SKMA Edisi Mei-Juni 2016

Page 1

Media edia Aesculapius PERANGKO BERLANGGANAN KP JAKARTA PUSAT 10000 NO. 3/PRKB/JKP/DIVRE IV/2014

Surat SuratKabar Kabar

Kedokteran Kedokterandan danKesehatan KesehatanNasional Nasional

No. 03 06 l XLVI l Mei-Juni Juli-Agustus 2016 2014

Kenali Tatalaksana Pneumotoraks dengan Tepat

Kontak Kami

Atasi Kaki Diabetik, Cegah Ulkus dan Amputasi

Kami Ingin Hidup Sekarang dan Nanti

halaman 3

halaman 4

halaman 3

Harga Rp3.000,00 Harga Rp3.000,00

ISSN ISSN No. 0216-4966 No. 0216-4966 Artikel Bebas

Asuhan Keperawatan

MA Klinik

Terbit Sejak 1970

@MedAesculapius @mediaaesculapius beranisehat.com

Moratorium Fakultas Kedokteran: Duel Pendidikan Kedokteran dan Pelayanan Kesehatan di Indonesia Di tengah berbagai permasalahan pendidikan kedokteran dan pelayanan kesehatan di Indonesia, munculnya kabar pendirian sejumlah fakultas kedokteran baru menggemparkan dunia profesi kedokteran dan masyarakat luas.

P

ada tanggal 29 Maret 2016 lalu, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kementristekdikti) Republik Indonesia memberikan izin kepada delapan perguruan tinggi untuk mendirikan program studi pendidikan kedokteran. Seperti dilansir dari Harian KOMPAS edisi Rabu, 30 Maret 2016. Prof. Drs. H. Muhammad Nasir, M.Si., Akt., Ph.D. selaku Menteri Ristekdikti mengatakan pendirian kedelapan Fakultas Kedokteran (FK) baru tersebut dilakukan guna meningkatkan kualitas pendidikan kedokteran di Indonesia. Berita tersebut langsung menggemparkan seluruh profesi dokter Indonesia. Pasalnya, pada 28 September 2015 lalu, Kementristekdikti bersama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI), dan Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (ARSPI) telah sepakat untuk menutup keran pembukaan FK baru mulai 2016. “Moratorium menurut KBBI bukan berarti tidak boleh membuka, melainkan menunda. Penundaan ini dilakukan sebab kita harus melakukan pembinaan pada FK-FK yang sudah ada,” ujar Prof. Dr. dr. Bambang Supriyatno, Sp.A (K), ketua KKI, pada “Diskusi Publik: Moratorium FK” tanggal 1 Juni 2016 yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (BEM IKM FKUI) dan Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI). Moratorium sendiri sebenarnya sudah tidak asing lagi di ranah pendidikan kedokteran Indonesia. Pada Januari 2010, KKI pernah mengeluarkan

keputusan untuk menghentikan pembukaan program studi kedokteran baru karena adanya FK yang tidak mematuhi aturan. Namun, pada Agustus 2014, Kemristekdikti mencabut moratorium dan mendirikan FK baru. Menanggapi hal itu, pada Maret 2015 KKI menyatakan bahwa semua FK yang didirikan selama rentang waktu diberlakukannya moratorium adalah ilegal. Setelah mendapat dukungan dari IDI, akhirnya pada September 2015 Kementristekdikti kembali memberlakukan moratorium FK. Bambang juga memaparkan perkiraan alasan Kemenristekdikti melanggar rekomendasi keempat stakeholder utama untuk menjalankan moratorium, antara lain kurangnya jumlah dan persebaran dokter umum serta kemungkinan pendirian FK baru yang berkualitas. Akan tetapi, nampaknya ketiga argumen tersebut dapat dipatahkan. Prof. Dr. dr. Ilham Oetama Marsis, Sp.OG, ketua PB IDI, mengatakan target jumlah dokter umum di Indonesia pada tahun 2015 telah melampaui target, yaitu sebanyak 40,541 dokter per 100.000 populasi.

Di lain pihak, persebaran FK di Indonesia memang belum merata. Namun, dari delapan FK yang baru didirikan, tiga di antaranya terletak di Surabaya, di mana telah banyak berdiri pendidikan kedokteran. Selain itu, optimisme untuk mendirikan FK baru yang lebih baik dibandingkan yang sudah ada juga dalam perdebatan karena kualitas suatu FK tidak dapat ditentukan

dewi/MA

hanya dalam waktu singkat. Oleh karena argumen-argumen tersebut telah dipatahkan, muncul kontroversi adanya campur tangan “politik” dalam pendidikan kedokteran

Indonesia. Hingga saat ini, baik IDI, KKI, maupun stakeholder lain belum berhasil menghubungi pihak Kementristekdikti untuk membicarakan lebih lanjut mengenai carutmarut pendidikan kedokteran Indonesia ini. Masih banyak carut-marut dalam penyelenggaraan pendidikan kedokteran di Indonesia yang tentunya akan semakin sulit dibenahi jika moratorium tidak diberlakukan. Salah satunya adalah angka kelulusan Uji Kompetensi Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter (UKMPDD) yang masih fluktuatif dan jauh di bawah target pemerintah. Jumlah mahasiswa yang mengulang UKMPDD pun diproyeksikan menumpuk hingga 12.988 mahasiswa pada tahun 2016. Hal ini dapat memperpanjang daftar antrian internship, yang justru akan semakin menambah beban pemerintah. Terlebih lagi, beban pemerintah akan semakin berat dengan meningkatnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, termasuk Rumah Sakit Pendidikan (RSP), jika terdapat pendirian FK baru. RSP yang memadai merupakan bagian krusial dari pendidikan kedokteran, khususnya sebagai sarana pembelajaran mahasiswa klinik, sebagaimana yang dinyatakan pada Standar Pendidikan Profesi Kedokteran yang disahkan oleh KKI pada tahun 2006. Saat ini, belum semua FK memiliki RSP sendiri. Untuk mengukur kualitas sebuah institusi pendidikan, Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT) pun melakukan akreditasi yang terstandardisasi. Data dari BAN-PT pada tahun 2015 menyatakan bahwa dari 75 FK yang ada di Indonesia, hanya 16 fakultas kedokteran yang memperoleh akreditasi A. Sebanyak 30 FK mendapatkan akreditasi B dan 25 lainnya... bersambung ke halaman 7

Menjemput Izin Pembukaan Fakultas Kedokteran

Pojok MA

Berkenaan dengan nyawa, dia tidak bisa asal dibuka. Ada syarat yang harus dipenuhi.

Moratorium fakultas kedokteran seharusnya dapat memperbaiki carut marut pendidikan kedokteran Indonesia dari hulunya. Jika dibatalkan, mungkinkah ada motif lain?

U

ndang-undang RI Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran menyebutkan empat hal yang dijadikan syarat minimal untuk mendirikan fakultas kedokteran yaitu tenaga kependidikan, gedung, laboratorium, dan rumah sakit pendidikan. Keempat persyaratan tersebut selanjutnya dirinci oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dalam Standar Pendidikan Profesi Dokter (SPPD) tahun 2012. Berdasarkan SPPD, rasio minimal dosen dan mahasiswa adalah 1:10 untuk tahap preklinik dan 1:5 untuk tahap klinik. Seluruh dosen pun harus mencapai

strata pendidikan minimal S2 atau spesialis dan telah mendapatkan pelatihan metode pendidikan kedokteran. Dari segi fasilitas, fasilitas minimal yang harus dimiliki adalah ruang kuliah, ruang diskusi, laboratorium, dan ruang keterampilan klinis. Dalam setiap ruangan harus tersedia fasilitas untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Selain itu, fakultas kedokteran selayaknya memiliki rumah sakit pendidikan utama, rumah sakit pendidikan afiliasi, dan rumah sakit pendidikan satelit. Berbagai hal tersebut, beserta kriteria lain di dalam SPPD, merupakan objek penilaian KKI, IDI, dan stakeholder lainnya dalam menerbitkan rekomendasi yang

akan menjadi bahan pertimbangan Kemenristekdikti. “Ini merupakan sistem yang telah disepakati bersama. Di sini, peranan stakeholder, terutama KKI tidak bisa dikesampingkan,” ujar Prof. Dr. dr. Ilham Oetama Marsis, Sp.OG. Untuk mendapatkan rekomendasi KKI, fakultas kedokteran harus melampaui batas nilai yang telah ditetapkan sehingga layak untuk diberikan izin oleh Kemenristekdikti. “KKI selalu tegas dan sesuai dengan ketentuan. Kami tidak akan takut dan terpengaruh oleh pihak manapun.” tegas Prof. Dr. dr. Bambang Supriatno, Sp.A(K).


22

KLINIK

MEI-JUNI 2016

MEDIA

AESCULAPIUS

MA INFO

DARI KAMI

Penanganan dan Diagnosis Aritmia Ventrikel Guna Cegah Sudden Cardiac Death

Salam sejahtera bagi kita semua, Belum lama ini, dunia pendidikan kedokteran digemparkan dengan hadirnya delapan fakultas kedokteran baru di Indonesia. Akan tetapi, ketidakseimbangan antara ingin mencapai jumlah dan kualitas dokter di Indonesia menuai kontroversi dari berbagai pihak. Di tengah hangatnya perdebatan moratorium pendidikan kedokteran di Indonesia, isu tersebut diangkat menjadi sajian utama untuk edisi ini. Pandangan dari Kemenristekdikti, Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), serta Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) kami paparkan untuk melengkapi informasi topik tersebut.

