ”Ketika ibadah sudah mencapai titik puncak, maka tak akan ada gesekan antara penyembah dengan yang disembah. Jika jalannya lurus maka perjalanannya pun akan mulus. Jika ibadah tidak dilakukan dengan mudah atau tidak selaras, maka ibadah itu hanya bersifat takhayul, sesat, dan ritualistis belaka,” tandas Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini, kepada Majalah Qalam, beberapa waktu lalu di Jakarta. Menurutnya, secara garis besar, tahapan seorang mukmin untuk meningkatkan kualitas jiwa, terdiri dari tiga maqam (tingkatan). Pertama, dzikir atau ta’alluq kepada Tuhan. Artinya, berusaha mengingat dan mengikatkan kesadaran hati beserta pikiran kita kepada Allah, di manapun seorang mukmin berada. Kedua, takhalluq, pengejewantahan sifat-sifat Tuhan yang mulia, untuk dapat ditiru ke dalam sifat-sifat seorang mukmin. Rasulullah SAW, ”Takhallaq bi akhlâqillâh,” (Berakhlaklah dengan akhlak Allah). Maqam ketiga, imbuh doktor bidang filsafat dari Universitas Ankara, Turki itu, adalah tahaqquq. Yaitu suatu kemampuan untuk mengaktualisasikan kesadaran dan kapasitas diri sebagai seorang mukmin, yang dirinya sudah ”didominasi” sifat-sifat Tuhan, sehingga tercermin dalam perilaku yang serba suci dan mulia.

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

|Q [SOFYAN BADRIE]

| 11


Agama

Feature Artikel Berita

Koreksi Mental Umat Lewat Fatwa Jelas sudah sikap MUI tentang rokok dan Golput. Implikasinya kepada masyarakat menghasilkan histeria massal.

SIDANG Ijtima’ Ulama Fatwa Ketiga Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Padang Panjang, Sumatera Barat (23-26/1/2009) lalu, menghasilkan beberapa fatwa, dua di antaranya segera disambut dengan polemik di tengah masyarakat dan pemberitaan media massa. Opini umat Islam Indonesia pun terbagi, pro dan kontra. Fatwa pengharaman rokok bagi anak-anak dan wanita hamil disambut gembira Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Ikatan Ahli Kesehatan. Sejak awal mereka memang sudah mendatangi kantor MUI, membicarakan hukum merokok dan mengharap agar segera ditetapkan fatwa haramnya. Ketua Komnas Perlindungan Anak, Seto Mulyadi, mengharapkan angka perokok di kalangan anak akan terminimalisir dengan ditetapkannya fatwa haram ini. Dukungan atas fatwa keharaman merokok bagi anak dan remaja juga mendapat sambutan hangat dari Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Alasan yang ditunjukkan adalah bahwa merokok mempunyai dampak negatif lebih tinggi dibanding dampak positifnya, bahkan nyaris tak ada dampak

12 |

positifnya. Di Jakarta, Ketua Umum IPNU Idy Muzayyad mengatakan, bahwa merokok jelas-jelas membawa mudharat dan kerusakan, terutama bagi remaja, dan sama sekali tak ada manfaat dan kebaikan yang didapat. Sementara kontroversi lain muncul menanggapi keputusan MUI tersebut. Pimpinan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi, misalnya menilai, meski menghargai hasil ijtima’ tersebut, tapi tetap menyayangkan keputusan fatwa keharaman rokok. Menurutnya, sejak dulu NU telah memiliki pendapat bahwa merokok hanya diberi fatwa makruh, tak sampai haram. Tak heran jika dalam rapat Bahtsul Masail Forum Musyawarah Pondok Pesantren (FMPP), yang merupakan kumpulan 150

pondok pesantren se-Jawa Timur di Ponpes Mamba’ul Hikam Desa Mantenan, Udanawu, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, tercuat penolakan terhadap fatwa MUI tentang keharaman merokok. Alasannya, secara kultur, sosial, dan ekonomi, ketiadaan rokok berarti menghilangkan lapangan pekerjaan. Selain itu, keluarnya fatwa haramnya rokok membuat masyarakat bingung. Selepas turunnya fatwa MUI tentang hukum rokok, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Ditjen Bea Cukai) Anwar Supriyadi menyatakan terperangah. Pasalnya, fatwa itu akan berimbas terhadap penerimaan cukai negara dari industri rokok. Penerimaan cukai diprediksi turun hingga 10 persen. Meski penerimaan cukai dari industri rokok akan menurun, Anwar

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


tetap berpikir positif. Dia mengingatkan fatwa MUI itu bisa diambil hikmahnya karena berkaitan dengan kesehatan. Yang pasti, katanya, fatwa itu akan berpengaruh secara psikologis terhadap masyarakat yang mayoritas beragama Islam. “Hanya akan berpengaruh secara psikologis saja,” katanya. Sementara, anggota DPR Drajad Wibowo berpendapat, fatwa MUI itu hanya gejolak psikologis yang sifatnya sementara. Menurutnya, masih terlalu dini untuk melihat dampak dari fatwa tersebut, apalagi terhadap penerimaan cukai yang dihasilkan dari industri rokok. “Bunga bank juga pernah dibilang haram. Tapi hingga kini umat Islam masih banyak yang menabung di bank-bank konvensional,” ujarnya. Di Padang Panjang, Sumatera, fatwa tentang rokok, secara psikologis ternyata mempengaruhi pasar rokok di pulau itu. Penurunan permintaan rokok terutama

dirasakan oleh industri rumahan rokok di pelosok daerah. Humas Pabrik Rokok Rizki, Amin Wahyu Hidayat, mengatakan, sekarang secara psikologis para perokok sudah terpengaruh fatwa itu. “Kami sangat terpukul apalagi fatwa MUI dikeluarkan di Padangpanjang. Padahal 70 persen pemasaran kami berada di Sumatra,” ujar Amin. Haram Golput Hal yang tidak kalah mengundang kontraversi adalah fatwa haramnya golongan putih (golput). Sebelum keluarnya fatwa ini, beberapa tokoh mengharap MUI mengeluarkan fatwa keharamannya. Sebut saja nama Ketua MPR Hidayat Nur Wahid yang respon kian banyaknya orang yang menganjurkan agar golput pada pemilu 2009 mendatang. Sedangkan mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi tokoh terdepan pengusung anjuran golput. Ketika

muncul fatwa haram golput dari MUI, sontak muncul tudingan bahwa fatwa ini hanya ”pesanan” dari golongan tertentu, khususnya para politisi. Salah seorang ketua MUI, Drs Amidhan, membantahnya. Dalam diskusi Agama di Tengah Pergumulan Politik Identitas dan Perubahan oleh Pengurus Besar Himpunan Mahasiwa Islam (PB HMI) beberapa lalu, ia menyampaikan, keputusan politik pada sidang ijtima’ MUI hanya sebagai jalan mencari pemimpin ideal. Menurutnya jika ada pemimpin yang berjiwa jujur (shiddîq), terpercaya (amanah), aktif dan aspiratif (tablîgh), mempunyai kemampuan (fathânah), dan memperjuangkan aspirasi umat Islam, maka wajib hukumnya bagi umat Islam untuk memilih. ”Tidak memilih sama sekali padahal ada calon yang memenuhi syarat hukumnya haram,” jelas. |Q [ISLAH/TAUFIQ]

Histeri Massal Bagi kalangan profatwa, segala fatwa MUI, khususnya yang mengharamkan rokok bagi remaja dan ibu hamil sangat signifikan secara moral masyarakat. Fatwa tentang rokok, khususnya, dinilai bisa melahirkan histeria massal untuk melindungi anak. “Walau mungkin tidak terlalu signifikan, tetapi sebagai isu massal, menunjukkan MUI memiliki sudut pandang yang bagus. Apalagi kerangkanya meminimilisir perokok. Fatwa itu biasanya memberi histeria massal,” ujar anggota Komisi VIII DPR DH Al Yusni. Histeria Massal (Mass Hysteria), juga disebut collective hysteria (penyakit histeria kolektif), mass psychogenic illness (penyakit psychogenic massal), atau collective obsessional behavior (perilaku obsesif kolektif), adalah fenomena psikologi sosial yang merupakan manifestasi dari kemiripan gejala histris yang dialami lebih dari satu orang. Histeria massal biasanya terjadi ketika sekelompok orang atau masyarakat mempercayai bahwa mereka tengah didera penyakit atau kepedihan yang sama. Dalam usulan Komnas Anak agar MUI

mengeluarkan fatwa haram merokok telah jauh hari mendapat sambutan positif. Pengelompokan keinginan massa agar rokok segera diharamkan, khususnya bagi kalangan anak, merupakan histeria massal yang intinya ingin melindungi anak. Tak heran jika hasil fatwanya akan terbilang positif. |Q [TAUFIQ]

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 13


Agama

Feature Artikel Berita

flickr.com

Ladang Pelatihan Motivasi

Masyarakat kian cenderung kepada spiritualisme. Beragam pelatihan spiritual pun ditawarkan. Pengelolanya sering kebanjiran peminat. SUASANA di ruang itu sunyi. Hanya seseorang yang berdiri di tengah ruangan berbicara, sementara mata sekitar 20 orang fokus pada tutur pembicara itu. Selepas ceramah, sontak para pendengar berebut mengomentari cerita yang baru saja disampaikan. Begitulah suasana sebuah pelatihan motivasi. Belakangan ini, kegiatan-kegiatan pelatihan motivasi memang sangat sering digelar. Baik yang diadakan instansi atau perusahaan (in house training) maupun motivasi untuk umum (public training). Menurut dosen Kajian Islam dan Psikologi di Universitas Indonesia, Dr, Hanief Shaha Gafur, naiknya permintaan jasa motivator, cenderung disebabkan kebutuhan kalangan eksekutif muda yang merasa hampa secara spiritual, hingga motivasi bekerja mereka menurun. Mereka mencari sarana untuk menempa diri mendekat kepada Allah SWT. Bagi Dr Andian Parlindungan, pengasuh Nurani Spiritual Training (NST), fenomena maraknya pelatihan motivasi karena memang hidup

14 |

harus senantiasa diwarnai dengan proses perenungan (muhâsabah). Dengan perenungan, selain bisa menjalin keeratan hubungan dengan Allah, yang kemudian akan meningkatkan kinerja keduniaan. Pionir gerakan training spiritual dimulai oleh ESQ pimpinan Ary Ginanjar Agustian, kemudian diikuti Quantum Ikhlas pimpinan Erbe Sentanu, dan Shalat Khusyu oleh Abu Sangkan. Gerakan-gerakan ini dianggap sebagai jawaban terhadap menyeruaknya krisis spiritualitas. Dalam pelatihan ala ESQ, peserta dikenalkan tentang kecerdasan intelektual, emosional, spiritual dan misteri God Spot (Titik Tuhan). Metode pelatihannya dibuat sedemikian rupa sehingga peserta akan merasa seperti menikmati sebuah pertunjukkan yang penuh makna. Quantum Ikhlas yang digagas Erbe Sentanu juga memanfaatkan kemajuan teknologi, seperti neuroscience, neurotechnology, microelectronics dan sound healing technology, beriringan dengan tuntunan bijak agama dan falsafah

kehidupan. Pelatihan ini menganjurkan peserta menggunakan CD yang berisi musik dan suara yang sudah diinsersi gelombang tertentu, yang mampu menurunkan gelombang otak pendengar dari kondisi Beta ke kondisi Alpa. Melalui latihan yang intensif, kata Nunu, panggilan akrab Erbe Sentanu, secara otomatis kondisi fisik otak menjadi terlatih, sehingga akses zona ikhas bisa menjadi lebih mudah. Sementara pelatihan Sholat Khusyu lebih mengedepankan shilatun dan shalat sebagai media untuk mencapai spiritualisme. Shilatun adalah relaksasi yang bisa dilakukan di berbagai tempat, baik dalam ruang tertutup maupun terbuka. Sementara shalat yang oleh Abu Sangkan disebut meditasi tertinggi dalam Islam, dijelaskan bisa mengurangi kecemasan. NST yang dikawal Andian Parlindungan, memilih mengembangkan pelatihan berdasarkan pendekatan ketauhidan dan misi kekhalifahan manusia di muka bumi. NST berupaya memberi pencerahan kepada para peserta untuk mampu mengubah kehidupannya kepada keadaan yang lebih baik, sejalan dengan pesan al-Qur`an dan hadits. Teori manajemen spiritualistik, sebenarnya sudah lama dikembangkan di Barat. Harvard Business School pada tahun 2002 pernah mengangkat tema diskusi “Does Spirituality Drives Success?� Gay Hendrick dan Kate Ludeman dalam bukunya The Corporate Mystic pun meramalkan, bahwa spiritualis kelak tak akan ditemukan di tempat ibadah lagi, tapi justru di perusahaan-perusahaan besar. | Q (TATA SEPTAYUDA)

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


Sosial Politik flickr.com

Feature Artikel Berita

Menyambut Kelahiran Sang Purnama Telah terbit purnama di tengah kita. Maka tenggelam semua purnama. Seperti cantikmu tak pernah kupandang. Aduhai wajah ceria. (Syeikh al-Barzanji)

Maulid Nabi menawarkan sugesti bagi umat Islam untuk terus menyalakan perjuangan agama Allah di dada mereka.

B

ulan ini umat Islam akan lebur dalam euforia ritual menyambut kelahiran Sang Purnama, Nabi Muhammad SAW. Maulid Nabi, demikian umat Islam menyebutnya. Ritual ini memiliki daya tarik spiritual yang menyedot gairah umat Islam untuk merayakannya. Tanggal 12 Rabiul Awal itu menjadi titik awal timbangan kecintaan dan kekaguman umat Islam kepada Sang Nabi. Tengok saja misalnya, bagaimana orang Madura menyiapkan diri menyambut Maulid. Panitia pelaksana perhelatan ini sudah dibentuk beberapa minggu sebelumnya. Bagi masyarakat Madura, momentum ini bukan sekadar rutinitas tahunan. “Ada spirit dan motivasi tertentu, ketika para santri memperingati Maulid Nabi,� jelas KH. Imam Khodri, Direktur MMI Pondok Pesantren Mathlabul Ulum, Lenteng, Sumenep. Menurut Imam, Maulid di pesantrennya diperingati meriah. Beberapa kegiatan keagamaan dan lomba-lomba digelar. Seperti ceramah agama, dibaan, lomba marawis, busanah muslimah, dan cerdas cermat. Antusiasme menyambut Maulid Nabi juga terlihat pada masyarakat Talango, sebuah pulau kecil di timur Sumenep. Menurut Ust. Mastur, pengurus musholla al-Kamul, Talango, menjelang Maulid Nabi, masyarakat

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 15


Sosial Politik

Feature Artikel Berita Talango nampak sangat gembira. Seperti akan melaksanakan hajatan, mereka sibuk belanja berbagai kebutuhan, termasuk buah-buahan. “Setiap Maulid, buah-buahan pasti melimpah ruah. Itulah gambaran kegembiraan mereka menyambut kelahiran Sang Nabi,� kata Mastur. Puncak acara Maulid ditandai pembacaan Barzanji bersama, dan ceramah agama oleh seorang kiai dari luar Talango.

16 |

Allah SWT. Menurut Prof. Dr. Zakiyah Darajat, konversi agama terjadi, salah satunya karena adanya sugesti atau bujukan dari luar. Dan peringatan Maulid Nabi termasuk salah satu bentuk sugesti itu. Umat Islam yang gelisah dan mengalami kegoncangan jiwa, akan dengan sangat mudah menerima Maulid Nabi sebagai sugesti bagi dirinya. Karena, orang yang sedang gelisah atau goncang jiwanya, berhasrat ingin segera lepas dari pend-

eritaannya. Memaknai Maulid Nabi, berarti keharusan untuk mengubah sikap individu. Dari yang semula angkuh menjadi cinta, dari putus asa menjadi semangat, dan seterusnya. Tak ayal, jika Michael H. Hart menobatkan Nabi Muhammad sebagai manusia paling berpengaruh dalam perubahan sejarah manusia.

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

flickr.com

Kehadiran Nabi Muhammad tak hanya telah melahirkan peradaban baru. Beliau juga menjadi sosok transformer sejati yang gemilang mengubah tatanan mental umatnya dari jahiliah menjadi umat yang maju dan berperadaban. Dalam konteks itu, Maulid Nabi menawarkan sugesti bagi umat Islam untuk terus menyalakan perjuangan agama Allah di dada mereka. Sultan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi, panglima besar kerajaan Turki Utsmani, termasuk salah seorang yang berhasil memetik hikmah Maulid Nabi. Ia buktikan dengan kobaran semangat, berjuang melawan tentara Salib. Banyak pengalaman spiritual dan perubahan sikap yang dialami umat Islam pascaMaulid Nabi. Seperti bertambahnya kecintaan kepada Nabi Muhammad, keyakinan akan kebenaran risalah beliau, dan intinya mendapat ketentraman batin. Dalam psikologi agama, perubahan sikap keberagamaan lazim disebut konversi agama. Konversi agama bermakna sebuah pertumbuhan atau perkembangan spiritual, yang mengandung perubahan ke arah yang cukup berarti. Konversi agama menunjukkan adanya perubahan emosi yang tibatiba, ke arah mendapat hidayah

hudan/qalam

Sugesti Maulid


Makna Maulid Maulid atau peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW, sebenarnya bukan Hari Raya Islam. Karena Hari Raya Islam hanya dua: Idul Fitri dan Adha. Di balik kemeriahan menyambut momen ritual ini, ada makna pentingnya sebagai simbol kedamaian dakwah Islam. Perhelatan ini merupakan salah satu wujud ekspresi pengagungan dan penghormatan umat Islam kepada Nabi kecintaannya. Lebih dari itu, Maulid Nabi sejatinya merupakan perwujudan kecintaan kepada Allah. Karena Rasulullah adalah kekasih-Nya. Ekspresi kecintaan ini mestinya dilanjutkan dengan kearifan untuk meneladani seluruh aspek kehidupan beliau, bukan sekadar aspek ritual dan akhlak beliau

saja. Dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, perayaan Maulid Nabi atau muludan, pernah dimanfaatkan Wali Songo sebagai sarana dakwah. Ketika muludan, banyak digelar aneka kegiatan yang menarik masyarakat agar mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat), sebagai pertanda memeluk Islam. Itulah sebabnya perayaan Maulid Nabi disebut juga perayaan Syahadatain, yang oleh lidah masyarakat Jawa diucapkan Sekaten. Dua kalimat syahadat itu dilambangkan dengan dua buah gamelan ciptaan Sunan Kalijaga (gamelan Kiai Nogowilogo dan Kiai Gunturmadu), yang ditabuh di halaman Masjid Demak saat perayaan Maulid. Sebelum menabuh dua

gamelan tersebut, orang-orang yang baru masuk Islam memasuki pintu gerbang ‘pengampunan’, yang disebut ”gapura” (berasal dari bahasa Arab ghafura, artinya Dia Mengampuni). Pada masa kesultanan Mataram, perayaan Maulid Nabi disebut Gerebeg Mulud. Kata ‘gerebeg’ artinya mengikuti. Yaitu mengikuti Sultan dan para pembesarnya keluar dari keraton menuju masjid untuk mengikuti perayaan Maulid Nabi, lengkap dengan sarana upacara, seperti nasi gunungan dan sebagainya. Di samping Gerebeg Mulud, ada pula perayaan Gerebeg Poso untuk menyambut Idul Fitri, dan Gerebeg Besar, menyambut Idul Adha. |Q [MOH HAMZAH ARSA]

Sejarah Maulid Inisiatif Shalahuddin al-Ayyubi menggelar Maulid, bermula dari kemirisannya mendapati dunia Islam yang kala itu tengah kehilangan semangat juang (jihad) dan persaudaraan (ukhuwah). Karena secara politis mereka terpecah dalam banyak kerajaan dan kesultanan, maka bangsa-bangsa Eropa (Prancis, Jerman, Inggris) sangat mudah menyerang mereka. Kebangkitan perlawanan inilah yang kemudian melahirkan Perang Salib atau The Crusade. Menurut Salahuddin al-Ayyubi, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Ia menghimbau agar hari lahir Nabi Besar itu, 12 Rabi’ul-Awwal, tidak berlalu begitu saja tanpa diperingati. Ia ingin umat Islam di seluruh dunia merayakannya secara massal. Ide ini sebenarnya bukan gagasan murni Salahuddin. Tapi usul iparnya, Muzaffaruddin Gekburi, Atabeg (semacam Bupati) di Irbil, Suriah Utara. Untuk mengimbangi maraknya peringatan Natal oleh umat Nasrani, Muzaffaruddin sering menggelar peringatan Maulid Nabi di istananya. Hanya saja perayaannya bersifat lokal dan tidak rutin dilaksanakan setiap tahun. Awalnya, gagasan Salahuddin ditentang para ulama yang menganggapnya sebagai tindakan

bid’ah. Tapi Salahuddin menegaskan, bahwa perayaan Maulid Nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syi’ar Islam, bukan ritual. Ketika ide itu diajukan kepada Khalifah an-Nashir, khalifah setuju. Maka pada ibadah haji bulan Zulhijjah 579 Hijriyah (1183 Masehi), Salahuddin sebagai penguasa Haramain (dua tanah suci Makkah dan Madinah) menginstruksikan seluruh jamaah haji agar segera mensosialisikan peringtan itu ketika tiba di kampung halaman masing-masing. Salahuddin pertama menggelar peringatan Maulid Nabi pada tahun 1184 M. (580 H.). Dimeriahkan dengan sayembara penulisan riwayat dan puji-pujian kepada Nabi dengan bahasa indah. Pesertanya, seluruh ulama dan sastrawan. Sayembara dimenangkan Syaikh Ja`far al-Barzanji. Karyanya dibukukan dalam Kitab Barzanji, yang hingga kini sering dibaca masyarakat di kampung-kampung saat peringatan Maulid Nabi, atau pengajian malam Jum’at. Berkat upaya Salahuddin ini, semangat umat Islam menghadapi Perang Salib kembali bergelora. Pada 1187 M. (583 H.) Yerussalem berhasil direbut kembali dari tangan bangsa Eropa. Masjid al-Aqsa pun dapat menjadi masjid seperti sedia kala hingga hari ini.

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

|Q [MOH HAMZAH ARSA]

| 17


Sosial Politik

Feature Artikel Berita

Pilih Waktu Tepat Berkampanye Ahmadie Thaha

P

alib/qalam

Wartawan Senior

erhatikan Barrack Obama saat berpidato. Ketika ia memulai kampanye kepresidenan Amerika Serikat, retorika pidatonya lebih menekankan konsep-konsep abstrak. Seperti, harapan (hope) dan perubahan (change). Suara pidato Obama juga lambat, terpatah-patah seakan kurang dahsyat dan bertenaga. Tapi ternyata pidato seperti itu membawanya menang menuju kursi kepresidenan. Sebaliknya Hillary Clinton dan calon lainnya. Mereka sering mengungkapkan rencana-rencana rinci dan konkret dalam sejumlah topik besar, menyangkut Perang Iraq, hingga reformasi ekonomi, dan pelayanan kesehatan. Para komentator politik mengkritik Obama karena kurang spesifik dalam pidato-pidatonya. Namun ternyata pemilih tetap bereaksi terhadap pesannya. Retorika pidato Obama, pemilihan waktu kampanye, dan pilihan pesannya, menarik perhatian sejumlah peneliti. Di antaranya Akshay Rao dari University of Minnesota, Hakkyun Kim (Concordia), dan Angela Lee (Northwestern). Hasil studi mereka yang dimuat Jurnal Riset Konsumen, memperlihatkan bahwa penentuan waktu dan isi pesan politik sangat mempengaruhi pemilih, terutama

18 |

Studi menyimpulkan, pemilihan waktu yang tepat dan isi pesan politik yang pas sangat mempengaruhi pemilih, terutama pemilih mengambang. pemilih mengambang. Mereka membuktikan, bahwa dalam kampanye politik, pemilihan waktu yang tepat hampir menjadi segala-galanya. Dalam suatu pemilihan, calon atau kandidat berkomunikasi dengan para pemilih dalam periode yang cukup lama, sebelum pemilih benar-benar menuju bilik suara. Apa yang dikatakan kandidat kepada para pemilih, tentu saja penting. Tetapi terbukti, kapan mereka mengatakannya juga mempengaruhi pilihan pemilih. Menurut Rao, dengan cara yang sama, seorang pemilih yang menghadapi suatu pilihan di masa depan yang jauh, agaknya lebih tertarik, khususnya mengenai rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan, serta lebih tertarik dengan gagasangagasan abstrak yang besar. Ketika pemilihan semakin dekat, para pemilih mulai memberikan perhatian kepada rincian konkret sikap kandidat tersebut. “Ketika waktu pemilihan masih jauh, pemilih lebih suka berpikir mengenai terminologi-terminologi abstrak. Tapi begitu waktu pemilihan makin dekat, si pemilih lebih menaruh perhatian terhadap hal-hal detil,� terang Rao. Para peneliti memperlihatkan

dampak waktu ini dalam serangkaian studi. Mereka menemukan, hanya pemilih yang relatif kurang mendapatkan informasi dan orangorang baru yang tak mengerti urusan politik, menjadi yang paling tunduk pada pengaruh ini. Tersirat dalam temuan Rao, bahwa orangorang yang secara tipikal memutuskan memilih, atau pemilih di pertengahan, adalah yang paling peka terhadap jenis persuasi ini. Menurut Rao, meski eksperimen ini terfokus pada konteks politik, argumentasi dasarnya berlaku sama untuk konteks-konteks yang lain. Seperti memutuskan perguruan tinggi apa yang akan dimasuki, mobil apa yang akan dibeli, atau di mana akan tinggal ketika seseorang pensiun. Para peneliti menasehati, utamanya ketika siklus kampanye berlangsung lama dan banyaknya media, para juru kampanye hendaknya berpikir strategis, tentang pemilihan waktu kapan pesan-pesan politik kandidat harus disampaikan kepada sasaran pemilih tertentu, seperti pemilih mengambang. Rao mengamati, “Tepatnya pesan yang benar dengan pemilih yang benar di waktu yang tepat, selalu lebih penting bagi hasil suatu persaingan.�|Q

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


Gaya Debat Kandidat

tempointeraktif.com

U

ntuk kedua kalinya dalam sejarah Amerika Serikat, kandidat perempuan tampil dalam debat terbuka kepresidenan. Pada 1984, Geraldine Ferraro tampil sebagai kandidat perempuan, dan baru 24 tahun kemudian, di akhir 2008, bangsa Amerika menyaksikan kandidat wakil presiden Sarah Palin tampil dalam debat kepresidenan menentang lawannya Joe Biden. Boleh jadi, rakyat Indonesia akan menyaksikan debat kandidat seperti itu, bila nanti Megawati Soekarnoputri benar-benar maju sebagai calon presiden menantang Susilo Bambang Yudhoyono yang juga telah memastikan maju kembali sebagai kandidat presiden. Debat terbuka antarmereka boleh saja terjadi sebagaimana layaknya di Amerika. Namun kita tak bisa membayangkan kira-kira seperti apa gaya debat terbuka mereka itu bakal terjadi. Sebuah studi yang dilakukan Universitas Missouri, AS, berhasil mengungkap fakta bahwa kandidat calon perempuan dan pria, ketika berdebat langsung dalam acara tatap-muka (head-to-head), lebih suka mengadopsi gaya komunikasi tradisional masing-masing. Mitchell McKinney, Guru Besar tamu ilmu komunikasi di Universitas Missouri melakukan studi itu bersama Mary Banwart, profesor komunikasi Universitas Kansas. Ia menjelaskan, bahwa dalam politik, sifat stereotip “maskulin” seperti sikap ambisius dan tabah, serta memiliki kepemimpinan yang kuat dan keterampilan administratif, lebih dihargai ketimbang sifat “feminin”, seperti belas kasihan dan berorientasi

Kandidat perempuan dan pria, ketika berdebat langsung, lebih suka mengadopsi gaya komunikasi tradisional masing-masing. keluarga. Studi, yang diterbitkan dalam jurnal Communication Studies (Studi Komunikasi) itu, melakukan peng -ujian terhadap sejumlah nama kandidat gubernur dan senat di Amerika Serikat, yang sibuk dengan debat-debat kampanye berbau gender yang ditayangkan di televisi. McKinney menemukan, kandidat perempuan lebih suka menggunakan apa yang disebut strategi komunikasi “maskulin”, dibanding rekan-rekan pendamping mereka yang pria. Sebaliknya, para kandidat pria cenderung sering mengadopsi “gaya feminin” dalam mengemukan tanggapan di debat-debat mereka. Menurut McKinney, kandidat perempuan suka mengeluarkan jurus-jurus serangan personal terhadap lawan mereka yang pria selama 58 persen waktu yang tersedia untuk menanggapi. Bandingkan dengan

para kandidat pria yang menyerang lawan mereka yang perempuan selama 45 persen dari waktu mereka untuk tanggapan debat. Selain itu, dari segi tema debat, para kandidat perempuan juga lebih suka mengangkat isu-isu tradisional “maskulin”, dibanding para kandidat pria. Seperti soal kejahatan, pertahanan, pajak dan anggaran belanja. Terungkap pula, bahwa para kandidat perempuan lebih suka memujimuji pengalaman dan pencapaian keberhasilan mereka sendiri. Menurut McKinney, dengan menjadi pendebat yang lebih agresif, mereka berupaya menjauhkan diri dari apa yang disebut isu-isu “feminin”. Para politisi perempuan tadi sedang berusaha mengalahkan ang -gapan lama yang mempertanyakan kemampuan kandidat perempuan untuk berkuasa. “Mereka juga menentang stereotip bahwa kandidat

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 19


Sosial Politik

Feature Artikel Berita pria memiliki kekuatan atau kemampuan politis yang lebih besar, dan mempunyai pengalaman politik yang lebih kuat,” jelasnya. Sebaliknya, para kandidat pria malah lebih suka menekankan sifat-sifat feminin. Seperti kepekaan dan kerjasama, dalam menjual diri mereka. Para pria ini lebih suka mengemukakan isu-isu “feminin”, dibanding para kandidat wanita. Seperti masalah-masalah perempuan, pelayanan kesehatan dan

pendidikan. Studi yang dilakukan pada akhir 2008 itu, berhasil mengungkap fakta, ketika kandidat perempuan dan pria bertatap muka (face-to-face) di atas mimbar debat, mereka menyadari sepenuhnya stereotip-stereotip gender. Mereka pun memberi jawaban-jawaban dengan strategi beradaptasi gender. “Masing-masing mengadopsi strategi komunikasi dan gaya yang karakteristiknya mengacu pada gender sebaliknya,”

kata McKinney. Studi tersebut memang dilakukan di Amerika Serikat. Tapi, tampaknya, hasil studi tadi bisa berlaku di Tanah Air. Karena, isu-isu gender tidaklah tabu diungkapkan, bahkan menjadi komoditas politik yang sangat menjanjikan pendulangan suara. Kita lihat saja nanti dalam kampanye nasional Pemilu 2009 yang akan berlangsung sebentar lagi. |Q [AHMADIE THAHA]

Kathleen Dolan dari Universitas Wisconsin, Amerika Serikat, baru-baru ini melakukan riset untuk mengetahui reaksi para pemilih terhadap kandidat atau calon perempuan, dan apakah afinitas gender berhubungkan dengan keputusan keduanya dalam memilih. Temuan riset menyajikan hasil menarik. Riset tersebut dilakukan dengan menguji data Studi Pemilihan Umum Nasional (National Election Study, NES). Dolan mencoba memperhatikan afinitas gender, serta isu-isu lain seperti keinginan memiliki representasi khas gender pada isu-isu politis tertentu, dan keanggotaan partai politik, baik calon kandidat maupun pemilih. Ternyata, hasil riset tak menemukan gap atau jurang pemisah gender yang konsisten atau berlebihan yang mendukung kandidat perempuan. Sebaliknya, informasi tentang kandidat dan sikapnya mengenai isu-isu penting, tampaknya lebih dijadikan pertimbangan oleh pemilih dalam menentukan pilihannya. “Bersama meningkatnya perempuan yang ikut dalam pemilu, kami pun berusaha meningkatkan pemahaman kami menyangkut dinamika kompleks peningkatan pencalonan mereka,” Kathleen Dolan menyimpulkan dalam artikelnya, Is There a

20 |

flickr.com

Tiada Gap Gender di Pemilu

‘Gender Affinity Effect’ in American Politics?: Information, Affect, and Candidate Sex in U.S. House Elections, yang dimuat jurnal Political Research Quarterly. Kaum wanita terkadang mendukung kandidat perempuan. Tapi, mereka mengevaluasinya dengan cara yang sama, seperti semua kandidat lainnya dievaluasi, melalui lensa pertimbangan-pertimbangan personal dan politik dalam beragam bentuk. Kadang-kadang, ini mengarah ke situasi di mana kaum wanita lebih suka mendukung kandidat perempuan dibanding pria. Namun dalam situasi ini, jenis kelamin kandidat barangkali hanyalah salah satu dari sekian banyak bahan pertimbangan penting yang lain.

