Surat Kabar Media Aesculapius (SKMA) edisi Juli-Agustus 2021

Page 1

Media

Surat Kabar

Aesculapius

Kedokteran dan Kesehatan Nasional Terbit Sejak 1970

Mengusut Lonjakan Kasus Covid-19 pada Anak

Andal Menangani Pasien Diabetes Mellitus Herd Stupidity: Pemicu Gelombang Kedua Pandemi?

04/LIII

Jul-Ag 2021 | ISSN 0216-4996


Daftar Isi

Headline

3

Mengusut Lonjakan Kasus Covid-19 pada Anak

Asuhan Kesehatan Andal Menangani Pasien Diabetes Mellitus

MA Info

Tepat dan Cermat Diagnosis Sindrom Mata Kering

Seremonia

Konsultasi

9

Solusi Nutrisi untuk Si Kecil dengan Risiko HIV-AIDS

11

Bayang-Bayang Wabah Baru di Tengah Pandemi Covid-19

Tips & Trik

12

Cepat dan Andal Pasang Pipa Nasogastrik

Herd Stupidity: Pemicu Gelombang Kedua Pandemia

Menyorot Tren Donor Darah saat Pandemi

Suka Duka

Indonesia Bebas Pasung: Gerakan Mengembalikan Kemanusiaan

Kabar Alumni

Spirulina, Suplemen Herbal dengan Segudang Manfaat

Melepas Kekangan Batas

Suara Mahasiswa

Seremonia

Kesmas

Kolom Umum

7 8

Bagaimana Peran Keluarga dalam Mengurangi Risiko Stunting?

Arbeb

6

Daftar Isi

13 14

Emansipasi Kesehatan untuk Perempuan Indonesia

Seputar Kita

Transplantasi Ginjal: Bukan Hanya Resipien yang Perlu Perhatian

Senggang

Berbekal Seni, Pahami Pasien

Segar

RSCM, Saksi Bisu Sejarah Kesehatan Indonesia

15 16 17 19 20 21 22

Ilustrasi Cover: Indira/MA

1

MEDIA

AESCULAPIUS


Dari Kami Salam sejahtera bagi kita semua, Semoga pembaca yang budiman selalu diberi kesehatan dalam masa yang sulit ini. Dua bulan terakhir ini menjadi masa yang kelam bagi Indonesia. Rumah sakit penuh, pasien terlempar ke sana sini, dan pemakaman pun penuh. Banyak sejawat dan juga orang terdekat kita meninggalkan kita akibat gelombang Covid-19 yang begitu ganas tempo hari. Namun, layaknya badai manapun juga, pasti akan berlalu. Pada awal pandemi, anak-anak dianggap kebal dari Covid-19 dan hanya orang tua dan lansia yang menjadi fokus kekhawatiran. Namun, paradigma ini telah berubah. Anak pun kini juga rentan terhadap Covid-19 dan komplikasinya. Kasus Covid-19 anak di Indonesia pun melonjak selama beberapa bulan terakhir. Mengapa hal ini bisa terjadi? Selain masalah Covid-19 itu sendiri, perkembangan anak pun terganggu akibat disrupsi pendidikan selama pandemi. Simak ulasan khusus terkait nasib anak di tengah pandemi dalam rubrik Headline. Masih dengan topik bahasan anak, ibu dengan HIV berisiko menularkan HIV kepada anaknya melalui ASI. Padahal, ASI merupakan sumber nutrisi terbaik dan termurah bagi buah hati ibu. Bagaimana dilema pemberian ASI pada anak dengan ibu HIV ini dapat diselesaikan? Kupas tuntas pilihan-pilihan untuk menangani kasus ini yang dibahas oleh ahlinya dalam rubrik Konsultasi. Spirulina merupakan salah satu zat herbal yang lazim ditemui, baik dalam bentuk masker wajah hingga kapsul suplemen. Apa saja manfaat suplemen herbal ini dan apakah penggunaannya terbebas dari potensi efek samping? Mari telusuri kegunaan spirulina dalam rubrik Arbeb. Stigma yang buruk bagi ODGJ menjadi tantangan dalam mengakhiri praktik pasung. Dr. Suryo Dharmono, Sp.KJ(K) percaya bahwa praktik ini harus diakhiri dan ODGJ harus diperlakukan layaknya manusia lainnya. Simak kisah perjuangannya dalam menghentikan praktik pasung bagi ODGJ di Rubrik Suka Duka. Akhir kata, semoga SKMA edisi kali ini bermanfaat bagi pembaca sekalian. Salam sehat!

Billy Pramatirta, S.Ked Pemimpin Redaksi

MEDIA AESCULAPIUS

Pelindung: Prof. Ari Kuncoro, SE, MA, PhD (Rektor UI), Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP (Dekan FKUI) Penasihat: Dr. Tito Latif Indra, MSi (Direktur Kemahasiswaan UI), Dr. dr. Anggi Gayatri, SpFK (Koordinator Kemahasiswaan FKUI) Staf Ahli: Seluruh Kepala Bagian FKUI/RSUPNCM, Prof. Dr. Ma’rifin Husein (CHS), dr. Muki Reksoprodjo, dr. Boen Setiawan, dr. Sudarso, dr. E. Oswari, DPH, Prof. Dr. Arjatmo Tjokronegoro, PhD, dr. Hapsara, DPH (Kemenkes RI), dr. Fahmi Alatas, Prof. dr. Marwali Harahap, SpKK, Prof. Dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH Pembantu Khusus: Seluruh Alumni Aesculapius dan Media Aesculapius

Pemimpin Umum: Regine Viennetta Budiman. POSDM: Gabrielle Adani, Jessica Audrey, Arfian Muzaki, Engelbert Julyan Gravianto. Pemimpin Produksi: Tania Meirianty. Wakil Pemimpin Produksi: Hasbiya Tiara Kamila. Tata Letak dan Cetak: Ayu Saraswati, Auvan Lutfi. Ilustrasi dan Fotografi: Ayu Saraswati, Ayleen Huang. Infografis: Siti Noor Aqilla M, Nabilla Luthfia S. Staf Produksi: Sandra Princessa, Fahriyah Raihan M, Aisha Putri C, Chastine Harlim, Stella Clarissa, Indira Saraswati S, Arfian Muzaki, Aurelia Maria PS, Gita Fajri G, Hannah Soetjoadi, Marthin Anggia S, Mega Yunita, Sakinah Rahma S, Vina Margaretha M, Anthonius Yongko, Devi Elora G, Kania Indriani RP. Pemimpin Redaksi: Billy Pramatirta. Wakil Pemimpin Redaksi: Ariestiana Ayu Ananda Latifa. Chief Editor: Jonathan Hartanto, Aughi Nurul Aqiila. Redaktur Senior: Nur Afiahuddin T, Yuli Maulidiya S, Farah Qurrota A, Nathalia Isabella M, Dina Fitriana S, Afiyatul Mardiyah, Elvan Wiyarta, Mariska Andrea S, Lidia Puspita Hasri, Prajnadiyan Catrawardhana. Redaktur Headline: Amanda Safira Aji. Redaktur Klinik: Kareen Tayuwijaya. Redaktur Ilmiah Populer: Izzati Diyanah. Redaktur Opini & Humaniora: Ariestiana Ayu AL. Redaktur Liputan: Gabrielle Adani. Redaktur Web: Alexander Rafael S, Albertus Raditya D. Reporter Senior: Rayhan Farandy, M Ilham Dhiya R, Wira Tirta DP, Jessica Audrey, Leonaldo Lukito N, Sheila F Safety. Reporter Junior: Alessandrina Janisha P, Rejoel Mangasa S, Benedictus Ansell S, Laurentia, Nada Irza S, Hendra Gusmawan, Kelvin Kohar, Rheina Tamara T, Raisa Amany, Ryan Andika. Pemimpin Direksi: Laureen Celcilia. Wakil Pemimpin Direksi: Engelbert Julyan Gravianto. Staf Direksi: Rafaella Shiene W, Aulia Nisrina Y, Caroline Griselda W, Medhavini Tanuardi, Stella Kristi T, Stephanie Amabella P, Hubert Andrew, Gerald Aldian W, Gilbert Lazarus, Kevin Tjoa, Mochammad Izzatullah, Nur Zakiah Syahsah, Sean Alexander, Vincent Kharisma W, Andi Gunawan K, Bunga Cecilia S, Iskandar Purba G, Jeremy Refael, Lowilius Wiyono, Syafira Nurlaila D. Alamat: Media Aesculapius BEM IKM FKUI. Gedung C lantai 4, Rumpun Ilmu Kesehatan, Kampus UI Depok. E-mail: medaesculapius@gmail.com, Rek. 157-00-04895661 Bank Mandiri Cabang UI Depok, website: beranisehat.com

MEDIA

AESCULAPIUS

2


Headline

Mengusut Lonjakan Kasus Covid-19 pada Anak S

Pada awal pandemi, anak dianggap ‘kebal’ Covid-19. Hari ini, justru keadaan berbalik. Mengapa hal ini bisa sampai terjadi?

etelah hampir satu setengah tahun berkutat dengan Covid-19, Indonesia kini dihadapkan dengan meroketnya kasus Covid-19 pada anak. Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak menyumbang sekitar 12,8% dari total kasus positif Covid-19 dengan angka kematian mencapai 3—5%, tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Situasi yang mengkhawatirkan ini menimbulkan pertanyaan dari berbagai pihak: ada apa dengan kasus Covid-19 anak di Indonesia?

ruang rawat di rumah sakit dialokasikan untuk anak. “Berapa lama menunggu di IGD baru dapat ruang rawat? Berhari-hari. Kalau balita, bisa tidak dia menunggu lama di situ?” tegas Aman. Jumlah rumah sakit yang memiliki pediatric intensive care unit (PICU) dan neonatal intensive care unit (NICU) pun masih terlalu sedikit. “Banyak yang tidak tertampung karena sebelum pandemi saja sudah relatif sulit mencari PICU dan NICU, apalagi setelah pandemi,” ungkap Nastiti. Koinfeksi juga menjadi salah satu

