Surat Kabar Media Aesculapius (SKMA) edisi November-Desember 2019

Page 1

Media Aesculapius Surat Kabar

Kedokteran dan Kesehatan Nasional Terbit Sejak 1970

November-Desember 2019 / Edisi 05 / Tahun XLIX / ISSN 0216-4996

@MedAesculapius |

beranisehat.com |

TIPS DAN TRIK

IPTEK

ADVERTORIAL

Pembuatan Hapusan Darah untuk Deteksi Parasit Malaria

Aktivitas Fisik dan Risiko Demensia: Adakah Pengaruhnya?

Tak Lengah Pantau Gula Darah dengan Continuous Glucose Monitoring hlm 7

hlm

3

hlm

7

0896-70-2255-62

Medical Tourism di Indonesia: Sebatas Mimpi Belaka?

M

Maraknya tren warga Indonesia berobat keluar negeri sekaligus berlibur kian menyiratkan buruknya tata kelola kesehatan dalam negeri.

edical tourism merupakan konsep yang memadukan aspek pelayanan medis dan kegiatan pariwisata. Pelayanan medis yang ditawarkan, meliputi cek kesehatan umum, tindakan diagnostik hingga pengobatan. Sejumlah negara di Eropa dan Amerika telah dikenal sebagai negara tujuan medical tourism. Bahkan, negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand telah lebih dulu menguasai pangsa pasar medical tourism di kawasan Asia Tenggara. Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Alasan Melakukan Medical Tourism Pesatnya kemajuan teknologi kedokteran meningkatkan keinginan masyarakat untuk melakukan medical tourism. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Dr. dr. Menaldi Rasmin, Sp.P(K), mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mendorong seseorang berwisata ke luar negeri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. “Pertama, expertise atau kepakaran. Seseorang akan pergi ke suatu tempat apabila terdapat dokter yang pakar dalam bidang tertentu. Kedua, excellence atau keutamaan, misalnya di negara lain harganya lebih murah, lebih cepat, dan lebih ramah. Mungkin kalau harga menjadi nomor sekian, tetapi pelayanan yang ramah dan cepat menjadi nilai tambah tersendiri,” ujar Menaldi. Ditinjau dari aspek wisata, suatu negara tujuan medical tourism harus memenuhi beberapa kriteria. “Harus nyaman, murah, dan satu lagi, yaitu aman. Percuma tempatnya nyaman dan murah tapi tidak aman,” imbuhnya. Sejumlah negara berkembang kemudian menerapkan kriteria tersebut sebagai

M

keunggulan yang berhasil menarik pelaku medical tourism dari berbagai negara, termasuk negara maju. Tak perlu merogoh kocek terlalu dalam, pelancong sudah bisa mendapatkan pelayanan medis berkualitas ditambah paket liburan menarik. Masyarakat Indonesia pun tak mau ketinggalan untuk melalukan medical tourism demi mendapatkan tawaran menggiurkan tersebut. Padahal potensi Indonesia untuk menjadi negara penyedia jasa medical tourism tak kalah besarnya. Akan tetapi, konsep ini masih terus menjadi wacana baru yang tak kunjung terealisasi. Indonesia fiona/MA Punya Potensi Keberagaman destinasi wisata di Indonesia menjadi peluang besar dalam mengembangkan medical tourism. Akan tetapi, wisata saja tidak cukup. Pengembangan medical tourism membutuhkan kerja sama multidisiplin, salah satunya standardisasi pendidikan kedokteran. Sejatinya, kualitas dokter Indonesia tidak kalah jika disandingkan dengan dokter luar negeri. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa terdapat lulusan dokter Indonesia yang melayani

medical tourism di negara lain. Hanya saja, dokter lulusan Indonesia diharuskan mampu memenuhi standar global kedokteran terlebih dahulu. “Sesuai ASEAN Qualification Reference Framework (AQRF), lulusan dokter Indonesia berada pada level 7, sedangkan dokter lulusan luar negeri mencapai level 8. Indonesia mampu, tetapi harus mulai berbenah. Sistem pelayanan kesehatan, pendidikan kedokteran, dan industri kesehatan seharusnya dijadikan satu ekosistem,” tegas dr. Mariya Mubarika, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI). Sudahkah Indonesia Siap? Dalam menargetkan pasar medical tourism perlu dipertimbangkan sebuah area yang menyediakan fasilitas rumah sakit yang mumpuni serta tempat wisata yang menarik. Sayangnya, Indonesia belum memiliki daerah yang mampu memenuhi kedua kriteria tersebut. Bali, sebagai destinasi wisata nomor wahid di Indonesia, ternyata tidak memiliki dokter dengan kepakaran yang tersohor, seperti dokter di Jakarta dan Surabaya. Tak hanya itu, Indonesia perlu memikirkan keunggulan yang ingin ditawarkan. Indonesia memiliki keunikan pengobatan tradisional yang tidak dimiliki negara lain, seperti jamu,

Mengintip Kesuksesan Medical Tourism Negara Tetangga

alaysia, Thailand, Singapura, dan Cina berhasil mengikuti keberhasilan sejumlah negara di Eropa dan Amerika sebagai destinasi tujuan medical tourism dunia. Sebagai negara berkembang, tentunya terdapat terobosan yang diterapkan untuk menggaet pelaku medical tourism. Polapola kesuksesan negara tetangga tersebut dapat dijadikan Indonesia sebagai acuan demi meningkatkan potensi medical tourism dalam negeri. Suatu negara harus memiliki keunggulan yang tak dimiliki negara lain untuk menarik hati konsumen. “Malaysia bisa menawarkan operasi jantung bypass dengan harga murah sekitar 9 juta karena meniadakan pajak. Selain itu, pemerintah Malaysia meregulasi adanya 70 rumah sakit privat dan berusaha agar dokter serta rumah

sakit bisa eksis. Mereka tidak rugi karena orang yang datang akan mendatangkan devisa jauh lebih tinggi,” ujar Mariya. Keunggulan lain yang tak kalah pentingnya adalah kepercayaan. Negara-negara yang sukses dalam medical tourism memiliki pakar yang didukung publikasi berlimpah. “Publikasi jurnal merupakan hal penting untuk memperkenalkan seorang dokter ke dunia,” jelas Pukovisa. Pasar medical tourism lebih banyak untuk bidang subspesialistik terkait estetika, seperti bedah plastik, ortopedi, kanker, fertilitas, teknologi genom, dan mata. Negara lainnya yang yang dapat dijadikan kiblat adalah Jepang. Negeri Sakura menawarkan kemudahan bea cukai dan transportasi. Ketika pelancong tiba, mobil khusus disiapkan untuk mengantarkan ke rumah

sakit. Privasi pasien benar-benar dijaga dengan mengatur penjadwalan dengan sebaik mungkin. Hasil pemeriksaan dapat diterima dengan cepat. Setelah itu, paket tambahan berupa wisata liburan disediakan. “Jadi, medical tourism dapat dikatakan sebagai program entrepreneurial untuk melayani pasien,” tegas Menaldi. Integrasi antara pemerintah dan pihak terkait penyedia layanan merupakan hal yang penting dalam medical tourism. Akan tetapi, sebelum itu diperlukan usaha pembangunan kepercayaan masyarakat dunia akan dokter dan pelayanan kesehatan di Indonesia. lila, mariska, lidia

pijat Mak Erot, kerokan, dan purwoceng. Tetapi, pengobatan tradisional ini belum memenuhi kaidah evidence based medicine sehingga keamanan dan efikasi menjadi aspek yang dipertanyakan. “Minimal harus ada safety. Apabila pengobatan tradisional menyebabkan efek samping dan pasien meminta penjelasan dari dokter di negara asalnya, nanti yang malu kan Indonesia,” tutur dr. Pukovisa Prawiroharjo, SpS, Sekretaris Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Indonesia. Di Tengah Problematika BPJS Defisit pembiayaan BPJS dan kurang meratanya fasilitas kesehatan di daerah menjadi masalah besar yang menunggu untuk diselesaikan. Masih banyak masyarakat Indonesia yang harus pergi ke kota lain untuk mendapatkan pengobatan yang mumpuni. Oleh karena itu, sejumlah pihak merasa bahwa tidak sepantasnya isu medical tourism menyeruak di tengah masalah ini. Akan tetapi, tak sedikit pula pihak yang justru percaya bahwa medical tourism mampu menjadi salah satu solusi dalam mengatasi defisit melalui peningkatan devisa negara. Selain itu, rasio dokter pasien yang tidak seimbang serta penyebaran dokter yang kurang merata juga menjadi pemicu rendahnya kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Ditinjau dari segi etik, dokter menjadi kurang ramah mengingat jumlah pasien yang terlalu banyak dan insentif yang diperoleh kurang memadai. “Di luar negeri pelayanan lebih layak. Sistemnya masih bersambung ke halaman 11

SKMA untuk Anda! Mari bersama membuat SKMA menjadi lebih baik.

!

1. Apakah konten SKMA bermanfaat/ relevan dengan kondisi kesehatan saat ini? 2. Apakah anda masih membutuhkan SKMA edisi selanjutnya? Jawab dengan format: Nama-Umur_Kota/Kabupaten_Unit Kerja_ Jawaban 1_Jawaban 2 Contoh: Rudiyanto_43_Jakarta Pusat_RSCM_Ya_Ya Kirim melalui WhatsApp/SMS ke 0896-702255-62 atau mengisi formulir pada bit.ly/ surveyskma Lima orang pengisi survei yang beruntung akan mendapatkan cenderamata dari Media Aesculapius


2

MARET - APRIL 2019

DARI KAMI Pembaca yang terkasih, bulan telah berganti. Banyak event yang telah dan akan kita lalui sepanjang bulan ini, terutama menjelang Hari Ulang Tahun ke-73 Republik Indonesia dan Asian Games 2018. Tak tenggelam di tengah sibuknya berbagai kegiatan, kami tetap siap menghadirkan berita-berita kesehatan dari berbagai wilayah. Ibadah haji merupakan momen penting bagi umat muslim yang selalu menantikan saat menginjakkan kaki di Tanah Suci. Maka dari itu, semua persiapan hendaknya dilakukan dan dijaga tetap layak sampai tiba waktunya berangkat. Pertanyaannya adalah sudahkah upaya yang dilakukan cukup berarti hingga semua jemaah dapat pergi dan pulang dalam kondisi terbaiknya? Simak ulasannya dalam rubrik Headline. Bahasan berikutnya membicarakan penanganan pasien yang tak mungkin hanya berfokus pada penyakit saja. Banyak hal di sekitar pasien mampu memengaruhi perawatan dan kita hendaknya kreatif mengolah kondisi yang ada. Mari kita baca tata cara penanganan holistik pada pasien gagal ginjal kronis dalam Asuhan Kesehatan. Berbicara Asian Games tentu tak boleh tak kenal dengan sosok satu ini. Dr. dr. Ermita Isfandiary Ibrahim Ilyas, MS, AIFO, seseorang yang ikut merasakan jatuh bangun di balik perjuangan seorang atlet. Ikuti kisah hidup beliau dalam Suka Duka. Cerita seru juga datang dari hutan belantara Sulawesi Selatan. Dokter satu ini menikmati hobi berburu dan berinteraksi dengan alam liar. Langsung saja simak ceritanya dalam Senggang. Selamat membaca dan tetap semangat dalam berkarya!

Reyza Tratama Pemimpin Redaksi

MA FOKUS

Jemaah Melek Teknologi, Sehat dari Awal hingga Akhir Sejak tahun 2017, pemerintah Indonesia telah meluncurkan inovasi guna mempermudah proses pelayanan kesehatan jemaah haji melalui kartu kesehatan haji (KKH) elektronik. Kartu ini diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan jemaah dalam mengikuti pembinaan dan pemeriksaan kesehatan. Data yang tercakup di dalamnya antara lain riwayat kesehatan sebelum berangkat, selama berada di Tanah Suci, hingga pulang kembali ke Indonesia serta data diri. Kartu ini selain mempermudah jemaah karena tidak perlu lagi membawa-bawa buku catatan kesehatan, juga membantu petugas kesehatan untuk memantau risiko, kelayakan, dan kondisi terkini jemaah yang berdampak pada rencana penanganan secara komprehensif. Kementerian Kesehatan juga terus berinovasi dengan menciptakan Haji Sehat, suatu aplikasi berisi petunjuk kesehatan haji yang dapat diunduh melalui Play Store. Jemaah dapat menemukan nomor telepon penting dan tempat berobat jika sewaktu-waktu merasa tidak sehat selama di Arab Saudi. Melalui petunjuk ini, jemaah memiliki gambaran lebih jelas mengenai persiapan yang harus dilakukan sekaligus mengingat kembali informasi kesehatan yang telah disampaikan dalam pembinaan. Upaya pemerintah ini patut diacungi jempol mengingat saat ini teknologi telah semakin maju sehingga sebisa mungkin hendaknya dimanfaatkan untuk hal-hal positif. Hampir semua lapisan masyarakat juga memiliki telepon genggam, bahkan smartphone yang berarti informasi elektronik seharusnya dapat tersebar dengan mudah dan luas. Dari sudut pandang tenaga kesehatan, kemudahan di atas membantu pengawasan, terutama jemaah berisiko tinggi. Perlu diingat bahwa jemaah yang mengikuti ibadah haji umumnya sudah lanjut usia mengingat waktu tunggu menjadi jemaah bisa mencapai belasan tahun. Hipertensi, diabetes, dan penyakit ginjal merupakan penyakit kronis yang sangat mungkin diderita dan diuntungkan dengan adanya sistem seperti ini. Di lain pihak, alangkah baiknya bila pemerintah juga berusaha melihat dari sudut pandang jemaah yang telah berusia lanjut. Tidak semua jemaah memiliki status pendidikan tinggi. Tidak sedikit kelompok lanjut usia yang mungkin mulai mengalami penurunan kemampuan berpikir dan penerimaan informasi. Oleh karena itu, petunjuk yang jelas disertai bimbingan pada para jemaah terkait berbagai inovasi tersebut sebaiknya diberikan. Bagaimanapun, teknologi semacam ini tentunya diharapkan terus berkembang untuk memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat. Tak hanya menjelang keberangkatan, calon jemaah yang masih dalam masa tunggu pun sebenarnya terjangkau oleh inovasi tersebut. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 15 Tahun 2016 tentang Istithaah Kesehatan Haji juga tertulis bahwa pembinaan dapat diintegrasikan dengan upaya kesehatan masyarakat seperti posbindu, keluarga sehat, dan posyandu lansia. Dengan demikian, aplikasi teknologi juga dapat dilakukan sehingga semakin banyak pula pihak yang terlibat, tidak melulu merupakan urusan eksklusif petugas pelaksana haji.

