Tokoh Edisi 862 | Tokoh

Page 1

24

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

redaksi/iklan/langganan: tlp. (0361) 425 373, 416 676; faks. (0361) 425 373; e-mail: redaksi@tokoh.co.id, iklan@tokoh.co.id; website: www.tokoh.co.id

Pande

Nyoman

Ge d e

What’s Up

M a r u t h a

Rintis Industri Kerajinan Endek di Gianyar

nal sebagai salah satu pabrik tenun yang produksinya luar biasa besar dengan pegawainya yang mencapai ribuan orang.

Begitu pula dengan alat tenun bukan mesin yang digunakannya ketika itu adalah hasil buatan Pekak Togog sendiri. Kebisaannya ini, katanya

diperoleh karena ia bukan hanya sempat mengenyam pendidikan mengenai tekstil dan pewarnaan di Bandung sekitar tahun 1952 yang

Kota Gianyar merupakan ibu kota dari Kabupaten Gianyar, dan dikenal sebagai jantung seni Bali. Pujian mengenai potensi wisata Gianyar tidak hanya datang dari dalam negeri, akan tetapi juga dari mancanegara. Salah satunya karena di kota ini tersimpan salah satu kekayaan lokal, tenun ikat Bali yang lebh dikenal dengan sebutan endek.

M

enyebut nama kriya tenun asli Bali di Kabupaten Gianyar, tentu tak lepas dari keberadaan sosok yang yang penuh kreativitas ini, Pande Nyoman Gede Marutha (90) yang akrab disapa Pekak Togog. Ia adalah pendiri dan pemilik “Tenun Cap Togog” yang ada di kawasan Jalan Astina Utara, Gianyar. Betapa tidak, sejak tahun 1953, Cap Togog sukses berproduksi. Tenun Togog dirintis oleh Pekak Togog, di masa jayanya bersama usaha endek milik keluarganya yang lain yakni Cap Chili serta Putri Bali. Cap Togog dike-

Belum Jegeg kalau Belum Mengenakan Endek Cap Togog

Belakangan, promosi endek kembali gencar dilakukan oleh tiap pemerintah daerah termasuk Gianyar. Alhasil, endek kini mudah ditemukan di mana-mana serta dengan bangga dipakai siapa saja. Usaha yang sebelumnya sempat mati, perlahan kembali menggeliat. Hanya saja kali ini pasarnya beralih ke pasar lokal. Kesadaran masyarakat untuk menggunakan produk lokal yang semakin tinggi menjadi peluang tersendiri. Tak hanya itu, kelemahan endek yang sebelumnya ada sambungan juga mulai bisa diatasi. Ia mengatakan kualitas produk kain tenun ikat sangat ditentukan oleh tiga unsur utama, yaitu bahan baku, pewarnaan dan desain. Dalam hal desain para pengrajin kain tenun ikat di Bali masih dapat bersaing dengan desain dari negara lain. Sebab yang berperan di sini adalah tangan dari penenunnya dengan unsur seni dan perasaan yang dituangkan di dalamnya. Inspirasi awal biasanya ia peroleh dari bentuk bentuk rumah bali candi, candi kurung dan candi bentar. Kemudian berkembang dengan gambar-gambar lain yang menjadi inspirasinya tidak ada di Bali tapi adanya di Mesir, makanya ada motif yang disebut Kute Mesir. Diakui oleh Pekak Togog yang masih penuh semangat ini, pesatnya perkembangan kain tenun ikat khas Bali menjadi t a n t a n ga n b e s a r bagi masyarakat Bali untuk menjaga kelestariannya. M a sya ra k a t B a l i juga ha rus ajeg , tetap memperhatikan aturan penggunaan kain tersebut. Namun, masalahnya dengan tingginya harga bahan baku yang 100% impor dan juga pengerjaan

yang masih secara tradisional, membuat produk ini semakin lama semakin sulit bersaing. Produksi menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) membuat produksi menjadi terbatas. Sebuah benang sampai akhirnya bisa menjadi selembar kain prosesnya bisa mencapai satu bulan. Karena itu jumlah produksi juga sangat terbatas. Proses yang panjang, bahan baku yang semuanya impor membuat endek harganya menjadi lebih mahal dibandingkan dengan produk tekstil lainnya. Di samping bahan baku, keterbatasan penenun juga menjadi masalah yang masih harus dihadapi hampir seluruh pengrajin. Saat ini, kata laki-laki yang sudah sangat lama bergelut dengan benang serta pewarnaan kain tenun ini sulit mencari anak muda yang mau belajar menenun. Semua penenun yang bekerja padanya merupakan orang-orang tua. Ini tentu menjadi kekhawatiran tersendiri karena akan kesulitan mencari regenerasi. Kini karena faktor usia pemilik dan kuranganya tenaga penenun, meski tidak sebanyak dahulu tapi masih tetap berproduksi dengan empat orang tenaga penenun yang senior dan andal demi mempertahankan keberadaan endek Cap Togog yang khas dan berkualitas sekuat tenaga. Ia berharap generasi muda tidak lupa pada sejarah, karena baginya sejarah itu

guru tertinggi. Namun, dengan penuh antusias ia menyatakan sebenarnya kalau orang mau belajar untuk bisa memeproduksi seperti Cap Togog, punya warna khas dan tidak luntur. “Nda perlu ngintip-ngintip. Datang langsung belajar dan saya mau dan sanggup ngajar, cukup 3 bulan saja pasti bisa,” cetus Pekak Togog yang mengaku semangatnya ini karena merasa almarhumah sang istri serasa masih bersamanya dan mensupportnya. Ia juga menyebutkan endek yang dihasilkan dari industri endek di Bali rata-rata masih menggunakan motif dan desain tradisonal, yang beberapa di antaranya hanya digunakan pada saat upacara adat. Kain-kain berbahan dasar katun, sutera dan rayon, yang diproduksi dengan keterampilan tinggi, yang disebut wastra dalam adat Bali, berperan sangat penting dalam upacara-upacara adat. Sejak lahir sampai meninggal, mulai pagi hari ketika matahari terbit sampai terbenam, orang Bali menjalani kehidupannya dengan berbagai upacara adat. Hingga di masanya ada slogan yang beredar di masyarakat menyebutkan, “Jika perempuan tidak pakai Cap Togog tidak bisa kelihatan jegeg dan laki-lakinya tidak bagus.” -ard

dibiayai oleh persatuan tenun Indonesia, juga rajin mengikuti berbagai kursus terkait usahanya. Karena itu, semua jenis warna sudah pernah dikerjakannya. Salah satunya warna biru unik bernama indigo yang sulit ditiru oleh pengrajin lainnya. Menurut ayah 8 anak ini, beberapa tahun silam, endek sempat menjadi salah satu produk andalan Bali. Di era 1970 hingga tahun 1980an, produksi songket, endek sempat mendomonasi pasar kain, bukan hanya di pasar nasional bahkan begitu dikenal di pasar internasional, hingga dunia ekspor. Hal ini dibuktikan dengan berkembangnya perusahaan tenun Cap Togog, Cap Chili, dan Putri Bali, juga beberapa perusahaan tenun lainnya ketika itu. Dikatakan oleh suami dari Pande Putu Srinadi, bahwa produk yang dihasilkan para pengrajin tradisional sebagian besar justru lebih banyak dipasarkan di pasar ekspor dibandingkan dengan pasar lokal. Pengerjaan endek dengan tangan merupakan salah satu eksklusivitas yang selama ini digunakan sebagai strategi branding, mengingat produk hand made biasanya identik dengan craftmanship. Pada umumnya pola hiasan pada kain endek utamanya adalah unsur flora dan fauna, wayang, serta kombinasi dari berbagai pola. Ada juga pola dari dongeng-dongeng suci atau mitologi Bali. Motif tersebut memberikan ciri khas tersendiri pada kain endek dibandingkan dengan motif-motif kain pada umumnya. Salah satu warna istimewa yang diproduksi Cap Togog adalah indigo, warna biru tua keungu-unguan, warna yang tidak mudah dibuat oleh pengrajin lain. Sebagai bagian dari budaya masa lampau, kain endek juga biasa dikenakan saat melakukan ritual adat masyarakat Bali. Selain itu kain endek hasil kerajinan tangan dengan menenun ini, sekarang bisa kita lihat dikenakan sebagai uniform oleh karyawan PNS maupun instansi swasta di Bali. –ard


2

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Ekspresso

DAri daPUr Redaksi

Ayo Kerja!

Tema peringatan hari ulang tahun proklamasi RI tahun 2015 adalah “Ayo Kerja!”. Ayo kerja bukanlah slogan semata melainkan sebuah pergerakan. Presiden Joko Widodo memiliki keyakinan pergerakan yang ingin dibangun adalah menjebol mentalitas bangsa yang berada dalam keterjajahan, ketertindasan, ketidakadilan, ketidak merdekaan serta membangun mentalitas baru sebagai bangsa yang merdeka 100%. Itulah makna mendasar dari revolusi mental. Ayo Kerja! sesungguhnya adalah perwujudan praktis dari gerakan Revolusi Mental. Targetnya bukan semata untuk rakyat namun harus menjangkau dan mengikat para penyelenggara negara. Mereka memiliki tanggung jawab moral maupun konstitusional untuk bekerja jujur, tanpa pamrih, melayani rakyat secara paripurna. Gerakan Nasional “Ayo Kerja!” tidak ingin berhenti pada slogan ataupun perayaan semata, tapi gerakan nyata yang membangkitkan semangat rakyat dalam mewujudkan impian Indonesia Merdeka. Gerakan ini mendorong partisipasi masyarakat

untuk terlibat, turun tangan secara bersama-sama mewujudkan impiannya. Gotong-royong dalam kerja menjadi jiwa gerakan perayaan 70 tahun kemerdekaan Indonesia. Melalui Gerakan Nasional 70 Tahun Indonesia Merdeka, yang dicanangkan tepat di Nol Kilometer Indonesia di Kota Sabang ini, Presiden Joko Widodo bertekad menjadikannya sebagai titik tolak mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia dengan gotong royong. Presiden Joko Widodo ingin menggunakan momentumperayaan 70 tahun Indonesia merdeka untuk memperbarui tekad dalammewujudkan harapan seluruh rakyat Indonesia.

Bokor Terbang

Saya dapat undangan adat dari keluarga yang tinggal di kabupaten lain. Kebetulan murid libur panjang, semua anak saya ajak untuk bertemu saudaranya. Istri merespons cukup baik lalu membeli bokor perak serta tutupnya untuk membawa sekadar oleh-oleh untuk keluarga yang melangsungkan pernikahan. Hari H kami berangkat dengan mobil. Anak pada bersuka ria dalam mobil. Setelah 2 jam kami tiba di rumahnya, sekitar pukul 10.00. Tamu banyak sekali, rumahnya penuh sesak. Saya disambut semua keluarga besar. Upacara widi widana sudah mulai. Semua keluarga bersyukur karena saya bisa meluangkan waktu seluruh keluarga datang menyaksikan upacaranya dan memberi doa restu kedua mempelai.

bacaan wanita dan keluarga

Penerbit PT Tarukan Media Dharma Terbit sejak 9 November 1998

Setelah widi widana selesai, semua tamu dipersilakan makan secara prasmanan sekadarnya. Tamu sudah pulang, tinggal keluarga, sehingga dapat berbincang panjang lebar. Semua berharap sama-sama berumur panjang, sehat, selalu dilindungi Ida Sang Hyang Widhi, suatu saat nanti bisa ketemu kembali. Akhirnya saya mohon pamit dan menuju mobil yang berjarak sekitar 200 meter. Istri dan anak jalan lebih dahulu. Karena mobil terkunci, bokor dan isinya ditaruh di kap mobil.

Harapan dari segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Edisi kali ini kami menghadirkan harapan dari berbagai kalangan tentang makna kemerdekaan dan bagaimana kerja versi mereka. Pengalaman yang mereka alami bisa menjadi cerminan. Mana yang bagus dan menginspirasi, silakan ditiru. Kemeriahan perayaan Agustusan sudah terasa sejak awal bulan. Bendera merah putih berkibar dimana-mana. Lingkungan berbenah dan menampilkan semangat merah putih. Momen penuh semangat ini menjadi dasar ayo kerja karena kalau tidak kerja bagaimana kita bisa merasakan kemerdekaan. Semangat…semangat…semangat….

Saya belakangan tiba, karena di jalan ada yang ngajak mampir dan berbincang. Tiba di mobil, buka pintu, semua masuk, lalu berangkat. Tiba di rumah saat semua sedang turun dari mobil, istri bertanya, “Pak, mana bokornya?” Oh my God... bokor lupa diambil dari kap mobil. Telah terbang melayang-layang, hilang tak terhalang, melanglang buana beserta sate, lawar, nasi, dan jajan yang diberi tadi. “Oh, astaga, rwa bhineda tetap jalan, suka duka selalu berdampingan,” omel istri pasrah dan sedih. I Nengah Mangku Amlapura

Mozaik

GORO-GORO kebangsaan

“Di masa lalu peringatan hari proklamasi 17 Agustus begitu meriah. Kota menjadi lautan merah putih yang dipasang warga,” keluh Amat. “Di semua sudut, diperlombakan hiasan gerbangPutu Wijaya gerbang yang menunjukkan perjuangan dengan bambu runcing. Ada pawai obor tengah malam dan renungan bersama di makam pahlawan. Sekarang semua itu hilang. Kenapa, Ami? Apa rasa kebangsaan kita sudah menipis?” Ami tersenyum. “Bapak ini sedang mengeluh, menghujat generasi muda, atau mencari-cari kesalahan generasi sekarang?” “Tidak! Bapak hanya heran. Heran karena sekarang rasa kebangsaan kita sudah menipis!” “Rasa kebangsaan kita atau rasa kebangsaan Bapak sendiri? Saya kira, itu rasa kebangsaan Bapak!” Amat kesal, karena Ami tidak mendukung pengamatannya. Lalu ia pulang sambil membeli serentengan merah-putih kecil-kecil yang biasa dipasang mengelilingi rumah. Sampai di rumah, Amat langsung memasang bendera-bendera itu. Bu Amat diam-diam memerhatikan tapi tidak memberi komentar. Para tetangga juga tak ada yang bertanya-tanya. Amat jadi semakin yakin rasa kebangsaan sudah luntur. Ia beli lagi tiga bendera ukuran besar, langsung dipasang di depan rumah, sebelum ada yang pasang bendera. Tapi tetap saja tidak ada yang memberi komentar. Akhirnya ia penasaran. Lalu berkunjung ke tetangga, sambil membawa kritikan. Menyesali masyarakat sudah tumpul rasa kebangsaannya. “Terkikis habis oleh kesibukan mencari untung buat diri sendiri, main politik dan berebut kedudukan!” kata Amat kesal. Amat membeli lagi sebuah bendera ukuran raksasa. Dipasang di depan rumah. “Untuk apa banyak bendera, seperti orang tak yakin,” kata Bu Amat.”Cukup satu biarkan orang lain ikut memiliki negeri kita ini!” “Tanpa kebangsaan sangat berbahaya,” kata Amat menghasut.”Inilah yang ditargetkan musuh-musuh kita. Kalau rasa kebangsaan sudah luntur, kita akan lemah dan mudah sekali diadu-domba.. Akibatnya, kita akan cakar-cakaran sendiri. Di situ nanti mereka datang. Memecahbelah dan menguasai lagi kita, tanpa kita sadari!” Tapi Bu Amat tidak tertarik membahas soal kebangsaan Amat. Ia sibuk nonton serial TV, “Abad Kejayaan.” Amat jadi tambah gelisah. Ia kelilingi kota dan terkejut menyaksikan sedikit sekali yang bersiap menyambut peringatan hari proklamasi yang ke-70. “Kita dalam bahaya!! Sangat berbahaya, Bu!” kata Amat pada istrinya. “Bahayanya apa?” “Rasa kebangsaan yang hancur, negara akan binasa, tunggu waktu saja!” Esok paginya, Amat terkejut. Di depan rumah berkumpul warga. Mereka berteriak-teriak liar mau membakar rumah Amat. Amat bingung. Tak mengerti, apa kesalahannya. Baru ketika semua menunjuk ke arah bendera, ia paham. Salah satu benderanya terpasang terbalik. Putihnya di atas, merahnya di bawah. Amat langsung minta ampun. Bersumpah-sumpah, bukan dia. yang melakukannya. “Lalu siapa?” teriak massa. Amat tak bisa menjawab. Massa bertambah brutal. Mereka tetap mau membakar. Tiba-tiba Bu Amat berteriak. “Tunggu! Ibu yang melakukannya. Supaya Bapak yakin, rasa kebangsaan kita tidak pernah luntur?! Semangat kebangsaan kita masih kuat kalau ditantang!”

Bagi pembaca yang memiliki kisah unik, seru, menyebalkan, atau mengasyikkan dan ingin berbagi dengan pembaca ­lainnya, silakan kirim kisah Anda ke redaksi@tokoh.co.id. ­Panjang naskah maksimal 3.000 karakter. Sertakan juga nama dan nomor kontak Anda. Naskah yang muat di rubrik “OMG” akan mendapat bingkisan Tokoh. Info lebih lanjut, silakan hubungi Redaksi Mingguan Tokoh (0361) 425373 Pemimpin Umum/Penanggung Jawab: Gde Palgunadi. Redaktur Pelaksana: Ngurah Budi. Staf Redaksi/Pemasaran Denpasar: IG.A. Sri A r d h i n i , W i r a t i A s t i t i , S a g u n g I n t e n . J a k a r t a : D i a n a Ru n t u . N T B : N a n i e k D w i S u r a h m i . D e s a i n G r a f i s : I D N A l i t Budi­a rtha, I Made Ary Supratman. Sirkulasi: Kadek Sepi Purnama. Se­k retariat: Ayu ­A gustini, Putu Agus Mariantara, Hariyono. Alamat Redaksi/Iklan Denpasar: Gedung Pers Bali K. Nadha, Lantai III, Jalan Kebo Iwa 63 A ­Denpasar 80117–Telepon (0361) 425373, 7402414, 416676–Faksimile (0361) 425373. Alamat Redaksi/Iklan/Sirkulasi Jakarta: Jalan ­Pal­m erah ­B arat 21 G Jakarta Pusat 10270– Telepon (021) 5357603 - Faksimile (021) 5357605. NTB: Jalan Bangau No.15 Cakranegara, Mataram–­Telepon (0370) 639543– ­Faksimile (0370) 628257. Jawa Timur: Permata Darmo Bintoro, Jalan Taman Ketampon 22-23 Surabaya–Telepon (031) 5633456–­­ ­F aksi­m ile (031) 5675240. Surat Elektronik: redaksi@tokoh.co.id, iklan@tokoh.co.id. Website: www.tokoh.co.id. Bank: BRI Cabang ­G ajah Mada Denpasar. Nomor Rekening: PT Tarukan Media Dharma: 0017-01-001010-30-6. Percetakan: BP Jalan Kebo Iwa 63 A Denpasar.

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Vera Moeljadi

Investasi Teknologi T

ahun 2000-2001, Vera menjajaki Mercure Hotel sebagai Front Desk Agent, dilanjut 2002-2009 di Somerset dengan jabatan Front Office supervisor, dan juga masuk dalam jaring­ an managemen Accord Hotel, seperti di Ibis Rajawali Hotel 2011-2013 jabatan sebagai Assis­ten Front Ofice, 2013 di Mitown

“Komitmen yang sungguh-sungguh, merupakan kunci kesuksesan”. Begitulah kata Vera Moeljadi, Manager Hotel Red Planet Surabaya yang mengawali kariernya dari tahun 1995-2000 di Sheraton Hotel. Dari seutas pengalamannya itu, tak salah bila sejawatnya menyebut Miss Hotel ini atas segudang pengalamannya di bidang perhotelan selama 20 tahun. hotel jabatan Room Division Manager, dan pernah di Novotel hotel menjabat Front Office Manager. Kurang lebih 20 tahun berkecimpung di dunia perhotel. Yang akhirnya hingga sekarang ini di Hotel Red Planet Surabaya. Vera begitu panggilan akrabnya dari Vera Moeljadi menjelaskan, Red Planet Hotel berdiri sejak 2010 lalu dan untuk Red Planet Hotel Surabaya sendiri berdiri sejak 2 Juli 2014 yang memiliki 156 kamar, terdiri dari double room 107, twin room 48, wheelchair friendly room 1. “Meskipun kami hotel budget, namun kita menerapkan sistem hotel bintang lima, antara lain kenyamanan tamu 24 jam dipantau CCTV. Itu adalah salah satu nilai lebih dari kami dan juga ucapan terima kasih yang selalu kami ucapkan kepada pengunjung. Dan yang paling utama kami menerapkan sistem

teknologi yang tidak dimiliki oleh hotel sekelasnya,” ungkapnya. Tak cukup disitu saja, ada

23

beberapa program lainnya yang diterapkan di Red Planet Hotel antara lain aplikasi ponsel pintar yang berfungsi sangat baik. Bukan hanya berupa portal memesan kamar yang mudah dan efisien, namun setibanya tamu di hotel Red Planet, segera terhubung dengan layanan menginap melalui aplikasi tersebut. Selain itu berfungsi pula sebagai intercom antar kamar dan resepsionis, lini chat, dan fitur inovatif lainnya. “ Di hotel kami memberikan nilai tambah untuk pengalaman menginap dengan kami melalui investasi teknologi setiap saat,” kata wanita murah senyum ini. “Harapan kami, tahun ini akan terus berkembang dan memberikan alternatif bagi masyarakat secara luas yang menginap baik untuk keperluan bisnis ataupun hanya berlibur, dan semoga pengunjung di Red Planet ini menjadi nyaman, puas dan senang,” pungkasnya. -Bayu

Vera Moeljadi

Temu Kangen Lintas Generasi

Temu Kangen

Para pramuka dari berbagai generasi berkumpul di Art Center. Minggu (9/8). Mereka menggelar acara Temu Kangen Lintas Generasi Pramuka serangkaian peringatan Hari Pramuka. Hadir dalam kegiatan tersebut Peltu (Purn) Sutjipto dan Nyoman Suyasa sebagai mediator, Ida Pedanda Gede Putra Telabah, Ida Pandita Sri Bhagawan Penyarikan, Prof. Adnyana Manuaba, N. Mulyathi, A.A. Bagus Jelantik Sanjaya, dan Gusti Made Perasu. Kesempatan itu dimanfaatkan para peserta temu kangen untuk memberi sumbangan pemikiran demi perkembangan pramuka ke depannya. –wah

Penanaman Bunga di Pura Gunung Salak Warga Tempek Bogor Kota mengadakan penanaman bunga dalam media pot di Pelataran Jaba Tengah Pura Parahyangan Agung Jagatkartta Gunung Salak, Minggu (9/8). Kegiatan ini bertujuan untuk menandai batas suci bagi pengunjung yang tidak bersembahyang untuk tidak memasuki areal persembahyangan di Pura Gunung Salak. Sebelumnya batas suci ini disebelah kanan hanya dibatasi oleh tali rafia. Pura Gunung Salak sekarang ini telah berkembang menjadi salah satu pusat rekreasi oleh masyarakat setempat. Masyarakat khususnya anak muda antusias untuk melihat bagaimana umat Hindu bersembahyang dan seperti apa rupa Pura. Anak Agung Saskara, mantan Ketua Tempek Bogor Kota berharap pengunjung hanya masuk

sampai batas pot saja, sehingga kesucian pura terjaga. Kegiatan penanaman bunga ini dibarengi dengan acara ngayah di Pura Gunung Salak untuk menyambut pujawali yang akan diselenggarakan 29 Agustus 2015 mendatang. –Parama Dewi


22

Sosialita

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Ciliwung Sekarang bukan Ciliwung Dulu

Made

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Robert

&

Made

Beginilah penampilan kali Ciliwung saat ini

K

eunikan acara ini adalah festi­ val berlangsung di sepanjang ban­ taran Kali Ciliwung yang melin­ tasi Jakarta Timur hingga wilayah Selatan. Dalam acara akbar yang digagas Kodam Jaya, Sabtu (15/8), masyarakat Jakarta bukan hanya disajikan berbagai atraksi dan lomba tapi juga kesempatan untuk berbelanja. Karena di sepanjang bantaran kali Ciliwung yang dijadikan lokasi acara digelar pasar murah dimana masyarakat juga UKM dapat menjajakan da­ gangannya. Mulai dari sembako, pakaian, makanan, minuman juga produk-produk rumah tangga lainnya. “Stand-stand di 17 ti­ tik diselenggarakan oleh masingmasing satuan Korwil dan Banpur Kodam Jaya bersama Pemda DKI dan masyarakat,” jelas Kapendam Jaya, Heri Prakosa.

Acara ini memang sudah dipersiapkan matang karenanya kalau sekarang Anda tengok, Kali Ciliwung tampak menakjubkan. Ini lantaran, kalau biasanya kita melihat Ciliwung kumuh dan ban­ yak sampah, kini terlihat bersih. Itu berkat kerja keras prajurit Ko­ dam Jaya yang dibantu berbagai pihak, termasuk masyarakat dan kalangan mahasiswa. “Kita bikin festival di sepanjang Ciliwung. Ini pesta rakyat, ada berbagai perlombaan di setiap titiknya di sepanjang kali,” ungkap Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama yang bersama para pejabat, termasuk Menteri PU Moch Basuki Hadimuljono, para petinggi TNI, dll, bakal menyusuri sepanjang Ciliwung dengan airboat guna meninjau event tersebut. Kapendam Jaya, Heri Prakosa menjelaskan, pesta rakyat itu

Pesta rakyat menyambut HUT kemerdekaan RI

akan digelar mulai dari bantaran Ciliwung Rindam Jaya hingga Ka­ libata Indah. “Pusatnya di Kalibata Indah. Nanti akan ada banyak ac­ ara. Tujuan acara ini, selain untuk memperingati HUT RI, juga ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa Ciliwung sekarang bukan Ciliwung yang dulu lagi,” ungkap Heri kepada wartawan. “Nantin­ ya di tiap titik ada macam-macam perlombaan seperti yang biasa digelar pada 17 Agustus seperti, balap karung, pukul bantal, makan kerupuk, tangkap belut, dll. Tak ketinggalan, nanti juga ada acara hiburan seperti Tanjidor dan Ondel-ondel,” tambahnya. JADI DESTINASI WISATA Menjadikan Kali Ciliwung sebagai destinasi baru bagi Ja­ karta adalah sebuah keniscayaan. Setidaknya hal itu telah diungkap­ kan oleh Pangdam Jaya Mayjen Agus Sutomo. Mimpinya, Cili­ wung bukan hanya menjadi des­ tinasi wisata tapi juga bisa menjadi alur transportasi masa depan. Tak tanggung-tanggung, untuk sarana transportasi, Kodam Jaya sudah menyiapkan airboat yakni sejenis perahu yang digerakkan balingbaling pada bagian atas perahu. Ciliwung merupakan sungai terpenting dan berpengaruh terhadap kehidupan penduduk Jakarta. Di antara 13 sungai yang melintasi Jakarta, Ciliwung meru­ pakan sungai yang mengalir persis di jantung kota, melalui daerahdaerah permukiman yang paling padat di Ibukota. Menurut Dr Hasan Djafar, arkeolog Universitas Indonesia, Ciliwung merupakan sungai purba karena telah terbentuk sejak ribuan tahun lalu. Ciliwung men­ jadi saksi kehidupan manusia yang tinggal di sepanjang tepiannya dan menjadikannya sumber kehidupan sejak ratusan bahkan ribuan tahun silam. Bahkan sejak masa Sunda

Bisa Punya Unit Atta Labeji Villas di Ubud Balik Modal Cepat & 100 % Uang Kembali Tunai Dulu bagi orang biasa, memiliki sebuah vil­ la bagaikan sebuah mimpi. ­Karena yang bisa men­ jadi investor dan ­owner villa di Bali ha­ nyalah orang kaya, itu pun sebagian besar orang asing dan orang luar Bali.

O

Prajurit TNI yang tengah memantau kebersihan

klasik, Ciliwung telah menjadi sarana transportasi utama. Agaknya, menjadikan Ciliwung sebagai sarana transportasi, itu­ lah yang kini tengah diusahakan pihak Kodam Jaya. Inspirasi ini berawal dari program Ciliwung Bersih kerja sama Pemda DKI Jakarta dan TNI. Menurut Agus, dalam pembenahan Ciliwung ini, pihaknya bersinergi dengan Pemda DKI Jakarta agar kondisi Kali Ciliwung menjadi semakin baik lagi. Program bersih-bersih Kali Ciliwung ini sudah dimulai sejak delapan bulan lalu, sejak Desem­ ber 2014. Hasilnya pun sudah terlihat. Ciliwung yang kumuh dan penuh sampah, kini menjadi menarik dipandang. Para prajurit bukan sekadar membersihkan, tapi juga terus memantau kondisi kebersihan kali dengan cara ber­ partroli menggunakan airboat. Bisa jadi, itu juga yang mem­ buat masyarakat yang biasan­ ya menjadi Kali Ciliwung ‘tong sampah’, segan membuang sampah di sana. Mereka pun ‘terpaksa’ membuang sampah di tempat sampah yang memang sudah disediakan. Yang juga menarik, karena kini Ciliwung bersih dan enak dipan­

dang, membuat sebagian warga sekitar memanfaatkannya untuk kegiatan memancing ketika sore hari. “Dulu, jangankan untuk me­ mancing, ikan saja mungkin tidak bisa hidup,” ungkap Pangdam bercanda. Ini untuk mengambar­ kan betapa dulu Ciliwung begitu kumuh dan penuh sampah. Meskipun sudah terlihat ber­ sih, namun Agus mengatakan, masih banyak yang harus dibena­ hi. Kemungkinan, baru Desember 2015 rencana Ciliwung menjadi destinasi wisata dapat terwujud. “Target kami Desember 2015 nanti Kali Ciliwung bisa menjadi tempat wisata,” kata Agus di Ma­ kodam Jaya. Kondisi yang sudah baik ini, diharapkan dapat dipertahank­ an. Sekaligus juga menggugah masyarakat untuk ikut mendukung program ini dengan selalu menjaga kebersihan kali. Masyarakat bukan saja diajak berpartisipasi menjaga Ciliwung tapi juga nantinya dapat menikmati keindahannya, karena di sana akan dibangun beberapa sarana pendukung seperti, ta­ man bermain, jogging track, dll. “Mimpi kita Kali Ciliwung bisa menjadi ikon Ibukota dan men­ jadi tempat wisata arung jeram,” tambah Agus. -Diana Runtu

Dewi

Atta beji deluxeroom interior

“Mulai 12 Juta” Semarak hari kemerdekaan begitu terasa di Jakarta. Bukan hanya gedung-gedung dan jalan-jalan yang berhias, sejumlah acara menyambut 70 tahun kemerdekaan Indonesia sudah digelar di berbagai tempat. Tapi ada yang istimewa kali ini, Pemda DKI Jakarta dan Kodam Jaya menggelar acara bersama yakni Festival Ciliwung.

Ayu

3

rang Bali sen­ diri sangat se­ dikit yang bersta­ tus sebagai pemi­ lik. Menurut seorang motiva­ tor asal Bali, Made Robert, hal terse­ but dipengaruhi dua faktor yakni sistem investasi yang ada ha­ nya untuk orang yang ba­ nyak uang. Dan, orang Bali sen­ diri tidak melayakkan dirin­ ya di­sebut sebagai investor. Me­ lihat fenomena tersebut, akh­ irnya Made ­Ro­bert dan tim mera­ sa tertantang untuk mencip­ takan suatu sistem investasi dan kepemilikan villa berba­ sis kerakya­tan dengan nama Vil­ la Mesari. Ia mengadopsi kearifan lo­

kal yaitu mepatung, sehingga sia­ pa pun, khususnya orang Bali, san­ gat mungkin untuk bisa men­ jadi investor maupun pemi­ lik. “Dengan demikian kue pari­ wisata bisa dinikmati bersama, se­ hingga orang Bali tidak hanya menjadi penonton di daerah­ nya sendiri,” ujarnya. Villa Me­ sari yang berlokasi di daerah wisa­ ta eksotik Ubud Bali, yang dilun­ curkan tahun 2013, mendapatkan sambutan yang sangat luar bia­ sa dari masyarakat Bali se­ h i n g g a k i n i s u d a h t e r ­­­b a ­ ngun dan beroperasi. Setelah sukses dengan pro­ yek Villa Mesari dan menjadi­ kan masyarakat Bali sebagai inves­ tor atas villatel tersebut, kini Made

Robert melalui BOS Land a Sub­ sidiary of MESARI Land menawar­ kan kembali sebuah proyek vil­ latel yang diberi nama ATTA

LABEJI VIL­ LAS. Sistem yang di­ jalankan masih den­ gan konsep mepatung, yang dalam ba­ hasa lebih mendun­ ia disebut CBOS (Capitalism Based On Society). Di proyek villatel ke­ dua ini, Made Robert melaku­ kan terobosan dan inovasi baru se­ hingga masyarakat Bali yang menja­ di investor mendapatkan keuntun­ gan lebih daripada sebelumnya. “Ha­ nya dengan Rp 12 juta, Anda sudah bisa memiliki unit Atta Labeji Villas di Desa Kender­ an, Ubud Bali,” tegas sang is­ tri yang bertindak sebagai Marketing & Communication of Atta Labeji Villas, Ni Made Ayu Dewi Sara­ swati.

​Hanya dengan investasi sebe­ sar Rp 12 juta, sudah bisa men­ jadi owner villa dengan menda­ patkan berbagai macam ke­ untungan. Di antaranya, modal dikembalikan 100% di tahun ke-10, mendapatkan penghasilan pasif sebesar 10 % di tahun ke-1 dan ke-2, di tahun ke-3 sampai ke-25 mendapatkan penghasilan fluktuatif (menurut tingkat hunian kamar), mendapatkan surat lot Atta Labeji Villas, voucher meng­ inap senilai Rp 12 juta, kartu nama hak kepemilikan 25 tahun, komisi 10% setiap mengajak tamu ke Atta Labeji Vlillas, tergabung dalam komumitas “Atta Labeji Investor Club”, mendapatkan kesempatan untuk memenangkan grand price saat Grand Opening. –ten

Soft launching Atta Labeji Villas belum lama ini mendapat sambutan luar biasa dari peserta yang hadir membludak

Hadiri Launching

ATTA LABEJI VILLAS

Terobosan Baru yang Lebih Menguntungkan Seperti halnya Villa Mesari, kehad­ iran Atta Labeji Villas pun mendapat sambut­ an luar biasa dari masyarakat Bali. Ter­ bukti dari soft launching yang digelar Min­ ggu (26/7) di Hotel Puri Ayu Denpasar, pe­ sertanya membludak, dan terjual hingga 57 lot. “Ini menandakan masyarakat Bali su­ dah melek financial. Perlahan tapi pasti, ke­ sadaran masyarakat Bali sudah mulai tum­ buh bahwa merekalah yang layak men­ jadi tuan rumah di tanahnya sendi­ ri. Mere­ka layak sejajar dengan inves­ tor asing dan berduit,” ujar Made Robert yang juga seorang motivator ini. Ia mengatakan di zaman seka­ rang ini, masya­rakat harus me­ mikirkan untuk memiliki inves­ tasi. “Menjadi karyawan di perusa­ haan orang lain, tak masalah, asal pu­ nya investasi. Ketahui posisi dan sum­ ber uang Anda. Belilah yang menghasil­ kan uang,” sarannya. Seperti, terobosan dan inovasi men­ Kebersamaan pasutri Made Robert dan Made Ayu Dewi Saraswati, dan putra-putrinya

guntungkan yang dilakukannya ini, yang diyakini akan mampu mengantar­ kan masyarakat Bali menuju kesejahteraan dan taraf hidup yang lebih baik. Karena dengan menjadi investor, tentu masyarakat Bali akan mendapatkan keuntungan yang lebih ting­ gi. Hanya dengan Rp 12 juta, masyarakat su­ dah bisa menjadi owner villa. “Saat ini se­ nilai hanya Rp 12 juta, dan seiring wak­ tu harga­nya pasti naik,” imbuh Ayu Dewi Sara­ swati, ibu dari Ni Luh Hita Gauri, I Made Aditya Gaurangga, dan Ni Komang Sitalaksmi Gaya­ tri ini. Untuk mengetahui lebih detail, silahkan hadiri Launching dan miliki ATTA LABEJI VILLAS, Sabtu 22 Agustus 2015, pukul 09.30 Wita di Sanur Paradize Plaza Hotel. Dapatkan undangannya dengan menghubungi nomor 0361 4723260, 082 247 365 888, 087 861 999 658, atau datang langsung ke Kantos BOS di JalanTukad Pakerisan No. 79 Panjer, Denpasar. –ten


4

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Inspirasi

Tjokorda Istri Mas Minggu Wathini

Batu Karang di Tengah Laut

Perayaan detik-detik Proklamasi di Istana Ne­ gara merupakan kegiatan yang sangat ­istimewa. Tidak semua orang bisa hadir di ­Istana Negara untuk mengikuti kegiatan ­tersebut. Salah satu yang pernah mengalaminya adalah Tjokorda Istri Mas Minggu Wathini, Ketua IGTKI Provinsi Bali periode 2011-2016.

dan tema yang belum tentu dikuasai. Selama ujian praktik ini, Cok Minggu yang saat itu sedang menyelesaikan skripsi tidak merasa kesulitan. Ia bisa Cok Minggu dalam sebuah diskusi yang diadakan di Warung 63 Denpasar beradaptasi dengan anak-anak TK. Bah- tasi dengan makalah yang berjudul mereka bahkan mulai dirias pukul nasional. Ini merupakan pertama kan anak-anak me- Hak dan Kewajiban Guru dalam 02.00. Salah satu pengalaman yang kalinya Bali meraih juara I nameluk dirinya dan Proses Pembelajaran. Presen- berkesan ketika dirinya bertemu sional untuk kategori guru TK. meminta ia mengajar tasi ini menjadi ajang Cok Minggu Tjokorda Istri Rai Pemayun, istri “Saya gemetar karena disebutkan lagi setelah waktu mempertahankan pendapatnya Tjokorda Raka Sukawati (penemu sebagai juara I sampai diingatkan praktik selesai. Na- agar guru lebih mengutamakan teknologi Sosrobahu). teman untuk maju ke depan. Kami mun, karena tak ingin kewajiban. Kalau kewajiban sudah “Waktu itu saya sedang dis- menerima piagam dan hadiah dari mengganggu konsen- terpenuhi, hak dengan sendirinya anggul. Saya merasa kenal suara Menteri Pendidikan dan Kebutrasi peserta lain, ia akan mengikuti. orang yang ada di sebelah saya. dayaan Fuad Hassan,” kenangnya. memilih “sembunyi” Usai presentasi, Prof. Deker Ketika menoleh, ternyata Tjok Ia menambahkan, hanya pada tauntuk sementara. menyalaminya dan mengatakan Istri Pemayun. Kami berpelukan. hun 1987 itu ada tes praktik bagi Istri Tjokorda Rai Cok Minggu hebat. “Beliau yang Saya senang sekali bertemu beliau para guru teladan. Selanjutnya tes Pemayun ini juga ber- mengingatkan saya untuk menjadi karena menjadi salah satu pemberi praktik dihilangkan. temu dengan salah karang di tengah laut. Walaupun semangat saya. Beliau Kepala SPG seorang panitia Prof. ombak terus menghempas, karang 2 Halimun Jakarta yang menjadi MOTIVASI GURU Dr. Nyoman Deker, itu tetap berdiri tegak. Sampai kini Kepala Sekolah Teladan DKI JaDI NUSA PENIDA pejabat di Dikbud prinsip ini tetap saya pegang,” ujar karta. Setelah semua rangkaian Prestasi Cok Minggu memberi yang juga dosen di mantan Kepala TK Bhayangkari acara di Jakarta selesai, saya tidak inspirasi bagi guru-guru lain untuk Tjokorda Istri Mas Minggu Wathini Malang. Awalnya Prof. Denpasar dan Kepala TK Negeri langsung pulang ke Bali. Saya sem- ikut beprestasi. Tahun 1990 Bu erempuan yang akrab Deker sempat meremehkan Cok Pembina Denpasar ini. pat menginap di rumah beliau dan Ani Susanti yang berprestasi, tahun disapa Bunda Cok Minggu karena dianggap terlalu Selama berada di Jakarta, para suami beserta anak-anak menyusul 1993 ada Bu Lilik. Selain menjadi Minggu ini menutur- muda dan belum ada apa-apanya peserta teladan ini didukung oleh ke Jakarta,” ujar pengasuh acara guru teladan, Cok Minggu juga kan dirinya bisa ikut kalau hanya tamat SPG TK. Cok Ria Pembangunan, organisasi istri- Taman Kanak-kanak di TVRI Den- meraih predikat Kepala Sekolah perayaan detik-detik Proklamasi di Minggu merasa jengah lalu menga- istri menteri kabinet pembangunan. pasar dari tahun 1980-1990 ini. Berprestasi tahun 2003. Istana Negara tahun 1987. Ketika takan dirinya sedang menyelesai- Semua fasilitas berupa pakaian dan Dari hasil tes tertulis dan prak“Waktu saya meraih juara I naitu, ia menjadi guru teladan TK kan skripsi. Ia juga menantang Prof. aksesoris sudah disiapkan. Kar- tik, Cok Minggu tidak menyangka sional tahun 1987, istri Kapolda Bali tingkat provinsi Bali yang bersaing Deker untuk melihatnya presen- ena jumlah peserta yang banyak, dirinya bisa menjadi juara I tingkat Ny. Hamdan Mansyur menanyakan di tingkat nasional. “Waktu itu sehadiah apa yang saya inginkan. Saya mua predikat teladan, seperti guru langsung minta studi banding ke TK teladan, siswa teladan, mahasiswa Bhayangkari dan TK berprestasi teladan, dokter teladan, hingga yang ada di Jakarta dan Bandung. sopir teladan diundang ke Istana. Permintaan saya dipenuhi. Dari Kami juga dijamu makan malam di situlah saya terinspirasi untuk Sasono Langen Budaya, TMII oleh membuat TK-TK yang ada di Bali Presiden Soeharto dan Ibu Tien,” bisa berprestasi,” ujar perempuan kenangnya. yang mengawali karier sebagai guru Perjuangan Cok Minggu menhonorer sejak tahun 1973 hingga jadi guru teladan TK berawal 1980 dan diangkat menjadi guru dari terpilihnya ia sebagai juara negeri tahun 1980 ini. di tingkat provinsi Bali. Guru TK Tahun 1990 ia mulai berkarier Bhayangkari ini pun melaju ke tingdi TK Negeri Pembina Denpasar kat nasional. Salah satu yang paling hingga pension tahun 2013. Kini berkesan adalah untuk pertama Cok Minggu yang berusia 62 tahun kalinya ajang di tingkat nasional lebih banyak menghabiskan wakberisi ujian praktik. tunya di TK Raisma Putra, sebagai “Semua peserta yang berasal Ketua P2TP2 Kabupaten Gianyar dari 27 provinsi mengambil undan sebagai Ketua IGTKI Bali. dian untuk tempat mengajar dan “Awal Agustus 2015 saya ke tema yang harus diajar. Saya dapat Nusa Penida memberikan materi di TK Losari, Pasar Minggu dan tentang penyusunan kurikulum mengajar tema anggota tubuh. TK. Saya salut dengan guru-guru Ini termasuk ringan karena tidak TK yang ada di sana. Mereka sanperlu membuat model. Cukup gat bersemangat. Saya pun terpacu menggunakan anggota tubuh,” ujar untuk memberi motivasi bagi meribu tiga anak dan nenek 9 cucu ini. eka agar bisa berprestasi baik di Praktik ini bagi para peserta sangat tingkat daerah maupun nasional,” berat karena mereka berhadapan tegas finalis Ibu Teladan se-Bali Cok Minggu bersama Prof. Deker Cok Minggu bersama Tjokorda Istri Rai Pemayun dengan tempat baru, siswa baru, 2005 ini. –Ngurah Budi

P

Mandalika

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

21

Keluarga Berperan Penting dalam Memantapkan Ketahanan Nasional

Menanamkan sejak dini tentang nilai-nilai kehidupan berbangsa dalam keluarga akan dapat menjadikan keluarga sebagai wahana yang tangguh bagi terwujudnya keluarga berkualitas. Hal ini dipandang perlu karena keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya memantapkan ketahanan nasional dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karenanya, program pembangunan keluarga bahagia dan berkualitas tidak dapat terwujud dengan baik tanpa keterlibatan semua unsur, termasuk unsur terkecil yaitu keluarga.“Semua pihak harus berperan aktif dalam membangun keluarga kecil yang berkarakter dan sejahtera,” ungkap Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin, SH.,M.Si, pada Puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (HARGANAS) XXII Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015 yang digelar di halaman Kantor Bupati Lombok Tengah, beberapa waktu lalu.