Dari Hulu ke Hilir: Berbagai Problematika Kasus Covid-19 pada Anak Berbagai faktor berperan dalam tingginya angka Covid-19 pada anak di Indonesia. “Anak ini tidak terlindungi, jumlah testing yang sedikit, tidak semuanya pakai masker, dibawa ke kerumunan, dibawa bepergian, lengkaplah semuanya,” keluh Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), FAAP, FRCPI(Hon), Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI. Kondisi tersebut juga diperparah dengan kemunculan varian Delta. “Keberadaan varian Delta menyebabkan terjadinya gelombang kedua, yaitu peningkatan kasus Covid-19 yang sangat tinggi. Hal ini tentunya berpengaruh dalam peningkatan jumlah kasus Covid-19 pada anak,” terang Dr. dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K), Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi IDAI. Selain jumlah kasus, angka kematian anak akibat Covid-19 di Indonesia juga tergolong tinggi. Tak dapat dipungkiri, keterbatasan fasilitas kesehatan untuk anak turut andil dalam kondisi tersebut. Bercermin dari kasus Covid-19 anak yang mencapai 1 dari 8 kasus, idealnya sepuluh persen

3

MEDIA

Ayu/MA

AESCULAPIUS


Headline

Covid-19 berupa long covid. “Long covid anak di luar Jakarta kita tidak tahu karena testingnya sedikit. Di Jakarta, konsultan kita melihat anak dengan mialgia, tidak bisa konsentrasi, rambut rontok, sesak, nyeri tulang, dan lain-lain dengan riwayat Covid-19 sebelumnya,” tutur Aman. Adapun penyebab dan dampak jangka panjang dari long covid hingga kini masih dalam penelitian. Sejauh ini, mekanisme yang paling memungkinkan adalah inflamasi berkepanjangan atau akibat modalitas terapi yang digunakan. Selain long covid, kejadian multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) juga menjadi ancaman jangka panjang lain kasus Covid-19 anak. MIS-C sendiri serupa dengan badai sitokin yang terjadi pada orang dewasa yang menyebabkan inflamasi berlebihan sehingga terjadi kerusakan multiorgan. “Meskipun jumlah kasus anak dengan MIS-C tidak banyak, hal ini harus diwaspadai karena membutuhkan perawatan yang lebih intensif dan fatalitas yang tinggi,” ujar Nastiti.

Anak ini tidak terlindungi, jumlah testing yang sedikit, tidak semuanya pakai masker, dibawa ke kerumunan, dibawa bepergian, lengkaplah semuanya Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), FAAP, FRCPI(Hon) penyebab tingginya mortalitas anak akibat Covid-19. Sangat disayangkan, imunisasi terkait pneumonia yang dapat mencegah koinfeksi belum menjadi program nasional di Indonesia, berbeda halnya dengan negaranegara maju. “Pada era pandemi, selain Covid-19, anak juga mengalami koinfeksi dari agen-agen lain, seperti influenza dan pneumococcus. Koinfeksi ini membuat angka kematian jauh lebih tinggi. Imunisasi seharusnya bisa menyelamatkan anak dari etiologi pneumonia tertentu,” jelas Nastiti. Di samping faktor eksternal, angka kematian juga dipengaruhi oleh kondisi internal anak, salah satunya status gizi. Indonesia memiliki angka gizi buruk yang sangat tinggi, yaitu 27,7%. Hal tersebut dapat memperburuk prognosis kasus Covid-19. Tak hanya gizi, jumlah komorbid atau penyakit bawaan pada anak yang tinggi di Indonesia juga memegang peranan penting dalam tingginya kematian anak akibat Covid-19. “Banyak sekali komorbid pada anak, mulai dari tuberkulosis, obesitas, penyakit jantung bawaan, keganasan, dan sebagainya. Akan tetapi, terdapat dua kondisi yang bisa kita intervensi, yaitu tuberkulosis dan obesitas. Kalau dua ini bisa dikendalikan, kita bisa menurunkan angka kematian,” tutur Aman. Masalah Belum Berhenti Sampai Di Sini Kematian bukanlah satu-satunya persoalan dalam Covid-19 pada anak. Infeksi virus SARS-CoV 2 tersebut dapat menimbulkan dampak jangka panjang bagi anak. Salah satu dampak yang paling dikhawatirkan adalah dampaknya terhadap tumbuh kembang anak. Apabila anak mengalami Covid-19 yang berat atau kritis dengan periode hipoksia, terjadi gangguan oksigenasi otak yang menyebabkan sel otak mati dan tidak bisa diregenerasi. “Kemampuan kognitif bisa terganggu kalau terjadi hipoksia berat; gangguan motorik juga bisa terjadi,” jelas ketua UKK Respirologi IDAI tersebut . Kekhawatiran lainnya muncul dari komplikasi

MEDIA

Secercah Harapan bagi Anak Indonesia Di tengah carut-marut kasus Covid-19 anak di Indonesia, kabar baik datang dari dimulainya vaksinasi Covid-19 untuk anak kelompok usia 12—17 tahun. Hal tersebut merupakan suatu kemajuan mengingat belum banyak negara yang menginisiasi vaksin pada kelompok anak dan cukup besarnya populasi usia tersebut di Indonesia, yaitu mencapai 10% atau kurang lebih 30 juta jiwa. “Kalau kita bisa melakukan secepat mungkin, sepuluh persen populasi Indonesia ini sudah terlindungi untuk calon human capital kita. Selain itu, menurunkan angka kematian. Golongan remaja ini merasa hebat, dia kira tidak ada gejala, tetapi ternyata banyak yang meninggal. Apalagi kalau mereka ada komorbid yang mereka tidak paham, misalnya obesitas dan TBC,” ujar Aman. Melihat masuknya varian Delta dengan tingkat penularan yang tinggi dan baru dimulainya vaksinasi pada anak, tak heran kasus dan kematian akibat Covid-19 pada anak saat ini terus meningkat. Meski begitu, orang tua tak perlu panik karena secara umum prognosis Covid-19 pada anak memang lebih baik dari orang dewasa. Akan tetapi, hal tersebut jangan menjadi alasan bagi pemerintah dan orang tua untuk lengah. Berbagai upaya, seperti vaksinasi, 3T (testing, tracing, treatment), dan disiplin dalam melakukan protokol kesehatan harus terus dilakukan untuk mengurangi kasus Covid-19 pada anak. Orang tua dalam masa pandemi ini harus siap menjadi orang tua, guru, dan perawat bagi anaknya. Anak merupakan tanggung jawab orang dewasa; banyaknya korban anak akibat Covid-19 harus menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk tidak lalai dan menganggap remeh Covid-19 pada anak. Semua usaha untuk melindungi anak niscaya tidak akan sia-sia karena masa depan bangsa ini ada di tangan mereka. hendra,rheina

AESCULAPIUS

4


Headline

Pembelajaran Daring: Kolaborasi Anak, Guru, dan Orang Tua

S

Setahun lebih belajar di rumah, apa saja tantangan yang dihadapi dan bagaimana solusinya?

udah lebih dari setahun pandemi Covid-19 telah mengubah kehidupan normal anak-anak, tak terkecuali kegiatan belajar mengajar (KBM). Melihat kondisi gelombang kedua yang hari ini masih menyapu seluruh negeri, pembelajaran tatap muka nampaknya belum memungkinkan untuk dilakukan dalam waktu dekat. Pembelajaran daring masih menjadi satu-satunya jalan untuk tetap mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Tak bisa dipungkiri, KBM dihadapi dengan berbagai keterbatasan dengan dilaksanakannya pembelajaran jarak jauh (PJJ). Salah satu aspek kehidupan anak yang paling dipengaruhi oleh transisi tersebut adalah aspek sosial. Sebelum era PJJ, anak dapat belajar berinteraksi secara langsung dengan teman dan guru yang dapat menanamkan beberapa nilai, seperti kebersamaan dan kerja sama. Belum lagi, kini anak lebih sulit mempelajari lingkungan di luar rumahnya. “Dengan pembelajaran daring, anak merasa lingkungan di luar rumah asing. Itu yang mungkin menyebabkan kecemasan anak meningkat,” terang Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Tantangan lain yang dihadapi anak selama mengikuti pembelajaran daring antara lain berkurangnya atensi serta merasa jenuh karena harus mendengarkan materi tanpa berinteraksi secara langsung, posisi duduk terusmenerus yang tidak nyaman, dan gangguan mata akibat durasi menatap layar digital yang cukup lama.

Guru dan orang tua memegang andil dalam menunjang kegiatan belajar anak. Sebagai tenaga pendidik, guru perlu berkreasi untuk mempertahankan minat belajar anak, misalnya dengan mengadakan permainan di sela jam pelajaran. Pada situasi pembelajaran pandemi seperti ini, pendampingan orang tua pun menjadi sangat penting, terutama bagi anak usia prasekolah. Orang tua juga perlu menjaga suasana kegembiraan di dalam rumah dan membantu mengembangkan minat-bakat anak. Agar pembelajaran tetap berjalan efektif, orang tua perlu menegaskan pada anak bahwa sekolah tetaplah sekolah, salah satunya adalah dengan menegaskan anak tetap menggunakan seragam selama KBM. Selain itu, orang tua disarankan untuk membuat jadwal kegiatan anak, termasuk jadwal aktivitas bersama keluarga. Anak juga tetap dapat beraktivitas di lingkungan luar. “Wajar apabila orang tua waspada, tetapi sebaiknya tidak terlalu mengekang anak. Jika anak ingin bermain di halaman atau bersepeda ketika sedang sepi, biarkan saja. Hal ini tentu dengan catatan anak tetap harus mematuhi protokol kesehatan,” tutur Rini. Ketua Umum IDAI Jaya tersebut menekankan bahwa orang tua pun harus memastikan kebutuhan nutrisi dan tidur anak terpenuhi. Pembelajaran secara daring memang bukanlah situasi yang ideal. Banyak kesulitan dan adaptasi yang harus dilakukan anak dalam PJJ. Namun, dengan dukungan guru dan orang tua, anak tetap bisa belajar dengan gembira dan maksimal. rheina, hendra

SKMA untuk Anda!

!

Mari bersama membuat SKMA menjadi lebih baik.