Keadaan aritmia ventrikel merupakan salah satu kondisi mengancam nyawa sehingga dibutuhkan tata laksana yang tepat dan efektif oleh petugas kesehatan

W

alaupun tingkat mortalitas akibat penyakit ischemia pada pasien aritmia ventrikel dengan risiko PJK kardiovaskular sudah menurun dalam kurun yang tidak dapat dilakukan exercise stress testing, tenaga waktu 20 tahun, sebanyak 17 juta kasus medis memberikan alternatif lain berupa pemeriksaan kematian di dunia masih disebabkan oleh penyakit farmakologi dengan pencitraan. Selain pemeriksaan kardiovaskular. Salah satu penyebab tingginya mortalitas dengan menggunakan ekokardiografi, penggunaan CT penyakit kardiovaskular adalah aritmia ventrikel, atau CMR dapat dipertimbangkan saat hasil pemeriksaan yaitu kondisi yang berbahaya dan mengancam nyawa ekokardiografi tidak memberikan hasil yang akurat Keadaan emergensi seringkali kita temukan dalam praktik sehariserta dapat terjadi bersamaan dengan penyakit jantung dalam mengevaluasi fungsi dan struktur jantung, baik hari. Namun, masih sering menjadi pertanyaaan apakah kita sudah lainnya seperti penyakit jantung koroner (PJK) dan ventrikel kiri maupun ventrikel kanan. yakin dapat melakukan tata laksana dengan cepat dan tepat pada kardiomiopati. Oleh karena itu, harus dilakukan Tidak hanya pemeriksaan yang bersifat nonkasus emergensi, seperti pneumotoraks? Perbaharui lagi penanganan penanganan yang tepat terhadap aritmia invasif, tetapi juga terkadang petugas pneumotoraks langsung dari ahlinya pada rubrik MA Klinik. ventrikel untuk mencegah terjadinya kesehatan perlu melakukan sudden death. tindakan yang invasif untuk Persepsi kata “suntik� bagi telinga awam berarti ketakutan, nyeri, dan Palpitasi, sinkop, dan presinkop menegakkan diagnosis. tidak nyaman. Ingatan tersebut harus segera dimusnahkan dengan menjadi gejala penting yang Pemeriksaan invasif yang hadirnya alat injeksi insulin tanpa jarum. Penasaran? Simak ulasannya perlu diteliti lebih lanjut untuk dapat dilakukan pada pasien pada rubrik Advertorial. menegakkan diagnosis aritmia aritmia ventrikel diantaranya adalah Kisah dokter yang menghadapi masalah sebagai tantangan hadir dalam ventrikel. Sinkop yang diakibatkan angiografi koroner pada pasien dengan Suka Duka bersama dr. Aditya Wardhana, SpBP-RE(K). Pengalaman olahraga berat dalam keadaan aritmia ventrikel maupun yang berisiko sejatinya adalah guru yang paling berharga sehingga patut dijadikan duduk atau supinasi cenderung sudden cardiac death, studi elektrofisiologi batu loncatan untuk melangkah ke depan. disebabkan oleh gangguan jantung. jantung pada pasien PJK untuk Terdapat dua jenis evaluasi bagi mengevaluasi adanya Indonesia masih memiliki tugas menurunkan angka kematian ibu. Salah pasien aritmia ventrikel. Evaluasi infark miokard dengan satu penyebab masih tingginya angka tersebut adalah kurang energi non-invasif bagi pasien aritmia gejala takiaritmia, kronik. Kisah lengkapnya tercantum pada rubrik Sepuki. Pastikan Anda ventrikel atau diduga aritmia termasuk palpitasi, tidak ketinggalan informasi tersebut. ventrikel meliputi pemeriksaan sinkop, dan elektrokardiografi (EKG) presinkop. Akhirnya, kami mengucapkan selamat membaca edisi Mei-Juni 2016 ini untuk mengevaluasi Selain itu, studi dan semoga bermanfaat! perubahan interval QT atau elektrofisiologi ST, exercise stress testing yang jantung direkomendasikan untuk dilakukan juga pasien dewasa dengan pada pasien aritmia ventrikel yang sinkop yang Pemimpin Redaksi berpotensi mengalami berada dalam mitzy/MA baik PJK, maupun iskemia, keadaan takiaritmia dan pencitraan ekokardiografi untuk atau bradiaritmia berdasarkan gejala palpitasi menilai fungsi ventrikel kiri serta mendeteksi adanya dan pemeriksaan non-invasif sebelumnya yang gangguan struktural pada jantung. menunjukkan terdapat adanya kelainan struktural Pemeriksaan ekokardiografi yang menggunakan jantung. ultrasound untuk membentuk gambar jantung tersebut Tata laksana yang diterapkan pada pasien aritmia direkomendasikan bagi seluruh pasien yang mengalami ventrikel dan pencegahan sudden cardiac death berfokus aritmia ventrikel. Pencitraan yang disebut dengan pada keadaan aritmianya. Penggunaan obat anti-aritmia USG jantung tersebut berguna untuk menilai fungsi yang disarankan diantaranya adalah amiodaron, betaventrikel kanan dan ventrikel kiri serta mendeteksi blocker, disopiramid, flekainid, meksiletin, prokainamid, Dibukanya delapan fakultas kedokteran baru berarti moratorium adanya kelainan struktural jantung pada penderita propafenon, kuinidin, ranolazin, solatol, dan verapamil. telah berhenti. Langkah yang ditempu pemerintah ini menuai infark miokard akut dan pasien dengan risiko tinggi Akan tetapi, penggunaan obat-obatan tersebut harus kontroversi. Di satu pihak menggembirakan sebagian pegiat aritmia ventrikel dengan kardiomiopati, dilatasi, dilakukan secara hati-hati karena adanya efek samping pendidikan, tetapi di pihak lain memanen kekhawatiran terkait maupun hipertrofi ventrikel kanan. Pemeriksaan yang akan menambah gangguan kesehatan pasien. kualitas dan implikasinya pada keselamatan pasien. Data dari Badan ekokardiografi dilakukan bersamaan dengan exercise Pemilihan obat yang tepat setiap terjadi keadaan aritmia Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT) pada tahun 2015 stress testing untuk menilai silent ischemia pada pasien ventrikel dapat mengurangi risiko sudden cardiac death menunjukkan bahwa dari 75 fakultas kedokteran (FK) yang ada aritmia ventrikel dengan risiko PJK atau pada pasien pada pasien. phebeanggita di Indonesia, hanya 16 FK yang memperoleh akreditasi A, 30 FK dengan hasil EKG tidak reliabel. Untuk menilai silent mendapatkan akreditasi B dan 25 lainnya diakreditasi C. Alhasil, kualitas pendidikan kedokteran menjadi tidak ideal. Jika dihitung Pelindung: Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis M. Met. (Rektor UI), Dr. dr. Ratna Sitompul, SpM(K) (Dekan FKUI) secara saksama, rasio pendidikan kedokteran yang idealnya adalah Penasihat: Prof. Dr. Bambang Wibawarta, S.S., M.A. (Direktur Kemahasiswaan UI), dr. Ahmad Fuady, MSc (Koordinator Kemahasiswaan MEDIA FKUI) 1:10 untuk akademis dan 1:5 untuk klinik, saat ini hanya 1:30, AESCULAPIUS Staf Ahli: Seluruh Kepala Bagian FKUI/RSUPNCM, Prof. Dr. Ma’rifin Husein (CHS), dr. Muki Reksoprodjo, dr. Boen Setiawan, dr. bahkan ada yang mencapai 1:40. Hal ini tentu menjadi tugas bersama Sudarso, dr. E. Oswari, DPH, Prof. Dr. Arjatmo Tjokronegoro, PhD, dr. Hapsara, DPH (Kemenkes RI), dr. Fahmi Alatas, Prof. dr. Marwali Harahap, SpKK, Prof. Dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH membenahi pendidikan kedokteran di Indonesia. Pembantu Khusus: Seluruh Alumni Aesculapius dan Media Aesculapius Selain itu, pemerintah seakan memecah tembok tebal Pemimpin Umum: Hardya Gustada. PSDM: Vanya Utami Tedhy, Indah Lestari, Sukma Susilawati, Zharifah Fauziyyah, Fatira Ratri Audita, Hiradipta Ardining. komersialisasi pendidikan di tengah-tengah kekurangan dan Pemimpin Produksi: Anyta Pinasthika. Wakil Pemimpin Produksi: Meutia Naflah Gozali. Tata Letak dan Cetak: Gabriella Juli Lonardy. Ilustrasi dan Fotografi: Herlien ketidakmerataan dokter. Saat ini rasio dokter di Indonesia hanya Widjaja. Staf Produksi: Edo Rezaprasga, Annisaa Yuneva, Arief Dimas Dwiputro, Eiko Bulan Matiur, Rosyid Mawardi, Selvi Nafisa Shahab, Andrew John, Aditya Indra, Nobian Andre, Vanya Utami Tedhy, Zharifah Fauziyyah, Dhiya Farah, Kartika Laksmi, Robby Hertanto, Dinarda Ulf Nadobudskaya, Fatira Ratri Audita, Dinda Nisapratama, mencapai 1:2250. Padahal target Kemenkes pada 2025 mendatang rasio Skolastika Mitzy, Bagus Radityo Amien, Dewi Anggreni Kusumoningrum, Arlinda Eraria Hemasari. dokter sudah mencapai 1:2000. Rasio tersebut masih kalah dibanding Pemimpin Redaksi: Ferry Liwang. Wakil Pemimpin Redaksi: Puspalydia Pangestu. Redaktur Desk Headline: Rifka Fadhilah. Redaktur Desk Klinik: Irma Annisa. Redaktur Desk Ilmiah Populer: Hiradipta Ardining. Redaktur Desk Opini & Humaniora: Tommy Toar. Redaktur Desk Liputan: Shierly Novitawati. Reporter Senior: Amajida Fadia Ratnasari, negara tetangga. Di Malaysia, 1 orang dokter rasionya melayani 1000 Paulina Livia Tandijono, Nabila Aljufri, Herdanti Rahma Putri, Patria Wardana Yuswar, Berli Kusuma, Fidinny Hamid, Rusfanisa, Yasmina Zahra Syadza, Nadia Zahratus orang dan di Singapura 1 dokter melayani 550 orang. Sholihat, Andy William, Sukma Susilawati, Edwin Wijaya, Elva Kumalasari, Jihaan Hafirain, Jimmy Oi Santoso, Raditya Dewangga. Reporter Junior: Camilla Sophi, Phebe Anggita Gultom, Teuku Abdi Zil Ikram, Farah Vidiast, Veronika Renny, Clara Gunawan, Levina Putri, Salma Suka Kyana Nareswari. Jika ditarik lebih jauh lagi sebelum menempuh pendidikan Pemimpin Direksi: Tania Graciana. Finansial, Sirkulasi, dan Promosi: Wilton Wylie Iskandar, Diadra Annisa Setio Utami, Dwitya Wilasarti, Indra Wicaksono, Fahmi kedokteran, memang tidak dapat diragukan lagi bila pendidikan Kurniawan, Nurul Istianah, Laksmi Bestari, Faya Nuralda Sitompul, Jevi Septyani Latief, Heriyanto Khiputra, Catharina Nenobais, Dyah Ayu, Novitasari Suryaning Jati, Rahma Maulidina Sari, Aisyah Aminy Maulidina, Felix Kurniawan, Elizabeth Melina, Koe Stella Asadinia, Al Syarif Hidayatullah, Tiara Grevillea. Buku: Indah Lestari, kedokteran selalu menjadi pilihan favorit calon mahasiswa setiap Fildzah Hilyati, Elvina J. Yunasan, Apri Haryono Hafid, Fadhli Waznan, Tiroy Junita, Husain Muhammad Fajar Surasno, Nadira Prajnasari Sanjaya, Roberto Bagaskara Indy tahunnya. Mereka mendaftar di fakultas kedokteran demi meraih Alamat : Media Aesculapius BEM IKM FKUI. Gedung C lantai 4, Rumpun Ilmu Kesehatan, Kampus UI Depok. E-mail: medaesculapius@gmail.com, Rek. 157-00-04895661 Bank Mandiri Cabang UI Depok, website: beranisehat.com kebanggaan tinggi di mata keluarga dan masyarakat. Oleh karena Alamat Redaksi/Sirkulasi : Media Aesculapius PO BOX 4201, Jakarta 10042, Harga Langganan: Rp 18.000,00 per enam edisi gratis satu edisi (untuk seluruh itu, untuk diterima di fakultas tersebut mereka harus bertarung dan wilayah Indonesia, ditambah biaya kirim Rp. 5.000,00 untuk luar Jawa), fotokopi bukti pembayaran wesel pos atau fotokopi bukti transfer via Bank Mandiri dapat dikirim ke alamat sirkulasi. menyisihkan banyak pesaing. Rasio antara jumlah pendaftar dan MA menerima kiriman naskah dari pembaca untuk rubrik MA Klinik (khusus untuk dokter dan staf pengajar), Asuhan Keperawatan (khusus untuk perawat mahasiswa diterima, untuk beberapa kasus universitas, sangatlah dan mahasiswa keperawatan) Sepuki, Suma, Suduk, Kolum, Arbeb, Kesmas, Seremonia, dan Konsultasi (berupa pertanyaan). Kirimkan email permohonan penulisan ke medaesculapius@gmail.com dan kami akan mengirimkan spesifikasi rubrik yang Anda minati. tidak masuk akal. Dengan demikian, tingginya selektivitas merupakan ajang pembuktian kualitas diri mahasiswa kedokteran, sekaligus simbol eksklusivitas mahasiswa di bidang ini. Pada titik inilah kita Kirimkan kritik Dapatkan info terbaru kami: Website Media Aesculapius harus merenung sejenak demi pendidikan kedokteran Indonesia yang dan saran Anda: medaesculapius@gmail.com @MedAesculapius lebih baik.

