Enviro 17th edition/2015
HIMPUNAN MAHASISWA TEKNIK LINGKUNGAN ITB PRESENTS:
Tidak untuk diperjualbelikan
FYI: Apa itu E-Waste Highlight: E-Waste di Indonesia E-Waste vs Solid Waste 3R E-Waste
the green guide
Around the World: E-Waste di Berbagai Negara Event: Eco Project Desa Mitra
E-WASTE
Disponsori oleh:
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
4
5
e ve nt s
H
impunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) Institut Teknologi Bandung kembali menggelar Event Eco Project yang kedua pada 29-31 Januari 2016. Setelah tahun 2015 lalu Eco Project mengangkat tema “Air dan Sanitasi”, tahun ini Eco Project kembali hadir dengan mengusung tema "Teknologi Tepat Guna dalam Pengelolaan Sampah Domestik". Topik ini diangkat karena isu persampahan merupakan isu yang hangat di Indonesia, sedangkan budaya masyarakat masih belum mendukung pengelolaan sampah yang baik.
ung pada 29 Januari 2016 dan dimenangkan oleh SMAK Bogor dengan karya tulisnya yang berjudul “Teknologi Pengolahan Sampah Kertas menjadi Gel Pengadsorpsi Logam Mulia dari Limbah Elektronik”. Sedangkan Poster Competition mengangkat tema “Bebas Sampah, Lestari Lingkunganku” yang diikuti oleh masyarakat secara umum dan menghasilkan dua poster favorit.
“Event ini diadakan untuk menginspirasi masyarakat dengan cara alternatif, menginisiasi pergerakan mahasiswa, dan menjadi sebuah sarana untuk mengaplikasikan keilmuan Teknik Lingkungan supaya masyarakat menjadi lebih peka terhadap permasalahan persampahan dalam kehidupan sehari-hari”, kata Afifah Bijaksana, ketua Eco Project 2016. Dengan tag line “Save It or Waste It”, Eco Project bekerjasama dengan Tupperware menargetkan edukasi untuk insan muda, mulai dari anak-anak SD hingga mahasiswa. Rangkaian kegiatan ini dikemas dalam Acara Lomba, Seminar, Focus Group Discussion (FGD), dan Festival.
Acara Seminar Eco Project (Sabtu, 30/01/2016) diselenggarakan di Aula Barat ITB dengan tema “Waste for Society : Potensi dan Upaya Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Terintegrasi”. Seminar ini sekaligus menjadi kuliah umum Studium Generale untuk mahasiswa ITB dan terbuka untuk umum serta dihadiri oleh lebih dari 600 peserta dari berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia. Sesi pertama dibuka oleh Ir. Sri Bebassari, M.Si (Ketua Umum Indonesia Solid Waste Association) dengan penjelasannya mengenai paradigma dan aspek-aspek pengelolaan sampah di Indonesia.
Rangkaian kegiatan dimulai dengan Lomba yang terdiri atas Idea Challenge dan Poster Competition. Bertemakan ide inovasi fasilitas yang digunakan untuk pengelolaan sampah kota, Idea Challenge diikuti oleh 78 SMA dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Hasilnya diperoleh 5 ide terbaik yang kemudian diseleksi dalam tahap final di Institut Teknologi Band-
Sesi kedua dihadiri oleh Sandhi Eko Bramono, Ph.D. (Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) yang memaparkan tentang kebijakan dan strategi sistem pengelolaan sampah di Indonesia. Dari Institut Teknologi Bandung, Ibu Emenda Sembiring (dosen Teknik Lingkungan) membawakan materi tentang pengelolaan sampah terintegrasi dalam upaya mendukung Indonesia Bebas Sampah 2020, dengan konsep sampah sebagai sumber daya. Pembicara berikutnya adalah M. Noor 11
Andi Kusuma (Kepala Sub Bidang Penilaian Kinerja Pengelolaan Sampah) yang menyampaikan topik mengenai kebijakan dan strategi nasional pengelolaan sampah, serta Nurlaila Hidayati (Marketing Director Tupperware Indonesia) yang berbagi tentang gaya hidup sehat dan Tupperware bawa bekal. Sesi terakhir dijelaskan mengenai konsep Zero Waste oleh Mohamad Bijaksana Junerosano (Greeneration Indonesia). Seminar ini kemudian ditindaklanjuti oleh perwakilan mahasiswa Teknik Lingkungan dari 14 universitas dari berbagai daerah dalam Focus Group Discussion (FGD). Diskusi berlangsung selama 4 jam dengan 4 aspek bahasan utama yaitu pembiayaan, peran serta masyarakat, kelembagaan dan peraturan, serta teknis operasional dalam permasalahan persampahan di Indonesia. Hasil dari FGD adalah sebuah deklarasi komitmen untuk melakukan gerakan pensuasanaan dan berkontribusi dalam menyelesaikan masalah persampahan pada 21 Februari 2016 mendatang, bertepatan dengan Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional. Deklarasi ini nantinya akan dipublikasikan lebih lanjut dan menjadi awal langkah pergerakan bersama para mahasiswa Teknik Lingkungan di Indonesia. Acara terakhir yaitu Festival Eco Project (Minggu, 31/01/2016) yang dimulai pukul 08.00 WIB di Jalan Ir. H. Juanda dan Taman Ganesha. Dalam Festival ini terdapat beberapa mata acara seperti Gerakan Pungut Sampah di Car Free Day Dago, Lom-
12
ba mengecat tong sampah untuk anak-anak, stand-stand edukasi yang diisi oleh HiLo Green Community, Bandung Clean Action, U-Green ITB, Kami Kawasan Bersih (KAKASIH), dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI). Untuk anak-anak, terdapat wahana hiburan seperti ring toss, trash toss, dan treasure hunt yang bertemakan persampahan. Sebelumnya telah diadakan Roadshow pemilahan sampah ke 13 Sekolah Dasar di Bandung sejak tanggal 11 Januari 2016, sehingga anak-anak yang telah teredukasi diundang kembali untuk hadir dalam Festival ini. Dengan lebih dari 1000 orang pengunjung menghadiri acara ini, harapannya generasi muda mendapat informasi dan inspirasi untuk lebih aware terhadap permasalahan sampah di lingkungan sekitarnya. Rangkaian kegiatan ditutup oleh penampilan dari Dhirga La Academia Junior dan Envoice HMTL ITB yang berakhir pukul 15.00 WIB. Dengan berakhirnya seluruh rangkaian Eco Project ini, Afifah berharap semoga seluruh acara ini tidak hanya menjadi sekedar event yang berlalu begitu saja, namun dapat menumbuhkan inspirator-inspirator muda yang sadar dan mau berkontribusi dalam penyelesaian permasalahan sampah di Indonesia. Eco Project 2016 ingin memberikan inspirasi bahwa partisipasi masyarakat merupakan hal yang cukup penting dalam isu persampahan, karena dengan berpartisipasi, akan tumbuh kesadaran dan kepedulian untuk terlibat mulai dari hal-hal kecil yang kemudian akan menjadi budaya baik. Paling tidak dimulai dari diri sendiri dengan melakukan hal-hal yang sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya, memilah sampah dengan benar, serta menerapkan prinsip Reduce, Reuse, dan Recycle, masyarakat telah turut membantu mengatasi permasalahan persampahan. The choice is yours, save it or waste it.
