SKMA Edisi Januari-Februari 2017

Page 1

Media edia Aesculapius PERANGKO BERLANGGANAN KP JAKARTA PUSAT 10000 NO. 3/PRKB/JKP/DIVRE IV/2014

Surat Surat Kabar Kabar

Kedokteran Kedokteran dan dan Kesehatan Kesehatan Nasional Nasional Terbit Sejak 1970

No. 05 06 l XLVIII XLVI l Juli-Agustus l Januari-Februari 2014 2017

ma info

info obat

Teliti Hadapi Otitis Media Akut pada Anak

Valdoxan, Antidepresan dengan Efek Samping Minimal

halaman 2

Harga Harga Rp3.000,00 Rp3.000,00

ISSNISSN No. 0216-4966 No. 0216-4966

Kontak Kami

advertorial

halaman 4

Terapi Kejut: Cara Baru Pertahankan Ereksi   halaman 5

@MedAesculapius @mediaaesculapius beranisehat.com

Doping: Karena Nila Setitik, Rusak Susu Sebelanga Di antara manfaat dan ilegalitasnya, perlukah doping menjadi perbekalan penting?

B

eberapa waktu lalu tercuat kabar miring yang menodai nilai sportivitas pada pergelaran olahraga terbesar nasional, Pekan Olaharaga Nasional (PON) Jawa Barat 2016. Secara fantastis, diketahui terdapat 12 sampel urine dari atlet yang telah terindikasikan positif zat doping. Ke12 atlet tersebut berasal dari empat cabang olahraga yaitu 8 atlet binaraga, 2 atlet menembak, 1 atlet berkuda, dan 1 atlet angkat berat. Nama-nama atlet tersebut diumumkan langsung oleh Ketua Umum PB PON XIX-Peparnas XV/2016, Ahmad Heryawan, serta didampingi perwakilan KONI Pusat, Kemepora, dan Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) di Bandung pada Senin, 9 Januari 2017 lalu. Temuan ini tercatat sebagai kasus doping terbanyak dibandingkan dengan PON pada tahuntahun sebelumnya. Doping, bagaikan dua sisi mata uang Doping merupakan zat-zat yang menghasilkan efek untuk meningkatkan performa atlet pada kompetisi olahraga. Zat-zat yang termasuk doping umumnya dikelompokkan ke dalam tujuh golongan yaitu stimulan, narkotik analgetik, anabolik androgenik, anabolik nonsteroid, penghalang beta, diuretik, dan hormon peptida dengan masing-masing efek yang berbeda. Menurut dr. Listya Tresnanti Mirtha, Sp.KO, sejatinya zat-zat yang terkandung dalam doping memiliki manfaat terapeutik. “Tenaga kesehatan menggunakan doping dalam dosis tertentu untuk melakukan terapi pada pasien, tetapi para atlet menyalahgunakan doping tersebut dengan mengonsumsinya melebihi dosis yang ditetapkan,” tegas Listya.

Listya menjelaskan terdapat beberapa faktor dibalik kerapnya penggunaan ilegal doping yang dapat berasal dari sisi internal atlet maupun lingkungan. Faktor internal antara lain aspek psikososial, harga diri yang rendah karena kemenangan merupakan satu-satunya tujuan bagi sang atlet yang tidak ingin kalah karena akan mendapat reaksi negatif dari masyarakat, kurangnya pemahaman mengenai bahaya penggunaan doping, serta rasa putus asa apabila latihan yang telah dilakukan tidak kunjung A /M us

bag

membuahkan prestasi. Dari sisi lingkungan, persaingan yang ketat, bonus bagi pemenang dan komersialisasi obat-obatan dari produsen yang tidak diseleksi dengan baik oleh pelatih maupun atlet juga turut andil dalam menciptakan lahan subur penerapan doping pada beragam kompetisi olahraga. Kemesraan atlet dan doping Penggunaan doping di kalangan atlet memang bukan merupakan hal

baru. Dimulai dari ketidaktahuan hingga ketidaksengajaan, doping telah menjadi bagian dari kehidupan para atlet yang ingin mengukir segudang prestasi. Akan tetapi, tidak terlepas dari hakikatnya sebagai suatu zat terapeutik, zat yang terkandung dalam doping yang disalahgunakan ini dapat membahayakan aktivitas para atlet. “Efek samping yang ditimbulkan bergantung pada jenis dan banyaknya jumlah zat doping yang dikonsumsi,” tukas Listya. Selain itu, atlet yang diketahui mengkonsumsi zat doping harus menghadapi konsekuensi yang cukup berat. Bagi peraih medali, maka mereka harus merelakan medalinya ditarik kembali oleh panitia. Bonus yang telah dijanjikan pemerintah untuk pemenang atlet pun tidak dapat diberikan. Konsekuensi ini menurut Rizky Abi

Rachmadi, peraih medali emas pada PON Jawa Barat 2016 cabang baseball dari Provinsi DKI Jakarta, sudah sangat berat dan seharusnya memberikan efek jera bagi para atlet. Sosialisasi dan pemberian sanksi tegas bagi pengguna menjadi fokus penerapan

Menguntai Sejarah Kelam Doping

H

ingga abad ke-19, praktik doping dalam dunia olahraga belumlah dilarang. Sisi kelam dari doping tidak lagi dipandang sebelah mata setelah pebalap sepeda asal Denmark dan Inggris, Knud Jensen dan Tom Simpson, tewas akibat doping amfetamin. Peristiwa tragis inilah yang mencetuskan didirikannya International Olympic Committee Medical Commission guna mengawasi penyalahgunaan zat terlarang dalam pertandingan. Doping pun mulai dipandang sebagai “dosa besar” dalam dunia kompetisi olahraga. Meski begitu, kasus doping masih saja terdengar. Tidak mengherankan, karena

doping mampu meningkatkan performa tubuh secara drastis dalam waktu singkat. Agaknya, hal ini juga setara dengan harga yang harus dibayar akibat efek samping penggunaannya. Misalnya, meskipun steroid anabolik dapat meningkatkan massa otot, penggunaan dalam dosis tinggi dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan, seperti infertilitas, perbesaran kelenjar prostat pria, kebotakan pada wanita, gangguan jantung dan pembuluh darah, gangguan pertumbuhan perkembangan pada remaja, serta perilaku agresif. Jika tak dihentikan, penggunaan dalam dosis tinggi yang terus meneurs bahkan dapat berujung pada kematian.

Mengingat efeknya yang begitu berbahaya, praktik doping oleh atlet sangat tidak disarankan. Sebenarnya, menurut dr. Listya Tresnanti Mirtha, Sp.KO, doping tidak selalu memberikan efek negatif karena praktik doping untuk tujuan pengobatan dan diawasi oleh tenaga medis memiliki efek terapeutik. “Penggunaan doping di luar tujuan pengobatan dilarang karena berbahaya bagi kesehatan,” tegas dr. Listya. Jika ingin meraih prestasi, cara yang aman adalah menerapkan gaya hidup sehat dan berlatih secara benar untuk meningkatkan kepercayaan diri. shafira, isabella

regulasi anti-doping di kalangan atlet. Hal ini diamini oleh salah satu atlet PON Jawa Barat 2016 cabang baseball dari Provinsi Banten Azfarhan Munaf. “Sosialisasi mengenai pencegahan penggunaan doping sudah diberikan secara jelas oleh beberapa pelatih, serta diberikan buku panduan yang berisi berbagai zat dan obat-obatan yang perlu dihindari,”ujar Azfarhan. Akan tetapi, diakui Azfarhan, terkadang beberapa obatobatan yang sering dikonsumsi pun dapat mengandung zat doping, seperti parasetamol dengan merek dagang tertentu. Dengan demikian, sangat memungkinkan bagi atlet untuk mengkonsumsi doping tanpa sengaja karena unsur kebiasaan atau ketidaktahuan. Dalam setiap kompetisi, pemeriksaan terhadap penggunaan doping di kalangan para atlet dilakukan pada pemenang pertama, kedua, ketiga, dan ditambah satu orang atlet yang diambil secara acak serta atlet yang dicurigai menggunakan doping. Para atlet diharuskan untuk melapor kepada tim doping pertandingan tersebut selambat-lambatnya satu jam setelah pertandingan berakhir. Apabila atlet tidak melaporkan hal tersebut akibatnya didiskualifikasi. Jika atlet terbukti menggunakan doping, atlet tersebut akan diberikan hukuman berupa denda uang atau diskors (tidak dapat mengikuti pertandingan) selama beberapa waktu tertentu. Namun, atlet yang telah terbukti positif menggunakan doping masih diberikan kesempatan untuk melakukan tes ulang, atau yang disebut sebagai uji coba sampel B. Akan tetapi, biaya yang dikeluarkan untuk uji sampel B di NDTL, New Delhi, India, harus ditanggung sendiri oleh para atlet. Jika setelah sidang dengar pendapat para... bersambung ke halaman 7

Pojok MA Faktor internal dan lingkungan menjadi pemicu kekerapan penggunaan doping di kalangan atlet. Kalau tidak ingin kalah, ya jangan lemah.