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

|Q [AT/SCIENCEDAILY]


flickr.com

Sosial Politik

Feature Artikel Berita

Sugesti Sembuh Ala Ponari Tak ubahnya bocah cilik lainnya yang lugu, hanya dengan batu yang ada di genggaman, Ponari berubah menjadi “dewa penolong”. JANUARI lalu, hujan mengguyur Dusun Kedungsari, Jombang, Jawa Timur. Kilat tiba-tiba menyambar sebongkah batu berbentuk kepala belut yang dipegang Ponari, bocah kelas tiga SD. Entah ide dari siapa, batu dimasukkan ke dalam air dan beramai-ramailah orang menjadikannya sebagai obat sakti yang bisa menyembuhkan semua penyakit. “Ini bisa menyembuhkan kanker, jantung dan paru-paru,” ujar Ponari dalam suatu kesempatan.

Nalar sehat bisa saja tak percaya. Namun sejak batu itu ditemukan, ribuan orang setiap harinya rela antri menunggu “berkah” batu petir. Ponari tak lagi bisa bersekolah, bangku tempat ia biasa duduk belajar dibiarkan kosong. Semakin hari jumlah manusia yang datang tidak memperlihatkan tanda-tanda akan berkurang. Bahkan, kian berjubel berdesak-desakan. Akibatnya, empat orang tewas terhimpit dan kelelahan berdesakan. Para calon pasien yang datang

bukan monopoli kalangan tertentu. Irasionalitas telah menjelma dan menjangkiti banyak orang. Mereka percaya, bahkan mengaku sembuh setelah mendapat pengobatan tak lazim itu. Ketika pengobatan Ponari terpaksa dihentikan, masyarakat ada yang nekat mengais air yang mengalir dari kamar mandi Ponari, untuk dijadikan obat. Tak hanya air sumur Ponari. Sumur tetangganya pun juga diminati. Saking banyak jumlah pasien, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi, pernah mengusulkan, agar Bupati Jombang membuatkan tandon air. Sehingga orang-orang bisa langsung mengambil air melalui krankran yang ada, dan Ponari tak terganggu dengan banyaknya pasien. Usul Kak Seto ini mengisyaratkan bahwa pengobatan Ponari sulit dihentikan. Bukan Karena Ponari Menurut dosen Fakultas Psikologi di Universitas Darul Ulum Jombang, Dra. Denok Wigati, Msi., kepercayaan terhadap mitos dan stereotipe masih sangat lekat dalam masyarakat Indonesia. Jika diprosentase, 75% masyarakat cenderung lebih percaya mitos ketimbang ilmu pengetahuan. Begitu kabar tentang “kelebihan” Ponari merebak, banyak ma -syarakat lekas percaya. Meski cara pengobatan dengan air yang dicelup batu itu nampak tak lazim, mereka tidak mempermasalahkan. “Apalagi setelah beberapa orang yang berobat mengaku sembuh, muncul sugesti,” ungkap Denok Wigati. Sugesti adalah perasaan atau pendapat yang benar-benar tanpa kritik. Dalam diri orang yang tersugesti, baik penalaran, rasio, dan logika sudah tak berlaku lagi. Denok menjelaskan, ada dua jenis orang paling mudah tersugesti. Pertama, orang yang sedang

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 21


Sosial Politik

Feature Artikel Berita dalam krisis mental. Misalnya, orang yang sudah lama tertimpa penyakit. Meski sudah menghabiskan biaya besar untuk berobat, penyakitnya tak kunjung sembuh, dan saat mendengar suatu pengobatan di luar nalar dan dikabarkan ampuh, ia ingin segera mencoba. Kedua, orang yang kurang percaya diri. Misalnya, menganggap bahwa penyakitnya di luar jangkauan medis. Orang yang beranggapan seperti itu, cenderung mencari pengobatan yang tak lazim pula. Denok melihat, semua orang yang datang ke tempat Ponari sudah tersugesti. Dalam perasaan mereka sudah tertanam kuat, bahwa mereka akan sembuh setelah meminum air ”khas” Ponari. Dengan kuatnya sugesti itu, aspek lain, seperti penalaran dan logika, semakin melemah. Dalam keadaan jiwa yang tenang, tiga faktor dalam jiwa manusia (aspek kognisi –penginderaan-, afeksi –perasaan-, dan konasi –dorongan-), sama besarnya. Tapi jika ada energi fisik dominan di salah satu aspek, maka aspek

lainnya akan mengecil. Seperti halnya jika faktor afeksi yang menguat hebat, kognisi dan konasi pun seakan menghilang. Di tingkatan yang lebih dahsyat, sugesti akan menimbulkan hipnosa. Seperti umum diketahui, hipnosa bisa membuat orang melakukan hal-hal di luar kendali dirinya. Padahal, hipnotis hanyalah “memainkan” perasaan seseorang. Menurut Denok, hal inilah yang terjadi pada diri orang-orang yang sembuh setelah meminum air Ponari. Memang banyak pasien Ponari yang mengaku sudah melakukan pengobatan medis, bahkan dengan teratur, namun belum ada hasil. Dari sisi pemberi sugesti, biasanya juga memiliki dua ciri: orang yang terpercaya, dan orang yang berwibawa. Dalam konteks Ponari, bocah SD yang prestasi akademiknya sebenarnya tidak membanggakan, ia bisa dimasukkan dalam kategori pertama. Ponari semakin dipercaya, karena tak sedikit orang yang mengaku sembuh. Ditambah membeludaknya pengunjung di kampung Ponari, yang memunculkan kesan bahwa

pengobatan alternatif itu manjur, dan membuktikan banyak orang yang percaya padanya. Belum lagi latarbelakang kisah mistis Ponari yang disambar petir. Bahkan ada orang yang mengaitkan penemuan batu ”petir” Ponari itu dengan kisah Ki Ageng Sela, salah satu tokoh di Mataram Islam yang menangkap dan memenjarakan petir. ”Sepertinya faktor pendidikan dan ekonomi masyarakat kita masih terkait dengan fenomena ini,” pungkas Denok Wigati. Sementara itu, dosen Psikologi Universitas Diponegoro, Hastaning Sakti berpendapat, sugesti ini antara lain disebabkan karena masyarakat tengah dihinggapi rasa kurang percaya pada hal-hal yang bersifat medis. Karena perawatan medis biasanya membutuhkan proses panjang hingga pasien bisa sembuh. Selain itu, hasil yang didapat melalui pengobatan medis, biasanya menampak sedikit demi sedikit. “Masyarakat sekarang lebih suka hal yang instan. Tak mau repot menunggu lamanya proses,” katanya. |Q [ISLAH]

Dukun Baru

flickr.com

Pengobatan ala Ponari yang mendatangkan calon pasien dengan jumlah sangat fantastis itu, kini rupanya mengundang munculnya ”dukun-dukun” baru. Salah satunya bocah cilik bernama Dewi Sulistyowati (14 tahun) asal Dusun Pakel, Desa Brodot, Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Jombang. Berhembus kabar bahwa Dewi juga menggunakan media batu sebagai alat pengobatan. Achmad Ikhsannuddin (32 tahun), warga Dusun Kebondalem RT 2/1, Desa Kebondalem Kecamatan Bangorejo, Banyuwangi juga mengaku memiliki batu ”petir”. Laki-laki tuna netra ini menemukan batu di bawah pohon kelapa yang tersambar petir pada 1990, sebelum jadi tuna netra. Setelah Jombang dan Banyuwangi, muncul lagi Irfan Maulana (6 tahun), asal Kampung Baru, Desa Kamal, Bangkalan Madura. Bocah ini sejak 12 Februari lalu telah melakukan pengobatan dengan media yang juga berasal dari batu. Sungguh ironis keluguan bangsa ini. |Q [ISLAH]

22 |

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


Ironi Geng Perempuan Belum cukup satu tahun berita Geng Nero rebak, awal 2009 lalu kembali terulang video perkelahian antar geng siswi perempuan di salah satu SMU di Kupang. Gejala apakah ini?

flickr.com

mah sakit Seattle Children’s Hospital Research Institute dan University of Washington School of Medicine, menyimpulkan bahwa perilaku agresif yang dilakukan anak usia remaja, sangat berhubungan dengan kebiasaannya dalam menonton tayangan di televisi.

TANGAN-tangan lembut itu tibatiba menjadi kekuatan untuk menjatuhkan lawan. Geng perempuan mulai berulah. Perkelahian antargeng perempuan, nampaknya tengah menjadi tren baru di kalangan remaja putri. Dalam teori psikologi, tindak kekerasan yang dilakukan oleh geng perempuan ini disebut bullying. Atau tindakan agresi dengan tujuan menyakiti orang lain, baik fisik maupun mental. Bullying, biasanya dilakukan karena tradisi balas dendam, sebagai akibat dari perlakuan serupa yang pernah diderita pelaku. Rasa ingin menunjukkan kekuasaan karena korban tak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan, mendatangkan kepuasan tersendiri bagi pelaku bullying. Perilaku ini bisa dipengaruhi

oleh banyak faktor. Misalnya, saat belajar dengan cara meniru, terutama dalam hal kekerasan. Para remaja meniru tindak kekerasan dari banyak tempat. Misalnya orangtua, televisi, teman, bahkan sekolah. Tindak kekerasan remaja ini juga dipengaruhi oleh informasi, terutama televisi. Program televisi dengan sistem rating, banyak stasiun televisi seperti berlomba menyajikan adegan kekerasan secara gratis setiap hari. Utamanya sinetron-sinetron remaja, yang kerap menampilkan gaya hidup anak-anak sekolah yang berkelompok dalam geng-geng, dan melakukan persaingan tak sehat dengan geng lainnya. Penelitian Pediatrics yang dilakukan beberapa periset, seperti Dimitri A. Christakis MD. MPH., dan Frederick Zimmerman PhD., di ru-

Tugas Bersama Menurut Psikolog Mukodi Msi. yang juga Direktur Lembaga Pendidikan, Agama, dan Sosial (L-PaS) Yogyakarta, dalam konteks ini, pembinaan secara berkelanjutan bisa dijadikan pilihan bijak. Pembinaan tak hanya melibatkan guru. Tapi orangtua siswa dan masyarakat. Selain itu, pihak sekolah pun harus lebih kreatif dan inovatif mengembangkan potensi peserta didiknya. Lebih-lebih di level SMP dan SMA. Karena di masa-masa inilah tahap yang paling krusial dan menentukan. Mewabahnya komunitas genggeng remaja, hendaknya dijadikan ajang introspeksi sistemik. Khususnya bagi lembaga pendidikan, orangtua dan masyarakat. Di samping sebagai wahana untuk mengoptimalkan organisasi-organisasi kepemudaan yang ada. Sehingga, ketika para peserta didik (remaja) terpuaskan, geng-geng baru juga akan tereduksi, dan para remaja juga dapat selalu terpantau secara sosial, komunal, dan kultural.

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

|Q [FATHURROZI]

| 23


Kata-kata bijak sering keluar dari manusia yang bijak, manusia yang bijak adalah manusia yang menguasai ilmu, standard dari keilmuan manusia adalah bila dia menguasai ilmu terapan (science) dan ilmu hikmah (Al Quran), maka penguasa ilmu bisa siapa saja, bisa kaya atau miskin, pejabat atau budak sebab ilmu tidak pernah memilih orang : siapa saja yang mau dan tekun belajar.

24 |

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


Pendidikan

|feature|artikel|berita|

Peringatan Ulang Tahun Darwin ke-200

flickr.com

Rekaan Psikologi Evolusioner Darwin

Perlu dipertimbangkan kembali pengajaran psikologi evolusioner Darwin yang jelas-jelas bersikap ateis, materialistik, antituhan, dan terbukti keliru.

S

emarak peringatan 200 tahun Charles Robert Darwin berlangsung sejak akhir tahun lalu di seantero dunia. Banyak penerbitan ilmiah menurunkan laporan mengenai Darwin, seorang ilmuwan Inggris yang telah mengubah cara pandang banyak manusia tentang makhluk di jagat semesta. Berbagai universitas dan badan penelitian menyelenggarakan seminar dan pameran untuk memperingati hari ulang tahunnya ke-200, yang bertepatan 12 Februari 2009. Namun di tengah pesta itu, para pendukung evolusi tak bisa menutupi kenyataan bahwa teori Darwin itu semakin terpuruk. Misalnya majalah iptek Inggris pendukung-evolusi, New Scientist, malah mengungkap fakta bahwa “tree of life� alias pohon silsilah evolusi kehidupan rekaan Darwin, sudah tak bisa dipertahankan lagi. Perusahaan konsultan ComRes juga mengungkap hasil jajak pendapat yang menyebut lebih dari separuh warga Inggris percaya bahwa teori evolusi tak dapat menjelaskan kerumitan makhluk hidup di bumi (Telegraph, 6/2/2009). Darwin mengusulkan teori bahwa makhluk di muka bumi berevolusi melalui proses seleksi alam. Hewan atau tumbuhan yang paling bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya, adalah yang paling besar pe-

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 25


flickr.com

Pendidikan

|feature|artikel|berita|

luangnya untuk bertahan hidup dan bereproduksi, sambil meneruskan karakteristik yang membantu bertahan hingga keturunannya. Berdasarkan teori ini, manusia (homo sapiens) diyakini bukanlah ciptaan Tuhan, tapi hanyalah wujud lain dari hewan yang telah berevolusi, mungkin dari kera. Untuk menjelaskan kemampuan berpikir pada manusia yang membedakannya dari binatang, Darwin kemudian memperluas cakupan teori evolusinya, yang semula telah ia ulas dalam bukunya On the Origin of Species by Means of Natural Selection (Tentang Asal-usul Spesies Melalui Seleksi Alam). Soal kemampuan berpikir pada manusia ini Darwin tuangkan dalam bukunya yang lain, The Descent of Man (Keturunan Manusia). Ia berpendapat, bahwa sifat-sifat pada diri manusia, seperti moralitas dan emosi, muncul melalui evolusi.

26 |

Psikologi Evolusioner Tak ayal, teori Darwin menuai kontroversi selama 150-an tahun. Namun para pendukungnya terus mengembangkan Darwinisme, bukan hanya ke dalam bidang biologi, tetapi juga bidang-bidang ilmu lainnya. Termasuk psikologi, dengan konsep-konsep yang tentunya berakar pada teori evolusi. Terkadang, psikologi evolusioner tak cuma dipandang sebagai subdisiplin dari psikologi, bahkan kerap dianggap sebagai framework berbasis teori evolusi, yang dipakai untuk menguji keseluruhan bidang psikologi. Pendekatan evolusi ini menarik perhatian kalangan masyarakat luas. Bahasan-bahasan sering menyentuh hal-hal sensitif, seperti birahi manusia, seks dan nafsu. Maka perdebatan pun tak terelakkan. Baru-baru ini, misalnya, terbit buku berjudul Evolutionary Psychology as Maladapted Psychology (Psikologi Evolu-

sioner sebagai Psikologi Salah Tempat), yang membongkar kekeliruan penerapan teori evolusi Darwin di bidang psikologi. Buku ini ditulis Robert C. Richardson, seorang pendukung evolusi, yang percaya bahwa kemampuan psikologis manusia merupakan sifat yang terevolusi. Meski begitu, filsuf asal University of Cincinnati itu menyatakan, bahwa penafsiran psikologi evolusioner dari sudut pandang biologi evolusi adalah salah. Richardson sampai pada kesimpulan tersebut berdasarkan kajiannya yang berpegang teguh pada kaedahkaedah keilmuan. Sebelum karya Richardson, juga terbit karya lain yang memberikan bantahan telak terhadap penerapan teori evolusi di bidang psikologi. Buku Adapting Minds (Akal yang Beradaptasi), karya David Buller, pakar filsafat asal Northern Illinois University dan pendukung evolusi, terbit pada 2005. Berbeda dari Richardson, karya Buller lebih terperinci, menitikberatkan pada bukti-bukti, dan memberikan penafsiran lain. Para pakar psikologi evolusioner, umumnya berkesimpulan bahwa kemampuan nalar manusia hanya dapat dipahami berdasarkan sejarah evolusi manusia. Mereka mengemukakan, akal pikiran manusia terdiri dari simpul-simpul daya pikir yang berevolusi sebagai tanggapan atas tekanan seleksi yang dihadapi nenek moyang manusia pada Zaman Batu. Akan tetapi dalam kajiannya, sebagaimana dituangkan di banyak tempat dalam bukunya, Richardson berkesimpulan, tak ada bukti sejarah yang dapat digunakan untuk merekonstruksi evolusi kemampuan berpikir manusia. Kesimpulan pakar psikologi evolusioner selama ini hanya bersifat dugaan belaka. Misalnya kemampuan berbahasa pada manusia. Pakar psikologi evolusioner cenderung menjelaskan, bahwa proses evolusi telah mendo-

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


rong munculnya keterampilan berbahasa, untuk digunakan dalam kelompok masyarakat yang kompleks. Dengan kata lain, ada kebutuhan terhadap bahasa. Richardson berpendapat, para pakar fosil mustahil akan menemukan bukti-bukti yang dapat memberikan informasi tentang tatanan sosial masyarakat nenek moyang manusia. Bahkan, kalaupun bukti-bukti yang diperlukan dalam pengkajian kemampuan berpikir manusia berdasarkan psikologi evolusioner dapat dikumpulkan, hal ini tak akan menghasilkan pengetahuan tentang mekanisme kemampuan berpikir manusia, tulis Johan J. Bolhuis tentang buku karya Richardson tersebut di jurnal ilmiah pro-evolusi terkemuka, Science (6/6/2008). Menurut Bolhuis, pakar biologi asal Belanda, kajian tentang evolusi berkutat pada rekonstruksi sejarah sifat-sifat manusia. Kajian tersebut tidak, dan tidak dapat, menelaah mekanisme yang terlibat pada otak manusia, yang merupakan bidang kajian ilmu saraf dan psikologi kognitif. Dengan demikian, pengkajian psikologi berlandaskan teori evolusi tak akan pernah berhasil. Alasannya, karena kajiannya berupaya menjelaskan mekanisme-mekanisme, tapi secara tidak tepat mengacu pada sejarahnya. Ini diibaratkan sang pengarang seperti menjelaskan struktur tanaman anggrek dengan merujuk pada keindahannya. Menurut Bolhuis, yang juga menjabat sebagai profesor tamu di Department of Zoology, University of Salzburg, Austria, hasil kajian Richardson mengungkap, betapa sebagian besar kajian psikologi berdasarkan teori evolusi hanya rekaan belaka. “Dalam buku luar biasa ini, Richardson memperlihatkan dengan sangat gamblang, bahwa upayaupaya dalam penyusunan ulang sejarah kemampuan berpikir kita tak lebih dari ‘rekaan yang disamarkan

Materialisme Antituhan Charles Darwin lahir 200 tahun lalu, 12 Februari 1809, di Shrewsbury, Shropshire, Inggris, dari keluarga kaya. Semula ia ingin belajar kedokteran, tapi minatnya kemudian beralih ke teologi. Sosok dan pandangannya pun kembali berubah setelah mengikuti ekspedisi ilmiah selama lima tahun dengan kapal HMS Beagle yang meninggalkan Inggris pada 1831. Saat itu, sebagian besar orang Eropa masih berpikiran bahwa dunia diciptakan Tuhan dalam tujuh hari. Dalam ekspedisi tadi, Darwin terpengaruh oleh buku yang dibacanya selama perjalanan, Prinsip-prinsip Geologi karya Charles Lyell, yang menyebut bahwa fosil di bebatuan sebenarnya binatang yang hidup ribuan, bahkan jutaan, tahun silam. Di perjalanan, ia amati berbagai kehidupan satwa dan fitur geologi. Sekembalinya dari pelayaran itu pada 1836, Darwin mengunjungi pasar-pasar hewan di Inggris. Ia mengamati orang-orang yang bekerja memuliakan sapi, untuk menghasilkan keturunan sapi baru, mereka biasanya mengawinkan sapi-sapi yang memiliki perbedaan sifat. Pengalaman ini, ditambah pengamatan keanekaragaman jenis burung kutilang yang diamatinya di Kepulauan Galapagos, memberi andil dalam perumusan teorinya. Darwin lalu menerbitkan On the Origin of Species by Means of Natural Selection (Tentang Asal-usul Spesies Melalui Seleksi Alam). Di situ ia berpendapat, bahwa semua spesies berasal dari satu nenek moyang, yang berevolusi dari satu jenis ke jenis lain, sejalan waktu melalui perubahan-perubahan kecil. Selain karena bersifat terlalu spekulatif, teori Darwin alias Darwinisme sangat ditentang, karena dinilai sebagai pemikiran materialistik dan anti-tuhan (ateis). Teori evolusi semula berkembang dalam biologi. Namun, para ahli biologi hingga kini masih harus bergulat dengan pikiran mereka, untuk menjawab pertanyaan yang dulu juga sudah menyibukkan Darwin: apa sebenarnya yang dimaksud dengan spesies? Para ahli biologi juga sedang mencari hasil eksperimen yang bisa menjelaskan, bagaimana seleksi alam berlangsung pada level molekuler, dan bagaimana hal itu mempengaruhi perkembangan spesies-spesies baru (Scientific American, 12/2008). Darwin meninggal dunia pada 19 April 1882, dan dimakamkan di Westminster Abbey, London, bersama ilmuwan Inggris terkemuka lain, seperti Sir Isaac Newton. |Q [AHMADIE THAHA] sebagai hasil’.” (Science 6 Juni 2008, Vol. 320. no. 5881, hal. 1293). Atau, sebagaimana diulas pula dalam editorial buku terbitan The MIT Press tersebut: “(Psikologi evolusioner) lebih merupakan rekaan ketimbang ilmu pengetahuan yang mapan. Dan kita sepatutnya memperlakukan pernyataan-pernyataan-

nya dengan keraguan.” Pemanfaatan psikologi evolusioner yang jelas-jelas bersikap ateis dan materislistik serta terbukti keliru ini, namun telah lama diajarkan di dunia akademis termasuk di Indonesia, tampaknya perlu dipertimbangkan kembali secara seksama. |Q [AHMADIE THAHA/SCIENCE/MIT PRESS]

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 27


Pendidikan

|feature|artikel|berita|

Kuat Mengingat dengan Mind Map Ali Ibnu Anwar

M

gabriel/qalam

engapa peserta didik mengalami kesulitan dalam menghadapi pelajaran, terutama pelajaran yang menuntut hapalan dan MIPA? Para pendidik sering menjumpai momok semacam ini pada anak didiknya saat kegiatan belajar dan pembelajaran. Tentu, hal ini mengundang kendala mereka untuk mentransfer pengetahuan sepenuhnya kepada peserta didik. Dan kesulitan semacam ini, sangat perlu segera diatasi. Salah satu penyebab kesulitan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran adalah kebiasaan para pendidik menjejalkan berlembar-lembar catatan dalam waktu relatif singkat. Ibarat orang yang sudah kenyang, terus dipaksa makan. Akibatnya, selezat apapun makanan yang tersaji, rasa lezatnya pasti hilang. Dalam sistem kerjanya, otak terkadang mengalami hambatan untuk menggambarkan dan menvisualisasikan apa yang didapatnya dari pengalaman kognitif. Dalam kondisi ini, kemampuan seseorang memperoleh pengetahuan akan terhambat. Boleh jadi, ada peserta didik yang terkategori cerdas, namun karena daya ingatnya rendah, belum tentu ia akan mampu mendapatkan gambaran pengetahuan secara baik. Karena pengetahuan yang diperolehnya, walau berulangkali, tetap saja tak mampu terpatri dengan baik di otak.

Cara Kerja Otak

m

r.co

flick

28 |

Otak manusia didesain untuk mencari makna. Sel-sel saraf otak akan hebat apabila diberi tantangan dan rangsangan-rangsangan baru. Bahkan, Rager Sperry, ahli biologi peraih Nobel tahun 1981 bidang fisiologi dan kedokteran, berhasil menunjukkan bahwa otak memiliki dua belahan yang masing-masing bekerja secara sangat berbeda. Menurutnya, otak kiri bersifat rasional. Sedangkan otak kanan lebih emosional. Menurut penelitiannya, otak dapat merespons kata-kata kunci, gambar, dan warna, maupun mengasosiasikannya. Tugas merespon ini dilakukan oleh kedua fungsi otak, kiri dan kanan. Tokoh-tokoh brilian tersohor seperti Albert Einstein, Leonardo Da Vinci, Pablo Picasso dan Winston Churcill pun ternyata menggunakan gambargambar yang menyerupai susunan cara berpikir. Mereka kerap menuangkannya dalam catatan pelajaran, saat mereka bersekolah. Dari sini, Tony Buzan penemu teknik Mind Map menilai, para tokoh

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


itu mampu memanfaatkan kedua bagian otaknya saat menyerap informasi. Bagaimana caranya? Menurut Buzan, orang-orang terkenal itu biasa menggunakan gambar-gambar (fotograph memory). Mereka memanfaatkan gambar dan teks untuk mengungkap sesuatu yang mereka terima. Dan saat itulah kedua bela-

han otaknya berfungsi sinergis.

Mengapa Maind Map? Mind Map atau peta pikiran, merupakan sebuah jalan pintas yang bisa membantu siapa saja untuk mempersingkat waktu, hingga setengahnya, dalam menyelesaikan tugas. Teknik temuan Buzan ini bisa dilakukan dalam banyak aktivitas.

Teknik Jitu Mind Map Berikut ini beberapa hal penting dalam membuat Mind Map atau peta pikiran: 1. Pastikan tema utama terletak di tengah-tengah Contohnya, apabila kita sedang mempelajari sejarah kemerdekaan Indonesia, maka tema utamanya adalah Sejarah Indonesia. 2. Dari tema utama, akan muncul tema-tema turunan yang masih berkaitan dengan tema utama Dari tema utama “Sejarah Indonesia�, maka tema-tema turunan dapat terdiri dari: periode, wilayah, bentuk perjuangan, dan lain-lain. 3. Cari hubungan antara setiap tema, dan tandai dengan garis, warna, atau simbol Dari setiap tema turunan pertama, akan muncul lagi tema turunan kedua, ketiga dan seterusnya. Maka langkah berikutnya adalah mencari hubungan yang ada antara setiap tema turunan. Pola-pola hubungan ini akan membantu kita memahami topik yang sedang kita baca. Selain itu, peta pikiran yang telah dimodifikasi dengan simbol dan lambang yang sesuai selera kita, akan jauh lebih bermakna dan menarik, dibanding peta pikiran yang “miskin warna�. 4. Gunakan huruf besar Huruf besar akan mendorong kita untuk hanya menuliskan poin-poin penting saja di peta pikiran. Selain itu, membaca suatu kalimat dalam gambar, akan jauh lebih mudah apabila dituliskan dalam huruf besar, dibanding huruf kecil. Penggunaan huruf kecil bisa diterapkan pada poin-poin yang sifatnya menjelaskan poin kunci. 5. Buatlah peta pikiran di kertas polos, dan hilangkan proses edit Ide dari peta pikiran adalah agar kita berpikir kreatif. Karenanya, gunakan kertas polos, dan jangan mudah tergoda untuk memodifikasi peta pikiran pada tahap-tahap awal. Karena, jika kita terlalu dini melakukan modifikasi, maka fokus kita akan sering berubah, sehingga menghambat penyerapan pemahaman tema yang sedang kita pelajari. 6. Sisakan ruang untuk penambahan tema Peta pikiran yang bermanfaat, biasanya adalah yang telah dilakukan penambahan tema dan modifikasi berulang kali selama beberapa waktu. Setelah menggambar Peta Pikiran versi pertama, biasanya kita akan menambahkan informasi, menulis pertanyaan atau menandai poinpoin penting. Karenanya, selalu sisakan ruang di kertas peta pikiran untuk penambahan tema.|Q [ALIB/MIND MAPS]

Seperti menyusun daftar belanja, presentasi, rapat, menyiapkan pesta, dan sebagainya. Pun ketika belajar. Peta pikiran dibentuk oleh kata, warna, garis, dan gambar. Menyusunnya tak sulit, bisa dilakukan anak kecil maupun dewasa. Dan dapat diterapkan untuk keperluan apa saja. Anak empat tahun, tentu sudah bisa membedakan gambar, atau mengasosiasikannya. Menurut beberapa peserta didik yang menempuh pengalaman belajar di pesantren, menghapal merupakan tingkat pembelajaran paling sulit. Padahal, jika menggunakan Mind Map, cara menghapal yang baik akan didapati. Dan menghapal akan menjadi mudah. Mind Map merupakan sistem yang membantu kinerja otak dengan memberi rangsangan-rangsangan berupa gambar, warna, dan kata. Mind Map tak lain adalah metode mempelajari konsep. Konsep ini didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan informasi. Hasil penelitian menunjukkan, otak manusia tidak menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi. Tapi, dikumpulkan pada sel-sel saraf yang bercabangcabang, yang apabila dilihat sekilas, akan tampak seperti cabang-cabang pohon. Dari fakta itu dapat disimpulkan, jika cara kita menyimpan informasi baik, maka akan semakin baik pula informasi itu tersimpan. Akhirnya, tentu saja proses belajar menjadi kian mudah. Membiasakan mata mengenali kata-kata, tak jauh berbeda dengan menangkap gambar maupun warna. Namun, agar fungsi kognitif otak bekerja dengan baik, ada baiknya dibuat pengelompokan-pengelompokan dalam menghapal. Misalnya, memulai hapalan dari kata perkata, frasa demi frasa. Hingga akhirnya, jika sudah terbiasa, otak akan dengan mudah menerima kalimat demi kalimat. |Q

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 29


Pendidikan

|feature|artikel|berita|

Pentingnya Konseling Psikologi Islam Prof. Dr. Achmad Mubarok MA Pengasuh Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam)

M

anusia memiliki dua predikat. Yaitu sebagai ’abdullâh atau hamba Allah SWT, dan sebagai khalîfah atau wakil Allah di muka bumi. Predikat pertama menunjukkan kelemahan, kekecilan, keterbatasan, dan ketergantungan manusia kepada yang lain. Sehingga setiap manusia berpotensi untuk mengidap masalah. Sedangkan predikat kedua menunjukkan kebesaran manusia, sekaligus besarnya tanggungjawab yang ia dalam kehidupannya di muka bumi. Dari sudut pandang itu, maka urgensi bimbingan dan konseling bagi manusia merujuk kepada dua predikat tersebut. Sebagai makhluk yang lemah (‘abdun), suatu ketika manusia tak tahan menghadapi realita kehidupan yang pahit, sempit, dan berat. Dalam kondisi fisik tak berdaya, orang membutuhkan bantuan orang lain, dokter misalnya untuk memulihkan kesehatannya. Demikian pula dalam kondisi mental yang kacau (gangguan jiwa), seseorang membutuhkan bantuan kejiwaan untuk memulihkan rasa percaya dirinya, meluruskan cara berpikir, pandang dan merasa agar

30 |

ia kembali realistis, mampu melihat kenyataan yang sebenarnya, dan mampu mengatasi problema dengan cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai khalifah Allah, manusia dibebani tanggungjawab menyangkut kebaikan diri maupun masyarakatnya. Setiap manusia diberi kebebasan untuk memutuskan sendiri apa yang baik untuk dirinya, asal bukan perbuatan maksiat yang dilakukan secara terang-terangan. Sebagai khalifah Allah yang dibebani tanggungjawab kemaslahatan masyarakatnya, maka seorang muslim harus merasa terpanggil untuk memelihara ketertiban masyarakat. Oleh karena itu, ia terpangil untuk meluruskan hal-hal yang menyimpang, menata hal-hal yang salah tempat, mendorong hal-hal yang mandeg dan menghentikan kekeliruan-kekeliruan yang berlangsung. Dalam perspektif bimbingan dan konseling, seorang musim sebagai khalifah Allah terpanggil untuk membantu orang lain yang sedang mengalami gangguan kejiwaan, yang menyebabkan orang itu tak mampu mengatasi tugas-tugasnya dalam kehidupan. Jadi, secara kodrati manusia

memang membutuhkan bantuan kejiwaan, termasuk konseling agama. Dan secara konsepsional, harus ada orang yang menekuni bidang ini agar layanan konseling agama dapat diberikan secara profesional, sebagai perwujudan dari rasa tanggungjawabnya sebagai khalifah Allah. Untuk mengetahui kedudukan bimbingan dan konseling agama dalam perspektif keilmuan maupun ajaran Islam, sekurangnya perlu diketahui lebih dahulu empat hal berikut ini: Pertama, bahwa kodrat kejiwaan manusia membutuhkan bantuan psikologis. Kedua, gangguan kejiwaan yang berbeda-beda membutuhkan terapi yang tepat. Ketiga, meski manusia memiliki fitrah kejiwaan yang cenderung kepada keadilan dan kebenaran, tapi daya tarik kepada keburukan lebih banyak dan lebih kuat, sehingga motif kepada keburukan akan lebih cepat merespon stimulus keburukan dan mendahului respon motif kepada kepada kebaikan. Keempat, keyakinan bahwa agama (keimanan) merupakan bagian dari struktur kepribadian. Sehingga getar batin dapat dijadikan penggerak tingkah laku (motif) kepada kebaikan. |Q

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


pendis.co.id

Pendidikan

|feature|artikel|berita|

Siap Memilih Tempat Kuliah Selepas sekolah, banyak calon mahasiswa bingung menentukan pilihan tempat kuliah dan jurusan yang cocok untuk dirinya. Apa kiatnya?

