![](https://assets.isu.pub/document-structure/230614145948-0b77f659248c8d095f399d98ecbb5b6c/v1/8fc9d8ccd497b3e2cb0fecdba340e1e0.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
2 minute read
Live in Boro
Setelah 3 tahun menghadapi pandemi dan merasakan transisi "back to normal", saya menyadari betapa besarnya penyesuaian yang harus saya lakukan dalam bersosialisasi. Seluruh kemampuan saya seperti hilang dalam beberapa tahun belakangan akibat pengisolasian diri yang bukan hanya terhadap covid-19 tetapi juga terhadap sesama. Pada akhirnya, saat saya kembali ke masyarakat, terjadilah ketidaknyamanan akibat pembatasan diri saya.
Selama live in, saya merasa bahwa segala sesuatu dapat terwujudkan dengan adanya dorongan diri. Jika diri kita memilih jalan aman maka tidak akan tercapai tujuan yang kita inginkan. Dalam kehidupan sehari-hari yaitu bagaimana cara kita berkomunikasi dengan sesama. Selama pandemi kemarin, saya jarang berkomunikasi bahkan dengan keluarga sehingga saat hidup dalam lingkungan desa yang penuh komunikasi, saya sempat merasa tidak nyaman.
Advertisement
Di luar itu, saya mendapatkan banyak sekali pelajaran-pelajaran hidup yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Juga dengan lebih peka akan sekitar, saya dapat mengetahui permasalahan-permasalahan lingkungan dan kiranya hal tersebut bisa menjadi langkah awal saya dalam berpikir dan berkativitas sehari-hari karena sekecil apapun peran kita, hal tersebut dapat mengubah cara hidup masyarakat.
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230614145948-0b77f659248c8d095f399d98ecbb5b6c/v1/7695f51981bad12ca8307366b06b2a4e.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230614145948-0b77f659248c8d095f399d98ecbb5b6c/v1/d260f70ae6b5a4ccbe45b911787c2b5b.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230614145948-0b77f659248c8d095f399d98ecbb5b6c/v1/0abe9cb23dc12809bfe3a5250424a94b.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
LiveIn
LingkunganBoro-Suci
AlexandraDPXISOS2/01
Hari pertama yang penuh antisipasi. Semua rasa gelisah, khawatir, penasaran, dan rindu bercampur aduk ketika bus mulai berjalan menjauh dari rumah kedua kami. Setelah meninggalkan pandangan penuh lambaian tangan, disitulah saat dimana merasa perjalanan saya dimulai.
Sesampainya di tujuan, kami disambut dengan keramahan yang hangat dan tangan terbuka. Rasanya sungguh aneh, memikirkan bahwa saya sekarang berada 400 km dari tempat zona nyamansaya.Meskipunbegitu,sayamerasasangatnyaman.Senyumceriayangdiberioleh panitia acara serta doa dan berkah dari Romo membuat saya merasa amanselamatibadiGereja
St. Theresia Lisieux di Boro. Saat itu juga saya menyadari bahwa inilah giliran saya untuk memberi kembali senyuman ceria dan hati gembira kepada Orang Tua asuh saya untuk 5 hari kedepannya.
Di hari yang sama, OrangTuaasuhsayamenyambutsayadantemansayadenganramah. “Mungkinkah ini perbedaan terbesar dengan kota dan desa?” pikir saya, ketika mereka terus menerus menawarkan minuman, makanan kecil, serta hal hallainkepadatamunya.Pepatahkata yang mengatakan bahwa warga desa sangatlah ramah, bukanlahsuatuhalyangdilebihlebihkan. Seluruh tata krama dan sopan santun sangatlah kental dalam desa ini. Semua hal baru ini saya pelajari dibawah 24 jam. Apakah akan ada hal yang lebih baru lagi yang dapat saya tunggu kedepannya?Memikirkanhalitumembuatsayamenantikanesokhari.
