Tabloid Mahasiswa Washilah Edisi 96 Juni 2016

Page 1

11 CBT, Mentoring Belum Maksimal

Tanpa KKNI, 15 Ijazah Bukan Jaminan

KARUT-MARUT

UKT-BKT


2 31 Tahun Mengabarkan

DAPUR REDAKSI

www.

washilah .com

Edisi 96 | Ramdhan 1437 Hijriyah | Juni 2016 Masehi

Sejak berdiri tahun 1985 kini UKM LIMA berusia ke-31. Di usia yang terbilang dewasa ini, tabloid Washilah kembali hadir ke tengah pembaca. Pada edisi ini kami menyuguhkan informasi yang berkaitan dengan 31 tahun Washilah dan tentunya informasi terbaru kampus UIN Alauddin Makassar. Di usia yang lebih dari tiga dekade UKM LIMA kami terus berbenah. Berbagai berita dan informasi terbaru seputar kampus terus diberikan UKM LIMA untuk menambah wawasan pembaca setia tabloid Washilah. Pada Headline, kami mengangkat mengenai UKT-BKT yang menjadi perbincangan hangat mahasiwa. Program UKT-BKT yang awalnya dicanangkan sebagai solusi untuk mahasiswa yang tidak mampu dalam pembayaran iuran SPP kini rasanya semakin memberatkan. Pada rubrik Lintas, kami menyuguhkan perjalanan dua anggota Washilah yang mengikuti Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PJTLN) dengan tema “Saatnya Mata

Serta Hati Nurani Jurnalis Muda Jadi Lensa Dan Pena�, yang diadakan di kota Medan, Sumatera Utara. Kegiatan ini memang rutin diikuti para pengurus UKM LIMA sebagai ajang pengembangan bidang keilmuan kejurnalistikan, serta silaturahmi dengan Lembaga Pers Kampus (LPM) seIndonesia. Selain itu, dalam edisi ini juga ada rubrik Liputan Khusus mengenai kurikulum berbasis KKNI yang digunakan oleh UIN Alauddin. Untuk rubrik Lensa kami menyajikan gambar seputar pendaftaran mahasiswa baru jalur SPAN-PTKIN. Saran, masukan, dan pendapat mahasiswa terkait eksistensi Washilah selama 31 tahun mengiringi pertumbuhan kampus peradaban dikemas di bagian Persepsi. Pandagan para civitas akademika terhadap UKM LIMA sebagai media kampus, tentunya akan memberi dorongan untuk tetap berkarya dan terus memberi warna di usianya kini.

Tajuk

Pengangguran Intelektual

Seiring bertambahnya usia UKM LIMA, para pengurus terus berbenah diri demi mencapai cita-cita sebagai penyalur aspirasi mahasiswa dan pihak elite kampus, serta sebagai wadah mahasiswa dalam mengasah potensi yang ada dalam diri terkhusus dalam dunia kejurnalistikan. Kami berharap informasi yang dibungkus rapi dalam tabloid ini, memberikan manfaat bagi pembaca. Kami menyadari diusia 31 tahun ini, masih banyak hal yang perlu dibenahi. Kritikan dan saran dari pembaca sangat kami harapkan. Terlepas dari itu semua, kami seluruh pengurus dan anggota UKM LIMA berusaha menampilkan kreatifitas dalam menghasilkan karya. Menghadirkan tabloid dengan tampilan yang lebih menarik bagi mata pembaca sebagai rujukan informasi. Demikian pengantar dari kami, semoga kehadiran Washilah mampu melahirkan kreatifitas dalam berkarya. Terimah kasih dan selamat membaca. Foto: Washilah/Sahi Al-Qadri

Akan kemana setelah wisuda?, mungkin ini menjadi pertanyaan paling mendasar bagi mereka yang baru saja meraih gelar akademik. Banyak dari para alumni yang dengan mudahnya mendapat posisi di berbagai instansi. Namun sayangnya, tidak sedikit yang terlunta-lunta menunggu nasib. Selain kemampuan dan kualitas pribadi. Jelas, pihak universitas punya andil besar terhadap nasib anak didiknya. Sejauh mana pihak kampus bisa mencetak lulusan-lulusan yang mampu bersaing, ini lah yang kemudian menjadi indikatornya. Penerapan kurikulum berbasis KKNI yang akan diterapkan September mendatang, diharapkan mampu menjadi metode jitu untuk menjaring alumni ke dunia kerja. SKPI contohnya, melalui pengalaman organisasi dan pelatihan yang pernah diikuti, maka lembaga penyaring tenaga kerja bisa melihat kualitas si pelamar. Menyandang predikat sebagai mahasiswa hingga merangkak dengan gelar Strata 1 (S1) tak serta merta menjadi kebanggaan. Banyak yang kemudian tidak mengaplikasikan ilmunya ke lapangan kerja yang sesuai, hingga berakhir hanya dengan selembar kertas ijazah. Pengangguran intelektual, bisa jadi merupakan mimpi buruk generasi muda dengan background pendidikan tinggi. Tak hanya dengan KKNI, UIN sudah seharusnya mencanangkan berbagai program terkait persiapan alumni, karena gelar akademik, tidak bisa menjadi modal utama bagi mereka yang ingin berkarir secara profesional. Melainkan dengan pengalaman dan kemampuan yang memiliki jaminan kualitas. Ini tentu menjadi PR penting universitas, peningkatan kualitas melalui pendidikan karakter, disiplin ilmu dan sebagai fasilitator calon tenaga kerja. Agar para lulusan UIN, tidak menambah daftar pengangguran di Indonesia.

Foto bersama anggota dengan alumni UKM LIMA setelah acara Milad ke 31 selesai di Training Center beberapa hari yang lalu. Diterbitkan sesuai SK Rektor UIN Alauddin Makassar No. 104 tahun 2015 | Pelindung dan Penasehat: Rektor UIN Alauddin Makassar | Penanggung Jawab: Wakil Rektor III UIN Alauddin Makassar | Dewan Pembina: Wakil Dekan III sejajaran UIN Alauddin Makassar, Waspada Santing, Muhammad Yusuf AR, Muh Sabri AR, Arum Spink, Sopian Asy’ari, Muh. Arif Saleh, Muh. Hasbi Assiddieqy Muddin Wael, Rokiah M Lehu, Irfan Wahab, Muh. Ruslan, Syaiful Syafar, Edy, Hamjan el-Barkah, Hasbi Zainuddin, Agus, Islamuddin Dini, M Srahlin Rifaid, Luqman Zainuddin | Dewan Pakar: Junaiddin, Ismail Hamid, Saifuddin. Pimpinan Umum: Asrullah | Sekretaris Umum: Nurfadhilah Bahar| Bendahara: Andriani | Direktur Pemberitaan: Fadhilah Azis | Direktur Litbang: Sahi AL Qadri | Direktur Operasional: Seniwati | Direktur Artistik: Ashari Prawira Negara | Direktur Usaha: Ridha Amaliyah | Redaktur Cetak: Sri Wahyu Diastuti | Redaktur Online: Afrilian C Putri | Divisi Fotografi: Muhaimin | Divisi Videografi: Muh Syakir Fadli | Riset: Fahri Setiadi | Pengembangan SDM: Nur Zahrah Azizah | Desain & Layout: Zulfina Ea Putri | Sirkulasi & Periklanan: A. Muh Alif | Ekonomi Kreatif: Sri Yusnidar | Reporter:Nur Isna, Faisal Mustafa, Nurjannah, Erlangga, Nurul Indah, Erwin, Alisyahbana, Desy Monoarfa, Ahmad Arnold, Nadhifa, Epi Aresih, Kurnia, Selfi,Rena Rahayu, Eka Reski, Nur Asma, Fitri Ramadhani, Rosida Ibrahim, Wiryanti, St Nirmalasari, | Alamat Redaksi: Jln. Muh Yasin Limpo samata No. 63.

CBT, Mentoring

11 Belum Maksimal

Tanpa KKNI, 15 Ijazah Bukan Jaminan

KARUT-MARUT

UKT-BKT

Ilustrasi: Azhari Prawira N


TOPIK UTAMA

www.

washilah .com

Edisi 96 | Ramdhan 1437 Hijriyah | Juni 2016 Masehi

KARUT-MARUT

UKT-BKT

Washilah- Pihak kampus semakin mantap untuk menerapkan besaran uang kuliah baru melalui sistem UKT-BKT dengan lima kategori. Diklaim biaya kuliah akan lebih ringan, karena sistemnya subsidi silang. Tetapi, aromanya tidak demikian.

P

asalnya, UKT-BKT atau dikenal Uang Kuliah Tunggal-Biaya Kuliah Tunggal, diterapkan supaya kampus tidak lagi berharap dari bantuan pemerintah melalui Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN). UKT-BKT diatur pemerintah, dengan ketentuan, mahasiswa kaya membayar lebih tinggi. Sedangkan mahasiswa miskin membayar sesuai kemampuan. Namun, dari pantauan Washilah, kampus bakal menerima dana yang lebih besar dari sistem UKTBKT. Sejak tahun 2013 hingga saat ini, banyak protes yang kemudian datang dari mahasiswa terkait sistem tersebut. Mereka menganggap, UKT-BKT hanya akan memberatkan mahasiswa dengan berbagai ketetapannya. Mantan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) atau yang saat ini dikenal sebagai Dewan Mahasiswa (Dema) Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2013 Khaidir Hasram menilai, jika pembagian setiap

kategori tidak merata. Banyak yang semestinya ditempatkan pada kategori III , malah ditempatkan pada kategori I. Hal inilah yang perlu dirasionalkan. Berbeda dengan Khaidir Hasram, Ketua Dema Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) yang saat ini menjabat Al Ikhsanul Muhabbah, justru mengkritik kenaikan biaya SPP yang terjadi tiap tahunnya. “Harusnya transparansi ke mahasiswa jika ada perubahan,” ujarnya. Menurutnya, perlu ada sosialisasi yang jelas mengenai hal tersebut untuk memberikan pemahaman secara menyeluruh keberbagai pihak utamanya mahasiswa di tiap ang katan. Penetapan UKT-BKT

Kategori

Untuk menghindari kemungkinan yang terjadi dua-tiga tahun ke depan bila BOPTN tidak ada maka operasional perkuliahan akan terhambat

A GUSTANG SE MSI Rapat yang membahas UKTBKT telah dilaksanakan di Kendari Februari kemarin, yang diikuti dari berbagai PTKIN se-Indonesia. Direktur Jendral Pendidikan Islam mewajibkan setiap perguruan tinggi yang berstatus UIN menetapkan lima kategori, IAIN empat kategori, dan STAIN tiga kategori. Hal tersebut berlaku meski masih dalam bentuk draft PMA. Penetapan kategori tak lepas dari data mahasiswa dan penghasilan orang tua, sehingga setiap mahasiswa diharuskan menjalani interview di tiap prodi. Hal ini guna penetapan kategori proporsional. Penerapan UKT-BKT tersebut merupakan sistem silang. Namun, Ketua Jurusan Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Drs Alamsyah M Hum justru menyayangkan adanya batasan bagi kategori I dan hanya memberatkan mahasiswa. “ Karena adanya aturan dari universitas mengenai batasan golongan satu sebesar 5%,” katanya. Sementara itu, untuk kategori II hingga IV, tidak dikenakan batasan dan tergantung pada hasil wawancara yang dilakukan di tiap fakulltas. Bagian Perencanaan, A Gustang SE MSi berasumsi bahwa keputusan itu diterapkan agar tidak terlalu mengharap dari Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN). ”Untuk menghindari kemungkinan yang terjadi dua-tiga tahun ke depan bila BOPTN tidak ada maka operasional perkuliahan akan terhambat,” katanya kepada Washilah. Kamis (28/4) Lebih jelas, dia menekankan apabila jumlah mahasiswa kategori I sebanyak 5%, maka kategori V harus 25% untuk mensubsidi atau menutupi biaya operasional kategori I. Alokasi Selisih Anggaran Inflasi universitas menyebabkan perubahan pembayaran tiap tahun, tergantung hitungan kebutuhan biaya prodi masing-masing. Biaya yang lebih, semestinya diperhitungkan karena semua pembiayaan dibayar langsung. Salah satu penyebab tingginya inflasi ialah gaji dosen Luar Biasa (LB) yang sebelumnya dibayar per-Satuan Kredit Semester (SKS) per-semester, untuk ke depannya akan dibayar