arlin/MA


22

JANUARI-FEBRUARI 2017

KLINIK

AESCULAPIUS

MA INFO

DARI KAMI Salam sejahtera bagi kita semua, Kabar heboh datang dari penodaan sportivitas dalam kompetisi olahraga pada Pekan Olahraga Nasional (PON) pada 2016 silam. Tercatat terdapat 12 atlet yang positif menggunakan doping pada saat kompetisi berlangsung. Mengapa masih banyak atlet yang memilih untuk menggunakan doping padahal jelas dilarang? Apakah doping menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi kesehatan? Simak ulasan mendalam dari berbagai pihak ahli, seperti Ahmad Heryawan selaku Ketua Umum PB PON XIX-Peparnas XV/2016; dr. Listya Tresnanti Mirtha, Sp.KO selaku perwakilan dari dokter spesialis kedokteran olahraga; Azfarhan Munaf sebagai salah satu atlet yang juga mengikuti kompetisi PON. Minimnya pengetahuan mengenai penyakit kulit akibat masalah kejiwaan seringkali menimbulkan misdiagnosis dari neurodermatititis. Walaupun belum diketahui penyebabnya secara pasti, diagnosis penyakit ini harus ditegakkan dengan tepat agar penatalaksanaan dapat diberikan secara benar. Rubrik MA Klinik akan membahasnya untuk Anda bersama dengan dr. Irma Bernadette, SpKK(K). Penyakit onkologi biasanya identik dengan penyakit terminal dengan survival rate yang rendah. Hal ini menyebabkan penyakit ini acapkali ditinggalkan oleh sejumlah klinisi. Bercita-cita memperbaiki persepsi dan meningkatkan kepedulian masyarakat mengenai penyakit onkologi, Dr. dr. Sonar Soni Panigoro, Sp.B-Onk, M.Epid, MARS membagi kisahnya dalam Rubrik Suka Duka. Disfungsi ereksi merupakan masalah utama bagi kaum Adam Jumlah kasus yang kian meningkat kini menjadi perhatian kesehatan publik. Saat ini dikembangkan teknologi kejut listrik yang dikenal dengan low-intensity extracorporeal shock wave therapy (LI-ESWT) untuk mengatasi penyakit ini. Penasaran seperti apa? Pastikan Anda membaca artikelnya pada Rubrik Advertorial. Menjadi dokter tidak harus selalu berada di poliklinik atau unit gawat darurat. Berbagai kegiatan penyaluran hobi bisa dijadikan sebagai karir. Permainan voli yang mendarah daging kini menjadi penuntun karier kedokteran dr. Anita Suryani. Nantikan cerita lengkapnya pada Rubrik Senggang. Akhir kata, kami mengucapkan selamat membaca edisi JanuariFebruari 2017 ini dan semoga bermanfaat! Ferry Liwang Pemimpin Redaksi

MA FOKUS

Kompetisi Olahraga: Dilema Martabat dan Kesehatan

O

MEDIA

lahraga merupakan salah satu aktivitas positif yang bertujuan menjaga kesehatan tubuh jasmani. Namun, untuk meningkatkan minat dalam partisipasi olahraga, tidak jarang olahraga disulap menjadi suatu pertunjukan menarik dengan mengedepankan sisi kompetitif demi meraih suatu penghargaan atau hadiah tertentu. Selain itu, pertandingan olahraga juga dinilai mampu mengangkat sisi humanisme seperti kebersamaan dan persatuan lintas kalangan usia, sosial, dan latar belakang lainnya. Idealisme kompetisi olahraga tersebut tidak jarang menjadi pelampiasan sifat manusai sebagai makhluk yang tidak pernah puas. Secara logika, dalam suatu kompetisi tentu ada pihak pemenang dan pihak yang kalah. Berbagai upaya dilakukan demi mencapai julukan pemenang. Belum lagi jika kompetisi tersebut berskala besar dengan mewakili dearah, bahkan negara tertentu. Martabat dan harga diri seakan menjadi taruhan apabila tidak berhasil meraih kemenangan pada kompetisi tersebut. Tentu, upaya tersebut semakin digencarkan. Salah satu yang akhir ini sering disoroti dalam kompetisi olahraga di Indonesia adalah penggunaan doping pada atlet yang bertanding. Doping adalah salah satu bentuk kecurangan dengan zat yang meningkatkan performa atlet. Tanpa berpikir panjang jauh ke depan, beberapa jenis doping ternyata diketahui memiliki efek samping yang berbahaya bagi konsumennya. Metenolon misalnya, di samping meningkatkan massa otot atlet, diketahui meningkatkan juga risiko kemandulan. Demikian juga dengan trenbolon yang meningkatkan massa otot dan nafsu makan ternyata saat ini telah dilarang di Amerika Serikat. Lebih lagi, oxandrolon juga memiliki risiko fatal, yaitu kerusakan hati dan limpa. Dengan demikian, kompetisi olahraga seyogyanya dilaksanakan dengan sikap sportif dan tanpa perbuatan curang apapun demi mengetahui tingkat kemampuan yang sebenarnya dan mendapatkan manfaat yang positif bagi sisi kesehatan atlet. Kesehatan seharusnya tidak menjadi korban pelampiasan demi menjunjung tinggi kemenangan kompetisi olahraga. Bukankah akan lebih indah apabila memenangkan kompetisi dengan tetap tubuh yang bugar?

Teliti Hadapi Otitis Media Akut pada Anak Gejala nonspesifik bukanlah penghalang untuk terapi yang tepat

B

erdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia nonsevere apabila terdapat nyeri intensitas ringan dan demam yang masih dibawah 39°C. Penggolongan ini (SKDI) yang dirilis oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) pada 2012 lalu, otitis media akut penting sebab menentukan tata laksana medikamentosa (OMA) termasuk penyakit yang membutuhkan level yang sesuai. kompetensi tertinggi, yaitu 4A. Artinya, seorang dokter Merujuk guideline yang dikeluarkan oleh American harus mampu mendiagnosis hingga menangani dengan Academy of Pediatrics (AAP) tahun 2013, untuk menegakkan diagnosis OMA diperlukan pemeriksaan tuntas penyakit tersebut saat dinyatakan lulus dari pendidikan dokter umum. Pasalnya, OMA merupakan lanjutan, yaitu otoskopi pneumatik. Pemeriksaan penyakit yang sangat sering dijumpai pada bayi dan otoskopi pneumatik, yang merupakan alat diagnosis anak-anak. OMA standar, memungkinkan untuk menilai membran Sebanyak dua dari tiga kasus OMA disebabkan oleh timpani dari segi warna, kontur, transparansi cahaya, dan bakteri. Beberapa bakteri yang sering menjadi penyebab, mobilitas. Normalnya, membran timpani dapat ditembus antara lain Streptococcus pneumoniae, Haemophilus oleh cahaya, tidak menggembung, serta memiliki influenza, dan Branhamella catarrhalis. Di luar itu, OMA mobilitas yang baik. Pada OMA, membran timpani dapat dapat disebabkan oleh virus yang umumnya tampak hemoragik, kemerahan, atau tampak “berawan”. bersifat patogen pada sistem Sementara itu, konturnya tampak menggembung dan pernapasan. Selain disebabkan mobilitasnya terganggu. oleh infeksi mikroba-mikroba Berdasarkan hasil temuan otoskopi tersebut, terjadinya OMA juga penumatik, AAP menetapkan dua kondisi ditingkatkan oleh beberapa yang dapat didiagnosis sebagai OMA. faktor risiko. Salah Seorang klinisi dapat menegakkan satunya adalah diagnosis OMA apabila kelainan bentuk ditemukan adanya craniofacial. Selain itu, penggembungan orang tua yang perokok membran timpani dengan juga terbukti menjadi derajat sedang-berat faktor risiko terjadinya atau adanya otorea akut OMA. yang bukan berasal Pada anak, klinisi dari otitis eksterna dapat mencurigai adanya akut. Selain itu, diagnosis OMA melalui riwayat nyeri juga dapat ditegakkan apabila akut pada telinga. Namun, pada ditemukan penggembungan membran bayi atau anak yang belum timpani derajat ringan yang disertai memiliki kemampuan dengan warna kemerahan atau adanya bicara, keterangan ini nyeri telinga akut (kurang dari 48 jam sulit didapatkan. Pada pertama). kelompok usia ini, lebih Dalam penatalaksanaan OMA, banyak bahasa nonverbal yang dapat AAP merekomendasikan klinisi untuk arlin/MA diamati, seperti gerakan tangan yang memerhatikan usia anak dan derajat menggosok atau memegang telinga. keparahannya. Anak usia 6 bulan atau lebih, sebaiknya Secara umum, anak atau bayi akan tampak mendapatkan antibiotik jika telah dinyatakan severe. Hal gelisah sehingga pola tidur pun terganggu. Selain itu, yang sama berlaku pada anak usia kurang dari 24 bulan riwayat demam yang muncul pada 24 jam pertama juga yang mengalami OMA bilateral, meskipun dinyatakan merupakan gejala yang penting. Pada bayi, beberapa nonsevere. Sementara itu, pada anak usia kurang dari gejala nonspesifik dapat muncul, seperti muntah 24 bulan dan mengalami nonsevere unilateral OMA dan dan diare. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan pada anak berusia lebih dari 24 bulan yang dinyatakan terabanya cairan pada daerah mastoid, meskipun tanpa nonsevere, klinisi memiliki opsi untuk melakukan adanya pembengkakan. observasi dengan pengawasan ketat oleh orang tua Derajat keparahan OMA terbagi menjadi severe dan sebelum meresepkan antibiotik. Pemberian antibiotik nonsevere. Dikatakan sebagai severe apabila ditemukan tidak dapat menyelesaikan gejala otalgia sebelum 3-7 nyeri telinga yang sedang-berat atau adanya demam hari. Oleh karena itu, AAP sangat merekomendasikan yang mencapai ≥ 39°C. Sebaliknya, OMA dinyatakan klinisi untuk memberikan analgesik. vidiast

