DAPUR REDAKSI
02
Edisi 95 | Rajab 1437 Hijriyah | April 2016 Masehi
Tajuk
Digitalisasi Pemusnahan Karya Tulis Ilmiah (KTI) berupa skripsi, disertasi dan tesis secara besarbesaran beberapa waktu yang lalu tak pelak membuat banyak alumni dan mahsiswa geram. Berbagai tudinganpun mencuat mulai dari pihak perpustakaan yang tidak menghargai karya mahasiswa hingga tuduhan penjualan skripsi tua. Keterbatasan ruang, menjadi sebab utama penyiangan atau dengan kata lain pemusnahan sebuah karya tulis di Perpustakaan. Hal ini juga mengacu pada Undang-Undang Retensi Arsip yang mengharuskan adanya proses penyiangan. “Yang kami butuhkan isinya bukan fisiknya,� setidaknya itulah yang diucapkan Quraisy Mathar di ruangannya. Baginya keputusan ini adalah bom waktu yang tidak bisa dia hindari. Bentuk fisik yang katanya memakan tempat juga menjadi persoalan tersendiri, berlomba dengan rayap atau pemusnahan secara langsung. Tak bisa dipungkiri, sebuah karya tulis mampu menghabiskan ratusan lembar bahkan lebih dalam pembuatannya. Metode pengarsipan kampus peradaban yang sebelumnya dianggap kuno juga akhirnya menjadi bahan pertimbangan oleh Quraisy Mathar. Mengikuti perkembangan zaman, setidaknya itu yang berusaha dicapai sang Kepala Perpustakaan. Penggunaan kertas berlebih yang kadangkala jauh dari kata wajar, hal ini jelas. Mengingat UIN Alauddin termasuk dalam salah satu universitas yang mampu menghabiskan kertas dalam jumlah besar. Proses digitalisasi mungkin bisa menjadi solusi karya tulis yang ramah lingkungan. Praktis tentu saja, mengintip perkembangan teknologi yang begitu cepat sudah seharusnya diimbangi dengan pengaplikasiannya.(*)
Wajah baru Banyak yang beranggapan jika menulis itu gampang. Tapi menjadi seorang pemula dalam dunia jurnalistik tidaklah mudah. Profesi jurnalis membutuhkan banyak kemampuan untuk menjadi seorang jurnalis yang berintelektual. Kini anggota magang Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Informasi Mahasiswa Alauddin (LIMA) berada pada bulan terakhir pemagangannya. Untuk menjadi anggota sepenuhnya dari keluarga kecil UKM LIMA Washilah, anggota magang dituntuk harus mampu menerbitkan tabloid edisi magang. Bukan perkara mudah untuk menyelesaikan tabloid ini, tetapi dari sinilah anggota magang mampu belajar menulis dengan kemampuan-kemampuan yang diberikan dari kajian rutin selama lima buln terakhir. Tak hanya
menulis berita straigh, mereka juga diharuskan untuk mampu menulis berita feature, opini, dan sastra. Sebagai anggota pers mahasiswa, UKM LIMA Washilah, mereka tidak hanya akrab dengan menulis berita tetapi mereka juga sangat akrab dengan dunia fotografi dan videografi. Dengan bekal yang dimiiki, mereka mampu menyajikan berita dengan fakta yang didapat dari hasil wawancara dilapangan. Mengumpulkan informasi yang kemudian akan disusun menjadi berita yang berkualitas bagi pembaca terkhusus untuk civitas akademika UIN Alauddin Makassar. Layaknya jurnalis professional mereka harus mampu memiliki sifat skeptik terhadap situasi yang ada di kampus. Dengan dedikasi yang tinggi mereka mampu menyajikan berita teraktual
untuk menambah informasi masyarakat UIN Alauddin Makassar. Edisi kali ini, mengangkat berita yang menjadi perbincangan hangat dikalangan mahasiswa yaitu mengenai skripsi sebagai laporan utama. Bukan hanya itu, pada tahun ini UIN Alauddin Makassar membuka empat jurusan baru seperti Jurusan Ilmu Falaq, Hukum Ekonomi Syariah, Perbankan Syariah dan Kedokteran UIN yang telah lama dinantikan. Pada rubric lifestyle kami mengangkat bacaan menarik tentang membaca dan gadget mengingat pada ssat ini kita telah berada pada era digital. Menjadi pers kampus harus mampu membagi waktu antar kuliah, harus mampu loyal pada organisasi dan kerjasama untuk mampu menghasilkan karya yang maksimal. Selamat membaca.*
Foto bersama Pengurus UKM LIMA UIN Alauddin dengan Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Prof Aisyah Kara setelah pelantikan di Gedung Rektorat. Senin (07/03/2016)
Diterbitkan sesuai SK Rektor UIN Alauddin Makassar No. 49 A tahun 2016 | Pelindung dan Penasehat: Rektor UIN Alauddin Makassar | Penanggung Jawab: Wakil Rektor III UIN Alauddin Makassar | Dewan Pembina: Wakil Dekan III sejajaran UIN Alauddin Makassar, Waspada Santing, Muhammad Yusuf AR, Muh Sabri AR, Arum Spink, Sopian Asy’ari, Muh. Arif Saleh, Muh. Hasbi Assiddieqy Muddin Wael, Rokiah M Lehu, Irfan Wahab, Muh. Ruslan, Syaiful Syafar, Edy, Hamjan el-Barkah, Hasbi Zainuddin, Agus, Islamuddin Dini, M Srahlin Rifaid | Dewan Pakar: Junaiddin, Ismail Hamid, Syaifuddin. Pimpinan Umum: Asrullah | Sekretaris Umum: Nurfadhilah Bahar| Bendahara: Andriani | Direktur Pemberitaan: Fadhilah Azis | Direktur Litbang: Sahi AL Qadri | Direktur Operasional: Seniwati | Direktur Artistik: Ashari Prawira Negara | Direktur Usaha: Ridha Amaliyah | Redaktur Cetak: Sri WahyuDiastuti | Redaktur Online: Afrilian C Putri| Divisi Fotografi : Muhaimin | Divisi Videografi: Rahmat Saleh | Riset: Fahri Setiadi | Pengembangan SDM: Nur Zahrah Azizah | Desain & Layout: Zulfina Ea Putri | Sirkulasi & Periklanan: A. Muh Alif | Ekonomi Kreatif: Sri Yusnidar | Reporter Magang: Nur Isna, Faisal Mustafa, Nurjannah, Erlangga, Nurul Indah, Erwin, Alisyahbana, Desy Monoarfa, Erna Dusra, Ahmad Arnold, Nadhifa, Abdul Hakim, Rena Rahayu, Eka Reski, Nur Asma, Fitri Ramadhani, Rosida Ibrahim, Wiryanti, St Nirmalasari, | Alamat Redaksi: Jln. Muh Yasin Limpo samata No. 63, Ged. PKM Lt. 3 | Layanan Informasi: 085242696698
Ilustrasi: M Saifuddin
LAPORAN UTAMA
03
Edisi 95 | Rajab 1437 Hijriyah | April 2016 Masehi
DIGITALISASI SKRIPSI Washilah – Sejak berdiri pada tahun 1965, untuk pertama kalinya UIN Alauddin Makassar melakukan proses penyiangan karya ilmiah berupa tesis, skripsi dan disertasi. Proses penyiangan tersebut akhirnya menimbulkan pro dan kontra dikalangan civitas akademika UIN Alauddin Makassar. Adapun konsep yang hendak direalisasikan oleh pihak perpustakaan kedepennya yakni melalui digitalisasi.