SEBUT saja namanya Bunga. Siswi kelas tiga SMU di Jakarta itu benarbenar bingung menentukan pilihan perguruan tinggi yang akan dimasukinya selepas SMU. “Pusing juga mau pilih yang mana,” ujarnya. Kebingungan seperti Bunga, mungkin banyak dirasakan calon mahasiswa lain sebayanya. Bingung menentukan apakah kuliah lagi atau bekerja, belum lagi bingung menentukan pilihan perguruan tinggi yang diinginkan. “Ini persoalan mendasar. Pastikan dulu mereka harus kuliah,” kata Ikhlas Budiman, pengamat pendidikan Paramadina Jakarta. Menurut Ikhlas, kebingungan memilih perguruan tinggi, pada hakikatnya adalah realitas kehidupan pendidikan. Karena se-

cara psikologis, anak usia lulusan SMU memang agak berat ditugasi memutuskan pilihan tersebut. “Apalagi mereka yang tidak memiliki kompetensi atau keahlian,” ujarnya. Karena itu, orangtua harus ikut mengarahkan agar anaknya tak bimbang memilih dan memutuskan. Sebab, banyaknya perguruan tinggi, membutuhkan kematangan dalam memilih yang sesuai dengan kepribadian anak. Terlebih, jalur pendidikan tinggi erat kaitannya dengan masa depan mahasiswa yang bersangkutan. “Walau menimbang seperti ini sebenarnya merupakan rangkaian dari berpikir paradigmatis tentang sebuah pilihan, tapi jangan sampai salah masuk jurusan,” kata Ikhlas.

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 31


Pendidikan

|feature|artikel|berita| Tugas Orangtua

Mengenai tujuan lembaga atau perguruan tinggi yang harus dipilih, psikolog yang anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Yulia Ekawati Tasbita, Psi. menyarankan agar orangtua memberi kebebasan kepada anak untuk menentukan ke mana ia akan melanjutkan sekolah, sesuai minat dan cita-citanya. Dengan memperhatikan seberapa besar kemampuan yang mereka miliki, agar tak salah arah.

Jika anak tidak tahu kemana ia akan melanjutkan pendidikan setelah lulus, ia akan gamang dan bingung terhadap apa yang dijalaninya. Sebagai orangtua, imbuh Yulia, sebaiknya turut berperan membantu anak dalam mengarahkan masa depannya dengan beberapa cara. Seperti melakukan komunikasi terbuka dengan anak. Orangtua harus aktif menanyakan apa yang diinginkan anaknya, dan mendengarkan pendapatnya. Dari

sini, orangtua bisa mengetahui keinginan-keinginan anak dan masa depannya. Selain itu, orangtua juga harus mau membantu anak mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang jurusan ilmu yang sesuai dengan spesialisasi yang dipelajari anak saat SMU. Informasi ini bisa diperoleh dari berbagai media massa elektronik maupun cetak, bahan-bahan bacaan, hingga kalangan orang yang lebih tahu, seperti guru. Perlu juga mendorong anak

Tips Menghadapi SNMPTN Banyak calon mahasiswa berharap besar dapat lolos ujian saringan menuju perguruan tinggi negeri impiannya. Tenaga, biaya dan otak banyak terkuras. Agar tak gagal dan merugi, butuh persiapan mental dan intelektual memadai. Berikut ini beberapa tipsnya. - Lebih Serius Bimbel Karena sudah lepas dari sekolah, bimbel (bimbingan belajar) adalah sarana tepat untuk terus mengupdate wawasan dan pengetahuan. Saat ini, banyak bimbel yang fokus mengkaji ujian dari beberapa universitas favorit. Pilihlah yang terbaik. - Membuat Kelompok Belajar Kumpulkan teman-teman yang ikut di berbagai bimbel. Dengan begitu, akan didapat lebih banyak referensi dan variasi metode pembelajaran. Buatlah pertemuan rutin untuk belajar bersama, dan mendiskusikan soal-soal yang sudah diajarkan. Cara ini efektif untuk menyegarkan kembali ingatan dan batin.

lajar, imbangi dengan mengikuti workshop seni, budaya, maupun agama. Mungkin, dari workshop ini akan ditemukan bakat baru yang selama ini terpendam. Bakat ini bisa menjadi alternatif pilihan jurusan impian kelak. - Memikirkan Jurusan Lain Terkadang, calon mahasiswa memilih suatu jurusan keilmuan, karena ia berangan bekerja di sebuah bidang favoritnya. Namun, mengambil jurusan yang kurang diminati banyak orang tapi berprospek cerah untuk diri sendiri, itu sangat membuka lebar peluang untuk diterima di PTN. - Banyak Berdoa

Penyerahan diri dalam berdoa menyimpan kesan mendalam mendorong kesuksesan kita mengerjakan sesuatu. Tentunya harus dibarengi dengan usaha belajar yang keras, maka doa akan terkabul.

- Tidur dan Olahraga Tidur dan olahraga bermanfaat besar untuk kekuatan otak. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ronald S. Duman dari Yale University di New Haven, Connecticut, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa olahraga bisa mengubah mood dan melepaskan depresi. Setelah berolahraga, otak kita akan siap diberi pelajaran baru. Sementara kekurangan jam tidur akan menghambat ke- Mengikuti Workshop mampuan berpikir. Agar otak tak lelah karena terus menerus be|Q [TATA SEPTAYUDA] - Les Bahasa Asing mengikuti kursus bahasa asing, bisa menjadi referensi tambahan untuk menambah pilihan jurusan kuliah nanti. Walau materi bahasa asing tak begitu banyak diuji saat SNMPTN, tapi pendalaman terhadap bahasa asing sangat berguna untuk memperkaya ilmu.

32 |

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


untuk melakukan tes minat dan bakat. Tes ini dilakukan oleh psikolog, yang akan mengkaji minat, bakat, dan kemampuan anak, sehingga baik anak maupun orangtua dapat mengetahui seberapa besar potensi, bakat, dan kesesuaian yang dimiliki anak dengan minat pekerjaannya. Ini sangat berguna untuk mengetahui secara tepat arahan jurusan ilmu yang sesuai bagi anak. Memonitor, mengamati dan mengikuti usaha yang dilakukan anak juga sangat perlu. Disamping memberi mereka dukungan moral, empati, simpati, menemani dan memberi mereka semangat. Serta terus mengingatkan dan membimbing anak jika mereka mengalami kejenuhan atau perubahan arah. Tentunya, dalam urusan pendidikan, sudah menjadi tugas orangtua untuk menyiapkan biaya yang diperlukan. Dan orangtua tak boleh membebani anak dengan pekerjaan yang terlalu berat. Karena akan menggangu konsentrasi belajarnya. |Q [TATA SEPTAYUDA]

dok.iain sunan ampel

E-Psikologi

Berselancar Ilmu Psikologi di Internet MENCARI ilmu, sekarang tidak lagi harus melalui buku atau sekolah. Internet bisa menjadi media alternatif yang menarik untuk mendapatkan akses pendidikan dari segala penjuru dunia dengan mudah. Murah, meriah, dan santai. Banyak situs internet yang memberikan ragam materi ilmu, untuk anak-anak maupun dewasa, dengan cara yang menyenangkan. Salah satunya belajar psikologi. EPsikologi istilahnya, atau electronic psychology. Di dunia maya, belajar psikologi seakan mengarungi bahtera tak bertepi. Tengoklah situs rumahbelajarpsikologi.com, misalnya. Sebagai “rumah belajar”, Anda hanya perlu duduk di depan komputer untuk mempelajari berbagai teori, menyampaikan gagasan, dan berdiskusi tentang psikologi di situs itu. Pada setiap topik, sumbersumber bacaan yang akan memperkaya pemahaman Anda juga disediakan. Khusus bagi Anda para pelajar psikologi pemula, disediakan pula kolom tempat Anda bisa menuangkan gagasan tentang psikologi yang telah Anda pelajari. Jika sudah “agak” mahir dalam bidang psikologi, disediakan tempat khusus untuk menampilkan artikelartikel karya pribadi Anda. Tinggal mengklik salah satu fiturnya untuk melihat artikel-artikel yang telah ditampilkan. Berbagai situs psikologi lainnya, juga mengundang Anda untuk berbagi pengalaman dengan orang lain. Seperti rumahbelajarpsikologi.com, e-psikologi.com,

psiko-indonesia.blogspot.com, atau ilmupsikologi.com, dan masih banyak lainnya. Semuanya dapat menjadi tempat Anda berdiskusi, refleksi, maupun sarana katarsis. E-Psikologi Islam

Bukan hanya psikologi konvensional. Dunia maya juga menyedikan banyak ruang untuk Anda mendalami psikologi Islam. Ada banyak situs yang bisa menjadi rujukan psikologi online. Misalnya psikologiislam-mujib.blogspot. com, dan psi-islami.blogspot.com. Seperti diakui redaksi psi-islami.blogspot.com ini, kehadiran blog ini adalah hasil idealisme para mahasiswa pascasarjana Kajian Islam dan Psikologi (KIP) Program Studi Timur Tengah dan Islam (PSTTI) Universitas Indonesia. Sebagian bahan-bahan yang ditampilkan dalam blog tersebut, umumnya hasil diskusi di kelas bersama para dosen. Bukan hanya amatir yang meramaikan kajian psikologi Islam di dunia maya. Para pakar psikologi juga aktif berselancar dan menebar ilmu-ilmu dan ide mereka ke dunia tanpa batas itu. Salah satunya Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI dan UIN Jakarta, yang “ikhlas” menebar karya-karyanya di mubarok-institute. blogspot.com. Ada kebanggaan dan kesenangan tersendiri dari para pakar itu untuk terus berbagi pengetahuan dengan masyarakat pencinta ilmu psikologi Islam. Hanya berkah dan kemanfaatan yang mereka cari. |Q [TATA SEPTAYUDA]

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 33


Selingkuh Keluarga Runtuh

flickr.com

Keluarga

|feature|artikel|berita|

Perselingkuhan telah menjadi virus urutan keempat penyebab kehancuran rumah keluarga Indonesia. Apa penyebabnya?

34 |

S

eorang ibu rumah tangga, sebutlah namanya Nani, mengalami depresi berat sampai harus masuk Rumah Sakit. Bahkan, sebelumnya ia nyaris nekat mengakhiri hidupnya sendiri. Apa gerangan yang terjadi? Ternyata, suaminya berselingkuh dengan teman sekantor. Tak pernah terlintas dalam benak Nani, jika suaminya yang sangat perhatian itu tega bermain mata dengan perempuan lain di belakangnya. Nani benar-benar terguncang. Harmoni keluarga yang selama ini mereka bangun, hancur lebur karena orang ketiga. Walau menyengsarakan, ironisnya tren perselingkuhan seakan kini menjadi hal biasa bagi masyarakat. Prof. Dr. Dadang Hawari, psikiater dan ulama, mengungkapkan perselingkuhan adalah bentuk ketidaksetiaan suami terhadap isteri, atau sebaliknya. Hadirnya orang ketiga baik WIL (wanita idaman lain) maupun PIL (pria idaman lain) dalam suatu rumah tangga, merupakan indikasi adanya perselingkuhan. Meski hadirnya orang ketiga itu semula dirahasiakan, namun sejalan waktu, akhirnya akan terkuak juga. “Bila hal ini tidak terselesaikan, konsekuensinya adalah perceraian,” ujar Dadang kepada Majalah Qalam. Dari pengalamannya menjalankan praktik konsultasi kasus-kasus perkawinan di Jakarta, Dadang mendata, sebagian besar penyebab krisis keluarga itu adalah perselingkuhan. Dan dominan dilakukan pihak suami. “90% perselingkuhan dilakukan oleh suami, para istri hanya 10%,” ungkap Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) itu. Kasus-kasus perselingkuhan, terjadi seiring dengan proses modernisasi, yang berdampak pada perubahan tata nilai kehidupan. Menurut Dadang, dengan kian menipisnya etika moral dan agama masyarakat, pintu perselingkuhan semakin lebar terbuka. Umumnya, para suami cenderung berselingkuh dengan wanita lain

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


disebabkan adanya peluang dan kelalaian. Selain itu, meningkatnya karir laki-laki, diikuti kelebihan penghasilan, menjadi faktor utama para suami lengah dan membuka peluang untuk berselingkuh. Biasanya, perselingkuhan banyak dilakukan para eksekutif lakilaki berusia 40 tahunan. Istilahnya, saat masa puber kedua. Mengapa bisa terjadi? “Karena kondisi sosial dan ekonomi si lelaki memungkinkannya berbuat iseng untuk menggoda wanita lain. Atau, karena kemapanannya itu ia dapat menjadi target godaan wanita lain,” Dadang menyimpulkan. Dasarnya, perselingkuhan terjadi karena adanya dorongan kuat untuk melakukan penyimpangan. Kadang berupa keinginan bertemu

seseorang yang dulu pernah dicintai dan sekarang sudah berkeluarga. Terkadang pula karena melihat “nilai plus” orang lain dibanding milik sendiri. Andai dirunut, setidaknya ada empat penyebab utama terjadinya selingkuh. Pertama, kurang harmonisnya hubungan suami istri. Kondisi ini disebabkan kurang intensnya jalinan komunikasi pasangan suami istri. Bisa pula, masing-masing kurang mendapat porsi sewajarnya untuk mengekspresikan emosi. Faktor ekonomi bisa menjadi sebuah sebab, namun jika komunikasi pasangan bagus, keluarga pun akan tetap harmonis. Kedua, adanya ketidakpuasan suami atau istri yang tak terungkap. Harapan, tuntutan, keinginan yang

tidak terkomunikasikan, bisa membuat seseorang mencari pemenuhan dari orang lain. Patut dicatat, selingkuh itu tidak selalu dengan orang yang fisik dan hartanya lebih baik dari pasangan sahnya. Karena banyak kasus seorang majikan selingkuh dengan sopir atau pembantunya. Alasannya sederhana, mereka merasa lebih dihargai oleh pasangan selingkuhnya. Ketiga, kurangnya perhatian dari pasangan. Dan apa yang diharapkan pasangannya tidak direspon dengan baik. Keempat, dilanggarnya etika pergaulan dengan lawan jenis. Sebab, sepanjang pandangan dan perkataan tidak dijaga, pergaulan tidak berhijab, maka sepanjang itulah peluang perselingkuhan terbuka. |Q [TATA SEPTAYUDA]

Virus Masyarakat Perceraian akibat perselingkuhan, saat ini bukan lagi monopoli para artis, yang kisahnya sering ditayangkan banyak acara infotainment. Selingkuh kini telah kian meluas dan mengancam keluarga, yang merupakan unit terkecil bangsa ini dan benteng kaum muslim. Dr. Boyke Dian Nugraha, pernah melakukan penelitian terhadap 200 pasien klinik tempatnya praktik. Hasilnya menggemparkan. Terbukti, empat dari lima pria eksekutif cenderung berselingkuh. Perbandingan selingkuh yang dilakukan pria dan wanita 5:2. Bayangkan, itu baru sekedar data kecil yang Boyke dapat dari pasiennya yang mau mengaku saja. Direktorat Jendral Pembinaan Peradilan Agama menguak pergerakan data stastistik yang sungguh menakjubkan: perselingkuhan ternyata telah menjadi virus urutan keempat penyebab kehancuran rumah keluarga Indonesia. Tahun 2005, misalnya, ada 13.779 kasus perceraian yang bisa dikategorikan akibat perselingkuhan. 9.071 kasus karena gangguan orang ketiga, dan 4.708 akibat cemburu. Persentase cerai akibat perselingkuhan mencapai 9,16% dari 150.395 kasus perceraian tahun 2005, atau pastinya 13.779 kasus. Alhasil, dari sepuluh keluarga yang bercerai, dapat disimpulkan, satu di antaranya terjadi karena alasan adanya perselingkuh. Dan rata-rata, setiap dua jam, terdapat tiga pasang suami istri bercerai

gara-gara selingkuh. Perceraian karena selingkuh, jauh melampaui data perceraian akibat poligami tak sehat yang hanya 879 kasus, atau 0.58% dari total perceraian tahun 2005. Perceraian gara-gara selingkuh juga sepuluh kali lipat dibanding perceraian karena penganiayaan, yang hanya 916 kasus, atau 0,6%. Diprediksi, grafik perselingkuhan kian hari kian naik. “Karena banyak tokoh melakukannya,” kata Direktur Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan untuk Keadilan (LBH APIK), Ratna Batara Munti. Tak heran jika Prof. Dr. Nasaruddin Umar, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama (Depag) berkomentar,“Selingkuh adalah fenomena tak sehat bagi bangsa ini. Selingkuh itu zina!” Selingkuh, sejatinya merupakan tahap awal pengembangan dusta dalam rumahtangga, yang dapat menjadi penyebab lahir rasa saling tak percaya, saling curiga, dan pengkhianatan akan janji setia. Akibatnya, tak ada lagi kehangatan dan canda tawa dalam keluarga. Karena akibat yang ditimbulkannya sangat berbahaya, maka Islam memandang perselingkuhan sebagai zina. Dan Allah SWT sangat membenci zina. Jangankan melakukannya, mendekatinya saja tidak boleh (Qs. al-Isrâ` [17]: 32). Bagi pelakunya, sangsi berat sudah menunggu (Qs. an-Nûr [24]: 2).

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

|Q [TATA SEPTAYUDA]

| 35


Keluarga

|feature|artikel|berita|

flickr.com

Agar Keluarga Utuh

Meningkatnya kasus perceraian di Indonesia, membuat kita miris. Penyebabnya banyak. Dari alasan pribadi, komunikasi, ekonomi, hingga adanya pihak ketiga, dan lain-lain. Berikut ini beberapa tips membangun keluarga muslim agar harmonis dan kian utuh. 1. Bangun Komitmen Spiritual Sebuah perbuatan akan terjadi jika ada peluang dan kemampuan. Keduanya hanya bisa dihalangi oleh kuatnya komitmen agama. Komitmen inilah yang membuat Nabi Yusuf AS mampu menghindari perselingkuhan dengan Zulaikha. Nabi Yusuf benar-benar mendapatkan kesempatan langka, namun ia tidak tergoda (Qs. Yûsuf [12]: 23). Komitmen spiritual, akan membuat seseorang tunduk pada kebenaran, dan mampu berakhlak mulia. Pandangan, ucapan dan pergaulannya juga akan senantiasa terjaga.

nikasi yang cair dalam asas musyawarah. Suasana dialogis perlu dikembangkan untuk menjaga keharmonisan. Dibutuhkan pula keterbukaan, kemampuan mendeteksi perubahan sikap, dan peduli untuk mengetahui keadaan pasangan. 4. Selesaikan Masalah Sejak Dini Jangan sepelekan masalah yang timbul. Termasuk masalah yang kita anggap kecil. Sebab, perselingkuhan sering berawal dari masalah-masalah sepele. Maka, berhati-hatilah ketika pasangan marahmarah melihat salah satu kebiasaan kita. Atau ketika ia mengatakan bosan. Segera cari solusi terbaik yang menguntungkan kedua belah pihak.

5. Jadilah Pasangan Terpercaya dan Dibutuhkan Setiap pasangan harus mampu memberi service memuaskan bagi pasangannya. Sehingga tak ada alasan untuk mencari kepuasan di luar rumah. Suami atau istri harus menjadi penenteram bagi pasangannya ketika didera masalah. Ia harus hadir, membantu dan menenteramkan. Bukan malah me2. Bangun Komitmen Berkeluarga Pernikahan akan terasa dinamis, andai pasangan nambah masalah. suami istri memiliki komitmen untuk memenuhi hak 6. Bersikap Bijak dan Tepat dan kewajiban masing-masing sebaik mungkin. Sikapi dengan bijak dan tepat bila mengetahui Suami berkomitmen untuk menjadi kepala ruadanya gejala-gejala perselingkuhan. Caranya: Permah tangga terbaik. Istri juga berkomitmen menjadi tama, kembalikan semua masalah kepada aturan ratu dalam rumah tangganya. Ketika fungsi-fungsi ini tak berjalan, maka akan lahir ketimpangan dan Allah SWT dan Rasul-Nya. Kedua, suami maupun istri melakukan koreksi diri dan saling mengingatkan, penyelewengan. untuk menemukan dan menilai kesalahan yang telah terjadi. 3. Bangun Komunikasi yang Sehat |Q [TATA SEPTAYUDA] Suami istri perlu membiasakan suasana komu-

36 |

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


Keluarga

|feature|artikel|berita|

Bahagia Bersama Suami Shalih Dia Hidayati Usman MA Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Shalahudin al-Ayyubi Jakarta

Ibarat nakhoda, suami adalah penentu mau dibawa ke mana bahtera rumah tangganya.

S

etiap wanita pasti mendambakan pasangan hidup yang baik, penuh cinta, kasih sayang, dan bertanggungjawab. Tak satupun wanita menginginkan suami yang bejat, tak bermoral dan tak bertanggungjawab. Sebab, bagaimanapun, suami adalah pemimpin dalam rumah tangga. Ibarat nakhoda, suami adalah penentu mau dibawa ke mana bahtera rumah tangganya. Bila sang nakhoda seorang yang shalih dan jujur, seluruh penumpang tentu akan tenang. Karena mereka yakin, bahtera tak akan dibawa ke tempat yang mencelakakan. Tapi bila nakhodanya seorang pembohong dan pengkhianat, pasti para penumpang akan selalu khawatir. Gelisah ketakutan. Suami shalih, adalah seorang yang patuh kepada Allah SWT. Ia tak akan pernah menzhalimi istrinya. Karena ia tahu, istri adalah amanah Allah kepadanya. Ia yakin, kelak di akhirat ia akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah itu. Karena itu, ia tak hanya akan tampil sebagai seorang yang bertanggungjawab menafkahi, tapi ia juga akan membangun dirinya dengan moral dan akhlak mulia.

Berkah Suami Shalih Secara psikologis, seorang istri yang hidup di bawah naungan suami yang shalih, paling tidak akan merasakan beberapa hal berikut ini. Pertama, merasa tenang dan optimis akan masa depan keluarga, di dunia maupun akhirat. Sebab, suami shalih akan selalu memberinya contoh yang baik. Setidaknya, anak-anak mereka akan selalu melihat perilaku yang baik. Dari perilaku yang baik, tentunya akan terbentuk akhlak yang baik pula. Seorang berakhlak baik, tak akan mengalami kesuraman masa depan. Karena, dalam kebaikan akhlak tercakup segala kebutuhan orang lain kepadanya. Sejatinya, seorang yang baik akan selalu dipercaya orang lain. Dari modal kepercayaan inilah jalan hidup masa depan akan terbuka. Sebaliknya, seorang pembohong, sekalipun mempunyai keahlian yang hebat, akan sulit mendapat kepercayaan. istri yang hidup di bawah naungan suami pembohong, pasti tak mungkin bahagia. Bila istri saja tak mempercayainya, apalagi orang lain. Tak salah jika dikatakan, keshalihan adalah bekal utama membangun optimisme rumah tangga. Lebih jauh, dengan modal keshalihan, Allah akan memberkahi jalan hidup seseorang. Kemudian, ketenangan seluruh anggota keluarga pun akan subur berkembang. Sebab, rumah

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 37


Keluarga

|feature|artikel|berita| bukan hanya akan menjadi tempat makan dan tidur, tapi menjadi layaknya masjid, penuh dengan nuansa rohani yang menyejukkan. Kedua, istri yang hidup di bawah naungan suami shalih akan merasa ringan dan tak sendirian dalam mendidik anak. Sebab, suami shalih akan selalu menyempatkan diri mengontrol pendidikan anak, dan membantu segala permasalahan anak. Dari sinergi yang saling meringankan ini, akan terlahir kebahagiaan. istri merasa tidak terbebani tugas-tugas rumah. Paling tidak, dengan kondisi ini, istri akan selalu segar, tak menampakkan kelelahan. Bila istri segar, ia pun dapat maksimal melayani suami. Ketiga, istri akan selalu berbaik

berterus terang, tak ada yang disembunyikan. Transparansi semacam ini akan membuat istri terbuka berbagi segala kondisi yang dihadapi suami. Jika istri merasa dihargai karena selalu dilibatkan dalam segala urusan, jati diri dan rasa percaya diri (self confidence) istri akan terbangun. Patut diingat, kebahagaiaan seorang istri bukan dirasa dari semata pemberian materi. Banyak kebahagiaan dapat ia rasakan ketika seorang suami menghargai pendapatnya, dan memberikannya kesempatan berperan secara sempurna. Belajar dari Rasulullah SAW, beliau tak pernah segan meminta pendapat isterinya, hingga dalam urusan kebijakan besar, seperti beliau teladankan saat terjadi perjan-

“Patut diingat, kebahagaiaan seorang istri bukan dirasa dari semata pemberian materi. Banyak kebahagiaan dapat ia rasakan ketika seorang suami menghargai pendapatnya, dan memberikannya kesempatan berperan secara sempurna. “ sangka menyikapi semua kebijakan dan sikap suami. Suami yang selalu menghargai pendapat dan keinginan istri, sejatinya tak akan memutuskan segala sesuatu sendirian. Setiap permasalahan akan ia musyawarahkan bersama isteri. Dengan berbaik sangkan, meski suami pergi jauh berhari-hari mencari nafkah, istri tetap tenang. Ia yakin sang suami tak akan nyeleweng. Ketika suaminya pulang larut malam, ia tak gudah karena tahu sang suami dapat selalu menjaga diti dari dosa. Begitu pula sebaliknya, bila istri yang ditinggalkan shalihah, suami akan percaya isterinya mampu menjaga amanah diri, keluarga dan hartanya. Keempat, keshalihan suami akan nampak dari sikapnya yang selalu

38 |

jian Hudaibiyyah. Kelima, suami yang shalih, pasti akan tulus menjalankan kewajibannya. Ketulusan ini tentu akan dibalas ketulusan sang istri melayani. Ia tak akan pernah menolak keinginan suami, karena ia sadar bahwa suami yang shalih hanya bisa berteduh kepada isterinya di rumah. Ucapan lembut suami shalihah akan selalu memperlembut hati sang istri. istri menjadi suka mendengarkan nasihat-nasihatnya, karena ia tahu suaminya selalu berkata dengan hati yang tulus. Maka tak segan istri akan menyambut suaminya dengan penampilan yang baik, senang dan harum. Baik ketika suami pulang membawa nafkah maupun tidak. Keenam, suami shalih akan se-

lalu menampilkan qanâ’ah diri atas segala rezeki yang Allah berikan. Sikap ini sangat mempengaruhi istri untuk turut qanâ’ah dengan harta suami. Ia akan yakin, bahwa jatah rezeki yang ia dapat, adalah yang terbaik dari pemberian Allah melalui suaminya. Ia tak hanya bersyukur ketika mendapat banyak limpahan rezeki, tapi ia akan selalu sabar saat mendapatkan sedikit rezeki. Ia paham bahwa suaminya telah melakukan yang terbaik untuk keluarga. Apapun hasilnya, ia pasrah dan menerima, lalu mengembalikannya kepada Allah. Akhirnya, fitnah dunia pun terhindar dari rumah tangga mereka. Ketujuh, istri dari suami shalih, akan berusaha menjaga nama baik dan harta suaminya. Istri akan merasa, kebahagiaan bersama suami shalih, tak ada duanya di dunia. Ia pun tak rela jika reputasi diri dan suaminya rusak. Berbekal iman dan takwa, ia akan selalu menjaga pergaulan dan tak sembarangan mempergunakan harta suami. Ia sadar, semua itu adalah amanah. Ketujuh, istri dari suami shalih, akan berusaha menghormati keluarga suami. Karena baginya, suami bukan hanya pasangan hidup, tapi ia bagaikan guru yang membimbingnya. Bagaikan teman dalam suka dan duka, berbagi perasaan di saat sedih maupun gembira. Layaknya saudara kandung seperti yang Rasulullah sabdakan, ”Annisâ` syaqâ`iqur-rijâl” (Wanita adalah saudara kandung laki-laki). Keluarga suami akan dianggapnya sebagai keluarga. Orangtua suami adalah orangtua yang wajib dihormati. Ketika mereka datang berkunjung, mereka akan disambut hangat dan senang. Saat mereka berhalangan berkunjung, ia akan sering menziarahi dan menjenguk mereka. Alangkah indahnya memiliki suami shalih, berbalas istri yang shalihah.|Q

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


Keluarga

|feature|artikel|berita|

Stop KDRT

hudan/qalam

Menghardik, mencaci, mengancam, bahkan memukul pasangan sudah menjadi fenomena harian. Apa dampaknya terhadap keluarga?

D

ata Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) menyebutkan, hingga bulan Mei 2007, kepolisian menerima laporan 22 ribu kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Sementara, laporan berbagai daerah di Tanah Air menunjukkan bahwa kasus-kasus KDRT meningkat secara signifikan. Kasus semacam ini biasanya tampil seperti fenomena gunung es, sebagian kecilnya muncul di permukaan, sedangkan terbesarnya masih tersimpan di bagian bawah. Jika digali lebih dalam, akan ditemui lebih banyak lagi kasus terpendam. Dari 22.512 kasus kekerasan terhadap perempuan (KTP) dalam laporan tahunan 2007 Komisi Nasional (Komnas) Perempuan, kasus KDRT menyumbang 74%. Kemudian diikuti oleh kasus kekerasan komunitas yang mencapai 23%, dan sisanya kekerasan (aparatur) negara. Menurut jenis kekerasan dalam KDRT yang ditangani Komnas Perempuan, kekerasan dalam bidang ekonomi menempati urutan teratas dengan capaian angka 20%. Pihak yang sering menjadi korban kekerasan ekonomi adalah istri. Bagi istri yang bekerja, mungkin tidak terlalu besar dampaknya. Berbeda cerita jika istri hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga.

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 39


Kekerasan yang terjadi biasanya berbentuk terputusnya nafkah atau biaya hidup oleh suami. Masalah ekonomi sering menjadi kendala dalam upaya penyelesaian KDRT. Ada pula keengganan dari salah satu pasangan untuk melaporkan pasangannya kepada pihak berwenang, situasi ini mengakibatkan korban berada dalam posisi yang sangat lemah. Karena jika ia melaporkan pasangannya, maka akan muncul masalah baru, yakni masalah ekonomi, sehingga tidak jarang ditemui korban yang sebelumnya telah melaporkan pasangan, justru menarik kembali laporannya. Kekerasan dalam bentuk fisik menyumbang 12% dari kasus KDRT. Bentuk kekerasan fisik merupakan hal yang mudah dilihat. Penyebabnya, pasangan kurang mampu mengendalikan emosi, perasaan agresi tersalur dalam bentuk kekerasan fisik. Bentuknya bisa beragam, mulai dari penganiayaan ringan hingga berat. Pasangan yang kurang matang secara emosional, kurang mampu mengkomunikasikan kebutuhan juga kesulitan untuk memahami pasangan, sering menjadi pemicu munculnya kekerasan fisik. Angka 4% dari KDRT disumbangkan dalam bentuk kekerasan psikis yang bisanya muncul melalui kata-kata penghinaan, pelecehan, bentakan, ancaman dan lain-lain. Hal yang kerap kali terjadi adalah salah satu pasangan memutuskan komunikasi karena merasa jengkel dan tidak mampu mengekspresikan perasaan. Sebagian pasangan akan merasa tidak nyaman dengan kondisi ini, tidak tahu harus berbuat apa karena pasangannya tutup mulut. Sering kali pihak suami/istri berharap dimengerti oleh pasangannya dengan tindakan tutup mulut. Jalan menuju pemecahan masalah menjadi semakin jauh.