MEDIA AESCULAPIUS

Pelindung: Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis M. Met. (Rektor UI), Dr. dr. Ratna Sitompul, SpM(K) (Dekan FKUI) Penasihat: Dr. Arman Nefi, S.H., M.M. (Direktur Kemahasiswaan UI), dr. Akhmadu Muradi, Sp.B(K)V, Ph.D (Koordinator Kemahasiswaan FKUI) Staf Ahli: Seluruh Kepala Bagian FKUI/RSUPNCM, Prof. Dr. Ma’rifin Husein (CHS), dr. Muki Reksoprodjo, dr. Boen Setiawan, dr. Sudarso, dr. E. Oswari, DPH, Prof. Dr. Arjatmo Tjokronegoro, PhD, dr. Hapsara, DPH (Kemenkes RI), dr. Fahmi Alatas, Prof. dr. Marwali Harahap, SpKK, Prof. Dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH Pembantu Khusus: Seluruh Alumni Aesculapius dan Media Aesculapius

Pemimpin Umum: Hardya Gustada. PSDM: Vanya Utami Tedhy, Indah Lestari, Sukma Susilawati, Zharifah Fauziyyah, Fatira Ratri Audita, Hiradipta Ardining. Pemimpin Produksi: Anyta Pinasthika. Wakil Pemimpin Produksi: Meutia Naflah Gozali. Tata Letak dan Cetak: Gabriella Juli Lonardy. Ilustrasi dan Fotografi: Herlien Widjaja. Staf Produksi: Edo Rezaprasga, Annisaa Yuneva, Arief Dimas Dwiputro, Eiko Bulan Matiur, Rosyid Mawardi, Selvi Nafisa Shahab, Andrew John, Aditya Indra, Nobian Andre, Vanya Utami Tedhy, Zharifah Fauziyyah, Dhiya Farah, Kartika Laksmi, Robby Hertanto, Dinarda Ulf Nadobudskaya, Fatira Ratri Audita, Dinda Nisapratama, Skolastika Mitzy, Bagus Radityo Amien, Dewi Anggreni Kusumoningrum, Arlinda Eraria Hemasari. Pemimpin Redaksi: Ferry Liwang. Wakil Pemimpin Redaksi: Puspalydia Pangestu. Redaktur Desk Headline: Rifka Fadhilah. Redaktur Desk Klinik: Irma Annisa. Redaktur Desk Ilmiah Populer: Hiradipta Ardining. Redaktur Desk Opini & Humaniora: Tommy Toar. Redaktur Desk Liputan: Shierly Novitawati. Reporter Senior: Amajida Fadia Ratnasari, Paulina Livia Tandijono, Nabila Aljufri, Herdanti Rahma Putri, Patria Wardana Yuswar, Berli Kusuma, Fidinny Hamid, Rusfanisa, Yasmina Zahra Syadza, Nadia Zahratus Sholihat, Andy William, Sukma Susilawati, Edwin Wijaya, Elva Kumalasari, Jihaan Hafirain, Jimmy Oi Santoso, Raditya Dewangga. Reporter Junior: Camilla Sophi, Phebe Anggita Gultom, Teuku Abdi Zil Ikram, Farah Vidiast, Veronika Renny, Clara Gunawan, Levina Putri, Salma Suka Kyana Nareswari. Pemimpin Direksi: Tania Graciana. Finansial, Sirkulasi, dan Promosi: Wilton Wylie Iskandar, Diadra Annisa Setio Utami, Dwitya Wilasarti, Indra Wicaksono, Fahmi Kurniawan, Nurul Istianah, Laksmi Bestari, Faya Nuralda Sitompul, Jevi Septyani Latief, Heriyanto Khiputra, Catharina Nenobais, Dyah Ayu, Novitasari Suryaning Jati, Rahma Maulidina Sari, Aisyah Aminy Maulidina, Felix Kurniawan, Elizabeth Melina, Koe Stella Asadinia, Al Syarif Hidayatullah, Tiara Grevillea. Buku: Indah Lestari, Fildzah Hilyati, Elvina J. Yunasan, Apri Haryono Hafid, Fadhli Waznan, Tiroy Junita, Husain Muhammad Fajar Surasno, Nadira Prajnasari Sanjaya, Roberto Bagaskara Indy Alamat : Media Aesculapius BEM IKM FKUI. Gedung C lantai 4, Rumpun Ilmu Kesehatan, Kampus UI Depok. E-mail: medaesculapius@gmail.com, Rek. 157-00-04895661 Bank Mandiri Cabang UI Depok, website: beranisehat.com Alamat Redaksi/Sirkulasi : Media Aesculapius PO BOX 4201, Jakarta 10042, Harga Langganan: Rp 18.000,00 per enam edisi gratis satu edisi (untuk seluruh wilayah Indonesia, ditambah biaya kirim Rp. 5.000,00 untuk luar Jawa), fotokopi bukti pembayaran wesel pos atau fotokopi bukti transfer via Bank Mandiri dapat dikirim ke alamat sirkulasi. MA menerima kiriman naskah dari pembaca untuk rubrik MA Klinik (khusus untuk dokter dan staf pengajar), Asuhan Keperawatan (khusus untuk perawat dan mahasiswa keperawatan) Sepuki, Suma, Suduk, Kolum, Arbeb, Kesmas, Seremonia, dan Konsultasi (berupa pertanyaan). Kirimkan email permohonan penulisan ke medaesculapius@gmail.com dan kami akan mengirimkan spesifikasi rubrik yang Anda minati.

Kirimkan kritik dan saran Anda:

redaksima@yahoo.co.id

Website Media Aesculapius

beranisehat.com

Dapatkan info terbaru kami: @SKMAesculapius


MEDIA

KLINIK

AESCULAPIUS

JULI

JANUARI-FEBRUARI 2017

3

MA KLINIK

Mengenal Neurodermatitis, Suatu Kelainan Kulit akibat Kondisi Psikis Dermatitis yang dipengaruhi oleh kondisi psikis ini belum ditemukan penyebab yang pasti. Bagaimana cara menegakkan diagnosis, memberikan terapi, dan mencegahnya?

N

eurodermatitis merupakan suatu kelainan kulit akibat kondisi psikis. Penyakit ini memiliki nama lain lichen simplex chronicus atau disingkat LSK, karena lesinya yang bersifat kronis dan ditemui gambaran lesi likenifikasi. Menurut Dr. dr. Irma Bernadette, SpKK(K) “Lesi ini dikaitkan dengan stres yang muncul pada penderita, misalnya akibat pasien mengalami kelelahan psikis, kurang waktu tidur, ada pikiran yang mengganggu, atau pekerjaan yang menumpuk serta dikejar-kejar deadline�. Pada neurodermatitis, saraf yang berada di kulit memberi rangsangan pada otak bahwa daerah tersebut gatal. Manifestasinya di kulit berupa dermatitis dan rasa gatalnya timbul ketika pasien sedang santai, menonton televisi, dan tidur. Secara subjektif, pasien mengalami rasa gatal. Sementara itu, secara objektif pada kulit pasien tampak lesi yang polimorfik. Oleh karena salah satu karakteristik diagnosis LSK tersebut adalah sifatnya kronis, penampakan kulit yang dapat dilihat adalah kering dan terdapat likenifikasi atau penebalan kulit yang semakin jelas akibat sering mengalami gosokan dan garukan dan inflamasi berulang. Selain itu, kulit juga dapat menjadi lebih gelap dan dapat ditemukan bekas garukan. Biasanya, lesi neurodermatitis dapat ditemukan di daerah ekstensor atau ekstremitas misalnya tengkuk, lengan bawah, tangan, punggung tangan, lutut, daerah mata kaki, dan punggung kaki, serta bagian tubuh lain yang dapat dijangkau oleh tangan untuk digaruk. Neurodermatitis tidak dipengaruhi oleh

kondisi demografis, etnis, dan jenis kelamin. memikirkan dua diagnosis banding untuk Kondisi ini dapat dialami oleh siapapun dan dieksklusi. Kedua diagnosis banding dimanapun. Di Indonesia, neurodermatitis tersebut antara lain dermatitis numularis dan umumnya terjadi pada orang-orang yang dermatitis atopik. Kedua penyakit tersebut bersifat temperamental. Hal tersebut terjadi dapat disingkirkan dengan anamnesis dan karena sifat temperamental cenderung pemeriksaan fisik. menyebabkan kondisi stres. Akan tetapi, hal Pada dermatitis nummular, lesi ini belum terbukti secara ilmiah. berbentuk numular (seperti koin) serta Kelainan dermatitis kadang disertai infeksi saluran napas umumnya terjadi pada atas dan gigi. Sementara itu, pada usia dewasa dan jarang dermatitis atopik dapat ditanyakan terjadi pada anak-anak adanya riwayat atau stigmata karena orang dewasa atopi. Cara lain untuk membedakan sudah memiliki dengan dermatitis atopik beban pekerjaan, adalah neurodermatitis cita-cita, harapan, memiliki lesi yang serta terkadang menetap di satu berada di bawah tempat, sementara tekanan. Akan tetapi, daerah lainnya tidak semua orang dalam kondisi yang mengalami sehat. Untuk tekanan psikis memastikan bahwa tersebut mengalami pasien mengalami neurodermatitis. neurodermatitis, dokter Walaupun demikian, harus memerhatikan apakah dewi/MA kelompok yang cenderung lesi tersebut berada di ekstensor, mengalami neurodermatitis mengalami likenifikasi, dan bertambah gatal tidak bisa ditentukan. saat sedang istirahat serta tidak dirasakan Neurodermatitis tidak memiliki saat sedang sibuk bekerja. klasifikasi, namun penyakit tersebut bersifat Tata laksana obat-obatan yang dapat kronis. Jika kondisi lesi mulai basah akibat diberikan pada pasien adalah pemberian garukan, pasien dapat mengalami infeksi. steroid topikal bentuk salep sedang hingga Namun, pasien yang datang dengan keluhan kuat karena sifat lesinya yang kronis. Jika lesi gatal, memiliki luka basah, dan memiliki sangat tebal, dapat dikombinasikan dengan kondisi stress tidak selalu mengalami asam salisilat yang juga berperan untuk neurodermatitis. Seorang dokter harus menurunkan rasa gatal. Steroid dengan kadar

sedang hingga kuat dicampur dengan asam salisilat membentuk campuran ointment (salap). Jumlah penggunaan dalam sehari tergantung jenis steroid yang diberikan. Ketika gatal sudah terlalu berat, dokter dapat memberikan obat yang memiliki efek sedasi supaya pasien berhenti menggaruk. Selain itu, dapat diberikan pula antibiotik topikal jika terjadi infeksi, bila ditemukan pustule, erosi, ekskoriasi. Jika neurodermatitis disertai demam dan pembesaran kelenjar getah bening pada lokasi lesi, diperlukan antibiotik oral. Sebagai bentuk pencegahan, dokter dapat menyarankan cara mengatasi stres dengan mengubah gaya hidup. Salah satu contoh bila seeorang kerap menderita LSK saat menjelang ujian maka untuk mengubah gaya hidup adalah menganjurkan untuk menyicil pelajaran terlebih dahulu jauh-jauh hari sebelum pasien menghadapi ujian agar tidak timbul stres. Membungkus tangan juga dapat dianjurkan dokter untuk menghindari garukan. claragunawan