FYI
apa itu e-waste?
By: Kunfachri Adhi TL’12
14
Saat ini E-Waste merupakan isu global yang keberadaannya berpotensi menimbulkan masalah di berbagai belahan dunia, terutama di negara-negara berkembang Menurut UNEP, meningkatnya pemakaian barang-barang elektronik berimplikasi pada peningkatan jumlah sampah elektronik yang saat ini terjadi. Peningkatan yang signifikan di antaranya diprediksi terjadi di India, Afrika Selatan dan Tiongkok. Di Tiongkok dan Afrika Selatan, E-Waste diperkirakan akan mengalami peningkatan hingga 200-400 persen pada tahun 2020 jika dibandingkan kondisi tahun 2007.
Percepatan pertumbuhan industri elektronik saat ini dikombinasikan dengan produk yang cepat usang. Karena inovasi teknologi yang dikembangkan saat ini ternyata bukan teknologi yang tahan lama, sehingga mendorong konsumen untuk mengganti barang elektroniknya dengan yang baru dalam kurun waktu yang lebih cepat. Dalam Nnorom (2009), adanya revolusi industri membuat jumlah peralatan elektronik yang dijual di pasar dunia mencapai puncaknya pada tahun 1980 sampai dengan 1990, dimana peralatan tersebut mempunyai usia pakai antara 10 sampai dengan 20 tahun. Sehingga dapat dibayangkan saat ini semua peralatan tersebut sudah habis masa pakainya dan menjadi limbah peralatan elektronik dan listrik rumah tangga atau sering disebut sebagai Waste Electrical and Electronic Equipment (WEEE) atau sering disebut sebagai Electronic Waste (E-Waste). Negara-negara maju yang salah satunya adalah negara-negara dalam Uni Eropa sudah jelas menyebutkan bahwa E-Waste diatur dalam peraturan limbah berbahaya, dimana dalam peraturan tersebut E-waste dapat diartikan sebagai barang-barang elektronik dan peralatan elektrik yang sudah tidak dipakai dan atau sudah tidak diinginkan karena sudah menjadi barang yang usang dan perlu dibuang, baik dalam bentuk keseluruhan atau sebagai bagian. Sedangkan untuk negara-negara berkembang, termasuk Indonesia belum ada kesepakatan mengenai definisi yang standar atau yang berlaku umum, sehingga menurut Sutarto (2008), E-Waste memiliki karakteristik yang berbeda dengan sampah-sampah lain karena definisi terhadap E-Waste sangat bergantung dari perspektif orang.
Sedangkan di India akan terjadi peningkatan hingga 500 persen karena tingginya pemakaian barang-barang elektronik di negara tersebut. Di Amerika Serikat, pada 2005 terdapat 42 juta komputer yang dibuang (menurut USEPA Electronics Waste Management in the US ), 25 juta dipenyimpanan (storage), 4 juta didaur ulang, 13 juta dibuang ke landfill, dan 0.5 juta diinsinerasi. Selain jumlahnya semakin meningkat, negara-negara berkembang menjadi sasaran ekspor E-waste dari negara maju, mengingat biaya untuk pendaurulangan di negara maju menjadi lebih tinggi. Sedangkan di negara berkembang barang-barang secondhand menjadi ladang bisnis yang sangat menjanjikan yang dilakukan oleh sektor informal. Pemanfaatan kembali barang-barang yang masih bernilai ekonomis yang tidak terkontrol oleh sektor informal dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan dan lingkungan. E-waste bersifat toksik karena komponennya mengandung logam yang termasuk sebagai bahan beracun danberbahaya (B3) antara lain timbal, berilium, merkuri, kadmium, kromium, arsenik, BFRs (Brominated Flame Retardants) dan lain se-
15
bagainya yang merupakan ancaman bagi kesehatan dan lingkungan. Menurut Nnorom dan Osibanjo (2009), limbah telepon selular menghasilkan pencemaran lingkungan ketika dalam jumlah yang besar dilakukan pembakaran terbuka seperti telah terjadi di negara berkembang. Dampak kesehatan manusia dari bahan-bahan beracun yang terkandung dalam telepon selular telah diselidiki secara kualitatif (Osibanjo dan Nnorom, 2009), dan disebutkan dalam penelitian ini bahwa telepon selular mengandung logam berat yaitu Cu yang paling tinggi kemudian berturut-turut Zn, Pb, Ni, Ba dan Sb.. Sedangkan menurut Lim et al (2010), terapat pula logam Arsen (As) dan timbal (Pb) yang berpotensi menyebabkan kanker. Kandungan logam berat lain dalam E-Waste yang biasa ditemukan pada large flat panel displays dan/atau lampu adalah merkuri (Hg) yang dikenal dapat meracuni manusia dan merusak sistem saraf otak, serta menyebabkan cacat bawaan. Selain itu juga berpengaruh terhadap ginjal dan dapat dengan mudah beredar melalui rantai makanan yang bersifat persisten, bioakumulasi dan toksik yang terpapar karena pembakaran dan proses landfill. Monitor komputer dengan ukuran 17 inchi mengandung kira-kira 2,2 pon Pb sebagai materi toksik yang menyebabkan keracunan yang berbahaya pada anak yang berusia dini.. Senyawa Polychorined Biphenil (PCB) yang sebagian besar merupakan cairan pada kondisi kamar yang banyak dijumpai pada transformator, kapasitor dan bahan plastik lainnya. E-Waste juga mengandung dua tipe retardant yaitu polybrominate biphenil (PBB) dan polybrominat diphenil ether (PBDE), yang keduanya kemungkinan
sebagai penyebab kanker dan disfungsi sistim endokrin dalam beberapa kondisi semenjak dilakukan penelitian pada tikus yang terdeteksi dari kemungkinan tersebut. (EPA,2009). Dari penelitian tersebut ditemukan pada rambut konsentrasi paparan harian berkisar antara 0,1 sampai dengan 7 mikrogram per kilogram berat badan per hari untuk kandungan PBDE. Selain itu, meskipun komponen timah, cadmium, nikel dan seng dilaporkan kandungannya sangat rendah dalam E-Waste, diharapkan agar plastik yang digunakan untuk telepon selular tidak dibakar, karena jika plastik dilakukan pembakaran dalam suhu rendah kan sampai medium maka gas furan dan dioksin dapat terbentuk dan bersifat berbahaya (Nnorom dan Osinbanjo,2009).
