Pemanfaatan data penginderaan jauh untuk pemetaan cepat daerah terkena bencana erupsi gunung

Page 1

1|Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh - LAPAN

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

Latar belakang kegiatan penelitian ini adalah:  

 

Indonesia memiliki sekitar 129 gunungapi aktif yang berpotensi mengalami erupsi dan menimbulkan bencana. Kejadian besar bencana erupsi gunungapi di akhir tahun 2013, yaitu erupsi Gunungapi Sinabung telah menimbulkan dampak bencana yang nyata, seperti menelan korban jiwa manusia, kerusakan permukiman, lahan pertanian, serta rusaknya infrastruktur. Mengingat dampak-dampak yang ditimbulkan oleh erupsi gunungapi tersebut maka diperlukan suatu upaya mitigasi bencana. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) merupakan salah satu lembaga pemerintah yang juga ikut aktif berperan dalam upaya penanggulangan bencana dengan kemampuan, sarana, dan prasarana yang dimilikinya. Sudah banyak yang dilakukan untuk kegiatan penanggulangan bencana berbasis data penginderaan jauh, namun hal penting yang saat ini belum dilakukan adalah pemetaan cepat daerah yang terkena bencana, khususnya yang diakibatkan oleh erupsi gunungapi.

Konseptual: 

 

Daerah yang terkena erupsi gunungapi akan mengalami perubahan kondisi fisik permukaan yang diakibatkan tutupan material hasil erupsi (piroklastik ataupun lava). Perubahan kondisi fisik di permukaan tersebut akan diindikasikan oleh perubahan pola spektral, suhu, maupun hamburan balik. Data yang digunakan : Citra Landsat-8 dan SPOT merupakan citra optis yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi pola spektral obyek-obyek fisik di permukaan bumi. Selain itu, adanya kanal 10 dan 11 pada Landsat-8, karakteristik suhu di permukaan bumi juga akan dapat dideteksi. Dengan demikian, kedua jenis data citra yang diakuisisi oleh Ground Station LAPAN Parepare tersebut sangat berpotensi untuk dimanfaatkan dalam pendeteksian daerah-daerah yang terkena bencana erupsi gunungapi.


2|Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh - LAPAN

Principle Investigator (PI) : Ir. Hidayat, M.T. Anggota Peneliti : – Suwarsono, S.Si, M.Si. – Jalu Tejo Nugroho, S.Si, M.Si. – Dr. Wiweka Periode Kegiatan : 2014

Bencana Banjir dan Kebakaran Hutan

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model-model ekstraksi parameter fisis dari data citra optis maupun SAR untuk deteksi dan pemantauan bencana, terutama banjir, kebakaran hutan, sebaran asap dan tsunami. Hasil kajian model fusi ekstraksi parameter fisis data optis dan SAR untuk deteksi banjir menemukan bahwa citra SAR menambah efektivitas dan informasi baru bila belum tersedia dari data optis. Selain itu, variabel tekstur citra dari ALOS PALSAR memberikan informasi kuantitatif yang berharga untuk membantu dan membedakan badan air dari jenis kelas tutupan lahan lainnya. Kajian model ekstraksi parameter fisis untuk deteksi dan pemantauan bencana banjir dari data optis menyimpulkan bahwa citra optis MODIS dapat dipergunakan untuk identifikasi genangan air yang disebabkan oleh bencana banjir. Parameter-parameter fisis yang dapat diekstraksi untuk identifikasi genangan banjir tersebut adalah nilai reflektansi kanal 2, 5 dan 6 dan


3|Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh - LAPAN nilai-nilai indeks yang dihitung dari nilai-nilai reflektansi tersebut, seperti NDVI, EVI, NDWI, MNDWI, dan DVEL. Untuk kegiatan pemetaan cepat kejadian bencana, memerlukan dukungan adanya ketersediaan otomatisasi perangkat lunak registrasi citra, kalibrasi absolut nilai radiometrik, peta penggunaan lahan sebelum kejadian, koreksi geometrik (koreksi ellipsoid, orthorektifikasi dengan SRTM), segmentasi berorientasi obyek, rasio citra antara citra acuan dan citra kejadian banjir, dasar deteksi perubahan untuk tujuan analisis dan layout kartografi. Kajian model ekstraksi parameter fisis untuk deteksi dan pemantauan bencana kebakaran hutan menyimpulkan bahwa citra optis MODIS dapat dipergunakan untuk deteksi dan pemantauan kebakaran hutan/lahan yang meliputi pemantauan faktor-faktor pemicu kebakaran (fire ignition), titik panas kebakaran (fire hotspot), sebaran kabut asap kebakaran (smoke haze dispersion), dan daerah bekas kebakaran(burned area). Parameter-parameter fisis yang dapat diekstraksi untuk deteksi dan pemantauan kebakaran hutan/lahan tersebut adalah nilai reflektansi, suhu kecerahan, suhu permukaan lahan, dan nilai indeks yang dihitung dari nilai-nilai reflektansi tersebut (NDVI, EVI, NBR, GEMI, NSA, dan INDEX1). Sedangkan kajian deteksi asap dengan menggunakan segmentasi berorientasi obyek menyimpulkan bahwa ada hubungan ruang warna dan nilai parameter segmentasi dalam mendeteksi keberadaan asap, ruang warna Cie Lab dalam setiap sub proses mampu memberikan presentai keberadaan asap yang konsisten, sehingga memberikan indikasi bahwa ruang warna Cie Lab dapat direkomendasikan untuk digunakan mendeteksi asap hasil kebakaran hutan. Berdasarkan hasil kajian ini maka perlu ditindaklanjuti dengan penelitian yang lebih terfokus, yaitu dengan menerapkan model-model berbasis parameter fisis dari citra optis dan SAR untuk deteksi dan pemantauan banjir, kebakaran hutan dan sebaran asap, terutama sekali untuk tujuan pemetaan cepat (rapid mapping) wilayah-wilayah terdampak bencana


4|Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh - LAPAN

Principle Investigator (PI) : Dr. Wiweka Anggota Peneliti : – Suwarsono, S.Si, M.Si. – Jalu Tejo Nugroho, S.Si, M.Si.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.