9 minute read
Nganjuk
PENGGUNAAN MULSA PLASTIK HITAM PERAK DAN JARAK TANAM PADA HASIL BUDIDAYA TANAMAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN NGANJUK
Nihmatul Ulfa
Advertisement
Politeknik Pembangunan Pertanian Malang Email : nihmatululfa272@gmai.com
ABSTRAK: Artikel ini bertujuan untuk memberikan contoh bagi petani untuk menerapkan teknologi baru di bidang pertanian, guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kelompok tani sehingga dapat melakukan inovasi baru yang lebih efektif dan menguntungkan bagi petani sebagai acuan untuk meningkatkan produktifitas dan mendukung pengembangan budidaya bawang merah di Kabupaten Nganjuk. Bawang merah merupakan salah satu jenis sayuran yang tingkat konsumsinya cukup tinggi, karena merupakan bumbu harian. Tingkat konsumsi yang tinggi ini harus diimbangi dengan peningkatan produksi bawang merah. Banyak cara yang bisa dilakukan sebagai upaya peningkatan produksi bawang merah, diantaranya dengan penggunaan mulsa plastik hitam perak dan pengaturan jarak tanam sehingga mampu meningkatkan hasil produktifitas dan menikatkan perekonomian petani bawang merah. Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mulsa plastik hitam-perak meningkatkan semua parameter yang diamati kecuali kadar air relatif dan jarak tanam 10 cm x 25 cm menghasilkan jumlah umbi per rumpun tertinggi dan bobot umbi kering tertinggi.
Kata-kata kunci: budidaya, jarak tanam, mulsa plastik hitam perak, kabupaten nganjuk, tanaman bawang merah
Kabupaten Nganjuk merupakan dataran rendah yang mampu menghasilkan tanaman bawang merah dengan jumlah yang banyak, daerah Nganjuk adalah salah satu sentral bawang merah di Indonesia. Ada 5 Kecamatan yang menjadi sentral bawang merah yaitu Kecamatan Sukomoro, Gondang, Rejoso, Bagor dan Wilangan yang
227
berpusat di pasar Sukomoro. Bawang merah menjadi peluang usaha yang menjanjikan di daerah Nganjuk. Bagaimana tidak, umbi yang bisa dijadikan sebagai bumbu dapur ini selalu dibutuhkan masyarakat Indonesia. Harga jualnya juga stabil, bahkan selalu terjual mahal saat momen hari raya dan akhir tahun.
Di Kabupaten Nganjuk bawang merah (Allium Ascalanicum L.) adalah salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas ini juga merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah Nganjuk. Nilai ekonomi yang tinggi menyebabkan pengusahaan budidaya bawang merah telah menyebar di hampir semua kecamatan. Akan tetapi hasil produksi di Nganjuk masih kurang dibandingkan dengan besarnya permintaan pasar domestik maupun ekspor. Dengan demikian untuk meningkatkan produktifitas dan mendukung pengembangan budidaya bawang merah diperlukan teknik budidaya yang tepat dan inovatif.
Dari permasalahan di atas maka diambil judul artikel yaitu “Penggunakan Mulsa Plastik Hitam Perak dan Jarak Tanam pada
Hasil Budidaya Tanaman Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk”.
Budidaya yang tepat dan inovatif yang akan diterapkan dalam artikel ini adalah penggunaan mulsa plastik hitam perak dan pengaturan jarak tanam sehingga mampu meningkatkan hasil produktifitas dan menikatkan perekonomian petani bawang merah.
