Penghuni
Edisi X - Mei 2013
2
Salam Redaksi
Setia Melayani No.ISSN 2089-9130
Redaksi menerima karya tulis yang masuk ke meja kami. Tulisan dapat seputar apa saja, baik opini, surat pembaca, persepsi maupun usulan sosok. Kirimkan tulisan anda ke email kami reporter.batam@journalist.com dan redaksi@tabloidthink.com. Tulisan anda akan memberi inspirasi bagi perwujudan bangsa yang cerdas, kritis, rasional dan kreatif.
SELAMAT datang di edisi terbaru Tabloid Think. Tim redaksi terus berupaya untuk menghasilkan produk jurnalistik yang terbaik bagi lingkungan kampus Universitas Riau Kepulauan Batam, termasuk produk jurnalistik edisi ini. Pekan ini kesibukan mendera tim redaksi. Tim Redaksi Tabloid THINK! dan Unit Kegiatan Pers Mahasiswa (UKPM) Unrika memerlukan konsentrasi penuh karena sejak peluncuran edisi April 2013,yang dalam laporan utama mengangkat masalah lingkungan, maka pada penerbitan kali ini masalah pendidikan di tanah air. Masalah pendidikan perlu diangkat karena di tengah kemajuan teknologi, ternyata masih ada daerah yang terpaksa menunda ujian nasional akibat bahan ujian belum tiba di daerah mereka. Terdapat sebelas provinsi menunda UN tingkat SLTA karena belum menerima bahan ujian tersebut.Ironis, ditengah sarana transportasi telah mendukung, tapi masih terjadi keterlambatan bahan ujian. Apa penyebabnya?.Pertanyaan ini muncul karena yang bertanggungjawab dalam hal ini selalu saling lempar tanggungjawab, atau mereka lupa bahwa NKRI ini dari Sabang
Andri Arianto sampai Marauke, dan terdiri dari 33 Provinsi serta lebih dari 548 Kabupaten/kota. Kemajuan sebuah negara diukur dari tingkat pendidikannya, sebab pendidikan melibatkan manusia. Sumber Daya Manusia ( SDM ) ini menjadi tolok ukur apakah sebuah negara dikatakan maju atau mundur. Jepang misalnya, termasuk negara maju ( developed country ) karena menghasilkan manusia-manusia cerdas dan mampu menciptakan berbagai alat-alat yang dibutuhkan dunia. Kebodohan identik dengan kemiskinan. Oleh sebab itu, tak ada kata lain adalah masalah pendidikan, yang disebut mencerdaskan bangsa.Unrika membuka peluang kepada generasi penerus bangsa yang ingin me-
lanjutkan pendidikan mereka. Ini merupakan panggilan jiwa dan rasa tanggungjawab pemilik dan penyelanggara Universitas, sebab disadari di Batam banyak pekerja yang tingkat intelektualitasnya baik, namun tidak bisa melanjutkan pendidikan di pagi hari karena pekerjaan.Inilah bentuk tanggungjawab nyata terhadap anak bangsa untuk mewujudkan pemerataan pendidikan di tanah air. Disadari pula masa produktif manusia terbatas, jadi jangan sampai masa produktif tersebut hanya berkutat di tempat kerja yang monoton. Kuliah tidak hanya menambah ilmu sesuai kesukaan individu,tapi juga meningkatkan semangat untuk menggapai masa depan penuh harapan. Dalam hal tulis menulis, kami menerima tulisan bentuk apapun seperti cerpen, human interest, perjalanan, sejarah dan yang pada intinya menambah wawasan pembaca khususnya mahasiswa Unrika. Namun tulisan tersebut akan dikoreksi dan diedit, namun tidak menghilangkan makna inti dari tulisan tersebut. Kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca yang budiman, sebab kami menyadari tiap menusia memiliki kekurangan dan kelebihan. Kekurangan itu pasti ada pada kami, jadi tanpa koreksi dan kritik, maka kami bagaikan kayu mati, tak berarti karena kami tidak berbenah diri. Tulisan dapat dikirim melalui e-mail atau langsung diberikan kepada tim Redaksi Think! dalam bentuk soft copy, karena mudah diedit. Peran aktif civitas akademika secara umum pun kami harapkan. Jangan ragu untuk menulis, sebab ada pepatah : " All beginning are difficult", namun kesulitan itu berangsur mudah bila diimplementasikan terus menerus. Manusia hanya bisa menangis ketika lahir, kemudia merangkak, berjalan, berlalri dan terus menjadi manusia sebenarnya. Semuanya ada proses. Don't give up ! Dalam penyajian tulisan, kami tak luput dari kesalahan, jadi kami mohon maaf bila dalam menulis nama kurang huruf, atau salah dalam menulis jabatan. Jadilah manusia kritis, tapi kritik yang bersifat membangun, atau konstruktif, bukan destruktif. Bravo !!! Selamat Membaca
Dari anda Opini
Tanggungjawab Guru Terhadap Anak Didik (Memperingati Hari Pendidikan Nasional 2 mei 2013)
Oleh : Santo Batara Lubis BERBICARA pendidikan tak lepas berbicara tenaga pendidik. Tenaga pendidik ini beragam sebutannya. Di tingkat sekolah dasar, SLTP, dan SLTA disebut guru. Untuk tingkat Universitas pendidik disebut dosen, sedangkan ada pula yang menyebut trainer dan instruktur. Yang jelas semuanya memberikan dan/atai mentrasfer ilmu kepada orang lain. Guru sering disebut ‘pahlawan tanpa tanda jasa’ , karena dipundak guru dan dosen ini terletak tanggungjawab terhadap kecerdasan anak bangsa. Bahkan guru patut digugu dan ditiru, karena ia merupakan sosok yang patut menjadi contoh dalam kehidupan khususnya dalam hal moral, etika dan bidang keilmuan. Namun sejalan dengan waktu, pergeseran terjadi. Ada guru yang tak patut ditiru, karena melakukan perbuatan amoral, ada pula guru yang terkesan pilih kasih. Bila orang tua anak didiknya dari yang berpunya, maka segala kesalahannya tertutupi, sebaliknya yang kurang mampu selalu menjadi tempat mewujudkan amarah. Ada oknum guru yang dating mengajar sekadar memenuhi syarat yang tertuang dalam rencana pokok pengajaran, tak lebih dari itu. Tak berkembang, dan terjadi distorsi bahan ajar. Padahal menjadi pendidik bukan hanya sekadar mengajarkan hardskill, tapi juga soft skill. Softskil sangat penting, karena anak didik pun harus memilikinya. Pendidikan tidak hanya terfokus pada bahan ajar sesuai kurikulum, tapi juga menempa anak didik menjadi orang yang bermoral, beretika, dan beradab. Mungkin ada hal tak patut tak perlu dikemukakan kepada anak didik, sebab anak didik bukan untuk mendapatkanal yang negative ditinjau dari moralitas. Sifat kegotong-royongan merupakan hal penting, sebab ini tertuang dalam sila ke-5 yaitu keadilan sosial. Keadilan sosial ini akan tercipta bila rasa kebersamaan tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai amanat pendidikan. Alasan itu pula maka Pemerintah mensyaratkan agar tenaga pengajar harus memiliki kompetensi. Kompetensi ini untuk menciptakan tenaga pengajar baik guru maupun dosen benar-benar dalam kapasitanya sebagai tanaga pengajar, dan jangan sampai mengajarkan anak didiknya menjadi kurang ajar. Tujuan pendidikan adalah agar anak bangsa menjadi cerdas, dan dapat mandiri dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, pemerintah mengatur agar tenaga pendidik lebih banyak melakukan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat serta ilmu mereka bertambah sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Membeli hasil penelitian, misalnya – mencerminkan ketidak-mampuan mahasiswa mengembangkan dirinya, dan ini akan sangat merugikan, tidak hanya merugikan mahasiswa bersangkutan, tapi kerugian bagi bangsa Indonesia. Karena akan muncul sarjana-sarjana yang hanya papan nama, tak berkualitas. Kegagalan mengajar pasti menghinggapi tiap tenaga pengajar, cara yang paling baik adalah menggali ilmu sesuai bidangnya terus menerus ( continous learning ). Guru , dan/atau dosen dituntut sabar, tidak sok pintar, penuh kasih, dan tidak mudah menyerah dalam mengukit kepribadian siswa/mahasiswa dari yang tidak baik menjadi baik, pemalas menjadi rajin, dan bodoh menjadi pintar. Sehingga tingkah lakunya layak ditiru oleh siswa/mahasiswa. Itu setidaknya kata Mchelangelo. Solusi untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dengan cara meningkatkan kesejahteraan guru dengan cara menaikkan gaji guru. Bila kondisi ekonomi guru memadai dan guru sejahtera, maka guru tidak mencari tambahan dengan kegiatan lain, sehingga memiliki waktu cukup untuk membaca dan kegiatan ilmiah agar kualitas mengajar meningkat. Dalam kaitan ini, ada dua pendapat yaitu pendapat Drs Asmuni MTh yang dalam tulisan bertajuk “ Profesionalisme Guru” memaparkan bahwa gaji guru telah naik beberapa kali sejak Pemerintahan Presiden Gusdur, Megawati, hingga sekarang SBY. ( Jawa Pos, 24 September 2012 ), tapi sumber daya manusia ( SDM ) Indonesia, sebagai produk pendidikan nasional sesuai laporan UNDP belum ada perubahan. Pendapat lain menyebutkan, untuk membuktikan bahwa, ada korelasi positif antara peningkatan kesejahteraan guru dan peningkatan profesionalitas dan kualitas guru adalah gaji. Bila gaji guru rendah, maka orang-orang memiliki kemampuan tinggi memilih lain seperti bidang hukum, ekonomi, kedokteran dan lainlain. Mengingat posisi itu lebih prospektif disbanding profesi sebagai guru/dosen. Maka tak salah bila gaji guru/dosen itu sebandin antara pendapatan dan pengeluarannya dalam kontek hidup layak, maka dipastikan guru/dosen pun bersemangat. “ Bila guru kencing beridir, anak didik kencing berlari,” .
