Edisi S
pesial
Angkat
an XVII
PILREK Rawan Kolusi dan Nepotisme
MENTERI AGAMA
Hal. 5
Lulus dengan Skripsi Pesanan
Hal. 10
Dari Cleaning service hingga Doktor
2
S
DAPUR REDAKSI
Edisi 108| Ramadan 1440 Hijriyah | Mei 2019 Masehi
Bangun semangat
aat membebaskan kota Santa Clara dari cengkraman rezim Kuba, Che Guevara membawa “semangat� dalam meningkatkan moralitas dan kesolidan prajuritnya yang ia sebut sebagai Factor X. Di kemudian hari manifesto tersebut ia tuangkan dalam sebuah jurnal populer. Mungkin itu juga menjadi kata yang tepat untuk menggambarkan Tabloid ke-108 ini. Pasalnya karya yang ada di tangan anda saat ini adalah tabloid pertama kepengurusan UKM LIMA Washilah periode 2019 dan sekaligus merupakan tabloid edisi angkatan XVII. Hal ini menjadi spesial karena komponen sinergitas antar pengurus dan anggota masih begitu spartannya, sehingga menjaga semangat militansi tersebut sampai dipenghujung kepengurusan menjadi amanah yang harus dirawat. Bukan hal yang mudah bagi reporter Washilah ketika menjalankan tugas liputannya sembari menunaikan ibadah puasa sekaligus, di bulan yang penuh rahmat ini. Proses panjang yang ketat dilakukan sematamata demi menyuguhkan sebuah karya jurnalistik dengan konsisten teruntuk anda sivitas akademika UIN Alauddin Makassar. Nah belakangan ini kabar mengenai Pemilihan Rektor UIN Alauddin Makassar sebentar lagi akan diselenggarakan, hal itupun menjadi buah bibir dikalangan civitas kampus, terlebih saat ada sembilan nama calon rektor yang mencuat dan dipastikan masuk dalam bursa
Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
pemilihan periode nanti. Universitas yang belum lama ini mendapat peringkat kedua terbaik dari 22 universitas lainnya di Kota Makassar versi Unirank, juga sempat mendapat sorotan saat Prof Mahfud MD dalam sebuah talkshow menyebut bahwa ada permainan uang di balik pemilihan rektor kampus peradaban. Alhasil, transparansi dari pemilihan rektor inipun menjadi perhatian yang kami rangkum dalam Rubrik Topik Utama. Beralih dihalaman lain, tren youtuber saat ini begitu digandrungi oleh kalangan milenial di Indonesia, munculnya youtuber hebat dan muda menjadi daya tarik tersendiri. Tidak ketinggalan, hal ini juga turut diminati oleh sejumlah mahasiswa di UIN Alauddin yang memilih untuk mengisi waktu senggang kuliahnya dengan menjadi konten creator dengan menekuni dunia youtube. Kami pun menghadirkan dua youtuber yang sedang naik daun dari UIN Alauddin. Bagaimana sih awal mereka memulai untuk menggeluti dunia konten kreator tersebut, hingga punya banyak subscribers. Simak perjalanan mereka dalam Rubrik Lifestyle. Di rubrik berikutnya, kita banyak melihat dalam dua tahun terakhir UIN Alauddin sangat gencar dalam perbaikan pembangunan, hal itu ditandai dengan berjalan baiknya kerjasama antar pihak birokrasi kampus dengan Kementerian Agama yang telah menghasilkan sejumlah kesepakatan dengan dibangunnya be-
berapa gedung vital melalui sumber dana Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Namun dibalik itu semua kampus sebenarnya belum cermat melihat persoalan kecil yang selalu dikesampingkan, yakni perhatian terhadap peremajaan fasilitas kampus yang cukup urgent. Jalan yang menjadi akses dan kebutuhan dasar bagi fasilitas publik masih tampak begitu tidak terawat, seperti banyaknya lubang yang sewaktu-waktu dapat membahayakan pengendara. Belum lagi dengan fasilitas sanitasi (selokan) di sejumlah ruas gedung tampak belum optimal, terbukti ketika hujan turun banyak genangan air yang terjadi di beberapa titik lokasi di kampus. hal ini tentu harus menjadi perhatian birokrasi, mengingat peringkat kampus yang sudah terakreditasi A sejak akhir 2018 lalu. Dalam halaman Inspirasi, kami menyuguhkan sosok mahasiswi dari Jurusan Ilmu Komunikasi (Ikom) yang setiap harinya harus mengarungi derasnya ombak di pesisir Pantai Losari demi berkuliah, sesampai di pelabuhan ia masih harus menempuh beberapa kilometer lagi untuk bisa sampai di kampus peradaban, tak khayal jelang pukul 17.00 dirinya harus bergegas untuk meninggalkan kampus agar tidak kemalaman di atas perahu. Beberapa kali di musim hujan ia bahkan harus bertaruh untuk tetap bisa mengikuti perkuliahan. Di tengah perjuangan itupun ia tidak mau ketinggalan untuk menun-
washilah .com TAJUK
tut ilmu lainnya (ekstrakulikuler) di universitas, dirinya pun turut aktif berpartisipasi dan menjadi bagian dari salah satu organisasi intra fakultas. Meski seorang perempuan ia tetap menunjukkan ketangguhannya sebagai pelajar yang patut ditiru. Nah penasaran kan dengan kisahnya? Siapakah sosok mahasiswa tersebut? Rubrik ini sayang jika dilewatkan. Dalam halaman lainnya kita akan berjumpa dengan sejumlah tanggapan dari sivitas akademika yang mendambakan sosok rektor yang dibutuhkan oleh UIN Alauddin Makassar versi mereka. Beberapa pandangan yang turun langsung dari tokoh kenamaan di kampus dan sejumlah pejabat memiliki kriteria yang berbeda tentang calon rektor yang nantinya cocok untuk memangkuh tanggung jawab yang tidak mudah itu. tidak luput, sejumlah pandangan juga diambil dari kalangan tokoh mahasiswa yang dianggap kredibel untuk memberikan gambaran calon rektor yang betul-betul didambakan oleh mahasiswa nantinya. hal inipun tentunya menarik, karena beberapa pandangan terlihat begitu kontras antara satu sama lainnya. semuanya kami sajikan dalam Rubrik Persepsi. Terakhir kami dari segenap pengurus dan seluruh komponen yang terlibat mengucapkan terima kasih, semoga kami terus tetap menjadi kepercayaan Anda dan paling depan dalam mengabarkan. Selamat membaca.
UKM LIMA - Foto bersama pengurus UKM LIMA Washilah usai pelantikan bersama Dema U, Sema U dan UKM Sejajaran di Gedung Auditorium Kamnpus II, Samata-Gowa, Rabu (06/02/2019)
www.
“Gejolak PMA 68�
K
ebijakan yang dikeluarkan pemerintah memang selalu mengundang polemik diantara kalangan aktivis dan akademisi, salah satu yang saat ini gencar dibicarakan adalah aturan mengenai pengangkatan dan pemberhentian rektor oleh Menteri Agama (Menag), yang tercantum dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) nomor 68 tahun 2015. Aturan ini melahirkan penolakan dari sejumlah pihak, khususnya lingkup UIN Alauddin Makassar itu sendiri. Ketua Dema-U, Junedi misalnya. Ia menyayangkan penentuan rektor dilakukan oleh Menag, padahal sivitas akademikalah yang paling tahu kondisi institusinya sendiri. Bulan Juli tahun ini UIN Alauddin Makassar akan berganti nakhoda, tapi ada yang berbeda dengan Pemilihan Rektor (Pilrek) kali ini, pasalnya senat universitas tak lagi punya hak suara. Penunjukan rektor akan ditetapkan dan dilantik oleh Menag Republik Indonesia (RI) Lukman Hakim Saifuddin. Itulah sekelebat isi PMA 68. Penunjukan rektor oleh Menag memang mengundang perasaan skeptis, tak ada jaminan bahwa Menag menilai secara objektif, hal ini memicu akan terjadinya Kolusi Korupsi Nepotisme (KKN). Sawabnya, aturan ini bukanlah barang baru, beberapa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) telah merealisasikan isi PMA tersebut dan hasilnya sangkil. Tapi apa lacur, kasus eks Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Romi Romarhozy di Surabaya soal jual beli jabatan lingkup Kementerian Agama (Kemenag) memicu desas-desus eksistensi PMA 68. Menghindari polarisasi politik masyarakat kampus menjadi alasan utama aturan ini lahir. Tim sukses yang dibentuk menjadi pondasi terbangunnya polarisasi politik dalam ranah kampus harusnya diredam. Eksistensi kebijakan PMA 68 ini menimbulkan ambiguitas, menghindari polarisasi politik masyarakat kampus ataukah melancarkan bisnis nepotisme. Terlepas dari itu semua, tentu kita ingin agar aturan ini seyogianya menjadi tameng antisipasi mengakarnya polarisasi politik di lingkup kampus dan penunjukan rektor didasarkan objektivitas, tanpa intervensi dari pihak manapun.
*Ilustrasi: Aldy Raenaldi
www.
washilah .com
PILREK Rawan
Kolusi dan Nepotisme
Washilah – Pasca diberlakukan, PMA No 68 Tahun 2015 menuai kritikan dari sejumlah sivitas akademika Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) lingkup Kementerian Agama (Kemenag). Mereka menilai regulasi itu mematikan demokratisasi kampus dan berpotensi terjadi kolusi, serta nepotisme.