BUDIDAYA BAWANG MERAH KABUPATEN NGANJUK
228
Bawang merah (Allium cepa L. var. aggregatum) adalah salah satu bumbu masak utama dunia yang berasal dari Iran, Pakistan, dan pegunungan-pegunungan di sebelah utaranya, tetapi kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia, baik sub-tropis maupun tropis. Wujudnya berupa umbi yang dapat dimakan mentah, untuk bumbu masak, acar, obat tradisional, kulit umbinya dapat dijadikan zat pewarna dan daunnya dapat pula digunakan untuk campuran sayur. Bawang merah sendiri merupakan komoditas hortikultura berumur pendek dan mempunyai nilai komersial tinggi dengan resiko tinggi. Saat ini sudah banyak petani bawang merah di Indonesia khususnya daerah Kabupaten Nganjuk yang mengembangkan budidaya bawang merah, namun dalam proses budidayanya masih ditemui berbagai kendala terutama dari segi teknis budidaya. Oleh sebab itu penggunaan benih bermutu, varietas bawang merah yang mempunyai sifat-sifat unggul, pengendalian hama penyakit terpadu yang ramah lingkungan, pengelolaan unsur hara (pemupukan tepat waktu dan tepat jumlah) serta pola penanaman yang harus lebih di perhatikan. Syarat tumbuh bawang merah: 1. Kesesuaian agroklimat 2. Cahaya matahari minimum 70%, 3. Suhu udara 25-320C, 4. Kelembaban nisbi 50-70%.
5. Struktur tanah remah, tekstur sedang sampai tinggi, drainase dan aerasi yang baik, mengandung bahan organik yang cukup, dan pH tanah netral (5,6– 6,5) 6. Jenis tanah: tanah Aluvial atau kombinasinya dengan tanah Glei-
Humus atau Latosol Sumber air tersedia
229
Budidaya bawang merah dilakukan secara musiman yang pada umumnya dilakukan pada musim kemarau atau sekitar bulan April sampai Oktober sehingga mengakibatkan produksi dan harganya fluktuatif sepanjang tahun dan produktivitasnyapun rendah. Selain faktor musim, faktor yang mempengaruhi produksi komoditi pertanian antara lain adalah faktor sarana pertanian, cara budidaya dan karakteristik petani. Dengan kata lain, faktor input akan mempengaruhi output produksi pertanian, yang berfluktuasi pada setiap daerah sentra masing-masing komoditas di daerah Nganjuk. Dengan menggembangkan perlakuan mulsa plastik hitam perak dan jarak tanam, diharapkan akan mampu meningkatkan hasil produktifitas budidaya bawang merah.
Mulyatri (2003), menyatakan bahwa mulsa dapat meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah sehingga kehilangan air dapat dikurangi dan memelihara temperatur dan kelembapan tanah. Ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan pada lahan yang diberi mulsa memiliki temperatur tanah yang cenderung menurun dan kelembaban tanah yang cenderung meningkat seiiring meningkatnya dosis pemulsaan. Kelembaban tanah dan temperatur tanah yang optimal, akan berpengaruh pada ketersedian air di bawah permukaan tanah. Kondisi seperti ini sangat menguntungkan bagi tanaman.
PENGGUNAAN MULSA PLASTIK YANG EFEKTIF PADA BUDIDAYA TANAMAN BAWANG MERAH 1. Persiapan Lahan
Langkah pertama yang perlu dilakukan ialah melakukan pembersihan dengan cara membabat rumput dan gulma. Kemudian
230
tanah harus digemburkan. Lalu bedengan dibuat dengan lebar sekitar 1 m dengan tinggi 30–40 m. Sebaiknya petani perlu mengetahui pH tanah sebab kondisi tanah yang terlalu asam maupun basa akan mempengaruhi proses penyerapan unsur hara terhadap tanaman. Bawang merah dapat tumbuh dengan optimal di tanah dengan pH 5,6–6,5. Setelah itu yaitu penebaran pupuk. Pupuk yang dipakai ialah pupuk kompos atau pupuk kandang sebanyak 15–20 ton/ha yang ditebar di bedengan. Selanjutnya pakai pula pupuk ZA, TSP dan KNO3 sebanyak 400 kg/ha dengan perbandingan 1:4:11. Campur pupuk dan tebarkan lalu diaduk bersama tanah. Bedengan yang sudah diberi pupuk ini harus dibiarkan selama 10–15 hari sebelum siap ditanami. Setelah itu mulsa plastik dipasang kemudian dilubangi dengan jarak tanam 10x25 cm. Mulsa berwarna perak dipasang menghadap atas dan bagian hitam dibawah menempel terhadap tanah.