Edisi X - Mei 2013
3
Profesionalisme dan Moral Guru Untuk Mutu Pendidikan Bangsa Oleh: Doni Pinayungan Nasution (Presiden Mahasiswa Universitas Riau Kepulauan)
PROFESI sebagai guru membutuhkan orang-orang terbaik dan professional secara intelektual dan moral. Artinya, guru harus memiliki berbagai kompetensi yang dibutuhkan seperti kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Dengan kata lain, tidak sembarang orang dapat menjadi guru. Seorang guru yang profesional diharapkan mampu berkontribusi positif dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu. Namun kenyataannya, cita-cita bangsa mewujudkan pendidikan bermutu malah melenceng dengan banyaknya permasalahan-permasalahan yang terjadi di dunia pendidikan belakangan ini. Banyaknya guru yang asal jadi, bermodalkan ijazah namun kurang mendalami kopetensi professional dan bermoral sebagai seorang pendidik membuat sedikit potret pendidikan negeri ini menjadi buram. Beberapa ekses negatif tentunya ditimbulkan dari kurangnya kedisiplinan dan pemahaman etika sebagai seorang pengajar yang sering kali diabaikan sebagian guru. Permasalahan yang begitu fatal adalah saat dimana kebanyakan orang yang mengambil pendidikan keguruan bertujuan untuk mengejar target menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Bukan pada subtansi yang diharapkan, menjadi sepenuhnya sumber daya pengajar yang profesional yang benar-benar berorientasi pada profesi yang sebenarnya sebagai pendidik. Padahal, konsekuensi dari diakuinya guru sebagai profesi, tentunya bertujuan agar guru mampu menjelma sebagai tenaga pendidik yang professional, memberikan pendidikan yang bermutu dan tentunya sangat tergantung pada kapasitas satuan-satuan pendidikan dalam mentranformasikan peserta didik untuk memperoleh nilai tambah, baik yang terkait dengan aspek olah pikir, rasa, hati, dan raganya. Bukan hanya sekedar mengajar materi pelajaran, guru juga harus menjadi teladan bagi peserta didiknya. Selain dari permasalahan kurangnya kedisiplinan dan pemahaman etika, ekonomi juga menjadi persoalan yang harus diperhatikan. Kesejahteraan seorang guru tentunya sangat mempengaruhi kinerja seorang pengajar. Kesejahteraan guru tentunya harus terus ditingkatkan agar semangat mengajar dengan sebenar-benarnya tidak terganggu dengan permasalahan kehidupan pribadi yang cendrung terbawa ke lingkungan pendidikan karena keterpaksaan akibat ekonomi yang kurang memadai. Dengan adanya kesejahteraan untuk guru tentu mampu menciptakan guru yang
professional dalam mendidik. Moral Guru Untuk Harkat dan Martabat Bangsa Untuk mengangkat harkat dan martabat suatu bangsa, pendidikan menempati urutan utama dibandingkan dengan sektor lain. Dengan pendidikan sumber daya manusia (SDM) dapat dibangun, kecerdasan bangsa dapat ditingkatkan dan kesejahteraan dapat direntangkan ke seluruh lapisan masyarakat. Dengan kata lain pendidikan adalah faktor utama dalam menguak kemajuan bangsa. Predikat guru menunjukan keprofesionalan seseorang pada bidangnya yang bukan hanya bertugas mengajar tetapi juga mendidik dengan moral yang baik. Profesi ini tentu didapatkan secara instan tetapi melalui rangkaian proses penguasaan ilmu atau melalui pendidikan khusus seperti pendidikan keguruan. Tugas pendidikan juga tugas kemanusiaan. Manusia yang berpotensi itu dapat berkembang ke arah yang lebih baik, tetapi dapat juga berkembang ke arah yang tidak baik. Perlakuan dan sikap guru kepada murid juga sangat berpengaruh pada elektabilitas dunia pendidikan di negeri ini. Etika seorang guru juga menjadi dasar keberhasilan pendidikan negeri ini. Seorang Guru harus Mendalami Makna Tut Wuri Handayai Sebagai Pedoman Pendidikan Tut Wuri Handayani, Terdiri dari 3 kalimat ungkapan atau slogan yang dibuat oleh bapak pendidikan kita Ki Hadjar Dewantara. Sebagai sebuah ungkapan penting dari sebuah keteladanan
bagi seorang pendidik atau pemimpin baik moral maupun semangat bagi anak didiknya. Semboyan “Tut wuri handayani”, atau: ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Yang berarti: tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik). Artinya seorang guru, pemimpin, atasan harus selalu mengikuti setiap gerak anaknya, Jika ada gejala anaknya cenderung melakukan kesalahan, ia harus memberikan masukan atau arahan. Bukan justru merusak dan membuat pendidikan di negeri ini jadi lesu, tak berkembang dan cenderung stagnan. Dengan kata lain, kemunduran pendidikan yang terjadi dewasa ini sebetulnya pendidik belum siap menjadi pendidik yang sebenarnya. Jadi, kalau kita menginginkan pendidikan maju dan tut wuri handayani, sediakanlah mental ‘seniman’, singkirkanlah mental ‘pegawai’ dan ‘buruh’. “Di Depan, Seorang Pendidik harus memberi Teladan atau Contoh Tindakan Yang Baik, Di tengah atau di antara Murid, Guru harus menciptakan prakarsa dan ide, Dari belakang Seorang Guru harus Memberikan dorongan dan Arahan” – Ki Hadjar Dewantara
Laporan utama
Edisi X - Mei 2013
4
Pendidikan Diwajibkan, Biaya Menjadi Keluhan SETIAP usai ujian sekolah baik tingkat sekolah dasar ( SD ) , sekolah lanjutan tingkat pertama ( SLTP ) , sekolah menengah tingkat atas ( SLTA ) dan yang sederajat, serta tingkat perguruan tinggi atau universitas maka ada dua hal dirasakan siswa dan mahasiswa. Bagi lulusan SD akan melanjutkan ke SLTP, lulusan SLTP melanjutkan ke SLTA, dan dari SLTA melanjutkan pendidikan ke tingkat universitas. Tentu ini dihadapkan pada dua hal yaitu rasa senang karena lulus, dan bergembira karena mendapat gelar sarjana bagi mahasiswa. Namun tak sedikit pula orang tua yang uring-uringan terkait pendidikan anak mereka, pasalnya untuk melanjutkan pendidikan bukan perkara mudah terutama menyangkut biaya. Tak sedikit yang terpaksa tidak melanjutkan pendidikan mereka akibat keuangan orang tuanya, tapi ada pula anak usia sekolah yang bekerja untuk merealisasikan niatnya menjadi orang yang berpendidikan, berpikir ilmiah dan niat masa depan yang lebih baik dalam hidupnya. Siswa jenis ini paham benar masalah pendidikan sangat penting. Ini mengacu pada Al-Quran yang berbunyi : Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Bila dicermati maka untuk menciptakan perubahan yang sosial yang ada dalam masyarakat adalah dengan pendidikan. Di Pasal 27 ayat ( 2 ) Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan : Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Untuk mendapat penghidupan yang layak tentu harus tiap individu memiliki pendidikan yang cuk-
up, artinya sumber daya manusia yang dependable. Bahkan dalam Pasal 31 ayat ( 1 ) secara jelas disebutkan : Tiaptiap Warganegara berhak mendapat pengajaran, dan di ayat ( 2 ) berbunyi : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan Undang-undang. Tapi kenyataannya banyak yang tak bisa melanjutkan pendidikan akibat masih terbatasanya gedung sekolah, dan belum sejahteranya kehidupan orang tua siswa. Bagi orang tua siswa dihadapkan pada hal yang sangat dilematis yaitu tidak tersedianya ruangan kelas. Meski wajib belajar dua belas tahun dicanangkan, namun seolah ‘lip service’. Tak jarang orang tua siswa harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membayar ‘joki’ pendidikan agar anaknya bisa sekolah. Ini semacam buah simalakama, dimakan mati bapak, tak dimakan mati ibu. Artinya bila tak sanggup bayar joki anaknya tak bisa sekolah, tapi disisi lain harus mencari uang agar anaknya bisa sekolah. Kesulitan bagi orang tua untuk melanjutkan pendidikan tidak hanya dirasakan siswa SLTP dan SLTA, tapi untuk masuk perguruan tinggi pun
mengalami nasib serupa. Bagi anak berprestasi semasa di bangku SLTA belum tentu bisa masuk perguruan tinggi akibat terganjal keuangan. Padahal dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi di Ketentuan Umum Pasal 1 ayat ( 1 ) disebutkan : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekua-
tan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Tapi ketika akan melanjutkan pendidikan anaknya ke jenjang perguruan tinggi, terpaksa menjual harta berupa sapi, kambing dan lain-lain. Mereka menyadari hanya pendidikanlah yang mampu merubah nasib anaknya hidup lebih baik. Ada empat hal yang perlu diperhatikan da-
lam hidup ini untuk mencapai sukses dan hidup sejahtera yaitu pendidikan, usaha, do’a dan kemudian bersandar pada nasib. Artinya bila tiga hal terdahulu dijalani dan tidak berhasil, bisa diseut nasib. Yang jelas perlu diingat ayat Al-Quran seperti disebutkan di awal tulisan ini. Diharapkan hari Pendidikan Nasional tidak hanya berupa seremonial, tapi lebih kepada melihat kondisi pendidikan sebenarnya. Sebab bila rakyat Indonesia pintar , maka akan membawa nama bangsa Indonesia lebih harum, dan menjadikan bangsa Indonesia lebih berwibawa. Sebaliknya bila pendidikan rendah, maka akan menjadi bangsa yang kerdil, dan ,menjadi ‘bulan-bulanan bangsa lain. Yang dimaksud ‘bulanbulanan ‘ itu adalah bangsa asing mengeruk kekayaan alam Indonesia, yang kemudian memakmurkan bangsa lain. Surat Muhammad ayat 38 menyebutkan : Allah memberikan jaminan bagi masyarakat yang mempunyai pendidikan baik dan mengamalkannya akan diberikan nikmat. Dalam ayat ini Allah menjamin orang yang dermawan akan diberikan tambahan nikmat, dan bagi yang kikir Allah akan memberikan nikmat kepada kaum yang lain. Kita tahu secara konsep dasar bahwa orang bisa menjadi dermawan karena ia tahu bahwa apa yang ia miliki hanya titipan dari Allah dan sebagian hartanya adalah milik orang fakir miskin. [Rumbadi Dalle]
Perspektif
Edisi X - Mei 2013
5
BELAJAR DARI SISTEM PENDIDIKAN DI CINA Oleh : Ir. Riky Indrakari (Anggota Komis IV DPRD Kota Batam)
TULISAN ini adalah review saya dari beberapa artikel dan tulisan tentang pengalaman Cina dalam mereformasi sistem pendidikan. Dalam sepuluh tahun terakhir ini, Cina mengalami kemajuan yang sangat pesat di berbagai bidang, termasuk dalam bidang Pendidikan. Banyak warga asing menuntut ilmu di Cina, termasuk warga Indonesia. Hal ini dikarenakan tidak hanya sistem pendidikan di Cina yang sudah baik, tapi juga dari biaya yang cukup murah dibandingkan dengan negara lain seperti: Amerika, Inggris, Singapur. Dalam sebuah buku yang ditulis oleh Ling Langing (mantan Wakil PM China), berjudul Education for 1.3 Biliion (Pearson Education and China : Foreign Language Teaching & Research Press, 2005), China menjalankan reformasi pendidikan , reformasi tersebut menyatakan bahayanya sistem pendidikan yang terlalu menekankan hapalan, drilling, cara mengajar yang kaku dan sistem pendidikan yang hanya berorientasi untuk lulus ujian. Ia juga terinspirasi pemikiran Howard Gardner tentang mulitiple intelligences dan antusias untuk menerapkannya dalam sistem pendidikan di China. Inilah penyebab uatama kemajuan pesat dunia pendidikan di cina. Sikap orang Cina yang mementingkan pendidikan di dalam kehidupannya tela melahirkan sebuah filofis orang Cina mengenai pendidikan dan pendidikan ini telah lama menjaga kekuasaan Cina berapa lama, sampai pada masuknya bangsa asing ke Cina yang akan merubah wajah sistem pendidikan kuno di Cina. Tradisi pemikiran falsafah di Cina bermula sekitar abad ke-6 SM pada masa pemerintahan Dinasti Chou di Utara. Kon Fu Tze, Lao Tze, Meng Tze dan Chuang Tze dianggap sebagai peletak dasar dan pengasas falsafah Cina. Pemikiran mereka sangat berpengaruh dan membentuk ciriciri khusus yang membedakannya dari falsafah India dan Yunani. Dalam upaya melihat bahwa teori dan kehidupan praktis tidak dapat dipisah-