T
ak dapat dipungkiri, hebohnya pemberitaan tersebut membuat Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan UIN Alauddin Makassar M Quraisy Mathar dibanjiri undangan konfirmasi mengenai kebijakan penyiangan. Tak tanggungtanggung, Quraisy Mathar diundang untuk menghadiri salah satu program acara televisi nasional Hitam Putih Trans 7 meski pada akhirnya ditolak dengan tegas. “Saya sudah cukup terkenal diinternal kampus dan yang saya lakukan ini bukan untuk mencari popularitas melainkan tindakan yang patut dilakukan. Mengingat saat ini sudah waktunya untuk menyiangi skripsi,” ujarnya kepada Washilah saat ditemui diruangannya. Senin (14/3/2016
Menanggapi hal serupa, Wakil Rektor (Warek) I Bagian Akademik Prof Dr Mardan MA menganggap pemusnahan sudah benar untuk dilakukan. Pasalnya, aturan mengenai penyiangan skripsi yang dilakukan oleh Quraiys Mathar sudah sesuai dengan aturan. Dukungan untuk melakukan pendigitalisasian bukan hanya diperoleh dari Warek I melainkan juga Direktorat Jendral (Dirjen) yang sepakat untuk memberi bantuan selama selama proses pendigitalisasian. Adapun anggaran dana untuk perpuskataan selama ini berkisar antara 600 hingga 800 juta yang kini menjadi 1,3 milyar, bahkan untuk tahun berikutnya akan terjadi peningkatan hingga 2 milyar. Sementara
bantuan dana dari Kementrian Agama (Kemenag) untuk persiapan rak-rak serta renovasi tata letak ruang mencapai angka 700 juta. “Karena perpustakaan sangat penting. Perpustakaan adalah jantung perguruan tinggi, jadi memang sepatutnya untuk dibenahi,” ungkapnya. PROSES DIGITALISASI Menurut Quraisy Mathar baik itu skripsi, tesis maupun KTI tidak sepenuhnya dibuang, melainkan telah melalui proses seleksi terlebih dulu. Adapun karya tulis yang masih layak lanjutnya, akan di-scan dan diubah ke dalam bentuk Portable Document Format (PDF). Sementara untuk file yang telah rusak akan diambil dalam bentuk abstrak dan sampul, barulah kemudian dibuang. “Proses digitalisasi sebenarnya guna untuk menyelamatkan isi dengan mengorbankan fisik,” jelasnya. Hingga saat ini, sebanyak 6000 skripsi telah digitalisasi, selebihnya masih dalam proses. Adapun skripsi dari tahun 2011 hingga 2016 sudah
berbentuk soft file sehingga tidak dilakukan pendigitalisasian. Sementara untuk era 70-an hingga tahun 2010 sulit untuk digitalilasi karena kondisi fisik yang sebagian besar telah rusak kertasnya. Bahkan kata Quraisy, ada skripsi yang sudah hancur dimakan rayap. Meski belum sempurna dan masih dalam proses penginputan, ex Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) ini menjelaskan jika Online Public Acces Catalog (OPAC) sudah bisa dilihat. Dimana komputer menunjukan koleksi milik perpustakaan termasuk karya tulis itu sendiri dengan deskripsi yang muncul dalam bentuk abstrak. Melalui komputer yang disediakan nantinya, semua jenis karya tulis ataupun Skripsi bisa dibaca full text hanya saja tidak bisa di-download, “bisa dibaca full text, tapi yang bisa men-download hanya pihak perpustakaan,” tuturnya. Quraisy Mathar juga menekankan mulai tahun 2016, penyetoran
Skripsi, Tesis maupun KTI ke Perpustakaan hanya dalam bentuk soft file dan tidak lagi dalam bentuk dokumen bahkan untuk Compact Disk (CD), sementara terkhusus Hard Copy bisa disetor ke Fakultas masing-masing. “Ketika mahasiswa menyetor skripsi atau karya tulisnya, maka wujudnya menjadi hak Perpustakaan. Isinyalah yang kemudian menjadi tanggung jawab kami untuk menjaganya agar tidak ada plagiat. Karena yang kamu butuhkan isinya, bukan fisiknya,”. Rencana selanjutnya yang akan dijalankan oleh Quraiys Mathar yaitu seluruh jurnal yang ada di Universitas harus dalam bentuk Open Journal System (OJS) termasuk skripsi yang bisa diakses oleh semua orang dipenjuru dunia. *NUR ISANA, ERLANGGA ROKADI, NURUL INDAH | FADILAH AZIZ
04
LIPUTAN KHUSUS Edisi 95 | Rajab 1437 Hijriyah | April 2016 Masehi
washilah/Rosidah Ibrahim
Seorang mahasiswi sedang melihat skripsi yang berada di lantai empat Gedung Perpustakaan. Senin (11/04/2016).
Quraisy Tak Ingin Didahului Rayap Washilah —Skripsi adalah syarat yang wajib bagi mahasiswa untuk meraih gelar Strata 1 (S1) dalam jenjang Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Karya Tulis baik itu skripsi, tesis maupun Karya Tulis Ilmiah (KTI) adalah kitab suci yang menjadi keharusan dikalangan mahasiswa. Bukan rahasia lagi, jika penyiangan atau dengan kata lain pemusnahan beberapa waktu yang lalu terjadi di UIN Alauddin. Hal ini diakui langsung oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) perpustakaan M Quraisy Mathar. “Saya akui saya membuang, pernah ada seorang yang menanyakan kenapa pakai konotasi kata buang. Yah mau
apa lagi, dioper?, kalo kamu siap menangkap satu karung skripsi yang beratnya hampir 100 kg,” jelasnya. Senin (14/3/2016) Dia juga membeberkan jika skripsi-skripsi yang dibuang adalah skripsi sejak UIN masih bernama IAIN Alauddin. Pembuangan skripsi dari lantai empat menggunakan karung dibantu dengan dua orang relawan dan 100 mahasiswa. Uniknya, dia menceritakan bahwa upah untuk dua orang yang membantunya diambil dari uang hasil penjualan skripsi. Tetapi, sebelum membuang skripsi Quraisy Mathar telah mengambil foto dan bagian abstrak dari skripsi tersebut. “Dari pada saya didahului tikus dan rayap, mendingan
saya yang mendahului mereka,”akunya kepada reporter Washilah. Menanggapi hal serupa, mantan Kepala Perpustakaan periode 2012-2015 Himayah justru menyayangkan keputusan tersebut. “Menurut saya pribadi, saya tidak setuju. Kenapa harus melakukan pembuangan dan penyiangan skripsi? pada empat tahun masa jabatan, saya tidak pernah melalukan penyiangan skripsi melainkan hanya penyiangan untuk buku-buku saja,” jelasnya. Baginya, penyiangan hanya boleh dilakukan pada bukubuku saja dan bukan pada karya ilmiah termasuk skripsi. Himayah pun menjelaskan ketika ia menjabat sebagai Kepala Perpustakaan, yang
disiangi hanyalah buku bukan karya ilmiah. Sementara untuk sistem penyiangan bukan dalam konteks membuang melainkan ada prosedurnya. Meski begitu, ada beberapa alasan yang disampaikan pihak perpustakaan untuk melakukan penyiangan: 1. Penyiangan tersebut merupakan yang pertama dilakukan pihak perpustakaan sejak UIN berdiri, sehingga jumlahnya sudah terlalu banyak. 2. Jika berselang lama, maka karya tulis tersebut akan hancur oleh rayap, jamur ataupun tikus. 3. Semua karya tulis akan dialihmediakan. 4. Rak skripsi di lantai 4 tak cukup menampung. Namun, UIN Alaudin rupanya bukan satu-satunya universitas yang mengambil keputusan tersebut. Hal ini terbukti pada salah satu Universitas ternama di Makassar yakni Universitas Hasanuddin (UNHAS) yang mengaku melakukan penyiangan rutin ditiap tahunnya. Penyiangan yang dilakukan
berupa mengalih mediakan skripsi, tesis dan disertasi. Langkah ini diambil agar mahasiswa mudah mencari karya ilmiah walaupun bentuk fisik sudah tidak ada. Kepala Perpustakaan UNHAS Dr Muh Nadjib mengungkapkan jika dia menerima sekitar 3000 karya ilmiah setiap tahunnya. Sementara untuk hardcopy diserahkan kepada perpustakaan dan untuk softcopynya disimpan dalam format kaset digital. Selain itu, skripsi yang berbentuk softcopy juga disimpan di website. “Untuk karya ilmiah yang sudah berumur 15 tahun kami menyimpan di Gudang,” katanya. Berbeda dengan Universitas lainnya yakni Universitas Negeri Makassar (UNM) yang menjelaskan jika pihaknya belum pernah melakukan penyiangan sama sekali. “Saya sendiri belum memikirkan untuk digitalisasi,” ujar Kepala Perpustakaan UNM Oslan Jumadi PhD.(18/3/2016) *FAISAL MUSTAFA
WANSUS
05
Edisi 95 | Rajab 1437 Hijriyah | April 2016 Masehi
Penyiangan Butuh Wujud Virtual