40 |

hudan/qalam

Keluarga

|feature|artikel|berita|

Faktor Penyebab Komnas Perempuan mensinyalir ada beberapa faktor yang menyebabkan KDRT mudah terjadi. Pertama, keberanian dan kesadaran yang rendah untuk melapor, terutama oleh korban. Banyak kecemasan menghantui korban saat hendak melaporkan kasus yang menimpanya. Misalnya, takut berurusan dengan polisi, atau aparat hukum lain; takut permasalahannya menjadi panjang dan kemudian melibatkan banyak orang. Kedua, mayoritas masyarakat di Indonesia yang masih menganut budaya dengan sistem patrilineal, yakni lebih menonjolkan peran laki-laki. Hal ini dapat menjadi kendala yang sangat besar bagi penanganan kasus KDRT, apalagi korban (biasanya istri) tidak bekerja, sementara satu-satunya sumber penghidupan adalah suami, posisi korban menjadi sangat lemah. Ketiga, masih ada anggapan bahwa KDRT merupakan aib yang tidak boleh diketahui oleh orang lain. Faktor lainnya adalah lingkungan atau keluarga terdekat yang kurang tanggap merespon apa yang terjadi, hal ini dapat menjadi tekanan tersendiri bagi korban, ia

pun akan beranggapan bahwa apa yang dialaminya bukan hal penting. Situasi ini akan melemahkan keyakinan dan keberanian korban Untuk keluar dari permasalahan. Selain itu, korban yang kurang memiliki informasi tentang lembaga yang dapat membantu juga menjadi faktor KDRT. Evi Elviati, psikolog Essa Consulting mengungkapkan, KDRT sering terjadi karena salah satu atau kedua pihak kurang terampil menyalurkan amarah. Akibatnya, penyaluran terjadi dalam bentuk yang kasar dan arogan terhadap pasangan. “Bila sedang marah, sebenarnya orang bisa berbicara dengan baik dan menyampaikan kemarahannya pada pasangan,� ujar Evi. Korban kekerasan, imbuh Evi, biasanya memiliki karakter yang cenderung diam dan tidak bisa menyampaikan apa yang dikehendaki atau yang tidak dikehendakinya. Akibatnya, ia terus menerus mengalami kekerasan hanya karena tidak bisa protes atas apa yang dialaminya. Buruk bagi Anak Menurut Evi

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

Elviati,

KDRT


dalam bentuk fisik akan mudah sekali diketahui oleh anak, praktis dampaknya akan berakibat pada anak, misalnya, anak akan mempraktekkan kekerasan yang pernah ia saksikan di rumah ke dalam perilaku pergaulan sehari-hari. Selain itu, anak juga bisa menjadi objek kekerasan dari istri atau suami yang mengalami kekerasan. “Misalnya, sang ibu mengalami kekerasan dari suami, bisa saja ia akan melampiaskan kekesalan pada anak dalam bentuk kekerasan yang lain.� ujar Evi Elviati. Kedua, secara psikologis, anak akan merasa kurang nyaman berada di dalam rumah. Anak akan lebih senang berada dalam komunitas teman-temannya. Jika hal ini terjadi, rumah baginya hanya akan menjadi tempat persinggahan tanpa ada komunikasi yang baik dalam keluarga. Sementara anak yang masih kecil akan lebih nyaman bersama guru, para tetangganya, atau anggota keluarga yang lain di luar keluarga inti. “Anak-anak akan berada dalam lingkungan pergaulan mereka. Bukan hanya anak remaja, namun juga anak yang masih kecil, ia akan lebih senang berkumpul

dengan tetangga atau teman bermainnya,� tambah Evi kepada Majalah Qalam. Secara teori, kekerasan yang dilakukan dalam rumah tangga juga diakibatkan oleh faktor pembelajaran, langsung maupun tidak langsung. Disadari atau tidak, modeling merupakan cara yang paling mudah dilakukan oleh individu untuk belajar susuatu. Belajar melalui modeling, tak mengharuskan seseorang mengalami sendiri atau melakukan sendiri sutu tindakan, tapi cukup hanya dengan melihat dan meniru tindakan orang lain. Dalam lingkungan keluarga, anak akan meniru tingkah laku orangtuanya, karena orangtua adalah pihak terdekat yang bisa berperan sebagi idola. Anak yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, memiliki kecenderungan untuk lebih mudah melakukan tindakan yang sama, dari sini anak memperoleh sebuah model dalam menyelesaikan masalah. Misalnya, ia melihat orangtuanya bertengkar dan kemudian melihat salah satu orangtuanya menggunakan kekerasan, pengalaman tersebut akan selalu membekas dalam dirinya, dan menjadi salah satu referensi saat ia harus menghadapi masalah. Kondisi inilah yang memicu tertularnya fenomena KDRT kepada orang lain. Karenanya, kesadaran dan pemahaman orang dewasa untuk mencegah faktor-faktor tersebut, penting sekali dimiliki. Realisasinya, bisa dilakukan dengan berusaha tidak menampakkan kemarahan atau kejengkelan di depan anak-anak. Kekerasan dalam rumah tangga dapat memberi dampak negatif bagi perkembangan kepribadian mereka. Anak akan merasa tidak nyaman dan merasa tertekan oleh fenomena buruk yang ditampilkan orangtua. Saat orangtua berselisih atau

bertengkar, anak akan mengalami kebingungan terutama dalam menempatkan diri. Ia bingung harus berpihak kepada siapa dan bertindak apa. Jika anak berpihak pada salah satu orangtua, dampak yang muncul akan lebih buruk lagi, yakni anak akan mulai membenci salah satu orangtuanya lantaran kesimpulan yang terlanjur ia tarik. Jika hal ini terus terjadi, dapat dibayangkan bagaimana suasana kehidupan dalam keluarga? Anak akan mengalami kesulitan adaptasi dengan lingkungannya, ia dapat tumbuh menjadi orang yang kurang mampu mengendalikan perasaannya, tumbuh menjadi orang yang tertutup, kurang komunikatif dan kurang percaya diri. Di lingkungan luar rumah, anak akan melihat berbagai macam model perilaku. Ketika anak menerima banyak hal yang tampak berbeda dengan apa yang ia temui di rumah, ia akan merasa asing dengan lingkungan itu, ia akan bertingkah laku berdasarkan referensi yang telah ia miliki sebelumnya. Anak akan membutuhkan waktu lebih lama dalam proses adaptasi dengan lingkungannya. Pertumbuhan anak dalam rumah tangga kurang harmonis akibat adanya tindak kekerasan, akan terganggu oleh kecemasan yang tinggi. Tingkat kecemasan ini praktis berpengaruh terhadap setiap aktivitas yang dilakukannya. Anak dapat merasa tidak tenang karena selalu mengingat kembali dan mengkhawatirkan kondisi orangtuanya. Pengalaman yang telah tertanam dalam, tidak akan bisa hilang sampai kapanpun, meski ia berusaha melupakannya, pengalaman itu akan tetap mengendap di alam bawah sadarnya, dan suatu saat dapat muncul kembali dalam kesadaran.

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

|Q [NOVI CAMELIA]

| 41


Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan penuh kasih sayang, akan mudah memberikan kasih sayangnya pada orang lain. Jika anak hidup dengan kritikan,ia akan belajar untuk mengutuk Jika anak hidup dengan kekerasan, ia akan belajar untuk melawan Jika anak hidup dengan ejekan, ia akan belajar untuk menjadi pemalu Jika anak hidup dengan dipermalukan, ia akan belajar merasa bersalah (Maslow)

42 |

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


Anak

hudan/qalam

Feature Artikel Berita

Agar Tidak Minder Percaya diri atau yang dalam bahasa anak gaul dikenal dengan istilah PeDe, sebenarnya sudah menjadi persoalan mendasar yang nyaris dialami setiap orang.

A

da yang merasa tidak PeDe (minder) dalam hampir seluruh aspek dalam hidupnya. Bisa jadi karena terkait persoalan krisis identitas, hilangnya kontrol diri, depresi, maupun padangan suram masa depan. Ada pula yang merasa tidak PeDe hanya pada aktivitas yang sedang ditekuni, atau ketika menghadapi situasi-situasi tertentu. Ada beberapa istilah terkait dengan pengertian percaya diri. Antara lain: self concept, yaitu bagaimana seseorang menyimpulkan dirinya secara keseluruhan, atau bagaimana ia melihat keseluruhan potret dirinya. Kemudian, self esteem, yaitu perasaan positif seseorang terhadap diri sendiri, atau keyakinan adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat atau berharga dalam diri sendiri. Selain itu, self efficacy, berupa keyakinan seseorang terhadap kapasitas dan kemampuan dirinya untuk menjalankan tugas, atau menangani persoalan, dengan hasil yang bagus. Selanjutnya, self confidence, yaitu keyakinan seseorang terhadap penilaian atas kemampuan diri dan perasaannya terhadap “kepantasan� untuk berhasil. Berdasarkan pengertian di atas, maka kepercayaan diri

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 43


Anak

Feature Artikel Berita

44 |

menghadapi orang. Ketujuh, tidak bisa mendemonstrasikan kemampuan berbicara dan mendengar. Kedelapan, sering berpengharapan yang tidak realistis. Kesembilan, terlalu perfeksionis. Kesepuluh, terlalu sensitif (perasa).

Bangun Percaya Diri Ada beberapa langkah yang kiranya dapat dijadikan latihan untuk mengembangkan kepercayaan diri: Pertama, menciptakan definisi diri positif. “Cara terbaik untuk mengubah sistem keyakinanmu adalah mengubah definisi dirimu,� tandas Steve Chandler. Untuk melakukannya, dapat dimulai dengan membuat kesimpulan yang positif tentang diri sendiri, atau membuat opini positif tentang diri sendiri. Selain itu, upayakan untuk terus belajar melihat bagian-bagian positif, kelebihan, kekuatan yang kita miliki. Atau membuka dialog dengan diri sendiri tentang hal-hal positif yang bisa kita lakukan. Mulai dari yang paling kecil atau yang bisa kita lakukan hari ini. Selain itu, yang perlu dilakukan adalah menghentikan munculnya opini diri yang negatif. Seperti perasaan: saya tak punya kelebihan apa-apa, hidup saya tak berharga, saya tak akan sukses, dan seterusnya. Setelah kita mampu menghentikannya, tugas kita kemudian adalah mengganti perasaan-perasaan itu dengan yang positif, konstruktif dan motivatif. Kedua, memperjuangkan keinginan yang positif. Yaitu dengan merumuskan program atau agenda perbaikan diri. Upaya ini bisa berbentuk misalnya dengan membuat target baru yang hendak kita wujudkan. Atau kita rumuskan kembali langkah-langkah positif yang hendak kita lakukan. Semakin banyak halhal positif (target, tujuan atau keinginan) yang sanggup kita wujudkan, semakin kuatlah PeDe kita. Ketiga, mengatasi masalah

hudan/qalam

adalah efek dari bagaimana kita merasa (M1), meyakini (M2), dan mengetahui (M3). Orang yang memiliki kepercayaan diri rendah atau minder, akan memiliki perasaan negatif terhadap dirinya, keyakinannya lemah terhadap kemampuan diri, dan pengetahuan terhadap kapasitas diri kurang akurat. Sebaliknya, orang yang memiliki kepercayaan diri tinggi, mereka akan memiliki perasaan positif terhadap diri sendiri, keyakinan kuat tentang dirinya dan akurat menilai kemampuan diri. Namun, orang yang memiliki kepercayaan diri tinggi, bukanlah orang yang hanya merasa mampu, padahal sebenarnya ia tak mampu. Tapi ia adalah orang yang mengetahui, bahwa dirinya mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungan. Orang minder adalah tipikal orang yang bermental lemah. Ia akan merasa selalu tidak aman, gelisah, cemas dan khawatir. Akibatnya, ia cenderung bergantung kepada orang lain, tidak mandiri, dan ragu-ragu. Ia akan selalu dipenuhi rasa khawatir, takut dan gelisah yang berlebihan. Kerja otaknya pun menjadi lemah, dan tak mampu memikirkan hal-hal besar yang bermanfaat untuk diri sendiri, apalagi orang lain. Dalam praktik kehidupan seharihari, orang-orang yang memiliki kepercayaan diri rendah atau minder, dapat dilihat dalam beberapa ciri berikut ini: Pertama, tidak memiliki sesuatu (keinginan, tujuan, atau target) yang sungguh-sungguh diperjuangkan. Kedua, tidak memiliki keputusan melangkah yang decissive. Ketiga, mudah frustasi atau give-up ketika menghadapi masalah maupun kesulitan. Keempat, kurang termotivasi untuk maju, malas-malasan atau setengah-setengah. Kelima, sering gagal atau tidak optimal menyempurnakan tugas-tugas atau tanggung jawab. Keenam, canggung dalam

secara positif. PeDe juga bisa diperkuat dengan cara memberi bukti kepada diri sendiri, bahwa kita ternyata berhasil mengatasi masalah yang menimpa. Semakin banyak masalah yang sanggup kita selesaikan, semakin kuatlah PeDe kita. Lama kelamaan, kita menjadi orang yang tidak mudah minder ketika menghadapi masalah. Keempat, memiliki dasar keputusan yang positif. Memang, tak ada orang yang selalu yakin atas kemampuannya dalam menghadapi masalah atau saat ingin mewujudkan keinginannya. Mahatma Gandhi mengatakan, “Ketika saya putus asa, maka saya selalu ingat, bahwa sepanjang sejarah, jalan yang ditempuh dengan kebenaran dan cinta selalu menang. Ada beberapa tirani dan pembunuhan, yang sepintas sepertinya akan menang, tapi akhirnya kalah�. Artinya, kepercayaan Gandhi kembali tumbuh, setelah ia mengingat bahwa langkahnya sudah dilandasi oleh prinsip-prinsip yang benar. Kelima, memiliki model/teladan yang positif. Yang terpenting dalam usaha ini adalah menemukan orang lain yang bisa kita contoh sisi kepercayaan dirinya. Ini menuntut kita untuk sering membuka mata, melihat orang lain yang lebih bagus dari diri kita, lalu jadikannya sebagai pelajaran. Karena, upaya memperbaiki diri, dapat dilakukan dari dua hal: pengalaman pribadi (life experiencing), dan mencontoh atau mempelajari orang lain (duplicating).|Q

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


Membuat Si Kecil Gemar Membaca

Asmarani Rosalba, atau dikenal Asma Nadia, novelis, penulis buku cerita anak dan CEO Penerbit Lingkat Pena adalah figur sukses dan berpengalaman memperkenalkan bacaan pada anaknya sejak dini. Di samping prestasi yang terus meningkat di sekolah, anak tertuanya sudah pandai membaca saat berusia empat tahun, dan telah mampu mengarang dengan baik saat usianya tujuh tahun. Asma sadar, untuk mengapresiasikan budaya baca pada anak, orangtua penting memberi contoh. Atau, rajin mendongeng dan memperkenalkan buku-buku cerita yang sesuai usia anak. Namun, jangan paksa anak untuk membaca, jika

hudan/qalam

Kebiasaan membaca sejak dini bisa menggali bakat dan potensi anak. Juga akan memacu daya nalar, dan melatih konsentrasi mereka.

orangtua tak pernah membaca. Agar anak-anak tak bosan membaca, Asma memiliki kiat. Ia beri anaknya aneka buku lucu dan berwarna-warni. Tentunya dengan bacaan yang sesuai usianya. Menurut Asma, cara terbaik memperkenalkan budaya baca kepada anak usia 0-2 tahun yang tengah dalam proses pengembangan motorik, adalah dengan mendongeng dan memberi contoh.

Agar lebih menarik, orangtua harus mampu bermain intonasi dan gerak tubuh saat mendongeng. Bagi anak usia 0-5 tahun bisa diberi bukubuku plastik yang bisa dibawanya ke mana-mana, termasuk saat mandi. Saat awal upaya menggairahkan minta baca anak, anak dapat diberi buku-buku berisi satu kata perhalaman. Kemudian dikembangkan dengan memberinya buku satu kalimat perhalaman. |Q

Menumbuhkan Minat Baca Anak Dalam Parents Who Love Reading, Kids Who Don’t (Grasindo, 1997), Mary Leonhardt menyodorkan beberapa tips menumbuhkan minat baca anak: 1. Memberi buku atau majalah yang penuh gambargambar menarik. Biarkan anak membolak-baliknya. Untuk mengetahui minat membaca anak, sesekali coba minta ia pilih buku atau majalah yang ada. 2. Biarkan anak membaca komik, majalah atau koran. Karena masing-masing bacaan itu memiliki kelebihan. Komik memiliki karakter, garis cerita, jenis bahasa, dan nada yang sama. Majalah dan koran memiliki artikel dan cerita pendek yang dapat dibaca dalam waktu singkat. Bersamaan dengan timbulnya minat baca anak, mulailah gerakkan mereka untuk membaca buku.

3. Buku pertama yang patut diberikan adalah buku yang berciri humor. Karena anak kerap terkesan pada buku yang lucu. 4. Buku apapun yang disukai anak, sepatutnya orangtua dukung. 5. Dalam tahap pengembangan, orangtua harus mulai memperkenalkan bacaan lain di luar bacaan yang disukai anak. 6. Berikan dukungan agar anak mau menambah bahan bacaannya. Orangtua bisa menawarkan bukubuku yang pernah disenangi. 7. Saat anak sudah mempunyai kebutuhan terhadap buku, biarkan ia mencari buku sendiri. 8. Agar anak betah membaca buku, rumah yang menyenangkan harus disiapkan. |Q (SOFYAN BADRIE)

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 45


Anak

Feature Artikel Berita

‘Labeling’ pada Anak E. Rachmalia Utami, S.Psi Therapist, Assessment Psychology di Lembaga Terapi Anak Berkebutuhan Khusus Kasandra Persona.

S

uatu pagi, seorang ibu menghardik anaknya, “Soal seperti ini saja kamu tak bisa. Dasar bodoh! Coba lihat temanmu, Budi. Ia pandai dan jadi juara kelas!” Hardikan tersebut biasa kita dengar ketika orangtua geram terhadap kesalahan atau kekurangan anaknya, sengaja atau tidak. Ironisnya, ucapan menyudutkan itu justru banyak dilontarkan orangtua tanpa sadar akan dampaknya bagi anak. Pemberian label atau labeling dengan kata “bodoh”, “dasar anak nakal”, “dasar anak penakut” dan sebagainya, tak disadari rentan meninggalkan luka di hati anak. Efek negatif pada perkembangan psikologis anak pun muncul. Ia menjadi tak bersemangat dan kurang termotivasi. Belum lagi, ingatan buruk pelabelan itu akan terus melekat dalam ingatannya. Labeling merupakan pemberian nama atau sindiran, negatif atau positif, pada diri seseorang. Tindakan ini sering kita lakukan spontan, tanpa sadar dan sengaja. Jika labeling yang terucap bernuansa positif,

hudan/qalam

Dalam situasi apapun, orangtua harus mampu terbiasa menggunakan bahasa-bahasa positif. Karena dengannya, anak tentu akan merasa lebih dihargai, dan rasa percara diri mereka pun timbul.

46 |

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


seperti “anak pandai”, itu akan indah terdengar dan menyisakan efek positif. Namun, jika label yang diberikan negatif dan kata-kata yang kurang enak didengar, seperti “kamu bodoh, dasar penakut, dasar anak gak tau diuntung,” dan sebagainya, tentunya efek negatifnya tak terhindarkan. Apalagi jika pelabelan diucapkan bersama emosi dan kecewa terhadap anak. Labeling negatif pada anak sering terjadi, karena orangtua cenderung menaruh harapan dan obsesi terlampau besar kepada si anak. Tapi kenyataannya si anak tak mampu menggapainya. Jika labeling ini sering terjadi pada anak, dampaknya akan menurunkan minat, semangat, motivasi, bahkan akan mempengaruhi rasa percaya diri anak. Biasanya, labeling yang dilontarkan keluarga dekat, seperti ayah, ibu, kakak, atau adik, memiliki pengaruh besar pada anak yang bersangkutan. Karena, tanpa disadari, dukungan dan tumbuhnya rasa percaya diri anak lebih banyak ia peroleh dari orangtua atau keluarga terdekatnya. Anak yang suka diberi pujian dan dukungan positif dari keluarga terdekatnya, biasanya anak menjadi berpreatsi di lingkungan sosialnya. Labeling negatif akan terus menyertai dalam pembangunan karakter anak. Dampaknya banyak sekali, di antaranya timbul rasa kurang percaya diri, dan luka hati juga akan terus bersemai di hati si anak. Selain itu, semangat dan motivasi untuk berprestasi anak juga akan menurutn. Parahnya, anak yang dilabelkan negatif, cenderung akan menarik diri dari lingkungan sosial. Labeling negatif pada anak juga akan mendidiknya untuk tidak santun kepada orang lain. Labeling negatif akan lebih berbahaya, jika tidak segera dikikis dan dibiarkan menjadi karakter anak. Untuk mengikis kebiasan la-

beling negatif, perlu tekad dan pengetahuan. Juga, kesadaran orangtua kebiasaan mereka itu berdampak sangat negatif pada psikologis anak. Jika itu disadari, orangtua harus mulai belajar untuk memberi label positif kepada anaknya. Dalam situasi apapun, orangtua harus mampu terbiasa menggunakan bahasa-bahasa positif. Karena dengannya, anak tentu akan merasa lebih dihargai, dan rasa percara diri mereka pun timbul. Di samping itu, anak juga akan terbiasa menggunakan bahasa-bahasa yang positif dan santun kepada orangtuanya, akan lebih menghormati dan menghargai orangtua maupun masyarakat. Mengubah Dampak Dari sekian banyak dampak buruk yang akibat lebeling negatif, sudah saatnya para orangtua memicu langkah untuk menguranginya. Bahkan berupaya keras menggantinya menjadi labeling positif. Apa yang harus dilakukan? Pertama, harus ada kesadaran. Orangtua perlu sadar dan tahu kemampuan anak yang sebenarnya, agar dapat mengurangi obsesi yang mereka inginkan dari anaknya. Menggapai kesadaran ini bukan melalui proses yang instan. Tapi harus melewati proses panjang mendidik dan mengasuh anak, hingga mereka benar-benar mampu mandiri. Ketika orangtua sadar dan mengetahui kemampuan anak yang sesungguhnya, maka saat si anak tak mampu menyesuaikan diri dengan harapan dan obsesi orangtuanya, tentu orangtua tak akan kecewa. Menghadapi kondisi keterpurukan atau kekurangan anak, orangtua yang bijak akan mulai melakukan kebiasaan labeling postif. Mereka akan menyemangati, “Ya sudah. Nanti belajar

lebih giat lagi,” “Nanti jangan diulangi lagi, ya,” dan sebagainya. Dan berbagai bahasa-bahasa positif yang terdengar indah dan tidak melukai hati anak, namun mendorongnya memperbaiki diri. Kedua, selalu memberi penghargaan kepada anak, baik dalam bentuk materi maupun sikap dan ucapan positif terhadap anak. Sebagai orangtua, akan menjadi keuntungan dan kebaikan jika kita mampu memberikannya kepada anak. Karena, penghargaan yang kita berikan tak langsung mengajarkan anak agar bisa dan mau memberi penghargaan. Baik dalam bentuk prestasi belajar, sikap rajin, kemandirian, dan sebagainya. Akan lebih indah jika mereka dewasa kelak, mereka mampu memberi penghargaan berupa materi. Karena itu, mulailah untuk senantiasa memberi suatu penghargaan terhadap keberhasilan, bahkan kegagalan anak sekalipun. Yang paling ringan adalah membiasakan untuk mengucapkan, “Thank you, sayang,” “Pertahankan prestasimu, sayang,” “Mama bangga dengan keberhasilanmu,” “Teri -makasih kamu telah menjadi juara,” dan sebagainya. Jika orangtua mampu bersikap demikian, tentu anak akan bangga, memiliki percaya diri dan semangat juang untuk berprestasi. Anak-anak akan tumbuh mandiri, terampil dan cerdas. Dengan label positif, secara psikologis, anak akan menjadi lebih tenang dan percaya diri, serta terbiasa bersikap positif kepada orang lain. Secara emosional, anak dididik untuk bisa mengendalikan diri dan menghargai kemampuan orang lain. Mari mulai memberi label positif terhadap kesuksesan maupun kegagalan anak. Jika ia memang sedang gagal, maka dengan senang hati iapun akan semangat meraih kesuksesan kembali di lain kesempatan.|Q

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 47


Anak

Feature Artikel Berita

Istiqamah Mendidik Anak Yessi HM. Basyaruddin Lc. Redaktur Majalah Al-Ummah

Berbicara tentang anak, berarti kita akan berbicara tentang pola dan budaya. Karena, setiap perilaku anak, pasti tak jauh dari pola hidup orangtua dan lingkungannya.

S

ambil menimang-nimang boneka, seorang anak berbicara pada temannya, ”Kita pura-pura ada di Mal, ya.” Dengan muka cemberut, anak lainnya menjawab, ”Jangan. Kita pura-pura ada di pengajian aja!” Kedua anak yang masih polos itu terus beradu argumen demi memenangkan keinginan masingmasing, sementara saya tertawa melihat polah mereka. ”Wah, ini baru perbedaan budaya,” gumam saya dalam hati. Berbicara tentang anak, berarti kita akan berbicara tentang pola dan budaya. Karena, setiap perilaku anak, pasti tak jauh dari pola hidup orangtua dan lingkungannya. Maka tak aneh jika lingkungan terdekat anak menciptakan suatu kebiasaan, maka si anak akan merasa nyaman dan ketagihan dengan dunia itu. Karenanya, peran orangtua dan lingkungan terdekat anak, dinilai sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan. Tentu, kebaikan menurut ajaran Allah SWT, dan bukan sekedar kebaikan berdasarkan penilaian baik-buruk

48 |

orang-orang sekitar. Coba kita perhatikan anak pertama pada cerita di atas. Ia sangat nyaman dengan lingkungan mal yang diciptakan orangtuanya. Tapi anak kedua, ia begitu asing dengan dunia mal, dan lebih tertarik dengan dunia pengajian yang diperkenalkan orangtuanya. Jelas, keduanya merekam dengan baik setiap gerakan, perkataan dan perilaku orangtua mereka. Sehingga dapat disimpulkan, anak adalah peniru paling handal. Sebuah pepatah bijak mengatakan, ”Barangsiapa membiasakan sesuatu sejak kecil, maka ia akan terbiasa dengannya hingga dewasa.” Miris rasanya melihat perkembangan mental-sosial anak-anak zaman sekarang. Selain kehilangan jati diri sebagai bangsa Timur dalam hal kegilaan gaya busana, makanan, dan pola hidup ala Barat, pola hidup masyarakat sekitar juga memaksa mereka untuk dewasa sebelum waktunya. Dapat Anda lihat dengan mudah tren remaja ABG masa kini yang suka berbusana, me-

ngenakan aksesoris hingga make up, persis seperti orang dewasa. Belum lagi aneka fasilitas, seperti kendaraan, handphone, dan materi-materi berlebih lainnya, yang sebetulnya belum mereka perlukan. Tak hanya itu, kita juga mudah melihat kebiasaan mereka merokok, nongkrong dan pacaran di tempat-tempat terbuka. Sayangnya, hampir semua orang menutup mata dan bersikap tak mau ambil pusing dengan perilaku mereka itu. Seolah, apa yang mereka lakukan sudah lumrah dan dimaafkan di negeri ini. Konsekwensinya, jumlah kehamilan di luar nikah dan aborsi yang dilakukan para remaja terus tajam meningkat. Tergerusnya moral mereka tentu tidak tercipta begitu saja. Orangtua dan lingkungan terdekat, pasti sedikit banyak menyumbang tersebarnya epidemi mematikan ini. Sikap kurang bijaksana orangtua mendudukkan mereka di atas kursi pesakitan. Berbicara dari hati ke hati kepada mereka, tentu akan lebih mereka hargai dibanding sikap kasar orangtua. Bermusyawarah mencari jalan terbaik, dan mendengar apa yang mereka inginkan, juga tidak kalah penting. Tapi, tentu kita tak dapat bermimpi, anak-anak akan berubah hanya dengan satu atau dua kali obrolan. Orangtua perlu konsistensi melakukan langkah-langkah pendekatan. Atau dalam bahasa agama dikenal dengan istiqamah. Perintah ini telah Allah titahkan dalam beberapa firman-Nya (Qs. Yûnus [10]: 89, dan Fushshilat [41]: 6).|Q

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


Anak

Feature Artikel Berita

Derita Anak Palestina Akibat perang, anak-anak Palestina menderita tekanan psikologis dan trauma.

suara-suara bising di luar rumah. Ia akan menangis dan berteriak, “Ibu, bom, bom!” tutur Umi Faras. Sementara Ala` al-Shawwa, bocah perempuan Gaza berusia enam tahun, kini tak percaya lagi dengan dongeng-dongeng sebelum tidur yang diceritakan ibunya. Ala` selalu berkata kepada ibunya, “Tidak Bu. Anak perempuan berbaju merah itu tidak dimakan srigala. Tapi ia dibunuh orang-orang Israel.”

SIAPA sangka, huruf A yang biasa dikenalkan untuk kata “Apple” atau huruf B untuk kata “Ball” kini telah berubah makna di mata anakanak Palestina. Huruf A menjadi “Apache”, jenis helikopter tempur yang digunakan Israel menyerang Gaza, huruf B menjadi kata “Blood” (darah), huruf C untuk kata Coffin (peti mati), dan huruf D sebagai kata “Destruction” (kehancuran). Mengerikan. Menurut cerita Amal Yunis, seorang guru di Gaza, ketika ia menempelkan gambar apel (Apple), bunga (Flower) dan kelinci (Rabbits) dengan warnawarna mencolok untuk membuat anak-anak senang melihatnya,

anak-anak itu malah mengubah maknanya. Siswa-siswi kecil yang tak berdosa itu menyandingkannya dengan kata-kata mengerikan. Seperti “Fear” (takut), “Flee” (mengungsi) dan “Fire” (api, kebakaran). Maklumlah, ledakan bom, deru pesawat tempur, hingga bunyi rentetan senjata, selalu menghiasi kehidupan mereka. Jangan heran jika obrolan anak-anak Palestina melulu berkutat seputar senjata, pemboman dan pertempuran. Tapi anak-anak berumur tiga tahunan, seperti anak laki-laki Umi Faras, wanita Palestina, bahkan hingga kini masih sering gemetar dan menjerit ketakutan jika mendengar

Merampas Sifat Anak Perilaku anak-anak di Gaza, seperti anak laki-laki Umi Faras atau al-Shawwa, menunjukkan begitu buruknya masa-masa menakutkan dan penuh tekanan mereka alami selama berminggu-minggu akibat serangan brutal Israel. Trauma akibat perang ini telah merampas sifat anak-anak mereka. “Mereka lupa apa itu damai, gembira dan lucu. Mereka hanya ingat tentang perang, darah dan kematian,” ungkap Fadl Abu Hayen, Direktur Center for Social Rehabilitation and Crisis Management. Anak-anak di Gaza sekarang, telah kehilangan masa kanakkanak, yang seharusnya bisa mereka nikmati dengan keriangan dan kehangatan. Sebuah studi yang dilakukan Universitas Queen, Kanada menyebutkan, pola kekerasan yang dialami anak-anak Palestina mengakibatkan dampak psikologis yang sangat serius dan butuh waktu bertahun-tahun untuk memulihkannya.

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 49


Anak

Feature Artikel Berita Serangan keji pasukan Zionis Israel selama 22 hari ke Jalur Gaza, menimbulkan dampak psikologis bagi anak-anak Gaza yang mungkin akan terbawa sepanjang hayat. Mereka bukan hanya mendengar deru pesawat tempur dan ledakan bom yang menakutkan, tapi juga menyaksikan bagaimana rumah mereka hancur, ayah, ibu dan saudara-saudara mereka meninggal menyedihkan. Mengobati luka psikologis anak-anak Gaza adalah tugas berat, selain tugas membangun kembali fisik wilayah Gaza. “Anak-anak banyak yang kesulitan untuk kembali melakukan aktivitas rutinnya,” kata Dr. Rawya al-Burno, konsultan psikiatri di Gaza. Menurutnya, kerusakan akibat serangan Israel di Gaza tak terhitung besar materinya, apalagi kerusakan psikologi yang dialami anakanak. Butuh waktu sangat panjang untuk memulihkannya. Anak-anak di Gaza, imbuh Dr. Rawya, mengalami trauma psikologis hebat. Mereka kehilangan rasa aman, tak bisa tidur, fokus, kehilangan nafsu makan, dan tidak mau lepas dari jangkauan orangtua mereka. Tiga minggu pertama tahun baru, anak-anak Gaza tak bisa lelap tidur akibat bunyi ledakanledakan. Sekarang, sulit bagi mereka untuk kembali menjalani kehidupan normal. “Banyak anak menunjukan perilaku “berlebihan”, seperti suka mengompol,” papar Dr. Rawya. Untuk mengikis trauma psikologis ini, sekolah-sekolah UNRWA (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East), badan urusan pengungsi Palestina, membuat program untuk mengurangi sedikit demi sedikit rasa takut yang menghinggapi anak-anak Palestina. Salah satu kegiatannya, meminta para siswa menulis surat untuk semua anak-anak di dunia.

50 |

baru saja mereka alami.

Mengobati luka psikologis anak-anak Gaza adalah tugas berat, selain tugas membangun kembali fisik wilayah Gaza. Salah seorang anak Palestina menulis dalam suratnya, “Nama saya Aseel. Saya berumur delapan tahun. Saya punya hak untuk hidup, belajar dan bermain. Tapi orang-orang Israel merampas itu semua dari saya.” Aseel mengakui, menulis surat bisa membantunya meringankan perasaan. Ia tulis surat itu untuk anak seusianya yang tak mengalami perang, seperti yang menimpanya di Gaza. Dengan kepolosan anak-anaknya Aseel bertanya, “Mengapa anak-anak lain bisa menikmati hidup, sedangkan kami tidak?” Selain menulis surat, guru-guru di sekolah juga mengajak siswa-siswanya untuk menggambar. Cara ini diharap menjadi media mereka untuk mengungkapkan pengalaman dan perasaan batin. Aktivitas lainnya adalah membuat forum diskusi dan berbagi pengalaman selama perang dengan teman-teman sekelas. Serta membuat drama kecil agar anak bebas menunjukkan perasaan dan situasi yang pernah membuat mereka ketakutan. Menurut Dr. Rawya, membuat drama psikologis menjadi satu satu cara tercepat untuk mengatasi tingkat stress pascatrauma yang dialami anak-anak Palestina. Karena, dalam drama itu mereka bisa memainkan kembali situasi perang di ruang yang aman. Dan mereka bisa cepat menyingkirkan, bahkan menaklukan rasa takut mereka terhadap peristiwa yang

Hidup dalam Ketakutan Samir Zaqut, psikolog Gaza Community Mental Health Programme, lembaga non-pemerintah yang beroperasi di Gaza menyatakan, serbuan mutakhir Israel ke Gaza akan terus jadi bayangbayang mengerikan dan tak terlupakan bagi anak-anak Palestina. Serangan bom dan peluru kendali rentan menyebabkan tekanan pascatraumatis pada diri mereka. Seperti depresi, insomnia, bahkan kemungkinan besar skizofrenia. Lembaga lain yang berkiprah di Gaza di bawah bendera Save the Children menguatkan perkiraan itu. Dalam pengamatan lembaga itu, 40% anak-anak di Gaza kini mengidap insomnia. Angka itu masih di bawah pengamatan alAwdah Hospital Observational Study, yang memperkirakan 55% anak usia 5-11 tahun mengidap penyakit susah tidur itu. Kajian kilat Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bidang khusus anak-anak, Unicef, menunjukkan fakta lebih mencengangkan. Dilaporkan, Gaza sekarang menjadi tempat paling berbahaya bagi anak-anak. Sebanyak 53% anak-anak di Gaza tak lagi percaya bahwa orangtua mereka bisa melindungi mereka dari kekerasan. Malah 93% merasa tidak aman di manapun mereka berada. Perang telah membuat anakanak Palestina hidup dalam ketakutan. Seakan bom berikutnya akan mengenai rumah mereka. Banyak di antara mereka kini enggan makan, kehilangan nafsu bermain, jarang bicara, dan memeluk erat orangtua mereka setiap saat. “Mereka dibayangi ketakutan. Terutama malam hari karena gelap tanpa penerangan listrik,” ujar Sajy Elmaghinni, petugas Unicef di Gaza, seperti dikutip harian Hurriyet.

