MAJALAH EDISI 41 LPM DIMENSI IAIN TULUNGAGUNG (MANUVER 'ORGAN' MAHASISWA EKSTRAKAMPUS)

Page 1



Majalah Mahasiswa

SALAM PERSMA!

DIMeNSI

Media Pemikiran Alternatif

Diterbitkan Oleh : Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) DIMëNSI IAIN Tulungagung Pelindung Rektor IAIN Tulungagung (Dr. H. Maftukhin, M.Ag) Penasehat Wakil Rektor III (Dr. Abad Badruzaman, Lc. M.Ag) Pemimpin Umum Moh. Fahrul Rozi Sekretaris Umum Zumrotul Afifah Bendahara Umum Luluk Nafi’ah Pemimpin Redaksi Titi Suryati Dewan Redaksi Mansur Mu’in, Nur Azizah, Ilham Musthofa Redaktur Online Romafi Wahyu K. Devisi Litbank M. Nahrudin, Alif Diah P, A’imatus Siti N, Siti H Nafi’ah Devisi Pengembangan SDM Isrofil Amaryk, Asri Setiyorini, Bahrul Amin, Saiful Arifin Devisi Jaringan Kerja (JAKER) Nur Fitriyani Devisi Perusahaan M. Shobirin, Isnatul Kholifiah, Latifatul Mujib, Cindy Kartika, Nailah Fadillah, M. Sulchan Desain Grafis dan Layouter Fahrul Rozi, Bahrul Amin Fotografer R. Yunita Aini, Saiful Arifin Reporter Rifqi, Samsul, Prilly, Nifa, Nisa’, Hamim, Mia, Fiki, Hellin, Hendrik, Silfi, Zahro, Irsyad, Isa, Malik, Azizah, Nurin, Rohman, Sholikah, Zulfa, Sholahuddin Jl. Mayor Sujadi Timur 46 Tulungagung kode pos 66221 email/website: lpmdimensita@gmail.com/dimensipers.com

Jika kau ingin hidup dan mengerti perkara kehidupan, maka belajar dan berorganisasilah! uja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terselesaikannya Majalah DIMëNSI edisi XLI dengan tema “Manuver 'Organ' Mahasiswa Ekstrakampus”. Tema ini diangkat melalui diskusi panjang bersama anggota dan pengurus LPM DIMëNSI. Setelah beberapa kali terjadi adu argumen, pada akhirnya tema ini berujung pada kata sepakat dalam salah satu agenda besar DIMëNSI, yakni Sidang Tema.

P

Dinamika kehidupan kampus tidak akan lepas dari peran organisasi, baik organisasi intra maupun ektrakampus. Hadirnya sebuah organisasi berpengaruh besar bagi kehidupan kampus dan menjadi unsur penting untuk menopang keseimbangan paradigma mahasiswa. Organisasi intra kampus adalah organisasi yang berdiri di bawah naungan kampus. Sementara Organisasi Mahasiswa Ekstrakampus (Ormek) adalah organisasi yang berdiri sendiri di luar kampus. Dalam hal ini, keduanya berkesempatan menarik minat mahasiswa untuk berproses di dalamnya. Organisasi intra mempunyai tempat dan dengan leluasa bereksistensi di lingkar kampus. Berbeda halnya dengan organisasi ekstra yang terbatas geraknya, menurut Keputusan Direktur Jendral Pendidkan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 26/DIKTI/KEP/2002 tentang Pelarangan Organisasi Ekstrakampus atau Partai Politik dalam Kehidupan Kampus yang berisi larangan segala bentuk organisasi ekstrakampus dan Partai Politik membuka Sekretariat (Perwakilan) dan atau melakukan aktivitas politik praktis di kampus. Walaupun demikian, kini peraturan baru yakni, peraturan menteri (permenristekdikti) nomor 55 tahun 2018 tentang pembinaan ideologi bangsa menegaskan bahwa Ormek diperbolehkan melakukan kegiatan di dalam kampus, akan tetapi hanya dalam kegiatan tertentu.


SALAM REDAKSI amun, sayangnya tidak semua mahasiswa mengetahui apa itu organisasi ekstra dan bagaimana pergerakannya. Jika mahasiswa melakukan pendekatan terhadap organisasi cukup dengan adaptasi dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) atau organisasi intra lain yang ada di dalam kampus, tidak sama halnya jika mahasiswa melakukan pendekatan dengan organisasi ekstra. Mahasiswa perlu lebih aktif dan mencari tahu terkait organisasi ekstra itu sendiri. Terutama halnya mahasiswa baru yang kini sedang bersemangat memilahmilih organisasi apa yang cocok dijadikan sebagai tempat untuk berproses. Di samping itu, yang terpenting adalah organisasi harus bersih dari unsur politik praktis.

N

Maka dari itu, pada majalah kali ini, DIMĂŤNSI mencoba menghadirkan beberapa data pendukung bagi mahasiswa untuk lebih dekat dan mengetahui bagaimana peran dan pergerakan organisasi ekstra di dalam kampus. Masih samakah wujud pergerakan ormek saat ini dengan semangat awal didirikannya Ormek di kampus IAIN Tulungagung?

DAFTAR ISI DIMUT : Babad Bias Ormek IAIN Tulungagung.............................3 Pergerakan Ormek yang Berasak....................................7

LIPSUS : pendidikan di era revolusi industri 4.0...........................10 NUSANTARA : gerak revolusi industri 4.0..............................................14 daya saing generasi muslim di era revolusi industri4.0.......................................................................17

TERAS : Otonomi fakultas yang terkendala teknis.......................20 transparansi kinerja sema-i ...........................................23

KLIK :...........................................................................25 KARIKATUR :..............................................................28 INFOGRAFIK :.............................................................29 EDITORIAL : Maneuver Abnormal organisasi Ekstrakampus..............30 RESENSI : Menitah Langkah untuk menolak diam..........................32 SWARA : kenali ormek jangan dari kata orang..............................35 BUDAYA : Transformasi dan Dinamika Sinden di Era Milenial........38 SUPLEMEN : Pengarusutamaan Organisasi Ekstrakampus................40 Hoax; tantangan nyata generasi milenial.......................43

KIPRAH : Berproses melalui ormek menjadi pilihan......................46 Berkiprah dalam Ormek; upaya menggali eksistensi diri melalui masyarakat........................................................48

Selamat membaca ! Redaksi Majalah DIMĂŤNSI

SUSASTRA : Diriku yang lain...............................................................50 PUISI : Kepadamu Kawan .........................................................53 Trotoar............................................................................54

i

DIMeNSI 41 November 2018


SUARA PEMBACA

Suara Pembaca Cindy IPS semester 7 Hai Dimers...apa kabar? Saya ingin menyampaikan unek-unek nih Dims. Isu perempuan kayaknya sudah sering kali dibahas ya, bahkan di Kampus atau daerah-daerah yang membentuk komunitas gerakan perempuan agaknya masih belum menjadi perhatian khusus. Terus begini Dims, saking banyaknya rentetan stigma yang ditempelkan untuk perempuan telah mengaburkan pandangan masyarakat terhadap perempuan Dims. Seolah perempuan itu hanya kelemahan, ketidakberdayaan, dan gak punya kualitas. Padahal Dims diluaran sana masih banyak perempuan yang harus menjadi tulang punggung keluarga. Tak jarang juga perempuan harus merelakan kehormatannya hanya untuk sesuap rupiah. Lalu gimana nih Dims menyikapi hal tersebut? apakah pemerintah tidak memiliki cara lain untuk para perempuan yang terpaksa bekerja menjadi WPS?

DIMeNSI: Hay...alhamdulilah kabar kami baik. Iya betul sekali, isu perempuan memang dari dulu selalu menjadi buah bibir. Dimana para perempuan menyampaikan aspirasinya, dan sepertinya ini pertanyaan hampir semua perempuan menanyakan akan hak kesetaraannya. Berhubung salah satu liputan kami membahas terkait narasi perempuan, kayaknya lebih bagus kalau saudara langsung cus baca hasil liputan kami. Semoga dengan jawaban ini, saudara tercerahkan.

Akbar HKI Semester 3 Hallo Dims... Dims kadang aku bingung dengan mahasiswa yang menganggungkan benderanya, apalagi dosen yang diam-diam dikelas mengajar sambil mengkader mahasiswa untuk ikut ormek. Seolah kita dikampus gak bisa bebas, malah harus mengikuti ormek. Alih-alih kalau menolak imbasnya ke nilai? Kok ngerasa gak adil ya Dims? Kadang juga cuma karena bendera seolah orang menjadi egois merasa diri paling benar, padahal inti yang dicapai kan sama?

DIMeNSI: Halo... iya betul sekali. Keberadaan ormek dikampus tidak bisa lepas dari para alumni ataupun pejabat di Kampus, dan memang seharusnya salah satu ormek tidak boleh merasa paling benar atau memasang bendera paling besar berbeda dengan yang lain. Rentannya perselisihan di antara keduanya mengkhawatirkan. Yah, kita hanya bisa berharap semoga pengakderan ormek yang ada bisa lebih sehat tanpa menggunggulkan salah satu.

DIMeNSI 41 Novemver 2018

1


SUARA PEMBACA

Suara Pembaca Fatkur IAT Semester 3 Salam Rahayu Dims... Heran Dims, baru-baru ini dapat cerita dari temen yang ikut HMJ. Temenku itu, orangnya pintar dan semangat untuk berorganisasi. Tapi kasihan Dims, cuma gara-gara mempertahankan idealismenya dan memposisikan diri netral tanpa memihak salah satu bendera, masak iya cih dims dia disuruh keluar, karena ketua HMJ nya mewajibkan yang boleh ikut HMJ yang satu bendera. Aduh Dims sebegitukah ketidakbebaskan kita untuk netral dan tidak memihak salah satu? bahkan tidak ada regulasi yang melarang seseorang meski dia tidak memilih bendera sah-sah saja ikut? Apakah HMJ sekarang cuma bagi mereka yang memilih ormek? Lalu bagaimana nasib mahasiswa yang netral?

DIMeNSI: Hay....Rahayu, memang cukup miris cihh mendengar kasus seperti itu. Untuk sekelas HMJ seharusnya tidak berlaku demikian, karena bendera bukan suatu ukuran. Dan sangat disayangkan jika banyak mahasiswa yang pintar dan semangat berorganisasi tidak direkrut hanya karena memilih untuk netral. Dan seharusnya HMJ menjadi wadah mahasiswa dalam jurusannya untuk lebih meningkatkan prestasinya dan membawa nama HMJ lebih baik. Saran kami mahasiswa harus lebih peka dan mau bersuara karena mengikuti HMJ hak bagi mahasiswa tanpa ada larangan untuk memilih salah satu ormek. Yah, kita hanya bisa berharap semoga pengurus HMJ sadar dan terbuka bagi mahasiswa lain. Jadi ragu akan digiring kemana ideologi mahasiswa ini nanti?

Nafi’ah TMT Semester 7 Keputusan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menerbitkan peraturan bernomor 55 Tahun 2018 tentang pembinaan ideologi, yakni melegalkan organisasi ekstra kampus bebas beraktivitas di lingkungan internal kampus. Aturan ini menggantikan Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi Nomor 26 yang terbit tahun 2002. Katanya cih.. selepas pelegalan itu mau di bentuk UKM pengawal ideologi bangsa dims, tujuannya untuk meredam ideologi radikalisme. Hal itu menimbulkan pertanyaan, efektif gak cih dims kalau Ormek menjadi anggota UKM tersebut. yah, katanya kan anggotanya perwakilan dari satu ormek terus nanti bekerjasama untuk menjadi pengawal ideologi bangsa. Aneh gak cih dims, boro-boro bisa bekerjasama, sama yang beda kelompok saja sudah saling bersaing.

DIMeNSI: Hmm...memang seharusnya ormek sedari awal tetap bekerjasama dengan mahasiswa lain walau berbeda ormek. Toh juga tujuan mereka sama atas nama pergerakan mahasiswa. Jika dalam hal kecil saja mereka dalam bekerjasama masih terjadi benturan, bagaimana akan mengawal ideologi bangsa dengan empat pilarnya. Alhasil, menjadi tidak tersampaikan atau malah menjadi salah menyampaikan karena yang menyampaikan pun tidak menanam rasa kerjasama.

2

DIMeNSI 41 November 2018


Babad Bias Ormek IAIN Tulungagung

DIMUT

“Sejarah adalah suatu perjanjian di antara orang yang sudah meninggal, mereka yang masih hidup, dan mereka yang belum dilahirkan.” - Edmund Burke dok.dim

rganisasi merupakan suatu wadah yang dapat digunakan untuk mengatur atau mengkondisikan anggota (Masyarakat). Perspektif seperti inilah yang melatarbelakangi berbagai organisasi bermunculan. Dalam dunia kampus, organisasi dibedakan menjadi dua, yakni Organisasi Mahasiswa Intrakampus, yang bekerja dalam standar pengembangan potensi di dalam kampus. Sementara itu, dalam hal pengembagan potensi di luar kampus ada Organisasi Ekstrakampus (Ormek). Sebagaimana hal di atas, beitu pula di IAIN Tulungagung yang kini telah berkembang organisasinya. Adapun Organisasi intra yang ada meliputi Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA), Senat Mahasiswa (SEMA), Unit Kegiatan Mahasiswa/Kampus (UKM/UKK), dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ). Sementara Ormek yang sedang berkembag di IAIN di antaranya adalah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Setiap organisasi memiliki sejarah dan kultur yang berbeda-beda. Kiranya mahasiswa perlu mengetahui hal

O

DIMeNSI 41 November 2018

demikian demi keberlangsungan seluruh aktivitas kampus secara transparan. Namun, sering kali organisasi sendiri yang mengabaikan terkait sejarahnya. Menurut data dalam situs resmi Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PBHMI) yakni pbhmi.id, kehadiran Ormek mulanya dilatarbelakangi oleh gerakan mahasiswa yang pada masanya belum jelas visi misinya. Hal ini membuat mahasiswa berinisiatif untuk mendirikan organisasi berideologi dan bersistem pengkaderan. HMI adalah Ormek yang berdiri pertama kali di Indonesia, pada 05 Februari 1947. Adapun salah satu pelopor berdirinya HMI Lafran Pane yang kemudian dijadikan ketua umum pertama PB HMI. Seiring berjalannya waktu, sebagaimana dikutip dari situs resmi d e n g a n U R L gmnikomuntagsurabaya.wordpress.com , pada 23 Maret 1953 berdiri Ormek lain di Indonesia, yakni GMNI. Namun, nama GMNI baru diresmikan setahun kemudian tepatnya saat dilangsungkan Kongres pertama di Surabaya. Awalnya GMNI adalah hasil peleburan dari 3 organisasi yang berasas “Marhaenisme”. Ketiga organisasi tersebut meliputi Gerakan Mahasiswa Marhaenis (GMM) yang

berpusat di Yogyakarta, Gerakan Mahasiswa merdeka yang berpusat di Surabaya, dan Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) yang berpusat di Jakarta. Salah satu penggagas berdirinya Ormek ini adalah S.M. Hadiprabowo yang kemudian menjadi Ketua Umum pertama. Pada 17 April 1960 barulah PMII berdiri yang mulanya dinaungi salah satu badan otonom (Banom) organisasi masyarakat (Ormas) Nahdlatul Ulama (NU). Pelopor pendiri ini 13 orang, yakni , C. Mawardi (Jakarta), M. Said Budairy (Jakarta), M. S. Ubaid (Jakarta), M. Syukri (Bandung), H. Badrudinsyah (Bandung), H. I. Makky (Yogyakarta), M. Nachrowi ( Yogyakarta), N. H. Suaiby (Surakarta), L. Mansur (Surakarta), A. W. Jaelani (Semarang), H. Huda (Surabaya), M. C. Narbuko (Malang), Ahmad Hussein (Makasar) (pmii.or.id). Adapun yang kemudian menjabat sebagai ketua umum pertama adalah salah satu alumni anggota PB HMI yang tak lain adalah H. Mahbub Djunaidi menjadi ketua umum pertama PB PMII (situs resmi tirto.id).

3


DIMUT Di sisi lain, Ormek lingkup daerah juga memiliki sejarah yang berbeda pula. Pada 1960-an di Tulungagung kampus yang berdiri masih satu kampus. Sebagaimana yang tertulis dalam situs resmi IAIN Tulungagung (iaintulungagung.ac.id), Sekolah Persiapan Institut Agama Islam (SP IAI) Singoleksono (sekarang IAIN Tulungagung) berdiri di Tulungagung pada 1960-an. Oleh karena itu, ketika membahas sejarah Ormek cabang Tulungagung berarti juga membahas sejarah Ormek lingkup IAIN Tulungagung. SP IAI Singoleksono sendiri berdiri pada 1966 yang merupakan cabang UIN Sunan Ampel Surabaya (iaintulungagung.ac.id). Salah satu generasi awal berdirinya kampus ini adalah Fadhol yang kemudian terdaftar sebagai anggota PMII Tulungagung. Prof. Patoni selaku Guru besar IAIN Tulungagung sekaligus ketua umum Ikatan Alumni PMII (IKAPMII) menerangkan, “Pak Fadhol itu dulu sudah senior, beliau kuliah pada masamasa awal berdirinya PMII ... Kemungkinan sudah ada sejak PMII itu lahir.� Terkait hal ini, Rochim mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) yang sekarang menjadi Pengurus Komisariat (PK) PMII juga menyatakan, bahwa munculnya PMII di IAIN Tu l u n g a g u n g b e r s a m a a n d e n g a n berdirinya cabang PMII di Tulungagung. Di sisi lain, HMI juga mulai berkembang di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Tulungagung (Sekarang IAIN tulungagung) pada 1980-an. Melihat sejarahnya HMI juga termasuk organisasi tua di Tulungagung. Menurut Viki (PAI-7) yang menjabat sebagai ketua umum Komisariat Torik Bin Ziyad (nama Komisariat HMI Tulungagung), HMI berdiri di Tulungagung pada 1980-an. Hal ini selaras dengan penjelasan Prof. Patoni, bahwa saat masuk kuliah pada 1982 HMI termasuk salah satu Ormek yang sudah berdiri. Namun, keberadaanya belum resmi karena saat itu belum mendapat pengakuan secara de facto, sehingga masih disebut komunitas.

4

dok.dim

Viki menambahkan, hingga 1984 HMI Tulungagung masih sebatas cita-cita sebuah komunitas yang ingin melegalkan pendiriannya. Usaha ini didukung dengan persiapan yang memadai, seperti halnya susunan struktur organisasi dan grand design. Konon, menurut Viki pendirian Ormek ini dipengaruhi oleh salah satu kader HMI Kediri yang kemudian membantu pendiriannya di Tulungagung pada tahun yang sama (1984). Namun, Viki tidak menyampaikan dengan jelas Ketua Cabang yang pertama terpilih. Ia hanya menyatakan bahwa terdapat dua nama yang menjadi kemungkinan, yakni Faqih Usman dan Asmadi. Pada awal kepengurusan, HMI Tulungagung keanggotanya masih meliputi mahasiswa dari berbagai kampus, baik di dalam maupun luar Tulungagung. Adapun anggota kampus luar tersebut yakni Blitar dan Trenggalek. Struktur koordinasi yang digunakan oleh HMI adalah Cabang, kemudian turun ke Komisariat, selanjutnya baru ke Koordinator Komisariat (Korkom). Namun, karena anggota HMI Tulungagung belum mencukupi, maka garis koordinasi yang dibuat dari Cabang langsung ke Komisariat. Menurut Ria selaku ketua umum

Komisariat Jendral Soedirman menyatakan, bahwa komisariat HMI lingkup IAIN Tulungagung awalnya baru terdapat dua, yakni Insan Cita dan Tarbiyah. Komisariat Insan cita meliputi FUAD, FASIH, FEBI, dan kampuskampus luar yang ikut cabang HMI Tulungagung, sedangkan Tarbiyah hanya meliputi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK).

Dewasa ini layaknya kita harus sadar, bahwa sejarah menjadi hak dan tanggung jawab seluruh generasi, terutama dalam sebuah Organisasi. Menggali sejarah bukan hanya tugas individu, melainkan tanggungjawab bersama. Baik generasi awal, generasi sekarang maupun generasi selanjutnya.

DIMeNSI 41 November 2018


DIMUT

Hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah mahasiswa dan jurusan FTIK yang banyak. Namun, pada 2015 K o m i s a r i a t Ta r b i y a h m e n g a l a m i pemekaran menjadi dua, di antaranya adalah Komisariat Torik Bin Ziyad (TBZ) dan Komisariat Jendral Soedirman. Seiring berjalannya waktu, munculah Ormek selanjutnya, yakni GMNI Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung (sekarang IAIN Tulungagung). Menurut Bagus, Jurusan Hukum Tata Negara (HTN-5) yang menjabat ketua umum Komisariat Syariah menyatakan, bahwa awal berdirinya GMNI Tulungagung dipelopori oleh Akbar, salah satu kader GMNI Cabang Malang. Saat itu Akbar mencoba melakukan pengamatan terhadap o r g a n i s a s i d i Tu l u n g a g u n g y a n g kemudian menjalin relasi dan berinisiatif mendirikannya GMNI di Tulungagung. Tepatnya pada 1999 akhirnya muncullah Cabang Tulungagung di lingkup kampus Universitas Terbuka Tulungagung (UNITA) yang berdiri pada 1990-an. Menurut Bagus, awal terbentuknya cabang GMNI Tulungagung adalah belum resmi. Namun, pada akhirnya, cabang GMNI Tulungagung

DIMeNSI 41 November 2018

resmi didirikan pada 2002 dengan terpilihnya Ranu sebagai ketua umum dalam Konfersi Cabang. Terkait hal ini, Faris Ramadhani selaku Manajer Radio Perkasa sekaligus senior GMNI Cabang Malang-Tulungagung membenarkan, bahwa Ranu pernah menjabat sebagai ketua Cabang GMNI Lingkup Tulungagung. Adapun peserta yang hadir dalam konferensi tersebut meliputi pengurus GMNI Lingkup Daerah (Provinsi). “Pertama itu mendirikan karteker (pengurus sementara) waktu itu ketua cabangnya Mas Ranu, terus 2002 konfercab pertama, jadi kalo masih karteker itu diampu sama korda dewan Daerah Jawa Timur” tegas Bagus. Terbentuknya sebuah organisasi tentunya memiliki tujuan. Begitu pula dengan tujuan masing-masing Ormek yang berada di lingkup IAIN Tulungagung. Sekiranya masih samakah semangat dan tujuan Ormek ketika awal berdiri sampai dengan sekarang? Menurut Prof. Patoni tujuan PMII Tulungagung adalah sebagai jembatan pengabdian mahasiswa terhadap masyarakat atau ajang untuk pengembangan kemandirian mahasiswa. Di sisi lain, Menurut Viki HMI Tulungagung juga memiliki tujuan, yakni membuat generasi lebih baik dengan cara membentuk insan akademis, pencipta pengabdi, yang berasaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur dan diridhoi oleh Allah SWT. Sementara itu, tujuan dari GMNI adalah menanamkan rasa nasionalis pada seluruh generasi muda dengan menyebarka faham Marhaenisme yang berasaskan Sosio-Nasionalisme, SosioDemokrasi dan Ketuhanan Yang Maha Esa (AD/ART GMNI 2018). Perbedaan Kultur Secara umum, latar belakang didirikannya Ormek PMII, HMI dan GMNI memiliki kesamaan, yakni semangat mengembangkan potensi generasi muda. Meskipun demikian, dalam menjalankan roda organisasi ketiganya

memiliki kultur yang berbeda. Kultur organisasi biasa disebut juga ciri khas atau corak organisasi tersebut. Adapun kultur dalam PMII Tulungagung diberi nama kultur Gayatri. Kultur ini bermula pada masa pascareformasi, kira-kira pada 2000-an. Menurut Rochim, di dalamnya, terdapat beberapa kelompok mewarnai PMII di Tu l u n g a g u n g . K e l o m p o k t e r s e b u t meliputi Sanggar Banyu dengan bidang kebudayaannya, Pembela Rakyat Te r t i n d a s ( P RT ) d e n g a n g e r a k a n kebangsaannya, Pusat Kajian Filsafat dan Teologi (PKFT) dengan buletin Aufklarung.

