Surat Kabar Media Aesculapius (SKMA) edisi Juli-Agustus 2019

Page 1

Media Aesculapius Surat Kabar

Kedokteran dan Kesehatan Nasional Terbit Sejak 1970

Juli-Agustus 2019 / Edisi 03 / Tahun XLVIII / ISSN 0216-4996

@MedAesculapius |

beranisehat.com |

KONSULTASI

ARTIKEL BEBAS

RUBRIK DAERAH

Penggunaan Omeprazol pada Pasien GERD dengan Antiplatelet hlm 3

Mengenal Sejuta Khasiat Daun Sirih

Lombok : Kampung Halaman Tempat Mengabdi dan Kembali

hlm

6

hlm

0896-70-2255-62

10

Menyibak Fakta Penyebab Kematian Massal KPPS

P

Pesta demokrasi terbesar di Indonesia telah usai, namun duka kematian sejumlah petugas KPPS masih terasa meninggalkan teka-teki

elaksanaan pemilihan umum (pemilu) 2019 menyisakan kisah pilu berupa hilangnya nyawa ratusan orang demi menyukseskan pesta demokrasi lima tahunan tersebut. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tanggal 15 Mei 2019, tercatat 527 orang petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) meninggal dunia. Beban kerja yang tak sedikit akibat penggabungan pemilihan anggota legislatif dan presiden diduga menjadi penyebabnya. Sorotan pun menjurus kepada peran pemerintah, khususnya Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam mempersiapkan pemilu tahun ini. Persiapan Pemilu Menanggapi peristiwa tersebut, komisioner KPU DKI Jakarta, Deti Kurniawati, S.E., M.H., menjelaskan bahwa KPU memandangnya sebagai musibah. “Kami memiliki sikap mengakui ini sebagai sebuah musibah. Apakah ada unsur kesengajaan, tentunya tidak ada,” tegas Deti. Meskipun tidak memprediksi adanya korban jiwa, KPU telah memperkirakan bahwa pemilu tahun ini lebih berat dari pemilu sebelumnya. Beberapa langkah antisipasi juga telah dilakukan, seperti mengurangi jumlah pemilih dari 500 orang menjadi 300 orang tiap TPS, memperbanyak konsumsi setiap petugas dari satu kali menjadi tiga kali, serta memperpanjang waktu kerja hingga pukul 12.00 keesokan harinya. KPU mengaku telah mempersiapkan pemilu sesuai dengan UU No. 7 Tahun 2017

tentang Pemilu dan peraturan lainnya. Kendati demikian, terkait aspek kesehatan, peraturan hanya mewajibkan petugas KPPS sehat secara jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan sehat. Hal ini diperkuat dengan pernyataan salah satu ketua KPPS di Jakarta, Erlina Susanti. Erlina menegaskan bahwa tidak ada persyaratan kesehatan spesifik dalam pendaftaran sebagai petugas KPPS. Proses pendaftaran pun terbilang sederhana. “Dari RT dan RW diajukan ke kelurahan, balik lagi ke kita, dan diminta sumpah, begitu saja,” ujar Erlina. Persiapan kesehatan vina/MA petugas pemilu dirasa masih kurang menyeluruh oleh sebagian pihak. Menurut konsultan penyakit okupasi, dr. Muchtaruddin Mansyur, MS, Sp.Ok, Ph.D., pemeriksaan kesehatan untuk petugas KPPS perlu dilakukan secara komprehensif sesuai dengan beban kerja mereka. “Bisa distandar, orang seperti apa yang tidak berisiko. Penyakit-penyakit yang menyertai itu harus di-screening. Itu harus dilakukan seleksi yang cukup,” ungkap Muchtaruddin. Selain screening kesehatan yang mencakup pengukuran kemampuan fisik, psikotes perlu dilakukan mengingat beban psikologis petugas KPPS yang tidak ringan. Di samping itu, perlu

diperhatikan pula aspek penunjang lainnya, seperti pengaturan administrasi dan lingkungan kerja. Muchtaruddin mengusulkan adanya minibreaks, yakni waktu istirahat singkat dengan frekuensi yang sering. “Pengaturan shift kerja, pengaturan waktu istirahat, dan mini-breaks itu penting. Lingkungan kerja juga perlu distandardisasi, harus memenuhi standar kualitas udara kerja,” jelasnya. Dinamika Kerja di TPS Tak hanya persoalan minimnya persiapan, beban kerja berlebihan turut disinyalir menjadi dalang fenomena kematian petugas KPPS. Deti menerangkan bahwa hasil perhitungan suara harus disalin manual oleh tujuh orang petugas KPPS. “Di DKI Jakarta, sebanyak 51 rekapitulasi harus ditulis jika semua saksi hadir,” ungkapnya. KPU mengaku telah memberikan bimbingan teknik serta mengimbau petugas KPPS untuk tidur bergantian. Faktanya, kelelahan membuat mereka bekerja tidak efisien, belum lagi terdapat petugas yang memaksakan diri untuk terjaga semalaman. Mereka juga mungkin menanggung beban psikologis dari warga yang ikut menyaksikan. Dengan beban kerja yang tinggi tersebut, Erlina merasa sosialisasi dan simulasi KPU

Mati akibat Kelelahan: Mungkinkah? Lelah ini, membunuhku.

