AWAS
D.O washilah_uinam
washilah
washilah
2
DAPUR REDAKSI
www.
washilah .com
Edisi 103 | Jumadil Awal 1439 Hijriyah | Februari 2018 Masehi
Tajuk DO EVALUASI MAHASISWA DAN DOSEN
P
Foto: Faisal Mustafa Foto Bersama Peserta In House Training Journalistic (IHTJ) Saat Kunjungan Media di Graha Pena Fajar. Minggu. (23/04/2017)
REGENERASI
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
N
o talk only action kira-kira seperti itulah sistem di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Informasi Mahasiswa Alauddin (LIMA). Sebagai lembaga pers, kita dituntut untuk lebih banyak bertindak melalui tulisan dari pada sekadar bicara. Salah satu bentuk action adalah menghasilkan produk jurnalistik berupa tabloid yang sekarang berada ditangan anda. Tabloid edisi magang ini merupakan karya jurnalistik pertama anggota magang sebagai prasyarat untuk dikukuhkan. Menerbitkan sebuah tabloid tentunya bukanlah hal yang mudah. Namun dengan tekad yang kuat dan optimisme, akhirnya tabloid ini bisa dinikmati pembaca sekalian yang mungkin saja hari ini sedang menyesap teh atau menyantap
makanan sambil membaca informasi terbaru seputar kampus peradaban. Tidak hanya sukses menciptakan alumni-alumni berkualitas yang sekarang sudah berteberan di beberapa media ternama baik skala nasional maupun regional, UKM LIMA juga selalu menyiapkan generasi penerus organisasi yang tangguh dan telah melalui proses seleksi alam selama 8 bulan masa pemagangan. Hadirnya tabloid edisi magang menjadi bukti suksesnya proses kaderisasi UKM LIMA. Setiap rubrik dalam tabloid ini ditulis oleh anggota magang. Proses yang panjang rupanya tidak mengendorkan semangat berlembaga dan berkarya. Mulai dari kajian isu, rapat redaksi, liputan, hingga terbit semuanya dikerjakan anggota magang dengan bantuan dari redaktur sebagai tim editor.
Washilah selalu berusaha menyajikan informasi aktual dan faktual yang ada di kampus. Pada laporan Utama mengulas tentang pengaktifan kembali Dewan Mahasiswa Universitas (Dema U) yang selama ini telah dibekukan sejak 2014. Mungkin tidak semua dari kita mengetahui alasan dinonaktifkan serta alasan pengaktifannya kembali, pada rubrik ini akan membahas tuntas. Informasi mengenai tingkat Drop Out (DO) mahasiswa juga dikupas tuntas dan tak ketinggalan mengenai rubrik inspirasi yang akan memotivasi pembaca. Serta rubrik lainnya yang tak kalah menarik. Akhirnya, kami mengucapkan selamat membaca dan mohon maaf bila ada kekurangan dari informasi yang kami suguhkan dalam tabloid ini. Terima kasih.
emberhentian status sebagai mahasiswa terkadang menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian orang terlintas bagaimana rupiah yang keluar, waktu yang terbuang serta masa depan yang mulai buram tersentuh awan mendung. Namun di UIN Alauddin sendiri seolah ketakutan akan DO kini mulai hilang terhitung tiga hingga tahun terakhir regulasi DO kian meningkat hingga menimbulkan banyaknya aturan baru untuk mengatasi hal tersebut. IPK yang tak sampai 2,00 bagi mahasiswa baru yang juga merupakan alasan DO yang mengakibatkan adanya aturan larangan berkegiatan bagi mahasiswa baru. Terlebih lagi banyaknya mahasiswa yang terlalu betah di kampus hingga melewati 14 semsester menjadi alasan pemberhehentian status mahasiswa di kampus. M elangkah dari tanggapan mahasiswa maupun pihak kampus bahwa penyebab DO karena organisasi yang lebih jadi prioritas dibanding kuliah. Meskipun organisasi tidak pantas dihakimi salah atas hadirnya di lingkungan mahasiswa sendiri melainkan pribadi mahasiswa. Padahal kurangnya komunikasi antara mahasiswa dan Penasehat Akademik (PA) juga salah satu faktor meningkatnya angka DO. Dinilai mahasiswa hanya menfungsikan dosen PA saat hendak mengesahkan Kartu Rencana Studi (KRS) saja sehingga yang seharusnya mahasiswa mampu konsultasi terkait hutang Satuan Kredit Semester (SKS) dan permasalahan akademik yang sukar lainnya bisa dicarikan solusi. Maka dari itu keseimbangan dari akademik dan organisasi harus seimbang serta pengoptimalan fungsi PA menjadi solusi bagi pribadi mahasiswa dan kampus untuk mengurangi angka DO di setiap tahunnya.
Ilustrasi: Aldi Renaldi
www.
washilah .com
LIPUTAN KHUSUS
Edisi 103|Jumadil Awal 1439 Hijriyah | Februari 2018 Masehi
Ilustrasi: Aldy Renaldy
REVITALISASI DEMA-U Pengaktifan kembali Dewan Mahasiswa Universitas (Dema-U) membuat aktivis lembaga kemahasiswaan tersenyum lebar. Pasalnya, Dema-U yang vakum selama empat tahun ini telah lama dinantikan keberadaannya.
Washilah – Sejak polemik pemilma tahun 2013 lalu, lembaga kemahasiswaan menjadi pincang akibat tidak adanya lembaga eksekutif tingkat universitas yang mewadahi lembaga-lembaga yang ada di UIN Alauddin. Hal tersebut diungkapkan Ketua Dema Fakultas Sains dan Teknologi Muhammad Syafaat. Ia menilai, kevakuman Dema-U menunjukkan adanya kemunduran dalam berlembaga di kampus peradaban. “Setelah resmi dibekukan pada tahun 2013, sistem berlembaga di UIN Alauddin mengalami kemunduran bagi institusi dan atmosfer kampus peradaban,” ujarnya. Kamis (08/12/2017). Syafaat mengatakan, jalur koordinasi di kampus untuk tingkat universitas sudah tidak
ada sehingga berbagai macam kebijakan dan keputusan pimpinan tidak tersampaikan dengan baik ke fakultas dan jurusan. “Dema-U juga salah satu penunjang akreditasi kampus,” tambahnya. Berbeda di tahun 2012, saat Taufik Husain menjabat sebagai presiden mahasiswa. Seluruh aktivitas kampus baik di tingkat fakultas maupun universitas terarah dengan baik dan sesuai regulasi yang ditetapkan. “Pada saat kami menjabat sangat jarang ada konflik yang terjadi, karena ada Dema-U sebagai penengah untuk melakukan dan meminimalisir konflik-konflik yang terjadi, seperti perang antar fakultas. Kalau ada hal demikian kita lakukan tudang sipulung mulai dari tataran lembaga tingkat fakultas hingga lembaga tingkat jurusan,” ujarnya.
Mahasiswa alumnus Fakultas Tarbiyah dan Keguruan ini juga menjelaskan perihal fungsi Dema- U, yakni menjadi wadah untuk mengatur semua lembaga kemahasiswaan intra UIN Alauddin. Selain itu, sebagai perpanjangan tangan dari pimpinan universitas dalam pembinaan kegiatan kemahasiswaan. “Bukan hanya perpanjangan tangan dari Universitas dalam pembinaan kegiatan mahasiswa, dewan mahasiswa juga sebagai wadah induk beberapa fakultas yang ada di UIN Alauddin untuk menghindari konflik,” lanjut Taufik. Ia sangat mendukung pihak kampus untuk mengaktifkan kembali Dema-U, melihat lima tahun terakhir ini banyak konflik yang terjadi di UIN Alauddin. Benrok antar fakultas yang sering terjadi belakangan ini menjadi
salah satu alasan karena tidak adanya penengah saat ada isu yang merambak di kampus. “Apalagi UIN Alauddin akan melakukan pengakreditasian pada 2019 mendatang,” tutupnya. Mengenang polemik lima tahun lalu, Eks Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Prof Dr Natsir Siola membeberkan bahwa pemilma Dema-U saat itu sangat tidak kondusif, hasil pemilihan tidak sesuai mekanisme dan dua figur yang terlibat dalam pemilihan masing-masing mengklaim dirinya sebagai pemenang. Apalagi saat itu mereka diberi kesempatan untuk menyusun struktur organisasinya selama satu periode. Namun hingga berlarutlarut, di antara kedua belah pihak tidak menemui kata sepakat. Oleh rapat pimpinan yang digelar, mencapai keputusan bahwa Dema U harus dinonaktifkan (dibekukan). “Kami tidak serta merta mengeluarkan Surat Keputusan (SK) pengurus, karena pada saat itu kami telah meberikan waktu untuk menyetor strukturnya namun tidak ada juga. Maka dari itu kami melakukan rapat pimpinan sampai 5 kali dan diputuskan Dema-U dibekukan untuk sementara,” terang Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ini. Terkait adanya isu revitalisasi Dema-U, Prof Natsir Siola memberikan dukungan yang besar selagi Dema dan birokrasi bisa menjalin kerjasama yang baik. “Kalau saya secara pribadi, tidak ada masalah tentang keberadaan Dema-U ini, saya mendukung itu selama mereka bisa diajak bekerjasama,” katanya. Lebih lanjut, laki laki kelahiran jeneponto ini menuturkan bahwa Dema-U saat ia menjabat sebagai WR III, koordinasinya dengan mahasiswa tidak terputus. “Jadi semua kegiatan Dema pada waktu itu dapat terarah sesuai dengan aturan kerja yang sudah kita sepakati. Hanya saja, Dema ini dibekukan karena tidak adanya kandidat yang ingin mengalah pada priode selanjutnya.” Direstui Pimpinan Berdasarkan hasil rapat pimpinan yang digelar belum lama ini, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Prof. Aisyah Kara menyampaikan kabar gembira. Dalam rapat tersebut, para pimpinan telah menyetujui pengaktifan Dema-U kembali pada awal tahun 2018 dengan berbagai pertimbangan. “Dema-U sudah di setujui dan akan diaktifkan awal tahun 2018, terkait persiapannya setelah selesai semua pemilihan Dema Fakultas,” ungkapnya. Lebih Lanjut, Ketua Forum WR III se – Indonesia ini menjelaskan, bahwa Dema-U dan Dema Fakultas adalah mitra kampus yang harus
3 mengikuti semua aturan kampus. “Bukan malah sebaliknya, melawan aturan kampus. Jika itu terjadi lagi maka sesuai kesepakatan Rapim, Dema-U akan dibekuhkan kembali,” tegasnya. Terkait persipan pengaktifan kembali Wakil Rektor III UIN Alauddin akan membentuk tim khusus untuk penyelenggaraanya. Ia juga mengatakan Panitia Penyelenggara Pemilma (PPP) nantinya akan diambil dari Pihak universitas. “Mahasiswa harus buat komitmen tidak akan mengulangi lagi kejadian seperti dimasa lalu, itu pesan Rapim sehingga disetujui terkait diaktifkannya kembali Dema-U,” ujar Prof Aisyah. Adapun proses penyeleksian calon ketua Dema-U, telah tertera dalam buku saku mahasiswa. Prof Aisyah berharap setelah Dema-U diaktifkan kembali, Mahasiswa UIN harus memiliki dua dimensi, yakni dimensi intelektual dan dimensi Integritas. “Inilah dua mahasiswa yang kita mimpikan semua dan mahasiswa seperti inilah yang ingin kita semua capai,” tandasnya. Hanya 21 Hak Suara Panitia Penyelenggara Pemilma (PPP) Dewan Mahasiswa Universitas Dema-U UIN Alauddin Makassar menyebutkan bahwa hanya 21 suara yang dapat memilih. Menurut Panitia Pelaksana, Bahar mengatakan, sebenarnya terdapat 24 suara yang bisa memilih Dema-U, namun Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) belum melakukan pelantikan Dema sehingga FKIK absen dalam pemilihan Dema-U. “Saya konfirmasi kesana, Ketua Demanya belum ada penentuan sampai sekarang ini. Kalau itu yang terjadi, sesuai dengan juknis hanya ada 21 suara yang memilih, diluar FKIK,” ungkapnya pada saat pemaparan visi dan misi calon Ketua Dema-U di Lecture Theatre. Selasa (23/01/2018) Mengenai hal tersebut, Ketua Dema formatur FKIK Akram merasa sangat kecewa kepada panitia Penyelanggara Pemilma Dema-U karena tidak mengundang Dema FKIK untuk ikut serta dalam pemilihan Dema U. “Secara pribadi saya pikir dengan tidak dikutsertakannya FKIK dalam pemilihan Dema-U itu sangat mencederai proses demokrasi di universitas karena seperti yang diketahui bersama bahwa sudah ada ketua umum Dema FKIK terpilih,” terangnya. *Penulis: Muhammad Aswan Syharin/Rahmania/ Ramalia/ Rahimun Editor: Nurfadhilah Bahar
4
CIVITAS
www.