Semua orang bisa membuat sejarah, hanya orang hebat yang bisa menuliskannya” -Oscar Wide-

Ilustrator : Jordan Eza

5


DIMUT Anggapan di atas ini dikuatkan oleh Muhiyiddin Al Amin Selaku Ketua Komisariat PMII IAIN Tulungagung, yang sekaligus menambahkan Napolean (nama salah satu kelompok) sebagai pemegang struktur periode 2009-2015 dalam tubuh PMII. Alasan Amin menambahkan satu kelompok ini karena menurutnya satu kelompok tersebut pernah ikut mewarnai PMII di Tulungagung. Walaupun kelompok ini pernah mengalami degradasi sistem kepengurusan terutama pada komunikasi internal. Puncaknya degradasi kelompok t e r s e b u t p a d a Ta h u n 2 0 1 5 , y a n g kemudian pada tahun tersebut terjadi perombakan kepengurusan secara menyeluruh. Walaupun seperti ini apakah layak jika ada beberapa oknum, melupakan jasanya yang pernah ikut berkontribusi di Ormek tersebut. Selanjutnya yakni HMI Tulungagung, Ormek ini memiki kultur berbeda dengan HMI di luar Tulungagung. Adapun perbedaannya terletak pada ranah kajian, diskusi dan aktivitas-aktivitas lainnya. “Setiap komisariat itu punya identitas sendirisendiri, setiap cabang itu punya karakteristik sendiri-sendiri, setiap kota itu sudah beda, meskipun pedoman yang kita gunakan sama, badan pengelola kita

sama. Tapikan pasti memiliki pemikiran yang sesuai dengan keadaan geografis kemudian keadaan kampus itu sangat mempengaruhi,” tambah Ria. Sementara itu, GMNI Tulungagung memiliki kultur menjunjung AD/ART. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Bagus, bahwa kultur GMNI adalah menjalankan asas-asas Nasionalisme yang bertujuan mempersatukan semua lini. Adapun contoh pengaplikasian asas ini adalah seperti halnya upaya mencapai keputusan dengan cara musyawarah mufakat dan demokrasi. Berdasarkan data berupa pernyataan dari sekian narasumber di atas, ternyata tidak menutup memungkinan bahwa setiap generasi paham tentang sejarah organisasinya masing-masing. Beberapa di antaranya merasa bingung dan tidak paham terkait dasar sejarah Ormek yang sekian lama mereka geluti. Seperti halnya masalah sejarah awal, beberapa di antaranya ketika ditanya mengaku tidak mengetahui, baik dari PMII, HMI, maupun GMNI. Bahkan ada yang menjawab “Lak iku aku ra ngerti” jawab salah satu Kader PMII; “Kalau sejarah Ormek itu saya juga belum tau karena kan baru aja to ini masih semester 7” ujar salah satu kader HMI; atau “Soal itu saya sudah lupa” jawab

salah satu kader GMNI. Hal ini menjadi miris dan membuktikan bahwa sejarahnya tidaklah menjadi hal yang terlalu dipentingkan. Dewasa ini layaknya kita harus sadar, bahwa sejarah menjadi hak dan tanggung jawab seluruh generasi, terutama dalam sebuah Organisasi. Menggali sejarah bukan hanya tugas individu, melainkan tanggungjawab bersama. Baik generasi awal, generasi sekarang maupun generasi selanjutnya. Maka dari itu, tidak selayaknya sebagai generasi kita mengaburkan sejarah dengan cara tidak mengacuhkannya. Terkait hal ini Soekarno pernah berkata, “Jasmerah (jangan sekali-kali melupakan sejarah)”. Jika hal ini tetep diacuhkan, maka akan membuat generasi sesudahnya linglung dan kabur tentang sejarah. [Shob & Roh]

kami tak putus-putus mengajak pembaca semua untuk mentradisikan menulis. kami akan selalu menerima sumbangan tulisan dari semua dengan tangan terbuka. kirim ke surel redaksi.dimensi@gmail.com/lpmdimensita@gmail.com

- MENULIS ADALAH PEKERJAAN UNTUK KEABADIAN -

6

DIMeNSI 41 November 2018


DIMUT

Pergerakan Ormek yang Berasak Gerak Ormek di masa sekarang jauh berbeda dengan Ormek di zaman Orde Baru. Ormek sekarang hanya mengunggulkan kuantitas daripada kualitas kader. Padahal Organisasi kemahasiswaan bertujuan mengadvokasi masyarakat. -Faris Ramadhani (Senior GMNI Malang-Tulungagung)-

ampus merupakan tempat berkumpulnya mahasiswa untuk saling berdiskusi, berdialog, berinteraksi, dan bertukar pengalaman. Lingkungan kampus yang terbuka dimanfaatkan untuk saling belajar dan melatih diri menghargai pendapat orang lain. Berdasarkan Visi Misi IAIN Tulungagung, yakni membangun sistem pendidikan yang mampu melahirkan pemikir yang kritis, kreatif, dan inovatif, maka mahasiswa harus mampu menjadi pemikir yang peka terhadap lingkungan luar dan berguna bagi masyarakat (http://iain-tulungagung.ac.id/). Mahasiswa yang menjadi pemikir kritis pasti memiliki ideologi masing-masing. Pengajaran terkait ideologi bisa didapatkan di dalam kampus maupun di luar kampus. Kampus dalam aktivitasnya tidak terlepas dari sentuhan beragam organisasi mahasiswa. Seperti organisasi intrakampus maupun organisasi ekstrakampus. Organisasi intrakampus merupakan organisasi resmi dalam kampus yang pendanaan kegiatan mahasiswanya berasal dari perguruan tinggi atau dari kementerian lembaga terkait. Sementara itu, organisasi mahasiswa ekstrakampus (Ormek) merupakan organisasi yang berdiri di luar wewenang kampus, begitu pula dengan

K

DIMeNSI 41 November 2018

pendanaannya. Organisasi Intra di IAIN Tulungagung sendiri meliputi Unit Kegiatan Kampus (UKK), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA), dan Senat Mahasiswa (SEMA). Sementara organisasi ekstra kampus meliputi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Perbincangan terkait Ormek dalam waktu dekat ini menjadi suatu hal yang menarik dibahas bagi mahasiswa. Bagaimana tidak, beberapa aktivitas Ormek yang seharusnya memiliki batas pada pergerakan kini menjadi tidak transparan. Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor: 26/DIKTI/KEP/2002 pasal 2 Ayat (3), Organisasi kemahasiswaan sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dilarang melakukan kegiatan politik praktis di perguruan tinggi. Hal tersebut jelas melarang Ormek melakukan aktivitas politik praktis di kampus. Namun, pada kenyataanya masih selaraskah peraturan tersebut di hari ini? Pada praktiknya, Ormek memiliki banyak kegiatan maupun kajian, salah satu diantaranya yakni pasal politik.

Rochim selaku Aktivis PMII IAIN Tu l u n g a g u n g m e n j e l a s k a n , bahwa pada tingkat komisariat kader diberikan kajian terkait antropologi kampus, strategi dalam pergerakan secara religius dan juga politik. Ormek di IAIN Tulungagung melakukan proses pengaderan demi mencetak kader dalam hal intelektual dan politisi. “Mungkin dapat dikatakan perpolitikan seorang mahasiswa berawal dari Ormek. Karena Ormek selalu memiliki persinggungan dengan berbagai partai dan organisasi masyarakat di luar kampus.” (Ginanjar, dok.dim 2017:95). Sama halnya dengan PMII, HMI juga memberikan kajian terkait politik dalam diskusi yang dilakukan. Sebagaimana yang dikatakan Robin selaku Aktivis HMI Toriq bin Ziyad (salah satu nama Komisariat IAIN Tulungagung), “HMI sering ada kajian atau diskusi, mungkin kalau pembinaan ada 3 bidang P3 yaitu, pembinaan, penelitian, dan pengembangan. Ada bidang Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Pemuda (PTKP) sesuai dengan isu politik, ekonomi, sosial dan budaya. Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi (KPP) mengatasi dalam kewirausahaan dan profesi. Pemberdayaan Perempuan (PP) terkait keperempuanan.” Walaupun terdapat beberapa kajian terkait politik, kiranya tidak memicu praktik politik masuk secara halus pun ke dalam kampus. Namun, kini nyatanya pada salah satu Ormek tetap melakukan usaha mempertahankan dan membesarkan organisasinya di dalam kampus, seperti halnya saat Masa Penerimaan Anggota Baru (Mapaba) dengan sengaja merekrut mayoritas mahasiswa Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi (Bidikmisi).“Seperti halnya diungkapkan Rochim, saat Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) dengan sengaja merekrut mayoritas mahasiswa Biaya-

7


DIMUT Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi (Bidikmisi).” Adapun dalih yang digunakan adalah menyayangkan ketika mahasiswa bidikmisi yang berpotensi tidak dirangkul. Huda selaku Ketua Cabang PMII Tulungagung menambahkan, bahwa PMII melakukan Mapaba untuk mahasiswa Bidikmisi dengan alasan mahasiswa bidikmisi minim ekonominya. Disayangkan ketika mahasiswa bidikmisi hanya berorientasi di bidang akademik, akan tetapi tidak bisa terjun dalam lingkungan masyarakat. Contoh lain aktivitas yang mengandung unsur kepentingan bagi organisasi adalah seperti halnya melakukan Open Recruitment di area kampus. Kegiatan ini harus dilakukan melalui izin resmi dari kampus. Menurut Ria selaku Ketua Komisariat HMI, proses perizinan dari pihak birokrasi sendiri terkadang dipersulit, “Proses perizinan dalam melakukan kegiatan open recruitment memang sedikit sulit, karena memang latar belakangnya adalah organisasi ekstrakampus seharusnya berada di luar kampus. Mulai dari izin ke pihak rektorat yang belum tentu diACC sampai berdirinya stand-stand rekrutmen”. Terkait hal ini, Viki selaku ketua komisariat HMI Toriq bin Ziyad (salah satu nama komisariat IAIN Tulungagung) menambahkan, bahwa perizinan dipersulit dikarenakan organisasi di luar kampus. Viki juga mengaku, bahkan terdapat salah satu Ormek yang melakukan perekrutan tanpa seizin pihak kampus. Seperti yang dituturkan Rochim, bahwa salah satu kader Ormek pada 2018 ini pernah melakukan open recruitmen secara langsung tanpa izin pihak kampus. Hal ini merupakan salah satu contoh usaha abnormal yang dilakukan Ormek dengan kepentingan pengaderan. Selain itu, adapun kegiatan sejenis yang terjadi di IAIN Tulungagung adalah pemasangan bendera Ormek tanpa perizinan ketika PBAK (2018). Abad Badruzzaman selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswan dan Kerjasama

8

dok.Kemenristekdikti

IAIN Tulungagung telah memberikan peringatan untuk menurunkan bendera, akan tetapi masih diulang. “Ndan tolong ingatkan yang memasang bendera organisasi ekstrakampus supaya menurunkan benderanya. Dulu sudah diingatkan tapi kok dipasang. Nanti ormawa ekstra lainnya protes.” Begitu pula yang terjadi pada saat Pekan Seni dan Kreativitas Mahasiswa (PSKM) pada April 2018 bendera Ormek juga dipasang tanpa izin tuntas dari pihak kampus (dimensipers.com). Baru-baru ini, telah disahkan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia N o m o r 5 5 t a h u n 2 0 1 8 Te n t a n g Pembinaan Ideologi bangsa dalam kegiatan kemahasiswaan di perguruan tinggi. Dalam pasal 2 ayat (2) berbunyi bahwa organisasi kemahasiswaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam kegiatannya melibatkan dan/atau bekerja sama dengan organisasi kemahasiswaam ekstraperguruan tinggi. Pasal tersebut menjelaskan tentang keterlibatan Ormek dalam kepentingan pembinaan ideologi kebangsaan. Permenristekdikti ini terbaca memberi ruang terhadap Ormek untuk terlibat dalam aktivitas kampus, akan tetapi tidak berarti menghapus Keputusan Dirjen terkait pelarangan kegiatan politik praktis

di dalam kampus. Achmad Patoni selaku demisioner PMII Tulungagung menambahkan terkait keterlibatan Ormek di kampus. Bahwasannya banyaknya partai politik yang berafiliasi dengan Ormek menjadi kekhawatiran tersendiri. “Perkembangan ormek saat ini kompleks, dulu banyak tantangan, sekarang banyak partai politik kini banyak belajar berafiliasi yang kadang mengganggu. Kalau dilihat sebenarnya positif, mengaderkan diri dan nanti terserah selanjutnya kembali menjadi akademisi, pekerja sosial, atau wakil rakyat,” terangnya. Di samping itu, Faris Ramadhani selaku senior GMNI MalangTulungagung juga memberi tanggapan terkait masuknya Ormek seharusnya sesuai dengan aturan dan tidak boleh pilih kasih. “Saya melihat dari sisi luar, yang namanya ekstra itu di luar, dan secara khitah ekstra itu di luar kalau intra itu di dalam. Kalau memang mau ikut di kampus atau masuk ke dalam kampus harus sesuai dengan aturan. Kalau kampus ini tidak boleh, ya seharusnya tidak boleh, tidak hanya GMNI semuanya juga tidak boleh dan tidak boleh ditebang pilih karena ini bisa dianggap tidak adil,” terangnya.

DIMeNSI 41 November 2018


DIMUT Visi dan Misi Ormek Setiap Ormek memiliki visi misi sesuai dengan Anggaran D a s a r / A n g g a r a n R u m a h Ta n g g a (AD/ART). Visi dan misi yang dimiliki antar Ormek pasti berbeda, seperti visi misi yang disampaikan oleh Amin selaku Ketua Komisariat PMII IAIN Tulungagung, pertama mengembalikan fungsi administasi, kedua pengembalian islam keaswajaan, dan ketiga menghilangkan politisasi di wilayah rayon. Senada dengan yang di ungkapkan Amin, Rochim juga turut memberikan pendapat bahwa visi misi yang dimiliki oleh Ormek PMII selain proses pergerakan tetapi juga keislamanan. Di sisi lain, Ria selaku ketua komisariat HMI Jenderal Soedirman (salah satu nama komisariat IAIN Tulungagung) menjelaskan, “Visi misi sesuai AD/ART, dengan berusaha untuk sesuai pedoman (AD/ART). Berasakan pancasila dan Islam juga. Tanggung jawab sesuai adil dan makmur dan diridai allah. Organisasi mahasiswa yang berbasis pengaderan, pemikiran yang mugkin keluar dari mahasiswa Islam.” Sementara itu, visi misi Ormek GMNI yang berawal dari paham nasionalisme pada zaman Soekarno yang menjadi Pancasila seperti penjelasan Bagus. Visi misi Ormek yang terdapat di IAIN Tulungagung tidak jauh dengan nafas keagamaan. Karena basic dari IAIN Tulungagung sendiri adalah Kampus Dakwah dan Peradaban. Kampus yang terkenal dengan jiwa keislaman yang melekat pada mahasiswa maupun humas kampus. Seperti visi misi dari PMII yang sesuai dengan Ahlu Sunnah Wal Jamaah (Aswaja). Di samping itu, paham HMI yang diusung tidak boleh keluar dari keagamaan. Sementara GMNI yang lebih ke paham Marhaenisme, yang salah satu asasnya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Berdasarkan data di atas, kiranya visi misi tersebut sudah cukup memenuhi syarat, bahwa Ormek memiliki visi misi yang dijadikan acuan dalam pergerakannya. Terkait hal ini, Rochim menerangkan, bahwa sempat terdapat

DIMeNSI 41 November 2018

oknum yang melakukan penyelewengan. ”Visi misi sudah berlangsung sampai saat ini juga. Cuma ada beberapa oknum yang menyalahi visi misi itu sendiri,” ujarnya. Di samping itu, Hamam selaku mahasiswa Tasawuf Psikoterapi (TP-7) menanggapi terkait pengkaderan Ormek. Ia mengungkapkan, bahwa terdapat tindakan yang tidak mencermikan sifat mendidik kader bangsa. “Ormek PMII melakukan demo di alun-alun, hanya sebatas demo tidak ada follow up sama sekali. Tulisan Harlah Kopri membuat acara make up, masak semangat pergerakannya seperti itu, kenapa tidak kajian gender atau feminis?” ujarnya. Pergeseran Ormek Ormek zaman dulu populer dengan aksi-aksi atau demo yang kerap dilakukan di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau Majelis Perwakilan Rakyat (MPR). “GMNI dulu dengan sekarang itu berbeda. Jaman saya dulu tidak ada hari tanpa demo. Jadi kuliah dengan demo jangan sampai kres. Jika kres yang diutamakan demo dan itu sudah menjadi doktrin”, Ucap Faris. Sehingga stigma yang melekat pada diri mahasiswa zaman dulu terkenal dengan anarkis. Selain stigma tersebut Ormek zaman dulu memiliki banyak kekurangan meskipun semangat pergerakan dalam mengubah sistem ketatanegaraan sangatlah besar. Gerakan mahasiswa sebelumnya melakukan aksi nyata dengan turun langsung ke masyarakat. Berdasarkan Info dari indoprogress (2015) terkait contoh aksi nyata gerakan mahasiswa adalah mahasiswa di Chile berhasil mendorong kebijakan kuliah gratis yang dibiayai pajak korporasi yang dinamai Penguin Revolution. Meskipun dengan segala keterbatasan, akan tetapi semangat Ormek saat itu patut diapresiasi. Hal tersebut terlihat dalam perubahan sistem Orde Lama ke Orde Baru yang mulai berganti tahun 1998. Seperti tutur Patoni ketika ditemui kru Dimensi, “Perbedaan dulu dengan sekarang, dulu semua serba terbatas, teknologi dan pendanaan terbatas. Sekarang lebih maju, teknologi

dan komunikasi maju sebagai daya dukung gesitnya perkembangan Ormek.” Menurut Faris Ramadan selaku tetua GMNI yang mengatakan gerak Ormek di masa sekarang jauh berbeda dengan gerak Ormek di zaman Orde Baru. Ormek sekarang hanya mengunggulkan kuantitas daripada k u a l i t a s k a d e r. B e r b e d a d e n g a n ungkapan Huda selaku Ketua Cabang Tulungagung yang mengatakan bahwa tidak ada pergeseran pergerakan antara dulu dan sekarang, semuanya samasama saja. Kegiatan Ormek yang dilakukan di IAIN Tulungagung masih perlu d i p e r t a n y a k a n k e m b a l i kelangsungannya. Walaupun Permenristekdikti terbaru membawa ruang bagi Ormek di dalam kampus, akan tetapi pada praktiknya hanya terlibat dalam kegiatan tertentu saja. Dapat diperkirakan, jika Ormek di IAIN Tulungagung kemudian sulit dikendalikan, Abad akan tetap menyuarakan ketegasannya, “Ormek tidak boleh aktivitas di kampus,” sebagaimana yang ia katakan hari itu. [Aff, Rif, & Ha’]

Ormek zaman dulu populer dengan aksi-aksi atau demo yang kerap dilakukan di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau Majelis Perwakilan Rakyat (MPR). “GMNI dulu dengan sekarang itu berbeda. Jaman saya dulu tidak ada hari tanpa demo. Jadi kuliah dengan demo jangan sampai kres. Jika kres yang diutamakan demo dan itu sudah menjadi doktrin”, Ucap Faris.

9


LIPSUS

PENDIDIKAN DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

dok. Dimensi

“Dalam revolusi industri siswa harus berpikir kritis dengan melihat sisi dunia luar. Begitu juga ilmu, seyogianya digali dengan luas dan mendalam sesuai dengan konteks. Namun, harus tetap kuat memegang akidah, itulah yang dimaksud revolusi industri 4.0.� Solikin (Dinas Cabang Pendidikan Provinsi Jawa Timur)

10

Setelah dunia mengalami beberapa tahap perubahan industri, peradaban baru mulai bermunculan, dan hal tersebut membuat teknologi dijadikan sebuah tolak ukur. Revolusi industri 4.0 atau revolusi industri generasi ke empat, mulai dibicarakan dan gaungnya semakin nyaring terdengar di Indonesia. Hal ini menjadikan negara-negara berlomba menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM). Tidak ubahnya ketika Indonesia menyambut era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang telah menjadi peluang pasar bebas. Kini, Indonesia ditantang untuk mampu menciptakan teknologi canggih. Mengingat bahwa industri mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas, mesin dan data. Berbicara soal industri, tidak hanya berbicara mengenai perubahannya saja, akan tetapi juga implikasi dari perubahan

S

tersebut. Sebagaimana dijelaskan oleh Ahmad Gelora Mahardika selaku Dosen Perbandingan Hukum Tata Negara dan L e g a l D r a f t i n g I A I N Tu l u n g a g u n g , “Sebenarnya revolusi industri ini merupakan isu global, kalau kemudian membandingkan tentu saja tidak bisa. Materi pembentukannya sama, hanya saja implikasinya berbeda-beda. Bagi negara yang sudah mapan secara teknologi tentunya itu bukan menjadi persoalan.� Revolusi industri 4.0 memang merupakan isu global. Ada perbandingan antara negara satu dengan negara lainnya. Tolak ukur kemajuan teknologi setiap negara mempunyai ukurannya sendiri, sehingga hadirnya revolusi industri membawa dampak tersendiri bagi setiap negara. Maka dari itu, negara harus mampu membaca peluang dan melakukan perbaikan secara kontinu.

DIMeNSI 41 November 2018


LIPSUS

ANTI

Dari segi teknologi Indonesia masih dikatakan tertinggal jika dibandingkan dengan negara lain seperti Amerika. Sebagai contoh, Amerika telah mampu menciptakan Polisi digital untuk keperluan keamanan dengan cara melihat apakah seseorang berbahaya atau tidak lewat identiďŹ kasi yang dilakukan mesin Polisi digital tersebut. Sementara Indonesia belum memiliki teknologi seperti itu, sehingga dari segi dok.dim keamanan digital masih sangat rawan. Selain itu, revolusi industri 4.0 bukan hanya persoalan waktu, akan tetapi juga persoalan penggabungan dua lini yakni teknologi industri dan teknologi sistem informasi. Sebagaimana dijelaskan oleh Ja'far Shodiq selaku Guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Sore Tulungagung bidang Teknologi Informasi, “Revolusi industri 4.0 merupakan penggabungan antara teknologi industri yang ada sebelumnya dengan teknologi sistem informasi yang berkembang saat ini. Sebenarnya teknologi industri itu sendiri sudah berkembang sejak lama mulai dari mekanik, mesin, kemudian produksi massa. Sampai dengan sekarang informasi digabung dengan internet, sehingga memunculkan revolusi industri 4.0 itu sendiri.â€? Revolusi ini mulai didengungkan ketika Sosial Media (Sosmed) mulai bermunculan, seperti Facebook, Twitter, dan Instagram. Ketika orang telah mudah berkomunikasi dan batas di antara dua negara mulai tidak ada, pada saat itulah Revolusi Industri 4.0 ada. Banyak perusahaan industri yang berusaha mengejar kecepatan dan ketepatan teknologi yang tinggi. Ketika terjadi kemandekan pada kinerja industri, teknologi informasi bergabung dengan industri konvensional, yakni industri yang menggunakan mesin otomasi. Penggabungan keduanya itulah yang pada akhirnya memunculkan Revolusi Industri 4.0. Perubahan dari sisi kecepatan teknologi mempengaruhi beberapa aspek, baik dari segi kecepatan komputer hingga dari pengolahannya menjadi informasi. Selain kedua aspek tersebut, perubahan juga terjadi pada aspek psikologis. Jika tidak mampu mengendalikan diri dalam memanfaatkan kemudahan teknologi maka memunculkan terjangkitnya gangguan-gangguan seperti halnya antisosial, megalomania, dan stres. Sebagaimana dikutip di surat kabar Kompas (11/26), bahwa jika terlalu sering menggunakan gawai (gedget) akan mengakibatkan pengguna mengalami gangguan kepribadian

SOSIAL

DIMeNSI 41 November 2018

antisosial, yakni jenis kelainan mental yang pengidapnya tidak akan mampu untuk berpikir, membaca situasi di sekitarnya, dan memahami orang lain dengan baik. Selain itu, orang-orang dengan gangguan seperti ini biasanya tidak memiliki kepedulian terhadap orang lain. Sementara itu, gangguan lain seperti megalomania merupakan obsesi yang berlebihan terhadap diri sendiri. Penderita gangguan ini merasa menjadi seseorang yang hebat dan selalu ingin menjadi pusat perhatian. Medsos dapat menjadi tempat bagi seseorang unjuk diri. Megalomania merupakan manifestasi ekstrem dari sindrom narsisme, yang bisa diperparah karena penggunaan medsos yang berlebihan. Tak luput juga terkait gangguan stres. Menurut penelitian yang dikutip dari Koran Jawa Pos (26/11/2018) terlalu sering bersosialisasi secara virtual dan menggunaka gawai merupakan faktor utama penyebab stres. Tujuan utama gawai diciptakan adalah untuk mempermudah aktivitas manusia. Namun, pada realitanya banyak aktivitas terhambat karena terlalu lama menghabiskan waktu dengan gawai. Hal itu dapat menimbulkan rasa cemas yang berujung pada stres. Oleh karena itu, perubahan teknologi yang cepat menjadikan perubahan dari face to face menjadi screen to screen. Relasi virtual dengan berbagai macam windows dressing yang dijalankan secara otomatis dan robotik mengharuskan pengguna untuk antisipasi dalam mengguankan dan memanfaatkannya. Menurut Mahardika, antisipasi yang dapat dilakukan di sini adalah dalam artian bahwa di Indonesia akan terjadi perubahan masyarakat ASEAN, yang mana informasi sebelumnya bersifat private maka akan bersifat publik ketika ada Revolusi Industri 4.0. Hal ini terjadi karena hasrat dalam diri seseorang untuk menggunakan media menjadi ruang unjuk diri. Suatu perubahan yang mau tidak mau harus disikapi dengan bijak agar menghasilkan output yang positif. Adapun sistem yang dimaksud awalnya berada dalam ruang privat kini beralih ke ruang publik misalnya yakni penggunaan facebook. Ketika seseorang menulis di facebook dan disimpan untuk diri sendiri, seseorang berada dalam wilayah privat. Sebaliknya, jika seseorang hasil ketikannya kemudian dibagikan berarti seseorang itu berada dalam ruang publik. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu adanya antisipasi pribadi dalam mengendalikan penggunaan gawai secara bijak, terutama dalam menulis pesan atau apapun di dalam sosmed.

