Media Aesculapius Surat Kabar
Kedokteran dan Kesehatan Nasional Terbit Sejak 1970
Harga Rp3.000,00
No. 05 l XLVIII l Juli-Agustus 2017 ISSN No. 0216-4966 Tips dan Trik Terampil Mengumpulkan Spesimen Pap Smear
Kesmas
Dilematik Pemberian ASI Eksklusif bagi Ibu Pekerja
halaman 3
Advertorial Atasi Obesitas dengan “Gastric Ballon Pill”
halaman 5
Kontak Kami @MedAesculapius beranisehat.com 082-229-229-362
halaman 7
Praktik Kedokteran dan Praktik Tradisional: Sinergiskah? Praktisi pengobatan tradisional yang merambah kompetensi seorang dokter secara ilegal akhir-akhir ini semakin marak. Konfrontasi yang terjadi antara dua layanan kesehatan ini menimbulkan pertanyaan, dapatkah keduanya berjalan sinergis?
K
asus Jeng Ana yang membaca dan menginterpretasikan hasil MRI di suatu acara talk show membuat tak hanya kalangan dokter, tetapi juga khalayak umum gempar. Usut punya usut, wanita yang bernama asli Ina Sofiana ini ternyata adalah seorang pengobat tradisional yang kliniknya telah didatangi oleh sederet artis papan atas. Berangkat dari kasus ini, banyak orang mulai mempertanyakan, sebenarnya sejauh manakah batas kewenangan dari seorang pengobat tradisional? Bagaimanakah posisi pengobatan tradisional dalam dunia medis? Pengakuan dan Pembatasan terhadap Pengobatan Tradisional Prof. Dr. Ilham Oetama Marsis, SpOG(K), Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), menyatakan bahwa pengobatan tradisional sudah diatur dalam UndangUndang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 pasal 61 ayat 1. Dalam undang-undang tersebut dipaparkan bahwa masyarakat sebenarnya tidak harus selalu menjalani pengobatan konvensional semata, tetapi boleh memilih pengobatan tradisional sebagai alternatif. Pengobatan tradisional ini terbagi menjadi dua, yaitu metode tradisional dengan intervensi, seperti pemijatan, dan nonintervensi, misalnya jamu. Keduanya diatur pula dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1076 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional. Menurut dr. Abidinsyah Siregar,
DHSM, M.Kes., Ketua Direktorat Jenderal Kementerian Kesehatan untuk Bina Kesehatan Tradisional, Alternatif, dan Komplementer periode 2011-2013, menggarisbawahi bahwa hanya sejumlah kecil atau sekitar lima belas persen dari total masyarakat yang mengeluh sakit, tetapi hanya lima persen di antaranya yang benarbenar membutuhkan obat. Dalam kapasitas inilah pengobatan tradisional bergerak untuk membantu sebagian besar sisanya yang sebetulnya belum sakit itu. Dengan demikian, kapasitas pengobatan tradisional bagi masyarakat adalah membantu secara promotif dan preventif. Kompetensi praktik pengobatan tradisional adalah sesuatu yang didapatkan secara turuntemurun dan bersifat empiris. Yusti irun/MA Ariyani mengungkapkan bahwa sebagai langkah untuk memberikan suatu standar layanan yang terarah hingga mengurangi risiko terjadinya sesuatu yang tidak dikehendaki, organisasi atau himpunan profesi pengobat tradisional bersama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Kesehatan telah menyusun berbagai atribut standardisasi bagi pendidikan kompetensi pengobatan tradisional. “Dengan adanya kurikulum dan standar kompetensi, diharapkan semua
pihak penyelenggara pendidikan kompetensi pengobat tradisional dapat memberikan keluaran sesuai dengan kompetensi yang diharapkan,” ujar Ketua Pengawas Perkumpulan Para Pemijat Pengobatan Indonesia tersebut. Mungkinkah Keduanya Berdampingan dan Saling Melengkapi? Menurut Marsis, sepanjang belum ada bukti-bukti medis dalam pengobatan tradisional yang dilakukan, tentu pengobatan ini tidak sinergis dengan pengobatan kedokteran. Namun, sebagai dokter, salah adanya ketika ia melarang pasien memilih pengobatan tradisional. “Pengobatan tradisional ini baik, sepanjang dia diawasi oleh negara dan dibina oleh negara sehingga tidak merugikan masyarakat,” ungkapnya. Hal lain yang sangat krusial adalah edukasi pasien. Seorang dokter harus memiliki waktu untuk memberikan penjelasan atas penyakit pasiennya. Pasien harus tahu mengenai diagnosis dan prognosis penyakitnya, pengobatan yang diterima, serta hasil pengobatan tersebut. Dengan demikian, pasien mengerti survival rate yang dimilikinya. Jika pada akhirnya pasien memilih pengobatan tradisional, setidaknya ia sudah memiliki gambaran mengenai sejauh apa hasil yang dapat ia harapkan.
