Media
Surat Kabar
Aesculapius PERANGKO BERLANGGANAN KP JAKARTA PUSAT 10000 NO. 3/PRKB/JKP/DIVRE IV/2014
Kedokteran dan Kesehatan Nasional
No. 06 l XLVI l Juli-Agustus 2014
Terbit Sejak 1970
Tips dan Trik
Advertorial
Pantau Gula Darah Tanpa Tusukan Jarum
Cek Darah Mudah, Murah, dan Berkualitas
halaman 7
Harga Rp3.000,00
ISSN No. 0216-4966 Suara Mahasiswa Pasien Membeludak, Dokter Jangan Tersedak
Kontak Kami
halaman 3
halaman 8
@SKMAesculapius beranisehat.com 021-91924815
Siaga MERS-CoV di Tanah Suci K
Isu wabah MERS-CoV yang kian memanas sontak membuat kerepotan petugas kesehatan, terlebih, perusahaan penyelenggara haji dan umrah di Nusantara. Bahayakah ancaman yang ditimbulkan?
ekhawatiran merebak di kalangan masyarakat Indonesia ketika pemerintah Arab Saudi menaruh perhatian khusus pada Middle East Respiratory Syndrome - Corona Virus (MERSCoV). Virus yang ditemukan sejak April 2012 di daerah Timur Tengah ini menyita begitu banyak perhatian masyarakat tanah air terkait latar belakang agama yang mayoritas muslim. Lebih dari 200.000 penduduk pulang-pergi ke Arab Saudi setiap tahunnya untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Dengan keberadaan MERS-CoV, wajar bila timbul kepanikan. Apalagi dengan terdengarnya korban meninggal akibat virus tersebut. Namun, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), melalui seminar “Wabah Virus MERS” akhir Mei silam, menyatakan bahwa ketakutan tersebut sesungguhnya berlebihan. Para ahli respirologi dan mikrobiologi, di antaranya dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD, K-PTI, FINASIM; dr. Ceva Wicaksono Pitoyo, SpPD, K-P, FINASIM, K-IC; dan dr. Fera Ibrahim, MSc, PhD, SpMK (K), memberikan keterangan yang menjawab berbagai kebingungan seputar MERS-CoV. Berkenalan dengan MERS-CoV Asal-muasal istilah “MERS” dihubungkan dengan lokasi kasus pertama serangan virus ini, yaitu Timur Tengah, beserta kumpulan gejala klinis organ penapasan yang disebabkannya. Di lain sisi, “CoV” merujuk pada identitas famili dalam taksonomi virus, yaitu Coronaviridae. Sekelompok dengan SARS, MERS-CoV tergolong ke dalam betacoronavirus. Oleh karena materi genetiknya berupa RNA, virus yang menyerupai mahkota ini tidak
memiliki mekanisme pengoreksian ketika bereplikasi. Akibatnya, MERS-CoV sangat mudah bermutasi.”Virus RNA kerap bereplikasi dan tidak ada pengoreksian selayaknya virus DNA sehingga analisis molekuler memperlihatkan adanya variasi dan bisa saja virus ini berubah nantinya,” jelas dr. Fera Ibrahim, MSc, PhD, SpMK (K), Kepala
Departemen Mikrobiologi FKUI. Studi molekuler berbagai isolat MERS-CoV mengelompokkan virus ini menjadi kelompok A dan B dengan 3 jalur genotipe berbeda. MERS-CoV yang ditemukan akhir-akhir ini masuk dalam kelompok B, sementara yang diisolasi dari pasien pertama termasuk kelompok A. Lima bulan sejak ditemukan kasus
MERS di Jazirah Arab, MERS-CoV diidentifikasi sebagai etiologi dari penyakit baru tersebut. Selama dua tahun, cakupan infeksi virus ini terus berekspansi hingga ke wilayah Mesir, Tunisia, Jerman, Inggris, juga Amerika Serikat. Seluruh kasus yang ditemukan dikonfirmasi berkaitan dengan perjalanan dari Timur Tengah. MERS-CoV juga telah menyebar sampai ke Benua Asia, di
antaranya Malaysia dan aditya/MA Filipina. Walau demikian, kabar terakhir dari Litbangkes menyatakan, per 19 Mei 2014 belum ditemukan kasus MERS di Indonesia. Metode penularan MERS-CoV masih simpang-siur. Kecurigaan utama jatuh pada kelelawar dan unta sebagai perantara. Pasalnya, reseptor dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) yang merupakan
Simpang-Siur soal Vaksin Tidak hanya untuk balita, pemberian vaksin juga diperlukan dalam mencegah ragam penyakit saat hendak bepergian ke daerah tertentu. Akan tetapi, vaksinasi kerap dihubungkan dengan beragam mitos sehingga angka cakupannya naik-turun.
D
i tengah gegap gempita pembicaraan Middle East Respiratory Syndrome – Corona Virus (MERS-CoV), ada ruang terbuka untuk kemungkinan pengembangan vaksin virus ini. Walaupun hingga kini penularannya tergolong lambat untuk menjadi suatu wabah layaknya SARS yang menghebohkan, MERS-CoV masih menimbulkan pertanyaan-pertanyaan di kalangan para ahli, misalnya cara penularannya dan peluang mutasi menjadi jenis yang lebih berbahaya.
Jika vaksin MERS-CoV akhirnya tersedia, tentunya jemaah haji bisa mengembuskan napas lebih lega tanpa takut terinfeksi virus tersebut. Namun, vaksinasi tersebut bisa saja terhalang mengingat maraknya gerakan antivaksin di Indonesia. Memuncak pada 2011 dan 2012 di Indonesia, gerakan antivaksin memiliki imbas negatif yang signifikan. Pejuang vaksin yang juga aktif di media sosial, dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), memaparkan contoh bahaya gerakan antivaksin. “Waktu saya ke Aceh tahun 2012, ada dua tokoh Salamah yang memberikan presentasi (antivaksin.red) di masjid. Akhirnya didengarkan oleh ratusan orang di Lhokseumawe termasuk mahasiswa FK di sana. Cakupan vaksin hepatitis B yang awalnya 85% turun menjadi 25% setelah presentasi itu,” tutur Piprim. Vaksin itu haram. Alasan tersebutlah
yang sering kali digunakan untuk menolak vaksin. Padahal, informasi tersebut tidak benar. Walaupun tiga jenis vaksin, yaitu vaksin polio injeksi, rotavirus, dan meningitis, memakai enzim tripsin babi (E93) dalam proses pembuatannya, hasil akhir ketiga vaksin tersebut dipastikan tidak mengandung unsur babi. Sebab, enzim tersebut hanya berfungsi sebagai katalisator dan tidak akan lolos dari ultrafiltrasi. “Jika masih mengandung katalisator, berarti hasil akhir vaksin itu tidak jadi,” jelas Piprim. Untuk itu, Piprim mengimbau agar masyarakat tidak mudah terpengaruh isu yang tidak bertanggung jawab. Apalagi tenaga kesehatan seperti dokter maupun mahasiswa kedokteran. “Di dunia ini yang namanya kebenaran itu harus ada buktinya. Kita di dunia kedokteran harus berpegang kepada evidence based medicine dan kebenaran itu,” tegasnya. rusfanisa, andy, yasmina.
tempat penempelan sel target infeksi, juga ditemukan pada kelelawar dan unta yang positif MERS-CoV. Akan tetapi, belum jelas penularannya melalui kontak tidak langsung yakni dengan memakan daging unta atau kontak langsung dengan menyentuh atau berada di sekitar unta. Potensi penularan dengan kontak antarmanusia pun belum dapat dipastikan. Kendati cukup banyak korban jiwa yang sudah berjatuhan akibat virus ini, dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD, K-PTI, FINASIM, pakar penyakit tropik dan infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, mengatakan bahwa kasus MERS-CoV semestinya tidak menimbulkan kekhawatiran yang tidak perlu. Secara kumulatif, mortalitas akibat MERS-CoV memang meningkat. Namun, jika dibandingkan, keseluruhan kasus yang ada, baik yang terindentifikasi maupun tidak, rasio kematian malah relatif turun. Kasus-kasus fatal cenderung terjadi pada orang dengan riwayat komorbiditas, seperti diabetes dan imunodefisiensi. Jika terjangkit pun sebenarnya penyakit ini akan sembuh sendiri karena bersifat self-limited, asalkan kondisi umum dan daya tahan tubuh tetap dijaga semaksimal mungkin. “Jadi bukan serta-merta kalau seseorang terinfeksi virus ini akan mendapatkan kondisi buruk dan secara singkat tidak tertolong,” tegas Erni. Imbauan Bagi Jemaah Hingga saat ini, belum ada pencegahan khusus terhadap MERS. Vaksinasi tambahan untuk calon pengunjung Jazirah Arab pun belum tersedia. Intinya, metode yang dapat dilakukan oleh semua pihak, bersambung ke halaman 11
Pojok MA “Ancaman infeksi bertambah, anjuran vaksinasi dibantah. Tanya kenapa?”
KLINIK
JULI-AGUSTUS 2014
MEDIA AESCULAPIUS
DARI KAMI
MA KLINIK
Assalamualaikum wr wb, Salam semangat! Bulan Juli 2014 ini bertepatan dengan bulan suci Ramadan dan hari nan fitri. Maka pertama-tama, perkenankanlah kami dari jajaran Media Aesculapius mengucap selamat menunaikan ibadah puasa dan selamat hari raya idulfitri 1435H. Maafkan segala kekurangan dan semoga setiap kebaikan mendapat balasan sesuai yang telah kita upayakan. Apa kabar pembaca SKMA di seluruh tanah air? Lewat paruh tahun ini kami kembali hadir dengan beragam kabar seputar kedokteran dan kesehatan dengan berbagai kemajuan dan perkembangannya. Menghitung bulan menjelang penyelenggaraan haji, dunia digoncangkan dengan ancaman MERSCoV yang kental dengan nuansa Saudi. Berbahayakah virus yang menyerang saluran pernapasan tersebut? Haruskah rencana ibadah dirombak seketika atas nama keamanan? Temukan jawabannya dalam topik utama. Kabar hangat lain berasal dari rubrik Advertorial. Para ahli sedang mempersiapkan terobosan agar pengecekan gula darah mandiri pasien diabetes tidak lagi memerlukan tusukan jari konvensional. Ikuti perkembangannya di bagian Ilmiah Populer. Tidak kalah penting, di rubrik Tips dan Trik diulas kembali kiat membuat sediaan apus darah tepi sebagai pemeriksaan darah andalan di fasilitas layanan primer. Meski terkesan sepele, dengan pembuatan sediaan yang baik, hasil pemeriksaan dapat lebih mudah terbaca dan penegakan diagnosis pun lebih mudah terarah. Di bagian Opini Humaniora, Suara Mahasiswa mengangkat fenomena mengenai luapan pasien pasca-SJSN. Sementara dari Liputan, rubrik Institusi akan memperkenalkan Indonesia Medika nan inspiratif ke tengah-tengah kita. Keduanya merupakan bukti bahwa kepekaan observasi dan spirit sosial bukan mustahil dipupuk sejak muda. Akhirnya, besar harapan edisi ini kembali dapat memuaskan keingintahuan Anda akan kabar dunia kedokteran dan kesehatan yang selalu berkembang seolah enggan tergerus zaman. Kami membuka peluang kontribusi Anda di rubrik Tips dan Trik, Askep, Suara Mahasiswa, Kolum, Iptek, Kesmas, dan Sepuki. Jika terdapat kritik, saran, dan masukan yang membangun, jangan ragu layangkan ke email redaksi kami. Selamat membaca! Wassalamualaikum wr wb,
Infeksi Saluran Kemih pada Wanita
Halida Umi Balkis Pemimpin Redaksi
MA FOKUS
Tidak Panik, Tetapi Tetap Waspada
D
i era media sosial yang kian menjamur, berita seolah tidak lagi mengenal batas. Beragam kabar dapat mendarat di peranti ribuan orang dalam hitungan menit saking mudahnya penyiaran. Sayangnya, meski menambah pengetahuan para penerima siaran, informasi yang tersebar tidak selamanya berdampak positif. Terkadang isi pesan justru memicu kepanikan, terlebih jika porsinya tidak berimbang. MERS-CoV adalah salah satu topik yang sempat terangkat sebagai bahan perbincangan di komunitas maya. Mendengar kabar virus tersebut telah menjangkau negara tetangga, masyarakat bersiap dengan siaga. Rekanan dengan latar belakang pendidikan kesehatan pun menjadi salah satu tempat untuk bertanya dan mengklarifikasi: betulkah berbahaya virus tersebut? –mengingat di belahan dunia lain sudah tercatat sejumlah korban meninggal. Sebagai tenaga kesehatan, selayaknya kita tetap tenang dan membekali diri terlebih dahulu sebelum menjawab segudang pertanyaan awam. Sebab, dengan pendapat yang kurang matang, boleh jadi persoalan akan semakin melebar. Memberikan pertimbangan mengenai informasi yang terlalu mudah menyebar idealnya diiringi dengan pengetahuan dasar yang cukup. Apabila terdapat bagian dari informasi yang belum pernah didengar sebelumnya, jangan ragu bertanya pada pihak yang dikenal sudah lebih ahli. Ikut-ikutan panik tidak akan membawa dampak positif. Akan tetapi, terlalu santai dan menganggap remeh juga bukan sikap yang bijak. Dalam kasus MERS-CoV, misalnya. Walaupun tampak mengancam dan menyeramkan, ada banyak hal yang dapat diupayakan untuk pencegahan penularan. Meski tindakan pencegahan terkesan sederhana misalnya dengan mencuci tangan dan menggunakan masker, syarat pencegahan lain pun seperti kondisi fisik yang prima dan menjauhi kemungkinan sumber penularan tetap perlu diperhatikan. Mengingat simpang-siur informasi amat potensial terjadi, menjadi garda terdepan pencerdas masyarakat adalah tugas bersama, terutama dalam hal terkait kesehatan. Pahami, konfirmasi, cerdaskan. Dengan sikap tenaga kesehatan yang tepat terhadap informasi yang menyebar pesat, diharapkan masyarakat pun dapat merespon kabar dengan proporsional.