Ferry Liwang

MA FOKUS

Menelisik Moratorium Pendidikan Kedokteran Indonesia

beranisehat.com


MEDIA

KLINIK

AESCULAPIUS

JULI

MEI-JUNI 2016

3

MA KLINIK

Kenali Tata Laksana Pneumotoraks dengan Tepat Tata laksana segera untuk menghilangkan hambatan pengembangan paru dilakukan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat pneumotoraks.

P

neumotoraks diartikan sebagai pengumpulan udara di rongga pleura. Pneumotoraks dapat terjadi spontan dan traumatik. Pneumotoraks spontan dapat bersifat primer, yaitu terjadi pada orang sehat tanpa faktor predisposisi penyakit, sedangkan pneumotoraks spontan sekunder dikaitkan dengan penyakit yang mendasari. Pneumotoraks traumatik dibedakan antara yang terjadi secara iatrogenik dan yang terjadi akibat trauma tusuk. Pneumotoraks juga dapat dibagi atas pneumotoraks sederhana dan berkomplikasi. Contoh pneumotoraks berkomplikasi antara lain, pneumotoraks tekan, hematopneumotoraks, piopneumotoraks, dan pneumotoraks terbuka yaitu terjadi hubungan udara luar dengan rongga pleura. Penanganan pneumotoraks harus dilakukan dengan segera. Pasien yang tidak merasa sesak, klinis tenang, dan hasil radiografi luas pneumotoraks kurang dari 20% dapat dilakukan observasi saja. Sementara itu, pasien dengan keluhan dan klinis tampak sesak, meskipun luas pneumotoraks kurang dari 20%, udara dalam rongga pleura harus segera disalirkan keluar. Jika pneumotoraks cukup luas, maka sebaiknya dipasang salir sekat air (WSD, water sealed drainage). Pada kondisi klinis pneumotoraks tekan, penyaliran tidak perlu menunggu hasil radiografi maupun kelengkapan alat WSD, tetapi cukup dengan segera menusukkan jarum se-steril mungkin pada sisi pneumotoraks agar terjadi

dekompresi sehingga paru mengembang, diafragma kembali ke posisinya, pendorongan mediastinum, jantung, dan pembuluh darah besar berkurang, serta ventilasi membaik. Pemasangan WSD harus diikuti dengan pengamatan harian terhadap keberadaan cairan (hidropneumotoraks), undulasi (gerak turun naik cairan dalam selang pada proses inspirasi-ekspresi), dan gelembung udara yang tampak pada cairan penyekat dalam botol WSD saat pasien inspirasi. Ketiga unsur ini akan menentukan saat untuk melepas WSD. Cairan yang keluar dari rongga pleura harus diperhatikan warna, konsistensi bagus/MA serta jumlahnya per hari. Warna keruh mungkin menunjukkan piopneumotoraks, sedangkan warna merah menandakan hematopneumotoraks. Undulasi kurang dari 10 cm pada setiap fase pernapasan dapat menunjukkan bahwa paru sudah mengembang dengan baik. Ketiadaan gelembung udara di cairan penyekat dalam botol WSD saat pasien inspirasi menunjukkan bahwa lubang atau robekan pleura penyebab pneumotoraks sudah menutup. Pengamatan tersebut harus dilakukan dengan keyakinan bahwa selang WSD terpasang dengan baik, tidak ada

Narasumber: Prof. dr. H. Menaldi Rasmin, Sp.P(K) Departemen Pulmonologi & Kedokteran Respirasi/FKUI-RSUP

kebocoran atau tekukan pada selang, dan tidak ada kebocoran pada lubang di dinding dada tempat selang masuk. Penilaian ketiga unsur tersebut tentu disesuaikan dengan kondisi klinis pasien, serta diikuti dengan pembuktian ada tidaknya penyakit yang mendasari. Penyakit yang mendasari itu harus diobati segera setelah terdiagnosis agar ‘luka’ pneumotoraks dapat sembuh. Pada beberapa kasus pneumotoraks dengan WSD terpasang dan paru belum mengembang, dilakukan WSD hisapan kontinu. Akan tetapi, banyak dokter yang sudah meninggalkan cara ini karena sering menimbulkan rasa tidak nyaman atau sakit pada pasien. Latihan fisik bernapas dalam sejak saat pemasangan WSD lebih dipilih karena bermanfaat untuk membantu pengembangan paru. Jika paru tetap tidak mengembang, maka dapat dipertimbangkan tindakan bedah (torakotomi) untuk melepas bagian pleura yang mengalami perlekatan sehingga menyulitkan pengembangan paru. Penyakit yang mendasari akan menentukan pilihan teknik dan saat melakukan tindakan bedah. Saat ini, untuk melepaskan perlekatan pleura yang menjadi penyulit pengembangan paru dapat dilakukan dengan teknik torakoskopik. Alat torakoskop dimasukkan ke dalam

rongga pleura dengan memanfaatkan lubang yang sudah ada, lubang selang WSD, tanpa perlu sayatan untuk membuat lubang baru. Namun, setelah tindakan bedah, selang WSD tetap harus dipasang kembali sampai paru mengembang. Apabila dari penilaian klinis dan WSD sudah diyakini bahwa paru dapat mengembang, maka dilakukan konfirmasi dengan foto toraks. Jika secara radiografi paru sudah mengembang, maka selang WSD diklem dan 24 jam kemudian dilakukan penilaian ulang klinis serta radiografi untuk meyakinkan bahwa selang WSD sudah dapat dicabut. Pada kejadian pneumotoraks berulang, biasanya dipertimbangkan untuk melakukan prosedur pleurodesis, yaitu melekatkan kedua jenis pleura dengan melakukan instilasi cairan/obat lewat selang WSD ke dalam rongga pleura dengan harapan menimbulkan reaksi peradangan yang melekatkan kedua sisi pleura. Pneumotoraks dapat ditemukan pada situasi apapun. Oleh karena itu, setiap dokter, termasuk pada fasilitas layanan kesehatan tingkat primer, harus mampu melakukan penanganan segera, pemasangan, serta perawatan dan pencabutan WSD. Kecepatan mendiagnosis dan bertindak akan menentukan nasib pasien. Kirimkan pertanyaan Anda seputar medis ke medaesculapius@gmail.com Pertanyaan Anda akan dijawab oleh narasumber spesialis terpercaya.