Narasumber: dr. Irma Bernadette, SpKK(K)

Kirimkan pertanyaan Anda seputar medis ke redaksima@yahoo.co.id. Pertanyaan Anda akan dijawab oleh narasumber spesialis terpercaya.

TIPS DAN TRIK

Deteksi Dini Hipotiroid Kongenital Perawakan bayi tampak kuning, perut buncit, kulit kering, sering tersedak karena lidah menjulur sehingga patut dicurigai adanya penyakit kongenital. Benarkah?

H

meuti

a/MA

ipotiroidisme adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon tiroid dalam tubuh. Penyakit ini sendiri dapat disebabkan oleh defisiensi iodium, kongenital atau kegagalan dari kerja kelenjar tiroid (hipotiroid primer); sedangkan apabila akibat kurangnya sekresi hormon thyrothropin releasing hormone (TRH) atau thyroid stimulating hormone (TSH), maka disebut hipotiroid sekunder. Gejala hipotiroidisme sering tidak disadari karena gejala hanya berupa kelelahan. Namun, terdapat juga beberapa gejala yang sering dialami pasien, antaral lain lemah, mudah mengantuk, depresi, kemampuan berbicara dan intelektual menurun, sakit kepala, kaku sendi, kesemutan, dan sensitivitas terhadap suhu dingin. Kendala yang sering dihadapi klinisi adalah mendeteksi hipotiroid kongenital pada neonatus. Hipotiroid kongenital bisa disebabkan oleh kelainan pada kelenjar tiroid atau disgenesis, ketidakmampuan kelenjar

tiroid dalam membentuk hormon tiroid atau dishormonegenesis, ataupun defisiensi iodium pada saat kehamilan. Deteksi dini bagi bayi yang mempunyai hipotiroid sangatlah krusial karena berpengaruh terhadap prognosis ke depannya. Pemeriksaan darah dilakukan dengan metode heel prick, yaitu mengambil darah dari tumit bayi dan darah yang keluar diteteskan ke atas kertas saring sampai bulatan dalam kertas terisi penuh. Waktu yang tepat untuk skrining hipotiroid kongenital adalah 3-4 hari dari kelahiran, untuk menghindari hasil positif palsu yang diakibatkan oleh tinggi TSH fisiologis dan mengakibatkan perubahan kadar T4 dan T3 yang terjadi di hari 1-2 pertama kehidupan. Dalam menegakkan diagnosis hipotiroid kongenital, kadar TSH dan hormon T4 dalam darah sangat menjadi standar penentunya. Apabila terbukti hasil positif, dilakukan pemeriksaan fisik untuk mengonfirmasi diagnosis. Retardasi mental dan fisik

adalah salah satu konsekuensi tersering dari hipotiroid kongenital. Bayi yang mengalami hipotiroid kongenital, hanya satu dari tiga dari kasus mempunyai berat badan diatas persentase 90%. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan hernia umbilikalis, makroglosia, kulit yang dingin serta jaundice yang persisten. Tulang nasal datar dan jarak antara kedua mata yang menjadi sedikit lebih jauh dari jarak normalnya. Saat dilakukan pemeriksaan neurologi, bayi penderita hipotiroid kongenital dapat menunjukan hipotonia dengan refleks yang melambat. Salah satu karakteristik khas dari hipotiroid kongenital adalah myxedema, yaitu penimbunan mukopolisakarida pada dermis sehingga menyebabkan pembengkakan di beberapa area, khususnya wajah. Kulit bayi juga akan tampak kering akibat kurangnya sirkulasi darah. Selain itu, karena hormon tiroid juga mengatur pembentukan dan perkembangan tulang sehingga kekurangan dari hormon tiroid pada bayi sering menyebabkan kelainan pelebaran fontanel posterior dengan lebih dari 5 mm. Khusus untuk hipotiroid kongenital yang diakibatkan dishormonegenesis, pembesaran kelenjar tiroid dapat terjadi di sebagian neonatus sehingga pada pemeriksaan fisik kelenjar tiroid akan teraba. camilla

PENAWARAN JASA Media Aesculapius selalu setia membantu Anda dalam hal jurnalistik dan sastra. Kami menyediakan jasa: 1.

Terjemahan Kami menyediakan jasa terjemahan Indonesia-Inggris/Inggris-Indonesia untuk jurnal dan textbook. Harga disesuaikan dengan materi dan waktu pengerjaan. Info lebih lanjut, hubungi: Koe Stella (081282411321)

2.

Media partner Ingin acara Anda terpublikasi secara luas? Kami menyediakan jasa media partner untuk acara Anda. Info lebih lanjut, hubungi: Aisyah Aminy M. (08111813801)

3.

Ingin punya KSK IVmu sendiri? Dapatkan KSK IV di toko buku kesayangan Anda! Harga KSK IV (2 jilid): Rp 240.000,00* *harga tergantung masing-masing toko buku

Info lebih lanjut, hubungi: TIroy Junita (081283671059)


42

JANUARI-FEBRUARI 2017

Ilmiah Populer

MEDIA

AESCULAPIUS

KESMAS

Jalan Panjang menuju Puskesmas yang Mumpuni Keberadaannya yang menjamur dan fungsinya yang holistik, puskesmas seharusnya dapat menjadi media untuk menuju Indonesia yang sehat.

T

ingginya angka jumlah penduduk di Indonesia tentunya berbanding lurus dengan kebutuhan akan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). Untuk menghadapi tuntutan tersebut, Indonesia menerapkan sistem fasyankes yang hierarkis dengan model piramidal. Artinya, fasyankes primer, yang menempati level paling bawah, berjumlah paling banyak dibandingkan dengan fasyankes yang lebih tinggi. Berdasarkan Permenkes No. 75 Tahun 2014, puskesmas merupakan fasyankes yang memiliki fungsi holistik, yaitu mencakup upaya promotif dan preventif dengan melaksanakan upaya kesehatan perseorangan maupun masyarakat. Melalui peraturan ini, puskesmas yang tersebar di setiap kecamatan, diberikan peran yang penting dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Namun, seperti apakah kondisi puskesmas di Indonesia saat ini? Dari segi jumlah, pemerintah telah mencapai kemajuan dengan melakukan penambahan jumlah puskesmas. Pada 2015, tercatat peningkatan jumlah puskesmas menjadi 9.754 unit dari 9.731 unit pada tahun 2014. Dari tahun 2011, tercatat penambahan jumlah puskesmas sebanyak 433 unit. Sayangnya, jumlah puskesmas yang meningkat tidak menjamin peningkatan dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat.

Untuk mengetahui apakah jumlah puskesmas sudah sesuai dengan jumlah penduduk, indikator yang lebih tepat dibandingkan dengan jumlah puskesmas adalah rasio puskesmas per 30.000 penduduk. Rasio puskesmas terhadap penduduk cenderung fluktuatif. Pada tahun 20112013, rasio cenderung meningkat sementara pada tahun 2014-2015 terjadi sebaliknya. Berdasarkan data yang dirilis oleh situs resmi Kemenkes, yang memiliki rasio terendah justru merupakan provinsi yang berada di pulau Jawa, yaitu Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Rendahnya rasio pada provinsi berpopulasi padat tersebut menandakan bahwa peningkatan fasyankes primer masih kalah dibandingkan peningkatan kepadatan penduduk. Beranjak dari perihal jumlah dan kecukupan, permasalahan yang tidak kalah penting adalah keberfungsian puskesmas sebagai pelaksana upaya kuratif dan preventif. Berbicara tentang fungsi puskesmas, tentu erat kaitannya dengan sumber daya manusia (SDM) kesehatan sebagai penggerak. Pada tahun 2015, SDM kesehatan di puskesmas didominasi oleh bidan yang berjumlah 79.314 (30,67%). Sementara itu, dokter umum di puskesmas hanya berjumlah 16.656. Mengingat terbatasnya kompetensi bidan dalam penanganan kesehatan serta masih terdapat 25% puskesmas di Indonesia yang

kekurangan dokter umum, jumlah tersebut bukanlah jumlah yang ideal. Salah satu fungsi penting puskesmas yang masih perlu diperhatikan adalah dalam bidang olahraga. Peranan puskesmas ini terkandung dalam UU no. 36 Tahun 2009 yang tujuannya adalah untuk meningkatkan aktivitas fisik, latihan fisik, dan olahraga di kalangan masyarakat. Dalam rencana strategis tahun 2015-2019, Kemenkes menargetkan 20% puskesmas melaksanakan upaya ini pada tahun 2015. Faktanya, hanya terdapat 12,9% puskesmas yang menjalankan upaya tersebut. Pada tahun 2012, tercatat 3 penyebab kematian terbanyak di Indonesia, yaitu stroke, penyakit jantung iskemik, dan diabetes melitus. Penyakit tersebut memiliki faktor risiko gaya hidup yang dominan dan sejatinya dapat dicegah. Oleh karena itu, rendahnya pelaksanaan fungsi puskesmas yang satu ini harus diintervensi lebih lanjut. Puskesmas di Indonesia masih menghadapi tantangan lain, salah satunya masalah pengadaan obat dan vaksin. Pada tahun 2016, masih ada daerah yang

ketercapaian indicator distribusinya di bawah angka 80%, yaitu Papua, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, Gorontalo, Bengkulu, Sumatera Utara, dan Aceh. Laporan ini melengkapi sederet permasalahan yang ada. Untuk mencapai derajat kesehatan impian melalui peran puskesmas, pemerintah dan pihak-pihak terkait masih harus bekerja keras mewujudkannya. vidiast

bagus/MA

INFO OBAT

Valdoxan, Antidepresan dengan Efek Samping Minimal Depresi dan kecemasan merupakan contoh penyakit jiwa tersering yang menyerang masyarakat terutama di usia produktif. Apakah semua obat penyakit kejiwaan seperti antidepresan dan anticemas mempunyai efek samping yang berat?