dok.dim

Solikin (Dinas Cabang Pendidikan Provinsi Jawa Timur)

11


LIPSUS

dok.dim

Arus informasi yang semakin besar sebagaimana terpapar di atas, mengharuskan seseorang untuk lebih selektif dalam bersikap. Hal ini bertujuan agar ke depannya seseorang mampu menyaring setiap informasi yang masuk. Oleh karena itu, keadaan ini mendorong seseorang untuk mengantisipasi dengan menciptakan sistem keamanan (scurity) yang lebih baik daripada sekarang. Pendidikan Era Globalisasi dan Disrupsi Teknologi Dewasa ini, dunia sedang menghadapi fenomena disrupsi atau perubahan mendasar terhadap teknologi. Seperti halnya kehadiran digitalisasi sistem pendidikan melalui inovasi aplikasi teknologi. Tidak luput juga hadirnya Massive Open Online Course (MOOC) atau inovasi pembelajaran berbasis online/dari jaringan (daring) dan kecerdasan buatan. Sebagaimana dikutip dari Kompas, bahwa inovasi pembelajaran berbasis daring dijalankan dengan terbuka, saling berbagi, serta terhubung dan berjejaring. Prinsip itu menandai dimulainya demokratisasi pengetahuan yang menciptakan peluang bagi setiap orang untuk memanfaatkan teknologi secara produktif. Adapun yang dimaksud dengan kecerdasan buatan atau artiďŹ cial intelegence adalah kecerdasan yang diciptakan dan dimasukkan ke dalam suatu mesin (komputer) agar dapat melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan manusia. Oleh karena itu, dirancang untuk melakukan pekerjaan yang spesiďŹ k, membantu tugas-tugas keseharian manusia. Di bidang pendidikan, kecerdasan buatan membantu pembelajar melakukan pencarian informasi sekaligus menyajikannya dengan akurat dan interaktif. Kecerdasan Buatan menjadi contoh perkembangan teknologi itu mengubah secara fundamental kegiatan belajar mengajar. Misalnya, ruang kelas mengalami evolusi ke arah pola pembelajaran digital. Pola itu menciptakan pembelajaran yang lebih kreatif, partisipatif, beragam dan menyeluruh. Hal demikian selaras dengan penuturan Solikin selaku Dinas Cabang Pendidikan Provinsi, “Revolusi industri itu ada beberapa hal yang menurut saya siswa itu harus berpikir kritis dengan melihat dunia luar. Begitu juga ilmu itu digali dengan luas dan mendalam sesuai dengan

konteks. Tetapi harus tetap kuat memegang akidah, jadi itu maksud dari pada revolusi industri 4.0 itu sendiri.â€? Menurut Solikin, dalam rangka menghadapi revolusi industri masyarakat khususnya peserta didik harus berpegang teguh pada 5C, yakni Collaboration, Critical Thinking, Conviden, Creative, dan Communication Skill. Pertama, collaboration maksudnya adalah peserta didik harus memiliki jaringan luas dan selalu berkolaborasi dengan jaringan yang dimilikinya. Kedua, critical thinking berarti berpikir kritis melihat dunia luar, menggali ilmu lebih luas dan mendalam. Ketiga, conviden berarti peserta didik harus mempunyai kepercayaan diri kuat karena dengan kepercayaan diri tersebut, peserta didik mampu menghadapi tantangan sebesar apapun. Keempat, creative berarti peserta didik harus bisa membuat terobosan baru dan mengutamakan kreativitas bidang yang dikuasai. Kelima, communication skill berarti peserta didik harus mampu dan terampil dalam menulis dan berbicara di hadapan publik. Agar mudah menulis dan berbicara di hadapan publik, maka harus sering berlatih. Aplikasi nyata produk perkembangan teknologi dan informasi juga digunakan sesuai dengan kebutuhan pendidikan. Misalnya, dalam menyampaikan materi terhadap peserta didik, guru cukup menggunakan ďŹ tur yang ada pada telepon genggam dan semua sudah bisa mengakses. Kemudahan yang ditawarkan tidak luput dari dampak negatif ketergantungan dan adanya pengaruh dunia luar. Seperti halnya peserta didik menjadi malas untuk membuka buku bahkan membaca. Guru memiliki peran penting di era evolusi pembelajaran dalam menanamkan pendidikan karakter. Guru mengambil peran untuk kontekstualisasi di lingkungan masyarakat, juga membimbing peserta didik dalam praktik diskusi dari jaringan. Dalam era perkembangan teknologi yang pesat, termasuk menyasar dunia pendidikan, guru sulit bersaing dengan robot. Mesin atau robot hadir dengan kecanggihan yang lebih cepat, lebih cerdas, dan lebih efektif dalam pencarian informasi dan pengetahuan.

dok.dim

12

DIMeNSI 41 November 2018


LIPSUS

Selain itu, peran guru juga sedikit bergeser. Dari semula sumber pengetahuan saja, kini menjadi mentor, fasilitator, motivator, inspirator, juga pengembangan imajinasi dan kreativitas. Guru juga harus tampil untuk membangun pemahaman nilai-nilai karakter. Aspek demikian penting kiranya untuk dijalankan oleh guru, dikarenakan posisi ini tidak dapat digantikan oleh mesin. Pendidikan di era sekarang terbagi menjadi tiga, yakni pendidikan karakter, akademis, dan keterampilan. Pendidikan karakter sendiri bertujuan sebagai upaya pendalaman nilai-nilai

religius, utamanya dalam aspek kejujuran, kerja keras, toleransi, budaya, rasionalis, dan empati. Selanjutnya, pendidikan akademis bertujuan membentuk peserta didik sesuai dengan bidangnya masing-masing seperti kedokteran, teknik sipil, pertanian dan kimia. Sementara itu, pendidikan keterampilan bertujuan untuk membentuk peserta didik agar tidak hanya mampu dalam teori saja, akan tetapi juga secara praktik. “Ketiga pendidikan tersebut (karakter, akademis dan keterampilan, red.) sangat penting dimiliki peserta didik. Proses dok.dim keseimbangan antara agama, teori, dan praktik sangat dibutuhkan sebagai bekal siswa ke depan. Itu adalah pendidikan zaman now.� Meskipun muncul berbagai perubahan tatanan pendidikan di era modern, komunikasi yang baik antara siswa dan guru sangatlah diperlukan. Sebuah miskomunikasi akan membuat ilmu yang tersampaikan tidak akan maksimal. Di samping itu, dengan adanya Revolusi Industri 4.0 diharapkan peserta didik semakin giat belajar dan mampu mengaplikasikan teori yang didapat dari hasil belajar. [Nia, Luk, Jib, Fi']

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Dimensi bergerak dibidang Jurnalistik. Dengan Pena kami mengukir sejarah keabadian.

MEDIA PEMIKIRAN ALTERNATIF

DIMeNSI MARI KUNJUNGI DIMENSIPERS.COM Dimensi hadir memberikan wacana baru bagi mahasiswa, dan berperan aktif dalam membangun dan mengembangkan paradigma pemikiran alternatif.

copyright c 2018 LPM Dimensi IAIN Tulungagung

DIMeNSI 41 November 2018

dimensipers

dimensipers.com

LPM Dimensi IAINTA

dimensipers

13


NUSANTARA

dok.repro internet

Gerak Revolusi Industri 4.0 Dhiya’u Shidiqy* Ibarat komputer, format file yang terupdate hanya akan terbaca oleh software yang terupgrate. Begitu juga dengan fenomena revolusi 4.0, di mana kekuatan, peluang, dampak positif, bahkan optimisme keberhasilan revolusi ini akan terbaca oleh SDM yang unggul, memiliki wawasan yang update serta pola pandang yang upgrate.

ingga akhir 2018 topik Revolusi industri 4.0 masih menjadi perbincangan menarik dunia industri internasional maupun tanah air. Setiap negara di berbagai belahan dunia telah mengibarkan bendera revolusi industri 4.0 dengan berbagai formula jitunya. Seakan kita telah tergiring masuk ke babak baru kehidupan penuh nuansa kecanggihan yang memukau. Berbagai pertanyaan pun mulai menyelimuti kita

H

14

bersama. Apakah itu revolusi 4.0? Mengapa terjadi dan bagaimana itu semua bisa terjadi? Dunia industri telah berevolusi sebanyak empat kali. Revolusi industri pertama pada tahun 1780, di mana peralihan dari tenaga manusia dan tenaga kuda ke tenaga mesin uap. Revolusi ke-2 pada tahun 1870, yang ditandai dengan penemuan dan penggunaan mesin produksi masal bertenaga listrik. Revolusi industri ke-3 dimulai pada 1969, ditandai dengan penggunaan teknologi informasi dan mesin otomasi. Pada tahun 2011 dikenalkanlah kita pada revolusi industri yang ke-4, di mana mesin industri terintegrasi dengan jaringan internet (internet of things). Pada setiap tahap, baik revolusi yang pertama hingga yang ke-4 ini membawa sebuah perubahan yang menjadi prinsip bagi setiap pelaku industri, yakni semakin efektif dan efisien. Efektivitas dan efisiensi mendorong terjadinya perubahan dalam dunia industri dengan berkurangnya beban biaya tenaga kerja, ketepatan produksi, kapasitas hingga proses Foto :produksi, Dok.Dim

pemasarannya. Secara mendasar, sebenarnya apa yang mendorong terjadinya perubahan dalam dunia industri? Kita harus menyadari bahwa revolusi industri 4.0 merupakan satu di antara perubahanperubahan yang ada dalam kehidupan ini. Plato pernah menyatakan bahwa sifat dasar manusia adalah rakus, individual dan egois yang mengamuflase seolaholah menajdi makhluk sosial. Ketiga unsur tersebut mengindikasikan bahwa manusia selalu tidak puas dan ingin memperoleh kepuasan yang baru. Prinsip efektif dan efisien merupakan prinsip yang sangat bernuansa individual dan egois bagi pelaku industri. Sehingga mendorong setiap pelaku industri untuk menemukan formula baru yang lebih memiliki daya efektivitas dan efisiensi. Selain itu, penawaran akan barang yang memiliki kecanggihan teknologi, juga membuat manusia beranjak menggunakannya dan meninggalkan yang lama. Hal demikian dapat terjadi karena sifat perkembangan teknologi adalah memanjakan setiap penggunanya.

DIMeNSI 41 November 2018


NUSANTARA Setiap fase revolusi industri pasti akan membawa berbagai dampak, baik dampak positif maupun negatif yang bersifat sistemik. Lantas apa dampak revolusi industri 4.0 bagi dunia perindustrian? Rupanya masyarakat kita masih belum banyak belajar pada berbagai peristiwa yang telah mereka alami dan mereka lalui bersama. Dengan pengetahuan dan informasi serta upayaupaya dari pihak tertentu, hampir tidak ada satu pun perubahan skala nasional yang tidak kita sambut dengan kepanikan dan kekhawatiran yang berlebih. Mulai dari isu penyebaran penyakit, global warming, perdagangan bebas, APEC, MEA hingga Revolusi Industri 4.0. Sementara itu, tidak semua yang direspon oleh masyarakat kita merupakan sebuah kesalahan. Kebiasaan masyarakat kita yang selalu responsif terhadap berbagai hal justru merupakan tindakan yang baik. Namun, akan lebih baik jika sikap responsif selalu disertai dengan pengetahuan dan informasi yang kompleks, sehingga tindakannya pun tidak akan membawa pada kondisi yang terpuruk. Sudut pandang, jarak pandang dan cara pandang masyarakat hanya pada satu sisi saja. Kurangnya kesadaran masyarakat mengindikasi bahwa masih lemahnya SDM kita, sehingga kita sukar memahami bahwa yang melekat pada setiap hal adalah pro dan kontra yang sejatinya merupakan suatu unsur pelengkap kehidupan. Pro dan kontra adalah suatu sikap yang diakibatkan oleh perbedaan sudut pandang dari suatu objek pandang yang sama. Jika kita hanya bersikukuh dengan hanya memandang suatu objek dari satu sudut pandang saja, maka kita akan semakin terpenjara oleh kesempitan prasangka dan persepsi kita sendiri. Jika kita mau sedikit mengubah pola pandang kita, maka akan tumbuh sikap bijak dalam menghadapi setiap hal. Sudah saatnya

DIMeNSI 41 November 2018

kita membiasakan diri untuk mengubah sudut pandang dalam melihat berbagai kondisi dan perubahan yang ada di sektar. Sudut pandang yang ideal menurut saya adalah memandang dari atas. Kelebihannya yakni, kita bisa menemukan presisi pandang yang tepat, menemukan hulu dan hilir dari setiap kejadian dalam hidup. Jika kita sidikit berpikir akan hulu dan hilir revolusi industri 4.0, maka seharusnya tumbuh kesadaran kita bahwa ini semua merupakan siklus yang dialami setiap unsur kehidupan. Pada hakikatnya, kita t i d a k perlu ter

SDM brilian perlu kita persiapkan sebagai salah satu faktor penentu kesuksesan menyongsong revolusi industri 4.0. Selain menyadari bahwa revolusi industri ini merupakan siklus kehidupan yang tidak bisa dihindari, SDM cemerlang juga menjadi kunci utama

lal u memp ermas a l a h k a n perubahan dalam kehidupan. Karena tanpa kita sadari kita pun sebenarnya juga telah melakukan perubahan itu sendiri. Akan tetapi, berbagai penawaran termasuk penawaran teknologi yang ada membuat pikiran kita menjadi terusik dan mendorong keinginan kita untuk menggunakannya. Andai kata saat ini produk Iphone berhenti di Iphone 5, apakah menjadi masalah bagi penggunanya? Tentu tidak. Permasalahan akan muncul dan mengusik pikiran penggunanya apabila produsen Iphone sudah mengeluarkan

Iphone 6, tetapi pengguna masih menggunakan Iphone 5. Andai kata masyarakat kita saat ini masih pada tahap bersepeda sebagai alat transportasinya, apakah menjadi sebuah permasalahan? Tentu tidak. Kita akan menganggap suatu permasalahan besar apabila di tengah kita menikmati kemanfaatan sepeda sebagai alat transportasi utama, ternyata muncul penawaran baru yaitu alat trasportasi bermesin, seperti sepeda motor. Begitu juga dengan revolusi industri, andai kata saat ini dunia masih pada fase revolusi industri yang kedua, apakah menjadi sebuah permasalahan? Juga tidak. Akan menjadi sebuah permasalahan besar bagi kita apabila sudah masuk pada fase revolusi industri yang ketiga dan keempat, begitu juga dengan penawaran teknologi tercanggihnya, akan tetapi kita masih sibuk dan terfokuskan pada revolusi industri yang kedua. Hanya saja pengetahuan dan informasi yang kita dapat membuat spontanitas respon dan sikap kita terhadap setiap hal akan membentuk paradigma buruk yang membawa kita menuju keterpurukan. Jika kita cermati lagi, kekhawatiran dan kepanikan atas revolusi industri 4.0 merupakan hal yang sangat ironis. Revolusi industri 4.0 mulai diperkenalkan sejak tahun 2011 dan mulai dideklarasikan di tahun 2018. Keironisan hal tersebut terletak pada jeda waktu tujuh tahun yang sudah dilalui dengan berbagai perkembangan dan kemajuanya, justru kita sangat menikmati dan memahaminya. Namun, ketika revolusi industri 4.0 dideklarasikan, pikiran dan pandangan kita menjadi terusik olehnya, sehingga muncul sikap panik dan khawatir.

15


NUSANTARA Kekhawatiran yang mendominasi pada masyarakat adalah dampak buruk secara sistemik yang diakibatkan oleh perubahan pola produksi. Sebagai contoh, yakni pengangguran dan kekalahan daya saing produk dengan produk-produk internasional. Revolusi industri memang sangat erat kaitannya dengan ekonomi, tapi tidak menutup kemungkinan akan merembet pada sektor-sektor yang lain mengingat peran perekonomian dalam setiap negara sangatlah vital. Kekuatan ekonomi di setiap negara menjadi tulang punggung penopang seluruh kegiatan dan roda pemerintahannya. Maka wajar jika sedikit gangguan pada sektor ekonomi akan mengancam stabilitas suatu negara. Karena pada hakikatnya, sedikit perubahan pada pola awalnya akan mengubah pada pemetaan akhirnya. Dampak yang diharapakan dari revolusi industri 4.0 adalah terdorongnya pelaku usaha untuk memacu hasil produksinya dengan mengubah skalanya dari lokal dan domestik menjadi skala internasional. Bagi pihak-pihak yang “terpaksaâ€? mengubah habit dan format operasional keorganisasian maupun kelembagaan sebagai dampak revolusi industri, diharapkan mampu menyadari akan ini semua dan sesegera mungkin meraih kesuksesan dengan menyesuaikan segala apapun yang berkaitan dengan eďŹ siensi dan efektivitas dari revolusi industri 4.0. Akankah Indonesia mampu bersaing dan meraih kesuksesan di berbagai bidang dalam revolusi industri 4.0? Hal tersebut bukanlah sebuah impian dan angan-angan belaka. Melihat potensi Sumber Daya Alam (SDA) kita yang begitu menjanjikan (Kronikdesa.com), ditambah lagi keunikan-keunikan yang dimiliki oleh Indonesia, serta image bahwa Indonesia merupakan jalur perdagangan yang strategis di mata dunia. Juga kaum

pemudanya yang memiliki daya survive tinggi merupakan modal utama bagi negara untuk merebut posisi terdepan dalam meraih kesuksesan yang besar. Ditambah lagi pemerintah telah membuat jurus jitu dalam menyongsong revolusi i n d u s t r i 4 . 0 (http://www.kemenperin.go.id). Kita juga harus melihat berbagai hal dan faktorfaktor penentu kesuksesannya. Sumber Daya Manusia (SDM) brilian perlu kita persiapkan sebagai salah satu faktor penentu kesuksesan menyongsong revolusi industri 4.0. Selain menyadari bahwa revolusi industri ini merupakan siklus kehidupan yang tidak bisa dhindari, SDM cemerlang juga menjadi kunci utama. Ibarat komputer, format ďŹ le yang ter-update hanya akan terbaca oleh software yang ter-upgrate. Begitu juga dengan fenomena revolusi 4.0, di mana kekuatan, peluang, dampak positif, bahkan optimisme keberhasilan dari revolusi industri ini akan terbaca oleh SDM yang unggul, memiliki wawasan yang update serta pola pandang yang upgrate. SDM unggul dalam lingkup masyarakat yang kecil akan mendorong pola pikir dan pola pandang yang semakin luas, sehingga stigma parsial akan hilang dan tergantikan oleh optimisme yang tinggi dalam menyambut setiap perubahan. Bagi pelaku industri dan pelaku bisnis, ketika sudah mencapai tingkat efesiensi dan efektivitas produksi dengan SDM yang tinggi diharapkan mampu mengubah kendali dan mengubah posisi industri tanah air yang memiliki daya saing di kancah internasional. Pemerintah sebagai pengendali kekuasaan segala regulasi diharapkan mampu menciptakan

suasana yang harmonis serta mampu menangkap berbagai gejala dan kemungkinan, baik kemungkinan terbaik maupun terburuk. Maka, revolusi industri 4.0 memiliki tingkat utilitas yang merata bagi seluruh rakyat dan semua elemenelemen negara. Dalam hal ini SDM menjadi sasaran utama karena SDM yang tinggilah yang mampu mengubah pola pikir dan presisi pola pandang masyarakat, pelaku usaha dan semua elemen yang akan menciptakan sikap dan respon positif akan setiap hal. Karena sebaik apapun formula dan sebagus apapun rencana, akan gagal jika pelakunya tidak memiliki sikap yang mendukung dan tingkat optimisme yang tinggi. Terakhir, yang tidak kalah penting adalah ketika hal-hal di atas berjalan dengan maksimal Indonesia tidak lagi hanya sekedar menjadi objek perubahan, t e t a p i akan mengambil alih kendali menjadi subjek perubahan. []

*Penulis adalah dosen ekonomi, konsultan marketing dan desain interior (galditerior) dok.dim

16

DIMeNSI 41 November 2018


NUSANTARA

Daya Saing Generasi Muslim di Era Revolusi Industri 4.0 dok.Kemenristekdikti

Rokhmat Subagiyo, SE, MEI* Dosen Ekonomi Syariah IAIN Tulungagung dan Konsultan/Peneliti Sosial Ekonomi di SMART Consultants

opulasi Dunia dan Muslim Distribusi demograďŹ penduduk di dunia usia produktif (15-64 tahun) jumlah antara yang berjenis kelamin perempuan dan laki-laki merata dan hampir sama yakni di sekitaran 300 miliar (sumber: UN Population division 2015). Berdasarkan proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) 2013 jumlah penduduk Indonesia pada 2018 mencapai 265 juta jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari 133,17 juta jiwa laki-laki dan 131,88 juta jiwa perempuan. Menurut kelompok umur, penduduk yang masih tergolong anakanak (0-14 tahun) mencapai 70,49 juta jiwa atau sekitar 26,6% dari total populasi. Untuk populasi yang masuk kategori usia produktif (14-64 tahun) 179,13 juta jiwa (67,6%) dan penduduk usia lanjut 65 ke atas sebanyak 85,89 juta jiwa (5,8%) (https://databoks.katadata.co.id). Proyeksi perkembangan penganut agama-agama dunia antara lain: pertama, Islam dari 1,6 M diproyeksikan akan meningkat 2,76 M, naik 73%; kedua,

P

DIMeNSI 41 November 2018

Kristen awalnya 2,17 M berubah 2,92 M (35%); ketiga, Hindu dari 1,03 M meningkat menjadi 1,38M (naik 10%); keempat, orang tak beragama (atheis, tidak mau mengisi agama di kartu identitasnya) dari 1,13 M menjadi 1,23 M (relative stabil); kelima, Budha tetap 0,49 M; keenam, Yahudi 0,01 M dan agama selain yang disebutkan (0,06M). Apabila dilihat tingkat fertilitas (usia subur) 2010-2015, bisa diurutkan sebagai berikut: (1) muslim (3,1); (2) Kristen (2,7); (3) dunia (2,5); (4) Hindu (2,4); (5) Yahudi (2,3); (6) agama rakyat (kepercayaankepercayaan lokal) (1,8); (7) dan (8). Tidak Beragama (atheis, tidak mau menyebutkan secara jelas agamanya) dan agama selain yang sudah disebutkan (1,7) dan (8) Budha (1,6) (sumber: Paw Research Center: The Future of wordl Religion: Population Growth Projection 2010-2050). Bank Dunia (PWC, 2016) memproyeksikan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia pada 2050 dengan GDP per kapita 38, 07 Miliar United State of Dollar (USD)

(/www.pwc.com/id/en/media-centre/pwcin-news/2018/indonesian/2030--ri-jadinegara-berpendapatan tinggi.html). Masih kalah jauh dengan negara ASEAN lainnya seperti Malaysia memiliki GDP Perkapitanya mencapai 81, 697USD; Thailand 56,23 Miliar USD; Philipina 23,715 Miliar USD; Vietnam 56,203 Miliar USD. Untuk peringkat pertama negara Singapura sebesar 137,100 Miliar USD. Tantangan Revolusi Industri 4.0 Salah satu fase terpenting dalam perkembangan teknologi adalah munculnya revolusi gelombang 4. Munculnya revolusi industri 4.0 diawali adanya komputer super, robot cerdas, mobil tanpa sopir dan indutri lainya yang lebih mengoptimalkan fungsi otak pada manusia. Revolusi industri 4.0 menghasilkan perubahan yang sangat cepat dan disruptif. Industri-industri terdahulu dirusak (creative destruction) berakibat pada munculnya jenis-jenis indutri baru dengan pemain baru, tipe bisnis baru dan value proposition baru.