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

|Q [AINURRAHMAN]


Multiple Inteligen

Mengenali Jenis Kecerdasan Anak Anak berprestasi, itu keinginan banyak orangtua. Sayangnya, banyak yang abai mengidentifikasi kecerdasan anak. KITA mungkin sering mendengar celotehan para orangtua, “Setiap naik kelas, anakku harus mendapat ranking satu.” Atau, “Anakku harus berprestasi agar mendapat beasiswa bergengsi, dan masuk universitas favorit.” Impian dan idaman itu sangat umum kita temukan dalam masyarakat kita. Para orangtua seakan tren berlomba memberi perhatian dan dukungan optimal agar anaknya berhasil dan sukses belajar. Tak jarang, ada yang nyaris memaksa untuk menyekolahkan anaknya di usia yang belum layak bersekolah, agar si anak lebih cepat sukses. Dulu, untuk jenjang taman kanak-kanak (TK), orangtua biasanya menyekolahkan anaknya saat si kecil berusia lima tahun. Namun kini, banyak orangtua justru mendorong anaknya bersekolah saat masih berusia dini. Menurut psikolog Agung R. Harmoko, orangtua semacam itu menggambarkan kealfaan mereka terhadap tujuan menyekolahkan anak. Dan orangtua itu tak tahu kebutuhan dan potensi anak sesungguhnya. “Pola asuh dan pendidikan seperti ini nampak belum optimal atau kurang tepat sasaran,” tegas Corporate HRD PT Modern Group

ini. Menurut Agung, orang-orang sukses kelas dunia, kebanyakan semasa sekolahnya dulu tidak menonjol dalam pendidikan, apalagi menjadi juara kelas. Contohnya Bill Gates, sang pemilik Microsoft, atau Tiger Wood, mantan raja golf. Mereka mungkin dianggap sebagai satu dari ribuan orang dulunya kurang berhasil di sekolah, namun dalam dunia profesionalnya kini, mereka justru sangat sukses. Jika memang inteligensi quoetient (IQ) tak bisa meramalkan seorang menjadi sukses, lalu apalagi? Bagaimana mempersiapkan anak di masa depan? Apa yang perlu dilakukan para orangtua? Dan bagaimana merancang kesuksesan anak? Menurut Agung, jawabannya dengan mengenali potensi kecerdasan majemuk yang ada dalam diri anak. Potensi ini termaktub dalam teori Multiple Intelligence yang dikemukakan Dr Howard Gardner, peneliti dari Harvard. Teori itu menyebutkan keberadaan delapan jenis kecerdasan: kecerdasan bahasa (cerdas dalam mengolah kata), kecerdasan menggambar (imajinasi tinggi), kecerdasan musikal (peka terhadap suara dan irama), kecerdasan tubuh (terampil

dalam mengolah tubuh dan gerak), kecerdasan matematis dan logika (sains dan berhitung), kecerdasan sosial (kemampuan tinggi dalam membaca pikiran dan perasaan orang lain), kecerdasan diri (menyadari kekuatan dan kelemahan diri), dan kecerdasan alam (peka terhadap alam sekitar). “Dalam merancang kecerdasan anak, dapat dikatakan kita sedang membuat suatu blue print awal potensi anak. Yang kelak akan orangtua gunakan sebagai pondasi untuk memberi perlakuan maupun pendidikan, sesuai kekuatan potensi anak,” ungkap Agung. Menurutnya, semakin kita mengetahui sisi kuat anak, semakin mudah pula bagi kita untuk memberi rangsangan dan arahan hidup anak. Untuk mengenali kecerdasan majemuk anak, para orangtua dapat mengawalinya dengan membuat tujuan pendidikan yang sesuai dengan kondisi anak. Dan dalam rangka melakukan identifikasi kecerdasan ini, diperlukan tenaga ahli, seperti psikolog, guna menjelaskan kondisi anak secara menyeluruh. Tak lupa pula, bekerjasama dengan lingkungan dan masyarakat guna mewujudkan kesuksesan ini. |Q [TAUFIQ]

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 51


Remaja

Feature Artikel Berita

Melawan ‘Bullying’

Agar anak tak bertindak bullying, orangtua harus memperkenalkan mereka pemahaman agama sejak dini.

52 |

S

udah hampir dua pekan Saeful uring-uringan. Kadang-kadang ia merasa malas untuk berangkat sekolah. Kalaupun sudah sampai sekolah, siswa kelas dua SMP di Jakarta ini, ingin lekas pulang ke rumah. Ibunda Saeful tak habis pikir. Padahal anaknya yang dulunya rajin semasa SD, kini terlihat malas berangkat sekolah. “Saya sering dimintai uang oleh kakak kelas. Jika tak memberi, saya akan dipukul,” aku Saeful kepada ibunya. Ternyata, bocah menginjak remaja itu telah mengalami tindakan bullying. Istilah bullying dapat diartikan melecehkan atau melakukan tindak kekerasan, baik secara fisik ataupun verbal, kepada orang lain. Umumnya, tindakan ini dilakukan terhadap orang yang lebih kecil, lemah atau lebih muda. Sejak kasus penganiayaan Praja IPDN terkuak, definisi bullying makin terngiang di telinga masyarakat. Tapi kasus itu tak mewakili bullying secara keseluruhan. Kekerasan

verbal, seperti memaki, menggosip, mengejek, dan memfitnah, juga merupakan wujud bullying yang tidak terekspos. Menurut Andrew Mellor dari Antibullying Network di University of Edinburgh, bullying terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain. Baik berupa verbal, fisik, maupun mental. Dan orang tersebut takut bila perlakuan semacam itu akan terjadi lagi. Penembakan mahasiswa di kampus Virginia Tech, Amerika Serikat, setahun lalu, merupakan contoh bullying yang paling ekstrem. Pelaku rupanya tertekan secara mental, dan melampiaskannya dengan menembak membabi buta ke arah teman-temannya. “Ia kemudian memilih mati untuk mengakhiri penderitaan hidupnya,” ujar Dr. Amy Huneck, ahli intervensi bullying. Ketua Yayasan Sejiwa yang aktif memerangi bullying, Diena Haryana, menjelaskan bullying menjadi momok menyeramkan, karena dampaknya bukan hanya dapat dirasakan sekarang, namun juga bisa muncul beberapa tahun kemudian. Contohnya, dari salah satu anak SMA yang Diena dampingi, ketika dibentak gurunya, ia langsung pingsan dan meracau tidak jelas. “Selidik punya selidik, ternyata ia pernah diperlakukan bullying dengan sangat keras oleh gurunya saat di SD dulu. Sampai sekarang, ia masih perlu pendampingan,” ujar Diena. Di Indonesia, sejak lima tahun terakhir, gejala bullying di sekolah mulai menjadi sorotan media massa, meski aksi tersebut sesungguhnya sudah terjadi sejak puluhan tahun silam. Istilah yang digunakan juga beragam. Dalam bahasa pergaulan, sering ada istilah gencetgencetan, perploncoan, atau juga senioritas.

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


Masih banyak bentuk bullying yang tak terlihat langsung, padahal dampaknya sangat serius. Misalnya, seorang siswa dikucilkan, difitnah, dilirik dengan pandangan sinis, atau dipalak, dan masih banyak lagi kekerasan lainnya. Sayangnya, hingga kini, banyak sekolah masih terkesan membiaran praktik-praktik bullying terjadi di lingkungan pendidikan mereka. Bullying pun berimbas pada kekerasan yang melibatkan sekelompok pelajar. Sebulan lalu, muncul rekaman video amatir yang menayangkan adegan kekerasan yang dilakukan siswi SMA di Kalimantan Timur. Itu bukti bagaimana banyak sekolah di Indonesia belum bebas dari aksi bullying. Menurut Diena, fenomena bullying ada di setiap sekolah, dengan intensitas beragam dan sudah terjadi sejak lama. Namun kini, intensitas kekerasannya semakin parah, hingga pada taraf penculikan atau menelan korban jiwa. “Budaya kekerasan di sekolah belum bisa diubah,” keluhnya. Survei LSM Plan Indonesia dan Yayasan Sejiwa pada 2008 di tiga kota besar, yakni Jakarta, Surabaya dan Yogyakarta, menemukan

sekitar 67% dari 1.500 pelajar yang dijadikan responden, pernah mengalami bullying di sekolahnya. Pelakunya mulai dari teman, kakak kelas, adik kelas, guru, hingga preman di sekitar sekolah. Akibatnya, sekolah bukan lagi menjadi tempat menyenangkan bagi siswa, tapi malah tempat yang menakutkan dan membuat trauma. Bentuk-bentuk bullying yang ditemukan di sekolah cukup beragam, mulai dari dipukul, ditonjok, ditampar, dihina, lirikan mengejek, julukan negatif, dicolek, dicium paksa, hingga alat kelamin diraba. Lokasi kejadian, bisa berlangsung di toilet, kantin, halaman, pintu gerbang sekolah, bahkan di dalam ruang kelas.

Segera Diatasi

Psikolog Ratna Juwita dari Universitas Indonesia, menerangkan tingkat keamanan sekolah dari bullying atau tindakan yang membuat seseorang merasa teraniaya dengan pelaku guru, sesama siswa, senior atau alumni, tergantung dengan kondisi interaksi guru dan murid di sekolah dan aura lingkungan sekolah. Dari penelitian yang dilakukan-

nya di tiga kota besar Indonesia untuk tingkat pendidikan SD, SMP dan SMA, sekolah dengan tingkat bullying terendah menunjukkan ada kaitan erat antara guru dengan siswanya, serta kondisi lingkungan sekolah yang mendukung. “Yang rendah itu, di sekolahnya terdapat hubungan antara guru dan siswa yang sangat baik. Sekolahnya kecil dan nyaman, dalam arti hijau, anak-anak bebas main-main. Sekolah yang sangat biasa,” ujar Ratna. Ratna menambahkan, bentuk bullying bisa terjadi di setiap tingkatan umur. Makin muda umur anak, biasanya bullying lebih terarah pada fisik. Makin bertambah usia, makin menuju bullying verbal dan psikologis. Contohnya, ketika ada seorang murid yang vokal bertanya, maka guru menjawab, “Al, kamu belum bayar uang sekolah saja malah bertanya-tanya,” tiru Ratna. Lantas siapa yang dianggap sebagai pelaku bullying alias ‘pembuli’? Pembuli biasanya memiliki pandangan positif terhadap kekerasan, orangnya impulsif, dan memiliki kebutuhan untuk mendominasi orang lain. Pembuli, laki-laki maupun perempuan, sering populer dan menarik. Bullying juga bisa dilakukan siapa saja. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan Direktur Eksekutif Lembaga Pratista Indonesia, Netti Lesmanawati, pada 150 siswa SD, SMP, dan SMA di dua kecamatan di Bogor, Jawa Barat, pelakunya lebih sering teman sekolah, kakak kelas, dan guru. Menurut penelitian Netti, kekerasan yang terjadi di sekolah umumnya bersifat fisik, psikis, dan seksual. Anak SMA relatif lebih banyak mengalami kekerasan, dan umumnya bersifat verbal. Kondisi ini juga terjadi pada siswa SD dan SMP. Reaksi siswa saat menerima kekerasan verbal dari guru atau bahkan kepala sekolah, kata Netti, umumnya adalah menyadari kesalahannya. “Tapi masih terdapat cukup banyak siswa yang merasa cuek (masa bodoh), diam, dan biasa saja, terhadap kekerasan yang diterimanya,” ujar Netti.

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 53


Remaja

Feature Artikel Berita Ia mengingatkan, apabila bullying terus dibiarkan, pelakunya akan belajar bahwa tak ada risiko apapun bagi mereka untuk melakukan kekerasan, agresi, atau pengancaman. Ketika dewasa, lanjut Netti, pelaku berpotensi lebih besar untuk menjadi preman dan pelaku kriminal. “Ini akan membawa masalah pergaulan sosial,” jelasnya. Barbara Coloroso, penulis buku “Stop Bullying !” (2007) men-

egaskan, tragedi penindasan kerap melibatkan tiga pemeran: penindas, tertindas, dan penonton. Ketiganya tak hanya akrab kita jumpai, tapi juga sering kita jalani. Namun, kita belum memiliki kesadaran, bahwa ketiga karakter itu sejatinya juga dimainkan dan dipelajari oleh anakanak kita dalam keseharian mereka di rumah, sekolah, maupun tempat bermain. Menurut Coloroso, untuk me-

nanggulangi aksi bullying, orangtua mesti mengasah kepekaan mereka terhadap kepedihan yang dialami anak. Keluarga dan sekolah dapat mengeksplorasi cara membesarkan anak-anak yang berbudi, mandiri, dan mampu membela hak-hak mereka sendiri. Sambil di sisi lain menghormati hak dan kebutuhan sah orang lain, bertanggung jawab, sekaligus berani menentang ketidakadilan. |Q [TATA SEPTAYUDA]

Pemahaman Agama Sejak Dini Untuk mencegah bullying, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Prof. Dr. Arief Rachman, MPd menyarankan, agar orangtua memperkenalkan pemahaman agama sejak dini kepada anak. Anak juga mesti mendapat kesempatan untuk menjalani aktivitas yang menyenangkan. “Bullying bisa dihindari jika anak lekat dengan budaya dan pemahaman agama,” ujar Arief. Selain itu, ada beberapa hal yang harus juga diperhatikan: Pertama, setiap anak harus memiliki kemahiran menangkis celaan dengan santai, tanpa perlu terpancing emosi. Dengan begitu, pelaku bullying tak mendapatkan celah untuk meneruskan aksinya. Kedua, bagi pelaku bullying, mereka harus sadar. Sebab, bullying paling sering terjadi lantaran

54 |

pelakunya tak kuasa menerima perbedaan. Mereka puas jika merasa lebih berkuasa dan berhasil membuat korbannya tak berkutik. Ketiga, bullying bukan sejatinya tergantung presepsi orang yang menjadi target. Meski begitu, bullying tak bisa didiamkan. Apalagi, bullying terbukti berpengaruh terhadap naiknya tingkat depresi, agresi, penurunan nilai akademis, dan tindakan bunuh diri pada orang dewasa maupun anak. Keempat, bullying juga menurunkan skor hasil tes IQ dan kemampuan analisis siswa, serta menumbuhkan perasaan kurang berarti. Kepercayaan diri para korban yang mengalaminya, harus dibangkitkan dengan pendampingan, dan terus digali potensi dirinya. |Q [TATA SEPTAYUDA]

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


Remaja

Feature Artikel Berita

Perokok Muda Meningkat Drastis Dra. Yayah Hidayah MSi Dosen Psikologi Agama Universitas Mercu Buana & USAHID Jakarta

Jumlah perokok usia dini di Indonesia meningkat drastis. Dampak kesehatan fisik.dan mentalnya lebih berat .

B

aru melangkah 50 meter dari sekolah menengah pertama di dekat Gerage, Cirebon, Dedi mampir di warung rokok. Dia membeli sebatang rokok kretek. Sambil berjalan bersama temantemannya menuju pulang, remaja laki-laki yang baru 13 tahun ini menikmati setiap hisapan rokoknya. “Kalau nggak merokok beberapa jam saja, mulut asem,” ujar Dedi, yang mengaku mulai merokok sejak kelas enam SD. Dedi mulai menghisap nikotin batangan karena ikut-ikut lingkungan. Ayahnya perokok. Namun, bila ia merokok di rumah, dia digampar ayahnya, sedangkan bila ayahnya merokok tak ada siapa pun yang menggampar. Maka Dedi memanfaatkan waktu istirahat dan pulang sekolah untuk merokok. Yang terjadi pada Dedi juga terjadi pada banyak anak seusianya, bahkan lebih muda. Menurut penelitian pada 2007 oleh sebuah lembaga antirokok di usia muda di bawah Badan Kesehatan Dunia (WHO), Global Youth Tobacco Survey, usia perokok di Indonesia makin muda. Dulu, usia anak pertama kali merokok adalah saat SMP, tapi sekarang banyak dijumpai anak-anak kelas empat SD sudah merokok. “Celakanya, perokok kelompok umur paling muda, 5 hingga 9 tahun, meningkat empat kali lipat pada 2007,” ujar Ketua Tobacco Control Support Centre, Dr Widyastuti Soerojo. Dari data survei tersebut, ditemukan 78,2 persen perokok adalah kaum remaja. Jumlahnya naik dua kali lipat dari tiga tahun sebelumnya. Sedangkan pada 1995, perokok pemula—19 tahun ke bawah—64 persen. Angka tertinggi perokok remaja adalah pada usia 15 sampai 19 tahun.”Tren semakin dini merokok memang makin menggila,” ujar Widyastuti yang ahli kesehatan masyarakat ini. Yang mengerikan, sebagian dari anak-anak muda, 30 menit setelah bangun tidur sudah ingin merokok. Ini semua tak lepas dari gencarnya iklan rokok yang menggambarkan gaya anak muda yang asyik. Remaja menjadi tujuan industri rokok, karena kaum seumuran itu diharapkan akan menggantikan para perokok pendahulunya. “Karena adiksi, mereka akan menjadi perokok jangka panjang. Target industri rokok adalah perokok jangka panjang,” kata Widyastuti.

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 55


Remaja

Feature Artikel Berita menekan angka perokok dini. Di Jepang, perokok laki-laki usia 15 tahun ke bawah turun dari 81 persen menjadi 54 persen. Inggris juga berhasil menurunkan perokok usia di bawah 16 tahun dari 61 persen menjadi 55 persen. Amerika Serikat turun dari 52 persen menjadi 26 persen. Rachmat dan Tuti sepakat, perlu diambil tindakan segera untuk menurunkan jumlah perokok usia muda. Caranya dengan meningkatkan pendidikan tentang bahaya merokok, meninggikan harga dan cukai rokok, membatasi merokok di tempat umum, serta melarang iklan rokok. “Di sini juga terlalu mudah akses mendapatkan rokok,” kata Tuti. Seperti yang terjadi pada Arie. Hanya sepuluh langkah dari sekolahnya, dia bisa membeli sebatang rokok untuk menemaninya sampai ke rumah. |Q Memang, setiap iklan rokok sama sekali tidak menampilkan orang muda yang sedang merokok. Namun cerita iklannya itu sendiri sangat menggoda. Ada gambaran lelaki jantan yang suka bertualang atau menggemari olahraga ekstrem. Juga ada yang menawarkan citra tampil beda dan selalu diikuti lainnya. Yang menampilkan anak muda bebas berekspresi dan punya gaya sendiri pun tersedia. Jadi, siapa pun anak muda yang ingin keren bisa tergiur. Padahal faktanya sama sekali tidak keren. Sebab, selain mengakibatkan kecanduan, sederetan penyakit dari ujung kepala hingga kaki mengantre (lihat Efek Merokok pada Remaja). Apalagi remaja selalu mengira, dapat dengan mudah berhenti merokok setelah masa coba-coba dua atau tiga tahun. Nyatanya tidak. “Dorongan psikologi simbolis digantikan dengan efek farmakologi, efek ketergantungan,” kata Widyastuti. Maksudnya, ketika masih remaja, keputusan merokok lebih disebabkan dorongan emosional atau coba-coba akibat pengaruh iklan atau melihat lingkungan merokok. Namun, setelah usia bertambah,

56 |

orang merokok karena sudah kecanduan dan jadi kebutuhan. “Yang sangat disayangkan, pemerintah tak berbuat apa-apa,” ujar Widyastuti. Menurut Ketua Umum Forum Komunikasi Pembinaan dan Pengembangan Anak Indonesia (FKPPAI) dr. Rachmat Sentika, meningkatnya perokok remaja dan anak-anak di Indonesia tak lepas dari kebijakan pemerintah yang hingga kini belum meratifikasi konvensi pembatasan rokok. Padahal ahli kesehatan masyarakat dunia pun sudah mempertanyakan kebijakan pemerintah Indonesia yang longgar terhadap industri rokok. Dibandingkan Cina yang penduduknya lebih banyak dari Indonesia, persentase perokok belia di sana lebih kecil. Cina, yang berpenduduk 1,2 miliar, memiliki perokok aktif 300 juta orang atau sekitar seperempat dari jumlah penduduk. Sedangkan Indonesia, dengan 220 juta jiwa, 141,44 juta di antaranya, atau lebih dari setengah populasi, perokok aktif. Adapun 84,8 juta jiwa di antaranya berpenghasilan kurang dari Rp 20 ribu per hari— upah minimum regional untuk Jakarta sekitar Rp 38 ribu per hari. Negara lain pun sudah giat

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

Efek Buruk Merokok Sistem saraf

- Karena masih muda, sistem saraf sedang berkembang. Racun rokok mengganggu perkembangannya, sehingga anak jadi telmi atau telat mikir. Kelenjar endokrin (yang bertugas mengeluarkan hormon) - Kanker Tulang - Osteoporosis. Nikotin, karbon monoksida, hid rogen sianida merampok oksigen, sehingga mengganggu pertumbuhan tulang.

Sistem Pernapasan Jangka pendek:

- Membunuh sel rambut getar (silia) di saluran pernapasan. Sel ini berfungsi menyapu lendir dan kuman keluar dari saluran pernapasan. Ini adalah awal dari bronkitis. - Iritasi - Batuk


pada Remaja Jangka Panjang:

- Kanker paru.”Dulu kanker paru mengena pada usia 50 tahun ke atas, kini sudah ada beberapa yang berusia 30 tahun ke bawah,” kata dokter spesialis paru, Ahmad Hudoyo. - Emphycema, atau hilangnya elastisitas paru. - Bronkitis kronis, 100 persen akibat merokok di usia 20 tahun.

Jantung

- Serangan jantung mendadak dan stroke.

Sistem otot

- Rheumatoid arthritis atau hilangnya sistem imun tubuh akibat iritasi dan lupus.

Sistem kekebalan tubuh - Antibodi lemah

Saluran kencing - Gangguan ginjal

Pencernaan - Kanker usus

Sistem reproduksi

- Perempuan: menopause lebih awal, kanker vulva, kanker serivikal.

Kulit

- Gangguan pada kulit, kulit kering, jerawat, dan sebagainya. - Pria: disfungsi ereksi. “Nikotin

menyebabkan kelumpuhan pada klep pembuluh darah balik di penis. Jadi, meskipun sudah ereksi, karena klepnya lemah, gagal ereksi jangka panjang,” ujar Ahmad. - Kanker penis. - Kesehatan mental Mudah gelisah, depresi, dan cenderung ke penyalahgunaan obat.. „

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 57


Remaja

Feature Artikel Berita

Menurut WHO, Indonesia adalah jawara jumlah kematian ibu dan anak di kawasan Asia Tenggara. Salah satu angka pendukung kuatnya: aborsi.

Gunung Es Aborsi AWAL Februari lalu, masyarakat Inggris digemparkan dengan hadirnya pasangan orangtua mungil. Alfie Patten yang baru berusia 13 tahun, harus menjadi ayah dari Maisie Rixane, janin yang dikandung kekasihnya, Chantelle Steadman, yang juga baru berusia 15 tahun. Usia yang sangat belia untuk ukuran seorang ibu. Pergaulan bebas di Inggris dan negara-negara Barat lain, sebenarnya bukan hal aneh. Namun mempunyai anak dari hubungan bebas, apalagi dalam usia belia, tetap dianggap bukan peristiwa wajar bagi masyarakat Barat. Karena, oborsi biasanya lebih dipilih, daripada memelihara janin. Beruntung orangtua kedua bicah belia itu mensupport agar Maisie meneruskan kehamilan dan mempunyai anak. Kejadian ”menyimpang” seperti ini, mungkin jarang terjadi di dunia masyarakat Timur, termasuk Indonesia. Sebab, kehamilan di luar nikah, masih tabu dan menjadi aib besar, apalagi harus berakhir dengan aborsi. Namun, aborsi bukan hanya dimonopoli pasangan tak resmi. Karena banyak pula dilakukan kalangan berstatus pernikahan resmi dengan berbagai alasan. Frekuensi aborsi sangat sulit dihitung secara akurat. Karena aborsi sangat sering tidak dilaporkan, kecuali jika terjadi komplikasi, sehingga perlu perawatan khusus di Rumah Sakit.

58 |

Berdasarkan perkiraan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), pada 2006 ada sekitar dua juta kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Berarti, ada dua juta nyawa yang dibunuh setiap tahunnya secara keji, tanpa banyak yang tahu.

Kehamilan Tak Diinginkan Menurut data Departemen Kesehatan (Depkes), jumlah aborsi yang terdata jauh lebih sedikit dibandingkan angka sesungguhnya. Dari jumlah yang tertera, sekitar 70-80% aborsi dilakukan oleh perempuan yang sudah menikah. Berarti, ada sekitar 20% atau sekitar 500 ribu aborsi dilakukan oleh remaja putri yang belum menikah. Jumlah itu mungkin bertambah besar, mengingat banyak aborsi yang tidak dilaporkan, atau hanya dikabarkan sebagai pendarahan biasa. Pada workshop advokasi ”Kehamilan Tidak Diinginkan” (KTD) yang digelar Kisara di Denpasar awal Februari lalu terungkap, kasus-kasus kehamilan yang tidak diinginkan semakin banyak ditemui di Pulau Bali. Kondisi ini bahkan disinyalir sebagai fenomena gunung es, dan menimpa sebagian besar remaja putri Bali yang belum menikah. Jika tak ditangani serius, kondisi ini akan menjurus pada upaya aborsi yang ilegal dan tidak aman. Klinik Kisara di pulau dewata itu pada empat bulan pertama (September-Desember 2008), bahkan telah

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


menangani konseling 177 kasus KTD. Terdiri dari 156 kasus (88%) terjadi pada anak usia 10-24 tahun, sisanya 21 kasus (11,9%) terjadi pada remaja putri berusia di atas 21 tahun. Secara keseluruhan, menurut rilis BKKBN, tingkat KTD di Bali mencapai 18.582 kasus pada 2006. Menurut pakar kesehatan reproduksi, Mangku Karmaya, pencegahan KTD harus dilakukan secara komprehensif, mulai dari pemberian informasi yang tepat mengenai masalah seks dan kesehatan reproduksi, hingga sosialisasi pencegahan KTD. Lebih penting lagi, remaja yang telanjur mengalami KTD membutuhkan jaminan untuk tidak mengalami diskriminasi dan layanan aborsi yang aman. Hasil penelitian Organisasi Kesehatan Internasional (WHO), separo dari jumlah kematian bayi di Indonesia adalah akibat aborsi tak aman. Angka kematian itu menempatkan Indonesia di urutan pertama jumlah kematian ibu dan anak di Asia Tenggara. Setiap tahun, diperkirakan 19.000 perempuan Indones i a

meninggal dunia akibat komplikasi saat kehamilan, persalinan, dan setelah melahirkan. Yang mengkhawatirkan, berdasarkan penelitian di 10 kota besar dan enam kabupaten, dari dua juta kasus aborsi, 70% di antaranya dilakukan diam-diam oleh tenaga medis yang tidak memiliki izin. Alasan para wanita hamil untuk melakukan aborsi bermacam-macam. Yang paling utama, alasan-alasan non-medis. Alasan lainnya, masih terlalu muda (terutama mereka yang hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak. Ada pula orang yang menggugurkan kandungan karena tak mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka tak tahu keajaiban-keajaiban yang dirasakan seorang calon ibu saat merasakan gerakan dan geliatan anak di dalam kandungannya. Alasan-alasan seperti ini nyatanya sering dilontarkan para wanita yang mencoba meyakinkan diri bahwa membunuh janin dalam kandungannya adalah boleh dan benar. Padahal, semua alasan-alasan itu tak berdasar. Dari data

aborsi yang dikeluarkan WHO, tercatat lebih dari separuh atau 57% pelaku aborsi adalah perempuan yang berusia di bawah 25 tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia di bawah 19 tahun. Di negara-negara sekuler, perilaku aborsi memang hanya sering menjadi perdebatan medis, dan hanya sedikit masuk dalam perdebatan etis. Di Amerika Serikat, aborsi kehamilan di luar nikah mencapai 82%. Para wanita muda yang hamil di luar nikah di sana cenderung mudah memilih membunuh anaknya sendiri. Bayangkan jumlahnya di Indonesia dengan adat Timurnya, yang menganggap kehamilan di luar nikah sebagai aib besar keluarga dan masyarakat.

Resiko Fisik dan Mental Apapun alasannya, aborsi akan meninggalkan resiko yang tak dapat dihindarkan. Bukan hanya dari sisi kesehatan dan keselamatan fisik, namun pelaku aborsi juga akan dihantui gangguan psikologis. Resiko kesehatan, aborsi dapat mengakibatkan kematian. Baik akibat pendarahan, atau karena pembiusan yang gagal, maupun akibat infeksi serius di sekitar kandungan. Secara jangka panjang, aborsi

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 59


Remaja

Feature Artikel Berita akan berakibat pada kondisi rahim yang bias sobek, dan rentannya berbagai penyakit kanker, seperti kanker payudara, indung telur, leher rahim, hati, dan berbagai penyakit lainnya. Dari sisi kesehatan mental, beberapa hal bisa dialami oleh perempuan pelaku aborsi. Misalnya untuk KDT, pelaku bisa kehilangan harga diri, sering histeris jika mengingat perbuatan yang dilakukannya, atau mimpi buruk berulang kali mengenai si jabang bayi. Di luar itu, pelaku aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tak dapat

mudah hilang bertahun-tahun. Menurut psikolog dari Universitas Paramadina Jakarta Zikri Neni, dengan kultur dan norma-norma Timur yang lekat pada masyarakat Indonesia, wanita yang mengalami KDT cenderung memilih mengakhirinya dengan aborsi. Persaaman malu dan punya ada harga diri, menjadi alasan utama mereka memilih melakukan aborsi. Selain itu, alasan-alasan teologis juga menghantui para pelaku dengan perasaan berdosa dan bersalah. Walau Neni sangat mengecam hamil di luar nikah, tapi ia juga ti-

dak menganjurkan aborsi. Dengan tidak melakukan aborsi, menurut Neni, akan memberi pelajaran kepada remaja yang mengalami kehamilan pranikah untuk bertanggungjawab. Selain itu, pihak keluarga seharusnya melarang aborsi. Sebab, perilaku aborsi yang disetuji, akan mendorong perilaku serupa bagi orang yang mengetahuinya jika mengalami hal serupa. “Biarlah mereka dididik untuk bertanggungjawab. Itu agar mencegah orang lain melakukan hal serupa,� tandas Neni kepada Majalah Qalam. | Q [ISLAH]

Mendidik Tanggungjawab Zikri Neni, Dosen Psikologi Universitas Paramadina dan Universitas Nasional (Unas), Jakarta Bagaimana pendapat Ibu melihat fenomena aborsi remaja yang saat ini tampak sangat besar? Fenomena aborsi bagi remaja, dimulai dari pergaulan bebas yang mereka jalani. Apalagi saat ini, untuk melakukan hubungan di luar nikah sangat memungkinkan, dan tak perlu biaya besar. Mereka bisa melakukan di hotel, motel, kos, bahkan rumah sendiri. Hal ini harus diwaspadai oleh semua pihak, khususnya keluarga. Pencegahan yang seharusnya dilakukan? Keluarga harus menjadi benteng utama menghalangi terjadinya hubungan bebas ini. Pendidikan dalam keluarga harus menjadi hal yang membuat para remaja memahami posisi dan tanggungjawab mereka, dan bagaimana mereka berperilaku dalam keseharian. Bahkan orang tua harus mengetahui segala perbuatan anak mereka untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan. Misalnya, ketika keluarga akan mengadakan acara ke luar rumah, namun ada salah seorang anak yang tak mau ikut, orangtua harus mengetahui alasan sang anak menolak ikut. Namun bukan berarti menimbulkan kecurigaan antaranggota keluarga. Komunikasi harus dijalin. Selain keluarga? Harus ada peran dari remaja sendiri. Bahkan, kalau bisa mereka menghindari praktik pacaran. Sebab, selain menggangu belajar, pacaran juga akan menimbulkan batasan-batasan dalam pergaulan. Juga, pacaran menimbulkan konsekuesi untuk

60 |

melakukan tugas yang seharusnya belum menjadi tanggungjawabnya. Seperti keharusan memberi perhatian lebih pada pasangan yang seharusnya belum layak untuk dilakukan. Selain itu, bukan tak mungkin mereka melakukan hubungan bebas. Dalam kasus kehamilan pranikah, apakah aborsi atau melanjutkan kehamilan yang kebanyakan dipilih pelaku? Aborsi. Kita berada dalam masyarakat yang menghargai norma ketimuran yang sangat kuat. Kehamilan pranikah merupakan hal yang melanggar norma. Karena malu, dan berusaha menutup malu, akhirnya mereka melakukan aborsi. Semua agama juga menganggap aborsi sebagai perilaku yang buruk dan berdosa. Bahkan, dalam masyarakat timbul terminologi “anak haram�, bagi anak yang dilahirkan di luar nikah. Selain itu, sekarang orang bisa dengan mudah mencari oknum atau klinik yang melayani aborsi. Seperti layaknya hukum ekonomi, ada permintaan maka akan ada penawaran. Besarnya permintaan untuk praktik aborsi, membuat penyedia jasa juga meningkat. Apa yang seharusnya dilakukan oleh remaja atau keluarga jika kehamilan luar nikah terlanjur terjadi? Sebaiknya dibiarkan saja kehamilan itu berlanjut. Jangan akhiri dengan aborsi. Biarlah mereka (para pelaku) dididik bertanggungjawab. Ini juga untuk mencegah orang lain melakukan hal yang sama. Aborsi tak akanmenjadi efek jera bagi masyarakat, jika masih ada orang yang melakukannya. |Q [ISLAH]

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


Bisnis

Feature Artikel Berita

Taswîf Menunda Kesuksesan

Menunda-nunda pekerjaan adalah penyebab kegagalan hidup. Untuk membuang penyakit ini, Rasulullah mengajarkan kita agar berdoa terhindar dari rasa malas.