Dr Adi Suryadi Culla Ketua Dewan Pendidikan Sulsel Washilah –Penyiangan bahan pustaka merupakan salah satu unsur penting dalam proses pelestarian bagi sebuah perpustakaan, baik perpustakaan umum, khusus maupun perpustakaan perguruan tinggi. Penyiangan perlu dilakukan sebagai salah satu cara untuk melestarikan bahan perpustakaan mulai dari fisik hingga informasi yang terkandung didalamnya. Didalam sebuah perpustakaan, bahan pustaka merupakan unsur penting. Nilai informasi yang dikandung dalam suatu bahan pustaka, serta harga bahan pustaka yang relatif cukup mahal mengharuskan perpustakaan melakukan upayaupaya pelestarian. Upaya pelestarian bahan pustaka di perpustakaan tidak hanya dalam hal fisik, tapi juga dalam hal informasi yang terkandung didalamnya. Dengan kata lain, upaya pelestarian ini dimaksud untuk menjaga bahan pustaka yang dimiliki agar tidak cepat mengalami kerusakan yang disebabkan berbagai macam serangga, rayap, pemakaian oleh pengguna perpustakaan, cuaca dan kondisi alam (basah, lembab, sinar matahari, dll). Beberapa waktu yang lalu, kami sempat menemui Ketua Dewan Pendidikan Sulawesi Selatan Dr Adi Suryadi Culla, MA untuk dimintai pendapatnya mengenai proses penyiangan. Berikut hasil wawancara khusus kami:
Menurut anda, apakah penyiangan itu? Penyiangan sebagai proses seleksi atau pembaharuan terhadap bahan-bahan informasi baik berupa buku, dokumen, atau apapun yang ada didalam sebuah perpustakaan. Dimana, melalui proses penyiangan itu buku-buku yang mungkin perlu diupdate dengan referensi baru itu kemudian memberi dampak terhadap banyak hal termasuk yang berkaitan dengan buku lama yang tersedia di perpustakaan. Jadi buku-buku yang sudah dianggap tidak memiliki urgensi dan signifikasi akibat banyak hal misalnya buku itu dilihat dari segi formasi sudah langka dan sudah ada buku baru yang menggantikan atau kekurangan dari segi isi buku, bahkan jika buku itu sudah sobek dan lapuk tidak mungkin akan terus disimpan didalam perpustakaan itu sendiri. Jadi, saya rasa setiap perpustakaan yang dikelola secara lebih spesifik termasuk perpustakaan di perguruan tinggi tidak bisa menghindari yang namanya penyiangan itu. Bagaimana persiapan sebelum melakukan penyiangan? Saya kira yang sangat dibutuhkan itu adalah proses seleksi yang benar-benar jeli dan memperhatikan tidak hanya aspek content maupun dari bentuk fisik buku itu sendiri. Kita harus memperhatikan dan mempelajari kebutuhan masyarakat tentang informasi dalam sebuah buku. Kemudian dilihat dari aspek kelangkaan buku itu dan keurgensian sebuah buku. Seharusnya sebelum disiangi, buku-buku itu terlebih dahulu dibuat copyannya. Apakah ada kriteria khusus dalam melakukan penyiangan? Kriteria dalam melakukan penyiangan saya kira kita hanya perlu memperhatikan isi buku itu sendiri, mungkin isinya sudah tidak relevan lagi atau apakah bahan pustaka itu sudah rusak, atau apakah bahan
pustaka itu memiliki copy-an atau tidak. Bahkan jika bahan pustaka itu isinya sudah tidak lengkap. Saya rasa itu semua dapat menjadi kriteria sebelum buku-buku itu disiangi. Setelah memenuhi kriteria itu, bagaimanakah prosedur penyiangan itu? Perlu ada tim yang dibentuk melakukan studi untuk menentukan buku mana yang akan dikeluarkan sehingga kita tidak serampangan melakukan penyiangan itu. Kemudian ada beberapa prosedur penyiangan : yang pertama, menentukan persyaratan koleksi pustaka yang akan disiangi. Termasuk dasarnya, misalnya terkait masalah tahun terbit dan kandungan informasi yang ada didalam buku. Yang kedua, menentukan jenis koleksi bahan pustaka yang akan disiangi. Misalnya buku, majalah, brosur, laporan, bahkan dokumen hasil penelitian seperti skripsi, desertasi atau tesis. Kemudian yang ketiga, membuat pemilihan bahan pustaka yang akan disiangi. Misalnya itu masih dianggap bermanfaat untuk tetap dipertahankan berdasarkan pada volume buku yang berjilid, atau berdasarkan subjek atau topik dari buku itu sendiri. Yang keempat ada kaitannya dengan katalog perpustakaan itu sendiri. Sebenarnya prosedur yang terpenting dalam penyiangan adalah pembuatan berita acara mengenai buku-buku apa saja yang telah disiangi. Juga sebaiknya buku atau dokumen yang disiangi, tidak langsung dibuang begitu saja. Tapi perlu dibuatkan gudang dan disimpan disana. Bagaimana dampak positif atau negatif dari penyiangan itu sendiri? Dampak positifnya itu sebenarnya memberikan ruang terhadap pengelolaan di dalam perpustakaan terkait masalah pengelolaan didalam perpustakaan itu sendiri. Misalnya persoalan koleksi buku yang harus selalu diupdate karena informasi itu berkembang secara pesat.
Perpustakaan juga butuh penyegaran dengan bukubuku baru yang masuk. Salanjutnya ini terkait masalah tempat atau ruangan didalam perpustakaan yang pastinya terbatas untuk perkembangan ilmu pengetahuan yang harus selalu diupdate. Jadi, penyiangan dapat membuat koleksi buku bertambah banyak dan meningkatkan minat pembaca. Disisi lain, dampak negatifnya adalah koleksikoleksi lama yang mungkin saja dibutuhkan oleh orang lain harus disingkirkan. Apakah ada waktu khusus untuk melakukan penyiangan? Ya, memang ada waktu atau kondisi khusus dalam melakukan penyiangan. Idealnya mungkin jika kita melihat perkembangan ilmu pengetahuan agar lebih sirkulatif paling tidak kita butuh waktu 5 sampai 10 tahun yang dipakai sebagai penentuan untuk mengevaluasi dan menyeleksi buku-buku atau bahan pustaka yang perlu disiangi. Apa saran anda untuk perpustakaan UIN alauddin Makassar? Sebagai sumber informasi atau data yang dibutuhkan mahasiswa didalam perguruan tinggi, perpustakaan memiliki peran penting dalam hal ini. Perpustakaan perlu melestarikan buku atau dokumen penting yang berkaitan dengan hak cipta. Kalaupun perlu dilakukan penyiangan, sebaiknya dibuatkan virtual agar akses untuk data itu lebih mudah. File-file yang telah disiangi dapat diganti bentuk fisiknya dan disimpan dalam pangkalan data. Sebaiknya juga, dalam melakukan proses penyiangan harusnya kita berhati-hati. Jangan sampai ada orang yang memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan aksi plagiarisme terhadap karya orang lain. *AHMAD ARNOLD, EKA RESKI |FADILAH AZIZ
06
S
aat ini, teknologi informasi semakin berkembang sehingga memudahkan akses informasi yang diinginkan dan mengetahui apa saja yang sedang hangat dibicarakan. Pada dasarnya, gadget atau ponsel cerdas diciptakan untuk kemudahan konsumen dalam menggunakan media komunikasi. Dalam perkembangannya, ponsel cerdas hanya dapat dimiliki oleh kalangan atas karena harganya yang relatif mahal saat itu. Berbeda pada era sekarang, dimana hampir semua orang menggunakan gadget tak hanya sebagai alat komunikasi saja melainkan seebagai kebutuhan akan informasi. Gadget memang erat dengan kehidupan seharihari. Hampir semua aspek kehidupan, khususnya di kota besar menggunakan gadget sebagai mediumnya. Teknologi komunikasi telah mengalami perkembangan yang amat pesat. Dewasa ini, Trend gadget terus berkembang di Indonesia terutama pada smartphone, sangat mudah dijumpai dalam masyarakat khususnya dikalangan mahasiswa UIN Alauddin Makassar. Salah seorang Mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat
LIFESTYLE
Edisi 95 | Rajab 1437 Hijriyah | April 2016 Masehi
Membaca dan
Gadget
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Mahira Humaerah menuturkan, “gadget itu tampilannya lebih menarik, dan berwarna, dan gadget mudah dibawah kemana-mana,” katanya. Menurutnya, gadget bisa diakses dimana dan kapan saja tinggal klik di searching link google, judul buku apa saja yang diinginkan, atau topik yang akan dibaca, sehingga
memudahkan dalam mencari buku dibaca sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama. Tak hanya Humaerah, Ardan Muharram juga mengungkapkan tiada hari tanpa gadget ditangannya, “kalau membaca lewat gadget lebih praktis, bahkan 100 buku bisa disimpan dalam bentuk file. Kalau mau membaca lagi tinggal cari filenya, intinya lebih praktis,” imbuhnya. Gadget merupakan salah satu jejaring sosial yang dianggap mempermudah untuk mengakses segala sesuatu yang diinginkan terutama bagi orang-orang yang gemar membaca, sehingga lebih mudah mendapatkan buku atau referensi yang diinginkan. “Biasanya kalau saya, buka
