W
Berharap Maksimal
aktu terus bergulir. Meninggalkan jejak-jejak masa silam yang kadangkala memilukan, kadang pula merindukan. Tahun 2015, pergantian kepengurusan bukan hanya pada birokrasi, tetapi juga pada lembaga kemahasiswaan yang bernaung di bawah UIN Alauddin Makassar. Setelah berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) telah mengalami pergantian kepengurusan dan dilantik secara resmi, UKM LIMA pun turut demikian. Hanya sekelabat kendala mebuat agenda pelantikan terus molor. Kendati demikian, roda organisasi tetap harus dijalankan. Usai melakukan regenerasi dengan merekrut anggota baru UKM LIMA yang masih berstatus magang melalui
In House Training Journalistic (IHTJ) 2014 silam. Saat ini, bibit baru tersebut sedang menjalani masa magang selama 6 bulan serta dibina untuk menjadi generasi penerus UKM LIMA selanjutnya. Sementara tahun ini, anggota muda yang telah menghabiskan masa magangnya, kini sudah resmi menjadi pengurus UKM LIMA. Tabloid Washilah pun hadir untuk menyalurkan kemampuan anggota UKM LIMA dengan menyalurkan aspirasi masyarakat UIN melalui berbaitbait tulisan. Terus berbenah, Washilah ingin menampilkan kualitas terbaik, dari segi pemberitaan maupun penyajian agar nantinya berdampak positif bagi kampus eks IAIN Alauddin ini menjadi lebih baik dan lebih berper-
adaban. Inilah sajian kami di edisi perdana kepengurusan baru UKM LIMA. Tertera pada laporan utama tentang hasil pemilihan rektor jilid dua. Sejumlah kalangan tentu berharap kalau inilah akhir dari kesimpangsiuran. Selain itu kami juga mengulas berita tentang wisuda, juga sajian wawancara khusus dengan praktisi media yang menggambarkan kedigdayaan media saat ini. Tentunya, tabloid ini masih jauh dari kesempurnaan. Kami hanya berusaha untuk bekerja profesional dan memberikan sajian untuk pembaca. Makanya kami tiada henti untuk meminta saran dan masukan dari pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan Selamat membaca. (*)
Bersama. Anggota magang dan pengurus UKM LIMA berfoto di kawasan wisata Lemo Tana Toraja dalam rangkaian kegiatan Eksplorasi Budaya.
Keluarga Kecil UKM LIMA Mengucapkan Selamat Atas Pernikahan Agus (Ketua Umum Periode 2011) & Dhita Semoga Sakinah Mawadda Warahma
Tajuk
Butuh Kasih B uku ‘Revolusi Tak Ada Lagi’ karya Goenawan Muhammad, Kasih sayang digambarkan sebagai peluntur beragam sifat negatif. Beberapa bait dalam buku itu kemudian diurai bahwa rasa ini bisa mengubah kepahitan menjadi manis. Pun karena kasih tembaga menjadi emas, karena kasih sampah menjadi suci, karena kasih kesakitan menjadi obat, karena kasih mati menjadi hidup, karena kasih raja menjadi pelayan. Dengan apik Gunawan menjelaskan bahwa Kasih bisa mengubah apa pun. Setiap insan jelas punya rasa ini. Hanya biasanya terkubur dalam, karena lawan dari sifat itu yang melemahkan keberadaanya. Makanya sungguh menghawatirkan jika Kasih itu memudar, asal jangan sampai lawan dari sifat itu meradang hingga membuat kehadiran Kasih nyaris menghilang. Dengan rasa Kasih yang vokal disebut dalam buku itu, semua masalah yang ada bisa melunak, tanpa ada perang blak-blakan atau perang urat syaraf yang belum tentu bisa menyelesaikan masalah. Kondisi yang saat ini menyelimuti institusi UIN Alauddin nampaknya satu dari sekian contoh tersirat dalam buku tersebut. Perang urat syaraf seolah berlangsung dalam prosesi pemilihan Rektor, sebelum, sampai sesudah pemilihan. Bukannya malah menghasilkan rektor baru yang meneruskan kepemimpinan sebelumnya. Malah, perselisihan dan tarik ulur kepemimpinan yang disisahkan. Pertarungan statement dari dua kubu yang mengerucut dari empat calon rektor sebelumnya, membahana di media lokal di Sulsel. Hanya karena hasil pemilihan Agustus lalu dinilai tidak sah oleh salah satu kubu yang belakangan dikuatkan oleh keputusan menteri Agama. Hanya saja, penilaian kubu yang calonnya dimenangkan pada pemilihan rektor sebelumnya itu
telah sah dan sesuai aturan, sesuai aturan yang juga dikeluarkan menteri Agama. Lantas, kesimpangsiuran ini pun dijawab kementrian Agama dengan mengangkat Pejabat Pengganti Sementara yang punya tugas menyelesaikan semua ini, segera. Namun apa mau dikata, usaha sang Pgs yang belakangan berniat mengumpulkan kedua kubu untuk duduk bersama malah tak pernah terwujud. Malah salah seorang calon mengakui pertemuan yang diharap bisa menghasilkan kesepakatan tidak pernah ada. Nahasnya, perseteruan ini malah ditunjukkan tetua kampus eks IAIN Alauddin ini, yang seharusnya menunjukkan sikap yang seharusnya dicontoh oleh anak-anaknya (Mahasiswa). Rektor sedari dulu sudah menjadi pimpinan tertinggi dalam instansi perguruan tinggi yang bertanggungjawab dalam keberlangsungan institusi. Rektor pun dianggap berhasil apabila dia memahami keberadaan Perguruan Tinggi (PT) sebagai organisasi yang kompleks, serta mampu melaksanakan peranan sebagai seorang yang diberi tanggung jawab dalam memimpin institusi PT tersebut. Namun apa mau dikata jika sampai saat ini UIN Alauddin tidak memiliki pemimpin. Untuk berbenah tentu nakhoda harus ada, bagaimana mungkin berbenah tanpa ada pemimpin yang mengendalikan kapal sebesar UIN Alauddin. Kini, bukan waktunya untuk saling menyalahkan, tapi harus saling mengingatkan. Tidak sepantasnya kita meniru lakon para politisi. Tidak sepantasnya pula kita berdiam diri dan acuh tak acuh dengan masalah kampus seserius ini. Mari berbenah! Ini bukan kampus para pejabat, bukan pula kampus rektor, dekan, mahasiswa, apalagi kampus satpam. UIN Alauddin adalah kampus kita bersama. (*)
Diterbitkan sesuai SK Rektor UIN Alauddin Makassar No. 104 tahun 2015 | Pelindung dan Penasehat: Rektor UIN Alauddin Makassar | Penanggung Jawab: Pembantu Rektor III UIN Alauddin Makassar | Dewan Pembina: Pembantu Dekan III sejajaran UIN Alauddin Makassar, Waspada Santing, Muhammad Yusuf AR, Muh Sabri AR, Arum Spink, Sopian Asy’ari, Muh. Arif Saleh, Muh. Hasbi Assiddieqy Muddin Wael, Rokiah M Lehu, Irfan Wahab, Muh. Ruslan, Syaiful Syafar, Edy, Hamjan el-Barkah, Hasbi Zainuddin, Agus, Islamuddin Dini | Dewan Pakar: Pimpinan Umum: Junaiddin | Sekretaris Umum: Muh Saifuddin| Bendahara: Esy Sartiah S | Direktur Pemberitaan: Nurfadhilah Bahar | Direktur Litbang: Rahmawati Idrus | Direktur Operasional: Astrid Rosalina | Direktur Artistik: Asrullah | Direktur Sirkulasi dan Periklanan: Haerani M | Divisi Cetak: Kartika | Divisi Online: Andriani| Divisi Fotografi : Indra Ahmad F | Divisi Vidiografi: Fadli Al Kamal | Divisi Riset: Baiq Niqte Anniza Khaliq | Divisi Grafis dan Layout: Saefullah | Reporter: Afrilian, Muhaimin | Alamat Redaksi: Jln. Sultan Alauddin samata No. 63, Ged. PKM Lt. 3 | Layanan Informasi: 085396015781/085255209087 | Redaksi menerima tulisan berupa artikel, opini, dan essay singkat. Redaksi berhak mengedit tanpa mengubah substansi tulisan. Naskah dikirim ke email: washilahonline@gmail.com, atau diantarkan langsung ke redaksi.
Panggil Aku, Ambo Dalle! (Bagian I) (Rizki Ayu Amaliah)
A
mbo Dalle, nama ini cukup familiar untuk daerah Bugis di abad ke 19. Berbeda di abad ke 20 ini, begitu banyak nama yang tidak jelas makna dan artinya. Dalam istilah bahasa Bugis, Ambo diartikan sebagai bapak. Dan Dalle dimaknai sebagai rejeki. “Dalle” begitulah ayah ibu menyapaku. Aku lahir bertepatan dengan hari panen cengkih. Ayah yang berprofesi sebagai petani cengkih, ketika itu ketiban rejeki yang jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan hari – hari sebelumnya. Itulah sebabnya, ayah memberiku nama “Ambo Dalle”. Dengan harapan rejeki ayah semakin hari semakin bertambah dengan kehadiranku di muka bumi. Kuanggap pemberian nama itu bagian dari doa. Aku bangga dengan nama Ambo Dalle, meskipun bukan hanya sekali dua kali orang menghina dan merendahkan namaku. Pernah suatu waktu, guru SMA hendak mengabsen. Dengan lantang dia memanggil nama siswa dan siswi satu persatu. Dia takjub bukan kepalang melihat nama – nama yang tertera di
absen begitu indah. Ada nama yang menyerupai nama artis, nama istri nabi, nama sahabat dan nama – nama orang ternama di dunia. Tapi seketika itu dia tersentak kaget. Melihat namaku berada di tengah – tengah mereka. “Ambo Dalle?” Dia menyebut namaku dengan ekspresi heran. “Hadir, Bu,” jawabku sembari mengacungkan tangan. “Namanya kok aneh? Ternyata di zaman ini masih ada yah nama seperti ini,” ujarnya. Serentak isi ruangan kelas tertawa. “Namanya diganti aja, Nak!” Lanjutnya. “Masih adakah nama sebagus namaku di era ini, Bu?” tanyaku. Lagi – lagi mereka menertawaiku. “Yah, memang kenyataannya kan, Bu. Di zaman ini nama Ambo Dalle sudah begitu langka,” tuturku. “Namakan bagian dari doa, Nak. Apa salahnya kalau namamu diganti dengan nama yang lebih bagus. Berbahasa Arab dan memiliki makna yang jelas. Seperti Rizki, nama itu lebih cocok untukmu.” “Tidak, Bu. Nama ini
pemberian kedua orang tuaku. Ini hadiah pertama yang aku peroleh darinya. Aku tak pernah merasa minder dengan nama yang mereka berikan. Toh, namaku mengandung arti mendalam terlebih lagi sama sekali tidak bertentangan dengan agama,” kataku. “Kan, tidak mesti nama yang bagus berbahasa Arab. Rizki dan Dalle sama saja kan, Bu,” lanjutku. Bu guru hanya tersenyum menatapku. **** Sepulang sekolah, kuceritakan kejadian yang menimpaku di sekolah pada orang tuaku. Mereka tersenyum karena aku bangga dengan nama ini. “Salah satu alasan ayah dan ibu memberikan nama ‘Ambo Dalle’agar kamu bisa mengikuti jejak ulama besar di daerah kita, Nak. Anregurutta Ambo Dalle, pendiri salah satu pondok pesantren ternama di Sulawesi Selatan. Tak ada satupun yang meragukan beliau,” ujar ibuku. Aku tersenyum. Itulah mengapa aku begitu bangga dengan nama ini.