D

epresi adalah penyakit kejiwaan yang ditandai dengan adanya kesedihan yang mendalam dan persisten, perasaan bersalah yang berlebihan, tidak ada motivasi untuk hidup sehingga cenderung berpikiran ingin mengakhiri hidup, dan hilangnya kepercayaan diri serta motivasi dalam melakukan apapun. Gejala fisik yang mungkin timbul dari depresi adalah berkurang nya daya ingat dan susah berkonsentrasi, badan mudah lelah dan mudah sakit, dan disfungsi seksual. Sampai saat ini belum ada patogenesis yang jelas mengenai depresi karena seperti penyakit jiwa pada umum nya, banyak sekali faktor baik internal ataupun eksternal yang dapat membuat seseorang mengalami depresi. Saat ini terapi yang tersedia untuk depresi klinis adalah farmakoterapi dan psikoterapi. Penanganan secara farmakologis sering kali digunakan pada depression attack dan berfungsi sebagai obat penenang. Saat ini, terdapat banyak sekali golongan antidepresan, mulai dari antidepresan trisiklik, SSRIs, MAO inhibitors, dan lain-lain. Salah satu obat antidepresan yang sudah beredar adalah Agomelatine. Agomelatine, atau yang lebih dikenal dengan nama generic Valdoxan atau Thymanax, pertama kali ditemukan di tahun 1992 sebagai analog sintetik dari naphthalene melatonin, yang bekerja sebagai agonis reseptor MT1 dan MT2 dan antagonis di reseptor 5HT2C. Reseptor melatonin dapat ditemukan paling banyak di sistem saraf pusat. Aktivasi dari reseptor MT1 akan meregulasi amplitudo dari ritme sirkadian via inhibisi dari neuron

herlien/MA

sistem saraf pusat, sedangkan reseptor MT2 berfungsi untuk sinkronisasi dari ritme sirkadian dan respon dari tubuh. Berbagai studi menyatakan bahwa penggunaan dari agomelatine menyebabkan resinkronisasi dari ritme sirkadian dan juga berbagai parameter tubuh seperti temperatur dan sekresi hormon. Setelah administrasi oral, agomelatin secara cepat di absorbsi tubuh dengan bioavailibilitas yang rendah, karena adanya metabolisme oleh hati. Metabolisme lini pertama oleh hati ini sering kali menjadi perhatian untuk pasien lansia atau pasien dengan gangguan fungsi hati. Pada manusia, agomelatine mempunyai volume distribusi yang mencapai 35 L, dengan afinitas plasma protein 90-94%. Agomelatin mengalami metabolisasi oleh enzim CYP450 1A2 untuk proses hidroksilasi dan CYP 450 2C9 dalam fase demetilasi. Pada dosis terapi, konsentrasi agomelatine meningkat secara proposional dengan dosis oral, sedangkan pada dosis tinggi, konsentrasi agomelatine dapat

mengalami penurunan akibat adanya metabolisme lini pertama. Metabolit dari agomelatin akan berkonjugasi dengan asam glukoronat lalu mengalami sulfonisasi dan diekresikan lewat urine atau feses. Penggunaan agomelatine pada penanganan kecemasan dan depresi yang didemonstrasikan pada hewan menunjukan efek anticemas yang diberikan oleh agomelatine berkaitan dengan sifat antagonis kepada 5 HT2c. Inhibisi pada 5HT2c disebutkan dapat meningkatkan konsentrasi noradrenalin pada hipokampus. Selain itu, efek anticemas agomelatine dapat disebabkan oleh aktivasi reseptor melatonergik yang menghambat respon cemas. Indikasi utama agomelatine adalah depresi mayor dan gangguan kecemasan. Pada studi selama 8 minggu yang dilakukan pada lebih dari 700 pasien, 3 dosis agomelatine (1 mg, 5 mg, dan 25 mg) dibandingkan dengan penggunaan plasebo, yaitu paroxetine 20 mg. Hasil menunjukan

penggunaan agomelatine 25 mg sebagai dosis paling efektif, berdasarkan respon yang diberikan oleh pasien depresi melalui Hamilton Rating Scale for Depression (HAM-D). Pada studi kedua, Kennedy dan Emsley pada tahun 2006 mengevaluasi agomelatine selama 6 minggu pada 212 pasien, dengan menggunakan dosis 25 sampai 50 mg. Pasien yang diberikan agomelatine memberikan skor lebih rendah dalam HAM-D saat dibandingkan dengan placebo. Observasi dari efek samping yang diberikan oleh agomelatine dilakukan pada 7900 pasien depresi mayor. Efek samping terlihat pada dosis tinggi agomelatine. Peningkatan enzim transaminase juga terlihat pada pasien yang mengkonsumsi 50 mg agomelatin. Oleh karena itu, seperti yang disinggung sebelumnya, penggunaan agomelatin harus diperhatikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati. Efek samping minor lain nya yang terlihat adalah somnolen, sakit kepala, kelelahan dan gejala gastrointestinal. Kebanyakan dari efek samping yang timbul adalah efek samping yang ringan hingga sedang, terjadi hanya pada dua minggu pertama pengobatan dan sifatnya sementara. Efek samping agomelatin tidak terlihat pada pemberhentian penggunaan obat, tidak diperlukan tapering off pada pemberhentian obat ini. Oleh karena efek samping dan efek pemberhentian obat yang minimal inilah penggunaan agomelatin dapat dikatakan cukup aman. ami


MEDIA

AESCULAPIUS

Ilmiah Populer

JULI

JANUARI-FEBRUARI 2017

5

ADVERTORIAL

Terapi Kejut: Cara Baru Pertahankan Ereksi Tahap ereksi menjadi kunci terjadinya penetrasi dalam hubungan seksual. Jika terganggu, bisa minum obat atau pertimbangkan terapi kejut?

A

plikasi shockwave therapy atau terapi kejut selama ini berguna dalam penanganan pasien ortopedi, urologi, dan fisioterapi. Melalui pemanfaatan gelombang akustik, gelombang dengan energi tinggi yang ditransfer lewat aplikator, terapi ini mampu mengatasi kondisi inflamasi dan nyeri pada area tubuh tertentu. Studi lebih lanjut telah menemukan bahwa intensitas rendah dari gelombang ini memperbaiki kondisi vaskularisasi yang telah memburuk, dikenal dengan low-intensity extracorporeal shock wave therapy (LI-ESWT). Disfungsi ereksi adalah salah satu kelainan akibat gangguan asupan darah ke penis sehingga aliran darah tidak lancar dan ereksi tak dapat dipertahankan. Pada pria berusia 40-70 tahun, terdapat sekitar 10% kasus disfungsi ereksi total dan 25% kasus kesulitan ereksi. Sebanyak 5-10% kasus berasal dari kelompok umur di bawah 40 tahun. Dua puluh empat dari seribu kasus baru ditemukan setiap tahunnya di Amerika Serikat. Angka-angka tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik fisik maupun psikologis. Tingkat kejadian disfungsi ereksi semakin besar seiring dengan pertambahan usia sehingga LI-ESWT menjadi salah satu pilihan selain obat minum. Gelombang yang ditembakkan disinyalir mampu

menyebabkan mikroateroma. Keadaan ini berdampak pada ekspresi faktor-faktor yang meningkatkan pembentukan pembuluh darah, seperti vascular endothelial growth factor, proliferating cell nuclear antigen, dan endothelial nitric oxide synthase. Selanjutnya, akan terinduksi neovaskularisasi dan vaskulogenesis lokal sebagai kompensasi mikroateroma tersebut. Peningkatan suplai darah pada penis menjadi hasil akhir terapi ini sebab dengan demikian, fungsi erektil penis kembali normal. Selain itu, gelombang yang berkecepatan lebih besar daripada gelombang suara ini menjadi pilihan ketika penggunaan penghambat fosfodiesterase tipe 5 tidak menunjukkan perbaikan. Penggunaan LI-ESWT cukup sederhana. Gelombang ini ditransmisikan melalui alat (probe) yang dilokasikan pada lima daerah, yaitu tiga area (bagian pangkal, tengah, dan puncak) di permukaan corpus penis di daerah dorsal dan kedua sisi crura penis. Terapis menarik glans penis agar seluruh corpus teregang. Lokasi penembakan tersebut harus diolesi terlebih dahulu dengan gel guna mempermudah penyaluran gelombang. Probe diletakkan

di atas gel dengan sedikit penekanan dan dilakukan penembakan gelombang. Terapi diadakan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan sebanyak dua kali seminggu selama tiga minggu. Kemudian, terapi dihentikan selama tiga minggu dan diulang dengan frekuensi yang sama selama tiga minggu berikutnya. Pada setiap pertemuan, terapi dilakukan kurang lebih selama 20 menit. LI-ESWT tidak melibatkan penggunaan obat-obatan sehingga efek samping dianggap minimal, terutama karena terapi bersifat lokal. Terapi tidak membutuhkan