ASUHAN KEPERAWATAN

Atasi Kaki Diabetik, Cegah Ulkus dan Amputasi Kaki diabetik perlu diintervensi untuk mencegah ulkus dan amputasi. Apa yang tenaga medis dapat lakukan?

D

iabetes mellitus (DM) dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang menyerang saraf, ginjal, mata, jantung, dan kaki. Salah satu komplikasi diabetes yang cukup sering terjadi pada penyandang DM tipe 1 atau tipe 2 adalah kaki diabetik. Hal ini menjadikan ulserasi dan amputasi pada kaki diabetik menjadi penyebab kesakitan dan kematian pada penyandang DM. Namun, kaki diabetik dapat dicegah dengan perawatan intensif yang diberikan oleh tenaga medis. Ulserasi terjadi karena interaksi berbagai faktor risiko, seperti merokok, neuropati diabetik, penyakit pembuluh darah perifer, riwayat ulkus kaki atau operasi kaki, retinopati, gangguan ginjal, deformitas, serta tekanan tinggi pada kaki yang menyebabkan kulit mengalami penghancuran. Tenaga medis perlu mengevaluasi hilangnya sensasi pada kaki yang berperan protektif dan menilai penyakit arteri perifer, serta memberikan edukasi dan tata laksana kepada penyandang DM. Evaluasi sensasi pada kaki dilakukan setidaknya setahun sekali. Pertama, dilakukan anamnesis berupa riwayat ulkus atau amputasi, gejala neuropati dan pembuluh darah perifer, gangguan penglihatan, gangguan ginjal, merokok, serta riwayat perawatan kaki. Selanjutnya, inspeksi kulit, tulang, otot, dan pembuluh darah. Kemudian, dapat dilakukan uji neurologi dengan menggunakan tes 10-g monofilamen. Sementara itu, penting untuk menilai ada

tidaknya penyakit arteri perifer. Anamnesis kecepatan berjalan yang menurun, kelelahan tungkai, klaudikasi, dan pulsasi kaki merupakan hal yang pertama dilakukan tenaga medis. Selanjutnya, tenaga medis dapat melakukan uji ankle-brachial index (ABI) pada pasien yang menunjukkan gejala seperti pada anamnesis. Selain evaluasi, edukasi faktor risiko dan kemungkinan manifestasi klinis kaki diabetik

robby/MA

seperti deformitas kaki perlu dilakukan. Pasien perlu diajari perawatan kulit dan kuku kaki serta cara evaluasi sistem saraf kaki secara mandiri dengan melakukan palpasi atau inspeksi dengan kaca yang tidak retak.

Setelah memberikan edukasi, tata laksana diberikan yang tepat guna mengurangi kemungkinan ulkus dan amputasi. Tata laksana yang diberikan bukan medikamentosa, melainkan tata laksana nonfarmakologi. Pasien kaki diabetik yang disertai neuropati dan peningkatan tekanan telapak kaki diberikan alas kaki yang nyaman untuk berjalan. Contohnya adalah alas kaki atletik. Alas kaki tersebut nyaman digunakan khususnya saat terdapat tekanan, seperti saat dipakai berjalan. Pasien dengan deformitas tulang diberikan sepatu yang lebar atau dalam. Apabila kaki diabetik mengalami infeksi seperti Staphylococcus sp., perhatikan luas infeksnya. Jika infeksi tidak mencapai jaringan lunak dan tulang, antibiotik belum perlu diberikan. Akan tetapi, pasien yang sudah memiliki tanda infeksi akut sudah dapat diberikan terapi antibiotik empiris. Rujukan ke spesialis dilakukan jika organisme penyebab infeksi memiliki resistensi yang tinggi, bersifat kronik, sudah pernah diobati, dan memerlukan antibiotik spektrum luas. Tidak hanya itu, rujukan ke dokter spesialis juga dapat dilakukan dalam upaya tata laksana ulkus dan luka pada kaki diabetik. claragunawan

PENAWARAN JASA Media Aesculapius selalu setia membantu Anda dalam hal jurnalistik dan sastra. Kami menyediakan jasa: 1.

2.

3.

Terjemahan Kami menyediakan jasa terjemahan Indonesia-Inggris/Inggris-Indonesia untuk jurnal dan textbook. Harga disesuaikan dengan materi dan waktu pengerjaan. Info lebih lanjut, hubungi: Koe Stella (081282411321)

Media partner

Ingin acara Anda terpublikasi secara luas? Kami menyediakan jasa media partner untuk acara Anda. Info lebih lanjut, hubungi: Aisyah Aminy M. (08111813801) Ingin punya KSK IVmu sendiri? Dapatkan KSK IV di toko buku kesayangan Anda! Harga KSK IV (2 jilid): Rp 240.000,00* *harga tergantung masing-masing toko buku

Info lebih lanjut, hubungi: TIroy Junita (081283671059)


42

Ilmiah Populer

MEI-JUNI 2016

MEDIA

AESCULAPIUS

IPTEK

Plasma Rich Platelet: Teknologi Baru untuk

Mempercepat Proses Penyembuhan

PRP atau plasma rich platelet kini sering digunakan di Indonesia karena fungsinya yang luas dan beragam. Apa saja kegunaannya?

P

lasma Rich Platelet (PRP) adalah bagian dari plasma darah yang paling banyak mengandung keping darah atau platelet. Pembuatannya cukup sederhana, yaitu dimulai dari sentrifugasi darah secara autolog (diambil dari pasien dan akan diberikan pada pasien itu sendiri) dan memisahkan komponen sel darah merah dan plasma. Kemudian, plasma darah dipisahkan lagi menjadi bagian yang kaya keping darah (platelet-rich) dan miskin keping darah (platelet-poor). Bagian platelet-rich lalu akan ditambahkan dengan bovine thrombin dan kalsium klorida yang akan menghasilkan konsistensi seperti gel dari PRP. Setelah itu, aplikasi PRP dapat dilakukan dalam beberapa rute, seperti intravena, intramuskular, atau topikal. Platelet di dalam PRP yang telah teraktivasi oleh trombin akan mensekresikan berbagai macam faktor pertumbuhan, seperti platelet-derived growth factor (isomer PDGF-AA, BB, dan AB ), transforming growth factor-β (TGF-β), platelet factor 4 (PF4), dan interleukin-1 (IL-1). Faktor-faktor pertumbuhan tersebut akan menstimulasi sel yang belum berdiferensiasi untuk membelah. Beberapa sel darah putih yang terkandung di dalam platelet juga dapat merangsang sistem

imun sehingga terjadi sintesis interleukin, yang juga merupakan faktor pertumbuhan. Oleh karena itu, PRP sering digunakan dalam penyembuhan luka, misalnya saja pasien dengan ulkus diabetikum kronis yang tidak kunjung sembuh. Menurut studi yang dilakukan oleh Lancester General Hospital, pemberian PPP (plasma poor platelet) sebelum pemberian PRP akan mempercepat proses penyembuhan luka. Hal ini disebabkan oleh kandungan fibrinogen PPP yang cukup banyak sehingga secara signifikan dapat menghentikan pendarahan. Dalam studi yang melibatkan dua puluh pasien setelah operasi kecantikan seperti arlin/MA pengangkatan wajah dan leher, pembesaran payudara ini memperlihatkan pembuluh kapiler yang

pecah dapat secara cepat berhenti dalam 3 menit setelah pemberian PPP dan PRP. Selain mempercepat penyembuhan luka, PRP juga memiliki manfaat lainnya dalam dunia medis, yaitu regenerasi tulang. Platelet dapat memicu pembelahan sel-sel trabekula tulang, osteoblas, dan sel punca tulang sehingga memungkinkan terjadinya regenerasi tulang. Pada penelitian lain yang dilakukan terhadap pasien pasca operasi, pemberian PRP dan freezedried bone allografts (FDBA) dianggap mampu mempercepat penyembuhan dibandingkan dengan pemberian FDBA saja. Belum berhenti sampai disitu, satu dari segudang manfaat PRP lainnya

adalah kebotakan rambut yang umumnya dimiliki laki-laki di atas umur 40 tahun. Cukup menyuntikkan PRP kedalamm kulit kepala, hasilnya adalah penebalan dan pertumbuhan rambut yang pesat. Hal ini dapat terjadi karena PRP dapat meningkatkan pembelahan sel dermal papila. Terinduksi nya siklus anagen pada folikel rambut ini dipicu oleh angiogenesis akibat growth factor yang juga terdapat pada PRP, yaitu vascular endothelial growth factor (VEGF) pada keratinosit dan fibroblas di dermal papila. Proliferasi dari sel dermal papilla inilah yang mampu mengubah rambut vellus, yang merupakan ciri dari penderita alopesia androgenik yakni kebotakan, dan mengubahnya menjadi rambut terminal. Pemberian PRP ke dalam tubuh dianggap aman karena memiliki efek samping yang sangat kecil. Akan tetapi perlu diperhatikan pada pasien dengan gangguan kekentalan darah, sebab adanya bovine thrombin di dalam PRP dapat menyebabkan pembentukan antibodi dalam tubuh pasien yang menyerang faktor pembekuan. Selain itu, pasien dengan anemia, hipovolemia, dan angina tidak stabil juga disarankan untuk tidak menerima PRP. ami

ARTIKEL BEBAS

Kami Ingin Hidup Sekarang dan Nanti Diagnosis penyakit jantung koroner membuat pasien dan dokter sama-sama gundah. Bagaimana tidak, jantung adalah organ paling vital bagi kehidupan. Maut bisa langsung terasa membayangi tatkala dokter menyatakan vonis tersebut.