17


NUSANTARA Perubahan disruptif industri 4.0 “menggilas” dan menggantikan industri lama seperti warung atau toko tradisional menjadi e-commerce (toko online), media cetak seperti koran, majalah digilas dengan media dari jaringan (daring), transportasi daring menggantikan layanan transportasi tradisional yang berbasis daring, nilai tukar uang tergantikan oleh cryptocurrency (blockchain). Banyak profesi atau pekerjaan yang akan hilang dan digantikan peran robot cerdas, seperti analisis obat, account officer, kasir, sopir dan banyak profesi yang biasanya ditangani manusia di pabrik. Ini akan berakibat pada tingkat pengangguran pada negara-negara berpenduduk padat dan banyak seperti China, India, Amerika Serikat, Rusia, Jepang, Jerman dan Indonesia. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa perubahan yang begitu cepat memberikan dampak yang merugikan bagi kondisi ekonomi-sosial. Dampak paling nyata adalah migrasi nilai dari pemain-pemain lama ke pemainpemain baru. Value migration memberikan efek lenyapnya bisnis-bisnis tradisional digantikan model bisnis baru berbasis digital. Menghadapi Persaingan Revolusi Indutri 4.0 Menurut Rhenald Kasali seorang akademisi dan praktisi bisnis Indonesia, saat ini terjadi the great shifting atau perpindahan besar-besaran dari satu peradaban pada peradaban selanjutnya atau era sekarang kita berada pada kondisi migrasi besar. Hal ini harus dilakukan dan dikembangkan sebab indutri yang lama sudah ketinggalan jaman dan diganti yang baru. Untuk menghadapai revolusi Industri 4.0, sebagai konsekuensinya adalah dibutuhkan pendekatan yang berbeda dan kemampuan yang baru untuk membangun sistem produksi inovatif dan berkesinambungan. Indikasi keberhasilan sebuah inovasi adalah mampu mencukupi

18

kebutuhan pasar dengan mengandalkan teknologi. Teknologi yang maju dan canggih memiliki hubungan yang kompleks dengan perubahan pasar. Dengan demikian, perusahaan harus mempunyai kemampuan tinggi yang bertujuan untuk membuat hubungan a n t a r a t e k n o l o g i d a n p a s a r. Penggabungan antara teknologi dan kebutuhan pasar amat diperlukan pada tahapan proses inovasi. Ada beberapa metode inovasi yang bisa diaplikasikan dalam berbagai aneka bentuk sektor dan dimensi. Tujuan metode inovasi adalah untuk memperbaiki sistem yang ada, bertujuan menambah value added (baik sistem dan produk itu sendiri). Generasi muslim harus cerdas dan kreatif memanfaatkan semua peluang, antara lain sebagai berikut: Pertama, ATM. ATM berarti Amati Tiru dan Modifikasi. Mengawali usaha atau bisnis dengan metode ini lebih gampang daripada membuat bisnis yang benar-benar asli atau orisinil. Namun, agar bisa berhasil membangun bisnis, dibutuhkan kreativitas dan strategi yang baik. Sebagai contoh, bangsa Jepang mampu mencapai kemajuan di bidang teknologi bukan karena sebagai penemu semua hal yang menjadi produk andalannya sekarang, tetapi bangsa ini meniru ide orang lain. Meniru produk orang lain, jasa orang lain, dan menjadikannya lebih bagus, lebih menarik, dan lebih irit. Generasi muslim harus bisa melakukan ATM, seperti saat ini marak sekali pelanggan ojek konvensional beralih ke ojek online/daring. Kedua, SCAMPER. SCAMPER singkatan dari Subtitusi, Combination, Adapt, Modify-Magnify-Minify, Put to Another Use, Elliminate-ellaborate, dan Reverse-Rearangge. Maksudnya substitute ialah mengubah bagian dari masalah yang ada hubungannya dengan proses atau hasil dengan hal yang benarbenar baru dan berbeda dari yang lama. Misalnya, secara umum di pasaran ada beberapa salon dan spa yang buka. Sebagai generasi muslim yang hebat

melakukan subtitusi yakni pelayan perempuan hanya melayani pelanggan perempuan saja. Combine m e r u p a k a n penyesuaian atau melakukan adaptasi sebuah produk, proses, jasa lain ke dalam produk, proses dan jasa sehingga tercipta hal y a n g b a r u . Contohnya tempat pelayanan salon dan spa diberikan ruangan privat yang boleh masuk hanya berjenis kelamin yang sama atau berbeda jenis kelamin, tetapi muhrim. Modify-Magnify- Minify adalah perluasan gagasan yang bisa menabah nilai tambah atau wawasan baru. Memodifikasi sebuah produk, proses atau jasa bisa menjadi lebih canggih atau lebih sederhana dan menjadi lebih baik. Contoh, awalnya inden atau pesan hanya bisa di tempat, sekarang bisa inden atau antri via layanan WA. Magnify berfokus pada usaha memodifikasi untuk lebih besar, kuat, tebal, intens dan sebagainya. Minify menitikberatkan upaya modifikasi lebih sederhana, lebih kecil, lebih ringan dan lain-lain.

Perubahan disruptif industry 4.0 “menggilas” dan menggantikan industri lama seperti warung atau toko tradisional menjadi ecommerce (toko online), media cetak seperti koran, majalah digilas dengan media dari jaringan (daring), transportasi daring menggantikan layanan transportasi tradisional yang berbasis daring, nilai tukar uang tergantikan oleh cryptocurrency (blockchain).

DIMeNSI 41 November 2018


NUSANTARA

Put to another use adalah pemakain sebuah produk, proses dan jasa yang ada untuk aplikasi lain yang sama sekali tidak sama dari pemakaian aplikasi sebelumnya. Contoh, rempahrempah secara umum digunakan sebagai bahan masakan, sekarang dipakai untuk lulur ketika pijat. Elliminate lebih berfokus pada proses menghilangkan atau menghapus sebagian komponen yang ada untuk mendapatkan hasil yang baru. Elaborate berkonsetrasi menambah secara rinci pada produk, proses, dan jasa sehingga produk baru tercipta. Contoh, menjual mukena ditambah tas untuk tempatnya. Reverse-Rearrange adalah usaha untuk menyusun atau menata ulang yang berbeda dari komponen atau prosedur yang ada, sehingga bernilai tambah daripada sebelumnya. Contoh, dulu belanja harus bertemu secara langsung, sekarang bisa via online/daring. Ketiga Design thinking. Design thinking adalah membantu menganalisis permasalahan dan menemukan solusinya. Empathy merupakan mencoba dan merasakan posisi orang lain atau customer. Contohnya Define, mencoba mencari dan menemukan sebuah definisi permasalahan. Ideate adalah mengembangkan ide atas solusi tersebut. Prototype, mencoba hasil dari produk atas ideate. Test, menguji prototype

DIMeNSI 41 November 2018

apakah hasilnya ada yang masih kurang atau berlebihan nilainya. C o n t o h n y a , membangun inovasi model bisnis percetakan, tahapan sebagai berikut: (a) empathy, pelanggan menginginkan produk sedemikian rupa yang awet, menarik dan menjadi salah satu altenatif pilihan dan menambah nilai estetika dalam hal pewarnaan dan motif; (b)define, masingmasing orang butuh ukuran kotak makanan yang bervariasi, maka hal ini bisa dok.dim dibuat sesuai ukuran yang diinginkan; (c) Ideate, ide yang diperoleh dari pelanggan amat bermanfaat untuk pengembangan produk yang sudah ada, terkadang pebisnis tidak terpikir ide atau gagasan yang dimiliki pelanggan; (d) Prototype, produsen harus benar-benar memastikan dengan menanyakan kembali produk yang benar-benar sesuai dengan harapan dan (e) test, setelah dibuat produk sesuai ide pelanggan, pebisnis mengonfirmasikan kembali kesesuaian harapan pelanggan. Keempat Internet of things. Yakni sistem yang menghubungkan antara internet dengan benda fisik melewati jaringan kanel dan nirkabel yang menjadi penghubung internet. Dengan demikian manusia mampu melakukan pekerjaannya lebih cepat, mudah dan efisien. Hal ini dikarenakan IOT (Internet of Things) mempermudah pekerjaan m a n u s i a d e n g a n menghubungkannya dengan internet kapan pun dan di mana pun berada. Misalnya, untuk industri perbankan, IOT digunakan untuk m e m p e r o l e h konektivitas di mana pun berada dalam wujud aplikasi

internet banking dan layanan pembayaran yang saling terhubung untuk ongkos yang murah dan pelayanan yang efisien dan efektif. Agar kompetitif, generasi muda Islam harus inklusif dan horizon serta memperluas networking penduduk negara dan budaya yang lain, menempuh pendidikan yang lebih tinggi dan bergerak dalam indutri kreatif. Dengan network berarti koneksi dalam bidang bisnis akan bertambah, yang berarti rekan bertukar pikiran bertambah demi berkembangnya dan bisnis yang makin maju. Sehingga peluang untuk mengembangkan diri, pengetahuan dan kepercayaan diri dalam berbisnis semakin bertambah. Namun, terlepas dari beberapa hal di atas, hal penting yang harus tetap dijaga adalah cinta kasih, kebaikan, kreativitas dan kegigihan dalam menghadapi perubahan besar di dunia ini. Karena halhal tersebut tidak bisa digantikan oleh teknologi. Demikianlah kehidupan. Wallahu a'lam bi shawwab.[]

Rokhmat Subagiyo, SE, MEI*

dok.dim

19


TERAS

Otonomi Fakultas Terkendala Teknis IAIN Tulungagung belum siap maksimal terapkan sistem Otonomi Fakultas. Beberapa PR yang belum selesai menjadi salah satu penghambat jalannya sistem kampus secara maksimal. Pada akhirnya, mahasiswa harus temui prosedur yang cukup rumit agar sistem ini tetap berjalan.

dok.dim

enurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi V, otonomi berarti pemerintahan sendiri. Sedangkan referensi lain mengatakan bahwa otonomi berasal dari bahasa Yunani, yakni gabungan dari dua kata, autos dan nomos. Autos berarti sendiri dan nomos berarti aturan atau undang-undang, yang berarti suatu pemerintahan yang berwenang mengatur serta mengurus daerahnya sendiri (Wikipedia Indonesia). Sementara itu, jika dihubungkan dengan sistem kampus istilah itu menjadi otonomi fakultas. Otonomi fakultas dapat diartikan suatu sistem yang mengatur sendiri urusan atau berbagai kegiatan yang ada di dalam fakultas tersebut. “Sistem otonomi fakultas itu kewenangan untuk mengatur seluruh fakultas yang kita pimpin. Dekan diberi kewenangan untuk mengatur (Tingkat Fakultas,red.) supaya menyesuaikan dengan visi dan misi” ujar Ahmad Rizqon Khamami sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD). Di lain sisi, Saifudin Zuhri selaku wakil rektor II bidang Administrasi Umum,

M

20

Perencanaan dan Keuangan menjelaskan bahwa penerapan otonomi fakultas mencakup pengelolaan keuangan, fasilitas, sarana prasarana, ketenagaan baik dosen maupun tenaga kependidikan. Adanya sistem baru ini memberi keuntungan di masing-masing fakultas. Fakultas memiliki kewenangan penuh mengelola segala macam hal dalam fakultasnya. Jika dulunya hampir semua pertanggung jawaban dibebankan kepada institut. Maka setelah otonomi fakultas diterapkan, tanggung jawab yang diemban oleh fakultas berubah. Sebagaimana yang diutarakan Saifudin Zuhri, “Kegiatan yang mengakibatkan pengeluaran uang dulu yang tanggung jawab hanya institut, sehingga kalau ada pemeriksaan yang diperiksa ya hanya institut (sekarang tidak, red.)” Otonomi fakultas di IAIN Tulungagung sudah mulai diterapkan sejak awal tahun 2017 dan kini sudah hampir memasuki tahun kedua pelaksanaannya. Seharusnya pelaksanaan sistem ini sudah dimulai sejak kampus beralih status menjadi IAIN.

Hal ini dikarenakan saat status kampus masih STAIN, sistem yang digunakan adalah jurusan. Sedangkan ketika berubah menjadi IAIN, tuntutan sistem yang digunakan adalah otonomi fakultas. N a m u n , I A I N Tu l u n g a g u n g m a s i h menunda penerapan sistem tersebut menjadi “semi otonomi fakultas” dikarenakan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada. Pelaksanaan semi otonomi fakultas sudah diberlakukan seperti ungkapan Bapak Abad Badruzaman s e b a g a i Wa k i l R e k t o r 3 B i d a n g Kemahasiswaan dan Kerjasama “HMJ, KMJ, DEMA F, SEMA F sekarang kalau urusan-urusan terkait pencairan DPP dan segala macam pengajuannya ya ke dekan, itu salah satu wujud konkret dari otonomisasi fakultas dan pendanaan sudah tentu di share ke fakultas masingmasing memperhatikan jumlah masukan yang didapatkan oleh mahasiswa masing-masing”.

DIMeNSI 41 November 2018


TERAS Sistem otonomi fakultas jika sudah benar ditetapkan, maka masalah pendanaan fakultas yang memiliki banyak mahasiswa seperti Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) akan mendapat dana yang banyak pula dari anggaran kampus. Sementara dua fakultas lainnya, yakni Fakultas Ilmu Hukum (FASIH) dan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) yang notabene lebih sedikit peminatnya akan lebih sedikit pula dana anggarannya. Di samping itu, Abad Badruzaman menjelaskan bahwa mengenai tidak seimbangnya dana di fakultas bisa diselesaikan melalui mekanisme subsidi. Yakni dengan mengelola uang yang diolah fakultas sebesar 60%, selebihnya akan diberikan pada fakultas yang kekurangan dana dan lembaga yang tidak mempunyai pemasukan seperti perpustakaan. Pada penetapan sistem baru ini, tugas fakultas selanjutnya adalah memberikan sosialisasi kepada mahasiswa selaku pemeran aktif kegiatan kampus. Adapun sosialisasi yang dilakukan harus mendetail terkait sistem dan prosedur yang sesuai, agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap praktik pelaksanaannya. Jika tidak, maka akan menuai beberapa masalah semisal masalah persuratan. Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) yang mengajukan surat peminjaman fasilitas aula sebelumnya ditujukan kepada Warek III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama. Namun, kini hanya perlu mendapat persetujuan dari fakultas melalui Wakil Dekan III saja, akan tetapi masih tetap menggunakan tanda tangan Presiden Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) Institut. “Meskipun lewat fakultas kan tetep tanda tangan pak Pres, jadi di situ kita dapat melihat dipakek apa nggak” ucap Galang selaku wakil Dema FASIH. Hal di atas senada dengan yang

DIMeNSI 41 November 2018

dok.dim

diungkapkan oleh Bapak Dede Nurohman Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), bahwa “Prosedur semua tergantung dari sistem yang dinamakan bottom up. Anggaran itu usulan dari bawah. Jika DPP mahasiswa, maka mahasiswa itu membuat rancangan atau susunan dana untuk diajukan ke Wadek III (Wakil Dekan III, red.), lalu dijadikan satu sistem dengan fakultas. Digodog lagi, dijadikan satu sistem anggaran dengan institut, lalu dikirim ke Jakarta. Setelah dari Jakarta dirapatkan lagi bagian bendahara keuangan pusat.” Data lapangan menunjukkan masih banyak mahasiswa yang kebingungan mengenai prosedur yang ada. Menurut pengakuan dari beberapa pihak yang akan menjalankan, memang sudah ada beberapa sosialisasi walaupun masih secara informal. “Kalau secara formal itu memang belum, cuma informal saja pas kumpul gitu tapi gak secara keseluruhan. Seumpama sosialisasi itu logikanya semuanya kan s u d a h j e l a s ” u j a r A h m a d Ya h y a Rahmatullah sebagai Domisioner Gubernur Dema FUAD. Sosialisasi yang kurang maksimal membuat banyak kekeliruan terjadi. Seperti yang telah diketahui, bahwa segala macam kegiatan di kampus paling besar didominasi oleh

kegiatan mahasiswanya. Harusnya semua mahasiswa paham betul mengenai prosedur yang ada. Meskipun sudah berlangsung cukup lama, otonomi fakultas di IAIN Tulungagung masih menemui banyak kendala. Sebut saja masalah aula, penggunaannya masih harus bergantian dikarenakan setiap fakultas belum memiliki aula masing-masing. Terhitung ada enam aula yang biasa digunakan untuk kegiatan mahasiswa yakni aula utama, aula gedung Syaifudin Zuhri, aula Arif Mustakim, aula rektorat, aula Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dan aula Pascasarjana.

Pada penetapan sistem baru ini, tugas fakultas selanjutnya adalah memberikan sosialisasi kepada mahasiswa selaku pemeran aktif kegiatan kampus. Adapun sosialisasi yang dilakukan harus mendetail terkait sistem dan prosedur yang sesuai, agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap praktik pelaksanaannya.

21


TERAS Pencairan dana untuk kegiatan setiap fakultas kini mengalami kerumitan. Sebagai contoh, HMJ yang hendak mengajukan pencairan Dana Pengembangan Pendidikan (DPP) untuk keperluan kegiatan. Sekarang harus melalui persetujuan dari fakultas dulu baru kemudian dana akan dicairkan oleh bendahara institut. Lalu mahasiswa masih harus menunggu lagi untuk pencairan dananya dikarenakan masih semi otonomi fakultas. Adi Badarrudin selaku ketua HMJ IPS memberi tanggapan bahwa sudah diadakan sosialisasi melalui rapat, tetapi hanya disinggung terkait pengadaan otonomi fakultas. Namun, sementara ini pencairan DPP masih direktorat dengan dalih fakultas masih memerlukan persiapan. Selanjutnya, terkait masalah PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) yang harusnya dipenuhi oleh setiap Dekan di sistem otonomi fakultas. Syarat menjadi PPK sendiri mengharuskan Dekan memiliki sertiďŹ kat pengadaan barang dan jasa melalui ujian. Melalui PPK, Para Dekan dapat membuat keluarnya dana negara, sehingga nantinya masalah anggaran bisa langsung ditangani di masing-masing fakultas. Namun, saat ini hanya Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) saja yang sudah memenuhi persyaratan tersebut. Sementara Fakultas lain masih menggunakan PPK Institut. Tak berhenti sampai di situ, masalah lain adalah mengenai bendahara di masing-masing fakultas. Jika memberlakukan sistem otonomi fakultas,

maka seharusnya semua berhenti di fakultas masing-masing. Akan tetapi masalah anggaran sampai saat ini masih ikut ditangani oleh pihak Institut. D i k a r e n a k a n I A I N Tu l u n g a g u n g kekurangan Pegawai Negeri Sipil (PNS) serta masih sangat sedikit yang memenuhi kualiďŹ kasi sebagai bendahara. Menjadikan bendahara Institut masih sebagai pengurus segala keuangan baik di Institut maupun Fakultas. “Belum ada bendahara sampai sekarang karena kita juga kekurangan tenaga, yang boleh jadi bendahara itu pegawai negeri dengan syarat tertentu dan dengan kepangkatan tertentu,â€? jelas Saifudin Zuhri. Sehubungan dengan ini, setidaknya kampus membutuhkan lima bendahara, empat untuk masing-masing fakultas untuk tingkat starata satu (S1) dan satu untuk strata dua (S2). Mengingat banyak kendala teknis IAIN Tulungagung yang belum selesai, saat ini kampus mencoba menyicil beberapa hal yang diperlukan dalam sistem ini. Sebagai wujud nyatanya, para Dekan mulai diikutsertakan ujian pengadaan barang dan jasa. Terlepas dari itu, perkara selesainya target yang lain

masih memerlukan waktu lagi. Seperti halnya pengadaan aula masing-masing fakultas sebagai penunjang, pengadaan bendahara di masing-masing fakultas yang perlu menunggu hasil seleksi PNS. Sampai di sini, tentunya pelaksanaan total otonomi fakultas tidak bisa dilakukan dalam hitungan hari bahkan bulan. Apabila sistem otonomi fakultas sudah terlaksana secara maksimal tentunya akan berdampak bagi kampus sendiri, terutama masing-masing fakultas. Seperti halnya penunjang kegiatan mahasiswa makin produktif dan perkembangan fakultas yang semakin mandiri. Selain itu, yang perlu diperhatikan lebih saat ini adalah mengenai rencana alih status IAIN menjadi UIN yang rencananya terealisasi pada tahun 2019. Jika persoalan dan prasyarat alih status STAIN menjadi IAIN saja belum terpenuhi, bagaimana dengan status yang sangat diidamkan ke depan? Pada akhirnya, sembari menunggu upaya lanjutan dari pihak kampus, dalam rangka menyambut cita-cita yang dinantikan, kiranya mahasiswa juga bersiap diri menjadi akademisi yang lebih bijak dalam bersikap. [Hel, Lik, Cin, Din, Nis]

Foto : Sambutan oleh bapak Dekan FASIH Ahmad Muhtadi Anshor pada Momentum Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2018 Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum (FASIH) IAIN Tulungagung Foto : Dok.Dim

22

DIMeNSI 41 November 2018


TERAS “SEMA-I yang baru belum menyampaikan aspirasi, mungkin karena belum menerima keluhan, belum menerima usul atau ide. Kalau (SEMA-I) yang dulu gak ada laporan. Gak pernah ada.” Abad Badruzaman (Wakil Rektor III IAIN Tulungagung) dok.dim

Transparansi Kinerja SEMA-I Setiap perguruan tinggi mempunyai lembaga yang mengurusi peraturan pemerintahan yang ada di kampus. Begitu juga dengan IAIN Tulungagung yang memiliki suatu lembaga untuk mengatur kedaulatan kampus, baik di tingkat institut maupun tingkat fakultas, yakni Senat Mahasiwa (SEMA). SEMA sebagai organisasi tertinggi kemahasiswaan, notabenenya adalah lembaga legislatif yang memegang fungsi kontrol terhadap pelaksanaan Garis Besar Haluan Program (GBHP) lembaga kemahasiswaan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI). Mengacu pada Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam nomor 4961 tahun 2016, Senat Mahasiswa Institut (SEMA-I) mempunyai wewenang untuk memantau pelaksanaan proram kerja Dewan Eksekutif Mahasiswa Institut (DEMA-I) atas pelaksanaan program kerjanya. Menurut Nandita Fatikhatur Rohmah selaku sekretaris umum SEMA-I, di samping wewenang itu, SEMA-I berperan dalam

S

DIMeNSI 41 November 2018

pembentukan KPU, sidang, membuat peraturan/undang-undang, pemilihan presiden, dan menyalurkan aspirasi mahasiswa. Adapun kinerja SEMA-I yang lain yakni membuat undang-undang sebagaimana semestinya tugas lembaga legislatif. Seperti yang dituturkan Nandita, ”Kalau legislatif itu mengadakan kegiatan, kalau eksekutif benar-benar membuat kegiatan. Tapi kalau SEMA-I itu lebih ke sekali acara yang besar, kayak pemilihan presiden mahasiswa itu.” Ta n g g a p a n m a h a s i s w a mengenai SEMA-I, Okta Nilam Sari selaku pegurus DEMA Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum (FASIH) menerangkan bahwa SEMA-I adalah lembaga legislatif yang memiliki tugas menampung aspirasi dan mewakili mahasiswa di kampus, yang seharusnya mengenal mahasiswa lebih dekat. Nilam mengakui jika SEMA-I belum optimal dalam menjalankan tanggung jawabnya. Selama ini, kegiatan SEMA-I yang terlihat hanya berupa program yang sama setiap tahunnya, yaitu kongres Keluarga Besar Mahasiwa (KBM). Hal ini senada dengan pernyataan Rizal selaku

mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah (HES) bahwa kinerja SEMA-I dalam kesehariannya belum terlalu terlihat, yang diketahuinya hanya pemira. Penyalur Aspirasi Mahasiswa SEMA-I berperan sebagai lembaga yang menerima aspirasi mahasiswa sekaligus melakukan bantuan advokasi bagi mahasiswa. Dalam hal ini SEMA-I menjalankan programnya dengan membuka stan aspirasi mahasiswa. Stand aspirasi merupakan bentuk layanan SEMA kepada mahasiswa berupa kotak saran. Sebagaimana yang dikatakan mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) berinisial MK. Ia mengaku mengetahui tentang adanya stan aspirasi mahasiswa yang diselenggarakan oleh SEMA-I, akan tetapi ia enggan untuk berpartisipasi karena kurang paham terkait sistemnya. Baginya SEMA-I masih kurang dalam sosialisasi transparansi sistem kepada mahasiswa. Menurutnya hal ini dapat mengakibatkan kurangnya respon dan kontribusi mahasiswa.

23


TERAS Penyampaian aspirasi mahasiswa di luar terselenggaranya stan aspirasi, harus melalui beberapa prosedur terlebih dahulu. Selaku Ketua SEMA-I Irfan Wahyu Prayoga menyatakan kejelasannya, “Tergantung apa masalah dan keluhannya. Kalau terkait dosen yang kurang profesional sebaiknya lewat HMJ, HMJ akan membuat forum FGD (Focus Group Discussion; red). FGD itu tujuannya untuk evaluasi serentak. Kalau permasalahan tidak selesai di HMJ maka akan ditindak lanjuti oleh DEMA, karena SEMA hanya mengurusi masalah-masalah yang komplek/global.” SEMA-I dalam menjalankan tugas untuk menyerap dan mengakomodir aspirasi m a h a s i s w a d a n menyalurkannya pada pihakpihak yang terkait, bekerjasama dengan DEMA-I. Sebab posisi DEMA-I dan SEMA-I itu bagaikan mitra kerja dalam mewujudkan kehidupan mahasiswa yang sejahtera. Sejauh ini SEMA-I menyalurkan aspirasi mahasiswa berupa pembenahan fasilitas kampus. “Kita menampung suara mahasiswa. Seperti kemarin itu, perpustakaan kan sumpek. Kita mendengar suara itu, kita langsung rapat, kita rundingkan, terus ini isu-isunya bagaimana. Solusinya itu langsung ke rektorat. Juga mengenai air di (gedung) UKM yang tidak ada itu juga sudah bilang ke rektorat.” Tutur Nandita. Menanggapi peran SEMA-I sebagai penyalur aspirasi mahasiswa, Abad Badruzaman selaku warek III berpendapat bahwa “Kalau SEMA-I yang baru belum menyampaikan aspirasi, karena mungkin belum menerima keluhan, belum menerima usul ide, kan baru dilantik awal bulan ini (Oktober; red). Kalau (SEMA-I) yang dulu gak ada laporan. Gak pernah ada.” Menurut Abad, hal ini juga dikarenakan tidak semua aspirasi mahasiswa yang melalui SEMA-I itu ditujukan kepada pihak rektorat,

24

melainkan kepada DEMA-I. Sebab hanya perkara mengenai Urusan Administrasi saja yang diterima oleh pihak rektorat. Mengawal Pemira Pemilihan Raya (pemira) merupakan pesta demokrasi bagi mahasiswa, SEMA-I yang bertanggungjawab atas pelaksanaannya. Seperti yang diketahui Doni, mahasiswa Jurusan Akuntansi Syariah, mengatakan bahwa pesta demokrasi itu diawali dengan diadakannya kongres mahasiswa yang dilanjutkan dengan kegiatan bursa calon presiden mahasiswa (presma). Setelah calon presma didapatkan, maka dilakukan debat antar calon presma.