Dewi/MA

sedasi atau anestesi karena prosedur dilakukan pada permukaan tubuh dan tidak menimbulkan nyeri. Terapi juga bersifat noninvasif sehingga nyaman bagi pasien. Sebagian besar dari pasien mampu menghentikan konsumsi penghambat fosfodiesterase yang sebelumnya diminum setiap akan berhubungan seksual setelah menjalani LI-ESWT. Secara umum, terapi dapat dikatakan aman karena menggunakan energi berintensitas rendah. Sayang sekali, efek LI-ESWT sejauh ini diteliti melalui jumlah subjek cukup kecil sehingga masih dapat diperdebatkan adanya kebiasan pada hasil yang kini diyakini. Selain itu, ketersediaan dan harga alat masih menjadi penghambat, baik untuk dilaksanakannya penelitian maupun pengobatan di masyarakat. Meskipun demikian, beberapa klinik di seluruh dunia mulai menawarkan terapi ini, misalnya di Israel. Indonesia telah mengikuti perkembangan terapi ini dan mulai menerapkannya. Akan tetapi, biaya prosedur memang masih sangat mahal, yaitu berkisar puluhan juta rupiah. veronika

IPTEK

Basmi Leukimia Limfoblastik Akut dengan Modifikasi Sel T Kanker sel darah putih atau leukemia masih menjadi penyakit yang berpotensi mematikan, namun kombinasi pendekatan secara teknis dan medis memunculkan titik terang tuk lawan kanker ini.

L

eukemia limfoblastik akut (LLA) dikenal sebagai salah satu kanker tersering pada anak dan sebagian orang dewasa. Kanker ini menyebabkan kadar limfoblas dari sumsum tulang meningkat secara abnormal. Akibatnya, limfosit hasil perkembangan limfoblas ini tidak berfungsi dengan normal dan mengganggu keberadaan sel-sel darah lainnya karena tidak tersedianya ruang yang cukup. Selain itu, kadar limfoblas yang tinggi dapat beredar melalui vaskular dan menginfiltrasi bagian tubuh lain, misalnya organ viseral dan saraf pusat. Pengobatan kanker ini dilakukan melalui kemoterapi dan transplantasi, namun belakangan ini chimeric antigen receptors (CAR) T cell menjadi alternatif baru dengan prognosis baik. CAR T cell merupakan terapi kanker secara spesifik pada sel targetnya,

dalam hal ini adalah limfosit T atau B. CAR T cell memodifikasi struktur gen pada sel T sehingga memunculkan reseptor membran spesifik terhadap antigen sel kanker. CAR sendiri adalah protein dengan domain yang didesain untuk mampu mengenali antigen tumor. Fungsi limfosit T termodifikasi ini dapat berubah hanya dengan mengubah komponen CAR. Protein CAR memiliki beberapa komponen utama, antara lain pengenal antigen yang terletak

Meutia/MA

ekstraseluler, domain transmembran dan spacer, serta domain pensinyalan intraseluler. Melalui major hystocompatibility (MHC) termodifikasi, sel T bersangkutan mampu mengenali mekanisme downregulation dari ekspresi human leukocyte antigen (HLA) atau pemrosesan antigen proteasomal yang selama ini membuat selsel tumor tidak terdeteksi oleh sel imun umumnya. Domain transmembran dan spacer berperan dalam regulasi ekspresi dan fungsi bagian protein CAR ekstraseluler, pensinyalan produksi sitokin, proliferasi, dan ikatan sel T tersebut dengan sel target. Domain pensinyalan intraseluler mengatur pengaktifan sel, transkripsi gen, dan respon seluler, seperti produksi sitokin guna membunuh target. Prosedur untuk melakukan terapi meliputi leukapheresis, yaitu pemisahan sel mononuklear dipisahkan dari sampel darah tepi, pengaktifan, dan inkubasi. Dalam tahap ini, sel T yang telah dimodifikasi dibiarkan berproliferasi cukup banyak untuk kemudian dimasukkan kembali ke dalam tubuh. Pemberian terapi dapat dilakukan beberapa kali bergantung dari masa hidup sel T tersebut dan progresivitas kanker. Terapi CAR T cell dapat dikatakan menjadi pilihan ketika pengobatan dengan metode lain tidak menunjukkan hasil atau menghasilkan relaps. Selama ini, kejadian relaps berkontribusi dalam

angka mortalitas LLA. Pengaturan gen agar durasi hidup CAR T cell lebih panjang dapat mempertahankan upaya eradikasi sel kanker cukup lama sehingga relaps dalam waktu dekat tidak sampai terjadi. Pasien relaps yang diterapi dengan CAR T cell memiliki kemungkinan mengalami remisi total sebesar 70-90%. Selain itu, angka kelangsungan hidup pasien kirakira sebesar 67% tanpa adanya manifestasi penyakit selama 18 minggu atau lebih. Akan tetapi, keberhasilan ini terutama bagi pasien anak, sedangkan pasien dewasa mempunyai presentase lebih rendah. Kendati membuahkan hasil cukup memuaskan sebagai terapi baru, CAR T cell masih memiliki kelemahan. Sel T ini belum mampu membedakan antara ekspresi antigen yang disasar berasal dari sel tumor dan bukan. Di samping itu, terdapat efek samping berupa tumor lysis syndrome (gangguan metabolik akibat produk samping kematian sel tumor), cytokine release syndrome (hiperaktivasi imun yang berakibat peningkatan kadar sitokin), dan aplasia sel B (akibat pemusnahan limfoblas pada LLA sel B). Dengan pengembangan CAR T cell yang berasal dari tubuh pasien sendiri, tentunya tak ditemukan kekhawatiran keterbatasan suplai terapi maka motivasi peneliti dan kompetensi dokter harus mendukung pemanfaatan inovasi ini secara tepat guna. veronika


62

JANUARI-FEBRUARI 2017

OPINI & HUMANIORA

MEDIA

AESCULAPIUS

SUKA DUKA

Dr. dr. Sonar Soni Panigoro, Sp.B-Onk, M.Epid, MARS: Sadarkan Masyarakat Mengenai Bahaya Kanker Memperbaiki persepsi dan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap penyakit terminal ini adalah tujuan utamanya.

S

ejak kecil, Sonar memang bertekad untuk menjadi seorang dokter, karena dari 11 saudaranya 10 di antaranya menggeluti bidang teknik. Selama mengenyam pendidikan dokter umum di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dari tahun 1978 hingga 1983, ia selalu tertarik dengan pekerjaan yang melakukan tindakan. Setelah mengikuti Wajib Kerja Sarjana I di Nusa Tenggara Timur, ia pun memutuskan untuk melanjutkan cita-citanya menjadi seorang dokter spesialis bedah pada tahun 1988. Pengalaman yang Membekas Salah satu pengalaman yang membekas saat sedang menjalani Wajib Kerja Sarjana II tahun 1992 di salah satu rumah sakit terpencil di daerah Bengkulu adalah saat ia harus melakukan operasi atresia ani pada seorang anak berusia 2 tahun. Dengan fasilitas dan kompetensi yang terbatas, mantan Direktur Operasional RSCM ini menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa ini adalah tindakan berisiko tinggi. Dilema melanda Sonar dan keluarga pasien karena kondisi yang menyulitkan pasien tersebut untuk dibawa ke Jakarta. Berbekal atlas anatomi dan buku-buku tebal lainnya, akhirnya operasi membuahkan hasil yang memuaskan. Rasa puas dalam melakukan sesuatu yang hampir mustahil inilah yang menginspirasi Sonar menjadi seorang bedah onkologi. “Dulu saat melihat pasien neurologi,

internet

saya merasa sedih melihat pasien-pasien seperti pasien gegar otak yang sudah tidak dapat dilakukan apa-apa lagi. Sewaktu saya melihat pasien onkologi, ternyata hampir sebagian besar pasien yang datang sudah dalam stadium lanjut dan tidak bisa dilakukan apa-apa juga,” jelasnya. Ia pun menjadi staff bedah onkologi di FKUI sejak tahun 1996. Perkembangan ilmu bedah onkologi sekarang telah berkembang pesat, mulai dari teknik, instrumen, pemeriksaan penunjang, modalitas pengobatan, terutama diagnostik seperti

patologi anatomi dan molekuler. Mantan Direktur Utama RS Kanker Dharmais ini juga ikut serta menyumbangkan ide cemerlangnya, yaitu mengenai prediksi neoadjuvant chemotherapy terhadap respon keberhasilan kemoterapi. Setiap tahunnya ia selalu memperbarui wawasannya dengan mengikut seminar-seminar di luar negeri dan mengikuti pertemuan dengan dokter-dokter yang tergabung dalam Ikatan Ahli Bedah Indonesia (IKABI) dan juga Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI).