H
al itu, menguat seiring operasi tangkap tangan (OTT) eks Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romi Romahurmuziy di Jawa Timur pada 15 Maret 2019 lalu. Dalam penangkapan itu, Romi ditetapkan sebagai tersangka karena melakukan transaksi jual beli jabatan di lingkup Kemenag. Dugaan itu juga dikait-kaitkan dengan Pemilihan Rektor (Pilrek). Pasalnya, penentuan rektor merupakan hak prerogatif menteri agama (Menag). Walaupun sampai saat ini belum ada bukti jual beli jabatan rektor, seperti yang melibatkan Romi dengan Menag. Dalam regulasi itu dijelaskan, Senat tidak lagi memiliki hak voting dalam Pilrek kali ini, tetapi hanya memberi penilaian kualitatif. Hasil dari penilaian kualitatif tersebut diserahakan ke Komisi Seleksi (Komsel) yang terdiri dari tujuh orang Guru Besar yang dibentuk oleh Kemenag. Komsel ini juga bertugas melakukan profet and test hingga menghasilkan tiga nama. Lalu, salah satu dari ketiga nama tersebut akan dipilih oleh Menag untuk ditetapkan sebagai rektor terpilih dan dilantik. Adanya kasus Romi dan pernyataan Prof Mahfud MD di acara Talkshow Indonesia Lawyes Club (ILC), TVOne sebulan yang lalu,
3
TOPIK UTAMA
Edisi 108| Ramadan 1440 Hijriyah | Mei 2019 Masehi
membuat sivitas akademika UIN Alauddin Makassar heboh danmeragukan Menag Lukman Hakim Saifuddin dalam penentuan Rektor UIN Alauddin Makassar periode 2019/2023. Salah satunya, Presiden Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas (Dema U) Periode 2019 UIN Alauddin Junaidi. Mahasiswa kelahiran Takalar itu menilai, PMA 68 menjadi peluang praktek Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN). Pasalnya, Senator Universitas hanya memberikan penilaian kualitatif di dalam kampus dan tidak memiliki hak melegitimasi, setelah itu sepenuhnya diserahkan ke Kemenag. Hingga saat ini, sudah ada 27 PTKI telah melangsungkan pilrek menggunakan PMA 68, Kemenag mengklaim tidak ada masalah dalam pilrek tersebut. Namun faktanya, dosen UIN Malang, dosen UIN Jogjakarta, dosen UIN Riau, dosen UIN Mataram, dan dosen IAIN Meulaboh memprotes rektor hasil pemilihan Menag. Mereka menilai Menag tidak menunjukkan sikap meritokrasi dalam kriteria pilihannya, tetapi nepotisme. Sejalan dengan itu, kritikan juga datang dari birokrasi kampus UIN Alauddin, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Prof Rasyid Masri. Menurut dia, walaupun calon
rektor itu mendapat dukungan penuh di kampus oleh para senator, banyak kejadian yang dilantik justru orang lain. UIN Malang misalnya, dilansir dari Republika.co.id, Profesor Mudjia Rahardjo mengaku menjadi salah satu korban atas ketidaktransparanan proses pengangkatan rektor di Kemenag pada 2017 lalu. Rektor UIN Maliki Periode 2013 hingga 2017 ini merasa dicurangi oleh sistem yang berlaku di Indonesia. Ia mengklaim, mayoritas senat saat itu lebih merekomendasikan dirinya maju sebagai rektor dibandingkan lainnya. Karena pesaingnya berasal dari luar, penilaian para senat pun lebih mengarah kepada dirinya. Mereka tahu bagaimana kinerja dan kepemimpinannya selama memegang UIN Maliki dari 2013 hingga 2017. Keyakinannya terpilih sebagai rektor tak hanya berhenti di suara senat. Para anggota panitia seleksi pemilihan rektor di Jakarta pun telah memastikan posisi tersebut untuk dirinya. Namun, semua itu musnah kala pelantikan rektor terlaksana. Kembali dengan Prof Rasyid Masri, Guru Besar Bidang Sosiologi Komunikasi ini meminta agar Menag mengembalikan kedaulatan kampus, kemandirian kampus, dan otonomi kampus di bawah arahan
dan bimbingan pemerintahan terbebas dari pengaruh partai politik. “Semoga PMA No 68 tahun 2015 segera direvisi, kalau tidak keributan jual beli jabatan akan menjadi lahan kerja bagi calo – calo politik dan oknum – oknum tertentu bergerilya dan merusak citra kementerian agama,” ungkapnya. Sebelum PMA 68 Tahun 2015 ini hadir, pemilihan rektor PTKIN ditentukan oleh jumlah suara terbanyak anggota senat universitas, institut, atau sekolah tinggi termaktub dalam PMA Nomor 11 Tahun 2014 dan PMA Nomor 45 Tahun 2006. Kemudian rektor mengajukan namanama hasil pemilihan senat tersebut untuk ditetapkan dan dilantik oleh Menag. Kepala Prodi Magister Manajemen Pendidikan Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr Jejen Musfah MA, mengatakan Pilrek oleh senat di beberapa kampus menimbulkan konflik antar calon atau kubu pendukung, khususnya di kampus-kampus besar seperti UIN Alauddin Makassar, UIN Sultan Thaha Jambi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dan IAIN Ambon. Dosen terpolarisasi ke dalam kelompok organisasi massa besar NU, Muhammadiyah, dan HMI, sehingga PMA 68 Tahun 2015 lahir. “Polariasi dosen ke dalam minimal tiga ormas besar itu merupakan keniscayaan dan harus dilihat sebagai hal biasa dan positif. Ketika rektornya dari ormas tertentu misalnya, dosen dari dua ormas lainnya pasti mendapatkan kursi Warek,
dekan, wakil dekan, ketua prodi, dan seterusnya,” ucap pria kelahiran Serang Banten ini, dikutip dari fitk. uinjkt.ac.id. Kendatipun demikian, Jejen menilai otoritas absolut Menag dalam pemilihan rektor PTKIN bertentangan dengan pembelajaran demokrasi yang menjadi salah satu nilai yang harus dikembangkan di setiap kampus, termasuk Kemenag. Sementara itu, Ketua Jurusan Ilmu Politik UIN Alauddin, Syahrir Karim Ph D mengangapi pilrek oleh Senat atau bahkan ditentukan oleh Menag tentu diwarnai kepentingan politik. Kadar kepentingan ini tergantung, ada yang sedikit, dan banyak. “Saya kira kita tidak bisa menjastifikasi terlalu dini bahwa di sini akan ada kecurangan, di sini tidak demokratis, di sini akan dimainkan oleh sebagian elit politik dan sebagainya. Sebelum dan sesudah PMA 68 ini pasti ada saja kepentingan tertentu, elit-elit tertentu yang ada dibalik ini,” tukasnya. Demokrasi bagi Syahrir Karim baginya harus melalui keinginan rakyat UIN dan Senat sendiri yang harus memilih pemimpinnya, menurutnya merupakan latah dalam melihat demokrasi. Bagaimana cara membangun sebuah kampus yang ideal, masyarakat kampus yang sejahtera, semua masyarakat kampus atau sivitas academika berjalan sistematis, berjalan sesuai harapan, sesuai dengan visi misi, bagaimana pun sistemnya, yang penting visi kampus itu jalan, itulah demokrasi
4
yang sebenarnya dalam pandangan dosen muda ini. Dia bercerita bahwa pemilihan rektor oleh menteri atau Senat itu hanya kontekstual. Tidak ada jaminan demokrasi akan bagus jika warga kampus yang memilih rektor misalkan, begitu juga sebaliknya. Membiarkan PMA No. 68 ini berjalan terlebih dahulu merupakan ajang pembuktian, bisakah regulasi ini melahirkan rektor yang betulbetul kredibel, berkompoten dan sesuai dengan harapan yang mampu memajukan kampus. “Biarkan dulu ini berjalan PMA No. 68, apakah ini bagus atau tidak, ini akan jadi ajang pembuktian sebenarnya. Betulkan PMA ini bisa menciptakan demokrasi yang bisa membuat senang masyarakat kampus ?,”. Lanjut, terkait kasus jual beli jabatan di lingkup Kemenag hingga pernyataan Mahfud MD yang menyinggung kursi pimpinan tertinggi dari dua Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), Syahrir menilainya sebagai polemik dan objektif melihat realitas yang ada. Wacana yang terus dijadikan bola liar oleh pihak tertentu, tidak
TOPIK UTAMA
Edisi 108| Ramadan 1440 Hijriyah | Mei 2019 Masehi
bisa digunakan untuk menjastifikasi semua PTKIN. “Jadi jangan satu dua PTKIN bermasalah lalu menjeneralkan semua PTKIN bahwa ada jual beli. Kita harus lebih objektif dan lebih realisitis melihat konsteks yang ada. butuh kedewasaan untuk bisa menghadapi dan mencerna wacana seperti ini,”. Dirinya pun melanjutkan, dari riak-riak seperti ini dapat memberikan efek posisitf kepada Kementrian untuk lebih terbuka, transparan dan berhati-hati dalam melihat fenomena Pilrek ini khususnya. Dan berharap mahasiswa dapat lebih mengedepankan objektifitasnya dalam melihat informasi di luar sana. Ketua Senat UIN Alauddin, Prof Qadir Gassing awalnya menolak memberi tanggapan karena ia menganggap fungsi senat universitas yang kini hanya pemberi rekomendasi, bukan melegitimasi. “Sami’na waata’na (kami mendengar dan kami taati), tidak boleh melawan aturan dari kementerian, harus siap menjalankan perintah dari PMA yang ditetapkan”. Lanjut, eks Rektor UIN Alauddin periode 2011/2014 mengharapkan
www.
washilah .com
Komsel nantinya harus bersungguhsungguh, melihat hasil rekomendasi dari senat. “Kami berharap agar Menag menjadikan rujukan rekomendasi senat universitas dalam penetepan Rektor UIN,” ungkap eks rektor pencetus program unggulan Character Building Program (CBP). Sejalan dengan Dema-U sebagai garda terdepan menyuarakan aspirasi mahasiswa, mengambil langkah untuk mengawal Pilrek agar tidak terjadi permainan di dalamnya. “Kami lebih mengarah kepada Menag jangan ada permainan, seperti kemarin ada isu jual beli jabatan kami mengawal ke arah itu. Kalau soal mengawal siapa yang layak atau tidak itu bukan ranah kami,” pungkas Junaedi, Ketua Dema-U. Mahasiswa Ilmu Politik, Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik, Muhardi kepada Washilah, berharap agar rektor yang dipilih Menag memiliki pengetahuan lebih mengenai kampus UIN Alauddin, baik dari segi mahasiswa, akademik dan kerjasamanya. *Penulis: Ramalia, Laras Ramadhani *Editor: Muhammad Aswan Syahrin
*Riset: Muhammad Junaedi / Infografis: Viviana Basri
*Infografis: Viviana Basri
SOROT
www.
washilah .com
Tarif Skripsi Pesanan Ibe mengaku penyedia jasa skripsinya adalah seniornya, yakni Daeng Hermanto (Bukan nama sebenarnya). Kala itu ia mendapat tarif khusus, umumnya berharga Rp. 600.000 hingga Rp. 2.000.000 untuk Jurusan Sosial dan Politik (Sospol). “Enam ratus ribu dek sampai bab III, karena seniorku ji yang buat,” ungkapnya kepada reporter Washilah. Saat dikonfirmasi melalui Via WhatsApp, Hermanto mengaku sudah lama menggeluti bisnis yang melawan hukum tersebut. Kliennya bukan hanya mahasiswa UIN Alauddin, akan tetapi ada mahasiswa dari berbagai kampus di Kota Makassar. Daeng Hemanto, bukan satusatunya alumni yang menyediakan jasa semacam itu, satu persatu nama bermunculan dan macam-macam tarif sesuai kerumitan penyusunan skripsi. Selain Ibe dan Daeng Hermanto, juga ada Jamal, bukan nama sebenarnya, ia masih berstatus
5
bagian dari hak cipta, berarti skripsi di sini, masuk ke dalam bagian dari hak cipta, karena ada penulis, ada peneliti yang membuat atau menghasilkan skripsi ini. Ia menambahkan selain denda, pelaku juga akan dijatuhi sanksi pidana penjara, hal ini bisa saja terjadi jika terbukti adanya pelanggaran, misalnya penulis melakukan tuntutan atas dasar klaim hak cipta dari karya yang telah dikeluarkan. “Ini bisa saja terjadi, misalnya kamu punya ciptaan, kamu punya karya dan kamu tahu dia mengambil, kamu bisa langsung melaporkan, bisa saja dia dipenjarakan.” tuturnya.