Dalam proses pelaksanaan pemira, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam nomor 4961 tahun 2016, SEMA-I lah yang berperan dalam pembentukan Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) dan Badan Pengawas Pemilu (BANWASLU). Yang mana kedua badan tersebut telah ditetapkan saat kongres mahasiswa. Keanggotaan KPUM adalah pengurus harian sendiri yang ditetapkan sekaligus saat kongres mahasiswa. Sementra itu, keanggotaan BANWASLU berasal dari anggota SEMA dan unsur mahasiswa yang dipilih oleh KPUM melalui delegasi dari masing-masing fakultas. Waktu pelaksanaan pemira yang selama ini diselenggarakan pada pekan tidak efektif, didasarkan atas kesepakatan pada kongres Keluarga

Besar Mahasiswa (KBM). Nandita mengungkapkan hal ini dilakukan dengan harapan tidak akan mengganggu kegiatan perkuliahan. Oleh karena itu, pelaksanaan pemira dilaksanakan mendekati libur semester. Namun, pada kenyataannya hanya sedikit saja mahasiswa yang berpartisipasi. Banyak mahasiswa yang tidak berpartisipasi dengan diadakannya pemira pada Juni 2018. Terbukti dengan total suara yang hanya terdapat 606 suara dari total mahasiswa yang saat itu terdapat sekitar 12.000-an mahasiswa. Ini dikarenakan kurangnya sosialisasi SEMA-I atas terselenggaranya pemira kepada mahasiswa. Sebagaimana tutur salah satu mahasiswa jurusan PAI yang enggan menyebutkan namanya “Pemira kurang efektif, seharusnya menyertakan seluruh elemen mahasiswa. Tapi mungkin secara faktual tidak semua mahasiswa mengetahui, kapan waktunya, bagaimana sistematikanya.” Dalam lingkup kampus, transparansi organisasi sekiranya tidak hanya fokus pada internal saja. Apalagi dok.dim sebagai lembaga yang menyelenggarakan musyawarah sebagai wujud kedaulatan tertinggi organisasi mahasiswa. Meskipun pada hakikatnya bergerak secara legislasi sebagai subsistem kelembagaan non-struktural, mestinya SEMA-I juga giat dalam mempublikasikan diri secara masif. Hal ini dilakukan agar eksistensi SEMA-I dapat diketahui kinerjanya oleh mahasiswa keseluruhan. Selain itu, kinerja SEMA-I harusnya juga transparan menjalankan agenda-agenda kecil yang berkenaan dengan fungsi, tugas, dan wewenang SEMA-I, tidak hanya dalam agenda besar saja. Mengingat posisi mahasiswa sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, meskipun posisi SEMA-I sendiri sebagai lembaga tertinggi. (Nay/Az/Pril/Nif/Tam/Irsy)

DIMeNSI 41 November 2018


KLIK

FOTOGRAFER : SAIPUL, YUNITA RIFQI

K

“

erap kali organisasi mahasiswa ekstrakampus telah melewa batasan dari ranahnya di luar ke dalam kampus, walaupun anggota mereka dari mahasiswa kampus itu sendiri, tetapi itu bukan lahan mereka untuk berak vitas bahkan berpoli k prak s. Ruang yang seharusnya hanya dinaungi oleh lembaga intra, mereka dengan tenangnya menjajah dan mengenalkan pemikiran yang mereka bawa di tempat yang bukan ranah geraknya. Di sisi lain kampus sebagai lahan subur poli k bagi mereka yang mempermainkan kekuasaan di atas hak mahasiswa. Di balik kampus megah nan gagah terdapat oknum yang berkutat membawa kepen ngan ke dalam tatanan lembaga-lembaga di bawah naungan birokrasi. Khawa r saja, kampus yang seharusnya lahan pendidikan, menjadi tempat untuk berpoli k.

DIMeNSI 41 November 2018

25


dimensipers

26

dimensipers.com

DIMeNSI 41 November 2018


LPM Dimensi IAINTA

DIMeNSI 41 November 2018

dimensipers

27


KARIKATUR

Ilustrator : Mia, Bahrul

MEDIA PEMIKIRAN ALTERNATIF

DIMeNSI

28

DIMeNSI 41 November 2018


INFOGRAFIK rganisasi ekstra yang ada di IAIN Tulungagung kurang lebih terdiri dari tiga Ormek. Di antaranya yakni, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Menurut Prof. Achmad Patoni selaku demisioner salah satu Ormek di Tulungagung mengatakan, bahwa salah satu fungsi adanya Ormek adalah sebagai jembatan pengabdian mahasiswa terhadap masyarakat atau ajang untuk pengembangan kemandirian mahasiswa.

O

Devisi Penelitian dan Bank data (LITBANK) LPM DIMeNSI mengadakan jajak pendapat mahasiswa tentang tanggapan mereka

terkait isu di atas. Aspek-aspek yang ditanyakan seputar keberadaan dan aktivitas dari organisasi ekstrakampus. Jejak pendapat ini dilakukan secara terbuka dimulai tanggal 21 Oktober sampai 20 November 2018 menggunakan Google Forms dan responden merupakan mahasiswa IAIN Tulungagung. Hasil dari jajak pendapat ini diperoleh 284 responden dari jumlah Mahasiswa Secara keseluruhan mencapai 16.000 Mahasiswa. Adapun tujuan diadakan Riset adalah untuk mengetahui apakah praktik dan tujuan Organisasi ekstrakampus diketahui dari berbagai elemen mahasiswa. Berikut hasil yang ditampilkan dalam infograďŹ k.

Perincian data riset sebagai berikut: Pengisi kuisioner online diperoleh 284 responden dari 16.000 Mahasiswa IAIN Tulungagung. Mahasiswa angkatan 2015 sebanyak 32 orang, 2016 sebanyak 29 orang, 2017 sebanyak 67 orang, 2018 sebanyak 120 orang, dan 1997-2014 sebanyak 5 orang, akun palsu (Robot) sebanyak 34 Pengisi.

INFOGRAFIK : RIFQI /LPM DIMeNSI

DIMeNSI 41 November 2018

29


EDITORIAL

Manuver Abnormal Organisasi Ekstrakampus “Semua posisi dalam organisasi adalah penting. Jika tidak percaya, tempatkanlah orang tak bermutu didalamnya, maka pasti seluruh bagian organisasi anda akan terguncang.” -Ari Mira-

Kali ini kita membahas soal pergerakan atau manuver Organisasi Mahasiswa Ekstrakampus (Ormek) di IAIN Tulungagung. Organisasi ekstra yang ada di IAIN Tulungagung dok.dim kurang lebih terdiri dari tiga Ormek. Di antaranya yakni, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Kesemua Ormek tersebut kurang lebih telah berlaga di sisi kampus IAIN Tulungagung dan tentunya menggaet beberapa nama untuk berproses bersama organisasi tersebut. Berbicara tentang Ormek, telah disahkan Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 26/Dikti/Kep/2002 tentang Pelarangan Organisasi Ekstrakampus atau Partai Politik dalam Kehidupan Kampus. Hal ini dimungkinkan untuk mengantisipasi masuknya ideologi yang menyimpang terhadap paradigma mahasiswa, baik dari hasil kegiatan bersama maupun pendirian sekretariat di kampus. Mengingat Keputusan Dirjen di atas, berarti bahwa segala kegiatan Ormek dilarang beroperasi di dalam kampus. Namun, pada kenyataannya di IAIN Tulungagung sendiri, bendera Ormek pernah dikibarkan pada hari-hari tertentu. Misalkan saja, satu tahun yang lalu, bendera Ormek PMII di kibarkan di tengah acara Pekan Seni dan Kreativitas Mahasiswa (PSKM) dan di depan Gedung Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) ketika masa-masa Pengenalan Bidang Akademik Kemahasiswaan (PBAK). Tidak lupa pula ketika tiba waktunya open recruitmen pada setiap tahunnya di area kampus. Menengok aktivitas di kampus lain, pada 14

K

30

Agustus 2018 lalu, sebagaimana yang diwartakan Lembaga Pers Mahasiswa Kognisia, pada saat praPESTA UII 2018 panitia menyiapkan berbagai rangkaian acara di antaranya koreografi. Namun, Salah satu koreografi menarik banyak perhatian, yakni dibentangkannya dua tokoh besar dari UII, yaitu Mohammad Hatta dan Lafran Pane. Hal tersebut menuai kontroversi, isu yang muncul adalah seakan-akan UII lebih condong terhadap organisasi HMI yang didirikan oleh Larfan Pane. Hal ini membuat beberapa jurusan dikabarkan berencana menarik Maba dari kegiatan tersebut. Seakan menjadi mata rantai dari kejadian sebelumnya, bahwa mahasiswa UII digegerkan karena terbentangnya spanduk HMI, terpajangnya poster di videotron, sampa dengan stand HMI sejajar yang dengan organisasi lain di lingkungan internal kampus. Selain itu, pada Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) IAIN Tuluangagung angkatan 2017 (sebenarnya mulai dari 2015 s/d sekarang), didapati dua bus pribadi IAIN Tulungagung melaju ke luar, yang selanjutnya diketahui bahwa di dalamnya adalah mahasiswa-mahasiswa bidikmisi yang direkrut oleh salah satu Ormek kampus. Mengapa demikian? Dimana letak pentingnya keikutsertaan PBAK bagi Mahasiswa Baru (MABA)? Apakah terkecuali bagi yang ikut serta dalam diklat Ormek?

Mantan Ketua Parlemen Universitas Hasanuddin 2000-2002, Muhammad Ramli Rahim sebagaimana yang termuat dalam medcom.id mengatakan, pemerintah tetap harus memberi batasan, agar organisasi pemuda yang terafiliasi dengan partai politik tidak ikut masuk kampus.

DIMeNSI 41 November 2018


EDITORIAL

dok.repro internet

Menurut Prof. Achmad Patoni selaku demisioner salah satu Ormek di Tulungagung mengatakan, bahwa salah satu fungsi adanya Ormek adalah sebagai jembatan pengabdian mahasiswa terhadap masyarakat atau ajang untuk pengembangan kemandirian mahasiswa. Sekiranya jika semangat awal didirikannya Ormek di kampus adalah demikian, masih samakah semangat tersebut dalam pergerakannya dewasa ini? Apakah mengalami pergeseran atau peningkatan? Jika kita lihat apa yang ada dalam keseharian kampus IAIN Tulungagung, ada beberapa kegiatan atau aktivitas mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan salah satu Ormek. Misalkan saja, bazar buku yang dibuka oleh aktivis (sahabatsahabati) PMII yang membuka lapak di areal terbuka di kampus pada awal semester ganjil. Hal ini dapat menarik minat baca mahasiswa, bazar ini juga memudahkan sebagian mahasiswa untuk memperoleh referensi dalam perkuliahan maupun koleksi buku pribadi. Selain itu, kegiatan ini dapat menjadi contoh yang cukup baik bagi Ormek lain. Namun, bagaimana dengan Ormek lain? Apakah pergerakan mereka tidak tampak di dalam kampus? Ataukah praktik pelaksanaannya hanya di luar kampus? Jika benar demikian, adakah pengaruhnya bagi paradigma mahasiswa kampus IAIN Tulungagung? Terlepas dari itu, menurut peraturan di IAIN Tulungagung sendiri, segala bentuk kegiatan Ormek yang dilakukan di dalam kampus harus melalui prosedur perizinan. Seperti halnya open recruitmen anggota baru, pengibaran bendera Ormek dan segala bentuk kegiatan Ormek lain. Seiring berjalannya waktu, tepatnya pada Oktober

DIMeNSI 41 November 2018

2018 diluncurkan peraturan bahwa Ormek boleh masuk kampus sesuai Permenristekdikti nomor 55 tentang pembinaan ideologi bangsa sebagaimana yang diberitakan medcom.id. Salah satu pasal yang dianggap penting adalah pasal 1 yang berisi, "Perguruan tinggi bertanggungjawab melakukan pembinaan ideologi bangsa, NKRI, UUD dan Bhinneka Tunggal Ika melalui kokurikuler, intrakurikuler, maupun ekstrakurikuler." Pembolehan Ormek masuk kampus dalam hal ini adalah terkait pembinaan ideologi kebangsaan terhadap mahasiswa. Jadi, tentang kegiatan lainnya yang berbau politik praktis masih tetap dilarang. Mantan Ketua Parlemen Universitas Hasanuddin 20002002, Muhammad Ramli Rahim sebagaimana yang termuat dalam medcom.id mengatakan, pemerintah tetap harus memberi batasan, agar organisasi pemuda yang teraďŹ liasi dengan partai politik tidak ikut masuk kampus. Kabarnya, untuk menghindari terjadinya bias informasi atas peraturan baru Permenristekdikti ini, akan ada pertemuan lanjutan untuk memastikan ada kesepahaman dengan perguruan tinggi tentang aturan baru tersebut. Maka, sampai sekarang yang terpenting adalah bagaimana cara Ormek-ormek yang ada di kampus membawa dirinya. Walaupun kini ada permenristekdikti yang memberi ruang bagi Ormek terlibat dalam kegiatan kampus, akan tetapi tetap ada batasan tertentu. Hal tersebut sama dengan peraturan sebelumnya, yakni Ormek tetap tidak dibenarkan ketika menggait partai politik atau melakukan politik praktis di dalam kampus.[]

31


RESENSI

h a k g n a L m h a i a t D i n k Me Menola k u t un

im

k.d

do

sa I : h

Ole

Bar u dan terus menerus dijadikan sebagai the invisible enemy –musuh tak kasat mata, bahaya laten dan sebagainya, diam-diam “cap kiri” juga mengalami sofistikasi menjadi sesuatu yang cenderung dihindari sekaligus bikin penasaran dan Judul Buku : Bangkitlah Gerakan menggairahkan.” Barangkali sebab itulah Mahasiswa ketika Orde Baru tumbang pasca Penulis : Eko Prasetyo dilengserkannya Soeharto pada '98 dan militerisme tidak begitu Penerbit : Resist Book mendominasi kehidupan politik, Terbit : 2014 buku-buku “kiri” yang tadinya dilarang pengedarannya dan hanya Halaman : 135 hlm bisa diakses secara sembunyisembunyi kini bisa ditemukan di pasaran. Buku-buku karya Tan Malaka, Pramoedya, Karl Marx, dan yang menyerempet isu-isu kiri menjadi lahan stilah “kiri” secara umum bisnis yang menggiurkan, dan bukan lagi dipahami mengacu pada menjadi barang langka. Namun, hal ini komunisme, sosialisme dan berbeda kasusnya dengan diskusi bukum a r x i s m e ( w a l a u p u n buku “kiri” yang justru kerap dibubarkan ketiganya tentu berbeda satu sama lain). o l e h i n s t a n s i - i n s t a n s i b e r k e d o k Terlebih pemilihan kata “kiri” sudah lebih (berafiliasi) keagamaan di berbagai kota. Begitupun dengan kasus yang dulu dianggap angker sekaligus amatlah seksi di negeri ini. Dalam esainya: Tragedi diterima Eko Prasetyo, menjelang ia Buku Kiri dalam sehimpun esai Mencari m e n y e l e s a i k a n p e n u l i s a n b u k u Daun Surga (2016) Anton Kurnia “Bangkitlah Gerakan Mahasiswa” yang menyebutkan bahwasanya “Sejak kemudian diterbitkan oleh Resist Book komunisme diberangus oleh rezim Orde –penerbit dengan kredo: baca dan

I

32

law an!. Ia mendapat surat pemecatan dari instansinya. “Rektor UII mengusir saya dengan surat yang buruk, tak terkendali dan penuh emosi. Entah tak ada kejelasan apa yang saya langgar: kecuali tindakan saya menemani keluarga aktivis Islam yang mendapat hukuman karena terjerat kasus terorisme. Tak pernah ada surat terbuka bahkan debat sebagaimana layaknya kehidupan sebuah kampus. Sasaran saksi itu adalah saya sendiri.” (halaman 15). Sikap yang diterima olehnya itu justru menjadi bahan bakar utama dalam penulisan bab-bab akhir dalam buku ini, hingga mengatakan bahwa sebagian adalah pesan bagi mereka yang hidup sebagaimana disebut oleh Nietzche sebagai mayat berjalan yang disiram parfum. Buku ini ditulis dengan bahasa tutur dan gaya pragmatis. Namun, tidak jarang membaca buku ini layaknya seperti membaca novel, sebab penulis dengan bahasanya seolah bercakap-cakap dengan pembaca. Kekuatan penulis ada dalam caranya meyakinkan pembaca, dengan referensi-referensi yang dicantumkannya di akhir tulisan menunjukkan jika yang ditulisnya bukan sekadar isu bualan, akan tetapi merupakan fakta yang ada di negeri ini.

ul a sm

A

DIMeNSI 41 November 2018


RESENSI Eko Prasetyo berkali-kali menegaskan jika buku “Bangkitlah Gerakan Mahasiswa” bukanlah buku teori, akan tetapi paparan diawali dengan peristiwa yang terekam dalam gerakan mahasiswa, yakni utopia moral yang selalu memberi inspirasi, harapan segar sekaligus mandat yang menggerakkan. Menilik kembali sosok Che Guevara yang memberi tauladan bagaimana sarjana kedokteran dapat mendirikan negara tangguh bernama Kuba. Ali Syariati yang telah melukiskan citra intelektual sekaligus dosen yang progesif dengan ide-ide cemerlang, menancapkan akar revolusi Iran. Juga Soekarno yang kala muda sudah mampu mengangkat ide kemerdekaan hingga jadi kebutuhan massa. Buku ini menyoroti bagaimana lesunya pergerakan mahasiswa, bahkan seolah mati suri. Dalam blurb disebutkan bahwa “Iinilah buku yang tidak berisi teori dan deskripsi. Lebih mirip risalah provokasi. Dibuat bukan sekadar untuk dibaca. Disusun dengan maksud untuk menggerakkan. Maka buku ini disarankan untuk tidak dibaca jika ingin dimengerti saja. Tidak perlu membawa-bawa buku ini kalau hanya jadi bahan diskusi. Hanya satu tujuan dari buku ini: menghasut dan meyakinkan”. Di dalamnya dicantumkan pula dialog imajiner yang dilakukan oleh penulis dengan Soekarno sang penyambung lidah rakyat dalam menyoroti situasi pergerakan mahasiswa saat itu. Sebab melalui dirinya dan kawan seperjuanganlah kekuatan pemuda menyatu dalam gerakan politik melawan imperialisme. Dialog ini mengusung bagaimana sosok Bung Karno semasa muda yang dianggap sebagai masa keemasannya dan pandangan dan pesan yang perlu direfleksikan oleh kaum muda. “Keadaan kalian memang berbeda dengan pertumbuhan kami. Aku sejak kecil sudah biasa hidup dalam organisasi. Jadi kalau soal keberanian jangan kamu tanya: semakin aku dilarang, semakin kuterjang. Situasi mental untuk tidak takut adalah ciri orang merdeka. Ketakutan

DIMeNSI 41 November 2018

hanya milik orang terjajah dan pengecut. M a l a h a n karena rasa takut itulah kita akan terus m e n e r u s diperlakukan sebagai budak. Makanya anak muda, jangan kamu merasa takut apalagi dengan aturan kampus yang membelenggu kebebasan d a l a m berorganisasi. ” (halaman 62). Penulis menyimpulkan l a h i r n y a sebuah kampus dengan minat sederhana, menyediakan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengisi lowongan pekerjaan. Arahnya melatih sarjana untuk jadi para pekerja yang siap untuk patuh pada perintah siapa saja. Menyikapi bagaimana keharusan mahasiswa saat ini untuk patuh kepada apa saja: aturan dosen, administrasi, bahkan untuk aturan dalam parkir dan berpakaian, akibatnya yakni merosotnya reputasi intelektual. Kampus ditampilkan begitu muram dengan segala aturanaturannya yang melelapkan kaum muda sebagai generasi yang gencar disebut sebagai agent of change, social control dan iron stock. Mahasiswa era milenial ini dianggap lebih banyak “tiarap” daripada melakukan aksi. Di antara penyebabnya adalah sistem regulasi kampus yang menuntut mereka untuk lulus dengan cepat. Hal ini didukung dengan penerapan sistem drop out (DO) maupun adanya penggembosan sendiri dari pihak kampus yang mempersulit mahasiswa melakukan aksi. Peran mahasiswa sebagai problem solver bagi mayarakat, seperti yang disebut-sebut dalam orientasi mahasiswa

dok.dim

baru, mengikis seiring akan hal itu. Buku ini mengutip kalimat dari novel F. Sionel Jose dari Antonio Samson yang cocok dengan suasana kita bahwa mereka orang-orang muda yang cerdas, tahu arti kekayaan, dan meskipun kaya dan mendapat pendidikan di sekolahsekolah terbaik, horison mereka terbatas. Horison-horison itu dibatasi oleh rasa khawatir, takut dan bingung. Ketakutan itu karena keprihatinan mereka tidak diletakkan pada persoalan kemanusiaan, tapi pada kesejahteraan mereka sendiri. Maka aktivitas intelektualnya selalu gemetar ketika bertemu dengan korban dan tuntutan tanggung jawab. Bahkan mereka takut dengan persoalan hingga berlomba cuci tangan. Sebuah sikap yang disindir oleh Ir. Soekarno saat pidato pertama di Bandung, “... apa gunanya kita, puluhan banyaknya, berkumpul di sini jika yang kita kerjakan hanya menghasilkan risalah, petisi, penelitian?”

33


RESENSI

dok.repro internet

Peringatan dengan nada penuh kecaman disuarakan Soekarno untuk menyindir kaum terpelajar yang diam, mematut diri dan hanya bisa berteori, akan tetapi bertindak dengan penuh batasan. Kong Hu Cu bilang, “mengetahui apa yang baik, tapi tidak melakukannya adalah sikap pengecut yang paling buruk. Kami merasa suasana seperti itu yang membuat sumpek.” Melihat lesunya iklim pergerakan saat ini, Eko Prasetyo bahwa solusi dari situasi sosial ini adalah gerakan mahasiswa. Keyakinannya berlandaskan latar belakang sejarah, bahwa “... tak seorang pun percaya kalau kemerdekaan republik ini hanya disokong oleh tentara. Tapi semua orang tahu gerakan ini diprakarsai dan didukung melalui ide para mahasiswa. Kita tahu republik ini berdiri di atas pikiran Soekarno, gagasan Moh Hatta, ide cemerlang Sjahrir dan kepiawaian Tan Malaka. Tentu pikiran itu ditanam melalui pendidikan yang tinggi yang diwarnai kuat oleh hidupnya organisasi.”

34

Sebagaimana yang kita tahu, bahwa kaum pemuda begitu cemerlang pada masa lalu. Sudah saatnya kini mahasiswa terbangun dari tidur panjangnya. Sudahi mengenang masamasa heroik di tahun 1966, 1974 hingga 1998. Pahlawan pada masa lampau kini beberapa di antaranya bersalin rupa menjadi kaum pecundang, menghiasi parlemen tanpa proposal perubahan yang berarti. Sebagian malah bersekutu dengan para penguasa dan penjarah alam berkedok konservasi. Ikut serta merampok kedaulatan negeri ini dengan dalih nista, memperkuat demokrasi dan melonjakkan pertumbuhan ekonomi. Mengingat ulang apa yang sudah dibahas, dapat dipahami bahwa perjuangan gerakan mahasiswa tidak akan putus, suara-suara mereka tidak kan mampu diredam. Ketika suara itu muncul kembali, maka sekarang akan kembali. Seperti angkatan 98 yang berhasil menyungkurkan kekuasaan tertinggi, sehingga militerisme dan korupsi yang menjadi kegiatan umum

politisi tidak banyak terjadi. Penting untuk berkaca lagi pada sejarah, saatnya kembali menciptakan iklim yang sepatutnya bagi mahasiswa. Meminjam kata-kata Wiji Thukul, “Apa guna banyak baca buku kalau mulut kau bungkam melulu?!” []

“ Mahasiswa era milenial ini dianggap lebih banyak “tiarap” daripada melakukan aksi. Di antara penyebabnya adalah sistem regulasi kampus yang menuntut mereka untuk lulus dengan cepat. Hal ini didukung dengan penerapan sistem drop out (DO) maupun adanya penggembosan sendiri dari pihak kampus yang mempersulit mahasiswa melakukan aksi.”