K

Puncak peringatan Harganas XXII tingkat Provinsi NTB

egiatan Harganas yang dicetus sejak 29 Juni 1993 tersebut memiliki arti penting bagi pembangunan keluarga di negeri ini. Keluarga berkarakter sehingga dapat memberikan kontribusi positif

dalam pembangunan negara, khususnya bagi daerah Nusa Tenggara Barat menuju masyarakat NTB yang beriman, berbudaya, berdaya saing dan sejahtera. Selain itu peringatan ini digelar juga untuk meningkatkan komitmen pemerintah dan pemerintah daer-

ah tentang pentingnya membangun keluarga serta meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai peran dan fungsi keluarga dalam mewujudkan keluarga kecil yang berketahanan dan sejahtera. “Membangun keluarga ideal, bahagia dan sejahtera karena keluarga merupakan lingkungan hidup primer dan fundamental, tempat terbentuknya kepribadian manusia,” kata Amin di sela-sela kegiatan. Penghargaan diberikan kepada para pemenang lomba-lomba yang berkaitan dengan peningkatan kualitas dan peran keluarga, seperti Bina Keluarga Balita, motivator terbaik KB pria, lomba keluarga harmonis dan sejahtera, lomba KB lestari teladan serta lomba KB terpilih 20 tahun dan lainnya. -Naniek I. Taufan

Kependudukan Harus Jadi Kurikulum Wajib

Pelantikan Penjabat Bupati Bima dan Walikota Mataram oleh Gubernur NTB

Pelantikan Pejabat di Lingkup NTB

“Birokrasi itu milik Negara yang diciptakan untuk memudahkan pelayanan publik, bukan milik orang per-orangan, maka saya minta betul agar para penjabat baik bupati maupun walikota, dalam situasi politik apapun jangan sampai ada upaya untuk menyalahgunakan posisi di pemerintahan untuk kepentingan apapun”, ungkap Dr. TGH. M. Zainul Majdi, Gubernur Nusa Tenggara Barat saat melantik Drs. H. Bachrudin, M.Pd., sebagai Penjabat Bupati Bima, dan Dra. Putu Selly Andayani, M.Si sebagai Penjabat Walikota Mataram menggantikan pejabat sebelumnya. Hal yang sama juga menjadi harapan gubernur saat melantik, Dr. Ir. H. Abdul Hakim, MM., sebagai Penjabat Bupati Kabupaten Sumbawa Barat, beberapa waktu lalu. Sebelumnya Gubernur juga secara resmi mengambil sumpah dan melantik Ashari, SH, MH untuk menggantikan H. Djohan Syamsu, SH yang telah menjabat Bupati Lombok Utara sejak tahun 2010 lalu dan kini kembali mencalonkan diri. Dra. Putu Selly Andayani, M.Si., menjabat Walikota Mataram, setelah Walikota sebelumnya H. Ahyar Abduh kembali mencalonkan diri sebagai Wali Kota Mataram. Sedangkan Drs. H. Bachrudin, M.Pd diangkat sebagai Penjabat Bupati Bima, menggantikan

Bupati Drs. H. Syafrudin HM. Nur, M.Pd, MM dan Dr. Ir. H. Abdul Hakim, MM., K.H Zulkifli Muhadli, yang telah mengabdi sebagai Bupati KSB selama dua periode dan mengakhiri masa jabatannya tahun 2015 ini. Pelantikan pejabat-pejabat tersebut merupakan rangkaian dari proses demokrasi yang akan berlangsung di Nusa Tenggara Barat dalam Pilkada serentak, bulan Desember mendatang. Enam daerah yang akan ikut dalam pesta demokrasi ini adalah Lombok Utara, Kabupaten Bima, Sumbawa Barat, Kabupaten Dompu dan Lombok Tengah. Sedangkan Kota Mataram, sementara masih tertunda karena hanya memiliki satu pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota. Penjabat yang dilantik tersebut akan bertugas sampai terpilihnya Bupati dan Walikota Definitif yang akan keluar hasilnya usai Pilkada yang akan dilaksanakan secara serentak pada 9 Desember mendatang. Demi menjaga marwah demokrasi, Gubernur berharap agar penjabat yang baru dapat menjaga netralitas Pegawai Negeri Sipil (PNS), memasilitasi penyelenggaraan pemilukada untuk melahirkan pimpinan daerah yang intuitif dan menjaga mentalitas PNS. -Naniek I. Taufan

Bicara soal masalah kependudukan bukan hanya mengenai sekedar mengampanyekan alat kontrasepsi, atau pentingnya masyarakat ber-KB saja melainkan soal kependudukan dinilai perlu untuk dijadikan kurikulum di jenjang sekolah menengah (SMP dan SMA). Hal ini terungkap dalam Seminar Kependudukan dan Bonus Demografi di Gedung Sangkareang, Kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat, beberapa waktu yang lalu. Bonus demografi merupakan bonus yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya. Seminar yang diikuti oleh 150 orang peserta yang terdiri dari berbagai unsur tersebut, diharapkan dapat lebih memberikan kontribusi, khususnya dalam mentransfer pengetahuan tentang kependudukan kepada masyarakat. Selain itu kontribusi dari berbagai profesi dalam menyosialisasikan ilmu kependudukan dan

BKKBN juga penting adanya agar suatu saat nanti, kependudukan dapat menjadi kapital yang menguntungkan bagi daerah dan bangsa. “Perjuangan kita dalam hal kependudukan ini lebih dari sekedar mengkampanyekan manfaat dari alat KB dan pentingnya masyarakat ber-KB. Oleh karena itu, saya pikir anak-anak kita di SMP dan SMA sudah mulai harus belajar mengenai kependudukan. Kependudukan harus jadi kurikulum yang wajib di setiap institusi pendidikan. Karena kependudukan bukan semata membatasi jumlah anak saja, tapi jauh lebih esensial dari itu,” ucap Erica, Ketua Tim Penggerak (TP) PKK NTB, Hj. Erica Zainul Majdi, dalam seminar tersebut. Oleh karena itu Deputi Pengendalian Penduduk BKKBN Pusat yang turut hadir juga berharap agar Pemerintah Daerah se-NTB dan stakeholder lainnya dapat bahu-membahu membuat rancangan dan strategi dalam masalah kependudukan dan bonus demografi ini. -Naniek I. Taufan

Hj. Erica Zainul Majdi (tiga dari kanan) usai Seminar Demografi


20

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Ir. Husnanidiyati Nurdin

Nine

Jadikan Penyuluh Teman, Sahabat, Guru “Sakit telinga saya mendengar dan lebih sakit lagi hati saya merasakannya,” ujar Ir. Husnanidiyati Nurdin, Kepala Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan & Kelautan, Kehutanan NTB. saat mendengar sentilan berbagai pihak tentang kapasitas, kompentensi dan keberadaan para penyuluh di Nusa Tenggara Barat dalam bekerja. Mulai dari soal kemampuan para penyuluh hingga pengetahuan mereka yang terkesan tidak maksimal saat melakukan penyuluhan kepada para petani dan peternak di lapangan. Hal ini selalu ia sampaikan dengan gaya berguyon (namun menyimpan kesan yang serius) tiap kali bertatap muka dengan para penyuluh yang ia datangi di seluruh Nusa Tenggara Barat. Dari sana, perempuan yang memiliki pribadi mandiri ini, mulai melangkah untuk menggerakkan, mendorong dan menjadikan para penyuluh di daerah ini, memiliki “arti” yang tidak lagi disepelekan keberadaannya.

“T

arget utama saya adalah mengantar dan menjadikan para penyuluh di NTB, memiliki kapasitas dan kompetensi yang mumpuni dalam bekerja, karena peran mereka sangat penting. Penyuluh harus bisa menjadi teman, sahabat bahkan guru dalam mendampingi dan mengawal para petani. Karena tugas penyuluh itu adalah tugas yang berat namun bisa dilakukan dengan kemauan dan tanggung jawab,” ungkap nenek satu cucu, Karaisa Aurelia

Savira (1,5). Dalam obrolan santai dengan para penyuluh di pematangpematang sawah, di pinggir-pinggir kolam, ia selalu memotivasi para penyuluh untuk bekerja maksimal dalam kapasitas dan kompetensi yang mumpuni untuk menjalankan tugas mulia demi memastikan ketersediaan pangan untuk orang banyak. Ini yang mendorong adrenalinnya, turun ke lapangan dengan penuh semangat. Ia memupuk harapan dengan usaha dan tekad yang kuat, untuk menjadikan para penyuluh sebagai tempat bagi para petani untuk

berkonsultasi dan bertanya. Karena itu, ia merasa perlu menyiapkan para penyuluh yang memiliki kemampuan tersebut. Sejauh ini apa yang ditemukan di lapangan tentang kondisi dan situasi para penyuluh, satu yang membuatnya memaklumi mengapa selama ini penyuluh relatif dipandang sebelah mata. “Mereka jarang dilatih,” ujarnya pendek. Dan yang paling menggelitik, lanjutnya, banyak yang bertanya padanya, “Bu, kapan saya bisa mengikuti latihan dasar penyuluhan?.” Latihan dasar penyuluhan yang mestinya meru-

Ditugaskan pada bidang yang mengurus para penyuluh di Nusa Tenggara Barat, ia terpanggil untuk meningkatkan keterampilan dan kapasitas penyuluh yang selama ini cenderung dianggap tidak memiliki “peran” yang maksimal. Karena itu, sejak ditugaskan oleh Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi memimpin Bakorluh NTB, Eni, panggilan akrab ibu dua anak ini, all out menjalankan amanah tersebut. Tidak tanggung-tanggung, banyak waktu ia habiskan untuk turun ke lapangan bertemu dan berdialog serta berdiskusi langsung dengan para penyuluh. Dari sana, ia mengetahui banyak tentang kesulitan, tantangan dan peluang serta “peta” kapasitas para penyuluh di daerah ini. Bukan itu saja, Eni bahkan turun langsung ke sawah-sawah

petani, ke kolam-kolam peternak bahkan keluar masuk hutan untuk melihat dan mencermati langsung kondisi di lapangan sehingga ia bia menyusun kebijakan yang tepat dan penting untuk segera ditangani demi meningkatkan “marwah” para penyuluh. Oleh karena itu, aktivitas lapangannya menjadi sangat padat. Eni tidak hanya turun lapangan di sekitar Mataram dan Pulau Lombok atau pun ke Pulau Sumbawa di bagian perkotaan saja, melainkan ia menelusuri lekuk Bumi Gora hingga ke pelosokpelosok seperti Tambora dan Sanggar, Kabupaten Bima yang berada di nun bagian Utara Pulau Sumbawa, Lunyuk Sumbawa yang berada jauh di Selatan Pulau Sumbawa dan tempat-tempat jauh lainnya. Tempat-tempat yang

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Pingkan Margareth

5

Warna-warni Paskibraka 2015 ‘Menyulap’ puluhan remaja menjadi anak-anak yang disiplin, patuh pada pimpinan serta memiliki kemampuan gerak cepat hanya dalam tempo beberapa pekan, tentunya amat sangat tidak mudah. Apalagi para remaja ini datang dari latar belakang yang berbeda. Baik itu dari segi karakter, budaya maupun pendidikan. Tapi itulah tantangan yang harus dihadapi Pingkan Margareth dan 10 temannya yang bertugas sebagai Pembina Calon Paskibraka (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka) tingkat nasional 2015.

Husnanidiaty Nurdin bersama kedua anak, menantu dan cucunya

pakan pelajaran pokok yang dilalui oleh penyuluh ini jarang dilakukan karena berbagai kendala. Baginya sangat aneh kalau penyuluh yang seharusnya mendampingi petani namun tidak punya pengetahuan yang cukup untuk itu. “Lucu rasanya jika petani lebih mengerti dari pada penyuluh,” kata perempuan kelahiran 3 Februari 1962 ini. Karena itulah, ia selalu mengajak penyuluh untuk turun langsung ke lapangan agar tidak hanya menguasai teori saja melainkan mengerti pula dengan cara mencoba dan mempraktikkannya

secara langsung. Hal ini juga yang membuatnya rajin turun lapangan. “Saya tidak ingin berteori saja, tapi tidak mengerti apa-apa,” ujar mantan Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) NTB yang pernah turun ke sawah menemukan kakinya tertanam hingga di atas lutut padahal dalam teorinya soal tempat tanam kedalamannya hanya 20 cm saja. Eni mengaku bahwa dari lapanganlah ia bisa langsung mempraktikkan teori yang diketahuinya, karena menurutnya banyak hal antara teori dan praktik di lapangan yang tidak sesuai. Pingkan dan para calon paskibraka 2015

Kelompok Tani Bukan Dibentuk Saat Ada Bantuan Turun menawarkan perjalanan yang tidak mudah, namun dilakukan Eni demi sebuah tanggung jawab pada amanah yang dipercayakan kepadanya. Hari ini ia bisa berada di Kabupaten Dompu, hari berikutnya ia bisa terlihat di pelosok Lombok Timur begitu seterusnya. Selama tidak kurang dari satu tahun, sembari turun menyapa para petani ia mempelajari bagaimana agar kapasitas dan kompetensi para penyuluh NTB meningkat lalu memetakan langkahlangkah yang diambilnya. Ia tidak segan berbicara mengenai hal ini kepada pimpinannya bahkan tingkat pusat, termasuk mendorong agar anggaran untuk itu dapat ditingkatkan demi menjadikan para penyuluh NTB menjadi penyuluh-penyuluh yang memiliki kapasitas dan kompetensi yang dibutuhkan sesuai tuntutan za-

Inspirasi

“M

Aktivitas Husnanidiaty Nurdin saat turun lapangan ke berbagai daerah di NTB

man, salah satunya dengan kursus (pelatihan) mutakhir dan magang. “Sejak tahun 2015, kami melatih sekitar 1.000 penyuluh, baik yang Pegawai Negeri Sipil, honorer maupun swadaya dalam kursuskursus dan pelatihan,” katanya. Banyak program yang dilakukan Eni dalam mengelola instansi yang dipimpinnya. Termasuk mengajarkan kepada kelompok-kelompok tani agar tidak membuat kelompok hanya pada saat mendengar akan ada turun bantuan dari pemerintah untuk kelompok tani. “Kelompok tani itu harus tumbuh,

bukan dibentuk saja saat ada bantuan turun,” tegas perempuan berbintang Aquarius ini. Karena itu, instansinya melakukan registrasi ulang terhadap 14.000 kelompok tani di NTB, yang terdiri dari Kelompok Pertanian yakni kelompok tani untuk tanaman pangan, peternakan dan perkebunan, Kelompok Kehutanan dan Kelompok Perikanan. Rajinnya ia turun lapangan juga karena keinginannya menjadikan para penyuluh di NTB tidak lagi dianggap “tidur” melainkan memiliki peran yang penting dalam pembangunan daerah ini. Ia merasa beruntung karena rekanrekannya di instansi yang menangani hal ini di kabupaten dan kota yang ada di NTB mendukung apa yang dilakukannya. “Saya senang rekan-rekan di kabupaten dan kota di NTB mendukung langkah-langkah dalam peningkatan kapasitas dan kompetensi serta memajukan peran para penyuluh,” kata ibu dari Evanur Hendrasari (26) dan Nursadrina Hendra Karamina (21). -Naniek I. Taufan

embina anak-anak, mengubah dan membentuk mereka, sebenarnya tidak bisa instan. Apalagi mereka datang dari latar belakang yang berbeda, baik dalam hal pendidikan maupun budaya. Nah mereka harus berubah dalam ‘sekejab’. Hari pertama diberi tahu apa yang harus mereka lakukan. Pada hari kedua, mereka harus sudah berubah. Ini kan tidak mudah. Kebiasaan-kebiasaan sebelumnya, prilaku-prilaku yang tidak sesuai, harus ditinggalkan. Ini sulitnya minta ampun,” ungkap Pingkan Margareth, satu dari 11 pembina yang bertugas membentuk para calon Paskibraka ini. Sebagaimana diketahui, Paskibraka atau Pasukan Pengibar Bendera Pusaka tingkat nasional adalah pasukan pengibar bendera pusaka (duplikat) pada Hari Kemerdekaan 17 Agustus di Istana Merdeka. Mereka adalah putra-putri terbaik dari provinsiprovinsi yang ada di Indonesia. “Saat ini calon Paskibraka berjumlah 68, masing-masing daerah diambil 2 orang putra-putri. Mereka mulai masuk asrama 28 Juli dan akan berakhir pada 31 Agustus mendatang,” jelas Pingkan. Banyak peristiwa menarik dicatat Pingkan selama membina 68 orang ‘Capaska’ (Calon Paskibraka. Sebutan ini berlaku sampai tanggal 16 Agustus sebelum mengibarkan bendera pusaka) ini. Dari yang menjengkelkan sampai yang lucu terjadi dalam keseharian mereka. Maklum, para pembina selama tiga pekan tinggal bersama mereka.

Tantangan terberat, ucapnya, adalah soal kedisiplinan dan kepatuhan. Di hari-hari pertama mereka masuk asrama, perjuangan para pembina ini boleh dibilang sangat berat. Bagaimana mengubah kebiasaan mereka sehari-hari, menjadikan mereka manusia mandiri dan berkarakter, patuh pada pimpinan, dll, benarbenar bukan pekerjaan mudah. “Kita semua, baik itu pembina juga anak-anak harus bergerak cepat. Semua ada waktunya, tidak bisa berleha-leha, bermalasmalasan. Ini yang sulit. Karena mereka kan tidak terbiasa hidup dengan kedisiplinan semacam itu. Waktu makan misalnya hanya 15 menit, waktu mandi, berpakaian lengkap 30 menit. Jadi semuanya benar-benar dikejar-kejar waktu. Mengatur itu semua susahnya minta ampun, kita harus terus menerus mengingatkan. Belum lagi soal prilaku. Ini juga sulit. Misalnya, beberapa dari mereka masih suka menjawab ketika diberi pengarahan. Beruntunglah, setelah 17 hari dalam pembinaan, kondisi semakin membaik. Kebanyakan mereka sudah bisa menyesuaikan, hanya tinggal 1-2 anak saja. Boleh dibilang perubahan sebagaimana yang diinginkan sudah mencapai 90 persen,” papar wanita yang berlatar belakang dari unsur Pramuka ini. KEBIASAAN MAKAN ANGKAT KAKI Contoh lainnya adalah saat pelajaran table manner (tata cara makan). Hal ini kata Pingkan, juga cukup menarik karena ada beberapa dari mereka yang karena budayanya menjadi agak

sulit menyesuaikan diri. Misalnya saat makan. Ada yang memiliki kebiasaan makan dengan kaki diangkat. “Nah ini kan tidak bisa. Kita ajarkan bahwa untuk makan kita harus duduk rapi. Kaki rapat, tidak boleh diangkat. Tidak boleh ada bunyi-bunyi seperti sendok beradu dengan piring, bunyi mulut mengunyah, dll. Nah untuk yang punya kebiasaan (karena budaya) berbeda, kami harus mengarahkan dan mengingatkan mereka. Ini memang cukup sulit, maklum itu kan sudah budaya dan sebelumnya sehari-hari mereka begitu,” ucap sarjana psikologi IKIP Jakarta, ini. Dengan berbagai permasalahan keseharian, tutur Pingkan, terkadang cukup stress mengahadapinya. Tapi ia dan temantemannya memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan atau membentuk Capaska ini sesuai dengan yang diharapkan. “Jadi yang diperlukan bagi kami para pembina adalah kesabaran tinggi, tidak bosan-bosan mengingatkan mereka. Syukurlah sekarang semuanya sudah lumayan membaik. Saya pikir proses ini menarik dan menyenangkan. Karena kan tidak selalu hal-hal yang menekan yang kita hadapi, ada juga hal-hal lucu dan menghibur,” tutur Pingkan yang sehari-hari bekerja di sejumlah sekolah untuk kegiatan ekskul kepramukaan. Sebagai pembina, lanjutnya, sebelum terjun menangani Capaska, telah memiliki bekal di antaranya mempelajari budaya, adat-istiadat masing-masing daerah, dari sana bisa diketahui gambaran karakter orang masing-

Pi ng ka n M ar ga re th masing daerah. “Bekal ini sangat membantu dalam membina mereka. Kita jadi tahu dan bisa memahami kenapa dia bersikap seperti itu, kemudian memberi pengarahan,” katanya. TIDAK ADA WAKTU SENGGANG Bicara soal ‘tekanan’, kata Pingkan, tentunya dialami oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ini. Tak terkecuali para Capaska. Mereka ini, ungkapnya, tidak ada waktu senggang khusus. Mulai dari pagi bangun tidur hingga jam 21.30 WIB mereka terus berkegiatan. Pukul 07 hingga 17.00 mereka berlatih/ pembinaan di lapangan, setelah itu kembali ke asrama, mandi dan makan, kemudian kembali masuk kelas untuk pendidikan. Malam ini mereka akan mendapat pendidikan tentang korupsi dari KPK, kemarin mereka mendapat pelajaran dari Kemenlu, dll,” tuturnya. Jadi agenda para Capaska ini sangat padat. Tidak ada waktu senggang khusus, atau bersosialisasi di antara teman. Hal-hal semacam itu diisi di sela-sela acara. “Asal tahu saja, setelah pendidikan di kelas, mereka masih harus merapikan kamar sebelum

tidur. Ini kan setiap hari dinilai. Jadi meski lelah, mereka tidak bisa langsung tidur. Aturannya, mereka tidur jam 22.00 dan jam 03.30 harus sudah bangun,” tambahnya. Beratnya ‘kerja’ para Capaska ini, tentu juga diimbangi dengan asupan makan yang didapat. Untuk urusan ini, katanya, terjaga dengan baik. Setiap hari mereka mengonsumsi 2500-3000 kalori, dengan 3 kali makan berat dan 3 kali snack. “Tapi snack-snacknya cukup berat seperti roti-rotian, dll. Imbasnya berat badan saya jadi ikut naik, karena apa yang dikonsumsi anak-anak juga dikonsumsi pembina..haahaha,” katanya sambil tertawa. Pingkan sendiri mengaku-karena sudah terbiasa dalam kehidupan kepramukaan--- tidak merasa kaget dengan semuanya. Mengeluti kegiatan Pramuka telah dilakukan Pingkan sejak puluhan tahun silam. Dia mengikuti semua tingkatan dan semua kegiatannya, baik di dalam maupun di luar negeri. Karenanya penggemblengan yang dilakukan saat ini tidak mengejutkannya. “Ya biasa lah, di Pramuka kan juga seperti itu. Anak-anak digembleng hidup disiplin, patuh, berkarakter, dll. Hanya saja bedanya disini, perubahan harus dilakukan cepat, sedang di Pramuka kan tidak dituntut harus secepat itu,” katanya mantan pengurus Kwarnas Gerakan Pramuka ini. Setelah hari ‘H’ yakni pengibaran bendera pada 17 Agustus, para Paskibraka ini tidak langsung bubar. Mereka masih memiliki banyak agenda, termasuk bertemu Presiden dan makan bersama, melakukan berbagai acara kunjungan. Pada 24 Agustus, lanjutnya, mereka bertolak ke Malaysia hingga 28 Agustus, untuk sebuah event. Di event itu, mereka menjadi ‘Duta Belia’ atau Duta Indonesia di luar negeri. “Di sana mereka akan menampilkan sendratari,” tambahnya. -Diana Runtu


Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Sudahkah Perempuan Bali dapat Warisan? Perempuan Bali berhak atas warisan berdasarkan Keputusan Pesamuan Agung III MUDP Bali No. 01/Kep/PSM-3MDP Bali/X/2010, 15 Oktober 2010. Di keputusan ini, disebutkan perempuan Hindu di Bali menerima setengah dari hak waris purusa setelah dipotong 1/3 untuk harta pusaka dan kepentingan pelestarian. Hanya jika mereka yang pindah ke agama lain, mereka tak berhak atas hak waris. Jika orangtuanya ikhlas, tetap terbuka dengan memberikan jiwa dana atau bekal sukarela.”

S

etelah 5 tahun keputus­an ini ditetapkan, bagaimana pelaksanaan di lapangan? Apakah benar perempuan Bali sudah mendapatkan warisan? Untuk menyamakan persepsi, satu workshop digelar “Status dan Kedudukan Perempuan Bali dalam Pewarisan, Tantangan, dan Implementasi” kerja sama MUDP dengan Bali Sruti, Senin (10/8) di Denpasar. Sita Van Bemmellen me­ ngatakan, masih banyak orang yang tidak bisa menerima kalau anak perempuan mendapat pembagian waris. Untuk itu, ia berharap, harus ada penelitian tentang bagaimana satu keluarga yang hanya mempunyai anak perempuan atau keluarga yang tidak punya anak? “Adat harus

berubah menyesuaikan dengan zamannya,” tegasnya. Budawati dari LBH Apik Bali memberikan satu gambaran rea­ lita perempuan Bali. Saat saya kuat bekerja rasanya tiada waktu yang saya sisakan untuk ke­se­ nangan saya sendiri karena saya perempuan Bali yang kuat dan pekerja keras, tapi saat perceraian terjadi saya baru tahu bahwa menyisihkan secuil penghasilan untuk saat-saat tak terduga adalah penting, karena walaupun saya punya banyak aset tetapi jika saya tidak punya uang untuk mengurus gugatan gono-gini saya akan mulih daha (pulang ke rumah asal) de­ ngan tangan hampa. Bagaimana setelah perceraian itu cara saya menghidupi diri sendiri?, jika saya masih kuat ­b ekerja mungkin tidak akan

Membuat

“Tebog”

Peserta ikut

masalah, tapi jika saya sudah sakitsakitan saya tentu akan membebani saudara laki-laki saya, dan istri maupun anak-laki-lakinya, dan yang paling membuat saya merasa menjadi parasit adalah biaya ngaben yang harus mereka tanggung saat mengantar saya ke “alam baka”. Orang tua saya tergolong ekonomi menengah ke atas tapi saat saya menikah tidak ada harta yang berarti yang bisa diberikan kepada saya, bukankah itu harta bersama orangtua saya yang berhak untuk diberikan secara adil pada semua anak-anaknya? Inilah yang terjadi para perempuan Bali. AA Putu Suweca dari MMDP Denpasar mengatakan, sosialisasi keputusan MUDP perlu lebih digalakkan lagi, terutama masalah hak warisan. Warisan yang mana yang dimaksud. Dewa Rai dari MUDP menilai ada salah persepsi tentang waris. “Kewajiban itu apakah juga waris? Apa itu waris? Satukan persepsi dulu. Bagaimana konsep waris,” katanya. Menurut AA Arwata konsep waris harus sama, waris itu bisa ada bisa tidak ada “Harus ada warisan, kalau tidak ada maka bagaimana hak dan kewajibannya,” ujarnya. AA Sudiana dari MUDP

di Thailand

“Nuas”

Negara-negara ASEAN kerap menyelenggarakan pertemuan untuk melestarikan kebudayaan. Salah satunya ASEAN Textil and Basket Weaving Symposium, yang dilaksanakan di Thailand, akhir Juni 2015. Simposium juga dirangkaikan dengan pameran yang memajang kain-kain kuno berupa tenun ikat dari negara-negara ASEAN dan satu-satunya batik kuno dari Indonesia.

D

elegasi Indonesia dipimpin Dr. Mariah Woworuntu sebagai President ASEAN Traditional Textile Arts Community, mengajak peserta dari Bali, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Jawa Barat. Masing-masing negara mendemonstrasikan pembuatan keranjang dan menenun. Awalnya Dr. Mariah meminta ahli janur dalam bentuk keranjang yang ada di Bali untuk diajak ke Thailand dalam ajang Symposium dan Workshop On Arts and Crafts. Bentuk keranjang dari janur untuk upacara keagaman di Bali adalah “tebog” dan “keranjang panjang ilang”.

Ida Ayu Kartika yang ahli membuat banten untuk semua keperluan upacara pun dihubungi. Dalam kesempatan itu Ida Ayu Kartika dari Bali mendemontrasikan pembuat­ an keranjang dari janur bersama penulis. Dr. Mariah memberi info tambahan, ketua panitia penyelenggara Dr. Chai Smanchat berpesan agar stand pameran Indonesia ditandai dengan penjor Bali serta memajang kain tenunan dan benda-benda kerajinan. Suami Ida Ayu Kartika yang akan menyertai kegiatan ini pun mengurus pembuatan penjor dengan potongan bambu yang akan disambung-sambung untuk kepraktisan pembawaannya. Dayu Kartika lahir tahun 1968 di

Ida Ayu Kartika sedang demonstrasi

Geria Carik Sidemen Karangasem dan menyelesaikan pendidikan SMEA. Ia pernah bekerja di Bank Parta Kencana Tohpati Denpasar selama 5 tahun dengan jabatan terakhir Koordinator Pos Denpasar. Setelah menikah dengan Ida Bagus Mantra, putra keenam dari Pedanda Istri Rai dari Geria Langon Sibangkaja, Abiansemal Badung yang berprofesi sebagai tenaga guru di SD Sibangkaja, Dayu Kartika menekuni bebantenan dan jejahitan janur. Sebagai “tukang banten”, telah banyak menyelesaikan berbagai upacara di lingkungan Kecamatan Abiansemal dan Kecamatan Mengwi. Pasangan

Woman on Top

Nyanyikan Indonesia Raya

dengan Semangat Para pembicara dari kiri: Budawati, Ketua Bali Sruti Luh Riniti, Nyoman Sumardika, dan AA Sudiana

sepa­kat sosialisasi belum maksimal karena ada resistensi di masyarakat, karena warisan melekat dengan kewajiban. Syarat hukum waris harus dilihat yaitu warisan, pewaris, dan ahli waris. Sekarang banyak terjadi, dalam kondisi masih hidup warisan sudah dibagikan karena melihat kenyatan secara riil bahwa kondisi sekarang tidak memungkinkan kalau sesudah meninggal baru dibagi warisan. Bagaiamana kalau punya anak banyak, tentu tidak mungkin tinggal serumah dengan keluarga besar, maka kalau mereka mempunya warisan sebidang tanah maka akan dibagi-bagi sehingga mereka tidak berdesakkan tinggal dalam satu rumah Ia mengatakan, strategi MUDP, komponen institusi adat, Pemda dan LSM perlu bersinergi untuk melakukan sosialisasi hasil MUDP. Fungsionaris adat perlu men­ dorong masyarakat adatnya sendiri secara berkelanjutan untuk mem-

bangun kesadaran diri memberi warisan kepada keturunannya. Untuk harta warisan atau harta gunakaya yang dihibahkan oleh orangtua kepada anaknya yang kawin keluar se­bagai harta tetadan, dapat dialihkan menjadi hak milik yang proses­nya diawali de­ ngan membuat surat pernyataan pewarisan dari orangtua beserta ahli warisnya dan selanjutnya diperkuat dengan surat perjanjian di notaris atas penghibahan harta warisan tersebut. Nyoman Sumardika dari INI Bali mengatakan, pewarisan merujuk peralihan, harta yang tercantum diwariskan kepada siapa. Biasanya masih menggunakan klasifikasi penduduk, jadi harus dengan surat keterangan silsilah, diketahui aparatur desa sampai kecamatan dengan 2 saksi. Hal ini sebenarnya masih menjadi perdebatan, karena sudah tidak relevan lagi, karena bertentangan dengan aturan yang ada.

Dayu Kartika-Gus Mantra memiliki seorang putri Ida Ayu Sri Widnyani, yang memiliki berbagai prestasi di bidang sempoa, gender, dan sastra.

makai kostum tarian karena akan dilanjutkan dengan malam kesenian. Hanya Indonesia dan Vietnam yang pentas di acara itu selain tuan rumah Thailand. -Kusuma Arini

-Wirati Astiti

MALAM KESENIAN Di stand pameran dipajang juga dekorasi janur dari bentuk tebog yang diisi rangkaian janur bernuansa bunga-bungaan sehingga menyerupai vas bunga. Hal ini sebagai tambahan fungsi dari tebog tersebut karena selain untuk keperluan ritual Hindu Bali ternyata juga bisa untuk dekorasi hiasan meja. Disamping itu jika tebog dibuat besar seukuran kepala, bisa berfungsi sebagai topi. Hal itulah yang disampaikan pada pemandu yang mengantar acara bahwa tebog mempunyai fungsi ganda sedangkan keranjang panjang ilang hanya berfungsi untuk upacara kematian. Perhatian peserta cukup antusias sampai-sampai ada yang ikut ‘nuas’ (memotong janur). Setelah demonstrasi berakhir, Dayu Kartika dan penulis bergegas untuk me-

Ida Ayu Kartika dalam Basketry Demonstration

19

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Tahun 2015 ini, Indonesia mera­yakan hari ulang tahun Proklamasi Kemer­dekaan yang ke-70. Usia yang sangat panjang telah dilalui bangsa Indonesia. Kemerdekaan dimaknai berbeda oleh masing-masing orang. Sudut pandang makna kemerdekaan pun bermacam-macam.

M

enurut AA Sagung Rat Mudiani, S.E., walaupun Indonesia sudah merdeka, tapi masih ada penjajahan di negeri ini. Buktinya, para bule yang bekerja di hotel lebih dihargai dibanding pekerja lokal. Padahal, sumber daya manusia (SDM) pekerja lokal tak kalah dengan tenaga asing. “Dalam setiap departemen, hotel berkelas bintang pasti menempatkan pekerja asing sebagai pimpinannya. Padahal, SDM pekerja lokal mampu mengisinya. Bayaran pekerja asing juga lebih mahal. Ini sama saja bentuk penjajahan zaman sekarang,” kata Sekretaris Material Manager Grand Hyatt Bali, Nusa Dua ini. Perempuan yang dipercaya sebagai Ketua Hyatt Indonesia Union Council sejak tahun 2007 sampai sekarang ini menambahkan, padahal para bule itu banyak belajar dari kita. Lucunya, kita malah bangga mempekerjakan mereka. Penasihat Federasi Serikat Pekerja Mandiri Regional Bali dan Grand Hyatt Bali ini, menambahkan, karena itu, sebagai bangsa yang besar, seharusnya

mulai sekarang kita berbenah dan jangan sia-siakan kemerdekaan yang telah diraih dengan pengorbanan darah para pejuang. Karena itu, ia menilai, kita wajib merayakan hari kemerdekaan sebagai bentuk penghormatan ke pada para pejuang. Namun, di sisi lain, ia merasa trenyuh, banyak orang melakukan hal sepele saja tak mampu. Misalnya, menyanyikan lagu Indonesia Raya. Ada yang ogah-ogahan atau malas-malasan dan tidak bersemangat. Malah menganggap lagu itu biasa saja. Sagung merasa prihatin dengan kondisi ini. Menurutnya, sebagai warga negara yang baik, seharusnya kita merasa bangga menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan memunculkan rasa semangat nasionalisme. Ia mengajak para generasi muda, untuk belajar menghargai kemerdekaan dengan melakukan banyak cara, tidak melakukan korupsi dalam segala bidang, semangat dalam berkarier, dan berjiwa nasionalisme. “Kita tak harus berperang dengan senjata, tapi kita berperang dengan kecerdasan. Mari kita tunjukkan kita tak takut bersaing dengan negara lain dalam MEA,” ucapnya.

AA Sagung Rat Mudiani, S.E.

Grand Hyatt Bali juga melaksanakan perayaan Hari Kemerdekaan dengan banyak acara, dan sudah dimulai sejak 5 Agustus lalu. Salah satu lomba yang digelar, lomba paduan suara Indonesia Raya. Puncaknya tanggal 17 Agustus selain diperingati dengan upacara bendera dan beberapa lomba digelar untuk memeriahkan acara. Tujuannya, selain untuk mendoakan para pejuang kemerdekaan dan membangkitkan rasa nasionalisme, juga, meningkatkan hubungan kebersamaan pekerja dan managemen. Selain itu, mengenalkan kepada tamu yang menginap, hari itu hari ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. –Wirati Astiti

Jangan Lupakan Pendidikan Karakter Indonesia memasuki usia 70 tahun. Untuk ukuran manusia, 70 tahun merupakan usia yang cukup tua. Namun untuk ukuran usia negara, 70 tahun boleh dibilang masih seumur jagung. Perjalanan Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara masih panjang. Mengutip kata mantan Wakil

Sruti Respati

6

Presiden, Boediono, perjalanan bangsa Indonesia yang berusia 70 tahun sangat menentukan masa depan untuk bertahan ribuan tahun. “Kalau manusia, usia 70 tahun sudah tua, tapi untuk sebuah bangsa, usia itu masih remaja dan sangat menentukan,

apakah bisa bertahan hingga ribuan tahun ke depan atau tidak, atau hanya akan menjadi catatan sejarah lalu menghilang,” ungkap Boediono. Menurut Sruti Respati, bagaimana memaknai dan mengisi kemerdekaan Indonesia dengan hal-hal yang positif untuk bangsa dan negara, itulah yang terpenting. Kemerdekaan, katanya, bukan berarti kita bisa sebebasbebasnya untuk melakukan segala sesuatu, tanpa batasan tanpa memperdulikan hal lainnya. “Kita hidup merdeka, bebas mengekspresikan apa yang ada di pikiran dan di hati kita, tapi dalam implementasinya kita juga dibatasi oleh norma, nilai-nilai dan budaya yang berlaku,” ungkap penyanyi keroncong yang kerap tampil di panggung nasional dan internasional ini. “ Saat ini, lanjutnya, dunia sudah begitu modern. Kita sangat dimanjakan dengan kemudahan akses informasi tentang apapun dari belahan bumi manapun. Semuanya sudah sangat mengglobal. Namun, tegasnya, dunia boleh modern, akulturasi berjalan pasti, tetapi menjadi pribadi yang jujur sesuai akar budaya, norma, nilai dan etika dan estetika yang berlaku dalam masyarakat lebih memerdekakan daripada sekadar kemerdekaan tanpa identitas. “Jangan sampai kemudahan yang didapat dari modernitas malah menjadi ‘penjara’ topeng kepura-puraan atau euphoria semata. Jangan sampai kita kehilangan jati diri,” ucap wanita kelahiran Solo, 1980 ini.

Ditanya bagaimana memak­ nai kemerdekaan, Yenli Wijaya salah seorang desainer senior Bali, dengan antusias menyatakan, baginya makna kemerdekaan adalah sebuah kebebasan dalam berekspresi, dalam karya dan aktualisasi diri dalam bidang masing-masing. Kebebasan mengeluarkan pendapat tentu dalam kaedah yang sopan dan santun, dan selaras dengan kepribadi bangsa kita. Selanjutnya karya-karya yang kami lahirkan tentunya juga berasal dari warisan budaya yang kita miliki. Hal ini sudah sepatutnya dan sangat layak kita abadikan sebagai bagian dari masyarakat yang mencintai bangsanya sendiri. “Kalau bukan kita siapa lagi?,” cetus Yenly . “Karena seperti kata-kata bijak yang mengatakan, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung,” lanjutnya tersenyum. Keberadaannya sebagai orang yang lahir dan besar di Bali dan bekerja di Bali juga, mengaku sangat mengagumi Bali. Mulai dari ragam kerajinan, ukiran, lukisan dan ratusan karya seni hasil buah tangan masyarakat di Bali. Dikatakannya yang lebih penting adalah kulturnya, yaitu masyarakat itu sendiri. Keseharian budaya masyarakat kita, cara hidup mereka, interaksi, kebudayaan masyarakat, ritual dalam masyarakat Hindu menjadikan sebuah magnet dan daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Bali. Objek-objek pariwisata yang ada juga menjadi daya pikat Bali di mata dunia. Bagi Yenli sebagai salah satu disainer Bali, mengangkat ikon-ikon Bali dalam setiap karyanya merupakan wujud cintanya terhadap keberadaan pulau Bali yang dicintainya ini. “ Entah kenapa hampir seluruh rancangan saya selalu ada sentuhan nilai etnik dan tak terlepas unsur Balinya. Seperti ikon tari-tarian beberapa tahun yang lalu menjadi sebuah perwujudan karya saya dalam “A touch of spirit” Luar biasa, nilai magisnya mampu meran suk ke dalam setiap rancangan tersebut,” paparnya. Demikian juga dalam tema desainnya di tahun lalu yakni “Gemah ripah loh djinawi”, yang mengusung kain endek motif grinsing. “Yang tertuang di sana adalah sebuah rangkaian doa.Saya berharap Tenganan menjadi sebuah desa yang terus berkembang tanpa meninggalkan nilai –nilai uhur yang patut diabadiSebut saja, katanya, berkat kemerdekaan, kita bebas mengelola kekayaan alam yang berlimpah-limpah. Namun hendaknya dalam mengelola juga harus memperhatikan adat istiadat, budaya setempat. Artinya, bebas bukan berarti bisa berbuat semaunya, termasuk dalam mengelola kekayaan alam. Jangan sampai mengeksploitasi. “Contoh lainnya. Kita bebas berlomba-lomba menyekolahkan anak di tempat pendidikan terbaik.