3 per-SKS per-tatap muka. Alokasi selisih anggaran kategori terbilang rasional. Asumsinya, yang ditetapkan dirgen ialah kategori I sebanyak Rp 400.000-600.000, kategori II hanya membayar biaya operasional atau SPP, kategori III bayar full mulai dari pendaftaran sampai meraih gelar sarjana, kategori IV ditambah 25% dari kategori III untuk mensubsidi kategori II, sedang kategori V mensubsidi kategori I. KKN Tak Berbayar Polemik Kuliah Kerja Nyata (KKN) masih terus terjadi, utamanya bagi mahasiswa angkatan 2013. Awalnya, pihak birokrasi beranggapan bahwa mahasiswa UKT-BKT 2013 tak ada lagi pungutan biaya. Namun, berdasarkan hasil hitungan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LP2M) terjadi kesalahan. Dimana prediksi LP2M tidak sesuai dengan harapan, sebab dari awal living cost tidak terhitung. Kesalahan ini terungkap saat PMA keluar, saat itu pula disampaikan bahwa living cost tidak termasuk. Dengan begitu, mahasiswa angkatan 2013 tetap dikenakan biaya living cost saat akan KKN, berbeda halnya dengan angkatan 2014 dan 2015 yang tidak lagi membayar dan telah terhitung melalui UKT-BKT. Hal senada disampaikan Wakil Rektor Bidang Administrasi dan Keuangan Prof Lomba Sultan terkait aturan UKT-BKT saat ini. Aturan batasan kuliah empat tahun dan biaya living cost akan dipertimbangkan. Mengenai living cost-nya tidak masuk dalam rincian UKT-BKT karena itu berhubungan langsung dengan tempat KKN. Wakil Rektor I Bidang Akademik Prof Mardan Mag yang ditemui di ruangannya juga menegaskan, jika tidak ada aturan secara tertulis bahwa pembayaran akan berlipat ganda jika melewati empat tahun kuliah. Berdasarkan aturan PMA nomor 96 tahun 2013 dan keputusan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) terkait UKTBKT, menjelaskan bahwa kuliah delapan semester ini telah dipertimbangkan dengan baik, bahwa batas kuliah S1 hanya empat tahun. Keputusan akhir ialah tidak ada keharusan selesai delapan semester, namun tidak boleh lewat dari tujuh tahun. Ini berarti ada resiko yang harus dipikul mahasiswa yaitu bila lewat dari tujuh tahun maka surat keputusan Drop Out (DO) dikeluarkan. *Sri Yusnidar


4

CIVITAS

Edisi 96 | Ramdhan 1437 Hijriyah | Juni 2016 Masehi

www.

washilah Foto: Washilah/Rosida Ibrahim

PAMERAN MAHASISWA UNISMUH Sejumlah mahasiswa sedang memperhatikan karya desain grafis di Perpustakaan Pusat UIN Alauddin. Jumat (17/06/2016). Pameran ini sebagai tugas akhir mahasiswa Pendidikan Karya Seni Rupa, Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar.

DEMA FKIK

Dema FTK Gelar Dialog

Cara Tepat Menyampaikan Aspirasi

D

ewan Mahasiswa (Dema) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) menggelar dialog komunikasi antara mahasiswa dengan pimpinan fakultas yang bertempat di Lecture Teatre (LT) FTK. Kegiatan itu dihadiri oleh seluruh pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), ketua dari masing-masing Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Dekan dan Wakil Dekan FTK, Ketua dan Wakil

Jurusan FTK serta Kepala Sub Bagian (Kasubag). Kegiatan ini ditutup dengan tarbiyah berdzikir dan buka puasa bersama di Masjid Kampus II UIN Alauddin Makassar. Jumat (10/06/2016). Kegiatan itu merupakan salah satu program kerja yang dilakukan Dema di bulan Ramadhan. Sekretaris Dema Syahrul Rajab mengatakan, alasan diadakan kegiatan dialog tersebut agar seluruh mahasiswa dapat menyampaikan aspirasinya

kepada pimpinan. “Agar seluruh tokoh mahasiswa maupun mahasiswa Tarbiyah dapat mengemukakan keluhannya kepada pimpinan fakultas baik dari segi pelayanan administrasi maupun prasarana fakultas,” jelasnya. Lebih lanjut Syahrul mengatakan bahwa Dekan Tarbiyah sendiri sangat mengaspirasi kegiatan tersebut dan diusahakan kedepan dialog seperti itu akan sering diadakan. Saat ini Dema FTK sedang

mengadakan Bakti Sosial (Baksos) yang diistilahkan Ramadhan School. Kegiatan itu bekerjasama dengan lembaga-lembaga dakwah dengan mengunjungi sekolahsekolah dan memberikan beberapa materi maupun pesantren kilat. Kegiatan ini akan berlangsung selama sepekan kedepan. *Nurul Indah / Desy Monoarfa

CITIZEN REPORTER

UKM KOPMA Kunjungi Panti Asuhan Koperasi Mahasiswa (Kopma) Sultan Alauddin baru saja menggelar acara pembukaan Kopma Berbagi. Kegiatan yang mengangkat tema “Give Charity for Spread Kindness in Ramadhan” ini bertempat di Panti Asuhan Nurul Fatimah Paccinnongang. Selasa (14/05/2016) “Bagi kami, kegiatan

mengunjungi panti asuhan adalah kegiatan yang penting dilakukan untuk mengisi ulang rasa syukur yang ada di hati kita masing-masing, melihat nasib orang-orang yang ada di sekitar kita yang nyatanya membutuhkan simpati dan empati dari kita,” tutur Safri Baharuddin, Ketua Umum Kopma dalam sambutannya. Dihadiri langsung oleh

Dewan Pembina, Dewan Senior Kopma Sultan Alauddin, UKM lingkup UIN Alauddin Makassar, tamu undangan Kopma Almamater UNM serta para donatur. Dengan terselenggaranya kegiatan ini, diharapkan mampu membuka mata dunia bahwa akan selalu ada pertolongan bagi mereka yang membutuhkan.

Juga bertujuan untuk meringankan beban para anak yatim piatu yang ada di panti asuhan. * Mohd Waldi B Rukman Redaksi menerima tulisan berupa sastra, esai opin dan laporan kegiatan seputar kampus

Undang 40 Anak Yatim Buka Puasa Bersama Washilah–Dewan Mahasiswa (Dema) bersama jajaran Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK), menggelar buka puasa bersama di pelataran fakultas. Senin (13/06/16) Acara ini sekaligus menghadirkan 40 anak yatim dari Panti Asuhan Wahyu Ilahi Romang Polong. Merupakan panti binaan dari salah satu HMJ di FKIK, menjadi alasan dipilihnya panti asuhan tersebut. “Selain binaan dari segi pengetahuan kami juga akan membina dari segi ibadah,” ungkap Ketua Dema FKIK Al Iksanul Muhabbah. Kegiatan tersebut, merupakan bentuk kerja sama dari fakultas karena tidak termasuk dalam program kerja. Adapun dana yang dipakai untuk pelaksanaannya, merupakan dana langsung dari fakultas dan beberapa sumbangan pribadi dosen FKIK. Ustadz Askar Yaman dalam ceramah singkatnya mengatakan, di bulan suci semoga senantiasa mendapat berkah. “Semoga di bulan Ramadhan ini para hadirin bisa memperoleh berkah dari pendidikan ramadhan yang telah kita lalui selama satu bulan lamanya,” ujarnya. Sebelumnya, acara serupa juga pernah dilakukan namun ada perbedaan pada tahun ini karena diselenggarakan di pelataran. Dengan maksud, agar seluruh civitas akademik bisa ikut serta di dalamnya. *Rena Rahayu & Rahmat Saleh


washilah .com

5

AKADEMIKA

www.

Edisi 96 | Ramdhan 1437 Hijriyah | Juni 2016 Masehi

UIN ALAUDDIN

Raih Pendaftar Terbanyak UM-PTKIN

Dra St Nasriah M Sos

Jurusan MD Tunjang Pendidikan Karakter

Prodi Agama Rendah Peminat Meski tahun lalu telah dilakukan pemberian beasiswa untuk mendongkrak minat pendaftar

pada prodi agama, rupanya tetap tak berpengaruh banyak. Hal tersebut disampaikan Nuraeni Gani terkait sejumlah prodi keagamaan yang masih rendah. Kendati demikian, langkah universitas untuk mengembangkan prodi tersebut masih berlanjut. Dengan dilakukannya sosialisasi aktif ke beberapa sekolah Pesantren dan Madrasah Aliyah Negeri. Ini merupakan langkah terakhir untuk memenuhi kuota prodi rendah peminat tersebut. Setelah UM-PTKIN, UIN Alauddin akan kembali membuka pendaftaran melalui jalur Ujian Masuk Mandiri (UMM) dan Ujian Masuk Khusus (UMK). Penyebab SBMPTN Hanya Empat Prodi Prof Musafir Pababbari juga mengakui, jika bertahannya jumlah peminat tertinggi UM-PTKIN merupakan hikmah dari dibatasinya jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Yang mana untuk tahun ini, hanya ada empat prodi yang dibuka melalui jalur tersebut yaitu Ilmu Hukum, Akuntansi, Tekhnik Arsitektur dan Manajemen. Alasannya, ada perubahan aturan mengenai syarat rekomendasi Surat Keputusan (SK) prodi pada jalur tersebut. ”Untuk tahun lalu, Kementerian Riset, Tekhnologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) hanya merekomendasikan prodi untuk jalur SBMPTN kemudian yang SK-kan adalah Menteri Agama. Tahun ini berbeda, karena

Yang jelas harus berhadapan dengan hukum karena hal tersebut merupakan sebuah pelanggaran, ujian inikan negara yang laksanakan jadi negara juga yang akan proses hukumnya, PROF MARDAN MAG baik rekomendasi maupun SK sepenuhnya wewenang Kemenristekdikti. Dan hanya empat prodi itulah yang diSK-kan oleh kemenristekdikti,” ujarnya. Selasa (14/06/2016) Dibobol Joki Terkait pengamanan selama ujian, UIN Alauddin telah mengerahkan 53 Satuan Pengamanan (Satpam), dan delapan polisi yang berjaga di setiap lokasi. Namun rupanya, UIN masih kecolongan. Prof Mardan Mag yang sekaligus menjadi Ketua Panitia Pelaksana UM-PTKIN mengatakan, ada satu joki yang ditemukan panitia di Fakultas Adab dan Humaniora

Foto: Washilah/Muhaimin

Washilah- Predikat Cum Laude bukan lagi hal yang sulit untuk diraih. Hal ini dibuktikan mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah (MD) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK). Tidak hanya fokus pada akademik tetapi mahasiswa MD juga ditunjang dengan pendidikan karakter. Keseriusan dalam bidang akademik dan akhlak yang baik menjadi salah satu faktor untuk mendapat predikat tersebut. Hal ini dibenarkan oleh salah seorang dosen MD, Dra St Aisyah Bm M Sos I yang mengatakan bahwa MD punya ciri mahasiswa yang serius dalam mengikuti perkuliahan. “Anaknya memang betulbetul serius terhadap perkuliahan, hal ini telah nampak dari awal pertemuan. Ketika kemudian anak tersebut mendapat predikat cum laude, kami mengatakan bahwa memang benar, anak ini layak mendapat gelar tersebut,” tuturnya. Tak lepas dari hal itu, Ketua Jurusan MD Dra St Nasriah M Sos I selalu memberi semangat dan arahan untuk tidak mengesampingkan perkuliahan dari beberapa kesibukan yang lain. “Memberikan support kepada mahasiswa, kemudian mengingatkan mengenai tujuan awal masuk kampus,” ujarnya saat ditemui di ruangannya, Senin (16/05) Sebut saja Isman Muhlis, mahasiswa MD angkatan 2012 sekaligus peraih predikat cum laude pada Desember 2015 lalu. Meraih nilai sempurna yakni 4.00, Isman menjelaskan bahwa kesibukannya tidak hanya sekadar akademik, tetapi juga memprioritaskan kuliah. Dengan mengikuti beberapa lembaga mahasiswa seperti KSR PMII dan olahraga bulutangkis, Isman mengaku menggunakan manajemen waktu yang baik agar semua kegiatannya tertata dengan rapi. “Tidak ada sesuatu yang spesial dalam mencapai predikat tersebut, saya hanya prioritaskan yang lebih penting yaitu kuliah. Kita perlu menggunakan manajemen waktu, agar kegiatannya bisa tertata dengan rapi,” tutupnya. Wakil Dekan I (WD I) FDK Dr Misbahuddin M Ag mengatakan, bahwa Perilaku disiplin dan proses perjalanan dari semester awal sampai akhir memiliki kecenderungan yang baik, entah keaktifannya di kelas dan sebagainya. Hal itulah yang kemudian menjadi salah satu kriteria mahasiswa untuk meraih predikat cum laude. *Sahi Al Qadri

Washilah—Tahun ini, UIN Alauddin Makassar berhasil tercatat sebagai universitas dengan jumlah pendaftar Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN) tertinggi se-Indonesia. Hal tersebut disampaikan saat konferensi pers pada Selasa, (14/06/2016). Dihadiri oleh sejumlah pimpinan diantaranya Rektor UIN Alauddin Prof Musafir Pababbari, Wakil Rektor bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga Prof Mardan, Wakil Rektor Bidang Administrasi Keuangan Prof Lomba Sultan, Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan Dra Nuraeni Gani, dan tiga mentoring dari panitia pusat pelaksana UM-PTKIN. Tercatat, dari 14.765 peminat, 6.935 pendaftar, kuota penerimaan hanya sebesar 1.401 dengan 46 prodi yang ditawarkan. Hal ini jelas, membuat para peserta harus bersaing ketat dalam seleksinya. Ada tiga Program Studi (Prodi) yang menjadi primadona yakni Farmasi, Tekhnik Informatika, dan Kesehatan Masyarakat (Kesmas). Meski berhasil menduduki posisi pertama dari 55 Universitas Islam Negeri (UIN) yang ada di Indonesia, UIN belum patut berpuas diri. Pasalnya, jumlah tersebut justru menurun drastis dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai angka 20.217.