I
nfeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu kasus yang sering ditemui pada praktik di layanan primer. ISK dapat terjadi di setiap bagian saluran kemih, mulai dari uretra, kandung kemih, ureter, sampai ginjal. ISK pada saluran kemih atas terjadi melalui penyebaran sistemik dari fokus infeksi di bagian tubuh lain. Sementara itu, ISK bagian bawah dipengaruhi oleh retensi urin atau kerusakan epitel dinding kandung kemih, misalnya pada pemasangan kateter. Gejala klinis ISK bervariasi sesuai usia dan bagian sistem urin yang terinfeksi. Jenis ISK yang paling umum adalah infeksi kandung kemih (sistitis) dengan gejala umum berupa rasa sakit atau sensasi terbakar saat buang air kecil (disuria), perasaan sering dan/atau perlu buang air kecil (frekuensi/urgensi), dan urin keruh. Jika gejala klinis disertai dengan nyeri pinggang, demam, menggigil, mual, dan muntah, kemungkinan infeksi sudah mengenai saluran kemih bagian atas seperti pielonefritis. Wanita lebih rentan terhadap ISK daripada pria karena uretra wanita lebih pendek dan lebih dekat dengan anus. Pada wanita pascamenopause, hilangnya estrogen akan menipiskan lapisan epitel saluran kemih. Penipisan ini meningkatkan kerentanan terhadap infeksi oleh mikroorganisme. Beberapa faktor risiko lainnya adalah frekuensi aktivitas seksual yang tinggi, diabetes, obstruksi saluran kemih, dan penggunaan kateter urin. Di lain sisi, bagi wanita hamil, ISK berpotensi membahayakan ibu dan janin. Oleh karena itu, ibu hamil dengan gejala ISK sebaiknya melakukan skrining untuk bakteriuria asimtomatik. ISK dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur. Escherichia coli adalah bakteri tersering penyebab ISK akut nonkomplikata yang diikuti oleh Staphylococcus saprophyticus, Klebsiella, Enterobacter, dan Proteus. Sementara itu, Candida albicans adalah jamur tersering penyebab ISK. Etiologi ISK dapat diketahui dari pemeriksaan laboratorium dengan spesimen urin, yaitu urin porsi tengah (mid-stream urine). Spesimen ini dikumpulkan pada pot urin steril yang bermulut lebar. Jika terpasang kateter, spesimen diambil melalui sampling port. Pengambilan dengan metode aspirasi suprapubik merupakan alternatif terakhir bilamana urin tidak bisa didapatkan dengan metode lain. Spesimen urin dinilai secara makroskopik dan mikroskopik. Warna urin umumnya keruh
MEDIA AESCULAPIUS
Dr. dr. Yeva Rosana, MS, SpMK(K) Staff Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan bisa juga ditemukan warna kemerahan atau darah pada urin. Bakteriuria atau piuria dapat dinilai secara enzimatik dengan mendeteksi nitrit dan leukosit esterase. Secara mikroskopik, dapat digunakan pewarnaan gram untuk menilai jumlah leukosit dan gambaran mikroorganisme yang diduga sebagai penyebab ISK. Jumlah koloni yang didapatkan dari hasil kultur akan sangat menentukan diagnosis pasti ISK. Prinsip penatalaksaan ISK adalah terapi antimikroba sesuai dengan etiologi. Pengobatan secara empirik dapat diberikan dengan mempertimbangkan pola mikroorganisme penyebab serta resistensinya. Pada ISK akibat bakteri, dapat diberikan antibiotik golongan betalaktam (ampisilin, amoksisillin) atau betalaktam yang dikombinasikan dengan penghambat beta laktamase (asam klavulanat, sulbaktam). Pilihan lainnya adalah kotrimoksasol. Agen spektrum luas seperti fluorokuinolon tidak boleh diberikan sebagai terapi lini pertama pada ISK. Pada ISK dengan etiologi jamur, diberikan antijamur golongan azol (flukonazol) atau echinocandin (mikafungin). Penggunaan antibiotik spektrum luas tidak dianjurkan sebagai lini pertama ISK nonkomplikata. Sebaliknya, antibiotik spektrum sempit lebih dipilih untuk mencegah timbulnya resistensi Edukasi pasien menjadi hal yang esensial untuk menurunkan angka kejadian ISK. Pasien perlu diajarkan agar membersihkan genitalia dari arah depan ke belakang saat buang air untuk mencegah infeksi bakteri yang berasal dari anus. Kebiasaan menahan buang air kecil dan minum air terlalu sedikit harus ditinggalkan. Penggunaan kontrasepsi spermisida dan diafragma juga sebaiknya dihindari. Selain itu, pasien disarankan pula untuk berkemih sesudah melakukan hubungan seksual dan selalu menjaga kebersihan area saluran kemih. Memperbanyak konsumsi air minum perlu dianjurkan kepada pasien. Tujuannya adalah meningkatkan frekuensi berkemih dan pengeluaran mikroorganisme pada saluran kemih melalui urin. Tenaga kesehatan juga harus berupaya mengurangi risiko ISK pada pasien, dengan hanya menggunakan kateter jika diperlukan. Jika kateter perlu digunakan, maka harus diperhatikan teknik aseptik pada pemasangan dan menggunakan sistem tertutup. kartika/MA
22
Pelindung: Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis M. Met. (Rektor UI), Dr. dr. Ratna Sitompul, SpM(K) (Dekan FKUI) Penasihat: Prof. Dr. Bambang Wibawarta, S.S., M.A. (Direktur Kemahasiswaan UI), dr. Eka Ginanjar, SpPD, FINASIM (Koordinator Kemahasiswaan FKUI) Staf Ahli: Seluruh Kepala Bagian FKUI/RSUPNCM, Prof. Dr. Ma’rifin Husein (CHS), dr. Muki Reksoprodjo, dr. Boen Setiawan, dr. Sudarso, dr. E. Oswari, DPH, Prof. Dr. Arjatmo Tjokronegoro, PhD, dr. Hapsara, DPH (Kemenkes RI), dr. Fahmi Alatas, Prof. dr. Marwali Harahap, SpKK, Prof. Dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH Pembantu Khusus: Seluruh Alumni Aesculapius dan Media Aesculapius
Pemimpin Umum: Tiara Kemala Sari. PSDM: Damar Upahita, Juniarto Jaya Pangestu, Teguh Hopkop, Amajida Fadia Ratnasari, Arief Dimas Dwiputro, Fildzah Hilyati. Pemimpin Produksi: Annisaa Yuneva. Wakil Pemimpin Produksi: Arief Dimas Dwiputro, Karin Nadia Utami. Tata Letak dan Cetak: Eiko Bulan Matiur. Ilustrasi dan Fotografi: Rosyid Mawardi. Website: Selvi Nafisa Shahab, Andrew John WS. Staf Produksi: Reiva Wisdharilla Meidyandra Doni, Setyo Budi Premiaji Widodo, Johny Bayu Fitantra, Hafizh Ahmad Boenjamin, Stephanie Wijaya, Inda Tasha Bastaman, Andreas Michael S, Nanda Lucky Prasetya, Muhammad Reza Prabowo, Theresia Rini, Edo Rezaprasga, Meivita Sarah Devianti, Aditya Indra, Nobian Andre, Vanya Utami Tedhy, Zharifah Fauziyyah, Dhiya Farah, Kartika Laksmi. Pemimpin Redaksi: Halida Umi Balkis. Wakil Pemimpin Redaksi: Herdanti Rahma Putri. Redaktur Senior: Alia Nessa, Ayesya Nasta Lestari, Davrina Rianda, Imam Tongku Padesma, Ireska Tsaniya Afifa, Karina Maharani Pramudya, Oviliani Wijayanti, Juniarto Jaya Pangestu, Nadim Marchian Tedyanto, Tiara Kemala Sari. Redaktur Desk Headline: Patria Wardana Yuswar. Redaktur Desk Klinik: Paulina Livia Tandijono. Redaktur Desk Ilmiah Populer: Zatuilla Zahra Meutia. Redaktur Desk Opini & Humaniora: Amajida Fadia Ratnasari. Redaktur Desk Liputan: Ade Irma Malyana Artha. Reporter Senior: Arief Kurniawan, Jusica Putri, Nabila Aljufri, Alima Mawar Tasnima, Berli Kusuma. Reporter Junior: Andy William, Edwin Wijaya, Elva Kumalasari, Ferry Liwang, Fidinny Hamid, Nadia Zahratus Sholihat, Rusfanisa, Sukma Susilawati, Yasmina Zahra Syadza. Pemimpin Direksi: Dwitya Wilasarti. Wakil Pemimpin Direksi: Laksmi Bestari. Finansial: Diadra Annisa Setio Utami, Ali Haidar, Raymond Surya, Dita Gemiana, Ervandy Rangganata, Damar Upahita, Indra Wicaksono, Fatimah Sania, Hardya Gustada, Wilton Wylie Iskandar, Fahmi Kurniawan, Nurul Istianah. Sirkulasi dan Promosi: Anita Tiffany, Naela Himayati Afifah, Danny Darmawan, Rineke Twistixa Arandita, Teguh Hopkop, Febrine Rahmalia, Ryan Reinardi Wijaya, Dyah Ayu, Catharina Nenobais. Buku: Fildzah Hilyati, A. Krishna Ernanda, Herliani Dwi Putri Halim, Hanifah Rahmani Nursanti, Eka Adip Pradipta, F. Nikodemus Hosea, Elvina J. Yunasan, Indah Lestari. Alamat : Jl. Salemba Raya 6 Jakarta 10430, Telp/Fax. (021) 31930364, e-mail: redaksima@yahoo.co.id, Rek. 6691592 BNI Capem UI Salemba, website: beranisehat.com Alamat Redaksi/Sirkulasi : Media Aesculapius PO BOX 4201, Jakarta 10042, Harga Langganan: Rp 18.000,00 per enam edisi gratis satu edisi (untuk seluruh wilayah Indonesia, ditambah biaya kirim Rp. 5.000,00 untuk luar Jawa), foto kopi bukti pembayaran wesel pos atau foto kopi bukti transfer via BNI dapat dikirim ke alamat sirkulasi. MA menerima kiriman naskah dari pembaca untuk rubrik MA Klinik (khusus untuk dokter dan staf pengajar), Asuhan Keperawatan (khusus untuk perawat dan mahasiswa keperawatan) Sepuki, Suma, Suduk, Kolum, Arbeb, Kesmas, Seremonia, dan Konsultasi (berupa pertanyaan). Kirimkan email permohonan penulisan ke redaksima@yahoo.co.id dan kami akan mengirimkan spesifikasi rubrik yang Anda minati.
Kirimkan kritik dan saran Anda:
redaksima@yahoo.co.id
Website Media Aesculapius
beranisehat.com
Dapatkan info terbaru kami: @SKMAesculapius
MEDIA AESCULAPIUS
KLINIK
JULI
JULI-AGUSTUS 2014
3
KONSULTASI
Kenali Cara Rehabilitasi PPOK
M
enurut survei tahun 2002, Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menjadi penyebab kematian nomor tiga di dunia. Data tahun 2004 yang disampaikan oleh Departemen Kesehatan, Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP-PL) mendapati PPOK menyumbangkan angka kesakitan sebesar 35% dari angka kesakitan rumah sakit di lima provinsi. Secara fungsional, obstruksi pada PPOK terutama mengganggu ekspirasi. Bila gangguan menetap, akan terjadi penambahan udara residu sehingga terjadi hiperinflasi. Hiperinflasi menyebabkan pemendekan serabut diafragma yang merupakan otot pernapasan utama. Pada pasien PPOK, tahanan pada aliran jalan udara membuat otot-otot pernapasan bekerja melawan beban terus menerus sehingga otot memerlukan tenaga yang lebih besar dibandingkan kondisi normal untuk memasukkan udara ke dalam paru. Keadaan ini mengakibatkan kelemahan otot yang mungkin berandil terhadap sesak. Pada pasien PPOK, bernapas saja memerlukan tenaga yang besar. Hal itu akan mempengaruhi aktivitas yang lain
sehingga pasien PPOK menjadi mudah lelah. Kelelahan yang mudah terjadi memengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga kualitas hidup pun menurun. Rehabilitasi paru (pulmonary rehabilitation) sebagai bagian dari tata laksana PPOK berupaya menurunkan gejala, pencapaian kapasitas fungsional, dan peningkatan kualitas hidup. Pengendalian sesak atau dispnea sebaiknya dikenali dan dapat diprogramkan oleh dokter keluarga, sedangkan program latihan yang dimulai dari penilaian kapasitas fungsi hingga peresepan latihan dapat dikonsultasikan kepada spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi. Pengendalian sesak dilakukan dengan posisi yang membantu mengurangi sesak dan latihan pernapasan yang merupakan gabungan latihan pursed lip breathing dan latihan pernapasan diafragma. Posisi condong ke depan berguna untuk mengatasi dispnea, yakni posisi punggung lurus namun leher sedikit fleksi (menunduk) sehingga otot leher menjadi rileks. Posisi ini membuat bahu terfiksasi sehingga otot pernafasan tambahan tidak bergerak, dengan demikian iga berkembang lebih maksimal, dan membantu inspirasi lebih dalam. Posisi ini juga membantu pergerakan diafragma. vanya/MA
Pernyataan: Pasien PPOK sering dijumpai dengan keterbatasan kapasitas untuk beraktivitas. Bagaimana tata laksana yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien PPOK? —dr. MN di Pontianak
Narasumber: dr. Nury Nusdwinuringtyas, SpRM, MEpid Divisi Rehabilitasi Respirasi Departemen Rehabilitasi Medik FKUI-RSCM Pursed lip breathing diberikan pada posisi rileks, duduk atau berbaring. Pasien menutup mulut dan secara perlahan menarik napas dalam melalui hidung. Pada saat mengeluarkan napas, udara dikeluarkan melalui mulut yang terbuka sedikit (posisi seperti bersiul). Lamanya waktu ekspirasi diperpanjang menjadi 2 kali waktu inspirasi. Ekspirasi dilakukan pada fase terberat saat melakukan suatu aktivitas, misalnya saat mengangkat beban atau saat membungkuk. Latihan pernapasan diafragma bermanfaat untuk (1) meningkatkan efisiensi ventilasi; (2) meminimalkan konsumsi oksigen oleh otot ventilasi saat bernapas rileks; (3) memperbaiki pertukaran gas dan oksigenasi; (4) meningkatkan mobilitas diafragma; dan (5) memobilisasi sekresi paru selama drainase postural. Latihan ini dilakukan pada posisi berbaring dengan lutut fleksi dan tangan dominan di abdomen, sedikit di bawah iga, sementara tangan yang lain di dada. Pasien diminta untuk bernapas dalam secara perlahan melalui hidung.