Referensi Lim Seong-Rin, Schoenung Julie M., Toxicity potentials from waste cellular phones, and a waste management 2010; Waste Management,30 1653-1660 Nnorom I.C., Survey of willingness of residents to participate in electronic waste recycling in Nigeria – A case study of mobile phone recycling. Journal of cleaner production 2009; 17:1629-1637 Nnorom IC, Osibanjo O., Toxicity characterization of waste mobile phone plastics 2009; Journal of Hazardous Materials,161,183-188 Sutarto E,.(2008).,Identifikasi Pola Aliran E-Waste Komputer Dan Komponennya Di Bandung, ITB Bandung
16
Indonesia is Beautiful
Tammya Ayu
By: Sumayya TL’12 18
highlight
19
h i g h li g ht
SUMBER: GOOGLE.COM
E-WASTE
DI INDONESIA S
ampah elektronik (E-waste) adalah limbah yang berasal dari peralatan elektronik yang telah rusak dan tidak dipakai lagi oleh pemiliknya, baik masyarakat maupun industri, contohnya televisi bekas, ponsel bekas, baterai, dan lain-lain. Peningkatan pemakaian barang elektronik akan menghasilkan peningkatan jumlah sampah elektronik di masyarakat, termasuk di Indonesia. Pada tahun 2000-an masih sulit ditemukan orang yang menggunakan ponsel, sedangkan pada saat ini hampir semua elemen masyarakat memiliki ponsel. Contoh lainnya adalah pemakaian televisi yang masih sulit ditemukan pada tahun 1990-an, berbeda pada saat ini dimana hampir setiap rumah memiliki televisi dengan model dan spesifikasi yang tentu berbeda dengan televisi era 1990an.
20
By: Randyka Septa Nugraha TL’13
Peningkatan jumlah sampah elektronik ini tentu akan menimbulkan masalah-masalah lingkungan jika tidak dilakukan penanganan khusus, sebab sampah elektronik memiliki kandungan logam yang tinggi dan beragam. Logam yang terkandung pada sampah elektronik bersifat racun bagi tubuh manusia, seperti antimon, chromium, zinc, timbal, perak, dan tembaga. Jika logam-logam berat tersebut berkontak langsung dengan manusia secara terus menerus, akan meracuni dan mengakibatkan kerusakan pada pada tubuh manusia. Untuk mencegah hal tersebut, dibutuhkan penanganan khusus dalam pengelolaan sampah elektronik ini. Data dari Greenpeace memperkirakan jumlah sampah elektronik secara global berkisar antara 20 juta ton hingga 50 juta ton per tahun. Besarn-
ya sampah elektronik ini terus meningkat karena konsumen cenderung mengganti komputer, ponsel, serta printer mereka lebih cepat daripada masa-masa sebelumnya. Produksi sampah elektronik di Indonsia dinilai belum sebanyak Amerika maupun negara-negara Eropa. Namun, Indonesia berpotensi memproduksi sampah elektronik yang besar karena selain karena perilaku masyarakat yang semakin konsumtif terhadap barang-barang elektronik. Indonesia berpotensi menjadi pasar yang besar nantinya ketika Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah diimplementasikan. Hal ini dapat menjadi bom waktu jika tidak dilakukan pengolahan yang baik mulai dari sekarang.
B3 (Bahan Berbahaya danBeracun) seperti PPLI, PT. TLI, dan PT. Triata Mulia Indonesia. Bisnis pengolahan limbah B3 merupakan salah satu bisnis berpeluang tinggi walaupun risikonya juga tinggi. Salah satu kendala yang dihadapi pebisnis di bidang penanganan limbah B3 adalah perizinan yang terkait dengan pengangkutan, pengolahan, pengumpulan, dan lain-lain. Selain itu, penanganan sampah spesifik seperti sampah elektronik tidak menjangkau seluruh daerah di Indonesia sehingga penanganan sampah elektronik hanya dilakukan di beberapa kota saja. Peran pemerintah sangat besar dalam penanganan sampah elektronik ini terutama di daerah yang jauh dari pusat kota.
Keracunan logam berat dapat terjadi jika sampah elektronik tidak dikelola dengan baik. Sampah elektronik yang menumpuk di suatu tempat dapat meracuni lingkungan sekitarnya baik tanah maupun air melalui rembesan air hujan yang mengenai tumpukan sampah elektronik yang ada. Jika masyarakat mengonsumsi air tersebut, maka masyarakat akan mengalami keracunan logam berat. Jika tidak dilakukan pengleloaan yang baik, peristiwa yang terjadi di Minamata, Jepang dapat terjadi di Indonesia.
Pada UU No 18 tahun 2008, terdapat pasal yang menyebutkan bahwa produsen bertanggung jawab atas sampah yang susah terurai. Hal ini dapat dikaitkan dengan penerapan Extended Producer Responsibility (EPR). Konsep dari EPR adalah memperpanjang tanggung jawab lingkungan ke dalam biaya produksi sebuah produk, tidak hanya produk utama, kemasan produk juga termasuk dari biaya tanggungannya. Dari EPR ini, produsen akan menangani sampah hasil produksinya dengan berbagai cara, misalnya menghemat penggunaan bahan baku dan membuat produk yang berumur panjang. Konsep EPR ini sudah mulai diterapkan di banyak industri di Indonesia. Produk elektronik yang berumur panjang dapat mencegah timbulan dan penumpukan sampah elektronik dalam waktu dekat.
Indonesia telah memiliki UU No 18 tahun 2008 yang mengatur tentang sampah elektronik. Dalam undang-undang ini disebutkan bahwa pengelola sampah spesifik seperti sampah elektronik adalah pemerintah. Namun, peraturan ini hanyalah tinggal peraturan. Saat ini, pengolahan sampah elektronik masih dengan cara penimbunan sampah (landfill). Metode penimbunan sampah di Indonesia mencampur semua sampah yang ada di suatu tempat dan menimbunnya dengan tanah. Pada pelaksanaannya, penimbunan sampah ini cenderung tidak terawat dan berubah menjadi penumpukan sampah terbuka (open dumping). Penumpukan sampah terbuka ini dapat membahayakan kesehatan masyarakat sekitar. Selain itu, masih banyak penimbunan sampah di Indonesia yang tidak memiliki sistem pengolahan air lindi (rembesan air sampah) sehingga dapat meracuni tanah dan perairan sekitar. Sudah cukup banyak lembaga yang bergerak dibidang pengolahan dan pemusnahan limbah
Pada akhirnya, pemerintah pusat harus memerhatikan permasalahan yang akan ditimbulkan oleh sampah elektronik ini. Pemerintah dapat membuat sebuah daerah penampung sampah elektronik agar dapat diolah dengan mudah, sebab Indonesia sendiri masih belum memiliki tempat khusus untuk menampung sampah elekronik. Selain itu, pemerintah harus mempertegas program EPR sehingga industri dapat mengurangi potensi timbulan sampah, terutama sampah elektronik. Pemerintah juga harus memperjelas dan memfasilitasi pihak-pihak yang ingin membantu dalam pengelolaan sampah elektronik ini.
21
f o t o g ra f i
Indonesia
“Is this how you want your beautiful country to be remembered?”