DIMeNSI 41 November 2018


SWARA

Kenali Ormek Jangan dari “Kata Orang” Oleh: Rina Prihatin* “Seorang pemimpin yang baik mampu membuat orang lain berpikir bahwa mereka berada pada inti dari segalanya, tidak berada di luar. Setiap orang berpikir bahwa mereka berperan dalam kesuksesan organisasi. Ketika hal itu terjadi, maka orang akan merasa menjadi bagian inti dan itu membuat pekerjaan mereka menjadi Bermakna.” -Warren Bennisehidupan kampus tidak lepas dari peran organisasi. Baik Organisasi Mahasiswa Ekstrakampus (Ormek) maupun Intrakampus. Kedua organisasi tersebut merupakan elemen yang terus mewarnai dinamika Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta. Organisasi intra merupakan organisasi yang berada di bawah naungan kampus, atau merekat pada pribadi kampus, serta memiliki kedudukan resmi di perguruan tinggi. Sementara Ormek adalah organisasi yang kegiatan dan pergerakannya berada di luar kampus. Ormek kerap disalahartikan keberadaanya oleh berbagai pihak. Ormek hakikatnya adalah wadah untuk mengembangakn potensi, bakat, minat dan pembentukan karakter dari mahasiswa. Tidak ada pengertian secara pasti mengenai Ormek, akan tetapi, secara yuridis pemerintah mengatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang pedoman umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi. Adapun perbedaan Ormek dengan organisasi mahasiswa intra yakni terletak pada kedudukanya. Organisasi ekstra lebih menekankan pada kaderisasi jangka panjang. Lewat kaderisasi Ormek ini, mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan ilmunya untuk

K

DIMeNSI 41 November 2018

kepentingan bangsa dan negara. Mengikuti Ormek bukan berarti meninggalkan tugas kuliah sebagai kewajiban mahasiswa. Secara jaringan, Ormek memiliki jaringan yang luas sampai pada lingkup nasional. Berbeda halnya dengan organisasi intra yang biasanya hanya di area kampus. Sementara itu, organisasi intra di antaranya meliputi Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM),

Senat Mahasiswa (SEMA), Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Komunitas Mahasiswa Jurusan (KMJ) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang dibentuk sebagai wadah pengembangan potensi mahasiswa. Dewasa ini, banyak Ormek berdiri di Perguruan Tinggi yang bertujuan untuk mengawal birokrasi kampus. Di antaranya yakni, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Adapun Ormek yang berafiliasi dengan mahasiswa IAIN Tulungagung yakni meliputi HMI, PMII, dan GMNI. Tentu saja ketiganya tidak serta merta bersamaan ketika mulai mentarget mahasiswa-mahasiswa IAIN Tulungagung menjadi kader bagi setiap Ormek. Terkait tiga Ormek ini, kapankah mereka mulai dibentuk di Indonesia Sendiri?

*Penulis merupakan kader HMI yang berkonsentrasi di Jurusan Ekonomi Syariah dok.dim

35


SWARA

dok.dim

Adapun HMI merupakan salah satu Ormek terbesar dan tertua di Indonesia yang berdiri pada 05 Pebruari 1947. Tepatnya di Yogyakarta dengan pelopor Lafran Pane. Latar belakang berdirinya HMI yakni adanya keresahan mahasiswa, di antaranya kondisi Islam yang tertinggal jauh dari negara lain dari segi pengetahuan maupun teknologi; kedua, kondisi Perguruan Tinggi tinggalan jajahan Belanda yang sekuler memisahakan agama dengan kehidupan; dan terakhir, berdirinya organisasi mahasiswa komunis di Perguruan Tinggi yang menjadi tantangan tersendiri bagi umat Islam. Sehingga dari awal terbentuknya HMI dibuatlah komitmen keumatan dan kebangsaan yang menjadi dasar perjuangan. Sementara itu, GMNI merupakan organisasi yang bersifat independen, tidak memiliki hubungan instruktif dengan organisasi apapun serta berwatak kerakyatan dalam orientasi gerakannya. Ormek ini berdiri tepatnya pada 23 Maret 1954. Adapun asas yang digunakan Ormek ini adalah Marhaenisme, yakni Sosio-Nasionalisme, Sosio-Demokrasi dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ormek ini juga memiliki doktrin perjuangan yang meliputi marhaenisme, Pancasila 1 Juni 1945, Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dan pancalogi GMNI.

36

Organisasi ini bersifat Independen, bebas aktif serta berwatak kerakyatan (AD/ART GMNI 2018). Ormek yang terakhir adalah PMII, yakni Ormek yang berdiri di Surabaya pada tanggal 21 Syawal 1379 Hijriyah, bertepatan dengan 17 April 1960. PMII berpusat di Jakarta, Ibukota Republik Indonesia. Ormek ini berazaskan Pancasila dan memiliki sifat keagamaan, kemahasiswaan, kebangsaan, kemasyarakatan, independen dan profesional (AD/ART PMII 2018). Berdirinya Ormek di Indonesia tentunya memiliki tujuan tertentu. Adapun tujuan berdirinya HMI yakni sebagaimana yang ditetapkan dalam kongres ke-X pasal 4 Anggaran Dasar HMI di Palembang yang sampai hari ini masih relevan, tidak mengalami perubahan yakni, “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas

terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wa Ta'ala�. Ada lima kualitas insan cita yang menjadi cita-cita dari HMI untuk diwujudkan di setiap kadernya. Berasaskan Islam, sesuai pasal 3 AD HMI yang ditafsirkan bahwa Islam sebagai motivasi dasar kelahiran organisasi, inspirasi dan sumber nilai. Islam dijadikan pijakan dalam menetapkan tujuan dan usaha organisasi. Maka dari itu, HMI menjunjung tinggi toleransi berdasarkan NDP (Nilai Dasar Perjuangan) sebagai ideologi. Di samping itu adalah GMNI, yakni Ormek yang bertujuan sebagai organisasi kader dan organisasi perjuangan muncul dengan tujuan mendidik kader bangsa dalam mewujudkan Sosialisme Indonesia berdasarkan Pancasila 1 Juni 1945 dan UUD 1945. Dalam rangka mencapai tujuan GMNI melakukan usaha dengan gotong royong melalui usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan azas perjuangan GMNI serta senantiasa memperhatikan kesatuan, persatuan, keutuhan dan peraturan organisasi dalam menyelenggarakan usaha-usaha organisasi (AD/ART GMNI 2018).

“

Pembinaan yang dilakukan secara asal-asalan akan menghasilkan kader yang asalasalan pula, kecuali jika memang ada catatan khusus untuk kader tersebut. Bagi seorang pengurus, hal ini dapat membentuk diri seseorang yang ikhlas serta tulus membina dan menganggap semua adalah keluarga.

dok.dim

DIMeNSI 41 November 2018


SWARA Di sisi lain yakni PMII, yang bertujuan membentuk pribadi muslim Indonesia yang bertakwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Tidak luput dengan beberapa upaya yang dilakukan yakni, menghimpun dan membina mahasiswa Islam Indonesia sesuai dengan sifat dan tujuan PMII serta peraturan perundangundangan dan paradigma PMII yang berlaku, melaksanakan kegiatankegiatan dalam berbagai bidang sesuai dengan asas dan serta mewujudkan pribadi insan ulul albab (AD/ART PMII 2018). Kini telah banyak alumni Ormek yang tersebar ke seluruh persada, baik dari NU ataupun Muhammadiyah. Ikut serta mengisi dan memperjuangkan tujuan Ormek masing-masing dari segala aspek. Tidak hanya di bidang politik tapi juga banyak yang bergelut di bidang ekonomi, hukum, agama, pendidikan,

seni dan lainnya. Politik menjadi berita yang seksi untuk diperbincangkan sehingga seolah alumni Ormek yang terlihat hanya di ranah politik saja padahal masih banyak lainya. Dari awal kader Ormek dididik komunikasi dan koordinasi yang baik, sesuai dengan tujuan dalam pedoman pengaderan. Training-training dalam Ormek bukan dilakukan secara instan, Organisasi pengkaderan dilakukan secara berjenjang serta dinilai dan diteliti dari sebuah data keaktifan seorang kader. Pembinaan yang dilakukan secara asal-asalan akan menghasilkan kader yang asal-asalan pula, kecuali jika memang ada catatan khusus untuk kader tersebut. Bagi seorang pengurus, hal ini dapat membentuk diri seseorang yang ikhlas serta tulus membina dan menganggap semua adalah keluarga. Ketika keloyalan sudah terbentuk meskipun banyak yang harus dikorbankan tidak akan terasa karena dijalankan dengan tulus dan ikhlas, saat ikrar diucapkan bukan lagi hubungan

sesama manusia, tetapi sudah menjadi tanggung jawab manusia dengan Sang Pencipta. Dinamika dalam organisasi adalah hal yang biasa, menyatukan perbedaan pendapat dari kepala-kepala yang berbeda pun sudah makanan sehari-hari. Namun, dari sanalah kita akan menemukan jati diri. Terpaan isu untuk memecahkan suatu organisasi terjadi karena suatu kepentingan tertentu, perlu diketahui ketika organisasi mahasiswa bersatu adalah hal yang paling mengancam bagi kelompok yang ingin memecah persatuan NKRI. Organisasi layaknya miniatur masyarakat yang disiapkan sebagai wadah belajar sebelum kita terjun langsung ke masyarakat. Sebagai mahasiswa, seyogianya pantang terprofokasi, dapat menyaring segala informasi dan tenang dalam menghadapi permasalahan.[]

SELAMAT BERPROSES BAGI TEMAN-TEMAN PJTD ANGKATAN 2018 Semoga kalian bisa Teguh dengan Tujuan Kalian, Konsisten dengan pilihan kalian, dan Komitmen Belajar Bersama di Dimensi.

DIMeNSI 41 November 2018

37


BUDAYA

Transformasi dan Dinamika Sinden di Era Milenial Budaya merupakan wujud perjalanan pemikiran manusia yang bersifat multidimensi. Sebagai negara dengan beragam keunikan, Indonesia utamanya Jawa mampu membawa budayanya tetap eksis di sepanjang masa, salah satunya sinden. Sinden masih tenar dalam pergulatan arus Revolusi Musik yang semakin pesat, kidungnya pun tak hanyut ditelan masa.

inden merupakan salah satu budaya Jawa yang diiringi gamelan dan membentuk gending-gending (lagu). Menurut Ki Mujoko Joko Raharjo (1997) dalam bukunya “Gatot Kaca Gugur dalam Kumpulan Lakon”, sinden berasal dari kata pasindhian berarti “yang melagukan”. Berbicara soal sinden, terdapat istilah waranggana atau paragawati yang berhubungan dengan gamelan Jawa. Waranggana merupakan kata lain dari sinden. Wara berarti perempuan dan anggana artinya sendiri. Waranggana dapat pula diibaratkan simbol perempuan yang cantik. Sinden sendiri berfungsi untuk memperindah pertunjukan gamelan dengan gendinggending yang dinyanyikan. Selama ini, sinden identik dengan perempuan, akan tetapi terdapat pula lelaki yang berperan sebagai sinden yang biasanya disebut wiraswara. Sebagaimana yang dikatakan Dwi Puji Lestari (43) seorang sinden senior, bahwa terdapat sinden laki-laki yang terkadang cara berbusana dan berhiasnya

S

38

menyerupai perempuan, begitu pula suaranya. Wiraswara biasanya dibutuhkan ketika pagelaran memerlukan dok.dim iring-iringan berupa raungan. Selain itu, wiraswara juga berperan sebagai pelengkap atau backsound setelah sinden utama. Pentasnya seorang sinden tidak lepas dari pagelaran Gamelan. Gamelan sendiri terbagi menjadi dua jenis, yakni gamelan instrumen dan gamelan yang diiringi suara sinden. Gamelan instrumen adalah gamelan yang tidak membutuhkan sinden dalam pertunjukan, sedangkan gamelan yang diiringi sinden adalah sebaliknya. Namun, pada kenyataannya kebanyakan gamelan diiringi oleh sinden untuk lebih memperindah pagelaran itu sendiri. “Dadi memperindah gending yang dibunyikan itu jadi indah kalau disindeni. Sinden ki meh podo koyok alat gamelan sing gesekan kui. Dadi untuk memperindah bunyi musik gamelan itu dengan rebab dan sinden (Jadi memperindah lagu, yang dibunyikan itu jadi indah kalau diiringi sinden. Sinden itu hampir sama dengan alat gamelan yang digesek. Jadi untuk memperindah bunyi musik gamelan dengan rebab dan sinden, red.)” terang Wongso Subadyo (71) selaku dalang dan guru kursus sinden.

Pementasan sinden dapat ditemui pada pagelaran Jawa, seperti halnya sebagai pengiring wayang, tayub, uyon-uyon, kentrung, karawitan, jaranan, jengglungan, dan reog. Maka pada setiap penampilan penyanyinya disebut sinden wayang, sinden tayub, dan seterusnya. Di samping itu, kadang terjadi kerancuan mengenai penyebutan sinden dan penyanyi biasa. Terkait hal ini, Ki Sumardji Kondho Suwoko (81) selaku dalang Mirigambar menjelaskan, bahwa ragam lagu yang dinyanyikan sinden, yaitu meliputi langgam, pakem, lancaran, dan dangdut kategori gamelan. Sementara tembang-tembang baku sinden yakni tembang macapat. Adapun tembang macapat sendiri meliputi maskummambang, pucung, gambuh, megatruh, mijil, kinanthi, durma, pangkur, asmaradana, sinom, dan dhandanggula. Namun, Ki Sumardji menambahkan, bahwa dewasa ini, nyanyian sinden dapat dikatakan mengalami perubahan. Jika dahulu nyanyian sinden berdasarkan tembang baku, sekarang tercampur tembang-tembang baru. Melalui lagu-lagu atau tembang yang dibawa, sinden selalu napak tilas di berbagai wilayah. Misalnya di Tulungagung yang memiliki sinden di berbagai wilayah. “Kalau sinden itu di Tulungagung merata, jadi ada unsur pelajar terus

DIMeNSI 41 November 2018


BUDAYA

dok.dim

dok.dim

ada unsur umum,” terang Amiarso Rudi Suprayitno, selaku Kepala Seksi Pembinaan Kesenian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung. Adapun wilayah Tulungagung yang dikenal dengan pelestari sinden di antaranya yakni Kendalbulur, Bono, Boyolangu, Gesikan, Ta n g g u n g , P o j o k , G o n d a n g , d a n Kalangbret. Di wilayah tersebut terdapat berbagai kursus, kelompok seni, dan sanggar-sanggar yang berkaitan dengan sinden yang berasal dari umum dan juga pelajar. Terkait perjalanan sinden di berbagai daerah Tulungagung, terdapat beberapa catatan yang perlu diketahui. Hal tersebut berkaitan dengan program khusus pemberdayaan sinden. Pada dasarnya, Pemerintah Kabupaten Tulungagung tidak memiliki program khusus pemberdayaan sinden. “Sinden itu tidak ada yang bikin nomor induk di sini. Lain dengan kesenian-kesenian yang lain, jaranan misalnya, sepertinya kalau sinden itu ikut dengan dalangnya,” tutur Amiarso. Dengan demikian, tidak terdapat catatan nama sinden secara perorangan di Tulungagung, melainkan hanya nama kelompok yang menaungi sinden-sinden tersebut. Zaman terus berubah, perjalanan

DIMeNSI 41 November 2018

sinden di berbagai wilayah mengalami pembaharuan. Pada dasarnya, pembaharuan yang terjadi pada sinden selalu mengikuti alur modernisasi wayang. Perubahan terjadi misalnya dari aspek penampilan, posisi, cara pertunjukan, tembang, maupun pergeseran kriteria dan fungsi sinden. Hal ini selaras dengan penjelasan Dwi, bahwa sinden di zaman dulu berpenampilan sederhana, hanya memakai kebaya dan selendang serta menata rambutnya membentuk gelungan atau sanggul. Sekarang penampilan tersebut dikreasikan lebih modern. Ki Sumardji menambahkan, bahwa sinden harus berbusana Jawa seperti busana pernikahan. Jika tidak demikian, maka keindahan unsur Jawa akan menghilang. Sementara terkait dengan posisi sinden, Dwi menuturkan, bahwa sinden diposisikan bersama yogoh, panjak, pengrawit, dan pemain gendang. Sinden hanya duduk timpuh di sebelah kanan dalang sembari menyanyikan tembangtembang. Posisi sinden yang demikian akhirnya mengharuskan sinden membelakangi penonton dalam pertunjukan. Namun, kini posisi duduk sinden sudah diatur sebagaimana sebaliknya. Sebagaimana yang diterangkan “Lek biyen penonton paribasane ape nyawang sinden angel. Sakiki menghadap penonton. Lek biyen kan membelakangi penonton (kalau dulu perumpamaannya penonton melihat sinden kesulitan. Sekarang sinden menghadap penonton. Kalau dulu kan membelakangi penonton, red.).” Selain itu, Dwi menambahkan, bahwa dalam pagelaran, posisi sinden tidak terbatas

duduk saja, akan tetapi juga diperkenankan berdiri. Di sisi lain, menurut sejarah, pada zaman dulu, sinden tampil secara perseorangan. Maka, kelompok sinden yang ditampilkan dalam pagelaran sekarang terhitung sebagai sebuah inovasi. “Lek biyen yo enek wong nembang bareng kui. Tapi kakung karo putri, jenenge kor. La saiki modele sinden ki kor e akeh. Kui ki setelah Dalang Ki Narto Sabdo membuat inovasi baru, di gawe sinden akeh. Saiki sindene akeh, siji loro telu (kalau dulu juga ada orang yang nembang bersama. Namanya kor. Sekarang modelnya sinden itu kornya banyak. Itu setelah Dalang Ki Narto Sabdo membuat inovasi baru, dia membuat sinden yang banyak. Sekarang sindennya banyak, satu dua tiga, red.), ” ujar Wongso. Selain itu, Menurut Riko Afifudin selaku dalang muda di Tulungagung seorang sinden seharusnya memiliki tiga kriteria yaitu rupa, suara, dan guna. Rupa adalah paras yang cantik, suara adalah suara yang indah, dan guna adalah fungsi sinden yang dibarengi wawasan luas. Namun, menurut Riko kini dunia persindenan telah mengalami pergeseran kriteria dan fungsi. Sinden yang dulunya memiliki 3 kriteria yaitu, rupa, suara, dan guna, sekarang hanya diperhitugkan rupa. Suara dan guna, baik kecerdasan penguasaan lagu dan mengolah suara, hanya sebagai pelengkap. “Lek saiki ki jomplang, dadi sinden koyo semacam penyanyi (kalau sekarang itu timpang, jadi sinden seperti semacam penyanyi, red.),” tegas Riko. Menurutnya sinden sekarang hanya sebatas penghibur layaknya penyanyi yang tidak mengandalkan kemampuan, melainkan rupa. Transformasi menjadi salah satu inovasi dalam memperjuangkan eksistensi sinden. Jika sinden tidak mengikuti arus zaman yang selalu dinamis, sinden akan tergeser oleh perkembangan dunia seni yang semakin pesat. [Sil, As, Min]

39


SUPLEMEN

Pengarusutamaan Organisasi Ekstrakampus Oleh : Nur Fitriyani* *Penulis adalah mahasiswa aktif semester 7 dan menjabat sebagai Manager JAKER (Jaringan Kerja) di Dimensi

unia kampus adalah salah satu tumpuan awal bagi para penyandang status mahasiswa untuk mulai belajar berpolitik. Kampus juga bisa dikatakan sebagai salah satu model forum politik di tingkat negara. Bisa digambarkan politik kampus dipersepsikan sama dengan politik negara, yakni kampus menjadi lembaga independen yang bersih dan jujur, sedangkan mahasiswa menjadi rakyat yang bebas berekspresi, belajar, dan mengaktualisasikan diri. Realitanya, politik kampus yang bebas, bersih dan jujur belum sah disematkan oleh kampus. Menyematkan kata bebas, bersih, dan jujur terlihat jika kampus dan mahasiswanya terbuka dan tidak saling mendominasi. Mendominasikan salah satu kelompok masih terlihat jelas dan nyata dilakukan oleh sebagian kelompok yang mengaku dirinya bagian dari organisasi ekstrakampus. Menghujat organisasi ekstrakampus di lingkungan IAIN Tulungagung tampaknya merupakan hal yang tabu. Seringkali persoalan yang “mereka” lakukan, hanya selesai dengan temuan-temuan sepenggal dari beberapa segilintir narasumber dan meja nongkrong mahasiswa. Narasumber kadang enggan untuk menceritakan hal terjadi dengan alasan resiko keselamatan diri atau bullying. Tak jarang, fakta-fakta yang sudah terkumpul dan berita diterbitkan banyak menghujat pers kampus dengan hujatan terlalu sibuk mengurusi persoalan orang lain. Pers

D

40

kampus, sangat sering mengajak mereka (para pelaku organisasi ekstra kampus yang menjadi tokoh dalam pemberitaan) untuk menggunakan hak jawab mereka untuk mengklarifikasi fakta-fakta yang ditemukan. Namun hal itu, tidak dimanfaatkan oleh mereka jika organisasi ektrakampus merasa tuduhan itu salah. Tidak ada yang mau mengambil resiko untuk secara terang-terangan menyatakan bahwa kekacauan internal kampus, salah satu penyebabnya adalah mereka. Sehingga tindakan untuk mencegah kekacauan tidak digaungkan, dampaknya kekacauan terus berulang. Anggap saja persoalan yang terjadi di salah satu Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Fakultas Tarbiyah Ilmu dan Keguruan (FTIK) bukan isapan jempol belaka. Segelintir mahasiswa dilabrak idealismenya jika hendak bergabung dalam HMJ. Tak perlu sebut merk, salah satu Organisasi Kemahasiswaan Ekstrakampus (Ormek) mendominasi garis kepengurusan, sehingga menuntut para koloni mahasiswa untuk bergabung ormek jika ingin bergabung dalam HMJ. Logika saja, Mahasiswa Baru (Maba) yang masih fresh pikirannya datang untuk bergabung mengembangkan skill-nya di HMJ, tibatiba ditawari hal tersebut ada dua sisi tipikal jawaban orang: Pertama, tipikal orang yang menurut sehingga siap bergabung karena tujuan awal ingin ikut HMJ untuk belajar berorganisasi dan mengembangkan skill. Kedua, tipikal b e rfiki r u l a n g ka re n a b a ckg ro u n d sebelumnya pernah mengikuti organisasi. Namun, jika ada unsur pemaksaan untuk

memilih jika tidak mau bergabung dengan ormek, terpaksa harus mengurungkan niatnya untuk bergabung. Penulis berfikir ormek tersebut seharusnya memiliki pemikiran yang luas seiring telah lamanya nama ormek tersebut melambung di masa Orde Baru (Orba) sampai reformasi: Apakah pantas jika membawa kepentingan kelompok dalam perebutan kekuasaan di organisasi jurusan? Agaknya perlu refleksi kembali apa sebenarnya tujuan mereka ada, sepenggal yang penulis tahu ormek hadir untuk melangkah bersama sebagai gerakan mahasiswa untuk mengawal kebijakan pemerintah. Poinnya bergerak bersama demi kebebasan dan kesejahteraan. Namun, poin itu berangsur pudar seiring reformasi berjalan, gerakan mahasiswa tidak lagi satu jalan. Ibarat satu pohon yang memiliki banyak cabang, gerakan mahasiswa memiliki tujuan yang sama mengkritik yang dirasa tidak benar dan berekspresi, namun cara mereka bebeda-beda layaknya cabang pohon. Sehingga gerakan mahasiswa memberi sekat dengan mempertegas konotasi penamaan ekstra dan intra kampus. Sejauh ini mengikuti perkembangan ormek yang ada dikampus, terlihat pula pendominasian di Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK). Atribut Bendera berebut “siapa yang paling besar ormek dikampus ini”.