Edisi 103| Jumadil Awal 1439 Hijriyah | Februari 2018 Masehi
washilah
Foto: Jamaluddin
Dialog “Revitalisasi DEMA-U” yang digelar Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)Lembaga Informasi Mahasiswa Alauddin (LIMA) di Warkop Radja. Jalan Abdul Muthalib Dg. Narang. Senin (15/01/2018).
Dialektika Revitalisasi Dema-U Tugas Dewan Mahasiswa Universitas (Dema U) adalah kata yang tidak dimengerti, sebab di UIN Alauddin, Dema U sudah dibekukan sejak tahun 2013.
Washilah - Akhir–akhir ini, Dema-U jadi isu yang paling sering di bahas mahasiswa UIN Alauddin lantaran Dema-U akan kembali di aktifkan pada tahun ini, berdasarkan hasil Rapat Pimpinan (Rapim) pada hari kamis (07/01/2018) lalu. Untuk itu UKM LIMA sengaja mengadakan dialog yang bertemakan “Revitalisasi Dema Universitas” pada senin (15/01/2018) malam di Warkop Radja jalan mutalib Dg Narang. Ada tiga pembicara yang dihadirkan dalam dialog malam itu, pertama Wakil Rektor (WR) Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UIN Alauddin Makassar Prof Aisyah Kara, Sekertaris Panitia Penyelenggara Pemilma UIN Alauddin Makassar Dr Nur Syamsiah dan Presiden Mahasiswa UIN Alauddin Makassar periode 2010-2012 Taufiq Husaini. Dalam dialog itu, Prof Aisyah Kara me-
nyatakan siap mengambil resiko dan mengawal pemilihan Dema-U Mengambil Resiko Sebagai pemangku jabatan yang mengurusi bidang kemahasiswan dan pernah masuk lembaga ekstra kampus waktu masih mahasiswa, Prof Aisyah Kara mengerti perlunya mahasiswa mempunyai wadah untuk menyuarakan suaranya ke pimpinan kampus. Maka dari itu Prof Aisyah Kara ingin mengaktifkan kembali Dema-U UIN Alauddin Makassar yang pernah dibekukan, sebagai wadah mahasiswa beraspirasi. Prof Aisyah Kara siap mengambil resiko dan mempertaruhkan Integritas sebagai Wakil Rektor yang bertanggung jawab atas semua mahasiswa UIN Alauddin demi terwujudnya keinginannya 3 tahun yang lalu. “Tahun 2015 saya ingin
Dema-U diadakan, tapi ditolak. Selanjutnya pada tahun 2016, Pak Rektor mempercayakan kepada saya keputusan ini, setelah melakukan shalat Istikhara, saya menyatakan belum siap dengan segala konsekuensinya. Barulah tahun ini, berdasarkan hasil rapim, Dema -U diaktifkan setelah empat tahun pembekuan” ungkapnya. Disisi lain mahasiswa raguragu dengan pernyataan Prof Aisyah kara yang akan menjadikan Dema-U sebagai wadah mahasiswa menyuarakan suaranya ke pimpinan kampus, mahasiswa beranggapan bahwa pengaktifan Dema-U untuk Pemilihan Rektor (Pilrek) nanti, seperti pertanyaan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang bernama Kaffi Lakepa saat dibuka sesi Tanya jawab pada dialog malam itu. Namun, Prof Aisyah Kara menegaskan pada saat dialog, pengaktifan Dema-U berangkat
dari niat yang tulus untuk melahirkan seorang sosok pemimpin bukan untuk kepentingan pribadi saat Pilrek nanti. “sedikit pun, tidak ada tendensi politik atau kepentingan pribadi, karena saya pernah menjadi aktifis mahasiswa. Saya hanya ingin Dema-U itu ada dengan meninggalkan bibit-bibit, sebelum masa jabatan sebagai Wakil Rektor berakhir tahun depan” ungkapnya untuk menangkis pertanyaan mahasiswa. Mengawal Pemilihan Dema-U Selanjutnya mengenai mengawalan pemilihan Dema-U, Dr Nur Syamsiah menjelaskan mengenai pengawalan pemilihan Dema-U nanti. Sekertaris Pelaksana Pemilma Dema dan Sema sekaligus WD III Fakultas Dakwah dan Komunikasi ini mengungkapkan bahwa dalam pemilihan Dema-U nanti, pihak birokrasi tidak perlu ikut campur dalam urusan pemiliha
Dema-U. Selain itu, Nur Syamsiah juga menegaskan dalam pemilihan Dema-U tidak ada pihak polisi yang ikut campur dalam pemilhan Dema-U nanti, namun banyak mahasiswa yang mewanti-wanti kalau pihak polisi di ikut sertakan dalam pemilihan Dema-U dan sudah di SK kan. Selain itu, Nur Syamsiah menegaskan dalam dialog malam itu, dia siap mengawal pemilihan Dema-U dan siap mengawal mulai dari proses pendaftaran sampai pemilihan nanti, dan berharap kejadian 4 tahun yang lalu karena dia sudah rasakan bagaimana susahnya mengurus pemilihan Dema-U 4 tahun yang lalu. “saya ingat pemilihan Dema -U yang lalu, saya tidur jam 5 subuh karena mengurusi pemilihan Dema-U saat itu” ungkap bunda Anci saat menjawab pertanyaan mahasiswa pada dialog malam itu. *Penulis: Muhammad Junaedi Editor: Nur Isna
Askar Nur, Siap Realisasikan Visi dan Misi Washilah - Terpilih sebagai ketua Dewan Mahasiswa Universitas (Dema-U) Askar Nur menyatakan siap merangkul kandidat lain dan mendukung kepentingan mahasiswa di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Ketua yang terpilih dengan 15 suara mengalahkan Nadyatul Umrana dan Ruslan Abdul Gani yang hanya 3 suara.
Setelah terpilih menjadi ketua saat diwawancarai oleh reporter washilah, Askar Nur mengatakan bahwa dirinya siap merangkul kandidat yang tidak terpilih dan menyatukan pemikiran bahwa tim suksesnya saja yang harus menikmati semua. “Walaupun ada namanya tim sukses dan segala macam, saya akan tetap menyatukan tanpa ada pemikiran bahwa tim sukses saya saja yang menikmati semua,”ungkapnya.
Senin(29/01/2018) Selain itu mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Inggris (BSI), Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) ini juga mengatakan bahwa ia akan menyatukan komitmen bersama untuk memajukan UIN Alauddin Makassar. “Teman-teman di FAH itu telah bersepakat untuk merangkul, menyatukan komitmen bersama, dan saya sebagai ketu Dema-U siap merangkul semua Fakultas”.Ujarnya sambil terse-
nyum ramah. Hari yang sama, lelaki berkumis ini juga menyatakan bahwa Dema-U kedepannya akan berpihak kepada kepentingan mahasiswa sesuai apa yang tertera pada visi dan misinya. “Saya kira semua sudah jelas, karena apa yang tertera pada visi dan misi , itu juga yang akan kita lakukan,” jelasnya. Menurutnya apapun yang diminta mahasiswa, selagi itu masih sesuai
dengan analisis dan kepentingan mahasiswa, kami akan mendukung. “Apapun yang diminta mahasiswa, selagi itu masiih sesuai analisis dan kepentingan mahasiswa kami ajan mendukung. Tapi sebaliknya, jika itu melenceng maka itu akan menjadi boomerang bagi mereka,”tegasnya. *Penulis: Muhamaad Junaedi, Ramaliah *Editor: Nur Isna
5
AKADEMIKA
www.
washilah .com
Edisi 103| Jumadil Awal 1439 Hijriyah |Februari 2018 Masehi
Fakultas Sospol Kembali Mencuat Isu pengadaan dua program studi (prodi) baru yaitu Hubungan Internasional (HI) dan Administrasi Publik di Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik (FUFP) saat ini masih dalam tahap pengurusan.
