6 minute read

SedikittentangBoroSuci

Next Article
Live in Boro

Live in Boro

GabriellaVianneyXIMIPA1/14

Kangen akan hari-hari dimana aku harus meninggalkan hiruk pikuk ibukota sejenak dan menapakkankakiketempatbaru,bertemuorang-orangbaruyangsenyumnyasehangatdansemanisteh manisyangselalumenjadisuguhanwajibmereka Walausejujurnya,diharikeberangkatanituakugelisah dan cemas harus meninggalkan Jakarta dan nanti menginap di rumah milik orang asing di desa yang kutakutkanakanterpencil Tapi,desatersebutsudahtidakasinglagibagiku LebihtepatnyaDusunBoro Suci.

Advertisement

BarusajakamitibadiBoroSucisetelahperjalananjauhdanserangkaianacara,langsungdisambut denganwargayangantusiasmengerumunidanmenyambutkami.Kamitaksabaringinmengenalorangtua asuhdanrumahmerekayangakanmenjaditempattinggalkamiuntuk5harikedepan Merekapunjuga terlihattaksabaringinmengenalkami,terutamaanak-anakdisana RumahPakPujidanIbuJemsangatlah sederhana.Tidakadabanyakbarangelektronikdisana,bahkankulkaspuntidakadadankompornyaadalah tungku kayu bakar tradisional “Kalaupakaikomporgas,takut,”ibupernahbilang Betul,kalauterjadi sesuatu,apibisadengancepatmenyambarkeseluruhrumahyangterbuatdarikayudanbambuini.

Ibudanbapakmemangsudahlanjutusia,ajaibnyamerekamasihsanggupjalankakiketempatyang jarak tempuhnya cukup jauh. Ditambah lagi dengan keadaan geogras Boro Suci, yang terletak di pegununganMenoreh,menjadikanjalanandisananaikturun Bahkanadayangmenanjakcukupcuram

Lampuuntukmenerangijalananpunjugatakbanyak Wargadisanabilangbahwamerekasudahterbiasa denganini,pastinya.YanglebihmembuatkuterkejutadalahIbuJemtidakpakaialaskakiuntukkepasar. Padalah,pagi-pagibutaibuharusjalankakisekitar35menituntuksampaikepasar

Takjauhdarirumah,adasungai,tempatbermainkesukaananak-anak.Kebetulansaatitucurah hujansedangrendahsehinggasungainyadangkaldanarusnyatenang Airnyajernihdanbersih Jauhberbeda dari sungai-sungai Jakarta. Hampir setiap hari kami main kesungaibersama-sama.Tapi,karenamasih sangat lekat dengan alam, teman kami merasakan kehadiran para penunggu sungai dan hutan-hutan sekitaraannyayangbukandariduniayangsamadengankita Maka,malamhariitu,akubarupercayaakan hal-halgaibtersebutdanbelajarcaramenghormatikeberadaanmereka.

Tidak sedikit juga aku menjumpai hewan-hewan peliharaan warga Kebanyakan adalah anjing, kambing,danayam.Wargayangsudahpensiunbiasanyapergikeladanguntukmengumpulkanmakanan untuk kambing mereka masing-masing Anjing-anjing disana dibiarkanberkeliaranbebassehinggakami sering menjumpai mereka sudah bergerak cukup jauh dari rumah pemiliknya. Tetapi sayangnya, jika anjingnya berisik ataunakal,merekaakandilemparisendal PakPujijugabilangbahwaanjing-anjingnya dapatsewaktu-waktudijual Jujur,hatikutaktegarasanyamengetahuikehidupananjing-anjingtersebut Disini,anjingbisadiperlakukansepertikambing,dibesarkanuntukdijualataudimakandagingnya.

Perbedaan-perbedaaninilahyangmenurutkupalingberkesan Kehidupankotayangselalusibuk takkenallelahdengankehidupandesayangsederhanadantenang Tentu,masihadabanyaklagiperbedaan dan kenangan yang belum kutuliskan disini. Kehidupan mereka yangdengansegalaketerbatasan,tidak membuat mereka patah semangat Mereka lebih sering bersyukur akan apa yang mereka sudah miliki daripadairihatimembandingandiridenganoranglain.