KLINIK

MEDIA

AESCULAPIUS

MA KLINIK

Kupas Tuntas Penyakit Guillain–

Barré syndrome

Penyakit autoimun ternyata dapat menyerang sistem saraf dan memiliki komplikasi yang cukup serius

G

uillain–Barré syndrome (GBS) merupakan kekuatan dan sekumpulan gejala sistem saraf perifer dengan pergerakan otot yang onset akut yang diakibatkan oleh reaksi autoimun. normal dan optimal. Penyakit ini terdapat di seluruh dunia pada setiap musim Kadang masih didapati dan dapat menyerang semua umur. Angka kejadian tahunan nyeri, yang berasal dari keseluruhan GBS di Amerika Serikat adalah 1,65-1,79 per sel-sel saraf yang 100.000 orang dengan rasio kejadian pada laki-laki dan beregenerasi. Narasumber dr. Ida Ayu Sri Wijayanti, M.Biomed., wanita 3 : 2. GBS memiliki beberapa subtipe, yaitu acute Selain daripada Sp.S. inflammatory demyelinating polyradiculoneuropathy manifestasi klinis Dokter Spesialis Saraf (AIDP), acute motor axonal neuropathy (AMAN), acute dan diagnosis motor-sensory axonal neuropathy (AMSAN), Miller berdasarkan fase, Fisher syndrome (MFS), dan acute autonomic neuropathy. kriteria diagnostik Sel-sel imun yang menyerang sistem saraf pada penyakit GBS GBS menurut The National Institute of Neurological akan menciptakan reaksi inflamasi. Reaksi inflamasi and Communicative Disorders and Stroke ini akan menyebabkan destruksi dan hilangnya (NINCDS) menjadi patokan untuk diagnosis mielin. Kondisi kerusakan dan hilangnya mielin GBS; meliputi gejala utama, gejala tambahan, ini disebut demielinisasi. Mielin sendiri merupakan pemeriksaan cairan serebrospinal, selaput lemak yang membungkus akson dari sel saraf serta pemeriksaan elektrodiagnostik, dan berfungsi mempercepat penghantaran impuls, gejala yang menyingkirkan diagnosis. sehingga demielinisasi akan menyebabkan Saat ini diketahui bahwa penghantaran impuls oleh sel saraf tidak ada terapi khusus yang dapat menjadi lambat atau berhenti sama sekali. menyembuhkan penyakit GBS. Penghantaran yang terhambat inilah yang Pengobatan yang diberikan lebih bersifat dapat menimbulkan manifestasi klinis berupa simptomatis. Tujuan dari terapi adalah kelemahan tubuh atau paralisis yang bersifat perifer. untuk mengurangi tingkat keparahan Manifetasi klinis GBS tergantung pada lokasi penyakit dan untuk mempercepat dan keparahan inflamasi yang terjadi. GBS dapat proses penyembuhan penderita. menimbulkan gejala-gejala di daerah multifokal Tatalaksana farmakologis pada aya/MA dari infiltrasi sel mononuklear pada saraf perifer. GBS dapat meliputi pemberian GBS menimbulkan paralisis akut yang dimulai dengan kortikosteroid, plasmafaresis, rasa baal, parestesia pada bagian distal dan diikuti serta imunoglobulin intravena. secara cepat oleh paralisis ke empat ekstremitas Walaupun telah banyak yang bersifat asendens. Parestesia ini biasanya dikenal, namun kebanyakan bersifat bilateral. Otot badan, otot bulbar, dan penelitian yang telah dilakukan otot respirasi mungkin saja terkena. Pasien sebelumnya mengatakan bahwa mungkin tidak dapat berdiri atau berjalan. preparat steroid tidak memberikan Kelemahan lanjut yang dapat terjadi yaitu manfaat sebagai monoterapi. Oleh sebab melibatkan otot-otot respiratorik dan sekitar itu, kombinasi pengobatan menjadi penting. 25% pasien yang dirawat membutuhkan ventilasi Plasmafaresis merupakan terapi pertama mekanik. pada GBS yang menunjukkan efektivitasnya, Diagnosis GBS terutama ditegakkan dari temuan berupa adanya perbaikan klinis yang lebih klinis dan pemeriksaan penunjang. Perjalanan penyakit GBS cepat, minimal penggunaan alat bantu napas, dapat dibagi menjadi 3 fase, yakni fase progresif, plateu, dan dan lama perawatan yang lebih singkat. Akan tetapi, penyembuhan. Pada umumnya, fase progresif berlangsung Pengobatan dengan immunoglobulin intravena (IVIg) selama dua sampai tiga minggu sejak timbulnya gejala awal lebih menguntungkan dibandingkan dengan terapi sampai gejala menetap yang dikenal sebagai “titik nadir”. plasmafaresis karena efek samping dan komplikasi yang Pada fase ini, akan timbul nyeri, kelemahan bersifat, progresif sifatnya lebih ringan. Selain pengobatan farmakologis, dan gangguan sensorik. Fase progresif akan diikuti fase terapi suportif juga memiliki peran penting. Sebanyak 30% plateau yang stabil dimana tidak didapati perburukan maupun kasus GBS dapat mengalami gagal pernapasan, sehingga perbaikan gejala. Serangan telah berhenti namun derajat terapi suportif yang baik menjadi elemen penting dalam kelemahan tetap ada sampai dimulai fase penyembuhan. terapi GBS. Umumnya pasien GBS dimasukkan ke ruang Fase penyembuhan adalah fase terakhir dimana terjadi intensif ataupun ruang pelayanan intermediet untuk perbaikan dan penyembuhan spontan. Sistem imun berhenti memungkinkan monitoring pernapasan dan fungsi otonom memproduksi antibodi yang menghancurkan mielin, gejala yang lebih intensif. Penegakan diagnosis lebih dini akan berangsur-angsur menghilang, serta penyembuhan saraf memberikan prognosis yang lebih baik. Komplikasi yang mulai terjadi. Terapi pada fase ini ditujukan terutama pada dapat menyebabkan kematian adalah gagal nafas terapi fisik, untuk membentuk otot pasien dan mendapatkan dan aritmia. elvan

MEDIA AESCULAPIUS

Pelindung: Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis M. Met. (Rektor UI), Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP (Dekan FKUI) Penasihat: Dr. Arman Nefi, S.H., M.M. (Direktur Kemahasiswaan UI), dr. Affan Priyambodo Permana, SpBS(K) (Koordinator Kemahasiswaan FKUI) Staf Ahli: Seluruh Kepala Bagian FKUI/RSUPNCM, Prof. Dr. Ma’rifin Husein (CHS), dr. Muki Reksoprodjo, dr. Boen Setiawan, dr. Sudarso, dr. E. Oswari, DPH, Prof. Dr. Arjatmo Tjokronegoro, PhD, dr. Hapsara, DPH (Kemenkes RI), dr. Fahmi Alatas, Prof. dr. Marwali Harahap, SpKK, Prof. Dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH Pembantu Khusus: Seluruh Alumni Aesculapius dan Media Aesculapius

Pemimpin Umum: Maria Isabella. PSDM: Dewi Anggraeni, Reyza Tratama, Yusuf Ananda, Teresia Putri. Pemimpin Produksi: Shafira Chairunnisa. Tata Letak dan Cetak: Idzhar Arrizal. Ilustrasi dan Fotografi: Kristian Kurniawan. Staf Produksi: Kania Indriani, Fiona Muskananfola, Devi Elora, Nathaniel Aditya, Anthonius Yongko, Irfan Kresnadi, Teresia Putri, Hansel T. Widjaja, Itsna Arifatuz Z., Kelvin Gotama, Skolastika Mitzy, Meutia Naflah G., Dewi Anggraeni, Bagus Radityo Amien, Arlinda Eraria Hemasari, Robby Hertanto, Anyta Pinasthika, Gabriella Juli Lonardy, Herlien Widjaja, Dinda Nisapratama. Pemimpin Redaksi: Veronika Renny Kurniawati. Wakil Pemimpin Redaksi: Levina Putri Siswidiani. Redaktur Senior: Rifka Fadhilah, Shierly Novitawati, Irma Annisa, Hiradipta Ardining, Tommy Toar, Farah Vidiast, Phebe Anggita Gultom, Clara Gunawan. Redaktur Desk Headline: Reyza Tratama. Redaktur Desk Klinik: Renata Tamara. Redaktur Desk Ilmiah Populer: Tiffany Rosa. Redaktur Desk Opini & Humaniora: Vannessa Karenina. Redaktur Desk Liputan: Aisyah Rifani. Reporter Senior: Puspalydia Pangestu, Salma Suka Kyana Nareswari, Camilla Sophi Ramadhanti. Reporter Junior: Joanna Erin, Fadlika Harinda, Abdillah Y Wicaksono, Maria Isabella, Nadhira Najma, Stefanus Sutopo, Nur Afiahuddin, Dina Fitriana, Farah Qurrota, Afiyatul M., Nathalia Isabella, Rayhan Farandy, Yuli Maulidiya, M. Ilham Dhiya, Filbert Liwang, Alexander Kelvyn. Pemimpin Direksi: Trienty Batari. Finansial, Sirkulasi, dan Promosi: Angela Kimberly, Koe Stella Asadinia, Tiara Grevillea, Felix Kurniawan, Elizabeth Melina, Faya Nuralda Sitompul, Jevi Septyani Latief, Heriyanto Khiputra, Tania Graciana, Novitasari Suryaning Jati, Rahma Maulidina Sari, Aisyah Aminy Maulidina, Ainanur Aurora, Yusuf Ananda, Agassi Antoniman, Alice Tamara, Safira Amelia, Syafira Nurlaila, Lowilius Wiyono, Jeremy Rafael, Iskandar Geraldi. Buku: Reganedgary Jonlean, Husain Muhammad Fajar Surasno, Nadira Prajnasari Sanjaya, Roberto Bagaskara, Tiroy Junita, Indah Fitriani, Sabrina Tan, Gilbert Mayer C, Marie Christabelle, Andi Gunawan K., Bunga Cecilia. Alamat: Media Aesculapius BEM IKM FKUI. Gedung C lantai 4, Rumpun Ilmu Kesehatan, Kampus UI Depok. E-mail: medaesculapius@gmail.com, Rek. 157-0004895661 Bank Mandiri Cabang UI Depok, website: beranisehat.com Alamat Redaksi/Sirkulasi: Media Aesculapius PO BOX 4201, Jakarta 10042, Harga Langganan: Rp18.000,00 per enam edisi gratis satu edisi (untuk seluruh wilayah Indonesia, ditambah biaya kirim Rp. 5.000,00 untuk luar Jawa), fotokopi bukti pembayaran wesel pos atau fotokopi bukti transfer via Bank Mandiri dapat dikirim ke alamat sirkulasi. MA menerima kiriman naskah dari pembaca untuk rubrik MA Klinik (khusus untuk dokter dan staf pengajar), Asuhan Keperawatan (khusus untuk perawat dan mahasiswa keperawatan) Sepuki, Suma, Suduk, Kolum, Arbeb, Kesmas, Seremonia, dan Konsultasi (berupa pertanyaan). Kirimkan email permohonan penulisan ke redaksima@yahoo.co.id dan kami akan mengirimkan spesifikasi rubrik yang Anda minati.

Kirimkan kritik dan saran Anda:

redaksima@yahoo.co.id

Website Media Aesculapius

beranisehat.com

Dapatkan info terbaru kami: @MedAesculapius


MEDIA

AESCULAPIUS

MA INFO I

KLINIK

MARET - APRIL 2019

3

Tepat dan Cepat Tangani Serangan Jantung

Sindrom koroner akut (SKA) atau yang awam disebut angin duduk merupakan salah satu keadaan emergensi yang sering dijumpai di kehidupan sehari-hari..

S

indrom koroner akut merupakan sekumpulan gejala yang terjadi cepat karena adanya penyumbatan oleh plak pada arteri koroner. Penyumbatan tersebut menyebabkan menurunnya suplai oksigen ke otot-otot jantung. Hal tersebut mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. SKA diklasifikasikan menjadi infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST), infark miokard akut non-elevasi segmen ST (IMA-NEST), dan angina pektoris tidak stabil (APTS). Untuk membedakannya, diperlukan elektrokardiogram dan pemeriksaan biomarker jantung. Apabila menjumpai pasien dengan dugaan SKA, maka tata laksana pertama yang diberikan adalah MONACO/ TICA dengan tirah baring. MONACO/ TICA merupakan singkatan dari morfin, oksigen, nitrogliserin, aspirin, clopidogrel

dan ticagrelor. Keenam hal tersebut tidak diberikan kepada semua pasien. Pemberiannya didasarkan pada kondisi pasien. Oksigen diberikan kepada pasien apabila saturasi oksigen pasien kurang dari 90% atau tekanan parsial oksigennya kurang dari 60 mmHg. Pemberian oksigen diberhentikan jika saturasi oksigen lebih dari 90%. Adapun pemberian oksigen rutin tidak direkomendasikan apabila saturasi oksigen lebih dari 90%. Pemberian nitrogliserin (NTG) dilakukan apabila pasien datang ke ruang gawat darurat masih dalam kondisi nyeri dada. NTG diberikan melalui spray atau tablet sublingual. Apabila nyeri tidak hilang setelah sekali pemberian, NTG diberikan lagi setiap lima menit sampai maksimal tiga kali. NTG intravena diberikan apabila pasien tidak

responsif setelah diberi tiga dosis sublingual. Apabila masih tidak responsif, diberikan morfin sulfat sebanyak 1—5 mg intravena dan dapat diulang setiap 10—30 menit. Jika NTG tidak tersedia dapat diganti dengan isosorbid dinitrat (ISDN). Aspirin diberikan segera ke semua pasien yang tidak diketahui intoleransinya terhadap aspirin. Aspirin yang diberikan berupa aspirin tidak bersalut sebanyak 160—320 mg. Bersamaan dengan aspirin, penghambat reseptor adenosin difosfat (ADP) diberikan. Obat yang dapat diberikan adalah ticagrelor atau clopidogrel. Ticagrelor diberikan sebanyak 180 mg dengan dosis pemeliharaan 2x90 mg/hari. Clopidogrel diberikan sebanyak 300 mg dengan dosis pemeliharaan 75 mg/hari. Tata laksana awal pada pasien dugaan SKA dapat diberikan setelah anamnesis

dan pemeriksaan fisik sebelum menunggu hasil elektrokardiogram dan pemeriksaan biomarker jantung. Pemberian MONACO/ TICA harus diberikan secara tepat sesuai indikasi pasien. Pemberian yang tepat dapat mempertahankan kondisi pasien agar tidak menjadi semakin parah. sefti Semua artikel di atas diambil dari Pedoman Tata Laksana Sindrom Koroner Akut oleh PERKI 2018

Kirimkan pertanyaan Anda seputar medis ke redaksima@yahoo.co.id Pertanyaan Anda akan dijawab oleh narasumber spesialis terpercaya.