Washilah - Pengadaan dua prodi baru tersebut merupakan salah satu syarat dalam penggarapan pembentukan fakultas baru yakni Fakultas Sosial Politik (Sospol). Ketua Jurusan (Kajur) Ilmu Politik Syarifuddin Jurdi mengatakan bahwa ia telah menginisiasi untuk mendirikan prodi lain selain jurusan Ilmu Politik sebagai syarat mendirikan fakultas baru. “Kami di sini mengusulkan dua prodi baru sebagai syarat mendirikan fakultas baru yaitu kita masukkan Hubungan Internasional dan Administrasi Publik,” jelasnya.
Antusias Syarifuddin untuk mewujudkan cita-cita Ilmu Politik agar memiliki fakultas sendiri, beliau ungkapkan saat ditemui di ruangan Dekan Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik (FUFP). “Kita di sini berharap sebelum jabatan Pak Rektor berakhir, harus ada Fisipol. Tapi maunya kita di sini tidak sama dengan orang-orang di atas. Karena kehadiran Ilmu Politik di Ushuluddin kurang tepat, jauh lebih tepat kalau ada rumahnya sendiri, maka itu yang kami usahakan mendirikan rumahnya,” lan-
jutnya Syarifuddin. Sejauh ini, sudah ada beberapa langkah yang diambil untuk mewujudkan hal tersebut, termasuk pengadaan dua prodi baru yakni prodi HI dan Administrasi Publik. Karena syarat untuk membuka fakultas baru adalah minimal ada tiga prodi di dalamnya. Namun ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam pengadaan dua prodi tersebut. Hal ini disampaikan oleh Wakil Rektor (WR) I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga Prof Mardan MAg. “Pertama masih banyak Prodi
terakreditasi C dan yang kedua jumlah dosen yang sangat sedikit,” ungkapnya saat ditemui di ruangannya. Kamis (07/12/2017). Muhammad Junaedi salah seorang mahasiswa ilmu politik semester VI mengatakan bahwa pembentukan Fakultas Sosial dan Politik (Sospol) sangat urgen karena ilmu-ilmu yang ada di jurusan Ipol tidak ada sangkut pautnya dengan ilmu-ilmu ushuluddin dan filsafat, “Karena ushuluddin itu memepelajari masalah dasar-
dasar agama, sementara di ilmu politik kita harus mempelajari bagaimana mengatur negara *Suhaira Amaliyah/Emiliana. Editor:Nurfadhilah Bahar
SNMPTN Sediakan Kuota 435 Mahasiswa Washilah - Setelah birokrat UIN Alauddin menghadiri peluncuran secara resmi Informasi Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada 12 Januari lalu yang dilaksanakan di auditorium utama Kemenristekdikti dengan dihadiri para pejabat di lingkungan Kemenristekdikti, Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama, para Rektor PTN seluruh Indonesia, serta wakil dari beberapa sekolah SMA sederajat Kepala Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan dan Kerjasama Dra. Hj. Nuraeni Gani, M.M memaparkan lewat brosur SNMPTN 2018 tidak jauh berbeda dengan tahun lalu hanya saja, ada dua poin penting yang berbeda dengan tahun sebelumnya yakni, waktu pengumuman dan tambahan kriteria penilaian. Jika tahun lalu pengumuman hasil SNMPTN diumumkan setelah Ujian Akhir Nasional (UAN), tahun ini hasil SNMPTN dapat dilihat sebelum UAN berlangsung. Sementara itu, perihal pemeringkatan, tahun ini jurusan keagamaan juga masuk dalam kriteria penilaian jalur yang telah dibuka sejak (13/01/2018) lalu.
Infografis:Muh Nur Aket
Universitas Islam Negeri Alauddin akan menerima mahasiswa baru lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) sebanyak 435 orang.
“Ini ada brosur SNMPTN silahkan dilihat atau cek di website resmi nya” ucapnya. Lanjut Kepala Sub Bagian (Kasubag) Administrasi Akademik Kemahasiswaan dan Kerjasama Baharuddin S.Ag M.Hum mengungkapkan bahwa tahun ini kuota mahasiswa baru UIN Alauddin Makassar lewat jalur SNMPTN sebanyak 435 orang “Tadi kita baru selesai rapat untuk menetapkan kuota mahasiswa baru jalur SNMPTN, kita akan terima sebanyak 435 orang yang terbagi menjadi 14 prodi” Ucap Bahar Selasa (30/01/18) Sementar berdasarkan data
dari website SNMPTN, jadwal pelaksanaan jalur ini dimulai pada 13 Januari sampai 10 Februari 2018 dengan pengisian dan Verifikasi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) kemudian pendaftaran dibuka pada 21 Februari sampai 6 Maret 2018 mendatang. Sementara pengumuman hasil seleksi pada 17 April 2018 mendatang kemudian dilanjutkan dengan verifikasi dokumen peserta dan pendaftaran ulang di PTN masing-masing bagi yang lulus seleksi dilaksanakan hari Selasa (08/05/2018).
Syarat Pendaftar Siswa SMA sederajat (termasuk SRI di luar negeri) kelas terakhir pada tahun 2018 yang memenuhi persyaratan. Memiliki prestasi unggul yaitu calon peserta masuk peringkat terbaik di sekolah, dengan ketentuan berdasarkan akreditasi sekolah. Adapun sekolah dengan akreditasi A berkesempatan lulus 50 persen, akreditas B dengan kuota 30 persen , akreditasi C dengan 10 persen dan sekolah yang belum terakreditasi dengan kuota 5 persen.
Pemeringkatan dilakukan oleh Panitia Pusat berdasarkan data PDSS. Biaya Pendaftar tidak dipungut biaya apa pun. Biaya penyelenggaraan SNMPTN sepenuhnya ditanggung Pemerintah dan siswa yang berhak mengikuti seleksi adalah siswa yang memiliki Nomor Induk Siswa Nasional (NISN), memiliki prestasi unggul, dan rekam jejak prestasi akademik di PDSS. Penulis:Ardi/Muhammad Fahrul Iras Editor:Erlangga Rokadi
6
SOROT
www.
Edisi 103 | Jumadil Awal 1439 Hijriyah | Februari 2018 Masehi
washilah .com
Penetapan WR IV
Langgar Statuta
Penetapan wakil rektor bidang kerjasama oleh Rektor Prof Musafir Pababbari di awal menjabat, melanggar statuta.
B
erdasarkan Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 20 tahun 2014 terkait sistem pengelolaan, maka rektor hanya bisa dibantu maksimal tiga wakil rektor. Hal ini jelas
bertentangan dengan pengangkatan Prof Hamdan Juhannis sebagai wakil rektor empat bidang kerjasama sejak 2015 lalu. Dosen Hukum Administrasi Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) Dr Jumadi bahkan mengungkapkan, jika pembentukan tersebut merupakan bagian dari penyalahgunaan kekuasaan. “Tidak adanya kejelasan terkait siapa yang mengangkatnya. Sebab dalam konteks tersebut harus ada dasar yang jelas,” katanya. Menurut Jumadi, pembentukan tersebut perlu Surat Keputusan (SK) dan dasar yang jelas, untuk menjadi penimbang SK itu sendiri. Sementara Musafir Pababbari yang ditemui di ruangannya berdalih jika pengangkatan Hamdan Juhannis sebagai wakilnya, telah disetujui Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpa), kendati belum ada
warta kerja yang dikeluarkan. Meski Bidang kerjasama merupakan wewenang Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Prof St Aisyah, namun tugas WR III yang dirasa cukup berat membuat Musafir Pababbari memutuskan mengangkat penanggungjawab khusus. “Memang bidang kerjasama dalam statuta dinaungi WR bidang kemahasiswaan, tapi berat juga kalau beliau yang mengatur semua terlebih ada banyak mahasiswa yang harus diurusnya,” ujar mantan Dekan Fakultas Ushuluddin itu. Senada, St Aisyah mengungkap jika ranah kerjasama ini sangat menguntungkan pihak kampus, terlebih karena keberhasilannya menjalin hubungan dengan universitas-universitas di luar negeri. “Keberhasilannya sudah bagus, dilihat dengan banyaknya hasil kerjasama WR IV,” ung-
kapnya. Meski begitu, penetapan tanpa aturan dasar ini membuat Hamdan Juhannis mesti bekerja secara sukarela tanpa tunjangan, sebagaimana wakil rektor lainnya. Hal ini diakuinya beberapa waktu lalu, jika bekerja secara ikhlas dan profesional adalah prioritasnya. Selama menjabat, Hamdan Juhannis terbilang berhasil menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi di beberapa negara seperti Australia, Inggris, Jepang, dan Korea. Terkhusus untuk Jepang, pengembangan kerjasama Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan sedangkan Inggris bagian kerjasama pengembangan kemampuan bahasa sebagai alat untuk lanjut studi keluar negeri, juga sejumlah bentuk kerja sama lainnya. *Penulis:Andi Rini S/Irwan/ Alfiandis
OPINI
www.
washilah .com
Edisi 103| Jumadil Awal 1439 Hijriyah |Februari 2018 Masehi
7
Semangat Berperadaban di Kampus Beradab (Universitas Islam Negeri) Alauddin Makassar.
K
ampus peradaban merupakan warisan leluhur untuk menampakkan cahaya ilmu pengetahuan di bagian Timur Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan pada bidang agama dan umum, itulah kampus tercinta UIN Alauddin Makassar. Mulanya sebagai kelas dari fakultas swasta di Makassar lalu menjadi cabang fakultas dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, kemudian berdiri sendiri menjadi IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Alauddin (nama Tokoh Muslim di Sulawesi Selatan), kemudian menjadi UIN
Perjuangan para pemimpin kampus, kini dinikmati oleh semua generasi yang menempuh kuliah di UIN Alauddin Makassar. Hal tersebut tergambar pada semangat berperadaban di hati para mahasiswa yang disuguhi motto pencerdasan, pencerahan dan prestasi. Motto tersebut berdengung dari lisan pimpinan disetiap penerimaan mahasiswa baru. Mahasiswa memiliki beragam pemahaman tentang pencerdasan, pencerahan dan prestasi. Ada mahasiswa sudah cerdas saat maba, ada mahasiswa tercerahkan saat mendengar kuliah umum, ada mahasiwa yang berprestasi sebelum memasuki kampus. Pencerdasan dilakukan dengan cara melaksanakan perkuliahan dikelas, sesuai dengan program studi yang dipilih. Pencerahan dengan cara, ceramah disetiap perkuliahan, pengajian, seminar dan beberapan kegiatan. Prestasi menjadi wujud hasil dari pencerdasan dan pencerahan. Namun prestasi ini bisa menjadi sebuah pilihan bagi setiap mahasiswa, karena tidak semua menonjolkan prestasinya sejak duduk di bangku kuliah. Ada prestasi mahasiswa yang dibangun setelah memasuki kampus ada prestasi yang sudah melekat sebelum menjadi mahasiswa. Kampus peradaban merupakan idaman mahasiswa yang berkuliah di UIN Alauddin Makassar.