SelamakegiatanLiveIn,akuberkesempatanuntukbergabungdalambeberapapertemuanwarga AdarapatdirumahKepalaDukuh,kerjabaktidihalamanrumahMbahSugi,menontonlatihankesenian Jathilan,doarosariobersamadiGuaMariaWatuBlencong,danacaraperpisahandimalamterakhirkami Kuakanselalumengenangkebersamaanyangadapadamomen-momentersebut Akusendiritidaktahu kemanatakdirakanmembawaku,tapisetidaknyaakuinginmembawadirikusendirikeBoroSucinanti.

BoroSuci

Selama 5 hari di Boro Suci, saya mendapat banyak pelajaran. Saat pertama berangkat, rasanya berat meninggalkan rumah dan orang tua di Jakarta tanpa bisa menghubungi mereka selama hampir seminggu. Tapi saya memutuskan untuk melihatnya sebagai pengalaman untuk belajarketikanantiharuspergiuntukberkuliahdiluarkotaatauluarnegeri.

Saat live in, satu hal yang saya sadari adalah bagaimana orang-orang desa sangat bergantung pada alam. Mereka sangat dekat dengan alam dan sangat menghargai alam. Ketika saya penasaran dengan budaya ngarit (mencari rumput untuk makan ternak) di sana, saya bertanya apakah setelah ngarit, tumbuhannya ditanam lagi. Ternyata, rerumputan itu dibiarkan tumbuh sendiri. Walaupun hampir setiap rumah bisa ngarit sebanyak 1-2 kali sehari, rumput itu selalu ada. Dari sini, saya menyadari bahwasebenarnyaberkatTuhancukupuntuksemuaorang. Hidupinisesederhanamenyadariberkat-Nyadanmenggunakannyasebaikmungkin.

Melalui live in, saya belajar untuk mensyukuribanyakhal.Sayasadarbahwasayamasih seringmengabaikandantidakmenghargaiberkat-berkatyangsayaterima.Sayatumbuhdidalam lingkungan yang selalu mendorong saya untukbelajardanberkembang.Baikdisekolahmaupun di organisasi dan kegiatan luar sekolah, saya selalu memiliki ambisi yang besaruntukmencapai banyak hal. Salah satu hal yang membuat saya cukup prihatin di sini adalah tingkat kepedulian anak dan orang tua yang rendah akan performa di sekolah. Saya menyadari bahwa ini adalah salah satu dampak dari kurangnya prospek kerja dan masa depan yang tersedia di sana. Maka untuk sekarang, saya berniat untuk belajar lebih giat lagi untuk menggapai cita-cita saya. Sehingga suatu saat nanti apabila saya diberikan kesempatan, saya bisa menciptakan lebih banyaklapangankerjauntukmembantuorang-orangyangmembutuhkannya,sepertidiBoroini.

Esai Live In

Ursulla Samantha Dharma Sastroharjono

XI MIPA 2/32

Bulan Juni, tepatnya 2 Juni 2023, sekolah saya memberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam live in di Boro, Kulon Progo, Yogyakarta. Live in adalah kegiatan dimana murid yang terbiasa tinggal dalam suasana kota diajak untuk tinggal dan mengikuti kegiatan keseharian warga desa yang tentunya memiliki fasilitas yang berbeda dengan di kota Selama 6 hari di Boro, spesifiknya Boro Suci, banyak momen yang menjadi tidak terlupakan dan tidak bisa diajarkan di sekolah atau bahkan lingkungan tempat tinggal sehari-hari

Mulai dari keberangkatan saya yang mepet dikarenakan ada latihan berenang dalam rangka mempersiapkan lomba O2SN di tanggal 21 Juni mendatang, saya izin sampai sekolah telat 30 menit. Sesampainya dengan berdebar-debar, sudah ditelfon dan di spam teman-teman menanyakan lokasi, ternyata sudah pembagian bis Dilanjutkan dengan perjalanan ke lokasi live in yang jauh dari Jakarta Sulit tidur di bis yang dingin, maka setelah tubuh diberi pop mie dan sosis bakar, baru bisa terlelap.