Sang surya mulai mekar di ufuk timur. Abdullah Faqih, pemilik usaha warung kelontong di bilangan Depok bergegas meninggalkan halaman rumahnya. Ia tak bisa berleha-leha di rumah menunggu siang. Pasalnya, makin siang ia buka warung, makin berkurang pemasukannya hari itu. Maka tiap kali selepas shalat Subuh, ia terus paksakan diri berangkat ke pasar membuka warung. Berbeda dengan Hasbullah. Pagi itu, konter pulsa miliknya di terminal Rempoa ia biarkan tertutup rapat-rapat. Ia lebih asik memeluk guling daripada membuka konter. Pikirnya, agak siang sedikit pun, pelanggan masih ada. Mungkin cukup untuk menutupi biaya operasional usahanya. Beberapa bulan kemudian, Faqih berhasil membuka cabang baru warung kelontong tak jauh dari warung pertamanya. Sementara Hasbullah makin tergilas persaingan bisnis dengan konter-konter lain yang kian marak. Bahkan, kian hari, transaksi di konternya terus merosot. Itulah akibat taswîf, atau menunda-nunda pekerjaan penyebab kegagalan hidup. Apalagi dalam bisnis, waktu sangatlah berharga. Times is money, istilahnya. Hasbullah gagal kareba ia tidak memperhatikan waktu, dan suka menunda-nunda pekerjaan. Padahal, jika ia mau lebih pagi membuka konter, transaksi pulsa jelas bisa lebih bagus. Apalagi lokasi konternya terbilang sangat strategis.

Penyakit Hati Menurut Sayyid Muhammad Nuh, taswîf bisa diartikan sebuah penyakit hati yang ada dalam diri seorang muslim. Penyakit mengakhirkan atau menunda pekerjaan ini bisa berupa tugas ibadah maupun mu’amalah. Ditinjau dari segi bahasa, taswîf berasal dari akar kata sawwafa–yusawwifu–taswîfan. Maknanya sama dengan mâthala–yumâthilu–mumâthala-

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 61


Bisnis

Feature Artikel Berita tan, atau `akhkhara– yu`akhkhiru– ta`khîiran. Berarti: mengakhirkan, melambat-lambat, atau menundanunda pekerjaan. Bagaimana jika penyakit hati ini menjangkiti para pebisnis? Dapat dipastikan, bangunan bisnisnya akan ambruk. Menunda satu menit kerja bisnis, kita bisa merugi ratusan juta rupiah. Terlebih jika kita berbisnis di i kota-kota besar. Pusat-pusat bisnis di sana, bahkan seudah bergeliat sejak pagi buta. Para pekerjanya juga harus kuat menempuh puluhan kilometer menuju tempat kerja, dan rela bangun sebelum Subuh. Tak ada kata terlambat untuk urusan pekerjaan atau bisnis, apalagi bertemu dengan klien bisnis. Berbeda dengan kalangan yang terkena penyakit taswîf. Yang ada dalam benak mereka hanya, “Ntar aja,” “Waktunya masih panjang,” atau kata-kata kemalasan lainnya. Walhasil, banyak peluang bisnis

menguap begitu saja. Menurut Psikolog Universitas Indonesia (UI) Neni Indra Melani, fenomena menunda pekerjaan sering disebut procrastination. Biasanya disebabkan beberapa aspek. Di antaranya, karena pekerjaan yang dilakukan tidak dimengerti, membingungkan atau tidak sesuai dengan minat, sehingga kita sangat sulit termotivasi memulai pekerjaan tersebut. Bisa juga karena perfeksionis yang suka mematok standar, yang terkadang sangat sulit untuk digapai, sehingga turunlah semangat untuk mengejar standar tersebut. Taswîf bisa menjangkiti siapa saja. Dan ini telah Allah SWT ingatkan dalam al-Qur`an. Bagi Allah, tepat waktu dan tidak mengulur-ulur pekerjaan adalah perilaku yang sehat. Dalam hal ibadah, meninggalkan taswîf lalu mengerjakan shalat tepat waktu, maka kita akan mendapatkan pahala berlipat. Apalagi

dalam bisnis. Jika cara hidup taswîf terus dikerjakan, hidup kita tak akan nyaman, karena tertekan dengan tumpukan pekerjaan yang kemudian harus segera diselesailkan. Dengan terus menunda pekerjaan, maka pekerjaan lain akan terus menumpuk di belakang. Belum lagi akibat penyesalan yang timbul kemudian. Dalam bisnis, remeh dengan waktu, berarti berbagai peluang bisnis akan hilang. Ketika seorang pebisnis kurang menghargai waktu, klien bisnis akan mengurangi kepercayaannya. Mengatasi penyakit ini tidaklah mudah. Karena penyakit ini memang terkadang sulit dihindari, terkait dengan pribadi masing-masing orang. “Procrastination (taswîf) hampir selalu dihubungkan dengan sifat negatif, seperti malas, tidak pandai membagi waktu, inadekuat, atau tidak matang secara pribadi,” kata Neni. |Q [AINURRAHMAN]

Penyebab ‘Taswîf’ Untuk mengobati taswîf, harus dimulai dengan melacak asal munculnya penyakit ini. Sumbernya adalah hati yang dipengaruhi banyak faktor. Tapi kebanyakan, pengaruh lingkungan dan pergaulan yang paling mewarnai. Taswîf dapat tumbuh dengan mudah dalam lingkungan keluarga yang terbiasa berperilaku taswîf. Karena keluarga adalah sekolah pertama (madrasatul-`ûlâ) pembelajaran. Jika orangtua malas dan tidak menghargai waktu, anak sangat rentan mengikuti pola tersebut. Untuk itulah Rasulullah SAW menganjurkan para orangtua agar memenuhi janji dan tidak berdusta kepada anak. Dalam sebuah riwayat dikisahkan, suatu ketika Abdullah ibn Amir dipanggil ibunya. Saat itu Rasulullah sedang duduk-duduk di rumah mereka. Sang ibu berkata, “Kesinilah nak, aku beri kamu sesuatu.” Rasulullah bertanya, “Apa yang akan kamu berikan kepadanya?” Ibu itu menjawab, “Kurma.” Rasulullah bersabda, “Jika kamu tak memberikannya sesuatu, maka kamu akan dinilai mendapat kedustaan di mata Allah.”

62 |

Pergaulan juga sangat mempengaruhi pola sikap dan tindakan kita. Bergaul dengan seorang pemalas, kita bisa terpengaruh menjadi pemalas. Bahkan, ada yang mengatakan, pergaulan menentukan sukses masa depan. Rasulullah bersabda, “Jika kamu ingin mengetahui kepribadian seseorang, lihatlah siapa temannya.” Penyakit taswîf sangat mudah menjangkiti orang yang suka terlalu banyak berkhayal. Pengidap penyakit ini, biasanya banyak berangan tinggi, namun senang termangu daripada bekerja. Cara kerjanya lambat dan tidak produktif. Selain itu, orang yang malas juga rawan terkena taswîf. Karena, pemalas biasanya tak memiliki etos dan gairah kerja. Hingga kesuksesan pun semakin menjauh. Tengoklah cerita sukses orang-orang besar, pasti mereka adalah kalangan yang mempunyai etos kerja yang baik. Untuk membuang penyakit ini, tak heran jika Rasulullah mengajarkan agar kita untuk membiasakan diri terus berdoa agar terhindar dari rasa malas. |Q [AINURRAHMAN]

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


Bisnis

Feature Artikel Berita

Waspadai ‘Window Shopping’ Dhorifi Zumar Peneliti MARS Indonesia

ati-hati bagi Anda yang punya kebiasaan jalan-jalan ke pusat perbelanjaan. Dari sekadar iseng (window shopping), ada potensi konsumtivisme, dipicu diskon, promosi, maupun iklan. Nafiqa (25), wanita berjilbab yang tinggal di Depok, itu bisa dipastikan hampir setiap akhir pekan selalu berkunjung ke Hypermarket Carrefour yang terletak di lantai 2-3 pusat perbelanjaan ITC Depok. Kegemarannya mengunjungi pusat perbelanjaan tersebut seolah menjadi acara rutin mingguan. Terkadang kalau suaminya tak bisa mengantar karena alasan kesibukan atau sedang tugas ke luar kota, ibu satu anak ini tetap saja nekad pergi. Kalau tidak dengan pembantu, ya tetangganya dipilih mendampingi. Terasa hilang semangat hidupnya kalau absen sekali saja berkunjung ke pusat perbelanjaan itu. Pendeknya, jalan-jalan ke pusat perbelanjaan, sudah menjadi kebutuhan atau gaya hidupnya. Kenapa ia begitu gemar datang ke Carrefour dan terkesan belabelain padahal tempat tinggalnya menuju ke ITC berjarak cukup jauh, kira-kira 10 kilometer? Ternyata, alasannya karena hypermarket tersebut memberi kenyamanan dan kepuasaan tersendiri dalam berbelanja. Selain tempat yang nyaman dan bersih, Carrefour juga dikenal sangat lengkap koleksi barangnya, karena memang berkonsep one stop shopping. Semua kebutuhan belanja hampir ada di sana, dari aneka kebutuhan rumah tangga (consumer goods), makanan, pakaian, hingga elektronik dan furnitur. Lebih dari itu, pusat belanja asal Perancis ini menawarkan harga yang lebih rendah dibanding para kompetitornya. Karena memang Carrefour berkomitmen sebagai tempat belanja yang menjamin harga lebih murah sesuai mottonya “Kalau ada yang lebih murah, kami ganti selisihnya”. Jadi, pusat perbelanjaan ini memiliki dua keunggulan sekaligus, yaitu functional benefit dan emotional benefit. Keuntungan fungsional, bisa berupa harga yang murah dan keuntungan emosional

H

Pusat perbelanjaan ini memiliki dua keunggulan sekaligus, yaitu functional benefit dan emotional benefit.

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 63


Bisnis

Feature Artikel Berita lebih, berupa lay-out gerai dan cara display produk yang memudahkan dan membuat konsumen nyaman. Bahkan, kalaupun Nafiqa tak jadi berbelanja atau membeli barang-barang karena stok masih tersedia di rumah, ia masih bisa menyiasati keasyikannya jalanjalan ke pusat perbelanjaan itu dengan hanya melihat-lihat display produk yang ada. Alias sekadar window shopping. Stimulus Tapi jangan salah, dari window shopping ini malah tak sedikit pula yang justru memunculkan keinginan kuat untuk berbelanja. Biasanya, hasrat tak muncul tiba-tiba. Melainkan akan muncul setelah adanya stimulus atau rangsangan. Rangsangan untuk mengajak konsumen agar mau berbelanja itu bisa beraneka macam. Antara lain, bisa berasal dari penampilan penjualnya (pramuniaga) yang memikat, diskon, promosi, maupun iklan above the line (televisi, radio, koran, atau majalah), maupun below the line (brosur, leaflet, pamflet, hingga billboard). Kita sendiri mungkin pernah punya pengalaman. Berangkat dari rumah dengan niat awal hanya sekadar jalan-jalan ke mall tanpa keinginan membeli sesuatu selain ingin makan siang bersama istri dan anak-anak, tapi begitu melakukan aktivitas window shopping, tiba-tiba muncul keinginan untuk membeli barang yang baru saja kita lihat. Niat awal kita pun kontan berubah, dari tak mau membeli sesuatu menjadi ingin sekali membeli sesuatu. Kenapa dan apa kira-kira faktor yang mempengaruhinya? Tak lain adalah karena beberapa hal tadi. Yaitu faktor pramuniaga, diskon, promosi, maupun iklan. Belum lama ini, perusahaan riset marketing MARS Indonesia, melakukan

64 |

riset di delapan kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, Balikpapan, dan Pelembang), dengan responden 5.476. Hasil riset ini telah dimuat dalam Perilaku Belanja Konsumen Indonesia 2009. Dari riset marketing tersebut diketahui, sebanyak 67,4% responden menyatakan sebenarnya pada awal tidak butuh berbelanja, tapi karena ada diskon mereka menjadi ingin membeli. 52,1% menyatakan, sebenarnya tidak butuh, tetapi menjadi membeli karena saat itu ada promosi. Sedangkan 7,1% responden menyatakan awalnya tidak perlu tetapi karena penjual atau pramuniaganya menarik, mereka pun membeli. Setali tiga uang, kondisi serupa terjadi pada faktor pengaruh iklan dalam mendongkrak hasrat konsumen agar membeli barang. Masih berdasar hasil riset yang sama, sebanyak 71,8% responden menyatakan iklan baginya sebagai sumber informasi produk, atau referensi bagi produk yang ingin dibelinya. 34,9% menyatakan, setelah melihat iklan mereka sering ingin memiliki produk yang diiklankan. Apalagi kalau endorser atau brand ambassador-nya adalah

bintang pujaannya. Dari sini bisa ditegaskan, bahwa faktor diskon, promosi dan iklan, memang sangat besar mempengaruhi konsumen agar tergerak membeli suatu barang atau produk. Karena itu tak heran, jika perusahaan-perusahaan besar sekelas Unilever, Indofood, Nestle, Garudafood, Wingsfood, maupun Sido Muncul, memberi perhatian sangat besar pada ketiga hal tadi. Bahkan mereka tak segan-segan mengalokasikan anggaran khusus dalam jumlah yang sangat besar untuk divisi promosi. Dengan satu tujuan, memenangkan perang promosi dan iklan, demi mengokohkan corporate brandnya sebagai market leader di kelasnya. Ada cerita menarik terkait perang iklan di layar kaca antara Kacang Garuda dan Dua Kelinci yang terkesan sengit. Kacang Garuda meluncurkan iklan burung besar yang menukik menyambar kacang di bawah yang terlihat ada kelincinya. Tak mau ketinggalan, Dua Kelinci pun membalas dengan lemparan kacang ke atas yang mengenai burung. Metafora burung dan kelinci yang dipakai itu sangat gamblang menjelaskan bagaimana kedua pemain ini saling berebut awareness konsumen. |Q

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


Perilaku Konsumen Untuk memotret perilaku konsumen dalam kaitannya dengan pola belanja, sebetulnya terdapat tiga teori kepribadian yang bisa dijadikan acuan. Yaitu teori Freudian, Neo-Freudian dan teori Traits. Teori Freudian yang diperkenalkan Sigmund Freud, mengungkapkan teori psychoanalytic (psikoanalisis) kepribadian yang menjadi landasan dalam ilmu psikologi. Berdasarkan teori Freud, kepribadian manusia terdiri dari tiga bagian atau sistem yang saling berinteraksi satu sama lain. Id, superego dan ego. Lalu, teori kepribadian Neo-Freudian mengemukakan, bahwa faktor utama yang mempengaruhi pembentukan kepribadian manusia bukan dari dirinya sendiri, tetapi dari hubungan sosial atau faktor eksternal. Sementara berdasarkan teori Traits, kepribadian diukur melalui beberapa karakteristik psikologis yang bersifat spesifik, yang disebut “trait�. Salah satu tes yang dikenal adalah selected single-trait personality. Dalam memahami berbagai karakteristik konsumen yang mempengaruhi perilaku mereka dalam melakukan pembelian, terdapat beberapa variable. Di antaranya inovasi konsumen, faktor kognitif konsumen, tingkat materialisme konsumen, dan etnosentrisme konsumen. Selain product personality, konsumen juga mengenal brand personality, di mana mereka melihat perbedaan “trait� pada tiap produk yang berbeda pula. Semua kesan yang berhasil ditampilkan oleh merek (brand) tersebut dalam benak konsumen, menggambarkan bahwa konsumen dapat melihat karakteristik tertentu dari produk, kemudian membentuk brand personality. Itulah sebabnya, faktor di luar kepribadian konsumen (penjual, promosi, diskon dan iklan), memiliki andil sangat besar dalam mempengaruhi perilaku konsumen. Makanya, waspadalah dengan keempat hal tadi bila Anda tak ingin terjebak dalam konsumtivisme sebagaimana perilaku Rafiqa!

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 65


Bisnis

Feature Artikel Berita

Jiwa Entrepreneur Alternatif di Masa Krisis Indonesia butuh para entrepreneur, bukan pekerja. Hanya kaum entrepreneur mampu sukses melangkah di masa kritis.

TOKOH pengusaha nasional Ir. Ciputra mengatakan, hanya jiwa entrepreneur yang dapat mengeluarkan masyarakat Indonesia dari krisis ekonomi. Karena itu, ia mengajak semua pihak mengembangan jiwa “entrepreneur”. Yaitu jiwa yang bisa memanfaatkan peluang usaha pada masa krisis seperti sekarang ini. Saat berbicara pada seminar dan talkshow “Quantum Leap” di Grand Ballroom Hotel Grand Preanger Bandung, Jumat (27/2), Ciputra berpendapat bahwa hanya kaum entrepreneur yang dapat mengambil kesempatan untuk menetapkan langkah ke depan menuju sukses pada masa kritis. Menurut Ciputra, seorang wirausaha atau entrepreneur adalah orang yang dapat mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas. Bahkan, wirausaha sejati tak hanya mampu mengubah rongsokan jadi emas, tetapi juga dapat melahirkan wirausaha sukses lainnya. Jika dibandingkan dengan Singapura dan Amerika Serikat, Indonesia tertinggal jauh dalam aspek entrepreneurshipnya. Tingkat entrepreneurship Singapura

66 |

mencapai tujuh persen, sedangkan Amerika Serikat mencapai 15 persen. Di Eropa, semangat kewirausahaan sudah populer 6-7 tahun lalu, sementara di Amerika 30 tahun lalu. “Pemerintah di negaranegara Eropa aktif membantu dan menjadikan entrepreneur sebagai gerakan nasional,” ungkap Ciputra. Setidaknya, dibutuhkan 4,4 juta wirausaha sejati untuk mengejar ketertinggalan kita. Tak ayal, jiwa entrepreneurship di kalangan anak muda dinilai menjadi jalan keluar untuk membuka lebih besar lapangan kerja. Di sisi lain, berkembangnya wirasusaha muda di berbagai sektor, mempunyai nilai tambah yang mampu meringankan beban pemerintah

mengatasi pengangguran. Jiwa entrepreneur haruslah memiliki semangat yang tinggi, mempunyai keinginan yang besar, dan yang terpenting adalah percaya diri. “Percuma jika kita mempunyai semangat dan keinginan tinggi, tetapi tak memiliki rasa percaya diri. Usaha yang dijalani akan sia-sia,” kata Ciputra. Lebih jauh Ciputra mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan para entrepreneur sejati untuk membantu pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat, dan tak hanya menjadi bangsa pekerja. Karena saat ini, lapangan kerja yang ada tak lagi mampu menampung lulusan perguruan tinggi yang jumlahnya jutaan setiap tahun. |Q [AHMADIE THAHA]

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


Bisnis

Feature Artikel Berita

Awas Shopaholic Shopaholic adalah kepanjangan tangan dari kecenderungan konsumtif yang merupakan imbas globalisasi hasil oleh kapitalisme.

BAHAYA shopaholic (gila belanja) dapat menghancurkan sendi kehidupan rumahtangga. Bagaimana menyikapinya? Menurut pendapat umum, perempuan dianggap memiliki kecenderungan suka belanja yang melebihi laki-laki, bahkan kerap ada yang menjadi gila belanja (shopaholic). Namun sebenarnya, laki-laki pun tidak lepas dari bahaya kecenderungan ini. Shopaholic adalah kepanjangan tangan dari kecenderungan konsumtif yang merupakan imbas globalisasi hasil oleh kapitalisme. fenomena ini lantas menghasilkan perubahan kecenderungan hidup masyarakat menjadi konsumeristik-materialistik-hedonistik. Dewasa ini, gejala yang mengarah kepada kecenderungan ini mulai mewabah dalam masyarakat, khususnya sejak kian rebaknya aneka pusatpusat perbelanjaan, mudahnya akses konsumen kepada barang, kian terjangkaunya harga barang, dan berbagai faktor lainnya. Terlebih, kini banyak wanita yang mampu berdikari menghasilkan uang, hingga mereka pun merasa bebas mengeksploitasi hasil kerjanya. Dalam kehidupan rumah tangga, kecenderungan ini sungguh berbahaya. Menurut psikolog Dr Jeanette Murad Lesmana, jika kita mendapati keanehan dalam pola belanjaan pasangan kita, maka sudah saatnya kita segera membicarakan ulang pola pengelolaan keuangan keluarga. Mungkin pasangan kita, khususnya istri, masih membawa kebiasaan masa lajangnya yang suka belanja, atau bisa juga dia merasa “aji

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 67


Bisnis

Feature Artikel Berita

mumpung”, mumpung belum punya anak, sekarang masih waktunya bersenang-senang. Atau juga istri kita adalah tipe yang mengharapkan suami menyediakan segala kebutuhan materi dan keperluan rumah tangga, hingga uang hasil kerja pribadinya yang dilipatkan dengan penghasilan suami menjadi miliknya dan bebas dia gunakan sesuka hati. Menyikapinya, ada baiknya kita ajak pasangan kita itu untuk membicarakan rencana masa depan bersama. Tidak perlu menyinggung kebiasaan belanjanya, tapi ajaklah dia berdiskusi tentang apa yang ingin dicapai keluarga. Seperti, jika belum punya rumah, pertanyakan kapan berencana akan membeli rumah, dan bagaimana cara memenuhi keinginan itu? Atau juga mendiskusikan kapan akan punya anak, dan apa yang harus dipersiapkan. Ajaklah pasangan kita menghitung pengeluaran keluarga dan kebutuhan masing-masing. Ajak dia untuk menentukan besar uang yang harus disisihkan, dan berapa sisa yang dapat dibelanjakan. Dengan cara ini, mungkin, pasangan kita dapat mengurangi keinginan belanjanya. Dalam hal ini, pasangan kita perlu diajak berpikir rasional, dan tidak

68 |

perlu keras menegurnya, karena bisa jadi dia malah melawan. Segalanya harus dimulai dengan diskusi, bukan berkelahi, karena saling mendengarkan pendapat adalah cara paling tepat untuk mencari solusi.

Terapi agama Shopaholic juga timbul dari kekeliruan kita dalam memahami kehidupan dunia, misi dan urgensinya, hingga memunculkan kecenderungan duniawi. Dalam buku Aqabât fî Tharîq al-Akhawât(Tantangan bagi Wanita Muslimah), ‘Isham Muhammad Syarif memaparkan kiat mengatasi kecenderungan duniawi ini dengan cara berwawasan benar terhadap esensi dunia. Yakni dengan pewawasan akan rendahnya nikmat dunia dibanding dengan akhirat, dan memahami betapa rendahnya dunia di sisi Allah SWT (QS al-Kahfi [18]: 45-46). Juga dengan memahami bahwa Islam melarang kita untuk berlombalomba mencari kehidupan dunia. Rasulullah SAW bersabda, ”Demi Allah! bukanlah kefakiran yang aku takutkan pada kalian, akan tetapi aku khawatir kalian dimudahkan dalam mendapatkan kehidupan dunia, sebagaimana orang-orang terdahulu dimudahkan dalam mendapatnya,

lalu kalian pun berlomba-lomba untuk mendapatkannya sebagaimana mereka dulu berlomba-lomba untuk mendapatkannya, sehingga kalian pun akan dibinasakan olehnya, sebagaimana mereka dibinasakan olehnya.” (HR Muttafaq ‘Alaih) Juga dengan memahami bahwa Islam melarang kita untuk menanamkan rasa cinta kepada dunia di dalam hati. Sebab, itu akan membuat hati kita lalai untuk mencari bekal kehidupan akhirat, dan selalu sibuk dengan urusan dunia, hingga kita pun menjadi budak dunia. Ahmad ibn Hanbal pernah ditanya: “Mungkinkah seseorang dikatakan sebagai orang yang zuhud, sedang dia memiliki uang seribu dinar?” Beliau menjawab: “Mungkin saja, dan tanda-tandanya adalah jika uangnya bertambah dia tidak gembira, dan jika uangnya berkurang dia pun tidak bersedih.” Bukhari juga meriwayatkan dari Ibnu Umar RA: “Suatu ketika Rasulullah SAW menepuk bahuku, kemudian bersabda, ”Hiduplah di dunia seolah-olah engkau orang ang asing atau orang yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil).” Lalu, perlu juga kita ingat akan kematian dan kedahsyatan hari Kiamat. Niat yang ikhlas dan keinginan yang kuat untuk tetap konsisten di jalan Allah ini, niscaya akan membuat kita tidak tergoda dengan aneka kenikmatan dunia, bahkan akan membuat kita menjadi lebih khusyu’ dalam beribadah kepada Allah dan bersemangat menjalankan segala perintah-Nya. Cara lainnya adalah dengan melakukan mudzakarah, melihat dunia dengan mata hati. Andai ini dilakukan, maka nikmat-nikmat dunia akan kita dapati hanya sebagai cobaan, kehidupan dunia juga menjadi beban, kesederhanaan dalam menjalani kehidupan dunia dan qana’ah terhadap yang telah kita pun akan tercipta (QS asy-Syu’ara` [26]: 88-89). |Q [TAUFIQ]

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


Plus Minus MLM Di balik bayangan keuntungan, menjalankan bisnis bersistem MLM, perlu diwaspadai dampak negatif psikologisnya. Bisnis berbasis Multi Level Marketing (MLM) dianggap sangat menguntungkan semua pihak yang terlibat. Bisnis dengan sistem pemasaran melalui banyak level (up line/ down line) ini, polanya membentuk jaringan berbentuk vertikal atau horizontal yang korelatif. Di balik bayangan keuntungan, menjalankan bisnis bersistem MLM, perlu diwaspadai dampak negatif psikologisnya. Seperti obsesi yang berlebihan untuk mencapai target penjualan, tidak kondusifnya suasana yang kadang mengarahkan diri pada pola hidup hedonis, dan kecenderungan untuk berhenti bekerja formal karena terobsesi mendapat harta banyak dalam waktu singkat. Dalam sistem ini, seorang mitra akan diperlakukan berdasarkan target-target penjualan kuantitatif material yang mereka capai. Akibatnya, jiwa mereka terkondisi menjadi materialistik, dan melupakan tujuan asasinya untuk dekat kepada Allah (Qs. al-Qashash [28]: 77, dan alMuthaffifîn [83]: 26).

Setidaknya ada tiga sudut pandang psikologis yang digunakan dalam training MLM. Pertama, psikologi humanistik. Biasanya, kandidat disoroti status, fungsi, dan peran kemasyarakatannya yang belum membanggakan, sehingga perlu peningkatan. Penjelasannya menggunakan standar perbandingan dikotomis antara “sukses” dan “kurang sukses”. Tujuannya, agar kandidat merasa bisa mencapai taraf yang lebih baik bila ikut MLM. Kedua, psikologi behaviorisme yang menekan pada reward-punishment. Dalam MLM tidak dikenal sistem gaji. Tapi menggunakan sistem komisi dari penjualan dan perluasan jaringan. Saat meyakinkan kandidat baru, selalu diutarakan bahwa sistem reward pekerjaan konvensional tak akan cukup mewujudkan standard ‘kesuksesan’. Artinya, perlu menambah pekerjaan dari MLM, agar penghasilannya bisa memadai. Ketiga, psikologi kognitif. Serupa dengan yang banyak digunakan dalam training-training motivasi,

dalam penyaringan kandidat MLM, si kandidat diyakini kemampuannya untuk memenuhi target, dan mengikuti MLM. M. Munir Chaudry, Ph.D, Presiden The Islamic Food and Nutrition of America (IFANCA) telah mengeluarkan edaran tentang produk MLM halal. IFANCA mengingatkan umat Islam untuk meneliti kehalalan suatu bisnis MLM, sebelum bergabung atau menggunakannya. Yaitu, dengan mengkaji aspek marketing plannya (rencana pemasaran), apakah ada unsur skema piramida yang merugikan downline atau tidak. Kemudian, apakah ia memiliki catatan positif? Dan apakah produknya mengandung zat-zat haram? Bila perusahaan lebih menekankan aspek target penghimpunan dana, dan menganggap produk tidak penting, apalagi uang pendaftarannya cukup besar, maka patut dicurigai sebagai money game ala judi. Terakhir, harus diperhatikan apakah perusahaan menjanjikan kaya mendadak tanpa bekerja? Selain kriteria penilaian di atas perlu diperhatikan pula transparansi penjualan, pembagian bonus dan komisi penjualan, pembukuan perpajakan, jaringan dan level, motif dan tujuan bisnis, kehalalan produk, tidak ada excesive mark up harga produk maupun barang, serta eksploitasi pada jenjang manapun. |Q [SHOFIA TIDJANI]

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 69


Seseorang yang optimis akan melihat adanya kesempatan dalam setiap malapetaka, dan orang pesimis melihat malapetaka dalam setiap kesempatan.

70 |

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


Khazanah

Media Kreatifitas Santri

Ilmu Barakah Pendidikan Hati

ad n

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 71


daftarisi|

Fokusutama

74 Opini 77 Mungkinkag Palestina dan Israel Damai?

Ilmu Barakah Pendidikan Hati

dan

Sahabat

78 Kepincangan Politik di Indonesia

Artikel 79 Antara Dakwan dan Politik

Ceritera 83 Semalam dalam Satu Cinta

Puisi Kampusiana 92 Semiloka Pengembangan Kurikulum IDIA Raih Olimpiade Matematika Al-Amien Terima Bantuan CAP Dekominfo Genderang Porseni dan Persada ditabuh

72 |

Lokomotif Hafidzul Qur’an

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


KHAZANAH

Majalah Khazanah ini juga menampilkan suplemen. Suplemen ini terdiri dari karya-karya santri-santriwati Al-Amien dan mahasiwa-mahasiwi IDIA. Semua itu dimaksudkan sebagai wujud apresiasi maupun wadah pengembangan bakat dan minat. Khususnya dalam bidang tulis-menulis. Mengapa tulisan santri dan mahasantri ditampilkan? “Karena ide-ide mereka, sebenarnya cukup orisinil, bahkan brilyan,”kata KHM Muhammad Idris Djauhari. Selain itu katanya, memberi ruang dan kesempatan untuk terus mengasah kemampuan, ketajaman dan kapasitas intelektual para santri. Edisi perdana suplemen ini, kita mengetengahkan beragam tulisan. Sebut saja misalnya ‘Ilmu Barakah dan Pendidikan Hati’ yang mengulas soal kaitan barakah, pengertian ilmu yang barokah, yang sifatnya tidak bisa dianalisa dengan logika dan statistik, dikaitkan dengan pendidikan hati. Tulisan lainnya, ‘Mungkinkah Palestina dan Israel Damai?’ memberikan perspektif pandangan dan sikap santri dan mahasantri terhadap peristiwa yang terjadi di tingkat global. Kita tampilkan tulisan ini dengan maksud agar sidang pembaca mengetahui kalangan santri pun tidak saja ‘melek’ politik (bukan praktis tapi pengetahuan politik), bahkan memiliki sikap terhadap penderitaan saudara mereka di dunia internasional. disamping itu, dinamika politik dalam negeri dan tulisan kaiitan dakwah dan politik pun sengaja kita tampilkan. Ini bisa disimak dari tulisan Aisyah dan Kholisuddin, Mahasiswa IDIA. tulisan lainnya berupa profil Muhammad Husen yang hafidz Al-Quran. Kuis Ilmiyah Khazanah, beberapa puisi dan peristiwa-peristiwa di seputar pesantren. Harapan kami, pembaca bisa memeroleh manfaat yang sebesar-besarnya dari Majalah Khazanah ini. Selamat membaca! | REDAKSI

Pembina: Abdurrahman As’ad, | Penanggung Jawab: Asmu’i, Ach. Nurcholis Majid, Moh. Ilyas, Ummu Haniah, Vita Agustina, Uswatun Hasanah. Pimpinan Redaksi: Sayyidi Musthofa, Siti Namirah. | Redaktur Pelaksana: Ari Swedhan, Ahmad Zaki, Nadia Silmi, Lilis Suryani | Sekretaris/Bendahara: Zaeni Abdillah, Shofia Asri. | Redaktur: Iqbal Hidayat, Moh. Halili, Kholisuddin, Nur Asiyah, Uzlifatul Arifah, Nimas Anggraini. | Reporter: Alfian Tono, Husni Umar, Rista Dwi Wulandari, Nur Wilistini, | Iklan/Marketing: Abd. Latif, Moh. Noer F., Yaumil Agustine, Masturiyah. | Distribusi: Ghufron Junaidi, Moh. Arif Rahman, Putra Lastika, Aisyiah, Rinatri Suryadwi, Ruwaida Hidayati. | Fotografi: Siti Maimuna, Aulia El Haq, | Alamat Redaksi: Gedung Al-Wathan I, TMI Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Sumenep Madura Indonesia Telp. (0328) 821777 Faks. (0328) 821270. Email: khazanah_qalam@al-amien.ac.id

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 73


dok.khazanah

fokusutama|

Ilmu Barakah ad n Pendidikan Hati

Oleh Ali Sabilullah Mahasiswa IDIA Prenduan

<>

Meski ilmu barakah tidak bisa dianalisa dengan logika statistik, tapi ia bisa dilihat dari tanda-tandanya.