1. Apakah konten SKMA bermanfaat/relevan dengan kondisi kesehatan saat ini? 2. Apakah anda masih membutuhkan SKMA edisi selanjutnya? Jawab dengan format: Nama-Umur_Kota/Kabupaten_Unit Kerja_Jawaban 1_Jawaban 2 Contoh: Rudiyanto_43_Jakarta Pusat_RSCM_Ya_Ya

Kirim melalui WhatsApp/SMS ke 0858-7055-5783 atau mengisi formulir pada http://bit.ly/EvaluasiSKMA21 Lima orang pengisi survei yang beruntung akan mendapatkan cenderamata dari Media Aesculapius

5

MEDIA

AESCULAPIUS


Asuhan Kesehatan

Andal Menangani Pasien Diabetes Melitus Kiat menjalankan asuhan kesehatan komprehensif pada kasus epidemik abad ini

D

iabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan Mayrentina Grace R.S hiperglikemia. Gejala umum pada pasien Staff Perawat National Hospital diabetes antara lain poliuria, polidipsia, penurunan Surabaya berat badan, dan polifagia. Kondisi hiperglikemia dalam jangka waktu lama dan tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan pada hati, jantung, saraf, memeriksa gula darah puasa, gula darah sebelum mata, dan pembuluh darah. Oleh karenanya, tenaga makan, atau 2 jam setelah makan. Dari hasil tersebut, kesehatan perlu andal dalam melakukan asuhan akan diberikan insulin ataupun obat antidiabetes kesehatan pada pasien DM. oral. Penanganan pasien DM bergantung pada Pada perencanaan pasien pulang, perawat wajib tipenya. Pada DM tipe 1, penderita tidak dapat mengedukasi pasien untuk memastikan kondisi kulit menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup lembap. Jika kaki rentan terluka, pasien harus bahkan tidak sama sekali sehingga injeksi selalu menggunakan pelindung kaki. insulin menjadi pengobatan utama Selanjutnya, pasien dan keluarga bagi penderita diabetes tipe 1. diberi edukasi mengenai cara Sementara pada penderita memeriksa glukosa darah dan cara DM tipe 2, dokter biasanya pemakaian obat yang akan dibawa akan menyarankan pulang. penanganan lain, Selain itu, tenaga seperti anjuran pola kesehatan wajib hidup sehat dan menjelaskan kondisi memberikan obat gawatdarurat yang diabetes oral. Jika mewajibkan pasien penanganan DM harus segera mendatangi tipe 2 tersebut layanan kesehatan, tidak adekuat, dapat contohnya tiba-tiba diberikan terapi mengalami penurunan tambahan dengan insulin. kesadaran hingga Asuhan kesehatan yang pingsan, tidak dapat dapat dilakukan juga perlu makan sampai melebihi 4 menimbang komplikasi, jam, lemas, mual, muntah, contohnya komplikasi pada dan demam tinggi. sistem saraf, yakni neuropati Selain itu, perawat diabetes. Pada kondisi tersebut, Nabilla/MA perlu berkolaborasi dengan ahli gizi untuk pasien tidak dapat merasakan nyeri ketika kaki terluka. Akibatnya, luka sulit sembuh memastikan pasien mendapatkan diet yang sesuai dan terus memburuk karena luka tidak mendapat dengan kondisi pasien dan instruksi dokter. Perencanaan nutrisi yang cukup untuk proses penyembuhan diet penting agar pasien dapat menyesuaikan jam, jenis, hingga menyebabkan ulkus hingga gangren. Tindakan dan jumlah makanan yang harus dikonsumsi sehingga perawatan pada kondisi ini adalah dengan melakukan gula darah lebih terkontrol. Hal penting terakhir yang perlu dilakukan oleh perawatan luka, mengevaluasi balutan luka, dan memastikan luka tetap bersih agar mempercepat proses penderita diabetes selain mengubah gaya hidup, pola makan, dan rutin mengonsumsi obat adalah melakukan granulasi pada luka. Pada pasien yang tidak mengalami ulkus pemeriksaan HbA1c. Pemeriksaan ini bertujuan sebagai diabetes, tetapi perlu rawat inap karena glukosa darah sarana kontrol terhadap keberhasilan pengobatan yang tidak terkontrol, tindakan yang dilakukan adalah dengan memastikan kadar gula darah berada dalam terus memantau kadar glukosa darah untuk memonitor rentang nilai yang telah ditargetkan. Kontrol gula darah apakah obat yang sudah diberikan dokter sesuai atau yang baik menjadi kunci kualitas dan harapan hidup tidak. Dokter biasanya memberi instruksi untuk yang baik bagi penderita diabetes. mayrentina

MEDIA

AESCULAPIUS

6


MA Info

Tepat dan Cermat Diagnosis Sindrom Mata Kering Sindrom mata kering cukup sering ditemukan di Indonesia. Lantas, bagaimana cara mendiagnosisnya?

S

indrom mata kering (SMK), dikenal juga sebagai keratoconjunctivitis sicca, adalah gangguan pada permukaan mata yang disebabkan oleh tidak stabilnya produksi dan fungsi lapisan air mata. Gangguan tersebut menimbulkan ketidaknyamanan pada mata dan dapat mengganggu kegiatan seharihari. SMK adalah salah satu penyakit mata yang paling umum di dunia dengan prevalensi yang berkisar antara 5-50%. Di Indonesia, prevalensi sindrom mata kering mencapai 27,5%. SMK dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya, yaitu defisiensi air mata, peningkatan penguapan air mata, atau kombinasi keduanya. Selain itu, SMK juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu ringan, sedang, dan berat. Namun, klasifikasi tersebut masih dianggap belum tepat karena karakteristik setiap kelompok masih tumpang tindih. Anamnesis Diagnosis SMK diawali dengan mengenali tanda dan gejala yang dialami oleh pasien melalui anamnesis. Tanda dan gejala yang dapat ditemui pada penderita SMK, antara lain iritasi, rasa terbakar, menyengat, sensasi benda asing, gatal ringan, fotofobia, penglihatan kabur, intoleransi lensa kontak, kemerahan, frekuensi berkedip yang meningkat, mata lelah, dan air mata yang berlebihan. SMK dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan Aqilla/MA yang kering, berasap, atau berangin. Selain itu, kebiasaan, seperti merokok, terlalu lama menatap layar komputer, membaca, atau aktivitas lainnya yang mengurangi frekuensi berkedip juga dapat mencetuskan SMK. Oleh karena itu, penting untuk menggali informasi seputar kondisi lingkungan dan kebiasaan pasien sehari-hari. Informasi lain yang perlu digali adalah kebiasaan pasien dalam penggunaan lensa kontak, riwayat operasi mata, dan obat yang sedang dikonsumsi atau digunakan oleh pasien. Obat-obatan yang dapat menjadi penyebab

7

MEDIA

sindrom mata kering, antara lain air mata buatan, antihistamin, obat-obatan glaukoma, vasokonstriktor, kortikosteroid, dan obat-obatan herbal. Selain obat-obatan, kondisi lain yang perlu ditanyakan antara lain menopause, kelelahan, mulut kering, infeksi virus, riwayat penyakit dan inflamasi sistemik (sindrom Sjögren, graft versus host disease, artritis reumatoid, lupus, dan skleroderma). Pemeriksaan Fisik Seluruh pasien dengan dugaan SMK harus mendapatkan pemeriksaan fisik yang komprehensif. Pemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan fisik eksternal dan pemeriksaan mata menggunakan slitlamp biomicroscopy. Pada pemeriksaan mata luar, dapat ditemukan malposisi atau tidak sempurnanya penutupan kelopak mata, entropion, ektropion, pembesaran kelenjar lakrimal, ekskresi air mata yang berlebihan, dan proptosis. Temuan pada organ lain, seperti deformitas sendi yang menjadi ciri khas dari penyakit artritis rheumatoid serta adanya disfungsi saraf trigeminal juga dapat ditemukan pada pasien. Sementara itu, evaluasi slit-lamp biomicroscopy harus berfokus pada halhal berikut, yaitu panjang meniskus, debris, peningkatan viskositas, untaian lendir dan busa pada lapisan air mata; adanya trikiasis, distikiasis, madarosis, dan endapan pada bulu mata; abnormalitas pada kelenjar Meibom, sekresi dari kelenjar Meibom, keratinisasi, dan luka pada tepi anterior dan posterior kelopak mata; serta kelainan konjungtiva dan kornea. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan kepada pasien dengan SMK akibat defisiensi produksi air mata adalah uji tear break-up time untuk menilai stabilitas air mata, pewarnaan permukaan bola mata

AESCULAPIUS


Seremonia menggunakan zat pewarna rose bengal, fluorescein, atau lissamine green, dan uji Schirmer. Uji Schirmer dilakukan dengan menggunakan kertas saring yang diselipkan pada kelopak mata untuk menilai produksi air mata. Pemeriksaaan tersebut harus dilakukan secara berurutan karena uji Schirmer dapat mengganggu stabilitas lapisan air mata. Selain pemeriksaan penunjang di atas, pemeriksaan penunjang lain juga harus dilakukan apabila pasien

diduga mengalami penyakit sistemik seperti sindrom Sjögren, penyakit mata tiroid, dan sarkoidosis. Sindrom mata kering adalah salah satu penyakit mata yang umum ditemukan di Indonesia. Diagnosis SMK tidak dapat ditegakkan berdasarkan satu temuan saja. Oleh karena itu, diagnosis yang tepat dan cermat perlu dilakukan agar gangguan ini dapat diatasi sebelum terlambat. raisa

Seremonia Bagaimana Peran Keluarga dalam Mengurangi Risiko Stunting?

Dokumentasi: Youtube BKKBN OFFICIAL

P

eriode emas dalam perkembangan kehidupan manusia, yang dikenal sebagai seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK), dimulai sejak terbentuknya janin pada masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun. Keberadaan masalah pada periode emas ini dapat menyebabkan berbagai gangguan, salah satunya adalah kondisi stunting. Pembahasan ini menjadi sorotan utama dalam talk show nasional yang digelar melalui zoom meeting sebagai ajang kolaborasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Ikatan Dokter Anak Indonesia, dan Ikatan Psikolog Klinis Indonesia. Acara ini mengusung tema “Peran Keluarga dalam Penanggulangan Stunting” dalam rangka Hari Keluarga Nasional 2021 yang jatuh pada Selasa, 29 Juni 2021. kelvin

Media Aesculapius menyediakan jasa pembuatan Symposium

JASA PEMBUATAN SYMPOSIUM HIGHLIGHT

Highlight. Symposium highlight adalah peliputan sebuah seminar atau simposium, yang kemudian hasilnya akan dicetak dalam sebuah buletin, untuk dibagikan pada peserta seminar. Simposium yang telah kami kerjakan antara lain PIT POGI 2010, ASMIHA 2011, ASMIHA 2016, ASMIHA 2017, JiFESS 2016, JiFESS 2017, ASMIHA 2018, AFCC-ASMIHA 2019, dan lain-lain. Hubungi Hotline MA: 0858-7055-5783 (SMS/Whatsapp)

MEDIA

AESCULAPIUS

8


Konsultasi

Solusi Nutrisi untuk Si Kecil dengan Risiko HIV-AIDS

Ibu dengan HIV-AIDS tidak boleh memberikan ASI kepada anaknya karena risiko penularan. Lantas, apa solusinya?

