CGW INDONESIA
COLLECTOR’S GUIDE ®
WAT C H E S INDONESIA
EDISI 23-2023/2024 Your Ultimate Guide To The World of Watches
BRAND TALK Anthony De Haas Kikuo Ibe Matthias Breschan LIPUTAN EKSKLUSIF A. Lange & Söhne Autumn Launch Chinese New Year Dubai Watch Week 2023 Tissot MotoGP Mandalika
POINT OF VIEW Ananda Sukarlan George Harliono Kim Tae-hyung Rich Brian Ryo Ishikawa
23 - 2023/2024
KONSTANTIN CHAYKIN RUSSIAN HIGH WATCHMAKING AND CREATIVITY
New Year, New You! Saat sedang menikmati kopi di sebuah cafe kecil, saya melihat papan bertuliskan: Be YOUnique, (jadilah ANDA yang unik), menjadi diri sendiri dengan segala keunikan yang kita miliki. Rasanya ungkapan ini jauh lebih mudah untuk dilakukan dan lebih bermakna dibandingkan dengan berbagai resolusi dan harapan muluk yang digaungkan di setiap pergantian tahun. Edisi kali ini mengangkat berbagai kisah unik dan menarik tentang individu-individu yang berhasil meraih sukses dari kerja keras mereka, mencintai apa yang mereka kerjakan dan tetap menjadi diri mereka sendiri, be unique. Tentunya kita dapat banyak belajar dari kisah sukses mereka, bahkan dengan duduk berbincang bersama mereka pun sudah membawa energi positif dan semangat tersendiri. Simak kisah dibalik koleksi terbaru Patek Philippe yang merupakan penghormatan seorang anak kepada ayahnya, Philippe Stern. Demi merayakan ulang tahun ayahnya yang ke85, Thierry Stern, generasi keempat dari keluarga Stern memutuskan untuk menciptakan edisi khusus yang sangat unik dan eksklusif (halaman 68). Cerita sampul di edisi kali ini mengangkat kisah tentang seorang pembuat jam asal Rusia, Konstantin Chaykin dan kreativitasnya yang unik dan mengejutkan dunia Haute Horlogerie, hingga karya-karyanya menjadi buruan para kolektor jam di seluruh dunia (halaman 36). Simak juga berita singkat tentang koleksi jam yang unik dan berhasil meraih penghargaan “Grand Prix d’Horlogerie de Genève” 2023 di kolom: Time To Beat (halaman 28). Kami juga mewawancarai Anthony De Haas dari A. Lange & Söhne yang keahliannya di dunia musik membantunya dalam karirnya sebagai direktur pengembangan produk dan produksi jam tangan Zeitwerk Minute Repeater yang memiliki audio akustik yang khas (halaman 42). Simak juga kisah perjuangan tanpa lelah dari seorang Kikuo Ibe, yang selama bertahuntahun gagal menciptakan jam tangan tahan banting, sebelum sukses besarnya dan kini dikenal sebagai Bapak G-Shock (halaman 46). Masih dari Jepang, kami berbincang dengan Ryo Ishikawa pendiri #FR2 Ryo Ishikawa dalam partisipasinya di ajang bergengsi IDBYTE Art+Fashion 2023. Ia mengaku tidak mengikuti tren industri mode, melainkan mencari inspirasi dari hal-hal baru yang belum pernah ditemui (halaman 64). Dan jangan lewatkan rahasia sukses Charles Brookfield dan John Flood dalam mengembangkan Archipelago International menjadi manajemen hotel swasta terbesar di Asia Tenggara (halaman 62). Dari tanah air kami sangat beruntung bisa mengangkat kisah perjalanan musikal sang maestro Ananda Sukarlan, berbagai penghargaan yang diraihnya, kecintaannya pada seni dan inovasi sehingga selalu hadir dengan hal baru dan unik dalam setiap proyek musiknya (halaman 52). Masih dari ranah musik klasik, kami hadirkan pianis muda bertalenta, George Harliono yang hadir di Jakarta untuk berpartisipasi dalam acara amal yang diprakarsai YKAI (Yayasan Kanker Anak Indonesia), kisah kegigihannya berlatih sejak usia 9 tahun, hingga meraih pengakuan di dunia internasional (halaman 58). Dari kunjungan kami ke ajang pameran yang mengeksplorasi energi kreatif merek jam mewah, Dubai Watch Week 2023, kami tampilkan koleksi jam tangan unik dari para pembuat jam independen yang meraih sukses dengan ciri khas dan keunikan desain mereka masing-masing (halaman 94). Dan dari ajang yang memacu adrenalin tahun ini, Tissot MotoGP™ Mandalika 2023, kami tampilkan keseruan dunia balap dan konsistensi dan akurasi Tissot dalam mencatat waktu di ajang internasional bergengsi tersebut (halaman 118). Liputan khusus di edisi kali ini juga menampilkan tradisi di antara para pembuat jam mewah dalam merayakan Tahun Baru Imlek (Chinese New Year) dengan menciptakan jam tangan edisi terbatas mereka yang sangat unik dan mewah (halaman 86). Masih begitu banyak berita menarik lainnya yang tidak bisa seluruhnya ditampilkan di edisi cetak, untuk itu kami ajak Anda untuk menyimak berita menarik lainnya di situs online kami: www.cgw-indonesia.com. Happy reading! Publisher & Chief Editor Lulu Fuad Pasha 10
CGW Magazine
DARI ATAS , KIRI KE KANAN Bersama Konstantin Chaykin; Bersama Anthony De Haas; Bersama Ricardo Guadalupe; Bersama François-Marie Neycensas dan François Moreau dari Reservoir Watch; Bersama Mohammed Abdul Magied Seddiqi (CCO Seddiqi Holding); Bersama Ryo Ishikawa; Bersama Kikuo Ibe; Bersama Pasha Mahindra, Indira Sudiro dari YKAI, George Harliono, Troy Fridatama dan Billy Saputra
The Wristmons collection are wristwatches with antropomorphic "face-like" dial and unique time indication mechanics invented by a Russian watchmaker Konstantin Chaykin. Each piece is an object of kinematic art, the "eyes" and "smile" in constant movement creating most unpredictable expressions and emotions.
How does one obtain one of the Wristmons? 1. By joining a waiting list. We'll keep you informed on new releases as soon as they are available for purchase. 2. Create your own unique custom Wristmon and we'll assemble it for you to-order.
waiting list
piece unique
+7 (495) 988-73-72 | www.chaykin.ru |
@k_chaykin
COLLECTOR’S GUIDE ®
WAT C H E S INDONESIA
EDISI 23-2023/2024
PUBLISHER & CHIEF EDITOR: Lulu Fuad Pasha FEATURES EDITOR: Billy Saputra EDITOR: David Tang ART DIRECTOR: Fatorahman Handayani GRAPHIC DESIGNER: Taufik Nurman SOCIALITE PHOTOGRAPHER: Setiyo Supratcoyo
PT. ZAMRUD KHATULISTIWA MEDIA CHAIRMAN: Ir. Nabiel Fuad. A. MSc (nabiel@zamrud-media.com) MANAGING DIRECTOR: Lulu Fuad Pasha (lulu@zamrud-media.com) DIRECTOR OF FINANCE: M. Ramzy (ramzy@zamrud-media.com) EXECUTIVE ASSISTANT: Deny Pratama (secretary@zamrud-media.com) OFFICE STAFF : Ahmad Firdaus (firdaus@zamrud-media.com)
CONTRIBUTORS
JAKARTA: Charles Sutanto, Rendy Kairupan, Yessar Rosendar, Yohanna Yuni / DUBAI: Faizal. A SINGAPORE: Dr. Bernard Cheong / SWITZERLAND: Maria Ronnie Bessire
PT. ZAMRUD KHATULISTIWA MEDIA The City Tower Level 12-1N, Jl. MH. Thamrin No.81, Jakarta 10310, INDONESIA Phone: +62 21 344 0999 Website: www.cgw-indonesia.com
Switzerland Sales Representative: Maria Ronnie Bessire (Ms.) E-mail: ronnie@zamrud-media.com
SUBSCRIPTIONS/GENERAL INQUIRIES: info@zamrud-media.com
BANK ACCOUNT PT. Zamrud Khatulistiwa Media BCA - KCU TCT (The City Tower) A/C 31930 74797
COLLECTOR’S GUIDE – WATCHES, INDONESIA is published by PT. Zamrud Khatulistiwa Media. All rights reserved. No part of this publication may be reproduced without the written permission of PT. Zamrud Khatulistiwa Media. Opinions expressed in CGW Indonesia are solely those of the writers and not necessarily endorsed by the Publisher and its editors. PT. Zamrud Khatulistiwa Media accepts no responsibility for unsolicited manuscripts, transparencies or other material. For further inquiries, contact: info@zamrud-media.com PRINTING: PT. Harapan Prima COVER PAGE KONSTANTIN CHAYKIN, RUSSIAN HIGH WATCHMAKING AND CREATIVITY
12
CGW Magazine
TAG HEUER BOUTIQUES JAKARTA: PLAZA SENAYAN - PLAZA INDONESIA - SENAYAN CITY - PACIFIC PLACE - CENTRAL PARK BANDUNG: 23 PASKAL
Content In Every Issue 10
Publisher’s Letter
12
Team
18
In Brief
148 Galas 152 Archives
Collector’s Corner 28
Time To Beat Yang terbaik dari “Grand Prix d’Horlogerie de Genève” 2023
36
Cover Story Konstantin Chaykin dan kreativitas pembuatan jam Rusia
68
A Son’sTribute Patek Philippe edisi terbatas dan semangat antar generasi
72
Iconic Time Breguet hadir dengan Type XX dan Type 20 yang ikonik
74
Everlasting Time Makna abadi seri jam tangan Datejust terbaru dari Rolex
80
Season Of Giving Rayakan momen terindah dengan koleksi Omega
82
Golden Horses Jam saku Slim d’Hermès Masan Masan yang ikonik
84
Midas Touch G-Shock edisi terbatas dari emas 18K idaman kolektor jam
86
The Dragon Masters Jam tangan edisi khusus untuk menyambut tahun naga
94
Dubai Watch Week 2023 Pameran yang mengeksplorasi energi kreatif merek jam mewah
104 Golden Time Zeitwerk Minute Repeater terbaru dari A. Lange & Söhne
106 Magnificent Red Fenomena langka gunung Fuji pada Grand Seiko edisi terbatas
108 Fly High Breitling Avenger terbaru dengan model kronograf dan GMT
110 It’s Japan Time Merek jam tangan Jepang sukses menyihir para kolektor jam
114 Echoes of Coastal Beauty Keindahan jam tangan edisi terbatas Baume & Mercier Riviera
116 A Century Of Impact Edisi Terbatas Seiko Presage Kintaro Hattori bergaya vintage
118 Tissot MotoGP Mandalika 2023 Akurasi Tissot dalam mencatat waktu di ajang internasional MotoGP
14
CGW Magazine
RADO.COM
MASTER OF MATERIALS
RADO CENTRIX
Rado Store, Plaza Indonesia, Jakarta , Level 2, No.E020 – E020A, Indonesia , Tel :+62 21 22395605 Rado Store, Tunjungan Plaza 3, Surabaya, Lantai 1, Unit 89, Indonesia , Tel : +62 31 99246973 thakral@ticpl77.com
Content 124 Nation’s Pride Seiko Prospex edisi khusus Indonesia membantu pelestarian Komodo
128 True Blue Jam tangan indah yang menceritakan kisah kelahiran Rumah Dior
Interviews 42
Master Of Time Anthony De Haas dan Zeitwerk Minute Repeater terbaru
46
Shock The World Kikuo Ibe dan merek jam tangan tangguh Jepang, G-Shock
48
Timeless Heritage Matthias Breschan, Longines, dan potensi pasar jam di Indonesia
52
Musical Illumination Perjalanan musikal sang maestro Ananda Sukarlan
56
Whispers Of The Sea Komitmen Rolex untuk pelestarian dunia kelautan
58
Notes of Inspiration George Harliono dan sinkronisasi seni musik klasik
62
Dynamic Duo Charles Brookfield, John Flood dan Archipelago International
64
Beyond Collaboration Ryo Ishikawa dan IDBYTE Art+Fashion 2023
Time for Fashion 130 Timeless Grace Patek Philippe Aquanaut Luce minute repeater dan Nautilus mewah
134 Symphony Of Colors Hermès dan kekayaan budaya dalam dunia horologi
136 Eternal Flame Keindahan kilau abadi dari perhiasan Adelle Jewellery
138 Time To Roar Karakter magnetis Kim Taehyung dan daya tarik Cartier
140 Childhood Nostalgia Kolaborasi Rich Brian dengan “G-hock” dalam Nostalgia
Time to Travel 142 Tropical Sanctuary Konsep resor InterContinental Bali Resort yang eksklusif
144 Heavenly Retreat Nuansa Timur dan Barat dalam COMO Metropolitan Bangkok
146 One True Destination COMO Metropolitan Singapore, fesyen, kuliner, dan kesehatan
16
CGW Magazine
PLAZA SENAYAN (LEVEL 2) MALL KELAPA GADING 3 (GROUND FLOOR) GRAND INDONESIA (LEVEL 1) PONDOK INDAH MALL 2 (GROUND FLOOR) KOTA KASABLANKA (GROUND FLOOR)
INTIME CENTRAL PARK (GROUND FLOOR) INTIME PARIS VAN JAVA BANDUNG (GROUND FLOOR) INTIME SUN PLAZA MEDAN (GROUND FLOOR) URBAN ICON (ALL STORES)
Watches and Wonders Geneva 2024
Precious Time Demi menyambut momen spesial, A. Lange & Söhne memamerkan dua koleksi terindahnya, LANGE 1 dan 1815 Annual Calendar dari emas pink 18K. Kesempurnaan artisanal jam tangan asal Jerman ini mencerminkan betapa berharganya waktu, mulai dari LANGE 1, arloji pertama mereka yang diluncurkan pada tahun 1994. Dengan elemen tradisional pembuatan jam tangan presisi Saxon seperti dial 3/4, chaton emas yang disekrup, dan penyeimbang sekrup di satu sisi, serta inovasi seperti konfigurasi dial yang tidak berada di tengah dan tanggal besar di sisi lain, jam tangan ini menjadi lambang dari seni pembuatan jam Lange. Ditenagai mesin calibre L121.1. buatan manufaktur, hadir dalam versi platinum 950 atau emas 18K. Pilihan lain adalah 1815 Annual Calendar, pendamping sempurna dan elegan untuk membawa kita menjalani tahun dengan penuh gaya. Jarum penunjuk membuat tampilan tanggal, hari dalam seminggu, dan bulan mudah dibaca. Mekanisme kalender yang rumit secara otomatis mengenali bulan mana yang memiliki 30 dan 31 hari. Cukup disesuaikan secara manual setahun sekali, pada peralihan dari hari terakhir bulan Februari ke hari pertama bulan Maret. Akurat hingga 122,6 tahun, tampilan fase bulan melacak orbit benda langit dari emas melintasi langit malam yang bertabur bintang. www.alange-soehne.com
Going Vintage Merek jam mewah asal Italia, U-Boat meluncurkan dua jam tangan Darkmoon terbarunya, dengan pilihan casing 40mm dan 44mm dari baja berlapis PVD perunggu, dan dilapisi dengan beberapa lapisan cat khusus yang tumpang tindih dan dikerjakan secara manual untuk mencapai efek penuaan, membangkitkan cita rasa retro yang khas. Jarum jam berlapis superluminova berwarna perunggu, semakin dipertegas dengan efek 3D yang dicapai melalui penangas minyak yang menyelimuti seluruh mesin jam, sebuah konsep yang khas dikenal sebagai “Oil Immersion,” di balik kristal safir berbentuk kubah. Klasisisme dan inovasi “Oil Immersion” ini menciptakan perpaduan sempurna antara gaya vintage dan modernitas. www.uboatwatch.com 18
CGW Magazine
Pameran jam tangan tahunan paling eksklusif ini akan berlangsung selama 7 hari, mulai tanggal 9 - 15 April 2024 di gedung Palexpo, Jenewa, Swiss, dan akan menampilkan beragam program menarik di dalam Salon, maupun di kota Jenewa untuk umum. Dan khusus tanggal 13 hingga 15 April, acara ini akan dibuka untuk umum. Sebanyak 55 merek jam tangan telah mengkonfirmasi untuk berpartisipasi untuk memamerkan horologi terbaru mereka. Pameran kali ini mencakup dua lantai dan menampilkan ruang-ruang baru untuk dijelajahi pengunjung serta tempat-tempat yang ditingkatkan untuk pertemuan dan diskusi, kesempatan bagi para profesional di industri jam, para ahli dan peminat untuk berkumpul, merasakan produk terbaru secara langsung dan berinteraksi. Tiket dapat dibeli secara online mulai awal Februari 2024, dengan pilihan harga untuk pelajar dan pengunjung di akhir pekan. Perayaan malam hari dengan konser gratis juga akan diadakan pada tanggal 11 April di Quai GénéralGuisan. Untuk informasi, kunjungi situs resmi: www.watchesandwonders.com
Redentore
ULTRABLACK The quintessence of luxury, elegance, and sophistication, absolute black is an enigma that never fully reveals itself. Thanks to the exclusive Japanese Musou Black™ paint, the dial of the Redentore Ultrablack absorbs 99.4% of light for a unique visual experience.
www.venezianico.com | Via Eraclea, 5, 30027 | San Donà di Piave (VE) | Tel. 0421 372862
The World Is Yours Jacob & Co. hadir di Dubai Watch Week menampilkan warisan keluarga, ikatan transmisi, dan wawasan digital tentang kemewahan yang luar biasa. Konsep warisan keluarga yang mewariskan nilai-nilai dan aspirasi untuk meneruskan warisan seorang ayah adalah hal mendasar dalam penciptaan ‘The World Is Yours Dual Time Zone’, jam tangan yang terinspirasi dari jam tangan yang diterima Jacob Arabo dari ayahnya di hari ulang tahunnya yang ke-13. Menampilkan zona waktu ganda dan dial jam yang menggambarkan peta dunia, menangkap imajinasi Jacob muda dan mendorongnya untuk menjelajahi dunia dan menentukan nasibnya sendiri. “Inspired by the Impossible” (terinspirasi oleh yang mustahil), merek jam tangan dan perhiasan mewah yang didirikan oleh Jacob Arabo pada tahun 1986 ini sukses memikat selebriti dan tokoh terkemuka dari dunia pembuatan jam. www.jacobandco.com
Racing Time Khusus untuk ajang Dubai Watch Week, merek pembuat kotak musik mewah asal Swiss yang ikonik, Reuge menciptakan versi baru dari lini Escalado Mécanique, yaitu kotak musik Camel Race (Balap Unta) yang sangat unik dan cocok bagi kolektor pecinta seni dan musik. Permainan ini, yang secara historis menggunakan kuda pacuan, telah mengadaptasi kodenya untuk menghormati olahraga balap unta yang mistis, dan budaya khas Timur Tengah. Balap unta adalah warisan yang terkait dengan peternakan dan komunitas Badui, dan sejak tahun 2020, olahraga balap ini telah menjadi bagian dari warisan budaya intangible UNESCO. Reuge menawarkan pengalaman unik bagi mata dan telinga, di sela-sela hembusan angin yang menguji pohon palem dan mengangkat pasir, terdapat bukit pasir di berbagai titik balapan. Seperti halnya para dromedari (unta balap dengan satu punuk), lanskap memesona ini bergerak seiring berjalannya waktu, tampilan perunggunya yang dipatenkan dipilih agar sesuai dengan lanskap unik dan selalu berubah layaknya di gurun pasir. Hewan ini dapat mencapai kecepatan hingga 65 km/jam dan mempertahankan kecepatan tetap 40 km/jam selama lebih dari satu jam. Memiliki cadangan daya 41 menit sehingga Anda dapat bertaruh pada banyak balapan tanpa harus memutar ulang mesin di sela-sela balapan. Merek yang diakuisisi oleh pembuat jam tangan independen De Bethune ini menghadirkan karya seni mekanik terbaru yang memberikan pengalaman balapan, di mana pemenangnya akan disambut oleh harmoni indah dari 144 nada mekanis, dan para pelari dapat ditempatkan secara acak sesuai keinginan penonton. www.reuge.com 22
CGW Magazine
Time To Shine Sejak DiaStar pertama diluncurkan di tahun 1962, Rado berhasil menarik minat para penggemar jam tangan, karena keunikan desain dan materialnya, serta daya tahan ekstremnya. Dikenal sebagai ‘Master of Materials’, Rado identik dengan bahan-bahan inovatif, dan DiaStar adalah jam tangan anti gores pertama di dunia yang terbuat dari logam keras yang tahan banting dalam case oval futuristik. Untuk merayakan ulang tahun ke-60 DiaStar, jam tangan ini hadir dengan Ceramos komposit berkilau dalam model kerangka. Mesin jam otomatis calibre R808 berlapis abu-abu antrasit terlihat melalui kristal safir, berdiameter 38mm dengan gelang baja tahan karat berlapis PVD berwarna kuningemas dan gesper lipat dan sistem EasyClip Rado. www.rado.com
Around The World
Pilihan tepat para kolektor jam tangan yang gemar bepergian ke berbagai negara dan memerlukan penunjuk waktu yang akurat
Melacak setiap zona waktu dibutuhkan oleh mereka yang sering bepergian ke berbagai negara dengan zona waktu yang berbeda. Omega menjawab permintaan pasar dengan Seamaster Aqua Terra Worldtimer terbaru yang telah mendapatkan momentumnya di seluruh dunia. Ini adalah jam tangan paling rumit dalam koleksi Aqua Terra namun tetap mengusung gaya kasual. Dalam beberapa tahun terakhir, jam tangan ini semakin populer dan menjadi jam tangan pilihan bagi wisatawan internasional dan para kolektor jam. Tahun ini Omega memperluas koleksi Worldtimer dengan menyertakan tiga model baru, yaitu titanium dengan dial jam yang seluruhnya dibuat dengan ablasi laser, dan dua pilihan yang tak kalah elegannya dari baja tahan karat. Selain bezel keramik anti gores, ketiga jam tangan ini memiliki kesamaan pada tampilan Worldtimer yang unik. Di bagian tengah dial jam, Omega menciptakan gambaran Bumi, dilihat dari atas Kutub Utara, dengan menghilangkan benua dan warna dengan laser pada permukaan titanium Grade 5. Meskipun tidak mungkin dilihat dengan mata telanjang, keseluruhan tampilan jam ini berbentuk kubah yang meniru kelengkungan Bumi. Melingkari peta topografinya ada indikasi 24 jam di bawah kaca hesalite, dibagi menjadi bagian malam dan 24
CGW Magazine
Omega menciptakan gambaran Bumi, dilihat dari atas Kutub Utara, dengan menghilangkan benua dan warna dengan laser pada permukaan titanium Grade 5 siang. Kekuatan mesin jamnya adalah CoAxial Master Chronometer Calibre 8938, yang telah memenuhi standar presisi tertinggi dari Institut Metrologi Federal Swiss (METAS). Worldtimer 43mm yang terbuat dari titanium ringan dan tahan korosi adalah karya yang paling menonjol, dengan dial jam hitam dan abu-abu. Tidak ada elemen yang ditransfer, selain kata “London”, bahkan pernis merah diaplikasikan dengan tangan. Untuk melengkapi dial jam matte, Omega memilih bezel keramik hitam, jarum jam dan indeks yang dihitamkan dan diisi dengan SuperLumiNova putih yang memancarkan cahaya biru dalam gelap. Jam dilengkapi tali terintegrasi warna hitam dari karet berstruktur dengan jahitan abu-abu, tautan dekoratif tambahan dari titanium kelas 2 yang disikat, dan gesper titanium. Kedua model lainnya terbuat dari baja tahan karat 43mm dengan dial jam PVD berwarna hijau, dibingkai cincin keramik hijau yang dipoles. Yang menambah kilau pada pelat jam adalah jarum jam dan indeks dari emas Moonshine™18K.
Golden Times
Kronograf TAG Heuer Carrera baru dari emas kuning 18K dengan dial berlapis emas ini adalah salah satu jam kronograf emas terbaik sepanjang masa Masa keemasan balap Formula 1 adalah di tahun 70an, juga dikenang sebagai era penting bagi industri jam tangan. Pada zaman keemasan itu dikenal merek Heuer (sekarang TAG Heuer), yang menyediakan sponsor dan perlengkapan bagi para pembalap di seluruh seri. Dan yang paling terkenal adalah Calibre 11 Heuer Carrera berbalut emas yang legendaris. CEO merek Jack Heuer memiliki kebiasaan menghadiahkan Carrera emas kepada pemenang balapan Formula 1 tertentu sepanjang dekade ini, dalam berbagai gaya, dan beberapa Carrera emas khas ini telah menjadi legenda di komunitas Heuer kuno.
26
CGW Magazine
Menandai puncak perayaan ulang tahun ke-60 lini Carrera tahun ini, dan agar cocok dengan zaman modern, TAG Heuer menata ulang referensi emas 1158CHN Carrera vintage yang dihadiahkan kepada mendiang pembalap Swedia Ronnie Peterson. Kronograf TAG Heuer Carrera baru dari emas kuning 18K dengan dial berlapis emas ini adalah salah satu jam kronograf emas terbaik sepanjang masa. Terbungkus dalam Carrera “Glassbox” (kotak kaca) 39mm berbentuk kubah, jam ini menonjolkan tachymeter pada bezel sehingga dapat dibaca dari banyak sudut di pergelangan tangan. Jam ditenagai mesin Calibre TH20-00 otomatis yang berada dalam casing 13,9mm, yang berarti Anda memiliki penghitung 30 menit pada jam tiga, penghitung jam 12 jam pada jam sembilan, dan tanggal dan detik berjalan pada pukul enam di dial. Versi terbaru ini dilengkapi tali jam hitam berlubang, terbuat dari kulit anak sapi dengan gesper pin emas kuning. Harga: CHF 21,000 (sekitar IDR 384 juta), belum termasuk pajak. www.tagheuer.com.
@AUDEMARS PIGUET
CGW Magazine
27
Ajang perhelatan yang selalu ditunggu setiap tahunnya di industri jam tangan, “Grand Prix d’Horlogerie de Genève” (GPHG) sering disandingkan sebagai ajang piala Oscar dalam dunia horologi. Didirikan pada tahun 2001, GPHG memiliki tujuan mulia untuk memberi penghargaan setiap tahun kepada kreasi kontemporer yang paling luar biasa dan mempromosikan seni pembuatan jam tangan di seluruh dunia. Kami pilihkan delapan merek jam dari sejumlah pemenang ajang perhelatan GPHG tahun ini.
Audemars Piguet Merek jam favorit para kolektor ini dianugerahi Grand Prix “Aiguille d’Or” untuk model jam tangan Code 11.59 by Audemars Piguet Ultra-Complication Universelle RD#4, penghargaan bagi kreasi paling luar biasa dan mengesankan di semua kategori. Sebagai jam tangan pertama mereka dengan ultra-complicated self-winding wristwatch (RD#4), jam ini memamerkan keahlian savoir-faire Audemars Piguet ke dalam satu mesin selfwinding Calibre 1000, yang memiliki lebih dari 1.100 komponen. Uniknya, mekanisme rumit yang dibangun berdasarkan tiga generasi inovasi penelitian dan pengembangan ini memungkinkan kita untuk mengaktifkan berbagai fungsi jam dengan mudah. Jam ini menggabungkan 40 fungsi, termasuk 17 perangkat teknis khusus dan 23 komplikasi seperti Grande Sonnerie Supersonnerie, minute repeater, perpetual calendar, split-second flyback chronograph, dan flying tourbillon. Harga termasuk pajak: CHF 1,723,200 (sekitar IDR 30,9 milyar). www.audemarspiguet.com 28
CGW Magazine
Bovet 1822 Kategori “Calendar and Astronomy Watch Prize” tahun ini jatuh kepada Bovet 1822 Récital 20 Astérium Edisi Terbatas. Jam yang menampilkan sudut pandang langit dilihat dari Bumi ini merupakan kreasi penting dalam lini Astronomical Complications mereka. Dikemas dalam case tipe “Writing Slope” khas merek ini, jam tangan kombinasi dari emas putih dan red gold 18 karat ini menampilkan mekanisme mesin jam spektakuler dengan fungsi indikator power reserve, tourbillon, equation of time, special escapement, annual calendar, summer dan winter equinox. Aspek visualnya terletak di bagian depan dan tengah berupa peta langit malam dan konstelasi bintang-bintang yang diukir dengan laser, dan kemudian diisi dengan Super-LumiNova. Untuk memastikan hasil realisme yang maksimal seperti langit aslinya, bintang-bintang tertinggi di langit digambarkan di bagian atas kubah, sedangkan bintang-bintang terendah di dekat cakrawala muncul di bagian aperture. Harga termasuk pajak: CHF 532,432 (sekitar IDR 9,5 milyar).www.bovet.com CGW Magazine
29
Ferdinand Berthoud Juri GPHG menganugerahkan “Chronometry Prize” kepada Chronométrie Ferdinand Berthoud untuk model Chronomètre FB 3SPC.1-1. Sebagai pilar ketiga dari koleksi merek yang terinspirasi dan mengikuti tradisi pembuat jam tangan terkenal abad ke-18 yang menjadi nama merek tersebut, koleksi ini mendekati tema inti presisi dari sudut pandang baru. Sebagai catatan khusus, jam dengan konstruksi baru ini digerakkan oleh Calibre FB-SPC, mesin jam pertama dan satu-satunya hingga saat ini dengan bagian cylindrical hairspring yang secara resmi mendapatkan sertifikasi dari Official Swiss Chronometry Testing Institute (COSC). Oleh karena itu, hanya beberapa buah jam tangan ini yang dibuat setiap tahunnya, karena semuanya dirancang, dibuat, dan didekorasi dengan tangan sebelum disesuaikan dan diperiksa—semuanya mengikuti kriteria kualitas paling ketat di ruang kerja Chronométrie Ferdinand Berthoud di Fleurier. Harga termasuk pajak: CHF 143,000 (sekitar IDR 2,7 milyar). www.ferdinandberthoud.ch/en 30
CGW Magazine
L’Epée 1839 Keunikan model L’Epée 1839 Time Fast II Chrome membuatnya meraih kategori “Mechanical Clock Prize.” Hasil dari persimpangan dunia mobil balap dan seni seperti halnya Ferrari 250 Testarossa hingga Lamborghini Miura pada masa keemasan performa mobil sport dan desain ramping yang sensual di tahun 1960-an, L’Epée 1839 menerapkan tema serupa. Dengan desain permukaannya yang ramping dan reflektif, Time Fast II mengubah dimensi artistiknya dari karya seni demonstratif menjadi karya seni kinetik. Tampilan waktu untuk jam dan menit terlihat dari filter udara ganda yang memasok dua karburator V8, dengan mekanisme mesin yang dilengkapi cadangan daya selama 8 hari. Uniknya, bagian bawah helm pengemudi menunjukkan animasi escapement 2,5 Hz secara terus-menerus dan jika si pemilik memutar kunci kontak, otomatis akan membuat piston mesin V8 bergerak naik dan turun secara realistis seperti aslinya. Harga termasuk pajak: CHF 46,850 (sekitar IDR 841,6 juta). www.lepee1839.ch CGW Magazine
31
Petermann Bédat Kategori “Chronograph Watch Prize” dimenangkan Petermann Bédat dalam koleksi Chronographe Rattrapante Ref. 2941 Edisi Terbatas. Hal ini mengangkat workshop kerajinan kecil di kota Renens ini yang kemudian masuk ke dalam lingkaran pabrikan bergengsi seperti di Jenewa atau Glashütte. Bagi Gaël Petermann & Florian Bédat, kompleksitas tidak pernah berakhir, dan hal ini juga tertuang dalam model yang hadir dengan tingkat kerumitan yang jauh melampaui desain chronograph tradisional ini. Misalnya, pada kolom chronograph dasar, mereka telah menambahkan fungsi split-second yang memungkinkan dua interval waktu yang dimulai pada saat yang sama diukur secara paralel. Merancang, membangun, dan menyesuaikan hal ini dalam case platinum yang telah didesain ulang seluruhnya dalam ukuran 38,6mm merupakan tantangan tersendiri, dan model ini juga memberikan keamanan tambahan yang mencegah penyetelan ulang stopwatch yang tidak disengaja. Harga termasuk pajak: CHF 243,000 (sekitar IDR 4,3 milyar). www.petermann-bedat.ch 32
CGW Magazine
Piaget Tahun ini Piaget memenangkan dua penghargaan, termasuk “Artistic Crafts Watch Prize” untuk model Piaget Altiplano Métiers d’Art Undulata dari lini koleksi Piaget Metaphoria yang terinspirasi oleh keindahan dan kekuatan alam yang tak terduga. Memadukan warna hijau, biru, dan warna-warni lain ke dalam satu dial jam, seniman Prancis Rose Saneuil menciptakan miniatur marquetry dengan volume, tekstur, dan warna, dan dengan hatihati ia memotong setiap elemen dengan bahan yang sangat tipis sebelum memasukkannya satu per satu ke bagian dial jam. Mahakarya ini memiliki beberapa lapisan yang dirakit dengan cermat menggunakan tangan untuk menciptakan efek memukau pada mekanisme Piaget flying tourbillon khas merek ini. Jam berdiameter 41mm dari emas putih 18K dan berlian ini diproduksi terbatas sejumlah delapan buah. Harga termasuk pajak: CHF 225,000 (sekitar IDR 4 milyar). www.piaget.com CGW Magazine
33
Ulysse Nardin Model legendaris “Freak One” dari Ulysse Nardin menjadi pemenang dari kategori “Iconic Watch Prize”. Penghargaan ini menyoroti dampak revolusioner model Freak terhadap industri jam tangan, didorong oleh upaya tanpa henti dari Ulysse Nardin terhadap inovasi dalam hal mekanik, bahan, dan juga estetika desain. Sejak debutnya yang inovatif dua dekade lalu, Freak secara konsisten menantang pembuatan jam tangan konvensional melalui tiga karakteristik ikoniknya: tanpa dial, tanpa jarum jam, dan juga tanpa crown. Ini adalah pertama kalinya sebuah mesin jam didekonstruksi untuk mengekspresikan waktu dengan sendirinya, sehingga memunculkan kode-kode pembuatan jam yang benar-benar baru. Model ini adalah puncak dari desain dan kemajuan teknologi yang berani yang pertama kali diperkenalkan di bawah kepemimpinan visioner Rolf Schnyder dan kejeniusan pembuat jam tangan Ludwig Oechslin. Harga termasuk pajak: CHF 65,000 (sekitar IDR 1,1 milyar). www.ulysse-nardin.com 34
CGW Magazine
Voutilainen Kategori “Men’s Complication Watch Prize” tahun ini jatuh kepada Voutilainen CSW, atau Cushion Shape Worldtimer. Sesuai namanya, jam berbentuk cushion shape berukuran 39 x 48mm ini adalah sebuah interpretasi baru akan seni pembuatan jam tangan kontemporer di ruang kerja Voutilainen. Tampilan dial yang dibuat dengan teknik hand guilloche semakin terlihat elegan dalam balutan warna Anthracite. Warna ini memberikan kesan abadi yang bertahan selama beberapa generasi ke depan, sekaligus dipilih untuk meningkatkan keterbacaan yang mencerminkan fungsinya dan memberi fokus khusus pada 24 bagian terukir yang sesuai dengan sektor waktu dunia. Ditenagai oleh mesin calibre 216TMZ dengan cadangan daya selama 60 jam, jam tangan edisi terbatas sejumlah 10 buah ini juga dihiasi dengan empat sekrup fungsional di setiap sudut pada bagian bezel dengan desain tiga lubang khas merek tersebut. Harga termasuk pajak: CHF 198,000 (sekitar IDR 3,5 milyar). www.voutilainen.ch CGW Magazine
35
The Russian
SOUL
Kreativitas dan pembuatan jam tangan Rusia tingkat tinggi dari Konstantin Chaykin telah sukses menjadi buruan para kolektor jam di seluruh dunia
36
CGW Magazine
HALAMAN SAMPING Jam tangan Konstantin Chaykin Stargazer Only Watch 2023 Piece Unique HALAMAN INI Pendiri merek yang juga desainer jam tangan Konstantin Chaykin di meja kerjanya
Chaykin menyebut jam tangan itu sebagai Wristmons, dengan kata lain, “monster pergelangan tangan”. Yang pertama disebut Wristmons, yang dikenal sebagai Joker
S
ejak debut koleksi terbatas Konstantin Chaykin yang mengejutkan dunia Haute Horlogerie, “Joker Wristmons” yang khas dengan mata melototnya, Manufaktur asal Rusia ini langsung menarik perhatian para pecinta jam tangan berkualitas di seluruh dunia. Model dengan dial jam antropomorfik, Joker yang dirilis pada tahun 2017 langsung mendapatkan popularitas luas di kalangan penggemar pembuatan jam tangan, dan menandai dimulainya koleksi Wristmons (monster pergelangan tangan), yaitu jam tangan dengan dial jam mirip wajah. Begitu pula kreasi jam meja untuk interior mewah dengan casing cantik yang terbuat dari bahan berharga dan langka. Merek jam independen yang didirikan pada tahun 2003 oleh pembuat jam asal Rusia ini mengkhususkan diri dalam pembuatan jam tangan mekanis Haute Horlogerie yang rumit dan barang koleksi.