*** Seingatku ejekan dan hinaan pernah juga kuperoleh dari teman – temanku di bangku kuliah. Tepatnya di Universitas ternama di Jakarta. Peristiwa kembali berulang, saat dosen membaca nama – nama yang tertera di daftar hadir mahasiswa. Namun kali ini, hinaan itu bukan kuperoleh dari dosen, tapi dari teman sekelas. “Ambo Dalle?” Dosen menyebut namaku dengan eskpresi heran. “Hadir, Pak,” sahutku. “Ambo Dalle itu artinya apa, Nak?” tanyanya penasaran. “Bapaknya rejeki, Pak.” Jawabku. “Huu, dasar nama kampungan!” Salah seorang mahasiswi menyahut dan memaki namaku sebagai kampungan. Kata – katanya membuat emosiku naik. “Enak saja dia mengatakan namaku kampungan. Itu sama halnya dia menghina pemberian kedua orang tuaku,” geramku. Andai dia bukan perempuan, tanpa pikir panjang akan kutonjok mulutnya kurang ajar menghina namaku.
Sampai kapanpun aku tidak akan bisa menerima siapapun yang menghina pemberian kedua orang tuaku. Karena bagiku itu merupakan suatu kehormatan dan kebanggaan. (Berlanjut ke edisi berikutnya)
Mahasiswi Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik, jurusan Ilmu al Qur’an dan Tafsir. Aktif di Forum Lingkar Pena (FLP) UIN Makassar.
REKONSILIASI Setop Konflik, Segera Berbenah
Washilah - Pemilihan rektor UIN Alauddin jilid dua baru saja usai. Euforia pesta empat tahunan sekali itu, menghasilkan Prof Musafir Pababbari sebagai pemilik suara terbanyak, 28 suara. Mengungguli kandidat terdekatnya, Prof Dr Mardan dengan 26 suara. Pemilihan rektor jilid dua ini sudah dilakukan sesuai aturan. Sejumlah pihak berharap, kemelut yang terjadi selama ini segera berakhir. “Proses pemilihan ini telah sesuai aturan,” kata Prof Dr Musafir Pababbari usai pemilihan. Ketua Panitia Seleksi Calon Rektor (PSCR) Muhlis Latif mengatakan untuk melangsungkan pilrek pada 15 Mei yang lalu, begitu banyak langkah yang harus ia persiapkan. Banyak harapan dari masyarakat UIN Alauddin agar kemelut kepemimpinan di kampus eks IAIN Alauddin itu segera berakhir. Prof Dr Musafir Pababbari pun hanya ingin melakukan rekonsiliasi di program pertamanya. Dia ingin menyatukan dua kubu yang selama ini bersaing. Terlebih beberapa persoalan, harus diselesaikan dengan rektor defenitif. Termasuk penandatangan ijazah. Lagi pula, UIN Alauddin Sudah terlalu lama tidak memiliki pimpinan, hanya seorang pengganti. Masih Menggugat Kendati demikian, proses Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) terhadap gugatan pilrek yang diajukan Prof Dr Faisal Bakti masih terus akan dilangsungkan. Bahkan, lulusan fakultas Adab dan Humaniora tersebut menyebut akan ada sidang ke tujuh gugatan PTUN yakni sidang pembuktian dan penampilan saksi-saksi. “Insyaallah kami akan maju lagi, dan itu sudah proses yang ke tujuh kalinya. Kita tunggu hasilnya.” Adapun saksi-saksi yang diundang ialah Ahli Hukum Prof Dr Ali Parman, guru besar bidang hukum Islam Prof Sabri Samin, dan ketua PSCR saat pilrek 2014 lalu, Dr H Salehuddin Yasin. Tidak sampai disitu, rupa-rupanya
Prof Faisal juga sudah mem-PTUNkan Pengganti Sementara (Pgs) Rektor. “Bukan orangnya, tapi SK nya menteri yang keluar itu tanpa ada jawaban terhadap pilrek kemarin (7 Agustus 2014). Itu kan tidak ada surat dan tanggapan sama sekali, bahkan kami tidak diterima di Jakarta waktu menghadap oleh sekjen dan dirjen,” ungkapnya. Minggu (17/5). Jawaban yang ia nanti pun malah tidak pernah datang. Malah yang turun adalah SK Pgs. “SK Pgs sendiri kan kalo kita baca banyak sekali keganjalan-keganjalan yang kita sendiri bingung kan?” imbuhnya. Bahkan Prof Faisal yakin PTUN ini akan segera sampai. Karena ini sudah kali ketujuh sidang, dan selalu dihadiri oleh kuasa hukum yang berganti-ganti dan juga mereka biasanya tidak banyak bicara. “Jadi kalau hakim mau fear, ya harusnya kebenaran itu kelihatan kan di forum-forum sidang gitu kan. Apalagi besok ini kita membawa saksi yang tentunya banyak bicara nantinya,” jelasnya. “Dan dokumen-dokumen yang kita tunjukkan serta aturan-aturan yang selama ini turun gonta ganti dan paling bertentangan itu kan kemudian menjadi tanda tanya kita selama ini,” tambah dia. Tidak hanya itu, Pgs-nya pun kata dia sudah cacat hukum. Ia pun beranggapan kalau semua yang dihasilkan juga cacat hukum. “Apalagi saya tidak masuk lagi jadi calon rektor kan? Alasannya, karena ada intrik lawan kita itu bahwa sekali pun saya dimenangkan atau menang,
dia akan dilantik. Sehingga kawankawan tidak mau mengambil resiko, kawan-kawan pendukung saya nanti memecahkan suara karena tentu ada kawan yang sudah sedikit terpengaruh,” ketusnya. Persiapan Panjang Proses pilrek pada 15 langkahlangkah panjang. "Banyak hal yang harus kita lengkapi dulu," ungkap Kepala Biro Administrasi Umum ini. Selasa (05/05) Langkah-langkah tersebut yakni meminta calon kandidat dengan bersurat ke seluruh fakultas, melengkapi anggota senat, melakukan pemeriksaan berkas-berkas yang diajukan calon, pencabutan nomor, pembahasan tata tertib, lalu pemilihan. Setelah penandatanganan SK PSCR, Ketua PSCR baru mengadakan rapat resmi pada tanggal 5 Mei terkait berlangsungnya pemilihan nanti. "Saya baru mengumpulkan berkasberkas hasil pemilihan kemarin dan mempelajari statuta dan PMA-PMA terkait," tutupnya. Domino effect Kesimpangsiuaran tersebut tentunya menjadi preseden buruk bagi masyarakat UIN Alauddin Makassar. Ketua Dewan Mahasiswa (Dema) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Taufiqurrahman Rasyid memaparkan bahwa segala sesuatu yang mengganjal dipertengahan jalan seperti kondisi sekarang ini, pasti ada dampaknya. Termasuk Pendanaan lembaga kemahasiswaan yang mandek. Selain itu Mahasiswa yang diwisuda kemungki-
nan akan terkendala di ijazah. “Karena ijazah pasti yang tandatangan adalah rektor, ndak mungkin Pgs Rektor,” ujar Mahasiswa Jurusan Menejemen Dakwah ini. Kamis (26/03). Tataran kampus yang tidak maksimal. “Coba kita lihat, selama kita tidak mempunyai pemimpin yang baru, lihat amburadul. Mulai dari sistem, mulai dari penyusunan, termasuk di lembaga kemahasiswaan,” lanjutnya. Tidak hanya itu, Prof Mardan pun sudah menilai bahwa seluruh komponen di kampus UIN ini sudah hancur. Mulai dari adminsitrasi, lingkungan yang sering kotor, dosen-dosen luar biasa yang tidak lagi diberdayakan karena tak melihat kelompok, dan penyerobotan dimana-mana. “Lembaga Kemahasiswaan, coba kita bayangkan tahun 2014 itu, sudah tidak ada Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEM-U). Semua perlu dibenahi itu, jadi kalau mau ya harus memang pimpinan elegan dengan tidak melihat warna, tidak melihat golongan, melainkan siapa yang punya kompetensi dan integritas itulah yang kita dahulukan. Itu juga masalah kebersihan, dan yang paling berat ini kelas, penyerobotan,” jelasnya. Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa UIN Alauddin dimata perguruan tinggi di Indonesia sudah menurun. “Ya jelas ratingnya menurun. Pada pertemuan asosiasi Professor se-Sulsel itu, Unhas dan UNM itu sangat menyayangkan mengapa
begitu diperlambat pemilihan rektor UIN Alauddin.” Dulu itu, lanjut Prof Mardan, dari 6 Universitas yang berada di bawah naungan Kemenag, UIN Alauddin peringkat ketiga, sekarang turun ke tingkat terakhir, dikarenakan kisruh ini. Dampak lainnya juga berimbas pada Dekan-dekan yang akan habis masa jabatannya, dan seharusnya sudah diganti oleh dekan baru. Dengan kondisi tersebut, Dirjen Kemenag mengeluarkan surat adanya Pelaksana Tugas (Plt) bagi dekan yang telah habis masa jabatannya, terkhusus Dekan FTK dan Ushuluddin. “Inilah saya korban sebagai dekan. Kan dekan itu berakhir pada bulan januari, akan tetapi tidak ada rektor yang definitif, saya jadi korban dalam arti tidak memiliki periode. Maka Pgs mengusulkan agar saya menjabat lagi sampai adanya rektor. Jadi, kalau april tidak ada rektor, saya bakal jadi dekan lagi ini,” ucap Plt Dekan FTK sambil terkekeh. Oleh karena itu, berbagai harapan dan cita-cita terus saja menghujami kampus UIN Alauddin Makassar agar persoalan ini tidak berlarutlarut dan dapat selesai secepatnya. “Kami sebagai mahasiswa berharap agar kita memiliki pemimpin yang akan mengubah UIN Alauddin menjadi kampus yang benar-benar berperadaban. Dan semua dampakdampak yang diakibatkan ini segera dibangun dan dibenahi,” tandas Taufiq. *Nurfadhilah Bahar/Rahmawati Idrus
Kondisi Masjid UIN Alauddin Memprihatinkan
M
asjid merupakan tempat ibadah umat muslim. Sudah menjadi kewajiban bagi muslim untuk memahami fungsi dan perannya. Tidak hanya dipergunakan untuk salat, tetapi juga sebagai pusat dakwah dan mendekatkan diri pada Allah Swt. Seperti halnya Masjid UIN Alauddin Makassar. Kampus yang terkenal dengan pameo “kampus peradaban” ini, tentunya memiliki masjid yang diharapkan mampu dilengkapi dengan fasilitas yang memadai dan kondisi nyaman. Berbicara soal kondisi dan fasilitas, pengelola masjid UIN Alauddin Muhammad Jufri menjelaskan kalau pihak terkait sudah berusaha untuk membenahinya. Salah satunya penyediaan sumur bor agar tidak ada lagi keluhan kekurangan air wudhu. Kendati demikian air di Water Closet (WC) masjid seringkali macet. Tak hanya air yang macet, daun pintu toilet pun beberapa sudah terlepas dari bingkai pintunya. Meski demikian, Jufri menjelaskan kalau sudah ada ide untuk memperbaikinya. “Kita usahakan untuk pintu toilet itu segera diperbaiki, tidak cukup satu tahun. Ini karena kurangnya kesadaran dari pemakai sehingga cepat