TIPS DAN TRIK

Praktis dan Mudah Deteksi Malaria

M

Keahlian dalam membuat sediaan apusan darah merupakan kompetensi wajib untuk deteksi dini malaria

alaria memberikan tantangan tersendiri bagi dokter di layanan kesehatan perifer. Penyakit yang disebabkan Plasmodium sp. ini memiliki gejala yang seringkali kurang khas sehingga perlu ditunjang dengan pemeriksaan penunjang. Salah satunya adalah melalui pemeriksaan apusan darah tepi.1 Apusan darah sendiri terbagi menjadi apusan darah tipis dan apusan darah tebal. Pada sediaan darah tebal, eritrosit sudah dibuat dalam kondisi hemolisis. Kedua jenis apusan darah mampu menilai spesies Plasmodium dan derajat parasitemia. Selain itu, apusan darah tipis dapat digunakan untuk mengevaluasi bentuk dan ukuran sel darah.2, 3 Sebelum melakukan pemeriksaan, terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Alat dan bahan utama yang dibutuhkan meliputi kaca objek dan sampel darah yang diuji. Untuk proses pewarnaan, larutan Giemsa 3% masih menjadi pilihan utama. Selama prosedur berlangsung, alat pelindung diri seperti sarung tangan dan masker juga perlu dikenakan. 3 Untuk pengambilan darah, dapat digunakan lanset ataupun jarum steril yang didahului proses A arfian/M aseptik dengan kapas yang telah dibubuhi alkohol. Darah dapat diambil dari kapiler ujung jari dan dapat disimpan pada suhu 18 – 25 derajat Celsius apabila tidak langsung digunakan. Pemberian Asam etilenadiaminatetraasetat (EDTA)

sebagai pengawet bersifat opsional. Apabila menggunakan EDTA, sampel darah masih optimal untuk digunakan dalam rentang waktu 2-3 jam dari waktu pengambilan.2 Untuk membuat apusan darah tipis, pertama-tama sampel darah tepi dapat diteteskan ke atas permukaan kaca objek. Lalu,

dengan satu kaca objek lain dibuat sudut sebesar 45o diantara kedua kaca objek tersebut. Setelah itu, kaca objek yang membentuk sudut digesek secara lurus pada tetesan darah sembari tetap membentuk sudut 45o. Hasil apusan dikatakan baik jika terbentuk apusan seperti bentuk lidah dengan ujung meruncing. Gelas objek yang sudah mulai mengering dapat dicelupkan ke dalam larutan metanol untuk memfiksasi sel darah. 3 Berbeda dengan proses pembuatan apusan darah tipis, apusan darah tebal dibuat pada kaca objek yang telah ditambahkan sampel darah dan membuat tetesan darah menjadi menyebar hingga ukuran sekitar 1 cm. Sampel darah kemudian ditetesi dengan air untuk memicu

hemolisis.2,3 Setelah itu, darah dibiarkan mengering dan dialirkan pewarna Giemsa 3%. Kaca objek yang telah diberikan Giemsa dapat dibiarkan mengering selama 30 menit, sebelum akhirnya dicuci dengan air mengalir. Terakhir, kaca preparat dapat diletakkan di mikroskop untuk diamati. Karena pengamatan dilakukan dengan perbesaran 100 kali, maka diperlukan tetesan minyak emersi secukupnya. Untuk mendapat gambaran lebih jelas, pengamat perlu mengatur jarak lensa dengan memutar mikrometer. 2 Pengetahuan dan keterampilan dalam membuat sediaan apusan darah tepi akan membantu seorang dokter dalam mendiagnosis malaria. leo REFERENSI 1. Naveen E, Arora D, Agarwal V, et al. Detection of malarial parasite by blood smear examination and antigen detection: a comparative study. Int J Med Res Health Sci. 2013;2(1);3034. 2. Wahyuni S. Keterampilan pengambilan darah tepi, membuat apusan, pewarnaan giemsa dan pemeriksaan mikroskopik apusan darah tepi [internet].med.unhas.ac.id ; 2015 [ Accessed November 22, 2019]. Available from : https:// med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2015/04/ MANUAL-CSL-APUSAN-DARAH-KEDOK-TROPIS.pdf 3. Turgeon ML. Clinical hematology : theory and procedures. 4th ed. Lipincott Williams & Wilkins: 2005. p32-34.

JASA PEMBUATAN BUKU Media Aesculapius menyediakan jasa penyusunan buku yang sangat fleksibel baik dalam hal desain cover dan isi, ukuran dan tebal buku, maupun gaya penulisan termasuk menyunting tulisan anda. Tak terbatas hingga penyusunan saja, kami siap melayani distribusi buku anda. Adapun buku yang pernah kami buat: buku biografi tokoh, buku pemeriksaan fisik berbagai departemen, buku jurnal, dan Kapita Selekta Kedokteran.

Hubungi Hotline MA: 0896-70-2255-62 (SMS/WhatsApp)


4

MARET - APRIL 2019

KLINIK

MEDIA

AESCULAPIUS

MA INFO II

Kenali Nyeri Pinggang, Atasi Batu Ginjal Bila dikenali dengan tepat, derita akibat batu ginjal dapat dipecahkan

B

atu ginjal merupakan salah satu jenis batu saluran kemih, tepatnya batu yang terbentuk di ginjal. Pasien yang terkena batu ginjal biasanya datang tanpa gejala atau asimtomatik hingga beberapa keluhan tersering seperti nyeri kolik, retensi urin, dysuria, hematuria, atau anuria.Batu saluran kemih pada umumnya masih menjadi kasus urologi yang paling sering terjadi, berkisar antara 1020% kasus. Penyakit ini lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding dengan perempuan dan puncak insidensi terjadi pada usia 40-50 tahun. Batu saluran kemih biasa diklasifikasikan berdasarkan ukuran, lokasi, etiologi, komposisi, dan karakteristik secara radiologis. Menegakkan Diagnosis Batu Ginjal Menurut Panduan Penatalaksanaan Klinis Batu Saluran Kemih yang dipublikasikan oleh Ikatan Ahli Urologi Indonesia tahun 2018, diagnosis batu ginjal dimulai dengan anamnesis. Anamnesis dilakukan dengan menanyakan keluhan yang muncul pada pasien. Riwayat penyakit terdahulu yang memengaruhi batu ginjal, seperti obesitas, hiperparatiroid primer, dan penyakit usus atau pankreas, dapat ditelusuri. Faktor pola makan yang mendukung pembentukan batu juga perlu diketahui, seperti asupan kalsium, kurangnya asupan cairan, tinggi garam, serta sedikit buah dan sayur. Hal lain yang dapat ditanyakan adalah riwayat pengobatan dan suplemen, seperti kemoterapi, vitamin C dan D,

kalsium, probenesid, dan lain-lain. Mengikuti anamnesis, pemeriksaan fisik penting untuk dilakukan. Temuan dari pemeriksaan fisik dapat bervariasi, bergantung pada letak batu dan komplikasi yang timbul. Pada pemeriksaan fisik umum, dapat ditemukan gejala seperti hipertensi, demam, syok, dan anemia. Nyeri tekan, nyeri ketok, dan pembesaran ginjal dapat ditemukan pada pemeriksaan sudut kostovertebra. Untuk menunjang diagnosis, pemeriksaan yang biasa dilakukan meliputi pemeriksaan pencitraan dan

aya

/MA

laboratorium. Pemeriksaan darah yang dilaukan adalah pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, CRP, dan hitung

jenis darah. Jika intervensi akan dilakukan pada pasien, pemeriksaan uji koagulasi darah, seperti pemeriksaan PT/aPTT dan pengukuran INR dapat dilakukan.Urinalisis rutin juga dilakukan untuk melihat kondisi eritrosuria, leukosuria, bakteriuria, kadar nitrit, pH urine, dan juga kultur urine. Jika didapatkan sampel batu, analisis komposisi batu menggunakan sinar X terdifraksi atau spektroskopi inframerah bisa dilakukan meskipun pada praktek klinik sehari-hari sangat jarang dilakukan. Pemeriksaan dengan pencitraan diindikasikan pada pasien dengan demam, ginjal tunggal, atau diagnosis yang masih diragukan. Pada pasien dengan nyeri pinggang akut, USG digunakan sebagai pemeriksaan pencitraan lini pertama, diikuti dengan pemeriksaan CT-scan nonkontras. CT-scan nonkontras dapat menentukan ukuran dan densitas batu, serta mendeteksi batu asam urat dan xantin. CTscan dosis rendah dapat digunakan pada pasien

dengan IMT <30. USG sangat direkomendasikan sebagai pemeriksaan lini pertama ibu hamil dengan nyeri kolik karena paparan radiasi yang rendah dibandingkan dengan CT-scan nonkontras. Pencitraan dengan metode MRI juga dapat menjadi pilihan alternatif pada ibu hamil. Pencitraan dengan kontras baru dilakukan jika akan melakukan ekstraksi batu. Prinsip Utama Terapi Tata laksana pada batu ginjal diputuskan berdasarkan komposisi batu, ukuran batu, dan gejala pasien. Analgesik diberikan segera pada pasien dengan nyeri kolik akut, dengan parasetamol dan NSAID, seperti natrium diklofenak atau ibuprofen, sebagai obat pilihan pertama. Namun, jika pasien belum diketahui fungsi ginjalnya, memiliki riwayat tindakan ekstraksi batu berulang, atau diabetes mellitus, NSAID sebaiknya tidak digunakan. Terapi konservatif dengan observasi dilakukan pada batu ginjal. Apabila ukuran batu bertambah, interval follow-up akan diperpendek, dan intervensi direkomendasikan jika ukuran batu bertambah >5 mm. Kemolisis menggunakan obat merupakan pilihan terapi, namun hanya untuk batu asam urat. Pengangkatan batu secara aktif diindikasikan apabila ukuran batu bertambah, terjadi obstruksi akibat batu, timbul nyeri atau hematuria, ukuran batu >15 mm, dan jika pasien berisiko tinggi terjadi pembentukan batu. catra

ASUHAN KESEHATAN

Handal Menangani Pasien Ruptur Tendon Achilles Ketika tendon terbesar di tubuh pasien robek, tindakan apa yang dapat kita lakukan?

T

Tata laksana nonbedah kerap diberikan bagi pasien dengan gaya hidup yang relatif sedenter ataupun ingin menghindari biaya dan risiko tindakan operasi seperti lesi pada saraf, infeksi, dan komplikasi luka. Inti dari tata laksana ini adalah mempertahankan kontak antara dua ujung tendon yang ruptur untuk memfasilitasi penyembuhan. Hal ini dilakukan dengan cara imobilisasi atau fiksasi kaki pasien dengan posisi telapak kaki pada plantarfleksi

A

M al/ git

endon Achilles adalah tendon yang menghubungkan otot-otot betis dengan tulang tumit dan merupakan tendon ekstremitas bawah yang paling sering mengalami ruptur. Pasien dengan ruptur tendon achilles dapat memperlihatkan beberapa gejala klinis seperti rasa nyeri dan pembengkakan pada bagian tumit, sensasi tertendang pada daerah betis, dan ketidakmampuan berdiri dengan kaki yang terluka. Dua jenis pendekatan tata laksana yang biasa dilakukan dalam penanganan pasien ruptur tendon Achilles adalah pendekatan bedah dan nonbedah. Keduanya memiliki keuntungan, peluang komplikasi , dan membutuhkan waktu 6-9 bulan untuk dapat kembali berolahraga. Jenis tatalaksana yang diberikan harus dipertimbangkan berdasarkan tingkat kesehatan, aktivitas, dan kebutuhan pasien. Sebuah meta-analisis menunjukkan bahwa tata laksana dengan pembedahan memiliki peluang ruptur ulang yang lebih kecil, namun hal ini tidak bisa dijadikan representasi yang akurat melihat banyaknya sekali variabel yang berpengaruh.

maksimal (30°) menggunakan bidai ataupun casting kaku setinggi lutut. Posisi ini akan mempertemukan kedua ujung tendon Achilles yang ruptur secara anatomis dan akan

dipertahankan selama empat minggu. Setelah itu, posisi telapak kaki pasien dipertahankan pada posisi plantarfleksi setengah maksimal (15°) selama empat minggu. Terakhir, posisi telapak kaki pasien diubah menjadi posisi netral (0°) selama dua minggu. Semenjak imobilisasi hingga sembuh secara total, pasien akan mendapatkan latihan fisioterapi dengan tingkat aktivitas fungsional yang semakin lama semakin meningkat. Selain dengan tatalaksana nonbedah, tindakan bedah dapat diberikan untuk menangani pasien ruptur tendon Achilles. Tindakan ini biasanya diberikan bagi pasien dengan risiko ruptur ulang yang tinggi, terlambat ditangani (2-3 minggu setelah terjadi ruptur), ataupun bagi pasien yang banyak beraktivitas seperti atlet. Tujuan dari pembedahan ini adalah untuk menjahit tendon yang ruptur dengan menggunakan benang bedah untuk memfasilitasi penyembuhan. Setelah operasi, kaki pasien akan diimobilisasi selama 6-8 minggu diiringi dengan latihan fisioterapi. Secara umum, tata laksana yang diberikan dapat berbeda antarpasien. Tata laksana yang tepat harus dipertimbangkan sesuai kebutuhan setiap pasien untuk mencapai tingkat kesembuhan maksimal. jonathan

JASA TERJEMAHAN Kabar Gembira! Media Aesculapius menyediakan jasa terjemahan IndonesiaInggris dan Inggris-Indonesia dengan waktu pengerjaan singkat (3 x 24 jam) serta hasil terjamin. Tidak hanya jasa terjemahan, kami juga menyediakan jasa pembuatan slide presentasi dan poster ilmiah sesuai kebutuhan Anda.