Di Yogyakarta, suhu yang tidak beda jauh dari Jakarta Kita dikumpulkan di gereja setempat, makan pagi bersama lalu diantar ke tempat masing-masing menggunakan mobil pick up. Sekitar 3 kilo dari gereja, sampailah di lingkungan Boro Suci Kita diperkenalkan dengan ketua lingkungan dan juga orangtua asuh kita Saat dibagikan, saya melihat-lihat dan tiba-tiba mendapat perasaan bahwa ibu ini yang akan menjadi orang tua asuh kami. Benar saja saat disebutkan, ibu tersebut langsung mengajak saya dan teman serumah saya, Cesca, ke rumahnya.

Beliau kita panggil Ibu Marto Rejo atau Ibu Karsiani Senyumannya hangat dengan tampilannya yang gempal, beliau memiliki rambut putih yang mulai muncul dan selalu dicepol. Saat memasuki rumahnya, ada ruang makan yang cukup luas dengan 2 meja makan dan kursi panjang Melalui sebuah pintu akan ada lorong menuju 3 kamar dan ruang televisi Lalu di bagian akhir adalah dapur yang besar dengan toilet yang menembus ke pintu belakang. Kamar kami memiliki 2 ranjang king size dengan 4 bantal Tidak lupa, ibu punya 4 kambing yang kita sebut 'mbek' dan 1 anjing bernama Ciku juga 1 kucing yang jarang muncul.

Segera ibu memasakkan kami sayur tahu dan tempe yang super enak beserta sop bening yang segar. Itu menjadi makanan kami sehari-hari selama 5 hari tinggal di situ dengan ditambah kentang atau rambak Tidak lama kita digorengkan pisang goreng yang banyak sekali juga disuguhkan teh manis hangat Air disitu dimasak manual membuat rasa 'smokey-smokey' namun lama-lama kami terbiasa. Keseharian ibu adalah ke ladang mencari rumput untuk mbek, masak, atau mengikuti kerja bakti di lingkungan Kami ikut membantu masak, ke pasar, kerja bakti, ke gereja, dan lainnya Diluar itu saya harus menjaga kondisi fisik untuk lomba berenang yang tadi saya sebutkan. Maka saya dan Cesca berolahraga skipping, plank, dan lainnya, di luar itu kami mendapat banyak tidur siang

Ada beberapa momen yang mengesankan deperti membuat makanan tradisional yaitu keripik talas dan timus. Entah berapa banyak keripik talas yang kami makan, tetap saja yang diproduksi jauh lebih banyak Lalu timus disini adalah campuran ubi kukus yang dihancurkan lalu dibulatkan dan digoreng setelah dibalut sedikit tepung. Saya membantu dalam seluruh proses dan juga makan banyak sekali.

Masih ada banyak kejadian-kejadian dan momen yang menyenangkan seperti bermain dengan anak-anak di situ Terutama saya bermain dengan Vanus, Gemma, Angel, dan Larisa Selain mereka, teman Sanur yang awalnya tidak kenal menjadi akrab seperti Amanda dan Alexa karena rumah kita cukup berdekatan. Sisanya ada pengalaman personal yang berkesan seperti tidak bisa tidur, tidur yang nyenyak, kekurangan baju, kebanyakan celana, sandal yang selalu berdebu, selalu keringatan, selalu kedinginan, dan hal lainnya Penutup kata, saya tetap lebih senang berada di kota dan lingkungan rumah saya akan tetapi pengalaman yang saya dapatkan di Boro Suci tidak akan saya peroleh dari tempat manapun

LiveInKeBoro,KulonProgo

Sejak dini saya telah memiliki minat untuk menjelajahi alam dan berpetualangan. Pada tanggal 2 sampai 8 Juni 2023 kemarin, saya diberikan kesempatan untuk mengikuti live in di Boro, Kulon Progo. Saat pertama kalisampaidiBoro,sayamerasabahwakondisilingkungandi Boro sangatlah berbeda apabila dibandingkan di Jakarta. Sebagai seseorang yang lahir dan dibesarkan di kota, saya sudah terbiasa dengan Jakarta yang dipenuhi bangunan tinggi dan polusi. Begitu sampai di Boro, saya merasa senang dan kagum karena disana tidak ada polusi sehingga udara masih terasa segar dan sejuk. Di Jakarta saya juga jarang melihat ladang dan perkebunan,sehinggahalinimerupakanpengalamanyangbarubagisaya.