Ditinjau dari aspek Bahasa, peradaban itu berasal dari kata adab, yang berarti kehalusan, kebaikan budi dan kesopanan. Kampus peradaban berarti kampus yang di dalamnya terdapat mahasiswa yang halus cara bicaranya, sopan dan berbudi baik perilakunya. Namun hal tersebut belum secara total dihidupkan pada diri mahasiswa. Mahasiswa seharusnya menunjukkan identitas peradaban di kampus peradaban, menampakkan ciri peradaban itu secara totalitas. Adapun ciri-ciri mahasiswa berperadaban itu sebagai berikut: 1) Kakinya berperadaban, mahasiswa memasuki kampus harus berbeda cara berpakaiannya ketika tidak ke kampus, menggunakan sepatu dan kaos kaki merupakan ciri peradaban. Teringat pesan almarhum K.H. Wahab Zakariah (Allahu Yarham) “anak-anakku kalian adalah pemimpin besar di masa depan dan ciri-ciri pemimpin di masa depan itu, Ia menggunakan sepatu dan kaos kaki ketika belajar di kelas�. Mendisiplinkan diri menggunakan sepatu dan kaos kaki, merupakan modal sukses sebagai pemimpin di masa mendatang. 2) Berperadaban dengan pakaian rapi, kampus memiliki aturan berpakaian tersendiri, seperti sopan, celana tidak robek-robek, wanita harus menggunakan rok dan tidak menggunakan pakaian ketat. Aturan itu harus diterapkan, diikuti dan dipatuhi bukan untuk dilanggar. Pakaian itu merupakan
identitas, tentunya disetiap tempat ada identitasnya, dan ketika peradaban ingin ditegakkan, pakaian menjadi identitas peradaban. 3) Berperadaban dengan intelektualnya, cara berfikir mahasiswa harus berperadaban, memikirkan sesuatu dengan baik, memikirkan sesuatu dengan bijak, dan memikirkan sesuatu yang bermanfaat. Dari fikiran baik kata-kata baik akan terucap. 4) Berperadaban melalui ucapan, mahasiswa UIN tentu sering mendengar kata dari Alquran berbicaralah dengan lemah lembut, berbicaralah yang santun, Nabi Muhammad saw. menasehatkan berbicaralah kepada seseorang sesuai dengan kadar kemampuannya. Hal tersebut perlu dipedomani mahasiswa, dimulai dari ucapan yang menjadi identitas pembeda dari orang yang kurang terpelajar. Mahasiswa itu harusnya santun bicaranya, baik dan harum kata-katanya, kalimat santun merupakan salah satu ciri manusia berperadaban. 5) Berperadaban dengan perbuatannya, ramah dalam bertindak, santun dalam berperilaku. Siapa yang bertingkah baik disukai siapa saja. Indikator baik itu ketika hadirannya membahagiakan, ketiadaannya dirindukan. Setelah mengenal ciri mahasiswa berperadaban, tentunya pimpinan universitas, dosen, pegawai dan mahasiswa ingin merealisasikan peradaban yang sesungguhnya. Beberapa poin tersebut menjadi pilihan bagi siapa saja di
manapun ia berada terskhusus di UIN Alauddin Makassar. Namun teori saja tidak cukup, butuh aksi nyata untuk merealisasikannya. Setiap elemen pasti bertanya-tanya, sudah sampai dimana realisasi peradaban yang terjadi di kampus? Jawabannya ada di benak masing-masing. Umar bin Khattab pernah berkata “manusia yang baik hari ini lebih baik dari kemarin, dan esok Ia lebih baik dari hari ini�. Untuk merealisasikan peradaban, kalimat tersebut dijadikan spirit utama, dan semangatnya dimulai dari pihak manapun. Misalnya pimpinan Universitas harus peka terhadap visi misi yang telah dibuatnya lalu memberikan evaluasi terhadap program kerja yang telah dilaksanakannya agar membuahkan hasil yang lebih baik. Dosen menyuguhkan ilmu terbaiknya kepada mahasiswa untuk menyonsong peradaban intelektual. Mahasiswa bersungguh-sungguh belajar, mengerjakan amanah dari dosen, menegakkan aturan demi terciptanya peradaban yang diinginkan. Kampus merupakan miniatur kecil kehidupan manusia, dengan memulai menegakkan peradaban secara dini, kehidupan akan lebih baik kedepan. Semoga peradaban tidak sekadar menjadi teori dikampus peradaban, tapi bisa diaplikasikan pada kehidupan yang nyata.
Sempurna di Balik Topeng,
U
niversitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar salah satu kampus dari puluhan kampus islam yang ada di sulawesi-selatan. Kampus satu yang berada di pusat kota dengan sebuah rumah sakit megah yang sampai hari ini tak kunjung selesai entah sudah berapa tahun terluntah-luntah dan kampus dua yang berada di tengah hutan yang mulai berevolusi menjadi pusat kota pula. Kemarin ku dengar orang nomor 2 Indonesia hadir, diberi penghargaan untuk sebuah gelar istimewa dari kampus tercintaku ini.
Terima Kasih Pak JK Begitu banyak perbaikan yang dilakukan oleh kampus, mulai dari jalan yang berlubang depan rektorat dan sekitar auditorium yang ku lihat di musim penghujang kemarin seolah tak dipedulikan. Sudah semester V dan yang ku jangkau dengan pandangan mataku renovasi kampus hanya saat ada orang penting saja serta jalan-jalan yang akan dilaluinya. Oh ia pak, lokasi kampus yang bapak datangi sedang gencarnya melakukan pembangunan mulai dua gedung untuk dosen serta masjid agung yang katanya bisa menampung jemaah hingga 3000 jiwa.
Seperti Jalan depan Bank Nasional Indonesia (BNI) dibiarkan seperti itu saja berlubang-lubang seolah menganga berteriak minta disumpal juga dengan lapisan semen, lumpur dekat Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) yang dibiarkan menjadi kubangan serta jalanjalan lainnya yang masih butuh pertolongan dengan semen serta kawan-kawannya. Saat bapak sedang berpidato karena gelar Honoris Cause (HC) dalam auditorium di luar sana banyak lansia yang sedang berkeliaran di kampus menawarkan tisu mengharap belas kasihan untuk sesuap nasi sambil membawa anak kecil yang mungkin pendidikannya sedang terbengkalai.
Dan lagi, terima kasih bapak Jusuf Kalla karena dengan datangnya bapak jalan berlubang depan rektorat kini sudah tak ada lagi, yang memungkinkan kami basah karena percikan genangan yang kini sudah tertutupi dengan lapisan semen. Sering-seringlah pak berkunjung ke kampus kami ini karena semakin sering bapak ke kampus maka semakin banyak perbaikan dan cobalah pak berkunjung ke setiap Fakultas agar Fakultas juga bisa mendapatkan perbaikan dengan cepat tanpa harus menunggu anggaran cair yang terlalu lama seperti perbaikan WC misalnya.
8
TOPIK UTAMA
www.
washilah .com
AWAS D.O Edisi 103 | Jumadil Awal 1439 Hijriyah | Februari 2018 Masehi
UIN Alauddin patut khawatir, jumlah mahasiswa Drop Out (DO) terus meningkat. Washilah – Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Akademik pada tiga tahun terakhir, jumlah mahasiswa DO mengalami peningkatan. Tahun 2015 misalnya, sebanyak 536 mahasiswa dikeluarkan, 2016 sebanyak 506 dan 2017 sebanyak 668 mahasiswa. Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) serta Fakultas Tarbyah dan Keguruan (FTK), merupakan fakultas penyumbang angka DO terbesar. Jumlah DO disebabkan pelanggaran administratif, salah satunya nilai IPK di bawah 2,0 pada awal semester. Selain itu, mahasiswa yang melewati semester 14 juga menjadi sasaran DO. Rektor Prof Musafir Pababbari menyebut, jika keputusan yang telah dibuat mesti dipatuhi. “Kita tetap harus mengikuti aturan yang telah diberlakukan,” singkatnya. Hal ini tercantum dalam Surat Keputusan Rektor UIN Alauddin nomor 22-A tahun 2017 tentang pemberhentian DO sebagai mahasiswa UIN Alauddin Makassar tahun akademik 2017/2018. Penetapan DO tak serta merta dikeluarkan, mesti melalui tahap peringatan serta verifikasi data mahasiswa. Sistem ini diungkap Kepala Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan dan Kerjasama Dra Nuraeni Ghani. “Sebelum dikeluarkan penetapan mahasiswa DO, selalu dilakukan tiga sampai empat kali verifikasi data mahasiswa. Di awal semester, pertengahan semester, dan di akhir semester,” jelasnya. Larangan Berorganisasi Pelarangan berorganisasi jadi himbauan awal pimpinan, mengingat ketidakaktifan kuliah mahasiswa lantaran fokus berorganisasi. Hal inilah yang akhirnya berdampak terhadap nilai IPK mahasiswa nantinya. Menurut Nuraeni Gani sangat penting. Apalagi, organisasi hanya penunjang ilmu yang didapat di kelas. “Organisasi hanya penunjang akademik saja, saya harap mahasiswa tetap memprioritaskan kuliahnya terlebih dulu,” tegasnya. Senada, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Andi Suarda juga mengeluarkan program bagi mahasiswa baru sebagai dampak regulasi IPK, agar tidak mengikuti organisasi ekstra maupun intra agar tak mengganggu proses perkuliahan. Aturan ini pun dikritik sejumlah pihak, utamanya mahasiswa. Nadyatul Umrana contohnya, aktifis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini menganggap regulasi tersebut tak berdasar, karena banyaknya mahasiswa yang bertahan dengan IPK tinggi meski aktif di organisasi. “Banyak orang tetap berorganisasi aktif tapi
nilainya masih bertahan di 4,00, jadi itu bukan alasan kuat untuk melarang mahasiswa untuk berorganisasi,” ujarnya. Desen PA Tak Maksimal Menurut Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengelolaan Lembaga Prof Mardan, upaya meminimalisir angka DO telah dilakukan dengan mendisiplinkan dosen Pembimbing Akademik (PA). Melalui buku pedoman penasehat akademik untuk meningkatkan inovasi mutu akademik universitas. “Buku ini menjadi sistem kontrol dosen PA terhadap mahasiswa dan diharapkan sebagai lembar kerja evaluasi harian kinerja dosen PA,” ucap mantan Dekan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) ini. Ia pun membenarkan jika dosen PA selama ini hanya difungsikan untuk mengesahkan Kartu Rencana Studi (KRS) saja, tanpa konsultasi terkait hutang Satuan Kredit Semester (SKS), atau juga permasalahan akademik yang sukar lainnya untuk menemukan solusi. “Mereka hanya datang disaat kepengurusan KRS tiba,” lanjutnya. Maka dari itu perlu keseimbangan dari akademik serta pengoptimalan fungsi PA menjadi solusi bagi pribadi mahasiswa dan kampus untuk meminimalisir angka DO setiap tahunnya. Wakil Dekan Bidang Administrasi dan Keuangan FUFP Dr Tasmin juga menambahkan, jika mahasiswa berhak mendapat dorongan dari dosen PA. “Semua ada aturan tersendirinya, setiap mahasiwa yang rendah nilainya berhak mendapat dorongan dari dosen PA,” ujarnya. Sementara itu, Risaldi mahasiswa semester tiga jurusan Studi Agama-agama FUFP menilai bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh dosen PA masih kurang, ia pun menyayangkan kurangnya sosialiasasi antara mahasiswa dan dosen PA. “Saya belum pernah melihat ada sosialisasi, bahkan sampai hari ini saya belum mengetahui siapa dosen Pembimbingku,” keluhnya. Dasar inilah yang dinilai Nuraeni Gani penting untuk membangun kerjasama antara pihak birokrasi fakultas di semester awal agar menjadi bahan pertimbangan putusan DO nantinya. Di sisi lain, keikutsertaan mahasiswa dalam menekan angka DO sangat penting. Pihaknya pun meminta semua civitas akademika bisa bekerja sama dan terlibat aktif, karena sebab tingginya angka DO lantaran tidak adanya komunikasi yang baik antara mahasiswa dan dosen. Terlebih pembimbing akademik. *Penulis:Megawati Latief/Marlina/A.Agung Shalihin/Habibi Fajar
www.