Hubungi Hotline MA: 0896-70-2255-62 (SMS/Whatsapp)


MEDIA

ILMIAH POPULER

AESCULAPIUS

MARET - APRIL 2019

5

KESMAS

Menuju Indonesia Bebas Frambusia 2019 Tak lagi terabaikan, akankah usaha membasmi penyakit ini berhasil?

F

M

a/

ni

yang buruk. Partisipasi masyarakat juga dilaporkan masih minim. Hal ini dibuktikan oleh sebuah studi yang menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat mengenai frambusia masih rendah. Seiring dengan pertumbuhan perekonomian Indonesia, pemerataan edukasi, perkembangan pengobatan, dan peningkatan dalam perilaku hidup bersih dan sehat, faktor-faktor yang mendukung penularan frambusia semakin berkurang. Menimbang halhal tersebut, program eradikasi frambusia diharapkan tercapai pada akhir tahun 2020, bahkan tahun 2019. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 8 tahun 2017 tentang Eradikasi Frambusia, strategi nasional meliputi sosialisasi A

Dari 18 provinsi tempat frambusia tersebar, 5 di antaranya dinyatakan sebagai daerah endemik. Frambusia bersama dengan beberapa penyakit infeksi lain, seperti lepra, rabies, dengue, dan filariasis digolongkan ke dalam penyakit tropis terabaikan (Neglected Tropical Disease; NTD). Sesuai namanya, penyakit-penyakit ini tidak dianggap sebagai penyakit penting seperti HIV/AIDS, malaria, dan tuberkulosis. Padahal, penyakit-penyakit tersebut dapat menyebabkan kecacatan seumur hidup, penurunan produktivitas dan status ekonomi, dan pengaruh sosial seperti stigmatisasi. Terlebih lagi, penyakit ini biasanya tersebar di masyarakat ekonomi kelas rendah yang memiliki akses terbatas pada sumber daya dan pelayanan masyarakat. Akan tetapi, terdapat beberapa halangan dalam usaha mengeradikasi frambusia seperti kondisi geografis daerah endemik yang sulit dijangkau, deteksi dini oleh tenaga kesehatan yang minim, dan sistem surveilans dan pelaporan

ka

rambusia, atau yang sering disebut sebagai patek atau yaws, merupakan suatu penyakit kulit kronik yang disebabkan oleh bakteri Treponema pertenue dan menginfeksi terutama di daerah tropis. Frambusia tampil sebagai lesi pada kulit yang biasa terdapat di tangan, kaki, atau wajah, dan menyerang anak berusia kurang dari 15 tahun. Diagnosis frambusia dipastikan dengan uji serologi, yakni TPHA-RDT yang dapat dievaluasi dengan RPR/VDRL. Penyakit ini ditularkan melalui kontak kulit dan sering terjadi di tempat kumuh dengan akses pada kebutuhan dasar seperti air bersih, sanitasi, dan pelayanan kesehatan yang terbatas. Walau banyak menginfeksi kulit, sekitar 10% infeksi dapat menyebabkan cacat pada tulang. Menurut WHO pada tahun 2012, Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memiliki kasus frambusia. Survei serologi pada tahun 2012 menunjukkan prevalensi kasus frambusia sebanyak 20—120 kasus per 100.000 penduduk di usia 1—15 tahun. Penyakit ini tersebar di 68 dari 497 kabupaten/kota di Indonesia, terutama daerah Indonesia Timur.

program, promosi kesehatan, penguatan sistem surveilans, dan peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam menanggulangi frambusia. Selaras dengan itu, masyarakat sebaiknya diedukasi mengenai higienitas pribadi, seperti perilaku hidup bersih dan sehat. Karena tidak terdapat vaksin untuk frambusia, faktor risiko infeksi juga perlu diperhatikan, seperti lingkungan kumuh, hangat, dan lembab, terutama saat musim hujan, juga adanya penyakit kulit atau luka terbuka. Selain peningkatan kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) frambusia, surveilans, dan survei serologi, diperlukan partisipasi dan komitmen berbagai sektor, dimulai dari tingkat desa, kabupaten, provinsi, hingga masyarakat. Rantai penularan perlu diputus dengan pengobatan yang adekuat, dan pencegahan dengan menghindari kontak dengan penderita frambusia. Deteksi dini melalui skrining aktif dan pasif perlu digencarkan. Selain itu, masyarakat juga perlu difasilitasi dengan mempermudah akses masyarakat terhadap layanan kesehatan, juga akses tenaga kesehatan terhadap masyarakat. catra

INFO OBAT

NSAID: Kawan atau Lawan? Obat sebagai penghilang nyeri dan radang yang sering kita gunakan ini ternyata dapat berbahaya lho!

N

yang memiliki waktu paruh lebih lama, seperti naproxen, celecoxib, meloxicam, dan lain sebagainya. Dosis NSAID bervariasi tergantung terhadap efek yang diharapkan. Pada orang dewasa, dosis 4 – 6 gram per hari dianggap cukup untuk menimbulkan reaksi antiinflamasi, tetapi dosis yang lebih rendah yaitu pada rentang 0.65 – 1.3 gram setiap 4 – 8 jam bisa diberikan untuk efek analgesic. Dosis OTC maksimum untuk Ibuprofen 1.2 g per hari, naproxen 0.66 g per hari, dan aspirin 4 g per hari. Berbeda dengan dosis anak dengan lebih sedikit yaitu Ibuprofen 40 mg per hari, naproxen 15 mg per hari, dan aspirin 100 mg per hari. Dosis anak juga harus disesuakan dengan usia dan berat anak. NSAID bekerja dengan menghambat kerja enzim siklooksigenase (COX) yang berperan dalam proses timbulnya reaksi inflamasi. Terdapat dua cara kerja obat ini, yaitu selektif M a/ ni

ka

A

SAID adalah obat nonsteroid yang berfungsi sebagai antiinflamasi. Tak hanya sebagai pereda nyeri, obat ini juga berfungsi sebagai pereda demam dan antikoagulan. Maka dari itu, obat ini biasanya digunakan sebagai penghilang beberapa gejala atau penyakit yang berhubungan dengan reaksi inflamasi seperti arthritis, sakit kepala, luka akibat trauma, dan masih banyak lainnya. Obat ini dijual bebas dan tersedia dalam bentuk tablet, sirup, dan krim. Contoh NSAID yang sering digunakan secara umum adalah aspirin, ibuprofen, dan naproxen. Penggunaan obat golongan NSAID ini harus dihindari terutama bagi pasien yang memiliki riwayat ulserasi atau perdarahan saluran cerna, penyakit ginjal, hipertensi tidak terkontrol, atau penyakit jantung. Selain itu, obat ini tidak dianjurkan untuk ibu hamil dan para penderita asma. Pasien yang lanjut usia juga kurang dianjurkan karena memiliki risiko terkena efek samping yang lebih tinggi. Obat ini dapat diberikan secara oral, secara suntik intravena, dan secara suntik intramuskular. Mayoritas NSAID dimetabolisme oleh hati dan sisa metabolitnya diekskresikan melalui urin atau empedu. Waktu yang dibutuhkan obat ini hingga bekerja relatif singkat, yaitu sekitar 2 hingga 3 jam setelah diabsorbsi. Terdapat juga beberapa tipe NSAID

dan nonselektif.. Pada NSAID nonselektif, COX 1 dan 2 dihambat sedangkan pada NSAID selektif hanya COX-2 yang dihambat. Menghambat COX 1 dan 2 dimaksudkan agar tidak terbentuk prostaglandin COX-1 dan 2. COX-1 ditemukan di sel normal sehingga apabila dihambat agregasi keping darah dapat berkurang. Sedangkan, COX-2 ditemukan di sel inflamasi dan endotel pembuluh darah sehingga apabila dihambat meningkatkan risiko penyumbatan pembuluh darah. Tentunya penghambatan enzim COX dapat menyebabkan berbagai efek samping yang buruk bagi tubuh. Efek samping yang dihasilkan dapat mengenai beberapa sistem organ yang berbeda. Pada sistem saraf, penggunaan NSAID berlebih dapat menyebabkan mengantuk, ataksia (kegagalan koordinasi otot), sakit kepala, dan nystagmus (pergerakan bola mata dengan cepat dan involunter). Selain itu, pada sistem kardiovaskuler obat ini dapat menyebabkan

hipertensi, retensi cairan, dan edema. Bahkan, sebuah studi mengatakan bahwa aspirin memiliki korelasi dengan meningkatnya risiko penyakit jantung. Sistem gastrointestinal juga dapat terkena dampak dengan gejala klinis seperti gastritis, nyeri abdomen, muntah-muntah, dan ulkus pada saluran pencernaan. Reaksi alergi juga dapat muncul pada individu tertentu. Memilih jenis NSAID yang digunakan harus didasarkan agen apa yang memberikan perbandingan keuntungan dan kerugian yang diberikan paling besar. Contohnya ibuprofen lebih kurang efektif sebagai anti radang tetapi memiliki efek samping yang lebih rendah. Kondisi setiap pasien berbeda tergantung penyakit yang diderita. Perlu diingat, bahwa kombinasi lebih dari satu jenis NSAID harus dihindari karena akan memberikan dampak toksik yang lebih tinggi tanpa kenaikan dampak positif yang signifikan. Hal terakhir yang perlu dicatat adalah obat golongan NSAID dapat berinteraksi dengan obat lainnya. Interaksi dengan obat lainnya akan menyebabkan kenaikan risiko efek samping seperti pendarahan pada saluran pencernaan. Contohnya adalah saat NSAID dikombinasi dengan alkohol, kortikosteroid, dan antikoagulan darah. Selain itu, NSAID juga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi saat pasien menggunakan obat antidepresan dan obat antihipertensi. mariska


6

ILMIAH POPULER

MARET - APRIL 2019

MEDIA

AESCULAPIUS

ARTIKEL BEBAS

Daun Insulin: Tanaman Obat Kontroversial Tanaman dengan rasa manis ini secara �ajaib� dipercaya mampu menurunkan gula darah, benarkah?

P

enyakit kencing manis atau diabetes dapat dialami oleh siapa saja. Masalah diabetes dipengaruhi oleh beberapa aspek, dimulai dari pola makan, aktivitas fisik, usia, hingga faktor genetik. Oleh sebab itu, American Diabetes Association menganjurkan pasien diabetes perlu mengubah pola hidup melalui modifikasi aktivitas fisik dan asupan makanan. Salah satu bahan alam yang banyak menimbulkan kontroversi adalah daun insulin (Smallanthus sonchifolius). Daun yang biasa disebut sebagai daun yakon ini dipercaya mampu mengontrol diabetes. Tanaman ini tergolong dalam keluarga bunga matahari yang biasa tumbuh di daerah yang hangat. Daunnya berbentuk seperti seledri dan berwarna hijau tua serta memiliki tekstur renyah saat dimakan. Daun insulin ini berasal dari area Pegunungan Andes dan menyebar ke negaranegara di Amerika, Eropa, dan New Zealand. Tanaman ini juga dapat dicampur dengan daun teh untuk diminum. Di Indonesia sendiri, daun ini belum terlalu lama dikenal di kalangan masyarakat. Daun insulin saat ini banyak dibudidayakan di daerah Wonosobo, Jawa Tengah. Bagian tanaman yang biasa dimanfaatkan adalah bagian daun dan akarnya. Daun tanaman ini dapat direbus terlebih dahulu atau diseduh bersama dengan daun teh biasa. Konsumsi daun ini sebanyak dua hingga tiga kali sehari dipercaya

berkhasiat dalam menurunkan gula darah. Klaim terhadap tanaman tersebut mendorong beberapa peneliti untuk menguji secara ilmiah kandungan yang terdapat dalam daun insulin. Dari berbagai penelitian tersebut, daun insulin memiliki berbagai kandungan zat yang dipercaya memiliki efek antidiabetes Ketika kadar gula darah tinggi, tubuh kita secara alami akan mengeluarkan hormon insulin yang akan menurunkan kadar gula dalam darah. Sayangnya, pada pasien diabetes tipe II, tubuh cenderung menjadi resisten terhadap insulin. Akibatnya, fungsi insulin dalam menurunkan kadar gula darah tidak bekerja secara optimal. Berdasarkan riset yang ditulis ka Pahlawan, et al. tahun 2016 nia /M pada jurnal Majority, daun A insulin diketahui mengandung senyawa fenol yang mampu membuat tubuh kita menjadi sensitif kembali terhadap insulin. Menurut Pahlawan, daun insulin juga memiliki beberapa senyawa lain yang

berpotensi sebagai antioksidan dan antikolesterol. Daun insulin juga mampu menghambat kerja enzim pencernaan, sehingga kandungan gula dari makanan yang kita konsumsi tidak diserap seluruhnya oleh tubuh Honore et al. di tahun 2015 juga sempat meneliti tentang daun insulin dan hasilnya telah dipublikasikan pada Journal of Research in Biology. Dari hasil penelitiannya, daun insulin ternyata memiliki kandungan enhidrin dalam jumlah besar. Ketika diuji pada tikus, daun insulin terbukti dapat menurunkan kadar gula darah. Selain itu, daun insulin juga terbukti dapat mengembalikan sensitivitas tubuh tikus terhadap insulin secara berangsur-angsur. Daun insulin memang memiliki rasa manis. Hal ini disebabkan oleh kandungan fruktooligosakarida (FOS) yang ada dalam daun

tersebut. Akan tetapi, menurut Caetano et al., gula FOS tidak berakibat buruk bagi penderita kencing manis. Hal ini disebabkan karena fruktosa adalah gula pemanis yang rendah kalori, sehingga konsumsinya tidak meningkatkan kadar gula dalam darah. Justru, FOS diduga memiliki fungsi dalam menurunkan gula darah karena dapat memperbaiki kerusakan sel beta pankreas yang menyekresi insulin. Konsumsi akar dari tanaman ini juga disebutkan memiliki efek antidiabetes, berdasarkan jurnal yang ditulis Caetano et al. di tahun 2016. Ekstrak kering dari akarnya mampu menurunkan kadar gula darah dan memperbaiki sel tubuh agar kembali sensitif terhadap insulin Hingga saat ini, hanya sedikit temuan keluhan pascakonsumsi daun insulin, selama dikonsumsi dalam jumlah yang wajar. Beberapa gejala yang mungkin timbul adalah nyeri abdomen, perut kembung, dan diare. Dalam sebuah laporan kasus, konsumsi daun insulin pernah menyebabkan reaksi anafilaktik pada seorang wanita berusia 55 tahun.3 Berdasarkan hasil penelitian, daun insulin dapat dijadikan pengobatan tambahan atau komplementer bagi penderita diabetes dalam mengontrol gula darah mereka, selain dengan pemberian obat antidiabetes sesuai pedoman yang berlaku sebagai pengobatan utama. Tanaman dengan rasa manis ini secara �ajaib� dipercaya mampu menurunkan gula darah, benarkah? leo