(FAH) Selasa (14/06/2016). Sementara informasi lebih lanjut mengenai identitas joki tersebut belum lengkap. “Saya disms oleh penanggung jawab gedung bahwa ada joki di FAH, jadi saya minta tolong untuk dicatat kemudian difoto kartu ujiannya dan ambil KTPnya serta diinformasikan secara lengkap pada berita acara,” ungkapnya. Mengenai sanksi yang akan diterapkan, ia mengatakan bahwa masalah ini akan ditindaklanjuti sesuai dengan aturan. Bahkan jika diduga terdapat unsur pidana, maka akan diusut hingga ke pengadilan. “Yang jelas harus berhadapan dengan hukum karena hal tersebut merupakan sebuah pelanggaran, ujian inikan negara yang laksanakan jadi negara juga yang akan proses hukumnya,” tuturnya. Selain itu, Nuraeni Gani mengungkap masalah lain yang ditemukan adalah tidak adanya aturan khusus mengenai peserta difabel. Hal tersebut diungkapkan karena untuk pertama kalinya salah satu peserta difabel ikut serta dalam ujian. “Di Madrasah Aliyah Negeri ada yang kita dapati peserta yang buta, menurut pengawas dia sama sekali tidak dapat melihat jadi ada pendampingnya,” ungkapnya. Karena belum ada aturan secara tegas bagi peserta difabel, maka ia pun menegaskan untuk tetap mengikutkan hanya saja, tidak ditempatkan pada ruang ujian tapi bersama penanggung jawab lokasi beserta dengan pendamping untuk mengarahkan. Wanita yang kerap di sapa Eni ini juga berharap agar kedepannya panitia pusat membuat aturan khusus mengenai peserta difabel agar dapat diberi fasilitas yang layak. *Nur Isna

Suasana Ujian Masuk Pergurguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN)


6

PRESTASI

www.

washilah

Edisi 96 | Ramdhan 1437 Hijriyah | Juni 2016 Masehi

Terapkan Nilai Keislaman Dalam Pendidikan Arsitektur

D

r Wasilah ST MT, bukanlah nama yang asing bagi mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST). Menjabat sebagai Wakil Dekan I bidang Akademik, wanita kelahiran Polewali Mandar tersebut baru saja memperoleh penghargaan dari Kementrian Agama (Kemenag) sebagai Juara III Dosen Tauladan Tingkat Nasional Bidang Sains dan Teknologi. Bersaing dengan 27 dosen terpilih dari seluruh Universitas Islam Negeri (UIN) se-Indonesia, Wasilah berhasil menunjukan integritasnya sebagai pendidik yang diakui secara nasional. Tidak hanya aktif sebagai dosen, namun juga dalam kegiatan luar menjadi syarat mutlak dalam pemilihan tersebut. Bergerak di bidang kebudayaan yakni Arsitektur Tradisional, diakui Wasilah merupakan bentuk partisipasinya dalam pelestarian rumah adat di Indonesia. “Kebetulan saya bergerak di bidang Arsitektur Tradisional, jadi rumah-rumah daerah seperti di Toraja, Mamasa, Palu atau Lombok banyak yang mengalami kerusakan makanya kami bantu untuk merenovasi kembali,” jelasnya. Menjadi Partisipan dalam kegiatan tersebut telah dila-

koninya sejak tahun 2010 hingga sekarang. Karena selain mempertahankan adat setempat, visi lainnya ialah memperkenalkan adat tradisional Indonesia ke kancah international sebagai bentuk pelestarian budaya. Keberhasilan baginya adalah memberikan dampak secara positif bagi masyarakat, membawa perubahan dengan peremajaan kembali rumah adat hingga penghargaan yang datang, tidak hanya dari Kemenag tetapi juga dari Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas). Berbicara mengenai profesinya sebagai pendidik dalam lingkup kampus peradaban, maka mengaitkan Pendidikan Islam dalam dunia arsitektur adalah wajib baginya. “Saya memang belum menemukan model penyatuan antara sains teknologi dalam Islam, tapi saya menemukannya dalam dunia arsitektur yang kemudian diimplementasikan kedalam norma-norma keislaman”, ujarnya lagi. Bentuk pengaplikasiannya pun dilakukan dengan beberapa contoh kecil, misal saja arah toilet yang tidak dihadapkan langsung pada arah kiblat, serta menjadikan kebersihan dan keasrian gedung fakultas sebagai prioritas. Tulisannya banyak tertuang

dalam jurnal di Media Nasional mengenai perempuan dan Arsitektur Islam, juga naskah Arsitektur Tradisional dengan konsep Islam. Bagi Wasilah, peranan perempuan dan pendidikan sangat erat utamanya di FST dimana perempuan yang menduduki jabatan sebagai ketua jurusan lebih mendominasi. Itulah yang kemudian memacunya untuk lebih semangat dalam menunjukan keaktifan kaum wanita di setiap lembaga. “Saya berharap di dunia pendidikan, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin menjadi pusat integrasi keilmuan dari seluruh UIN, menjadikan fakultas kami sebagai kiblat dalam penerapan nilai pendidikan sekaligus nilai keislaman”, tandasnya. *Fadhilah Azis``

NAMA: Wasilah PENDIDIKAN: >1995 Program D3 UNHAS Teknik Arsitektur >1998 Sarjana (S1) UGM Teknik Arsitektur >2009 Magister (S2) UNHAS Teknik Arsitektur >2015 Doktor (S3) ITS Teknik Arsitektur ALAMAT RUMAH: Jalan Landak Baru VI, Perumahan Pesona Landak Indah BlokC/4, Makassar.

IPPS Raih Juara, Meski Minim Biaya Washilah—Ikatan Penggiat Peradilan Semu (IPPS) adalah salah satu lembaga kemahasiswaan di Fakultas Syariah dan Hukum (FSH). IPPS hadir untuk mengisi kekosongan mahasiswa yang jenuh dengan kajian-kajian sosial dan berbagai rutinitas lainnya. Alhasil, setiap kali mengikuti kajian tentang hukum bersama mahasiswa dari universitas lain, IPPS selalu terbelakang. Dimana pokok tersebut tidak pernah dibahas sebelumnya, bukan hanya sekedar teori tapi juga praktik. Setelah mengikuti seminar yang diadakan oleh Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia (Permahi), barulah dibentuk IPPS pada 30 Desember 2010. Sejak saat itu, IPPS banyak mengikuti berbagai perlombaan yang tak hanya mengangkat nama lembaga tetapi juga jurusan Ilmu Hukum UIN Alauddin Makassar. Hingga pada tahun 2011, IPPS aktif mengikuti National Moot Court Competition (NMCC) di berbagai universitas ternama. Perjuangannya pun tak mudah, sebut saja ketiadaan ruang latihan yang mengharuskannya menyewa

tempat di luar kampus. “Waktu itu pelatih dibayar Rp. 50.000 per hari selama tiga bulan. Alhamdulillah, kami berhasil meraih predikat hakim terbaik, jaksa penuntut umum terbaik, panitera terbaik dan berkas terbaik,” ujar Ketua Umum IPPS Indra Adriansyah, saat bercerita tentang pelatih asal Unhas yang membimbingnya mengikuti lomba di Universitas Brawijaya. Selama lima tahun sejak 2010, IPPS masih sekadar diakui oleh pihak fakultas dan belum dilegalkan secara resmi. Barulah pada 2015 oleh almarhum Prof Ali Parman yang saat itu menjabat sebagai Dekan FSH, IPPS kemudian disahkan dengan dikeluarkannya Surat Keputusan (SK). “Sejak berdiri di FSH, status kami masih sebatas diakui. Belum ada SK yang melegalkan. Setelah pergantian pengurus dan saya ketuanya, barulah kami memperoleh SK yang melegalkan kami di fakultas,” tambah mahasiswa jurusan Ilmu Hukum itu. Terkendala Dana Tak hanya perosalan tempat,

diakui Indra salah satu masalah terbesar bagi mereka adalah persoalan dana. Pihaknya bahkan sudah berupaya meyakinkan birokrasi dengan sejumlah prestasi yang telah diraih namun, hanya support dan ucapan terima kasih yang diberikan. “Kami selalu mengalami masalah dengan dana, sebab yang dibutuhkan tidak sedikit. Apalagi dengan lomba yang di luar daerah. Beberapa kali kami datang ke fakultas, hasilnya tidak ada. Kami juga pernah ke rektorat, Alhamdulillah dikasih dari Ibu Aisyah Kara sebesar Rp.200.000. Di beberapa lomba kami memutuskan untuk patungan bayar ini dan itu. Kalau perlu yang berangkat hanya yang ada uangnya, bahkan sempat pinjam di senior-senior senilai Rp.7.000.000,” imbuhnya. Menanggapi hal tersebut, Dekan FSH Prof Darussalam Syamsudin mengatakan jika reward bagi mereka yang berprestasi khususnya IPPS memang tidak secara langsung melainkan dalam bentuk beasiswa. “IPPS memberikan keter-

ampilan dan profesionalisme pada mahasiswa khusunya dalam kegiatan peradilan, makanya kita support. Reward yang kami beri memang selalu dipertimbangkan, setidaknya kita selalu pesan jangan sampai kegiatan menghalangi studi,” tuturnya. Untuk kegiatan yang akan datang, IPPS tengah mempersiapkan delegasi untuk mewakili UIN dalam NMCC di Universitas Trisakti dan Piala Ketua Mahkamah Konstitusi di Universitas Tarumanegara pada Oktober mendatang. Diapun berharap agar keikutsertaan IPPS kali ini menjadi ajang pembuktian prestasi tak hanya di tingkat regional Sulawesi tapi juga nasional untuk menjadi yang terbaik. Tak hanya sekedar support dalam bentuk ucapan tentunya, tapi juga support dana sebagai bukti apresiasi pihak kampus terhadap prestasi mahasiswanya. Saat ini, IPPS tergabung dalam Himpunan Komunitas Peradilan Semu Indonesia (HKPSI) bersama 48 Universitas di Indonesia dan menjadi koordinator untuk wilayah timur.

PRESTASI

>Hakim, Jaksa Penuntut Umum, Kuasa Hukum & Panitera Terbaik Piala Mahkamah Agung, Universitas Brawijaya (2011) >NMCC Piala Tjokorda Raka Dherana, Universitas Udayana Bali >NMCC Piala Mahkamah Agung, Universitas Hasanuddin (2012) >Runner Up Hakim & Kuasa Hukum terbaik MNCC Piala Rektor, Universitas Hasanuddin >Runner Up Hakim, Panitera, Kuasa Hukum terbaik MK Piala Laica Marzuki, Universitas Hasanuddin (2015) >Harapan I Berkas kompetisi terbaik terbaik NMCC Abdul Kahas Muzakki VI, Universitas Islam Indonesia Jogjakarta (2015) >Juara I NMCC MK Piala Laica Marzuki (2016) *Desy Monoarfa


www.

washilah .com

7

WANSUS

Edisi 96 | Ramdhan 1437 Hijriyah | Juni 2016 Masehi

ISU LINGKUNGAN

Belum Jadi Perhatian UIN Alauddin

D

alam proses produksi, satu rim kertas membutuhkan satu pohon kayu. Kalau dihitunghitung, UIN Alauddin yang mimiliki mahasiswa tak kurang dari 23.000, jika setiap mahasiswa menghabiskan tiga rim kertas setiap semester maka jumlah kertas yang dibutuhkan dalam enam bulan sebanyak 69.000 rim kertas. Dalam skala yang lebih besar, khususnya perguruan tinggi negeri seluruh Indonesia yang jumlahnya 175. Jika jumlah mahasiswa dan konsumsi kertasnya dirataratakan sama dengan UIN Alauddin, maka setiap semester menghabiskan 12.075.000 rim untuk konsumsi kertas perguruan tinggi negeri, hasil penjumlahan dari 69.000 x 175 sama dengan jumlah pohon yang harus ditebang setiap enam bulan. Asrullah, Reportor Washilah menemui Wahyuddin Halim Kepala Pusat Kajian Islam Sains dan Tekhnologi UIN Alauddin, untuk bincang-bincang mengenai penggunaan kertas dan dampaknya terhadap lingkungan. Berikut petikan wawancaranya. Bagaimana pendapat Anda mengenai penggunaan kertas? Pertama-tama, harus ada kesadaran bahwa kertas itu dibuat dari bahan baku kayu. Sumber daya hutan kita itu semakin lama semakin berkurang. Bahkan di beberapa tempat sudah punah. Kalau tidak ada rekayasa teknologi untuk menciptakan bahan baku lain untuk menggantikan kertas, saya kira kita terus-menerus turut menyumbang terjadinya deporestrasi penggundulan hutan di Indonesia. Saya juga khawatir jika tidak ada secara sistematis dari pemerintah, kalangan