Ayushita Widyartoeti Nugraha

Bebas tapi Sopan kan sebagai kekayaan atau kearifa lokal untuk dunia global,” ucapnya. Kekayaan lokal yang kita miliki, katanya patut kita kembangkan sebagai masyarakat dan pekerja seni. “Itulah arti sebuah kemerdekaan yang hakiki,” imbuhnya tanpa memandang dari latar belakang mana kita berasal dan suku mana kita lahir. Namun, masyarakat kadang masih memberi nilai dan perbedaan itu. Padahal, banyak juga orang-orang yang bukan lahir di Bali bukan dari suku Bali namun mereka sangat mencintai dan bahkan menulis tentang kultur masyarakat Bali. “Menjadikan sebuah buku untuk kita bisa lebih belajar lagi dan menghargai apa yang kita miliki sebagai warisan bagi generasi kita, Bukankah ini merupakan wujud kecintaan kita pada pulau kita dan bangsa kita Indonesia. Mari kita lebih giat dalam berkarya. Wujudkan cinta dalam karya dan seni,” tuturnya sembari memekikkan semangat merdeka. – Sri Ardhini

Yenli Wijaya

Tapi jangan lupa bahwa pendidikan karakter, pendidikan keluarga tentang nilai-nilai moral, etika dan estetika baik dalam keluarga maupun dalam kehidupan bermasyarakan, juga penting,” ucapnya. Sebab, karakter itu nanti akan menentukan pola prilaku ketika si anak sudah terjun ke masyarakat. “Jadi intinya, kemerdekaan jangan dijadikan kesempatan atau alat untuk ‘menjajah’ baik itu terhadap diri sendiri, masyarakat dan alam,” katanya. Lain lagi dengan pandangan penyanyi juga pemain sinetron dan film, Ayushita Widyartoeti Nugraha. Menurutnya, meski Indonesia sudah memasuki usia 70 tahun namun kemerdekaan yang sesungguhnya belum berhasil dicapai oleh negeri ini. Dalam pandangannya, kemerdekaan berarti bebas dari kemiskinan, situasi bangsa senantiasa kondusif, masyarakat yang tertib dan menghargai perbedaan serta menghargai budaya sendiri. Hal-hal tersebut, dalam pandangannya belum berhasil dicapai. Untuk mewujudkan itu, diakuinya, membutuhkan waktu yang panjang juga kerja keras semuanya, bukan hanya pemerintah tapi juga masyarakat. “Kita semua harus bekerja sama, jangan egois atau mau enak sendiri,” ucap pemeran film ‘Bukan Bintang Biasa’, ini. -Diana Runtu


18

Life

Edisi 862/ 17 - 23 agustus 2015

PENCERAHAN JIWA

B

ahagia adalah merasa beruntung atas apa yang telah dimiliki dan tidak menjadi sedih atas apa yang belum dimiliki. Di setiap hembusan napas, aku bisa merasakan harapan yang begitu kuat. Saat berjuang aku sedang menunaikan tanggung jawabku. Bertambah sukses adalah tanggung jawabku untuk membahagiakan orang-orang yang aku cintai. Rasanya bangga sekali bisa membahagiakan mereka. Hidupku adalah tanggung jawabku. Ada kepuasan mendalam jika menjadi pribadi yang tegar, kuat, dalam semangat perjuangan. Aku pasti bisa karena aku dimampukan. Betapa ternyata aku lebih hebat dari yang kuduga. Aku sangat layak bahagia dan aku merasa sangat berlimpah kebahagiaan. Aku dicintai Tuhan, jauh lebih besar dari pada rasa cintaku kepada diri sendiri. Demikian wejangan Guru mangku Hipno saat ditanya “bagaimana cara kita lebih mendekatkan diri kepada Sang pencipta ?” SISA HIDUP DIMULAI HARI INI Di zaman ini masyarakat banyak yang mulai kehilangan kesadaran atas sikap menjaga dirinya. Mereka mulai membiarkan dan membiasakan diri menahan rasa sakit dan mencoba menikmatinya, mereka kehilangan kemampuan menyadari bahwa betapa berbahayanya gejala penyakit jika tidak segera dicarikan solusinya. Coba lihat dan tanya mereka, tanyakan kepada orang orang di sekitar kita, mereka membiarkan dirinya mengarah ke ruang gelap, ruang yang akan membuat hidupnya kelak tergelapkan dan membebani. Tuhan maha pengasih maka secara naluriah Tuhan selalu memberikan tanda atau firasat saat suatu kejadian akan menimpa kita. Contohnya sebelum kita sakit parah maka Tuhan akan mengirimkan signal seperti rasa cemas, takut, kehilangan fokus, gemetar tanpa sebab, lemas, sakit kepala, takut keramaian, grogi, tak percaya diri, bagian tertentu tubuh kesemutan, pikiran buntu, pelupa, kehilangan kenyamanan, emosional, kehilangan gairah, rasa malas, galau, gundah dan ratusan tanda tanda lainnya. Jika semua tanda itu diabaikan karena suatu alasan seperti kesibukan bekerja, menunda memeriksakan diri karena jauh tempatnya, belum punya uang, ataupun malas, tidak ada waktu, maka gejala awal penyakit itu akan memberikan tanda lebih kuat lagi, seperti : ada rasa mual, vertigo, tekanan darah tinggi/rendah, susah tidur, daya ingat menurun, linglung, jantung berdebar,

leher kaku, mudah sedih, depresi, sering mendengar bisikan, suhu tubuh tidak stabil, stroke ringan, kulit gatal, perut kembung, Egoisme meninggi, ingin mengamuk, bodoh, nafsuan, sariawan dan sebagainya. Namun, jika tanda tanda penyakit itu juga diabaikan, maka sistem tubuh akan memberikan peringatan terakhirnya yaitu hilangnya kenyamanan, sistem pikiran memberikan peringatan terakhirnya dengan hilangnya kesenangan, sistem perasaan memberikan peringatan kuat dengan menghilangnya ketenangan. Coba rasakan diri Anda. Celakanya, karena sebuah tradisi ataupun kebiasaan yang cukup lama salah kaprah, maka bukannya melakukan introspeksi diri saat sudah kena peringatan ataupun menderita suatu penyakit, tetapi masih saja memupuk egoisme dengan menyalahkan ataupun menuduh orang lain, pekarangan, tetaneman, blackmagic, tetangga, rekan kerja, saudara, saingan, bahkan berani memfitnah leluhur sebagai penyebab atau sumber penyakitnya dan mencari kambing hitam lainnya. Semua itu hanya ilusi karena sangatlah susah dibuktikan dan sering tanpa logika duniawi sehingga analisa dan pikiran seperti itu biasanya pasti tidak memberikan solusi yang nyata. “Ingat hukum metafisika supranatural menyatakan bahwa manusia dilahirkan sebagai mahluk individualistis, maka sehat, sukses, keberhasilan dan keberlimpahannya serta kebahagiaannya hanyalah bisa ditentukan oleh dirinya sendiri, jadi hampir 90 percen

Workshop GMH selalu membludak

segala peristiwa yang dialaminya sesungguhnya adalah sebagai akibat dari caranya sendiri mengolah pikiran, mengolah perasaan dan mengolah tindakannya”. “Bahkan hukum Spiritual universal berpendapat, di dunia ini tugas penciptaan, pemeliharaan dan peleburan hanyalah kuasa Tuhan melalui tugas Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Iswara. Maka tiada seorang tersakti pun yang bisa menghidupan dan mematikan seseorang selain kehendak-Nya. Jika di dunia ini seseorang bisa mengambil tugas para dewa tersebut maka dunia pasti akan kiamat, karena setiap manusia bisa mencelakai manusia lainnya dengan mudahnya. Bahkan pendapat ini diperkuat oleh mereka yang mengunakan Guru Suci empiris sebagai sumber belajarnya, bahwa jika memang ada orang yang bisa membuat orang lain celaka ataupun mati dengan kesaktiannya, maka di zaman dulu kala, zaman dimana hal-hal seperti ini sangat diyakini, Bangsa Indonesia tak akan mampu dijajah sampai 350 tahun oleh bangsa lainnya, karena dengan kesaktian yang dimiliki oleh orang orang yang menekuni bidang itu, bangsa ini bisa melakukan perlawanan melalui alam supranatural dengan cara menyakiti dan membunuh semua penjajah yang ingin menguasai Indonesia tercinta ini. Faktanya hal itu tak pernah terjadi, apalagi di zaman modern ini.” Merdekalah dari pemikiran pemikiran seperti itu. Demikian Guru Mangku Hipno memaparkan lebih dalam. Jika ingin sehat, sukses, keberlimpahan harta dan kasih sayang lalu hidup bahagia menjalani kehidupan yang tersisa, mulailah sembuhkan jiwa, banyak bersyukur atas anugrah Tuhan, pandanglah segala peristiwa yang terjadi seperti mereka yang bijaksana, bahwa semua peristiwa mengandung sisi baik, sisi penyelamatan, meski secara nyata terasa membawa derita tapi pasti ada cerita suka dibalik kehendak-Nya, kita hanya perlu membuka diri dan memperluas cara pandang. Seperti memandang sebuah gunung, jangan hanya memandangnya dari satu sisi, tetapi cobalah pandang dari keempat sisinya maka kita akan benar benar tahu, seperti apa gunung itu sesungguhnya.Begitu juga dengan kehidupan ini, jangan pernah disimpulkan bahwa semuanya seolah telah berakhir, karena hari ini barulah awal dari sisa kehidupan kita. KESADARAN DIRI ADALAH BENTUK TERAPI JIWA Disamping sebagai pencerah jiwa, motivator kesuksesan, Profesional Healer, pakar Metafisika dan Supranatural, pakar Hypnotherapi dan Psicotherapi, Guru Mangku Hipno adalah pendiri Brahmakunta Supranatural & Spiritual Modern Center, yang merupakan pusat penyembuhan dan pembelajaran. Brahmakunta Center didirikan agar menjadi tempat bagi generasi muda Bali khususnya dan Indonesia serta seluruh dunia umumnya mengembangkan bakat di bidang supranatural dan spiritual universal serta di bidang penyembuhan yang siap

Edisi 862/ 17 - 23 agustus 2015

7

Terbuai Asmara di Media Sosial

BERSAMA PENUTUR KEJERNIHAN & PAKAR SUPRANATURAL GURU MANGKU HIPNO “Aku lepaskan diriku dari segala sampah jiwa. Aku tenangkan diriku. Dengan demikian aku dapat menikmati hidup yang lebih indah lagi, demi rasa sayangku kepada diri sendiri, sebab aku sangat mencintai diriku. Dan, demi keindahan masa depan yang sangat kuharapkan, aku mampukan diri untuk memaafkan orang orang yang telah menyakitiku. Aku merasa dicintai Tuhan, diinginkan oleh kehidupan ini. Cinta yang begitu kuat mengalir di seluruh tubuhku, kusebarkan lewat jalan darah ke seluruh tubuhku, aku sangat mencintai kehidupanku. Aku membayangkan diriku dalam keadaan sehat dan bahagia. Aku bisa melihat senyumku dengan sangat nyata. Hatiku tenang dan inilah kekuatanku. Aku bertambah sehat dan kuat, sebab memang demikianlah seharusnya. Aku sudah tenang dan semakin tenang, sehat sekali rasanya”. Demikian bait demi bait lantunan tutur kejernihan diucapkan oleh Guru Mangku Hipno yang mengandung kekuatan penyadaran mistis memasuki dan menggetarkan relung hati setiap orang yang mendengarnya.

Story

Workshop GMH selalu dinantikan

Setelah ibunya meninggal saat melahirkannya, Yuri (21) langsung yatim piatu karena ayahnya juga telah meninggal tujuh bulan sebelum ia lahir. Kisah hidup Yuri sesungguhnya membuat keluarga dan para tetangga di kampungnya di Pulau Sumbawa prihatin melihat kondisi kehidupan keluarganya yang tergolong tidak mampu.

Y

Ratusan Peserta mengikuti Penyembuhan (Somathotherapi, Hipnotherapi)

membantu dan memberi solusi jitu jika ada orang sakit belum mampu sembuh dengan penanganan medis dan belum mampu sembuh secara nonmedis. Guru Mangku Hipno juga mendirikan GMH Instittute, Prana & Hypnosis Club dengan tujuan agar generasi muda dan siapapun, dari manapun asalnya yang ingin belajar mampu menjadi pengusaha, pelayan umat penyembuh, ahli energi prana, ahli hipnosis, master Hypnotherapi, Ilmu Metafisika, Supranatural, Meramal/Palmistri, Ilmu Sihir Bali Petak, dan masih ada 108 jenis keilmuan yang masing masing bisa dikuasai dan dipraktekan nyata hanya dalam waktu belajar 10 menit sampai 1 jam saja. Semua keilmuan yang diajarkan bisa secara nyata terlihat dan terasakan dan bukan halus sampai tak terlihat dan tak terasakan alias kone kene - kone keto. “Semua pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran diri sejati bahwa sesungguhnya semua berawal dari diri sendiri, oleh diri sendiri, untuk diri sendiri, jangan pernah biarkan orang lain menuliskan takdir untuk masa depanmu, karena sesungguhnya semuanya telah ada dan digariskan di genggamanmu. Maka untuk mengatasi kegagalan, penyakit ataupun hal-hal buruk lainnya, mulailah dari mengubah diri ke arah lebih baik, kendalikan pikiran, kendalikan perasaan, kendalikan tindakan maka di masa depan anugrah terindah Tuhan pasti menunggu, di sana ada persahabatan yang baik, anugrah rezeki yang berlimpah, ada kegembiraan dan pasti Anda mendapat penghormatan. Selalulah introspeksi diri, tingkatkan kesadaran diri karena itu adalah pemulihan jiwa. Pemulihan jiwa adalah dasar terbaik dan syarat mutlak untuk mencapai hidup sehat, sukses, keberlimpahan dan bahagia dalam waktu yang sangat cepat, efesien, tepat”. Demikian Guru Mangku Hipno yang memiliki nama lengkap GMH Ketut Gd. Suatmayasa, S.H., CHt, MNNLP memaparkan. Jika ada sahabat yang berniat menda-

patkan pelayanan kami untuk, pencerahan, dharma wacana, pembobolan mental blok, motivasi kesuksesan, pembelajaran, perubahan Karakter, penyembuhan massal, pemurnian diri, revolusi mental, konsultasi, baik secara pribadi ataupun berkelompok, perusahaan, sekolah/ kampus, organisasi, badan usaha, rumah sakit, perkumpulan, kami siap diundang di seluruh wilayah Indonesia, silahkan menghubungi kami “Brahmakunta Center, GMH Institute, Prana & Hypnosis Club : Perumahan Gunung sari Indah, Jl Tukad Buana 1/61 Keboiwa Utara (Dekat kantor Bali TV), Ph 0361 8442823/ 085103114204, Pin BB 7FB63D85.Email : inten.sagung@yahoo.co.id. WORKSHOP PEMULIHAN JIWA Setelah diadakan di berbagai wilayah Indonesia seperti Mataram, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Bandung, Palembang, Jakarta dan di berbagai kota lainnya, kini kami persembahkan untuk masyarakat Bali tercinta, sebuah fenomena pemulihan jiwa, sebuah pemurnian diri, penyadaran diri, pembangkitan diri, perubahan diri, dan pembebasan dari segala ikatan masa lalu yang buruk, pembebasan dari segala keputusasaan, penyakit, keluhan, kegagalan, penderitaan berkepanjangan. Sebuah penyelamatan melalui “WORKSHOP PEMULIHAN JIWA BERSAMA GURU MANGKU HIPNO”. Dengan metode BYSAId, yang telah terbukti nyata berhasil menyembuhkan dan mengakhiri penderitaan ratusan pasien dengan penyakit yang susah terdeteksi baik dari wilayah Indonesia maupun mancanegara seperti Australia, Jepang, Singapura, India, UEA, Prancis, Amerika, Tionhkok, dllnya. Melalui tutur kejernihan Guru akan menuntun dan mengajak Anda tanpa sadar detik demi detik, menit demi menit memasuki ruang baru yang disebut THE MIRACLE OF ZONE IKHLAS DIMANA ANDA AKAN DIKELUARKAN DARI NERAKA MENUJU SORGA KEHIDUPAN ANDA.

Workshop “PEMULIHAN JIWA”

diadakan : HARI MINGGU, 23 AGUSTUS 2015 PUKUL : 15.00 s/d 17.00 WITA TEMPAT : GEDUNG PWI BALI JL. GATSU TENGAH LUMINTANG DENPASAR HARGA TIKET : HANYA 350 RB/PER ORANG. Bonus : Psikotherapi Massal, Teknik Terhindar dari Black Magic dan Teknik Terhindar Gendam.

UNTUK PESAN ANTAR TIKET HUB : 0361-8442823, 0851 0311 2404 (Brahmakunta Center) 0857 3881 8906 ( Jro Mangku swandra) 085 2386 40217 ( Jro Abuck) 0856 3800 133 (Jro Putu Anta) 0851 0013 3724 (Jro Ayuk) 081 2468 1851 (Jro Musna) 0859 3505 1555 (Jro Made Chung)

uri akhirnya dibesarkan oleh nenek dan bibinya. Sejak itu ia mendapat banyak simpati dari tetangga hingga akhirnya ia tumbuh besar lalu dewasa. Saat usia SMP, Yuri sudah mulai bekerja membantu para tetangga seperti menyeterika, mencuci pakaian dan sebagainya. “Dari sana Yuri mendapat upah yang lumayan untuk uang jajan saat sekolah,” kata Fani, salah satu bibinya. Menurut Fani, apa yang terjadi pada Yuri, seperti yang dikisahkannya ini tampaknya patut dijadikan contoh untuk selalu mawas diri dan mau mendengarkan nasihat orangtua maupun orang lain. Sejak mulai bisa bekerja membantu tetangga, Yuri disayang selain karena rajin ia juga seorang yatim piatu. Namun hal itu tidak berlangsung lama, Yuri mulai berubah ketika duduk di kelas satu SMA. Ia selalu menghindar bila dimintai tolong oleh tetangganya untuk mengerjakan sesuatu seperti biasa. Ia juga seperti malu lagi untuk bekerja seperti ini. “Ini yang bikin para tetangga ya…. jengkel,” ujar Tami salah seorang tetangganya. Padahal, sesungguhnya para tetangga itu meminta bantuan Yuri bukan sematamata membutuhkan tenaganya melainkan agar dapat memberinya uang sebagai hasil jerih payahnya. “Kami minta bantuan Yuri untuk menyetrika ataupun mencuci, itu karena kami ingin memberinya uang,” kata Tami yang hampir seluruh keluarganya memakai jasa Yuri untuk hal tersebut. Dari tiga kakak beradik Tami, Yuri bahkan bisa mendapatkan Rp 100.000 atau malah bisa lebih dari jumlah itu untuk sekadar menyeterika saja. Belum lagi kalau ia mau mencuci dan pekerjaan ini tidak tiap hari dilakukannya melainkan seminggu sekali. Tiga orang kakak beradik ini, termasuk yang paling sering memberi Yuri uang ataupun pakaian yang tidak termasuk dalam upah kerjanya. “Tiap ada rezeki kami sisihkan untuk Yuri bahkan bayar sekolah (pakaian dan lainnya), sebisa mungkin kami bantu,” ujar Tami. Upah dari Tami dan saudaranya serta para tetangga, Yuri sebenarnya tidak kekurangan, cukup untuk biaya jajan maupun kebutuhan lain dirinya. Ditambah lagi dengan makin tumbuh dewasanya Yuri, saudara-saudara tirinya,

anak dari ayahnya mulai memperhatikan Yuri. Ayah Yuri yang usianya jauh lebih tua dari ibunya menikah karena paksaan keluarga demi melunasi hutang. Ini bukan hanya ada dalam kisah Siti Nurbaya melainkan terjadi pula pada ibunda Yuri. Namun Yuri beruntung mendapat perhatian dari saudara tirinya yang kesemuanya laki-laki yang tentu usianya jauh lebih tua dari dirinya dan hidup cukup. Perhatian itu rupanya yang membuat Yuri berubah, tidak lagi mau “disuruh-suruh” untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Ia lebih suka menghabiskan waktu pergi jalan-jalan dan bermain HP. Hingga dalam sebuah obrolan di media sosial ia berkenalan dengan seorang laki-laki. Yuri terpesona lalu termakan omongan. Si laki-laki yang seorang duda mengajaknya bertemu dan pertemuan itu membuat Yuri langsung jatuh cinta. Yuri dibuai asmara dengan laki-laki yang tinggal di ibu kota negara tersebut. Gelagat sudah mulai berubah kala itu. ia sudah tidak mau mendengar nasehat nenek dan bibinya yang meminta ia untuk sekolah setinggitingginya karena saudara-saudara tirinya sanggup membiayainya bahkan hingga mendapatkan pekerjaan yang layak. “Saudara-saudara tirinya ingat pesan terakhir ayahnya untuk menjaga dan mengurus Yuri kelak jika lahir,” kata Fani. PULANG BAWA ANAK Ia telah dilarang untuk keluar rumah apalagi mengikuti ajakan laki-laki tersebut yang jauh-jauh datang dari Jakarta untuk bertemu dengannya. Ketika laki-laki itu akan pulang, Yuri memaksa ingin ikut dengannya untuk menikah di Jakarta, namun dicegah oleh keluarganya. “Kami sudah melihat laki-laki itu bukan laki-laki baik-baik,” kata Fani. Yuri memaksa. Karena upaya keluarga untuk mencegahnya pergi begitu kuat, Yuri menyerah, laki-laki itu pulang sendiri ke Jakarta. Namun, penyesalan Fani terjadi kala tiba-tiba Yuri menghilang dan menyatakan bahwa ia telah menikah dengan laki-laki tersebut. Yuri putus sekolah. “Kami hanya bisa berdoa agar dia bahagia,” ujar Fani. Kekesalan dan penyesalan yang dalam juga dirasakan oleh saudara-saudara tirinya. Keluarga akhirnya membiarkan Yuri dengan pilihannya sendiri. Mereka di

kampung hanya menerima kabar bahwa Yuri hamil lalu menyusul kabar berikutnya ia sudah melahirkan. Meski kesal, keluarganya senang mendengar kabar tersebut walaupun mereka sesungguhnya sudah tidak peduli lagi padanya. Hingga akhirnya Yuri tiba-tiba pulang membawa anaknya yang baru berumur sembilan bulan. Dengan wajah menunduk, Yuri menyesali keputusannya pergi bersama laki-laki yang saban hari menyiksanya baik fisik maupun psikis. Ia pulang kampung membawa beban anak bagi keluarganya yang hidup dalam balutan kekurangan. Apa yang didapat oleh Yuri yang menolak sekolah bahkan menolak masa depan yang cerah yang ditawarkan oleh saudara-saudara tirinya, hanya penyesalan yang tidak bisa membuat waktu

diputar kembali. Kini ia dan anaknya hidup membebani keluarganya. Saudarasaudara tirinya, yang bisa dibilang tidak dekat secara emosional dengannya, tidak lagi mau mengurusnya. Kekecewaan akan pilihan Yuri dianggap sebagai anak yang tidak tahu diri. Begitu juga dengan para tetangga yang dulu rajin membantunya saat ia rajin bekerja, kini sepertinya juga malas lagi peduli padanya. Sekarang, Yuri lebih banyak diam di rumah menanggung malu. “Dia malu untuk keluar rumah. Jika saja dia mau sekolah tinggi-tinggi setinggi tawarannya dari saudara-saudara tirinya, mungkin dia sudah jadi pegawai dan punya penghasilan yang layak,” kata Fani yang mau tidak mau harus menampung Yuri dan anaknya di rumah sempit miliknya. -Naniek I. Taufan


8

Bunda & Ananda

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Orangtua dan Pola Asuh Anak

Buah Jatuh tak Jauh dari Pohonnya

Anak adalah titipan Tuhan yang Maha Kuasa kepada setiap orangtua yang sudah diberi kepercayaan untuk menjaganya. Anak akan senantiasa tumbuh dan berkembang dalam hidupnya. Masa anak-anak adalah masa yang sangat rentan, karena pada masa ini anak cenderung untuk melakukan sesuatu sesuai dengan yang dilihat (chidren see children do). Anak yang dimaksud sesuai UU Perlindungan Anak adalah yang berusia dibawah 18 tahun.

aktivitas orangtua jarang bertemu. “Jika hal ini terus berlangsung akan menimbulkan krisis jati diri anak, dan bukan tidak mungkin pula anak akan berperilaku menyimpang dalam hidupnya. Jika orangtua tidak mampu mendidik anaknya dengan baik, bangsa yang besar pun akan hancur karena penerus bangsa dan negara ada di pundak anak. Karena itu peran dan pola asuh orangtua sangat penting bagi pertumbuhan, perkembangan, pembentukan karakter dan kepribadian anak,” ujar psikiater yang juga aktif di Lentera Anak Bali ini. Dr. Sri Wahyuni

“P

ada masa ini anak cende­ rung memiliki sifat imitasi atau meniru perilaku orang-orang sekitarnya. Seperti meniru apa yang dilakukan orangtua,kakak, teman bermain dan orang-orang terdekat. Pada masa anak, lingkungan pertama yang dikenal keluarganya. Anak belajar perilaku dari orangtua, baik yang positif hingga negatif, melalui panca indranya. Secara tidak langsung orangtua mengajarkan pada anak. Jika orangtua selalu bersikap baik, lemah lembut, sayang terhadap anak, anak akan bersikap sama. Sebaliknya jika orangtua selalu bersikap kasar, berkata kasar dan tidak sopan sering mencela dan mencemooh otomatis disimpan atau direkam di alam bawah sadarnya dan anak melakukan hal yang sama. Coba kita ingat istilah tentang “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Nah, seperti itulah seorang anak, anak adalah cerminan dari orangtuanya,” ungkap dr. Anak Ayu Sri Wahyuni, Sp.KJ dalam Seminar “Pengasuhan Anak dengan Cinta” di Gedung Pers Bali K. Nadha, Selasa (4/8). Seminar dalam rangkaian hari anak nasional ini dilaksanakan Bali TV, Lentera Anak Bali, SMF Psikiatri RS Sanglah, dan Pemkot Denpasar. Kepala SMF Psikiatri RS Sanglah ini menambahkan orangtua sangat berperan penting dalam pembentukan kepribadian dan karakter anak. Pembentukan kepribadian anak perlu dilakukan sejak dini. Pendidikan yang baik dalam keluarga akan berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian dan karakter anak. Di era modernisasi dan globalisasi ini, anak-anak cenderung kurang mendapatkan perhatian dari orangtuanya, karena kesibukan dan

WASPADAI PERIODE KRITIS Dokter Sri Wahyuni memaparkan perkembangan anak meliputi fisik, mental, emosional, social, dan intelektual. Bila kesemuanya berjalan secara harmonis maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat jiwa. Dalam perkembangan mental/ jiwa, terdapat periode-periode kritis. Periode-periode tersebut jika tidak dapat dilalui dengan seimbang dan harmonis akan menimbulkan keterlambatan, kecemasan, kesulitan penyesuaian diri, gangguan kepribadian. Di sisi lain dr. Yuni mengingatkan keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya. “Keluarga yang gagal memberi cinta kasih dan perhatian akan menumbuhkan kebencian, rasa tidak aman dan tindak kekerasan pada anak. Jika keluarga tidak dapat menciptakan suasana mendidik, maka akan dapat menyebabkan anak-anak jatuh dan atau tersesat dalam perjalanan kehidupan selanjutnya,” ujarnya. Beberapa parameter yang bisa dipakai untuk mengukur peran keluarga, khusus orangtua dalam kehidupan anak adalah apakah orangtua mulai merasa kesulitan mengendalikan perilaku anak, apakah orangua sering tidak sepaham dalam mendidik anak, apakah anak sering merengek dan memaksa untuk dituruti kemauannya, apakah anak sering berseteru satu sama lain, dan apakah orangtua kesulitan karena anak selalu nonton televisi atau main game. Tiap orangtua memiliki cara atau pola tersendiri dalam mengasuh anaknya. Pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan kepada anak secara konsiten dari waktu ke waktu, langsung dirasakan

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Duta Endek Kota Denpasar

Gelar Sosialisasi Pemilihan Duta Endek ke-4

Endek adalah salah satu produk kearifan lokal bernilai seni tinggi. Endek dengan segala inovasinya menjadikannya mudah dikenakan di berbagai kesempatan. Begitu gambaran yang tampak pada kegiatan “Sosialisasi Persiapan Pemilihan Duta Endek Kota Denpasar, Minggu (9/8) di Graha Sewaka Dharma Lantai III, Lumintang, Denpasar.

Suasana seminar baik itu perilaku positif atau negatif. Pola asuh berkaitan dengan interaksi, komunikasi yang terjadi antara orangtua, anak dan lingkungan. “Pola asuh merupakan kegiatan orangtua dalam memberikan perhatian, disiplin, peraturan berupa hukuman jika salah, hadiah/pujian jika dapat melaksanakan tugas/ kegiatan sesuai kesepakatan sebelumnya. Macam pola asuh anak menurut Baumrind, ada tiga. Pola asuh otoriter, pola asuh demokratis (kedisiplinan, kebersamaan, dan gotong royong), dan pola asuh permisif,” ujar dr. Yuni. Mengutip pendapat Baumrind, pola asuh keluarga permisif (permissive) tidak memberikan struktur dan batasan-batasan yang tepat bagi anak-anak mereka. Pola asuh ini merupakan bentuk pengasuhan dimana orangtua memberikan kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk mengatur dirinya. Anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak dikontrol oleh orang tua. Pola asuh permisif memandang anak sebagai seorang pribadi dan mendorong mereka

untuk tidak berdisiplin dan anak diperbolehkan untuk mengatur tingkah lakunya sendiri. Pola asuh seperti ini anak mendapat kebebasan sebanyak mungkin dari keluarganya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Pelaksanaan pola asuh permisif atau dikenal dengan pola asuh serba membiarkan adalah orangtua yang bersikap mengalah, menuruti semua keinginan, dan melindungi secara berlebihan serta memberikan atau memenuhi semua keinginan anak. Namun, orangtua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak. Pola asuh permisif memuat hubungan antara anak dan orangtua penuh dengan kasih sayang, tetapi membuat anak menjadi agresif dan suka menurutkan kata hatinya. Orangtua permisif lunak bisa hangat, bersifat ngemong, dan responsif, tetapi mereka menggunakan sedikit sekali struktur dan bimbingan. Orangtua dengan tipe

Foto bersama usai Sosialisasi Jelang Pemilihan Duta Endek 2015

ini cenderung mempercayai bahwa ekspresi bebas dari keinginan hati dan harapan sangatlah penting bagi perkembangan psikologis. Tuntutan kepada anak-anak sangat sedikit untuk dapat menjadi matang dan bersikap mandiri. Anak-anak yang dibesarkan oleh orangtua tipe ini biasanya menjadi anak-anak yang ”manja”. Dokter Yuni juga mengutip pendapat Huffman mengenai tiga jenis pola asuh orangtua, yaitu pola asuh bina kasih (induction), pola asuh unjuk kuasa (power assertion), dan pola asuh lepas kasih (love withdrawal). Pengembangan kepribadian remaja, termasuk pengembangan hubungan sosial pola asuh yang disarankan oleh Hoffman untuk menerapkan adalah pola induction/asuh bina kasih. Untuk mencegah gangguan jiwa pada anak, lakukan pengasuhan yang penuh kasih sayang. “Dengarkan pendapat anak sebelum mengambil keputusan dalam keluarga dan ingat kebiasaan sudahkah Anda memeluk anak anda hari ini,” kata dr. Yuni. –Ngurah Budi

Mendongeng Lima Menit BISIKAN BERUANG

Abdul dan Primus adalah dua orang mahasiswa Ke h u t a n a n y a n g bersahabat akrab. Mereka berjanji hidup seia-sekata, suka bersama, duka bersama. Suatu pagi, ketika liburan, Made Taro kedua mahasiswa itu berjalan-jalan ke hutan. Disamping melepas penat, mereka juga ingin melihat langsung pohon-pohon besar yang tumbuh menjulang. Dalam waktu yang sama, di hutan itu seekor beruang mondar-mandir mencari mangsa. Tiba-tiba di sebuah tikungan, beruang dan mahasiswa itu berpapasan. Melihat beruang yang besar dan menyeramkan, Primus segera menyelamatkan diri dengan memanjat pohon. Tetapi Abdul, yang merasa kehilangan kesempatan, seketika itu merebahkan diri. Ia menelentang kaku seperti orang mati. Beruang itu mendekati laki-laki yang terbaring

17

itu. Ia mengendus sekujur tubuh kaku itu dari ujung kaki sampai ujung rambut. Mahasiswa itu pun berusaha menahan napas seketat-ketatnya. Ia tahu dari kuliah yang diajarkannya, bahwa beruang tidak akan memangsa makhluk yang mati. Adapun Primus, mahasiswa yang memanjat pohon itu, sangat mengkhawatirkan Abdul. Ia membayangkan temannya yang konyol itu pasti akan dirobek-robek beruang lalu menelannya habis. Tidak! Lain yang dibayangkan, lain yang dilihatnya. Beruang itu berkomat-kamit di lubang telinga kiri Abdul, lalu pindah ke lubang telinga kanan. Sesaat kemudian beruang itu pergi meninggalkan tempat. Abdul bangkit perlahan-lahan dan menoleh kiri-kanan. Ia menahan tubuhnya yang mulai gemetaran. Ia bersyukur kepada Tuhan, bahwa beruang ganas itu tidak membinasakannya. “Abdul!” seru Primus yang baru turun dari pohon. “Kulihat keadaan aneh! Adakah beruang itu membisikkan sesuatu kepadamu?” “Benar katamu, Primus!” jawab Abdul. “Ia berbisik, berhati-hatilah terhadap sahabatmu yang memanjat pohon itu. Sahabat sejati adalah sahabat yang selalu dekat dalam suka dan duka.”

P

Duta Endek dalam acara Share & Care

ada acara yang dihadiri murid dan guru SMA/ SMK se-Kota Denpasar, Duta Endek Kota Denpasar, praktisi endek Tude Togog, Ketua Dekranasda Kota Denpasar, IA Selly D. Mantra, mengatakan, pemerintah Kota Denpasar melalui DinasPerindustrian dan Perdagangan (Disperindag) selalu berupaya menjaga, melestarikan dan mengembangkan endek. Salah satunya melalui komoditas fashion berbasis budaya. “Untuk menyukai endek yang terbaik adalah mulai dari diri sendiri, dengan bangga menggunakannya,” cetusnya. Dikatakannya, endek mampu menyesuaikan dengan perkembangan dan tren mode tanpa kehilangan nilai tradisionalnya, sehingga semakin diminati berbagai kalangan, termasuk anak muda. Untuk itu pula sejak tahun 2012 Selly D. Mantra menggagas acara “Pemilihan Duta Endek Kota Denpasar” , sebuah program kreatif yang mendapatkan respon sluar biasa bukan hanya dari siswa peserta dan para guru namun juga dari kalangan pengrajin, pelaku di dunia mode serta masyarakat luas. Pemilihan Duta Endek dinilai sebagai sebuah upaya yang cerdas untuk mengembangkan dan menggalakkan penggunaan endek sebagai produk unggulan Kota Denpasar di bidang tekstil ini. Di samping, sebagai upaya lebih mencintai produksi dalam negeri dalam program Cinta Karya Indonesia. Dalam kegiatan yang diakhiri dengan persembahan fashion show dari para Duta Endek, yang mengajak siswa

yang hadir bersama-sama menyelamatkan warisan budaya. Selanjutnya, bisa lebih memahami, melestarikan, bangga dan menggunakan kain endek sebagai gaya hidup dengan moto “ Endek Kita Punya, Kita Pakai dan Kita bangga. Sedangkan, Agung Sambhara, Ketua Umum Duta Endek bicara men-

Kota Denpasar melaksanakan bakti sosial di Yayasan Dria Raba pada Jumat, (31/7). Ketua K3S Kota Denpasar, IA Selly D. Mantra, mengatakan akan terus memberikan dukungan kepada anakanak berkebutuhan khusus agar mereka mampu mandiri dan dapat berperan aktif di tengah masyarakat. Menurut Ketua Umum Duta Endek Kota Denpasar, Agung Sambhara, kegiatan yang diikuti ketiga angkatan Duta Endek Kota Denpasar ini, memang merupakan bentuk kepedulian mereka kepada anak-anak berkebutuhan khusus, guna turut membantu meningkatkan rasa percaya dirinya dalam bersosialisasi. Sementara Candra Kardana, Duta Endek 2014, mengatakan kegiatan sosial “Share and Care” yang dilaksanakan tersebut menunjukkan kepada masyarakat bahwa Duta Endek tidak hanya mampu menjadi ikon fashion semata. Mereka juga bisa menjadi

Ny. Selly D.Mantra di acara Sosialisasi Jelang Pemilihan Duta Endek 2015

Persyaratan Pemilihan Duta Endek 2015 - - - - - - - - - - -

Duta Endek dalam acara Share & Care genai awal terbentuknya Duta Endek, kegiatan yang dilakukan serta menginformasikan persyaratan mengikuti pemilihan Duta Endek 2015.

Share and Care di Yayasan Dria Raba Dalam kesempatan berbeda, untuk menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-70, Duta Endek Kota Denpasar bersama Koordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial (K3S)

Fashion Show oleh Duta Endek

contoh bagi generasi muda untuk tetap peduli terhadap sesama. Ia juga menyatakan sangat senang dapat berbagi dan berharap kegiatan itu bisa dilakukan oleh lebih banyak lagi generasi muda lainnya untuk selalu peduli sesama. “Melihat mereka, kami para Duta Endek memiliki harapan, semuanya tidak berhenti sampai disitu. Kami ingin suatu saat, bisa bergandengan dalam acara fashion show atau tampil menyanyi bersama mereka,” ujar Candra. Dalam acara Share and Care tersebut terlihat IA Selly D. Mantra yang memang dikenal sangat dekat dengan anak-anak penyandang disabilitas, lebur dalam keakraban dan kebahagiaan bersama. Pada acara yang bernuansa kekeluargaan itu juga diserahkan bantuan berupa uang tunai, pakaian layak pakai, mi instan, gula pasir, beras, dan minyak goreng. Selanjutnya, acara ditutup dengan makan bersama sambil bercengkrama. - ard

WNI berusia 16-23 Tahun (belum menikah) Berdomisili di Kota Denpasar Mempunyai tinggi minimal 160 cm (Putri) dan 165 cm (Putra) Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik Memahami pengetahuan tentang endek dan berwawasan luas,menguasai Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dengan baik Pendaftaran dibuka 11- 31 Agustus 2015 Mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan foto copy KTP atau Kartu Pelajar. Melampirkan foto original (4 R) sebanyak 2 buah. Close- up, tampak depan dan full bodi tampak depan, menggunakan pakaian endek bebas dan sopan Formulir beserta lampiran dimasukan kedalam map. Untuk putra menggunakan map merah dan putri menggunakan map kuning. Peserta dapat mengumpulkan formulir pendaftaran di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar Jalan. Majapahit No. 1 Denpasar, Graha Sewaka Dharma Lantai III Lumintang Denpasar Telp. (0361) 8495711, Fax. (0361) 8495712 (saat hari dan jam kerja) atau mengunduh formulir pendaftaran pada http://perindag. denpasarkota.go.id/

Formulir pendaftaran selambat-lambatnya diterima tanggal: 31 Agustus 2015 Penjurian : - Seleksi awal oleh panitia melalui test tulis (tentang pengetahuan umum), tanggal 5 September Pukul : 10.00 Wita di Aula Gedung Sewaka Dharma Lantai III. Peserta menggunakan atasan endek bebas sopan, memakai high heels tinggi minimal 7cm (untuk putri) dan membawa alat tulis. - Seleksi ke dua test interview dan talent test tanggal 6 September di Aula Gedung Sewaka Dharma Lantai III , meliputi : brain, beauty, behaviour, public speaking, dan cooperates in team. - Bagi yang lolos 12 besar dilakukan pembekalan tanggal 12,13,19 September di kantor Disperindag Kota Denpasar.. - Pengumuman Pemenang dilaksanakan pada saat Grand Final Duta Endek Kota Denpasar 2015, tanggal 2 Oktober 2015 di Aston Denpasar Hotel & Convention Center. Informasi lebih lanjut dapat diperoleh di : Disperindag Kota Denpasar Jalan Majapahit No. 1 Graha Sewaka Dharma Lantai III Lumintang Denpasar Telepon : (0361) 8495711, Fax : (0361) 8495712

Agung Sambhara (Duta Endek Kota Denpasar2014) 08983136506 Wela Atsyuka (Duta Endek Kota Denpasar 2014) 08990161562 Aura Gizella (Duta Endek Kota Denpasar 2014) 081237095072


16

Edisi 862/ 17 - 23 agustus 2015

Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan RI tiap 17 Agustus, nuansa merah putih mulai tampak. Bendera dari ukuran kecil hingga paling besar berlomba-lomba berkibar di angkasa. Demikian halnya lagu Indonesia Raya, kini mulai sering dikumandangkan tak hanya tiap upacara bendera, namun juga saat rapat dan saat akan memulai pelajaran di sekolah. Apakah itu sudah cukup disebut nasionalis?

