10 minute read
Revitalisasi Budidaya Tanaman Apel di Desa Sumbergondo Kecamatan Bumiaji Kota Batu
REVITALISASI BUDIDAYA TANAMAN APEL DI DESA SUMBERGONDO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU
Risky Wahyu Suliswanto
Advertisement
Politeknik Pembangunan Pertanian Malang Surel : riskywahyu859@gmal.com
ABSTRAK: Artikel ini bertujuan mendeskripsikan penerapan revitalisasi terhadap pohon apel untuk meningkatkan produkivitas serta kualitas apel yang dibudidayakan para petani. Penerapan revitalisasi ini sebagai upaya menggalakkan kembali pertanian apel di Kota Batu yang mulai mengalami kepunahan. Berawal dari latar belakang tersebut maka upaya ini menjadi cara alternatif bagi para petani unuk tetap bertahan pada budidaya tanaman apel. Revitalisasi ini dimulai dengan pengambilan anakan apel atau yang biasa disebut dengan istilah understump kemudian anakan tersebut ditanam untuk menggantikan pohon apel yang sudah tidak produktif.
Kata-kata kunci: budidaya, Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, revitalisasi, tanaman apel
Apel merupakan komoditas terpenting yang menjadi salah satu ikon Kota Batu. Komoditas inilah yang tentunya menjadi daya tarik yang mengangkat citra Kota Batu menjadi Kota Pariwisata baik tingkat nasional ataupun tingkat internasional. Kondisi wilyah di Kota Batu yang merupakan daerah pegunungan dan hutan mendukung terciptanya suasana yang sejuk dan indah, hal ini tentu menarik bagi para wisatawan untuk mengunjungi kota ini. Tanaman apel dapat tumbuh secara optimal pada ketingiggian 1000-1200 mpdl artinya tanaman ini lebih cocok pada daerah dataran tinggi, dengan cura hujan 1000-3000mm pertahun serta suhu 20 -25 C. Tanaman ini memiliki masa panen ± 6 bulan sekali, jadi tanaman
325
ini dapat dipanen 2 kali dalam setahun. Tanaman ini lebih banyak dibudidayakan di kawasan Bumiaji salah satunya di Desa Sumbergondo. Mayoritas pencaharian masyarakat di desa ini yaitu petani terurutama pada komoditas apel. Ada beberapa jenis apel yang dibudidayakan di desa ini yaitu jenis apel manalagi, anna, rome beauty dan wanglin. Namun yang paling banyak dibudidayakan masyarakat yakni apel jenis manalagi yang identik dengan cita rasanya yang manis. Apel jenis ini sangat digemari konsumen selain memiliki citarasa yang khas apel ini mudah untuk dikembangkan. Pada saat ini kondisi pertanian apel sangat memprihatinkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya; faktor iklim, faktor usia dan faktor hara. Hal tersebut diperparah dengan kurangnya pengetahuan masyarakat akan cara budidaya yang benar, mereka cenderung mengandalkan bahan kimia untuk mengatasi berbagai permasalahan pada budidaya tanaman apel, mereka tidak tahu bahwa pengunaan bahan kimia justru akan merusak tanaman mereka serta akan beakibat pada penurunan hasil produksi. Seiring berjalannya waktu pertanian apel mulai bergeser pada komoditas lain sepeti sayur dan tanaman hias. Kondisi ini tentu menjadi perhatian khusus bagi pemerintah daerah.
BUDIDAYA TANAMAN APEL DI DESA SUMBERGONDO
Tanaman apel merupakan tanaman buah yang biasa hidup di wilayah subtropis. Namun, pada kenyataannya tanaman ini dapat tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Akan tetapi tanaman ini hanya dapat tumbuh pada dataran tinggi atau di daerah pegunugan seperti Kota Batu. Klasifikasi tanaman apel:
326
1. Kingdom : Plantae 2. Sub Kingdom : Tracheobionta 3. Super Divisi : Spermatophyta 4. Divisi : Magnoliophyta 5. Kelas : Magnoliopsida 6. Sub Kelas : Rosidae
7. Ordo : Rosales
8. Famili :Rosaceae
9. Genus : Malus Mill.
10. Spesies : Malus sylvestris Mill. Tanaman ini memiliki akar tunggang serta memiliki rambut akar yang berfungi meyerap kadungan nurisi,akar ini bersifat kokoh untuk menopang batang yang berkayu. Sealain itu tanaman ini memiliki daun yang berbentuk lonjong dengan tepi daun yang bergerigi. Tanaman ini juga memiliki bunga yang menyerupai tandan, setiap tandan memiliki 7-11 bunga. Bentuk buah tanaman ini bulat dan biasanya bewarna hijau dan merah serta memiliki biji berbebertuk lonjong dan pipih dengan ujung meruncing dan membulat pada bagian pangkalnya. Tanaman ini memiliki masa panen antara 5-6 bulan sekali, atau dapat dipanen 2 kali dalam setahun.