*Ilustrasi: Ardiansah Safnas
Washilah – Jarum jam tepat di angka 12, aktivitas perkuliahan rehat sejenak. Siang itu di salah satu ruang jurusan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK), terlihat dua dosen paruh baya duduk santai sambil menikmati kudapan, sedang serius membicarakan Ibe (bukan nama sebenarnya), mahasiswa semester lanjut yang diduga menyewa jasa penyusunan skripsi, “Kelihatan sekali bukan dia yang buat, waktu saya tanya-tanya jawabannya malah tidak sesuai dengan draft,” terang salah satu dosen wanita paruh baya tersebut, (26/11/2018). Reporter Washilah berusaha melakukan verifikasi, meski awalnya sempat menolak, selang beberapa hari akhirnya Ibe luluh dan mengiyakan untuk bertemu. Sore itu, saat gemuruh hujan, di teras sebuah Warung Kopi yang tak jauh dari kampus. Ia dengan suara tenang mengakui dirinya menyewa jasa penyususan skripsi, hal itu ia lakukan karena terpaksa. Ketidakmampuan Ibe menyusun skripsi bukanlah semata-mata kesalahan sepihak darinya, satu persatu keluhan selama menimba ilmu di kampus peradaban ia beberkan. Ibe mengaku kurikulum UIN Alauddin Makassar yang tidak menyediakan mata kuliah penopang penelitian seperti statistika menjadi alasan paling mendasar. Selain itu, ia mengeluhkan pembimbing dan penguji yang rewel juga semakin mempersulit, dan tidak tahu menahu batas limit Drop Out (DO), membuat dirinya melakukan perbuatan melawan hukum. Salah satu dosen Metodologi Penelitian Sosial (MPS) FDK Rahmawati Latief, yang ditemui di ruang 307 FDK, Rabu (12/12/2018) membenarkan kondisi tersebut. Menurutnya, tidak adanya mata kuliah pengantar statistika dalam kurikulum menimbulkan persoalan kepada mahasiswa. Lebih jauh dosen yang pernah belajar di negeri Jiran Malaysia dan Arkansas University AS ini membandingkan kurikulum FDK UIN dengan kurikulum Fakultas Komunikasi Universitas Padjdjaran (Unpad). Menurutnya, di Unpad, ada empat mata kuliah penopang penelitan dengan keseluruhan jumlah 12 satuan kredit semester (SKS). Sangat berbeda jauh dengan UIN yang hanya menyediakan lima SKS dari dua mata kuliah penopang penelitian.
Edisi 108| Ramadan 1440 Hijriyah | Mei 2019 Masehi
Lulus dengan Skripsi Pesanan mahasiswa aktif di FEBI, selama ini ia menjadi perantara klien (mahasiswa) dengan seniornya si penyedia jasa. Tidak berhenti disitu, reporter Washilah juga mendapat informasi dari salah satu mahasiswa aktif, di Fakultas Sains dan Teknologi (FST), kali ini Riza bukan nama aslinya, mengungkapkan bahwa pengerjaan skripsi berbayar juga dilakoni seniornya. Menurutnya, rata-rata mahasiswa di FST berlangganan dengan Marko nama samaran, penyedia jasa selain Daeng Hermanto. Selain mahasiswa, terdapat toko Alat Tulis Komputer (ATK) yang berjejer di depan kampus peradaban, yang menyediakan jasa penyusunan skripsi. Secara terang-terangan bercerita, pemilik toko ATK mengaku punya jejaring alumni untuk menggarap pesanan. Biaya pembuatan tergantung pada tingkat kesulitan, umumnya satu paket lengkap berharga Rp 4,5 juta hingga Rp 10 juta, mulai dari pemilihan judul, pembuatan draf, penulisan, hingga pencetakan skripsi hard cover. Lain halnya untuk kasus-kasus tertentu, terutama kasus yang spesifik, mahasiswa pemesan biasanya diminta menyerahkan data lapangan untuk mempermudah merampungkan isi skripsi. Rata-rata karya
ilmiah dijamin selesai satu bulan, para penjaja jasa juga menjamin keamanan, sehingga konsumen tidak perlu khawatir di belakang hari untuk dituntut penyedia jasa. Menanggapi hal itu, dosen Hukum Internasional UIN Alauddin Dr. Fadli Andi Natsif, menjelaskan, bahwa jasa pembuatan karya ilmiah tergolong tindakan penipuan dan pemalsuan yang melanggar etika pendidikan, Menurut dia, komersialisasi skripsi adalah perbuatan pelacuran intelektual, jika ditinjau dari aspek moral dan secara hukum adalah perbuatan yang tidak dibenarkan. “Para pelaku pengguna jasa dapat dijerat pasal 378 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tentang penipuan, di mana pihak universitas selaku institusi yang dirugikan,” terang Dr Fadli. Lanjut, pihak universitas yang menjadi korban, bisa melakukan gugatan apabila terbukti oknum tersebut menyetor KTI yang bukan karya orisinilnya. Lain lagi untuk penyedia jasa ia dijerat pasal 263 KUHP tentang pemalsuan surat. Praktik-praktik sejenis ini diakui pria dua anak ini, sulit dibuktikan karena membutuhkan kecermatan tinggi, Senada dengan itu, dosen Fakultas Hukum Universitas Hasa-
nuddin Dr Maya Audyana, saat dimintai pandangannya, mengatakan praktek bisnis seperti ini termasuk kejahatan di ranah intelektual, dan melanggar pasal 263 KUHP tentang pemalsuan dokumen, “Kalau pihak kampus melayangkan gugatan, alumni atau mahasiswa yang terbukti bersalah, mau tidak mau gelarnya bisa dicabut,” tuturnya. Menurut Maya, tindak penyedia dan penyewa jasa ini merupakan bentuk dari hidden crime, karena terjadi di ranah pendidikan yang harus ditangani pihak Kemenristekdikti terlebih dulu. Sedangkan Permenristekdikti No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, tidak bisa menindaki hal tersebut, sebab dalam Peraturan Menteri (Permen) No 17 hanya ada sanksi administrasi, sanksi pidana hanya ada pada undang- undang hak cipta dan UU dikti yang membuat ketentuan pidana. Sama halnya dengan yang disampaikan oleh Dr Andi Syafriani SH MH, menuturkan komersialisasi skripsi merupakan salah satu bentuk pelanggaran Undang-undang no 28 tahun 2014 tentang hak cipta, disebutkan di dalamnya bahwa hasil temuan dari ilmu pengetahuan, seni, budaya dan seterusnya merupakan
Sanksi Berat Menunggu Berbekal data lapangan yang berhasil dihimpun reporter Washilah, Wakil Rektor I bidang Akademik Prof Mardan M Ag saat ditemui beberapa waktu lalu, mengatakan tindakan itu mencederai tri dharma perguruan tinggi dan melawan KUHP. Selain itu, eks dekan Fakultas Adab dan Humaniora itu akan menindak tegas jika benar ada bukti otentik mahasiwa yang terlibat dalam bisnis yang menyalahi tri darma perguruan tinggi tersebut. Terkait keluhan mahasiswa dan alumni mengenai kurikulum yang tidak merumuskan mata kuliah penopang penelitian seperti statistika, Guru Besar Sejarah Peradan Islam itu mengakui keteledoran pihak akademik. “Masalah mata kuliah statistika yang absen dalam kurikulum UIN alauddin ini secepatnya akan dibahas dalam rapat evaluasi jajaran wakil Dekan I bidang akademik,” terangnya. Senada denga itu, Rektor UIN Alauddin, Prof Musafir Pababari M Si menegaskan jika ada terbukti bukan hanya mahasiswa yang akan menanggung akibat, akan tetapi dosen pembimbing ikut bertanggung jawab atas kecurangan akademik yang masuk tindak pidana. Mengenai jalur hukum, Guru Besar Sosiologi Agama itu akan menyelesaikan sesuai kode etik terlebih dahulu. KPKE akan menangani kecurangan akademik yang merugikan pihak universitas, sedang kasus pidana bila tidak bisa diselesaikan secara persuasif dengan terpaksa akan dibawa ke ranah hukum, dan gelar alumni akan ditarik kembali sesuai prosedur hukum, Prof Musafir berstatemen bahwa akan membahas ini dalam rapat pimpinan bersama jajaran dekan dan wakil-wakilnya, Eks Dekan Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik sangat menyayangkan komersialisasi skripsi yang dilakukan oknum mahasiswa menurutnya hal itu merupakan yang tidak benar dilakukan seorang ilmuwan. “Komersialisasi skripsi itu bagi saya suatu hal yang aib bagi seorang ilmuwan, jadi misal skripsinya itu dibuatkan sama orang apa lagi mengeluarkan sejumlah uang bagi seorang akademisi itu hal yang cacat atau bersifat memalukan, calon sarjana harus belajar lagi tentang metodologi karena kalau mahasiswa sudah paham tentang metodologi sekalipun disuruh membayar dia tidak akan mau, karena dia punya modal. Jadi saya menduga mahasiswa terlibat dalam kasus ini, baik pemesan, pengguna, maupun sponsor mereka itu tidak percaya diri dalam skripsi itu, artinya mereka tidak paham dengan metodologi yang diajarkan” tegasnya. *Penulis: A. Agung, Epi Aresi Tansal, Rezki Laura Fajrianti *Editor: Muhammad Aswan Syahrin
CIVITAS
www.
washilah .com
Edisi 108| Ramadan 1440 Hijriyah | Mei 2019 Masehi
naan Keuangan (Kabiro AUPK) Alwan Subhan mangatakan sejak IAIN kemudian transformasi menjadi UIN, baru tahun ini mendapatkan kuota terbanyak dalam penerimaan PNS, hal ini menjadi bukti nyata perhatian Rektor, Prof Musafir terhadap dosen honorer. “Kami berharap agar Rektor terpilih nantinya memperhatikan dosen honorer yang masih belum lulus PNS,” harapnya. *Penulis: Muhammad Aswan Syahrin
Teknik Informatika,
Jurusan Paling Diminati Jalur UM-PTKIN UIN Alauddin Washilah - Jurusan Teknik Informatika (TI) Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Alauddin Makassar menjadi jurusan yang paling diminati pada jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN). Hal itu diungkapkan Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof Mardan M Ag saat konferensi pers di Sekretariat Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru, Gedung Penjaminan Mutu, Selasa (28/05/2019). Eks Dekan Fakultas Adab dan Humaniora itu, mengungkapkan se-
PENYERAHAN SK - Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Musafir M Si menyerahkan SK PNS pada 252 Dosen di Gedung Auditorium UIN, Rabu (23/05/2019).