2. Persiapan dan Pemilihan Bibit
Bawang merah bisa ditanam dengan umbi maupun biji (TSS). Pilihlah umbi yang warnanya mengkilat, tidak cacat, padat, serta sudah disimpan selama 2–4 bulan dengan titik tumbuh 80%. Usahakan bibit umbi mempunyai ukuran yang sama sehingga pertumbuhan bawang merah nantinya seragam.
3. Penanaman Bibit
Bibit dengan titik tumbuh sekitar 80% dibersihkan dari kulit yang mengering serta sisa akar lalu ¾ bagian umbi dibenamkan di tiap lubang mulsa. Bila bibit belum mencapai titik tumbuh 80% maka ujung umbi harus dipotong guna mempercepat pertumbuhan.
231
Sementara itu bila petani memakai biji maka diperlukan tahapan penyemaian. Bawang merah yang ditanam dengan biji akan membutuhkan waktu 5 bulan agar siap panen.
4. Pemupukan Susulan
Pemupukan susulan dilakukan selama 2 kali, yang pertama 15 hari sesudah tanam dan 30 hari sesudah tanam. Pupuk yang dipakai berupa urea, ZA, dan Kcl di sepanjang garitan tanaman.
5. Pengairan dan Penyiangan
Bawang merah memerlukan air yang banyak tetapi jangan sampai tergenang. Sesudah masa penanaman 0–10 hari penyiraman dilakukan sebanyak 2x sehari, usia 11–35 hari sebanyak 1x sehari (pagi hari), serta diatas 35 hari hingga masa panen 1x/hari pagi atau sore hari.
Penyiangan harus dilakukan bila petani menemukan gulma, akan tetapi penggunaan mulsa plastik tentunya akan mengurangi jumlah gulma yang mungkin tumbuh.
6. Pengendalian Hama dan Penyakit
Mulsa plastik terbukti mengurangi jumlah hama serta penyakit terhadap tanaman bawang merah. Biasanya hama dan penyakit yang menyerang adalah ulat daun dan layu fusarium. Bila petani menemukan hama ulat maka daun sebaiknya dipotong serta dimusnahkan. Demikian juga bila ditemukan daun bawang menguning serta layu harus langsung dicabut serta dibakar. Penggunaan insektisida juga diperbolehkan sesuai takaran yang berlaku.
7. Panen
Tanda bawang merah sudah siap panen yaitu:
232
a. Pangkal terasa lemas bila dipegang b. Daun menguning dan rebah c. Umbi terlihat di permukaan tanah Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman lalu diikat kemudian dijemur sampai kering. Hal ini berfungsi guna menjaga supaya umbi bawang merah tidak cepat busuk. Sesudah umbi bawang 85% kering maka bawang merah siap dipasarkan. Menurut Sembiring (2013), penggunaan mulsa bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma, mencegah kehilangan air dari tanah sehingga kehilangan air dapat dikurangi maka temperatur dan kelembaban tanah relatif stabil. Penggunaan mulsa merupakan salah satu upaya memodifikasi kondisi lingkungan agar sesuai bagi tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
PENGUNAAN JARAK TANAM PADA BUDIDAYA
TANAMAN BAWANG MERAH
Upaya peningkatan hasil selain dengan penggunaan mulsa yaitu dengan cara meningkatkan efisiensi penggunaan lahan. Efisiensi penggunaan lahan akan terwujud dengan pengaturan jarak tanam. Jarak tanam merupakan komponen bercocok tanam yang menentukan pertumbuhan tanaman. Pengaturan jarak tanam bisa meningkatkan efisiensi penggunaan lahan. Luas jarak tanam ditentukan oleh jenis tanaman tertentu. Dengan perlakuan mulsa hitam perak dan jarak tanam, diharapkan akan mampu meningkatkan hasil bawang merah. Pengaturan jarak tanam akan mengetahui batas optimum pada hasil
233
yang dicapai pada suatu lahan sehingga hasil umbi bawang merah dapat jauh lebih baik.