google, terus search E-book sesuai dengan judul buku yang mau dibaca, setelah itu tinggal klik saja, kalau sudah dapat link untuk downloadnya,” lanjut mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) ini. Gadget yang terintegrasi dengan situs jejaring sosial dan pesan singkat telah membawa dunia lain dalam genggaman para penggunanya. Hanya dengan mengaksesnya, seseorang bisa bertemu dengan jutaan orang dari seluruh penjuru dunia dan mendapatkan segala informasi dalam hitungan detik. Kemudahan Penggunaan gadget sebagai media baca tentu memberi kemudahan tersendiri untuk setiap penggunanya. Cepat dan mudah adalah alasan utama
banyak orang mengandalkan kecanggihan teknologi yang satu ini untuk memperoleh informasi. “Saya lebih memilih membaca di gadget soalnya lebih praktis, bisa dibawa kemana-mana dengan posisi apa saja, tidak seperti buku yang berat kalau dibawa,” ujar mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) FTK yang kerap disapa Nisa ini. Baginya, penggunaan gadget cenderung lebih hemat dibanding buku atau surat kabar yang sebelumnya digunakan dan cukup dengan membeli kuota internet. “Informasi yang ada pada gadget bisa dengan mudah diakses dan terupdate, hanya tinggal membeli modal beli paket sebulan. Ya selama sebulan kita dapat info baru dengan cepat, nggak perlu beli koran atau buku baru. Kan bisa hemat uang. Sebulan hanya sekali beli paket, kalau harus baca dibuku atau koran ya . kita bakal ngeluarin uang lebih banyak,” jelasnya. Ada juga kemudahan dari segi pendidikan terutama bagi seorang pelajar. Kemudahan memperoleh materi yang tak semata-mata berasal dari buku, mencari pengetahuan dengan waktu singkat untuk menambah ilmu pengetahuan. Menjadi seorang pengusaha dengan mengandalkan gadget juga menjadi kebutuhan wajib, karena dengan memanfaatkan fitur dan fasilitas yang ada di dalam gadget mampu mempermudah seorang pengusaha untuk menjalankan usahanya. ”Kalau di gadget yang bisa dibaca tidak terbatas walaupun misalnya kita sedang membaca, kita tetap bisa mencari yang lain. Lebih banyak referensi yang bisa didapat,tampilannya lebih menarik. Sekarang tidak bisa dipungkiri mahasiswa UIN lebih senang pake gadget,” kata mahasiswa jurusan Ekonomi Islam Ainun Qalbi Muthmainnah. “Dan para pengguna sosmed itu selalu cari yang gampang, misalkan ada iklan menyarankan membeli buku ini, dan iklannya lebih menarik ada yang gratis adapula yang prabayar, bagus, menarik, murah praktis sederhana, dan cepat,” ungkap Andi Dian Mawardhani mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum. *NUR JANNAH| FADILAH AZIZ
BUDAYA
Edisi 95 | Rajab 1437 Hijriyah | April 2016 Masehi
07
Dipanggil
Arwah Oleh NURFADILAH BAHAR Kemarin aku sempat membawa Fatimah ke makam Neneknya. Rasa-rasanya, sepanjang kematiannya, ia tak pernah sekali pun ziarah ke makam. Itu pun kalau bukan aku yang memaksanya untuk pergi, mungkin saja ia tak akan ongkang kaki dari tempat tidur. Ia berkata bahwa dua hari berturut-turut, sang Nenek datang kepadanya di dalam mimpi. Seolah memberitahukan sebuah isyarat. Dua puluh tahun lalu, Ibuku sakit. Namanya Edah, Nenek Fatimah. Fatimah telah ku besarkan dan ku rawat sejak masih dalam kandungan dan sekarang ia tak pernah sekali pun merawatku. Jangankan merawat, mengatakan ‘aku sayang pada Ibu’ saja tak pernah. Tapi, ada satu hal yang ku suka dari anakku itu. Melawan tradisi dan mitos-mitos yang telah dibuat oleh para nenek moyang. Dan aku juga salah satu dari pembangkang itu. “Nak, kau harus membuat ritual kecil untuk kematianku nanti,” ucap Ibu yang sedang terkulai lemas di pembaringan. Ranjang besi tanpa kasur menjadi satusatunya kepunyaan Ibu selain tiga buah baju tersimpan di dalam lemari reot. Ia tak suka beralaskan kasur dan tak suka hidup mewah. Itu sudah menjadi tradisi keluarga turun temurun. Katanya, kita tidak boleh meninggalkan apa yang telah diwariskan. Tapi, mana mungkin aku akan mengikuti tradisi bodoh itu. Jaman sudah berganti, telepon genggam mulai berkembang pesat
mengalahkan televisi warna. Apa kita tetap harus hidup seperti di zaman purbakala? “Dan, anakmu yang akan menyalakan lilin untukku. Ini agar makam Ibu tak gelap gulita di bawah sana. Seperti yang sering kulakukan pada Bapak dan nenekmu dahulu.” Aku tak menjawab. Hanya duduk di sebelahnya, memijit lengan keriputnya. Tubuh kurus dan ringkih, juga lembek. Kadang aku berpikir, menyuruhnya berhenti untuk tidak terus memikirkan hal-hal yang tak masuk akal. “Tapi, Ibu kan belum meninggal. Tak usah diomongkan hal itu dulu.” Aku akhirnya mengangkat suara. Bagaimana pun, perintah Ibu adalah tugas untukku. “Umur Ibu tak akan lama lagi, Imah. Ibu merasa akan segera melayang ke tempat yang jauh lebih beradab. Di dunia ini, segala adat istiadat yang ditanam dengan perasaan tulus oleh para leluhur, kini terkikis perlahan. Segerombolan manusia-manusia pembangkang mulai bermunculan. Tidak peduli siapa yang melahirkannya dan kenapa ia dilahirkan.” Setiap kali Ibu berpetuah, aku ingin sekali menyela. Mengutarakan pendapat. Tapi, apalah daya. Ibu sudah tua, ku rasa tak mungkin dapat menyuarakan mulut. Apa pun yang ku katakan, ia tak akan pernah percaya. Seperti halnya aku padanya. Kita tak pernah bisa saling percaya dan saling memahami. “Ingat. Hanya ada kau dan Fatimah di rumah ini. Setelah Bapakmu meninggal, Ibu yang mengurus semua keperluannya menjelang kematiannya. Kau ingat, kan? Betapa sibuknya Ibu saat itu. Seperti sedang merayakan hari pernikahan putri semata wayang.” Ibu terkekeh mengingat masa lalunya sendiri. “Tapi, kau tak usah terlalu sesibuk itu. Yang penting kalian melakukan dua hal tadi. Betapa indah rasanya ketika malaikat pencabut nyawa disambut dengan baik. Ia pun akan memberikan kita tempat terbaik
di nirwana.” “Aku mengambil jemuran dulu, Bu.” Beranjanklah aku dari ranjang Ibu. Ah! Aku tak ingin lagi mendengar dongeng ngawurnya itu. Mana mungkin ada yang tahu saat menjelang kematian seseorang, lantas dibuatkan upacara. Dan mitos tentang malaikat pencabut nyawa disambut agar yang meninggal mendapat tempat terbaik di akhirat. Itu omong kosong. Aku tak pernah mendengar hal itu keluar dari mulut guru mengajiku semasa kecil. Yang ku tahu, menjelang sakratul maut, manusia harus siap sedia mengucapkan dua kalimat syahadat agar meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Sepanjang ingatanku, Ibu sering sekali berziarah ke makam Bapak dan para leluhur. Mengenyam do’a di pinggiran
makam. Setiap kali ada masalah keluarga atau pun masalah ekonomi, sesegera mungkin ia berjalan cepat ke arah makam dengan kaki telanjang membawa beberapa sesembahan. Hal itu telah menjadi ritualnya setiap saat. Fatimah hanya acuh tak acuh melihat kelakuan Neneknya, sementara aku memohon pada Tuhan agar Ibu diberikan hidayah. Lima hari setelah ia berkata demikian, Ibu meninggal dunia di sepertiga malam. Saat semua penghuni rumah tertidur pulas. Tak ada dua kalimat syahadat diperdengarkan dan tak ada pula upacara menjelang kematian. Sempat terbersit rasa bersalahku karena tak banyak mematuhi omongan Ibu. Rumah kecil kami berduka. Orang-orang berbondongbondong berdatangan duduk dan yasinan. Fatimah
hanya duduk termenung menatap tubuh tak bernyawa dihadapannya. Aku yakin ia masih acuh tak acuh. Tapi, demi menjaga image, seolah ia sedang meratapi kesedihan atas kepergian Neneknya. *** Mimpi itu terus menerus menghinggapi malamnya. Mau tak mau Fatimah harus menceritakannya padaku. Tentang Nenek yang setiap saat datang padanya. Memanggilnya berulangulang. Lantas berbisik padanya. Fatimah…, temani Nenek. Bulu kuduk Fatimah seketika merinding menceritakan kembali isi mimpinya.
*Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, semester VI.
CIVITAS
08
Edisi 95 | Rajab 1437 Hijriyah | April 2016 Masehi
Kantor Baru DEMA FDK
Civitas Akademik Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) melaksanakan sholat duhur berjamaah di pelataran FUF lantai dua Kamis (07/04/2016).