Rektor Ultimatum
CPNS Paham Visi Misi UIN Alauddin Washilah - Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Musafir Pababbari ultimatum Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang lolos PNS tahun 2019 agar memahami Visi-Misi di Gedung Auditorium, UIN, Rabu (23/05/2019). Hal ini diungkapkan Rektor saat pemyerahan Surat Keputusan (SK) CPNS pada 252 Dosen. “Saya tidak mau mendengar CPNS ini tidak memahami Visi dan Misi UIN, jadi Visi UIN Alauddin adalah sebagai pusat pencerahan dan transformasi Iptek, Berbasis Peradaba Islam,” ucapnya.
Guru Besar Bidang Sosiologi Agama itu menekankan, sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) UIN juga harus memahami Misi, Menurut dia misio itu memiliki tujuan yang ingin dicapai. Misi UIN adalah integrasi keilmuan. “Misi akademik kita integrasi keilmuan, tidak boleh ada yang tidak memahami integritas keilmuan, sederhana sebenarnya integrasi ini bagaimana sains teknologi dan agama disatukan,” katanya. Sejalan dengan itu, Kepala Biro Administrasi Umum dan Perenca-
7
KONFERENSI PERS - Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof Mardan M Ag bersama Kepala Bagian (Kabag) Akademik, Drs Irwanuddin M M dan Kepala Sub Bagian (Kasubag) Humas UIN Alauddin Ismi Sabaria sedang melakukan konferensi Pers test jalur UM-PTKIN di Sekretariat PMB, Gedung Penjaminan Mutu, Selasa (28/05/2019).
banyak 2022 orang yang mendaftar dan mengikuti tes pada jurusan tersebut. Namun, yang diterima hanya 40 orang. Posisi kedua, jurusan Kesehatan Masyarakat (Kesmas), 1.805, kuota tersedia 82 orang. Sementara posisi ketiga, jurusan Farmasi, 1572 orang akan diterima 40 orang. Selain itu, Guru Besar Bidang Sejarah Peradaban Islam tersebut menyebutkan Jurusan kurang diminati calon mahasiswa baru jalur UMPTKIN. Posisi pertama, Studi Studi Agama (SAA) 49 orang kuota yang akan diterima 45 orang, Ilmu Falak 82 orang diterima 45 orang dan Pengembangan Masyarakat Islam 86 orang diterima 42 orang. “Hingga saat ini, sudah 67,384 ribu camaba yang telah mendaftar di UIN Alauddin dengan empat jalur, diantaranya adalah SNMPTN, SBMPTN, SPAN-PTAKIN dan UM-PTKIN. Masih tersisa satu jalur yaitu Ujian Masuk Mandiri (UMM) dan total yang akan diterima hanya 5.426,” ucapnya. Adapun yang mendaftar dan ikut tes UM-PTKIN kali ini, sebanyak 7.217 orang. Mereka terbagi dalam dua kelompok, yakni 6.117 Ujian Paper Base Test (PBT) dan 400 Computer Base Test (CBT) (CBT). *Penulis: Muhammad Aswan Syahrin
8
AKADEMIKA
www.
washilah .com
Edisi 108| Ramadan 1440 Hijriyah | Mei 2019 Masehi
Riset Kredibilitas Dosen
*Riset: Muhammad Junaedi / Infografis: Andi Normalasar AR
Dosen Tidak Kredibel di UIN Alauddin Washilah - Tugas seorang dosen telah tertera dalam UU no 14 tahun 2015 yakni; Melaksanakan Tridarma perguruan tinggi yakni melakukan pendidikan, pengajaran, serta penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Sebenarnya Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) dosen sudah secara gamblang tertera pada pasal satu ayat 2 undang-undang nomor 12 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa; Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas utama mentransformasikan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Demikian bunyi pasal tersebut. Kepala Biro Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, Drs Alwan Subhan saat penyerahan SK CPNS lingkup UIN Alauddin Makassar Kamis (23/5) lalu. Ia menekankan bahwa dosen harus paham tridarma perguruan tinggi. “Teman-teman dosen harus paham tugas dan fungsinya sebagaimana mestinya,” tegasnya pada tenaga pendidik. Hal inilah yang diingatkan oleh Ketua Jurusan Ilmu Politik Syahrir Karim, M.Si., Ph.D. bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar, dosen juga memiliki kewajiban lainnya dibidang penelitian dan pengembangan serta pengabdian kepada masyarakat yang juga cukup menyita waktu. Syahrir menambahkan bahwa tidak semua hal dapat dilihat dari
satu sisi saja melainkan harus secara meluas dan menyeluruh. Demikian dosen dituntut untuk bisa menyampaikan bahan ajar semaksimal mungkin. “Toh kita sudah ditekankan untuk menggunakan e-learning, saya rasa untuk berkutat dengan beratus tumpuk buku juga sudah bukan masanya, begitu juga dengan penempatan ruang dan waktu yang lebih fleksibel,” jelasnya. Dirinya juga menyebut bahwa di tengah banyaknya kasus, seringkali semua hanya bermula dari kesalahpahaman antara dosen dan mahasiswa saja. Dosen memang wajib menganjurkan kepada mahasiswanya untuk memiliki satu atau dua buku, sebagai pegangan belajar mata kuliah. Namun terkadang niat baik dosen untuk meningkatkan minat baca mahasiswanya itulah yang seringkali disalah artikan. “Terkadang mahasiswa lebih lancar keluar uangnya untuk hal-hal yang tidak jelas dibanding untuk membeli satu buah buku,” ucapnya. Beberapa kasus yang juga sering didapati ialah ketika mahasiswa mengalami keterlambatan dalam proses belajar mengajar, seorang dosen memiliki hak prerogatif untuk menjatuhkan sanksi absen kepada mahasiswanya. Namun ketika dosen yang terlambat, tidak ada payung aturan khusus yang bisa menertibkan ketidakdisiplinan seorang tenaga pengajar. Bahkan ada juga dosen yang melibatkan urusan pribadinya dan urusan lainnya sehingga kadang proses perkuliahan di kelas
menjadi tidak kondusif dan keluar dari jadwal yang ditetapkan. Hal ini tentu merupakan penyimpangan yang tidak bisa ditolerir. Mahasiswa Ilmu Politik semester VI, Kamaluddin Nyarrang menilai bahwa tidak semua dosen menjaga kredibilitas dan keprofesionalitasannya sebagai pengajar. Pada akhirnya
Seorang dosen harus paham dengan integrasi keilmuannya Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Musafir M Si
berdampak dengan tingkat kepuasan mahasiswa yang hanya berada pada kisaran 60%. Ketua HMJ Ilmu Politik Periode 2019 ini juga menyebutkan beberapa hal yang membuat dosen dinilai tidak kredibel di mata mahasiswa. “Yang pertama ialah motode pengajaran di kelas yang bersifat monoton, dosen tidak mengusai materi perkuliahan, tidak berpikiran terbuka terhadap mahasiswa, kesepakatan kontrak kuliah yang sering dilanggar, dan lain sebagainya,” ujarnya. Di lain tempat, mahasiswa semester IV Hukum Acara Peradilan dan Kekeluargaan, Nahdatul Aries Ardiansyah juga turut bersuara terkait hal ini. Mahasiswa kerap kali kesulitan untuk mengambil sikap dari apa yang telah ditetapkan
dosen, beberapa dosen bahkan menyesuaikan waktu perkuliahan dengan kesibukan pribadi yang tidak relevan dengan Tridarma Perguruan Tinggi dan merugikan kemaslahatan mahasiswa. Ia menerangkan, ketika dosen melakukan kesalahan mereka kerap luput dari sanksi yang seharusnya berlaku, sementara hal ini berbanding terbalik dengan mahasiswa yang sangat rentan terkena sanksi tanpa adanya kesamarataan sanksi. “Padahal dosen seharusnya memberikan pengajaran bukan hanya berupa perihal akademik saja melainkan juga menanamkan moralitas serta akhlak yang menjadi teladan bagi mahasiswa, semuanya harus seimbang,” harapnya. Jalin Kerja Sama Menanggapi isu kongkalikong di balik kontrak kuliah dan proses ajar, Wakil Rektor (WR) I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Prof Dr Mardan, M.Ag menyatakan bahwa butuh kerjasama antar dosen dan mahasiswa agar aktivitas belajar menjadi efektif dan kondusif. Saling konsisten sesuai kesepakatan dalam menjalankan aturan akademik yang ditetapkan universitas. “Tidak benar, kalau dosen mengajar tidak sesuai dengan kontrak perkuliahan, kan semuanya sudah disepakati saat melakukan kontrak kuliah,” terangnya. Sebelum masuk keruang perkuliahan, dosen dituntut harus memiliki silabus mata kuliah termasuk
instrumen-instrumen pengajaran, juga menjelaskan kontrak perkuliahan dan mahasiswa memiliki hak untuk menuntut jika di lain hari terdapat hal-hal yang berjalan tidak sebagaimana mestinya. Meski begitu, lanjut Eks Dekan Fakultas adab dan Humaniora, ada beberapa hal yang tidak bisa terelakkan, tidak sesuai dengan ekspektasi. Ada-ada saja masalah yang memang mesti diselesaikan demi menciptakan lingkup ajar mengajar yang kondusif dan hal ini memang harus diciptakan bersama. Alur pelaporan yang benar, sesuai dengan pedoman edukasi, mestinya diketahui oleh segenap sivitas kampus. Mulai dari perwakilan kelas yakni ketua tingkat mewakili untuk mengadukan masalah ke tingkat jurusan, jika tidak ditanggapi dengan baik maka bisa meneruskan laporan ke wakil dekan I fakultas. Jika juga belum juga ditanggapi bisa langsung ke dekan fakultas lalu ke Ketua Bagian (Kabag) Akademik di rektorat, dan terakhir ke WR I. “Itu jika tidak selesai di jurusan, seperti itulah alur pelaporannya, harus sesuai,” jelas Mardan. Dosen yang bersangkutan akan dipanggil dan jika memang terbukti bersalah bisa diberi teguran dan jika tidak mengindahkan bisa dijatuhi sanksi yang di mana dalam satu semesternya tidak akan dibayar sertifikasinya. *Penulis: Hikmah, Airin Mutmainnah, Hadziratul QZ *Editor: Suhairah Amaliyah
10
T
erhimpit masalah ekonomi, tak membuat Thahir Maloko putus asa dalam menuntut ilmu. Setelah lulus dari Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN), ia bertaruh dengan mendaftarkan diri ke Universitas Kupang (UK), nahasnya Thahir harus menerima penolakan dengan alasan UK tidak menerima ijazah PGAN. Berawal dari keakraban Thahir dengan orang-orang bugis yang ada di Kupang, mengantarkan ia mengenal Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Makassar. Ditambah beberapa seniornya juga menempuh pendidikan di IAIN Makassar, salah satunya adalah Drs Alwan Suban M.Ag yang saat ini menajabat sebagai kepala Biro Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan (AUPK) membuat Thahir semakin tertarik berlenggang ke Makassar. Penolakan demi penolakan diterima Thahir saat mengutarakan keinganannya melanjutkan Pendidikan di Makassar. Dari bos tempatnya bekerja, keluarga yang ia tumpangi selama menempuh
C
INSPIRASI
www.