BIODATA ///////////////////////////////////////////////

>Nama : Wahyuddin Halim >Jabatan: Kepala Pusat Agama Sains dan Tekhnologi LP2M >Tempat Tanggal Lahir : Wajo, 21 November 1969 >Pendidikan: - S1. Fak. Ushuluddun IAIN Alaauddin Makassar, Jurusan Aqidah dan Filsafat (1993) - S2. (1) Dalhousie University Canada. (2001) (2) Tample University Philadelphia, USA (2005) - S3. The Australian National University, Canberra, Australia. (2015)

masyarakat untuk menghentikan laju deporestrasi, saya kira beberapa dekade mendatang hutan kita akan habis. salah satu yang menyebabkan deporestrasi adalah penggunaan kayu untuk produksi kertas. Olehnya itu, sebagai orang yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan terutama pelestarian hutan tropis

Indonesia. Saya mendukung sekali setiap universitas, setiap Institusi Pemerintah itu beralih ke penggunaan media-media yang lebih pro lingkungan salah satunya adalah digital. Yang pertamakali kita lakukan adalah digitalisasi sistem akademik dimana misalnya absensi, kemudian penyimpanan database mahasiswa itu semua sudah dilakukan secara sistem digital. Saya sudah mengalami semua itu, saat kuliah di Canda Dalhousie University Canada terutama sekali di The Australia National University dimana kita jarang sekali menggunakan kertas dalam proses belajar mengajar. Pertama kita mendaftar kita itu dengan pendaftaran online, membayar online, bahan-bahan perkuliahan dikirimkan lewat email oleh dosen, kemudian respon dikirim via email, menulis paper dikirim secara digital kepada dosen dimanapun kita berada dan kita tidak perlu mencetaknya. Yang kemudian dicetak nanti yang terakhir yaitu disertasi. Makalah-makalah tidak lagi ditemui dalam bentuk kertas. Apakah anda melihat dosen di UIN Alauddin belum mampu menggunakan perangkat elektronik dalam proses perkuliahan maupun dalam proses bimbingan skripsi? Hampir semua dosen sudah mampu menggunakan alat pengolah kata berbasis tekhnologi, tetapi untuk memanfaatkan tekhnologi informasi dengan tujuan pengajaran saya kira itu masih perlu pelatihan untuk dosen-dosen. Karena bagaimana pun juga banyak dosen-dosen kita yang memulai karir secara akademik itu dimasa belum berkembang tekhnologi informasi seperti sekarang ini. Berharap memiliki keterampilan menggunakan alat elektronik saya kira masih agak sulit. Paling tidak yang paling pertama yang harus terlatih adalah mahasiswanya, jikalau mahasiswanya ternyata juga sudah mudah diajak memanfaatkan tekhnologi informasi dengan tujuan pembimbingan saya kira itu bisa. Saya sendiri di masa depan saya mau mahasiswa yang saya bimbing itu saya perbaiki skripsinya secara digital saja. Terkait pemaksimalan penggunaan kertas, yang biasanya hanya digunakan di satu sisi saja sedangkan disisi sebelahnya kosong. Bagaimana Anda melihat itu? Saya sewaktu di The Australia National kita dianjurkan untuk mencetak timbal balik. Skripsi, saya lebih setuju menggunakan kertas timbal balik, dan ini seharusnya menjadi aturan bahwa semua skripsi diprint out timbal balik dan seharusnya yang dicetak yang draf terakhir saja. Kemudian satu cara menghemat kertas

di lingkungan akademik adalah dengan mengurangi surat-surat dalam bentuk hardcopy melainkan via surat elektronik, lewat WhatsApp lebih mudah. Saat saya kuliah di luar negeri jarang sekali kita dapatkan surat dalam bentuk cetak. Baik untuk mahasiswa, dosen maupun pegawai. Melainkan semuanya dalam via email dalam bentuk PDF. Bahkan undangan untuk pertemuanpertemuan akademik itu tidak perlu lagi dicetak cukup via email saja itu mengurangi penggunaan kertas secara signifikan. Oleh karena itu saya menganjurkan itu dibicarakan secara akademik di tingkat universitas bahwa halhal yang akademik bisa dilakukan tanpa kertas bisa digunakan saat ini. Apakah pihak LP2M atau Pusat Kajian Agama Sains dan Tekhnologi sudah pernah mengusulkan efisiensi penggunaan kertas? Belum sampai saat ini, tapi saya mulai berpikir seperti itu. Saya akan mencoba melakukan sebuah kegiatan akademik semacam workshop atau seminar dan mengundang ahli Information and Technologi (IT) dan akademisi, hasilnya nanti sebuah rekomendasi kepada pimpinan universitas yang tujuannya meminimalisir penggunaan kertas, serta beralih menggunakan media online untuk kegiatan akademik. Bagaima anda melihat perhatian UIN Alauddin terhadap lingkungan? Isu lingkungan belum menjadi isu akademik terutama kampus kita sendiri. Memang tidak bisa merepresentasikan sebuah kepedulian terhadap lingkungan yang bersih. Selanjutnya isu lingkungan belum menjadi isu akademik misalnya setiap jurusan memiliki program studi lingkungan, tujuannya memberi kesadaran kepada mahasiswa betapa penting memelihara lingkungan. Sebagai keseluruhan usaha membangun dunia ini. Bahkan isu lingkungan menjadi isu penting dalam agama seperti jika merusak lingkungan sama dengan merusak agama. Menurut saya ke depan juga perlu ada studi pusat lingkungan hidup dibawah LP2M. Fungsinya adalah untuk mengkaji isu-isu lingkungan yang sedang berkembang. Kalau di kampus saya dulu jelas sangan bersahabat dengan lingkungan. Bersih, asri, sampah susah ditemukan, karna civitas akademiknya sadar akan kebersihan dan bebas rokok meski di ditaman-taman kampus. Selanjutnnya isu lingkungan menjadi isu yang penting dan menjadi kajian yang banyak diminati oleh mahasiswa *Asrullah


8

M

GAYA HIDUP

www.

washilah .com

Edisi 96 | Ramdhan 1437 Hijriyah | Juni 2016 Masehi

oney isn’t everything but everything needs money. Kalimat ini mungkin mewakili mengapa seseorang ingin berpenghasilan. Apalagi berpenghasilan diusia muda dengan cara merintis sebuah usaha. Hal itu juga yang dirasakan Rera begitu sapaan akrab gadis bernama lengkap Rezki Ramadhani Usman. Dengan memanfaatkan modal seadanya, ia tidak menyia-yiakan peluang yang ada. Menggandeng Nurul Fajriyah Daswar sahabatnya, ia tak sendiri menjalankan usahanya. Mereka adalah pemilik Pelangi RR, sebuah usaha yang memproduksi pakaian bagi para kaula muda. Berawal dari keresahan untuk mengenakan pakaian yang diinginkan setelah melepas seragam ungu hitam, jurusan Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Alauddin tersebut muncullah ide usaha. Dengan bermodalkan uang sebanyak Rp.700.000, Rera dan Riri memulai usahanya. “Saya berfikir, apa yang bagus dikerjakan ini. Setelah lepas baju ungu dan pusing juga mau pakai baju apa. Akhirnya, Riri ke toko kain dan hunting kain. Kita mulai dengan 10 buah dulu karena modal yang sedikit,” kata gadis yang kini berusia 21 tahun itu. Pelangi RR dirintis sejak September 2014 lalu. Memilih nama Pelangi karena tak asing lagi bagi mereka. Pasalnya, memiliki usaha dari keluarga yang menggunakan nama Pelangi. Agar mudah dikenal masyarakat, mereka memutuskan untuk mengubah nama menjadi pelangi RR yang diadopsi dari inisial nama meraka yakni, Riri dan Rera. Dengan memasarkan melalui media sosial seperti Instagram, Path dan Line official ia menganggap memiliki pangsa pasar online sendiri. Memiliki strategi sosialisasi hingga launching ternyata membuahkan hasil yang memuaskan. Alhasil, barang terjual habis. Berawal dari situlah semangat untuk berinovasi terus digalakkan. Awalnya hanya menjual baju dan rok, pada bulan ketiga mulai memproduksi jilbab yang menjadi produk andalan bagi Pelangi RR. “Kami (Rera dan Riri) mulai memikirkan lagi produk yang cepat. Coba untuk hunting kain jilbab dan ketika bertanya ke beberapa penjual ternyata kami yang paling pertama mengambil jenis kain itu untuk dibuat jilbab. Sekarang barulah banyak muncul den-

SUKSES BERWIRAUSAHA Dengan Rumah Produksi dan Galeri

Rera dan Riri, pemilik pelangi RR gan berbagai merek,” tutur alumnus SMA Negeri 21 Makassar itu. Tak hanya itu, prestasi terbesar dari Pelangi RR yaitu penjualan mencapai 1500 piece dalam satu bulan. Mereka juga menerima pesanan outer dan rok pesta dari pelanggannya. Dengan memaksimalkan potensi yang ada, omset dari usahanya mencapai 20 juta perbulan. Keuntungan tersebut kini menjadi aset bagi mereka. Hingga saat ini, mereka telah mempunyai lima mesin jahit, rumah produksi yang berada di Jalan BTP Kompleks Ruko Pelangi, Blok D/8 Makassar serta Gallery yang berada di Jalan Mustafa Dg Bunga, Perumahan Villa Mandiri Blok D/3 Gowa. Rumah Produksi dan Galeri ini yang digunakan untuk menjualkan produk. Mereka juga membolehkan pelanggan untuk dapat melihat langsung proses pembuatan produknya. Meski diakuinya, galeri yang ditempati saat ini masih disewa. Ia percaya, bahwa ketika pelanggan sudah percaya dan puas dengan produk yang dihasilkan maka dimanapun tempatnya akan

ditemukan. Terbukti dengan banyaknya pelanggan yang masih setia hingga Pelangi RR dijadikan sponsor pada beberapa kegiatan baik di dalam maupun di luar kampus. “Biar lorong-lorong kecil akan dicari ki’ dan terbukti sampai beberapa orang kesasar untuk dapatkan tempat kita,” ucap gadis kelahiran Rappang tersebut. Diakuinya dahulu sempat merasa kualahan jika ada orderan saat hujan. Kisah dukanya saat kain basah dan harus melapisi dengan kantong yang berlipat-lipat hingga ditilang pernah dirasakannya. Mereka telah banyak merasakan pahit manisnya menjalankan usaha. Saat ini mereka telah memiliki lima pegawai tetap. Kedepan Pelangi RR juga ingin membuat hak cipta agar tidak ada lagi plagiat dari produknya. Ia dan Riri bertindak di bagian marketing sedangkan ibu dari rekannya (Riri) adalah manajer mereka. Bagi Rera, calon pengusaha muda haruslah pintar-pintar mencari peluang dan juga konsisten dalam menjalankan usaha, jangan hanya berada di zona nyaman dan harus berani berinovasi.

BIODATA:

Ditinggal Orangtua Sejak SMP Tak melupakan tugasnya sebagai mahasiswi semester enam, usaha dan kuliahnya dapat ia jalankan dengan baik. Hingga Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) terakhirnya adalah 3,80. Sebagai anak yatim piatu Rera terbilang berhasil melalui masa-masa sulit dan dapat melanjutnya hidupnya dengan baik. Ditinggal Ayah ketika memasuki Sekolah Menengah Pertama (SMP) tentu membuatnya sangat terpukul. Setelah ditinggal Ayah, ternyata ia juga ditinggal oleh Ibunya. Seketika saat itu rasa bercampur aduk. Prestasinya sempat menurun, drop dan shock. Ia akui kekuatannya muncul dari dirinya sendiri untuk bisa menjadi lebih baik. “Pernah terpuruk hingga memikirkan hal-hal negatif, sempat terlintas yang sembarangan di pikiranku. Tapi, saya berpikir saya spesial jadi tidak mungkin Allah ambil dua orang ini kalau saya dan adik tidak cukup bekal,” ucap gadis berzodiak aquarius itu. Tak hanya itu, orang-orang terdekatnya juga tak berhenti untuk terus menyemangatinya. Salah sa-

tunya yakni rekan bisnis yang juga sekaligus sahabatnya itu, Riri. Ia juga pernah merasakan jatuh cinta hingga terlibat hubungan dengan seorang pria hingga tujuh tahun lamanya. Namun, diakuinya ia telah putus sejak Desember lalu. “Belum move on sih,” ungkapnya sambil tertawa. Namun dibalik keceriaannya, ada saudara perempuannya juga yang selalu mengingatkannya untuk tetap bertahan hidup bersama. Seperti dirinya, adiknya pun kini sudah dapat mandiri dengan bekerja di salah satu Koran Harian di Kota Makassar. Nia dan adiknya tinggal bersama neneknya yang juga masih membiayainya. “Saya tidak enak dengan nenek kalau menolak untuk dibiayai,” tutur gadis penyuka warna biru itu. Ia akui neneknya tak tahu menahu akan bisnis yang digelutinya. Ia tentu punya alasan banyak lagi akan hal itu. “Mau ka buktikan ki sama semua orang kalau anak yatim piatu itu bisa,” tuturnya. *Andriani

NAMA: REZKI RAMADHANI USMAN TEMPAT TANGGAL LAHIR : RAPPANG, 6 FEBRUARI 1995 JURUSAN : KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN (FKIK) UIN ALAUDDIN MAKASSAR NAMA : NURUL FAJRIYAH DASWAR TTL: SENGKANG, 21 AGUSTUS 1995 JURUSAN : KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN (FKIK) UIN ALAUDDIN MAKASSAR


washilah .com

9

SPESIAL MILAD

www.