rusak.” kata Jufri. Fadlia, mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) menyayangkan banyaknya kasus pencurian. “Saya cukup kecewa melihat masjid ini, karena pertama kali masuk ada himbaun ‘amankan barang-barang anda’, tidak sepatutnya di masjid kampus ini ada peringatan seperti itu, apalagi kampus yang notabenenya Islam,” katanya belum lama ini. Peringatan "Amankan BarangBarang Anda", kata Jufri adalah salah satu cara untuk meminimalisir halhal yang tidak diinginkan terutama masalah pencurian barang. Jufri memaparkan, kalau langkah untuk keamanan masjid, sementara menggagas adanya CCTV dan meminta kepada security untuk penjagaan khusus dan pengawasan saat orang-orang beribadah. Melihat kondisi tersebut, Wakil Dekan (WD) II Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Drs Muh Anwar M Hum menilai manajamen masjid kampus II masih kurang dan perlu ditingkatkan. Apalagi masjid tersebut tidak lagi sekadar tempat untuk menunaikan kewajiban, tetapi juga diisi dengan kegiatan-kegiatan lain. "Solusi pertama yakni penge-
lolaan yang bagus. Bagus tidaknya masjid, salah satunya diukur dengan kebersihan toiletnya dan tempat wudhu," kata dia saat ditemui di ruang kerjanya belum lama ini. Dari segi keamanan masjid, Muh Anwar, baik masjid kampus I dan II perlu pengamanan lebih. Dibandingkan dengan masjidmasjid luar yang lebih produktif, hanya ada satu di Indonesia, yakni Masjid Agung Jawa Tengah. Masjid tersebut kata Anwar bisa menjadi gambaran untuk dijadikan contoh masjid ideal. Karena sekaligus menjadi objek wisata religi. "Masjid Agung Jawa Tengah, misalnya. Dibangun fasilitasfasilitas untuk umum. Kemudian dibangun menara yang tinggi. Ruangan ber-AC dan nyaman tentunya. Mereka bisa menghasilkan 10 juta per hari," beber Muh Anwar kepada Washilah. Lain halnya dengan Prof Dr Mardan MAg. Ia berpandangan bahwa tempat beribadah yang ada dikampus ini bukanlah masjid tetapi Mushollah lantaran tidak memenuhi kriteria masjid, melainkan hanya sekedar meyelesaikan ibadah-ibadah fardhu saat berada di kampus." Jelas lelaki kelahiran
Maros itu. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora ini berpendapat, masjid yang ideal adalah masjid memiliki fungsi sama pada zaman ketika masa para nabi. Bukan sekadar pusat ibadah, tetapi juga pusat pembangunan peradaban Islam. “Masjid menyejukkan dalam arti tenang, aman dan bernuansa spiritual, sarana dan prasarana lengkap, serta yang paling mendasar,
memakmurkan masjid. Nah, untuk mencapai hal ini tentu harus memenuhi administrasi yang kuat dan manajemen yang baik,” jelas dia belum lama ini. Masjid kampus yang ideal, tambah Prof Mardan, yakni yang mampu menampung antara 2500-3000 jama'ah, memiliki perpustakaan, dan lebih idealnya lagi ketika terdapat museummuseum kecil tentang peradabanperadaban Sulawesi Selatan. *astrid rosalina
Curanmor
Data laporan pencurian motor sepanjang tahun 2014 di UIN Alauddin.
Menanti Sentuhan Tangan Rektor Washilah - Semua masyarakat UIN Alauddin tentunya tidak sabar lagi dengan sentuhan tangan sang nakhoda, rektor baru. Dengan sejumlah warisan permasalahan yang menuntut untuk diselesaikan, sang rektor diharap punya jiwa yang tangguh. Pasalnya, bukan hanya permasalahan akademik yang harus diselesaikan, tapi juga persoalan menyangkut kriminal. Yang paling santer adalah tindak kejahatan pencurian motor (Curanmor). Dengan puluhan motor mahasiswa dan dosen yang raib di UIN Alauddin, tidak sedikit yang menyebut tanah kampus eks IAIN Alauddin itu sebagai lahan basah untuk mencari nafkah. Rektor tentunya menjadi garis komando untuk menciptakan suasana nyaman dan tenang bagi civitas akademika untuk datang di UIN Alauddin. Tanpa perlu mawas kendaraan pribadinya. Pencurian motor yang kerap terjadi di lingkungan UIN Alauddin Makassar akhirnya menemui titik terang. Berdasarkan hasil data yang didapatkan pelaku ternyata masih ada yang dibawah umur, katanya belum lama ini. Saat ditemui di Kafetaria, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Purnawirawan Genda S. mengatakan bahwa security disini hanya membina keamanan dan
Alihfungsi Ruangan, Mahasiswa MD Mid di Koridor
Januari
ketertiban dalam kampus, bukan jaga motor. "Saya berusaha bagaimana caranya bisa aman. Tetapi kalau hanya mengamankan terus, namun sarana dan prasarana tidak mendukung, itu juga susah,"ungkapnya. Ia juga memberikan sederetan nama-nama pelaku pencurian motor di UIN Alauddin yang telah tercatat di Polres Gowa sejak 2014 hingga sekarang ini. diantaranya, Andi Dermawan, (19), alamat Alatampang, Pallangga. Fatur (15) alamat BTN Nusatamarunang, Kecamatan Sombaopu. Aswandi (18) alamat Mapala lorong 1 Kecamatan Rappocini, Makassar. Ervin (30) alamat Jl Hertasning Makassar. Jafaruddin Dg Ngerrang, ditahan karena ditemukan lembaran negara berupa senjata tajam dibadannya . Selain itu berdasarkan data di satuan pengaman kampus, pada 2014 jumlah curanmor mencapai 31 kasus. Sedangkan pada 2015 ini terjadi 9 kasus curanmor. Dengan maraknya curanmor, semua pihak berharap pihak pimpinan dapat mengatasi hal ini dengan meningkatkan sarana dan prasarana yang menunjang keamaan UIN Alauddin dan Satpam dapat bekerja secara efektif. *Afrilian/Nurfadila Washilah - "Pak, mahalnya lagi dibayar. Tapi kenapa kuliah di luar!" sahut salah seorang mahasiswa Menejemen Dakwah (MD) mewakili teman-temannya. Mahasiswa MD Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) pada Senin pagi melangsungkan ujian mid
1. Tanggal: 6 januari Waktu: 16:00 Lokasi: Fakultas Tarbiyah dan keguruan Jenis motor: Yamaha Mio GT, warna merah-hitam Plat: DD 5203 XE Pelapor: Rismayani 2.Tanggal: 10 Januari Lokasi: Fakultas Sains dan Teknologi Jenis motor: Yamaha Mio J/Plat: DD 5509 VN/ Pelapor: Ashar Hidayat Musa 3. Tanggal: 21 Januari Waktu: Pukul 12:30 Lokasi: Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jenis Motor: Mio Sporty biru/Plat: DD 53576 AI Pelapor: A. Atir Midzi Alim
Februari
1. Tanggal: 1 Februari Waktu: pukul 15:00 Lokasi: Fakultas Sains dan Teknologi Jenis motor: Yamaha Mio Sporty, warna hijau Plat: DD 3211 ZJ Pelapor: Ernawati
Maret 1.Tanggal: 21 Maret Waktu: pukul 08:30 Lokasi: Parkiran Kampus Jenis motor:Yamaha Mio, warna merah/Plat: DD
semester di koridor Fakultas. Pasalnya, ruang yang sebenarnya menjadi tempat perkuliahan mereka rupanya telah berubah fungsi menjadi ruang untuk Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) yang memang tidak memiliki sekretariat. Senin (11/05) Ditemui saat memantau ujian, Dosen
5460 XK Pelapor: Andini Mulia L 2. Tanggal: 21 Maret kejadian, Tanggal 25 maret melapor Waktu: pukul 11:30 Lokasi: Parkiran Kampus Jenis motor: Yamaha X trait, warna putih-merah Plat: DD 5407 B Pelapor: M Akzan Rijal
Mei
Tanggal: 18 Mei Waktu: Pukul 11:00 Lokasi: Fakultas Sains dan Teknologi Jenis motor: Yamaha Mio, warna putih Plat: DD 4187 B Pelapor: Abdur Imam Hanafi
Juli
Tanggal: 26 juni kejadian, tanggal 1 juli melapor Waktu: pukul 10:00 Lokasi: Halaman parkiran kampus. Jenis motor: Jupiter Z/Plat: DD 2649 MX Pelapor: Diky Ahmad Prayogi
Agustus
1. Tanggal: 19 Agustus Waktu: pukul 14:15. Lokasi: halaman parkir kampus. Jenis motor: Yamaha Mio sporty, warna putih Plat: DD3031 GJ Pelapor: Sri Ariyati Munawir 2. Tanggal: 20 Agustus kejadian, tanggal 22 melapor Lokasi: Fakultas Sains dan Teknologi. Jenis motor:
pengajar Arifuddin Tike mengatakan bahwa ia tak masalah mengajar dimana saja, melainkan hanya mengkhawatirkan mahasiswa yang tak nyaman belajar di luar. "Saya memberi perkuliahan di mana saja kan bisa. Tidak masalah buat saya. Yang masalah itu buat mahasiswa, kan," ungkap dosen mata kuliah Ilmu
Kawasaki Ninja, warna Hijau. Plat: DD 3930 DP Pelapor: Kasman Suherman
Oktober
1.Tanggal: 18 September kejadian, tanggal 3 Oktober melapor. Lokasi: Fakultas Sains dan Teknologi. Jenis motor: Yamaha Mio J, warna putih/Plat: DD 4811 LW Pelapor: Siti Anusarah SY 2. Tanggal: 18 Oktober kejadian, tanggal 20 melapor Lokasi: Fakultas Sains dan Teknologi. Jenis motor: Yamaha Mio JT Plat: DD 3293 GD Pelapor: Nur Indian Fitriani
November
1. Tanggal: 10 November kejadian, tanggal 11 November melapor Lokasi: halaman parkir kampus. Jenis motor: Yamaha Mio sporty, warna merah maron. Plat:DD 3843 LT Pelapor: Rahmawati 2. Tanggal: 18 November Waktu: pukul 11:30 Lokasi: Fakultas Syariah dan Hukum. Jenis motor: Yamaha Mio Sporty, warna Biru/Plat: DD 5858 XQ Pelapor: Faliana Nur Saputri
Desember Lokasi: Halaman parkir kampus. Jenis motor: Yamaha Mio GT Plat: DD 6074 MI Pelapor: Anisa Molidia *Tidak ada laporan pencurian motor pada bulan April, Juni, dan SeptemberSumber: Reserse Kriminal Polres Gowa
Komunikasi ini. Ia juga mengatakan, ingin menggunakan ruang Lecture Teater (LT) sebagai ruang perkuliahan sementara. Arifuddin telah melapor ke Kepala Tata Usaha, selanjutnya ke bagian umum, dan dari bagian umum ke tukang kunci. *Afrilian
759 Alumni Tunggu Ijazah Washilah - UIN Alauddin Makassar telah mengukuhkan 759 wisudawan periode April 2015. Hanya saja, para lulusan ini harus menunggu hingga rektor defenitif UIN Alauddin dilantik. Oleh karena itu, penandatanganan ijazah mahasiswa masih harus menunggu. Ketua Panitia Wisuda, Wakil Rektor bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga Prof Dr H Ahmad M Sewang MA membenarkan hal tersebut. "Diantara problema wisuda tahun ini karena belum ada rektor definitif sehingga dengan demikian, (ijazah mahasiswa) belum bisa ditandatangani." kata Prof Ahmad M Sewang kepada Washilah belum lama ini. Walaupun ijazah tersebut bisa ditandatangani oleh Dirjen, akan tetapi Dekan pun saat ini masih banyak yang belum definitif. "Ada beberapa dekan yang Pejabat Pelaksana Tugas (Plt). Wakil rektor sendiri pun masih Plt," ungkapnya. Dalam hal ini, Plt tidak berwenang menandatangani ijazah karena ijazah hanya boleh diteken oleh pejabat definitif. Dengan demikian, ia berharap agar Pengganti Sementara (Pgs) rektor dapat mempercepat proses pelantikan dan mengganti dekan-dekan fakultas agar problema tersebut dapat segera terselesaikan.