washilah .com
Edisi 108| Ramadan 1440 Hijriyah | Mei 2019 Masehi
Dari Cleaning Service Hingga Doktor
pendidikan di Kupang, bahkan sang Ayah. Alasannya, semua sama, yakni masalah biaya hidup dan jarak yang terlampau jauh. Thahir sempat ditawari menjadi Guru Agama di SMP 3 Kupang. Namun, Thahir tetap ingin melanjutkan pendidikannya di IAIN Makassar. Thahir percaya keinginannya bukanlah bentuk keegoisan tapi semata-mata hanya ingin merubah nasib keluarga. Dengan modal keberaniaan dan uang hasil bekerja dari sebuah Commanditaire Vennotschap (CV) di Kupang, Thahir akhirnya berangkat dari Lamakera, Flores Timur menuju ibu kota Sulawesi Selatan. Tak lupa, ia membawa bekal dari sang ibu, sebuah pesan yang hingga kini tetap ia pegang teguh, “Lebih elok menjadi manusia yang meninggalkan selembar kertas dan sebatang pensil, dibanding meninggalkan harta yang hanya akan diperebutkan oleh anak cucu kelak,” pesan ibunda tercinta. Perjuangan Thahir juga tak lepas dari restu sang kakak, terbukti segala biaya transportasi ditanggung
erita ini lahir dari seorang anak gadis kelahiran Ujung Pandang 04 Mei 1997, tepatnya di pulau Lae-Lae Makassar. Ia bernama Sarwana Illahi, tercatat sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) di kampus peradaban UIN Alauddin Makassar. Wana sapaan akrabnya, lahir dari keluarga sederhana, ayahnya seorang Wiraswasta yang berprofesi sebagai pengusaha jual beli ikan. Anak tunggal dari pasangan Syahrul Syam dan Hj Wati Naba ini, merupakan sosok wanita yang terlalu tangguh untuk dikatakan lemah, seorang mahasiswi yang berbeda dengan lainnya. Saat wanita lain masih berkutat dipembahasan mengenai model dan bentuk, bahkan tak ingin menginjakkan kakinya di kampus hanya karena tak memiliki pensil alis dan lipstik untuk memperindah penampilannya, Sarwana illahi hadir dan menjelma menjadi Nawal El Saadawi, wanita asal Mesir yang menolak keras akan produk kecantikan sebagai penyebab keindahan wanita, melainkan menganggap apa adanya wanita dan pengetahuan yang membuatnya menjadi lebih indah. Wana tiap harinya harus melakukan penyeberangan dari pulau tempat tinggalnya yakni Lae-Lae menuju dermaga kayu Bangkoa, tempat dimana ia memarkir kendaraan roda duanya. Kendaraan yang ia gunakan sebagai pembawa dirinya ke kampus peradaban. Ia ta-
oleh kakaknya dengan alasan takut sang adik hilang. Walaupun, Thahir percaya uang itu adalah hasil menabung sang kakak selama bekerja sekaligus kuliah di Kupang. Pesawat melaju cepat meninggalkan Maumere menuju Makassar, Thahir akhirnya sampai di Kota Daeng, berbekal secarik kertas bertuliskan alamat di Pesantren Modern Pendidikan Al-Quran IMIM, rumah milik tetangga di kampung. Thahir memulai hidup di kota Makassar. Namun, karena pertimbangan biaya dan jarak, ia memutuskan untuk tingggal di Masjid, tepatnya di masjid Al-Ashar yang memang pada saat itu jaraknya tidak terlalu jauh dari IAIN Makassar. Bagi Thahir, hidup bukan tentang adu gengsi, tapi tentang siapa yang mau berjuang untuk sampai pada tujuan. Proses pendaftaran pun tiba, jauh-jauh hari Thahir telah mempersiapkan berkasnya. Untuk kesekian kalinya, ia mendapat penolakan. Satpam penjaga bagian resepsionis melarangnya untuk memasukkan berkas, pasalnya ia dianggap tidak beragama Islam. Thahir kemudian ditantang oleh satpam untuk mengaji, dihadapan semua orang, ia melantunkan ayat kursi dengan lantang sesuai kaidah ilmu tajwid, pria asal NTT ini membuktikan bahwa dirinya adalah seorang muslim. Setelah mengaji, barulah ia diizinkan untuk memberikan berkasnya. Dalam masa pendaftaran itulah Thahir bertemu dengan Abbas Fadli. Pria yang saat ini menjabat sebagai dosen di jurusan Ilmu Falak Fakultas Syariah dan Hukum (FSH). Abbas membantu Thahir pada masa seleksi masuk IAIN dengan memberikan contoh soal-soal dalam seleksi tersebut. Abbas jugalah yang memberikan tawaran kepada Thahir menjadi Clening Service (CS) di FSH, dengan upah Rp.10.000/ bulan. Gengsi dan rasa malu, ia
kesampingkan demi mengumpulkan pundi-pundi uang untuk memenuhi kebutuhan hidup selama di Makassar. Setiap harinya, Thahir akan membersihkan tiap sudut-sudut ruang di FSH sebanyak dua kali, pagi hari, sebelum mahasiswa datang dan sore hari, saat teman-temannya yang lain beranjak meninggalkan kampus. Thahir selalu menanamkan dalam dirinya bahwa menuntut ilmu memang tidaklah mudah, menjalani dengan ikhlas segala takdir sang pencipta adalah cara paling tepat untuk mensyukuri segala kebaikannya. Setelah sekitar dua bulan menjadi CS, Thahir mendapati ada ruangan kosong disekitar kampus. Ia kemudian meminta izin kepada Abdul Muin Salim yang saat itu menjabat sebagai rektor untuk menempati ruangan tersebut. Usahanya tak sia-sia, ia mendapakan izin untuk menempati ruangan tersebut. Ruangan kosong itu pun ia sulap menjadi kamar yang nyaman untuk ditempati. Selain menjadi CS, ia juga harus menyiapkan makanan jika pihak fakultas mengadakan acara untuk para dosen dan staff. Maka tak jarang ia harus meminta izin disela proses belajar mengajar di ruang kelas. Semua Thahir jalani dengan ikhlas. Dalam aktivitasnya, ia sudah terbiasa dengan tatapan iba dari teman teman yang mengenalnya. Ia merasa tidak ada masalah dengan tatapan tersebut, prinsipnya adalah selama apa yang dilakukan halal dan tidak menganggu siapapun maka tak ada alasan untuk gengsi dalam melakukan pekerjaan tersebut. Menempuh pendidikan selama lima tahun, selama itu pula Thahir menghirup debu FSH. Tak ada niat untuk pulang ke kampung halaman, layaknya mahasiswa rantau pada umumnya. Tak ada uang jajan kiriman orang tua, baginya sekolah bukanlah menambah beban orang tua
melainkan sebaliknya. Bahkan, tak jarang ia sisihkan gajinya sebagai CS untuk ia kirimkan kepada orang tuanya, saat wisuda pun ia tak mengundang orang tuanya, selain karena jarak, ia tak ingin merepotkan kedua orang tuanya. Kehadiran sang kakak sudah cukup baginya. Segala aspek kehidupan, Thahir jalani dengan cara yang sederhana. Berkat keberaniaan dan kesederhanaannya, kini Thahir menjabat sebagai Wakil Dekan (WD) II bidang Administrasi Umum Perencanaan dam Keuangan Fakultas Sains dan Teknologi (FST). Sebelumnya, Thahir telah menyelesaikan pendidikan magisternya di IAIN Alauddin Makassar di jurusan Hukum Islam FSH. Thahir dimata mahasiswa adalah sosok yang terlihat apatis bahkan terkesan tidak peduli. Namun, para mahasiswa percaya bahwa beliau menunjukkan kepeduliaan yang kadang-kadang disampaikan lewat gurauan tapi tak jarang juga dengan teguran keras. Kedisiplinan menjadi hal utama yang ditekankan oleh Thahir, terbukti ia tak pernah datang terlambat saat mengajar dikelas. Para staf dan dosen yang ada di FST mengaminkan pendapat mahasiwa. Menurut mereka, Thahir adalah sosok yang selalu disiplin dalam hal waktu. Jika harus mengajar pagi,ia akan datang lebih pagi dibanding staff maupun dosen lainnya. Ia juga terkenal sebagai orang yang transparan. Sejauh karirnya, nama Thahir tidak pernah terkait dengan masalah apapun. Thahir Maloko adalah pribadi yang mau mengakui tentang siapa dirinya. Bentuk kesederhanaannya merupakan kekayaan yang ia miliki dan suatu karunia alam. yang terpenting di atas segala-galanya ialah keberaniannya. *Penulis: Nurul Wahda, Muh. Rhesa Alif
Wana, Gadis Tangguh dari Lae-Lae
ruh disalah satu rumah warga di dekat dermaga kayu Bangkoa, bukan tanpa biaya, Wana dikenakan tarif parkir Rp. 50.000 per bulannya, tanpa adanya jaminan saat kendaraanya rusak atau hilang. Durasi perjalanan yang ia tempuh dari rumahnya hingga dermaga kayu Bangkoa sekitar 10-15 menit, dengan biaya Rp 5.000 tiap kali penyeberangan. Harga tersebut hanya berlaku bagi penduduk asli Lae-Lae, bagi para tamu dan turis harga tersebut bisa berlipat ganda. Sedangkan jarak tempuh yang dijalaninya dari dermaga hingga kampus sekitar kurang lebih 30 menit, waktu diluar hitungan kemacetan, ditambah biaya bensin yang harus dikeluarkan Wana dalam waktu dua hari yakni Rp. 25.000, hal ini berlaku jika musim sedang memihak kepadanya. Berbanding terbalik saat musim hujan datang menyapa dan kewajiban kampus harus tetap terpenuhi, Wana harus membolak balik otaknya dan menguatkan nyalinya, musim hujan selalu disambut dengan cuaca yang sangat ekstrim dan ombak yang tinggi. Wana kerap kali mengakalinya dengan membungkus sepatunya menggunakan kantong plastik, lalu bagian tubuhnya dibungkus dengan mantel sebagai pelindung dari air hujan dan percikan ombak. “Sepatu dibungkus kantong plastik, pakai jas hujan dari rumah supaya ndak basah di atas perahu gara-gara kena air
ombak,” curhatnya. Terlambat mengikuti proses perkuliahan kerap kali ia alami, sindiran bahkan menjadi sesuatu yang tak asing lagi ditelinganya. Tapi, hal tersebut tidak membikin kendor semangatnya dalam menuntut ilmu, melainkan sebagai tamparan keras agar terus berusaha. Meski terhalang oleh jarak, tetap saja Wana tak mendapat restu orang tua untuk tinggal di kos-kosan sekitar kampus UIN Alauddin Makassar, juga yang menjadi pertimbangan orang tuanya ialah karena Wana adalah anak semata wayang dan memiliki nenek di pulau Lae-Lae. Dibalik kendala jarak, ternyata Wana bukan seorang yang melankolis dan terbunuh keadaan. Terbukti dari nilai akademisnya tercatat teramat baik dan keaktifannya di berbagai organisasi kemahasiswaan, salah satunya, ia terdaftar sebagai anggota di Senat Mahasiswa. Saat ditanya mengenai beasiswa, atau bantuan dari pemerintah dalam proses menempuh pendidikan, ia mengaku pernah mendaftarkan diri sebagai calon penerima, akan tetapi namanya tak terpajang sebagai yang berhak menerima uang bantuan pendidikan tersebut. Semenjak itulah ia tidak pernah lagi memasang harapan besar kepada beasiswa yang tidak jelas arah. Bagi Sarwana Illahi, orang tua adalah motivasi terbesarnya, baginya
perjuangan orang tua tak kenal waktu demi membangunkan mimpi anaknya yang tertidur, suatu cambukan keras yang penuh makna, jangan jadikan jarak sebagai beban pikiran serta dijadikan sebagai alasan untuk kita kehilangan hakikat sebagai orang yang berhak berilmu pengetahuan. “Jadi teman-teman jangan sampai ndak pergiki kuliah hanya gara-gara jarak yang dipikir,” pesannya. Berbahagialah Sarwana Illahi, sosok wanita yang berakal dan berani, sadar bahwa masih banyak jalan menjadi besar. *Penulis: Ahmad Alqadri AS
PERSEPSI
www.