Aktivis LSM Di era sistem jaminan kesehatan yang terbilang masih baru ini, Sonar merasa penyakit kanker kurang mendapat penanganan yang tepat. Menurutnya, kanker tidak dapat disamakan dengan penyakit lain. Pasien dengan penyakit kanker harus langsung dibawa ke rumah sakit utama, terutama jika masih stadium rendah. Ditambah lagi pemeriksaan kanker yang di satu sisi kemajuannya luar biasa, tetapi di sisi lain biaya tetap menjadi kendala. Ia berharap dokter-dokter muda dapat menyadari celah dalam sistem kesehatan di Indonesia ini dan ikut menyadarkan pemerintah untuk memperbaikinya. Rencana selanjutnya untuk Sonar selain berkiprah sebagai Ketua Kolegium PERABOI adalah mengaktifkan kembali organisasi masyarakat yang bergerak di bidang kanker, salah satunya yang terbesar adalah Yayasan Kanker Indonesia. Sebagai ketua Bidang Sosial, Sonar khawatir dengan media sosial yang akhir-akhir ini marak menyuarakan berita yang simpang-siur mengenai kanker. Ia ingin agar LSM-LSM tersebut lebih menggencarkan publikasi mengenai pengertian kanker yang benar. Ia juga aktif menjadi pembicara di beberapa televisi nasional dan penulis di beberapa blog. Sonar berharap masyarakat semakin sadar terhadap pencegahan dan pengobatan kanker yang tepat, jangan sampai terjerumus ke pengobatan-pengobatan alternatif yang tidak tepat. levina

RESENSI

The Immortal Life of Henrietta Lacks: Keabadian, Kedokteran, dan Kode Etik

H

Pengabdiannya demi ilmu pengetahuan membuat kita mengerti arti hidup yang sebenarnya

enrietta Lacks, seorang perempuan sederhana keturunan AfrikaAmerika, meninggal pada tahun 1951 karena kanker serviks. Tumor Henrietta, yang diperoleh melalui biopsi, dikultur tanpa sepengetahuannya di RS Johns Hopkins tempatnya dirawat. Percobaan kultur sel manusia dalam cawan petri telah dilakukan berkali-kali, tetapi belum ada sampel yang bertahan lama. Sel milik Henrietta ini berbeda karena dapat tumbuh dan bereplikasi, padahal sel manusia biasa akan mati setelah melewati beberapa siklus pembelahan. Mudahnya mengembangbiakkan se-sel HeLa—diambil dari dua huruf pertama nama depan dan nama belakang Henrietta Lacks— menjadikan mereka bahan baku standar dalam berbagai eksperimen. Henrietta Lacks tetap hadir di bumi, dalam bentuk galur sel epitelial tahan banting yang dapat ditemukan di seluruh dunia. Namun, “keabadian” Henrietta dan kemasyhuran sel-selnya tidak diketahui oleh keluarganya hingga dua dekade setelah kepergiannya.

The Immortal Life of Henrietta Lacks karya Rebecca Skloot bercerita tentang sel HeLa yang terkenal dan pemiliknya yang tidak terkenal, penemuan terkemuka abad ini dan kontroversi yang mengikutinya, dan interaksi antara dunia ilmiah dan spiritualisme. Buku terbitan Crown Publishers ini merupakan New York Times Bestseller. Narasi ilmiah Skloot yang seorang sarjana biologi akurat dan lugas, sembari memberikan gambaran reflektif akan disparitas ras yang menghantui masyarakat AS dan bagaimana komunitas kedokteran juga terpengaruhi. Tidak seperti penulis ilmiah pada umumnya, Rebecca Skloot juga memberi tilikan akan implikasi sosial yang timbul dan menghadirkan sisi manusiawi kisah Henrietta Lacks. Dalam mendekati sebuah keluarga yang sudah lelah diganggu wartawan dan peneliti yang hanya bisa mengumbar privasi, Skloot berhasil merekam dengan baik cobaan emosional dan spiritual keluarga Lacks dan perjuangan mereka melawan kemiskinan, walaupun uang bernilai jutaan dolar telah dihasilkan dari penjualan sel milik istri dan

ibu mereka sendiri. Skloot juga akhirnya berhubungan erat dengan Deborah, putri Henrietta, yang masih mencoba berdamai dengan “eksistensi sel tersebut dan ilmu (kedokteran) yang memungkinkan mereka ada.” The Immortal Life of Henrietta Lacks merupakan kritikan bagi dokter yang mulai lupa bahwa ia berurusan dengan manusia, walaupun dalam bentuk cercahan kecil berupa sel. Walaupun regulasi, etik, dan pengertian kita akan apa yang benar dan salah mengenai pengambilan sampel jaringan telah membaik, kerugian yang timbul kerap kali tidak diperbaiki, seperti apa yang terjadi pada keluarga Lacks. Rebecca Skloot membuka mata pembaca akan sisi lain dari suatu penemuan ilmiah substansial, tentang kemanusiaan. Pembaca dibuat bertanya-tanya arti hidup dan mati sebenarnya, akan siapa yang sebenarnya memiliki tubuh kita, dan akan apa yang terjadi setelah kita pergi nanti. kelvin

Judul

: The Immortal Life of Henrietta Lacks

Penulis

: Rebecca Skloot

Tahun

: 2010

Jumlah Halaman : 381 halaman Penerbit

: Crown Publisher


MEDIA

Liputan

AESCULAPIUS

JULI

JANUARI-FEBRUARI 2017

7

SEPUTAR KITA

Menambah Pengetahuan untuk Mengurangi Prevalensi Penyakit Infeksi di Indonesia Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan yang seolah tidak usai dibahas di Indonesia.

P

encegahan transmisi penyakit infeksi terus menjadi permasalahan yang berkepanjangan di Indonesia, terutama untuk penyakit demam dengue. Kurangnya kualitas sarana prasarana seperti air bersih dan juga pengetahuan masyarakat terhadap penting nya hidup bersih, membuat penyakit infeksi sulit untuk dikendalikan. Penyakit infeksi seringkali menimbulkan kematian terutama di daerah pelosok dimana fasilitas kesehatan masih minim dan belum memadai. Kemampuan dokter umum sangat diperlukan untuk mendeteksi gejala dini atas suatu penyakit dan mengetahui tatalaksana yang tepat sehingga mengurangi prevalensi dari suatu penyakit. Oleh karena itu, UKK Infeksi dan Penyakit Tropis bekerja sama dengan IDAI cabang Jawa Tengah mengadakan sebuah symposium dan pelatihan yang berjudulkan “Improving Knowledge in Infectious Disease and Antibiotic Usage” pada 8-9 Januari 2017 yang lalu. Acara yang bertempat di Grand Candi Hotel Semarang ini berfokus pada penyakit yang endemik di Indonesia, seperti dengue, chikunguya, pertussis, ensefalitis, malaria, dan juga penyakit yang baru-baru ini menyerang amerika selatan, Zika. Penyakit penyakit tersebut seringkali menyerang negara tropis dikarenakan sebagian besar merupakan negara

dokumentasi panitia

berkembang dengan fasilitas dan pengetahuan tentang kesehatan yang masih belum mencukupi. Ditambah pula, vektor vektor dari penyakit-penyakit tersebut yang hanya berkembang biak di negara tropis. Isi dari symposium yang terakreditasi SKP-IDI dan SAK-IDAI ini melingkupi cara mendiagnosa, tatalaksana dan vaksin bagi penyakit penyakit tersebut.

INFO SPESIALISTIK

Departemen Radiologi RSCM-FKUI: Berorientasi pada Kebutuhan Negeri Tidak hanya mencari yang berkualitas, tetapi juga yang siap untuk mengabdi di daerah

D

epartemen Radiologi RSCM-FKUI karenakan lebih memprioritaskan kualitas merupakan sentra pendidikan peserta didik. spesialis radiologi tertua di Benny menyatakan pendaftar yang Indonesia. Memiliki lulusan yang sering berorientasi untuk bekerja di daerah setelah menduduki peringkat teratas dalam lulus dapat lebih pertimbangkan untuk national board examination adalah salah satu diterima. Pasalnya, kini ketersediaan keunggulan Departemen Radiologi RSCMspesialis radiologi masih sangat minim di FKUI. “Departemen kami selalu luar Pulau Jawa, terutama memasang standar di Indonesia bagian lebih tinggi dari timur, seperti standar kelulusan di Papua dan nasional karena Kepulauan Natuna. kami ingin mereka Masalah distribusi itu tidak menjadi menjadi salah satu radiologis yang alasan munculnya biasa-biasa saja,” keputusan menteri ujar dr. Benny tentang pelaksanaan Zulkarnain, teleradiologi pada SpRad(K), selaku tahun 2010. Sebagai ketua departemen. bentuk kontribusi, Keunggulan lain PPDS radiologi FKUI adalah budaya akan mengutamakan kolaborasi yang pendaftar asal daerah sangat baik dengan departemen yang berencana kembali ke daerah lain di RSCM sehingga berdampak tersebut atau yang mendapat mitzy/MA baik dalam pelayanan pasien dan rekomendasi dari RSUD tanpa aktivitas pendidikan. mengesampingkan penilaian objektif lain. Persyaratan masuk peserta PPDS “Bertambahnya jumlah pendaftar dengan radiologi di FKUI antara lain usia ≤35 tahun, minat tinggi dan keinginan untuk bekerja nilai TOEFL ≥500, lulus tes kesehatan, dan di daerah tentunya akan sangat baik bagi memiliki pengalaman kerja minimal 1 tahun Indonesia,” harap Benny. atau telah menjalani internship. Selain itu, Gelar spesialis radiologi dapat diperoleh ada tes psikometri dan wawancara oleh setelah residen menyelesaikan tesisnya dan psikiater guna mendeteksi potensi gangguan lulus dalam ujian yang diselengarakan oleh kesehatan jiwa. Meskipun tidak mutlak, FKUI. Masa pendidikan spesialis radiologi hasil tes ini bersifat rekomendasi penting di FKUI adalah 7 semester, tetapi rata-rata yang sangat dipertimbangkan. Departemen residen mundur 1 semester karena agenda menyediakan kuota penerimaan 10 orang pendidikan yang padat dan umumnya telah per semester walaupun jarang terpenuhi berkeluarga. vidiast