Pendiri merek ini juga seorang pembuat jam tangan dan penemu terkenal yang menciptakan jam meja dan jam tangan pertama dengan tourbillon di Rusia dan menemukan Jam Computus pertama di dunia, yang menunjukkan tanggal Paskah Ortodoks. Kini Konstantin Chaykin telah memiliki 96 penemuan pembuatan jam yang dipatenkan, lebih banyak dibandingkan pembuat jam tangan mana pun di dunia. Seluruh karyanya didasarkan pada penemuan sang master sendiri dan menggabungkan kebebasan berkreasi dengan ide-ide paling progresif dalam desain, filosofi, dan teknologi. Prestasinya tidak diragukan lagi, dimulai pada tahun 2010 saat ia menjadi anggota AHCI (Académie Horlogère des Créateurs Indépendants) Rusia pertama dan satusatunya, dan dari tahun 2016 hingga 2019 ia menjabat sebagai Presiden organisasi tersebut. Pada tahun 2017, jam tangan karyanya terpilih untuk ajang penghargaan Haute Horlogerie paling bergengsi Grand Prix d’Horlogerie de Genève (GPHG). Tahun 2018, jam tangan “Clown” memenangkan “Audacity Prize” khusus di GPHG. Model Joker Automaton (2018), Minotaur (2021), Harley Quinn (2022) dan Time-Eater (2023) juga masuk dalam nominasi penghargaan tersebut. Dan prestasinya terus berlanjut, di tahun 2021, pria berperawakan tinggi dan ramping ini dianugerahi medali emas World Intellectual Property Organization (WIPO), dan tahun 2022 lalu ia menerima gelar kehormatan “Penemu Terhormat Federasi Rusia”. Chaykin juga satusatunya anggota dari Rusia yang termasuk dalam Temporis Hall of Fame pembuat jam tangan internasional. Simak beberapa karyanya yang kini menjadi buruan para kolektor jam di berbagai belahan dunia.
CGW Magazine
37
Hasilnya adalah jam tangan paling rumit yang pernah dibuat oleh Konstantin Chaykin dan salah satu jam tangan paling rumit di dunia, dengan 11 dari 17 fungsi Stargazer bersifat astronomi 38
CGW Magazine
Stargazer Jam tangan Stargazer yang kami tampilkan di laman sampul edisi ini dibuat khusus untuk lelang Only Watch 2023, dan dipamerkan di ajang Dubai Watch Week yang baru lalu. Stargazer hanyalah pahlawan terbaru dalam koleksi Wristmons. Jam tangan ini dibuat oleh Chaykin tahun ini dengan gagasan untuk menciptakan mesin jam paling rumit dengan banyak komplikasi. “Tahun ini menandai peringatan 20 tahun berdirinya manufaktur saya dan penting bagi saya untuk menyimpulkan semacam hasil dengan menggabungkan tiga dorongan utama di balik kreativitas saya: mekanika jam tangan yang sangat rumit, desain antropomorfik, dan tema eksplorasi ruang angkasa,” ungkapnya. Hasilnya adalah jam tangan paling rumit yang pernah dibuat oleh Konstantin Chaykin dan salah satu jam tangan paling rumit di dunia, dengan 11 dari 17 fungsi Stargazer bersifat astronomis. Sang master menggunakan kedua sisi jam tangan, menciptakan dua dial antropomorfik untuk mendistribusikan indikatornya secara harmonis.
HALAMAN SAMPING Tampilan dua sisi Stargazer Only Watch 2023 dan kerumitan mesin jamnya yang mengagumkan HALAMAN INI Berbagai model unik dari koleksi Wristmons yang diciptakan Chaykin sudah mencakup lebih dari 25 jam tangan
Wristmons Pada tahun 2013, Chaykin membawa jam tangannya “Cinema” dengan proyektor film mekanis internal ke pameran BaselWorld. Model yang tidak biasa ini membangkitkan emosi yang kuat di kalangan pengunjung. “Saya menyadari bahwa orang-orang tidak hanya menginginkan mesin yang sempurna dalam sebuah jam tangan, tetapi juga keajaiban, keheranan, dan harapan akan kejutan. Saya memutuskan untuk membuat model seperti itu,” ungkap Chaykin. Jam tangan tersebut menarik imajinasi setiap orang yang melihatnya, dan ini adalah jam tangan pertamanya dengan dial jam antropomorfik (mirip wajah), yang membangkitkan respons emosional pada pandangan pertama. Chaykin menyebut jam tangan itu sebagai Wristmons, dengan kata lain, “monster pergelangan tangan”. Yang pertama disebut Wristmons, yang dikenal sebagai Joker, menjadi nenek moyang seluruh keluarga karakter yang dapat dikenali dengan fitur dan cerita mereka sendiri. Beberapa di antaranya berdasarkan dongeng, seperti jam tangan Mouse King yang terinspirasi dari kisah magis Hoffman tentang Nutcracker, sedangkan Santa dikaitkan dengan keajaiban Natal. Koleksinya mencakup lebih dari 25 jam tangan dengan berbagai desain dan komplikasi.
CGW Magazine
39
HALAMAN INI DARI KIRI Mars Conqueror Mk3 Fighter; Martian Tourbillon; Mars Conqueror Mk1 HALAMAN SAMPING Chaykin juga menciptakan Moscow Computus Clock yang sangat kompleks dan indah
Martian Prorgamme Lini jam tangan ini terinspirasi oleh penaklukan planet dan ruang angkasa, dimulai dari planet Mars. Chaykin yakin bahwa penaklukan Mars memerlukan pemikiran terlebih dahulu dalam berbagai aspek, termasuk pengembangan jam tangan mekanis khusus yang andal dan mampu berfungsi secara mandiri baik di luar angkasa maupun di Mars. Pada 2017 ia meluncurkan program Mars miliknya sendiri, “Mars Time”. Dari jam tangan yang telah dibuat dan akan dirilis dalam rangka proyek ini, kita tidak akan menemukan hanya jam tangan biasa dengan desain “Mars”. Desain adalah elemen penting namun jauh dari esensial dalam strategi proyek “Mars Time”, yang didasarkan pada metode kreatif khas Chaykin, “Saat saya memulai sebuah proyek baru, saya dipandu oleh tiga prinsip kreatif saya – pertama, sebuah ide lahir, baik filosofis, teknis, atau artistik. Kemudian saya menghasilkan desain yang paling lengkap dan memadai untuk mengekspresikan ide ini. Akhirnya, saya membangun sebuah mesin yang menghidupkan segalanya.” Proyek “Mars Time” benar-benar memikat hati master pembuat jam Rusia ini, seperti yang terlihat dari banyaknya percikan kreatif yang ia hasilkan saat mengerjakan proyek tersebut. Beberapa dari penemuan ini termasuk prototipe konseptual “Mars Conqueror Mk1”, yang mengimplementasikan 9 komplikasi dan fitur tambahan, diantaranya adalah komplikasi unik dengan sinkronisasi waktu Bumi dan Mars, tampilan tanggal Mars menggunakan kalender Mars, dengan
40
CGW Magazine
kemungkinan digunakan sebagai cara untuk menunjukkan durasi misi dalam sol (hari Mars), sebuah fungsi yang menunjukkan posisi relatif Matahari, Bumi dan Mars, serta oposisi planet dan komplikasi oposisi superior. Jam tangan lainnya, “Mars Conqueror Mk3 Fighter” diciptakan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan keniscayaan kolonisasi umat manusia di planet merah, menunjuk ke masa depan, desainnya futuristik, dibumbui dengan sentuhan gaya militer. Pada tahun 2009, selama pengembangan proyek jam tangan penerbang bergaya vintage, ia menemukan dan kemudian mematenkan konstruksi yang mengendalikan fungsi kenop pemutar jam. Jam tangan penerbang tahun 2009 tersebut memiliki desain unik dengan dua kenop vertikal, salah satunya digunakan untuk memutar mesin jam dan mengatur waktu, sedangkan yang lainnya digunakan untuk berpindah mode (penemuan Konstantin Chaykin, Paten RU2518300). Sumber inspirasinya adalah pelat jam di dasbor pesawat Soviet, dan kini dalam bentuk modern, perangkat ini digunakan pada jam tangan “Mars Conqueror Mk3 Fighter”, di mana kenop digunakan untuk beralih di antara tiga mode – pemutar manual mesin, mengatur indikator zona waktu UTC (dengan putaran searah jarum jam) atau mengatur MCT (dengan putaran berlawanan jarum jam), dan mengatur waktu Bumi lokal. Untuk membuat fungsi ini lebih nyaman, indikator yang dioperasikan oleh kenop diatur secara cerdas pada dial jam, dan rangkaian rodanya, dengan dua tuas baja, dipasang tepat di bawah dial di bagian bawah mesin jam.
Ia juga menciptakan empat jam dari koleksi “Moscow Computus Clock” yang menghitung tanggal Paskah Ortodoks, yang dibuat dalam semangat dan gaya Katedral di St. Basil yang elegan
Moscow Computus Clock Tidak hanya jam tangan yang seluruhnya dibuat sangat terbatas dan eksklusif, menghargai nilai-nilai agama dalam segala bentuk adalah salah satu minatnya, dengan menciptakan berbagai koleksi jam meja yang eksklusif, rumit dan menampilkan khususnya kalender dan simbolisme yang berbeda. Chaykin memang selalu mencari cara baru untuk menghubungkan makna keagamaan dengan penceritaan waktu. Ia pernah menciptakan jam meja AlMuqaddasi yang terinspirasi dari sosok ahli geografi Arab Syams al-Dīn al-Muqaddasī, dengan menghubungkan inspirasi Timur dan Barat dalam jam meja “Al-Muqaddasi” dan “Lunar Hijra” yang memamerkan kecanggihan penghitungan waktu dalam Kalender Islam (simak beritanya di situs online kami).
Ia juga menciptakan empat jam dari koleksi “Moscow Computus Clock” yang menghitung tanggal Paskah Ortodoks, yang dibuat dalam semangat dan gaya Katedral di St. Basil yang elegan, meriah, dan dengan banyak detail dan fitur arsitektur katedral yang terdapat di dalamnya. Ini adalah salah satu jam desktop paling rumit di dunia, dengan mesin jam terdiri dari 2506 bagian, yang menggerakkan banyak indikator, sehingga memerlukan penempatan empat tombol. Kerumitan mendasar dari jam meja ini adalah indikator tanggal Paskah Ortodoks, salah satu penemuannya yang paling rumit. Selain indikator ini, 26 komplikasi dan fungsi lainnya diimplementasikan dalam jam. “Modul computus pertama yang sepenuhnya mekanis dan beroperasi secara otomatis dengan indikator tanggal Paskah Ortodoks dengan satu jarum jam saya buat di tahun 2007. Jam meja ini adalah hasil dari pengalaman, perbaikan, dan penemuan yang terakumulasi selama sembilan tahun, meskipun masih membutuhkan waktu dua tahun untuk membuat jam ini. Dapatkah Anda bayangkan berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk seluruh pabrik selama dua tahun kerja ini?” ungkapnya. Seluruh karyanya memang layak dikoleksi, dan bagi para kolektor jam tangan dan penggemar karyanya, ia juga menerbitkan buku “Konstantin Chaykin: Haute Horlogerie, With Russian Soul” yang eksklusif dalam edisi terbatas, yang berisi sejarah terlengkap penciptaan merek jam tangan Konstantin Chaykin dan karya seninya yang terkenal. Lengkap dengan detail unik yang tidak pernah dipublikasikan sebelumnya.
CGW Magazine
41
MASTER OF TIME
Rahasia ketangguhan koleksi Zeitwerk Minute Repeater HONEYGOLD® baru yang sangat eksklusif
M
enjelang akhir tahun, merek jam tangan eksklusif asal Jerman, A. Lange & Söhne meluncurkan koleksi Zeitwerk Minute Repeater HONEYGOLD® baru yang luar biasa secara teknis dan hanya diproduksi dalam edisi terbatas 30 jam tangan saja. Dan tidak ada yang lebih tepat untuk menciptakan nada yang sempurna pada jam tangan minute repeater selain musisi, maka tak salah jika tugas itu diserahkan pada Direktur pengembangan produk di A. Lange & Söhne, Anthony de Haas, yang juga seorang drummer berpengalaman. Bersama dengan beberapa media terpilih dari berbagai negara, penerbit Collector’s Guide-WATCHES Indonesia diundang untuk menghadiri peluncuran resmi koleksi terbatas terbaru mereka di Bangkok, dan kami pun tidak melewatkan kesempatan untuk mewawancarai Anthony de Haas secara langsung, beberapa jam sebelum acara peluncuran dan makan malam mewah di hotel
42
CGW Magazine
Rosewood, Bangkok. Berikut petikan wawancara kami, dan simak juga keunikan Zeitwerk Minute Repeater Honeygold di kolom Collector’s Corner. Jam tangan baru yang Anda luncurkan adalah Zeitwerk Minute Repeater HHONEYGOLD® . Bisa Anda ceritakan apakah ada tantangan tersendiri dalam pembuatan jam tangan dengan logam baru ini? Saya rasa waktu itu di tahun 2005 kami terpikir akan ide ini, kala itu sebagian besar jam tangan kami terbuat dari emas dan platinum. Sekarang kami membuat arloji bahan baja, tetapi dulu hanya emas dan platinum. Kami berpikir apakah ada emas 18 karat yang sedikit lebih keras sehingga tidak mudah tergores. Jadi kami meminta ke pabrik mitra dan mereka membuatkan bahan ini, dan kelihatan sangat bagus! Nuansa warnanya antara pink dan putih. Ini emas 18 karat tetapi warnanya berbeda. Lalu ada yang berkomentar, kelihatannya
Kami menyebutnya HONEYGOLD®. Bahannya juga hampir dua kali lipat lebih keras dibanding emas biasa
HALAMAN SAMPING Zeitwerk Minute Repeater HONEYGOLD® Edisi Terbatas HALAMAN INI Anthony De Haas; Tampilan mewah jam tangan yang hanya diproduksi sejumlah 30 buah saja Anthony De Haas Kepala Pengembangan Produk, A. Lange & Söhne
seperti madu. Akhirnya kami menyebutnya HONEYGOLD® . Bahannya juga hampir dua kali lipat lebih keras dibanding emas biasa. Ya, itu satu kekurangannya, dan itu juga alasan mengapa kami menjadikan bahan itu sangat eksklusif karena tidak semua model atau variasi akan memakai HONEYGOLD® . Jika dibandingkan antara mesin-mesin yang digunakan antara emas dan platinum, mesin untuk platinum memiliki tingkat keausan tiga kali lebih tinggi daripada emas. Sedangkan untuk Honeygold enam kali lipat, jadi ini memang bahan yang sangat sulit untuk digarap. Tetapi indah. Apa yang membuatnya sangat menantang? Karena sangat kaku, sangat padat, sehingga membuat mesin cepat aus. Biasanya mesin dioperasikan dan bagiannya harus diganti. Untuk HONEYGOLD®, kita tidak bisa memberikan terlalu banyak tekanan pada jam tangan ini karena ini arloji yang berat.
Apa komposisi bahan Honeygold? Emas murni, tentu saja, kemudian paladium, tembaga, bahkan silisium untuk menjadikannya keras. Ini bukan hanya soal campurannya, tetapi juga treatment-nya. Jika Anda melihat jam tangan ini, folding buckle jamnya terdiri dari dua bahan, bagian ini HONEYGOLD® dan bagian lainnya emas putih. Dan ada alasan teknis mengapa menggunakan bahan berbeda, karena ada bahan lebih mudah untuk dibentuk. Bagaimana dengan suaranya? Saya rasa setiap bahan menimbulkan suara yang berbeda-beda. Pada 2015, kami merilis jam tangan platinum dan orang-orang bilang platinum tidak bagus untuk minute repeater, tetapi saya tidak percaya itu. Platinum punya suara yang jelas dan sangat bersih. Sebagian orang menyebutnya murni. Tidak terlalu keras, sangat padat. Sementara emas putih mungkin terdengar sedikit lebih berat daripada bahan platinum. Untuk HONEYGOLD® ini, mungkin karena kepadatannya sehingga terdengar lebih hangat, atau orang bilang pitch-nya lebih rendah.
CGW Magazine
43
HALAMAN INI Detil mesin jam calibre L043.5 terlihat jelas dari belakang case transparan; Tombol untuk memutar jam tangan dan mengatur waktu, dan tombol untuk mengaktifkan mekanisme gong HALAMAN SAMPING Jendela penunjuk menit yang mudah terbaca dan detil dial jam abu-abu yang sangat elegan, dibuat dari emas khusus eksklusif HONEYGOLD® buatan Lange
Apakah ada bahan yang tidak akan pernah dipakai Lange untuk arloji akustiknya? Kami tidak berencana memakai keramik, saya juga ragu kalau kami akan memakai baja. Kami bisa memakai jenis emas lainnya. Semua bahan terdengar berbeda. Menurut Anda, apakah arloji Lange memiliki audio akustik yang khas? Saya mungkin tidak akan sampai sejauh itu, tapi saya bisa katakan apa yang penting bagi kami. Suara repeater kami tidak terlalu cepat. Secara pribadi saya merasa sebagian besar repeater yang ada di pasaran terlalu cepat. Tapi mari jangan lupakan alasan pembuatan repeater, yaitu agar pengguna dapat mendengar waktu dalam kegelapan. Memiliki jam tangan seperti ini lebih karena masalah emosional, karena Anda akan memiliki keindahan suaranya. Akan menyenangkan bisa mendengar suaranya. Apa elemen dalam desain Lange bagi Anda? Saya rasa pada umumnya, dan ini alasan yang sangat mendasar,
44
CGW Magazine
adalah kami berusaha menjadikan waktu sebagai desain. Ketika orang membeli Lange, mereka tidak membeli untuk menunjukkan bahwa dia orang sukses atau kaya. Orang-orang ini memandang diri sebagai anggota sebuah klub yang sangat eksklusif, karena kami hanya membuat sekitar 5.000 per tahun, atau mungkin 5.200 bila kami meluncurkan arloji yang lebih sederhana. Mengapa? Karena jika ingin membuat lebih banyak jam tangan, maka kami membutuhkan lebih banyak pembuat jam tangan. Kami melatih mereka di sekolah pembuatan jam tangan kami. Dan jika mereka sudah selesai, mereka tidak langsung siap membuat ini. Kami mencurahkan banyak upaya dalam membuat desain ini, teknikalitas desainnya bahkan memakan waktu sekitar lima tahun. Butuh banyak upaya. Jam tangan kami mahal dan itu ada alasannya. Kami tidak berkompromi soal kualitas. Kami tahu arloji ini sangat mahal, jadi kami berusaha membuat desain yang tidak lekang oleh waktu sehingga pemiliknya punya banyak waktu untuk menikmatinya. Dan kami tidak mengikuti tren. Kami membuat desain timeless yang sederhana. Banyak kolektor kami yang menyukai benda indah tetapi tidak perlu memamerkannya kepada semua orang.
Bisakah Anda jelaskan bagaimana proses pengujian dan kendali mutu minute repeater Lange untuk memastikan suara yang dihasilkannya berkaliber tinggi? Di Lange kami ada double assembly, untuk menyesuaikan semua komponen dan lapisannya. Setiap penyesuaian diperlukan untuk interaksi semua komponen ini. Jadi jam tangan ini harus benar-benar memikirkan tentang mekanismenya dan follow up sistemnya, secara mendetail. Itu memakan banyak waktu. Merakit, menyesuaikan, merombak rakitannya, lalu dilanjutkan kembali. Untuk tes suara, kami memiliki semacam mesin, seperti kotak suara dengan mikrofon di dalamnya untuk menguji suara gong. Suara yang dihasilkan setiap arloji mungkin berbeda-beda. Kami harus mempertimbangkan semua pukulan gong, fine tuning, dengan durasi yang sempurna untuk memastikan harmonisasi suaranya. Semua dilakukan oleh pembuat jam tangan, bukan mesin. Berapa banyak edisi terbatas Honeygold ini? Kami membuat edisi terbatas 30 buah.
Ketika orang membeli Lange, mereka tidak membeli untuk menunjukkan bahwa dia orang sukses atau kaya. Orang-orang ini memandang diri sebagai anggota sebuah klub yang sangat eksklusif
Apakah Anda punya pesan untuk para kolektor jam tangan di Indonesian? Halo, kawan-kawan di Indonesia, sayang sekali kali ini saya hanya sampai Bangkok, tetapi lain kali saya akan usahakan untuk datang ke Jakarta. Saya punya hubungan Istimewa dengan Indonesia. Saya belum pernah ke Indonesia, jujur saja, tetapi saya besar di Belanda dan saya punya banyak teman orang Indonesia dan saya suka sekali makanan Indonesia. Saya ingin sekali bertemu Anda semua, saya berharap bisa bertemu Anda di sana.
CGW Magazine
45
SHOCK THE WORLD
Merek jam tangan tangguh Jepang ini siap mengguncang dunia dengan inovasi tanpa henti dari sang pendiri merek bersama teamnya
Kikuo Ibe Pendiri G-Shock
K
ikuo Ibe hadir di Bali, Indonesia bersama para petinggi G-Shock lainnya untuk merayakan puncak acara Ulang Tahun ke-40 G-Shock dalam tema “Shock The World” Asia Tenggara. Kami pun bertemu dan berbincang singkat dengan Bapak dan Pendiri (The Father and Founder) merek jam tangan tahan banting asal Jepang tersebut di acara konferensi pers yang digelar di Potato Head, Seminyak, Bali pada 2 Desember lalu. Ada yang sangat menarik untuk disimak dari kampanye terbaru merek jam G-Shock (singkatan dari Gravitational Shock) yang menceritakan perjalanan panjang sang pencipta jam tangan ini, dari awal hingga ia berhasil meraih sukses. Video singkat yang ditayangkan di hadapan perwakilan media dan para tamu VIP dari berbagai negara itu menggambarkan saat sang penggagas, perancang dan pembuat jam tangan G-Shock ini
46
CGW Magazine
bertemu dengan dirinya yang lebih muda 40 tahun yang lalu, di mana ia nyaris putus asa saat merancang jam yang tahan banting, namun tanpa henti berupaya menciptakan G-Shock meskipun berulang kali mengalami kegagalan. Dalam perjalanan menyentuh hati bertajuk ‘Dear Younger Me’ itu, ia ingin menginspirasi generasi muda yang menghadapi tantangan dengan pesannya tentang “Ketangguhan itu menerima kegagalan.” Awal karirnya di Casio dimulai saat ia ditugaskan di Departemen Desain dan terlibat dalam pengembangan konstruksi jam tangan digital. Di tahun 1981, ia mengusulkan jam tangan kokoh yang tidak akan pecah meskipun terjatuh dan mulai mengembangkan konstruksi tahan guncangan, baru berhasil di tahun 1983, setelah dua tahun kerja keras dan ratusan kali percobaan dan gagal. Ide tersebut muncul saat
@Foto-foto Kikuo Ibe: Rendy Kairupan
HALAMAN SAMPING DARI KIRI Pendiri G-Shock, Kikuo Ibe saat berada di Bali; Dream Project #2: G-D001 HALAMAN INI Ibe menyampaikan presentasi menarik, termasuk membuktikan ketangguhan jam tangan buatannya
pria kelahiran 15 November 1952 itu mendapat hadiah jam tangan dari orangtuanya saat lulus SMA. Namun saat ia mengenakannya dan tak sengaja bertabrakan dengan seseorang di jalan, jam tangan itu pun lepas dan hancur berantakan. Sejak saat itu ia bertekad ingin menciptakan jam tangan yang kuat dan tahan banting. G-Shock sendiri adalah merek jam tangan yang diproduksi oleh perusahaan elektronik Jepang Casio, yang dirancang untuk tahan terhadap tekanan mekanis, guncangan dan getaran, dan dibanding dengan Casio, jam tangan ini memiliki lebih banyak bobot dan ketangguhan di pergelangan tangan pemakainya. Dalam video yang ditayangkan, ia mengaku, “Pada waktu itu, jam memang dianggap sewajarnya mudah pecah jika terjatuh. Karenanya ide saya untuk membuat jam tahan banting adalah gagasan yang tidak lazim. Karenanya saya harus mulainya dari nol, karena tidak ada contoh yang ada.” Ibe telah mencoba berbagai struktur, bentuk, hingga bahan dan nyaris menyerah, namun suatu hari saat ia berjalan di sebuah taman bermain, dia mengamati anakanak yang bermain bola, baru lah ia menyadari bahwa guncangan tidak mempengaruhi bagian tengah bola karet seperti bagian luarnya. Ia pun meniru struktur yang membuat bagian dalam jam tidak mendapat guncangan saat terjatuh, dan berhasil meluncurkan jam tangan G-Shock pertamanya di tahun 1983. Tahun ini G-Shock merilis jam tangan yang akan diburu para kolektor karena merupakan jam tangan G-Shock termahal yang pernah dibuat, dengan nama G-D001. Ini adalah kedua kalinya G-Shock merilis jam tangan yang disebut “Dream Project”. Yang pertama adalah Dream Project #1, G-D50009JR, berbentuk persegi dengan bahan emas kuning 18K yang dibuat terbatas 35 unit untuk ulang tahunnya yang ke-35, dan jam tangan tersebut harganya Rp 1 Miliar lebih. Sedangkan Dream Project #2 tahun 2023 ini juga terbuat dari emas kuning 18K, namun hanya dibuat satu
Dalam perjalanan menyentuh hati bertajuk ‘Dear Younger Me’ itu, ia ingin menginspirasi generasi muda yang menghadapi tantangan dengan pesannya tentang “Ketangguhan itu menerima kegagalan.” buah saja, dan tampilannya tidak seperti G-Shock lainnya, jam tangan ini dibuat hasil kolaborasi antara tim R&D Casio dan bantuan AI. Jam tangan multifungsi bertenaga surya ini berdiameter 45,1mm, tahan guncangan, dan unik dengan tampilan analog dan penunjuk waktu presisi yang dikontrol radio. Hanya dibuat satu-satunya dan baru saja dilelang di Balai Lelang Phillips di New York pada 9 Desember lalu, Casio #2 in berhasil mencapai angka USD 400,000 (sekitar IDR 6,188 milyar), sebuah rekor dunia untuk jam tangan Casio yang pernah ada, dan 100% hasil penjualan jam tangan ini akan disumbangkan ke The Nature Conservancy (TNC) di AS. Di akhir presentasinya, ia mengajak tamu undangan untuk membuktikan ketangguhan G-Shock dengan melemparkan jam itu sekeras-kerasnya ke sebuah papan bulat di panggung, hingga jam itu terpental dan menimbulkan suara keras. Ia memungutnya dari lantai dan memeriksanya sembari tersenyum, menunjukkannya pada kami sembari berujar, “Still working!” (jam tersebut masih bekerja dengan baik). Ia juga melepas jam yang dikenakannya dan sembari setengah meloncat, ia mengayunkan jam itu dan melemparnya dengan kencang ke bilah papan bulat di depannya, lalu memungutnya dan tertawa lepas sembari berujar, “Lihat, ini masih bekerja!” dan kami pun keluar dari ruangan dengan senyum yang sama, sembari bersiap untuk berpesta pada malam harinya.
CGW Magazine
47
Timeless Heritage Tentang sejarah panjang Longines, kesuksesannya di segmen pasar menengah, strategi ke depan, hingga pasar jam tangan di Indonesia
48
CGW Magazine
HALAMAN SAMPING Tiga versi terbaru dari Longines Spirit Flyback Chronograph, dalam beberapa pilihan warna dial dan tali atau gelang jam Matthias Breschan CEO Longines
HALAMAN INI DARI KIRI Matthias Breschan; Detil dial dan mesin jam pada koleksi Longines Spirit Flyback Chronograph Ref. L3.821.4.93.6 versi dial biru dan pilihan tali jam kain atau gelang stainless steel
Ketika kami meluncurkan, misalnya, Longines Spirit Flyback di Collector’s Corner, kami akan menunjukkan beberapa foto bersejarah dan menuturkan ceritanya
B
erada di bawah naungan Swatch Group, Longines adalah salah satu nama tertua di industri jam tangan Swiss dan telah memimpin pasar di segmen kelas menengah dengan harga yang sangat kompetitif. Collector’s Guide-WATCHES Indonesia pun tak ingin melewatkan kesempatan untuk duduk bersama CEO merek ini, Matthias Breschan saat ia berkunjung ke Jakarta, di mana ia mempresentasikan hal-hal baru tahun ini hingga strateginya ke depan dan tanggapannya terhadap pasar jam tangan di Indonesia. Apa yang membuat Longines digemari dan kreasi baru apa saja yang bisa kita nantikan dari Longines ke depannya? Yang membedakan Longines dari merek-merek lainnya adalah warisan yang kami miliki. Saya rasa sejarah warisan Longines adalah salah satu yang paling menarik dan paling kaya dalam sejarah seluruh jam tangan, dan ini bagus karena industri jam tangan adalah satu dari segelintir industri di mana kita menengok ke belakang untuk menentukan masa depan. Kedua, kami menjual persis 50% untuk pria dan 50% untuk wanita. Ini langka karena biasanya perbandingannya 80:20 atau 20:30. Ketiga, kami menyeimbangkan setara antara arloji klasik dan arloji sport. Ini juga sangat langka karena biasanya perbandingannya 80-
20. Berbicara tentang warisan sejarah, ini sangat penting dan sejak beberapa tahun lalu di Indonesia kami melihat bahwa arloji vintage menjadi semakin penting. Anak muda menjadi semakin tertarik pada jam tangan vintage. Mereka menemukan bahwa jam tangan adalah salah satu produk yang paling sustainable, karena tidak ada yang membuang jam tangan setelah 6 atau 12 bulan. Anda membeli jam tangan untuk seumur hidup, atau bahkan hingga generasi berikutnya. Bisa jadi jam tangan yang Anda beli saat ini mungkin nantinya akan berumur lebih tua dari Anda. Dan itu sesuatu yang sangat unik tentang bisnis jam khususnya dalam industri jam tangan. Saat saya mulai bergabung dengan Longines, salah satu hal pertama yang saya lakukan adalah pergi ke museumnya. Longines yang menemukan flyback movement, dan menjadi merek pertama yang dapat mengukur waktu dalam acara-acara olahraga besar pada 1914 dengan hitungan yang sudah mencapai sepersepuluh dari 1 detik dan tahun 1916 pada seperseratus dari 1 detik. Itulah mengapa Longines diterima karena dapat memberikan akurasi yang luar biasa. Longines pada era 1920an juga sudah berkecimpung dalam mesin jam flying instrument sehingga hubungan dengan pilot sudah bagus karena Longines mempunyai sejarah di bidang aviasi,
CGW Magazine
49
HALAMAN INI Beragam pilihan Mini DolceVita terbaru yang sangat indah; Matthias Breschan didampingi aktris Jennifer Lawrence dan bintang asal Korea, Suzy saat peluncuran koleksi ini di New York HALAMAN SAMPING Jam tangan Pilot Majetek yang tangguh dan terinspirasi oleh dunia aviasi
dan punya sejarah panjang dalam inovasi mesin jam. Untuk jam tangan Wanita, Mini DolceVita yang kami luncurkan bersama Jennifer Lawrence juga mengenang bagian terkaya dalam sejarah Longines yang mengembangkan case jam tangan kotak pertama tahun 1916. Pada 1918 mereka mengembangkan jam tangan persegi panjang arloji. Model-model ini sangat terkenal di era 1920-an di kalangan para wanita elegan. Anda meluncurkan Collector’s Corner. Bagaimana berkembangnya program tersebut? Kami mendirikan yang pertama di Rue de Rhone, Jenewa. Idenya adalah untuk memberi tahu konsumen tentang sejarah dan warisan yang sangat kaya dan menarik dari Longines. Ketika kami meluncurkan, misalnya, Longines Spirit Flyback di Collector’s Corner, kami akan menunjukkan beberapa foto bersejarah dan menuturkan ceritanya.
50
CGW Magazine
Dalam beberapa kesempatan kami menemukan jam tangan tua di pasar. Kami biasanya akan membelinya, merestorasinya, kemudian menjualnya kembali. Namun itu bukan bisnis kami. Hal yang terpenting adalah bahwa semua ini meningkatkan hasrat publik lantaran warisan dan sejarah kami yang autentik. Kita tidak membuat cerita seputar produk baru, tetapi kami menulisnya dalam sejarah. Dan inilah menurut saya keindahan Collector’s Corner, kami bisa menceritakan tentang sejarah kaya sebuah produk dengan seluruh gambar dan kisah. Berbicara tentang duta merek, selain memunculkan kesadaran akan merek (brand awareness), wawasan apa yang didapat Longines dari endorsement itu? Ketika Anda memilih duta merek tentu saja orangnya harus terkenal karena Anda tidak mungkin menjelaskan siapa dia dari foto. Namun hal terpenting adalah pilihannya harus autentik dan bahwa orang
Jam ini dikembangkan untuk tentara Ceko dan digunakan oleh pilot Ceko selama Perang Dunia II mengerti mengapa kami memilih orang itu. Jadi kami sangat hati-hati memastikan bahwa orang yang kami pilih memegang nilai-nilai yang sama seperti yang dipegang merek. Misalnya Jennifer Lawrence, ia sangat elegan, punya gaya khas, punya karakter, dia memiliki segala yang dibutuhkan dari seorang duta elegan Longines. Dan kerja sama ini luar biasa, sangat bisa dimengerti, dan autentik. Apakah fokus Anda masih akan tetap pada upaya menghasilkan jamjam tangan luar biasa yang mewujudkan gaya elegan, tradisi, dan presisi? Kami punya DNA utama yang ingin kami persembahkan dalam koleksi kami setiap tahun. Misalnya ketika kami meluncurkan DolceVita, gaya elegannya sangat selaras dengan DNA merek. Kemudian kami meluncurkan flyback, mengenang sejarah ketika Longines menciptakan flyback movement. Jadi jam tangan sport, kaitan ke aviasi, pelanggannya terutama pria, dan teknologi canggih berpadu dengan jaringan kuat ke sejarah. Longines memperkenalkan jam tangan Pilot Majetek awal tahun ini, bagaimana cara mengucapkannya dengan benar? Nama ini berasal dari bahasa Ceko, diucapkan ‘mayetek’. Sejarah di baliknya sangat menarik, karena jam ini dikembangkan untuk tentara Ceko dan digunakan oleh pilot Ceko selama Perang Dunia II. Jam tangan ini dilengkapi bezel berputar, awalnya dikembangkan untuk jam tangan penerbangan dan pilot, kemudian diadaptasi untuk jam tangan selam yang kini terkenal dengan jam tangan selam. Longines memegang paten sejak tahun 1935, menjadikan kami sebagai penemu bezel putar untuk jam tangan selam. Ukiran di bagian belakang casing
juga unik karena spesifikasi militer, sering kali bertuliskan ‘Majetek dan (nama pilotnya).’ Pilot-pilot ini terkenal karena difoto bersama anjingnya, sebagai maskot. Inovasi apa yang bisa kami nantikan dari Longines tahun depan? Tahun depan Anda akan melihat inovasi yang berkaitan dengan warisan sejarah merek, dengan fokus pada pasar kaum wanita yang mewakili 50 persen penjualan kami, dengan arloji-arloji klasik baru yang kuat. Longines Master Collection masih merupakan koleksi terkuat di dunia. Ada pesan untuk para kolektor jam tangan di Indonesia yang baru mengenal merek Anda dan ingin memiliki arloji Longines pertama mereka? Saya rasa Longines cocok menjadi jam pertama yang bisa Anda beli dengan honor pertama yang didapat dari pekerjaan atau mungkin pemberian dari orang tua atas kelulusan karena hal-hal berikut: Pertama, Anda akan mendapatkan jam tangan yang memiliki sejarah dan warisan yang kaya. Ini sangat penting karena memberikan stabilitas kepada Anda, memberikan akar yang kuat ke masa lalu, yang dapat menjadi sahabat seumur hidup Anda, bahkan generasi berikutnya, dan bisa jadi jam tangan ini berusia lebih tua dari Anda. Kami punya variasi yang beragam karena Longines kuat dalam jam tangan klasik dan jam tangan sport, dan pembelinya setara pria dan wanita. Saya yakin di butik The Time Place Indonesia, Anda dapat menemukan jam tangan yang sempurna untuk menghiasi pergelangan Anda untuk menunjukkan daya tarik dan kepribadiannya.