Edisi 96 | Ramdhan 1437 Hijriyah | Juni 2016 Masehi

Cerita LIMA Washilah

Dari Masa ke Masa

Washilah - Jangan pernah lupakan sejarah, ungkapan yang dipopulerkan oleh Presiden RI pertama, Soekarno sepertinya sangat membekas dalam ingatan kader-kader salah satu Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) bernama Lembaga Informatika Mahasiswa Alauddin (LIMA) Washilah di UIN Alauddin Makassar. Betapa tidak, tepat pada 25 Mei 2016 LIMA Washilah berumur 31 tahun, di usia yang terbilang cukup dewasa tentunya lembaga ini telah mengukir banyak sejarah oleh para pendahulunya dan penting untuk diketahui oleh generasi penerus LIMA Washilah.

B

erikut ini adalah beberapa cerita dari beberapa tokoh yang berperan penting dalam sejarah perjalanan LPM LIMA Washilah hingga memasuki usia yang ke 31. Tahun 1985 pada bulan Mei, Waspada Santing, Hasanuddin Hamid dan Laode Arumahi mempunyai pikiran untuk mendirikan sebuah lembaga yang membidangi tulis menulis, dari diskusi panjang mereka lahirlah sebuah nama yang diberikan oleh salah satu Guru Besar Ahli Hadits, Prof Dr Muhammad Syuhudi Ismail yakni Washilah yang artinya penyampai. Tahun demi tahun berjalan, hasilnya juga tak begitu mulus. Banyak tantangan yang harus dilalui oleh mereka yang setia berproses di Washilah, salah satu tantangan terberatnya adalah pola pengkaderan yang dinilai lemah. Hingga di bawah kepemimpinan Yusuf AR, dibentuklah Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar (PJTD) sebagai diklat dasar perekrutan. Meski demikian, kerikil tajam masih saja mewarnai perjalanan Washilah sebab berselang beberapa waktu kader mulai melemah hingga dinyatakan vakum pada tahun 1995. Selama empat tahun setelah vakum, Prof Azhar Arsyad yang menjabat sebagai Rektor IAIN saat itu memberi lampu hijau kepada Washilah untuk dibangkitkan kembali. Melalui Pembantu Rektor III Prof Bahaking Rama, dia meminta Yusuf AR untuk mencari kader Washilah yang tersisa. Tahun 1999, Washilah bangkit dari tidur panjangnya. Di bawah kepemimpinan Arum Spink yang merupakan kader PJTD terakhir, Washilah mengalami penambahan nama menjadi Lembaga Informatika Mahasiswa (LIMA). Sejak saat itu, Washilah berhasil merangkak naik dengan merambah berbagai bidang. Sebut saja radio, fotografi dan media online dengan nama www.washilah. com. Perayaan milad-31 yang digelar beberapa waktu lalu di Training Centre, tak ayal kembali mengulik kisah lama yang terjalin bagi tiap generasinya. Prof Rasydiana Dilain kesempatan Rektor wanita pertama UIN Alauddin Makassar yaitu Prof Dr A Rasydiana, rektor yang menjabat pada periode 1985-1994 saat masih bernama IAIN. Prof Rasydiana juga merupakan mantan Wakil Rektor III dan menjadi saksi berdirinya Washilah pada saat itu juga bercerita panjang.

Prof Rasdiyanah menilai, UKM LIMA selama ini semakin berkembang dengan sendirinya dan tumbuh sesuai zamannya. “Pada awal berdirinya Washilah memang belum begitu maju, dan kita lihat kemajuannya sekarang. Sejak saya berhenti menjadi Rektor, menjadi Direktur Jendral (Dirjen) di Jakarta, saya tidak lagi mengikuti perkembangannya. Tapi setelah kembali, melihatnya begitu berkembang. Ternyata kaderisasinya jadi, secara estafet dari pengurus ke kepengurusan lainnya. Cuman saya tambahkan regenerasi yang dilakukan sebagai kegiatan kaderisasi diperkuat pembinaan bahasanya. Maksudnya bahasa asing, karena Washilah sebagai mitra dari media komunikasi yang diterbitkan oleh UIN. Kita tahu bahwa UIN ini banyak hubungannya dengan pihak luar terutama mancanegara,” ungkapnya. Prof Rasdiyanah mengapresiasi UKM LIMA yang telah memberikan informasi kepada publik, dan dalam rangka Milad ke31, Washilah perlu mewujudkan inovasi sebagai bentuk dari UKM LIMA yang “Berperadaban”. Namun menurutnya, Washilah juga harus menyediakan tempat pembinaan bakat menulis bagi mahasiswa. Prof Musafir Tak ketinggalan tentunya, bersama Rektor UIN Alauddin Makassar yang dilantik pada 2015 lalu, Prof Dr Musafir Pababbari MSi juga memberikan cerita singkat mengenai Washilah. “Washilah, koran kampus kita memberikan banyak kontribusi, dari tahun ke tahun sudah semakin bagus terutama dari segi manajemennya terbukti dari regenerasinya. Washilah kadang memberikan kritikan terhadap pimpinan dan juga mengangkat prestasi mahasiswa. Tapi ada satu kritikan, ketika ada masalah di masyarakat bukan berarti Washilah juga mengikuti opini masyarakat, harus berdiri tegak sesuai dengan pendiriannya,” kata Guru Besar bidang Sosiologi Agama itu. Baginya, peran Washilah dalam menaikan citra kampus melalui pemberitaan adalah hal yang patut diapresiasi. Sedikit berbicara mengenai tawuran, Prof Musafir meminta Washilah untuk berimbang dalam penyajiannya. “Harus berimbang, jangan dominan hal semacam itu sementara mahasiswa berprestasi cukup banyak, robotika kemarin, kejuaraan bela diri, dan kemudian yang debat di syariah,” katanya. Banyak menonjolkan aspek entertain-

ment juga menjadi kritikan penting yang disampaikan olehnya, sementara menurutnya fakta dalam berita yang aktual lah yang harus menjadi prioritas. “Apa yang diberitakan berdasarkan data dan fakta karena dalam pemberitaan harus jelas, faktanya apa, datanya apa, dan realitasnya apa,” ujarnya. Sebagai penutup, Prof Musafir menyarankan agar media Washilah tidak bergantung pada anggaran semata yang disediakan oleh pimpinan, melainkan mencari sumber-sumber dana dari luar sehingga bisa menutupi biaya lain utamanya cetak. *Fahri Setiadi / Fitri Ramadhani/ Nadhifa Risfa, / St Nirmalasari

PERSEPSI Washilah saya pikir ini media propaganda untuk menyatukan seluruh mahasiswa di UIN Alauddin

Muhammad Akbar Dema FAH

Semoga Washilah bisa semakin teliti dalam menyampaikan informasiinformasi dan semakin akurat.

Muhammad Hari Dema FSH Washilah sampai sekarang itu bagus, kerja samanya juga baik terbukti beberapa kegiatan kemarin selalu dihadiri temanteman di Washilah mulai dari Dema dan HMJ.

Muhammad Suhaebar Dema FST

Menurut saya, Washilah adalah media alternatif pendidikan yang saat ini mengglobal khususnya dunia kampus UIN.

Muh. Rasyid Ridha Dema FTK

Kehadiran Washilah sangat penting mengingat di zaman modern ini, kita tidak bisa terlepas dari peran media. Washilah juga merupakan basis transformasi wacana mahasiswa.

Saya maunya Washilah bisa berpihak pada kepentingan mahasiswa, masyarakat UINAM. Dalam artian, pemberitaan-pemberitaan itu harus berpihak kepada kepentingan mahasiswa.

Terus menciptakan kaderkader jurnalis yang bisa atau mumpuni dalam bidang jurnalis.

Apa yang diberikan Washilah kepada universitas selama 31 tahun terakhir ini adalah hal yang luar biasa.

Andi Faisal Dema FUF

Sulfika K Dema FDK

Samsuardi Said Dema FEBI

Al Ikhsanul Muhabbah Dema FKIK


10

SOROT

www.

Edisi 96 | Ramdhan 1437 Hijriyah | Juni 2016 Masehi

TERBENGKALAI,

Percetakaan UIN Butuh Optimalisasi Foto: Washilah/Muhaimin

Gedung Unit Usaha Penerbitan & Percetakan Alauddin University Press

G

edung itu nampak sepi dari aktifitas. Catnya yang berwarna krem mulai pudar dimakan usia. Begitu pula dengan jendela yang beberapa kacanya sudah terlepas. Tanpa papan nama, tak ada yang tahu jika gedung itu adalah Gedung Pusat Kewirausahaan Universitas Unit Penerbitan dan Percetakan Alauddin University Press. Gedung yang bertanggung jawab terkait masalah penerbitan buku, jurnal, fotokopi, dan konveksi yang ada di UIN Alauddin Makassar. Terletak di kampus I UIN Alauddin, gedung itu tampak

sudah mati dan jauh dari yang bisa disebut percetakan. Saat memasuki gedung berlantai dua saja, keadaan nampak tidak terawat dan berdebu. Hanya ada beberapa ruangan dengan rakrak setengah kosong. Namun jika melangkah ke lantai dua gedung, suasananya jadi lebih hidup. Bunyi mesin jahit dan kesibukan beberapa wanita bersama kain dan benang jahit dapat dijumpai disana. Begitulah suasana tempat percetakan di lantai satu dan tempat konveksi di lantai dua gedung. Pengelola Percetakan Sofyan Basir S Sos membenarkan mengenai kondisi Gedung

Percetakan saat ditemui di ruang Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK). Ia menyebutkan, bahwa gedung nampak tidak terurus karena akan digunakan untuk sementara waktu saja. Jum’at (20/05/2016) “Kondisi konveksi di atas dan percetakan di bawah memang keadaannya tidak begitu stabil karena katanya gedung itu mau dipindahkan. Percetakaan ini memang terlihat mati tapi sebenarnya tetap jalan, cuma karena status kami di sana sementara jadi seperti itulah keadaannya,” ungkap pria yang akrab disapa kak Obha itu.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa pembuatan buku jurnal tetap berjalan di tempat itu. Untuk konveksi sendiri, dia telah menangani dua orderan yaitu baju supir dan toga, adapun yang sementara akan dilakukannya adalah orderan baju almamater. Hal baru dari percetakan adalah tempat fotokopi yang dulunya ada di lantai satu, kini dipindahkan ke Gedung Kafetaria di kampus II. Demi memudahkan pegawai percetakan dalam menerima orderan fotokopi dan ATK. “Sekarang fotokopi sudah dipindahkan ke kampus dua yang letaknya ada di kafetaria, supaya teman-teman (karyawan) mudah untuk menerima orderan fotokopi dan ATK. Mereka sudah tidak perlu ke kampus satu lagi,” lanjutnya. Ditemui di tempat yang berbeda, Kepala Pusat Pengembangan Bisnis (P2B) Drs Syamsul Qomar M Thi membenarkan jika tempat percetakaan UIN saat ini memang tidak terawat. “Saya malah mau percetakan itu harus kotor. Kalau tidak kotor tidak ada kerjanya. Paradigma kita berbeda, biasa kita ingin bersih begini, nah itu artinya tidak ada pekerjaan. Saya maunya percetakan itu harus kotor, harus tidak terurus,” ujarnya saat ditemui di ruang Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK). Kamis (09/06/2016) Lebih lanjut, Syamsul Qomar membenarkan tentang adanya rencana pemindahan lokasi. Ini dikarenakan, gedung percetakan yang ada di kampus satu diperuntukkan untuk kegiatan rumah sakit dan Fakultas Kedokteran. Hanya saja, persoalan tempat kembali menjadi kendalanya. “Sampai sekarang kan gedungnya tidak ada. Belum ada informasi untuk tempat percetakan. Karena itu sekarang

washilah .com

kami lebih fokus untuk mengoptimalkan yang namanya Kerja Sama Operasional (KSO),” tuturnya. Masalah peralatan untuk bagian percetakan sendiri, sudah sejak lama tidak difungsikan karena kurangnya sumber daya manusia untuk mengoperasikan alat-alat tersebut. Inilah yang membuat P2B memutuskan untuk melakukan mitra dengan pihak luar dalam proses percetakannya. “Percetakan ada mesin cetaknya, fotokopinya, mesin sablonnya, ternyata semua itu tidak ada yang bisa dipakai,” ujarnya. Lebih lanjut, Syamsul Qomar mengungkapkan bahwa untuk optimalisasi kerjasama dengan pihak luar, P2B akan melaksanakan reposisi untuk orang-orang yang ada di dalam unit percetakan. Hal ini dilakukan guna mengoptimalkan kinerja percetakan sehingga bisa menghasilkan 200 juta setahun. “Dimulai di tahun ini saya mau optimalkan kerjasama itu, jadi setelah Ramadhan orang-orang (P2B) yang ada di unit percetakan, akan dilakukan upaya reposisi,” tuturnya. Diakuinya, rencana tersebut merupakan petunjuk dari Wakil Rektor II Bidang Administrasi dan Keuangan Prof Lomba Sultan sebagai usaha optimalisasi. Meski saat ini penghasilan dari percetakan hanya dikisaran beberapa juta saja, Syamsul Qamar berharap impiannya menghasilkan 200 juta dalam setahun dari hasil percetakan tersebut bisa benarbenar terwujud. “Semoga peercetakan dengan menggunakan KSO ini lebih berdaya guna sehingga di tahun 2017, bisa mencapai target 200 juta,” tutupnya. *Nur Zahra Azizah