kan, kita perlu melihat bagaimana orang Cina memahami hubungan antara teori dan praktek dalam suatu pemikiran yang bersifat falsafah. Kita juga perlu mengetahui bagaimana teori dihubungkan dengan kehidupan nyata. Ada dua perkara yang harus dikaji dan ditelusuri secara mendalam: Pertama, konsep umum tentang ‘kebenaran’ dalam falsafah Cina; kedua, kemanusiaan yang dilaksanakan dalam kehidupan nyata dan kemanusiaan yang diajarkan para filosof Cina dalam sistem falsafah mereka. Secara umum pula pemahaman terhadap dua perkara tersebut ditafsirkan dari Konfusianisme, yaitu ajaran falsafah yang dikembangkan dari pemikiran Konfusius. Konfusianisme sendiri berkembang menjadi banyak aliran, di antaranya kemudian dikembangkan menjadi semacam agama, dengan kaedah dasar dari ajaran etikanya yang dirujuk pada pandangan atau ajaran Konfusius. Sebagai ajaran falsafah pula, Konfusianisme telah berperan sebagai landasan falsafah pendidikan di Cina selama lebih kurang 2000 tahun lamanya. Karena itu ia benar-benar diresapi oleh bangsa Cina secara turun temurun selama ratusan generasi. Konfusisnismelah yang mengajarkan bahwa antara teori dan praktek tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan individu atau masyarakat. Dalam Konfusianisme, seperti dalam banyak falsafah Cina yang lain, pemikiran diarahkan sebagai pemecahan masalah-masalah praktis . Karena itu falsafah Cina cenderung menolak kemutalakan atau pandangan hitam putih secara berlebihan. Kebenaran harus diuji dalam peristiwa-peristiwa aktual dalam panggung kehidupan, dan baru setelah teruji ia dapat diakui sebagai kebenaran. A. Jenjang Pendidikan Jenjang pendidikan di Cina dengan di Indonesia tidak jauh berbeda. Dim a n a
ada tingkat sekolah dasar, menengah, dan perguruan tinggi. Cina mengadakan pendidikan gratis selama 9 tahun inilah yang membuat jangkauan pendidikan di cina tidak hanya milik warga kelas atas melainkan seluruh warga cina karena dari kecil sudah ditanamkan pendidikan dalam diri mereka. 1. Pra Pendidikan Dasar Anak-anak di China memulai pendidikan formal pada usia 3 tahun dengan masuk pra sekolah yang berlangsung selam 3 tahun. Sama halnya dengan Indonesia terdapat PAUD, dan TK namun waktunya tidak ditentukan. 2. Pendidikan Dasar Dilanjutkan masuk sekolah dasar pada usia 6 tahun. Sekolah Dasar di Cina berlangsung selama 6 tahun dengan mata pelajaran utama Bahasa China, Matematika, Sejarah, Geografi, Sains, dan sebagainya. Selain itu ada juga pendidikan moral dan politik dasar. Dukungan besar juga diberikan untuk pendidikan jasmani. Sekolah dasar di Cina hampir sama dengan di Indonesia yaitu berlangsung 6 tahun, namun terletak perbedaan pada pelajarannya. Menurut saya pelajaran di Cina lebih rumit untuk anak usia 6-12 tahun, biasanya di Indonesia mata kuliah seperti geografi, sejarah, dan politik dasar diajarkan pada sekolah menengah. 3. Pendidikan Menengah Pendidikan menengah dibagi menjadi 2 bagian yaitu pendidikan menengah akademis dan pendidikan menengah kejuruan/ khusus/teknik. Sekolah menengah akademis dibagi menjadi dua level, yaitu junior dan senior. Level junior dimulai pada usia 12 tahun dan berlangsung selama 3 tahun. Untuk masuk ke tingkat senior, mereka harus lulus tes yang akan menentukan apakah mereka dapat lanjut ke tingkat senior atau mengikuti kelas kejuruan. Level Senior dimulai pada usia 15 tahun berlangsung selama 2 atau 3 tahun. Di Sekolah Menengah Senior, murid-murid memilih untuk mengikuti kelas sains atau sosial. Lulusannya diarahkan untuk lulus Ujian Masuk Perguruan Tinggi Nasional. Olahraga dan politik juga dimasukkan ke dalam kurikulum. Sekolah kejuruan memiliki program antara 2 sampai 4 tahun dan memberikan pelatihan keahlian di bidang pertanian, manajerial, ketenagakerjaan dan teknik. Sekolah teknik menawarkan program 4 tahun untuk melatih siswanya. Sekolah jenis ini diorientasikan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terlatih. Hal ini juga ada di Indonesia yaitu : SMP, SMA, dan SMK. 4. Pendidikan Tinggi Apapun jenis pendidikan tingginya siswa di Cina harus lulus Ujian Masuk Perguruan Tinggi Nasion-
al seperti SNMPTN yang berlangsung pada bulan Juli dan diadakan pemisahan antara kelas sosial dan sains. Penempatan jurusan ditentukan oleh hasil tes. Pendidikan tinggi menawarkan program akademik dan kejuruan. Sebenarnya ada banyak universitas dan college di China tetapi tingkatan dan kualitasnya sangat bervariasi. Beberapa yang terkenal misalnya Beijing University dan Shanghai’s University. Umumnya siswa harus menjalankan 4-5 tahun untuk mendapatkan gelar sarjana. Untuk masuk tingkat master dan doktoral, mereka juga harus lulus ujian. Selain universitas ada college yang menawarkan 2 atau 3 tahun dengan jenis pendidikan kejuruan yang setera dengan diploma dan dapat meningkatkan gelarnya menjadi sarjana. B. Sistem Pembelajaran Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, bahwa Cina tidak melakukan konsep belajar menghafal, cara mengajar yang kaku yang hanya bertujuan untuk lulus ujian saja. Melainkan sistem pendekatan atau sistem pembelajaran di Cina menekankan padapenguasaanmateri,konsep,dan penguasaan keterampilan bagi para siswanya dengan cara siswa diajarkan dan diarahkan untuk memahami dan mengalami suatu hal yang sedang dipelajarinya. Dengan pendekatan pembelajaran seperti ini siswa lebih dapat dengan mudah mencerna pelajaran dan pemahaman yang telah didapatnya dapat terinternalisasi sepenuhnya dalam diri. Selain itu sarana dan pra sarana sekolah di Cina sangat mendukung proses pembelajaran. Sistem pembelajaran ini sangat baik untuk diterapkan hanya saja di Indonesia sendiri sarananya kurang mendukung, contohnya dalam laboratorium saja banyak terdapat mikroskop yang rusak, hal ini sangat menganggu proses pembelajaran di laboratorium. C. Tenaga Pengajar Sistem pendidikan Cina lebih terbuka. Guru dikelompokan berdasarkan kualitas. Siswa bebas mengevaluasi kualitas guru secara objektif, mulai dari guru berkompeten sampai guru yang tidak qualified. Pada tahun 1990, Cina memiliki 13,45 juta tenaga pengajar dengan perincian 5,58 juta guru SD; 3,63 juta guru-guru Sekolah Menengah; dan 394.500 adalah guru di Perguruan Tinggi regular. Adapun standar untuk menjadi guru di Cina adalah melalui pendidikan dalam jabatan (inservice training) yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi dengan biaya pendidikan sepenuhnya ditanggung oleh negara. Cina sangat menempatkan guru sebagai prioritas dalam sistem pendidikan mereka. Selama lebih dari 100 tahun, pendidikan guru secara sistematis telah dilakukan di Cina dan telah berkontribusi pada terciptanya korps guru di negeri itu. Pendidikan guru di Cina saat ini menekankan pada perubahan pemikiran tentang pendidikan, konsep, materi dan metode pembelajaran, terutama moralitas guru. Semuanya dilakukan sebagai jawaban atas permintaan akan pentingnya mudernisasi pendidikan, orientasi global, dan masa depan. Reformasi pendidikan dan kebutuhan realitas global mendorong pemerintah Cina untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas guru-guru baru. Pemerintah
Cina menyediakan pendidikan yang berkesinambungan untuk meningkatkan pelayanan guruguru sekolah, melakukan pemerataan guru hingga ke daerah-daerah terpencil, dan mendorong berkembangnya institusi pelatihan guru. Semua dilakukan sebagai salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari upaya memajukan pendidikan di Cina. Dengan kata lain, Cina sangat mementingkan dan memperhatikan profesi guru sehingga nantinya akan menghasilkan guru yang berkompeten , berbeda sekali dengan di Indonesia, nasib guru di Indonesia, nasib guru di Indonesia terlebih-lebih di daerah terpencil sangat menyedihkan diabaikan, bagaimana mungkin menjadikan guru yang kompoten??? Bahkan saat ini banyak orang yang tidak ingin menjadi guru. D. Kurikulum Reformasi yang dilakukan Cina di dunia pendidikan secara langsung menguah kurikulum sekolah dimana ditekankan pada pengembangan potensi yang dimiliki siswa, kurikulum diarahkan untuk memfasilitasi potensi yang dimiliki siswa agar berkembang optimal. di Cina tidak terlalu menekankan kepada hapalan dan orientasi untuk lulus ujian (kognitif) karena dianggap dapat membunuh karakter anak, misalnya PR yang terlalu banyak, pelajaran yang terlalu berat, orientasi hapalan dan drilling, yang kesemuanya dapat membebani siswa baik secara fisik, mental maupun kejiwaan. Sistem sekolah di Cina mewajibkan setiap muridnya untuk berlatih olahraga selama paling tidak satu jam sebelum pelajaran dimulai. Kegiatan lain seperti memasak juga menjadi salah satu bagian penting yang harus dialamai oleh siswa disamping menekuni bidang seni budaya. Sistem penilaian di Cina juga berkaitan dengan sistem ujian. Sekolah Dasar dan Menengah melaksanakan empat macam ujian, yaitu : ujian semester, ujian tahunan, ujian akhir sekolah, dan ujian masuk SMP/ SMA. Ujian masuk SMP terbatas pada mata pelajaran Bahasa Cina dan Matematika, sedangkan ujian masuk SMA pelaksanaannya digabungkan dengan ujian akhir SMP. Untuk masuk Perguruan Tinggi, dilakukakn Ujian Seleksi Nasional dengan pemisahan antara pilihan ilmu science dan ilmu sosial. Pendidikan di china menggunakan system kredit dan dapat melanjutkan ke jenjang selanjutnya apabila telah memenuhi angka kredit sedangkan di Indonesia, hal tersebut dilaksanakan pada jenjang perguruan tinggi Tingkatan Pendidikan di China terdapat Pendidikan khusus. Sedangkan di Indonesia tidak ada tingkatan pendidikan khusus. Muatan dari materi kimia yang diajarkan lebih menekankan pada aplikasi dan lingkungan. Sedangkan di Indonesia aplikasi dan lingkungan tidak begitu diutamakan. Perbedaan yang lain terletak pada pemahaman mata pelajaran dan praktiknya, China lebih menekankan praktiknya. Sedangkan kita ketahui bersama bahwa pendidikan di Indonesia lebih menekankan konsep. Di China terdapat beberapa lembaga atau sistem penjamin mutu program Cina, lembaga tersebut termasuk lembaga-lembaga besar.