CGW Magazine
51
Penulis: Billy Saputra
Musical Illumination
Perjalanan musikal sang maestro Ananda Sukarlan, dan suara denting iluminasi Anugerah Kehormatan Tertinggi dari Spanyol
52
CGW Magazine
HALAMAN SAMPING Ananda Sukarlan terlihat elegan dalam balutan jas hitam dan jam tangan Montblanc 1858 Geosphere 0 Oxygen Limited Edition
Ananda Sukarlan, dianugerahi Ordo Kerajaan Isabella Katolik (Real Orden de Isabel la Católica) oleh Kerajaan Spanyol
S
ebuah peristiwa penting menghiasi dunia musik Indonesia pada pertengahan November lalu, saat pianis dan komposer terkemuka dari Indonesia, Ananda Sukarlan, dianugerahi Ordo Kerajaan Isabella Katolik (Real Orden de Isabel la Católica) oleh Kerajaan Spanyol. Penghargaan prestisius ini diberikan sebagai pengakuan atas kontribusi luar biasa Ananda Sukarlan bagi Tanah Air dan upayanya dalam memperkuat hubungan antarbangsa. Kini, nama Ananda Sukarlan terpahat sebagai warga Indonesia pertama yang meraih medali berharga ini. Ordo memiliki keistimewaan di mana Raja Spanyol menjadi Grand Master, sementara Grand Chancellor adalah Menteri Luar Negeri. Ordo Isabel la Católica dibentuk pada tahun 1815 oleh Raja Ferdinand VII sebagai penghormatan kepada Ratu Isabella I, dan sebagai wujud pengakuan terhadap jasa terhadap tanah air, Ordo Isabel la Católica dianggap sebagai penghargaan sipil tertinggi yang diberikan oleh Kerajaan Spanyol. Selain penghargaan tersebut, Ananda juga memperoleh gelar ksatria “Cavaliere Ordine della Stella d’Italia” dari Presiden Sergio Mattarella pada tahun 2020. Ini menambah daftar prestasi panjang sang maestro, seorang seniman Indonesia pertama yang diundang oleh Portugal setelah terjalinnya hubungan diplomatik antara Indonesia
HALAMAN INI Duta Besar Spanyol untuk Indonesia, H.E Francisco Aguilera Aranda saat menyerahkan penghargaan kepada Ananda di Jimbaran Hall, Gran Melia Hotel, Jakarta dan Portugal pada tahun 2000. Ia juga meraih berbagai penghargaan non-pemerintah, termasuk Prix Nadia Boulanger di Orleans, Prancis. Namanya juga termasuk dalam buku “Heroes Amongst Us” karya Dr. Amit Nagpal yang diterbitkan di India. Ananda terpilih sebagai salah satu dari 100 “Tokoh Paling Berpengaruh di Asia” dalam dunia seni pada tahun 2020 oleh Tatler Asia Magazine. Seremoni penghargaan diselenggarakan di Jimbaran Hall, Gran Melia Hotel, Jakarta oleh Duta Besar Spanyol untuk Indonesia, Bapak Francisco Aguilera Aranda, menandai persahabatan yang erat antara Indonesia dan Spanyol melalui seni dan musik. Dalam pidato penerimaan penghargaan, Ananda dengan rendah hati menyampaikan, “Saya adalah seorang seniman, dan saya hanya melakukan pekerjaan saya untuk menyajikan keindahan dan kedamaian melalui musik. Indonesia adalah tanah kelahiran saya dan Spanyol telah membesarkan dan merawat saya sejak saya lulus dari Belanda, sehingga wajar jika saya berterima kasih kepada kedua negara ini. Jika saya dihormati dengan pengakuan sebesar ini, itu adalah bonus yang luar biasa.” Ia juga berterima kasih kepada banyak tokoh penting dalam hidupnya, termasuk mantan Presiden Indonesia B.J. Habibie dan Abdurrachman Wahid (Gus Dur), yang sebelumnya sempat terlibat berkolaborasi dengannya. Kolaborasi mereka, terutama dengan B.J. Habibie, menjadi
CGW Magazine
53
@Foto-foto: Rendy Kairupan
Melalui karyanya dalam ‘Pandemic Poems, Ananda mengungkapkan perbedaan emosi yang terkandung dalam puisi, seperti sarkasme Hilmi Faiq dibandingkan dengan nada jenaka Riri Satria sebuah perjalanan musikal yang tak terlupakan. Ananda Sukarlan dan B.J. Habibie terlibat dalam proyek bersama yang menggabungkan kecintaan mereka pada seni dan inovasi. Melalui kolaborasi ini, mereka menciptakan harmoni yang luar biasa antara musik dan tekhnologi, mencerminkan visi dan semangat untuk menggabungkan dua dunia yang mungkin terasa sangat berbeda pada pandangan pertama. Akhir tahun ini ia mengerjakan dua proyek terbaru, di mana Sony Classical akan merilis karyanya yang terbaru, “The Springs of Vincent,” terinspirasi dari lukisan-lukisan Vincent Van Gogh yang akan dibawakan oleh pemain flut Eduard Sanchez. Di Indonesia, film dokumenter “Rainha Boki Raja” juga akan diluncurkan. Soundtrack film tersebut adalah karya Ananda Sukarlan yang akan dinarasikan oleh aktris terkenal Christine Hakim (yang juga, seperti Ananda Sukarlan, pernah menerima gelar kehormatan dari dua negara: Order of the Rising Sun dari Jepang dan Ordre des Arts et des Lettres dari Prancis), sementara
54
CGW Magazine
narasinya oleh Linda Christanty berdasarkan buku karya Prof. Dr. Toeti Heraty Roosseno. Pada awal Desember ini ia juga mengadakan Konser Amal Natal di Mitra Hadiprana, Jakarta, dan bukan sekadar perhelatan musik, tetapi sebuah peristiwa penting dalam kancah musik klasik Indonesia. Dengan lebih dari 100 penonton, konser ini menampilkan Shelomita Amory dan Aghisna Indah Mawarni, pemenang Ananda Sukarlan Award 2023, yang menunjukkan bakat luar biasa mereka di dunia musik. Tak hanya sebagai ajang penghargaan bagi musisi muda berbakat, konser ini juga bertujuan filantropis. Diinisiasi oleh Daniel Zoet bersama istrinya, Rinawati Prihatiningsih, seorang pengusaha wanita dan Co-Chair G20 EMPOWER, konser ini bertujuan untuk menggalang dukungan bagi generasi penerus musik klasik Indonesia. Mereka berharap konser ini menjadi perayaan bakat musik klasik dan mengumpulkan dukungan finansial untuk Ananda Sukarlan Award tahun depan, memastikan berlanjutnya dukungan terhadap bakatbakat musisi muda Indonesia.
HALAMAN SAMPING DARI KIRI Ananda Sukarlan dan H.E Francisco Aguilera; Ananda mengenakan jam tangan Montblanc 1858 Geosphere 0 Oxygen Limited Edition HALAMAN INI Sang maestro saat menampilkan kemampuan yang memukau, termasuk bermain piano dengan satu tangan yang mewakili kaum disabilitas; Konser ini atas inisiatif Daniel Zoet dan istrinya, Rinawati Prihatiningsih Ananda menampilkan kemampuan yang memukau dengan membawakan empat karya piano solo, termasuk variasi dari lagu Natal populer dan karya-karya yang menggambarkan kekayaan budaya Indonesia, seperti Rapsodia Nusantara no. 39 dan Variasi dari lagu “Kasih Ibu.” ‘Pandemic Poems,’ sebagai sorotan utama, memperlihatkan bagaimana musik dapat menjadi bahasa universal, mengangkat puisi menjadi sesuatu yang sublim melalui musik. Melalui karyanya, Ananda mengungkapkan perbedaan emosi yang terkandung dalam puisi, seperti sarkasme Hilmi Faiq dibandingkan dengan nada jenaka Riri Satria, yang semuanya diinterpretasikan melalui musik. Semua ini menggambarkan pencapaian luar biasa seorang Ananda Sukarlan, dengan berbagai pengakuan internasional yang diterimanya, dan dedikasinya yang tak henti dalam menyebarkan keindahan dan kedamaian melalui musik. Melalui karyanya, Ananda Sukarlan menjadi salah satu duta seni Indonesia yang berhasil menembus pasar global. Selamat, Maestro!
CGW Magazine
55
Whispers Of The Sea
Penulis: Billy Saputra
Komitmen Rolex dengan fotografer konservasi dunia untuk melindungi dan melestarikan dunia kelautan
56
CGW Magazine
HALAMAN SAMPING DARI KIRI ATAS Ikan pari di sela-sela rumput laut; Sekelompok ikan kardinal menghindari singa laut Galapágos; Anjing laut macan tutul dan kawanan penguin; Aktivis lingkungan, penyanyi dan aktris Ta’Kaiya Blaney; Trio flamingo di perairan dangkal Ría Lagartos, Meksiko; Seorang perenang snorkel menyelam di Atol Rangiroa. Foto-foto karya Cristina Mittermeier HALAMAN INI Foto bayi penguin kaisar di Laut Ross di Antartika, karya fotografer Paul Nicklen
Kolaborasi ini merupakan bagian dari Inisiatif Perpetual Planet Rolex, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan menginspirasi aksi positif terhadap masalah yang dihadapi lautan dunia
P
ada akhir tahun 2022, Rolex memperluas komitmennya terhadap konservasi lingkungan dengan mengumumkan kolaborasi dengan fotografer konservasi ternama, Cristina Mittermeier dan Paul Nicklen. Kolaborasi ini merupakan bagian dari Inisiatif Perpetual Planet Rolex, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan menginspirasi aksi positif terhadap masalah yang dihadapi lautan dunia. Inisiatif ini berawal dari sejarah panjang dukungan Rolex terhadap penjelajah dan ilmuwan. Dengan peluncuran inisiatif ini pada tahun 2019, Rolex beralih fokus dari eksplorasi menjadi perlindungan lingkungan, mendukung individu dan organisasi yang menggunakan ilmu pengetahuan untuk mengatasi tantangan lingkungan saat ini. Portofolio Inisiatif Perpetual Planet terus berkembang, termasuk dukungan terhadap Cristina Mittermeier dan Paul Nicklen. Cristina Mittermeier, asal Cuernavaca, Meksiko, telah lama terpikat oleh lautan. Pendidikannya di bidang ilmu kelautan membawanya ke dunia fotografi konservasi, di mana ia menjadi suara bagi lautan dan komunitasnya. Karyanya yang telah memenangkan banyak penghargaan mendokumentasikan keajaiban lautan yang tak terhitung. Sebagai pendiri Liga Internasional Fotografer Konservasi,
Mittermeier telah diakui sebagai salah satu Petualang Tahun Ini oleh National Geographic. “Saya sadar saya bisa membangun pelatihan formal saya sebagai biologis, untuk menjadi suara bagi laut dan penghuninya,” ungkap Cristina Mittermeier, yang kini telah resmi menjadi bagian Mitra Rolex dan Fotografer Konservasi. Sementara itu Paul Nicklen, tumbuh di tengah komunitas Inuit Arktik di Pulau Baffin, Kanada, mengembangkan rasa hormat mendalam terhadap alam. Pengalaman masa kecilnya memberinya pemahaman unik tentang ekosistem yang terancam. Nicklen, yang awalnya mempelajari kehidupan laut secara ilmiah, berubah menjadi fotografer yang mendokumentasikan keindahan lingkungan ekstrem Bumi. Karyanya menggambarkan hubungan antara kehilangan biodiversitas dan perubahan iklim, serta ancaman terhadap ekosistem. Mittermeier dan Nicklen, bersama fotografer dan pembuat film Andy Mann, mendirikan SeaLegacy. Organisasi ini menggunakan fotografi dan media visual lainnya untuk meningkatkan kesadaran tentang ancaman yang dihadapi lautan. Inisiatif Perpetual Planet Rolex bergabung dengan mereka dalam misi untuk menyelamatkan lautan, memperkuat komitmen terhadap individu yang memimpin perubahan. Melalui lebih dari 45 ekspedisi, Mittermeier dan Nicklen telah mendokumentasikan lebih dari 765 spesies dan mengabadikan lebih dari 7 juta gambar. Mereka memiliki pengikut gabungan sebanyak 9 juta orang di Instagram, menggunakan platform ini untuk menjangkau audiensi yang lebih luas. Kemitraan dengan Rolex memungkinkan pesan mereka menjangkau lebih banyak orang, sambil memberikan pandangan unik tentang lautan. “Saya sangat terpengaruh oleh berbagai individu, tempat-tempat, spesies dan ekosistem ini, sehingga saya tidak bisa mengalihkannya begitu saja,” tambah Paul Nicklen, yang juga kini telah resmi tergabung sebagai Mitra Rolex dan Fotografer Konservasi.
CGW Magazine
57
Notes of Inspiration
Penulis: Billy Saputra
Sinkronisasi seni musik klasik dan keanggunan penunjuk waktu bagi seorang pianis muda bertalenta, George Harliono
58
CGW Magazine
HALAMAN SAMPING George Harliono tampil elegan dalam setelan jas bespoke biru navy dari SAS Designs dan sepatu loafer coklat, dan mengenakan jam tangan Chopard @Foto-foto: Rendy Kairupan
HALAMAN INI DARI KIRI Saat pemotretan di butik Chopard di Plaza Indonesia, ia menjajal jam tangan Chopard, termasuk Alpine Eagle XL Chrono berwarna abuabu, dan Chopard L.U.C Time Traveler One Black
“Baik dalam piano maupun jam tangan, perubahan mikro selama proses produksi dapat menghasilkan produk akhir dengan keunikan masing-masing” ~ George Harliono
D
alam suasana yang nyaman di butik Chopard di Plaza Indonesia, Collector’s Guide-WATCHES Indonesia berkesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan George Harliono, pianis klasik muda berbakat dari Britania Raya dan berdarah Indonesia. Pertemuan ini terjadi sehari sebelum pementasan konser galang amal “Symphony for Life” untuk Yayasan Kanker Indonesia. George dengan tulus berbagi lika-liku pengalaman perjalanannya menuju puncak kesuksesan saat merambah dunia musik klasik yang memiliki tantangannya tersendiri. Ia membuka diri tentang kegigihannya melalui menit demi menit proses berlatih, meluangkan fokusnya pada hal yang ia begitu cintai, mulai dari mengasah kemampuan, sampai mendalami hasratnya terhadap instrumen piano. Ia memiliki apresiasi lebih terhadap proses pengerjaan craftsmanship dari sebuah piano, dan berbagi kisah tentang jam tangan favoritnya yang kerap dikenakannya, dan memberikan sentuhan sentimental dalam kesehariannya.
George mengunjungi Indonesia untuk ketiga kalinya dalam tahun ini, setelah sebelumnya sempat mengunjungi Bali dan Jakarta belum lama ini. Ia juga mengisahkan kenangan tak terlupakan dari kunjungannya satu dekade yang lalu bersama keluarganya, di mana pijakan kakinya di pasir pantai Pulau Bali dan kenikmatan makanan Indonesia yang kaya bumbu meninggalkan kesan mendalam. George mengungkapkan rasa senangnya kembali ke Indonesia, di mana ia merasa semakin peka untuk meresapi dan semakin mengapresiasi kebudayaan Indonesia seiring tumbuh dewasa. Ekspresi senyumnya mencerminkan kebahagiaan yang mendalam atas kesempatan untuk kembali mengeksplorasi keindahan dan keanekaragaman yang ditawarkan oleh tanah air. Pianis muda ini telah mengarungi panggung musik selama lebih kurang 13 tahun, dan dalam rentang waktu tersebut, ia telah mengumpulkan berbagai kenangan berharga. Salah satu momen awalnya adalah ketika George pertama kali bermain di depan umum, merasakan cahaya sorot lampu dan interaksi langsung dengan penonton. Namun, pencapaian yang lebih besar datang saat
CGW Magazine
59
Sejak usia 9 tahun, ia telah mengalami latihan 4 jam sehari, dan saat ini, ia berusaha untuk berlatih sekitar 8 jam, meskipun jarang dapat mencapai target tersebut, terutama saat harus bepergian George, pada usia sembilan tahun, melakukan recital selama satu jam dengan hadirin yang terdiri dari masyarakat umum. Pengalaman ini menjadi sangat penting baginya, terutama di Inggris, di mana kesempatan bagi musisi klasik muda untuk tampil dalam konser sejenis sangat jarang. Keterlibatannya dalam acara tersebut menarik perhatian media lokal, dengan beberapa orang bahkan berdiri untuk menyaksikan penampilannya. Keberanian dan bakat George yang luar biasa pada usia muda membuat momen ini menjadi sangat berharga dalam perjalanan musikalnya. Di tahun 2018, George berhasil terpilih nominasi oleh BRIT Awards untuk penghargaan ‘Sound of Classical Poll’ yang mempromosikan artis-artis pendatang baru terbaik dan yang patut ditonton dalam musik klasik. George merasa bangga mendapatkan pengakuan ini, mengingat tingkat persaingan yang tinggi dan kompetitif dalam dunia musik klasik. “Apalagi, penghargaan ini datang secara tidak terduga,
60
CGW Magazine
mengingat saya belum pernah merilis CD atau karya musik dalam bentuk apa pun,” ungkapnya. Ia juga telah meraih medali perak dalam Kompetisi Tchaikovsky ke-XVII. Ini merupakan pencapaian luar biasa baginya. Keinginannya untuk berpartisipasi dalam kompetisi ini telah tumbuh sejak masa kecil, dan mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kompetisi tersebut saja sudah dianggap sebagai suatu pencapaian yang membanggakan baginya. Ia mengingat dengan baik intensitas kompetisi, “Ronde pertama berlangsung selama satu jam, kemudian ronde kedua juga berlangsung selama satu jam, dan ronde ketiga menjadi ronde terakhir, jadi stamina dan daya tahan adalah kunci utama untuk kompetisi ini,” tutur George berbinar. Ia merasa sangat terhormat bisa meraih penghargaan ini, membuktikan di mana pentingnya dedikasi dan kedisiplinan tidak akan mengkhianati hasil. George bangga mendapatkan kesempatan untuk studi di BMUS Degree di Royal College of Music. Saat mengikuti audisi, usianya baru 15 tahun, dan ia memulai studinya pada bulan September ketika berusia 16 tahun. Pengalaman di sekolah ini menjadi momen yang sangat berarti baginya, karena memungkinkannya untuk sepenuhnya fokus mengembangkan bakat bermain piano. Yang paling berkesan baginya adalah atmosfer yang mendukung di sekolah tersebut, di tengahtengah musisi dan musisi klasik. Ini menjadi penting karena sebelumnya, George mengikuti pendidikan homeschooling, di mana ia belajar musik tetapi secara tidak langsung terisolasi, tanpa interaksi dengan teman sebaya. “Sedangkan, di sana, berada dalam lingkungan yang berisi individu dengan minat dan fokus yang sama benar-benar membantu dalam aspek bermusik,” jelasnya penuh semangat. Ia menambahkan bahwa pengalaman ini memberinya banyak perspektif baru tentang karier dan pendekatan bermusik, waktunya di Royal College of Music dianggapnya sebagai periode krusial dalam proses mempertajam intuisinya sebagai musisi.
@Foto-foto: YKAI HALAMAN SAMPING Chopard Alpine Eagle XL Chrono biru serasi dengan setelan jas bespoke biru navy yang dikenakannya; Ia memiliki koleksi pin untuk disematkan di jas saat tampil di panggung HALAMAN INI Penampilan George yang mengesankan saat pementasan konser galang amal “Symphony for Life” untuk Yayasan Kanker Indonesia, di Aula Simfonia Jakarta Mencapai posisinya sekarang ini, bukanlah jalan mulus bagi seorang George. Proses latihan yang intens menjadi salah satu tantangan besar yang harus dihadapinya dalam perjalanannya sebagai musisi klasik. Sejak usia 9 tahun, ia telah mengalami latihan 4 jam sehari, dan saat ini, ia berusaha untuk berlatih sekitar 8 jam, meskipun jarang dapat mencapai target tersebut, terutama saat harus bepergian. George memaksimalkan setiap kesempatan untuk berlatih, bahkan dalam perjalanan, demi menjaga kualitas penampilannya. Setelah proses wawancara, George sendiri sudah memiliki “bucket list” yakni setlist yang harus dipersiapkan, menaklukkan dua concerto yang berbeda, dan program recital piano selama 90 menit, George mencurahkan waktu dan usaha yang besar untuk tetap berada di puncak performanya. Meskipun menjalani jadwal yang padat, George merasa ada momen ketika ia merasa bersalah karena bekerja terlalu keras. Perjalanan antar negara untuk konser, termasuk konser penting di Indonesia dan Rusia, menambah tingkat kesibukannya. Namun, meskipun tuntutan jadwal yang tinggi, George menemukan kepuasan dalam berbagi musik dengan banyak orang. Dia mengakui bahwa karier ini tidak hanya demanding secara fisik, tetapi juga membutuhkan pengorbanan dari segi keluarga, waktu, dan finansial. Meskipun tugasnya mencakup ribuan catatan musik yang harus dimainkan dengan presisi, ia menyadari bahwa yang juri cari dalam musik klasik adalah sesuatu yang unik, artistik, dan autentik. Walaupun jadwalnya bisa sangat menuntut, ia menemukan kebahagiaan dalam bermain musik dan berbagi pengalaman musikalnya dengan audiens di berbagai belahan dunia. Meski tidak memiliki banyak waktu untuk dirinya sendiri, ia tetap menikmati pengalaman kuliner dan eksplorasi budaya saat berada di tempattempat baru seperti Indonesia, Jepang, dan Korea. Selama perjalanan konsernya di seluruh dunia, musisi muda berbakat ini tidak hanya
membawa harmoni musiknya, tetapi juga ia kerap ditemani oleh Seiko Presage, yang merupakan jam tangan pertama favoritnya. Terkadang, Rolex Explorer II milik ayahnya menjadi pilihan ikonis George untuk penggunaan sehari-hari. Koleksinya semakin beragam dengan kehadiran jam tangan BUUR, hadiah dari seorang teman, yang menampilkan komplikasi moonphase yang memikat. Bagi George, jam tangan bukan hanya alat pemantau waktu, melainkan juga pernyataan gaya yang mencerminkan selera dan kebutuhannya. Dalam pengalaman menjajal seri terbaru jam tangan Chopard Alpine Eagle berwarna abu-abu, George menghadirkan sentuhan elegan dengan setelan jas bespoke biru navy dan kemeja putih, dipadukan dengan sepatu loafer coklat. Dengan koleksinya yang beragam, George menggambarkan pemahaman mendalamnya terhadap daya tarik dunia jam tangan. Sebagai seorang musisi yang memahami keindahan teknik craftsmanship, George membagikan pengalamannya setelah mengunjungi pabrik Steinway dan Yamaha serta menguji berbagai piano. Ia menyoroti kompleksitas dalam pemilihan material dan perakitan yang memengaruhi karakteristik unik tiap instrumen. Ia mencatat bahwa piano dan jam tangan, meski berukuran dan tujuan berbeda, memiliki kesamaan dalam pentingnya setiap komponen yang berkontribusi pada fungsi yang sempurna. “Baik dalam piano maupun jam tangan, perubahan mikro selama proses produksi dapat menghasilkan produk akhir dengan keunikan masingmasing,” paparnya. Menunjukkan bahwa dalam dunia craftsmanship, setiap detail memiliki nilai yang besar. Melewati tahun yang penuh tantangan dan jadwal penampilan yang menantang di depan, George merefleksikan pentingnya tidak hanya menikmati setiap momen bermain piano, tetapi juga memberikan dukungan dan bimbingan kepada generasi penerus musisi klasik. Untuk tahun depan, fokusnya akan berpindah dari tidak hanya memberikan keindahan musik kepada penonton, tetapi juga mendukung perkembangan dan pertumbuhan musisi muda, terutama di Indonesia. Dengan tekad untuk memberikan dampak positif pada dunia musik klasik, George juga berkomitmen untuk mempelajari bahasa Indonesia, menandai fase baru dalam perjalanan seninyaIa menutup tahun ini dengan semangat pembelajaran dan kolaborasi, siap menghadapi peran barunya dalam merawat masa depan musik klasik.
CGW Magazine
61
DYNAMIC DUO Bagaimana Charles Brookfield dan John Flood mengembangkan Archipelago International menjadi manajemen hotel swasta terbesar di Asia Tenggara
A
rchipelago International sukses menjadi grup manajemen hotel swasta terbesar di Asia Tenggara, dan telah meraih sejumlah penghargaan, baik pencapaian grup secara keseluruhan maupun merek individu. Sejak didirikan pada 1997, saat itu masih bernama ASTON International, Archipelago International tumbuh dan berkembang dengan mengoperasikan lebih dari 150 hotel dan mengembangkan 200 hotel di seluruh Asia Tenggara, Karibia, dan Timur Tengah. Sebanyak 11 brand hotel berada di bawah payung Archipelago International dengan total jumlah kamar yang mencapai 45,000 kamar. Dengan menjaga akar budaya dan keramahan Asia, Archipelago International berhasil mengungguli jaringan hotel internasional dan berkembang di pasar global lainnya. Archipelago International didirikan oleh hotelier veteran, Charles Brookfield yang sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden eksekutif ASTON yang ditugaskan untuk memperluas pasar ke luar Amerika Serikat. Charles melihat bahwa negara-negara di AsiaPasifik akan tumbuh pesat dalam satu atau dua dekade ke depan, ia pun tertarik dengan Indonesia dan Filipina sebagai tujuan ekspansi
62
CGW Magazine
hotel tersebut. Charles juga berhasil mempertahankan ASTON untuk melewati krisis finansial yang juga melanda Asia, di tengah kesulitan itu ia bertemu dengan partnernya, John Flood. “Saya berdiskusi dengan John bagaimana cara membuat perusahaan ini berhasil. Lalu, ide beralih dari bisnis hotel bintang 4 dan 5 ke hotel bujet muncul. Lahirlah brand favehotel,” ungkap Charles. Ide tersebut muncul lantaran sektor bujet mengalami pertumbuhan di Indonesia, dan kala itu banyak maskapai penerbangan menawarkan tiket dengan harga terjangkau di seluruh Asia. Tren perjalanan domestik dengan harga terjangkau membuat masyarakat membutuhkan hotel yang terjangkau pula untuk menginap. Dengan mempekerjakan arsitek dan merancang hotel sendiri, hotel dengan merek favehotel pun berhasil diluncurkan pada 2009. Keberhasilan favehotel menjadi hotel dengan bujet terjangkau dan pelayanan terbaik pun dilirik para pengembang. Perkembangan favehotel semakin pesat, sehingga Charles dan John berhasil membuka 52 favehotel di berbagai kota di Indonesia. Hal ini menjadi titik balik perjalanan bisnis ASTON di Indonesia. Pada 2013, Charles memutuskan untuk mengubah nama perusahaan induk menjadi Archipelago International, dan John ditunjuk sebagai CEO dari perusahaan yang kini menjadi grup manajemen hotel swasta terbesar di Asia Tenggara itu.
Sebanyak 11 brand hotel berada di bawah payung Archipelago International dengan total jumlah kamar yang mencapai 45,000 kamar
Archipelago International memiliki banyak brand untuk segmen yang berbeda, seperti ASTON yang mencerminkan keramahan asli Asia, The Alana yang dirancang sebagai hotel bintang 4 dan 5 untuk wisatawan yang ingin menghabiskan waktu berkualitas di tengah lingkungan yang tenang, sampai ke Huxley yang merupakan hotel gaya hidup baru untuk wisatawan generasi baru yang gemar menjelajahi destinasi inspiratif dengan keunikannya. Huxley dapat menginspirasi para tamu untuk menulis cerita, membuat narasi, atau merancang adegan mereka sendiri. Inovasi merupakan kunci dan bagian dari filosofi perusahaan untuk bertumbuh secara berkelanjutan, dan hal ini dilakukan oleh Archipelago International dalam menghadapi sejumlah tantangan, misalnya saat pandemi Covid-19. Archipelago International pun mengambil langkah untuk menyelamatkan bisnis yang telah dijalankan lebih dari 20 tahun tersebut, dan menjadi grup hotel pertama di Tanah Air yang menerapkan program rapid-test Covid-19 untuk semua karyawan di awal pandemi Covid-19, yang menunjukkan keseriusan perusahaan untuk melindungi tamu dan staf hotel. Melindungi seluruh anggota juga dilakukan Archipelago International dengan melakukan vaksinasi bagi seluruh karyawan, yang menjadi terobosan industri pada saat itu. “Kami telah menerima vaksin dan tidak membuang waktu untuk memastikan kesehatan karyawan dan keselamatan tamu kami,” kata John. Dalam menangani isu pemanasan global yang memengaruhi industri perhotelan, pendekatan keberlanjutan pun menjadi solusi. Perusahaan menilai bahwa investasi yang sesungguhnya ialah investasi yang tidak merugikan alam, mencemari planet, atau berdampak negatif terhadap masyarakat, dan demi mewujudkan keberlanjutan, Archipelago International berusaha untuk mengurangi dampak bisnis terhadap lingkungan dan menerapkan kebijakan keberlanjutan terbaru di seluruh properti yang dikelola. Grup manajemen hotel terbesar di Asia Tenggara ini menginisiasi untuk mengganti plastik
yang digunakan untuk sedotan dan kemasan perlengkapan mandi dengan bahan yang lebih ramah lingkungan dan dapat didaur ulang. Kemudian, beberapa merek hotel di bawah naungan Archipelago International memilih menggunakan kotak sabun cair menggantikan penggunaan botol plastik kemasan di seluruh kamar. Dalam memenuhi pelayanan terbaik kepada para tamu, mereka juga tidak ragu untuk melakukan adaptasi teknologi. Setelah menjadi jaringan hotel pertama di Asia Tenggara yang menerapkan touchless hospitality, Archipelago International terus mengaplikasikan teknologi untuk tetap menjadi pemimpin industri perhotelan Tanah Air. Mereka melakukan kemitraan dengan ReviewPro sejak 2021, dan mengimplementasikan tiga solusi manajemen pengalaman tamu, yaitu Online Reputation Management (ORM), Guest Satisfaction Surveys (GSS), dan Auto Case Management (ACM). Tiga solusi tersebut membantu tim Archipelago International menanggapi kebutuhan tamu saat masih berada di lokasi, dan dapat memastikan tidak ada tamu yang pergi dengan tidak puas dengan pelayanan yang diberikan. Seluruh brand hotel di jaringan Archipelago International juga diperkuat dengan Sentec PMS (Property Management System), dengan keunggulan fitur seperti cloud-native yang dirancang berbasis web 100%, sehingga tidak diperlukan biaya besar untuk instalasi perangkat lunak maupun perangkat keras, sangat memudahkan untuk mengakses data hotel di mana saja dan kapan saja melalui browser web.
HALAMAN SAMPING GRAND ASTON Cayo Las Brujas Beach Resort & Spa HALAMAN INI DARI KIRI Charles Brookfield; John Flood; ASTON Anyer Beach Hotel – Aquavillas; GRAND ASTON Puncak Hotel Resort CGW Magazine
63
Penulis: Billy Saputra
Beyond Collaboration Membuka jendela kreativitas lewat kolaborasi dan makna waktu bersama Ryo Ishikawa di IDBYTE Art+Fashion 2023
S
etiap tahun, IDBYTE, acara ekshibisi yang dikelola oleh Bubu.com, menjadi ajang penggabungan teknologi, seni, dan mode. Pada tahun 2023, acara ini berkolaborasi dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, membuka babak baru dengan tema IDBYTE Art+Fashion. CEO & Founder Bubu.com, Shinta Dhanuwardoyo, memastikan bahwa kehadiran teknologi tidak hanya membawa inovasi, tetapi juga menyatu dengan seni dan mode, menciptakan ruang di mana ketiga elemen tersebut saling melengkapi. Salah satu sorotan kolaborasi yang menonjol adalah antara Machine56, brand mode asal Bandung, dengan #FR2 Fxxking Rabbits, brand mode asal Jepang. Kolaborasi ini melahirkan sebuah karya unik berupa rabbit helmet yang dirancang oleh Rajaga Yogaswara, kreatif di balik Machine56. Gaya yang terpancar dari karya seni ini sebelumnya dapat dinikmati secara langsung di lantai dasar Pacific Place pada 16-22 Oktober 2023.
64
CGW Magazine
@Foto-foto: Rendy Kairupan
Dengan IDBYTE Art+Fashion 2023, Ryo Ishikawa tidak hanya membawa cerita kolaborasi jam tangan yang mengagumkan, tetapi juga perspektif unik tentang waktu, kreativitas, dan makna di setiap detik Collector’s Guide-WATCHES Indonesia diberi kesempatan untuk berbincang eksklusif dengan Ryo Ishikawa, salah satu tokoh utama di acara tersebut. Dan dalam percakapan singkat namun hangat tersebut membuka jendela pada perjalanan kolaborasinya yang menarik dengan Franck Muller, brand jam tangan bergengsi asal Swiss. Di selasela wawancara, Ryo, yang bukan baru pertama kali menginjakkan kakinya di Jakarta membagikan kesan positifnya terhadap kuliner di Jakarta, terutama untuk hidangan bakmi. Ia mengekspresikan kegemarannya pada masakan khas tersebut dengan menyebut kata “mantap” penuh percaya diri, menambahkan sentuhan keakraban saat wawancara.
Melanjutkan cerita kolaborasi terbaru Ryo dengan Franck Muller dimulai dari momen unik saat ia sedang asyik bermain golf. Saat teleponnya berdering dan menunjukkan caller ID dari kantor, Ryo tidak menyadari bahwa ini akan menjadi awal dari perjalanan kolaborasi yang luar biasa. Dalam percakapan telepon, timnya menyampaikan bahwa mereka menerima email dari Franck Muller, namun ragu akan keabsahannya. Awalnya, Ryo menduga ini hanyalah spam biasa, sehingga ia memutuskan teleponnya. Namun, panggilan telepon kedua mengonfirmasi kebenaran email tersebut, membuka lembaran baru kolaborasi antara dirinya dan dunia jam tangan. Proses kreatif antara Ryo dan Franck Muller untuk menciptakan jam tangan kolaborasi Swiss-Jepang memakan waktu setahun. Meskipun proses komunikasi terbatas pada email dan video call, keduanya berhasil menemukan middle ground dalam menyelaraskan ideologi dan perspektif desain mereka. Sebuah pencapaian yang membutuhkan fleksibilitas dan kerja keras untuk menghadirkan produk kolaborasi yang memukau.