FUF Rutin Shalat Berjamaah Pimpinan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) menerapkan aturan baru. Aturan ini mewajibkan seluruh civitas akademika FUF shalat dhuhur berjamaah di Pelataran lantai dua Fakultas. Kamis (07/04/2016) Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan FUF Dr Abdullah MAg mengatakan bahwa pelaksanaan shalat berjamaah sudah digagasnya sejak enam tahun yg lalu. ‘’Sudah enam tahun yang lalu sebenarnya hanya kurang tempat, makanya tidak terealisasikan,’’ujarnya. Abdullah juga mengungkapkan
bahwa, “pelaksanaan shalat berjamaah di Fakultas untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap pentingnya shalat berjamaah karena kesadaran beragama bisa dibuktikan dengan shalat berjamaah,” tambahnya lagi. Untuk penggunaan pelataran sendiri, diungkap Abdullah penyebabnya tak lain karena musholla
tidak cukup menampung jamaah. ‘’Saya berpikir kenapa tidak dipakai saja pelataran fakultas, nilai filsafatnya mencari Tuhan di lorong sempit,” tambahnya. Ketua Dewan Mahasiswa (Dema) FUF Andi Faizal menilai, “shalat berjamaah yang dilaksanakan di Fakultas sangat positif karena ada nilai-nilai sosial dan silaturahmi antara semua mahasiswa dan pimpinan,” ungkapnya.
Fakutas Dakwah Dan Komunikasi (FDK) tambahkan kantor baru untuk Dewan Mahasiswa (Dema). Penambahan ruang ini diperkirakan akan rampung dalam jangka waktu dua bulan. Ruangan yang bertempat di belakang FDK tersebut masih dalam proses pembangunan. Jika dilihat, sudah ada beberapa bagian yang telah berbentuk mulai dari pondasi hingga bagian tembok yang sudah selesai. Biaya yang dialokasikan pun tidak sedikit, pembangunan ruangan ini berlangsung dengan alokasi dana sebesar 100 juta lebih dan menjadi pertimbangan demi memudahkan kepengurusan nantinya. Sebelumnya, ruangan yang ada dianggap tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan Dr Mahmuddin MAg mengatakan bahwa tujuan pembangunan kantor baru ini demi memaksimalkan kinerja para anggota. “Dilakukan agar kinerjanya bisa lebih dimaksimalkan dengan adanya fasilitas yang disediakan oleh pihak fakultas,” ujarnya. Kamis (21/03/2016) Lebih lanjut ia berharap agar pembangunan tersebut bisa segera rampung dan berjalan dengan baik. “Kami berharap pembangunan ruangan kantor DEMA FDK segera selesai, kemudian aktivitasaktivitasnya dapat berjalan dengan baik, sehingga dalam menjalankan amanah bisa maksimal,” tutupnya. *ERNA DUSRA | FADHILAH AZIS
AHMAD ARNOL | FADHILAH AZIS
WR III Akan Bagi Rata Sekretariat UKM Washilah —Bagi mahasiswa yang berkecimpung di lembaga kemahasiswaan khususnya pada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di UIN Alauddin, memiliki satu ruang sekretariat saja rasanya tak cukup. Apalagi tidak adanya pembagian sekret yang merata untuk setiap UKM. Beberapa UKM memiliki satu ruang sekret, bahkan ada
yang lebih dari dua ruangan. Oleh karena itu, Kepala Bagian Alumni Baharuddin SAg MHum atas perintah dari Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Prof Aisyah Kara MA mengundang perwakilan pengurus setiap UKM serta cleaning service untuk melakukan rapat membahas pengaturan ruang sekretariat dan kebersihan Gedung
Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM). Pertemuan tersebut dilaksanakan di Gedung Rektorat lantai III. Jum’at (01/04/2016) Berdasarkan hasil keputusan rapat antara pimpinan dengan perwakilan pengurus UKM UIN Alauddin Makassar, maka diputuskan setiap UKM hanya boleh menempati dua ruang untuk sekretariat. “Hasil rapat bersama
dengan WR III, kami ada niat untuk mengusulkan bahwa dari sebelas UKM akan diberikan dua ruangan untuk sekretariat. Mudah-mudahan kita rasional dan yang lain bisa memahami,” ujar Baharuddin. Sementara UKM yang memiliki sekretariat lebih dari dua, akan disampaikan melalui surat secara resmi. “Jadi, kami di sini meng-
inginkan bahwa seluruh UKM ini memiliki fungsi dan kedudukan yang sama,” lanjutnya. Sementara itu, untuk merealisasikan hal tersebut maka akan dibuatkan Surat Keputusan penetapan yang akan ditandatangani oleh Rektor. *NURFADILAH BAHAR | FADHILAH AZIS
PERSEPSI
10 K
Edisi 95 | Rajab 1437 Hijriyah | April 2016 Masehi
} } }
uliah Kerja Nyata Profesi (KKN-P) UIN Alauddin sejatinya adalah pengaplikasian ilmu yang didapatkan di bangku kuliah ke ranah praktek lapangan berdasarkan disiplin ilmunya masing-masing. Kalangan mahasiswa UIN Alauddin tentunya punya banyak harapan serta tanggapan tentang kehadiran KKN P yang berorientasi pada ranah pengabdian. Lalu, seperti apa tanggapan mereka, berikut kutipan wawancaranya dengan reporter Washilah, Abdul Hakim.
Sebenarnya antara KKN Profesi dan KKN Reguler ini tidak ada perbedaan sama sekali karena intinya KKN profesi dan Reguler samasama mengabdi kepada masyarakat. Dan belum tentu juga profesi ini atau profesi itu harus dituntut betul-betul sesuai profesinya. Tidak ,tapi sama bahkan setara dengan yang Reguler jadi kalau menurut saya di hapus aja.
Penetapan KKN Profesi yang dilakukan oleh pihak UIN sama seperti KKN reguler. Sah-sah saja jika KKN Profesi tersebut dihapuskan. Tapi sayang, lebih baik dilakukan perombakan saja terkait dengan KKN Profesi tersebut. Karena, tinggal penetapan sesuai dengan jurusan tersebut yang tidak sinkron. Contohnya seperti Jurusan Ilmu Perpustakaan yang harusnya ditempatkan di Kantor Perpustakaan Suawesi Selatan dan juga Hukum yang harus di tempatkan di Pengadilanpengadilan yang ada di Sul-Sel
Abdul Anas, S.Hi Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Alauddin
Ahmadin Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan Islam
} } }
Firdaus Mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial
Menurut saya. Bahwa wacana penghapusan KKN profesi sangat tepat karena tidak tepat sasaran dan tidak efektif. Sesuai dengan namanya “profesi�, seharusnya bagaimana menempatkan mahasiswa sesuai bidang keahlian. Mahasiswa Hukum misalnya, di Pengadilan. Ekonomi di Perbankan dll. Namun pada kenyataanya mahasiswa tetap di tempatkan pada daerah tertentu seperti penempatan KKN umumnya (reguler) maka saya katakan tidak tepat sasaran serta sedikit mahal.