Perjalanan
Edisi X - Mei 2013
6
KKL MAHASISWA FKIP SEJARAH ANGKATAN 2012 KE KAB. LINGGA DAN PENGENALAN IDENTITAS KEBUDAYAAN MELAYU Sunu Wijayengrono KKL mahasiswa FKIP Sejarah Angkatan 2012 ke Kabupaten Lingga pada 18-20 April meninggalkan kisah pengalaman dan rasa suka cita bagi mahasiswa sejarah yang terlibat. Bayangkan saja, dengan ‘hanya’ menyandang status mahasiswa, justru memperoleh sambutan hangat, ramah, dan antusias dari masyarakat Lingga, terutama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga.”Kami tak menyangka sambutannya seperti ini, jujur saja kami merasa tersanjung dan terhormat” ujar Afan Machtar selaku ketua panitia pelaksana KKL dan orang yang paling bertanggungjawab dalam suksesnyaacara ini.”Kami juga mengucapkan beribu-ribu terimakasih kepada masyarakat Lingga, khususnya seluruh jajaranDinas Kebudayaan dan Pariswisata”.Ucapan saudara Afan spontan diamini oleh mahasiswa lainnya.Bahkan banyak di antaranya justru menyesalkan mengapa acara ini hanya berlangsung 3 hari saja, “apa jumlah harinya tidak bisa lebih dari 3 hari?” tutur sejumlah mahasiswa. Antusias mahasiswa FKIP Sejarah Angkatan 2012memang tidak berlebihan. Bayangkan saja, sambutan ramah dan hangat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memang sangat menyentuh hati mahasiswa dan dosen yang terlibat dalam KKL.Sejak penyambutan pada saat kedatangan, hidangan juadah khas Melayu dalam acara perkenalan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kabupaten Lingga, Sekapur Sirih dan sambutan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Drs. Junaidi, Ketua LAM Kab. Lingga, H. Raja , dan MUI Kab. Lingga, , di lobi hotel Lingga Pesona, hingga penyediaan transportasi berupa bis dan mobil dinas guna mengantar seluruh kebutuhan KKL mahasiswa. Tak berlebihan kiranya jika seluruh peserta KKL mengucapkan: “TERIMAKASIH DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LINGGA”. MENGAPA KKL DINEGERI BUNDA TANAH MELAYU? Di samping kisah suka cita selama KKL mahasiswa FKIP Sejarah Angkatan 2012, pemi-
lihan Kabupaten Lingga sebagai tujuan pemilihan KKL tentu tak lepas dari berbagai pertimbangan, khususnya pertimbangan akademis. Sebagai satu-satunya lembaga resmi pendidikan tinggidi Provinsi Kepulauan Riau yang menempatkan sejarah sebagai bidang kajiannya, tak dapat dipungkiri bahwa FKIP Unrika memiliki tanggung jawab guna mengkaji dan memperkenalkan sejarah dan kebudayaan di dalam ruang lingkup Provinsi Kepulauan Riau. Dengan kata lain, Program Studi FKIP Sejarah Unrika selain berfungsi sebagai lembaga tinggi pencetak guru-guru sejarah professional, juga memiliki peran dan tanggung jawab sebagai tempat pengkajian sejarah dan kebudayaan di dalam ruang lingkup Provinsi Kepulauan Riau. Minimnya kajian kesejarahan dan kebudayaan di Provinsi Kepulauan Riau, khususnya kebudayaan Melayu, menyebabkan kosongnya pengetahuan kesejarahan dan kebudayaan itu sendiri.Kondisi ini tentu menimbulkan ketimpangan dimana pengetahuan mahasiswa dan bahan ajar lebih didominasi oleh sejarah nasional yang menonjolkan peran masyarakat Jawa sehingga seolah-olah menempatkan masyarakat di dalam ruang lingkup Provinsi Kepulauan Riau tak memiliki sejarah dan budayanya sendiri. Melaluipengalaman KKL ke Kabupaten Lingga inilah justru menunjukkan bahwa begitu kayanya sejarah dan kebudayaan masyarakat Kepulauan Riau, terutama masyarakat
Melayu sebagai peletak dasar fondasi sosio kultural di wilayah ini atau setidaknya mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah dapat berperan sebagai duta dalam memperkenalkan sejarah dan kebudayaan local kepada peserta didik di dalam era otonomi daerah saat kini. Hal ini berguna untuk memberikan sumbangsih Prodi Pendidikan Sejarah Unrika dalam penelusuran identitas sosial dan budaya Melayu. Selain alasan akademis, alasan lainnya yang patut dipertimbangkan adalah kedudukan Kabupaten Lingga, khususnya Pulau Lingga dalam struktur sejarah dan kultural dalam ruang lingkup Kepulauan Riau.Menurut Tri Tarwiyani, M.Phil., dosen FKIP Sejarah Unrika, “Lingga merupakan wilayah historis penting tidak hanya dalam ruang lingkup Provinsi Kepulauan Riau, tetapi juga memiliki kedudukan pentingdalam identifikasi kultural Melayu, bahkan dalam relasi Indonesia, dan juga Kawasan Asia
Tenggara”. Argumen tersebut bukanlah tak berdasar. Berdasarkan catatan sejarah, wilayah Kepulauan Lingga memang telah dikenal sejak lama melalui catatan pertama bangsa Eropa di Nusantara oleh Tomi Pires di tahun 1512. Bahkan, studi antropologis dan kesustastraan folklor masyarakat Melayu baru-baru ini menunjukkan keterkaitan erat wilayah Kepulauan Lingga jauh ke belakang ke masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Peran Lingga sebagai wilayah penting diaspora kekuasaan Sriwijaya di wilayah Semenanjung. Seiring perjalanan historis, wilayah Kepulauan Lingga juga menjadi salah satu pusat kekuasaan Kesultanan Lingga-Riau dengan meninggalkan begitu banyak buklti dan peninggalan sejarah terkait dengan kejayaannya di masa silam.Hal inilah yang kemudian menempatkan Kabupaten Lingga sebagai wilayah KKL dalam pengenalan sejarah dan kebudayaan lokal di dalam ruang lingkup geopoli-
tik Provinsi Kepulauan Riau. KKL LINGGA Tamaddun atau keagungan sejarah Kesultanan Lingga-Riau sendiri memang tak dapat dibantah lagi ketika peserta KKL diperkenalkan kepada obyek-obyek dan kisah kesejarahan Negeri Bunda Tanah Melayu.Tidak ada wilayah lain di Provinsi Kepulauan Riauyang memiliki begitu banyak situs-situs sejarahseperti Pulau Lingga. Akan tetapi alangkah baiknya jika disampaikan pula kegiatan KKL mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah Unrika Angkatan 2012 di Kab.Lingga yang meninggalkan banyak kenangan suka cita. Rombongan KKL berangkat dari titik mula, Kampus Unrika Batam dan pergi ke pelabuhan Tanjung Punggur, Batam, pada pukul 08.30.Setibanya di pelabuhan Tanjung Punggur, tanpa diduga rombongan disambut oleh jajaran Dinas Perhubungan Kota Batam berserta Kepala Polisi Pelabuhan Tanjung Punggur. Beruntung bagi kami, rombongan mendapat arahan dalam hal keberangkatan dan jadwal kapal menuju Pulau Singkep.Kesempatan inipun tak disa-siakan oleh rombongan KKL untuk berfoto bersama jajaran Dinas Perhubungan dan Kepala Polisi Pelabuhan. Terimakasih kami sampaikan kepada jajaran Dinas Perhubungan Kota Batam, khususnya di Pelabuhan Tanjung Punggur.Setelah melakukan perjalanan selama 4,5 jam menuju Pelabuhan Tanjung Jaloh di Pulau Singkep, tanpa diduga kapal angkutan kami dipepet oleh sebuah kapal dinas dan rombongan KKL diperkenalkan agar kami tak perlu turun di pelabuhan, tetapi langsung menuju kapal yang disiapkan oleh Pemerintah Daerah Kab. Lingga. Rombongan segera memasuki kapal tersebut dan beruntung bagi kami bahwa banyaknya jumlah kursi yang kosong dapat dimanfaatkan oleh penduduk yang kebetulan bertolak ke Pulau Lingga. Setibanya kami di Pelabuhan Tanjung Buton, Pulau Lingga, tanpa diduga dan diperhitungkan sebelumnya kami disambut oleh rombongan Kepala-Kepala Bidang dan Sekertaris Daerah Disbudpar Kab.Lingga dengan menggunakan pakaian Songket khas Melayu.Tentu saja, situasi ini membuat banyak peserta di antara rombongan merasa kikuk karena sambutan luar biasa ini.Rombongan pun tak menyia-nyiakan momen ini untuk berfoto bersama dengan latar Gunung Daik.Selain itu Disbudpar Kab. Lingga juga menyediakan transportasi berupa satu unit bus, satu unit mobil pengangkut barang, serta unit kendaraan dinas guna dosen pembimbing. Kami segera dibawa ke Kantor Disbudpar Kab.Lingga dan
Potret Perjalanan
disambut oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Drs. Junaidi.Rombongan juga disajikan makanan khas Melayu yang sangat menggugah selera berupa Langsa, Nasi Lemang, dan Putu Mayang, beserta es sirup yang sangat menyegarkan.Rombongan diberitahukan bahwa kami kami dianjurkan agar kami ke penginapan terlebih dahulu untuk kemudian akan melanjutkan sambutan sekapur sirih di lobi hotel Lingga Pesona pada pukul 19.30. Hal ini tentu saja membuat panitia pelaksana KKL dan rombongan kikuk atas sambutan tak terduga ini.Panitia KKL segera berlatih guna mengadakan persiapan dalam acara resmi tersebut.Kekaguman kami atas sambutan hangat dan ramah Disbudpar Kab. Lingga segera berlanjut dengan Tari Persembahan diiringi dengan alunan merdumusik tradisional Melayu yang dimainkan oleh 4 orang berupa 2 buah rebana, sebuah biola, dan sebuah akordion. Tari persembahan disajikan oleh 5 orang penari wanita dengan seorang penari pembawa kotak kapur sirih. Dengan balutan pakaian Serampang Duabelas nan indah,keelokan para penari memang tak dapat disangkal lagi sebagaimana keanggunan wanita-wanita Melayu umumnya. Dalam acara sambutan ini kami memperoleh doa dari MUI Kab. Lingga, sambutan Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Kab.Lingga, Haji
Raja Husin, serta sambutan Bupati Kab. Lingga, H. Dairi, yang diwakili oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Lingga, Drs. Junaidi. Keesokan harinya, rombongan KKL melakukan aktivitas kuliah tentang Kab.Lingga sebagai Negeri Bunda Tanah Melayu.Kami disambut oleh jajaran Disbudpar Kab.Lingga melalui kehadiran Kepala Seksi Sejarah Disbudpar, Bp. Samsu, serta jajaran Disbudpar Kab.Lingga yang berperan sebagaipemandu sekaligus ‘Guru Sejarah’ Negeri Bunda Tanah Melayu, Bp. Lazuardi. Pengetahuan dan pemahaman beliau, serta keramahan dan kehangatannya memberi pencerahan dan keakraban rombongan KKL.Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memberi fasilitas transportasi bagi seluruh anggota rombongan. Pertama-tama rombongan KKLmengunjungi Situs Istana Damnah, beserta replika Istana beserta pendoponya yang dibangun oleh LAM. Kemudian dilanjutkan ke Bilik 44 yang terletak di sebelah situs Istana Damnah hingga siang hari. Rombongan kemudian mengunjungi Majid Sultan Lingga, dan Pasar Kampung Cina di sisi Sungai Daik. Selepas sholat Dzuhur, rombongan bersitirahat di penginapan.Acara untuk kunjungan kedua,kajian, dan tugas KKL di Situs Istana Damnah tertunda hingga jam 14.30 karena hujan mengguyur Kota Daik. Setelah itu
Edisi X - Mei 2013
rombongan dibagi 3 kelompok guna mengkaji situs Istana Damnah berupa kajian atas drainase (saluran pengairan), tiang pondasi, dan sisasisa ubin.Ketiga tugas tersebut bertugas guna melengkapi kekurangan atas kajian arkeologis Istana Damnah yang telah ada.Setelah pengambilan dokumentasi dan pencatatan, rombongan KKL diberi kebebasan untuk berenang dan mandi di pemandian Lubuk Papan yang kebetulan terletak di samping Istana Damnah. Tak ayal lagi, acara ini dipenuhi oleh keceriaan rombongan KKL dalam melepaskan penat mereka hingga pukul 17.00, dan kemudian
kembali ke penginapan guna persiapan pulang keesokan harinya. Ketika perjalanan kembali, banyak mahasiswa yang merasa menyesal, mengapa KKL ini hanya terjadi selama 3 hari.Tak hanya itu, banyak di antara mahasiswa ingin kembali mengunjungi Pulau Lingga yang indah, tenang, dan damai tersebut. Sambutan hangat tentu sangat berbekas di antara mahasiswa dengan melihat-lihat kembali dokumentasi dan foto-foto keceriaan mereka selama aktivitas KKL.Setibanya di Batam, rombongan segera beranjak guna membubarkan diri di titik awal mereka berangkat, yaitu kampus Unrika Batam. INPUT DAN OUTPUT KKL KKL Mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah Unrika Batam Angkatan 2012 tentu diharapkan memberi hasil dan manfaat akademis sebagaimana direncanakan.Pembagian tugas mahasiswa KKL ke dalam tiga kelompok atas kajian dan komparasi saluran pengairan, tiang pondasi, dan ubin Istana Damnah dengan istana-istana atau keraton lain di Indonesia tentu memberi manfaat besar bagi mahasiswa. Peserta KKL diharapkan bahwa fenomena istana dan keraton kesultanan atau kerajaan tradisional tidak hanya memiliki kesamaan, tetapi juga mampu memberi ide bagi mahasiswa atas pengembangan tata ruang, letak, dan pembayangan Istana
7
Damnah. Di sisi lainKKL juga sangat berguna untuk menguak perlahan-lahan dari tata ruang ibukota Kesultanan Lingga-Riau yang tertutup oleh masa lalu sehingga memberi sumbangsih bagi upaya penelusuran sejarah Kesultanan Lingga-Riau.Dalam upaya memberi pertanggungjawaban akademis kepada rancangan KKL tersebut, maka rombongan KKL berupaya untuk membuat suatu seminar guna publikasi singkat mengenai sejarah dan kebudayaan Kesultanan LinggaRiau.Kajiannya tentu diperluas seiring dengan penemuan-penemuan data-data terbaru berkenaan dengan tata ruang ibukota Kesultanan Lingga-Riau lainnya, khususnya Ibukota Kesultanan Lingga-Riau lama di Kuala Daik. Rombongan berupaya juga guna menghadirkan kehadiran pemakalah dari pihak Disbudpar Kab.Lingga guna memberi pencerahan atas sejarah dan kebudayaan Lingga. Upaya ini tentunya sangat bermanfaat, khususnya jika dihadirkan di Kota Batam, karena inilah momen tepat guna memperkenalkan Kab. Lingga sebagai Negeri Bunda Tanah Melayu, agar pemahaman dan pengetahuan ini dapat dikenal secara luas tidak hanya kepada masyarakat Melayu di Kepulauan Riau, tetapi juga bagi seluruh penduduk Kepulauan Riau agar menghargai dan menghormati warisan-warisan leluhur penduduk KepulauanRiau.