Washilah Online “Bagaimana pendapat kalian tentang penandatanganan ijazah mahasiswa yang ditunda hingga ditetapkannya rektor?”
Meski Jum’at (15/5) lalu pemilihan ulang rektor sudah dilakukan dengan Prof Dr H Musafir Pababbari sebagai pemegang suara terbanyak, masih harus menunggu kepastian dari kementrian. Apalagi, keputusannya memang hasil pilrek masih harus diterbangkan ke Jakarta untuk sampai ke meja menteri Agama. Saat ditemui usai pemilihan, Pgs Rektor, Prof Dr Thib Raya juga hanya menjelaskan kalau pihaknya mengusahakan pelantikan rektor segera mungkin dilaksanakan. Thib Raya juga menghimbau agar alumni dapat menjaga nama baik almamater, baik di dalam maupun di luar kampus. “Sangat penting bagi saya untuk kembali menegaskan dan mengingatkan bahwa UIN adalah institusi Islam. Semua elemen masyarakat sangat tahu dan mengerti apa dan bagaimana seharusnya orang islam UIN bersikap,” tuturnya. Adapun jumlah wisudawan, Program Diploma (D3): 4 orang, sarjana (S1) 562 orang, Profesi Ners: 84 orang, Magister (S2): 55 orang program doktor (S3): 54 orang. *nurfadhilla bahar
Putri Amaliyah
“Lebih cepat lebih baik seperti slogan pak jk,selesaikan masalah ini secepatnya,kasian para mahasiswa yang sdh di wisuda blm bisa. mengambil ijasah mereka krn hya di sebabkan blm ada penetapan rektor baru.”
NangNing NangNing Nung
Parcel, Tradisi Nonakademik Washilah - Membawa parcel sebelum ujian meja rupanya memicu pro dan kontra baik dikalangan mahasiswa maupun dosen. Sebagian besar mahasiswa menganggap, membawa parcel saat ujian meja adalah hal yang wajar. Bagi mereka, memberi parcel merupakan tanda terima kasih kepada dosen penguji ataupun pembimbing sebagai kenang-kenangan terakhir. Nurul Maghfirah, salah seorang mahasiswi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis islam (FEBI) yang baru saja menyelesaikan ujiannya mengaku mengeluarkan biaya hingga lebih dari 700 ribu untuk bingkisan parcel. Dia beranggapan, membawa parcel adalah hal biasa dan sudah menjadi tradisi yang ada sejak dulu. Lain halnya dengan Basri, mahasiswa Ekonomi Islam yang meskipun tidak mengeluarkan biaya besar untuk parcel namun tetap memilih mempertahankan tradisi ini. “Seharusnya mahasiswa yang mengerti mau bawa atau tidak,” ujarnya. Sekertaris jurusan Ilmu Komunikasi (Ikom) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Dra Audah Mannan MAg, sedikit menceritakan asal mula mahasiswa membawa parcel pra ujian meja. Menurutnya, kebiasaan membawa parcel itu bermula sekitar tahun 2000-an. “Dulu itu mahasiswa membayar pengelola ketika ingin ujian munaqasah, namun ketika ada aturan larangan untuk membayar, maka sebagai gantinya mahasiswa membawa bingkisan atau yang sekarang disebut parcel,” ungkapnya ketika ditemui di ruangannnya, belum lama ini.
Lebih lanjut, Audah mengatakan bahwa pihak dosen tidak pernah membebankan dan memaksa mahasiswa untuk membawa parcel. Menurutnya, bingkisan hanya wujud terima kasih mahasiswa kepada dosennya. “Kalau pun ada mahasiswa yang tidak membawa parcel itu tidak menjadi masalah bagi dosen,” ujarnya.
“
Segala sesuatu yang dilakukan dikampus dan tidak memiliki nilai akademik harus dihilangkan, seperti paket (parcel) Prof Dr Hasyim Aidid Kendati demikian, banyak mahasiswa yang tidak mempermasalahkan hal ini. Tidak sedikit pula dari dosen yang menerima parcel malah mengaku terbebani. Alasannya, kemampuan finansial setiap mahasiswa yang berbeda hanya akan memperjelas jarak status Ekonomi. Menurut salah seorang dosen FEBI Dr Mukhtar Luthfi MPd, saat ujian meja fokus mahasiswa terganggu. Di samping mereka mempelajari skripsi, juga harus disibukkan parcel yang akan disuguhkan saat ujian. “Bayangkan pada saat mau ujian tapi malah lari-lari pergi urus parcel,” katanya. Hal senada yang dikatakan oleh salah seorang dosen di FDK Jalaluddin Basyir Ss MA. Parcel menurut dia hanya bentuk ucapan
terimakasih mahasiswa kepada dosennya yang kurang lebih selama empat tahun membimbing dan memberikan ilmunya. “Parcel itu sama sekali tidak mempengaruhi penilaian dosen kepada mahasiswa. dosen pasti menilai secara objektif,” tegasnya. Jalal juga mengatakan, jika tradisi membawa parcel itu memberatkan mahasiswa, solusinya adalah mahasiswa langsung menghadap kepada jurusan. “Saya kira jurusan tidak memaksakan hal tersebut, itu tergantung dari keikhlasan mahasiswa. Apalagi pihak dosen tidak pernah meminta isi dari parcel tersebut” jelasnya. Bahkan membawa parcel juga menjadi topic pembahasan hangat dalm forum diskusi bulanan Asosiasi Profesor Indonesia (Api) di Gedung Phinisi. Adalah Prof Dr Hasyim Aidid yang membawa isu ini masuk kedalam arena diskusi. Menurut dia, segala sesuatu yang dilakukan di kampus dan tidak memiliki nilai akademik harus dihilangkan. “Seperti paket (parcel),” kata ketua Komisi Disiplin itu. Beberapa guru besar pun punya pandangan serupa dengannya, termasuk rektor UNM, Prof Dr Arismunandar. *kartika/fadilah azis
“Kepemimpinan sebuah lembaga tidak boleh dibiarkan kosong terlalu lama, sebab sistem dari lembaga tersebut akan menjadi kacau. Jika dalam satu negara kursi pemimpin kosong dalam jangka waktu yang belum ditetapkan maka sistem negara tersebut akan menjadi kacau balau dan menyusahkan warga negaranya, masyarakat menjadi bingung dan terhambat perkembangannya. Meski terdengar sepeleh, namun ketetapan akan rektor merupakan hal yang urgen sebab sistem civitas akademika universitas sedikit banyak akan terhambat. Besar harapan bagi mahasiswa terlebih para sarjanawan baru agar hal tersebut bisa terselesaikan. Sekian dari saya,”
Sitti Nursinta Bahari “Semoga cepat terselesaikan problem ini karena mahasiswa sudah cukup bingung dengan skiripnya, setelah selesai masa dia juga harus bingung dengan ijasanya yg belum pasti kapan di tanda tanggani sedangkan mahasiswa selalu di tuntut untuk cepat menyelesaikan administrasinya namun pelayanannya membuat dia semakin sulit. Berinteraksi dengan kami di FanPage: Washilah Online. dan Pantau kabar terkini seputar UIN Alauddin di website kami www.washilah.com
Foto-foto: Asrullah/Afril 1. Tampak kendaraan roda dua diparkir di tempat yang semestinya. Kondisi ini terlihat di depan Fakultas Sains dan Teknologi. Lahan parkir yang disediakan belum dimanfaatkan maksimal. 2. Suasana MID mahasiswa jurusan MD di Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 3. Terlihat dua ekor kambing yang sedang duduk di pelataran fakultas Usluhuddin, Filsafat dan Politik. Ternak warga masih bebas berkeliaran di kampus.