Usahakan agar selama bernapas, bahu tetap rileks dan dada tenang, hanya abdomen yang bergerak naik turun. Pasien diminta untuk mengeluarkan seluruh udara di paru dengan ekspirasi terkontrol. Minta pasien untuk mempraktikkan 3-4 kali kemudian beristirahat. Jaga agar jangan sampai pasien mengalami hiperventilasi. Terapi latihan PPOK mulai dari relaksasi, terapi otot terisolasi, terapi pernapasan, hingga aerobik yang menggunakan otot ekstremitas. Latihan yang dirancang untuk gerakan fisik mencakup aerobik, ketahanan, termasuk mekanik tubuh. Berdasarkan panduan Rehabilitasi PPOK FKUI-RSCM, PPOK berat hanya dapat dilakukan uji jalan 6 menit, sedangkan pada PPOK derajat ringan ada lebih banyak pilihan, antara uji Astrand steady state dan symptom limited. Meski PPOK secara alamiah bersifat progresif, kejadiannya dapat dikendalikan. Sesak yang dapat terjadi pada fase eksarsebasi akut atau setelah aktivitas dapat diatasi dengan penerapan posisi tubuh yang tepat. Pursed lip breathing yang dilakukan simultan dengan pernapasan diafragma, dapat memperbaiki ventilasi dan mengurangi hiperinflasi. Sedangkan terapi latihan dapat diberikan sesuai dengan hasil uji kapasitas fungsi. Terapi latihan pada dasarnya merupakan program utama rehabilitasi yang bertujuan untuk perbaikan kualitas hidup. Kirimkan pertanyaan Anda seputar medis ke redaksima@yahoo.co.id. Pertanyaan Anda akan dijawab oleh narasumber spesialis terpercaya.
TIPS DAN TRIK
Cek Darah Mudah, Murah, dan Berkualitas
Pada era pemeriksaan laboratorium semakin canggih dan instan, pemeriksaan sediaan hapus darah tepi masih memiliki peranan penting untuk membantu penegakan diagnosis.
P
emeriksaan sediaan hapus darah tepi merupakan pemeriksaan yang murah dan relatif mudah dilakukan. Sayangnya, di kota-kota besar, hal ini acap kali tidak dilakukan lagi karena tergeser metode hitungan mesin yang jauh lebih praktis. Padahal, meski konvensional, banyak manfaat yang dapat diperoleh dari pemeriksaan ini. Memang benar bahwa saat ini penghitungan jumlah sel darah dan indeks eritrosit bisa diukur otomatis dengan mesin. Namun, tidak selamanya hasil yang dikeluarkan mesin akurat. Oleh sebab itu, pemeriksaan hapus darah tepi memegang peranan penting untuk konfirmasi hasil pemeriksaan mesin. Lain halnya di daerah dengan fasilitas terbatas, pemeriksaan sediaan hapus darah tepi masih menjadi andalan. Ada banyak kelainan hematologi yang bisa segera dikenali dengan pemeriksaan sediaan hapus darah tepi, misalnya anemia, leukemia, dan hemoglobinopati. Keadaan seperti anisositosis yang dapat seolah-olah membuat hasil pemeriksaan mean corpuscular volume (MCV) bernilai normal dapat dideteksi. Selain itu, pemeriksaan ini juga bisa menunjang diagnosis infeksi malaria dan filariasis yang endemis di Indonesia. Proses pembuatan sediaan hapus darah tepi cukup sederhana. Langkah pertama adalah meneteskan satu tetes darah sekitar 2-3 mm dari ujung kaca objek. Lalu, geser
perlahan-lahan ke arah belakang ujung dari kaca geser sehingga semakin mendekati tetesan darah tersebut dengan sudut sekitar 30°-45°. Bila ujung kaca geser sudah berkontak dengan tetesan darah, darah akan menyebar di sudut yang dibentuk. Setelah itu, kaca geser didorong ke arah depan dengan kecepatan secukupnya sehingga terbentuk sediaan hapus darah yang merata sepanjang kaca objek. Cara inilah yang dikenal sebagai metode Wedge. Metode lain yang bisa dipakai adalah dengan bantuan kaca penutup (cover glass method). Prinsip pembuatannya sama dengan metode Wedge, namun kaca geser diganti dengan kaca penutup tipis yang ditaruh di atas tetesan darah. Metode ini relatif lebih sulit, tetapi distribusi sel darah pada sediaan lebih merata. Sediaan yang ada kemudian dikeringkan dengan udara dan difiksasi dengan menggunakan metanol absolut selama dua menit. Kemudian, berikan zat warna secukupnya selama 5 menit dan diikuti pemberian larutan penyangga. Setelah 5 menit, sediaan dicuci perlahan dan dikeringkan pada posisi vertikal. Sediaan yang sudah kering bisa segera dipakai untuk pemeriksaan dengan mikroskop. Prinsip pembuatan dan interpretasi sediaan hapus darah tepi tidaklah sulit. Memang, dibutuhkan latihan agar dapat melakukan interpretasi dengan akurat
karena ada banyak kemungkinan kelainan yang dapat ditemukan. Bila dokter sudah mahir melakukan, tentunya pemeriksaan ini akan sangat membantu karena murah, sederhana, dan tidak kalah akurat dalam membantu penegakan diagnosis. edwin
vanya/MA
JASA PEMBUATAN BUKU Media Aesculapius menyediakan jasa penyusunan buku yang sangat fleksibel. Baik dalam hal desain, ukuran dan tebal buku, maupun gaya penulisan. Tak terbatas hingga penyusunan saja, kami siap melayani distribusi buku Anda! Adapun buku yang pernah kami buat: buku biografi tokoh, buku pemeriksaan fisik berbagai departemen, dan Kapita Selekta Kedokteran.
More Info: Sekretariat MA Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jalan Salemba Raya 6, Jakarta Pusat (Kampus FKUI) Telp. 021 91924815 Contact Person: Fildzah Hilyati (0857 1752 3717)
42
KLINIK
JULI-AGUSTUS 2014
MEDIA AESCULAPIUS
MA INFO
Pantang Panik Tangani Malaria dengan Holistik Jangan anggap remeh malaria! Dengan segudang komplikasinya, penyakit ini bisa menyerang siapa saja. Salah satu sasaran utamanya yang paling berbahaya adalah otak. Mari cermati langkah jitu melawan tantangan mematikan malaria serebral.
M
alaria bukan musuh baru bagi Indonesia. Tidak kurang dari 65% kabupaten menjadi tempat endemis, dengan sekurangnya 45% penduduk kabupaten terjangkit penyakit tersebut. Jumlah kematian yang dilaporkan akibat malaria mencapai 432 orang per hari. Komplikasinya amat beragam; malaria serebral menjadi salah satu tantangan neurologis yang paling susah diobati. Terdapat 575.000 kasus baru per tahun, dengan pasien yang sukses melewati tantangan malaria serebral tetap mengalami defisit neurologis atau kognitif, kelaian perilaku, atau epilepsi. Terdapat berbagai mekanisme yang menjadi dalang terjadinya gangguan kesadaran pada malaria serebral. Sekuestrasi dan rosetting knob, peningkatan asam laktat, dan peningkatan sitokin dalam darah adalah beberapa di antaranya. Hal tersebut menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme di otak. Akibatnya, muncul berbagai manifestasi klinis yang cukup beragam. Pada anak di bawah dua tahun, keluhan seperti muntah, gawat napas, dan
kejang sering dikeluhkan. Gejala lain yang kerap ditemui adalah peningkatan tonus otot, refleks abdomen yang menghilang, hingga klonus di pergelangan kaki. Untuk itu, dibutuhkan pemahaman jitu untuk mampu melakukan tata laksana malaria serebral secara holistik. Secara medikamentosa, malaria serebral
Nobian/MA
ditangani seperti malaria berat pada umumnya. Manajemen tersebut diberikan jika terdapat Plasmodium falciparum stadium aseksual beserta salah satu manifestasi klinis seperti gangguan kesadaran, kelemahan otot, hingga kejang.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pasien malaria serebral dalam keadaan tidak sadar harus dirawat secara holistik. Grafik suhu, nadi, dan pernapasan harus dibuat secara akurat. Pemasangan akses vena harus dirawat dan diganti secara kontinu setiap 2-3 hari. Pemasangan kateter, intubasi endotrakeal, dan nasogastric tube (NGT) harus dilakukan dengan menuruti kaidah asepsis dan antisepsis. Pilihan utama obat antimalaria untuk kasus ini adalah artesunat intravena. Jika tidak tersedia, dapat diberikan kina dihidroklorida intramuskular. Pengobatan tersebut dilakukan di tingkat puskesmas, sebagai dosis awal sebelum merujuk ke rumah sakit rujukan di tingkat kabupaten. Artesunat parenteral tersedia di dalam vial dengan 60 mg serbuk kering asam artesunik. Dosis artesunat adalah 2,4 mg/kgBB, diberikan secara intravena. Setelah artesunat disuntikkan secara intravena sebanyak tiga kali, pemberian boleh diganti per oral. Obat alternatif yang dianjurkan adalah kina dihidroklorida parenteral. Obat tersebut dikemas dalam ampul kina dihidroklorida 25%. Satu ampul berisikan 500 mg zat aktif dalam 2 mL solusio. Kina tidak boleh diberikan secara bolus IV sebab berefek toksik bagi jantung. Pemberiannya masih mungkin dilakukan
Sigap Hadapi Syok Hipovolemik
Salah satu kegawatdaruratan dalam dunia medis adalah syok. Penanganan yang terlambat dapat membahayakan jiwa pasien. Sitta Diani Fichara, dkk Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
S
yok dalam istilah medis merupakan suatu kondisi tidak cukupnya aliran darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Syok terdiri dari beberapa jenis, salah satunya syok hipovolemik. Kondisi ini ditandai dengan penurunan cairan intravaskular. Biasanya, syok hipovolemik disebabkan karena beberapa hal, misalnya dehidrasi akibat muntah dan diare yang berlebihan, luka bakar yang luas, dan perdarahan masif. Ada beberapa tanda dan gejala yang menunjukkan keadaan syok seperti takikardi, akral lembab dan dingin, sianosis, hipotensi, penurunan kesadaran, dan capillary refill time lebih dari 2 detik. Pada pemeriksaan nadi akan ditemukan pulsasi yang cepat, melemah, atau bahkan bisa tidak teraba. Pada dasarnya penanganan syok hipovolemik bertujuan untuk memperbaiki perfusi. Metode pertama adalah dengan melakukan resusitasi cairan. Indikasi resusitasi cairan adalah pasien yang telah kehilangan volume darah lebih dari 15% (>750 cc). Cairan yang umum digunakan
adalah NaCl 0,9% atau ringer laktat (RL). Pemberian cairan ini dilakukan secara intravena menggunakan infus. Dosis cairan yang diberikan tiga kali dari volume cairan yang hilang. Selama delapan jam pertama diberikan 50% cairan, sementara sisa cairan diberikan dalam kurun waktu 16 jam setelahnya. Selain memberikan cairan, hal penting lainnya yang perlu dilakukan adalah memantau keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan cairan yang keluar. Bila volume urine kurang dari 30-60 mL/ jam, segera laporkan. Bila tidak ada kontraindikasi,
Farah/MA
berikan cairan per oral hingga 2600 mL/hari. Dalam melakukan upaya pemulihan cairan, tenaga medis tidak boleh lupa untuk melakukan pemantauan rutin terhadap kemungkinan tanda komplikasi dan efek samping pengobatan. Bila ditemukan, keadaan tersebut harus segera dilaporkan sedini mungkin. Metode lain yang tidak kalah penting adalah modifikasi posisi pasien, yaitu dengan menggunakan posisi trendelenburg
yang dimodifikasi. Caranya sederhana, yaitu pasien ditempatkan di tempat yang datar dengan kaki yang ditinggikan agar meningkatkan aliran balik vena. Oksigen juga dapat diberikan bila diperlukan. Kedua intervensi ini dilakukan untuk menunjang fungsi sirkulasi dan respirasi pasien. Selain usaha untuk memperbaiki perfusi, penyebab syok juga penting untuk diatasi. Apabila penyebabnya adalah perdarahan, harus segera dihentikan untuk mencegah kehilangan cairan lebih lanjut. Saturasi oksigen juga harus dijaga agar tetap stabil. Pemantauan dapat dilakukan dengan mengamati frekuensi, kedalaman, serta bunyi pernapasan. Alat bantu napas dapat diberikan untuk menjaga suplai oksigen tetap normal. Syok hipovolemik merupakan kondisi yang harus diatasi dengan segera. Biarpun keadaan sudah tampak lebih stabil, sebelum memberikan penanganan lebih lanjut sebaiknya dilakukan pengkajian beberapa parameter seperti input cairan, output urin selama 24 jam, menimbang berat badan, mengamati level elektrolit dalam darah, blood urea nitrogen, osmolalitas urin dan serum, kreatinin, hematokrit, dan hemoglobin. Selain itu, perlu dilakukan pengamatan terhadap tanda-tanda lain seperti warna kulit, suhu, turgor dan kelembaban.
secara intramuskular atau infus. Dosis pemberian intramuskular adalah 10 mg/ kgBB, disuntikkan setengah dosis pada paha depan kiri dan kanan. Dosis yang sama dapat diberikan untuk pemberian infus kina intravena pada anak, dengan menggunakan Kina HCl 25%. Setelah pasien sadar, pengobatan dilanjutkan dengan regimen dihidroartemisin-piperakuin beserta primakuin atau kombinasi terapi lainnya. Dokter harus mengetahui obat-obat yang tidak direkomendasikan untuk malaria berat, seperti heparin, prostasiklin, agen kelasi besi, kortikostreroid dosis tinggi, dan obat antiinflamasi lainnya. Selama terapi, dokter dapat memonitor beberapa hal, seperti gula darah setiap 8 jam dan darah perifer lengkap setiap hari. Posisi pasien harus diubah setiap hari untuk mencegah luka dekubitus dan pneumonia hipostatik. Kebersihan mata dan rongga mulut juga tidak boleh luput oleh pelaku rawat karena infeksi kelenjar parotis dan ulkus kornea kerap ditemui pada pasien yang mengalami gangguan kesadaran. Singkat kata, penanganan holistik adalah kunci tuntaskan malaria serebral. Prinsip umum manajemen pasien yang tidak sadar harus diingat setiap kali bertindak. Nilai plus jika dokter tidak lupa melakukan deteksi dini komplikasi berat lainnya. nessa
JASA TERJEMAHAN KABAR GEMBIRA! Media Aesculapius menyediakan jasa terjemahan Indonesia-Inggris/Inggris-Indonesia. Waktu pengerjaan singkat (4 x 24 jam) dengan hasil terjamin. More Info: Sekretariat MA Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jalan Salemba Raya 6, Jakarta Pusat (Kampus FKUI) Telp. 021 31930364 Contact Person: Hardya Gustada (0813 8668 6655)
More Info: Sekretariat MA Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jalan Salemba Raya 6, Jakarta Pusat (Kampus FKUI) Telp. 021 31930364 Contact Person: Indra Wicaksono (0818187029)
Ilmiah Populer
MEDIA AESCULAPIUS
JULI
JULI-AGUSTUS 2014
5
KESMAS
Gawat Darurat? Telepon Saja 119!