Advertorial
Edisi X - Mei 2013
8
Advertorial
Edisi X - Mei 2013
9
Snapshot
Edisi X - Mei 2013
10
BEM dan SEMA FKIP UNRIKA Harus Menjadi Penampung Aspirasi Mahasiswa LEMBAGA Kemahasiswaan tertinggi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Riau Kepulauan akhirnya dilantik setelah melewati proses yang panjang. Pelantikan SEMA dan BEM Fkip UNRIKA periode 2013-2014 yang diselenggarakan di Auditorium UNRIKA tersebut, di hadiri oleh Dekan, para dosen serta mahasiswa Fkip Unrika dan segenap mahasiswa undangan dari berbagai fakultas dan UKM Se- UNRIKA. Dekan FKIP UNRIKA Dalam sambutannya mengharapkan Lembaga Kemahasiswaan FKIP UNRIKA kedepan dapat menunjukkan eksistensinya sebagai mahasiswa, mampu berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan positif. "BEM dan SEMA FKIP UNRIKA harus mampu menjadi penampung aspirasi mahasiswa serta menjadi wadah untuk segala bentuk kegiatan kemahasiswaan yang positif di FKIP UNRIKA." BEM dan SEMA FKIP UNRIKA juga diharapkan tidak hanya menaruh semangat pada saat pelantikan saja, namun kedepannya seluruh pengurus BEM dan SEMA unrika harus menjalankan program kerja dan bertanngungjawab atas sumpah jabatan yang diemban. Pelantikan tersebut diharapkan agar seluruh pengurus SEMA maupun BEM dapat bersinergis dalam kerja-kerja kelembagaan serta mampu menjadi pemersatu bagi seluruh mahasiswa di FKIP maupun seluruh mahasiswa di lingkungan UNRIKA. kedepannya disamping menjadi kiblat pergerakan sosial bagi mahasiswa FKIP UNRIKA juga diharapkan mampu berkontribusi lebih untuk perbaikan citra institusi. Pelantikan yang diakhiri dengan acara seminar akademik tersebut juga dihadiri oleh Presiden BEM UNRIKA serta organisasi Internal dan Eksternal lainnya
Mendongkrak Kembali Semangat Olahraga Para Pelajar PENYERAHAN hadiah pemenang Turnamen Voli UNRIKA Cup 2013 yang diikuti pelajar SLTA se-Kota Batam, berlangsung meriah pada malam anugerah yang digelar di Auditorium Universitas Riau Kepulauan, Batam. Sabtu (20/Maret/2013). Junaidi,SH Ketua Panitia, dalam sambutannya menyampaikan rasa terimakasihnya atas apresiasi sekolah se-Kota Batam yang mengikuti turnamen tersebut. Dirinya berharap kegiatan ini dapat mendongkrak kembali semangat, bakat dan minat para pelajar di bidang olahraga agar lebih meningkat lagi. "Terimakasih kepada seluruh peserta yang telah mengikuti turnamen voli Unrika Cup 2013, semoga kegiatan ini dapat mendongkrak kembali semangat olahraga bagi para pelajar, kaum muda yang akan menjadi generasi penerus nantinya". Sementara dalam sambutan yang disampaiakan Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Batam, DR.H.Amarullah Nasution, beliau menyampaiakn rasa terimakasih yang sama atas partisifasi sekolah SLTA se-Kota Batam yang telah mengikuti turnamen tersebut. Beliau mengatakan bahwa turnamen yang telah selesai diselnggarakan tersebut merupakan simbol pengabdian kampus Universitas Riau Kepulauan kepada masyarakat. "turnamen ini adalah simbol pengabdian Unrika kepada masyarakat, kami sangat mendukung semangat anak-anak dalam bidang olahraga, dan ini harus terus ditingkatkan untuk mencetak generasi penerus yang berbakat dalam bidang akademik maupun olahraga. Tidak hanya sebatas ucapan terimakasih, Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Batam dengan dibantu panitia pelaksanapun membagikan hadiah bagi para pemenang turnamen pada malam anugerah tersebut. Beragam piala dan hadiah lainnya yang dibagikan diharapkan mampu menumbuhkembangkan mental dan semangat para pelajar untuk berkreatifitas dan terus berusaha menjadi yang terbaik. Acara yang dihadiri hampir tiga ratusan mahasiswa Unrika dan peserta turnamen yang didampingi guru-guru dari masing-masing SLTA tersebut,berlangsung meriah dengan pembagian hadiah sambil diiringi beragam hiburan yang sediakan panitia hingga penghujung acara.
PARA pemenang volly berfoto bersama ketua yayasan Perguruan tinggi Batam,DR.H.Amarullah Nasution
BEM FH UNRIKA Gelar Seminar Peduli Masyarakat Pesisir BADAN Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum UNRIKA bekerjasama dengan LPMP (Lembaga Peduli Masyarakat Pesisir) menggelar Seminar bertemakan “Sempena Wawasan Kelautan Akhir Tahun Tingkat Mahasiswa di Provinsi Kepulauan Riau” di Auditorium UNRIKA. Yohansyah Ketua Panitia, mengungkapkan bahwa seminar yang dihadiri oleh 130 mahasiswa-mahasiswi se-Kota Batam tersebut, bertujuan untuk menambah wawasan mengenai kelautan mahasiswa Kepri khususnya di Pulau Batam untuk terus dibahas dan di diskusikan sehingga kedepannya mahasiswa Kepri yang diharapkan sebagai penerus bangsa mampu mengenali daerahnya dan mampu memberikan kontribusi positif dari segi kelautan demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Kepri. "Hal ini harus terus di bahas mengingat Kepri yang luasnya lebih dari 2/3 (dua pertiga) adalah laut yang menyimpan kekayaan yang tidak terhingga, tinggal bagaimana bagaimana
peran pemanfaatan sumber daya kelautan mampu memberikan peran yang besar baik di bidang industri, pangan, energi dan banyak lainnya”. Ujar Yohansyah Selaku Ketua Panitia Seminar. Hal senada juga disampaiakan Gubernur BEMF Hukum UNRIKA, Jurado Siburian. Jurado mengatakan bahwa “BEMF Hukum akan selalu mengadakan kegiatan-kegiatan yang bermuatan positif dan edukatif karena Sebagai calon pemimpin masa depan, mahasiswa haruslah memiliki pengetahuan yang luas, skill, kemampuan managerial, dan kemampuan lainnya yang diperlukan seorang pemimpin masa depan. "Karena permasalahan yang akan dihadapi untuk masa depan jauh lebih sulit dan kompleks, terutama di Provinsi Kepri ini khususnya Kota Batam". Tutur Jurado AKP. Harris,Kepolisian Perairan Kepri yang menjadi pembicara dalam seminar tersebut, menjelaskan tentang bagaimana cara menjaga potensi keluatan Kepri sesuai dengan peran maha-
siswa. Dalam materinya dirinya mengungkapkan betapa pentingnya peran mahasiswa dalam mengontrol dan menjaga potensi laut kepri dengan melakukan berbagai macam penelitian dan riset. Sementara Tomy Selaku Ketua LPMP menjelaskan dan memotivasi mahasiswa agar menjalankan peran mahasiswa sebagai agent of contol dalam menjaga potensi kelautan. “Sudah banyak kegiatan yang kami lakukan dalam hal mewujudkan rasa kecintaan serta kepedulian kami terhadap masyarakat pesisir, karena sesungguhnya apabila kita betul-betul memanfaatkan potensi kelautan kita secara maksimal maka bukan tidak mungkin kita akan menjadi negara makmur seperti jepang yang sudah sangat baik dalam pemanfaatan potensi kelautannya dan sekarang kami juga mengajak mahasiswa yang merupakan agent of control untuk bersama-sama menggali serta menjaga potensi keluatan Kepri khususnya Batam”, Ujar Tomy Selaku Ketua LPMP.
Mahasiswa Fakultas Hukum Unrika Haramkan Kenaikan BBM dengan Dalil JOHANSYAH, Kepala Departemen Advokasi BEM Fakultas Hukum UNRIKA sebut rencana kenaikan BBM merupakan salah satu contoh mengikuti atau menuruti hawa nafsu dalam skala besar. Dirinya menilai rencana pemerintah untuk menaikan harga bahan bakar minyak jelas bertentangan dengan agama. "Dengan adanya kebijakan kenaikan harga BBM saya menyebutnya terdapat prinsip yang bertentangan dengan nilai-nilai keislaman, itu menandakan kita tidak mematuhi aturan islam atau mengikuti hawa nafsu." tutur mahasiswa semester IV Fakultas Hukum Unrika tersebut kepada THINK. Johansyah, dalam pandangannya menilai rencana kenaikan bbm haram karena air, padang rumput dan api adalah milik umum. terlebih lagi dirinya menilai hal tersebut sangat menyalahi syareat islam dalam hal kepemilikan sumber daya alam. "air, padang rumput dan api adalah milik umum, bbm dari mana ? kalau dilihat kepemilikan dalam is-
Johansyah lam itu di atur tidak boleh sesukanya." ujarnya Laki-laki yang saat ini menjabat sebagai Kepala Departemen Advokasi BEM Fakultas Hukum UNRIKA tersebut juga menyebutkan beberapa dalil yang menyinggung tentang rencana kenaikan BBM yang dinilainya haram.