Tina Pascarini
f o t o gra f i
“We do not inherit the earth from our ancestors; we borrow it from our children� Tammya Ayu
e ve nt s
By: Reza Eka Putra TL’12
DESA MITRA Penentuan desa binaan dalam program kerja Desa Mitra HMTL yaitu Desa Dangdeur untuk selanjutnya dilakukan pengembangan infrastruktur perdesaan disektor sarana prasarana air bersih. Di Desa Dangdeur terdapat Sungai Cimanuk yang memiliki potensi dijadikan arena arung jeram oleh pendatang dan sumber air bersih oleh warga. Permasalahan yang dimiliki Desa Dangdeur terkait infrastruktur sistem penyediaan air bersih yang merupakan kebutuhan vital masyarakat untuk aktivitas domestik dan irigasi pertanian yang dirasa pelayanannya belum optimal khususnya di musim kemarau. Pada sektor pertanian merupakan mata pencaharian utama sebagian besar warga Dangdeur. Perlu menjadi perhatian untuk pola pertanian di Desa Dangdeur akibat minimnya sumber daya air bersih untuk pengairan. Para petani menerapkan sistem tadah hujan yaitu lahan sawah yang sumber air pengairannya tergantung atau berasal dari curahan hujan, sehingga dalam jangka waktu satu tahun hanya bisa dilakukan satu kali 26
2 0 1 6
panen di musim penghujan. Potensi lain yang dimiliki diantaranya adalah pengembangan produk olahan seperti singkong yang dijadikan kecimpring dan olahan jagung. Adapun aspek edukasi kelompok usia anak mempertimbangkan tingginya antusiasme anak anak terhadap belajar Bahasa Inggris. Pada prinsipnya rencana pengembangan teknologi tepat guna disesuaikan dengan tingkat pendidikan di masyarakat, agar teknologi yang diterapkan dapat dengan mudah diterima dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Dalam upaya mendekatkan diri ke masyarakat, Desa Mitra HMTL 2016 mengadakan kegiatan sosial berupa live in Kampung Cisalam dan Kampung Patrol, Desa Dangdeur. Puncak rangkaian acara Desa Mitra 2016 bertepat pada tanggal 11 hingga 15 Januari 2016. Dalam kegiatan ini peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, masing masing kelompok ditempatkan di rumah warga untuk berbaur dengan warga mengikuti aktivitas
Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) ITB menyelenggarakan pengabdian masyarakat di Desa Dangdeur, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Subang di awal tahun 2016 ini. Kegiatan pengabdian masyarakat HMTL dikenal dengan nama Desa Mitra HMTL yang merupakan program kerja unggulan yang rutin dilaksanakan tiap tahunnya sejak tahun 2010. Latar belakangnya Desa Mitra HMTL 2016 merupakan upaya yang dilakukan mahasiswa Teknik Lingkungan ITB untuk mengaplikasikan keilmuan yang didapat dibangku perkuliahan agar menciptakan solusi konkrit untuk mengatasi isu dan permasalahan lingkungan di masyarakat. Ditinjau dari visi Desa Mitra memiliki fokus yaitu mewujudkan desa binaan HMTL ITB yang mandiri dalam pengelolaan air bersih. Melalui kegiatan ini diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan kepekaan rasa peduli untuk berkontribusi terhadap masyarakat dan melihat secara nyata aplikasi bidang keilmuan Teknik Lingkungan yaitu pemanfaatan sumber daya yang berwawasan lingkungan dengan menggunakan teknologi tepat guna.
keseharian masyarakat. Tercatat 35 mahasiswa sebagai partisipan Desa Mitra 2016 yang disebar menempati rumah warga. Mahasiswa melakukan pendekatan beradaptasi dengan warga melalui kegiatan sehari hari dirumah maupun tempat berutinitas warga sepertihalnya ladang dan sawah. Kegiatan lainnya berupa pencerdasan berwawasan lingkungan, seperti halnya pelatihan 3R reduce, reuse, recycle kepada adik adik SD agar meminimasi timbulan sampah, penerapan ekperimen sains, serta pelatihan komposting untuk penggiat kelompok tani dengan melakukan demo pembuatan kompos konvensional. Adapun kegiatan kerja sosial berupa kerja bakti. Metode tersebut dilakukan sebagai upaya untuk menyadarkan masyarakat agar peduli akan pentingnya melestarikan lingkungan, sehingga tidak lagi mencemari lingkungan. Selain itu diadakan kegiatan religi untuk mempererat silaturahmi melalui pengajian majelis talim. Kegiatan ditutup dengan acara keakraban mahasiswa bersama warga. Acara ini dimeriahkan den-
gan pertandingan bola voli, serta diselenggarakan acara ramah tamah dengan warga berupa paresmanan yaitu makan besar bersama warga desa. Tidak luput suasana kekeluargaan terwujud di sesi ramah tamah saat mahasiswa dan warga saling bertegur sapa dan salam salaman menyampaikan kesan pesan penuh makna. Kegiatan yang berlangsung selama 5 hari ini dirasa dapat meningkatkan interaksi mahasiswa dengan warga. Desa Mitra di tahun ini direalisasikan HMTL ITB untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kualitas kapasitas masyarakat. Meskipun begitu tetap saja yang memiliki peran utama untuk menyelenggarakannya kembali berada di masyarakat. Wujud pengabdian terhadap masyarakat dalam bentuk kegiatan untuk menyelesaikan suatu permasalahan di masyarakat berdasarkan perancangan pembangunan hasil dari pemetaan potensi dan sosial kemasyarakatan. 27
28
29
h i g h li g ht
3r e Waste
By: Najla Nadhia R TL’12
SUMBER: GOOGLE.COM
Saat ini kita hidup di era teknologi yang terus berinovasi. Produsen handphone, laptop dan gadget lainnya berlomba untuk memenuhi pasar elektronik dengan prduk terbarunya. Namun dengan semakin banyaknya produksi barang baru maka semakin banyak pula sampah yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan e-waste menjadi komponen sampah perkotaan yang memiliki pertumbuhan yang pesat. Timbunan sampah yang semakin besar ini menimbulkan masalah pada lingkungan. Sampah elektronik mengandung unsur kimia berbahaya seperti merkuri, tembaga, cadmium dan logam berat lain yang dapat mencemari tanah dan air tanah. Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut adalah penerapan 3R (reduce, reuse, recycle). Berbagai jenis perangkat elektronik dapat didaur ulang, seperti perangkat komputer, monitor, printer, scanner, mesin fax, mesin fotokopi, perangkat jaringan (router, hub, modem, dll), peripherals (keyboard, mouse, kabel, charger, dll) dan sebagainya. 30
Di sebagian negara maju, penerapan konsep 3R pada penanganan ewaste sudah menjadi suatu kewajiban dan terdapat hukum pelarangan pembuangan e-waste di landfill. E-waste yang terkumpul di recycling center dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Komponen yang mengandung logam berat akan dilepaskan terlebih dahulu. Komponen yang masih mengandung material yang memiliki nilai ekonomis juga dipisahkan. Proses ini dilakukan secara manual oleh pekerja. Komponen yang tidak dipakai akan dicacah dengan mesin penghancur sampah untuk memperkecil ukurannya. Mesin pemilah sampah akan memisahkan e-waste berdasarkan meterialnya (besi, PVC, dll). Pemisahan dilakukan dengan beberapa prinsip pemisahan, seperti pemisahkan berdasarkan berat dengan aliran udara, atau pemisahan berdasarkan sifat material dengan bantuan magnet. Material yang lebih seragam akan memudahkan proses selanjutnya yaitu pabrik pembuatan bahan mentah seperti bijih plastik dan bijih tembaga.