HALAMAN SAMPING DARI ATAS Ryo Ishikawa; Dalam sesi wawancara ia menunjukkan salah satu proses kreatifnya HALAMAN INI DARI KIRI ATAS Ryo Ishikawa mengenakan jam #FR2NCK MULLER Vanguard; Jam tangan Edisi Terbatas ini diproduksi hanya 800 buah; Eden, salah satu proyek kreatif Ryo CGW Magazine
65
@Foto-foto jam Franck Muller: Franck Muller_SEA
Kesamaan tahun kelahiran Ryo dengan tahun kelinci dalam kalender Tionghoa menambahkan sentuhan kebetulan yang menarik pada kolaborasi ini Ketika ditanya apakah ia seorang kolektor jam tangan, Ryo dengan ceria mengungkapkan bahwa meskipun memiliki koleksi jam yang mencakup merek-merek terkenal seperti Patek Philippe, Rolex, Rolex vintage, Grand Seiko vintage, dan world timer. “Saya mengoleksi jam tangan, tetapi kolaborasi ini adalah jam tangan Franck Muller saya satu-satunya,” kata Ryo sambil tersenyum bangga. Percakapan tentang jam tangan terus bergulir, kali ini Ryo membahas mengenai perbincangan antara stafnya dan dirinya tentang harga jam tangan membawa refleksi mendalam dari Ryo. Saat stafnya bertanya tentang harga jam yang tengah ia kenakan, ia menjawab, “150,000 USD,” membuat mereka terkejut. Ryo melihat bahwa, pada dasarnya, jam tangan hanya berfungsi sebagai penunjuk waktu. Bahkan jam tangan pintar seperti Apple Watch dapat memberikan fungsi yang sama
66
CGW Magazine
HALAMAN INI DARI KIRI Ryo juga seorang kolektor jam tangan; Tampilan jam dalam gelap menampilkan Super-Luminova pada jarum jam obelisk, indeks, dan motif grafis; Desain jam yang unik, termasuk case berbentuk tonneau Franck Muller yang khas; Suasana peluncuran jam #FR2NCK MULLER Vanguard di Singapura HALAMAN SAMPING DARI KIRI ATAS Ryo berfoto bersama Shinta Dhanuwardoyo (CEO BUBU dan penyelenggara IDBYTE), Rajaga Yogaswara dan Andi Sadha; Rabbit Helmet; Konferensi pers di The Glass House, Ritz Carlton Pacific Place Mall, Jakarta
dengan harga yang lebih terjangkau, melampaui fungsi jam tangan konvensional. Namun, Ryo juga menekankan bahwa jam tangan bukan hanya sekadar penunjuk waktu; meski tergolong sebagai produk aksesori, sejajar dengan cincin, gelang, atau kalung, yang membedakan adalah makna dari jam tangan tersebut dan resonansi personal bagi pemakainya. Wawancara melibatkan pemikiran mendalam tentang makna waktu bagi Ryo. Meskipun waktu secara fundamental penting, ia melihatnya sebagai hak yang setara bagi setiap individu, diberikan jatah 24 jam yang sama. Yang membedakan adalah bagaimana setiap orang memutuskan untuk menggunakan waktu tersebut. Sebagai seorang kreator, Ryo menyadari bahwa proses berkreasi
@Foto-foto: Setiyo Supratcoyo baginya memiliki prioritas lebih tinggi. Ia mengukuhkan bahwa saat sedang fokus menciptakan sebuah karya, ide baru yang muncul harus segera dieksekusi, sehingga membutuhkan penyesuaian waktu secara bijaksana.
tidak hanya unik tetapi juga menciptakan keterlibatan langsung dengan penggemarnya. Konsep ‘treasure hunting’ ini dapat memantik untuk menelurkan ide-ide unik lain yang menjadi landasan kreativitasnya.
Sosok Ryo berpartisipasi dalam acara ekshibisi IDBYTE Art+Fashion bukan hanya sebagai kreator mode, tetapi juga sebagai artis yang berkolaborasi dalam pembuatan topeng dengan Machine 56. Hasilnya, helm mereka memiliki bentuk tengkorak yang melambangkan M56, bagian kaca transparan berbentuk kelinci yang menutupi bagian muka melambangkan kelinci simbolis #FR2. Kesamaan tahun kelahiran Ryo dengan tahun kelinci dalam kalender Tionghoa menambahkan sentuhan kebetulan yang menarik pada kolaborasi ini. Ryo juga memberikan wawasan tentang proses kreatifnya. Ia tidak mengikuti tren industri mode, melainkan mencari inspirasi dari hal-hal baru yang belum pernah ditemui. Ia memberikan contoh temuan online dari seorang seniman 3D yang mengambil inspirasi dari hydrant pemadam kebakaran di pinggir jalan untuk menciptakan dan menjual karya secara unik. Pendekatan ini membuka ruang bagi interaksi organik melalui proses ‘treasure hunting’, yang menghasilkan karya-karya yang
Untuk para pemula yang ingin merintis sebuah brand, Ryo memberikan nasihat penting. Selain menciptakan produk yang baik, pemahaman mendalam tentang target pasar menjadi kunci untuk menciptakan hype yang tepat dalam pusaran pemasarannya. Ryo menekankan bahwa pemahaman dan imajinasi tentang siapa yang akan menggunakan produk tersebut menjadi fondasi yang tak tergantikan dalam merancang produk yang sukses. Dengan IDBYTE Art+Fashion 2023, Ryo Ishikawa tidak hanya membawa cerita kolaborasi jam tangan yang mengagumkan, tetapi juga perspektif unik tentang waktu, kreativitas, dan makna di setiap detik. Setiap kata dan desain yang diungkapkan dalam wawancara ini memperlihatkan esensi perjalanan yang menakjubkan ini. Perjalanan yang membuka mata kita pada keindahan di balik jam tangan dan kreativitas yang tak terbatas, menandai momen luar biasa di dunia teknologi, seni, dan mode.
CGW Magazine
67
Jam tangan platinum penghormatan dari Patek Philippe edisi terbatas, yang digagas untuk menjembatani semangat antar generasi
68
CGW Magazine
Penulis: Billy Saputra
A Son’s Tribute
HALAMAN SAMPING Minute Repeater Alarm Reference 1938P-001
Untuk merayakan ulang tahun ke-85 Philippe Stern, Thierry Stern memutuskan untuk menghormati ayahnya dengan menciptakan edisi khusus
S
ejak berdirinya pada tahun 1839, manufaktur Patek Philippe terus menguatkan posisinya hingga dikenal piawai dalam menciptakan jam tangan berdenting, baik yang menandai waktu secara otomatis “in passing” (grande sonnerie, petite sonnerie) maupun yang berdenting sesuai permintaan (repeater). Pada tahun 1989, untuk merayakan ulang tahun ke-150 manufakturnya, Philippe Stern, yang saat itu menjabat sebagai direktur perusahaan, memulai kebangkitan besar untuk jam tangan minute repeater yang dipakai di pergelangan tangan dengan mengumumkan kaliber R 27 yang terkenal, menjadi mesin jam pertama di jenisnya yang sepenuhnya dirancang dan dibangun di bengkel manufaktur mereka sendiri.
HALAMAN INI DARI KIRI ATAS Philippe Stern dan Thierry Stern; Casing belakang dilindungi oleh penutup debu berengsel yang diukir tangan dengan tulisan “À mon père, 85 ans de passion horlogère” (“Untuk ayahku, 85 tahun gairah pembuatan jam tangan”) Sejak saat itu, jam tangan minute repeater ciptaannya secara bertahap mendapatkan tempat istimewa dalam jajaran produk Patek Philippe; bahkan sekarang mereka membentuk koleksi terbesar dari jam tangan minute repeater yang diproduksi secara reguler. Tak kurang dari sebelas model menawarkan Grand Complication ini, baik secara independen maupun dikombinasikan dengan fungsi lainnya seperti grande dan petite sonnerie, tourbillon, perpetual calendar, chronograph, World Time, dan lainnya. Untuk merayakan ulang tahun ke-85 Philippe Stern, Thierry Stern (generasi keempat dari keluarga Stern, yang ditunjuk sebagai presiden pada tahun 2009) memutuskan untuk menghormati ayahnya dengan menciptakan edisi khusus sebanyak 30 jam tangan, dilengkapi dengan mesin jam yang sepenuhnya baru yang dikembangkan hanya untuk model ini dan secara eksklusif tidak akan pernah digunakan lagi untuk model jam tangan mendatang lainnya. Jam tangan ini diidentifikasi sebagai Reference 1938, merujuk pada tahun kelahiran presiden kehormatan tersebut. Pilihan pun jatuh pada jam tangan minute repeater, komplikasi favorit Philippe Stern, yang dikombinasikan dengan fungsi akustik eksklusif: alarm yang berdenting sesuai waktu yang diprogramkan.
CGW Magazine
69
Mekanisme kompleks ini merupakan salah satu dari lima fungsi akustik dan salah satu dari dua pencapaian pertama di dunia yang telah dipatenkan, diungkapkan pada tahun 2014 dalam rangka peringatan ulang tahun ke-175 manufaktur pada Grandmaster Chime Reference 5175, jam tangan Patek Philippe yang paling rumit (dengan 20 komplikasi), dilengkapi dengan kaliber yang diisi secara manual, yaitu caliber 300 “GS AL 36-750 QIS FUS IRM”. Bergabung dengan koleksi reguler pada tahun 2016 sebagai Reference 6300, Patek Philippe Grandmaster Chime menyatukan grande sonnerie, petite sonnerie, jam tangan minute repeater, mekanisme date repeater yang berdenting saat diminta, dan alarm yang berdenting sesuai waktu yang diprogramkan. Agar dapat beroperasi dengan sempurna, beberapa batasan teknis menuntut penambahan 227 bagian, termasuk tuas dan roda kolom untuk pemilihan mode denting dan perangkat fusée dengan mekanisme detent untuk strike-work yang secara sementara memutuskan sumber daya (drum barel strike-work) dari mekanisme denting – suatu sistem yang biasanya diperuntukkan untuk jam tangan grande sonnerie. Dalam pengembangan kaliber R AL 27 PS, para perancangnya mendaftarkan empat paten baru untuk mekanisme yang memungkinkan, antara lain, beralih dengan keamanan penuh dari satu mode denting ke mode yang lain; menunda denting alarm hingga saat yang tepat; memastikan, dalam setiap case, urutan denting yang benar dari “jam, perempat, dan menit”; dan menjamin bahwa drum barel strike-work selalu sepenuhnya terisi setiap kali penggesernya diaktifkan – sehingga jam tangan selalu dapat, jika diperlukan, berdenting hingga 31 kali untuk alarm (12:58). Selain itu, drum barel strike-work juga dilengkapi dengan pelana slip untuk menghindari tegangan berlebih pada pegas.
70
CGW Magazine
HALAMAN SAMPING Detil jam tangan termasuk bagian sisi jam dan mesin mini-rotor dengan tepi kuning emas, dihiasi pernis hitam ukiran tangan yang mereproduksi tanda tangan Philippe Stern HALAMAN INI DARI KIRI ATAS Potret Philippe Stern dalam lukisan miniatur putih dan abu-abu Grand Feu di atas enamel; Sisi jam yang ramping; Detil mesin self-winding baru R AL 27 PS
Platinum dipilih bukan hanya karena merupakan logam paling mulia, tetapi juga karena menjadi tantangan akustik terbesar bagi jam tangan minute repeater Secara visual, bentuk penghormatan kepada Philippe Stern secara tulus dituangkan melalui emblemasi pada dial emas 18K dengan potretnya dalam lukisan miniatur Grand Feu berwarna putih dan abuabu pada bahan enamel, di atas dasar enamel Grand Feu hitam. Sebuah gambar kecil yang dibangun dengan sentuhan kecil yang lihai – hasil dari salah satu keterampilan langka dan berharga yang telah dilestarikan dengan hati-hati hingga saat ini, secara khusus oleh presiden kehormatan manufaktur. Angka Breguet dan jarum jam, serta indikator menit dengan estetis khas Breguet, semuanya terbuat dari emas putih, kontras dengan rona rose gold dari jarum dan skala alarm, menambahkan keanggunan pada tampilan waktu.
Seperti yang terlihat pada gambar, case platinum berdiameter 41mm dipoles oleh tangan dengan cermat, memiliki lug lurus dan strap bar yang dipasangkan, mengingatkan pada salah satu karya yang sangat dihargai oleh Philippe Stern pada tahun 1989. Pada peringatan ulang tahun ke-150 manufaktur tersebut, ia meluncurkan edisi terbatas Reference 3960 – sebuah jam tangan dengan gaya “Officer’s” yang mengingatkan pada jam tangan pergelangan tangan awal yang muncul pada pergantian abad ke-20. Platinum dipilih bukan hanya karena merupakan logam paling mulia, tetapi juga karena menjadi tantangan akustik terbesar bagi jam tangan minute repeater, ketika tujuannya adalah untuk mendapatkan “suara khas Patek Philippe” sejati yang dicintai oleh para penggemar setianya. Selayaknya semua jam tangan Patek Philippe dalam bahan platinum, Reference 1938P001 memiliki berlian yang tertanam di bagian caseband pada pukul 6. Case ini juga dilengkapi dengan kristal safir yang dilindungi oleh penutup debu yang tergantung, dengan tulisan tangan berukir “A mon père, 85 ans de passion horlogère” (Untuk ayahku, 85 tahun rasa semangat pembuatan jam tangan). Kristal safir memberikan pandangan indah pada hasil akhir yang sangat teliti dari mesin self-winding baru R AL 27 PS. Bagian tepi chamfer dari jembatan dan palu digulung dengan emas kuning. Mini-rotor 22K berwarna rhodium dengan tepi emas kuning dan dihiasi dengan ukiran tangan berlapis hitam yang mereproduksi tanda tangan Philippe Stern. Sentuhan keanggunan dan kenyamanan meluas hingga ke tali kulit buaya berwarna hitam mengilap dengan klip lipat platinum.
CGW Magazine
71
Breguet merilis reinterpretasi dari jam Type XX dan Type 20 yang ikonik bagi para kolektor dan penyuka jam pilot
B
reguet baru saja merilis dua koleksi terbarunya yang akan menarik perhatian para penyuka jam pilot dan military look lewat reinterpretasi terbaru dari jam Type XX yang ikonis dan Type 20. Kedua model ini menawarkan karakter dan pesona yang berbeda, Type 20 Chronographe 2057 terinspirasi dari jam yang mengusung spesifikasi militer Prancis dengan jarum jam yang tegas dan lume yang berwarna hijau. Sedangan Type XX Chronographe 2067 merupakan tipe jam yang lebih bergaya sipil dengan jarum jam yang lebih meruncing dan lume berwarna gading. Kedua jam ini mempunyai case yang terbuat dari stainless steel dengan diameter 42mm, tebal 14.1mm. Type 20 Chronographe 2057 terinspirasi dari jam tangan yang dikirim ke Angkatan Udara Prancis antara tahun 1955 dan 1959, yang namanya muncul sebagai Tipe 20 dalam angka Arabic, tidak seperti jam lainnya, termasuk jam untuk Aéronautique Navale (Pasukan udara angkatan
72
CGW Magazine
Penulis: Yessar Rosendar
ICONIC TIME
HALAMAN SAMPING DARI ATAS Breguet Type XX Chronographe 2067 dan Type 20 Chronographe 2057; Detil dial jam Type 20 Chronographe 2057 HALAMAN INI DARI KIRI Tampilan sporty pada Type XX Chronographe 2067; Mesin Calibre 7281 terlihat dari balik case transparan; Foto lawas Jacqueline Auriol, test pilot dan wanita pertama yang mengenakan Type XX, Foto: © Tallandier / Bridgeman Images
Fungsi Flyback merupakan aset berharga bagi seorang pilot yang memudahkan mengatur ulang perhitungan waktu dengan menekan hanya satu tombol laut Prancis) yang namanya ditulis Tipe XX dalam angka Romawi. Dial pada jam tangan terbaru ini berwarna hitam dengan desain yang telah dimodernisasi namun tetap setia pada identitas Tipe 20 yang asli. Angka Arabic dan segitiga pada bezel bisa bercahaya dalam gelap dan menampilkan warna hijau mint, begitu pula seluruh jarum jamnya. Penghitung 30 menit yang terletak pada posisi jam 3 sekarang lebih besar dari penghitung 60 detik yang ditampilkan pada posisi jam 9, dan jendela tanggal telah ditambahkan antara posisi jam 4 dan 5. Casing bajanya juga dilengkapi dengan bezel dua arah bergalur yang tidak berukir, seperti model yang dikirimkan ke angkatan udara militer di masa lalu. Jam ini memiliki tombol pemutar jam berbentuk seperti buah pir dan dapat disesuaikan dalam tiga posisi untuk netral, koreksi tanggal, dan pengaturan waktu. Penekan di posisi jam 2 berfungsi untuk mengaktifkan kronograf, sedangkan penekan jam 4 untuk fungsi “flyback”. Fungsi pertama digunakan untuk memulai dan menghentikan perhitungan waktu, sedangkan fungsi kedua berfungsi untuk mengatur ulang kronograf dan penghitung menit. Jam yang kedua, Type XX Chronographe 2067 merupakan turunan langsung dari Type XX sipil terbaik dari tahun 1950an dan 1960an, terutama model yang dibuat pada tahun 1957 dan memiliki nomor individu 2988. Meskipun dial jamnya berwarna hitam serupa seperti Type 20 Chronographe 2057, namun berbeda dalam beberapa hal. Pertama-tama, penghitung 15 menit terletak di posisi jam 3, penghitung 12 jam di posisi jam 6 dan detik berjalan pada posisi jam 9. Sama seperti versi yang digunakan di model militer, penghitung memiliki ukuran yang berbeda untuk membuat dial lebih dinamis dan lebih mudah dibaca. Angka Arabic, jarum jam, dan segitiga pada bezel dilapisi dengan
luminescent berwarna gading. Jendela tanggal muncul antara jam 4 dan 5, dan casing bajanya dilengkapi dengan bezel bertingkat dua arah bergalur. Tombol jam klasik dan penekan di jam dua dan empat memiliki fungsi yang sama seperti Type 20 Chronographe 2057. Kedua jam ini mengusung dua mesin jam yang berbeda, Type 20 Chronographe 2057 mengusung mesin Calibre 728, sedangkan Type XX Chronographe 2067 menggunakan Calibre 7281. Kedua mesin jamnya dikembangkan selama empat tahun oleh Breguet dan memiliki inovasi yang dilindungi oleh beberapa paten. Mesin jam terbaru ini menggabungkan semua desain kronograf modern seperti roda kolom, kopling vertikal, frekuensi 5Hz serta sistem aktivasi penyetelan ulang nol yang inovatif. Kelebihannya adalah memiliki inovasi teknis terkini di bidang kronometri (waktu yang presisi) seperti pegas penyeimbang, roda pelepasan, dan tanduk tuas palet yang terbuat dari silikon. Selain tahan terhadap korosi dan keausan, silikon tidak sensitif terhadap pengaruh medan magnet dan meningkatkan keakuratan penunjuk waktu. Kedua kronograf memiliki cadangan daya 60 jam dan dilengkapi dengan fungsi Flyback. Fungsi ini merupakan aset berharga bagi seorang pilot yang memudahkan mengatur ulang perhitungan waktu dengan menekan hanya satu tombol. Sistem aktivasi dan zero setting inovatif ini telah dirancang untuk penggunaan yang tajam dan akurat. Apapun fungsi yang dijalankan, tekanan yang dirasakan pada pusher atau penekan akan merata dan seimbang. Hal yang sama berlaku untuk mekanisme kopling vertikal, yang diadopsi karena keakuratan pengaktifannya. Dengan demikian, jarum kronograf akan bisa langsung bergerak tanpa sentakan awal apa pun. Untuk membuat mesin jam ini kuat dan menjamin ketepatannya bahkan jika terjadi benturan, bridge yang menyebrang dipilih untuk menjaga keseimbangan mesin jam. Pilihan tali yang terbuat dari kulit anak sapi atau strap NATO yang lebih sporty dan casual dapat ditukar dengan mudah berkat Rapid Interchange System (RIS). Kedua jam ini dikemas dalam kotak presentasi kulit berwarna havana yang mengingatkan kita pada sayap pesawat terbang.
CGW Magazine
73
Penulis: Billy Saputra
Everlasting Time Menggali ulang makna tak lekang waktu lewat seri jam tangan Datejust terbaru dari Rolex
D
alam sejarah kehidupan setiap individu, terdapat satu hari yang mampu mengubah takdir, membuka pintu tujuan baru, dan mengubah sejarah perjalanan. Ungkapan tersebut pun dialami oleh Rolex di tahun 1945 melalui peluncuran seri Oyster Perpetual Datejust. Dalam perjalanannya hingga detik ini, seri tersebut terus mengalami transformasi, untuk terus berusaha menjadi simbol elegan nan klasik yang tak lekang oleh waktu. Menjadi tonggak sejarah, lewat kemunculannya sebagai jam tangan dengan chronometer pertama otomatis yang tahan air, dan membawa celah penunjuk tanggal pada posisi angka 3 pada dial jam. Kehadiran celah tersebut diperkuat oleh konstruksi lensa cyclops di atasnya yang juga berfungsi untuk memudahkan penggunanya membaca tanggal. “Ini adalah mahakarya ilmu horologi. Faktanya, ini merupakan hasil akhir dari semua usaha yang telah dicapai hingga saat ini,” pendiri
74
CGW Magazine
HALAMAN SAMPING DARI ATAS Oyster Perpetual Datejust 36, dengan dial motif emas beralur; Oyster Perpetual Datejust 36, dengan dial motif palem hijau zaitun HALAMAN INI Oyster Perpetual Lady-Datejust pertama yang diluncurkan tahun 1957
“Ini adalah mahakarya ilmu horologi. Faktanya, ini merupakan hasil akhir dari semua usaha yang telah dicapai hingga saat ini.” ~ Hans Wilsdorf
Rolex, Hans Wilsdorf, menggambarkan Datejust sebagai contoh sempurna dari teknik pembuatan jam saat dirilis. Tak salah, karena jam ini menampilkan semua inovasi terbaik mereka saat itu, dengan chronometer bersertifikat, mekanisme otomatis, dan casing tahan air, bersama dengan tampilan tanggal dalam jendela khusus pada dial. Hingga kemudian, Oyster Perpetual Lady-Datejust diluncurkan pada tahun 1957 dengan diameter 26 mm (kini 28 mm). Seri Datejust juga berkembang menjadi model jam tangan yang mencerminkan tanggal-tanggal tak terlupakan dalam hidup kita, merefleksikan harapan dan impian dunia kontemporer. Dial jamnya berfungsi sebagai penanda harian untuk persilangan perjalanan setiap pemakainya dan berlalunya waktu. Datejust, yang pernah dikenakan oleh tokoh-tokoh terkenal seperti Martin Luther King, Dwight D. Eisenhower, dan Winston Churchill, telah bertahan sepanjang zaman
CGW Magazine
75
HALAMAN INI Oyster Perpetual Datejust 36, versi Rolesor kuning HALAMAN SAMPING DARI KIRI ATAS Bezel bertatahkan berlian pada Oyster Perpetual Datejust 31; Gelang jam President, dari emas Everose 18 karat; Gelang jam Jubilee, versi Rolesor kuning; Gelang Oyster dari Oystersteel
76
CGW Magazine
Case utamanya terbuat dari emas 18 karat yang solid atau dengan bahan oystersteel, sebuah paduan yang sangat tahan terhadap korosi
tanpa pernah kehilangan daya tarik kontemporer. Jendela Datejust yang menghadap ke dunia seolah melambangkan hubungan yang berkesinambungan secara paralel dengan perjalanan waktu. Melalui Datejust, sejumlah inovasi pertama yang signifikan dari Rolex ditanamkan sebagai penguat karakter dari jam tangan ini untuk melintasi zaman. Salah satunya adalah di tahun peluncurannya yaitu 1945, menjadi peringatan ke-40 dari pendirian Rolex, yang dipersembahkan lewat kelahiran gelang jam tangan Jubilee, secara khusus diciptakan untuk seri Datejust. Gelang metal dengan lima bagian ini terhubung tanpa jahitan dan nyaman, serta menjadi komponen penting dari merek Datejust. Gelang Jubilee, yang dilengkapi dengan Oysterclasp atau Crownclasp yang tak terlihat, menonjolkan keanggunan klasik model ini. Selain itu, Datejust tersedia dengan pilihan gelang Oyster atau President (yang hanya tersedia pada model logam mulia). Dari semua jam tangan Rolex, Datejust memiliki rentang tampilan paling versatile berkat dial jamnya yang hadir dalam berbagai pilihan wajah
dan tersedia dalam berbagai material, warna, dan motif, dengan penanda jam yang berbeda (indeks atau angka Romawi atau Arab) dan berbagai pilihan penataan batu permata. Termasuk opsi pilihan untuk dihiasi dengan berlian atau mutiara, lalu dihiasi dengan motif palem atau alur, atau menampilkan sentuhan motif sinar matahari. Hal ini menjadi daya tarik utama untuk memastikan keunikan dan kualitas visibilitas jam tangan Rolex yang dipercayakan pada tim pengembangan dial internal perusahaan. Sedangkan lewat komponen bezel menjadi ciri khas yang membedakan Datejust dengan seri jam tangan lain. Estetika bezel jamnya dapat menjadi halus, beralur, melengkung, atau dihiasi dengan berlian, memungkinkan Datejust untuk mengekspresikan kepribadian pemakainya. Bezel menjadi salah satu komponen yang paling mencolok dan menjadi kunci keahlian Rolex. Oleh karena itu, bezel dapat dihiasi dengan berlian berpotongan cemerlang yang dipilih secara khusus oleh para profesional untuk menjamin kilauan yang luar biasa. Contoh lain adalah bezel beralur, yang merupakan ciri khas klasik Rolex, terbuat dari emas 18 karat kuning, putih, atau everose. Untuk diameter case, Rolex memberikan pilihan di ukuran 31, 36 dan 41mm. Case yang dijadikan simbol kekuatan dan keandalan ini memiliki fitur ketahanan air, bersertifikat, hingga kedalaman 100 meter atau 330 ft. Case utamanya terbuat dari emas 18 karat yang solid atau dengan bahan oystersteel, sebuah paduan yang sangat tahan terhadap
CGW Magazine
77
HALAMAN INI DARI KIRI ATAS Oyster Perpetual Datejust 36, versi Everose Rolesor; Oyster Perpetual Datejust 31, dari emas Everose 18 karat bertatahkan berlian; Oyster Perpetual Datejust 41 dari Oystersteel HALAMAN SAMPING DARI ATAS Mesin Calibre 3235; Mesin Calibre 2236
78
CGW Magazine
korosi. Dengan bantuan alat khusus, bagian belakang case yang beralur halus dapat ditutup secara sistematis agar para pembuat jam tangan Rolex dapat dengan mudah ketika ingin mengakses bagian mesin jam. Lalu sentuhan akhir ialah sistem kedap ganda, dilengkapi dengan bagian crown putar twinlock, yang dipasang secara erat. Sehingga menjadikan case Oyster sebuah perlindungan terbaik untuk menggerakkan mesin Datejust yang tahan air secara sempurna. Segi inovatif juga terdapat dari dalam anatomi seri Datejust, yang ditenagai oleh caliber 2236 (Datejust 31), atau caliber 3235 (Datejust 36 dan Datejust 41), sepenuhnya dirancang dan diproduksi secara mandiri oleh Rolex. Begitu banyak paten terkait yang dipegang oleh mesin jamnya, menjadi contoh nyata dari demonstrasi keahlian teknik cipta mereka. Sehingga dari segi akurasi, penyimpanan daya, ketahanan terhadap guncangan, kepraktisan, dan keandalannya tak perlu diragukan lagi. Misalnya saja, komponen roda keseimbangan osilator pada caliber 2236 dan 3235 pada jam ini memiliki variabel inersia yang telah diatur dengan baik, menggunakan mur konstruksi microstella berbahan emas. Diletakkan sesuai dengan ketinggian jembatan penahan yang meningkatkan posisinya sehingga dapat berfungsi dengan stabil, dalam kondisi guncangan sekalipun. Ketahanannya dari komponen-komponennya pun diperkuat oleh teknologi Paraflex yang berkinerja tinggi, serta telah dipatenkan oleh Rolex.
Ketahanannya dari komponenkomponennya pun diperkuat oleh teknologi Paraflex yang berkinerja tinggi, serta telah dipatenkan oleh Rolex.
Datejust, seperti semua jam tangan Rolex lainnya, dilindungi oleh sertifikasi Superlative Chronometer, yang diinterpretasikan ulang oleh Rolex pada tahun 2015. Tanda eksklusif ini menegaskan bahwa setiap jam tangan yang keluar dari manufaktur ini telah berhasil melewati serangkaian uji yang dilakukan oleh Rolex di laboratoriumnya sendiri dan sesuai dengan standar internalnya. Setelah mesin dimasukkan ke dalam case, jam tangan yang sudah sepenuhnya dirakit ini menjalani serangkaian uji sertifikasi, yang menjamin kinerja luar biasa di pergelangan tangan, berkesinambungan dengan aspek akurasi, ketahanan air, otomatisasi, dan cadangan daya. Sehingga emblemasi penanda hijau yang menyertai setiap kotak jam tangan Rolex, menjadi pengingat dari jaminan internasional lima tahun purnajual, mewakili simbol predikat ketahanan khas Superlative Chronometer.
CGW Magazine
79
Season Of Giving Koleksi terindah dan terbaik dari Omega untuk menyambut musim penuh keceriaan dan kebersamaan di akhir tahun
80
CGW Magazine
Omega menghadirkan Speedmaster Moonphase 44,25mm dalam warna biru langit, dengan tampilan foto-realistis permukaan bulan yang diperkecil
HALAMAN SAMPING Dua versi De Ville Prestige, model 34mm dan 41mm
I
nilah saat yang tepat untuk merasakan kegembiraan dan mempersembahkan hadiah terbaik bagi orang-orang terkasih dalam kehidupan Anda, dan Omega mengemas koleksi terindahnya yang akan membawa Anda dalam perjalanan ke negeri ajaib yang meriah, tempat hadiahhadiah yang dibentuk dengan sempurna membeku dalam waktu. Seperti kepingan salju yang berjatuhan di musim dingin, tidak ada dua desain yang sama, baik dalam hal warisan, gaya, atau bahan menawan, jam tangan tahun ini mempunyai keunikan tersendiri.
De Ville Prestige hadir dalam dua versi, model 34mm dari baja tahan karat dan emas Sedna™ 18K, dengan dial jam berlapis cangkang mutiara putih yang tampak seperti salju yang turun; dan versi model detik kecil berukuran 41mm hadir dengan dial jam Pine Green yang menampilkan pola vertikal unik, dipadukan dengan baja tahan karat dan sentuhan emas kuning yang kontras.
HALAMAN INI DARI KIRI Aqua Terra Shades 38mm; Speedmaster 38mm Cappuccino; Speedmaster Moonphase 44,25mm Aqua Terra Shades adalah simbol ketenangan utama Omega, mengusung desain canggih yang mencerminkan keheningan lautan, dengan indeks perahu layar dan bingkai cincin berlapis berlian yang berkilau, berukuran 38mm dibuat dari emas Sedna™ 18K. Speedmaster Cappucino 38 mm yang terbuat dari baja tahan karat dan emas Sedna™ 18K, paduan emas merah unik yang menghadirkan kehangatan tahan lama pada desainnya ini semakin berkilau dengan bezel bertatahkan berlian. Terlihat hangat dengan dial jam cappuccino dengan subdial oval berwarna coklat, dan tali kulit coklat kelabu gelap. Tahun ini, bulan purnama jatuh pada tanggal 26 Desember, dan dengan mempertimbangkan visi langit malam yang memukau tersebut, Omega menghadirkan Speedmaster Moonphase 44,25mm dalam warna biru langit malam, dengan tampilan foto-realistis permukaan bulan yang diperkecil, menampilkan jejak kaki astronot terkenal di piringan bulan.
CGW Magazine
81
Hermès menunjukkan kreativitas mereka melalui jam saku Slim d’Hermès pocket Masan Masan yang hadir dalam balutan kombinasi berbagai teknik
82
CGW Magazine
@Foto: ®Anita Schlaefli
Golden Horses
Para pengrajin dari Hermès dengan cermat memilih warna bulu kuda yang berbeda, memotongnya, lalu merekatkannya satu per satu dengan sabar guna menyusun motifnya HALAMAN SAMPING Jam saku Slim d’Hermès Masan Masan
@Foto-foto: ®David Marchon
HALAMAN INI Proses pembuatannya menggunakan bulu kuda dengan teknik dikepang
H
ermès secara konsisten terus menunjukkan kreativitas mereka yang tak terbatas di berbagai spektrum kerajinan tangan. Sebagai contoh, merek asal Prancis ini beberapa saat yang lalu menunjukkan keahliannya dengan menciptakan pocket watch atau jam saku yang masuk ke dalam kategori “Pièces d’exception” atau koleksi exceptional piece mereka. Kreasi yang dinamakan dengan Slim d’Hermès pocket Masan Masan ini menjadi kreasi one-of-a-kind terbaru yang memadukan keahlian mereka dalam mengolah kulit dan haute horlogerie dalam sebuah arloji saku yang unik.
Jika melihat kembali ke dalam sejarah, ini bukanlah jam saku pertama yang dibuat oleh Hermès dalam kategori ini. Sebagai contoh, sebelumnya Maison ini telah memadukan proses engraving dan enamelling dalam jam saku Arceau Pocket Cheval Punk yang juga memiliki komplikasi tourbillon minute repeater. Setelahnya, Hermès juga telah menyatukan keahlian leather craftsmanship mereka untuk menciptakan jam saku Arceau Pocket Aaaaargh! unik dengan menampilkan T-Rex dari syal sutra Aaaaargh! yang dirancang oleh Alice Shirley. Untuk jam saku yang diluncurkan oleh Hermès belum lama ini, hasil akhir dari Slim d’Hermès pocket Masan Masan menggabungkan desain dari bulu kuda yang unik dan berharga dengan marquetry, seni kerajinan yang menerapkan potongan dekoratif nan tipis pada suatu struktur untuk membentuk pola dekoratif dalam sebuah desain. Hadir dalam case emas putih berukuran 45mm dengan bagian lug yang menonjol, keunikan utamanya terletak pada bagian visual luar yang menampilkan 2 rupa kuda berwarna kontras dengan posisi layaknya yin and yang, menyoroti perpaduan antara gaya dan keahlian Hermès. Kedua kuda itu dibuat menggunakan braided horsehair atau bulu kuda dengan teknik dikepang dalam balutan teknik engraving dari rose gold.