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah Dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. [QS Al-Hasyr : 7], "Manusia itu berserikat atau (punya andil) dalam 3 perkara, yaitu air, padang rumput, dan api(BBM, gas, listrik dsb) [HR Ahmad dan Abu Dawud]." Dirinya juga mengatakan pengertian kepemilikan umum sumber daya alam yang dikelola oleh Negara, sepenuhnya diserahkan untuk rakyat tanpa boleh sepersenpun diambil oleh Negara. Sementara tentang cara bagaimana pengolahan bahan mentahnya, Johansyah menilai seharusnya pemerintah cukup hanya menyewa tenaga ahli untuk mengolah BBM, bukan menyerahkan sepenuhnya. "kalau BBM itu bayar, ya hanya untuk biaya produksi saja yang dibebankan untuk masyarakat, biaya produksi itu saya jamin ndak sampai 4500 dan kelewatan kalau sampai di naikkan" tutupnya
Agresif
Edisi X - Mei 2013
11
Pemekaran Jangan Menjadi Trend Oleh: Yustinus Farid Setyobudi, S.IP, MPA1
SEJAK orde reformasi, pelaksanaan otonomi daerah diharapkan mampu menjadikan daerah lebih maju dan pelayanan pemerintah kepada masyarakat lebih efektif dan efisien. Pemerintah daerah diberikan hak dan kewenangan untuk mengatur urusan rumah tangganya sendiri, sehingga dapat mengurangi sentralistik yang ada di pemerintah pusat. Dengan adanya Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, semakin menunjukkan bahwa pemerintah pusat ingin menjadikan daerah sebagai ujung tombak sistem pemerintahan. Selain pelimpahan kewenangan urusan pemerintahan dari pusat ke daerah yang diatur dalam UU 32/2004, UU tersebut juga membuka kran kepada daerah tentang pemekaran daerah, baik pada tingkat propinsi, tingkat kabupaten/kota, maupun tingkat kecamatan. Dengan hara-
pan pelayanan kepada masyarakat lebih efisien dan efektif, karena administrasi pemerintah lebih terjangkau jaraknya oleh pemerintah dan tidak memakan waktu yang lama. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri, pemekaran daerah yang terjadi di Indonesia sejak orde reformasi telah terbentuk 205 daerah otonom baru, yaitu 7 provinsi, 164 kabupaten, dan 34 kota. Ada 524 daerah otonom saat ini terdiri atas 33 provinsi, 398 kabupaten, dan 93 kota. Persyaratan pembentukan daerah telah diatur dalam PP N0.129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah selanjutnya diganti dengan PP 78 Tahun 2007 tentang hal yang sama. Persyaratan yang diatur dalam kedua PP ini sebetulnya cukup ketat, tetapi dalam satu dasawarsa terakhir
usulan pemekaran cenderung tidak terkendali. BATAM DITENGAH PEMEKARAN WILAYAH Dengan adanya rencana pemekaran wilayah di Batam, yaitu dengan pemekaran Kecamatan yang dulu hanya 12 akan menjadi 21 Kecamatan menimbulkan berbagai reaksi di masyarakat, khususnya di kalangan akademisi. Secara menyeluruh ini merupakan kemajuan bagi Batam sebagai daerah yang baru berkembang, namun disisi lain akan menjadikan tanda tanya besar bagi Pemerintah Kota Batam. Tanda tanya itu adalah sanggup tidak dalam pemekaran ini baik secara finansial maupun administrasi ditanggung oleh Pemerintah Kota Batam dengan APBDnya. Jangan sampai dengan pemekaran yang rencana awalnya adalah untuk lebih mengefektifkan pelayanan kepada masyarakat, bisa berubah menjadi beban bagi Pemerintah Kota Batam dibelakang besok. Melihat kondisi Batam saat ini memang membutuhkan pelayanan yang cepat kepada masyarakat, belum lagi predikat yang disandang bahwa Batam salah satu daerah dengan pembangun peradaban manusia. Artinya Batam memiliki daya tarik bagi masyarakat dari luar Batam untuk mengadu nasib di “Pulau Kalajengking� ini. Jika penduduk Batam semakin bertambah maka secara tidak langsung pelayanan yang akan dituntut masyarakat akan bertambah dalam kuantitasnya. Misalnya di kecamatan yang biasanya hanya melayani 100 orang dalam pengurusan dokumen/perizinan dalam berbagai bentuk, maka bisa jadi akan bertambah 2 kali lipat jumlah orang dalam per harinya jika penduduk di Batam semakin bertambah. Namun semua itu seharusnya menjadi perhatian bagi Pemerintah Kota Batam, khususnya Walikota, bahwa yang
dibutuhkan Batam saat ini bukan pemekaran wilayah. Sampai detik ini, dengan 12 Kecamatan saja secara keseluruhan ternyata birokrasi pemerintah masih bisa memberikan pelayanan masyarakat dengan baik. Seharusnya yang menjadi perhatian Pemerintah Kota adalah pelayanan yang diberikan dalam dunia pendidikan. Sebagai contoh masih banyak siswa yang tinggal di pulaupulau yang berada diluar daratan Batam yang harus berangkat ke sekolah harus dengan melepas sepatunya, kemudian setelah menyebrang dari pulau tempat dia tinggal dan sampai di daratan, baru mereka memakai sepatunya karena takut basah atau kotor, serta tak jarang dari mereka menggunakan sepatunya di depan sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah kota masih belum fokus terhadap apa yang menjadi prioritas dalam pengembangan Batam kedepannya. Untuk akses menuju sekolah saja, para pelajar harus berjuang ekstra agar bisa sampai disekolah. Yang lebih memprihatinkan lagi adalah sarana angkutan umum untuk para pelajar, di wilayah Barelang dan Punggur misalnya, masih banyak siswa yang harus berjalan kaki untuk menuju ke sekolah, tidak jarang mereka mencari tumpangan mobil pribadi untuk bisa sampai disekolah karena minimnya angkutan umum. Hal itu tidak akan terjadi apabila di daerah Barelang dan Punggur diberi fasilitas angkutan yang khusus untuk pelajar dan tanpa memungut biaya (gratis). Saat ini seharusnya Pemerintah Kota Batam sudah mulai memetakan mana yang menjadi prioritas dalam pembangunan untuk Batam kedepannya. Batam mau menjadi Kota Pariwisata, atau Batam mau menjadi Kota Pendidikan, maupun Batam mau menjadi Kota Industri, dan atau Batam mau menjadi Kota Budaya Melayu, sehingga Batam akan memiliki kekhasan atau nilai lebih seperti daerah-daerah lain di Indonesia, misalnya Malang Kota Apel, Jogja Kota Gudeg, Pekalongan Kota Batik, dan sebagainya.
Dora dan Novi Wakili Unrika
Ikuti Lomba Olimpiade MIPA Nasional di Pekanbaru MAHASISWA dari Universitas Riau Kepulauan Batam masing-masing Dora Detrina Hutagalung dari FKIP Matematika dan Nofi Safitri dari FKIP Biologi berhasil mewakili Unrika dalam lomba Olimpiade Nasional antar Perguruan Tinggi (ON PT) yang diselenggarakan kopertis wilayah X, Senin dan Selasa ( 29 dan 30 April 2013 lalu) di Hotel Mutiara Merdeka Pekanbaru. Babak penyisihan kedua Olimpiade tersebut diikuti oleh ratusan mahasiswa yang berasal dari kampus PTS maupun PTS dari Padang, Pekanbaru, Batam, Tanjung Pinang. "kegiatan yang rutin diselenggarakan setiap tahun ini diharapkan mampu menjaring mahasiswa dari kopertis wilayah X untuk dapat mewakili hingga ke
SILATURRAHMI Civitas Akademika Unrika Dengan Wakil Gubernur Kepri DR.H.Soerya Respationo, SH, MH
tingkat nasional di babak ketiga" demikian disampaikan Rumenda, perwakilian dari kopertis diselasela kegiatan tersebut. Rumenda menambahkan rencana kegiatan penyisihan kopertis wilayah X ini akan digelar di Batam untuk tahun 2014 mendatang. Dikesempatan berbeda, pendamping yang sekaligus dosen Unrika, Tb Pamungkas, S.Si, M.Sc juga menyampaikan harapan besarnya Unrika mampu lolos hingga ke seleksi nasional yang akan di selenggarakan di Jogjakarta bulan depan, namun yang jelas kegiatan yang baru diikuti pertama kalinya ini, dapat digunakan sebagai wacana untuk melaksanakan pembinaan terhadap mahasiswa berpotensi agar mendapatkan kesempatan di olimpiade serupa.***
Sosok
Edisi X - Mei 2013
12
Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara, Penulis dengan tutur komunikatif, tajam dan patriotik KI Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya. Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913. Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda. Kemudian setelah ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische Partij ia pun ikut membentuk Komite Bumipoetra pada November 1913. Komite itu sekaligus sebagai komite tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda. Komite Boemipoetra itu melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik
uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut. Sehubungan dengan rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker itu antara lain berbunyi: "Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun". Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk Sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk bertempat tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka. Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo merasakan rekan seperjuangan diperlakukan tidak adil. Mereka pun menerbitkan tulisan yang bernada membela Soewardi. Tetapi pihak Belanda menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada pemerinah kolonial. Akibatnya keduanya juga terkena hukuman internering. Douwes Dekker dibuang di Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda. Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman. Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil memperoleh Europeesche Akte. Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun 1918. Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan. Setelah pulang dari pengasingan, bersama rekan-rekan seperjuangannya, ia pun mendirikan sebuah per-
guruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Tidak sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut. Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Sementara itu, pada zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur. Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun
1957. Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Kemudian oleh pihak penerus perguruan Taman Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan nilainilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karyakarya Ki Hadjar sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional. Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi. Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan). Tulisan ini hasil olahan tim redaksi yang menggunakan referensi dari perpustakaan nasional.
Regional
Edisi X - Mei 2013
13
Kerjasama ULB dan KPK Bangun Zona Integritas Guru
Mewujudkan Jiwa Generasi Muda Bangsa Anti Korupsi Melalui Pendidikan KOTAPINANG, Yayasan Universitas Labuhan Batu (ULB) Sumatarera Utara, mengelar seminar Nasional dengan menghadirkan pembicara tunggal dari Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (KPK RI), di kampus ULB pada Rabu 24 April lalu. Peserta pada seminar sekitar dua ratus orang yang tersebut terdiri dari guru, Kepala sekolah dan juga mahasiswa. Dengan tema Mewujudkan Jiwa Generasi Muda Bangsa Anti Korupsi Melalui Pendidikan membangun Zona Integritas Guru, Sekolah dan Kampus. Ketua Yayasan Universitas Labuhan Batu, DR. H. Amarullah Nasution dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan ini merupakan kegiatan
rutin, dan ULB sudah 4 kali mendatangkan fungsionaris dari KPK langsung dari Jakarta. “ Kegiatan ini kali kedua diadakan di Aula ULB kampus Kotapinang, seminar ini hanya untuk memberikan pemahanan mengenai pencegahan korupsi,” ujar Doktor lulusan Amerika ini. Amarullah menambahkan bahwa dirinya sangat konsen dengan pemberantasan korupsi, sehingga acara serupa akan sering diadakan. “ kedekatan dengan KPK ini dimulai dari kampus Universitas Riau kepulauan yang merupakan abang dari Universitas labuhan Batu ini” ujar Amarullah yang juga Ketua yayasan di Universitas Riau Kepulauan – Batam. Pada kesempatan itu juga Kepada dinas pendidikan kabupaten Labuhan Batu Utara (Labura) NP Lubis mewakili Bupati Labura menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ketua Yayasan Universitas Labuhan Batu yang telah mengadakan acara seminar. “ Ini merupaka pencerahan bagi kami, dan kami juga mengetahui batasan – batasan korupsi tersebut,” ujar lubis kepala dinas pendidikan labura. Ryan Herdiansyah Utama, SE., M.Si, dari Fungsionaris
Posbakumaadin Peradin Hadir di Batam BATAM-Pos Bantuan Hukum Advokat Indonesia ( Posbakumadin ) dibawah payung hukum Persatuan Advokat Indonesia ( Peradin ) hadir di Batam.Keberadaan Posbakumadin ini untuk membantu masyarakat tidak mampu yang berurusan dengan hukum. Ketua Umum Peradin, Ropaun Rambe, S.H.,M.H. menjelaskan, keberadaan Posbakumadin ini sesuai dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia ( HAM ) Republik Indonesia nomor : AHU-09853.AH.01.01.Tahun 2008 tentang Pengesahan Badan Hukum Perseroan. Oleh sebab itu, bagi warga masyarakat yang berurusan dengan hukum, dan tidak mampu membayar pengacara , dan/atau penasehat hukum, maka dapat menghubungi posbakumadin di Pengadilan Negeri Batam. " Ini bantuan hukum gratis," tegas Ropaun Rambe. Pihaknya akan menindak tegas advokat yang tergabung dalam Peradin bila menolak warga mis-
kin minta bantuan hukum. Namun warga masyarakat yang tergolong miskin ada kreterianya. Bagi advokat yang mendampingi warga miskin dibayar oleh pemerintah senilai Rp.5 juta per kasus. Jadi tidak ada alasan bagi advokat Peradin untuk menolak membantu warga tidak mampu tersebut. Ropaun Rambe melantik 23 advokat Peradin di Batam 20 April 2013. Advokat tersebut berasalah dari berbagai daerah seperti Makassar, Bandung, Bogor, NTT, NTB, Papua, dan Kepulauan Riau.Advokat Peradin otomatis menjadi anggota Posbakumadin. Sekretaris Posbakumadin Batam, Rumbadi Dalle menjelaskan, keberadaan posbakumadin di Batam untuk mewujudkan perintah undang-undang dalam hal bantuan hukum bagi warga kurang mampu." Bawa aja ke sini ( Posbakumadin ) bila ada kasus menyangkut warga tak mampu," katanya kepada THINK! di Pengadilan Negeri Batam.