B

eberapa waktu lalu, publik dihebohkan dengan berita kematian massal petugas KPPS. Berita ini kemudian memicu polemik terkait penyebab kematian. Sejumlah pihak berspekulasi bahwa para korban meninggal secara tidak wajar, tetapi tak sedikit pula yang mengaitkan faktor kelelahan sebagai penyebabnya. Lantas, benarkah kelelahan dapat menyebabkan kematian? Kelelahan berkaitan erat dengan overwork. Overwork didefinisikan sebagai suatu tindakan melakukan pekerjaan yang berlebihan melampaui batas kesanggupan seseorang. Saat mengalami overwork, seseorang dapat merasakan fatigue (kelelahan) yang acapkali berpengaruh terhadap waktu istirahatnya. Menurut dr. Muchtaruddin Mansyur, MS, Sp.Ok, Ph.D., orang dewasa memerlukan durasi

tidur setidaknya 6 jam sehari. “Enam jam sehari dan itu bukan sekadar durasi. Kapan seseorang tidur pun penting,” jelasnya. Muchtaruddin menegaskan bahwa baik durasi maupun waktu tidur berdampak pada kesehatan dan kebugaran. Sebagai contoh, seseorang tidak merasa bugar setelah tidur di siang hari meskipun dengan durasi yang cukup. Lebih lanjut, Muchtaruddin menerangkan bahwa kekurangan tidur memiliki konsekuensi berupa gangguan irama sirkadian yang mengatur aktivitas metabolisme tubuh. Irama ini diatur pada tingkat molekuler oleh ekspresi gen. Setiap sistem organ pun diatur oleh ekspresi gen dan protein sirkadian intraseluler yang berbedabeda. Menurut studi Lieberman, dkk., gangguan pada aktivitas molekuler dapat berimplikasi

negatif pada kerja tubuh melalui disregulasi sistem imun dan inflamasi. Salah satu sistem yang terkena dampaknya adalah sistem kardiovaskular. Gangguan tekanan darah dan metabolisme kardiomiosit dapat terjadi hingga berujung pada kematian sel dan disfungsi jantung. Selaras dengan teori yang ada, Deti Kurniawati, S.E., M.H. mengungkap kondisi komisioner KPU selama proses pemilu. “Kami awalnya tidak pernah tensi tinggi. Pas pemilu kemarin, kami itu mulai mengalami tensi tinggi. Kami mulai pusing bergantian terus drop bergantian,” tuturnya. Sejumlah teori membenarkan bahwa secara tidak langsung kelelahan dapat memicu kematian. Ada baiknya masyarakat diedukasi mengenai hal ini. jonathan, wira, kevin

terkait beban kerja KPPS masih kurang mendetil dan menyeluruh. Erlina mengaku cukup stres dengan beban kerja yang mereka emban. “Kerjanya seharian full, bahkan lebih dari satu hari. Karena ini banyak yang harus dikerjakan, kan? Belum lagi, kalau malam jadi kurang konsentrasi kerjanya sehingga banyak yang harus diulang,” terang Erlina. Istirahat yang dilakukan hanya sebatas waktu salat. Selain itu, minimnya sistem shift kerja yang dijalankan membuat petugas KPPS kelelahan, terlebih mereka harus kembali beraktivitas seperti biasa setelah tugas di TPS usai. Selain mempengaruhi hasil kerja, beban dan tuntutan yang dirasakan turut mengganggu tubuh secara psikologis dan fisik. Perubahan fisiologis terkait metabolisme, kardiovaskular, maupun respirasi dapat terjadi sebagai respons dari overwork. Kurangnya waktu tidur juga berpengaruh pada kesehatan. Muchtaruddin mengungkapkan bahwa manusia dewasa pada umumnya memiliki waktu tidur minimal 6-7 jam per hari. “Begitu di luar waktu tidur yang biasa, itu sudah terjadi perubahan irama sirkadian yang memicu inflamasi,” paparnya. Akibatnya, tidak heran jika terdapat petugas KPPS yang meninggal dunia. Langkah Konkret Pascapemilu Saat ini, KPU telah memberikan santunan sebesar Rp36 juta untuk setiap keluarga petugas KPPS yang meregang nyawa selama bersambung ke halaman 11

SKMA untuk Anda! Mari bersama membuat SKMA menjadi lebih baik.

!

1. Apakah konten SKMA bermanfaat/ relevan dengan kondisi kesehatan saat ini? 2. Apakah anda masih membutuhkan SKMA edisi selanjutnya? Jawab dengan format: Nama-Umur_Kota/Kabupaten_Unit Kerja_ Jawaban 1_Jawaban 2 Contoh: Rudiyanto_43_Jakarta Pusat_RSCM_Ya_Ya Kirim melalui WhatsApp/SMS ke 0896-702255-62 atau mengisi formulir pada bit.ly/ surveyskma Lima orang pengisi survei yang beruntung akan mendapatkan cenderamata dari Media Aesculapius


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Surat Kabar Media Aesculapius (SKMA) edisi Juli-Agustus 2019 by Berani Sehat - Issuu