Layaknya 911 di luar negeri, Kemenkes bekerja sama dengan sepuluh penyelenggara telekomunikasi meluncurkan kode akses layanan darurat 119.
L
ayanan call center kesehatan sebagai sarana penunjang penting dalam sistem kesehatan kini telah hadir di Indonesia. Februari lalu, Pemerintah Kota Bandung meluncurkan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) Call Center 119, menyusul Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang telah mengadopsinya sejak Maret 2013. SPGDT memfasilitasi pelayanan kesehatan prarumah sakit, selama di rumah sakit, dan antarrumah sakit. Di samping itu, operator 119 juga menginformasikan ketersediaan ruang rawat inap kelas III, ICU, ICCU, NICU, dan PICU. Untuk tujuan tersebut, di Jakarta terdapat sembilan rumah sakit yang telah bergabung dalam jaringan ini, yakni RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), RS Anak Bunda Harapan Kita, RS Jantung Harapan Kita, RSPAD Gatot Soebroto, RSUP Fatmawati, RSUP Persahabatan, RSUD Cengkareng, RSUD Koja, dan RSUD Tarakan. Tidak lupa, layanan Ambulans Gawat Darurat (AGD) Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta juga menyediakan 51 unit ambulans yang siap dipanggil tanpa dipungut biaya. Di Bandung, dinas kesehatan setempat telah mengatur agar kasus gawat darurat dapat ditangani di puskesmas atau RS terdekat.
Hutchison 3 Indonesia. Dari semua provider Menunjang Konsep Safe Community itu, baru PT. Telekomunikasi Indonesia SPGDT sejatinya bukanlah ide baru. yang membebaskan biaya telepon ke 119. Sistem ini merupakan pengembangan dari Sementara, provider konsep Masyarakat Sehat dan Aman (Safe lainnya masih Community) binaan Kemenkes sejak tahun memberlakukan tarif 2000. Pengembangan SPGDT (S) untuk normal. laporan sehari-hari maupun SPGDT (B) Nobian/MA untuk bencana menemui kendala karena tidak adanya jaringan telekomunikasi terpadu. Menimbang itu, Surat Menteri Komunikasi dan Informatika No. 486/M. Call KOMINFO/09/2012 center 119 menetapkan kode akses pertama kali 119 sebagai layanan menjalani uji coba panggilan darurat di DKI Jakarta pada nasional. 22 Februari 2013. Dalam Kemenkes menyambut rentang seminggu, operator keputusan tersebut melalui menerima 3.611 panggilan. kerja sama dengan sepuluh Masifnya telepon yang penyelenggara komunikasi, masuk tidak melulu sesuai target, yakni PT. Telekomunikasi justru lebih banyak berupa telepon Indonesia, PT. Telekomunikasi salah sambung atau permintaan Selular, PT. Indosat Tbk., PT. XL ruang rawat yang tidak mendesak. AXIATA Tbk., PT. Smartfren Uji coba serupa di Bandung juga Telecom, PT. Bakrie Telecom memperlihatkan, ratusan telepon masuk per Tbk., PT. Axis Telekom Indonesia, harinya masih didominasi salah sambung. PT. Sampoerna Telekomunikasi Fakta tersebut memberi sinyal kebutuhan Indonesia, PT. Smart Telecom,ÂÂdan PT.
akan edukasi dan pembiasaan masyarakat akan layanan ini. Terus Berkembang Mulai tahun ini, layanan darurat 119 juga menangani laporan kebakaran, kecelakaan, hingga pelanggaran hukum. Salah satu layanan yang digarisbawahi adalah penanganan korban kekerasan seksual. Ke depannya, aduan kasus kekerasan seksual akan dihubungkan pada relawan konselor Komite Nasional Antikekerasan Seksual Perempuan. Di tengah maraknya berita kejahatan seksual pada perempuan dan anak, program ini diharapkan dapat membantu para korban dengan segera. Walaupun baru sedikit yang mengadopsi kode akses 119, kesadaran akan pentingnya SPGDT terus meningkat di berbagai provinsi. Dinkes Jawa Tengah, misalnya, memiliki situs resmi untuk SPGDT yang memuat daftar nomor telepon rumah sakit di kota-kota besar beserta ketersediaan ruangannya.. Dalam dua tahun ini, Kemenkes berharap nomor 119 sudah mengglobal di seluruh tanah air. Bersama hotline AGD 118 dan contact center Polri 110, SPGDT 119 diharapkan menjadi fitur yang tidak asing lagi dalam pembangunan masyarakat sehat dan aman. ovi
INFO OBAT
Wajah Mulus dengan Tretinoin
Tretinoin merupakan obat yang sering digunakan untuk kecantikan. Derivat vitamin A ini ternyata dapat mengatasi masalah jerawat hingga keganasan.
T
vanya/MA
retinoin atau all-trans-retinoic acid merupakan derivat vitamin A yang berperan dalam diferensiasi dan proliferasi seluler, sistem imun, serta perkembangan embrio. Retinoat dapat meregulasi berbagai fungsi biologis, mulai dari memengaruhi pertumbuhan seluler, diferensiasi, morfogenesis, menghambat pertumbuhan tumor, imunomodulasi, hingga mengubah kohesi seluler. Terdapat dua jenis sediaan tretinoin, yaitu topikal berbentuk krim dan oral. Menurut Food and Drugs Administration (FDA), indikasi penggunaan retinoat topikal adalah akne vulgaris; photoaging, seperti
masalah pigmentasi dan kulit kasar; psoriasis; limfoma sel T kutan; dan sarkoma kaposi. Tidak jauh berbeda dengan indikasi penggunaan retinoat topikal, retinoat oral digunakan untuk mengatasi jerawat yang berat dan gangguan kornifikasi. Bentuk retinoat oral yang sering digunakan adalah isotretinoin. Tretinoin merupakan retinoat yang pertama kali dibuat secara sintetis. Produksinya dilakukan melalui modifikasi kimia pada end polar dan sisi rantai polyene dari vitamin A. Asam retinoat memiliki reseptor di kulit yang terletak di dalam sel, yaitu retinoic acid receptor (RAR). Ketika berikatan dengan reseptornya, asam retinoat akan mengaktivasi transkripsi gen yang menstimulasi replikasi dan diferensiasi sel, khususnya sel keratin sebagai penyusun kulit paling luar. Melalui mekanise ini, tretinoin dapat mengurangi keriput, hiperpigmentasi, kulit kasar, dan memperbaiki kerusakan kulit akibat pajanan sinar matahari. Selain itu, asam retinoat dapat bekerja mencerahkan kulit melalui peningkatan proliferasi sel keratin dan percepatan penggantian lapisan epidermis sehingga kulit tidak lagi terlihat kusam. Tretinoin topikal diabsorbsi secara sistemik dengan kadar <2% pada kulit normal serta diekskresi dalam bentuk deskuamasi dan sebagian melalui empedu. Hasil metabolisme tretinoin adalah 13-cis-asam retinoat di epidermis. Pemakaian isotretinoin oral dapat memengaruhi produksi minyak berlebih pada kulit yang dapat memicu jerawat. Dengan adanya hambatan aktivitas kelenjar minyak oleh isotretinoin, produksi minyak akan berkurang sehingga jerawat
pun semakin minimal. Pada penggunaan retinoat oral, bioavailabilitas obat dapat meningkat jika dikonsumsi bersamaan dengan makanan, khususnya makanan berlemak. Hal ini disebabkan sifat retinoat yang lipofilik. Metabolisme utamanya akan terjadi di hati dan melalui daur ulang jalur enterohepatik. Lebih dari 99% isotretinoin berikatan dengan protein albumin di plasma. Setelah bekerja, isotretinoin dan metabolitnya diekskresi melalui urin dan feses. Cara penggunaan tretinoin topikal adalah dengan mengoleskan krim pada kulit yang sudah dibersihkan. Obat ini biasa digunakan sekali sehari, yaitu sebelum tidur atau sesuai dengan petunjuk dokter. Setelah dioleskan ke kulit, tretinoin dapat menimbulkan sensasi hangat hingga panas di kulit. Pada minggu pertama pemakaian jerawat dapat terlihat semakin parah dan terjadi kemerahan kulit. Kemerahan, kering, dan gatal pada kulit yang mungkin timbul pada 2-4 minggu awal penggunaan tretinoin dapat dikurangi dengan pemakaian yang kontinu. Pada pemakaian selama 8-12 minggu, tretinoin akan memberikan hasil optimal pada kulit yang berjerawat. Hasil pengobatan pada pasien dengan kerusakan kulit akibat pajanan sinar matahari berlebih dapat terlihat setelah 3-4 minggu pemakaian, sedangkan hasil pengobatan pada kulit keriput dapat terlihat setelah 6-8 minggu pemakaian. Sebaiknya, tretinoin digunakan secara teratur untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Edukasi kepada pasien tentang efek samping harus dilakukan untuk menghindari penggunaan obat yang tidak teratur. Tretinoin bersifat sensitif terhadap sinar matahari. Pajanan yang terlalu lama atau berjemur di bawah sinar matahari harus dihindari. Pengguna tretinoin disarankan
rutin menggunakan tabir surya sebagai pelindung. Pada cuaca ekstrim, obat ini dapat menimbulkan efek iritasi pada kulit. Penggunaan tretinoin tidak disarankan pada kulit dengan luka terbuka, kulit yang terbakar sinar matahari, dan eksim. Kontak dengan mata perlu dihindari karena dapat menimbulkan iritasi. Penggunaan tretinoin pada ibu hamil dapat bersifat teratogenik. Walaupun belum ada bukti klinis, penggunaan tretinoin pada ibu menyusui juga sebaiknya dihindari karena belum diketahui apakah tretinoin diekskresi melalui ASI atau tidak. Tretinoin dapat menimbulkan interaksi dengan beberapa obat. Interaksi dengan doksisiklin dan minosiklin menimbulkan efek peningkatan tekanan intrakranial. Kombinasinya dengan alkohol dapat menimbulkan efek peningkatan konversi asitretin menjadi etratinat dan bersifat hepatotoksik. Interaksi dengan metotreksat pun menimbulkan hepatotoksisitas. Sedangkan bila digunakan bersamaan dengan suplemen vitamin A, risiko hipervitaminosis A dapat meningkat. sukma Nama generik Nama dagang Indikasi
: Tretinoin : Retin-A : Akne vulgaris, photoaging, dan psoriasis Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap tretinoin, luka terbuka, kulit yang terbakar sinar matahari, eksim, wanita hamil, dan wanita menyusui Cara pemberian : Topikal Sediaan : Krim 0,05% dalam 20gram Rentang harga : Rp91.670,00/bungkus
62
Ilmiah Populer
JULI-AGUSTUS 2014
ARTIKEL BEBAS
MEDIA AESCULAPIUS
Teliti Ulang Manfaat Suplemen Minyak Ikan Diklaim bermanfaat bagi tubuh, konsumsi suplemen minyak ikan yang tidak tepat ternyata dapat timbulkan potensi penyakit.
M
inyak ikan telah lama dikenal bermanfaat bagi tubuh. Minyak ikan kaya kandungan asam lemak omega-3, salah satu nutrisi penting yang tidak disintesis secara alami oleh tubuh. Asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan berbentuk DHA dan EPA. Nutrien ini diketahui unggul sebagai antiinflamasi dan dapat meningkatkan efektivitas obat antiradang. DHA juga bermanfaat dalam mengurangi risiko penyakit jantung dengan menurunkan kadar trigliserida. Pada bayi hingga balita, DHA pun berperan dalam perkembangan visual dan neurologis. Baru-baru ini, diketahui bahwa asam lemak omega-3 potensial untuk memperbaiki asma, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), serta demensia Alzheimer. Nutrisi lain yang dimiliki minyak ikan merupakan kerabat dari asam lemak omega-3, yaitu asam lemak omega-6. Asam lemak omega-6 terutama berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti jagung dan kedelai. Bersama dengan asam lemak omega-3, keduanya esensial untuk fungsi otak serta proses tumbuh kembang. Asam lemak omega-6 juga berperan dalam pertumbuhan rambut dan tulang, regulasi metabolisme, serta sistem reproduksi. Banyaknya manfaat dari omega-3 dan omega-6 dari minyak ikan membuat orang berbondong-bondong membeli suplemen minyak ikan. Hal ini sah saja dilakukan, mengingat banyaknya manfaat dalam kandungan minyak ikan. Di Amerika Serikat, sebanyak lebih dari 1 miliar dolar Amerika digunakan masyarakat setiap tahunnya untuk membeli suplemen minyak ikan. Suplemen minyak ikan umum dipromosikan sebagai cara mudah dan
penelitian tersebut, sumber asam lemak berasal dari ikan secara langsung, bukan dari suplemen. Terdapat bukti tambahan yang memaparkan minimnya efektivitas suplemen minyak ikan. Suatu studi menunjukkan bahwa suplemen yang mengandung asam lemak omega-3 tidak mengurangi kejadian Benarkah Bermanfaat Bagi Tubuh? serangan jantung, stroke, ataupun kematian Penelitian yang dilakukan oleh Brasky, karena penyakit jantung pada individu yang et al, pada 2013 menunjukkan memiliki faktor risiko. bahwa laki-laki yang Penelitian ini melibatkan 12.513 kerap mengonsumsi pasien yang dibagi ke dalam dua suplemen minyak kelompok, satu kelompok dengan ikan memiliki pemberian suplemen yang peningkatan mengandung satu gram risiko kanker asam lemak omega-3 prostat sebesar dan kelompok lainnya 43 persen. Studi dengan pemberian ini dilakukan plasebo berupa terhadap minyak zaitun. Hal 834 laki-laki ini dilakukan setiap yang telah hari selama lima terdiagnosis tahun. kanker prostat. nobi/MA Hal lain yang Pengukuran perlu diingat dari hasil kadar lipid darah penelitian ini, pada menunjukkan konsentrasi tinggi penderita obesitas, dari asam lemak omega-3 pada penderita konsumsi suplemen kanker prostat. Dengan adanya temuan ini, minyak ikan tidak membantu mencegah peneliti memperingatkan untuk membatasi penyakit jantung. Hal ini dikarenakan konsumsi suplemen minyak ikan. Terkhusus obesitas merupakan faktor risiko dari bagi laki-laki, konsumsi minyak ikan penyakit jantung, sehingga konsumsi perlu diawasi untuk mewaspadai kanker suplemen minyak ikan saja tanpa modifikasi prostat. Hasil ini memang kontroversial dan faktor risiko tidak akan berpengaruh. berlawanan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Augustsson, et al. Masih Bolehkah Dikonsumsi? Penelitian tahun 2003 itu menyatakan bahwa Dari uraian di atas, bagaimana jika konsumsi asam lemak dari ikan dapat saat ini sudah terlanjur mengonsumsi menurunkan risiko kanker prostat, terutama suplemen minyak ikan secara rutin? Apabila kanker prostat yang bermetastasis. Namun, diresepkan dokter, sebaiknya konsumsi hal ini mungkin saja benar karena pada efektif untuk memelihara kesehatan jantung, meredakan inflamasi dan menjaga kesehatan mental. Namun, meski sudah sukses di pasaran, penelitian terbaru memaparkan hasil yang mengejutkan mengenai konsumsi suplemen minyak ikan.