Independensi Pewarta dalam Cengkeraman Kuasa Media Apa sebenarnya kuasa media itu? Secara umum, kuasa media adalah ketegasan media dalam mengambil sikap untuk memberikan pencerdasan, hiburan, informasi, memberi autokritik kepada publik, atau konsumen, baik pembacanya, pemirsanya, maupun pendengarnya. Sedangkan secara khusus, kuasa media itu dapat menghancurkan sekaligus membangkitkan dan membuat pencitraan pada pribadi seseorang, masyarakat maupun kelompok tertentu.
Andi Fadli Praktisi Media
Seberapa besar kekuatan media saat ini? "Kuasa" itu mutlak adanya. Karena media punya pengaruh yang sangat luar biasa bagi khalayak. Pemilik-pemilik media besar mengatakan bahwa "saya bisa menaklukkan
"Kuasa" itu mutlak adanya. Karena media punya pengaruh yang sangat luar biasa bagi khalayak�
afiliasi politiknya. Akan tetapi, secara pribadi, saya sebenarnya tidak sependapat apabila kekuatan media dijadikan sebagai corong. Karena seorang jurnalis atau wartawan itu tidak boleh ada intervensi dari pihak mana pun. Sepanjang pengalaman saya, investor yang memiliki media ini tidak secara langsung menitip pesan untuk menghancurkan lawan-lawan mereka. Akan tetapi, wartawan atau jurnalis yang bekerja di media sendirilah yang menyadari posisi mereka dalam memberitakan hal-hal agar tidak menyinggung pemilik medianya. Nah, beda kalau media partisan, ada pula media yang dibuat oleh kelompok-kelompok partai. Lalu, bagaimana dengan kebebasan media
F
akta yang dimuat dalam media massa hanya sebuah hasil rekonstruksi realitas yang terjadi di masyarakat. Rekonstruksi ini dibuat melalui proses kerja jurnalistik yang cukup panjang. Hanya saja di era kekinian, kebanyakan tidak lagi mampu menggambarkan fakta yang sebenarnya. Biasanya, hal ini dilatarbelakangi pengaruh pemilik kuasa di media tertentu, walau hanya beberapa. Dibalik semua itu, publik sejak dulu selalu mendambakan hadirnya media yang santun dalam menyuarakan kritik. Bukan sekadar mengejar rating, namun menjalankan peran sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat. Maka, sudah seyogyanya media melakoni peran tersebut. Andi Fadli, yang sejak era Soeharto hingga saat ini berkiprah di dunia jurnalistik, selama 15 tahun melakukan tugas peliputan di hampir seluruh wilayah Indonesia bahkan di luar negeri akan berbagi pengalaman serta mengungkap fakta di balik kuasa media. Berikut kutipan wawancara Staf Pengajar Ilmu Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) ini dengan reporter Washilah, Nurfadhilah Bahar.
dunia dengan media saya". Sehingga, media pun punya budaya dan hukum sendiri. Hukum yang tak tertulis dan sangat kuat. Hal ini memungkinkan untuk mereka bisa menganggap informasinya menjadi paling benar, bisa meruntuhkan pemilik perusahaan tertentu, melejitkan orang biasa menjadi seorang artis, menghancurkan koruptorkoruptor, dan meluluhlantakkan orangorang arogan yang tidak disukainya. Itulah hebatnya kuasa media. 90% di dunia ini ada pada kuasa media. Bagaimana pendapat Anda dengan kekuatan media yang dijadikan sebagai corong partai politik? Media itu sudah dijadikan sebagai alat propaganda. Kita telah melihat dengan kasat mata sejumlah media yang terang dan jelas
Media Kampus Washilah-Jika di dunia jurnalisme professional diyakini pemilik media memegang kontrol terhadap media, mereka adalah pemegang saham. Namun beda halnya dengan pers kampus. Sejumlah pengamat menilai, jiwa para kuli tinta di tingkat kampus jauh lebih idealis. Lantaran tidak ada sistem pemegang saham. Di UIN Alauddin, selain Washilah, di beberapa fakultas
juga ada beberapa lembaga pers tersendiri. Tujuannya mulia, mencoba untuk menyampaikan informasi ke semua civitas akademika. "Flash itu artinya cahaya," kata Fathuddin, ketua umum Flash. Rabu (15/04) Flash merupakan Lembaga Informatika yang ada di FDK sejak tahun 2008. Awalnya Flash didirikan dalam bentuk Komunitas dengan menerbitkan Buletin.
yang nyaris tanpa kontrol? Dulu, sejak zaman Soeharto, media itu dikontrol oleh Departemen Penerangan. Semua media di Indonesia pasti memiliki saham yang disebut Menteri Penerangan. Itulah sebabnya, jurnalis memang tidak boleh mengkritik atau bermain-main dengan informasi atau fakta yang ada. 15 tahun pasca reformasi, media pun tumbuh subur, media bebas bersuara. Sayang media saat ini menjadi bablas, kelewatan, terlalu over. Sebagian wartawan sudah tidak beretika. Menulis berita tanpa cek dan balance. Wartawan, jurnalis, atau media itu berperan untuk mencari berita, bukan mencari uang, ataupun mencari konflik. Apakah saat ini Independensi media benar-benar masih ada?
Pada Tahun 2011 Flash, regenerasi angkatan kemudian dimulai, Awalnya Flash hanya khusus mahasiswa Jurnalistik. Namun setelah Musyawarah Anggota (MUSA), kesepakatan untuk menerima Anggota dari semua jurusan yang ada di FDK kemudian lahir. Selain itu pada angkatan kedua juga Flash sudah resmi menjadi Lembaga dan bukan lagi Komunitas, dan dinaungi FDK. Lembaga Flash punya tiga divisi. Diantaranya fotografi, penerbitan dan
Independensi itu ada pada masing-masing diri seseorang. Bukan pada medianya. Kalau medianya memang susah. Tak mungkin menentang pemilik media. Wartawan itu independensinya harus kuat. Kalau tidak, buat apa mereka jadi wartawan jika sudah di intervensi. Tetapi memang, saat ini banyak juga wartawan yang mengacuhkan, suap menyuap, dll. Kalau saya pribadi, jika ada yang mengintervensi langsung, saya pasti keluar. Media memang subyektif. Subyektifnya adalah untuk kepentingan masyarakat. Apa pesan untuk generasi muda khususnya mahasiswa UIN Alauddin yang tertarik untuk berkiprah di media? Kalau memang punya bakat, silahkan latih terus. Dan ingat, pekerjaan ini adalah pekerjaan cinta. Hukumnya sangat alamiah. Banyak reporter saya yang tak bisa melanjutkan kariernya di dunia kewartawanan karena tak dapat feel-nya bekerja di media. Ya, ini seleksi alam. Ingat, hobi bisa menjadi profesi. Kalau persoalan duit, saya pasti sudah lama berhenti.
Nama : Andi Fadli TTL : Watampone, Bone 15 Desember 1975 Pangkat : Asisten Ahli Karir : Wartawan Harian Berita Kota (Fajar Group) (1995-2002) - Pimred Tabloid Kajao (1999) - Reporter Radio Ramako Jakarta Wil. Sulsel (2002) - Reporter/Kameramen News LaTivi - Reporter/Kameramen TransTv (2002-2010) - Konsultan Media Online (2010-sekarang) - Konsultan Komunikasi Media (2007-sekarang) - Tim Konsultan Media Departemen Sosial (2009-2011) - Staf pengajar di Perguruan Tinggi dan Lembaga Pertelevisian (2003 – sekarang)
cinematografi. Difakultas lain ada "Justice News" milik Fakultas Syariah dan Hukum. Nama lembaga ini bermakna Keadilan karena berasal dari fakultas Hukum yang menjunjung tinggi keadilan. Lembaga Informatika ini terbentuk pada 01 April 2015 lalu, beranggotakan 17 orang. Ada juga Shautul Adab di Fakultas Adab dan Humaniora. Media ini sudah ada sejak lama, namun sempat vakum sebelum akhirnya beroperasi kembali.
Ditingkat jurusan, ada Biosense Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Tekhnologi dan Warta bio di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Ada juga Kareba Tau Acca di Fakultas Usluhuddin, Filsafat, dan Politik. Yang digagas setahun yang lalu. Semua media ini jelas punya misi yang sama. Hanya tinggal bagaimana birokrat memberikan perhatian kepada mereka. *afrilian
Merekam Jejak Manusia UIN
K
edua, pada bulan tersebut perkuliahan kembali aktif pasca libur panjang sekaligus menandai para mahasiswa baru memulai jejaknya di kampus ini. Tahun ini, UIN menerima lebih dari 5000 mahasiswa baru. Sebuah angka yang cukup fantastis. Dari kedua hal di atas, kita perlu merefleksi posisi UIN sebagai sebuah institusi pendidikan pencetak manusia. Sebab pada hakikatnya makna dasar pendidikan adalah memanusiakan manusia. Prof Dr Koesnadi Hardjasoemantri SH, mantan Rek- tor UGM menyebutnya
Bulan September lalu adalah bulan jejak bagi UIN. Setidaknya ada dua hal yang menandainya. Pertama, pada bulan itu UIN mewisuda mahasiswanya dalam jumlah besar. Hal itu berarti mahasiswa tersebut telah menghentikan jejaknya sebagai mahasiswa UIN untuk kemudian melanjutkan jejaknya berikutnya sebagai alumni dalam pergaulan masyarakat
Oleh Arifuddin S Pd
penyemaian manusia baru. Manusia baru yang dimaksud adalah mahasiswa baru yang beberapa tahun mendatang akan menjejakkan kakinya sebagai alumni. Masyarakat melihat kualitas penyemaian manusia UIN berdasarkan kiprah para alumninya. Kita tentu tidak ingin UIN hanya menjadi pabrik ijazah yang kemudian diberikan kepada alumni tanpa dibarengi dengan kualitas dan kecapakapan hidup. Anies Basewdan, Rektor Paramadina, menyebutnya sarjana yang tumbang dan gila. Alumni Alumni adalah duta bagi kampusnya. Namun selama ini, ada fenomena kesan lupa dan melupakan antara alumni dan kampusnya. Ketika selesai, alumni seperti dilepas dan ditinggalkan. Alumni seperti kehilangan induknya. Alumni baru akan kembali mengingat kampusnya ketika hendak mengurus berkas. Sebaliknya kampus terkesan melupakan dan seolah tidak lagi memiliki kepentingan.Tidak ada lagi komunikasi antara alumni dan pihak kampus
(lost contact). Padahal keduanya saling membutuhkan dan dapat saling melengkapi. Saya ingin mengingatkan kembali, kampus ini memiliki visi menjadi World Class University (WCU). Tetapi jika terjadi lost contact dengan alumni, UIN sulit akan mencapai visinya. Salah satu indikator penilaian kualitas sebuah kampus yang kerap kita asosiasikan dengan akreditasi adalah track and record para alumninya. Track and recordnya mencakup keterserapan mereka bekerja sesuai dengan latar belakang kualifikasi pendidikan masing-masing. Belajar dari Monash University Namun ketika alumni dan kampus lost contact, kampus akan kesulitan mendata jejak para alumninya dan itulah yang sedang terjadi sekarang di UIN. UIN sudah sepatutnya belajar dari kampus
yang termasuk jajaran World Class University seperti Monash University, Australia. Monash University memiliki milist alumni dari lulusan dari S1 hingga S3. Mereka tidak akan kesulitan mendata alumni yang telah terserap di dunia kerja. Lewat milist itu pula, para alumni akan selalu menerima recent updates terkait kampusnya mulai dari info tentang rumah sewa hingga lowongan pekerjaan. Bahkan mereka memiliki gedung khusus yang disebut Monash Center. Di tempat ini para alumni dapat melihat pengumuman tentang lowongan kerja yang diperbarui setiap hari bahkan ada pula bagian konsultasi karir. Dengan komunikasi aktif, alumni dan kampus saling membantu. Semoga, meski dengan sistem informasi yang masih tergopoh-gopoh, UIN dapat mencontoh sistem Monash University.