“We live in a disposable society. It’s easier to throw things out than to fix them.�
SUMBER: GOOGLE.COM
Lalu, apa yang dapat kita lakukan untuk dapat mengurangi sampah elektronik? Hal-hal sederhana pun dapat memberikan dampak yang baik untuk lingkungan, contohnya:
1. 2. 3.
Membeli gadget sesuai keperluan.
Merawat barang elektronik. Memperbaiki barang elektronik yang sudah rusak.
4. 5. 6.
Meminimalisir pembuangan perangkat elektronik dengan mendonasikan atau menjualnya. Menggunakan komponen perangkat elektronik yang bisa dipakai. Menyerahkan barang elektronik ke recycling center tersertifikasi.
SUMBER: GOOGLE.COM
31
a r o u n d t he w orl d
By: Mega Liani Putri TL’13
32
33
a r o u n d t he w orl d
E-Waste
di Ghana Salah satu destinasi favorit pengiriman kontainer-kontainer e-waste adalah negara Afrika, Ghana.
K
etika sebuah keluarga memutuskan untuk membeli televisi anyar, seorang anak membeli HP baru, sebuah industri mengganti perangkat komputernya untuk efisiensi kinerja industri, atau perusahaan fotokopi mengganti mesin fotokopinya dengan yang baru, saat itu juga tercipta jutaan sampah elektronik (e-waste) yang lama kelamaan membanjiri planet ini. Sampah ini, seperti sampah-sampah pada umumnya, terkadang masih memiliki nilai
By: Tatwadhika Siddharta TL’13
jual yang tidak sedikit. Untuk alasan itulah ewaste secara terorganisir, baik legal maupun tidak, dipaket dalam bentuk kontainer untuk dikirim ke negara-negara berkembang yang ingin mengambil untung dari sisa elektronik ini. Tiap hari, di daerah pasar-pasar kota, terdapat asap hitam mengepul. Diantara barangbarang tersebut, terdapat kabel-kabel warna warni, sirkuit elektrik, dan joystick bekas. Beberapa barang yang masih terlihat cukup utuh dan terlihat menarik coba dikumpulkan warga sekitar yang tiap hari ramai-ramai mencari nafkah dari tumpukan sampah canggih ini, Di Agbogbloshie, banyak orang disana yang menggantungkan hidup dari tempat sampah elektronik tersebut. Beberapa bagian dari tv bekas hingga ponsel-ponsel lama di-
AGBOGBLOSHIE adalah salah satu sudut kota Accra, yang merupakan ibukota Ghana. Sebagai kota terbesar di Ghana dengan populasi sekitar 2 juta jiwa, kota inilah yang seringkali menjadi tujuan pembuangan e-waste. 34
SUMBER: GOOGLE.COM
ambil dengan cara pemotongan, pembakaran, dan cara lain untuk diambil timahnya tanpa SOP keselamatan yang jelas. Disana, kunci mendapatkan uang adalah kecepatan mencari barang bekas, bukan keselamatan. Awal mula datangnya e-waste dari berbagai sudut dunia adalah niatan awal pemerintah Ghana untuk mempercepat pertumbuhan negara dengan cara akselerasi di bidang IT. Harapannya, Ghana bisa menjadi negara yang kaya informasi mulai dari lapisan sekolah, fasilitas umum, bahkan hingga restoran bisa memiliki sistem informasi, komunikasi dan teknologi yang layak. Untuk itu, pemerintah bekerjasama dengan perusahaan perakit komputer berhasil mendistribusikan 60.000 laptop secara cuma-cuma ke penjuru negara. Ada 2 elemen penting dalam pengelolaan e-waste di Ghana, yaitu recovery dan dispose. Recovery adalah usaha untuk pengambilan kembali manfaat dari e-waste. Sedangkan dispose adalah pembuangan dari sisa-sisa e-waste setelah proses recovery. 90% dari pengelolaan ini dikelola oleh sektor informal. Sektor informal ini meliputi perakit-perakit (servis) elektronik hingga pemulung.
Proses recovery secara umum memiliki 3 metode yaitu pengembalian fungsi awal, pengambilan material tertentu, dan penggunaan sebagai sumber energi. Dengan pengembalian fungsi awal, berbagai jenis teknologi seperti komputer, kulkas, printer, dan lainlain rakitan ini dapat terbeli dengan harga 90% lebih murah dari harga asli. Maka jangan heran, jika anda sekali-kali bermain-main ke Ghana, anda akan berjumpa dengan puluhan bahkan ratusan tempat service berbagai jenis barang teknologi. Bila ternyata peralatan tersebut sudah tidak dapat diperbaiki lagi, maka opsi selanjutnya adalah mengambil unsur-unsur yang masih memiliki nilai jual seperti alumunium, kadmium, merkuri, emas, perak, tembaga, plastik, kaca, hingga paladium. Sayangnya, cara pengambilan ini jarang sekali diikuti oleh adanya prosedur yang sesuai dengan standar baik itu standar keselamatan maupun kesehatan. Ketika seluruh unsur yang diinginkan sudah didapat, maka nasib dari e-waste tinggallah dua, antara dibakar atau dibuang dalam suatu penampungan akhir seperti landfill. Apapun caranya, keduanya memberikan efek yang buruk bagi lingkungan sekitar. Pembakaran jelas mengakibatkan polusi udara, sedangkan landfill dari e-waste memiliki potensi besar penyebab pencemaran tanah. Bila dilihat, kurangnya pengaruh sektor formal juga dapat dikambing-hitamkan sebagai penyebab berbagai dampak buruk yang signifikan dari pengelolaan e-waste di Ghana. Kurangnya campur tangan pemerintah dalam mengadakan state-of-act-technique sehingga dapat memastikan teknologi pengelolaan serta manajemennya dapat berlangsung lebih baik. Sebagai langkah awal, pemerintah harus mampu menghilangkan segala bentuk pengelolaan ilegal, teknologi tidak tepat guna, hingga impor e-waste ilegal sehingga keadaannya tidak seperti sekarang ini. Langkah lain yang tidak kalah penting adalah penyusunan regulasi-regulasi terkait. Sebagai langkah awal, pemerintah Ghana telah ikut menandatangani berbagai konvensi internasional terkait hal ini. Contohnya Konvensi Basel terkait pengaturan transfer barang-barang berbahaya termasuk e-waste. Namun sayang, penandatanganan ini belum diikuti dengan aplikasi yang nyata kepada rakyat Ghana.
35
f o t o gr a f i
Ti na Pa s ca ri n i
Hello, Sempu
li f e st y l e
RENEW BINS Recycling Nation’s Electronic Waste
By: Ratrisa Priska K TL’12
SUMBER: COMMUNITY.STARHUB.COM
Apa itu RENEW?
REcycling Nation’s Electronic Waste (RENEW) merupakan sebuah program kerja sama antara DHL, StarHub dan TES-AMM yang menyediakan kesempatan bagi masyarakat Singapura untuk mendaur-ulang limbah elektroniknya. Program nasional yang diadakan dengan dukungan Ministry of Environment and Water Resource serta National Environment Agency ini bermula dari StarHub E-Waste Recycling Programme, sebuah program yang diluncurkan oleh StarHub sebagai penyedia layanan komunikasi serta ritel produk elektronik dan TES-AMM sebagai perusahaan pendaur-ulang limbah elektronik.