Bagian cover jam saku dan dial yang unik ini hadir dari sebuah interpretasi akan motif scarf sutra Masan & Masan karya desainer Thailand Terawat Teankaprasith. “Masan” dalam bahasa Thailand berarti “woven horse.” Pada scarf Masan & Masan, gambar kedua kuda terbuat dari teknik anyaman tradisional Negeri Siam yang biasa digunakan untuk menghasilkan keranjang, topi, atau juga patung binatang. Teknik anyaman tradisional ini melibatkan proses mengumpulkan “water hyacinth” atau eceng gondok dalam jumlah banyak, mengeringkannya di bawah sinah matahari, dan kemudian menenunnya dengan tangan. Untuk membuat anyaman pada bagian cover dan dial jam yang terinspirasi oleh teknik pembuatan keranjang oriental pada Slim d’Hermès Masan Masan, para pengrajin dari Hermès dengan cermat memilih warna bulu kuda yang berbeda, memotongnya, lalu merekatkannya satu per satu dengan sabar guna menyusun motifnya. Menggabungkan kecemerlangan dan hasil kontras secara halus, pengukir dan pengrajin Hermès menghidupkan profil kuda kedua dengan membentuk relief dan kedalaman dari emas yang dibuat menggunakan pahat tradisional. Di balik keindahan visualnya, jam saku ini ditenagai oleh mechanical self-winding movement Manufacture Hermès H1950 berukuran ultra-thin yang memiliki cadangan daya selama 48 jam. Sebagai pelengkap, satu hal yang menambah keistimewaan desainnya ialah tali buaya yang menonjolkan warna keemasannya dengan elegan. Kreativitas Hermès memang tampak tak terbatas, ditandai dengan rasa estetika bersahaja yang membedakannya dari pendekatan yang dilakukan oleh banyak pabrikan lain. Koleksi jam luar biasa mereka selalu membutuhkan perhatian berulang kali untuk benar-benar menghargai keahlian yang diperlukan untuk mencapai hasil yang mengagumkan, karena sering kali jam mereka menampilkan teknik dan keterampilan yang jarang digunakan oleh pembuat jam tangan ternama lainnya. Hal ini terlihat pada jam saku Slim d’Hermès pocket Masan Masan yang unik, di mana kerajinan seni marquetry yang biasanya dibuat dengan potongan-potongan kecil dari berbagai jenis kayu, mengalami perubahan yang tidak terduga dengan menggunakan tenunan bulu kuda, sehingga menghasilkan karya yang indah. Kreasi ini merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa. Slim d’Hermès pocket Masan Masan menegaskan kembali bakat luar biasa Hermès yang mampu mengubah desain khas yang diambil dari koleksi scarf mereka menjadi sebuah karya seni untuk pergelangan tangan maupun saku dari sang pemilik nantinya.
CGW Magazine
83
Midas Touch Menjawab tantangan untuk mewujudkan impian, G-Shock kembali merilis model khusus edisi terbatas dan termahal yang pernah dibuat, dan menjadi buruan para kolektor jam
A
da yang mengejutkan di ajang peringatan hari jadi G-Shock ke-40, yaitu dengan diumumkannya satu koleksi terbaru dari “Dream Project” (proyek impian) dari merek jam asal Jepang ini dalam menciptakan model konsep yang menantang batasan merek, dalam tema “Break the Boundary”. Ini adalah kali kedua G-Shock merilis jam tangan yang disebut “Dream Project”, yang pertama adalah Dream Project #1, G-D5000-9JR, berbentuk persegi dengan bahan emas kuning 18K yang dibuat terbatas 35 unit untuk ulang tahunnya yang ke-35, dan jam tangan tersebut harganya IDR 1 Miliar lebih. Untuk desain eksterior jam Dream Project #2 tahun 2023 yang hanya dibuat satu buah saja, tampilannya tidak seperti G-Shock lainnya, jam tangan ini dibuat hasil kolaborasi antara tim R&D Casio dan bantuan AI, dengan penggunaan desain generatif yang inovatif dan eksploratif, yaitu teknik desain dengan bantuan komputer yang menggunakan AI untuk mengoptimalkan proses desain. Struktur yang sepenuhnya terbuat dari logam dan tahan goncangan dengan bentuk organik asli yang kreatif dicapai melalui proses kreasi bersama antara pengembang
84
CGW Magazine
manusia dan AI. Emas kuning 18K digunakan untuk casing, bezel, dan gelang jam. Pemolesan tangan yang hati-hati diterapkan dengan detail yang sangat teliti oleh pengrajin terampil, hingga ke titik yang paling menantang, memberikan komponen kilau yang menakjubkan dengan tampilan yang dalam dan presisi. Jam tangan multifungsi bertenaga surya ini berdiameter 45,1mm, tahan guncangan, dan unik dengan tampilan analog dan penunjuk waktu presisi yang dikontrol radio. Dirancang dan dibuat oleh tim yang terdiri dari gabungan anak muda dengan tim veteran G-Shock. Tim ini mengatasi setiap tantangan dengan pendekatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk menggabungkan teknologi AI mutakhir ke dalam proses desain. Pendiri dan Bapak G-Shock, Kikuo Ibe dalam rilis terbaru mengungkapkan, “Gaya eksterior yang kreatif dan orisinal mungkin memberikan gambaran sekilas tentang masa depan G-Shock. Namun, bahkan lebih dari itu, saya merasa jam tangan ini menimbulkan pertanyaan bagi kita semua: Apa esensi penting dari ketangguhan? Saya yakin upaya G-Shock untuk mencapai yang terbaik akan terus berlanjut selama beberapa dekade mendatang, memenuhi misi evolusi berkelanjutan dengan keyakinan yang tak tergoyahkan.” Jam tangan yang hanya dibuat satu-satunya ini telah dilelang di Balai Lelang Phillips di New York pada 9 Desember lalu, dan berhasil mencapai angka USD 400,000 (sekitar IDR 6,188 milyar), sebuah rekor dunia untuk jam tangan Casio yang pernah ada. Dan sebagai bagian dari proyek impian yang mendukung nilai-nilai berkelanjutan, maka seluruh hasil penjualan jam tangan ini akan disumbangkan ke The Nature Conservancy (TNC) di AS.
HALAMAN SAMPING Pelat jam tembus pandang memamerkan mekanisme jam yang kompleks; Emas kuning 18K digunakan pada casing, bezel, dan gelang jam HALAMAN INI DARI KIRI Kemasan khusus untuk Edisi Terbatas yang dibuat satu-satunya di dunia; Beberapa bagian mesin jam seperti pelat utama logam, roda gigi silikon, dan bantalan rubi
Tidak seperti G-Shock lainnya, jam tangan ini dibuat hasil kolaborasi antara tim R&D Casio dan bantuan AI, dengan penggunaan desain generatif yang inovatif dan eksploratif
CGW Magazine
85
THE DRAGON MASTERS
Collector’s Guide WATCHES Indonesia mempersembahkan serangkaian jam tangan terbaru yang memberikan penghormatan khusus kepada tahun naga
86
CGW Magazine
P
erayaan Tahun Baru Imlek telah menjadi tradisi penting bagi industri jam tangan. Setiap tahunnya, berbagai merek jam mewah seakan berlomba untuk mendesain jam unik dan menggambarkan hewanhewan yang ada dalam 12 zodiak atau shio dalam kalender China. Mereka menciptakan produk yang dinamis dengan sentuhan khas Timur, dengan menampilkan hewan-hewan yang menempati bagian dial maupun bagian belakang jam, yang pada tahun 2024 nanti dipimpin oleh shio naga. Dalam kebudayaan China, naga dianggap mewakili kebajikan yang luar biasa, dan menjadi simbol kebangsawanan, kekuatan, keberuntungan dan kesuksesan. Naga juga memiliki arti khusus, bukan hanya karena simbol budaya China, tetapi juga karena merupakan satu-satunya makhluk mitologi yang dimasukkan ke dalam zodiak.
Bovet Récital 26 Chapter Two Golden Dragon Bovet merilis Bovet Récital 26 Chapter Two Golden Dragon yang menunjukkan kemampuan mereka di sektor haute-luxury, yang mencakup keunggulan artisanal dan juga teknik. Sesuai namanya, sebentuk patung naga melingkar di sekeliling bagian dial jam yang
Ini adalah salah satu dari sedikit jam tangan tourbillon modern yang tidak memperlihatkannya pada bagian dial jam, meskipun kita dapat mengintipnya melalui lekuk tubuh naga diukir dengan tangan dan terbuat dari red gold 18K dengan tekstur yang halus, dan hiasan pada tubuh naga untuk teksturnya. Uniknya, meski terlihat seperti tidak ada dial jam, warna birunya digunakan sebagai warna pelengkap untuk red gold. Terdapat miniatur dial berbentuk kubah untuk penanda jam dan menit yang berwarna biru dan berada di atas sang naga. Pada bagian bawah, si pemakai jam tangan dapat mengintip bagian cover dari indikator moonphase, dan komplikasi world time berwarna biru yang memudahkan untuk memahami waktu di negara lain. Bagian atas jam tempat miniatur dial berada terlihat lebih tebal dan dengan pengurangan bertahap pada bagian bawah, memungkinkan sudut pandang yang lebih mudah saat pergelangan tangan berada di depan Anda. Jam tangan ini relatif tebal, didukung dengan diameter 46,5mm. Koleksi ini adalah salah satu dari sedikit jam tangan tourbillon modern yang tidak memperlihatkannya pada bagian dial jam, meskipun kita dapat mengintipnya melalui lekuk tubuh naga. Sebaliknya, kita harus membalik jam tangan ke bagian belakang sapphire caseback yang besar untuk melihat dan terpesona oleh ukiran yang rumit. Ditenagai oleh caliber 17DM06-DT, kita juga bisa melihat bagian bridge yang penuh dengan detail mengarahkan pandangan kita ke bawah menuju ke tourbillon.
CGW Magazine
87
Chopard L.U.C XP Urushi Year of the Dragon Chopard meluncurkan koleksi terbaru dari lini Chinese Zodiac mereka dalam Chopard L.U.C XP Urushi Year of the Dragon Edisi Terbatas 88 buah. Jam tangan ini menampilkan dial dalam motif naga yang dibuat dengan cermat menggunakan pernis Urushi. Bagian dial dibuat dengan tangan oleh Minori Koizumi, seorang pengrajin di Jepang yang berspesialisasi dalam teknik Maki-e yang halus. Setiap dial memerlukan tidak kurang dari 20 jam kerja, dan lapisan pernis Urushi juga diaplikasikan dan dihias dengan cat, serpihan emas, dan mother-of-pearl. Dari segi desain, jam tangan yang dipilih untuk menjadi tuan rumah karya seni ini adalah L.U.C XP dalam balutan ethical rose gold 18 karat. Dengan diameter 39,50mm dan profil 6,80mm yang lentur, jam ini terlihat elegan dan nyaman saat dikenakan di pergelangan tangan. Tipisnya profil jam ini dimungkinkan berkat mekanisme mesin jam otomatis L.U.C 96.17-L. Mesin caliber setebal 3,30mm, yang diisi oleh micro-rotor dari emas 88
CGW Magazine
Chopard meluncurkan seri L.U.C XP Urushi pertamanya di tahun 2013, dan dengan tahun Naga di 2024, merek ini secara resmi menyelesaikan siklus 12 tahun Zodiak China 22 karat. Mesin berjalan pada 4Hz, dan berkat dua barel bertumpuk, mesin akan menghasilkan 65 jam ketika movement tersebut diputar sepenuhnya. Mesin jam ini juga dilengkapi dengan Cotes de Genève, perlage, dan sudut yang indah. Pada bagian micro-rotor juga dihiasi dengan pola sunburst dan logo L.U.C. Satu hal yang membuatnya semakin istimewa adalah fakta bahwa Chopard meluncurkan seri L.U.C XP Urushi pertamanya pada tahun 2013, dan dengan tahun Naga di 2024, merek ini secara resmi menyelesaikan siklus 12 tahun Zodiak China. Hebatnya, nanti akan ada persembahan khusus Chopard, yaitu sebuah box set istimewa yang berisi koleksi dari 12 L.U.C XP Urushi yang akan diluncurkan pada tahun 2024.
TAG Heuer Carrera Chronograph, Year of the Dragon Naga, hewan yang dikaitkan erat dengan kekuatan dan karisma adalah karakteristik yang sangat selaras dengan semangat TAG Heuer. Untuk menandai tahun yang penting ini, TAG Heuer mempersembahkan dua jam tangan edisi terbatas: TAG Heuer Carrera Chronograph, Year of the Dragon dalam versi stainless-steel dan rose gold. Sebagai model Carrera Chronograph, jam tangan ini tidak hanya menghidupkan warisan TAG Heuer dalam segi balap dan olahraga motor. Pada saat yang bersamaan, mereka juga memberi penghormatan kepada hewan naga di tengah berbagai elemen yang diambil dari budaya China. Terdapat jarum jam di tengah yang dipernis berwarna merah, kaligrafi karakter naga pada posisi jam 6, dan yang paling mengesankan adalah hadirnya sesosok naga yang tercetak pada sapphire glass di bagian belakang case. Elemen visual penting lain termasuk dua subdial “azuré” berwarna merah pada pukul 3 dan 9, dan bagian dial bertipe sunray-brushed
(perak untuk versi stainless-steel dan rose gold-plated 18K 5N untuk versi rose gold), yang mencerminkan tata letak “reverse panda” yang terkenal. Pada bagian belakang jam, selain naga yang melingkar, detil mekanisme mesin Calibre Heuer 02 yang rumit juga ditampilkan, bersama dengan dua ukiran: “Limited Edition” dan “One of 300” untuk versi stainless-steel atau “One of 50” untuk versi rose gold, menunjukkan jumlah produksi masing-masing yang sangat terbatas. Dua elemen lainnya berwarna merah juga menjadi pelengkap yang manis untuk jam tangan ini, yaitu tali kulit buaya berwarna merah, dan kotak khusus untuk jam tangan tersebut. Sebagai catatan, untuk kotak jam tangannya, masing-masing hadir dalam warna yang serasi dengan elemen merah pada jam dan menampilkan simbol naga dalam warna beige yang elegan. Sulit untuk meremehkan pentingnya tahun naga dalam budaya China; dan yang menakjubkan, TAG Heuer telah menciptakan jam tangan yang indah dan mencerminkan semangat perayaan yang muncul sekali dalam setahun tersebut sambil tetap memberikan penghormatan kepada akar tradisionalnya.
CGW Magazine
89
dial yang lebar, yang dicapai dengan konstruksi bebas bezel dan teknik pemolesan Zaratsu khas merek ini. Kombinasi elemen-elemen ini menjadikan model ini jam tangan yang bersih, ramping, mudah dibaca, dan nyaman. Grand Seiko SBGH323 Limited Edition Red Dragon Automatic Hi-Beat 36000 Merek jam tangan asal Jepang, Grand Seiko, juga turut memberikan penghormatan kepada sang naga melalui model SBGH323 Red Dragon Automatic Hi-Beat 36000 mereka yang dibuat dalam edisi terbatas sebanyak 88 buah. Dari segi desain, model SBGH323 ini memiliki dial jam bermotif radial berwarna merah tua yang dijuluki “Naga Merah” yang kontras dengan jarum detik berwarna emas dan melengkapi tema keberuntungan dari jam tangan tersebut. Desain case jamnya juga merupakan reinterpretasi modern dari model 62GS mereka yang ikonik. Diluncurkan pada tahun 1967, model 62GS adalah jam tangan pertama Grand Seiko yang dilengkapi mesin jam otomatis. Jam tangan ini mendapatkan popularitas karena desainnya yang istimewa dengan case bertipe mirrored yang memiliki banyak sisi dan bukaan 90
CGW Magazine
Pada bagian dalam dari komposisi visual yang kontras ini, terdapat mesin jam calibre 9S85 dari Shizukuishi Watch Studio di Prefektur Iwate. Mesin jam canggih dan modern ini memanfaatkan inovasi pada bagian mainspring, hairspring, dan escapement untuk meningkatkan tingkat presisinya. Calibre 9S85 juga merupakan hasil dari pengembangan dan kemajuan selama bertahun-tahun, baik dalam desain maupun pembuatan komponen dan bahannya. Mesin jam yang memiliki cadangan daya selama 55 jam ini mendemonstrasikan kekuatan murni dari Mechanical Hi-Beat 36.000. Sebagai sentuhan akhir, jam tangan stainless-steel ini dipasangkan dengan tambahan tali kulit Python berwarna merah yang menyerupai warna dial, serta dilengkapi opsi gelang jam dari stainless-steel.
Diukir pada case yang terbuat dari pink gold, hewan naga di sini tampak melompat keluar dari latar belakang enamel “Grand Feu” dalam warna hitam. Jaeger-LeCoultre Reverso Tribute Enamel ‘Dragon’ Jaeger-LeCoultre menambahkan babak baru dalam kisah keahlian pembuatan jam mereka melalui model terbaru Reverso Tribute Enamel ‘Dragon.’ Sesuai dengan namanya, model ini memberikan penghormatan kepada tahun Naga dan juga pada bakat para ahli pembuat enamel dan pengukir di studio Métiers Rares di manufaktur Jaeger-LeCoultre. Hanya dengan memutar case Reverso ke sisi sebaliknya, kita bisa melihat ukiran seekor naga agung yang dikelilingi oleh awan keemasan. Diukir pada case yang terbuat dari pink gold, hewan naga di sini tampak melompat keluar dari latar belakang enamel “Grand Feu” dalam warna hitam. Permukaan tubuh naga yang dipoles, detail sisiknya yang halus dan juga tekstur awan yang kontras seakan meningkatkan ilusi gerakan dan juga menunjukkan kekuatan. Untuk memaksimalkan kedalaman ukiran sang naga digunakan teknik yang disebut modelled engraving, yaitu keterampilan yang membutuhkan fokus yang mutlak dan ketangkasan luar biasa.
Menariknya, pekerjaan ahli pengukir mereka tidak dimulai dengan permukaan kosong seperti biasanya, namun dengan permukaan yang sudah memiliki lapisan enamel “Grand Feu,” sehingga memerlukan ketelitian yang lebih guna menghindari semua risiko kerusakan pada enamel asli yang sudah ada. Pada sisi bagian depan, dial jam juga menampilkan enamel “Grand Feu” dalam warna hitam yang sama dengan case bagian belakang. Kesederhanaan yang elegan ini ditunjukkan dial jam Reverso Tribute dengan keindahan latar belakang hitam yang mengilap, dan membuktikan tingkat keterampilan yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman bertahun-tahun. JaegerLeCoultre tetap menjadi salah satu dari sedikit merek jam tangan yang memiliki manufaktur untuk enamel itu sendiri, yang menjaga dan juga memajukan kerajinan kuno ini. Reverso Tribute Enamel ‘Dragon’ yang dibuat untuk merayakan Tahun Baru Imlek ini adalah sebuah bukti visi budaya dan kreativitas dari Jaeger-LeCoultre, di mana kerajinan artistik hidup dalam harmoni yang sempurna dengan keahlian teknis para pembuat jam tangan.
CGW Magazine
91
Piaget menandai dimulainya siklus 12 tahun berikutnya dengan koleksi kapsul baru yang spektakuler yang memberikan penghormatan untuk Dragon and Phoenix Piaget Dragon and Phoenix Watches Pada tahun 2012, Piaget menyambut tahun naga dengan koleksi khusus yang luar biasa, dengan menciptakan 24 referensi yang mencakup empat komplikasi pembuatan jam tangan tingkat tinggi, delapan jam tangan Metiers d’Art, dan dua jam tangan Secret High Jewellery. Hal ini diteruskan setiap tahunnya dengan jam tangan individual yang dibuat dengan indah yang memberi penghormatan kepada hewan-hewan di tahun tersebut. Tahun ini, Piaget menandai dimulainya siklus 12 tahun berikutnya dengan koleksi kapsul baru yang spektakuler yang memberikan penghormatan untuk Dragon and Phoenix yang menggabungkan simbol maskulinitas dan feminitas China. Di antara 10 model terbaru ini, salah satu yang menarik adalah Piaget Altiplano Zodiac. Kali ini, master enameller Anita Porchet yang sudah berkolaborasi dengan Piaget sejak tahun 2006, sekali lagi meminjamkan keahliannya untuk menciptakan dua model Altiplano Zodiac terbaru berukuran 38mm yang menampilkan naga berwarna biru, dan Phoenix yang berwarna campuran merah, pink dan oranye. Dibuat masing-masing secara terbatas sebanyak 38 buah, motifnya nampak terlihat terbang di antara awan, dengan langit yang dibuat dari kombinasi mother-of-pearl berwarna abu-abu dan putih.
92
CGW Magazine
Selain Piaget Altiplano Zodiac, satu kreasi yang juga menarik perhatian adalah Piaget Emperador dengan motif naga yang terbang di sekeliling dial yang dikombinasikan dengan flying-tourbillon dalam satu konstruksi dial yang menawan. Naga berukir emas ini sangat memikat dan secara sensual melingkari bagian case hingga ke sisi bagian dial jam. Berlian dan sapphire yang disusun sedemikian rupa membangkitkan langit biru yang dihiasi bintang berkelap-kelip di malam hari. Jam tangan berukuran 46mm ini melambangkan Piaget sebagai perjumpaan flamboyan antara pembuatan jam tangan kelas atas dan perhiasan yang penuh inspirasi, dan benar-benar merupakan sebuah ciptaan dengan keindahan yang tak terduga. Koleksi kapsul terbaru dari Piaget ini menandai siklus baru yang menarik dalam rangka Tahun Baru Imlek. Penuh dengan energi dan emosi, seluruh kreasi dalam lini ini menampilkan perpaduan keahlian pembuatan jam tangan yang unik dan penempatan perhiasan yang presisi, seraya mendorong batasbatas kreativitas, keberanian dan tetap menghormati budaya yang menjadi inspirasi awal terciptanya jam tersebut.
ELEGANCE UNVEILED. LUXURY REDEFINED Immerse yourself in the epitome of exclusivity at InterContinental Bali Resort, where luxury amenities and InterContinental Life seamlessly merge with the legendary hospitality for which the resort is renowned.
For enquiries, please email bali@ihg.com or call (+62) 361 701 888
INTERCONTINENTAL BALI RESORT
Jalan Uluwatu 45, Jimbaran, Bali 80361, Indonesia. Tel: +62 361 701 888 bali@ihg.com
SEEK BEYOND Dubai Watch Week menampilkan pameran megah yang mengeksplorasi energi kreatif Audemars Piguet dan pencarian inovasi yang tiada henti
D
ubai Watch Week yang berlangsung dari tanggal 16 hingga 20 November 2023 dimeriahkan oleh namanama besar di dunia Haute Horlogerie, termasuk Audemars Piguet yang menjadi tuan rumah pameran berskala besar bertajuk ‘Seek Beyond’ yang mengeksplorasi perjalanan tanpa akhir menuju cakrawala baru. Pengunjung diajak menelusuri perjalanan yang imersif dan interaktif ke dalam dunia Audemars Piguet, di masa lalu, masa kini, dan masa depan, serta menelusuri kembali bagaimana merek ini berulang kali keluar dari zona nyamannya untuk mendorong batas-batas pembuatan
94
CGW Magazine
jam tangan. Di antara jam tangan warisan dan kontemporer yang dipamerkan, terdapat Royal Oak Concept Split-Seconds Chronograph GMT Large Date hingga Royal Oak Offshore Music Edition yang penuh warna. Pameran ini juga menyoroti penelusuran manufaktur terhadap bahan, batu permata, bahasa bentuk, dan warna, dan berbagai koleksi Haute Horlogerie dari lini Audemars Piguet Heritage Collection yang tak kalah menakjubkan, seperti gelang jam perhiasan dari emas putih 18K dan garnet grossular hijau bertekstur yang diukir tangan, bertatahkan 98 berlian, pemenang Golden Rose of Baden-Baden pada tahun 1971.
BLACK BEAUTY
Kolaborasi eksklusif pertama antara Hublot dan Ahmed Seddiqi & Sons dengan ahli kaligrafi Wissam Shawkat
Wissam Showkat secara artistik menuliskan kata “Al Zaman” dan “Al Waqt”, keduanya berarti waktu dalam bahasa Arab
M
enyambut ajang Dubai Watch Week dua tahunan yang ke-6, Hublot dan mitranya Ahmed Seddiqi & Sons merilis dua karya Classic Fusion Black Magic Dubai Watch Week edisi khusus, yang dirancang bekerja sama dengan seniman kaligrafi pemenang penghargaan Wissam Shawkat yang berasal dari Dubai. Ia memamerkan keahliannya dalam kaligrafi Arab sebagai bentuk seni yang mewujudkan keindahan visual dan makna budaya, memadukan keanggunan tulisan dengan kedalaman tradisi yang telah berusia berabad-abad. Dengan lekukan yang anggun, garisgaris yang mengalir, dan desain yang rumit, ia menciptakan karya menakjubkan dengan latar belakang hitam yang berfungsi sebagai kanvas ekspresi artistik yang sempurna, dengan lekukan kaligrafi yang
jelas menelusuri pola unik pada dial jam. Wissam Showkat secara artistik menuliskan kata “Al Zaman” dan “Al Waqt”, keduanya berarti waktu dalam bahasa Arab. Hadir dalam dua versi, casing 42mm dilengkapi dengan bezel keramik hitam, dan casing 36mm adalah versi mewah dengan sentuhan 36 berlian hitam cemerlang yang dipasang pada bezel aluminium anodisasi hitam yang dipoles. Arloji Classic Fusion Black Magic Dubai Watch Week ditenagai oleh mesin jam pemuntir otomatis HUB1110 yang otonom selama 42 jam. Jam tangan yang diproduksi terbatas masing-masing 50 buah ini dipasangkan dengan tali jam dari kulit buaya dengan gesper baja hitam. Harga: USD 11,900 (sekitar IDR 183 juta) untuk versi 42mm, dan USD 15,500 (sekitar IDR 238,5 juta) untuk versi 36mm yang bertatahkan berlian hitam.
CGW Magazine
95
FULL STRIKE!
Penulis: Yessar Rosendar
Chopard merayakan 25 tahun jam L.U.C dengan minute repeater terbaru dengan desain memikat
C
hopard kembali memamerkan keahliannya dalam pembuatan jam dengan merilis jam minute repeater L.U.C Strike One. Jam edisi terbatas dengan nomor referensi Ref. 161949-1001 ini dibuat untuk merarakan 25 tahun koleksi L.U.C dan hanya tersedia sebanyak 25 buah. Selain karena mekanisme tingkat tingginya, jam terbaru ini juga memiliki tampilan yang memikat para penggemar horologi. Hadir dengan casing 40mm berbentuk bundar yang bergaya klasik, terbuat dari emas 18 karat dari penambangan etis, jam terbaru ini menarik perhatian dengan bagian tengah dial ukiran tangan handguilloché dengan pola sarang madu. Posisi jam satu pada dial jamnya adalah yang paling menarik perhatian dan akan menjadi candu bagi penggunanya, karena terdapat jendela yang menampilkan pukulan gong minute repeater untuk melihatnya ketika bekerja.
96
CGW Magazine
Posisi jam satu adalah yang paling menarik perhatian dan akan menjadi candu bagi penggunanya, karena terdapat jendela yang menampilkan pukulan gong minute repeater Casing jam terbaru ini cukup tipis untuk sebuah jam dengan mekanisme yang sangat rumit. Berkat mesin jam yang hanya setebal 5.6mm, jam terbaru ini bisa memiliki ketebalan kurang dari 10mm. Mekanisme minute repeater di jam ini juga cukup spesial karena memiliki gong yang terbuat dari safir monoblok, satu buah kaca safir melindungi dial dan menyelimuti gong di dalam jam. Inovasi ini membuat Chopard mendapatkan penghargaan sebagai jam terbaik di Grand Prix d’Horlogerie de Genève pada tahun 2017. Minute repeater akan berdering ketika jarum jam mencapai angka jam 12 sebanyak 24 kali dalam satu hari, ketika menderingkan jam maka gong akan berbunyi sekali. Chopard juga memastikan suara yang dihasilkan gong di jam ini memiliki intensitas, kejelasan, dan durasi yang sangat
baik. Ditenagai mesin jam terbaru dari Chopard yaitu Calibre 96.32L otomatis melalui sebuah micro-rotor dengan emas 22 karat yang digrafir. Mesin terbaru ini memiliki dua barel yang memastikan jam memiliki cadangan daya sampai 65 jam walaupun dentingan minute repeater digunakan. Lewat jam tangan terbaru ini Chopard berhasil mewujudkan visi dari Karl-Friedrich Scheufele, Co-president Chopard. Setelah 25 tahun memperkenalkan mesin jam yang pertama, Chopard berhasil mengembangkan sendiri berbagai macam mesin jam dengan tingkat komplikasi yang tinggi. Setelah sukses dengan koleksi Alpine Eagle terbaru, jam Strike One ini juga akan berhasil memikat para kolektor dengan kombinasi desain yang cantik yang dikombinasikan dengan inovasi teknikal yang luar biasa.
CGW Magazine
97
Penulis: Yessar Rosendar
Magnificent Green
De Bethune luncurkan DBD Evergreen yang mempesona dengan dial hijau berpola garis Geneva
M
erek independen asal Swiss, De Bethune mengawali minggu pertamanya di Dubai Watch Week 2023 dengan merilis jam terbarunya, DBD Evergreen. Jam edisi terbatas yang hanya dibuat sebanyak 20 buah ini memiliki dial berwarna hijau yang erat dengan sejarah dan budaya Timur Tengah. DBD Evergreen memiliki tampilan waktu digital dan kalendar triple linear dengan mesin yang harus dipuntir secara manual. DBD merupakan model jam yang telah dirilis oleh De Bethune sejak 2016 dan menampilkan interpretasi yang unik untuk sebuah jam. Model ini memiliki 39 varian yang tersedia dengan casing emas merah muda atau emas putih. Agar terasa ringan saat dikenakan, casing jam ini terbuat dari bahan titanium Grade 5 yang jauh lebih ringan dibandingkan baja. Casing jam yang berukuran 42.6mm ini memiliki bentuk yang unik karena terinspirasi dari dunia jam di abad ke-18, berbentuk seperti
98
CGW Magazine
DBD Evergreen memiliki tampilan waktu digital dan kalendar triple linear dengan mesin yang harus dipuntir secara manual jam saku dengan tombol pemutar jam yang berada di posisi jam 12. Dial hijaunya menggoda para penggemar jam dalam warna hijau dan motif garis Geneva yang menawan, pola ini pun pertama kali digunakan di sebuah jam. Detil ini jelas terinspirasi dari gaya art-deco, khususnya dengan lima piringan yang secara linear menampilkan hari, tanggal, dan bulan pada posisi jam 12, sedangkan penanda jam yang meloncat dan menit yang berputar saling berhadapan di bagian bawah dial, yang sudah didukung oleh teknologi mutakhir De Bethune, yaitu kaca safir yang memiliki perlindungan anti-pantulan ganda. Jam ini diperkuat oleh mesin caliber DB2044 yang harus dipuntir secara manual untuk memiliki cadangan daya sampai lima hari lamanya. Mesin ini beroperasi di frekuensi yang mencapai 28,800 getaran per jam dan dilengkapi dengan roda keseimbangan yang terbuat dari titanium dengan bagian yang terbuat dari emas, tidak lupa terdapat juga tiga sistem parasut yang melindungi mesin dari getaran. Melengkapi dial hijaunya yang menonjol, jam ini hadir dengan tali jam berwarna coklat muda dan tali yang terbuat dari bahan tekstil berwarna hijau dalam warna senada, De Bethune juga menambahkan sebuah tali yang terbuat dari bahan kulit buaya yang berwarna hitam dan elegan. De
Bethune yang didirikan pada tahun 2002 ini kini dipimpin oleh Denis Flageollet sebagai master watchmaker dan Pierre Jacques sebagai CEO. Merek independen ini cukup menarik perhatian dan memiliki gengsi lebih karena mengembangkan dan memproduksi semua bagian jamnya sendiri. De Bethune sejak didirikan telah menciptakan tidak kurang dari 29 caliber atau mesin jam, menciptakan setidaknya 30 debut dunia, beberapa paten dan meluncurkan setidaknya 150 buah jam unik.
CGW Magazine
99
Melihat langsung pertemuan antara keunikan mekanisme jam tangan Reservoir, dan interpretasi keceriaan dunia Abdulla Lutfi
D
ari Dubai, kota padang pasir modern yang gemerlapan, memadukan kemegahan arsitektur futuristik dengan kekayaan sejarah dan keindahan gurun yang memukau, hadir sosok seniman Emirati bernama Abdulla Lutfi. Namanya akrab di telinga para pencinta seni, melalui pendekatan visual yang ia goreskan lewat gambar hitam putih mendetail dari langit-langit dan lanskap kehidupan sehari-hari masyarakat dan komunitas Uni Emirat Arab, dengan sedikit sentuhan humor. Karya Abdulla Lutfi juga banyak terinspirasi dari berbagai aspek kehidupan Jepang. Fakta lain, ia merupakan seorang seniman berkebutuhan khusus, dan intuisinya melihat seni sebagai sebuah medium yang kuat, dan menjadi kendaraan bagi dirinya untuk memberdayakan seniman dengan latar belakang yang sama.
100 CGW Magazine
Penulis: Billy Saputra
Dancing Retrogade
Sebuah figur yang mengenakan dishdasha pada dial tampak menyenangkan dan penuh energi, berlari-lari dengan riang, sambil memegang nota musik yang melambangkan ritme dan melodi kehidupan kota memperkenalkan sebuah jam tangan istimewa yang menyatukan seni modern dengan horologi tradisional buatan Swiss. Karya terbatas ini secara eksklusif akan tersedia di butik-butik Ahmed Seddiqi & Sons di seluruh cabangnya yang tersebar di wilayah Timur Tengah.
Kendati masih muda, Abdulla telah mencapai kesuksesan dengan pameran tunggal yang laris, karya yang dipesan, dan komitmen untuk meningkatkan kesadaran dan inklusi melalui seninya. Sedangkan dari sejuknya Swiss, jenama jam tangan Reservoir berdetak menghadirkan konsep keberanian dengan desain unik yang terinspirasi oleh alat ukur mekanis, dilengkapi dengan gerakan mesin buatan Swiss yang menawarkan cara radikal untuk membaca waktu melalui fungsi menit retrograde, jumping hour, dan kemampuan penyimpan daya. Jam-jam ini mengubah waktu menjadi sumber berharga, menjadi teman setia petualangan di mana setiap 60 menit, jarum tunggal melakukan gerakan mundur untuk mengaktifkan momen berikutnya dengan intensitas yang sama. Menggambarkan fungsi dan daya tarik estetika dari alat ukur pada kendaraan, penerbangan, dan kelautan, jam tangan Reservoir mengingatkan pada era di mana instrumen presisi melayani penggunanya dalam perjalanan yang memerlukan keberanian dan kinerja tinggi. Dengan dua belas koleksi yang melibatkan berbagai aspek, setiap model dilengkapi dengan modul horologis khusus yang dipatenkan, menunjukkan komitmen merek ini terhadap kerajinan dan presisi. Di ajang Dubai Watch Week, Reservoir meluncurkan kolaborasinya dengan Abdulla Lutfi, dengan
Jam tangan ini didesain untuk tak hanya sekadar menjadi penunjuk waktu, melainkan sebagai simbol pernyataan kreatif yang mencerminkan perpaduan yang vivid antara ketepatan waktu dan momen kegembiraan. Dial jam segera menarik perhatian dengan latar belakang biru cerah, menampilkan pemandangan perkotaan yang berwarna-warni nan menyenangkan. Gedung pencakar langit yang melambangkan kehidupan sibuk di Dubai membentuk latar belakang dinamis dengan pola berulang di jendela, antena, dan elemen arsitektur lainnya. Nuansa keunguan yang berbeda menggambarkan metropolis, sementara nada kontras memberikan kedalaman dan perspektif. Sebuah figur yang mengenakan dishdasha pada dial tampak menyenangkan dan penuh energi, berlari-lari dengan riang, sambil memegang nota musik yang melambangkan ritme dan melodi kehidupan kota. Melalui kolaborasi ini, Abdulla menuangkan pandangan dan interpretasi dunianya dengan cara yang unik dan tidak konvensional, menghadirkan momen nostalgia mendalam, perhatian detail yang tajam, dan sentuhan spontanitas. Jika pada umumnya, jam tangan konvensional menggunakan penunjuk detik, menit dan jam yang bergerak secara harmonis searah ke kanan, jam tangan ini secara unik mengadopsi sistem jarum penunjuk menit retrograde yang bergerak secara mengagumkan, ditemani oleh indikator jumping hour dengan mekanisme senada. Menariknya adalah ketika penunjuk menit mencapai menit ke-60, maka jarum penunjuk menit akan spontan berputar kembali ke angka 1, dan mengulangi siklusnya. Menjadikan jam tangan ini manifestasi nyata dari keahlian teknik cipta jam tangan Swiss yang melampaui daya tarik visual semata. Dibuat dari baja tahan karat, case jam memantulkan cahaya, memberikan tampilan premium. Ditenagai oleh caliber RSV-240 Reservoir, mesin mekanis otomatis dengan modul paten berisi 113 bagian, menunjukkan ketelitian dalam setiap detail. Case yang ramping berkontras senada dengan tali kulit, memberikan kenyamanan dan gaya. Dibalik case terlihat sisi keindahan lain melalui celah lapisan kaca transparan yang memamerkan kinerja dari komponen mekanis di dalamnya. Karakter wajah penuh senyum menambah aspek humor pada jam tangan ini, dan tertulis indikator angka antara 1 sampai 25 yang menunjukkan bahwa ini merupakan jam tangan edisi terbatas.