washilah .com
TOPIK UTAMA
Edisi 103 | Jumadil Awal 1439 Hijriyah | Februari 2018 Masehi
9
Litbang: Andi Rini Sulestiani Infograpic: Andi Normalasari Ar/Muhammad Alif (Aket)
10 B
LINTAS
www.
Edisi 103 | Jumadil Awal 1439 Hijriyah | Februari 2018 Masehi
washilah
erkunjung ke tempat baru adalah ihwal menyenangkan bagi seorang traveler. Bukan hanya keindahanl geografis wilayah itu, keramahan dan adat istiadat menjadi nilai tersendiri yang sayang untuk dilewatkan. Apalagi negeri kita Indonesia kaya akan keanekaragaman. Bila kita mengulik kekayaan Indonesia, kita malah akan dibuat kagum dan takjub oleh keindahannya. Nah, saya akan berbagi sekelumit cerita perjalanan di salah satu provinsi di pulau Sumatera yang berbatasan dengan pulau Jawa, yakni provinsi Lampung. Selayang Pandang Jadi Wartawan Kampus Sejak bergabung dengan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) pada 2015 lalu, saya semakin disibukkan dengan tugas meliput dan menulis berita ala jurnalis profesional di luar sana. Untuk mengasah kemampuan dan keterampilan setiap individu, saya dan teman-teman yang tergabung di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Informasi Mahasiswa Alauddin (LIMA) dibekali dengan berbagai pelatihan. Mulai dari tingkat dasar hingga lanjut. Saya tidak akan menyandang status reporter tanpa melalui berbagai tahapan dan pelatihan tingkat dasar. Di tambah lagi dengan beban tugas liputan yang pikul setiap individu. Semuanya punya tantangan dan tingkat kesulitan masingmasing. Yang paling menyenangkan adalah ketika saya bertemu dan mewawancarai rektor secara langsung. Yang tidak menyenangkan adalah tidak lain dan tidak bukan saat di tolak oleh narasumber. Nah, masuk tahun kedua di UKM LIMA, saya berkesempatan ikut Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PJTLN) yang di adakan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Kampus (UKPM) Teknokra Universitas Lampung. Pontang-panting cari ‘petunjuk’ Bicara kegiatan dan saudarasaudaranya, hal pertama yang dipertanyakan adalah anggaran. Meski ada hal lain yang tak kalah penting tidak bisa dinafikan. Saya tidak tahu bicara anggaran di organisasi lain disebut apa, entahlah. Yang pasti, bila kami terkendala dan menemui jalan buntu terkait dana, jalan terakhir adalah senior dan alumni. Atas nama anggaran, dana, uang dan lain sebagainya, saya mengenal istilah ‘petunjuk’. Beruntungnya, ibu memberi uang untuk biaya pendaftaran dan jajan, tiket pulang pergi saya pikirkan kemudian. Saya kesana kemari membawa proposal, mininal dapat uang untuk membeli tiket. Beberapa senior menjadi ‘malaikat’ karena memberikan selembar dua lembar. Saya pun berkesempatan menginjakkan kaki di Lampung.
Foto bersama beberapa peserta glatik 2017 saat wawancara dengan pihak SDM Talang, Radjabasa, bandar Lampung. Kamis (30/11/2017)
Sekelumit Kisah dari Kota Siger
Travel Story dan Kekaguman Akan Kota Siger Sebelum melawat ke Bandar Lampung, saya terlebih dahulu mengakses google untuk sekadar mencari informasi tentang kota tersebut. Saya penasaran dengan rasa Seruit, makanan khasnya, dan ingin melihat Gajah secara langsung di Taman Nasional Way Kambas. Tiba di Bandara Raden Inten II, saya di jemput oleh panitia dari Teknokra. Ada patung Gajah yang memuaskan mata dan sebagai penanda bahwa saya benar-benar berada di kota Gajah. Sepanjang perjalanan saya banyak bertanya dimana ini, apa bagusnya dan lain sebagainya. Sepertinya, yang mengantar saya heran dan lumayan kewalahan mendengar pertanyaan dari orang cerewet seperti saya. Sayapun dibuat takjub dengan kota ini dimana setiap rumah bahkan toko sekalipun terdapat simbol Siger, mahkota adat bagi
pengantin wanita. Berwarna kuning keemasan dan memiliki lekukan tujuh atau sembilan, membuat kota ini sarat akan warisan budaya. Keseruan Peserta Gelatik 2017 Selama pelatihan, saya berkenalan dengan anak-anak pers kampus yang seru dan keren-keren. Saat diskusi publik “Media dalam Bayangan Hoax”, pemateri yang dihadirkan adalah orang-orang yang ingin sekali saya jumpai. Ada Ketua Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo, Sekjen AJI Indonesia Arfi Bambani Amri, hingga Miss Internet 2017 Marsya Gusman. Selain itu, kami juga memperoleh materi pengelolaan web dan riset media online. Bagi seorang jurnalis, terlebih di era tsunami informasi, memilih dan memilah berita menjadi ihwal penting. Apalagi sender menggunakan internet dan media sosial, keterampilan mengetahui sumber
dapat di percaya atau tidak akan di uji. Kuncinya ada pada disiplin verifikasi. “Sebagai pengguna, kita dijejali banyak informasi dari berbagai sumber yang beragam. Kemampuan seorang jurnalis adalah analisis dan riset. Itulah yang perlu dilatih dan dikembangkan. Disiplin verifikasi kuncinya,” ujar Sekjen AJI Indonesia Arfi Bambani Amri saat memberikan materi Riset Media Online. Sabtu, (28/11/2017) lalu. Pelatihan di akhiri dengan turun lapangan dan penulisan berita mendalam dengan tema sanitasi di sekolah. Tempat yang menjadi sentral observasi adalah SDN Talang, Rajabasa, Bandar Lampung. Setelah pelatihan usai, berkat bantuan dari anak-anak LPM Kronika IAIN Metro dan saya yang ‘sedikit’ menggoda kakak-kakak dari Teknokra, kesempatan untuk melihat Gajah di TN Way Kambas terkabul. Kami menempuh per-
jalanan selama hampir lima jam dari ibukota Bandar Lampung. Disana, saya melihat Gajah mulai dari ukuran yang besarnya seperti saya, hingga mamakmamak Gajah. Dari hewan yang memiliki belalai itu dimandikan sampai diberi makan. Sungguh, hari itu benar-benar menyenangkan. Perjalanan kami berakhir di tempat oleh-oleh khas Lampung, keripik Pisang. Tempat yang di kunjungi adalah Askha Jaya, bagi teman-teman yang ingin ke Lampung dan ingin membawa buah tangan, bolehlah mampir ke Askha Jaya. Selain harganya pas di kantong, ada aneka varian yang bisa dicicipi dulu sebelum dibeli. Perjalanan saya belum benarbenar berakhir di Lampung. Dengan sedikit modal nekat diburu rasa penasaran, saya memutuskan naik kereta api dari Lampung menuju Palembang. Waktu tempuh kurang lebih empat belas jam dengan tarif Rp. 34.000. Saya di ajak berkeliling jembatan legendaris Ampera dan menikmati sensasi hidangan Pempek khas Palembang dibawah jembatan Ampera. Dua hari satu malam di Palembang, membuat saya ingin berkunjung kembali. Lampung dan Palembang bukan hanya menyajikan cerita tapi juga melukiskan kenangan. *Penulis : Desy Monoarfa Editr: Fadhilah Aziz
INSPIRASI
www.
washilah .com
Edisi 103 | Jamadil Awal 1439 Hijriyah | Februari 2018 Masehi
11
Dosen FSH Rintis Usaha Jahit Sepatu Tak peduli dengan status sosial sebagai Dosen Luar Biasa (LB) Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Alauddin Makassar, Hisbullah SH MH membuka usaha kecil, yakni sebagai penjahit sepatu. Washilah— - Di awali ketika salah
seorang reporter washilah ingin mengambil orderan sepatu miliknya yang terletak di depan kampus II UIN Alauddin Samata, yang telah ia titipkan untuk di jahit. Namun hanya sosok wanita paruh baya yang muncul dari samping lapak yang berukuran 2 x 1 meter seraya berucap “Tidak adai dek, masuk ki mengajar di kampus” ucap wanita yang ternyata salah seorang penjual minuman dingin di sekitar tempat penjual jasah jahit sepatu milik salah satu Dosen Luar Biasa (LB) UIN Alauddin Makassar. Lapak yang terletak di depan kampus nampak nya sangat strategis untuk mengelolah jasa jahit sepatu, namun harga diri sebagai seorang Dosen mampukah ia pertaruhkan, karena hampir setiap hari bertatap muka dengan mahasiswa rekan-rekan dosen dengan berbagai latar belakang. Tentu ini adalah sepotong kisah yang mampu mengedukasi secara kompleks, melawan rasa gengsi demi satu tujuan ‘Usaha Jahit Sepatu’ dan proses yang panjang tak pedu-
li dengan status sosial sebagai Dosen Luar Biasa. Usaha menjahit sepatu dilakoninya sejak lama. Awalnya ia berkeliling di tempat ia bermukim untuk menawarkan jasa jahit sepatu. Namun, ia berpikir usaha keliling tersebut tidak bisa berkembang, maka diputuskanlah untuk membuka toko kecil. Meski sebagai dosen, keahliannya dalam menjahit sepatusepatu bekas tak pernah hilang. Apalagi kondisi finansial seorang dosen LB yang tidak seberapa, profesi sampingan ini membuka peluang bisnis yang menguntungkan. “Kalau tidak ada pekerjaan sampingan, bahkan pekerjaan menjahit sepatu adalah keuntungan yang pokok untuk memenuhi kebutuhuan sehari-hari,” katanya. Menjalani profesi sebagai penjahit sepatu tidak pernah membuat ia merasa malu atau gengsi dengan dosen-dosen lainnya yang memiliki ekonomi menengah ke atas. Pria ini malah membuat usahanya semakin berkembang.