jangan langsung dihentikan. Pada individu dengan kadar trigliserida darah tinggi, suplemen berupa minyak ikan adalah asupan yang memang direkomendasikan. Alangkah baiknya konsumsi suplemen minyak ikan dikonsultasikan kembali ke dokter sebelum memutuskan ingin berhenti. Cara yang bijaksana untuk memenuhi kebutuhan asam lemak omega-3 adalah melalui konsumsi makanan sehari-hari. Sumber terbaik adalah ikan. Secara umum, lemak pada ikan mengandung asam lemak omega-3. Ikan yang paling dianjurkan antara lain tuna, sarden, dan salmon. Jika memiliki riwayat alergi ikan dan makanan laut, asupan asam lemak omega-3 dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan seperti kenari dan kedelai. Seiring berkembangnya zaman, produk yang menawarkan nutrisi instan seperti suplemen minyak ikan memang menggiurkan. Namun, komposisi gizi yang seimbang dalam makanan tidak dapat digantikan oleh suplemen. Dengan memakan ikan, misalnya, kita tidak hanya memperoleh asam lemak omega-3, melainkan juga protein serta mikronutrien lainnya yang tidak terkandung dalam minyak ikan. Semuanya dalam paduan yang seimbang. Berdasarkan pemaparan mengenai hasil penelitian para ahli, dapat disimpulkan bahwa asam lemak omega-3 memang bermanfaat bagi tubuh, asalkan dikonsumsi dengan cara dan takaran yang benar; yaitu dari ikan dan tumbuh-tumbuhan. Asam lemak omega-3 dapat mencegah timbulnya berbagai penyakit serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan. Tidak perlu takut konsumsi asam lemak omega-3. Dengan cara tepat, pastilah mudah untuk menjadi sehat. tiroy/kontributor
SEGAR
Temu Kata Seputar Kesehatan Mendatar 6. Wabah 7. Penawar racun 8. Organisme dari satu sel tunggal 11. Nyeri pada saraf 12. Gatal pada kulit 14. Penyakit degeneratif 15. Penyumbatan pembuluh darah Menurun 1. Pencegah radikal bebas 2. Sesak napas 3. Pemberian antigen untuk meningatkan daya tahan tubuh 4. Jamur yang dapat menginfeksi manusia 5. Celah 6. Janin pada kandungan 9. Kesulitan tidur 10. Virus yang telah dilemahkan 13. Kekurangan cairan tubuh
elva
IPTEK
Ilmiah Populer
Efektifkah Antiamiloid bagi Penderita Alzheimer?
farah/MA
MEDIA AESCULAPIUS
Serba-serbi ‘penyakit orang tua’ ini masih kerap menimbulkan tanya. Meski digadang berkaitan dengan amiloid, terapi dengan penekanan komponen yang disuspek sebagai akar masalah itu masih juga kelabu.
A
lzheimer merupakan salah satu penyakit degeneratif yang sering menyerang populasi berusia lanjut. Meskipun gejala klinis dari penyakit ini terjadi secara berangsur-angsur dan terkadang tidak disadari oleh penderita, penyakit ini menjadi momok yang cukup ditakuti. Pasalnya, sampai saat ini penyebab pasti dari penyakit ini belum diketahui. Tata laksana kuratif untuk penyakit ini pun belum tersedia. Di samping itu, Alzheimer juga kerap menimbulkan depresi pada pasien dan keluarga yang bersangkutan karena penderita seolah perlahan berubah menjadi orang lain. Salah satu hipotesis yang populer dan cukup sering diteliti terkait penyebab Alzheimer berhubungan dengan amiloid. Hipotesis ini menduga bahwa neurodegenerasi pada Alzheimer disebabkan oleh deposisi dari peptida amiloid beta (Aβ) yang membentuk plak pada jaringan otak. Hal inilah yang memicu perjalanan penyakit Alzheimer, mulai dari penurunan jumlah selsel saraf hingga penurunan fungsi kognitif. Meski demikian, detail teori ini masih dipertanyakan karena deposit amiloid pada jaringan otak tidak menunjukkan korelasi dengan tingkatan gangguan kognitif yang dialami oleh penderita Alzheimer. Oleh karena amiloid beta masih dianggap sebagai faktor utama yang berkontribusi dalam penyakit Alzheimer,
arah penelitian saat ini berfokus kepada obat-obatan yang dapat mencegah agregasi amiloid beta sebagai tata laksana yang potensial. Beragam metode dikembangkan sebagai upaya untuk menghilangkan amiloid beta dari jaringan otak, beberapa contoh di antaranya adalah optimalisasi sistem imun untuk memproduksi antibodi yang dapat menyerang amiloid beta, atau administrasi agen natural dengan efek antiamiloid. Bapinezumab dan solanezumab merupakan antiamiloid beta yang belakangan ini dikembangkan. Bapinezumab merupakan antibodi IgG1 yang berasal dari antibodi monoklonal 3D6 dari tikus yang dapat mengenali terminal N dari amiloid beta. Antibodi ini dapat mengenali spesies amiloid beta dalam bentuk agregat maupun terlarut. Sedangkan solanezumab juga merupakan antibodi IgG1 dari antibodi monoklonal 266 dari tikus yang dapat mendeteksi amiloid beta terlarut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rachelle S Doody dan kawan-kawan pada Januari 2014, menunjukkan bahwa solanezumab tidak memberikan efek yang signifikan pada perbaikan fungsional maupun kognitif pasien Alzheimer. Penelitian ini menggunakan metode double blind trials pada 1012 dan 1040 pasien, dengan pemberian plasebo solanezumab pada masing-masing kelompok. Hasil akhir diukur menggunakan Alzheimer’s Disease Cooperative
Study-Activiteies of Daily Living Scale (ADCSADLS). Ternyata, tidak ditemukan perbedaan signifikan pada peningkatan status fungsional maupun kognitif pada kedua grup. Dengan hasil tersebut, terdapat kemungkinan bahwa solanezumab tidak secara langsung menyerang plak amiloid pada jaringan otak. Walaupun kebenarannya masih diperdebatkan, beberapa teori menyatakan bahwa terapi dengan target amiloid harus dilakukan pada fase awal Alzheimer atau fase presimtomatik, agar gejala maupun progresi dari penyakit dapat dimodifikasi secara bermakna. Telah banyak pendekatan dan strategi yang dilakukan dalam pencarian target tata laksana penyakit Alzheimer, diantaranya meliputi imunoterapi pasif dan aktif, pendekatan antiagregasi, serta gamma dan beta-secretase inhibitor. Pendekatan lainnya mencakup terapi berbasis neurotransmiter, obat-obatan metabolik dan neurotropik, pengobatan regeneratif, modulator sel glial, dan anti-tau proteinopati. Meskipun dari hasil coba yang dilakukan terhadap antibodi monoklonal solanezumab tidak menunjukkan efikasi yang signifikan, studi lebih lanjut pada penderita Alzheimer, terutama Alzheimer asimtomatik diperlukan untuk mencapai kepastian lebih dalam terapi dengan pendekatan antiamiloid. elva
ADVERTORIAL
Pantau Gula Darah Tanpa Tusukan Jarum
D
Selama ini, kontrol gula darah rutin pada pasien diabetes merupakan proses yang repot serta menyakitkan. Kini, ada harapan baru memantau gula darah dengan lebih mudah.
iabetes merupakan kelainan metabolik yang semakin sering dijumpai. Menjadi pengidap diabetes bukanlah hal yang menyenangkan. Di samping mengatur pola makan dan aktivitas fisik, konsumsi obat berkhasiat hipoglikemik pun dapat dibutuhkan sehingga perlu dipantau kadar gula darahnya. Kontrol gula darah pasien diabetes yang biasa diterapkan merupakan pekerjaan yang relatif menyulitkan. Selain harus dilakukan rutin seumur hidup, cara pengukurannya juga invasif, yaitu dengan menusukkan jarum di jari tangan untuk mengambil sampel darah. Meskipun demikian, kegiatan kontrol gula darah rutin harus tetap dijalani. Bila tidak, gula darah dapat tidak terkontrol kadarnya dan jika dibiarkan lebih lama banyak komplikasi yang dapat terjadi seperti gangguan penglihatan, gangguan saraf tepi, kerusakan ginjal, dan gangguan pembuluh darah lainnya. Beralih dari pengukuran gula darah dengan metode konvensional, kini lahir inovasi baru yang diharapkan dapat menjadi solusi. Saat ini, sebuah perusahaan di Philadephia, Amerika Serikat, tengah dalam proses mengembangkan suatu teknologi bernama transdermal continuous glucose monitors (tGCM). Dengan teknologi ini, penderita diabetes tidak perlu menusukkan jarum ke jari tangan untuk mengetahui kadar gula darahnya. Prinsip yang digunakan dalam teknologi ini adalah menggunakan alat biosensor yang ditempelkan di permukaan kulit. Alat ini kemudian dapat langsung mendeteksi kadar
gula darah tanpa harus mendapatkan sampel darah. Persiapan yang perlu dilakukan hanyalah membuang lapisan kulit mati dengan semacam alat yang berbentuk sikat untuk meningkatkan sensitivitas dari biosensor alat ini. Prosedur ini relatif lebih mudah dilakukan dan tidak memberikan rasa sakit seperti saat jari ditusukkan dengan jarum. Keuntungan dari alat ini ternyata lebih dari sebatas tidak invasif. Alat ini, sesuai
vanya/MA
namanya, memiliki kemampuan untuk mengukur kadar gula darah secara kontinu sepanjang hari. Bahkan, alat ini bisa dipasang selama tiga hari di satu lokasi yang sama sehingga tidak perlu repot mencari lokasi baru setiap akan dilakukan pengukuran. Alat ini juga menggunakan teknologi nirkabel yang akan mengirimkan data hasil pemantauan secara langsung ke sebuah monitor dengan alarm yang akan memberikan sinyal apabila kadar gula darah pasien mencapai tingkat yang tinggi. Dengan demikian, pengguna alat ini dapat fokus pada kegiatannya tanpa perlu mengecek perubahan kadar gula darah setiap saat.
Dibandingkan cara lama dengan rekomendasi minimal tiga hingga empat kali pemantauan invasif per hari, tGCM tampak lebih unggul. Metode baru ini lebih praktis diterapkan sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi akibat pasien yang tidak patuh melakukan kontrol gula darah. Performa kerja tGCM tidak perlu diragukan. Tingkat akurasi alat ini mencapai 94% dengan kemungkinan kesalahan yang terjadi bisa digolongkan dalam kesalahan yang ringan. Bila dibandingkan dengan kontrol, nilai bacaan gula darah dari alat ini hanya memiliki simpangan yang kecil, yaitu sekitar 2 mg/dL. Meski demikian, terdapat beberapa hal yang masih diupayakan dalam penyempurnaan alat ini sebelum diedarkan ke masyarakat luas. Pengembang masih terus berusaha meningkatkan akurasinya. Selain itu, oleh karena dugaan alat ini berpotensi menyebabkan iritasi kulit, harus dipastikan bahwa bahan yang digunakan dalam pemakaiannya bukanlah bahan yang sering menjadi iritan. Memang benar bahwa alat ini belum terlalu sempurna dan belum mendapatkan persetujuan dari organisasi Food and Drug administration (FDA) untuk beredar di pasaran. Namun, adanya inovasi yang sangat bermanfaat ini telah memberikan harapan yang positif kepada tiga ratus juta penderita diabetes di seluruh dunia. Apabila telah berhasil disempurnakan dan mendapatkan persetujuan, banyaknya jiwa yang selamat dari ancaman komplikasi diabetes dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik bukan lagi sekadar mimpi. edwin
JULI
JULI-AGUSTUS 2014
7
EBM
Efek Suplementasi Nutrisi pada Pasien dengan Terapi ARV
A
spek nutrisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam tata laksana pasien HIV. Di Etiopia dilakukan sebuah uji klinis acak terkontrol terhadap 318 pasien yang baru memulai terapi ARV. Peserta merupakan pasien yang berobat di tiga pusat HIV dan berusia di atas 18 tahun. ARV mulai diberikan pada pasien dengan hitung CD4 ≤200 sel/µL, hitung CD4 ≤350 sel/µL dan termasuk dalam klasifikasi WHO derajat III, serta pasien yang termasuk dalam klasifikasi WHO derajat IV. Regimen ARV yang diberikan meliputi lamivudine, tenofovir atau zidovudine, dan efavirenz atau nevirapine. Peserta juga diberikan profilaksis kotrimoksasol dan konseling nutrisi sesuai pedoman nasional Etiopia. Peserta penelitian ini dibagi dalam lima kelompok berdasarkan stratifikasi IMT. Pasien dengan IMT >17 dibagi menjadi tiga kelompok: kelompok pertama mendapat suplementasi protein whey pada awal (tiga bulan pertama) terapi ARV, kelompok kedua mendapat suplementasi protein kedelai pada awal terapi, dan kelompok ketiga mendapat suplementasi protein whey atau kedelai setelah tiga bulan terapi (delayed group). Peserta dengan IMT 16-17 diberi suplementasi protein whey (kelompok 4) dan suplementasi protein kedelai (kelompok 5) pada awal terapi ARV. Setiap partisipan mendapat suplemen 200 g/hari, dengan 32 g di antaranya merupakan konsentrat protein whey 80% atau protein kedelai. Setelah tiga bulan, peserta yang mendapat suplementasi protein whey maupun kedelai mengalami peningkatan massa otot sebesar 0,85 kg (CI 95%; 0,16-1,53 kg) dan 0,97 kg (0,29-1,64 kg) dibandingkan kontrol. Selain itu, kekuatan genggam juga meningkat sebesar 0,68 kg (-0,11-1,46 kg) pada kelompok whey dan 0,93 kg (0,16-1,70 kg) pada kelompok kedelai. Pada kelompok whey didapatkan kenaikan berat badan sebesar 2,05 kg (1,12-2,99 kg) dan 2,06 kg (1,14-2,97 kg) pada kelompok kedelai. Di samping itu, ditemukan pula adanya peningkatan hitung CD3 sebesar 150 sel/µL (24-275 sel/µL), di antaranya CD8 112 sel/µL (15-209 sel/µL) dan CD4 25 sel/µL (-2-53 sel/ µL) pada kelompok suplemen whey. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa kenaikan berat badan yang lebih tinggi didapatkan pada delayed group. Akan tetapi, keluaran fungsional yang lebih baik ditemukan pada pasien yang mendapat suplemen lebih awal. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa suplementasi nutrisi protein whey atau kedelai pada pasien yang memulai terapi ARV terbukti bermanfaat dalam meningkatkan berat badan, massa otot, kekuatan genggam, dan status imun. Meski demikian, suplementasi ini memakan biaya yang cukup besar dan membutuhkan kepatuhan pasien. Periode pemberian suplemen juga perlu dibatasi karena bersifat tinggi kalori dan lemak sehingga meningkatkan risiko komplikasi metabolik di masa mendatang. juni (Olsen MF, Abdissa A, Kaestel P, Tesfaye M, Yilma D, Girma T, et al. Effects of nutritional supplementation for HIV patients starting antiretroviral treatment: randomized controlled trial in Ethiopia. BMJ 2014;348(g3487):1-14.)