KEKURANGAN DOSEN AHLI

Dosen Luar Biasa Jadi Pembimbing Washilah--Kualitas dalam penelitian skripsi tak terlepas dari keberhasilan pembimbing. Pemilihan pembimbing yang sesuai dengan bidang keilmuan yang dibimbing akan membuat skripsi layak dan berbobot. Mengingat diterimanya penelitian skripsi oleh penguji adalah tanggung jawab pembimbing. Wakil Dekan (WD) I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Dr Muljono Damopolii MAg berpendapat bahwa pemilihan dosen pembimbing tidak sekadar main tunjuk, ada aspek yang perlu diperhitungkan dalam pemilihan dosen pembimbing agar penulisan

skripsi memenuhi kelayakan. “Aspek yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dosen pembimbing, salah satunya adalah dosen tersebut punya keahlian dengan judul penelitian mahasiswa tersebut,” tuturnya Kamis (12/05/2016). Penunjukan dosen pembimbing adalah hak prerogatif dari dekan yang kemudian didelegasikan kepada Ketua Jurusan (Kajur). Sedangkan untuk kuota yang dibimbing diberikan hak penuh kepada pembimbing. Berapa pun mahasiswa yang dibimbing tergantung kesiapan dari dosen pembimbing. “Ketika dosen tidak setuju

atau sudah merasa cukup dengan bimbingannya, maka dosen bisa melakukan dua hal. Pertama adalah tindakan informal, yaitu memberi tahukan kepada ketua jurusan atau yang kedua adalah tindakan formal, yaitu menyurat kepada dekan,” lanjutnya. Kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) di fakultas, berpotensi besar Dosen Luar Biasa (DLB) ditunjuk sebagai pembimbing. Walaupun pemilihan DLB tersebut diperlukan beberapa pertimbangan dalam penunjukannya. WD I Fakultas Adab dan Humaniora (FAH)

Dr Abdurrahman R MAg mengatakan, pemilihan dosen pembimbing DLB harus melihat apakah sesuai bidang keilmuan dengan topik penelitian mahasiswa. “Kita perlu kedepankan SDM. Pertimbangan selanjutnya, apabila DLB tersebut sangat berkompeten dengan judul penelitian mahasiswa,” katanya saat ditemui di ruangannya. Dalam buku Pedoman Edukasi, menurut keputusan Rektor UIN Alauddin Makassar Nomor 129 C Tahun 2013 pasal 61 mengenai Pembimbing Skripsi, tercantum dalam poin ketiga yang berbunyi bahwa

dosen tidak tetap atau dosen non PNS yang memiliki keahlian tertentu dapat ditunjuk sebagai pembimbing. Dosen tetap pada fakultas yang bersangkutan lebih diprioritaskan, agar Beban Kerja Dosen ( BKD) harus memenuhi minimal 12 Satuan Kredit Semester (SKS). Senada dengan hal tersebut, Dr muljono mengatakan bahwa dosen fakultas harus memenuhi BKD. “DLB bukan tidak boleh membimbing skripsi, namun prioritas utamanya adalah dosen fakultas, agar BKD nya terpenuhi,” tutupnya. *Sahi Al Qadri


washilah .com

Edisi 96 | Ramdhan 1437 Hijriyah | Juni 2016 Masehi

CBT, MENTORING Belum Maksimal Washilah- Pembangunan karakter sangat diperlukan karena merupakan kunci keberhasilan bagi setiap individu. Bukan hanya di Perguruan Tinggi saja, melainkan juga di lingkungan sosial. Hal itu memang telah disepakati dan diperjelas melalui Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

K

eberadaan CBT yang merupakan bagian dari Character Building Program (CBP), memposisikan dirinya sebagai alat dan bukan tujuan. Begitulah pandangan Dr Abdullah yang juga sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik. Ia mengatakan pembentukan karakter mahasiswa tidak ditentukan seberapa besar pengaruh CBT, melainkan seberapa kuat kerjasama mentor CBT dan Penasehat Akademik (PA) dalam membimbing mahasiswa. “Para mentor, harus melakukan pendekatan dengan melalui kerjasama dengan Penasehat Akademik. Agar mahasiswa itu tidak hanya berkomunikasi pada saat penandatanganan KRS, tapi minimal mahasiswa itu harus melakukan konsultasi,” tuturnya. Pola CBT Mengharapkan kemaksimalan program CBT dan mencetak alumni yang punya karakter yang baik, tentunya tak terlepas dengan pola-pola yang diterapkan. Akan tetapi pola-

pola yang diterapkan oleh CBT juga tak sedikit menuai kritik dan saran dari berbagai pihak. Pembangunan karakter selama tiga hari dengan asupan materi relasi diri dengan sang pencipta, lingkungan sosial serta diri sendiri ini dinilai masih sangat kurang. Tidak hanya itu, follow up yang diwajibkan kepada alumni selama 40 hari dengan membawa resolusi untuk ditandatangani mentor sebanyak lima kali harus dikontrol secara berkala dan dimaksimalkan. “Mentoring inilah yang sangat menetukan. Supaya kami memperbaiki karakter utamanya yang berkaitan dengan empat relasi itu. Inilah yang disebut mentoring 40 hari. 40 hari itu diharapkan mahasiswa bertemu dengan mentornya sebanyak lima kali, setelah itu akan mendapat sertifikat,” jelas Direktur CBP Dr Sohra MAg. Namun, tak jarang beberapa mahasiswa yang malas melakukan mentoring menggunakan jalan kecurangan dan malah merugikan diri sendiri. Yakni melakukan pemalsuan tandatangan mentor di dalam resolusi dan mengaku telah melakukan pertemuan

SOON{

COMING

11

SOROT

www.

Konferensi

Dimana logikanya mahasiswa kita harus didik dalam jangka waktu tiga hari DR SOHRA M. AG DIREKTUR CBP

secara berkala. Mahasiswa yang mencoba melakukan hal tersebut dianggap telah gagal sebagai alumni CBT. “Kami sering menemukan hal tersebut (pemalsuan tandatangan) dan ketahuan. Saya mengatakan CBT ini belum berhasil kalau ternyata mahasiswa punya mental seperti itu,” ungkapnya. Jika mereka terbukti telah melakukan kecurangan, lanjut Sohra, pihaknya tidak akan memberikan sertifikat sebelum resolusi tersebut dituntaskan. Perilaku Mahasiswa Peran mahasiswa sebagai agent of change tidak diragukan lagi, sebab mahasiswa tampil

}

Perpustakaan Digital

......................................... Kerjasama Perpustakaan Republik Indonesia dengan UIN Alauddin Makassar ......................................... Tempat Pelaksanaan: Hotel Singgasana

Indonesia 9

sebagai pembaharuan dalam suatu negara. Oleh karena itu, mahasiswa harus memiliki sikap dan perilaku yang positif. Inilah yang diharapkan para dosen pembimbing utamanya Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan. Seperti yang dikatakan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Dr Syaharuddin MPd. “Kami sangat mengharapkan mahasiswa memiliki perilaku yang positif dan dapat memberi contoh bagi yang lainnya. Apalagi di fakultas tarbiyah yang notabene adalah caloncalon guru,” katanya. Di sisi lain, lanjut Syaharuddin, perilaku mahasiswa seperti, tawuran, tidak menjalankan shalat lima waktu, melakukan pergaulan bebas, berdua-duaan dengan lelaki yang bukan mahram, merupakan perilaku yang buruk. Solusi Solutif Melihat hal tersebut Abdullah punya solusi solutif. Berbeda dengan mentor yang lain, ia mencoba cara yang lebih dekat kepada mahasiswa. “Saya ingin melakukan mentoring selesai sholat duhur dan ashar setiap minggu. Karena saya mau melihat bagaimana konsistensi mereka, apakah telah mengimplementasikan keempat relasi itu. Misalnya ingin meningkatkan kualitas ibadah dalam hal ini sholat,” jelas Abdullah. Abdullah tidak hanya mengontrol mahasiswa di kampus, tetapi juga di rumah melalui telepon. Dengan begitu, ia dapat memahami kondisi mahasiswa secara universal. Menurutnya, setiap materi yang diberikan tak cukup jika hanya satu orang melainkan dapat dibawakan oleh tiga orang pemateri dengan berbagai

aspek yang berbeda. “Misalnya relasi diri dengan lingkungan. Alangkah baiknya jika dapat diambil dari aspek kesehatan, aspek hukum atau aspek psikologi dengan pemateri-pemateri yang berbeda,” usul Dosen Filsafat Fakultas Ushuluddin ini. Tanggung Jawab Kampus Bobroknya perilaku mahasiswa di kampus eks IAIN Alauddin ini, tidak sematamata dilimpahkan kepada CBT melainkan seluruh komponen yang ada di kampus juga terlibat. Artinya, perilaku mahasiswa merupakan tanggung jawab bersama. Hal tersebut ditekankan oleh Dr Sohra. Ia mengatakan mahasiswa yang telah mengikuti CBT, harus ditindaklanjuti oleh pihak fakultas, khususnya Penasehat Akademik agar konsultasi mahasiswa terus bersinergi dan berkelanjutan. “Jangan kira kami ini yang sepenuhnya bertanggung jawab. Kami telah melatih itu selama tiga hari. Dimana logikanya mahasiswa kita harus dididik dalam jangka waktu tiga hari. Jadi untuk aplikasinya itu perlu ditindaklanjuti oleh pihak fakultas,” katanya. Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum ini berharap agar pembinaan dapat dilakukan secara maksimal. Oleh karena itu, tentunya membutuhkan anggaran yang cukup besar. “Jadi saya berharap seluruh komponen dalam lingkungan UIN Alauddin ini, baik fakultas maupun wakil dekan III kemudian jurusan sampai ke PA, tentunya kita berharap bahwa semua memiliki rasa tanggung jawab untuk memelihara apa yang anak-anak bawa dari CBT,” tandas Dr Sohra.

Pimpinan Fakultas Syariah dan Hukum

Mengucapkan Selamat

Kepada: .......................................................

Ikatan Penggiat Peradilan Semu (IPPS) UIN Alauddin Makassar ................................................