SEGAR

Hormon-hormon Tubuh Carilah 15 nama-nama hormon di bawah ini!

gita/MA

Kunci Jawaban: Testosteron, Estrogen, Progesteron, Tiroksin, Triiodotironin, Kalsitonin, Prolaktin, Insulin, Glukagon, Aldosteron, Adrenalin, Noradrenalin, Oksitosin, Melatonin, ADH


MEDIA

IPTEK

ILMIAH POPULER

AESCULAPIUS

Aktivitas Fisik dan Risiko Demensia: Adakah Pengaruhnya?

Umumnya, masyarakat luas pasti tahu bahwa hidup aktif penting bagi kesehatan. Namun, apakah efeknya terhadap demensia sudah terbukti?

S

eiring dengan meningkatnya populasi lanjut usia, penderita demensia pun turut bertambah. Menurut World Health Organization (WHO), saat ini penderita demensia mencapai sekitar 50 juta jiwa, dengan 10 juta kasus baru setiap tahunnya. Sayangnya, sejauh ini, belum ada terapi obat-obatan yang terbukti efektif dalam menangani demensia, sehingga aspek pencegahan menjadi sangat penting. Belakangan ini, penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat mencegah, atau bahkan memperlambat penurunan fungsi kognitif pada subjek dengan risiko demensia. Sebuah studi klinis acak oleh Tarumi et al, membandingkan fungsi kognitif dan volume otak antara dua kelompok lansia berusia di atas 55 tahun yang tidak aktif secara fisik dengan gangguan memori atau mild cognitive impairment. Selama 12 bulan, satu kelompok diberikan intervensi olahraga aerobik 3-5 kali per minggu dengan durasi sekitar 30 menit, sementara kelompok lainnya hanya diberikan latihan peregangan dan fleksibilitas. Sebelum intervensi, akumulasi plak beta-amyloid pada /MA adit subjek diukur terlebih dahulu. Beta-amiloid

merupakan suatu protein yang menjadi penanda penyakit Alzheimer. Ternyata, ditemukan bahwa lebih dari 80% subjek di tiap kelompok intervensi sudah memiliki penumpukan betaamiloid pada otaknya. Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan memori dan fungsi eksekutif pada kedua kelompok, namun perbedaan antara kedua intervensi tidak signifikan. Selain itu, kedua jenis intervensi juga tidak dapat mencegah atrofi otak ataupun akumulasi plak beta-amiloid. Namun, kelompok dengan olahraga aerobik memiliki tingkat kebugaran yang lebih tinggi. Terlebih lagi, pada pasien yang positif amiloid, penurunan laju atrofi hipokampus – suatu area otak yang berkaitan dengan belajar dan memori – juga menurun jika dibandingkan dengan kelompok lainnya. Menurut Dr. Zhang, salah satu peneliti yang terlibat dalam studi tersebut, meski aktivitas fisik belum terbukti dapat menghentikan penurunan volume hipokampus, adanya penurunan laju atrofi melalui olahraga merupakan suatu penemuan yang cukup hebat dan layak untuk diteliti lebih lanjut. Studi lainnya, sebuah meta-analisis oleh Lee J, menunjukkan hasil yang serupa, yaitu aktivitas fisik berdampak positif terhadap pengurangan risiko demensia. Hasilnya menunjukkan bahwa orang tua dengan level aktivitas fisik yang tinggi memiliki risiko demensia (OR=0,78), Alzheimer (OR=0,72), dan demensia vaskular

(OR=0,54) yang lebih rendah. Sebaliknya, pada orang tua yang tidak aktif secara fisik, risiko demensia justru ditemukan meningkat hingga 1,51 kali dibanding mereka yang hidup aktif. Studi ini juga meneliti efek jenis aktivitas fisik yang dilakukan. Ternyata, hampir semua aktivitas fisik, seperti berkebun, olahraga, bahkan aktivitas fisik ringan dapat menurunkan risiko demensia. Terdapat tiga mekanisme penting yang menjelaskan bagaimana aktivitas fisik dapat menimbulkan efek fisiologis yang positif untuk mengurangi risiko demensia. Pertama, aktivitas fisik dapat menstimulasi pelepasan zat neurotropin seperti brain-derived neurotrophic factor (BDNF) dan insulin-like growth factor-1 (IGF-1) yang menunjang neurogenesis pada otak. Kedua, aktivitas fisik juga dapat meningkatkan aliran darah dan suplai oksigen ke otak, sehingga menunjang kesehatan serebrovaskular. Ketiga, kadar kortisol dalam darah dapat menurun dengan aktivitas fisik, sehingga mengurangi gejala stres yang juga merupakan salah satu pemicu demensia. Secara umum, studi-studi menunjukkan bahwa aktivitas fisik terbukti memiliki efek positif dalam mengurangi risiko demensia dan juga faktor-faktor risikonya, walaupun penelitian-penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk mengonfirmasi hasil tersebut. Meski demikian, intervensi ini cukup sederhana untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat digencarkan sebagai salah satu langkah aktif dalam mencegah demensia. jessica

ADVERTORIAL

Continous Glucose Monitoring: Solusi Jitu Kendalikan Diabetes

S

iapa yang tak kenal dengan diabetes? Penyakit yang lebih dikenal dengan kencing manis ini seakan menjadi momok bagi masyarakat. Tidak dapat disangkal lagi bahwa ancaman yang ditimbulkan diabetes sangat menakutkan, mulai dari penurunan berat badan, penglihatan kabur, amputasi akibat kerusakan anggota tubuh, penyakit jantung, hingga kematian. Meski demikian, penderita diabetes sebenarnya dapat hidup layaknya orang normal dengan mengendalikan kadar gula darahnya. Salah satu tantangan dalam menjaga gula darah adalah pemantauan kadar gula darah. Penderita diabetes sering kali mengalami fluktuasi kadar gula darah tanpa disadari. Fluktuasi ini dapat terjadi dalam bentuk peningkatan kadar glukosa akibat kondisi diabetes itu sendiri, atau penurunan kadar glukosa akibat konsumsi obat antidiabetes. Oleh sebab itu, pemeriksaan gula darah secara rutin menjadi kewajiban penderita diabetes. Pemeriksaan yang ada selama ini mengharuskan penggunaan darah, sehingga agak sulit untuk dilakukan pemeriksaan beberapa kali dalam sehari. Perkembangan teknologi saat ini telah memungkinkan penderita diabetes dapat memantau gula darahnya selama 24 jam menggunakan alat continuous glucose monitoring (CGM). CGM adalah sebuah alat yang mampu memberikan informasi kadar gula darah setiap 1 sampai 5 menit. Alat ini memiliki sensor

Gula darah tak lagi luput dari pantauan

glukosa yang dimasukkan ke dalam lapisan subkutan kulit pengguna yang dihubungkan dengan layar monitor atau smartphone. Cara kerja alat ini cukup sederhana. Sensor CGM merupakan sebuah elektroda berlapis enzim yang akan membentuk asam glukonat dan hidrogen peroksida oleh adanya glukosa dalam cairan interstisial. Hidrogen peroksida akan terdisosiasi oleh muatan listrik dari CGM. Perubahan muatan listrik yang terjadi akibat reaksi ini mewakili jumlah glukosa interstisial. Jumlah glukosa tersebut kemudian dikonversi untuk A mengetahui kadar gula dalam hannah/M darah pengguna. Hasil perhitungan kemudian ditampilkan di monitor, smartphone, atau alat elektronik sejenisnya. Saat ini, penggunaan CGM mampu menggantikan pemeriksaan gula darah rutin dengan glukometer. Sejak tahun 2016, Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat menyatakan CGM dapat digunakan tunggal tanpa pantauan alat lain. Kebijakan tersebut didasarkan pada keunggulan CGM dibandingkan glukometer dalam pemantauan kadar gula darah selama 24 jam dan pencatatan riwayat kadar gula darah.. CGM mampu memberikan informasi gula darah pengguna selama beberapa waktu ke belakang. Hal ini sangat bermanfaat dalam

melihat efektivitas terapi dan memudahkan dokter dalam memantau pasien. Pemberian informasi gula darah setiap 5 menit juga dapat digunakan untuk melihat langsung efek terapi jangka pendek. CGM juga dilengkapi dengan alarm yang akan berbunyi ketika pantauan mulai mengarah ke kondisi hiperglikemia atau hipoglikemia. Kekurangan dari CGM adalah penggunaannya memerlukan kesiapan dan literasi yang baik. Penggunaan alat yang invasif dapat menimbulkan rasa tidak nyaman. Selain itu, literasi dalam membaca riwayat data CGM diperlukan bagi pengguna. Penggunaan CGM tidak hanya membaca informasi terakhir seberapa tinggi kadar gula darah, tetapi juga harus mampu membaca tren riwayat gula darah. Pengguna tidak boleh salah mengintepretasikan tren data yang terjadi. Fitur alarm CGM untuk keadaan hipoglikemia dan hiperglikemia dapat berubah menjadi bencana ketika terjadi kegagalan terapi, yakni memicu rasa frustrasi bagi pengguna. CGM juga memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah dalam mendeteksi keadaan hipoglikemia dibandingkan alat skrining lain. Berdasarkan berbagai penelitian, secara klinis CGM terbukti bermanfaat dalam meningkatkan efektivitas terapi pada penderita diabetes. Alat yang belum beredar di Indonesia tersebut diharapkan dapat digunakan oleh para penderita diabetes agar tidak lengah menghadapi kadar gula darah yang fluktuatif. wira

MARET - APRIL 2019

7

JOURNAL READING Cegah Heart Failure Hospitalization pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Metformin

G

agal jantung merupakan suatu entitas klinis serius dan umum ditemukan dengan penyakit komorbid seperti diabetes mellitus (DM). Metformin adalah obat oral lini pertama untuk tata laksana DM tipe 2 yang menghasilkan efek sensitisasi insulin. Penelitian kohort retrospektif berbasis populasi dilakukan di Taiwan untuk menginvestigasi hubungan antara risiko Heart Failure Hospitalization atau Hospitalization for Heart Failure (HHF) dengan pasien DM tipe 2 yang mengonsumsi atau tidak mengonsumsi metformin. Sampel diambil dari data National Heart Insurance (NHI) Taiwan yang terdiri atas pasien terdiagnosis DM selama tahun 19992005 yang dipantau di klinik rawat jalan dengan peresepan obat antidiabetes sebanyak dua kali atau lebih. Sebanyak 172.542 pasien yang mengonsumsi metformin dan 43.744 pasien yang tidak mengonsumsi metformin diambil sebagai sampel untuk kohort tak berpasangan. Berbagai karakteristik pasien digunakan untuk membuat skor propensitas untuk membuat desain kohort berpasangan I pada 41.714 pengguna dan 41.714 bukan pengguna. Kohort berpasangan II dibuat berdasarkan skor propensitas yang dibuat setelah memasukkan variabel yang berhubungan dengan HHF dan mengeksklusi variabel yang berhubungan dengan metformin. Kemudian, analisis dilakukan pada kohort tak berpasangan, kohort berpasangan I, dan kohort berpasangan II untuk memastikan konsistensi temuan. Hazard ratio menjadi analisis utama pada penelitian ini. Penelitian ini menunjukkan insidensi HHF pada pengguna metformin dan bukan pengguna sebesar 304,25 dan 864,31 per 100.000 orang per tahun pada kohort tak berpasangan (hazard ratio, 0,350; 95% CI, 0,329-0,373) dan sebesar 469,66 dan 817,01 per 100.000 orang per tahun pada kohort berpasangan I (hazard ratio, 0,571; 95% CI, 0,526–0,620). Temuan ini diasosiasikan dengan penggunaan metformin dengan pola dosis-respons, terutama pada durasi terapi metformin >2,5 tahun pada tertil kedua dan ketiga. Analisis kohort berpasangan II juga menunjukkan hasil serupa. Sekitar 40% penurunan risiko HHF ditemukan secara konsisten pada kelompok pengguna metformin dalam berbagai model yang berasal dari kohort berpasangan I dan II. Sebagai kesimpulan, studi kohort retrospektif ini mendukung adanya penurunan risiko HHF yang diasosiasikan dengan penggunaan metformin pada pasien DM tipe 2. Dengan menimbang harga metformin yang ekonomis, aman, dan tidak menyebabkan hipoglikemia ketika digunakan sebagai monoterapi, efek protektifnya terhadap gagal jantung cukup bermakna untuk ditelusuri lebih lanjut pada pasien dengan DM maupun tanpa DM. Referensi:

Tseng CH. Metformin use is associated with a lower risk of hospitalization for heart failure in patients with type 2 diabetes mellitus: a retrospective cohort analysis. J Am Heart Assoc. 2019;8: e011640.


8

MARET - APRIL 2019

OPINI & HUMANIORA

MEDIA

AESCULAPIUS

SUARA MAHASISWA

Pentingkah Pendidikan Seksualitas Komprehensif ? Menilik peran edukasi seksualitas komprehensif dalam membangun masyarakat yang sehat

S

adarkah Anda bahwa ada banyak orang di sekitar kita menghadapi masalah kesehatan seksual dan reproduksi? Laporan The Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) menyebutkan pada tahun 2018 sekitar 640.000 orang terinfeksi HIV dengan 46.000 kasus baru di Indonesia. Sebanyak 38.000 orang meninggal akibat penyakit yang berkaitan dengan AIDS pada tahun yang sama. Sedihnya, laporan UNICEF tahun 2019 menyebutkan bahwa 80% perempuan serta 56% laki-laki usia 15-24 tahun di Indonesia tidak mengetahui gejala penyakit menular seksual. Bahkan, lebih dari setengah perempuan kelompok usia ini tidak tahu bahwa penggunaan kondom dapat menurunkan penularan HIV. Minimnya pengetahuan terkait kesehatan seksual dan reproduksi ini berkontribusi terhadap fakta mencengangkan tersebut. Pernyataan ini didukung oleh suatu studi terhadap klien pekerja seks perempuan di Indonesia. Studi tersebut menunjukkan bahwa rendahnya pemahaman terhadap kesehatan seksual meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HIV. Mengingat persentase remaja yang melakukan seks pranikah terus meningkat serta fakta-fakta yang telah disebutkan sebelumnya, urgensi implementasi program pendidikan seksualitas komprehensif menjadi begitu nyata. Sejak tahun 2009, UNESCO telah mengeluarkan suatu pedoman teknis pelaksanaan pendidikan seksualitas komprehensif berbasis kurikulum yang telah direvisi pada tahun 2018. Definisi pendidikan seksualitas komprehensif oleh UNESCO adalah proses belajar-mengajar yang mencakup

aspek kognitif, emosional, sosial, dan fisik seksualitas. Terdapat delapan konsep yang menjadi poin utama dalam kurikulum tersebut, yakni hubungan (relationships), seksualitas dalam konteks sosiokultural, gender, kekerasan seksual, keterampilan terkait kesejahteraan diri dan kesehatan seksual, tubuh manusia dan perkembangannya, seksualitas dan perilaku seksual, serta kesehatan reproduksi. Dengan demikian, pendidikan seksualitas komprehensif adalah suatu upaya pendekatan multidimensi. Konsep yang telah dijabarkantersebut akan diintegrasikan dalam suatu kurikulum yang telah disusun berdasarkan kelompok usia. Hal ini dimaksudkan agar konten yang disampaikan relevan dengan pemahaman kognitif, perkembangan mental, dan dinamika sasaran ajar. Oleh sebab itu, pendidikan seksualitas komprehensif UNESCO meletakkan sekolah sebagai komponen sentral walaupun sekolah bukan merupakan satu-satunya aktor yang berperan dalam pendidikan seksualitas komprehensif. Institusi nonformal lainnya juga ikut berperan penting khususnya dalam menjangkau populasi yang tidak mendapatkan pendidikan formal. Salah satu tantangan utama dalam menyisipkan kurikulum pendidikan seksualitas komprehensif dalam kurikulum pendidikan formal adalah pandangan masyarakat bahwa seksualitas merupakan suatu hal tabu. Sebagai salah satu negara dengan budaya ketimuran, Indonesia masih

kental dengan pandangan tersebut. Kurikulum pendidikan seksualitas komprehensif yang dicanangkan UNESCO menekankan untuk tetap menjunjung tinggi nilai budaya dan kompetensi kultural. Dalam impelmentasinya, kurikulum ini dapat mengalami penyesuaian konteks dengan budaya setempat (culturally relevant and context appropriate). Tenaga kesehatan dan mahasiswa yang menuntut ilmu di bidang kesehatan seyogianya turut ikut serta dalam menggalakkan urgensi implementasi kurikulum pendidikan seksualitas komprehensif di Indonesia. Terdapat kaitan yang sangat erat antara isu-isu bidang seksualitas dengan Azis Muhammad Putera Mahasiswa Tingkat III Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

sakinah-/MA

kesehatan. Isu seksualitas di dunia medis tidak hanya mencakup penyakit menular seks saja. Terdapat pula pembahasan seputar trauma akibat pelecehan seksual, kehamilan di luar nikah akibat pemerkosaan, kehamilan usia dini, program keluarga berencana yang tidak berjalan efektif, kekerasan seksual, dan lain-lain. Sejatinya, isu sosiokultural di bidang seksualitas dan reproduksi saling berkaitan dengan bidang kesehatan. Implementasi kurikulum pendidikan seksualitas yang komprehensif adalah bentuk konkret relasi ini yang peranannya esensial dalan membentuk generasi yang madani.

KO L U M

Teguran yang Menyakitkan

A

Menerima pujian itu mudah dan menyenangkan. Tetapi, apa respon kita ketika menerima teguran?

ku memejamkan mataku, emosiku sedikit meradang. Baru saja aku menyelesaikan amanah sebagai ketua acara bergengsi di kampus. Selama berbulan-bulan, aku berusaha keras mempersiapkan acara ini. Belum lagi, banyak di antara para panitia tak becus dalam bekerja sehingga membuatku terpaksa berjuang ekstra. Meski demikian, diriku begitu bangga karena acara tersebut berhasil.Berbagai pujianpun datang membanjiriku. Namun, di tengah semua sukacita yang aku rasakan, pikiranku terus kembali pada kata-kata yang tadi diucapkan sahabatku. “Laila, kau adalah pemimpin yang baik. Semua pekerjaanmu selalu beres. Tapi mungkin, kau perlu belajar untuk bersikap lebih ramah pada rekan kerjamu. Setahuku, beberapa panitia sempat sakit hati dengan caramu memimpin mereka.” Sungguh aku tidak habis pikir, di saat aku berhasil seperti ini, bukankah seharusnya sahabatku ikut berbahagia dan mengucapkan selamat padaku? Apa salahnya dengan caraku yang tegas? Kalau aku tidak keras dan terlihat seperti pemimpin yang lembek, pasti pekerjaan para panitia tidak akan beres! Panas siang yang begitu menyengat semakin memperburuk mood-ku.. Untungnya, kekasihku datang menjemput sehingga aku tidak perlu berjalan kaki untuk pulang. Tanpa sadar, selama perjalanan pulang, aku dengan begitu bersemangat menceritakan seluruh

keberhasilan yang aku alami. Aku sangat bangga akan pencapaianku dan kekasihku harus menjadi orang pertama yang aku beri tahu. Selama aku bercerita, ia hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Sesekali ia tertawa namun lebih banyak ia menanggapi dengan singkat dan tidak bersemangat. “Selamat Laila,” ujarnya sambil tersenyum ketika aku mengakhiri ceritaku. “Tapi ingat untuk tetap rendah hati. Tetap bersyukur dan ingat bahwa keberhasilanmu tidak lepas dari kerja keras segenap panitia. Jadi jangan sampai arfian/MA kamu sombong dan lupa berterima kasih pada mereka.” Kekesalanku sekali lagi memuncak. Jadi, sekarang aku dianggap sombong? Bahkan seseorang yang paling aku percaya tidak senang melihatku berbangga atas jerih payahku? Sesampainya di rumah, aku merasa sangat lelah. Tasku kulempar dan aku merebahkan diriku di atas sofa ruang tamu. Sungguh hari yang melelahkan. Rasanya, aku sedang tidak ingin berbicara dengan siapa pun. Namun, ibu dengan semangat menghampiriku, menanyakan kabar hariku, dan menghujaniku dengan berbagai

pertanyaan lainnya. “Bu, tidak lihatkah kalau aku capek? Nanti saja lah,” ujarku ketus tanpa beranjak dari sofa tempat aku berbaring. Kekecewaan tampak jelas pada wajah ibu. Ia hanya menghela napas panjang sebelum berkata, “Laila, Ibu selalu bangga memiliki anak yang begitu cerdas dan bertalenta sepertimu. Tapi Ibu rasa, lebih baik Ibu punya anak yang bodoh tetapi tetap hormat dan sopan pada orang tua.” Ibu beranjak pergi, meninggalkan diriku yang tertampar oleh perkataannya. Itu adalah kisah Laila. Bagaimana denganmu? Kapankah terakhir kali seseorang duduk bersamamu untuk berbicara serius dan menegur kesalahanmu? Tidak dapat dipungkiri bahwa teguran hampir selalu menyakitkan, terutama ketika disampaikan oleh orangorang terdekat kita seperti orang tua, sahabat, kekasih, dan sebagainya. Teguran mungkin dapat diibaratkan sebagai pedang yang menusuk ego diri kita dan membuka kesalahan yang kita sendiri tidak sadari. Tapi sadarkah kita bahwa teguran adalah salah satu bentuk kasih dari orang-orang agar kita bisa berubah menjadi lebih baik? Tidak jarang kita merasa diri kita sudah cukup baik. Kita merasa kita sudah cukup benar dan pintar sehingga kita tidak lagi

Jessica Audrey Mahasiswa Tingkat III Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

membutuhkan orang lain. Begitulah manusia dan natur kesombongannya. Sering sekali kita tenggelam dalam kebanggaan diri. Mudah bagi kita untuk melihat kesalahan orang lain, namun sulit sekali untuk mengakui kelemahan diri sendiri. Pertanyaannya, maukah kita memiliki hati yang siap untuk ditegur? Maukah kita mengesampingkan seluruh kesombongan diri dan senantiasa siap untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik? Jawabannya ada di kamu.


MEDIA

OPINI & HUMANIORA

AESCULAPIUS

MARET - APRIL 2019

9

SUKA DUKA

Kisah Pengabdian yang Tak Terlupakan Tidak cukup sekadar pintar untuk menjadi dokter yang baik

P

rof. Dr. med dr. Akmal Taher, SpU(K) merupakan seorang dokter yang telah mencapai banyak hal dalam kariernya. Laki-laki yang lahir di Jakarta, 27 Juli 1955 ini lulus dari Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) pada tahun 1980 dan melanjutkan Pendidikan Dokter Spesialis Urologi di FK UI hingga lulus pada tahun 1988. Alumnus SMA Kolese Kanisius Jakarta ini juga memperoleh dua gelar S3 sekaligus dari Hannover Medical School, Jerman, dan FK UI pada tahun 1993. Akmal yang semasa kuliahnya pernah menjabat menjadi Ketua Senat Mahasiswa FK UI selama 2,5 tahun ini masih aktif dalam berbagai kegiatan di bidang kesehatan, mulai dari penelitian hingga bekerja di dalam pemerintahan sebagai Direktur Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan pada periode lalu hingga pernah menduduki posisi sebagai Staf Khusus Menteri Kesehatan. Pada tahun 1980—1983, mantan Direktur Utama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini menjadi kepala puskesmas di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Terhitung setelah 39 tahun menjalani hidupnya sebagai seorang dokter, Akmal mengakui bahwa 3 tahun pengalaman yang ia habiskan selama wajib kerja itu merupakan pengalaman yang sangat berharga dan tak terlupakan hingga saat ini. Daerah tempatnya dulu bekerja cukup terpencil karena hanya terdapat segelintir dokter dalam radius 30 km. “Semakin jauh kita mengabdi, semakin dihargailah kita karena kita betul-betul sendiri di sana,” tutur Akmal. Penghormatan dari masyarakat tentunya didapat dengan memperlihatkan kepada mereka bahwa ia benarbenar kompeten sebagai seorang dokter dan mau

Narasumber:

Prof. Dr. dr. Med. Akmal Taher, SpU(K) Guru Besar Urologi FKUI Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Ketua Ikatan Ahli Urologi Indonesia (2006-2009) Direktur Utama RSCM (2005-2013) Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Pelayanan Kesehatan (2015-2019)

dokumen penerbit

bekerja keras untuk masyarakat di sana. Kondisi masyarakat yang masih sangat tradisional menjadi tantangan yang perlu dihadapi Akmal saat itu. Menurutnya, memahami pola pikir masyarakat merupakan senjata utama untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan yang ada pada masyarakat tersebut. Waktu itu, demam tifoid dan diare menjadi penyebab utama kematian di sana akibat buruknya sanitasi. Masyarakat masih menganggap bahwa kematian akibat kedua penyakit tersebut merupakan kutukan. Upaya untuk menjelaskan kepada masyarakat di sana terkait penyakit-penyakit tersebut secara medis tidak akan berguna. Akmal

harus menyembuhkan beberapa pasien untuk meraih rasa percaya dari masyarakat. “Saat kita dipercaya, apapun akan mereka ikuti,” ujar Akmal. Setelah mengetahui bahwa penyebab utama diare di sana adalah air kotor, Akmal berinisiatif untuk membuat sumber air bersih bagi masyarakat sana. Namun, idenya kurang diterima oleh masyarakat golongan menengah ke bawah di sana. Mereka menganggap bahwa aliran air bersih di desa tersebut ujung-ujungnya hanya akan diberikan ke golongan bangsawan saja. Dari sinilah, Akmal berusaha menjadi penengah di antara kedua lapis masyarakat ini hingga akhirnya tercapailah kesepakatan.

Setelah 1,5 tahun berjuang, tercapai juga niat Akmal untuk membangun aliran air bersih dari bukit ke desa. Alhasil,angka penyakit diare pun menurun drastis. Pada tahun 2014, pria yang hobi bermain sepak bola semasa kuliah ini sempat datang kembali ke puskesmas tersebut dan melihat bahwa aliran air yang ia rancang bersama masyarakat sana lebih dari 30 tahun lalu ternyata masih ada. “Saya terkenal di sana karena airnya,” canda Akmal. Pengalaman tersebut membentuk Akmal menjadi seorang dokter yang jauh lebih baik. Mantan Ketua Ahli Urologi Indonesia (IAUI) ini menuturkan bahwa ada dua hal yang tidak diajarkan di bangku kuliah: kejujuran dan berbuat untuk orang lain. Kedua hal ini ia dapatkan selama beraktivitas di luar bangku kuliah. Memang ia akui, ilmu biomedis yang dipelajari selama kuliah merupakan hal wajib yang harus dimiliki seorang dokter. Namun, pengalaman terjun langsung ke masyarakat tidak dapat didapatkan saat kuliah karena harus dirasakan secara langsung. “Oleh karena itu, saya benar-benar terus berusaha berbuat (atau beraksi secara langsung) untuk orang lain,” tutup Akmal. billy

RESENSI

Dokter yang Dirindukan

P

dokumen penerbit

Judul

: Dokter yang Dirindukan

Penulis

: Asma Nadia & Dr. Anwar Fazal, dkk

Penerbit

: Republika Penerbit

Tahun terbit

: Cetakan I, Oktober 2018

Jumlah halaman : viii +300 halaman

Apakah dokter telah berubah?

rofesi dokter masih dipandang sebagai profesi yang menjanjikan dan membanggakan oleh sebagian besar orang. Teringat masa sekolah dulu, sebagian besar siswa akan menjawab ingin menjadi dokter ketika ditanya perihal cita-cita. Tidak sedikit pula orang tua memimpikan anak mereka menjadi dokter. Namun, sebenarnya mengapa orang ingin menjadi dokter? Apakah untuk gayagayaan atau glamor semata? Bila hanya sekadar untuk itu, maka masih banyak karier lain yang lebih menjanjikan secara material. Menurut Dr. Anwar Fazal, penulis buku ini, dokter adalah profesi paling menguntungkan di dunia dan akhirat. Ruang kerjanya adalah taman surga dan 140.000 malaikat mendoakannya setiap hari. Betapa luar biasa profesi ini. Buku ini hadir untuk mempertemukan aspek motivasi dan inspirasi ruhiyah kepada semua dokter, calon dokter, dan orang-orang yang masih belum menggenggam cita-cita agar menjadikan dokter sebagai profesi yang menghantarkannya ke surga. Buku ini terdiri dari kompilasi pengalaman kehidupan sehari-hari para dokter di rumah sakit. Di Malaysia, negara asal penulis, buku ini telah memenangkan banyak penghargaan dengan judul “DIAgnosis”. Tak heran begitu banyak penghargaan yang diraih karena pembaca disuguhkan beragam kisah menarik para dokter di rumah sakit yang seringnya mengharukan tapi sarat dengan hikmah. Salah satu kisah pada buku ini adalah

tentang kehidupan seorang gadis kecil yang menderita komplikasi berbagai macam penyakit. Rani menderita gegar otak, penyakit paru, penyakit jantung, dan masalah gigi. Vonis dokter berturut-turut membuat Rani dan ibunya harus bertemu banyak dokter spesialis selama bertahun-tahun. Namun, semuanya dilalui Rani dan ibunya dengan ringan sebab dokter-dokter yang merawatnya sangat ramah, baik hati, dan terus menanamkan keyakinan pada Rani untuk sembuh. Kisah-kisah dalam buku ini mengajarkan kita bahwa profesi dokter bukan semata-mata tentang kesuksesan hidup, kebanggaan diri, atau superioritas. Jauh lebih dalam dari itu, profesi ini bisa membuat manusia menyadari hebatnya kuasa Tuhan seperti bagaimana menghargai setiap detak jantung manusia karena ia bisa berhenti secara tiba-tiba. Profesi ini juga menuntut pengorbanan besar demi menyelamatkan nyawa manusia, baik pengorbanan waktu, jiwa, maupun raga. Namun, semua pengorbanan itu terbayar ketika pasien datang memelukmu sambil berkata, “Terima kasih Dokter.” Itu adalah ucapan yang paling membahagiakan bagi para dokter karena hidupnya bermanfaat buat sesama. Hal ini membuktikan bahwa dokter dapat menjadi sahabat pasien dan perpanjangan tangan Tuhan dalam menyembuhkan pasien. Semua ini akan dibalas di surga kelak. elvan

JASA PEMBUATAN SYMPOSIUM HIGHLIGHT Media Aesculapius menyediakan jasa pembuatan Symposium Highlight. Symposium highlight adalah peliputan sebuah seminar atau simposium, yang kemudian hasilnya akan dicetak dalam sebuah buletin, untuk dibagikan pada peserta seminar. Simposium yang telah kami kerjakan antara lain PIT POGI 2010, ASMIHA 2011, ASMIHA 2016, ASMIHA 2017, JiFESS 2016, JiFESS 2017, dan lain-lain. Hubungi Hotline MA: 0896-70-2255-62 (SMS/Whatsapp)


10

LIPUTAN

MARET - APRIL 2019

MEDIA

AESCULAPIUS

R UBRIK DAERAH

Peran Kuliah Kerja Nyata di Daerah Perifer Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan program pengabdian sebagian besar perguruan tinggi di Indonesia.

P

usat Kesehatan Masyarakat (PKM) Tempurejo, Desa Tempurejo, Jember, Jawa Timur merupakan tempat saya mengabdi. Desa tempat saya bertugas ini memiliki luas 524,46 km2 dengan jumlah penduduk sekitar 73.600 jiwa. Bidang pencaharian utama penduduk di sekitar sini ialah di bidang agraria, terutama sebagai petani tembakau.. Desa dengan hamparan hutan, sungai, dan pegunungan ini memiliki medan yang terjal. Meskipun demikian, tetap ada akses listrik dan air bersih. Rumah penduduk di sini kebanyakan terbuat dari batu bata dan kayu, namun terdapat rumah yang masih terbuat dari papan.Mayoritas penduduk di sini memiliki tingkat pendidikan hingga SMP atau sederajat. Hal ini menyebabkan pengetahuan masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sangat minim. Selain itu, pengetahuan masyarakat terhadap penyakit menular dan penyakit tidak menular juga masih rendah. Hal ini terlihat dari masih banyaknya masyarakat yang buang air besar (BAB) sembarangan. Keberagaman tersebut memberikan warna tersendiri dalam pengabdian saya di Jember.

SENGGANG I

Banyak sekali hal yang ingin saya ceritakan mengenai pengalaman saya mengabdi di Jember. Salah satunya adalah mengenai kemunculan kasus kusta di Desa Curah Takir, Tempurejo. Kemunculan penyakit kusta ini merupakan hal baru yang terjadi secara cepat. Oleh sebab itu, saya dan beberapa tim kesehatan setempat melakukan investigasi kontak dan kunjungan langsung ke Desa Curah Takir. Di sana, kami

menemui penderita dan memastikan mengenai terapi yang diterima penderita. Hal memilukan yang kami temui adalah masih banyak masyarakat yang berpikir bahwa penyakit kusta merupakan kutukan. Masih ada yang percaya bahwa penyakit tersebut hanya dapat disembuhkan oleh “orang pintar” di daerah tersebut. Oleh sebab itu, tidak sedikit warga yang sakit lebih memilih datang ke “orang pintar” daripada ke puskesmas atau rumah sakit. Hal ini tentu sangat menyulitkan para tenaga kesehatan untuk membangun paradigma sehat pada masyarakat. Para tenaga kesehatan telah melakukan banyak intervensi terkait masalah perilaku, budaya, dan kepedulian. Akan tetapi, apabila hal tersebut tidak diikuti antusiasme dan kepedulian masyarakat maka intervensi yang telah dilakukan tidak dapat membuahkan hasil yang optimal. Dalam pengabdian ini, saya semakin sadar bahwa peran dokter, terutama dalam pelayanan kesehatan primer di daerah terpencil, sangat besar. Peran ini memiliki tujuan yang sangat penting. Salah satunya ialah untuk meningkatkan peran masyarakat dalam memahami bahwa hidup sehat itu penting. Saya memiliki banyak harapan untuk daerah ini selama masa pengabdian saya. Saya berharap semoga kedepannya kesadaran dan kepedulian masyarakat di daerah ini terhadap PHBS dan kesehatan secara umum dapat lebih meningkat. Agar harapan

A

M

ia/

n ka

dr. Gabriel Riadhy Tanok Harmany Mahasiswa Fakultas Kedokteran Desa Tempurejo, Jember Jawa Timur

tersebut dapat terwujud, tentu diperlukan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pengabdian ke daerah memang sangat penting untuk dilaksanakan demi memajukan kesehatan bangsa. Sejawat lain tentu perlu mempersiapkan mental dan fisik sebelum memutuskan untuk mengabdi di daerah dalam jangka waktu yang cukup panjang. Percayalah bahwa keberadaan kita dalam pengabdian merupakan “pintu masuk” yang baik bagi sesama.

Melepas Penat dengan Menikmati Keindahan Bawah Laut Indahnya dunia bawah laut memberi kepuasan tersendiri bagi ia yang ingin melepaskan penatnya

dokumen acara

A

ktivitas dan suasana yang monoton setiap hari tak jarang membuat seseorang dilanda kejenuhan. Hal ini pun turut dirasakan oleh dr. Ninik Sukartini, Sp.PK(K). Namun, Ninik dapat mengatasi kejenuhannya dengan menyelam dan menikmati keanekaragaman hayati di bawah laut. Kecintaan Ninik terhadap menyelam dimulai setelah berkeluarga. Sebelumnya, Ninik memiliki hobi travelling. Destinasi yang paling ia sukai adalah

Dokumen Penerbit

tempat yang berkaitan dengan alam, seperti gunung, pantai, dan laut. Setelah menjadi dokter, hobi travelling masih ia geluti bersama anak dan suaminya. Akan tetapi, anak dan suaminya sering mengajaknya untuk mengunjungi tempat menyelam. Awalnya, Ninik hanya melihat dan menunggu anak dan suaminya yang menyelam. Akan tetapi, Ninik kemudian memutuskan untuk belajar menyelam. Menyelam bukanlah hal yang mudah bagi

sebagian orang, tak terkecuali bagi Ninik. Ketidakmampuan berenang menambah kesulitan Ninik dalam belajar menyelam. Namun, ia rela mengeluarkan biaya untuk kursus menyelam. Jika orang lain bisa menyelam setelah 8 kali pertemuan, Ninik harus melewati 15 kali pertemuan agar bisa menyelam. Setelah tahu bagaimana rasanya menyelam, Ninik menjadi senang dan ketagihan. Menurutnya, dunia bawah laut begitu tenang, berbeda dengan hiruk pikuk kemacetan yang setiap hari ia rasakan di ibu kota. “Diving itu enak buat tension-release”, tutur Ninik. Pemandangan bawah laut yang sangat indah memberi kenikmatan tersendiri bagi Ninik. Keindahan pemandangan bawah laut berasal dari keanekaragaman bentuk dan warna karang serta keberagaman jenis ikan. Hal inilah yang tidak bisa ia dapatkan dari pemandangan di darat. Di bawah laut, Ninik merasa tenang dan nyaman. Tidak ada suara bising kendaraan, hanya suara arus air dan napasnya sendiri yang bisa ia dengar. Sudah banyak tempat menyelam di Indonesia yang telah dikunjungi Ninik. Bunaken, Raja Ampat, dan Wakatobi merupakan sebagian destinasi menyelam yang pernah ia kunjungi. Dari semua tempat menyelam yang pernah ia kunjungi, Wakatobi menjadi tempat yang memberi pengalaman berkesan bagi Ninik.

Menurutnya, Wakatobi memiliki pemandangan karang yang khas. Ia sangat merasakan kepuasan batin setelah menikmati pemandangan bawah laut Wakatobi yang sangat indah. Kebersihan dan kejernihan air lautnya menjadi nilai plus Wakatobi untuk Ninik. Namun, mengingat lokasinya yang cukup jauh dari Jakarta membuat Ninik hanya mengunjunginya sekali. Berbeda dengan tempat menyelam yang ada di Bali. Selain banyaknya tempat menyelam, Bali lebih dekat dan lebih terjangkau dari segi biaya. Biasanya Ninik memanfaatkan libur akhir pekan untuk menyelam. Oleh karena itu, Ninik lebih sering memilih Bali sebagai tempat menyalurkan hobinya. Akan tetapi, jika Ninik dan keluarganya ingin menyelam di tempat yang jauh dari Jakarta, ia akan mengambil cuti di waktu yang tepat. Ninik bersyukur selama ini ia tidak pernah mengalami hal buruk saat menyelam. Ia justru memeroleh banyak manfaat dari menyelam. Dilihat dari sisi kesehatan, menurut Ninik menyelam merupakan olahraga yang baik untuk pernapasan. Menyelam dapat melatih pernapasan mulut dan kemampuan bernapas panjang. Oleh karena itu, menurut Ninik, menyelam adalah pilihan tepat untuk melepas penat dan berdampak baik bagi kesehatan


MEDIA

LIPUTAN

AESCULAPIUS

MARET - APRIL 2019

11

SEPUTAR KITA

Tangkis Nyeri Akibat Kanker dengan Akupunktur Akupunktur yang selama ini terlihat menyakitkan, justru berpotensi sebagai terapi antinyeri pada penderita kanker

K

anker masih dianggap sebagai hal yang mengerikan di masyarakat. Penyakit ini memang memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Pada penderita kanker, salah satu gejala yang dikeluhkan adalah rasa nyeri yang dapat diatasi dengan penggunaan obat analgesik. Akan tetapi, penggunaannya secara berulang dapat menimbulkan efek samping yang tidak baik bagi tubuh pasien. Oleh sebab itu, perlu dipikirkan terapi pendukung lain dengan efek samping yang lebih minimal. Berkaitan dengan masalah tersebut, Perhimpunan Dokter Spesialis Akupunktur Medik Indonesia (PDAI) menyelenggarakan acara ilmiah dengan nama “Indonesian Symposium and Workshop of Medical Acupuncture (InaSMAC)”. Acara yang diselenggarakan di Rumah Sakit Umum Pembangunan Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo ini membawakan seminar bertemakan “What can acupuncture do in Palliative Care”. Acara tersebut dimulai pada pukul 09.00 WIB. Beberapa orang dokter spesialis akupunktur medis telah diundang untuk menjadi pembicara. Salah satu pembicara yang hadir pada seminar tersebut adalah dr. Kemas Abdurrohim, MARS, M.Kes, Sp.Ak. Beliau membawakan presentasi yang membahas peran akupunktur dalam mengatasi cancer-induced bone pain (CIBP). Kejadian CIBP ini sangat mungkin terjadi pada beberapa jenis kanker.