Pertanyaan “Pada ibu yang positif HIV dan sedang mengonsumsi ARV (antiretroviral), tetapi tidak mampu mendapatkan akses susu formula, apakah aman bagi bayi untuk tetap mendapatkan ASI eksklusif dan edukasi apa yang dapat kita berikan bagi ibu?” -B, Jakarta

Jawaban

H

IV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang mampu merusak sistem kekebalan tubuh melalui interaksinya dengan sel CD4+. Lebih dari 90% kasus penularan virus HIV pada anak terjadi melalui penularan vertikal, yaitu dari ibu ke anak selama proses kehamilan, kelahiran, dan pemberian ASI. Penularan secara horizontal juga dapat terjadi pada sebagian kecil kasus, yaitu melalui transfusi darah, hubungan seksual tidak aman, dan pemakaian jarum suntik terkontaminasi. Di Indonesia, kasus infeksi HIV pada anak kurang lebih mencakup 3% dari keseluruhan kasus. Anak yang terinfeksi HIV dapat memiliki gejala yang

9

MEDIA

ringan sampai berat. Penyakit ini diklasifikasikan oleh WHO menjadi tingkat satu (tanpa gejala), tingkat dua (gejala ringan), tingkat tiga (gejala sedang), dan tingkat 4 (gejala berat). Terdapat beberapa cara untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak, dimulai dari masa kehamilan, kelahiran, dan sesudah kelahiran. Pada masa kehamilan, ibu harus mengonsumsi ARV dengan target jumlah virus di bawah 1000 kopi/ml. ARV sebaiknya mulai dikonsumsi sebelum kehamilan atau paling lambat pada trimester pertama kehamilan agar pencegahan optimal. Oleh karena itu, skrining HIV pada ibu hamil merupakan komponen yang sangat penting untuk dilakukan. Pada saat kelahiran, persalinan harus dilakukan dengan cara yang aman. Operasi caesar merupakan salah satu upaya untuk menurunkan risiko penularan HIV saat persalinan. Namun, pada ibu hamil dengan jumlah virus di bawah 1000 kopi/ ml, operasi caesar dapat dilakukan sesuai indikasi obstetri saja. Setelah kelahiran, bayi harus diberikan susu formula bila syarat AFASS terpenuhi. Syarat AFASS terdiri atas acceptable (susu dapat diterima oleh bayi), feasible (ibu memiliki pengetahuan, /MA keterampilan, dan waktu untuk Tiara menyiapkan susu formula), affordable (ibu dan keluarga memiliki biaya produksi, penyiapan, dan

AESCULAPIUS


Konsultasi Kirimkan pertanyaan Anda seputar medis ke Instagram @mediaaesculapius penggunaan susu formula), sustainable (pemberian susu formula dapat dipenuhi selama 6 bulan), dan safe (pemberian susu formula harus higienis dan benar). ASI memang merupakan nutrisi terbaik bagi bayi. Akan tetapi, ASI dapat menjadi salah satu cara transmisi HIV dari ibu ke bayi. Jumlah virus HIV pada darah ibu tidak selalu sejalan dengan jumlahnya pada ASI. Sekitar 2—3% ibu yang sudah tidak memiliki virus HIV yang terdeteksi dalam darah ternyata masih memiliki ASI yang mengandung virus. Apabila anak tertular HIV dari ibu, konsekuensi infeksi HIV seumur hidup harus ditanggung anak. Untuk menyeimbangkan kepenuhan nutrisi terhadap risiko infeksi HIV, penting untuk mendiskusikan pemilihan jenis nutrisi yang baik untuk bayi dengan ibu sejak masa antenatal. Dokter harus memberikan semua informasi terkait keuntungan dan kerugian baik dalam pemberian ASI maupun susu formula. Selain itu, dokter harus mendampingi ibu selama proses ini dan memberikan dukungan terhadap apapun jenis nutrisi yang dipilih. Apabila syarat diberikan susu formula (AFASS) tidak terpenuhi dan bayi harus diberikan ASI, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan dan diperhatikan. Pertama, ibu harus mengonsumsi ARV dengan baik hingga target jumlah virus <1000 kopi/ml tercapai. Kedua, bayi juga harus mengonsumsi ARV sebagai profilaksis. Ibu harus memberikan ASI dengan cara yang baik dan benar untuk mencegah terjadinya perlukaan/ infeksi pada payudara. Apabila terdapat luka/infeksi pada payudara, ASI harus dihentikan. Terakhir, metode mixed-feeding (pemberian ASI bersamaan susu formula) tidak diperbolehkan karena meningkatkan

Narasumber dr. Dina Muktiarti, SpA(K) Staf Pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM E-mail: Dinamuktiarti@yahoo.com risiko transmisi. Semua pencegahan yang dilakukan pada masa kehamilan, kelahiran, hingga setelah kelahiran perlu dilakukan. Jika tidak dilakukan, risiko penularan HIV dari ibu ke anak dapat mencapai 45—60%. Namun, jika semua langkah pencegahan dilakukan, risiko dapat diturunkan hingga di bawah 2%. kelvin

JASA TERJEMAHAN DAN PEMBUATAN BUKU Kabar Gembira! Media Aesculapius menyediakan jasa terjemahan Indonesia-Inggris dan Inggris-Indonesia dengan waktu pengerjaan singkat (3 x 24 jam) serta hasil terjamin. Kami juga menyediakan jasa penyusunan buku yang sangat fleksibel baik dalam hal desain cover dan isi, ukuran dan tebal buku, maupun gaya penulisan termasuk menyunting tulisan anda. Tak terbatas hingga penyusunan saja, kami siap melayani distribusi buku anda. Adapun buku yang pernah kami buat: buku biografi tokoh, buku pemeriksaan fisik berbagai departemen, buku jurnal, dan Kapita Selekta Kedokteran.

MEDIA

AESCULAPIUS

10


Kesmas

Bayang-Bayang Wabah Baru di Tengah Pandemi Covid-19 PD3I yang menghantui masa depan anak, kian diperburuk oleh kejamnya pandemi. Terancamkah suksesi program imunisasi?

P

enyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) merupakan kelompok penyakit menular yang terdiri atas difteri, tetanus, pertusis, infeksi Haemophilus influenzae tipe B, hepatitis B, polio, dan campak. Penyakit-penyakit tersebut berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) akibat penularannya yang demikian cepat. Bukan hanya itu saja, dampak PD3I secara individual d a p a t menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan, kecacatan, bahkan hingga kematian pada anak. Dalam jangka panjang serta cakupan yang lebih luas, hal ini juga dapat menjadi beban komunitas karena menurunkan produktivitas dan meningkatkan biaya kesehatan publik. Sesuai dengan istilah yang digunakan, PD3I memang dapat berakibat fatal pada anak, namun penyakit-penyakit tersebut masih dapat ditangkal dengan peningkatan kekebalan komunitas melalui program imunisasi rutin lengkap. Walaupun program ini telah memperluas akses vaksinasi, seperti vaksinasi gratis di fasilitas kesehatan primer milik pemerintah, angka cakupan imunisasi yang kian menurun selama pandemi Covid-19 dapat memicu ancaman PD3I. Menilik laporan data WHO dan UNICEF, wilayah Asia Tenggara dan Mediterania Timur memikul dampak yang besar akibat tingginya tingkat imunisasi yang terlewat. Hal ini dikarenakan terbatasnya akses layanan kesehatan dan jangkauan imunisasi selama pandemi. Secara global, sebanyak 23 juta anak dilaporkan tidak mendapatkan vaksin dasar melalui imunisasi rutin pada tahun 2020. Angka ini merupakan jumlah tertinggi sejak 2009 serta lebih tinggi 3,7 juta dibandingkan tahun sebelumnya. Dibandingkan dengan data tahun

11

MEDIA

2019, jumlah anak yang melewatkan dosis pertama vaksin difteri, pertusis, dan tetanus (DPT-1) meningkat sebanyak 3,5 juta, sementara jumlah anak yang melewatkan dosis pertama vaksin campak meningkat sebanyak lebih dari 3 juta. Tiga negara teratas yang mengalami peningkatan terbesar jumlah anak yang melewatkan vaksin DPT-1 adalah India, Pakistan, dan Indonesia dengan jumlah kasus di Indonesia mencapai 797.000 pada tahun 2020 (sebelumnya 472.000 pada tahun 2019). Ternyata, masalah cakupan imunisasi rutin lengkap telah menjadi isu yang menahun selama beberapa tahun terakhir. Bahkan sebelum pandemi, tingkat cakupan vaksinasi global terhadap PD3I masih berada di angka 86% yang tergolong jauh dari rekomendasi WHO, yakni sebesar 95%. Diprioritaskannya mayoritas sumber daya logistik dan manusia pada upaya penanganan Covid-19, serta rentannya fasilitas kesehatan terhadap infeksi Covid-19, semakin menyempurnakan “badai buruk” dari PD3I yang selama ini kian menghantui kualitas hidup generasi masa depan. Penurunan angka cakupan imunisasi dasar ini harus dimaknai sebagai sebuah peringatan. Dampak lanjutan dari pandemi Covid-19 yang membangkitkan wabah baru seperti campak, polio, atau penyakit PD3I lainnya harus menjadi perhatian berbagai pihak, termasuk pemangku kebijakan, klinisi, dan perwakilan kelompok masyarakat. Dalam upaya penguatan sistem regulasi, UNICEF merekomendasikan beberapa hal yang harus dilakukan. Pertama, pemulihan layanan dan kampanye imunisasi rutin dengan meningkatkan bantuan petugas kesehatan serta tokoh publik dalam mengedukasi pentingnya imunisasi. Kedua, perbaikan kesenjangan dalam cakupan komunitas melalui surveilans diikuti dengan penyediaan Chastine/MA pasokan dan pengiriman vaksin menggunakan anggaran khusus untuk imunisasi. Ketiga, menyusun perencanaan dan pelaksanaan regulasi untuk mencegah dan menanggulangi ancaman PD3I sebagai bagian dari upaya pemulihan pasca pandemi Covid-19. Kolaborasi multisektoral menjadi kian penting demi menjaga anak dari PD3I akibat pandemi Covid-19 sehingga terbentuk generasi emas pada masa bonus demografi yang akan datang. rejoel