CGW Magazine 101
Dubai’s Iconic Horizon I
TAG Heuer luncurkan Carrera Heuer 02T Edisi Terbatas yang terinspirasi birunya langit Dubai yang ikonik
ndahnya cakrawala Dubai menjadi inspirasi bagi pembuat jam mewah asal Swiss, TAG Heuer untuk merilis Carrera Tourbillon H02T Dubai Skyline Limited Edition di ajang Dubai Watch Week yang digelar akhir November lalu. Jam edisi terbatas dari varian Carrera Heuer 02T ini hadir dengan aksen hitam dan biru yang elegan, terinspirasi dari birunya langit Dubai yang memesona. Jam edisi khusus ini hadir dengan casing berukuran 45mm yang terbuat dari titanium berbalut PVD, bezel carbon yang sporty dengan inisial Uni Emirat Arab, dan kaca safir yang mampu 102 CGW Magazine
menahan pantulan. Jam kronograf ini juga dilengkapi dengan mesin Calibre Heuer 02T Tourbillon yang membuatnya menjadi salah satu tourbillon dengan harga paling kompetitif di pasaran saat ini. Hanya 12 buah jam edisi khusus ini akan tersedia bagi kolektor yang beruntung untuk mendapatkannya. Koleksi edisi terbatas ini memamerkan dial berwarna hitam anthracite dengan dua penanda waktu kronograf, penghitung menit di posisi jam 3 dan penanda jam di posisi jam 9 dengan aksen biru yang
Mesin Carrera Heuer 02T mampu beroperasi pada frekuensi 28,800 getaran per jam dengan tourbillon dalam sangkar carbon yang sangat ringan kontras. Detil ini melengkapi tourbillon yang berada pada posisi jam 6 dan indeks jam yang juga berwarna biru yang memiliki lapisan SuperLuminova, membuatnya mudah dibaca dalam gelap. Detil khusus di bagian belakang jam edisi khusus ini juga sangat unik, berlapis kaca safir dengan gambar gedung-gedung pencakar langit di Dubai yang berwarna keperakan dan warna biru yang merefleksikan langit di kota mewah tersebut. Pada bagian tengah terdapat logo “Dubai” dan nomor seri pada lingkaran luarnya, menandakan bahwa jam ini salah satu dari 12 jam edisi khusus. Selain bagian bezel, lug jam ini juga terbuat dari carbon dan memiliki tombol dan knob yang dilapisi karbit dalam warna biru senada. Jam sporty ini mendapatkan sentuhan yang elegan lewat tali jam kulit buaya berwarna hitam, dipercantik dengan bahan karet yang dijahit di bagian bawahnya, dan dilengkapi dengan pengunci yang juga terbuat dari titanium seperti casing jam, dan dihias dengan emblem TAG Heuer.
28,800 getaran per jam dengan tourbillon dalam sangkar carbon yang sangat ringan. Mesin ini memiliki cadangan daya hingga 65 jam yang membuatnya praktis untuk digunakan. Sebelumnya TAG Heuer telah merilis beberapa edisi khusus varian Carrera Heuer 02T, seperti edisi Mario Kart yang terinspirasi dari video gim balapan yang popular. Varian jam ini sebenarnya telah diperkenalkan pertama kali pada tahun 2016, namun TAG Heuer selalu menyegarkan varian ini melalui model-model baru dan edisi khusus. Beberapa model yang terkenal selain Carrera, TAG Heuer juga popular untuk jam koleksi Monaco, Autavia, dan Aquaracer. Merek jam yang memiliki sejarah panjang sejak didirikan oleh Edouard Heuer pada tahun 1860 di
Jam kronograf ini memiliki sertifikasi COSC yang menjamin
pegunungan Jura di Swiss ini telah meraih sukses global dan semakin
keakuratan pengukuran waktunya dan kedap air hingga 100
terkenal dengan 130 butik dan 3.000 titik penjualan di seluruh dunia,
meter. Mesin Carrera Heuer 02T mampu beroperasi pada frekuensi
termasuk Indonesia.
CGW Magazine 103
GOLDEN TIME
Zeitwerk Minute Repeater dari A. Lange & Söhne adalah jam tangan luar biasa secara visual maupun akustik, yang mencerminkan kepribadian merek besar Saxon ini
M
asih ingat model-model Zeitwerk Minute Repeater pertama dari A. Lange & Söhne yang berbahan platinum dengan dial warna rhodié tahun 2015, dan edisi terbatas dari emas putih dengan dial jam biru tua di tahun 2020? Tahun ini A. Lange & Söhne menghadirkan jam tangan yang luar biasa secara teknis dan akustik ini dalam edisi terbatas yang terbuat dari “emas madu” eksklusif Lange (HONEYGOLD®), dengan dial perak 925 abu-abu yang elegan, kontras dengan warna lembut emas madu 18K dengan detail berlapis rhodium. Zeitwerk Minute Repeater sendiri adalah satu-satunya jam tangan mekanis luar biasa yang menggabungkan tampilan fitur jumping numeral dengan pengulang menit desimal, cukup dengan menekan satu tombol, maka jam, interval sepuluh menit, dan menit akan berbunyi. Apa itu HONEYGOLD® dan bagaimana bahan ini memengaruhi suara
104 CGW Magazine
HALAMAN SAMPING DARI ATAS Zeitwerk Minute Repeater yang terbuat dari “emas madu” eksklusif Lange (HONEYGOLD®); Detil mesin jam calibre L043.5 terlihat jelas dari balik case jam HALAMAN INI DARI KIRI Zeitwerk Minute Repeater Ref. 147.028F dari emas putih 18K dengan dial jam biru tua di tahun 2020; Zeitwerk Minute Repeater edisi terbaru dari HONEYGOLD®; Detil jam dari bagian gong hingga jendela penujuk jam dan menit yang mudah terbaca pada dial
Lebih keras dibandingkan platinum dan paduan emas lainnya, sehingga lebih sulit dibentuk dan diselesaikan, HONEYGOLD® memiliki corak yang sangat halus dan elegan
denting khas pada jam minute repeater? Dalam sesi wawancara eksklusif kami dengan Direktur Pengembangan Produk di A. Lange & Söhne Anthony de Haas, yang juga seorang musisi dan drummer, ia mendemonstrasikan bagaimana suara jernih dari minute repeater dihasilkan oleh jam tangan terbaru mereka ini, “Setiap minute repeater memiliki suaranya sendiri yang unik. Selain gong dan palu gong, bahan untuk casing jam memiliki pengaruh paling besar terhadap suara. Mirip dengan alat musik, warna nada dan kesan suara yang berbeda tercipta, bergantung pada bahan yang digunakan. Demikian pula halnya dengan bahan terbaru kami dalam ‘emas madu’ yang kami sebut HONEYGOLD®. Kedengarannya berbeda dengan semua bahan lainnya, benar-benar khas.” Logam emas yang terlihat seperti warna madu ini adalah paduan rahasia yang dikembangkan untuk Lange pada tahun 2010, dan warna uniknya, yang terlihat seperti madu cair, diperuntukkan bagi jam tangan Lange yang paling eksklusif. Lebih keras dibandingkan platinum dan paduan emas lainnya, sehingga lebih sulit dibentuk dan diselesaikan, HONEYGOLD® memiliki corak yang sangat halus dan elegan. Logam eksklusif buatan manufaktur yang berbasis di Glashütte ini memang layak diburu oleh para kolektor jam karena warnanya yang lebih lembut dibandingkan dengan warna emas lainnya, dan lebih dalam dibandingkan dengan emas kuning tradisional 18K. Dan yang terpenting adalah, bahan HONEYGOLD® ini menghasilkan denting suara khas yang tidak seperti yang dihasilkan oleh repeater dari logam lain. Selain nuansa suaranya, penunjuk waktu pada jam tangan mewah ini tetap sama dengan pendahulunya yang menawarkan cara yang sangat sederhana untuk membaca dan mendengar waktu. Tidak seperti minute repeater tradisional, yang membunyikan jam, seperempat jam, dan menit untuk memberitahukan waktu
dengan suara, Zeitwerk Minute Repeater membunyikan jam, interval 10 menit, dan menit. Nada bernada rendah berbunyi setiap jam, nada tinggi diikuti nada rendah selama interval 10 menit, dan nada tinggi setiap menit. Jika Anda sudah terbiasa mengetahui waktu pada minute repeater tradisional tanpa membaca dial, maka pada saat mengenakan jam tangan ini kemungkinan besar Anda salah menebak waktu pada kali pertama atau kedua. Namun perubahan Zeitwerk dari interval seperempat jam menjadi 10 menit membuat “pembacaan” waktu menjadi lebih cepat melalui telinga. Anda akan mendengar tujuh nada bernada rendah, serangkaian lima nada tinggi/nada rendah, dan dua nada tinggi untuk 7:52. Jam tangan mewah berdiameter 44,2mm dengan tinggi 14,1mm ini mengusung mesin jam calibre L043.5 buatan in-house yang terdiri dari 771 bagian, dan diselesaikan secara detil dengan tangan secara hatihati dengan motif ukiran tangan. Fitur orisinalnya adalah mekanisme tombol untuk memicu repeater. Karena tenaga untuk mekanisme pemukul disalurkan oleh laras pegas utama kembar, maka tidak diperlukan slide untuk mengencangkan pegas terpisah, dan ini juga berarti tidak ada bukaan lateral yang besar pada casing yang dapat menyebabkan gangguan akustik. Emas eksklusif yang digunakan pada casing yang menampilkan permukaan yang dipoles dan disikat ini menghasilkan suara yang lebih jernih dan bergema, dipadukan dengan timbre yang kaya dan hangat. Pada sebagian besar jam tangan dengan fitur minute repeater, rangkaian denting dimulai dengan mendorong slide, biasanya terletak di sisi kiri casing yang memberi energi pada pegas yang melayani mekanisme pemukulan. Kelemahan pada sebagian besar minute repeater adalah jika pengulang menit belum menyelesaikan urutan denting sebelum slide diaktifkan kembali, beberapa komponen rumit yang disebutkan di atas dapat rusak, sehingga memerlukan perbaikan yang mahal. Namun dengan mesin jam kaliber L043.5 yang memiliki berbagai ‘mekanisme keselamatan dan pemblokiran’ ini akan mencegah rangkaian tersebut terputus sebelum waktunya dan menyebabkan kerusakan pada susunan rak, siput, dan roda yang rumit.
CGW Magazine 105
Magnificent Red
Penulis: Yessar Rosendar
Grand Seiko merilis jam edisi terbatas Asia Pasifik yang terinspirasi dari fenomena langka di gunung Fuji
P
embuat jam tangan mewah asal Jepang, Grand Seiko kembali merilis sebuah jam yang terinspirasi dari keindahan alam negeri matahari terbit, SBGH327. Jam edisi terbatas ini mencoba menampilkan esensi keindahan dari “Red Fuji”, fenomena dimana gunung fuji yang tersohor menampilkan rona kemerahan saat fajar di awal musim gugur. Melanjutkan filosofi Grand Seiko yaitu “The Nature of Time”, sebuah pemikiran yang berhasil menciptakan jam tangan yang memadukan keindahan alam dan kesempurnaan dalam
106 CGW Magazine
pembuatan sebuah jam tangan, koleksi eksklusif ini merupakan jam edisi terbatas regional pertama dari Grand Seiko Asia-Pacific yang hanya akan tersedia di butik Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Vietnam. Grand Seiko sendiri merupakan pembuat jam tangan yang telah berdiri dari tahun 1960, dan menjadi salah satu dari sedikit pembuat jam di dunia yang mampu memproduksi dan merakit semua komponen jamnya sendiri. Terinspirasi dari fenomena yang
HALAMAN SAMPING Grand Seiko Asia Pacific SBGH327 Edisi Terbatas hanya diproduksi sejumlah 168 jam tangan
Koleksi eksklusif ini merupakan jam edisi terbatas regional pertama dari Grand Seiko Asia-Pacific yang hanya akan tersedia di butik Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Vietnam langka dan perubahan musim yang indah, SBGH37 memiliki dial berwarna merah yang dibuat oleh tangan pengrajin ahli dan berhasil merefleksikan keindahan alam. Fenomena yang ditangkap oleh jam terbaru ini langka karena hanya terjadi dua kali dalam satu tahun, ketika musim panas berganti ke musim gugur dan udara serta awan secara harmonis memantulkan cahaya merah dari matahari terbit dan terbenam di gunung Fuji. Fenomena ini juga dipercaya mendatangkan keberuntungan dan sebuah symbol kebahagiaan serta kesuksesan. Jam terbaru ini dikemas dalam casing berbahan baja berukuran 39.5mm yang elegan dan hanya setebal 13mm. Casing ini menampilkan sentuhan polesan Zaratsu, proses pemolesan ini menggunakan tangan yang memastikan permukaan logam menjadi sangat halus dan membuat permukaan layaknya cermin
HALAMAN INI Mesin Hi-Beat Cal.9S85 terlihat dari balik case jam berlapis kristal safir yang dihias lambang Grand Seiko; Dial jam menampilkan keindahan sekilas Gunung Fuji; Casing baja tahan karat dipoles hingga mengilap menggunakan teknik Zaratsu
bisa tercapai tanpa adanya distorsi. Untuk melindungi keindahan dialnya, casing jam ini juga menggunakan dua lapis kaca safir yang membulat. SBGH37 diperkuat oleh mesin jam Cal.9S85 yang merupakan mesin otomatis dengan mekanisme lilitan manual. Mesin dengan 37 permata ini mempunyai akurasi kurang lebih 8 hingga kurang dari 1 detik per hari ketika digunakan. Beroperasi dengan getaran yang mencapai 36.000 getaran per jam atau 10 denyut per detik, mesin ini memiliki tempo denyutan yang tinggi untuk menciptakan kehalusan operasi jam yang luar biasa. Mesin ini juga memiliki cadangan daya yang mencapai kira-kira 55 jam, cukup fleksibel untuk para kolektor yang gemar beganti-ganti jam tangan.
CGW Magazine 107
Penulis: Yessar Rosendar
FLY HIGH
Breitling merilis koleksi jam tangan pilot Avenger terbaru dengan model kronograf dan GMT
M
erek jam mewah asal Swiss, Breitling baru saja merilis koleksi Avenger terbaru. Koleksi bagi para penyuka jam pilot ini hadir dengan desain baru yang lebih mencolok, material berdaya tahan tinggi, dan penambahan mesin Breitling Manufacture Caliber 01 di model kronografnya. Tersedia tiga model dengan diameter 44mm dengan varian kronograf dan GMT otomatis yang layak diperhitungkan. “Koleksi Avenger diciptakan untuk bertahan di tengah kerasnya kondisi sebuah kokpit pesawat jet dan untuk mendukung pilot dalam manuver-manuver udara yang menantang. Redesain dari koleksi ini menuntut hal yang tidak kurang,” ujar Georges Kern, CEO Breitling dalam keterangannya. “Koleksi terbaru ini menggabungkan semua performa dengan gaya penerbangan yang modern.”
108 CGW Magazine
Jam tangan paling mahal dan menjadi sorotan di koleksi terbaru ini adalah varian Avenger B01 Chronograph 44. Varian ini tersedia dengan berbagai pilihan dial seperti biru, hijau, hitam, dan coklat dengan bezel yang berputar dengan indikator 60 menit dan terbuat dari baja tahan karat. Kolektor jam yang ingin tampilan lebih berani akan menyukai varian Avenger Night Mission Chronograph yang memiliki pilihan dial berwarna kuning atau hitam dengan pola carbon fiber. Varian ini juga memiliki casing dan bezel yang terbuat dari bahan keramik yang tahan akan goresan, sementara bagian caseback, crown, pusher, dan buckle juga tidak kalah eksotis karena terbuat dari bahan titanium yang ringan. Varian dengan dial hitam berpola carbon fiber juga memiliki angka jam yang lebih mudah dilihat. Avenger didesain untuk menjadi jam yang memiliki bobot yang ringan, sehingga menggunakan bahan carbon fiber, titanium, dan baja yang kerap dipakai dalam desain sebuah pesawat.
HALAMAN SAMPING Dua versi Breitling Avenger B01 Chronograph 44 Night Mission dari ceramic hitam dan pilihan variasi dial kuning-hitam dengan tali jam warna senada HALAMAN INI Terdapat pilihan versi dengan Chronograph, versi Automatic dengan fitur GMT dalam diameter 44mm, dan versi Avenger Automatic berdiameter 42mm
Avenger B01 Chronograph 44 menjadi varian tertinggi karena dilengkapi dengan mesin Breitling Manufacture Caliber 01 yang dibuat sendiri oleh Breitling. Mesin yang berdiameter 30mm ini hanya setipis 7.2mm dan mampu memuntir sendiri dengan pemuntir dua arah yang dilengkapi dengan Laher (bearing) yang membuat rotasinya lebih mulus. Mesin ini mampu bertahan sampai 70 jam ketika disimpan dalam kondisi cadangan daya yang penuh, membuatnya praktis untuk digunakan sehari-hari ketika pemiliknya gemar berganti-ganti jam tangan. Mesin di varian ini juga memiliki fungsi kronograf yang mampu menampilkan waktu sampai interval ¼ detik dan memiliki sertifikasi Contrôle officiel suisse des Chronomètres (COSC), sebuah institut yang menguji kronograf secara resmi di Swiss. Bagi para eksekutif yang sering berpergian antar negara, varian Avenger Automatic GMT 44 juga bisa menjadi pertimbangan untuk dikoleksi. Varian ini sesuai namanya mampu menampilkan dua waktu di negara yang berbeda dan memiliki bezel yang mampu menampilkan 24 jam. Diameter jam ini mirip dengan varian kronograf namun memiliki bentuk yang sedikit lebih padat. Varian ini tersedia dalam pilihan dial berwarna hitam atau biru tua yang dikombinasikan dengan tali jam kulit berdesain militer atau tali jam tangan yang terbuat dari baja. Tidak seperti varian kronograf, varian ini memiliki mesin Breitling Caliber 32 yang mempunyai cadangan daya 42 jam. Varian kronograf dengan mesin Manufacture Caliber 01 memiliki case setebal 15.2mm, sementara
Kolektor jam yang ingin tampilan lebih berani akan menyukai Avenger Night Mission Chronograph yang memiliki pilihan dial berwarna kuning atau hitam dengan pola carbon fiber varian GMT dengan Caliber 32 sedikit lebih tipis dengan ketebalan 12.05mm. Seluruh varian di koleksi terbaru ini memiliki diameter 44mm dengan daya tahan terhadap air sampai 300 meter. Kaca di bagian depan dan belakang yang menampilkan mesin jamnya terbuat dari kaca safir dan tahan terhadap pantulan. Kombinasi redesain yang menarik dan mesin yang akurat dan tangguh dari Breitling merupakan buah dari sejarahnya yang erat dengan dunia penerbangan. Breitling yang didirikan pada tahun 1884 adalah merek jam yang sangat lekat dengan dunia penerbangan, khususnya karena pendirinya, Willy Breitling merupakan sosok yang mendirikan departemen penerbangan HUIT yang khusus menciptakan instrumen pesawat yang presisi dan kronograf untuk pilot. Sejarah yang kental dengan dunia penerbangan ini menjadikan Breitling memiliki berbagai koleksi yang popular seperti Navitimer, Aerospace, Emergency, dan Avenger. Breitling juga dikenal sebagai merek yang menciptakan kronograf modern dan sebuah pionir dalam jam tangan untuk navigasi pilot.
CGW Magazine 109
Dari Casio G-Shock hingga ke Kurono Tokyo, merek jam tangan asal Jepang sukses menyihir para kolektor jam di seluruh dunia
110 CGW Magazine
Penulis: Yessar Rosendar
IT’S JAPAN TIME!
HALAMAN SAMPING Helm Shougeki-Maru: Gai, Kabuto dari besi yang dibuat Suzukine Yuzan dan pandai besi, Kobayashi Masao untuk lini G-Shock MR-G HALAMAN INI DARI KIRI SEARAH JARUM JAM Desain harimau ukiran tangan pada bezel; 4 sekrup rubi merah pada dial untuk memeringati hari jadi G-SHOCK ke-40; Tampilan dial jam dalam gelap; Tali jam dura putih mengingatkan pada ito odoshi putih pada helm; Pandai besi Kobayashi Masao; Pembuat helm/baju besi Suzukine Yuzan
Bezel jam memiliki 4 sekrup batu rubi berwarna merah yang terinspirasi dari tali helm samurai
J
epang terkenal akan kualitas yang bisa diandalkan, baik itu produk otomotif, elektronik, maupun jam tangan. Tekad kuat untuk mencapai kesempurnaan dan inovasi tiada henti adalah juga beberapa mantra yang dipakai oleh berbagai macam merek jam tangan asal Jepang, baik dari pembuat jam besar seperti Casio yang terkenal dengan G-Shocknya sampai ke merek-merek independen seperti Kurono Tokyo dan Masahiro Kikuno. Terlebih, jam asal Jepang memiliki harga yang kompetitif dibandingkan merek asal Swiss yang membuatnya menarik bagi berbagai macam kolektor baik pemula maupun para veteran. Collector’s Guide - Watches, Indonesia memilihkan tiga merek jam tangan asal matahari terbit yang saat ini layak mendapatkan perhatian dari para kolektor jam tangan.
Casio G-Shock MRG-B2000SG Casio adalah salah satu produsen jam tangan terbesar asal Jepang yang terkenal akan jam quartz mereka, mulai dari jam sederhana seperti Casio F-91W yang dikenakan oleh mantan presiden Amerika Serikat Barack Obama, sampai ke koleksi G-Shock yang diluncurkan pada akhir 80an dan digandrungi karena daya tahan dan desainnya yang kuat. Salah satu jam tangan yang menarik dari G-Shock adalah MRG-B2000SG yang baru-baru ini dirilis dan terinspirasi dari helm samurai. Seri G-Shock MR-G merupakan varian teratas karena mempunyai pilihan material dan desain yang premium. MRG-B2000SG yang dibuat untuk merayakan ulang tahun ke-40 bagi G-Shock memiliki desain yang eksotis dengan motif bezel yang terinspirasi dari helm bernama Shougeki-Maru: Gai. Jam ini merupakan sebuah penghormatan terhadap sejarah Jepang dan Samurainya yang legendaris, membuat ciptaan terbaru G-Shock ini mengusung desain serta tampilan yang luar biasa. Casing jam terbuat dari titanium yang ringan dan dilapisi oleh lapisan perak berwarna gelap yang dipoles dengan teknik khusus. Jam tangan ini memiliki bezel yang spesial karena memiliki ukiran harimau yang dibuat oleh pengrajin terkemuka di Jepang, Kobayashi Masao. Bezel jam memiliki 4 sekrup batu rubi berwarna merah yang terinspirasi dari tali helm samurai. Jam tangan yang dilengkapi dengan tali jam berwarna putih ini tersedia hanya 700 buah di seluruh dunia, terbatas karena adanya elemen buatan tangan yang membuat jam ini memiliki pahatan yang berbeda-beda dan unik.
CGW Magazine 111
Kurono Tokyo Chronograph 3 - HISUI:翡翠 Kurono Tokyo adalah salah satu merek jam independen asal Jepang yang mulai diburu oleh para kolektor jam akhir-akhir ini. Salah satu faktor pendorongnya adalah karena merek ini dibuat oleh salah satu pembuat jam tangan tersohor dari Jepang, Hajime Asaoka. Kurono Tokyo adalah merek buatan Hajime yang mempunyai harga yang cukup terjangkau namun tetap mempertahankan estetika dan selera yang bercita rasa tinggi. Jam dari Kurono Tokyo kerap menggunakan pembuatan dial yang rumit dan mahal seperti Urushi yang dibuat oleh tangan pengrajin ahli. Jam buatan merek ini juga sering mendapatkan penghargaan di Grand Prix d’Horlogerie de Geneve (GPHG). Walau berharga terjangkau, jam ini bernilai tinggi. Jam yang dibuat oleh Kurono Tokyo dibuat secara terbatas dan tidak dibuat lagi setelah habis terjual, membuatnya semakin diburu oleh para kolektor. Salah satu jam terbaru dari merek ini adalah Kurono Tokyo Chronograph 3 - HISUI:翡翠 yang memiliki aksen hijau seperti batu giok yang cukup menyita perhatian. Jam yang merupakan bagian dari koleksi seri Complications ini terinspirasi oleh desain artdeco yang cukup menyihir mata dengan lingkaran berwarna hijau giok di bagian angka jam. Teknik khusus bernama Pointilism diperlukan untuk menghasilkan tekstur layaknya batu giok, setelahnya sebuah lapisan mengilat dibubuhkan agar menghasilkan kesan yang bersih dan warna yang kuat. Jam ini mengunakan casing terbaru yaitu Mk.2 chronograph case yang terlihat tipis dan menggunakan mesin buatan Miyota yang terkenal akan ketangguhannya. Sayangnya, kesemua jam ini telah habis terjual dan akan dikirimkan ke pembelinya pada akhir tahun dan awal tahun depan.
112 CGW Magazine
HALAMAN SAMPING Kurono Tokyo Chronograph 3 – HISUI:翡翠 yang elegan dengan aksen hijau seperti batu giok HALAMAN INI DARI ATAS Jam tangn Sakabou 38mm, terbuat dari campuran perunggu, perak, dan emas dan dial dengan motif bunga; Masahiro Kikuno di ruang kerjanya; Jam tangan Gyoushou
Masahiro hanya mampu membuat empat jam ini per tahun, dan satu buah jamnya memiliki harga lima juta Yen atau setara dengan IDR 545 juta Masahiro Kikuno Sakubou Masahiro Kikuno adalah pembuat jam independen asal Jepang yang menghasilkan sebuah karya seni yang menakjubkan. Kesemua jamnya dirakit dan diproses secara manual dan pembuat jam ini hanya membuat dua hingga empat buah jam saja per tahun, dan saat ini Masahiro tidak menerima pesanan baru karena telah mempunyai pesanan dari tahun-tahun sebelumnya. Masahiro juga adalah anggota termuda di Académie Horlogère Des Créateurs Indépendants dan pembuat jam pertama dari Jepang yang bergabung di organisasi pembuat jam independen yang prestisius tersebut. Salah satu contoh karya seni berbentuk jam tangan yang dihasilkan oleh Masahiro adalah Sakabou, yang terinspirasi dari indahnya bulan. Sakabou sendiri berarti bulan baru dan penuh dalam bahasa Jepang. Jam berukuran 38mm ini terbuat dari campuran perunggu, perak, dan emas. Bezel jamnya memiliki bentuk yang unik dan menyerupai sebuah bunga, dial jamnya merupakan sebuah karya seni tingkat tinggi dengan ukiran berbentuk awan dan sebuah indikator fase bulan di posisi jam 6 yang mampu mempunyai akurasi sampai satu hari per 122 tahun. Masahiro hanya mampu membuat empat jam ini per tahun, dan satu buah jamnya memiliki harga lima juta Yen atau setara dengan IDR 545 juta.
CGW Magazine 113
Penulis: Billy Saputra
Echoes of Coastal Beauty Menikmati keindahan inspirasi pesona wilayah pesisir, lewat denting dua jam tangan edisi terbatas Riviera
I
stilah “Riviera” memunculkan gambaran tentang wilayah pesisir yang terkesan luks seperti Riviera di wilayah Perancis dan Italia yang terkenal berkat keindahan alamnya, resor mewah, dan gaya hidup khas Mediterania. Kata ini juga bermakna gaya hidup santai yang mewah dan erat kaitannya dengan liburan dan berpelesir. Baume & Mercier, pembuat jam asal Swiss, memperkenalkan lini jam tangan “Riviera,” yang menangkap esensi keelokan surga pantai ini. Lini jam tangan Riviera terkenal dengan elegansi, ketepatan waktu, dan sentuhan minimalisnya, mencerminkan aura yang halus dan daya tarik abadi dari destinasi Riviera itu sendiri. Kisah perjalanan lini Riviera tergolong istimewa, karena Baume & Mercier membuatnya selalu inovatif. Selama bertahun-tahun, Riviera telah mengalami beberapa kali perubahan desain, bukan hanya untuk mengikuti perkembangan, tapi untuk benar-benar menentukan
114 CGW Magazine
Nama “Riviera” adalah gagasan yang sepenuhnya baru ketika dibuat, dan menggambarkan semangat olahraga air dan perayaan mewah di Riviera wilayah Perancis
HALAMAN SAMPING Tampilan elegan dari Baumatic Riviera Perpetual Calendar Edisi terbatas, dalam diameter 40mm; Jam tangan ini cocok dikenakan dengan kemeja resmi maupun tampilan kasual; Mesin jam Baumatic dengan modul DuboisDépraz terlihat di balik case jam HALAMAN INI Baumatic “Riviera 50th Anniversary Special Edition” Edisi terbatas; Detil mesin jam Baumatic BM13-1975A
standar. Di tahun 1973, Riviera langsung mencuri perhatian dengan desain case dodekagonal dan gelang berbahan metal rampingnya. Pada era tersebut, pemilihan estetis itu membuatnya terlihat sangat avant-garde, walaupun nama Riviera belum tertera di bagian dial jamnya. Di tahun 1975, konsepnya diperbarui dan diluncurkan dalam dua tipe mesin, otomatis dan quartz: dalam pilihan model-model kecil, ukuran sedang dan besar dalam pilihan stainless-steel, paduan emas, dan emas murni. Generasi baru Riviera muncul di tahun 1980an dalam lini dengan dwi-warna terbaru, dengan kematangan teknis dan nilai estetisnya, dan nama khas yang terlihat di posisi jam 6. Untuk pertama kalinya dirilis tahun 1981, jam tangan ini dirancang dalam gaya sporty chic dengan semangat pionir diving watch. Kemudian Riviera menampilkan gaya unik dengan model chronograph untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-20 pada tahun 1993. Baume & Mercier bahkan membuat versi Riviera full-calendar yang belum pernah ada sebelumnya; tersedia dalam model emas murni dwiwarna, menunjukkan keahlian pembuatan jam tangannya yang luar biasa. Versi untuk wanita dengan diameter yang lebih kecil pun dirilis secara bersamaan. Memasuki tahun 2000-an, untuk generasi keempat, Riviera menggunakan pendekatan dua gaya: klasik atau atletis. Baume & Mercier mempertahankan bentuk case dodekagonal untuk lini “Klasik” dan menginterpretasikan dial dengan berbagai bahan dan konfigurasi. Riviera menambahkan empat sekrup pada bezel untuk lini “Sport”, memberikan tampilan atletis yang timeless. Tahun ini Riviera merayakan ulang tahun ke-50, dan untuk menghormati gaya dan nilai sejarah koleksi Riviera Baumatic, Baume & Mercier meluncurkan Baumatic Riviera Perpetual Calendar—edisi terbatas 50 unit—dan Riviera 50th Anniversary Special Edition—edisi terbatas sejumlah 273 unit.
Baumatic Riviera Perpetual Calendar Jam tangan Perpetual Calendar yang sangat khas dari koleksi Clifton, dihadirkan untuk pertama kalinya oleh Baume & Mercier dalam koleksi Riviera. Versi terbatas yang terdiri dari 50 jam tangan ini terbuat dari stainless-steel berukuran 40mm, yang didukung oleh mesin manufaktur yang mumpuni. Riviera Perpetual Calendar diciptakan untuk menjadi jam tangan ikonis dari pesona gaya olahraga yang menggabungkan desain khas dengan kinerja mesin dan komplikasi mekanis yang tangguh, dan dirancang oleh Jean-Claude Gueit, teman dekat dari Gérald Genta. Nama “Riviera” adalah gagasan yang sepenuhnya baru ketika dibuat, dan menggambarkan semangat olahraga air dan perayaan mewah di Riviera wilayah Perancis. Selama tahun 1990-an, koleksi ini menjadi ikon gaya Baume & Mercier di berbagai negara, dan menghasilkan keuntungan finansial signifikan bagi merek jam tangan asal Jura, Swiss ini. Seri Riviera selalu berani menantang nilai tradisional sebagai jam tangan sporty-chic. Versi Baumatic Perpetual Calendar melanjutkan tradisi ini, menambah babak penting dalam sejarah perjalanan koleksi Riviera dengan menggabungkan pembuatan jam tinggi dengan gaya harian kasual. Baumatic Riviera 50th Anniversary Special Edition Untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-50, Baume & Mercier juga menghadirkan kembali model Riviera Baumatic dalam varian “Riviera 50th Anniversary Special Edition.” Edisi terbatas ini hanya tersedia sebanyak 273 unit. Secara eksklusif, jam tangan ini mengusung detil yang halus dan jika dilihat dari dekat akan terlihat detail yang luar biasa, seperti angka tersembunyi “1973” pada dial kaca safir biru transparan, logo “Phi” dari Baume & Mercier yang legendaris pada komponen pemberat jarum detik, dan cincin biru di tengah case. membuat jam tangan ini terlihat lebih elegan. Riviera 10749 adalah jam tangan Swiss yang ditenagai oleh kaliber manufaktur Baumatic BM131975A yang berpresisi tinggi. Tampilan sporty jam tangan “Swiss-Made” ini dilengkapi dengan tampilan penutup belakang transparan, tali jam yang dapat diganti, dan dial kaca safir biru yang transparan. CGW Magazine 115
A Century Of Impact Menyongsong perayaan Seiko yang ke-100 di tahun 2024, kami pilihkan lini terbarunya yang bergaya vintage dan patut dikoleksi
U
ntuk merayakan hari jadinya yang ke-100 pada tahun 2024, pembuat jam tangan Jepang Seiko meluncurkan beberapa koleksi khusus yang mengagumkan, dan kami pilihkan satu di antaranya yang sangat menarik dan patut dikoleksi. Edisi Terbatas Seiko Presage Kintaro Hattori: SPB441 hadir memberi penghormatan sekaligus merayakan ulang tahun keseratus jam tangan pertama mereka yang menyandang nama ‘Seiko’ pada dial jamnya, yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1924. Bagi mereka yang belum mengetahui sejarahnya, perusahaan jam asal Jepang ini didirikan pada tahun 1881, namun baru pada tahun 1924 diperkenalkan nama ‘Seiko’, sebelumnya, perusahaan ini beroperasi dengan nama ‘Seikosha’ sejak pendiri Kintaro Hattori mendirikan pabrik di Tokyo dengan nama tersebut pada tahun 1892.
116 CGW Magazine
HALAMAN SAMPING DARI ATAS Logo huruf “S” pada tombol jam Seiko Presage Kintaro Hattori SPB441; Versi pertama di tahun 1924 HALAMAN INI Dial jam dari enamel putih, dengan jarum jam biru bergaya retro; Bagian belakang casing jam dihiasi merek dagang “S” yang didaftarkan Kintaro pada tahun 1900; Kotak jam dilengkapi lencana pin khusus dengan logo “S”
Mengusung ciri khas pada presisi mesin jam mereka yang mengagumkan, Edisi Terbatas Seiko Presage Kintaro Hattori yang sangat retro dan elegan ini membuktikan filosofi pendirinya untuk ‘Selalu selangkah lebih maju dari yang lain’. Berhasil menangkap karakter vintage dan merupakan replika persis dari karya asli tahun 1924 hingga ke hampir seluruh detilnya, bahkan huruf Seiko pada posisi jam 12 membawa pemakainya kembali ke masa lalu dengan mengingat kembali jenis huruf khas pada masa itu, dan angka Arabic, yang fontnya memberi penghormatan kepada aslinya, menggabungkan garis tebal dan ramping untuk menciptakan kesan berani dan dinamis. Jam tangan Presage yang elegan dan sangat retro ini, hadir dalam diameter 35mm dengan desain antik pada casing jam dari stainless steel, dan dial jam enamel yang yang kedalaman dan keindahannya terwujud berkat pengrajin ahli Mitsuru Yokosawa dan rekan-rekannya, yang berspesialisasi dalam produksi enamel. Ditenagai mesin jam Kaliber 6R5H baru dan dilengkapi sub-dial 24 jam pada posisi jam enam, beroperasi pada frekuensi 21.600vph untuk menyuplai cadangan daya setidaknya 72 jam.