Atas

Kemenangannya Merebut Piala Lacia Marsuki, pada Lomba Gebyar Konstitusi 2016 Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

*Nurfadilah Bahar


12

MIMBAR

www.

washilah .com

Edisi 96 | Ramdhan 1437 Hijriyah | Juni 2016 Masehi

Memperbaiki Generasi Lewat CBT Ilustrasi: Washilah/Ashari Prawira N

Oleh: Muh. Galang Pratama

B

aru-baru ini, kita dapat menyaksikan bagaimana wajah media baik lokal maupun nasional tak henti-hentinya menampilkan aksi kekerasan terhadap remaja. Melihat fenomena tersebut, banyak pihak yang merasa khawatir, sebab pelaku yang juga mayoritas berusia remaja dikatakan telah mengalami kerusakan moral sehingga akan berpengaruh pada diri generasi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Banyak faktor yang mendasari hal tersebut. Namun, salah satu penyebab maraknya kejahatan yang dilakukan anak muda ini adalah karena belum diterapkannya secara universal pembelajaran moral dalam sistem pendidikan nasional. Dewasa ini, sistem pendidikan yang dijalankan sudah tidak lagi membuat pelajar menjadi intensif dalam proses belajar di kelas. Pelajar lebih senang berada di luar kelas dengan sistem yang aplikatif. Hal inilah yang semestinya menjadi bahan renungan buat para pendidik. Dibutuhkan kerjasama antara orang tua, guru, pakar pendidikan dan yang terpenting sebagai pemilik kebijakan adalah perhatian dari pemerintah. Menelisik lebih jauh, kasus yang menggerogoti kaum remaja saat ini dapat dikaitkan dengan perkembangan karakter pada diri generasi muda. Karakter atau sikap yang ada dalam diri seorang pemuda, saat ini sedang mengalami dekadensi moral. Mestinya kita telah menyiapkan generasi muda untuk dapat bertarung di ajang MEA ini, apalagi Makassar dan utamanya Provinsi Sulawesi Selatan juga menjadi salah satu destinasi utama bagi para pelancong dari nasional maupun dari mancanegara. Tetapi, tentu satu hal yang mesti diperhatikan adalah bahwa

jaminan keamanan menjadi pertimbangan penting betahnya seseorang tinggal di kawasan tertentu. Sebab rasa aman (security) merupakan salah satu hak asasi yang harus diperoleh atau dinikmati setiap orang. Bahkan dalam UUD 1945 Pasal 28G ayat 1 disebutkan: “Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.� Data jumlah kejahatan yang dilaporkan Polda Sulawesi Selatan setidaknya terdapat 17.124 kasus dan Sulsel menempati urutan ke empat provinsi tertinggi dalam tindak kejahatan di Indonesia (Sumber: Kriminalitas BPS 2014). Begitu pula dari hasil asesmen yang telah dilakukan oleh PMI (2013) didapat sebuah kesimpulan

bahwa lebih dari 65% remaja memiliki masalah di keluarga seperti masalah keuangan, masalah perceraian orang tua dan anggota keluarga meninggal. Hal tersebut akan berdampak pada banyaknya permasalahan yang timbul, seperti penyalahgunaan alkohol, obat-obatan, dan senjata, ketidaksetaraan gender, diskriminasi dan pengucilan, kekerasan terhadap normanorma budaya, kemiskinan dan kesenjangan akses ekonomi, lemah atau tidak adanya sistem pendukung, dan toleransi terhadap penyalahgunaan kekuasaan. Pendidikan Karakter Salah satu amanat dari Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Azzet (2011: 68) mengatakan bahwa sesungguhnya tidak ada alasan lagi bagi siapapun yang peduli dengan pendidikan di Indonesia untuk tidak mengembangkan pendidikan karakter. Bicara pendidikan karakter berarti bicara tentang apa wadah dalam mewujudkan hal itu. Salah satu yang penting saat adalah pengembangan dalam bentuk pelatihan pembangunan karakter atau Character Building Training (CBT). Metode CBT Menurut Prof. Marwah Daud Ibrahim dalam bukunya Mengelola Hidup dan Merencanakan Masa

Depan (MHMMD), bahwa terdapat empat dimensi yang harus dimiliki oleh setiap orang agar bisa sukses dalam hidup. Empat dimensi yang ia maksud yakni Iman, Amal, Ilmu dan Akhlak. Hal inilah yang terkandung dalam QS Al-Ashr [103] : 3, alladzina amanu wa amilusshalihati watawasau bil haqqi watawasau bis-shabri yang terjemahnya “orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.� Jika ayatnya dijabarkan maka dihasilkan empat dimensi kecerdasan manusia. Pertama, orang-orang yang beriman mencerminkan iman (Spiritual Quotient), mengerjakan amal saleh mencerminkan amal (Adversity Quotient), saling nasihat dalam kebenaran merupakan pencerminan dari ilmu (Intelligence Quotient) dan saling nasihat dalam kesabaran merupakan pencerminan dari akhlak (Emotional Quotient). Inilah pola yang dikembangkan oleh presidium ICMI tersebut dalam pembinaan karakter pada program CBT di kampus UIN Alauddin Makassar. Sejak tahun 2012 hingga tahun 2016, program CBT setidaknya telah menghasilkan alumni lebih dari 10.000 peserta. Dan saat ini program CBT masih terus berjalan di UIN Alauddin meski dengan beberapa kekurangan di antaranya persoalan dana. Dalam CBT, peserta dilatih oleh mentor-mentor berpengalaman dari kalangan dosen. Para mentor CBT yang terpilih tersebut telah lulus dalam TOT atau Training of Trainer. Beberapa dari mentor juga telah menulis buku panduan yang diajarkan dalam CBT tersebut. Sehingga bukan tak mungkin jika output generasi yang akan dihasilkan dari pembangunan karakter ini memiliki kecerdasan yang mumpuni, karakter kuat, bermoral, sekaligus berakhlak mulia. Terakhir kita berharap agar dekadensi moral para pemuda bisa segera teratasi di masa yang akan datang dan mimpi untuk menghasilkan masyarakat madani (civil society) bukan hanya menjadi angan semata. Semoga! Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Hukum Pidana dan Ketatanegaraan Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Alauddin Makassar

Redaksi menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen dan puisi. Naskah bisa dikirim ke washilahonline@gmail.com atau diantarkan langsung ke redaksi.


BUDAYA

www.

washilah .com

Edisi 96 | Ramdhan 1437 Hijriyah | Juni 2016 Masehi

AN-NADZIR

Berdiri Tegak di Atas Perbedaan Sore itu langit mendung tak seperti biasa, beriringan dengan hujan yang turun aku dengan sepeda motorku menembus dinginnya udara petang itu. Tak sendiri tentunya, bersama seorang teman kami berboncengan menuju satu tempat yang tak jauh dari kampus. Di tepi Danau Mawang Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan tepatnya, daerah terpencil yang terletak beberapa kilometer dari Kota Makassar. Berbekal alamat yang diberikan salah satu teman seraya bertanya pada sejumlah warga yang kami temui disepanjang jalan. Tak mudah menemukan tempat itu, dengan jalan berbatu, lumpur dan semak belukar di kedua sisi jalan membuat kami sedikit kesulitan. Melihat cahaya yang siap kembali ke peraduan sempat membuat kami berpikir untuk kembali namun urung. Dan saat itulah kami melihat seorang wanita dengan sepeda motornya melintas, pakaian yang dia gunakan adalah ciri orang yang kami cari sejak tadi. Dengan kain hitam longgar yang menutupi tubuh dan wajahnya. Itu dia, Jemaah An-Nadzir. Kelompok Islam yang seringkali dipergunjingkan karena paham mereka yang berbeda dari umat Islam kebanyakan. Melihat kami yang masih sibuk mencari, seorang pria lantas menegur kami. Pria berumur 40-an dengan janggut panjang, mengenakan sarung dan kaus abu-abu yang agak kusam serta peci berwana putih. Tak ada senyum diwajahnya saat itu hingga kami menghampiri dan memberitahunya tujuan kedatangan kami, barulah dia tersenyum kemudian. Ternyata mereka tak sekaku yang kami pikirkan. “Biasanya dia pergi, malam baru pulang,” jawabnya ketika kami bertanya letak rumah sang pimpinan An-Nadzir. Kami mengangguk meski kecewa, namun tak lama dia melanjutkan. “Tapi coba jalan terus, mungkin ada,” lanjutnya lagi. Tak ingin pulang dengan tangan kosong, kami memilih berpamitan pada sang pria dan melanjutkan perjalanan. Tak jauh dari tempat itu, kami bertemu lagi dengan seorang wanita yang menunjuk sebuah rumah panggung berlantai satu dengan inte-

rior kayu yang dominan, layaknya rumah-rumah pada umumnya di pemukiman itu. Kami tersenyum sumringah dan kembali berpamitan. Setelah memarkir motor di sisi kanan rumah lanjut menyapa si empunya rumah. Dia adalah istri dari Ustad Lukman bernama Fatmawati yang kemudian menyambut kami dengan hangat. Matanya agak sayup saat menatap kami sambil mengajukan beberapa pertanyaan seputar maksud kedatangan kami ke rumahnya. Tak lama, barulah ia masuk dan memanggil pria yang kami cari sejak tadi. Namanya Lukman A Baki, wakil pimpinan rupanya saat ia mulai memperkenalkan diri. Jubah panjangnya berwarna hitam sebatas betis, dengan syal hijau dan sorban berwarna senada. Seperti pria umumnya di wilayah itu dengan janggut dan rambut panjang berwarna kecoklatan. Saat menghampiri kami di ruang tamunya, dia duduk di atas sofa yang bersebrangan dengan meja kaca sebagai sekat. Mengenal Paham An-Nadzir “Sebenarnya saya bukan pimpinan. Saya selalu diminta sama Ustadz Rangka berbicara setiap kali ada orang yang ingin mencari tau tentang An-Nadzir,” tuturnya tenang. Sambil meneguk teh manis hangat yang disediakan sang istri dia pun bercerita. An-Nadzir, merupakan arti nama dalam Al-Quran yang berarti pemberi peringatan. Dibentuk oleh K H Syamsuri Abdul Madjid pada 1998 yang kemudian membentuk komunitas dakwah bernama Jundullah, beberapa tahun berselang nama itu mendapat protes dari salah satu ormas yaitu Laskar Jundullah hingga berubah dengan nama yang dikenal sampai saat ini. Ada begitu banyak perbedaan yang mencolok dari kelompok An-Nadzir, hingga tak jarang mereka dituding sebagai bagian dari Syiah dan aliran sesat lainnya. Kendati demikian, Lukman A Baki dengan tegas meyangkalnya. “Banyak orang yang berfikir seperti itu, kami bukan bagian dari syiah dan pedoman kami adalah Al Quran dan Hadits,” terangnya. Sebut saja An-Nadzir yang ter-

catat sebagai kelompok pelaksana shalat Idul Fitri tercepat, tidak melaksanakan shalat tarwih pada bulan Ramadhan, zakat fitrah yang dilaksanakan setelah baligh, serta pelaksanaan shalat Duhur dan Ashar yang berdekatan. Kelompok An-Nadzir percaya, jika waktu pelaksanaan shalat dilakukan dengan melihat bayangan dan tidak berpatok pada jam kecuali jika matahari tertutup awan. Terkait waktu shalat, Lukman banyak menegaskan poin penting dengan berbagai landasannya. Dia menyebut beberapa negara Islam di timur yang kemudian menerapkan jam matahari sebagai patokan waktu beribadah. Meski bermukim di tempat terpisah dengan warga lainnya, kelompok ini tak serta merta menutup diri dari lingkungan luar. An-Nadzir bukanlah kelompok kecil, melainkan kelompok yang tersebar di seluruh Indonesia termasuk Sulawesi dengan lebih dari 100 kepala keluarga di daerah Mawang, mengelola lebih dari dua hektar lahan untuk pertanian juga peternakan. Ruang lingkup perputaran ekonomi kaum AnNadzir terbilang matang hingga tercatat sebagai penghasil puyu terbesar di Indonesia. Memilih bermukim di tempat yang jauh dari pusat keramaian juga bukan tanpa alasan. Bagi Lukman, daerah terpencil diperuntukan agar mereka lebih fokus dalam menjalankan perintah Allah sebagaimana hadits yang disampaikan. “Dalam hadits nabi, dijelaskan kemunculan 313 orang yang membumikan Islam dari belahan timur,” ujarnya. Menyinggung perihal pendidikan, kelompok ini rupanya juga memiliki pandangan yang berbeda. “Anak-anak di sini Home Schooling, diajarkan orangtua, kami tetap melihat kurikulum yang digunakan di luar,” katanya lagi. Tidak buta huruf dan angka, setidaknya itulah keinginan kaum An-Nadzir dalam mendidik generasinya. Di sela-sela wawancara kami, suara adzan terdengar dari masjid di pemukiman warga lain dan

langsung ditepis olehnya, “lihat, shalat maghrib dilakukan saat langit masih terang. Ini salah, shalat maghrib yang seharusnya saat ada garis kemerahan di langit,” lanjutnya. Ditentang Banyak Pihak Lukman A Baki banyak bercerita pada kami hari itu, sering kali kadua tangannya bergerakgerak seiring dengan ucapannya yang amat tenang. Mata hitamnya menatap kami lurus-lurus saat deretan kalimat terlontar dari mulutnya satu per satu. Tak jarang malah, sejumlah pemuka agama mendatangi mereka dan menghujat mereka sebagai ajaran yang sesat. Tak ingin dijatuhkan, mereka justru menentang dengan berbagai argumen dan paham

13 yang mereka yakini sejak dulu. Paham kelompok ini memang telah lama disoroti oleh sejumlah ormas Islam, Kementrian Agama bahkan tuduhan sebagai teroris sekalipun. Perbedaan pemahaman dengan berbagai landasan diakuinya sebagai bentuk dakwah yang sudah seharusnya menjadi pedoman orang banyak. Di akhir wawancara kami, dengan tegas Lukman berujar, “catat ini!,” titahnya kepada kami dengan intonasi yang pelan namun dalam. Dengan tatapan tajam dia menatap kami tanpa kedip sekalipun hingga suaranya terdengar kembali. “Sudah tertutup... pintu taubat,”. *Fadhilah Azis

Foto: Washilah/Asrullah


14

www.

washilah .com 2

1

3

Daftar Ulang Calon Mahasiswa Baru

Setiap tahun, seluruh perguruan tinggi di Indonesia menerima mahasiswa baru. Tak terkecuali UIN Alauddin Makassar. Tahun ini, kampus hijau membuka lima jalur tes masuk perguruan tinggi. Salah satunya ialah Seleksi Prestasi Akademik Nasional Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (SPAN-PTKIN). Pengumuman jalur SPAN-PTKIN telah diumumkan. Kini peserta yang namanya terpampang dalam daftar kelulusan mulai melakukan pendaftaran ulang. Berikut potret calon mahasiswa baru yang melakukan pendaftaran ulang jalur SPAN-PTKIN yang berhasil direkam oleh Rosida Ibrahim fotografer washilah beberapa waktu lalu. 1. Seorang calon mahasiswa ketiduran saat antri untuk melakukan pendaftaran ulang SPAN-PTKIN. 2. Sebuah tenda didirikan sebagai tempat antrian pendaftaran ulang SPAN-PTKIN di Rektorat beberapa waktu yang lalu. Tenda ini didirikan untuk mengantisipasi turunnya hujan. 3. Sejumlah calon mahasiswa berdesakan saat melakukan pendaftaran ulang SPAN-PTKIN di Rektorat. 4. Calon mahasiswa menunggu panggilan saat melakukan pendaftaran ulang SPAN-PTKIN di Rektorat. 5. Seorang calon mahasiwa baru memerhatikan berkas pendaftaran ulang.