Kembali Bentrok Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Sains dan Teknologi menandatangani surat damai dengan Fakultas Syariah dan Hukum. Kedua kubu kembali bentrok sore kemarin (12/04/2016). (washilah/Ashari Prawira Negara)
LENSA
Edisi 95 | Rajab 1437 Hijriyah | April 2016 Masehi
1
3
11
2
JALAN MULUS UNTUK BAPAK MENTERI Sejumlah ruas jalan yang akan dilalui oleh Menteri Agama Luqman Hakim Syaifuddin diperbaiki mulai dari jalur masuk khusus roda empat hingga jalan digerbang keluar. Kedatangan Menteri Agama dan rombongan dalam rangka launching empat prodi baru Selasa (12/04/2016). 1.Jalan khusus jalur masuk roda empat sudah diperbaiki. Senin (11/04/2016). (washilah/ Rosida Ibrahim) 2. Jalan Keluar yang sebelumnya berlubang kini sudah diperbaiki (11/04/2016). (washilah/Rosida Ibrahim) 3. Seorang pengendara motor melalui beberapa ruas jalan berlubang. jalur masuk khusu roda dua belum diperbaiki
MOZAIK
12
Edisi 95 | Rajab 1437 Hijriyah | April 2016 Masehi
Seminar Kepenulisan Dua penulis lokal asal sulsel, S Gegge Mappangewa dan Fitrawan Umar membawakan materi rashasia menulis fiksi dan menembus dunia penerbitan. dilaksanakan oleh Forum Lingkar Pena (FLP) UIN Alauddin di Lecture Teater (LT) Fakultas Tarbiah dan Keguruan. Minggu (10/04/016 washilah/Rosida Ibrahim
RC Alauddin, Juara Satu Kontes Robot Soccer Washilah -Kini UIN patu berbangga. Pasalnya, dua tim yang merupakan mahasiswa Teknik Informatika (TI) Fakultas Sains dan Teknologi (FST) yang mengikuti kontes robot soccer di Malang berhasil
meraih Juara I. Meningkatkan eksistensi, hal inilah yang sedang dilakukan oleh Tim Robotika UIN Alauddin Makassar dengan mengikuti dua kali perlombaan robot pada
awal tahun 2016. Sebelumnya pada bulan maret kemarin, Tim Robotika UIN Alauddin Makassar mengikuti kontes robot line follower di Universitas Gadjah Mada
(UGM) Yogyakarta. Kontes ini berlangsung selama dua hari, tepatnya pada tanggal 12-13 maret 2016. Pada kesempatan itu pula tim robotika membawa dua tim yakni dengan nama Akkarena
diketuai oleh Yandi Cahyadi sekaligus programer, Syahrullah sebagai elektronika, dan LM Miftahul Ulum sebagai mekanika. Sedangkan untuk tim kedua bernama RC Alauddin yang diketuai Ady Sanjaya juga sebagai programmer, Muh Azhari Ramdani sebagai Elektronika, dan Abrianto Majid sebagai Mekanika. Tim yang diketuai Ady Sanjaya dengan nama tim RC Alauddin berhasil masuk 16 besar dan mampu menyelesaikan misi. Sedangkan untuk tim kedua yang diketuai Yandi Cahyadi masuk dalam 32 besar. Diakui Ady ini merupakan suatu kebanggan untuknya dan untuk UIN Alauddin karena terpilih diantara 168 peserta yang hadir. “Di Jawa dengan di Makassar sangat beda lomba line followers-nya. Di Jawa baru pengisian sudah finish, sedangkan di Makassar masuk Line followers sudah menang,” katanya. Untuk dana, tim robotika dibiayai langsung oleh pihak Fakultas dan juga Universitas. Tak hanya dari pihak UIN tentu saja, untuk wilayah Makassar hadir juga perwakilan dari Universitas Negeri Makassar (UNM). *WIRIANTI |SRI WAHYUDI ASTUTI
Wajah Baru Perpustakaan Washilah - Perpustakaan sejatinya adalah jantung dari Perguruan Tinggi. Mutu koleksi dan pelayanan suatu perpustakaan dapat memberika citra positif bagi suatu perguruan tinggi. Perpustakaan begitu dimuliakan sebagai sumber dari ilmu pengetahuan. Secara umum, perpustakaan menjadi simbol dari kebebasan akses atas ilmu. Begitu pentingnya arti dari perpustakaan sehingga sering diibaratkan sebagai wajah dari universitas. Hal inilah yang membuat perpustakaan memegang peranan dan fungsi yang sangat penting bagi kehidupan universitas sebagai tempat dari ilmu pengetahuan. Pentingnya akan kenyamanan menjadi sebuah alasan buat mahasiswa untuk bertandang ke tempat yang dihuni oleh ribuan buku ini. Perpustakaan umum UIN Alauddin Makassar, mencoba menciptakan terobosan baru agar melahirkan suasana yang nyaman. Segala bentuk rombakan telah digagas untuk menciptakan kesan indah dan dapat dinikmati
oleh mahasiswa yang haus akan ilmu pengetahuan ini. Quraisy Mathar, kepala unit perpustakaan umum ini baru menjabat selama tiga bulan dari empat tahun periode jabatannya. Namun, ide serta gagasan yang ia miliki sudah banyak tersalur pada ruang yang disediakan untuk pemeliharaan buku ini. Mulai dari langit-langit ruangan yang disulap menjadi lukisan awan dengan warna biru muda, renovasi pada letak ruang, inovasi café baca serta penataan buku pada rak-rak. “Bila dibilang terobosan selama tiga bulan ini, maka sudah dapat dilihat apa lagi yang saya akan buat nantinya,” ujarnya sambil berkelakar. Senin (14/3/2016) Quraisy Mathar mencoba meningkatkan minat kunjung dengan trik mengikuti trend zaman sekarang. Dia menjelaskan bahwa fungsi dari perpustakaan adalah untuk dikunjungi. Sebisa mungkin membuat mahasiswa merasa nyaman dengan fasilitas yang disediakan.
“Bila anak jaman sekarang menginginkan tempat layaknya warnet yang menyediakan makanan dan ruangan yang ber-AC maka kita berusaha menciptakannya,” tuturnya. Ditanya mengenai terobosan apa lagi yang akan dilakukan, Quraisy menjawab akan membuat kanopi yang diletakkan di parkiran. Hal ini dikarenakan banyak dari mahasiswa yang berada seharian di perpustakaan untuk mengerjakan karya ilmiah. Kanopi ini bertujuan untuk melindungi motor agar terhindar dari terik matahari serta hujan. Selain itu, perpustakaan akan bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) untuk pembuatan BI Corner. Yakni sebuah stand yang bisa digunakan untuk mahasiswa untuk membaca buku. Di dalam stand ini menyediakan sofa, meja, computer, televisi serta rak buku yang modern. Quraisy Mathar memang lebih meningkatkan minat kunjung dibanding minat baca. Ia memberi satu study kasus. “Bila saya meninggalkan mahasiswi
dengan buku masak dan majalah wanita, dan saya mengatakan jangan baca buku ini dulu sebelum saya datang. Bisa dibayangkan mahasiswi tersebut pasti akan membacanya,” ujarnya. Melihat dari studi kasus yang diberikan dapat disimpulkan bahwa tidak satu pun mahasiswa yang tidak memiliki minat baca. Dengan tampilan baru perpustakaan tersebut, jumlah pengunjung makin bertambah. Hardyanah Eka Saputri salah seorang mahasiswi jurusan Kesehatan Masyarakat ini merasa kagum dengan inovasi yang di terapkan. “Sangat kreatif, bisa menciptakan cafe baca serta fasilitas didalam perpustakaan ikut dibenahi,” tuturnya. Ia juga menambahkan buat kedepannya perpustakaan umum bisa menambah koleksi buku serta pelayanan Wireless Local Area Network (WLAN) yang baik. *RENA RAHAYU NASTITI | FADHILA AZIS
13
OPINI
Edisi 95 | Rajab 1437 Hijriyah | April 2016 Masehi
Pembearantasan Korupsi di Indonesia
Oleh FEBRI RAMADHAN
Ilustrasi Ashari Perwira Negara
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kasus korupsi tertinggi di dunia. Banyaknya kasus korupsi yang akhir-akhir ini diberitakan di media massa yang sebagian besar dari kalangan politisi maupun pejabatpejabat pemerintahan. Perilaku korupsi yang melibatkan berbagai nama pejabat negara, telah menodai kredibilitasnya sebagai seorang pemimpin di mata rakyat. Di Indonesia tindak pidana korupsi kian merajalela dan menjalar ke berbagai sektor pemerintahan. Baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Jadi tidak heran kalau banyak orang memandang bahwa masalah ini bukan masalah sepeleh, tapi masalah yang mampu mempengaruhi kelancaran tugas-tugas pemerintahan dan merugikan ekonomi negara dalam bentuk membengkaknya keuangan negara. Korupsi di Indonesia bukan lagi membudaya tapi membudidaya. Dalam artian telah tumbuh subur dan menggerogoti di negara tercinta ini. Eksistensi lembaga-lembaga negara yang mengurusi masalah korupsi ini, belum membawa dampak (effect) yang menakutkan bagi para koruptor Analogi sederhana untuk
menggambarkan bagaimana korupsi ini berkembang dari masa ke masa. Kalau pada era orde lama, orang korupsi di bawah meja, era orde baru dengan cara di atas meja dan orde reformasi ini bukan di bawah meja atau di atas meja akan tetapi mejanya yang dicuri. Dapat dikatakan begitu meng”gila”nya koruptor yang ingin menjarah uang negara. Lebih kontekstual lagi, Korupsi yang dulunya dilakukan secara individual (sendiri-sendiri) kini melakukan transformasi dalam bentuk yang berbeda yaitu korupsi berjamaah (berkelompok). Istilah tentang korupsi di Indonesia tidak asing lagi di telinga masyarakat. Secara etimologi korupsi berasal dari bahasa latin Coruptus, yang merupakan kata sifat dari kata kerja “corrumpre” yang bermakna menghancurkan. Dalam bahasa inggris “corrupt” artinya jahat, buruk dan merusak. Sedangkan“korupsi” munurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penyelewengan atau penggelapan (Uang negara atau perusahaan) dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau kelompok. Arti korupsi secara harfiah dari kata tersebut, korupsi adalah perbuatan yang
jahat, buruk, tidak jujur (dishonest), merusak, menghancurkan dengan cara-cara manupulatif. Perbuatan korupsi selalu mengandung unsur penyelewengan atau penggelapan baik dalam bentuk uang dan maupun dalam bentuk yang lainnya. Akibat yang paling nyata dalam merajalelanya korupsi yaitu berkembangnya tipu-muslihat. Dalam artian saling membohongi dalam urusan administrasi. Permasalahan multidimensional adalah salah satu akibat dari korupsi di negeri ini. Bayangkan saja kalau tidak ada koruptor di Indonesia, pasti rakyat akan makmur dan sejahtera. Tidak ada lagi orang yang hidup dibawah garis kemiskinan, mati kelaparan, pembangunan yang berhenti beroperasi, anak-anak bangsa yang tidak menempuh pendidikan hanya karena biaya sekolah yang tinggi serta pengobatan gratis bagi rakyat menengah ke bawah. Selain itu korupsi menjatuhkan harkat dan martabat pejabat pemerintah dan berimplikasi pada menurunnya kualitas pemerintahan negara di berbagai bidang.