82
OPINI & HUMANIORA
JULI-AGUSTUS 2014
MEDIA AESCULAPIUS
SUARA MAHASISWA
Pasien Membeludak, Dokter Jangan Tersedak Dua mata dokter bekerja sinergis: satu mata pada pasien, satu mata lain pada jam tangannya.
L
rosyid/MA
ahirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dalam dunia kesehatan Indonesia mempersilakan masyarakat untuk berobat sepuasnya ke layanan kesehatan terdekat. Dari kacamata rakyat, adanya pengobatan dengan sistem kapitasi terjangkau sangat memudahkan warga untuk mengakses layanan kesehatan. Akan tetapi, patut diingat bahwa perubahan sistem pembayaran untuk jasa kesehatan ini juga memiliki efek samping seperti yang telah diprediksi sebelumnya: jumlah pasien yang membludak. Saat ini, rasio ketersediaan dokter umum di Indonesia adalah satu dokter setiap 5.000 penduduk. Sebagai perbandingan, di Amerika didapatkan ketersediaan sebanyak
1.500 penduduk dan di Kuba 500 penduduk untuk satu dokter. Per harinya, dalam satu puskesmas di Indonesia, pasien yang datang dapat mencapai 100 pasien untuk satu dokter. Jumlah sebesar ini dilayani dalam masa kerja mulai pukul 08.00 hingga pukul 16.00. Artinya jika dipukul rata, setiap satu pasien kira-kira dilayani selama 4,8 menit. Angka ini tidak manusiawi jika dibandingkan dengan hasil penelitian dari Family Practice Management (2007) yang menyatakan bahwa batas ideal jumlah pasien dalam sehari adalah 20 pasien dengan luas cakupan pasien sebanyak 1.400 penduduk. Dengan jumlah yang membeludak ini, tata laksana yang kurang komprehensif dan holistik selayaknya pelayanan ideal dianggap lumrah. Bagai lingkaran setan berulang, semakin banyak pasien yang tidak tertata laksana secara komprehensif, semakin banyak pula pasien yang kembali mencari layanan kesehatan. Bahkan, pada penelitian di Journal of General Internal Medicine, terdapat beberapa komponen yang sudah terbukti akan terganggu, yaitu kepuasan pasien, efektivitas pengobatan penyakit kronik, peresepan, kepuasan dokter itu sendiri, dan risiko tuduhan malapraktik. Lantas, apakah pasien yang berlombalomba mengakses layanan kesehatan ini pantas dipersalahkan? Membatasi jumlah pasien melalui aturan formal sama saja dengan menolak tujuan mulia SJSN. Pada dasarnya, mimpi besar SJSN adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui perlindungan sosial untuk seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar
hidupnya secara layak. Hal ini tidak dapat ditanggulangi dengan membatasi jumlah pasien yang nantinya akan bertolak belakang dengan mimpi besar SJSN pada awalnya. Memperkirakan jumlah pasien yang ideal untuk dilayani oleh satu dokter layanan primer malah terkadang menjerumuskan kita dalam pesimisme. Pada survey yang dilakukan oleh Physicians Foundation pada 13.575 dokter di Amerika, didapatkan bahwa 39,8% dokter menemui 11-20 pasien per harinya dan hanya 2,4% yang menemui pasien lebih dari 60 orang. Dengan kondisi ini, sebanyak 22,6% dokter menggambarkan kondisinya sebagai â&#x20AC;&#x153;beban kerja yang berlebihâ&#x20AC;? sementara 52,8% mengatakan sudah dalam kapasitas maksimal. Berkaitan dengan durasi kunjungan optimal untuk hubungan antar dokter dan pasien, American Medical Association menyarankan pertemuan dengan pasien minimal berdurasi 15 menit untuk menghindari risiko terjadinya kesalahan peresepan. Pada suatu studi di University of South Carolina, didapatkan bahwa rata-rata pasien hanya sempat berbicara selama 12 detik sebelum diinterupsi oleh dokter. Studi ini juga menemukan bahwa sebenarnya bukanlah waktu yang singkat yang disayangkan oleh pasien, melainkan apa yang dirasakan oleh pasien pada waktu yang singkat tersebut. Permasalahan ini menuntut dokter untuk semakin kreatif dalam menciptakan layanan yang efektif dan efisien. Salah satu cara kreatif digagas melalui penelitian yang dilakukan oleh Annals of Family Medicine pada tahun 2012. Solusi yang ditawarkan
Davrina Rianda, SKed Mahasiswa FKUI Tingkat V adalah pendelegasian tugas yang tidak membutuhkan kompetensi setingkat klinisi kepada petugas kesehatan lain dan pemanfaatan aplikasi teknologi informasi kesehatan. Lahan layanan kesehatan yang dapat diintervensi dengan model ini adalah upaya promotif-preventif dan layanan untuk penyakit kronik. Solusi lain yang ditawarkan adalah penggunaan 5-minute-survival-kit yang digagas oleh Diabetes Education Study Group of the EASD untuk kasus pasien dengan diabetes. Dengan bentuk serupa pamflet edukasi, tata laksana yang komprehensif dapat tercipta meski waktu pertemuan antara dokter dengan pasien cukup singkat. Pada akhirnya, kita sering disuapi dengan pentingnya menata laksana seorang pasien sebagai manusia yang seutuhnya. Dengan keterbatasan waktu yang ada, kadang hal ini dijadikan sebagai alasan untuk memaklumi penanganan yang kurang holistik. Nyatanya, apapun alasannya, pasien akan terus mengingat bagaimana sang dokter menciptakan kesan saat perjumpaan di layanan kesehatan. Tidak ada kesempatan kedua bagi seorang dokter untuk memperbaiki kesan pertama yang kurang baik. Karenanya, ingatlah selalu bahwa setiap detik pada pertemuan antara dokter dengan pasien begitu bermakna.
KOLUM
Makna Sejawat
Satu tak mutlak sendiri, berdua tak berarti bersama.
P
ria itu bernama Kasman. Ia adalah Aku dan Kasman memiliki karakter yang pengendara taksi yang mengantarku berbeda. Bawaanku selalu ingin bermain, ke bandara siang sedangkan dia cenderung itu. Kuperhatikan alis kaku sehingga kegiatan tebalnya yang tak kami hampir tak pernah asing. Cekung mata sejalan. Hanya saja, yang dalam dan nama kami bersanding guratan tegas di di buku presensi sehingga atas pipinya rasanya aku dan dia selalu mengingatkanku tergabung dalam pada seseorang. kelompok yang Pandanganku sama. Mungkin kemudian jatuh karena itu, pada goresan luka wawasanku di tangan kirinya. mengenai Seketika, pikiranku hidupnya melayang ke tergolong lebih kenangan pilu dua dibandingkan puluh tahun yang orang lain. lalu. Setahuku, Pria itu bernama keluarganya Kasman. Sejawatku tidak lagi utuh. sejak SMA hingga Ia hanya punya kuliah. Rambutnya seorang ibu selalu disisir rapi ke yang sakitbelakang. Postur sakitan dan tubuhnya yang begitu tiga orang adik. kurus tak jarang membuat Tanpa ayah, kondisi orang-orang memandang ekonomi mereka iba. Sifatnya yang pun ala sekadarnya. pemurung dan Jika bukan karena pendiam semakin kecerdasannya, zharifah/MA menutup dirinya dari Kasman tidak orang lain. akan memperoleh Banyak yang beranggapan bahwa aku bantuan dana dan menjadi sejawatku sejak sahabatnya. Apakah kami dekat? Tidak juga. SMA hingga duduk di bangku kuliah.
Pria itu bernama Kasman. Di masa itu, hanya kami putra daerah yang berhasil mengenyam pendidikan kedokteran di universitas negeri di Ibu Kota. Itulah titik awal ikatan kami. Tidak mudah, memang, menjalani bidang studi yang cukup menguras dompet itu. Bagiku saja sudah berat, apalagi bagi Kasman? Banyak masalah yang ia tanggung, aku tahu itu. Meski tidak satu pun keluhan keluar dari mulutnya, tingkahnya mengatakan demikian. Ada kalanya ia menghilang berhari-hari dari kelas. Tak jarang, ia meninggalkan ujian kelulusan. Berulang kali kucoba menggali isi hatinya. Percuma. Pria itu bernama Kasman. Kami tengah menjalani stase mata saat beberapa kali kupergoki ia bercakap dengan seorang mahasiswi keperawatan. Aku sempat curiga. Jangan-jangan, ia telah menemukan tambatan hatinya. Selepas semester tujuh kecurigaanku terbukti. Ia pamit padaku karena hendak kembali ke kampung selama beberapa minggu. â&#x20AC;&#x153;...Ingin menikah,â&#x20AC;? ujarnya. Rupanya, itulah saat terakhir aku bercakap dengannya. Bak ditelan bumi, Kasman tidak pernah kembali. Pria itu bernama Kasman. Siapa sangka, setelah dua puluh tahun berselang, di taksi ini aku dan dia duduk bersama. Hanya saja, dengan jalan cerita yang berbeda. Setelah ia menikah, tuntutan membiayai hidup istri, ibu, serta adik-adiknya semakin besar. Jangankan melanjutkan studi, uang untuk makan saja belum tentu ada. Semua yang pernah ia ukir menjadi sia-sia.
Fidinny Hamid Mahasiswa Tingkat II FKUI Kasman, kenapa kamu menjalani semua sendiri? Apalah arti kesejawatan jika tersekat rasa malu dan sungkan. Aku pun keliru melalaikan kabar hingga di penghujung cerita. Kini, kudapati ia menjalani profesi sebagai pengemudi taksi, sementara aku, konsulen dengan pendapatan lebih dari cukup, menjadi penumpangnya. Sesal? Mungkin kata itulah yang terbesit dalam benakku dan Kasman. Pria itu bernama Kasman. Studi yang konon menjanjikan masa depan itu rupanya tidak berbaik hati padanya. Masalah. oh, kita tidak bisa berlari jauh darinya. Tuntutan pengabdian mahasiswa kedokteran memang besar. Namun, disinilah peran sejawat. Rekan sejawatlah yang akan ada di sisimu, memikul tuntutan besar itu bersamamu, selama kedua tangan saling terbuka untuk bergandengan, tentu. Ah, andai saja nilai kesejawatan muncul lebih awal, boleh jadi nasibnyaakan berbeda. Hidup memang tak bisa diduga.
OPINI & HUMANIORA JULI
MEDIA AESCULAPIUS
JULI-AGUSTUS 2014
9
SUKA DUKA
Pejuang Terapi Kanker: Prof. Dr. dr. Soehartati Argadikoesoema G., SpRad(K), OnkRad Dari merintis departemen, mengadakan alat, hingga mengedukasi masyarakat, semangatnya tak pernah padam. Rupanya, ada alasan tersendiri mengapa Soehartati sangat ingin mendalami radioterapi. “Ayah saya penderita kanker. Saya ingat melihat ayah saya disinar dengan keadaan yang sangat menyedihkan di belakang, dulu namanya Paviliun Yohanes,” kenangnya. Perjuangan dan penderitaan sang ayah melawan kanker adalah penguat tekadnya. Pada 1987, Soehartati menyelesaikan pendidikan spesialisnya dengan nilai terbaik. Tidak berpuas diri, dokter yang gemar travelling ini kemudian melanjutkan pendidikan onkologi radiasi (radioterapi) hingga ke Jerman, semata-mata untuk mengembangkan ilmu yang kala itu masih sangat tertinggal di Nusantara.
T
okezone
itel dokter umum lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia resmi disandang Soehartati pada 1980. Tak berlama-lama larut dalam kegembiraan, ia lanjut bekerja di RSU Ambon demi menjalankan instruksi presiden kala itu. Lepas empat tahun mengabdi, ibu tiga anak ini kembali ke Jakarta. Mulanya, ia sempat berpikir untuk menjadi dokter spesialis anak. Akan tetapi, Tuhan menunjukkan jalan lain. Ia pun mencetak sejarah sebagai perempuan pertama di Departemen Radiologi FKUIRSCM setelah sepuluh tahun terakhir didominasi testosteron.
RESENSI
Penggalak Radioterapi di Indonesia Pengembangan ilmu radioterapi di Indonesia tidak lepas dari sentuhan Soehartati. Radioterapi yang dahulu merupakan bagian dari ilmu radiologi, kini menjadi program studi tersendiri. Sembari mengenang, ia berujar, “Proses pemisahan itu tidak sederhana. Pembagian tugas dan wewenang harus dipikirkan matang-matang. Bagus sekali karena nama kita terpisah kita dapat berjuang mengangkat radioterapi pada tempatnya.” Tidak hanya dari sisi keilmuan, Soehartati juga turut andil dalam usaha penyediaan alat radioterapi di Indonesia. Mantan Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) ini sempat menyayangkan ketersediaan fasilitas di Tanah Air yang sangat minim. “Idealnya satu alat radioterapi digunakan untuk memenuhi kebutuhan satu juta penduduk. Di Indonesia, satu alat untuk 6,8 juta orang,” tuturnya.