Kesehatan Tradisional Makin Dirangkul dan Diregenerasi
M
Keanekaragaman biologis dan kultural Indonesia salah satu yang tertinggi di dunia. Salah satu implikasinya adalah keberagaman metode kesehatan tradisional di negara ini. Bagaimana generasi berikutnya dipersiapkan untuk memanfaatkan, mengelola, dan membuktikannya?
enurut dr. Abidinsyah Siregar, DHSM, M.Kes., tenaga kesehatan tradisional yang mendapatkan ilmunya melalui proses pewarisan ilmu secara empiris (turun-menurun) kini dapat bekerja dengan pengakuan dari asosiasi pengobat terkait dan kepemilikan Surat Izin Praktik Tenaga Kesehatan Tradisional (SIPTKT) dari dinas kesehatan kota/ kabupaten setempat. Beragam asosiasi pengobat yang dimaksud, misalnya ASPETRI untuk pengobat tradisional, PAKSI untuk pengobat akupunktur, HIDAMI untuk dokter spesialis akupunktur medik, dan PDHMI untuk dokter yang mendalami saintifikasi obat-obatan herbal. Sementara itu, perizinan bagi tenaga
kesehatan tradisional komplementer agaknya lebih ketat diatur oleh pemerintah. Sebelum berpraktik, ia harus menjalani pendidikan formal terlebih dahulu. Abidinsyah menyatakan, “Program pendidikan kesehatan tradisional pada tingkat diploma tiga maupun spesialisasi sudah tersedia di Indonesia, seperti pendidikan D3 bidang akupunktur maupun herbal”. Kurikulum jenjang diploma ini mengintegrasikan pengetahuan mendalam tentang bidang bersangkutan, misalnya titik-titik pada meridian atau beragam jenis jamu, dengan ilmu biomedik. Selain itu, program spesialisasi akupunktur dan herbal juga tersedia bagi dokter yang tertarik mengembangkan keilmuannya di bidang
tersebut. “Sedang dipersiapkan sebuah kurikulum mengenai kesehatan tradisional Indonesia (Kestraindo) untuk jenjang pendidikan strata satu,” paparnya. Hal ini juga tercatat dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja dari Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tradisional tahun 2016. Kurikulum ini mirip dengan pendidikan traditional chinese medicine di Cina yang telah diakui secara resmi. Abidinsyah berharap bahwa kesehatan tradisional dapat tampil untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Dokter juga diharapkan tidak menutup diri dari keragaman potensi penyehat asli Indonesia ini. erin, lika, stef
Sebaliknya, Abidinsyah berpendapat bahwa pengobatan tradisional dapat dibuat sinergis terhadap pengobatan konvensional. Pengalamannya di Rumah Sakit Dharmais dan rumah sakit lain di seluruh Indonesia yang telah sukses mengintegrasikan program pengobatan herbal dalam pelayanan kesehatan mendukung pernyataan tersebut. Salah satu aplikasi yang direkomendasikan Abidinsyah adalah sebagai komplemen tata laksana konvensional, seperti pada penderita kanker stadium lanjut di Rumah Sakit Dharmais, Jakarta. Pengobatan herbal dapat digunakan untuk mendukung pasien agar kuat menghadapi sederet kemoterapi dan radioterapi. Contoh lainnya adalah pembentukan griya sehat, yaitu klinik bersama antara praktisi kesehatan konvensional dan tradisional yang mengedepankan sisi promotif dan preventif. Penerapan ini sebelumnya harus didasari suatu pembagian peran yang tegas antara pengobat tradisional dan dokter. Pengobatan tradisional juga akan memperkuat upaya kesehatan konvensional di ranah promotif dan preventif yang selama ini tidak banyak berjalan. “Tidak dapat dipungkiri bahwa pengobatan tradisional berperan paling banyak di ranah ini. Hampir semua orang pernah dipijat jika merasa pegal-pegal atau tidak enak badan misalnya”, ujar Yusti. Oleh karena itu, kedua metode pengobatan ini dapat berjalan bersama dengan dengan tetap memperhatikan bersambung ke halaman 11
SKMA Untuk Anda! Mari bersama membuat SKMA menjadi lebih baik.
!
1. Apakah konten SKMA bermanfaat/ relevan dengan kondisi kesehatan saat ini? 2. Apakah anda masih membutuhkan SKMA edisi selanjutnya? Jawab dengan format: Nama-Umur_Kota/Kabupaten_Unit Kerja_Jawaban 1_Jawaban 2
Contoh: Rudiyanto_43_Jakarta Pusat_RSCM_Ya_ Ya Kirim melalui WhatsApp/SMS ke 0822 229 229 362 atau mengisi formulir pada bit.ly/surveyskma Lima orang pengisi survei yang beruntung akan mendapatkan cenderamata dari Media Aesculapius