P

enyakit jantung koroner terjadi ketika pasokan darah bagi jantung itu sendiri tidak adekuat sehingga otot jantung mengalami kerusakan. Nyeri dada menjadi tanda yang paling sering ditemukan. Pasokan darah melalui arteri koroner tersumbat oleh ruptur plak ateroma dan trombosis. Obstruksi dapat bersifat total (pada STelevation miocardial infarction) atau parsial (pada non ST-elevation miocardial infarction). Keduanya perlu dibedakan dengan teliti dan diberikan tata laksana yang menjamin keselamatan pasien hingga pascaperawatan. Kasus non ST-elevation miocardial infarction (NSTEMI) memang tidak segawatdarurat ST-elevation miocardial infarction (STEMI), tetapi penanganan yang tidak tepat membawa masalah kembali beberapa waktu kemudian. European Society of Cardiology (ESC) merumuskan buku penuntun baru (guidelines) dalam menghadapi pasien NSTEMI. Dalam buku ini, dipaparkan beberapa perubahan penting yang telah dibuktikan oleh banyak penelitian mengenai NSTEMI. Ada empat hal besar yang disorot, yaitu penggunaan high sensitivity troponin assay, dual antiplatelet therapy (DAPT), angiografi transradialis, dan penentuan waktu mulai konsumsi penghambat P2Y12. Pengukuran kadar troponin I atau T merupakan baku emas dalam menentukan diagnosis penyakit jantung. Pengukuran yang dikenal selama ini baru dapat dilakukan 3-4 jam setelah onset nyeri dada, tetapi high sensitivity troponin assay (hs-cTn) mampu mendeteksi perubahan troponin hanya 1 jam setelah onset. Kemampuan hs-cTn

herlien/MA

dirancang bagi penentuan prinsip rule in dan rule out yang juga baru ditambahkan, yaitu prinsip untuk menapis pasien dengan NSTEMI dalam waktu lebih singkat daripada sebelumnya. Prinsip rule in berlaku jika ditemukan peningkatan sedang hingga tinggi kadar troponin pada pengukuran pertama atau peningkatan signifikan pada pengukuran yang dilakukan 1 jam berikutnya. Sebaliknya, prinsip rule out diberlakukan bila kadar troponin ditemukan sangat rendah pada pemeriksaan awal. Terkadang hasil pemeriksaan kedua yang dilakukan 1 jam berikutnya juga dianggap rendah sehingga pasien dapat dipulangkan. Poin pentingnya

adalah keputusan ini dapat dinyatakan dalam waktu 1 jam saja sejak pertemuan dengan pasien. Di samping mempercepat waktu penegakkan diagnosis, biaya bagi pemeriksaan penunjang yang berulang-ulang dapat dikurangi. Jika pasien mengalami NSTEMI, terapi berupa antiplatelet diberikan untuk mengurangi trombosis. Terapi yang direkomendasikan adalah dual antiplatelet therapy (DAPT), gabungan antara aspirin dan klopidogrel, ticagrelor, atau prasugrel selama 12 bulan. Dalam praktiknya, waktu 12 bulan membawa dampak yang berbeda pada sebagian pasien. Oleh karena itu, efek pemberian DAPT kurang dan lebih dari 12 bulan kemudian dibandingkan dengan pemberian tepat selama 12 bulan. Pasien yang diberikan DAPT kurang dari 12 bulan berisiko rendah mengalami perdarahan, tetapi berisiko ringan hingga sedang mengalami infark miokardium dan trombosis pascaterapi. Konsumsi lebih dari 12 bulan mengurangi risiko infark miokardium, trombosis, komplikasi kardiovaskular atau serebrovaskular, dan aktivitas platelet sehingga perdarahan mudah terjadi. Dalam penuntun ini, tidak ditemukan waktu optimal dalam memulai pemberian penghambat P2Y12, seperti clopidogrel, ticagrelor, dan presugrel sebab penemuan terbaru telah mematahkan panduan yang diikuti selama ini. P2Y12 adalah salah satu reseptor yang berperan memperbesar aktivitas agregasi dari platelet. Pada panduan sebelumnya, penghambat P2Y12 langsung diberikan ketika pasien diduga mengalami NSTEMI dan diikuti dengan

prosedur nonfarmakologis. Hasil terbaru adalah pemberian dini tersebut ternyata tidak mengurangi risiko kematian, komplikasi, dan rekuren infark miokardium. Sebaliknya, risiko perdarahan cenderung meningkat. Oleh karena masih kontroversial, ESC menghapuskan rekomendasi pada panduan lama dan menyatakan bahwa waktu optimal untuk memulai terapi tikagrelor atau klopidogrel tidak dapat ditentukan. Perubahan terakhir yang ditekankan oleh ESC adalah prosedur angiografi arteri koronaria melalui arteri radialis. Tindakan ini dinilai memiliki prognosis lebih baik dan komplikasi minimal daripada prosedur yang dilakukan melalui arteri femoralis. Kendatipun demikian, perlu digarisbawahi bahwa penggunaan akses arteri femoralis tidak ditinggalkan begitu saja, melainkan tetap harus dikuasai sebab sebagian pasien tidak mungkin diberikan prosedur transradialis, misalnya pascatindakan revaskularisasi perifer. Hingga saat ini memang belum ada data yang secara absolut mampu dijadikan sebagai teori. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan sebab sebagian pasien memiliki manifestasi berbeda-beda yang mungkin belum diketahui secara detail saat ini. Perkembangan penyakit juga mungkin berubah seiring perubahan pola hidup dan pengaruh lingkungan sehingga pembaharuan guideline masih akan dilakukan di masa mendatang. Meskipun begitu, dengan memperhatikan pembaharuan di atas, penatalaksanaan pasien NSTEMI akan semakin tepat sasaran sehingga kondisi pasien baik saat perawatan, maupun pascaperawatan lebih terjamin. veronika


MEDIA

AESCULAPIUS

ADVERTORIAL

Ilmiah Populer

Atasi Diabetes dengan “Injeksi� Tanpa Jarum Kini, penyandang DM dan takut dengan jarum tidak perlu khawatir dengan munculnya “suntikan� insulin tanpa jarum.

D

iabetes melitus (DM) merupakan tidak menggunakan obat oral, pemberian penyakit metabolik yang menyerang insulin tanpa jarum ini dapat dijadikan 90% penduduk dunia. DM dapat pertimbangan. terjadi akibat autoantibodi anti-islets yang Alat dengan berat 140 gram dan panjang mengganggu fungsi pankreas (DM tipe 1) sekitar 140 hingga 160 mm ini bekerja atau resistensi dan penurunan produksi berdasarkan prinsip tekanan. Insulin ditekan insulin, yaitu hormon untuk menurunkan dengan kecepatan tinggi melewati sebuah kadar gula darah yang tinggi (DM tipe 2). lubang di alat yang berbentuk seperti tabung Salah satu tata laksana DM adalah injeksi tersebut menuju nozzle (bagian yang langsung insulin secara subkutan. Injeksi insulin bertemu kulit). Hal ini menimbulkan aliran biasanya dilakukan pada daerah perut, insulin menjadi baik untuk berpenetrasi ke bawah ketiak, paha, dan bokong. Dengan kulit. Di lapisan subkutan, insulin melewati pemberian dan dosis insulin secara injeksi, jalur yang memiliki resistensi kecil supaya glukosa darah dapat dikontrol dan insulin dapat menyebar secara luas. Penyebaran dapat dialirkan ke dalam darah. yang luas ini, dibandingkan dengan jarum Metode injeksi yang dilakukan yang hanya akan menyebar di sekitar secara mandiri tersebut jarum, mempermudah insulin untuk masuk menimbulkan risiko akibat ke dalam sirkulasi. Ditambah kesalahan teknis injeksi. lagi, alat yang mampu Selama ini, sebanyak 40% mengadministrasikan pasien yang menggunakan insulin selama jarum suntik sekali pakai salah kurang dari 0,3 melakukan prosedur penyuntikan. detik ini Sementara itu, 32% pasien menggunakan jarum suntik yang sama sebanyak enam kali yang berpotensi menyebabkan kerusakan pada kulit dan jarum. Baru-baru ini, muncul inovasi alat yang dapat mengadministrasikan insulin dengan rentang dosis 4-40 IU setiap administrasi tanpa jarum melalui kulit. Alat ini sangat membantu pasien yang fobia terhadap jarum suntik dan mengurangi rasa nyeri dinda/MA akibat pemberian insulin. Pada penderita DM yang

