2 minute read
School Revolution Manual Bernas Telisik Gejala Di Sekolah
Resensi Musik SCHOOL REVOLUTION MANUAL BERNAS TELISIK GEJALA DI SEKOLAH
Voice of Baceprot, kompatriot Hip Metal dari selatan kota Garut yang kini di perkuat oleh Firda Kurnia (guitar/vocal), Widi Rahmawati (bass), dan Euis Siti Aisyah (drum), di tanggal 1 Mei 2018 tepat 1 hari sebelum Hari Pendidikan Nasional, telah resmi merilis single pertama berjudul “School Revolution”.
Advertisement
Nomor lagu keras bernuansa kritik kepada sistem pendidikan yang secara langsung di rasakan oleh para personil ini menjadi salah satu lagu Vob yang proses penggarapannya cukup lama dimana aransemen musik dan lirik sempat beberapa kali di ubah sebelum akhirnya di luncurkan ke publik dan bisa di nikmati di berbagai kanal digital seperti YouTube, Spotify, Joox, Itunes.
School Revolution pertama kali di garap pada tahun 2015 dan merupakan rekam jejak VoB dalam kesehariannya di sekolah dan berkarya setelah memutuskan untuk bermain musik dengan format 3 personil. Dalam proses penulisan lirik untuk pertama kalinya personil di libatkan “Ini lagu pertama yang liriknya itu (di tulis) Abah (manager VoB) sama kita, biasanya cuman abah dan diskusi sama kita, tapi untuk lagu ini kita ikut bikin liriknya” ujar Firda
82
Selain single lagu, dalam waktu bersamaan VoB pun merilis videoclip resmi school revolution pada kanal YouTube. konsep video, tempat dan properti yang di gunakan cukup untuk menggambarkan bagaimana kegelisahan mereka di sampaikan. Patung-patung tergantung berdarah, mata dan mulut tertutup. Kelas yang di gambarkan sebagai tempat kumuh dan berantakan menjadi representasi bagaimana sistem pendidikan dalam kelas berjalan. Seperti yang tertuang dalam penggalan liriknya:
“Di balik tembok isi kepala seakan digembok. Selaksa dogma ditimpa hingga bongkok Bila teriak merdeka bersiaplah ditabok atau dikatain…..”
Pembatasan ekspresi para siswa yang lazim terjadi di lingkungan pendidikan menjadi sorotan utama lirik ini diciptakan.
Kejutan lain yang tak kalah epik adalah bangunan musiknya. Dengan di bantu produser handal Stephan Santoso yang juga memproduseri Dead Squad, Sheila on 7, dll. sound gitar yang kontras dengan vocal yang tak kalah bernas kembali membawa pendengar kepada atmosfir kejayaan nu metal 2 dekade silam. Dominasi besutan bass dari awal sampai akhir lagu yang membuat kita lupa bahwa sang bassist adalah perempuan belia yang masih duduk di bangku SMK hingga konstanitas gebukan drum dengan teknik slide pada bass drum menjadi ciri khas dan pilihan Siti untuk bermain stroke ganda cepat dengan pedal tunggal pada beberapa penggalan lagu.
Musik yang berkecepatan maksimum sebelum akhirnya kita di bawa pada rest area chorus lagu yang cenderung vocal lebih santai:
“…and my soul is empty. And my dream was dying. My soul fall in the darkside. And I lose my life”
dan kembali di sadarkan dengan jembatan distorsi gitar sebelum masuk lagi pada gerbang kesadaran bahwa sekolah sedang tidak baik-baik saja:
“Disana di juluki penjara paling indah tapi tak pernah berikan bukti apaapa. Hanya seabruk aturan yang tak pernah di terapkan. Menyisakan sejarah yang telah terlupakan”
83
Selain musik, buku pun turut memberi insfirasi dalam proses pembuatann lirik. Adalah buku “Revolusi Sekolah” karya Fahd Gibran seorang penulis yang sama lahir di garut. Voice of Baceprot menunjukan dengan tepat jargon “The other side of metalism” yang secara tidak langsung melalui karyanya mereka memberikan pemahaman lain bahwa musik tidak pernah berdiri sendiri selalu ada realitas yang melatar belakanginya dari sisi manapun itu. Buku menjadi medium yang tepat dalam menafsirkan setiap persoalan yang ada sampai akhirnya di gubah ke dalam sebuah karya.
Musik yang di suguhkan oleh trio belia berhijab ini menjadi salah satu pilihan anthem berangkat pagi ke sekolah untuk para siswa atau siapapun yang gelisah dengan perihal ganjil yang terjadi di dalam kelas.
84