Apa yang mendorong diluncurkannya program RENEW bagi masyarakat Singapura?
Perkembangan teknologi yang begitu cepat, penurunan harga barang elektronik yang drastis dan umur pakai barang elektronik yang semakin pendek merupakan beberapa faktor utama penyebab meningkatnya jumlah limbah elektronik di seluruh dunia. Dalam setahun, National Environment Agency mengestimasi jumlah produksi limbah elektronik tahunan oleh masyarakat Singapura sebesar 60.000 ton yang berasal dari rumah tangga dan industri. Menurut International Environmental Technology Center of the United Nations Environment Program, limbah elektronik yang telah mengalami proses daur-ulang hanya sekitar 20% dari total jumlah limbah elektronik yang dihasilkan di seluruh dunia. Artinya, hampir tidak ada kesempatan bagi konsumen perseorangan untuk mendaur-ulang limbah elektronik yang mereka hasilkan. Padahal, limbah elektronik mengandung bahan berbahaya seperti merkuri, kadmium dan sulfur yang dapat memberi dampak negatif pada lingkungan jika tidak ditangani dengan proses yang benar.
Sejak kapan program RENEW dilaksanakan?
Penandatanganan MOU antara DHL, StarHub dan TES-AMM terkait kerjasama pelaksanaan program RENEW dilakukan pada tanggal 16 September 2014 dengan disaksikan oleh Dr Vivian Balakrishnan selaku Minister of Environment
and Water Resource di Singapura. Sampai saat ini, program ini masih terus berjalan dengan peningkatan jumlah RENEW bins dalam berbagai lokasi yang dapat dijangkau oleh masyarakat Singapura.
Apa saja yang dilakukan dalam program RENEW?
Dalam pelaksanaan program RENEW, ketiga pihak terkait mempunyai tanggung jawab yang berbeda – beda. StarHub bertanggung jawab dalam menemukan lokasi potensial untuk penempatan RENEW bins baru. Selain itu StarHub juga bertugas menemukan supplier untuk menyediakan RENEW bins ke lokasi – lokasi baru tersebut. Sementara itu, pihak DHL bertanggung jawab dalam mengatur sistem pengumpulan dan pengantaran limbah elektronik dari semua RENEW bins menuju fasilitas daur ulang limbah elektronik milik TES-AMM. Sampai saat ini, program RENEW telah berhasil mendaur-ulang lebih dari 40.4 ton limbah elektronik dari seluruh daerah di Singapura.
Jenis limbah elektronik apa saja yang dapat dimasukkan ke dalam RENEW bins? Hampir semua jenis limbah elektronik yang tidak melebihi ukuran 470mm x 120mm pada RENEW bins dapat didaur-ulang. Beberapa jenis limbah elektronik tersebut antara lain CD/DVD, telepon genggam, printer, telepon, kabel, keyboard, modem, VCD/DVD player, laptop, baterai Lithium-ion, dan stereo mobil.
Apakah program RENEW berpotensi untuk diterapkan di Indonesia?
Jika program RENEW akan diterapkan di Indonesia, masyarakat harus menyadari pentingnya pengolahan limbah elektronik secara legal sehingga tidak memilih untuk menjual limbahnya kepada sektor informal. Selain itu, industri pengolah limbah elektronik juga perlu diyakinkan untuk bekerjasama dengan mengadopsi program ini sebagai salah satu bentuk Corporate Social Responsibility – nya. Dukungan pemerintah sebagai lembaga eksekutif negara juga perlu diperhatikan agar tercipta bentuk kerjasama yang berkelanjutan. 39
pr o f i l
E-WASTE with, Ir. Indah Rachmatiah Siti Salami, M.Sc., Ph.D
Di negara berkembang banyak sektor informal yang mendaur ulang e-waste sebagai mata pencaharian. Mereka tidak menggunakan prosedur yang aman dan menyadari bahwa yang mereka lakukan dapat mengganggu kesehatan mereka bahkan orang-orang di sekitar kegiatan daur ulang e-waste. Permasalahan tersebut sedang terjadi di Indonesia sampai saat ini. Bersama Ir. Indah Rachmatiah Siti Salami, M.Sc., Ph.D, dosen Teknik Lingkungan ITB, enviro akan membahas dampak daur ulang e-waste terhadap kesehatan.
40
1. Apa yang menjadi alasan ibu tertarik dengan e-waste? Saya baru awal sekali sih, saya concern ke sini karena e-waste semakin ke sini semakin banyak. Jadi e-waste ga hanya handphone tapi bisa juga televisi dan semua elektronik yang dibuang orang karena ga diperlukan lagi.
2. ini?
Apa masalah e-waste saat
Barangkali yang jadi masalah karena e-waste memiliki kandungan yang bermacam-macam. Nah kalau kita buang, itu relatif bisa membahayakan seperti zat yang persisten, bisa membahayakan kesehatan dalam jangka panjang sehingga saya concern pada pemanfaatan e-waste. Secara umum seluruh dunia punya masalah ini hanya penanganannya berbeda. Dan yang menjadi masalah pada dasarnya adalah di negara berkembang karena e-waste ini mereka tampung untuk didaur ulang. Secara teori bagus dapat didaur ulang tapi masalahnya e-waste memliki komponen berbahaya dan kebanyakan mereka mendaur ulang bukan di pabrik tapi secara individual yang tidak memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Lalu komponen apa saja yang membahayakan?
berbahaya pada generasi selanjutnya dan dapat menyebabkan cronic exposure yang bercampur-campur. Sehingga kurang lebih dapat mempengaruhi atentiontion, executive function, motor function, behaviour yang kebanyakan berpengaruh pada neurotransmitan.
4. Negara mana yang paling bermasalah dengan e-waste? Masalah ini yang paling besar di Cina dan yang kedua di India. Di Indonesia belum kelihatan, karena mungkin bukan negara yang secara terbuka menerima e-waste. E-waste jelas B3 tetapi di negara maju tidak mengolah sehingga dikirim ke negara yang menerima.
5. Mengapa negara maju penghasil e-waste tidak mengolah e-waste? Saya pernah bertanya pada orang dari negara maju, mengapa mereka tidak mengolah e-waste? Mereka sebetulnya melakukan, tetapi hal tersebut tidak menarik secara ekonomi bahkan mereka harus menambah uang jika melakukan pengolahan. Jadi hanya beberapa yang menyadari bahayanya saja yang melakukan. Akhirnya negara-negara seperti kita lagi yang mengolahnya.
Banyak ya, menurut paper Chen pada tahun 2011 (Development Neurotoxicants in E-waste: An Emerging Health Concern) bisa dari Pb, Hg, Dioxin, Furan. Misalnya pada Pb yang dapat mengganggu ibu hamil yang dapat masuk ke dalam janin yang dapat 41
6. Bagaimana hasil penelitian ibu mengenai e-waste di kota Bandung? Saya melakukan penelitian awal sekali di suatu daerah di kota Bandung yang mendaur ulang aki bekas. Di satu SD saja dengan melihat hasil nilai siswa sudah terdapat perbedaan pada anak yang orang tuanya melakukan daur ulang dan yang tidak. Yang terpapar hanya 15% sebetulnya. Memang perbedaannya kecil tapi ditakutkan perbedaan kecil tidak dianggap sehingga lama kelamaan dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan belajar, kemampuan pemahaman, IQ, behaviour, dan mereka kadang suka lebih “aktif�.