Menurut Basuki (2009), pengaturan jarak tanam diperlukan agar tanaman dapat tumbuh optimal dan memberikan hasil yang baik tanpa mengalami persaingan baik antar tanaman maupun antara tanaman dan gulma serta dapat mengurangi kemungkinan serangan penyakit terutama di musim hujan.
Jarak tanam dengan kepadatan tertentu bertujuan memberi ruang tumbuh pada tiap-tiap tanaman agar tumbuh dengan baik. Jarak tanam akan mempengaruhi kepadatan dan efisiensi penggunaan cahaya, persaingan diantara tanaman dalam penggunaan air dan unsur hara sehingga akan mempengaruhi produksi tanaman. Pada kerapatan rendah, tanaman kurang berkompetisi dengan tanaman lain, sehingga penampilan individu tanaman lebih baik. Sebaliknya padakerapatan tinggi, tingkat kompetisi diantaratanaman terhadap cahaya, air dan unsur hara semakin ketat sehingga tanaman dapat terhambat pertumbuhannya dan secara fisiologis jarak tanam akan menyangkut ruang dan tempat tanaman hidup dan berkembang.
Pada hasil Penelitian Irvan dan Suparno (2018), menyatakan bahwa Jarak tanam berpengaruh terhadap jumlah anakan dan berat basah umbi. Jarak tanam 10 cm x 20 cm menghasilkan tanaman bawang merah dengan jumlah anakan paling banyak dan bobot basah umbi paling berat. Dengan begitu jarak tanam 10 cm x 25 cm mampu dikembangkan karena dapat menghasilkan jumlah umbi per rumpun tertinggi dan bobot umbi kering tertinggi.
PENUTUP
234
Simpulan
Penggunaan mulsa plastik hitam perak dan jarak tanam dapat mempengaruhi hasil budidaya tanaman bawang merah. Karena dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak mampu menekan pertumbuhan gulma, mencegah kehilangan air dari tanah sehingga kehilangan air dapat dikurangi maka temperatur dan kelembaban tanah relatif stabil. Sedangkan dengan mengatur jarak tanam bisa meningkatkan efisiensi penggunaan lahan sehingga hasil produksinya bisa meningkat.
Saran
Diharapkan Artikel ini dapat memberikan alternatif bagi petani untuk meningkatkan produktivitas tanaman bawang merah mereka. Atas dasar itu, pemikiran yang telah ditulis diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan petani dalam budidaya bawang merah sehingga lebih efektif.
DAFTAR RUJUKAN
Basuki RS. 2009. Analisis kelayakan teknis dan ekonomis teknologi budidaya bawang merah dengan benih biji botani dan benih umbi tradisional. J Hort, 19 (2): 214-22.
Cara Menanam Bawang Merah Dengan Mulsa Plastik, Dijamin
Ciamik. 2019. (https://medium.com/@limcorp8/cara-menanambawang-merak-dengan-mulsa-plastik-dijamin-ciamik1aae1d6f52f9, diakses pada 25 Januari 2021)
Irvan dan Suparno. 2018. Pengaruh Jarak Tanam Dan Pupuk Pelengkap Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi
235
Bawangmerah (Allium Cepa L.) Varietas Thailand. Jurnal Ilmiah Hijau Cendekia, 3 (1).
Mahmudi, Rianto dan Historiawati. 2017. Pengaruh Mulsa Plastik
Hitam Perak Dan Jarak Tanam Pada Hasil Bawang Merah (Allium Cepa Fa. Ascalonicum, L.) Varietas Biru Lancor
Mulyatri. 2003. Peranan pengolahan tanah dan bahan organik terhadap konservasi tanah dan air. Pros. Sem. Nas. Hasil-hasil
Penelitian dan Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi. p. 90-95
Sembiring, A. P. 2013. Pemanfaatan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) dalam Budidaya Cabai (Capsicum annuL). (http://www.scribd.com/doc/82000378/Pemanfaatan-Mulsa-
Plastik-Hitam-Perak-MPHP-Dalam-Budidaya-Cabai-Capsicumannum-L, diakses pada tanggal 25 Januari 2021)
236