4

5


washilah .com

Edisi 96 | Ramdhan 1437 Hijriyah | Juni 2016 Masehi

Foto: Washilah/Muhaimin

EKSIBISI EKSIBANAT. Cabang Teater UKM Seni Budaya eSA saat tampil dalam acara Eksibisi Eksibanat XIX dengan tema “seNIlai Berkarya” di Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) beberapa waktu yang lalu. Dalam acara ini PKM dipenuhi oleh penonton hingga di lantai tiga.

Tanpa KKNI, Ijazah Bukan Jaminan

B

akal ada aturan baru yang diterapkan pihak kampus. Ijazah kini tidak ada nilainya, jika tanpa SKPI yang berisi sub skill, kegiatan mahasiswa di organisasi kemahasiswaan, pelatihanpelatihan, kegiatan ekstra, dan prestasi lainnya. Tiap tahun, UIN Alauddin Makassar mencetak lebih dari 2.000 wisudawan. Dengan membawa toga dan map, para alumni berlomba-lomba mendapat momen terbaik di hari kelulusan, pun dengan gelar akademik sebagai simbol kebanggaan. Menduduki jenjang perguruan

15

LIPSUS

www.

tinggi selama ini dianggap sebagai jembatan penghubung menuju dunia kerja. Hal ini jelas, menuntut setiap universitas untuk mawas diri dalam mempersiapkan alumninya. Tak terkecuali bagi kampus hijau yang berdiri sebagai satu dari tiga universitas negeri di Makassar. Wakil Rektor Bidang kademik Prof Mardan M Ag memberi penjelasan terkait perubahan standar kurikulum yang akan diterapkan saat ditemui di ruangannya. “Akan ada perubahan kurikulum berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI),” ujarnya

(22/04). Di bawah naungan Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) penerapan kurikulum tersebut ditujukan untuk menyandingkan, menyelaraskan, dan mengintegrasikan antara produk pendidikan yang dikembangkan di UIN Alauddin, dengan hasil pelatihan dan lapangan kerja dari seluruh instansi. KKNI menjadi jembatan antar sektor pendidikan dan pelatihan pembentuk Sumber Daya Manusia (SDM) nasional berkualitas dan bersertifikat melalui skema pendidikan

RISET Saat menjalani proses ujian skripsi, sebahagian mahasiswa UIN Alauddin melakukan tradisi yaitu membawa parcel untuk diberikan kepada penguji, pembimbing dan lain-lain. Melihat hal ini yang bukan menjadi kewajiban mahasiswa. untuk mengetahui respon tersebut dilakukanlah riset. Riset yang dilakukan dengan menyebar angket sebanyak 800 lembar untuk dibagikan kepada mahasiswa, dengan rincian 100 lembar setiap fakultas. *Fahri Setiadi/ Bidang Riset

>Apakah anda setuju membawa parcel saat ujian tutup skripsi?

formal, non formal, in formal dan pelatihan kerja atau pengalaman kerja. Sesuai dengan peraturan presiden tahun 2012 no 8 terkait KKNI maka ijazah yang dikeluarkan bersama dengan Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) berisi sub skill prestasi yang pernah dicapai selama kuliah. “Jadi ketika akan bekerja, instansi akan melihat daftar pengalaman kerja, atau pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti,” tambahnya. Awal Penerapan Meski aturan tersebut sudah diberlakukan oleh Kemenristekdikti pada 2013 lalu, namun UIN Alauddin rupanya baru akan menerapkan sistem tersebut pada tahun ajaran baru September mendatang. Hal ini dibenarkan oleh Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan (AKK) Dra Nureni Gani MM bahwa Peraturan Menteri Agama (PMA) memang baru dikeluarkan. “Sejak tahun 2013 draft-nya dibuat oleh Kementrian Agama (Kemenag) tapi awal Januari baru masuk,” ujarnya. Terkait penyusunan, menurut Prof Mardan telah dilakukan dengan melibatkan seluruh Wakil Dekan I serta jajaran ketua jurusan pada delapan fakultas untuk duduk bersama. Adapun mata kuliah yang nantinya akan disusun berdasarkan lapangan kerja dan tidak lagi melahirkan mata kuliah yang tidak berkaitan dengan jurusan tersebut. Persiapan PTN di Makassar KKNI saat ini memang masih gencar disosialisasikan ke berbagai perguruan tinggi termasuk UIN Alauddin, serta diharapkan menjadi senjata ampuh untuk mencetak lulusan-lulusan yang berkompeten dan mampu bersaing. Kendati demikian, sebelum itu dua universitas negeri di Makassar yakni Universitas Hasanuddin (Unhas) dan Universitas Negeri Makassar (UNM) rupanya telah lebih dulu mencanangkan program persiapan alumni ke dunia

>Berapa dana yang anda keluarkan untuk belanja parcel?

kerja. Lewat program Sarjana Mengajar Terdepan, Terluar, Tertinggal (SM3T) UNM membentuk tenaga pendidik untuk terjun langsung ke wilayah-wilayah tertentu selama satu tahun, barulah kemudian diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hal ini ditanggapi langsung oleh Kepala Bagian Akademik (Kabag) UNM Muhammad Nur. “Rata-rata mereka yang ikut disana akan memilih menetap dan terangkat sebagai PNS setelah satu tahun bekerja,” katanya. Hal ini menjadi perlu, mengingat UNM adalah universitas berbasis pendidikan yang wajib untuk mempersiapkan para alumninya sebagai tenaga pendidik. Berbeda namun sejalan, Unhas rupanya juga memiliki langkah jitu dalam mempersiapkan alumninya. Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Unhas Dahlan Abubakar menjelaskan, jika pihak kampus mencanangkan program Job Placement Centre (JPC). Program tersebut merupakan bentuk kerjasama dengan berbagai perusahaan luar untuk kemudian merekrut para alumni dan berkontribusi. “Mahasiswa yang keluar sudah tersistem, perusahaan yang masuk dan bekerjasama dengan kami otomatis membuka lowongan kerja dan mahasiswa bisa memilih,” ujar pria yang saat ditemui mengenakan kemeja putih itu. Dahlan juga tak menampik jika ada mahasiswa yang kemudian memilih untuk jalan sendiri atau dengan kata lain mencari pekerjaan sendiri tanpa memilih satu dari perusahaan yang telah disediakan. Tak hanya JPC, Unhas juga memberikan keterampilan tambahan yang kemudian masuk ke dalam SKS dalam bentuk ekstrakurikuler bagi mahasiswa baru. Pemilihan keterampilan tersebut mengacu kepada minat mahasiswa yang berbeda dengan jurusan yang diambilnya. *Fadhilah Azis

>Apakah anda setuju parcel dihapus?


16

INSPIRASI

www.

Edisi 96 | Ramdhan 1437 Hijriyah | Juni 2016 Masehi

Identitas Diri >Nama Akbar B Mappagala >Tempat Tanggal Lahir Kendari, 05 Septerber 1994 >Asal Pare-Pare >Jurusan Teknik Perencana Wilayah dan Kota UIN Alauddin Makassar >Nama Orang Tua Ayah: Baharuddin Mappagala Ibu: Asmawati >Organisasi Ketua Umum Senat Mahasiswa (sema) FST

B

eberapa waktu lalu, nama UIN Alauddin Makassar kembali diharumkan oleh dua orang mahasiswa Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Fakultas Sains Dan Teknologi (FST). mahasiswa tersebut adalah Akbar B Mappagala. Pemuda yang lahir di kota lama Kendari pada 5 September 1994 ini menjadi pemakalah di Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta, setelah berhasil lolos dalam lomba Jurnal Nasional yang diadakan Fakultas Geografi UGM. Akbar merupakan anak kedua dari pasangan Baharuddin Mappagala dan Asmawati. Lahir sebagai anak dari seorang konsultan

ANAK KONSULTAN

Sarat Prestasi sipil membuat ia dan ketiga saudaranya hidup nomaden (berpindah-pindah). Hal ini pula yang kemudian menjadi sebab beberapa kota pernah menjadi tempat tinggalnya seperti Swadayan, Palopo, Kendari, Makassar dan beberapa kota lainnya. Ia pun mengaku memiliki teman dari berbagai kota. “Kebetulan orang tua bergerak di bidang konsultan

Selamat Milad

UKM LIMA

Semoga terus melahirkan tokoh-tokoh intelektual, pemikir, dan penulis

Mahasiswa (Sema) FST ini mengungkapkan betapa pentingnya menyeimbangkan antara akademik dan organisasi. Peran organisasi dibutuhkan untuk mengasah skill dan sebagai wadah untuk menambah ilmu. Mahasiswa yang baru saja menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kabupaten Jeneponto ini sempat mengalami musibah beberapa hari sebelum undangan untuk menjadi pemakalah di UGM sampai ke tangannya. Ada 11 orang temannya kala itu yang dibawa arus sungai deras ketika hendak melakukan eksplorasi alam di lokasi KKNnya. Beruntung, warga sekitar melihat dan berhasil mengevakuasi mereka. “Alhamdulillah kami semua selamat dan tak ada korban jiwa dalam peristiwa ini,” ucapnya. Membahas tentang keberangkatannya ke UGM beberapa hari yang lalu, ia mengungkapkan bahwa pengalaman ini merupakan pengalaman yang luar biasa. Mewakili Makassar dalam event tersebut, kemudian menjadi satusatunya mahasiswa Strata 1 (S1) dengan peserta yang didominasi oleh mahasiswa S2 memberinya banyak pelajaran. Berdiri dihadapan mahasiswa yang tingkatnya lebih tinggi serta berkenalan dengan orang-orang baru yang ikut terlibat dalam event tersebut. Akbar berharap kepada mahasiswa khususnya mahasiswa PWK, agar kedepannya akan lahir lagi prestasi-prestasi yang luar biasa, prestasi yang bisa membanggakan jurusan maupun kampus eks IAIN ini baik di kancah nasional maupun internasional. “Saya juga berharap kepada dosen-dosen di jurusan agar terus membimbing kami sebagai mahasiswa, didik dan pandang kami sebagai anak hingga kami bisa lebih besar lagi, serta bisa mengharumkan nama teknik PWK,” tutupnya. *Ridha Amaliyah

}

UIN Alauddin Makassar ke 31

sipil, jadi pengalaman masa kecil itu banyak didapatkan di berbagai daerah. Dengan hidup yang nomaden dan saya ikut dengan orangtua sehingga saya mendapat banyak pengalaman dan memiliki teman di tiaptiap daerah,”ungkapnya saat ditemui, Senin (23/05/2016) Dimasa remaja, mahasiswa yang hobi membaca ini pernah meraih juara satu mewakili sekolah dalam olimpiade

tingkat kabupaten dalam bidang kimia. Atas prestasi yang diraihnya itu, ia pun lanjut olimpiade ke tingkat provinsi. Saat ditanya mengenai cita-cita, dengan sedikit senyum simpul di wajahnya ia mengatakan bahwa citacitanya normatif saja. “Cita-cita saya normatif. Sama seperti anak kecil kebanyakan, saya ingin menjadi orang besar. Tapi inti dari citacita itu saya ingin mengikuti jejak orangtua saya yaitu menjadi seorang konsultan. Karena keinginan tersebutlah yang kemudian mengantarkan saya untuk kuliah di UIN dengan jurusanTeknik PWK,” jelasnya. Mengikuti jejak-jejak pendahulu atau orangtua serta mengikuti dosen yang berkompeten di bidangnya, adalah salah satu cara yang ditempuh untuk mewujudkan impiannya itu. Saat ini ia sedang menjalani perkuliahan tahun keempat. Nilai-nilai yang diperoleh stabil dan masih dalam koridor kemahasiswaan. Walaupun beberapa nilainya terganggu, namun baginya itulah konsekuensi dalam pilihan hidup. Pemuda yang sekaligus menjabat sebagai Ketua Senat

washilah .com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.