Sejatinya hal ini tidak sulit untuk dilakukan mengingat UIN memiliki Training Center. Sayang sebab tempat ini hanya untuk komersial belaka yang melenceng dari tujuan awalnya. Tentu tidak salah dan tidak melanggar undangundang jika dikomersialkan, tetapi seharusnya di tempat seperti inilah UIN dapat memberi ruang-ruang berkumpulnya para mahasiswa baik alumni maupun yang masih aktif. Taruhlah contoh, di lantai dasar ada ruang toko buku atau di lantai tertentu terdapat lapangan futsal yang dapat disewa mahasiswa. Semoga dipertimbangkan Kesungguhan Menyemai Manusia Baru Jejak manusia UIN empat hingga lima tahun mendatang akan ditentukan mahasiswa baru saat ini. Jika kampus ini tidak “menyemai” mereka dengan baik, maka dapat dipastikan misi World Class University hanya abadi di poster dan pidato hampa rektor. Kampus ini jangan bangga dengan deretan angka ribuan alumni dan mahasiswa baru yang beku lalu kemudian lupa menyemai mahasiswanya dengan baik. Kesungguhan adalah sebuah
masalah serius di kampus ini. Kampus ini terkesan tidak bersungguh-sungguh menyemai manusianya. Hal ini terlihat dari kualitas pelaksanaan program rektor. Prof. Qadir Gassing memiliki program Character Building Program mencakup Character Building Training (CBT), Program Intensifikasi Bahasa Asing (PIBA), dan Baca Tulis Al Quran. Sebagai sebuah upaya membangun karakter, kita tentu mengapresiasi program CBT. Tetapi kita seolah lupa bawa pembangunan karakter tidak dapat hanya lewat ceramah, buku, atau training di tempat wisata saja saja. Para pejabat mulai dari rektor hingga
staf terbawah harus mempraktekkan karakter baik. Mereka harus menjadi figur yang dapat dicontoh mahasiswa bukan sebaliknya. Sayangnya tidak, perebutan kekuasaan yang dipertontokan lewat media saat pilrek, staf “songong”, dosen semau ‘gue’, penjatuhan skorsing secara tidak objektif tanpa bimbingan dan edukasi, dan intervensi dosen tertentu saat pemilma adalah karakter buruk yang secara tidak langsung sedang diajarkan kepada mahasiswa. Dan mahasiswa akan meniru apa yang sedang terjadi di lingkungannya. Di sampingitu, dalam upaya mendukung daya saing mahasiswa menghadapi Asean Economy Community atau AFTA 2015, kampus ini tidak serius menggembleng penguatan bahasa asing mahasiswa. Mari melihat PIBA yang seolah dikesampingkan dibandingkan CBT. Sarana dan prasarana tidak memadai, dana yang terkatungkatung hingga honor pengajarnya yang kerap ditunda. Penulis adalah alumni UIN Alauddin Makassar, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris
Redaksi menerima Opini, Essai, Puisi, Sajak, Cermin (Cerita Mini) untuk dimuat di edisi selanjutnya. Kirimkan ke: washilahonline@gmail.com Syarat: Opini, Essai, Cermin tidak lebih dari 800 Kata Mencantumkan Identitas dan Foto Terbaru
Bekal Masa Depan Tanggung Jawab Kampus Washilah--Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari data yang disajikan Badan Pengawasan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Selatan, semakin meningkat dari tahun ke tahun, Perguruan Tinggi (PT) pun dituntut tidak sekedar mencetak angkatan kerja agar tidak menambah jumlah TPT. “Termenung lesu engkau melangkah dari pintu kantor yang diharapkan, terngiang kata tiada lowongan untuk kerja yang didambakan Tak peduli berusaha lagi namun kata sama yang kau dapatkan, jelas menatap awan berarak wajah murung s’makin terlihat Engkau sarjana muda resah mencari kerja, tak berguna ijazahmu empat tahun lamanya bergelut dengan buku sia-sia semuanya setengah putus asa dia berucap “Maaf ibu (Sarjana Muda-Iwan Fals)
D
alam lagunya, Iwan Fals berusaha menggambarkan bagaimana sulitnya mendapatkan kerja. Secara tekstual, ia juga menjelaskan bagaimana gelar sarjana tidak menjamin mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Kondisi serupa juga coba digambarkan, Kepala Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Selatan (Sul-
sel), Rusly Rasyid. Ia menyebut, penciptaan tenaga kerja oleh perguruan Tinggi (PT) pun harus memperhatikan kualitas, dengan Skill (Kemampuan) dan kreativitas yang begitu banyak berpengaruh. Pendidikan rendah, produktivitas tenaga kerja yang lemah, serta daya saing rendah, akan menambah jumlah sarjana yang menganggur. “Ini masalah persaingan, bukan sedikitnya lapangan kerja. Sebenarnya lapangan kerja di Provinsi Sulsel ini sudah banyak, tetapi angkatan kerja yang diserap tidak sesuai dengan kualifikasi atau kriteria pendidikannya.” kata dia. Jika daya saing rendah, kata Rusli Rasyid, tentunya menjadi kegelisahan dalam menyongsong pasar tunggal Asean. Pemerintah pun menanggung beban untuk menyediakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berdaya saing. Upaya meningkatkan daya saing dan membangun keunggulan kompetitif
mahasiswa, tidak dapat ditundatunda lagi dan sudah selayaknya menjadi perhatian. SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan dalam persaingan global yang selama ini diabaikan, setidaknya kata Rusli Rasyid, ada dua hal yang menyangkut kondisi tersebut, yaitu, adanya ketimpangan antara jumlah angkatan kerja dan tenaga kerja serta tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada di Sulsel masih relatif rendah. Tidak tanggung-tanggung, jumlah angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2014 meningkat dari tahun sebelumnya, begitu pula penduduk yang bekerja di tahun yang sama mengalami peningkatan. Dari data yang diperoleh Washilah, dibandingkan tahun sebelumnya, struktur ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Selatan pada bulan Februari 2014 sedikit mengalami perubahan. Jumlah angkatan kerja di Sulsel pada Februari 2014 mencapai 3.677.576 jiwa, naik sebesar kurang lebih 57 ribu angkatan kerja dibandingkan jumlah angkatan kerja pada Februari 2013 yang sebesar 3.619.993 jiwa. Begitu pula jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2014 sebesar 3.464.719 orang pekerja,
mengalami penambahan lebih dari 55.000 pekerja dibandingkan keadaan Februari 2013. Dari total angkatan kerja di Sulawesi Selatan, ada sekitar 211.064 penganggur terbuka pada Februari 2013 dan mengalami kenaikan sekitar 1.793 penganggur pada Februari 2014 yang mencapai 212.857 penganggur terbuka. Pada Februari 2013, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Sulawesi Selatan tidak terjadi perubahan dibandingkan dengan TPT tahun sebelumnya yaitu 5,8 persen di Februari 2014. Dibandingkan dengan keadaan Februari 2013, TPAK terjadi penurunan pada indikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Sulsel. Pada Februari 2013, TPAK Sulsel mencapai 63,6% yang kemudian pada semester yang saa di Februari 2014 mengalami penurunan menjadi 62,0%. Meningkatnya angka pengangguran sarjana seyogyanya perguruan tinggi ikut bertanggungjawab. Beberapa kalangan menilai hal ini sebagai auto kritik untuk perguruan tinggi, karena tidak mampu menciptakan iklim pendidikan yang mendukung kemampuan wirausaha mahasiswa.
Guna memberikan gambaran nyata dari Angkatan Kerja yang dihasilkan Perguruan Tinggi. Washilah menyajikan jumlah lulusan dari tiga PTN yang berada di Makassar, Universitas Hasanuddin (Unhas), Universitas Negeri Makassar (UNM), serta Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar terhitung sejak 2010 hingga awal 2014.
UIN Alauddin 1206 Orang Unhas 3984 Orang
UNM 4807 Orang
UIN Alauddin 1839 Orang
Unhas 4878 Orang
UNM 6706 Orang
UIN Alauddin 1869 Orang Unhas 4647 Orang
Berlanjut ke halaman 13
UNM 6116 Orang
UIN Alauddin 1793 Orang* Unhas 4188 Orang
UNM 7728 Orang
*Sumber: Sakernas, Agustus 2012-Februari 2014
Angkatan Kerja
Penduduk Bekerja
Tidak bekerja (Pengangguran Terbuka)
UIN Alauddin Unhas UNM *Data kelulusan UIN Alauddin tahun 20132014 tidak termasuk wisuda periode September 2014
Data Kelulusan dari tiga PTN didapatkan dari Bagian Pelayanan Informasi UNM, Bagian Akademik Universitas Hasanuddin, serta bagian Akademik UIN Alauddin Makassar.