7. Mengapa anak kecil yang menjadi sampel dalam penelitian? Karena anak kecil memiliki kerentanan terhadap penyakit yang masih rendah dibandingan dengan orang dewasa.
8. Bagaimana peran pemerintah dalam hal ini? Saya rasa kalau sudah sampai di pemerintah, kelihatannya kalau di Indonesia yang jelas kita meratifikasi konvensi Bassel sehingga tidak mengakui ada pengiriman barang-barang bekas seperti itu. Sebetulnya di KLH sudah ada peraturan tapi yang jelas
Hg kalau e-waste belum ada kelihatannya karena belum banyak yang melapor. Tapi ada penelitian dari UI pada daerah Cinangka yang mendaur ulang aki bekas, penelitiannya sampai ke darah manusia. Paparannya melalui udara dan ada perbedaan yang terpapar dan yang tidak. Dan itu semua informal sehingga sulit dikendalikan.
9. Apa yang bisa kita lakukan selanjutnya? Kita aware saja dengan masalah e-waste, tetapi barangkali pengelolaannya dipikirkan lebih lanjut entah itu diberikan kembali ke produsen karena produsen yang tahu persis produknya. Saya rasa yang paling mudah itu, tetapi masalah lagi di produsen akan diapakan, apa dioalah secara pabrik atau bagaimana. Untuk pihak yang secara ilegal, mungkin kita memberi informasi bahwa pekerjaan ini dapat mengahantarkan uang tapi ada bahaya. Kita pikirkan lagi juga metode lebih aman karena kalau dilarang pasti mereka tidak mau karena dari situ mereka dapat uang. Bagi saya seharusnya bisa dikembangkan teknologi yang legal dengan merecovery yang bisa digunakan, itu yang seharusnya kita tuju. Sehingga kita tidak perlu menambang lagi namun butuh pengembangan teknologi, alat, yang jangka panjang juga.
Ir. Indah Rachmatiah Siti Salami, M.Sc., Ph.D Riwayat Pendidikan : Jenjang S1, Bidang Teknik Lingkungan-ITB tahun 1988 Jenjang S2, Univ. of Newcastle upon Tyne, Inggris tahun 1993 Jenjang S3, Univ. of Newcastle upon Tyne, Inggris tahun 2000 Profesi, Dosen Bidang Teknik Lingkungan ITB Spesialis, Bidang Environmental healt and Safety Management 42
Indonesia
“We live in a wonderful world that is full of beauty, charm and adventure. There is no end to the adventures that we can have if only we seek them with our eyes open.� -Jawaharlal Nehru
Did you know
?
E-Waste Edition
•Sekitar 20-50 juta kubik ton e-waste dihasilkan di dunia setiap tahunnya (5% dari sampah padat keseluruhan). Ketika computer tidak lagi dipakai, benda-benda tersebut meninggalkan timah, Cadmium, Mercury dan limbah berbahaya yang lain. •Berdasarkan Environmental Protection Agency, para ahli memperkirakan bahwa dengan mendaur ulang 1 juta handphone dapat memulihkan sekitar 24 kg Emas, 250 kg Perak, 9 kg Palladium, dan lebih dari 9000 kg Tembaga. •Satu kubik ton sampah elektronik dari Komputer Personal (PC) mengandung lebih banyak emas daripada yang bisa diambil daripada 17 ton bijih emas. Tahun 1998, jumlah emas yang dipulihkan dari sisa elektronik di Amerika ekivalen dengan emas yang dapat dipulihkan dari lebih dari 2 juta kubik ton bijih emas. •Mendaur ulang penggunaan aluminium dapat menyimpan 90% energy dari seluruh energy yang diperlukan untuk menambang aluminium baru •Berdasarkan data United Nations, sekitar 70% sampah elektronik yang dihasilkan secara Global berakhir di China 44
•Di Afrika Selatan dan China, diprediksi akan terjadi lonjakan e-waste hingga 200 – 400 persen pada tahun 2020. •Menurut data dari UNEP (Program Lingkungan Hidup PBB) secara global e-waste tumbuh 40 juta ton setiap tahunnya. Sampah ponsel dan komputer personal sebagai penyumbang terbesar. Limbah emas dan perak 3%, palladium 13% dan kobalt 15%, setiap tahunnya. •2% sampah elektronik akan sama saja dengan 70% limbah beracun yang ada di tempat pembuangan sampah. Jumlah ekstrim dari timbal dalam elektronik mampu menyebabkan kerusakan pada sistem saraf pusat, perifer, darah dan ginjal. •Karena pesatnya produksi elektronik terutama komputer, hanya sekitar 15% yang mendaur ulang komputer mereka dan berarti 85% berada di tempat sampah. •Sekitar 50 juta ponsel yang diganti dalam waktu satu bulan di seluruh dunia. Hanya sekitar 10% yang mendaur ulangnya. Andai saja 1 juta ponsel di daur ulang maka akan mengurangi gas emsisi sebanyak gas yang dihasilkan 1.358 mobil selama setahun. •E-waste adalah segmen yang paling berkembang cepat dalam arus limbah padat perkotaan •E-waste mengandung banyak material yang berharga yang dapat dipulihkan, seperti aluminium, tembaga, emas, perak, plastic, logam ferrous. •Berdasarkan Laporan United Nation, April 2013 tentang “E-Waste in China,” Guiyu (salah satu kota di China) menderita bencana lingkungan sebagai akibat dari industry pemanfaatan e-waste skala luas di area tersebut. •Banyak polusi yang toksik berasal dari membakar papan sirkuit, plastic, dan kabel tembaga, atau membilasnya dengan asam hidroklorik untuk mengambil kembali logam berharga seperti tembaga dan besi. Dengan melakukan hal demikian, pekerjaan tersebut mengkontaminasi para pekerja dan lingkungan dengan logam berat yang toksik seperti beryllium, cadmium, sekaligus melepaskan abu hidrokarbon ke udara, tanah, dan air. •Banyak e-waste berasal dari transaksi illegal karena berdasarkan United Nations, ada pelarangan secara spesifik terhadap sampah elektronik yang ditransfer dari negara maju seperti Amerika ke negara berkembang seperti China dan Vietnam
45
48
49
By: Yobel Novian Putra TL’13
SUMBER: GOOGLE.COM
50
SUMBER: GOOGLE.COM
51
52
53
TEKNIK LINGKUNGAN ITB Teknik lingkungan merupakan bidang keilmuan yang mempelajari tindakan preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan lingkungan air, tanah, dan udara melalui pendekatan rekayasa teknik. Teknik lingkungan dilatarbelakangi oleh upaya proteksi lingkungan akibat kegiatan manusia, proteksi kesehatan dan keselamatan manusia akibat penyakit, serta penanggulangan pencemaran kimia yang ada di lingkungan. Lalu, apa saja yang akan dipelajari oleh seorang calon insinyur teknik lingkungan? 1. REKAYASA AIR MINUM DAN AIR BERSIH Sarjana teknik lingkungan memiliki keahlian untuk menyediakan air bersih bagi masyarakat. Hal yang dipelajari antara lain adalah mendesain instalasi pengolahan air minum (IPAM), proses-proses yang terjadi di dalamnya, hingga bagaimana menyalurkan air sesuai kebutuhan masyarakat. 2. REKAYASA AIR BUANGAN DOMESTIK Terdapat pengetahuan mengenai proses dan desain unit-unit pengolahan air buangan seperti septic tank dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Selain itu, pembelajaran ini melatih bagaimana mendesain saluran penyalur air hujan (drainase) yang fungsinya penting untuk mencegah banjir.