AESCULAPIUS


Tips & Trik

Cepat dan Andal Pasang Pipa Nasogastrik Buat pasien nyaman dengan menguasai prosedur pemasangan pipa nasogastrik

P

AESCULAPIUS

A

MEDIA

Stella/M

emasangan pipa nasogastrik (NGT) merupakan prosedur memasukkan sebuah pipa dari hidung hingga mencapai lambung. Pemasangan NGT pada umumnya dilakukan ketika terdapat gangguan pada saluran pencernaan, salah satunya untuk mengeluarkan isi lambung pada pasien (bilas lambung). Selain itu, NGT juga dapat digunakan untuk memasukkan zat tertentu ke dalam lambung, seperti cairan, makanan, atau kontras untuk membantu proses pemeriksaan radiologi. Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum melakukan pemasangan NGT. Pertama, patensi hidung pasien harus ditentukan dengan menutup salah satu lubang hidung dan meminta pasien bernapas dengan lubang hidung yang terbuka. Tanyakan pada pasien lubang hidung mana yang dapat bernapas dengan lebih baik. Setelah itu, tentukan batas panjang NGT yang akan dimasukkan. Panjang NGT yang tepat dapat dihitung dengan mengukur jarak dari hidung ke telinga, lalu ditambah jarak telinga ke processus xiphoideus. Kemudian, beri tanda pada pipa sesuai hasil pengukuran. Pemasangan NGT diawali dengan memposisikan pasien setengah duduk dengan kepala sedikit menekuk ke arah depan. Apabila pasien dalam kondisi tidak sadar, pemasangan NGT

boleh dilakukan pada posisi telentang. Berikan pelumas (boleh air) pada ujung NGT yang akan dimasukkan. Kemudian, masukkan perlahan-lahan ujung pipa ke dalam lubang hidung hingga melewati faring dan mencapai lambung. Saat melakukan tahap ini, letakkan salah satu tangan di belakang kepala pasien untuk mencegah pergerakan kepala ke arah belakang akibat rasa tidak nyaman selama pemasangan NGT. Pasien dapat diminta menelan untuk membantu proses pemasangan pipa ketika sudah mencapai faring. Gerakan menelan memudahkan pipa memasuki esofagus. Pipa nasogastrik terus dimasukkan hingga mencapai tanda yang telah diberikan saat mengukur batas panjang pipa. Setelah pipa nasogastrik mencapai lambung, perlu dilakukan pemeriksaan untuk menentukan ketepatan letak pipa. Cara paling sederhana untuk memeriksa lokasi NGT adalah meminta pasien berbicara. Jika pasien kesulitan berbicara, tercekik, atau kesulitan bernapas, NGT harus dilepas karena terdapat kemungkinan pipa masuk ke dalam trakea. Aspirasi isi lambung dapat dilakukan untuk memastikan NGT telah mencapai lambung. Pemeriksaan sederhana lainnya yang dapat dilakukan ialah memasukkan udara dengan spuit melalui NGT dan mengauskultasi lambung untuk memastikan udara masuk ke lambung. Terakhir, pemeriksaan foto polos dada juga dapat digunakan untuk melihat posisi NGT. Apabila posisi NGT telah dipastikan terpasang dengan tepat, fiksasi d e n g a n plester. Te r a k h i r , sambungkan ujung NGT yang bebas dengan botol penampung. Akhir kata, pastikan seluruh prosedur pemasangan NGT dilakukan dengan baik agar pasien nyaman dan tidak trauma dengan pemasangan NGT. ryan

12


Arbeb

Spirulina, Suplemen Herbal dengan Segudang Manfaat Dijuluki sebagai “super food”, spirulina memiliki banyak manfaat, mulai dari perbaikan nutrisi tubuh hingga mencegah kanker

S

pirulina merupakan salah satu jenis Cyanobacteria faktor lingkungan, seperti serbuk bunga, bulu hewan, atau alga hijau-biru yang tumbuh di air tawar dan dan debu. Beberapa penelitian melaporkan bahwa air laut. Tumbuhan ini dipercaya sebagai salah konsumsi rutin spirulina dapat mengurangi gejala satu bentuk kehidupan tertua di bumi yang pertama hidung berair, hidung tersumbat, dan bersin-bersin kali digunakan oleh Suku Aztek sejak abad ke-16 untuk yang dialami oleh penderita rinitis alergi dibandingkan mengobati berbagai jenis penyakit. Seiring dengan plasebo. Khasiat spirulina tidak terbatas pada sifat perkembangan zaman, penelitian modern telah menemukan banyak bukti yang mendukung manfaat antiinflamasi dan antikankernya saja. Manfaat lainnya dari spirulina adalah kemampuannya dalam mengurangi dari alga hijau-biru ini. Saat ini, spirulina umum diproduksi menjadi kadar kolesterol dan trigliserida dalam tubuh sehingga suplemen yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat mengurangi risiko terjangkit penyakit jantung maupun di seluruh dunia karena manfaatnya yang berlimpah. stroke. Selain itu, konsumsi spirulina secara rutin juga Suplemen spirulina di pasaran tersedia dalam bentuk menunjukkan efek penurunan terhadap tekanan darah. kapsul, tablet, dan bubuk yang dapat diturunkan Suplemen ini juga diduga dapat membantu pasien menjadi produk-produk lainnya, mulai dari makanan anemia dalam meningkatkan kadar hemoglobin dan sel darah merah. Adapun pada anak-anak dan minuman tertentu hingga masker wajah dengan malnutrisi, suplemen spirulina untuk kecantikan. terbukti membantu meningkatkan berat Banyaknya kandungan badan dan kadar hemoglobin secara nutrisi yang dimiliki Spirulina signifikan. membuatnya kerap dijuluki sebagai Banyaknya manfaat yang dapat super food. Dalam satu sendok makan diperoleh dengan mengonsumsi spirulina, ternyata terkandung berbagai spirulina tidak membuat seseorang macam nutrisi, mulai dari protein, terlepas dari risiko timbulnya efek lemak, karbohidrat, magnesium, kalsium, samping setelah mengonsumsi suplemen kalium, fosfor, dan vitamin C. Selain itu, tersebut. Efek samping yang mungkin muncul spirulina menjadi sumber yang baik untuk adalah efek toksisitas dan antikoagulan. memperoleh vitamin B1, B2, B3, zat besi, dan Toksisitas dapat terjadi karena spirulina tembaga. Hal tersebut menunjukkan bahwa Auvan/MA merupakan alga hijau-biru yang hidup di alam liar spirulina mengandung banyak nutrisi yang sehingga memungkinkan adanya kontaminasi zat yang dibutuhkan tubuh sehari-hari. Selain manfaatnya dalam memenuhi kecukupan tidak diinginkan. Selain itu, adanya efek antikoagulan nutrisi, spirulina juga memiliki kegunaan dalam bidang dari spirulina perlu diperhatikan oleh seseorang kesehatan. Manfaat tersebut mulai dari menjaga yang sedang mengonsumsi pengencer darah atau kesehatan jantung, meredakan alergi, membantu mengidap gangguan fungsi pembekuan darah. Hal ini sistem imun tubuh, menjaga kesehatan mata dan mulut, dapat menimbulkan perdarahan yang berkepanjangan membantu perbaikan gizi pada anak-anak, hingga maupun timbulnya lebam pada permukaan tubuh. Oleh karena itu, kelompok dengan kondisi tersebut sebaiknya memiliki sifat antikanker. Khasiat antiinflamasi dan antikanker dari spirulina berkonsultasi kepada dokter sebelum mengonsumsi didasari oleh kandungan antioksidan yang dimilikinya. spirulina. Banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan dengan Salah satunya adalah protein nabati yang disebut dengan fikosianin. Penelitian pada kultur sel (in vitro) mengonsumsi spirulina. Namun, spirulina hanyalah dan makhluk hidup (in vivo) telah menunjukkan bahwa sebuah suplemen yang berfungsi menambahkan nutrisi protein tersebut memiliki efek meredakan rasa sakit, ke dalam tubuh. Mengonsumsi spirulina saja tanpa antiinflamasi, melindungi otak, serta menghambat makanan dan minuman sehat lainnya tidak cukup untuk membuat seseorang menjadi sehat. Oleh karena itu, pertumbuhan sel kanker leher rahim dan kanker darah. Di samping itu, ternyata efek antiinflamasi yang tetap diperlukan sumber nutrisi lain untuk menjaga ditimbulkan oleh spirulina juga mampu membantu kesehatan kita dan orang-orang tersayang di sekitar individu dengan rinitis alergi dan asma yang dipicu oleh kita. raisa

13

MEDIA

AESCULAPIUS


Kolom Umum

Melepas Kekangan Batas Bagaimana bisa percaya diri sebelum menghargai diri sendiri?