Adapun keseriusan pemerintah dalam menangani kasus korupsi di negeri ini, terlihat dengan dibentuknya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) untuk mengawasi dan memberantas korupsi. KPK yang ditetapkan melalui UU. NO. 30 Tahun 2002 tengtang komisi pemberantasan tindak pidana korupsi, untuk mengatasi, menanggulangi, memberantas korupsi. KPK merupakan komisi independen (tanpa intervensi golongan) yang diharapkan mampu menjadi “martir dan ujung tombak” dalam menagani kasus korupsi di Indonesia. Hukum dan korupsi bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Apabila keduanya berpisah, maka yakin dan percaya negara ini akan mengalami chaos dan menuju pada jurang kehancuran. Sebagaimana dagium hukum dari Prof. Muchtar Kusumaatmadja: yang mengatakan “ hukum tanpa kekuasaan adalah anganangan dan kekuasaan tanpa hukum kezaliman”. Karena segala sesuatu itu membutuhkan hukum untuk memberikan arah dan jalur yang jelas, apabila pemimpin melakukan kesalahan maka akan disadarkan oleh hukum. Perlu dilakukan reinterpretasi terhadap perkataan Lord Acton “Power tends to corrupt, absolut power corrupt absolutely”. Kekuasaan itu cenderung menyeleweng, tapi kekuasaan mutlak pasti melakukan penyelewengan. Begitu pula koruptor, yang sebagian besar dari mereka adalah pemangku jabatan publik. Jadi semakin tinggi jabatan, semakin besar pula pengawasan yang harus diberikan. Karena tanpa pengawasan pasti pemangku jabatan kebablasan (sebebas-bebasnya) menggunakan kekuasaannya. Perlu pula diketahui bahwa kehancuran bangsa di era moderen ini tidak lagi disebabkan perang, tapi disebabkan oleh perilaku korup para penguasanya. Uraian penjelasan di atas mengenai pemberantasan korupsi di Indonesia, memang korupsi itu permasalahan kronis yang merongrong kehidupan bangsa, akan tetapi bukan berarti pemberantasan korupsi “sesuatu yang tidak mungkin selesai”. Maka dari itu dibutuhkan keseriusan pemerintah, KPK sebagai lembaga negara dan partisipasi masyarakat dalam memberantas korupsi di Indonesia. Karena pemberantasan korupsi adalah tugas kita bersama. Penulis adalah Ketua Umum Independent Law Student 2015-2016 Anggota Senat Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (FSH)
14
INPIRASI
Edisi 95 | Rajab 1437 Hijriyah | April 2016 Masehi
Bangun Image UIN Lewat Metode Penelitian
Nur Syam Aska ST MSi
N
ur Syam Aska ST MSi, lahir di Sidrap 25 Juli 1972. Di besarkan oleh orang tua yang berdarah bugis membuat Nur Syam sangat kental dan menghargai suku leluhurnya. Hal itu terbukti dengan pemberian nama pada kelima anaknya, buah perkawinan dengan Andi Tenri Wali, yang semuanya dalam bahasa bugis. Ayah lima orang anak ini ingin menanamkan kepada anak-anaknya agar tidak malu akan budaya leluhur yang
seharusnya mereka banggakan. Nur syam mengenyam pendidikan SD hingga SMA ditempat kelahirannya. Kemudian ia melanjutkan studinya di Universitas 45 jurusan Planologi dan selesai pada 1997. Setelah itu, ia menjadi dosen di Universitas yang sama selama beberapa tahun. Pada 1999, Nur Syam mengambil study S2-nya di Universitas Hasanuddin Jurusan Pengembangan Wilayah. Setelah menyelesaikan studinya Nur syam bergabung dengan yayasan Sekolah Tinggi Teknik (STT) Baramuli sebagai Wakil Ketua I pada 2002. Setahun kemarin yakni pada tahun 2003, ia diangkat menjadi Ketua STT yang saat ini setara dengan rektor. Tak ingin dinilai dualisme, tahun 2004 ia memutuskan untuk kembali mengajar sebagai dosen Universitas 45 . Selama berkuliah, Nur Syam juga aktif dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan Perencanaan dan pengembangan wilayah kota. Ia juga berpartner dengan orang-orang dengan background pendidikan yang berbeda-beda sebagai Tenaga Ahli berdasarkan sertifikat yang diterimanya. Hingga pada tahun 2009, Nur Syam hijrah ke Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar, Jurusan Pengembangan Wilayah Kota (PWK).
Jurusan PWK sendiri khusus di Makassar hanya ada di tiga universitas, yaitu Universitas 45, Universitas Hasanuddin (UNHAS) dan terakhir UIN Alauddin Makassar. Tahun 2013 Nur syam dilantik menjadi Kepala Jurusan (Kajur) sampai 2015. Selama menjabat, Nur syam pernah meraih prestasi gemilang di tingkat Nasional yaitu Juara 1 pada Riset Transportasi yang diadakan oleh Dinas Perhubungan. Berangkat dari kerangka kasar di bantu oleh beberapa mahasiswa tingkat akhir, Nur syam pun mulai menyusun hasil penelitian dengan tema “Pemanfaatan Sungai Tallo dalam Rangka Mengurangi Beban Jalan Raya”. Saat mempresentasikannya di Universitas Indonesia (UI), Nur Syam bersaing dengan beberapa Universitas ternama, bahkan pengarang buku yang dijadikan rujukan dalam penelitiannya juga ikut dalam lomba tersebut. Prestasinya pun sampai di telinga rektor. Bzagi Nur syam, apresiasi dari semua pihak merupakan reward untuknya. Tak hanya rektor, pemerintah pun mulai menindak
lanjuti hasil penelitian Nur syam dalam bentuk proyek oleh dinas perhubungan pada 2015 kemarin. Nur syam dan dosen-dosen lain di PWK juga dilibatkan dalam proyek tersebut. Kedepannya, Nur syam berharap image masyarakat secara luas terhadap UIN Alauddin dapat diubah melalui kegiatan penelitian. Karena baginya, kegiatan penelitian merupakan suatu aspek yang memiliki unsur sosialisasi skala besar. “Ini adalah lembaga pendidikan agama yang universal dan terbuka. Kami sebagai orang tua tentunya mengharapkan generasi hari esok bisa berkiprah dan memiliki daya saing,” tuturnya. Nur syam saat ini tercatat sebagai mahasiswa program studi S3 di UIN Alauddin Jurusan Agama Konsentrasi Sejarah Peradaban Islam. *DESY MONOARFA|FADHILAH AZIS
Megawati
Organisatoris yang Berprestasi Jika kita melakukan sesuatu maka lakukanlah yang terbaik dan sungguhsungguh serta yang terpenting ikhlas. Itulah prinsip hidup yang selalu dipegang oleh Mega Wati, mahasiswi berprestasi Jurusan Ekonomi Islam semester enam yang kini tak hanya diakui di UIN Alauddin saja namun juga oleh Universitas lainnya. Wanita yang kerap disapa Ega, kelahiran 9 juni 1995 inipun bersyukur atas apa yang telah diraihnya. Ada banyak olimpiade yang telah dia capai, seperti Juara 1 Olimpiade Ekonomi Islam di UIN pada akhir 2013, Juara 3 Olimpiade dalam Temu Ilmiah Nasional (Temilnas) di Bone Tingkat Indonesia Timur pada februari 2015, dan kembali masuk 50 besar pada Temilnas di Universitas Ponegoro ditahun yang sama. Prestasi yang pernah diraih Ega rupanya sudah ada sejak dia menduduki bangku sekolah, dengan
meraih Juara 2 lewat pekan Olahraga dan seni serta Juara 3 Matematika di SMAN 3 Takalar. “Yang pasti kita berusaha dan berdo’a selanjutnya kita serahkan saja kepada Allah pasti dia akan memberikan yang terbaik,” turur putri dari pasangan Syamsiar dan Sulaeman ini. Ega bukan hanya seorang akademisi, namun juga sang organisatoris dimana ia berkecimpung di beberapa organisasi seperti Forum Kajian Ekonomi Syariah (FORKEIS) dimana pada periode 2015/2016 ia menjabat sebagai sebagai Direktur Program atau biasa disebut Sekretaris Umum, menjadi Sekretaris Umum Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Koperasi Mahasiswa (Kopma) ditahun ini, serta menjadi anggota Tapak Suci yang telah digelutinya sejak kelas 3 SMP. Berbicara mengenai Ekonomi Islam, wanita 21 tahun ini menyampaikan
kritikannya mengenai pengaplikasian yang seringkali bertentangan dan tidak seusai dengan eksistensi syariah itu sendiri. Iapun berharap besar agar Ekonomi Islam bisa diterapkan sebagai suatu sistem yang benar-benar utuh terutama bagi pihak yang melaksanakannya. “Karna yang pasti organisasi bukan halangan untuk berprestasi,” ujarnya. *NUR ASMA DAN ERWIN | FADILAH AZIZ