Akan tetapi, Soehartati tidak lantas berdiam diri. Bersama sejumlah sejawat lain di bidang onkologi, ia melakukan berbagai usaha promosi dan advokasi. Kini, ketersediaan alat radioterapi cukup meningkat dengan perbandingan satu untuk 5,7 juta orang. “Angka ini masih sama dengan Sudan dan Zambia yang Gross National Product (GNP) sepertiga Indonesia. Usaha kita tidak boleh berhenti sampai disini,” ujar Soehartati. Penggerak Masyarakat Sadar Kanker Pergulatan melawan kanker jelas tidak bebas dari hambatan. Akan tetapi, ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi (PORI) ini tidak melupakan latar belakang dirinya memilih spesialisasi tersebut. “Sekarang kita dihadapkan pada banyak hal: dana yang kurang, prioritas yang kurang, awareness yang kurang, dan kebijakan yang kurang mendukung. Langkah kita dalam melawan kanker belum seirama,” ungkapnya. Salah satu aksi nyata yang dilakukan oleh Soehartati kemudian adalah dengan mengoordinasi acara ‘World Cancer Day’. Menurut dokter bercucu dua ini, tujuan acara tersebut adalah meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya kanker dan pentingnya pola hidup sehat. “Berjuang untuk mencapai sesuatu memang berat. Namun, apa yang kita lakukan untuk banyak orang sebenarnya kita lakukan untuk diri kita sendiri,” kata wanita yang gemar menari saat kecil ini. Soehartati berpesan agar dokter-dokter di daerah turut serta mempromosikan pola hidup sehat. Harapannya, hidup sehat akan membudaya di masyarakat sehingga angka morbiditas
Mengenal Hati yang Baru Ketika drama tak sekadar romansa.
internet
Judul Produsen Genre Tahun rilis Jumlah episode
S
: New Heart : MBC : Drama/Medik/Roman : 2007 : 23
atu lagi kisah apik dari Negeri Ginseng yang patut diikuti. Drama kedokteran New Heart menceritakan jatuh-bangun dokter bedah jantung di Rumah Sakit Kwang Hee yang dikenal elit. Meski nyaris sewindu sejak perdana serial ini tayang, keunikan kisah dan pembelajaran yang ditawarkan
membuatnya tak pudar oleh zaman. Eun-Sung (Ji Sung) adalah residen percobaan dengan latar belakang akademik yang pas-pasan. Ibarat bumi dan langit, profil pria ini berkebalikan dengan Nam Hye-Suk (Kim Min-Jung) yang dikenal cemerlang sebagai lulusan terbaik universitas ternama sekaligus peraih nilai sempurna dalam ujian kedokteran nasional. Jika Eun-Sung acap mengabaikan prosedur dan ancaman dokter senior demi menyelamatkan pasiennya, HyeSuk sering kali tak acuh pada pasien sehingga dokter senior dan pengelola rumah sakit pun memojokkannya. Kedua muda-mudi ini mengarungi pahit-manis pendidikan medis di bawah bimbingan Chi Kang Gook (Cho JaeHyun), sang kepala departemen jenius yang berhasil melakukan cangkok jantung pertama di Korea. Bukan drama jika tanpa romansa. Seiring berjalannya waktu perhatian EunSung mampu mencairkan sikap dingin Hye-Suk dan meluluhkan hatinya. Namun, drama ini tak melulu menyoroti gejolak hati semata. New Heart sangat sarat akan nilai kemanusiaan dan kehidupan di tengah departemen yang dianggap kurang “basah” bagi rumah sakit lantaran berbiaya operasional tinggi dengan pemasukan tidak seberapa. Apa sejatinya peran dokter? Bagaimana seharusnya reaksi dokter saat kehilangan
pasiennya? Patutkah rumah sakit mengais keuntungan dalam melayani pasien? Jawabannya dapat kita temukan dalam film ini. Di samping itu, kerasnya dunia medis juga ditunjukkan secara gamblang oleh Park Hong-Kyun selaku sutradara. Dalam setiap episode tampak jelas bahwa dokter harus memikirkan keadaan pasiennya 24 jam penuh sehari. Penonton juga diajak untuk melihat sekilas gambaran strata dalam dunia medis. Meski serialnya cukup panjang, film ini tidak membosankan untuk ditonton. Karakter kontras Eun-Sung yang impulsif dan ceria dengan Hye-Suk yang dingin dijamin mengundang gelak tawa. Bahasa rumit pun tidak perlu dikhawatirkan karena keterangan tertulis tersedia untuk setiap istilah medis yang dipakai. Lima belas episode pertama drama serial ini memang nyaris tanpa cela. Sayangnya, menginjak separuh jalan serialnya terdapat beberapa kejanggalan. Alurnya semakin dramatis dengan perseteruan-perseteruan antardokter yang irasional, ditambah dengan perubahan karakter yang terlalu mendadak. Namun demikian, di luar dramatisasi tersebut, sulit menemukan cela dalam drama ini. Benih romansa, bumbu komedi, dan ketegangan yang ditawarkan saat adegan tindakan medis berpadu menghasilan karya yang patut untuk ditonton! fidinny
dan mortalitas karena kanker dapat dipangkas. Semua itu demi mewujudkan mimpi masyarakat Indonesia sadar kanker. berli
Nama Lengkap Prof. Dr. dr. Soehartati A. Gondhowiardjo, SpRad(K), OnkRad. Pendidikan • 1980 Dokter di Universitas Indonesia, Jakarta • 1987 Radiologis di Universitas Indonesia, Jakarta • 1988 Radiasi Onkologis di Universitas Indonesia, Jakarta • 1989 Radiasi Onkologis di Strahlentherapie Abteilung WilhelmWaestfaelichen Universitaet Muenster, Jerman • 1998 Doktor di Universitas Indonesia, Jakarta Penghargaan • 2009 Penghargaan “Satya Lancana Karya” dari Pemerintah Republik Indonesia untuk 20 tahun pengabdian 2012 Best achievement awards untuk Tenaga Kesehatan, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia • 2013 Presentasi terbaik pada Asia Pacific Cancer Conference, Tianjin, Cina Penelitian terbaru Radiation exposure to the spinal surgeon and OT personel during fluoroscopic assisted surgery (2011)
10 2
JULI-AGUSTUS 2014
Liputan
MEDIA AESCULAPIUS
INSTITUSI
Indonesia Medika, Membangun Indonesia Sehat Lewat Karya “Karena indah bukan pada kata, melainkan pada karya.”
A
dalah mimpi seorang dokter muda, dr. Gamal Albinsaid, untuk menerapkan ide dan gagasan menjadi sebuah karya yang membawa perubahan. Menurut Gamal, banyak akademisi yang memproduksi pengetahuan tanpa upaya untuk menerapkannya. “Peneliti harus keluar kampus, keluar kelas, keluar perpustakaan, keluar laboratorium dan masuk ke dunia masyarakat, dunia bisnis, bahkan ke dunia politik untuk memastikan pengetahuan yang dimiliki dapat terdistribusi,” ungkap Gamal. Pola pikir itulah yang melatarbelakangi pendirian Indonesia Medika, sebuah organisasi yang bergerak di bidang health developer dan berbasis kewirausahaan. Memegang prinsip pengembangan di bidang ilmiah dan ilmu terapan, Indonesia Medika berusaha menciptakan berbagai produk kesehatan yang solutif, praktis, dan strategis. Institusi ini berfokus pada peningkatan kesadaran masyarakat tentang kesehatan, manajemen pembiayaan yang tepat, dan quality control yang baik. Mimpi besar Indonesia Medika adalah membentuk sebuah perusahaan yang dapat melahirkan berbagai program kesehatan inovatif. Mengusung moto “Because Health is Fundamental Human Rights”, Indonesia Medika terus melaksanakan distribusi dan implementasi ide dan program untuk menciptakan kebermanfaatan dalam bidang kesehatan yang lebih luas. Bekerja sama dengan peneliti muda dari seluruh tanah air, Indonesia Medika memiliki visi merawat nusantara untuk mencapai kesehatan yang adil dan sejahtera.
zharifah/MA
Visi tersebut senantiasa diwujudkan melalui berbagai produk dan program inovatif yang dikembangkan oleh Indonesia Medika. Produk tersebut antara lain Portable Baby’s Enhancer, The Mother Happiness Center, instrumen komunikasi antara ibu dan janin melalui pendekatan musik atau Al-Qur’an, sarana layanan mental, Mobile Hospital, rumah sakit berjalan, relaksasi dan konseling untuk ibu hamil, serta Klinik Asuransi Sampah. Program pentolan Indonesia Medika yang menjadi perhatian publik adalah Klinik Asuransi Sampah (KAS). KAS adalah klinik
dengan sistem asuransi kesehatan mikro berbasis kerakyatan melalui pembayaran premi berupa sampah. Indonesia Medika menyadari penghalang utama antara akses kesehatan dengan masyarakat adalah faktor ekonomi. Ambil saja realita Khaerunisa, putri seorang pemulung yang tidak mampu berobat. Anak malang itu mengembuskan napas terakhir diantara kardus dan plastik bekas di gerobak ayahnya. Kisah inilah yang menjadi motivasi pendirian KAS agar tak terulang lagi kasus yang sama. KAS mengusung konsep yang cukup
unik. Warga hanya perlu menyerahkan sampah senilai Rp 10.000/bulan untuk dapat menikmati fasilitas kesehatan di KAS. Sampah yang dikumpulkan kemudian diolah menjadi uang melalui daur ulang yang nantinya menjadi sumber pendanaan utama KAS. “Kami menerapkan konsep holistic care service. Kami bukan hanya mengobati yang sakit, tetapi juga membuat yang sehat menjadi lebih sehat, mencegah yang sehat supaya tidak sakit, dan merehabilitasi yang baru sembuh dari sakit,” jelas Gamal. Di luar itu semua, prestasi Indonesia Medika tercermin dari prestasi nakhodanya. Penghargaan The HRH Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneur dari Kerajaan Inggris, Penghargaan Unilever Sustainability Living Young Entrepreneur Award dari Unilever dan Penghargaan Indonesia MDG Awards 2013 dari Utusan Khusus Presiden RI adalah sebagian kecil dari segudang prestasi yang telah diraih Gamal selama ini. Indonesia Medika tidak bekerja sendiri. Jalinan kerja sama pun dibentuk bersama Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup serta Kementerian Pemuda dan Olahraga. Tidak hanya itu, Indonesia Medika juga telah membangun kemitraan dengan berbagai jaringan internasional, antara lain LGT Venture Phylantrophy, Cambridge University dan British Council. “Saatnya kita tenaga kesehatan mengharmoniskan langkah dalam melakukan perbaikan pada peran kita sebagai penyedia layanan kesehatan,” pesan Gamal. gabriella/ kontributor
SEPUTAR KITA
Vaksin Herpes Zoster, Angin Segar Para Lansia Berita baik! Vaksin Herpes Zoster kini telah hadir untuk para lansia. Seberapa efektifkah prevensinya?
I
novasi dalam pencegahan Herpes Zoster disampaikan oleh Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI dalam pleno bertajuk “Herpes Zoster Vaccination in Indonesia”. Acara tersebut merupakan bagian dari serangkaian kegiatan Jakarta Allergy Clinical Immunology Network (JACIN) 2014. Agenda tahunan ini diselenggarakan pada 23-25 Mei 2014 di Hotel Shangri-La, Jakarta. Herpes Zoster bukanlah penyakit yang bisa dianggap enteng. Betapa tidak, derajat nyeri pada cacar ular ini terbilang tinggi, bahkan lebih tinggi dari nyeri saat melahirkan. “Nyeri yang tergolong kronik dan cukup berat ini dapat menimbulkan banyak komplikasi, salah satunya ke organ mata pada 10-20% kasus,” ungkap Samsuridjal. Tidak hanya itu, populasi usia lanjut sangat rentan terinfeksi cacar ini. Satu dari dua orang dengan usia lebih dari 85 tahun diperkirakan akan mengalami Herpes Zoster. Meninjau dari peningkatan angka harapan hidup Indonesia yang kini mencapai 72 tahun, maka diperkirakan kasus Herpes Zoster di Indonesia akan mengalami peningkatan. Beranjak dari masalah ini, Satuan Tugas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) menyatakan perlu dilakukan pencegahan terhadap Herpes Zoster. Upaya prevensi yang diperlukan meliputi pencegahan
insiden maupun pencegahan komplikasi seperti post-herpetic neuralgia. Komplikasi postherpetic neuralgia terjadi pada pasien dengan rentang usia 45-64 tahun. Dahulu, indikasi pemberian vaksin ini ditetapkan pada pasien berumur 60 tahun atau lebih. Menilik data epidemiolgi, kini pemberian vaksin direkomendasikan mulai dari usia 50 tahun. Rentang usia tersebut telah ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta sudah dianut oleh berbagai negara. Kini, vaksin cacar ular dengan injeksi subkutan tersebut telah beredar dan siap digunakan. “Oleh karena vaksin ini merupakan vaksin hidup maka daya lindungnya diperkirakan lebih dari 10 tahun, bahkan sampai seumur hidup,” terang Samsuridjal. Mereka dengan riwayat anafilaksis, imunodefisiensi, dan tuberkulosis aktif yang belum diterapi tidak diperbolehkan menerima vaksinasi Herpes Zoster. Efikasi vaksin Herpes Zoster terbilang cukup tinggi, yaitu 61,1% untuk usia 50 tahun dan 65,5% untuk usia 60-69 tahun. Demikian halnya untuk post-herpetic neuralgia, efikasinya berkisar 67%. “Efektivitas vaksin ini dinilai dari 3 aspek, yaitu burden of infection, insiden Herpes Zoster, serta munculnya komplikasi post-herpetic neuralgia. Penurunan cukup nyata terdapat pada semua golongan umur walau penurunan untuk usia 70 tahun tidak sebaik usia 50-69
vanya/MA
tahun,”ucapnya. Dengan demikian, dapat dikatakan efektivitas vaksin tersebut dapat menurunkan angka Herpes Zoster dan post-herpetic neuralgia secara nyata. Studi menunjukkan vaksinasi pada 1 juta orang dapat mengurangi 11.000 lebih hopitalisasi dan ruang gawat darurat, 350.000 kunjungan
rawat jalan, dan 24.000 kasus nyeri. Jika ditinjau dari insiden, burden of disease, kemungkinan komplikasi, derajat nyeri, kualitas hidup pasien, serta jumlah populasi usia lanjut maka kehadiran vaksin Herpes Zoster tampaknya bisa bermanfaat dengan optimal. ferry
MEDIA AESCULAPIUS
Liputan
JULI
JULI-AGUSTUS 2014
11
SEPUTAR KITA aditya/MA
Hindari Stigma, Kenali Masalah Kesehatan Jiwa
Ketika jiwa yang tidak sehat berkembang menjadi penyakit yang membahayakan nyawa, haruskah kita menghindari mereka?