Bangun kerjasama dengan instansiinstansi yang sesuai dengan latar belakang, sehingga lulusan bisa langsung di drop kesana Dr Adi Suriadi (Ketua dewan pendidikan Sulawesi selatan)
“Mahasiswa jangan hanya berpikir untuk mencari lapangan kerja, tapi cobalah untuk membuka lapangan kerja. Dengan begitu, tenaga kerja yang lain dapat terserap di dalamnya. Dan hal itu membutuhkan skill dan kreativitas. Kita membutuhkan banyak ide-ide, sehingga kita tidak terlalu bergantung kepada pemerintah,” jelas Rusli. Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan rendahnya kesempatan kerja terutama bagi lulusan perguruan tinggi. Sementara, di sisi lain jumlah lulusan perguruan tinggi terus meningkat. Tercatat pada tahun akademik 2010 dari tiga universitas negeri yang ada di Makassar, Universitas Negeri Makassar (UNM), Universitas Hasanuddin (Unhas) serta Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, menyumbangkan angkatan kerja sebanyak 9997 orang, dan meningkat drastis pada pertengahan tahun 2014, 13705 orang. Dari segi produktifitas angkatan kerja, dibanding
dua universitas negeri lainnya, UIN Alauddin menempati posisi terbawah, lantas bagaimana daya saing mahasiswa UIN Alauddin di lapangan. Pembenahan dalam segala hal guna mengurangi kemungkinan UIN Alauddin menjadi donatur, dan menambah angka TPT dianggap perlu, mengingat pada tahun 2015 mendatang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan berlaku di Indonesia. Sekertaris Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) UIN Alauddin Makassar, Zulfahmi Alwi S Ag menegaskan perbandingan lulusan tidaklah penting, namun sebaliknya. “Lulusan yang dikeluarkan PT harus memenuhi standar yang ditetapkan” kata dia. Zulfahmi Alwi S Ag pun mengklaim alumni UIN Alauddin punya daya saing dengan berpedoman pada survey yang dilakukan LPM. “Jika melihat berdasarkan masa tunggu hingga bekerja, ada sebanyak 41% men-
in
ifudd
M Sa
gatakan tidak cukup sebulan alumni telah mendapat pekerjaan” jelasnya. Sementara yang mendapat pekerjaan selama satu bulan sampai tiga bulan sebanyak 39%, selama tiga bulan sampai enam bulan sebanyak 10% yang jumlahnya sebanding dengan enam bulan sampai sepuluh bulan. Sementara hasil survei daya saing lulusan UIN terhadap lulusan perguruan tinggi lain yang dilakukan LPM, ada 57% mengatakan sangat mampu bersaing, 41% mampu bersaing, 2% kurang mampu. Selain itu menurut Zulfahmi Alwi S Ag perkembangan efektifitas kerja yang dimiliki oleh UIN Alauddin dapat dilihat melalui kesesuaian bidang ilmu dengan pekerjaannya. Meski begitu, menurut Zulfahmi Alwi, hal utama yang tetap harus dimiliki setiap alumni adalah kemampuan mengintegrasi ilmu. “Kita di UIN berjuang
terus bagaimana integrasi keilmuan itu bisa memberikan efek yang semaksimal mungkin terhadap Setiap mahasiswa sesuai dengan bidang keilmuannya, karena itu nilai jual. Kalau itu yang dimiliki, sudah luar biasa. Jadi integrasi keilmuan itu tidak bisa ditawar,” jelasnya. Meski belum lama ini meraih akreditasi B, menurut pengamat pendidikan, Dr Adi Suriadi, tidak lantas membuat alumni UIN Alauddin mendapatkan pekerjaan dengan mudah, mengingat setiap instansi serta perusahaan-perusahan saat ini sudah melakukan seleksi yang cukup ketat. Ia pun menyarankan untuk menjalin kerjasama dengan instansi-instansi yang sesuai dengan latar belakang kampus. Karena menurutnya, pengangguran yang meningkat di Sulsel dipengaruhi kualifikasi serta kriteria yang diinginkan lapangan kerja. “Ini tentang apa yang diinginkan masyarakat, apa yang dibutuhkan, kalau universitas menjalin kerjasama dengan instansi yang sesuai dengan latar belakang universitas, lulusan bisa langsung
diserap di lapangan kerja,” kata dia diruang kerjanya. Negeri VS Swasta Lain di Universitas Negeri lain pula di Swasta. Perguruan tinggi Swasta terlihat lebih visioner ketimbang universitas negeri, pasalnya, mereka lebih memperhatikan kemana alumninya usai study, setidaknya itulah yang dilakukan Universitas Bosowa 45 (Unbos) Makassar.Kepala bagian Marketing Unbos, Basir, menjelaskan, sistem perkuliahan yang diterapkan semenjak pengalihan kepemilikan semakin ketat. Hal ini kata Basir dikarenakan Unbos 45 berusaha menciptakan sarjana-sarjana siap kerja, usaha ini tak lain karena Bosowa Group sedikitnya menyerap 600 orang tenaga kerja per-tahunnya. “Tenaga kerja yang diserap setiap tahunnya cukup besar, namun, tetap lebih diutamakan lulusan dari sini (Unbos, Red) yang diterima dari pada lulusan universitas lain,” jelas Basri. *Nurfadhilah Bahar,/redaksi
Mahasiswa Absen Dosen HMJ Peradilan Agama (PA) Fakultas Syariah dan Hukum melakukan terobosan baru dalam absensi di jurusannya. Jika biasanya dosen yang mengabsen mahasiswanya, kini malah sebaliknya, mahasiswa yang mengabsen dosennya. Program ini merupakan kali pertama yang diterapakn. Sistem ini merupakan program kerja dari HMJ PA tersebut. Alasan di bentuknya sistem ini karena dari pengalaman sebelumnya banyak dosen yang tidak masuk sehingga mahasiswa merasa
dirugikan. “Ini tidak fair, kami sudah membayar tapi dosen tidak full dalam mengajar,” ujar Ketua HMJ PA Mutmainnah Syam. Program ini bertujuan untuk mengontrol dosen dan meningkatkan semangat dosen dalam melaksanakan tugasnya, dan akan dievaluasi setiap bulan. Sebagai penghargaan, HMJ PA akan memberikan reward berupa piagam dan cendera mata kepada dosen yang rajin dan disiplin. Bagi dosen yang tidak me-
menuhi absensinya akan ditindak lanjuti oleh ketua jurusan. Mengenai hal ini ketua jurusan PA Dr Abdul Halim Talli MAg telah menyetujui program kerja HMJ ini. “Hal ini bagus untuk membantu kami dalam memantau kehadiran dosen,” tuturnya. Ia berharap ini dapat mengawasi dosen agar kegiatan perkuliahan sesuai dengan Silabi yang telah ada sehingga dapat menunjang meningkatnya akreditasi jurusan. *rahmat
Tidak Ada Wifi di Kampus I Wireless fidelity (Wifi) menjadi salah satu fasilitas kampus paling penting dalam mempermudah proses belajar mengajar, baik mahasiswa maupun dosen. Akan tetapi fasilitas ini tidak lagi dirasakan mahasiswa yang sedang kuliah di kampus I UIN Alauddin Makassar. Ahmad Syarifuddin, Mahasiswa Ilmu Ekonomi ini mengeluh kurangnya fasilitas untuk mahasiswa di kampus I. "Sangat tidak adil. Seolah-olah kita yang berada di kampus I disepelekan keberadaannya," ungkapnya. Jika dibandingkan dengan kampus
II Samata, fasilitas Wifi, Water Closet (WC), kipas angin memang jauh lebih nyaman. "Tidak seperti kampus I. Tidak ada Wifi, kipas angin, WC yang jorok. Bagaimana perkuliahan bisa berjalan dengan efektif," ujar Ahmad. Menurut salah seorang staf Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data (Pustikom), Gunawan Skom, infrastruktur koneksi internet kampus I hanya dipasang di gedung Training Center (TC) yang tidak mungkin sampai ke ruang kelas. "Kami sudah membuat konsep bahwa
yang terpasang Wifi itu hanya gedunggedung strategis," ungkapnya. Gunawan melanjutkan bahwa pengadaan wifi bukanlah wewenang pusat komunikasi (puskom). Ia hanya memperoleh dana dari fakultas lantas membantu memasangkan. "Sebelumnya, pascasarjana bertempat di kampus I. Jadi, mereka beli sendiri kemudian dipasangkan," jelas Gunawan. Dengan kata lain, pengadaan wifi adalah wewenang pimpinan setiap fakultas. *Fahri
Dema FSH Tuntut Perbaikan Fasilitas Dalam rapat forum tertutup yang dihadiri oleh Dewan Mahasiswa (Dema) Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), Wakil Dekan (WD) III Drs Hamzah M ThI menjelaskan bahwa pengadaan perbaikan fasilitas fakultas telah disampaikan ke pihak rektorat. Maka, WD III ini menyarankan agar bertanya ke pimpinan universitas apabila yang disampaikan belum menuai kejelasan. “Kalau tidak puas dengan pemaparan rincian anggaran silahkan berhubungan dengan Agen Perencanaan di birokrat,” katanya. Rabu (22/04) Ketua Dewan Mahasiswa (Dema) FSH Rusman mengatakan bahwa penjelasan yang disampaikan pihak pimpinan tidak sesuai harapan. “ Dialog hari ini kesimpulannya tidak seperti yang diharapkan oleh teman-teman, meskipun Dekan dan Wadek III telah menjelaskan namun saat ditanya tentang pencairan dana kita disuruh bertanya ke pimpinan,” keluhnya. *Afrilian
FAH Berburu Akreditasi Washilah - Beberapa perusahaan atau institusi yang menampung para lulusan perguruan tinggi saat ini telah menjadikan peringkat akreditasi sebagai indikator untuk melihat kualitas pencari kerja. Untuk itulah sebuah akreditasi sangat penting bagi program studi.