Meskipun perusahaannya hancur akibat Gempa Besar Kanto pada tahun 1923, Kintaro bertahan dan berhasil meluncurkan jam tangan pada tahun berikutnya, 1924
Terbatas hanya 1.000 buah saja, bagian belakang casing dan tombol jam besar mengusung merek dagang ‘S’ yang didaftarkan Hattori Kintaro pada tahun 1900 sebagai simbol pabrik ‘Seikosha’ dan juga kutipan yang menggambarkan visinya terhadap perusahaan. Karena, meskipun perusahaannya hancur akibat Gempa Besar Kanto pada tahun 1923, Kintaro bertahan dan berhasil meluncurkan jam pada tahun berikutnya, 1924. Jam tangan ini memiliki lug yang dapat digerakkan dan tali jam kulit yang dapat ditarik, yang merupakan hal yang umum pada saat jam tangan aslinya dirilis. Kedap air di kedalaman 50 meter, jam tangan edisi terbatas yang ditawarkan senilai EUR 2,000 (sekitar IDR 34 juta) ini dilengkapi lencana pin khusus dengan merek dagang yang sama “S” yang disertakan dalam kotak khusus yang menyertai jam tangan.
CGW Magazine 117
THE GIFT OF TIME Tissot kembali membuktikan keahlian dan dedikasinya dalam hal ketepatan mencatat waktu di ajang balapan internasional Moto GP™ Mandalika 2023 118 CGW Magazine
HALAMAN SAMPING Pebalap asal Spanyol, Jorge Martin menjuarai Tissot Sprint MotoGP Mandalika 2023 HALAMAN INI DARI ATAS Para pemenang Tissot Sprint: Jorge Martin diapit Luca Marini, runner-up, dan rekan setim Marini, Marco Bezzecchi, di posisi ketiga; Selebrasi Jorge Martin dan teamnya; Penyerahan medali oleh Manager Tissot Indonesia, Handro Kusuma, dan President FIM Jorge Viegas
Tissot hadir dan menegaskan komitmennya terhadap dunia motorsport dengan menjabat sebagai Pencatat Waktu Resmi untuk MotoGP™ sejak tahun 2001
D
engan latar belakangnya yang indah dan aksi yang memacu adrenalin, Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika, Lombok kembali menjadi sorotan dunia internasional saat terpilih menjadi tempat berlangsungnya salah satu sesi penting dari ajang balapan internasional Fédération Internationale de Motocyclisme (FIM) Moto GP™ 2023. Acara bergengsi yang berlangsung dari tanggal 13 hingga 15 Oktober lalu tersebut meraih suskes besar dan terbukti dari tingginya jumlah pengunjung dari Indonesia maupun wisatawan luar negeri yang mencapai total 103.000 orang. Ajang MotoGP™ Mandalika menghadirkan serangkaian aktivitas menarik, seperti Hero Walk, di mana para penonton dengan kategori tiket VIP Premiere serta VIP Deluxe dapat bertemu langsung secara lebih dekat dengan para pembalap dari kelas Moto2, Moto3, maupun MotoGP. Tahun ini, kembali Dorna Sports dan Tissot, bersama peritel resminya di Indonesia, Time Intenational mengundang Collector’s Guide-WATCHES Indonesia untuk turut hadir menyaksikan secara langsung keseruan ajang bergengsi kelas dunia ini, dan tentunya menyaksikan sendiri bagaimana akurasi Tissot sebagai mitra dan pencatat waktu resmi di ajang tersebut bekerja. Dorna Sports adalah pemegang hak komersial untuk olahraga sepeda motor FIM MotoGP™ yang berkolaborasi dengan Tissot sebagai Pencatat Waktu Resmi dalam kejuaraan dunia ini, sekaligus menandai ulang tahun kolaborasi mereka yang ke-22.
CGW Magazine 119
HALAMAN INI DARI ATAS Aksi pebalap MotoGP Mandalika yang memacu adrenalin; Jorge Martin di atas motor balapnya, nomor 89; Selebrasi Jorge Martin bersama teamnya; Team pencatat waktu MotoGP di gedung Race Control; Hasil pencatatan waktu terlihat di layar komputer
HALAMAN SAMPING DARI KIRI Jorge Martin bersama fans dan media internasional; Marco Bezzecchi; Luca Marini; Jorge Martin berpose dengan motornya; Lulu Fuad bersama manajer dan team Tissot Indonesia dari Time International; Luca Marini
Tissot mengambil peran sebagai sponsor utama untuk format sprint baru di balapan ini dan puncak balap motor, yang disebut Tissot Sprint, yang semakin memperkuat kemitraannya dengan MotoGP™. MotoGP™ sendiri adalah kejuaraan balap motor terbesar di dunia, dan kejuaraan dunia motorsport tertua, yang dimulai pada tahun 1949. Dan sebagai ajang balap yang sangat bergantung pada akurasi dan sistem pengukuran waktu secara langsung, tentu dibutuhkan pengukur waktu yang sudah diakui dunia dan dapat diandalkan. Tissot hadir dan menegaskan komitmennya terhadap dunia motorsport dengan menjabat sebagai Pencatat Waktu Resmi untuk MotoGP™ sejak tahun 2001, menjadikan Tissot sebagai salah satu mitra olahraga terlama. Dan sejak itu, DNA sepeda motor telah menjadi bagian dari Tissot, dan menjadi sumber inspirasi mereka untuk menciptakan jam tangan yang mencerminkan dunia sepeda motor cepat yang dinamis dan menarik. Untuk tahun 2023 ini, di antara nama-nama pebalap yang ternama yang bertanding terdapat Duta merek Tissot, Enea Bastianini dari tim balap Ducati Lenovo. Kami tidak hanya diberi kesempatan menyaksikan seluruh sesi balap motor kelas dunia tersebut dari area VIP Village yang menghadap langsung ke lintasan balap, melainkan juga diizinkan untuk masuk ke ruang Pencatat Waktu di gedung Race Control yang menghadap ke trek balapan, dan mempelajari secara singkat bagaimana departemen paling penting dari Dorna Sports dan Tissot tersebut mencatat performa setiap pembalap di setiap kelas dalam setiap balapan, hingga dalam hitungan 1/1000 detik! Untuk melacak seluruh pebalap secara bersamaan, modul radio berteknologi tinggi harus dipasang di bawah
120 CGW Magazine
fairing depan setiap sepeda motor, dan modul tersebut berkomunikasi dengan sensor digital di sepanjang lintasan saat pengendara melewati setiap pos pemeriksaan, termasuk garis finis. Peralatan foto finish berkecepatan tinggi akan merekam pembalap secara konstan saat mereka melintasi garis finis, terutama untuk digunakan jika dua sepeda motor atau lebih berpapasan secara bersamaan. Terbukti bagaimana balapan MotoGP™ sangat bergantung pada sistem live-timing yang sangat akurat tersebut, dan timing sepeda motor mereka dengan kecepatan dan akselerasi seperti itu tentunya membutuhkan sistem penunjuk waktu yang sangat akurat. Sistem yang disediakan oleh Tissot ini memastikan seluruh waktu yang dicapai oleh setiap pengendara dicatat dengan pencatat waktu resmi, dan secara bersamaan dikirimkan ke tim balap, organisasi media dari seluruh dunia yang kemudian menyiarkannya bagi para pemirsa dari seluruh dunia yang menyaksikan tayangan langsung ajang tersebut dari layar TV maupun platform media sosial. Dari sesi balap yang berlangsung, ajang yang paling menarik adalah Tissot Sprint, yang melambangkan presisi dan kinerja luar biasa yang diperjuangkan Tissot. Pebalap asal Spanyol, Jorge Martin berhasil memetik kemenangan Tissot sprint race MotoGP Mandalika 2023, dan dianugerahi medali prestisius oleh Manager Tissot Indonesia, Handro Kusuma. Pada puncak acara di hari Minggu tanggal 15 Oktober lalu, pebalap Ducati Lenovo asal Italia, Francesco “Pecco” Bagnaia keluar sebagai juara MotoGP™Mandalika 2023, dan berhasil merebut kemenangan
Tissot mencatat performa setiap pembalap di setiap kelas dalam setiap balapan, hingga dalam hitungan 1/1000 detik! keenam di MotoGP™ 2023 usai menyelesaikan 27 lap dengan catatan waktu total 41 menit 20,293 detik. Tempat kedua diraih pebalap Aprilia Racing, Maverick Vinales, sementara Fabio Quartararo dari Monster Energy Yamaha meraih posisi ketiga. Trofi bagi juara balap sekaligus peraih podium pertama diberikan oleh Menteri BUMN Erick Thohir, trofi pemenang di podium kedua diberikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, sementara Président Fédération Internationale de Motocyclisme (FIM) Jorge Viegas memberikan trofi pada pemenang konstruktor dan peraih podium ketiga. Kemeriahan puncak acara di hari ketiga juga didukung oleh beragam penampilan menarik, mulai dari pertunjukan budaya hingga aksi Jupiter Aerobatic Team (JAT) TNI Angkatan Udara yang beraksi di atas Sirkuit Mandalika. Ajang ini sangat berkesan bagi kami yang hadir, bukan saja dimanjakan oleh berbagai layanan VIP, mulai dari menginap di resor mewah Selang Selo, kesempatan melihat dari dekat persiapan dari para pebalap di area paddock sebelum bertanding, didampingi oleh Ferran Juncar dan Albert Garcia dari Dorna Sports, berfoto bersama para pebalap kelas dunia, hingga menikmati beragam kudapan lezat di ruang VIP selama pertandingan berlangsung.
CGW Magazine 121
Precision & Passion Perayaan akan ketepatan, waktu, dan hasrat untuk mencapai keunggulan lahir dari kemitraan antara Tissot dan MotoGP™
P
eran Tissot dalam ajang balap MotoGP™ tidak hanya di lintasan balap, karena peralatan penunjuk waktu canggih mereka melacak balapan dan masingmasing pembalap saat mereka melintasi lintasan. Harmonisasi antara kekuatan, kecepatan, dan keterampilan dalam dunia olahraga balap MotoGP™ dan Tissot telah berhasil menghadirkan tontonan menakjubkan yang menggugah hati para penggemarnya di seluruh dunia. Keseruan ajang balap ini tak terlepas dari para pebalapnya yang memiliki prestasi yang membanggakan, salah satunya adalah Enea Bastianini yang baru saja terpilih sebagai Duta Tissot yang baru. The Beast, julukan Enea Bastianini, telah merintis karirnya melalui ajang MotoGP™ dengan mengendarai Ducati dari tim independen Gresini, dan berhasil memenangkan empat balapan dan finis ketiga secara keseluruhan di tahun 2022. Ia kemudian bergabung dengan Tim Ducati Lenovo bersama juara bertahan Francesco Bagnaia untuk musim balap yang benar-benar spektakuler di tahun 2023 ini.
122 CGW Magazine
Foto-foto: @Setiyo Supratcoyo
HALAMAN SAMPING Duta Tissot, pebalap Enea Bastianini; T-Race MotoGP™ Limited Edition 2023 HALAMAN INI DARI KIRI ATAS SEARAH JARUM JAM Motif sirip pendingin mesin motor terukir di sisi casing; Lambang MotoGP™ terukir di bagian belakang casing; Francesco Bagnaia, pawang hujan Rara dan Enea Bastianini saat acara di Jakarta; Kedua pebalap Ducati Corse berfoto bersama pecinta Ducati Indonesia di Acta Brasserie, Senayan, Jakarta; Jam tangan dikemas khusus dalam helm mini
Tissot menciptakan jam tangan edisi terbatas T-Race MotoGP™ Limited Edition 2023 yang merayakan semangat abadinya terhadap olahraga balap motor, dan memiliki fitur teknis yang diambil dari DNA sepeda motor
Duta merek Tissot yang berusia 26 tahun ini mencerminkan ketangguhan, kecemerlangan, dan keberanian para pebalap MotoGP™, sehingga cocok mewakili merek jam tangan Swiss yang dikenal luas dengan ketangguhan dan presisi mesin jamnya. Lahir dari dunia balapan, Bastianini kecil memang terlahir untuk mengendarai sepeda motor, dan pertama kali mulai naik sadel pada usia tiga tahun tiga bulan, angka 33 yang menjadi nomor balapan pilihannya. Di usia 11 tahun, dia adalah juara Eropa dan dua kali menjuarai minimoto Italia. Di tahun 2014 Bastianini bergabung dengan Tim Moto3™ Gresini Fun&GO dan menjadi Rookie of the Year. Musim berikutnya, ia finis ketiga secara keseluruhan dan meraih kemenangan Grand Prix pertamanya, lalu di tahun 2016, dia berada di urutan kedua secara keseluruhan. Setelah dua musim lagi di Moto3™, pada tahun 2019, ia melakukan debutnya di Moto2, dan dinobatkan sebagai juara pada tahun berikutnya. Pantas jika ia terpilih menjadi Duta merek jam tangan Swiss yang memiliki pengalaman selama 170 tahun dan merupakan merek jam tangan tradisional Swiss nomor satu dalam hal volume ini. Untuk menghormati kemitraan keduanya, Tissot menciptakan jam tangan edisi terbatas T-Race MotoGP™ Limited Edition 2023 yang merayakan semangat abadinya terhadap olahraga balap motor, dan memiliki fitur teknis yang diambil dari DNA sepeda motor, dalam tiga model Tissot T-Race baru, serta koleksi T-Race MotoGP™, yang
seluruhnya mengusung DNA balap motor. Bagi pecinta jam tangan sport yang mencari sesuatu yang mewakili kecintaannya pada olahraga favoritnya, koleksi Tissot T-Race MotoGP™ terbaru ini adalah pilihan terbaik. Tissot memamerkan perpaduan antara gairah dan inovasi, dan terkenal dengan detailnya yang cermat. Ini adalah kualitas bersama dari MotoGP™, dimana material dan dinamisme, dalam hal teknologi, adalah kunci kesuksesan. Jam tangan ini dibuat dengan detail dan keahlian yang sama antara pembuat jam tangan, mekanik sepeda motor, dan pengendaranya. Desain dial hadir dengan detail merah terang untuk memberikan kesan kecepatan, dan memamerkan logo MotoGP™ yang terukir di bagian belakang casing dan chronograph yang terinspirasi dari speedometer. Terdapat cakram rem dan kaliper pada bezel, dengan tombol pusher terinspirasi dari setang, dan sirip pendingin mesin terukir di sisi casing. T-Race MotoGP™ Limited Edition ini kedap air hingga kedalaman 100 meter, mengusung casing berdiameter 45mm yang terbuat dari baja tahan karat berlapis PVD hitam, dan mesin jam chronograph Quartz, serta jarum jam dan menit yang dilapisi dengan Super-LumiNova®. Uniknya, jam tangan T-Race MotoGP™ yang diproduksi terbatas hanya sejumlah 8.000 jam tangan ini dikemas dalam helm mini, yang dirancang khusus dengan beragam detil untuk mencerminkan eksklusivitas dari balap sepeda motor.
CGW Magazine 123
Penulis: Yessar Rosendar
Nation’s Pride Seiko merilis jam Prospex edisi khusus Indonesia yang terinspirasi dan membantu pelestarian Komodo 124 CGW Magazine
HALAMAN SAMPING Seiko Prospex SRPK55K1 Indonesian Limited Edition HALAMAN INI Manager Seiko Indonesia, Kevin Lie; Tampilan desain jam dengan aksen corak kulit komodo; Hadir dalam kotak eksklusif dan tali jam tambahan dari karet
S
eiko Indonesia merilis jam tangan edisi khusus Indonesia yang kedua, Seiko Prospex SRPK55K1 Indonesian Limited Edition yang terinspirasi dari hewan eksotis khas Indonesia yaitu Komodo. Merek jam asal Jepang ini juga kembali memanjakan para kolektor atau penyuka Seiko dengan menggunakan model case jam yang cukup popular yaitu Seiko Monster. Model ini memiliki dial dengan penunjuk jam, khususnya diposisi angka 12 yang menyerupai gigi taring sehingga mendapatkan julukan Seiko Monster dari para penggemarnya. Namun tentu sebagai edisi terbatas, Seiko Monster memiliki dial yang eksklusif karena memamerkan pola dan warna gradasi hitam dan coklat yang menyerupai kulit seekor Komodo. Jam edisi terbatas ini, sama seperti edisi Indonesia sebelumnya hanya tersedia sebanyak 500 buah. Sebelumnya pada tahun lalu, Seiko Indonesia telah merilis Seiko Prospex Turtle SRPJ52K1 Indonesian Limited Edition yang berbasis model Prospex Turtle (Karena bentuk case jamnya yang menyerupai tempurung kura-kura) yang cukup terkenal di kalangan pecinta Seiko. Jam edisi Indonesia yang pertama terinspirasi dari bendera merah putih dan simbol negara, Garuda Indonesia. SRPJ52K1 mempunyai dial dan bezel berwarna merah-putih yang mencerminkan bendera Indonesia, sementara tombol pemutar jam dan outer bezel diberi warna keemasan yang mencerminkan Garuda Pancasila. Para penyuka Seiko memberikan respons yang luar biasa positif untuk jam edisi khusus Indonesia yang pertama dan hanya membutuhkan waktu satu minggu untuk terjual habis. Hal ini merupakan hal yang wajar, antusiasme kolektor Seiko sangat tinggi karena ini pertama kali Seiko merilis edisi khusus Indonesia walaupun telah hadir secara resmi
Seiko Prospex SRPK55K1 Indonesian Limited Edition yang terinspirasi dari hewan eksotis khas Indonesia yaitu Komodo semenjak hampir lima dekade lalu di Nusantara. Sementara pasar lain seperti Thailand dan Singapura telah lebih dulu mempunyai edisi khusus pasarnya masing-masing. Melihat antusiasme para penggemarnya yang luar biasa, Seiko Indonesia akhirnya mampu untuk merilis edisi khusus selanjutnya yang dibuat untuk merayakan keanekaragaman hayati Indonesia. “Mengikuti kesuksesan edisi eksklusif pertama Seiko di Indonesia, kami dengan bangga mempersembahkan Seiko Prospex 2nd Edition - model eksklusif kedua di Indonesia, dengan desain dan detail yang terinspirasi dari komodo. Kami harap penggemar jam tangan high end di Indonesia dapat mengapresiasi perkawinan kualitas jam tangan kelas tinggi milik Seiko sambil merayakan warisan budaya keanekaragaman hayati Indonesia yang luar biasa kaya,” ujar Kevin Lie, Manager Seiko Indonesia dalam keterangannya. Seiko Prospex SRPK55K1 Indonesian Limited Edition menggunakan mesin caliber 4R36 buatan Seiko yang mempunyai cadangan daya sampai 41 jam. Jam tangan terbaru ini memiliki dimensi lug to lug sebesar 49.4 mm dengan diameter kasing 42.4 mm, ketebalan jam ini hanya 13.4 mm. Dial jamnya dilindungi oleh Hardlex crystal dengan lensa pembesar di penunjuk hari dan tanggal. Jam ini hadir dengan gelang jam stainless steel maupun tali karet silicon berwarna hijau tua. Untuk lebih menonjolkan keunikannya, jam ini juga mempunyai grafir edisi terbatas dan nomor seri di bagian belakang. Jam terbaru ini juga tidak
CGW Magazine 125
HALAMAN INI Harjono Lie, Deni Purwandana, Bambang Soesatyo, Sandiaga Uno, Achmad Ariefandy, Kevin Lie; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Sandiaga Uno
“Ini adalah pengalaman yang sangat unik bagi para pelanggan untuk bisa mendapatkan jam langka yang di marketplace online sudah sangat mahal dan di toko butik sudah tidak ada lagi.” ~ Kevin Lie hanya mengambil inspirasi dari Komodo, namun juga bertujuan untuk membantu pelestarian hewan eksotis tersebut. Seiko Indonesia bekerja sama dengan Komodo Survival Program (KSP), sebuah organisasi nirlaba untuk pelestarian populasi komodo serta kekayaan hayati lain di habitat alaminya. Seiko Indonesia akan bekerja sama dengan KSP untuk menyumbangkan 2 persen total penjualan arloji terbarunya ini untuk pelestarian komodo dan Taman Nasional Komodo. “Lewat dukungan Seiko yang disampaikan melalui penjualan edisi terbatas ini, kami dapat terus membantu pihak Balai Taman Nasional Komodo dalam memantau aktivitas perkembangbiakan biawak komodo dan melaksanakan program konservasi lainnya untuk memastikan kelestarian populasi dan lingkungan habitat alami biawak komodo”, ungkap Deni Purwandana, Ketua Yayasan Komodo Survival Program. Acara peluncuran jam edisi terbaru ini juga dihadiri oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Sandiaga Salahuddin Uno yang turut menyampaikan dukungannya terhadap inisiatif dan kepedulian Seiko terhadap preservasi budaya Indonesia. “Saya sangat antusias menyambut usaha dan kontribusi Seiko dalam inisiatif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan eksistensi Komodo dan habitat aslinya. Kami berharap peluncuran produk jam tangan terbaru ini dapat berdampak positif terhadap pelestarian budaya dan konservasi satwa liar, memotivasi masyarakat untuk ikut peduli terhadap warisan budaya bangsa, serta meningkatkan posisi Indonesia sebagai tujuan wisata budaya,” ungkap Sandiaga. Business of Loyalty Merek Seiko telah menjadi salah satu merek jam paling popular dan dikenal di Indonesia, khususnya karena telah hadir semenjak hampir
126 CGW Magazine
lima dekade lalu. Merek asal Jepang ini diwakili oleh PT Asia Jaya Indah selaku master distributor di Indonesia telah berjasa menyalurkan berbagai macam jam Seiko kepada peritel di seluruh penjuru Nusantara. Para peritel atau toko fisik yang menjual Seiko pun telah bertahan cukup lama serta telah berhasil membangun kepercayaan dan loyalitas dari pelanggannya, kondisi ini telah membuat pasar Indonesia menjadi cukup unik dibandingkan pasar Seiko lainnya di Asia Tenggara. “Sebagian besar penjualan Seiko Indonesia masih berasal dari pasar tradisional, banyak pelanggan loyal seperti di Pasar Baru, Glodok yang sudah menjadi pelanggan dari tahun 70 – 80an,” ungkap Kevin. Dominasi peritel tradisional membuat pasar Indonesia cukup berbeda dari negara lain yang penjualannya didominasi oleh peritel modern seperti mall dan juga penjualan secara online. Banyaknya peritel tradisional yang tersebar di berbagai daerah juga memberikan pengalaman yang unik tidak hanya bagi pelanggan lama, namun juga bagi pelanggan atau penyuka baru Seiko. Toko-toko yang telah lama beroperasi ini kerap masih mempunyai stok jam tangan Seiko yang popular namun sudah diskontinu seperti model Seiko Prospex SKX007. “Ini adalah pengalaman yang sangat unik bagi para pelanggan untuk bisa mendapatkan jam langka yang di marketplace online sudah sangat mahal dan di toko butik sudah tidak ada lagi,” ungkap Kevin. Kevin sendiri merupakan generasi kedua yang saat ini menakhodai bisnis Seiko di Indonesia, ia adalah putra dari Harjono Lie yang merupakan komisaris utama dari PT Asia Jaya Indah. Kevin memulai karirnya di Seiko Indonesia dengan menjadi tenaga magang di bagian marketing pada tahun 2015. Ia mengikuti para salesman senior untuk mengunjungi toko-toko, memperkenalkan koleksi baru ke pelanggan, dan juga membantu menjalankan halaman media sosial Seiko di Indonesia. Seiko Indonesia juga saat ini sedang fokus menggarap koleksi Seiko 5 Sports, jam tangan kasual berharga Rp 5 – 6 juta yang didesain untuk para profesional muda. Seiko Indonesia juga baru-baru ini merilis varian koleksi ini dengan fitur GMT yang cocok bagi para eksekutif yang kerap bepergian ke luar negeri. Kevin selanjutnya ingin membuat kolaborasi atau edisi khusus Indonesia untuk koleksi Seiko 5 Sports, “Cita-cita saya selanjutnya ingin membuat kolaborasi antara Seiko 5 Sports dengan merek lokal,” ujarnya.
TRUE BLUE
Jam tangan indah ini menceritakan kisah kelahiran Rumah Dior dan berhasil memenangkan penghargaan GPHG 2023
Dengan mengaktifkan robot dengan menekan tombol, langit Diorama ini menjadi teater pesona yang sesungguhnya. Undangan untuk bermimpi dan memasuki dunia Monsieur Dior yang fantastis
D
ior Montres baru saja meraih penghargaan bergengsi dari ajang Le Grand Prix d’Horlogerie de Genève (GPHG) 2023 dalam kategori “Complication Femme” (The Ladies’ Complication Prize) untuk koleksi jam otomata terbarunya yang sangat indah ini, Grand Soir Etoile Automate de Monsieur Dior. Dan untuk pertama kalinya Dior Grand Soir memasuki dunia komplikasi kreatif dengan robot mekanis, mengejar kesuksesan kreatif koleksinya.
128 CGW Magazine
Jam tangan mewah ini menceritakan kisah kelahiran Rumah Dior. Pada tanggal 18 April 1946, Christian Dior ingin percaya pada takdirnya yang luar biasa. Saat berjalan-jalan di Paris, ia menemukan sebuah bintang di tanah, sebuah bintang takdir, sebuah jimat keberuntungan ikonik yang akan menunjukkan kepadanya jalan yang harus diikuti: menciptakan Rumah Busananya di 30 Montaigne yang simbolis di Paris. Dengan animasinya yang unik, Grand Soir Etoile de Monsieur Dior menuliskan takdir ajaib ini. Jam tangan yang berdiameter 38mm dan ketebalan hanya 12,8mm ini memamerkan dial yang dibayangkan sebagai pemandangan seperti mimpi, terbuka seperti sebuah teater kecil: lapisan-lapisan yang berbeda menciptakan kedalaman dan keajaiban, dan membawa kita dalam jalan-jalan malam yang berharga. Dengan mengaktifkan robot dengan menekan tombol, langit Diorama ini menjadi teater pesona yang sesungguhnya. Undangan untuk bermimpi dan memasuki dunia Monsieur Dior yang fantastis dan kreatif. Jam tangan ini terbuat dari emas kuning dan pink 18K, bertatahkan berlian 3,11 karat, diproduksi dalam seri terbatas sejumlah 28 buah, dengan harga termasuk pajak senilai: CHF 110,000 (sekitar IDR 1,98 milyar).
Jennifer Lawrence mengenakan jam tangan Longines Mini Dolce Vita CGW Magazine 129
Penulis: Yessar Rosendar
Timeless Grace
Patek Philippe memperkaya koleksi jam tangan wanitanya yang elegan dan sporty dengan Aquanaut Luce minute repeater dan model perhiasan Nautilus baru
M
enjelang akhir tahun, Patek Philippe merilis koleksi terbaru untuk wanita sukses yang menginginkan jam yang elegan dan mewah berhiaskan berlian. Patek memberi tingkatan baru pada koleksi jam wanitanya dengan memperkenalkan model Aquanaut pertama dengan fungsi minute repeater yang tersedia dalam dua varian. Tidak lupa koleksi Nautilus terbaru untuk wanita dalam model dengan peletakan berlian yang rumit pada casing emas putih. Koleksi Aquanaut untuk perempuan pertama kali diperkenalkan pada tahun 2004, dengan barisan berlian pada bezel yang kemudian diberi nama Aquanaut Luce yang berarti cahaya dalam bahasa Italia. Beberapa tahun kemudian, Patek menambahkan beberapa mesin jam dengan fitur tingkat tinggi yang rumit. Di tahun 2021, Aquanaut Luce
130 CGW Magazine
HALAMAN SAMPING Aquanaut Luce “Rainbow” Minute Repeater Haute Joaillerie Reference 5260/355R-001, tali jam dari bahan komposit, krem matte; Case dari rose gold berukuran diameter 38,8mm, tinggi 10,1mm HALAMAN INI DARI KIRI Dua tampilan lain Reference 5260/355R-001, dengan tali tambahan yang juga berbahan komposit, putih matte atau merah, dan gesper lipat yang dipatenkan dengan set berlian
Ini adalah koleksi Aqunaut pertama dengan grand complication berupa minute repeater dan berhiaskan berlian dan safir dengan “Invisible Setting” mendapatkan mesin quartz dengan fitur dua zona waktu. Tahun 2022 diluncurkan mesin otomatis dengan fitur kronograf flyback, dan tahun ini hadir varian dengan fitur kalender tahunan. Patek Philippe menciptakan Aquanaut Luce “Rainbow” Minute Repeater Haute Joaillerie Reference 5260/355R-001 dan 5260/1455R-001, koleksi Aqunaut pertama dengan grand complication berupa minute repeater dan berhiaskan berlian dan safir dengan “Invisible Setting” atau peletakan berlian dan batu berharga yang sempurna tanpa batasan atau bingkai metal yang memisahkan mereka. Reference 5260/355R-001 hadir dengan casing emas merah muda yang bertatahkan 52 safir potongan baguette warna-warni (3,19 karat), 112 berlian potongan baguette (7,31 karat) dan 160 berlian brilliant cut (0,72 karat). Bezel oktagonal jam dibentuk oleh dua baris berlian baguette di bagian tengah, dengan berlian brilliant cut di bagian luar dan safir berbagai warna yang menyerupai warna pelangi di lingkaran dalam. Reference 5260/1455R-001 mempunyai tampilan batu berharga yang lebih banyak, dilapisi seluruhnya dari casing sampai tali
jam dengan 130 berlian potongan baguette (8,66 karat) pada pelat jam dan baris luar bezel serta 779 safir potongan baguette warnawarni (45,05 karat) pada baris dalam bezel, bagian samping casing, potongan slide pengulang menit, dan tali jam emas merah muda. Kedua jam tangan Aquanaut terbaru ini diperkuat oleh Caliber R27 yang merupakan mesin otomatis dan dilengkapi fitur minute repeater dengan dua gong klasik. Mesin yang terdiri dari 342 komponen ini hanya berdiameter 28mm dan setebal 5.05mm saja. Rotor mini yang dipakai untuk memutar mesin jam ini menggunakan bahan emas 22 karat dan bergrafir pahat. Mesin buatan Patek Philippe ini juga beroperasi di frekuensi 21,600 getaran per jam dan memiliki cadangan daya sampai 48 jam. Koleksi kedua yang mendapatkan sentuhan baru adalah koleksi Nautilus yang sangat popular dan telah memiliki koleksi khusus untuk perempuan dengan beberapa versi Haute Joaillerie. Sebelumnya Patek Philippe sudah mempunyai model Nautilus dengan “Snow Setting” atau metode menggabungkan berbagai macam bentuk batu CGW Magazine 131
HALAMAN INI Aquanaut Luce “Rainbow” Minute Repeater Haute Joaillerie Reference 5260/1455R-001 yang sangat mewah bertatahkan batu permata berharga HALAMAN SAMPING DARI KIRI Tiga tampilan Nautilus Haute Joaillerie Reference 7118/1451G-001, 7118/1452G-001 dan 7118/1453G-001 “snow-set” yang memadukan berlian dengan safir biru, rubi, atau zamrud; Ditenagai mesin jam Caliber 26-330 S otomatis; Berlian juga menghiasi sekeliling tombol jam
132 CGW Magazine
Batu berwarna pada bezel itu menonjolkan desain Nautilus yang terkenal dengan berlian pada bagian luar bezel berwarna kontras dengan permata berwarna pada bagian dalam
berharga sehingga menciptakan suatu pola yang padu. Pada tahun 2021, Patek telah merilis jam tangan dengan berlian di case, bezel, dan tali jam lewat Reference 7118/1450R-001 yang memakai bahan emas merah muda dan Reference 7118/1450G-001 yang memakai bahan emas putih. Tahun ini Patek Philippe Kembali memberi sentuhan baru untuk kolek Nautilus dengan Haute Joaillerie untuk memikat para kaum hawa yang sukses. Referensi Nautilus Haute Joaillerie 7118/1451G-001, 7118/1452G-001 dan 7118/1453G-001 merupakan tiga jam tangan dengan “snow-set” baru yang memadukan berlian dengan safir biru, rubi, atau zamrud.
Ketiga jam terbaru ini mempunyai casing berbahan emas putih berukuran 35.2mm yang memadukan 1.500 berlian brilliant cut (6,53 karat) dengan 876 safir biru brilliant cut (6,58 karat pada Referensi 7118/1451G-001), atau rubi brilliant cut (6,58 karat, pada Referensi 7118/1452G-001) atau zamrud brilliant cut (3,68 karat pada Referensi 7118/1453G-001) menggunakan teknik “snow set”. Batu berwarna yang menghiasi bezel itu menonjolkan desain Nautilus yang terkenal dengan berlian pada bagian luar bezel berwarna kontras dengan permata berwarna pada bagian dalam. Ketiga jam terbaru ini mengusung mesin jam Caliber 26-330 S otomatis dengan sapuan detik yang sangat halus. Terdiri dari 182 komponen, mesin ini berdiameter 27mm dan setebal 3.32mm, memiliki rotor yang terbuat dari emas 21 karat dan beroperasi pada frekuensi 28,800 getaran per jam. Mesin ini juga memiliki cadangan daya setidaknya 45 jam dalam kondisi penuh.
CGW Magazine 133
Symphony Of Colors Hermès membagikan kegembiraan, warna, dan juga kekayaan budaya ke dalam dunia horologi melalui dua koleksi terbaru mereka
M
emasuki musim perayaan akhir tahun, Hermès menghadirkan simfoni warna, budaya dan kreativitas yang menawan melalui koleksi Arceau Costume de Fête dan Arceau Belles du Mexique. Kali ini, Hermès kembali mengambil inspirasi dari desain syal bersejarah mereka dan menuangkan semangat perayaan dalam kreasi dengan memadukannya pada dua model terbaru ini. Pada jam tangan Arceau Costume de Fête, Hermès menampilkan dial jam dalam warna-warni meriah yang terinspirasi oleh syal sutra yang dirancang untuk Hermès oleh seniman asal Polandia, Jan Batjlik. Dihiasi dengan mutiara, payet, dan juga dilapisi kerajinan kulit berwarna, jam tangan Arceau ini dihiasi dengan perhiasan meriah yang terinspirasi oleh budaya rakyat Polandia. Karya seninya ditampilkan pada bagian dial menggunakan kostum dan ornamen tradisional Krakow yang terinspirasi pada seni potong kertas Polandia yang popular yang disebut wycinanki.
Terdapat dua versi, emas putih dan rose gold yang masing-masing bertatahkan 82 berlian dan menampilkan dial jam yang menggabungkan teknik kerajinan dengan sangat kreatif dan diekspresikan melalui warna yang bervariasi menurut dua palet warna masing-masing. Dengan
134 CGW Magazine
berfokus pada satu area syal sutra, para pengrajin di Hermès telah menciptakan kembali motif berkuda yang menarik kereta pengantin, dihidupkan dengan kerajinan marquetry kulit, payet, dan lukisan miniatur. Kerajinan marquetry kulit ini digunakan untuk membuat bentuk kepala kuda dan membesarkan kaki depan menggunakan potongan kulit berwarna-warni setebal 0,5mm yang diaplikasikan pada dial jam. Setelah potongan-potongan kecil kulit disusun di sisi kanan dial jam, sang seniman kemudian menonjolkan detail tali kekang kuda dengan lukisan mikro. Untuk menonjolkan semangat pesta pernikahan, kuda dan pemandangan sekitarnya dihiasi dengan enam payet berkilau yang dijahit dengan kawat tembaga dan tesserae atau miniatur keramik dengan bentuk persegi panjang yang digunakan dalam mosaic berwarna cerah. Sebaliknya, pada area kiri dial jam didominasi oleh motif bunga yang terdiri dari keramik mengilap warna-warni yang diaplikasikan pada dasar logam yang dipotong dan dipahat. Keindahan ini ditempatkan dalam case berdiameter 38mm, yang ditenagai oleh mesin Manufacture Hermès H1912. Sebagai pelengkap, tali jam tangan kulit berwarna merah muda sakura atau biru elektrik “Swift” melengkapi corak yang cerah dari kedua jam tangan yang masing-masing dibuat hanya 24 buah.