SEGAR

Menurun 1. Salah satu obat pilihan untuk kejang fokal yang sederhana dan kompleks 3. Proses menyebabkan perdarahan berhenti 4. Kutil 6. Pengecilan/penyusutan salah satu bagian tubuh, misalnya sel atau jaringan 7. Kelenjar endokrin di leher yang terdiri dari empat buah 9. Salah satu prosedur injeksi epinefrin saat resusitasi jantung (inggris) 10. Inflamasi yang dapat disebabkan oleh batu empedu. 12. Bentuk bakteri yang mirip telur 13. Salah satu bentuk fungi (inggris) 15. Tumor jinak selubung saraf (nerve sheath) yang muncul pada kulit 16. Salah satu enzim yang dites untuk menilai fungsi hati

18. Salah satu bentuk serius dari pneumonia yang disebabkan oleh virus Mendatar 1. Metode atau alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan 2. Sindrom yang terjadi pada neonatus akibat terpapar dengan obat opiat adiktif selama di dalam kandungan (inggris) 3. Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. 5. Salah satu tes yang dilakukan untuk menilai tingkat keparahan penyakit arteri perifer (inggris) 6. Nukleotida yang dapat digunakan untuk menyimpan dan mentranspor energi kimia di dalam sel 8. Kelainan serius yang terjadi akibat protein yang mengontrol pembekuan darah

tidak menimbulkan rasa sakit seperti pada penggunaan jarum. Selain itu, dibandingkan dengan injeksi biasa, alat ini lebih aman dibandingkan jarum yang sekali pakai, area absorpsi insulin dapat diprediksi, dan dapat dipakai ulang. Hanya dalam lima belas menit, alat ini sudah mulai memperlihatkan aktivitas yang mirip insulin endogen. Kelebihan lainnya adalah alat ini mampu mengurangi kadar HbA1C. Alat yang dapat disimpan dalam rentang suhu 5 hingga 40OC ini memastikan bahwa area antara ujung tabung dengan tempat administrasi sesuai selama injeksi berlangsung. Sebanyak 10 mL vial atau 3 mL cartridge yang berisi 100 unit/mL insulin ditempelkan ke alat melalui adaptor yang dapat diganti. Ujung dari alat ditempelkan kemudian atur dosis antara 4 hingga 40 unit. Setelah alat didekatkan, alat ditekan dengan tekanan yang cukup untuk memasukan insulin. Nozzle disarankan untuk diganti setiap 1 hingga 2 minggu sekali dan setiap kali vial atau cartridge yang baru digunakan. Meski banyak memiliki keunggulan dibandingkan alat injeksi insulin yang sudah beredar, alat ini belum tersebar di Indonesia. Alat yang tersedia sekarang harganya masih cukup tinggi dengan harga alat total sekitar dua juta rupiah, nozzle sebesar lima ratus ribu rupiah, dan satu vial seharga empat ratus ribu rupiah. claragunawan

JULI

MEI-JUNI 2016

5

EBM

Propanolol dan Kejadian Rebound Growth pada Hemangioma Infantil Propanolol memang menjadi lini pertama terapi hemangioma infantil, tetapi benarkah propanolol meningkatkan kejadian rebound growth?

H

emangioma infantil (IHs) merupakan jenis tumor yang sering terjadi pada anak. Hingga saat ini, propanolol masih digunakan sebagai terapi lini pertama pada IHs walaupun mekanismenya masih belum diketahui secara pasti. Propanolol diduga menghambat IHs melalui beberapa jalur, diantaranya menghambat angiogenesis, vaskulogenesis, dan mencegah datangnya selsel progenitor endotel pada IHs. Akan tetapi, beberapa studi yang menyatakan adanya rebound pada pasien IHs dengan pengobatan propanolol. Penelitian oleh Shah, dkk. menggunakan sampel pasien IHs dengan rentang waktu 2008-2013. Dalam studi ini, kriteria inklusi yang diambil pasien telah selesai menjalani pengobatan menggunakan propanolol setidaknya selama tiga bulan dan pasien akan menjalani pengobatan menggunakan propanolol setidaknya enam bulan mendatang. Sedangkan kriteria eksklusi yang digunakan adalah usia pasien ketika diberikan terapi propanolol lebih dari tiga tahun, tidak merespons terhadap pengobatan propanolol, dan kurangnya follow-up pada pasien. Hasilnya dari 997 pasien, 17 pasien mengalami drop out karena data tidak memadai. Angka terjadinya rebound sebesar 25,3% (231 dari 912 pasien, 68 pasien tidak masuk ke dalam sampel dikarenakan menerima terapi propanolol penuh). Sebanyak 174 pasien menghentikan pengobatan sebelum rebound terjadi dengan interval median 152 hari. Dari 231 pasien yang mengalami rebound, sebanyak 191 pasien membutuhkan modifikasi terapi. Kejadian rebound mayor terjadi pada 143 pasien, sedangkan rebound minor sebanyak 88 pasien. Durasi rata-rata terapi sebelum terjadinya rebound adalah 11,4 bulan. Usia rata-rata pasien ketika episode rebound pertama kali terjadi adalah 17,1 bulan. Dibandingkan dengan pasien yang menghentikan terapi propanolol sebelum usia 12 dan 15 bulan, kejadian rebound lebih sering terjadi pada pasien yang menghentikan terapi sebelum usia 9 bulan (OR: 2.4; 95% CI: 1.3-4.5). Odds ratio/OR (CI 95%) dari rebound adalah 2.0 (1.1-4.2; p=0.2), 1.7 (0.82abdi/MA 3.6; p=0.15), dan 2.5 (1.5-4.3; p<0.001) ketika penghentian propanolol terjadi pada usia menjadi overaktif (inggris) diantara 18-21 bulan, 21-24 bulan, dan >24 10. Penyakit degeneratif saraf akibat bulan. Pasien dengan insidensi rebound di kurangnya jumlah neurotransmitter atas 18 bulan mendapatkan terapi propanolol dopamin yang lebih lama dibandingkan pasien dengan 11. Enzim yang mengatalisis dismutasi superoksida (O2-) menjadi oksigen biasa (O2) rebound sebelum 18 bulan. Selain itu, ketika rebound terjadi di atas usia 18 bulan, mereka atau hidrogen peroksida (H2O2) cenderung menerima dosis maksimum yang 12. Organ reproduksi yang menghasilkan lebih tinggi dibandingkan pasien dengan ovum (inggris) rebound sebelum usia 18 bulan (p <0.001). 14. Istilah lain dari siklus Krebs (inggris) Dengan demikian, durasi penggunaan 16. Kantung atau rongga dalam jaringan atau propanolol yang semakin lama dapat organ meningkatkan kejadian rebound (sebanyak 17. Organ dari sistem imun yang terletak di 10%) sesudah durasi pengobatan di atas 18 toraks anterior & berperan dalam produksi bulan. phebeanggita limfosit T Sumber: Shah SD, et al. Rebound growth of infantile hemangiomas after propanolol therapy. Pediatrics. 2016 April 4; 137(4):1-11


62

OPINI & HUMANIORA

MEI-JUNI 2016

MEDIA

AESCULAPIUS

SUKA DUKA

Semangat Pantang Menyerah, dr. Aditya Wardhana, Sp.BP-RE(K) Berbagai kasus sulit kadang membuat putus asa, tetapi baginya masalah tersebut adalah tantangan untuk melangkah ke depan.

P

asien dengan trauma yang serius, misalnya pada kecelakaan atau kebakaran dapat menyebabkan disfigurisasi total. Tentu saja diperlukan peran dokter spesialis bedah plastik. “Namun, jumlah dokter spesialis bedah plastik di Indonesia yang masih sangat minim jika dibandingkan dengan negaranegara berkembang lainnya di kawasan ASEAN sehingga banyak pasien yang harus pergi ke kota besar untuk mendapatkan pertolongan.” Hal itulah yang membuat dr. Aditya Wardhana, Sp.BP-RE(K) untuk mengambil spesialis dalam bidang bedah plastik, khususnya di unit luka bakar. Terlahir dari orang tua yang merupakan guru besar ilmu gizi di Universitas Sebelas Maret, Surakarta, membuat Aditya terinspirasi untuk mengambil pendidikan di bidang kedokteran pada universitas yang sama. Setelah meraih gelar dokter, Aditya bercita-cita melanjutkan pendidikan dalam spesialis bedah plastik. Tidak ada alasan khusus mengapa memilih ilmu bedah plastik, hanya saja jumlah spesialis bedah plastik yang masih sedikit. “Menurut data Sekretaris Jenderal Perhimpunan Bedah Plastik Indonesia, jumlah total spesialis bedah plastik di Indonesia adalah 165, dengan 50-60 bekerja di Jakarta,” jelas Aditya. Saat ini telah tampak peningkatan dalam hal jumlah residen bedah plastik.

