2 minute read
Gaslightning: Bukan Gas Biasa
Apakah anda pernah merasakan bahwa perilaku yang anda alami di tempat kerja adalah perilaku yang tidak adil. Meski anda merasa demikian, tidak mudah untuk dapat membuktikannya. Hal-hal yang anda alami terjadi sedemikian rupa, sehingga sulit membuktikan bahwa yang anda alami tidak adil.
Gaslightning adalah bentuk kekerasan psikis dimana korbannya secara sengaja dibuat disorientasi, dimanipulasi, serta dibuat tidak yakin dimana persepsi dan keyakinan dirinya dibuat perlahan- lahan dikurangi kemampuannya dan bahkan dirusak Bagai ban yang bocor halus dan sulit ditemukan lubangnya, demikian juga perundungan lewat gaslightning sulit dibuktikan keberadaannya.
Advertisement
Salah satu cara gaslightning adalah degradasi. Cara ini dilakukan ketika seseorang ditugaskan untuk melakukan sesuatu yang (jauh) lebih rendah dibandingkan kualifikasi yang dimiliki. Cara lain yang digunakan gaslightning adalah dengan memberikan surat peringatan. Tentu saja surat peringatan diperlukan untuk dapat menjaga aturan perusahaan berjalan sebagaimana seharusnya. Meski demikian, surat peringatan yang diberlakukan lewat gaslightning seringkali dibuat-buat dan dicari-cari sebabnya. Dalam hal ini, aturan dibuat dan terutama dipersepsikan sesuai dengan kemauan pemberi surat peringatan. Dalam situasi seperti ini, tidak mengherankan jika beberapa surat peringatan bahkan dapat diberikan dalam jangka waktu singkat dengan beragam alasan.
Lupa juga dapat menjadi alasan yang digunakan dalam praktek gaslightning. Walau korban gaslightning belum pernah menerima tugas, melakukan tugas, mendapatkan informasi, dsb, ia disudutkan dengan alasan lupa bahwa korban tidak melakukan tugas dan pekerjaannya dengan baik dan benar Selain itu, cara penyampaian “kesalahan” yang dilakukan korban dilakukan dengan cara halus dan sopan. Hal-hal yang dikatakan oleh pelaku, misalnya
“Saya hanya mengingatkan.”, “Yang benar seperti ini loh!”, atau “Saya hanya nggak mau kamu melakukan kesalahan.” Kesan yang ingin diberikan oleh pelaku seperti perhatian atau membantu. Namun, hal yang sebenarnya ingin ditunjukkan oleh pelaku adalah merendahkan dan mempertanyakan kemampuan korban serta menunjukkan dominasi dan hegemoni pelaku. Tentu saja tidak semua kebaikan yang terjadi di tempat kerja adalah bentuk gaslightning. Hal yang membedakan gaslightning yang ditutupi kebaikan dengan kebaikan yang sebenarnya adalah intensitas terjadinya
“kebaikan” Gaslightning yang ditutupi kebaikan memberikan kesan bahwa korban tidak memiliki kemampuan yang dibutuhkan dalam bekerja dan tidak dapat dipercaya karena terlalu sering melakukan
“kesalahan”. Jika korban melakukan
“kesalahan”, perhatian yang diberikan oleh (para) pelaku (sangat) berlebihan, sehingga mengesankan bahwa kesalahan yang dilakukan oleh korban adalah kesalahan yang sangat fatal. Kesalahan apapun yang dilakukan korban akan dibesar- besarkan bahkan dapat dibahas pada level yang berlebihan.
Sedangkan, jika kesalahan yang sama dilakukan orang lain atau bahkan dilakukan pelaku, reaksi yang sama tidak terjadi. Bahkan, kesalahan yang sama atau bahkan yang lebih besar tidak ditanggapi dan ditutup-tutupi.
Sabotase adalah salah satu strategi andalan gaslightning. Sabotase dapat berlangsung dengan tidak memberikan informasi, akses, dan/atas alat/perlengkapan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas. Selain itu, sabotase juga dilakukan lewat dengan memberikan tugas yang sulit dilakukan karena tidak sesuai dengan kemampuan dan latar belakang karyawan tanpa komunikasi yang jelas. Sabotase juga dapat dilakukan dengan memberikan tenggat yang sangat mepet dan sulit untuk dicapai.
Sabotase juga dilakukan ketika korban diberikan informasi, alat, akses, tenggat waktu, dsb yang tidak sesuai atau bahkan salah untuk menjebak korban. Sabotase ini dilakukan dengan cara yang menekan dan tidak memberikan banyak pilihan pada korban selain berusaha melakukan hal yang hampir mustahil