DIMeNSI 41 November 2018


SUPLEMEN Dua kali PBAK dilaksanakan, dua kali pula ormek mengibarkan benderanya, dua kali pula perselisihan antara anggota ormek satu dengan yang lain atau bahkan dari mahasiswa biasa turun tangan atas intervensi tak kasat mata tersebut. Selain itu, panitia PBAK yang mayoritas terdiri dari organisasi ekstra itu pergi entah kemana, bahkan cenderung lari dan enggan mengakui bahwa BPAK masih menyisakan pekerjaan. Jika ada yang bertanya perihal PBAK, maka jawabnya “maaf bukan tanggungjawab saya, tapi si anu� atau “saya tidak tahu menahu saya cuma menjalankan tugas.� Sepekan ini, kampus memiliki banyak hajatan dari beberapa fakultas yang menggelar gebyar atas nama HMJ. Terlihat pula intervensi yang dilakukan salah satu ormek, mengibarkan benderanya di gedung Syaifudin Zuhri (dimensipers.com). Sadar atau tidak intervensi tak kasat mata ini dilakukan, menunjukkan kekuatan ormek terbesar di kampus. Pertanyaannya layakkah hal tersebut dilakukan? beginikah rasa apatis yang diwujudkan dalam persaingan politik kampus? mengejar nama dan berebut kaderisasi sebanyakbanyaknya? Merujuk pada Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Tahun 2002 tentang pelarangan organisasi ekstrakampus atau partai politik dalam kehidupan kampus. Regulasi jelas dinyatakan bahwa organisasi ekstrakampus dilarang mencampuri urusan intrakampus. Namun, hal ini agaknya tidak digubris benar oleh sebagian anggota. Kekuatan besar pejabat kampus menjadi kekuatan sendiri mengintervensi mahasiswa untuk kaderisasi. Dilansir dari majalah LPM Suaka UIN Bandung edisi 16, Apatis terhadap politik tidak dibenarkan, sejak lama mahasiswa selalu terlibat dengan aktivitas politik. Namun, kini terjadi pergeseran peran. Mahasiswa yang terlibat dalam politik lebih memperlihatkan persaingan untuk

DIMeNSI 41 November 2018

kekuasaan di kelompoknya sendiri. Padahal, pergerakan mahasiswa di dunia politik memiliki tujuan yang lebih besar. Dalam skala kecil dalam negara kampus, mahasiswa yang mendedikasikan dirinya untuk tidak apatis terhadap politik menjadi penyeimbang, yakni menjadi garda terdepan dalam melakukan advokasi atas kebijakan kampus yang merugikan mahasiswa. Contoh, adanya jam malam yang membatasi ruang mahasiswa untuk berkegiatan diluar acara besar seperti HMJ atau Unit kegiatan Mahasiswa (UKM), dana yang tidak transparan, dan kenaikan biaya kuliah. Sepertinya hal tersebut tidak nampak lagi di politik kampus saat ini, y a n g terjadi ada lah Peneliti Terorisme dari Pusat kajian Keamanan Nasional (Puskamnas) Ali Asghar menilai legalisasi organisasi ekstrakampus bisa dibilang sangat terlambat dilakukan. Dampaknya tak akan terasa dalam waktu dekat. Soalnya, paham radikal imbas dari kebijakan normalisasi kampus yang diterapkan di Orba, atau dengan kata lain, sudah berlangsung puluhan tahun.

pol itik mahasi s w a menyerang p o l i t i k mahasiswa yang dianggap dikotomi untuk merebut kekuasaan dan posisi strategis dalam negara kampus. Seharusnya organisasi ekstrakampus berhenti melakukan tindakan politik praktis di lingkungan kampus. Bila persoalannya adalah pengkaderan, tidak menjadi masalah tatkala setiap pengkaderan tidak mengganggu stabilitas kampus termasuk organ intra apalagi jurusan. Sangat salah sekali jika organ intra atau jurusan sekalipun memberlakukan siapapun yang ingin ikut organisasi harus ikut ormek. Biarlah mahasiswa memilih sendiri sesuai keahliannya tidak ada unsur pemaksaan apalagi mencegah mahasiswa.

Absurdnya Pembentukan UKMPIB Organisasi ekstrakampus agaknya dapat bernafas dengan lega, Keputusan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menerbitkan peraturan bernomor 55 Tahun 2018 tentang pembinaan ideologi, yakni melegalkan organisasi ekstra kampus bebas beraktivitas di lingkungan internal kampus. Aturan ini menggantikan Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi Nomor 26 yang terbit tahun 2002. Peraturan tersebut tidak semena untuk melegalkan organisasi ekstra bebas beraktivitas di internal kampus, namun juga ada tujuan lain untuk meredam radikalisme yang mulai menyasar di perguruan tinggi. Mengutip pada tirto.id, teknisnya begini: setelah dilegalkan, organ ekstra diminta berhimpun dalam wadah bernama Unit Kegiatan Mahasiswa Pengawal Ideologi Bangsa (UKMPIB). Turunannya beragam, bisa kaderisasi atau diskusi publik. Intinya, menjadikan empat pilar kebangsaan (UUD 1945, Pancasila, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika) sebagai wacana arus utama dikalangan mahasiswa. Peneliti Terorisme dari Pusat kajian Keamanan Nasional (Puskamnas) Ali Asghar menilai legalisasi organisasi ekstrakampus bisa dibilang sangat terlambat dilakukan. Dampaknya tak akan terasa dalam waktu dekat, karena paham radikal imbas dari kebijakan normalisasi kampus yang diterapkan di orba, atau dengan kata lain, sudah berlangsung puluhan tahun. Membaca Keputusan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, kemudian tanggapan dari Puskamnas pertanyaanya: Mampukah organisasi ekstra meredam ideologi radikalisme? tidak usah sebut ideologi radikalisme tapi ideologi intoleran, yang mana intoleran terjadi sebelum ideologi radikalisme ada. Di dalam kampus saja, persaingan dengan politik mahasiswa yang lain saja masih membentuk.

41


SUPLEMEN Rasa kerjasama pudar seiring organisasi ekstra menganggap politik mahasiswa lain sebagai oposisi. Menurut pandangan penulis, jika pembentukan UKMPIB adalah tujuannya dan anggotanya adalah perwakilan dari salah satu organisasi ekstra, seharusnya perbaiki dulu ideologi moderatnya. Tujuannya, karena moderatisme kunci meredam radikalisme. Jika didalam negara kampus saja masih bersaing merebut kekuasaan, bagaimana mau meredam radikalisme jika bekerjasama dengan bukan kelompoknya masih ada rasa untuk bersaing. Ini mengharuskan kampus lebih tegas memilih anggota jika UKMPIB tetap ada di dalam kampus. Bukan hanya birokrat saja, terlebih organisasi ektrakampus yang kini dilegalkan mencampuri urusan intrakampus, bukan berarti semena-mena bebas mengintervensi dengan alasan pengkaderan. Tanpa ada pemberitahuan sekalipun semestinya oraganisasi ekstrakampus lebih paham dan mengerti berlaku sebagaimana layaknya organisasi (Majalah Suaka edisi 16). Mengutip pada Majalah Suaka, jika keberadaan organisasi ekstra itu lebih banyak keburukannya dibanding manfaatnya bagi pengembangan Tri Darma Perguruan Tinggi, maka perlu langkah politik alternatif. Langkah yang ditawarkan adanya penegasan kembali Senat Mahasiswa (SEMA) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) dalam bertindak sebagaimana berlaku menjadi tangan birokrat kampus jika melihat gejala yang terjadi dikampus sebelum Keputusan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menerbitkan peraturan bernomor 55 Tahun 2018 tentang pembinaan ideologi dikeluarkan, yakni organisasi ekstrakampus dilarang ikut campur dalam intrakampus, misalnya kasus menyendirikan mahasiswa Bidikmisi pada PBAK Insitut dengan mahasiswa lainnya. Kasus tersebut terjadi pada hari kedua PBAK Institut. Pagi itu Bus IAIN

42

Mahasiswa berorasi di depan Istana Negara mengkritik tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK, Jumat (20/10/2017). tirto.id/Andrey Gromico

Tulungagung membawa sekelompok mahasiswa Bidikmisi jauh dari kampus. Berdasarkan keterangan kru LPM Dimensi yang mendapat pesan via Whatsapp dari salah satu mahasiswa bidikmisi. Pelacakan yang dilakukan LPM Dimensi menemukan ada mahasiswa yang diam-diam tidak mengumpulkan handphone-nya, karena tatkala itu komunikasi apapun harus dikumpulkan ke panitia tujuannya agar mahasiswa fokus pada materi yang disampaikan. Rasa curiga dan takut timbul dari mahasiswa yang sempat menghubungi LPM Dimensi. Tatkala kasus itu diusut, seolah panitia enggan untuk diwawancarai bahkan birokrat sendiri sama sekali tidak memberikan suaranya atas kejadian tersebut. Hal tersebut timbul pertanyaan SEMA dan DEMA kemana? Apakah karena mayoritas panitia berasal dari ormek sehingga hal tersebut tidak perlu diusut, bahkan enggan untuk bersuara. Akhirnya sampai hari ini, kasus tersebut hanya selesai di meja nongkrong mahasiswa. Seolah rasa takut atau bullying membungkam mulut para tokoh yang terlibat untuk mengungkap kebenaran. Mahasiswa tak lagi ada keberanian untuk menegakkan kebenaran. Jika ini terus berlanjut, kata “jujur� tidak lagi menghiasi kampus hijau ini. Kampus bukan lagi membentuk politik mahasiswa yang bersih dan jujur, tapi membentuk politik mahasiswa untuk menyerang politik mahasiswa lain. Jika

dalam negara kampus saja laku tersebut masih subur tertanam, bagaimana kelak negara ini dipimpin oleh politik mahasiswa era sekarang. Untuk jujur saja enggan untuk bersuara. Organisasi ekstrakampus sangat penting untuk mengasah kesadaran politik mahasiswa, kemampuan intelektual, dan menjadi alat pergerakan untuk memperjuangkan dan mempertahankan kehidupan yang layak bagi masyarakat. Medan pergerakan dan organisasi itu yang akan memberikan pelajaran yang tidak pernah didapat di ruang-ruang kuliah. Jika kelas membuat mahasiswa bergelut dengan teori dan praktis, namun organisasi ekstra mampu mengarahkan mahasiswa kritis, progresif, dan membumi di dunia manusia yang nyata, sesuai semboyan mahasiswa “agent of change� maka sudah selayaknya organisasi ekstra menjadi alat kontrol (Majalah Suaka edisi 16). Organisasi ekstrakampus memiliki ruang gerak tersendiri di dalam perguruan tinggi. Keberadaannya bukan untuk memporakporandakan kampus terutama organisasi intra, tetapi sebagai penyelamat ruang akademik dari campur tangan kepentingan birokrasi. Terlebih wadah mengubah mahasiswa yang pasif karena asupan teori di ruang kelas, menjadi aktif karena asupan pergerakan nyata. []

DIMeNSI 41 November 2018


SUPLEMEN

Hoax:

Tantangan Nyata Generasi Milenial Oleh : Luluk Nafi’ah*

Orde Baru (Orba) dan Negara Indonesia masih di bawah pimpinan Soeharto. Berbagai latar belakang seperti hobi, iseng, maupun konspirasi Ilustrasi: Mindra Purnomo/detikcom itulah yang menyebabkan hoax semakin sering dibuat. Konon hoax sebenarnya sudah lama ada, khir-akhir ini, hoax menjadi perbincangan yang meski dampaknya berbeda dengan yang ada sekarang. hangat di media massa maupun media sosial. Hal Pada masa itu, rezim Orde Baru memang sangat tersebut menyebabkan publik resah karena menguasai media informasi agar situasi negara selalu dalam informasi yang disuguhkan tidak bisa dipastikan kondisi aman terkendali. Presiden beserta pejabat tinggi kebenarannya. Keresahan tersebut yang nantinya akan lainnya tidak boleh diusik, apalagi dikritik. Di samping itu, membuat ketidaknyamanan pengguna media sosial bahkan pengawasan terhadap informasi pun sangat ketat, apalagi bisa menimbulkan perselisihan. Disamping itu, pengguna harus untuk media-media yang suka mengkritisi pemerintah. Media benar-benar teliti dalam mencermati sebuah berita, agar tidak sosial belum lahir pada saat itu, tetapi banyak media massa terjebak dalam suatu pemahaman yang palsu. (Contoh: radio, televisi, koran, dan lain-lain) yang digunakan Menurut Lynda Walsh dalam buku berjudul “Sins oleh kalangan-kalangan tertentu. Melalui media itulah, beritaAgainst Science�, istilah hoax merupakan istilah dalam bahasa berita hoax dihembuskan hanya untuk kalangan tertentu. Hal Inggris yang masuk sejak era industri. Diperkirakan pertama tersebut tidak lain adalah bertujuan untuk menumbuhkan kali masuk pada 1808. Hoax itu sendiri berarti tipuan, menipu, perasaan aman, tentram, makmur, dan terkendali. Berbeda berita bohong atau kabar burung. Sehingga hoax bisa kita dengan sekarang, hoax disebarluaskan untuk mengganggu artikan sebagai suatu pemberitaan yang ditampilkan di media stabilitas negara dan sosial. Meski teknologi sudah sosial, baik berupa tulisan, gambar, maupun video dimana semakin canggih. itu tidak dibenarkan adanya (tidak akurat). Hoax Perkembangan teknologi telah membawa merupakan informasi semu yang tidak layak dikonsumsi banyak perubahan pada gaya hidup anak muda yang dan termasuk perbuatan yang tidak terpuji. lahir di tahun 1980 hingga 2000-an, yakni yang akrab Berita hoak bisa terjadi karena misinformasi disebut generasi milenial atau generasi digital native. maupun disinformasi. Misinformasi merupakan Sehingga di tahun 2018, anak-anak generasi milenial informasi yang salah, namun orang membagikannya ini berusia antara 18 hingga 38 tahun. dan percaya bahwa itu benar. Sedangkan Pertanyaannya adalah, apakah kamu termasuk disinformasi merupakan informasi yang salah generasi milenial? Dari 200 jutaan penduduk dan orang yang membagikannya tahu itu salah Indonesia, 81 juta di antaranya berasal dari dan ia sengaja. Di balik misinformasi dan generasi milenial. (Mojok.co, 9/03/2018) disinformasi, kita akan mengetahui beberapa Berbicara mengenai generasi alasan perbuatan tersebut. Di antaranya milenial, kita tidak akan terlepas dengan adalah karena jurnalisme yang lemah, sengaja bahasan media sosial. Ditambah, sekarang membuat provokasi, dalam rangka mencari jumlah media sosial yang bermunculan uang, sebagai gerakan politik, propaganda, semakin banyak. membuat lucu-lucuan, dan partisipanship. Lantas kapan hoax mulai muncul di tanah air? Hoax akhir-akhir ini memang menjadi viral di berbagai media sosial. Di *Penulis adalah mahasiswa aktif semester 7 dan menjabat Indonesia, hoax diperkirakan sudah eksis sebagai Bendahara Umum di LPM Dimensi IAIN Tulungagung sejak era 70-an silam atau tepatnya saat

A

DIMeNSI 41 November 2018

43


SUPLEMEN Seperti whatsapp, facebook, twitter, instagram, youtube, dan lain-lain. Media sosial tersebut mudah diakses oleh pengguna internet karena penyampaian informasi yang begitu cepat, dimana setiap orang akan dengan mudah memproduksi informasi. Berdasarkan laporan dari We Are Social dan Hootsuite, pertumbuhan media sosial pada tahun ini mencapai 13 persen dengan jumlah pengguna mencapai tiga miliar orang. (Liputan 6, 2/11/2018). Majunya teknologi di tengahtengah kehidupan generasi milenial tersebut, menjadi salah satu tantangan sekaligus peluang bagi generasi milenial. Selain memudahkan dalam mencari informasi maupun berkomunikasi, ia juga akan menghadapi tantangan terkait penyebaran hoax yang semakin merajalela. Hal tersebut tidak lain adalah karena semakin bertambahnya pengguna media sosial. Sehingga menyebabkan semakin bertambahnya pelaku yang memanfaatkan moment tersebut untuk kepentingan pribadi maupun kelompok. Misalkan saja berita tentang penculikan anak di Depok dan penjualan organ tubuh yang dikutip oleh depok news pada 25 Oktober 2018. Berita tersebut jelas hoax dan setelah polisi memastikan broadcast di sekolah, tidak ada guru yang mengaku kehilangan siswanya dan tidak ada orang tua yang mengaku kehilangan anaknya. Berita hoax tidak lain disebabkan karena kurang jelinya pembaca terhadap berita. Pembaca akan mudah untuk menelan mentah-mentah informasi yang mereka dapatkan, tanpa mengecek kebenarannya maupun menďŹ lter data secara baik. Ditambah dengan minimnya pengetahuan, sehingga ketika mendapati sesuatu di media, pembaca akan mengamini apa saja yang ditulis oleh penulis. Bahkan tidak tanggungtanggung pembaca akan menyebarluaskan berita tersebut, inilah yang akan menjadi ketakutan masyarakat untuk generasi milenial. Karena semakin maraknya berita

44

dok.dim

hoax, perlu adanya penanganan khusus yang membuat pelaku jera. Sebenarnya pemerintah sudah membuat payung hukum seperti yang tertera pada Pasal 28 ayat 1 dan 2 UU No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transasksi Elektronik (ITE), Pasal 14 dan 15 UU N0. 1 tahun 1946, Pasal 311 dan 378 KUHP, seta UU No. 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Meski begitu, produk hukum untuk memerangi khasus penyebaran hoax masih belum maksimal terlaksana. Penyebaran berita hoax masih belum surut juga. Sebenarnya di Indonesia sudah ada sanksi bagi pelaku, yakni dipidana penjara 6 tahun dan denda Rp. 1 miliar. Namun, penanganan tersebut belum ditangani secara serius dan hingga saat ini hoax masih bebas berkelana. Hal tersebut sangat disayangkan, meski pada kenyataannya sudah ada upaya dari pemerintah untuk memberantasnya. Di antaranya pemerintah sudah melakukan

pemblokiran terhadap situs-situs hoax, tapi belum melakukan tindak pidana yang tegas. Mungkin itulah yang menjadi penyebab pelaku masih bisa berproduksi memperluas ruang gerak dan tidak menimbulkan efek jera bahkan semakin banyak yang meniru. Media Cable News Network (CNN) Indonesia menyebutkan bahwa dalam data yang dipaparkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informarika terdapat 800 ribu situs di Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar berita palsu atau ujaran kebencian (hate speech) (Pratama, 2016). Kementerian Komunikasi dan informasi (Kemkominfo) juga selama tahun 2016 sudah memblokir 773 ribu situs berdasar pada 10 kelompok. kesepuluh kelompok tersebut di antaranya mengandung unsur pornograďŹ , SARA, penipuan/dagang ilegal, narkoba, perjudian, radikalisme, kekerasan anak, keamanan internet, dan Hak Kekayaan Intelektusl (HKI).

DIMeNSI 41 November 2018


SUPLEMEN

Dari jumlah itu, paling banyak yaitu unsur pornografi (Jamaludin, 2016). Sebelum hoax semakin m e n y e b a r, p e r l u a d a n y a s u a t u pencegahan baik dari diri sendiri maupun orang lain. Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Rosarita Niken Widiastuti menjelaskan bahwa pencegahan hoax dapat dilakukan melalui literasi media, pencegahan hukum, dan fact checking. Untuk itu, masyarakat perlu dibekali dengan pengetahuan akan internet sehat dengan literasi media sehingga dapat mengenali ciri-ciri hoax. Selain itu penerima berita dapat mengakses, menganalisis, mengevaluasi suatu berita.[] Di samping itu, seorang dokter ahli bedah saraf Roslan Yusni Hasan dari Satyanegara Brain and Spine Centre menjelaskan bahwa otak manusia bekerja berdasarkan rasio dan emosi.

DIMeNSI 41 November 2018

Keduanya memiliki bagian yang sama besaranya dalam kehidupan manusia. Pada kenyataannya, 90 % keputusan kita berdasarkan emosi dan bukan rasio. Ini artinya bahwa kita lebih mudah menerima sesuatu yang memancing emosi, terlepas dari benar atau tidaknya informasi tersebut. Sehingga kecenderungan ini menyebabkan seseorang lebih sanggup menerima informasi yang sesuai dengan keinginannya, bukan malah fakta sebenarnya. Biasanya hal tersebut didasarkan pada keyakinan agama atau penemuan ilmiah. Banyak yang diketahui secara ilmiah pun hanya dibangun di atas spekulasi, bukan pada penyelidikan tanpa diserati telaah lebih lanjut. Alhasil hoax lebih mudah diterima masyarakat meski ajakan menghindari berita yang tidak benar terus bergaung. Mudahnya menerima berita hoax juga menyebabkan pergeseran dalam melihat informasi. Menurut Dr. Ryu, berita tidak lagi berfungsi mencari kebenaran (konfirmasi), tetapi sebagai pembenaran (afirmasi). Nyatanya, hoax masih bisa tersebar hingga saat ini dengan alasan: (1) semakin besarnya jumlah pengguna internet, semakin mudah seseorang mendapatkan informasi tanpa mengklarifikasi; (2) aturan dan pasal untuk menjerat hukuman untuk penyebar hoax belum mampu mengendalikan jumlah berita hoax y a n g t e r u s terproduksi setiap waktu. Dengan begitu, hoax masih membayangi dunia sosial media dan akan menyebabkan kerugikan dari banyak kalangan. Baik pelajar, pekerja, hingga masyarakat

biasa. Dulu, mungkin orang kesulitan untuk mengetahui mana informasi yang benar dan hoax. Namun, sekarang di era digital sebenarnya orang lebih mudah untuk menangkal hoax. Cuma kita harus mau chek and recheck. Dulu, kasuskasus hoax mudah berkembang karena minimnya literatur untuk menguji fakta. Selanjutnya di era digital seperti sekarang ini, yang mana literatur sudah banyak baik yang berupa online maupun offline, Rujukan yang serba mudah tersebut sudah sepatutnya kita sebagai generasi milenial lebih mudah dalam menangkal hoax. Apapun berita yang dimuat dan siapapun yang memuatnya, jangan lupa selalu cek terlebih dahulu kebenarannya. Kemudian, jangan pernah menyebarkan ke media sosial sebelum semuanya b e n a r. A g a r k a m u t i d a k m e n j a d i partisipator hoax. Bagaimanapun juga hoax perlu dipunahkan, supaya tidak terjadi tumpang tindih antara kebenaran dan kesalahan. []

dok.dim

45


KIPRAH

Berproses melalui Ormek menjadi Pilihan Terkadang ilmu tidak hanya di peroleh di bangku kuliah. Ilmu tidak sesempit ruang kelas. Ilmu bisa datang dari orang-orang sekitar di luar apa yang seharusnya kita pelajari di ruang kelas. Orgnaisasi membantu mahasiswa dalam mempelajari banyak hal yang belum tentu di dapatkan sewaktu kuliah.

dok.dim

enin pagi, bertepatan dengan peringatan hari santri, kru LPM Dimensi melangkahkan kaki menuju gedung megah yang tak lain adalah gedung Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung. Beberapa waktu lalu belum sempat bertatap muka dengan narasumber, kini kedatangan yang ketiga kalinya, kami berharap bisa berbincang dengan Prof. Dr. H. Akhyak, M.Ag. yang menjabat sebagai Direktur Pascasarjana IAIN Tulungagung. Terlihat pintu ruang terbuka, firasat kami ia berada di tempat. Dari balik pintu sosok laki-laki mengangguk dan mempersilahkan kami untuk masuk ke ruangannya. Di ruang sejuk dengan fasilitas Air Conditioner (AC) kami dipersilahkan untuk duduk tepat di depan meja kerjanya. Kami menjelaskan singkat tujuan kami sembari menunggu ia menyalakan air purifier. Ia menyatakan dengan senang hati bersedia menjadi narasumber kami. Berlanjut dengan perbincangan santai ditemani sebatang rokok yang

S

46

dihisapnya, ia mulai menceritakan seluk beluk tentang dirinya. Akhyak adalah nama akrab panggilannya. Sosok figur yang lahir di Tulungagung, 29 Oktober 1967 silam. Putra dari KH. Akhwan dan Hj. Umiyah. Akhyak tumbuh dan besar di tengah kedua orang tua yang berprofesi sebagai seorang pedagang. Kini tinggal bersama istri dan anaknya di Jalan Mayjend Sungkono, Perumahan (PERUM) Kutoanyar Permai D-33, Kutoanyar, Tulungagung. Perjalanan pendidikan tingginya dimulai dari sebuah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sunan Ampel pada tahun 1992, dengan mengambil prodi Pendidikan Agama Islam (PAI). Setelah lulus S1, Akhyak memperoleh beasiswa untuk melanjutkan kuliah magister (1998) dan doktor (2009) di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, serta beasiswa ISFI untuk International Conference di Hong Kong. Pada tahun 1994, beliau mulai meniti karir berkerja di IAIN Tulungagung sebagai tenaga pengajar, hingga saat ini menjadi Direktur Pascasarjana IAIN Tulungagung. Masa Muda Berkiprah di Ormek Saat menjadi mahasiswa, Akhyak tidak hanya bergelut karir di dalam dunia akademisi. Namun, ia juga mengisi kesaharian di dalam kampus dengan mengikuti organisasi. Akhyak

sempat mengikuti pramuka, bahkan sebagai pendiri Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka Dewan Racana. Di sisi lain, Akhyak juga mengikuti Organisasi Mahasiswa Ekstrakampus (Ormek) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sejak semester 3. “Sebuah perjuangan psikologis. Awalnya hanya pelampiasan saja, karena tidak suka kuliah di sini. Akibatnya untuk menghibur diri saya ikut Ormek. Dipaksa oleh keadaan, tetapi lama-kelamaan saya sadar bahwa mengikuti organisasi itu penting,” ujar Akhyak. Dari proses mengikuti Ormek itu, ia mendapatkan sebuah kepercayaan bahwa mengikuti organisasi adalah sebuah kepentingan tersendiri. Selain itu juga melatih untuk menjadi seorang yang lebih unggul. “Saya melihat senior-senior s a y a y a n g p i n t a r. S a y a t e r p a c u bagaimana kualitas saya bisa mengungguli senior-senior saya di organisasi. Akibatnya saya punya kesadaran diri untuk terus belajar melalui Ormek.” Di organisasi tidak hanya untuk menunjukkan eksistensi dan aktualisasi diri dalam membentuk karakter yang baik, tetapi juga sebagai peluang bagi mahasiswa berinteraksi dengan mahasiswa lain dari berbagai karakter dan latar belakang.