S

udah hitungan jam diriku memandangi hamparan laut biru di hadapanku. Sesekali mataku terarah pada deburan ombak, anak-anak kecil yang tengah berlari, atau sekadar menatap kosong ke depan. Sejak tadi pikiranku telah mengembara jauh. Entah mengeluhkan semangat kuliah yang kian sirna atau menyalahkan diri sendiri lantaran belum berhasil menyelesaikan pendidikan yang kuimpikan sejak dulu. Aku pun menghela napas, pikiranku bagaikan seutas benang kusut yang sulit diurai. “Kusut benar wajahmu, Dik” ujar seorang konglomerat beken kampung yang menghampiriku. Benar, kekusutan tergambar jelas diwajahku. Ku sambut pria yang kini berdiri di sampingku sambil mengukir lengkung senyum tipis. “Sore, Pak Tedjo.” sapaku yang hanya dibalas dengan sebuah anggukan. Sunyi, hanya terdengar suara ombak yang menyapu pantai. Detik demi detik pun terasa berjalan lambat. Kehadiran Pak Tedjo justru membuat pikiranku semakin semrawut. Bayangkan saja, berjumpa dengan donatur biaya pendidikan pada masa pasang surut semangat tentu bukan situasi yang aku harapkan. Sebagai satu-satunya anak kampung yang berhasil lolos di universitas ternama, menjalani perkuliahan di kota besar bukanlah hal yang mudah. Anggapan bahwa aku tidak mampu bersaing dengan teman sejawat terus menggerus pikiranku. Keputusan untuk mengambil cuti karena merasa jauh tertinggal membuat perasaanku campur aduk. Kupandang diam-diam pria paruh baya di sebelahku. Ah, andai saja hartaku sebanyak Pak Tedjo, pasti akan lebih mudah, bukan? Aku dapat dengan mudah membeli memenuhi kebutuhan perkuliahku, memiliki varian gawai terkini, dan bergaya seperti orang kota—sama seperti teman-temanku! Jika seperti itu, meski aku anak kampung, bukankah aku tidak akan merasa tertinggal? “Dulu saya pernah dapat kesempatan kuliah. Tapi tidak saya ambil,” tiba-tiba Pak Tedjo memecah kesunyian. Sambil tersenyum teduh, ia menatap lurus pada langit yang mulai kemerahan. Dahiku kontan berkerut, rasanya pria ini telah membaca pikiranku. Alhasil, aku hanya dapat tersenyum kecut tanpa berniat menanggapi ucapannya. “Padahal waktu itu saya bisa masuk perguruan tinggi negeri terkenal. Uang keluarga saya juga banyak, semestinya tidak risau masalah biaya,” lanjut pria paruh baya itu. Ia melontarkan tawa pahit sejenak sebelum

MEDIA

Foto: dokumen pribadi

Nada Irza Salsabila Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tingkat II mengalihkan padangannya padaku, “Tetapi sayangnya saya penakut. Takut akan hidup di kota besar sendirian. Kalau dipikir-pikir itu konyol sekali, membuang kesempatan hanya karena saya tidak percaya pada diri sendiri.” Sore itu menjadi hari yang panjang dengan Pak Tejdo dengan ceritanya. Tatapan hangatnya seakan memberi tahu bahwa ia pernah merasakan hal yang sama. Sayangnya, hal itu justru membuatku semakin kesal. Bukankah mudah baginya untuk mengatakan hal tersebut karena dia memiliki banyak uang? “Tetapi, kalau saya punya banyak uang pasti bisa lebih semangat kuliah dan percaya diri untuk bersaing dengan yang lain, kan?” tanyaku ketus. Dalam sekejap Pak Tedjo langsung tertawa dan mengakhirinya dengan senyum jenaka, “Kamu keliru. Masih ada yang lebih penting dari pada memiliki harta yang banyak.” “Maksud Bapak?” “Cobalah menghargai diri sendiri. Kamu sudah pernah lulus tes masuk di universitas ternama, bukankah itu berarti kemampuanmu sama dengan teman-teman yang lain?” Lagi-lagi Pak Tedjo tersenyum, menepuk pundakku sebelum berjalan menjauh. Tak hanya pundak, pikiranku pun juga tertepuk lantaran aku hanya mampu terdiam dan menyetujui ucapannya. Benar juga, sepertinya pikiran ini bersumber dari rasa dengki dengan apa yang dimiliki orang lain. Aku terlalu fokus menciptakan batas-batas yang membuatku terasa semakin berbeda dari yang lain. Kalau begitu, bukankah masalah ini dapat ditangani apabila aku mencoba lebih bersyukur dan menghargai apa yang aku miliki? nada

AESCULAPIUS

14


Suara Mahasiswa

Herd Stupidity: Pemicu Gelombang Kedua Pandemi? Pandemi Covid-19 belum usai, masyarakat dan pemerintah semakin abai

Foto: dokumen pribadi

Firda Izzain Baliyati Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tingkat II

B

elakangan ini masyarakat Indonesia diperkenalkan dengan suatu istilah baru yang menggambarkan keadaan mereka sekarang, yakni herd stupidity. Sebutan ini digaungkan oleh dr. Pandu Riono, seorang pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI). Herd stupidity sendiri dapat diartikan sebagai sikap masyarakat serta pemangku jabatan negara ini yang abai serta acuh tak acuh terhadap situasi pandemi Covid-19 sekarang. Label yang dipakai oleh Pandu tersebut adalah

15

MEDIA

pelesetan dari herd immunity yaitu suatu kekebalan secara komunal yang diharapkan dapat tercapai untuk menyelesaikan pandemi Covid-19. Sikap abai terhadap pandemi yang banyak terjadi dapat terlihat baik dari sisi masyarakat maupun pemerintah. Bila kita mengamati perilaku masyarakat saat ini, terdapat beberapa hal yang menggambarkan ketidakpedulian. Sebagai contoh, masyarakat tetap mudik di saat pemerintah mengeluarkan larangan pada lebaran yang lalu. Tidak hanya itu, banyak masyarakat yang dengan mudahnya berkumpul bersama teman atau kerabatnya. Bahkan di tempat-tempat umum pun, masih banyak ditemukan orang yang tidak mematuhi protokol kesehatan, seperti tidak memakai masker dengan baik dan benar. Tak hanya masyarakat, kita juga dapat melihat kurangnya ketegasan dan konsistensi dari pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Demi menggerakkan roda perekonomian negeri, ruang publik seperti pusat perbelanjaan dan bioskop mulai diizinkan untuk beroperasi. Meskipun pengunjung diimbau untuk melaksanakan protokol kesehatan, nyatanya kerumunan masih dapat ditemui di berbagai tempat. Ironisnya, pengawas yang sudah ditugaskan justru sering kali membiarkan hal tersebut terjadi. Pemerintah juga sudah berupaya mengerahkan pasukan satuan tugas (Satgas) di berbagai pusat keramaian. Namun, kenyataan di lapangan sering kali masih tidak sesuai dengan yang diharapkan. Di samping itu, inkonsistensi pemerintah dapat terlihat melalui pemberhentian pembelajaran luring sejumlah sekolah yang sudah mulai diberlakukan. Pemerintah berupaya untuk mengatasi permasalahan yang dialami siswa seperti kebosanan, ketidakmampuan mengikuti pelajaran dengan maksimal, dan keterbatasan fasilitas di sejumlah daerah. Nyatanya, pembukaan sekolah tatap muka ini tidak berlangsung lama. Beberapa hari kemudian, sekolah kembali diperintahkan untuk beroperasi secara daring. Kebijakan yang terus-menerus berubah ini membuat tidak sedikit orang yang merasa lelah dan muak sehingga berujung kepada keputusan untuk tidak lagi bersikap abai. Banyak faktor yang memengaruhi sikap tidak peduli masyarakat terhadap imbauan pemerintah

AESCULAPIUS


Seremonia selama ini. Faktor pertama adalah semakin tipisnya kepercayaan mereka terhadap pemerintah sebagai pemangku kebijakan. Kedua, rendahnya pengetahuan dan wawasan akan pandemi dan virus Sars-Cov2. Hal ini bahkan berujung kepada pemahaman bahwa virus tersebut tidak benar-benar ada. Kurangnya kejelian dalam menyaring informasi, berbagai faktor lingkungan, serta pemahaman kepercayaan tertentu menyebabkan terjadi misinterpretasi. Ketiga, faktor semakin tingginya keinginan untuk bertemu dan berinteraksi secara tatap muka dengan orang lain. Tidak bisa dimungkiri bahwa pandemi yang telah berlangsung lebih dari setahun ini membuat masyarakat jenuh. Beberapa faktor tersebut rentan memicu masyarakat untuk bertindak sesuka hatinya dan tidak lagi mematuhi protokol kesehatan yang berlaku. Jika herd stupidity ini terus dibiarkan, pandemi di

negara kita mungkin tidak dapat diakhiri. Bukti nyata yang terjadi saat ini adalah kembali muncul lonjakan kasus positif Covid-19 di Indonesia bahkan dengan jumlah lebih banyak dari kasus-kasus yang lalu. Fenomena ini digadang sebagai gelombang kedua pandemi. Kita tentu memiliki harapan yang sama : mengakhiri pandemi. Oleh karena itu, setiap lapisan masyarakat di negara ini perlu meningkatkan kemawasan diri akan peran masing-masing. Pemerintah seyogyanya semakin tegas dalam membuat dan mengimplementasikan setiap kebijakan yang dinilai dapat memulihkan keadaan sekarang. Masyarakat juga sepatutnya semakin cerdas dalam memilih serta memilah informasi yang diterima, melatih diri untuk semakin bijaksana dalam bertindak, serta mengembangkan rasa peduli akan keselamatan bangsa.