6. KESEHATAN DAN TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN Pada topik ini terdapat pembelajaran mengenai elemen-elemen lingkungan seperti hidrosfer, atmosfer, sosiosfer, dan lain-lain. Elemen tersebut dikaji terkait penyakit apa saja yang mungkin ditimbulkan dan jalur penyebarannya, serta bagaimana mengukur kadar toksisitas limbah dan tingkat bahayanya bagi lingkungan hidup. 7. SANITASI MASYARAKAT Calon insinyur teknik lingkungan akan mempelajari bagaimana menyediakan infrastruktur sanitasi dan air minum yang sesuai dengan karakter masyarakat di suatu daerah. Terdapat pendekatan terhadap masyarakat agar teknologi yang diciptakan tepat guna dan bermanfaat.
3. REKAYASA AIR BUANGAN INDUSTRI Hampir semua industri memiliki buangan dari hasil produksinya. Seorang sarjana teknik lingkungan sangat dibutuhkan untuk mengelola limbah tersebut. Akan diberikan ilmu untuk mendesain IPAL untuk industri dan proses apa saja yang harus ditempuh pada pengolahan air limbah industri hingga mencapai kadar aman untuk dikembalikan ke lingkungan.
8. PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN PENCEMARAN UDARA Terdapat pembelajaran tentang udara, mulai dari penyebaran emisi dari cerobong di industri hingga mengukur kadar polutan di suatu kota. Hal lain yang dipelajari adalah mendesain unit-unit pengendalian pencemaran udara agar polutan-polutan dari industri tidak mencemari daerah permukiman masyarakat.
4. PENGELOLAAN LIMBAH B3 Bahan yang bersifat berbahaya dan beracun yang banyak digunakan dalam industri akan keluar sebagai limbah yang pastinya sangat berbahaya bagi lingkungan sekitar dan kesehatan manusia. Sarjana teknik lingkungan akan mempelajari bagaimana karakteristik dan rekayasa limbah B3 agar tidak mencemari lingkungan sekitar.
9. PENGELOLAAN LINGKUNGAN Pada pengelolaan lingkungan, akan dipelajari pemodelan kasus terkait masalah lingkungan, analisis dampak lingkungan dari suatu aktivitas manusia, bagaimana menerapkan sistem manajemen lingkungan dalam suatu industri maupun organisasi, kesehatan lingkungan kerja, dan lain-lain.
5. PENGELOLAAN SAMPAH Cara mengelola sampah perkotaan yang baik, mulai dari pemilahan di sumber hingga mendesain landfill atau tempat pembuangan akhir yang optimal juga akan dipelajari di jurusan teknik lingkungan.
10. TEKNOLOGI BERSIH Topik ini mempelajari aplikasi 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam kegiatan industri. Tidak hanya mengurangi timbulan limbah, prinsip ini juga bisa menghasilkan keuntungan berlebih melalui peningkatan hasil produksi atau pengurangan konsumsi bahan baku baru.
tentang
hmtl Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan ITB (HMTL ITB) didirikan bersamaan dengan kelahiran jurusan Teknik Penyehatan (HMTP) pada 10 November 1962. Seiring dengan bergantinya nama Teknik Penyehatan menjadi Teknik LIngkungan, himpunan yang bernama Himpunan Mahasiswa Teknik Penyehatan (HMTP) ini Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) pada 10 November 1988. HMTL merupakan organisasi kemahasiswaan yang berfungsi sebagai wadah mahasiswa Teknik Lingkungan untuk berkarya, belajar, dan mengembangkan potensi yang ada sejalan dengan pendidikan formal di Program Studi Teknik Lingkungan ITB. HMTL memilki lambang yang pada lambang tersebut terdapat makna tertentu terkait dengan keilmuan Teknik Lingkungan. Pohon kalpataru pada lambang tersebut melambangkan lingkungan hidup. Garis hitam tebal di atas dan dibawah melambangkan T dan L. Lima garis di kiri dan di kanan menggambarkan sub jurusan yang ada yaitu air, udara, pengelolaan lingkungan, kesehatan, dan buangan padat. Gelombang berwarna biru melambangkan air. Gambar Ganesha di pojok kiri bawah melambangkan ITB. Setiap tahunnya HMTL memiliki program kerja yang bertemakan lingkungan. Pada kepengerususan kali ini yang diketuai oleh
Ricky Alamsyah, memiliki program kerja besar yaitu Desa Mitra dan ECOPROJECT. Desa Mitra HMTL 2014 pada tahun sebelumnya telah dilaksakan di Desa Cimanggu (Cibayun), Kecamatan Ngaprah, Kabupaten Bandung Barat. Dan Desa Mitra HMTL 2015 akan diadakan sekitar akhir tahun ini di Desa Dangdeur, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut. Dengan fokus untuk membantu menyediakan air bersih secara kuantitas maupun kualitas bagi desa tersebut.
Selain Desa Mitra, program kerja HMTL lainnya yang juga bertemakan lingkungan adalah ECOPROJECT. ECOPROJECT 2015 akan membawakan tema yang hangat di tengah masyarakat yaitu Teknologi Tepat Guna dalam Pengelolaan Sampah Domestik. ECOPROJECT ini akan diadakan pada 30-31 Januari 2016 dengan empat mata acara besar yaitu Idea Challenge, Festival, Focus Group Discussion, dan Seminar. 55
Surf the Net www.simsrecycling.com Situs ini bertanggung jawab dalam reuse dan recycling barang-barang elektronik yang telah tidak terpakai.
www.e-wastes.com E-waste merupakan lembaga di Washington yang telah tersertifikasi sebagai E-Cycle Collector, Transporter, dan Processor. Lembaga ini memiliki misi untuk mendaur ulang sampah elektronik dengan aman dan ramah lingkungan.
www.zerowaste.sa.gov.au Zero Waste SA adalah organisasi pemerintahan Australia Selatan yang memungkinkan masyarakat untuk meningkatkan daur ulang dan mengurangi sampah baik di rumah maupun di tempat kerja atau industri.
www.lesecologycenter.org The Lower East Side Ecology Center merupakan organisasi pertama yang menawarkan program recycling dan composting berbasis komunitas di New York. Saat ini, Ecology Center menawarkan pendidikan pengomposan, daur ulang sampah elektronik, pengelolaan ruang terbuka publik, dan pendidikan lingkungan. 56