Selama live in, saya tinggal di lingkungan Boro Suci. Kebetulan rumah saya berada di ujung Boro Suci, bahkan masyarakat disana mengatakan bahwa rumah saya sudah masuk Boro-Tiban. Meskipun keadaan jalan di lingkungan tempat tinggal saya penuh bebatuan dan cukup terjal, saya tetap merasa bersemangat karena saya melaluinya bersama teman-teman dan senang karena saya bisa merasakan bagaimana kehidupan sehari-hari orang di desa. Banyak sekali hal baru yang saya rasakan dalam waktu 4 hari tinggal di Boro, mulai dari naik pick up truck, main ke kali, ngarit ke bukit, berjalan ke air terjun, sampaimembuatmakanantradisional berupatimusdankeripiksingkong.

Mata pencaharian utama keluarga saya yaitu berjualan slondok dirumah,olehkarenaitu orang tua asuh saya lebih sering berada di rumah, mereka hanya pergi ke luar untuk mengarit rumputsebagaimakanankambing.PadaharipertamasayasampaidiBoro,yaituhariSabtu,saya bermain dengan anak di rumah saya, Larissa. Kemudian sore harinya saya ikut ibu asuh saya untuk mengarit di bukit belakang rumah, meskipun terlihat mudah namun ketika saya mencoba mengarit sendiri ternyata cukup sulit dan melelahkan. Hari kedua, yaitu hari Minggu, saya berjalan kakimenujugereja,baliknyasayadiantarmenggunakanmotor.KetikatinggaldiJakarta saya cukup jarang mengendarai motor, maka saat dibonceng menggunakan motor, saya sangat menikmatiudarasejukyangmenerpawajahsaya.

Hari ketiga, yaitu hari Senin, saya dan seluruh siswa live in yang tinggal di Boro Suci pergi bersama ke rumah Pak Suwarto untuk membuat timus dan keripik singkong. Pulang dari rumah Pak Suwarto, saya bermain bersama tetangga saya dan berjalan-jalan sekitar desa. Hari terakhir, yaitu hari Selasa, saya dan teman saya, Angel pergi untuk main ke kali bersama tetanggakami.Awalnyakamitidakinginturunkarenatidakmaubasah,namunkarenaanak-anak yangikutmemohonkami,kamiakhirnyamemutuskanuntukikutnyebur.

Malamnya, saya dan teman-teman Boro Suci menghadiri pesta perpisahan yang diselenggarakan di rumah Pak Maryono,ketualingkungankami.Sebagaipenampilankelompok, saya dan anggota kelompok mengadakan games memindahkan tali rafia yang dibentuk menjadi seperti hulahoop dari seorang ke orang lain tanpa boleh melepaskan gandengan tangan. Games yang sederhana ini ternyata bisa membuat banyak orang terhibur karena banyak yang kesulitan saatmemindahkantalirafiaakibattaliyangmenyangkutdirambut.

Tidak terasa ternyata hari Rabu, hari dimana saya dan teman-teman harus meninggalkan Boro tiba dengan cepat. Hati saya terasa berat saat akan meninggalkan Boro karena banyak pengalaman baru dan kenangan indah yang saya rasakan disana. Saya cukup sedih karena tidak bisa berpamitan secara langsung dengan tetangga-tetangga saya karena mereka harus masuk sekolah. Meskipun banyak suka dan duka selama 4 hari, live in di Boro menjadi salah satu pengalaman paling berharga bagi saya karena saya belajar banyak hal dari masyarakat disana, mulaidarikesederhanaanhinggarasakekeluargaan.

This article is from: