Surat Kabar Media Aesculapius (SKMA) edisi Juli-Agustus 2020

Page 1

Media Aesculapius Surat Kabar

Kedokteran dan Kesehatan Nasional Terbit Sejak 1970

Juli-Agustus 2020 / Edisi 03 / Tahun XLIX / ISSN 0216-4996

@MedAesculapius |

IPTEK

MA INFO

Cermat Diagnosis Batu Saluran Kemih

hlm

4

Therapeutic Plasma Exchange dan Covid-19: Seberapa Menjanjikan? hlm 5

beranisehat.com |

0896-70-2255-62

KABAR ALUMNI

Secarik Kisah di Pulau Banggai hlm

7

Dilema Penerapan New Normal: Sehat atau Melarat? Memastikan stabilitas perekonomian sejalan dengan pengendalian penularan virus

P

andemi Covid-19 tampaknya belum akan berakhir dalam waktu dekat. Indonesia sendiri terus menunjukkan lonjakan jumlah kasus positif setiap harinya. Meskipun kian memprihatinkan, pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diharapkan mampu menekan angka penularan tidak dilanjutkan karena memicu keresahan publik. Adanya keterpurukan ekonomi disertai kegelisahan masyarakat yang merasa semakin terkungkung memaksa pemangku kebijakan untuk mulai memikirkan jalan keluar terbaik. Konsep New Normal, Usaha Win-Win Solution? Demi menjawab keresahan masyarakat sembari mengontrol penularan Covid-19, pemerintah memilih untuk melonggarkan aturan PSBB secara bertahap dengan mengusung konsep PSBB transisi atau dikenal sebagai “new normal”. Pada skenario tersebut, beberapa kegiatan yang sebelumnya dilarang semasa PSBB, seperti aktivitas perkantoran di luar delapan sektor esensial hingga kegiatan keagamaan di rumah ibadah secara bertahap diperbolehkan dengan tetap menaati protokol kesehatan. “Jadi memang kita kembali melakukan kegiatan, tetapi dengan kebiasaan baru,” tegas Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, SpP(K), Juru Bicara Tim Penanganan Covid-19 RSUP Persahabatan. Pada dasarnya, new normal merupakan salah satu dari tiga standar yang dapat diterapkan dalam penanggulangan Covid-19. Standar paling ideal adalah lockdown atau karantina wilayah, yaitu pembatasan pergerakan bagi seluruh penduduk di suatu wilayah. “Wuhan, Cina adalah model terbaiknya. Hanya transportasi yang dibiayai pemerintah yang

diperbolehkan di jalan,” terang dr. Syahrizal Syarif, MPH, Ph.D, Ahli Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Standar kedua atau standar esensial adalah PSBB yang memperbolehkan beberapa sektor esensial tetap berjalan. Apabila kondisi wabah sudah memenuhi syarat pelonggaran, standar minimal atau new normal dapat diterapkan. “Contohnya adalah menggunakan masker ketika keluar rumah, menjaga jarak, dan mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer,” jelas Syahrizal. Sudah Tepatkah Diterapkan di Indonesia? Beberapa pihak Aqilla/MA memandang new normal sangat dibutuhkan untuk memutar kembali roda perekonomian yang tersendat. Pasalnya, PSBB sangat menghambat kegiatan ekonomi di berbagai tahapan, mulai dari kegiatan produksi, distribusi, hingga kegiatan transaksi di pasar. “Dari sisi ekonomi, new normal memang tidak memecahkan masalah, tapi setidaknya sedikit membantu,” ungkap T.M. Zakir Sjakur Machmud, M.Ec., Ph.D., Ketua UKM Center Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia. Meskipun demikian, protokol kesehatan yang sesuai harus tetap diterapkan dalam seluruh kegiatan perekonomian. “Yang penting nyawanya dulu selamat, sehat, dan aman, baru dia bisa bekerja dan produktif,” tambah Zakir. Di sisi lain, tak sedikit pihak yang menilai bahwa strategi new normal belum saatnya untuk diberlakukan di Indonesia. Jumlah kasus dan kematian yang terus bertambah menjadi

bukti bahwa penularan Covid-19 di Indonesia belum bisa dikendalikan. “Belum, belum siap. Saya malah menyatakan PSBB-nya kita ini masih harus diperketat,” tegas Erlina. Selain itu, Indonesia ternyata juga belum memenuhi enam kriteria pelonggaran yang ditetapkan WHO. “Syarat pertama adalah terlihat konsistensi penurunan kasus Covid-19 dalam tujuh hari. Indonesia kan tidak, jadi syarat pertama saja tidak terpenuhi,” ungkap Syahrizal. Tidak Lepas dari Permasalahan Pelaksanaan new normal sangat memerlukan kesadaran masyarakat demi mencapai kestabilan ekonomi diiringi dengan penyebaran virus yang terkendali. Sayangnya, masyarakat masih terkesan menganggap remeh penyakit dan mengabaikan protokol kesehatan. Survei yang dilakukan oleh Imperial College Singapore menunjukkan bahwa masih banyak warga Indonesia yang memandang Covid-19 sebagai perkara remeh-temeh dan tidak perlu ditakuti. Tak sedikit pula yang merasa tidak perlu menggunakan masker atau menjaga jarak di tempat umum. “Saya kira untuk sebagian masyarakat, yang diingat cuma “normal”-nya, tidak ingat “new”-nya,” pungkas Erlina. Kurangnya sosialisasi disinyalir menjadi penyebab utama munculnya permasalahan tersebut. Di daerah, masyarakat tidak memiliki akses informasi dan perhatian yang cukup mengenai Covid-19. Rendahnya angka temuan Covid-19 di daerah membuat masyarakat merasa kebal dan bebas dari penyakit. Padahal rendahnya angka tersebut bisa saja disebabkan oleh kapasitas pemeriksaan yang minim. Sebaliknya, masyarakat perkotaan dihadapkan

Wacana Herd Immunity Lawan Covid-19 Kekebalan imunitas terbukti efektif dalam memutus mata rantai penularan sejumlah penyakit infeksi. Bagaimana dengan Covid-19?