BIODATA Nama : Mega Wati TTL : Takalar, 9 Juni 1995 Riwayat Pendidikan SD : SDN 46 Salaka SMP : SMPN 2 Takalar SMA : SMAN 3 Takalar Prestasi yang telah diraih: •Juara I Olimpiade di UIN Alauddin Makassar tahun 2013 •Juara 3 Olimpiade Temilnas Bone Se-Indonesia Timur •50 besar temilma di Universitas dipenoegoro •Juara I Olimpiade Ekonomi Islam se-Sulawesi Selatan tahun 2015 di
AKADEMIKA
15
Edisi 95 | Rajab 1437 Hijriyah | April 2016 Masehi
BUKA EMPAT Pada tahun ini, UIN Alauddin Makassar dipastikan akan membuka empat prodi baru pada beberapa fakultas diantaranya Fakultas Syari’ah dan Hukum (FSH), Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) serta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK). Adapun untuk FSH akan membuka dua jurusan yakni Hukum Ekonomi Syariah (HES) dan Ilmu Falaq, untuk FEBI Perbankan Syariah, sementara FKIK dengan Ilmu Kedokteran. Hal ini diungkapkan langsung oleh Kepala Biro Akademik UIN Alauddin Makassar Dra Nuraeni Gani MM yang mengatakan, jika Surat Keputusan (SK) dari keempat prodi telah ada. ILMU FALAQ DAN HUKUM EKONOMI SYARI`AH Kedua jurusan FSH akan buka melalui jalur Ujian Masuk Mandiri (UMM) dengan kuota masing-masing 45 mahasiswa. Dekan FSH Prof Darussalam MAg menjelaskan jika kuota tersebut akan cukup untuk satu kelas besar. Untuk persoalan ruangan, Prof Darussalam mengaku telah memperhitungkan semuanya dan tak ada pengalokasian dengan bukanya dua jurusan tersebut karena mendapat jatah 12 ruangan baru. “Kedepan akan dibangun tiga gedung berlantai empat dan syariah mendapat jatah 12 ruangan,” ungkapnya. Ruang pengelola untuk kedua jurusan tersebut berada di lantai empat FSH. Selain itu, akan ada Bank Mini yang erat kaitannya dengan jurusan Hukum Ekonomi Syariah (HES). Berbeda halnya dengan jurusan HES, jurusan Ilmu Falaq akan mengantisipasi dan masih mengupayakan alat-alat untuk menunjang Jurusan tersebut. Dia juga menambahkan, jika mahasiswa lulusan Hukum Ekonomi Syariah dan Ilmu Falaq diharapkan mampu bekerja pada lembagalembaga Ekonomi Syariah, Hakim, Bank-bank Muamalah, dan Astronom. Dengan bukanya jurusan baru ini, FSHpun berharap akan mencetak mahasiswa yang
mengerti hukum sekaligus ekonomi, sehingga hakim nantinya tidak buta akan pengetahuan ekonomi. PERBANKAN SYARIAH Jika Hukum Ekonomi Syariah dan Ilmu Falaq buka dilajur UMM, berbeda halnya dengan jurusan Perbankan Syariah oleh FEBI yang akan dibuka melalui jalur SPANPTKIN. Dengan 82 kuota mahasiswa yang akan diterima, Prof Dr Ambo Asse MAg selaku Dekan FEBI optimis tak akan ada masalah terkait kelas yang tak cukup atau masalah fasilitas penunjang lainnya. Selain itu, tahun ini FEBI hanya akan menerima mahasiswa baru berkisar 500, berbeda dengan tahun sebelumnya yang menerima 700 mahasiswa dan mengaku siap untuk semua kebutuhan jurusan tersebut. Perihal sosialisasi, Prof Ambo Asse mengaku pihaknya belum melakukan hal tersebut mengingat peminat FEBI selalu meningkat ditiap tahunnya dan akan tersosialisasi dengan sendirinya. “Semoga jurusan perbankan syariah ini terkelolah dengan baik dan kuotanya terpenuhi,” harapnya. Adapun Wakil Dekan Bidang Akademik Prof Dr Muslimin Kara akan menjadi pihak yang bertanggung jawab sebelum ditunjuknya Ketua Jurusan.
Prof Qadir Gassing telah mencanangkan jika Ilmu Kedokteran akan siap dibuka, namun baru dibawah kepemimpinan Prof Dr Musafir Pabbabari prodi tersebut diresmikan. Sebagai prodi baru, Ilmu Kedokteran hanya akan menerima satu kelas dengan jumlah 50 kuota dan akan dievaluasi selama enam bulan kedepan. Sementara untuk penerimaan mahasiswanya, akan dilakukan tiga cara yaitu afirmasi geografis, pesantren dan umum. “Afirmasi geografis, ini menerima calon mahasiswa yang dari daerah perbatasan,” ujar Prof Musafir. Kamis (31/3/2016). Menurutnya, akan dilakukan pula kerjasama dengan setiap Bupati daerah perbatasan untuk mengajukan calon mahasiswa yang selanjutnya diseleksi oleh universitas. Afirmasi pesantren, dikhususkan pada lulusan pesantren jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang memiliki sinergi dengan ilmu kedokteran. Yang ketiga adalah jalur umum, di jalur inilah calon mahasiswa lulusan dari sekolah umum mendaftar. Mengenai sosialisasi kata Prof Musafir akan dilakukan sesegera mungkin. “Kemarin saya sudah menghadap Menteri Agama, dan dia berkenan pada tanggal 12,” lanjutnya. *SELVIANA |FADHILAH AZIZ
ILMU KEDOKTERAN Rektor sebelumnya,
Ilustrasi Ashari Perwira Negara
KKNP Juga di Daerah Washilah -- Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan sebuah program penting dalam sebuah Universitas, menjadi kebutuhan pokok bagi Mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh untuk menghadapi persaingan dalam dunia kerja. Dalam sebuah lembaga pendidikan, praktek kerja lapangan sangat dibutuhkan untuk membentuk karakter serta menambah pengalaman Mahasiswa. Tidak hanya menerima teori di dalam kelas, namun praktek lapangan menjadi wadah bagi Mahasiswa untuk mengaplikasikan apa yang diperoleh. Kolaborasi antara teori dan praktik lapangan, menjadi sebuah cara yang efektif bagi mahasiswa untuk memahami ilmu di bidangnya dengan baik. Namun, ada beberapa kendala yang dikeluhkan peserta dalam menjalankan program KKN, seperti pihak instansi terkait tidak menjalankan aturan dengan baik atau tidak jelasnya program kerja selama mengikuti KKN. Bebarapa kendala kini dialami oleh peserta KKN UIN Alauddin Makassar. Fenomena yang terjadi dalam menjalankan program KKN ditanggapi oleh Kepala Biro administrasi kemahasiswaan dan kerjasama, Dra Nuraeni Gani MM. Menurut dia, program KKN tidak sesuai dengan prosedur yang disepakati, sama halnya dengan tidak menjalankan program tersebut. Seyogyanya, KKN sangat berperan penting bagi mahasiswa untuk memantapkan ilmu yang didapat agar mampu mengaplikasikan ilmu sekaligus mengabdikan diri kepada masyarakat dalam menghadapi fenomena sosial di masyarakat. “Dengan adanya KKN, mahasiswa mampu berekspresi dan menyalurkan ilmu kepada masyarakat. Tapi, bila tidak memenuhi prosedur yang disepakati, sama saja tidak menjalankan program tersebut,” jelasnya. Nuraeni menegaskan, apabila ditemukan laporan dari mahasiswa bahwa sebuah instansi tidak menjalankan prosedur dengan baik, maka pihak kampus akan menindak lanjuti dengan duduk bersama membahas hal tersebut. Jika ditemukan bukti yang kuat, maka pemutusan kerjasama akan dilakukan. “Ketegasan akan diberlakukan apabila ditemukan pelanggaran, agar KKN berjalan sesuai dengan fungsinya,” lanjut perempuan yang akrab disapa ibu Eni ini. Tidak lepas dari itu, terjadi polemik terkait KKN Profesi yang akan dihapuskan karena dianggap tidak tepat sasaran dan secara umum difokuskan ke Reguler. Kepala pengabdian masyarakat, Drs M Gazali Suyuti M Hi, mengatakan KKN Profesi dialihkan ke masyarakat, menganggap masyarakat lebih membutuhkan pengabdian dari mahasiswa dibandingkan dengan instansi. Secara khusus, KKN Profesi tidak ditutup, hanya saja dilakukan pengalihan kepada masyarakat. Jika pada awalnya KKN Profesi bergelut di dalam sebuah instansi, maka kali ini mahasiswa di tuntut mengabdi kepada masyarakat dan berprofesi sesuai minat mahasiswa. Namun, berbeda dengan prodi-prodi yang memang diharuskan KKN Profesi pada sebuah instansi, maka dilakukan pengecualian. Hanya saja pesertanya tidak ditempatkan di ibu kota melainkan di daerah. “KKN Profesi tidak ditutup kemungkinan tetap ada bila sangat dibutuhkan, secara umum KKN fokusnya reguler semua,” papar mantan kepala kemterian agama Sul-sel ini.
*ALI SYAHBANA | SRI WAHYUDI ASTUTI