“Sekarang ini banyak sekali pengusaha sepatu yang besar di Makassar, tapi semua didominasi sama orang-orang Cina. Bukan karena mereka orang cina lantas punya usaha besar, melainkan karena mereka mau berusaha,” terang pria kelahiran Sinjai ini. Ia memiliki harapan yang besar kepada mahaiswa UIN agar setelah lulus nanti mereka mampu membuka lapangan kerja dengan berbagai macam hasil usaha yang digeluti secara profesional. “Saya juga mau alumni mahasiswa, contohnya yang sedang kuliah di jurusan pertanian tidak berharap menjadi pegawai pertanian. Tapi ikut mengelola dan menciptakan ide-ide baru secara profesional terhadap apa yang ia geluti,” ungkapnya. Selain itu, mantan ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Resimen Mahasiswa (Menwa) ini juga tak jarang memberi motivasi kepada mahasiswa dalam proses mengajar. “Saya suka memberikan motivasi ke mahasiswa dan meng-
ingatkan hal-hal yang bisa mempengaruhi orientasi hidupnya. Itu kan ada penilitian bahwa 98 % mahasiswa itu tidak tahu orientasinya apa. Dan itu terbukti,” jelas alumni FSH UIN Alauddin ini. Ayah dua anak ini juga berpesan agar tak perlu merasa gengsi untuk sebuah pekerjaan dengan nominal rendah. “Yang penting halal dan bisa membuat kita senang, tanpa ada aturan yang terikat terlebih lagi dengan gaji sebagai non Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang masih
kurang untuk kehidupan di keluarga kami,” lanjutnya. Menurutnya, meski pekerjaan sebagai penjahit sepatu memiliki stigma rendah bagi banyak orang, hal tersebut sama sekali bukan masalah baginya. “Yang penting saya tidak mengambil hak orang lain,” tutupnya sembari tersenyum ramah.* *Penulis: Andi Rini Suletstiani/ Muhammad Fahrul Iras Editor: Nurfadhilah Bahar
Hafidz dan Berprestasi
M
enjadi seorang Hafidz (Penghafal Qur’an) cita-cita seorang anak dan keinginan orang tua yang tiada tara. Tentu bukan hal yang aneh dan baru lagi kedengarannya. Tapi bukan hal yang mudah untuk mewujudkannya. Seperti inilah Muhsimannur S, lelaki yang menggenggam ayat-ayat Al-Qur’an di hatinya. Mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Arab (BSA) Fakultas Adab dan Hu-
maniora. Hafidz dan berprestasi melekat pada dirinya, diusia mudanya telah mencetak segudang prestasi dengan mengharumkan nama UIN Alauddin baik di kancah Nasional maupun Internasional. Cita-citanya menjadi seorang Hafidz terwujud sejak di bangku Madrasah Aliyah (MA) di Pondok Pesantren DDI Mangkoso Kab. Barru. Memasuki tahun 2015, sebuah awal yang menjadikannya merubah status dari siswa ke Mahasiswa di kampus peradaban UIN Alauddin. Layaknya mahasiswa baru, pertama kali mengenal dunia kampus, menginjakkan kaki di dunia perkuliahan, bertemu dengan orang-orang baru pula. Lain halnya dengan Muhsimannur awal menginjakkan kaki di kampus peradaban sudah mencetak prestasi, pertama kali selama berstatus mahasiswa peringkat ke IV Musabaqah Hifsil Qur’an (MHQ) golongan 20 Juz yang diadakan oleh Duta Qathar di Jakarta, Juara 1 MHQ di Pesantren Darul Istiqomah kab. Maros, tingkat Su-
lawesi Selatan, Barat, Tenggara dan Sulawesi Tengah. Tidak sampai di situ saja, sepanjang menempuh pendidikan di kampus peradaban terus mengukir prestasi hingga sekarang ini. Menghafal Qur’an bukan tujuan akhirnya, ia tetap aktif dipelbagai kegiatan untuk meningkatkan segala potensi yang ada dalam dirinya. Muhsin, sapaan akrabnya mengatakan dengan mengikuti pelbagai lomba sebagai cara untuk mempertahankan hafalannya. “dengan adanya lomba-lomba semakin memotivasi untuk mengulangi hafalan yang saya miliki jadi sebisa mungkin saya mengikuti setiap event-event yang diadakan, Alhamdulillah selama mengikuti lomba dapat juara”tandasnya saat diwawancarai Sebagai mahasiswa tentu hal penting yang harus dilakukan ialah memperhatikan hal akademik, dan sebagai seorang penghafal Qur’an tentu hal penting yang harus dilakukan ialah Muroja’ah atau mengulang hafalan. Keduanya
itulah yang mesti dilakukan oleh Muhsin sebagai mahasiswa dan hafidz Belajar di kampus, aktif dipelagai kegiatan, megikuti pelbagai lomba tentu punya waktu agar terus mantap segala aktifitasnya. Muhsin yang notabenenya merupakan jebolan pesantren mengaku susah membagi waktu antara waktu belajar, muroja’ah dan lainnya. Tapi, itu tidak menyurutkan semangatnya untuk terus belajar dan berproses. “Terkadang susah membagi waktu untuk muroja’ah dan kuliah karena biasa padatnya waktu kuliah di kampus, biasa susah mencari waktu untuk mengulang hafalan,”ungkapnya. Walau telah mencetak segudang prestasi, Muhsin tetap memperhatikan akademiknya terbukti saat ini memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 4,0 ini tidaklah mudah, segala yang didapatkan tidak terlepas dari dukungan orangorang disekitarnya. Saling jaga, saling dukung dari keluarga, teman, dan lainnya.
Selain itu bergabung di organisasi Forum Qurra’ Wal-Huffadz, lembaga yang diusulkan oleh LP2M UIN Alauddin yang bertujuan untuk menampung wadah para penghafal dan Qori’ UIN Alauddin Makassar. Semakin tinggi pohon semakin kuat pula tantangan anginnya, begitupun dengan seorang penghafal qur’an, tentu banyak godaannya. Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab ini berpesan agar selalu ada waktu untuk mengulang hafalan, membaca Al-Qur’an. Bukan hanya untuk yang hafal Qur’an, yang belum hafal dan belum bisa membaca Al-Qur’an agar terus membaca, dan belajar sebagaimana Al-Qur’an sebagai sumber petunjuk hidup manusia untuk keselamatan hidup dunia akhirat. “Sebaik-baik dari kalian yaitu siapa yang mempelajari AlQur’an dan mengajarkannya”.* *Penulis: Farha Editor: Nurfadhilah Bahar
12
SASTRA
www.
Edisi 103 | Jumadil Awal 1439 Hijriyah | Februari 2018 Masehi
washilah
“H
ujan membawa kenangan”, itu kata mereka. Di sudut warkop yang tidak beratap. Aku dan senja. Warna senja mulai memudar di kaki cakrawala. Pelan-pelan bintang raksasa itu mulai ditelan gelap. Memangsa gelap di sisi lain. Garis-garis merah tembaga itupun semakin menegas. Sisa-sisa keperkasaanya menusuk-nusuk dedaunan, menelan hijau dengan emas. Kau tau itu, aku selalu menyukai senja. Tak ada yang lebih indah dari pada senja. Terbanglah hayal menerkanerka kisah yang lama. Lepas bebas menemuimu yang saat itu masih milikku. Terbang menuju ruang-ruang yang perlahan membisu. Seperti ada yang sengaja mengatur, mengalir dalam irama sendu. Batas waktu tidaklah aku perdulikan. Ku biarkan saja semua melanggar hukum alam. Kau tidak mungkin mengulang waktu, itu yang mereka katakan. Salah, aku bisa memutar waktu, bersama pikiranku. Dikedalaman kuburan masa lalu. Bongkahan kisah dan kepingan- kepingan usang yang mulai memudar, aku kais kembali. Siapa tau saja aku menemukan lembaran lusuh tentang kita. Lembaran yang dulu pernah aku bingkai dengan segala mimpi dan rencana tentang seatap bersama. Meski saat itu belum sempatku tunjukan hingga kau berlalu. “Ini tentang kisah bunga yang layu sebelum mekar”. Kata-kata itu terpapar rapi, aku mengukirnya lama agar terlihat indah. Aku ingat benar, memori itu aku tulis selepas senja memutuskan harapan bersama janji yang belum usai. Aku mengenang kembali. Cahaya di lorong kampus hijau sore itu mulai meredup. Sekonyong-konyong lampu jalanan beralih menerangi jalan. Aku tenang saja, melwati gedung sejuta mitos itu. Awalnya gedung tua itu adalah gedung rektorat, lalu beralih fungsi menjadi fakultas. Cukup tua, terlihat dari lapisan cat cream yang mulai terkelupas sana-sini. Ini bukan pertama kalinya aku melewatinya sepetang ini.