Pada kawasan Kota Batu hanya beberapa daerah saja yang cocok untuk budidaya tanaman apel, yakni di kawasan Kecamatan Bumiaji. Pada kawasan ini masih banyak masyarakatnya tetap bertahan pada komoditas apel, salah satunya di Desa Sumbergondo. Desa ini memiliki luas wilayah ±573 Ha, serta memiliki 3 dusun yaitu Dusun Segundu, Dusun Sengonan, dan Dusun Tegalsari (Gandon).
327
Selain itu desa ini memiliki 17 RT dan 3 RW, jarak tempuh dari Bumiaji sekitar 1,5 km atau sekitar 5 menit jarak yang ditempuh mengunakan kendaraan. Mayoritas pencaharian penduduk dari desa ini sebagai petani baik petani sayur, buah, bunga ataupun sebagai peternak. Namun yang menjadi komoditas utama dari desa ini yaitu tanaman apel, mengingat kondisi wilayah Desa Sumbergondo merupakan wilayah pegunungan sehinga tanaman ini dapat tumbuh dengan optimal. Hal ini tentu menjadi suatu potensi dalam sector pariwisata mengingat komoditas apel sudah menjadi ikon Kota Batu. Komoditas apel yang dibudidayakan di Desa Sumbergondo terdapat 3 jenis diantaranya ; apel manalagi, apel rome beauty dan apel anna. 1. Apel Manalagi, Apel ini berwarna hijau kekuningan, memiliki aroma harum dibandingkan jenis apel lainnya. Apel ini memiliki citarasa yang manis serta memiliki daging buah yang agak keras, memiliki daun yang lebar. Apel ini dapat dijadikan beberapa olahan apel seperti dodol, pie, keripik dan lai sebagainya. Selain itu apel ini dapat bertahan selama satu bulan dengan catatan disimpan pada kondisi yang kering . 2. Apel Rome Beauty Apel jenis ini memiliki warna kulit hijau bersembur merah, serta memiliki citarasa yang segar namun sedikit asam. Berbentuk bulat dengan memiliki ujung buah yang sedikit dalam, apel ini memiliki daging buah yang keras . apel ini biasa dijadikan sebagai olahan apel seperti cuka apel, minuman dan lain sebagainya. 3. Apel Anna
328
Apel ini merupaka salah satu jebis apel yang nenjadi primadona Kota Batu. Apel ini memiliki kulit buah berwarna merah serta memiliki daging buah yang lunak berkulit tipis. Apel jenis ini banyak diburu para wisatawan karena rasa yang khas dari apel ini menjadikan suatu daya tarik tersendiri. Namun, dalam proses budidaya tanaman ini memerlukan ketelatenan dan kesabaran yang tinggi, dikarenakan tanaman ini mudah terserang hama dan penyakit. Menurut pengakuan Bapak Siyato salah seorang petani apel di Desa Sumbergondo “Untuk dapat
bertahan di kondisi saat ini memerlukan modal ± 10-15 juta per musim panen dengan hasil 3-5 ton”. Badan Pusat Statistik Kota Batu
mencatat pada tahun 2017 jumlah produksi apel sekitar 55 891,50 ton, sedagkan pada tahun 2018 hanya sekitar 54 506 ton.(Badan Pusat Statistik Batu). Hal ini berarti produksi apel mengalami penurunan setiap tahunnya. Penurunan hasil produksi ini dikarenakan alih fungsi lahan menjadi lahan jeruk ataupun sayuran, selain itu usia pohon apel yang semakin tua juga menjadi penyebab penurunan hasil produksi. Rata-rata usia pohon apel berkisar antara 40-50 tahun, kondisi ini sangat memprihatinkan mengingat komoditas ini juga mulai mengalami kepunahan. Maka dari itu, pemerintah kota Batu membuat suatu program revitalisasi sebagai bentuk pelestarian pohon apel. Ketua Disprata mengatakan “Revitalisasi yang kami programkan itu diantaranya adalah melakukan revitalisasi lahan apel, pengendalian organism pengganggu tanaman apel, hingga peremajaan pohon apel. Mengingat saat ini rata-rata pohon apel yang ada usianya sudah diatas 25 tahun”.