A

da tiga hal penting yang harus digarap secara serius oleh pendidikan, yaitu; ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Anak didik dikatakan cakap dalam tiga ranah tersebut apabila ia pandai menangkap, menghapal, dan menyimpan semua ilmu dalam memori otaknya, dan ia harus juga pandai mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dia mampu menginternalisasikan semua nilai pengetahuan itu ke dalam jiwa, karakter, dan tingkah lakunya dalam interaksi sosial. Akhirnya, selain cerdas dalam menangkap ilmu dan mengamalkannya untuk dirinya dan orang lain, dia juga mampu membuat orang lain cerdas sebagaimana dirinya. Lebih sederhananya, selain dia bermanfaat untuk orang lain dia juga mampu menjadikan orang lain bermanfaat sebagaimana dirinya.

Kunci Mendapatkan Ilmu yang Barakah Ada dua hal yang harus diperhatikan tentang ilmu, yaitu; ilmu yang barakah dan ilmu yang tidak barakah. Pertama, ilmu yang barakah adalah ilmu yang dapat diamalkan sekaligus membawa kesejahteraan dan keselamatan bagi pemiliknya dan orang lain di dunia dan akherat. Ilmu ini tidak bisa dianalisa dengan logika kuantitas. Sebab, seringkali

74 |

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


secara kuantitas sedikit tapi manfaatnya luas bagi masyarakat. Menarik mencermati beberapa tokoh berikut, yang dalam batas tertentu telah memperoleh ilmu yang barakah. Misalnya, Hamka yang hanya lulusan Sekolah Rakyat (SR) menjadi ahli tafsir, D. Zawawi Imron juga tamatan Sekolah Rakyat (SR) menjadi budayawan beken, dan banyak kiai sepuh di Indonesia yang tidak berlatar belakang pendidikan formal, tapi memiliki pesantren yang masyhur. Fenomena tersebut jarang terjadi pada pelajar masa kini, bahkan yang sudah bergelar serjana pun banyak yang menjadi pengangguran. Meskipun ilmu barakah tidak bisa dianalisa dengan logika statistik, tapi ia bisa dilihat dari tanda-tandanya. Sebab, ilmu yang barakah secara kuantitas sedikit, tapi manfaatnya sangat besar bagi diri sendiri dan masyarakat. Secara proses, ilmu yang barakah diyakini bisa didapat dari sikap spiritualitas dan moralitas yang tinggi. Di sinilah fungsi hati harus mendapat perhatian lebih. Rasulullah saw. menjelaskan, di dalam tubuh manusia ada segumpal daging (hati) yang apabila dia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila dia rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya. (Mutaffaq Alaih). Kemudian, diceritakan oleh Imam Syafi’i yang mengadu kepada seorang gurunya tentang kesulitannya dalam menghapal. Maka, gurunya menasihatinya agar menjauhi maksiat. Sebab, maksiatlah yang dapat memburamkan hati seseorang sehingga buta ketika melihat sesuatu apalagi mengingat. Oleh karena itu, Imam AlGhozali juga menyinggung dalam

kitabnya, Ihya Ulumuddin, orang yang banyak maksiat dan dosa tidak akan mendapatkan hakikat ilmu, kecuali hanya huruf dan lafadznya saja. Hakikat ilmu adalah cahaya Tuhan, dan cahaya Tuhan tidak akan ditunjukkan kepada orang yang bermaksiat (hatinya kotor). Agar mendapatkan ilmu sebagai cahaya Tuhan yang mengajak kepada kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat, maka harus melakukan pembersihan hati dari segala kotoran batin. Pembersihan hati tersebut harus dilakukan melalui pendidikan dan gemblengan hati-meminjam istilah Aa Gym disebut manajemen qalbu. Ilmu yang Tidak Barakah Perlu kita ketahui, dampak yang ditimbulkan oleh ilmu yang tidak mempunyai nilai barakah akan membawa pemiliknya ke jalan

yang negatif dan destruktif. Hal itu bisa dilihat pada fenomena militer Amerika dan Israel yang menggunakan kecanggihan teknologinya hanya untuk mendholimi orangorang Muslim Palestina (bangsa Palestina) yang tidak berdosa. Dan kita bisa melihat juga, pada pejabat-pejabat di negara kita yang hobi korupsi. Apakah mereka tidak memiliki ilmu, bahwa korupsi itu dosa dan menyengsarakan rakyat? Tentunya, mereka sudah tahu, tapi pengetahunya itu tidak membawa berkah. Inilah jenis ilmu terakhir; ilmunya luas tapi tidak membawa berkah. Pinter tapi cuma minterminterin. Jadi jelas, bahwa selama ini dunia pendidikan kita (baca: umum) makin hari makin hebat dengan berbagai metodologi yang selalu inovatif ditambah dengan sarana dan prasarana yang memadai, namun justru makin

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 75


flickr.com

fokusutama|

timbul pula fenomena-fenomena negatif yang kian memperparah keresahan masyarakat. Misalnya, tambah suburnya kasus-kasus korupsi yang bukan hanya terjadi di institusi-institusi sekuler, tapi sudah menjangkit institusi-institusi keagamaan, tawuran para pelajar, pergaulan bebas, ijazah palsu, belum lagi bencana-bencana alam. Semua itu, disebabkan perkembangan ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi tersebut tidak membawa barakah. Tidak membawa berkah karena hati yang dipenuhi dengan kemaksiatan sekaligus jauh dari halhal yang mendekatkan diri kepada Tuhan (baca: ibadah).

kegiatan pendidikan di pesantren, terutama pendidikan hati. Pendidikan hati dilakukan dengan cara konsistensi shalat jamaah, berdzikir, qiyamul lail (seperti, shalat tahajjud), mengaji, i’tikaf, menjauhi maksiat dan dosa. Oleh karena itu, pendidikan hati tersebut menjadi tolok ukur keberhasilan peserta didik di persantren dalam berbagai potensi dan profesinya, sekaligus tidak melupakan pendidikan yang berbasis teknologi. Artinya, segala potensi dan profesi peserta didik hanya berangkat dari hati. Sebab, sebagaimana hadist Nabi di atas, suasana hatilah yang akan mempengaruhi segala kondisi manusia. Hati menjadi basis dan Labotorium Hati landasan keberhasilan peserta Masjid sebagai pusat segala didik dalam berbagai bidang ke-

hidupan; agama, sosial, budaya, politik, ekonomi, bahkan dalam bidang militer. Sebagai contoh, penulis tertarik kepada sistem perekrutan anggota militer gerakan Hamas di Palestina. Yaitu, untuk menjadi anggota militer dalam gerakan tersebut harus lulus tes seleksi berupa tes keimanan; terutama konsistensi salat jama’ah lima waktu di masjid dan tes moral; berakhlak terpuji, sopan santun, rasa hormat, dan kasih sayang. Sedangkan segi fisik menjadi pertimbangan yang paling akhir, dan terbukti hasilnya, kita bisa melihat bagaimana kecerdasan taktik dan kekuatan militer Hamas yang mampu mengimbangi kekuatan musuh meski dengan jumlah militer yang jauh tidak berimbang. Pasalnya, jika hati seseorang (baca: peserta didik) sudah bersih dengan keimanan yang kuat, maka dia akan menjadi manusia yang cerdas dan kuat sekaligus akan mudah menguasai potensi-potensi ilmu lainnya. Dengan demikian, visi dan misi ideal pesantren untuk mencetak kader-kader yang cerdas dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sekaligus membawa berkah (imtak) akan betulbetul terwujud dengan optimalisasi masjid sebagai laboratorium hati. |K

Suatu saat aku bertanya kepada Waqie Tentang buruknya daya hafal pada diriku Dia memintaku untuk meninggalkan maksiat Kemudian dia memberitahuku nahwa ilmu itu cahaya Dan cahaya Allah tidak sekali-kali diberikan kepada ahli berbuat maksiat (Imam Syafi’ie)

76 |

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


|opini

Mungkinkah Palestina dan Israel Damai? Oleh Sayyidi Musthafa

ilustrasi/alib

Mahasiswa IDIA Prenduan

ISRAEL—la’natullah alaihim—tidak henti-hentinya membombardir Palestina. Beberapa kepentingan umum dilumpuhkan Univesitas yang diklaim Israel sebagai basis kekuatan Hamas juga dihanguskan. Serangan yang dilancarkan Israel beberapa bulan yang lalu merupakan serangan yang terparah. Anakanak dan para wanita tidak bersalah juga menjadi korban kebiadaban Israel. Tetapi zionis Israel itu seperti merasa tidak bersalah. Di dalam Al-Qu’an dikatakan bahwa Yahudi adalah suatu kaum yang tidak akan pernah ridha kepada umat Islam, sampai umat Islam mengikuti agama mereka. “Dan orang-orang Yahudi dan nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, ‘sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).’ Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah” (QS Al-Baqarah: 120). Ayat tersebut menegaskan bahwa perdamaian antara Palestina dan Israel sulit terealisasikan. Kedua belah pihak mempunyai ideologi yang saling bertentangan. Wacana damai yang didengungkan oleh Presiden Obama dan pemimpin lainnya hanyalah retorika untuk menarik simpati masyarakat. Damai dalam arti sesungguhnya tidak mungkin ada. Dalam hal ini, Iran adalah

negara yang begitu tegas dalam mengehntikan konflik, yaitu penghapusan legitimasi akan eksistensi Israel. Ada beberapa alasan mendasar yang membuat perdamaian antara Palestina dan Israel tidak mungkin tercipta. Pertama, tanah yang dimiliki Israel adalah milik Palestina, sehingga perdamaian dalam bentuk apa pun yang ditawarkan tidak mungkin bisa diterima Palestina. Logika siapa pun tidak akan menerima, jika haknya diambil kemudian diajak berdamai, namun haknya tetap menjadi milik orang lain. Begitupun dengan Palestina, khususnya pihak Hamas. Tidak terima bila tanah mereka menjadi milik Israel. Oleh karena itu, untuk meredakan konflik Palestina dan Israel adalah dengan mengembalikan semua tanah Palestina. Kedua, watak Yahudi yang suka mengingkari janji. Hal ini dilihat dari berbagai perjanjian yang selalu diingkari Israel. Ketiga, alasan ideologi. Yahudi meyakini bahwa Palestina adalah tanah yang dijanjikan Tuhan kepada mereka. Sehingga cara apapun akan mereka lakukan untuk menguasai Palestina. Alasan ideologis ini merupakan justifikasi dan legalitas dari agama Yahudi dalam pendirian negara eklusif (Yahudi), dan hanya diperuntukkan bagi bangsa Yahudi saja. Sehingga warga Palestina terusir dari tanah mereka sendiri ketika Yahudi memproklamasikan negaranya. |K

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 77


opini|

Kepincangan Politik di Indonesia Oleh Aisyiah

ilustrasi/alib

Mahasiswi IDIA Prenduan

MEMASUKI tahun 2009 para calon legislatif mulai mempersiapkan diri untuk menyambut pesta demokrasi 2009. Mereka semakin sibuk mencari simpati masyarakat, dengan membeli iklan, baliho, banner dan sebagainya. Bantuan uang dan sembako mengalir bak air terjun, dengan satu tujuan, para caleg bisa dipilih saat pemilu nanti. Jika mekanisme pemilu berlaku demikian, caleg dan masyarakat sudah memiliki hubungan yang sangat erat dalam sogok menyogok. Lantas bagaimana dengan caleg yang jujur, akankah mereka mempunyai kesempatan duduk di kursi DPRD/DPR? Fenomena ini semakin mengkhawatirkan perpolitikan Indonesia. Sebab, persaingan yang tidak sehat ini mengakibatkan lahirnya pejabat-pejabat korup, bejat dan tidak bertanggung jawab dengan amanah yang sedang diemban, bahkan mereka harus memanipulasi dana keuangan negara untuk mengembalikan dana yang telah dihabiskan ketika kampanye. Selain itu, fenomena tersebut tercatat kurang baik khusus para politikus yang telah menghambur-hamburkan keuangannya untuk membeli suara, iklan, baliho, banner dan lain sebagainya. Dan lebih memprihatinkan lagi, mereka (politikus) saling menjelek-jelekkan lawannya. Hal itu merupakan bentuk dari penonjolan dirinya masing-masing, dalam artian sebagai tanda ketidakjujuran dan menutupi

78 |

kelemahan dirinya. Sehingga mereka (politikus) hanya mempublikasikan dirinya dari sisi kebaikannya saja. Sementara sisi buruk dan kelemahan dirinya mereka tutup rapat-rapat dengan cara menonjolkan diri di berbagai macam iklan politik. Dari hasil analisis psikodinamika oleh seorang psikiater, menyodorkan peringatan bahwa di zaman demokrasi pun manipulasi dan keserbabohongan tetap dapat terjadi, bahkan terjadi secara ingar-bingar, melalui hiruk pikuk “iklan politik� yang menghabiskan dana besar�. Padahal sebagian besar warga Indonesia masih banyak yang mencintai dan menginginkan adanya sistem demokrasi bisa tumbuh dan berkembang di Indonesia. Oleh karena itu, kita harus lebih selektif dalam memilih caleg. Jangan sampai lima tahun kedepan, kursi pemerintahan khususnya DPRD/DPR diduduki oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Adapun cara yang mudah dan efektif mengidentifikasi mereka para caleg adalah dengan cara memberlakukan sistem / checks and balances dengan baik atau memeriksa rekam jejak prilaku mereka, dan seperti apa pernyataan-pernyataan mereka di depan publik. Karena semakin banyak janji-janji yang mereka lontarkan bahkan sapai tidak masuk akal, maka semakin besar kemungkinan untuk melakukan berbagai macam manipulasi dalam lembaga eksekutif nanti. Wallahu a’lam bisshawab. | K

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


|artikel flickr.com

Antara Dakwah dan Politik

Oleh Kholisuddin Mahasiswa IDIA Prenduan

Dalam pesta demokrasi mendatang, Indonesia dengan mayoritas penduduk Muslim, dapat dibayangkan akan mendominasi suara dalam pemilihan umum.

<>

P

ada dasarnya kita sepakat bahwa esensi dakwah adalah mengajak umat manusia untuk masuk ke dalam suatu perangkat sistem ilahi: Islam, dan berujung pada inti kesadaran tauhid. Akar kata dakwah berasal dari kata daa’a-yad’u-da’wah, yang memiliki arti ajak–mengajak–ajakan, jadi terdapat gambaran jelas, seperti apa metode dakwah yang sesungguhnya, yakni mengajak. Gerakan dakwah bisa melewati jalur struktural maupun kultural, tinggal bagaimana menyesuaikan konteks yang pas untuk masyarakat yang menjadi garapan dakwah tersebut. Pertama jalur struktural, adalah metode dakwah yang dilakukan melalui jalur yang sifatnya politis, pertarungan dakwah di medan politik memiliki risiko yang sangat besar karena medan yang dimasuki oleh para aktivis dakwah adalah lingkaran kekuasaan, hal ini bisa saja menimbulkan efek rentan akan libido kekuasaan yang setiap saat bisa meracuni visi dakwah. Kemudian yang kedua jalur kultural, adalah metode dakwah yang dilakukan dengan variasi teknik yakni bisa lewat perdagangan, perkawinan, pendidikan, wacana, dll. Jalur kultural merupakan akar dari dakwah itu sendiri, yang pada gilirannya ketika akar tersebut sudah tertancap kuat maka selanjutnya manuver dakwah bisa masuk ke medan politik. Jadi, idealnya adalah dakwah mesti memperkuat basis akar rumput (grassroot) terlebih dahulu, dan hal ini terus dilakukan secara berkesinambungan sampai tingkat kematangan aktivis dakwah pada wilayah kultural menemui masanya untuk selanjutnya masuk ke dalam wilayah politik praktis.

Dakwah dan Politik Praktis Ketika dakwah memasuki ranah politik praktis yang tentunya akan

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 79


flickr.com

artikel|

menempuh medan yang sangat terjal karena akan bersinggungan dengan rintangan-rintangan yang bisa-bisa membawa si da’i lupa akan misinya untuk berdakwah. Perlunya seseorang yang mampu dan kuat menghadapi segala risiko yang akan ditimbulkan manakala dakwah kita memasuki ranah perpolitikan praktis. Oleh karena itu, yang perlu diingat oleh siapa saja yang akan memasuki duni politik praktis sebagai media dakwahnya dengan membawa misi Islam tidak akan terlepas dari berbagai intimidasi dari kalangan yang tidak suka akan misi dakwah Islam. Jika kita ingin berhasil dalam dakwah menyiarkan Islam, kita bisa mempelajari sejarah keberhasilan Nabi Muhammad saw. Beliau berhasil menata kehidupan baru hanya dalam waktu 23 tahun. Sebuah presatsi yang cemerlang di mana beliau bisa menyatukan suku-suku Arab yang berselisih satu sama lainnya dan pada akhirnya ketika kekuasaan Islam terus merangkak sampai ke Spanyol. Keberhasilan Nabi Muhammad swt., dalam menyatukan suku-suku

80 |

Arab ke dalam satu ikatan yang mana kerajaan Persia dan Romawi Timur sama sekali tidak siap menghadapi peristiwa besar yang terjadi setelah pengabungan itu. Antara tahun 634 dan 656, tentara Arab berhasil menghancurkan dan memecah belah kedua kekuatan adidaya itu. Jantung kawasan Eurasia-Palestina, Suriah, Irak, Mesir, Persia dan Oxusjatuh ke tangan mereka. Lima puluh tahun kemudian, mereka telah mencapai kawasan Atlantik dan Indus. (Antony Black: 2006. hal. 35)

Perlunya Persatuan Umat Dalam pesta demokrasi mendatang, Indonesia dengan mayoritas penduduk Muslim, dapat dibayangkan akan mendominasi suara dalam pemilihan umum. Akan tetapi hal tersebut sepertinya tidak bisa menjadi kenyataan, karena banyaknya partai berasaskan Islam yang samasama ingin menjadi pemenang. Hal ini terus memicu perselisihan antara sesama partai yang berasaskan Islam, dan akhirnya rakyat menjadi korban. Rakyat menjadi terpecah dan mereka bingung hendak ke mana menen-

tukan pilihan, sedangkan asasnya sama-sama Islam. Mereka berada pada wilayah skeptis tentang partai Islam yang hendak mereka pilih. Dan bukan suatu hal yang mustahil, pada akhirnya umat Islam memilih partai politik yang tidak berasaskan Islam. Dakwah yang mengemban misi Islam, jika diorganisir dengan baik--meskipun memasuki ranah perpolitikan--bisa tercapai dengan hasil yang baik asalkan tidak kehilangan orentasi utama. Dalam bahasa politik dikenal istilah topdown dan bottom-up, dua istilah tersebut digunakan dalam terminologi perumusan atau pengambilan kebijakan. Sama halnya dengan dakwah, maka pola topdown sering digunakan dalam mengeluarkan keputusan syura, yakni kebijakan dari atas (majelis syura) yang harus dipatuhi oleh kader-kader yang ada dibawahnya. Sedangkan pola bottom-up digunakan untuk menakar aspirasiaspirasi yang berkembang di bawah yang pada gilirannya dirumuskan dalam majelis syura guna kepentingan syura itu sendiri. Jadi, dakwah akan terus berlanjut jika suara-suara akar rumput terus mendapat perhatian, dan yang paling penting adalah suara-suara yang beredar dilingkungan dakwah itu sendiri. Dengan demikian, aspirasi-aspirasi akan terfokus jika suara umat Islam tertuju pada satu sasaran yang tepat jika wadah yang akan menampung aspirasi-aspirasi rakyat tersebut tidak terpecah, sehingga umat Islam tidak perlu bingung lagi menyerukan suarnya. Yang pada akhirnya top-down dan bottom-up akan terjalin secara ‘direct current’ dalam artian berjalan secara satu arah yaitu antara dewan syura dan kader-kadernya.Wallahu a’lam bisshowab. | K

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


|sahabat

dok. khazanah

Lokomotif Hafidzul Qur’an Istiqomah Ketekunan Husein dalam menghafal Al-Qur’an, memang patut diacungi jempol. Sedikit sekali santri yang memiliki keinginan kuat seperti Husein. Walaupun ada, hampir tidak ada yang bisa menyamai rekor Husein. Santri kelahiran Sampang 03 September 1988 ini, mulai giat menghafal Al-Qur’an, semenjak ia mengikuti program JQH (Jamaatul Qurra’ wal Huffadz) TMI Al-Amien Prenduan yang diprogram khusus untuk menghafal Al-Qur’an. Akan tetapi apabila melihat realita sesungguhnya, waktu yang diberikan untuk menghafal tetap saja kurang. Karena selain menghafal, anggota JQH tetap harus mengikuti program TMI; seperti komdas B, kompil B, muhadhoroh, pramuka dan program lainnya. Belum lagi ditambah program pelatihan mujawwadah yang membuat sempit waktu menghafal. Nah, di sinilah keuletan dan kesungguhan Husein benarbenar diuji. “Saya menambah hafalan pada sore hari, kira-kira sebanyak satu lembar. Dan muraja’ah di malam hari, setelah nida’ naum bersama sebagian anggota JQH. Namun seringkali saya tidur kemalaman, karena muraja’ah sampai jam setengah dua belas,” ungkap Husein sambil tertawa kecil. Waktu tidur pun dia korbankan demi cita-cita yang ingin dicapainya. Karena harus disadari, setiap sesuatu pasti ada konsekuensi yang harus ditanggung, dan itu adalah modal tercapainya tujuan. Anak pertama dari pasangan Alm. Dalil dan Ibu Barzani ini, sadar betul akan jalan terjal yang sedang ia perjuangkan. Sehingga ia tidak pernah mengeluh dalam menghadapi cobaan. Di samping ketekunannya dalam menghafal, rahasia sukses menghafalnya tak terlepas dari kebiasaannya membaca Al-Qur’an. “Saya punya kebiasaan semenjak dari rumah, yaitu setiap minggu pokoknya harus khatam Al-Qur’an, tidak boleh tidak. Dimulai setiap hari Jum’at dan khatam di hari Kamis. Kebiasaan itu saya lakukan semenjak kelas satu MTs di rumah hingga kelas III intensif di TMI awal tahun. Baru setelah masuk JMT (sekarang JQH), saya mulai menghafal,” ungkapnya kepada reporter Khazanah.

Mohammad Husein

Prestasi yang diraih Husein menjadi sumber inspirasi bagi santri lainnya.

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 81


sahabat| flickr.com

Husein Tabataba’i, si hafidz kecil berasal dari Timur Tengah. Sehingga makin membakar api semangatnya untuk cepat menuntaskan hafalan dan berangkat ke negeri impiannya.

Menekuni Hobi Lain

Kebiasaan itulah yang memudahkannya dalam menghafal, seakan-akan lantunan ayat Al-Qur’an mengalir sendiri ke dalam otaknya. Padahal dia mengakui otaknya biasa-biasa saja, bahkan terkadang sulit menerima pelajaran.

Mengoptimalkan Jiwa Istibaq Setiap sesuatu pasti ada sebabnya, sejalan dengan teori kausalitas yang kita pelajari dalam ilmu logika. Seperti itulah yang terjadi pada diri kacong Ketapang Sampang ini. Semangat tinggi dalam menghafal yang ia miliki, tidak terlepas dari beberapa faktor penting. “Jujur saja, puncak semangat saya dalam menghafal yakni ketika duduk di kelas lima. Waktu itu saya punya pesaing dalam menghafal, yaitu mu’allim Rifqil Anam dari Semarang. Setiap waktu saya merasa

82 |

tersaingi terus, sehingga, waktu itu sungguh-sungguh saya curahkan untuk menghafal,” ucap ketua JQH itu sambil menerawang masa lalu. Seorang pesaing bukanlah suatu hal yang mengancam. Justru pengalaman Husein barusan, seakan membuka mata kita bahwa dengan adanya seorang pesaing, semangat kita akan selalu membara dan selalu berusaha untuk selangkah lebih maju tanpa pernah berfikir untuk mundur. Tidak hanya itu, Ketua Rayon AlJufri Utara ini pun punya hasrat untuk sekolah ke luar negeri. “Saya memang bercita-cita ingin melanjutkan studi di Timur Tengah. Mungkin setelah lulus nanti, saya langsung berangkat. Doakan, ya!” tuturnya. Timur Tengah memang masih punya daya tarik tersendiri di hati seorang Husein, terutama karena idolanya

Di samping kesibukannya menghafal, peraih Juara I di beberapa lomba Tilawatul Qur’an ini juga mempunyai hobi lain yang mengobati rasa kejenuhannya. Selain senang bercanda dengan teman-temannya sebagai refreshing, dia senang mengoperasikan komputer. Mulai mengetik sampai membongkar komputer miliknya, sampai-sampai harus dibawa ke Labkom, karena banyak komponen yang salah pasang. Namun yang mengesankan ialah kesenangannya dalam membuat kaligrafi. Ia senang sekali membuat kaligrafi. Bahkan ketika ada salah seorang wali santri JQH melihat hasil karyanya, wali santri tersebut langsung mengajak Husein ke rumahnya untuk membuat kaligrafi di dinding rumah, guna menyambut saudara yang datang dari haji. Tidak hanya itu, santri yang sering dipanggil syekh oleh temantemannya ini, juga mempunyai kemampuan dalam bidang retorika bahasa Inggris, makanya juara I lomba pidato bahasa Inggris se-TMI pernah ia raih.

Pesan untuk pembaca Siswa terbaik di antara pondok alumni Sidogiri ini, punya pesan kepada pembaca agar selalu fokus dalam meraih cita-cita. “Karena kalau setengah-setengah hasilnya pun setengah-setengah nantinya.” Ucapnya. “Selain bersungguh-sungguh, dibutuhkan manajemen waktu dalam menjalaninya. | K (RED)

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


|ceritera

Semalam dalam Satu Cinta Oleh Siti Maimunah Mahasiswi IDIA Prenduan

ilustrasi/alib

Lama kelamaan, aku hanya menjadi wanita yang menyesali hidup. Peristiwa demi peristiwa berjalan begitu tergesa. Seekor kupu-kupu di taman belakang, berjumpalitan menghirup benang sari atau menjatuhkan putik, lalu berpelukan dan hilang. Aku pun sepertinya, seperti seekor kupu-kupu yang yang kuning keemasan di pinggir sayapnya.

D

alam benakku selalu saja terbayang pertanyaan, “Apakah wanita hanya untuk dikhianati?” Seperti sebuah prasasti saja pertanyaan itu dalam hatiku. Dan tanpa aku duga, kebencian telah mengubur semua kebaikan lelaki. Hanya ada satu label untuk seorang laki-laki “penghianat!”. Ayahku sebagai laki-laki sama sekali tidak bisa merubah label itu. Sebab ayah juga telah membuat bunda menderita. Sejak kecil aku ditinggal ayah tanpa sedikit kabar darinya. Bunda selalu mengatakan kalau ayah pergi berlayar. Dulu aku percaya ucapan beliau dan berusaha menekan hati untuk memaklumi. Tapi kini aku bukan anak kecil yang bisa dibohongi lagi, umurku sudah 25 tahun, umur yang cukup bisa untuk mengetahui kebohongan. “Masihkah Bunda mengatakan kalau ayah pergi berlayar? Sudah berapa tahun ayah meninggalkan aku dan Bunda?” Bunda diam, sedikitpun tak kelur dari bibir merahnya suara menyanggah. Beliau hanya memalingkan muka dan mulai mengusap air mata yang beliau sembunyikan dariku. Sebenarnya aku tak sampai hati menanyakan perihal ayah kepada bunda. Namun di sisi lain, aku harus tahu dimana ayahku berada. Jika alasannya karena aku terlahir ke dunia sebagai anak haram, tentu aku terima kenyataan pahit itu. Tapi tak mungkin, karena aku pernah melihat foto pernikahan Bunda dan ayahku di figura keluarga. Tak hanya itu, aku juga pernah melihat surat pernikahannya, sah. Yang paling aku sedihkan, bunda selalu duduk menyendiri dengan linangan air

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 83


ceritera|

Ayahku sebagai laki-laki sama sekali tidak bisa merubah label itu. Sebab ayah juga telah membuat bunda menderita. Sejak kecil aku ditinggal ayah tanpa sedikit kabar darinya. Bunda selalu mengatakan kalau ayah pergi berlayar.

mata, hatiku terenyuh. Ingin rasanya aku menggantikan segala penderitaannya, setelah Sekian tahun Bunda banting tulang untuk membiayai kuliahku, hingga aku mendapat gelar S-1 di UGM Yogyakarta, jurusan sosial politik. Berkat tekad dan dukungan dari beliau, akhirnya aku bisa menyelesaikan S-1. Satu bulan kemudian, setelah sarjana, aku diterima mengajar di SMPN Ketapang kabupaten Sampang. Sebuah tempat yang menjadi sejarah kelahiranku. Ada satu hal yang bunda inginkan dariku setelah sarjana, menikah. Tapi aku sama sekali tak punya hasrat. Aku selalu saja menolak pinangan demi pinangan. Sepulang mengajar di SMPN Ketapang, bunda memanggilku. Dengan wajah berseri dan senyum merekah, aku menghampiri dan duduk di samping beliau. Dengan lembut beliau berkata, “Azizah, Bunda tahu kamu ingin sekali berjumpa dengan ayahmu. Sejak kecil sampai sekarang kamu tidak pernah mendengar kabar ayahmu. Kamu anak semata wayang bunda. Bunda ingin kamu mempunyai pendamping hidup.” Sejenak Bunda menghela nafas. “Azizah anakku, janganlah mengaca pada kegagalan Bunda. Perlu kamu ketahui, tidak semua lelaki itu sama. Mungkin saja selama ini kamu menemukan laki-laki yang sama, sifat maupun perangainya dengan ayahmu. Kamu jangan menanam kebencian pada laki-laki lebih dalam lagi. Kamu harus ingat, nikah itu sun-

84 |

nah Rasulullah. Barang siapa yang tidak mengikuti sunnahnya berarti kamu bukan ummatnya. Bukalah lembaran baru untuk meniti hidupmu. Bunda tidak ingin kamu terpuruk apalagi trauma.” “Bunda tak cukupkah aku membenci laki-laki yang telah membuat hancur hatiku, tak cukupkah ayah yang telah meninggalkan aku dan bunda. Sudah berapa tahun ayah membuat bunda menangis? Biarkanlah bunda aku hidup sendiri, mungkin itu lebih baik bagiku,” jawabku. Seketika suara Bunda meninggi. “Azizah, jangan jadikan peristiwa itu sebagai belenggu!” kata Bunda sedikit berteriak bercampur tangis. “Bunda, tidakkah Bunda merasa sakit hati pada ayah?” tanyaku. “Tak terlintas sedikit pun Bunda membenci ayahmu. Karena selama ini ayahmulah orang yang telah mengajarkan bunda untuk selalu bersabar dan bersyukur sebagai modal hidup Bunda.” “Lantas kenapa ayah meninggalkan kita?” “Ayahmu adalah seorang pelayar. Dia ingin sekali melihatmu bisa tumbuh dewasa tanpa kekurangan apa pun. Pada suatu saat ayahmu pamit berlayar, hari demi hari bunda tak mendengar kabarnya. Tidak seperti biasanya. Saat itu Bunda panik. Saat Bunda membeli bubur untukmu, Bunda mendengar kapal merpati yang ditumpangi ayahmu tenggelam. Bunda hanya bisa meratapi apa yang telah terjadi. Apa hendak dikata, semua telah terjadi. Semua yang

hidup akan berakhir dengan kematian. Dua hari dari kabar itu, jenazah ayahmu diantar ke sini. Di kuburan umumlah ayahmu disemayamkan.” Aku hadapkan wajahku lurus ke arah Bunda, aku berusaha mengusap air mata yang merembes di pipinya walau dengan sedikit gemetar. “Bunda tak kuasa mengatakan ini padamu? Sebenarnya ini bukan saatnya kamu tahu. Namun apa boleh buat, Bunda tak bisa melihatmu sedih.” Bunda menghela nafas. “Azizah, sebenarnya Bunda ini bukan wanita yang melahirkanmu, tapi Bunda adalah bibimu. Sedangkan wanita yang melahirkanmu adalah saudara kembar bibi. Semenjak kecil kamu ada di pangkuanku. Bunda kandungmu telah kembali ke haribaan Ilahi. Sejak itulah ayahmu bekerja keras untuk mencukupi kebutuhanmu. Dia berjanji akan membuatmu bahagia walaupun kamu tak memiliki seorang bunda yang selalu membelai dan memberimu kasih sayang.” Bunda berdiri dan kembali duduk di atas kursi dekat lemari yang ditempeli foto ayah dan bunda. “Dari itulah Bunda sebagai bibimu datang mengisi hari-hari kalian berdua untuk ikut serta merawat dan membesarkanmu. Suatu malam aku dipanggil ayahmu. Aku pun datang dengan membawamu. Waktu itu kamu tertidur lelap di pangkuan Bunda. Ayahmu memperingatkanku untuk tidak memberi tahu tentang apa yang telah terjadi. Dia berpesan untuk selalu menjagamu, dan apabila terjadi sesuatu padanya untuk selalu menjaga rahasia itu. Aku boleh mengatakan padamu jika kamu sudah berumur 25 tahun. Ternyata ucapan terakhirnya padaku merupakan wasiat yang harus kujaga.” Aku diam. Aliran darah seakan berhenti. Tenggorokanku serasa penuh. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Semua sudah terjadi. Kisah Bunda tentang ayah menumbuhkan tekad untuk merubah

