Media Aesculapius Surat Kabar
Kedokteran dan Kesehatan Nasional Terbit Sejak 1970
Harga Rp3.000,00
No. 05 l XLVIII l September-Oktober 2017 ISSN No. 0216-4966 Artikel Bebas
Kolum
Konsumsi Daging Berlimpah: Apakah Baik? halaman 6
Kontak Kami
Rubrik Daerah Sepenggal Kisah dari Kota Tidore Kepulauan
Renungan Pagi Ini
halaman 8
@MedAesculapius beranisehat.com 082-229-229-362
halaman 10
Menuju Tahun 2020 Bebas Campak dan Rubela Campak dan rubela merupakan penyakit yang dapat menimbulkan komplikasi berat hingga kematian. Ironis, padahal penyakit ini dapat dicegah melalui pemberian imunisasi.
T
erhitung sejak Agustus 2017, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, mencanangkan imunisasi Measles Rubella (MR) sebagai bagian program imunisasi nasional. Keputusan ini diambil berdasarkan fakta bahwa angka penderita campak dan rubela di Indonesia masih tergolong tinggi dibandingkan negara lain, seperti Amerika, Kosta Rika, Iran, dan Korea Selatan yang sudah dinyatakan bebas dari penyakit ini. Tidak hanya itu, pencanangan program ini merupakan bentuk dukungan Indonesia terhadap program global untuk mengeradikasi campak dan rubela pada tahun 2020. Program imunisasi MR dikatakan berhasil jika cakupannya mencapai minimal 95% dari sasaran. “Jika cakupan mencapai 95%, secara langsung akan timbul herd immunity, berarti 5% masyarakat yang tidak diimunisasi akan terlindungi oleh 95% masyarakat yang diimunisasi,” jelas Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dr. dr. Hindra Irawan Satari, Sp.A(K), MTropPaed. Sasaran utama program imunisasi MR adalah anak-anak usia sembilan bulan sampai lima belas tahun karena memang burden of disease paling banyak dialami usia ini. Hal ini, terang Hindra, merupakan upaya untuk memastikan mereka yang berada dalam kelompok rentan tercakup seluruhnya. Harapannya, kekebalan masyarakat terhadap virus campak dan rubela meningkat secara cepat sehingga angka kesakitan akibat penyakit ini menurun. Persiapan Tampak telah Matang Sejak tahun lalu, Kementerian Kesehatan
RI telah menyusun buku pedoman pelaksanaan Kampanye Imunisasi MR. Kemudian, pemerintah membentuk Kelompok Kerja Nasional Eliminasi Campak dan Pengendalian Rubela/Congenital Rubella Syndrome yang melibatkan kerja sama berbagai pihak. Pencanangan program juga dilakukan langsung oleh Presiden Jokowi di Sleman agar masyarakat luas dapat digerakkan. Selain sosialisasi dan pelatihan tenaga kesehatan, setiap daerah diinstruksikan untuk melakukan pemetaan tenaga kesehatan, kader, serta sasaran. Melalui pemetaan ini, diharapkan semua sasaran kristian/MA imunisasi dapat dijangkau, termasuk yang berada di daerahdaerah terpencil. Menurut Ketua Bidang Hubungan Masyarakat dan Kesejahteraan Anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K), seluruh ketua cabang IDAI telah dikumpulkan untuk mendapat sosialisasi dan mendeklarasikan dukungannya terhadap program ini. Seluruh anggota IDAI juga dikirimi e-mail berisi informasi mengenai imunisasi MR. Satuan Tugas Imunisasi IDAI sangat berperan dalam
mengedukasi masyarakat dan para anggota IDAI tentang pentingnya program ini melalui pelatihan vaksinologi. “Jangan sampai ada suara sumbang,” tegasnya. Hambatan Pelaksanaan Imunisasi MR Dalam pelaksanaannya, pemerintah maupun tenaga kesehatan masih menemukan beberapa kesulitan. Besarnya arus penyebaran informasi yang tidak tepat mengenai imunisasi menjadi penyebab utama orang tua enggan membawa anaknya diimunisasi. Padahal, imunisasi MR tergolong aman. “Mungkin akan timbul gejala, seperti demam, bintik-bintik kemerahan kurang lebih satu minggu pascaimunisasi dan bertahan 2-3 hari. Namun, hal tersebut biasa karena memang komponen imunisasi MR adalah virus yang dilemahkan sehingga dapat memunculkan gejala dalam skala ringan,” jelas Hindra. Hal senada juga disampaikan Hartono. Menurut beliau, masyarakat atau media sering kali menyimpulkan suatu peristiwa buruk yang terjadi pascaimunisasi sebagai akibat dari imunisasi tersebut tanpa mengusut dengan lebih jelas rangkaian peristiwanya. Hambatan lainnya adalah pelaksanaan pemberian vaksin MR tidak dapat diperuntukkan bagi satu individu saja.