DIMeNSI 41 November 2018


KIPRAH Selama di Ormek, figur Akhyak pernah menjabat Direktur English and Arabic Course (EAC) Komisariat PMII IAIN Tulungagung pada tahun 19871988, Ketua II PMII Cabang Tulungagung 1989-1990, Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) pada tahun 1990-1991. Wakil ketua PMII Cabang Tulungagung pada masa itu menjadi karir tertingginya selama berkiprah di organisasi. Saat ini Akhyak masih bergabung dengan Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) Kabupaten Tulungagung. Ia menjabat sebagai anggota, karena hanya ada satu ketua sebagai observator. Selain itu, ia sempat mengikuti Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Akhyak pada saat itu sempat menjabat sebagai Wakil Seketaris dari KNPI tahun 1991-1992. Ormek Dulu dan Sekarang Mengingat kembali perjalanan selama mengikuti Ormek, Akhyak menuturkan Ormek pada zamannya dengan sekarang nampak berbeda dari segi semangat organisasi. Jiwa-jiwa pergerakan pada zaman dulu bisa dikatakan cukup progresif dan sangat aktif dibandingkan pada saat ini. Namun,

ada sisi lain yang berbeda, yakni dalam bidang intelektual. Perbandingan dalam bidang intelektual atau tingkat kecerdasan lebih unggul pada saat ini. Menurutnya, hal ini dikarenakan dahulu yang menjadi kendala kecerdasan para kader adalah kurangnya teknologi. Namun, seiring perkembangan zaman, teknologi mengalami perbaikan yang signifikan, sehingga menciptakan sisi yang lebih maju pada generasi saat ini. Meskipun demikian, jika dipandang dari segi kesungguhannya, semangat mengikui organisasi masih semangat generasi terdahulu. Baginya berorganisasi merupakan wahana menempa diri agar nantinya sukses dalam study. Ia berpesan bahwa jika tidak mengikuti apapun selama kuliah dan sekedar menimba ilmu di bangku perkuliahan, mahasiswa akan menimba kerugian d a dok.dim lam waktu-waktu senggang. “Organisasi itu penting, meskipun ikut organisasi kualitas akademik juga harus tetap baik. Jangan sampai karena ikut organisasi kualitas akademiknya jatuh. Motto yang saya pegang sampai s e k a r a n g a d a l a h s e l a l u b e l a j a r, beribadah, dan mengabdi kepada

masyarakat.” Mahasiswa diberikan kebebasan untuk memilih wadah yang mana ia akan memanfaatkan waktu semaksimal mungkin. Berorganisasi di dalam maupun di luar kampus bukanlah menjadi kendala bagi mahasiswa, melatih profesional dalam mengatur waktu, celah dan wadah bagi mahasiswa untuk mengeksplore diri. Sebagaimana dijelaskan dalam Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia Nomor: Dj.I/253/2007, pada BAB II pasal 3 tentang tujuan organisasi, yakni mendorong mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi serta bakat minat bernuansa Islami dan berwawasan kebangsaan Kesuksesan dan keberhasilan di masa depan bukan berawal dari keegoisan diri sendiri, melainkan berangkat dari seberapa hebat mahasiswa bisa prefesional dan menempatkan diri dalam organisasi dan kampus. Tidak ada larangan untuk mengikuti sebuah organisasi, tetapi ada suatu hal yang harus menjadi prioritas mahasiswa yakni belajar. [Mia,Dep]

DIGITAL LEBIH ASYIK ..

Baca produk cetak LPM DIMeNSI versi digital di Issuu.com

Read us on issuu

dimensipers

DIMeNSI 41 November 2018

#dimensipers

dimensipers

LPM Dimensi IAINTA

dimensipers.com

47


KIPRAH

Berkiprah dalam Ormek: Upaya Menggali Eksistensi Diri Melalui Masyarakat “Pengabdian dan pengamalan ilmu di masyarakat adalah suatu bentuk student excercise melalui Ormek. Wujud pengabdian melalui Ormek dapat dilakukan sewaktu waktu dan terus menerus melalui pendidikan nasionalisme, nilai ideologis, menangkal diri dari radikalisme.� dok.dim

erik matahari yang menyengat hingga lapisan kulit luar, tak menurunkan semangat Kru Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Dimensi untuk menemui narasumber. Kala itu kami memang sudah membuat janji bertemu, sekedar untuk melakukan pembahasan ringan terkait kiprah seorang tokoh di Organisasi Mahasiswa Ekstrakampus (Ormek). Di ruang kantor, kami berbincang dengan sosok yang dikenal sebagai Founding Father dari Organisasi Ekstrakampus (Ormek) PMII. Achmad Patoni namanya. Ia adalah sosok yang kini berprofesi sebagai Kepala Program Studi (Kaprodi) S3 Manajemen Pendidikan Islam (MPI). Sembari duduk di kursi kantor yang biasa menjadi tempatnya bekerja, ia mulai memaparkan runtutan perjalanan kiprahnya di organisasi. Sebagai mahasiswa, tentu kuliah menjadi kewajiban utama. Namun, berorganisasi juga menjadi pilihan yang dapat mengasah minat dan bakat di berbagai bidang. Apapun minat, keahlian, dan kemampuan mahasiswa, sebagai mahasiswa harus mempunyai kesadaran untuk terus menggali informasi, ilmu pengetahuan, serta membekali diri dengan kapasitas keilmuan yang tinggi, sehingga mampu memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan bangsa dan masyarakat. Patoni mengawali perjalanan pendidikannya tahun 1982 di sebuah sekolah tinggi yang berstatus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sunan Ampel. Pada saat menjadi mahasiswa, ia turut aktif dalam Ormek. Adapun Ormek yang ada di Tulungagung kala itu meliputi, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia

T

48

(HMI), dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Hal yang membuatnya tertarik berkecimpung di dalam Ormek adalah karena kesadaran sebagai mahasiswa yang harus aktif dan peka dengan kondisi sekitar. Meskipun di sisi lain juga merupakan sebuah upaya dari penerapan Tri Darma Perguruan Tinggi yakni pengabdian di masyarakat dan penerapan penguatan Islam keindonesiaan. Menurutnya, meskipun aktif dalam organisasi, mahasiswa harus tetap sukses dan berprestasi dalam akademik serta peduli dengan lingkungan. Saat kuliah ia sempat menjabat sebagai Ketua Cabang PMII Kabupaten Tulungagung 1983-1984 dan Ketua PMII Jawa Timur 1987-1988. Kiprahnya tidak berhenti di sana, setelah lulus, ia tetap aktif di dalam Ormek dan menjabat sebagai Ketua Ikatan Alumni PMII Kabupaten Tulungagung hingga saat ini. Patoni menuturkan bahwa sejak dahulu Ormek memang tidak bergerak di dalam kampus. Hal tersebut sudah ditetapkan sejak adanya Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) atau Badan Koordinasi Kemahasiswaan. Namun, saat ini kemungkinan akan dilakukan perubahan, dengan munculnya Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Permenristekdikti) Nomor 55 Tahun 2018. Dalam aturan Permenristekdikti disebutkan bahwa pembinaan ideologi bangsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam kegiatannya melibatkan dan/atau bekerja sama dengan organisasi kemahasiswaan ekstra perguruan tinggi.

DIMeNSI 41 November 2018


KIPRAH Patoni mengapresiasi adanya Peraturan di atas, karena ada kaitannya dengan pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam rangka melaksanakan pengabdian dan mengamalkan ilmu di masyarakat, yakni sebagai bentuk student excercise melalui Ormek. Di sinilah peran Ormek sebagai jembatan untuk mewujudkan pengabdian. Wujud pengabdian melalui Ormek dapat dilakukan sewaktu waktu dan terus menerus melalui pendidikan nasionalisme, nilai ideologis, dan menangkal diri dari radikalisme. Hal ini yang membedakan pengabdian yang dilakukan ketika Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan Ormek. Wa l a u p u n k e d u d u k a n n y a d i l u a r l e m b a g a kemahasiswaan kampus, Ormek turut berperan dalam pendampingan membentuk ideologi dan karakter di berbagai aspek dalam ranah kampus. Namun, harus tetap dalam batasan tertentu dan tidak keluar dari rambu-rambu utama tugas dan fungsi perguruan tinggi yaitu “Tri Dharma Perguruan Tinggi”. Dinamika Ormek Mengingat perjalanan Ormek yang cukup panjang, Patoni menjelaskan bahwa perkembangan Ormek saat ini memang lebih kompleks. Sekarang banyak partai politik yang begitu bebas, begitu pula dengan mahasiswa yang belajar berafiliasi. Hal tersebut yang terkadang dirasa mengganggu pendirian mahasiswa. “Kalau dilihat sebenarnya positif, perkembangan organisasi saat ini luar biasa. Mengkaderkan diri dan nanti terserah selanjutnya kembali menjadi akademisi, pekerja sosial, atau wakil rakyat. Tanpa hal tersebut juga tidak bisa mengukur kemampuan, karena bertemu teman lain menambah banyak pengalaman” ungkap Patoni dalam perbincangan siang itu. Meskipun demikian, dalam Permenristekdikti Nomor 55 Tahun 2018 pasal 2 ayat 3, dijelaskan pula organisasi kemahasiswaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang melakukan kegiatan politik praktis di dalam kampus. Kampus adalah tempat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, bukan untuk berpolitik. Karena berpolitik cenderung mengganggu proses pendidikan di lingkungan kampus di tengah berbagai perbedaan pilihan. Hal ini pun juga sempat disinggung dalam UndangUndang Republik Indonesia pasal 8 ayat (1) kebebasan mimbar akademik adalah sesuatu yang bersifat ilmiah yang dikembangkan dalam Pendidikan Tinggi dan terbebas dari politik praktis. Setiap tokoh dalam Ormek, tentu memiliki ruang gerak yang berbeda. Perbedaan itu muncul atas dasar berbagai hal, termasuk perbedaan

DIMeNSI 41 November 2018

zaman yang dibawa oleh setiap perjalanan Ormek. Kiprah Patoni di dalam Ormek yang memiliki ruang gerak penuh baik di dalam maupun di luar kampus tentu patut dijadikan sebagai pelajaran berharga bagi setiap mahasiswa. Perubahan berupa ruang gerak yang dulunya terbatas teknologi dan saat ini telah tercukupi segala akses, sebaiknya mampu menjadi jalan panjang yang lebih baik bagi perjalanan mahasiswa dalam berbagai organisasi dan akademik. Ruang gerak yang lebih mudah, sudah sebaiknya ditangkap dengan lebih baik pula dalam menghadapi setiap tantangan. Tantangan berupa perbedaan misalnya, karena setiap individu dan kelompok tentu memiliki porsinya masingmasing dalam bergerak dan berpikir. Meskipun demikian, setiap anggapan atau wacana buruk yang saling membedakan antar organisasi atau Ormek tentu harus ditangkap dengan bijak. “Makanya kini harus dibangun lagi untuk menyatukan pandangan mahasiswa akan Ormek. Tidak sama tidak perlu disatukan. Berbeda bukan berarti harus bermusuhan. Biar besar dengan tujuan masing, karena juga ada sejarahnya sendiri. Yang harus dewasa ya kader dan pengurusnya. harus ada komunikasi.” Terang Patoni. Perbedaan yang ada antar Ormek bukanlah alasan untuk saling menjatuhkan. Pada dasarnya semua organisasi memiliki sejarah dan tujuan yang baik. Perlu menanamkan pada diri sendiri dan para kader untuk membudayakan adab menghargai perbedaan dan mencari persamaan, sehingga tidak terjebak pada pemikiran fanatik. Meskipun berbeda organisasi, akan tetapi dasarnya masih dalam satu rumah yang sama dan tujuan yang sama sebagai agen perubahan. Asumsi yang mengatakan bahwa menjadi aktivis nantinya tidak sukses di akademis, kini sudah mulai dipatahkan. Terlihat dari segi akademis yang semakin membaik. Mereka sudah mulai menunjukkan bahwa mereka bisa lulus study tepat waktu dan tetap berprestasi dalam akademik. Sesungguhnya yang membuat perkuliahan dan akademik menurun bukanlah organisasi, akan tetapi terkadang karena kurang efektif dalam membagi waktu dan prioritas. Sejatinya kehidupan berorganisasi memang menyita waktu, tetapi sebagai mahasiswa yang digadang sebagai kaum intelektual seharusnya bukan menjadi masalah jika bisa memanajemen waktu dengan baik. [Mia,Syam]

49


SUSASTRA

Diriku yang Lain Oleh : Isnatul Kholiď€ ah

dok.dim

atahari mulai kembali ke peraduannya, membuatku mau tak mau harus kembali ke rumah. Bagaimanapun aku masih ingat kata-kata yang pernah diucapkan oleh ibuku, “Kamu ini perawan, jangan suka keluyuran waktu petang.� Begitu katanya, jadi sebagai anak yang berbakti bukankah aku harus menuruti kata ibu? Walaupun dengan berat hati meninggakan tugas di kampus yang pasti nantinya akan dikejar-kejar oleh senior. Aku membuka pintu rumahku dengan pelan. Sama seperti hari-hari yang lalu, tak ada siapapun kecuali bau bunga melati yang menyambutku. Memang terdengar mistis tetapi itu perintah nenek, kata beliau agar rumah tidak dihampiri makhluk-makhluk tak kasat mata. Percaya sekali, pikirku. Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian dengan piama yang lebih nyaman, aku memutuskan untuk

M

50

duduk di kursi meja belajarku, mengerjakan beberapa laporan yang belum selesai kubuat. Namun, baru sepuluh menit aku membuka laptop suara ribut dari arah luar kamar membuatku tidak tenang. Dengan kesal aku pun membuka pintu kamar sedikit keras hingga menimbulkan suara nyaring, tetapi suara itu tak berhenti, seperti memanggilku untuk terus melangkah menjauh dari kamarku. Setelah beberapa saat mengikuti asal suara gaduh tersebut sampailah aku di kamar nenek dan betapa terkejutnya aku bahwasannya kamar dengan nuansa putih itu tak terkunci, membuat langkah kaki ini semakin ringan untuk masuk ke dalam. “Nek...� panggilku pelan. Bodoh memang, walaupun aku memanggil nenek hingga suaraku putus sekalipun pasti beliau tidak akan menyahut, karena seminggu lalu nenekku baru saja dimakamkan. Bukannya aku tak takut masuk ke kamar ini, tetapi rasa penasaranku mengalahkan rasa takutku.

DIMeNSI 41 November 2018


SUSASTRA “Nek...” panggilku lagi, tetapi tak ada jawaban, dan anehnya suara gaduh itu berhenti tepat ketika aku sampai di depan meja rias tua kepunyaan nenek. Meja itu masih begitu terawat di usianya yang bahkan lebih panjang dari nenekku, jangan tanya aku tau dari mana karena nenek pernah menceritakan kisah meja rias ini saat aku masih berumur sepuluh tahun. Mataku menelisik ukiran-ukiran rumit yang menjadi hiasan meja ini. Entah dorongan dari mana, tanganku tibatiba membuka laci di sisi kanan bawah meja itu. Membuka perlahan dan betapa terkejutnya diriku ternyata laci itu penuh bunga melati yang masih segar. Setauku Ibu bahkan tak berani masuk kamar ini setelah kematian nenek. ”Arum...” tiba-tiba ada suara memanggil namaku, aku terkejut dan mendongakkan kepalaku menuju sumber suara. Alangkah kagetnya diriku melihat pantulan wajahku yang terlihat sangat pucat, tetapi anehnya bayanganku tak memakai piyama, melainkan memakai kebaya berwarna merah menyala. “Siapa kau!” Aku berteriak dengan suara bergetar, percayalah saat ini aku benar-benar takut. “Aku Arum” jawabnya disertai senyum pada bibir pucatnya. Namun, aku dapat melihat pancaran kelicikan di matanya. “Jangan bercanda! Aku Arum.” Aku berteriak kembali. Melayangkan tatapan marah dan takut pada sosok itu, namun ia tak gentar malah semakin melebarkan senyumnya. “Aku memang Arum, lebih tepatnya Arum dari dirimu yang lain.” “Konyol!” Aku berteriak marah, berniat keluar dari kamar nenekku, jujur aku takut. Namun, baru tiga langkah aku beranjak pintu kamar nenek tiba-tiba tertutup dengan kencang. “Jangan Pergi.” Ucap sosok itu, membuatku dengan takut kembali mengarahkan pandang ke cermin yang kini mulai retak seperempatnya. “Apa maumu?” aku bertanya dengan suara bergetar, aku takut sungguh. “Kemarilah, bukannya kau kesepian ?” Ia mengulurkan tangannya, anehnya tangan dengan jemari berhias kutek berwarna merah itu mampu menembus kaca tempat ia berada. “Tidak, kau iblis!” Aku menyalak, mencoba menjauhkan diri dari tangan yang ingin menggapaiku. “Sudah kukatakan aku bukan iblis, aku dirimu yang lain. Dirimu yang sudah lama terkubur.” “Apa maksudmu?” aku mulai penasaran dengan maksudnya. Diriku yang lain? Terkubur? Sosok itu terkekeh, mengeluarkan sebuah cermin dari genggaman tangannya. Ukurannya hanya setelapak tangan orang dewasa, dengan ukiran ular dan bunga melati di sekelilingnya.

DIMeNSI 41 November 2018

“Lihatlah!” perintahnya dan mengarahkan cermin itu kehadapanku, dapat kulihat diriku dengan balutan seragam SMA di sana, berdiri di bawah derasnya air hujan yang langsung menusuk tubuhku. Jangan lupakan tangan tangan kiriku yang menggenggam cangkul. Betapa kagetnya aku ketika melihat diriku di sana, mengarahkan cangkul itu tepat ke kepala seseorang yang tergeletak di tanah, perempuan entah siapa aku tidak ingat. “Apa maksudmu!” Aku berteriak marah, tubuhku bergetar dengan keringat sebesar biji jagung membanjiri pelipisku. “Itu kau, tiga tahun lalu.” Sosok itu terkekeh, kemudian menggeliatkan tubuhnya perlahan keluar dari cermin. Aku terkaget, menjauhkan tubuhku hingga menabrak knop pintu yang masih senantiasa tertutup. “Jangan mendekat!” teriakku. Aku takut, sungguh aku benar-benar ketakutan sekarang. “Membunuh teman sekelas saja kau berani, mengapa kau takut denganku? Apa kau takut aku akan melakukan hal yang sama, seperti yang kau lakukan pada Sukma? Membunuhmu?” “Apa maksudmu, aku tak membunuh siapapun!” jeritku, kurasakan tubuhku melemas. Kenapa? Apa ini? Sukma siapa? Membunuh? Aku benar-benar bingung. Ini semua membuatku gila. “Tenanglah aku tak akan membunuhmu, justru aku ingin membantumu. Aku tau kau memiliki masalah dengan Sinta, siswi beasiswa yang menuduhmu anak yang tak dianggap ayahnya, sama seperti yang Sukma pernah katakan.” Pikiranku melayang pada kejadian tiga hari lalu lebih tepatnya saat mereka, Sinta dan antek-anteknya melayangkan tatapan menghina dan menatap diriku dengan pandangan jijik. Aku marah, aku benci pada mereka.

dok.repro internet

51


SUSASTRA Ya kejadian yang sangat ingin aku lupakan, di mana Sinta dengan tak tau malunya meneriaki bahwasannya aku adalah anak haram. Dan bodohnya teman-teman idiotku mempercayai gadis jalang itu dengan mudahnya. “Darimana kau tau?” suaraku masih terus bergetar. Dari dekat sosok ini begitu menakutkan. “Sudah kukatakan, aku dirimu yang lain.” Dia semakin mendekat, kemudian berjongkok tepat di hadapanku, menepuk-nepuk pipiku pelan dengan tangan dinginnya. “Jangan di tahan, keluarkan saja. Aku tau kau tersiksa.” Aku menatap matanya. Mata itu sungguh meyakinkan dengan segala kemisteriusan dan pesonanya. Dengan tanpa sadar membuatku jatuh ke mata kelam itu, semakin dok.dim terseret jauh menyelami mata yang entah mengapa membuatku tak bisa berpaling. “Aku ingin membunuhnya.” Ucapku pelan dan tanpa sadar, sosok itu menyeringai.

“Aku akan membantumu, sekarang ulurkan tanganmu.” Perintahnya, dan tanpa kendali tanganku dengan mudah terulur. Sosok itu mendekatkan bibirnya di tempat urat nadiku, mengeluarkan taringnya dan menggigit tanganku. Aku sadar itu terasa sakit, namun aku hanya diam. Merasakan darahku perlahan keluar dari tubuhku hingga kepala ini merasa pening dan kesadaranku yang mulai menipis. Setelahnya aku tak ingat apa-apa, namun anehnya aku terbangun di gudang penyimpanan peralatan di kampusku. Jangan lupakan pisau yang masih berlumuran darah di tanganku. Langsung kuedarkan pandanganku ke sekeliling ruangan. Gelap dan lembab, namun ada sesuatu yang menarik atensiku. “Sinta...” suaraku bergetar ketika mengetahui ada orang lain selain diriku. Tergeletak di lantai dengan kepala terputus dan dibanjiri genangan darah. “Tidak!” // []

For Friends, Brother, And Families That Religious Christian ... Merry Christmas and New Year 2019

Happy New Year 2019 "Kemerdekaan bagi kaum Muslimin untuk turut menghormati hari kelahiran Nabi Isa, yang sekarang disebut hari Natal. Mereka bebas merayakannya atau tidak, karena itu sesuatu yang dibolehkan oleh agama." ( Gus Dur )

dimensipers.com

52

dimensipers

LPM Dimensi IAINTA

dimensipers

DIMeNSI 41 November 2018


PUISI

Kepadamu kawan Oleh : Sur

Jika dirimu tak mau memberi, aku tak memaksa Dirimu tak hadir, aku tak meminta Kau tak menjawab, aku hanya ingin menunggu Terkadang, entah mengapa ingin berdebat Tak adanya dirimu, biarku cumbu bayangmu..

Inderaku, Maafkan rekanmu yang terlalu egois Bukan aku tak mempedulikanmu Ini benar inginku Dengarkan degupan di balik dada ini berdeburan meronta mangsa

Tak cukup hasrat ini disuapi belaian lembut kantuk dan selimut tebal Rayuan bantal dan jam larut Tak mau terpejam Hanya ingin bersama kalian Disamping kalian Biar kulalui malam ini dengan duka Penantian yang indah nan menyenangkan Biar tak tau diri kalian Tak ada bedanya Ini inginku Siapa tahu kata hati? Mau tahu pun tetap tak bisa Yang kutahu, hanya hendak menumpahkannya Pada muara masa yang kosong

Ngilu benar Mulut, kalbu, mata berair Sensai metafora sandiwara Terdengar bukan? Ya, seperti itu. Kepinding! Tak kau bunuh saja terai ini Biar tak tersisa lagi Ngilu amat Kau tak peduli Basah, bertambah deras ia Semakin berontak ia Serapah dihujamkan Tak terjalur ia Tujuannya tanda tanya... Kepadamu kawan dok.dim

DIMeNSI 41 November 2018

53


PUISI

Trotoar Oleh : Nurin

Kasihan jalanku, sudah seperti ibu kota saja Hanya ketika malam ia melemaskan tulang-tulangnya Sedang sejak terbit fajar hingga langit memega Dilindas beribu roda, diinjak beribu kaki manusia Ah, andai bapak ibu mendengar keluhnya Sudah takdir Yang Maha Kuasa; jawabnya Himpit berimpit, masih untung tidak senggol menyenggol Kaki bertemu kaki, masih untung tidak ketemu roda Sejauh mata menyipitkan pandangan Terlihat arak-arakan orang tak berjeda Kiranya jalanku setabah selokan di musim penghujan Kadang banjir jika sudah tak tahan Kutanya kau perlu apa? Tersenyum ia berkata “Aku perlu istirahat saja� Esoknya ia mendongak ke langit raya Minta ditabahkan hingga menjelang tahun pergantian Sisanya adalah pengharapan Tentang kebijaksanaan Tuan membangun jalan Memisahkan kaki dengan roda Memberi jeda napas mengudara Trotoar Tuhan! Zabra cross Tuan Kalau perlu setopan

54

DIMeNSI 41 November 2018




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.