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


ilustrasi/alib

pandanganku terhadap laki-laki. Seketika itu pula aku mengerti bahwa kebencianku terhadap lakilaki tak cukup beralasan. Setelah itu aku pamit pada unda ubntuk masuk kamar. Beliau mengangguk. Di dalam kamar aku perhatikan foto pernikahan ayah dan bundaku. Nampak sekali kemiripan antara bibi yang kini kupanggil Bunda dengan Bunda kandungku. Sungguh begitu besar kekuasaan Allah. Dengan kekuasaannya pula aku jadi tahu apa yang tidak kuketahui sebelumnya. Sekarang aku tahu siapa ayahku dan siapa bundaku. Tak pernah kusangka dan tak pernah terdetik di hati, bahwa selama ini wanita yang kupanggil Bunda bukan orang yang melahirkanku. Tapi semua itu tak membuat rasa sayang dan rasa cinta ini berkurang untuknya. Pagi yang cerah, angin berhembus begitu lirih menyegarkan dadaku. Tidak seperti biasanya, di pagi ini aku ingin sekali menghirup udara segar dan melihat tingkah burung di atas ranting pohon. Di persimpangan jalan, aku bertemu dengan seorang laki-laki yang tak asing bagiku. Rony. Ya Rony Aditsyah, teman semasa SD ku di Ketapang Daya I. Dia melihatku dan seketika memanggilku, “Azizah!” Dia berlari menghampiriku. Aku menyambutnya dengan senyuman sedikit menunduk. “Kamu Azizah bukan? Teman SD-ku?” tanyanya. “Iya. Kamu Rony, kan?” aku balik tanya. Kami pun berbincang-bincang tentang banyak hal, terutama masalah pendidikan kita. “Kamu kuliah di mana Azizah?” “Aku kuliah di UGM tapi sekarang sudah selesai. Kamu sendiri kuliah di mana?” “Kalau aku kuliah di Mesir, tapi belum selesai, insya-Allah aku wisuda kurang lebih 7 bulan lagi. Aku

akan kembali ke Mesir seminggu lagi.” Ponsel Rony berbunyi. “Maaf Azizah aku harus pulang sekarang!” katanya, tanpa melihat ke arahku lagi. “Ya!” jawabku agak panik. Entah apa yang terjadi padanya kini. Wajahnya seakan di sini, mengakar di mataku. Pandangan itu menciptakan rasa yang berbeda di hati. Rasa yang sudah lama aku kubur untuk seorang laki-laki, kini menjelma mahligai yang begitu indah. Apakah dia merasakan apa yang sedang aku rasakan? Tak dapat kutebak. Seiring waktu, aku mendambakan Rony untuk menjadi pendamping hidupku. Dalam doaku, aku selalu meminta pada Tuhan, agar aku menjadi Aisyah baginya, sebagaimana Aisyah bagi Muhammad. Aku sudah seperti seorang Layla yang menunggu. Hari berganti hari aku merasakan kerinduan yang begitu mendalam pada Rony. Saat aku mengajar, aku bertemu dengan

Rony di kantor. Aku merasa bahagia karena kerinduanku kini terobati. “Kamu guru di sini?” Aku hanya mampu menundukkan kepala. “Aku akan kembali besok ke Mesir,” katanya membuyarkan lamunanku. Mendengar itu, hatiku berdenyut kencang. “Kenapa secepat itu?” tanyaku. “Karena aku harus menghadiri pernikahan temanku di sana,” jawabnya, seketika itu aku bertanya lagi. “Kapan kamu nikah? Insya-Allah sebentar lagi.” Bel berbunyi menandakan waktu anak-anak masuk kelas. Aku beranjak dari tempat duduk. “Semoga sukses!” Dia tersenyum padaku, sedikit lesung pipinya sempat aku pandang, begitu indah. “Terima kasih!” jawabnya singkat. Di dalam kelas aku merasa ada sesuatu yang mengganjal. Akankah rasa cinta ini terbalas atau hanya rasa cinta yang bertepuk sebelah tangan? Kini aku hanya tinggal menanti apa-

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 85


ceritera| kah aku wanita yang akan menjadi air mataku dan meletakkan foto itu tamu. Tapi wajah itu terasa asing bagiku. Tak sekalipun aku melihatpendampingnya, ataukah orang lain? kembali ke dalam laci. nya di kampung. Apa karena aku “Ada apa Bunda?” tanyaku. Hanya waktu yang akan menjawab“Azizah, kemarin Bunda kedatan- jarang keluar? Aku mencoba angkat nya. gan tamu. Dia ingin menjodohkan suara. Aku mencoba bertanya. “Siapa anak Bapak yang ingin anaknya denganmu, namun Bunda tak kuasa menjawabnya. Akhirnya, bersanding denganku?” “Aku hanyalah orang yang diperSejak kepergian Rony rasa dia memberi waktu untuk menjarinduku semakin bergelora. Malam wab. Dia berkata pada Bunda akan intah Bapak Zainuddin Sihab unnan syahdu, asrikan langit kelabu. terima jawaban itu walaupun pahit tuk melamarmu.” Aku masih belum mengenal nama bapak itu. Terpaksa Aku impikan jiwanya menjelma di terasa,” kata Bunda. “Bunda, aku tak bisa jawab saat aku bertanya nama lelaki yang akan hadapanku. Gema azan kian terdengar ini. Jika orang itu datang lagi aku meminangku. Siapa tahu aku mengenalnya menusuk relung kalbu. Aku masih akan ikut menemuinya.” saja memandang alam dari jendala kamarku. Jam menunjukkan pukul 2 malam, biasanya azan selalu dikumandangkan setiap jam 2, sebagai Semburat senja di ufuk barat kian menghilang. tanda shalat Tahajjud. Setelah itu Kutatap awan biru. Menyejukkan kalbu. Andai aku aku beranjak dari tempatku menuju dapat memutar waktu agar berjalan lebih cepat. kamar mandi untuk melaksanakan shalat malam. Aku bermunajat padaHari ini juga kita akan bersanding di pelaminan. Nya agar seseorang yang kudamba Aku tak tahan menunggu hari itu. selama ini menjadi jodohku. Azan Shubuh berkumandang. Rumahku tak begitu jauh dengan masjid, kulangkahkan kakiku de“Siapa nama putranya?” “Baiklah!” jawab Bunda. ngan tenang. Selepas shalat, tanpa “Namanya… Amrullah Sihab. Andai saja aku bisa menyingkap kusadari aku bersebelahan dengan tabir kehidupan, maka aku akan tahu Dia masih kuliah di Mesir. Sebentar Intan, adik Rony. “Dik, kapan Mas Ronynya da- siapa orang yang ingin menjadikan lagi dia akan kembali ke Indonesia.” tang?” dia tersenyum, begitu manis. aku istri, dan orang yang akan dijo- Setelah itu aku lihat bunda. Apa Tak jauh beda dengan kakaknya. dohkan ayah Rony untuknya. Kini yang hendak kukata, sedangkan aku “Tahu, Kak. Tapi dia akan segera aku hanya menunggu waktu ter- mendambakan Rony untuk menjadi pendamping hidupku bukan malah kembali, karena ayah sudah men- singkapnya rahasia. orang lain yang datang melamarku. Tuhan, hanya Kau yang tahu apacarikan calon istri untuknya.” SekeAku benar-benar bingung. Ingin raapa yang tersembunyi. Jarum jam tika itu hatiku bergetar. Di benakku muncul tanda tanya besar “Siapakah terus berdetak, waktu terus bergu- sanya aku berteriak agar seisi dunia lir. Tanpa kusangka kini bulan Juli tahu, saat ini aku dirundung rasa gerangan?” hampir usai. Sebentar lagi aku akan bingung. “Siapa Dik, wanita itu?” kejarku. Aku pun berkata, “Semua terse“Aku juga tidak tahu, Kak!” sete- bertemu dengan Muhammadku. Inilah dari masjid aku langsung pulang. lah harapan yang sekian bulan aku rah Bunda. Jika bunda yakin aku Di ruang tamu aku lihat bunda se- nantikan, bulan Juli akhir adalah bu- akan hidup dalam bingkai rumah dang membaca ayat suci Al-Quran. lan ke tujuh dari Januari. Aku masih tangga yang sakinah, aku ikhlas,” kaAku pun segera menuju kamar. Di ingat dia akan kembali dari Mesir taku, setelah itu Bunda menjawab. “Aku setuju, sampaikan salamku dalam kamar, kubuka foto kelu- pada tahun baru dan dia akan kemarga. Tanpa terasa aku meneteskan bali setelah diwisuda. Bulan Juli ini pada Bapak Sainuddin, semoga air mata, karena tak satu pun foto dia akan diwisuda. Tapi aku yakin dia semua ini seiring ridho Ilahi.” Kami yang kulihat menampangkan sosok akan kembali ke Indonesia di akhir pun serentak mengucapkan “Amien” setelah itu dia pamit pulang. Bunda menggendong serta mem- bulan Juli. “Ya,” jawab Bunda padanya samOrang yang seminggu lalu dabelaiku. bil tersenyum. Sepertinya bunda tang pada bunda, kini datang kem“Azizah!” aku kaget dengan suara bahagia. Sementara jiwaku tersebali. Aku pun menemuinya di ruang Bunda. Aku langsung menghapus

86 |

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


mengikat cinta kami. Semoga aku menjadi istri yang amanah. Dia akan hadir mengisi hari-hariku penuh makna. Dia jualah yang akan membimbingku ke jalan lurus-Nya. Hari berganti hari, wajahku nampak semakin cerah berseri seiring makin dekatnya detik-detik yang penuh sejarah itu. Tanggal 6 Agustus, Bunda mulai mempersiapkan acara walimatul ‘ursy. Aku pun sibuk mempersiapkan itu semua. Mulai dari berlulur sampai pada urusan minum jamu. Sesuatu yang amat kubenci. Kulakukan Demi rasa hormatku pada Bunda. Lagi pula hasiat jamu akan menambah kemesraan dalam rumah tangga. Semburat senja di ufuk barat kian menghilang. Kutatap awan biru. Menyejukkan kalbu. Andai aku dapat memutar waktu agar berjalan lebih cepat. Hari ini juga kita akan bersanding di pelaminan. Aku tak tahan menunggu hari itu. Rasa gemetar dan rasa bimbang terlintas di benakku. Pernikahanku tinggal satu hari lagi. Dalam kesendirian aku selalu tersenyum. “Azizah, kamu tampak anggun dengan kebaya putih dan hiasan bunga itu. Bunda akan selalu berdoa semoga kamu jadi istri seperti istri Rasullulah, Siti Aisyah,” kata Bunda. Seketika aku langsung memeluk Bunda. Tanpa terasa air mataku mengalir, begitupun Bunda. Setelah itu ia mencium keningku. “Azizah hapuslah air matamu. Bunda ingin kamu tersenyum di hari bahagia ini.” Setelah itu Bunda berlalu dari hadapanku. Aku tetap berada di dalam kamar menanti Muhammadku. Jarum jam menunjukkan pukul sembilan. Tidak lama

ilustrasi/alib

lubung rasa penasaran, siapa sebenarnya gerangan? Kini aku sudah jadi milik orang lain. Percuma jika aku terus mendambakan Rony yang tidak pasti. Juli akhir aku ketemu adiknya Rony. Dia memberi kabar bahwa Rony datang dan akan melangsungkan pernikahannya. Aku hanya tersenyum, karena bagaimanapun juga, aku harus bisa menerima semua itu. Aku pun akan melangsungkan pernikahan dengan Amrullah, orang yang tak pernah kukenal. Seminggu dari pulangnya Rony, ingin sekali aku bertemu dengannya. Akan kuungkapkan rasa yang selama ini bersemayam dalam jiwaku. Rasanya aku tak kuasa. Saat aku berada di dalam kamar, aku mendengar bunda memanggilku. Beliau menyuruhku ke ruang tamu karena keluarga Amrullah datang. Aku pergi menemui calon mertuaku. Meski jauh di dalam hatiku ada tangis yang masih tersimpan. Setibaku di ruang tamu, aku terkejut dengan wajah bapak itu. Dia mirip dengan Rony. Pada saat itu mereka membicarakan tanggal pernikahanku dengan Amrullah. Tanggal 8 Agustus nanti aku akan menikah dengan lelaki yang tak pernah kukenal. “Apakah Bapak punya anak selain Amrullah?” “Anak Bapak dua, yang tertua Amrullah dan yang terakhir putri.” “Apakah Bapak punya keponakan yang bernama Rony Aditshah?” tanyaku penasaran. “Rony bukan keponakanku tapi dia adalah anak Bapak. Enam tahun lalu Bapak ganti namanya dengan Amrullah.” Aku seperti orang yang mendapat setumpuk mutiara. Seketika itu, senyum menghiasi tipus pipiku. Akhirnya mereka pulang. Aku beranjak dari tempat dudukku menuju kamar. Di sanalah aku menangis haru, bahagia, ternyata orang yang selama ini kudamba benar-benar hadir dalam pangkuanku. Tali suci akan

lagi mempelai laki-laki akan datang. Kutunggu tapi tak kunjung datang. Aku hawatir, aku takut terjadi sesuatu padanya. Di balik tabir aku melihat bunda mondar-mandir. Tampak dari wajahnya menyimpan rasa khawatir, seperti apa yang kurasa. Jarum jam terus berdetak, kini jam menunjukkan pukul 10.15. Para rombongan mempelai pria kini telah datang. Ijab Kabul telah usai dengan sepatah kata alhamdulillah. air mata menetes, mengingat bunda dan ayah yang telah tiada. Aku mencium tangan suamiku penuh ta’dzim. “Aku milikmu dan aku ikhlas untuk menempuh hidup bersamamu nan menghirup madu cinta bersamamu.” | K

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 87


puisi| Wildan Hanifah Syafa’ah

Ahmad Fauzi

SAJAK UNTUK ADIKKU

DI USIA KEMARAU

Pernah aku bercerita Padamu tentang melati Semerbak mewangi Pula kuceritakan Untukmu kisah dawai Yang dipetik sang pujangga Juga kubacakan untukmu Sajak mata elang Yang menembus mata angin Kemudian kala itu matamu berkaca Nanar kau tatap lentera Lalu salju mencair, membulir Air mata di lekuk mukamu “Tidak denganku” “Hanya seonggok tulang Yang terbenam dalam dentuman waktu” Elakmu parau “Dan hanya angin yang tetap menyelimutiku” Katamu lagi Parau… Ya parau… Kau menangis? Tanyaku sendu Pandangilah surya, sayang Dia adalah dirimu Lalu senyummu tersungging Aku pun juga Dan kau tahu sayang Akulah bait dalam sajak tangismu

apa yang kau lihat dari jendela setelah gerimis menutup kemarau apakah ada daun kering kan berhijrah ke hatimu? ada sujud membeku di rintik hujan itu sementara kita menggelut mendung lalu alam pun tersenyum kau mau lari ke mana? kau hanya bisa mengumpulkan air mata menebar bau tanah saat kemarau habis usia

Wildan Hanifah Syafa’ah Santriwati kelas X MAK MTA Putri Al-Amien Prenduan asal Talango.

04 Januari 2009

MASA LALU betapa aku ingin mengekalkanmu pada bau tanah hujan pertama biar kau tak lagi menjadi mimpi sebelum aku pergi tahun lalu kita masih menderai tawa melumat gelisah maka lepaskanlah tanganku akan kupacu tanganku seperti kerapan sapi minggu lalu garis matamu menelan sunyi aku pun menangis karena kau tak ada lagi 05 Januari 2009

Ahmad Fauzi Santri kelas III Intensif TMI Putra Al-Amien Prenduan asal Gapura Sumenep.

88 |

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


Ari Swedhan

Musim gugur bertandang ke pangkuanku Dingin merintih senyuman ronah keranda Larik-larik puisi tinggal warna Menjelma berkabut magma Ingin kuceritakan kembali Tentang bagaimana ia bermain Merasuki taman sunyi Sambil memaki-maki tubuh hujan Membasahi pipi purnama Aku berdoa pada langit Berentangkan sunyi pahit Membentangkan desah dalam pusakawan Aku berkawan Melumat serpihan demi serpihan Gemerisik air hujan Kepada alif Ajarilah aku tentang bercinta Luruskanlah pandangan cahaya Yang mengutuk ilalang Sambil tersenyum ringan Kugandahkan tubuh gontai Dibawah lantang bintang Dalam isi percakapan malam Mengilhami suara parauku Aku berderai, meminta sesuci asa Dirogoh pula bongkahan tahajud Yang tergeletak di pintu subuh Melukiskan vodka. Tetap kukuh. 18 Februari 2009

Ari Swedhan Santri kelas VI TMI Putra Al-Amien Prenduan asal Bandung. M. Gufron Kholid

PINTU TAUBAT Hari ini Semua pintu bercerita tentangmu Namun Daun-daun usiamu telah menguning Altar-altar yang kau singgahi dulu Tak lagi ramah menyambutmu Hanya pintu taubatmu Yang masih setia menunggu M. Gufron Kholid Mahasiswa IDIA Prenduan semester V asal Bangkalan

ilustrasi/alib

AKU BERDOA PADA LANGIT

Erfan Setiawan

MUSIM DINGIN Senja di matamu kini menjelma gelombang, mengantarkan sajak-sajakku ke tepian, matamu yang sayup menelusup detak jantungmu perlahan suaramu menjelma bunyi seruling mengajakku kembali bermusim hujan masih saja berusaha mengekalkan pertemuan kita serupa zikir-zikir angin yang menyisir tangan-tangan waktu menjelma musim dingin dan kini, tubuhmu telah mekar menjadi tulang-tulang rusuk di badanku yang tumbuh abadi 30 desember 2008

Erfan Setiawan Santri kelas V TMI Putra Al-Amien Prenduan

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 89


puisi| Ach. Muttaqin

RINDU

ilustrasi/alib

Bila rindu sudah menggebu perasaan jadi tak menentu hati tak sabar menunggu selalu ingin bersama-Mu cinta meronta dalam kalbu menjerit memanggil nama-Mu menangis ingin bertemu pada Kasih belahan jiwaku Kasih... datanglah padaku menghiasi hari-hariku agar Engkau dan aku saling membagi rindu walau hanya sepercik waktu dan sekadar bertemu asal jadi pengobat rindu pada hatiku yang rapuh Ach. Muttaqin Santri MTA Putra Al-Amien Prenduan Aqil

RINDU Dalam kegelapan sunyi aku menunggumu dalam perihnya hati aku terbelenggu rindu Aqil Santri MTA Putra Al-Amien Prenduan Nurul Kamil

ilustrasi/alib

ALIF Berangkat dari dahan yang asing kucari makna alif di lembaran daun-daun kering namun semakin banyak daun dan semakin jauh arah keasingan semakin menggunting 27 Desember 2008 Nurul kamil Santri kelas V TMI Putra Al-Amien Prenduan

90 |

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


|kuis

KUIS ILMIYAH KHAZANAH 1. Siapakah bapak ilmu kimia dunia yang pertama kali mengelompokkan unsur kimia terutama pada bahan logam, non logam, dan penguraian kimia ? 2. Siapakah ilmuan hebat yang menemukan model atom yang bentuknya menyerupai roti kismis? 3. Aurelia! Adalah nama salah satu jenis hewan. Bisakah kalian menebak hewan apakah dia dan termasuk dalam filum apa? 4. Tahukah kamu bahwa dalam Al-Qur’an tidak dibenarkan adanya adopsi. Bisakah kamu mencari surat dan ayat berapakah ayat itu diterangkan ?

Jawablah empat pertanyaan di atas dalam sebuah kertas. Jawaban yang benar dan beruntung akan memperoleh bingkisan dari redaksi. Jangan lupa tempelkan kupon kuis di bawah ini di pojok kanan kertas jawaban Anda. Kirim jawaban Anda paling lambat tanggal 15 April 2009 ke redaksi Khazanah Qalam: Gedung Al-Wathan I, TMI Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Sumenep Madura Indonesia Telp.(0328)821777 Faks. (0328)821270. Email:khazanah_qalam@al-amien.ac.id

pojok

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 91


kampusiana|

AL-AMIEN - Kurikulum menjadi salah satu unsur terpenting bagi tegaknya sebuah lembaga pendidikan. Kurikulum tidak saja berbicara bagaimana proses pembelajaran berlangsung, lebih dari itu, bagaimana seluruh aspek pendidikan dan pengajaran, dan seluruh unsur pendukungnya dikelola dan dikembangkan. Dalam konteks itu, IDIA Prenduan melaksanakan Semiloka Pengembangan Kurikulum pada KamisSabtu, (25-27/12). Menurut Ketua Panitia, KH. Abu Shiri Sholehuddin, semiloka ini bertujuan untuk: pertama, mengevaluasi dengan meninjau kembali penerapan kurikulum pendidikan di IDIA Prenduan. Kedua, Menyepakati rumusan kurikulum di lingkungan IDIA Prenduan yang akan menjadi pedoman bersama dalam penyelenggaraan pendidikan, dan ketiga, menyepakati sebaran mata kuliah dalam elemen dan jenis kompentensi. Pada saat menyampaikan sambutan, KH. Maktum Jauhari, M.A. selaku Rektor IDIA mengaku bangga dengan dilaksanakannya semiloka ini. “Mudah-mudahan ke depan IDIA Prenduan lebih baik dan lebih,” harapnya di depan civitas akademika IDIA. Hadir sebagai pembicara dalam semiloka ini antara lain: KH. Moh. Idris Jauhari (Pimpinan Pondok), Prof. Dr.

dok.khazanah

Semiloka Pengembangan Kurikulum IDIA

Machasin M.A. (Direktur Pendidikan Tinggi Agama Islam Depag RI), Dr. Abdul Qadir, M.Sc. (Dosen IAIN Surabaya), Prof. Dr. Muhaimin, MA. (Dosen UIN-Malang), Kepala Bappeda Sumenep, dan Tim Ahli Kopertais Wilayah IV Surabaya. Semiloka ini diikuti oleh seluruh civitas akademika IDIA Prenduan: rektor, pembantu rektor, dekan fakultas, ketua jurusan, dosen pengajar dan perwakilan mahasiswa. Semiloka ini dipungkasi dengan penyusunan kurikulum baru IDIA yang langsung ditangani oleh ketua jurusan masing-masing. | reporter

Santri Al-Amien Raih Olimpiade Matematika AL-AMIEN - Persepsi santri Al-Amien miskin prestasi di bidang ilmu eksakta, khususnya matematika, tidaklah benar. Kenyataan ini dibuktikan ketika M. Rifki R santri kelas I Intensif TMI Al-Amien asal Lenteng ditetapkan sebagai Juara II Tingkat SMP/MTs dalam “Olimpiade Science se Madura” bidang Matematika yang diadakan oleh GCN (Generasi Cerdas Nusantara) di Pamekasan (27-28/12). Rifki menyisihkan sekitar 200 peserta yang berasal dari berbagai SMP/MTs di Madura. “Alhamdulillah, saya tidak mengira bisa juara, apalagi melihat peserta yang lain, sepertinya lebih mampu dari saya, apalagi mereka berasal dari sekolah-sekolah negeri favorit,” katanya.

92 |

Dengan kemenangannya itu, Rifki memperoleh tropi penghargaan dan uang pembinaan sebesar Rp 400.000. “Uang ini akan saya tabung,” tukasnya pendek ketika ditanya tentang pemanfaatan uang pembinaan yang diterimanya. Menurut guru matematika sekaligus pendampingnya, Ust. Abdul Ghofur, kemenangan Rifki di bidang matematika menjadi babak baru pengembangan bidang studi matematika di pondok. “Semoga di masa yang akan datang akan banyak lagi santri yang berprestasi di bidang ini. Bahkan, bisa juara dalam olimpiade matematika tingkat nasional maupun internasional,” harapnya.| al-amien.ac.id

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


Al-Amien Terima Bantuan CAP Depkominfo AL-AMIEN - Pondok pesantren Al-Amien Prenduan kembali memperoleh kepercayaan. Kali ini dari Departemen Komunikasi dan Informasi RI untuk mengelola Communty Access Point (CAP) di Jawa Timur. Community Access Point sendiri telah digagas sejak lama oleh Depkominfo sebagai salah satu program unggulan dalam rang- dok. khazanah ka menuju masyarakat informasi Indonesia 2020. “Diharapkan pesantren menjadi ujung tombak Depkominfo dalam penyebaran informasi, khususnya yang berbasis internet bagi masyarakat sekitarnya,” tegas Bambang Soeprijanto, S.H, M.Sc., Direktur Pemberdayaan Telematika Defkominfo RI saat proses penyerahan bantuan di Jakarta (11/12). Untuk mengelola program ini, Al-Amien dan 21 lem-

baga lainnya satu unit komputer server, 9 unit komputer client lengkap dengan koneksi internet. Diharapkan fasilitas tersebut dapat dimaksimalkan oleh para pengelola di daerah-daerah. Unit CAP di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan saat ini dikelola oleh Divisi Information and Communication Center (ICC), satu divisi di bawah tanggung jawab langsung Sekretariat Yayasan Al-Amien Prenduan. “Keberadaan unit ini telah terasa manfaatnya dengan diluncurkannya “kotak pintar” yang memberikan layanan internet gratis bagi para user (santri). Ke depan, diharapkan unit CAP ini dapat memberikan kontribusi lebih bagi Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan dan masyarakat sekitar pada umumnya,” terang Anwar Dani, penanggung jawab ICC, (25/2). | reporter

Ketika Genderang Porseni dan Persada Ditabuh AL-AMIEN - Genderang Porseni (Pekan Olahraga dan Seni) serta Persada (Pekan Seni dan Budaya) telah ditabuh. Porseni dan Persada secara resmi dibuka oleh Pimpinan Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, KH. Muhammad Idris Jauhari pada Rabu (31/12). Pelepasan seekor burung merpati oleh Pimpinan Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan menandai dimulainya ajang tertinggi di bidang olahraga, seni, dan budaya di lingkungan TMI ini. Menurut Pimpinan Pondok, Porseni dan Persada termasuk salah satu unsur pendidikan terpenting yang dilaksanakan di luar jam pelajaran formal. “Porseni dan Persada kental dengan nilai-nilai pendidikan,” tukasnya. Porseni diperuntukkan bagi santri TMI Putra sementara Persada khusus untuk santriwati TMI Putri. Keduanya dilaksanakan secara terpisah. Dengan panitia yang terpisah pula. Cabang-cabang olahraga yang dipertandingkan dalam Porseni tahun ini meliputi: sepak bola, bola voli, bola basket, sepak takraw, tenis meja, bulutangkis, pencak silat, frusik, atletik, lempar gelang, gobak sodok.

Di bidang kesenian meliputi: nasyid, solo song, music country, qori’ dan tilawah, membaca berita, pidato 3 bahasa, baca puisi 3 bahasa, dongeng 3 bahasa, debat 3 bahasa, cipta puisi, melukis, pantomin, debat, fashion show, kaligrafi, kitab kuning, letter, dan seni karikatur, mading, balas pantun, ekspresi wajah, penyiar, resensi buku, drama kolosal, cerdas-cermat. Adapun cabang seni dan budaya yang diperlombakan dalam Persada meliputi: MC 3 bahasa (Arab, Inggris, Indonesia), balas pantun, fiqhun nisa’, karikatur, hasta karya, menyulam, nasyid, tata boga dan tata ruang, broadcasting 3 bahasa, dongeng 3 bahasa, puisi 3 bahasa, MTQ murattalah dan mujawwadah, MTSQ, MHQ, dramatisasi puisi, pemahaman kitab kuning, pidato 3 bahasa, desain busana, cerdas cermat, debat 3 bahasa, fashion show, cipta puisi terjemah AlQur’an, kaligrafi kontemporer, pop song 3 tiga, graffiti/ letter, baca berita 3 bahasa, madding 3 bahasa, merajut, merangkai bunga, rias pengantin, drama, melukis, karya ilmiah. Porseni dan Persada berlangsung hingga Selasa, 8 Januari 2009. Selamat berlomba. Selamat bertanding. Junjung sportivitas dan fair play! | al-amien.ac.id

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 93


jeda|

www.yuviz.net

LUPA Oleh Mohammad Halili Santri kelas VI TMI Putra

Suatu hari, saat aku berada di kelas menunggu guru pengajar datang, aku membuka buku harianku. Seperti biasa, aku akan menulis rencana kegiatan yang akan aku kerjakan seharian ini. Namun belum sampai satu menit aku sibuk mencatat rencanaku. Tiba-tiba saja aku dikejutkan oleh sebuah pertanyaan yang datang dari teman sebangkuku. “Eh, Li, bagaimana menurut kamu mengenai agresi militer Israel terhadap Palestina?” Mendapatkan pertanyaan seperti itu, aku bingung mau menjawab apa. Sepintas aku lirik dia, dari wajahnya dapat dilihat ia masih menunggu jawabanku. “Sangat anarkis” jawabku singkat, sekedar menghargai temanku yang bertanya. Mendengar jawabanku itu, ia mengangguk saja dan tidak mencoba untuk bertanya lagi. Selang beberapa menit setelah itu, guru pun datang. Kelas yang sebelumnya ramai dengan guyonan anak-anak, seketika sepi. Aku merasa ada sesuatu yang mengganjal dalam pikiranku. Pertanyaan seputar Israel dari temanku tadi masih menyisakan sebuah tanda tanya. Tapi entah apa aku belum menyadarinya. Gara-gara pertanyaan itu, pada jam kedua, selama jam pelajaran berlangsung aku tidak bisa lagi berkonsentrasi terhadap penjelasan guru yang menjelaskan pelajaran hadits. Aku masih sibuk mencari keganjalan pikiranku. Lain lagi dengan teman-temanku, mereka malah sibuk mendiskusikan kekalahan persepakbolaan Indonesia melawan Thailand kemarin. Berangsur aku mulai sadar terhadap keganjalan pikiranku. Kalau aku tidak salah mengira ini semua dari kebodohanku sebagai manusia. Aku lupa terhadap sesuatu yang semestinya aku pikirkan. Seperti penyebab kegelisahanku tadi, Israel dan Palestina. Padahal kalau saja permasalahan itu di hadapkan kepadaku, ada keterikatanku di sana, jelas, aku yang memang berlatar belakang muslim tidak bisa lepas tangan begitu saja. Ya aku sadar, ternyata aku sering lupa. Lupa memang sudah sifat yang mnusiawi. Meskipun terkadang membuat jengkel orang lain. Tapi apa

94 |

salahnya dengan sifat pelupa itu? Tentu tidak ada, hanya saja yang perlu dipermasalahkan bila sudah tidak ada lagi orang yang mau mengingatkan atas kelupaan kita. Apalagi di zaman seperti ini, banyak hal-hal yang menuntut manusia untuk menyibukkan dirinya, hingga ia lupa kepada orang yang sedang berada di sampingnya. Untuk sekadar menyapa dengan kata “hai” saja, beratnya bukan main. Ada usaha untuk berubah, tentu lebih baik. Dibandingkan hanya berpangku tangan menunggu ajakan dari orang lain. Memang ada hal-hal lainnya yang tidak akan pernah kita bisa rubah. Kenapa? Karena kita jarang memakai bahasa hati. Bila kita mau mengoreksi diri kita sedikit saja, tentu kita akan menyadari betapa banyak noda-noda yang ada di hati kita. Hingga kita tak mengerti kalau saja kita masih utuh menjadi manusia. Meskipun terkadang dunia ini menyesatkan, kita tidak boleh serta merta mengikutinya begitu saja. Bodoh sekali kalau hanya menjadi pengekor tanpa tau penyebabnya. Imam Ibn Athillah mengatakan, “Alam ini lahirnya adalah tipuan, dan batinnya adalah pelajaran.” Sadarkah kita dengan hal ini? Lamunanku buyar begitu saja, setelah mendengar bel pulang dari depan kelas. Bergegas aku rapikan bukuku yang berserakan di atas bangku. | K

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


Dosa terbesar adalah ketakutan, rekreasi terbaik adalah bekerja,kesulitan terberat adalah keputusasaan, keberanian terhebat adalah kesabaran, guru terbaik adalah pengalaman,rahasia yang paling berarti adalah kematian, kehormatan terbesar adalah kepercayaan, keuntungan terbaik adalah anak yang sholeh, pemberian yang terbaik adalah partisipasi, modal terbesar adalah rasa percaya diri. (Sayyidina Ali bin Abu Thalib ra)

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430

| 95


Formulir Berlangganan Majalah Qalam

96 |

QALAM | Maret 2009/Rabi’ul Awal 1430


Bacaan Tepat bagi Anda !

Ikatan Keluarga Besar Al-Amien (IKBAL) Mengucapkan

Selamat & Sukses atas Terbitnya

majalah QALAM Cover OK.indd 2

3/2/2009 3:13:58 PM


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.