washilah .com
Edisi 108| Ramadan 1440 Hijriyah | Mei 2019 Masehi
11
Rektor Pilihan Sivitas Akademika Tak lama lagi UIN Alauddin Makassar akan berganti pemimpin baru. Mengacu pada Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 68 tahun 2015, rektor terpilih akan ditetapkan dan dilantik oleh Menteri Agama, Lukman Hakim. Sementara Senat Universitas tak lagi punya hak suara sebagaimana pemilihan rektor sebelumnya, terlebih bagi sivitas akademika. Lantas seperti apakah rektor pilihan mereka? Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Dr. Hj. Barsihannor, M.Ag “Memiliki sifat seperti yang diajarkan oleh Rasulullah, yaitu ada empat sifat utama: yang pertama, Fathanah berarti cerdas, memiliki kemampuan intelektual yang bagus, emosi yang matang, dan spiritual yang mantap. Kedua, Amanah mampu dipercaya oleh masyarakat kampusnya. Ketiga, Siddiq berarti jujur, yaitu mempercayai segala sesuatu berdasarkan aturan-aturan yang ada. Keempat, Tabligh artinya memiliki kepekaan sosial. Dia bukan hanya sebagai pemimpin di dalam tapi mampu menghadirkan nuansa-nuansa akademis ilmiah, mencerahkan bukan hanya dalam kampus namun juga di luar kampus. Jadi, kampus menjadi menara, mercusuar agar masyarakat tercerahkan dengan adanya kampus ini.” Kepala UPT Perpustakaan Syekh Yusuf Quraisy Mathar Rektor selanjutnya harus bertindak sebagai produsen yang menempatkan mahasiswa sebagai konsumen, bukan sebagai produk yang diproduksi oleh perguruan tinggi, disangka pabrik pencetak alumni. Mahasiswa sejatinya adalah konsumen yang datang ke kampus untuk membeli produk jualan kampus, yakni proses perkuliahan. Rektor baru harus “sadar” terkait hal tersebut, sebab jika “tak sadar” maka interaksi antara lembaga dengan mahasiswa justru akan menjadi interaksi antara produsen dan produk. Maka rektor selanjutnya harus membuat sistem layanan administrasi, akademik, kemahasiswaan, serta kerjasama, yang muaranya adalah kepuasan konsumen (mahasiswa). Dosen Komunikasi Politik Firdaus Muhammad Proses seleksi rektor sekarang lebih terbuka dilihat dari berbagai persyaratannya, jauh berbeda sebelumnya seakan proses jadi rektor berjenjang semisal mantan dekan atau mantan wakil rektor. Persyaratannya lebih kearah penguatan kualitas dengan presentasi visi misi pada tim yang ditetapkan tiga besar untuk didorong ke meja menteri. Unsur politisnya sangat minim. Baik di kampus maupun di kementerian. Ke depan kita mengharapkan rektor yang lebih inovatif seperti era Prof Rasydiana atau era Prof Azhar Arsyad yang membawa perubahan besar pada institusi UIN, tentu tanpa menafikan kehebatan rektor selain keduanya.
Ketua DEMA-U Junaidi Rektor yang ideal ialah rektor yang harus memiliki sikap kepemimpinan serta memiliki visi yang jelas mencakup seluruh civitas academica. Selain dari itu, rektor juga harus mampu mengamalkan tridarma perguruan tinggi, khususnya di wilayah pengabdian terhadap masyarakat. Disisi lain, rektor juga harus membangun relasi dengan mahasiswanya, mendengarkan keluh kesah atau saran mahasiswanya, tidak otoriter dalam memimpin. Terpenting adalah mengembalikan nama kampus hijau menjadi kampus yang betul - betul berperadaban. Ketua SEMA-U Ahmad Nur Ansari Menurut hemat saya hal mendasar yang harus dimiliki seorang rektor adalah beliau harus memiliki kapasitas dan kapabilitas, dalam segi keilmuan tentunya sudah tidak diragukan lagi karena rata-rata calon rektor bergelar profesor, akan tetapi kapasitas dan kapabilitas yang saya maksud lebih kepada bagaimana ia mampu memahami segala bentuk dinamika atau polemik yang ada di dalam kampus, dalam artian seorang rektor harus faham bagaimana keadaan kampus hari ini dan bagaimana ia harus mengambil sikap. Seorang rektor juga tidak boleh anti kritik karena sejatinya kritikan adalah bentuk perhatian mahasiswa terhadap kampus. Segala bentuk regulasi atau kebijakan kampus yang berkaitan dengan mahasiswa, dalam proses pembuatannya mahasiswa seharusnya dilibatkan baik secara langsung maupun perwakilan dalam hal ini lembaga kemahasiswaan seperti ditingkat fakultas diwakili oleh SEMA F dan DEMA F sedangkan ditingkat Universitas ada SEMA U dan DEMA U. KETUM DEMA FDK Muh Nur Ardiansyah Siapapun dan seperti apa rektor nantinya harapan kami sebagai mahasiswa hanya satu yaitu mampu bersikap demokratis dan melibatkan mahasiswa terhadap segala kebijakan dan keputusan serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Dalam Peningkatan mutu pendidikan, harapan kami sebagai mahasiswa kepada rektor yang terpilih agar kiranya lebih memperhatikan sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang lainnya. Apalagi menyangkut masa depan alumni UIN Alauddin yang harusnya mendapat perhatian untuk melanjutkan jenjang strata dua atau kedunia kerja nantinya.
washilah 12 Moralitas dan Budaya Patrimonialisme Partai Politik OPINI
www.
.com
Edisi 108| Ramadan 1440 Hijriyah | Mei 2019 Masehi
M
asalah moral, masalah kemanusiaan merupakan persoalan yang hampir melumut di bangsa ini. Hampir disetiap sudut kehidupan persoalan mendasar adalah hal-hal yang berkaitan dengan moralitas kemanusiaan, sehingga persoalan moral, dimensi kemanusiaan menjadi pekerjaan rumah yang paling elementer yang harus terus diperbaiki. sebuah kompetisi antara kedua kelompok akan berakhir sama sama menang, jika satu sama lain berkekuatan sama. Ketika kelompok kaya berkompetisi dengan kelompok miskin, pasti ada kelompok yang kalah. Siapakah pihak yang kalah itu? pihak yang kalah itu adalah penduduk miskin. “Jasques Attali�. Dalam beberapa tahun terakhir perkembangan politik Indonesia tidak mengejutkan dengan masih banyaknya realitas atau praktek praktek politik tidak mendidik yang tentunya berimbas pada kebijakan - kebijakan politik. Sekiranya posisi strategis itu dipegang oleh mereka yang bermental pragmatisme. Realitas ini seakan sudah menjadi santapan wajib yang selalu dijumpai dalam pemberitaan baik media cetak maupun media elektronik, dan suguhan-suguhan politik yang demikian seakan menjadi sebuah identitas, tidak peduli akan seperti apa mereka dengan tanggung jawab setelah menggenggam amanah demokrasi. Semrawut politik para elit seakan memberi petanda (oligarki) kekuasaan yang memihak, negara ini seakan milik mereka dengan segala sikap politik elit yang ditontonkan, rakyat kecil seperti tak dipandang. Mereka yang dihimpit oleh dinding tebal menjungkal, beralas lembut diatas singga sana parlemen, dihiasi ketenangan fisik dipembaringan kekuasaan, disuguhkan santapan yang berkilau yang penuh dengan syarat kepentingan, lantas membuat mereka amnesia atas legitimasi akan keberadaan mereka. Keberadaan pemerintah seakan menuai kontra produktif dari masyarakat, seiring eksistensi mereka yang tidak lagi berjalan beriringan dengan keinginan rakyat. Mereka seakan tidak lagi menjadi acuan atau harapan masyarakat dalam menatap setiap kebijakan yang diharapkan. Dengan demikian, keberadaan mereka bukan lagi menjadi jembatan masyarakat tapi menjadi sesuatu yang menakutkan dan bahkan bisa menjadi ancaman. Realitas ini seringkali lahir dari pemerintahan yang bermental otoritarian. Pemerintah dengan mesin birokrasi dan juga kekuatan politiknya mencoba menguasai semua aspek kehidupan masyarakat melalui kebijakankebijakannya. Persoalan politik memang pelik, kadang ia tampil dengan gagah berani dan bahkan lebih sering ia (politik) tampil kepermukaan tapi
gagal berani sehingga membuat dominasi politik akhir-akhir ini semakin variatif namun syarat dengan kepentingan. Politik seakan tidak bisa dihindari, ditengah masalah kemanusiaan sekalipun, ia (politik) tetap memiliki penggung sendiri, bahkan dipoles dengan bentuk sedemikian rupa. Politik Indonesia memiliki warna tersendiri yang sudah hampir dikenal oleh masyaraktat Indonesia. Dibalik pemilih yang tradisional, politik hadir dengan syarat kepentingan. Ia lebih akrab dengan polapola kompromi atau kesepakatan sehingga keberadaannya ditengah masyarakat hanya menambah kecurigaan yang berkepanjangan, sehingga politik seakan tak mampu menanggung amanah kemanusiaan malah menjadi ladang persoalan moralitas. Politik dan moralitas selalu menjadi satu adigium yang terus diteriakan. Politik berkaitan erat dengan kekuasaan dan juga kehidupan ketatanegaraan sesuai dengan prinsip etimologi politik yakni, ia berbicara soal Negara (Institusi) dan Negarawan (pelaku). Plato menyebut manusia dan Negara tidak pernah terpisah, dan yang menghubungkan antara manusia dan Negara adalah politik. Immanuel Kant misalkan, dalam teksnya ia menyebutkan bahwa moralitas dan politik tidak boleh terpisah. Moralitas adalah satu acuan praktis yang mengikat dan seharusnya dijadikan contoh dalam tindakan, dan juga tindakan praktek politik. Sehingga, moralitas menjadi antivirus untuk mencegah keterlibatan para politikus dalam jebakan kepentingan yang bersifat pribadi, kelompok dan mencuri (korupsi). Dengan demikian, seorang moralis akan benar-benar berdamai dengan ego transaksional. Budaya Politik Patrimonialisme Politik tak hanya dibicarakan ditingkat elit, tapi ia juga sudah merabah ke kalangan akar rumpun, dari satu gang, ke gang yang lain, dari satu warung ke warung yang lain. Perkembangan politik memang sangat mengguncangkan publik. Jikalau saja mental otoriterianisme Orba masih melekat mungkin jejak politik tidak akan “berekspansi� sampai ke akar rumput. Reformasi adalah salah satu fase perjalanan bangsa Indoneaia dengan ditandai runtuhnya rezim orde baru. Proses reformasi ini juga dilakukan secara komprehensif tentu berdasarkan nilai-nilai kebebasan. Demokrasi menjadi satu titik masalah yang diperjuangkan dalam menjalankan kehidupan bernegara. Demokrasi pada prinsipnya adalah mementingkan hak-hak rakyat yang termuat dalam dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sehingga Hans Kalsen menggambarkan negara demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Disamping itu, yang terpenting fase ini menjadi