Seremonia Menyorot Tren Donor Darah saat Pandemi

K

Foto: Youtube PMI TV

ondisi pandemi telah membuat stok darah nasional menurun sebanyak 30 hingga 40 persen. Hal inilah yang menjadi salah satu sorotan utama dalam webinar nasional yang diadakan oleh Palang Merah Indonesia (PMI) pada hari Senin, 14 Juni 2021. Webinar yang mengangkat tema “Give Blood and Keep The World Beating” ini diadakan dalam rangka merayakan Hari Donor Darah Sedunia. Acara dibuka oleh Muhammad Jusuf Kalla selaku Ketua Umum PMI. Webinar pun diisi oleh empat pembicara yang membawakan empat materi berbeda. Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, turut hadir sebagai pembicara utama. Webinar ini diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk mendonorkan darah di masa pandemi, tentunya dengan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan. taris

MEDIA

AESCULAPIUS

16


Suka Duka

Indonesia Bebas Pasung: Gerakan Mengembalikan Kemanusiaan Kisah perjuangan dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K) dalam melawan praktik pemasungan

S

uryo, begitu sapaan akrab dr. Suryo Dharmono, Sp.KJ(K), merupakan seorang psikiater yang saat ini aktif praktik di RS Katolik Sint Carolus, Jakarta. Pria kelahiran Magelang ini sudah menekuni profesinya sebagai psikiater sejak lulus program spesialis kesehatan jiwa di Universitas Indonesia tahun 1996 silam. Hingga kini, dokter lulusan Unika Atmajaya ini aktif dalam berbagai gerakan dalam bidang psikiatri komunitas. Awal Mula Menekuni Psikiatri Keputusan Suryo untuk menekuni psikiatri hadir ketika dirinya masih bekerja sebagai seorang dokter umum. Setelah berhadapan dengan berbagai pasien, ia menyadari bahwa aspek psikososial pasien sering kali terabaikan. Pria kelahiran 15 November 1959 ini beranggapan bahwa seorang dokter harus memberikan perhatian yang seimbang dalam aspek fisik dan psikis pasien. “Kita adalah dokter untuk manusia yang sakit, bukan untuk penyakitnya saja,” tutur Suryo. Selain itu, adanya Hani/MA berbagai tantangan dalam psikiatri, seperti teori yang terus menerus berubah dan sulitnya mengedukasi masyarakat, juga memberikan dorongan bagi Suryo untuk mendalami bidang tersebut. Menurut Suryo, stigma dan pemahaman buruk masyarakat terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) merupakan kendala utama dalam upaya memajukan kesehatan jiwa. Penyakit kronis lain, seperti diatebes dan stroke, sudah mendapatkan pemahaman dan berbagai dukungan dari masyarakat dan pemerintah. Namun, hal ini sangat berbeda dengan penyakit kejiwaan yang dianggap tidak dapat disembuhkan bagi sebagian besar warga. Oleh karena itu, upaya edukasi mengenai kesehatan jiwa masih harus ditingkatkan agar dapat menambah pemahaman masyarakat mengenai hal tersebut.

17

MEDIA

Perjalanan Mengatasi Pasung di Masyarakat Demi membentuk persepsi masyarakat yang baik terhadap kesehatan jiwa, Suryo memutuskan untuk menggeluti bidang psikiatri komunitas. Pengalaman paling berkesan yang ia dapatkan selama menekuni psikiatri komunitas adalah ketika dirinya terlibat dalam gerakan Indonesia Bebas Pasung di Nusa Tenggara Timur. Bagi Suryo, gerakan ini menggambarkan bahwa tantangan utama dalam psikiatri ialah adanya stigma masyarakat yang buruk terhadap ODGJ. Banyak keluarga melakukan pemasungan terhadap orang tersebut lantaran malu dan takut terhadap penghakiman oleh warga sekitar. Upaya untuk melawan praktik pemasungan membutuhkan waktu yang tidak singkat. Selama mengikuti gerakan tersebut, Suryo terinspirasi oleh seorang pater yang mengabdikan hidupnya untuk korban pasung dengan mengedukasi masyarakat agar dapat menerima pengobatan dan menghentikan praktik pemasungan. Terwujudnya Indonesia bebas pasung membutuhkan kesabaran dan usaha yang besar dalam berkomunikasi dengan masyarakat. Suryo pernah menemukan salah satu pasien korban pasung sempat berhasil pulih setelah menjalani pengobatan hingga dapat berinteraksi selayaknya manusia pada umumnya. Kondisi ini sangat berbeda dibandingkan dengan kondisinya pada saat awal bertemu dengan korban tersebut. Suryo tidak menyangka kesehatan jiwa pasien tersebut dapat membaik, bahkan pasien tersebut sempat menyampaikan presentasi di Universitas Atmajaya mengenai kondisinya. Sayangnya, pasien tersebut mengalami kejadian tragis yang menyebabkan gangguan kejiwaannya kambuh sehingga ia kembali dipasung dengan pembatasan yang lebih berat. Tahun lalu, Suryo mendapatkan berita duka bahwa pasien tersebut telah

AESCULAPIUS


Suka Duka

Kita adalah dokter untuk manusia yang sakit, bukan untuk penyakitnya saja dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K) meninggal akibat pemasungan. Berbagai adaptasi perlu dilakukan kembali untuk menjalankan gerakan bebas pasung. Salah satu hal yang telah dilakukan adalah membuat pondok pasung. Di pondok tersebut, kaki pasien tidak perlu dipasung sehingga mereka dapat bergerak secara leluasa. Awalnya, Suryo tidak yakin tindakan ini dapat memberikan perbedaan yang signifikan karena baginya pasung tetaplah pasung. Namun, ternyata langkah sederhana ini mampu membuat pemulihan pasien berlangsung lebih baik. Sejak itu, perlahan-lahan pemasungan dibuat menjadi lebih manusiawi dengan harapan pemasungan dapat dihentikan. Gerakan Indonesia Bebas Pasung bukanlah gerakan yang mudah untuk dilakukan. Pasung merupakan salah satu permasalahan dalam bidang psikiatri komunitas yang kurang mendapatkan perhatian dan masih dipraktikkan di daerah-daerah terpencil. Salah satu alasan Suryo mengabdikan dirinya pada gerakan ini adalah untuk mengembangkan bidang psikiatri komunitas. Menurut Suryo, bila gerakan yang sulit ini dapat dituntaskan, ia percaya masalah-masalah kejiwaan lain yang lebih ringan tentu juga dapat teratasi. Tantangan ini menjadi sebuah dorongan untuk terus mengabdikan dirinya dalam psikiatri komunitas. Harapan untuk Masa Depan Suryo berharap pendidikan untuk calon dokter terus dikembangkan agar dapat memiliki pendekatan terpadu antara kesehatan fisik dan jiwa. Dengan pendekatan ini, pasien juga diharapakan dapat merasa lebih diperhatikan oleh dokter yang melayaninya. Ia juga berharap masyarakat dan pemerintah dapat memberikan dukungan yang lebih besar untuk mengatasi permasalahan kejiwaan seperti penyakit non kejiwaan lainnya. Hal ini karena upaya meningkatkan kepedulian mengenai kesehatan jiwa bukanlah hal yang mudah. Masih banyak masalah yang terbengkalai dalam dunia psikiatri. Merupakan sebuah harapan bagi Suryo agar para sejawatnya terus menantang diri untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Semakin banyak ilmu yang dikembangkan di bidang psikiatri, semakin banyak pula manfaat yang didapat oleh pasien. Akhir kata, Suryo mengingatkan agar dokter selalu memerhatikan aspek kejiwaan pasien dalam segala situasi. ryan

MEDIA

dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K)

Staff Departemen Psikiatri FKUI-RSCM Tempat, Tanggal November 1959

Lahir:

Magelang,

18

Riwayat Pendidikan: - Dokter umum FK Unika Atmajaya - Spesialis Psikiatri FK Universitas Indonesia - Short course on psychogeriatric, Singapore Institution of Mental Health - Fellow of International Mental Health Leadership Program University of Melbourne - Short course on Treatment of PTSD, University of Pennsylvania - Course on anxiety and depression, Lunbect Institute, Kopenhagen Riwayat Pekerjaan: - Kepala Puskesmas Agats-Asmat, Merauke, Papua - SubDit Rehabilitasi Mental, Detkeswa, Depkes RI - Staff Departemen Psikiatri FKUI-RSCM - Kepala Divisi Psikiatri Komunitas, Departemen Psikiatri FKUI-RSCM - Anggota Tim Terpadu Geriatri RSCM - Koordinator Pusat Kajian Bencana, Departemen Psikiatri FKUI-RSCM - Koordinator Pelayanan Masyarakat, Departemen Psikiatri, RSCM - Psikiater Konsultan RS St Carolus, Jakarta - Dosen Luar Biasa Departemen Psikiatri FKUI

AESCULAPIUS

18


Kabar Alumni

Emansipasi Kesehatan untuk Perempuan Indonesia

Foto: dokumen pribadi

Tekad sang dokter agar para perempuan semakin melek masalah kesehatan wanita

M

embantu para perempuan untuk memahami masalah kesehatan wanita adalah salah satu impian dr. Tiara Kemala Sari, seorang alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2010. Setelah dilantik menjadi dokter pada tahun 2016, perempuan yang akrab disapa Tiara ini memutuskan untuk bekerja sebagai dokter umum di dua rumah sakit ibu dan anak (RSIA) di daerah DKI Jakarta. Keputusannya untuk bekerja di kedua rumah sakit tersebut didasari oleh cita-citanya semasa studi: menjadi seorang dokter spesialis obstetri dan ginekologi. Dengan bekerja di RSIA, perempuan ini berharap bisa mendapatkan lebih banyak pengalaman yang sesuai dengan impiannya, terutama terkait bidang persalinan. Setahun menjadi dokter umum, Tiara mendapat promosi jabatan sebagai manajer medis di salah satu rumah sakit tempatnya bekerja. Hampir dua tahun setelah ia menekuni profesi tersebut, akhirnya ia memutuskan untuk pindah ke Prefektur Kagawa, Jepang untuk mengikuti suaminya yang menerima tugas bekerja di negeri sakura. Saat ini, Tiara dan suami baru saja dikaruniai seorang anak. Mengingat pentingnya peran orang tua dalam mendampingi anak, Tiara akhirnya memutuskan untuk cuti sementara sebagai klinisi hingga anaknya cukup mandiri. Membahas tentang kegiatannya, Tiara mengakui bahwa ia memilih untuk tidak membuka praktik kedokteran selama di Jepang. Menjadi dokter umum di negeri asing memang bukanlah hal yang mudah. Tiara menganalogikan hal tersebut dengan betapa sulitnya warga negara asing untuk membuka praktik kedokteran di Indonesia. Menyadari hal tersebut, Tiara akhirnya berencana untuk melanjutkan studi S2 ketimbang membuka praktik dokter umum ataupun menempuh pendidikan spesialis. Keputusan ini juga didasari oleh maraknya penelitian mengenai bayi tabung di Jepang. Bidang tersebut juga merupakan spesialisasi RSIA tempatnya bekerja dulu sehingga ia sudah memiliki ilmu dasar tentang teknologi bayi tabung. Meski demikian,