P

sikolog Agus Binti Khoiriyah., Psi ,CH.,

CHt., M., NLP, mengatakan salah satu upaya positif yang dilakukan adalah dengan pembiasaan. “Namun yang paling penting bagaimana caranya menumbuhkan kesadaran pada anak-anak. Kesadaran ini berawal dari lingkung­an sekitar, orangtua/ orang yang lebih dewasa, gurudi sekolah, orangtua-di rumah, dan di masyarakat-lingkungan sekitarnya mendukung. Penanaman pembiasaan cinta bangsa itu bisa muncul dari hal-hal yang paling kecil, dari bangun tidur sampai tidur lagi,” ujarnya. Mulai dari pola makan.

Buda Agus-demikian sapaan karibnya menyebut salah satu makanan tradisional, singkong. “Mana ada anak sekarang yang tahu singkong dan bisa dipakai apa saja? Mereka lebih tahu western food junk food, fast food, padahal dari hal-hal itu pun bisa. Makanya kalau mau menumbuhkan nasionalisme tak hanya dengan menyanyikan lagu kebangsaan yang dibiasakan, atau mengibarkan bendera, tetapi paket dari bangun tidur sampai tidur lagi,” paparnya. D i sekolah,

Edukasi

Bangkitkan Nasionalisme Harus Satu Paket bisa diaplikasikan dalam beragam aktivitas dari awal masuk sampai anak pulang sekolah. Karena di sana nilainilai dari Pancasila akan muncul juga. Misalkan pembiasaan sila 1: Ketuhanan Yang Maha Esa. Bagaimana menciptakan kesadaran anak untuk mencintai Tuhannya. Jika mencintai Tuhannya, anak pasti akan mencintai lingkungan sekitarnya, bukan hanya sekedar knowledge. “Sekarang ini kan baru sebatas knowledge. Memang diharapkan anak akan sadar. Tapi bagaimana cara menyadarkan, itu yang belum dibahas,” tungkasnya. Bunda Agus yang juga seorang pendidik sekaligus pemilik Madania Center ini mengimbuhkan, yang perlu digali lagi sebenarnya penyadaran melalui hal-hal kecil dan sederhana yang dekat/akrab dengan lingkungan anak. “Menumbuhkan nasionalisme dengan menyanyikan lagu “Indonesia Raya”, bolehlah, tapi aplikasinya seperti apa? Sekadar nyanyi, sekadar hapal, tapi rohnya tidak tahu. Ini tugasnya seorang pendidik. Saat kita ingin memunculkan kesadaran itu pada anak-anak, yang besar harus sadar dulu,” ucapnya. Satu contoh kecil di lingkungan sekolah, yang ada guru, siswa, dan tukang kebun. Jika ada sampah, apa gurunya yang melewati sampah berserakan itu, langsung memungutnya atau tidak? Di sanalah dikatakannya bisa dinilai bedanya orang sadar dan tidak. Kalau sadar, meski bukan dia yang membuang, dia akan ambil. Ini

Di Bukit Asah

Matahari Terbit dan Matahari Terbenam Sama Indahnya Bagi Anda yang ingin berwisata ke Karangasem, jangan lewatkan Bukit Asah yang terletak di desa Bugbug, Karangasem. Sesuai dengan namanya, Bukit Asah berarti sebuah dataran yang terdapat di sebuah bukit. Kita bisa melihat pemandangan laut yang sangat tenang dari ketinggian Bukit Asah.

W

isata Bukit Asah terletak sekitar 4 kilometer dari objek wisata Candidasa dengan mengambil jalur jalan utama. Jika ingin memasuki kawasan Bukit Asah, disarankan untuk menggunakan masker atau penutup wajah karena kita harus melalui jalanan yang cukup berdebu. “Di sini jarang turun hujan, makanya jalanan menjadi berdebu seperti ini,” ujar seorang pedagang di sana. Namun, kondisi itu tak menyurutkan niat pengunjung untuk menikmati keindahan Bukit Asah.

Jika Anda ingin menikmati suasana matahari terbit, di sinilah tempatnya. Karena Bukit Asah merupakan dataran tinggi, maka pemandangan matahari terbit akan terlihat sempurna dari bukit ini. Jika Anda tidak bisa datang pagi-pagi sekali untuk melihat matahari terbit, Anda jangan khawatir, karena di sini terdapat tempat penyewaan tenda untuk berkemah dengan harga terjangkau. Selain pemandangan matahari terbit, pemandangan sore hari juga tak kalah indahnya. Matahari yang terbenam di balik bukit terlihat sangat eksotis. Laut yang tenang dengan langit

kemerahan membuat kita tak ingin meninggalkan tempat wisata ini. Jika Anda berkunjung ke sini, jangan lupa membawa kamera untuk mengabadikan keindahan yang disuguhkan dari Bukit Asah. Selain Bukit Asah dan Candidasa, Karangasem juga menawarkan berbagai tempat wisata dengan keindahan tersendiri, seperti Taman Ujung, bukit Panggian, pantai Bias Tugel dan Virgin Beach. -Ary

adalah contoh langsung guru kepada siswa lewat kesadaran. “Jadi, kembali memunculkan hal ini bagus, karena sekarang ini bangsa kita memang sedang digempur habis-habisan dengan tontonan-tontonan dari luar,” ujarnya.

Tanamkan Nasionalisme dari Bulung Mulai dari hal-hal sepele, bersyukur dari produk-produk yang riil ada. Awal dari anak tidak tahu, masukkan informasi, baru kemudian dijejalkan, nanti anak akan memproses, tapi ini harus kontinyu. Bisa mulai dari makanan tradisional seperti ongol-ongol, bulung atau plecing yang kini masih banyak dijual khususnya di SD-SD negeri. Itu yang lebih dijejalkan ke anak dan dikatitkan dengan sila-sila Pancasila, bagaimana dengan teman, dengan guru, dengan orangtua. “Padahal dari segi makanan, mereka sudah nasionalisme, namun belum ngeh, karena memang tidak pernah diurai, cari kaitannya. Ini bisa menjadi bahan pendidikan. Apalagi sekarang modelnya tematik, seharusnya jau lebih mudah darisitu. Misalkan di koperasi atau di warung, bahas saja soal plecing, bulung. Sehingga tak sekadar tahu, tapi benar-benar merasa memiliki dan sadar bahwa makanan tradisional ini makanan murah dan sehat. Darisana akhirnya akan muncul kesadaran,” contohnya. Jika diberikan sekadar infor-

masi, yang ditangkap juga sekadar informasi, sehingga hanya sebagai pengetahuan. Lagu Indonesia Raya yang dibiasakan dinyanyikan saat rapat, upacara bendera, banyak yang menerima namun banyak juga yang meragukan, karena pemikirannya berbeda-beda. Tapi saat kesadaran itu muncul, konsistensi itu pasti akan ada. Kalaupun ada jeda tak akan terlalu jauh. Demikian halnya dengan sila-sila lainnya. Sebenarnya mudah jika fokus dan paham akan apa yang dituju. Swejatinya tujuannya sudah jelas, prosesnya saja yang hanya sekadar formalitas bukan untuk mencapai tujuan, tujuan menumbuhkan nasionalisme. Yang paling penting dari itu, anak harus tau sejarahnya dulu, dasarnya, sehingga gregetnya ada. Karena dari sejarah kita bisa belajar kebudayaan, yang nantinya nasiona­lisme juga akan terbentuk. Dan ini tak hanya tugas pendidik, juga komisi penyia­ran dan semuanya harus serentak bersamasama. Jangan sampai yang muncul nasionalisme Doraemon atau Upin-Ipin. “Yang jelas kita memang berperang dengan zaman era globalisasi. Dulu dijajah hal yang nyata secara fisik, sekarang diserang dengan hal yang tidak nyata- otaknya. Mainset yang ada di negra ini harus dibetulkan. Mulai dari skup terkecil, keluarga, masyarakat, hingga ke ranah yang lebih besar,” tandasnya. -Inten Indrawati

Dara

Edisi 862/ 17 - 23 agustus 2015

Sasar Orang Hebat Beretika

Definisi kemerdekaan di zaman sekarang berbeda dengan di zaman dulu. Kemerdekaan zaman dulu, para pendahulu kita berjuang untuk bebas dari penjajahan. “Sekarang kita juga ingin merdeka, tidak berjuang secara fisik mengangkat senjata, namun mengisi peluang yang ada untuk masa depan yang lebih baik,” ujar Rektor IKIP PGRI Bali, Dr. I Made Suarta, S.H.,M.Hum.

U

ntuk mengisi kemerdekaam tersebut, dikatakannya bahwa semua pihak harus peduli mengisi kesenjangan yang ada untuk meningkatkan taraf hidup menjadi yang lebih baik. “Para pemimpin pusat hingga regionallah yang harus jadi motor penggerak dalam mengisi kemerdekaan, pembangunan-pembangunan baik fisik dan nonfisik,” tegasnya. Kondisi menonjol yang ia amati sekarang ini adalah lesunya perekonomian negara, yang menunjukkan lemahnya sikap peka terhadap perkembangan perekonomian. Hal ini dikatakannya harus segera disikapi karena dampaknya pada masyarakat sangat terasa sekali, yang akhirnya akan berdampak tidak baik juga dalam rangka pembangunan/pembinaan pendidikan karakter. “Dengan semakin menurunnya kondisi perekomian kita, dikhawatirkan akan ada perilaku yang merugikan masyarakat, merugikan bangsa. Orang akan bisa bekerja dan berpikiran normal jika perutnya terisi. Bagaimana jika mencari isi perut saja susah? yang muncul di permukaan tentu emosional saja. Inilah dampak yang akan ditimbulkan dari kondisi perekonomian yang terus merosot. Kondisi akan normal jika pemerintah sesegera mungkin menyikapi hal ini, baik dari segi hukum, ekonomi, dsb.,” paparnya. Demikian halnya dengan peningkatan kualitas diri dan kualitas pendidikan, pemerintah harus konsisten. Sekarang ini gejala kekurangan guru, yang sudah terjadi secara nasional. Pemerintah sedang getol-getolnya meningkatkan kualitas guru, tapi di sisi lain fakta di lapangan kita kekurangan guru. Akhirnya kepala sekolah mengambil jalan pintas dengan mengangkat guru honor, yang notabene tanggung jawabnya sangat berbeda dengan guru tetap. “Guru honor hanya datang, ajar, pulang. Namun guru tetap, dia akan datang, ajar, didik, dan

mengembangkan besama-sama lembaga itu karena berkepentingan keberlanjutan kariernya. Honor hanya datang ajar pulang. Hal ini harus disikapi, pembangunan ini yang harus diisi pemerintah,” ujarnya. Di sisi lain, Made Suarta juga menyoroti masih banyak sekolah khususnya SD mengalami kerusakan. Bahkan ada sekolah yang siswanya nyaris tertimpa plafon bangunan. Kondisi ini miris sekali, program pemerintah tidak nyambung dengan kondisi di lapangan. Hal seperti itu, toh juga belum mendapat sentuhan pemerintah. Padahal pemerintah mewajibkan belajar 9 tahun, 12 tahun, namun kenyataannya pemerintah belum siap. Belum lagi tentang dualisme kurikulum antara Kurikulum 2006 (K-6) dan K-13, ditambah lagi dengan kebebasan memilih memakai yang mana. Hal ini dikatakan Made Suarta menunjukkan ketidak konsistenan pemerintah. “Satya, konsisten, jika mau menerapkan A, tegaskan semua A. Memang semua pasti ada untungruginya, dari sana kemudian dikaji untung lebih besar daripada ruginya. Jika pendidikan karakter itu terkait kemampuan untuk menjadi contoh bukan mampu memberi contoh,” ucapnya. Program-program pemerintah sejatinya sudah bagus, hanya terkadang implementasinya saja yang kurang maskimal. Jika rakyat sudah terlayani dengan baik, niscaya pemerintah akan mendapat dukungan besar dari bawah, dan peduli dengan program-program yang digelontorkan pemerintah. Memaknai kemerdekaan dari kaca mata akademisi, Made Suarta mengatakan di tingkat perguruan tinggi penekanannya pada Tri Dharma PT yang juga sudah secara konsisten dilakukan IKIP PGRI Bali. Bahkan di era kepemimpinannya sejak akhir 2010, IKIP PGRI Bali memiliki program bedah rumah yang menunjukkan kepedulian lembaga kepada masyarakat kurang mampu yang benar-benar

membutuhkan. “Implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi IKIP PGRI Bali, salah satunya pengabdian masyarakat konsisten melakukan bakti sosial yang dirangkaikan dengan program bedah rumah dan bedah sekolah. Sejak 2012 hinga tahun ini sudah ada 17 rumah dan 3 sekolah yang dibedah yang tersebar di Denpasar, Karangasem, Gianyar, dan Klungkung. Ini bagian kepedulian IKIP PGRI Bali dalam rangka turut mengisi pembangunan juga. Kami konsisten melakukannya,” ucapnya. Hal ini pun ditegaskannya ada benang merahnya terhadap 4 kecerdasan yang ingin dicapai oleh IKIP PGRI Bali, yakni cerdas spiritual, akademis, emosional, dan sosial. Di dalamnya, ada kepekaan, pembinaan, juga punia. Kecerdasan inilah yang diharapkannya kelak dimiliki oleh alumni IKIP PGRI Bali-memiliki kepekaan, etika, di samping mengacu juga skill dan ranah kognitif akademisnya. “Itulah akhirnya yang kita sasar. Sehingga orang hebat beretika, bukan orang hebat tidak beretika, karena itu bahaya,” tandasnya. –Inten Indrawati

9


10

Bugar

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Nyeri Pinggang karena Hernia Nukleus Pulposus (HNP) Lumbal.

M

Oleh: dr. I Made Wijaya, Sp.Rad

asalah tulang belakang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari seperti nyeri pinggang misalnya. Dalam bahasa awam sering disebut sebagai “urat terjepit” atau “saraf terjepit”. Masalah saraf dan tulang belakang ini tidak boleh dianggap remeh.Tanpa penanganan yang baik, keluhan ini bisa berakibat fatal. Dalam istilah medisnya dikenal dengan HNP (herniated nucleospulposus), adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan nucleus pulposus (suatu materi lunak yang menyusun bantalan antara ruas tulang belakang) pada diskusintervertebralis (persendian pada tulang belakang) atau terlepasnya sedikit dari nucleus pulposus tersebut ke dalam saluran saraf tulang belakang (kanalis vertebralis). Tekanan yang menimbulkan herniasi (tonjolan) yang menyebabkan penyempitan dan menekan saraf sehingga urat-urat saraf yang melalui tulang belakang tersebut terjepit. Biasanya bagian tulang belakang yang paling sering terkena HNP adalah pinggang (lumbal), meskipun tidak menutup kemungkinan HNP tersebut dapat terjadi pada tulang belakang leher (servical) atau tulang dada (thorakal).

Gambar ilustrasi HNP pada pinggang (Lumbal)

Pria dan wanita memiliki risiko yang sama dalam mengalami HNP. Rata-rata penderita HNP berusia antara usia 30 sampai 50 tahun. Sebab, pada usia tersebut konsistensi dari bantalan di antara ruas-ruas tulang belakang masih seperti balon air dan kenyal. Ini berdampak p a d a ke ku a t a n dan stabilitas tulang belakang jadi dr. I Made Wijaya, Sp.Rad berkurang. Akibatnya tulangbelakangrentan terhadap cedera. HNP merupakan penyebab paling umum kecacatan akibat kerja pada orang yang berusia di bawah 45 tahun. HNP ditandai dengan nyeri yang bersifat menusuk tajam pada bagian bawah pinggang yang menjalar kelipatan bokong, tepat di pertengahan garis tersebut. Dari titik tersebut sampai kelipatan lutut akan terasa. Sementara itu, dari lutut menuju jari kaki ke 4 atau 5 penderita merasa kurang enak, baal atau bahkan kesemutan. Nyeri tersebut dirasakan umumnya pada satu atau sebelah kaki. Rasa nyeri tersebut tidak muncul secara terus-menerus, melainkan berkala. Selain rasa nyeri, HNP bisa mengakibatkan kesemutan pada kaki, otot paha menjadi lemah, bahkan yang lebih ekstrim terjadi kelumpuhan. Ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi terjadinya HNP, seperti merokok, batuk yang lama dan terus-menerus, tekanan pada tulang belakang, sering menyetir dalam waktu lama, berat badan berlebihan, pertambahan usia, gaya hidup, gerakan, cara duduk, cara mengangkat barang yang salah hingga kondisi trauma benturan. Terdapat beberapa komplikasi yang perlu diperhatikan dan mungkin dapat terjadi akibat dari HNP, yaitu: - Nyeri pada pinggang dan kaki yang berkepanjangan - Kelumpuhan pada kaki - Kehilangan fungsi berkemih dan buang air besar - Kerusakan saraf belakang yang permanen (sangat jarang) Mengontrol berat badan adalah merupakan salah

satu cara mencegah terjadinya risiko HNP. Berat badan yang proporsional membuat peran tulang belakang untuk menyangga tubuh tidak terlalu berat. Selain itu penting halnya untuk menjaga kelenturan otot, caranya bisa dengan rutin berolahraga. Untuk penanganannya sendiri, HNP bisa dilakukan dengan cara pengobatan terapi konservatif hingga tindakan operatif. Bila rasa nyeri tersebut tidak tertangani atau tidak membaik dengan terapi konservatif maka akan dilakukan tindakan operasi setelah melihat hasil dari pemeriksaan pencitraan dengan MRI terlebih dahulu. Pemeriksaan sinar-x polos pada tulang pinggang (lumbal) yang digunakan terutama untuk menyingkirkan patologi primer lainnya yang serius, seperti infeksi dan patah tulang belakang. Pemeriksaan dengan pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) scan merupakan tes yang menunjukkan jaringan lunak dan dapat dengan mudah mengkonfirmasikan diagnosis. MRI adalah pemeriksaan pilihan, menunjukkan perubahan morfologi yang terjadi di disk intervertebralis, saraf tulang belakang, akar saraf dan jaringan lunak sekitarnya. Diagnosis tidak hanya didasarkan pada temuan radiologi saja tetapi ketika temuan klinis dan radiologi cocok, maka jauh lebih mudah untuk membuat diagnosa yang tepat serta penatalaksanaan selanjutnya.

Gambari ilustrasi HNP dan hasil pencitraan MRI lumbal pada kasus HNP setinggi L5-S1

Style

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Feminin Tradisional Desainer senior Poppy Dharsono kembali menyuguhkan karyanya dengan pesona kain tradisional Indonesia. Untuk industri mode di Tanah Air, 20 koleksi busananya mengusung tema “Redefining Bali Heritage” digebyar di panggung Indonesia Fashion Week (IFW) di Jakarta beberapa waktu lalu.

P

oppy sejak tahun 1977 memang dikenal kerap menyajikan kain-kain kerajinan lokal atau berbagai kain warisan tradisional Nusantara. Kali ini ia memilih menyuguhkan potongan feminin dengan keindahan bahan kain khas Bali, endek dan songket.. Menurut Poppy Bali bisa jadi pusat internasional, bersama fashion-nya yang juga meningkat. Karya yang diketengahkannya memang fokus ke kain tenun khas Bali, namun dengan proses dan interpretasi baru yang menawan. Motifnya dibuat berbeda, dengan skala gambar diperbesar, hasil kerjasamanya dengan pengrajin dari Gianyar. Poppy pun berhasil mengolah endek dan songekt dengan motif yang

beragam ini, diantaranya menjadi dress dan outer yang dipadukan dengan top, skirt, serta pants. Melihat seluruh desainnya sepertinya Poppy ingin mengetengahkannya bagi kalangan fashionista yang ingin kembali dengan gaya penampilan era 80an, namun tetap elegan dikenakan saat ini. – Sri Ardhini

15


14

Edisi 862/ 17 - 23 agustus 2015

Jelita

Bersihkan Wajah Sebelum Tidur

Make up untuk saat ini termasuk hal yang biasa dikenakan setiap perempuan untuk menunjang penampilannya. Apakah itu saat menghadiri sebuah acara maupun berkegiatan sebagai seorang wanita karier. Ataukah hanya di rumah saja, yang hanya mengenakan pelembab, bedak dan lipstick.

S

ementara, ditengah aktivitas yang dilakukan seseorang selama seharian, wajah sangat mudah bersentuh­ an dengan kotoran maupun debu. Terlebih lagi bagi mereka yang berkerja di luar ruangan, berbagai bentuk polusi pasti tidak dapat dihindari. Begitu juga dengan make up yang menempel seharian di kulit wajah, juga mudah pula ditempeli kotoran ataupun residu dari lingkungan sekitar. Demikian disampikan Ari Wijayanti pemilik Cahya Dewi Salon, Spa & Bridal di kawasan Jalan Letda Tantular, Renon. Menurutnya, jika kulit wajah terus-menerus terpapar polusi, termasuk ketika tangan menyen­ tuh kulit, akan mudah membuka kesempatan lengketnya kuman di kulit. “Akibatnya, secara perlahan akan menghadirkan penuaan dini pada kulit, malah tanpa kita disadari dapat berdampak buruk bagi kesehatan tubuh,” Ari. Meski demikian, bukan berarti kita tidak bisa memperoleh kulit sehat dan bercahaya. Hal ini bisa saja terwujud, katanya dengan catatan yang bersangkutan mau melakukan beberapa rutinitas kecil, atau langkah sederhana setiap hari sebelum tidur. “Membersihkan wajah pada malam hari sebelum tidur,” itulah kuncinya tegas Ari. Ia juga menekankan jangan sampai menjadikan rasa lelah sebagai sebuah alasan untuk malas membersihkan make up. Sisa make up yang dibiarkan, bukan hanya mengakibatkan kulit wajah berjerawat dan kusam, akibat pori-pori yang tersumbat. Bahkan, begitu bangun keesokan paginya, mungkin saja wajah bisa terlihat sedikit lebih tua. Dengan membersihkan wajah di malam hari, kata Ari, kotoran yang menempel di wajah akan hilang dan kulit menjadi bersih dan segar saat bangun pagi. Hal ini, merupa­kan salah satu langkah terbaik dalam rangka menjaga penampilan serta pencegahan terjadinya penuaan dini. Dikatakannya, setelah sisa make up dibersihkan dan mencuci muka dengan air bersih, bukan berarti sudah selesai, tetapi perlu langkah berikutnya yaitu mengoleskan pelembab untuk meremajakan, menutrisi, dan menghilangkan kulit mati Jaga Kesehatan Mata dan Bibir Kalaupun kita sudah melakukan semua langkah yang diperlukan, kemudian lanjut Ari, jangan melupakan perawatan bibir dan mata termasuk di sekitar area bawah mata, agar tidak mudah keriput. Mata, kata make up artis ini, merupakan salah satu bagian yang sensitif di wajah yang perlu diperhatikan. Disamping make up pada bagian mata sifatnya memang lebih kompleks. Jika kita menggunakan make up, seperti eye shadow, dan eye liner tentu semua harus pula dibersihkan, Kalau semua ini dibiarkan, dapat menyebabkan iritasi pada mata. Untuk membersihkannya pilihlah remover yang tepat. Kenapa kita mesti merusak keindahan mata kita katanya, hanya karena malas atau membersihkan seadanya sebelum tidur. “Meninggalkan bahan kimia pada mata bukan ide yang baik ketika mempertimbangkan kesehatan mata,” katanya sembari menambahkan setelah kelopak

dan bulu mata bersih, kita bisa mengoleskan krim khusus mata sebelum tidur. Satu lagi yang tidak boleh dilupakan adalah perawatan bibir sebelum tidur. Untuk penampilan hampir tidak pernah ketinggalan bibir dipolesi lipstik. Pewarna bibir ini memang mampu membuat seseorang tampak lebih cantik sepanjang hari. Namun, hal ini juga dapat memberikan akibat yang berbeda jika kita membawanya tidur. “Sebab, bagaimanapun lisptik mengandung bahan kimia yang dapat membawa pengaruh pada bibir. Karenanya, perlu mendapat perhatian , jangan sampai menggunakan lipstik dalam waktu lama, Hal ini bisa menjadikan bibir kering dan pecah-pecah,”katanya. Apalagi kalau memakai kosmetik yang bisa merusak jaringan di bibir. “Kita bisa menggunakan lip balm atau bahan alami lainnya, salah satunya madu, agar bibir tetap lembab. Selain itu bibir juga tetap mengandung kalenjer minyak alami sehingga hal ini membuat bibir kita terlihat lebih cantik alami,” paparnya. Ketika perawatan wajah sudah dilakukan agar kita, para perempuan tetap cantik dan awet muda, selanjutnya alangklah baiknya dilengkapi dengan menjaga kebersihan gigi. Menyikat gigi sebelum tidur , agar sisasisa makanan yang ada dibersihkan.“Sebab gigi yang kuning dan tidak sehat juga sangat menganggu penampilan, karena mulai hari ini mari lakukan semua kebiasaan baik ini,“ cetusnya. – Sri Ardhini

Mitos Pengaruh makanan terhadap seks sangat besar sekali. Hal ini diungkapkan pakar seksologi Prof. Dr. dr Jahya Alex Pangkahila,M.Sc,Sp.And. Bahkan, dari sejak janin dalam kandungan, hal itu sudah bisa diatur dan dicegah supaya lahirnya normal. Prof. Alex menyebut di usia kandungan 6-8 minggu, sudah terjadi pembentukan seks center (pusat seks) di otak. “Jika anak laki-laki, jika saat umur 6-8 minggu dalam kandungan tersebut hormon kelaki-lakiannya (testosteron) menurun, lahirnya akan kewanita-wanitaan. Kalau anaknya laki-laki tolong dicermati betul, ibunya tidak boleh makan ini makan itu, sehingga testosteronnya turun,” paparnya.

Edisi 862/ 17 - 23 agustus 2015

Makanan Pengaruhi

Seks?

M

enurunnya hormon testosteron ini disebabkan hormon estrogen (hormon wanita) yang banyak terkandung dalam makanan yang saat ini banyak dicampur dengan obat-obat yang mengandung hormon wanita, sehingga otak seksnya jadi wanita. “Jika usianya sudah lewat 8 minggu, tak akan bisa dikembalikan lagi,” ingatnya. Umumnya, pada usia kandungan tersebut orangtua belum mengetahui dengan pasti jenis kelamin janin. Untuk lebih amannya, Prof. Alex menyarankan anggap saja itu anak laki-laki. Sehingga sang ibu tetap harus mengontrol makanan yang dikonsumsinya. Sesudah lahir, seringkali orangtua ingin anaknya gemuk karena gemuk dianggap sehat. Karena itu, anak diberikan junk food yang sesungguhnya banyak mengandung hormon. Sehingga jadilah anak gemuk tapi kemaluan (penisnya) kecil. Hormon estrogen (hormon wanita) ini dikatakannya yang banyak terkandung dalam daging ayam, babi, kambing, bahkan

ikan air tawar yang sekarang ini juga dikasih makan pelet biar cepat besar. Termasuk juga, ayam kampung. “Untuk itu, terutam untuk membuat anak gemuk, sebaiknya selalu konsultasikan ke spesialis dokter anak dan tumbuh kembang anak,” ujarnya. Pada masa puber juga harus diperhatikan. Karena jika sudah lewat 12 tahun, jika penis anak kecil (lebih kecil dari anak seusianya), akan seterusnya kecil, dan ini pasti masalah seksnya terganggu. Terkait dengan libido, sering sekali kita dengar beberapa makanan yang diyakini mampu meningkatkan libido (hasrat seks) laki-laki maupun wanita. Seperti, mengonsumsi bawang putih, tiram, dan lemak bulus. Prof. Alex menegaskan sampai saat ini masih belum ada data penelitiannya. Ia tak menyangkal jika makanan tersebut mengandung hormon, memang jelas bisa meningkatkan libido. “Namun itu tidak gampang, hormon saja tak otomatis bisa meningkatkan libido, tergantung kondisi kita juga,” ujarnya. Demikian halnya dengan mitos yang menyebut mentimun bisa menyebkan vagina becek/berair. Vagina bisa becek/berair ini dijelaskan Prof. Alex bisa terjadi jika kita latihan kebugaran otot dasar panggul karena aliran darah akan dipompa. Munculnya mitos tersebut bisa jadi karena karakter mentimun yang memang banyak mengandung air, yang kemudian dianggap mempengaruhi juga ke vagina. “Sama dengan mitos

laki-laki jangan makan terong, nanti ‘burungnya’ lemes. Tidak benar itu, mungkin itu karena bentuk terong melengkung,” ujar Prof. Alex tertawa. Selanjutnya, dikatakan jika orang tersebut sehat, bugar, dan latihan otot dasar panggul, dipastikan bisa basah dan hormonnya bisa cukup. “Kalau itu saya punya datanya,” tegasnya lagi. Semua dikembalikan pada pola hidup kita (seseorang). Sebesar 64% penuaan adalah karena pola hidup. Jika pola hidup dipelihara baik, ke depannya tenang. Diperhatikan mulai sejak masih dalam kandungan, sejak anak kecil dilatih pola hidupnya agar mengetahui memahami dan menjadi perilaku. Dan terkait perkembangan seksual, ditegaskannya sudah dibentuk sejak janin dalam kandunagn. Itu menentukan perilaku kita, terutama yang berhubungan dengan hormon tadi. Jadi, hindari zat yang mengganggu hormon akrena kan mengganggu perkembangan anak selanjtnya. –Inten Indrawati

LUBRIKASI Kirim surat Anda ke Redaksi T ­ okoh dan cantumkan “Sex Edu” di ­amplop. Bisa juga dikirim ke redaksi@tokoh.co.id. Rubrik ini diasuh Asosiasi ­Seksologi Indonesia (ASI) Denpasar.

“Dok, saya sering membaca di koran tentang sebuah produk yang katanya bisa membuat vagina menjadi lebih kering dan kesat, terus terang saya sedang kepikiran untuk beli, karena memang setiap kali berhubungan seksual selalu basah dan banyak. Tetapi ini teman saya malah bilang kalau dirinya seringkali tidak bisa basah saat berhubungan seksual dan terasa nyeri jika dipaksakan. Sebenarnya bagusan yang mana, Dok?” (Yani, 32 thn). anyak yang masih keliru dan berkeinginan vagina tetap kering dan tidak basah saat berhubungan seksual. Akhirnya termakan mitos, beramai-ramai membeli

11

produk-produk yang menjanjikan hal yang salah, misalnya ada janji yang disebutkan membuat vagina tidak becek, tetap kering dan kesat. Padahal justru saat berhubungan seksual memang sudah seharusnya keluar cairan pelumas

atau lubrikasi alami sebagai syarat fisiologis hubungan seksual akan berjalan lancar, dinikmati se­ hingga mencapai orgasme dan kenikmatan seksual yang maksimal. Jika lubrikasi tidak terjadi berarti seorang perempuan belum siap melakukan hubungan seksual dan bila tetap dipaksakan akan menimbulkan gesekan kasar yang rentan lecet dan perlukaan di selaput mukosa vagina. Tentu saja ini akan menjadi nyeri. Saat seorang perempuan belum siap melakukan hubungan seksual, walaupun kondisi fisik dan keadaan hormonal tubuhnya baik, lubrikasi bisa saja tidak terjadi. Ini contohnya bisa terjadi dalam hubungan seksual pertama kali atau saat dipaksa melakukan hubungan seksual. Karena tidak siap, maka tidak terjadi relaksasi dan lubrikasi. Pelumasan tidak terjadi dan akhirnya hubungan seksual tidak akan menyenangkan dan terasa nyeri. Jadi memaksimalkan lubrikasi ini satu-satunya jalan adalah dengan melakukan “foreplay” atau pemanasan yang

lebih lama, lebih dinikmati se­ hingga rangsangan seksual yang diterima lebih maksimal yang selanjutnya mengakibatkan aliran darah ke dinding vagina semakin maksimal dan jumlah rembesan cairan lembabnya juga banyak. Tetapi jika kondisi fisik tidak sedang fit dan kondisi hormonal sudah menurun karena penyakit tertentu atau memasuki menopause memang proses lubrikasi ini bisa tidak terjadi lagi. Perempuan menopause akan kesulitan mengalami lubrikasi akibat penurunan hormon seks dan reproduksi. Penurunan hormon ini akan mempengaruhi mood, menurunkan dorongan seksual dan bangkitan seksual yang akhirnya tidak lagi meng­ alami relaksasi dan tidak terjadi lubrikasi. Dalam situasi seperti ini bisa dibantu dengan lubrik­ an buatan atau malah dengan terapi hormonal untuk sekaligus membantu mood dan gairah seksual. Sekarang banyak lubrikan buatan yang dijual di pasaran. Selama menggunakannya tanpa

menggunakan bahan tambahan yang kotor, tidak ada masalah. Jika memang sudah saatnya memerlukan, pastikan memilih lubrikan buatan yang berbahan dasar air, karena lebih mudah kering dan menguap pasca hubungan seksual. Merek yang beredar cukup banyak. Silakan bisa dipastikan saat membelinya di apotik. Hindari pelumas de­ ngan bahan dasar minyak karena bisa mengakibatkan infeksi vagina. Karena bila lubrikasi tidak terjadi, tetapi hubung­ an seksual tetap dipaksakan, bisa meng­akibatnya nyeri dan ketidaknyamanan seksual. Dan apa efek selanjutnya dari nye­ri ini, bisa terjadi frigiditas (lenyapnya keinginan seksual), dyspareunia (nyeri yang sangat mengganggu setiap kali berhubungan seksual), vaginismus (kontraksi kuat dari otot vagina sehingga vagina selalu tidak bisa membuka saat berhubungan seksual) dan yang paling parah adalah aversi seksual (penolakan kuat untuk hubungan seksual).


12

Kuliner

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Enaknya Urap Don Jepun

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Cicipi Kuliner di Jala Satu lagi tempat kuliner dan nongkrong yang asyik di Kota Denpasar, “Jala Food Court and Lounge”. Food court yang berlokasi di Jalan ­Tukad Yeh Aya ini, memberikan fasilitas parkir yang luas, sehingga dapat ­menjadi pilihan Anda untuk bersantap ria, tanpa diribetkan soal parkir.

Banyak tanaman dapat dimanfaatkan sebagai bahan sayuran, seperti daun kamboja. Selain rasanya enak, tentu saja lebih murah. Mengolahnya juga tak sulit. Dengan bumbu urap, daun kamboja menjadi sayuran yang sangat lezat. Selain kreasi daun kamboja, ada sensasi Rujak Bebali Creation, rujak yang dijadikan bahan isian rice paper. Selamat mencoba kreasi I Wayan Perean, executive chef dari Swiss-bel Hotel Petitenget, Kerobokan.

nasi beras merah, sate, sambal goreng tempe manis, kacang tanah goreng, ayam goreng, ayam betutu, sayur urap, pare goreng, dan semangkuk jukut undis. Bagi Anda yang kangen menikmati jukut undis, Dapur Buleleng siap memanjakan lidah Anda dengan rasa jukut undis yang agak pedas.

Bahan: 300 gr : daun kamboja (don jepun) 100 gr : kelapa parut 10 gr : bawang merah 1 buah : lemo Minyak kelapa tandusan Garam Daun salam

Bumbu: 6 buah : bawang merah 3 siung : bawang putih 1 buah : cabai merah ½ sdt : terasi 2 gr : ketumbar 1 gr : merica 2 biji : cabai rawit

Cara membuat: - Buang tulang daun kamboja, lalu potong memanjang tipis. - Didihkan air, rebus daun kamboja hingga matang, tiriskan. - Tumis bumbu yang sudah dihaluskan sampai harum. Tambahkan air, daun salam, dan kelapa parut. Aduk perlahan hingga airnya berkurang 75 persen. Lalu angkat dan dinginkan. - Kemudian campurkan dengan bumbu yang telah matang, remas halus, kemudian tambahkan garam, bawang goreng, dan perasan jeruk limo. Siap disajikan.

Rujak Bebali Creation

Sedangkan, Bebek van Java, menyajikan aneka ayam goreng dan bakar, dan bebek goreng. Untuk harga sangat kompetitif.

Jika Anda bingung mencari tempat makan sekaligus hang out, cobalah datang ke Jala. Selamat mencoba. -Wirati Astiti

Ayam bakar

J

ala menawarkan berbagai jenis kuliner, mulai dari makanan khas Nusantara, Asia, Western, Italia, aneka camilan kue, dan minuman. Memasuki areal Jala, pengunjung akan disambut satu patung besar yang unik, kemudian mengarah ke berbagai tenant di kanan dan kiri. Pemandangan kebun menghiasai areal tempat duduk sehingga membuat suasana makan Anda lebih nyaman. Pengunjung bisa mendatangi masing-masing tenant dan memilih sajian yang ingin dipesan.

Setelah itu, membayar pesanan di kasir. Setiap hari Jala buka mulai pukul 11.00 sampai 23.00. Dengan kapasitas sekitar 200 orang, kita juga bisa menikmati suasana makan di areal rooftop. Jala biasanya ramai dikunjungi saat makan malam. Tokoh mencoba memesan makanan di tenant Dapur Buleleng dan Bebek Van Java. Dapur Buleleng menyajikan makanan khas Buleleng dengan menu andalan nasi campur beras merah dengan jukut undis. Satu porsi nasi campur ini, terdiri dari

Suasana jala

Bahan: 20 gr : mangga muda 20 gr : bengkuang 1 lembar : rice paper

Es Goyang Lidah

Bumbu: 1 sdm : gula merah ½ sdt : asam jawa 3 biji : cabai rawit Garam secukupnya

Kangkung Bumbu Kemiri Sarwan

lemas. Taruh rice paper di atas talenan. Taruh rujak tadi di dalam

rice paper, kemudian bentuk seperti pangsit. Siap disantap.

Udang Terong Sambal Asam Jawa Bahan: 3 ekor : udang 1 buah : terong

Nasi beras merah

Chef Perean

Urap Don Jepun

Cara membuat: - Mangga muda dan bengkuang potong korek api atau digobet. - Haluskan bumbu sampai halus, aduk dengan mangga muda dan bengkuang tadi. - Ambil rice paper dan rendam sebentar di dalam air sampai

13

Bumbu: 1 sdt : asam jawa 4 biji : cabai rawit

3 siung : bawang merah ½ sdt : terasi Garam secukupnya Minyak tandusan Cara membuat: - Haluskan semua bumbu. - Panaskan minyak tandusan, tumis bumbu sampai harum. - Kupas kulit udang dan hilangkan kepalanya. - Masak terong dengan cara ditumis tapi minyaknya agak banyak, dimasak sampai matang. - Kalau sudah matang masukkan udangnya hingga berubah warna. Campur ke bumbu goreng tadi. Siap disajikan. –Wirati Astiti

ti

a Nikm

Chinesse Food

Hanya di...

& Aneka Es Taiwan

Cafe Santai Gratis makan & minum

bagi pelanggan yang mengajak 5 orang teman/ kerabat.

Nasi Goreng Bali

eriah Murah Msih & Ber

Berlaku mulai tanggal 1 s.d. 31 Agustus 2015

Jln. Raya Sesetan No. 293 Denpasar. Tlp. (0361) 7440658, 7427678

Bahan: 400 gr : kangkung, siangi 100 gr : udang 2 lembar : daun jeruk 75 ml : air Gula, garam, kaldu bubuk secukupnya Bumbu yang dihaluskan : 7 buah : bawang merah 3 siung : bawang putih

2 buah : cabe merah 5 buah : cabe rawit 4 butir : kemiri sangrai Cara membuat: - Panaskan minyak, tumis bumbu halus dan daun jeruk hingga harum, masukkan udang, adukaduk hingga berubah warna, masukkan kangkung, adukaduk hingga setengah matang. Lalu tambahkan air, gula, garam dan kaldu bubuk, aduk-aduk merata dan masak hingga

Cumi Saus Tiram

Bahan: 500 gr : cumi, buang tintanya, bersihkan, iris bulat 1 batang : bawang pre, iris serong

kangkung matang, angkat, siap disajikan.

1 buah : bawang bombai, cincang halus 3 siung : bawang putih, cincang halus 1 sdm : potongan seledri

Bahan: 200 gr : gula merah 300 ml : air 100 gr : tepung hunkwe putih 1 lembar : daun pandan ikat simpul Garam secukupnya. Bahan kuah: 400 ml : santan kental 250 gr : gula merah 1 lembar : daun pandan ikat simpul. Garam secukupnya. Pelengkap: 1 butir : kelapa muda, keruk dagingnya 2 buah : alpukat, keruk dagingnya Es serut secukupnya

1 sdt : lada bubuk 2 buah : cabe merah besar cincang 7 buah : cabe rawit cincang halus 3 sdm : saus tiram 2 sdm : kecap manis 2 ruas : jari jahe kepruk Gula, garam, kaldu bubuk, minyak secukupnya Cara membuat: - Panaskan minyak, tumis irisan bawang pre, bawang bombai, bawang putih dan jahe hingga harum, lalu masukkan cumi dan bumbu-bumbu lainnya, adukaduk hingga matang dan bumbu meresap, siap disajikan.

Cara membuat: - Rebus air, daun pandan, gula merah dan garam sampai air mendidih serta gula larut, lalu saring, sisihkan, biarkan dingin. - Campur tepung hunkwe dan garam, lalu masak sambil sesekali diaduk hingga mendidih dan kental. Angkat, siram di atas loyang, diamkan sampai keras dan beku, lalu potong dadu, sisihkan. - Campur semua bahan kuah, lalu masak sampai mendidih dan mengental. Angkat, diamkan sampai dingin, saring. - Siapkan gelas saji, masukkan potongan dadu hunkwe, serutan kelapa dan alpukat ke dalam gelas saji. Lalu masukkan serutan es batu di atasnya, kemudian siram dengan kuah gula merah, siap disajikan.