“Walaupun tidak sebanyak bidang lain, tetapi saya sudah cukup senang” ujarnya. Beberapa pengalaman yang telah dirasakan, misalnya beberapa kali mengantarkan residen bimbingannya ke konferensi dan event di luar kota, bahkan hingga ke luar negeri, seperti Edinburgh, Melbourne, Jerman, dan Thailand, serta karya ilmiah yang di bawah bimbingan Aditya sudah banyak diterima di acara tersebut. Selain dalam hal sumber daya manusia, departemen bedah plastik sendiri sudah berkembang pesat. Hal itu bisa dilihat dari jumlah case fatality rate (CFR) atau angka kematian yang diakibatkan trauma di trauma bedah plastik dan paling sering akibat luka bakar. Mengambil bench-marking CFR berdasarkan data di Singapura, yaitu 30% memang tidak mudah. “Awalnya memang berat untuk mencapai angka tersebut, karena beberapa faktor, seperti fasilitas yang belum memadai, jumlah luka bakar yang serius, life expectancy dan jumlah rumah sakit rujukan,” ungkap Aditya. Namun, berkat kerja keras para tim dokter, alhasil kini CFR dapat dipertahankan pada 27% hingga tahun 2015 ini. Salah satu pengalaman berkesan bagi Aditya selama menjadi spesialis bedah plastik di RSCM adalah saat harus menangani korban kecelakaan kereta api yang terjadi beberapa bulan silam. Banyaknya jumlah korban dan terbatasnya

fasilitas membuat tim dokter yang dipimpin dokter kelahiran Jakarta, 2 September 1969, sempat kawalahan. Namun, tantangan tersebut tidak membuat Aditya menyerah, tetapi tetap berusaha dalam menghadapi kasus-kasus yang sulit seperti kasus bencana. Selain itu, kesibukan praktik di salah satu Rumah Sakit swasta di daerah Cempaka Putih seakan membuat Aditya sulit mendapatkan waktu luang. Berbagai kasus luka bakar, trauma lain, dan juga nontrauma, seperti bibir sumbing, ditangani dokter anak pertama dari tiga bersaudara ini dari pagi hingga malam sehingga dipaksa menanggalkan hobi otomotif yang pernah digelutinya. “Pada waktu SMA dan kuliah saya hobi kebut-kebutan, kalau sekarang, hampir tidak ada waktu karena hampir setiap hari praktik,” ujar Aditya sambil tertawa. Bahkan, rencana melanjutkan pendidikan S3 di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) masih belum sempat tercapai karena kesibukan jadwal tersebut. Terlepas dari semua kesibukan tersebut, dokter dengan satu anak ini selalu menganggap duka yang dialami adalah tantangan untuk ke depannya. “Kalau sukanya, mungkin kelihatan gagah, karena ketua timnya saya sendiri dan anggotanya seringkali saya sendiri” canda Aditya. ami

dokumentasi penerbit

dr. Aditya Wardhana, Sp.BP-RE(K) Tempat, Tanggal Lahir

Jakarta, 2 September 1969

Pendidikan

Pendidikan dokter umum di Universitas Sebelas Maret Pendidikan dokter spesialis bedah plastik di Universitas Indonesia

Jabatan

Ketua Unit Luka Bakar RSCM

RESENSI

Ketika Ilmu Pengetahuan Berbicara, Akan Jadi Solusi atau Masalah? Orang tua sering berkata, “Tuntutlah ilmu setinggi langit.” Sebagai gantinya, setinggi apakah ilmu tersebut menolong manusia?

P

erkembangan teknologi dan pengetahuan ilmiah dalam bidang kedokteran selalu bersinggungan dengan masalah etika dan hukum. Bagaimana tidak, ilmu pengetahuan mengenai manusia memang tidak terbatas sehingga para ilmuwan selalu tertantang untuk “menyelam” lebih dalam. Akan tetapi, manusia adalah makhluk dengan martabat luhur yang menuntut adanya penghormatan secara utuh. Banyak orang mengalami dilema. Perdebatan mengenai apa dan siapa yang benar masih belum mampu memuaskan semua pihak. Dikisahkan dalam film ini sebuah keluarga bahagia yang diperankan oleh Jason Patric dan Cameron Diaz sebagai orang tua, Sofia Vassilieva sebagai Kate, dan Evan Ellingson sebagai Jesse. Kebahagiaan itu berakhir saat si anak sulung didiagnosis menderita acute promyelocytic leukimia. Mereka semakin terpukul karena transplantasi dengan donor yang ada tidak akan mampu

menyembuhkan Kate secara total, bahkan yang berasal dari anggota keluarga sekalipun. Dokter yang merawat Kate, yaitu dr. Chance akhirnya menyebutkan sebuah solusi berdasarkan penelitian hebat mengenai genetika. Ia mengusulkan agar pasangan itu mempunyai seorang anak lagi dengan bantuan teknologi genetika sehingga gen jaringan dalam tubuhnya sama dengan Kate. Di tengah kekalutan, mereka setuju “menggunakan” si anak bungsu sebagai penyelamat sang kakak. Adegan berganti ke masa depan saat Anna, si anak bungsu yang diperankan oleh Abigail Breslin, telah berusia 10 tahun. Keadaan Kate semakin buruk dan Anna merasa ikhlas menjadi pendonor karena tidak tega melihat penderitaan kakaknya. Namun, kedua kakaknya justru tidak setuju. Mereka merasa keputusan menjadikan Anna sebagai pendonor diambil sepihak dan didoktrinkan padanya sejak lahir. Dengan bantuan pengacara

ternama, yaitu Campbell Alexander, Anna maju melawan keputusan atas dirinya di pengadilan. Sebuah keluarga lantas porak-poranda karena terjadi perlawanan antara orang tua dan anak. Sepuluh tahun sebelumnya, keputusan yang berbeda mungkin akan membawa masa depan yang berbeda. Praktik terhadap ilmu genetika dapat menyelamatkan Kate, tetapi Anna juga memiliki hak untuk menentukan keputusan secara mandiri. Kejadian seperti ini mungkin terjadi sekarang dan di masa depan. Ilmu pengetahuan yang luas terkadang membuat dokter mengusulkan caracara pengobatan baru. Namun, niat baik dokter harus selalu berdampingan dengan penegakan etika. Dokter dianggap memiliki pengetahuan lebih maju sehingga nasihatnya dapat mengubah hidup pasien. Keinginan menolong seseorang hendaknya mempertimbangkan kebaikan pihak yang terlibat secara hati-hati. veronika

dokumentasi penerbit


MEDIA

Liputan

AESCULAPIUS

JULI

MEI-JUNI 2016

7

SEPUTAR KITA

Upaya dan Tantangan dalam Menurunkan Angka Kematian Maternal Risiko kurang energi kronis (KEK) selama kehamilan masih menjadi ancaman bagi ibu dan janin.

A

ngka kematian maternal masih merupakan masalah utama di negara berkembang, termasuk Indonesia. Setiap tahun, tiga juta bayi meninggal padahal seharusnya kematian ini bisa dicegah. Oleh karena itu, diperlukan pelayanan kesehatan maternal yang bermutu untuk mencegah kematian dan kesakitan bayi baru lahir. Begitulah pembuka dari Dr. dr. J.M. Seno Adjie, Sp.OG(K) pada simposium tentang “Faktor Determinan Dalam Penanggulangan Penurunan Angka Kematian Maternal” di Hotel Diradja Jakarta pada Sabtu, 30 April 2016. Simposium yang bertema “The Importance of Emergency Obstetric and Pediatric Care to Improve Mother and Child Health” itu merupakan bagian dari rangkaian acara INAMSC Liga Medika 2016 pada 25-30 April 2016. Tingkat kematian maternal ditentukan oleh dua determinan, yaitu determinan jauh dan antara. Determinan jauh ditentukan oleh faktor sosioekonomi dan budaya yang meliputi status masyarakat sekitar (kesehatan, sumber daya, dan transportasi), status perempuan dalam keluarga dan masyarakat (pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan sosial), dan status keluarga dalam masyarakat (pendapatan keluarga, pendidikan, dan pekerjaan). Determinan antara meliputi status kesehatan (gizi, penyakit infeksi, penyakit menahun, dan

meutia/MA

riwayat komplikasi kehamilan), status reproduksi (umur, paritas, dan status marital), akses terhadap pelayanan kesehatan, dan perilaku/pemanfaatan terhadap pelayanan kesehatan. Kedua determinan tersebut menentukan kualitas kehamilan dan komplikasinya seperti perdarahan, infeksi, preeklamsia/eklamsia, partus macet, atau ruptur uteri. Salah satu penyebab kematian maternal adalah kurang energi kronis (KEK) pada

INFO SPESIALISTIK

Mencetak Urolog Bagi Setiap Sudut Indonesia Minat juang yang tinggi untuk terus meningkatkan kualitas dalam bidang urologi.

D

alam upaya meningkatkan kualitas PPDS Urologi, departemen ini menerapkan sistem yang menggolongkan urologi menjadi beberapa subspesialistik. Setiap staf departemen wajib menjalani program doktoral agar memiliki pola pikir matang dan mampu membuat keputusan yang bijak dalam setiap situasi. “Saya bilang kepada teman-teman saya bahwa kita harus bersaing dalam quality,” jawab Dr. dr. Nur Rasyid, Sp.U(K), Kepala Departemen Urologi FKUI-RSCM, ketika ditanya mengenai kelebihan PPDS Departemen Urologi FKUI-RSCM. Setiap tahun terdapat sekitar 20 berkas pelamar PPDS yang masuk dengan jumlah peserta yang lulus anyta/MA sebanyak 6-8 residen setiap tahunnya. Persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu berumur maksimal 35 tahun saat mendaftar kelas reguler, IPK sarjana ditambah profesi ≥ 2,75, TOEFL ≥ 500 yang diperoleh dari lembaga terakreditasi, serta sehat jasmani dan rohani. Setelah berkas administrasi dinyatakan lengkap oleh pihak UI, pelamar akan melakukan berbagai seleksi berupa ujian tulis, wawancara, dan tes psikologi. Pihak penyeleksi menggunakan sistem skor akhir