titik balik perkembangan partaipartai politik. Politik sebagai mitra demokrasi telah memberi banyak dampak dalam politik elektoral, dengan demikian Indonesia sebagai negara yang menganut Sistem Demokrasi Presidential telah menjadi salah satu Negara Demokrasi terbesar ketiga setelah Amerika dan India dengan keberhasilan politik elektoralnya. Politik menjadi satu mekanisme mobilitas vertikal juga berhasil membawa begitu banyak politisi ke gedung-gedung parlemen. Peran partai politik dalam politik elektoral sangat signifkan. Sebagai pilar Demokrasi Partai Politik, telah memberi banyak konstribusi dalam kemajuan bangsa ini, melalui proses selektif yang diwadahi dalam pemilihan pemimpin baik legislatif maupun eksekutif dari pusat sampai pada daerah. Keberhasilan ini memberi dampak yang signifikan terhadap perkembangan politik melalui partai politik dengan bermunculan berbagai partai politik. Namun, keberhasilan politik elektoral tak sebanding dengan kualitas manusia politiknya. Praktikpraktik politik masih menuai sengkarut yang hampir
melumut. Politik transaksional sampai pada memanfaatkan posisi politik untuk meraup rupiah juga tak pernah sepi dari pemberitaan, dan bahkan tidak sedikit dari para politisi akrab dengan jeruji besi. Data KPK per bulan Oktober 2018 ada 885 orang terjerat dalam kasus korupsi dan 60% adalah politisi. Dengan demikian, jika ditarik lebih luas ada persoalan mendasar yang harus terus diperbincangkan terkait tata kelola Partai Politik. Partai politik seakan terjebak dalam lingkaran gelap yang berkelanjutan yakni mencari lingkaran kekuasaan politik. Ekonomi Kapital (kekuatan uang) adalah soal dasar yang harus dipenuhi dalam upaya untuk menguasai dan mengakses partai politik melalui Ekonomi Kapitalnya. Maka, yang dikejar selanjutnya adalah Politik Kapital (kekuatan politik). Hampir bisa ditarik benang merahnya, siapa yang punya potensi untuk memegang Ekonomi Kapital. Yakni, pendiri partai atau ketua partai, dengan demikian persoalan mahal dan mahar menjadi sengkarut yang terus menganga. Jejak hitam persoalan kelola partai seperti ini tentu akan merambah keluar terhadap kebijakan politik formal dan tentu dipengaruhi oleh kekuasaan Informal (parati-ketua partai). Shadow State (kekuatan bayangan) adalah istilah yang sering dipakai dalam politik sebagai gambaran terhadap intervensi penguasa informal. Dalam kondisi seperti ini, Political Suffrage jadi berhala dalam kebijakan politik, politik demokratis menjelma menjadi ladang industri, medan transaksi banal oleh sang klien dan sang patron. Sehingga politik Sungkanisme dalam istilah jawa pun akrab kita temui dalam praktik-praktik politik antara kekuasaan informal sebagai patron dengan kliennya. Politik Patrimonialisme menjadikan sang pembuat kebijakan tidak otonom, tidak independen
dalam bayang-bayang sang patron, bahkan terjebak dalam kepentingan kekuasaan informal yang akhirnya menenggelamkan indepedensi sang klien dalam bertindak. Klien dengan sadar mengimajinasikan dirinya dalam posisi inferior oleh kedigdayaan sang patron yang karismatik, dan berimbas pada relasi politik antara Shadow State (kekuatan bayangan-kekuasaan informal) dan juga klien politiknya tidak seimbang. Sehingga akhir dari praktik politik Patrimonialisme adalah mengangguk pada pemilik kekuasaan bayangan. Dengaan demikian, mental patrimonialisme akan merambah masuk dalam raung praktisi apalagi mendominasi titik-titik politik strategis sehingga pragmatisme serta politik syarat akan transaksional tak bisa dihindari. Demokrasi mengalami kekeringan makna seiring dengan kondisi politik kepentingan terus disuarakan. Wajah industri pada demokrasi tak bisa dihindari dengan berkembang biaknya transaksi jabatan. Istilah hukum pertukaran dalam politik adalah istilah yang saya pinjam dari Masdar Hilmy, siapa mendapat apa adalah salah satu contoh hukum pertukaran yang dimaksud dan dijadikan sebagai kesepakatan dalam politik. Sengkarut demokrasi semakin panjang dengan adanya biaya-biaya politik yang tidak demokratis, ini seakan menjadi libido para politis untuk meraup kepentingan politik. Demokrasi seakan terjun bebas dalam nalar kepentingan individu, kolega dan golongan sehingga kebaikan bersama yang diutarakan oleh Aristoteles dalam melihat politik seperti hilang dalam genggaman patrimonialisme politik. Sebagai satu kekuatan penting dalam demokrasi partai, sudah saatnya politik dikembalikan kejalurnya sebagai media eduksi, media memamerkan tindakan politik yang mengedepankan moralitas. Selain merubah sistem internal partai yang berbau mahar dan juga mahal sebagai upaya meminimalisir praktek intervensi partai politik, isu-isu partai harus dibicarakan berkelanjutan sebagai isu negara agar Shadow State (kekuatam bayangan) tidak merusak marwah legislatif maupun eksekutif. Guna meminimalisir praktek partai politik yang bermental patrimonialisme, para politisi harus berani menghapus politik sungkanisme dari pola kehidupan berbangsa dan bernegara, membedakan otoritas kekuasaan informal (parati-ketua partai) dengan kekuasaan formal dalam diri setiap politisi dan menjadikan perundang-undangan sebagai watak kerja berbangsa dan bernegara agar moralitas kita sebagai politisi tetap terjaga. *Penulis merupakan Pengurus MASIKA ICMI Kota Makassar dan Tenaga Pengajar CBP UIN Alauddin Makassar
washilah .com
Edisi 108| Ramadan 1440 Hijriyah | Mei 2019 Masehi
Nanong Muammar Jurusan Studi Agama-Agama
N
anong kabur dari rumahnya, setelah kakaknya selesai dimakamkan sore tadi. Dengan susah payah dia berusaha menaiki meja menuju jendela kamarnya. Malam itu, ditengah heningnya malam, dia harus keluar meninggalkan semuanya. Dirinya diliputi rasa takut yang tinggi, keringat dingin mengalir disekujur tubuhnya. Akhirnya, dia berhasil keluar dari rumahnya. Nanong lahir dalam keluarga yang harmonis dan kaya raya di desa itu. Berbeda dengan yang lain, rumahnya adalah yang termegah diantara warga. Etta’ (bapak) nya keturunan bangsawan dari Kota Bone, yang punya gelar Karaeng Tanre’ (tinggi), sedangkan Indo (ibu) nya adalah warga biasa dari sebuah desa di Sinjai. Namun, memiliki paras yang cantik jelita, itulah barangkali yang menyebabkan Nanong juga memiliki wajah yang cantik. Siapapun yang melihatnya dia akan adem dan punya rasa ketertarikan sendiri, ban-
13
SASTRA
www.
yak laki-laki yang sudah berkunjung untuk datang melamarnya. Namun, Rakka lah yang menjadi pilihannya meskipun Rakka hanyalah seorang pegawai biasa di Kantor Lurah, tapi dia punya budi pekerti yang luhur. Dari sikapnya inilah yang membuat Nanong jatuh cinta kepadanya. Sebulan sebelum kematian kakaknya, banyak kejadian aneh yang terjadi di rumahnya. Nanong kerap bermimpi yang aneh-aneh, Sosok lelaki tua berjenggot, berjubah kuning kerap hadir dalam mimpinya dan selalu mengucapkan kata-kata yang sama “ Accoekko, Accoekko”(Ikutlah), dia belum berani untuk menceritakan kejadian itu pada ¬Etta dan Indonya. Begitu juga, kerap dia selalu terbangun dan menangis sendiri dimalam hari. Rupanya, Sappe kakaknya juga begitu, pria berumur 25 tahun itu memang sudah punya kelainan mental dari kecil, dia pernah mengalami Disobbu Parakang (disembunyikan hantu) kondisi dimana seseorang berada di dunia lain yang berbeda dari dunianya. Sappe baru ditemukan setelah tiga malam, warga maggenrang (berdendang) mengelilingi kampung dan hutan sekitar, dia ditemukan di atas pohon besar dalam kondisi antara hidup dan mati. Konon katanya orang yang sudah disobbu parakang akan menjadi setengah waras dan mampu melihat hal gaib. “Pantas saja aku selalu dilarang, untuk masuk ke kamar ini !!” ujar Nanong dalam hatinya. Pada saat kematian Sappe, Nanong menjadi semakin penasaran
*Ilustrasi: Asdar
dengan Indonya, Nanongpun naik ke atas rakkeang (platfon) rumahnya, ia menemukan barang-barang aneh dan mistis, diapun tidak kuat dan pingsan di tempat itu. Tak lama kemudian, ketika terbangun dia sudah berada di atas kasurnya. Kepergiannya dari rumah membuat Indo dan Ettanya mencarinya, suasana dalam larutan duka kematian kakaknya berubah menjadi gaduh karena kaburnya Nanong. Ada
yang janggal dari kematian Sappe, darah tidak pernah berhenti mengalir di ubun-ubunnya, wajahnya yang muda seketika keriput ditambah dengan wajah yang memar seperti habis dipukul, menimbulkan pertanyaan dibenak warga. Sappe sebenarnya sakit karena apa??? Mantra-mantra mulai diucapkan dari mulut Indonya. Bau kemenyan sudah menyengat di sudut rumahnya. Pasukan dari alam gaib telah tiba
di atap rumahnya, tujuh ekor kerbau hitam besar sebagai pengantar kereta mulai terlihat. Sosok berbaju kuning telah menjemput Sappe hari itu juga, Indo menyerahkan anaknya tanpa kesedihan dan penyesalan. “ooh Dewata monroe di Bola, tarimani anakku Sappe, bara mecenning ati tarimai” (ooh Dewa yang menetap di rumah, terimalah anakku Sappe, semoga hatimu tulus menerimanya), itu sepenggalan dari mantra yang diucapkan untuk persembahan Sappe kepada sosok gaib yang datang ke rumah. Sembahan selanjutnya adalah Nanong, Entah kemana Nanong akan pergi, dia terus menangis tapi kadang juga tertawa meratapi nasibnya. Dia hanya mengikuti kemana hatinya ingin pergi. Beribu kilo telah dia tempuh, kini jalanan adalah tempat tinggalnya dan itu lebih baik dari rumahnya. Sekian ! Konsep kepercayaan lokal dalam sebuah daerah di Sulawesi Selatan (demi privasi tidak disebutkan penulis) memandang, hidupnya adalah untuk persembahan kepada Arwah nenek moyangnya, dan telah dilakukan secara turun temurun. Yang menjadi keanehan ialah setiap keluarga yang masih menjunjung tinggi kepercayaan kepada arwah ini pasti memiliki anggota keluarga yang punya kelainan mental (Tapi, tidak semua yang punya kelainan mental demikian juga). Sosok manusia berbaju kuning kerapkali dipercaya sebagai keluarga manusia dari alam lain, jika menampakkan dirinya, itu pertanda akan terjadi sesuatu. Jika kita pernah membaca tentang Wentira (Salah satu daerah kasat mata di Sulawesi Tengah), salah satu kemiripannya yaitu tentang penampakan manusia berbaju kuning.