D

i tengah hiruk pikuk penanganan Covid-19, salah satu wacana yang hangat diperbincangkan adalah pendekatan herd immunity atau kekebalan komunitas. Istilah tersebut merujuk pada usaha membangun kekebalan sebagian besar populasi terhadap suatu penyakit sehingga dapat melindungi populasi lainnya yang tidak memiliki imunitas. Persentase populasi yang kebal untuk memenuhi syarat kekebalan komunitas bervariasi, tergantung pada basic reproduction number (R0) yang menunjukkan daya tular masing-masing penyakit. “Pada Covid-19 dengan R0 sekitar tiga atau empat, persentase populasi kebal cukup

65%,” terang Syahrizal. Kekebalan komunitas dapat dicapai melalui dua cara, yakni secara aktif dengan vaksinasi maupun secara natural dengan membiarkan masyarakat terinfeksi sehingga tercipta kekebalan alamiah dalam tubuh orang tersebut. Secara umum, kondisi tersebut hanya bisa terwujud saat vaksin sudah tersedia sebab persentase populasi kebal yang besar hanya dapat tercapai melalui imunisasi. “Ketika vaksin belum ada, membicarakan kekebalan komunitas tidaklah relevan,” tandas Syahrizal Mengingat vaksin Covid-19 belum tersedia, opsi yang ramai dibicarakan saat ini adalah

sengaja membiarkan orang terinfeksi. Namun, penerapan kekebalan natural dinilai tak sesuai dengan karakteristik penyakit Covid-19. “Sejauh ini, tidak ada bukti bahwa Covid-19 dapat memberikan imunitas permanen, berbeda dengan penyakit campak dan rubella,” jelas Syahrizal. Tak sedikit pula pihak yang menentang opsi tersebut atas dasar moral. “Itu tidak etis, sengaja membiarkan orang sakit untuk mencapai kekebalan. Manusia tidak dapat disamakan dengan hewan ternak,” tegas Erlina. WHO sendiri telah melarang herd immunity tanpa vaksin lantaran bisa menimbulkan kematian pada kelompok rentan. amanda, icha

dengan informasi yang begitu masif di dunia maya. “Masalahnya, tidak ada lembaga yang berusaha mengklarifikasi atau menerangkan setiap informasi. Saya lihat di Indonesia tidak ada,” jelas Erlina. Menanggapi persoalan tersebut, sejumlah ahli kemudian menyarankan beberapa strategi yang dapat dilakukan, salah satunya adalah meminta pemerintah daerah untuk lebih gencar menyebarkan edukasi sederhana menggunakan bahasa awam dengan menggandeng tokoh masyarakat. Strategi lainnya adalah pemberlakuan sanksi berbayar kepada pelanggar protokol kesehatan. “Negara lain juga melakukan, contohnya Singapura. Denda saja, supaya menimbulkan efek jera,” tandas Syahrizal. Usulan lainnya adalah kembali melaksanakan PSBB dengan tingkat keketatan yang lebih fleksibel sesuai kondisi kasus setiap minggunya. “Harus lentur, kalau memang perlu diperketat, harus diperketat,” tegas Erlina. Masyarakat juga diharapkan dapat lebih bersabar menjalankan kedisiplinan demi memutus mata rantai penularan. “Short term pain, long term gain,” sambung Erlina. Meskipun pelaksanaannya masih jauh dari kata ideal dan terkesan dipaksakan, penerapan konsep new normal menawarkan solusi sementara untuk memperbaiki kondisi sosioekonomi Indonesia. Pembatasan fisik dan sosial yang mulai dilonggarkan harusnya ditanggapi lebih serius oleh seluruh pihak, terutama pemerintah dan masyarakat. Kerja sama seluruh sektor dalam menjaga kedisiplinan adalah kunci suksesnya penerapan new normal. amanda, icha

SKMA untuk Anda! Mari bersama membuat SKMA menjadi lebih baik.

!

1. Apakah konten SKMA bermanfaat/ relevan dengan kondisi kesehatan saat ini? 2. Apakah anda masih membutuhkan SKMA edisi selanjutnya? Jawab dengan format: Nama-Umur_Kota/Kabupaten_Unit Kerja_ Jawaban 1_Jawaban 2 Contoh: Rudiyanto_43_Jakarta Pusat_RSCM_Ya_Ya Kirim melalui WhatsApp/SMS ke 0896-702255-62 atau mengisi formulir pada bit.ly/ LanggananSKMA Lima orang pengisi survei yang beruntung akan mendapatkan cenderamata dari Media Aesculapius


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.