KPK RI menyampaikan bahwa pencegahan korupsi ini menjadi tanggung jawab kita bersama, pada penyampaian materi tersebut dirinya juga mencontohkan beberapa hal diantaranya kebiasan orang korea kenapa bisa berhasil dan menjadi Negara maju. “ Orang Tua di negara Korea selalu memotivasi anaknya dengan kata-kata, kamu jangan malas seperti orang Jepang,” ujar Ryan yang sudah hampir keliling Indonesia memberikan pencerahan ten-
tang Korupsi. Ia menambahkan, orang jepang itu saja sudah rajin, tapi di korea anak – anaknya di motivasi agar lebih maju dari Negara Jepang. Dalam hal ini menunjukan proses untuk menciptakan atau menjadikan kondisi lebih baik butuh waktu dan dilakukan terus menerus, begitu juga dengan korupsi. Kita harus menanamkan tentang rusaknya kondisi suatu Negara oleh korupsi tersebut kepada generasi dibawah kita.
Cerpen
Edisi X - Mei 2013
“LOVE AND SACRIFICE” Bagian 2
Oleh : Ayu Awalia Apritasari (Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan Unrika Batam)
tujuan…ke arah yang lebih indah dari saat ini.”ia memang bukan yang pertama bersama ku. Tapi bersama nya, perjalanan ini akan mencapai akhir bersama ku “End Flashback…Keesokan harinya, aku tidak tahan dan memutuskan mengganggu Minho untuk mengantarkan ku ke gedung tempat Key unnie kuliah, karena memang tempatnya yang memisah dari tempat kuliah ku walau kami berada di kampus yang sama.Berbekal sms dari teman satu kelasnya, aku menemukan Key unnie di salah satu sudut kampus dengan laptop putih kesayangannya.”Onew oppa tidak apa-apa?”, aku duduk di depannya mensejajarkan posisi. Mungkin bisa dibilang lupa apa itu basabasi, karena untuk urusan seperti ini, aku hanya mau berbicara tentang pokok persoalan.Mengangkat
pandangannya dari layar, Key unnie hanya tersenyum manis pada ku seperti biasa. Hanya sorot matanya terlihat lelah…dan entahlah, ada suatu hal yang lebih dari sekedar lelah yang coba ia sembunyikan.”annyeong, Tae. Hai, Minho”Aku hanya memutar bola mata, kesal. Aku butuh jawaban, bukan sapaan!”jadi jawabannya?””kau bertanya apa?”Okey aku lupa dia memang sering mengesalkan, “keadaan Lee Jinki, kekasih Kim Kibum!”. Well, aku hanya ingin dia tau, AKU TIDAK MOOD UNTUK BERCANDA!”tidak apa-apa, jangan khawatir”, ia kembali menatap layar laptopnya. Aku menoleh ke arah Minho. Ini pasti ada yang tidak beres. Key unnie orang yang cerewet dan ekspresif. Tapi sejak kapan ia hanya menjawab seadanya begini? Sepertinya pertanyaan
ku salah. Yang seharusnya kutanyakan, apakah kau tidak apaapa?^^”appa, mereka siapa?”HAH…Aku tau ada yang salah. Tapi ini bahkan melewati imajinasi terliar ku sekalipun. Aku tau ada yang janggal pada perkataan Key unnie ketika aku dan Minho ingin menjenguk Onew oppa, “jangan bersikap aneh. Anggaplah semuanya berjalan……normal-normal saja”.Normal? Sepertinya bukan pilihan kata yang pas untuk menggambarkan orang yang sedang sakit. Tapi detik ini…aku mengerti apa maksud kata ‘normal’ disini.”mereka Minho dan Taemin, teman-teman mu juga. Kau ingat?”Aku dan Minho menatap orang yang baru saja mengatakan kalimat itu seolah tanpa ekspresi berarti. Ia bahkan tersenyum? Apa yang terjadi disini sebenarnya?!”-
kau….””Kibum…panggil saja Key. Kemarin kita sudah berkenalan kan?”Kami terus memperhatikannya. Tetap tersenyum ramah dengan ekspresi memaklumi. Aku masih belum mampu bicara apapun karena seketika langsung kehilangan kata-kata jujur saja. Tapi sungguh aku memang benar-benar sangat bingung dengan keadaan saat ini.”ya Tuhan maaf aku lupa. Kau adik kelas ku di fakultas kan? Dan…emmm…kau…bukan pacar ku kan?”DEG…”Onew!””aku ingin dengar langsung dari nya Appa! Demi Tuhan, seingat ku, aku masih berpacaran dengan Jiyeon. Hubungan ku dan Kibum hanya sekedar kakak dan adik kelas. Iya kan?””hyung…kau…lupa siapa pacar mu?”, Minho akhirnya sembuh dari kebisuannya beberapa menit ini. Lalu aku? Entahlah aku
14
yang memang bodoh atau kecepatan berpikir otakku yang mendadak terjun bebas tanpa parasut, tapi sampai detik ini belum ada satu pun pesan yang mampu direkam oleh telinga ku untuk dikirim sekaligus dianalisis di otak apa yang sedang terjadi di depan ku saat ini.”aku….aku ingat aku punya pacar, tapi bukan dia. Seingatku pacarku bernama Jiyeon, dan Kibum hanya adik kelas ku di fakultas. Benar kan?”, sekali lagi orang yang entah siapa di depan ku bertanya pada Key unnie untuk membenarkan analisis tololnya. Aku pelan-pelan mulai sadar. Ya, aku tau Jiyeon adalah mantan pacar Onew oppa. Key unnie pernah cerita padaku soal itu. Seseorang yang tega begitu saja mencampakkan orang disampingnya demi orang lain yang [menurutnya] lebih baik…tanpa penjelasan. Dan orang yang sedang duduk di ranjang rumah sakit ini masih mengingat orang seperti itu…terlebih lagi…sebagai pacarnya? Aku mulai rancu ini benar-benar rumah sakit atau rumah orang-orang menderita kelainan mental?”kau benar…oppa. Aku…hanya adik kelas mu di fakultas”Aku bersumpah itu kalimat yang paling aku tidak mengerti yang pernah keluar dari mulutnya…bertahun-tahun aku mengenalnya.Suasana saat itu hening. Aku…Minho…bahkan Appa Onew sedang mencerna pelan-pelan omongan aneh dari wanita di sebelah ku.Aku pernah merelakan Minho untuk wanita lain. Aku tau sakitnya.
Bersambung
DIAJENG
OLEH: YAYUK S. MARYAM MAHASISWA PRODI PEND. BHS. INGGRIS, UNRIKA
PAGI ini udara segar di Kota Batam, sinar matahari tanpa rasa malu bak gadis yang habis bersolek muncul diufuk timur mengusir embun pagi untuk pergi tanpa permisi, namun udara terasa dingin menusuk tulang membuat perasaan syahdu mendayu pelepas bulu rindu untuk melepas mimpi yang tersisa dimalam tadi tanpa henti, maklum tadi malam hujan cukup lebat yang membuat tidur nyenyak bagi sebagian makluk Tuhan. Rasa dingin ini membuat orang-orang biasa bekerja dengan tergesa-gesa enggan untuk melepaskan selimut tebalnya, bahwa udara pagi membuat malas bangun jadi tidak salah kalau nilai pahala sholat dua rakaat sebelum sholat shubuh itu lebih baik dari dunia seisinya (Sholatul fajri khairu dunya mamma fiha). Sayupsayup kudengar suara Adzan subuh berkumandang dari pengeras suara masjid dekat rumahku. “Vava Subuh sholat dulu nak”
suara ibuku membuyarkan kegalaun hatiku atas mimpiku berharihari tentang orang yang sama, apakah dia juga seperti itu bahkan mimpi nikah ini benar menyiksa bathin. “Vava bangun” aku dirumah dipanggil Vava sebenarnya namaku Maiva Kessa Risti, aku gadis malayu kelahiran Dabo karena mengikuti ayahku sebagai kepala sekolah di Batam. Dalam resah dan gelisah tanpa arah memikirkan mimpi yang sering terjadi akhir-akhir ini apa karena bapak itu padahal hanya bercanda karena di depan banyak teman temanku dengan memanggilku Diajeng, dan saya tanya temanku yang orang jawa apa arti diajeng, dia menjelaskan panggilan diajeng untuk memanggil pada seorang wanita yang terhormat dan jarang sekali orang dipanggil diajeng sekarang ini, mungin terjadi hanya segelintir orang yang masih mengikuti faham feodalistik atau dalam pewayangan. Saya tidak sperti biasanya maka saya dengan nekadnya tanya ke teman sekelasku yang akrab dengan pak Beni,padahal ini sangat mengurangi gengsiku selama ini yang terkenal sebagai gadis tertutup. “Kak kenapa bapak itu menggilku diajeng”. kak Debi bilang bapak itu mengkin capek mikir kerja dan mikir banyak mengurus mahasiswa skripis bukankah jurusan kita yang paling banyak mahasiswanya. “Daripada stress dan bikin sakit mending lihat gadis yang wajahnya
adem laksana minum es ditengah gurun sahara hitung-hitung ngilangin stress dikit”imbuh kak Debi. Bahkan Pak Beni bilang kecantikanku seperti gadis-gadis dizaman Yunani kuno bahkan Cleopatra pun bias luntur kalo bersanding denganku”tambah pak Beni, dan dengan wajah yang sangat berkarakter Tapi kenapa saya kalau dekat bapak itu kog merasa nyaman dan ingin selalu dekat denganya padahal bapak itu selalu bercanda dan suka ngombal dan saya juga sering bilang bapanya suka ngombal Bapaknya malah tertwa nyengir saja dilihatin banyak kawan aku malah seperti badut dalam lelucon seperti di panggung opera van java versi Unrika. Bahkan Pak Beni bercerita kampungnya, Diajeng lihatlah lereng gunung Lawu yang menghijau dengan kebun teh dilerengnya sangat enak untuk menikmati secangkir teh diudara nan sejuk dengan semerbak bunga mawar yang sedang mekar dengan warna merah menyala. Teman-temanku pada tersenyum menyaksikan rona wajahku memerah seperti make up nya bu Tri Suyarti yang terkenal sangat fashionable dengan pipi dimerahi bahkan seperti apel New Zeland, merahnya hampir menutupi seluruh mukanya yang bulat, hidungnya yang mungil seperti kelereng hampir tak kelihatan namun ibu Tri dikenal sangat baik dalam memberi nilai maka banyak mahasiswa yang senang dan dikenal dekat dengan pak Beni juga.