Di hari kedua pun saya semakin mempelajari peran masyarakat dalam kegiatan desa. Kerja Bakti menjadi suatu hal yang umum bagi mereka. Semua hal demi kepentingan bersama dilakukan oleh seluruh warga dengan hati yang tulus. Tidak berbeda jauh dengan hari hari berikutnya dimana saya semakin melihat ikatan persaudaraan yang erat, baik antar tetangga ataupun warga desa dengan alam. Saya merasa bahwa kehidupan di desa tidak dimudahkan karena minimnya teknologi yang tersedia. Namun, saya juga menyadari bahwa kehidupan yang sederhanainisebaliknyamembuatnilaikekeluargaansemakinkentaldengansatusamalain.
Terdapat hal unik dari desa saya yang saya telah selama saya berada di sana. Baik dari adat, budaya, gaya hidup dan bahasa, banyak sekali hal baru yang saya ketahui. Sungguh saya merasa mungkin 5 hari tidaklah cukup untuk mengenal seluruh warga dan lingkungan saya. Namun, dengan waktu yang diberi sudah cukup untuk memberi gambaran kepada saya sedikit kisahdarikehidupanwargadidesa.
Awalnya saya kira saya mengetahui rasa rindu. Namun, waktu yang singkat bersama warga di desa mengajarkan saya akan beratnya perpisahan yang tidak bisa dipertemukan lagi dalam waktu yang singkat. Perasaan yang sungguh berbeda ketika melihat lambaian tangan mereka untuk terakhir kalinya. Terima kasih. Terima kasih dan mohon maafadalahsatusatunya hal yang saya ingin saya sampaikan bagi keluarga asuh saya selama saya berada di Boro-suci. Sungguh, perjalanan ini menjadi sebuah kisah klasik bagi seorang remaja yang kelak akan meneruskannilaidansemangatyangiapelajariuntukmasadepannya.
Essailivein
Agatha XIMIPA1/ 1
DiawalidengankeberangkatankamipadahariJumat2Junilalu,akudanteman-temanku berkumpuldisekolahtepatnyapadapukul1800soreuntukberangkatkeDesaBorodiYogyakarta Perasaankusenang,semangat, excited untukmendapatpengalamanbarudariperjalanan live in selama seminggukedepan SepanjangperjalananPujiTuhantidakadakendala,walaupunadabeberapakecoakdi lantaidankursibusyangbeberapakalimengagetkankami Walautubuhjugaagakpegalnamunaku bersyukurbisasampaidiBorodenganselamat.
SesampainyadisanakamilangsungdisuguhisarapandandisambutdiGerejaParokiSanta TheresiaLiseux,Borodengancukupmeriah.Setelahsarapan,kamidiantarkeorangtuaasuhkami masing-masing Akudantemankuserumahku,AyalangsungmenemuiayahasuhkamiyaituPakSuwarto PertamakalibertemuPakSuwartoakusudahmendapatkan impression yangamatbaik.Akumerasa sangattersentuhakankebaikannyaketikadialangsungmenawarkanuntukmembawakantasku Katanya ketikakelaknantianaknyamengikuti live in, diainginanaknyabisadiperlakukansamaolehorangtua asuhmereka.TakhanyaPakSuwarto,keluargaPakSuwartoyaituistrinya;IbuPurdankeempatanaknya jugasangatbaikdanhangatterutamaanakbungsuPakSuwartoyaituKirana KeluargaPakSuwarto adalahKeluargaKatolikyangtaatdanmenghayatihidupmerekasecarasederhana, walaupunterkadang merekamengalamihambatan/kesulitan,merekaselalupercayaakanmukjizatTuhandanperlindungannya yangakanselalumenyertaimereka
SelamakuranglebihsemingguakutinggalbersamakeluargaPakSuwarto,akumempelajari banyaksekalihalbaru Tentangbagaimanacaramenghargaioranglain,bersikapmandiri,selalubersikap ramahdanpekaterhadapsesamatanpamembeda-bedakan, mengupayakanhiduprukunantartetangga, bersyukurdenganhal-halyangbisakitamiliki,danselalumemberikanyangterbaikpadasesamadengan bimbinganTuhan PadahariRabu7JuniakupulangdariDesaboromenujuJakartadenganbanyak nilai-nilaihidupdanpembelajaranbaruyangakutahupastinyaakanbergunabagikudimasadepan.