329
REVITALISASI POHON APEL
Menurut bahasa istiah revitalisasi adalah suatu proses atau salah satu cara yang efektif untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya terbedaya. Reviatalisasi pohon apel berarti upaya untuk menghidupkan kembali pertanian apel yang pernah mengalami kejayaan di masanya. Upaya ini perlu dilakukan untuk mengembalikan kualitas dan produktivitas pohon apel, hal ini dapat menjadi cara alternatif untuk mengembalikan kualitas tanaman apel yang semakin tahun semakin menurun. Pada saat ini pemerintah Kota Batu mulai menyoroti hal ini. Dinas Pertanian mulai menyusun program ini yang tiak lain bertujuan untuk mencegah kepunahan pohon apel di Kota Batu.
Kepala Dinas Pertaian mengatakan “Revitalisasi yang kami
programkan diantaranya melakukan revitalisasi lahan apel, pengendalian OPT, hingga peremajaan pohon apel. Revitalisasi lahan tersebut mutlak untuk segera dilakukan antara lain dengan getol menggunakan pupuk organik dan mengurangi penggunaan pupuk kimia. Serta disusul dengan mengganti pohon apel yang sudah tua dan tidak produktif lagi”.
Salah satu tujuan utama dari program ini yakni mengembalikan pertanian apel yang mulai pudar, untuk mengatasi hal tersebut diperlukan upaya agar tanaman apel tetap ada dan tetap produktif, salah satunya upaya perbanyakan tanaman apel . Perbanyakan tanaman ini dapat dilakukan baik secara generatif dan vegetatif keduanya meiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
330
Salah satu kelebihan dari perbanyakan generatif yakni tanaman menjadi lebih kokoh karena memiiki akar yang kuat dan kokoh, namun kekurangan dari teknik ini membutuhkan waktu yang relatif lama serta memiliki sifat yang menyimpang dari induknya. Sedangkan perbanyakan vegetatif lebih cepat dan efisien. Namun hasil perbanyakan dari teknik ini cenderung mudah roboh dan memiliki umur yang relatif sigkat dibandingkan dengan perbanyakan generatif. Oleh sebab itu para petani Sumbergondo lebih memilih perbanyakan secara vegetative yang dianggap paling efektif dan efisien. Teknik perbanyakan vegetatif pada tanaman apel yang baiasa digunakan yakni tekik okulasi dan grafting, kedua perbanyakan ini tentu memerlukan batang bawah / understump. Batang bawah yang dapat dipakai untuk perbanyakan haruslah memiliki peakaran yang kuat, batang kokoh, serta resisten terhadap serangan hama dan penyakit. 1. Perbanyakan Okulasi Okulasi merupakan metode perbanyakan tanaman dengan cara menempelkan mata tunas dari varietas yang unggul pada tanaman apel. Okulasi ini bertujuan menggabungkan sifat yang baik dari masing masing tanaman hingga mendapatkan varietas yang lebih unggul. Perbanyakan pada tanaman apel meliputi persiapan batang bawah, persiapan mata tunas, dan proses penempelan. Batang bawah dapat diperoleh dari beberapa cara yaitu: a. Anakan
Anakan pohon apel merupakan apel liar yang tumbuh di sekitar pohon dewasa. Anakan yang dipilih harus memiliki perakaran dan
331
batang yang kokoh. Pengambilan anakan dapat dilakukan dengan cara menggali tanah di sekitar tanaman kemudian mencabut anakan tersebut secara perlahan agar tanaman tidak mengalami stress. Setelah anakan di ambil kemudian menanamnya pada polybag ataupun bedengan. b. Rundukan
Rundukan pada pohon apel dapat diperole dengan merundukkan cabang tanaman samapai menyentuh tanah kemudian ditimbun menggunkan tanah. Setelah rundukan tersebut memiliki akar yang cukup kuat, kemudian cabang hasil rundukan dipotong dan mencabut anakan hasil rundukan dan menanmnya kembali pada polybag ataupun bedengan. c. Stek