D
i berbagai Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta, menjadikan akreditasi sebagai acuan penting dalam meningkatkan mutu program studi. Seperti halnya UIN Alauddin Makassar, meski masih mengantongi predikat B, tak menutup kemungkinan beberapa jurusan telah berhasil meraih akreditasi A. Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) misalnya. Dari empat jurusan, yakni Bahasa dan Sastra Arab (BSA), Bahasa dan Sastra Inggris (BSI), Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), dan Ilmu Perpustakaan (IP), dua diantaranya telah mengantongi predikat nilai amat baik (A). Sementara lainnya masih dalam tahap visitasi jurusan. Pada tahun 2014 lalu, jurusan BSA telah menerima surat keputusan dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dengan nomor: 462/SK/BAN-PT/ Akred/S/XII/2014 tentang akreditasi jurusan dengan perolehan nilai 369 dan sudah terakreditasi dengan predikat nilai amat baik (A). Di tahun yang sama, jurusan SKI pun meraih predikat A. Kajur
SKI, Drs Rahmat MPd I menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan dalam meraih hasil tersebut. Selain memenuhi persyaratan yang ditentukan BAN-PT terutama pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, administrasi dan juga dalam melakukan kegiatan-kegiatan jurusan. Tentu saja dalam melakukan kegiatan, ada bentuk fisik, kalau tidak ada bentuk fisik, tentu tidak akan berhasil, apa yang kami lakukan, kami berusaha untuk mendiskripsikan” paparnya. Sementara itu, Dekan FAH Prof Dr Mardan MAg merasa bersyukur akan tercapainya hal itu karena disamping melalui perencanaan yang matang juga adanya kebersamaan antara pimpinan, dosen, mahasiswa, dan karyawan. “Entah ada uang atau tidak, semua ikhlas bekerja. Jadi itu dulu yang paling utama yakni adanya kerjasama termasuk jurusan. Karena jurusan adalah tulang punggung dalam mengoperasionalkan bahan-bahan yang dibutuhkan ketika mau divisitasi oleh para tim asesor,” ujarnya. Lebih lanjut, Prof Mardan mengungkapkan bahwa hal yang dapat
Akuntansi Menanti Hasil Visitasi Washilah--Tim Asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) bertandang ke jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Alauddin Makassar. Proses visitasi tersebut berlangsung di lantai II FEBI. Selasa (10/03) Adapun Tim yang terdiri dari dua orang ini yaitu Faisal SE MSi PhD dari Universitas Diponegoro dan Dr Eka Ananta Sidharta SE MSi AK CA dari Universitas Negeri Malang. Dalam rangkaian visitasinya, jurusan melakukan persiapan dan pengumpulan standar-standar penilaian Akreditasi. Ketua Jurusan (Kajur) Akuntansi, Jamaluddin M SE MSi mengatakan bahwa dirinya bersama dengan sekretaris jurusan yakni Memen Suwandi SE MSi sudah melakukan sebuah bentuk perubahan dengan menyusun Boran Prodi selama 3 bulan. Dimana Boran prodi berisi tujuh item atau prosedur yang harus memiliki kelengkapan-ke-
lengkapan berkas mulai dari administrasi sampai bukti-bukti fisik yang jelas. "Jadi ada tujuh item yang harus dijawab dan kami harus siapkan semua data-datanya. Mau tidak mau harus ada, mulai dari visi, misi, dan sumber dayanya,"ungkap Kajur ini. Kehadiran Tim Asesor ini merupakan pengevaluasian dan pembuktian yang terdapat pada Borang Prodi. Adapun Surat Keputusan (SK) penetapan Akreditasi akan menyusul dua bulan kemudian. Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Akuntansi, Arief Wiranto berharap kedepannya Akuntansi dalam dunia kerja lebih mudah diterima dengan adanya akreditasi B. “Artinya ada peningkatan dari C ke B. Selain itu sesuai visi dapat melahirkan lulusan Akuntansi yang bernilai islami, unggul, berkualitas, dan berjiwa interpreneur,”ujar mahasiswa yang akrab disapa Arief ini. *andriani
mendukung peningkatan akreditasi jurusan BSA dan SKI dikarenakan telah banyak melakukan kerjasama baik itu antar jurusan yang ada di lingkungan maupun di luar universitas. Selain itu, upaya yang dilakukan adalah berusaha mengumpulkan inventaris sebaik-baiknya serta mendukung prestasi-prestasi yang dihasilkan mahasiswa. Prof Dr Mardan M Ag mengungkapkan bahwa dalam waktu singkat Jurusan Bahasa Sastra Inggris dan Ilmu Perpustakaan akan melakukan visitasi jurusan. Selain beberapa mahasiswa IP meraih prestasi, tahun ini Jurusan tersebut sudah mendapatkan 27 surat dari Provinsi, Kabupaten dan Kota serta fakultas-fakultas di UIN Alauddin agar meminta alumni IP untuk dipekerjakan di perpustakaannya. Akan tetapi, karena kurangnya dosen Ilmu Perpustakaan (IP) yang memilki kualifikasi master apalagi doktor, untuk itu pascasarjana diminta agar membuka konsentrasi IP. Sedangkan Jurusan BSI dalam jangka waktu tiga bulan kedepan dosen yang bergelar doktor berjumlah tujuh orang, bukan hanya di dalam
negeri tetapi juga di luar negeri. “Jadi mungkin tahun depan sudah memungkinkan,” tambah Dekan FAH. Adanya jurusan atau prodi yang terakreditasi ini nilai permahasiswa dari jurusan tersebut 6.000.000 untuk bantuan Badan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN). Ukuran baik atau tidaknya akreditasi universitas sangat ditentukan bagaimana nilai akreditasi dari jurusan/prodi fakultas, menentukan kesejahteraan, membawa nama baik univeritas, dan lain-lain. *astrid rosalina
Langkah Penyusunan Borang berupa data Evaluasi Diri Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT), yang akan diserahkan sebagai acuan dalam proses penilaian oleh BAN-PT. Penilaian 7 standar akreditasi institusi perguruan tinggi, yaitu : 1. Visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi pencapaian. 2. Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan mutu. 3. Mahasiswa dan lulusan. 4. Sumber daya manusia, diantaranya, jumlah dosen, kualifikasi dosen, dan pengembangannya. 5. Kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik. 6. Pembiayaan, sarana dan prasarana. 7. Penelitian, pelayanan/ pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama.
Prof Dr Mardan
LPM Kembangkan Sistem STILES Washilah-Setelah Gerakan Seribu Buku (GSB), kali ini Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) UIN Alauddin Makassar berusaha fokus pada perbaikan proses pembelajaran Gerakan Pembaharuan Pembelajaran (GPP). Salah satu kegiatan inti dari GPP ini adalah mengembangkan suatu sistem pembelajaran khas milik UIN Alauddin. Sistem yang disebut Student , Teacher, Intergreted , Learning System (STILES) ini berprinsip untuk mengintegrasikan antar mahasiswa dan dosen yang dikombinasikan lewat berbagai metode pembelajaran. Sebenarnya sejak tahun 2013 silam ide ini sudah ada, namun tidak dalam bentuk STILES melainkan Student Center Learning (SCL). Dengan merumuskan metode pembelajaran berkonsep. Prinsip integrasi ini terbagi menjadi enam, integrasi antara teori dengan praktek, keilmuan antara bidang umum dan agama, metode dan pendekatan,
pembelajaran dengan hasil penelitian, integrasi pembelajaran dengan pengabdian kepada masyarakat, serta integrasi antara pembelajaran yang berbasis dosen dan mahasiswa. Sekretaris LPM Zulfahmi Alwi PhD menjelaskan kalau sistem ini membuat dosen tidak hanya berteori tetapi juga mengaplikasikannya dalam bentuk praktek. Selain itu, ilmu agama juga dapat dikaitkan dengan sains begitu pula sebaliknya, mengajarkan sains dengan aspek-aspek Islam. Pendekatan ini dilakukan agar mahasiswa tidak bosan dalam melakukan pembelajaran. Dosen dan mahasiswa pun dapat memiliki hasil penelitian baik, pribadi maupun milik orang lain, sehingga apa yang dipelajari pada proses perkuliahan sudah teruji. STILES mempunyai dua kegiatan utama, pertama melatih seluruh dosen selama empat tahun dan penyusunan modul. Sebanyak 3000 matakuliah yang ada di UIN Alauddin akan melahirkan
dua modul setiap matakuliah. Modul tersebut berupa panduan untuk dosen dan mahasiswa. Hal ini yang nantinya akan mempermudah proses perkuliahan. Dosen dan mahasiswa dituntut lebih aktif dan siap dengan mata kuliah yang disajikan serta siap melakukan proses belajar mengajar. “Beda dari kedua modul, bukan materi tetapi bagaimana mengajarkan teknik, cara menilai mulai dari meningkatkan penjelasan topik pertama agar lebih terspesifikasi apa yang akan dosen lakukan,” jelasnya. Dengan sumber daya manusia yang ada, baik itu dosen PNS maupun non PNS yang berjumlah 700 orang. Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LP2M) ditahun ini juga telah mencanangkan 120 modul yang akan disesuaikan dengan anggaran yang ada. Setelah tahun lalu terdapat 60 modul untuk tiga angkatan. *andriani
mang dasarnya bergelut dalam dunia usaha” ungkapnya. Menurut Nurul, buat apa mengenyam pendidikan setinggitingginya jika ujung-ujungnya hanya menjadi karyawan, salah satu motivasi Nurul ketika terjun dalam dunia wirausaha yakni ingin menciptakan lapangan pekerjaan, “Kita yang berpendidikan harusnya yang membuat lapangan pekerjaan, jangan justru Diri kita yang di pekerjakan” Data ujarnya. Seperti halnya yang sering kita dengar bahwa jika sukses setelah kuliah itu biasa, akan tetapi sukses saat masih kuliah itu baru luar biasa.
Berawal Dari Hobi, Berakhir Dengan Usaha Washilah--Dengan jumlah pengangguran yang terus bertambah setiap tahunnya, menjadi Pegawai Negeri sipil bukan lah jalan terbaik. Menciptakan lapangan kerja , atau membuka usaha sendiri, adalah salah satu solusi. inilah yang dilakukan Nurul Fahmi. Kartika Yusuf
Sukses pada usia muda merupakan harapan dan keinginan semua manusia, terutama pada kalangan mahasiswa yang memang di tuntut untuk lebih mandiri dalam segala hal, salah satunya yaitu dalam segi keuangan. Apalagi jika mahasiswa yang latar belakang keluarganya memiliki penghasilan yang paspasan, keadaan seperti itulah yang memberikan tuntutan bagi mahasiswa di samping tuntutan harus berprestasi dalam bidang akademis. Menyandang diri sebagai mahasiswa bukanlah suatu alasan yang mampu menghambat kita untuk menjadi seorang pengusaha, seperti halnya dengan Nurul Fahmi, ma-
hasiswa Manajemen Dakwah semester VII Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Alauddin, yang memilih terjun dalam dunia kewirausahaan. Berawal dari hobi yang suka merangkai, akhirnya dia membuka usaha parcel yang kini sudah jalan selama dua tahun lebih. Usaha parcelnya dia kembangkan ketika ia mendapatkan Beasiswa dari Bank Mandiri sejumlah Rp.10.000.000 pada tahun 2012. “Beasiswa yang saya dapat sebenarnya di rekomendasikan oleh ketua jurusan, mungkin dia melihat saya punya bakat dalam wirausaha, karena setiap penggalangan dana ketika akan melakukan kegiatan jurusan, saya sangat aktif dalam penggalangan dana tersebut” tu-
turnya saat diwawancarai di lantai empat FDK. Selain usaha parcel, ada juga usaha klontong kecil, Print, dan pulsa. Meski belum memiliki stand tertentu untuk usahanya, Nurul tidak pernah patah semangat dalam mengembangkan usahanya, “Di-
mana-mana saja bisa bertransaksi karena saya pake system order, jadi siapa pun yang pesan Insya Allah akan saya buatkan” tuturnya. Nurul juga mengatakan bahwa memang cita-citanya ingin menjadi seorang pengusaha, “Mungkin diturunkan oleh keluarga yang me-
Nama Lengkap Nurul Fahmi Tempat tanggal lahir Naga Uleng, 21 Juli 1993 Alamat Perumahan NTI Hobi Mengaji Orang tua Drs Ridwan Hafid Siti Asfahanisyaan Jenjang Pendidikan SD INP10/73 Waledo SMP Pompanua SMAN 1 Ajangale Orgnisasi Kru Syiar FM Sekertaris HMJ MD