A
danya penyamaan persepsi antara gangguan jiwa dan gila serta minimnya pengetahuan tentang jenis-jenis masalah kesehatan jiwa menjadi penyebab utama timbulnya stigma terhadap penderita. Realita ini menjadi latar belakang Center for Indonesian Medical Student’s (CIMSA) UI menggelar acara bertajuk “Explored The Unexplored” pada 10 Mei 2014. Berlokasi di Gedung B Rumpun Fakultas Ilmu Kesehatan UI, Depok, acara ini dihadiri para mahasiswa dari berbagai latar belakang pendidikan kesehatan. Seseorang dikatakan memiliki gangguan jiwa jika mengalami perubahan pola psikologis yang bermakna klinis dan mengganggu fungsi psikososial serta aktivitas sehari-hari. “Gila dan gangguan kejiwaan itu hal yang berbeda, tetapi kadang masih diberikan stigma yang sama. Gangguan kejiwaan muncul sebagai kombinasi dari faktor biologis yang didukung oleh lingkungan,” jelas dr. Azhari Cahyadi Nurdin, SpKJ dalam presentasinya tentang masalah kesehatan jiwa. Kasus skizofrenia masih menempati posisi teratas dengan jumlah penderita 1 per 100 orang di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh hambatan sinyal saraf
di area prefrontalis, disertai rangsang pembentukan dopamin yang berlebihan pada daerah limbik sehingga bagian otak yang lain akan kekurangan dopamin. Kondisi demikian menimbulkan abnormalitas pada bagian hipokampus otak yang berujung pada halusinasi. Tak ayal, pasien cenderung menarik diri dari lingkungannya dan memiliki perilaku kognitif yang menurun. Penyelarasan komposisi dopamin harus segera dilakukan sebagai kunci pencegahan kerusakan otak lebih lanjut. Tidak sedikit kasus pemasungan penderita skizofrenia terjadi. Kondisi ini disebabkan oleh stigma masyarakat yang secara tidak langsung akan membahayakan penderita. Tidak hanya aspek medis yang menjadi sorotan, mental dan batin penderita juga butuh perhatian khusus. Stigma yang mereka terima akan memperburuk gejala dan fungsi serta menambaah beban bagi penderita dan keluarganya. Padahal, orangorang di sekeliling merekalah yang sangat diperlukan untuk membantu penyembuhan. Pasien skizofrenia juga acap kali dicap merugikan sekelilingnya. Padahal, John Nash, seorang Profesor Matematika dari Princeton University sekaligus pasien skizofrenia dari Virginia Barat, telah
INFO SPESIALISTIK
Rindu Pengetahuan Sosial? Ini Tempatnya! Kedokteran sering dikotakkan dalam ilmu eksakta. Meski sejatinya kental nilai kemanusiaan, ilmu kedokteran forensik dan medikolegallah satu-satunya cabang yang memadukan kedokteran dengan ranah sosial.
B
ersinggungan dengan hukum ibarat kedokteran forensik dan medikolegal pisau bermata dua. Adalah hal yang siap menampung tiga peserta didik menantang sebab hukum menjadi per semester. Dengan lama studi enam sarana penegak keadilan. Di lain pihak, semester, spesialisasi ini menjanjikan potensi kondisi ini memunculkan rasa waswas kemapanan finansial yang cukup besar mengingat tanggung jawab yang diemban jika hendak dijalani dengan serius. Saat ini, tidaklah ringan. Ilmu kedokteran forensik jumlah dokter bertitel SpF baru menembus dan medikolegal mempertemukan seni angka 120-an untuk seluruh Indonesia. pengetahuan tubuh Dibandingkan kebutuhan manusia dengan sebenarnya, peluang ketegasan aturan pendalaman bidang hukum. Baik kasus forensik masih hidup maupun mati, terbuka lebar. forensik mampu Untuk menjadi kunci bergabung menyuarakan sebagai kebenaran. residen, calon Departemen peserta harus Ilmu Kedokteran memenuhi syarat Forensik dan administrasi Medikolegal FKUI, lulus ujian FKUI-RSCM tulis, dan lulus telah eksis sejak ujian wawancara. era Stovia awal Tak ketinggalan, 1920-an. Kian rekomendasi dari hasil nobian/MA lama, departemen ujian psikotes juga menjadi ini kian piawai menguak berbagai kasus poin penting kelulusan seleksi. Akan menjadi kiriman penyidik yang terjadi di Ibu Kota nilai tambah jika calon peserta memiliki dan sekitarnya. Tidak hanya memberikan pengalaman klinis minimal satu tahun atau pelayanan umum berupa visum et repertum mendapat surat penugasan pengabdian atau cek DNA, ahli forensik pun kerap di bidang forensik dari rumah sakit atau dilibatkan dalam kegiatan luar ruangan instansi tertentu. semisal gali kubur (ekshumasi) serta Menimbang pengalaman yang akan identifikasi korban bencana. didapat bersama para pakar forensik ternama Sebagai satu dari 27 jurusan program Nusantara, jurusan ini layak diperhitungkan pendidikan dokter spesialis di UI, ilmu sebagai pilihan spesialisasi. halida
membuktikan bahwa penderita skizofrenia tidak selamanya tidak produktif dan mengganggu masyarakat sekitarnya. Ia berhasil meraih Nobel Prize in Economics pada 1994. Sama halnya dengan skizofrenia, depresi juga tergolong gangguan jiwa yang sering dijumpai. Sebanyak 1 dari 5 orang di Indonesia pernah mengalaminya. Perasaan sedih berlebihan yang berujung pada penurunan kuantitas waktu tidur, penurunan konsentrasi dan nafsu makan, hingga timbul pikiran bunuh diri merupakan beberapa gejala dari depresi. Pada dasarnya, masalah kesehatan jiwa muncul sebagai akibat tidak imbangnya
adaptasi seseorang terhadap stres. Kondisi jiwa yang sehat dapat dipertahankan dengan mekanisme coping yang adaptif seperti mencari bantuan, menganalisis masalah secara logis, berdoa (pendekatan agama), atau mengalihkan pikiran misalnya dengan olahraga. Penanganan yang dini dan benar dapat memulihkan kondisi kesehatan jiwa seseorang. Stigma pada gangguan kejiwaan hanya akan memperburuk perilaku penderitanya. Sebaiknya segera kosultasikan segala bentuk masalah kesehatan jiwa ke psikiater untuk mendapatkan tata laksana yang paripurna. nadia
Siaga MERS-CoV ...
sambungan dari halaman 1
baik masyarakat maupun tenaga kesehatan, adalah mencegah terjadinya transmisi virus. Pertama, sesering mungkin jaga kebersihan tangan dengan menggunakan sabun, alkohol, atau hand-sanitizer. Hindari pula menyentuh benda-benda yang tidak perlu. Terkait kehalalan penggunaan hand-sanitizer berbasis alkohol, dr. Ceva Wicaksono Pitoyo, SpPD, KP, FINASIM, KIC mengatakan bahwa seharusnya tidak ada masalah. “Alkohol kalau dibiarkan dua menit akan menguap, jadi tidak akan terkontaminasi. Kalau ragu, cuci dengan air,” ujar Ceva. Kedua, pemakaian masker terutama ketika sakit. Menggosok-gosok hidung dan memegang muka juga sebaiknya dihindari karena bisa memindahkan kuman dari tangan ke dalam saluran napas. Kemudian, jika kondisi kurang sehat, sebaiknya tidak memaksakan diri untuk memenuhi target tertentu atau berpergian. Terakhir, sebisa mungkin tidak berkontak dengan unta. Sejauh ini, WHO belum memberikan peringatan perjalanan bagi jemaah maupun pelancong dari luar wilayah Timur Tengah. Anjuran melakukan karantina bagi pasien yang terbukti positif MERS-CoV juga tidak digalakkan. “Pemerintah Indonesia selama ini tidak melarang warga negaranya untuk melakukan umrah atau haji, namun pemerintah memiliki kewajiban untuk melindungi warganya, kecuali kalau pemerintah Arab Saudi sendiri yang mengumumkan bahwa negaranya tertutup,” imbuh Prof. dr. Amin Soebandrio W. K., PhD, SpMK(K), Guru Besar Departemen Mikrobiologi FKUI yang juga turut memberi pandangan dalam acara PAPDI tersebut, terkait desas-desus larangan haji dan umrah. Dengan demikian, jemaah haji sesungguhnya tidak perlu merasa cemas secara berlebihan mengenai MERSCoV asalkan menjaga kesehatan tetap prima selama melaksanakan ibadah di Tanah Suci. rusfanisa, andy, yasmina
Saya yang bertandatangan di bawah ini, Nama: Pekerjaan: Alamat Lengkap (untuk pengiriman):
FORMULIR BERLANGGANAN
Telepon/HP: Email: memohon untuk dikirimi Surat Kabar Media Aesculapius selama kurun waktu (beri tanda silang): 1. Enam edisi (GRATIS 1 edisi): Rp18.000,00 2. Dua belas edisi (GRATIS 2 edisi): Rp36.000,00 Biaya kirim ke luar pulau Jawa Rp5.000,00 per enam edisi. Cara pembayaran: 1. Wesel pos ke Redaksi MA FKUI 2. Transfer ke rekening Media Aesculapius di BNI Capem UI Depok No. 0006691592 Mohon untuk menyertakan bukti pembayaran baik bukti transfer maupun fotokopi wesel pos dengan formulir berlangganan ke MA.
( ) Nama Lengkap
12 2
Liputan
JULI-AGUSTUS 2014
MEDIA AESCULAPIUS
SEREMONIA
Berlari untuk Anak Indonesia Lebih Sehat
T
idak kurang lima ratus peserta lari berbondong-bondong dalam agenda “Have Fun Go Med (HFGM) Fun Run Liga Medika 2014”. Acara tahunan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tersebut kini digelar 4 Mei 2014. Mengambil start dari Pintu Barat
Perayaan Hari Talasemia Sedunia Pecahkan Rekor MURI
kartika/MA
Daya Monumen Nasional, Jakarta, para pelari nantinya akan mendonasikan biaya pendaftaran mereka ke Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) guna mendukung program penanganan malnutrisi anak di Indonesia. ferry
B
ertempat di Britama Sports Mall Kelapa Gading, kampanye akbar pencegahan Talasemia digelar 25 Mei 2014. Tidak tanggung-tanggung, peserta skrining abnormalitas darah ini menyentuh angka 2800 orang sekaligus memecah
zharifah/MA
rekor MURI. Dalam acara yang merupakan kerja sama CIMSA UI, UIN, UPH, Rotary Internasional District, dan Thalassemia Center RSCM ini hadir pula Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) RI, Agung Laksono. nadia
SENGGANG
Semangat Berenang yang Tak Pernah Padam “Siapapun dapat melakukannya, tidak berbahaya, dan manfaatnya besar untuk kesehatan”
I
tulah yang terlintas dalam benak dokter ahli kulit dan kelamin bernama Shannaz Nadia Yusharyahya saat ditanya perihal kegemarannya berenang. Baginya, renang bukanlah olahraga yang membebankan. Sebaliknya, berenang justru merupakan salah satu aktivitas yang menyenangkan. Orang tua Nadia yang berlatar belakang atlet nasional mulai memperkenalkan Nadia akan dunia renang sejak ia berusia empat tahun. “Mulai berenang awalnya karena ikut kakak yang saat itu baru mulai belajar juga. Setahun kemudian, kami masuk klub renang dan mulai latihan rutin,” tuturnya. Bukan sekadar hobi, putri kedua dari enam bersaudara ini telah menggengam segudang penghargaan dari berenang. Kisahnya dimulai sejak ia berusia enam tahun. Ketika itu, Nadia yang masih belia telah mengikuti lomba tingkat Asia. Sampai saat ini, semangatnya dalam dunia renang belum juga padam. Prestasi terkininya ialah pada pertandingan renang master Juni lalu. Tidak tanggungtanggung, empat medali sekaligus berhasil diraihnya. “Totalnya ada 4 medali yang terdiri dari 2 medali emas dan 1 medali perak untuk kategori individu, serta 1 medali emas untuk kategori tim bersama dengan saudara-saudara saya yang juga eks perenang
nasional,” ceritanya antusias. Prestasinya diraih bukan tanpa usaha keras. Meski sempat berpindah tempat tinggal, Nadia tetap gigih dan konsisten latihan. Sejak pindah ke Jakarta pada usia sepuluh tahun, wanita kelahiran Bandung tersebut tetap berlatih di salah satu klub renang di bilangan Jakarta Selatan. Tidak hanya itu, kegigihannya tercermin di kala orang lain masih terlelap tidur, Nadia harus
Di samping mengukir prestasi, lewat hobi renang, Nadia juga membangun koneksi pergaulan dengan perenang lainnya. Jaringannya tersebar luas baik di dalam maupun luar negeri. Baginya, hidup harus dijalani dengan seimbang. Tidak hanya belajar dan bekerja, sosialisasi dan olahraga juga hal vital yang pantang ditinggalkan. Saat ini, Nadia tergabung dalam klub renang untuk usia di atas 30 tahun. Menurut ibu dua anak ini, manfaat berenang dapat dirasakan tanpa mengenal batas usia. “Sikap disiplin dalam mengatur waktu masih terbawa hingga saat ini. Selain itu, berenang membuat saya merasa lebih sehat, stamina lebih kuat, dan tidak cepat lelah walau bekerja hingga malam hari,” akunya. Berenang memang dokumentasi pribadi menyehatkan diri dari dalam. Namun, aktivitas tersebut dapat merusak terbiasa bangun pukul empat subuh untuk latihan renang, tanpa peduli hujan atau tidak. bagian luar tubuh jika tidak diantisipasi dengan baik. “Setelah berenang, jangan lupa Di bangku kuliah, Nadia sempat cuci rambut menggunakan shampoo dan memenangkan kejuaraan renang conditioner serta mandi menggunakan sabun antarmahasiswa perguruan tinggi di Asia. Sayang, padatnya jadwal kuliah memaksanya yang mengandung pelembab. Jika berenang di antara jam 9 pagi hingga 4 sore, jangan untuk berhenti dari kompetisi. Namun lupa gunakan sunscreen untuk proteksi kulit,” demikian, Nadia tetap menjalankan olahraga jelas dokter spesialis yang juga menjadi salah air tersebut meski hanya sekadar mengisi satu perintis Jakarta Skin Center itu. ferry waktu senggangnya.