Batang bawah pada metode ini dapat diproleh melalui potongan cabang yang ditanam pada media tanam. Proses ini memerlukan waktu ± 5 bulan setelah tanam. Pada perbanyakan okulasi ada beberapa hal yang harus dilakukan atara lain: 1) Memilih batang bawah dengan diameter ± 1cm 2) Pengambilan mata tunas dapat berasal dari cabang tanaman yang sehat serta berasal dari varietas unggul yang kemudian di potong dengan panjang 2,5-5cm 3) Membuat sayatan menerupai lidah kulit yang terbuka ke atas dengan ukuran yang disesuaikan dengan mata tunas yang akan ditempelkan, kemudian kulit tersebut dungkit dan memotong bagian atas
332
4) Mata tunas yang akan ditempel dimasukkan pada kulit yang terbuka hinga menempel dengan baik, kemudian diikat menggunakan tali plastik ataupun sebagainya 5) Setelah okulasi berumur 2-3 minggu, ikatan okulasi dapat dibuka, proses ini berhasil jika kondisi mata tunas tetap segar 6) Setelah berumur 4-5 bulan dilakukan pemangkasan pada batang tepat di atas tempelan 2. Cara Pemindahan Bibit apel Bibit apel yang siap untuk dipindahkan ke kenun yakni setelah usia minimal 6 bulan sejak proses okulasi. Pemindahan dilakuka dengan menyayat bagian polybag membuang polybag bekas tanaman, usahakan agar akar tanaman tidak kontak atau terputus. Kemudian ditanam pada lubang sedalam ± 30-40 cm yang tetunya sudah diberikan pupuk orgnik, selanjutnya bagian cabang dipotong hingga tanaman setinggi 80-100 cm dari pangkal leher batang serta membuang /meropes daun yang masih ada. Bibit apel akan mulai berbuah jika sudah mencapai umur ± 5 tahun. Proses pembuahan ini diawali dengan muculnya bunga pada tanaman, setelah 2-3 minggu bunga tersebut akan berguguran dan mulai membentuk bakal buah.
PENUTUP
Simpulan
Revitalisai merupakan upaya pelestarian pohon apel yang dilakukan untuk mencegah kepunahan dari komoditas apel di Kota Batu. Revitalisasi lahan tersebut mutlak untuk segera dilakukan, antara lain dengan getol menggunakan pupuk organik dan
333
mengurangi penggunaan pupuk kimia. Serta disusul dengan mengganti pohon apel yang sudah tua dan tidak produktif lagi.
Saran
Dalam program ini peran pemerintah ataupun pelaku utama sangat dibutuhkan untuk berkontribusi dalam Pelestarian tanaman apel yang sudah mulai punah keberadaannya. Untuk itu diperlukan upaya perbanyakan apel yang dapat berupa grafting ataupun okulasi, untuk menciptakan bibit apel yang unggul, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, serta produktivitas tinggi. Selain itu untuk pertanian apel di Sumbergondo perlu melakukan revitalisasi tanah dengan penggunaan pupuk organik untuk mengembalikan sifat biologis tanah serta memperkaya kandungan unsur hara yang ada di dalam tanah. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat kondisi tanah di Desa Sumbergondo mulai menurun.
DAFTAR RUJUKAN
Buku Apel (Malus sylvestrys Mill). Direktorat Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian. 2004.
Definisi revitalisasi. (https://id.wikipedia.org/wiki/Revitalisasi, diakses: 29 jauari 2021).
Klasifikasi Tanaman Apel (2019). (https://agrotek.id/klasifikasi-danmorfologi-tanaman-apel/, diakses: 28 januari 2021).
Perbanyakan Tanaman Apel. 2019. (http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/70727/MEMPER BANYAK-TANAMAN-APEL/, diakses : 30 januari 2021).
334
Profil Desa Sumbergondo. 2016. (http://kimwartamertani.blogspot.com/2016/04/profil-desasumbergondo.html, diakses: 28 Januari 2021).
Revitalisasi Tanaman Apel. 2011. (https://kabar24.bisnis.com/read/20111122/78/54065, diakses: 29 januari 2021).
335