Hujan Membawa Kenangan Kegiatan organisasi kampus memaksa aku harus tinggal hingga larut petang. Tidak masalah, aku malah suka. Tapi kali ini ada sesuatu yang sedikit berbeda. Aku jalan tidak sendiri, ada Shofia yang menemani. Gadis itu aku kenal beberapa hari yang lalu. Orangnya kecil menggemaskan, manis dan berjilbab besar. Aku selalu menyukai gadis berjilbab besar. Belum lagi belakangan aku tau dia adalah sosok gadis yang tomboy. Pas benar, wanita impianku. Gadis religius yang tomboy, eh. Canda sepanjang jalan pulang itu, aku tak bisa melupakanya. Seperti menelan senja, matamu selalu sulilt aku lepaskan dari pandanganku. Tawamu yang tanpa dusta. cara jalanmu yang lebih cepat dari gadis kebanyakan. Semua masih lekat dikepalaku, seperti baru kemarin. Aku dan mendung Pagi itu, fajar menyisakan luka. Tiupan angin membawa benih luka entah dari mana. Kau murung. Melukai lembaran bukumu dengan sentuhan berlebihan. Aku tersadar. Menyeruaklah alasan-alasan kecewa dari ruang ruang hampa. Hingga aku menyadari tak ada luka yang hadir begitu saja. Aku tau itu salahku.
Mungkin langit paham benar hatimu. Mendun kau tau. Berjarak empat meja dari tempatku. Tidak jauh kelihatannya. Tapi ketahuilah, jika itu tentang jarak denganmu rasanya selalu sama saja, jauh. Mungkin kau menyadarinya namun kau acuhkan aku. Beberapa bulan mengenalmu membuat aku semakin mengenalmu. Sifatmu, masa lalumu, cara berjalanmu, sorot matamu, warna favoritmu yang mendadak juga menjadi warna favoritku. Kau menjelma sempurna dimataku. Bahkan susunan gigimu begitu aku hafal. Puluhan puisi tentangmu mengalir dari ujung pena. Entah datang dari mana, rangkaian metafora menderas tak terbendung. Kau jelma yang tak habis dikata. Melukis kenangan indah dirimu. Tak pernah habis imaji tentang dirimu. Jangankan menghitung, mengira saja tak kuasa. Mengalir begitu saja. Tak ada yang lebih indah darimu. Yang ku inginkan hanya menatap dirimu. Lekat dan dalam dan semakin dalam. Aku tak pernah menemukan rasa bosan kalau itu tentang dirimu. Kau membunuh definisi negatif apapun itu. Kau milikku, aku milik mu. Dan selalu, kau impianku.
Aku tau kau sangat menyukai mendung. Kau banyak bercerita tentangnya. Bahkan kau mencipta lagu untuknya. Kau melukis tentangnya. Berpuisi tentangnya. Tapi, pagi ini aku tak pernah melihatmu sebenci ini pada mendung. Maafkan aku. Aku dan hujan Kopi itu semakin dingin, sudah sejam lebih bertengger di atas piring kecil berwarna putih dengan hiasan bunga kesukaanmu, tulip kuning belanda. Butiran hujan juga sudah meringsek sedari tadi ke dalam cangkir. Aku baru menyeruput sekali. Terlalu sayang menghalau buah mendung yang kau cintai. Gerimis itu berubah menjadi butiran yang lebih besar. Hujan, langit semakin hitam dan pekat. Membasahi keratan masa lalu yang masih membisu. Sunyi. Suara suara kejauhan semakin memudar. Berisik lalu-lalang semakin samar tergantikan rintik hujan. Semakin tenang dan tenang. Desir darah mengalir semakin pelan. Menuntun butir-butir penyesalan jatuh hingga ke dalaman. Dingin pun membius ujungujung saraf di permukaan kulit. Ini semakin dingin. Seperti suara detak jantungku terdengar melu-
ruh. Bergerak dalam irama dan dentum yang teratur, bertasbih dengan huruf huruf namamu. Ini semakin muskil. Bajuku semakin basah dan tidak menyisakan sisi kering lagi. Cangkir kopiku semakin terisi, perlahan namun pasti. Sejam lagi, mungkin seisi cangkir akan meluap, menyisakan ampas hitam yang tak diinginkan. Semua hanya masalah waktu. Hingga akhirnya apapun itu datang menjemput. Mataku sembab dan memerah. Ayahku pernah berkata, air mata laki-laki adalah tanda kelemahan. Persetan dengan kelemahan, aku tak peduli. Lelah menumpah butir-butir kepedihan. Hampalah ruang yang pernah kau penuhi. Kini, semua tinggal penyesalan. Hujan. Hanya bersama hujan aku fasih mengenangmu. “Hujan membawa kenangan”, itu kata mereka. Tegaslah yang terselubung pada hati yang rapuh. Cinta akan tetap cinta meski ombak dan badai bergantian menerpa. Cinta akan tetap cinta kita tak lagi sama. Yang terpenting pula, hiduplah hari ini . *Penulis mahasiswa Jurusan Filsafat Agama Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik semester VII
13
BUDAYA
www.
washilah .com
Edisi 103 | Jumadil Awal 1439 Hijriyah | Februari 2018 Ma
Nenek moyang ku seorang pelaut Gemar mengarung luas samudra Menerjang ombak tiada takut Menempuh badai sudah biasa Angin bertiup layar terkembang Ombak berdebur di tepi pantai Pemuda b'rani bangkit sekarang Ke laut kita beramai-ramai Lagu yang di ciptakan oleh Saridjah Niung atau yang dikenal dengan ibu Soed adalah gambaran ciri khas sebagian masyarakat bumi panrita lopi.
www.traveltalkmag.com
P
agi itu di Tanah Lemo Bulukumba, kulihat jam tanganku tepat berada pada pukul 10.30 wita. Suara mesin kayu, dan potongan-potongan sisa kayu yang berhamburan sepanjang pantai menjadi tanda bahwa saya berada di titik kordinat wilayah industri pembuatan perahu Phinisi. Sepanjang jalan, mataku tertuju pada belasan kapal dengan ukuran yang bervariasi masih dalam tahap pengerjaan, tak terkecuali puluhan orang yang sedang berkumpul di bibir pantai sambil mengeluarkan teriakan yang tidak begitu jelas akibat terpaan angin. Hampir semua masyarakat di tempat ini berprofesi sebagai pembuat perahu, nelayan, dan petani rumput laut. Sehingga tidak asing jika berjalan-jalan di tempat ini mata kita akan melihat sejumlah rumah warga yang dipenuhi alat-alat untuk melaut. Inkus, salah seorang penduduk yang bermukim di sekitar tempat pembuatan perahu yang juga temanku mengatakan bahwa sedang berlangsung proses mendorong perahu (pannyorong lopi) ke laut lepas. Berbekal seorang teman yang berdomisili di sana, saya di antar menuju titik keramaian. Sesampai di sana, ternyata proses mendorong perahu masih menggunakan peralatan yang tradisional, yaitu menggunakan katrol dan rantai yang ditarik secara bersamaan membuat perahu bergerak maju sekitar 20 sentimeter. Sedikit demi sedikit kapal mulai menyentuh air laut, suara teriakan loha pun bergemuruh jelas di telingaku, bertanda keberhasilan di sekitar kapal yang berukuran panjang sekitar 45 meter itu. Gotong royong pada saat tradisi pannyorong lopi masih kental pada masyarakat Bulukumba. Hal itu biasa kita jumpai jika kapal berukuran besar didorong menggunakan tenaga manusia dengan alat bantu seadanya. Renungku, ini merupakan adat atau tradisi yang bisa menjadi media untuk mempererat tali silaturahim melihat tradisi ini melibatkan banyak orang seperti keluarga, teman seprofesi, atau sebatas kenalan saja. Uniknya di acara annyorong lopi banyak masyarakat yang berkumpul di sana untuk turut membantu sekaligus makan bersama. Saya pun turut menikmati kehangatan jiwa sosial mereka yang harmonis. Menurutku, adat seperti ini
harus dilestarikan.
Warisan Moyang di Timur Indonesia
Pembuatan Perahu Phinisi Pada zaman dahulu tahun 1930-1970, Phinisi sangat mendominasi pelayaran di Nusantara di mana pelaku ekonomi mengandalkan Phinisi sebagai pengangkut barang dagangannya. Ditandai dengan proses bongkar muat barang di pelabuhan terkenal di Nusantara, yang didominasi perahu Phinisi, itu salah satu bukti yang menunjukkan keahlian suku Bugis Makassar dalam perjalanan bahari. Namun, Phinisi tidak terlepas dari proses pembuatannya yang disertai dengan mistisisme atau tata cara ritual yang bersumber dari tradisi dan budaya pembuatnya panrita lopi. Dalam naskah Lontara I Lagaligo, kayu untuk membuat kapal yang digunakan Sawerigading untuk berlayar ke negeri tiongkok berasal dari pohon dewata yang terkenal sangat kokoh. Namun, sebelum ditebang, ada ritual khusus yang dilakukan sehingga penunggunya bersedia pindah ke pohon yang lain. Sementara perahu Sawerigading merupakan cikal bakal terbentuknya perahu Phinisi Salah seorang tokoh masyarakat Bulukumba H Sakka mengungkapkan bahwa dalam pengerjaan perahu Phinisi, ada beberapa upacara adat yang digelar. “Terdapat beberapa ritual yang sudah menjadi tradisi yaitu annakbang kalabiseang atau pemotongan pohon untuk lunas perahu. Kemudian annattara pe-
nyambugang lunas atau menyambung lunas, dilanjutkan dengan upacara ammosi pemberian pusat dengan cara pelobangan pada lunas perahu. Namun sebelum kita ammosi harus Appassili, yang bertujuan untuk menolak bala,� terangnya Setelah beberapa tradisi yang serba sakral dan mengandung nilai filosofis telah dilaksanakan, tiba saatnya perahu dilanjutkan dengan ritual menarik perahu kelaut annyorong lopi yang diawali dengan abbaca atau abbarasanji yaitu do’a untuk rezeki dan ketahanan kapal pada saat kapal mengarungi lautan. Nurdiansyah, salah seorang mandor pembuat perahu menjelaskan bahwa tahapan pengerjaan Phinisi diawali dengan beberapa tahapan. Pemotongan kayu pembuatan lunas kalebisiang merupakan bagian yang terpenting karena bagian ini merupakan bagian rawan terhadap kebocoran. Lunas terbuat dari balok kayu hitam yang dengan lebar sekitar 40 cm kemudian lanjut ke pemasangan papan dasar yang ketebalannya berbeda-beda. Kemudian pemasangan rangka perahu bertujuan untuk memperkuat dinding perahu yang terdiri dari balok-balok dan papan kayu di bagian bawah dengan berbagai ukuran. Setelah dilakukan pemasangan rangka perahu dan dinding perahu, selanjutnya pengerjaan bagian belakang perahu. Pada ba-
gian ini penting, karena di tempat itu terdapat jantung perahu setelah bagian belakang selesai dilanjutkan dengan pengerjaan bagian yang menghubungkan lamma (papan jemah) dengan lunas depan dan belakang. Dalam penegerjaan kapal yang berukuran panjang 42m dan lebar sekitar 8m yang sementara ia kerjakan, ditaksir akan menghabiskan waktu sekitar dua tahun dengan jumlah biaya kurang lebih empat milyar rupiah, belum termasuk interior dan harga mesin. Phinisi di Era Modernisasi Dengan teknologi tradisional dalam kurun waktu tahun 1930-1970-an, puncak kejayaan perahu Phinisi dalam memperlancar kegiatan perekonomian di Indonesia diawali ketika kapal perusahaan Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM ) milik Belanda ditarik ke Netherland pada tahun 1950. Seiring berkembangnya waktu hingga memasuki era modernisasi layar Phinisi kini telah tergantikan dengan motor berbahan bakar solar sehingga layar Phinisi di masa sekarang tidak lagi menjadi pusat kendali utama. Improvisasi sedemikian rupa menyebabkan terjadinya pelipatan cara tradisional menjadi modern, sehingga masih tetap bisa bersaing dari segi kualitas dan estetika. Terbukti masih bereksistensinya kapal yang terbuat dari kayu itu, sehingga warisan moyang diba-
gian timur Indonesia masih menjadi komoditi di pasar perkapalan lokal, nasional dan internasional. Namun, ini mengakibatkan berkurangnya pemesanan sehingga mereka yang berprofesi sebagai pembuat perahu harus mencari pekerjaan alternatif untuk mengimbangi ekonomi mereka. Salah satu pembuat perahu yang kami temui bernama Basri mengatakan, dalam kurung waktu satu tahun terakhir ini ia tidak membuat perahu karena tidak ada pesanan. “Tapi beberapa hari yang lalu kami menerima pesanan dan kemungkinan kami akan mulai mengerjakannya tahun depan karena harus mencari kayu dan teman juga yang sudah mencari pekerjaan alternatif lain,� keluh Basri. Bagian timur Indonesia sendiri khususnya Bulukumba, Phinisi merupakan ikon daerah yang menjadi kebanggaan karena ini merupakan ciri khas daerah yang menjadi pembeda antara daerah satu dengan daerah yang lain. Phinisi dijadikan sebagai ikon daerah karena Bulukumba merupakan daerah pesisir yang sebagain besar masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan, bukan hanya di tanah Lemo saja tapi hampir semua masyarakat yang bermukim di daerah pantai. Sehingga Bulukumba akrab disebut Butta Panrita Lopi, *Muhammad Fahrul Iras Editor: Nurfadhilah Bahar
14
LENSA
www.