bernilai > 45. Pelamar langsung dinyatakan tidak lulus apabila skor akhir < 45. Peluang diterimanya seorang pelamar akan semakin tinggi jika menyertakan surat keterangan pernah bekerja di daerah pelosok dan berjanji akan ke daerah yang belum terdapat urolog. Apabila pendidikan diselesaikan tepat waktu, residen dapat menjadi urolog dalam waktu sepuluh semester. Mata ajaran yang dipelajari selama program spesialis meliputi ilmu bedah, biologi molekuler, biostatistik, filsafat, farmakologi klinik, metodologi penelitian, dan modul kedokteran urologi. Kemudian, residen akan melakukan operasi, praktik gawat darurat, rawat jalan dan rawat inap yang sesuai. Untuk dapat lulus PPDS urologi, residen wajib menyelesaikan paper akhir yang pengerjaannya dibantu seorang pembimbing. Pada tahun ajaran 2014/2015, biaya pendidikan yang dikenakan kepada residen adalah 7,5 juta rupiah per semester dengan uang pangkal sekitar 16 juta rupiah. “Formulir dan berbagai berkas pendaftaran dapat diserahkan ke pihak UI. Nanti, setelah dinyatakan lulus seleksi berkas, baru akan kami panggil untuk tes tulis dan wawancara. Kalau masih ada yang kurang dimengerti dapat hubungi kami di Departemen Urologi FKUI-RSCM,” tutur Nur di akhir wawancara. dewianggraeni

kehamilan. Sekitar 21,6% ibu hamil di Indonesia berisiko mengalami KEK. Ibu yang mengalami risiko KEK selama hamil akan menimbulkan masalah baik pada ibu, maupun janin. Komplikasi KEK pada ibu antara lain anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, persalinan sulit dan lama, gangguan pada proses pertumbuhan janin dan menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, cacat bawaan, anemia pada bayi, atau bayi lahir

dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Untuk mencegah risiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan, wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya dengan lingkar lengan atas (LILA) tidak kurang dari 23,5 cm. “Apabila LILA ibu sebelum hamil kurang dari angka tersebut maka sebaiknya kehamilan ditunda,” papar Seno. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir di Indonesia adalah pencanangan program Making Pregnancy Safer (MPS). “Pesan kunci MPS adalah setiap persalinan harus didukung oleh tenaga terlatih, setiap komplikasi obstetri dan neonatal harus mendapatkan pelayanan yang adekuat, dan setiap wanita usia subur harus mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penangan komplikasi keguguran,” terang Seno. Selain itu, terdapat empat strategi utama dari program MPS, yaitu meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir berkualitas yang cost-effective, membangun kemitraan yang efektif, mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan, dan mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. abdi

Kesehatan di Indonesia...

sambungan dari halaman 1

...mendapatkan akreditas C. Jika FK baru didirikan, secara otomatis mereka akan diberikan akreditasi terendah sehingga FK berakreditasi C akan meningkat pula. Memperbaiki akreditasi pun tidaklah mudah, sebagaimana yang disampaikan Dr. dr. Ratna Sitompul, SpM(K), selaku Wakil Ketua AIPKI, bahwa ada proses pembelajaran yang tidak singkat untuk sebuah FK baru agar dapat mencetak lulusan yang berkualitas. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa hanya lima FK yang berhasil meningkatkan akreditasnya selama satu tahun kebelakang. Seyogyanya, moratorium FK perlu diberlakukan agar pemerintah dapat fokus untuk meningkatkan kualitas pendidikan kedokteran yang sudah beridiri terlebih dahulu. Keputusan kemenristekdikti untuk membuka delapan FK baru dianggap tidak dapat menyelesaikan masalah, justru hal ini berpotensi untuk membuat masalah baru yang akhirnya berdampak buruk pada kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Berbagai argumen untuk mendukung pendirian FK baru tersebut pun telah terbantahkan oleh organisasi-organisasi profesi kedokteran. Jika pendirian FK baru tidak dapat membenahi kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan Indonesia, lalu pihak manakah yang diuntungkan? vidiast, salmakyana, levina

FORMULIR BERLANGGANAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini, Nama : Pekerjaan : Alamat Lengkap (untuk pengiriman)

:

Telepon/HP : Email : memohon untuk dikirimi Surat Kabar Media Aesculapius selama kurun waktu (beri tanda silang): 1. Enam edisi (GRATIS 1 edisi): Rp18.000,00 2. Dua belas edisi (GRATIS 2 edisi): Rp36.000,00 Biaya kirim ke luar pulau Jawa Rp5.000,00 per enam edisi. Cara pembayaran: 1. Wesel pos ke Redaksi MA FKUI 2. Transfer ke rekening Media Aesculapius di Bank Mandiri Cabang UI Depok 157-00- 04895661. Mohon untuk menyertakan bukti pembayaran baik bukti transfer atau fotokopi wesel pos dengan formulir berlangganan ke MA.

(

) Nama Lengkap


82

MEI-JUNI 2016

Liputan

MEDIA

AESCULAPIUS

SEREMONIA

Kenali Tanda-tanda Kanker Serviks

Talasemia: Kenali dan Tingkatkan Kesadaran Mulai dari Diri Sendiri

dewi/MA

B

erkenaan dengan hari Talasemia sedunia, BEM IKM FKUI bekerja sama dengan Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM mengadakan rangkaian acara World Thalassemi Day pada 8 Mei 2016 di RSCM Kiara. Salah satu acara, yaitu talkshow menghadirkan Dr. dr. Pustika Amalia Wahidiyat, Sp.A(K) (Pelaksana Harian Ketua Pusat Talasemia Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM) dan Bapak Ruswandi (Ketua Pembina Yayasan Talasemia Indonesia) sebagai pembicara serta dr. Shabrina Narasati sebagai moderator. veronika

bagus/MA

P

ada Rabu, 27 April 2016 lalu, acara Have Fun Go Med diadakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) berupa penyuluhan mengenai kanker serviks di Puskesmas Kecamatan Tebet Timur untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat, terutama kalangan ibu rumah tangga, mengenai bahaya kanker serviks. Rangkaian acara juga dilaksanakan dengan deteksi dini kanker serviks. Acara tersebut dihadiri oleh 25 ibu rumah tangga dari berbagai kelurahan di sekitar Tebet Timur, seperti Manggarai, Kebon Baru, dan Tebet Barat. ami

SENGGANG

“Mengudara” dari Medan hingga Waingapu Mungkin sudah banyak kita ketahui dokter yang memiliki aktivitas selingan menjadi artis atau penyanyi, tetapi bagaimana dengan penyiar radio?

mitzy/MA

B

erangkat dari hobi mendengar siaran radio, dr. Rudi Damanik, Sp.Rad memilih profesi penyiar radio sebagai profesi sampingannya. Bahkan, Rudi sempat diliput oleh sebuah koran di NTT bernama Pos Kupang pada 2015 lalu dua profesi yang digeluti tersebut. Dokter spesialis radiologi yang

saat ini sedang bertugas RSUD Waingapu, Sumba, Nusa Tenggara Timur tersebut sudah mengudara sejak tahun 2000 di Medan, Sumatera Utara. Awal mula Rudi menjadi seorang penyiar radio akibat isengiseng merekam suaranya dan berulang kali menirukan gaya bicara penyiar radio pada masa itu. “Saya dengar ulang untuk

membuktikan saya juga bisa siaran seperti penyiar lainnya,” tuturnya. Pada tahun 2000, Rudi mendapat informasi lowongan penyiar radio pada sebuah stasiun radio di Medan, yaitu Sonya FM Medan. Tanpa pikir panjang, ia mendaftarkan diri ke lowongan tersebut untuk mencoba hasil latihannya. Setelah menjalani serangkaian tes, wawancara, dan training yang panjang, akhirnya ia resmi diterima sebagai penyiar radio Sonya FM Medan. Rudi mengaku senang menjadi penyiar radio karena dapat membuat pendengarnya bahagia mendengarkan lagu yang diputarkan. Dokter yang aktif di klub bulu tangkis Waingapu ini bercerita kenangan yang paling tidak bisa ia lupakan adalah ketika siaran di Sonya FM Medan pada sebuah program interaktif bertema kesehatan yang mendatangkan beberapa dokter spesialis. Saat itu Rudi tetap profesional menjalankan perannya sebagai penyiar radio dengan tidak mengungkapkan profesinya sebagai dokter kepada narasumber. Menurut Rudi, teknologi radio saat ini jauh lebih baik ketimbang radio zaman dahulu. “Radio sekarang lebih canggih dari zaman dahulu. Contohnya, saya sempat siaran sambil putar lagu pakai CD, sekarang tidak lagi. Radio sekarang jangkauannya lebih luas sehingga lebih jelas diterima

pendengar dibandingkan radio zaman dahulu,” ujar dokter yang menyelesaikan pendidikan dokter umumnya di Universitas Methodist Indonesia, Medan itu. Berbeda dengan program musik yang ia bawa saat masih di Medan, kini di Waingapi, pada program yang Rudi bawakan, yaitu Nuansa Malam (MAX 96,9 FM Waingapu) misalnya, CD bukan lagi media memutarkan lagu pilihan pendengar, tetapi telah bergeser dengan MP3. Memiliki aktivitas selingan sebagai penyiar radio sekaligus menjadi dokter tentu bukanlah hal yang mudah. Sewaktu bertugas sebagai dokter umum di Medan, ia mengaku tidak ada masalah dalam pembagian waktu antara profesi dokter dengan penyiar radio karena memiliki waktu yang lebih fleksibel. Sayangnya setelah tamat mengambil spesialis radiologi di Universitas Airlangga lalu menjadi dokter radiologi di Waingapu, Rudi mengaku tidak memiliki waktu selengang dulu sehingga waktu siarannya semakin berkurang. Hingga saat ini, Rudi tidak pernah terpikir untuk menjadi seorang penyiar radio ketimbang dokter. Baginya, menjadi penyiar radio adalah selingan untuk mehilangkan kepenatan dan merupakan hobi saja, sedangkan dokter adalah profesi utama untuknya. phebeanggita


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.