12

Kuliner

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Enaknya Urap Don Jepun

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Cicipi Kuliner di Jala Satu lagi tempat kuliner dan nongkrong yang asyik di Kota Denpasar, “Jala Food Court and Lounge”. Food court yang berlokasi di Jalan ­Tukad Yeh Aya ini, memberikan fasilitas parkir yang luas, sehingga dapat ­menjadi pilihan Anda untuk bersantap ria, tanpa diribetkan soal parkir.

Banyak tanaman dapat dimanfaatkan sebagai bahan sayuran, seperti daun kamboja. Selain rasanya enak, tentu saja lebih murah. Mengolahnya juga tak sulit. Dengan bumbu urap, daun kamboja menjadi sayuran yang sangat lezat. Selain kreasi daun kamboja, ada sensasi Rujak Bebali Creation, rujak yang dijadikan bahan isian rice paper. Selamat mencoba kreasi I Wayan Perean, executive chef dari Swiss-bel Hotel Petitenget, Kerobokan.

nasi beras merah, sate, sambal goreng tempe manis, kacang tanah goreng, ayam goreng, ayam betutu, sayur urap, pare goreng, dan semangkuk jukut undis. Bagi Anda yang kangen menikmati jukut undis, Dapur Buleleng siap memanjakan lidah Anda dengan rasa jukut undis yang agak pedas.

Bahan: 300 gr : daun kamboja (don jepun) 100 gr : kelapa parut 10 gr : bawang merah 1 buah : lemo Minyak kelapa tandusan Garam Daun salam

Bumbu: 6 buah : bawang merah 3 siung : bawang putih 1 buah : cabai merah ½ sdt : terasi 2 gr : ketumbar 1 gr : merica 2 biji : cabai rawit

Cara membuat: - Buang tulang daun kamboja, lalu potong memanjang tipis. - Didihkan air, rebus daun kamboja hingga matang, tiriskan. - Tumis bumbu yang sudah dihaluskan sampai harum. Tambahkan air, daun salam, dan kelapa parut. Aduk perlahan hingga airnya berkurang 75 persen. Lalu angkat dan dinginkan. - Kemudian campurkan dengan bumbu yang telah matang, remas halus, kemudian tambahkan garam, bawang goreng, dan perasan jeruk limo. Siap disajikan.

Rujak Bebali Creation

Sedangkan, Bebek van Java, menyajikan aneka ayam goreng dan bakar, dan bebek goreng. Untuk harga sangat kompetitif.

Jika Anda bingung mencari tempat makan sekaligus hang out, cobalah datang ke Jala. Selamat mencoba. -Wirati Astiti

Ayam bakar

J

ala menawarkan berbagai jenis kuliner, mulai dari makanan khas Nusantara, Asia, Western, Italia, aneka camilan kue, dan minuman. Memasuki areal Jala, pengunjung akan disambut satu patung besar yang unik, kemudian mengarah ke berbagai tenant di kanan dan kiri. Pemandangan kebun menghiasai areal tempat duduk sehingga membuat suasana makan Anda lebih nyaman. Pengunjung bisa mendatangi masing-masing tenant dan memilih sajian yang ingin dipesan.

Setelah itu, membayar pesanan di kasir. Setiap hari Jala buka mulai pukul 11.00 sampai 23.00. Dengan kapasitas sekitar 200 orang, kita juga bisa menikmati suasana makan di areal rooftop. Jala biasanya ramai dikunjungi saat makan malam. Tokoh mencoba memesan makanan di tenant Dapur Buleleng dan Bebek Van Java. Dapur Buleleng menyajikan makanan khas Buleleng dengan menu andalan nasi campur beras merah dengan jukut undis. Satu porsi nasi campur ini, terdiri dari

Suasana jala

Bahan: 20 gr : mangga muda 20 gr : bengkuang 1 lembar : rice paper

Es Goyang Lidah

Bumbu: 1 sdm : gula merah ½ sdt : asam jawa 3 biji : cabai rawit Garam secukupnya

Kangkung Bumbu Kemiri Sarwan

lemas. Taruh rice paper di atas talenan. Taruh rujak tadi di dalam

rice paper, kemudian bentuk seperti pangsit. Siap disantap.

Udang Terong Sambal Asam Jawa Bahan: 3 ekor : udang 1 buah : terong

Nasi beras merah

Chef Perean

Urap Don Jepun

Cara membuat: - Mangga muda dan bengkuang potong korek api atau digobet. - Haluskan bumbu sampai halus, aduk dengan mangga muda dan bengkuang tadi. - Ambil rice paper dan rendam sebentar di dalam air sampai

13

Bumbu: 1 sdt : asam jawa 4 biji : cabai rawit

3 siung : bawang merah ½ sdt : terasi Garam secukupnya Minyak tandusan Cara membuat: - Haluskan semua bumbu. - Panaskan minyak tandusan, tumis bumbu sampai harum. - Kupas kulit udang dan hilangkan kepalanya. - Masak terong dengan cara ditumis tapi minyaknya agak banyak, dimasak sampai matang. - Kalau sudah matang masukkan udangnya hingga berubah warna. Campur ke bumbu goreng tadi. Siap disajikan. –Wirati Astiti

ti

a Nikm

Chinesse Food

Hanya di...

& Aneka Es Taiwan

Cafe Santai Gratis makan & minum

bagi pelanggan yang mengajak 5 orang teman/ kerabat.

Nasi Goreng Bali

eriah Murah Msih & Ber

Berlaku mulai tanggal 1 s.d. 31 Agustus 2015

Jln. Raya Sesetan No. 293 Denpasar. Tlp. (0361) 7440658, 7427678

Bahan: 400 gr : kangkung, siangi 100 gr : udang 2 lembar : daun jeruk 75 ml : air Gula, garam, kaldu bubuk secukupnya Bumbu yang dihaluskan : 7 buah : bawang merah 3 siung : bawang putih

2 buah : cabe merah 5 buah : cabe rawit 4 butir : kemiri sangrai Cara membuat: - Panaskan minyak, tumis bumbu halus dan daun jeruk hingga harum, masukkan udang, adukaduk hingga berubah warna, masukkan kangkung, adukaduk hingga setengah matang. Lalu tambahkan air, gula, garam dan kaldu bubuk, aduk-aduk merata dan masak hingga

Cumi Saus Tiram

Bahan: 500 gr : cumi, buang tintanya, bersihkan, iris bulat 1 batang : bawang pre, iris serong

kangkung matang, angkat, siap disajikan.

1 buah : bawang bombai, cincang halus 3 siung : bawang putih, cincang halus 1 sdm : potongan seledri

Bahan: 200 gr : gula merah 300 ml : air 100 gr : tepung hunkwe putih 1 lembar : daun pandan ikat simpul Garam secukupnya. Bahan kuah: 400 ml : santan kental 250 gr : gula merah 1 lembar : daun pandan ikat simpul. Garam secukupnya. Pelengkap: 1 butir : kelapa muda, keruk dagingnya 2 buah : alpukat, keruk dagingnya Es serut secukupnya

1 sdt : lada bubuk 2 buah : cabe merah besar cincang 7 buah : cabe rawit cincang halus 3 sdm : saus tiram 2 sdm : kecap manis 2 ruas : jari jahe kepruk Gula, garam, kaldu bubuk, minyak secukupnya Cara membuat: - Panaskan minyak, tumis irisan bawang pre, bawang bombai, bawang putih dan jahe hingga harum, lalu masukkan cumi dan bumbu-bumbu lainnya, adukaduk hingga matang dan bumbu meresap, siap disajikan.

Cara membuat: - Rebus air, daun pandan, gula merah dan garam sampai air mendidih serta gula larut, lalu saring, sisihkan, biarkan dingin. - Campur tepung hunkwe dan garam, lalu masak sambil sesekali diaduk hingga mendidih dan kental. Angkat, siram di atas loyang, diamkan sampai keras dan beku, lalu potong dadu, sisihkan. - Campur semua bahan kuah, lalu masak sampai mendidih dan mengental. Angkat, diamkan sampai dingin, saring. - Siapkan gelas saji, masukkan potongan dadu hunkwe, serutan kelapa dan alpukat ke dalam gelas saji. Lalu masukkan serutan es batu di atasnya, kemudian siram dengan kuah gula merah, siap disajikan.


14

Edisi 862/ 17 - 23 agustus 2015

Jelita

Bersihkan Wajah Sebelum Tidur

Make up untuk saat ini termasuk hal yang biasa dikenakan setiap perempuan untuk menunjang penampilannya. Apakah itu saat menghadiri sebuah acara maupun berkegiatan sebagai seorang wanita karier. Ataukah hanya di rumah saja, yang hanya mengenakan pelembab, bedak dan lipstick.

S

ementara, ditengah aktivitas yang dilakukan seseorang selama seharian, wajah sangat mudah bersentuh­ an dengan kotoran maupun debu. Terlebih lagi bagi mereka yang berkerja di luar ruangan, berbagai bentuk polusi pasti tidak dapat dihindari. Begitu juga dengan make up yang menempel seharian di kulit wajah, juga mudah pula ditempeli kotoran ataupun residu dari lingkungan sekitar. Demikian disampikan Ari Wijayanti pemilik Cahya Dewi Salon, Spa & Bridal di kawasan Jalan Letda Tantular, Renon. Menurutnya, jika kulit wajah terus-menerus terpapar polusi, termasuk ketika tangan menyen­ tuh kulit, akan mudah membuka kesempatan lengketnya kuman di kulit. “Akibatnya, secara perlahan akan menghadirkan penuaan dini pada kulit, malah tanpa kita disadari dapat berdampak buruk bagi kesehatan tubuh,” Ari. Meski demikian, bukan berarti kita tidak bisa memperoleh kulit sehat dan bercahaya. Hal ini bisa saja terwujud, katanya dengan catatan yang bersangkutan mau melakukan beberapa rutinitas kecil, atau langkah sederhana setiap hari sebelum tidur. “Membersihkan wajah pada malam hari sebelum tidur,” itulah kuncinya tegas Ari. Ia juga menekankan jangan sampai menjadikan rasa lelah sebagai sebuah alasan untuk malas membersihkan make up. Sisa make up yang dibiarkan, bukan hanya mengakibatkan kulit wajah berjerawat dan kusam, akibat pori-pori yang tersumbat. Bahkan, begitu bangun keesokan paginya, mungkin saja wajah bisa terlihat sedikit lebih tua. Dengan membersihkan wajah di malam hari, kata Ari, kotoran yang menempel di wajah akan hilang dan kulit menjadi bersih dan segar saat bangun pagi. Hal ini, merupa­kan salah satu langkah terbaik dalam rangka menjaga penampilan serta pencegahan terjadinya penuaan dini. Dikatakannya, setelah sisa make up dibersihkan dan mencuci muka dengan air bersih, bukan berarti sudah selesai, tetapi perlu langkah berikutnya yaitu mengoleskan pelembab untuk meremajakan, menutrisi, dan menghilangkan kulit mati Jaga Kesehatan Mata dan Bibir Kalaupun kita sudah melakukan semua langkah yang diperlukan, kemudian lanjut Ari, jangan melupakan perawatan bibir dan mata termasuk di sekitar area bawah mata, agar tidak mudah keriput. Mata, kata make up artis ini, merupakan salah satu bagian yang sensitif di wajah yang perlu diperhatikan. Disamping make up pada bagian mata sifatnya memang lebih kompleks. Jika kita menggunakan make up, seperti eye shadow, dan eye liner tentu semua harus pula dibersihkan, Kalau semua ini dibiarkan, dapat menyebabkan iritasi pada mata. Untuk membersihkannya pilihlah remover yang tepat. Kenapa kita mesti merusak keindahan mata kita katanya, hanya karena malas atau membersihkan seadanya sebelum tidur. “Meninggalkan bahan kimia pada mata bukan ide yang baik ketika mempertimbangkan kesehatan mata,” katanya sembari menambahkan setelah kelopak

dan bulu mata bersih, kita bisa mengoleskan krim khusus mata sebelum tidur. Satu lagi yang tidak boleh dilupakan adalah perawatan bibir sebelum tidur. Untuk penampilan hampir tidak pernah ketinggalan bibir dipolesi lipstik. Pewarna bibir ini memang mampu membuat seseorang tampak lebih cantik sepanjang hari. Namun, hal ini juga dapat memberikan akibat yang berbeda jika kita membawanya tidur. “Sebab, bagaimanapun lisptik mengandung bahan kimia yang dapat membawa pengaruh pada bibir. Karenanya, perlu mendapat perhatian , jangan sampai menggunakan lipstik dalam waktu lama, Hal ini bisa menjadikan bibir kering dan pecah-pecah,”katanya. Apalagi kalau memakai kosmetik yang bisa merusak jaringan di bibir. “Kita bisa menggunakan lip balm atau bahan alami lainnya, salah satunya madu, agar bibir tetap lembab. Selain itu bibir juga tetap mengandung kalenjer minyak alami sehingga hal ini membuat bibir kita terlihat lebih cantik alami,” paparnya. Ketika perawatan wajah sudah dilakukan agar kita, para perempuan tetap cantik dan awet muda, selanjutnya alangklah baiknya dilengkapi dengan menjaga kebersihan gigi. Menyikat gigi sebelum tidur , agar sisasisa makanan yang ada dibersihkan.“Sebab gigi yang kuning dan tidak sehat juga sangat menganggu penampilan, karena mulai hari ini mari lakukan semua kebiasaan baik ini,“ cetusnya. – Sri Ardhini

Mitos Pengaruh makanan terhadap seks sangat besar sekali. Hal ini diungkapkan pakar seksologi Prof. Dr. dr Jahya Alex Pangkahila,M.Sc,Sp.And. Bahkan, dari sejak janin dalam kandungan, hal itu sudah bisa diatur dan dicegah supaya lahirnya normal. Prof. Alex menyebut di usia kandungan 6-8 minggu, sudah terjadi pembentukan seks center (pusat seks) di otak. “Jika anak laki-laki, jika saat umur 6-8 minggu dalam kandungan tersebut hormon kelaki-lakiannya (testosteron) menurun, lahirnya akan kewanita-wanitaan. Kalau anaknya laki-laki tolong dicermati betul, ibunya tidak boleh makan ini makan itu, sehingga testosteronnya turun,” paparnya.

Edisi 862/ 17 - 23 agustus 2015

Makanan Pengaruhi

Seks?

M

enurunnya hormon testosteron ini disebabkan hormon estrogen (hormon wanita) yang banyak terkandung dalam makanan yang saat ini banyak dicampur dengan obat-obat yang mengandung hormon wanita, sehingga otak seksnya jadi wanita. “Jika usianya sudah lewat 8 minggu, tak akan bisa dikembalikan lagi,” ingatnya. Umumnya, pada usia kandungan tersebut orangtua belum mengetahui dengan pasti jenis kelamin janin. Untuk lebih amannya, Prof. Alex menyarankan anggap saja itu anak laki-laki. Sehingga sang ibu tetap harus mengontrol makanan yang dikonsumsinya. Sesudah lahir, seringkali orangtua ingin anaknya gemuk karena gemuk dianggap sehat. Karena itu, anak diberikan junk food yang sesungguhnya banyak mengandung hormon. Sehingga jadilah anak gemuk tapi kemaluan (penisnya) kecil. Hormon estrogen (hormon wanita) ini dikatakannya yang banyak terkandung dalam daging ayam, babi, kambing, bahkan

ikan air tawar yang sekarang ini juga dikasih makan pelet biar cepat besar. Termasuk juga, ayam kampung. “Untuk itu, terutam untuk membuat anak gemuk, sebaiknya selalu konsultasikan ke spesialis dokter anak dan tumbuh kembang anak,” ujarnya. Pada masa puber juga harus diperhatikan. Karena jika sudah lewat 12 tahun, jika penis anak kecil (lebih kecil dari anak seusianya), akan seterusnya kecil, dan ini pasti masalah seksnya terganggu. Terkait dengan libido, sering sekali kita dengar beberapa makanan yang diyakini mampu meningkatkan libido (hasrat seks) laki-laki maupun wanita. Seperti, mengonsumsi bawang putih, tiram, dan lemak bulus. Prof. Alex menegaskan sampai saat ini masih belum ada data penelitiannya. Ia tak menyangkal jika makanan tersebut mengandung hormon, memang jelas bisa meningkatkan libido. “Namun itu tidak gampang, hormon saja tak otomatis bisa meningkatkan libido, tergantung kondisi kita juga,” ujarnya. Demikian halnya dengan mitos yang menyebut mentimun bisa menyebkan vagina becek/berair. Vagina bisa becek/berair ini dijelaskan Prof. Alex bisa terjadi jika kita latihan kebugaran otot dasar panggul karena aliran darah akan dipompa. Munculnya mitos tersebut bisa jadi karena karakter mentimun yang memang banyak mengandung air, yang kemudian dianggap mempengaruhi juga ke vagina. “Sama dengan mitos

laki-laki jangan makan terong, nanti ‘burungnya’ lemes. Tidak benar itu, mungkin itu karena bentuk terong melengkung,” ujar Prof. Alex tertawa. Selanjutnya, dikatakan jika orang tersebut sehat, bugar, dan latihan otot dasar panggul, dipastikan bisa basah dan hormonnya bisa cukup. “Kalau itu saya punya datanya,” tegasnya lagi. Semua dikembalikan pada pola hidup kita (seseorang). Sebesar 64% penuaan adalah karena pola hidup. Jika pola hidup dipelihara baik, ke depannya tenang. Diperhatikan mulai sejak masih dalam kandungan, sejak anak kecil dilatih pola hidupnya agar mengetahui memahami dan menjadi perilaku. Dan terkait perkembangan seksual, ditegaskannya sudah dibentuk sejak janin dalam kandunagn. Itu menentukan perilaku kita, terutama yang berhubungan dengan hormon tadi. Jadi, hindari zat yang mengganggu hormon akrena kan mengganggu perkembangan anak selanjtnya. –Inten Indrawati

LUBRIKASI Kirim surat Anda ke Redaksi T ­ okoh dan cantumkan “Sex Edu” di ­amplop. Bisa juga dikirim ke redaksi@tokoh.co.id. Rubrik ini diasuh Asosiasi ­Seksologi Indonesia (ASI) Denpasar.

“Dok, saya sering membaca di koran tentang sebuah produk yang katanya bisa membuat vagina menjadi lebih kering dan kesat, terus terang saya sedang kepikiran untuk beli, karena memang setiap kali berhubungan seksual selalu basah dan banyak. Tetapi ini teman saya malah bilang kalau dirinya seringkali tidak bisa basah saat berhubungan seksual dan terasa nyeri jika dipaksakan. Sebenarnya bagusan yang mana, Dok?” (Yani, 32 thn). anyak yang masih keliru dan berkeinginan vagina tetap kering dan tidak basah saat berhubungan seksual. Akhirnya termakan mitos, beramai-ramai membeli

11

produk-produk yang menjanjikan hal yang salah, misalnya ada janji yang disebutkan membuat vagina tidak becek, tetap kering dan kesat. Padahal justru saat berhubungan seksual memang sudah seharusnya keluar cairan pelumas

atau lubrikasi alami sebagai syarat fisiologis hubungan seksual akan berjalan lancar, dinikmati se­ hingga mencapai orgasme dan kenikmatan seksual yang maksimal. Jika lubrikasi tidak terjadi berarti seorang perempuan belum siap melakukan hubungan seksual dan bila tetap dipaksakan akan menimbulkan gesekan kasar yang rentan lecet dan perlukaan di selaput mukosa vagina. Tentu saja ini akan menjadi nyeri. Saat seorang perempuan belum siap melakukan hubungan seksual, walaupun kondisi fisik dan keadaan hormonal tubuhnya baik, lubrikasi bisa saja tidak terjadi. Ini contohnya bisa terjadi dalam hubungan seksual pertama kali atau saat dipaksa melakukan hubungan seksual. Karena tidak siap, maka tidak terjadi relaksasi dan lubrikasi. Pelumasan tidak terjadi dan akhirnya hubungan seksual tidak akan menyenangkan dan terasa nyeri. Jadi memaksimalkan lubrikasi ini satu-satunya jalan adalah dengan melakukan “foreplay” atau pemanasan yang

lebih lama, lebih dinikmati se­ hingga rangsangan seksual yang diterima lebih maksimal yang selanjutnya mengakibatkan aliran darah ke dinding vagina semakin maksimal dan jumlah rembesan cairan lembabnya juga banyak. Tetapi jika kondisi fisik tidak sedang fit dan kondisi hormonal sudah menurun karena penyakit tertentu atau memasuki menopause memang proses lubrikasi ini bisa tidak terjadi lagi. Perempuan menopause akan kesulitan mengalami lubrikasi akibat penurunan hormon seks dan reproduksi. Penurunan hormon ini akan mempengaruhi mood, menurunkan dorongan seksual dan bangkitan seksual yang akhirnya tidak lagi meng­ alami relaksasi dan tidak terjadi lubrikasi. Dalam situasi seperti ini bisa dibantu dengan lubrik­ an buatan atau malah dengan terapi hormonal untuk sekaligus membantu mood dan gairah seksual. Sekarang banyak lubrikan buatan yang dijual di pasaran. Selama menggunakannya tanpa

menggunakan bahan tambahan yang kotor, tidak ada masalah. Jika memang sudah saatnya memerlukan, pastikan memilih lubrikan buatan yang berbahan dasar air, karena lebih mudah kering dan menguap pasca hubungan seksual. Merek yang beredar cukup banyak. Silakan bisa dipastikan saat membelinya di apotik. Hindari pelumas de­ ngan bahan dasar minyak karena bisa mengakibatkan infeksi vagina. Karena bila lubrikasi tidak terjadi, tetapi hubung­ an seksual tetap dipaksakan, bisa meng­akibatnya nyeri dan ketidaknyamanan seksual. Dan apa efek selanjutnya dari nye­ri ini, bisa terjadi frigiditas (lenyapnya keinginan seksual), dyspareunia (nyeri yang sangat mengganggu setiap kali berhubungan seksual), vaginismus (kontraksi kuat dari otot vagina sehingga vagina selalu tidak bisa membuka saat berhubungan seksual) dan yang paling parah adalah aversi seksual (penolakan kuat untuk hubungan seksual).


10

Bugar

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Nyeri Pinggang karena Hernia Nukleus Pulposus (HNP) Lumbal.

M

Oleh: dr. I Made Wijaya, Sp.Rad

asalah tulang belakang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari seperti nyeri pinggang misalnya. Dalam bahasa awam sering disebut sebagai “urat terjepit” atau “saraf terjepit”. Masalah saraf dan tulang belakang ini tidak boleh dianggap remeh.Tanpa penanganan yang baik, keluhan ini bisa berakibat fatal. Dalam istilah medisnya dikenal dengan HNP (herniated nucleospulposus), adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan nucleus pulposus (suatu materi lunak yang menyusun bantalan antara ruas tulang belakang) pada diskusintervertebralis (persendian pada tulang belakang) atau terlepasnya sedikit dari nucleus pulposus tersebut ke dalam saluran saraf tulang belakang (kanalis vertebralis). Tekanan yang menimbulkan herniasi (tonjolan) yang menyebabkan penyempitan dan menekan saraf sehingga urat-urat saraf yang melalui tulang belakang tersebut terjepit. Biasanya bagian tulang belakang yang paling sering terkena HNP adalah pinggang (lumbal), meskipun tidak menutup kemungkinan HNP tersebut dapat terjadi pada tulang belakang leher (servical) atau tulang dada (thorakal).

Gambar ilustrasi HNP pada pinggang (Lumbal)

Pria dan wanita memiliki risiko yang sama dalam mengalami HNP. Rata-rata penderita HNP berusia antara usia 30 sampai 50 tahun. Sebab, pada usia tersebut konsistensi dari bantalan di antara ruas-ruas tulang belakang masih seperti balon air dan kenyal. Ini berdampak p a d a ke ku a t a n dan stabilitas tulang belakang jadi dr. I Made Wijaya, Sp.Rad berkurang. Akibatnya tulangbelakangrentan terhadap cedera. HNP merupakan penyebab paling umum kecacatan akibat kerja pada orang yang berusia di bawah 45 tahun. HNP ditandai dengan nyeri yang bersifat menusuk tajam pada bagian bawah pinggang yang menjalar kelipatan bokong, tepat di pertengahan garis tersebut. Dari titik tersebut sampai kelipatan lutut akan terasa. Sementara itu, dari lutut menuju jari kaki ke 4 atau 5 penderita merasa kurang enak, baal atau bahkan kesemutan. Nyeri tersebut dirasakan umumnya pada satu atau sebelah kaki. Rasa nyeri tersebut tidak muncul secara terus-menerus, melainkan berkala. Selain rasa nyeri, HNP bisa mengakibatkan kesemutan pada kaki, otot paha menjadi lemah, bahkan yang lebih ekstrim terjadi kelumpuhan. Ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi terjadinya HNP, seperti merokok, batuk yang lama dan terus-menerus, tekanan pada tulang belakang, sering menyetir dalam waktu lama, berat badan berlebihan, pertambahan usia, gaya hidup, gerakan, cara duduk, cara mengangkat barang yang salah hingga kondisi trauma benturan. Terdapat beberapa komplikasi yang perlu diperhatikan dan mungkin dapat terjadi akibat dari HNP, yaitu: - Nyeri pada pinggang dan kaki yang berkepanjangan - Kelumpuhan pada kaki - Kehilangan fungsi berkemih dan buang air besar - Kerusakan saraf belakang yang permanen (sangat jarang) Mengontrol berat badan adalah merupakan salah

satu cara mencegah terjadinya risiko HNP. Berat badan yang proporsional membuat peran tulang belakang untuk menyangga tubuh tidak terlalu berat. Selain itu penting halnya untuk menjaga kelenturan otot, caranya bisa dengan rutin berolahraga. Untuk penanganannya sendiri, HNP bisa dilakukan dengan cara pengobatan terapi konservatif hingga tindakan operatif. Bila rasa nyeri tersebut tidak tertangani atau tidak membaik dengan terapi konservatif maka akan dilakukan tindakan operasi setelah melihat hasil dari pemeriksaan pencitraan dengan MRI terlebih dahulu. Pemeriksaan sinar-x polos pada tulang pinggang (lumbal) yang digunakan terutama untuk menyingkirkan patologi primer lainnya yang serius, seperti infeksi dan patah tulang belakang. Pemeriksaan dengan pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) scan merupakan tes yang menunjukkan jaringan lunak dan dapat dengan mudah mengkonfirmasikan diagnosis. MRI adalah pemeriksaan pilihan, menunjukkan perubahan morfologi yang terjadi di disk intervertebralis, saraf tulang belakang, akar saraf dan jaringan lunak sekitarnya. Diagnosis tidak hanya didasarkan pada temuan radiologi saja tetapi ketika temuan klinis dan radiologi cocok, maka jauh lebih mudah untuk membuat diagnosa yang tepat serta penatalaksanaan selanjutnya.

Gambari ilustrasi HNP dan hasil pencitraan MRI lumbal pada kasus HNP setinggi L5-S1

Style

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Feminin Tradisional Desainer senior Poppy Dharsono kembali menyuguhkan karyanya dengan pesona kain tradisional Indonesia. Untuk industri mode di Tanah Air, 20 koleksi busananya mengusung tema “Redefining Bali Heritage” digebyar di panggung Indonesia Fashion Week (IFW) di Jakarta beberapa waktu lalu.

P

oppy sejak tahun 1977 memang dikenal kerap menyajikan kain-kain kerajinan lokal atau berbagai kain warisan tradisional Nusantara. Kali ini ia memilih menyuguhkan potongan feminin dengan keindahan bahan kain khas Bali, endek dan songket.. Menurut Poppy Bali bisa jadi pusat internasional, bersama fashion-nya yang juga meningkat. Karya yang diketengahkannya memang fokus ke kain tenun khas Bali, namun dengan proses dan interpretasi baru yang menawan. Motifnya dibuat berbeda, dengan skala gambar diperbesar, hasil kerjasamanya dengan pengrajin dari Gianyar. Poppy pun berhasil mengolah endek dan songekt dengan motif yang

beragam ini, diantaranya menjadi dress dan outer yang dipadukan dengan top, skirt, serta pants. Melihat seluruh desainnya sepertinya Poppy ingin mengetengahkannya bagi kalangan fashionista yang ingin kembali dengan gaya penampilan era 80an, namun tetap elegan dikenakan saat ini. – Sri Ardhini

15


16

Edisi 862/ 17 - 23 agustus 2015

Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan RI tiap 17 Agustus, nuansa merah putih mulai tampak. Bendera dari ukuran kecil hingga paling besar berlomba-lomba berkibar di angkasa. Demikian halnya lagu Indonesia Raya, kini mulai sering dikumandangkan tak hanya tiap upacara bendera, namun juga saat rapat dan saat akan memulai pelajaran di sekolah. Apakah itu sudah cukup disebut nasionalis?

P

sikolog Agus Binti Khoiriyah., Psi ,CH.,

CHt., M., NLP, mengatakan salah satu upaya positif yang dilakukan adalah dengan pembiasaan. “Namun yang paling penting bagaimana caranya menumbuhkan kesadaran pada anak-anak. Kesadaran ini berawal dari lingkung­an sekitar, orangtua/ orang yang lebih dewasa, gurudi sekolah, orangtua-di rumah, dan di masyarakat-lingkungan sekitarnya mendukung. Penanaman pembiasaan cinta bangsa itu bisa muncul dari hal-hal yang paling kecil, dari bangun tidur sampai tidur lagi,” ujarnya. Mulai dari pola makan.

Buda Agus-demikian sapaan karibnya menyebut salah satu makanan tradisional, singkong. “Mana ada anak sekarang yang tahu singkong dan bisa dipakai apa saja? Mereka lebih tahu western food junk food, fast food, padahal dari hal-hal itu pun bisa. Makanya kalau mau menumbuhkan nasionalisme tak hanya dengan menyanyikan lagu kebangsaan yang dibiasakan, atau mengibarkan bendera, tetapi paket dari bangun tidur sampai tidur lagi,” paparnya. D i sekolah,

Edukasi

Bangkitkan Nasionalisme Harus Satu Paket bisa diaplikasikan dalam beragam aktivitas dari awal masuk sampai anak pulang sekolah. Karena di sana nilainilai dari Pancasila akan muncul juga. Misalkan pembiasaan sila 1: Ketuhanan Yang Maha Esa. Bagaimana menciptakan kesadaran anak untuk mencintai Tuhannya. Jika mencintai Tuhannya, anak pasti akan mencintai lingkungan sekitarnya, bukan hanya sekedar knowledge. “Sekarang ini kan baru sebatas knowledge. Memang diharapkan anak akan sadar. Tapi bagaimana cara menyadarkan, itu yang belum dibahas,” tungkasnya. Bunda Agus yang juga seorang pendidik sekaligus pemilik Madania Center ini mengimbuhkan, yang perlu digali lagi sebenarnya penyadaran melalui hal-hal kecil dan sederhana yang dekat/akrab dengan lingkungan anak. “Menumbuhkan nasionalisme dengan menyanyikan lagu “Indonesia Raya”, bolehlah, tapi aplikasinya seperti apa? Sekadar nyanyi, sekadar hapal, tapi rohnya tidak tahu. Ini tugasnya seorang pendidik. Saat kita ingin memunculkan kesadaran itu pada anak-anak, yang besar harus sadar dulu,” ucapnya. Satu contoh kecil di lingkungan sekolah, yang ada guru, siswa, dan tukang kebun. Jika ada sampah, apa gurunya yang melewati sampah berserakan itu, langsung memungutnya atau tidak? Di sanalah dikatakannya bisa dinilai bedanya orang sadar dan tidak. Kalau sadar, meski bukan dia yang membuang, dia akan ambil. Ini

Di Bukit Asah

Matahari Terbit dan Matahari Terbenam Sama Indahnya Bagi Anda yang ingin berwisata ke Karangasem, jangan lewatkan Bukit Asah yang terletak di desa Bugbug, Karangasem. Sesuai dengan namanya, Bukit Asah berarti sebuah dataran yang terdapat di sebuah bukit. Kita bisa melihat pemandangan laut yang sangat tenang dari ketinggian Bukit Asah.

W

isata Bukit Asah terletak sekitar 4 kilometer dari objek wisata Candidasa dengan mengambil jalur jalan utama. Jika ingin memasuki kawasan Bukit Asah, disarankan untuk menggunakan masker atau penutup wajah karena kita harus melalui jalanan yang cukup berdebu. “Di sini jarang turun hujan, makanya jalanan menjadi berdebu seperti ini,” ujar seorang pedagang di sana. Namun, kondisi itu tak menyurutkan niat pengunjung untuk menikmati keindahan Bukit Asah.

Jika Anda ingin menikmati suasana matahari terbit, di sinilah tempatnya. Karena Bukit Asah merupakan dataran tinggi, maka pemandangan matahari terbit akan terlihat sempurna dari bukit ini. Jika Anda tidak bisa datang pagi-pagi sekali untuk melihat matahari terbit, Anda jangan khawatir, karena di sini terdapat tempat penyewaan tenda untuk berkemah dengan harga terjangkau. Selain pemandangan matahari terbit, pemandangan sore hari juga tak kalah indahnya. Matahari yang terbenam di balik bukit terlihat sangat eksotis. Laut yang tenang dengan langit

kemerahan membuat kita tak ingin meninggalkan tempat wisata ini. Jika Anda berkunjung ke sini, jangan lupa membawa kamera untuk mengabadikan keindahan yang disuguhkan dari Bukit Asah. Selain Bukit Asah dan Candidasa, Karangasem juga menawarkan berbagai tempat wisata dengan keindahan tersendiri, seperti Taman Ujung, bukit Panggian, pantai Bias Tugel dan Virgin Beach. -Ary

adalah contoh langsung guru kepada siswa lewat kesadaran. “Jadi, kembali memunculkan hal ini bagus, karena sekarang ini bangsa kita memang sedang digempur habis-habisan dengan tontonan-tontonan dari luar,” ujarnya.

Tanamkan Nasionalisme dari Bulung Mulai dari hal-hal sepele, bersyukur dari produk-produk yang riil ada. Awal dari anak tidak tahu, masukkan informasi, baru kemudian dijejalkan, nanti anak akan memproses, tapi ini harus kontinyu. Bisa mulai dari makanan tradisional seperti ongol-ongol, bulung atau plecing yang kini masih banyak dijual khususnya di SD-SD negeri. Itu yang lebih dijejalkan ke anak dan dikatitkan dengan sila-sila Pancasila, bagaimana dengan teman, dengan guru, dengan orangtua. “Padahal dari segi makanan, mereka sudah nasionalisme, namun belum ngeh, karena memang tidak pernah diurai, cari kaitannya. Ini bisa menjadi bahan pendidikan. Apalagi sekarang modelnya tematik, seharusnya jau lebih mudah darisitu. Misalkan di koperasi atau di warung, bahas saja soal plecing, bulung. Sehingga tak sekadar tahu, tapi benar-benar merasa memiliki dan sadar bahwa makanan tradisional ini makanan murah dan sehat. Darisana akhirnya akan muncul kesadaran,” contohnya. Jika diberikan sekadar infor-

masi, yang ditangkap juga sekadar informasi, sehingga hanya sebagai pengetahuan. Lagu Indonesia Raya yang dibiasakan dinyanyikan saat rapat, upacara bendera, banyak yang menerima namun banyak juga yang meragukan, karena pemikirannya berbeda-beda. Tapi saat kesadaran itu muncul, konsistensi itu pasti akan ada. Kalaupun ada jeda tak akan terlalu jauh. Demikian halnya dengan sila-sila lainnya. Sebenarnya mudah jika fokus dan paham akan apa yang dituju. Swejatinya tujuannya sudah jelas, prosesnya saja yang hanya sekadar formalitas bukan untuk mencapai tujuan, tujuan menumbuhkan nasionalisme. Yang paling penting dari itu, anak harus tau sejarahnya dulu, dasarnya, sehingga gregetnya ada. Karena dari sejarah kita bisa belajar kebudayaan, yang nantinya nasiona­lisme juga akan terbentuk. Dan ini tak hanya tugas pendidik, juga komisi penyia­ran dan semuanya harus serentak bersamasama. Jangan sampai yang muncul nasionalisme Doraemon atau Upin-Ipin. “Yang jelas kita memang berperang dengan zaman era globalisasi. Dulu dijajah hal yang nyata secara fisik, sekarang diserang dengan hal yang tidak nyata- otaknya. Mainset yang ada di negra ini harus dibetulkan. Mulai dari skup terkecil, keluarga, masyarakat, hingga ke ranah yang lebih besar,” tandasnya. -Inten Indrawati

Dara

Edisi 862/ 17 - 23 agustus 2015

Sasar Orang Hebat Beretika

Definisi kemerdekaan di zaman sekarang berbeda dengan di zaman dulu. Kemerdekaan zaman dulu, para pendahulu kita berjuang untuk bebas dari penjajahan. “Sekarang kita juga ingin merdeka, tidak berjuang secara fisik mengangkat senjata, namun mengisi peluang yang ada untuk masa depan yang lebih baik,” ujar Rektor IKIP PGRI Bali, Dr. I Made Suarta, S.H.,M.Hum.

U

ntuk mengisi kemerdekaam tersebut, dikatakannya bahwa semua pihak harus peduli mengisi kesenjangan yang ada untuk meningkatkan taraf hidup menjadi yang lebih baik. “Para pemimpin pusat hingga regionallah yang harus jadi motor penggerak dalam mengisi kemerdekaan, pembangunan-pembangunan baik fisik dan nonfisik,” tegasnya. Kondisi menonjol yang ia amati sekarang ini adalah lesunya perekonomian negara, yang menunjukkan lemahnya sikap peka terhadap perkembangan perekonomian. Hal ini dikatakannya harus segera disikapi karena dampaknya pada masyarakat sangat terasa sekali, yang akhirnya akan berdampak tidak baik juga dalam rangka pembangunan/pembinaan pendidikan karakter. “Dengan semakin menurunnya kondisi perekomian kita, dikhawatirkan akan ada perilaku yang merugikan masyarakat, merugikan bangsa. Orang akan bisa bekerja dan berpikiran normal jika perutnya terisi. Bagaimana jika mencari isi perut saja susah? yang muncul di permukaan tentu emosional saja. Inilah dampak yang akan ditimbulkan dari kondisi perekonomian yang terus merosot. Kondisi akan normal jika pemerintah sesegera mungkin menyikapi hal ini, baik dari segi hukum, ekonomi, dsb.,” paparnya. Demikian halnya dengan peningkatan kualitas diri dan kualitas pendidikan, pemerintah harus konsisten. Sekarang ini gejala kekurangan guru, yang sudah terjadi secara nasional. Pemerintah sedang getol-getolnya meningkatkan kualitas guru, tapi di sisi lain fakta di lapangan kita kekurangan guru. Akhirnya kepala sekolah mengambil jalan pintas dengan mengangkat guru honor, yang notabene tanggung jawabnya sangat berbeda dengan guru tetap. “Guru honor hanya datang, ajar, pulang. Namun guru tetap, dia akan datang, ajar, didik, dan

mengembangkan besama-sama lembaga itu karena berkepentingan keberlanjutan kariernya. Honor hanya datang ajar pulang. Hal ini harus disikapi, pembangunan ini yang harus diisi pemerintah,” ujarnya. Di sisi lain, Made Suarta juga menyoroti masih banyak sekolah khususnya SD mengalami kerusakan. Bahkan ada sekolah yang siswanya nyaris tertimpa plafon bangunan. Kondisi ini miris sekali, program pemerintah tidak nyambung dengan kondisi di lapangan. Hal seperti itu, toh juga belum mendapat sentuhan pemerintah. Padahal pemerintah mewajibkan belajar 9 tahun, 12 tahun, namun kenyataannya pemerintah belum siap. Belum lagi tentang dualisme kurikulum antara Kurikulum 2006 (K-6) dan K-13, ditambah lagi dengan kebebasan memilih memakai yang mana. Hal ini dikatakan Made Suarta menunjukkan ketidak konsistenan pemerintah. “Satya, konsisten, jika mau menerapkan A, tegaskan semua A. Memang semua pasti ada untungruginya, dari sana kemudian dikaji untung lebih besar daripada ruginya. Jika pendidikan karakter itu terkait kemampuan untuk menjadi contoh bukan mampu memberi contoh,” ucapnya. Program-program pemerintah sejatinya sudah bagus, hanya terkadang implementasinya saja yang kurang maskimal. Jika rakyat sudah terlayani dengan baik, niscaya pemerintah akan mendapat dukungan besar dari bawah, dan peduli dengan program-program yang digelontorkan pemerintah. Memaknai kemerdekaan dari kaca mata akademisi, Made Suarta mengatakan di tingkat perguruan tinggi penekanannya pada Tri Dharma PT yang juga sudah secara konsisten dilakukan IKIP PGRI Bali. Bahkan di era kepemimpinannya sejak akhir 2010, IKIP PGRI Bali memiliki program bedah rumah yang menunjukkan kepedulian lembaga kepada masyarakat kurang mampu yang benar-benar

membutuhkan. “Implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi IKIP PGRI Bali, salah satunya pengabdian masyarakat konsisten melakukan bakti sosial yang dirangkaikan dengan program bedah rumah dan bedah sekolah. Sejak 2012 hinga tahun ini sudah ada 17 rumah dan 3 sekolah yang dibedah yang tersebar di Denpasar, Karangasem, Gianyar, dan Klungkung. Ini bagian kepedulian IKIP PGRI Bali dalam rangka turut mengisi pembangunan juga. Kami konsisten melakukannya,” ucapnya. Hal ini pun ditegaskannya ada benang merahnya terhadap 4 kecerdasan yang ingin dicapai oleh IKIP PGRI Bali, yakni cerdas spiritual, akademis, emosional, dan sosial. Di dalamnya, ada kepekaan, pembinaan, juga punia. Kecerdasan inilah yang diharapkannya kelak dimiliki oleh alumni IKIP PGRI Bali-memiliki kepekaan, etika, di samping mengacu juga skill dan ranah kognitif akademisnya. “Itulah akhirnya yang kita sasar. Sehingga orang hebat beretika, bukan orang hebat tidak beretika, karena itu bahaya,” tandasnya. –Inten Indrawati

9


8

Bunda & Ananda

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Orangtua dan Pola Asuh Anak

Buah Jatuh tak Jauh dari Pohonnya

Anak adalah titipan Tuhan yang Maha Kuasa kepada setiap orangtua yang sudah diberi kepercayaan untuk menjaganya. Anak akan senantiasa tumbuh dan berkembang dalam hidupnya. Masa anak-anak adalah masa yang sangat rentan, karena pada masa ini anak cenderung untuk melakukan sesuatu sesuai dengan yang dilihat (chidren see children do). Anak yang dimaksud sesuai UU Perlindungan Anak adalah yang berusia dibawah 18 tahun.

aktivitas orangtua jarang bertemu. “Jika hal ini terus berlangsung akan menimbulkan krisis jati diri anak, dan bukan tidak mungkin pula anak akan berperilaku menyimpang dalam hidupnya. Jika orangtua tidak mampu mendidik anaknya dengan baik, bangsa yang besar pun akan hancur karena penerus bangsa dan negara ada di pundak anak. Karena itu peran dan pola asuh orangtua sangat penting bagi pertumbuhan, perkembangan, pembentukan karakter dan kepribadian anak,” ujar psikiater yang juga aktif di Lentera Anak Bali ini. Dr. Sri Wahyuni

“P

ada masa ini anak cende­ rung memiliki sifat imitasi atau meniru perilaku orang-orang sekitarnya. Seperti meniru apa yang dilakukan orangtua,kakak, teman bermain dan orang-orang terdekat. Pada masa anak, lingkungan pertama yang dikenal keluarganya. Anak belajar perilaku dari orangtua, baik yang positif hingga negatif, melalui panca indranya. Secara tidak langsung orangtua mengajarkan pada anak. Jika orangtua selalu bersikap baik, lemah lembut, sayang terhadap anak, anak akan bersikap sama. Sebaliknya jika orangtua selalu bersikap kasar, berkata kasar dan tidak sopan sering mencela dan mencemooh otomatis disimpan atau direkam di alam bawah sadarnya dan anak melakukan hal yang sama. Coba kita ingat istilah tentang “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Nah, seperti itulah seorang anak, anak adalah cerminan dari orangtuanya,” ungkap dr. Anak Ayu Sri Wahyuni, Sp.KJ dalam Seminar “Pengasuhan Anak dengan Cinta” di Gedung Pers Bali K. Nadha, Selasa (4/8). Seminar dalam rangkaian hari anak nasional ini dilaksanakan Bali TV, Lentera Anak Bali, SMF Psikiatri RS Sanglah, dan Pemkot Denpasar. Kepala SMF Psikiatri RS Sanglah ini menambahkan orangtua sangat berperan penting dalam pembentukan kepribadian dan karakter anak. Pembentukan kepribadian anak perlu dilakukan sejak dini. Pendidikan yang baik dalam keluarga akan berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian dan karakter anak. Di era modernisasi dan globalisasi ini, anak-anak cenderung kurang mendapatkan perhatian dari orangtuanya, karena kesibukan dan

WASPADAI PERIODE KRITIS Dokter Sri Wahyuni memaparkan perkembangan anak meliputi fisik, mental, emosional, social, dan intelektual. Bila kesemuanya berjalan secara harmonis maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat jiwa. Dalam perkembangan mental/ jiwa, terdapat periode-periode kritis. Periode-periode tersebut jika tidak dapat dilalui dengan seimbang dan harmonis akan menimbulkan keterlambatan, kecemasan, kesulitan penyesuaian diri, gangguan kepribadian. Di sisi lain dr. Yuni mengingatkan keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya. “Keluarga yang gagal memberi cinta kasih dan perhatian akan menumbuhkan kebencian, rasa tidak aman dan tindak kekerasan pada anak. Jika keluarga tidak dapat menciptakan suasana mendidik, maka akan dapat menyebabkan anak-anak jatuh dan atau tersesat dalam perjalanan kehidupan selanjutnya,” ujarnya. Beberapa parameter yang bisa dipakai untuk mengukur peran keluarga, khusus orangtua dalam kehidupan anak adalah apakah orangtua mulai merasa kesulitan mengendalikan perilaku anak, apakah orangua sering tidak sepaham dalam mendidik anak, apakah anak sering merengek dan memaksa untuk dituruti kemauannya, apakah anak sering berseteru satu sama lain, dan apakah orangtua kesulitan karena anak selalu nonton televisi atau main game. Tiap orangtua memiliki cara atau pola tersendiri dalam mengasuh anaknya. Pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan kepada anak secara konsiten dari waktu ke waktu, langsung dirasakan

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Duta Endek Kota Denpasar

Gelar Sosialisasi Pemilihan Duta Endek ke-4

Endek adalah salah satu produk kearifan lokal bernilai seni tinggi. Endek dengan segala inovasinya menjadikannya mudah dikenakan di berbagai kesempatan. Begitu gambaran yang tampak pada kegiatan “Sosialisasi Persiapan Pemilihan Duta Endek Kota Denpasar, Minggu (9/8) di Graha Sewaka Dharma Lantai III, Lumintang, Denpasar.