Hati tak karuan memikirkan mimpi dan guncingan teman teman sehingga hatiku resah mungkin ini juga dulu sama yang dirasakan oleh Kapten Raymond Westerling ketika harus mengakui kedauatan RI setelah KMB (Rounde Tafel Konfentie) padahal dia sangat optimis dengan pasukanya yang disebut dengan Komando Tropen nya bisa mengatasi semuanya, dia bingung bagaimana nasib anak buahnya setelah Indonesia Merdeka sambil gelisah menanti amunisi datang dari Batavia walau dia yakin anak buahnya bias bertahan dengan kemampuan tempur yang luar biasa menghadapi tentara Republik. Dilain sisi saya juga ada perasaan senang seperti Kapten Raymond ketika dinaikan pangkatnya dari Letnan jadi Kapten. Apakah ini cinta, ahh nggak mungkin tapi kog mikir terus. Kata orang barat love is sweet torment (siksaan yang menyenangkan) bagi orang yang lagi bercinta sangat tersiksa namun sangat menyenangkan seperti langunya Edi Silitonga “jatuh cinta berjuta rasanya, dia aktif aku pura-pura jual mahal, dia diam aku cari perhatian”. Dan ini juga seperti yang aku rasakan kuhanya sms “apa bapak ke kampus?” dan sebenarnya saya juga tahu kalau bapak itu ke kampus, tapi ke kenapa aku tanya lagi. Kata teman kalau orang yang sedang jatuh cinta seorang professor pun sering menanyakan hal yang sama berulang ulang yang pada dasarnya dia
sudah tahu jawawbanya. “Vava Turun” ayahku menyuruhku cepat naik ke Pompong, dalam hentakan gelombang laut dibawah jembatan Barelang yang sangat prestisius dan symbol Kota Batam yang gagah bak kesatria menantang lawan, pompong melaju dengan kecepatan sedang mengarungi desir ombak melmabai menuju pulau Rotan tempatku mengajar sebagai guru honor SD. Aku masuki ruang kelas dengan berjuta tanya dalam jiwa, murid-muridku hanya kuberi tugas dan waktu istirahat pun saya enggan untuk ke kantor, saya tidak mau teman-temanku melihat rona muka pucatku seperti buah mentimun layu. Kenapa bayangan bapak itu selalu membayang dalam benakku, aku sungguh tersiksa, aku dikenal anak yang sangat tertutup bahkan sama teman terdekat sekalipun seperti si Cempe maupun bang Singa saya tidak pernah cerita, apalagi sama pacarku. Kutunggu hari menjadi gelap sepertinya hari waktu tiada mau berjalan, betapa berat hatiku kuingin berteriak sekencang-kencanganya. Bahkan suatu malam, aku berteriak membangunkan bapak dan ibuku, aku mimpi yang sama terus, apa aku kena guna-guna atau apa, kulangkahkan kakiku ke kamar mandi kuambil wudlu dan kulengkupan badan ku bersujud kepada Tuhanku atas apa yang
Bersambung
Suara mahasiswa
Edisi X - Mei 2013
Komentar Mahasiswa Terhadap UKPM Desy Kristinawati :
Ryansah
Mahasiswi Program Studi Sejarah FKIP
Mahasiswa Program Studi Sejarah FKIP
MENGIKUTI UKPM dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan juga bisa mendapatkan lebih banyak teman. UKPM selain bisa mengembangkan dan melatih keterampilan tidak lain bisa menjadikan tempat yang tepat untuk meluangkan dan mengekspresikan diri. Dengan kemampuan yang berbeda-beda bisa menjadi satu kesatuian yg unik. Sebenarnya alasan khusus itu yaaa.... memang minat atau berminat ikut didalam UKPM ini.. Disini juga saya mendapatkan keluarga baru, memiliki saudara yang bisa membantu sesama. Harapannya bergabung di UKPM ini bisa lebih aktif dan terbiasa berbicara dengan rasa percaya diri yang penuh. Dan juga tidak lupa harapan untuk Tabloid Think yang notabene adalah produk dari UKPM itu sendiri yaitu semakin smart, eksis dimata pembaca sekalian. GBU Think!
ALASAN saya mengikuti UKPM karena merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan minat dan bakat dalam menulis, menyampaikan sebuah gagasan pemikiran yang kreatif, selain menyalurkan ide2 kreatif, kita juga menambah wawasan kita mengenai dunia jurnalistik, cara berbicara yang baik dan benar serta menimbulkan rasa percaya diri yang cukup tinggi. Disini saya memiliki keluarga baru, teman baru, suasana baru, pemikiran yang baru pula. Seperti tabloid Think! yang baru keluar dan baru dipegang mahasiswa_maju terus UKPM!
*:) happy
Luci Anastasia Pakpahan Mahasiswi Program Studi Akuntansi FE
BANYAK sekali pelajaran dan pendidikan yang didapatkan dalam UKPM. Didalam UKPM kita bisa belajar disiplin, menghargai waktu, menulis dengan benar, menghargai orang lain, kita dapat mempelajari teknik berkomunikasi dan bersosialisasi dengan berbagai macam tipe manusia dan budaya yang kelak akan berguna bagi diri kita, kita juga dapat mengaplikasikan segala ilmu yang telah kita dapatkan, implementasi ilmu dalam bentuk konkrit bukan sekedar teori dan masih banyak lagi manfaat UKPM. Positifnya bisa saling bertukar pikiran antar sesama mahasiswa, melatih kepercayaan diri, meningkatkan solidaritas, memupuk rasa tanggung jawab dan dengan UKPM,maka para mahasiswa akan mampu dan lebih siap untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya, kehidupan setelah lulus dan berhadapan dengan masyarakat. So, UKPM is the best.. *:x lovestruck
Novi Ariyani Mahasiswi Program Studi Sejarah FKIP
SAYA novi ariyani suka dengan dunia jurnalistik si uda lumayan lama dari sd mah uda suka baca dan bela belain masuk osis waktu smp khusus dibagian mading dan majalah sekola tapi majalah nya gak perna kesampaian buat terbit di sma juga gitu makanya tau di kampus ada ukm jurnalistik masuk deh hehe dan alhamdulillah uda terbit hehe semoga kedepan nya ukm pers di unrika ini semakin lancar dan maju dengan berita yang seru dan update sehingga minat baca mahasiswa nya makin bertambah walaupun ya sekedar ngebaca majalah unrika hehe
Kristina Febriani Mahasiswi Program Studi Bahasa Inggris FKIP
BANYAK hal yang kudapat dari berorganisasi, sama dengan ketika aku melakukan hal positif lainnya. Berorganisasi bagiku tentu saja kita apat belajar untuk bersosialisasi dan mengetahui banyak hal. Contohnya bagaimana itu arti kepimpinan secara hakiki, belajar bertanggung jawab serta dapat
15
mengetahui karakter rekan-rekan sejawat yang baik maupun yang buruknya. Berorganisasi itu dapat saya sebut sebagai miniatur kehidupan kita. Baik buruknya kehidupan realita secara tidak langsung bisa kita ambil hikmahnya meski harus diakui dampak negatifnya pun cukup besar. Terkadang orang bisa terlalu terobsesi, hingga menghalalkan segala cara agar keinginannya tercapai, tidak sedikit juga orang memanfaatkan organisasi untuk hal-hal yang tidak baik. Kalo urusan salah paham antar sesama anggota organisasi itu sudah tentu. Saya pribadi menjadikan organisasi sebagai tempat belajar, menambah wawasan yang berguna untuk kehidupan ku di masa depan.
Anna Komalasari Mahasiswi Program Studi Sejarah FKIP
SAAT ini saya tengah aktif di lembaga kampus yang bergerak dibidang Jurnalistik. Unit Kegiatan Pers Mahasiswa Unrika dinamakan. Begitu lama saya menunggu keberadaan lembaga ini dan akhirnya di pertengahan bulan Maret 2013, baru dapat dibentuk. Di organisasi tersebut, saya hendak belajar mengembangkan kemampuan saya di dunia jurnalistik. Menurut saya jurnalistik merupakan penopang segala bentuk kreatifitas diri baik yang masih menjadi wacana maupun yang telah berbentuk penugasan. Dengan memahai jurnalistik, bagi saya tentu dapat merubah alur berfikir kita tidak menjadi sempit dan jika demikian tentu saja hal itu bisa membuat saya semakin dewasa. Maju terus UKPM UNRIKA. Keringat saya untukmu. wass
Aufa Depriani Gusnelvia Mahasiswi Program Studi Sejarah FKIP
IKUT serta dalam UKPM Unrika merupakan kesempatan bagus untuk dapat mengembangkan diri. UKPM melatih diri kita untuk terus mencoba mengeksploitasi keterampilan dan kemampuan yang selama ini tersimpan dan mungkin tidak disadari oleh kita. Tidak hanya itu, Kita juga bisa memperluas dan menambah wawasan untuk selanjutnya menuangkan gagasan dalam berbagai ekspresi diri dan opini. Saya sendiri merasa memperoleh keluarga baru sejak bergabung di UKPM, yang saling membantu dan mendukung sekaligus mendorong semangat untuk terus mencoba hal-hal yang baru sehingga muncul keberanian dan rasa percaya diri. Sukses buat UKPM
UKPM Galakkan Minat Baca di Kampus THINK- Menyikapi minat baca di kampus Universitas Riau Kepulauan (UNRIKA) Batam, Unit Kegiatan Pers Mahasiswa (UKPM) Unrika mulai menyusun strategi perbandingan antara pembaca aktif dan pembaca pasif. Langkah yang akan ditempuh seperti dikemukakan Sekretaris UKPM Unrika, Roni Sirait yakni menggelar workshop Jurnalistik dan Lomba Karya Tulis pada bulan Juni mendatang. Dengan intensitas gelaran Workshop Jurnalistik, Roni mengatakan setidaknya akan didapati peningkatan minat baca dikalangan mahasiswa minimal 10 persen dalam setiap gelaran. Tentu saja, kata Roni kegiatan tersebut akan melibatkan seluruh fakultas dan seluruh organisasi intra kampus, sehingga pada saatnya nanti masing-masing organisasi tersebut mampu membuat rilis resmi atas kegiatan masing-masing. "Aktifitas keterangan pers yang dirilis itu cukup menentukan kreatifitas organisasinya masing-masing, sehingga tidak ketergantungan dengan pihak lain kalau untuk membuat rilis kegiatan yang bersifat resmi. Ya malu dong, masak dikalangan kampus belum bisa membuat keterangan pers," kata Roni. Sebagai pendamping kegiatan tersebut, UKPM juga tengah melakukan konsultasi dengan pihak-pihak eksternal kampus seperti Forum Bahasa Media Massa (FBMM), Dewan Pers serta organisasi war-
Tim redaksi Tabloid THINK pose bersama sesaat sebelum melakukan pendistribusian tabloid ke seluruh kelas lingkungan Kampus Universitas Riau Kepulauan dengan sistem door to door.
tawan seperti Aliansi Jurnalistik Independen (AJI) atau Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) untuk menggelar lomba karya tulis sebagai perangsang bagi minat baca di kalangan civitas akademika.
Masih menurut Roni, pihaknya akan terus berupaya mendorong peningkatan minat baca dikampus hingga 50 persen sampai dengan akhir tahun 2013 ini. Ditambahkannya, gagasan terhadap
kedua kegiatan tersebut telah melalui rangkaian diskusi internal yang dilakukan secara maraton dengan para pembina UKPM termasuk Forum Dosen Unrika. ***
Advertorial
Edisi X - Mei 2013
16