Acara dimulai pada hari Minggu dengan serangkaian seminar mengenai Arbovirus Infection, yang meliputi diagnosis dan penanganan dari Dengue dan Chikungunya. Lalu pada sesi 2 seminar diadakan mengenai penggunaan antibiotic bagi penyakit infeksi dan efisiensi dari pemberian vaksin terhadap penyakit infeksi. Setelah itu, terdapat 2 workshop sehingga peserta dapat memilih

untuk mengikuti workshop berupa kasus bertajuk Diagnosis dan Penanganan Dengue serta Congenital Dengue dan Dengue Pada Neonatus, atau Workshop Antibiotik dengan bertajuk “Application of Antibiotic PK PD for Clinical Practice”, “Outpatient Antibiotic Therapy: Fever and Rash Case Scenario”, serta “Utilization of microbiologic examination and Antibiotic Susceptibility Testing.” Pada hari kedua, seminar kembali dilaksanakan pada sesi 1 seminar dengan topic Malaria, Demam Thypoid, Encephalitis dan Pertussis. Pada sesi 2, diadakan seminar mengenai “Rotavirus Vaccine” dan “Antimicrobial as a Part of Infectious Disease Management” Setelah rangkaian seminar selesai, seperti pada hari pertama, dilanjutkan dengan workshop yang terdiri atas Workshop Dengue dan Workshop Antibiotic, tetapi dengan topik yang berbeda dengan hari pertama. Workshop Dengue dilaksanakan dengan tutorial dan kasus dengan topik “Dengue with Massive Bleeding, Encelopathy, and isolated organopathy” dan Workshop Antibiotik dengan “Antibiotic use in hospital” , “Fever Without a Source” serta “Prolonged Fever” Simposium dan workshop ini dibuka untuk mahasiswa kedokteran, dokter umum dan spesialis. levina

Doping: Karena Nila...

sambungan dari halaman 1

atlet masih terbukti positif mengkonsumsi zat doping, maka mereka harus menanggung sanksi lanjutan yakni tidak diperbolehkan aktif dalam seluruh kegiatan kompetisi olahraga nasional selama empat tahun. Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) telah berkomitmen untuk mengusut tuntas kasus penyalahgunaan doping dikalangan atlet dan memperkuat kelembagaan Lembaga Anti-Doping Indonesia (LADI) agar kasus ini tidak terjadi lagi di masa yang akan datang. Tentunya tindakan ini dilakukan untuk mengurangi jumlah atlet yang menggunakan doping dalam setiap pertandingan serta menjaga sportivitas antaratlet yang berlaga dalam tiap kompetisi. Regulasi dan sanksi yang tegas dibutuhkan untuk melindungi kerja keras atlet yang telah berjuang menembus batas kemampuan diri dan nilai keadilan yang harus dijunjung setinggi-tingginya di arena olahraga. salmakyana, phebeagultom

Saya yang bertandatangan di bawah ini, Nama: Pekerjaan: Alamat Lengkap (untuk pengiriman):

FORMULIR BERLANGGANAN

Telepon/HP: Email: memohon untuk dikirimi Surat Kabar Media Aesculapius selama kurun waktu (beri tanda silang): 1. Enam edisi (GRATIS 1 edisi): Rp18.000,00 2. Dua belas edisi (GRATIS 2 edisi): Rp36.000,00 Biaya kirim ke luar pulau Jawa Rp5.000,00 per enam edisi. Cara pembayaran: 1. Wesel pos ke Redaksi MA FKUI 2. Transfer ke rekening Media Aesculapius di BNI Capem UI Depok No. 0006691592 Mohon untuk menyertakan bukti pembayaran baik bukti transfer maupun fotokopi wesel pos dengan formulir berlangganan ke MA.

( ) Nama Lengkap


82

Liputan

JANUARI-FEBRUARI 2017

MEDIA

AESCULAPIUS

SEREMONIA

Seremoni Penganugerahan kepada Professor yang Berkunjung: Prof. Dr. Med. Markus Meyer

MeetUp ke 13 IdBigData: Big Data for Bioinformatic and Healthcare

camilla/MA

abdi/MA

auh-jauh dari Fakultas Kedokteran Hannover, Jerman, Prof. Dr. Med. Markus Meyer berbagi kepada sivitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mengenai pentingnya kerjasama antara fakultas kedokteran dengan perusahan farmasi guna pembiayaan penelitian. Acara penganugerahan diadakan pada hari Senin, 16 Januari 2017 dan bertempat di Aula Gedung IMERI, FKUI Salemba. Profesor di bidang farmakologi tersebut telah banyak bekerja sama dengan dokter-dokter FKUI untuk melakukan penelitian. camilla

dBigData berkolaborasi dengan IBM Corp, Asosiasi Ilmuwan Data Indonesia (AIDI), Bahasa Kita, dan Bio Farma mengadakan kegiatan IdBigData MeetUp ke 13 dengan tema Big Data for Bioinformatic and Healthcare. Kegiatan ini dilaksanakan pada Rabu, 22 Februari 2017 bertempat di Auditorium IMERI lantai 3, FKUI Salemba. Dr. dr. Nina Kemala Sari, SpPD, K-Ger, direktur pemasaran RSCM, dalam sambutannya menyampaikan pentingnya penerapan teknologi informasi untuk menghubungkan data-data di rumah sakit. abdi

J

I

SENGGANG

Voli: Dari Hobi Jadi Pilihan Karier Permainan voli yang mendarah daging kini menjadi penuntun karier kedokterannya.

D

r. Anita Suryani adalah dokter lulusan FKUI angkatan 2005. Bermain voli merupakan hobi yang sudah digelutinya sejak dini, sejak di bangku SD, SMP, SMA, kuliah, hingga sekarang, saat ia menjalani semester satu magister pendidikan dokter spesialis. Dokter yang sedang mengambil spesialisasi Ilmu Kedokteran Olahraga ini rajin mengikuti pertandinganpertandingan antar sekolah di tingkat SD, SMP dan SMA. Ia berhasil memenangkan beberapa pertandingan bersama timnya, dan tentunya, kekalahan bukan menjadi hal yang asing baginya. Dokter yang merupakan salah satu pengusung seminat voli di FKUI ini, tetap menyempatkan waktu bermain voli saat menempuh pendidikan S1. Pertandingan Dekan Cup voli tidak pernah absen ia ikuti dan kerap kali angkatannya menangkan. Setelah Anita lulus dokter, internship, dan menikah, ia sempat berhenti bermain voli selama empat tahun karena fokus mengurus kedua buah hati. Berawal dari ajakan pasien, akhirnya kini Anita mulai kembali bermain voli setiap akhir pekan bersama tetangga di sekitar rumah sekaligus tempat praktik pribadinya. Tidak hanya mencintai voli, Anita juga senang mengikuti olahraga lain seperti bulu tangkis, tenis meja, basket, dan renang. Anita membentuk tim PPDS untuk voli putri dan tenis meja di ajang

dokumentasi pribadi

Dekan Cup FKUI 2017. Ia juga menjadi pemain tim basket putri PPDS dan rutin bermain badminton bersama teman-teman residennya. Akan tetapi, voli yang paling menjadi hobinya karena sudah diperkenalkan dan dijadikan tim inti sejak kecil oleh guru olahraga di sekolahnya. Selama bermain voli, jarang sekali Anita menemukan duka. “Buat saya, tujuan utama bermain bukan untuk menang. Kalah menang itu biasa. Yang penting harus ada saat kita

bisa berkeringat agar sirkulasi tubuh lancar dan badan tetap bugar. Pasalnya olahraga kalau tidak disempatkan, ya tidak akan sempat. Semakin olahraga bukan semakin lelah malah semakin segar,” kata Anita. “Oleh karena voli adalah hobi saya, rasanya tidak ada dukanya. Dukanya adalah ketika saya tidak dapat bermain voli karena hujan sebab lapangannya terbuka. Sedih rasanya,” tambahnya. Banyak pengalaman menarik yang

dirasakan Anita, salah satunya adalah saat bertanding. “Pertandingan adalah sarana untuk mencari kesenangan dan menguji kemampuan bermain kita. Saya sangat senang memiliki tim olahraga. Tim olahraga adalah tim yang paling sportif yang biasa menerima kekalahan,” kata Anita. “Dengan berolahraga, rasa bugar, percaya diri, dan bahagia timbul akibat pelepasan antioksidan dan hormon endorfin. Kemampuan kognitif orang yang berolahraga juga terbukti meningkat akibat substansia nigra yang lebih tipis,” terang Anita. Melalui olahraga, ia juga mendapat banyak koneksi dan menjalin keakraban lintas usia. Koneksi ini kerap kali memberinya keuntungan tidak terduga. Halhal itulah yang membuat Anita mencintai olahraga. Atas dasar kecintaannya pada olahraga, Anita kemudian mantap mengambil spesialisasi Ilmu Kedokteran Olahraga menjadi tempatnya menggali ilmu lebih dalam. “Olahraga adalah hobi saya. Saya tidak mau jauh-jauh dari sehat. Kalau saya menjadikan hobi sebagai pekerjaan saya, maka saya tidak perlu bekerja seumur hidup saya.” Ke depannya, dokter yang berprinsip mencegah lebih baik daripada mengobati ini, bercita-cita mempunyai studio senam pribadi. Ia juga ingin menjadi dokter atlet di Proliga Bola Voli sehingga dapat menjalankan tugasnya sebagai dokter sambil membawa dua buat hatinya bermain voli bersama atletatlet voli nasional. claragunawan


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.