Suasana seminar baik itu perilaku positif atau negatif. Pola asuh berkaitan dengan interaksi, komunikasi yang terjadi antara orangtua, anak dan lingkungan. “Pola asuh merupakan kegiatan orangtua dalam memberikan perhatian, disiplin, peraturan berupa hukuman jika salah, hadiah/pujian jika dapat melaksanakan tugas/ kegiatan sesuai kesepakatan sebelumnya. Macam pola asuh anak menurut Baumrind, ada tiga. Pola asuh otoriter, pola asuh demokratis (kedisiplinan, kebersamaan, dan gotong royong), dan pola asuh permisif,” ujar dr. Yuni. Mengutip pendapat Baumrind, pola asuh keluarga permisif (permissive) tidak memberikan struktur dan batasan-batasan yang tepat bagi anak-anak mereka. Pola asuh ini merupakan bentuk pengasuhan dimana orangtua memberikan kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk mengatur dirinya. Anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak dikontrol oleh orang tua. Pola asuh permisif memandang anak sebagai seorang pribadi dan mendorong mereka

untuk tidak berdisiplin dan anak diperbolehkan untuk mengatur tingkah lakunya sendiri. Pola asuh seperti ini anak mendapat kebebasan sebanyak mungkin dari keluarganya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Pelaksanaan pola asuh permisif atau dikenal dengan pola asuh serba membiarkan adalah orangtua yang bersikap mengalah, menuruti semua keinginan, dan melindungi secara berlebihan serta memberikan atau memenuhi semua keinginan anak. Namun, orangtua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak. Pola asuh permisif memuat hubungan antara anak dan orangtua penuh dengan kasih sayang, tetapi membuat anak menjadi agresif dan suka menurutkan kata hatinya. Orangtua permisif lunak bisa hangat, bersifat ngemong, dan responsif, tetapi mereka menggunakan sedikit sekali struktur dan bimbingan. Orangtua dengan tipe

Foto bersama usai Sosialisasi Jelang Pemilihan Duta Endek 2015

ini cenderung mempercayai bahwa ekspresi bebas dari keinginan hati dan harapan sangatlah penting bagi perkembangan psikologis. Tuntutan kepada anak-anak sangat sedikit untuk dapat menjadi matang dan bersikap mandiri. Anak-anak yang dibesarkan oleh orangtua tipe ini biasanya menjadi anak-anak yang ”manja”. Dokter Yuni juga mengutip pendapat Huffman mengenai tiga jenis pola asuh orangtua, yaitu pola asuh bina kasih (induction), pola asuh unjuk kuasa (power assertion), dan pola asuh lepas kasih (love withdrawal). Pengembangan kepribadian remaja, termasuk pengembangan hubungan sosial pola asuh yang disarankan oleh Hoffman untuk menerapkan adalah pola induction/asuh bina kasih. Untuk mencegah gangguan jiwa pada anak, lakukan pengasuhan yang penuh kasih sayang. “Dengarkan pendapat anak sebelum mengambil keputusan dalam keluarga dan ingat kebiasaan sudahkah Anda memeluk anak anda hari ini,” kata dr. Yuni. –Ngurah Budi

Mendongeng Lima Menit BISIKAN BERUANG

Abdul dan Primus adalah dua orang mahasiswa Ke h u t a n a n y a n g bersahabat akrab. Mereka berjanji hidup seia-sekata, suka bersama, duka bersama. Suatu pagi, ketika liburan, Made Taro kedua mahasiswa itu berjalan-jalan ke hutan. Disamping melepas penat, mereka juga ingin melihat langsung pohon-pohon besar yang tumbuh menjulang. Dalam waktu yang sama, di hutan itu seekor beruang mondar-mandir mencari mangsa. Tiba-tiba di sebuah tikungan, beruang dan mahasiswa itu berpapasan. Melihat beruang yang besar dan menyeramkan, Primus segera menyelamatkan diri dengan memanjat pohon. Tetapi Abdul, yang merasa kehilangan kesempatan, seketika itu merebahkan diri. Ia menelentang kaku seperti orang mati. Beruang itu mendekati laki-laki yang terbaring

17

itu. Ia mengendus sekujur tubuh kaku itu dari ujung kaki sampai ujung rambut. Mahasiswa itu pun berusaha menahan napas seketat-ketatnya. Ia tahu dari kuliah yang diajarkannya, bahwa beruang tidak akan memangsa makhluk yang mati. Adapun Primus, mahasiswa yang memanjat pohon itu, sangat mengkhawatirkan Abdul. Ia membayangkan temannya yang konyol itu pasti akan dirobek-robek beruang lalu menelannya habis. Tidak! Lain yang dibayangkan, lain yang dilihatnya. Beruang itu berkomat-kamit di lubang telinga kiri Abdul, lalu pindah ke lubang telinga kanan. Sesaat kemudian beruang itu pergi meninggalkan tempat. Abdul bangkit perlahan-lahan dan menoleh kiri-kanan. Ia menahan tubuhnya yang mulai gemetaran. Ia bersyukur kepada Tuhan, bahwa beruang ganas itu tidak membinasakannya. “Abdul!” seru Primus yang baru turun dari pohon. “Kulihat keadaan aneh! Adakah beruang itu membisikkan sesuatu kepadamu?” “Benar katamu, Primus!” jawab Abdul. “Ia berbisik, berhati-hatilah terhadap sahabatmu yang memanjat pohon itu. Sahabat sejati adalah sahabat yang selalu dekat dalam suka dan duka.”

P

Duta Endek dalam acara Share & Care

ada acara yang dihadiri murid dan guru SMA/ SMK se-Kota Denpasar, Duta Endek Kota Denpasar, praktisi endek Tude Togog, Ketua Dekranasda Kota Denpasar, IA Selly D. Mantra, mengatakan, pemerintah Kota Denpasar melalui DinasPerindustrian dan Perdagangan (Disperindag) selalu berupaya menjaga, melestarikan dan mengembangkan endek. Salah satunya melalui komoditas fashion berbasis budaya. “Untuk menyukai endek yang terbaik adalah mulai dari diri sendiri, dengan bangga menggunakannya,” cetusnya. Dikatakannya, endek mampu menyesuaikan dengan perkembangan dan tren mode tanpa kehilangan nilai tradisionalnya, sehingga semakin diminati berbagai kalangan, termasuk anak muda. Untuk itu pula sejak tahun 2012 Selly D. Mantra menggagas acara “Pemilihan Duta Endek Kota Denpasar” , sebuah program kreatif yang mendapatkan respon sluar biasa bukan hanya dari siswa peserta dan para guru namun juga dari kalangan pengrajin, pelaku di dunia mode serta masyarakat luas. Pemilihan Duta Endek dinilai sebagai sebuah upaya yang cerdas untuk mengembangkan dan menggalakkan penggunaan endek sebagai produk unggulan Kota Denpasar di bidang tekstil ini. Di samping, sebagai upaya lebih mencintai produksi dalam negeri dalam program Cinta Karya Indonesia. Dalam kegiatan yang diakhiri dengan persembahan fashion show dari para Duta Endek, yang mengajak siswa

yang hadir bersama-sama menyelamatkan warisan budaya. Selanjutnya, bisa lebih memahami, melestarikan, bangga dan menggunakan kain endek sebagai gaya hidup dengan moto “ Endek Kita Punya, Kita Pakai dan Kita bangga. Sedangkan, Agung Sambhara, Ketua Umum Duta Endek bicara men-

Kota Denpasar melaksanakan bakti sosial di Yayasan Dria Raba pada Jumat, (31/7). Ketua K3S Kota Denpasar, IA Selly D. Mantra, mengatakan akan terus memberikan dukungan kepada anakanak berkebutuhan khusus agar mereka mampu mandiri dan dapat berperan aktif di tengah masyarakat. Menurut Ketua Umum Duta Endek Kota Denpasar, Agung Sambhara, kegiatan yang diikuti ketiga angkatan Duta Endek Kota Denpasar ini, memang merupakan bentuk kepedulian mereka kepada anak-anak berkebutuhan khusus, guna turut membantu meningkatkan rasa percaya dirinya dalam bersosialisasi. Sementara Candra Kardana, Duta Endek 2014, mengatakan kegiatan sosial “Share and Care” yang dilaksanakan tersebut menunjukkan kepada masyarakat bahwa Duta Endek tidak hanya mampu menjadi ikon fashion semata. Mereka juga bisa menjadi

Ny. Selly D.Mantra di acara Sosialisasi Jelang Pemilihan Duta Endek 2015

Persyaratan Pemilihan Duta Endek 2015 - - - - - - - - - - -

Duta Endek dalam acara Share & Care genai awal terbentuknya Duta Endek, kegiatan yang dilakukan serta menginformasikan persyaratan mengikuti pemilihan Duta Endek 2015.

Share and Care di Yayasan Dria Raba Dalam kesempatan berbeda, untuk menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-70, Duta Endek Kota Denpasar bersama Koordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial (K3S)

Fashion Show oleh Duta Endek

contoh bagi generasi muda untuk tetap peduli terhadap sesama. Ia juga menyatakan sangat senang dapat berbagi dan berharap kegiatan itu bisa dilakukan oleh lebih banyak lagi generasi muda lainnya untuk selalu peduli sesama. “Melihat mereka, kami para Duta Endek memiliki harapan, semuanya tidak berhenti sampai disitu. Kami ingin suatu saat, bisa bergandengan dalam acara fashion show atau tampil menyanyi bersama mereka,” ujar Candra. Dalam acara Share and Care tersebut terlihat IA Selly D. Mantra yang memang dikenal sangat dekat dengan anak-anak penyandang disabilitas, lebur dalam keakraban dan kebahagiaan bersama. Pada acara yang bernuansa kekeluargaan itu juga diserahkan bantuan berupa uang tunai, pakaian layak pakai, mi instan, gula pasir, beras, dan minyak goreng. Selanjutnya, acara ditutup dengan makan bersama sambil bercengkrama. - ard

WNI berusia 16-23 Tahun (belum menikah) Berdomisili di Kota Denpasar Mempunyai tinggi minimal 160 cm (Putri) dan 165 cm (Putra) Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik Memahami pengetahuan tentang endek dan berwawasan luas,menguasai Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dengan baik Pendaftaran dibuka 11- 31 Agustus 2015 Mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan foto copy KTP atau Kartu Pelajar. Melampirkan foto original (4 R) sebanyak 2 buah. Close- up, tampak depan dan full bodi tampak depan, menggunakan pakaian endek bebas dan sopan Formulir beserta lampiran dimasukan kedalam map. Untuk putra menggunakan map merah dan putri menggunakan map kuning. Peserta dapat mengumpulkan formulir pendaftaran di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar Jalan. Majapahit No. 1 Denpasar, Graha Sewaka Dharma Lantai III Lumintang Denpasar Telp. (0361) 8495711, Fax. (0361) 8495712 (saat hari dan jam kerja) atau mengunduh formulir pendaftaran pada http://perindag. denpasarkota.go.id/

Formulir pendaftaran selambat-lambatnya diterima tanggal: 31 Agustus 2015 Penjurian : - Seleksi awal oleh panitia melalui test tulis (tentang pengetahuan umum), tanggal 5 September Pukul : 10.00 Wita di Aula Gedung Sewaka Dharma Lantai III. Peserta menggunakan atasan endek bebas sopan, memakai high heels tinggi minimal 7cm (untuk putri) dan membawa alat tulis. - Seleksi ke dua test interview dan talent test tanggal 6 September di Aula Gedung Sewaka Dharma Lantai III , meliputi : brain, beauty, behaviour, public speaking, dan cooperates in team. - Bagi yang lolos 12 besar dilakukan pembekalan tanggal 12,13,19 September di kantor Disperindag Kota Denpasar.. - Pengumuman Pemenang dilaksanakan pada saat Grand Final Duta Endek Kota Denpasar 2015, tanggal 2 Oktober 2015 di Aston Denpasar Hotel & Convention Center. Informasi lebih lanjut dapat diperoleh di : Disperindag Kota Denpasar Jalan Majapahit No. 1 Graha Sewaka Dharma Lantai III Lumintang Denpasar Telepon : (0361) 8495711, Fax : (0361) 8495712

Agung Sambhara (Duta Endek Kota Denpasar2014) 08983136506 Wela Atsyuka (Duta Endek Kota Denpasar 2014) 08990161562 Aura Gizella (Duta Endek Kota Denpasar 2014) 081237095072


18

Life

Edisi 862/ 17 - 23 agustus 2015

PENCERAHAN JIWA

B

ahagia adalah merasa beruntung atas apa yang telah dimiliki dan tidak menjadi sedih atas apa yang belum dimiliki. Di setiap hembusan napas, aku bisa merasakan harapan yang begitu kuat. Saat berjuang aku sedang menunaikan tanggung jawabku. Bertambah sukses adalah tanggung jawabku untuk membahagiakan orang-orang yang aku cintai. Rasanya bangga sekali bisa membahagiakan mereka. Hidupku adalah tanggung jawabku. Ada kepuasan mendalam jika menjadi pribadi yang tegar, kuat, dalam semangat perjuangan. Aku pasti bisa karena aku dimampukan. Betapa ternyata aku lebih hebat dari yang kuduga. Aku sangat layak bahagia dan aku merasa sangat berlimpah kebahagiaan. Aku dicintai Tuhan, jauh lebih besar dari pada rasa cintaku kepada diri sendiri. Demikian wejangan Guru mangku Hipno saat ditanya “bagaimana cara kita lebih mendekatkan diri kepada Sang pencipta ?” SISA HIDUP DIMULAI HARI INI Di zaman ini masyarakat banyak yang mulai kehilangan kesadaran atas sikap menjaga dirinya. Mereka mulai membiarkan dan membiasakan diri menahan rasa sakit dan mencoba menikmatinya, mereka kehilangan kemampuan menyadari bahwa betapa berbahayanya gejala penyakit jika tidak segera dicarikan solusinya. Coba lihat dan tanya mereka, tanyakan kepada orang orang di sekitar kita, mereka membiarkan dirinya mengarah ke ruang gelap, ruang yang akan membuat hidupnya kelak tergelapkan dan membebani. Tuhan maha pengasih maka secara naluriah Tuhan selalu memberikan tanda atau firasat saat suatu kejadian akan menimpa kita. Contohnya sebelum kita sakit parah maka Tuhan akan mengirimkan signal seperti rasa cemas, takut, kehilangan fokus, gemetar tanpa sebab, lemas, sakit kepala, takut keramaian, grogi, tak percaya diri, bagian tertentu tubuh kesemutan, pikiran buntu, pelupa, kehilangan kenyamanan, emosional, kehilangan gairah, rasa malas, galau, gundah dan ratusan tanda tanda lainnya. Jika semua tanda itu diabaikan karena suatu alasan seperti kesibukan bekerja, menunda memeriksakan diri karena jauh tempatnya, belum punya uang, ataupun malas, tidak ada waktu, maka gejala awal penyakit itu akan memberikan tanda lebih kuat lagi, seperti : ada rasa mual, vertigo, tekanan darah tinggi/rendah, susah tidur, daya ingat menurun, linglung, jantung berdebar,

leher kaku, mudah sedih, depresi, sering mendengar bisikan, suhu tubuh tidak stabil, stroke ringan, kulit gatal, perut kembung, Egoisme meninggi, ingin mengamuk, bodoh, nafsuan, sariawan dan sebagainya. Namun, jika tanda tanda penyakit itu juga diabaikan, maka sistem tubuh akan memberikan peringatan terakhirnya yaitu hilangnya kenyamanan, sistem pikiran memberikan peringatan terakhirnya dengan hilangnya kesenangan, sistem perasaan memberikan peringatan kuat dengan menghilangnya ketenangan. Coba rasakan diri Anda. Celakanya, karena sebuah tradisi ataupun kebiasaan yang cukup lama salah kaprah, maka bukannya melakukan introspeksi diri saat sudah kena peringatan ataupun menderita suatu penyakit, tetapi masih saja memupuk egoisme dengan menyalahkan ataupun menuduh orang lain, pekarangan, tetaneman, blackmagic, tetangga, rekan kerja, saudara, saingan, bahkan berani memfitnah leluhur sebagai penyebab atau sumber penyakitnya dan mencari kambing hitam lainnya. Semua itu hanya ilusi karena sangatlah susah dibuktikan dan sering tanpa logika duniawi sehingga analisa dan pikiran seperti itu biasanya pasti tidak memberikan solusi yang nyata. “Ingat hukum metafisika supranatural menyatakan bahwa manusia dilahirkan sebagai mahluk individualistis, maka sehat, sukses, keberhasilan dan keberlimpahannya serta kebahagiaannya hanyalah bisa ditentukan oleh dirinya sendiri, jadi hampir 90 percen

Workshop GMH selalu membludak

segala peristiwa yang dialaminya sesungguhnya adalah sebagai akibat dari caranya sendiri mengolah pikiran, mengolah perasaan dan mengolah tindakannya”. “Bahkan hukum Spiritual universal berpendapat, di dunia ini tugas penciptaan, pemeliharaan dan peleburan hanyalah kuasa Tuhan melalui tugas Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Iswara. Maka tiada seorang tersakti pun yang bisa menghidupan dan mematikan seseorang selain kehendak-Nya. Jika di dunia ini seseorang bisa mengambil tugas para dewa tersebut maka dunia pasti akan kiamat, karena setiap manusia bisa mencelakai manusia lainnya dengan mudahnya. Bahkan pendapat ini diperkuat oleh mereka yang mengunakan Guru Suci empiris sebagai sumber belajarnya, bahwa jika memang ada orang yang bisa membuat orang lain celaka ataupun mati dengan kesaktiannya, maka di zaman dulu kala, zaman dimana hal-hal seperti ini sangat diyakini, Bangsa Indonesia tak akan mampu dijajah sampai 350 tahun oleh bangsa lainnya, karena dengan kesaktian yang dimiliki oleh orang orang yang menekuni bidang itu, bangsa ini bisa melakukan perlawanan melalui alam supranatural dengan cara menyakiti dan membunuh semua penjajah yang ingin menguasai Indonesia tercinta ini. Faktanya hal itu tak pernah terjadi, apalagi di zaman modern ini.” Merdekalah dari pemikiran pemikiran seperti itu. Demikian Guru Mangku Hipno memaparkan lebih dalam. Jika ingin sehat, sukses, keberlimpahan harta dan kasih sayang lalu hidup bahagia menjalani kehidupan yang tersisa, mulailah sembuhkan jiwa, banyak bersyukur atas anugrah Tuhan, pandanglah segala peristiwa yang terjadi seperti mereka yang bijaksana, bahwa semua peristiwa mengandung sisi baik, sisi penyelamatan, meski secara nyata terasa membawa derita tapi pasti ada cerita suka dibalik kehendak-Nya, kita hanya perlu membuka diri dan memperluas cara pandang. Seperti memandang sebuah gunung, jangan hanya memandangnya dari satu sisi, tetapi cobalah pandang dari keempat sisinya maka kita akan benar benar tahu, seperti apa gunung itu sesungguhnya.Begitu juga dengan kehidupan ini, jangan pernah disimpulkan bahwa semuanya seolah telah berakhir, karena hari ini barulah awal dari sisa kehidupan kita. KESADARAN DIRI ADALAH BENTUK TERAPI JIWA Disamping sebagai pencerah jiwa, motivator kesuksesan, Profesional Healer, pakar Metafisika dan Supranatural, pakar Hypnotherapi dan Psicotherapi, Guru Mangku Hipno adalah pendiri Brahmakunta Supranatural & Spiritual Modern Center, yang merupakan pusat penyembuhan dan pembelajaran. Brahmakunta Center didirikan agar menjadi tempat bagi generasi muda Bali khususnya dan Indonesia serta seluruh dunia umumnya mengembangkan bakat di bidang supranatural dan spiritual universal serta di bidang penyembuhan yang siap

Edisi 862/ 17 - 23 agustus 2015

7

Terbuai Asmara di Media Sosial

BERSAMA PENUTUR KEJERNIHAN & PAKAR SUPRANATURAL GURU MANGKU HIPNO “Aku lepaskan diriku dari segala sampah jiwa. Aku tenangkan diriku. Dengan demikian aku dapat menikmati hidup yang lebih indah lagi, demi rasa sayangku kepada diri sendiri, sebab aku sangat mencintai diriku. Dan, demi keindahan masa depan yang sangat kuharapkan, aku mampukan diri untuk memaafkan orang orang yang telah menyakitiku. Aku merasa dicintai Tuhan, diinginkan oleh kehidupan ini. Cinta yang begitu kuat mengalir di seluruh tubuhku, kusebarkan lewat jalan darah ke seluruh tubuhku, aku sangat mencintai kehidupanku. Aku membayangkan diriku dalam keadaan sehat dan bahagia. Aku bisa melihat senyumku dengan sangat nyata. Hatiku tenang dan inilah kekuatanku. Aku bertambah sehat dan kuat, sebab memang demikianlah seharusnya. Aku sudah tenang dan semakin tenang, sehat sekali rasanya”. Demikian bait demi bait lantunan tutur kejernihan diucapkan oleh Guru Mangku Hipno yang mengandung kekuatan penyadaran mistis memasuki dan menggetarkan relung hati setiap orang yang mendengarnya.

Story

Workshop GMH selalu dinantikan

Setelah ibunya meninggal saat melahirkannya, Yuri (21) langsung yatim piatu karena ayahnya juga telah meninggal tujuh bulan sebelum ia lahir. Kisah hidup Yuri sesungguhnya membuat keluarga dan para tetangga di kampungnya di Pulau Sumbawa prihatin melihat kondisi kehidupan keluarganya yang tergolong tidak mampu.

Y

Ratusan Peserta mengikuti Penyembuhan (Somathotherapi, Hipnotherapi)

membantu dan memberi solusi jitu jika ada orang sakit belum mampu sembuh dengan penanganan medis dan belum mampu sembuh secara nonmedis. Guru Mangku Hipno juga mendirikan GMH Instittute, Prana & Hypnosis Club dengan tujuan agar generasi muda dan siapapun, dari manapun asalnya yang ingin belajar mampu menjadi pengusaha, pelayan umat penyembuh, ahli energi prana, ahli hipnosis, master Hypnotherapi, Ilmu Metafisika, Supranatural, Meramal/Palmistri, Ilmu Sihir Bali Petak, dan masih ada 108 jenis keilmuan yang masing masing bisa dikuasai dan dipraktekan nyata hanya dalam waktu belajar 10 menit sampai 1 jam saja. Semua keilmuan yang diajarkan bisa secara nyata terlihat dan terasakan dan bukan halus sampai tak terlihat dan tak terasakan alias kone kene - kone keto. “Semua pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran diri sejati bahwa sesungguhnya semua berawal dari diri sendiri, oleh diri sendiri, untuk diri sendiri, jangan pernah biarkan orang lain menuliskan takdir untuk masa depanmu, karena sesungguhnya semuanya telah ada dan digariskan di genggamanmu. Maka untuk mengatasi kegagalan, penyakit ataupun hal-hal buruk lainnya, mulailah dari mengubah diri ke arah lebih baik, kendalikan pikiran, kendalikan perasaan, kendalikan tindakan maka di masa depan anugrah terindah Tuhan pasti menunggu, di sana ada persahabatan yang baik, anugrah rezeki yang berlimpah, ada kegembiraan dan pasti Anda mendapat penghormatan. Selalulah introspeksi diri, tingkatkan kesadaran diri karena itu adalah pemulihan jiwa. Pemulihan jiwa adalah dasar terbaik dan syarat mutlak untuk mencapai hidup sehat, sukses, keberlimpahan dan bahagia dalam waktu yang sangat cepat, efesien, tepat”. Demikian Guru Mangku Hipno yang memiliki nama lengkap GMH Ketut Gd. Suatmayasa, S.H., CHt, MNNLP memaparkan. Jika ada sahabat yang berniat menda-

patkan pelayanan kami untuk, pencerahan, dharma wacana, pembobolan mental blok, motivasi kesuksesan, pembelajaran, perubahan Karakter, penyembuhan massal, pemurnian diri, revolusi mental, konsultasi, baik secara pribadi ataupun berkelompok, perusahaan, sekolah/ kampus, organisasi, badan usaha, rumah sakit, perkumpulan, kami siap diundang di seluruh wilayah Indonesia, silahkan menghubungi kami “Brahmakunta Center, GMH Institute, Prana & Hypnosis Club : Perumahan Gunung sari Indah, Jl Tukad Buana 1/61 Keboiwa Utara (Dekat kantor Bali TV), Ph 0361 8442823/ 085103114204, Pin BB 7FB63D85.Email : inten.sagung@yahoo.co.id. WORKSHOP PEMULIHAN JIWA Setelah diadakan di berbagai wilayah Indonesia seperti Mataram, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Bandung, Palembang, Jakarta dan di berbagai kota lainnya, kini kami persembahkan untuk masyarakat Bali tercinta, sebuah fenomena pemulihan jiwa, sebuah pemurnian diri, penyadaran diri, pembangkitan diri, perubahan diri, dan pembebasan dari segala ikatan masa lalu yang buruk, pembebasan dari segala keputusasaan, penyakit, keluhan, kegagalan, penderitaan berkepanjangan. Sebuah penyelamatan melalui “WORKSHOP PEMULIHAN JIWA BERSAMA GURU MANGKU HIPNO”. Dengan metode BYSAId, yang telah terbukti nyata berhasil menyembuhkan dan mengakhiri penderitaan ratusan pasien dengan penyakit yang susah terdeteksi baik dari wilayah Indonesia maupun mancanegara seperti Australia, Jepang, Singapura, India, UEA, Prancis, Amerika, Tionhkok, dllnya. Melalui tutur kejernihan Guru akan menuntun dan mengajak Anda tanpa sadar detik demi detik, menit demi menit memasuki ruang baru yang disebut THE MIRACLE OF ZONE IKHLAS DIMANA ANDA AKAN DIKELUARKAN DARI NERAKA MENUJU SORGA KEHIDUPAN ANDA.

Workshop “PEMULIHAN JIWA”

diadakan : HARI MINGGU, 23 AGUSTUS 2015 PUKUL : 15.00 s/d 17.00 WITA TEMPAT : GEDUNG PWI BALI JL. GATSU TENGAH LUMINTANG DENPASAR HARGA TIKET : HANYA 350 RB/PER ORANG. Bonus : Psikotherapi Massal, Teknik Terhindar dari Black Magic dan Teknik Terhindar Gendam.

UNTUK PESAN ANTAR TIKET HUB : 0361-8442823, 0851 0311 2404 (Brahmakunta Center) 0857 3881 8906 ( Jro Mangku swandra) 085 2386 40217 ( Jro Abuck) 0856 3800 133 (Jro Putu Anta) 0851 0013 3724 (Jro Ayuk) 081 2468 1851 (Jro Musna) 0859 3505 1555 (Jro Made Chung)

uri akhirnya dibesarkan oleh nenek dan bibinya. Sejak itu ia mendapat banyak simpati dari tetangga hingga akhirnya ia tumbuh besar lalu dewasa. Saat usia SMP, Yuri sudah mulai bekerja membantu para tetangga seperti menyeterika, mencuci pakaian dan sebagainya. “Dari sana Yuri mendapat upah yang lumayan untuk uang jajan saat sekolah,” kata Fani, salah satu bibinya. Menurut Fani, apa yang terjadi pada Yuri, seperti yang dikisahkannya ini tampaknya patut dijadikan contoh untuk selalu mawas diri dan mau mendengarkan nasihat orangtua maupun orang lain. Sejak mulai bisa bekerja membantu tetangga, Yuri disayang selain karena rajin ia juga seorang yatim piatu. Namun hal itu tidak berlangsung lama, Yuri mulai berubah ketika duduk di kelas satu SMA. Ia selalu menghindar bila dimintai tolong oleh tetangganya untuk mengerjakan sesuatu seperti biasa. Ia juga seperti malu lagi untuk bekerja seperti ini. “Ini yang bikin para tetangga ya…. jengkel,” ujar Tami salah seorang tetangganya. Padahal, sesungguhnya para tetangga itu meminta bantuan Yuri bukan sematamata membutuhkan tenaganya melainkan agar dapat memberinya uang sebagai hasil jerih payahnya. “Kami minta bantuan Yuri untuk menyetrika ataupun mencuci, itu karena kami ingin memberinya uang,” kata Tami yang hampir seluruh keluarganya memakai jasa Yuri untuk hal tersebut. Dari tiga kakak beradik Tami, Yuri bahkan bisa mendapatkan Rp 100.000 atau malah bisa lebih dari jumlah itu untuk sekadar menyeterika saja. Belum lagi kalau ia mau mencuci dan pekerjaan ini tidak tiap hari dilakukannya melainkan seminggu sekali. Tiga orang kakak beradik ini, termasuk yang paling sering memberi Yuri uang ataupun pakaian yang tidak termasuk dalam upah kerjanya. “Tiap ada rezeki kami sisihkan untuk Yuri bahkan bayar sekolah (pakaian dan lainnya), sebisa mungkin kami bantu,” ujar Tami. Upah dari Tami dan saudaranya serta para tetangga, Yuri sebenarnya tidak kekurangan, cukup untuk biaya jajan maupun kebutuhan lain dirinya. Ditambah lagi dengan makin tumbuh dewasanya Yuri, saudara-saudara tirinya,

anak dari ayahnya mulai memperhatikan Yuri. Ayah Yuri yang usianya jauh lebih tua dari ibunya menikah karena paksaan keluarga demi melunasi hutang. Ini bukan hanya ada dalam kisah Siti Nurbaya melainkan terjadi pula pada ibunda Yuri. Namun Yuri beruntung mendapat perhatian dari saudara tirinya yang kesemuanya laki-laki yang tentu usianya jauh lebih tua dari dirinya dan hidup cukup. Perhatian itu rupanya yang membuat Yuri berubah, tidak lagi mau “disuruh-suruh” untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Ia lebih suka menghabiskan waktu pergi jalan-jalan dan bermain HP. Hingga dalam sebuah obrolan di media sosial ia berkenalan dengan seorang laki-laki. Yuri terpesona lalu termakan omongan. Si laki-laki yang seorang duda mengajaknya bertemu dan pertemuan itu membuat Yuri langsung jatuh cinta. Yuri dibuai asmara dengan laki-laki yang tinggal di ibu kota negara tersebut. Gelagat sudah mulai berubah kala itu. ia sudah tidak mau mendengar nasehat nenek dan bibinya yang meminta ia untuk sekolah setinggitingginya karena saudara-saudara tirinya sanggup membiayainya bahkan hingga mendapatkan pekerjaan yang layak. “Saudara-saudara tirinya ingat pesan terakhir ayahnya untuk menjaga dan mengurus Yuri kelak jika lahir,” kata Fani. PULANG BAWA ANAK Ia telah dilarang untuk keluar rumah apalagi mengikuti ajakan laki-laki tersebut yang jauh-jauh datang dari Jakarta untuk bertemu dengannya. Ketika laki-laki itu akan pulang, Yuri memaksa ingin ikut dengannya untuk menikah di Jakarta, namun dicegah oleh keluarganya. “Kami sudah melihat laki-laki itu bukan laki-laki baik-baik,” kata Fani. Yuri memaksa. Karena upaya keluarga untuk mencegahnya pergi begitu kuat, Yuri menyerah, laki-laki itu pulang sendiri ke Jakarta. Namun, penyesalan Fani terjadi kala tiba-tiba Yuri menghilang dan menyatakan bahwa ia telah menikah dengan laki-laki tersebut. Yuri putus sekolah. “Kami hanya bisa berdoa agar dia bahagia,” ujar Fani. Kekesalan dan penyesalan yang dalam juga dirasakan oleh saudara-saudara tirinya. Keluarga akhirnya membiarkan Yuri dengan pilihannya sendiri. Mereka di

kampung hanya menerima kabar bahwa Yuri hamil lalu menyusul kabar berikutnya ia sudah melahirkan. Meski kesal, keluarganya senang mendengar kabar tersebut walaupun mereka sesungguhnya sudah tidak peduli lagi padanya. Hingga akhirnya Yuri tiba-tiba pulang membawa anaknya yang baru berumur sembilan bulan. Dengan wajah menunduk, Yuri menyesali keputusannya pergi bersama laki-laki yang saban hari menyiksanya baik fisik maupun psikis. Ia pulang kampung membawa beban anak bagi keluarganya yang hidup dalam balutan kekurangan. Apa yang didapat oleh Yuri yang menolak sekolah bahkan menolak masa depan yang cerah yang ditawarkan oleh saudara-saudara tirinya, hanya penyesalan yang tidak bisa membuat waktu

diputar kembali. Kini ia dan anaknya hidup membebani keluarganya. Saudarasaudara tirinya, yang bisa dibilang tidak dekat secara emosional dengannya, tidak lagi mau mengurusnya. Kekecewaan akan pilihan Yuri dianggap sebagai anak yang tidak tahu diri. Begitu juga dengan para tetangga yang dulu rajin membantunya saat ia rajin bekerja, kini sepertinya juga malas lagi peduli padanya. Sekarang, Yuri lebih banyak diam di rumah menanggung malu. “Dia malu untuk keluar rumah. Jika saja dia mau sekolah tinggi-tinggi setinggi tawarannya dari saudara-saudara tirinya, mungkin dia sudah jadi pegawai dan punya penghasilan yang layak,” kata Fani yang mau tidak mau harus menampung Yuri dan anaknya di rumah sempit miliknya. -Naniek I. Taufan


Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Sudahkah Perempuan Bali dapat Warisan? Perempuan Bali berhak atas warisan berdasarkan Keputusan Pesamuan Agung III MUDP Bali No. 01/Kep/PSM-3MDP Bali/X/2010, 15 Oktober 2010. Di keputusan ini, disebutkan perempuan Hindu di Bali menerima setengah dari hak waris purusa setelah dipotong 1/3 untuk harta pusaka dan kepentingan pelestarian. Hanya jika mereka yang pindah ke agama lain, mereka tak berhak atas hak waris. Jika orangtuanya ikhlas, tetap terbuka dengan memberikan jiwa dana atau bekal sukarela.”

S

etelah 5 tahun keputus­an ini ditetapkan, bagaimana pelaksanaan di lapangan? Apakah benar perempuan Bali sudah mendapatkan warisan? Untuk menyamakan persepsi, satu workshop digelar “Status dan Kedudukan Perempuan Bali dalam Pewarisan, Tantangan, dan Implementasi” kerja sama MUDP dengan Bali Sruti, Senin (10/8) di Denpasar. Sita Van Bemmellen me­ ngatakan, masih banyak orang yang tidak bisa menerima kalau anak perempuan mendapat pembagian waris. Untuk itu, ia berharap, harus ada penelitian tentang bagaimana satu keluarga yang hanya mempunyai anak perempuan atau keluarga yang tidak punya anak? “Adat harus

berubah menyesuaikan dengan zamannya,” tegasnya. Budawati dari LBH Apik Bali memberikan satu gambaran rea­ lita perempuan Bali. Saat saya kuat bekerja rasanya tiada waktu yang saya sisakan untuk ke­se­ nangan saya sendiri karena saya perempuan Bali yang kuat dan pekerja keras, tapi saat perceraian terjadi saya baru tahu bahwa menyisihkan secuil penghasilan untuk saat-saat tak terduga adalah penting, karena walaupun saya punya banyak aset tetapi jika saya tidak punya uang untuk mengurus gugatan gono-gini saya akan mulih daha (pulang ke rumah asal) de­ ngan tangan hampa. Bagaimana setelah perceraian itu cara saya menghidupi diri sendiri?, jika saya masih kuat ­b ekerja mungkin tidak akan

Membuat

“Tebog”

Peserta ikut

masalah, tapi jika saya sudah sakitsakitan saya tentu akan membebani saudara laki-laki saya, dan istri maupun anak-laki-lakinya, dan yang paling membuat saya merasa menjadi parasit adalah biaya ngaben yang harus mereka tanggung saat mengantar saya ke “alam baka”. Orang tua saya tergolong ekonomi menengah ke atas tapi saat saya menikah tidak ada harta yang berarti yang bisa diberikan kepada saya, bukankah itu harta bersama orangtua saya yang berhak untuk diberikan secara adil pada semua anak-anaknya? Inilah yang terjadi para perempuan Bali. AA Putu Suweca dari MMDP Denpasar mengatakan, sosialisasi keputusan MUDP perlu lebih digalakkan lagi, terutama masalah hak warisan. Warisan yang mana yang dimaksud. Dewa Rai dari MUDP menilai ada salah persepsi tentang waris. “Kewajiban itu apakah juga waris? Apa itu waris? Satukan persepsi dulu. Bagaimana konsep waris,” katanya. Menurut AA Arwata konsep waris harus sama, waris itu bisa ada bisa tidak ada “Harus ada warisan, kalau tidak ada maka bagaimana hak dan kewajibannya,” ujarnya. AA Sudiana dari MUDP

di Thailand

“Nuas”

Negara-negara ASEAN kerap menyelenggarakan pertemuan untuk melestarikan kebudayaan. Salah satunya ASEAN Textil and Basket Weaving Symposium, yang dilaksanakan di Thailand, akhir Juni 2015. Simposium juga dirangkaikan dengan pameran yang memajang kain-kain kuno berupa tenun ikat dari negara-negara ASEAN dan satu-satunya batik kuno dari Indonesia.