14
LENSA
www.
Edisi 108| Ramadan 1440 Hijriyah | Mei 2019 Masehi
washilah .com
Proyek Mangkrak untuk Nakhoda Baru
Rumah Sakit - Kondisi bangunan Rumah Sakit Pendidikan (RSP) UIN Alauddin Makassar sampai saat ini. Dibangun sejak tahun 2011 silam dengan memakan anggaran milyaran terletak di Kampus I UIN Alauddin, Jalan Sultan Alauddin Makassar, Rabu (15/05/2019).
Diakhir masa bakti Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Musafir masih menyisakan pekerjaan rumah, bangunan yang belum rampung dan tidak terurus menjadi tugas tambahan untuk rektor selanjutnya. Foto dan Teks: Ardi
Masjid Agung - Masjid Agung Kampus II UIN Alauddin Makassar yang dibangun sejak 28 oktober 2017 lalu, masih mandek. Masjid yang direncakan berdiri dengan 99 tiang, hingga saat ini didiamkan tanpa kelanjutan pembangunan, Rabu (15//5/2019).
Pascasarjana - Pembangunan gedung Pascasarjana direncanakan sejak tahun 2015 lalu, sampai saat ini pekerjaannya belum rampung. Gedung Pascasarjana yang terletak di samping kiri gedung Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Kampus II UIN Alauddin Makassar.Nampak masih empat lantai pada tahun 2018 dari total delapan lantai yang direncanakan., Rabu (15//5/2019).
Kolam Air Macur - Kolam air macur yang terletak di samping rektorat Kampus II UIN Alauddin Makassar, ini sudah tak terawat lagi, kolam tersebut ditumbuhi berbagai tanaman liar. Rabu (15//5/2019).
washilah .com
Foto: Ardi
15
LIFESTILE
www.
Edisi 108| Ramadan 1440 Hijriyah | Mei 2019 Masehi
Berkarya Lewat You Tube
Mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam, Alif sedang menonton konten youtube Salah satu youtuber Alumnus UIN Alauddin Makassar Makassar, Gowa (25/05/2019).
Washilah - Di era teknologi 4.0, masyarakat dimanjakan dengan banyak aplikasi. Kini dunia sudah seperti ada dalam genggaman. Kita mampu mengakses banyak informasi melalui gawai, yang pastinya terhubung dengan jaringan internet. Salah satu aplikasi yang saat ini banyak digandrungi kaum muda maupun tua adalah “youtube”. Sejak hadirnya youtube, banyak orang mengabadikan dan membagikan momen mereka di aplikasi ini. Konten yang ditawarkan juga ada berbagai macam. Tidak menuntut kemungkinan, ada banyak orang yang belajar secara autodidak melalui youtube. Di zaman milenial ini, youtube menjadi salah satu wadah untuk menyalurkan ekspresi. Saking boomingnya, banyak kalangan yang membuat channel di youtube. Mulai dari kalangan remaja, dewasa bahkan anak-anak yang memilih untuk menjadi youtuber. Banyaknya youtuber bertebaran, alhasil semakin banyak pula konten-konten video yang dijadikan penarik untuk ditonton. Mulai dari konten musik, gaming, eksperimen, edukasi, parodi, review dan berbagai konten youtube lainnya. Di lain hal, aplikasi yang telah diakuisisi oleh google ini, mampu mendatangkan pundi-pundi rupiah bagi si pembuat konten video. Tidak heran bila kini banyak orang melonjakkan karir lewat youtube dengan berbagai alasan. Salah satu pelaku industri kreatif itu adalah Hendra dengan nama akunnya Ndraadew. Ia merupakan
mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi (Ikom) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Alauddin Makassar. Memulai karirnya menjadi youtuber sejak lulus di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Awalnya Ia tertarik belajar mengedit video, dari hasil editannya itulah banyak kalangan yang menyukai videonya. “Sebelumnya, saya mengedit tutorial-tutorial dan ternyata banyak yang suka jadi saya melanjutkan tutorial aplikasi di android kemudian konten informasi lalu ke hiburan,” ucap mahasiswa semester IV itu. Tutorial aplikasi pada android seperti lupa kata sandi Facebook maupun Instagram merupakan konten pertama yang ia buat. Namun, konten tersebut sudah ia hapus. Hal itu ia lakukan untuk membuat konten youtube yang baru seperti konten informasi dan hiburan. Dalam konten barunya, Hendra banyak dibantu oleh dua orang temannya. Membuat satu konten tentu saja tidak mudah, Hendra bersama temannya dapat menghabiskan waktu selama satu minggu. Terlebih dulu mereka harus membuat naskah, menentukan lokasi yang tepat dan mengedit video. “Mengedit biasanya saya melihat terlebih dahulu di youtube, kemudian saya kembangkan sendiri. Pada akhirnya mulai berkembang. Saya tidak pernah belajar editing atau bimbingan belajar tentang cara mengedit video,” ujarnya. Inspirasi narasi terkadang ia
dapatkan melalui kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Ia mengatakan, saat sebelum tidur pun masih sering memikirkan narasi apa yang cocok untuk kontennya. Setelah merasa cocok, ia pun menggabungkan hasil kejadian tersebut dengan hasil pemikirannya. Memilah mana yang akan cocok untuk diperankan. Hendra mencoba meminimalisir durasi videonya agar penonton tidak merasa bosan. Untuk menaikkan rating konten tentang dunia kampus. Dari youtube ia mendapatkan banyak ilmu. Selain itu, Hendra juga sering menjalin hubungan dengan komunitas youtuber maupun konten kreator untuk memperluas pengetahuan. Tidak lepas dari itu, terkadang teman maupun dosen sering kali meminta bantuannya untuk
membuat video. Selain jadi youtuber sebagimana yang diketahui oleh banyak orang, Hendra juga mempunyai media sosial lain yaitu Instagram dan cukup dikenal masyarakat khususnya di Makassar. Dari inilah ia bahkan mampu membiayai kuliahnya sendiri. “Youtube merupakan cikal bakal saya bisa membuat konten juga di Instagram yang akhirnya ternyata
rejeki ada disitu, jadi sebenarnya tidak ada yang sia-sia diperbuat kalau memang kebaikan ji,” tuturnya. Lain halnya dengan Andi Adrian Wardhana, alumnus UIN Alauddin Makassar tahun 2018 lalu. Pernah terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Sistem Informasi (SI) Fakultas Sains dan Teknologi (FST). Ia sudah aktif mengunggah video sejak tahun 2016, sewaktu duduk di bangku kuliah hingga saat ini. Adrian dengan akun channel youtubenya Adrian Wardhana, memiliki konten yang banyak membahas fenomena yang menjadi keresahan di masyarakat. Youtuber kelahiran Bone ini, awalnya seorang pemain lawakan tunggal. Terinspirasi dari kemampuannya sebagai komika, dan pernah mengikuti ajang Stand Up Comedy di Makassar. Akhirnya ia berpikir untuk menyalurkan bakat humornya melalui format video. Mengangkat kearifan lokal juga kuliner khas Makassar. Selain menjadi youtuber, Adrian pada masa kuliahnya juga memiliki aktivitas lain yakni membantu kedua orang tuanya di rumah untuk menjaga Warung Internet (Warnet), fotocopy dan toko bangunan. Mengelola akun youtubenya seorang diri membuat Adrian jarang membuat konten. Barulah setelah menjadi alumnus, Adrian mulai rutin membuat video karena ia tahu, menjadi konten kreator itu tidak mudah. Membutuhkan proses yang panjang, dibutuhkan ide cerita, take gambar, proses editing dan finishing. “Proses pembuatannya macam-
macam. Ada sehari, dua sampai tiga hari tergantung dari durasi dan tingkat pengambilan videonya, apalagi butuh pemeran tambahan. Biasanya sampai sepekan dan paling lama pada pengumpulan ide. Durasi pengambilan gambarnya sejam, jadinya hanya berkisar 10 sampai 15 menit,” jelas Adrian. Motivasi untuk membuat video itu berdasarkan keinginan pribadi tanpa ada tekanan atau paksaan dari orang lain. Ia juga tidak terlalu mengejar adsense di youtube, Adrian hanya mengandalkan sponsor yang masuk. “Tidak terlalu mengejar adsense, lebih ke sponsor, dapat juga dari youtube, tapi kebanyakan dan peluangnya lebih besar dari sponsor,” ungkap youtuber yang memiliki 150 ribuan subscriber ini. Menurut anak dari pasangan Andi Ramadhan dan Nurwaty Djafar ini membuat video, harus suka dengan video karya sendiri dan minimal ada manfaatnya bagi para penonton. “Kalau mengupload ki baru kita sendiri tidak suka video ta’, kan kecewa ki kalau sedikit ji yang lihat ki, kalau disuka ki video ta sendiri, biar sedikit yang lihat ki tidak apaapa ji. Karena niat ta’ bukan ke eksistensi semata. Intinya dihargai karya ta sendiri, kalau kita tidak suka ki bagaimana orang lain mau suka,” tandasnya. *Penulis : Nur Fitri Rauf, Rahma Indah *Editor : Suhairah Amaliyah