HALAMAN SAMPING Dua versi dari lini Arceau Costume de Fête, dari emas putih atau rose gold 18K bertatahkan 82 berlian, dengan detil dial jam teknik marquetry HALAMAN INI Dua pilihan dari lini Arceau Belles du Mexique yang menampilkan para penari topi Meksiko yang menari, ditempatkan pada dial jam
Pada model Arceau Belles du Mexique, Hermès memberikan penghormatan kepada pria dan wanita yang melestarikan tradisi tari topi yang berasal dari Guadalajara, Jalisco, Meksiko. Terinspirasi dari pola syal populer buatan seniman Virginie Jamin, Hermès mengolahnya kembali menjadi desain dial jam yang meriah dan dinamis berkat penari yang bergerak mengikuti gerakan pergelangan tangan si pemakai. Pola rancangan syal sutra Belles du Mexique yang dibuat Virginie Jamin di tahun 2017 untuk Hermès itu menggambarkan pemandangan para penari dari atas, dan gaun berputar berwarna-warni yang merupakan ciri khas tarian rakyat Meksiko, Jarabe Tapatío, tari topi yang menjadi tarian nasional Meksiko. Tersedia dalam dua warna yang menyolok, pink atau oranye yang masing-masing dibuat terbatas sebanyak 12 buah, jam tangan yang dicat pada bagian dial ini menampilkan 14 penari buatan tangan, diwarnai dengan lapisan cat individual yang berurutan. Tujuh penari yang melingkari 23 berlian di bagian tengah dial, dipasang pada sumbu bebas agar mereka dapat berputar saat jam tangan bergerak ketika dipakai. Tujuh penari sisanya ditempatkan di tepi dial, dan meski tidak bergerak dan hanya setengah yang terlihat, palet warnanya tetap terlihat jelas. Bagian dial yang menari ini ditempatkan dalam case emas putih berukuran 38mm, bertatahkan 82 berlian pada bezel.
Para pengrajin di Hermès menciptakan kembali motif berkuda yang menarik kereta pengantin, dihidupkan dengan kerajinan marquetry kulit, payet, dan lukisan miniatur Kedua model jam ini memiliki lug berbentuk stirrup yang asimetris khas model Arceau karya Henri d’Origny. Dibalik komposisi visual yang memukau, terdapat mesin jam Hermès H1912 self-winding buatan in-house dengan cadangan daya 50 jam. Guna menyempurnakan tampilan jam, tali kulit buaya hadir dalam warna oranye dan raspberry yang serasi dengan warna dial masing-masing. Bukan sekedar alat penunjuk waktu, kedua jam tangan ini adalah kanvas tempat seni pembuatan jam dan semangat budaya Polandia dan Meksiko bersatu dalam sebuah tontonan yang memukau. Hermès seakan mengajak kita semua untuk menikmati esensi perayaan dan warna-warni kehidupan melalui Arceau Costume de Fête dan Arceau Belles du Mexique.
CGW Magazine 135
Eternal Flame Nikmati keindahan kilau abadi dari berbagai perhiasan emas dan berlian nan mewah dari Adelle Jewellery
I
ndustri perhiasan di tanah air semakin semarak dengan hadirnya beragam konsep baru dari merek perhiasan ternama yang memanjakan penggemar perhiasan, termasuk inovasi canggih dan desain yang indah, dengan desain, gaya dan pengaturan berbeda, seperti yang ditawarkan Adelle Jewellery. Demi merayakan ulang tahun ke-10 berdirinya merek, sekaligus selebrasi sepuluh tahun berkarya dalam menjadi bagian dari industri perhiasan di tanah air, merek perhiasan berlian ini mengundang para pelanggan setianya untuk mengalami momen berharga yang tak terlupakan dengan mengunjungi “Adelle Hotel” dari tanggal 1012 November 2023 lalu, di Ganara Art Space, Plaza Indonesia. Konsep menarik ini belum pernah ada sebelumnya di industri perhiasan berlian
136 CGW Magazine
di tanah air, dan akan mengingatkan pengunjungnya akan layanan terbaik layaknya layanan pada sebuah hotel bintang lima, sesuai dengan nama merek perhiasan ini, “Adelle” yang berasal dari bahasa Prancis yang berarti bangsawan. Ini juga terlihat pada seluruh dekorasi dan suasana di butik perhiasan mereka yang dirancang sedemikian rupa agar konsumen bisa merasakan pengalaman berbelanja layaknya seorang bangsawan di butik perhiasan berkelas dunia. Perayaan selama tiga hari yang meriah di Adelle Hotel termasuk keseruan masuk melalui jalur yang dimeriahkan animasi Train Wagon, lalu ada ruang Diamond Vault untuk menyelami pengalaman unik dalam dunia perhiasan, hingga pengalaman istimewa bagi pelanggan
HALAMAN SAMPING Serangkaian perhiasan dari lini LA State of Mind, terdiri dari cincin, gelang dan anting bertatahkan berlian HALAMAN INI DARI KIRI Cincin-cincin pria dari lini Significant; Cincin dari koleksi LA State of Mind; Konsep unik Adelle Hotel dan animasi Train Wagon; Cisca Becker mengenakan perhiasan Adelle Jewellery; Team manajemen Adelle Jewellery dan Plaza Indonesia
yang membawa anak-anak, dengan menghadirkan dongeng bertemakan “Fairy”, seiring dengan peluncuran koleksi perhiasan “Fairy” untuk anak-anak. Kaum pria pun mendapat perhatian khusus, dengan perhiasan emas berlian yang maskulin dalam lini “Significant” yang unik, cocok bagi pria muda, urban, dan modern. Desainnya unik, terinspirasi dari elemen-elemen sederhana seperti sebuah sekrup dan mur, yang semakin menonjolkan karakter kuat dari pemakainya. Desainnya menggunakan mesin CNC, mesin langka yang biasanya digunakan untuk membuat pesawat tempur, untuk memastikan setiap potongan perhiasan memiliki detail yang tegas dan presisi. Bagi para wanita pecinta perhiasan berlian, Adelle Jewellery memiliki beragam pilihan terindah yang dapat mendukung penampilan di segala suasana. Lini “L.A. State of Mind hadir dengan model yang edgy, modern, dan ekspresif yang terinspirasi dari gaya fashion kota Los Angeles yang modern dan menjadi tren. Seperti diketahui, para wanita modern di L.A. gemar menggunakan tren stacking dan layering beberapa buah perhiasan sekaligus, yang tampak sangat effortless dan bergaya. Selain dua koleksi ini, terdapat seri perhiasan dengan desain abadi yang menggunakan berlian signature mereka, yaitu
Kaum pria pun mendapat perhatian khusus, dengan perhiasan emas berlian yang maskulin dalam lini “Significant” yang unik, cocok bagi pria muda, urban, dan modern Eternal Flame, Rose D’Amour, I Promise, dan Lexicon of Diamond. Perhiasan berlian yang terpercaya memerlukan sertifikasi yang diakui, dan Adelle Jewellery memilih untuk berkolaborasi dengan Foresee Gemological Institute, institusi yang memberikan sertifikasi untuk berlian dan batu mulia seperti rubi, safir, dan zamrud. Uniknya lagi, selain empat penilaian utama yaitu Carat, Color, Cut & Clarity, sertifikasi dari Foresee mencakup penilaian dari setiap butir berlian Adelle Jewellery hingga yang berukuran 0,3 karat ke bawah, dan berlian maupun batu mulia yang disertifikasi tersebut dapat dicek keasliannya secara digital dengan memasukan kode nomor sertifikat di laman website resmi www. Foresee-Lab.com, atau dengan memindai QR Code yang tercantum di sertifikat menggunakan ponsel/tablet.
CGW Magazine 137
Time To Roar
Karakter dan kepribadian magnetis Kim Taehyung sempurna mewujudkan keanggunan dan daya tarik panther dari Cartier
138 CGW Magazine
“Dalam mewujudkan daya tarik dan aura macan kumbang, pilihan kami tentu saja jatuh pada V. Dia memiliki penampilan dan karakter yang kuat.” ~ Arnaud Carrez Ditambah lagi, tak bisa dipungkiri tatapan tajam dan semangat kreatif itulah yang membangkitkan esensi Panthere. Sebagai wajah baru dari koleksi “Panthère de Cartier”, Taehyung yang berulang tahun ke-28 pada 30 Desember ini terlihat mengenakan setelan baju merah terang, dan memamerkan rangkaian perhiasan ikonik Panthere de Cartier, termasuk cincin, gelang, jam tangan, kancing manset dan kalung dari emas putih dan kuning 18K bertatahkan berlian, garnet tsavorite dan onyx senilai ratusan juta rupiah. Dalam merepresentasikan koleksi perhiasan abadi ini, V tidak hanya mewujudkan semangat kekuasaan, kebebasan, dan keanggunan yang telah mendefinisikan Panthere sejak awal berdirinya, namun juga menampilkan daya tarik inklusif gender dari motif Cartier tercinta ini.
P
anthere telah menjadi ciri khas Cartier sejak ciri khas motif bulu kucing perkasa ini digunakan pada jam tangan mereka pada tahun 1914. Tiga tahun kemudian, simbol ini beralih dari abstraksi ke representasi figuratif ketika macan kumbang digambarkan dalam kotak hadiah Louis Cartier kepada Jeanne Toussaint, sumber inspirasinya yang kemudian menjadi direktur perhiasan mewah Cartier. Untuk menunjukkan keserbagunaan koleksi ikonik Panthere, Cartier menunjuk bintang K-pop Kim Taehyung alias V dari BTS, sebagai duta merek global mereka serta menjadi wajah baru untuk kampanye “Panthere de Cartier”. Dengan V sebagai duta merek, koleksi Panthere siap menjadi pusat perhatian sekali lagi. Sebagai solois dan anggota band terkenal BTS, V telah memikat hati jutaan orang dengan suaranya yang unik, koreografinya yang memukau, dan selera fesyennya yang khas.
Arnaud Carrez, Wakil Presiden Senior dan Kepala Pemasaran Cartier berujar, “Dalam mewujudkan daya tarik dan aura macan kumbang, pilihan kami tentu saja jatuh pada V. Dia memiliki penampilan dan karakter yang kuat, serta kepribadian yang pilihannya dipadu oleh kreativitasnya sebagai penari, musisi, atau pecinta seni, dengan gaya dan keanggunan yang hanya dimiliki olehnya.” Tak salah memang pilihan mereka, seuntai kalung Panthère de Cartier dari emas kuning 18 karat terjual habis dalam hitungan menit di situs web merek mewah tersebut, begitu foto V ditayangkan.
HALAMAN SAMPING V mengenakan beberapa set perhiasan ikonik Panthere de Cartier, termasuk kancing manset hingga jam tangan rahasia yang terlihat seperti gelang HALAMAN INI V mengenakan dua pilihan model kalung, cincin dan gelang dari emas putih atau kuning 18K bertatahkan berlian, garnet tsavorite dan onyx senilai ratusan juta rupiah CGW Magazine 139
Childhood Nostalgia
Kolaborasi pertama Rich Brian dengan “G-hock” dalam Nostalgia yang dibangun dengan berjalannya waktu
HALAMAN INI Rich Brian dan hasil kolaborasinya dengan G-Shock, dengan warnawarna kesukaannya dan tanda tangannya di bagian belakang casing
N
ostalgia dari seri G-Shock 2100 yang kokoh adalah jam tangan pilihan Rich Brian yang desainnya terinspirasi oleh gitar pertama yang ia sukai saat masih kecil dan berada di Indonesia. Rich Brian, talent dari label musik 88rising, berkolaborasi dengan merk jam asal Jepang G-Shock untuk mendesain sendiri jam tangan pilihannya, namun tetap mengambil ciri-ciri desain dan estetika dari jam tangan lain dalam jajaran G-Shock. Warna dasar hijau seafoam yang cerah dipadukan dengan aksen pink salmon, mengingatkan obsesi Brian terhadap gitar pada masa kecilnya. “Desainnya terinspirasi dari memori masa kecilku, waktu mungkin masih di umur sekitar enam atau tujuh tahun,” akunya. Kenangan masa kecilnya adalah tentang seorang gitaris dari band yang ia kagumi, dan memiliki gitar berwarna biru terang dengan pola petir pada fret gitarnya, ditambah warna pink, perpaduan yang diakuinya selalu terekam di ingatannya hingga kini, terlebih, ia juga penyuka warna pink dan biru terang.
Warna dasar hijau seafoam yang cerah dipadukan dengan aksen pink salmon, mengingatkan obsesi Brian terhadap gitar pada masa kecilnya
140 CGW Magazine
Jam dengan casing berukuran 48.5×45.4×11.8mm ini mengusung fitur Waktu Dunia dengan 31 zona waktu (48 kota + koordinat waktu universal), Stopwatch, Timer penghitung waktu mundur, sinyal alarm, kalender otomatis penuh (hingga tahun 2099), lampu LED ganda, power supply dan baterai. Untuk melengkapi desainnya, tanda tangan Brian menghiasi bagian belakang casing, hampir seperti dedikasi terhadap dirinya yang lebih muda. Di satu sisi, juga berfungsi sebagai pengingat akan asal-usulnya dan upayanya yang tiada henti dalam pencapaian karya seni.
Model mengenakan TAG Heuer Carrera Chronograph dari Emas 18K CGW Magazine 141
Tropical Sanctuary Pengalaman menginap kelas atas di InterContinental Bali Resort dengan konsep resor di dalam resor yang eksklusif
S
ebuah gaya hidup mewah bernuansa tropikal yang istimewa ditawarkan oleh Club InterContinental di InterContinental Bali Resort, menjamin pengalaman tak terlupakan bagi mereka yang mencari kemewahan. Berada di tengah alam tropis Bali yang indah, dipadu dengan ketenangan dan debur ombak Pantai Jimbaran, Club InterContinental menjanjikan kenyamanan tak tertandingi bagi jiwa dan raga. Konsep resor di dalam resor yang diusungnya menawarkan layanan premium, menghadirkan eksklusivitas personal bagi setiap tamu. Konsep Club InterContinental menghadirkan gaya klasik dengan suguhan keramahtamahan tingkat tinggi yang disajikan melalui pilihan kamar, suite, dan vila mewah, disertai layanan personal dengan keramahtamahan khas Bali yang tersohor, menjadikan ini pengalaman liburan yang berkesan. Berbagai fasilitas yang terdapat di dalam akomodasinya yang lapang namun ramah lingkungan memancarkan keanggunan, memberikan level kepuasan baru.
142 CGW Magazine
Konsep Club InterContinental menghadirkan gaya klasik dengan suguhan keramahtamahan tingkat tinggi yang disajikan melalui pilihan kamar, suite, dan vila mewah, disertai layanan personal Para tamu juga mendapatkan keuntungan khusus untuk menikmati manfaat mewah Club InterContinental, yang meliputi akses eksklusif ke Club InterContinental Lounge, sarapan di semua pilihan restoran yang tersedia, menikmati minuman dan makanan ringan termasuk layanan afternoon tea di sore hari dengan pemilihan teh premium TWG, koktail, dan makanan kecil, layanan pramutamu khusus, layanan Butler Club InterContinental 24 jam, akses eksklusif ke Club Pool, check-in/checkout pribadi di Club InterContinental Lounge, akses gratis ke Planet Trekkers untuk anak di bawah 12 tahun, akses internet WiFi gratis di kamar, akses Internet WiFi gratis di seluruh resor, penggunaan Jacuzzi, ruang mandi uap, dan sauna gratis di Spa Uluwatu, akses gratis ke Pusat Kebugaran 24 jam. Tak hanya akomodasinya yang tiada banding. Para staf Club InterContinental juga akan memastikan para tamu mendapatkan pengalaman paling nyaman dan dapat membantu mengatur rencana perjalanan saat berlibur di Bali. Club InterContinental merupakan bagian dari InterContinental® Bali Resort. Dengan hamparan pantai pasir putih tak berujung yang menghadap ke perairan Teluk Jimbaran, resor tersebut memiliki 425 kamar di tiga lantai akomodasi yang unik. Propertinya mencakup lanskap tropis seluas 14 hektar, perpaduan antara flora asli, saluran air yang menyejukkan, dan patung-patung batu yang mencerminkan warisan artistik Pulau Dewata. Di dalamnya terdapat enam kolam renang, pusat kebugaran, dan berbagai aktivitas rekreasional. Bagi mereka yang ingin menikmati fasilitas penyembuhan dan kecantikan khusus untuk sesi individu, Spa Uluwatu dengan tema laut yang terjalin dalam rangkaian perawatan eksklusifnya adalah pilihan tepat untuk mengurai segala kepenatan. Menjadi oasis yang tak hanya memanjakan, tetapi juga membantu melenyapkan segala stres dan membangkitkan kembali semangat dalam menghadapi kehidupan modern yang senantiasa bergerak cepat. Sementara Villa Retreats yang eksklusif menjanjikan paket spa yang memanjakan raga bagi pasangan.
Pilihan ragam restoran membuat setiap pengalaman bersantap di resor ini menjadi petualangan dalam keunggulan kuliner. Berbagai sajian mulai dari masakan Indonesia, khas Bali, Mediterania, Jepang, dan banyak lagi hidangan internasional dapat dinikmati di resor ini. Para chef menggunakan sayuran, buah-buahan, dan berbagai bahan lainnya yang diproduksi secara lokal, beberapa bahkan dari kebun organik resor sendiri. Makanan laut pun disediakan segar dari pasar ikan setempat. Bella Cucina menawarkan sajian Mediterania dengan konsep open kitchen dalam restorannya yang bergaya elegan, dengan lantai atas menawarkan privasi tambahan serta sebuah private dining room yang berkapasitas 12 orang. Bagi penyuka kuliner Jepang, KO Restaurant & Lounge menyuguhkan sajian khas Jepang autentik dengan sentuhan rasa baru dari Chef Mitsuaki Senno. Sementara Jimbaran Gardens akan memanjakan para tamu dengan lokasinya yang berada di tepi kolam dan menu-menu khas Asia maupun internasional. Suasananya yang kasual menjadikannya pilihan tepat untuk bersantai bersama keluarga maupun pasangan. Nuansa kesegaran semi-outdoor yang ditawarkannya sedikit mirip dengan Taman Gita yang menyajikan international buffet. Dan, sesuai dengan namanya, Sunset Beach Bar & Grill akan menemani Anda menikmati suasana matahari terbenam di area terbuka diiringi live music dan sajian lezat. Tak bisa dimungkiri, pengalaman InterContinental® Hotels & Resorts selama 70 tahun telah menjadikannya pemain papan atas di industri hospitality. Memiliki 194 hotel dan resor yang tersebar di seluruh dunia, di lebih dari 60 lokasi, setiap propertinya seakan menyediakan pintu gerbang menuju kemewahan InterContinental® Life. Layanan kelas atas yang dipersonalisasi dan penuh perhatian serta fasilitas yang luar biasa membuat para tamu dapat menikmati pengalaman lokal otentik yang memperkaya hidup. InterContinental Bali Resort Jalan Uluwatu 45, Jimbaran 80361, Bali, Indonesia T: +62 361 701888 https://bali.intercontinental.com/
CGW Magazine 143
Heavenly Retreat Nuansa Timur dan Barat dengan desain elegan dan fasilitas modern berpadu dalam pengalaman mewah di COMO Metropolitan Bangkok
A
sia kaya akan daya tarik pariwisata, baik wisata alam maupun budaya. Salah satu yang tak pernah terlewat dari benak wisatawan internasional adalah Thailand. Pesona alam yang indah dan asri dengan iklim tropis, berpadu dengan beragam warisan budaya dan tentunya kuliner yang tak boleh dilewatkan, terkemas menjanjikan pengalaman kunjungan yang tak ada duanya. Banyak pemain global di hospitality industry membidik Thailand sebagai destinasi properti mereka. Salah satunya The COMO Group, yang mewakili visi unik Christina Ong akan kehidupan kontemporer. Grup perusahaan yang berbasis di Singapura ini terdiri dari sejumlah fasilitas hospitality, di antaranya COMO Hotels and Resorts. Jaringan hotel mereka menawarkan pengalaman mewah dan layanan yang disesuaikan
144 CGW Magazine
secara individu, komitmen terhadap kesehatan holistik, dan kuliner peraih penghargaan. Setiap hotel dikembangkan sesuai dengan destinasi yang ditempatinya. Di Negeri Gajah Putih ini hadir COMO Metropolitan Bangkok sejak tahun 2003, properti Metropolitan kedua COMO setelah London pada 1997. Lokasinya berada di jantung kota, hanya beberapa menit dari kawasan perbelanjaan utama Bangkok dan dekat dengan kawasan malam yang ramai di kota itu, tepatnya di South Sathorn Road. Menawarkan 169 kamar, termasuk empat Penthouse Suite dan COMO Suite yang memiliki dua kamar tidur, para tamu akan dimanjakan dengan gaya estetik yang kontemporer dan elegan dari Kathryn Kng, arsitek interior paling inovatif di Singapura. Kng juga menggarap
konversi interior Four Season Island Explorer, diveboat bintang lima yang diluncurkan Desember 2002 di Maladewa. Bagi COMO Hotels and Resorts sendiri, Kng adalah salah satu desainer favorit, ia juga membuat estetik interior untuk COMO Uma Paro di Bhutan. Segar dan orisinal, kombinasi unik berbagai material dan pengaruh Timur-Barat yang mewarnai desainnya menghadirkan nuansa berkarakter bagi COMO Metropolitan Bangkok. Kecermatan Kng akan detail terlihat dalam pilihan barang-barang antik Asia yang digunakannya, misalnya pahatan kayu, kursi “horseshoe”, dan lonceng kuil Buddha yang menghiasi koridor lantai tempat Penthouse Suite dan COMO Suite berada. Ada juga karpet-karpet rancangan Helen Yardley orisinal, sofa Patricia Urquilo, dan coffee table bambu dari Thailand utara. Kamar-kamar lainnya dihiasi karya Natee Utarit, salah satu seniman muda paling mumpuni di Thailand, yang kerap menggelar pameran solo terkemuka di Asia. Selain akomodasi berkelas dengan teknologi canggih, COMO Metropolitan Bangkok juga didukung pelayanan yang enerjik, sangat memperhatikan detail, concierge hotel sangat paham daerah sekitar, mempermudah para tamu mendapatkan rekomendasi. Soal memuaskan lidah para tamu, hotel ini menyodorkan banyak pilihan. Salah satunya adalah nahm. Lima tahun terakhir nahm selalu menduduki peringkat 10 teratas restoran di Asia dan daftar tahunan San Pellegrino dan Acqua Panna. Pada 2017, selain meraih bintang Michelin, nahm juga menduduki No. 28 dalam daftar The World’s 50 Best Restaurants. Dikomandoi Chef Pim, chef wanita pertama restoran peraih berbagai penghargaan, nahm mempertahankan akar orisinal kuliner tradisional Thailand, sembari juga memberikan gaya dan sentuhan rasa pribadi sang chef. Restoran ini sangat menghargai rasa hidangan tradisional Thailand yang kuat dan segar, serta memberikan rasa dan tekstur yang mengejutkan pada hidangan dalam segala variasi. nahm berkapasitas 110 kursi dan memiliki tiga private dining room yang dapat mengakomodasi hingga 40 tamu, serta outdoor seating. Opsi lainnya adalah glow, restoran berkapasitas 82 kursi yang hanya menyajikan hidangan segar. glow menyuguhkan hidangan
Segar dan orisinal, kombinasi unik berbagai material dan pengaruh TimurBarat menghadirkan nuansa berkarakter bagi COMO Metropolitan Bangkok COMO Shambala yang sehat, alami, dan organik dengan penekanan pada bahan yang segar. Anda bisa menikmati kudapan ringan, jus yang memberikan energi, dan berpadu kaya akan enzim, vitamin, dan mineral. Hotel ini juga dilengkapi COMO Shambhala Urban Escape yang lapang seluas 1.200 meter persegi, yang didesain bagi mereka yang ingin meningkatkan kesehatan melalui studio yoga dan berbagai perawatan lainnya. Anda bisa memilih studio yoga, gim dengan peralatan lengkap, kolam hidroterapi, atau kolam renang outdoor 25 m. Atau, mengapa tidak menikmati semuanya? Di COMO Shambala, para tamu juga dapat memanfaatkan terapi yang terinspirasi Asia di 10 ruang perawatan. Mulai dari perawatan tubuh hingga fasial dan pijat, semuanya dilakukan oleh para praktisi berpengalaman yang memodifikasi perawatan sesuai kebutuhan individual. Hotel ini juga menjadi pilihan tepat bagi Anda yang berkunjung untuk keperluan bisnis. Lokasi hotel ini membuatnya berada di antara venue teratas untuk penyelenggaraan acara, mulai dari cocktail party hingga private lunch, acara pers, TV screening, peragaan busana, dan wawancara. Tersedia pula tiga ruang rapat modern dan canggih yang dapat mengakomodasi hingga 100 orang. COMO Metropolitan Bangkok 27 S Sathon Rd, Thung Maha Mek, Sathon, Bangkok 10120, Thailand T: +66 2 625 3333 www.comohotels.com/thailand/como-metropolitan-bangkok
CGW Magazine 145
One True Destination Perpaduan segala yang terbaik dalam hospitality, fesyen, kuliner, dan kesehatan di satu tempat
S
ingapura masih selalu menjadi salah satu destinasi pilihan untuk bekerja, belanja, berlibur, ataupun sekadar beristirahat dan bersantai. Dan COMO Orchard di Bideford Road menawarkan konsep destinasi terbaru dari COMO Group, perusahaan gaya hidup mewah milik keluarga yang didirikan dan dimiliki oleh Christina Ong dan berbasis di Singapura. Terletak di jantung Singapura, hotel mereka merupakan perwujudan visi yang menyajikan sebuah kehidupan yang diramu dalam pengalaman mendalam dan terpadu yang tersebar di 19 lantai. COMO Group mengawali peluncurannya dengan soft opening hotel pertama mereka di negara asalnya, COMO Metropolitan Singapore. Hotel dengan 156 kamar ini memiliki rooftop pool dan bar yang cantik, sangat cocok untuk bersantai.
146 CGW Magazine
Di COMO Metropolitan Singapore, sang pendiri sekaligus pemilik mengemas segala elemen gaya hidup mewah, tersaji mulus dalam aliran desain bangunan dan penggunaan teknologi Pilihan akomodasi yang ditawarkan hotel ini sangat beragam. Tamu bisa memilih antara Cairnhill Room (51 unit), Emerald Room (93 unit), Metropolitan Suite (9 unit), atau COMO Suite (3 unit). Kamar-kamarnya menyajikan pemandangan kota yang indah, dengan fasilitas lengkap dan furnitur yang dikustomisasi khusus bagi kenyamanan tamu. Kamar suite di hotel ini dilengkapi dengan area ruang tamu dan area makan, dengan COMO Suite menempati tiga lantai teratas hotel. Hotel ini juga menghadirkan beragam pilihan untuk memanjakan lidah tamu, dengan beragam sajian dari resep-resep otentik dari seluruh dunia yang menjanjikan pengalaman kuliner yang kaya pilihan. Salah satunya, pertama di Asia, adalah Cédric Grolet Singapore, restoran keempat pastry chef Prancis peraih penghargaan tersebut setelah Paris dan London. Berbagai opsi tersedia mulai dari pastry, sandwich, dan menu eksklusif untuk menemani sajian teh di sore hari, yang kesemuanya menggugah selera. Sementara COTE Singapore dari Simon Kim memadukan pengalaman BBQ ala Korea dengan kekhasan American Steakhouse, menyuguhkan daging sapi berkualitas tertinggi, pilihan wine kelas atas, dan sederet cocktail klasik namun kreatif. Jika Anda ingin suasana yang lebih santai dan kudapan ringan, rooftop pool bar dengan pemandangan matahari terbenam dan cakrawala kota adalah pilihan yang tepat. Bagi Anda yang gemar berbelanja, ada dua lantai retail fesyen dari butik multilabel, Club21. Di area yang didesain oleh arsitek Italia Paola Navone peraih
penghargaan dan dipercantik kreasi seniman digital Norwegia Thomas Hilland ini, Anda dapat menemukan berbagai koleksi dari sederet merek ternama seperti Alaïa, Amiri, Marine Serre, Simone Rocha, Thom Browne, dan Tom Wood. Untuk kebugaran fisik dan jiwa, hadir pula COMO Shambhala, yang sudah lebih dari 25 tahun memimpin dalam bidang kesehatan preventif di industri perhotelan. ‘Wellness Begins Within’, mantra inti merek ini, memastikan metode dari para ahli dan disajikan secara personal untuk pendekatan inti seperti yoga, Pilates, Gyro, gym dan fitness. Tak hanya itu, kesehatan pencernaan, nutrisi, dan komposisi tubuh pun diperhatikan. Berbagai terapi tubuh dan perawatan kecantikan juga tersedia, dan bila membutuhkan, Anda juga bisa mencoba paket makanan sehat dari COMO Shambhala Cuisine. Kiprah COMO Group yang bisnisnya dapat ditemukan di 15 negara ini sangat beragam, mulai dari hotel, fesyen, kesehatan, kuliner, bahkan filantropi. Di COMO Metropolitan Singapore, sang pendiri sekaligus pemilik mengemas segala elemen gaya hidup mewah, tersaji mulus dalam aliran desain bangunan dan penggunaan teknologi yang memberikan kenyamanan, mewujudkan sebuah tempat dengan makna sejati kemewahan modern yang inspiratif. COMO Metropolitan Singapore 30 Bideford Rd, Singapore 229922 T: +65 6233 3888 www.comohotels.com/singapore/
CGW Magazine 147
Library Spirit Montblanc merayakan pentingnya perpustakaan dalam acara bertajuk “The Library Spirit” yang menyoroti kekuatan inspiratif perpustakaan di kota-kota di seluruh dunia, dari London hingga Milan, dan New York hingga Shanghai. Kampanye global Montblanc ini juga dirayakan di butiknya yang eksklusif di Plaza Indonesia, Jakarta, pada 29 November lalu. Acara dihadiri Hamish Daud, aktor dan sahabat brand, serta para figur muda dan berbakat seperti Rachel Theresia, Jeje Soekarno, Daffa Wardhana, Syakila Asthari, Kevin Suann, dan Aqsa Aswar. Selain dimanjakan dengan alunan musik dari permainan biola, para tamu undangan juga bisa menyaksikan koleksi terbaru dari lini produk kulit khas Montblanc, Extreme 3.0 yang beragam.
DARI ATAS (KI-KA) Team Montblanc South East Asia, Maïka Bergamo, Cedric Audoubert (Wholesale Director of Montblanc) dan Tun Hui Wong; Hamish Daud; Cedric memberikan sambutan; Aqsa Aswar, Daffa Wardhana, Rachel Theresia, Hamish Daud, Syakila Asthari, Jeje Soekarno dan Kevin Suan; Para figur muda hadir mengenakan tas Montblanc Extreme 3.0; Tamu undangan didampingi team Montblanc Indonesia, Karin Lohardjo dan Tri Kharisma; Beberapa koleksi terbaru dari lini produk kulit Montblanc, Extreme 3.0 148 CGW Magazine
Art & Fashion Indonesia patut bangga karena kesuksesan acara digital terkemuka IDBYTE yang digagas oleh Shinta Dhanuwardoyo, CEO dan pendiri Bubu.com, digital agency yang telah berdiri selama 27 tahun. Tahun ini IDBYTE hadir dengan tema Art + Fashion 2023, dan menghadirkan pameran kolaborasi antara seniman muda dan desainer fesyen Indonesia khususnya perempuan. Acara utama yaitu Art+ Fashion Conference yang diadakan pada tanggal 21 Oktober di The Glass House, Ritz Carlton Pacific Place Mall, Jakarta ini dihadiri oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, dan para pembicara internasional seperti Sarah Sukumaran (Pendiri Lilith NYC), Ralph Simon (CEO Mobilium Global), Ryo lshikawa (CEO #FR2), Rahfeal Gordon (Penulis dan Pemilik Madison + Park Agency), dan pembicara dari tanah air seperti Anindya Bakrie dan Esti Lestari Mihail.
DARI KIRI ATAS SEARAH JARUM JAM Rich Robinson, Shinta Dhanuwardoyo, Sandiaga Uno, Rahfeal Gordon dan Ralph Simon; Pevita Pearce; Tudor Mihail, Esti Lestari Mihail dan Rahfeal Gordon; Ria Miranda, Bunga Yuridespita, Shinta.D dan Windi Salomo; Lulu dan Sarah Sukumaran; Ryo lshikawa; Nabil Muhdor dan Motty; Anindya Bakrie dan Ralph Simon; Rasya Maeve; Sarah Sukumaran dan Mikha Tambayong CGW Magazine 149
That’s Tough! Tanggal 2 Desember yang lalu berlangsung puncak perayaan ulang tahun G-Shock ke-40 yang fenomenal di Bali, dalam acara bertajuk “SHOCK THE WORLD” Asia Tenggara dengan Tur Pop-Up ‘Rooted in Toughness’ yang menjangkau Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Indonesia. Acara yang megah dan dihadiri pendiri G-Shock, Kikuo Ibe dan figur utama dari G-Shock dari Jepang hingga Singapura seperti Hikaru Yoshida (Planning Manager Casio Singapura), dan tamu undangan VIP dan media dari berbagai negara ini dimulai dengan sesi konferensi pers yang berlangsung di Studio Eksotika. Puncak acara menampilkan kolaborator dari G-Shock sendiri, yaitu beberapa nama dari 88rising, seperti NIKI dan Warren Hue, yang menyanyikan lagu-lagu hits mereka.
DARI ATAS (KI-KA) Panggung megah pada malam puncak acara di Potato Head Beach Club, Bali; Pendiri G-Shock, Kikuo Ibe; Warren Hue; NIKI; Foto bersama seusai konferensi pers; Takahashi Oh (Pejabat Eksekutif Casio & Senior GM Unit Bisnis Jam tangan); Para tamu VIP, Key Opinion Leader, influencer dan publik figur hadir memeriahkan acara 150 CGW Magazine
TIME TREASURE
Pada tahun 1965, Universal Genève, memenangkan Diamonds-International Awards di New York dengan jam tangan perhiasan yang mewah, terbuat dari emas poles dan dihiasi berlian dan safir ini. Sejak didirikan pada tahun 1894, manufaktur ini menjadi terkenal hingga pertengahan abad ke-20 melalui desain inovatif dan kecakapan teknisnya. Namun, krisis akibat masuknya mesin jam quartz di akhir abad ke-20 menimbulkan tantangan besar dan mengubah arah merek tersebut. Sejak tahun 1989, perusahaan ini berada di bawah kepemilikan Stelux Group yang berbasis di Hong Kong, yang secara aktif mempertahankan warisannya. Menjelang akhir tahun ini, Breitling mengumumkan akuisisi mereka yang bertujuan untuk mengembalikan merek ikonik tersebut ke masa kejayaannya, yang berakar pada tradisi Swiss namun tetap siap untuk relevansi kontemporer. https://universal.ch/ 152 CGW Magazine
COLLECTOR’S GUIDE ®
WAT C H E S INDONESIA
EDISI 23-2023/2024
The digital edition of CGW INDONESIA MAGAZINE can be viewed and purchased through SCOOP, Magzter, Rockstand Digital or ISSUU from your PC, Mac, Tablet, iPad, iPhone or Android www.cgw-indonesia.com