D

elegasi Indonesia dipimpin Dr. Mariah Woworuntu sebagai President ASEAN Traditional Textile Arts Community, mengajak peserta dari Bali, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Jawa Barat. Masing-masing negara mendemonstrasikan pembuatan keranjang dan menenun. Awalnya Dr. Mariah meminta ahli janur dalam bentuk keranjang yang ada di Bali untuk diajak ke Thailand dalam ajang Symposium dan Workshop On Arts and Crafts. Bentuk keranjang dari janur untuk upacara keagaman di Bali adalah “tebog” dan “keranjang panjang ilang”.

Ida Ayu Kartika yang ahli membuat banten untuk semua keperluan upacara pun dihubungi. Dalam kesempatan itu Ida Ayu Kartika dari Bali mendemontrasikan pembuat­ an keranjang dari janur bersama penulis. Dr. Mariah memberi info tambahan, ketua panitia penyelenggara Dr. Chai Smanchat berpesan agar stand pameran Indonesia ditandai dengan penjor Bali serta memajang kain tenunan dan benda-benda kerajinan. Suami Ida Ayu Kartika yang akan menyertai kegiatan ini pun mengurus pembuatan penjor dengan potongan bambu yang akan disambung-sambung untuk kepraktisan pembawaannya. Dayu Kartika lahir tahun 1968 di

Ida Ayu Kartika sedang demonstrasi

Geria Carik Sidemen Karangasem dan menyelesaikan pendidikan SMEA. Ia pernah bekerja di Bank Parta Kencana Tohpati Denpasar selama 5 tahun dengan jabatan terakhir Koordinator Pos Denpasar. Setelah menikah dengan Ida Bagus Mantra, putra keenam dari Pedanda Istri Rai dari Geria Langon Sibangkaja, Abiansemal Badung yang berprofesi sebagai tenaga guru di SD Sibangkaja, Dayu Kartika menekuni bebantenan dan jejahitan janur. Sebagai “tukang banten”, telah banyak menyelesaikan berbagai upacara di lingkungan Kecamatan Abiansemal dan Kecamatan Mengwi. Pasangan

Woman on Top

Nyanyikan Indonesia Raya

dengan Semangat Para pembicara dari kiri: Budawati, Ketua Bali Sruti Luh Riniti, Nyoman Sumardika, dan AA Sudiana

sepa­kat sosialisasi belum maksimal karena ada resistensi di masyarakat, karena warisan melekat dengan kewajiban. Syarat hukum waris harus dilihat yaitu warisan, pewaris, dan ahli waris. Sekarang banyak terjadi, dalam kondisi masih hidup warisan sudah dibagikan karena melihat kenyatan secara riil bahwa kondisi sekarang tidak memungkinkan kalau sesudah meninggal baru dibagi warisan. Bagaiamana kalau punya anak banyak, tentu tidak mungkin tinggal serumah dengan keluarga besar, maka kalau mereka mempunya warisan sebidang tanah maka akan dibagi-bagi sehingga mereka tidak berdesakkan tinggal dalam satu rumah Ia mengatakan, strategi MUDP, komponen institusi adat, Pemda dan LSM perlu bersinergi untuk melakukan sosialisasi hasil MUDP. Fungsionaris adat perlu men­ dorong masyarakat adatnya sendiri secara berkelanjutan untuk mem-

bangun kesadaran diri memberi warisan kepada keturunannya. Untuk harta warisan atau harta gunakaya yang dihibahkan oleh orangtua kepada anaknya yang kawin keluar se­bagai harta tetadan, dapat dialihkan menjadi hak milik yang proses­nya diawali de­ ngan membuat surat pernyataan pewarisan dari orangtua beserta ahli warisnya dan selanjutnya diperkuat dengan surat perjanjian di notaris atas penghibahan harta warisan tersebut. Nyoman Sumardika dari INI Bali mengatakan, pewarisan merujuk peralihan, harta yang tercantum diwariskan kepada siapa. Biasanya masih menggunakan klasifikasi penduduk, jadi harus dengan surat keterangan silsilah, diketahui aparatur desa sampai kecamatan dengan 2 saksi. Hal ini sebenarnya masih menjadi perdebatan, karena sudah tidak relevan lagi, karena bertentangan dengan aturan yang ada.

Dayu Kartika-Gus Mantra memiliki seorang putri Ida Ayu Sri Widnyani, yang memiliki berbagai prestasi di bidang sempoa, gender, dan sastra.

makai kostum tarian karena akan dilanjutkan dengan malam kesenian. Hanya Indonesia dan Vietnam yang pentas di acara itu selain tuan rumah Thailand. -Kusuma Arini

-Wirati Astiti

MALAM KESENIAN Di stand pameran dipajang juga dekorasi janur dari bentuk tebog yang diisi rangkaian janur bernuansa bunga-bungaan sehingga menyerupai vas bunga. Hal ini sebagai tambahan fungsi dari tebog tersebut karena selain untuk keperluan ritual Hindu Bali ternyata juga bisa untuk dekorasi hiasan meja. Disamping itu jika tebog dibuat besar seukuran kepala, bisa berfungsi sebagai topi. Hal itulah yang disampaikan pada pemandu yang mengantar acara bahwa tebog mempunyai fungsi ganda sedangkan keranjang panjang ilang hanya berfungsi untuk upacara kematian. Perhatian peserta cukup antusias sampai-sampai ada yang ikut ‘nuas’ (memotong janur). Setelah demonstrasi berakhir, Dayu Kartika dan penulis bergegas untuk me-

Ida Ayu Kartika dalam Basketry Demonstration

19

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Tahun 2015 ini, Indonesia mera­yakan hari ulang tahun Proklamasi Kemer­dekaan yang ke-70. Usia yang sangat panjang telah dilalui bangsa Indonesia. Kemerdekaan dimaknai berbeda oleh masing-masing orang. Sudut pandang makna kemerdekaan pun bermacam-macam.

M

enurut AA Sagung Rat Mudiani, S.E., walaupun Indonesia sudah merdeka, tapi masih ada penjajahan di negeri ini. Buktinya, para bule yang bekerja di hotel lebih dihargai dibanding pekerja lokal. Padahal, sumber daya manusia (SDM) pekerja lokal tak kalah dengan tenaga asing. “Dalam setiap departemen, hotel berkelas bintang pasti menempatkan pekerja asing sebagai pimpinannya. Padahal, SDM pekerja lokal mampu mengisinya. Bayaran pekerja asing juga lebih mahal. Ini sama saja bentuk penjajahan zaman sekarang,” kata Sekretaris Material Manager Grand Hyatt Bali, Nusa Dua ini. Perempuan yang dipercaya sebagai Ketua Hyatt Indonesia Union Council sejak tahun 2007 sampai sekarang ini menambahkan, padahal para bule itu banyak belajar dari kita. Lucunya, kita malah bangga mempekerjakan mereka. Penasihat Federasi Serikat Pekerja Mandiri Regional Bali dan Grand Hyatt Bali ini, menambahkan, karena itu, sebagai bangsa yang besar, seharusnya

mulai sekarang kita berbenah dan jangan sia-siakan kemerdekaan yang telah diraih dengan pengorbanan darah para pejuang. Karena itu, ia menilai, kita wajib merayakan hari kemerdekaan sebagai bentuk penghormatan ke pada para pejuang. Namun, di sisi lain, ia merasa trenyuh, banyak orang melakukan hal sepele saja tak mampu. Misalnya, menyanyikan lagu Indonesia Raya. Ada yang ogah-ogahan atau malas-malasan dan tidak bersemangat. Malah menganggap lagu itu biasa saja. Sagung merasa prihatin dengan kondisi ini. Menurutnya, sebagai warga negara yang baik, seharusnya kita merasa bangga menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan memunculkan rasa semangat nasionalisme. Ia mengajak para generasi muda, untuk belajar menghargai kemerdekaan dengan melakukan banyak cara, tidak melakukan korupsi dalam segala bidang, semangat dalam berkarier, dan berjiwa nasionalisme. “Kita tak harus berperang dengan senjata, tapi kita berperang dengan kecerdasan. Mari kita tunjukkan kita tak takut bersaing dengan negara lain dalam MEA,” ucapnya.

AA Sagung Rat Mudiani, S.E.

Grand Hyatt Bali juga melaksanakan perayaan Hari Kemerdekaan dengan banyak acara, dan sudah dimulai sejak 5 Agustus lalu. Salah satu lomba yang digelar, lomba paduan suara Indonesia Raya. Puncaknya tanggal 17 Agustus selain diperingati dengan upacara bendera dan beberapa lomba digelar untuk memeriahkan acara. Tujuannya, selain untuk mendoakan para pejuang kemerdekaan dan membangkitkan rasa nasionalisme, juga, meningkatkan hubungan kebersamaan pekerja dan managemen. Selain itu, mengenalkan kepada tamu yang menginap, hari itu hari ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. –Wirati Astiti

Jangan Lupakan Pendidikan Karakter Indonesia memasuki usia 70 tahun. Untuk ukuran manusia, 70 tahun merupakan usia yang cukup tua. Namun untuk ukuran usia negara, 70 tahun boleh dibilang masih seumur jagung. Perjalanan Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara masih panjang. Mengutip kata mantan Wakil

Sruti Respati

6

Presiden, Boediono, perjalanan bangsa Indonesia yang berusia 70 tahun sangat menentukan masa depan untuk bertahan ribuan tahun. “Kalau manusia, usia 70 tahun sudah tua, tapi untuk sebuah bangsa, usia itu masih remaja dan sangat menentukan,

apakah bisa bertahan hingga ribuan tahun ke depan atau tidak, atau hanya akan menjadi catatan sejarah lalu menghilang,” ungkap Boediono. Menurut Sruti Respati, bagaimana memaknai dan mengisi kemerdekaan Indonesia dengan hal-hal yang positif untuk bangsa dan negara, itulah yang terpenting. Kemerdekaan, katanya, bukan berarti kita bisa sebebasbebasnya untuk melakukan segala sesuatu, tanpa batasan tanpa memperdulikan hal lainnya. “Kita hidup merdeka, bebas mengekspresikan apa yang ada di pikiran dan di hati kita, tapi dalam implementasinya kita juga dibatasi oleh norma, nilai-nilai dan budaya yang berlaku,” ungkap penyanyi keroncong yang kerap tampil di panggung nasional dan internasional ini. “ Saat ini, lanjutnya, dunia sudah begitu modern. Kita sangat dimanjakan dengan kemudahan akses informasi tentang apapun dari belahan bumi manapun. Semuanya sudah sangat mengglobal. Namun, tegasnya, dunia boleh modern, akulturasi berjalan pasti, tetapi menjadi pribadi yang jujur sesuai akar budaya, norma, nilai dan etika dan estetika yang berlaku dalam masyarakat lebih memerdekakan daripada sekadar kemerdekaan tanpa identitas. “Jangan sampai kemudahan yang didapat dari modernitas malah menjadi ‘penjara’ topeng kepura-puraan atau euphoria semata. Jangan sampai kita kehilangan jati diri,” ucap wanita kelahiran Solo, 1980 ini.

Ditanya bagaimana memak­ nai kemerdekaan, Yenli Wijaya salah seorang desainer senior Bali, dengan antusias menyatakan, baginya makna kemerdekaan adalah sebuah kebebasan dalam berekspresi, dalam karya dan aktualisasi diri dalam bidang masing-masing. Kebebasan mengeluarkan pendapat tentu dalam kaedah yang sopan dan santun, dan selaras dengan kepribadi bangsa kita. Selanjutnya karya-karya yang kami lahirkan tentunya juga berasal dari warisan budaya yang kita miliki. Hal ini sudah sepatutnya dan sangat layak kita abadikan sebagai bagian dari masyarakat yang mencintai bangsanya sendiri. “Kalau bukan kita siapa lagi?,” cetus Yenly . “Karena seperti kata-kata bijak yang mengatakan, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung,” lanjutnya tersenyum. Keberadaannya sebagai orang yang lahir dan besar di Bali dan bekerja di Bali juga, mengaku sangat mengagumi Bali. Mulai dari ragam kerajinan, ukiran, lukisan dan ratusan karya seni hasil buah tangan masyarakat di Bali. Dikatakannya yang lebih penting adalah kulturnya, yaitu masyarakat itu sendiri. Keseharian budaya masyarakat kita, cara hidup mereka, interaksi, kebudayaan masyarakat, ritual dalam masyarakat Hindu menjadikan sebuah magnet dan daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Bali. Objek-objek pariwisata yang ada juga menjadi daya pikat Bali di mata dunia. Bagi Yenli sebagai salah satu disainer Bali, mengangkat ikon-ikon Bali dalam setiap karyanya merupakan wujud cintanya terhadap keberadaan pulau Bali yang dicintainya ini. “ Entah kenapa hampir seluruh rancangan saya selalu ada sentuhan nilai etnik dan tak terlepas unsur Balinya. Seperti ikon tari-tarian beberapa tahun yang lalu menjadi sebuah perwujudan karya saya dalam “A touch of spirit” Luar biasa, nilai magisnya mampu meran suk ke dalam setiap rancangan tersebut,” paparnya. Demikian juga dalam tema desainnya di tahun lalu yakni “Gemah ripah loh djinawi”, yang mengusung kain endek motif grinsing. “Yang tertuang di sana adalah sebuah rangkaian doa.Saya berharap Tenganan menjadi sebuah desa yang terus berkembang tanpa meninggalkan nilai –nilai uhur yang patut diabadiSebut saja, katanya, berkat kemerdekaan, kita bebas mengelola kekayaan alam yang berlimpah-limpah. Namun hendaknya dalam mengelola juga harus memperhatikan adat istiadat, budaya setempat. Artinya, bebas bukan berarti bisa berbuat semaunya, termasuk dalam mengelola kekayaan alam. Jangan sampai mengeksploitasi. “Contoh lainnya. Kita bebas berlomba-lomba menyekolahkan anak di tempat pendidikan terbaik.

Ayushita Widyartoeti Nugraha

Bebas tapi Sopan kan sebagai kekayaan atau kearifa lokal untuk dunia global,” ucapnya. Kekayaan lokal yang kita miliki, katanya patut kita kembangkan sebagai masyarakat dan pekerja seni. “Itulah arti sebuah kemerdekaan yang hakiki,” imbuhnya tanpa memandang dari latar belakang mana kita berasal dan suku mana kita lahir. Namun, masyarakat kadang masih memberi nilai dan perbedaan itu. Padahal, banyak juga orang-orang yang bukan lahir di Bali bukan dari suku Bali namun mereka sangat mencintai dan bahkan menulis tentang kultur masyarakat Bali. “Menjadikan sebuah buku untuk kita bisa lebih belajar lagi dan menghargai apa yang kita miliki sebagai warisan bagi generasi kita, Bukankah ini merupakan wujud kecintaan kita pada pulau kita dan bangsa kita Indonesia. Mari kita lebih giat dalam berkarya. Wujudkan cinta dalam karya dan seni,” tuturnya sembari memekikkan semangat merdeka. – Sri Ardhini

Yenli Wijaya

Tapi jangan lupa bahwa pendidikan karakter, pendidikan keluarga tentang nilai-nilai moral, etika dan estetika baik dalam keluarga maupun dalam kehidupan bermasyarakan, juga penting,” ucapnya. Sebab, karakter itu nanti akan menentukan pola prilaku ketika si anak sudah terjun ke masyarakat. “Jadi intinya, kemerdekaan jangan dijadikan kesempatan atau alat untuk ‘menjajah’ baik itu terhadap diri sendiri, masyarakat dan alam,” katanya. Lain lagi dengan pandangan penyanyi juga pemain sinetron dan film, Ayushita Widyartoeti Nugraha. Menurutnya, meski Indonesia sudah memasuki usia 70 tahun namun kemerdekaan yang sesungguhnya belum berhasil dicapai oleh negeri ini. Dalam pandangannya, kemerdekaan berarti bebas dari kemiskinan, situasi bangsa senantiasa kondusif, masyarakat yang tertib dan menghargai perbedaan serta menghargai budaya sendiri. Hal-hal tersebut, dalam pandangannya belum berhasil dicapai. Untuk mewujudkan itu, diakuinya, membutuhkan waktu yang panjang juga kerja keras semuanya, bukan hanya pemerintah tapi juga masyarakat. “Kita semua harus bekerja sama, jangan egois atau mau enak sendiri,” ucap pemeran film ‘Bukan Bintang Biasa’, ini. -Diana Runtu


20

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Ir. Husnanidiyati Nurdin

Nine

Jadikan Penyuluh Teman, Sahabat, Guru “Sakit telinga saya mendengar dan lebih sakit lagi hati saya merasakannya,” ujar Ir. Husnanidiyati Nurdin, Kepala Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan & Kelautan, Kehutanan NTB. saat mendengar sentilan berbagai pihak tentang kapasitas, kompentensi dan keberadaan para penyuluh di Nusa Tenggara Barat dalam bekerja. Mulai dari soal kemampuan para penyuluh hingga pengetahuan mereka yang terkesan tidak maksimal saat melakukan penyuluhan kepada para petani dan peternak di lapangan. Hal ini selalu ia sampaikan dengan gaya berguyon (namun menyimpan kesan yang serius) tiap kali bertatap muka dengan para penyuluh yang ia datangi di seluruh Nusa Tenggara Barat. Dari sana, perempuan yang memiliki pribadi mandiri ini, mulai melangkah untuk menggerakkan, mendorong dan menjadikan para penyuluh di daerah ini, memiliki “arti” yang tidak lagi disepelekan keberadaannya.

“T

arget utama saya adalah mengantar dan menjadikan para penyuluh di NTB, memiliki kapasitas dan kompetensi yang mumpuni dalam bekerja, karena peran mereka sangat penting. Penyuluh harus bisa menjadi teman, sahabat bahkan guru dalam mendampingi dan mengawal para petani. Karena tugas penyuluh itu adalah tugas yang berat namun bisa dilakukan dengan kemauan dan tanggung jawab,” ungkap nenek satu cucu, Karaisa Aurelia

Savira (1,5). Dalam obrolan santai dengan para penyuluh di pematangpematang sawah, di pinggir-pinggir kolam, ia selalu memotivasi para penyuluh untuk bekerja maksimal dalam kapasitas dan kompetensi yang mumpuni untuk menjalankan tugas mulia demi memastikan ketersediaan pangan untuk orang banyak. Ini yang mendorong adrenalinnya, turun ke lapangan dengan penuh semangat. Ia memupuk harapan dengan usaha dan tekad yang kuat, untuk menjadikan para penyuluh sebagai tempat bagi para petani untuk

berkonsultasi dan bertanya. Karena itu, ia merasa perlu menyiapkan para penyuluh yang memiliki kemampuan tersebut. Sejauh ini apa yang ditemukan di lapangan tentang kondisi dan situasi para penyuluh, satu yang membuatnya memaklumi mengapa selama ini penyuluh relatif dipandang sebelah mata. “Mereka jarang dilatih,” ujarnya pendek. Dan yang paling menggelitik, lanjutnya, banyak yang bertanya padanya, “Bu, kapan saya bisa mengikuti latihan dasar penyuluhan?.” Latihan dasar penyuluhan yang mestinya meru-

Ditugaskan pada bidang yang mengurus para penyuluh di Nusa Tenggara Barat, ia terpanggil untuk meningkatkan keterampilan dan kapasitas penyuluh yang selama ini cenderung dianggap tidak memiliki “peran” yang maksimal. Karena itu, sejak ditugaskan oleh Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi memimpin Bakorluh NTB, Eni, panggilan akrab ibu dua anak ini, all out menjalankan amanah tersebut. Tidak tanggung-tanggung, banyak waktu ia habiskan untuk turun ke lapangan bertemu dan berdialog serta berdiskusi langsung dengan para penyuluh. Dari sana, ia mengetahui banyak tentang kesulitan, tantangan dan peluang serta “peta” kapasitas para penyuluh di daerah ini. Bukan itu saja, Eni bahkan turun langsung ke sawah-sawah

petani, ke kolam-kolam peternak bahkan keluar masuk hutan untuk melihat dan mencermati langsung kondisi di lapangan sehingga ia bia menyusun kebijakan yang tepat dan penting untuk segera ditangani demi meningkatkan “marwah” para penyuluh. Oleh karena itu, aktivitas lapangannya menjadi sangat padat. Eni tidak hanya turun lapangan di sekitar Mataram dan Pulau Lombok atau pun ke Pulau Sumbawa di bagian perkotaan saja, melainkan ia menelusuri lekuk Bumi Gora hingga ke pelosokpelosok seperti Tambora dan Sanggar, Kabupaten Bima yang berada di nun bagian Utara Pulau Sumbawa, Lunyuk Sumbawa yang berada jauh di Selatan Pulau Sumbawa dan tempat-tempat jauh lainnya. Tempat-tempat yang

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Pingkan Margareth

5

Warna-warni Paskibraka 2015 ‘Menyulap’ puluhan remaja menjadi anak-anak yang disiplin, patuh pada pimpinan serta memiliki kemampuan gerak cepat hanya dalam tempo beberapa pekan, tentunya amat sangat tidak mudah. Apalagi para remaja ini datang dari latar belakang yang berbeda. Baik itu dari segi karakter, budaya maupun pendidikan. Tapi itulah tantangan yang harus dihadapi Pingkan Margareth dan 10 temannya yang bertugas sebagai Pembina Calon Paskibraka (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka) tingkat nasional 2015.

Husnanidiaty Nurdin bersama kedua anak, menantu dan cucunya

pakan pelajaran pokok yang dilalui oleh penyuluh ini jarang dilakukan karena berbagai kendala. Baginya sangat aneh kalau penyuluh yang seharusnya mendampingi petani namun tidak punya pengetahuan yang cukup untuk itu. “Lucu rasanya jika petani lebih mengerti dari pada penyuluh,” kata perempuan kelahiran 3 Februari 1962 ini. Karena itulah, ia selalu mengajak penyuluh untuk turun langsung ke lapangan agar tidak hanya menguasai teori saja melainkan mengerti pula dengan cara mencoba dan mempraktikkannya

secara langsung. Hal ini juga yang membuatnya rajin turun lapangan. “Saya tidak ingin berteori saja, tapi tidak mengerti apa-apa,” ujar mantan Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) NTB yang pernah turun ke sawah menemukan kakinya tertanam hingga di atas lutut padahal dalam teorinya soal tempat tanam kedalamannya hanya 20 cm saja. Eni mengaku bahwa dari lapanganlah ia bisa langsung mempraktikkan teori yang diketahuinya, karena menurutnya banyak hal antara teori dan praktik di lapangan yang tidak sesuai. Pingkan dan para calon paskibraka 2015

Kelompok Tani Bukan Dibentuk Saat Ada Bantuan Turun menawarkan perjalanan yang tidak mudah, namun dilakukan Eni demi sebuah tanggung jawab pada amanah yang dipercayakan kepadanya. Hari ini ia bisa berada di Kabupaten Dompu, hari berikutnya ia bisa terlihat di pelosok Lombok Timur begitu seterusnya. Selama tidak kurang dari satu tahun, sembari turun menyapa para petani ia mempelajari bagaimana agar kapasitas dan kompetensi para penyuluh NTB meningkat lalu memetakan langkahlangkah yang diambilnya. Ia tidak segan berbicara mengenai hal ini kepada pimpinannya bahkan tingkat pusat, termasuk mendorong agar anggaran untuk itu dapat ditingkatkan demi menjadikan para penyuluh NTB menjadi penyuluh-penyuluh yang memiliki kapasitas dan kompetensi yang dibutuhkan sesuai tuntutan za-

Inspirasi

“M

Aktivitas Husnanidiaty Nurdin saat turun lapangan ke berbagai daerah di NTB

man, salah satunya dengan kursus (pelatihan) mutakhir dan magang. “Sejak tahun 2015, kami melatih sekitar 1.000 penyuluh, baik yang Pegawai Negeri Sipil, honorer maupun swadaya dalam kursuskursus dan pelatihan,” katanya. Banyak program yang dilakukan Eni dalam mengelola instansi yang dipimpinnya. Termasuk mengajarkan kepada kelompok-kelompok tani agar tidak membuat kelompok hanya pada saat mendengar akan ada turun bantuan dari pemerintah untuk kelompok tani. “Kelompok tani itu harus tumbuh,

bukan dibentuk saja saat ada bantuan turun,” tegas perempuan berbintang Aquarius ini. Karena itu, instansinya melakukan registrasi ulang terhadap 14.000 kelompok tani di NTB, yang terdiri dari Kelompok Pertanian yakni kelompok tani untuk tanaman pangan, peternakan dan perkebunan, Kelompok Kehutanan dan Kelompok Perikanan. Rajinnya ia turun lapangan juga karena keinginannya menjadikan para penyuluh di NTB tidak lagi dianggap “tidur” melainkan memiliki peran yang penting dalam pembangunan daerah ini. Ia merasa beruntung karena rekanrekannya di instansi yang menangani hal ini di kabupaten dan kota yang ada di NTB mendukung apa yang dilakukannya. “Saya senang rekan-rekan di kabupaten dan kota di NTB mendukung langkah-langkah dalam peningkatan kapasitas dan kompetensi serta memajukan peran para penyuluh,” kata ibu dari Evanur Hendrasari (26) dan Nursadrina Hendra Karamina (21). -Naniek I. Taufan

embina anak-anak, mengubah dan membentuk mereka, sebenarnya tidak bisa instan. Apalagi mereka datang dari latar belakang yang berbeda, baik dalam hal pendidikan maupun budaya. Nah mereka harus berubah dalam ‘sekejab’. Hari pertama diberi tahu apa yang harus mereka lakukan. Pada hari kedua, mereka harus sudah berubah. Ini kan tidak mudah. Kebiasaan-kebiasaan sebelumnya, prilaku-prilaku yang tidak sesuai, harus ditinggalkan. Ini sulitnya minta ampun,” ungkap Pingkan Margareth, satu dari 11 pembina yang bertugas membentuk para calon Paskibraka ini. Sebagaimana diketahui, Paskibraka atau Pasukan Pengibar Bendera Pusaka tingkat nasional adalah pasukan pengibar bendera pusaka (duplikat) pada Hari Kemerdekaan 17 Agustus di Istana Merdeka. Mereka adalah putra-putri terbaik dari provinsiprovinsi yang ada di Indonesia. “Saat ini calon Paskibraka berjumlah 68, masing-masing daerah diambil 2 orang putra-putri. Mereka mulai masuk asrama 28 Juli dan akan berakhir pada 31 Agustus mendatang,” jelas Pingkan. Banyak peristiwa menarik dicatat Pingkan selama membina 68 orang ‘Capaska’ (Calon Paskibraka. Sebutan ini berlaku sampai tanggal 16 Agustus sebelum mengibarkan bendera pusaka) ini. Dari yang menjengkelkan sampai yang lucu terjadi dalam keseharian mereka. Maklum, para pembina selama tiga pekan tinggal bersama mereka.

Tantangan terberat, ucapnya, adalah soal kedisiplinan dan kepatuhan. Di hari-hari pertama mereka masuk asrama, perjuangan para pembina ini boleh dibilang sangat berat. Bagaimana mengubah kebiasaan mereka sehari-hari, menjadikan mereka manusia mandiri dan berkarakter, patuh pada pimpinan, dll, benarbenar bukan pekerjaan mudah. “Kita semua, baik itu pembina juga anak-anak harus bergerak cepat. Semua ada waktunya, tidak bisa berleha-leha, bermalasmalasan. Ini yang sulit. Karena mereka kan tidak terbiasa hidup dengan kedisiplinan semacam itu. Waktu makan misalnya hanya 15 menit, waktu mandi, berpakaian lengkap 30 menit. Jadi semuanya benar-benar dikejar-kejar waktu. Mengatur itu semua susahnya minta ampun, kita harus terus menerus mengingatkan. Belum lagi soal prilaku. Ini juga sulit. Misalnya, beberapa dari mereka masih suka menjawab ketika diberi pengarahan. Beruntunglah, setelah 17 hari dalam pembinaan, kondisi semakin membaik. Kebanyakan mereka sudah bisa menyesuaikan, hanya tinggal 1-2 anak saja. Boleh dibilang perubahan sebagaimana yang diinginkan sudah mencapai 90 persen,” papar wanita yang berlatar belakang dari unsur Pramuka ini. KEBIASAAN MAKAN ANGKAT KAKI Contoh lainnya adalah saat pelajaran table manner (tata cara makan). Hal ini kata Pingkan, juga cukup menarik karena ada beberapa dari mereka yang karena budayanya menjadi agak

sulit menyesuaikan diri. Misalnya saat makan. Ada yang memiliki kebiasaan makan dengan kaki diangkat. “Nah ini kan tidak bisa. Kita ajarkan bahwa untuk makan kita harus duduk rapi. Kaki rapat, tidak boleh diangkat. Tidak boleh ada bunyi-bunyi seperti sendok beradu dengan piring, bunyi mulut mengunyah, dll. Nah untuk yang punya kebiasaan (karena budaya) berbeda, kami harus mengarahkan dan mengingatkan mereka. Ini memang cukup sulit, maklum itu kan sudah budaya dan sebelumnya sehari-hari mereka begitu,” ucap sarjana psikologi IKIP Jakarta, ini. Dengan berbagai permasalahan keseharian, tutur Pingkan, terkadang cukup stress mengahadapinya. Tapi ia dan temantemannya memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan atau membentuk Capaska ini sesuai dengan yang diharapkan. “Jadi yang diperlukan bagi kami para pembina adalah kesabaran tinggi, tidak bosan-bosan mengingatkan mereka. Syukurlah sekarang semuanya sudah lumayan membaik. Saya pikir proses ini menarik dan menyenangkan. Karena kan tidak selalu hal-hal yang menekan yang kita hadapi, ada juga hal-hal lucu dan menghibur,” tutur Pingkan yang sehari-hari bekerja di sejumlah sekolah untuk kegiatan ekskul kepramukaan. Sebagai pembina, lanjutnya, sebelum terjun menangani Capaska, telah memiliki bekal di antaranya mempelajari budaya, adat-istiadat masing-masing daerah, dari sana bisa diketahui gambaran karakter orang masing-

Pi ng ka n M ar ga re th masing daerah. “Bekal ini sangat membantu dalam membina mereka. Kita jadi tahu dan bisa memahami kenapa dia bersikap seperti itu, kemudian memberi pengarahan,” katanya. TIDAK ADA WAKTU SENGGANG Bicara soal ‘tekanan’, kata Pingkan, tentunya dialami oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ini. Tak terkecuali para Capaska. Mereka ini, ungkapnya, tidak ada waktu senggang khusus. Mulai dari pagi bangun tidur hingga jam 21.30 WIB mereka terus berkegiatan. Pukul 07 hingga 17.00 mereka berlatih/ pembinaan di lapangan, setelah itu kembali ke asrama, mandi dan makan, kemudian kembali masuk kelas untuk pendidikan. Malam ini mereka akan mendapat pendidikan tentang korupsi dari KPK, kemarin mereka mendapat pelajaran dari Kemenlu, dll,” tuturnya. Jadi agenda para Capaska ini sangat padat. Tidak ada waktu senggang khusus, atau bersosialisasi di antara teman. Hal-hal semacam itu diisi di sela-sela acara. “Asal tahu saja, setelah pendidikan di kelas, mereka masih harus merapikan kamar sebelum

tidur. Ini kan setiap hari dinilai. Jadi meski lelah, mereka tidak bisa langsung tidur. Aturannya, mereka tidur jam 22.00 dan jam 03.30 harus sudah bangun,” tambahnya. Beratnya ‘kerja’ para Capaska ini, tentu juga diimbangi dengan asupan makan yang didapat. Untuk urusan ini, katanya, terjaga dengan baik. Setiap hari mereka mengonsumsi 2500-3000 kalori, dengan 3 kali makan berat dan 3 kali snack. “Tapi snack-snacknya cukup berat seperti roti-rotian, dll. Imbasnya berat badan saya jadi ikut naik, karena apa yang dikonsumsi anak-anak juga dikonsumsi pembina..haahaha,” katanya sambil tertawa. Pingkan sendiri mengaku-karena sudah terbiasa dalam kehidupan kepramukaan--- tidak merasa kaget dengan semuanya. Mengeluti kegiatan Pramuka telah dilakukan Pingkan sejak puluhan tahun silam. Dia mengikuti semua tingkatan dan semua kegiatannya, baik di dalam maupun di luar negeri. Karenanya penggemblengan yang dilakukan saat ini tidak mengejutkannya. “Ya biasa lah, di Pramuka kan juga seperti itu. Anak-anak digembleng hidup disiplin, patuh, berkarakter, dll. Hanya saja bedanya disini, perubahan harus dilakukan cepat, sedang di Pramuka kan tidak dituntut harus secepat itu,” katanya mantan pengurus Kwarnas Gerakan Pramuka ini. Setelah hari ‘H’ yakni pengibaran bendera pada 17 Agustus, para Paskibraka ini tidak langsung bubar. Mereka masih memiliki banyak agenda, termasuk bertemu Presiden dan makan bersama, melakukan berbagai acara kunjungan. Pada 24 Agustus, lanjutnya, mereka bertolak ke Malaysia hingga 28 Agustus, untuk sebuah event. Di event itu, mereka menjadi ‘Duta Belia’ atau Duta Indonesia di luar negeri. “Di sana mereka akan menampilkan sendratari,” tambahnya. -Diana Runtu


4

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Inspirasi

Tjokorda Istri Mas Minggu Wathini

Batu Karang di Tengah Laut

Perayaan detik-detik Proklamasi di Istana Ne­ gara merupakan kegiatan yang sangat ­istimewa. Tidak semua orang bisa hadir di ­Istana Negara untuk mengikuti kegiatan ­tersebut. Salah satu yang pernah mengalaminya adalah Tjokorda Istri Mas Minggu Wathini, Ketua IGTKI Provinsi Bali periode 2011-2016.

dan tema yang belum tentu dikuasai. Selama ujian praktik ini, Cok Minggu yang saat itu sedang menyelesaikan skripsi tidak merasa kesulitan. Ia bisa Cok Minggu dalam sebuah diskusi yang diadakan di Warung 63 Denpasar beradaptasi dengan anak-anak TK. Bah- tasi dengan makalah yang berjudul mereka bahkan mulai dirias pukul nasional. Ini merupakan pertama kan anak-anak me- Hak dan Kewajiban Guru dalam 02.00. Salah satu pengalaman yang kalinya Bali meraih juara I nameluk dirinya dan Proses Pembelajaran. Presen- berkesan ketika dirinya bertemu sional untuk kategori guru TK. meminta ia mengajar tasi ini menjadi ajang Cok Minggu Tjokorda Istri Rai Pemayun, istri “Saya gemetar karena disebutkan lagi setelah waktu mempertahankan pendapatnya Tjokorda Raka Sukawati (penemu sebagai juara I sampai diingatkan praktik selesai. Na- agar guru lebih mengutamakan teknologi Sosrobahu). teman untuk maju ke depan. Kami mun, karena tak ingin kewajiban. Kalau kewajiban sudah “Waktu itu saya sedang dis- menerima piagam dan hadiah dari mengganggu konsen- terpenuhi, hak dengan sendirinya anggul. Saya merasa kenal suara Menteri Pendidikan dan Kebutrasi peserta lain, ia akan mengikuti. orang yang ada di sebelah saya. dayaan Fuad Hassan,” kenangnya. memilih “sembunyi” Usai presentasi, Prof. Deker Ketika menoleh, ternyata Tjok Ia menambahkan, hanya pada tauntuk sementara. menyalaminya dan mengatakan Istri Pemayun. Kami berpelukan. hun 1987 itu ada tes praktik bagi Istri Tjokorda Rai Cok Minggu hebat. “Beliau yang Saya senang sekali bertemu beliau para guru teladan. Selanjutnya tes Pemayun ini juga ber- mengingatkan saya untuk menjadi karena menjadi salah satu pemberi praktik dihilangkan. temu dengan salah karang di tengah laut. Walaupun semangat saya. Beliau Kepala SPG seorang panitia Prof. ombak terus menghempas, karang 2 Halimun Jakarta yang menjadi MOTIVASI GURU Dr. Nyoman Deker, itu tetap berdiri tegak. Sampai kini Kepala Sekolah Teladan DKI JaDI NUSA PENIDA pejabat di Dikbud prinsip ini tetap saya pegang,” ujar karta. Setelah semua rangkaian Prestasi Cok Minggu memberi yang juga dosen di mantan Kepala TK Bhayangkari acara di Jakarta selesai, saya tidak inspirasi bagi guru-guru lain untuk Tjokorda Istri Mas Minggu Wathini Malang. Awalnya Prof. Denpasar dan Kepala TK Negeri langsung pulang ke Bali. Saya sem- ikut beprestasi. Tahun 1990 Bu erempuan yang akrab Deker sempat meremehkan Cok Pembina Denpasar ini. pat menginap di rumah beliau dan Ani Susanti yang berprestasi, tahun disapa Bunda Cok Minggu karena dianggap terlalu Selama berada di Jakarta, para suami beserta anak-anak menyusul 1993 ada Bu Lilik. Selain menjadi Minggu ini menutur- muda dan belum ada apa-apanya peserta teladan ini didukung oleh ke Jakarta,” ujar pengasuh acara guru teladan, Cok Minggu juga kan dirinya bisa ikut kalau hanya tamat SPG TK. Cok Ria Pembangunan, organisasi istri- Taman Kanak-kanak di TVRI Den- meraih predikat Kepala Sekolah perayaan detik-detik Proklamasi di Minggu merasa jengah lalu menga- istri menteri kabinet pembangunan. pasar dari tahun 1980-1990 ini. Berprestasi tahun 2003. Istana Negara tahun 1987. Ketika takan dirinya sedang menyelesai- Semua fasilitas berupa pakaian dan Dari hasil tes tertulis dan prak“Waktu saya meraih juara I naitu, ia menjadi guru teladan TK kan skripsi. Ia juga menantang Prof. aksesoris sudah disiapkan. Kar- tik, Cok Minggu tidak menyangka sional tahun 1987, istri Kapolda Bali tingkat provinsi Bali yang bersaing Deker untuk melihatnya presen- ena jumlah peserta yang banyak, dirinya bisa menjadi juara I tingkat Ny. Hamdan Mansyur menanyakan di tingkat nasional. “Waktu itu sehadiah apa yang saya inginkan. Saya mua predikat teladan, seperti guru langsung minta studi banding ke TK teladan, siswa teladan, mahasiswa Bhayangkari dan TK berprestasi teladan, dokter teladan, hingga yang ada di Jakarta dan Bandung. sopir teladan diundang ke Istana. Permintaan saya dipenuhi. Dari Kami juga dijamu makan malam di situlah saya terinspirasi untuk Sasono Langen Budaya, TMII oleh membuat TK-TK yang ada di Bali Presiden Soeharto dan Ibu Tien,” bisa berprestasi,” ujar perempuan kenangnya. yang mengawali karier sebagai guru Perjuangan Cok Minggu menhonorer sejak tahun 1973 hingga jadi guru teladan TK berawal 1980 dan diangkat menjadi guru dari terpilihnya ia sebagai juara negeri tahun 1980 ini. di tingkat provinsi Bali. Guru TK Tahun 1990 ia mulai berkarier Bhayangkari ini pun melaju ke tingdi TK Negeri Pembina Denpasar kat nasional. Salah satu yang paling hingga pension tahun 2013. Kini berkesan adalah untuk pertama Cok Minggu yang berusia 62 tahun kalinya ajang di tingkat nasional lebih banyak menghabiskan wakberisi ujian praktik. tunya di TK Raisma Putra, sebagai “Semua peserta yang berasal Ketua P2TP2 Kabupaten Gianyar dari 27 provinsi mengambil undan sebagai Ketua IGTKI Bali. dian untuk tempat mengajar dan “Awal Agustus 2015 saya ke tema yang harus diajar. Saya dapat Nusa Penida memberikan materi di TK Losari, Pasar Minggu dan tentang penyusunan kurikulum mengajar tema anggota tubuh. TK. Saya salut dengan guru-guru Ini termasuk ringan karena tidak TK yang ada di sana. Mereka sanperlu membuat model. Cukup gat bersemangat. Saya pun terpacu menggunakan anggota tubuh,” ujar untuk memberi motivasi bagi meribu tiga anak dan nenek 9 cucu ini. eka agar bisa berprestasi baik di Praktik ini bagi para peserta sangat tingkat daerah maupun nasional,” berat karena mereka berhadapan tegas finalis Ibu Teladan se-Bali Cok Minggu bersama Prof. Deker Cok Minggu bersama Tjokorda Istri Rai Pemayun dengan tempat baru, siswa baru, 2005 ini. –Ngurah Budi

P

Mandalika

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

21

Keluarga Berperan Penting dalam Memantapkan Ketahanan Nasional

Menanamkan sejak dini tentang nilai-nilai kehidupan berbangsa dalam keluarga akan dapat menjadikan keluarga sebagai wahana yang tangguh bagi terwujudnya keluarga berkualitas. Hal ini dipandang perlu karena keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya memantapkan ketahanan nasional dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karenanya, program pembangunan keluarga bahagia dan berkualitas tidak dapat terwujud dengan baik tanpa keterlibatan semua unsur, termasuk unsur terkecil yaitu keluarga.“Semua pihak harus berperan aktif dalam membangun keluarga kecil yang berkarakter dan sejahtera,” ungkap Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin, SH.,M.Si, pada Puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (HARGANAS) XXII Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015 yang digelar di halaman Kantor Bupati Lombok Tengah, beberapa waktu lalu.