“Satu vial vaksin MR dapat dibagi ke dalam sepuluh dosis dan setelah dicampur, vaksin ini hanya dapat bertahan kurang lebih selama enam jam. Oleh karena itu, agar vaksin dapat dimanfaatkan secara efisien, setidaknya ada delapan orang yang diimunisasi dalam satu kali penyelenggaraan,” tutur Hartono. Solusi dan Langkah ke Depannya Direktur Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, dr. H.M. Subuh, MPPM, bersama jajarannya sudah menyusun beberapa strategi. Pertama, melakukan pendekatan intensif kepada masyarakat dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dan para ahli. “Dalam menjangkau sasaran, kami banyak didukung oleh organisasi agama dan kemasyarakatan yang memiliki jejaring di daerah-daerah, salah satunya adalah PMI,” jelas Subuh. Strategi kedua adalah komunikasi yang melibatkan pihak media untuk meluruskan pemahaman masyarakat. Pemerintah mengadakan Temu Media yang dihadiri oleh jurnalis-jurnalis dari sekitar empat puluh media nasional. Tidak hanya media nasional, pemerintah juga memastikan penyebaran informasi di internet tidak menyimpang dengan melakukan Temu Blogger. Berbicara mengenai rumor bahwa imunisasi MR tidak halal, Corporate Secretary PT Bio Farma, Bambang Heriyanto, S.Si., Apt., MM. menyatakan bahwa sejauh ini, imunisasi MR sudah mempunyai prakualifikasi dari WHO dan izin edar dari Badan POM. Dalam waktu dekat, Kemenkes RI, MUI, dan Bio Farma berkomitmen bersambung ke halaman 11
Pasang Surut Imunisasi di Indonesia
SKMA Untuk Anda!
Menurunkan kematian anak, salah satunya melalui imunisasi, merupakan salah satu tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang tercantum dalam Millenium Development Goals (MDGs). Namun, bagaimanakah perjalanan program imunisasi selama ini?
Mari bersama membuat SKMA menjadi lebih baik.
tersebar di 125 negara. Sebuah program eradikasi yang dikenal dengan Eradikasi Polio (ERAPO) kemudian dicanangkan oleh WHO dengan strategi utama berupa vaksinasi polio. Dua belas tahun kemudian, kasus polio ditemukan menurun sebesar 99% menjadi kurang dari 3.000 kasus yang tersebar di enam negara berkat program ini. Selain polio, tetanus ibu dan neonatus (MNT) juga dinyatakan berhasil dieliminasi berkat program imunisasi. “Namun, tidak seperti cacar dan polio yang hanya membutuhkan manusia sebagai inangnya, MNT tidak dapat dieradikasi sepenuhnya karena memiliki banyak inang perantara yang sulit dikontrol penyebarannya,” terang Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K) selaku Ketua Bidang Hubungan Masyarakat dan Kesejahteraan Anggota Ikatan Dokter Anak
1. Apakah konten SKMA bermanfaat/ relevan dengan kondisi kesehatan saat ini? 2. Apakah anda masih membutuhkan SKMA edisi selanjutnya?
P
ada tahun 1980, World Health Organization (WHO) mendeklarasikan bahwa penyakit cacar telah berhasil diberantas dalam skala global. Keberhasilan tersebut diperoleh setelah melalui perjalanan panjang. Inisiasi untuk memberantas cacar sebenarnya sudah dicetuskan oleh WHO sejak tahun 1959, tetapi baru dilaksanakan serius pada 1967 melalui program vaksinasi intensif dan menuai kesuksesan pada tahun 1977. Sejak saat itu, program imunisasi mulai digalakkan di semua negara, termasuk Indonesia. Salah satu penyakit yang berhasil dieradikasi melalui program imunisasi di Indonesia adalah polio. Sebelum program eradikasi polio dicanangkan, pada tahun 1988 tercatat 350.000 kasus poliomielitis
Indonesia (IDAI). Lain halnya dengan campak. Meski telah menjadi program wajib, penyakit ini masih ditemukan. “Di RSCM sampai saat ini masih dijumpai, berarti kasus ini merupakan kejadian luar biasa yang menandakan cakupan imunisasi di Indonesia atau Jakarta masih rendah,” cetus Dr. dr. Hindra Irawan Satari, Sp.A(K), MtropPaed, Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Kemenkes RI. Padahal dengan prinsip di atas, Hartono menyatakan bahwa campak merupakan penyakit yang sangat mungkin dieradikasi sebab inang perantaranya hanya manusia. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama dari berbagai pihak untuk “menolak” masuknya kuman demi suksesnya program imunisasi. reyza, aisyah, tiffany
!
Jawab dengan format: Nama-Umur_Kota/Kabupaten_Unit Kerja_Jawaban 1_Jawaban 2
Contoh: Rudiyanto_43_Jakarta Pusat_RSCM_Ya_ Ya Kirim melalui WhatsApp/SMS ke 0822 229 229 362 atau mengisi formulir pada bit.ly/surveyskma Lima orang pengisi survei yang beruntung akan mendapatkan cenderamata dari Media Aesculapius