19

MEDIA

dr. Tiara Kemala Sari Dokter Umum perempuan ini mengakui bahwa ia masih perlu memperdalam bidang bayi tabung lebih lanjut sebelum melanjutkan studi tentangnya. Di sela-sela membagikan pengalamannya, ibu satu anak ini juga menceritakan alasan dirinya ingin bergelut di bidang kebidanan dan kandungan. Semasa Tiara masih menjadi dokter muda, ia pernah bertemu seorang wanita yang akan melahirkan anak ketiga. Saat itu, Tiara memberikan beberapa edukasi tentang kesehatan wanita, termasuk mengenai KB. Sayangnya, perempuan muda itu malah terlihat kebingungan dan tidak bisa membuat keputusan, terlebih karena ia datang sendirian. Melihat hal ini, Tiara pun menyadari bahwa masih ada perempuan Indonesia yang belum memahami dan tidak berani membuat keputusan untuk kesehatannya sendiri. Sejak itulah, ia mulai menetapkan hatinya untuk membantu para perempuan agar lebih berani dalam memutuskan masalah kesehatannya. Akhir kata, Tiara berpesan kepada para sejawat dan calon dokter agar dapat memanfaatkan waktu belajar sebaik mungkin. Sudah menjadi sebuah kewajiban bagi dokter untuk belajar sepanjang hayat, baik dalam bentuk teori maupun berhadapan langsung ke pasien. Ketekunan dalam mempelajari hal yang diminati nyatanya menjadi salah satu cara bagi dokter untuk mengabdikan dirinya dalam masyarakat. Dengan begitu, diharapkan dokter-dokter di Indonesia dapat terus memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan kepada pasien. nada

AESCULAPIUS


Seputar Kita

Transplantasi Ginjal: Bukan Hanya Resipien yang Perlu Perhatian Membahas upaya peningkatan kualitas hidup sang donor

K

eberlangsungan prosedur transplantasi sangatlah bergantung kepada para donor organ. Tanpa kontribusi mereka, transplantasi tidak dapat berjalan sama sekali. Oleh karena itu, salah satu cakupan dari ilmu transplantasi adalah terkait kondisi dan perlakuan terhadap donor organ. Salah satu aspek yang diperhatikan adalah quality of life atau kualitas hidup seorang donor setelah menyerahkan organ untuk ditransplantasikan kepada resipien. Mengenai topik ini, Jakarta Urology Medical Update (JUMP) 2021 membawakan sebuah sesi mengenai aspek donor pada transplantasi ginjal, yang dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2021, yaitu hari ke-6 JUMP 2021, secara daring dengan moderator dr. Fina Widia, Sp.U. Salah satu topik pada sesi Transplantation Urology ini adalah terkait kualitas hidup seorang donor pasca operasi minimal invasif (MIS/minimal invasive surgery). Topik ini dibawakan oleh narasumber dari Departemen Urologi FKUI-RSCM, yaitu Prof. dr. Chaidir A. Mochtar, Sp.U(K), PhD dan dimulai dengan subtopik “How to start?” untuk menjelaskan bahwa pelatihan psikomotor dan kognitif menjadi salah satu langkah penting dalam menjamin sebuah standar pelayanan kesehatan yang baik. Untuk itu, Indonesia telah menjalankan pelatihan kolaborasi dengan Jepang untuk mensertifikasi pelatih (trainer) dan peserta pelatihan (trainee) terkait teknik nefrektomi donor laparoskopik (LDN/laparoscopic donor nephrectomy) dengan peminat yang telah melebihi kuota. Subtopik “Is it worth the sweat?” membahas manfaat LDN (sebagai operasi minimal invasif ) dibandingkan operasi terbuka. Ketika dibandingkan dengan operasi terbuka pada suatu studi uji acak terkontrol, LDN ternyata memakan waktu operasi yang lebih lama dengan waktu iskemik hangat yang lebih lama hampir dua kali lipat. Selain itu, angka pemulihan pascapembedahan LDN juga tidak lebih unggul

MEDIA

Foto: dokumen penyelenggara

dibandingkan bedah terbuka. Meski demikian, LDN memiliki angka mortalitas perioperatif yang relatif kecil (3,1 per 1000). Selain itu, operasi laparoskopik juga lebih unggul pada aspek durasi waktu untuk kembali mobilisasi normal dan waktu hingga dipulangkan. Donor yang menjalani operasi laparaskopi dapat kembali kerja dalam waktu 33 hari, dibandingkan dengan 43 hari yang diperlukan kelompok pembedahan terbuka. Selain itu, estetika juga diperoleh dengan lebih baik pada kelompok laparaskopi. Pasien juga cenderung lebih memilih menggunakan prosedur laparaskopik jika akan dilakukan prosedur yang sama lagi. Pertimbangan lainnya terletak pada segi biaya, dengan operasi laparoskopik memiliki biaya yang lebih kecil ketimbang operasi terbuka. Chaidir menutup topik ini dengan menekankan kembali pentingnya pengetahuan dan keterampilan sebagai faktor utama dalam menjamin keberhasilan prosedur laparoskopik, dengan sertifikasi dan edukasi formal sebagai metode pencapaian tujuan tersebut. LDN dapat menghasilkan efikasi yang sama dengan operasi terbuka dengan tingkat keamanan yang relatif sama, namun menawarkan banyak keuntungan lainnya. Preferensi terhadap metode tersebut menandakan bahwa laparaskopi adalah prosedur yang diterima secara lebih luas oleh donor. ansell

AESCULAPIUS

20


Senggang

Berbekal Seni, Pahami Pasien

Foto: dokumen pribadi

Bukan sekadar hobi, dapatkan beragam manfaat dengan menekuni seni

B

ekerja sebagai dokter tidak menghalangi dr. Hansel Tengara Widjaja untuk menggeluti bidang seni. Hansel merupakan seorang dokter lulusan Universitas Indonesia yang kini tengah menjalani magang di Departemen Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Selama masa magangnya, Hansel yang memiliki ketertarikan terhadap seni kerap aktif dalam membuat sketsa untuk mengisi kesehariannya. Membuat karya seni sudah menjadi ketertarikan Hansel sejak kecil. Sayangnya, berbagai kesibukan membuatnya cukup lama menelantarkan hobinya. Namun, semenjak pandemi berlangsung, Hansel mulai berpikir untuk kembali mengembangkan minatnya dan membentuk rutinitas baru. Setiap senggang, ia melukis ide abstrak yang muncul dalam benaknya untuk dituangkan dalam karya seni. “Melukis adalah sarana untuk mendapatkan ketenangan,” ungkapnya. Perjalanan hobi Hansel tidak selalu mudah. Hansel yang awalnya tidak mengerti dunia seni mengalami kesulitan dalam membuat sketsa lukisannya. Melukis merupakan suatu hobi yang tidak sengaja ditemukannya saat menjadi anggota Media Aesculapius. Ia tidak menyangka bahwa hasil lukisannya akan mendapatkan respons positif. Karena umpan balik positif yang Hansel terima, ia mulai belajar dan menemukan kecintaannya terhadap ilustrasi dan karya visual. Pada tahun-tahun berikutnya, ia semakin menekuni seni rupa hingga menghasilkan sesuatu yang memiliki makna tersirat bagi penikmatnya. Perlahan, ia mulai menghadirkan tema dan makna dalam lukisannya. Dengan tema yang bervariasi, Hansel telah melukis lebih dari lima puluh lukisan setiap tahunnya. Di setiap karyanya, ia selalu memasukkan frasa yang mewakili tema lukisan tersebut agar tidak hanya dinikmati sebagai karya seni, tetapi juga sebagai penyemangat bagi orang lain Selain mengembangkan bakat visualnya, Hansel

21

MEDIA

juga berlatih piano. Ketertarikan Hansel terhadap piano tidak muncul secara tiba-tiba. Sejak kecil, ia sudah mengenal piano, terutama musik klasik dalam kesehariannya. Berbagai rangkaian pembelajaran telah ia ikuti: konser, lomba, dan ujian. Tak jarang, piala dan penghargaan pun ia raih dari hasil permainannya. Meskipun merupakan sesuatu yang menjadi minatnya, Hansel tetap mengalami suka-duka dalam perjalanannya di dunia seni. “Sukanya adalah saat mengunlock sesuatu yang baru,” paparnya. Ketika melukis, ia merasakan kepuasan ketika berhasil membuka pandangan baru yang dituangkan dalam karyanya. Dalam melukis, ia harus fokus untuk menyelesaikan karya tersebut. Jika terdapat satu atau dua goresan yang keliru, Hansel mengaku membutuhkan banyak tambalan untuk memperbaiki lukisan tersebut. Menurut Hansel, melukis dan bermain piano memberi manfaat secara simultan dalam kehidupannya sebagai seorang dokter. “Ilmu kedokteran tidak hanya eksakta, tapi juga seni,” ucapnya. Kesabaran dan ketelitian yang ia dapat dari hobi melukis dibutuhkannya untuk menangani pasien dengan berbagai latar belakang. Berlatih piano juga membuatnya menyadari bahwa ketekunan terhadap sesuatu dapat menghasilkan sebuah karya yang indah. Tak jarang kita merasa lelah, bosan, frustasi dalam keseharian kita. Walaupun demikian, berkat perjuangan dan ketekunan kita, semua hal yang kita lalui dapat menjadi suatu karya besar yang bermanfaat bagi orang lain. laurentia

dr. Hansel Tengara Widjaja Jabatan: Staf Magang Dept. Anatomi FKUI Alamat : Jalan Salemba Raya 6 E-mail: hwidjdj@gmail.com

AESCULAPIUS


Segar

RSCM, Saksi Bisu Sejarah Kesehatan Indonesia Carilah 5 Perbedaan di antara gambar berikut:

Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) bermula dari Pusat Rumah Sakit Rakyat atau Centrale Burgelijke Ziekenhuis (CBZ) yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1919. Nama Dr. Cipto Mangunkusumo baru disematkan pada rumah sakit ini pada tanggal 17 Agustus 1964. Cipto Mangunkusumo merupakan seorang dokter sekaligus tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ia turut terlibat dalam pendirian Indische Partij yang merupakan partai politik pertama di Indonesia.

MEDIA

AESCULAPIUS

22


Media Aesculapius

@mediaaesculapius | beranisehat.com | 0858-7055-5783 Temukan informasi selengkapnya pada akun Instagram dan website kami Anti-hoaks | Ensiklopedia penyakit | Guideline diagnosis dan penanganan penyakit | Berita dan artikel kesehatan terkini


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.