K

Puncak peringatan Harganas XXII tingkat Provinsi NTB

egiatan Harganas yang dicetus sejak 29 Juni 1993 tersebut memiliki arti penting bagi pembangunan keluarga di negeri ini. Keluarga berkarakter sehingga dapat memberikan kontribusi positif

dalam pembangunan negara, khususnya bagi daerah Nusa Tenggara Barat menuju masyarakat NTB yang beriman, berbudaya, berdaya saing dan sejahtera. Selain itu peringatan ini digelar juga untuk meningkatkan komitmen pemerintah dan pemerintah daer-

ah tentang pentingnya membangun keluarga serta meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai peran dan fungsi keluarga dalam mewujudkan keluarga kecil yang berketahanan dan sejahtera. “Membangun keluarga ideal, bahagia dan sejahtera karena keluarga merupakan lingkungan hidup primer dan fundamental, tempat terbentuknya kepribadian manusia,” kata Amin di sela-sela kegiatan. Penghargaan diberikan kepada para pemenang lomba-lomba yang berkaitan dengan peningkatan kualitas dan peran keluarga, seperti Bina Keluarga Balita, motivator terbaik KB pria, lomba keluarga harmonis dan sejahtera, lomba KB lestari teladan serta lomba KB terpilih 20 tahun dan lainnya. -Naniek I. Taufan

Kependudukan Harus Jadi Kurikulum Wajib

Pelantikan Penjabat Bupati Bima dan Walikota Mataram oleh Gubernur NTB

Pelantikan Pejabat di Lingkup NTB

“Birokrasi itu milik Negara yang diciptakan untuk memudahkan pelayanan publik, bukan milik orang per-orangan, maka saya minta betul agar para penjabat baik bupati maupun walikota, dalam situasi politik apapun jangan sampai ada upaya untuk menyalahgunakan posisi di pemerintahan untuk kepentingan apapun”, ungkap Dr. TGH. M. Zainul Majdi, Gubernur Nusa Tenggara Barat saat melantik Drs. H. Bachrudin, M.Pd., sebagai Penjabat Bupati Bima, dan Dra. Putu Selly Andayani, M.Si sebagai Penjabat Walikota Mataram menggantikan pejabat sebelumnya. Hal yang sama juga menjadi harapan gubernur saat melantik, Dr. Ir. H. Abdul Hakim, MM., sebagai Penjabat Bupati Kabupaten Sumbawa Barat, beberapa waktu lalu. Sebelumnya Gubernur juga secara resmi mengambil sumpah dan melantik Ashari, SH, MH untuk menggantikan H. Djohan Syamsu, SH yang telah menjabat Bupati Lombok Utara sejak tahun 2010 lalu dan kini kembali mencalonkan diri. Dra. Putu Selly Andayani, M.Si., menjabat Walikota Mataram, setelah Walikota sebelumnya H. Ahyar Abduh kembali mencalonkan diri sebagai Wali Kota Mataram. Sedangkan Drs. H. Bachrudin, M.Pd diangkat sebagai Penjabat Bupati Bima, menggantikan

Bupati Drs. H. Syafrudin HM. Nur, M.Pd, MM dan Dr. Ir. H. Abdul Hakim, MM., K.H Zulkifli Muhadli, yang telah mengabdi sebagai Bupati KSB selama dua periode dan mengakhiri masa jabatannya tahun 2015 ini. Pelantikan pejabat-pejabat tersebut merupakan rangkaian dari proses demokrasi yang akan berlangsung di Nusa Tenggara Barat dalam Pilkada serentak, bulan Desember mendatang. Enam daerah yang akan ikut dalam pesta demokrasi ini adalah Lombok Utara, Kabupaten Bima, Sumbawa Barat, Kabupaten Dompu dan Lombok Tengah. Sedangkan Kota Mataram, sementara masih tertunda karena hanya memiliki satu pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota. Penjabat yang dilantik tersebut akan bertugas sampai terpilihnya Bupati dan Walikota Definitif yang akan keluar hasilnya usai Pilkada yang akan dilaksanakan secara serentak pada 9 Desember mendatang. Demi menjaga marwah demokrasi, Gubernur berharap agar penjabat yang baru dapat menjaga netralitas Pegawai Negeri Sipil (PNS), memasilitasi penyelenggaraan pemilukada untuk melahirkan pimpinan daerah yang intuitif dan menjaga mentalitas PNS. -Naniek I. Taufan

Bicara soal masalah kependudukan bukan hanya mengenai sekedar mengampanyekan alat kontrasepsi, atau pentingnya masyarakat ber-KB saja melainkan soal kependudukan dinilai perlu untuk dijadikan kurikulum di jenjang sekolah menengah (SMP dan SMA). Hal ini terungkap dalam Seminar Kependudukan dan Bonus Demografi di Gedung Sangkareang, Kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat, beberapa waktu yang lalu. Bonus demografi merupakan bonus yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya. Seminar yang diikuti oleh 150 orang peserta yang terdiri dari berbagai unsur tersebut, diharapkan dapat lebih memberikan kontribusi, khususnya dalam mentransfer pengetahuan tentang kependudukan kepada masyarakat. Selain itu kontribusi dari berbagai profesi dalam menyosialisasikan ilmu kependudukan dan

BKKBN juga penting adanya agar suatu saat nanti, kependudukan dapat menjadi kapital yang menguntungkan bagi daerah dan bangsa. “Perjuangan kita dalam hal kependudukan ini lebih dari sekedar mengkampanyekan manfaat dari alat KB dan pentingnya masyarakat ber-KB. Oleh karena itu, saya pikir anak-anak kita di SMP dan SMA sudah mulai harus belajar mengenai kependudukan. Kependudukan harus jadi kurikulum yang wajib di setiap institusi pendidikan. Karena kependudukan bukan semata membatasi jumlah anak saja, tapi jauh lebih esensial dari itu,” ucap Erica, Ketua Tim Penggerak (TP) PKK NTB, Hj. Erica Zainul Majdi, dalam seminar tersebut. Oleh karena itu Deputi Pengendalian Penduduk BKKBN Pusat yang turut hadir juga berharap agar Pemerintah Daerah se-NTB dan stakeholder lainnya dapat bahu-membahu membuat rancangan dan strategi dalam masalah kependudukan dan bonus demografi ini. -Naniek I. Taufan

Hj. Erica Zainul Majdi (tiga dari kanan) usai Seminar Demografi


22

Sosialita

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Ciliwung Sekarang bukan Ciliwung Dulu

Made

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Robert

&

Made

Beginilah penampilan kali Ciliwung saat ini

K

eunikan acara ini adalah festi­ val berlangsung di sepanjang ban­ taran Kali Ciliwung yang melin­ tasi Jakarta Timur hingga wilayah Selatan. Dalam acara akbar yang digagas Kodam Jaya, Sabtu (15/8), masyarakat Jakarta bukan hanya disajikan berbagai atraksi dan lomba tapi juga kesempatan untuk berbelanja. Karena di sepanjang bantaran kali Ciliwung yang dijadikan lokasi acara digelar pasar murah dimana masyarakat juga UKM dapat menjajakan da­ gangannya. Mulai dari sembako, pakaian, makanan, minuman juga produk-produk rumah tangga lainnya. “Stand-stand di 17 ti­ tik diselenggarakan oleh masingmasing satuan Korwil dan Banpur Kodam Jaya bersama Pemda DKI dan masyarakat,” jelas Kapendam Jaya, Heri Prakosa.

Acara ini memang sudah dipersiapkan matang karenanya kalau sekarang Anda tengok, Kali Ciliwung tampak menakjubkan. Ini lantaran, kalau biasanya kita melihat Ciliwung kumuh dan ban­ yak sampah, kini terlihat bersih. Itu berkat kerja keras prajurit Ko­ dam Jaya yang dibantu berbagai pihak, termasuk masyarakat dan kalangan mahasiswa. “Kita bikin festival di sepanjang Ciliwung. Ini pesta rakyat, ada berbagai perlombaan di setiap titiknya di sepanjang kali,” ungkap Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama yang bersama para pejabat, termasuk Menteri PU Moch Basuki Hadimuljono, para petinggi TNI, dll, bakal menyusuri sepanjang Ciliwung dengan airboat guna meninjau event tersebut. Kapendam Jaya, Heri Prakosa menjelaskan, pesta rakyat itu

Pesta rakyat menyambut HUT kemerdekaan RI

akan digelar mulai dari bantaran Ciliwung Rindam Jaya hingga Ka­ libata Indah. “Pusatnya di Kalibata Indah. Nanti akan ada banyak ac­ ara. Tujuan acara ini, selain untuk memperingati HUT RI, juga ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa Ciliwung sekarang bukan Ciliwung yang dulu lagi,” ungkap Heri kepada wartawan. “Nantin­ ya di tiap titik ada macam-macam perlombaan seperti yang biasa digelar pada 17 Agustus seperti, balap karung, pukul bantal, makan kerupuk, tangkap belut, dll. Tak ketinggalan, nanti juga ada acara hiburan seperti Tanjidor dan Ondel-ondel,” tambahnya. JADI DESTINASI WISATA Menjadikan Kali Ciliwung sebagai destinasi baru bagi Ja­ karta adalah sebuah keniscayaan. Setidaknya hal itu telah diungkap­ kan oleh Pangdam Jaya Mayjen Agus Sutomo. Mimpinya, Cili­ wung bukan hanya menjadi des­ tinasi wisata tapi juga bisa menjadi alur transportasi masa depan. Tak tanggung-tanggung, untuk sarana transportasi, Kodam Jaya sudah menyiapkan airboat yakni sejenis perahu yang digerakkan balingbaling pada bagian atas perahu. Ciliwung merupakan sungai terpenting dan berpengaruh terhadap kehidupan penduduk Jakarta. Di antara 13 sungai yang melintasi Jakarta, Ciliwung meru­ pakan sungai yang mengalir persis di jantung kota, melalui daerahdaerah permukiman yang paling padat di Ibukota. Menurut Dr Hasan Djafar, arkeolog Universitas Indonesia, Ciliwung merupakan sungai purba karena telah terbentuk sejak ribuan tahun lalu. Ciliwung men­ jadi saksi kehidupan manusia yang tinggal di sepanjang tepiannya dan menjadikannya sumber kehidupan sejak ratusan bahkan ribuan tahun silam. Bahkan sejak masa Sunda

Bisa Punya Unit Atta Labeji Villas di Ubud Balik Modal Cepat & 100 % Uang Kembali Tunai Dulu bagi orang biasa, memiliki sebuah vil­ la bagaikan sebuah mimpi. ­Karena yang bisa men­ jadi investor dan ­owner villa di Bali ha­ nyalah orang kaya, itu pun sebagian besar orang asing dan orang luar Bali.

O

Prajurit TNI yang tengah memantau kebersihan

klasik, Ciliwung telah menjadi sarana transportasi utama. Agaknya, menjadikan Ciliwung sebagai sarana transportasi, itu­ lah yang kini tengah diusahakan pihak Kodam Jaya. Inspirasi ini berawal dari program Ciliwung Bersih kerja sama Pemda DKI Jakarta dan TNI. Menurut Agus, dalam pembenahan Ciliwung ini, pihaknya bersinergi dengan Pemda DKI Jakarta agar kondisi Kali Ciliwung menjadi semakin baik lagi. Program bersih-bersih Kali Ciliwung ini sudah dimulai sejak delapan bulan lalu, sejak Desem­ ber 2014. Hasilnya pun sudah terlihat. Ciliwung yang kumuh dan penuh sampah, kini menjadi menarik dipandang. Para prajurit bukan sekadar membersihkan, tapi juga terus memantau kondisi kebersihan kali dengan cara ber­ partroli menggunakan airboat. Bisa jadi, itu juga yang mem­ buat masyarakat yang biasan­ ya menjadi Kali Ciliwung ‘tong sampah’, segan membuang sampah di sana. Mereka pun ‘terpaksa’ membuang sampah di tempat sampah yang memang sudah disediakan. Yang juga menarik, karena kini Ciliwung bersih dan enak dipan­

dang, membuat sebagian warga sekitar memanfaatkannya untuk kegiatan memancing ketika sore hari. “Dulu, jangankan untuk me­ mancing, ikan saja mungkin tidak bisa hidup,” ungkap Pangdam bercanda. Ini untuk mengambar­ kan betapa dulu Ciliwung begitu kumuh dan penuh sampah. Meskipun sudah terlihat ber­ sih, namun Agus mengatakan, masih banyak yang harus dibena­ hi. Kemungkinan, baru Desember 2015 rencana Ciliwung menjadi destinasi wisata dapat terwujud. “Target kami Desember 2015 nanti Kali Ciliwung bisa menjadi tempat wisata,” kata Agus di Ma­ kodam Jaya. Kondisi yang sudah baik ini, diharapkan dapat dipertahank­ an. Sekaligus juga menggugah masyarakat untuk ikut mendukung program ini dengan selalu menjaga kebersihan kali. Masyarakat bukan saja diajak berpartisipasi menjaga Ciliwung tapi juga nantinya dapat menikmati keindahannya, karena di sana akan dibangun beberapa sarana pendukung seperti, ta­ man bermain, jogging track, dll. “Mimpi kita Kali Ciliwung bisa menjadi ikon Ibukota dan men­ jadi tempat wisata arung jeram,” tambah Agus. -Diana Runtu

Dewi

Atta beji deluxeroom interior

“Mulai 12 Juta” Semarak hari kemerdekaan begitu terasa di Jakarta. Bukan hanya gedung-gedung dan jalan-jalan yang berhias, sejumlah acara menyambut 70 tahun kemerdekaan Indonesia sudah digelar di berbagai tempat. Tapi ada yang istimewa kali ini, Pemda DKI Jakarta dan Kodam Jaya menggelar acara bersama yakni Festival Ciliwung.

Ayu

3

rang Bali sen­ diri sangat se­ dikit yang bersta­ tus sebagai pemi­ lik. Menurut seorang motiva­ tor asal Bali, Made Robert, hal terse­ but dipengaruhi dua faktor yakni sistem investasi yang ada ha­ nya untuk orang yang ba­ nyak uang. Dan, orang Bali sen­ diri tidak melayakkan dirin­ ya di­sebut sebagai investor. Me­ lihat fenomena tersebut, akh­ irnya Made ­Ro­bert dan tim mera­ sa tertantang untuk mencip­ takan suatu sistem investasi dan kepemilikan villa berba­ sis kerakya­tan dengan nama Vil­ la Mesari. Ia mengadopsi kearifan lo­

kal yaitu mepatung, sehingga sia­ pa pun, khususnya orang Bali, san­ gat mungkin untuk bisa men­ jadi investor maupun pemi­ lik. “Dengan demikian kue pari­ wisata bisa dinikmati bersama, se­ hingga orang Bali tidak hanya menjadi penonton di daerah­ nya sendiri,” ujarnya. Villa Me­ sari yang berlokasi di daerah wisa­ ta eksotik Ubud Bali, yang dilun­ curkan tahun 2013, mendapatkan sambutan yang sangat luar bia­ sa dari masyarakat Bali se­ h i n g g a k i n i s u d a h t e r ­­­b a ­ ngun dan beroperasi. Setelah sukses dengan pro­ yek Villa Mesari dan menjadi­ kan masyarakat Bali sebagai inves­ tor atas villatel tersebut, kini Made

Robert melalui BOS Land a Sub­ sidiary of MESARI Land menawar­ kan kembali sebuah proyek vil­ latel yang diberi nama ATTA

LABEJI VIL­ LAS. Sistem yang di­ jalankan masih den­ gan konsep mepatung, yang dalam ba­ hasa lebih mendun­ ia disebut CBOS (Capitalism Based On Society). Di proyek villatel ke­ dua ini, Made Robert melaku­ kan terobosan dan inovasi baru se­ hingga masyarakat Bali yang menja­ di investor mendapatkan keuntun­ gan lebih daripada sebelumnya. “Ha­ nya dengan Rp 12 juta, Anda sudah bisa memiliki unit Atta Labeji Villas di Desa Kender­ an, Ubud Bali,” tegas sang is­ tri yang bertindak sebagai Marketing & Communication of Atta Labeji Villas, Ni Made Ayu Dewi Sara­ swati.

​Hanya dengan investasi sebe­ sar Rp 12 juta, sudah bisa men­ jadi owner villa dengan menda­ patkan berbagai macam ke­ untungan. Di antaranya, modal dikembalikan 100% di tahun ke-10, mendapatkan penghasilan pasif sebesar 10 % di tahun ke-1 dan ke-2, di tahun ke-3 sampai ke-25 mendapatkan penghasilan fluktuatif (menurut tingkat hunian kamar), mendapatkan surat lot Atta Labeji Villas, voucher meng­ inap senilai Rp 12 juta, kartu nama hak kepemilikan 25 tahun, komisi 10% setiap mengajak tamu ke Atta Labeji Vlillas, tergabung dalam komumitas “Atta Labeji Investor Club”, mendapatkan kesempatan untuk memenangkan grand price saat Grand Opening. –ten

Soft launching Atta Labeji Villas belum lama ini mendapat sambutan luar biasa dari peserta yang hadir membludak

Hadiri Launching

ATTA LABEJI VILLAS

Terobosan Baru yang Lebih Menguntungkan Seperti halnya Villa Mesari, kehad­ iran Atta Labeji Villas pun mendapat sambut­ an luar biasa dari masyarakat Bali. Ter­ bukti dari soft launching yang digelar Min­ ggu (26/7) di Hotel Puri Ayu Denpasar, pe­ sertanya membludak, dan terjual hingga 57 lot. “Ini menandakan masyarakat Bali su­ dah melek financial. Perlahan tapi pasti, ke­ sadaran masyarakat Bali sudah mulai tum­ buh bahwa merekalah yang layak men­ jadi tuan rumah di tanahnya sendi­ ri. Mere­ka layak sejajar dengan inves­ tor asing dan berduit,” ujar Made Robert yang juga seorang motivator ini. Ia mengatakan di zaman seka­ rang ini, masya­rakat harus me­ mikirkan untuk memiliki inves­ tasi. “Menjadi karyawan di perusa­ haan orang lain, tak masalah, asal pu­ nya investasi. Ketahui posisi dan sum­ ber uang Anda. Belilah yang menghasil­ kan uang,” sarannya. Seperti, terobosan dan inovasi men­ Kebersamaan pasutri Made Robert dan Made Ayu Dewi Saraswati, dan putra-putrinya

guntungkan yang dilakukannya ini, yang diyakini akan mampu mengantar­ kan masyarakat Bali menuju kesejahteraan dan taraf hidup yang lebih baik. Karena dengan menjadi investor, tentu masyarakat Bali akan mendapatkan keuntungan yang lebih ting­ gi. Hanya dengan Rp 12 juta, masyarakat su­ dah bisa menjadi owner villa. “Saat ini se­ nilai hanya Rp 12 juta, dan seiring wak­ tu harga­nya pasti naik,” imbuh Ayu Dewi Sara­ swati, ibu dari Ni Luh Hita Gauri, I Made Aditya Gaurangga, dan Ni Komang Sitalaksmi Gaya­ tri ini. Untuk mengetahui lebih detail, silahkan hadiri Launching dan miliki ATTA LABEJI VILLAS, Sabtu 22 Agustus 2015, pukul 09.30 Wita di Sanur Paradize Plaza Hotel. Dapatkan undangannya dengan menghubungi nomor 0361 4723260, 082 247 365 888, 087 861 999 658, atau datang langsung ke Kantos BOS di JalanTukad Pakerisan No. 79 Panjer, Denpasar. –ten


2

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Ekspresso

DAri daPUr Redaksi

Ayo Kerja!

Tema peringatan hari ulang tahun proklamasi RI tahun 2015 adalah “Ayo Kerja!”. Ayo kerja bukanlah slogan semata melainkan sebuah pergerakan. Presiden Joko Widodo memiliki keyakinan pergerakan yang ingin dibangun adalah menjebol mentalitas bangsa yang berada dalam keterjajahan, ketertindasan, ketidakadilan, ketidak merdekaan serta membangun mentalitas baru sebagai bangsa yang merdeka 100%. Itulah makna mendasar dari revolusi mental. Ayo Kerja! sesungguhnya adalah perwujudan praktis dari gerakan Revolusi Mental. Targetnya bukan semata untuk rakyat namun harus menjangkau dan mengikat para penyelenggara negara. Mereka memiliki tanggung jawab moral maupun konstitusional untuk bekerja jujur, tanpa pamrih, melayani rakyat secara paripurna. Gerakan Nasional “Ayo Kerja!” tidak ingin berhenti pada slogan ataupun perayaan semata, tapi gerakan nyata yang membangkitkan semangat rakyat dalam mewujudkan impian Indonesia Merdeka. Gerakan ini mendorong partisipasi masyarakat

untuk terlibat, turun tangan secara bersama-sama mewujudkan impiannya. Gotong-royong dalam kerja menjadi jiwa gerakan perayaan 70 tahun kemerdekaan Indonesia. Melalui Gerakan Nasional 70 Tahun Indonesia Merdeka, yang dicanangkan tepat di Nol Kilometer Indonesia di Kota Sabang ini, Presiden Joko Widodo bertekad menjadikannya sebagai titik tolak mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia dengan gotong royong. Presiden Joko Widodo ingin menggunakan momentumperayaan 70 tahun Indonesia merdeka untuk memperbarui tekad dalammewujudkan harapan seluruh rakyat Indonesia.

Bokor Terbang

Saya dapat undangan adat dari keluarga yang tinggal di kabupaten lain. Kebetulan murid libur panjang, semua anak saya ajak untuk bertemu saudaranya. Istri merespons cukup baik lalu membeli bokor perak serta tutupnya untuk membawa sekadar oleh-oleh untuk keluarga yang melangsungkan pernikahan. Hari H kami berangkat dengan mobil. Anak pada bersuka ria dalam mobil. Setelah 2 jam kami tiba di rumahnya, sekitar pukul 10.00. Tamu banyak sekali, rumahnya penuh sesak. Saya disambut semua keluarga besar. Upacara widi widana sudah mulai. Semua keluarga bersyukur karena saya bisa meluangkan waktu seluruh keluarga datang menyaksikan upacaranya dan memberi doa restu kedua mempelai.

bacaan wanita dan keluarga

Penerbit PT Tarukan Media Dharma Terbit sejak 9 November 1998

Setelah widi widana selesai, semua tamu dipersilakan makan secara prasmanan sekadarnya. Tamu sudah pulang, tinggal keluarga, sehingga dapat berbincang panjang lebar. Semua berharap sama-sama berumur panjang, sehat, selalu dilindungi Ida Sang Hyang Widhi, suatu saat nanti bisa ketemu kembali. Akhirnya saya mohon pamit dan menuju mobil yang berjarak sekitar 200 meter. Istri dan anak jalan lebih dahulu. Karena mobil terkunci, bokor dan isinya ditaruh di kap mobil.

Harapan dari segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Edisi kali ini kami menghadirkan harapan dari berbagai kalangan tentang makna kemerdekaan dan bagaimana kerja versi mereka. Pengalaman yang mereka alami bisa menjadi cerminan. Mana yang bagus dan menginspirasi, silakan ditiru. Kemeriahan perayaan Agustusan sudah terasa sejak awal bulan. Bendera merah putih berkibar dimana-mana. Lingkungan berbenah dan menampilkan semangat merah putih. Momen penuh semangat ini menjadi dasar ayo kerja karena kalau tidak kerja bagaimana kita bisa merasakan kemerdekaan. Semangat…semangat…semangat….

Saya belakangan tiba, karena di jalan ada yang ngajak mampir dan berbincang. Tiba di mobil, buka pintu, semua masuk, lalu berangkat. Tiba di rumah saat semua sedang turun dari mobil, istri bertanya, “Pak, mana bokornya?” Oh my God... bokor lupa diambil dari kap mobil. Telah terbang melayang-layang, hilang tak terhalang, melanglang buana beserta sate, lawar, nasi, dan jajan yang diberi tadi. “Oh, astaga, rwa bhineda tetap jalan, suka duka selalu berdampingan,” omel istri pasrah dan sedih. I Nengah Mangku Amlapura

Mozaik

GORO-GORO kebangsaan

“Di masa lalu peringatan hari proklamasi 17 Agustus begitu meriah. Kota menjadi lautan merah putih yang dipasang warga,” keluh Amat. “Di semua sudut, diperlombakan hiasan gerbangPutu Wijaya gerbang yang menunjukkan perjuangan dengan bambu runcing. Ada pawai obor tengah malam dan renungan bersama di makam pahlawan. Sekarang semua itu hilang. Kenapa, Ami? Apa rasa kebangsaan kita sudah menipis?” Ami tersenyum. “Bapak ini sedang mengeluh, menghujat generasi muda, atau mencari-cari kesalahan generasi sekarang?” “Tidak! Bapak hanya heran. Heran karena sekarang rasa kebangsaan kita sudah menipis!” “Rasa kebangsaan kita atau rasa kebangsaan Bapak sendiri? Saya kira, itu rasa kebangsaan Bapak!” Amat kesal, karena Ami tidak mendukung pengamatannya. Lalu ia pulang sambil membeli serentengan merah-putih kecil-kecil yang biasa dipasang mengelilingi rumah. Sampai di rumah, Amat langsung memasang bendera-bendera itu. Bu Amat diam-diam memerhatikan tapi tidak memberi komentar. Para tetangga juga tak ada yang bertanya-tanya. Amat jadi semakin yakin rasa kebangsaan sudah luntur. Ia beli lagi tiga bendera ukuran besar, langsung dipasang di depan rumah, sebelum ada yang pasang bendera. Tapi tetap saja tidak ada yang memberi komentar. Akhirnya ia penasaran. Lalu berkunjung ke tetangga, sambil membawa kritikan. Menyesali masyarakat sudah tumpul rasa kebangsaannya. “Terkikis habis oleh kesibukan mencari untung buat diri sendiri, main politik dan berebut kedudukan!” kata Amat kesal. Amat membeli lagi sebuah bendera ukuran raksasa. Dipasang di depan rumah. “Untuk apa banyak bendera, seperti orang tak yakin,” kata Bu Amat.”Cukup satu biarkan orang lain ikut memiliki negeri kita ini!” “Tanpa kebangsaan sangat berbahaya,” kata Amat menghasut.”Inilah yang ditargetkan musuh-musuh kita. Kalau rasa kebangsaan sudah luntur, kita akan lemah dan mudah sekali diadu-domba.. Akibatnya, kita akan cakar-cakaran sendiri. Di situ nanti mereka datang. Memecahbelah dan menguasai lagi kita, tanpa kita sadari!” Tapi Bu Amat tidak tertarik membahas soal kebangsaan Amat. Ia sibuk nonton serial TV, “Abad Kejayaan.” Amat jadi tambah gelisah. Ia kelilingi kota dan terkejut menyaksikan sedikit sekali yang bersiap menyambut peringatan hari proklamasi yang ke-70. “Kita dalam bahaya!! Sangat berbahaya, Bu!” kata Amat pada istrinya. “Bahayanya apa?” “Rasa kebangsaan yang hancur, negara akan binasa, tunggu waktu saja!” Esok paginya, Amat terkejut. Di depan rumah berkumpul warga. Mereka berteriak-teriak liar mau membakar rumah Amat. Amat bingung. Tak mengerti, apa kesalahannya. Baru ketika semua menunjuk ke arah bendera, ia paham. Salah satu benderanya terpasang terbalik. Putihnya di atas, merahnya di bawah. Amat langsung minta ampun. Bersumpah-sumpah, bukan dia. yang melakukannya. “Lalu siapa?” teriak massa. Amat tak bisa menjawab. Massa bertambah brutal. Mereka tetap mau membakar. Tiba-tiba Bu Amat berteriak. “Tunggu! Ibu yang melakukannya. Supaya Bapak yakin, rasa kebangsaan kita tidak pernah luntur?! Semangat kebangsaan kita masih kuat kalau ditantang!”

Bagi pembaca yang memiliki kisah unik, seru, menyebalkan, atau mengasyikkan dan ingin berbagi dengan pembaca ­lainnya, silakan kirim kisah Anda ke redaksi@tokoh.co.id. ­Panjang naskah maksimal 3.000 karakter. Sertakan juga nama dan nomor kontak Anda. Naskah yang muat di rubrik “OMG” akan mendapat bingkisan Tokoh. Info lebih lanjut, silakan hubungi Redaksi Mingguan Tokoh (0361) 425373 Pemimpin Umum/Penanggung Jawab: Gde Palgunadi. Redaktur Pelaksana: Ngurah Budi. Staf Redaksi/Pemasaran Denpasar: IG.A. Sri A r d h i n i , W i r a t i A s t i t i , S a g u n g I n t e n . J a k a r t a : D i a n a Ru n t u . N T B : N a n i e k D w i S u r a h m i . D e s a i n G r a f i s : I D N A l i t Budi­a rtha, I Made Ary Supratman. Sirkulasi: Kadek Sepi Purnama. Se­k retariat: Ayu ­A gustini, Putu Agus Mariantara, Hariyono. Alamat Redaksi/Iklan Denpasar: Gedung Pers Bali K. Nadha, Lantai III, Jalan Kebo Iwa 63 A ­Denpasar 80117–Telepon (0361) 425373, 7402414, 416676–Faksimile (0361) 425373. Alamat Redaksi/Iklan/Sirkulasi Jakarta: Jalan ­Pal­m erah ­B arat 21 G Jakarta Pusat 10270– Telepon (021) 5357603 - Faksimile (021) 5357605. NTB: Jalan Bangau No.15 Cakranegara, Mataram–­Telepon (0370) 639543– ­Faksimile (0370) 628257. Jawa Timur: Permata Darmo Bintoro, Jalan Taman Ketampon 22-23 Surabaya–Telepon (031) 5633456–­­ ­F aksi­m ile (031) 5675240. Surat Elektronik: redaksi@tokoh.co.id, iklan@tokoh.co.id. Website: www.tokoh.co.id. Bank: BRI Cabang ­G ajah Mada Denpasar. Nomor Rekening: PT Tarukan Media Dharma: 0017-01-001010-30-6. Percetakan: BP Jalan Kebo Iwa 63 A Denpasar.

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

Vera Moeljadi

Investasi Teknologi T

ahun 2000-2001, Vera menjajaki Mercure Hotel sebagai Front Desk Agent, dilanjut 2002-2009 di Somerset dengan jabatan Front Office supervisor, dan juga masuk dalam jaring­ an managemen Accord Hotel, seperti di Ibis Rajawali Hotel 2011-2013 jabatan sebagai Assis­ten Front Ofice, 2013 di Mitown

“Komitmen yang sungguh-sungguh, merupakan kunci kesuksesan”. Begitulah kata Vera Moeljadi, Manager Hotel Red Planet Surabaya yang mengawali kariernya dari tahun 1995-2000 di Sheraton Hotel. Dari seutas pengalamannya itu, tak salah bila sejawatnya menyebut Miss Hotel ini atas segudang pengalamannya di bidang perhotelan selama 20 tahun. hotel jabatan Room Division Manager, dan pernah di Novotel hotel menjabat Front Office Manager. Kurang lebih 20 tahun berkecimpung di dunia perhotel. Yang akhirnya hingga sekarang ini di Hotel Red Planet Surabaya. Vera begitu panggilan akrabnya dari Vera Moeljadi menjelaskan, Red Planet Hotel berdiri sejak 2010 lalu dan untuk Red Planet Hotel Surabaya sendiri berdiri sejak 2 Juli 2014 yang memiliki 156 kamar, terdiri dari double room 107, twin room 48, wheelchair friendly room 1. “Meskipun kami hotel budget, namun kita menerapkan sistem hotel bintang lima, antara lain kenyamanan tamu 24 jam dipantau CCTV. Itu adalah salah satu nilai lebih dari kami dan juga ucapan terima kasih yang selalu kami ucapkan kepada pengunjung. Dan yang paling utama kami menerapkan sistem

teknologi yang tidak dimiliki oleh hotel sekelasnya,” ungkapnya. Tak cukup disitu saja, ada

23

beberapa program lainnya yang diterapkan di Red Planet Hotel antara lain aplikasi ponsel pintar yang berfungsi sangat baik. Bukan hanya berupa portal memesan kamar yang mudah dan efisien, namun setibanya tamu di hotel Red Planet, segera terhubung dengan layanan menginap melalui aplikasi tersebut. Selain itu berfungsi pula sebagai intercom antar kamar dan resepsionis, lini chat, dan fitur inovatif lainnya. “ Di hotel kami memberikan nilai tambah untuk pengalaman menginap dengan kami melalui investasi teknologi setiap saat,” kata wanita murah senyum ini. “Harapan kami, tahun ini akan terus berkembang dan memberikan alternatif bagi masyarakat secara luas yang menginap baik untuk keperluan bisnis ataupun hanya berlibur, dan semoga pengunjung di Red Planet ini menjadi nyaman, puas dan senang,” pungkasnya. -Bayu

Vera Moeljadi

Temu Kangen Lintas Generasi

Temu Kangen

Para pramuka dari berbagai generasi berkumpul di Art Center. Minggu (9/8). Mereka menggelar acara Temu Kangen Lintas Generasi Pramuka serangkaian peringatan Hari Pramuka. Hadir dalam kegiatan tersebut Peltu (Purn) Sutjipto dan Nyoman Suyasa sebagai mediator, Ida Pedanda Gede Putra Telabah, Ida Pandita Sri Bhagawan Penyarikan, Prof. Adnyana Manuaba, N. Mulyathi, A.A. Bagus Jelantik Sanjaya, dan Gusti Made Perasu. Kesempatan itu dimanfaatkan para peserta temu kangen untuk memberi sumbangan pemikiran demi perkembangan pramuka ke depannya. –wah

Penanaman Bunga di Pura Gunung Salak Warga Tempek Bogor Kota mengadakan penanaman bunga dalam media pot di Pelataran Jaba Tengah Pura Parahyangan Agung Jagatkartta Gunung Salak, Minggu (9/8). Kegiatan ini bertujuan untuk menandai batas suci bagi pengunjung yang tidak bersembahyang untuk tidak memasuki areal persembahyangan di Pura Gunung Salak. Sebelumnya batas suci ini disebelah kanan hanya dibatasi oleh tali rafia. Pura Gunung Salak sekarang ini telah berkembang menjadi salah satu pusat rekreasi oleh masyarakat setempat. Masyarakat khususnya anak muda antusias untuk melihat bagaimana umat Hindu bersembahyang dan seperti apa rupa Pura. Anak Agung Saskara, mantan Ketua Tempek Bogor Kota berharap pengunjung hanya masuk

sampai batas pot saja, sehingga kesucian pura terjaga. Kegiatan penanaman bunga ini dibarengi dengan acara ngayah di Pura Gunung Salak untuk menyambut pujawali yang akan diselenggarakan 29 Agustus 2015 mendatang. –Parama Dewi


24

Edisi 862/ 17 - 23 Agustus 2015

redaksi/iklan/langganan: tlp. (0361) 425 373, 416 676; faks. (0361) 425 373; e-mail: redaksi@tokoh.co.id, iklan@tokoh.co.id; website: www.tokoh.co.id

Pande

Nyoman

Ge d e

What’s Up

M a r u t h a

Rintis Industri Kerajinan Endek di Gianyar

nal sebagai salah satu pabrik tenun yang produksinya luar biasa besar dengan pegawainya yang mencapai ribuan orang.

Begitu pula dengan alat tenun bukan mesin yang digunakannya ketika itu adalah hasil buatan Pekak Togog sendiri. Kebisaannya ini, katanya

diperoleh karena ia bukan hanya sempat mengenyam pendidikan mengenai tekstil dan pewarnaan di Bandung sekitar tahun 1952 yang

Kota Gianyar merupakan ibu kota dari Kabupaten Gianyar, dan dikenal sebagai jantung seni Bali. Pujian mengenai potensi wisata Gianyar tidak hanya datang dari dalam negeri, akan tetapi juga dari mancanegara. Salah satunya karena di kota ini tersimpan salah satu kekayaan lokal, tenun ikat Bali yang lebh dikenal dengan sebutan endek.

M

enyebut nama kriya tenun asli Bali di Kabupaten Gianyar, tentu tak lepas dari keberadaan sosok yang yang penuh kreativitas ini, Pande Nyoman Gede Marutha (90) yang akrab disapa Pekak Togog. Ia adalah pendiri dan pemilik “Tenun Cap Togog” yang ada di kawasan Jalan Astina Utara, Gianyar. Betapa tidak, sejak tahun 1953, Cap Togog sukses berproduksi. Tenun Togog dirintis oleh Pekak Togog, di masa jayanya bersama usaha endek milik keluarganya yang lain yakni Cap Chili serta Putri Bali. Cap Togog dike-

Belum Jegeg kalau Belum Mengenakan Endek Cap Togog

Belakangan, promosi endek kembali gencar dilakukan oleh tiap pemerintah daerah termasuk Gianyar. Alhasil, endek kini mudah ditemukan di mana-mana serta dengan bangga dipakai siapa saja. Usaha yang sebelumnya sempat mati, perlahan kembali menggeliat. Hanya saja kali ini pasarnya beralih ke pasar lokal. Kesadaran masyarakat untuk menggunakan produk lokal yang semakin tinggi menjadi peluang tersendiri. Tak hanya itu, kelemahan endek yang sebelumnya ada sambungan juga mulai bisa diatasi. Ia mengatakan kualitas produk kain tenun ikat sangat ditentukan oleh tiga unsur utama, yaitu bahan baku, pewarnaan dan desain. Dalam hal desain para pengrajin kain tenun ikat di Bali masih dapat bersaing dengan desain dari negara lain. Sebab yang berperan di sini adalah tangan dari penenunnya dengan unsur seni dan perasaan yang dituangkan di dalamnya. Inspirasi awal biasanya ia peroleh dari bentuk bentuk rumah bali candi, candi kurung dan candi bentar. Kemudian berkembang dengan gambar-gambar lain yang menjadi inspirasinya tidak ada di Bali tapi adanya di Mesir, makanya ada motif yang disebut Kute Mesir. Diakui oleh Pekak Togog yang masih penuh semangat ini, pesatnya perkembangan kain tenun ikat khas Bali menjadi t a n t a n ga n b e s a r bagi masyarakat Bali untuk menjaga kelestariannya. M a sya ra k a t B a l i juga ha rus ajeg , tetap memperhatikan aturan penggunaan kain tersebut. Namun, masalahnya dengan tingginya harga bahan baku yang 100% impor dan juga pengerjaan

yang masih secara tradisional, membuat produk ini semakin lama semakin sulit bersaing. Produksi menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) membuat produksi menjadi terbatas. Sebuah benang sampai akhirnya bisa menjadi selembar kain prosesnya bisa mencapai satu bulan. Karena itu jumlah produksi juga sangat terbatas. Proses yang panjang, bahan baku yang semuanya impor membuat endek harganya menjadi lebih mahal dibandingkan dengan produk tekstil lainnya. Di samping bahan baku, keterbatasan penenun juga menjadi masalah yang masih harus dihadapi hampir seluruh pengrajin. Saat ini, kata laki-laki yang sudah sangat lama bergelut dengan benang serta pewarnaan kain tenun ini sulit mencari anak muda yang mau belajar menenun. Semua penenun yang bekerja padanya merupakan orang-orang tua. Ini tentu menjadi kekhawatiran tersendiri karena akan kesulitan mencari regenerasi. Kini karena faktor usia pemilik dan kuranganya tenaga penenun, meski tidak sebanyak dahulu tapi masih tetap berproduksi dengan empat orang tenaga penenun yang senior dan andal demi mempertahankan keberadaan endek Cap Togog yang khas dan berkualitas sekuat tenaga. Ia berharap generasi muda tidak lupa pada sejarah, karena baginya sejarah itu

guru tertinggi. Namun, dengan penuh antusias ia menyatakan sebenarnya kalau orang mau belajar untuk bisa memeproduksi seperti Cap Togog, punya warna khas dan tidak luntur. “Nda perlu ngintip-ngintip. Datang langsung belajar dan saya mau dan sanggup ngajar, cukup 3 bulan saja pasti bisa,” cetus Pekak Togog yang mengaku semangatnya ini karena merasa almarhumah sang istri serasa masih bersamanya dan mensupportnya. Ia juga menyebutkan endek yang dihasilkan dari industri endek di Bali rata-rata masih menggunakan motif dan desain tradisonal, yang beberapa di antaranya hanya digunakan pada saat upacara adat. Kain-kain berbahan dasar katun, sutera dan rayon, yang diproduksi dengan keterampilan tinggi, yang disebut wastra dalam adat Bali, berperan sangat penting dalam upacara-upacara adat. Sejak lahir sampai meninggal, mulai pagi hari ketika matahari terbit sampai terbenam, orang Bali menjalani kehidupannya dengan berbagai upacara adat. Hingga di masanya ada slogan yang beredar di masyarakat menyebutkan, “Jika perempuan tidak pakai Cap Togog tidak bisa kelihatan jegeg dan laki-lakinya tidak bagus.” -ard

dibiayai oleh persatuan tenun Indonesia, juga rajin mengikuti berbagai kursus terkait usahanya. Karena itu, semua jenis warna sudah pernah dikerjakannya. Salah satunya warna biru unik bernama indigo yang sulit ditiru oleh pengrajin lainnya. Menurut ayah 8 anak ini, beberapa tahun silam, endek sempat menjadi salah satu produk andalan Bali. Di era 1970 hingga tahun 1980an, produksi songket, endek sempat mendomonasi pasar kain, bukan hanya di pasar nasional bahkan begitu dikenal di pasar internasional, hingga dunia ekspor. Hal ini dibuktikan dengan berkembangnya perusahaan tenun Cap Togog, Cap Chili, dan Putri Bali, juga beberapa perusahaan tenun lainnya ketika itu. Dikatakan oleh suami dari Pande Putu Srinadi, bahwa produk yang dihasilkan para pengrajin tradisional sebagian besar justru lebih banyak dipasarkan di pasar ekspor dibandingkan dengan pasar lokal. Pengerjaan endek dengan tangan merupakan salah satu eksklusivitas yang selama ini digunakan sebagai strategi branding, mengingat produk hand made biasanya identik dengan craftmanship. Pada umumnya pola hiasan pada kain endek utamanya adalah unsur flora dan fauna, wayang, serta kombinasi dari berbagai pola. Ada juga pola dari dongeng-dongeng suci atau mitologi Bali. Motif tersebut memberikan ciri khas tersendiri pada kain endek dibandingkan dengan motif-motif kain pada umumnya. Salah satu warna istimewa yang diproduksi Cap Togog adalah indigo, warna biru tua keungu-unguan, warna yang tidak mudah dibuat oleh pengrajin lain. Sebagai bagian dari budaya masa lampau, kain endek juga biasa dikenakan saat melakukan ritual adat masyarakat Bali. Selain itu kain endek hasil kerajinan tangan dengan menenun ini, sekarang bisa kita lihat dikenakan sebagai uniform oleh karyawan PNS maupun instansi swasta di Bali. –ard


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.