Pada dasarnya, nyeri merupakan suatu bentuk ketidaknyamanan secara sensorik dan juga pengalaman emosional yang mengindikasikan kerusakan jaringan. “CIBP dapat terjadi akibat hiperaktivitas sel-sel tulang yang melibatkan inflamasi, gangguan keseimbangan resorpsi tulang serta adanya nyeri yang bersifat neuropatik”, jelas Kemas. CIBP ini dapat ditata laksana secara farmakologis maupun nonfarmakologis. Akan tetapi, penggunaan terapi farmakologis memiliki efek samping yang seringkali dirasa tidak nyaman oleh pasien. Oleh sebab itu, akupunktur sebagai salah satu terapi nonfarmakologis salah satunya dapat dijadikan alternatif dalam menangani CIBP. Aplikasi akupunktur pada pasien dapat memberikan efek analgesik jangka pendek maupun panjang. “Secara umum, akupunktur telah didukung secara ilmiah oleh studi-studi sebagai alternatif pengobatan nyeri kanker. Efek ini didapatkan melalui beberapa mekanisme, salah satunya melalui peningkatan kadar beta endorfin”, tegas Kemas. Salah satu laporan kasus mengenai akupunktur dan nyeri pada kanker menunjukkan hasil berupa perbaikan intensitas nyeri yang dirasakan pasien. Laporan kasus tersebut melibatkan pasien wanita berusia 42 tahun. Pasien tersebut menjalani terapi akupunktur selama 4 bulan dengan jarum akupunktur ditusukkan pada empat titik di tubuh pasien dan terjadi perbaikan intensitas nyeri

devi/MA

yang dirasakan. Selain untuk nyeri kanker, akupunktur juga ternyata memiliki beragam manfaat lain. Studi membuktikan bahwa akupunktur memiliki efek positif terhadap nafsu makan dan kualitas tidur. Akupunktur juga mampu mengurangi tingkat inflamasi dan keluhan seperti mual dan muntah. Rasa sakit yang dirasakan pasien tentunya dapat memengaruhi kualitas hidupnya. Oleh sebab itu, penanganan nyeri pada pasien kanker

tidak dapat diabaikan begitu saja. Hal tersebut berlaku bagi semua stadium kanker, mulai dari stadium awal hingga stadium akhir. “Meskipun pasien memiliki angka harapan hidup yang rendah sekalipun, tindakan penanganan nyeri tetap perlu diberikan.” ungkap Kemas. billy

R UBRIK DAERAH

Maumere: Paket Lengkap Ilmu dan Wisata Menuntut ilmu sembari berwisata, mengapa tidak? Kabupaten SIkka, Nusa Tenggara Timur

S

dr. Clarissa Josephine Aditya clar.josephine@yahoo.com RSUD dr. TC Hillers, Maumere Nusa Tenggara Timur

aat mendengar Maumere, mungkin banyak yang belum tahu letak kota ini. Maumere merupakan ibu kota dari Kabupaten Sikka di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Mungkin sebagian dari kita pernah mengenal lagu senam “Gemu Fa Mi Re” yang terkenal beberapa waktu lalu. Nah, pencipta lagu tersebut berasal dari kota Maumere. Maumere berasal dari bahasa setempat yang berarti “nyiur melambai-lambai”. Nama ini cocok karena kota Maumere berlokasi di pinggir laut. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di kota ini, kita akan disuguhi oleh pemandangan pantai yang indah di Maumere. Alam yang indah ini masih dapat dinikmati secara gratis di Maumere, berbeda dengan di tempat lain yang harus membayar. Para dokter internship di Maumere akan

ditempatkan di RSUD dr. TC Hillers, yaitu rumah sakit umum pusat rujukan Pulau Flores. Sebagai rumah sakit tipe C yang menjadi pusat rujukan Pulau Flores, fasilitas kesehatan yang ada di Maumere cukup lengkap. Selain fasilitas yang umum ada pada rumah sakit (IGD, rawat inap, rawat jalan), tersedia pula fasilitas hemodialisis (cuci darah), kamar hiperbarik, CTscan, serta ruang isolasi khusus TB-MDR. Internship di RSUD dr. TC Hillers dapat dikatakan seperti berada di rumah sakit tipe A versi mini.Sebagai pusat rujukan, semua kasus di Pulau Flores akan dirujuk ke RSUD dr. TC Hillers apabila rumah sakit awal sudah tidak bisa lagi mengatasi penyakit pasien tersebut. Oleh karena itu, RSUD dr. TC Hillers selalu ramai oleh pasien yang datang dengan beragam kasus. Saya pernah mendapatkan kasus gagal ginjal stadium V dari Larantuka (ujung timur pulau Flores) yang sudah berkomplikasi ke berbagai organ tubuh, dengan diagnosis dari penyakit dalam hingga belasan diagnosis. Untungnya dengan fasilitas hemodialisis yang tersedia, nyawa pasien bisa diselamatkan dan hingga saat artikel ini ditulis, pasien masih rutin menjalani hemodialisis di RSUD dr. TC Hillers sebanyak dua kali seminggu.

Keterbatasan fasilitas tentu saja ada. Sebagai contoh, fasilitas Percutaneous Coronary Intervention (PCI) belum tersedia sehingga pasien-pasien infark miokard belum bisa dilakukan pemasangan ring. Pasienpasien tersebut harus dirujuk ke Kupang atau Denpasar. Namun, karena biaya transportasi rujukan yang mahal seringkali pasien harus puas dengan pengobatan seadanya yang dapat diberikan di RSUD dr. TC Hillers. Ilmu yang berlimpah tentu bisa didapatkan selama internship satu tahun di Maumere.

Karena banyaknya jenis spesialis di RSUD, jalan untuk belajar pengalaman khusus di bidang yang ingin kita minati, terutama bagi yang berminat untuk meneruskan ke pendidikan dokter spesialis, menjadi lebih mudah. Selain ilmu, berwisata juga bisa dilakukan selama internsip di Maumere. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, tak terhitung banyaknya pantai yang bisa dikunjungi secara gratis di Maumere. Selain itu, Maumere hanya berjarak dua jam melalui jalur darat dari Danau Kelimutu di kota Ende. Danau ini dikenal sebagai danau tiga warna.Selama setahun ini, saya juga pernah menginjakkan kaki di Pulau Komodo, Labuan Bajo yang bisa ditempuh hanya dengan satu jam perjalanan menggunakan pesawat dari Maumere. Pengalaman indah yang saya dapatkan selama setahun internship di Maumere tentu tiada bandingnya. Saya tidak menyesal memilih Maumere sebagai tempat internship. Apakah Anda juga tertarik untuk internship di Maumere?

Medical Tourism...

sambungan dari halaman 1

bermasalah di Indonesia, harus diperbaiki dahulu,” tutur Pukovisa. Melirik keberhasilan negara tetangga dalam mengembangkan sektor medical tourism, Indonesia berharap mampu mengikuti jejak yang sama. Keberhasilan tersebut memerlukan keterlibatan berbagai pihak, seperti pihak hukum dalam menurunkan pajak obat dan alat kesehatan, pihak imigrasi dalam memudahkan izin masuk turis pelaku medical tourism, pihak kesehatan dalam meningkatkan kualitas tenaga kesehatan maupun rumah sakit sehingga mampu terkualifikasi secara internasional serta pihak terkait yang diharapkan mampu menyukseskan pengembangan medical tourism. Kerja sama tersebut kemudian harus didukung serta dinaungi oleh payung regulasi kondusif dan ketat dari pemerintah terkait. Selain itu, Indonesia juga bisa membuka peluang kerja sama bilateral luar negeri dengan negara yang sudah lebih dulu sukses dalam bidang medical tourism. lila, mariska, lidia


12

LIPUTAN

MARET - APRIL 2019

MEDIA

AESCULAPIUS

SEREMONIA

Hari Kesehatan Nasional: Menelaah Sistem Jaminan Kesehatan

Sadar Sanitasi bersama GEMPITA

dokumen penyelenggara

D

alam rangka memperingati hari kesehatan nasional, Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IM FKM UI mengadakan agenda diskusi publik. Agenda yang diselenggarakan pada tanggal 12 November 2019 ini mengangkat tema “Evaluasi BPJS Kesehatan: Premi Melangit, Rakyat Menjerit”. Bertempat di

Aula Gedung A FKM UI, agenda ini berlangsung dari pukul 16.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB. Diskusi ini membahas perjalanan BPJS selama 5 tahun ke belakang serta kebijakan baru seperti peningkatan iuran BPJS. Catra

dina/MA

Minggu, 17 November 2019, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2019 menyelenggarakan Gerakan Masyarakat Peduli Sanitasi (GEMPITA). Acara yang diadakan di Kampung Lio, Depok, ini bertujuan memberikan edukasi tentang sanitasi dan pencegahan diare kepada warga setempat. GEMPITA

menghadirkan dr. Angga Wirahmadi, SpA (K) sebagai narasumber penyuluhan sanitasi. Berbagai kegiatan seperti senam pagi, lomba masak, serta pembagian sembako turut diadakan untuk memeriahkan acara ini. Wira

SENGGANG II

Mengenal Dunia dengan Liburan Meskipun kewajiban profesi adalah hal utama yang harus ditunaikan, jangan lupa untuk istirahat, jalan-jalan, dan menikmati hidup

D

i mata masyarakat, profesi dokter mungkin identik dengan kata “sibuk”. Tak ada waktu untuk istirahat, hidup seakan penuh dengan pasien. Namun, lain dengan dr. Ilham Utama Surya, Sp.OG, seorang staf di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSCM. Kontras dengan pandangan dokter sebagai seorang workaholic, di tengah kesibukannya, Ilham justru memiliki hobi untuk jalan-jalan, atau istilah lainnya, traveling. Sejauh ini, Ilham telah berkeliling ke berbagai tempat, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Di Indonesia sendiri misalnya, beliau telah berkeliling ke Raja Ampat, Flores, menjelajahi Kalimantan, Papua Barat, dan sebagainya. Kota-kota mancanegara yang beliau kunjungi juga tak kalah banyak. Gaya traveling yang Ilham lakukan mungkin bisa dibilang lebih mengarah ke ala backpacker. Dengan jalan-jalan, Ilham menemukan kesenangan tersendiri, melihat laut dan gunung, menikmati keindahan alam. “Mumpung masih muda, penyakit degeneratif belum datang, ya nikmatilah hidup,” ujarnya. Kesempatan bertemu dengan temanteman baru dari berbagai negara adalah salah satu pengalaman yang paling berkesan dalam kegiatan jalan-jalan yang Ilham lakukan. “Senang sekali bisa bertemu teman baru, tentunya yang berbeda profesi, bukan hanya dokter saja,” terang Ilham secara antusias. Hal ini mungkin membuat kita bertanya-tanya, bagaimana bisa mencari teman di negara lain, kala kita sendiri menjadi orang asing? Ilham mengaku, itu memang merupakan salah satu kelebihan dirinya, yaitu mudah berkenalan dengan orang lain.

Nama Lengkap dr. Ilham Utama Surya, SpOG Jabatan Staff Departemen Obstetri dan Ginekologi RSCM Alamat Email ilhamutama@yahoo.com

dokumen pribadi

dokumen penerbit-

Ilham bercerita, beliau memiliki banyak sahabat dari berbagai negara karena hobi traveling-nya. Ada teman dari Jepang, Hong Kong, Taiwan, Korea, dan sebagainya. Cerita perkenalannya dengan masing-masing orang memiliki keunikannya tersendiri. Misalnya, suatu hari, di sebuah restoran di Jepang, beliau memandang sekeliling dan melihat ada seseorang yang juga bertampang Melayu. “Ya lalu saya sapa saja, berkenalan, ternyata mereka dari Malaysia, jadi kemudian ngobrol lalu berteman,” cerita Ilham. Dari koki hingga pejabat, demikian beragamnya profesi kawan-kawan Ilham. Berbagai kisahnya dalam berinteraksi dengan orang baru sungguh amat menarik. Selain itu, Ilham juga merupakan seseorang

yang cinta belajar sejarah. Berbagai buku sejarah pernah beliau baca. Pengetahuan inilah yang membantunya untuk menikmati budaya dari tempat yang beliau kunjungi. Salah satu tempat favoritnya adalah museum. Ketika ke Jepang misalnya, satu pengalaman berkesan adalah ketika beliau berkunjung ke suatu museum di Gunung Fuji. Museum tersebut menampilkan serangkaian lukisan Gunung Fuji dari berbagai sudut pandang, lokasi, musim, dan cuaca. Keindahan lukisan yang mendunia itu sangat beliau nikmati. Tak perlu jauh-jauh ke luar negeri, berkunjung ke Museum Nasional saja merupakan hal yang sangat menyenangkan bagi Ilham. Akan semakin menyenangkan apabila mengetahui sejarahnya.

Dengan pekerjaan yang padat, Ilham memiliki tips dan trik dalam menyiasati dan menyisihkan waktu untuk menjalankan hobinya tersebut, yaitu bepergian sambil mengikuti seminar. “Karena kerja, ikut seminar dulu, setelah itu barulah jalan-jalan,” jawabnya sambil tertawa. Lagi pula, menurut Ilham, jangan memandang waktu jalan-jalan sebagai sesuatu yang sia-sia. Sebagai dokter, pekerjaan harus tetap diutamakan, apalagi profesi dokter yang membutuhkan pembelajaran seumur hidup. Namun, waktu beristirahat juga penting untuk mengevaluasi banyak hal dan memperoleh energi baru. Jadi sebenarnya, istirahat dan menikmati jalan-jalan tidak memerlukan waktu khusus. Kedua hal tersebut merupakan bagian dari proses belajar dalam hidup. Dengan demikian, setiap waktu dapat dimanfaatkan sebaik mungkin tanpa terbuang sia-sia. Jessica


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.