Edisi 103 | Jumadil Awal 1439 Hijriyah | Februari 2018 Masehi
washilah .com
Jejak Karya Anggota Magang Dua mahasiswi melintas di areal tumpukan sampah yang berada di sekitar Cafetaria Perpustakaan Syekh Yusuf UIN Alauddin Makassar, November 2017. Foto : Nensir
Balai-balai milik mahasiswa Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) dibakar oleh pihak keamanan Universitas yang dipimpin langsung Drs Fatahuddin selaku Kepala Bagian Umum. Balai-balai disejumlah titik di Kampus II UIN Alauddin Makassar dibakar pada Mei 2017 malam sekitar pukul 22.30 WITA, karena dinilai ilegal dan tidak diperkenankan berada dalam area kampus.
Gazebo Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) samping kiri Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Alauddin makassar Ambruk. Tepat pukul 11.45 WITA mahasiswi dan pemuda yang duduk di gazebo FDK tertimpa runtuhan gazebo yang diduga miring dan telah retak. Sejumlah mahasiswa mengevakuasi korban runtuhan. Akibat ambrukan ini memakan korban sebanyak tujuh orang, enam diantaranya luka ringan dan satu luka berat. Desember 2017. Foto : Devi Fitriani
Foto : A.Agung Solihin
Area parkir khusus mobil tampak penuh dengan kendaraan roda dua (motor) di pelataran Gedung Terpadu Kampus II UIN Alauddin Makassar. September 2017.
Para peserta jalan santai pada perayaan Milad UIN Alauddin ke 52 berhati-hati saat melewati genangan air. Genangan air tersebut berasal dari pembuangan pemukiman warga sekitar kampus 2 UIN Alauddin Makassar. November 2017.
Foto : Nensir
Foto : Aldi Renaldi
LIFESTYLE
www.
washilah .com
Vlogger
Edisi 103 | Jumadil Awal 1439 Hijriyah | Februari 2018 Masehi
Ser ba-Ser bi
15
Z
aman sekarang biasa disebut dengan generasi Millenials. Generasi Millenials atau generasi muda yang berumur 17-37 pada tahun ini. Generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, terlebih jika berkaitan dengan teknologi. Generasi Millenialls memiliki ciri tersendiri yaitu mereka lahir pada saat televisi berwarna, gawai, juga internet sudah diperkenalkan. Dewasa ini sudah lebih dari 2 miliar orang di dunia menggunakan media sosial, salah satu negara yaitu di Indonesia. Indonesia sudah tidak asing lagi dengan media sosial, seperti Youtube, Facebook, Twitter, Instagram, Path, dll. Menggunakan media sosial secara bijak menjadi pedang bermata dua, maksudnya masyarakat harus pandai menggunakan teknologi ini dengan hal yang positif, jika tidak ia akan terjerumus ke lubang yang tidak ia inginkan. Salah satu media sosial yang sangat di gandrungi masyarakat terutama para remaja adalah Youtube. Youtube adalah tempat para vlogger menyalurkan bakat mereka melalui video yang di upload ke Internet. Berbicara mengenai video blog atau biasa disingkat ”vlog” merupakan catatan pribadi secara online yang diperbarui dan didistribusikan secara umum dalam bentuk video. Sebetulnya vlog dan blog tidak jauh berbeda yaitu sebagai media sharing melalui media internet. Yang membedakan adalah vlog menggunakan audio dan visual sebagai sumber media utama. Sedangkan, Blog merupakan konten writer atau sharing melalui media internet. Kemunculan Vlog di Indonesia sekitar tahun 2012 lalu. Tapi pada saat itu belum banyak vlogger yang aktif karena belum mengetahui manfaat dan tujuannya, para vlogger Indonesia banyak memunculkan channel-channel pada tahun 2014 hingga sekarang dan telah mampu menyediakan beragam konten-konten viral yang mengguncang dunia. Membuat hobbi yang bermanfaat Banyak dari generasi millen-
Foto : Husni Mubarak nials memiliki pekerjaan dan pendidikan yang tinggi membuat vlog sebagai hiburan semata untuk selingan pekerjaan mereka. Karena, menjadi seorang vlogging tidak membutuhkan waktu lama untuk membagikan video. Sekadar cerita tentang kegiatan sehari-hari kita yang seru, hingga video parody, sudah membuat penikmat maupun pembuat vlog terhibur. Pelbagai paradigma masyarakat tentang vlog ini. Tapi, tetap saja para vlogging menganggap ini adalah suatu hobi yang bermanfaat. Karena, ngevlog tidak hanya melakukan keseharian sesorang tetapi banyak macam yang bisa ia bagikan ke channel youtubenya yaitu : 1.Ngeprank Kegiatan vlogger untuk menghibur diri dengan cara menjahili orang-orang yang ada di sekitar mereka 2.Travel vlog Membagi informasi tentang tempat wisata yang dapat dikunjungi, hingga masyarakat tahu tempat unik yang belum banyak diketahui orang.
3.Food Vlog Membahas informasi tentang tempat makan, wisata kuliner ataupun tutorial masak yang ada dalam negeri maupun luar negeri. 4.Bisa lebih mengekspresikan diri Mengekspresikan diri dengan cara ngevlog agar menghilangkan rasa jenuh melalui menuliskan karya lewat kata-kata. Hasrullah, selaku mahasiwa Bahasa dan Sastra Inggris UIN Alauddin Makassar mengatakan, bahwa vlog dapat menstimulus otak kanan kita agar lebih kreatif lagi dalam membuat video dan memberikan wadah terhadap masyarakat untuk menyalurkan bakat yang ia miliki. “Karena bingung mempraktikkan bahasa yang saya pelajari, sayapun mencoba sepuluh bulan yang lalu membuat akun Youtube dan melakukan vlog dengan berbagi ilmu yang saya dapatkan.” ucap mahasiswa semester akhir ini. Vlog yang masih bisa di sebut Televisi Internet ini sangat dimi-
nati disemua kalangan, terutama mahasiswa. Karena, tidak hanya bertujuan untuk sharing kegiatan pribadi dan berbagi informasi. Tapi, juga menjadikannya sebagai ladang bisnis atau pekerjaan. Memanfaatkan vlog sebagai ajang bisnis Vlog atau menjadi vlogger dan melakukan vlogging adalah sebuah cara mudah dalam bekerja untuk mendapatkan uang dari internet. Pekerjaannya halal dan mudah, mengapa ? Sebab pekerjaan seorang vlogger hanyalah menemukan ide dan membagikan pengalamannya melalui video. Semakin banyak video yang dibuat dan menarik akan semakin tinggi jumlah viewers video atau vlog yang dibuat maka kita sebagai vlogger akan memperoleh uang dari internet. Mahasiswa Jurnalistik, Andi Arie Cakradigjaya menuturkan, membuat vlog dan membagikannya serta mendapat jumlah viewers yang besar kita akan memperoleh uang dari internet. Dengan cara vlog yang dibuat akan disisipi
dengan iklan, menyajikan vlog di channel Youtube dan dipasangkan program Adsense (Program Pengiklanan) dari Google. Program pengiklanan inilah yang akan memberikan penghasilan. “Jika masyarakat memanfaatkan teknologi ini sebagai hobi yang menguntungkan, terutama yang menghasilkan keuntungan seperti materi, salah satunya adalah ngevlog. Vlogger mendapatkan penghasilan dari iklan yang masuk dalam channel youtube kita, per-viewers itu mulai dari Rp 300 hingga Rp 400 tegantung dari iklan yang masuk dalam channel, jika masyarakat memanfaatkan vlog ini sebagai hobi yang menguntungkan,” terangnya. Seperti seorang vlogger yang mendapatkan penghargaan dan mencetak rekor muri dunia the Guinness World Record yakni Charles Trippy. Ia mendapatkan rekor muri tersebut karena berhasil memposting 2200 video setiap hari secara konsisten. Dan pastinya sudah mendapatkan penghasilan finansial yang lumayan dari vlogging ini.